Upload Now

9
2.2.5 Teknik Anestesi Lokal 1. Anestesi Topikal a. Membran mukosa dikeringkan untuk mencegah larutnya bahan anastesi topikal. b. Bahan anastesi topikal dioleskan melebihi area yang akan disuntik ± 15 detik (tergantung petunjuk pabrik) kurang dari waktu tersebut, obat tidak efektif. c. Pasien bayi dapat menggunakan syring tanpa jarum untuk mengoleskan topikal aplikasi. d. Anastesi topikal harus dipertahankan pada membran mukosa minimal 2 menit, agar obat bekerja efektif. Salah satu kesalahan yang dibuat pada pemakaian anastesi topikal adalah kegagalan operator untuk memberikan waktu yang cukup bagi bahan anastesi topikal untuk menghasilkan efek yang maksimum. 2. Anestesi Infiltrasi Larutan anestesi didepositkan di dekat serabut terminal dari saraf dan akan terifiltrasi di sepanjang jaringan untuk mencapai serabut saraf dan menimbulkan efek anestesi dari daerah terlokalisir yang disuplai oleh saraf tersebut. Tekhnik infiltrasi dibagi menjadi: a. Suntikan submukosa Istilah ini diterapkan bila larutan didepositkan tepat di balik membrane mukosa. Walaupun cenderung tidak menimbulkan anestesi pada pulpa gigi, suntikan ini sering digunakan baik untuk menganestesi saraf

description

anestesi

Transcript of Upload Now

Page 1: Upload Now

2.2.5 Teknik Anestesi Lokal

1. Anestesi Topikal

a. Membran mukosa dikeringkan untuk mencegah larutnya bahan anastesi topikal.

b. Bahan anastesi topikal dioleskan melebihi area yang akan disuntik ± 15 detik

(tergantung petunjuk pabrik) kurang dari waktu tersebut, obat tidak efektif.

c. Pasien bayi dapat menggunakan syring tanpa jarum untuk mengoleskan topikal

aplikasi.

d. Anastesi topikal harus dipertahankan pada membran mukosa minimal 2 menit,

agar obat bekerja efektif. Salah satu kesalahan yang dibuat pada pemakaian

anastesi topikal adalah kegagalan operator untuk memberikan waktu yang cukup

bagi bahan anastesi topikal untuk menghasilkan efek yang maksimum.

2. Anestesi Infiltrasi

Larutan anestesi didepositkan di dekat serabut terminal dari saraf dan akan

terifiltrasi di sepanjang jaringan untuk mencapai serabut saraf dan menimbulkan efek

anestesi dari daerah terlokalisir yang disuplai oleh saraf tersebut. Tekhnik infiltrasi dibagi

menjadi:

a. Suntikan submukosa 

Istilah ini diterapkan bila larutan didepositkan tepat di balik membrane

mukosa. Walaupun cenderung tidak menimbulkan anestesi pada pulpa gigi,

suntikan ini sering digunakan baik untuk menganestesi saraf bukal panjang

sebelum pencabutan molar bawah atau operasi jaringan lunak.

b. Suntikan supraperiosteal

Dengan cara ini, anestesi pulpa gigi dapat diperoleh dengan penyuntikan di

sepanjang apeks gigi. Suntikan ini merupakan suntikan yang paling sering

digunakan dan sering disebut sebagai suntikan infiltrasi.

c. Suntikan subperiosteal

Tekhnik ini, larutan anestesi didepositkan antara periosteum dan bidang

kortikal. Tekhnik ini digunakan apabila tidak ada alternative lain karena akan

terasa sangat sakit. Tekhnik ini biasa digunakan pada palatum dan bermanfaat bila

suntikan supraperiosteal gagal untuk memberikan efek anestesi walaupun

biasanya pada situasi ini lebih sering digunakan suntikan intraligamen. 

Page 2: Upload Now

d. Suntikan intraoseous

Suntikan ini larutan didepositkan pada tulang medularis. Setelah suntikan

supraperiosteal diberikan dengan cara biasa, dibuat insisi kecil melalui

mukoperiosteum pada daerah suntikan yang sudah ditentukan untuk mendapat

jalan masuk bur dan reamer kecil pada perawatan endodontic. Dewasa ini, tekhnik

suntikan ini sudah sangat jarang digunakan. 

e. Suntikan intraseptal

Merupakan modifikasi dari tekhnik intraoseous yang kadang-kadang

digunakan bila anestesi yang menyeluruh sulit diperoleh atau bila dipasang gigi

geligi tiruan imediat serta bila tekhnik supraperiosteal tidak mungkin digunakan.

Tekhnik ini hanya dapat digunakan setelah diperoleh anestesi superficial. 

f. Suntikan intraligamen atau ligament periodontal

Jarum diinsersikan pada sulkus gingival dengen bevel mengarah menjauhi

gigi. Jarum kemudian didorong ke membrane periodontal bersudut 30° terhadap

sumbu panjang gigi. Jarum ditahan dengan jari untuk mencegah pembengkokan

dan didorong ke penetrasi maksimal sehingga terletak antara akar-akar gigi dan

tulang interkrestal. 

3. Anestesi Blok

a. Maksila

Infiltrasi Lokal pada Membran Mukosa (submucosal injection)

Field Block (paraperiosteal injection)

Nasopalatine Nerve Block

Anterior Palatine Nerve Block

b. Mandibula

Infiltrasi Lokal pada Membran Mukosa (submucosal injection)

Field Block (paraperiosteal injection)

Inferior Alveolar Nerve Block

Mandibular Anesthesia

2.1.6 Definisi Ekstraksi Gigi

Page 3: Upload Now

Definisi ekstraksi gigi yang ideal adalah ekstraksi tanpa rasa sakit dengan

trauma minimal terhadap jaringan pendukung gigi, sehingga bekas pencabutan dapat

sembuh dengan sempurna dan tidak terdapat masalah prostetik di masa mendatang

(Uttu, 2010: h.2; Fragiskos, 2007: p.74).

2.1.7 Indikasi dan Kontraindikasi Ekstraksi

- Indikasi

1. Karies yang parah

Sejauh ini gigi yang karies merupakan alasan yang tepat bagi dokter gigi

dan pasien untuk dilakukan tindakan pencabutan.

2. Nekrosis pulpa

Adanya nekrosis pulpa atau pulpa irreversibel yang tidak diindikasikan

untuk perawatan endodontik, perawatan endodontik yang telah dilakukan ternyata

gagal untuk menghilangkan rasa sakit sehingga diindikasikan untuk pencabutan.

3. Penyakit periodontal yang parah

Jika periodontitis dewasa yang parah telah ada selama beberapa waktu,

maka akan nampak kehilangan tulang yang berlebihan dan mobilitas gigi yang

irreversible. Dalam situasi seperti ini, gigi yang mengalami mobilitas yang tinggi

harus dicabut.

4. Alasan orthodontik

Pasien yang akan menjalani perawatan ortodonsi sering membutuhkan

pencabutan gigi untuk memberikan ruang untuk keselarasan gigi. Gigi yang paling

sering diekstraksi adalah premolar satu rahang atas dan bawah, tetapi premolar

kedua dan gigi insisivus juga kadang-kadang memerlukan pencabutan dengan

alasan yang sama.

5. Gigi yang mengalami malposisi

Jika malposisi gigi menyebabkan trauma jaringan lunak dan tidak dapat

ditangani oleh perawatan ortodonsi, gigi tersebut harus diekstraksi.

6. Gigi yang retak

Indikasi ini jelas untuk dilakukan pencabutan gigi, bahkan prosedur

restorative endodontik dan kompleks tidak dapat mengurangi rasa sakit akibat gigi

yang retak tersebut.

7. Praprostetik ekstraksi

Page 4: Upload Now

Terkadang gigi mengganggu desain dan penempatan yang tepat dari

peralatan prostetik seperti gigi tiruan penuh, gigi tiruan sebagian lepasan atau gigi

tiruan cekat sehingga perlu dicabut.

8. Gigi impaksi

Gigi yang impaksi harus dipertimbangkan untuk dilakukan pencabutan.

Jika terdapat gigi yang impaksi maka oklusi fungsional tidak akan optimal karena

ruang yang tidak memadai, maka harus dilakukan bedah pengangkatan gigi

impaksi tersebut. Namun, jika dalam mengeluarkan gigi yang impaksi terdapat

kontraindikasi seperti pada kasus kompromi medis, impaksi tulang penuh pada

pasien yang berusia diatas 35 tahun atau pada pasien usia lanjut, maka gigi

impaksi tersebut dapat dibiarkan.

9. Supernumary gigi

Gigi yang mengalami supernumary biasanya merupakan gigi impaksi yang

harus dicabut. Gigi supernumary dapat mengganggu erupsi gigi dan memiliki

potensi untuk menyebabkan resorpsi gigi tersebut.

10. Gigi yang terkait dengan lesi patologis

Gigi yang terkait dengan lesi patologis mungkin memerlukan pencabutan.

Dalam beberapa situasi, gigi dapat dipertahankan dan terapi endodontik dapat

dilakukan. Namun, jika mempertahankan gigi dengan operasi lengkap

pengangkatan lesi, gigi tersebut harus dicabut.

11. Terapi praradiasi

Pasien yang menerima terapi radiasi untuk berbagai tumor oral harus

memiliki pertimbangan yang serius terhadap gigi untuk dilakukan pencabutan.

12. Gigi yang mengalami fraktur rahang

Dalam sebagian besar kondisi gigi yang terlibat dalam garis fraktur dapat

dipertahankan, tetapi jika gigi terluka maka pencabutan mungkin diperlukan untuk

mencegah infeksi.

13. Estetik

Terkadang pasien memerlukan pencabutan gigi untuk alasan estetik.

Contoh kondisi seperti ini adalah yang berwarna karena tetrasiklin atau fluorosis,

atau mungkin malposisi yang berlebihan sangat menonjol.

14. Ekonomis

Page 5: Upload Now

Semua indikasi untuk ekstraksi yang telah disebutkan di atas dapat

menjadi kuat jika pasien tidak mau atau tidak mampu secara finansial untuk

mendukung keputusan dalam mempertahankan gigi tersebut. Ketidakmampuan

pasien untuk membayar prosedur tersebut memungkinkan untuk dilakukan

pencabutan gigi.

- Kontraindikasi :

Semua kontraindikasi baik lokal ataupun sistemik, dapat relatif atau

mutlak bergantung pada kondisi umum pasien.

1. Kontraindikasi relatif

a. Lokal

Periapikal patologi, jika pencabutan gigi dilakukan maka infeksi akan

menyebar luas dan sistemik, jadi antibiotik harus diberikan sebelum

dilakukan pencabutan gigi.

Adanya infeksi oral seperti Vincent’s Angina, Herpetic

gingivostomatitis. Hal ini harus dir awat terlebih dahulu sebelum

dilakukan pencabutan gigi.

Perikoronitis akut, perikoronitis harus dirawat terlebih dahulu sebelum

dilakukan pencabutan pada gigi yang terlibat, jika tidak maka infeksi

bakteri akan menurun ke bagian bawah kepala dan leher.

Penyakit ganas, seperti gigi yang terletak di daerah yang terkena

tumor. Jika dihilangkan bisa menyebarkan sel-sel dan dengan demikian

mempercepat proses metastatik.

Pencabutan gigi pada rahang yang sebelumnya telah dilakukan iradiasi

dapat menyebabkan osteoradionekrosis, oleh karena itu harus

dilakukan tindakan pencabutan yang sangat ekstrem atau khusus.

b. Sistemik

Diabetes tidak terkontrol, pasien diabetes lebih rentan terhadap infeksi

dan proses penyembuhan lukanya akan lebih lama. Pencabutan gigi

harus dilakukan setelah melakukan diagnosis pencegahan yang tepat

pada penyakit diabetes pasien dan dibawah antibiotik profilaksis.

Penyakit jantung, seperti hipertensi, gagal jantung, miokard infark, dan

penyait arteri koroner.

Page 6: Upload Now

Dyscrasias darah, pasien anemia, hemofilik dan dengan gangguan

perdarahan harus ditangani dengan sangat hati-hati untuk mencegah

perdarahan pasca operasi yang berlebihan.

Medically compromised, pasien dengan penyakit yang melemahkan

( seperti TB ) dan riwayat medis miskin harus diberikan perawatan

yang tepat dan evaluasi preoperatif kondisi umum pada pasien adalah

suatu keharusan.

2. Kontraindikasi mutlak

a. Lokal

- Gigi yang terlibat dalam malformasi arterio-venous.

b. Sistemik

- Leukemia

- Gagal ginjal

- Sirosis hati

- Gagal jantung