Upaya Pokok Gizi

69
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Berdasarkan SK Menkes No. 123 Tahun 2004 tentang Kebijakan Dasar Pusat Kesehatan Masyarakat, Pelayanan Gizi Puskesmas adalah salah satu pelayanan kesehatan perorangan maupun masyarakat yang merupakan salah satu upaya wajib puskesmas. Puskesmas sebagai tempat pelayanan kesehatan tingkat pertama bertanggung jawab memberikan pelayanan kesehatan termasuk pelayanan kesehatan gizi. Pelayanan kesehatan gizi meliputi pelayanan di dalam gedung dan di luar gedung. Dalam melaksanakan pelayanan kesehatan, Puskesmas menjalankan program-program yang tercakup dalam kegiatan pokok Puskesmas yang bertujuan untuk meningkatkan derajat kesehatan dan gizi. Upaya perbaikan gizi melalui Puskesmas bertujuan untuk menanggulangi masalah gizi dan meningkatkan status gizi masyarakat. 1

description

asdfgh

Transcript of Upaya Pokok Gizi

Page 1: Upaya Pokok Gizi

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Berdasarkan SK Menkes No. 123 Tahun 2004 tentang Kebijakan Dasar

Pusat Kesehatan Masyarakat, Pelayanan Gizi Puskesmas adalah salah satu

pelayanan kesehatan perorangan maupun masyarakat yang merupakan salah satu

upaya wajib puskesmas. Puskesmas sebagai tempat pelayanan kesehatan tingkat

pertama bertanggung jawab memberikan pelayanan kesehatan termasuk pelayanan

kesehatan gizi. Pelayanan kesehatan gizi meliputi pelayanan di dalam gedung dan

di luar gedung.

Dalam melaksanakan pelayanan kesehatan, Puskesmas menjalankan

program-program yang tercakup dalam kegiatan pokok Puskesmas yang bertujuan

untuk meningkatkan derajat kesehatan dan gizi. Upaya perbaikan gizi melalui

Puskesmas bertujuan untuk menanggulangi masalah gizi dan meningkatkan status

gizi masyarakat.

Masalah gizi merupakan masalah kesehatan masyarakat yang masih perlu

ditanggulangi secara terpadu oleh berbagai sektor termasuk kesehatan.Masalah

gizi utama yang dihadapi masyarakat adalah kekurangan energi dan protein

(KEP), kekurangan Vitamin A (KVA), gangguan akibat kekurangan iodium

(GAKY), Anemia Gizi. Salah satu faktor yang melatarbelakangi masalah tersebut

adalah masyarakat kurang memiliki pengetahuan dan adanya kebiasaan yang salah

1

Page 2: Upaya Pokok Gizi

terhadap konsumsi makanan. Masalah gizi menjadi bertambah luas dan kompleks

karena tingkat penghasilan penduduk yang masih rendah.

Kasus gizi buruk bukanlah kasus penyakit yang baru akan tetapi

merupakan kasus penyakit yang bersambung dan melibatkan banyak faktor.

Antara lain disebabkan oleh berkurangnya konsumsi pangan akibat pendapatan

yang rendah, harga pangan yang tinggi menyebabkan menurunnya asupan gizi

bagi individu terutama bayi dan balita. Hal ini sangat dirasakan oleh masyarakat

yang berpenghasilan rendah terutama di wilayah kerja Puskesmas Beruntung

Raya.

Untuk memberikan pelayanan perbaikan gizi yang menyeluruh diperlukan

kerjasama lintas program (KIA, Imunisasi, BP, UKS) maupun lintas sektor (PKK,

PKH). Salah satu upaya untuk meningkatkan keadaan gizi masyarakat adalah

melalui Usaha Perbaikan Gizi Keluarga (UPGK) yang sebagian besar kegiatannya

dilaksanakan di Posyandu. Usaha perbaikan gizi keluarga selama ini

dititikberatkan pada kegiatan penyuluhan gizi dengan menggunakan pesan-pesan

gizi sederhana, pelayanan gizi, pemanfaatan lahan pekarangan yang keseluruhan

kegiatan tersebut dilaksanakan oleh masyarakat itu sendiri.

Penulisan makalah ini, diharapkan dapat dijadikan sebagai bahan

pertimbangan dan masukan dalam menyusun dan memperbaharui kebijakan-

kebijakan yang telah ada dalam meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan

lingkungan yang optimal di wilayah kerja Puskesmas Beruntung Raya

Banjarmasin.

2

Page 3: Upaya Pokok Gizi

B. Tujuan

Memberikan gambaran pelaksanaan program gizi di Puskesmas Beruntung

Raya selama tahun 2012 yang bertujuan meningkatkan perbaikan gizi terutama

penyakit kurang gizi yang umumnya banyak diderita oleh masyarakat

berpenghasilan rendah terutama pada balita dan wanita. Hal ini mendukung upaya

penurunan angka kematian bayi, balita dan kematian ibu serta mendorong

terwujudnya norma keluarga kecil bahagia dan sejahtera. Serta mewujudkan

kesadaran yang tinggi dalam masyarakat terhadap peranan gizi yang baik dalam

masyarakat sehingga angka kunjungan konsultasi gizi oleh masyarakat dapat

meningkat yang mencerminkan suatu masyarakat yang sadar gizi.

3

Page 4: Upaya Pokok Gizi

BAB II

GAMBARAN UMUM

2.1 Keadaan Geografi

Puskesmas Beruntung Rayaberalamat di Jalan AMD Komp. Tata Banua Indah

RT.19, Kelurahan Tanjung Pagar, Kecamatan Banjarmasin Selatan Kota

Banjarmasin. Luas Wilayah Kerja Puskesmas Beruntung Raya 315 Ha/m2.

Gambar 2.1. Peta Puskesmas Beruntung Raya

Puskesmas Beruntung Raya membawahi 1 (satu)kelurahan, yaitu Kelurahan

Tanjung Pagar dengan batas-batas:

1. Sebelah Barat : Kelurahan Kelayan Timur

2. Sebelah Utara : Kelurahan Murung Raya

3. Sebelah Timur : Kelurahan Pemurus Dalam

4. Sebelah Selatan : Kabupaten Banjar

4

Page 5: Upaya Pokok Gizi

1. Distribusi penduduk dalam wilayah kerja Puskesmas Beruntung Raya

Tabel 2.1 Distribusi Penduduk Per Kelurahan di Wilayah Kerja Puskesmas Beruntung Raya Kota Banjarmasin

No. KelurahanLuas Wilayah

(km²)Jumlah Kepala Keluarga

(jiwa)

Jumlah Penduduk

(jiwa)

1.Tanjung

Pagar3.186,23 2139 8707

Sumber: Proyeksi Badan Pusat Statistik Tahun 2012

Kepadatan penduduk adalah jumlah penduduk dalam luas wilayah (Km2)

dikali 100, disebut padat jika >250 jiwa/Km2dan sangat padat jika > 400 jiwa/Km2.

Kepadatan penduduk di Wilayah Kerja Puskesmas Beruntung Raya Kota Banjarmasin

sebesar 273 jiwa/ Km2yang artinya padat.

2. Distribusi penduduk menurut jenis kelamin di Puskesmas Beruntung Raya

Tabel 2.2 Distribusi penduduk menurut jenis kelamin

No. Kelurahan Laki- laki (jiwa) Perempuan (jiwa)Jumlah (jiwa)

1.Tanjung

Pagar4362 4345 8707

Sumber : Laporan Tahunan Puskesmas Beruntung RayaTahun 2012

Laki-Laki Perempuan4335

4340

4345

4350

4355

4360

4365

Jenis Kelamin

Gambar 2.3. Distribusi penduduk menurut jenis kelamin

3. Distribusi penduduk menurut kelompok umur di Puskesmas Beruntung Raya

5

Page 6: Upaya Pokok Gizi

Tabel 2.3.Distribusi penduduk menurut Kelompok Umur

No Kelompok Umur (tahun)Jenis Kelamin

JumlahL P

1 0 – 4 504 467 9712 5 – 9 479 432 9113 10 – 14 425 429 8544 15 – 19 387 378 7655 20 – 24 308 352 6606 25 - 29 380 416 7967 30 - 34 414 433 8478 35 - 39 392 365 7579 40 - 44 312 296 60810 45 - 49 245 220 46511 50 - 54 207 190 39712 55 - 59 126 113 23913 60 - 64 83 91 17414 65 - 69 41 61 10215 70 - 74 34 54 8816 75+ 25 48 73

JUMLAH 4362 4345 8707

Sumber :ProyeksiBadan Pusat Statistik Tahun 2012

Berdasarkan data demografi, peta wilayah, kepadatan penduduk, distribusi

penduduk menurut umur dan wilayah dapat disimpulkan bahwa pendudk di

wilayah kerja Puskesmas Beruntung Raya tergolong padat namun distribusi

penduduk tidak merata pada semua wilayah kerja sehingga untuk melingkupi

seluruh wilayah didirkan satu Puskesmas pembantu,satu puskesdes, lima

posyandu balita serta satu posyandu lansia. Jumlah tersebut cukup untuk bisa

melayani dan menjangkau seluruh masyarakat Kelurahan Tanjung Pagar. Dengan

Jumlah penduduk Usia produktif yang cukup banyak dapat diberdayakan sebagai

kader-kader Puskesmas yang dapat membantu kinerja petugas kesehatan. Jumlah

kader yang aktif hingga saat ini adalah 23 orang yang tersebar diseluruh posyandu

yang ada.

6

Page 7: Upaya Pokok Gizi

Sedangkan program yang dilaksanakan di Puskesmas Beruntung Raya

terdiri dari program kesehatan wajib dan program kesehatan pengembangan, yaitu

:

Upaya Kesehatan Wajib

a. Upaya Promosi Kesehatan

Kegiatan ini dilaksanakan untuk melalukan sosialisasi kesehatan di wilayah

lingkungan kerja Puskesmas untuk meningkakan taraf kesehatan warga

sekitar.

b. Upaya Kesehatan Lingkungan

Kegiatan ini dilaksanakan untuk mengadakan pengawasan, pemeriksaan dan

pengolahan meliputi: TTU (tempat-tempat umum), TPM (tempat pengolahan

makanan), dan rumah sakit.

c. Upaya Kesehatan Ibu dan Anak serta Keluarga Berencana

Kegiatan ini dilaksanakan untuk memperluas jangkauan pelayanan dan juga

untuk meningkatkan cakupan program KIA melalui kegiatan pencarian aktif

ibu hamil yang baru dan pengawasan ibu hamil yang di data dengan

memberikan pelayanan : pemeriksaan tekanan darah, penimbangan,

pemeriksaan tinggi fudus uteri, pemberian Fe dan imunisasi TT (calon

pengantin dan untuk ibu hamil). Kegiatan KB ini dilaksanakan untuk

meningkatkan taraf ekonomi dan kesejahteraan keluarga secara menyeluruh

berupa penjarangan dan pengatur kehamilan.

d. Upaya Perbaikan Gizi Masyarakat

7

Page 8: Upaya Pokok Gizi

Kegiatan ini dilaksanakan dalam upaya menurunkan angka penyakit gizi yang

kurang, umumnya banyak diderita oleh masyarakat berpenghasilan rendah,

terutama pada anak balita dan wanita.

e. Upaya Pencegahan dan Pemberantasan Penyakit Menular

Kegiatan P2M ini terdiri dari :

Pencegahan dan pemberantasan penyakit menular langsung ; P2TB,

P2malaria, P2ISPA, P2Kusta, P2Diare)

Pencegahan dan pemberantasan penyakit yang ditularkan oleh binatang

seperti : Demam Berdarah dan Malaria.

Imunisasi yaitu program yang bertujuan untuk menurunkan angka

kesakitan dan kematian serta kecatatan sebagai akibat penyakit yang

dicegah dengan imunisasi (PD3) seperti : Polio, Dipteri, Pertusis, Campak

dan hepatitis.

Pencegahan penyakit (surveilans) kegiatan ini dilaksanakan untuk

mendapatkan informasi epidemiologi yang tepat, cermat dan akurat

sehingga mengelola program dapat melakukan perencanaan, pelaksanaan,

pengamatan dan evaluasi program dengan efektif dimana berdasarkan

proses pengumpulan, pengolahan dan analisis data.

f. Upaya Pengobatan

Kegiatan ini dilaksanakan dalam bentuk pelayanan pengobatan yang diberikan

kepada seseorang untuk mengobati penyakit atau gejala-gejalanya.

Upaya Kesehatan Pengembangan

8

Page 9: Upaya Pokok Gizi

a. PHN (Public Health Nursing)

Kegiatan ini dilaksanakan untuk mengadakan asuhan keperawatan. Adapun

sarana kegiatan meliputi:

Pembinaan keluarga rawan

Penanganan tindak lanjut penderita (follow up care)

Penanganan kasus resiko tinggi

Kunjungan dan pembinaan panti asuhan

b. UKS (Usaha Kesehatan Sekolah)

Pembinaan UKS

Kegiatan ini dilaksanakan untuk pembinaan UKS di sekolah baik SD, MI,

SMP, SMU, dan SMK

Kegiatannya yaitu melakukan penyuluhan dan penjaringan anak sekolah

SD, MI, SMP, SMU, SMA, SMK setra melakukan pelatihan dokter kecil

(SD) dan kader kesehatan remaja (SMP, SMA SMK).

Targetnya 2 kali per sekolah/tahun

c. UKGS (Upaya Kesehatan Gigi Sekolah)

Kegiatannya dilakukan di sekolah SD, MI, SMP, SMA, SMK.Yang mana

kegiatannya berupa penyuluhan sekolah dan sikat gigi massal

(bersama).Targetnya 2 kali per sekolah/ tahun

d. Kesehatan Mata

Kegiatan ini bertujuan untuk pengobatan penyakit mata pada umumnya dan

deteksi kasus katarak untuk dilakukan rujukan.

e. Kesehatan Jiwa

9

Page 10: Upaya Pokok Gizi

Kegiatan ini dilaksanakan untuk pencarian, penemuan dan pengobatan

penderita psikosis, penyalahgunaan obat, retardasi mental, epilepsi dan

gangguan jiwa lainnya.Kegiatan ini juga dilakukan rujukan kasus yang tidak

tertangani serta kunjungan rumah dan penyuluhan.

f. Laboratorium

Kegiatan ini dilakukan untuk memperluas jangkauan pelaksanaan pemeriksaan

laboratorium bekerjasama dengan lintas program.

g. Lansia

- Penjaringan lansia

Kegiatan ini dilaksanakan untuk pengobatan dan pendataan jumlah lansia

yang ada di wilayah kerja Puskesmas Beruntung Raya guna persiapan

untuk pembentukan Posyandu/karang lansia.

- Pembinaan Karang Lansia

Kegiatan ini dimaksud untuk pengobatan, pembinaan karang lansia dan

persiapan pembentukan posyandu lansia.Jumlah karang lansia yang sudah

ada 3 buah.

h. Penyuluhan Kesehatan Masyarakat

Kegiatan ini dilaksanakan untuk melakukan penyuluhan didalam dan diluar

gedung baik yang berupa penyuluhan keliling dan penyuluhan kelompok.

Penyuluhan ini berupa semua program kegiatan yang ada di Puskesmas

Beruntung Raya Kota Banjarmasin.

10

Page 11: Upaya Pokok Gizi

Program-program tersebut dilaksanakan di dalam gedung dan di luar

gedung puskesmas, yaitu dengan melaksanakan pelayanan dan pencatatan

kegiatan serta pelaporan hasil kegiatan.

11

Page 12: Upaya Pokok Gizi

BAB III

UPAYA POKOK PUSKESMAS PERBAIKAN GIZI MASYARAKAT

3.1. Definisi dan Cakupan Gizi

Gizi secara umum berhubungan dengan kesehatan manusia, yaitu suatu zat

yang diperlukan dalam penyediaan energi, membangun dan memelihara jaringan

tubuh. Status gizi mencerminkan kondisi seseorang yang terjadi dalam suatu

jangka yang lama dalam keseimbangan antara penyerapan dan penggunaan zat

gizi.

Zat gizi adalah bahan-bahan kimia dalam makanan yang memberi makan

kepada tubuh. Secara garis besar zat gizi terbagi atas 2 jenis yaitu makronutrisi

dan mikronutrisi. Makronutrisi, yang terdiri dari protein, lemak, karbohidrat dan

beberapa mineral yang dibutuhkan tubuh sehari-hari dalam jumlah yang besar.

Makronutrisi merupakan bagian terbesar dari makanan dan menyediakan energi

yang diperlukan untuk pertumbuhan, pemeliharaan dan kegiatan tubuh.

Mikronutrisi diperlukan dalam jumlah kecil (miligram sampai mikrogram).

Termasuk ke dalam mikronutrisi adalah vitamin dan mineral tertentu yang

menyebabkan perubahan kimia dalam penggunaan makronutrisi.

Kebutuhan energi bervariasi mulai dari 1000-4000 kalori/hari tergantung kepada

umur, jenis kelamin dan kegiatan fisik :

1. Wanita yang tidak beraktivitas, anak-anak kecil dan dewasa tua membutuhkan

sekitar 1600 kalori/hari.

12

Page 13: Upaya Pokok Gizi

2. Anak-anak yang lebih tua, wanita aktif dan laki-laki yang tidak beraktivitas

membutuhkan sekitar 2000 kalori/hari

3. Remaja laki-laki yang aktif dan laki-laki dewasa muda membutuhkan sekitar

2400 kalori/hari.

Adapun komposisi dari kalori adalah 55% berasal dari karbohidrat, 30%

berasal dari lemak, 15% berasal dari protein. Bila asupan energi tidak sesuai

dengan kebutuhan tubuh, akan terjadi penurunan berat badan. Cadangan lemak

dalam tubuh akan dipakai untuk memenuhi kebutuhan energi yang diperlukan.

Dalam keadaan yang lebih parah, tubuh akan menggunakan protein sebagai

sumber energinya.

Tujuan dari makanan yang tepat adalah untuk mencapai dan

mempertahankan komposisi tubuh dan kekuatan fisik dan mental yang baik.

Kebutuhan zat gizi esensial sehari-hari tergantung kepada umur, jenis kelamin,

berat badan, tinggi badan serta aktivitas fisik dan metabolisme.

Adapun tugas pokok pelaksana gizi di Puskesmas Beruntung Raya :

1. Tugas Pokok

a) Melaksanakan pelayanan gizi

b) Menerima konsultasi dibidang gizi

c) Melakukan komunikasi, edukasi, dan informasi gizi

d) Pemberian vitamin

e) Melatih kader gizi

f) Menjelaskan cara pengisian dan penggunaan KMS

g) Distribusi garam beryodium, tablet Fe, dan obat cacing

13

Page 14: Upaya Pokok Gizi

h) Membuat pencatatan dan laporan

i) Membuat laporan telaahan posyandu

j) Membuat jadwal Posyandu

2. Tugas penunjang/ Tambahan

a. Membuat laporan kegiatan bulanan

b. Menghadiri pertemuan : rapat, seminar/ lokakarya, pelatihan

c. Melakukan Posyandu, pembinaan UKS, dan pembinaan panti

d. penyuluhan

Ruang lingkup upaya perbaikan gizi secara keseluruhan diantaranya

mencakup :

1. Upaya perbaikan gizi masyarakat

a. Pemberian kapsul Vitamin A pada balita 2kali/tahun

b. Pemberian tablet Besi (30 tablet) pada Bumil

c. Pemberian tablet Besi (90 tablet) pada Bumil

d. Partisipasi masyarakat (D/S)

e. Liputan program (K/S)

f. Hasil pencapaian program (N/S)

g. Hasil kelangsungan penimbangan (D/K)

h. Hasil penimbangan (N/D)

i. MP-ASI pada BGM dari Gakin

j. Balita gizi buruk mendapat perawatan

k. Balita bawah garis merah (BGM)

l. Kecamatan bebas rawan gizi.

14

Page 15: Upaya Pokok Gizi

2. Bayi mendapat ASI eksklusif

3.2. Tujuan dan Sasaran Program Perbaikan Gizi Masyarakat Puskesmas

Beruntung Raya

a. Tujuan

Secara garis besar tujuan program perbaikan gizi di Puskesmas Beruntung

Raya adalah untuk meningkatkan perbaikan gizi masyarakat yang ada di

wilayah kerja Puskesmas Beruntung Raya sehingga tercapai peningkatan

derajat kesehatan masyarakat untuk membentuk sumber daya manusia yang

berkualitas menuju Indonesia Sehat.

b. Sasaran Program Perbaikan Gizi Masyarakat

Sasaran program perbaikan gizi masyarakat di Puskesmas Beruntung

Raya adalah sebagai berikut :

1) Bayi (0-12 bulan)

2) Balita (1-5 tahun)

3) Ibu hamil, menyusui, nifas

4) Ibu yang mempunyai balita

5) Wanita usia subur

6) Keluarga

Kegiatan program perbaikan gizi masyarakat di Puskesmas Beruntung

Raya dilaksanakan oleh 1 orang tenaga gizi.

15

Page 16: Upaya Pokok Gizi

Gambar 3.1 Struktur Pengawas Gizi Puskesmas Beruntung Raya

Adapun rincian kegiatan tugas pokok tenaga pelaksana gizi di Puskesmas

Beruntung Raya diantaranya :

a) Melaksanakan pelayanan gizi

Pelayanan gizi di laksanakan setiap hari jam kerja dan bertempat di

puskesmas dan posyandu. Jenis pelayanan berupa konsultasi gizi, edukasi dan

informasi gizi dengan sasaran bayi dan balita, ibu hamil dan nifas serta gizi

keluarga. Pelayanan gizi terutama konsultasi gizi yang terdapat di masyarakat

Beruntung Raya tidak berjalan maksismal karena kesadaran masyarakat

dalam pentingnya gizi yang baik masih sangat kurang. Hal ini terbukti dari

tidak adanya kunjungan langsung pada poli gizi. Sedangkan untuk pemberian

informasi gizi di masyarakat berjalan seiring kegiatan Posyandu balita dan

lansia berupa penyuluhan - penyuluhan gizi.

16

Kepala Puskesmas

Kepala UKM

Tenaga Gizi

Kader

Masyarakat

Kader

Masyarakat

Kader

Masyarakat

Kader

Masyarakat

Kader

Masyarakat

Page 17: Upaya Pokok Gizi

Gambar 3.2 Alur Pelayanan Gizi di Puskesmas Beruntung Raya

b) Menerima konsultasi dibidang gizi

Konsultasi gizi klinik di puskesmas setiap hari kerja. Konsultasi ini

meliputi konsultasi gizi bayi, balita, ibu hamil, ibu menyusui, dan pasien yang

mendapat rujukan dari poliklinik, KIA, laboratorium, konsultasi gizi

menggunakan food model, leaflet, dan lembar balik.

Pelayanan dan Konsultasi Gizi

Tabel 3.23 Angka Kunjungan Konsultasi Gizi di Puskesmas Beruntung Raya

tahun 2012

JumlahTKTP 9DM 3Tinggi Fe 3RG 1RL 1RC 1Emisis 1

17

Poli Gizi

Page 18: Upaya Pokok Gizi

TKTP DM Tinggi Fe

RG RL RC Emesis0

1

2

3

4

5

6

7

8

9

9

3 3

1 1 1 1

Kunjungan Konsultasi Gizi Tahun 2012

Series 1

Gambar3.23 Angka Kunjungan Konsultasi Gizi di Puskesmas Beruntung Raya

tahun 2012

Untuk kunjungan konsultasi gizi tahun 2012, hanya terdapat 9 kunjungan

dengan kasus TKTP, 3 kunjungan DM, 3 kunjungan Tinggi Fe, dan masing-

masing 1 kunjungan untuk kasus rendah garam, rendah lemak, rendah

karbohidrat, dan emesis. Hal ini menunjukkan kurangnya angka kunjungan

langsung di Poli Gizi. Pemeriksaan di poli gizi berdasarkan rujukan dali program

yang lain. Sehingga data di atas tidak dapat menjadi tolak ukur bahwa masalah

gizi yang terdapat di Puskesmas Beruntung Raya karena data tersebut tidak

merepresentasikan seluruh masyarakat.

c) Melakukan komunikasi, edukasi, dan informasi gizi

Dilakukan kegiatan penyuluhan pada masyarakat yang bertempat di

sekolah, di posyandu dan di Puskesmas. Kesadaran masyarakat untuk hidup sehat

yang mendasari apakah seseorang bisa berusaha untuk menjaga kesehatannya dan

mengkonsumsi makanan yang bergizi seimbang.

d) Pemberian vitamin

18

Page 19: Upaya Pokok Gizi

Pemberian kapsul vitamin A pada bayi dan balita dilaksanakan setiap

bulan Februari dan Agustus. Kapsul vitamin A biru diberikan pada bayi umur 6-

11 bulan dan kapsul vitamin A merah diberikan pada balita umur 12-59 bulan.

Pemberian kapsul vitamin A pada ibu nifas diberikan setiap kali ada

persalinan. Setiap ibu nifas mendapat dua kapsul vitamin A yang diberikan oleh

bidan maupun petugas gizi. Berikut data mengenai distribusi vitamin A baik pada

ibu hamil dan balita di Puskesmas Bruntung Raya pada tahun 2012 :

1. Pemberian Kapsul Vit.A pada bayi dan balita

Tabel 3.2 Pemberian kapsul Vit.A pada bayi dan balita

Bayi Balita Bayi dan BalitaTarget 80 80 802011 92,4 84,4 88,42012 90,1 86,3 88,2

Bayi Balita Bayi dan Balita70

75

80

85

90

95

80 80 80

92.4

84.4

88.490.1

86.388.2

Pemberian Vitamin A Bayi dan Balita Tahun 2011-2012

Target20112012

Gambar 3.3 Pemberian kapsul Vit.A pada bayi dan balita

Untuk pemberian vitamin A pada bayi dan balita tahun 2011 sudah

mencapai target yaitu 88.4% dan 88.2% untuk tahun 2012. Dengan rincian

masing-masing sebagai berikut: untuk tahun 2011, pemberian vitamin A pada

bayi 92.4% dan pada balita 84.4%. Sedangkan untuk tahun 2012, pemberian

vitamin A pada bayi 84.4% dan 86.3% pada balita. Target tersebut dapat tercapai

19

Page 20: Upaya Pokok Gizi

karena pada kegiatan Posyandu maupun pemeriksaan berkala di poli KIA sudah

digalakkan untuk pemeberian vitamin A yang berkala sesuai jadwal imuniasasi

sehingga diharapkan pencapaian pada tahun 2013 dapat lebih tinggi lagi.

2. Pemberian Obat Tambah darah dan Kapsul Vit.A pada ibu hamil dan ibu

nifas

Tabel 3.3 Pemberian Fe 1,Fe3 ibu hamil dan vitamin A ibu nifas

Fe1 Fe3Target 78 782011 79,3 72,32012 96,9 86,79

Fe 1 Fe 30

10

20

30

40

50

60

70

80

90

100

78 7879.372.3

96.9

86.79

Target (%)20112012

Gambar 3.2 Pemberian Fe 1,Fe3 ibu hamil dan vitamin A ibu nifas

Untuk pemberian Fe 1 tahun 2011 sudah mencapai target yaitu 79.3% dan

96.9% untuk tahun 2012. Namun, untuk pemberian Fe 3 pada tahun 2011 belum

mencapai target yaitu 72.3% dan meningkat menjadi 86.79% pada tahun 2012.

Sama halnya dengan ba;ita distribusi vitamin A pada ibu hamil dilakukan dengan

lebih intesif yakni di Posyandu maupun di poli KIA sehingga angka tercapainya

distribusi vitamin A dapat lebih tinggi pada tahun 2013. Kunci dari pencapaian

tersebut yakni angka kunjungan Posyandu yang baik, berakibat terhadap

20

Page 21: Upaya Pokok Gizi

pemeriksaan ibu hamil, pemeriksaan balita, penyampaian pesan gizi,

penyuuluhan, distribusi vitamin dan berbagai kegiatan Puskesmas dapat lebih

baik.

3. Distribusi Pemberian Vitamin A Bufas Tahun2011-2012

Tabel 3.4 Distribusi Pemberian Vitamin A Bufas Tahun 2011-2012

Vit. A Bufas (%)Target 802011 88,82012 100,7

2011 20120

20

40

60

80

100

120

88,8 100,7

Distribusi Vitamin A Bufas Tahun 2011-2012

Pencapaian (%)Target (%)

Gambar 3.4 Distribusi Pemberian Vitamin A Bufas Tahun 2011-2012

Untuk pemberian vitamin A pada ibu nifas di wilayah kerja Puskesmas

Beruntung Raya tahun 2011 dan 2012 masing-masing telah mencapai target, yaitu

88.8% pada tahun 2011 dan 110.7% pada tahun 2012. Pemberian vitamin A pada

ibu setelah melahirkan sebanyak 2 butir, yang diminum dalam jangka 24 jam

setelah 1 butir dikonsumsi.

e) Distribusi garam beryodium, tablet Fe, dan obat cacing

Kegiatan garam beryodium dilakukan diposyandu, di sekolah dan RT.

Adapun pengujian garam yang digunakan mengandung iodium atau tidak,

dilakukan dengan menggunakan iodium test. Dengan mengambil sampel beberapa

21

Page 22: Upaya Pokok Gizi

merk garam yang ada dipasaran yang digunakan oleh masyarakat. Garam tersebut

mengandung iodium apabila saat ditetesi larutan iodium test maka akan berwarna

biru, semakin tua warna birunya maka semakin banyak mengandung iodium, dan

apabila berwarna biru muda maka garam tersebut hanya mengandung sedikit zat

iodium.

Pemberian tablet tambah darah pada ibu hamil diberikan paling sedikit 90

tablet (3 bungkus) pada setiap orang. Distribusi obat cacing dilakukan setiap

tahunnya. Sasaran pemberian obat cacing adalah anak kelas I, II dan III SD yang

dilaksanakan secara bertahap setiap bulannya selama tahun 2012.

Pemantauan Garam Beryodium

Tabel 3.23 Pemantauan Garam beryodium di sekolah wilayah kerja Puskesmas

Beruntung Raya tahun 2012

KategoriBaik 23Tidak Baik 3

Baik Tidak baik0

5

10

15

20

2523

3

Pemeriksaan Kategori Garam Beryodium Tahun 2012

Jumlah

Gambar 3.5 Pemantauan Garam beryodium di sekolah wilayah kerja Puskesmas

Beruntung Raya tahun 2012

Tabel 3.24 Pemantauan Garam beryodium di wilayah kerja Puskesmas Beruntung

Raya tahun 2012

22

Page 23: Upaya Pokok Gizi

SampelBaik 46Tidak Baik 4

Baik Tidak baik0

10

20

30

40

5046

4

Pemeriksaan Sampel Garam Beryodium Tahun 2012

Jumlah

Gambar 3.6 Pemantauan Garam beryodium di wilayah kerja Puskesmas

Beruntung Raya tahun 2012

Pemantauan garam beryodium dilaksanakan di 5 sekolah pada bulan Juni

2012. Dari hasil kegiatan, diketahui bahwa seluruh sampel garam yang berjumlah

26 sampel, yang diuji pada sekolah hasilnya 23 sampel (88,46%) mengandung

iodium, dan 3 sampel (11,54%) memberikan hasil yang kurang baik. Sedangkan

untuk sampel garam yang berjumlah 50, diambil dari warga di wilayah kerja, dan

diperoleh 46 sampel (92%) mengandung iodium dan 4 sampel (8%) memberikan

hasil yang kurang baik. Artinya, masyarakat sudah menggunakan garam yang

beryodium, namun masih ada segelintir warga yang belum mengerti cara

penyimpanan garam yang baikdan sebagian yang belum menggunakan garam

beryodium, yang harus diberikan penyuluhan.

Distribusi Obat Cacing

Tabel 3.26Distribusi Obat Cacing di Puskesmas Beruntung Raya tahun 2012

%

23

Page 24: Upaya Pokok Gizi

SDN Tanjung Pagar 1 42,02SDN Tanjung Pagar 4 49,26MI Darunnasihin 90,1MI Darul Khairat 100

SDN

Tan

jung

Pagar

1

SDN

Tan

jung

Pagar

4

MI D

arunnas

ihin

MI D

arul K

haira

t020406080

100

42.02 49.26

90.1100

Persentase Distribusi Obat Cacing Tahun 2012

Persentase Distribusi

Gambar3.7 Distribusi Obat Cacing di Puskesmas Beruntung Raya tahun 2012

Untuk distribusi obat cacing pada tahun 2012, telah mencapai target untuk

MI Darul Khairat, 90,1% untuk di MI Darunnasihin, 49,26% di SDN Tanjung

Pagar 4, dan 42,04% di SDN Tanjung Pagar 1.

Berdasarkan data yang didapat di Puskesmas Beruntung Raya pada tahun

2012, tidak terdapat pasien dengan kasus defisiensi yodium, dan cacingan. Namun

untuk kasus anemia terdapat 9 pasien, sehingga dapat dikatan berhasil berdasarkan

data distribusi zat besi, obat cacing, dan garam beryodium di masyarakat sehingga

berguna sebagai upaya preventif terhadap berbagai masalah gizi tersebut.

f) Membuat pencatatan dan laporan

Setiap program kerja yang dilaksanakan dilakukan pencatatan dan

pendataan untuk mempermudah monitoring dan evaluasi kerja bagi instansi

terkait.Guna peningkatan layanan kesehatan masyarakat, mengurangi angka

24

Page 25: Upaya Pokok Gizi

kejadian gizi buruk di wilayah kerja Puskesmas Beruntung Raya, dan

meningkatkan kualitas hidup masyarakat.

g) Membuat laporan telahan posyandu

Pembuatan laporan bertujuan untuk monitoring dan evaluasi guna

peningkatan layanan kesehatan masyarakat, mengurangi angka kejadian gizi

kurang dan gizi buruk di wilayah kerja Puskesmas Beruntung Raya, dan

meningkatkan kualitas hidup masyarakat.

Tabel 3.1 Kasus Gizi Buruk di Posyandu

Posyandu JumlahTeratai 1 0Teratai 2 0Teratai 3 0Teratai 4 1Pokbang 0

Teratai 1 Teratai 2 Teratai 3 Teratai 4 Teratai 50

0.1

0.2

0.3

0.4

0.5

0.6

0.7

0.8

0.9

1

0 0 0

1

0

Kasus Gizi Buruk di Posyandu

Jumlah

Gambar 3.8 Kasus Gizi Buruk di Posyandu

Tabel 3.2 Status Gizi Balita tahun 2012

25

Page 26: Upaya Pokok Gizi

Gizi Buruk Gizi Kurang Gizi Baik Gizi Lebih0

10

20

30

40

50

60

10

35

54.2

0.8

Persentase Gizi Balita pada Tahun 2012

Gambar 3.9 Persentase Gizi Balita pada Tahun 2012

Tabel 3.3 Status Gizi Balita menurut Berat Badan Tahun 2012

%Sangat Kurus 2,5Kurus 15,8Normal 79,2Gemuk 2,5

Sangat Kurus Kurus Normal Gemuk0

10

20

30

40

50

60

70

80

2.5

15.8

79.2

2.5

Persentase Berat Badan Balita pada Tahun 2012

Gambar 3.10 Status Gizi Balita menurut Berat Badan

Tabel 3.4 Status Gizi Balita menurut Tinggi Badan pada tahun 2012

26

Page 27: Upaya Pokok Gizi

%Sangat Pendek 21,7Pendek 27,5Normal 50,8

Sangat Pendek Pendek Normal0

10

20

30

40

50

60

21.727.5

50.8

Persentase Tinggi Badan-ABS Tahun 2012

Persentase TB

Gambar 3.11 Status Gizi Balita menurut Tinggi Badan

Tabel 3.5 Angka Kejadian Kasus KEP tahun 2011-2012

KEP Ringan KEP Berat2011 1 12012 3 1

2011 20120

0.5

1

1.5

2

2.5

3

1

3

1 1KEP RinganKEP Berat

Gambar 3.12 Angka Kejadian Kasus KEP

Berdasarkan data tersebut dapat disimpulkan bahwa sebagian besar anak bailta

54.2 % memiliki gizi yang baik, hal ini mencerminkan pola pemenuhan gizi yang

27

Page 28: Upaya Pokok Gizi

terdapat pada keluarga - keluarga dalam ruang lingkup wilayah kerja Puskesmas

Beruntung Raya sudah cukup baik. Namun persentase gizi kurang 35 % serta gizi buruk

10 %, juga bukan masalah yang kecil sehingga upaya pemenuhan kebutuhan gizi seta

penyampain informasi mengenai gizi juga harus terus ditingkatkan.

Pada data diatas ditemukan suatu kasus dengan KEP berat atau gizi buruk satu

orang, upaya penanganannya harus intensif. dalam hal ini puskesmas harus bekerja sama

dengan berbagai pihak baik itu puskesmas lain, dinas kesehatan, serta Rumah Sakit yang

dijadikan rujukan penanganan gizi buruk.

Posyandu sebagai lini pertama dalam penemuan kasus gizi buruk, kemudian akan

dilaporkan kepada puskesmas induk yang akan menentukan apakah pasien dirawat jalan

atau harus dirujuk. Pasien dengan gizi buruk murni akan dirujuk ke puskesmas dengan

fasilitas perbaikan gizi. Namun, pada kasus gizi buruk dengan penyakit penyerta yang

lain akan segera dirujuk ke Rumah Sakit. Peranan Dinas Keshatan dlam hal ini agar

penangan gizi buruk dapat maksismal yakni dengan pemberian subsidi (dana PMT) yang

dapat membantu keluarga pasien dalam masa pengobatan tersebut.

Gambar 3.13 Alur Penanganan Gizi Buruk di Puskesmas Beruntung Raya

28

PosyanduPuskesmas

Induk

Puskesmas dengan fasilitas perbaikan gizi

Rumah Sakit Rujukan

Page 29: Upaya Pokok Gizi

h) Membuat jadwal Posyandu

Jadwal posyandu balita dan usila dibuat setiap akhir tahun. Jadwal

posyandu disusun sesuai dengan kader dan petugas gizi. Jadwal dikirim ke

posyandu dan Dinas Kesehatan.

Posyandu balita dilaksanakan setiap bulan oleh semua posyandu yang ada

di wilayah Puskesmas Beruntung Raya. Kegiatan ini dilaksanakan 5 kali per

bulan. Jumlah posyandu balita yang ada di wilayah kerja Puskesmas Beruntung

Raya berjumlah 5 buah posyandu balita dan 1 buah posyandu.

Tabel 3.6 Nama Posyandu Wilayah Kerja Puskesmas BeruntungRaya

No Nama Posyandu

1 Posyandu Teratai I

2 Posyandu Teratai II

3 Posyandu Teratai III

4 Posyandu Teratai IV

5 Posyandu Teratai V

6 Posyandu Lansia

29

Page 30: Upaya Pokok Gizi

Ruang lingkup upaya perbaikan gizi secara keseluruhan diantaranya mencakup :

A. Upaya Perbaikan Gizi Masyarakat

Operasi Timbang

Kegiatan Operasi timbang dilakukan pada bulan Februari, yang

dilaksanakan di 5 Posyandu di wilayah kerja Puskesmas Beruntung Raya.Tujuan

pelaksanaan Operasi Timbang adalah untuk mengetahui perkembangan berat

badan dan panjang/tinggi badan anak.Kegiatan ini efektif karena bisa menghemat

waktu dan biaya, dan terbukti bisa meningkatkan angka kunjungan, melacak kasus

gizi kurang dan buruk.

Status gizi balita merupakan hal penting yang harus diketahui oleh setiap

orang tua. Perlunya perhatian lebih dalam tumbuh kembang di usia balita

didasarkan fakta bahwa kurang gizi yang terjadi pada masa emas ini, bersifat

irreversible (tidak dapat pulih).

Status gizi pada balita dapat diketahui dengan cara mencocokkan umur

anak (dalam bulan) dengan berat badan standar tabel WHO-NCHS, bila berat

badannya kurang, maka status gizi kurang. Di Posyandu (Pos Pelayanan Terpadu),

telah disediakan Kartu Menuju Sehat (KMS) yang juga bisa digunakan untuk

memprediksi status gizi anak berdasarkan kurva KMS. Perhatikan dulu umur

anak, kemudian plot berat badannya dalam kurva KMS. Bila masih dalam batas

garis hijau maka status gizi baik, bila di bawah garis merah, maka status gizi

buruk.

SKDN Balita (Status Gizi Balita)

KMS adalah suatu pencatatan lengkap tentang kesehatan seorang anak.

KMS harus dibawa ibu setiap kali ibu menimbang anaknya atau memeriksa

30

Page 31: Upaya Pokok Gizi

kesehatan anak dengan demikian pada tingkat keluarga KMS merupakan laporan

lengkap bagi anak yang bersangkutan, sedangkan pada lingkungan kelurahan

bentuk pelaporan tersebut dikenal dengan SKDN. SKDN  adalah data untuk

memantau pertumbuhan balita SKDN sendiri mempunyai singkatan yaitu sebagai

berikut:

S= adalah jumlah balita yang ada diwilayah posyandu,

K =jumlah balita yang terdaftar dan yang memiliki KMS,

D= jumlah balita yang datang ditimbang bulan ini,

N= jumlah balita yang naik berat badanya.

Pencatatan dan pelaporan data SKDN untuk melihat cakupan kegiatan

penimbangan (K/S), kesinambungan kegiatan penimbangan posyandu (D/K),

tingkat partisipasi masyarakat dalam kegiatan (D/S), kecenderungan status gizi

(N/D), efektifitas kegiatan (N/S) . Pemantauan status gizi dilakukan dengan

memanfaatkan data hasil penimbangan bulanan posyandu yang didasarkan pada

indikator SKDN tersebut. Indikator yang dipakai adalah N/D (jumlah anak yang

berat badannya naik dibandingkan dengan jumlah anak yang ditimbang dalam %).

Peramalan dilakukan dengan mengamati kecenderungan N/D dan D/S setiap bulan

pada wilayah masing-masing wilayah kecamatan. Pematauan status gizi

dilaporkan setiap bulan dengan mempergunakan format laporan yang telah ada.

Balita yang datang dan ditimbang (D/S).

31

Page 32: Upaya Pokok Gizi

Pengertian

Balita yang datang dan ditimbang (D) adalah semua balita yang datang dan

ditimbang berat badannya.

Dalam pengolahan penghitungan N dan D harus benar. Misalnya seorang

anak setelah ditimbang mengalami kenaikan berat badan 0,1 kg,ketika data berat

tersebut dipindahkan ke KMS ternyata tidak naik mengikuti pita warna, pada

contoh ini anak tidak dikelompokkan sebagai balita yang mengalami kenaikan BB

(lihat buku pemantau pertumbuhan). Data SKDN dihitung dalam bentuk jumlah

misalnya S,K,D,N atau dalam bentuk proporsi N/D, D/S, K/S dan BMG/D untuk

masing-masing posyandu. Biasanya setelah melakukan kegiatan di Posyandu atau

di pospenimbangan petugas kesehatan dan kader Posyandu (petugas sukarela)

melakukan analisis SKDN. Analisinya terdiri dari:

Tingkat partisipasi Masyarakat dalam Penimbangan Balita Yaitu jumlah

balita yang ditimbang dibagi dengan jumlah balita yangada di wilayah

kerja Posyandu atau dengan menggunakan rumus (D/Sx 100%), hasilnya

minimal harus mencapai 80%, apabila dibawah 80% maka dikatakan

partisipasi masyarakat untuk kegiatan pemantauan pertumbuhan dan

perkembangan berat badan sangatlah rendah. Hal ini akan berakibat pada

balita tidak akan terpantau oleh petugas kesehatan ataupun kader Posyandu

akan memungkinkan balita ini tidak diketahui pertumbuhan berat

badannya atau pola pertumbuhan baerat badannya.

32

Page 33: Upaya Pokok Gizi

Tingkat Liputan Program Yaitu jumlah balita yang mempunyai KMS

dibagi dengan jumlah seluruh balita yang ada diwilayah Posyandu atau

dengan menggunakan rumus (K/S x 100%). Hasil yang didapat harus

100%. Alasannya balita–balita yang telah mempunyai KMS telah

mempunyai alat instrument untuk memantau berat badannya dan data

pelayanan kesehatan lainnya. Apabila tidak digunakan atau tidak dapat

KMS makan pada dasarnya program POSYANDU tersebut mempunyai

liputan yang sangat rendah atau bisa juga dikatakan balita tersebut. Khusus

untuk Tingkat Kehilangan Kesempatan ini menggunakan rumus (S-K)/S x

100%), yaitu jumlah balita yang ada diwilayah Posyandu dikurangi Jumlah

balita yang mempunyai KMS, hasilnya dibagi dengan jumlah balita yang

ada diwilayah Posyandu tersebut. Semakin tinggi Presentasi Kehilangan

kesempatan, maka semakin rendah kemauan orang tua balita untuk dapat

memanfaatkan KMS. Padahal KMS sangat baik untuk memantau

pertumbuhan berat badan balita atau juga pola pertumbuhan berat badan

balita

Indikator lainnya2 adalah (N/D x 100%) yaitu jumlah balita yang naik

berat badannya dibandingkan dengan jumlah seluruh balita yang

ditimbang. Sebaiknya semua balita yang ditimbang harus mengalami

peningkatan berat badan.

Indikator lainnya dalam SKDN adalah indicator Drop-Out, yaitu balita

yang sudah mempunyai KMS dan pernah datang menimbang berat

badannya tetapi kemudian tidak pernah datang lagi di Posyandu untuk

33

Page 34: Upaya Pokok Gizi

selalu mendapatkan pelayanan kesehatan.  Rumusnya yaitu jumlah balita

yang telah mendapatkan KMS dikurangi dengan jumlah balitayang

ditimbang, dan hasilnya dibagi dengan balita yang mempunyai KMS ((K-

D)/K x 100%).

Indikator lainnya dalam SKDN adalah indikator perbandingan antara

jumlah balita yang status gizinya berada di Bawah Garis Merah (BGM)

dibagi dengan banyaknya jumlah balita yang ditimbang pada bulan

penimbangan (D). Rumusnya adalah (BGM/D 100%)A.

Kinerja output disini meliputi cakupan hasil program gizi di Posyandu

yang dapat dilihat dalam bentuk persentase cakupan yang berhasil dicapai oleh

suatu Posyandu. Adapun cakupan hasil program gizi di Posyandu tersebut adalah

sebagai berikut :

Cakupan Program (K/S)

Cakupan program (K/S) adalah Jumlah Balita yang memiliki Kartu enuju

Sehat (KMS) dibagi dengan jumlah balita yang ada di wilayah Posyandu

kemudian dikali 100%. Persentase K/S disini, menggambarkan berapa

jumlah balita diwilayah tersebut yang telah memiliki KMS atau berapa

besar cakupan program di daerah tersebut telah tercapai.

Cakupan Partisipasi Masyarakat (D/S)

Cakupan partisipasi masyarakat (D/S) adalah Jumlah Balita yang

ditimbang di Posyandu dibagi dengan jumlah balita yang ada di wilayah

kerja Posyandu kemudian dikali 100 %. Persentase D/S disini,

34

Page 35: Upaya Pokok Gizi

menggambarkan berapa besar jumlah partisipasi masyarakat di dareah

tersebut yang telah tercapai.

Cakupan Kelangsungan Penimbangan (D/K)

Cakupan kelangsungan penimbangan (D/K) adalah Jumlah Balita yang

ditimbang di Posyandu dalam dibagi dengan jumlah balita yang telah

memiliki KMS kemudian dikali 100%. Persentase D/K disini,

menggambarkan berapa besar kelangsungan penimbangan di daerah

tersebut yang telah tercapai.

Cakupan Hasil Penimbangan (N/D)

Cakupan Hasil Penimbangan (N/D) adalah : Rata – rata jumlah Balita

yang naik berat badan (BB) nya dibagi dengan jumlah balita yang

ditimbang di Posyandu kemudian dikali 100%. Persentase N/D disini,

menggambarkan berapa besar hasil penimbangan didaerah tersebut yang

telah tercapai.

SKDN Bayi Tahun 2013

Tabel 3.5 SKDN Bayi Tahun 2013

JAN PEB MRT APR MEIS 156 156 156 156 156K 156 156 156 156 156D 119 141 111 124 116N 97 96 88 98 89

35

Page 36: Upaya Pokok Gizi

Jan Feb Mar Apr Mei0

20

40

60

80

100

120

140

160156 156 156 156 156

119

141

111

124116

97 9688

9889

SKDN

Gambar 3.4 SKDN Bayi Tahun 2013

SKDN Anak Balita Tahun 2013

Tabel 3.6 SKDN Anak Balita Tahun 2013

JAN PEB MRT APR MEIS 715 715 715 715 715K 715 715 715 715 715D 405 558 387 446 494N 377 492 387 362 360

Jan Feb Mar Apr Mei0

100

200

300

400

500

600

700

800715 715 715 715 715

405

558

387446

494

377

492

366 362 360SKDN

Gambar 3.5 SKDN Anak Balita Tahun 2013

36

Page 37: Upaya Pokok Gizi

SKDN Balita Tahun 2013

Tabel 3.7 SKDN Balita Tahun 2013

JAN PEB MRT APR MEIS 871 871 871 871 871K 871 871 871 871 871D 524 699 498 570 610N 474 588 454 460 449

Jan Feb Mar Apr Mei0

100

200

300

400

500

600

700

800

900871 871 871 871 871

524

699

498

570610

474

588

454 460 449 SKDN

Gambar 3.6 SKDN Balita Tahun 2013

SKDN Bayi

Tabel 3.8 SKDN Bayi

S K D N2011 150 150 104 802012 152 152 130 90

37

Page 38: Upaya Pokok Gizi

S K D N0

20

40

60

80

100

120

140

160 150 150

104

80

152 152

130

90

20112012

Gambar 3.7 SKDN Bayi

Tabel 3.9 SKDN Bayi

K/S N/S N/D D/K D/S2011 100 55,1 87,9 71,9 71,92012 100 66,9 95,6 84,1 84,1

K/S N/S N/D D/K D/S0

10

20

30

40

50

60

70

80

90

100

100

55.1

87.9

71.9 71.9

100

66.9

95.6

84.1 84.1

20112012

Gambar 3.8 SKDN Bayi Tahun 2011-2012

Tabel 3.10 SKDN Anak Balita

S K D N2011 802 802 381 3052012 664 664 440 377

38

Page 39: Upaya Pokok Gizi

S K D N0

100

200

300

400

500

600

700

800

900 802 802

381

305

664 664

440377 2011

2012

Gambar 3.9 SKDN Anak Balita

Tabel 3.11 SKDN Anak Balita

K/S N/S N/D D/K D/S2011 100 55,1 87,9 71,9 71,92012 100 66,9 95,6 84,1 84,1

K/S N/S N/D D/K D/S0

10

20

30

40

50

60

70

80

90

100

100

55.1

87.9

71.9 71.9

100

66.9

95.6

84.1 84.1

20112012

Gambar 3.10 SKDN Anak Balita

SKDN Balita

Tabel 3.11 SKDN Balita

S K D N2011 952 952 485 3852012 816 816 570 476

39

Page 40: Upaya Pokok Gizi

S K D N0

100

200

300

400

500

600

700

800

900

1000952 952

485

385

816 816

570

47620112012

Gambar 3.11 SKDN Balita

Tabel 3.12 SKDN Balita

K/S N/S N/D D/K D/S2011 100 46,3 89,1 58,8 58,82012 100 60,1 94,5 74,3 74,3

K/S N/S N/D D/K D/S0

10

20

30

40

50

60

70

80

90

100

100

46.3

89.1

58.8 58.8

100

60.7

94.5

74.3 74.3

20112012

Gambar 3.12 SKDN Balita

Tabel 3.13Bayi-Balita Gizi Bawah Garis Merah tahun 2012

BGM2011 182012 22

40

Page 41: Upaya Pokok Gizi

2011 20120

5

10

15

20

2518

22

Bayi-Balita Bawah Garis Merah Tahun 2011-2012

Jumlah Bayi-Balita

Gambar 3.13 Bayi-Balita Gizi Bawah Garis Merah tahun 2012

Taburia

Taburia merupakan tambahan multivitamin dan multimineral untuk

memenuhi kebutuhan gizi dan tumbuh kembang balita umur 6-24 bulan. Tujuan

pemberian taburia antara lain untuk membantu balita tumbuh kembang secara

optimal, meningkatkan daya tahan tubuh, meningkatkan nafsu makan, mencegah

anemia dan mencegah kekurangan zat gizi. Kegiatan Pembagian Taburia

dilaksanakan selama 2 bulan, jumlah sasaran adalah 30 anak yang terdapat di 5

posyandu wilayah kerja Puskesmas Beruntung Raya.

Tabel 3.19 Pemberian Taburia pada Anak kurang gizi tahun 2012

OrangMP-ASI Biskuit 4Taburia 5

41

Page 42: Upaya Pokok Gizi

MP-ASI Taburia0

0.51

1.52

2.53

3.54

4.55

4

5

Pemberian MP-ASI dan Taburia Tahun 2012

Jumlah Resipien

Gambar 3.19 Pemberian Taburia pada Anak kurang gizi tahun 2012

Tabel 3.20 Kasus Gizi Buruk di Posyandu

Posyandu JumlahTeratai 1 0Teratai 2 0Teratai 3 0Teratai 4 1Pokbang 0

Taburia merupakan suplemen tambahan yang diberikan dengan

menaburkannya di hidangan makanan untuk anak yang dikatakan gizi kurang dan

gizi buruk. Pemberian suplemen Taburia dianjurkan 2x untuk 1 minggu yaitu pada

hari senin dan kamis selama 1 bulan dengan jumlah total 8 bungkus kecil

suplemen Taburia. Adapun cara penaburannya dihidangan yang tidak panas dan

tidak berkuah, gunanya disini agar terhindar kerusakan zat-zat yang terkandung

didalamnya akan proses panas dan terlarut dalam hidangan berkuah.

Pada kegiatan ini sebanyak 5 anak BGM di wilayah puskesmas Beruntung

Raya diberikan Taburia selama 2 bulan.Rata-rata kenaikan berat badan bayi/balita

BGM selama 2 bulan adalah 290 gram.

Tabel 3.21 Pemberian Makanan Tambahan Ibu Hamil dengan Kekurangan Energi

Kronis

42

Page 43: Upaya Pokok Gizi

OrangGakin 9Non Gakin 6

Gakin Non-gakin0123456789

9

6

PMT Ibu Hamil dengan KEK Tahun 2012

Jumlah

Gambar 3.20 Pemberian Makanan Tambahan Ibu Hamil dengan Kekurangan

Energi Kronis

Untuk kasus kekurangan energikronis pada ibu hamil, terdapat 9 kasus

dari keluarga miskin dan 6 kasus dari non keluarga miskin.

B. Bayi mendapat ASI eksklusif

ASI ekslusif adalah pemberian air susu kepada bayi sejak pertama bayi lahir dan ASI

keluar tanpa diberikan minuman/makanan selain ASI itu sendiri termasuk air putih

maupun susu formula sampai umur bayi 6 bulan. Setelah bayi berusia 6 bulan, baru bisa

diberikan makanan pendamping ASI (MP-ASI).Adapun beberapa manfaat ASI yaitu,

mengandung semua zat-zat gizi yang dibutuhkan oleh pertumbuhan bayi, memberikan

kekebalan dan melindungi bayi dari berbagai penyakit seperti diare, dan biayanya hemat

praktis dan ramah lingkungan.

Pemantauan ASI eksklusif dilakukan selama 12 bulan. Dengan Target 70%,

pencapaian ASI eksklusif sebesar 43.5 % pada 2012, dan 27.4% pada 2011. Hal

yang menyebabkan kurangnya kesadaran ibu menyusui untuk tidak memberikan

ASI nya kepada bayinya. Seperti tidak adanya pengetahuan tentang pentingnya

43

Page 44: Upaya Pokok Gizi

ASI eksklusif, bahwa ASI eksklusif itu lebih sehat dan bergizi seimbang

dibandingkan susu formula pada masa usia bayi 0-6 bulan.

Tabel 3.22 Pencapaian ASI Eksklusif

ASI Eksklusif (%)Target 702011 27,42012 43,5

2011 20120

10

20

30

40

50

60

70

27.4

43.5

Target (70 %)Pencapaian (%)

Gambar 3.21 Pencapaian ASI Eksklusif

Untuk pemberian ASI eksklusif di wilayah kerja Puskesmas Beruntung

Raya tahun 2011 dan 2012 masing-masing belum mencapai target, yaitu 27,4%

pada tahun 2011 dan 43,5% pada tahun 2012.

BAB IV

ANALISIS MASALAH UPAYA PERBAIKAN GIZI

44

Page 45: Upaya Pokok Gizi

4.1 Analisis SWOT

1.1 Kekuatan (Strength).

a. Program-program yang ada telah menunjukan trend peningkatan dari

tahun 2011 ke 2012.

b. Tersedianya obat cacing, vitamin A, tablet Fe yang akan didistribusikan ke

masyarakat di wilayah kerja Puskesmas.

c. Adanya posyandu sehingga dapat melaksanakan program gizi di seluruh

wilayah kerja Puskesmas, seperti dilakukan penimbangan balita dan bayi

tiap bulan di Posyandu yang memudahkan pengontrolan gizi di wilayah

kerja Puskesmas.

d. Adanya PONED pada Puskesmas memudahkan dalam pendataan bayi

baru lahir dan ibu nifas.

e. Pihak Puskesmas rutin ke Posyandu, sehingga mudah bagi masyarakat

untuk mendapatkan pengobatan serta perbaikan gizi.

f. Banyaknya kader kesehatan yang aktif yang dimiliki di semua Posyandu

dan Puskesmas memudahkan masyarakat untuk konsultasi kesehatan dan

perbaikan gizi.

g. Pemberian obat cacing dilakukan langsung disekolah, dimana anak-anak

sudah terkumpul.

h. Pencatatan data SKDN sudah baik, didapatkan gambaran mengenai profil

kesehatan masyarakat

45

Page 46: Upaya Pokok Gizi

i. Program-program tertentu, seperti pemberian vitamin A mencakup

pelaksanaan diluar puskesmas, tidak hanya menunggu kesadaran

masyarakat untuk datang ke puskesmas.

1.2 Kelemahan (Weakness)

a. Jumlah petugas yang sedikit dan banyaknya kegiatan ahli gizi puskesmas

baik di dalam maupun di luar puskesmas menyebabkan konseling gizi

terhadap Usila maupun Balita masih terbatas.

b. Masih ditemukan kasus gizi kurang (BGM) di wilayah kerja Puskesmas

c. Angka cakupan ASI eksklusif masih jauh dari target yang diharapkan.

d. Layanan konsultasi gizi tidak berjalan efektif padahal jumlah pasien

dengan penyakit seperti DM serta HT banyak.

e. Keterbatasan SDM menjadikan ruang upaya pokok gizi sering kali kosong

karena ditinggal ke Pustu, Posyandu, Poskesdes dan lain-lain.

f. Kunjungan langsung ke Poli gizi tidak ada

1.3 Kesempatan (Oppurtunity)

a. Adanya SD di wilayah kerja yang dekat dengan puskesmas sehingga

mempermudah pelaksanaan upaya pokok gizi tertentu, seperti pemberian

obat cacing.

b. Adanya SMP di wilayah kerja puskesmas sehingga dapat dilakukan

kerjasama dengan pihak UKS dalam upaya mengurangi angka anemia

pada remaja putri dengan pemberian tablet Fe.

46

Page 47: Upaya Pokok Gizi

c. Jumlah penduduk usia produktif yang cukup banyak dapat dijadikan

sumber kaderisasi posyandu yang potensial

d. Menurut data dari kelurahan, kepala Puskesmas Beruntung Raya

merupakan ketua RW di kelurahan Tanjung Pagar, sehingga dapat

mempermudah untuk kerjasama lintas sektoral di wilayah kerja

puskesmas.

1.4 Ancaman (Threat)

a. Rendahnya tingkat pendidikan di masyarakat sehingga secara langsung

dan tidak langsung mempengaruhi kualitas gizi masyarakat.

b. Rendahnya tingkat perekonomian masyarakat akan mempengaruhi daya

beli konsumsi gizi.

c. Kesadaran masyarakat untuk konsultasi gizi masih kurang.

d. Kebudayaan setempat masih sering menghambat upaya pokok gizi,

contohnya pada kasus anemia pada ibu.

e. Cakupan ASI eksklusif yang rendah menjadikan anak-anak rentan

terserang penyakit.

f. Masih banyak jajanan yang tidak sehat di sekolah-sekolah.

4.2 Pemecahan Masalah

1. Untuk meningkatkan partisipasi masyarakat dilakukan pembinaan oleh

petugas kader terutama pada saat kegiatan posyandu agar lebih berperan

47

Page 48: Upaya Pokok Gizi

aktif meningkatkan kesadaran masyarakat akan arti pentingnya posyandu,

misalnya melakukan kunjungan rumah oleh kader serta diperlukan peran

serta tokoh masyarakat untuk mengajak masyarakat datang ke posyandu

dan petugas terus meningkatkan penyuluhan terhadap ibu-ibu balita

tentang pola asuh, pola makan yang baik untuk anak.

2. Mengintensifkan program posyandu dan mengoptimalkan kinerja petugas

kesehatan dalam pendataan, pemantauan dan pengawasan kasus gizi

kurang dan gizi buruk.

3. Menambah jumlah SDM pada untuk petugas bagian Gizi.

4. Mengoptimalkan penyuluhan pada ibu hamil dan ibu nifas tentang

pentingnya dan bagaimana cara memberikan ASI yang benar.

5. Bekerjasama dengan pihak sekolah SMP dan UKS dalam upaya

mengurangi angka anemia pada remaja putri dengan pemberian tablet Fe.

6. Meningkatkan peran aktif pihak sekolah untuk menunjang kegiatan upaya

pemberian obat cacing.

7. Melengkapi sarana dan prasarana untuk penyuluhan gizi seperti ruangan

khusus gizi, piramida makanan serta jenis-jenis makanan sehat.

BAB V

P E N U T U P

48

Page 49: Upaya Pokok Gizi

A. Kesimpulan

Puskesmas Beruntung Raya berada di Kecamatan Banjarmasin Selatan

Kota Banjarmasin dengan wilayah kerja sebanyak 1 Kelurahan yaitu Kelurahan

Tanjung Pagar.Dengan Luas Wilayah 315 Ha wilayah kerja Puskesmas Beruntung

Raya memiliki jumlah penduduk sebanyak 8707 jiwa.

Puskesmas Beruntung Raya sekarang telah memiliki unit-unit kegiatan

yang masing-masing unit tersebut memiliki program kesehatan tersendiri dan

masing-masing unit yang telah melaksanakan program tersebut. Hasil kegiatan

pada umumnya mengalami peningkatan dibanding tahun lalu walaupun masih ada

beberapa yang belum memenuhi target.

Sebagian besar masyarakat di wilayah kerja Puskesmas Beruntung Raya

sudah menyadari akan pentingnya gizi mereka serta anaknya namun masih ada

yang mengalami kekurangan gizi dikarenakan oleh kondisi ekonomi dan tingkat

pendidikannya yang rendah.

B. Saran

Dari data yang telah didapatkan disarankan:

1. Perencanaan dilakukan lebih matang mengenai program dan dengan jumlah

tenaga yang tersedia sehingga hambatan berupa kurangnya tenaga kesehatan

dapat di minimalisasi serta dilakukan koordinasi antara berbagai sektor yang

terkait dalam kegiatan puskesmas agar pelaksanaan kegiatan program dapat

tercapai dan berjalan dengan baik.

2. Pengoptimalkan tenaga dari puskemas dan pengrekrutan kader-kader yang

berupaya lebih dimasyarakat

49

Page 50: Upaya Pokok Gizi

3. Memanfaatkan organisasi serta tempat-tempat umum yang banyak tersedia di

masyarakat sehingga penyampaian informasi menyeluruh dan berkelanjutan.

4. Kerjasama dengan dinas terkait dan lintas sektoral untuk menjalankan

program

5. Pembuatan sistem yang efisien dan tepat sasaran dalam pengawasan dan

penataan masyarakat

50

Page 51: Upaya Pokok Gizi

Daftar Pustaka

1. Laporan Kegiatan Perbaikan Gizi Masyarakat Puskesmas Beruntung Raya

Tahun 2012

2. Profil Puskesmas Beruntung Raya Tahun 2012

3. Data Dinding Puskesmas Beruntung Raya Tahun 2012

51