upaya sekolah dalam pemberdayaan keterampilan vokasional bagi ...

37
74 BAB V BENTUK UPAYA SEKOLAH DALAM PEMBERDAYAAN KETERAMPILAN VOKASIONAL BAGI ANAK TUNARUNGU PADA SEKOLAH LUAR BIASA BAGIAN B NEGERI DI KABUPATEN TABANAN Mengacu pada kurikulum tahun 2006 (KTSP), pemberlakuan Undang- Undang Nomor 20, Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional dan Peraturan Pemerintah Nomor 19 tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan serta Peraturan Menteri Pendidikan Nasional No 22, Tahun 2006 tentang standar isi khususnya bagi SMALB, menetapkan bahwa standar isi SMALB memusatkan perhatian pada bidang studi akademik 40% dan keterampilan vokasional 60%. Berdasarkan hal tersebut bisa dilihat bahwa keterampilan vokasional lebih diutamakan daripada kemampuan akademik. Selanjutnya untuk mewujudkan kebijakan tersebut di SLB.B N Tabanan diadakan program pemberdayaan keterampilan vokasional bagi anak tunarungu. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (Depdiknas, 2005:242) dinyatakan bahwa kata pemberdayaaan memiliki arti cara atau proses, perbuatan memberdayakan. Sebagai sebuah proses maka pemberdayaan adalah upaya terus- menerus dengan berbagai terobosan sampai tercipta masyarakat yang berdaya, yakni memiliki kemampuan dan kekuatan dalam menghadapi berbagai hal.

Transcript of upaya sekolah dalam pemberdayaan keterampilan vokasional bagi ...

74

BAB V

BENTUK UPAYA SEKOLAH DALAM PEMBERDAYAAN

KETERAMPILAN VOKASIONAL BAGI ANAK TUNARUNGU

PADA SEKOLAH LUAR BIASA BAGIAN B NEGERI

DI KABUPATEN TABANAN

Mengacu pada kurikulum tahun 2006 (KTSP), pemberlakuan Undang-

Undang Nomor 20, Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional dan

Peraturan Pemerintah Nomor 19 tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan

serta Peraturan Menteri Pendidikan Nasional No 22, Tahun 2006 tentang standar

isi khususnya bagi SMALB, menetapkan bahwa standar isi SMALB memusatkan

perhatian pada bidang studi akademik 40% dan keterampilan vokasional 60%.

Berdasarkan hal tersebut bisa dilihat bahwa keterampilan vokasional lebih

diutamakan daripada kemampuan akademik. Selanjutnya untuk mewujudkan

kebijakan tersebut di SLB.B N Tabanan diadakan program pemberdayaan

keterampilan vokasional bagi anak tunarungu.

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (Depdiknas, 2005:242) dinyatakan

bahwa kata pemberdayaaan memiliki arti cara atau proses, perbuatan

memberdayakan. Sebagai sebuah proses maka pemberdayaan adalah upaya terus-

menerus dengan berbagai terobosan sampai tercipta masyarakat yang berdaya,

yakni memiliki kemampuan dan kekuatan dalam menghadapi berbagai hal.

75

Teori pemberdayaan yang dikemukan oleh Ife dan Tesoriero (2008:510/

dalam http// pemberdayaan wordpress com) mengatakan bahwa pemberdayaan

berarti menyediakan sumber daya, kesempatan, kosakata, pengetahuan, dan

keterampilan guna meningkatkan kemampuan masyarakat untuk menentukan

masa depan mereka sendiri dan untuk berpartisipasi serta mempengaruhi

kehidupan masyarakatnya.

Hal ini sesuai dengan pendapat Bapak I Made Warsawan, Kepala SLB.B

N Tabanan, mengenai pelaksanaan pemberdayaan di sekolah yang dipimpin.

Berikut penuturan beliau.

“…sekolah ini merupakan tempat belajar dalam memperoleh pengetahuanakademik dan pendidikan keterampilan vokasional (pembuatan batako,meronce, komputer, menjahit, salon kecantikan, pertamanan, dan melukis)yang dilakukan secara terus-menerus, yaitu pada jam sekolah dan ekstrakurikuler dan berkesinambungan dalam setiap jenjang SMPLB, SMALBdan tingkatan (dasar, terampil, dan mahir) dengan tujuan agar anaktunarungu menjadi lebih berdaya…” (wawancara 7 Mei 2013).

Berdasarkan teori di atas, program pemberdayaan yang dilaksanakan pada

sekolah luar biasa memberikan kesempatan bagi anak tunarungu untuk lebih

berdaya dengan membangun daya itu, mendorong, memotivasikan, dan

membangkitkan kesadaran tentang potensi yang dimilikinya. Di samping itu

berupaya untuk mengembangkannya dan mewujudkan kemandirian siswa dengan

memberikan berbagai keterampilan, pengetahuan, dan sikap agar mampu

beradaptasi dan berperilaku positif yang memungkinkan seseorang mampu

menghadapi tuntutan dan tantangan dalam hidupnya sehari-hari secara efektif dan

mandiri. Pemberdayaan masyarakat merupakan upaya untuk memampukan dan

76

memandirikan masyarakat. Atau dengan kata lain adalah bagaimana menolong

masyarakat untuk mampu menolong dirinya sendiri (Suharto, 2004).

Pendekatan utama dalam konsep pemberdayaan adalah masyarakat tidak

dijadikan objek dari berbagai proyek pembangunan, tetapi merupakan subjek dari

upaya pembangunannya sendiri. Berdasarkan konsep itu, maka pemberdayaan

masyarakat harus mengikuti pendekatan sebagai berikut. (Sumodiningrat,

Gunawan, 2002). Pertama, upaya itu harus terarah. Ini yang secara populer

disebut pemihakan. Upaya ini ditujukan langsung kepada yang memerlukan,

dengan program yang dirancang untuk mengatasi masalahnya dan sesuai dengan

kebutuhannya. Kedua, program ini harus langsung mengikutsertakan, bahkan

dilaksanakan oleh anak tunarungu yang menjadi sasaran.

Mengikutsertakan anak tunarungu yang akan dibantu mempunyai beberapa

tujuan, yakni agar bantuan tersebut efektif karena sesuai dengan kehendak dan

mengenali kemampuan serta kebutuhan mereka. Selain itu, sekaligus

meningkatkan kemampuan anak tunarungu dengan pengalaman dalam merancang,

melaksanakan, mengelola, dan mempertanggungjawabkan upaya peningkatan diri

dan ekonominya. Ketiga, menggunakan pendekatan kelompok karena secara

sendiri-sendiri anak tunarungu sulit dapat memecahkan masalah-masalah yang

dihadapinya. Selain itu, lingkup bantuan menjadi terlalu luas jika penanganannya

dilakukan secara individu. Pendekatan kelompok ini paling efektif dan dilihat dari

penggunaan sumber daya juga lebih efisien. Menurut Horton dan Hunt, lembaga

pendidikan berkaitan dengan fungsi yang nyata (manifes) berikut.

1) Mempersiapkan anggota masyarakat untuk mencari nafkah.

77

2) Mengembangkan bakat perseorangan demi kepuasan pribadi dan bagi

kepentingan masyarakat.

3) Melestarikan kebudayaan.

4) Menanamkan keterampilan yang perlu bagi partisipasi dalam demokrasi.

Teori tersebut sangat sesuai dengan realita yang ada pada SLB.B N

Tabanan, yaitu melestarikan budaya, mengembangkan bakat melalui pelatihan

keterampilan dengan tujuan mempersiapkan anak tunarungu dapat mencari nafkah

melalui keterampilan yang diperoleh dan dapat bersosialisi di masyarakat.

5.1 Pelatihan Keterampilan

Pemberdayaan keterampilan vokasional di SLB.B N Tabanan adalah

diadakannya pelatihan keterampilan yang berupa pembuatan batako, meronce,

komputer, menjahit, salon kecantikan, pertamanan, dan melukis masing masing

dapat diuraikan sebagai berikut.

5.1.1 Pembuatan batako

Keterampilan pembuatan batako dilaksanakan pada Rabu, Jumat dan Sabtu

diikuti oleh Sembilan anak, terdiri atas lima siswa tingkat SMPLB dan empat

orang siswa tingkat SMALB yang dibimbing oleh satu orang guru yang

menjelaskan penyediaan bahan sampai dengan cara pembuatannya. Hal ini bisa

dikatakan menggabungkan antara teori dan praktik (lihat Gambar 5.1)

78

Gambar 5.1Proses Pembuatan Batako(Dokumen: Sri Minarti, 2013)

Pada gambar di atas tampak antusias anak-anak sedang bekerja membuat

batako, ada yang mencetak batako dan ada yang hanya duduk-duduk setelah

membuat campuran bahan pembuatan batako, dua di antara mereka tidak

mencetak karena alat untuk mencetak baru ada dua buah. Jadi, dalam hal

mencetak dilakasnakan secara bergiliran. Batako merupakan bahan bangunan

yang berupa bata cetak alternatif pengganti batu bata yang tersusun dari komposisi

pasir kasar (berkerikil), semen, dan air dengan perbandingan pasir 9 : 1 dan air

secukupnya. Batako digunakan untuk konstruksi-konstruksi dinding bangunan.

Pengertian batako atau batu cetak traskapur. Menurut PUBI ( Persyaratan Umum

Bahan Bangunan Indonesia-1982 ) batako adalah bata yang dibuat dengan

mencetak dan memelihara dalam suasana lembap, campuran traskapur dan air

dengan atau tanpa bahan tambahan lainnya.

79

Supribadi (1986: 5) mengatakan bahwa batako adalah “ semacam batu

cetak yang terbuat dari campuran tras, kapur, dan air atau dapat dibuat dengan

campuran semen, kapur, pasir, dan ditambah air yang dalam keadaan pollen

(lekat) dicetak menjadi balok-balok dengan ukuran tertentu”.

Berdasarkan pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa batako adalah

salah satu bahan bangunan yang proses pembuatannya tanpa dibakar dengan

bahan pembentuk yang berupa pasir berkerikil, semen, dan air melalui proses

pemadatan sehinggga membentuk balok-balok dengan ukuran tertentu serta

ditempatkan di tempat yang lembap ( tidak terkena sinar matahari langsung dan

tidak terkena air hujan). Hal ini sesuai dengan yang telah dilakukan pada SLB.B N

Tabanan mengenai pembuatan batako.

Kriteria bahan pembuatan batako yang digunakan adalah sebagai berikut:

1. Semen

Semen adalah bahan yang bersifat adesif dan kohesif sebagai bahan

pengikat anorganik dengan bantuan air dan mengeras secara hidrolik. Semen yang

digunakan dalam pembuatan batako harus dalam keadaan baik dalam arti tidak

menggumpal agar berfungsi secara efektif.

2. Pasir

Pasir yang digunakan dalam pembuatan batako harus berstruktur kasar,

tajam, dan keras. Pasir merupakan bahan pengisi yang digunakan dengan semen

untuk membuat adukan. Selain itu, pasir juga berpengaruh terhadap sifat tahan

susut dan kekerasan pada batako atau bahan bangunan campuran semen lainnya.

80

3. Air

Air yang dimaksud di sini adalah air yang digunakan sebagai bahan

campuran bahan bangunan, yaitu harus berupa air bersih dan tidak mengandung

bahan-bahan yang menurunkan kualitas batako. Air tidak boleh mengandung

minyak dan garam karena akan merusak beton. Air yang baik adalah air bersih

yang memenuhi syarat air minum.

Ada dua jenis dalam pembuatan batako, yaitu batako yang berlubang

(hollow block) dan batako tidak berlubang (solid block). Batako yang dibuat oleh

siswa SLB.B N Tabanan berjenis batako tidak berlubang (solid block). Cara

pembuatan batako adalah pasir dan semen dicampur menjadi satu sambil diaduk

kemudian ditambahin air sedikit demi sedikit. Setelah itu bahan dimasukkan ke

cetakan sambil ditekan-tekan (dipadatkan) kemudian diletakkan di tanah dengan

posisi bagian atas/yang terbuka ada di bawah selanjutnya cetakan diangkat ke atas

secara perlahan-lahan. Setelah itu tunggu sampai setengah kering kurang lebih

tiga minggu baru bisa dipindahkan dan ditata bersusun. Berikut ungkapan yang

dikemukakan oleh Bapak Herman selaku guru dalam pembuatan batako.

“…batako yang bagus adalah yang mempunyai permukaan rata, tegaklurus, dan mempunyai kuat tekan yang tinggi. Ukuran kuat tekan batakodiperoleh dari percobaan dari campuran bahan pembuatan batako. Batakobisa digunakan sebagai bahan konstruksi bangunan setelah satu bulandicetak, biasanya dalam satu jam pelajaran masing-masing anak tunarungubisa membuat lima balok batako …”(wawancara 8 Mei 2013).

Apabila mengacu pada SK SNI M–14–1989–F tentang pengujian kuat

tekan beton, yang dimaksud kuat tekan beton adalah besarnya beban per satuan

luas yang menyebabkan benda uji beton hancur bila dibebani dengan gaya tekan

tertentu dihasilkan oleh mesin tekan (Dinas Pekerjaan Umum, 1989: 4). Hal ini

81

bertolak belakang dengan ungkapan di atas karena batako yang dibuat di SLB.B N

Tabanan tidak diuji melalui mesin tekan, tetapi diuji dengan cara dibanting. Hal

ini dilakukan karena keterbatasan prasarana yang ada yaitu tidak memiliki mesin

tekan. Hasil pembuatan batako siswa SLB.B N Tabanan menurut Bpk Herman

sudah bagus dan bisa dipasarkan. Berikut data hasil penjualan batako pada SLB.B

N Tabanan.

Tabel 5.1Hasil Penjualan Batako

Tahun 2013 pada SLB.B N Tabanan

No Penjualan Jumlah ( Rp ) Bulan1. Koperasi Mulia Sejahtera Tabanan 1.500.000 Februari2. Bpk. Warsawan 1.500.000 Mei

(Sumber : data sekolah 2013)

Hasil dari penjualan batako tersebut diambil Rp 200,00 per batako sebagai

ongkos pengerjaannya. Hal ini sesuai dengan hasil wawancara pada anak yang

bekerja sebagai pembuat batako. Berikut ini ungkapannya.

“…saya sebagai koordinator dari teman-teman untuk ongkos hasilpembuatan batako dikumpulkan dan ditabung pada koperasi MuliaSejahtera. Uang tersebut diambil untuk bekal hari raya Galungan yangakan datang. Saya dan teman-teman diberi upah Rp 200,00 per batako…”(wawancara 8 Mei 2013)

Berdasarkan ungkapan di atas diketahui bahwa ongkos pembuatan batako

tidak begitu banyak, yaitu hanya Rp 200,00 per batako. Namun, anak-anak tetap

antusias untuk mengerjakannya. Pemberian ongkos tersebut dapat memberikan

kontribusi yang positif agar lebih giat dalam bekerja sehingga terampil dan

kesejahteraan dapat tercapai. Hal ini merupakan salah satu cara yang efektif untuk

82

meningkatkan kesejahteraan anak tunarungu dengan memanfaatkan keterampilan

yang dimiliki. Salah satu di antaranya adalah pembuatan batako.

Suharto (2005:58) mengatakan bahwa pemberdayaan menunjuk pada

kemampuan orang, khususnya kelompok rentan dan lemah sehingga mereka

memiliki kekuatan atau kemampuan dalam (a) memenuhi kebutuhan dasarnya

sehingga mereka memiliki kebebasan (freedom), dalam arti tidak saja bebas

mengemukakan pendapat, tetapi juga bebas dari kelaparan, bebas dari kebodohan,

bebas dari kesakitan; (b) menjangkau sumber-sumber produktif yang

memungkinkan mereka dapat meningkatkan pendapatannya dan memeroleh

barang-barang dan jasa-jasa yang diperlukan; dan (c) berpartisipasi dalam proses

pembangunan dan keputusan-keputusan yang memengaruhi mereka.

Berdasarkan teori dan ungkapan di atas, anak tunarungu memiliki

kekuatan atau kemampuan dalam memenuhi kebutuhan dasarnya, salah satu di

antaranya adalah bebas dari kebodohan melalui pengetahuan dan keterampilan

yang di perolehnya di sekolah. Selain itu dapat menjangkau sumber-sumber

produktif , yaitu membuat batako sehingga mereka memeroleh pendapatan.

5.1.2 Meronce

Kegiatan ini dilaksanakan setiap Jumat pukul 11.00 Wita dengan satu

orang guru pengajar dengan materi yang telah dipelajari dan dipraktekkan adalah

pembuatan tas dan gantungan kunci (dapat dilihat pada Gambar 5.2)

83

Gambar 5.2Anak-anak sedang meronce(Dokumen: Sri Minarti, 2013)

Pada gambar di atas dapat dilihat anak-anak sedang mengikuti kegiatan

meronce bersama seorang instruktur. Saat itu anak-anak sedang diajari membuat

gantungan kunci berbentuk binatang dan guci. Anak-anak yang sudah terampil

bisa membuat satu gantungan kunci dalam waktu 1 X jam pelajaran, sedangkan

untuk pembuatan tas tergantung dari besar kecilnya tas yang dibuat. Selain

memiliki nilai seni, meronce juga bisa digunakan untuk melatih kemampuan

motorik halus dan kasar anak tunarungu, juga sekaligus memperkenalkan warna-

warna. Motorik kasar adalah kemampuan gerak tubuh yang menggunakan otot-

otot besar, sebagian besar atau seluruh anggota tubuh.

Sujiono (2007:13) berpendapat bahwa gerakan motorik kasar adalah

kemampuan yang membutuhkan koordinasi sebagian besar bagian tubuh anak.

Gerakan motorik kasar melibatkan aktivitas otot-otot besar seperti otot tangan,

otot kaki, dan seluruh tubuh anak, yang dimaksud dengan motorik kasar dalam

penelitian ini adalah aktivitas anak dalam hal koordinasi antara mata, dan otot

84

tangan untuk meronce serta menggunting senar. Meronce manik-manik aneka

bentuk dan warna tas yang cantik dapat bermanfaat untuk melatih rasa seni,

ketelitian, konsentrasi, dan koordinasi tangan anak-anak.. Perkembangan motorik

kasar anak lebih dulu daripada motorik halus, misalnya ketika anak sedang

meronce dan menggunting berarti sedang melatih motoriknya untuk berkembang.

Bahan yang diperlukan untuk meronce adalah mote, senar, dan gunting.

Saat ini ada dua anak yang mahir dalam pembuatan gantungan kunci. Berikut

penuturan guru meronce, ibu Sri Purwanti.

“…saya merasa senang sebab pada akhirnya usaha saya melatih anak-anakdalam keterampilan meronce membuahkan hasil. Hal ini terbukti ada duaorang siswa yang sudah mahir dalam pembuatan gantungan kunci bahkansudah bisa berkreasi dengan memodifikasi warna dan bentuk. Dua orangtersebut adalah Ni Wayan Nadi Utami dan Ida Ayu Pradyawati…”(wawancara 9 Mei 2013 ).

Hasil keterampilan meronce belum bisa dipasarkan karena produk yang

dihasilkan baru sedikit sehingga hanya dipajang untuk memotivasi siswa yang lain

agar mempunyai semangat belajar dan menyelesaikan pekerjaannya. Adi (2008 :

78 – 79) mengatakan bahwa “tujuan dan target pemberdayaan bisa saja berbeda,

misalnya di bidang ekonomi, pendidikan, atau kesehatan”. Berdasarkan teori dan

ungkapan di atas, keterampilan meronce belum bertujuan di bidang ekonomi (di-

komersilkan) tetapi baru memfokuskan di bidang pendidikan dengan memberikan

pelatihan keterampilan meronce bagi anak tunarungu.

85

5.1.3 Komputer

Pada era globalisasi seperti sekarang ini sangatlah penting untuk

memberikan keterampilan komputer pada anak-anak tunarungu dengan tujuan

agar dapat mengikuti perkembangan zaman dan tidak gaptek (gagap teknologi).

Definisi komputer adalah sebagai berikut.

1. Komputer berasal dari bahasa Latin yaitu 'computare' yang berarti

menghitung. Komputer adalah mesin penghitung elektronik yang cepat

dan dapat menerima informasi input secara digital, lalu memprosesnya

sesuai dengan program yang tersimpan di dalam memorinya, dan

kemudian menghasilkan output atau keluaran berupa informasi (McGraw-

Hill, 2001).

2. Menurut buku Computer Annual (Robert H. Blissmer), komputer adalah

suatu alat elektronik yang mampu melakukan beberapa tugas menerima

input atau masukan, memproses input tersebut sesuai dengan programnya,

menyimpan perintah-perintah dan hasil pengolahan menyediakan output

atau keluaran dalam bentuk informasi

3. Menurut buku Computer Today (Donlad H. Sanders), komputer adalah

sistem elektronik untuk memanipulasi data yang cepat dan tepat serta

akurat yang telah dirancang dan diorganisasikan supaya secara otomatis

menerima dan menyimpan data input atau masukan, kemudian

memprosesnya dan menghasilkan output di bawah pengawasan suatu

langkah-langkah, instruksi-instruksi program yang tersimpan di memori

(stored program).

86

Dari berbagai pendapat di atas, maka dapat disimpulkan secara umum

bahwa komputer merupakan suatu peralatan elektronik yang dapat menerima

input, mengolah input dengan menggunakan suatu program yang tersimpan di

dalam memori komputer, memberikan output yang berupa informasi dan dapat

menyimpan program serta hasil pengolahan dalam suatu media penyimpanan

seperti hardisk, flashdisk, atau penyimpanan lainnya.

( http://netiplisiskom.blogspot.com/2013/06/pengertian-komputer.html ).

Perangkat komputer terdiri atas monitor, CPU, keyboard, dan mouse.

Pelatihan komputer yang diberikan kepada anak-anak tunarungu adalah

mickrosoft word (pengetikan surat dan membuat karangan), excel (membuat tabel

jadwal pelajaran), desain grafis, dan cara mengakses internet. Kegiatan komputer

dapat dilihat pada Gambar 5.3

Gambar 5.3Anak-anak sedang belajar desain grafis

(Dokumen: Sri Minarti, 2013)

Pada gambar di atas tampak anak sedang belajar komputer dengan materi

desain grafis. Desain grafis adalah suatu bentuk komunikasi visual yang

menggunakan gambar untuk menyampaikan informasi atau pesan seefektif

87

mungkin. Desain grafis diterapkan dalam desain komunikasi dan fine art. Seperti

jenis desain lainnya, desain grafis dapat merujuk kepada proses pembuatan,

metode merancang, produk yang dihasilkan (rancangan), ataupun disiplin ilmu

yang digunakan (desain). Seni desain grafis mencakup kemampuan kognitif dan

keterampilan visual, termasuk di dalamnya tipografi ilustrasi, fotografi,

pengolahan gambar, dan lain-lain. Berikut penuturan Ibu Ni Ketut Asrini, selaku

guru komputer.

“…Pada intinya pelatihan computer, baik berupa microsoft word(pengetikan), excel (membuat tabel hitung), cara mengakses internet,maupun desain grafis yang diperlukan hanya kemauan dan memperbanyaklatihan/praktik maka lama kelamaan teknik dan hasilnya menjadi semakinbaik…” (wawancara 9 Mei 2013).

Syah (2001 dalam http://klipingut.wordpress.com/2009/12/03/keterampilan-

vokasional-bagi-siswa-sma-dan-ma/) mengungkapkan bahwa motor skill

(keterampilan jasmani) perlu dipelajari melalui aktivitas latihan langsung yang

disertai dengan pengajaran teori-teori pengetahuan yang berhubungan dengan

motor skill itu sendiri, sementara itu aktivitas latihan perlu dilaksanakan dalam

bentuk praktik. Berdasarkan teori dan ungkapan tersebut dapat disimpulkan

bahwa untuk hasil yang semakin baik diperlukan banyak latihan/praktik. Di

bidang desain grafis pada tahun 2013 siswa SLB.B N Tabanan mendapat juara II

tingkat Provinsi Bali dalam rangka Gebyar Kreativitas Anak SLB se-Provinsi Bali

yang diselenggarakan oleh Dinas Pendidikan, Pemuda, dan Olahraga Provinsi

Bali yang diikuti oleh Raka Darmawan siswa kelas XI SMPLB.

88

5.1.4 Menjahit

Menjamurnya industri garmen di Bali merupakan suatu alasan untuk

mendidik siswa melalui keterampilan menjahit dengan materi menjahit lurus,

menjahit dengan titik balik dan membuat pola. Berikut ini adalah tahapan cara

menjahit pakaian (wanita) .

1. Mengukur

Langkah pertama dalam menjahit pakaian adalah mengukur.

2. Menggambar Pola

Bagian ukuran yang diperlukan adalah lingkar badan, lingkar leher, lingkar

pinggang, lebar bahu, panjang dada, lebar dada, panjang punggung, lebar

punggung, panjang sisi, tinggi puncak, jarak payudara (untuk wanita)

3. Memotong Pola

Cara memotong pola adalah sebagai berikut:

a. Letakkan pola badan depan pada lipatan kain

b. Letakkan pola badan belakang dan lengan pada sisi kain yang lain

c. Gunting bahan tepat pada pola (tidak usah diberikan kelebihan ukuran)

Untuk saat ini siswa yang mengikuti keterampilan menjahit sudah pada tahap

praktik membuat pola baju dengan bahan utama kertas cokelat, gunting, jarum

pentul, dan kain yang berkualitas rendah sebagai tahap belajar (dapat dilihat

pada Gambar 5.4).

89

Gambar 5.4Anak sedang membuat pola(Dokumen: Sri Minarti, 2013)

Tampak pada gambar anak-anak sedang membuat dan menggunting pola.

Untuk praktik keterampilan menjahit kain yang digunakan berkualitas rendah. Hal

ini dilihat dari segi ekonomisnya, yaitu tidak begitu banyak mengeluarkan biaya

yang mahal karena anak-anak tunarungu masih dalam tahap belajar. Namun,

sampai saat ini anak-anak sudah menguasai teknik menjahit lurus dan ada siswa

yang sudah terampil dalam arti jahitannya sudah rapi. Berikut penuturan instruktur

menjahit, Ibu Wiwik Swandewi.

“…pada awalnya saya sangat bingung mengajar anak tunarungu karenakesulitan dalam hal komunikasi, tetapi lama-kelamaan saya belajar daripengalaman ternyata mereka asyik juga. Dengan kesabaran saya mengajarimereka keterampilan menjahit, akhirnya membuahkan hasil dua orangmurid bisa menjahit dengan bagus dan rapi…” ( wawancara 9 mei 2013 ).

Berdasarkan ungkapan di atas, diketahui bahwa mengajar anak tunarungu

memang membutuhkan kesabaran yang tinggi dan semangat pantang menyerah.

Hal ini dibuktikan oleh ibu Wiwik yang pada akhirnya berhasil mencetak dua

90

orang murid, yaitu Nadi Utami dan Pande Prawira dengan kategori di tingkat

terampil.

Pengertian pemberdayaan masyarakat sebenarnya mengacu pada kata

empowerment, yaitu sebagai upaya mengaktualisasikan potensi yang sudah

dimiliki oleh masyarakat. Pemberdayaan dipandang untuk menolong klien dengan

membangkitkan tenaga dalam mengambil keputusan dan menentukan tindakan

yang akan dilakukan sepanjang hidup, termasuk mengurangi efek atau akibat dari

gejala-gejala pada masyarakat atau individu untuk melatih agar kekuatan itu

tumbuh dengan meningkatkan kapasitas percaya diri, antara lain melalui transfer

daya dari lingkungannya. Hal ini sejalan dengan teori yang dikemukakan oleh

Payne (1997:266) yaitu memberdayakan kelompok-kelompok terpinggirkan (anak

tunarungu) sehingga menjadi lebih mandiri dan hidup lebih bermartabat dan

menikmati kualitas hidup yang lebih besar.

Berdasarkan teori di atas, anak tunarungu yang merupakan kelompok-

kelompok terpinggirkan diharapkan mampu hidup mandiri dan bermartabat

menikmati kualitas hidup yang lebih baik dengan keterampilan menjahit yang

telah dimilikinya, baik menjadi karyawan garmen (dunia industri) maupun

membuka jasa menjahit secara mandiri.

5.1.5 Salon kecantikan

Peserta didik di bidang salon kecantikan didominasi siswa perempuan,

dengan materi creambath, tata rias wajah dan massage. Tampak pada gambar di

bawah ini anak-anak sedang creambath dipandu oleh seorang instruktur lihat

Gambar 5.5.

91

Gambar 5.5Pelatihan Salon Kecantikan(Dokumen: Sri Minarti, 2013)

Kecantikan kulit dan rambut menjadi hal yang penting bagi setiap wanita.

Perawatan yang teratur dan tepat dapat menjaga kesuburan rambut. Creambath

berfungsi memberikan nutrisi pada rambut sehingga nantinya peredaran darah

menjadi lancar dan terhindar dari masalah kerontokan, ketombe, bercabang,

kusam, lepek, gatal, dan sebagainya.Tata cara creambath adalah sebagai berikut.

1) Cucilah rambut terlebih dahulu dengan menggunakan shampo yang sesuai

dengan jenis rambut. Lalu keringkan dengan handuk hingga setengah kering.

2) Bagi rambut menjadi empat bagian. Bagian belakang dibagi menjadi dua

bagian, yaitu atas dan bawah. Kemudian dibagi lagi menjadi dua sisi, yaitu

kiri dan kanan. Olesi kulit kepala pada setiap bagian rambut dengan cream.

Arah pengolesan sebaiknya dilakukan dari atas ke bawah dan disertai pijatan

ringan. Setelah semua bagian selesai diolesi, pijatlah kepala secara teratur,

dengan lembut dan perlahan selama kurang lebih 5--15 menit.

3) Satukan rambut di bagian atas kepala. Lalu bungkuslah kepala dengan handuk

yang telah direndam air hangat atau steamer. Untuk penggunaan steamer

92

dapat diatur waktunya sekitar 15 menit. Namun, untuk penggunaan handuk,

jika handuk mulai mendingin, segeralah ganti dengan yang hangat.

Lakukanlah secara berulang-ulang selama 10--15 menit.

4) Cuci rambut kembali hingga bersih dengan menggunakan air hangat. Bila

kandungan lemak dalam cream yang digunakan terlalu pekat, gunakan sampo

untuk pencucian. Setelahnya dapat memakaikan hair tonic untuk melengkapi

perawatan.

Gangguan pendengaran pada anak tunarungu sangat memengaruhi dalam

penerimaan materi pelajaran yang diberikan. Berikut penuturan instruktur salon

kecantikan, Putu Ariani mengenai hal tersebut.

“…kondisi anak yang tunarungu mengakibatkan materi pelajaran yangsaya ajarkan sulit dimengerti oleh mereka, untuk itu materi pelajaran harusdiulang-ulang sampai mereka mengerti, bahkan harus disertai contoh ataudipraktekkan secara langsung, untuk saat ini dari sepuluh siswa baru duasiswa yang sudah bisa mengerjakan pekerjaan creambath. Hal ini dilihatdari proses creambath yang meliputi teknik gerakan memijat pada kepala,pemberian obat creambath, dan cuci rambut sudah sesuai dengan tahapan-tahapan yang saya ajarkan dan sudah dilakukan pada teman dan guruSLB.B N Tabanan…”(wawancara 8 Mei 2013).

Suharto (2005:60) berpendapat bahwa tujuan utama pemberdayaan adalah

memperkuat kekuasaan masyarakat, khususnya kelompok lemah yang memiliki

ketidakberdayaan, baik karena kondisi internal (misalnya persepsi mereka

sendiri), maupun karena kondisi eksternal (misalnya ditindas oleh struktur sosial

yang tidak adil.

Berdasarkan ungkapan dan teori tersebut, diketahui bahwa pemberdayaan

dipengaruhi oleh kondisi internal, yaitu kondisi anak yang tunarungu sehingga

membutuhkan strategi pembelajaran praktik secara langsung agar anak tunarungu

93

mengerti tentang materi yang diajarkan. Di samping itu, kondisi anak yang

tunarungu memengaruhi juga struktur sosial yang tidak adil sehingga pelatihan

keterampilan salon kecantikan ini sangat diperlukan untuk menjadikan anak

tunarungu lebih berdaya.

Keterampilan di bidang salon kecantikan sangat penting untuk diajarkan

mengingat salon kecantikan merupakan bisnis yang menjanjikan karena terlihat

cantik menjadi sebuah kebutuhan bagi kaum wanita.

5.1.6 Pertamanan

Kegiatan anak-anak SLB.B N Tabanan dalam satu minggu sekali

mengikuti keterampilan pertamanan dengan materi penanaman, pemeliharaan

tanaman, dan pembuatan taman dinding. Taman adalah lahan bagian dari muka

bumi ini dengan segala kehidupan dan apa saja yang ada di dalamnya, baik yang

bersifat alami maupun buatan manusia. Taman merupakan bagian atau total

lingkungan hidup manusia beserta makhluk hidup lainnya, antara lain kota (town-

scape), jalan (street-scape), lapangan golf dan sejenisnya (lawn-scape), sungai

(river-scape), atap bangunan (roof-scape), pantai dan pemandangan lautnya (sea-

scape), area industri (industrial-landscape), pemukiman (residential-landscape),

pedesaan (rural-landscape), daerah (regional-landscape), dan lainnya.

Taman merupakan sebuah areal yang berisikan komponen material keras

dan lunak yang saling mendukung satu sama lainnya yang sengaja direncanakan

dan dibuat oleh manusia dalam kegunaannya sebagai tempat penyegar dalam dan

luar ruangan. Taman dapat dibagi dalam taman alami dan taman buatan. Taman

94

yang sering dijumpai adalah taman rumah tinggal, taman lingkungan, taman

bermain, taman rekreasi, taman botani. Pertamanan lebih spesifik karena

menyangkut aspek estetika atau keindahan dan penataan ruang sehingga memiliki

fungsi dalam keberadaannya. Dalam membuat taman ada dua elemen yang

dikerjakan, yaitu bidang lunak (softscape) dan bidang keras (hardscape).

1) Bidang lunak meliputi penanaman segala jenis pohon, semak dan rumput.

2) Bidang keras meliputi pembuatan jalan setapak, kolam, sungai buatan, air

mancur, pembuatan tebing, peletakan batu alam, gazebo, alat bermain

anak-anak, ayunan, lampu taman, drainase, dan sistem penyiraman.

Penataan taman menyangkut penyesuaian dengan ruang di sekitarnya, seperti di

bawah ini.

1) Taman rumah tinggal

2) Taman perkantoran

3) Taman lingkungan pemukiman

4) Taman kota

5) Taman sekolah

6) Taman kawasan industri

Kegiatan pertamanan yang dilaksanakan di SLB.B N Tabanan meliputi

kegiatan mengolah dan menata lahan dengan menumbuhkan berbagai tanaman

yang ada di sekolah seraya memerhatikan segi keindahan (estetika). Saat ini

keterampilan pertamanan baru sebatas penanaman dan pemeliharaan tanaman

yang ada di sekolah ( lihat Gambar 5.6 ).

95

Gambar 5.6Pemeliharaan tanaman

(Dokumen: Sri Minarti, 2013)

Pada gambar di atas, tampak anak-anak sedang membersihkan halaman

sekolah dan menata tanaman dengan cara memotong ranting-ranting pohon,

mencabut tanaman yang kering/mati dan menggantinya dengan tanaman yang

baru. Berikut ungkapan instruktur pertamanan Gusti Ayu Sudarwantini.

“…di awal kegiatan pertamanan saya mengajak untuk menata halamansekolah agar terlihat indah dan asri dengan cara penanaman bunga,membersihkan lingkungan sekolah, dan pada tahun ini 2013 targetnyaadalah membuat taman dinding. Siswa yang rajin di antara siswa yang lainadalah Gede Sapta…” ( wawancara 9 Mei 2013 ).

Ungkapan di atas menggambarkan bahwa keterampilan pertamanan tidak

bisa serta merta menunjukkan hasil, tetapi melalui tahapan-tahapan tertentu dari

penanaman, pemeliharaan, sampai menjadikan lingkungan sekolah terlihat asri

dan indah. Hal ini sesuai dengan yang diungkapkan oleh Adi (2008:83) bahwa

“pemberdayaan dapat dilihat, baik sebagai suatu program maupun sebagai suatu

proses”. Pemberdayaan disebut program bila dilihat dari tahapan-tahapan kegiatan

yang dilakukan untuk mencapai tujuan dan membutuhkan jangka waktu tertentu

untuk pencapaiannya. Pemberdayaan dipandang sebagai proses apabila

pemberdayaan itu terus berjalan sepanjang usia manusia dan tidak berhenti pada

96

suatu masa. Demikian pula halnya dalam masyarakat, proses pemberdayaan akan

terus berjalan selama komunitas itu tetap ada dan tetap mau memberdayakan diri

mereka sendiri.

Berdasarkan teori di atas pelatihan keterampilan pertamanan merupakan

sebuah program dan proses, disebut sebagai program karena melalui

tahapan/tingkatan-tingkatan dalam usaha pencapaiannya dan disebut sebagai

proses sepanjang pelatihan pertamanan tetap dilaksanakan.

Keterampilan pertamanan yang dilaksanakan dari tahun 2010 hingga

sekarang, yaitu tahun 2013 sudah meluluskan lima siswa, tetapi mereka belum ada

yang tercatat bekerja sebagai tukang kebun. Kebanyakan mereka mengikuti jejak

orang tuanya, yaitu membantu orang tua di sawah, mencari bahan bangunan

seperti pasir, batu,dan lain-lain.

5.1.7 Melukis

Kegiatan melukis ini diikuti siswa dari jenjang SDLB, SMPLB, dan

SMALB bertempat di aula dengan seorang insruktur yang berkompeten di

bidangnya, yaitu Sarjana Seni. Kegiatan melukis dapat dilihat pada Gambar 5.7 di

bawah ini.

97

Gambar 5.7Anak-anak sedang mengikuti kegiatan melukis

(Dokumen: Sri Minarti 2013)

Pada gambar tampak anak-anak sedang mengikuti kegiatan melukis yang

dilaksanakan pada siang hari, yaitu pukul 14.00 wita-16.00 wita.

Melukis adalah memvisualkan (menyatakan bentuk) bayangan dalam bentuk

gambar. Tahapan-tahapan dalam melukis adalah sebagai berikut.

a) Membuat sketsa

Sketsa adalah gambaran atau lukisan pendahuluan yang ringan yang

merupakan garis besar atau rancangan kasar dari suatu bentuk lukisan.

b) Menyediakan media sketsa

Media sketsa yang harus disediakan adalah crayon, pensil, cat air, cat

minyak, spidol dan lain-lain

c) Bidang lukis

yang termasuk bidang lukis adalah kertas, kanvas, kuas dan lain-lain

d) Menentukan tema lukisan

98

Manfaat melukis bagi perkembangan anak adalah sebagai berikut.

a) Melukis sebagai media mencurahkan perasaan, yaitu menjadikan warna

dan bentuk sebagai ungkapan perasaan.

b) Melukis sebagai alat bercerita. Perasaan anak yang berbeda-beda

memberikan kemungkinan bentuk-bentuk yang akan dilukis menjadi kabur

antara bentuk nyata yang akan ditampilkan dan bayangan terhadap bentuk

aneh. Karena anak usia dini belum dapat mengontrol diri, maka ia akan

menggunakan bidang gambar seadanya.

c) Melukis sebagai alat bermain, kadang-kadang anak melukis tidak untuk

mengutarakan pendapat saja, tetapi juga untuk bermain. Warna yang

dianggap menarik diperlakukan sebagai alat atau media permainan.

d) Melukis dapat dipakai melatih ingatan. Melukis adalah menggambar

bayangan dalam benak. Bayangan di benak datang dari suatu peristiwa

yang pernah dikenang anak, yang muncul ketika bentuk, warna, baju,

permainan, perilaku orang, atau kata-kata bujukan menuju ingatannya.

e) Melukis dapat dipakai melatih keseimbangan. Secara keseluruhan cara

membayangkan sesuatu oleh anak dianggap sebagai kegiatan

menyeimbangkan antara otak dan emosi.

f) Melatih kreativitas anak. Anak tidak hanya terdiam ketika melukis, kadang

dilakukakan dengan bernyanyi, berlari kemudian mencontohkan objek

yang akan dilukis kepada gurunya, melukis tanpa berkomentar, bahkan

melukis sambil bercerita.

99

Mengingat begitu banyaknya manfaat yang diperoleh dari kegiatan

keterampilan melukis maka di SLB.B N Tabanan, melukis menjadi salah satu

program pemberdayaan keterampilan vokasional. Berikut ungkapan instruktur

lukis Bpk Ketut Windya yang telah mengajari anak-anak melukis selama tiga

tahun.

“…Saya melihat anak-anak senang belajar melukis karena mereka selalubersemangat dalam mengikuti pelajaran saya dan tidak mau pulangsebelum menyelesaikan lukisannya yang pada akhirnya ada satu orangyang hasil lukisannya paling bagus dalam kegiatan melukis ini yaitu, MiaAstrika Dewi…” ( wawancara 9 Mei 2013 ).

Howe (Syah,2002 http://klipingut.wordpress.com/2009/12/03/keterampilan-

vokasional-bagi-siswa-sma-dan-ma/ ) mengemukakan pentingnya proses berpikir

karena kinerja (physical performance) dalam aktivitas-aktivitas tersebut hanya

akan bermutu apabila pelaksanaannya disertai dengan keterlibatan fungsi ranah

cipta atau akal.

Berdasarkan ungkapan dan teori di atas, diketahui bahwa melukis dapat

melatih anak tunarungu untuk menyeimbangkan otak kiri dan emosi serta

mengembangkan daya pikir atau akal untuk menciptakan karya lukis. Mia Astrika

Dewi merupakan anak yang mempunyai bakat dalam melukis. Hal ini diperkuat

data di sekolah bahwa ia pernah mengikuti lomba melukis tingkat Provinsi Bali

dan mendapat juara ke-3 pada tahun ini.

100

5.2 Pendidikan dan Evaluasi

5.2.1 Pendidikan

Pendidikan merupakan proses seseorang memeroleh pengetahuan

(knowledge acquisition), mengembangkan kemampuan/keterampilan (skills

developments), sikap, atau mengubah sikap (attitute change). Pendidikan adalah

suatu proses transformasi anak didik untuk mencapai hal-hal tertentu sebagai

akibat proses pendidikan yang diikutinya sebagai bagian dari masyarakat.

Pendidikan memiliki fungsi ganda, yaitu fungsi sosial dan fungsi individual.

Fungsi sosialnya untuk membantu setiap individu menjadi anggota masyarakat

yang lebih efektif dengan memberikan pengalaman kolektif, sedangkan fungsi

individualnya untuk memungkinkan seorang menempuh hidup yang lebih

memuaskan dan lebih produktif dengan menyiapkannya untuk menghadapi masa

depan melalui pelatihan keterampilan yang diberikan.

Tenaga kependidikan anak berkebutuhan khusus (ABK) di lingkup

SLB, dilihat dari sudut pandang profesi tidak sama dengan tenaga

kependidikan pada umumnya. Mereka dikenai persyaratan profesi yang harus

dikuasainya melalui Pendidikan Luar Biasa (PLB) atau dapat pula melalui diklat

dan pelatihan tentang PLB bagi mereka yang bukan lulusan PLB. Hal ini sangat

penting karena sasaran bidang garapan atau subjek didik bagi tenaga

kependidikan ABK itu sangat berbeda yaitu individu penyandang kekhususan

fisik, mental dan sosial. Dalam penelitian ini adalah anak tunarungu. Penanganan

anak tunarungu tentu berbeda bila dibandingkan dengan anak normal. Hal ini

disebabkan oleh adanya gangguan pendengaran pada anak tunarungu, sehingga ia

101

memerlukan kebutuhan keterampilan khusus bina persepsi bunyi dan irama yaitu

latihan keterampilan dalam berbicara melalui indra penglihatan, gerak mulut dan

berisyarat. Tenaga pendidik di SLB.B Negeri di Tabanan mempunyai 30 guru

dengan perincian 14 guru lulusan PLB dan 16 guru lulusan non-PLB.

5.2.2 Evaluasi

Evaluasi dimaksudkan untuk mengetahui sejauh mana keberhasilan dari

pelaksanaan program dan untuk mengidentifikasi berbagai macam persoalan dan

kekurangan dalam melaksanakan program tersebut. Pengawasan pelaksanaan

kegiatan keterampilan vokasional dilakukan langsung oleh kepala sekolah setiap

akhir bulan. Berdasarkan hasil pengawasan tersebut kepala sekolah mengevaluasi

dengan memberikan tanggapan, saran, dan masukan kepada guru / instruktur yang

membimbing setiap kegiatan keterampilan, sedangkan untuk guru / instruktur

melakukan evaluasi setelah memberikan materi pada siswa.

Teknik evaluasi dalam kegiatan pemberdayaan ini meliputi evaluasi

dampak dan evaluasi pelaksanaan program kegiatan. Evaluasi dampak meliputi

meningkatnya pengetahuan dan keterampilan, terlatihnya siswa dalam bidang

keterampilan vokasional. Sebaliknya, evaluasi pelaksanaan program kegiatan

meliputi evaluasi peserta (penguasaan materi, kedisiplinan, ketertiban, dan sikap),

evaluasi fasilitator (penguasaan materi, kesesuaian materi dengan topik, ketepatan

metode yang digunakan, kesesuaian media yang digunakan). Hal ini sudah sesuai

dengan teori Kirkpatrick, yaitu rencana keseluruhan evaluasi pelatihan harus

memberikan suatu kerangka untuk mengukur perubahan yang diinginkan pada

102

tiap tingkat evalusi, yakni perubahan dalam tingkat belajar, tingkat perilaku, dan

tingkat hasil dengan menggunakan kriteria yang tepat. Berikut penuturan kepala

sekolah terhadap hasil evaluasi pelaksanaan keterampilan vokasional yang di

selenggarakan di SLB.B N Tabanan.

“…keterampilan vokasional yang telah dilaksanakan dari tahun 2008sampai saat ini tahun 2013 berjalan dengan baik dan lancar dalam artiansesuai dengan rencana walaupun masih ada kekurangannya dan akandiperbaiki untuk selanjutnya…”(wawancara 6 Juni 2013).

Berdasarkan ungkapan di atas dapat disimpulkan bahwa pelaksanaan

pemberdayaan keterampilan vokasional akan terus diperbaiki menuju yang lebih

baik.

Pemberdayaan keterampilan vokasional dapat dikatakan berguna bila

produk dari keterampilan tersebut memiliki nilai komersial. Bank Pembangunan

Asia atau Asian Development Bank (ADB) tahun 2007 mengatakan bahwa

“pemberdayaan dianggap komprehensif apabila menampilkan lima karakteristik,

yaitu (1) berbasis lokal, (2) berorientasi pada peningkatan kesejahteraan, (3)

berbasis kemitraan, (4) bersifat holistic, dan (5) berkelanjutan”.

Suharto (2006:58) mengatakan bahwa pemberdayaan menunjuk pada

kemampuan orang, khususnya kelompok rentan dan lemah sehingga mereka

memiliki kekuatan atau kemampuan dalam hal-hal di bawah ini.

a. Memenuhi kebutuhan dasarnya sehingga mereka memiliki kebebasan (freedom)

b. Menjangkau sumber-sumber produktif yang memungkinkan mereka dapat

meningkatkan pendapatannya dan memeroleh barang-barang dan jasa-jasa yang

diperlukan.

c. Berpartisipasi dalam proses pembangunan dan keputusan-keputusan yang

103

memengaruhi mereka.

Berdasarkan teori di atas yang dimaksud dengan kelompok rentan lemah

adalah anak tunarungu dan pemberdayaan dalam perspektif pekerjaan sosial

mempunyai tingkatan-tingkatan, yaitu (1) dari tidak berdaya menjadi berdaya, (2)

setelah berdaya kemudian menguat, dan (3) setelah menguat lalu dikembangkan.

Pada SLB.B N Tabanan pelaksanaan pemberdayaan baru tingkatan yang

pertama, yaitu dari tidak berdaya menjadi berdaya. Prinsipnya pemberdayaan

bukan merupakan suatu program atau kegiatan yang berdiri sendiri.

Pemberdayaan merujuk pada serangkaian kegiatan yang bertujuan untuk

mengubah lebih dari satu aspek pada diri dan kehidupan seseorang atau

sekelompok orang agar mampu melakukan tindakan-tindakan yang diperlukan

untuk membuat kehidupannya lebih baik dan sejahtera.

5.3 Promosi

5.3.1 Pengertian promosi

Pada hakikatnya promosi adalah suatu bentuk komunikasi pemasaran.

Yang dimaksud dengan komunikasi pemasaran adalah aktivitas pemasaran yang

berusaha menyebarkan informasi, memengaruhi/membujuk, dan atau

mengingatkan pasar sasaran atas perusahaan dan produknya agar bersedia

menerima, membeli, dan loyal pada produk yang ditawarkan perusahaan yang

bersangkutan (Tjiptono, 2002:219). Secara garis besar, proses komunikasi

pemasaran dapat dijelaskan dalam Gambar 5.8

104

Gambar 5.8Model Komunikasi Pemasaran(Tjiptono, 2002:219)

Terence A. Shimp (2000:6) menyebutkan bahwa kegiatan promosi terdiri

atas semua kegiatan pemasaran yang mencoba terjadinya aksi pembelian suatu

produk yang cepat atau terjadinya pembelian dalam waktu yang singkat.

5.3.2 Fungsi Promosi

Menurut Terence A. Shimp (2000:7), promosi memiliki lima fungsi yang

sangat penting bagi suatu perusahaan/lembaga. Kelima fungsi tersebut dijabarkan

sebagai berikut.

a. Informing (Memberikan Informasi)

Promosi membuat konsumen sadar akan produk-produk baru, mendidik

mereka tentang berbagai fitur dan manfaat merek, serta memfasilitasi penciptaan

citra sebuah perusahaan yang menghasilkan produk atau jasa. Promosi

menampilkan peran informasi bernilai lainnya, baik untuk merek yang diiklankan

105

maupun konsumennya dengan mengajarkan manfaat-manfaat baru dari merek

yang telah ada.

b. Persuading (Membujuk)

Media promosi atau iklan yang baik akan mampu mempersuasi pelanggan

untuk mencoba produk dan jasa yang ditawarkan. Terkadang persuasi berbentuk

memengaruhi permintaan primer, yakni menciptakan permintaan bagi keseluruhan

kategori produk. Lebih sering, promosi berupaya untuk membangun permintaan

sekunder, permingtaan bagi merek perusahaan yang spesifik.

c. Reminding (Mengingatkan)

Iklan menjaga agar merek perusahaan tetap segar dalam ingatan para

konsumen. Saat kebutuhan muncul, yang berhubungan dengan produk dan jasa

yang diiklankan, dampak promosi pada masa lalu memungkinkan merek

pengiklan hadir di benak konsumen. Periklanan lebih jauh didemonstrasikan

untuk memengaruhi pengalihan merek dengan mengingatkan para konsumen yang

akhir-akhir ini belum membeli merek yang tersedia dan mengandung atribut-

atribut yang menguntungkan.

d. Adding Value (Menambah Nilai)

Terdapat tiga cara mendasar di mana perusahaan bisa memberikan nilai

tambah bagi penawaran-penawaran mereka, inovasi, penyempurnaan kualitas,

atau mengubah persepsi konsumen. Ketiga komponen nilai tambah tersebut benar-

benar independen. Promosi yang efektif menyebabkan merek dipandang lebih

elegan, lebih bergaya, lebih bergengsi, dan bisa lebih unggul daripada tawaran

pesaing.

106

e. Assisting (Mendampingi upaya-upaya lain dari perusahaan)

Periklanan merupakan salah satu alat promosi. Promosi membantu

perwakilan penjualan. Iklan mengawasi proses penjualan produk-produk

perusahaan dan memberikan pendahuluan yang bernilai bagi wiraniaga sebelum

melakukan kontak personal dengan para pelanggan yang prospektif. Upaya,

waktu, dan biaya periklanan dapat dihemat karena lebih sedikit waktu yang

diperlukan untuk memberikan informasi kepada prospek tentang keistimewaan

dan keunggulan produk jasa. Terlebih lagi, iklan melegitimasi atau membuat apa

yang dinyatakan klaim oleh perwakilan penjual lebih kredibel.

Jika fungsi di atas ditujukan lebih kepada konsumen, maka sebenarnya

fungsi promosi juga memiliki tujuan untuk memenangkan persaingan dengan

kompetitor. Salah satu strategi memenangkan persaingan dalam dunia pemasaran

atau promosi adalah menggunakan public relations dengan baik.

Philip Kotler (dalam Kartajaya,1992:37) memberikan singkatan pada

strategi penggunaan public relations ini dengan istilah P-E-N-C-I-L-S.

1. Publications (Publikasi)

Perusahaan dapat mengusahakan penerbitan-penerbitan tertentu untuk

meningkatkan citra perusahaan.

2. Event (Kegiatan)

Event yang dirancang secara tepat dapat mencapai suatu tujuan public

relations tertentu.

107

3. News (Pemberitaan)

Semua usaha dilakukan supaya aktivitas tertentu perusahaan menjadi bahan

berita di media massa

4. Community Involvement (Kepedulian pada Masyarakat)

Perusahaan berusaha ‘akrab’ dan ‘ramah’ dengan masyarakat di

sekitarnya. Hal ini terutama perlu pada saat sebuah cabang suatu perusahaan

didirikan di suatu daerah baru.

5. Identity Media (Penggunaan Media sebagai Identitas)

Semua stationery yang dipakai, baik kartu nama, kertas, maupun amplop,

harus dibuat sedemikian rupa sehingga dapat meningkatkan citra suatu

perusahaan. Selain itu, identity media juga dapat diterapkan pada sarana dan

sarana/prasarana lain, seperti gedung, mobil pengangkut barang, dan lain

sebagainya.

6. Lobbying (Memengaruhi)

Kontak pribadi yang dilakukan secara informal untuk mencapai tujuan

tertentu.

7. Social Investment (Investasi Sosial)

Perusahaan dapat ‘merebut’ hati masyarakat yang ditujunya dengan

melakukan partisipasi social, seperti pembangunan jembatan, masjid, taman, dan

fasilitas umum lainnya.

108

5.3.3 Tujuan promosi

Rossiter dan Percy (dalam Tjiptono, 2002:222) mengklasifikasikan tujuan

promosi sebagai efek dari komunikasi sebagai berikut:

1. Menumbuhkan persepsi pelanggan terhadap suatu kebutuhan (category need).

2. Memperkenalkan dan memberikan pemahaman tentang suatu produk kepada

konsumen (brand awareness).

3. Mendorong pemilihan terhadap suatu produk (brand attitude).

4. Membujuk pelanggan untuk membeli suatu produk (brand purchase intention).

5. Mengimbangi kelemahan unsur bauran pemasaran lain (purchase facilitation).

6. Menanamkan citra produk dan perusahaan (positioning)

Berdasarkan pendapat para ahli di atas dapat disimpulkan bahwa promosi

hasil karya siswa pada SLB.B N Tabanan baru pada tingkat lobbying dan event

yaitu dipajang pada lemari yang terletak di aula, hal ini merupakan sarana promosi

karena di aula ini tempat penyambutan tamu yang datang di SLB.B N Tabanan

sehingga secara tidak langsung mereka melihat hasil karya tersebut. Di samping

itu, baru-baru ini juga mengikuti event yaitu pameran yang dilaksanakan di

Disdikpora Provinsi Bali pada tanggal 29 April 2013 dengan peserta seluruh SLB

yang ada di Bali (dapat dilihat pada Gambar 5.9).

109

Gambar 5.9Foto dalam rangka mengikuti Lomba Kreativitas

(Dokumen: Sri Minarti, 2013)

Pada gambar di atas tampak hasil karya anak dipamerkan yaitu renda,

gantungan kunci, lukisan dan tas yang terbuat dari mote. Adapun yang berhasil

dijual adalah gantungan kunci, dan tas yang terbuat dari mote, dengan nilai total

penjualan Rp 150.000,00. Dengan adanya promosi ini membuat anak termotivasi

untuk menghasilkan karya yang terbaik. Hasil pelaksanaan Keterampilan

Vokasional dapat dilihat pada Tabel 5.2 berikut.

110

Tabel 5.2Tabel Hasil Pelaksanaan Keterampilan Vokasional

Tahun 2013

No Jenis Keterampilan Hasil Keterangan1 Pembuatan batako Sudah dipasarkan Tahun 20132 Meronce Belum dipasarkan Hasil baru

sedikit3 Komputer (desain

grafis)Juara II tingkat Provinsi (Bali) Tahun 2013

4 Menjahit Belum ada yg membuka jasajahitan

Belum adatempat

5 Salon kecantikancreambath dan massage

dua orang yang bisa creambathdan massage

Tahun 2013

6 Pertamanan Baru tingkat penanaman danpemeliharaan tanaman sekolah

Belum ketingkattanamankomersial

7 Melukis Belum dipasarkan Hasil lukisansedikit

Sumber : Data SLB.B N Tabanan Tahun 2013

Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui bahwa keterampilan pembuatan

batako yang sudah ada hasil untuk nilai komersial/ dipasarkan, kemudian

komputer (desain grafis) yang berhasil mendapat juara II tingkat Provinsi (Bali)

dan salon kecantikan mengusai materi creambath dan massage.