upaya sekolah dalam pemberdayaan keterampilan vokasional bagi ...
Transcript of upaya sekolah dalam pemberdayaan keterampilan vokasional bagi ...
74
BAB V
BENTUK UPAYA SEKOLAH DALAM PEMBERDAYAAN
KETERAMPILAN VOKASIONAL BAGI ANAK TUNARUNGU
PADA SEKOLAH LUAR BIASA BAGIAN B NEGERI
DI KABUPATEN TABANAN
Mengacu pada kurikulum tahun 2006 (KTSP), pemberlakuan Undang-
Undang Nomor 20, Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional dan
Peraturan Pemerintah Nomor 19 tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan
serta Peraturan Menteri Pendidikan Nasional No 22, Tahun 2006 tentang standar
isi khususnya bagi SMALB, menetapkan bahwa standar isi SMALB memusatkan
perhatian pada bidang studi akademik 40% dan keterampilan vokasional 60%.
Berdasarkan hal tersebut bisa dilihat bahwa keterampilan vokasional lebih
diutamakan daripada kemampuan akademik. Selanjutnya untuk mewujudkan
kebijakan tersebut di SLB.B N Tabanan diadakan program pemberdayaan
keterampilan vokasional bagi anak tunarungu.
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (Depdiknas, 2005:242) dinyatakan
bahwa kata pemberdayaaan memiliki arti cara atau proses, perbuatan
memberdayakan. Sebagai sebuah proses maka pemberdayaan adalah upaya terus-
menerus dengan berbagai terobosan sampai tercipta masyarakat yang berdaya,
yakni memiliki kemampuan dan kekuatan dalam menghadapi berbagai hal.
75
Teori pemberdayaan yang dikemukan oleh Ife dan Tesoriero (2008:510/
dalam http// pemberdayaan wordpress com) mengatakan bahwa pemberdayaan
berarti menyediakan sumber daya, kesempatan, kosakata, pengetahuan, dan
keterampilan guna meningkatkan kemampuan masyarakat untuk menentukan
masa depan mereka sendiri dan untuk berpartisipasi serta mempengaruhi
kehidupan masyarakatnya.
Hal ini sesuai dengan pendapat Bapak I Made Warsawan, Kepala SLB.B
N Tabanan, mengenai pelaksanaan pemberdayaan di sekolah yang dipimpin.
Berikut penuturan beliau.
“…sekolah ini merupakan tempat belajar dalam memperoleh pengetahuanakademik dan pendidikan keterampilan vokasional (pembuatan batako,meronce, komputer, menjahit, salon kecantikan, pertamanan, dan melukis)yang dilakukan secara terus-menerus, yaitu pada jam sekolah dan ekstrakurikuler dan berkesinambungan dalam setiap jenjang SMPLB, SMALBdan tingkatan (dasar, terampil, dan mahir) dengan tujuan agar anaktunarungu menjadi lebih berdaya…” (wawancara 7 Mei 2013).
Berdasarkan teori di atas, program pemberdayaan yang dilaksanakan pada
sekolah luar biasa memberikan kesempatan bagi anak tunarungu untuk lebih
berdaya dengan membangun daya itu, mendorong, memotivasikan, dan
membangkitkan kesadaran tentang potensi yang dimilikinya. Di samping itu
berupaya untuk mengembangkannya dan mewujudkan kemandirian siswa dengan
memberikan berbagai keterampilan, pengetahuan, dan sikap agar mampu
beradaptasi dan berperilaku positif yang memungkinkan seseorang mampu
menghadapi tuntutan dan tantangan dalam hidupnya sehari-hari secara efektif dan
mandiri. Pemberdayaan masyarakat merupakan upaya untuk memampukan dan
76
memandirikan masyarakat. Atau dengan kata lain adalah bagaimana menolong
masyarakat untuk mampu menolong dirinya sendiri (Suharto, 2004).
Pendekatan utama dalam konsep pemberdayaan adalah masyarakat tidak
dijadikan objek dari berbagai proyek pembangunan, tetapi merupakan subjek dari
upaya pembangunannya sendiri. Berdasarkan konsep itu, maka pemberdayaan
masyarakat harus mengikuti pendekatan sebagai berikut. (Sumodiningrat,
Gunawan, 2002). Pertama, upaya itu harus terarah. Ini yang secara populer
disebut pemihakan. Upaya ini ditujukan langsung kepada yang memerlukan,
dengan program yang dirancang untuk mengatasi masalahnya dan sesuai dengan
kebutuhannya. Kedua, program ini harus langsung mengikutsertakan, bahkan
dilaksanakan oleh anak tunarungu yang menjadi sasaran.
Mengikutsertakan anak tunarungu yang akan dibantu mempunyai beberapa
tujuan, yakni agar bantuan tersebut efektif karena sesuai dengan kehendak dan
mengenali kemampuan serta kebutuhan mereka. Selain itu, sekaligus
meningkatkan kemampuan anak tunarungu dengan pengalaman dalam merancang,
melaksanakan, mengelola, dan mempertanggungjawabkan upaya peningkatan diri
dan ekonominya. Ketiga, menggunakan pendekatan kelompok karena secara
sendiri-sendiri anak tunarungu sulit dapat memecahkan masalah-masalah yang
dihadapinya. Selain itu, lingkup bantuan menjadi terlalu luas jika penanganannya
dilakukan secara individu. Pendekatan kelompok ini paling efektif dan dilihat dari
penggunaan sumber daya juga lebih efisien. Menurut Horton dan Hunt, lembaga
pendidikan berkaitan dengan fungsi yang nyata (manifes) berikut.
1) Mempersiapkan anggota masyarakat untuk mencari nafkah.
77
2) Mengembangkan bakat perseorangan demi kepuasan pribadi dan bagi
kepentingan masyarakat.
3) Melestarikan kebudayaan.
4) Menanamkan keterampilan yang perlu bagi partisipasi dalam demokrasi.
Teori tersebut sangat sesuai dengan realita yang ada pada SLB.B N
Tabanan, yaitu melestarikan budaya, mengembangkan bakat melalui pelatihan
keterampilan dengan tujuan mempersiapkan anak tunarungu dapat mencari nafkah
melalui keterampilan yang diperoleh dan dapat bersosialisi di masyarakat.
5.1 Pelatihan Keterampilan
Pemberdayaan keterampilan vokasional di SLB.B N Tabanan adalah
diadakannya pelatihan keterampilan yang berupa pembuatan batako, meronce,
komputer, menjahit, salon kecantikan, pertamanan, dan melukis masing masing
dapat diuraikan sebagai berikut.
5.1.1 Pembuatan batako
Keterampilan pembuatan batako dilaksanakan pada Rabu, Jumat dan Sabtu
diikuti oleh Sembilan anak, terdiri atas lima siswa tingkat SMPLB dan empat
orang siswa tingkat SMALB yang dibimbing oleh satu orang guru yang
menjelaskan penyediaan bahan sampai dengan cara pembuatannya. Hal ini bisa
dikatakan menggabungkan antara teori dan praktik (lihat Gambar 5.1)
78
Gambar 5.1Proses Pembuatan Batako(Dokumen: Sri Minarti, 2013)
Pada gambar di atas tampak antusias anak-anak sedang bekerja membuat
batako, ada yang mencetak batako dan ada yang hanya duduk-duduk setelah
membuat campuran bahan pembuatan batako, dua di antara mereka tidak
mencetak karena alat untuk mencetak baru ada dua buah. Jadi, dalam hal
mencetak dilakasnakan secara bergiliran. Batako merupakan bahan bangunan
yang berupa bata cetak alternatif pengganti batu bata yang tersusun dari komposisi
pasir kasar (berkerikil), semen, dan air dengan perbandingan pasir 9 : 1 dan air
secukupnya. Batako digunakan untuk konstruksi-konstruksi dinding bangunan.
Pengertian batako atau batu cetak traskapur. Menurut PUBI ( Persyaratan Umum
Bahan Bangunan Indonesia-1982 ) batako adalah bata yang dibuat dengan
mencetak dan memelihara dalam suasana lembap, campuran traskapur dan air
dengan atau tanpa bahan tambahan lainnya.
79
Supribadi (1986: 5) mengatakan bahwa batako adalah “ semacam batu
cetak yang terbuat dari campuran tras, kapur, dan air atau dapat dibuat dengan
campuran semen, kapur, pasir, dan ditambah air yang dalam keadaan pollen
(lekat) dicetak menjadi balok-balok dengan ukuran tertentu”.
Berdasarkan pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa batako adalah
salah satu bahan bangunan yang proses pembuatannya tanpa dibakar dengan
bahan pembentuk yang berupa pasir berkerikil, semen, dan air melalui proses
pemadatan sehinggga membentuk balok-balok dengan ukuran tertentu serta
ditempatkan di tempat yang lembap ( tidak terkena sinar matahari langsung dan
tidak terkena air hujan). Hal ini sesuai dengan yang telah dilakukan pada SLB.B N
Tabanan mengenai pembuatan batako.
Kriteria bahan pembuatan batako yang digunakan adalah sebagai berikut:
1. Semen
Semen adalah bahan yang bersifat adesif dan kohesif sebagai bahan
pengikat anorganik dengan bantuan air dan mengeras secara hidrolik. Semen yang
digunakan dalam pembuatan batako harus dalam keadaan baik dalam arti tidak
menggumpal agar berfungsi secara efektif.
2. Pasir
Pasir yang digunakan dalam pembuatan batako harus berstruktur kasar,
tajam, dan keras. Pasir merupakan bahan pengisi yang digunakan dengan semen
untuk membuat adukan. Selain itu, pasir juga berpengaruh terhadap sifat tahan
susut dan kekerasan pada batako atau bahan bangunan campuran semen lainnya.
80
3. Air
Air yang dimaksud di sini adalah air yang digunakan sebagai bahan
campuran bahan bangunan, yaitu harus berupa air bersih dan tidak mengandung
bahan-bahan yang menurunkan kualitas batako. Air tidak boleh mengandung
minyak dan garam karena akan merusak beton. Air yang baik adalah air bersih
yang memenuhi syarat air minum.
Ada dua jenis dalam pembuatan batako, yaitu batako yang berlubang
(hollow block) dan batako tidak berlubang (solid block). Batako yang dibuat oleh
siswa SLB.B N Tabanan berjenis batako tidak berlubang (solid block). Cara
pembuatan batako adalah pasir dan semen dicampur menjadi satu sambil diaduk
kemudian ditambahin air sedikit demi sedikit. Setelah itu bahan dimasukkan ke
cetakan sambil ditekan-tekan (dipadatkan) kemudian diletakkan di tanah dengan
posisi bagian atas/yang terbuka ada di bawah selanjutnya cetakan diangkat ke atas
secara perlahan-lahan. Setelah itu tunggu sampai setengah kering kurang lebih
tiga minggu baru bisa dipindahkan dan ditata bersusun. Berikut ungkapan yang
dikemukakan oleh Bapak Herman selaku guru dalam pembuatan batako.
“…batako yang bagus adalah yang mempunyai permukaan rata, tegaklurus, dan mempunyai kuat tekan yang tinggi. Ukuran kuat tekan batakodiperoleh dari percobaan dari campuran bahan pembuatan batako. Batakobisa digunakan sebagai bahan konstruksi bangunan setelah satu bulandicetak, biasanya dalam satu jam pelajaran masing-masing anak tunarungubisa membuat lima balok batako …”(wawancara 8 Mei 2013).
Apabila mengacu pada SK SNI M–14–1989–F tentang pengujian kuat
tekan beton, yang dimaksud kuat tekan beton adalah besarnya beban per satuan
luas yang menyebabkan benda uji beton hancur bila dibebani dengan gaya tekan
tertentu dihasilkan oleh mesin tekan (Dinas Pekerjaan Umum, 1989: 4). Hal ini
81
bertolak belakang dengan ungkapan di atas karena batako yang dibuat di SLB.B N
Tabanan tidak diuji melalui mesin tekan, tetapi diuji dengan cara dibanting. Hal
ini dilakukan karena keterbatasan prasarana yang ada yaitu tidak memiliki mesin
tekan. Hasil pembuatan batako siswa SLB.B N Tabanan menurut Bpk Herman
sudah bagus dan bisa dipasarkan. Berikut data hasil penjualan batako pada SLB.B
N Tabanan.
Tabel 5.1Hasil Penjualan Batako
Tahun 2013 pada SLB.B N Tabanan
No Penjualan Jumlah ( Rp ) Bulan1. Koperasi Mulia Sejahtera Tabanan 1.500.000 Februari2. Bpk. Warsawan 1.500.000 Mei
(Sumber : data sekolah 2013)
Hasil dari penjualan batako tersebut diambil Rp 200,00 per batako sebagai
ongkos pengerjaannya. Hal ini sesuai dengan hasil wawancara pada anak yang
bekerja sebagai pembuat batako. Berikut ini ungkapannya.
“…saya sebagai koordinator dari teman-teman untuk ongkos hasilpembuatan batako dikumpulkan dan ditabung pada koperasi MuliaSejahtera. Uang tersebut diambil untuk bekal hari raya Galungan yangakan datang. Saya dan teman-teman diberi upah Rp 200,00 per batako…”(wawancara 8 Mei 2013)
Berdasarkan ungkapan di atas diketahui bahwa ongkos pembuatan batako
tidak begitu banyak, yaitu hanya Rp 200,00 per batako. Namun, anak-anak tetap
antusias untuk mengerjakannya. Pemberian ongkos tersebut dapat memberikan
kontribusi yang positif agar lebih giat dalam bekerja sehingga terampil dan
kesejahteraan dapat tercapai. Hal ini merupakan salah satu cara yang efektif untuk
82
meningkatkan kesejahteraan anak tunarungu dengan memanfaatkan keterampilan
yang dimiliki. Salah satu di antaranya adalah pembuatan batako.
Suharto (2005:58) mengatakan bahwa pemberdayaan menunjuk pada
kemampuan orang, khususnya kelompok rentan dan lemah sehingga mereka
memiliki kekuatan atau kemampuan dalam (a) memenuhi kebutuhan dasarnya
sehingga mereka memiliki kebebasan (freedom), dalam arti tidak saja bebas
mengemukakan pendapat, tetapi juga bebas dari kelaparan, bebas dari kebodohan,
bebas dari kesakitan; (b) menjangkau sumber-sumber produktif yang
memungkinkan mereka dapat meningkatkan pendapatannya dan memeroleh
barang-barang dan jasa-jasa yang diperlukan; dan (c) berpartisipasi dalam proses
pembangunan dan keputusan-keputusan yang memengaruhi mereka.
Berdasarkan teori dan ungkapan di atas, anak tunarungu memiliki
kekuatan atau kemampuan dalam memenuhi kebutuhan dasarnya, salah satu di
antaranya adalah bebas dari kebodohan melalui pengetahuan dan keterampilan
yang di perolehnya di sekolah. Selain itu dapat menjangkau sumber-sumber
produktif , yaitu membuat batako sehingga mereka memeroleh pendapatan.
5.1.2 Meronce
Kegiatan ini dilaksanakan setiap Jumat pukul 11.00 Wita dengan satu
orang guru pengajar dengan materi yang telah dipelajari dan dipraktekkan adalah
pembuatan tas dan gantungan kunci (dapat dilihat pada Gambar 5.2)
83
Gambar 5.2Anak-anak sedang meronce(Dokumen: Sri Minarti, 2013)
Pada gambar di atas dapat dilihat anak-anak sedang mengikuti kegiatan
meronce bersama seorang instruktur. Saat itu anak-anak sedang diajari membuat
gantungan kunci berbentuk binatang dan guci. Anak-anak yang sudah terampil
bisa membuat satu gantungan kunci dalam waktu 1 X jam pelajaran, sedangkan
untuk pembuatan tas tergantung dari besar kecilnya tas yang dibuat. Selain
memiliki nilai seni, meronce juga bisa digunakan untuk melatih kemampuan
motorik halus dan kasar anak tunarungu, juga sekaligus memperkenalkan warna-
warna. Motorik kasar adalah kemampuan gerak tubuh yang menggunakan otot-
otot besar, sebagian besar atau seluruh anggota tubuh.
Sujiono (2007:13) berpendapat bahwa gerakan motorik kasar adalah
kemampuan yang membutuhkan koordinasi sebagian besar bagian tubuh anak.
Gerakan motorik kasar melibatkan aktivitas otot-otot besar seperti otot tangan,
otot kaki, dan seluruh tubuh anak, yang dimaksud dengan motorik kasar dalam
penelitian ini adalah aktivitas anak dalam hal koordinasi antara mata, dan otot
84
tangan untuk meronce serta menggunting senar. Meronce manik-manik aneka
bentuk dan warna tas yang cantik dapat bermanfaat untuk melatih rasa seni,
ketelitian, konsentrasi, dan koordinasi tangan anak-anak.. Perkembangan motorik
kasar anak lebih dulu daripada motorik halus, misalnya ketika anak sedang
meronce dan menggunting berarti sedang melatih motoriknya untuk berkembang.
Bahan yang diperlukan untuk meronce adalah mote, senar, dan gunting.
Saat ini ada dua anak yang mahir dalam pembuatan gantungan kunci. Berikut
penuturan guru meronce, ibu Sri Purwanti.
“…saya merasa senang sebab pada akhirnya usaha saya melatih anak-anakdalam keterampilan meronce membuahkan hasil. Hal ini terbukti ada duaorang siswa yang sudah mahir dalam pembuatan gantungan kunci bahkansudah bisa berkreasi dengan memodifikasi warna dan bentuk. Dua orangtersebut adalah Ni Wayan Nadi Utami dan Ida Ayu Pradyawati…”(wawancara 9 Mei 2013 ).
Hasil keterampilan meronce belum bisa dipasarkan karena produk yang
dihasilkan baru sedikit sehingga hanya dipajang untuk memotivasi siswa yang lain
agar mempunyai semangat belajar dan menyelesaikan pekerjaannya. Adi (2008 :
78 – 79) mengatakan bahwa “tujuan dan target pemberdayaan bisa saja berbeda,
misalnya di bidang ekonomi, pendidikan, atau kesehatan”. Berdasarkan teori dan
ungkapan di atas, keterampilan meronce belum bertujuan di bidang ekonomi (di-
komersilkan) tetapi baru memfokuskan di bidang pendidikan dengan memberikan
pelatihan keterampilan meronce bagi anak tunarungu.
85
5.1.3 Komputer
Pada era globalisasi seperti sekarang ini sangatlah penting untuk
memberikan keterampilan komputer pada anak-anak tunarungu dengan tujuan
agar dapat mengikuti perkembangan zaman dan tidak gaptek (gagap teknologi).
Definisi komputer adalah sebagai berikut.
1. Komputer berasal dari bahasa Latin yaitu 'computare' yang berarti
menghitung. Komputer adalah mesin penghitung elektronik yang cepat
dan dapat menerima informasi input secara digital, lalu memprosesnya
sesuai dengan program yang tersimpan di dalam memorinya, dan
kemudian menghasilkan output atau keluaran berupa informasi (McGraw-
Hill, 2001).
2. Menurut buku Computer Annual (Robert H. Blissmer), komputer adalah
suatu alat elektronik yang mampu melakukan beberapa tugas menerima
input atau masukan, memproses input tersebut sesuai dengan programnya,
menyimpan perintah-perintah dan hasil pengolahan menyediakan output
atau keluaran dalam bentuk informasi
3. Menurut buku Computer Today (Donlad H. Sanders), komputer adalah
sistem elektronik untuk memanipulasi data yang cepat dan tepat serta
akurat yang telah dirancang dan diorganisasikan supaya secara otomatis
menerima dan menyimpan data input atau masukan, kemudian
memprosesnya dan menghasilkan output di bawah pengawasan suatu
langkah-langkah, instruksi-instruksi program yang tersimpan di memori
(stored program).
86
Dari berbagai pendapat di atas, maka dapat disimpulkan secara umum
bahwa komputer merupakan suatu peralatan elektronik yang dapat menerima
input, mengolah input dengan menggunakan suatu program yang tersimpan di
dalam memori komputer, memberikan output yang berupa informasi dan dapat
menyimpan program serta hasil pengolahan dalam suatu media penyimpanan
seperti hardisk, flashdisk, atau penyimpanan lainnya.
( http://netiplisiskom.blogspot.com/2013/06/pengertian-komputer.html ).
Perangkat komputer terdiri atas monitor, CPU, keyboard, dan mouse.
Pelatihan komputer yang diberikan kepada anak-anak tunarungu adalah
mickrosoft word (pengetikan surat dan membuat karangan), excel (membuat tabel
jadwal pelajaran), desain grafis, dan cara mengakses internet. Kegiatan komputer
dapat dilihat pada Gambar 5.3
Gambar 5.3Anak-anak sedang belajar desain grafis
(Dokumen: Sri Minarti, 2013)
Pada gambar di atas tampak anak sedang belajar komputer dengan materi
desain grafis. Desain grafis adalah suatu bentuk komunikasi visual yang
menggunakan gambar untuk menyampaikan informasi atau pesan seefektif
87
mungkin. Desain grafis diterapkan dalam desain komunikasi dan fine art. Seperti
jenis desain lainnya, desain grafis dapat merujuk kepada proses pembuatan,
metode merancang, produk yang dihasilkan (rancangan), ataupun disiplin ilmu
yang digunakan (desain). Seni desain grafis mencakup kemampuan kognitif dan
keterampilan visual, termasuk di dalamnya tipografi ilustrasi, fotografi,
pengolahan gambar, dan lain-lain. Berikut penuturan Ibu Ni Ketut Asrini, selaku
guru komputer.
“…Pada intinya pelatihan computer, baik berupa microsoft word(pengetikan), excel (membuat tabel hitung), cara mengakses internet,maupun desain grafis yang diperlukan hanya kemauan dan memperbanyaklatihan/praktik maka lama kelamaan teknik dan hasilnya menjadi semakinbaik…” (wawancara 9 Mei 2013).
Syah (2001 dalam http://klipingut.wordpress.com/2009/12/03/keterampilan-
vokasional-bagi-siswa-sma-dan-ma/) mengungkapkan bahwa motor skill
(keterampilan jasmani) perlu dipelajari melalui aktivitas latihan langsung yang
disertai dengan pengajaran teori-teori pengetahuan yang berhubungan dengan
motor skill itu sendiri, sementara itu aktivitas latihan perlu dilaksanakan dalam
bentuk praktik. Berdasarkan teori dan ungkapan tersebut dapat disimpulkan
bahwa untuk hasil yang semakin baik diperlukan banyak latihan/praktik. Di
bidang desain grafis pada tahun 2013 siswa SLB.B N Tabanan mendapat juara II
tingkat Provinsi Bali dalam rangka Gebyar Kreativitas Anak SLB se-Provinsi Bali
yang diselenggarakan oleh Dinas Pendidikan, Pemuda, dan Olahraga Provinsi
Bali yang diikuti oleh Raka Darmawan siswa kelas XI SMPLB.
88
5.1.4 Menjahit
Menjamurnya industri garmen di Bali merupakan suatu alasan untuk
mendidik siswa melalui keterampilan menjahit dengan materi menjahit lurus,
menjahit dengan titik balik dan membuat pola. Berikut ini adalah tahapan cara
menjahit pakaian (wanita) .
1. Mengukur
Langkah pertama dalam menjahit pakaian adalah mengukur.
2. Menggambar Pola
Bagian ukuran yang diperlukan adalah lingkar badan, lingkar leher, lingkar
pinggang, lebar bahu, panjang dada, lebar dada, panjang punggung, lebar
punggung, panjang sisi, tinggi puncak, jarak payudara (untuk wanita)
3. Memotong Pola
Cara memotong pola adalah sebagai berikut:
a. Letakkan pola badan depan pada lipatan kain
b. Letakkan pola badan belakang dan lengan pada sisi kain yang lain
c. Gunting bahan tepat pada pola (tidak usah diberikan kelebihan ukuran)
Untuk saat ini siswa yang mengikuti keterampilan menjahit sudah pada tahap
praktik membuat pola baju dengan bahan utama kertas cokelat, gunting, jarum
pentul, dan kain yang berkualitas rendah sebagai tahap belajar (dapat dilihat
pada Gambar 5.4).
89
Gambar 5.4Anak sedang membuat pola(Dokumen: Sri Minarti, 2013)
Tampak pada gambar anak-anak sedang membuat dan menggunting pola.
Untuk praktik keterampilan menjahit kain yang digunakan berkualitas rendah. Hal
ini dilihat dari segi ekonomisnya, yaitu tidak begitu banyak mengeluarkan biaya
yang mahal karena anak-anak tunarungu masih dalam tahap belajar. Namun,
sampai saat ini anak-anak sudah menguasai teknik menjahit lurus dan ada siswa
yang sudah terampil dalam arti jahitannya sudah rapi. Berikut penuturan instruktur
menjahit, Ibu Wiwik Swandewi.
“…pada awalnya saya sangat bingung mengajar anak tunarungu karenakesulitan dalam hal komunikasi, tetapi lama-kelamaan saya belajar daripengalaman ternyata mereka asyik juga. Dengan kesabaran saya mengajarimereka keterampilan menjahit, akhirnya membuahkan hasil dua orangmurid bisa menjahit dengan bagus dan rapi…” ( wawancara 9 mei 2013 ).
Berdasarkan ungkapan di atas, diketahui bahwa mengajar anak tunarungu
memang membutuhkan kesabaran yang tinggi dan semangat pantang menyerah.
Hal ini dibuktikan oleh ibu Wiwik yang pada akhirnya berhasil mencetak dua
90
orang murid, yaitu Nadi Utami dan Pande Prawira dengan kategori di tingkat
terampil.
Pengertian pemberdayaan masyarakat sebenarnya mengacu pada kata
empowerment, yaitu sebagai upaya mengaktualisasikan potensi yang sudah
dimiliki oleh masyarakat. Pemberdayaan dipandang untuk menolong klien dengan
membangkitkan tenaga dalam mengambil keputusan dan menentukan tindakan
yang akan dilakukan sepanjang hidup, termasuk mengurangi efek atau akibat dari
gejala-gejala pada masyarakat atau individu untuk melatih agar kekuatan itu
tumbuh dengan meningkatkan kapasitas percaya diri, antara lain melalui transfer
daya dari lingkungannya. Hal ini sejalan dengan teori yang dikemukakan oleh
Payne (1997:266) yaitu memberdayakan kelompok-kelompok terpinggirkan (anak
tunarungu) sehingga menjadi lebih mandiri dan hidup lebih bermartabat dan
menikmati kualitas hidup yang lebih besar.
Berdasarkan teori di atas, anak tunarungu yang merupakan kelompok-
kelompok terpinggirkan diharapkan mampu hidup mandiri dan bermartabat
menikmati kualitas hidup yang lebih baik dengan keterampilan menjahit yang
telah dimilikinya, baik menjadi karyawan garmen (dunia industri) maupun
membuka jasa menjahit secara mandiri.
5.1.5 Salon kecantikan
Peserta didik di bidang salon kecantikan didominasi siswa perempuan,
dengan materi creambath, tata rias wajah dan massage. Tampak pada gambar di
bawah ini anak-anak sedang creambath dipandu oleh seorang instruktur lihat
Gambar 5.5.
91
Gambar 5.5Pelatihan Salon Kecantikan(Dokumen: Sri Minarti, 2013)
Kecantikan kulit dan rambut menjadi hal yang penting bagi setiap wanita.
Perawatan yang teratur dan tepat dapat menjaga kesuburan rambut. Creambath
berfungsi memberikan nutrisi pada rambut sehingga nantinya peredaran darah
menjadi lancar dan terhindar dari masalah kerontokan, ketombe, bercabang,
kusam, lepek, gatal, dan sebagainya.Tata cara creambath adalah sebagai berikut.
1) Cucilah rambut terlebih dahulu dengan menggunakan shampo yang sesuai
dengan jenis rambut. Lalu keringkan dengan handuk hingga setengah kering.
2) Bagi rambut menjadi empat bagian. Bagian belakang dibagi menjadi dua
bagian, yaitu atas dan bawah. Kemudian dibagi lagi menjadi dua sisi, yaitu
kiri dan kanan. Olesi kulit kepala pada setiap bagian rambut dengan cream.
Arah pengolesan sebaiknya dilakukan dari atas ke bawah dan disertai pijatan
ringan. Setelah semua bagian selesai diolesi, pijatlah kepala secara teratur,
dengan lembut dan perlahan selama kurang lebih 5--15 menit.
3) Satukan rambut di bagian atas kepala. Lalu bungkuslah kepala dengan handuk
yang telah direndam air hangat atau steamer. Untuk penggunaan steamer
92
dapat diatur waktunya sekitar 15 menit. Namun, untuk penggunaan handuk,
jika handuk mulai mendingin, segeralah ganti dengan yang hangat.
Lakukanlah secara berulang-ulang selama 10--15 menit.
4) Cuci rambut kembali hingga bersih dengan menggunakan air hangat. Bila
kandungan lemak dalam cream yang digunakan terlalu pekat, gunakan sampo
untuk pencucian. Setelahnya dapat memakaikan hair tonic untuk melengkapi
perawatan.
Gangguan pendengaran pada anak tunarungu sangat memengaruhi dalam
penerimaan materi pelajaran yang diberikan. Berikut penuturan instruktur salon
kecantikan, Putu Ariani mengenai hal tersebut.
“…kondisi anak yang tunarungu mengakibatkan materi pelajaran yangsaya ajarkan sulit dimengerti oleh mereka, untuk itu materi pelajaran harusdiulang-ulang sampai mereka mengerti, bahkan harus disertai contoh ataudipraktekkan secara langsung, untuk saat ini dari sepuluh siswa baru duasiswa yang sudah bisa mengerjakan pekerjaan creambath. Hal ini dilihatdari proses creambath yang meliputi teknik gerakan memijat pada kepala,pemberian obat creambath, dan cuci rambut sudah sesuai dengan tahapan-tahapan yang saya ajarkan dan sudah dilakukan pada teman dan guruSLB.B N Tabanan…”(wawancara 8 Mei 2013).
Suharto (2005:60) berpendapat bahwa tujuan utama pemberdayaan adalah
memperkuat kekuasaan masyarakat, khususnya kelompok lemah yang memiliki
ketidakberdayaan, baik karena kondisi internal (misalnya persepsi mereka
sendiri), maupun karena kondisi eksternal (misalnya ditindas oleh struktur sosial
yang tidak adil.
Berdasarkan ungkapan dan teori tersebut, diketahui bahwa pemberdayaan
dipengaruhi oleh kondisi internal, yaitu kondisi anak yang tunarungu sehingga
membutuhkan strategi pembelajaran praktik secara langsung agar anak tunarungu
93
mengerti tentang materi yang diajarkan. Di samping itu, kondisi anak yang
tunarungu memengaruhi juga struktur sosial yang tidak adil sehingga pelatihan
keterampilan salon kecantikan ini sangat diperlukan untuk menjadikan anak
tunarungu lebih berdaya.
Keterampilan di bidang salon kecantikan sangat penting untuk diajarkan
mengingat salon kecantikan merupakan bisnis yang menjanjikan karena terlihat
cantik menjadi sebuah kebutuhan bagi kaum wanita.
5.1.6 Pertamanan
Kegiatan anak-anak SLB.B N Tabanan dalam satu minggu sekali
mengikuti keterampilan pertamanan dengan materi penanaman, pemeliharaan
tanaman, dan pembuatan taman dinding. Taman adalah lahan bagian dari muka
bumi ini dengan segala kehidupan dan apa saja yang ada di dalamnya, baik yang
bersifat alami maupun buatan manusia. Taman merupakan bagian atau total
lingkungan hidup manusia beserta makhluk hidup lainnya, antara lain kota (town-
scape), jalan (street-scape), lapangan golf dan sejenisnya (lawn-scape), sungai
(river-scape), atap bangunan (roof-scape), pantai dan pemandangan lautnya (sea-
scape), area industri (industrial-landscape), pemukiman (residential-landscape),
pedesaan (rural-landscape), daerah (regional-landscape), dan lainnya.
Taman merupakan sebuah areal yang berisikan komponen material keras
dan lunak yang saling mendukung satu sama lainnya yang sengaja direncanakan
dan dibuat oleh manusia dalam kegunaannya sebagai tempat penyegar dalam dan
luar ruangan. Taman dapat dibagi dalam taman alami dan taman buatan. Taman
94
yang sering dijumpai adalah taman rumah tinggal, taman lingkungan, taman
bermain, taman rekreasi, taman botani. Pertamanan lebih spesifik karena
menyangkut aspek estetika atau keindahan dan penataan ruang sehingga memiliki
fungsi dalam keberadaannya. Dalam membuat taman ada dua elemen yang
dikerjakan, yaitu bidang lunak (softscape) dan bidang keras (hardscape).
1) Bidang lunak meliputi penanaman segala jenis pohon, semak dan rumput.
2) Bidang keras meliputi pembuatan jalan setapak, kolam, sungai buatan, air
mancur, pembuatan tebing, peletakan batu alam, gazebo, alat bermain
anak-anak, ayunan, lampu taman, drainase, dan sistem penyiraman.
Penataan taman menyangkut penyesuaian dengan ruang di sekitarnya, seperti di
bawah ini.
1) Taman rumah tinggal
2) Taman perkantoran
3) Taman lingkungan pemukiman
4) Taman kota
5) Taman sekolah
6) Taman kawasan industri
Kegiatan pertamanan yang dilaksanakan di SLB.B N Tabanan meliputi
kegiatan mengolah dan menata lahan dengan menumbuhkan berbagai tanaman
yang ada di sekolah seraya memerhatikan segi keindahan (estetika). Saat ini
keterampilan pertamanan baru sebatas penanaman dan pemeliharaan tanaman
yang ada di sekolah ( lihat Gambar 5.6 ).
95
Gambar 5.6Pemeliharaan tanaman
(Dokumen: Sri Minarti, 2013)
Pada gambar di atas, tampak anak-anak sedang membersihkan halaman
sekolah dan menata tanaman dengan cara memotong ranting-ranting pohon,
mencabut tanaman yang kering/mati dan menggantinya dengan tanaman yang
baru. Berikut ungkapan instruktur pertamanan Gusti Ayu Sudarwantini.
“…di awal kegiatan pertamanan saya mengajak untuk menata halamansekolah agar terlihat indah dan asri dengan cara penanaman bunga,membersihkan lingkungan sekolah, dan pada tahun ini 2013 targetnyaadalah membuat taman dinding. Siswa yang rajin di antara siswa yang lainadalah Gede Sapta…” ( wawancara 9 Mei 2013 ).
Ungkapan di atas menggambarkan bahwa keterampilan pertamanan tidak
bisa serta merta menunjukkan hasil, tetapi melalui tahapan-tahapan tertentu dari
penanaman, pemeliharaan, sampai menjadikan lingkungan sekolah terlihat asri
dan indah. Hal ini sesuai dengan yang diungkapkan oleh Adi (2008:83) bahwa
“pemberdayaan dapat dilihat, baik sebagai suatu program maupun sebagai suatu
proses”. Pemberdayaan disebut program bila dilihat dari tahapan-tahapan kegiatan
yang dilakukan untuk mencapai tujuan dan membutuhkan jangka waktu tertentu
untuk pencapaiannya. Pemberdayaan dipandang sebagai proses apabila
pemberdayaan itu terus berjalan sepanjang usia manusia dan tidak berhenti pada
96
suatu masa. Demikian pula halnya dalam masyarakat, proses pemberdayaan akan
terus berjalan selama komunitas itu tetap ada dan tetap mau memberdayakan diri
mereka sendiri.
Berdasarkan teori di atas pelatihan keterampilan pertamanan merupakan
sebuah program dan proses, disebut sebagai program karena melalui
tahapan/tingkatan-tingkatan dalam usaha pencapaiannya dan disebut sebagai
proses sepanjang pelatihan pertamanan tetap dilaksanakan.
Keterampilan pertamanan yang dilaksanakan dari tahun 2010 hingga
sekarang, yaitu tahun 2013 sudah meluluskan lima siswa, tetapi mereka belum ada
yang tercatat bekerja sebagai tukang kebun. Kebanyakan mereka mengikuti jejak
orang tuanya, yaitu membantu orang tua di sawah, mencari bahan bangunan
seperti pasir, batu,dan lain-lain.
5.1.7 Melukis
Kegiatan melukis ini diikuti siswa dari jenjang SDLB, SMPLB, dan
SMALB bertempat di aula dengan seorang insruktur yang berkompeten di
bidangnya, yaitu Sarjana Seni. Kegiatan melukis dapat dilihat pada Gambar 5.7 di
bawah ini.
97
Gambar 5.7Anak-anak sedang mengikuti kegiatan melukis
(Dokumen: Sri Minarti 2013)
Pada gambar tampak anak-anak sedang mengikuti kegiatan melukis yang
dilaksanakan pada siang hari, yaitu pukul 14.00 wita-16.00 wita.
Melukis adalah memvisualkan (menyatakan bentuk) bayangan dalam bentuk
gambar. Tahapan-tahapan dalam melukis adalah sebagai berikut.
a) Membuat sketsa
Sketsa adalah gambaran atau lukisan pendahuluan yang ringan yang
merupakan garis besar atau rancangan kasar dari suatu bentuk lukisan.
b) Menyediakan media sketsa
Media sketsa yang harus disediakan adalah crayon, pensil, cat air, cat
minyak, spidol dan lain-lain
c) Bidang lukis
yang termasuk bidang lukis adalah kertas, kanvas, kuas dan lain-lain
d) Menentukan tema lukisan
98
Manfaat melukis bagi perkembangan anak adalah sebagai berikut.
a) Melukis sebagai media mencurahkan perasaan, yaitu menjadikan warna
dan bentuk sebagai ungkapan perasaan.
b) Melukis sebagai alat bercerita. Perasaan anak yang berbeda-beda
memberikan kemungkinan bentuk-bentuk yang akan dilukis menjadi kabur
antara bentuk nyata yang akan ditampilkan dan bayangan terhadap bentuk
aneh. Karena anak usia dini belum dapat mengontrol diri, maka ia akan
menggunakan bidang gambar seadanya.
c) Melukis sebagai alat bermain, kadang-kadang anak melukis tidak untuk
mengutarakan pendapat saja, tetapi juga untuk bermain. Warna yang
dianggap menarik diperlakukan sebagai alat atau media permainan.
d) Melukis dapat dipakai melatih ingatan. Melukis adalah menggambar
bayangan dalam benak. Bayangan di benak datang dari suatu peristiwa
yang pernah dikenang anak, yang muncul ketika bentuk, warna, baju,
permainan, perilaku orang, atau kata-kata bujukan menuju ingatannya.
e) Melukis dapat dipakai melatih keseimbangan. Secara keseluruhan cara
membayangkan sesuatu oleh anak dianggap sebagai kegiatan
menyeimbangkan antara otak dan emosi.
f) Melatih kreativitas anak. Anak tidak hanya terdiam ketika melukis, kadang
dilakukakan dengan bernyanyi, berlari kemudian mencontohkan objek
yang akan dilukis kepada gurunya, melukis tanpa berkomentar, bahkan
melukis sambil bercerita.
99
Mengingat begitu banyaknya manfaat yang diperoleh dari kegiatan
keterampilan melukis maka di SLB.B N Tabanan, melukis menjadi salah satu
program pemberdayaan keterampilan vokasional. Berikut ungkapan instruktur
lukis Bpk Ketut Windya yang telah mengajari anak-anak melukis selama tiga
tahun.
“…Saya melihat anak-anak senang belajar melukis karena mereka selalubersemangat dalam mengikuti pelajaran saya dan tidak mau pulangsebelum menyelesaikan lukisannya yang pada akhirnya ada satu orangyang hasil lukisannya paling bagus dalam kegiatan melukis ini yaitu, MiaAstrika Dewi…” ( wawancara 9 Mei 2013 ).
Howe (Syah,2002 http://klipingut.wordpress.com/2009/12/03/keterampilan-
vokasional-bagi-siswa-sma-dan-ma/ ) mengemukakan pentingnya proses berpikir
karena kinerja (physical performance) dalam aktivitas-aktivitas tersebut hanya
akan bermutu apabila pelaksanaannya disertai dengan keterlibatan fungsi ranah
cipta atau akal.
Berdasarkan ungkapan dan teori di atas, diketahui bahwa melukis dapat
melatih anak tunarungu untuk menyeimbangkan otak kiri dan emosi serta
mengembangkan daya pikir atau akal untuk menciptakan karya lukis. Mia Astrika
Dewi merupakan anak yang mempunyai bakat dalam melukis. Hal ini diperkuat
data di sekolah bahwa ia pernah mengikuti lomba melukis tingkat Provinsi Bali
dan mendapat juara ke-3 pada tahun ini.
100
5.2 Pendidikan dan Evaluasi
5.2.1 Pendidikan
Pendidikan merupakan proses seseorang memeroleh pengetahuan
(knowledge acquisition), mengembangkan kemampuan/keterampilan (skills
developments), sikap, atau mengubah sikap (attitute change). Pendidikan adalah
suatu proses transformasi anak didik untuk mencapai hal-hal tertentu sebagai
akibat proses pendidikan yang diikutinya sebagai bagian dari masyarakat.
Pendidikan memiliki fungsi ganda, yaitu fungsi sosial dan fungsi individual.
Fungsi sosialnya untuk membantu setiap individu menjadi anggota masyarakat
yang lebih efektif dengan memberikan pengalaman kolektif, sedangkan fungsi
individualnya untuk memungkinkan seorang menempuh hidup yang lebih
memuaskan dan lebih produktif dengan menyiapkannya untuk menghadapi masa
depan melalui pelatihan keterampilan yang diberikan.
Tenaga kependidikan anak berkebutuhan khusus (ABK) di lingkup
SLB, dilihat dari sudut pandang profesi tidak sama dengan tenaga
kependidikan pada umumnya. Mereka dikenai persyaratan profesi yang harus
dikuasainya melalui Pendidikan Luar Biasa (PLB) atau dapat pula melalui diklat
dan pelatihan tentang PLB bagi mereka yang bukan lulusan PLB. Hal ini sangat
penting karena sasaran bidang garapan atau subjek didik bagi tenaga
kependidikan ABK itu sangat berbeda yaitu individu penyandang kekhususan
fisik, mental dan sosial. Dalam penelitian ini adalah anak tunarungu. Penanganan
anak tunarungu tentu berbeda bila dibandingkan dengan anak normal. Hal ini
disebabkan oleh adanya gangguan pendengaran pada anak tunarungu, sehingga ia
101
memerlukan kebutuhan keterampilan khusus bina persepsi bunyi dan irama yaitu
latihan keterampilan dalam berbicara melalui indra penglihatan, gerak mulut dan
berisyarat. Tenaga pendidik di SLB.B Negeri di Tabanan mempunyai 30 guru
dengan perincian 14 guru lulusan PLB dan 16 guru lulusan non-PLB.
5.2.2 Evaluasi
Evaluasi dimaksudkan untuk mengetahui sejauh mana keberhasilan dari
pelaksanaan program dan untuk mengidentifikasi berbagai macam persoalan dan
kekurangan dalam melaksanakan program tersebut. Pengawasan pelaksanaan
kegiatan keterampilan vokasional dilakukan langsung oleh kepala sekolah setiap
akhir bulan. Berdasarkan hasil pengawasan tersebut kepala sekolah mengevaluasi
dengan memberikan tanggapan, saran, dan masukan kepada guru / instruktur yang
membimbing setiap kegiatan keterampilan, sedangkan untuk guru / instruktur
melakukan evaluasi setelah memberikan materi pada siswa.
Teknik evaluasi dalam kegiatan pemberdayaan ini meliputi evaluasi
dampak dan evaluasi pelaksanaan program kegiatan. Evaluasi dampak meliputi
meningkatnya pengetahuan dan keterampilan, terlatihnya siswa dalam bidang
keterampilan vokasional. Sebaliknya, evaluasi pelaksanaan program kegiatan
meliputi evaluasi peserta (penguasaan materi, kedisiplinan, ketertiban, dan sikap),
evaluasi fasilitator (penguasaan materi, kesesuaian materi dengan topik, ketepatan
metode yang digunakan, kesesuaian media yang digunakan). Hal ini sudah sesuai
dengan teori Kirkpatrick, yaitu rencana keseluruhan evaluasi pelatihan harus
memberikan suatu kerangka untuk mengukur perubahan yang diinginkan pada
102
tiap tingkat evalusi, yakni perubahan dalam tingkat belajar, tingkat perilaku, dan
tingkat hasil dengan menggunakan kriteria yang tepat. Berikut penuturan kepala
sekolah terhadap hasil evaluasi pelaksanaan keterampilan vokasional yang di
selenggarakan di SLB.B N Tabanan.
“…keterampilan vokasional yang telah dilaksanakan dari tahun 2008sampai saat ini tahun 2013 berjalan dengan baik dan lancar dalam artiansesuai dengan rencana walaupun masih ada kekurangannya dan akandiperbaiki untuk selanjutnya…”(wawancara 6 Juni 2013).
Berdasarkan ungkapan di atas dapat disimpulkan bahwa pelaksanaan
pemberdayaan keterampilan vokasional akan terus diperbaiki menuju yang lebih
baik.
Pemberdayaan keterampilan vokasional dapat dikatakan berguna bila
produk dari keterampilan tersebut memiliki nilai komersial. Bank Pembangunan
Asia atau Asian Development Bank (ADB) tahun 2007 mengatakan bahwa
“pemberdayaan dianggap komprehensif apabila menampilkan lima karakteristik,
yaitu (1) berbasis lokal, (2) berorientasi pada peningkatan kesejahteraan, (3)
berbasis kemitraan, (4) bersifat holistic, dan (5) berkelanjutan”.
Suharto (2006:58) mengatakan bahwa pemberdayaan menunjuk pada
kemampuan orang, khususnya kelompok rentan dan lemah sehingga mereka
memiliki kekuatan atau kemampuan dalam hal-hal di bawah ini.
a. Memenuhi kebutuhan dasarnya sehingga mereka memiliki kebebasan (freedom)
b. Menjangkau sumber-sumber produktif yang memungkinkan mereka dapat
meningkatkan pendapatannya dan memeroleh barang-barang dan jasa-jasa yang
diperlukan.
c. Berpartisipasi dalam proses pembangunan dan keputusan-keputusan yang
103
memengaruhi mereka.
Berdasarkan teori di atas yang dimaksud dengan kelompok rentan lemah
adalah anak tunarungu dan pemberdayaan dalam perspektif pekerjaan sosial
mempunyai tingkatan-tingkatan, yaitu (1) dari tidak berdaya menjadi berdaya, (2)
setelah berdaya kemudian menguat, dan (3) setelah menguat lalu dikembangkan.
Pada SLB.B N Tabanan pelaksanaan pemberdayaan baru tingkatan yang
pertama, yaitu dari tidak berdaya menjadi berdaya. Prinsipnya pemberdayaan
bukan merupakan suatu program atau kegiatan yang berdiri sendiri.
Pemberdayaan merujuk pada serangkaian kegiatan yang bertujuan untuk
mengubah lebih dari satu aspek pada diri dan kehidupan seseorang atau
sekelompok orang agar mampu melakukan tindakan-tindakan yang diperlukan
untuk membuat kehidupannya lebih baik dan sejahtera.
5.3 Promosi
5.3.1 Pengertian promosi
Pada hakikatnya promosi adalah suatu bentuk komunikasi pemasaran.
Yang dimaksud dengan komunikasi pemasaran adalah aktivitas pemasaran yang
berusaha menyebarkan informasi, memengaruhi/membujuk, dan atau
mengingatkan pasar sasaran atas perusahaan dan produknya agar bersedia
menerima, membeli, dan loyal pada produk yang ditawarkan perusahaan yang
bersangkutan (Tjiptono, 2002:219). Secara garis besar, proses komunikasi
pemasaran dapat dijelaskan dalam Gambar 5.8
104
Gambar 5.8Model Komunikasi Pemasaran(Tjiptono, 2002:219)
Terence A. Shimp (2000:6) menyebutkan bahwa kegiatan promosi terdiri
atas semua kegiatan pemasaran yang mencoba terjadinya aksi pembelian suatu
produk yang cepat atau terjadinya pembelian dalam waktu yang singkat.
5.3.2 Fungsi Promosi
Menurut Terence A. Shimp (2000:7), promosi memiliki lima fungsi yang
sangat penting bagi suatu perusahaan/lembaga. Kelima fungsi tersebut dijabarkan
sebagai berikut.
a. Informing (Memberikan Informasi)
Promosi membuat konsumen sadar akan produk-produk baru, mendidik
mereka tentang berbagai fitur dan manfaat merek, serta memfasilitasi penciptaan
citra sebuah perusahaan yang menghasilkan produk atau jasa. Promosi
menampilkan peran informasi bernilai lainnya, baik untuk merek yang diiklankan
105
maupun konsumennya dengan mengajarkan manfaat-manfaat baru dari merek
yang telah ada.
b. Persuading (Membujuk)
Media promosi atau iklan yang baik akan mampu mempersuasi pelanggan
untuk mencoba produk dan jasa yang ditawarkan. Terkadang persuasi berbentuk
memengaruhi permintaan primer, yakni menciptakan permintaan bagi keseluruhan
kategori produk. Lebih sering, promosi berupaya untuk membangun permintaan
sekunder, permingtaan bagi merek perusahaan yang spesifik.
c. Reminding (Mengingatkan)
Iklan menjaga agar merek perusahaan tetap segar dalam ingatan para
konsumen. Saat kebutuhan muncul, yang berhubungan dengan produk dan jasa
yang diiklankan, dampak promosi pada masa lalu memungkinkan merek
pengiklan hadir di benak konsumen. Periklanan lebih jauh didemonstrasikan
untuk memengaruhi pengalihan merek dengan mengingatkan para konsumen yang
akhir-akhir ini belum membeli merek yang tersedia dan mengandung atribut-
atribut yang menguntungkan.
d. Adding Value (Menambah Nilai)
Terdapat tiga cara mendasar di mana perusahaan bisa memberikan nilai
tambah bagi penawaran-penawaran mereka, inovasi, penyempurnaan kualitas,
atau mengubah persepsi konsumen. Ketiga komponen nilai tambah tersebut benar-
benar independen. Promosi yang efektif menyebabkan merek dipandang lebih
elegan, lebih bergaya, lebih bergengsi, dan bisa lebih unggul daripada tawaran
pesaing.
106
e. Assisting (Mendampingi upaya-upaya lain dari perusahaan)
Periklanan merupakan salah satu alat promosi. Promosi membantu
perwakilan penjualan. Iklan mengawasi proses penjualan produk-produk
perusahaan dan memberikan pendahuluan yang bernilai bagi wiraniaga sebelum
melakukan kontak personal dengan para pelanggan yang prospektif. Upaya,
waktu, dan biaya periklanan dapat dihemat karena lebih sedikit waktu yang
diperlukan untuk memberikan informasi kepada prospek tentang keistimewaan
dan keunggulan produk jasa. Terlebih lagi, iklan melegitimasi atau membuat apa
yang dinyatakan klaim oleh perwakilan penjual lebih kredibel.
Jika fungsi di atas ditujukan lebih kepada konsumen, maka sebenarnya
fungsi promosi juga memiliki tujuan untuk memenangkan persaingan dengan
kompetitor. Salah satu strategi memenangkan persaingan dalam dunia pemasaran
atau promosi adalah menggunakan public relations dengan baik.
Philip Kotler (dalam Kartajaya,1992:37) memberikan singkatan pada
strategi penggunaan public relations ini dengan istilah P-E-N-C-I-L-S.
1. Publications (Publikasi)
Perusahaan dapat mengusahakan penerbitan-penerbitan tertentu untuk
meningkatkan citra perusahaan.
2. Event (Kegiatan)
Event yang dirancang secara tepat dapat mencapai suatu tujuan public
relations tertentu.
107
3. News (Pemberitaan)
Semua usaha dilakukan supaya aktivitas tertentu perusahaan menjadi bahan
berita di media massa
4. Community Involvement (Kepedulian pada Masyarakat)
Perusahaan berusaha ‘akrab’ dan ‘ramah’ dengan masyarakat di
sekitarnya. Hal ini terutama perlu pada saat sebuah cabang suatu perusahaan
didirikan di suatu daerah baru.
5. Identity Media (Penggunaan Media sebagai Identitas)
Semua stationery yang dipakai, baik kartu nama, kertas, maupun amplop,
harus dibuat sedemikian rupa sehingga dapat meningkatkan citra suatu
perusahaan. Selain itu, identity media juga dapat diterapkan pada sarana dan
sarana/prasarana lain, seperti gedung, mobil pengangkut barang, dan lain
sebagainya.
6. Lobbying (Memengaruhi)
Kontak pribadi yang dilakukan secara informal untuk mencapai tujuan
tertentu.
7. Social Investment (Investasi Sosial)
Perusahaan dapat ‘merebut’ hati masyarakat yang ditujunya dengan
melakukan partisipasi social, seperti pembangunan jembatan, masjid, taman, dan
fasilitas umum lainnya.
108
5.3.3 Tujuan promosi
Rossiter dan Percy (dalam Tjiptono, 2002:222) mengklasifikasikan tujuan
promosi sebagai efek dari komunikasi sebagai berikut:
1. Menumbuhkan persepsi pelanggan terhadap suatu kebutuhan (category need).
2. Memperkenalkan dan memberikan pemahaman tentang suatu produk kepada
konsumen (brand awareness).
3. Mendorong pemilihan terhadap suatu produk (brand attitude).
4. Membujuk pelanggan untuk membeli suatu produk (brand purchase intention).
5. Mengimbangi kelemahan unsur bauran pemasaran lain (purchase facilitation).
6. Menanamkan citra produk dan perusahaan (positioning)
Berdasarkan pendapat para ahli di atas dapat disimpulkan bahwa promosi
hasil karya siswa pada SLB.B N Tabanan baru pada tingkat lobbying dan event
yaitu dipajang pada lemari yang terletak di aula, hal ini merupakan sarana promosi
karena di aula ini tempat penyambutan tamu yang datang di SLB.B N Tabanan
sehingga secara tidak langsung mereka melihat hasil karya tersebut. Di samping
itu, baru-baru ini juga mengikuti event yaitu pameran yang dilaksanakan di
Disdikpora Provinsi Bali pada tanggal 29 April 2013 dengan peserta seluruh SLB
yang ada di Bali (dapat dilihat pada Gambar 5.9).
109
Gambar 5.9Foto dalam rangka mengikuti Lomba Kreativitas
(Dokumen: Sri Minarti, 2013)
Pada gambar di atas tampak hasil karya anak dipamerkan yaitu renda,
gantungan kunci, lukisan dan tas yang terbuat dari mote. Adapun yang berhasil
dijual adalah gantungan kunci, dan tas yang terbuat dari mote, dengan nilai total
penjualan Rp 150.000,00. Dengan adanya promosi ini membuat anak termotivasi
untuk menghasilkan karya yang terbaik. Hasil pelaksanaan Keterampilan
Vokasional dapat dilihat pada Tabel 5.2 berikut.
110
Tabel 5.2Tabel Hasil Pelaksanaan Keterampilan Vokasional
Tahun 2013
No Jenis Keterampilan Hasil Keterangan1 Pembuatan batako Sudah dipasarkan Tahun 20132 Meronce Belum dipasarkan Hasil baru
sedikit3 Komputer (desain
grafis)Juara II tingkat Provinsi (Bali) Tahun 2013
4 Menjahit Belum ada yg membuka jasajahitan
Belum adatempat
5 Salon kecantikancreambath dan massage
dua orang yang bisa creambathdan massage
Tahun 2013
6 Pertamanan Baru tingkat penanaman danpemeliharaan tanaman sekolah
Belum ketingkattanamankomersial
7 Melukis Belum dipasarkan Hasil lukisansedikit
Sumber : Data SLB.B N Tabanan Tahun 2013
Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui bahwa keterampilan pembuatan
batako yang sudah ada hasil untuk nilai komersial/ dipasarkan, kemudian
komputer (desain grafis) yang berhasil mendapat juara II tingkat Provinsi (Bali)
dan salon kecantikan mengusai materi creambath dan massage.