IMPLEMENTASI KURIKULUM VOKASIONAL BERBASIS ...etheses.iainponorogo.ac.id/11586/1/SKRIPSI...
Transcript of IMPLEMENTASI KURIKULUM VOKASIONAL BERBASIS ...etheses.iainponorogo.ac.id/11586/1/SKRIPSI...
IMPLEMENTASI KURIKULUM VOKASIONAL BERBASIS TEKNOLOGI DALAM
MENINGKATKAN KOMPETENSI LULUSAN
(Studi Kasus di MA Negeri 1 Ponorogo)
OLEH
FEBRI RINDU KUSUMASARI
NIM: 211216007
JURUSAN MANAJEMEN PENDIDIKAN ISLAM
FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI PONOROGO
2020
ii
IMPLEMENTASI KURIKULUM VOKASIONAL BERBASIS TEKNOLOGI DALAM
MENINGKATKAN KOMPETENSI LULUSAN
(Studi Kasus di MA Negeri 1 Ponorogo)
SKRIPSI
Diajukan kepada
Institut Agama Islam Negeri Ponorogo
untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan
dalam Menyelesaikan Program Sarjana
Manajemen Pendidikan Islam
OLEH
FEBRI RINDU KUSUMASARI
NIM: 211216007
JURUSAN MANAJEMEN PENDIDIKAN ISLAM
FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI PONOROGO
2020
iii
ABSTRAK
Kusumasari, Febri Rindu. 2020. Implementasi Kurikulum Vokasional Berbasis Teknologi
dalam Meningkatkan Kompetensi Lulusan (Studi Kasus di MA Negeri 1 Ponorogo). Skripsi.
Jurusan Manajemen Pendidikan Islam Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan Institut Agama Islam
Negeri Ponorogo. Pembimbing, Dr. Umar Sidiq, M.Ag.
Kata Kunci: Kurikulum Vokasional, Teknologi, Kompetensi Lulusan.
Penelitian dilatarbelakangi oleh banyaknya lulusan yang menganggur setelah mereka lulus,
karena beberapa faktor yaitu tidak melanjutkan ke Perguruan Tinggi, faktor ekonomi dan
kurangnya lapangan pekerjaan. Untuk itu perlu adanya pengembangan inovasi dari madrasah
dalam mengantisipasi problem tersebut. Kemudian untuk mengantisipasi hal tersebut Kementerian
Agama mengeluarkan kebijakan mengenai penyelenggaraan program keterampilan di Madrasah
Aliyah. MAN 1 Ponorogo merupakan madrasah pertama yang menerapkan program tersebut.
Program Keterampilan ini didukung oleh kurikulum vokasional yang mana dalam pelaksanaannya
memerlukan perencanaan yang matang serta perlu memperhatikan faktor-faktor pendukung seperti
peserta didik, sumber daya manusia, sarana dan prasarana, dan lingkungan masyarakat.
Perencanaan perlu dipersiapkan dengan sungguh-sungguh agar tujuan dari kurikulum vokasional
yaitu membekali siswa berupa keterampilan/ life skill, dapat tercapai dan memperoleh hasil yang
maksimal.
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis dan mendeskripsikan (1) Perencanaan
implementasi kurikulum vokasional berbasis teknologi dalam meningkatkan kompetensi lulusan
di MAN 1 Ponorogo, (2) Implementasi kurikulum vokasional berbasis teknologi dalam
meningkatkan kompetensi lulusan di MAN 1 Ponorogo, (3) Hasil dari implementasi kurikulum
vokasional berbasis teknologi dalam meningkatkan kompetensi lulusan di MAN 1 Ponorogo.
Penelitian ini merupakan penelitian lapangan dengan menggunakan pendekatan kualitatif
dan bersifat studi kasus. Pengumpulan data menggunakan metode wawancara, observasi, dan
dokumentasi. Analisis data yang digunakan adalah analisis kualitatif menurut Miles and Huberman
yang terdiri dari reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan.
Hasil dari penelitian tersebut adalah (1) Terdapat beberapa faktor pendukung yang perlu
dipersiapkan sebelum pelaksanaan kurikulum vokasional di antaranya materi kurikulum
vokasional, tim vokasi, perekrutan tenaga pendidik yang sesuai dengan bidang keterampilan di
MAN 1 Ponorogo, serta pengadaan sarana dan prasarana pendidikan. (2) Implementasi kurikulum
berbasis teknologi di MAN 1 Ponorogo merupakan perealisasian dari perencanaan kurikulum
vokasional, kurikulum vokasional dilaksanakan dengan sistem moving class, materi yang
diberikan kepada siswa disesuaikan dengan bidang keterampilan yang dipilihnya, tenaga pendidik
yang mengajar pun juga profesional dan berkompeten karena disesuaikan tiap-tiap program
keterampilan, kurikulum vokasional tersebut didukung oleh teknologi pendidikan yang mana
termasuk dalam sarana dan prasarana yang mengalami perkembangan yang sangat pesat hingga
sarana dan prasarana tersebut memadai dan berstandar Dunia Usaha/ Dunia Industri, semua hal
tersebut dilakukan agar siswa berkompeten dalam bidang keterampilan yang dipilih. (3) Hasil dari
implementasi kurikulum vokasional berbasis teknologi dapat dilihat dari produk-produk yang
dihasilkan oleh siswa melalui ujian Tugas Akhir dan juga prestasi yang diraih siswa dalam segala
bidang baik akademik maupun non akademik.
iv
v
vi
vii
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Dalam penyusunan kebijaksanaan-kebijaksanaan yang berkenaan dengan pendidikan di
Indonesia dewasa ini, pendidikan cenderung diartikan sebagai usaha sadar untuk membantu
perkembangan kepribadian dan kemampuan peserta didik melalui kegiatan bimbingan,
pengajaran, dan atau latihan. Secara lebih umum, pendidikan dapat diartikan sebagai suatu
perbuatan pembimbingan yang diberikan oleh pendidik kepada peserta didik ke arah suatu
tujuan tertentu.1
Pendidikan adalah usaha sadar yang dilakukan masyarakat dan pemerintah melalui
kegiatan bimbingan, pengajaran dan atau latihan, yang berlangsung di sekolah dan di luar
sekolah sepanjang hayat untuk mempersiapkan peserta didik untuk dapat memainkan peranan
dalam berbagai lingkungan hidup secara tepat pada masa yang akan datang. Pendidikan adalah
pengalaman-pengalaman belajar terprogram dalam bentuk pendidikan formal, nonformal, dan
informal di sekolah dan di luar sekolah yang berlangsung seumur hidup, bertujuan untuk
mengoptimalisasi kemampuan-kemampuan individu.2
John Dewey mengungkapkan, pendidikan adalah proses pembentukan kecakapan-
kecakapan fundamental secara intelektual, emosional ke arah alam dan sesama manusia.
Dengan kata lain sebagai usaha pengembangan potensi individu peserta didik. Sedangkan
menurut UU No. 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, pendidikan adalah usaha
sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta
didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spritual
1 Engkoswara dan Aan Komariah, Administrasi Pendidikan (Bandung: Alfabeta, 2015), 5. 2 Abdul Kadir, et.al, Dasar-dasar Pendidikan (Surabaya: Amanah Pustaka, 2009), 3-7.
2
keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan
yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.3
Melalui pendidikan kemampuan manusia terus diasah agar memiliki ketajaman dalam
memecahkan berbagai hidup dan kehidupan, karena pendidikan sebagaimana dijelaskan oleh
UNESCO menekankan pentingnya empat pilar yang harus dilakukan dalam semua proses
pendidikan, yaitu belajar untuk mengetahui (learning to know), belajar untuk berbuat
(learning to do), belajar untuk mandiri (learning to be), belajar untuk hidup bersama (learning
to live together). Dengan kata lain, manusia yang diharapkan mampu menghadapi masa depan
adalah manusia yang memiliki cakrawala berpikir luas dan dalam, memiliki keterampilan
tepat guna, memiliki kepribadian mandiri dan bertanggung jawab, serta memiliki pemahaman
dan apresiasi terhadap orang lain.4
Undang-Undang No. 02 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Pasal 3,
menegaskan bahwa pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan
membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan
kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi
manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlah mulia, sehat,
berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta
bertanggung jawab.5
Setiap lembaga pendidikan di Indonesia mempunyai cara tersendiri untuk mengasah
potensi yang dimiliki oleh siswa. Hal ini bertujuan untuk membentuk bakat dan keterampilan
siswa agar dapat bermanfaat ketika mereka lulus nanti. Latar belakang masalah ekonomi
orang tua siswa menjadi hal yang sering terjadi, akibatnya tidak semua siswa dapat
melanjutkan pendidikan ke Perguruan Tinggi. Selain itu juga karena permasalahan minimnya
3 Engkoswara dan Aan Komariah, Administrasi Pendidikan (Bandung: Alfabeta, 2015), 6. 4 Ibid., 5 Ibid.,
3
lapangan pekerjaan untuk lulusan SMA/SMK dan MA, sehingga muncul masalah baru yaitu
pengangguran.
Masalah pengangguran menjadi problem tersendiri bagi pemerintah. Fakta
menyebutkan bahwa lulusan di tingkat Sekolah Menengah Atas (SMA) adalah penyumbang
pengangguran terbesar. Hal itu didukung data Badan Pusat Statistik (BPS) yang mencatat,
jumlah angkatan kerja pada Agustus 2018 sebanyak 131,01 juta orang, atau naik 2,95 juta
orang dibanding Agustus 2017. Rinciannya, sebanyak 124,01 juta orang adalah penduduk
bekerja, sedangkan tujuh juta orang menganggur. Dari tingkat pendidikan, pada Agustus
2018, Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) 2018 untuk lulusan Sekolah Menengah Kejuruan
(SMK) masih mendominasi dibanding tingkat pendidikan lain, yaitu sebesar 11,24 persen.
TPT tertinggi berikutnya terdapat pada Sekolah Menengah Atas (SMA) sebesar 7,95 persen.6
Menurut Bhattacharyya, bahwa untuk siap bekerja maka diperlukan berbagai atribut dan
keterampilan lainnya yang telah dianggap sebagai penentu di era revolusi industri 4.0 seperti
kemampuan beradaptasi, pola pikir kewirausahaan yang kritis dan inovatif, akuntabilitas,
didorong oleh tujuan dan semangat serta keterampilan lainnya yang dianggap relevan untuk
dipekerjakan dan siap bekerja. Indonesia telah menyusun Making Indonesia 4.0, yang
merupakan peta jalan yang terintegrasi untuk mengimplementasikan sejumlah strategi dalam
memasuki era industri 4.0. Ngakan Timur Antara menegaskan bahwa seluruh institusi yang
menghasilkan SDM, mencakup pendidikan umum dan vokasi, harus merubah paradigma
berpikir dalam menyelenggarakan pendidikan. Kurikulum harus disesuaikan dengan
kebutuhan industri dan pelaku ekonomi di masa yang akan datang.7
Madrasah Aliyah merupakan lembaga pendidikan Islam dengan harapan ketika siswa
lulus nanti dapat melanjutkan pendidikan ke Perguruan Tinggi. Pembelajaran yang diterapkan
pun cenderung pada pendidikan agama. Namun untuk menghadapi era globalisasi madrasah
6 https://nasional.tempo.co/read/1173343/lulusan-sma-penyumbang-pengangguran-terbesar, Diakses pada
tanggal 27 Juni 2019, Pukul 14.37 WIB. 7 Unung Verawadina, Nizwardi Jalinus dan Lisa Asnur, “Kurikulum Pendidikan Vokasi pada Era Revolusi
Industri 4.0,” Pendidikan, 1 (Maret, 2019), 83.
4
perlu membekali siswa berupa kompetensi keterampilan/ life skill yang sudah tercantum
dalam kurikulum pendidikan. Untuk itu madrasah perlu mengembangkan inovasi agar para
lulusan tidak tergerus zaman dan madrasah pun masih bisa mempertahankan eksistensinya.
Dari permasalahan tersebut Kementerian Agama mengeluarkan kebijakan mengenai
penyelenggaraan Program Keterampilan di Madrasah Aliyah.
Program Keterampilan di Madrasah Aliyah merupakan program tambahan sebagai
bentuk tambahan lintas minat di Madrasah Aliyah Penyelenggara Program Keterampilan.
Program ini bukan merupakan Madrasah Aliyah Kejuruan. Oleh karena itu, Madrasah Aliyah
Penyelenggara Program Keterampilan ini menggunakan struktur kurikulum yang berlaku di
Madrasah Aliyah pada umumnya, dan peserta memperoleh tambahan pembelajaran
keterampilan sesuai dengan minat masing-masing peserta didik.8 Kementerian Agama
(Kemenag) berupaya mengoptimalkan program keterampilan bagi anak didik sekolah
Madrasah Aliyah agar setelah lulus memiliki daya saing di dunia kerja. Menurut Direktur
Pendidikan Madrasah Direktorat Jenderal Pendidikan Islam Kemenag, “Madrasah
keterampilan ini merupakan ikhtiar pemerintah untuk membekali kecakapan hidup atau life
skill para lulusan madrasah agar siap memasuki dunia kerja”.9
Madrasah Aliyah Negeri 1 Ponorogo merupakan Madrasah Aliyah Negeri yang terletak
di Jl. Arif Rahman Hakim No. 02, Kel. Kertosari, Kec. Babadan, Kab. Ponorogo. MAN 1
Ponorogo adalah satu-satunya Madrasah Aliyah di Kabupaten Ponorogo yang menerapkan
program keterampilan. Alasan MAN 1 Ponorogo menerapkan program keterampilan yaitu
untuk menarik minat peserta didik, untuk membekali siswa dengan keterampilan yang dapat
digunakan untuk membuka peluang pekerjaan serta menambah skill yang dimiliki siswa.10
Dengan begitu diharapkan para lulusan mampu bersaing dan menghadapi era globalisasi.
8 Keputusan Direktur Jenderal Pendidikan Islam Nomor 1023 Tahun 2016 tentang Pedoman Penyelenggara
Program Keterampilan di Madrasah Aliyah. 9 Ajat S, “Kemenag Optimalkan Program Keterampilan Siswa Madrasah Aliyah”, Antara Jabar, 17 Desember
2016. 10 Lihat Transkrip Wawancara Nomor: 10/W/21-VI/2020 dalam Lampiran Hasil Penelitian.
5
MAN 1 Ponorogo menjalankan program keterampilan sejak tahun 2012. Program
keterampilan ini berawal dari kerjasama antara pihak madrasah dengan Institut Teknik
Sepuluh November (ITS) Surabaya yang bernama Prodistik (Program Terapan Bidang
Teknologi Informasi & Komunikasi). Terdapat empat Program Keterampilan yang sudah
dilaksanakan oleh MAN 1 Ponorogo yaitu Animasi, RPL (Rekayasa Perangkat Lunak)/
Programmer, Desain Grafis, dan Multimedia. Program tersebut dilaksanakan sore hari karena
berupa ektrakurikuler, kemudian pada tahun 2018 MAN 1 Ponorogo menjadi Madrasah
Aliyah Penyelenggara Program Keterampilan atas persetujuan dari Kemenag dan berdasarkan
pada Keputusan Direktur Jenderal Pendidikan Islam Nomor 4924 Tahun 2016 tentang
Penetapan Madrasah Aliyah Penyelenggara Program Keterampilan.11 Setelah adanya
keputusan tersebut pelaksanaan program keterampilan dilaksanakan di pagi hari, sama seperti
pembelajaran lainnya.
Dengan dikeluarkannya surat keputusan tersebut MAN 1 Ponorogo menambah 2 Program
Keterampilan yaitu Tata Busana dan Tata Boga. Dengan begitu terdapat 6 program
keterampilan yang dilaksanakan oleh Madrasah Aliyah Negeri 1 Ponorogo di antaranya
Animasi, RPL (Rekayasa Perangkat Lunak)/ Programmer, Desain Grafis, Multimedia, Tata
Busana dan Tata Boga. Kemudian untuk regulasi Penyelenggaraan Program Keterampilan
tersebut diatur dalam Keputusan Direktur Jenderal Pendidikan Islam Nomor 1023 Tahun 2016
tentang Pedoman Penyelenggara Program Keterampilan di Madrasah Aliyah. Dalam surat
keputusan tersebut dijelaskan apa saja yang perlu dipersiapkan dan bagaiman pelaksanaan
program keterampilan.12
Program keterampilan tersebut tidak hanya dilaksanakan di Ponorogo namum juga di kota
lain yang tersebar di seluruh Indonesia. Sebagai upaya untuk mengasah skill dan potensi
11 Keputusan Direktur Jenderal Pendidikan Islam Nomor 4924 Tahun 2016 tentang Peneteapan Madrasah
Aliyah Penyelenggara Program Keterampilan. 12 Keputusan Direktur Jenderal Pendidikan Islam Nomor 1023 Tahun 2016 tentang Pedoman Penyelenggara
Program Keterampilan di Madrasah Aliyah.
6
peserta didik, ITS Surabaya mengadakan kompetisi tahunan yang bernama Procommit.
Procommit (Prodistik competation for MA/ SMA in IT) merupakan ajang bertemunya para
siswa MA/ SMA se-Jawa Timur dalam rangka mengasah keterampilan dan mengembangkan
aplikasi dalam bidang Teknologi Informasi dan Komunikasi.13 MAN 1 Ponorogo selaku
penyelenggara program keterampilan pun tidak absen dalam mengikuti kompetisi tersebut.
Sudah banyak prestasi yang diraih siswa dalam kompetesi yang diselenggarakan oleh ITS
Surabaya tersebut, seperti mendapatkan Juara 1 Programing Exceel Procommit N 6.0 ITS
Tingkat Nasional, Juara 3 Batik IT Procommit N 6.0 ITS Tingkat Nasional tahun 2016, Juara
2 Programing Android Procommit NG 7 pada tahun 2017, Juara 1 Programing Android, Juara
Harapan 2 Film, Juara Best Picture dan Juara Best Presentasi dalam lomba Procommit yang
dilaksanakan pada tanggal 16 Nopember 2019.14
Dengan diperolehnya prestasi pada bidang IT tersebut membuktikan bahwa siswa dari
MAN 1 Ponorogo berkompeten dalam bidang keterampilan yang sudah dipilihnya. Selain
prestasi di bidang IT, siswa-siswi MAN 1 Ponorogo juga memperoleh kejuaraan di bidang
akademik maupun non akademik. Para guru pembimbing lomba tidak pernah menuntut
mereka untuk mendapatkan juara, namun selalu dimotivasi agar ketika mengikuti perlombaan
selalu berusaha menampilkan yang terbaik. Dengan begitu siswa akan berusaha semaksimal
mungkin dan sebisa mungkin, karena usaha tidak pernah menghianati hasil.15
Program keterampilan di MAN 1 Ponorogo tidak akan berjalan tanpa adanya faktor
pendukung seperti kurikulum, tenaga pendidik, dana, sarana dan prasarana dan lain
sebagainya. Kurikulum merupakan faktor yang paling penting dalam pelaksanaan program
keterampilan, meskipun dalam pengimplementasiannya harus berkesinambungan dengan
yang lainnya. Kurikulum yang digunakan di MAN 1 Ponorogo adalah kurikulum vokasional,
13 http://prodistik.net/2019/01/28/procommit-v8-0-2018/, Diakses pada tanggal 20 Desember 2019 , Pukul
20.25 WIB. 14 Lihat Transkrip Dokumentasi Nomor: 12/D/20-IV/2020 dalam Lampiran Hasil Penelitan. 15 Hasil Wawancara dengan Ibu Sriana Indrawati selaku Waka Sarana dan Prasarana di MAN 1 Ponorogo, pada
hari Rabu, 04 Maret 2020.
7
kurikulum vokasional merupakan kurikulum 2013 kemudian dikembangkan berdasarkan
minat siswa dan kondisi lingkungan masyarakat.
Dalam proses pengembangan kurikulum, madrasah diberi kebebasan untuk mengadopsi
dari manapun tergantung kondisi siswa dan lingkungan sekitar. Dalam implementasi
kurikulum vokasional memerlukan persiapan yang matang dari semua aspek sehingga hasil
yang diperoleh pun juga maksimal. Sebagai penunjang implementasi kurikulum vokasional
diperlukan teknologi pendidikan yang sudah berstandar Dunia Usaha/Dunia Industri.
Teknologi pendidikan termasuk dalam sarana seperti alat/media yang digunakan dalam proses
pembelajaran. Penggunaan teknologi pendidikan tersebut bertujuan agar siswa cepat tanggap
dalam proses pembelajaran serta memudahkan dalam proses penyampaian materi. Karena
tidak semua siswa dapat belajar cepat hanya dengan materi namun juga perlu adanya praktek.
Selain kedua aspek tersebut yaitu kurikulum dan sarana dan prasarana, peran waka
kurikulum, tenaga pendidik dan pihak lainnya baik internal maupun eksternal juga
berpengaruh dalam implementasi kurikulum vokasional. Kurikulum vokasional ini digunakan
tenaga pendidik sebagai pedoman pembelajaran. Pelajaran vokasional ini sama halnya dengan
pelajaran lainnya, di mana untuk mengetahui seberapa jauh kompetensi yang dimiliki siswa,
perlu diadakan ujian terlebih dahulu baik ujian tulis ataupun ujian praktik. Kemudian
madrasaha memberikan sertifikat keterampilan sebagai apresiasi kepada siswa yang telah
menyelesaikan pembelajaran vokasi serta sebagai bukti bahwa siswa tersebut benar-benar
berkompeten dalam program keterampilan yang dipilihnya.
Dari beberapa teori serta permasalahan yang ada di lapangan peneliti tertarik untuk
mengetahui lebih dalam tentang masalah tersebut. Oleh karena itu, peneliti akan melakukan
penelitian dengan judul “Implementasi Kurikulum Vokasional Berbasis Teknologi dalam
Meningkatkan Kompetensi Lulusan (Studi Kasus di MA Negeri 1 Ponorogo)”
8
B. Fokus Penelitian
Mengingat adanya keterbatasan waktu maka penelitian ini difokuskan pada implementasi
kurikulum vokasional (keterampilan) dengan berbasis teknologi dalam meningkatkan
kompetensi lulusan, yang meliputi perencanaan implementasi kurikulum, pelaksanaan
kurikulum serta hasil dari implementasi kurikulum.
C. Rumusan Masalah
1. Bagaimana perencanaan kurikulum vokasional berbasis teknologi dalam meningkatkan
kompetensi lulusan di MAN 1 Ponorogo?
2. Bagaimana implementasi kurikulum vokasional berbasis teknologi dalam meningkatkan
kompetensi lulusan di MAN 1 Ponorogo?
3. Bagaimana hasil dari implementasi kurikulum vokasional berbasis teknologi dalam
meningkatkan kompetensi lulusan di MAN 1 Ponorogo?
D. Tujuan Penelitian
1. Untuk mendeskripsikan bagaimana perencanaan implementasi kurikulum vokasional
berbasis teknologi dalam meningkatkan kompetensi lulusan di MAN 1 Ponorogo.
2. Untuk memaparkan bagaimana pelaksanaan kurikulum vokasional berbasis teknologi
dalam meningkatkan kompetensi lulusan di MAN 1 Ponorogo.
3. Untuk mendeskripsikan bagaimana hasil dari implementasi kurikulum vokasional berbasis
teknologi dalam meningkatkan kompetensi lulusan di MAN 1 Ponorogo.
E. Manfaat Penelitian
1. Manfaat teoritis
Untuk mendeskripsikan dan menjelaskan implementasi kurikulum vokasional berbasis
teknologi dalam meningkatkan kompetensi lulusan di MAN 1 Ponorogo yang
berkompeten dan terampil dalam bidangnya.
9
2. Manfaat praktis
a. Bagi kepala sekolah
Hasil penelitian ini diharapkan dapat membantu kepala sekolah untuk lebih
meningkatkan kompetensi lulusan berbasis teknologi pada semua jurusan sehingga
lulusan pun dapat bersaing dengan sumber daya yang lain.
b. Bagi guru
Hasil penelitian ini diharapkan dapat mendorong guru untuk lebih semangat dan lebih
profesional dalam mendidik siswa serta membiasakan siswa MAN 1 Ponorogo untuk
senantiasa berpikir kreatif dan inovatif.
c. Bagi siswa
Hasil penelitian ini dapat memberikan pengetahuan bagi siswa MAN 1 Ponorogo
untuk menambah wawasan serta meningkatkan proses pembelajaran.
d. Bagi peneliti
Dapat memberikan pengalaman yang tak ternilai, dapat memberikan pengetahuan dan
menambah wawasan tentang segala sesuatu yang berkaitan dengan madrasah program
keterampilan serta proses implementasi kurikulum di MAN 1 Ponorogo.
F. Sistematika Pembahasan
Sesuai dengan sistematika pembahasan, penyusunan skripsi ini dibagi menjadi enam bab.
Setiap bab memiliki pembahasan yang saling terkait dengan bab lainnya, sehingga menjadi
satu kesatuan yang utuh dan tidak keluar dari fokus penelitian. Adapun sistematika
pembahasan skripsi adalah sebagai berikut:
10
BAB I : PENDAHULUAN
Pada bab ini berisi tentang gambaran umum yang menjadi bahan pijakan
pembuatan skripsi. Dalam bab ini berisi tentang latar belakang masalah,
fokus penelitian, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian,
dan sistematika pembahasan.
BAB II : TELAAH HASIL PENELITIAN TERDAHULU DAN KAJIAN
TEORI
Dalam bab ini berisi tentang telaah penelitian terdahulu dan kajian teori.
Untuk memperkuat judul penelitian, sehingga antara data dengan teori
saling menguatkan dan melengkapi. Adapun kajian teori yang digunakan
yaitu tentang implementasi kurikulum vokasional berbasis teknologi dalam
meningkatkan kompetensi lulusan.
BAB III : METODE PENELITIAN
Pada bab ini berisi tentang pendekatan dan jenis penelitian yang akan
digunakan peneliti dalam proses penelitian. Kemudian kehadiran peneliti,
sumber data, teknis pengumpulan data, analisis data, pengecekan
keabsahan data, dan tahap-tahap penelitian yang berfungsi untuk menggali
data.
BAB IV : TEMUAN PENELITIAN
Bab ini berisi tentang gambaran umum lokasi penelitian dan deskripsi data
hasil temuan peneliti mengenai implementasi kurikulum vokasional
berbasis teknologi dalam meningkatkan kompetensi lulusan.
BAB V : ANALISIS DATA
Pada bab ini memuat tentang hasil penelitian yaitu berusaha untuk
menafsirkan dan menjelaskan data hasil temuan di lapangan dengan
menggunakan acuan kerangka teori pada bab II.
11
BAB VI : PENUTUP
Bab ini merupakan bab terakhir yang berisi tentang kesimpulan yaitu
jawaban inti dari rumusan masalah, dan saran-saran yang berhubungan
dengan penelitian yaitu berupa masukan kepada pihak terkait.
12
BAB II
TELAAH HASIL PENELITIAN TERDAHULU
DAN KAJIAN TEORI
A. Kajian Penelitian Terdahulu
Penelitian ini berangkat dari telaah pustaka dan kajian penelitian terdahulu. Adapun
penelitian yang dilakukan sebelumnya yaitu:
Ismail Saleh (2017), Peningkatan Kompetensi Siswa melalui Program Keterampilan
Vokasional di SLB-B YPALB Karanganyar, Skripsi, Institut Agama Islam Negeri Surakarta.
Skripsi ini membahas tentang bagaimanakah peningkatan kompetensi psikomotorik siswa
melalui program keterampilan vokasional di SLB-B YPALB Karanganyar. Metode penelitian
ini menggunakan pendekatan deskriptif kualitatif, metode pengumpulan data menggunakan
observasi, wawancara dan dokumentasi, untuk analisis data menggunakan model analisis
interaktif. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa program keterampilan vokasional
merupakan program khusus yang diberikan kepada siswa untuk meningkatkan bakat dan
kreatifitas yang ada pada siswa. Dalam pelaksanaan kegiatan keterampilan vokasional
dilakukan secara bertahap, siswa diberikan pengalaman untuk melatih bakat yang ada, dengan
cara memberikan pelatihan-pelatihan serta memberikan pengawasan dalam proses
pengembangan diri pada setiap siswa dari pelaksanaan program keterampilan vokasional.
Sehingga dari kegiatan yang diberikan siswa oleh para guru dapat meningkatkan kompetensi
di ranah psikomotorik.
Persamaan penelitian ini yaitu sama-sama membahas tentang program keterampilan
dalam meningkatkan kompetensi siswa. Perbedaannya terletak pada objek yang diteliti, jika
penelitian di atas meneliti peningkatan psikomotorik siswa melalui program keterampilan
vokasional, sedangkan penulis meneliti tentang implementasi kurikulum vokasional berbasis
13
teknologi mulai dari perencanaan hingga hasil, penulis ingin mengetahui seberapa jauh siswa
dapat mengoperasikan teknologi sesuai dengan kompetensi yang dimiliki.
Nafi’atur Rahmawati, Manajemen Kesiswaan dalam meningkatkan Keterampilan
Vokasional Peserta Didik (Studi Kasus di MAN 2 Kota Madiun), Tesis, Program Pasca
Sarjana Institut Agama Islam Negeri Ponorogo. Tesis ini membahas tentang rekruitmen
kesiswaan dalam meningkatkan keterampilan vokasional peserta didik, penempatan
kesiswaan dalam meningkatkan keterampilan vokasional peserta didik serta pelatihan dan
pengembangan kesiswaan dalam meningkatkan keterampilan vokasional. Metode penelitian
ini menggunakan pendekatan kualitatif, dengan jenis penelitian studi kasus. Metode
pengumpulan data menggunakan observasi, wawancara dan dokumentasi, untuk analisis data
menggunakan model Milles dan Huberman, hasil penelitian ini menunjukkan. Pertama,
proses rekruitmen peserta didik baru menggunakan active recruit. Active recruit dilakukan
dengan walks ins calon peserta didik datang ke madrasah dan mendaftar dan write ins calon
peserta didik baru beserta orang tua menulis formulir pendaftaran. Kedua, penempatan peserta
didik MAN 2 Kota Madiun dilaksanakan berdasarkan seleksi/tes. Ketiga, pelatihan dan
pengembangan peserta didik dalam meningkatkan keterampilan vokasional di antaranya yaitu
dengan menggunakan model pembelajaran berbasis praktik dan diimbangi dengan melakukan
hubungan kerja sama dengan tempat kerja atau tempat pelatihan.
Persamaan penelitian ini yaitu sama-sama membahas tentang program keterampilan yang
berada di madrasah dengan tujuan untuk meningkatkan keterampilan/ kompetensi peserta
didik. Perbedaannya terletak pada fokus penelitian jika penelitian di atas membahas tentang
pengelolaan siswa untuk meningkatkan keterampilan siswa, sedangkan penulis meneliti
tentang implementasi kurikulum vokasional berbasis teknologi dalam meningkatkan
kompetensi lulusan. Dengan tujuan agar lulusan dapat berkompeten sesuai dengan program
keterampilan yang dipilih.
14
Iszul Rouf Alfansuri (2018), Upaya Peningkatan Kompetensi Lulusan Mahasiswa
melalui Fasilitas Penunjang Pendidikan (Studi Kasus di Institut Agama Islam Negeri
Ponorogo), Skripsi, Institut Agama Islam Negeri Ponorogo. Skripsi ini membahas tentang
dimensi kompetensi lulusan mahasiswa yang dapat dikembangkan di IAIN Ponorogo dan
bagaimana fasilitas penunjang pendidikan dapat mengembangkan kompetensi lulusan di IAIN
Ponorogo. Metode penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan teknik studi
kasus, metode pengumpulan data menggunakan observasi, wawancara dan dokumentasi,
untuk analisis data menggunakan model Miles dan Huberman. Hasil penelitian ini yaitu IAIN
Ponorogo mampu mengembangkan kompetensi lulusan mahasiswa dengan
mengelompokkannya ke dalam beberapa bidang dan ke dalam pembagian berbagai jurusan
masing-masing fakultas dan jurusan yang dijalankan oleh para dosen dan pihak terkait. IAIN
Ponorogo memiliki beragam fasilitas pendidikan yang diberikan dan dikelola oleh masing-
masing fakultas dan jurusan dengan harapan mampu dimanfaatkan oleh akademisi Institut
Agama Islam Negeri Ponorogo.
Persamaan dari penelitian ini yaitu sama-sama meneliti tentang kompetensi lulusan.
Perbedaannya terletak pada objek yang diteliti jika penelitian di atas meneliti kompetensi
lulusan mahasiswa pada semua jurusan sedangkan yang diteliti oleh peneliti yaitu kompetensi
lulusan pada program keterampilan yang ada di madrasah bukan pada sekolah kejuruan.
B. Kajian Teori
1. Implementasi Kurikulum
a. Pengertian Implementasi Kurikulum
Dalam Oxford Advance Learner’s Dictionary dikemukakan bahwa implementasi
adalah “Outsome thing into effect” atau penerapan sesuatu yang memberikan efek.1
Fullan mendefinisikan implementasi sebagai proses mempraktikkan/ menerapkan
1 Oemar Hamalik, Dasar-dasar Pengembangan Kurikulum (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2013), 237.
15
suatu gagasan, program atau kumpulan kegiatan yang baru bagi orang-orang yang
berusaha atau yang diharapkan untuk berubah.2 Secara sederhana implementasi bisa
diartikan pelaksanaan atau penerapan. Browne dan Wildavsky mengemukakan bahwa
implementasi adalah perluasan aktivitas yang saling menyesuaikan, sedangkan
menurut Melaughin implementasi merupakan aktivitas yang saling menyesuaikan.3
Beberapa ahli pendidikan telah membuat deskripsi tentang pengertian kurikulum
di antaranya, Ralp Tyler mendefinisikan kurikulum sebagai semua pelajaran-pelajaran
murid yang direncanakan dan dilakukan oleh pihak sekolah untuk mencapai tujuan-
tujuan pendidikannya. Kemudian A. Glattorn mendefinisikan, kurikulum ialah
rencana-rencana itu dibuat untuk membimbing dalam belajar di sekolah biasanya
meliputi dokumen, level secara umum, dan aktualisasi dari rencana-rencana itu di
kelas, sebagai pengalaman murid yang telah dicatat dan ditulis oleh seorang ahli,
pengalaman-pengalaman tersebut ditempatkan dalam lingkungan belajar yang juga
mempengaruhi apa yang dipelajari.4
Menurut B. Othanel Smith, W.O Stanley dan J. Harlan Shones memandang
kurikulum bukan hanya mata pelajaran, tetapi juga pengalaman-pengalaman potensial
yang dapat diberikan kepada peserta didik. Selanjutnya, J. Galen Saylor dan William
M. Alexander mengemukakan kurikulum tidak hanya mata pelajaran dan pengalaman
melainkan semua upaya sekolah untuk memengaruhi peserta didik belajar, baik di
kelas, di halaman sekolah atau di luar sekolah.5
Dalam UU. No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional dijelaskan
“Kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi, dan
bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan
2 R. Sri Widaningsih, “Manajemen dalam Implementasi Kurikulum di Sekolah (Sebuah Kajian Literature),”
Ilman, 2 (September, 2014), 163. 3 Sayfrudin Nurdin dan Adriantoni, Kurikulum dan Pembelajaran (Jakarta: PT. Rajagrafindo Persada, 2016),
64. 4 Nurul Huda, “Manajemen Pengembangan Kurikulum,” Al-Tanzim, 2 (2017), 55. 5 Zainal Arifin, Konsep dan Model Pengembangan Kurikulum (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2017), 3.
16
pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu”.6 Tujuan tertentu ini
meliputi tujuan pendidikan nasional serta kesesuaian dengan kekhasan, kondisi, dan
potensi daerah, satuan pendidikan dan peserta didik. Oleh sebab itu, kurikulum disusun
oleh satuan pendidikan untuk memungkinkan penyesuaian program pendidikan
dengan kebutuhan dan potensi yang ada di daerah masing-masing. Pengembangan
kurikulum yang beragam mengacu pada standar nasional pendidikan untuk menjamin
pencapaian tujuan pendidikan nasional. Kurikulum merupakan alat yang paling
penting dalam keberhasilan suatu pendidikan, tanpa adanya kurikulum yang baik dan
tepat maka akan kesulitan dalam mencapai tujuan dan sasaran pendidikan baik formal,
informal, maupun non formal.7
Dari beberapa definisi implementasi dan pengertian kurikulum oleh beberapa ahli
dapat diartikan, implementasi kurikulum merupakan aktualisasi dari kurikulum tertulis
(written curriculum) dalam bentuk pembelajaran. Hal ini sejalan dengan apa yang
diungkapkan Miller dan Seller bahwa “in same case implementation has been
identified with instruction” lebih lanjut dijelaskan bahwa implementasi kurikulum
merupakan suatu penerapan konsep ide program atau tatanan kurikulum ke dalam
praktik pembelajaran atau berbagai kreativitas baru sehingga terjadinya perubahan
pada sekelompok orang yang diharapkan untuk berubah. Dengan demikian,
implementasi kurikulum adalah penerapan atau pelaksanaan program kurikulum yang
telah dikembangkan dalam tahap sebelumnya, kemudian diujicobakan dengan
pelaksanaan dan pengelolaan yang disesuaikan terhadap situasi dan kondisi lapangan
dan karakteristik peserta didik baik perkembangan intelektual, emosional, serta fisik.8
Berbagai dimensi implementasi kurikulum yang penting untuk dicermati adalah
materi kurikulum, struktur organisasi kurikulum, peranan atau perilaku, pengetahuan,
6 Ibid., 6. 7 Nurul Huda, “Manajemen Pengembangan Kurikulum,” Al-Tanzim, 2 (2017), 56. 8 Dinn Wahyudin, Manajemen Kurikulum (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2014), 93.
17
dan internalisasi nilai. Keberhasilan implementasi terutama ditentukan oleh aspek
perencanaan dan strategi implementasinya. Pada prinsipnya, implementasi ini
mengintegrasikan aspek-aspek filosofis, tujuan, subject matter, strategi mengajar, dan
kegiatan belajar serta evaluasi dan feedback.9
Implementasi kurikulum tidak akan berjalan tanpa adanya perencanaan kurikulum.
Perencanaan kurikulum merupakan bagian dari upaya perwujudan sebuah ide-ide
tentang pengembangan kurikulum. Perencanaan memegang peranan penting terhadap
optimalisasi hasil dari sebuah proses pengembangan kurikulum. Apabila
perencanaannya baik maka baik pula hasilnya, dan sebaliknya apabila perencanaannya
tidak baik maka tentu akan dihasilkan sebuah kurikulum yang tidak sistematis, tidak
relevan, dan tidak mampu beradaptasi dengan perkembangan masyarakat dan
teknologi.10 Karena perencanaan memegang peran penting dalam merealisasikan
sebuah tujuan dari lembaga pendidikan maka sebelum melaksanakan sesuatu hal perlu
adanya perencanaan yang matang agar tujuan dapat tercapai dengan baik.
Depdiknas menjelaskan, kurikulum sebagai bagian terpenting dari kegiatan
pendidikan memiliki fungsi utama sebagai pedoman dalam proses pelaksanaan
pendidikan. Rancangan kurikulum dalam pendidikan harus diposisikan sebagai pijakan
bagi sekolah untuk mengembangkan pendidikan. Kurikulum pada masing-masing
sistem pendidikan direncanakan dan dikembangkan sesuai dengan kebutuhan
masyarakat.11
b. Pihak yang Terkait dalam Implementasi Kurikulum
Implementasi kurikulum tidak akan berjalan dengan baik tanpa adanya kerjasama
dari pihak internal maupun eksternal. Pihak-pihak yang terkait dalam perkembangan
kurikulum di antaranya tenaga pengajar (guru), supervisor (pengawas/ penilik),
9 Oemar Hamalik, Dasar-dasar Pengembangan Kurikulum, 190. 10 Ibid., 11 Akhmad Saufi dan Hambali, “Menggagas Perencanaan Kurikulum Menuju Sekolah Unggul,” Al-Tanzim, 01
(Maret, 2019), 32.
18
administrator, kepala sekolah, pakar ilmu pendidikan, staff Diknas, Organisasi Siswa
(OSIS), orang tua dan masyarakat.12 Semua pihak perlu saling berkoordinasi agar
sebuah kurikulum dapat berjalan dengan baik dan mencapai tujuan yang diharapkan.
Berikut penjelasan lebih lanjut terkait pihak yang terlibat dalam implementasi
kurikulum:13
1) Pakar ilmu pendidikan
Dalam praktik pengembangan kurikulum dan implementasi kurikulum pakar ilmu
pendidikan ini sering kali berada dalam posisi sebagai konsultan kurikulum
dengan tugas yang sesuai dengan kepakarannya.
2) Ahli kurikulum
Ahli kurikulum yaitu orang-orang yang terlibat dalam membuat konsep, model
ataupun persiapan pengelolaan kurikulum yang dijadikan sebagai dokumen terdiri
dari pakar pendidikan, pakar kurikulum dan administrator pendidikan.
3) Supervisor
Dalam proses pengembangan kurikulum dan implementasi kurikulum haruslah
ada supervisor dalam kerangka tugas sebagai pemimpin pendidikan, sehingga
setiap supervisor berkewajiban melaksanakan tugasnya mengawasi sebuah
kegiatan untuk mendatang dan membimbing yang disupervisi, yaitu guru ke arah
pencapaian tujuan pendidikan sekolah.
4) Sekolah
Pihak sekolah mempunyai peran dan tanggung jawab yang terkait dengan peran
dan tanggung jawab pihak lainnya dalam pendidikan di daerah yang bersangkutan.
12 R. Sri Widaningsih, “Manajemen dalam Implementasi Kurikulum di Sekolah (Sebuah Kajian Literature),”
Ilman, 2 (September, 2014), 166. 13 Dinn Wahyudin, Manajemen Kurikulum, 101.
19
5) Kepala sekolah
Tugas dari kepala sekolah dalam implementasi kurikulum adalah menjamin
tersedianya dokumen kurikulum, membantu dan memberikan nasihat kepada
guru, mengatur jadwal pertemuan guru dan menyusun laporan evaluasi. Adapun
kegiatan yang dilakukan kepala sekolah adalah menciptakan kondisi bagi
pengembangan kurikulum di sekolahnya dan menyusun rencana anggaran
tahunan yang berfungsi sebagai pedoman dalam melaksanakan kegiatan-kegiatan
kepemimpinannya, baik untuk jangka panjang maupun jangka pendek.
6) Guru
Dalam implementasi kurikulum, guru dapat dikatakan sebagai ujung tombak
keberhasilan implementasi kurikulum. Mengingat pentingnya kepentingan
keterampilan guru dalam pembelajaran terhadap keberhasilan implementasi
kurikulum, wajar apabila pendidikan guru haruslah diperhatikan dengan
pertimbangan berbagai aspek yang dibutuhkan atau perlu dikuasai oleh seorang
guru.
7) Siswa
Siswa berperan dalam keberhasilan implementasi kurikulum karena semua
kegiatan pengembangan kurikulum sampai dengan implementasi kurikulum yang
sangat nyata adalah dalam bentuk pelaksanaan kegiatan belajar mengajar yang
sewajarnya. Minat yang penuh, usaha yang sungguh, penyesuaian tugas-tugas
serta partisipasi dalam setiap kegiatan sekolah.
8) Orang tua dan masyarakat
Dalam kaitannya dengan implementasi kurikulum orang tua siswa juga ikut andil
dalam implementasi tersebut. Hal ini disebabkan tidak semua kegiatan belajar
yang dituntut oleh kurikulum dapat dilaksanakan oleh sekolah sehingga sebagian
dilakukan di rumah, secara berkala orang tua siswa menerima laporan kemajuan
20
anaknya dari sekolah berupa rapor yang merupakan komunikasi tentang program
atau kegiatan yang dilaksanakan di sekolah.
c. Tahap Implementasi Kurikulum
Dalam implementasi sebuah kurikulum tidak begitu saja dilaksanakan, melainkan
terdapat tahapan-tahapan agar kurikulum tersebut dapat terlaksana dengan baik dan
tujuan pun dapat tercapai. Oemar Hamalik menjelaskan bahwa model implementasi
kurikulum, sebagai berikut:14
1) Tahap Perencanaan Implementasi
Tahap ini bertujuan untuk menguraikan visi dan misi atau mengembangkan
tujuan implementasi (operasional) yang ingin dicapai. Usaha ini
mempertimbangkan metode (teknik), sarana dan prasarana pencapaian yang akan
digunakan, waktu yang dibutuhkan, besar anggaran, personalia yang terlibat, dan
sistem evaluasi, dengan mempertimbangkan tujuan yang ingin dicapai beserta
situasi, kondisi, serta faktor internal dan eksternal.
Sedangkan Dinn Wahyudin dalam bukunya menjelaskan, jika dikaji lebih
mendalam tentang komponen-komponen apa saja yang perlu direncanakan dalam
implementasi kurikulum, secara sederhana dapat dideskrikpsikan sebagai
berikut:15
a) Tujuan, diperlukan untuk memberikan arah pada kegiatan yang dilakukan
b) Isi, merupakan susunan bahan kajian dan pelajaran untuk mencapai tujuan
pendidikan
c) Aktivitas belajar, adalah berbagai aktivitas yang diberikan para pembelajar
dalam situasi belajar-mengajar
14 Oemar Hamalik, Dasar-dasar Pengembangan Kurikulum, 249. 15 Dinn Wahyudin, Manajemen Kurikulum, 87.
21
d) Sumber belajar, sumber yang dapat digunakan untuk mencapai tujuan antara
lain buku dan bahan cetak, perangkat lunak komputer, media audiovisual
e) Evaluasi, berguna untuk mengetahui tingkat ketercapaian pelaksanaan tujuan,
dilakukan secara bertahap berkesinambungan, dan terbuka.
Kemudian, dalam setiap penetapan berbagai elemen yang akan digunakan
dalam proses implementasi kurikulum, terdapat tahapan proses pembuatan
keputusan yang meliputi:16
a) Identifikasi masalah yang dihadapi (tujuan yang ingin dicapai)
b) Pengembangan setiap alternatif metode, evaluasi, personalia, anggaran dan
waktu.
c) Evaluasi setiap alternatif, dan
d) Penentuan alternatif yang paling baik
Proses evaluasi atau pemilihan alternatif tersebut dilakukan melalui teknik
analisis SWOT (Strength, Weakness, Opportunity, dan Threat). Setiap alternatif
dipertimbangkan kekuatannya, serta disesuaikan dengan peluang yang ada dan
hambatan yang dihadapi. Hasil nyata dari tahap ini adalah blue print (cetak biru)
yang akan menjadi pedoman dalam pelaksanaan.
Pada proses pengembangan rencana blue print tersebut, perlu
dipertimbangkan metode dan sarana yang digunakan, waktu yang dibutuhkan,
kualitas dan kuantitas personal yang terlibat, serta besarnya anggaran yang
diperlukan.
2) Tahap Pelaksanaan Implementasi
Tahap ini bertujuan untuk melaksanakan pedoman yang telah disusun dalam
fase perencanaan, dengan menggunakan sejumlah teknik dan sumber daya yang
16 Oemar Hamalik, Dasar-dasar Pengembangan Kurikulum, 249.
22
ada dan telah ditentukan pada tahap perencanaan sebelumnya. Jenis kegiatan
dapat bervariasi, sesuai dengan kondisi yang ada.
Teknik yang digunakan, alat bantu yang dipakai, lamanya waktu pencapaian
kegiatan, pihak yang terlibat, serta besarnya anggaran yang telah dirumuskan
dalam tahap perencanaan, diterjemahkan kembali dalam praktik.
Pelaksanaan dilakukan oleh suatu tim terpadu, menurut
departemen/divisi/seksi masing-masing atau gabungan, bergantung pada
perencanaan sebelumnya. Hasil dari pekerjaan ini adalah tercapainya tujuan-
tujuan kegiatan yang telah ditetapkan. Secara umum, hasilnya akan meningkatkan
pemanfaatan dan penerapan kurikulum.
3) Tahap evaluasi implementasi
Tahap ini bertujuan untuk melihat dua hal. Pertama, melihat proses
pelaksanaan yang sedang berjalan sebagai fungsi kontrol, apakah pelaksanaan
evaluasi telah sesuai dengan rencana, dan sebagai fungsi perbaikan jika selama
proses terdapat kekurangan. Kedua, melihat hasil akhir yang dicapai. Hasil akhir
ini merujuk pada kriteria waktu dan hasil yang dicapai dibandingkan terhadap fase
perencanaan. Evaluasi dilaksanakan menggunakan suatu metode, sarana dan
prasarana, anggaran personel, dan waktu yang ditentukan dalam tahap
perencanaan.17
2. Kurikulum Vokasional Berbasis Teknologi
a. Kurikulum Vokasional
Kata vokasi dalam bahasa Inggris yaitu vocation yang berasal dari bahasa latin
“vocare” yang artinya dipanggil, surat panggilan, perintah (summon) atau undangan.18
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), vokasi adalah pekerjaan yang sesuai
17 Ibid., 18 Putu Sudira, TVET Abad XXI Filosofi, Teori, Konsep, dan Strategi Pembelajaran Vokasional (Yogyakarta:
UNY Press, 2017), 4.
23
dengan kualifikasi atau keahlian.19 Menurut Billet, vokasi adalah produk pengalaman
seseorang sebagai keahlian khusus dirinya yang menarik dan berkaitan dengan
pekerjaan yang menyebabkan orang lain bergantung dan membutuhkannya sehingga
dipanggil atau diundang untuk mengerjakan sesuatu pekerjaan atau job. Vokasi adalah
keahlian khusus yang dimiliki seseorang sebagai akumulasi pengalamannya.20
Sedangkan vokasional (vocational) adalah kata sifat (adjectiva). Vokasional
berkaitan dengan sifat-sifat pekerjaan atau jabatan (relating to or concerned with a
ocupation). Vokasional berkaitan dengan dengan skill khusus, pendidikan, pelatihan
atau training skill atau perdagangan untuk pengembangan karir (undergoing training
in a skill or trade to be pursued as a career). Pendidikan vokasional berkaitan dengan
pengembangan keilmuan yang mempelajari sifat-sifat pekerjaan, aspek pekerjaan,
jalur dan jenjang karir kerja melalui pengembangan kompetensi atau skill kerja yang
dibutuhkan di dunia kerja. Proses pengembangan kevokasian seseorang membutuhkan
pendidikan dan pelatihan yang disebut dengan Pendidikan dan Pelatihan Vokasional
yang kemudian terakhir berkembang menjadi TVET (Technical and Vocational
Education and Training). TVET memberi pengetahuan teori dan praktik baik di
sekolah, lembaga pelatihan atau perusahaan.21
Pendidikan vokasional adalah pendidikan untuk mengembangkan ke-vokasi-an
seseorang sehingga memiliki kapasitas atau kapabilitas ditugasi atau diberi perintah
untuk melakukan pekerjaan atau melaksanakan jabatan tertentu. Menurut Pavlova,
secara tradisi tujuan utama pendidikan vokasional adalah menyiapkan lulusan untuk
bekerja. Persiapan bekerja adalah tujuan utama pendidikan vokasional. Agar lulusan
dari pendidikan vokasional siap bekerja maka pendidikan vokasional memuat
pelatihan khusus yang cenderung bersifat reproduktif. Pembelajaran pendidikan
19 Kamus Besar Bahasa Indonesia 20 Putu Sudira, TVET Abad XXI Filosofi, Teori, Konsep, dan Strategi Pembelajaran Vokasional, 4. 21 Ibid., 5.
24
vokasional memberi pengalaman belajar dan pelatihan memproduksi sesuatu atau
melakukan layanan yang sudah lazim digunakan dalam bekerja. Proses pelatihan
berlangsung di bawah pengawasan dan perintah guru atau instruktur dengan fokus
perhatian pada pengembangan kebutuhan industri dan kebutuhan dunia kerja.
Pelatihan yang diberikan berisikan skill khusus atau trik-trik kebutuhan pasar kerja.22
Pendidikan vokasional sebagai pendidikan untuk dunia kerja muara akhirnya
adalah pembentukan kompetensi. Abilitas peserta didik dilatih agar mampu perform
dengan skill, sikap, dan pengetahuan kerja yang sesuai dengan tuntutan kebutuhan
dunia kerja.23
Semua tujuan dan harapan tersebut tidak akan terealisasi tanpa adanya faktor
pendukung dari lembaga pendidikan baik berupa sumber daya manusia yaitu tenaga
pendidik dan tenaga kependidikan, sarana dan prasarana, kurikulum dan faktor
pendukung lainnya. Dalam proses pembelajaran, kurikulum memegang peran penting
dalam proses mencerdaskan peserta didik, kurikulum dirancang sedemikian rupa agar
tujuan yang telah ditentukan sebelumnya dapat tercapai. Begitupun dengan kurikulum
pendidikan vokasional perlu dirancang dan direncanakan sedemikian rupa agar tujuan
dalam membekali siswa berupa kompetensi keterampilan dapat tercapai. Menurut
Sudira kurikulum Technical and Vocation Education and Training (TVET) memuat
panduan program pengembangan kompetensi kerja lulusan terstandar dunia kerja.
Kurikulum TVET sebagai program pembelajaran yang utuh dan lengkap memuat
landasan filosofis teoritis program, profil kompetensi lulusan, standar kompetensi
lulusan, capaian pembelajaran, struktur mata pelajaran, deskripsi silabus, rencana
pelaksanaan pembelajaran, modul pembelajaran, lab sheet, work sheet, perangkat
penilaian, uji kompetensi dan sertifikasi kompetensi.24
22 Ibid., 7. 23 Ibid., 8. 24 Unung Verawadina, Nizwardi Jalinus dan Lise Asnur, “Kurikulum Pendidikan Vokasi pada Era Revolusi
Industri 4.0,” Pendidikan, 1 (Maret 2019), 84.
25
Sedangkan, kurikulum TVET menurut Dewey memuat kemampuan akademik
yang luas dan kompetensi generik, skill teknis, skill interpersonal, dan karakter kerja.
Kurikulum TVET mengintegrasikan pendidikan akademik, karir, dan teknik. Ada
artikulasi di antara pendidikan dasar, menengah dan pendidikan tinggi, dekat dengan
dunia kerja. Sekolah yang baik adalah sekolah yang mampu membangun komunitas
masyarakat secara bersama-sama menjadi anggota masyarakat yang aktif
mengembangkan budaya. Menurut Dewey hanya pengalaman yang benar dan nyata
yang dapat membuat peserta didik dapat menghubungkan berbagai pengetahuan yang
dipelajari.25
Dapat disimpulkan bahwa pendidikan vokasional merupakan pendidikan yang
memuat tentang pembentukan kompetensi peserta didik agar ketika lulus mereka siap
bekerja. Materi yang diberikan kepada peserta didik untuk membentuk kompetensi
yang dimilikinya mengacu pada Dunia Usaha/ Dunia Industri. Kompetensi siswa
tersebut terdiri dari kompetensi sikap, kompetensi pengetahuan dan kompetensi
keterampilan. Pendidikan vokasional ini tidak hanya dilakukan di dalam kelas namun
juga dapat dilakukan di luar kelas seperti kegiatan magang ataupun mengikuti
pelatihan yang didampingi oleh guru atau pembimbing. Karena pengalaman belajar
siswa seperti praktik lapangan lebih penting daripada mereka harus diberikan teori
terus menerus.
Di Madrasah Aliyah dalam upaya membentuk kompetensi siswa yang berupa
keterampilan dikenal dengan Program Keterampilan. Program Keterampilan di
Madrasah Aliyah merupakan program tambahan sebagai bentuk tambahan lintas minat
di Madrasah Aliyah Penyelenggara Program Keterampilan. Program ini bukan
merupakan Madrasah Aliyah Kejuruan. Oleh karena itu, Madrasah Aliyah
Penyelenggara Program Keterampilan ini menggunakan struktur kurikulum yang
25 Putu Sudira, TVET Abad XXI Filosofi, Teori, Konsep, dan Strategi Pembelajaran Vokasional, 37.
26
berlaku di madrasah Aliyah pada umumnya, dan peserta didik memperoleh tambahan
pembelajaran keterampilan sesuai dengan minat masing-masing peserta didik.26
Dapat disimpulkan bahwa, tujuan Madrasah Aliyah atau lembaga pendidikan
menerapkan program keterampilan yaitu untuk membekali siswa berupa kompetensi
keterampilan yang dapat bermanfaat ketika mereka lulus nanti, entah digunakan untuk
bekerja, membuka usaha atau melanjutkan pendidikan. Program Keterampilan ini
sama halnya dengan pendidikan vokasional karena dalam materi pembelajaran
memuat tentang pembentukan skill peserta didik agar lebih terampil dalam bidang
yang sudah dipilihnya.
Regulasi penyelenggaraan Program Keterampilan di Madrasah Aliyah diatur
dalam Keputusan Direktur Jenderal Pendidikan Islam Nomor 1023 Tahun 2016
tentang Pedoman Penyelenggaraan Program Keterampilan di Madrasah Aliyah.
Program keterampilan yang diselenggarakan di Madrasah Aliyah masuk dalam beban
belajar/ struktur kurikulum Madrasah Aliyah pada mata pelajaran Prakarya/
Kewirausahaan dengan jumlah jam per minggu 2 jam pelajaran, dan untuk Madrasah
Aliyah Penyelenggara Program Keterampilan ditambah materi lintas minat
keterampilan dengan jumlah jam per minggu 6 jam pelajaran. Apabila dipandang
bahwa dari alokasi beban belajar tersebut masih perlu tambahan sesuai kebutuhan,
maka Madrasah dapat menambah sesuai kondisi madrasah masing-masing.27
Untuk memperoleh hasil maksimal program ini harus terintegrasi dengan
kurikulum dan harus dipastikan bahwa program keterampilan di Madrasah Aliyah tidak
mengurangi jumlah jam dari mata pelajaran yang ada. Dengan pola ini, diharapkan
program keterampilan menghasilkan output seperti yang diharapkan. Output yang
26 Keputusan Direktur Jenderal Pendidikan Islam Nomor 1023 Tahun 2016 Tentang Pedoman Penyelenggaraan
Program Keterampilan di Madrasah Aliyah, 3. 27 Ibid.,
27
diharapkan adalah siswa yang memiliki kompetensi sesuai dengan standar minimal
yang dipersyaratkan oleh Dunia Usaha/ Dunia Industri terkait.28
Dapat disimpulkan, proses pelaksanaan pembelajaran Program Keterampilan di
Madrasah Aliyah menggunakan kurikulum 2013 kemudian untuk pengembangannya
diserahkan kepada madrasah itu sendiri. Dengan begitu madrasah dapat dengan leluasa
mengembangkan dan menyesuaikan kurikulum dengan lingkungan madrasah serta
Dunia Usaha/ Dunia Industri terkait guna memenuhi kebutuhan siswa/ lulusan berupa
kompetensi keterampilan.
b. Teknologi Pendidikan
Dari penjelasan kurikulum vokasional tersebut serta harapan adanya output yang
berkompeten, perlu diketahui bahwa dalam pelaksanaan kurikulum tidak terlepas dari
adanya teknologi pendidikan sebagai media pembelajaran. Kurikulum dan teknologi
pendidikan saling melengkapi. Teknologi pendidikan berfungsi memperkuat
pengembangan kurikulum. Bagaimana kurikulum dikembangkan, maka itu menjadi
fungsi teknologi pendidikan. Terminologi teknologi tidak hanya berkaitan dengan alat-
alat atau mesin, namun juga berkaitan dengan kegiatan menerapkan ilmu atau
pengetahuan atau usaha untuk memecahkan masalah.29
Pengertian teknologi pendidikan tidak terlepas dari pengertian teknologi secara
umum. Banyak orang berpikir bahwa teknologi adalah mesin atau alat-alat, akan tetapi
teknologi memiliki makna sebagai proses yang meningkatkan nilai tambah.30 Dalam
artian teknologi sebagai proses, maka pendidikan dapat dikatakan sebagai salah satu
teknologi, karena pendidikan itu merupakan proses untuk menjadikan manusia
terdidik, atau proses untuk memperoleh nilai tambah (added value), sehingga dapat
28 Ibid., 29 Munir, Kurikulum Berbasis Teknologi Informasi dan Komunikasi (Bandung: Alfabeta, 2010), 40. 30 Ishak Abdullah dan Deni Darmawan, Teknologi Pendidikan (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2013), 106.
28
dikatakan education as technology. Menurut Habibie teknologi agar dapat
menghasilkan nilai tambah harus memenuhi tiga kriteria, yaitu:31
1) Mempunyai landasan teori untuk pengembangannya
2) Mengandung cara khusus, dan
3) Dapat digunakan untuk mengatasi problem konkret
Semua bentuk teknologi adalah sistem yang diciptakan manusia untuk sesuatu tujuan
tertentu, yang pada dasarnya adalah mempermudah manusia dan memperingan
usahanya, meningkatkan hasil dan menghemat tenaga serta sumber daya yang ada.
Teknologi adalah cara di mana kita menggunakan ilmu pengetahuan untuk
memecahkan masalah praktis. Dalam kehidupan manusia di era global saat ini,
manusia akan selalu berhubungan dengan teknologi. Teknologi menurut Smaldino
pada hakikatnya adalah alat untuk mendapatkan nilai tambah dalam menghasilkan
produk yang bermanfaat.32
Para ahli teknologi pendidikan berpendapat bahwa peranan utama teknologi
pendidikan untuk membantu meningkatkan efisiensi menyeluruh proses belajar
mengajar. Hal yang berkaitan dengan efisiensi tersebut adalah:33
1) Meningkatkan kualitas belajar atau penguasaan materi belajar.
2) Mempersingkat waktu yang dipakai untuk mencapai tujuan yang ingin dicapai
dalam belajar.
3) Meningkatkan kualitas guru.
4) Mengurangi biaya tanpa mempengaruhi kualitas belajar.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa kurikulum vokasional berbasis
teknologi adalah seperangkat pedoman pembelajaran keterampilan yang terdiri dari
31 Ibid, 107. 32 Tuti Andriani, “Sistem Pembelajaran Berbasis Teknologi Informasi dan Komunikasi,” Sosial Budaya, 1
(Januari-Juni, 2015), 133. 33 Hamzah B.Uno dan Nina Lamatenggo, Landasan Pendidikan (Jakarta: Bumi Aksara, 2016), 153.
29
tujuan, isi, dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan. Pembelajaran ini berisi
tentang proses pembentukan keterampilan/ kompetensi siswa didukung oleh media/
alat yang sesuai dengan standar Dunia Usaha atau Dunia Industri. Media/ alat tersebut
berfungsi sebagai pemecahan masalah serta dapat memberikan nilai tambah untuk
produk yang dihasilkan.
3. Pengertian Kompetensi Lulusan
a. Pengertian Kompetensi Lulusan
Kompetensi lulusan adalah kemampuan minimal yang harus dicapai oleh peserta
didik, setelah tamat mengikuti pendidikan pada jenjang atau satuan pendidikan
tertentu. Misalnya kompetensi lulusan SD/MI, SMP/ MTs, SMA/MA dan SMK.34
Berdasarkan UU No. 20/ 2003 tentang Sisdiknas penjelasan pasal 35 (1), kompetensi
lulusan merupakan kualifikasi kemampuan lulusan yang mencakup sikap,
pengetahuan, dan keterampilan sesuai dengan standar nasional yang telah disepakati.
Depdiknas menyatakan bahwa kompetensi lulusan adalah kualifikasi kemampuan
lulusan yang mencakup sikap, pengetahuan, dan keterampilan.35
Wahyuningsih menyatakan bahwa kompetensi lulusan adalah sanggup melakukan
pekerjaan pada industri sesuai dengan kemampuan sendiri sebagai tenaga menengah
terampil dalam dunia industri. Sedangkan Shadan mengatakan bahwa kompetensi
lulusan adalah semua kombinasi pengetahuan, keterampilan, keahlian yang diperoleh
mahasiswa dari awal hingga dia lulus dari perguruan tinggi.36
Dapat disimpulkan bahwa kompetensi lulusan merupakan kemampuan yang
terdiri dari sikap, pengetahuan, keterampilan dan keahlian yang dimiliki oleh
seseorang melalui pendidikan baik formal maupun nonformal.
34 Wina Sanjaya, Perencanaan dan Desain Sistem Pembelajaran (Jakarta: Prenada Media Group, 2009), 133. 35 M. Aghpin Ramadhan, Tuti Iriani dan Santoso Sri Handoyo, “Relevansi Kompetensi Lulusan SMK
Khususnya Kompetensi Keahlian Teknik Gambar Bangunan dengan Kompetensi yang Dibutuhkan di Dunia Kerja,”
Pensil, 1 (Februari, 2013), 4. 36 Ibid., 5.
30
b. Standar Kompetensi Lulusan
Direktur Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah Departemen Pendidikan
Nasional mengungkapkan salah satu kelemahan sistem pendidikan nasional yang
dikembangkan di tanah air kita adalah kurangnya perhatian pada output. Standarisasi
kurikulum nasional, buku, alat, pelatihan guru, sarana dan fasilitas sekolah merupakan
wujud kendali pemerintah terhadap input dan proses yang harus berlangsung dalam
sistem. Mengingat tidak adanya standar atau kriteria minimal yang harus dicapai,
mengakibatkan komponen input dan proses pembelajaran yang dilaksanakan kurang
efektif sehingga hasilnya tidak optimal karena pembelajaran kurang terfokus.37
Standar kompetensi lulusan adalah kriteria mengenai kualifikasi kemampuan
lulusan yang mencakup sikap, pengetahuan, dan keterampilan. Standar kompetensi
lulusan digunakan sebagai acuan utama pengembangan standar isi, standar proses,
standar penilaian pendidikan, standar pendidik dan tenaga kependidikan, standar
sarana dan prasarana, standar pengelolaan, dan standar pembiayaan. Standar
kompetensi lulusan terdiri atas kriteria kualifikasi kemampuan peserta didik yang
diharapkan dapat dicapai setelah menyelesaikan masa belajarnya di satuan pendidikan
pada jenjang pendidikan dasar dan menengah.
Untuk mengetahui ketercapaian dan kesesuaian antara standar kompetensi lulusan
dan lulusan dari masing-masing satuan pendidikan dan kurikulum yang digunakan
pada satuan pendidikan tertentu perlu dilakukan monitoring dan evaluasi secara
berkala dan berkelanjutan dalam setiap periode. Hasil yang diperoleh dari monitoring
dan evaluasi digunakan sebagai bahan masukan bagi penyempurna standar kompetensi
lulusan di masa yang akan datang.38
37 Zainal Arifin, Konsep dan Model Pengembangan Kurikulum, 150. 38 Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 20 Tahun 2016 tentang Standar Kompetensi Lulusan
Pendidikan Dasar dan Menengah.
31
Setiap lulusan satuan pendidikan dasar dan menengah memiliki kompetensi pada
tiga dimensi yaitu sikap, pengetahuan, dan keterampilan. Berikut kompetensi pada
setiap dimensi pada tingkat SMA/ MA/ SMALB:39
a) Dimensi sikap
Memiliki perilaku yang mencerminkan sikap beriman dan bertakwa kepada Tuhan
YME, berkarakter, jujur, dan peduli, bertanggung jawab, pembelajar sejati
sepanjang hayat, dan sehat jasmani dan rohani.
b) Dimensi pengetahuan
Memiliki pengetahuan faktual, konseptual, prosedural, dan metakognitif pada
tingkat teknis, spesifik, detial, dan kompleks berkenaan dengan ilmu pengetahuan,
teknologi, seni, budaya, dan humaniora.
c) Dimensi keterampilan
Memiliki keterampilan berpikir dan bertindak kreatif, produktif, kritis, mandiri,
kolaboratif, dan komunikatif melalui pendekatan ilmiah sebagai pengembangan
dari yang dipelajari di satuan pendidikan dan sumber lain secara mandiri.
Standar kompetensi pendidikan diperlukan agar tidak terjadi penyimpangan, dan
kesalahan dalam menafsirkan dan mengimplementasikan kurikulum. Kurikulum
sebagai rencana tertulis dari standar akademis sering kali diterapkan secara seragam
bagi setiap peserta didik, tanpa memperhatikan perbedaan individu, baik kemampuan,
kecepatan belajar, maupun konteks sosial dan budaya.40
Dalam menetapkan standar kompetensi perlu ada konsesus yang merupakan kunci
keberhasilan pelaksanaan desentralisasi pendidikan secara utuh dan menyeluruh.
Untuk itu, harus ada pelibatan masyarakat mulai dari orang tua, guru, tokoh
39 Ibid., 40 Zainal Arifin, Konsep dan Model Pengembangan Kurikulum, 152.
32
masyarakat, organisasi profesi, universitas, sekolah, lembaga penelitian, LSM,
pengamat pendidikan, dan perwakilan peserta didik untuk menciptakan dialog yang
produktif antara sistem pendidikan dengan para stakeholder. Melalui dialog yang
efektif ini, diharapkan dapat meningkatkan kesadaran dan tanggung jawab seluruh
lapisan masyarakat.41
41 Ibid.,
33
BAB III
METODE PENELITIAN
1. Pendekatan dan Jenis Penelitian
Dalam penelitian ini penulis menggunakan pendekatan kualitatif, penelitian kualitatif
adalah penelitian yang menghasilkan penemuan-penemuan yang tidak dapat dicapai dengan
menggunakan prosedur statistik atau dengan cara kuantitatif. Penelitian kualitatif dapat
menunjukkan kehidupan masyarakat, sejarah, tingkah laku, fungsionalisme organisasi,
pergerakan sosial, dan hubungan kekerabatan. Beberapa data dapat diukur melalui data
sensus, tetapi analisisnya tetap analisis data kualitatif.1
Penelitian kualitatif merupakan metode penelitian yang sistematis yang digunakan untuk
mengkaji atau meneliti suatu objek pada latar alamiah tanpa ada manipulasi di dalamnya dan
tanpa ada pengujian hipotesis, dengan metode-metode yang alamiah ketika hasil penelitian
yang diharapkan bukanlah generalisasi berdasarkan ukuran-ukuran kuantitas, namun makna
(segi kualitas) dari fenomena yang diamati.2
Metode penelitian kualitatif adalah metode penelitian yang berlandaskan pada filsafat
pospositivisme, digunakan untuk meneliti pada kondisi obyek yang alamiah, (sebagai
lawannya adalah eksperimen) di mana peneliti adalah sebagai instrumen kunci, pengambilan
informan sumber data dilakukan secara purposive dan snowball, teknik pengumpulan dengan
triangulasi (gabungan), analisis data bersifat induktif/ kualitatif, dan hasil penelitian kualitatif
lebih menekankan makna dari pada generalisasi.3
1 Umar Sidiq dan Moh. Miftachul Choiri, Metode Penelitian Kualitatif di Bidang Pendidikan (Ponorogo: CV.
Nata Karya, 2019), 3. 2 Andi Prastowo, Metode Penelitian Kualitatif dalam Perspektif Rancangan Penelitian (Jogjakarta: Ar-Ruzz
Media, 2012), 24. 3 Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D (Bandung: Alfabeta,
2015), 15.
34
Jenis penelitian ini adalah jenis penelitian kualitatif studi kasus, karena implementasi
kurikulum vokasional berbasis teknologi dalam meningkatkan kompetensi lulusan di MAN 1
Ponorogo pasti berbeda dengan implementasi kurikulum vokasional pada sekolah
keterampilan lain. Maka dari itu peneliti memilih jenis penelitian studi kasus. Studi kasus
yakni suatu penelitian yang berusaha menemukan makna, menyelidiki proses, dan
memperoleh pengertian dan pemahaman dari individu, kelompok atau situasi.4
Dalam melakukan penelitian implementasi kurikulum vokasional peneliti membutuhkan
data yang valid dari Waka Kurikulum, Pengelola/ Ketua Bidang Program Keterampilan, Guru,
Siswa dan pihak lainnya. Untuk itu metode penelitian kualitatif sangat cocok dalam proses
penelitian ini, karena dalam proses penelitian kualitatif peneliti harus terjun langsung ke
lapangan untuk mengetahui keadaan madrasah serta untuk memperoleh data guna
menyelesaikan penelitiannya.
2. Kehadiran Peneliti
Nasution menyatakan bahwa dalam penelitian kualitatif tidak ada pilihan lain dari pada
menjadikan manusia sebagai instrument penelitian utama. Alasannya ialah bahwa segala
sesuatunya belum mempunyai bentuk yang pasti. Oleh karena itu kehadiran peneliti adalah
wajib, peneliti selaku instrument utama masuk ke latar penelitian agar dapat berhubungan
langsung dengan informan dan dapat memahami secara alami kenyataan yang ada di latar
penelitian.5
Dalam penelitian kualitatif untuk mengumpulkan data sebanyak mungkin peneliti harus
terjun langsung ke lapangan. Peneliti merupakan instrument dan kunci utama dalam
merumuskan setiap data dan sekaligus sebagai pengumpul data. Karena itu peneliti juga harus
4 Fatimah, “Peran Kepala Sekolah sebagai Educator dalam Membangun Budaya Religious di SMPN 1
Kebonsari,” (Skripsi, IAIN Ponorogo, Ponorogo, 2017), 41-42. 5 Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan (Bandung: Alfabeta, 2006), 306.
35
terlibat dalam kehidupan orang-orang yang diteliti sampai pada tingkat keterbukaan antara
kedua belah pihak.6
Jadi, kehadiran seorang peneliti untuk penelitian kualitatif sangatlah penting karena
peneliti tersebut harus bersentuhan langsung dengan apa yang diteliti dan tidak bisa
diwakilkan pada orang lain. Kedudukan peneliti dalam penelitian kualitatif adalah sebagai
peran utama. Peneliti merupakan perencana, pelaksana, pengumpul data, analisis, penafsir
data dan pada akhirnya peneliti sebagai pelapor hasilnya.
3. Lokasi Penelitian
Tempat penelitian adalah tempat yang digunakan dalam melakukan penelitian untuk
memperoleh data yang diinginkan. Penelitian ini bertempat di Madrasah Aliyah Negeri 1
Ponorogo. Lebih tepatnya berada di Jl. Arif Rahman Hakim No. 02, Ponorogo.
Peneliti memilih madrasah tersebut karena memiliki program keterampilan yang dalam
pembelajarannya sudah berbasis teknologi, program keterampilan tersebut sudah dijalankan
sejak tahun 2012. Peneliti ingin mengetahui bagaimana proses implementasi kurikulum
vokasional berbasis teknologi sehingga dapat mencetak lulusan yang berkompeten. Selain itu,
lokasi madrasah yang dekat dengan jalan raya dan mudah untuk dijangkau juga menjadi
pilihan peneliti untuk melakukan penelitian.
4. Data dan Sumber Data
Sumber data adalah salah satu yang paling vital dalam penelitian. Kesalahan dalam
menggunakan atau memahami sumber data, maka data yang diperoleh juga akan meleset dari
yang diharapakan.7 Sumber data dalam penelitian ini adalah subyek dari mana data dapat
diperoleh. Sumber data utama dalam penelitian kualitatif ialah kata-kata dan tindakan,
selebihnya adalah data tambahan seperti dokumen dan lain-lain.8
6 Reny Ernawati, “Kemampuan Motorik Kasar dan Penerapan Permainan Tradisional pada Anak Usia Dini
TK Dharma Wanita Kedungwilut Kelompok A,” (Skripsi, IAIN Tulungagung, Tulungagung, 2018), 51. 7 Bungin Burhan, Metodologi Penelitian Sosial (Surabaya: Airlangga University Press, 2001), 129. 8 Lexy J. Moelong, Metodologi Penelitian Kualitatif (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2006), 157.
36
Kata-kata dan tindakan dalam penelitian ini termasuk dalam sumber data utama (primer)
sedangkan untuk dokumen lainnya baik berupa gambar atau tulisan termasuk dalam
sumber data tambahan (sekunder). Sumber data tambahan tidak boleh diabaikan karena data
tersebut menjadi faktor pendukung dari sumber data utama.
Kemudian, untuk menyelesaikan penelitian ini peneliti mengambil beberapa data yang
ada di madrasah. Adapun sumber data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu:
a. Sumber Data Utama (Primer)
Sumber data utama merupakan sumber data yang diambil peneliti melalui wawancara dan
observasi, yang meliputi:9
1) Waka kurikulum, karena waka kurikulum merupakan orang yang memanajemen
proses pembelajaran mulai dari pembagian jadwal pelajaran hingga pengalokasian
waktu untuk guru mengajar.
2) Kepala bidang program keterampilan, karena kabid program keterampilan
merupakan orang yang mengetahui bagaimana program tersebut harus dilaksanakan.
3) Tenaga pendidik, karena guru merupakan seseorang yang mengajar siswanya,
mereka mempunyai beberapa metode dan strategi pembelajaran yang berguna untuk
memahamkan siswanya pada materi yang diajarnya.
4) Siswa dan alumni, karena siswa dan alumni adalah pihak yang sedang dan sudah
menempuh pendidikan di MAN 1 Ponorogo.
b. Sumber Data Tambahan (Sekunder)
Sumber data tambahan merupakan sumber data di luar kata-kata dan tindakan yaitu
sumber data tertulis, antara lain:10
1) Profil MAN 1 Ponorogo
2) Struktur organisasi lembaga MAN 1 Ponorogo
9 Hasil observasi dan wawancara di MAN 1 Ponorogo pada tanggal 05 Oktober 2019. 10 Ibid.,
37
3) Kurikulum Vokasional di MAN 1 Ponorogo
4) Data tenaga pendidik dan karyawan di MAN 1 Ponorogo
5) Data siswa aktif dan lulusan
6) Data prestasi siswa MAN 1 Ponorogo
7) Kajian teori atau konsep yang berkenaan dengan kurikulum vokasional dan
kompetensi lulusan berbasis teknologi, baik berupa buku, jurnal, artikel, opini,
majalah, website dan karya tulis lainnya.
5. Prosedur Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data merupakan langkah yang paling utama dalam penelitian,
karena tujuan utama dari penelitian adalah mendapatkan data. Tanpa mengetahui teknik
pengumpulan data, maka peneliti tidak akan mendapatkan data yang memenuhi standar data
yang ditetapkan.11
Teknik pengumpulan data adalah sebuah cara untuk mendapatkan data-data di lapangan
agar hasil penelitian dapat bermanfaat dan menjadi teori baru atau penemuan baru. Dengan
tanpa adanya cara untuk mengumpulkan data-data yang ingin diteliti maka apa yang menjadi
tujuan penelitian akan sia-sia.12
Dari kedua pengertian teknik pengumpulan data di atas dapat disimpulkan bahwa teknik
pengumpulan data merupakan usaha untuk mendapatkan data-data yang valid baik berupa
gambar atau tulisan sehingga dapat digunakan untuk menyelesaikan sebuah penelitian.
Terdapat beberapa teknik pengumpulan data yang lazim digunakan dalam penelitian kualitatif
yaitu wawancara, observasi dan dokumentasi. Dengan menggunakan teknik tersebut data yang
didapat akan valid. Untuk itu dalam penelitian ini penulis menggunakan teknik pengumpulan
data sebagai berikut:
11 Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D, 308. 12 Umar Sidiq dan Moh. Miftachul Choiri, Metode Penelitian Kualitatif di Bidang Pendidikan, 58.
38
a. Wawancara
Wawancara adalah sebuah proses interaksi komunikasi yang dilakukan oleh
setidaknya dua orang, atas dasar ketersediaan dan dalam setting alamiah, di mana arah
pembicaraan mengacu kepada tujuan yang telah ditetapkan dengan mengedepankan trust
sebagai landasan utama dalam proses memahami.13
Wawancara digunakan sebagai teknik pengumpulan data apabila peneliti ingin
melakukan studi pendahuluan untuk menemukan permasalahan yang harus diteliti, tetapi
juga apabila peneliti ingin mengetahui hal-hal dari responden yang lebih mendalam.
Teknik pengumpulan data ini mendasarkan diri pada laporan tentang diri sendiri atau self-
report, atau setidak-tidaknya pada pengetahuan dan atau keyakinan pribadi.14
Terdapat beberapa macam wawancara menurut Esterberg yaitu wawancara
terstruktur, wawancara semistruktur dan wawancara tak berstruktur. Berikut
penjelasannya:15
1) Wawancara Terstrukur
Wawancara terstruktur digunakan sebagai teknik pengumpulan data, bila
peneliti atau pengumpul data telah mengetahui dengan pasti tentang informasi apa
yang akan diperoleh. Oleh karena itu dalam melakukan wawancara, pengumpul data
telah menyiapkan instrumen penelitian berupa pertanyaan-pertanyaan tertulis yang
alternatif jawabannya pun telah disiapkan. Dengan wawancara terstruktur ini setiap
responden diberi pertanyaan yang sama, dan pengumpul data mencatatnya.
2) Wawancara Semistruktur
Jenis wawancara ini sudah termasuk dalam kategori in-depth interview, di mana
dalam pelaksanaannya lebih bebas bila dibandingkan dengan wawancara terstruktur.
Tujuan dari wawancara jenis ini adalah untuk menemukan permasalahan secara lebih
13 Ibid., 61. 14 Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D, 317. 15 Ibid., 319.
39
terbuka, di mana pihak yang diajak wawancara diminta pendapat, dan ide-idenya.
Dalam melakukan wawancara, peneliti perlu mendengarkan secara teliti dan
mencatat apa yang dikemukakan oleh informan.
3) Wawancara Tak Berstruktur
Wawancara tidak terstruktur adalah wawancara yang bebas di mana peneliti
tidak menggunakan pedoman wawancara yang telah tersusun secara sistematis dan
lengkap untuk pengumpulan datanya. Pedoman wawancara yang digunakan hanya
berupa garis-garis besar permasalahan yang akan ditanyakan.
Dari pengertian beberapa macam wawancara di atas, dalam penelitian ini penulis
menggunakan metode wawancara terstruktur dan semistruktur. Hal ini dilakukan untuk
mendapatkan data yang valid dari informan. Adapun informan yang perlu untuk
diwawancari di antaranya, Waka Kurikulum yaitu wawancara mengenai kurikulum apa
yang digunakan, Kepala Bidang Program Keterampilan yaitu wawancara mengenai latar
belakang terbentuknya program keterampilan di MAN 1 Ponorogo, Tenaga Pendidik
yaitu wawancara mengenai strategi dan metode pembelajaran apa yang dipakai guna
mencetak lulusan yang berkompeten, serta siswa dan alumni.
b. Observasi
Observasi didefinisikan sebagai suatu proses melihat, mengamati, dan mencermati
serta “merekam” perilaku secara sistematis untuk suatu tujuan tertentu. Observasi ialah
suatu kegiatan mencari data yang dapat digunakan untuk memberikan suatu kesimpulan
atau diagnosis. Inti dari observasi adalah adanya perilaku yang tampak dan adanya tujuan
yang ingin dicapai. Perilaku yang tampak dapat berupa perilaku yang dapat dilihat
langsung oleh mata, dapat didengar, dapat dihitung, dan dapat diukur.16
16 Umar Sidiq dan Moh. Miftachul Choiri, Metode Penelitian Kualitatif di Bidang Pendidikan, 68.
40
Observasi biasa diartikan sebagai pengamatan dan pencatatan secara sistematik
terhadap unsur-unsur yang nampak dalam suatu gejala pada objek pengukuran.17
Observasi yang akan dilakukan oleh peneliti bersifat partisipasi pasif (passive
participation) jadi dalam hal ini peneliti datang di tempat kegiatan orang yang diamati,
tetapi tidak ikut terlibat dalam kegiatan tersebut.18
Penulis menggunakan metode ini untuk mengamati secara langsung di lapangan,
terutama tentang letak geografis serta keadaan fisik MAN 1 Ponorogo, kegiatan
pembelajaran yang dilakukan oleh guru keterampilan serta fasilitas/ sarana dan prasarana
pendidikan yang ada di MAN 1 Ponorogo.
c. Metode dokumentasi
Dokumen merupakan catatan peristiwa yang sudah berlalu. Dokumen bisa berbentuk
tulisan, gambar, atau karya-karya monumental dari seseorang.19 Sedangkan dalam Kamus
Besar Bahasa Indonesia dokumentasi didefinisikan sebagai pengumpulan, pemilihan,
pengolahan, dan penyimpanan informasi dalam bidang pengetahuan.20
Dokumentasi adalah cara pengumpulan informasi yang didapatkan dari dokumen,
yakni peninggalan tertulis, arsip-arsip, akta, ijazah, rapor, peraturan perundang-
undangan, buku harian, surat-surat pribadi, catatan biografi, dan lain-lain yang memiliki
keterkaitan dengan masalah yang diteliti.21
Dalam penelitian kualitatif dokumen merupakan pelengkap dari penggunaan metode
observasi dan wawancara. Studi dokumentasi yaitu mengumpulkan dokumen dan data-
data yang diperlukan dalam permasalahan penelitian lalu ditelaah secara mendalam
17 Eko Putro Widoyoko, Penilaian Hasil Pembelajaran di Sekolah (Yogyakarta: Pustaka Belajar, 2014), 64. 18 Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D, 312. 19 Ibid., 329. 20 Kamus Besar Bahasa Indonesia. 21 Andi Prastowo, Metodologi Penelitian Kualitatif dalam Perspektif Rancangan Penelitian (Jogyakarta: Ar-
Ruzz Media, 2012), 226.
41
sehingga dapat mendukung dan menambah kepercayaan dan pembuktian suatu
kejadian.22
Untuk melengkapi data yang sudah ada dalam penelitian ini, peneliti memerlukan
dokumen dari MAN 1 Ponorogo berupa visi, misi dan tujuan madrasah, data tenaga
pendidik dan karyawan, data siswa, data lulusan, dan dokumen pendukung lainnya.
6. Teknik Analisis Data
Setelah melakukan pengumpulan data, tahap selanjutnya yaitu analisis data. Analisis data
adalah proses mencari dan menyusun data secara sistematis kemudian data yang diperoleh
dari hasil wawancara, catatan lapangan, dan dokumentasi diolah dengan cara
mengorganisasikan data ke dalam kategori, menjabarkan ke dalam unit-unit, melakukan
sintesa, menyusun ke dalam pola, memilih mana yang penting dan yang akan dipelajari, dan
membuat kesimpulan sehingga mudah dipahami oleh diri sendiri maupun orang lain. 23
Dalam penelitian kualitatif proses analisis data dimulai dengan menelaah seluruh data
yang tersedia dari berbagai sumber yaitu dari wawancara, observasi (pengamatan) yang sudah
ditulis dalam sebuah catatan lapangan.24
Teknik analisi data yang digunakan peneliti dalam penelitian ini yaitu berdasarkan konsep
Miles and Huberman. Miles and Huberman mengemukakan bahwa aktivitas dalam analisis
data kualitatif dilakukan secara interaktif dan berlangsung secara terus menerus sampai tuntas,
sehingga datanya sudah jenuh. Aktivitas dalam analisis data, yaitu data reduction, data
display, dan conclusion drawing/ verification.25 Berikut bagan teknik analisis data menurut
Miles and Huberman beserta penjelasannya:
22 Umar Sidiq dan Moh. Miftachul Choiri, Metode Penelitian Kualitatif di Bidang Pendidikan, 73. 23 Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D, 335. 24 Reny Ernawati, “Kemampuan Motorik Kasar dan Penerapan Permainan Tradisional pada Anak Usia Dini
TK Dharma Wanita Kedungwilut Kelompok A,” (Skripsi, IAIN Tulungagung, Tulungagung, 2018), 59. 25 Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D, 337.
42
a. Data Reduction (Reduksi Data)
Data yang diperoleh dari lapangan jumlahnya cukup banyak, untuk itu maka perlu
dicatat secara teliti dan rinci. Untuk itu perlu segera dilakukan analisis data melalui
reduksi data. Mereduksi data berarti merangkum, memilih hal-hal yang pokok,
memfokuskan pada hal-hal yang penting, dicari tema dan polanya dan membuang yang
tidak perlu. Dengan demikian data yang telah direduksi akan memberikan gambaran yang
lebih jelas, dan mempermudah peneliti untuk melakukan pengumpulan data selanjutnya,
dan mencarinya bila diperlukan.26
Reduksi data merupakan suatu bentuk analisis yang menajam, menggolongkan,
mengarahkan, membuang yang tidak perlu dan mengorganisasikan data dengan cara
sedemikian rupa sehingga kesimpulan akhirnya dapat ditarik dan diverifikasi. Dalam
proses reduksi data ini, peneliti dapat melakukan pilihan-pilihan terhadap data yang
hendak dikode, mana yang dibuang, mana yang merupakan ringkasan, dan cerita-cerita
yang sedang berkembang.27
26 Ibid., 338. 27 Etta Mamang Sangadji dan Sopiah, Metodologi Penelitian Pendekatan Praktis dalam Penelitian
(Yogyakarta: Andi Publisher, 2010), 199.
Data
collection
Data
reduction
Data
display
Conclusions:
drawing/verify
ing
Gambar 3. 1 Teknik Analisis Data Menurut Milles and Huberman
43
Dengan reduksi data dapat mempermudah peneliti dalam menggambarkan sesuatu
agar lebih jelas serta memudahkan dalam pengumpulan data. Adapun data yang direduksi
oleh peneliti yaitu data tentang hasil wawancara, observasi dan dokumentasi dari Waka
Kurikulum, Ketua Bidang Program Keterampilan dan Tenaga Pendidik MAN 1
Ponorogo.
b. Data Display (Penyajian Data)
Dalam penelitian kualitatif, penyajian data biasa dilakukan dalam bentuk uraian
singkat, bagan, hubungan antar kategori, flowchart, dan sejenisnya. Dalam hal ini Miles
and Huberman menyatakan “The most frequent form of display data for qualitative
research data in the past has been narrative tex”, yang paling sering digunakan untuk
menyajikan data dalam penelitian kualitatif adalah dengan teks yang bersifat naratif.
Dengan mendisplaykan data, maka akan memudahkan untuk memahami apa yang terjadi,
merencanakan kerja selanjutnya berdasarkan apa yang telah dipahami tersebut.28
Penyajian data merupakan sekumpulan informasi tersusun yang memberi
kemungkinan adanya penarikan kesimpulan dan pengambilan tindakan. Dengan melihat
penyajian data, peneliti akan dapat memahami apa yang sedang terjadi dan apa yang harus
dilakukan berdasarkan atas pemahaman yang didapat peneliti dari penyajian data
tersebut. Adapun penyajian data yang baik merupakan suatu cara yang pokok bagi analisis
kualitatif yang valid. Beberapa bentuk penyajian data adalah bentuk matriks, grafik,
jaringan, bagan, dan sebagainya.29 Data yang disajikan oleh peneliti yaitu mengenai
implementasi kurikulum vokasional berbasis teknologi dalam meningkatkan kompetensi
lulusan di MAN 1 Ponorogo.
28 Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D, 341. 29 Djumaidi Ghony dan Fauzan Almansyur, Metodologi Penelitian Kualitatif (Jogjakarta: Ar-Ruzz Media,
2012), 308.
44
c. Conclusion Drawing/ Verification (penarikan kesimpulan dan verifikasi)
Setelah melakukan reduksi data dan penyajian data, langkah selanjutnya yaitu
penarikan kesimpulan dan verifikasi. Kesimpulan awal yang dikemukakan masih bersifat
sementara, dan akan berubah bila tidak ditemukan bukti-bukti yang kuat yang mendukung
pada tahap pengumpulan data berikutnya. Tetapi apabila kesimpulan yang dikemukakan
pada tahap awal, didukung oleh bukti-bukti yang valid dan konsisten saat peneliti kembali
ke lapangan mengumpulkan data, maka kesimpulan yang dikemukakan merupakan
kesimpulan yang kredibel.30
Dengan demikian kesimpulan dalam penelitian kualitatif mungkin dapat menjawab
rumusan masalah sejak awal, tetapi mungkin juga tidak, karena seperti telah dikemukakan
bahwa masalah dan rumusan masalah dalam penelitian kualitatif masih bersifat sementara
dan akan berkembang setelah penelitian berada di lapangan.31
Pada proses akhir penelitian ini, data-data yang didapatkan peneliti berupa penjelasan
dan pemahaman mengenai implementasi kurikulum vokasional di MAN 1 Ponorogo yang
dikemukakan dalam bentuk penyajian data kemudian data tersebut dianalisis untuk
memperoleh kesimpulan.
7. Pengecekan Keabsahan Data
Agar data penelitian kualitatif dapat dipertanggungjawabkan sebagai penelitian ilmiah
maka perlu diadakan uji keabsahan data.32 Teknik pengecekan keabsahan data pada penelitian
kualitatif meliputi uji kredibilitas, uji transferbilitas, uji dependabilitas, dan uji
konfirmabilitas.33
Untuk mengecek keabsahan data pada penelitian ini peneliti menggunakan uji
kredibilitas. Uji kredibilitas data atau kepercayaan terhadap data hasil penelitian kualitatif
antara lain dilakukan dengan perpanjangan pengamatan, peningkatan ketekunan dalam
30 Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D, 345. 31 Ibid., 32 Umar Sidiq dan Moh. Miftachul Choiri, Metode Penelitian Kualitatif di Bidang Pendidikan, 90. 33 Andi Prastowo, Metode Penelitian Kualitatif dalam Perspektif Rancangan Penelitian, 37.
45
penelitian, triangulasi, diskusi dengan teman sejawat, analisis kasus negative, dan member
check.34 Adapun uji kredibilitas yang digunakan peneliti yaitu peningkatan ketekunan dalam
penelitian dan triangulasi. Terdapat beberapa teknik triangulasi diantaranya triangulasi
sumber, teknik dan waktu. Berikut penjelasannya:
a. Meningkatkan ketekunan
Meningkatkan ketekunan yaitu mengadakan observasi secara terus menerus terhadap
objek penelitian guna memahami gejala lebih mendalam terhadap berbagai aktivitas yang
sedang berlangsung di lokasi penelitian.35 Meningkatkan ketekunan berarti melakukan
pegamatan secara lebih cermat dan berkesinambungan. Dengan cara tersebut maka
kepastian data dan urutan peristiwa akan dapat direkam secara pasti dan sistematis.
Meningkatkan ketekukan itu ibarat mengecek soal-soal, atau yang telah dikerjakan,
ada yang salah atau tidak. Dengan meningkatkan ketekunan, maka peneliti dapat
melakukan pengecekan kembali terhadap data yang telah ditemukan selain itu peneliti
dapat memberikan diskripsi data yang akurat dan sistematis tentang yang diamati.36
b. Triangulasi
Triangulasi adalah teknik pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu
yang lain di luar data itu untuk keperluan pengecekan atau sebagai pembanding terhadap
data itu.37 Triangulasi dalam pengujian kredibilitas ini diartikan sebagai pengecekan data
dari berbagai sumber dengan berbagai cara dan berbagai waktu. Dengan demikian
terdapat triangulasi sumber, triangulasi teknik pengumpulan data, dan waktu.38
Dalam penelitian ini peneliti menggunakan uji triangulasi sumber, triangulasi dengan
sumber yaitu mengecek balik derajat kepercayaan suatu informasi yang diperoleh melalui
waktu dan alat yang berbeda.39
34 Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D, 368. 35 Andi Prastowo, Metode Penelitian Kualitatif dalam Perspektif Rancangan Penelitian, 37. 36 Umar Sidiq dan Moh. Miftachul Choiri, Metode Penelitian Kualitatif di Bidang Pendidikan, 93. 37 Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 1996), 178. 38 Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D, 372. 39 Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, 178.
46
8. Tahapan Penelitian
Sebelum melakukan penelitian, seorang peneliti harus memahami tahapan-tahapan
penelitian terlebih dahulu. Menurut Lexy J. Moleong, tahapan penelitian kualitatif terdiri dari
tahap pra-lapangan, tahap pekerjaan lapangan dan tahap analisis data. Berikut
penjelasannya:40
a. Tahap Pra Lapangan
Pada tahap pra-lapangan ini ada enam kegiatan yang harus dilakukan oleh peneliti
kualitatif yang mana dalam tahapan ini ditambah dengan satu pertimbangan yang perlu
dipahami, yaitu etika penelitian lapangan. Enam tahapan tersebut, antara lain adalah:
1) Menyusun rancangan penelitian
2) Memilih lokasi penelitian
3) Mengurus perizinan penelitian
4) Menjajaki dan menilai lokasi penelitian
5) Memilih dan memanfaatkan informan, dan
6) Menyiapkan perlengkapan penelitian.
b. Tahap Pekerjaan Lapangan
Uraian tentang tahap pekerjaan lapangan dibagi atas tiga bagian, yaitu:
1) Memahami latar penelitian dan persiapan diri
2) Memasuki lapangan
3) Berperan serta sambil mengumpulkan data
c. Analisis Data
Tahap ini merupakan tahap di mana peneliti melakukan analisis data yang telah
diperoleh, baik dari informan maupun dokumen-dokumen pada tahun sebelumnya. Tahap
ini diperlukan sebelum peneliti menulis laporan penelitian.
40 Umar Sidiq dan Moh. Miftachul Choiri, Metode Penelitian Kualitatif di Bidang Pendidikan, 24.
47
BAB IV
TEMUAN PENELITIAN
A. Deskripsi Data Umum
1. Profil Madrasah Aliyah Negeri 1 Ponorogo
1. Sejarah Berdirinya Madrasah Aliyah Negeri 1 Ponorogo1
Madrasah Aliyah Negeri 1 Ponorogo merupakan relokasi dari Madrasah Aliyah
Negeri Ngawi yang berdiri sejak tahun 1981, dapat dilihat dengan berdiri pada tahun
sekian berarti MAN 1 Ponorogo merupakan madrasah aliyah tertua di Ponorogo.
Madrasah Aliyah Negeri 1 Ponorogo berdiri dengan Nomor Sekolah Nasional
20584489 dan Nomor Statistik Madrasah 311350217031.
Madrasah Aliyah Negeri 1 Ponorogo menempati areal seluas 13. 451 M2 di
dataran rendah dan berada di wilayah perkotaan sehingga memungkinkan
perkembangan madrasah yang prospektif. Dengan berada di wilayah perkotaan dan
dekat dengan jalan raya memungkinkan untuk mudah dikenali masyarakat serta
mudah untuk dijangkau. Saat ini MAN 1 Ponorogo memiliki 22 kelas rombongan
belajar dengan 654 orang siswa dari kelas X sampai kelas XII. Keberadaan siswa ini
dilayani oleh 56 orang tenaga pendidik dengan rincian 37 berstatus PNS dan 19 orang
non PNS, selain itu ada 19 orang karyawan/karyawati dengan rincian 8 orang
berstatus PNS dan 11 orang non PNS.
Seperti halnya Lembaga Pendidikan pada umumnya, Madrasah Aliyah Negeri 1
Ponorogo mengalami pergantian kepala madrasah dan juga mengalami
perkembangan dalam pengembangan kurikulum, keadaan sarana dan prasarana,
1 Lihat Transkrip Dokumentasi Nomor: 01/D/20-IV/2020 dalam Lampiran Hasil Penelitian.
48
rekrutmen tenaga pendidik ataupun metode/proses pembelajaran dengan tujuan
untuk meningkatkan kualitas lulusan. Awalnya MAN 1 Ponorogo hanya madrasah
pada umumnya yaitu memberikan ilmu pengetahuan Agama Islam dan pengetahuan
umum, namun saat ini MAN 1 Ponorogo telah memberikan warna baru yaitu dengan
diterapkannya program keterampilan sehingga selain pengetahuan agama dan umum
siswa juga mendapatkan pembelajaran keterampilan.
Program Keterampilan tersebut dilaksanakan sejak tahun 2012 yang saat itu
masih bekerjasama dengan ITS Surabaya, kemudian pada tahun 2018 dikeluarkan
SK Kemenag mengenai MAN Vocational dengan dikeluarkan SK tersebut penerapan
program keterampilan di MAN 1 Ponorogo menjadi legal dan kini menjadi MAN 1
Ponorogo MA Plus Keterampilan. Adapun Program Keterampilan yang dilaksanakan
yaitu Animasi, Rekayasa Perangkat Lunak (RPL)/ Programmer, Desain Grafis,
Multimedia, Tata Busana dan Tata Boga. Perkembangan dan kesuksesan suatu
lembaga pendidikan tidak lepas dari peran kepala sekolah, begitu juga dengan
Madrasah Aliyah Negeri 1 Ponorogo sejak berdiri tahun 1981 telah mengalami
beberapa kali pergantian kepala madrasah, yaitu:
1) Drs. Moh. Soehardi Tahun 1981 – 1987
2) Drs. Zainun Sofwan Tahun 1987 – 1991
3) Drs. H. Mahmuddin Danuri Tahun 1991 – 1999
4) H. Kustho, BA Tahun 1999 – 2002
5) H. Chozin, SH, Tahun 2002 – 2005
6) H. Fathoni Yusuf, S.Ag Tahun 2005 – 2009
7) H. Wahib Tri Samanhudi Tahun 2009 – 2009
8) Muhammad Kholid, MA Tahun 2009 – 2012
9) Drs. Purwanto Tahun 2012 – 2019
10) Nasta’in, S. Pd., M. Pd. I Tahun 2019 – Sekarang (Plt)
49
2. Letak Geografis Madrasah Aliyah Negeri 1 Ponorogo2
MAN 1 Ponorogo merupakan lembaga pendidikan yang letaknya di wilayah
Kabupaten Ponorogo tepatnya terletak di Jl. Arief Rahman Hakim 02, Kelurahan
Kertosari, Kec. Babadan, Kab. Ponorogo. Dengan letaknya yang strategis yaitu di
dekat jalan raya yaitu jalur Ponorogo - Madiun membuat madrasah ini mudah untuk
dijangkau oleh peserta didik.
2. Visi, Misi dan Tujuan Madrasah Aliyah Negeri 1 Ponorogo3
a. Visi Madrasah Aliyah Negeri 1 Ponorogo
Visi Madrasah Aliyah Negeri 1 Ponorogo dikenal dengan slogan PASTI yaitu
Peduli Lingkungan, Agamis, Sains, Teknopreneur, dan Inovatif. Dengan indikator:
1) Peduli Lingkungan
a) Berwawasan lingkungan hidup dan kehidupan
b) Melestarikan lingkungan dengan penuh kepedulian
2) Agamis
a) Berwawasan keagamaan rahmatan lil alamin
b) Mengamalkan agama dengan keimanan dan ketakwaan
3) Sains
a) Berprestasi dalam ilmu natural dan social science
b) Mengamalkan pengetahuan dalam kehidupan
4) Teknopreneur
a) Berteknologi dalam menghadapi revolusi industri
b) Mengaplikasikan teknologi dalam usaha mandiri
5) Inovatif
a) Berikhtiar keras untuk melakukan perubahan
b) Melaksanakan pembaruan dengan kesadaran
2 Lihat Transkrip Dokumentasi Nomor: 02/D/20-IV/2020 dalam Lampiran Hasil Penelitian. 3 Lihat Transkrip Dokumentasi Nomor: 03/D/20-IV/2020 dalam Lampiran Hasil Penelitian.
50
b. Misi Madrasah Aliyah Negeri 1 Ponorogo
Menyelenggarakan pendidikan dan pembelajaran yang berwawasan lingkungan,
agamis, berorientasi pada ilmu pengetahuan dan teknologi serta berusaha untuk
melakukan inovasi di berbagai bidang melalui penerapan menajemen partisipatif
berdasarkan konsep School Based Management, dengan:
1) Menyelenggarakan pendidikan dan pembelajaran yang berwawasan dan peduli terhadap
lingkungan dan lingkungan masyarakat.
2) Menyelenggarakan pendidikan dan pembelajaran yang islami dengan mendorong
dan meningkatkan pengamalan ajaran Islam melalui kegiatan ibadah dan
kegiatan keagamaan secara intensif.
3) Menyelenggarakan pembelajaran keterampilan berbasis teknologi guna
meningkatkan penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi serta mendorong
peserta didik memanfaatkan teknologi dalam berwira usaha.
4) Menyelenggarakan pembelajaran dan pengelolaan madrasah berbasis Teknologi
Informasi.
5) Menyelenggarakan pembelajaran dan pendidikan yang inovatif guna
meningkatkan prestasi akademik maupun nonakademik.
c. Tujuan Madrasah Aliyah Negeri 1 Ponorogo
1) Bertujuan terciptanya penyelenggaraan pendidikan dan pembelajaran yang
berwawasan dan perduli terhadap lingkungan madrasah dan lingkungan
masyarakat sehingga menghasilkan peserta didik yang memiliki kepedulian
terhadap lingkungan.
2) Bertujuan terciptanya penyelenggaraan pendidikan dan pembelajaran yang
islami dengan mendorong dan meningkatkan pengamalan ajaran Islam melalui
kegiatan ibadah dan kegiatan keagamaan yang lain secara intensif sehingga
menumbuhkan keimanan dan ketakwaan peserta didik.
51
3) Bertujuan terciptanya penyelenggaraan pendidikan dan pembelajaran
keterampilan berbasis teknologi guna meningkatkan penguasaan ilmu
pengetahuan dan teknologi serta mendorong peserta didik memanfaatkan
teknologi dalam berwira usaha.
4) Bertujuan terciptanya pengelolaan madrasah berbasis Teknologi Informasi
untuk memberi kemudahan akses baik warga madrasah maupun masyarakat.
5) Bertujuan terciptanya penyelenggaraan pendidikan dan pembelajaran yang
inovatif dan variatif guna meningkatkan prestasi akademik maupun
nonakademik.
6) Bertujuan tercipatanya partisipasi seluruh warga madrasah dan stakeholder
dengan dilandasi dedikasi dan tanggung jawab
d. Sasaran Madrasah Aliyah Negeri 1 Ponorogo4
Jangka pendek:
1) Peserta didik lulus 100% dengan nilai terbaik
2) Jumlah peserta didik yang diterima di PTN meningkat
3) Peserta didik bebas dari pelanggaran norma-norma agama
4) Peserta didik menunjukkan perilaku yang sopan dan bertutur kata yang santun
kepada para pendidik, orang tua, dan sesama teman
5) Peserta didik dari keluarga kurang mampu terbantu kesulitannya
6) Meraih juara Madrasah berlingkungan sehat
7) Peserta didik menguasai IT / Tata Boga / Tata Busana sesuai kebutuhan DU/DI
8) Peserta didik mampu berwirausaha
4 Lihat Transkrip Dokumentasi Nomor: 04/D/20-IV/2020 dalam Lampiran Hasil Penelitian.
52
Jangka menengah:
1) Peserta didik meraih kejuaraan dalam lomba lingkungan Madrasah sehat
2) Terpenuhinya sarana kegiatan belajar mengajar dengan perangkat ICT untuk guru dan
peserta didik
3) Tersedianya sarana kegiatan olah raga yang semakin memadai
4) Tersedianya sarana pendukung program keterampilan yang memadai
Jangka panjang:
1) Meraih kejuaraan dalam lomba sains tingkat internasional
2) Meraih kejuaraan pada kompetisi dan lomba di bidang seni dan olah raga di
tingkat nasional
3) Meraih kejuaraan pada setiap lomba di bidang kreatifitas peserta didik
4) Meraih kejuaraan pada kompetisi lomba IT / Tata Boga / Tata Busana
5) Meraih kejuaraan pada kompetisi Kewirausahaan
e. Strategi Pengembangan Madrasah Aliyah Negeri 1 Ponorogo5
1) Menciptakan dan mendorong tumbuhnya kesadaran warga madrasah dalam
kepedulian pada lingkungan madrasah dan lingkungan sekitar dengan
membiasakan pola hidup bersih dan sehat Tersedianya perangkat pembelajaran
karakter bangsa
2) Menciptakan dan mendorong terlaksananya pengamalan ajaran agama yang
kondusif dengan menyediakan sarana dan prasarana keagamaan yang
representatif guna meningkatkan keimanan dan ketakwaan warga madrasah.
5 Ibid.,
53
3) Optimalisasi potensi sarana dan prasarana madrasah yang mencakup gedung,
lahan, dan sarana lain untuk meningkatkan pembelajaran yang berbasis
pengetahuan dan teknologi serta keterampilan.
4) Merumuskan dan menyusun perencanaan strategis dan tahunan guna
mengimplementasikan program-program operasional madrasah yang didukung
oleh sumber-sumber anggaran pembiayaan yang memadai.
5) Menciptakan budaya madrasah yang meliputi tatanan nilai, kebiasaan,
kesepakatan-kesepakatan yang direfleksikan dalam kehidupan sehari-hari
terutama budaya yang mendukung terhadap pencapaian Visi dan Misi madrasah
3. Program Unggulan Madrasah Aliyah Negeri 1 Ponorogo6
Beberapa program unggulan yang ada di MAN 1 Ponorogo yaitu:
a. Madrasah Adiwiyata Nasional
b. Program kerjasama pendidikan Pengembangan Teknologi Informasi dan Komunikasi
(Pengembangan di bidang Multimedia, Animasi, Desain Grafis, Rekayasa Perangkat
Lunak/Progammer dan Robotika) Program keterampilan lain (Tata Boga dan Tata Busana)
c. Program Keagamaan(Tahfidz dan Qiro’ah)
d. Program Pengembangan Kepribadian (OSIM, PMR, Pramuka, Rohis, PKS, Paskibraka)
e. Program Life Skill (Kewirausahaan, Olah Limbah, Menjahit, Karya Seni, Pembudidayaan
Tanaman)
f. Program Pengembangan Seni dan Budaya (Banjari, Kaligrafi, Seni Tari, Seni Musik)
g. Program Pengembangan Olahraga (Sepakbola, Futsal, Bola Basket, Bola Voly, Catur, Bulu
Tangkis, Tenis Meja)
4. Struktur Organisasi Madrasah Aliyah Negeri 1 Ponorogo
Menurut Robbin dan Coulter struktur organisasi diartikan sebagai kerangka kerja
formal organisasi yang dengan kerangka kerja itu tugas-tugas pekerjaan dibagi-bagi,
dikelompokkan, dan dikoordinasikan. Struktur organisasi merupakan sistem yang harus
6 Lihat Transkrip Dokumentasi Nomor: 05 /D/20-IV/2020 dalam Lampiran Hasil Penelitian.
54
dilaksanakan oleh manajer untuk menggerakkan aktivitas untuk mewujudkan kesatuan
tujuan.7
Begitupun di MAN 1 Ponorogo, struktur organisasi dibuat agar para guru dan
karyawan mengetahui tugas masing-masing sehingga semua pekerjaan dapat
terselesaikan dengan efisien karena dilakukan oleh seseorang yang berkompeten. Selain
itu, agar Kepala Madrasah mudah untuk mengkoordinasi para guru ataupun karyawan.
Struktur organisasi di MAN 1 Ponorogo terdiri dari Kepala Madrasah, Kaur Tata Usaha,
yang mana dalam melaksanakan tugasnya dibantu oleh Waka Kesiswaan, Waka Humas,
Waka Kurikulum, Waka Sarpras. Kemudian terdapat Koordinator Bimbingan dan
Penyuluhan, Koordinator Lab. Komputer, Ketua Lab. Perpustakaan, Ketua Lab. Biologi,
Ketua Lab. Fisika Dan Ketua Lab. Kimia. Semua guru dan karyawan saling berkoordinasi
dalam menjalankan tugas agar tujuan dapat tercapai dengan maksimal.8
5. Keadaan Guru dan Siswa Madrasah Aliyah Negeri 1 Ponorogo9
Guru atau tenaga pendidik yang dimiliki Madrasah Aliyah Negeri 1 Ponorogo
berjumlah 56 orang, rata-rata semua tenaga pendidik memiliki latar pendidikan S1
Pendidikan dengan kompetensi yang tidak diragukan lagi. Jumlah siswa di MAN 1
Ponorogo sejumlah 654 pada tahun ajaran 2019/2020 dengan rincian kelas X 254 siswa,
kelas XI 221 siswa dan kelas XII 179 siswa. Di Madrasah Aliyah Negeri 1 Ponorogo
memiliki 3 Program Studi yaitu Agama, IPA dan IPS serta 6 Program Keterampilan yaitu
Animasi, Rekaya Perangkat Lunak (RPL)/ Programmer, Desain Grafis, Multimedia, Tata
Busana dan Tata Boga.
6. Keadaan Sarana dan Prasarana Madrasah Aliyah Negeri 1 Ponorogo
Menurut Mulyasa, sarana pendidikan adalah peralatan dan perlengkapan yang
secara langsung dipergunakan dan menunjang proses pendidikan, khususnya proses
7 Tatiek Nurhayati dan Ahmad Darwansyah, “Peran Struktur Organisasi dan Sistem Remunerasi dalam
Meningkatkan Kinerja,” Ekobis, 2 (Januari, 2013), 16. 8 Lihat Transkrip Dokumentasi Nomor: 08/D/20-IV/2020 dalam Lampiran Hasil Penelitian. 9 Lihat Transkrip Dokumentasi Nomor: 06/D/20-IV/2020 dalam Lampiran Hasil Penelitian.
55
belajar mengajar, seperti gedung, ruangan kelas, meja, kursi, serta alat-alat dan media
pengajaran. Dengan demikian sarana pendidikan akan berperan baik ketika penggunaan
sarana tersebut dilakukan oleh tenaga pendidik yang bersangkutan secara optimal.
Sedangkan Barnawi berpendapat bahwa prasarana pendidikan adalah semua perangkat
kelengkapan dasar yang secara tidak langsung menunjang pelaksanaan proses pendidikan
di sekolah. Oleh karena itu sarana dan prasarana pendidikan adalah satu kesatuan
pendukung terlaksananya proses belajar dan mengajar dengan baik dan optimal.10
Sarana dan prasarana merupakan salah satu faktor pendukung terpenting dalam
poses kegiatan belajar mengajar selain tenaga pendidik. Begitupun dengan MAN 1
Ponorogo, madrasah ini berusaha menyediakan sarana dan prasarana yang dibutuhkan
siswa untuk menunjang kegiatan belajar mereka, beberapa sarana dan prasarana tersebut
adalah:11
a. Gedung Sekolah
Madrasah Aliyah Negeri 1 Ponorogo memiliki gedung sekolah yang dibangun
di atas tanah dengan luas 13.451 M2. Gedung ini memiliki 2 lantai yang digunakan untuk
proses Kegiatan Belajar Mengajar (KBM) dan kegiatan lainnya.
b. Ruang Kepala Sekolah
MAN 1 Ponorogo memiliki ruang kepala sekolah yang berada di samping
ruang Tata Usaha (TU) dengan pintu masuk ke madrasah sebagai pembatasnya.
Fasilitas yang ada di dalam ruang kepala sekolah sangat memadai dan lengkap,
seperti meja, kursi, kursi tamu dan perabot lainnya.
10 Nasrudin dan Maryadi, “Manajemen Sarana dan Prasarana Pendidikan dalam Pembelajaran di SD,”
Manajemen Pendidikan, 1 (Januari, 2018), 16. 11 Lihat Transkrip Dokumentasi Nomor: 07/D/20-IV/2020 dalam Lampiran Hasil Penelitian.
56
c. Ruang Guru
Ruang guru di lembaga pendidikan ini berada di belakang berhadapan
langsung dengan ruang kelas, agar guru lebih mudah untuk ke kelas serta memantau
peserta didik. Di dalam ruang guru terdapat fasilitas yang cukup lengkap seperti
almari, meja, kursi dan perabot lainnya. Jumlah meja dan kursi sesuai dengan jumlah
tenaga pendidik yang ada.
d. Ruang Kelas
MAN 1 Ponorogo memiliki 21 rombongan belajar di antaranya yaitu untuk
kelas X terdapat 7 kelas (1 Kelas Agama, 3 Kelas IPA dan 3 Kelas IPS), kelas XI
terdapat 7 kelas (1 Kelas Agama, 3 Kelas IPA dan 3 Kelas IPS) dan kelas XII terdapat
7 kelas (1 Kelas Agama, 3 Kelas IPA dan 3 Kelas IPS).
Semua ruang kelas masih layak pakai dan perabotan yang ada di ruang kelas
pun cukup lengkap memadai seperti meja dan kursi yang sesuai dengan jumlah siswa,
papan tulis untuk menunjang pembelajaran, jam dinding dan lain sebagainya. Ruang
kelas sangat nyaman dengan adanya ventilasi udara sebagai sirkulasi udara dan
keluar masuknya cahaya.
e. Ruang Laboratorium
Madrasah Aliyah Negeri 1 Ponorogo memiliki 3 Laboratorium yang digunakan untuk
menunjang proses pembelajaran, di antaranya:
1) Laboratorium IPA
Dalam Laboratorium IPA terdapat peralatan praktikum lengkap dan memadai
yang digunakan siswa untuk praktik. Laboratorium IPA digunakan untuk
praktikum mata pelajaran Biologi, Kimia dan Fisika.
2) Laboratorium Komputer
Terdapat 2 ruang Lab. Komputer di MAN 1 Ponorogo, masing-masing Lab berisi
29-30 komputer yang digunakan untuk menunjang pembelajaran ketika siswa
57
praktik. Dengan jumah komputer sekian banyaknya memungkinkan siswa untuk
praktik secara individu yaitu satu komputer untuk satu siswa.
f. Ruang Tata Busana
Ruang tata busana merupakan ruangan yang digunakan untuk kegiatan praktik
siswa program keterampilan tata busana. Di dalam ruangan ini terdapat peralatan
menjahit yang lengkap dan sudah sesuai dengan standar Dunia Usaha dan Dunia
Industri. Untuk menunjang kegiatan praktik siswa MAN 1 Ponorogo memiliki 11
buah Mesin Jahit, 1 buah Mesin Obras, 1 buah Mesin Nechi dan peralatan lainnya.
g. Ruang Tata Boga
Ruang tata boga merupakan ruangan yang digunakan untuk kegiatan praktik
siswa program keterampilan Tata Boga. Di dalam ruangan ini terdapat peralatan
memasak lengkap dan memadai seperti mixer, blender, kompor gas, oven listrik dan
peralatan lainnya yang digunakan siswa untuk praktik.
h. Ruang Perpustakaan
Ruang perpustakaan di MAN 1 Ponorogo cukup luas yang dilengkapi dengan
berbagai macam judul buku mulai dari buku pelajaran, buku cerita, majalah dan
lainnya. Di dalam perpustakaan juga disediakan meja dan kursi untuk membaca,
ruangan ini dibuat senyaman mungkin agar siswa dapat membaca dengan tenang.
i. Ruang Unit Kesehatan Siswa (UKS)
Ruang UKS ini digunakan untuk menampung siswa yang kurang sehat, di
dalamnya terdapat peralatan P3K (Pertolongan Pertama pada Kecelakaan), kasur,
meja, kursi dan peralatan lainnya. Selain itu juga terdapat buku catatan kesehatan
peserta didik jadi dapat diketahui siswa tersebut mempunyai sakit apa sehingga
penanganannya pun jelas.
58
j. Tempat Beribadah
MAN 1 Ponorogo mempunyai tempat beribadah yang digunakan untuk
kegiatan keagamaan seperti Sholat Dhuha, Sholat Dhuhur, kegiatan Banjari, kegiatan
rohis dan lainnya. Tempat ibadah tersebut cukup luas dan nyaman yang dilengkapi
dengan perlengkapan ibadah.
k. Kamar Mandi
Kamar mandi yag disediakan MAN 1 Ponorogo ada 17 kamar mandi di
antaranya 4 kamar mandi untuk siswa perempuan, 7 kamar mandi untuk siswa laki-
laki dan 6 kamar mandi untuk guru dan karyawan. Masing-masing kamar mandi
dilengkapi dengan peralatan yang memadai dan masih layak pakai.
l. Lapangan Sekolah
MAN 1 Ponorogo memiliki lapangan yang cukup luas dan terletak di belakang
sekolah. Lapangan ini biasanya digunakan untuk kegiatan upacara, selain itu juga
disediakan lapangan basket dan voli untuk kegiatan mata pelajaran olahraga.
m. Tempat Parkir
Tempat parkir di MAN 1 Ponorogo cukup luas untuk menampung motor siswa.
Tempat parkir siswa terletak di luar madrasah sedangkan untuk guru dan karyawan
berada di dalam area madrasah. Letak tempat parkir siswa tidak jauh dari madrasah
sehingga untuk ke madrasah siswa harus jalan kaki terlebih dahulu sekitar 500 m.
59
B. Deskripsi Data Khusus
1. Data tentang Perencanaan Implementasi Kurikulum Vokasional Berbasis
Teknologi dalam Meningkatkan Kompetensi Lulusan di MAN 1 Ponorogo.
Di era sekarang ini banyak sekali lembaga pendidikan baik itu negeri atau swasta,
umum ataupun madrasah. Tujuan dari pendirian lembaga pendidikan tersebut sama yaitu
mencerdaskan kehidupan bangsa seperti halnya yang tertuang dalam UU Sisdiknas.
Dengan adanya tujuan tersebut maka sudah semestinya lembaga pendidikan harus mampu
membuat program-program yang dapat merealisasikan tujuan tersebut. Banyaknya
lembaga pendidikan berarti semakin banyak persaingan, dengan begitu sudah seharusnya
suatu lembaga pendidikan mampu untuk mempertahankan eksistensinya di masyarakat
agar siswa pun tertarik untuk menimba ilmu di sekolah tersebut.
Madrasah Aliyah Negeri 1 Ponorogo merupakan madrasah yang tampil dengan
program unggulan yaitu program keteramplan atau biasa disebut MA Plus Keterampilan.
Pada saat itu, MAN 1 Ponorogo mengalami kondisi dimana minat peserta didik untuk
melanjutkan pendidikan di madrasah ini berkurang sehingga mengakibatkan jumlah
siswa yang menurun. Diperlukan terobosan baru untuk mendapatkan kepercayaan dari
masyarakat, salah satu ide muncul untuk pengembangan keterampilan yaitu dibidang IT.
Dari situlah MAN 1 Ponorogo mulai melakukan kerjasama dengan Institut Teknologi
Sepuluh November Surabaya atau ITS Surabaya dalam Program Terapan Bidang
Teknologi Informasi dan Komunikasi (Prodistik). Sebenarnya sebelum bekerjasama
dengan ITS Surabaya di MAN 1 Ponorogo sudah ada extrakurikuler seperti menjahit,
komputer dan lain-lain. Kemudian pada tahun 2012 melakukan kerjasama dengan ITS
Surabaya sebagai usaha untuk mengembangkan extrakurikuler yang sudah ada. Dengan
diterapkannya program Prodistik tersebut respon dari masyarakat sangat baik, hal tersebut
dibuktikan dengan adanya kenaikan persentase siswa yang mendaftar di MAN 1
60
Ponorogo dari tahun ke tahun. Seperti halnya yang disampaikan oleh Bapak Mashuri
selaku Ketua Bidang Keterampilan:
Sebenarnya awal vokasional itu mulai dari tahun 2012, sebelum itu sebenarnya ada
extrakurikuler yaitu extra menjahit, komputer dll. Kemudian, tahun 2012 itu kita
kerja sama dengan ITS Surabaya dalam program PRODISTIK. Kondisi MAN 1
Ponorogo saat itu jika kita lihat terkait dengan peserta didik sangat minim karena
pada saat itu jumlah siswa jauh dari kuota yang kita diharapkan jadi saat itu perlu ada
gebrakan baru. Sehingga, bagaimana MAN 1 Ponorogo itu bisa dipercaya oleh
masyarakat mendapatkan siswa yang memenuhi kuota, nah saat itu bekerja sama
dengan ITS lalu menerapkan program keterampilan khusunya di bidang IT.
Perkembangan selanjutnya Alhamdulillah dengan program ini MAN 1 Ponorogo
semakin dipercaya oleh masyarakat dibuktikan dengan banyak siswa yang
mendaftar.12
Karena awalnya program ini berbentuk extrakurikuler maka untuk pelaksanaannya
dilakukan di sore hari yaitu sepulang sekolah. Seperti halnya yang disampaikan oleh
Bapak Muhadi selaku Waka Kurikulum MAN 1 Ponorogo dalam wawancara:
Alasan MAN 1 Ponorogo menerapkan kurikulum vokasional yaitu dulunya MAN 1
Ponorogo sudah bekerjasama dengan Institut Sepuluh November Surabaya atau ITS
Surabaya yang bernama PRODISTIK yaitu penerapannya bidang teknologi yang
dulunya masih berbentuk ekstrakurikuler.13
Disamping terdapat beberapa alasan mengapa MAN 1 Ponorogo melakukan
kerjasama dengan ITS Surabaya dan menerapkan program Prodistik yaitu untuk menarik
minat peserta didik, melakukan inovasi-inovasi ditengah persaingan antar lembaga
pendidikan dan juga untuk membekali peserta didik berupa kompetensi keterampilan.
Seperti yang diungkapkan oleh Bapak Praba selaku guru Multimedia Madrasah Aliyah
Negeri 1 Ponorogo menambahkan:
Alasan pertama MAN 1 Ponorogo menerapkan Program Keterampilan yaitu untuk
menarik peserta didik, terus kan sekarang juga persaingan MAN 1 Ponorogo bukan
hanya madrasah tapi juga sekolah lain yang menerapkan keterampilan, jadi selain
bidang akademik bidang keterampilan juga ditingkatkan.14
12 Lihat Transkrip Wawancara Nomor: 04/W/20-IV/2020 dalam Lampiran Hasil Penelitian. 13 Lihat Transkrip Wawancara Nomor: 01/W/16-IV/2020 dalam Lampiran Hasil Penelitian. 14 Lihat Transkrip Wawancara Nomor: 07/W/20- IV/2020 dalam Lampiran Hasil Penelitian.
61
Hal serupa juga disampikan oleh Ibu Marantika selaku guru Tata Busana di Madrasah
Aliyah Negeri 1 Ponorogo:
Kalau menurut saya alasan MAN 1 Ponorogo menerapkan Program Keterampilan/
Vokasional yaitu untuk menarik minat siswa, untuk membekali siswa dengan
keterampilan karena di zaman sekarang ini mencari pekerjaan kan susah jadi dengan
adanya vokasi di sekolah menambah keterampilan siswa jika nanti ketika lulus mau
membuka peluang pekerjaan, kemudian menambah skill yang dimiliki siswa untuk
menunjang potensi yang dimiliki siswa.15
Kemudian pada tahun 2018, Kemenag memilih MAN 1 Ponorogo untuk menjadi
Pilot Project dalam melaksanakan program Madrasah Aliyah Penyelenggara Program
Keterampilan. Pada tahun 2019 Kemenag mengeluarkan Surat Keputusan tentang
dilegalkannya Program keterampilan yang ada di MAN 1 Ponorogo sehingga menjadi
Madrasah Aliyah Plus Keterampilan. Hal ini menjadi faktor pendukung bagi madrasah
untuk menjadikan program keterampilan tersebut yang awalnya ekstrakurikuler kini
menjadi intrakurikuler. Selain itu madrasah juga dapat mengembangkan kretifitas dan
inovasi terkait dengan bidang keterampilan. Seperti halnya yang disampaikan oleh Bapak
Muhadi selaku Waka Kurikulum:
Kemudian kita ditunjuk oleh Kementerian Agama untuk menjadi Pilot Project terkait
dengan madrasah keterampilan. Hal itu menjadi pendukung bagi madrasah sehingga
pembelajaran IT tersebut menjadi legal jadi tidak hanya menjadi ekstrakurikuler
namun juga menjadi intrakurikuler, artinya pelajaran itu masuk di pagi hari.16
Selanjutnya Bapak Mashuri selaku Ketua Bidang Keterampilan menambahkan dalam
wawancara:
Perkembangannya pada tahun 2018 kita melaksanakan program madrasah
penyelenggara program keterampilan nah di situ adalah secara resmi kita sudah
diakui oleh Kemenag bahwa kita adalah madrasah penyelenggara program
keterampilan. Berikutnya pada tahun 2019 ada perubahan SK baru yaitu madrasah
kita sebagai Madrasah Aliyah Plus Keterampilan jadi dengan perkembangan saat ini
keterampilan itu menjadi kebutuhan utama bagi siswa yang bisa diterapkan atau
digunakan di kehidupannya setelah mereka lulus17
15 Lihat Transkrip Wawancara Nomor: 10/W/21-IV/2020 dalam Lampiran Hasil Penelitian. 16 Lihat Transkrip Wawancara Nomor: 01/W/16-IV/2020 dalam Lampiran Hasil Penelitian. 17 Lihat Transkrip Wawancara Nomor: 04/W/20-IV/2020 dalam Lampiran Hasil Penelitian.
62
Program keterampilan dengan memfokuskan pada bidang IT merupakan salah satu
program yang tertuang di Visi, Misi dan Tujuan MAN 1 Ponorogo. Adapun Visi dari
MAN 1 Ponorogo yang dikenal dengan slogan PASTI yaitu Peduli Lingkungan, Agamis,
Sains, Teknopreneur, dan Inovatif. Sedangkan salah satu Misi dari MAN 1 Ponorogo
yang berkaitan dengan program keterampilan berbasis IT yaitu menyelenggarakan
pembelajaran keterampilan berbasis teknologi guna meningkatkan penguasaan ilmu
pengetahuan dan teknologi serta mendorong peserta didik memanfaatkan teknologi dalam
berwirausaha. Dari Visi dan Misi tersebut dapat diketahui bahwa penyelenggaraan
program keterampilan ini bertujuan agar para siswa mampu untuk bersaing di era industri
dimana semua peralatan yang digunakan berhubungan langsung dengan teknologi serta
membekali siswa berupa skill yang nantinya dapat memberikan manfaat ketika mereka
lulus nanti. Seperti yang diungkapkan oleh Ibu Marantika selaku guru Tata Busana di
MAN 1 Ponorogo:
Kalau menurut saya alasan MAN 1 Ponorogo menerapkan Program Keterampilan/
Vokasional yaitu untuk menarik minat siswa, untuk membekali siswa dengan
keterampilan karena di zaman sekarang ini mencari pekerjaan kan susah jadi dengan
adanya vokasi di sekolah menambah keterampilan siswa jika nanti ketika lulus mau
membuka peluang pekerjaan, kemudian menambah skill yang dimiliki siswa untuk
menunjang potensi yang dimiliki siswa.18
Sehingga tujuan adanya program keterampilan di Madrasah Aliyah Negeri 1
Ponorogo tidak hanya untuk menarik minat siswa namun juga untuk membekali siswa
keterampilan. Karena memang tidak semua Madrasah Aliyah khususnya di Ponorogo
menerapkan program keterampilan, kalaupun ada hanya beberapa madrasah atau sekolah
yang menerapkan program keterampilan namun hanya untuk ekstrakurikuler saja.
Jadi, sebelum disahkan menjadi MA Plus Keterampilan MAN 1 Ponorogo memiliki
4keterampilan saja yaitu Animasi, Rekaya Perangkat Lunak (RPL)/ Programmer, Desain
Grafis dan Multimedia. Keterampilan tersebut berhubungan erat dengan teknologi
18 Lihat Transkrip Wawancara Nomor: 10/W/21-VI/2020 dalam Lampiran Hasil Penelitian.
63
informasi karena latar belakang madrasah ini yang bekerja sama dengan Institut
Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya atau ITS Surabaya. Kemudian pada tahun ajaran
2018/2019 MAN 1 Ponorogo disahkan oleh Kemenag untuk menjalankan MA
Penyelenggara Program Keterampilan, sehingga segala sesuatunya mulai dari kurikulum
dan dana keterampilan dari Kemenag. Setelah dikeluarkannya SK DIRJEN PENDIS NO.
4924 Tahun 2016 MAN 1 Ponorogo menjadi MA Plus Keterampilan, kemudian madrasah
ini menambah dua program keterampilan baru yaitu keterampilan Tata Busana dan Tata
Boga.
Saat ini di MAN 1 Ponorogo terdapat enam program keterampilan yaitu Animasi,
Rekaya Perangkat Lunak/ Programmer, Desain Grafis Multimedia, Tata Busana dan Tata
Boga. Adanya enam program keterampilan tersebut merupakan hasil dari musyawarah
Tim Keterampilan/ Vokasi beserta pimpinan dan juga stakeholder MAN 1 Ponorogo.
Dalam menentukan program keterampilan MAN 1 Ponorogo juga mempertimbangkan
beberapa aspek yaitu pengembangan kurikulum vokasional, sumber daya manusia, serta
sarana dan prasarana yang ada. Setelah rumusan program keterampilan tersebut selesai
kemudian diberikan ke pihak Kemenag untuk kemudian disetujui. Hal ini sesuai dengan
yang diungkapkan oleh Bapak Muhadi selaku Waka Kurikulum di MAN 1 Ponorogo:
Untuk pemilihan program keterampilan di MAN 1 Ponorogo itu kita lihat dari
sumber daya manusia atau tenaga pendidik, sarana dan prasarana serta bakat minat
peserta didik, dari faktor-faktor itu ketika monitoring kita menyetorkan apa-apa saja
program keterampilan. Jadi tim keterampilan sendiri yang membentuk atau memilih
program keterampilan tersebut, jadi untuk menentukan program keterampilan itu kita
lihat apa-apa saja yang kita punya mulai dari sumber daya manusia sampai dengan
sarana dan prasarana setelah itu baru disetujui oleh Kementerian Agama19
Untuk menentukan suatu jurusan dalam program keterampilan harus memperhatikan
lingkungan sekitar madrasah karena lulusan nantinya kembali pada masyarakat maka
sebisa mungkin suatu lembaga pendidikan dapat memenuhi kebutuhan masyarakat, selain
19 Lihat Transkrip Wawancara Nomor: 01/W/16-IV/2020 dalam Lampiran Hasil Penelitian.
64
itu minat dari peserta didik juga perlu diperhatikan. Sebagaimana yang diungkapkan oleh
Bapak Mashuri selaku Ketua Bidang Keterampilan dalam wawancaranya:
Untuk pemilihan program dipilih dari MAN sendiri jadi kita memilih program yang
nantinya ke depannya bisa bermanfaat bagi siswa dan untuk masa depannya. Jadi ada
beberapa program yang kita putuskan dan akhirnya kita hapus/ ganti karena menurut
kami sudah tidak sesuai, jadi yang sesuai dengan kita dan ada kurikulumnya di
Kemenag. Jadi MA Plus Keterampilan itu jurusannya banyak sekali kita bisa memilih
jurusan itu dan menyesuaikan dengan kondisi kita, menyesuaikan dengan kebutuhan
masa yang akan datang bagi siswa dan juga menyesuaikan dengan sumber daya
manusia/ tenaga pendidik serta sarana dan prasarana yang ada di MAN 1 Ponorogo.20
Jadi, dalam menentukan program keterampilan MAN 1 Ponorogo memperhatikan
beberapa aspek yaitu kurikulum vokasional yang dijadikan sebagai pedoman dalam
pembelajaran, sumber daya manusia atau tenaga pendidik, sarana prasarana yang ada
serta mendukung untuk pelaksanaan program keterampilan, minat dan bakat siswa serta
lingkungan madrasah yang mendukung. Membutuhkan waktu dan proses yang panjang
bagi MAN 1 Ponorogo untuk sampai pada saat ini. Salah satu proses yang sangat
berpengaruh yaitu perencanaan di mana sebelum segala sesuatu hal direalisasikan maka
butuh perencanaan yang matang. Tidak terkecuali dalam penerapan program
keterampilan di MAN 1 Ponorogo, ada beberapa perencanaan yang perlu dipersiapkan
dengan matang yaitu terkait kurikulum keterampilan/ vokasional (materi), tenaga
pendidik, serta sarana dan prasarana.
Kurikulum Keterampilan di MAN 1 Ponorogo disusun oleh tim vokasi yang terdiri
dari kepala madrasah, waka, ketua bidang keterampilan, guru keterampilan dan juga tiim
Prodistik dari ITS Surabaya. Kurikulum Vokasional dikembangkan dengan
menyesuaikan kemampuan dan kebutuhan pendidikan untuk masa depan. Dalam
pengembangan kurikulum vokasional pihak madrasah menyesuaikan dengan visi dan
misi yang telah dibuat. Hal tersebut dilakukan agar antara visi yang telah dibuat dengan
kurikulum yang sudah dikembangkan dapat relevan serta tujuan yang telah dibuat dapat
20 Lihat Transkrip Wawancara Nomor: 04/W/20-IV/2020 dalam Lampiran Hasil Penelitian.
65
tercapai sesuai dengan target. Seperti yang disampaikan oleh Bapak Mashuri selaku
Ketua Bidang Keterampilan di MAN 1 Ponorogo: “Salah satu visi di MAN 1 Ponorogo
adalah Technopreneur yaitu mengembangkan teknologi khususnya IT yang bermanfaat
untuk kehidupan. Kurikulum vokasional tentunya dikembangkan untuk visi tersebut.”21
Pengembangan kurikulum vokasional dilakukan setiap beberapa tahun dan
menyesuaikan dengan perkembangan zaman karena perlu diketahui bahwa
perkembangan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi di dunia ini berkembang begitu cepat.
Untuk itu tim pengembangan kurikulum dari pihak madrasah pun harus senantiasa
mengikuti perkembangan tersebut agar tidak tertinggal. Sehingga nantinya baik para
siswa maupun lulusan mampu bersaing di era yang akan datang.
Pengembangan kurikulum vokasional di Madrasah Aliyah Negeri 1 Ponorogo perlu
dilakukan karena dalam pembelajaran siswa tidak hanya memerlukan tentang teori formal
saja, namun juga diperlukan pengembangan kemampuan keterampilan untuk kehidupan
masa depannya. Untuk itulah mengapa metode pembelajaran yang diberikan kepada
peserta didik beragam, tidak hanya diberikan materi namun juga praktik.
Kemudian, untuk kurikulum keterampilan/ vokasional Madrasah Aliyah Negeri 1
Ponorogo mengacu dari Kemenag lalu dikembangkan lagi dan disesuaikan dengan
kebutuhan siswa dan juga para pengguna lulusan yaitu masyarakat. Alokasi waktu untuk
kurikulum vokasional yaitu 6 jam perminggu. Hal ini disampaikan oleh Bapak Muhadi
selaku Waka Kurikulum di MAN 1 Ponorogo:
Jadi begini kan kita MAN 1 Ponorogo MA Plus Keterampilan jadi kurikulum yang
kita pakai itu kurikulum regular dari Kementerian Agama itu terkait dengan
madrasah aliyah kemudian plus keterampilan. Di Kementerian Agama terkait dengan
madrasah vokasi itu sudah diatur sendiri kurikulumnya, yaitu yang kita pakai
sekarang itu adalah kurikulum nomor 184, KMA 184 yaitu terkait kurikulum
21 Lihat Transkrip Wawancara Nomor: 04/W/20-IV/2020 dalam Lampiran Hasil Penelitian.
66
madrasah aliyah vokasi, di situ kita ada 57 jam artinya ada 6 jam khusus
keterampilan, jadi yang memakai kurikulum ini khusus madrasah vokasi saja.22
Kemudian untuk bagaimana pelaksanaan dan pengembangannya diserahkan
sepenuhnya kepada pihak madrasah. Jadi, madrasah diberikan wewenang dari Kemenag
untuk mengembangkan kurikulum tersebut. Berhubung MAN 1 Ponorogo masih
menjalankan kerjasama dengan ITS Surabaya, maka untuk pengembangannya pihak
madrasah mengadopsi materi pembelajaran dari ITS untuk program keterampilan IT dan
mengadopsi dari Dunia Industri/Dunia Usaha serta SMK untuk program keterampilan
Tata Busana dan Tata Boga. Seperti yang diungkapkan oleh Bapak Mashuri selaku Ketua
Keterampilan di MAN 1 Ponorogo:
Jadi begini kurikulum vokasional itu kurikulumnya menurut saya kita bebas untuk
mengembangkan, jadi kurikulumnya itu masih bisa dikembangkan misal jurusan
desain grafis menggunakan kurikulum dari Kemenag mungkin hanya sampai pada
titik tertentu, kita sebagai MA penyelenggara program keterampilan bisa melebihi
dari kurikulum tersebut. Jadi kita bisa mengembangkan ke lebih lanjut, kalau jurusan
itu misalkan kita pandang perlu untuk menguasai suatu metode atau suatu
keterampilan tertentu yang melebihi muatan dari kurikulum yang sudah ada, kita bisa
mengembangkannya. Jadi kurikulumnya tidak terbatas mungkin bisa jadi kita bisa
melebihi yang dari SMK23
Pengembangan kurikulum dalam bidang keterampilan atau vokasional juga
diungkapkan oleh Ibu Marantika selaku guru program keterampilan Tata Busana:
Kurikulum vokasional di MAN 1 Ponorogo itu berbeda dengan yang di SMK
karena hanya 5% dari keseluruhan jumlah pembelajaran di MAN 1 Ponorogo
karena MAN 1 Ponorogo itu kan basisnya pembelajaran keagamaan jadi
implementasinya hanya 5% dari keseluruhan pembelajaran di MAN 1 Ponorogo.
Yang mana meskipun itu sedikit dapat menunjang kompetensi siswa. Jadi, yang
perlu dipersiapkan dalam implementasi kurikulum yaitu materi, silabus dan RPP
(Rencana Pembelajaran dan Pengajaran) itu kita ngambil turunan dari SMK karena
belum ada RPP sama silabus dari pusat, kalau SMA dan SMK kan kurikulumnya
2013 jadi RPP sudah dari sana kalau MA yang melaksanakan keterampilan belum
ada, jadi kami guru-guru keterampilan itu ngambil/ mengadopsi dari SMK terus
disusun lagi biar sesuai dengan MAN 1 Ponorogo. Kemudian disesuaikan juga
pertemuannya satu minggu sekali 6 jam pelajaran dari pagi sampai siang, siang ke
sore kan sistemnya moving class. Jadi, praktik dan teori dijadikan satu selama 6 jam
jadi mau gak mau ya itu waktunya, kita atur sedemikian agar siswa bisa maksimal
paham dengan teori dan praktik yang disampaikan oleh bapak/ibu guru.24
22 Lihat Transkrip Wawancara Nomor: 01/W/16-IV/2020 dalam Lampiran Hasil Penelitian. 23 Lihat Transkrip Wawancara Nomor: 04/W/20-IV/2020 dalam Lampiran Hasil Penelitian. 24 Lihat Transkrip Wawancara Nomor: 10/W/21-VI/2020 dalam Lampiran Hasil Penelitian.
67
Berhubung Madrasah Aliyah Negeri 1 Ponorogo merupakan madrasah Aliyah jadi
untuk pelaksanaan keterampilan tidak banyak atau hanya 5% saja dari total keseluruhan
mata pelajaran. Meskipun hanya 5% namun itu sudah dapat menambah kompetensi siswa
dalam bidang keterampilan, sehingga bakatnya dapat terasah. Karena materi
pembelajaran yang ada di madrasah ini dapat dikembangkan sendiri maka MAN 1
Ponorogo mengadopsi materi/ kurikulum dari SMK dan Dunia Usaha/ Dunia Industri
sebagai pengguna lulusan.
Kurikulum vokasional tersebut tidak akan berjalan dengan sendirinya tanpa adanya
sumber daya manusia atau tenaga pendidik. Tenaga pendidik di MAN 1 Ponorogo dapat
dikatakan sudah sesuai dengan standar, yang mana para tenaga pendidik ini mempunyai
latar belakang pendidikan S1 dan sesuai dengan program keterampilan yang ada di MAN
1 Ponorogo. Untuk proses perekrutannya pun juga melalui beberapa tahap di antaranya
ada tahap wawancara, pengenalan produk inovasi dari program keterampilan yang
diambil, seleksi dan hasil. Seperti yang diungkapkan oleh Bapak Muhadi selaku Waka
Kurikulum di MAN 1 Ponorogo:
Terkait dengan perekrutan jadi kita akan melihat jurusannya, jadi Alhamdulillah
MAN 1 Ponorogo ini hampir gurunya sudah linier sesuai dengan jurusan. Contoh
ketika jurusan desain grafis teknis perekrutannya kita membuka lowongan pekerjaan,
kemudian mereka daftar apa yang kita butuhkan, kita lihat aspek-aspeknya atau
persyaratan-persyaratannya. Ada jurusan tata boga minimal S1 Tata Boga dan kalau
tata busana minimal S1 Tata Busana. Jadi untuk perekrutan kita membuka lowongan,
kemudian daftar, setelah itu ada verifikasi administrasi, mana yang memenuhi
administrasi kita panggil. Kemudian dalam pemanggilan itu kita ada 3 tahap yang
pertama orientasi atau perkenalan saja wawancara perkenalan terkait benar atau tidak
yang ditulis di lamaran itu, kemudian yang kedua adalah mereka membuat suatu
produk, contoh ketika tata boga saat pemanggilan kedua harus membawa produknya
yaitu produk tata boga yang merupakan inovasi sendiri, kalau di IT desain grafis ya
dia membuat desain grafis, jika terkait multimedia mereka membuat produk
multimedia yang sudah diinovasikan. Jadi itu dibawa ke madrasah ditunjukkan
kepada tim vokasi, nanti tim vokasi yang akan melihat guru atau calon pengajar ini
layak atau tidak. Itu kan pemanggilannya ada beberapa orang, dari situlah akan
merucut siapa yang akan dipanggil untuk tahap ketiga ini. Tahap ketiga ini yang
68
dipanggil ini sudah menjadi final tapi bentuknya adalah penandatanganan kontrak
yang di situ ada kesepakatan komitmen yang harus ditanda tangani25
Mengenai perekrutan tenaga pendidik juga diungkapkan oleh Bapak Mashuri
selaku Kepala Bidang Keterampilan di MAN 1 Ponorogo:
Untuk tenaga pendidik di sini, karena di sini adalah dunia pendidikan jadi kita harus
menyesuaikan bagaimana tenaga pendidik itu jadi kita cari tenaga pendidik yang
punya standar ijasah lulusan S1 pendidikan. Jadi saat ini kita punya guru tata boga,
tata busana dari S1 pendidikan, kemudian yang TI karena memang tidak ada jurusan
khusus misal TI RPL jadi kita cari yang TI khusus, ada juga yang S. Kom bukan S.
Pd tapi semua sudah memenuhi kriteria S1 sebagai tenaga pendidik dan semua sudah
sesuai dengan bidang masing-masing.26
Kemudian Ibu Marantika selaku guru program keterampilan tata busana juga
mengungkapkan pengalamannya dalam perekrutan tenaga pendidik di MAN 1 Ponorogo:
Iya, jadi saya dulu ngelamar kemudian dipanggil untuk wawancara selanjutnya
menunjukkan karya, ditanya pengalamannya apa, kerja di mana atau kuliah di mana.
Kan saya dulu juga pernah kerja di perancang busana selama satu tahun jadi hasil
karya saya ya itu yang saya tunjukkan terus baru diumumkan diterima atau tidak,
sama sih guru boga juga gitu.27
Dari hasil wawancara tersebut dapat diketahui bahwa untuk tenaga pendidik yang
ada di MAN 1 Ponorogo sudah tidak diragukan lagi. Karena latar belakang tenaga
pendidik yang mempunyai kualifikasi S1serta jurusannya pun linier dengan program
keterampilan yang ada di madrasah ini. Meskipun tidak semua tenaga pendidik berlatar
belakang S1 Pendidikan, karena tidak semua program keterampilan yang ada terdapat di
jurusan pendidikan. Hal tersebut dapat diminimalisir karena kompetensi tenaga pendidik
yang mumpuni. Sehingga siswa pun lebih mudah untuk memahami pelajaran karena
dididik oleh tenaga pendidik yang profesional.
Kegiatan belajar mengajar tersebut tidak akan berjalan dengan baik apabila tidak
didukung oleh sarana dan prasarana yang memadai. Awal penerapan kurikulum
keterampilan/ vokasional ini menggunakan peralatan seadanya. Kemudian setelah
25 Lihat Transkrip Wawancara Nomor: 01/W/16-IV/2020 dalam Lampiran Hasil Penelitian. 26 Lihat Transkrip Wawancara Nomor: 04/W/20-IV/2020 dalam Lampiran Hasil Penelitian. 27 Lihat Transkrip Wawancara Nomor: 10/W/21-VI/2020 dalam Lampiran Hasil Penelitian
69
dilegalkan oleh Kemenag dan ada bantuan dana vokasi dari pemerintah maka sarana dan
prasarana dapat ditambah sesuai dengan kebutuhan dan disesuikan pula dengan standar
Dunia Usaha/ Dunia Industri. Seperti yang diungkapkan oleh Bapak Mashuri selaku
Ketua Bidang Keterampilan:
Awalnya sarprasnya itu didukung oleh MAN 1 Ponorogo, dulu awalnya kita punya
lab sederhana berikutnya ketika sudah masuk MA penyelenggara program
keterampilan kita dapat bantuan dari pemerintah dan itu bisa kita gunakan untuk
membantu ketersediaan dari sarpras itu ada penambahan komputer, membeli alat
jahit yang standar industri, alat masak dll. Alhamdulillah bisa terpenuhi untuk
masing-masing program keterampilan. Jadi, untuk masing-masing program sudah
punya lab sendiri tata boga dan tata busana sudah punya sendiri, kemudian yang TI
ada 3 lab kalau TI kan bisa digunakan beberapa jurusan yang terkait dengan TI.28
Hal serupa juga diungkapkan oleh Bapak Muhadi selaku Waka Kurikulum MAN 1
Ponorogo:
Untuk pengadaan sarpras Alhamdulillah kan kita madrasah vokasi yang ada dana dari
pemerintah terkait dengan dana vokasi, nah dana vokasi ini tergantung besarnya
tergantung jurusannya tergantung juga kita mengalokasikannya. Dari 2 tahun ini kita
sudah mendapatkan bantuan terkait alat-alat kemudian laboratorium dan sebagainya.
Untuk yang ketiga ini kita belum ada dana yang turun tapi kita punya dana hibah dari
Provinsi Jawa Timur terkait untuk vokasi, ya memang semuanya tidak harus
dibelikan sarana dan prasarana tetapi juga untuk operasionalnya. Jadi untuk
pengadaan sarpras dapat kita lakukan secara mandiri artinya dari madrasah kemudian
juga ada dana dari pemerintah. Terkait dengan sarpras yang kita gunakan itu mengacu
pada Dunia Usaha dan Dunia Industri (DU/DI), jadi Alhamdulillah kita mengacunya
pada itu seperti komputer, peralatan tata boga, tata busana itu sudah sesuai dengan
standar DU/DI.29
Kegiatan pengadaan sarana prasarana ini juga melibatkan tenaga pendidik program
keterampilan di MAN 1 Ponorogo. Jadi sebelum pengadaan sarana dan prasarana Tim
Vokasi beserta Waka Sarpras mengadakan musyawarah dengan para guru keterampilan
kemudian mereka membuat list barang apa saja yang diperlukan. Kemudian diajukan ke
ketua bidang keterampilan selanjutnya ke TU ketika sudah disetujui baru bisa dibelikan
barang yang diperlukan. Berhubung setiap keterampilan itu berbeda kebutuhannya maka
28 Lihat Transkrip Wawancara Nomor: 04/W/20-IV/2020 dalam Lampiran Hasil Penelitian. 29 Lihat Transkrip Wawancara Nomor: 01/W/16-IV/2020 dalam Lampiran Hasil Penelitian.
70
dana yang dikeluarkan untuk setiap program keterampilan itupun juga berbeda. Adapun
wawancara dengan Ibu Marantika selaku guru program keterampilan Tata Busana:
Kalau proses pengadaan sarpras yang paling berperan adalah waka sarpras itu dibantu
Pak Mashuri juga melibatkan guru yang bersangkutan itu kemudian membuat
laporan misal apa saja alat yang dibutuhkan dan bahan yang dibutuhkan. Kita guru
keterampilan itu membuat list terus diajukan ke Pak Mashuri selaku ketua
keterampilan kemudian ditanda tangani dikasih tahu ke Waka Sarpras selanjutnya
nanti diajukan ke TU nanti dananya turun baru bisa belanja. Kalau kebutuhan alat
dan bahan itu berbeda biasanya kalau alat itu turunnya satu tahun sekali kalau untuk
bahan setiap semester sekali karena kan kalau bahan pasti digunakan setiap praktik
tapi kalau alat kan berkali-kali praktik. Jadi setiap jurusan itu berbeda IT dengan tata
boga dan tata busana juga berbeda karena kan berbeda juga kebutuhannya, yang
paling banyak itu ya tata boga dan tata busana karena bahan yang digunakan juga
sekali pakai. Kalau IT untuk aplikasi kan bisa digunakan berkali-kali. Kalau untuk
anggaran sebenarnya jadi satu untuk semua jurusan.”30
Hal serupa juga diungkapkan oleh Bapak Praba selaku guru program keterampilan
Multimedia, berikut wawancaranya:
Pengadaan sarpras, kalau untuk perumusan pendanaan kita diminta untuk ngelist
kebutuhannya apa saja, misal komputer spesifikasinya apa saja jadi tidak bisa di
tentukan sendiri oleh kurikulum maupun ketua vokasi jadi harus dirembug dulu
dengan guru-guru keterampilan. Kemudian diadakan evaluasi juga, jadi peralatan
yang digunakan itu apa saja yang kurang apa saja yang perlu dimaksimalkan dan apa
saja yang sudah ada tapi belum dimaksimalkan31
Sarana dan prasarana merupakan hal penting yang digunakan untuk menunjang
proses pembelajaran, oleh karena itu dalam proses pengadaannya pun harus direncanakan
dan dipersiapkan dengan matang agar tepat pada sasaran. Kebutuhan setiap program
keterampilan memang berbeda-beda namun untuk dana pengelolaannya jadi satu, untuk
program keterampilan Tata Busana dan Tata Boga memang yang paling banyak
membutuhkan biaya untuk membeli bahan dalam proses pembelajaran. Karena untuk
kedua program keterampilan ini bahan yang digunakan adalah sekali pakai, berbeda
dengan program keterampilan TI yang menggunakan perangkat software yang digunakan
berkali-kali.
30 Lihat Transkrip Wawancara Nomor: 10/W/21-VI/2020 dalam Lampiran Hasil Penelitian. 31 Lihat Transkrip Wawancara Nomor: 7/W/20- IV /2020 dalam Lampiran Hasil Penelitian.
71
Jadi, proses MAN 1 Ponorogo untuk menjadi MA Plus Keterampilan tidak mudah
para pihak yang terkait perlu melewati beberapa tahap dan pastinya proses perencanaan
yang matang. Perencanaan pelaksanaan kurikulum vokasional di MAN 1 Ponorogo yaitu
terkait dengan pembentukan serta pengembangan kurikulum vokasional itu sendiri oleh
tim vokasi, semua waka serta pimpinan, kemudian merekrut tenaga pendidik yang
professional yang mana semua tenaga pendidik mempunyai latar belakang S1 selanjutnya
perlu adanya sarana dan prasarana yang mendukung proses pembelajaran. Sarana dan
prasarana di sini juga memuat teknologi pendidikan yang digunakan oleh tenaga pendidik
untuk mengajar para peserta didik serta untuk memecahkan masalah pembelajaran.
Teknologi pendidikan yang digunakan di madrasah ini sudah memenuhi standar Dunia
Usaha/ Dunia Industri serta mempunyai spesifikasi yang bagus sehingga memudahkan
para siswa untuk belajar.
2. Data tentang Implementasi Kurikulum Vokasional Berbasis Teknologi dalam
Meningkatkan Kompetensi Lulusan di MAN 1 Ponorogo.
Implementasi/ pelaksanaan merupakan kegiatan merealisasikan perencanaan yang
sudah dibuat oleh suatu tim. Begitupun dengan perencanaan implementasi kurikulum
vokasional/ keterampilan di Madrasah Aliyah Negeri 1 Ponorogo tidak akan mencapai
tujuan apabila tidak dilaksanakan/ direalisasikan. Pelaksanaan itu sendiri tidak akan
berjalan tanpa adanya kerjasama yang baik antar tim, guru maupun siswa yang ada di
madrasah.
Implementasi kurikulum vokasional di Madrasah Aliyah Negeri 1 Ponorogo sudah
dilaksanakan sejak tahun 2012 saat itu masih bekerjasama dengan ITS Surabaya dengan
program Prodistik kemudian disahkan oleh Kemenag pada tahun ajaran 2018/2019.
Pelaksanaan kurikulum tersebut didukung oleh kurikulum vokasional yaitu materi
pembelajaran yang selalu update, sumber daya manusia yang professional, sarana dan
72
prasarana yang sudah standar DU/DI serta minat bakat antusias siswa dalam mengikuti
program keterampilan.
Kurikulum vokasional di Madrasah Aliyah Negeri 1 Ponorogo diterapkan kepada
peserta didik mulai dari mereka masuk kelas X (Sepuluh) sampai dengan mereka kelas
XII (Dua Belas). Pada saat pendaftaran peserta didik diwajibkan untuk memilih satu jenis
keterampilan. Materi yang diberikan pun disesuaikan dengan semester yang mereka
tempuh, misal pada jurusan Multimedia pada semester 1 dan 2 (kelas X) materi yang
diberikan yaitu berupa Microsoft Office, Adobe Photoshop, Corel Draw dan Adobe
Premier 1. Kemudian berbeda lagi ketika mereka menginjak semester 3, 4 dan seterunya,
jadi setiap semester terdapat perbedaan materi pembelajaran. Hal tersebut sesuai dengan
profil kurikulum yang sudah penulis cantumkan di lampiran 7.32
Implementasi kurikulum vokasional di MAN 1 Ponorogo dilaksanakan dengan
sistem moving class di mana tidak semua program studi (IPA, IPS dan Agama) pada
setiap kelas (X, XI, dan XII) itu terdapat satu program keterampilan, jadi ada beberapa
program studi pada satu kelas diisi beberapa program keterampilan yaitu ada kelas
Agama, IPA 3 dan IPS 3. Moving class dijadwalkan setiap hari Sabtu untuk kelas X dan
hari Senin untuk kelas XI. Jadwal pelajaran program keterampilan penulis cantumkan
dalam dokumentasi sebagai berikut:
Beberapa jadwal pelajaran kelas X dan XII. Memang tidak semua satu program
keterampilan untuk satu kelas, namun ada beberapa kelas yang dimoving yaitu ada
kelas Agama, IPA 3 dan IPS 3 sedangkan untuk kelas lain ada satu program
keterampilannya.33
Pelaksanaan moving class juga diungkapkan oleh bapak Muhadi selaku Waka
Kurikulum di MAN 1 Ponorogo:
Jadi untuk pelaksanaan kurikulum di MAN 1 Ponorogo ini kita buat moving class
artinya ada hari- hari di mana kita setting siswa itu moving class nya untuk mengikuti
kelas keterampilan, contohnya untuk hari Sabtu itu jadwalnya kelas 10 moving class
32 ihat Transkrip Dokumentasi Nomor: 13/D/24-X/2020 dalam Lampiran Hasil Penelitian. 33 Lihat Transkrip Dokumentasi Nomor: 08/D/20-IV/2020 dalam Lampiran Hasil Penelitian.
73
untuk mengikuti kelas keterampilan kemudian hari Senin untuk kelas 11 mengikuti
kelas keterampilan. Jadi kita buat moving class dan ini sangat membantu terkait
dengan kompetensi, terkait dengan jadwal terkait dengan guru terkait dengan siswa
sehingga mereka mempunyai waktu dan kesempatan yang lebih untuk bisa
mengembangkan keterampilannya.34
Untuk kelas moving class tersebut ada beberapa program keterampilan yang dapat
dipilih siswa untuk mengembangkan bakatnya. Sebagaimana yang disampaikan Bapak
Muhadi dalam wawancaranya:
Untuk pengaturan kelas kita dari tim sendiri yang menentukan jadi kita golongkan
dulu jadi IPA ada berapa kelas kemudian diikuti keterampilan apa saja yang ada di
IPA, di MAN 1 Ponorogo itu ada IPA 1 RPL (Rekayasa Perangkat Lunak), IPA 2
Animasi, IPA 3 Moving satu kelas ada 3 jurusan yaitu Tata Boga, Tata Busana dan
Multimedia, jadi mereka bisa moving class di hari Sabtu kemudian yang IPS ada
Desain Grafis, ada Multimedia dan ada juga kelas moving tadi Tata Boga Tata
Busana. Khusus untuk agama ada kelas moving Tata Boga, Tata Busana dan
Multimedia sehingga nanti IPS 3, IPA 3 dan Agama itu ketemu di kelas keterampilan
di hari Sabtu, sehingga ini juga mengadopsi mewadahi mereka yang ingin jurusan
agama tapi di tata boga atau anak agama tapi ingin di multimedia. Jadi kenapa kita
melakukan moving class alasannya ya itu tadi mewadahi anak-anak peserta didik
yang ingin multimedia tapi jurusannya di agama. Karena kalau kita buat satu kelas
satu jurusan terkait dengan tenaga pendidik, sarana prasarana dan ruang kelas itu
tidak mencukupi.35
Pembagian atau penjadwalan moving class dilakukan oleh tim vokasi beserta waka
kurikulum. Tidak semua kelas itu dimoving jadi ada beberapa kelas saja, hal ini bertujuan
untuk mewadahi minat dan bakat siswa. Dalam hal ini pihak madrasah memberikan
kebebasan dan kesempatan kepada siswa untuk memilih kelas mana dan program
keterampilan apa yang mereka minati. Kenapa harus sistem moving class, karena jika
ditetapkan setiap kelas itu satu program keterampilan saja, akan tidak adil bagi siswa yang
misal ingin masuk kelas IPA dan memilih program keterampilan IT sedangkan untuk
kuota kelas IPA yang berhubungan erat dengan IT sudah penuh. Maka di sinilah manfaat
dari adanya moving class jadi pihak madrasah bisa menawarkan kepada siswa kelas IPA
lainnya yang diminati peserta didik dengan program keterampilan yang berkaitan dengan
IT. Jadi moving class tersebut bermanfaat untuk keefektifan waktu untuk program
34 Lihat Transkrip Wawancara Nomor: 02/W/16-IV/2020 dalam Lampiran Hasil Penelitian.
35 Ibid.,
74
keterampilan yang memerlukan jam praktik yang panjang. Seperti yang disampaikan oleh
Bapak Mashuri selaku bidang keterampilan di MAN 1 Ponorogo dalam wawancara:
Moving class digunakan untuk beberapa penjurusan yang memang perlu dilakukan
dengan waktu yang panjang misal tata boga dan tata busana itu kan tidak bisa
dilakukan hanya dengan 2 jam artinya itu harus dibuat 6 jam jadi 1 minggu dalam 1
waktu. Karena jurusan tata boga dan tata busana itu tidak harus ke jurusan IPA IPS
dan Agama jadi bisa IPA IPS dan Agama sehingga semua jurusan (IPA IPS dan
Agama) bisa mengambil jurusan tata boga atau tata busana sehingga di sini perlu
dilakukan moving class artinya nanti pada satu hari tertentu mereka bisa menggabung
sesuai program keterampilan yang dipilih dalam waktu yang bersamaan jadi kelasnya
bisa moving begitu.36
Dalam hal ini Ibu Marantika selaku guru Tata Busana juga menambahkan dalam
wawancaranya: “Untuk pelaksanaan kurikulum vokasional kita melakukan moving class
jadi ada beberapa kelas yang di situ kita masukkan beberapa program keterampilan. Hal
ini dilakukan agar semuanya efektif baik itu terkait dengan waktu, guru dan juga
sarpras.”37
Madrasah Aliyah Negeri 1 Ponorogo memiliki enam program keterampilan di mana
masing-masing program tersebut memiliki kompetensi yang berbeda-beda. Kompetensi
siswa yang dimiliki siswa berasal dari materi yang diberikan oleh bapak/ibu guru. Materi
tersebut dikembangkan berdasarkan kebutuhan siswa dan sesuai dengan perkembangan
jaman sehingga setiap bapak/ibu guru harus selalu up to date terlebih pada program
keterampilan IT, karena teknologi begitu cepat berkembang. Sebagaimana yang
disampaikan oleh Bapak Mashuri dalam wawancaranya:
Kita punya 6 program keterampilan, jadi masing-masing program itu ada materi
sendiri dan punya target masing-masing, misalkan kalau RPL (Rekayasa Perangkat
Lunak) kita harapkan anak bisa menguasai ke pemograman web, lalu pemograman
android. Kalau misalkan desain grafis kita juga mengalami perkembangan jadi dulu
pernah sampai pada desain 2 dimensi saja jadi pakai corel draw, photoshop, adobe
ilustrator kemudian di MA Plus Keterampilan kita kembangkan ke desain-desain 3
dimensi photo scate up, blended 3 dimex jadi anak bisa mendesain 3 dimensi, kalau
yang lain mungkin bisa dilihat di kurikulumnya.38
36 Lihat Transkrip Wawancara Nomor: 04/W/20-IV/2020 dalam Lampiran Hasil Penelitian. 37 Lihat Transkrip Wawancara Nomor: 11/W/21-VI/2020 dalam Lampiran Hasil Penelitian. 38 Lihat Transkrip Wawancara Nomor: 04/W/20-IV/2020 dalam Lampiran Hasil Penelitian.
75
Mengenai materi program keterampilan penulis juga mencantumkan dalam dokumentasi:
Materi program keterampilan ini berasal dari Institut Teknik Sepuluh Nopember
Surabaya dan dari Sekolah Menengah Kejuruan jika diperlukan kemudian
dikembangkan dan disesuaikan dengan Kurikulum dari Kemenag. Materi ini
dikembangkan berdasarkan kebutuhan peserta pada masa sekarang ini dan akan terus
dikembangkan lagi agar para siswa memiliki kompetensi keterampilan yang
mumpuni.39
Seperti halnya program keterampilan IT yang materinya harus selalu up to date,
materi program keterampilan Tata Busana pun juga dikembangkan berdasarkan
kebutuhan yang ada pada saat ini. Sebagaimana yang disampaikan oleh Ibu Marantika
selaku guru program keterampilan tata busana:
Materi secara keseluruhan hampir sama dengan SMK ada teori dan praktik hanya
saja kalau di MAN 1 Ponorogo ini dibaurkan jadi satu misal di SMK ada teori pola,
membuat pola sendiri, membuat desain sendiri kalau di MAN 1 Ponorogo ini jadi
satu jadi hari ini mau bikin rok teori sama praktik membuat pola hari ini. Selanjutnya
pertemuan depan desain sama jahitnya jadi tidak seperti SMK misal membuat pola
Senin membuat desain Selasa dan seterusnya. Jadi kalau di MAN 1 Ponorogo itu satu
hari mencakup keseluruhan pembelajaran pada hari itu.40
Tenaga pendidik di Madrasah Aliyah Negeri 1 Ponorogo sangat memperhatikan
perkembangannya sehingga siswa tidak ketinggalan dalam pembelajaran. Dalam hal ini
Bapak Muhadi selaku Waka Kurikulum juga menambahkan:
Materi yang diberikan kepada siswa sesuai dengan bidang keterampilannya masing-
masing. Misal tata busana menjahit baju, menjahit rok dan lain sebagainya. Kita
memberikan materi sesuai dengan yang ada atau yang dibutuhkan Dunia Usaha/
Dunia Industri. Jadi sebisa mungkin kita selalu up date apalagi untuk program
keterampilan TI yang selalu berkembang setiap waktu.41
Memang sudah sepatutnya bahwa materi itu harus selalu diupdate, karena hal ini
bertujuan untuk memenuhi kebutuhan siswa terkait dengan kompetensi dan juga
keterampilan yang dimiliki. Pun ketika masyarakat atau Dunia Usaha dan Dunia Industri
membutuhkan keterampilannya mereka sudah siap untuk langsung terjun ke lapangan dan
yang pastinya tidak kalah dengan siswa yang sekolah di kejuruan.
39 Lihat Transkrip Dokumentasi Nomor: 09/D/20-IV/2020 dalam Lampiran Hasil Penelitian. 40 Lihat Transkrip Wawancara Nomor: 10/W/21-VI/2020 dalam Lampiran Hasil Penelitian. 41 Lihat Transkrip Wawancara Nomor: 01/W/16-IV/2020 dalam Lampiran Hasil Penelitian.
76
Penyampaian materi tersebut juga didukung adanya sarana dan prasarana yang
memadai. Di MAN 1 Ponorogo terdapat 3 Lab. Komputer, 1 Ruang Praktik Tata Busana
dan 1 Ruang Praktik Tata Boga. Peralatan yang ada pun sudah sesuai dengan standar
Dunia Usaha dan Dunia Industri. Seperti yang penulis cantumkan dalam observasi:
Dari data tersebut dapat diketahui MAN 1 Ponorogo memiliki sarana dan prasarana yang
sudah memadai dan cukup lengkap dengan jumlah siswa sebanyak 654 orang. Di madrasah
ini terdapat 3 Lab Komputer, 1 ruang tata busana dan 1 ruang untuk tata boga. Peralatan
pendukung pembelajaran pun juga sudah sesuai dengan standar Dunia Usaha dan Dunia
Industri.42
Teknologi pendidikan tidak hanya seputar tentang komputer yang canggih, namun
juga tentang media pembelajaran yang digunakan oleh tenaga pendidik sebagai
penunjang dalam proses memahamkan peserta didik. Perkembangan teknologi
pendidikan yang ada di Madrasah Aliyah Negeri 1 Ponorogo dapat dikatakan mengalami
perubahan yang sangat signifikan. Awalnya madrasah ini menggunakan peralatan
penunjang pembelajaran seadanya dan sekarang setelah adanya SK dari Kemenag dan
mendapatkan dana vokasi dari pemerintah sedikit demi sedikit MAN 1 Ponorogo dapat
mengupgrade sarana dan prasarana yang ada. Sebagaimana yang disampaikan oleh Ibu
Marantika selaku guru tata busana dalam wawancara:
Kalau tata busana perkembangannya terasa sekali, jadi dulu waktu saya masuk itu
baru ada 7 mesin. Mesin lama tahun 2018, waktu saya masuk dulu itu ruangan tata
busana belum ada nah akhirnya menggunakan ruang guru yang lama, habis itu siswa
praktik meggunakan mesin jahit seadanya yang masih menggunakan kaki itu tapi
bisa dikasih dynamo. Saat itu kurang maksimal dalam penggunaan alatnya karena
dengan siswa 30 hanya menggunakan 7 mesin akhirnya diajak belanja terus beli lagi
mesin jahit 5 yang sudah standar dengan DU/DI sama mesin nechi 1 itu lumayan bisa
mengurangi kendala tadi dan itu berjalan satu tahun. Setelah itu ada anggaran turun
dan kemarin bisa beli mesin jahit 12 unit jadi totalnya ada 17 mesin baru, mesin
bordir 2, mesin portable 2, kemudian mesin lama disingkirkan terus kemarin juga
beli mesin potong dan etalase juga dan Alhamdulillah sekarang sudah lengkap dengan kurun waktu 2 tahun meskipun mesinnya masih tetap kurang karena
keterbatasan ruangan yang sempit. Kalau praktik 1 mesin bisa 2 sampai 3 anak yang
penting praktiknya berjalan karena kan tidak melulu menjahit jadi ada anak yang
masih nyetrika ada anak yang masih motong, nanti lainnya yang udah siap baru bisa
menjahit. Kalau saya pembelajarannya jika polanya sudah siap silahkan dijahit kalau
belum siap selesaikan dulu. Kadang juga saya bikin kelompok satu kelompok isinya
5 anak jadi nanti bisa gantian, pokoknya memanfaatkan gimana dengan keterbatasan
42 Lihat Transkrip Dokumentasi Nomor: 05/D/20-IV/2020 dalam Lampiran Hasil Penelitian.
77
mesin siswa tidak nganggur. Alhamdulillah sekarang semua mesin yang dipakai oleh
jurusan tata busana sudah memenuhi standar yang sesuai dengan Dunia Usaha atau
Dunia Industri.43
Berhubung program keterampilan tata busana adalah program yang baru berjalan dua
tahun, jadi untuk perkembangan teknologi pendidikan yang digunakan sangat terasa. Jika
awal program tersebut dijalankan masih menggunakan mesin jahit manual saat ini
program keterampilan tata busana sudah dapat menggunakan mesin jahit dengan standar
Dunia Usaha dan Dunia Industri. Sehingga teknologi pendidikan tidak melulu soal
komputer yang canggih namun juga terkait media pembelajaran yang dapat digunakan
untuk memecahkan masalah secara efektif dan efisien. Tidak hanya program
keterampilan Tata Busana untuk program keterampilan IT pun juga mengembangkan
teknologi pembelajaran yang digunakan untuk menunjang keterampilan siswa. Program
keterampilan IT memiliki komputer dengan spesifikasi yang tinggi hal ini berhubungan
dengan perkembangan IT yang sangat cepat sehingga media pembelajaran yang
digunakan juga harus sesuai. Seperti dalam observasi:
Dapat dilihat ini adalah kegiatan praktik siswa-siswi jurusan Rekayasa Perangkat
Lunak (RPL), di MAN 1 Ponorogo terdapat 3 Lab dan masing-masing Lab terdapat
25 sampai dengan 30 komputer dengan spesifikasi yang tinggi yaitu core i7 dan
sudah sesuai dengan standar Dunia Usaha/ Dunia Industri. Jadi antara siswa dengan
teknologi pembelajaran yang ada dapat dikatakan sudah memadai.44
Dapat dilihat juga dalam kegiatan praktik siswa multimedia ketika membuat film
bersama pihak kepolisian dan juga warga sekitar, dalam observasi:
Ini merupakan kegiatan praktik yang dilakukan oleh siswa jurusan multimedia,
mereka membuat film pendek yang menceritakan tentang larangan mudik di saat
wabah pandemic covid-19. Dalam pembuatan film ini mereka bekerjasama dengan
pihak kepolisian dan juga beberapa tenaga kependidikan yang ada di MAN 1
Ponorogo. Dapat dilihat bahwa peralatan praktik yang digunakan pun sudah canggih
salah satunya dengan menggunakan stabilizer. Hal ini membuktikan bahwa tim
keterampilan serta bapak/ibu guru sangat memperhatikan perkembangan teknologi
guna untuk meningkatkan kompetensi lulusan.45
43 Lihat Transkrip Wawancara Nomor: 11/W/21-VI/2020 dalam Lampiran Hasil Penelitian. 44 Lihat Transkrip Observasi Nomor: 03/O/30-III/2020 dalam Lampiran Hasil Penelitian. 45 Lihat Transkrip Observasi Nomor: 04/O/28-IV/2020 dalam Lampiran Hasil Penelitian.
78
Perkembangan teknologi pendidikan memang perlu diperhatikan, agar peserta didik
memahami apa yang disampaikan oleh bapak/ibu guru. Karena tidak semua siswa paham
hanya dengan teori tetapi juga perlu praktik selain itu mengupgrade teknologi pendidikan
juga bermanfaat untuk meningkatkan kompetensi siswa.
Implementasi kurikulum untuk saat ini memang tidak dapat berjalan secara
maksimal, karena wabah pandemic covid-19 yang sedang melanda Indonesia. Adanya
wabah tersebut mengharuskan siswa untuk belajar di rumah sampai batas waktu yang
tidak dapat ditentukan. Hal tersebut dapat diatasi dengan pembelajaran online/
pembelajaran daring (dalam jaringan). Di MAN 1 Ponorogo sendiri sudah menerapkan
pembelajaran online sejak ditetapkannya sekolah libur dan belajar di rumah saja.
Madrasah Aliyah Negeri 1 Ponorogo menggunakan teknologi pembelajaran berupa e-
learning. Sebagaimana yang disampaikan oleh Bapak Mashuri selaku Ketua Bidang
Keterampilan di MAN 1 Ponorogo dalam wawancara:
Untuk perkembangan teknologi pembelajaran selain dari sarprasnya dulu yang
seadanya dan sekarang sudah memenuhi standar industri, kita juga punya e-learning
madrasah yang digunakan saat ini untuk proses pembelajaran dari rumah.46
E-learning madrasah merupakan sebuah aplikasi gratis produk madrasah yang
ditujukan untuk menunjang proses pembelajaran di madrasah mulai dari Raudatul Athfal
(RA), Madrasah Ibtidayah (MI), Madrasah Tsanawiyah (MTs) dan Madrasah Aliyah
(MA), agar lebih terstruktur, menarik dan interaktif. Saat ini MAN 1 Ponorogo sudah
menerapkan aplikasi tersebut dan memiliki tim sendiri khusus untuk e-learning. Seperti
yang disampaikan oleh Bapak Muhadi selaku Waka Kurikulum dalam wawancaranya:
Alhamdulillah waktu awal masa darurat itu kita sudah launching e-Learning
madrasah Kementerian Agama jadi kita sudah siap menggunakan e-Learning
Alhamdulillah kita juga sudah punya tim e-Lerning , yang mana e-learning Kemenag
itu secara standar sudah bagus sehingga guru, anak-anak itu sudah bisa menggunakan
walaupun dalam perjalanannya itu masih membutuhkan perbaikan perlu sosialisasi
dan juga pelatihan walaupun itu bukan satu-satunya yang kita pakai. Jadi ada media
sosial lain yang dapat digunakan seperti google classroom, WhatsApp (WA), aplikasi
46 Lihat Transkrip Wawancara Nomor: 05/W/20- IV /2020 dalam Lampiran Hasil Penelitian.
79
Zoom dan lain sebagainya. Terkait persiapannya selain kita mengadakan sosialisasi,
pelatihan kita juga memberikan kelonggaran kepada bapak ibu guru mana yang mau
dipakai untuk kegiatan-kegiatan e-Learning itu. 47
Jadi sebelum e-learning ini digunakan terlebih dahulu diadakan sosialisasi kepada
tenaga pendidik, karena tidak semua tenaga pendidik yang ada di MAN 1 Ponorogo
paham teknologi apalagi untuk tenaga pendidik yang sudah sepuh. Sehingga perlu
diadakan sosialisasi dan evaluasi secara berkala. Selain penggunaan e-learning pihak
kurikulum juga membebaskan penggunaan media pembelajaran lainnya seperti Google
Clasroom, WhatsApp dan lain sebagainya.
Jika untuk penyampaian materi saja e-learning sudah efektik namun untuk kegiatan
praktik masih sangat kurang berhubung kegiatan praktik setiap program keterampilan
harus mempunyai peralatan masing-masing, minimal laptop/komputer untuk program
keterampilan IT. Ini yang menjadi kendala ketika pembelajaran dilakukan di rumah,
seperti yang disampaikan oleh Bapak Praba Selaku guru Multimedia dalam wawancara:
Kalau dari saya sebagai guru komputer sebenarnya ini sulit karena saya
menghitungnya begini, di madrasah ini berapa rasio siswa yang mempunyai
komputer terus dari siswa yang mempunyai komputer tersebut berapa rasio komputer
yang bisa digunakan untuk mapel keterampilan di madrasah ini. Jika hasilnya di
bawah 30% maka akan tidak adil bagi yang lain, jadi selama corona ini susah juga
karena komputer dan keterampilan ini sifatnya bukan teori tapi harus praktek. Untuk
selama pandemic covid-19 ini kegiatan praktik tidak ada bukan hanya jurusan TI saja
yang susah tapi untuk kewirausahaan seperti tata boga dan tata busana juga susah.
Kemudian kendala dari siswa sendiri mungkin mapel biasa bisa menggunakan Hp
(Handphone) seperti pembelajaran menggunakan e-learning dan google form,
google classroom. Tetapi berapa siswa di daerahnya yang tidak terjangkau oleh
internet sehingga penggunaan aplikasi pembelajaran online kurang maksimal.48
Memang sulit ketika pembelajaran harus dilakukan di rumah dengan menggunakan
aplikasi online. Kendala pembelajaran online pasti juga dialami oleh siswa yang tempat
tinggalnya limit sinyal. Sebagaimana wawancara penulis dengan salah satu siswa MAN
47 Lihat Transkrip Wawancara Nomor: 02/W/16-IV/2020 dalam Lampiran Hasil Penelitian. 48 Lihat Transkrip Wawancara Nomor: 08/W/20- IV/2020 dalam Lampiran Hasil Penelitian.
80
1 Ponorogo: “Kendala yang saya alami saat pembelajaran online yaitu pada sinyal karena
rumah saya yang terletak di pegunungan membuat sinyal sulit untuk mengakses.”49
Sedangkan untuk program keterampilan Tata Busana dan Tata Boga masih dapat
diminimalisir dalam pembelajaran praktiknya. Ibu Marantika selaku guru Tata Busana
memberikan tugas kepada siswa yang diberikan saat sebelum libur darurat kemarin, tugas
tersebut berupa menyulam pada media kain atau tas. Sebagaimana yang diungkapkan
beliau dalam wawancara:
Jadi untuk praktiknya saya suruh menyulam kalau menyulam kan tidak sekali jadi,
kalau di kelas itu butuh beberapa kali pertemuan kalau di rumah kan sesukanya dia.
Kemudian untuk pengumpulannya nanti tanggal segini melalui via foto kalau saya
gitu. Untuk UH saya pakai goggle form kalau materi saya kirim via pdf trus siswa
nanti mencatat di buku masing-masing jadi intinya tugas kelas 10 dan 11 saya
samakan menyulam semua jadi anak-anak nggak usah pakai mesin dan bisa
dikerjakan menggunakan tangan terus bahannya sudah saya bekali sejak dari libur
kemarin. Jadi bahannya dari sekolah dibawa pulang dan dikerjakan di rumah jadi
saya selang-seling gitu. Karena kemarin juga sempat dapat pelatihan di BLK dan
sudah dapat alat-alatnya gitu dan sudah tahu caranya sulam itu seperti ini kemudian
nanti waktu masuk sekolah dikumpulkan tugasnya gitu.50
Meskipun pembelajaran dilakukan online, untuk program keterampilan tertentu
masih dapat dilakukan di rumah yaitu seperti Tata Busana yang bahan dan alatnya mudah
untuk didapat. Selama pembelajaran dilakukan di rumah siswa program keterampilan
kerajinan tangan yaitu menyulam yang ilmunya sudah mereka dapat baik dari madrasah
maupun tempat magang dan bahan untuk pembuatannya sudah difasilitasi dari madrasah.
Entah sampai kapan pembelajaran di rumah saja akan dilakukan akibat adanya wabah
pandemic covid-19. Banyak sekali kekurangan dalam proses pembelajaran online, karena
persiapannya yang kurang maksimal dan pelaksanaan yang serba mendadak sehingga
berpengaruh pada banyak pihak terutama pada peserta didik. Dalam pembelajaran online
siswa dituntut untuk belajar mandiri dan memahami sendiri maksud dari materi yang
diberikan oleh Bapak/Ibu guru, ya meskipun tidak sedikit siswa yang langsung paham
49 Lihat Transkrip Wawancara Nomor: 15/W/05-V/2020 dalam Lampiran Hasil Penelitian. 50 Lihat Transkrip Wawancara Nomor: 11/W/21-VI/2020 dalam Lampiran Hasil Penelitian.
81
hanya dengan materi pun tidak sedikit pula siswa yang baru memahami dengan cara
mendengar atau dengan praktik. Teknologi pendidikan saat ini dapat dikatakan sudah
maju dan sangat canggih hal ini dibuktikan dengan munculnya aplikasi pembelajaran
online seperti e-Learning, Google Form, Google Classroom, Quipper, Ruang Guru dan
lain sebagainya. Dalam aplikasi tersebut terdapat beberapa metode pembelajaran dan
dapat diakses kapan pun dan di manapun sehingga memudahkan juga bagi peserta didik.
3. Data tentang Hasil dari Kurikulum Vokasional Berbasis Teknologi dalam
Meningkatkan Kompetensi Lulusan di MAN 1 Ponorogo.
Hasil merupakan sesuatu yang diperoleh dari kerja keras yang dilakukan oleh
seseorang. Hasil merupakan tolok ukur dari kesuksesan seseorang, butuh waktu yang
cukup panjang agar hasil yang didapat maksimal dan bermanfaat untuk sesama.
Begitupun para siswa mereka sekolah bertahun-tahun lamanya dengan tujuan agar apa
yang diharapkan apa yang dicita-citakan berhasil.
Hasil dari pembelajaran juga didapat oleh siswa Madrasah Aliyah Negeri 1
Ponorogo. Selama belajar di MAN 1 Ponorogo mereka diajari berbagai macam
keterampilan sesuai dengan kurikulum vokasional program keterampilan yang mereka
pilih. Kemudian ketika ujian kelulusan mereka diberikan tugas untuk membuat produk
yang berhubungan dengan program keterampilan mereka. Tugas pembuatan produk ini
adalah Tugas Akhir (TA) yang digunakan sebagai standar kelulusan siswa. Tugas Akhir
ini merupakan bagian dari kurikulum vokasional yang diterapkan di MAN 1 Ponorogo.
Seperti yang disampaikan oleh Bapak Muhadi selaku Waka Kurikulum dalam
wawancaranya:
Standar kelulusan berbagai jurusan itu berbeda, kalau di IT kita mengacu pada ITS
di situ ada ujian Tugas Akhir ada Tugas Akhir, ada pembelajaran itu harus tuntas dan
sebagainya. Sama juga di jurusan tata busana dan tata boga kan ada praktik ada teori.
Jadi, kita punya standar sendiri walaupun anak itu kebanyakan adalah sudah melalui
standarnya yaitu standar mereka itu A, B atau C. Selanjutnya, setelah lulus mereka
mendapat ijazah yang sederajat dengan SMA/ MA yang lain, kemudian yang kedua
82
mendapat sertifikat kompetensi sesuai dengan jurusannya dari ITS terkait dengan
bidang IT, selain sertifikat kompetensi nantinya juga ada dari DU/DI tempat mereka
magang terkait dengan pengembangan skill keterampilan yang mereka miliki.51
Kemudian Bapak Praba selaku guru Multimedia menambahkan dalam wawancaranya:
Standar kelulusan ada penilaian, praktik. Jadi yang diutamakan praktik ada TA nanti
diuji bisa menghasilkan produk seperti apa, apakah produk tersebut layak untuk di
tampilkan di masyarakat atau tidak. Untuk kompetensi siswa dapat dilihat dari TA
nya itu sendiri kemudian nanti juga ada sertifikat untuk semester ini sertifikat dari
ITS Surabaya untuk TI sedangkan untuk tata boga dan tata busana karena belum ada
lulusan jadi bisa dilihat tahun depan.52
Sebelum siswa membuat Tugas Akhir siswa belum bisa dinyatakan lulus. Ketika
siswa lulus nanti mereka mendapatkan ijazah sederajat dengan SMA/MA serta
mendapatkan sertifikat kompetensi program keterampilan yang dikeluarkan oleh Institut
Teknik Sepuluh Nopember Surabaya. Sebagaimana yang disampaikan oleh Bapak
Mashuri selaku Ketua Bidang Keterampilan dalam wawancara:
Untuk kelulusan ada beberapa syarat yang kita rencanakan bahwa siswa harus
mempunyai karya tugas akhir. TA (Tugas Akhir) itu bentuknya siswa harus
mempunyai karya dari jurusannya, ini membuktikan siswa mampu menguasai sesuai
dengan jurusannya selanjutnya siswa membuat laporan dari karya itu yang dibukukan
jadi ini sebagai bukti bahwa mereka sudah melaksanakan pembelajaran dan dia
memang benar-benar bisa. Dari tugas akhir ini ada ujian tugas akhir, jadi mereka
diuji tentang kemampuan dalam bidang jurusannya masing-masing mungkin harus
mempraktikkan bagaimana cara membuatnya. Kemudian jika mereka sudah bisa
melewati ujian tersebut siswa bisa dinyatakan lulus. Lulusnya ini dibuktikan dengan
sertifikat, siswa yang lulus diberi sertifikat yang ditanda tangani oleh ITS Surabaya
kemudian untuk tata boga dan tata busana kita belum meluluskan tapi sudah kita
siapkan sertifikat yang bisa dipunyai oleh siswa sebagai bukti bahwa mereka sudah
melaksanakan keterampilan di MAN 1 Ponorogo. Jadi, standar kelulusannya peserta
didik bisa mengikuti seluruh rangkaian program keterampilan itu. Kemudian TA
yang sudah diuji kemudian kita beri sertifikat memang kalau sudah ada ujian punya
karya, itu menjadi bukti bahwa mereka memang benar-benar bisa kita anggap mereka
lulus.53
Tugas akhir tersebut tidak asal dibuat dan dikumpulkan begitu saja tetapi juga
diujikan hal ini bertujuan untuk mengetahui sejauh mana kompetensi siswa dalam bidang
program keterampilan yang dipilihnya. Setelah diadakan ujian barulah siswa dapat
dinyatakan lulus dan mendapatkan sertifikat dari Institut Teknik Negeri Sepuluh
51 Lihat Transkrip Wawancara Nomor: 03/W/16-IV/2020 dalam Lampiran Hasil Penelitian. 52 Lihat Transkrip Wawancara Nomor: 09/W/20- IV/2020 dalam Lampiran Hasil Penelitian. 53 Lihat Transkrip Wawancara Nomor: 06/W/20- IV/2020 dalam Lampiran Hasil Penelitian.
83
Nopember (ITS) Surabaya. Sertifikat ini berguna untuk siswa yang ingin lulus sekolah
langsung bekerja, membuka usaha atau sebagai nilai plus ketika mereka ingin masuk ke
Perguruan Tinggi baik Negeri maupun Swasta. Untuk saat ini sertifikat hanya untuk
program keterampilan IT saja seperti Animasi, Rekaya Perangkat Lunak (RPL)/
Programmer, Desain Grafis dan Multimedia. Sedangkan untuk program keterampilan
Tata Busana dan Tata Boga masih dalam proses karena program ini baru berjalan 2 tahun
dan belum ada lulusan. Namun untuk sertifikat sebagai bukti bahwa siswa ini kompeten
dalam bidangnya sudah disiapkan oleh pihak sekolah.
Keberhasilan pelaksanaan program keterampilan di MAN 1 Ponorogo dibuktikan
dengan hasil karya dari siswa dan juga dengan banyaknya prestasi siswa mulai dari
tingkat daerah sampai dengan nasional. Hasil karya siswa yang membuktikan bahwa
mereka benar-benar berkompeten dalam bidangnya yaitu dalam pembuatan film oleh
program keterampilan Multimedia, pembuatan poster, pembuatan desain rumah 3D oleh
siswa program keterampilan Desain Grafis. Sebagaimana yang disampaikan oleh Bapak
Praba selaku guru multimedia:
Bisa dibilang berhasil karena ada siswa yang sudah bisa membuat poster sendiri
bahkan ada yang belum lulus sudah diminta untuk membuat sketsa rumah 3D,
walaupun hasilnya tidak banyak tapi lumayan lah nambah uang saku itu dia mandiri.
Kalau yang ikut perusahaan ada yang ikut kakak tingkatnya jadi membantu untuk
pembuatan film dan sebagainya.54
Kemudian bapak Mashuri selaku ketua bidang keterampilan juga menambahkan
dalam wawancaranya:
Keberhasilan bisa dilihat dari perkembangan teknologi, ketika siswa di sekolah dan
siswa lulus kalau kita melihat di sini itu pemanfaatan teknologi sudah sangat luar
biasa di anak-anak. Misal anak jurusan multimedia sudah bisa membuat film itu
sudah sangat luar biasa produk yang dihasilkan sudah lumayan banyak kemudian
kalau kita lihat segi lulusan sudah banyak informasi bahwa siswa kita sering menjadi
rujukan teman lain saat kuliah karena penguasaan IT nya itu lebih karena MAN 1
Ponorogo memang ada pembelajaran khusus tentang IT sangat banyak.55
54 Lihat Transkrip Wawancara Nomor: 09/W/20- IV/2020 dalam Lampiran Hasil Penelitian. 55 Lihat Transkrip Wawancara Nomor: 06/W/20- IV/2020 dalam Lampiran Hasil Penelitian.
84
Mengikuti pembelajaran kurikulum vokasional di MAN 1 Ponorogo, memang
mempunyai nilai tersendiri bagi siswa. Mereka dapat bermanfaat bagi orang lain dan
sekitarnya. Hal ini juga disampaikan oleh Alwy Fauzia Ramadhan selaku lulusan/ alumni
dari MAN 1 Ponorogo:
Bahwasanya menjadi siswa MAN 1 Ponorogo merupakan pilihan yang tepat. Selain
mendapatkan ilmu umum, dan agama yang kuat, kami menerima bekal keterampilan
yang sangat membantu kami dalam mengembangkan potensi, jadi kami mempunyai
wadah untuk menyalurkan kreativitas kami.56
Hal serupa juga disampaikan oleh Diales Gaalends selaku siswa program
keterampilan multimedia dalam wawancaranya: “Hal yang saya dapat selama belajar di
MAN 1 Ponorogo ini yaitu mulai dari soft skill hingga hard skill, juga tidak lupa beberapa
prestasi dan apresiasi yang saya dapatkan melalui bidang keterampilan yang diajarkan.”57
Kompetensi yang harus dimiliki siswa berupa kompetensi pada aspek sikap,
pengetahuan dan keterampilan. Ketiga aspek kompetensi tersebut telah dimiliki oleh
siswa MAN 1 Ponorogo ditandai dengan mereka sangat aktif dan berkembang dalam
penguasaan IT, semakin termotivasi dalam berkarya dan selalu berinovasi dalam segala
hal dengan teknologi IT tentunya. Selain itu, prestasi juga merupakan keberhasilan yang
mereka capai banyak sekali prestasi yang mereka dapatkan mulai dari tingkat daerah
sampai dengan nasional. Prestasi yang membanggakan adalah ketika mereka selalu
mendapatkan juara dalam setiap lomba yang mereka ikuti khususnya kompetesi
Procommit. Procommit merupakan kompetensi pada bidang keterampilan yang diikuti
oleh madrasah atau sekolah yang melaksanakan program keterampilan khususnya pada
bidang IT. Hal ini disampaikan oleh Bapak Muhadi selaku waka kurikulum dalam
wawancaranya:
Keberhasilan dari implementasi kurikulum vokasional dapat dilihat dari keberhasilan
siswa dalam mengikuti lomba IT ditingkat kabupaten, provinsi maupun tingkat
56 Lihat Transkrip Wawancara Nomor: 13/W/30-VI/2020 dalam Lampiran Hasil Penelitian. 57 Lihat Transkrip Wawancara Nomor: 14/W/05-V/2020 dalam Lampiran Hasil Penelitian.
85
nasional. Dengan mendapat kejuaraan tersebut berarti siswa memahami materi
pembelajaran yang diberikan oleh bapak/ibu guru.58
Banyak sekali prestasi yang diraih oleh siswa MAN 1 Ponorogo, data prestasi
tersebut penulis cantumkan dalam lampiran dokumentasi:
Data di atas merupakan data prestasi siswa baik individu maupun kelompok mulai
dari tingkat kabupaten sampai dengan nasional. Banyak sekali prestasi yang sudah
diraih siswa dalam bidang keterampilan. Dapat dilihat dalam data tersebut siswa
mendapat Juara 1 Pemograman Android Procommit V.09 Pada Tahun 2019, Juara 2
Robotik Madrasah 2019 Tingkat Nasional Kategori Rancang Bangun Mesin
Otomatis Kriteria Best Design and Construction serta Juara2 EXPO MA MAN
Penyenggara Program Keterampilan di MAN 2 Bojonegoro. Selain prestasi di bidang
keterampilan banyak pula prestasi siswa baik di bidang akademis maupun non
akademis.59
Keberhasilan prestasi siswa tidak hanya dalam bidang non akademis namun juga
diraih dalam bidang akademis. Hampir dalam setiap mengikuti lomba siswa Madrasah
Aliyah Negeri 1 Ponorogo mendapatkan juara. Begitupun dalam program keterampilan,
prestasi yang didapatkan oleh siswa tidak hanya pada program keterampilan IT namun
juga diraih oleh para siswa program keterampilan Tata Busana. Prestasi diraih dalam
lomba expo di Bojonegoro sebagaimana yang diungkapkan oleh Ibu Marantika selaku
guru Tata Busana: “Selama 2 tahun Alhamdulillah sudah mulai ada perkembangan luar
biasa mulai dari juara robotik, lomba IT, expo busana di bojonegoro, ada juga fashion
baju limbah, jadi sudah mulai bertebaran juara 2 tahun ini karena vokasinya
berkembang.”60
Program keterampilan tata busana merupakan program keterampilan baru di MAN 1
Ponorogo namun dapat membuktikan bahwa program keterampilan ini tidak kalah
bagusnya dengan keterampilan lain. Hal tersebut didukung oleh tenaga pendidik yang
profesional, teknologi yang selalu up to date, dan pastinya materi kurikulum yang selalu
mengikuti perkembangan jaman.
58 Lihat Transkrip Wawancara Nomor: 03/W/16-IV/2020 dalam Lampiran Hasil Penelitian. 59 Lihat Transkrip Dokumentasi Nomor: 01/D/20-IV/2020 dalam Lampiran Hasil Penelitian. 60 Lihat Transkrip Wawancara Nomor: 12/W/21-IV/2020 dalam Lampiran Hasil Penelitian.
86
Kompetensi siswa dalam bidang keterampilan dengan menggunakan kurikulum
vokasional memang patut untuk diberikan apresiasi. Karena pencapaiannya dalam meraih
prestasi serta diterimanya lulusan di Perguruan Tinggi baik Negeri ataupun Swasta di
Indonesia. Banyak lulusan dari MAN 1 Ponorogo yang melanjutkan pendidikan ke
Perguruan Tinggi dan mengambil jurusan yang sesuai dengan program keterampilan yang
diambil ketika di madrasah. Hasil yang sudah didapat oleh siswa karena adanya dukungan
dari pihak sekolah, kurikulum vokasional yang selalu dikembangkan berdasarkan minat
siswa, tenaga pendidik yang professional, perkembangan teknologi pendidikan yang
dimiliki oleh MAN 1 Ponorogo, sarana dan prasarana yang mendukung dan selalu up to
date sehingga membuat siswa semakin semangat untuk belajar, selalu berinovasi dan juga
mengembangkan bakatnya. Adanya program keterampilan di Madrasah Aliyah Negeri 1
Ponorogo memberikan banyak keuntungan bagi siswa terutama dalam mengembangkan
dan mengasah potensi yang mereka miliki.
87
BAB V
PEMBAHASAN
A. Analisis Mengenai Perencanaan Implementasi Kurikulum Vokasional Berbasis
Teknologi dalam Meningkatkan Kompetensi Lulusan di MAN 1 Ponorogo.
Menurut Sukmadinata, kurikulum merupakan suatu hal pokok dalam proses pendidikan
di sekolah formal yang memiliki beberapa kegiatan yang saling berhubungan. Kegiatan
tersebut meliputi penyusunan desain kurikulum (perencanaan), implementasi, dan
pengembangan kurikulum yang meliputi kegiatan evaluasi dan penyempurnaan.1
Perencanaan kurikulum merupakan bagian dari upaya perwujudan sebuah ide-ide
tentang pengembangan kurikulum. Perencanaan memegang peranan penting terhadap
optimalisasi hasil dari sebuah proses pengembangan kurikulum. Apabila perencanaannya baik
maka baik pula hasilnya, dan sebaliknya apabila perencanaannya tidak baik maka tentu akan
dihasilkan sebuah kurikulum yang tidak sistematis, tidak relevan, dan tidak mampu
beradaptasi dengan perkembangan masyarakat dan teknologi.2
Perencanaan memegang peran penting dalam suatu organisasi atau lembaga pendidikan
sebelum mewujudkan suatu tujuan. Penulis menganalogikan perencanaan adalah sebuah
pondasi dari suatu bangunan, di mana jika pondasi itu kuat dan kokoh maka tidak menutup
kemungkinan bangunan yang ada di atasnya akan bertahan lama. Begitu juga dengan
perencanaan dalam suatu organisasi jika perencanaan dirumuskan dengan matang maka
organisasi tersebut akan berjalan sesuai dengan rencana serta dapat mencapai tujuan yang
telah dibuat sebelumnya. Pentingnya suatu perencanaan juga dirasakan oleh pihak Madrasah
Aliyah Negeri Ponorogo. Madrasah Aliyah Negeri 1 Ponorogo merupakan madrasah Aliyah
1 Dinn Wahyudin, Manajemen Kurikulum, 80. 2 Ibid.,
88
penyelenggara Program Keterampilan. Ketentuan penyelenggaraan program keterampilan
oleh Madrasah Aliyah terdapat dalam Surat Keputusan yang dikeluarkan oleh Kemenag.
Program keterampilan yang diselenggarakan di Madrasah Aliyah masuk dalam beban
belajar/ struktur kurikulum Madrasah Aliyah pada mata pelajaran Prakarya/ Kewirausahaan
dengan jumlah jam per minggu 2 jam pelajaran, dan untuk Madrasah Aliyah Penyelenggara
Program Keterampilan ditambah materi lintas minat keterampilan dengan jumlah jam per
minggu yaitu 6 jam pelajaran. Apabila dipandang bahwa dari alokasi beban belajar tersebut
masih perlu tambahan sesuai kebutuhan, maka Madrasah dapat menambah sesuai kondisi
madrasah masing-masing.
Untuk memperoleh hasil maksimal program ini harus terintegrasi dengan kurikulum dan
harus dipastikan bahwa program keterampilan di Madrasah Aliyah tidak mengurangi jumlah
jam dari mata pelajaran yang ada. Dengan pola ini, diharapkan program keterampilan
menghasilkan output seperti yang diharapkan. Output yang diharapkan adalah siswa yang
memiliki kompetensi sesuai dengan standar minimal yang dipersyaratkan oleh dunia usaha/
dunia industri terkait.3
Awalnya MAN 1 Ponorogo melaksanakan program keterampilan ini karena adanya
kerjasama dengan Institut Teknik Sepuluh Nopember Surabaya (ITS Surabaya) yaitu pada
tahun 2012. Kerjasama ini dilakukan karena pada saat itu MAN 1 Ponorogo mengalami
kondisi dimana minat peserta didik untuk melanjutkan pendidikan di madrasah ini berkurang
sehingga mengakibatkan jumlah siswa menurun. Kemudian muncul ide untuk melakukan
kerjasama tersebut yang bernama Program Terapan Bidang Teknologi, Informasi dan
Komunikasi. Terdapat beberapa program yang dilaksanakan yaitu Animasi, RPL/
Programmer, Desain Grafis, dan Multimedia, program keterampilan ini bersifat ektrakurikuler
yang dilaksanakan pada sore hari. Kemudian pada tahun 2018 MAN 1 Ponorogo dipilih
3 Keputusan Direktur Jenderal Pendidikan Islam Nomor 1023 Tahun 2016 tentang Pedoman Penyelenggaraan
Program Keterampilan di Madrasah Aliyah.
89
Kemenag untuk menjadi Madrasah Aliyah penyelenggara Program Keterampilan oleh
Kemenag, dan menambah 2 program keterampilan yaitu Tata Busana dan Tata Boga.
Dengan begitu proses pembelajaran program keterampilan ini dapat dilaksanakan di pagi
hari. Latar belakang penyelenggaraan program keterampilan ini yaitu, untuk membekali
keterampilan kepada siswa baik berupa soft skill maupun hard skill yang nantinya dapat
memberikan nilai tersendiri bagi mereka ketika lulus nanti. Keterampilan tersebut dapat
menjadi bekal siswa yang ingin menjadi seorang enterpreuner bagi mereka yang tidak
melanjutkan ke Perguruan Tinggi. Hal tersebut sesuai dengan tujuan madrasah yaitu
terciptanya penyelenggaraan pendidikan dan pembelajaran keterampilan berbasis teknologi
guna meningkatkan penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi serta mendorong peserta
didik memanfaatkan teknologi dalam berwirausaha.
MAN 1 Ponorogo adalah Madrasah Aliyah Plus Keterampilan di mana kurikulum yang
digunakan yaitu kurikulum vokasional, kurikulum ini merupakan pengembangan dari
kurikulum regular/ kurikulum 2013. Madrasah Aliyah Negeri 1 Ponorogo diberikan
kebebasan oleh Kemenag untuk mengembangkan kurikulum tersebut sesuai dengan
kebutuhan dan kemampuan dari madrasah. Dalam pengembangan kurikulum vokasional
MAN 1 Ponorogo mengadopsi dari ITS Surabaya, Sekolah Kejuruan maupun dari DU/DI.
Melaksanakan kurikulum vokasional tentu membutuhkan perencanaan yang matang,
perencanaan merupakan bagian terpenting dari suatu organisasi (dalam hal ini yaitu lembaga
pendidikan).
Depdiknas menjelaskan, kurikulum sebagai bagian terpenting dari kegiatan pendidikan
memiliki fungsi utama sebagai pedoman dalam proses pelaksanaan pendidikan. Rancangan
kurikulum dalam pendidikan harus diposisikan sebagai pijakan bagi sekolah untuk
90
mengembangkan pendidikan. Kurikulum pada masing-masing sistem pendidikan
direncanakan dan dikembangkan sesuai dengan kebutuhan masyarakat.4
Kurikulum vokasional digunakan sebagai pedoman dalam proses pembelajaran oleh
tenaga pendidik. Seperti yang sudah penulis jelaskan sebelumnya bahwa kurikulum
vokasional merupakan pengembangan dari kurikulum regular/ kurikulum 2013 yang mana
kurikulum vokasional ini hanya dikhususkan untuk Madrasah Aliyah Penyelenggara Program
Keterampilan. Dalam perumusannya kurikulum vokasional disesuaikan dengan kemampuan
dan kondisi dari pihak madrasah serta disesuaikan dengan kebutuhan masyarakat yang ada di
sekitar madrasah tersebut.
Berdasarkan deskripsi data sebelumnya, kurikulum vokasional di MAN 1 Ponorogo
direncanakan dan dirumuskan oleh beberapa pihak yaitu pimpinan, waka, ketua bidang
keterampilan, tenaga pendidik dan stakeholder. Perencanaan diadakan dengan tujuan agar
pelaksanaan kurikulum vokasional dapat berjalan maksimal. Dengan perencanaan tersebut
MAN 1 Ponorogo dapat mengetahui apa saja yang perlu disiapkan sebelum pelaksanaan
kurikulum vokasional yaitu terkait dengan finansial, tenaga pendidik, sarana dan prasarana
serta waktu yang diperlukan untuk mencapai target.
Hal tersebut sesuai dengan teori menurut Oemar Hamalik dalam bukunya, menjelaskan
bahwa dalam tahap perencanaan implementasi kurikulum bertujuan untuk menguraikan visi
dan misi atau mengembangkan tujuan implementasi (operasional) yang ingin dicapai. Usaha
ini mempertimbangkan metode (teknik), sarana dan prasarana pencapaian yang akan
digunakan, waktu yang dibutuhkan, besar anggaran, personalia yang terlibat, dan sistem
evaluasi, dengan mempertimbangkan tujuan yang ingin dicapai beserta situasi, kondisi, serta
faktor internal dan eksternal.5
4 Akhmad Saufi dan Hambali, “Menggagas Perencanaan Kurikulum Menuju Sekolah Unggul,” Al-Tanzim, 01
(Maret, 2019), 32. 5 Oemar Hamalik, Dasar-dasar Pengembangan Kurikulum, 249.
91
Dalam pengembangan kurikulum MAN 1 Ponorogo menyesuaikan dengan Visi & Misi
yang telah dibuat, adapun visi tersebut yaitu peduli lingkungan, agamis, sains, teknopreneur
dan inovatif. Sedangkan salah satu misi yang sesuai dengan program keterampilan yaitu
menyelenggarakan pembelajaran keterampilan berbasis teknologi guna meningkatkan
penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi serta mendorong peserta didik memanfaatkan
teknologi dalam berwira usaha. Jadi kurikulum vokasional dikembangkan agar Visi & Misi
dari MAN 1 Ponorogo dapat tercpai dengan maksimal. Selain itu, perlu diperhatikan beberapa
aspek lainnya yaitu terkait dengan waktu, sarana dan prasarana yang ada, anggaran, sumber
daya manusia yang ada di madrasah serta perlu dilakukan evaluasi secara berkala agar
perencanaan pengembangan kurikulum vokasional tersebut dapat diimplementasikan dengan
baik.
Sedangkan Dinn Wahyudin dalam bukunya menjelaskan, jika dikaji lebih mendalam
tentang komponen-komponen apa saja yang perlu direncanakan dalam implementasi
kurikulum, secara sederhana dapat dideskripsikan sebagai berikut:6
f) Tujuan, diperlukan untuk memberikan arah pada kegiatan yang dilakukan
g) Isi, merupakan susunan bahan kajian dan pelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan
h) Aktivitas belajar, adalah berbagai aktivitas yang diberikan para pembelajar dalam
situasi belajar-mengajar
i) Sumber belajar, sumber yang dapat digunakan untuk mencapai tujuan antara lain buku
dan bahan cetak, perangkat lunak komputer, media audiovisual
j) Evaluasi, berguna untuk mengetahui tingkat ketercapaian pelaksanaan tujuan,
dilakukan secara bertahap berkesinambungan, dan terbuka.
Hal tersebut selaras dengan temuan peneliti di lapangan, bahwa komponen yang perlu
direncakan dalam implementasi kurikulum vokasional yaitu terkait dengan tujuan madrasah
6 Dinn Wahyudin, Manajemen Kurikulum, 87.
92
yaitu membekali siswa keterampilan sesuai dengan minat dan bakat dari siswa tersebut yang
tertuang dalam visi, misi dan tujuan MAN 1 Ponorogo.
Isi yang merupakan materi apa saja yang akan diberikan oleh peserta didik. Materi yang
diberikan kepada siswa disesuaikan dengan program keterampilan yang dipilih, sehingga
setiap program keterampilan memiliki materi pembelajaran yang berbeda-beda. Misal
program keterampilan desain grafis diberikan materi corel draw dan juga adobe ilutrator
sedangkan untuk program keterampilan RPL diberikan materi pemograman web dan juga
pemograman android. Karena madrasah diberi kebebasan untuk mengembangkan kurikulum
sehingga sebisa mungkin MAN 1 Ponorogo selalu meng up date apa saja yang diperlukan
siswa saat ini dan yang akan dibutuhkan ke depannya.
Aktivitas belajar di MAN 1 Ponorogo dilaksanakan dengan cara praktik serta
pembelajaran di dalam kelas pada umumnya. Berhubung Madrasah Aliyah Negeri 1 Ponorogo
adalah MA Penyelenggara program keterampilan sehingga pembelajaran yang diterapkan
lebih pada pembelajaran secara praktik/lapangan dari pada teori.
Selanjutnya, sumber belajar yang digunakan di madrasah ini sudah cukup memadai.
Sekarang adalah eranya digital di mana semua sumber belajar dapat diakses secara online, di
MAN 1 Ponorogo sudah menyediakan sumber belajar baik berupa media cetak maupun
diakses melalui online, hal tersebut didukung oleh adanya teknologi pendidikan berupa
computer serta peralatan yang lain. MAN 1 Ponorogo sangat memperhatikan teknologi
pembelajaran yang diperlukan oleh peserta didik sehingga sarana sebagai penunjang
pembelajaran selalu up to date.
Kemudian komponen selanjutnya yaitu evaluasi, evaluasi penting dilakukan untuk
mengetahui seberapa berhasil pelaksanaan dari sebuah perencanaan. Begitupun dengan MAN
1 Ponorogo melakukan evaluasi dengan cara melaksanakan Ulangan Harian oleh guru
masing-masing program keterampilan, pelaksanaan UAS di setiap akhir semester serta
93
memberikan tugas akhir kepada siswa sesuai dengan jurusan masing-masing. Pada tugas akhir
tersebut siswa harus membuat produk sesuai dengan program keterampilan yang dipilih, hal
ini dilakukan untuk mengetahui kompetensi dari peserta didik.
Dari analisis data mengenai perencanaan kurikulum vokasional, dapat disimpulkan
perencanaan sangat penting dilakukan sebelum mendirikan suatu organisasi atau
melaksanakan suatu program demi terwujudnya tujuan bersama. Perencanaan dalam lembaga
pendidikan perlu melibatkan semua warga madrasah. Begitupun perencanaan kurikulum
vokasional di MAN 1 Ponorogo perlu melibatkan pimpinan, waka serta stakeholder yang ada
di madrasah tersebut. Terdapat beberapa aspek yang perlu diperhatikan sebelum pelaksanaan
kurikulum yaitu terkait kurikulum yang digunakan dan pengembangannya yang disesuaikan
dengan Visi & Misi madrasah, finansial, tenaga pendidik, sarana dan prasarana yang akan
digunakan serta waktu yang diperlukan untuk mencapai target. Hal tersebut perlu diperhatikan
dan direncanakan dengan matang agar tujuan dapat terwujud.
B. Analisis Mengenai Implementasi Kurikulum Vokasional Berbasis Teknologi dalam
Meningkatkan Kompetensi Lulusan di MAN 1 Ponorogo.
Dalam Oxford Advance Learner’s Dictionary dikemukakan bahwa implementasi adalah
“Outsome thing into effect” atau penerapan sesuatu yang memberikan efek.7 Dalam KBBI
(Kamus Besar Bahasa Indonesia) implementasi adalah pelaksanaan atau penerapan.8
Implementasi/ pelaksanaan kurikulum merupakan kegiatan merealisasikan perencanaan yang
sudah dibuat sebelumnya. Pelaksanaan kurikulum mempunyai tujuan untuk memberikan
kompetensi pada siswa sehingga siswa yang semula tidak bisa menjadi bisa dan yang sudah
bisa menjadi lebih terampil.
7 Oemar Hamalik, Dasar-dasar Pengembangan Kurikulum, 237. 8 KBBI
94
Implementasi kurikulum dapat diartikan sebagai aktualisasi kurikulum tertulis (written
curriculum) dalam bentuk pembelajaran. Hal ini sejalan dengan apa yang diungkapkan Miller
dan Seller bahwa “in same case implementation has been identified with instruction” lebih
lanjut dijelaskan bahwa implementasi kurikulum merupakan suatu penerapan konsep ide
program atau tatanan kurikulum ke dalam praktik pembelajaran atau berbagai kreativitas baru
sehingga terjadinya perubahan pada sekelompok orang yang diharapkan untuk berubah.9
Seperti halnya di MAN 1 Ponorogo, madrasah ini mengembangkan dan menerapkan
kurikulum berdasarkan konsep yang sudah dibuat bersama sehingga menghasilkan inovasi
yang berupa kurikulum vokasional. Kurikulum vokasional merupakan pengembangan dari
kurikulum 2013 yang di dalamnya memuat tentang pembelajaran mengenai pembentukan
kompetensi siswa yaitu berupa keterampilan yang dapat digunakan sebagai bekal ketika
mereka lulus nanti. Menurut Sudira kurikulum Technical and Vocation Education and
Training (TVET) memuat panduan program pengembangan kompetensi kerja lulusan
terstandar dunia kerja.10 Sedangkan, kurikulum TVET menurut Dewey memuat kemampuan
akademik yang luas dan kompetensi generik, skill teknis, skill interpersonal, dan karakter
kerja. Kurikulum TVET mengintegrasikan pendidikan akademik, karir, dan teknik.11
Implementasi kurikulum vokasional yang diterapkan di MAN 1 Ponorogo merupakan
pengembangan dari kurikulum reguler/ kurikulum 2013. Implementasi kurikulum vokasional
ini merupakan perealisasian dari tahap perencanaan. Seperti yang sudah penulis jelaskan
sebelumnya, bahwa dalam pengembangan kurikulum vokasional ada beberapa faktor yang
perlu diperhatikan yaitu keadaan lingkungan sekitar madrasah dan juga minat dari peserta
didik. Karena dengan mengetahui kedua faktor tersebut akan lebih mudah bagi pihak
madrasah dalam mengembangkan kurikulum dan menerapkannya ke peserta didik.
9 Dinn Wahyudin, Manajemen Kurikulum, 93.
10 Unung Verawadina, Nizwardi Jalinus dan Lise Asnur, “Kurikulum Pendidikan Vokasi pada Era Revolusi
Industri 4.0,” Pendidikan, 1 (Maret 2019), 84. 11 Putu Sudira, TVET Abad XXI Filosofi, Teori, Konsep, dan Strategi Pembelajaran Vokasional, 37.
95
Oemar Hamalik menjelaskan bahwa model implementasi kurikulum pada tahap
implementasi bertujuan untuk melaksanakan pedoman yang telah disusun dalam fase
perencanaan, dengan menggunakan sejumlah teknik dan sumber daya yang ada dan telah
ditentukan pada tahap perencanaan sebelumnya. Jenis kegiatan dapat bervariasi, sesuai
dengan kondisi yang ada. Teknik yang digunakan, alat bantu yang dipakai, lamanya waktu
pencapaian kegiatan, pihak yang terlibat, serta besarnya anggaran yang telah dirumuskan
dalam tahap perencanaan, diterjemahkan kembali dalam praktik. Pelaksanaan dilakukan oleh
suatu tim terpadu, menurut departemen/divisi/seksi masing-masing atau gabungan,
bergantung pada perencanaan sebelumnya. Hasil dari pekerjaan ini adalah tercapainya tujuan-
tujuan kegiatan yang telah ditetapkan. Secara umum, hasilnya akan meningkatkan
pemanfaatan dan penerapan kurikulum.12
Seperti yang sudah penulis singgung di atas bahwa implementasi kurikulum merupakan
bagian dari merealisasikan perencanaan yang sudah dibuat sebelumnya dengan berpegang
pada pedoman-pedoman tertentu untuk mencapai tujuan yang sudah ditetapkan. Untuk
mencapai tujuan tersebut kurikulum vokasional dimanajemen oleh tim vokasi yang terdiri
kepala madrasah, waka dan juga guru keterampilan.
Implementasi kurikulum vokasional di MAN 1 Ponorogo menggunakan sistem moving
class di mana tidak semua program studi (IPA, IPS, Agama) pada setiap kelas memiliki satu
program keterampilan. Melainkan ada beberapa kelas yang di dalamnya terdapat beberapa
program keterampilan, hal tersebut dilakukan dengan tujuan untuk memberikan kesempatan
kepada siswa yang ingin masuk pada kelas IPA 1 dengan program keterampilan Multimedia
namun kuota penuh sehingga harus masuk ke kelas IPA 3 moving. Moving class terdapat di
kelas Agama, IPA 3 dan IPS 3, moving class ini dijadwalkan setiap hari Sabtu untuk kelas X
dan hari Senin untuk kelas XI. Kemudian untuk jam pelajaran ditentukan selama 6 jam dalam
satu minggu.
12 Oemar Hamalik, Dasar-dasar Pengembangan Kurikulum, 249.
96
Pelaksanaan kurikulum vokasional menggunakan sistem moving class, sangat membantu
madrasah dan juga tenaga pendidik dalam hal pembelajaran. Karena ada beberapa program
keterampilan seperti Tata Busana dan Tata Boga yang jam pelajarannya dijadikan satu kali
pertemuan yaitu 6 jam sekaligus. Hal ini memudahkan tenaga pendidik dalam penyampaian
materi pembelajaran dan juga pada saat kegiatan praktik, karena jam pelajaran lebih panjang
dan lebih fokus. Tenaga pendidik yang mengajar pada setiap program keterampilan pun sudah
memenuhi syarat yaitu memiliki latar belakang pendidikan Sarjana 1 (S1) serta sesuai dengan
program keterampilan yang diampu.
Meskipun menggunakan sistem moving class, siswa hanya diperbolehkan memilih satu
program keterampilan saja. Kemudian untuk kurikulum vokasional mulai diterapkan kepada
siswa di kelas X (Sepuluh) sampai dengan kelas XII (Dua Belas), sehingga materi yang
diberikan pada setiap tingkatanpun (semester) juga berbeda. Hal tersebut bertujuan agar siswa
lebih fokus pada materi yang diberikan oleh setiap guru program keterampilan. Karena setiap
program keterampilan memiliki materi yang berbeda-beda dan materi tersebut sudah
disesuaikan dengan kebutuhan siswa pada saat ini maupun masa yang akan datang.
Implementasi kurikulum vokasional di MAN 1 Ponorogo tidak akan berjalan dengan baik
tanpa adanya sarana dan prasarana yang mendukung khususnya teknologi pendidikan yang
digunakan pada saat proses pembelajaran. Teknologi pendidikan bukan hanya tentang
komputer yang canggih namun lebih pada alat/media yang digunakan untuk memecahkan
masalah saat proses pembelajaran.
Semua bentuk teknologi adalah sistem yang diciptakan manusia untuk sesuatu tujuan
tertentu, yang pada dasarnya adalah mempermudah manusia dan memperingan usahanya,
meningkatkan hasil dan menghemat tenaga serta sumber daya yang ada.13 Teknologi adalah
cara di mana kita menggunakan ilmu pengetahuan untuk memecahkan masalah praktis. Dalam
kehidupan manusia di era globalisasi saat ini, manusia akan selalu berhubungan dengan
13 Ishak Abdullah dan Deni Darmawan, Teknologi Pendidikan, 106-107.
97
teknologi. Teknologi menurut Smaldino pada hakikatnya adalah alat untuk mendapatkan nilai
tambah dalam menghasilkan produk yang bermanfaat.14
Sesuai deskripsi data sebelumnya bahwa Madrasah Aliyah Negeri 1 Ponorogo adalah MA
Plus Keterampilan, ada enam program keterampilan yang dijalankan, 4 di antaranya adalah
program keterampilan yang berhubungan dengan IT yaitu Animasi, RPL/ Programmer,
Desain Grafis, dan Multimedia. Untuk alat/ media pembelajaran yang digunakan ketika
praktik harus selalu up date hal ini bertujuan untuk mengasah kemampuan mereka dan juga
menolak ketertinggalan dengan madrasah lainnya. Untuk 2 pogram keterampilan lainnya yaitu
Tata Busana dan Tata Boga dalam proses pembelajaran pun sudah menggunakan teknologi
sesuai dengan standar DU/DI.
Misalnya pada program keterampilan Tata Busana, sebelum ada teknologi siswa praktik
menjahit menggunakan mesin jahit biasa/ mesin jahit manual yang masih menggunakan kaki,
meskipun alat tersebut sudah termasuk dalam teknologi namun tetap saja kurang efektif di
masa sekarang. Seiring berjalannya waktu program keterampilan Tata Busana memiliki
beberapa mesin jahit dengan standar DU/DI, kegiatan praktik menjahit pun lebih cepat
sehingga lebih efektif dan efisien.
Para ahli teknologi pendidikan berpendapat bahwa peranan utama teknologi pendidikan
untuk membantu meningkatkan efisiensi menyeluruh proses belajar mengajar. Hal yang
berkaitan dengan efisiensi tersebut adalah:15
1) Meningkatkan kualitas belajar atau penguasaan materi belajar.
2) Mempersingkat waktu yang dipakai untuk mencapai tujuan yang ingin dicapai dalam
belajar.
3) Meningkatkan kualitas guru.
4) Mengurangi biaya tanpa mempengaruhi kualitas belajar.
14 Tuti Andriani, “Sistem Pembelajaran Berbasis Teknologi Informasi dan Komunikasi,” Sosial Budaya, Vol.
12, No. 1 (Januari-Juni, 2015), 133. 15 Hamzah B.Uno dan Nina Lamatenggo, Landasan Pendidikan (Jakarta: Bumi Aksara, 2016), 153.
98
Berdasarkan temuan data penulis di lapangan, implementasi kurikulum vokasional di
MAN 1 Ponorogo sudah didukung dengan teknologi pendidikan yang selalu up to date
sehingga dapat meningkatkan kualitas kompetensi siswa. Selain itu dengan menggunakan
teknologi pendidikan dapat memberikan efisiensi pada saat proses pembelajaran serta
mengasah lebih dalam lagi kemampuan yang dimiliki tenaga pendidik.
Meskipun saat ini kegiatan belajar dilakukan di rumah saja akibat pandemi, namun hal
ini memberikan nilai positif bagi siswa maupun guru. Karena mereka dituntut untuk bisa
mengoperasikan komputer maupun gadget beserta aplikasi yang ada di dalamnya. Proses
pembelajaran dilakukan dengan menggunakan sistem Daring (Dalam jaringan). Banyak sekali
teknologi pendidikan yang dapat digunakan untuk proses pembelajaran Daring seperti Ruang
Guru, Quipper dan lain sebagainya.
MAN 1 Ponorogo sudah mempersiapkan e-Learning sebagai media pembelajaran
mereka. Dengan adanya e-Learning tersebut serta media lainnya seperti WhatsApp, Zoom, dan
Google Classroom dapat membantu tenaga pendidik dalam menyampaikan materi dan tugas
pada siswa. Meskipun dalam pelaksanaannya masih perlu adanya evaluasi untuk perbaikan ke
depannya, namun dengan adanya teknologi pendidikan tersebut sudah sangat membantu
tenaga pendidik dalam proses pembelajaran. Dengan adanya teknologi pendidikan tersebut
juga dapat mengurangi biaya sekolah dalam hal pembelian buku pelajaran, serta
meningkatkan kompetensi siswa dalam hal penggunaan media dengan bijak.
Dapat disimpulkan bahwa, pelaksanaan kurikulum vokasional di MAN 1 Ponorogo
menggunakan sistem moving class. Moving class merupakan kelas yang di dalamnya terdapat
beberapa program keterampilan, sehingga siswa dapat mengikuti program keterampilan yang
mereka minati. Materi yang diberikan di setiap semester pun juga berbeda karena disesuikan
dengan kemampuan capaian peserta didik. Implementasi kurikulum vokasional di MAN 1
Ponorogo didukung oleh kurikulum vokasional yang sudah relevan dengan Visi & Misi
madrasah, tenaga pendidik yang profesioal serta sarana dan prasarana yang selalu up to date
99
yang digunakan dalam kegiatan belajar mengajar. Sarana (teknologi pendidikan) yang
digunakan dalam proses pembelajaran baik di dalam kelas maupun luar kelas (praktik) sangat
membantu dalam meningkatkan kualitas kompetensi yang dimiliki siswa.
C. Analisis Mengenai Hasil dari Implementasi Kurikulum Vokasional Berbasis Teknologi
dalam Meningkatkan Kompetensi Lulusan di MAN 1 Ponorogo.
Berdasarkan UU No. 20/ 2003 tentang Sisdiknas penjelasan pasal 35 (1), kompetensi
lulusan merupakan kualifikasi kemampuan lulusan yang mencakup sikap, pengetahuan, dan
keterampilan sesuai dengan standar nasional yang telah disepakati. Depdiknas menyatakan
bahwa kompetensi lulusan adalah kualifikasi kemampuan lulusan yang mencakup sikap,
pengetahuan, dan keterampilan.16
Pembelajaran merupakan proses menyampaikan pengetahuan kepada peserta didik oleh
tenaga pendidik. Pembelajaran tersebut berpedoman pada kurikulum yang sudah ditetapkan
sebelumnya. Hasil yang diharapkan dari proses penerapan kurikulum melalui pembelajaran
tersebut adalah siswa dapat memiliki kompetensi yang terdiri dari sikap, pengetahuan dan
keterampilan. Kompetensi tersebut dapat menjadi nilai tambah bagi peserta didik sebagai
bekal ketika mereka lulus nanti.
Setiap lulusan satuan pendidikan dasar dan menengah memiliki kompetensi pada tiga
dimensi yaitu sikap, pengetahuan, dan keterampilan. Berikut kompetensi pada setiap dimensi
pada tingkat SMA/ MA/ SMALB:17
1. Dimensi sikap
Memiliki perilaku yang mencerminkan sikap beriman dan bertakwa kepada Tuhan YME,
berkarakter, jujur, dan peduli, bertanggung jawab, pembelajar sejati sepanjang hayat, dan
sehat jasmani dan rohani.
16 M. Aghpin Ramadhan, Tuti Iriani dan Santoso Sri Handoyo, “Relevansi Kompetensi Lulusan SMK
Khususnya Kompetensi Keahlian Teknik Gambar Bangunan dengan Kompetensi yang Dibutuhkan di Dunia Kerja,”
Pensil, 1 (Februari, 2013), 4. 17 Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 20 Tahun 2016 tentang Standar Kompetensi
Lulusan Pendidikan Dasar dan Menengah.
100
2. Dimensi pengetahuan
Memiliki pengetahuan faktual, konseptual, prosedural, dan metakognitif pada tingkat
teknis, spesifik, detail, dan kompleks berkenaan dengan ilmu pengetahuan, teknologi,
seni, budaya, dan humaniora.
3. Dimensi keterampilan
Memiliki keterampilan berpikir dan bertindak kreatif, produktif, kritis, mandiri,
kolaboratif, dan komunikatif melalui pendekatan ilmiah sebagai pengembangan dari yang
dipelajari di satuan pendidikan dan sumber lain secara mandiri.
Dimensi sikap, pengetahuan dan keterampilan merupakan 3 dimensi yang harus
ditanamkan pada siswa sejak mereka menempuh pendidikan. Karena ketiga dimensi tersebut
merupakan kompetensi yang harus dimiliki siswa. MAN 1 Ponorogo merupakan Madrasah
Aliyah yang mana dalam proses pembelajaran selalu menanamkan nilai-nilai agama untuk
membentuk sikap dan karakter siswa yaitu dengan adanya kebiasaan berjabat tangan dan
mencium tangan guru, bertutur kata dan berperilaku sopan di hadapan para guru. Selain
menanamkan nilai agama dan memberikan pengetahuan umum, MAN 1 Ponorogo juga
membekali peserta didik keterampilan/ hardskill. Adapun dampak dari implementasi program
keterampilan yang berkaitan dengan kompetensi siswa (sikap, pengetahuan dan keterampilan)
yaitu siswa sangat berkembang dalam penguatan IT, semakin termotivasi dalam berkarya dan
juga selalu berinovasi dalam segala hal dengan teknologi IT.
Membekali keterampilan pada siswa dilakukan melalui program keterampilan yang sudah
dilaksanakan MAN 1 Ponorogo sejak tahun 2012. Jadi, selain mereka belajar agama dan ilmu
pengetahuan umum, peserta didik juga dibekali keterampilan dengan harapan dapat berguna
ketika mereka lulus nanti serta agar mereka lebih kreatif dan inovatif. Berdasarkan hasil
observasi penulis di lapangan, banyak sekali produk yang dihasilkan siswa saat mengikuti
pembelajaran program keterampilan yang dipilihnya seperti film pendek oleh siswa program
keterampilan Multimedia, aplikasi web untuk ujian oleh siswa program keterampilan RPL dan
101
juga berbagai macam busana oleh siswa program keterampilan Tata Busana. Program
keterampilan ini tidak diberikan begitu saja, namun juga ada standar kelulusannya, hal ini
bertujuan untuk meningkatkan kompetensi lulusan siswa.
Untuk mengetahui ketercapaian dan kesesuaian antara standar kompetensi lulusan dan
lulusan dari masing-masing satuan pendidikan dan kurikulum yang digunakan pada satuan
pendidikan tertentu perlu dilakukan monitoring dan evaluasi secara berkala dan berkelanjutan
dalam setiap periode. Hasil yang diperoleh dari monitoring dan evaluasi digunakan sebagai
bahan masukan bagi penyempurna standar kompetensi lulusan di masa yang akan datang.18
Sesuai dengan deskripsi data sebelumnya, dalam pelaksanaan evaluasi Madrasah Aliyah
Negeri 1 Ponorogo memberikan tugas kepada siswa kelas XII. Tugas tersebut berupa Tugas
Akhir (TA), tugas ini dibuat sesuai dengan program keterampilan yang dipilih siswa, jadi
siswa diharuskan untuk membuat produk sesuai dengan program keterampilannya untuk
kemudian dipresentasikan dan diuji oleh guru penguji. Kemudian untuk membuktikan bahwa
siswa tersebut terampil dalam program keterampilan yang dipilihnya, madrasah memberikan
apresiasi berupa sertifikat keterampilan.
Tugas Akhir tersebut sangat berguna untuk mengetahui seberapa jauh kompetensi yang
dimiliki siswa selama mereka belajar, serta dapat digunakan sebagai acuan untuk evaluasi
pembelajaran ke depannya. Selain Tugas Akhir siswa juga melaksanakan ujian tulis baik itu
Ujian Tengah Semester (UTS) maupun Ujian Akhir Semester (UAS).
Tidak hanya Tugas Akhir dan ujian lainnya, kompetensi siswa juga dilihat dari perolehan
prestasi siswa baik di tingkat daerah maupun Nasional. Saat mereka mendapatkan prestasi
ketika mengikuti lomba baik itu dalam bidang akademik maupun non akademik, berarti
mereka telah memahami arahan yang diberikan oleh Bapak/Ibu guru. Untuk program
keterampilan terdapat ajang kompetisi khusus yaitu Procommit. Procommit merupakan ajang
18 Ibid.,
102
lomba yang diperuntukkan bagi sekolah-sekolah dalam binaan ITS Surabaya yang tergabung
dalam Program Pendidikan Terapan Bidang TIK (Prodistik).19
Perlombaan yang dilombakan yaitu berhubungan dengan Teknologi Informasi dan
Komunikasi, jadi Procommit merupakan wadah untuk mengasah bakat dan kemampuan yang
mereka miliki. Selain Procommit terdapat perlombaan lain yang masih berhubungan dengan
program keterampilan yaitu pada program keterampilan Tata Busana meraih prestasi dalam
lomba Expo di Bojonegoro. Prestasi di sini bukan termasuk dalam standar kelulusan siswa
namun sebagai hasil dari implementasi kurikulum vokasional serta keberhasilan madrasah
dalam menanamkan dan mengolah kompetensi siswa yang terdiri dari sikap, pengetahuan dan
keterampilan.
Selain untuk evaluasi ke depannya, standar kompetensi lulusan juga digunakan MAN 1
Ponorogo untuk mengembangkan sarana prasarana yang ada, kompetensi tenaga pendidik,
memperbaiki dan mengembangkan kurikulum yang disesuaikan dengan kebutuhan siswa di
masa yang akan datang dan komponen lainnya yang mendukung berjalannya program
keterampilan. Hal tersebut sesuai dengan Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan
Nomor 20 Tahun 2016 tentang Standar Kompetensi Lulusan Pendidikan Dasar dan Menengah
yang berbunyi “Standar kompetensi lulusan digunakan sebagai acuan utama pengembangan
standar isi, standar proses, standar penilaian pendidikan, standar pendidik dan tenaga
kependidikan, standar sarana dan prasarana, standar pengelolaan, dan standar pembiayaan”.20
Jadi, dapat disimpulkan bahwa hasil dari implementasi kurikulum vokasional berbasis
teknologi di MAN 1 Ponorogo yaitu adanya standar kelulusan siswa yaitu berupa pembuatan
Tugas Akhir sesuai dengan program keterampilan yang dipilih. Standar kompetensi lulusan
tersebut dibuat untuk meningkatkan kompetensi lulusan baik sekarang maupun yang akan
datang serta sebagai evaluasi pembelajaran. Selain itu prestasi yang diperoleh siswa baik di
19 Firman Arifin, “Ajang Procommit NG-7, Puluhan Robot Saling Beradu di ITS”, Seruji, 25 November 2017. 20 Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 20 Tahun 2016 Tentang Standar Kompetensi Lulusan
Pendidikan Dasar dan Menengah.
103
tingkat daerah maupun nasional dalam bidang IT ataupun lomba keterampilan lainnya
merupakan hasil dari implementasi kurikulum vokasional.
104
BAB VI
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Perencanaan implementasi kurikulum vokasional berbasis teknologi dalam meningkatkan
kompetensi lulusan di MAN 1 Ponorogo yaitu bahwa latar belakang diterapkan program
keterampilan yaitu adanya kerjasama dengan ITS Surabaya dalam bidang IT atau
Prodistik pada tahun 2012. Kerjasama ini dilakukan karena pada saat itu MAN 1
Ponorogo mengalami kondisi dimana minat peserta didik untuk melanjutkan pendidikan
di madrasah ini berkurang sehingga mengakibatkan jumlah siswa menurun. Pada saat itu
terdapat empat program keterampilan yaitu Animasi, RPL/Programmer, Desain Grafis,
dan Multimedia. Kerjasama tersebut bertujuan untuk membekali siswa keterampilan
berupa softskill/ hardskill. Awalnya program ini dilaksanakan di sore hari, kemudian pada
tahun 2018 mendapat SK dari Kemenag untuk menyelenggarakan program keterampilan
secara legal. Kemudian MAN 1 Ponorogo menambah dua program keterampilan yaitu
Tata Busana dan Tata Boga. Kurikulum yang digunakan dalam program keterampilan
yaitu kurikulum regular kemudian dikembangkan sendiri dan menjadi kurikulum
vokasional. Kurikulum vokasional dikembangkan berdasarkan minat siswa, sarana dan
prasarana yang ada, kebutuhan lingkungan sekitar madrasah dan pastinya disesuaikan
dengan Visi & Misi yang ada. Kurikulum vokasional direncanakan dan dimanajemen oleh
pimpinan, waka dan juga tim vokasi. Komponen-komponen yang perlu dipersiapkan
dalam implementasi kurikulum vokasional yaitu tim vokasi, rekrutmen tenaga pendidik,
serta pengadaan sarana dan prasarana pendidikan.
2. Implementasi kurikulum vokasional berbasis teknologi dalam meningkatkan kompetensi
lulusan di MAN 1 Ponorogo yaitu pembelajaran kurikulum vokasional dilaksanakan
dengan sistem moving class. Moving class diadakan untuk memberikan kesempatan pada
105
siswa agar dapat memperoleh pembelajaran yang sama. Karena tidak semua kelas
terdapat satu program keterampilan jadi untuk kelas yang kuota siswanya sudah penuh
dapat dialihkan ke kelas moving. Terdapat enam program keterampilan di MAN 1
Ponorogo yaitu Animasi, RPL/Programmer, Desain Grafis, Multimedia, Tata Busana dan
Tata Boga. Kurikulum vokasional mulai diterapkan ke peserta didik dari kelas X
(Sepuluh) sampai dengan kelas XII (Dua Belas). Materi yang diberikan pada setiap
program keterampilan berbeda disesuaikan dengan perkembangan DU/DI. Tenaga
pendidik yang mengajar di MAN 1 Ponorogo sudah sesuai dengan standar yang
ditetapkan oleh pihak madrasah yaitu memiliki kualifikasi S1 Pendidikan dan sesuai
dengan bidang yang akan diampunya. Implementasi kurikulum vokasional di MAN 1
Ponorogo didukung oleh sarana dan prasarana mengalami perkembangan yang sangat
pesat hingga saat ini sudah sesuai standard. Teknologi pendidikan yang digunakan siswa
pun selalu up to date. Pihak MAN 1 Ponorogo sangat memperhatikan perkembangan
teknologi guna meningkatkan kompetensi dari peserta didik maupun lulusan.
3. Hasil dari implementasi kurikulum vokasional berbasis teknologi dalam meningkatkan
kompetensi lulusan di MAN 1 Ponorogo yaitu berupa Tugas Akhir yang dibuat siswa
sesuai dengan program keterampilan yang dipilih. Tugas Akhir ini dijadikan standar
kelulusan bagi siswa, Tugas Akhir tersebut berupa produk yang dibuat siswa kemudian
dipresentasikan dan diuji oleh penguji. Dengan adanya Tugas Akhir dapat diketahui
seberapa jauh kompetensi yang dimiliki siswa. Selain Tugas Akhir sebagai standar
kelulusan, hasil dari implementasi kurikulum vokasional dapat dilihat dari prestasi yang
diperoleh siswa baik di tingkat daerah maupun nasional dalam perlombaan yang
berhubungan dengan vokasi. Hasil tersebut tidak lepas dari adanya tenaga pendidik yang
professional serta teknologi pendidikan yang selalu up date. Adapun dampak dari
implementasi kurikulum vokasional terkait dengan kompetensi (sikap, pengetahuan dan
keterampilan) yang dimiliki siswa yaitu siswa sangat berkembang dalam penguatan IT,
106
semakin termotivasi dalam berkarya dan juga selalu berinovasi dalam segala hal dengan
teknologi IT.
B. Saran
1. Bagi lembaga
Perkembangan pendidikan saat ini begitu pesat, perkembangan tersebut sudah pasti
dibarengi dengan kompetisi antar lembaga pendidikan. Program keterampilan yang
dikeluarkan oleh Kemenag sangat membantu dalam perkembangan dunia pendidikan.
Program keterampilan yang sudah diterapkan Madrasah Aliyah Negeri 1 Ponorogo
selama 2 tahun terakhir sudah baik. Akan lebih baik apabila dikembangkan lagi dalam
bidang sarana dan prasarana guna meningkatkan kompetensi lulusan dalam bidang
keterampilan.
2. Bagi Waka Kurikulum
Secara keseluruhan peran waka kurikulum dan tim vokasi dalam mengelola
pengembangan kurikulum vokasional di MAN 1 Ponorogo sudah baik. Hal ini dibuktikan
dengan banyaknya produk yang dihasilkan siswa dari implementasi kurikulum
vokasional. Semua waka, khususnya waka kurikulum dan tim vokasi untuk lebih
ditingkatkan lagi dalam pelaksanaan dan pengembangan kurikulum vokasional. Hal
tersebut bertujuan agar siswa mendapatkan apa yang dibutuhkan sesuai dengan
perkembangan jaman serta untuk meningkatkan kompetensi lulusan.
3. Bagi Guru
Dalam implementasi kurikulum vokasional di MAN 1 Ponorogo, para Bapak/Ibu
guru sangat berperan dalam pelaksanaan serta pengelolaan kurikulum vokasional.
Bapak/Ibu guru diharapkan dapat mempertahankan dan meningkatkan kompetensi yang
sudah dimiliki. Berhubung dalam praktiknya, kurikulum vokasional hampir semua
menggunakan teknologi untuk itu perlu adanya pelatihan secara continue untuk
107
meningkatkan kompetensi guru serta selalu up to date dalam perkembangan teknologi
pendidikan guna menjawab tantangan jaman.
4. Bagi Siswa
Melalui program keterampilan yang dilaksanakan di MAN 1 Ponorogo, yang di
dalamnya terdapat implementasi kurikulum vokasional diharapkan siswa dapat
memahami teori ataupun praktik yang sudah diberikan oleh Bapak/ Ibu guru. Tujuan dari
implementasi kurikulum vokasional yaitu agar siswa memiliki bekal berupa softskill
maupun hardskill, yang dapat digunakan ketika mereka lulus nanti serta untuk
meningkatan kualitas dari dirinya sendiri.
5. Bagi Peneliti Selanjutnya
Untuk peneliti selanjutnya penulis berharap agar bisa menggali lebih dalam lagi
mengenai perkembangan program keterampilan maupun kurikulum vokasional yang
digunakan sebagai faktor pendukung terlaksananya program keterampilan tersebut.
Karena program keterampilan di Madrasah Aliyah pasti akan terus berkembang sesuai
dengan tuntutan zaman, serta untuk menghadapi era revolusi industri 4.0. Dan semoga
hasil penelitian dari peneliti selanjutnya dapat digunakan dan bermanfaat untuk pihak
yang membutuhkan. Terus berjuang dan semangat belajar karena lelahmu dan usahamu
dalam berproses tidak akan menghianati hasil yang akan kalian peroleh.
DAFTAR PUSTAKA
Abdullah, Ishak dan Deni Darmawan. Teknologi Pendidikan. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya,
2013.
Ajat S. “Kemenag Optimalkan Program Ketrampilan Siswa Madrasah Aliyah”. Antara Jabar. 17
Desember 2016.
Andriani, Tuti. Sistem Pembelajaran Berbasis Teknologi Informasi dan Komunikasi. Jurnal Sosial
Budaya. Vol. 12, No. 1. Januari-Juni, 2015.
Arifin, Firman. “Ajang Procommit NG-7, Puluhan Robot Saling Beradu di ITS”. dalam Seruji, 25
November 2017.
Arifin, Zainal. Konsep dan Model Pengembangan Kurikulum. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya,
2017.
Burhan, Bungin. Metodologi Penelitian Sosial. Surabaya: Airlangga University Press, 2001.
Engkoswara dan Aan Komariah. Administrasi Pendidikan. Bandung: Alfabeta, 2015.
Ernawati, Reny. “Kemampuan Motorik Kasar dan Penerapan Permainan Tradisional pada Anak
Usia Dini TK Dharma Wanita Kedungwilut Kelompok A,”. Skripsi, IAIN Tulungagung,
2018.
Fatimah. “Peran Kepala Sekolah sebagai Educator dalam Membangun Budaya Religious di
SMPN 1 Kebonsari,”. Skripsi, IAIN Ponorogo, 2017.
Ghony, Djumaidi dan Fauzan Almansyur. Metodologi Penelitian Kualitatif. Jogjakarta: Ar-Ruzz
Media, 2012.
Hamalik, Oemar. Dasar-dasar Pengembangan Kurikulum. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya,
2013.
Huda, Nurul. Manajemen Pengembangan Kurikulum. Jurnal Al-Tanzim. Vol. 1. No, 2. 2017.
Kadir, Abdul et.al. Dasar-dasar Pendidikan. Surabaya: Amanah Pustaka, 2009.
Kamus Besar Bahasa Indonesia
Keputusan Direktur Jenderal Pendidikan Islam Nomor 1023 Tahun 2016 tentang Pedoman
Penyelenggara Program Keterampilan di Madrasah Aliyah.
Keputusan Direktur Jenderal Pendidikan Islam Nomor 4924 Tahun 2016 tentang Penetapan
Madrasah Aliyah Penyelenggara Program Keterampilan.
Moelong, Lexy J. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2006.
Munir. Kurikulum Berbasis Teknologi Informasi dan Komunikasi. Bandung: Alfabeta, 2010.
Nurdin, Sayfrudin dan Adriantoni. Kurikulum dan Pembelajaran. Jakarta: PT. Rajagrafindo
Persada, 2016.
109
Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 20 Tahun 2016 tentang Standar
Kompetensi Lulusan Pendidikan Dasar dan Menengah.
Prastowo, Andi. Metode Penelitian Kualitatif dalam Perspektif Rancangan Penelitian. Jogjakarta: Ar-Ruzz Media, 2012.
Ramadhan, M. Aghpin, Tuti Iriani dan Santoso Sri Handoyo. Relevansi Kompetensi Lulusan SMK
Khususnya Kompetensi Keahlian Teknik Gambar Bangunan dengan Kompetensi yang
Dibutuhkan di Dunia Kerja. Jurnal Pensil. Vol. II, No. 1. Februari, 2013.
Sangadji, Etta Mamang dan Sopiah. Metodologi Penelitian Pendekatan Praktis dalam Penelitian.
Yogyakarta: Andi Publisher, 2010.
Sanjaya, Wina. Perencanaan dan Desain Sistem Pembelajaran. Jakarta: Prenada Media Group,
2009.
Saufi, Akhmad dan Hambali, “Menggagas Perencanaan Kurikulum Menuju Sekolah Unggul,”
Jurnal Al-Tanzim. Vol. 3, No. 01. Maret, 2019.
Sidiq, Umar dan Moh. Miftachul Choiri. Metode Penelitian Kualitatif di Bidang Pendidikan.
Ponorogo: CV. Nata Karya, 2019.
Sudira, Putu. TVET Abad XXI Filosofi, Teori, Konsep, dan Strategi Pembelajaran Vokasional.
Yogyakarta: UNY Press, 2017.
Sugiyono. Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung:
Alfabeta, 2015.
Uno, Hamzah B. dan Nina Lamatenggo. Landasan Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara, 2016.
Verawadina, Unung. Nizwardi Jalinus dan Lisa Asnur. Kurikulum Pendidikan Vokasi Pada Era
Revolusi Industri 4.0. Jurnal Pendidikan. Vol. 29, No. 1. Maret, 2019.
Wahyudin, Dinn. Manajemen Kurikulum. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2014.
Widaningsih, R. Sri. Manajemen dalam Implementasi Kurikulum di Sekolah (Sebuah Kajian
Literature). Jurnal Ilman. Vol. 1, No. 2. September, 2014.
Widoyoko, Eko Putro. Penilaian Hasil Pembelajaran di Sekolah. Yogyakarta: Pustaka Belajar,
2014.
http://prodistik.net/2019/01/28/procommit-v8-0-2018/, Diakses pada tanggal 20 Desember 2019,
Pukul 20.25 WIB.
https://nasional.tempo.co/read/1173343/lulusan-sma-penyumbang-pengangguran-terbesar,
Diakses pada tanggal 27 Juni 2019, Pukul 14.37 WIB.
1