IMPLEMENTASI KURIKULUM VOKASIONAL BERBASIS ...etheses.iainponorogo.ac.id/11586/1/SKRIPSI...

117
IMPLEMENTASI KURIKULUM VOKASIONAL BERBASIS TEKNOLOGI DALAM MENINGKATKAN KOMPETENSI LULUSAN (Studi Kasus di MA Negeri 1 Ponorogo) OLEH FEBRI RINDU KUSUMASARI NIM: 211216007 JURUSAN MANAJEMEN PENDIDIKAN ISLAM FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI PONOROGO 2020

Transcript of IMPLEMENTASI KURIKULUM VOKASIONAL BERBASIS ...etheses.iainponorogo.ac.id/11586/1/SKRIPSI...

Page 1: IMPLEMENTASI KURIKULUM VOKASIONAL BERBASIS ...etheses.iainponorogo.ac.id/11586/1/SKRIPSI 211216007...9 Ajat S, “Kemenag Optimalkan Program Keterampilan Siswa Madrasah Aliyah”,

IMPLEMENTASI KURIKULUM VOKASIONAL BERBASIS TEKNOLOGI DALAM

MENINGKATKAN KOMPETENSI LULUSAN

(Studi Kasus di MA Negeri 1 Ponorogo)

OLEH

FEBRI RINDU KUSUMASARI

NIM: 211216007

JURUSAN MANAJEMEN PENDIDIKAN ISLAM

FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI PONOROGO

2020

Page 2: IMPLEMENTASI KURIKULUM VOKASIONAL BERBASIS ...etheses.iainponorogo.ac.id/11586/1/SKRIPSI 211216007...9 Ajat S, “Kemenag Optimalkan Program Keterampilan Siswa Madrasah Aliyah”,

ii

IMPLEMENTASI KURIKULUM VOKASIONAL BERBASIS TEKNOLOGI DALAM

MENINGKATKAN KOMPETENSI LULUSAN

(Studi Kasus di MA Negeri 1 Ponorogo)

SKRIPSI

Diajukan kepada

Institut Agama Islam Negeri Ponorogo

untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan

dalam Menyelesaikan Program Sarjana

Manajemen Pendidikan Islam

OLEH

FEBRI RINDU KUSUMASARI

NIM: 211216007

JURUSAN MANAJEMEN PENDIDIKAN ISLAM

FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI PONOROGO

2020

Page 3: IMPLEMENTASI KURIKULUM VOKASIONAL BERBASIS ...etheses.iainponorogo.ac.id/11586/1/SKRIPSI 211216007...9 Ajat S, “Kemenag Optimalkan Program Keterampilan Siswa Madrasah Aliyah”,

iii

ABSTRAK

Kusumasari, Febri Rindu. 2020. Implementasi Kurikulum Vokasional Berbasis Teknologi

dalam Meningkatkan Kompetensi Lulusan (Studi Kasus di MA Negeri 1 Ponorogo). Skripsi.

Jurusan Manajemen Pendidikan Islam Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan Institut Agama Islam

Negeri Ponorogo. Pembimbing, Dr. Umar Sidiq, M.Ag.

Kata Kunci: Kurikulum Vokasional, Teknologi, Kompetensi Lulusan.

Penelitian dilatarbelakangi oleh banyaknya lulusan yang menganggur setelah mereka lulus,

karena beberapa faktor yaitu tidak melanjutkan ke Perguruan Tinggi, faktor ekonomi dan

kurangnya lapangan pekerjaan. Untuk itu perlu adanya pengembangan inovasi dari madrasah

dalam mengantisipasi problem tersebut. Kemudian untuk mengantisipasi hal tersebut Kementerian

Agama mengeluarkan kebijakan mengenai penyelenggaraan program keterampilan di Madrasah

Aliyah. MAN 1 Ponorogo merupakan madrasah pertama yang menerapkan program tersebut.

Program Keterampilan ini didukung oleh kurikulum vokasional yang mana dalam pelaksanaannya

memerlukan perencanaan yang matang serta perlu memperhatikan faktor-faktor pendukung seperti

peserta didik, sumber daya manusia, sarana dan prasarana, dan lingkungan masyarakat.

Perencanaan perlu dipersiapkan dengan sungguh-sungguh agar tujuan dari kurikulum vokasional

yaitu membekali siswa berupa keterampilan/ life skill, dapat tercapai dan memperoleh hasil yang

maksimal.

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis dan mendeskripsikan (1) Perencanaan

implementasi kurikulum vokasional berbasis teknologi dalam meningkatkan kompetensi lulusan

di MAN 1 Ponorogo, (2) Implementasi kurikulum vokasional berbasis teknologi dalam

meningkatkan kompetensi lulusan di MAN 1 Ponorogo, (3) Hasil dari implementasi kurikulum

vokasional berbasis teknologi dalam meningkatkan kompetensi lulusan di MAN 1 Ponorogo.

Penelitian ini merupakan penelitian lapangan dengan menggunakan pendekatan kualitatif

dan bersifat studi kasus. Pengumpulan data menggunakan metode wawancara, observasi, dan

dokumentasi. Analisis data yang digunakan adalah analisis kualitatif menurut Miles and Huberman

yang terdiri dari reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan.

Hasil dari penelitian tersebut adalah (1) Terdapat beberapa faktor pendukung yang perlu

dipersiapkan sebelum pelaksanaan kurikulum vokasional di antaranya materi kurikulum

vokasional, tim vokasi, perekrutan tenaga pendidik yang sesuai dengan bidang keterampilan di

MAN 1 Ponorogo, serta pengadaan sarana dan prasarana pendidikan. (2) Implementasi kurikulum

berbasis teknologi di MAN 1 Ponorogo merupakan perealisasian dari perencanaan kurikulum

vokasional, kurikulum vokasional dilaksanakan dengan sistem moving class, materi yang

diberikan kepada siswa disesuaikan dengan bidang keterampilan yang dipilihnya, tenaga pendidik

yang mengajar pun juga profesional dan berkompeten karena disesuaikan tiap-tiap program

keterampilan, kurikulum vokasional tersebut didukung oleh teknologi pendidikan yang mana

termasuk dalam sarana dan prasarana yang mengalami perkembangan yang sangat pesat hingga

sarana dan prasarana tersebut memadai dan berstandar Dunia Usaha/ Dunia Industri, semua hal

tersebut dilakukan agar siswa berkompeten dalam bidang keterampilan yang dipilih. (3) Hasil dari

implementasi kurikulum vokasional berbasis teknologi dapat dilihat dari produk-produk yang

dihasilkan oleh siswa melalui ujian Tugas Akhir dan juga prestasi yang diraih siswa dalam segala

bidang baik akademik maupun non akademik.

Page 4: IMPLEMENTASI KURIKULUM VOKASIONAL BERBASIS ...etheses.iainponorogo.ac.id/11586/1/SKRIPSI 211216007...9 Ajat S, “Kemenag Optimalkan Program Keterampilan Siswa Madrasah Aliyah”,

iv

Page 5: IMPLEMENTASI KURIKULUM VOKASIONAL BERBASIS ...etheses.iainponorogo.ac.id/11586/1/SKRIPSI 211216007...9 Ajat S, “Kemenag Optimalkan Program Keterampilan Siswa Madrasah Aliyah”,

v

Page 6: IMPLEMENTASI KURIKULUM VOKASIONAL BERBASIS ...etheses.iainponorogo.ac.id/11586/1/SKRIPSI 211216007...9 Ajat S, “Kemenag Optimalkan Program Keterampilan Siswa Madrasah Aliyah”,

vi

Page 7: IMPLEMENTASI KURIKULUM VOKASIONAL BERBASIS ...etheses.iainponorogo.ac.id/11586/1/SKRIPSI 211216007...9 Ajat S, “Kemenag Optimalkan Program Keterampilan Siswa Madrasah Aliyah”,

vii

Page 8: IMPLEMENTASI KURIKULUM VOKASIONAL BERBASIS ...etheses.iainponorogo.ac.id/11586/1/SKRIPSI 211216007...9 Ajat S, “Kemenag Optimalkan Program Keterampilan Siswa Madrasah Aliyah”,

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Dalam penyusunan kebijaksanaan-kebijaksanaan yang berkenaan dengan pendidikan di

Indonesia dewasa ini, pendidikan cenderung diartikan sebagai usaha sadar untuk membantu

perkembangan kepribadian dan kemampuan peserta didik melalui kegiatan bimbingan,

pengajaran, dan atau latihan. Secara lebih umum, pendidikan dapat diartikan sebagai suatu

perbuatan pembimbingan yang diberikan oleh pendidik kepada peserta didik ke arah suatu

tujuan tertentu.1

Pendidikan adalah usaha sadar yang dilakukan masyarakat dan pemerintah melalui

kegiatan bimbingan, pengajaran dan atau latihan, yang berlangsung di sekolah dan di luar

sekolah sepanjang hayat untuk mempersiapkan peserta didik untuk dapat memainkan peranan

dalam berbagai lingkungan hidup secara tepat pada masa yang akan datang. Pendidikan adalah

pengalaman-pengalaman belajar terprogram dalam bentuk pendidikan formal, nonformal, dan

informal di sekolah dan di luar sekolah yang berlangsung seumur hidup, bertujuan untuk

mengoptimalisasi kemampuan-kemampuan individu.2

John Dewey mengungkapkan, pendidikan adalah proses pembentukan kecakapan-

kecakapan fundamental secara intelektual, emosional ke arah alam dan sesama manusia.

Dengan kata lain sebagai usaha pengembangan potensi individu peserta didik. Sedangkan

menurut UU No. 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, pendidikan adalah usaha

sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta

didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spritual

1 Engkoswara dan Aan Komariah, Administrasi Pendidikan (Bandung: Alfabeta, 2015), 5. 2 Abdul Kadir, et.al, Dasar-dasar Pendidikan (Surabaya: Amanah Pustaka, 2009), 3-7.

Page 9: IMPLEMENTASI KURIKULUM VOKASIONAL BERBASIS ...etheses.iainponorogo.ac.id/11586/1/SKRIPSI 211216007...9 Ajat S, “Kemenag Optimalkan Program Keterampilan Siswa Madrasah Aliyah”,

2

keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan

yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.3

Melalui pendidikan kemampuan manusia terus diasah agar memiliki ketajaman dalam

memecahkan berbagai hidup dan kehidupan, karena pendidikan sebagaimana dijelaskan oleh

UNESCO menekankan pentingnya empat pilar yang harus dilakukan dalam semua proses

pendidikan, yaitu belajar untuk mengetahui (learning to know), belajar untuk berbuat

(learning to do), belajar untuk mandiri (learning to be), belajar untuk hidup bersama (learning

to live together). Dengan kata lain, manusia yang diharapkan mampu menghadapi masa depan

adalah manusia yang memiliki cakrawala berpikir luas dan dalam, memiliki keterampilan

tepat guna, memiliki kepribadian mandiri dan bertanggung jawab, serta memiliki pemahaman

dan apresiasi terhadap orang lain.4

Undang-Undang No. 02 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Pasal 3,

menegaskan bahwa pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan

membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan

kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi

manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlah mulia, sehat,

berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta

bertanggung jawab.5

Setiap lembaga pendidikan di Indonesia mempunyai cara tersendiri untuk mengasah

potensi yang dimiliki oleh siswa. Hal ini bertujuan untuk membentuk bakat dan keterampilan

siswa agar dapat bermanfaat ketika mereka lulus nanti. Latar belakang masalah ekonomi

orang tua siswa menjadi hal yang sering terjadi, akibatnya tidak semua siswa dapat

melanjutkan pendidikan ke Perguruan Tinggi. Selain itu juga karena permasalahan minimnya

3 Engkoswara dan Aan Komariah, Administrasi Pendidikan (Bandung: Alfabeta, 2015), 6. 4 Ibid., 5 Ibid.,

Page 10: IMPLEMENTASI KURIKULUM VOKASIONAL BERBASIS ...etheses.iainponorogo.ac.id/11586/1/SKRIPSI 211216007...9 Ajat S, “Kemenag Optimalkan Program Keterampilan Siswa Madrasah Aliyah”,

3

lapangan pekerjaan untuk lulusan SMA/SMK dan MA, sehingga muncul masalah baru yaitu

pengangguran.

Masalah pengangguran menjadi problem tersendiri bagi pemerintah. Fakta

menyebutkan bahwa lulusan di tingkat Sekolah Menengah Atas (SMA) adalah penyumbang

pengangguran terbesar. Hal itu didukung data Badan Pusat Statistik (BPS) yang mencatat,

jumlah angkatan kerja pada Agustus 2018 sebanyak 131,01 juta orang, atau naik 2,95 juta

orang dibanding Agustus 2017. Rinciannya, sebanyak 124,01 juta orang adalah penduduk

bekerja, sedangkan tujuh juta orang menganggur. Dari tingkat pendidikan, pada Agustus

2018, Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) 2018 untuk lulusan Sekolah Menengah Kejuruan

(SMK) masih mendominasi dibanding tingkat pendidikan lain, yaitu sebesar 11,24 persen.

TPT tertinggi berikutnya terdapat pada Sekolah Menengah Atas (SMA) sebesar 7,95 persen.6

Menurut Bhattacharyya, bahwa untuk siap bekerja maka diperlukan berbagai atribut dan

keterampilan lainnya yang telah dianggap sebagai penentu di era revolusi industri 4.0 seperti

kemampuan beradaptasi, pola pikir kewirausahaan yang kritis dan inovatif, akuntabilitas,

didorong oleh tujuan dan semangat serta keterampilan lainnya yang dianggap relevan untuk

dipekerjakan dan siap bekerja. Indonesia telah menyusun Making Indonesia 4.0, yang

merupakan peta jalan yang terintegrasi untuk mengimplementasikan sejumlah strategi dalam

memasuki era industri 4.0. Ngakan Timur Antara menegaskan bahwa seluruh institusi yang

menghasilkan SDM, mencakup pendidikan umum dan vokasi, harus merubah paradigma

berpikir dalam menyelenggarakan pendidikan. Kurikulum harus disesuaikan dengan

kebutuhan industri dan pelaku ekonomi di masa yang akan datang.7

Madrasah Aliyah merupakan lembaga pendidikan Islam dengan harapan ketika siswa

lulus nanti dapat melanjutkan pendidikan ke Perguruan Tinggi. Pembelajaran yang diterapkan

pun cenderung pada pendidikan agama. Namun untuk menghadapi era globalisasi madrasah

6 https://nasional.tempo.co/read/1173343/lulusan-sma-penyumbang-pengangguran-terbesar, Diakses pada

tanggal 27 Juni 2019, Pukul 14.37 WIB. 7 Unung Verawadina, Nizwardi Jalinus dan Lisa Asnur, “Kurikulum Pendidikan Vokasi pada Era Revolusi

Industri 4.0,” Pendidikan, 1 (Maret, 2019), 83.

Page 11: IMPLEMENTASI KURIKULUM VOKASIONAL BERBASIS ...etheses.iainponorogo.ac.id/11586/1/SKRIPSI 211216007...9 Ajat S, “Kemenag Optimalkan Program Keterampilan Siswa Madrasah Aliyah”,

4

perlu membekali siswa berupa kompetensi keterampilan/ life skill yang sudah tercantum

dalam kurikulum pendidikan. Untuk itu madrasah perlu mengembangkan inovasi agar para

lulusan tidak tergerus zaman dan madrasah pun masih bisa mempertahankan eksistensinya.

Dari permasalahan tersebut Kementerian Agama mengeluarkan kebijakan mengenai

penyelenggaraan Program Keterampilan di Madrasah Aliyah.

Program Keterampilan di Madrasah Aliyah merupakan program tambahan sebagai

bentuk tambahan lintas minat di Madrasah Aliyah Penyelenggara Program Keterampilan.

Program ini bukan merupakan Madrasah Aliyah Kejuruan. Oleh karena itu, Madrasah Aliyah

Penyelenggara Program Keterampilan ini menggunakan struktur kurikulum yang berlaku di

Madrasah Aliyah pada umumnya, dan peserta memperoleh tambahan pembelajaran

keterampilan sesuai dengan minat masing-masing peserta didik.8 Kementerian Agama

(Kemenag) berupaya mengoptimalkan program keterampilan bagi anak didik sekolah

Madrasah Aliyah agar setelah lulus memiliki daya saing di dunia kerja. Menurut Direktur

Pendidikan Madrasah Direktorat Jenderal Pendidikan Islam Kemenag, “Madrasah

keterampilan ini merupakan ikhtiar pemerintah untuk membekali kecakapan hidup atau life

skill para lulusan madrasah agar siap memasuki dunia kerja”.9

Madrasah Aliyah Negeri 1 Ponorogo merupakan Madrasah Aliyah Negeri yang terletak

di Jl. Arif Rahman Hakim No. 02, Kel. Kertosari, Kec. Babadan, Kab. Ponorogo. MAN 1

Ponorogo adalah satu-satunya Madrasah Aliyah di Kabupaten Ponorogo yang menerapkan

program keterampilan. Alasan MAN 1 Ponorogo menerapkan program keterampilan yaitu

untuk menarik minat peserta didik, untuk membekali siswa dengan keterampilan yang dapat

digunakan untuk membuka peluang pekerjaan serta menambah skill yang dimiliki siswa.10

Dengan begitu diharapkan para lulusan mampu bersaing dan menghadapi era globalisasi.

8 Keputusan Direktur Jenderal Pendidikan Islam Nomor 1023 Tahun 2016 tentang Pedoman Penyelenggara

Program Keterampilan di Madrasah Aliyah. 9 Ajat S, “Kemenag Optimalkan Program Keterampilan Siswa Madrasah Aliyah”, Antara Jabar, 17 Desember

2016. 10 Lihat Transkrip Wawancara Nomor: 10/W/21-VI/2020 dalam Lampiran Hasil Penelitian.

Page 12: IMPLEMENTASI KURIKULUM VOKASIONAL BERBASIS ...etheses.iainponorogo.ac.id/11586/1/SKRIPSI 211216007...9 Ajat S, “Kemenag Optimalkan Program Keterampilan Siswa Madrasah Aliyah”,

5

MAN 1 Ponorogo menjalankan program keterampilan sejak tahun 2012. Program

keterampilan ini berawal dari kerjasama antara pihak madrasah dengan Institut Teknik

Sepuluh November (ITS) Surabaya yang bernama Prodistik (Program Terapan Bidang

Teknologi Informasi & Komunikasi). Terdapat empat Program Keterampilan yang sudah

dilaksanakan oleh MAN 1 Ponorogo yaitu Animasi, RPL (Rekayasa Perangkat Lunak)/

Programmer, Desain Grafis, dan Multimedia. Program tersebut dilaksanakan sore hari karena

berupa ektrakurikuler, kemudian pada tahun 2018 MAN 1 Ponorogo menjadi Madrasah

Aliyah Penyelenggara Program Keterampilan atas persetujuan dari Kemenag dan berdasarkan

pada Keputusan Direktur Jenderal Pendidikan Islam Nomor 4924 Tahun 2016 tentang

Penetapan Madrasah Aliyah Penyelenggara Program Keterampilan.11 Setelah adanya

keputusan tersebut pelaksanaan program keterampilan dilaksanakan di pagi hari, sama seperti

pembelajaran lainnya.

Dengan dikeluarkannya surat keputusan tersebut MAN 1 Ponorogo menambah 2 Program

Keterampilan yaitu Tata Busana dan Tata Boga. Dengan begitu terdapat 6 program

keterampilan yang dilaksanakan oleh Madrasah Aliyah Negeri 1 Ponorogo di antaranya

Animasi, RPL (Rekayasa Perangkat Lunak)/ Programmer, Desain Grafis, Multimedia, Tata

Busana dan Tata Boga. Kemudian untuk regulasi Penyelenggaraan Program Keterampilan

tersebut diatur dalam Keputusan Direktur Jenderal Pendidikan Islam Nomor 1023 Tahun 2016

tentang Pedoman Penyelenggara Program Keterampilan di Madrasah Aliyah. Dalam surat

keputusan tersebut dijelaskan apa saja yang perlu dipersiapkan dan bagaiman pelaksanaan

program keterampilan.12

Program keterampilan tersebut tidak hanya dilaksanakan di Ponorogo namum juga di kota

lain yang tersebar di seluruh Indonesia. Sebagai upaya untuk mengasah skill dan potensi

11 Keputusan Direktur Jenderal Pendidikan Islam Nomor 4924 Tahun 2016 tentang Peneteapan Madrasah

Aliyah Penyelenggara Program Keterampilan. 12 Keputusan Direktur Jenderal Pendidikan Islam Nomor 1023 Tahun 2016 tentang Pedoman Penyelenggara

Program Keterampilan di Madrasah Aliyah.

Page 13: IMPLEMENTASI KURIKULUM VOKASIONAL BERBASIS ...etheses.iainponorogo.ac.id/11586/1/SKRIPSI 211216007...9 Ajat S, “Kemenag Optimalkan Program Keterampilan Siswa Madrasah Aliyah”,

6

peserta didik, ITS Surabaya mengadakan kompetisi tahunan yang bernama Procommit.

Procommit (Prodistik competation for MA/ SMA in IT) merupakan ajang bertemunya para

siswa MA/ SMA se-Jawa Timur dalam rangka mengasah keterampilan dan mengembangkan

aplikasi dalam bidang Teknologi Informasi dan Komunikasi.13 MAN 1 Ponorogo selaku

penyelenggara program keterampilan pun tidak absen dalam mengikuti kompetisi tersebut.

Sudah banyak prestasi yang diraih siswa dalam kompetesi yang diselenggarakan oleh ITS

Surabaya tersebut, seperti mendapatkan Juara 1 Programing Exceel Procommit N 6.0 ITS

Tingkat Nasional, Juara 3 Batik IT Procommit N 6.0 ITS Tingkat Nasional tahun 2016, Juara

2 Programing Android Procommit NG 7 pada tahun 2017, Juara 1 Programing Android, Juara

Harapan 2 Film, Juara Best Picture dan Juara Best Presentasi dalam lomba Procommit yang

dilaksanakan pada tanggal 16 Nopember 2019.14

Dengan diperolehnya prestasi pada bidang IT tersebut membuktikan bahwa siswa dari

MAN 1 Ponorogo berkompeten dalam bidang keterampilan yang sudah dipilihnya. Selain

prestasi di bidang IT, siswa-siswi MAN 1 Ponorogo juga memperoleh kejuaraan di bidang

akademik maupun non akademik. Para guru pembimbing lomba tidak pernah menuntut

mereka untuk mendapatkan juara, namun selalu dimotivasi agar ketika mengikuti perlombaan

selalu berusaha menampilkan yang terbaik. Dengan begitu siswa akan berusaha semaksimal

mungkin dan sebisa mungkin, karena usaha tidak pernah menghianati hasil.15

Program keterampilan di MAN 1 Ponorogo tidak akan berjalan tanpa adanya faktor

pendukung seperti kurikulum, tenaga pendidik, dana, sarana dan prasarana dan lain

sebagainya. Kurikulum merupakan faktor yang paling penting dalam pelaksanaan program

keterampilan, meskipun dalam pengimplementasiannya harus berkesinambungan dengan

yang lainnya. Kurikulum yang digunakan di MAN 1 Ponorogo adalah kurikulum vokasional,

13 http://prodistik.net/2019/01/28/procommit-v8-0-2018/, Diakses pada tanggal 20 Desember 2019 , Pukul

20.25 WIB. 14 Lihat Transkrip Dokumentasi Nomor: 12/D/20-IV/2020 dalam Lampiran Hasil Penelitan. 15 Hasil Wawancara dengan Ibu Sriana Indrawati selaku Waka Sarana dan Prasarana di MAN 1 Ponorogo, pada

hari Rabu, 04 Maret 2020.

Page 14: IMPLEMENTASI KURIKULUM VOKASIONAL BERBASIS ...etheses.iainponorogo.ac.id/11586/1/SKRIPSI 211216007...9 Ajat S, “Kemenag Optimalkan Program Keterampilan Siswa Madrasah Aliyah”,

7

kurikulum vokasional merupakan kurikulum 2013 kemudian dikembangkan berdasarkan

minat siswa dan kondisi lingkungan masyarakat.

Dalam proses pengembangan kurikulum, madrasah diberi kebebasan untuk mengadopsi

dari manapun tergantung kondisi siswa dan lingkungan sekitar. Dalam implementasi

kurikulum vokasional memerlukan persiapan yang matang dari semua aspek sehingga hasil

yang diperoleh pun juga maksimal. Sebagai penunjang implementasi kurikulum vokasional

diperlukan teknologi pendidikan yang sudah berstandar Dunia Usaha/Dunia Industri.

Teknologi pendidikan termasuk dalam sarana seperti alat/media yang digunakan dalam proses

pembelajaran. Penggunaan teknologi pendidikan tersebut bertujuan agar siswa cepat tanggap

dalam proses pembelajaran serta memudahkan dalam proses penyampaian materi. Karena

tidak semua siswa dapat belajar cepat hanya dengan materi namun juga perlu adanya praktek.

Selain kedua aspek tersebut yaitu kurikulum dan sarana dan prasarana, peran waka

kurikulum, tenaga pendidik dan pihak lainnya baik internal maupun eksternal juga

berpengaruh dalam implementasi kurikulum vokasional. Kurikulum vokasional ini digunakan

tenaga pendidik sebagai pedoman pembelajaran. Pelajaran vokasional ini sama halnya dengan

pelajaran lainnya, di mana untuk mengetahui seberapa jauh kompetensi yang dimiliki siswa,

perlu diadakan ujian terlebih dahulu baik ujian tulis ataupun ujian praktik. Kemudian

madrasaha memberikan sertifikat keterampilan sebagai apresiasi kepada siswa yang telah

menyelesaikan pembelajaran vokasi serta sebagai bukti bahwa siswa tersebut benar-benar

berkompeten dalam program keterampilan yang dipilihnya.

Dari beberapa teori serta permasalahan yang ada di lapangan peneliti tertarik untuk

mengetahui lebih dalam tentang masalah tersebut. Oleh karena itu, peneliti akan melakukan

penelitian dengan judul “Implementasi Kurikulum Vokasional Berbasis Teknologi dalam

Meningkatkan Kompetensi Lulusan (Studi Kasus di MA Negeri 1 Ponorogo)”

Page 15: IMPLEMENTASI KURIKULUM VOKASIONAL BERBASIS ...etheses.iainponorogo.ac.id/11586/1/SKRIPSI 211216007...9 Ajat S, “Kemenag Optimalkan Program Keterampilan Siswa Madrasah Aliyah”,

8

B. Fokus Penelitian

Mengingat adanya keterbatasan waktu maka penelitian ini difokuskan pada implementasi

kurikulum vokasional (keterampilan) dengan berbasis teknologi dalam meningkatkan

kompetensi lulusan, yang meliputi perencanaan implementasi kurikulum, pelaksanaan

kurikulum serta hasil dari implementasi kurikulum.

C. Rumusan Masalah

1. Bagaimana perencanaan kurikulum vokasional berbasis teknologi dalam meningkatkan

kompetensi lulusan di MAN 1 Ponorogo?

2. Bagaimana implementasi kurikulum vokasional berbasis teknologi dalam meningkatkan

kompetensi lulusan di MAN 1 Ponorogo?

3. Bagaimana hasil dari implementasi kurikulum vokasional berbasis teknologi dalam

meningkatkan kompetensi lulusan di MAN 1 Ponorogo?

D. Tujuan Penelitian

1. Untuk mendeskripsikan bagaimana perencanaan implementasi kurikulum vokasional

berbasis teknologi dalam meningkatkan kompetensi lulusan di MAN 1 Ponorogo.

2. Untuk memaparkan bagaimana pelaksanaan kurikulum vokasional berbasis teknologi

dalam meningkatkan kompetensi lulusan di MAN 1 Ponorogo.

3. Untuk mendeskripsikan bagaimana hasil dari implementasi kurikulum vokasional berbasis

teknologi dalam meningkatkan kompetensi lulusan di MAN 1 Ponorogo.

E. Manfaat Penelitian

1. Manfaat teoritis

Untuk mendeskripsikan dan menjelaskan implementasi kurikulum vokasional berbasis

teknologi dalam meningkatkan kompetensi lulusan di MAN 1 Ponorogo yang

berkompeten dan terampil dalam bidangnya.

Page 16: IMPLEMENTASI KURIKULUM VOKASIONAL BERBASIS ...etheses.iainponorogo.ac.id/11586/1/SKRIPSI 211216007...9 Ajat S, “Kemenag Optimalkan Program Keterampilan Siswa Madrasah Aliyah”,

9

2. Manfaat praktis

a. Bagi kepala sekolah

Hasil penelitian ini diharapkan dapat membantu kepala sekolah untuk lebih

meningkatkan kompetensi lulusan berbasis teknologi pada semua jurusan sehingga

lulusan pun dapat bersaing dengan sumber daya yang lain.

b. Bagi guru

Hasil penelitian ini diharapkan dapat mendorong guru untuk lebih semangat dan lebih

profesional dalam mendidik siswa serta membiasakan siswa MAN 1 Ponorogo untuk

senantiasa berpikir kreatif dan inovatif.

c. Bagi siswa

Hasil penelitian ini dapat memberikan pengetahuan bagi siswa MAN 1 Ponorogo

untuk menambah wawasan serta meningkatkan proses pembelajaran.

d. Bagi peneliti

Dapat memberikan pengalaman yang tak ternilai, dapat memberikan pengetahuan dan

menambah wawasan tentang segala sesuatu yang berkaitan dengan madrasah program

keterampilan serta proses implementasi kurikulum di MAN 1 Ponorogo.

F. Sistematika Pembahasan

Sesuai dengan sistematika pembahasan, penyusunan skripsi ini dibagi menjadi enam bab.

Setiap bab memiliki pembahasan yang saling terkait dengan bab lainnya, sehingga menjadi

satu kesatuan yang utuh dan tidak keluar dari fokus penelitian. Adapun sistematika

pembahasan skripsi adalah sebagai berikut:

Page 17: IMPLEMENTASI KURIKULUM VOKASIONAL BERBASIS ...etheses.iainponorogo.ac.id/11586/1/SKRIPSI 211216007...9 Ajat S, “Kemenag Optimalkan Program Keterampilan Siswa Madrasah Aliyah”,

10

BAB I : PENDAHULUAN

Pada bab ini berisi tentang gambaran umum yang menjadi bahan pijakan

pembuatan skripsi. Dalam bab ini berisi tentang latar belakang masalah,

fokus penelitian, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian,

dan sistematika pembahasan.

BAB II : TELAAH HASIL PENELITIAN TERDAHULU DAN KAJIAN

TEORI

Dalam bab ini berisi tentang telaah penelitian terdahulu dan kajian teori.

Untuk memperkuat judul penelitian, sehingga antara data dengan teori

saling menguatkan dan melengkapi. Adapun kajian teori yang digunakan

yaitu tentang implementasi kurikulum vokasional berbasis teknologi dalam

meningkatkan kompetensi lulusan.

BAB III : METODE PENELITIAN

Pada bab ini berisi tentang pendekatan dan jenis penelitian yang akan

digunakan peneliti dalam proses penelitian. Kemudian kehadiran peneliti,

sumber data, teknis pengumpulan data, analisis data, pengecekan

keabsahan data, dan tahap-tahap penelitian yang berfungsi untuk menggali

data.

BAB IV : TEMUAN PENELITIAN

Bab ini berisi tentang gambaran umum lokasi penelitian dan deskripsi data

hasil temuan peneliti mengenai implementasi kurikulum vokasional

berbasis teknologi dalam meningkatkan kompetensi lulusan.

BAB V : ANALISIS DATA

Pada bab ini memuat tentang hasil penelitian yaitu berusaha untuk

menafsirkan dan menjelaskan data hasil temuan di lapangan dengan

menggunakan acuan kerangka teori pada bab II.

Page 18: IMPLEMENTASI KURIKULUM VOKASIONAL BERBASIS ...etheses.iainponorogo.ac.id/11586/1/SKRIPSI 211216007...9 Ajat S, “Kemenag Optimalkan Program Keterampilan Siswa Madrasah Aliyah”,

11

BAB VI : PENUTUP

Bab ini merupakan bab terakhir yang berisi tentang kesimpulan yaitu

jawaban inti dari rumusan masalah, dan saran-saran yang berhubungan

dengan penelitian yaitu berupa masukan kepada pihak terkait.

Page 19: IMPLEMENTASI KURIKULUM VOKASIONAL BERBASIS ...etheses.iainponorogo.ac.id/11586/1/SKRIPSI 211216007...9 Ajat S, “Kemenag Optimalkan Program Keterampilan Siswa Madrasah Aliyah”,

12

BAB II

TELAAH HASIL PENELITIAN TERDAHULU

DAN KAJIAN TEORI

A. Kajian Penelitian Terdahulu

Penelitian ini berangkat dari telaah pustaka dan kajian penelitian terdahulu. Adapun

penelitian yang dilakukan sebelumnya yaitu:

Ismail Saleh (2017), Peningkatan Kompetensi Siswa melalui Program Keterampilan

Vokasional di SLB-B YPALB Karanganyar, Skripsi, Institut Agama Islam Negeri Surakarta.

Skripsi ini membahas tentang bagaimanakah peningkatan kompetensi psikomotorik siswa

melalui program keterampilan vokasional di SLB-B YPALB Karanganyar. Metode penelitian

ini menggunakan pendekatan deskriptif kualitatif, metode pengumpulan data menggunakan

observasi, wawancara dan dokumentasi, untuk analisis data menggunakan model analisis

interaktif. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa program keterampilan vokasional

merupakan program khusus yang diberikan kepada siswa untuk meningkatkan bakat dan

kreatifitas yang ada pada siswa. Dalam pelaksanaan kegiatan keterampilan vokasional

dilakukan secara bertahap, siswa diberikan pengalaman untuk melatih bakat yang ada, dengan

cara memberikan pelatihan-pelatihan serta memberikan pengawasan dalam proses

pengembangan diri pada setiap siswa dari pelaksanaan program keterampilan vokasional.

Sehingga dari kegiatan yang diberikan siswa oleh para guru dapat meningkatkan kompetensi

di ranah psikomotorik.

Persamaan penelitian ini yaitu sama-sama membahas tentang program keterampilan

dalam meningkatkan kompetensi siswa. Perbedaannya terletak pada objek yang diteliti, jika

penelitian di atas meneliti peningkatan psikomotorik siswa melalui program keterampilan

vokasional, sedangkan penulis meneliti tentang implementasi kurikulum vokasional berbasis

Page 20: IMPLEMENTASI KURIKULUM VOKASIONAL BERBASIS ...etheses.iainponorogo.ac.id/11586/1/SKRIPSI 211216007...9 Ajat S, “Kemenag Optimalkan Program Keterampilan Siswa Madrasah Aliyah”,

13

teknologi mulai dari perencanaan hingga hasil, penulis ingin mengetahui seberapa jauh siswa

dapat mengoperasikan teknologi sesuai dengan kompetensi yang dimiliki.

Nafi’atur Rahmawati, Manajemen Kesiswaan dalam meningkatkan Keterampilan

Vokasional Peserta Didik (Studi Kasus di MAN 2 Kota Madiun), Tesis, Program Pasca

Sarjana Institut Agama Islam Negeri Ponorogo. Tesis ini membahas tentang rekruitmen

kesiswaan dalam meningkatkan keterampilan vokasional peserta didik, penempatan

kesiswaan dalam meningkatkan keterampilan vokasional peserta didik serta pelatihan dan

pengembangan kesiswaan dalam meningkatkan keterampilan vokasional. Metode penelitian

ini menggunakan pendekatan kualitatif, dengan jenis penelitian studi kasus. Metode

pengumpulan data menggunakan observasi, wawancara dan dokumentasi, untuk analisis data

menggunakan model Milles dan Huberman, hasil penelitian ini menunjukkan. Pertama,

proses rekruitmen peserta didik baru menggunakan active recruit. Active recruit dilakukan

dengan walks ins calon peserta didik datang ke madrasah dan mendaftar dan write ins calon

peserta didik baru beserta orang tua menulis formulir pendaftaran. Kedua, penempatan peserta

didik MAN 2 Kota Madiun dilaksanakan berdasarkan seleksi/tes. Ketiga, pelatihan dan

pengembangan peserta didik dalam meningkatkan keterampilan vokasional di antaranya yaitu

dengan menggunakan model pembelajaran berbasis praktik dan diimbangi dengan melakukan

hubungan kerja sama dengan tempat kerja atau tempat pelatihan.

Persamaan penelitian ini yaitu sama-sama membahas tentang program keterampilan yang

berada di madrasah dengan tujuan untuk meningkatkan keterampilan/ kompetensi peserta

didik. Perbedaannya terletak pada fokus penelitian jika penelitian di atas membahas tentang

pengelolaan siswa untuk meningkatkan keterampilan siswa, sedangkan penulis meneliti

tentang implementasi kurikulum vokasional berbasis teknologi dalam meningkatkan

kompetensi lulusan. Dengan tujuan agar lulusan dapat berkompeten sesuai dengan program

keterampilan yang dipilih.

Page 21: IMPLEMENTASI KURIKULUM VOKASIONAL BERBASIS ...etheses.iainponorogo.ac.id/11586/1/SKRIPSI 211216007...9 Ajat S, “Kemenag Optimalkan Program Keterampilan Siswa Madrasah Aliyah”,

14

Iszul Rouf Alfansuri (2018), Upaya Peningkatan Kompetensi Lulusan Mahasiswa

melalui Fasilitas Penunjang Pendidikan (Studi Kasus di Institut Agama Islam Negeri

Ponorogo), Skripsi, Institut Agama Islam Negeri Ponorogo. Skripsi ini membahas tentang

dimensi kompetensi lulusan mahasiswa yang dapat dikembangkan di IAIN Ponorogo dan

bagaimana fasilitas penunjang pendidikan dapat mengembangkan kompetensi lulusan di IAIN

Ponorogo. Metode penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan teknik studi

kasus, metode pengumpulan data menggunakan observasi, wawancara dan dokumentasi,

untuk analisis data menggunakan model Miles dan Huberman. Hasil penelitian ini yaitu IAIN

Ponorogo mampu mengembangkan kompetensi lulusan mahasiswa dengan

mengelompokkannya ke dalam beberapa bidang dan ke dalam pembagian berbagai jurusan

masing-masing fakultas dan jurusan yang dijalankan oleh para dosen dan pihak terkait. IAIN

Ponorogo memiliki beragam fasilitas pendidikan yang diberikan dan dikelola oleh masing-

masing fakultas dan jurusan dengan harapan mampu dimanfaatkan oleh akademisi Institut

Agama Islam Negeri Ponorogo.

Persamaan dari penelitian ini yaitu sama-sama meneliti tentang kompetensi lulusan.

Perbedaannya terletak pada objek yang diteliti jika penelitian di atas meneliti kompetensi

lulusan mahasiswa pada semua jurusan sedangkan yang diteliti oleh peneliti yaitu kompetensi

lulusan pada program keterampilan yang ada di madrasah bukan pada sekolah kejuruan.

B. Kajian Teori

1. Implementasi Kurikulum

a. Pengertian Implementasi Kurikulum

Dalam Oxford Advance Learner’s Dictionary dikemukakan bahwa implementasi

adalah “Outsome thing into effect” atau penerapan sesuatu yang memberikan efek.1

Fullan mendefinisikan implementasi sebagai proses mempraktikkan/ menerapkan

1 Oemar Hamalik, Dasar-dasar Pengembangan Kurikulum (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2013), 237.

Page 22: IMPLEMENTASI KURIKULUM VOKASIONAL BERBASIS ...etheses.iainponorogo.ac.id/11586/1/SKRIPSI 211216007...9 Ajat S, “Kemenag Optimalkan Program Keterampilan Siswa Madrasah Aliyah”,

15

suatu gagasan, program atau kumpulan kegiatan yang baru bagi orang-orang yang

berusaha atau yang diharapkan untuk berubah.2 Secara sederhana implementasi bisa

diartikan pelaksanaan atau penerapan. Browne dan Wildavsky mengemukakan bahwa

implementasi adalah perluasan aktivitas yang saling menyesuaikan, sedangkan

menurut Melaughin implementasi merupakan aktivitas yang saling menyesuaikan.3

Beberapa ahli pendidikan telah membuat deskripsi tentang pengertian kurikulum

di antaranya, Ralp Tyler mendefinisikan kurikulum sebagai semua pelajaran-pelajaran

murid yang direncanakan dan dilakukan oleh pihak sekolah untuk mencapai tujuan-

tujuan pendidikannya. Kemudian A. Glattorn mendefinisikan, kurikulum ialah

rencana-rencana itu dibuat untuk membimbing dalam belajar di sekolah biasanya

meliputi dokumen, level secara umum, dan aktualisasi dari rencana-rencana itu di

kelas, sebagai pengalaman murid yang telah dicatat dan ditulis oleh seorang ahli,

pengalaman-pengalaman tersebut ditempatkan dalam lingkungan belajar yang juga

mempengaruhi apa yang dipelajari.4

Menurut B. Othanel Smith, W.O Stanley dan J. Harlan Shones memandang

kurikulum bukan hanya mata pelajaran, tetapi juga pengalaman-pengalaman potensial

yang dapat diberikan kepada peserta didik. Selanjutnya, J. Galen Saylor dan William

M. Alexander mengemukakan kurikulum tidak hanya mata pelajaran dan pengalaman

melainkan semua upaya sekolah untuk memengaruhi peserta didik belajar, baik di

kelas, di halaman sekolah atau di luar sekolah.5

Dalam UU. No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional dijelaskan

“Kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi, dan

bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan

2 R. Sri Widaningsih, “Manajemen dalam Implementasi Kurikulum di Sekolah (Sebuah Kajian Literature),”

Ilman, 2 (September, 2014), 163. 3 Sayfrudin Nurdin dan Adriantoni, Kurikulum dan Pembelajaran (Jakarta: PT. Rajagrafindo Persada, 2016),

64. 4 Nurul Huda, “Manajemen Pengembangan Kurikulum,” Al-Tanzim, 2 (2017), 55. 5 Zainal Arifin, Konsep dan Model Pengembangan Kurikulum (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2017), 3.

Page 23: IMPLEMENTASI KURIKULUM VOKASIONAL BERBASIS ...etheses.iainponorogo.ac.id/11586/1/SKRIPSI 211216007...9 Ajat S, “Kemenag Optimalkan Program Keterampilan Siswa Madrasah Aliyah”,

16

pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu”.6 Tujuan tertentu ini

meliputi tujuan pendidikan nasional serta kesesuaian dengan kekhasan, kondisi, dan

potensi daerah, satuan pendidikan dan peserta didik. Oleh sebab itu, kurikulum disusun

oleh satuan pendidikan untuk memungkinkan penyesuaian program pendidikan

dengan kebutuhan dan potensi yang ada di daerah masing-masing. Pengembangan

kurikulum yang beragam mengacu pada standar nasional pendidikan untuk menjamin

pencapaian tujuan pendidikan nasional. Kurikulum merupakan alat yang paling

penting dalam keberhasilan suatu pendidikan, tanpa adanya kurikulum yang baik dan

tepat maka akan kesulitan dalam mencapai tujuan dan sasaran pendidikan baik formal,

informal, maupun non formal.7

Dari beberapa definisi implementasi dan pengertian kurikulum oleh beberapa ahli

dapat diartikan, implementasi kurikulum merupakan aktualisasi dari kurikulum tertulis

(written curriculum) dalam bentuk pembelajaran. Hal ini sejalan dengan apa yang

diungkapkan Miller dan Seller bahwa “in same case implementation has been

identified with instruction” lebih lanjut dijelaskan bahwa implementasi kurikulum

merupakan suatu penerapan konsep ide program atau tatanan kurikulum ke dalam

praktik pembelajaran atau berbagai kreativitas baru sehingga terjadinya perubahan

pada sekelompok orang yang diharapkan untuk berubah. Dengan demikian,

implementasi kurikulum adalah penerapan atau pelaksanaan program kurikulum yang

telah dikembangkan dalam tahap sebelumnya, kemudian diujicobakan dengan

pelaksanaan dan pengelolaan yang disesuaikan terhadap situasi dan kondisi lapangan

dan karakteristik peserta didik baik perkembangan intelektual, emosional, serta fisik.8

Berbagai dimensi implementasi kurikulum yang penting untuk dicermati adalah

materi kurikulum, struktur organisasi kurikulum, peranan atau perilaku, pengetahuan,

6 Ibid., 6. 7 Nurul Huda, “Manajemen Pengembangan Kurikulum,” Al-Tanzim, 2 (2017), 56. 8 Dinn Wahyudin, Manajemen Kurikulum (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2014), 93.

Page 24: IMPLEMENTASI KURIKULUM VOKASIONAL BERBASIS ...etheses.iainponorogo.ac.id/11586/1/SKRIPSI 211216007...9 Ajat S, “Kemenag Optimalkan Program Keterampilan Siswa Madrasah Aliyah”,

17

dan internalisasi nilai. Keberhasilan implementasi terutama ditentukan oleh aspek

perencanaan dan strategi implementasinya. Pada prinsipnya, implementasi ini

mengintegrasikan aspek-aspek filosofis, tujuan, subject matter, strategi mengajar, dan

kegiatan belajar serta evaluasi dan feedback.9

Implementasi kurikulum tidak akan berjalan tanpa adanya perencanaan kurikulum.

Perencanaan kurikulum merupakan bagian dari upaya perwujudan sebuah ide-ide

tentang pengembangan kurikulum. Perencanaan memegang peranan penting terhadap

optimalisasi hasil dari sebuah proses pengembangan kurikulum. Apabila

perencanaannya baik maka baik pula hasilnya, dan sebaliknya apabila perencanaannya

tidak baik maka tentu akan dihasilkan sebuah kurikulum yang tidak sistematis, tidak

relevan, dan tidak mampu beradaptasi dengan perkembangan masyarakat dan

teknologi.10 Karena perencanaan memegang peran penting dalam merealisasikan

sebuah tujuan dari lembaga pendidikan maka sebelum melaksanakan sesuatu hal perlu

adanya perencanaan yang matang agar tujuan dapat tercapai dengan baik.

Depdiknas menjelaskan, kurikulum sebagai bagian terpenting dari kegiatan

pendidikan memiliki fungsi utama sebagai pedoman dalam proses pelaksanaan

pendidikan. Rancangan kurikulum dalam pendidikan harus diposisikan sebagai pijakan

bagi sekolah untuk mengembangkan pendidikan. Kurikulum pada masing-masing

sistem pendidikan direncanakan dan dikembangkan sesuai dengan kebutuhan

masyarakat.11

b. Pihak yang Terkait dalam Implementasi Kurikulum

Implementasi kurikulum tidak akan berjalan dengan baik tanpa adanya kerjasama

dari pihak internal maupun eksternal. Pihak-pihak yang terkait dalam perkembangan

kurikulum di antaranya tenaga pengajar (guru), supervisor (pengawas/ penilik),

9 Oemar Hamalik, Dasar-dasar Pengembangan Kurikulum, 190. 10 Ibid., 11 Akhmad Saufi dan Hambali, “Menggagas Perencanaan Kurikulum Menuju Sekolah Unggul,” Al-Tanzim, 01

(Maret, 2019), 32.

Page 25: IMPLEMENTASI KURIKULUM VOKASIONAL BERBASIS ...etheses.iainponorogo.ac.id/11586/1/SKRIPSI 211216007...9 Ajat S, “Kemenag Optimalkan Program Keterampilan Siswa Madrasah Aliyah”,

18

administrator, kepala sekolah, pakar ilmu pendidikan, staff Diknas, Organisasi Siswa

(OSIS), orang tua dan masyarakat.12 Semua pihak perlu saling berkoordinasi agar

sebuah kurikulum dapat berjalan dengan baik dan mencapai tujuan yang diharapkan.

Berikut penjelasan lebih lanjut terkait pihak yang terlibat dalam implementasi

kurikulum:13

1) Pakar ilmu pendidikan

Dalam praktik pengembangan kurikulum dan implementasi kurikulum pakar ilmu

pendidikan ini sering kali berada dalam posisi sebagai konsultan kurikulum

dengan tugas yang sesuai dengan kepakarannya.

2) Ahli kurikulum

Ahli kurikulum yaitu orang-orang yang terlibat dalam membuat konsep, model

ataupun persiapan pengelolaan kurikulum yang dijadikan sebagai dokumen terdiri

dari pakar pendidikan, pakar kurikulum dan administrator pendidikan.

3) Supervisor

Dalam proses pengembangan kurikulum dan implementasi kurikulum haruslah

ada supervisor dalam kerangka tugas sebagai pemimpin pendidikan, sehingga

setiap supervisor berkewajiban melaksanakan tugasnya mengawasi sebuah

kegiatan untuk mendatang dan membimbing yang disupervisi, yaitu guru ke arah

pencapaian tujuan pendidikan sekolah.

4) Sekolah

Pihak sekolah mempunyai peran dan tanggung jawab yang terkait dengan peran

dan tanggung jawab pihak lainnya dalam pendidikan di daerah yang bersangkutan.

12 R. Sri Widaningsih, “Manajemen dalam Implementasi Kurikulum di Sekolah (Sebuah Kajian Literature),”

Ilman, 2 (September, 2014), 166. 13 Dinn Wahyudin, Manajemen Kurikulum, 101.

Page 26: IMPLEMENTASI KURIKULUM VOKASIONAL BERBASIS ...etheses.iainponorogo.ac.id/11586/1/SKRIPSI 211216007...9 Ajat S, “Kemenag Optimalkan Program Keterampilan Siswa Madrasah Aliyah”,

19

5) Kepala sekolah

Tugas dari kepala sekolah dalam implementasi kurikulum adalah menjamin

tersedianya dokumen kurikulum, membantu dan memberikan nasihat kepada

guru, mengatur jadwal pertemuan guru dan menyusun laporan evaluasi. Adapun

kegiatan yang dilakukan kepala sekolah adalah menciptakan kondisi bagi

pengembangan kurikulum di sekolahnya dan menyusun rencana anggaran

tahunan yang berfungsi sebagai pedoman dalam melaksanakan kegiatan-kegiatan

kepemimpinannya, baik untuk jangka panjang maupun jangka pendek.

6) Guru

Dalam implementasi kurikulum, guru dapat dikatakan sebagai ujung tombak

keberhasilan implementasi kurikulum. Mengingat pentingnya kepentingan

keterampilan guru dalam pembelajaran terhadap keberhasilan implementasi

kurikulum, wajar apabila pendidikan guru haruslah diperhatikan dengan

pertimbangan berbagai aspek yang dibutuhkan atau perlu dikuasai oleh seorang

guru.

7) Siswa

Siswa berperan dalam keberhasilan implementasi kurikulum karena semua

kegiatan pengembangan kurikulum sampai dengan implementasi kurikulum yang

sangat nyata adalah dalam bentuk pelaksanaan kegiatan belajar mengajar yang

sewajarnya. Minat yang penuh, usaha yang sungguh, penyesuaian tugas-tugas

serta partisipasi dalam setiap kegiatan sekolah.

8) Orang tua dan masyarakat

Dalam kaitannya dengan implementasi kurikulum orang tua siswa juga ikut andil

dalam implementasi tersebut. Hal ini disebabkan tidak semua kegiatan belajar

yang dituntut oleh kurikulum dapat dilaksanakan oleh sekolah sehingga sebagian

dilakukan di rumah, secara berkala orang tua siswa menerima laporan kemajuan

Page 27: IMPLEMENTASI KURIKULUM VOKASIONAL BERBASIS ...etheses.iainponorogo.ac.id/11586/1/SKRIPSI 211216007...9 Ajat S, “Kemenag Optimalkan Program Keterampilan Siswa Madrasah Aliyah”,

20

anaknya dari sekolah berupa rapor yang merupakan komunikasi tentang program

atau kegiatan yang dilaksanakan di sekolah.

c. Tahap Implementasi Kurikulum

Dalam implementasi sebuah kurikulum tidak begitu saja dilaksanakan, melainkan

terdapat tahapan-tahapan agar kurikulum tersebut dapat terlaksana dengan baik dan

tujuan pun dapat tercapai. Oemar Hamalik menjelaskan bahwa model implementasi

kurikulum, sebagai berikut:14

1) Tahap Perencanaan Implementasi

Tahap ini bertujuan untuk menguraikan visi dan misi atau mengembangkan

tujuan implementasi (operasional) yang ingin dicapai. Usaha ini

mempertimbangkan metode (teknik), sarana dan prasarana pencapaian yang akan

digunakan, waktu yang dibutuhkan, besar anggaran, personalia yang terlibat, dan

sistem evaluasi, dengan mempertimbangkan tujuan yang ingin dicapai beserta

situasi, kondisi, serta faktor internal dan eksternal.

Sedangkan Dinn Wahyudin dalam bukunya menjelaskan, jika dikaji lebih

mendalam tentang komponen-komponen apa saja yang perlu direncanakan dalam

implementasi kurikulum, secara sederhana dapat dideskrikpsikan sebagai

berikut:15

a) Tujuan, diperlukan untuk memberikan arah pada kegiatan yang dilakukan

b) Isi, merupakan susunan bahan kajian dan pelajaran untuk mencapai tujuan

pendidikan

c) Aktivitas belajar, adalah berbagai aktivitas yang diberikan para pembelajar

dalam situasi belajar-mengajar

14 Oemar Hamalik, Dasar-dasar Pengembangan Kurikulum, 249. 15 Dinn Wahyudin, Manajemen Kurikulum, 87.

Page 28: IMPLEMENTASI KURIKULUM VOKASIONAL BERBASIS ...etheses.iainponorogo.ac.id/11586/1/SKRIPSI 211216007...9 Ajat S, “Kemenag Optimalkan Program Keterampilan Siswa Madrasah Aliyah”,

21

d) Sumber belajar, sumber yang dapat digunakan untuk mencapai tujuan antara

lain buku dan bahan cetak, perangkat lunak komputer, media audiovisual

e) Evaluasi, berguna untuk mengetahui tingkat ketercapaian pelaksanaan tujuan,

dilakukan secara bertahap berkesinambungan, dan terbuka.

Kemudian, dalam setiap penetapan berbagai elemen yang akan digunakan

dalam proses implementasi kurikulum, terdapat tahapan proses pembuatan

keputusan yang meliputi:16

a) Identifikasi masalah yang dihadapi (tujuan yang ingin dicapai)

b) Pengembangan setiap alternatif metode, evaluasi, personalia, anggaran dan

waktu.

c) Evaluasi setiap alternatif, dan

d) Penentuan alternatif yang paling baik

Proses evaluasi atau pemilihan alternatif tersebut dilakukan melalui teknik

analisis SWOT (Strength, Weakness, Opportunity, dan Threat). Setiap alternatif

dipertimbangkan kekuatannya, serta disesuaikan dengan peluang yang ada dan

hambatan yang dihadapi. Hasil nyata dari tahap ini adalah blue print (cetak biru)

yang akan menjadi pedoman dalam pelaksanaan.

Pada proses pengembangan rencana blue print tersebut, perlu

dipertimbangkan metode dan sarana yang digunakan, waktu yang dibutuhkan,

kualitas dan kuantitas personal yang terlibat, serta besarnya anggaran yang

diperlukan.

2) Tahap Pelaksanaan Implementasi

Tahap ini bertujuan untuk melaksanakan pedoman yang telah disusun dalam

fase perencanaan, dengan menggunakan sejumlah teknik dan sumber daya yang

16 Oemar Hamalik, Dasar-dasar Pengembangan Kurikulum, 249.

Page 29: IMPLEMENTASI KURIKULUM VOKASIONAL BERBASIS ...etheses.iainponorogo.ac.id/11586/1/SKRIPSI 211216007...9 Ajat S, “Kemenag Optimalkan Program Keterampilan Siswa Madrasah Aliyah”,

22

ada dan telah ditentukan pada tahap perencanaan sebelumnya. Jenis kegiatan

dapat bervariasi, sesuai dengan kondisi yang ada.

Teknik yang digunakan, alat bantu yang dipakai, lamanya waktu pencapaian

kegiatan, pihak yang terlibat, serta besarnya anggaran yang telah dirumuskan

dalam tahap perencanaan, diterjemahkan kembali dalam praktik.

Pelaksanaan dilakukan oleh suatu tim terpadu, menurut

departemen/divisi/seksi masing-masing atau gabungan, bergantung pada

perencanaan sebelumnya. Hasil dari pekerjaan ini adalah tercapainya tujuan-

tujuan kegiatan yang telah ditetapkan. Secara umum, hasilnya akan meningkatkan

pemanfaatan dan penerapan kurikulum.

3) Tahap evaluasi implementasi

Tahap ini bertujuan untuk melihat dua hal. Pertama, melihat proses

pelaksanaan yang sedang berjalan sebagai fungsi kontrol, apakah pelaksanaan

evaluasi telah sesuai dengan rencana, dan sebagai fungsi perbaikan jika selama

proses terdapat kekurangan. Kedua, melihat hasil akhir yang dicapai. Hasil akhir

ini merujuk pada kriteria waktu dan hasil yang dicapai dibandingkan terhadap fase

perencanaan. Evaluasi dilaksanakan menggunakan suatu metode, sarana dan

prasarana, anggaran personel, dan waktu yang ditentukan dalam tahap

perencanaan.17

2. Kurikulum Vokasional Berbasis Teknologi

a. Kurikulum Vokasional

Kata vokasi dalam bahasa Inggris yaitu vocation yang berasal dari bahasa latin

“vocare” yang artinya dipanggil, surat panggilan, perintah (summon) atau undangan.18

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), vokasi adalah pekerjaan yang sesuai

17 Ibid., 18 Putu Sudira, TVET Abad XXI Filosofi, Teori, Konsep, dan Strategi Pembelajaran Vokasional (Yogyakarta:

UNY Press, 2017), 4.

Page 30: IMPLEMENTASI KURIKULUM VOKASIONAL BERBASIS ...etheses.iainponorogo.ac.id/11586/1/SKRIPSI 211216007...9 Ajat S, “Kemenag Optimalkan Program Keterampilan Siswa Madrasah Aliyah”,

23

dengan kualifikasi atau keahlian.19 Menurut Billet, vokasi adalah produk pengalaman

seseorang sebagai keahlian khusus dirinya yang menarik dan berkaitan dengan

pekerjaan yang menyebabkan orang lain bergantung dan membutuhkannya sehingga

dipanggil atau diundang untuk mengerjakan sesuatu pekerjaan atau job. Vokasi adalah

keahlian khusus yang dimiliki seseorang sebagai akumulasi pengalamannya.20

Sedangkan vokasional (vocational) adalah kata sifat (adjectiva). Vokasional

berkaitan dengan sifat-sifat pekerjaan atau jabatan (relating to or concerned with a

ocupation). Vokasional berkaitan dengan dengan skill khusus, pendidikan, pelatihan

atau training skill atau perdagangan untuk pengembangan karir (undergoing training

in a skill or trade to be pursued as a career). Pendidikan vokasional berkaitan dengan

pengembangan keilmuan yang mempelajari sifat-sifat pekerjaan, aspek pekerjaan,

jalur dan jenjang karir kerja melalui pengembangan kompetensi atau skill kerja yang

dibutuhkan di dunia kerja. Proses pengembangan kevokasian seseorang membutuhkan

pendidikan dan pelatihan yang disebut dengan Pendidikan dan Pelatihan Vokasional

yang kemudian terakhir berkembang menjadi TVET (Technical and Vocational

Education and Training). TVET memberi pengetahuan teori dan praktik baik di

sekolah, lembaga pelatihan atau perusahaan.21

Pendidikan vokasional adalah pendidikan untuk mengembangkan ke-vokasi-an

seseorang sehingga memiliki kapasitas atau kapabilitas ditugasi atau diberi perintah

untuk melakukan pekerjaan atau melaksanakan jabatan tertentu. Menurut Pavlova,

secara tradisi tujuan utama pendidikan vokasional adalah menyiapkan lulusan untuk

bekerja. Persiapan bekerja adalah tujuan utama pendidikan vokasional. Agar lulusan

dari pendidikan vokasional siap bekerja maka pendidikan vokasional memuat

pelatihan khusus yang cenderung bersifat reproduktif. Pembelajaran pendidikan

19 Kamus Besar Bahasa Indonesia 20 Putu Sudira, TVET Abad XXI Filosofi, Teori, Konsep, dan Strategi Pembelajaran Vokasional, 4. 21 Ibid., 5.

Page 31: IMPLEMENTASI KURIKULUM VOKASIONAL BERBASIS ...etheses.iainponorogo.ac.id/11586/1/SKRIPSI 211216007...9 Ajat S, “Kemenag Optimalkan Program Keterampilan Siswa Madrasah Aliyah”,

24

vokasional memberi pengalaman belajar dan pelatihan memproduksi sesuatu atau

melakukan layanan yang sudah lazim digunakan dalam bekerja. Proses pelatihan

berlangsung di bawah pengawasan dan perintah guru atau instruktur dengan fokus

perhatian pada pengembangan kebutuhan industri dan kebutuhan dunia kerja.

Pelatihan yang diberikan berisikan skill khusus atau trik-trik kebutuhan pasar kerja.22

Pendidikan vokasional sebagai pendidikan untuk dunia kerja muara akhirnya

adalah pembentukan kompetensi. Abilitas peserta didik dilatih agar mampu perform

dengan skill, sikap, dan pengetahuan kerja yang sesuai dengan tuntutan kebutuhan

dunia kerja.23

Semua tujuan dan harapan tersebut tidak akan terealisasi tanpa adanya faktor

pendukung dari lembaga pendidikan baik berupa sumber daya manusia yaitu tenaga

pendidik dan tenaga kependidikan, sarana dan prasarana, kurikulum dan faktor

pendukung lainnya. Dalam proses pembelajaran, kurikulum memegang peran penting

dalam proses mencerdaskan peserta didik, kurikulum dirancang sedemikian rupa agar

tujuan yang telah ditentukan sebelumnya dapat tercapai. Begitupun dengan kurikulum

pendidikan vokasional perlu dirancang dan direncanakan sedemikian rupa agar tujuan

dalam membekali siswa berupa kompetensi keterampilan dapat tercapai. Menurut

Sudira kurikulum Technical and Vocation Education and Training (TVET) memuat

panduan program pengembangan kompetensi kerja lulusan terstandar dunia kerja.

Kurikulum TVET sebagai program pembelajaran yang utuh dan lengkap memuat

landasan filosofis teoritis program, profil kompetensi lulusan, standar kompetensi

lulusan, capaian pembelajaran, struktur mata pelajaran, deskripsi silabus, rencana

pelaksanaan pembelajaran, modul pembelajaran, lab sheet, work sheet, perangkat

penilaian, uji kompetensi dan sertifikasi kompetensi.24

22 Ibid., 7. 23 Ibid., 8. 24 Unung Verawadina, Nizwardi Jalinus dan Lise Asnur, “Kurikulum Pendidikan Vokasi pada Era Revolusi

Industri 4.0,” Pendidikan, 1 (Maret 2019), 84.

Page 32: IMPLEMENTASI KURIKULUM VOKASIONAL BERBASIS ...etheses.iainponorogo.ac.id/11586/1/SKRIPSI 211216007...9 Ajat S, “Kemenag Optimalkan Program Keterampilan Siswa Madrasah Aliyah”,

25

Sedangkan, kurikulum TVET menurut Dewey memuat kemampuan akademik

yang luas dan kompetensi generik, skill teknis, skill interpersonal, dan karakter kerja.

Kurikulum TVET mengintegrasikan pendidikan akademik, karir, dan teknik. Ada

artikulasi di antara pendidikan dasar, menengah dan pendidikan tinggi, dekat dengan

dunia kerja. Sekolah yang baik adalah sekolah yang mampu membangun komunitas

masyarakat secara bersama-sama menjadi anggota masyarakat yang aktif

mengembangkan budaya. Menurut Dewey hanya pengalaman yang benar dan nyata

yang dapat membuat peserta didik dapat menghubungkan berbagai pengetahuan yang

dipelajari.25

Dapat disimpulkan bahwa pendidikan vokasional merupakan pendidikan yang

memuat tentang pembentukan kompetensi peserta didik agar ketika lulus mereka siap

bekerja. Materi yang diberikan kepada peserta didik untuk membentuk kompetensi

yang dimilikinya mengacu pada Dunia Usaha/ Dunia Industri. Kompetensi siswa

tersebut terdiri dari kompetensi sikap, kompetensi pengetahuan dan kompetensi

keterampilan. Pendidikan vokasional ini tidak hanya dilakukan di dalam kelas namun

juga dapat dilakukan di luar kelas seperti kegiatan magang ataupun mengikuti

pelatihan yang didampingi oleh guru atau pembimbing. Karena pengalaman belajar

siswa seperti praktik lapangan lebih penting daripada mereka harus diberikan teori

terus menerus.

Di Madrasah Aliyah dalam upaya membentuk kompetensi siswa yang berupa

keterampilan dikenal dengan Program Keterampilan. Program Keterampilan di

Madrasah Aliyah merupakan program tambahan sebagai bentuk tambahan lintas minat

di Madrasah Aliyah Penyelenggara Program Keterampilan. Program ini bukan

merupakan Madrasah Aliyah Kejuruan. Oleh karena itu, Madrasah Aliyah

Penyelenggara Program Keterampilan ini menggunakan struktur kurikulum yang

25 Putu Sudira, TVET Abad XXI Filosofi, Teori, Konsep, dan Strategi Pembelajaran Vokasional, 37.

Page 33: IMPLEMENTASI KURIKULUM VOKASIONAL BERBASIS ...etheses.iainponorogo.ac.id/11586/1/SKRIPSI 211216007...9 Ajat S, “Kemenag Optimalkan Program Keterampilan Siswa Madrasah Aliyah”,

26

berlaku di madrasah Aliyah pada umumnya, dan peserta didik memperoleh tambahan

pembelajaran keterampilan sesuai dengan minat masing-masing peserta didik.26

Dapat disimpulkan bahwa, tujuan Madrasah Aliyah atau lembaga pendidikan

menerapkan program keterampilan yaitu untuk membekali siswa berupa kompetensi

keterampilan yang dapat bermanfaat ketika mereka lulus nanti, entah digunakan untuk

bekerja, membuka usaha atau melanjutkan pendidikan. Program Keterampilan ini

sama halnya dengan pendidikan vokasional karena dalam materi pembelajaran

memuat tentang pembentukan skill peserta didik agar lebih terampil dalam bidang

yang sudah dipilihnya.

Regulasi penyelenggaraan Program Keterampilan di Madrasah Aliyah diatur

dalam Keputusan Direktur Jenderal Pendidikan Islam Nomor 1023 Tahun 2016

tentang Pedoman Penyelenggaraan Program Keterampilan di Madrasah Aliyah.

Program keterampilan yang diselenggarakan di Madrasah Aliyah masuk dalam beban

belajar/ struktur kurikulum Madrasah Aliyah pada mata pelajaran Prakarya/

Kewirausahaan dengan jumlah jam per minggu 2 jam pelajaran, dan untuk Madrasah

Aliyah Penyelenggara Program Keterampilan ditambah materi lintas minat

keterampilan dengan jumlah jam per minggu 6 jam pelajaran. Apabila dipandang

bahwa dari alokasi beban belajar tersebut masih perlu tambahan sesuai kebutuhan,

maka Madrasah dapat menambah sesuai kondisi madrasah masing-masing.27

Untuk memperoleh hasil maksimal program ini harus terintegrasi dengan

kurikulum dan harus dipastikan bahwa program keterampilan di Madrasah Aliyah tidak

mengurangi jumlah jam dari mata pelajaran yang ada. Dengan pola ini, diharapkan

program keterampilan menghasilkan output seperti yang diharapkan. Output yang

26 Keputusan Direktur Jenderal Pendidikan Islam Nomor 1023 Tahun 2016 Tentang Pedoman Penyelenggaraan

Program Keterampilan di Madrasah Aliyah, 3. 27 Ibid.,

Page 34: IMPLEMENTASI KURIKULUM VOKASIONAL BERBASIS ...etheses.iainponorogo.ac.id/11586/1/SKRIPSI 211216007...9 Ajat S, “Kemenag Optimalkan Program Keterampilan Siswa Madrasah Aliyah”,

27

diharapkan adalah siswa yang memiliki kompetensi sesuai dengan standar minimal

yang dipersyaratkan oleh Dunia Usaha/ Dunia Industri terkait.28

Dapat disimpulkan, proses pelaksanaan pembelajaran Program Keterampilan di

Madrasah Aliyah menggunakan kurikulum 2013 kemudian untuk pengembangannya

diserahkan kepada madrasah itu sendiri. Dengan begitu madrasah dapat dengan leluasa

mengembangkan dan menyesuaikan kurikulum dengan lingkungan madrasah serta

Dunia Usaha/ Dunia Industri terkait guna memenuhi kebutuhan siswa/ lulusan berupa

kompetensi keterampilan.

b. Teknologi Pendidikan

Dari penjelasan kurikulum vokasional tersebut serta harapan adanya output yang

berkompeten, perlu diketahui bahwa dalam pelaksanaan kurikulum tidak terlepas dari

adanya teknologi pendidikan sebagai media pembelajaran. Kurikulum dan teknologi

pendidikan saling melengkapi. Teknologi pendidikan berfungsi memperkuat

pengembangan kurikulum. Bagaimana kurikulum dikembangkan, maka itu menjadi

fungsi teknologi pendidikan. Terminologi teknologi tidak hanya berkaitan dengan alat-

alat atau mesin, namun juga berkaitan dengan kegiatan menerapkan ilmu atau

pengetahuan atau usaha untuk memecahkan masalah.29

Pengertian teknologi pendidikan tidak terlepas dari pengertian teknologi secara

umum. Banyak orang berpikir bahwa teknologi adalah mesin atau alat-alat, akan tetapi

teknologi memiliki makna sebagai proses yang meningkatkan nilai tambah.30 Dalam

artian teknologi sebagai proses, maka pendidikan dapat dikatakan sebagai salah satu

teknologi, karena pendidikan itu merupakan proses untuk menjadikan manusia

terdidik, atau proses untuk memperoleh nilai tambah (added value), sehingga dapat

28 Ibid., 29 Munir, Kurikulum Berbasis Teknologi Informasi dan Komunikasi (Bandung: Alfabeta, 2010), 40. 30 Ishak Abdullah dan Deni Darmawan, Teknologi Pendidikan (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2013), 106.

Page 35: IMPLEMENTASI KURIKULUM VOKASIONAL BERBASIS ...etheses.iainponorogo.ac.id/11586/1/SKRIPSI 211216007...9 Ajat S, “Kemenag Optimalkan Program Keterampilan Siswa Madrasah Aliyah”,

28

dikatakan education as technology. Menurut Habibie teknologi agar dapat

menghasilkan nilai tambah harus memenuhi tiga kriteria, yaitu:31

1) Mempunyai landasan teori untuk pengembangannya

2) Mengandung cara khusus, dan

3) Dapat digunakan untuk mengatasi problem konkret

Semua bentuk teknologi adalah sistem yang diciptakan manusia untuk sesuatu tujuan

tertentu, yang pada dasarnya adalah mempermudah manusia dan memperingan

usahanya, meningkatkan hasil dan menghemat tenaga serta sumber daya yang ada.

Teknologi adalah cara di mana kita menggunakan ilmu pengetahuan untuk

memecahkan masalah praktis. Dalam kehidupan manusia di era global saat ini,

manusia akan selalu berhubungan dengan teknologi. Teknologi menurut Smaldino

pada hakikatnya adalah alat untuk mendapatkan nilai tambah dalam menghasilkan

produk yang bermanfaat.32

Para ahli teknologi pendidikan berpendapat bahwa peranan utama teknologi

pendidikan untuk membantu meningkatkan efisiensi menyeluruh proses belajar

mengajar. Hal yang berkaitan dengan efisiensi tersebut adalah:33

1) Meningkatkan kualitas belajar atau penguasaan materi belajar.

2) Mempersingkat waktu yang dipakai untuk mencapai tujuan yang ingin dicapai

dalam belajar.

3) Meningkatkan kualitas guru.

4) Mengurangi biaya tanpa mempengaruhi kualitas belajar.

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa kurikulum vokasional berbasis

teknologi adalah seperangkat pedoman pembelajaran keterampilan yang terdiri dari

31 Ibid, 107. 32 Tuti Andriani, “Sistem Pembelajaran Berbasis Teknologi Informasi dan Komunikasi,” Sosial Budaya, 1

(Januari-Juni, 2015), 133. 33 Hamzah B.Uno dan Nina Lamatenggo, Landasan Pendidikan (Jakarta: Bumi Aksara, 2016), 153.

Page 36: IMPLEMENTASI KURIKULUM VOKASIONAL BERBASIS ...etheses.iainponorogo.ac.id/11586/1/SKRIPSI 211216007...9 Ajat S, “Kemenag Optimalkan Program Keterampilan Siswa Madrasah Aliyah”,

29

tujuan, isi, dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan. Pembelajaran ini berisi

tentang proses pembentukan keterampilan/ kompetensi siswa didukung oleh media/

alat yang sesuai dengan standar Dunia Usaha atau Dunia Industri. Media/ alat tersebut

berfungsi sebagai pemecahan masalah serta dapat memberikan nilai tambah untuk

produk yang dihasilkan.

3. Pengertian Kompetensi Lulusan

a. Pengertian Kompetensi Lulusan

Kompetensi lulusan adalah kemampuan minimal yang harus dicapai oleh peserta

didik, setelah tamat mengikuti pendidikan pada jenjang atau satuan pendidikan

tertentu. Misalnya kompetensi lulusan SD/MI, SMP/ MTs, SMA/MA dan SMK.34

Berdasarkan UU No. 20/ 2003 tentang Sisdiknas penjelasan pasal 35 (1), kompetensi

lulusan merupakan kualifikasi kemampuan lulusan yang mencakup sikap,

pengetahuan, dan keterampilan sesuai dengan standar nasional yang telah disepakati.

Depdiknas menyatakan bahwa kompetensi lulusan adalah kualifikasi kemampuan

lulusan yang mencakup sikap, pengetahuan, dan keterampilan.35

Wahyuningsih menyatakan bahwa kompetensi lulusan adalah sanggup melakukan

pekerjaan pada industri sesuai dengan kemampuan sendiri sebagai tenaga menengah

terampil dalam dunia industri. Sedangkan Shadan mengatakan bahwa kompetensi

lulusan adalah semua kombinasi pengetahuan, keterampilan, keahlian yang diperoleh

mahasiswa dari awal hingga dia lulus dari perguruan tinggi.36

Dapat disimpulkan bahwa kompetensi lulusan merupakan kemampuan yang

terdiri dari sikap, pengetahuan, keterampilan dan keahlian yang dimiliki oleh

seseorang melalui pendidikan baik formal maupun nonformal.

34 Wina Sanjaya, Perencanaan dan Desain Sistem Pembelajaran (Jakarta: Prenada Media Group, 2009), 133. 35 M. Aghpin Ramadhan, Tuti Iriani dan Santoso Sri Handoyo, “Relevansi Kompetensi Lulusan SMK

Khususnya Kompetensi Keahlian Teknik Gambar Bangunan dengan Kompetensi yang Dibutuhkan di Dunia Kerja,”

Pensil, 1 (Februari, 2013), 4. 36 Ibid., 5.

Page 37: IMPLEMENTASI KURIKULUM VOKASIONAL BERBASIS ...etheses.iainponorogo.ac.id/11586/1/SKRIPSI 211216007...9 Ajat S, “Kemenag Optimalkan Program Keterampilan Siswa Madrasah Aliyah”,

30

b. Standar Kompetensi Lulusan

Direktur Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah Departemen Pendidikan

Nasional mengungkapkan salah satu kelemahan sistem pendidikan nasional yang

dikembangkan di tanah air kita adalah kurangnya perhatian pada output. Standarisasi

kurikulum nasional, buku, alat, pelatihan guru, sarana dan fasilitas sekolah merupakan

wujud kendali pemerintah terhadap input dan proses yang harus berlangsung dalam

sistem. Mengingat tidak adanya standar atau kriteria minimal yang harus dicapai,

mengakibatkan komponen input dan proses pembelajaran yang dilaksanakan kurang

efektif sehingga hasilnya tidak optimal karena pembelajaran kurang terfokus.37

Standar kompetensi lulusan adalah kriteria mengenai kualifikasi kemampuan

lulusan yang mencakup sikap, pengetahuan, dan keterampilan. Standar kompetensi

lulusan digunakan sebagai acuan utama pengembangan standar isi, standar proses,

standar penilaian pendidikan, standar pendidik dan tenaga kependidikan, standar

sarana dan prasarana, standar pengelolaan, dan standar pembiayaan. Standar

kompetensi lulusan terdiri atas kriteria kualifikasi kemampuan peserta didik yang

diharapkan dapat dicapai setelah menyelesaikan masa belajarnya di satuan pendidikan

pada jenjang pendidikan dasar dan menengah.

Untuk mengetahui ketercapaian dan kesesuaian antara standar kompetensi lulusan

dan lulusan dari masing-masing satuan pendidikan dan kurikulum yang digunakan

pada satuan pendidikan tertentu perlu dilakukan monitoring dan evaluasi secara

berkala dan berkelanjutan dalam setiap periode. Hasil yang diperoleh dari monitoring

dan evaluasi digunakan sebagai bahan masukan bagi penyempurna standar kompetensi

lulusan di masa yang akan datang.38

37 Zainal Arifin, Konsep dan Model Pengembangan Kurikulum, 150. 38 Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 20 Tahun 2016 tentang Standar Kompetensi Lulusan

Pendidikan Dasar dan Menengah.

Page 38: IMPLEMENTASI KURIKULUM VOKASIONAL BERBASIS ...etheses.iainponorogo.ac.id/11586/1/SKRIPSI 211216007...9 Ajat S, “Kemenag Optimalkan Program Keterampilan Siswa Madrasah Aliyah”,

31

Setiap lulusan satuan pendidikan dasar dan menengah memiliki kompetensi pada

tiga dimensi yaitu sikap, pengetahuan, dan keterampilan. Berikut kompetensi pada

setiap dimensi pada tingkat SMA/ MA/ SMALB:39

a) Dimensi sikap

Memiliki perilaku yang mencerminkan sikap beriman dan bertakwa kepada Tuhan

YME, berkarakter, jujur, dan peduli, bertanggung jawab, pembelajar sejati

sepanjang hayat, dan sehat jasmani dan rohani.

b) Dimensi pengetahuan

Memiliki pengetahuan faktual, konseptual, prosedural, dan metakognitif pada

tingkat teknis, spesifik, detial, dan kompleks berkenaan dengan ilmu pengetahuan,

teknologi, seni, budaya, dan humaniora.

c) Dimensi keterampilan

Memiliki keterampilan berpikir dan bertindak kreatif, produktif, kritis, mandiri,

kolaboratif, dan komunikatif melalui pendekatan ilmiah sebagai pengembangan

dari yang dipelajari di satuan pendidikan dan sumber lain secara mandiri.

Standar kompetensi pendidikan diperlukan agar tidak terjadi penyimpangan, dan

kesalahan dalam menafsirkan dan mengimplementasikan kurikulum. Kurikulum

sebagai rencana tertulis dari standar akademis sering kali diterapkan secara seragam

bagi setiap peserta didik, tanpa memperhatikan perbedaan individu, baik kemampuan,

kecepatan belajar, maupun konteks sosial dan budaya.40

Dalam menetapkan standar kompetensi perlu ada konsesus yang merupakan kunci

keberhasilan pelaksanaan desentralisasi pendidikan secara utuh dan menyeluruh.

Untuk itu, harus ada pelibatan masyarakat mulai dari orang tua, guru, tokoh

39 Ibid., 40 Zainal Arifin, Konsep dan Model Pengembangan Kurikulum, 152.

Page 39: IMPLEMENTASI KURIKULUM VOKASIONAL BERBASIS ...etheses.iainponorogo.ac.id/11586/1/SKRIPSI 211216007...9 Ajat S, “Kemenag Optimalkan Program Keterampilan Siswa Madrasah Aliyah”,

32

masyarakat, organisasi profesi, universitas, sekolah, lembaga penelitian, LSM,

pengamat pendidikan, dan perwakilan peserta didik untuk menciptakan dialog yang

produktif antara sistem pendidikan dengan para stakeholder. Melalui dialog yang

efektif ini, diharapkan dapat meningkatkan kesadaran dan tanggung jawab seluruh

lapisan masyarakat.41

41 Ibid.,

Page 40: IMPLEMENTASI KURIKULUM VOKASIONAL BERBASIS ...etheses.iainponorogo.ac.id/11586/1/SKRIPSI 211216007...9 Ajat S, “Kemenag Optimalkan Program Keterampilan Siswa Madrasah Aliyah”,

33

BAB III

METODE PENELITIAN

1. Pendekatan dan Jenis Penelitian

Dalam penelitian ini penulis menggunakan pendekatan kualitatif, penelitian kualitatif

adalah penelitian yang menghasilkan penemuan-penemuan yang tidak dapat dicapai dengan

menggunakan prosedur statistik atau dengan cara kuantitatif. Penelitian kualitatif dapat

menunjukkan kehidupan masyarakat, sejarah, tingkah laku, fungsionalisme organisasi,

pergerakan sosial, dan hubungan kekerabatan. Beberapa data dapat diukur melalui data

sensus, tetapi analisisnya tetap analisis data kualitatif.1

Penelitian kualitatif merupakan metode penelitian yang sistematis yang digunakan untuk

mengkaji atau meneliti suatu objek pada latar alamiah tanpa ada manipulasi di dalamnya dan

tanpa ada pengujian hipotesis, dengan metode-metode yang alamiah ketika hasil penelitian

yang diharapkan bukanlah generalisasi berdasarkan ukuran-ukuran kuantitas, namun makna

(segi kualitas) dari fenomena yang diamati.2

Metode penelitian kualitatif adalah metode penelitian yang berlandaskan pada filsafat

pospositivisme, digunakan untuk meneliti pada kondisi obyek yang alamiah, (sebagai

lawannya adalah eksperimen) di mana peneliti adalah sebagai instrumen kunci, pengambilan

informan sumber data dilakukan secara purposive dan snowball, teknik pengumpulan dengan

triangulasi (gabungan), analisis data bersifat induktif/ kualitatif, dan hasil penelitian kualitatif

lebih menekankan makna dari pada generalisasi.3

1 Umar Sidiq dan Moh. Miftachul Choiri, Metode Penelitian Kualitatif di Bidang Pendidikan (Ponorogo: CV.

Nata Karya, 2019), 3. 2 Andi Prastowo, Metode Penelitian Kualitatif dalam Perspektif Rancangan Penelitian (Jogjakarta: Ar-Ruzz

Media, 2012), 24. 3 Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D (Bandung: Alfabeta,

2015), 15.

Page 41: IMPLEMENTASI KURIKULUM VOKASIONAL BERBASIS ...etheses.iainponorogo.ac.id/11586/1/SKRIPSI 211216007...9 Ajat S, “Kemenag Optimalkan Program Keterampilan Siswa Madrasah Aliyah”,

34

Jenis penelitian ini adalah jenis penelitian kualitatif studi kasus, karena implementasi

kurikulum vokasional berbasis teknologi dalam meningkatkan kompetensi lulusan di MAN 1

Ponorogo pasti berbeda dengan implementasi kurikulum vokasional pada sekolah

keterampilan lain. Maka dari itu peneliti memilih jenis penelitian studi kasus. Studi kasus

yakni suatu penelitian yang berusaha menemukan makna, menyelidiki proses, dan

memperoleh pengertian dan pemahaman dari individu, kelompok atau situasi.4

Dalam melakukan penelitian implementasi kurikulum vokasional peneliti membutuhkan

data yang valid dari Waka Kurikulum, Pengelola/ Ketua Bidang Program Keterampilan, Guru,

Siswa dan pihak lainnya. Untuk itu metode penelitian kualitatif sangat cocok dalam proses

penelitian ini, karena dalam proses penelitian kualitatif peneliti harus terjun langsung ke

lapangan untuk mengetahui keadaan madrasah serta untuk memperoleh data guna

menyelesaikan penelitiannya.

2. Kehadiran Peneliti

Nasution menyatakan bahwa dalam penelitian kualitatif tidak ada pilihan lain dari pada

menjadikan manusia sebagai instrument penelitian utama. Alasannya ialah bahwa segala

sesuatunya belum mempunyai bentuk yang pasti. Oleh karena itu kehadiran peneliti adalah

wajib, peneliti selaku instrument utama masuk ke latar penelitian agar dapat berhubungan

langsung dengan informan dan dapat memahami secara alami kenyataan yang ada di latar

penelitian.5

Dalam penelitian kualitatif untuk mengumpulkan data sebanyak mungkin peneliti harus

terjun langsung ke lapangan. Peneliti merupakan instrument dan kunci utama dalam

merumuskan setiap data dan sekaligus sebagai pengumpul data. Karena itu peneliti juga harus

4 Fatimah, “Peran Kepala Sekolah sebagai Educator dalam Membangun Budaya Religious di SMPN 1

Kebonsari,” (Skripsi, IAIN Ponorogo, Ponorogo, 2017), 41-42. 5 Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan (Bandung: Alfabeta, 2006), 306.

Page 42: IMPLEMENTASI KURIKULUM VOKASIONAL BERBASIS ...etheses.iainponorogo.ac.id/11586/1/SKRIPSI 211216007...9 Ajat S, “Kemenag Optimalkan Program Keterampilan Siswa Madrasah Aliyah”,

35

terlibat dalam kehidupan orang-orang yang diteliti sampai pada tingkat keterbukaan antara

kedua belah pihak.6

Jadi, kehadiran seorang peneliti untuk penelitian kualitatif sangatlah penting karena

peneliti tersebut harus bersentuhan langsung dengan apa yang diteliti dan tidak bisa

diwakilkan pada orang lain. Kedudukan peneliti dalam penelitian kualitatif adalah sebagai

peran utama. Peneliti merupakan perencana, pelaksana, pengumpul data, analisis, penafsir

data dan pada akhirnya peneliti sebagai pelapor hasilnya.

3. Lokasi Penelitian

Tempat penelitian adalah tempat yang digunakan dalam melakukan penelitian untuk

memperoleh data yang diinginkan. Penelitian ini bertempat di Madrasah Aliyah Negeri 1

Ponorogo. Lebih tepatnya berada di Jl. Arif Rahman Hakim No. 02, Ponorogo.

Peneliti memilih madrasah tersebut karena memiliki program keterampilan yang dalam

pembelajarannya sudah berbasis teknologi, program keterampilan tersebut sudah dijalankan

sejak tahun 2012. Peneliti ingin mengetahui bagaimana proses implementasi kurikulum

vokasional berbasis teknologi sehingga dapat mencetak lulusan yang berkompeten. Selain itu,

lokasi madrasah yang dekat dengan jalan raya dan mudah untuk dijangkau juga menjadi

pilihan peneliti untuk melakukan penelitian.

4. Data dan Sumber Data

Sumber data adalah salah satu yang paling vital dalam penelitian. Kesalahan dalam

menggunakan atau memahami sumber data, maka data yang diperoleh juga akan meleset dari

yang diharapakan.7 Sumber data dalam penelitian ini adalah subyek dari mana data dapat

diperoleh. Sumber data utama dalam penelitian kualitatif ialah kata-kata dan tindakan,

selebihnya adalah data tambahan seperti dokumen dan lain-lain.8

6 Reny Ernawati, “Kemampuan Motorik Kasar dan Penerapan Permainan Tradisional pada Anak Usia Dini

TK Dharma Wanita Kedungwilut Kelompok A,” (Skripsi, IAIN Tulungagung, Tulungagung, 2018), 51. 7 Bungin Burhan, Metodologi Penelitian Sosial (Surabaya: Airlangga University Press, 2001), 129. 8 Lexy J. Moelong, Metodologi Penelitian Kualitatif (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2006), 157.

Page 43: IMPLEMENTASI KURIKULUM VOKASIONAL BERBASIS ...etheses.iainponorogo.ac.id/11586/1/SKRIPSI 211216007...9 Ajat S, “Kemenag Optimalkan Program Keterampilan Siswa Madrasah Aliyah”,

36

Kata-kata dan tindakan dalam penelitian ini termasuk dalam sumber data utama (primer)

sedangkan untuk dokumen lainnya baik berupa gambar atau tulisan termasuk dalam

sumber data tambahan (sekunder). Sumber data tambahan tidak boleh diabaikan karena data

tersebut menjadi faktor pendukung dari sumber data utama.

Kemudian, untuk menyelesaikan penelitian ini peneliti mengambil beberapa data yang

ada di madrasah. Adapun sumber data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu:

a. Sumber Data Utama (Primer)

Sumber data utama merupakan sumber data yang diambil peneliti melalui wawancara dan

observasi, yang meliputi:9

1) Waka kurikulum, karena waka kurikulum merupakan orang yang memanajemen

proses pembelajaran mulai dari pembagian jadwal pelajaran hingga pengalokasian

waktu untuk guru mengajar.

2) Kepala bidang program keterampilan, karena kabid program keterampilan

merupakan orang yang mengetahui bagaimana program tersebut harus dilaksanakan.

3) Tenaga pendidik, karena guru merupakan seseorang yang mengajar siswanya,

mereka mempunyai beberapa metode dan strategi pembelajaran yang berguna untuk

memahamkan siswanya pada materi yang diajarnya.

4) Siswa dan alumni, karena siswa dan alumni adalah pihak yang sedang dan sudah

menempuh pendidikan di MAN 1 Ponorogo.

b. Sumber Data Tambahan (Sekunder)

Sumber data tambahan merupakan sumber data di luar kata-kata dan tindakan yaitu

sumber data tertulis, antara lain:10

1) Profil MAN 1 Ponorogo

2) Struktur organisasi lembaga MAN 1 Ponorogo

9 Hasil observasi dan wawancara di MAN 1 Ponorogo pada tanggal 05 Oktober 2019. 10 Ibid.,

Page 44: IMPLEMENTASI KURIKULUM VOKASIONAL BERBASIS ...etheses.iainponorogo.ac.id/11586/1/SKRIPSI 211216007...9 Ajat S, “Kemenag Optimalkan Program Keterampilan Siswa Madrasah Aliyah”,

37

3) Kurikulum Vokasional di MAN 1 Ponorogo

4) Data tenaga pendidik dan karyawan di MAN 1 Ponorogo

5) Data siswa aktif dan lulusan

6) Data prestasi siswa MAN 1 Ponorogo

7) Kajian teori atau konsep yang berkenaan dengan kurikulum vokasional dan

kompetensi lulusan berbasis teknologi, baik berupa buku, jurnal, artikel, opini,

majalah, website dan karya tulis lainnya.

5. Prosedur Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data merupakan langkah yang paling utama dalam penelitian,

karena tujuan utama dari penelitian adalah mendapatkan data. Tanpa mengetahui teknik

pengumpulan data, maka peneliti tidak akan mendapatkan data yang memenuhi standar data

yang ditetapkan.11

Teknik pengumpulan data adalah sebuah cara untuk mendapatkan data-data di lapangan

agar hasil penelitian dapat bermanfaat dan menjadi teori baru atau penemuan baru. Dengan

tanpa adanya cara untuk mengumpulkan data-data yang ingin diteliti maka apa yang menjadi

tujuan penelitian akan sia-sia.12

Dari kedua pengertian teknik pengumpulan data di atas dapat disimpulkan bahwa teknik

pengumpulan data merupakan usaha untuk mendapatkan data-data yang valid baik berupa

gambar atau tulisan sehingga dapat digunakan untuk menyelesaikan sebuah penelitian.

Terdapat beberapa teknik pengumpulan data yang lazim digunakan dalam penelitian kualitatif

yaitu wawancara, observasi dan dokumentasi. Dengan menggunakan teknik tersebut data yang

didapat akan valid. Untuk itu dalam penelitian ini penulis menggunakan teknik pengumpulan

data sebagai berikut:

11 Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D, 308. 12 Umar Sidiq dan Moh. Miftachul Choiri, Metode Penelitian Kualitatif di Bidang Pendidikan, 58.

Page 45: IMPLEMENTASI KURIKULUM VOKASIONAL BERBASIS ...etheses.iainponorogo.ac.id/11586/1/SKRIPSI 211216007...9 Ajat S, “Kemenag Optimalkan Program Keterampilan Siswa Madrasah Aliyah”,

38

a. Wawancara

Wawancara adalah sebuah proses interaksi komunikasi yang dilakukan oleh

setidaknya dua orang, atas dasar ketersediaan dan dalam setting alamiah, di mana arah

pembicaraan mengacu kepada tujuan yang telah ditetapkan dengan mengedepankan trust

sebagai landasan utama dalam proses memahami.13

Wawancara digunakan sebagai teknik pengumpulan data apabila peneliti ingin

melakukan studi pendahuluan untuk menemukan permasalahan yang harus diteliti, tetapi

juga apabila peneliti ingin mengetahui hal-hal dari responden yang lebih mendalam.

Teknik pengumpulan data ini mendasarkan diri pada laporan tentang diri sendiri atau self-

report, atau setidak-tidaknya pada pengetahuan dan atau keyakinan pribadi.14

Terdapat beberapa macam wawancara menurut Esterberg yaitu wawancara

terstruktur, wawancara semistruktur dan wawancara tak berstruktur. Berikut

penjelasannya:15

1) Wawancara Terstrukur

Wawancara terstruktur digunakan sebagai teknik pengumpulan data, bila

peneliti atau pengumpul data telah mengetahui dengan pasti tentang informasi apa

yang akan diperoleh. Oleh karena itu dalam melakukan wawancara, pengumpul data

telah menyiapkan instrumen penelitian berupa pertanyaan-pertanyaan tertulis yang

alternatif jawabannya pun telah disiapkan. Dengan wawancara terstruktur ini setiap

responden diberi pertanyaan yang sama, dan pengumpul data mencatatnya.

2) Wawancara Semistruktur

Jenis wawancara ini sudah termasuk dalam kategori in-depth interview, di mana

dalam pelaksanaannya lebih bebas bila dibandingkan dengan wawancara terstruktur.

Tujuan dari wawancara jenis ini adalah untuk menemukan permasalahan secara lebih

13 Ibid., 61. 14 Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D, 317. 15 Ibid., 319.

Page 46: IMPLEMENTASI KURIKULUM VOKASIONAL BERBASIS ...etheses.iainponorogo.ac.id/11586/1/SKRIPSI 211216007...9 Ajat S, “Kemenag Optimalkan Program Keterampilan Siswa Madrasah Aliyah”,

39

terbuka, di mana pihak yang diajak wawancara diminta pendapat, dan ide-idenya.

Dalam melakukan wawancara, peneliti perlu mendengarkan secara teliti dan

mencatat apa yang dikemukakan oleh informan.

3) Wawancara Tak Berstruktur

Wawancara tidak terstruktur adalah wawancara yang bebas di mana peneliti

tidak menggunakan pedoman wawancara yang telah tersusun secara sistematis dan

lengkap untuk pengumpulan datanya. Pedoman wawancara yang digunakan hanya

berupa garis-garis besar permasalahan yang akan ditanyakan.

Dari pengertian beberapa macam wawancara di atas, dalam penelitian ini penulis

menggunakan metode wawancara terstruktur dan semistruktur. Hal ini dilakukan untuk

mendapatkan data yang valid dari informan. Adapun informan yang perlu untuk

diwawancari di antaranya, Waka Kurikulum yaitu wawancara mengenai kurikulum apa

yang digunakan, Kepala Bidang Program Keterampilan yaitu wawancara mengenai latar

belakang terbentuknya program keterampilan di MAN 1 Ponorogo, Tenaga Pendidik

yaitu wawancara mengenai strategi dan metode pembelajaran apa yang dipakai guna

mencetak lulusan yang berkompeten, serta siswa dan alumni.

b. Observasi

Observasi didefinisikan sebagai suatu proses melihat, mengamati, dan mencermati

serta “merekam” perilaku secara sistematis untuk suatu tujuan tertentu. Observasi ialah

suatu kegiatan mencari data yang dapat digunakan untuk memberikan suatu kesimpulan

atau diagnosis. Inti dari observasi adalah adanya perilaku yang tampak dan adanya tujuan

yang ingin dicapai. Perilaku yang tampak dapat berupa perilaku yang dapat dilihat

langsung oleh mata, dapat didengar, dapat dihitung, dan dapat diukur.16

16 Umar Sidiq dan Moh. Miftachul Choiri, Metode Penelitian Kualitatif di Bidang Pendidikan, 68.

Page 47: IMPLEMENTASI KURIKULUM VOKASIONAL BERBASIS ...etheses.iainponorogo.ac.id/11586/1/SKRIPSI 211216007...9 Ajat S, “Kemenag Optimalkan Program Keterampilan Siswa Madrasah Aliyah”,

40

Observasi biasa diartikan sebagai pengamatan dan pencatatan secara sistematik

terhadap unsur-unsur yang nampak dalam suatu gejala pada objek pengukuran.17

Observasi yang akan dilakukan oleh peneliti bersifat partisipasi pasif (passive

participation) jadi dalam hal ini peneliti datang di tempat kegiatan orang yang diamati,

tetapi tidak ikut terlibat dalam kegiatan tersebut.18

Penulis menggunakan metode ini untuk mengamati secara langsung di lapangan,

terutama tentang letak geografis serta keadaan fisik MAN 1 Ponorogo, kegiatan

pembelajaran yang dilakukan oleh guru keterampilan serta fasilitas/ sarana dan prasarana

pendidikan yang ada di MAN 1 Ponorogo.

c. Metode dokumentasi

Dokumen merupakan catatan peristiwa yang sudah berlalu. Dokumen bisa berbentuk

tulisan, gambar, atau karya-karya monumental dari seseorang.19 Sedangkan dalam Kamus

Besar Bahasa Indonesia dokumentasi didefinisikan sebagai pengumpulan, pemilihan,

pengolahan, dan penyimpanan informasi dalam bidang pengetahuan.20

Dokumentasi adalah cara pengumpulan informasi yang didapatkan dari dokumen,

yakni peninggalan tertulis, arsip-arsip, akta, ijazah, rapor, peraturan perundang-

undangan, buku harian, surat-surat pribadi, catatan biografi, dan lain-lain yang memiliki

keterkaitan dengan masalah yang diteliti.21

Dalam penelitian kualitatif dokumen merupakan pelengkap dari penggunaan metode

observasi dan wawancara. Studi dokumentasi yaitu mengumpulkan dokumen dan data-

data yang diperlukan dalam permasalahan penelitian lalu ditelaah secara mendalam

17 Eko Putro Widoyoko, Penilaian Hasil Pembelajaran di Sekolah (Yogyakarta: Pustaka Belajar, 2014), 64. 18 Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D, 312. 19 Ibid., 329. 20 Kamus Besar Bahasa Indonesia. 21 Andi Prastowo, Metodologi Penelitian Kualitatif dalam Perspektif Rancangan Penelitian (Jogyakarta: Ar-

Ruzz Media, 2012), 226.

Page 48: IMPLEMENTASI KURIKULUM VOKASIONAL BERBASIS ...etheses.iainponorogo.ac.id/11586/1/SKRIPSI 211216007...9 Ajat S, “Kemenag Optimalkan Program Keterampilan Siswa Madrasah Aliyah”,

41

sehingga dapat mendukung dan menambah kepercayaan dan pembuktian suatu

kejadian.22

Untuk melengkapi data yang sudah ada dalam penelitian ini, peneliti memerlukan

dokumen dari MAN 1 Ponorogo berupa visi, misi dan tujuan madrasah, data tenaga

pendidik dan karyawan, data siswa, data lulusan, dan dokumen pendukung lainnya.

6. Teknik Analisis Data

Setelah melakukan pengumpulan data, tahap selanjutnya yaitu analisis data. Analisis data

adalah proses mencari dan menyusun data secara sistematis kemudian data yang diperoleh

dari hasil wawancara, catatan lapangan, dan dokumentasi diolah dengan cara

mengorganisasikan data ke dalam kategori, menjabarkan ke dalam unit-unit, melakukan

sintesa, menyusun ke dalam pola, memilih mana yang penting dan yang akan dipelajari, dan

membuat kesimpulan sehingga mudah dipahami oleh diri sendiri maupun orang lain. 23

Dalam penelitian kualitatif proses analisis data dimulai dengan menelaah seluruh data

yang tersedia dari berbagai sumber yaitu dari wawancara, observasi (pengamatan) yang sudah

ditulis dalam sebuah catatan lapangan.24

Teknik analisi data yang digunakan peneliti dalam penelitian ini yaitu berdasarkan konsep

Miles and Huberman. Miles and Huberman mengemukakan bahwa aktivitas dalam analisis

data kualitatif dilakukan secara interaktif dan berlangsung secara terus menerus sampai tuntas,

sehingga datanya sudah jenuh. Aktivitas dalam analisis data, yaitu data reduction, data

display, dan conclusion drawing/ verification.25 Berikut bagan teknik analisis data menurut

Miles and Huberman beserta penjelasannya:

22 Umar Sidiq dan Moh. Miftachul Choiri, Metode Penelitian Kualitatif di Bidang Pendidikan, 73. 23 Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D, 335. 24 Reny Ernawati, “Kemampuan Motorik Kasar dan Penerapan Permainan Tradisional pada Anak Usia Dini

TK Dharma Wanita Kedungwilut Kelompok A,” (Skripsi, IAIN Tulungagung, Tulungagung, 2018), 59. 25 Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D, 337.

Page 49: IMPLEMENTASI KURIKULUM VOKASIONAL BERBASIS ...etheses.iainponorogo.ac.id/11586/1/SKRIPSI 211216007...9 Ajat S, “Kemenag Optimalkan Program Keterampilan Siswa Madrasah Aliyah”,

42

a. Data Reduction (Reduksi Data)

Data yang diperoleh dari lapangan jumlahnya cukup banyak, untuk itu maka perlu

dicatat secara teliti dan rinci. Untuk itu perlu segera dilakukan analisis data melalui

reduksi data. Mereduksi data berarti merangkum, memilih hal-hal yang pokok,

memfokuskan pada hal-hal yang penting, dicari tema dan polanya dan membuang yang

tidak perlu. Dengan demikian data yang telah direduksi akan memberikan gambaran yang

lebih jelas, dan mempermudah peneliti untuk melakukan pengumpulan data selanjutnya,

dan mencarinya bila diperlukan.26

Reduksi data merupakan suatu bentuk analisis yang menajam, menggolongkan,

mengarahkan, membuang yang tidak perlu dan mengorganisasikan data dengan cara

sedemikian rupa sehingga kesimpulan akhirnya dapat ditarik dan diverifikasi. Dalam

proses reduksi data ini, peneliti dapat melakukan pilihan-pilihan terhadap data yang

hendak dikode, mana yang dibuang, mana yang merupakan ringkasan, dan cerita-cerita

yang sedang berkembang.27

26 Ibid., 338. 27 Etta Mamang Sangadji dan Sopiah, Metodologi Penelitian Pendekatan Praktis dalam Penelitian

(Yogyakarta: Andi Publisher, 2010), 199.

Data

collection

Data

reduction

Data

display

Conclusions:

drawing/verify

ing

Gambar 3. 1 Teknik Analisis Data Menurut Milles and Huberman

Page 50: IMPLEMENTASI KURIKULUM VOKASIONAL BERBASIS ...etheses.iainponorogo.ac.id/11586/1/SKRIPSI 211216007...9 Ajat S, “Kemenag Optimalkan Program Keterampilan Siswa Madrasah Aliyah”,

43

Dengan reduksi data dapat mempermudah peneliti dalam menggambarkan sesuatu

agar lebih jelas serta memudahkan dalam pengumpulan data. Adapun data yang direduksi

oleh peneliti yaitu data tentang hasil wawancara, observasi dan dokumentasi dari Waka

Kurikulum, Ketua Bidang Program Keterampilan dan Tenaga Pendidik MAN 1

Ponorogo.

b. Data Display (Penyajian Data)

Dalam penelitian kualitatif, penyajian data biasa dilakukan dalam bentuk uraian

singkat, bagan, hubungan antar kategori, flowchart, dan sejenisnya. Dalam hal ini Miles

and Huberman menyatakan “The most frequent form of display data for qualitative

research data in the past has been narrative tex”, yang paling sering digunakan untuk

menyajikan data dalam penelitian kualitatif adalah dengan teks yang bersifat naratif.

Dengan mendisplaykan data, maka akan memudahkan untuk memahami apa yang terjadi,

merencanakan kerja selanjutnya berdasarkan apa yang telah dipahami tersebut.28

Penyajian data merupakan sekumpulan informasi tersusun yang memberi

kemungkinan adanya penarikan kesimpulan dan pengambilan tindakan. Dengan melihat

penyajian data, peneliti akan dapat memahami apa yang sedang terjadi dan apa yang harus

dilakukan berdasarkan atas pemahaman yang didapat peneliti dari penyajian data

tersebut. Adapun penyajian data yang baik merupakan suatu cara yang pokok bagi analisis

kualitatif yang valid. Beberapa bentuk penyajian data adalah bentuk matriks, grafik,

jaringan, bagan, dan sebagainya.29 Data yang disajikan oleh peneliti yaitu mengenai

implementasi kurikulum vokasional berbasis teknologi dalam meningkatkan kompetensi

lulusan di MAN 1 Ponorogo.

28 Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D, 341. 29 Djumaidi Ghony dan Fauzan Almansyur, Metodologi Penelitian Kualitatif (Jogjakarta: Ar-Ruzz Media,

2012), 308.

Page 51: IMPLEMENTASI KURIKULUM VOKASIONAL BERBASIS ...etheses.iainponorogo.ac.id/11586/1/SKRIPSI 211216007...9 Ajat S, “Kemenag Optimalkan Program Keterampilan Siswa Madrasah Aliyah”,

44

c. Conclusion Drawing/ Verification (penarikan kesimpulan dan verifikasi)

Setelah melakukan reduksi data dan penyajian data, langkah selanjutnya yaitu

penarikan kesimpulan dan verifikasi. Kesimpulan awal yang dikemukakan masih bersifat

sementara, dan akan berubah bila tidak ditemukan bukti-bukti yang kuat yang mendukung

pada tahap pengumpulan data berikutnya. Tetapi apabila kesimpulan yang dikemukakan

pada tahap awal, didukung oleh bukti-bukti yang valid dan konsisten saat peneliti kembali

ke lapangan mengumpulkan data, maka kesimpulan yang dikemukakan merupakan

kesimpulan yang kredibel.30

Dengan demikian kesimpulan dalam penelitian kualitatif mungkin dapat menjawab

rumusan masalah sejak awal, tetapi mungkin juga tidak, karena seperti telah dikemukakan

bahwa masalah dan rumusan masalah dalam penelitian kualitatif masih bersifat sementara

dan akan berkembang setelah penelitian berada di lapangan.31

Pada proses akhir penelitian ini, data-data yang didapatkan peneliti berupa penjelasan

dan pemahaman mengenai implementasi kurikulum vokasional di MAN 1 Ponorogo yang

dikemukakan dalam bentuk penyajian data kemudian data tersebut dianalisis untuk

memperoleh kesimpulan.

7. Pengecekan Keabsahan Data

Agar data penelitian kualitatif dapat dipertanggungjawabkan sebagai penelitian ilmiah

maka perlu diadakan uji keabsahan data.32 Teknik pengecekan keabsahan data pada penelitian

kualitatif meliputi uji kredibilitas, uji transferbilitas, uji dependabilitas, dan uji

konfirmabilitas.33

Untuk mengecek keabsahan data pada penelitian ini peneliti menggunakan uji

kredibilitas. Uji kredibilitas data atau kepercayaan terhadap data hasil penelitian kualitatif

antara lain dilakukan dengan perpanjangan pengamatan, peningkatan ketekunan dalam

30 Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D, 345. 31 Ibid., 32 Umar Sidiq dan Moh. Miftachul Choiri, Metode Penelitian Kualitatif di Bidang Pendidikan, 90. 33 Andi Prastowo, Metode Penelitian Kualitatif dalam Perspektif Rancangan Penelitian, 37.

Page 52: IMPLEMENTASI KURIKULUM VOKASIONAL BERBASIS ...etheses.iainponorogo.ac.id/11586/1/SKRIPSI 211216007...9 Ajat S, “Kemenag Optimalkan Program Keterampilan Siswa Madrasah Aliyah”,

45

penelitian, triangulasi, diskusi dengan teman sejawat, analisis kasus negative, dan member

check.34 Adapun uji kredibilitas yang digunakan peneliti yaitu peningkatan ketekunan dalam

penelitian dan triangulasi. Terdapat beberapa teknik triangulasi diantaranya triangulasi

sumber, teknik dan waktu. Berikut penjelasannya:

a. Meningkatkan ketekunan

Meningkatkan ketekunan yaitu mengadakan observasi secara terus menerus terhadap

objek penelitian guna memahami gejala lebih mendalam terhadap berbagai aktivitas yang

sedang berlangsung di lokasi penelitian.35 Meningkatkan ketekunan berarti melakukan

pegamatan secara lebih cermat dan berkesinambungan. Dengan cara tersebut maka

kepastian data dan urutan peristiwa akan dapat direkam secara pasti dan sistematis.

Meningkatkan ketekukan itu ibarat mengecek soal-soal, atau yang telah dikerjakan,

ada yang salah atau tidak. Dengan meningkatkan ketekunan, maka peneliti dapat

melakukan pengecekan kembali terhadap data yang telah ditemukan selain itu peneliti

dapat memberikan diskripsi data yang akurat dan sistematis tentang yang diamati.36

b. Triangulasi

Triangulasi adalah teknik pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu

yang lain di luar data itu untuk keperluan pengecekan atau sebagai pembanding terhadap

data itu.37 Triangulasi dalam pengujian kredibilitas ini diartikan sebagai pengecekan data

dari berbagai sumber dengan berbagai cara dan berbagai waktu. Dengan demikian

terdapat triangulasi sumber, triangulasi teknik pengumpulan data, dan waktu.38

Dalam penelitian ini peneliti menggunakan uji triangulasi sumber, triangulasi dengan

sumber yaitu mengecek balik derajat kepercayaan suatu informasi yang diperoleh melalui

waktu dan alat yang berbeda.39

34 Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D, 368. 35 Andi Prastowo, Metode Penelitian Kualitatif dalam Perspektif Rancangan Penelitian, 37. 36 Umar Sidiq dan Moh. Miftachul Choiri, Metode Penelitian Kualitatif di Bidang Pendidikan, 93. 37 Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 1996), 178. 38 Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D, 372. 39 Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, 178.

Page 53: IMPLEMENTASI KURIKULUM VOKASIONAL BERBASIS ...etheses.iainponorogo.ac.id/11586/1/SKRIPSI 211216007...9 Ajat S, “Kemenag Optimalkan Program Keterampilan Siswa Madrasah Aliyah”,

46

8. Tahapan Penelitian

Sebelum melakukan penelitian, seorang peneliti harus memahami tahapan-tahapan

penelitian terlebih dahulu. Menurut Lexy J. Moleong, tahapan penelitian kualitatif terdiri dari

tahap pra-lapangan, tahap pekerjaan lapangan dan tahap analisis data. Berikut

penjelasannya:40

a. Tahap Pra Lapangan

Pada tahap pra-lapangan ini ada enam kegiatan yang harus dilakukan oleh peneliti

kualitatif yang mana dalam tahapan ini ditambah dengan satu pertimbangan yang perlu

dipahami, yaitu etika penelitian lapangan. Enam tahapan tersebut, antara lain adalah:

1) Menyusun rancangan penelitian

2) Memilih lokasi penelitian

3) Mengurus perizinan penelitian

4) Menjajaki dan menilai lokasi penelitian

5) Memilih dan memanfaatkan informan, dan

6) Menyiapkan perlengkapan penelitian.

b. Tahap Pekerjaan Lapangan

Uraian tentang tahap pekerjaan lapangan dibagi atas tiga bagian, yaitu:

1) Memahami latar penelitian dan persiapan diri

2) Memasuki lapangan

3) Berperan serta sambil mengumpulkan data

c. Analisis Data

Tahap ini merupakan tahap di mana peneliti melakukan analisis data yang telah

diperoleh, baik dari informan maupun dokumen-dokumen pada tahun sebelumnya. Tahap

ini diperlukan sebelum peneliti menulis laporan penelitian.

40 Umar Sidiq dan Moh. Miftachul Choiri, Metode Penelitian Kualitatif di Bidang Pendidikan, 24.

Page 54: IMPLEMENTASI KURIKULUM VOKASIONAL BERBASIS ...etheses.iainponorogo.ac.id/11586/1/SKRIPSI 211216007...9 Ajat S, “Kemenag Optimalkan Program Keterampilan Siswa Madrasah Aliyah”,

47

BAB IV

TEMUAN PENELITIAN

A. Deskripsi Data Umum

1. Profil Madrasah Aliyah Negeri 1 Ponorogo

1. Sejarah Berdirinya Madrasah Aliyah Negeri 1 Ponorogo1

Madrasah Aliyah Negeri 1 Ponorogo merupakan relokasi dari Madrasah Aliyah

Negeri Ngawi yang berdiri sejak tahun 1981, dapat dilihat dengan berdiri pada tahun

sekian berarti MAN 1 Ponorogo merupakan madrasah aliyah tertua di Ponorogo.

Madrasah Aliyah Negeri 1 Ponorogo berdiri dengan Nomor Sekolah Nasional

20584489 dan Nomor Statistik Madrasah 311350217031.

Madrasah Aliyah Negeri 1 Ponorogo menempati areal seluas 13. 451 M2 di

dataran rendah dan berada di wilayah perkotaan sehingga memungkinkan

perkembangan madrasah yang prospektif. Dengan berada di wilayah perkotaan dan

dekat dengan jalan raya memungkinkan untuk mudah dikenali masyarakat serta

mudah untuk dijangkau. Saat ini MAN 1 Ponorogo memiliki 22 kelas rombongan

belajar dengan 654 orang siswa dari kelas X sampai kelas XII. Keberadaan siswa ini

dilayani oleh 56 orang tenaga pendidik dengan rincian 37 berstatus PNS dan 19 orang

non PNS, selain itu ada 19 orang karyawan/karyawati dengan rincian 8 orang

berstatus PNS dan 11 orang non PNS.

Seperti halnya Lembaga Pendidikan pada umumnya, Madrasah Aliyah Negeri 1

Ponorogo mengalami pergantian kepala madrasah dan juga mengalami

perkembangan dalam pengembangan kurikulum, keadaan sarana dan prasarana,

1 Lihat Transkrip Dokumentasi Nomor: 01/D/20-IV/2020 dalam Lampiran Hasil Penelitian.

Page 55: IMPLEMENTASI KURIKULUM VOKASIONAL BERBASIS ...etheses.iainponorogo.ac.id/11586/1/SKRIPSI 211216007...9 Ajat S, “Kemenag Optimalkan Program Keterampilan Siswa Madrasah Aliyah”,

48

rekrutmen tenaga pendidik ataupun metode/proses pembelajaran dengan tujuan

untuk meningkatkan kualitas lulusan. Awalnya MAN 1 Ponorogo hanya madrasah

pada umumnya yaitu memberikan ilmu pengetahuan Agama Islam dan pengetahuan

umum, namun saat ini MAN 1 Ponorogo telah memberikan warna baru yaitu dengan

diterapkannya program keterampilan sehingga selain pengetahuan agama dan umum

siswa juga mendapatkan pembelajaran keterampilan.

Program Keterampilan tersebut dilaksanakan sejak tahun 2012 yang saat itu

masih bekerjasama dengan ITS Surabaya, kemudian pada tahun 2018 dikeluarkan

SK Kemenag mengenai MAN Vocational dengan dikeluarkan SK tersebut penerapan

program keterampilan di MAN 1 Ponorogo menjadi legal dan kini menjadi MAN 1

Ponorogo MA Plus Keterampilan. Adapun Program Keterampilan yang dilaksanakan

yaitu Animasi, Rekayasa Perangkat Lunak (RPL)/ Programmer, Desain Grafis,

Multimedia, Tata Busana dan Tata Boga. Perkembangan dan kesuksesan suatu

lembaga pendidikan tidak lepas dari peran kepala sekolah, begitu juga dengan

Madrasah Aliyah Negeri 1 Ponorogo sejak berdiri tahun 1981 telah mengalami

beberapa kali pergantian kepala madrasah, yaitu:

1) Drs. Moh. Soehardi Tahun 1981 – 1987

2) Drs. Zainun Sofwan Tahun 1987 – 1991

3) Drs. H. Mahmuddin Danuri Tahun 1991 – 1999

4) H. Kustho, BA Tahun 1999 – 2002

5) H. Chozin, SH, Tahun 2002 – 2005

6) H. Fathoni Yusuf, S.Ag Tahun 2005 – 2009

7) H. Wahib Tri Samanhudi Tahun 2009 – 2009

8) Muhammad Kholid, MA Tahun 2009 – 2012

9) Drs. Purwanto Tahun 2012 – 2019

10) Nasta’in, S. Pd., M. Pd. I Tahun 2019 – Sekarang (Plt)

Page 56: IMPLEMENTASI KURIKULUM VOKASIONAL BERBASIS ...etheses.iainponorogo.ac.id/11586/1/SKRIPSI 211216007...9 Ajat S, “Kemenag Optimalkan Program Keterampilan Siswa Madrasah Aliyah”,

49

2. Letak Geografis Madrasah Aliyah Negeri 1 Ponorogo2

MAN 1 Ponorogo merupakan lembaga pendidikan yang letaknya di wilayah

Kabupaten Ponorogo tepatnya terletak di Jl. Arief Rahman Hakim 02, Kelurahan

Kertosari, Kec. Babadan, Kab. Ponorogo. Dengan letaknya yang strategis yaitu di

dekat jalan raya yaitu jalur Ponorogo - Madiun membuat madrasah ini mudah untuk

dijangkau oleh peserta didik.

2. Visi, Misi dan Tujuan Madrasah Aliyah Negeri 1 Ponorogo3

a. Visi Madrasah Aliyah Negeri 1 Ponorogo

Visi Madrasah Aliyah Negeri 1 Ponorogo dikenal dengan slogan PASTI yaitu

Peduli Lingkungan, Agamis, Sains, Teknopreneur, dan Inovatif. Dengan indikator:

1) Peduli Lingkungan

a) Berwawasan lingkungan hidup dan kehidupan

b) Melestarikan lingkungan dengan penuh kepedulian

2) Agamis

a) Berwawasan keagamaan rahmatan lil alamin

b) Mengamalkan agama dengan keimanan dan ketakwaan

3) Sains

a) Berprestasi dalam ilmu natural dan social science

b) Mengamalkan pengetahuan dalam kehidupan

4) Teknopreneur

a) Berteknologi dalam menghadapi revolusi industri

b) Mengaplikasikan teknologi dalam usaha mandiri

5) Inovatif

a) Berikhtiar keras untuk melakukan perubahan

b) Melaksanakan pembaruan dengan kesadaran

2 Lihat Transkrip Dokumentasi Nomor: 02/D/20-IV/2020 dalam Lampiran Hasil Penelitian. 3 Lihat Transkrip Dokumentasi Nomor: 03/D/20-IV/2020 dalam Lampiran Hasil Penelitian.

Page 57: IMPLEMENTASI KURIKULUM VOKASIONAL BERBASIS ...etheses.iainponorogo.ac.id/11586/1/SKRIPSI 211216007...9 Ajat S, “Kemenag Optimalkan Program Keterampilan Siswa Madrasah Aliyah”,

50

b. Misi Madrasah Aliyah Negeri 1 Ponorogo

Menyelenggarakan pendidikan dan pembelajaran yang berwawasan lingkungan,

agamis, berorientasi pada ilmu pengetahuan dan teknologi serta berusaha untuk

melakukan inovasi di berbagai bidang melalui penerapan menajemen partisipatif

berdasarkan konsep School Based Management, dengan:

1) Menyelenggarakan pendidikan dan pembelajaran yang berwawasan dan peduli terhadap

lingkungan dan lingkungan masyarakat.

2) Menyelenggarakan pendidikan dan pembelajaran yang islami dengan mendorong

dan meningkatkan pengamalan ajaran Islam melalui kegiatan ibadah dan

kegiatan keagamaan secara intensif.

3) Menyelenggarakan pembelajaran keterampilan berbasis teknologi guna

meningkatkan penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi serta mendorong

peserta didik memanfaatkan teknologi dalam berwira usaha.

4) Menyelenggarakan pembelajaran dan pengelolaan madrasah berbasis Teknologi

Informasi.

5) Menyelenggarakan pembelajaran dan pendidikan yang inovatif guna

meningkatkan prestasi akademik maupun nonakademik.

c. Tujuan Madrasah Aliyah Negeri 1 Ponorogo

1) Bertujuan terciptanya penyelenggaraan pendidikan dan pembelajaran yang

berwawasan dan perduli terhadap lingkungan madrasah dan lingkungan

masyarakat sehingga menghasilkan peserta didik yang memiliki kepedulian

terhadap lingkungan.

2) Bertujuan terciptanya penyelenggaraan pendidikan dan pembelajaran yang

islami dengan mendorong dan meningkatkan pengamalan ajaran Islam melalui

kegiatan ibadah dan kegiatan keagamaan yang lain secara intensif sehingga

menumbuhkan keimanan dan ketakwaan peserta didik.

Page 58: IMPLEMENTASI KURIKULUM VOKASIONAL BERBASIS ...etheses.iainponorogo.ac.id/11586/1/SKRIPSI 211216007...9 Ajat S, “Kemenag Optimalkan Program Keterampilan Siswa Madrasah Aliyah”,

51

3) Bertujuan terciptanya penyelenggaraan pendidikan dan pembelajaran

keterampilan berbasis teknologi guna meningkatkan penguasaan ilmu

pengetahuan dan teknologi serta mendorong peserta didik memanfaatkan

teknologi dalam berwira usaha.

4) Bertujuan terciptanya pengelolaan madrasah berbasis Teknologi Informasi

untuk memberi kemudahan akses baik warga madrasah maupun masyarakat.

5) Bertujuan terciptanya penyelenggaraan pendidikan dan pembelajaran yang

inovatif dan variatif guna meningkatkan prestasi akademik maupun

nonakademik.

6) Bertujuan tercipatanya partisipasi seluruh warga madrasah dan stakeholder

dengan dilandasi dedikasi dan tanggung jawab

d. Sasaran Madrasah Aliyah Negeri 1 Ponorogo4

Jangka pendek:

1) Peserta didik lulus 100% dengan nilai terbaik

2) Jumlah peserta didik yang diterima di PTN meningkat

3) Peserta didik bebas dari pelanggaran norma-norma agama

4) Peserta didik menunjukkan perilaku yang sopan dan bertutur kata yang santun

kepada para pendidik, orang tua, dan sesama teman

5) Peserta didik dari keluarga kurang mampu terbantu kesulitannya

6) Meraih juara Madrasah berlingkungan sehat

7) Peserta didik menguasai IT / Tata Boga / Tata Busana sesuai kebutuhan DU/DI

8) Peserta didik mampu berwirausaha

4 Lihat Transkrip Dokumentasi Nomor: 04/D/20-IV/2020 dalam Lampiran Hasil Penelitian.

Page 59: IMPLEMENTASI KURIKULUM VOKASIONAL BERBASIS ...etheses.iainponorogo.ac.id/11586/1/SKRIPSI 211216007...9 Ajat S, “Kemenag Optimalkan Program Keterampilan Siswa Madrasah Aliyah”,

52

Jangka menengah:

1) Peserta didik meraih kejuaraan dalam lomba lingkungan Madrasah sehat

2) Terpenuhinya sarana kegiatan belajar mengajar dengan perangkat ICT untuk guru dan

peserta didik

3) Tersedianya sarana kegiatan olah raga yang semakin memadai

4) Tersedianya sarana pendukung program keterampilan yang memadai

Jangka panjang:

1) Meraih kejuaraan dalam lomba sains tingkat internasional

2) Meraih kejuaraan pada kompetisi dan lomba di bidang seni dan olah raga di

tingkat nasional

3) Meraih kejuaraan pada setiap lomba di bidang kreatifitas peserta didik

4) Meraih kejuaraan pada kompetisi lomba IT / Tata Boga / Tata Busana

5) Meraih kejuaraan pada kompetisi Kewirausahaan

e. Strategi Pengembangan Madrasah Aliyah Negeri 1 Ponorogo5

1) Menciptakan dan mendorong tumbuhnya kesadaran warga madrasah dalam

kepedulian pada lingkungan madrasah dan lingkungan sekitar dengan

membiasakan pola hidup bersih dan sehat Tersedianya perangkat pembelajaran

karakter bangsa

2) Menciptakan dan mendorong terlaksananya pengamalan ajaran agama yang

kondusif dengan menyediakan sarana dan prasarana keagamaan yang

representatif guna meningkatkan keimanan dan ketakwaan warga madrasah.

5 Ibid.,

Page 60: IMPLEMENTASI KURIKULUM VOKASIONAL BERBASIS ...etheses.iainponorogo.ac.id/11586/1/SKRIPSI 211216007...9 Ajat S, “Kemenag Optimalkan Program Keterampilan Siswa Madrasah Aliyah”,

53

3) Optimalisasi potensi sarana dan prasarana madrasah yang mencakup gedung,

lahan, dan sarana lain untuk meningkatkan pembelajaran yang berbasis

pengetahuan dan teknologi serta keterampilan.

4) Merumuskan dan menyusun perencanaan strategis dan tahunan guna

mengimplementasikan program-program operasional madrasah yang didukung

oleh sumber-sumber anggaran pembiayaan yang memadai.

5) Menciptakan budaya madrasah yang meliputi tatanan nilai, kebiasaan,

kesepakatan-kesepakatan yang direfleksikan dalam kehidupan sehari-hari

terutama budaya yang mendukung terhadap pencapaian Visi dan Misi madrasah

3. Program Unggulan Madrasah Aliyah Negeri 1 Ponorogo6

Beberapa program unggulan yang ada di MAN 1 Ponorogo yaitu:

a. Madrasah Adiwiyata Nasional

b. Program kerjasama pendidikan Pengembangan Teknologi Informasi dan Komunikasi

(Pengembangan di bidang Multimedia, Animasi, Desain Grafis, Rekayasa Perangkat

Lunak/Progammer dan Robotika) Program keterampilan lain (Tata Boga dan Tata Busana)

c. Program Keagamaan(Tahfidz dan Qiro’ah)

d. Program Pengembangan Kepribadian (OSIM, PMR, Pramuka, Rohis, PKS, Paskibraka)

e. Program Life Skill (Kewirausahaan, Olah Limbah, Menjahit, Karya Seni, Pembudidayaan

Tanaman)

f. Program Pengembangan Seni dan Budaya (Banjari, Kaligrafi, Seni Tari, Seni Musik)

g. Program Pengembangan Olahraga (Sepakbola, Futsal, Bola Basket, Bola Voly, Catur, Bulu

Tangkis, Tenis Meja)

4. Struktur Organisasi Madrasah Aliyah Negeri 1 Ponorogo

Menurut Robbin dan Coulter struktur organisasi diartikan sebagai kerangka kerja

formal organisasi yang dengan kerangka kerja itu tugas-tugas pekerjaan dibagi-bagi,

dikelompokkan, dan dikoordinasikan. Struktur organisasi merupakan sistem yang harus

6 Lihat Transkrip Dokumentasi Nomor: 05 /D/20-IV/2020 dalam Lampiran Hasil Penelitian.

Page 61: IMPLEMENTASI KURIKULUM VOKASIONAL BERBASIS ...etheses.iainponorogo.ac.id/11586/1/SKRIPSI 211216007...9 Ajat S, “Kemenag Optimalkan Program Keterampilan Siswa Madrasah Aliyah”,

54

dilaksanakan oleh manajer untuk menggerakkan aktivitas untuk mewujudkan kesatuan

tujuan.7

Begitupun di MAN 1 Ponorogo, struktur organisasi dibuat agar para guru dan

karyawan mengetahui tugas masing-masing sehingga semua pekerjaan dapat

terselesaikan dengan efisien karena dilakukan oleh seseorang yang berkompeten. Selain

itu, agar Kepala Madrasah mudah untuk mengkoordinasi para guru ataupun karyawan.

Struktur organisasi di MAN 1 Ponorogo terdiri dari Kepala Madrasah, Kaur Tata Usaha,

yang mana dalam melaksanakan tugasnya dibantu oleh Waka Kesiswaan, Waka Humas,

Waka Kurikulum, Waka Sarpras. Kemudian terdapat Koordinator Bimbingan dan

Penyuluhan, Koordinator Lab. Komputer, Ketua Lab. Perpustakaan, Ketua Lab. Biologi,

Ketua Lab. Fisika Dan Ketua Lab. Kimia. Semua guru dan karyawan saling berkoordinasi

dalam menjalankan tugas agar tujuan dapat tercapai dengan maksimal.8

5. Keadaan Guru dan Siswa Madrasah Aliyah Negeri 1 Ponorogo9

Guru atau tenaga pendidik yang dimiliki Madrasah Aliyah Negeri 1 Ponorogo

berjumlah 56 orang, rata-rata semua tenaga pendidik memiliki latar pendidikan S1

Pendidikan dengan kompetensi yang tidak diragukan lagi. Jumlah siswa di MAN 1

Ponorogo sejumlah 654 pada tahun ajaran 2019/2020 dengan rincian kelas X 254 siswa,

kelas XI 221 siswa dan kelas XII 179 siswa. Di Madrasah Aliyah Negeri 1 Ponorogo

memiliki 3 Program Studi yaitu Agama, IPA dan IPS serta 6 Program Keterampilan yaitu

Animasi, Rekaya Perangkat Lunak (RPL)/ Programmer, Desain Grafis, Multimedia, Tata

Busana dan Tata Boga.

6. Keadaan Sarana dan Prasarana Madrasah Aliyah Negeri 1 Ponorogo

Menurut Mulyasa, sarana pendidikan adalah peralatan dan perlengkapan yang

secara langsung dipergunakan dan menunjang proses pendidikan, khususnya proses

7 Tatiek Nurhayati dan Ahmad Darwansyah, “Peran Struktur Organisasi dan Sistem Remunerasi dalam

Meningkatkan Kinerja,” Ekobis, 2 (Januari, 2013), 16. 8 Lihat Transkrip Dokumentasi Nomor: 08/D/20-IV/2020 dalam Lampiran Hasil Penelitian. 9 Lihat Transkrip Dokumentasi Nomor: 06/D/20-IV/2020 dalam Lampiran Hasil Penelitian.

Page 62: IMPLEMENTASI KURIKULUM VOKASIONAL BERBASIS ...etheses.iainponorogo.ac.id/11586/1/SKRIPSI 211216007...9 Ajat S, “Kemenag Optimalkan Program Keterampilan Siswa Madrasah Aliyah”,

55

belajar mengajar, seperti gedung, ruangan kelas, meja, kursi, serta alat-alat dan media

pengajaran. Dengan demikian sarana pendidikan akan berperan baik ketika penggunaan

sarana tersebut dilakukan oleh tenaga pendidik yang bersangkutan secara optimal.

Sedangkan Barnawi berpendapat bahwa prasarana pendidikan adalah semua perangkat

kelengkapan dasar yang secara tidak langsung menunjang pelaksanaan proses pendidikan

di sekolah. Oleh karena itu sarana dan prasarana pendidikan adalah satu kesatuan

pendukung terlaksananya proses belajar dan mengajar dengan baik dan optimal.10

Sarana dan prasarana merupakan salah satu faktor pendukung terpenting dalam

poses kegiatan belajar mengajar selain tenaga pendidik. Begitupun dengan MAN 1

Ponorogo, madrasah ini berusaha menyediakan sarana dan prasarana yang dibutuhkan

siswa untuk menunjang kegiatan belajar mereka, beberapa sarana dan prasarana tersebut

adalah:11

a. Gedung Sekolah

Madrasah Aliyah Negeri 1 Ponorogo memiliki gedung sekolah yang dibangun

di atas tanah dengan luas 13.451 M2. Gedung ini memiliki 2 lantai yang digunakan untuk

proses Kegiatan Belajar Mengajar (KBM) dan kegiatan lainnya.

b. Ruang Kepala Sekolah

MAN 1 Ponorogo memiliki ruang kepala sekolah yang berada di samping

ruang Tata Usaha (TU) dengan pintu masuk ke madrasah sebagai pembatasnya.

Fasilitas yang ada di dalam ruang kepala sekolah sangat memadai dan lengkap,

seperti meja, kursi, kursi tamu dan perabot lainnya.

10 Nasrudin dan Maryadi, “Manajemen Sarana dan Prasarana Pendidikan dalam Pembelajaran di SD,”

Manajemen Pendidikan, 1 (Januari, 2018), 16. 11 Lihat Transkrip Dokumentasi Nomor: 07/D/20-IV/2020 dalam Lampiran Hasil Penelitian.

Page 63: IMPLEMENTASI KURIKULUM VOKASIONAL BERBASIS ...etheses.iainponorogo.ac.id/11586/1/SKRIPSI 211216007...9 Ajat S, “Kemenag Optimalkan Program Keterampilan Siswa Madrasah Aliyah”,

56

c. Ruang Guru

Ruang guru di lembaga pendidikan ini berada di belakang berhadapan

langsung dengan ruang kelas, agar guru lebih mudah untuk ke kelas serta memantau

peserta didik. Di dalam ruang guru terdapat fasilitas yang cukup lengkap seperti

almari, meja, kursi dan perabot lainnya. Jumlah meja dan kursi sesuai dengan jumlah

tenaga pendidik yang ada.

d. Ruang Kelas

MAN 1 Ponorogo memiliki 21 rombongan belajar di antaranya yaitu untuk

kelas X terdapat 7 kelas (1 Kelas Agama, 3 Kelas IPA dan 3 Kelas IPS), kelas XI

terdapat 7 kelas (1 Kelas Agama, 3 Kelas IPA dan 3 Kelas IPS) dan kelas XII terdapat

7 kelas (1 Kelas Agama, 3 Kelas IPA dan 3 Kelas IPS).

Semua ruang kelas masih layak pakai dan perabotan yang ada di ruang kelas

pun cukup lengkap memadai seperti meja dan kursi yang sesuai dengan jumlah siswa,

papan tulis untuk menunjang pembelajaran, jam dinding dan lain sebagainya. Ruang

kelas sangat nyaman dengan adanya ventilasi udara sebagai sirkulasi udara dan

keluar masuknya cahaya.

e. Ruang Laboratorium

Madrasah Aliyah Negeri 1 Ponorogo memiliki 3 Laboratorium yang digunakan untuk

menunjang proses pembelajaran, di antaranya:

1) Laboratorium IPA

Dalam Laboratorium IPA terdapat peralatan praktikum lengkap dan memadai

yang digunakan siswa untuk praktik. Laboratorium IPA digunakan untuk

praktikum mata pelajaran Biologi, Kimia dan Fisika.

2) Laboratorium Komputer

Terdapat 2 ruang Lab. Komputer di MAN 1 Ponorogo, masing-masing Lab berisi

29-30 komputer yang digunakan untuk menunjang pembelajaran ketika siswa

Page 64: IMPLEMENTASI KURIKULUM VOKASIONAL BERBASIS ...etheses.iainponorogo.ac.id/11586/1/SKRIPSI 211216007...9 Ajat S, “Kemenag Optimalkan Program Keterampilan Siswa Madrasah Aliyah”,

57

praktik. Dengan jumah komputer sekian banyaknya memungkinkan siswa untuk

praktik secara individu yaitu satu komputer untuk satu siswa.

f. Ruang Tata Busana

Ruang tata busana merupakan ruangan yang digunakan untuk kegiatan praktik

siswa program keterampilan tata busana. Di dalam ruangan ini terdapat peralatan

menjahit yang lengkap dan sudah sesuai dengan standar Dunia Usaha dan Dunia

Industri. Untuk menunjang kegiatan praktik siswa MAN 1 Ponorogo memiliki 11

buah Mesin Jahit, 1 buah Mesin Obras, 1 buah Mesin Nechi dan peralatan lainnya.

g. Ruang Tata Boga

Ruang tata boga merupakan ruangan yang digunakan untuk kegiatan praktik

siswa program keterampilan Tata Boga. Di dalam ruangan ini terdapat peralatan

memasak lengkap dan memadai seperti mixer, blender, kompor gas, oven listrik dan

peralatan lainnya yang digunakan siswa untuk praktik.

h. Ruang Perpustakaan

Ruang perpustakaan di MAN 1 Ponorogo cukup luas yang dilengkapi dengan

berbagai macam judul buku mulai dari buku pelajaran, buku cerita, majalah dan

lainnya. Di dalam perpustakaan juga disediakan meja dan kursi untuk membaca,

ruangan ini dibuat senyaman mungkin agar siswa dapat membaca dengan tenang.

i. Ruang Unit Kesehatan Siswa (UKS)

Ruang UKS ini digunakan untuk menampung siswa yang kurang sehat, di

dalamnya terdapat peralatan P3K (Pertolongan Pertama pada Kecelakaan), kasur,

meja, kursi dan peralatan lainnya. Selain itu juga terdapat buku catatan kesehatan

peserta didik jadi dapat diketahui siswa tersebut mempunyai sakit apa sehingga

penanganannya pun jelas.

Page 65: IMPLEMENTASI KURIKULUM VOKASIONAL BERBASIS ...etheses.iainponorogo.ac.id/11586/1/SKRIPSI 211216007...9 Ajat S, “Kemenag Optimalkan Program Keterampilan Siswa Madrasah Aliyah”,

58

j. Tempat Beribadah

MAN 1 Ponorogo mempunyai tempat beribadah yang digunakan untuk

kegiatan keagamaan seperti Sholat Dhuha, Sholat Dhuhur, kegiatan Banjari, kegiatan

rohis dan lainnya. Tempat ibadah tersebut cukup luas dan nyaman yang dilengkapi

dengan perlengkapan ibadah.

k. Kamar Mandi

Kamar mandi yag disediakan MAN 1 Ponorogo ada 17 kamar mandi di

antaranya 4 kamar mandi untuk siswa perempuan, 7 kamar mandi untuk siswa laki-

laki dan 6 kamar mandi untuk guru dan karyawan. Masing-masing kamar mandi

dilengkapi dengan peralatan yang memadai dan masih layak pakai.

l. Lapangan Sekolah

MAN 1 Ponorogo memiliki lapangan yang cukup luas dan terletak di belakang

sekolah. Lapangan ini biasanya digunakan untuk kegiatan upacara, selain itu juga

disediakan lapangan basket dan voli untuk kegiatan mata pelajaran olahraga.

m. Tempat Parkir

Tempat parkir di MAN 1 Ponorogo cukup luas untuk menampung motor siswa.

Tempat parkir siswa terletak di luar madrasah sedangkan untuk guru dan karyawan

berada di dalam area madrasah. Letak tempat parkir siswa tidak jauh dari madrasah

sehingga untuk ke madrasah siswa harus jalan kaki terlebih dahulu sekitar 500 m.

Page 66: IMPLEMENTASI KURIKULUM VOKASIONAL BERBASIS ...etheses.iainponorogo.ac.id/11586/1/SKRIPSI 211216007...9 Ajat S, “Kemenag Optimalkan Program Keterampilan Siswa Madrasah Aliyah”,

59

B. Deskripsi Data Khusus

1. Data tentang Perencanaan Implementasi Kurikulum Vokasional Berbasis

Teknologi dalam Meningkatkan Kompetensi Lulusan di MAN 1 Ponorogo.

Di era sekarang ini banyak sekali lembaga pendidikan baik itu negeri atau swasta,

umum ataupun madrasah. Tujuan dari pendirian lembaga pendidikan tersebut sama yaitu

mencerdaskan kehidupan bangsa seperti halnya yang tertuang dalam UU Sisdiknas.

Dengan adanya tujuan tersebut maka sudah semestinya lembaga pendidikan harus mampu

membuat program-program yang dapat merealisasikan tujuan tersebut. Banyaknya

lembaga pendidikan berarti semakin banyak persaingan, dengan begitu sudah seharusnya

suatu lembaga pendidikan mampu untuk mempertahankan eksistensinya di masyarakat

agar siswa pun tertarik untuk menimba ilmu di sekolah tersebut.

Madrasah Aliyah Negeri 1 Ponorogo merupakan madrasah yang tampil dengan

program unggulan yaitu program keteramplan atau biasa disebut MA Plus Keterampilan.

Pada saat itu, MAN 1 Ponorogo mengalami kondisi dimana minat peserta didik untuk

melanjutkan pendidikan di madrasah ini berkurang sehingga mengakibatkan jumlah

siswa yang menurun. Diperlukan terobosan baru untuk mendapatkan kepercayaan dari

masyarakat, salah satu ide muncul untuk pengembangan keterampilan yaitu dibidang IT.

Dari situlah MAN 1 Ponorogo mulai melakukan kerjasama dengan Institut Teknologi

Sepuluh November Surabaya atau ITS Surabaya dalam Program Terapan Bidang

Teknologi Informasi dan Komunikasi (Prodistik). Sebenarnya sebelum bekerjasama

dengan ITS Surabaya di MAN 1 Ponorogo sudah ada extrakurikuler seperti menjahit,

komputer dan lain-lain. Kemudian pada tahun 2012 melakukan kerjasama dengan ITS

Surabaya sebagai usaha untuk mengembangkan extrakurikuler yang sudah ada. Dengan

diterapkannya program Prodistik tersebut respon dari masyarakat sangat baik, hal tersebut

dibuktikan dengan adanya kenaikan persentase siswa yang mendaftar di MAN 1

Page 67: IMPLEMENTASI KURIKULUM VOKASIONAL BERBASIS ...etheses.iainponorogo.ac.id/11586/1/SKRIPSI 211216007...9 Ajat S, “Kemenag Optimalkan Program Keterampilan Siswa Madrasah Aliyah”,

60

Ponorogo dari tahun ke tahun. Seperti halnya yang disampaikan oleh Bapak Mashuri

selaku Ketua Bidang Keterampilan:

Sebenarnya awal vokasional itu mulai dari tahun 2012, sebelum itu sebenarnya ada

extrakurikuler yaitu extra menjahit, komputer dll. Kemudian, tahun 2012 itu kita

kerja sama dengan ITS Surabaya dalam program PRODISTIK. Kondisi MAN 1

Ponorogo saat itu jika kita lihat terkait dengan peserta didik sangat minim karena

pada saat itu jumlah siswa jauh dari kuota yang kita diharapkan jadi saat itu perlu ada

gebrakan baru. Sehingga, bagaimana MAN 1 Ponorogo itu bisa dipercaya oleh

masyarakat mendapatkan siswa yang memenuhi kuota, nah saat itu bekerja sama

dengan ITS lalu menerapkan program keterampilan khusunya di bidang IT.

Perkembangan selanjutnya Alhamdulillah dengan program ini MAN 1 Ponorogo

semakin dipercaya oleh masyarakat dibuktikan dengan banyak siswa yang

mendaftar.12

Karena awalnya program ini berbentuk extrakurikuler maka untuk pelaksanaannya

dilakukan di sore hari yaitu sepulang sekolah. Seperti halnya yang disampaikan oleh

Bapak Muhadi selaku Waka Kurikulum MAN 1 Ponorogo dalam wawancara:

Alasan MAN 1 Ponorogo menerapkan kurikulum vokasional yaitu dulunya MAN 1

Ponorogo sudah bekerjasama dengan Institut Sepuluh November Surabaya atau ITS

Surabaya yang bernama PRODISTIK yaitu penerapannya bidang teknologi yang

dulunya masih berbentuk ekstrakurikuler.13

Disamping terdapat beberapa alasan mengapa MAN 1 Ponorogo melakukan

kerjasama dengan ITS Surabaya dan menerapkan program Prodistik yaitu untuk menarik

minat peserta didik, melakukan inovasi-inovasi ditengah persaingan antar lembaga

pendidikan dan juga untuk membekali peserta didik berupa kompetensi keterampilan.

Seperti yang diungkapkan oleh Bapak Praba selaku guru Multimedia Madrasah Aliyah

Negeri 1 Ponorogo menambahkan:

Alasan pertama MAN 1 Ponorogo menerapkan Program Keterampilan yaitu untuk

menarik peserta didik, terus kan sekarang juga persaingan MAN 1 Ponorogo bukan

hanya madrasah tapi juga sekolah lain yang menerapkan keterampilan, jadi selain

bidang akademik bidang keterampilan juga ditingkatkan.14

12 Lihat Transkrip Wawancara Nomor: 04/W/20-IV/2020 dalam Lampiran Hasil Penelitian. 13 Lihat Transkrip Wawancara Nomor: 01/W/16-IV/2020 dalam Lampiran Hasil Penelitian. 14 Lihat Transkrip Wawancara Nomor: 07/W/20- IV/2020 dalam Lampiran Hasil Penelitian.

Page 68: IMPLEMENTASI KURIKULUM VOKASIONAL BERBASIS ...etheses.iainponorogo.ac.id/11586/1/SKRIPSI 211216007...9 Ajat S, “Kemenag Optimalkan Program Keterampilan Siswa Madrasah Aliyah”,

61

Hal serupa juga disampikan oleh Ibu Marantika selaku guru Tata Busana di Madrasah

Aliyah Negeri 1 Ponorogo:

Kalau menurut saya alasan MAN 1 Ponorogo menerapkan Program Keterampilan/

Vokasional yaitu untuk menarik minat siswa, untuk membekali siswa dengan

keterampilan karena di zaman sekarang ini mencari pekerjaan kan susah jadi dengan

adanya vokasi di sekolah menambah keterampilan siswa jika nanti ketika lulus mau

membuka peluang pekerjaan, kemudian menambah skill yang dimiliki siswa untuk

menunjang potensi yang dimiliki siswa.15

Kemudian pada tahun 2018, Kemenag memilih MAN 1 Ponorogo untuk menjadi

Pilot Project dalam melaksanakan program Madrasah Aliyah Penyelenggara Program

Keterampilan. Pada tahun 2019 Kemenag mengeluarkan Surat Keputusan tentang

dilegalkannya Program keterampilan yang ada di MAN 1 Ponorogo sehingga menjadi

Madrasah Aliyah Plus Keterampilan. Hal ini menjadi faktor pendukung bagi madrasah

untuk menjadikan program keterampilan tersebut yang awalnya ekstrakurikuler kini

menjadi intrakurikuler. Selain itu madrasah juga dapat mengembangkan kretifitas dan

inovasi terkait dengan bidang keterampilan. Seperti halnya yang disampaikan oleh Bapak

Muhadi selaku Waka Kurikulum:

Kemudian kita ditunjuk oleh Kementerian Agama untuk menjadi Pilot Project terkait

dengan madrasah keterampilan. Hal itu menjadi pendukung bagi madrasah sehingga

pembelajaran IT tersebut menjadi legal jadi tidak hanya menjadi ekstrakurikuler

namun juga menjadi intrakurikuler, artinya pelajaran itu masuk di pagi hari.16

Selanjutnya Bapak Mashuri selaku Ketua Bidang Keterampilan menambahkan dalam

wawancara:

Perkembangannya pada tahun 2018 kita melaksanakan program madrasah

penyelenggara program keterampilan nah di situ adalah secara resmi kita sudah

diakui oleh Kemenag bahwa kita adalah madrasah penyelenggara program

keterampilan. Berikutnya pada tahun 2019 ada perubahan SK baru yaitu madrasah

kita sebagai Madrasah Aliyah Plus Keterampilan jadi dengan perkembangan saat ini

keterampilan itu menjadi kebutuhan utama bagi siswa yang bisa diterapkan atau

digunakan di kehidupannya setelah mereka lulus17

15 Lihat Transkrip Wawancara Nomor: 10/W/21-IV/2020 dalam Lampiran Hasil Penelitian. 16 Lihat Transkrip Wawancara Nomor: 01/W/16-IV/2020 dalam Lampiran Hasil Penelitian. 17 Lihat Transkrip Wawancara Nomor: 04/W/20-IV/2020 dalam Lampiran Hasil Penelitian.

Page 69: IMPLEMENTASI KURIKULUM VOKASIONAL BERBASIS ...etheses.iainponorogo.ac.id/11586/1/SKRIPSI 211216007...9 Ajat S, “Kemenag Optimalkan Program Keterampilan Siswa Madrasah Aliyah”,

62

Program keterampilan dengan memfokuskan pada bidang IT merupakan salah satu

program yang tertuang di Visi, Misi dan Tujuan MAN 1 Ponorogo. Adapun Visi dari

MAN 1 Ponorogo yang dikenal dengan slogan PASTI yaitu Peduli Lingkungan, Agamis,

Sains, Teknopreneur, dan Inovatif. Sedangkan salah satu Misi dari MAN 1 Ponorogo

yang berkaitan dengan program keterampilan berbasis IT yaitu menyelenggarakan

pembelajaran keterampilan berbasis teknologi guna meningkatkan penguasaan ilmu

pengetahuan dan teknologi serta mendorong peserta didik memanfaatkan teknologi dalam

berwirausaha. Dari Visi dan Misi tersebut dapat diketahui bahwa penyelenggaraan

program keterampilan ini bertujuan agar para siswa mampu untuk bersaing di era industri

dimana semua peralatan yang digunakan berhubungan langsung dengan teknologi serta

membekali siswa berupa skill yang nantinya dapat memberikan manfaat ketika mereka

lulus nanti. Seperti yang diungkapkan oleh Ibu Marantika selaku guru Tata Busana di

MAN 1 Ponorogo:

Kalau menurut saya alasan MAN 1 Ponorogo menerapkan Program Keterampilan/

Vokasional yaitu untuk menarik minat siswa, untuk membekali siswa dengan

keterampilan karena di zaman sekarang ini mencari pekerjaan kan susah jadi dengan

adanya vokasi di sekolah menambah keterampilan siswa jika nanti ketika lulus mau

membuka peluang pekerjaan, kemudian menambah skill yang dimiliki siswa untuk

menunjang potensi yang dimiliki siswa.18

Sehingga tujuan adanya program keterampilan di Madrasah Aliyah Negeri 1

Ponorogo tidak hanya untuk menarik minat siswa namun juga untuk membekali siswa

keterampilan. Karena memang tidak semua Madrasah Aliyah khususnya di Ponorogo

menerapkan program keterampilan, kalaupun ada hanya beberapa madrasah atau sekolah

yang menerapkan program keterampilan namun hanya untuk ekstrakurikuler saja.

Jadi, sebelum disahkan menjadi MA Plus Keterampilan MAN 1 Ponorogo memiliki

4keterampilan saja yaitu Animasi, Rekaya Perangkat Lunak (RPL)/ Programmer, Desain

Grafis dan Multimedia. Keterampilan tersebut berhubungan erat dengan teknologi

18 Lihat Transkrip Wawancara Nomor: 10/W/21-VI/2020 dalam Lampiran Hasil Penelitian.

Page 70: IMPLEMENTASI KURIKULUM VOKASIONAL BERBASIS ...etheses.iainponorogo.ac.id/11586/1/SKRIPSI 211216007...9 Ajat S, “Kemenag Optimalkan Program Keterampilan Siswa Madrasah Aliyah”,

63

informasi karena latar belakang madrasah ini yang bekerja sama dengan Institut

Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya atau ITS Surabaya. Kemudian pada tahun ajaran

2018/2019 MAN 1 Ponorogo disahkan oleh Kemenag untuk menjalankan MA

Penyelenggara Program Keterampilan, sehingga segala sesuatunya mulai dari kurikulum

dan dana keterampilan dari Kemenag. Setelah dikeluarkannya SK DIRJEN PENDIS NO.

4924 Tahun 2016 MAN 1 Ponorogo menjadi MA Plus Keterampilan, kemudian madrasah

ini menambah dua program keterampilan baru yaitu keterampilan Tata Busana dan Tata

Boga.

Saat ini di MAN 1 Ponorogo terdapat enam program keterampilan yaitu Animasi,

Rekaya Perangkat Lunak/ Programmer, Desain Grafis Multimedia, Tata Busana dan Tata

Boga. Adanya enam program keterampilan tersebut merupakan hasil dari musyawarah

Tim Keterampilan/ Vokasi beserta pimpinan dan juga stakeholder MAN 1 Ponorogo.

Dalam menentukan program keterampilan MAN 1 Ponorogo juga mempertimbangkan

beberapa aspek yaitu pengembangan kurikulum vokasional, sumber daya manusia, serta

sarana dan prasarana yang ada. Setelah rumusan program keterampilan tersebut selesai

kemudian diberikan ke pihak Kemenag untuk kemudian disetujui. Hal ini sesuai dengan

yang diungkapkan oleh Bapak Muhadi selaku Waka Kurikulum di MAN 1 Ponorogo:

Untuk pemilihan program keterampilan di MAN 1 Ponorogo itu kita lihat dari

sumber daya manusia atau tenaga pendidik, sarana dan prasarana serta bakat minat

peserta didik, dari faktor-faktor itu ketika monitoring kita menyetorkan apa-apa saja

program keterampilan. Jadi tim keterampilan sendiri yang membentuk atau memilih

program keterampilan tersebut, jadi untuk menentukan program keterampilan itu kita

lihat apa-apa saja yang kita punya mulai dari sumber daya manusia sampai dengan

sarana dan prasarana setelah itu baru disetujui oleh Kementerian Agama19

Untuk menentukan suatu jurusan dalam program keterampilan harus memperhatikan

lingkungan sekitar madrasah karena lulusan nantinya kembali pada masyarakat maka

sebisa mungkin suatu lembaga pendidikan dapat memenuhi kebutuhan masyarakat, selain

19 Lihat Transkrip Wawancara Nomor: 01/W/16-IV/2020 dalam Lampiran Hasil Penelitian.

Page 71: IMPLEMENTASI KURIKULUM VOKASIONAL BERBASIS ...etheses.iainponorogo.ac.id/11586/1/SKRIPSI 211216007...9 Ajat S, “Kemenag Optimalkan Program Keterampilan Siswa Madrasah Aliyah”,

64

itu minat dari peserta didik juga perlu diperhatikan. Sebagaimana yang diungkapkan oleh

Bapak Mashuri selaku Ketua Bidang Keterampilan dalam wawancaranya:

Untuk pemilihan program dipilih dari MAN sendiri jadi kita memilih program yang

nantinya ke depannya bisa bermanfaat bagi siswa dan untuk masa depannya. Jadi ada

beberapa program yang kita putuskan dan akhirnya kita hapus/ ganti karena menurut

kami sudah tidak sesuai, jadi yang sesuai dengan kita dan ada kurikulumnya di

Kemenag. Jadi MA Plus Keterampilan itu jurusannya banyak sekali kita bisa memilih

jurusan itu dan menyesuaikan dengan kondisi kita, menyesuaikan dengan kebutuhan

masa yang akan datang bagi siswa dan juga menyesuaikan dengan sumber daya

manusia/ tenaga pendidik serta sarana dan prasarana yang ada di MAN 1 Ponorogo.20

Jadi, dalam menentukan program keterampilan MAN 1 Ponorogo memperhatikan

beberapa aspek yaitu kurikulum vokasional yang dijadikan sebagai pedoman dalam

pembelajaran, sumber daya manusia atau tenaga pendidik, sarana prasarana yang ada

serta mendukung untuk pelaksanaan program keterampilan, minat dan bakat siswa serta

lingkungan madrasah yang mendukung. Membutuhkan waktu dan proses yang panjang

bagi MAN 1 Ponorogo untuk sampai pada saat ini. Salah satu proses yang sangat

berpengaruh yaitu perencanaan di mana sebelum segala sesuatu hal direalisasikan maka

butuh perencanaan yang matang. Tidak terkecuali dalam penerapan program

keterampilan di MAN 1 Ponorogo, ada beberapa perencanaan yang perlu dipersiapkan

dengan matang yaitu terkait kurikulum keterampilan/ vokasional (materi), tenaga

pendidik, serta sarana dan prasarana.

Kurikulum Keterampilan di MAN 1 Ponorogo disusun oleh tim vokasi yang terdiri

dari kepala madrasah, waka, ketua bidang keterampilan, guru keterampilan dan juga tiim

Prodistik dari ITS Surabaya. Kurikulum Vokasional dikembangkan dengan

menyesuaikan kemampuan dan kebutuhan pendidikan untuk masa depan. Dalam

pengembangan kurikulum vokasional pihak madrasah menyesuaikan dengan visi dan

misi yang telah dibuat. Hal tersebut dilakukan agar antara visi yang telah dibuat dengan

kurikulum yang sudah dikembangkan dapat relevan serta tujuan yang telah dibuat dapat

20 Lihat Transkrip Wawancara Nomor: 04/W/20-IV/2020 dalam Lampiran Hasil Penelitian.

Page 72: IMPLEMENTASI KURIKULUM VOKASIONAL BERBASIS ...etheses.iainponorogo.ac.id/11586/1/SKRIPSI 211216007...9 Ajat S, “Kemenag Optimalkan Program Keterampilan Siswa Madrasah Aliyah”,

65

tercapai sesuai dengan target. Seperti yang disampaikan oleh Bapak Mashuri selaku

Ketua Bidang Keterampilan di MAN 1 Ponorogo: “Salah satu visi di MAN 1 Ponorogo

adalah Technopreneur yaitu mengembangkan teknologi khususnya IT yang bermanfaat

untuk kehidupan. Kurikulum vokasional tentunya dikembangkan untuk visi tersebut.”21

Pengembangan kurikulum vokasional dilakukan setiap beberapa tahun dan

menyesuaikan dengan perkembangan zaman karena perlu diketahui bahwa

perkembangan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi di dunia ini berkembang begitu cepat.

Untuk itu tim pengembangan kurikulum dari pihak madrasah pun harus senantiasa

mengikuti perkembangan tersebut agar tidak tertinggal. Sehingga nantinya baik para

siswa maupun lulusan mampu bersaing di era yang akan datang.

Pengembangan kurikulum vokasional di Madrasah Aliyah Negeri 1 Ponorogo perlu

dilakukan karena dalam pembelajaran siswa tidak hanya memerlukan tentang teori formal

saja, namun juga diperlukan pengembangan kemampuan keterampilan untuk kehidupan

masa depannya. Untuk itulah mengapa metode pembelajaran yang diberikan kepada

peserta didik beragam, tidak hanya diberikan materi namun juga praktik.

Kemudian, untuk kurikulum keterampilan/ vokasional Madrasah Aliyah Negeri 1

Ponorogo mengacu dari Kemenag lalu dikembangkan lagi dan disesuaikan dengan

kebutuhan siswa dan juga para pengguna lulusan yaitu masyarakat. Alokasi waktu untuk

kurikulum vokasional yaitu 6 jam perminggu. Hal ini disampaikan oleh Bapak Muhadi

selaku Waka Kurikulum di MAN 1 Ponorogo:

Jadi begini kan kita MAN 1 Ponorogo MA Plus Keterampilan jadi kurikulum yang

kita pakai itu kurikulum regular dari Kementerian Agama itu terkait dengan

madrasah aliyah kemudian plus keterampilan. Di Kementerian Agama terkait dengan

madrasah vokasi itu sudah diatur sendiri kurikulumnya, yaitu yang kita pakai

sekarang itu adalah kurikulum nomor 184, KMA 184 yaitu terkait kurikulum

21 Lihat Transkrip Wawancara Nomor: 04/W/20-IV/2020 dalam Lampiran Hasil Penelitian.

Page 73: IMPLEMENTASI KURIKULUM VOKASIONAL BERBASIS ...etheses.iainponorogo.ac.id/11586/1/SKRIPSI 211216007...9 Ajat S, “Kemenag Optimalkan Program Keterampilan Siswa Madrasah Aliyah”,

66

madrasah aliyah vokasi, di situ kita ada 57 jam artinya ada 6 jam khusus

keterampilan, jadi yang memakai kurikulum ini khusus madrasah vokasi saja.22

Kemudian untuk bagaimana pelaksanaan dan pengembangannya diserahkan

sepenuhnya kepada pihak madrasah. Jadi, madrasah diberikan wewenang dari Kemenag

untuk mengembangkan kurikulum tersebut. Berhubung MAN 1 Ponorogo masih

menjalankan kerjasama dengan ITS Surabaya, maka untuk pengembangannya pihak

madrasah mengadopsi materi pembelajaran dari ITS untuk program keterampilan IT dan

mengadopsi dari Dunia Industri/Dunia Usaha serta SMK untuk program keterampilan

Tata Busana dan Tata Boga. Seperti yang diungkapkan oleh Bapak Mashuri selaku Ketua

Keterampilan di MAN 1 Ponorogo:

Jadi begini kurikulum vokasional itu kurikulumnya menurut saya kita bebas untuk

mengembangkan, jadi kurikulumnya itu masih bisa dikembangkan misal jurusan

desain grafis menggunakan kurikulum dari Kemenag mungkin hanya sampai pada

titik tertentu, kita sebagai MA penyelenggara program keterampilan bisa melebihi

dari kurikulum tersebut. Jadi kita bisa mengembangkan ke lebih lanjut, kalau jurusan

itu misalkan kita pandang perlu untuk menguasai suatu metode atau suatu

keterampilan tertentu yang melebihi muatan dari kurikulum yang sudah ada, kita bisa

mengembangkannya. Jadi kurikulumnya tidak terbatas mungkin bisa jadi kita bisa

melebihi yang dari SMK23

Pengembangan kurikulum dalam bidang keterampilan atau vokasional juga

diungkapkan oleh Ibu Marantika selaku guru program keterampilan Tata Busana:

Kurikulum vokasional di MAN 1 Ponorogo itu berbeda dengan yang di SMK

karena hanya 5% dari keseluruhan jumlah pembelajaran di MAN 1 Ponorogo

karena MAN 1 Ponorogo itu kan basisnya pembelajaran keagamaan jadi

implementasinya hanya 5% dari keseluruhan pembelajaran di MAN 1 Ponorogo.

Yang mana meskipun itu sedikit dapat menunjang kompetensi siswa. Jadi, yang

perlu dipersiapkan dalam implementasi kurikulum yaitu materi, silabus dan RPP

(Rencana Pembelajaran dan Pengajaran) itu kita ngambil turunan dari SMK karena

belum ada RPP sama silabus dari pusat, kalau SMA dan SMK kan kurikulumnya

2013 jadi RPP sudah dari sana kalau MA yang melaksanakan keterampilan belum

ada, jadi kami guru-guru keterampilan itu ngambil/ mengadopsi dari SMK terus

disusun lagi biar sesuai dengan MAN 1 Ponorogo. Kemudian disesuaikan juga

pertemuannya satu minggu sekali 6 jam pelajaran dari pagi sampai siang, siang ke

sore kan sistemnya moving class. Jadi, praktik dan teori dijadikan satu selama 6 jam

jadi mau gak mau ya itu waktunya, kita atur sedemikian agar siswa bisa maksimal

paham dengan teori dan praktik yang disampaikan oleh bapak/ibu guru.24

22 Lihat Transkrip Wawancara Nomor: 01/W/16-IV/2020 dalam Lampiran Hasil Penelitian. 23 Lihat Transkrip Wawancara Nomor: 04/W/20-IV/2020 dalam Lampiran Hasil Penelitian. 24 Lihat Transkrip Wawancara Nomor: 10/W/21-VI/2020 dalam Lampiran Hasil Penelitian.

Page 74: IMPLEMENTASI KURIKULUM VOKASIONAL BERBASIS ...etheses.iainponorogo.ac.id/11586/1/SKRIPSI 211216007...9 Ajat S, “Kemenag Optimalkan Program Keterampilan Siswa Madrasah Aliyah”,

67

Berhubung Madrasah Aliyah Negeri 1 Ponorogo merupakan madrasah Aliyah jadi

untuk pelaksanaan keterampilan tidak banyak atau hanya 5% saja dari total keseluruhan

mata pelajaran. Meskipun hanya 5% namun itu sudah dapat menambah kompetensi siswa

dalam bidang keterampilan, sehingga bakatnya dapat terasah. Karena materi

pembelajaran yang ada di madrasah ini dapat dikembangkan sendiri maka MAN 1

Ponorogo mengadopsi materi/ kurikulum dari SMK dan Dunia Usaha/ Dunia Industri

sebagai pengguna lulusan.

Kurikulum vokasional tersebut tidak akan berjalan dengan sendirinya tanpa adanya

sumber daya manusia atau tenaga pendidik. Tenaga pendidik di MAN 1 Ponorogo dapat

dikatakan sudah sesuai dengan standar, yang mana para tenaga pendidik ini mempunyai

latar belakang pendidikan S1 dan sesuai dengan program keterampilan yang ada di MAN

1 Ponorogo. Untuk proses perekrutannya pun juga melalui beberapa tahap di antaranya

ada tahap wawancara, pengenalan produk inovasi dari program keterampilan yang

diambil, seleksi dan hasil. Seperti yang diungkapkan oleh Bapak Muhadi selaku Waka

Kurikulum di MAN 1 Ponorogo:

Terkait dengan perekrutan jadi kita akan melihat jurusannya, jadi Alhamdulillah

MAN 1 Ponorogo ini hampir gurunya sudah linier sesuai dengan jurusan. Contoh

ketika jurusan desain grafis teknis perekrutannya kita membuka lowongan pekerjaan,

kemudian mereka daftar apa yang kita butuhkan, kita lihat aspek-aspeknya atau

persyaratan-persyaratannya. Ada jurusan tata boga minimal S1 Tata Boga dan kalau

tata busana minimal S1 Tata Busana. Jadi untuk perekrutan kita membuka lowongan,

kemudian daftar, setelah itu ada verifikasi administrasi, mana yang memenuhi

administrasi kita panggil. Kemudian dalam pemanggilan itu kita ada 3 tahap yang

pertama orientasi atau perkenalan saja wawancara perkenalan terkait benar atau tidak

yang ditulis di lamaran itu, kemudian yang kedua adalah mereka membuat suatu

produk, contoh ketika tata boga saat pemanggilan kedua harus membawa produknya

yaitu produk tata boga yang merupakan inovasi sendiri, kalau di IT desain grafis ya

dia membuat desain grafis, jika terkait multimedia mereka membuat produk

multimedia yang sudah diinovasikan. Jadi itu dibawa ke madrasah ditunjukkan

kepada tim vokasi, nanti tim vokasi yang akan melihat guru atau calon pengajar ini

layak atau tidak. Itu kan pemanggilannya ada beberapa orang, dari situlah akan

merucut siapa yang akan dipanggil untuk tahap ketiga ini. Tahap ketiga ini yang

Page 75: IMPLEMENTASI KURIKULUM VOKASIONAL BERBASIS ...etheses.iainponorogo.ac.id/11586/1/SKRIPSI 211216007...9 Ajat S, “Kemenag Optimalkan Program Keterampilan Siswa Madrasah Aliyah”,

68

dipanggil ini sudah menjadi final tapi bentuknya adalah penandatanganan kontrak

yang di situ ada kesepakatan komitmen yang harus ditanda tangani25

Mengenai perekrutan tenaga pendidik juga diungkapkan oleh Bapak Mashuri

selaku Kepala Bidang Keterampilan di MAN 1 Ponorogo:

Untuk tenaga pendidik di sini, karena di sini adalah dunia pendidikan jadi kita harus

menyesuaikan bagaimana tenaga pendidik itu jadi kita cari tenaga pendidik yang

punya standar ijasah lulusan S1 pendidikan. Jadi saat ini kita punya guru tata boga,

tata busana dari S1 pendidikan, kemudian yang TI karena memang tidak ada jurusan

khusus misal TI RPL jadi kita cari yang TI khusus, ada juga yang S. Kom bukan S.

Pd tapi semua sudah memenuhi kriteria S1 sebagai tenaga pendidik dan semua sudah

sesuai dengan bidang masing-masing.26

Kemudian Ibu Marantika selaku guru program keterampilan tata busana juga

mengungkapkan pengalamannya dalam perekrutan tenaga pendidik di MAN 1 Ponorogo:

Iya, jadi saya dulu ngelamar kemudian dipanggil untuk wawancara selanjutnya

menunjukkan karya, ditanya pengalamannya apa, kerja di mana atau kuliah di mana.

Kan saya dulu juga pernah kerja di perancang busana selama satu tahun jadi hasil

karya saya ya itu yang saya tunjukkan terus baru diumumkan diterima atau tidak,

sama sih guru boga juga gitu.27

Dari hasil wawancara tersebut dapat diketahui bahwa untuk tenaga pendidik yang

ada di MAN 1 Ponorogo sudah tidak diragukan lagi. Karena latar belakang tenaga

pendidik yang mempunyai kualifikasi S1serta jurusannya pun linier dengan program

keterampilan yang ada di madrasah ini. Meskipun tidak semua tenaga pendidik berlatar

belakang S1 Pendidikan, karena tidak semua program keterampilan yang ada terdapat di

jurusan pendidikan. Hal tersebut dapat diminimalisir karena kompetensi tenaga pendidik

yang mumpuni. Sehingga siswa pun lebih mudah untuk memahami pelajaran karena

dididik oleh tenaga pendidik yang profesional.

Kegiatan belajar mengajar tersebut tidak akan berjalan dengan baik apabila tidak

didukung oleh sarana dan prasarana yang memadai. Awal penerapan kurikulum

keterampilan/ vokasional ini menggunakan peralatan seadanya. Kemudian setelah

25 Lihat Transkrip Wawancara Nomor: 01/W/16-IV/2020 dalam Lampiran Hasil Penelitian. 26 Lihat Transkrip Wawancara Nomor: 04/W/20-IV/2020 dalam Lampiran Hasil Penelitian. 27 Lihat Transkrip Wawancara Nomor: 10/W/21-VI/2020 dalam Lampiran Hasil Penelitian

Page 76: IMPLEMENTASI KURIKULUM VOKASIONAL BERBASIS ...etheses.iainponorogo.ac.id/11586/1/SKRIPSI 211216007...9 Ajat S, “Kemenag Optimalkan Program Keterampilan Siswa Madrasah Aliyah”,

69

dilegalkan oleh Kemenag dan ada bantuan dana vokasi dari pemerintah maka sarana dan

prasarana dapat ditambah sesuai dengan kebutuhan dan disesuikan pula dengan standar

Dunia Usaha/ Dunia Industri. Seperti yang diungkapkan oleh Bapak Mashuri selaku

Ketua Bidang Keterampilan:

Awalnya sarprasnya itu didukung oleh MAN 1 Ponorogo, dulu awalnya kita punya

lab sederhana berikutnya ketika sudah masuk MA penyelenggara program

keterampilan kita dapat bantuan dari pemerintah dan itu bisa kita gunakan untuk

membantu ketersediaan dari sarpras itu ada penambahan komputer, membeli alat

jahit yang standar industri, alat masak dll. Alhamdulillah bisa terpenuhi untuk

masing-masing program keterampilan. Jadi, untuk masing-masing program sudah

punya lab sendiri tata boga dan tata busana sudah punya sendiri, kemudian yang TI

ada 3 lab kalau TI kan bisa digunakan beberapa jurusan yang terkait dengan TI.28

Hal serupa juga diungkapkan oleh Bapak Muhadi selaku Waka Kurikulum MAN 1

Ponorogo:

Untuk pengadaan sarpras Alhamdulillah kan kita madrasah vokasi yang ada dana dari

pemerintah terkait dengan dana vokasi, nah dana vokasi ini tergantung besarnya

tergantung jurusannya tergantung juga kita mengalokasikannya. Dari 2 tahun ini kita

sudah mendapatkan bantuan terkait alat-alat kemudian laboratorium dan sebagainya.

Untuk yang ketiga ini kita belum ada dana yang turun tapi kita punya dana hibah dari

Provinsi Jawa Timur terkait untuk vokasi, ya memang semuanya tidak harus

dibelikan sarana dan prasarana tetapi juga untuk operasionalnya. Jadi untuk

pengadaan sarpras dapat kita lakukan secara mandiri artinya dari madrasah kemudian

juga ada dana dari pemerintah. Terkait dengan sarpras yang kita gunakan itu mengacu

pada Dunia Usaha dan Dunia Industri (DU/DI), jadi Alhamdulillah kita mengacunya

pada itu seperti komputer, peralatan tata boga, tata busana itu sudah sesuai dengan

standar DU/DI.29

Kegiatan pengadaan sarana prasarana ini juga melibatkan tenaga pendidik program

keterampilan di MAN 1 Ponorogo. Jadi sebelum pengadaan sarana dan prasarana Tim

Vokasi beserta Waka Sarpras mengadakan musyawarah dengan para guru keterampilan

kemudian mereka membuat list barang apa saja yang diperlukan. Kemudian diajukan ke

ketua bidang keterampilan selanjutnya ke TU ketika sudah disetujui baru bisa dibelikan

barang yang diperlukan. Berhubung setiap keterampilan itu berbeda kebutuhannya maka

28 Lihat Transkrip Wawancara Nomor: 04/W/20-IV/2020 dalam Lampiran Hasil Penelitian. 29 Lihat Transkrip Wawancara Nomor: 01/W/16-IV/2020 dalam Lampiran Hasil Penelitian.

Page 77: IMPLEMENTASI KURIKULUM VOKASIONAL BERBASIS ...etheses.iainponorogo.ac.id/11586/1/SKRIPSI 211216007...9 Ajat S, “Kemenag Optimalkan Program Keterampilan Siswa Madrasah Aliyah”,

70

dana yang dikeluarkan untuk setiap program keterampilan itupun juga berbeda. Adapun

wawancara dengan Ibu Marantika selaku guru program keterampilan Tata Busana:

Kalau proses pengadaan sarpras yang paling berperan adalah waka sarpras itu dibantu

Pak Mashuri juga melibatkan guru yang bersangkutan itu kemudian membuat

laporan misal apa saja alat yang dibutuhkan dan bahan yang dibutuhkan. Kita guru

keterampilan itu membuat list terus diajukan ke Pak Mashuri selaku ketua

keterampilan kemudian ditanda tangani dikasih tahu ke Waka Sarpras selanjutnya

nanti diajukan ke TU nanti dananya turun baru bisa belanja. Kalau kebutuhan alat

dan bahan itu berbeda biasanya kalau alat itu turunnya satu tahun sekali kalau untuk

bahan setiap semester sekali karena kan kalau bahan pasti digunakan setiap praktik

tapi kalau alat kan berkali-kali praktik. Jadi setiap jurusan itu berbeda IT dengan tata

boga dan tata busana juga berbeda karena kan berbeda juga kebutuhannya, yang

paling banyak itu ya tata boga dan tata busana karena bahan yang digunakan juga

sekali pakai. Kalau IT untuk aplikasi kan bisa digunakan berkali-kali. Kalau untuk

anggaran sebenarnya jadi satu untuk semua jurusan.”30

Hal serupa juga diungkapkan oleh Bapak Praba selaku guru program keterampilan

Multimedia, berikut wawancaranya:

Pengadaan sarpras, kalau untuk perumusan pendanaan kita diminta untuk ngelist

kebutuhannya apa saja, misal komputer spesifikasinya apa saja jadi tidak bisa di

tentukan sendiri oleh kurikulum maupun ketua vokasi jadi harus dirembug dulu

dengan guru-guru keterampilan. Kemudian diadakan evaluasi juga, jadi peralatan

yang digunakan itu apa saja yang kurang apa saja yang perlu dimaksimalkan dan apa

saja yang sudah ada tapi belum dimaksimalkan31

Sarana dan prasarana merupakan hal penting yang digunakan untuk menunjang

proses pembelajaran, oleh karena itu dalam proses pengadaannya pun harus direncanakan

dan dipersiapkan dengan matang agar tepat pada sasaran. Kebutuhan setiap program

keterampilan memang berbeda-beda namun untuk dana pengelolaannya jadi satu, untuk

program keterampilan Tata Busana dan Tata Boga memang yang paling banyak

membutuhkan biaya untuk membeli bahan dalam proses pembelajaran. Karena untuk

kedua program keterampilan ini bahan yang digunakan adalah sekali pakai, berbeda

dengan program keterampilan TI yang menggunakan perangkat software yang digunakan

berkali-kali.

30 Lihat Transkrip Wawancara Nomor: 10/W/21-VI/2020 dalam Lampiran Hasil Penelitian. 31 Lihat Transkrip Wawancara Nomor: 7/W/20- IV /2020 dalam Lampiran Hasil Penelitian.

Page 78: IMPLEMENTASI KURIKULUM VOKASIONAL BERBASIS ...etheses.iainponorogo.ac.id/11586/1/SKRIPSI 211216007...9 Ajat S, “Kemenag Optimalkan Program Keterampilan Siswa Madrasah Aliyah”,

71

Jadi, proses MAN 1 Ponorogo untuk menjadi MA Plus Keterampilan tidak mudah

para pihak yang terkait perlu melewati beberapa tahap dan pastinya proses perencanaan

yang matang. Perencanaan pelaksanaan kurikulum vokasional di MAN 1 Ponorogo yaitu

terkait dengan pembentukan serta pengembangan kurikulum vokasional itu sendiri oleh

tim vokasi, semua waka serta pimpinan, kemudian merekrut tenaga pendidik yang

professional yang mana semua tenaga pendidik mempunyai latar belakang S1 selanjutnya

perlu adanya sarana dan prasarana yang mendukung proses pembelajaran. Sarana dan

prasarana di sini juga memuat teknologi pendidikan yang digunakan oleh tenaga pendidik

untuk mengajar para peserta didik serta untuk memecahkan masalah pembelajaran.

Teknologi pendidikan yang digunakan di madrasah ini sudah memenuhi standar Dunia

Usaha/ Dunia Industri serta mempunyai spesifikasi yang bagus sehingga memudahkan

para siswa untuk belajar.

2. Data tentang Implementasi Kurikulum Vokasional Berbasis Teknologi dalam

Meningkatkan Kompetensi Lulusan di MAN 1 Ponorogo.

Implementasi/ pelaksanaan merupakan kegiatan merealisasikan perencanaan yang

sudah dibuat oleh suatu tim. Begitupun dengan perencanaan implementasi kurikulum

vokasional/ keterampilan di Madrasah Aliyah Negeri 1 Ponorogo tidak akan mencapai

tujuan apabila tidak dilaksanakan/ direalisasikan. Pelaksanaan itu sendiri tidak akan

berjalan tanpa adanya kerjasama yang baik antar tim, guru maupun siswa yang ada di

madrasah.

Implementasi kurikulum vokasional di Madrasah Aliyah Negeri 1 Ponorogo sudah

dilaksanakan sejak tahun 2012 saat itu masih bekerjasama dengan ITS Surabaya dengan

program Prodistik kemudian disahkan oleh Kemenag pada tahun ajaran 2018/2019.

Pelaksanaan kurikulum tersebut didukung oleh kurikulum vokasional yaitu materi

pembelajaran yang selalu update, sumber daya manusia yang professional, sarana dan

Page 79: IMPLEMENTASI KURIKULUM VOKASIONAL BERBASIS ...etheses.iainponorogo.ac.id/11586/1/SKRIPSI 211216007...9 Ajat S, “Kemenag Optimalkan Program Keterampilan Siswa Madrasah Aliyah”,

72

prasarana yang sudah standar DU/DI serta minat bakat antusias siswa dalam mengikuti

program keterampilan.

Kurikulum vokasional di Madrasah Aliyah Negeri 1 Ponorogo diterapkan kepada

peserta didik mulai dari mereka masuk kelas X (Sepuluh) sampai dengan mereka kelas

XII (Dua Belas). Pada saat pendaftaran peserta didik diwajibkan untuk memilih satu jenis

keterampilan. Materi yang diberikan pun disesuaikan dengan semester yang mereka

tempuh, misal pada jurusan Multimedia pada semester 1 dan 2 (kelas X) materi yang

diberikan yaitu berupa Microsoft Office, Adobe Photoshop, Corel Draw dan Adobe

Premier 1. Kemudian berbeda lagi ketika mereka menginjak semester 3, 4 dan seterunya,

jadi setiap semester terdapat perbedaan materi pembelajaran. Hal tersebut sesuai dengan

profil kurikulum yang sudah penulis cantumkan di lampiran 7.32

Implementasi kurikulum vokasional di MAN 1 Ponorogo dilaksanakan dengan

sistem moving class di mana tidak semua program studi (IPA, IPS dan Agama) pada

setiap kelas (X, XI, dan XII) itu terdapat satu program keterampilan, jadi ada beberapa

program studi pada satu kelas diisi beberapa program keterampilan yaitu ada kelas

Agama, IPA 3 dan IPS 3. Moving class dijadwalkan setiap hari Sabtu untuk kelas X dan

hari Senin untuk kelas XI. Jadwal pelajaran program keterampilan penulis cantumkan

dalam dokumentasi sebagai berikut:

Beberapa jadwal pelajaran kelas X dan XII. Memang tidak semua satu program

keterampilan untuk satu kelas, namun ada beberapa kelas yang dimoving yaitu ada

kelas Agama, IPA 3 dan IPS 3 sedangkan untuk kelas lain ada satu program

keterampilannya.33

Pelaksanaan moving class juga diungkapkan oleh bapak Muhadi selaku Waka

Kurikulum di MAN 1 Ponorogo:

Jadi untuk pelaksanaan kurikulum di MAN 1 Ponorogo ini kita buat moving class

artinya ada hari- hari di mana kita setting siswa itu moving class nya untuk mengikuti

kelas keterampilan, contohnya untuk hari Sabtu itu jadwalnya kelas 10 moving class

32 ihat Transkrip Dokumentasi Nomor: 13/D/24-X/2020 dalam Lampiran Hasil Penelitian. 33 Lihat Transkrip Dokumentasi Nomor: 08/D/20-IV/2020 dalam Lampiran Hasil Penelitian.

Page 80: IMPLEMENTASI KURIKULUM VOKASIONAL BERBASIS ...etheses.iainponorogo.ac.id/11586/1/SKRIPSI 211216007...9 Ajat S, “Kemenag Optimalkan Program Keterampilan Siswa Madrasah Aliyah”,

73

untuk mengikuti kelas keterampilan kemudian hari Senin untuk kelas 11 mengikuti

kelas keterampilan. Jadi kita buat moving class dan ini sangat membantu terkait

dengan kompetensi, terkait dengan jadwal terkait dengan guru terkait dengan siswa

sehingga mereka mempunyai waktu dan kesempatan yang lebih untuk bisa

mengembangkan keterampilannya.34

Untuk kelas moving class tersebut ada beberapa program keterampilan yang dapat

dipilih siswa untuk mengembangkan bakatnya. Sebagaimana yang disampaikan Bapak

Muhadi dalam wawancaranya:

Untuk pengaturan kelas kita dari tim sendiri yang menentukan jadi kita golongkan

dulu jadi IPA ada berapa kelas kemudian diikuti keterampilan apa saja yang ada di

IPA, di MAN 1 Ponorogo itu ada IPA 1 RPL (Rekayasa Perangkat Lunak), IPA 2

Animasi, IPA 3 Moving satu kelas ada 3 jurusan yaitu Tata Boga, Tata Busana dan

Multimedia, jadi mereka bisa moving class di hari Sabtu kemudian yang IPS ada

Desain Grafis, ada Multimedia dan ada juga kelas moving tadi Tata Boga Tata

Busana. Khusus untuk agama ada kelas moving Tata Boga, Tata Busana dan

Multimedia sehingga nanti IPS 3, IPA 3 dan Agama itu ketemu di kelas keterampilan

di hari Sabtu, sehingga ini juga mengadopsi mewadahi mereka yang ingin jurusan

agama tapi di tata boga atau anak agama tapi ingin di multimedia. Jadi kenapa kita

melakukan moving class alasannya ya itu tadi mewadahi anak-anak peserta didik

yang ingin multimedia tapi jurusannya di agama. Karena kalau kita buat satu kelas

satu jurusan terkait dengan tenaga pendidik, sarana prasarana dan ruang kelas itu

tidak mencukupi.35

Pembagian atau penjadwalan moving class dilakukan oleh tim vokasi beserta waka

kurikulum. Tidak semua kelas itu dimoving jadi ada beberapa kelas saja, hal ini bertujuan

untuk mewadahi minat dan bakat siswa. Dalam hal ini pihak madrasah memberikan

kebebasan dan kesempatan kepada siswa untuk memilih kelas mana dan program

keterampilan apa yang mereka minati. Kenapa harus sistem moving class, karena jika

ditetapkan setiap kelas itu satu program keterampilan saja, akan tidak adil bagi siswa yang

misal ingin masuk kelas IPA dan memilih program keterampilan IT sedangkan untuk

kuota kelas IPA yang berhubungan erat dengan IT sudah penuh. Maka di sinilah manfaat

dari adanya moving class jadi pihak madrasah bisa menawarkan kepada siswa kelas IPA

lainnya yang diminati peserta didik dengan program keterampilan yang berkaitan dengan

IT. Jadi moving class tersebut bermanfaat untuk keefektifan waktu untuk program

34 Lihat Transkrip Wawancara Nomor: 02/W/16-IV/2020 dalam Lampiran Hasil Penelitian.

35 Ibid.,

Page 81: IMPLEMENTASI KURIKULUM VOKASIONAL BERBASIS ...etheses.iainponorogo.ac.id/11586/1/SKRIPSI 211216007...9 Ajat S, “Kemenag Optimalkan Program Keterampilan Siswa Madrasah Aliyah”,

74

keterampilan yang memerlukan jam praktik yang panjang. Seperti yang disampaikan oleh

Bapak Mashuri selaku bidang keterampilan di MAN 1 Ponorogo dalam wawancara:

Moving class digunakan untuk beberapa penjurusan yang memang perlu dilakukan

dengan waktu yang panjang misal tata boga dan tata busana itu kan tidak bisa

dilakukan hanya dengan 2 jam artinya itu harus dibuat 6 jam jadi 1 minggu dalam 1

waktu. Karena jurusan tata boga dan tata busana itu tidak harus ke jurusan IPA IPS

dan Agama jadi bisa IPA IPS dan Agama sehingga semua jurusan (IPA IPS dan

Agama) bisa mengambil jurusan tata boga atau tata busana sehingga di sini perlu

dilakukan moving class artinya nanti pada satu hari tertentu mereka bisa menggabung

sesuai program keterampilan yang dipilih dalam waktu yang bersamaan jadi kelasnya

bisa moving begitu.36

Dalam hal ini Ibu Marantika selaku guru Tata Busana juga menambahkan dalam

wawancaranya: “Untuk pelaksanaan kurikulum vokasional kita melakukan moving class

jadi ada beberapa kelas yang di situ kita masukkan beberapa program keterampilan. Hal

ini dilakukan agar semuanya efektif baik itu terkait dengan waktu, guru dan juga

sarpras.”37

Madrasah Aliyah Negeri 1 Ponorogo memiliki enam program keterampilan di mana

masing-masing program tersebut memiliki kompetensi yang berbeda-beda. Kompetensi

siswa yang dimiliki siswa berasal dari materi yang diberikan oleh bapak/ibu guru. Materi

tersebut dikembangkan berdasarkan kebutuhan siswa dan sesuai dengan perkembangan

jaman sehingga setiap bapak/ibu guru harus selalu up to date terlebih pada program

keterampilan IT, karena teknologi begitu cepat berkembang. Sebagaimana yang

disampaikan oleh Bapak Mashuri dalam wawancaranya:

Kita punya 6 program keterampilan, jadi masing-masing program itu ada materi

sendiri dan punya target masing-masing, misalkan kalau RPL (Rekayasa Perangkat

Lunak) kita harapkan anak bisa menguasai ke pemograman web, lalu pemograman

android. Kalau misalkan desain grafis kita juga mengalami perkembangan jadi dulu

pernah sampai pada desain 2 dimensi saja jadi pakai corel draw, photoshop, adobe

ilustrator kemudian di MA Plus Keterampilan kita kembangkan ke desain-desain 3

dimensi photo scate up, blended 3 dimex jadi anak bisa mendesain 3 dimensi, kalau

yang lain mungkin bisa dilihat di kurikulumnya.38

36 Lihat Transkrip Wawancara Nomor: 04/W/20-IV/2020 dalam Lampiran Hasil Penelitian. 37 Lihat Transkrip Wawancara Nomor: 11/W/21-VI/2020 dalam Lampiran Hasil Penelitian. 38 Lihat Transkrip Wawancara Nomor: 04/W/20-IV/2020 dalam Lampiran Hasil Penelitian.

Page 82: IMPLEMENTASI KURIKULUM VOKASIONAL BERBASIS ...etheses.iainponorogo.ac.id/11586/1/SKRIPSI 211216007...9 Ajat S, “Kemenag Optimalkan Program Keterampilan Siswa Madrasah Aliyah”,

75

Mengenai materi program keterampilan penulis juga mencantumkan dalam dokumentasi:

Materi program keterampilan ini berasal dari Institut Teknik Sepuluh Nopember

Surabaya dan dari Sekolah Menengah Kejuruan jika diperlukan kemudian

dikembangkan dan disesuaikan dengan Kurikulum dari Kemenag. Materi ini

dikembangkan berdasarkan kebutuhan peserta pada masa sekarang ini dan akan terus

dikembangkan lagi agar para siswa memiliki kompetensi keterampilan yang

mumpuni.39

Seperti halnya program keterampilan IT yang materinya harus selalu up to date,

materi program keterampilan Tata Busana pun juga dikembangkan berdasarkan

kebutuhan yang ada pada saat ini. Sebagaimana yang disampaikan oleh Ibu Marantika

selaku guru program keterampilan tata busana:

Materi secara keseluruhan hampir sama dengan SMK ada teori dan praktik hanya

saja kalau di MAN 1 Ponorogo ini dibaurkan jadi satu misal di SMK ada teori pola,

membuat pola sendiri, membuat desain sendiri kalau di MAN 1 Ponorogo ini jadi

satu jadi hari ini mau bikin rok teori sama praktik membuat pola hari ini. Selanjutnya

pertemuan depan desain sama jahitnya jadi tidak seperti SMK misal membuat pola

Senin membuat desain Selasa dan seterusnya. Jadi kalau di MAN 1 Ponorogo itu satu

hari mencakup keseluruhan pembelajaran pada hari itu.40

Tenaga pendidik di Madrasah Aliyah Negeri 1 Ponorogo sangat memperhatikan

perkembangannya sehingga siswa tidak ketinggalan dalam pembelajaran. Dalam hal ini

Bapak Muhadi selaku Waka Kurikulum juga menambahkan:

Materi yang diberikan kepada siswa sesuai dengan bidang keterampilannya masing-

masing. Misal tata busana menjahit baju, menjahit rok dan lain sebagainya. Kita

memberikan materi sesuai dengan yang ada atau yang dibutuhkan Dunia Usaha/

Dunia Industri. Jadi sebisa mungkin kita selalu up date apalagi untuk program

keterampilan TI yang selalu berkembang setiap waktu.41

Memang sudah sepatutnya bahwa materi itu harus selalu diupdate, karena hal ini

bertujuan untuk memenuhi kebutuhan siswa terkait dengan kompetensi dan juga

keterampilan yang dimiliki. Pun ketika masyarakat atau Dunia Usaha dan Dunia Industri

membutuhkan keterampilannya mereka sudah siap untuk langsung terjun ke lapangan dan

yang pastinya tidak kalah dengan siswa yang sekolah di kejuruan.

39 Lihat Transkrip Dokumentasi Nomor: 09/D/20-IV/2020 dalam Lampiran Hasil Penelitian. 40 Lihat Transkrip Wawancara Nomor: 10/W/21-VI/2020 dalam Lampiran Hasil Penelitian. 41 Lihat Transkrip Wawancara Nomor: 01/W/16-IV/2020 dalam Lampiran Hasil Penelitian.

Page 83: IMPLEMENTASI KURIKULUM VOKASIONAL BERBASIS ...etheses.iainponorogo.ac.id/11586/1/SKRIPSI 211216007...9 Ajat S, “Kemenag Optimalkan Program Keterampilan Siswa Madrasah Aliyah”,

76

Penyampaian materi tersebut juga didukung adanya sarana dan prasarana yang

memadai. Di MAN 1 Ponorogo terdapat 3 Lab. Komputer, 1 Ruang Praktik Tata Busana

dan 1 Ruang Praktik Tata Boga. Peralatan yang ada pun sudah sesuai dengan standar

Dunia Usaha dan Dunia Industri. Seperti yang penulis cantumkan dalam observasi:

Dari data tersebut dapat diketahui MAN 1 Ponorogo memiliki sarana dan prasarana yang

sudah memadai dan cukup lengkap dengan jumlah siswa sebanyak 654 orang. Di madrasah

ini terdapat 3 Lab Komputer, 1 ruang tata busana dan 1 ruang untuk tata boga. Peralatan

pendukung pembelajaran pun juga sudah sesuai dengan standar Dunia Usaha dan Dunia

Industri.42

Teknologi pendidikan tidak hanya seputar tentang komputer yang canggih, namun

juga tentang media pembelajaran yang digunakan oleh tenaga pendidik sebagai

penunjang dalam proses memahamkan peserta didik. Perkembangan teknologi

pendidikan yang ada di Madrasah Aliyah Negeri 1 Ponorogo dapat dikatakan mengalami

perubahan yang sangat signifikan. Awalnya madrasah ini menggunakan peralatan

penunjang pembelajaran seadanya dan sekarang setelah adanya SK dari Kemenag dan

mendapatkan dana vokasi dari pemerintah sedikit demi sedikit MAN 1 Ponorogo dapat

mengupgrade sarana dan prasarana yang ada. Sebagaimana yang disampaikan oleh Ibu

Marantika selaku guru tata busana dalam wawancara:

Kalau tata busana perkembangannya terasa sekali, jadi dulu waktu saya masuk itu

baru ada 7 mesin. Mesin lama tahun 2018, waktu saya masuk dulu itu ruangan tata

busana belum ada nah akhirnya menggunakan ruang guru yang lama, habis itu siswa

praktik meggunakan mesin jahit seadanya yang masih menggunakan kaki itu tapi

bisa dikasih dynamo. Saat itu kurang maksimal dalam penggunaan alatnya karena

dengan siswa 30 hanya menggunakan 7 mesin akhirnya diajak belanja terus beli lagi

mesin jahit 5 yang sudah standar dengan DU/DI sama mesin nechi 1 itu lumayan bisa

mengurangi kendala tadi dan itu berjalan satu tahun. Setelah itu ada anggaran turun

dan kemarin bisa beli mesin jahit 12 unit jadi totalnya ada 17 mesin baru, mesin

bordir 2, mesin portable 2, kemudian mesin lama disingkirkan terus kemarin juga

beli mesin potong dan etalase juga dan Alhamdulillah sekarang sudah lengkap dengan kurun waktu 2 tahun meskipun mesinnya masih tetap kurang karena

keterbatasan ruangan yang sempit. Kalau praktik 1 mesin bisa 2 sampai 3 anak yang

penting praktiknya berjalan karena kan tidak melulu menjahit jadi ada anak yang

masih nyetrika ada anak yang masih motong, nanti lainnya yang udah siap baru bisa

menjahit. Kalau saya pembelajarannya jika polanya sudah siap silahkan dijahit kalau

belum siap selesaikan dulu. Kadang juga saya bikin kelompok satu kelompok isinya

5 anak jadi nanti bisa gantian, pokoknya memanfaatkan gimana dengan keterbatasan

42 Lihat Transkrip Dokumentasi Nomor: 05/D/20-IV/2020 dalam Lampiran Hasil Penelitian.

Page 84: IMPLEMENTASI KURIKULUM VOKASIONAL BERBASIS ...etheses.iainponorogo.ac.id/11586/1/SKRIPSI 211216007...9 Ajat S, “Kemenag Optimalkan Program Keterampilan Siswa Madrasah Aliyah”,

77

mesin siswa tidak nganggur. Alhamdulillah sekarang semua mesin yang dipakai oleh

jurusan tata busana sudah memenuhi standar yang sesuai dengan Dunia Usaha atau

Dunia Industri.43

Berhubung program keterampilan tata busana adalah program yang baru berjalan dua

tahun, jadi untuk perkembangan teknologi pendidikan yang digunakan sangat terasa. Jika

awal program tersebut dijalankan masih menggunakan mesin jahit manual saat ini

program keterampilan tata busana sudah dapat menggunakan mesin jahit dengan standar

Dunia Usaha dan Dunia Industri. Sehingga teknologi pendidikan tidak melulu soal

komputer yang canggih namun juga terkait media pembelajaran yang dapat digunakan

untuk memecahkan masalah secara efektif dan efisien. Tidak hanya program

keterampilan Tata Busana untuk program keterampilan IT pun juga mengembangkan

teknologi pembelajaran yang digunakan untuk menunjang keterampilan siswa. Program

keterampilan IT memiliki komputer dengan spesifikasi yang tinggi hal ini berhubungan

dengan perkembangan IT yang sangat cepat sehingga media pembelajaran yang

digunakan juga harus sesuai. Seperti dalam observasi:

Dapat dilihat ini adalah kegiatan praktik siswa-siswi jurusan Rekayasa Perangkat

Lunak (RPL), di MAN 1 Ponorogo terdapat 3 Lab dan masing-masing Lab terdapat

25 sampai dengan 30 komputer dengan spesifikasi yang tinggi yaitu core i7 dan

sudah sesuai dengan standar Dunia Usaha/ Dunia Industri. Jadi antara siswa dengan

teknologi pembelajaran yang ada dapat dikatakan sudah memadai.44

Dapat dilihat juga dalam kegiatan praktik siswa multimedia ketika membuat film

bersama pihak kepolisian dan juga warga sekitar, dalam observasi:

Ini merupakan kegiatan praktik yang dilakukan oleh siswa jurusan multimedia,

mereka membuat film pendek yang menceritakan tentang larangan mudik di saat

wabah pandemic covid-19. Dalam pembuatan film ini mereka bekerjasama dengan

pihak kepolisian dan juga beberapa tenaga kependidikan yang ada di MAN 1

Ponorogo. Dapat dilihat bahwa peralatan praktik yang digunakan pun sudah canggih

salah satunya dengan menggunakan stabilizer. Hal ini membuktikan bahwa tim

keterampilan serta bapak/ibu guru sangat memperhatikan perkembangan teknologi

guna untuk meningkatkan kompetensi lulusan.45

43 Lihat Transkrip Wawancara Nomor: 11/W/21-VI/2020 dalam Lampiran Hasil Penelitian. 44 Lihat Transkrip Observasi Nomor: 03/O/30-III/2020 dalam Lampiran Hasil Penelitian. 45 Lihat Transkrip Observasi Nomor: 04/O/28-IV/2020 dalam Lampiran Hasil Penelitian.

Page 85: IMPLEMENTASI KURIKULUM VOKASIONAL BERBASIS ...etheses.iainponorogo.ac.id/11586/1/SKRIPSI 211216007...9 Ajat S, “Kemenag Optimalkan Program Keterampilan Siswa Madrasah Aliyah”,

78

Perkembangan teknologi pendidikan memang perlu diperhatikan, agar peserta didik

memahami apa yang disampaikan oleh bapak/ibu guru. Karena tidak semua siswa paham

hanya dengan teori tetapi juga perlu praktik selain itu mengupgrade teknologi pendidikan

juga bermanfaat untuk meningkatkan kompetensi siswa.

Implementasi kurikulum untuk saat ini memang tidak dapat berjalan secara

maksimal, karena wabah pandemic covid-19 yang sedang melanda Indonesia. Adanya

wabah tersebut mengharuskan siswa untuk belajar di rumah sampai batas waktu yang

tidak dapat ditentukan. Hal tersebut dapat diatasi dengan pembelajaran online/

pembelajaran daring (dalam jaringan). Di MAN 1 Ponorogo sendiri sudah menerapkan

pembelajaran online sejak ditetapkannya sekolah libur dan belajar di rumah saja.

Madrasah Aliyah Negeri 1 Ponorogo menggunakan teknologi pembelajaran berupa e-

learning. Sebagaimana yang disampaikan oleh Bapak Mashuri selaku Ketua Bidang

Keterampilan di MAN 1 Ponorogo dalam wawancara:

Untuk perkembangan teknologi pembelajaran selain dari sarprasnya dulu yang

seadanya dan sekarang sudah memenuhi standar industri, kita juga punya e-learning

madrasah yang digunakan saat ini untuk proses pembelajaran dari rumah.46

E-learning madrasah merupakan sebuah aplikasi gratis produk madrasah yang

ditujukan untuk menunjang proses pembelajaran di madrasah mulai dari Raudatul Athfal

(RA), Madrasah Ibtidayah (MI), Madrasah Tsanawiyah (MTs) dan Madrasah Aliyah

(MA), agar lebih terstruktur, menarik dan interaktif. Saat ini MAN 1 Ponorogo sudah

menerapkan aplikasi tersebut dan memiliki tim sendiri khusus untuk e-learning. Seperti

yang disampaikan oleh Bapak Muhadi selaku Waka Kurikulum dalam wawancaranya:

Alhamdulillah waktu awal masa darurat itu kita sudah launching e-Learning

madrasah Kementerian Agama jadi kita sudah siap menggunakan e-Learning

Alhamdulillah kita juga sudah punya tim e-Lerning , yang mana e-learning Kemenag

itu secara standar sudah bagus sehingga guru, anak-anak itu sudah bisa menggunakan

walaupun dalam perjalanannya itu masih membutuhkan perbaikan perlu sosialisasi

dan juga pelatihan walaupun itu bukan satu-satunya yang kita pakai. Jadi ada media

sosial lain yang dapat digunakan seperti google classroom, WhatsApp (WA), aplikasi

46 Lihat Transkrip Wawancara Nomor: 05/W/20- IV /2020 dalam Lampiran Hasil Penelitian.

Page 86: IMPLEMENTASI KURIKULUM VOKASIONAL BERBASIS ...etheses.iainponorogo.ac.id/11586/1/SKRIPSI 211216007...9 Ajat S, “Kemenag Optimalkan Program Keterampilan Siswa Madrasah Aliyah”,

79

Zoom dan lain sebagainya. Terkait persiapannya selain kita mengadakan sosialisasi,

pelatihan kita juga memberikan kelonggaran kepada bapak ibu guru mana yang mau

dipakai untuk kegiatan-kegiatan e-Learning itu. 47

Jadi sebelum e-learning ini digunakan terlebih dahulu diadakan sosialisasi kepada

tenaga pendidik, karena tidak semua tenaga pendidik yang ada di MAN 1 Ponorogo

paham teknologi apalagi untuk tenaga pendidik yang sudah sepuh. Sehingga perlu

diadakan sosialisasi dan evaluasi secara berkala. Selain penggunaan e-learning pihak

kurikulum juga membebaskan penggunaan media pembelajaran lainnya seperti Google

Clasroom, WhatsApp dan lain sebagainya.

Jika untuk penyampaian materi saja e-learning sudah efektik namun untuk kegiatan

praktik masih sangat kurang berhubung kegiatan praktik setiap program keterampilan

harus mempunyai peralatan masing-masing, minimal laptop/komputer untuk program

keterampilan IT. Ini yang menjadi kendala ketika pembelajaran dilakukan di rumah,

seperti yang disampaikan oleh Bapak Praba Selaku guru Multimedia dalam wawancara:

Kalau dari saya sebagai guru komputer sebenarnya ini sulit karena saya

menghitungnya begini, di madrasah ini berapa rasio siswa yang mempunyai

komputer terus dari siswa yang mempunyai komputer tersebut berapa rasio komputer

yang bisa digunakan untuk mapel keterampilan di madrasah ini. Jika hasilnya di

bawah 30% maka akan tidak adil bagi yang lain, jadi selama corona ini susah juga

karena komputer dan keterampilan ini sifatnya bukan teori tapi harus praktek. Untuk

selama pandemic covid-19 ini kegiatan praktik tidak ada bukan hanya jurusan TI saja

yang susah tapi untuk kewirausahaan seperti tata boga dan tata busana juga susah.

Kemudian kendala dari siswa sendiri mungkin mapel biasa bisa menggunakan Hp

(Handphone) seperti pembelajaran menggunakan e-learning dan google form,

google classroom. Tetapi berapa siswa di daerahnya yang tidak terjangkau oleh

internet sehingga penggunaan aplikasi pembelajaran online kurang maksimal.48

Memang sulit ketika pembelajaran harus dilakukan di rumah dengan menggunakan

aplikasi online. Kendala pembelajaran online pasti juga dialami oleh siswa yang tempat

tinggalnya limit sinyal. Sebagaimana wawancara penulis dengan salah satu siswa MAN

47 Lihat Transkrip Wawancara Nomor: 02/W/16-IV/2020 dalam Lampiran Hasil Penelitian. 48 Lihat Transkrip Wawancara Nomor: 08/W/20- IV/2020 dalam Lampiran Hasil Penelitian.

Page 87: IMPLEMENTASI KURIKULUM VOKASIONAL BERBASIS ...etheses.iainponorogo.ac.id/11586/1/SKRIPSI 211216007...9 Ajat S, “Kemenag Optimalkan Program Keterampilan Siswa Madrasah Aliyah”,

80

1 Ponorogo: “Kendala yang saya alami saat pembelajaran online yaitu pada sinyal karena

rumah saya yang terletak di pegunungan membuat sinyal sulit untuk mengakses.”49

Sedangkan untuk program keterampilan Tata Busana dan Tata Boga masih dapat

diminimalisir dalam pembelajaran praktiknya. Ibu Marantika selaku guru Tata Busana

memberikan tugas kepada siswa yang diberikan saat sebelum libur darurat kemarin, tugas

tersebut berupa menyulam pada media kain atau tas. Sebagaimana yang diungkapkan

beliau dalam wawancara:

Jadi untuk praktiknya saya suruh menyulam kalau menyulam kan tidak sekali jadi,

kalau di kelas itu butuh beberapa kali pertemuan kalau di rumah kan sesukanya dia.

Kemudian untuk pengumpulannya nanti tanggal segini melalui via foto kalau saya

gitu. Untuk UH saya pakai goggle form kalau materi saya kirim via pdf trus siswa

nanti mencatat di buku masing-masing jadi intinya tugas kelas 10 dan 11 saya

samakan menyulam semua jadi anak-anak nggak usah pakai mesin dan bisa

dikerjakan menggunakan tangan terus bahannya sudah saya bekali sejak dari libur

kemarin. Jadi bahannya dari sekolah dibawa pulang dan dikerjakan di rumah jadi

saya selang-seling gitu. Karena kemarin juga sempat dapat pelatihan di BLK dan

sudah dapat alat-alatnya gitu dan sudah tahu caranya sulam itu seperti ini kemudian

nanti waktu masuk sekolah dikumpulkan tugasnya gitu.50

Meskipun pembelajaran dilakukan online, untuk program keterampilan tertentu

masih dapat dilakukan di rumah yaitu seperti Tata Busana yang bahan dan alatnya mudah

untuk didapat. Selama pembelajaran dilakukan di rumah siswa program keterampilan

kerajinan tangan yaitu menyulam yang ilmunya sudah mereka dapat baik dari madrasah

maupun tempat magang dan bahan untuk pembuatannya sudah difasilitasi dari madrasah.

Entah sampai kapan pembelajaran di rumah saja akan dilakukan akibat adanya wabah

pandemic covid-19. Banyak sekali kekurangan dalam proses pembelajaran online, karena

persiapannya yang kurang maksimal dan pelaksanaan yang serba mendadak sehingga

berpengaruh pada banyak pihak terutama pada peserta didik. Dalam pembelajaran online

siswa dituntut untuk belajar mandiri dan memahami sendiri maksud dari materi yang

diberikan oleh Bapak/Ibu guru, ya meskipun tidak sedikit siswa yang langsung paham

49 Lihat Transkrip Wawancara Nomor: 15/W/05-V/2020 dalam Lampiran Hasil Penelitian. 50 Lihat Transkrip Wawancara Nomor: 11/W/21-VI/2020 dalam Lampiran Hasil Penelitian.

Page 88: IMPLEMENTASI KURIKULUM VOKASIONAL BERBASIS ...etheses.iainponorogo.ac.id/11586/1/SKRIPSI 211216007...9 Ajat S, “Kemenag Optimalkan Program Keterampilan Siswa Madrasah Aliyah”,

81

hanya dengan materi pun tidak sedikit pula siswa yang baru memahami dengan cara

mendengar atau dengan praktik. Teknologi pendidikan saat ini dapat dikatakan sudah

maju dan sangat canggih hal ini dibuktikan dengan munculnya aplikasi pembelajaran

online seperti e-Learning, Google Form, Google Classroom, Quipper, Ruang Guru dan

lain sebagainya. Dalam aplikasi tersebut terdapat beberapa metode pembelajaran dan

dapat diakses kapan pun dan di manapun sehingga memudahkan juga bagi peserta didik.

3. Data tentang Hasil dari Kurikulum Vokasional Berbasis Teknologi dalam

Meningkatkan Kompetensi Lulusan di MAN 1 Ponorogo.

Hasil merupakan sesuatu yang diperoleh dari kerja keras yang dilakukan oleh

seseorang. Hasil merupakan tolok ukur dari kesuksesan seseorang, butuh waktu yang

cukup panjang agar hasil yang didapat maksimal dan bermanfaat untuk sesama.

Begitupun para siswa mereka sekolah bertahun-tahun lamanya dengan tujuan agar apa

yang diharapkan apa yang dicita-citakan berhasil.

Hasil dari pembelajaran juga didapat oleh siswa Madrasah Aliyah Negeri 1

Ponorogo. Selama belajar di MAN 1 Ponorogo mereka diajari berbagai macam

keterampilan sesuai dengan kurikulum vokasional program keterampilan yang mereka

pilih. Kemudian ketika ujian kelulusan mereka diberikan tugas untuk membuat produk

yang berhubungan dengan program keterampilan mereka. Tugas pembuatan produk ini

adalah Tugas Akhir (TA) yang digunakan sebagai standar kelulusan siswa. Tugas Akhir

ini merupakan bagian dari kurikulum vokasional yang diterapkan di MAN 1 Ponorogo.

Seperti yang disampaikan oleh Bapak Muhadi selaku Waka Kurikulum dalam

wawancaranya:

Standar kelulusan berbagai jurusan itu berbeda, kalau di IT kita mengacu pada ITS

di situ ada ujian Tugas Akhir ada Tugas Akhir, ada pembelajaran itu harus tuntas dan

sebagainya. Sama juga di jurusan tata busana dan tata boga kan ada praktik ada teori.

Jadi, kita punya standar sendiri walaupun anak itu kebanyakan adalah sudah melalui

standarnya yaitu standar mereka itu A, B atau C. Selanjutnya, setelah lulus mereka

mendapat ijazah yang sederajat dengan SMA/ MA yang lain, kemudian yang kedua

Page 89: IMPLEMENTASI KURIKULUM VOKASIONAL BERBASIS ...etheses.iainponorogo.ac.id/11586/1/SKRIPSI 211216007...9 Ajat S, “Kemenag Optimalkan Program Keterampilan Siswa Madrasah Aliyah”,

82

mendapat sertifikat kompetensi sesuai dengan jurusannya dari ITS terkait dengan

bidang IT, selain sertifikat kompetensi nantinya juga ada dari DU/DI tempat mereka

magang terkait dengan pengembangan skill keterampilan yang mereka miliki.51

Kemudian Bapak Praba selaku guru Multimedia menambahkan dalam wawancaranya:

Standar kelulusan ada penilaian, praktik. Jadi yang diutamakan praktik ada TA nanti

diuji bisa menghasilkan produk seperti apa, apakah produk tersebut layak untuk di

tampilkan di masyarakat atau tidak. Untuk kompetensi siswa dapat dilihat dari TA

nya itu sendiri kemudian nanti juga ada sertifikat untuk semester ini sertifikat dari

ITS Surabaya untuk TI sedangkan untuk tata boga dan tata busana karena belum ada

lulusan jadi bisa dilihat tahun depan.52

Sebelum siswa membuat Tugas Akhir siswa belum bisa dinyatakan lulus. Ketika

siswa lulus nanti mereka mendapatkan ijazah sederajat dengan SMA/MA serta

mendapatkan sertifikat kompetensi program keterampilan yang dikeluarkan oleh Institut

Teknik Sepuluh Nopember Surabaya. Sebagaimana yang disampaikan oleh Bapak

Mashuri selaku Ketua Bidang Keterampilan dalam wawancara:

Untuk kelulusan ada beberapa syarat yang kita rencanakan bahwa siswa harus

mempunyai karya tugas akhir. TA (Tugas Akhir) itu bentuknya siswa harus

mempunyai karya dari jurusannya, ini membuktikan siswa mampu menguasai sesuai

dengan jurusannya selanjutnya siswa membuat laporan dari karya itu yang dibukukan

jadi ini sebagai bukti bahwa mereka sudah melaksanakan pembelajaran dan dia

memang benar-benar bisa. Dari tugas akhir ini ada ujian tugas akhir, jadi mereka

diuji tentang kemampuan dalam bidang jurusannya masing-masing mungkin harus

mempraktikkan bagaimana cara membuatnya. Kemudian jika mereka sudah bisa

melewati ujian tersebut siswa bisa dinyatakan lulus. Lulusnya ini dibuktikan dengan

sertifikat, siswa yang lulus diberi sertifikat yang ditanda tangani oleh ITS Surabaya

kemudian untuk tata boga dan tata busana kita belum meluluskan tapi sudah kita

siapkan sertifikat yang bisa dipunyai oleh siswa sebagai bukti bahwa mereka sudah

melaksanakan keterampilan di MAN 1 Ponorogo. Jadi, standar kelulusannya peserta

didik bisa mengikuti seluruh rangkaian program keterampilan itu. Kemudian TA

yang sudah diuji kemudian kita beri sertifikat memang kalau sudah ada ujian punya

karya, itu menjadi bukti bahwa mereka memang benar-benar bisa kita anggap mereka

lulus.53

Tugas akhir tersebut tidak asal dibuat dan dikumpulkan begitu saja tetapi juga

diujikan hal ini bertujuan untuk mengetahui sejauh mana kompetensi siswa dalam bidang

program keterampilan yang dipilihnya. Setelah diadakan ujian barulah siswa dapat

dinyatakan lulus dan mendapatkan sertifikat dari Institut Teknik Negeri Sepuluh

51 Lihat Transkrip Wawancara Nomor: 03/W/16-IV/2020 dalam Lampiran Hasil Penelitian. 52 Lihat Transkrip Wawancara Nomor: 09/W/20- IV/2020 dalam Lampiran Hasil Penelitian. 53 Lihat Transkrip Wawancara Nomor: 06/W/20- IV/2020 dalam Lampiran Hasil Penelitian.

Page 90: IMPLEMENTASI KURIKULUM VOKASIONAL BERBASIS ...etheses.iainponorogo.ac.id/11586/1/SKRIPSI 211216007...9 Ajat S, “Kemenag Optimalkan Program Keterampilan Siswa Madrasah Aliyah”,

83

Nopember (ITS) Surabaya. Sertifikat ini berguna untuk siswa yang ingin lulus sekolah

langsung bekerja, membuka usaha atau sebagai nilai plus ketika mereka ingin masuk ke

Perguruan Tinggi baik Negeri maupun Swasta. Untuk saat ini sertifikat hanya untuk

program keterampilan IT saja seperti Animasi, Rekaya Perangkat Lunak (RPL)/

Programmer, Desain Grafis dan Multimedia. Sedangkan untuk program keterampilan

Tata Busana dan Tata Boga masih dalam proses karena program ini baru berjalan 2 tahun

dan belum ada lulusan. Namun untuk sertifikat sebagai bukti bahwa siswa ini kompeten

dalam bidangnya sudah disiapkan oleh pihak sekolah.

Keberhasilan pelaksanaan program keterampilan di MAN 1 Ponorogo dibuktikan

dengan hasil karya dari siswa dan juga dengan banyaknya prestasi siswa mulai dari

tingkat daerah sampai dengan nasional. Hasil karya siswa yang membuktikan bahwa

mereka benar-benar berkompeten dalam bidangnya yaitu dalam pembuatan film oleh

program keterampilan Multimedia, pembuatan poster, pembuatan desain rumah 3D oleh

siswa program keterampilan Desain Grafis. Sebagaimana yang disampaikan oleh Bapak

Praba selaku guru multimedia:

Bisa dibilang berhasil karena ada siswa yang sudah bisa membuat poster sendiri

bahkan ada yang belum lulus sudah diminta untuk membuat sketsa rumah 3D,

walaupun hasilnya tidak banyak tapi lumayan lah nambah uang saku itu dia mandiri.

Kalau yang ikut perusahaan ada yang ikut kakak tingkatnya jadi membantu untuk

pembuatan film dan sebagainya.54

Kemudian bapak Mashuri selaku ketua bidang keterampilan juga menambahkan

dalam wawancaranya:

Keberhasilan bisa dilihat dari perkembangan teknologi, ketika siswa di sekolah dan

siswa lulus kalau kita melihat di sini itu pemanfaatan teknologi sudah sangat luar

biasa di anak-anak. Misal anak jurusan multimedia sudah bisa membuat film itu

sudah sangat luar biasa produk yang dihasilkan sudah lumayan banyak kemudian

kalau kita lihat segi lulusan sudah banyak informasi bahwa siswa kita sering menjadi

rujukan teman lain saat kuliah karena penguasaan IT nya itu lebih karena MAN 1

Ponorogo memang ada pembelajaran khusus tentang IT sangat banyak.55

54 Lihat Transkrip Wawancara Nomor: 09/W/20- IV/2020 dalam Lampiran Hasil Penelitian. 55 Lihat Transkrip Wawancara Nomor: 06/W/20- IV/2020 dalam Lampiran Hasil Penelitian.

Page 91: IMPLEMENTASI KURIKULUM VOKASIONAL BERBASIS ...etheses.iainponorogo.ac.id/11586/1/SKRIPSI 211216007...9 Ajat S, “Kemenag Optimalkan Program Keterampilan Siswa Madrasah Aliyah”,

84

Mengikuti pembelajaran kurikulum vokasional di MAN 1 Ponorogo, memang

mempunyai nilai tersendiri bagi siswa. Mereka dapat bermanfaat bagi orang lain dan

sekitarnya. Hal ini juga disampaikan oleh Alwy Fauzia Ramadhan selaku lulusan/ alumni

dari MAN 1 Ponorogo:

Bahwasanya menjadi siswa MAN 1 Ponorogo merupakan pilihan yang tepat. Selain

mendapatkan ilmu umum, dan agama yang kuat, kami menerima bekal keterampilan

yang sangat membantu kami dalam mengembangkan potensi, jadi kami mempunyai

wadah untuk menyalurkan kreativitas kami.56

Hal serupa juga disampaikan oleh Diales Gaalends selaku siswa program

keterampilan multimedia dalam wawancaranya: “Hal yang saya dapat selama belajar di

MAN 1 Ponorogo ini yaitu mulai dari soft skill hingga hard skill, juga tidak lupa beberapa

prestasi dan apresiasi yang saya dapatkan melalui bidang keterampilan yang diajarkan.”57

Kompetensi yang harus dimiliki siswa berupa kompetensi pada aspek sikap,

pengetahuan dan keterampilan. Ketiga aspek kompetensi tersebut telah dimiliki oleh

siswa MAN 1 Ponorogo ditandai dengan mereka sangat aktif dan berkembang dalam

penguasaan IT, semakin termotivasi dalam berkarya dan selalu berinovasi dalam segala

hal dengan teknologi IT tentunya. Selain itu, prestasi juga merupakan keberhasilan yang

mereka capai banyak sekali prestasi yang mereka dapatkan mulai dari tingkat daerah

sampai dengan nasional. Prestasi yang membanggakan adalah ketika mereka selalu

mendapatkan juara dalam setiap lomba yang mereka ikuti khususnya kompetesi

Procommit. Procommit merupakan kompetensi pada bidang keterampilan yang diikuti

oleh madrasah atau sekolah yang melaksanakan program keterampilan khususnya pada

bidang IT. Hal ini disampaikan oleh Bapak Muhadi selaku waka kurikulum dalam

wawancaranya:

Keberhasilan dari implementasi kurikulum vokasional dapat dilihat dari keberhasilan

siswa dalam mengikuti lomba IT ditingkat kabupaten, provinsi maupun tingkat

56 Lihat Transkrip Wawancara Nomor: 13/W/30-VI/2020 dalam Lampiran Hasil Penelitian. 57 Lihat Transkrip Wawancara Nomor: 14/W/05-V/2020 dalam Lampiran Hasil Penelitian.

Page 92: IMPLEMENTASI KURIKULUM VOKASIONAL BERBASIS ...etheses.iainponorogo.ac.id/11586/1/SKRIPSI 211216007...9 Ajat S, “Kemenag Optimalkan Program Keterampilan Siswa Madrasah Aliyah”,

85

nasional. Dengan mendapat kejuaraan tersebut berarti siswa memahami materi

pembelajaran yang diberikan oleh bapak/ibu guru.58

Banyak sekali prestasi yang diraih oleh siswa MAN 1 Ponorogo, data prestasi

tersebut penulis cantumkan dalam lampiran dokumentasi:

Data di atas merupakan data prestasi siswa baik individu maupun kelompok mulai

dari tingkat kabupaten sampai dengan nasional. Banyak sekali prestasi yang sudah

diraih siswa dalam bidang keterampilan. Dapat dilihat dalam data tersebut siswa

mendapat Juara 1 Pemograman Android Procommit V.09 Pada Tahun 2019, Juara 2

Robotik Madrasah 2019 Tingkat Nasional Kategori Rancang Bangun Mesin

Otomatis Kriteria Best Design and Construction serta Juara2 EXPO MA MAN

Penyenggara Program Keterampilan di MAN 2 Bojonegoro. Selain prestasi di bidang

keterampilan banyak pula prestasi siswa baik di bidang akademis maupun non

akademis.59

Keberhasilan prestasi siswa tidak hanya dalam bidang non akademis namun juga

diraih dalam bidang akademis. Hampir dalam setiap mengikuti lomba siswa Madrasah

Aliyah Negeri 1 Ponorogo mendapatkan juara. Begitupun dalam program keterampilan,

prestasi yang didapatkan oleh siswa tidak hanya pada program keterampilan IT namun

juga diraih oleh para siswa program keterampilan Tata Busana. Prestasi diraih dalam

lomba expo di Bojonegoro sebagaimana yang diungkapkan oleh Ibu Marantika selaku

guru Tata Busana: “Selama 2 tahun Alhamdulillah sudah mulai ada perkembangan luar

biasa mulai dari juara robotik, lomba IT, expo busana di bojonegoro, ada juga fashion

baju limbah, jadi sudah mulai bertebaran juara 2 tahun ini karena vokasinya

berkembang.”60

Program keterampilan tata busana merupakan program keterampilan baru di MAN 1

Ponorogo namun dapat membuktikan bahwa program keterampilan ini tidak kalah

bagusnya dengan keterampilan lain. Hal tersebut didukung oleh tenaga pendidik yang

profesional, teknologi yang selalu up to date, dan pastinya materi kurikulum yang selalu

mengikuti perkembangan jaman.

58 Lihat Transkrip Wawancara Nomor: 03/W/16-IV/2020 dalam Lampiran Hasil Penelitian. 59 Lihat Transkrip Dokumentasi Nomor: 01/D/20-IV/2020 dalam Lampiran Hasil Penelitian. 60 Lihat Transkrip Wawancara Nomor: 12/W/21-IV/2020 dalam Lampiran Hasil Penelitian.

Page 93: IMPLEMENTASI KURIKULUM VOKASIONAL BERBASIS ...etheses.iainponorogo.ac.id/11586/1/SKRIPSI 211216007...9 Ajat S, “Kemenag Optimalkan Program Keterampilan Siswa Madrasah Aliyah”,

86

Kompetensi siswa dalam bidang keterampilan dengan menggunakan kurikulum

vokasional memang patut untuk diberikan apresiasi. Karena pencapaiannya dalam meraih

prestasi serta diterimanya lulusan di Perguruan Tinggi baik Negeri ataupun Swasta di

Indonesia. Banyak lulusan dari MAN 1 Ponorogo yang melanjutkan pendidikan ke

Perguruan Tinggi dan mengambil jurusan yang sesuai dengan program keterampilan yang

diambil ketika di madrasah. Hasil yang sudah didapat oleh siswa karena adanya dukungan

dari pihak sekolah, kurikulum vokasional yang selalu dikembangkan berdasarkan minat

siswa, tenaga pendidik yang professional, perkembangan teknologi pendidikan yang

dimiliki oleh MAN 1 Ponorogo, sarana dan prasarana yang mendukung dan selalu up to

date sehingga membuat siswa semakin semangat untuk belajar, selalu berinovasi dan juga

mengembangkan bakatnya. Adanya program keterampilan di Madrasah Aliyah Negeri 1

Ponorogo memberikan banyak keuntungan bagi siswa terutama dalam mengembangkan

dan mengasah potensi yang mereka miliki.

Page 94: IMPLEMENTASI KURIKULUM VOKASIONAL BERBASIS ...etheses.iainponorogo.ac.id/11586/1/SKRIPSI 211216007...9 Ajat S, “Kemenag Optimalkan Program Keterampilan Siswa Madrasah Aliyah”,

87

BAB V

PEMBAHASAN

A. Analisis Mengenai Perencanaan Implementasi Kurikulum Vokasional Berbasis

Teknologi dalam Meningkatkan Kompetensi Lulusan di MAN 1 Ponorogo.

Menurut Sukmadinata, kurikulum merupakan suatu hal pokok dalam proses pendidikan

di sekolah formal yang memiliki beberapa kegiatan yang saling berhubungan. Kegiatan

tersebut meliputi penyusunan desain kurikulum (perencanaan), implementasi, dan

pengembangan kurikulum yang meliputi kegiatan evaluasi dan penyempurnaan.1

Perencanaan kurikulum merupakan bagian dari upaya perwujudan sebuah ide-ide

tentang pengembangan kurikulum. Perencanaan memegang peranan penting terhadap

optimalisasi hasil dari sebuah proses pengembangan kurikulum. Apabila perencanaannya baik

maka baik pula hasilnya, dan sebaliknya apabila perencanaannya tidak baik maka tentu akan

dihasilkan sebuah kurikulum yang tidak sistematis, tidak relevan, dan tidak mampu

beradaptasi dengan perkembangan masyarakat dan teknologi.2

Perencanaan memegang peran penting dalam suatu organisasi atau lembaga pendidikan

sebelum mewujudkan suatu tujuan. Penulis menganalogikan perencanaan adalah sebuah

pondasi dari suatu bangunan, di mana jika pondasi itu kuat dan kokoh maka tidak menutup

kemungkinan bangunan yang ada di atasnya akan bertahan lama. Begitu juga dengan

perencanaan dalam suatu organisasi jika perencanaan dirumuskan dengan matang maka

organisasi tersebut akan berjalan sesuai dengan rencana serta dapat mencapai tujuan yang

telah dibuat sebelumnya. Pentingnya suatu perencanaan juga dirasakan oleh pihak Madrasah

Aliyah Negeri Ponorogo. Madrasah Aliyah Negeri 1 Ponorogo merupakan madrasah Aliyah

1 Dinn Wahyudin, Manajemen Kurikulum, 80. 2 Ibid.,

Page 95: IMPLEMENTASI KURIKULUM VOKASIONAL BERBASIS ...etheses.iainponorogo.ac.id/11586/1/SKRIPSI 211216007...9 Ajat S, “Kemenag Optimalkan Program Keterampilan Siswa Madrasah Aliyah”,

88

penyelenggara Program Keterampilan. Ketentuan penyelenggaraan program keterampilan

oleh Madrasah Aliyah terdapat dalam Surat Keputusan yang dikeluarkan oleh Kemenag.

Program keterampilan yang diselenggarakan di Madrasah Aliyah masuk dalam beban

belajar/ struktur kurikulum Madrasah Aliyah pada mata pelajaran Prakarya/ Kewirausahaan

dengan jumlah jam per minggu 2 jam pelajaran, dan untuk Madrasah Aliyah Penyelenggara

Program Keterampilan ditambah materi lintas minat keterampilan dengan jumlah jam per

minggu yaitu 6 jam pelajaran. Apabila dipandang bahwa dari alokasi beban belajar tersebut

masih perlu tambahan sesuai kebutuhan, maka Madrasah dapat menambah sesuai kondisi

madrasah masing-masing.

Untuk memperoleh hasil maksimal program ini harus terintegrasi dengan kurikulum dan

harus dipastikan bahwa program keterampilan di Madrasah Aliyah tidak mengurangi jumlah

jam dari mata pelajaran yang ada. Dengan pola ini, diharapkan program keterampilan

menghasilkan output seperti yang diharapkan. Output yang diharapkan adalah siswa yang

memiliki kompetensi sesuai dengan standar minimal yang dipersyaratkan oleh dunia usaha/

dunia industri terkait.3

Awalnya MAN 1 Ponorogo melaksanakan program keterampilan ini karena adanya

kerjasama dengan Institut Teknik Sepuluh Nopember Surabaya (ITS Surabaya) yaitu pada

tahun 2012. Kerjasama ini dilakukan karena pada saat itu MAN 1 Ponorogo mengalami

kondisi dimana minat peserta didik untuk melanjutkan pendidikan di madrasah ini berkurang

sehingga mengakibatkan jumlah siswa menurun. Kemudian muncul ide untuk melakukan

kerjasama tersebut yang bernama Program Terapan Bidang Teknologi, Informasi dan

Komunikasi. Terdapat beberapa program yang dilaksanakan yaitu Animasi, RPL/

Programmer, Desain Grafis, dan Multimedia, program keterampilan ini bersifat ektrakurikuler

yang dilaksanakan pada sore hari. Kemudian pada tahun 2018 MAN 1 Ponorogo dipilih

3 Keputusan Direktur Jenderal Pendidikan Islam Nomor 1023 Tahun 2016 tentang Pedoman Penyelenggaraan

Program Keterampilan di Madrasah Aliyah.

Page 96: IMPLEMENTASI KURIKULUM VOKASIONAL BERBASIS ...etheses.iainponorogo.ac.id/11586/1/SKRIPSI 211216007...9 Ajat S, “Kemenag Optimalkan Program Keterampilan Siswa Madrasah Aliyah”,

89

Kemenag untuk menjadi Madrasah Aliyah penyelenggara Program Keterampilan oleh

Kemenag, dan menambah 2 program keterampilan yaitu Tata Busana dan Tata Boga.

Dengan begitu proses pembelajaran program keterampilan ini dapat dilaksanakan di pagi

hari. Latar belakang penyelenggaraan program keterampilan ini yaitu, untuk membekali

keterampilan kepada siswa baik berupa soft skill maupun hard skill yang nantinya dapat

memberikan nilai tersendiri bagi mereka ketika lulus nanti. Keterampilan tersebut dapat

menjadi bekal siswa yang ingin menjadi seorang enterpreuner bagi mereka yang tidak

melanjutkan ke Perguruan Tinggi. Hal tersebut sesuai dengan tujuan madrasah yaitu

terciptanya penyelenggaraan pendidikan dan pembelajaran keterampilan berbasis teknologi

guna meningkatkan penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi serta mendorong peserta

didik memanfaatkan teknologi dalam berwirausaha.

MAN 1 Ponorogo adalah Madrasah Aliyah Plus Keterampilan di mana kurikulum yang

digunakan yaitu kurikulum vokasional, kurikulum ini merupakan pengembangan dari

kurikulum regular/ kurikulum 2013. Madrasah Aliyah Negeri 1 Ponorogo diberikan

kebebasan oleh Kemenag untuk mengembangkan kurikulum tersebut sesuai dengan

kebutuhan dan kemampuan dari madrasah. Dalam pengembangan kurikulum vokasional

MAN 1 Ponorogo mengadopsi dari ITS Surabaya, Sekolah Kejuruan maupun dari DU/DI.

Melaksanakan kurikulum vokasional tentu membutuhkan perencanaan yang matang,

perencanaan merupakan bagian terpenting dari suatu organisasi (dalam hal ini yaitu lembaga

pendidikan).

Depdiknas menjelaskan, kurikulum sebagai bagian terpenting dari kegiatan pendidikan

memiliki fungsi utama sebagai pedoman dalam proses pelaksanaan pendidikan. Rancangan

kurikulum dalam pendidikan harus diposisikan sebagai pijakan bagi sekolah untuk

Page 97: IMPLEMENTASI KURIKULUM VOKASIONAL BERBASIS ...etheses.iainponorogo.ac.id/11586/1/SKRIPSI 211216007...9 Ajat S, “Kemenag Optimalkan Program Keterampilan Siswa Madrasah Aliyah”,

90

mengembangkan pendidikan. Kurikulum pada masing-masing sistem pendidikan

direncanakan dan dikembangkan sesuai dengan kebutuhan masyarakat.4

Kurikulum vokasional digunakan sebagai pedoman dalam proses pembelajaran oleh

tenaga pendidik. Seperti yang sudah penulis jelaskan sebelumnya bahwa kurikulum

vokasional merupakan pengembangan dari kurikulum regular/ kurikulum 2013 yang mana

kurikulum vokasional ini hanya dikhususkan untuk Madrasah Aliyah Penyelenggara Program

Keterampilan. Dalam perumusannya kurikulum vokasional disesuaikan dengan kemampuan

dan kondisi dari pihak madrasah serta disesuaikan dengan kebutuhan masyarakat yang ada di

sekitar madrasah tersebut.

Berdasarkan deskripsi data sebelumnya, kurikulum vokasional di MAN 1 Ponorogo

direncanakan dan dirumuskan oleh beberapa pihak yaitu pimpinan, waka, ketua bidang

keterampilan, tenaga pendidik dan stakeholder. Perencanaan diadakan dengan tujuan agar

pelaksanaan kurikulum vokasional dapat berjalan maksimal. Dengan perencanaan tersebut

MAN 1 Ponorogo dapat mengetahui apa saja yang perlu disiapkan sebelum pelaksanaan

kurikulum vokasional yaitu terkait dengan finansial, tenaga pendidik, sarana dan prasarana

serta waktu yang diperlukan untuk mencapai target.

Hal tersebut sesuai dengan teori menurut Oemar Hamalik dalam bukunya, menjelaskan

bahwa dalam tahap perencanaan implementasi kurikulum bertujuan untuk menguraikan visi

dan misi atau mengembangkan tujuan implementasi (operasional) yang ingin dicapai. Usaha

ini mempertimbangkan metode (teknik), sarana dan prasarana pencapaian yang akan

digunakan, waktu yang dibutuhkan, besar anggaran, personalia yang terlibat, dan sistem

evaluasi, dengan mempertimbangkan tujuan yang ingin dicapai beserta situasi, kondisi, serta

faktor internal dan eksternal.5

4 Akhmad Saufi dan Hambali, “Menggagas Perencanaan Kurikulum Menuju Sekolah Unggul,” Al-Tanzim, 01

(Maret, 2019), 32. 5 Oemar Hamalik, Dasar-dasar Pengembangan Kurikulum, 249.

Page 98: IMPLEMENTASI KURIKULUM VOKASIONAL BERBASIS ...etheses.iainponorogo.ac.id/11586/1/SKRIPSI 211216007...9 Ajat S, “Kemenag Optimalkan Program Keterampilan Siswa Madrasah Aliyah”,

91

Dalam pengembangan kurikulum MAN 1 Ponorogo menyesuaikan dengan Visi & Misi

yang telah dibuat, adapun visi tersebut yaitu peduli lingkungan, agamis, sains, teknopreneur

dan inovatif. Sedangkan salah satu misi yang sesuai dengan program keterampilan yaitu

menyelenggarakan pembelajaran keterampilan berbasis teknologi guna meningkatkan

penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi serta mendorong peserta didik memanfaatkan

teknologi dalam berwira usaha. Jadi kurikulum vokasional dikembangkan agar Visi & Misi

dari MAN 1 Ponorogo dapat tercpai dengan maksimal. Selain itu, perlu diperhatikan beberapa

aspek lainnya yaitu terkait dengan waktu, sarana dan prasarana yang ada, anggaran, sumber

daya manusia yang ada di madrasah serta perlu dilakukan evaluasi secara berkala agar

perencanaan pengembangan kurikulum vokasional tersebut dapat diimplementasikan dengan

baik.

Sedangkan Dinn Wahyudin dalam bukunya menjelaskan, jika dikaji lebih mendalam

tentang komponen-komponen apa saja yang perlu direncanakan dalam implementasi

kurikulum, secara sederhana dapat dideskripsikan sebagai berikut:6

f) Tujuan, diperlukan untuk memberikan arah pada kegiatan yang dilakukan

g) Isi, merupakan susunan bahan kajian dan pelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan

h) Aktivitas belajar, adalah berbagai aktivitas yang diberikan para pembelajar dalam

situasi belajar-mengajar

i) Sumber belajar, sumber yang dapat digunakan untuk mencapai tujuan antara lain buku

dan bahan cetak, perangkat lunak komputer, media audiovisual

j) Evaluasi, berguna untuk mengetahui tingkat ketercapaian pelaksanaan tujuan,

dilakukan secara bertahap berkesinambungan, dan terbuka.

Hal tersebut selaras dengan temuan peneliti di lapangan, bahwa komponen yang perlu

direncakan dalam implementasi kurikulum vokasional yaitu terkait dengan tujuan madrasah

6 Dinn Wahyudin, Manajemen Kurikulum, 87.

Page 99: IMPLEMENTASI KURIKULUM VOKASIONAL BERBASIS ...etheses.iainponorogo.ac.id/11586/1/SKRIPSI 211216007...9 Ajat S, “Kemenag Optimalkan Program Keterampilan Siswa Madrasah Aliyah”,

92

yaitu membekali siswa keterampilan sesuai dengan minat dan bakat dari siswa tersebut yang

tertuang dalam visi, misi dan tujuan MAN 1 Ponorogo.

Isi yang merupakan materi apa saja yang akan diberikan oleh peserta didik. Materi yang

diberikan kepada siswa disesuaikan dengan program keterampilan yang dipilih, sehingga

setiap program keterampilan memiliki materi pembelajaran yang berbeda-beda. Misal

program keterampilan desain grafis diberikan materi corel draw dan juga adobe ilutrator

sedangkan untuk program keterampilan RPL diberikan materi pemograman web dan juga

pemograman android. Karena madrasah diberi kebebasan untuk mengembangkan kurikulum

sehingga sebisa mungkin MAN 1 Ponorogo selalu meng up date apa saja yang diperlukan

siswa saat ini dan yang akan dibutuhkan ke depannya.

Aktivitas belajar di MAN 1 Ponorogo dilaksanakan dengan cara praktik serta

pembelajaran di dalam kelas pada umumnya. Berhubung Madrasah Aliyah Negeri 1 Ponorogo

adalah MA Penyelenggara program keterampilan sehingga pembelajaran yang diterapkan

lebih pada pembelajaran secara praktik/lapangan dari pada teori.

Selanjutnya, sumber belajar yang digunakan di madrasah ini sudah cukup memadai.

Sekarang adalah eranya digital di mana semua sumber belajar dapat diakses secara online, di

MAN 1 Ponorogo sudah menyediakan sumber belajar baik berupa media cetak maupun

diakses melalui online, hal tersebut didukung oleh adanya teknologi pendidikan berupa

computer serta peralatan yang lain. MAN 1 Ponorogo sangat memperhatikan teknologi

pembelajaran yang diperlukan oleh peserta didik sehingga sarana sebagai penunjang

pembelajaran selalu up to date.

Kemudian komponen selanjutnya yaitu evaluasi, evaluasi penting dilakukan untuk

mengetahui seberapa berhasil pelaksanaan dari sebuah perencanaan. Begitupun dengan MAN

1 Ponorogo melakukan evaluasi dengan cara melaksanakan Ulangan Harian oleh guru

masing-masing program keterampilan, pelaksanaan UAS di setiap akhir semester serta

Page 100: IMPLEMENTASI KURIKULUM VOKASIONAL BERBASIS ...etheses.iainponorogo.ac.id/11586/1/SKRIPSI 211216007...9 Ajat S, “Kemenag Optimalkan Program Keterampilan Siswa Madrasah Aliyah”,

93

memberikan tugas akhir kepada siswa sesuai dengan jurusan masing-masing. Pada tugas akhir

tersebut siswa harus membuat produk sesuai dengan program keterampilan yang dipilih, hal

ini dilakukan untuk mengetahui kompetensi dari peserta didik.

Dari analisis data mengenai perencanaan kurikulum vokasional, dapat disimpulkan

perencanaan sangat penting dilakukan sebelum mendirikan suatu organisasi atau

melaksanakan suatu program demi terwujudnya tujuan bersama. Perencanaan dalam lembaga

pendidikan perlu melibatkan semua warga madrasah. Begitupun perencanaan kurikulum

vokasional di MAN 1 Ponorogo perlu melibatkan pimpinan, waka serta stakeholder yang ada

di madrasah tersebut. Terdapat beberapa aspek yang perlu diperhatikan sebelum pelaksanaan

kurikulum yaitu terkait kurikulum yang digunakan dan pengembangannya yang disesuaikan

dengan Visi & Misi madrasah, finansial, tenaga pendidik, sarana dan prasarana yang akan

digunakan serta waktu yang diperlukan untuk mencapai target. Hal tersebut perlu diperhatikan

dan direncanakan dengan matang agar tujuan dapat terwujud.

B. Analisis Mengenai Implementasi Kurikulum Vokasional Berbasis Teknologi dalam

Meningkatkan Kompetensi Lulusan di MAN 1 Ponorogo.

Dalam Oxford Advance Learner’s Dictionary dikemukakan bahwa implementasi adalah

“Outsome thing into effect” atau penerapan sesuatu yang memberikan efek.7 Dalam KBBI

(Kamus Besar Bahasa Indonesia) implementasi adalah pelaksanaan atau penerapan.8

Implementasi/ pelaksanaan kurikulum merupakan kegiatan merealisasikan perencanaan yang

sudah dibuat sebelumnya. Pelaksanaan kurikulum mempunyai tujuan untuk memberikan

kompetensi pada siswa sehingga siswa yang semula tidak bisa menjadi bisa dan yang sudah

bisa menjadi lebih terampil.

7 Oemar Hamalik, Dasar-dasar Pengembangan Kurikulum, 237. 8 KBBI

Page 101: IMPLEMENTASI KURIKULUM VOKASIONAL BERBASIS ...etheses.iainponorogo.ac.id/11586/1/SKRIPSI 211216007...9 Ajat S, “Kemenag Optimalkan Program Keterampilan Siswa Madrasah Aliyah”,

94

Implementasi kurikulum dapat diartikan sebagai aktualisasi kurikulum tertulis (written

curriculum) dalam bentuk pembelajaran. Hal ini sejalan dengan apa yang diungkapkan Miller

dan Seller bahwa “in same case implementation has been identified with instruction” lebih

lanjut dijelaskan bahwa implementasi kurikulum merupakan suatu penerapan konsep ide

program atau tatanan kurikulum ke dalam praktik pembelajaran atau berbagai kreativitas baru

sehingga terjadinya perubahan pada sekelompok orang yang diharapkan untuk berubah.9

Seperti halnya di MAN 1 Ponorogo, madrasah ini mengembangkan dan menerapkan

kurikulum berdasarkan konsep yang sudah dibuat bersama sehingga menghasilkan inovasi

yang berupa kurikulum vokasional. Kurikulum vokasional merupakan pengembangan dari

kurikulum 2013 yang di dalamnya memuat tentang pembelajaran mengenai pembentukan

kompetensi siswa yaitu berupa keterampilan yang dapat digunakan sebagai bekal ketika

mereka lulus nanti. Menurut Sudira kurikulum Technical and Vocation Education and

Training (TVET) memuat panduan program pengembangan kompetensi kerja lulusan

terstandar dunia kerja.10 Sedangkan, kurikulum TVET menurut Dewey memuat kemampuan

akademik yang luas dan kompetensi generik, skill teknis, skill interpersonal, dan karakter

kerja. Kurikulum TVET mengintegrasikan pendidikan akademik, karir, dan teknik.11

Implementasi kurikulum vokasional yang diterapkan di MAN 1 Ponorogo merupakan

pengembangan dari kurikulum reguler/ kurikulum 2013. Implementasi kurikulum vokasional

ini merupakan perealisasian dari tahap perencanaan. Seperti yang sudah penulis jelaskan

sebelumnya, bahwa dalam pengembangan kurikulum vokasional ada beberapa faktor yang

perlu diperhatikan yaitu keadaan lingkungan sekitar madrasah dan juga minat dari peserta

didik. Karena dengan mengetahui kedua faktor tersebut akan lebih mudah bagi pihak

madrasah dalam mengembangkan kurikulum dan menerapkannya ke peserta didik.

9 Dinn Wahyudin, Manajemen Kurikulum, 93.

10 Unung Verawadina, Nizwardi Jalinus dan Lise Asnur, “Kurikulum Pendidikan Vokasi pada Era Revolusi

Industri 4.0,” Pendidikan, 1 (Maret 2019), 84. 11 Putu Sudira, TVET Abad XXI Filosofi, Teori, Konsep, dan Strategi Pembelajaran Vokasional, 37.

Page 102: IMPLEMENTASI KURIKULUM VOKASIONAL BERBASIS ...etheses.iainponorogo.ac.id/11586/1/SKRIPSI 211216007...9 Ajat S, “Kemenag Optimalkan Program Keterampilan Siswa Madrasah Aliyah”,

95

Oemar Hamalik menjelaskan bahwa model implementasi kurikulum pada tahap

implementasi bertujuan untuk melaksanakan pedoman yang telah disusun dalam fase

perencanaan, dengan menggunakan sejumlah teknik dan sumber daya yang ada dan telah

ditentukan pada tahap perencanaan sebelumnya. Jenis kegiatan dapat bervariasi, sesuai

dengan kondisi yang ada. Teknik yang digunakan, alat bantu yang dipakai, lamanya waktu

pencapaian kegiatan, pihak yang terlibat, serta besarnya anggaran yang telah dirumuskan

dalam tahap perencanaan, diterjemahkan kembali dalam praktik. Pelaksanaan dilakukan oleh

suatu tim terpadu, menurut departemen/divisi/seksi masing-masing atau gabungan,

bergantung pada perencanaan sebelumnya. Hasil dari pekerjaan ini adalah tercapainya tujuan-

tujuan kegiatan yang telah ditetapkan. Secara umum, hasilnya akan meningkatkan

pemanfaatan dan penerapan kurikulum.12

Seperti yang sudah penulis singgung di atas bahwa implementasi kurikulum merupakan

bagian dari merealisasikan perencanaan yang sudah dibuat sebelumnya dengan berpegang

pada pedoman-pedoman tertentu untuk mencapai tujuan yang sudah ditetapkan. Untuk

mencapai tujuan tersebut kurikulum vokasional dimanajemen oleh tim vokasi yang terdiri

kepala madrasah, waka dan juga guru keterampilan.

Implementasi kurikulum vokasional di MAN 1 Ponorogo menggunakan sistem moving

class di mana tidak semua program studi (IPA, IPS, Agama) pada setiap kelas memiliki satu

program keterampilan. Melainkan ada beberapa kelas yang di dalamnya terdapat beberapa

program keterampilan, hal tersebut dilakukan dengan tujuan untuk memberikan kesempatan

kepada siswa yang ingin masuk pada kelas IPA 1 dengan program keterampilan Multimedia

namun kuota penuh sehingga harus masuk ke kelas IPA 3 moving. Moving class terdapat di

kelas Agama, IPA 3 dan IPS 3, moving class ini dijadwalkan setiap hari Sabtu untuk kelas X

dan hari Senin untuk kelas XI. Kemudian untuk jam pelajaran ditentukan selama 6 jam dalam

satu minggu.

12 Oemar Hamalik, Dasar-dasar Pengembangan Kurikulum, 249.

Page 103: IMPLEMENTASI KURIKULUM VOKASIONAL BERBASIS ...etheses.iainponorogo.ac.id/11586/1/SKRIPSI 211216007...9 Ajat S, “Kemenag Optimalkan Program Keterampilan Siswa Madrasah Aliyah”,

96

Pelaksanaan kurikulum vokasional menggunakan sistem moving class, sangat membantu

madrasah dan juga tenaga pendidik dalam hal pembelajaran. Karena ada beberapa program

keterampilan seperti Tata Busana dan Tata Boga yang jam pelajarannya dijadikan satu kali

pertemuan yaitu 6 jam sekaligus. Hal ini memudahkan tenaga pendidik dalam penyampaian

materi pembelajaran dan juga pada saat kegiatan praktik, karena jam pelajaran lebih panjang

dan lebih fokus. Tenaga pendidik yang mengajar pada setiap program keterampilan pun sudah

memenuhi syarat yaitu memiliki latar belakang pendidikan Sarjana 1 (S1) serta sesuai dengan

program keterampilan yang diampu.

Meskipun menggunakan sistem moving class, siswa hanya diperbolehkan memilih satu

program keterampilan saja. Kemudian untuk kurikulum vokasional mulai diterapkan kepada

siswa di kelas X (Sepuluh) sampai dengan kelas XII (Dua Belas), sehingga materi yang

diberikan pada setiap tingkatanpun (semester) juga berbeda. Hal tersebut bertujuan agar siswa

lebih fokus pada materi yang diberikan oleh setiap guru program keterampilan. Karena setiap

program keterampilan memiliki materi yang berbeda-beda dan materi tersebut sudah

disesuaikan dengan kebutuhan siswa pada saat ini maupun masa yang akan datang.

Implementasi kurikulum vokasional di MAN 1 Ponorogo tidak akan berjalan dengan baik

tanpa adanya sarana dan prasarana yang mendukung khususnya teknologi pendidikan yang

digunakan pada saat proses pembelajaran. Teknologi pendidikan bukan hanya tentang

komputer yang canggih namun lebih pada alat/media yang digunakan untuk memecahkan

masalah saat proses pembelajaran.

Semua bentuk teknologi adalah sistem yang diciptakan manusia untuk sesuatu tujuan

tertentu, yang pada dasarnya adalah mempermudah manusia dan memperingan usahanya,

meningkatkan hasil dan menghemat tenaga serta sumber daya yang ada.13 Teknologi adalah

cara di mana kita menggunakan ilmu pengetahuan untuk memecahkan masalah praktis. Dalam

kehidupan manusia di era globalisasi saat ini, manusia akan selalu berhubungan dengan

13 Ishak Abdullah dan Deni Darmawan, Teknologi Pendidikan, 106-107.

Page 104: IMPLEMENTASI KURIKULUM VOKASIONAL BERBASIS ...etheses.iainponorogo.ac.id/11586/1/SKRIPSI 211216007...9 Ajat S, “Kemenag Optimalkan Program Keterampilan Siswa Madrasah Aliyah”,

97

teknologi. Teknologi menurut Smaldino pada hakikatnya adalah alat untuk mendapatkan nilai

tambah dalam menghasilkan produk yang bermanfaat.14

Sesuai deskripsi data sebelumnya bahwa Madrasah Aliyah Negeri 1 Ponorogo adalah MA

Plus Keterampilan, ada enam program keterampilan yang dijalankan, 4 di antaranya adalah

program keterampilan yang berhubungan dengan IT yaitu Animasi, RPL/ Programmer,

Desain Grafis, dan Multimedia. Untuk alat/ media pembelajaran yang digunakan ketika

praktik harus selalu up date hal ini bertujuan untuk mengasah kemampuan mereka dan juga

menolak ketertinggalan dengan madrasah lainnya. Untuk 2 pogram keterampilan lainnya yaitu

Tata Busana dan Tata Boga dalam proses pembelajaran pun sudah menggunakan teknologi

sesuai dengan standar DU/DI.

Misalnya pada program keterampilan Tata Busana, sebelum ada teknologi siswa praktik

menjahit menggunakan mesin jahit biasa/ mesin jahit manual yang masih menggunakan kaki,

meskipun alat tersebut sudah termasuk dalam teknologi namun tetap saja kurang efektif di

masa sekarang. Seiring berjalannya waktu program keterampilan Tata Busana memiliki

beberapa mesin jahit dengan standar DU/DI, kegiatan praktik menjahit pun lebih cepat

sehingga lebih efektif dan efisien.

Para ahli teknologi pendidikan berpendapat bahwa peranan utama teknologi pendidikan

untuk membantu meningkatkan efisiensi menyeluruh proses belajar mengajar. Hal yang

berkaitan dengan efisiensi tersebut adalah:15

1) Meningkatkan kualitas belajar atau penguasaan materi belajar.

2) Mempersingkat waktu yang dipakai untuk mencapai tujuan yang ingin dicapai dalam

belajar.

3) Meningkatkan kualitas guru.

4) Mengurangi biaya tanpa mempengaruhi kualitas belajar.

14 Tuti Andriani, “Sistem Pembelajaran Berbasis Teknologi Informasi dan Komunikasi,” Sosial Budaya, Vol.

12, No. 1 (Januari-Juni, 2015), 133. 15 Hamzah B.Uno dan Nina Lamatenggo, Landasan Pendidikan (Jakarta: Bumi Aksara, 2016), 153.

Page 105: IMPLEMENTASI KURIKULUM VOKASIONAL BERBASIS ...etheses.iainponorogo.ac.id/11586/1/SKRIPSI 211216007...9 Ajat S, “Kemenag Optimalkan Program Keterampilan Siswa Madrasah Aliyah”,

98

Berdasarkan temuan data penulis di lapangan, implementasi kurikulum vokasional di

MAN 1 Ponorogo sudah didukung dengan teknologi pendidikan yang selalu up to date

sehingga dapat meningkatkan kualitas kompetensi siswa. Selain itu dengan menggunakan

teknologi pendidikan dapat memberikan efisiensi pada saat proses pembelajaran serta

mengasah lebih dalam lagi kemampuan yang dimiliki tenaga pendidik.

Meskipun saat ini kegiatan belajar dilakukan di rumah saja akibat pandemi, namun hal

ini memberikan nilai positif bagi siswa maupun guru. Karena mereka dituntut untuk bisa

mengoperasikan komputer maupun gadget beserta aplikasi yang ada di dalamnya. Proses

pembelajaran dilakukan dengan menggunakan sistem Daring (Dalam jaringan). Banyak sekali

teknologi pendidikan yang dapat digunakan untuk proses pembelajaran Daring seperti Ruang

Guru, Quipper dan lain sebagainya.

MAN 1 Ponorogo sudah mempersiapkan e-Learning sebagai media pembelajaran

mereka. Dengan adanya e-Learning tersebut serta media lainnya seperti WhatsApp, Zoom, dan

Google Classroom dapat membantu tenaga pendidik dalam menyampaikan materi dan tugas

pada siswa. Meskipun dalam pelaksanaannya masih perlu adanya evaluasi untuk perbaikan ke

depannya, namun dengan adanya teknologi pendidikan tersebut sudah sangat membantu

tenaga pendidik dalam proses pembelajaran. Dengan adanya teknologi pendidikan tersebut

juga dapat mengurangi biaya sekolah dalam hal pembelian buku pelajaran, serta

meningkatkan kompetensi siswa dalam hal penggunaan media dengan bijak.

Dapat disimpulkan bahwa, pelaksanaan kurikulum vokasional di MAN 1 Ponorogo

menggunakan sistem moving class. Moving class merupakan kelas yang di dalamnya terdapat

beberapa program keterampilan, sehingga siswa dapat mengikuti program keterampilan yang

mereka minati. Materi yang diberikan di setiap semester pun juga berbeda karena disesuikan

dengan kemampuan capaian peserta didik. Implementasi kurikulum vokasional di MAN 1

Ponorogo didukung oleh kurikulum vokasional yang sudah relevan dengan Visi & Misi

madrasah, tenaga pendidik yang profesioal serta sarana dan prasarana yang selalu up to date

Page 106: IMPLEMENTASI KURIKULUM VOKASIONAL BERBASIS ...etheses.iainponorogo.ac.id/11586/1/SKRIPSI 211216007...9 Ajat S, “Kemenag Optimalkan Program Keterampilan Siswa Madrasah Aliyah”,

99

yang digunakan dalam kegiatan belajar mengajar. Sarana (teknologi pendidikan) yang

digunakan dalam proses pembelajaran baik di dalam kelas maupun luar kelas (praktik) sangat

membantu dalam meningkatkan kualitas kompetensi yang dimiliki siswa.

C. Analisis Mengenai Hasil dari Implementasi Kurikulum Vokasional Berbasis Teknologi

dalam Meningkatkan Kompetensi Lulusan di MAN 1 Ponorogo.

Berdasarkan UU No. 20/ 2003 tentang Sisdiknas penjelasan pasal 35 (1), kompetensi

lulusan merupakan kualifikasi kemampuan lulusan yang mencakup sikap, pengetahuan, dan

keterampilan sesuai dengan standar nasional yang telah disepakati. Depdiknas menyatakan

bahwa kompetensi lulusan adalah kualifikasi kemampuan lulusan yang mencakup sikap,

pengetahuan, dan keterampilan.16

Pembelajaran merupakan proses menyampaikan pengetahuan kepada peserta didik oleh

tenaga pendidik. Pembelajaran tersebut berpedoman pada kurikulum yang sudah ditetapkan

sebelumnya. Hasil yang diharapkan dari proses penerapan kurikulum melalui pembelajaran

tersebut adalah siswa dapat memiliki kompetensi yang terdiri dari sikap, pengetahuan dan

keterampilan. Kompetensi tersebut dapat menjadi nilai tambah bagi peserta didik sebagai

bekal ketika mereka lulus nanti.

Setiap lulusan satuan pendidikan dasar dan menengah memiliki kompetensi pada tiga

dimensi yaitu sikap, pengetahuan, dan keterampilan. Berikut kompetensi pada setiap dimensi

pada tingkat SMA/ MA/ SMALB:17

1. Dimensi sikap

Memiliki perilaku yang mencerminkan sikap beriman dan bertakwa kepada Tuhan YME,

berkarakter, jujur, dan peduli, bertanggung jawab, pembelajar sejati sepanjang hayat, dan

sehat jasmani dan rohani.

16 M. Aghpin Ramadhan, Tuti Iriani dan Santoso Sri Handoyo, “Relevansi Kompetensi Lulusan SMK

Khususnya Kompetensi Keahlian Teknik Gambar Bangunan dengan Kompetensi yang Dibutuhkan di Dunia Kerja,”

Pensil, 1 (Februari, 2013), 4. 17 Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 20 Tahun 2016 tentang Standar Kompetensi

Lulusan Pendidikan Dasar dan Menengah.

Page 107: IMPLEMENTASI KURIKULUM VOKASIONAL BERBASIS ...etheses.iainponorogo.ac.id/11586/1/SKRIPSI 211216007...9 Ajat S, “Kemenag Optimalkan Program Keterampilan Siswa Madrasah Aliyah”,

100

2. Dimensi pengetahuan

Memiliki pengetahuan faktual, konseptual, prosedural, dan metakognitif pada tingkat

teknis, spesifik, detail, dan kompleks berkenaan dengan ilmu pengetahuan, teknologi,

seni, budaya, dan humaniora.

3. Dimensi keterampilan

Memiliki keterampilan berpikir dan bertindak kreatif, produktif, kritis, mandiri,

kolaboratif, dan komunikatif melalui pendekatan ilmiah sebagai pengembangan dari yang

dipelajari di satuan pendidikan dan sumber lain secara mandiri.

Dimensi sikap, pengetahuan dan keterampilan merupakan 3 dimensi yang harus

ditanamkan pada siswa sejak mereka menempuh pendidikan. Karena ketiga dimensi tersebut

merupakan kompetensi yang harus dimiliki siswa. MAN 1 Ponorogo merupakan Madrasah

Aliyah yang mana dalam proses pembelajaran selalu menanamkan nilai-nilai agama untuk

membentuk sikap dan karakter siswa yaitu dengan adanya kebiasaan berjabat tangan dan

mencium tangan guru, bertutur kata dan berperilaku sopan di hadapan para guru. Selain

menanamkan nilai agama dan memberikan pengetahuan umum, MAN 1 Ponorogo juga

membekali peserta didik keterampilan/ hardskill. Adapun dampak dari implementasi program

keterampilan yang berkaitan dengan kompetensi siswa (sikap, pengetahuan dan keterampilan)

yaitu siswa sangat berkembang dalam penguatan IT, semakin termotivasi dalam berkarya dan

juga selalu berinovasi dalam segala hal dengan teknologi IT.

Membekali keterampilan pada siswa dilakukan melalui program keterampilan yang sudah

dilaksanakan MAN 1 Ponorogo sejak tahun 2012. Jadi, selain mereka belajar agama dan ilmu

pengetahuan umum, peserta didik juga dibekali keterampilan dengan harapan dapat berguna

ketika mereka lulus nanti serta agar mereka lebih kreatif dan inovatif. Berdasarkan hasil

observasi penulis di lapangan, banyak sekali produk yang dihasilkan siswa saat mengikuti

pembelajaran program keterampilan yang dipilihnya seperti film pendek oleh siswa program

keterampilan Multimedia, aplikasi web untuk ujian oleh siswa program keterampilan RPL dan

Page 108: IMPLEMENTASI KURIKULUM VOKASIONAL BERBASIS ...etheses.iainponorogo.ac.id/11586/1/SKRIPSI 211216007...9 Ajat S, “Kemenag Optimalkan Program Keterampilan Siswa Madrasah Aliyah”,

101

juga berbagai macam busana oleh siswa program keterampilan Tata Busana. Program

keterampilan ini tidak diberikan begitu saja, namun juga ada standar kelulusannya, hal ini

bertujuan untuk meningkatkan kompetensi lulusan siswa.

Untuk mengetahui ketercapaian dan kesesuaian antara standar kompetensi lulusan dan

lulusan dari masing-masing satuan pendidikan dan kurikulum yang digunakan pada satuan

pendidikan tertentu perlu dilakukan monitoring dan evaluasi secara berkala dan berkelanjutan

dalam setiap periode. Hasil yang diperoleh dari monitoring dan evaluasi digunakan sebagai

bahan masukan bagi penyempurna standar kompetensi lulusan di masa yang akan datang.18

Sesuai dengan deskripsi data sebelumnya, dalam pelaksanaan evaluasi Madrasah Aliyah

Negeri 1 Ponorogo memberikan tugas kepada siswa kelas XII. Tugas tersebut berupa Tugas

Akhir (TA), tugas ini dibuat sesuai dengan program keterampilan yang dipilih siswa, jadi

siswa diharuskan untuk membuat produk sesuai dengan program keterampilannya untuk

kemudian dipresentasikan dan diuji oleh guru penguji. Kemudian untuk membuktikan bahwa

siswa tersebut terampil dalam program keterampilan yang dipilihnya, madrasah memberikan

apresiasi berupa sertifikat keterampilan.

Tugas Akhir tersebut sangat berguna untuk mengetahui seberapa jauh kompetensi yang

dimiliki siswa selama mereka belajar, serta dapat digunakan sebagai acuan untuk evaluasi

pembelajaran ke depannya. Selain Tugas Akhir siswa juga melaksanakan ujian tulis baik itu

Ujian Tengah Semester (UTS) maupun Ujian Akhir Semester (UAS).

Tidak hanya Tugas Akhir dan ujian lainnya, kompetensi siswa juga dilihat dari perolehan

prestasi siswa baik di tingkat daerah maupun Nasional. Saat mereka mendapatkan prestasi

ketika mengikuti lomba baik itu dalam bidang akademik maupun non akademik, berarti

mereka telah memahami arahan yang diberikan oleh Bapak/Ibu guru. Untuk program

keterampilan terdapat ajang kompetisi khusus yaitu Procommit. Procommit merupakan ajang

18 Ibid.,

Page 109: IMPLEMENTASI KURIKULUM VOKASIONAL BERBASIS ...etheses.iainponorogo.ac.id/11586/1/SKRIPSI 211216007...9 Ajat S, “Kemenag Optimalkan Program Keterampilan Siswa Madrasah Aliyah”,

102

lomba yang diperuntukkan bagi sekolah-sekolah dalam binaan ITS Surabaya yang tergabung

dalam Program Pendidikan Terapan Bidang TIK (Prodistik).19

Perlombaan yang dilombakan yaitu berhubungan dengan Teknologi Informasi dan

Komunikasi, jadi Procommit merupakan wadah untuk mengasah bakat dan kemampuan yang

mereka miliki. Selain Procommit terdapat perlombaan lain yang masih berhubungan dengan

program keterampilan yaitu pada program keterampilan Tata Busana meraih prestasi dalam

lomba Expo di Bojonegoro. Prestasi di sini bukan termasuk dalam standar kelulusan siswa

namun sebagai hasil dari implementasi kurikulum vokasional serta keberhasilan madrasah

dalam menanamkan dan mengolah kompetensi siswa yang terdiri dari sikap, pengetahuan dan

keterampilan.

Selain untuk evaluasi ke depannya, standar kompetensi lulusan juga digunakan MAN 1

Ponorogo untuk mengembangkan sarana prasarana yang ada, kompetensi tenaga pendidik,

memperbaiki dan mengembangkan kurikulum yang disesuaikan dengan kebutuhan siswa di

masa yang akan datang dan komponen lainnya yang mendukung berjalannya program

keterampilan. Hal tersebut sesuai dengan Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan

Nomor 20 Tahun 2016 tentang Standar Kompetensi Lulusan Pendidikan Dasar dan Menengah

yang berbunyi “Standar kompetensi lulusan digunakan sebagai acuan utama pengembangan

standar isi, standar proses, standar penilaian pendidikan, standar pendidik dan tenaga

kependidikan, standar sarana dan prasarana, standar pengelolaan, dan standar pembiayaan”.20

Jadi, dapat disimpulkan bahwa hasil dari implementasi kurikulum vokasional berbasis

teknologi di MAN 1 Ponorogo yaitu adanya standar kelulusan siswa yaitu berupa pembuatan

Tugas Akhir sesuai dengan program keterampilan yang dipilih. Standar kompetensi lulusan

tersebut dibuat untuk meningkatkan kompetensi lulusan baik sekarang maupun yang akan

datang serta sebagai evaluasi pembelajaran. Selain itu prestasi yang diperoleh siswa baik di

19 Firman Arifin, “Ajang Procommit NG-7, Puluhan Robot Saling Beradu di ITS”, Seruji, 25 November 2017. 20 Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 20 Tahun 2016 Tentang Standar Kompetensi Lulusan

Pendidikan Dasar dan Menengah.

Page 110: IMPLEMENTASI KURIKULUM VOKASIONAL BERBASIS ...etheses.iainponorogo.ac.id/11586/1/SKRIPSI 211216007...9 Ajat S, “Kemenag Optimalkan Program Keterampilan Siswa Madrasah Aliyah”,

103

tingkat daerah maupun nasional dalam bidang IT ataupun lomba keterampilan lainnya

merupakan hasil dari implementasi kurikulum vokasional.

Page 111: IMPLEMENTASI KURIKULUM VOKASIONAL BERBASIS ...etheses.iainponorogo.ac.id/11586/1/SKRIPSI 211216007...9 Ajat S, “Kemenag Optimalkan Program Keterampilan Siswa Madrasah Aliyah”,

104

BAB VI

PENUTUP

A. Kesimpulan

1. Perencanaan implementasi kurikulum vokasional berbasis teknologi dalam meningkatkan

kompetensi lulusan di MAN 1 Ponorogo yaitu bahwa latar belakang diterapkan program

keterampilan yaitu adanya kerjasama dengan ITS Surabaya dalam bidang IT atau

Prodistik pada tahun 2012. Kerjasama ini dilakukan karena pada saat itu MAN 1

Ponorogo mengalami kondisi dimana minat peserta didik untuk melanjutkan pendidikan

di madrasah ini berkurang sehingga mengakibatkan jumlah siswa menurun. Pada saat itu

terdapat empat program keterampilan yaitu Animasi, RPL/Programmer, Desain Grafis,

dan Multimedia. Kerjasama tersebut bertujuan untuk membekali siswa keterampilan

berupa softskill/ hardskill. Awalnya program ini dilaksanakan di sore hari, kemudian pada

tahun 2018 mendapat SK dari Kemenag untuk menyelenggarakan program keterampilan

secara legal. Kemudian MAN 1 Ponorogo menambah dua program keterampilan yaitu

Tata Busana dan Tata Boga. Kurikulum yang digunakan dalam program keterampilan

yaitu kurikulum regular kemudian dikembangkan sendiri dan menjadi kurikulum

vokasional. Kurikulum vokasional dikembangkan berdasarkan minat siswa, sarana dan

prasarana yang ada, kebutuhan lingkungan sekitar madrasah dan pastinya disesuaikan

dengan Visi & Misi yang ada. Kurikulum vokasional direncanakan dan dimanajemen oleh

pimpinan, waka dan juga tim vokasi. Komponen-komponen yang perlu dipersiapkan

dalam implementasi kurikulum vokasional yaitu tim vokasi, rekrutmen tenaga pendidik,

serta pengadaan sarana dan prasarana pendidikan.

2. Implementasi kurikulum vokasional berbasis teknologi dalam meningkatkan kompetensi

lulusan di MAN 1 Ponorogo yaitu pembelajaran kurikulum vokasional dilaksanakan

dengan sistem moving class. Moving class diadakan untuk memberikan kesempatan pada

Page 112: IMPLEMENTASI KURIKULUM VOKASIONAL BERBASIS ...etheses.iainponorogo.ac.id/11586/1/SKRIPSI 211216007...9 Ajat S, “Kemenag Optimalkan Program Keterampilan Siswa Madrasah Aliyah”,

105

siswa agar dapat memperoleh pembelajaran yang sama. Karena tidak semua kelas

terdapat satu program keterampilan jadi untuk kelas yang kuota siswanya sudah penuh

dapat dialihkan ke kelas moving. Terdapat enam program keterampilan di MAN 1

Ponorogo yaitu Animasi, RPL/Programmer, Desain Grafis, Multimedia, Tata Busana dan

Tata Boga. Kurikulum vokasional mulai diterapkan ke peserta didik dari kelas X

(Sepuluh) sampai dengan kelas XII (Dua Belas). Materi yang diberikan pada setiap

program keterampilan berbeda disesuaikan dengan perkembangan DU/DI. Tenaga

pendidik yang mengajar di MAN 1 Ponorogo sudah sesuai dengan standar yang

ditetapkan oleh pihak madrasah yaitu memiliki kualifikasi S1 Pendidikan dan sesuai

dengan bidang yang akan diampunya. Implementasi kurikulum vokasional di MAN 1

Ponorogo didukung oleh sarana dan prasarana mengalami perkembangan yang sangat

pesat hingga saat ini sudah sesuai standard. Teknologi pendidikan yang digunakan siswa

pun selalu up to date. Pihak MAN 1 Ponorogo sangat memperhatikan perkembangan

teknologi guna meningkatkan kompetensi dari peserta didik maupun lulusan.

3. Hasil dari implementasi kurikulum vokasional berbasis teknologi dalam meningkatkan

kompetensi lulusan di MAN 1 Ponorogo yaitu berupa Tugas Akhir yang dibuat siswa

sesuai dengan program keterampilan yang dipilih. Tugas Akhir ini dijadikan standar

kelulusan bagi siswa, Tugas Akhir tersebut berupa produk yang dibuat siswa kemudian

dipresentasikan dan diuji oleh penguji. Dengan adanya Tugas Akhir dapat diketahui

seberapa jauh kompetensi yang dimiliki siswa. Selain Tugas Akhir sebagai standar

kelulusan, hasil dari implementasi kurikulum vokasional dapat dilihat dari prestasi yang

diperoleh siswa baik di tingkat daerah maupun nasional dalam perlombaan yang

berhubungan dengan vokasi. Hasil tersebut tidak lepas dari adanya tenaga pendidik yang

professional serta teknologi pendidikan yang selalu up date. Adapun dampak dari

implementasi kurikulum vokasional terkait dengan kompetensi (sikap, pengetahuan dan

keterampilan) yang dimiliki siswa yaitu siswa sangat berkembang dalam penguatan IT,

Page 113: IMPLEMENTASI KURIKULUM VOKASIONAL BERBASIS ...etheses.iainponorogo.ac.id/11586/1/SKRIPSI 211216007...9 Ajat S, “Kemenag Optimalkan Program Keterampilan Siswa Madrasah Aliyah”,

106

semakin termotivasi dalam berkarya dan juga selalu berinovasi dalam segala hal dengan

teknologi IT.

B. Saran

1. Bagi lembaga

Perkembangan pendidikan saat ini begitu pesat, perkembangan tersebut sudah pasti

dibarengi dengan kompetisi antar lembaga pendidikan. Program keterampilan yang

dikeluarkan oleh Kemenag sangat membantu dalam perkembangan dunia pendidikan.

Program keterampilan yang sudah diterapkan Madrasah Aliyah Negeri 1 Ponorogo

selama 2 tahun terakhir sudah baik. Akan lebih baik apabila dikembangkan lagi dalam

bidang sarana dan prasarana guna meningkatkan kompetensi lulusan dalam bidang

keterampilan.

2. Bagi Waka Kurikulum

Secara keseluruhan peran waka kurikulum dan tim vokasi dalam mengelola

pengembangan kurikulum vokasional di MAN 1 Ponorogo sudah baik. Hal ini dibuktikan

dengan banyaknya produk yang dihasilkan siswa dari implementasi kurikulum

vokasional. Semua waka, khususnya waka kurikulum dan tim vokasi untuk lebih

ditingkatkan lagi dalam pelaksanaan dan pengembangan kurikulum vokasional. Hal

tersebut bertujuan agar siswa mendapatkan apa yang dibutuhkan sesuai dengan

perkembangan jaman serta untuk meningkatkan kompetensi lulusan.

3. Bagi Guru

Dalam implementasi kurikulum vokasional di MAN 1 Ponorogo, para Bapak/Ibu

guru sangat berperan dalam pelaksanaan serta pengelolaan kurikulum vokasional.

Bapak/Ibu guru diharapkan dapat mempertahankan dan meningkatkan kompetensi yang

sudah dimiliki. Berhubung dalam praktiknya, kurikulum vokasional hampir semua

menggunakan teknologi untuk itu perlu adanya pelatihan secara continue untuk

Page 114: IMPLEMENTASI KURIKULUM VOKASIONAL BERBASIS ...etheses.iainponorogo.ac.id/11586/1/SKRIPSI 211216007...9 Ajat S, “Kemenag Optimalkan Program Keterampilan Siswa Madrasah Aliyah”,

107

meningkatkan kompetensi guru serta selalu up to date dalam perkembangan teknologi

pendidikan guna menjawab tantangan jaman.

4. Bagi Siswa

Melalui program keterampilan yang dilaksanakan di MAN 1 Ponorogo, yang di

dalamnya terdapat implementasi kurikulum vokasional diharapkan siswa dapat

memahami teori ataupun praktik yang sudah diberikan oleh Bapak/ Ibu guru. Tujuan dari

implementasi kurikulum vokasional yaitu agar siswa memiliki bekal berupa softskill

maupun hardskill, yang dapat digunakan ketika mereka lulus nanti serta untuk

meningkatan kualitas dari dirinya sendiri.

5. Bagi Peneliti Selanjutnya

Untuk peneliti selanjutnya penulis berharap agar bisa menggali lebih dalam lagi

mengenai perkembangan program keterampilan maupun kurikulum vokasional yang

digunakan sebagai faktor pendukung terlaksananya program keterampilan tersebut.

Karena program keterampilan di Madrasah Aliyah pasti akan terus berkembang sesuai

dengan tuntutan zaman, serta untuk menghadapi era revolusi industri 4.0. Dan semoga

hasil penelitian dari peneliti selanjutnya dapat digunakan dan bermanfaat untuk pihak

yang membutuhkan. Terus berjuang dan semangat belajar karena lelahmu dan usahamu

dalam berproses tidak akan menghianati hasil yang akan kalian peroleh.

Page 115: IMPLEMENTASI KURIKULUM VOKASIONAL BERBASIS ...etheses.iainponorogo.ac.id/11586/1/SKRIPSI 211216007...9 Ajat S, “Kemenag Optimalkan Program Keterampilan Siswa Madrasah Aliyah”,

DAFTAR PUSTAKA

Abdullah, Ishak dan Deni Darmawan. Teknologi Pendidikan. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya,

2013.

Ajat S. “Kemenag Optimalkan Program Ketrampilan Siswa Madrasah Aliyah”. Antara Jabar. 17

Desember 2016.

Andriani, Tuti. Sistem Pembelajaran Berbasis Teknologi Informasi dan Komunikasi. Jurnal Sosial

Budaya. Vol. 12, No. 1. Januari-Juni, 2015.

Arifin, Firman. “Ajang Procommit NG-7, Puluhan Robot Saling Beradu di ITS”. dalam Seruji, 25

November 2017.

Arifin, Zainal. Konsep dan Model Pengembangan Kurikulum. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya,

2017.

Burhan, Bungin. Metodologi Penelitian Sosial. Surabaya: Airlangga University Press, 2001.

Engkoswara dan Aan Komariah. Administrasi Pendidikan. Bandung: Alfabeta, 2015.

Ernawati, Reny. “Kemampuan Motorik Kasar dan Penerapan Permainan Tradisional pada Anak

Usia Dini TK Dharma Wanita Kedungwilut Kelompok A,”. Skripsi, IAIN Tulungagung,

2018.

Fatimah. “Peran Kepala Sekolah sebagai Educator dalam Membangun Budaya Religious di

SMPN 1 Kebonsari,”. Skripsi, IAIN Ponorogo, 2017.

Ghony, Djumaidi dan Fauzan Almansyur. Metodologi Penelitian Kualitatif. Jogjakarta: Ar-Ruzz

Media, 2012.

Hamalik, Oemar. Dasar-dasar Pengembangan Kurikulum. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya,

2013.

Huda, Nurul. Manajemen Pengembangan Kurikulum. Jurnal Al-Tanzim. Vol. 1. No, 2. 2017.

Kadir, Abdul et.al. Dasar-dasar Pendidikan. Surabaya: Amanah Pustaka, 2009.

Kamus Besar Bahasa Indonesia

Keputusan Direktur Jenderal Pendidikan Islam Nomor 1023 Tahun 2016 tentang Pedoman

Penyelenggara Program Keterampilan di Madrasah Aliyah.

Keputusan Direktur Jenderal Pendidikan Islam Nomor 4924 Tahun 2016 tentang Penetapan

Madrasah Aliyah Penyelenggara Program Keterampilan.

Moelong, Lexy J. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2006.

Munir. Kurikulum Berbasis Teknologi Informasi dan Komunikasi. Bandung: Alfabeta, 2010.

Nurdin, Sayfrudin dan Adriantoni. Kurikulum dan Pembelajaran. Jakarta: PT. Rajagrafindo

Persada, 2016.

Page 116: IMPLEMENTASI KURIKULUM VOKASIONAL BERBASIS ...etheses.iainponorogo.ac.id/11586/1/SKRIPSI 211216007...9 Ajat S, “Kemenag Optimalkan Program Keterampilan Siswa Madrasah Aliyah”,

109

Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 20 Tahun 2016 tentang Standar

Kompetensi Lulusan Pendidikan Dasar dan Menengah.

Prastowo, Andi. Metode Penelitian Kualitatif dalam Perspektif Rancangan Penelitian. Jogjakarta: Ar-Ruzz Media, 2012.

Ramadhan, M. Aghpin, Tuti Iriani dan Santoso Sri Handoyo. Relevansi Kompetensi Lulusan SMK

Khususnya Kompetensi Keahlian Teknik Gambar Bangunan dengan Kompetensi yang

Dibutuhkan di Dunia Kerja. Jurnal Pensil. Vol. II, No. 1. Februari, 2013.

Sangadji, Etta Mamang dan Sopiah. Metodologi Penelitian Pendekatan Praktis dalam Penelitian.

Yogyakarta: Andi Publisher, 2010.

Sanjaya, Wina. Perencanaan dan Desain Sistem Pembelajaran. Jakarta: Prenada Media Group,

2009.

Saufi, Akhmad dan Hambali, “Menggagas Perencanaan Kurikulum Menuju Sekolah Unggul,”

Jurnal Al-Tanzim. Vol. 3, No. 01. Maret, 2019.

Sidiq, Umar dan Moh. Miftachul Choiri. Metode Penelitian Kualitatif di Bidang Pendidikan.

Ponorogo: CV. Nata Karya, 2019.

Sudira, Putu. TVET Abad XXI Filosofi, Teori, Konsep, dan Strategi Pembelajaran Vokasional.

Yogyakarta: UNY Press, 2017.

Sugiyono. Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung:

Alfabeta, 2015.

Uno, Hamzah B. dan Nina Lamatenggo. Landasan Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara, 2016.

Verawadina, Unung. Nizwardi Jalinus dan Lisa Asnur. Kurikulum Pendidikan Vokasi Pada Era

Revolusi Industri 4.0. Jurnal Pendidikan. Vol. 29, No. 1. Maret, 2019.

Wahyudin, Dinn. Manajemen Kurikulum. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2014.

Widaningsih, R. Sri. Manajemen dalam Implementasi Kurikulum di Sekolah (Sebuah Kajian

Literature). Jurnal Ilman. Vol. 1, No. 2. September, 2014.

Widoyoko, Eko Putro. Penilaian Hasil Pembelajaran di Sekolah. Yogyakarta: Pustaka Belajar,

2014.

http://prodistik.net/2019/01/28/procommit-v8-0-2018/, Diakses pada tanggal 20 Desember 2019,

Pukul 20.25 WIB.

https://nasional.tempo.co/read/1173343/lulusan-sma-penyumbang-pengangguran-terbesar,

Diakses pada tanggal 27 Juni 2019, Pukul 14.37 WIB.

Page 117: IMPLEMENTASI KURIKULUM VOKASIONAL BERBASIS ...etheses.iainponorogo.ac.id/11586/1/SKRIPSI 211216007...9 Ajat S, “Kemenag Optimalkan Program Keterampilan Siswa Madrasah Aliyah”,

1