UPAYA PEMBINAAN PROFESIONALISME GURU RUMPUN …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1670/1/SKRIPSI...

136
UPAYA PEMBINAAN PROFESIONALISME GURU RUMPUN MATA PELAJARAN PAI DI MAN SALATIGA SETELAH SERTIFIKASI TAHUN PELAJARAN 2016/2017 SKRIPSI Disusun Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd) Oleh : TAUFIQURROHMAH HIDAYATI NIM: 111-12-004 JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) SALATIGA 2017

Transcript of UPAYA PEMBINAAN PROFESIONALISME GURU RUMPUN …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1670/1/SKRIPSI...

UPAYA PEMBINAAN PROFESIONALISME GURU

RUMPUN MATA PELAJARAN PAI DI MAN

SALATIGA SETELAH SERTIFIKASI

TAHUN PELAJARAN 2016/2017

SKRIPSI

Disusun Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd)

Oleh :

TAUFIQURROHMAH HIDAYATI

NIM: 111-12-004

JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN)

SALATIGA

2017

ii

iii

PERSETUJUAN PEMBIMBING

Lamp : -

Hal : Pengajuan Naskah Skripsi

Kepada Yth.

Dekan FTIK IAIN Salatiga

di Salatiga

Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Dengan hormat, setelah dilaksanakan bimbingan, arahan dan koreksi, maka

naskah skripsi mahasiswa:

Nama : Taufiqurrohmah Hidayati

NIM : 111-12-004

Judul : UPAYA PEMBINAAN PROFESIONALISME GURU

RUMPUN MATA PELAJARAN PAI DI MAN

SALATIGA SETELAH SERTIFIKASI TAHUN

PELAJARAN 2016/2017

Dapat diajukan kepada Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan IAIN Salatiga untuk

ditujukan dalam sidang munaqasyah.

Demikian nota pembimbing ini dibuat, untuk menjadi perhatian dan digunakan

sebagaimana mestinya.

Wassalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Salatiga, 22 Maret 2017

Pembimbing,

Dr. Fatchurrohman, M.Pd.

NIP. 19710309 200003 1001

iv

SKRIPSI

UPAYA PEMBINAAN PROFESIONALISME GURU RUMPUN MATA

PELAJARAN PAI DI MAN SALATIGA SETELAH SERTIFIKASI

TAHUN PELAJARAN 2016/2017

DISUSUN OLEH

TAUFIQURROHMAH HIDAYATI

NIM: 111-12-004

Telah dipertahankan di depan Panitia Dewan Penguji Skripsi Jurusan Pendidikan

Agama Islam (PAI), Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Salatiga, pada tanggal 3

April 2017 dan telah dinyatakan memenuhi syarat guna memperoleh gelar sarjana

Pendidikan Islam

Susunan Panitia Penguji

Ketua Penguji : Dra. Nur Hasanah. M. Pd

Sekretaris Penguji : Dr. Fatchurrahman, M.Pd.

Penguji I : Dr. Lilik Sriyanti, M. Si.

Penguji II : Dr. M. Gufron, M. Ag.

Salatiga, 3 April 2017

Dekan

Suwardi, M.Pd.

NIP. 19670121 199903 1 002

KEMENTERIAN AGAMA

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) SALATIGA

FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN Jl. Tentara Pelajar No. 02 Telp. (0298) 323706 Fax. 323433 Kode Pos 50721 Salatiga

Website : http://iainsalatiga.ac.id e-mail:[email protected]

v

PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN

Saya yang bertandatangan di bawah ini :

Nama : Taufiqurrohmah Hidayati

NIM : 111-12-004

Fakultas : Tarbiyah dan Ilmu Keguruan

Jurusan : Pendidikan Agama Islam

Menyatakan bahwa skripsi yang saya tulis ini benar-benar merupakan

hasil karya saya sendiri, bukan jiplakan dari hasil karya tulis orang lain. Pendapat

dan temuan orang lain yang terdapat dalam skripsi ini dikutip atau dirujuk

berdasarkan kode etik ilmiah.

Salatiga, 22 Maret 2017

Penulis

Taufiqurrohmah Hidayati

111-12-004

vi

MOTTO

“Serulah (manusia) kepada jalan Tuhan-mu dengan hikmah dan pelajaran yang

baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu

Dialah yang lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan

Dialah yang lebih mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk”.

(QS An Nahl ayat 125)

vii

PERSEMBAHAN

Alhamdulillahirobbil’alamin dengan rahmat dan hidayah Allah SWT

skripsi ini telah selesai. Skripsi ini saya persembahkan kepada:

1. Ibuku Mutamimah dan Bapakku Kosim yang senantiasa memberikan nasehat

dan telah mendidikku dari kecil sampai menikmati kuliah S1 di IAIN Salatiga

ini, serta tidak lelah mendoakan tanpa henti untuk menjadi pribadi yang

bermanfaat untuk sesama.

2. Adikku tersayang Hasan Ma’ruf Jauhari yang selalu memberikan semangat

untuk terus menjadi pribadi yang tangguh.

3. Seluruh teman-teman yang membantu dalam skripsi ini, dan semua sahabatku

yang selalu membersamai dalam setiap langkah.

4. Keluarga PAI A, Keluarga PPL MAN Salatiga dan Kelompok KKN

Pengarengan Kab. Magelang, yang telah memberikanku pengalaman hidup

yang luar biasa.

viii

KATA PENGANTAR

Puji syukur senantiasa penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah

memberikan banyak rahmat dan hidayah-Nya, sehingga bisa menikmati indahnya

Islam di dunia ini. Sholawat serta salam selalu tercurahkan pada junjungan Nabi

Agung Muhammad SAW yang telah membimbing manusia dari zaman kegelapan

hingga zaman yang terang benderang dan yang selalu dinantikan syafaatnya di

hari kiamat kelak. Segala syukur penulis panjatkan sehingga penulis dapat

menyelesaikan tugas akhir skripsi dengan judul “UPAYA PEMBINAAN

PROFESIONALISME GURU RUMPUN MATA PELAJARAN PAI DI

MAN SALATIGA SETELAH SERTIFIKASI TAHUN PELAJARAN

2016/2017”

Skripsi ini disusun sebagai syarat untuk memperoleh gelar S1 Fakultas

Tarbiyah dan Ilmu Keguruan, Jurusan Pendidikan Agama Islam Institut Agama

Islam Negeri (IAIN) Salatiga. Dalam penyusunan skripsi ini penulis menyadari

bahwa masih banyak sekali kekurangan di dalamnya. Penulis menyadari bahwa

tanpa bantuan dari berbagai pihak penulis tidak akan bisa menyelesaikan skripsi

ini dengan lancar. Oleh karena itu pada kesempatan ini penulis ingin

mengucapkan terimakasih kepada :

1. Bapak Dr. H. Rahmat Haryadi, M.Pd. selaku Rektor IAIN Salatiga

2. Bapak Suwardi, M.Pd. selaku dekan Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan

3. Ibu Siti Rukhayati, M.Ag. selaku ketua jurusan Pendidikan Agama Islam

ix

4. Bapak Dr. Fatchurrohman, M.Pd. selaku dosen pembimbing skripsi yang

telah mencurahkan pikiran, tenaga, dan pengorbanan waktunya dalam upaya

membimbing penulis untuk menyelesaikan skripsi ini.

5. Bapak Drs. A. Baharudin, M. Ag selaku pembimbing akademik.

6. Seluruh dosen dan karyawan IAIN Salatiga yang telah banyak membantu

selama kuliah hingga menyelesaikan skripsi ini.

7. Kepala sekolah, Waka Kurikulum, guru Rumpun PAI, dan siswa-siswi MAN

Salatiga yang telah memberikan ijin serta membantu penulis dalam

melakukan penelitian di sekolah tersebut.

8. Bapak, ibu, keluarga, dan seluruh pihak yang selalu mendorong dan

memberikan motivasi dalam menyelesaikan kuliah di IAIN Salatiga.

Akhir kata, semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi penulis

khususnya dan bagi semua orang pada umumnya. Saran dan kritik yang

membangun sangat diperlukan dalam kesempurnaan skripsi ini.

Salatiga, 22 Maret 2017

Penulis

Taufiqurrohmah Hidayati

NIM. 111-12-004

x

ABSTRAK

Hidayati, Taufiqurrohmah. 2017. “Upaya Pembinaan Profesionalisme Guru

Rumpun Mata Pelajaran PAI Di MAN Salatiga Setelah Sertifikasi

Tahun Pelajaran 2016/2017” Pembimbing: Dr.Fatchurrohman, M.Pd.

Kata Kunci: Profesionalisme Guru, Sertifikasi

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui upaya pembinaan

profesionalisme guru setelah sertifikasi dan kendala yang dihadapi dalam proses

pembinaannya di MAN Salatiga. Pertanyaan yang ingin dijawab melalui

penelitian ini adalah: 1) Bagaimana profesionalisme guru rumpun mapel PAI di

MAN Salatiga setelah sertifikasi? 2) Apa upaya pembinaan profesionalisme guru

rumpun mapel PAI di MAN Salatiga Setelah sertifikasi?. 3) Apa kendala yang

dihadapi dalam upaya pembinaan profesioanalisme guru dan cara mengatasinya?.

Penelitian ini menggunakan pendekatan lapangan (field research) dengan

metode kualitatif. Teknik pengumpulan data adalah observasi, wawancara, dan

dokumentasi. Subjek penelitian adalah ,Guru Rumpun PAI , Waka Kurikulum,

guru Rumpun PAI, dan siswa MAN Salatiga.

Temuan penelitian menunjukkan bahwa 1) Kompetensi Pedagogik guru

membuat perencanaan dan pelaksanaan pembelajaran. Kompetensi Kepribadian

meliputi: guru memiliki etos kerja, tanggung jawab, dan sebagai panutan bagi

peserta didiknya. Kompetensi Profesional meliputi:guru mampu mengkondisikan

kelas, memahamkan siswa, dan melakukan bimbingan kepada siswa. Kompetensi

Sosial yaitu guru harus mampu bersosialisasi dengan teman sejawat, peserta didik,

dan atasannya. Tidak hanya di sekolah guru juga harus mampu berbaur dengan

masyarakat. 2) Upaya pembinaan yang dilakukan di MAN Salatiga diantaranya

adanya workshop, pelatihan-pelatihan,dan diklat yang dilakukan oleh lembaga

sekolah yang bekerjasama dengan lembaga pelatihan dan diklat Kementerian

Agama 3) kendala dan cara mengatasinya, soal waktu pembinaan yang tidak tepat

Kepala sekolah memberi solusi, apabila pembinaan dilakukan jam sore, setelah

pembelajaran. Untuk kendala sistim penilaian, semua guru diwajibkan

mempunyai catatan hambatan teknis atau catatan teknis pembelajaran, dan setiap

satu bulan ada rapat dinas dalam rangka update kekurangan dan kelebihan

pembelajaran Kurikulum 2013. Untuk buku yang belum sesuai dengan jumlah

siswa, guru memberi solusi bahwa untuk pemakaian dilakukan cara bergantian

antara guru satu dengan yang lain.

xi

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ........................................................................................ i

HALAMAN BERLOGO ................................................................................. ii

HALAMAN NOTA PEMBIMBING ............................................................... iii

HALAMAN PENGESAHAN .......................................................................... iv

PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN ...................................................... v

MOTTO ........................................................................................................... vi

PERSEMBAHAN ............................................................................................ vii

KATA PENGANTAR ..................................................................................... viii

ABSTRAK ....................................................................................................... xi

DAFTAR ISI .................................................................................................... xi

DAFTAR TABEL ............................................................................................ xiii

DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................... xiv

BAB I PENDAHULUAN ................................................................................ 1

A. Latar Belakang .............................................................................. 1

B. Rumusan Masalah ......................................................................... 4

C. Tujuan Penelitian........................................................................... 5

D. Manfaat Penelitian......................................................................... 5

E. Penegasan Istilah ........................................................................... 6

F. Metode Penelitian .......................................................................... 7

G. Sistematika Penulisan .................................................................... 14

BAB II LANDASAN TEORI .......................................................................... 17

A. Profesionalisme Guru ..................................................................... 17

B. Mapel PAI ...................................................................................... 32

xii

C. Program Sertifikasi......................................................................... 38

BAB III PAPARAN DATA DAN TEMUAN PENELITIAN .........................

A. Paparan Data MAN Salatiga ........................................................ 49

B. Temuan Penelitian ......................................................................... 61

1. Profesionalisme Guru Setelah Sertifikasi ................................ 61

2. Upaya Pembinaan Profesionalisme Guru ............................... 65

3. Kendala yang Dihadapi dalam Pembinaan Profesionalisme

Guru dan Cara Mengatasinya .................................................. 67

BAB IV PEMBAHASAN ................................................................................ 69

A. Profesionalisme Guru Setelah Sertifikasi ...................................... 69

B. Upaya Pembinaan Profesionalisme Guru ...................................... 79

C. Kendala yang Dihadapi dalam Pembinaan Profesionalisme Guru

dan Cara Mengatasinya ................................................................. 82

BAB V PENUTUP ........................................................................................... 85

A. Kesimpulan.................................................................................... 85

B. Saran .............................................................................................. 86

DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................... 88

RIWAYAT HIDUP PENULIS ........................................................................ 90

LAMPIRAN-LAMPIRAN ...............................................................................

xiii

DAFTAR TABEL

Tabel I Sarana Prasarana .................................................................................. 54

Tabel II Daftar Guru......................................................................................... 56

Tabel III Daftar Pegawai Tata Usaha ............................................................... 57

Tabel IV Daftar Siswa ...................................................................................... 57

Tabel V Daftar Prestasi Siswa.......................................................................... 59

xiv

DAFTAR LAMPIRAN

1. Daftar SKK

2. Nota Pembimbing Skripsi

3. Surat Permohonan Izin Melakukan Penelitian

4. Surat Keterangan Melakukan Penelitian

5. Lembar Konsultasi

6. Instrumen Pengumpulan Data

7. Kode Penelitian

8. Hasil Wawancara

9. Dokumentasi

10. Sertifikat Pendidik dan Sertifikat Pelatihan

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Dunia pendidikan sedang diguncang oleh berbagai perubahan sesuai

dengan tuntutan dan kebutuhan masyarakat, serta ditantang untuk dapat

menjawab berbagai permasalahan lokal dan perubahan global yang terjadi

begitu pesat (Mulyasa,2011:3).

Masalah krisis yang sangat kompleks dan membawa tantangan berat

bagi bangsa Indonesia menyadarkan kita betapa sistem pendidikan yang

dilakukan selama ini belum mampu membentuk pribadi yang teguh serta

mengembangkan pemikiran kreatif untuk memecahkan persoalan krisis

ekonomi. Bahkan yang lebih parah adalah akibat krisis ini muncul krisis

moral di masyarakat, pembantaian pemerkosaan, tawuran antar pelajar, dan

perampokan hak milik orang lain terjadi dimana-mana (Mudjio, 2010:95).

Dari sudut pendidikan, tampaknya ada indikasi bahwa krisis moral

yang dikemukakan di atas, menandakan belum berhasilnya lembaga

pendidikan (sekolah) membentuk pribadi anak bangsa ini menjadi pribadi

yang bermartabat.

Banyak kalangan yang berpendapat bahwa persoalan-persoalan yang

dihadapi bangsa Indonesia disebabkan oleh kualitas Sumber Daya Manusia

(SDM) bangsa Indonesia yang masih rendah. Kualitas SDM yang rendah,

baik secara akademis maupun nonakademis, menyebabkan belum seluruh

masyarakat Indonesia dapat berpartisipasi menyumbangkan potensi fisik

2

maupun nonfisik dalam pelaksanaan pembangunan sesuai dengan keahlian

dan bidangnya masing-masing. Menilai kualitas SDM suatu bangsa secara

umum dapat dilihat dari mutu pendidikan bangsa tersebut. Hanya dengan

kualitas SDM yang tinggi persoalan-persoalan bangsa Indonesia setahap

demi setahap dapat terselesaikan dengan baik (Kunandar, 2011:8).

Sejalan dengan kenyataan itu, keberhasilan nasional akan ditentukan

oleh keberhasilan kita dalam mengelola pendidikan nasional. Dimana di

dalamnya guru menempati posisi utama dan penting (Safrudin dan

Basyiruddin, 2002:1). Sehingga salah satu upaya pemerintah dalam

meningkatkan mutu pendidikan nasional dan memperbaiki kesejahteraan

hidup guru ditempuh melalui sertifikasi bagi profesionalisme guru melalui

portofolio sesuai dengan (Peraturan Pemerintahan Nomor 18 Tahun 2007).

Program ini akan berdampak sangat baik dalam meningkatkan

profesionalisme pendidik serta meningkatkan kesejahteraannya.

Sertifikasi profesi guru adalah proses untuk memberikan sertifikat

kepada guru yang telah memenuhi standar kualifikasi dan standar

kompetensi. Sertifikasi guru sebagai upaya peningkatan mutu guru

dibarengi dengan peningkatan kesejahteraan guru sehingga diharapkan

dapat meningkatkan mutu pembelajaran dan mutu pendidikan di Indonesia

secara berkelanjutan. Bentuk peningkatan kesejahteraan guru berupa

tunjangan profesi sebesar satu kali gaji pokok sebagai guru yang memiliki

sertifikasi pendidik.

3

Kompetensi guru meliputi kompetensi pedagogik, kompetensi

kepribadian, kompetensi sosial, dan kompetensi profesional yang diperoleh

melalui pendidikan profesi (Kunandar, 2011: 79).

Sementara Permenag Nomor 16/2010 Pasal 13 tentang kualifikasi

guru agama mengatur sebagai berikut:” Guru Pendidikan Agama minimal

memiliki kualifikasi akademik Strata 1 /Diploma IV, dari program studi

pendidikan agama dan atau program studi agama dari Perguruan Tinggi

yang terakreditasi dan memiliki sertifikat profesi guru pendidik

agama”(Mudlofir, 2013: 109). Kehadiran sertifikasi dalam perubahan model

pendidikan di era modern. Faktor yang menentukan dalam meningkatkan

mutu pendidikan dalam skala besar ini, tidak lain dengan keberhasilan

pelaksanaan sertifikasi atau malah sebaliknya.

Profil kelayakan guru akan ditekankan pada aspek-aspek kemampuan

membelajarkan siswa, dimulai dari menganalisis, merencanakan

mengembangkan, mengimplementasikan dan menilai pembelajaran yang

berbasis pada penerapan teknologi pendidikan. Untuk kepentingan tersebut

diperlukan suatu kebijakan pendidikan dalam rangka mengembangkan

kompetensi guru menuju pada keprofesionalan, serta pedoman kebijakan

teknis yang dapat membantu bidang pendidikan yang berisi panduan untuk

kompetensi dan profesionalisme guru.

Penulis memilih MAN Salatiga dikarenakan guru-guru rumpun mata

pelajaran PAI yang mengajar di madrasah tersebut telah mengikuti program

sertifikasi, dengan demikian dapat dilihat bagaimanakah profesionalisme

4

guru rumpun mapel PAI di MAN Salatiga setelah adanya sertifikasi. Guru-

guru yang telah di sertifikasi memiliki cara yang bervariasi dalam

meningkatkan profesionalisme yang telah mereka miliki. Indikator yang

mereka miliki juga berbeda-beda, hal ini dipengaruhi latar belakang

pendidikan dan wawasan serta pengetahuan yang dimiliki.

Berdasarkan analisis tersebut, penulis berkeinginan untuk

mengangkatnya menjadi sebuah bahasan dengan judul “Upaya Pembinaan

Profesionalisme Guru Rumpun Mapel PAI di MAN Salatiga Setelah

Sertifikasi”.

B. Fokus Penelitian

Penelitian memfokuskan pada upaya yang dilakukan pihak-pihak

yang bertanggungjawab dalam pembinaan profesionaisme guru khususnya

guru rumpun mata pelajaran PAI setelah adanya sertifikasi di MAN

Salatiga. Berdasarkan latar belakang di atas, maka penulis merumuskan

beberapa pertanyaan-pertanyaan penelitian, yaitu;

1. Bagaimana profesionalisme guru rumpun mata pelajaran PAI di

MAN Salatiga setelah sertifikasi?

2. Apa upaya pembinaan profesionalisme guru rumpun mata pelajaran

PAI di MAN Salatiga setelah sertifikasi?

3. Apa kendala atau problem yang dihadapi dalam pembinaan

profesionalisme guru rumpun mata pelajaran PAI di MAN Salatiga

setelah sertifikasi dan bagaimana mengatasinya?

5

C. Tujuan Penelitian

Agar peneliti dapat memperoleh hasil yang baik, maka perlu

direncanakan tujuan yang hendak dicapai dalam pelaksanaanya:

1. Untuk mengetahui profesionalisme guru rumpun mata pelajaran PAI

di MAN Salatiga setelah sertifikasi.

2. Untuk mengetahui upaya pembinaan profesionalisme guru rumpun

mata pelajaran PAI di MAN Salatiga setelah sertifikasi.

3. Untuk mengetahui kendala atau problem yang dihadapi dalam

pembinaan profesionalisme guru rumpun mata pelajaran PAI di MAN

Salatiga setelah sertifikasi dan bagaimana mengatasinya.

D. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan memiliki manfaat secara teoritis dan

praktis.

1. Secara Teoritis

Secara teoritis penelitian ini diharapkan dapat memberikan

sumbagan bagi pengembangan ilmu pengetahuan terutama yang berkaitan

dengan pembinaan profesionalisme guru PAI.

2. Secara Praktis

a. Bagi guru : Dapat dijadikan dasar pertimbangan dalam

meningkatkan profesionalisme guru dan pengembangan

keprofesian secara berkelanjutan.

b. Bagi pemerintah: Agar dapat mencetak calon guru yang

berkualitas dan melakukan pekerjaanya secara professional.

6

c. Bagi peneliti: Menambah reverensi serta sebagai bekal untuk

menjadi seorang pendidik yang professional.

E. Penegasan Istilah

Untuk menghindari salah pengertian dalam memahami judul

penelitian, perlu ditegaskan beberapa istilah dalam judul di atas, yaitu:

1. Profesionalisme Guru

Profesionalisme guru mengandung pengertian kegiatan atau

usaha meningkatkan kompetensi guru ke arah yang lebih baik dalam

berbagai aspeknya demi terselenggaranya optimalisasi pelayanan

kegiatan atau pekerjaan profesi guru (Asmani, 2011:46).

Dalam penelitian ini menurut peneliti guru profesional dapat

dilihat dari empat kompetensi, yaitu: kompetensi pedagogik,

kompetensi profesional, kompetensi sosial, dan kompetensi

kepribadian.

2. Mata Pelajaran PAI

Pendidikan Agama Islam adalah upaya sadar dan terencana

dalam menyiapkan peserta didik untuk mengenal, memahami,

menghayati, hingga mengimani, bertakwa, dan berakhlak mulia dalam

mengamalkan ajaran Islam dari sumber utamanya kitab suci Al-Qur’an

dan hadis, melalui kegiatan bimbingan, pengajaran, latihan, serta

penggunaan pengalaman (Majid,2014:11). Rumpun mata pelajaran

PAI meliputi: Al-Qur’an Hadis, Aqidah Akhlak, Fikih, dan Sejarah

Kebudayaan Islam (SKI).

7

3. Sertifikasi Guru

Sertifikasi guru adalah proses pemberian sertifikat pendidik

untuk guru yang telah memenuhi standar kompetensi

guru(Damay,2012:10). Menurut peneliti sertifikasi guru merupakan

proses pemberian sertifikat pendidik bahwa seseorang telah memiliki

kompetensi untuk melaksanakan pelayanan pendidikan, dan sebagai

bentuk upaya peningkatan professional guru.

F. Metode Penelitian

Untuk memperoleh penelitian yang valid, maka harus digunakan

metode yang tepat dan sesuai untuk pengelolaan data sesuai objek yang

dibahas. Dalam ini dikemukakan beberapa metode dan sumber data yang

berkaitan dengan penelitian yaitu :

1. Pendekatan dan Jenis Penelitian

Penelitian ini termasuk penelitian lapangan (field research)

karena peneliti berangkat ke lapangan untuk mengadakan pengamatan

tentang sesuatu fenomena dalam suatu keadaan alamiah (Moleong,

2009:26). Peneliti terjun ke lapangan penelitian yaitu MAN Salatiga

untuk mengamati fenomena yang berhubungan dengan siswa, guru

mata pelajaran PAI, waka kurikulum, dan kepala sekolah dalam

profesionalime guru dan upaya pembinaannya.

Jenis penelitian ini adalah penelitian kualitatif. Menurut

Moleong (2009:6) penelitian kualitatif adalah penelitian yang

bermaksud untuk memahami fenomena tentang apa yang dialami oleh

8

subjek penelitian misalnya perilaku, persepsi, motivasi, tindakan, dan

lain-lain, secara holistik, dan dengan cara deskripsi dalam bentuk kata-

kata dan bahasa, pada suatu konteks khusus yang alamiah dan dengan

memanfaatkan berbagai metode alamiah.

Dalam penelitian ini akan dikaji lebih mendalam mengenai,

profesionalisme guru mata pelajaran PAI, upaya pembinaan

profesionalisme guru mata pelajaran PAI, kendala yang dihadapi

dalam pembinaan profesionalisme guru, dan cara mengatasinya. Pada

pelaksanaannya dilakukan pencarian gambaran dan data deskriptif di

lingkungan MAN Salatiga yang dijadikan subjek penelitian.

2. Kehadiran Peneliti

Dalam penelitian kualitatif, peneliti merupakan alat pengumpul

data utama. Peneliti berperanserta pada situs penelitian dan mengikuti

secara aktif kegiatan dan mengumpulkan data dari pengamatannya

selama mengikuti kegiatan (Moleong, 2009:3).

Kehadiran peneliti bertujuan untuk melakukan pengamatan dan

wawancara secara langsung guna mendapatkan data akurat dari

informan yang diperlukan peneliti untuk melengkapi data penelitian.

3. Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian merupakan tempat dimana penelitian akan

dilakukan, beserta jalan dan kotanya. Penelitian ini akan dilaksanakan

di Madrasah Aliyah Negeri Salatiga dengan alamat jalan K.H. Wahid

Hasyim No. 12 Salatiga. Adapun pemilihan MAN Salatiga sebagai

9

tempat penelitian karena di MAN Salatiga semua guru mata pelajaran

PAI sudah mengikuti sertifikasi, dan untuk mengetahui apakah guru

mata pelajaran PAI di MAN Salatiga sudah melakukan tugasnya secara

profesional setelah sertifikasi.

4. Sumber Data

a. Data Primer

Data primer yakni data yang diperoleh langsung dari tempat

penelitian. Menurut Lofland dan Lofland, sumber data utama dalam

penelitian kualitatif ialah kata-kata dan tindakan (Moleong, 2009:

157) Kata-kata dan tindakan diperoleh dari wawancara atau

pengamatan berperan serta untuk mengetahui upaya pembinaan

profesionalisme guru setelah sertifikasi. Data primer penelitian ini,

penulis dapatkan dari kepala sekolah, waka kurikulum, guru mata

pelajaran rumpun PAI, dan siswa di MAN Salatiga.

b. Data Sekunder

Sumber data sekunder adalah data yang diperoleh dari

dokumen-dokumen grafis (tabel, catatan, notulen rapat, SMS, dan

lain-lain), foto-foto, film, rekaman video, dan benda-benda yang

dapat memperkaya data primer (Arikunto, 2010:22). Peneliti

menggunakan data sekunder ini untuk memperkuat dan

melengkapi informasi yang telah dikumpulkan melalui wawancara

dan observasi.

10

5. Teknik Pengumpulan Data

Adapun dalam pengkajian skripsi ini peneliti menggunakan

teknik pengumpulan data penelitian dengan cara sebagai berikut :

a. Wawancara

Wawancara didefinisikan sebagai diskusi antara dua orang

atau lebih dengan tujuan tertentu, wawancara adalah salah satu alat

yang paling banyak digunakan untuk mengumpulkan data

penelitian kualitatif (Sarosa, 2012:45). Kegiatan penelitian ini akan

dilaksanakan dengan wawancara langsung dan terstruktur karena

informan atau narasumber bertatap muka secara langsung dan tahu

pula tujuan dari wawancara. Selain itu pada saat wawancara,

peneliti sudah menetapkan dan menyiapkan pertanyaan-pertanyaan

yang tersusun secara sistematis.

Wawancara akan dilakukan kepada narasumber diantaranya

adalah siswa, guru mata pelajaran PAI, waka kurikulum, dan

kepala sekolah MAN Salatiga . Peneliti menggunakan teknik ini

untuk mencari data terkait profesionalisme guru mata pelajaran

PAI, upaya pembinaan profesionalisme guru, kendala dalam upaya

pembinaan profesionalisme guru, dan cara mengatasinya.

b. Observasi

Observasi adalah pengamatan dan pencatatan sesuatu objek

dengan sistematika fenomena yang diselidiki. Observasi dapat

dilakukan sesaat atau mungkin dapat diulang. Data observasi

11

melibatkan dua komponen yaitu si pelaku observasi dan objek yang

diobservasi (Sukandarrumidi, 2004:69). Teknik ini digunakan

untuk mendapatkan data mengenai kondisi MAN Salatiga dan

profesionalisme guru rumpun mata pelajaran PAI.

c. Dokumentasi

Dokumentasi yaitu mencari data mengenai hal-hal atau

variabel yang berupa catatan, transkip, buku, surat kabar, majalah,

prasasti, notulen rapat, agenda, dan sebagainya (Arikunto,

2010:274). Peneliti mencari data mengenai hal-hal yang berkaitan

dengan objek penelitian berupa foto, RPP, karya tulis, data

prestasi/ pembinan kinerja guru yang terkait dengan pembinaan

profesionalisme guru rumpun mapel PAI di MAN Salatiga.

6. Analisis Data

Menurut Bogdan dan Biklen (dalam Moleong, 2009:248)

mendefinisikan analisis data adalah upaya yang dilakukan dengan jalan

bekerja dengan data, mengorganisasikan data, memilah-milahnya

menjadi satuan yang dapat dikelola, mensintesiskannya, mencari dan

menemukan pola, menemukan apa yang penting dan apa yang

dipelajari, dan memutuskan apa yang dapat diceritakan kepada orang

lain.

Menurut Miles dan Hubeman (dalam Emzir, 2011:129) ada tiga

macam kegiatan dalam analisis data kualitatif, yaitu:

12

1. Reduksi Data

Reduksi data merujuk pada proses pemilih, pemfokusan,

penyederhanaan, abstraksi, dan transformasi data mentah yang

terjadi dalam catatan-catatan lapangan tertulis. Reduksi data adalah

suatu bentuk analisis yang mempertajam, memilih, memfokusan,

membuang, dan menyusun data dalam suatu cara dimana

kesimpulan akhir dapat digambarkan dan diverifikasikan.

2. Display Data

Display data adalah suatu kumpulan informasi tersusun

yang membolehkan pendeskripsian dan pengambilan tindakan.

Bentuk paling sering dari model data kualitatif adalah teks naratif.

Teks naratif adalah tulisan yang berisi rangkaian peristiwa dari

waktu ke waktu yang dijabarkan dengan urutan awal, tengah, dan

akhir. Selain dalam bentuk teks naratif, bentuk lain dari model data

kualitatif adalah matrik, grafik, jaringan, kerja dan bagan.

3. Penarikan atau Verifikasi Kesimpulan

Upaya penarikan kesimpulan dilakukan penelitian secara

terus menerus selama berada di lapangan. Sejak permulaan

pengumpulan data, peneliti mulai mencari arti benda-benda,

mencatat keteraturan pola-pola (dalam catatan teori), penjelasan-

penjelasan, konfigurasi-konfigurasi yang mungkin, alur sebab

akibat, adan proposisi.

13

Kesimpulan diverifikasi selama penelitian berlangsung

dengan cara: memikir ulang selama penulisan, tinjauan ulang

catatan lapangan, tinjauan kembali dan tukar pikiran antar teman

sejawat, dan upaya-upaya yang luas untuk menempatkan salinan

suatu temuan dalam seperangkat data yang lain. Setelah

kesimpulan diperoleh, penulis juga menyajikan data menggunakan

metode analisis deskripstif yaitu memaparkan gambaran mengenai

situasi yang diteliti dalam bentuk uraian.

7. Pengecekan Keabsahan Data

Menurut Moleong (2009:324) ada empat kriteria yang

digunakan yaitu: kepercayaan (credibility), keteralihan

(transferability), ketergantungan (dependability), dan kepastian

(confirmability).

Pada penelitian ini, peneliti memakai kriteria kepercayaan

(credibility). Kriteria kepercayaan ini berfungsi untuk melakukan

penelaahan data secara akurat agar tingkat kepercayaan penemuan

dapat dicapai. Peneliti memperpanjang penelitian dengan melakukan

observasi secara terus menerus sampai data yang dibutuhkan cukup.

Kemudian peneliti menggunakan teknik triangulasi data yaitu teknik

pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain

(Moleong, 2009:330). Pada teknik ini peneliti melakukan:

a. Triangulasi teknik yaitu dengan jalan membandingkan data hasil

pengamatan dengan data hasil wawancara, data yang peneliti

14

bandingkan berupa hasil wawancara dengan siswa dan guru mata

pelajaran lain yang berkaitan dengan profesionalisme guru mata

pelajaran PAI

b. Triangulasi sumber yaitu dengan cara membandingkan data hasil

wawancara antar narasumber terkait dan membandingkan data hasi

observasi, peneliti membandingkan hasil wawancara tentang

profesionalisme guru mata pelajaran PAI dengan melakukan

observasi langsung di kelas pada saat proses belajar mengajar

berlangsung.

8. Tahap-tahap Penelitian

Pelaksanaan penelitian terdiri dari empat tahap yaitu: tahap

sebelum ke lapangan, tahap pekerjaan lapangan, tahap analisis data,

dan tahap penulisan laporan yang ditempuh sebagai berikut:

a. Tahap sebelum ke lapangan

Tahap ini meliputi kegiatan penentuan fokus, penyesuaian

paradigma teori, penjajakan alat peneliti, permohonan izin kepada

subyek yang diteliti, dan konsultasi fokus penelitian.

b. Tahap Pekerjaan Lapangan

Tahap ini meliputi pengumpulan bahan-bahan yang

berkaitan dengan profesionalisme guru, pembinaan profesionalisme

guru rumpun mata pelajaran PAI di MAN Salatiga.

15

c. Tahap Analisis Data

Menurut Miles dan huberman yang dikutip Sugiyono

(2011:337) aktivitas dalam analisis data yaitu reduksi data,

penyajian data, dan penarikan kesimpulan.

d. Tahap Penulisan Laporan

Tahap ini meliputi kegiatan penyusunan hasil penelitian dari

semua rangkaian kegiatan pengumpulan data sampai pemberian

makna data. Setelah itu melakukan konsultasi hasil penelitian

dengan dosen pembimbing untuk mendapatkan perbaikan, saran-

saran demi kesempurnaan skripsi yang kemudian ditindaklanjuti

hasil bimbingan tersebut dengan penulis skripsi yang sempurna.

G. Sistematika Penulisan

Sistematika diperlukan untuk menata dan mengatur sistematika

penulisan sehingga mudah dibaca dan dipahami. Adapun sistematika

penulisan dalam skripsi ini adalah sebagai berikut :

BAB I : Pendahuluan

Meliputi: latar belakang, fokus penelitian, tujuan penelitian,

kegunaan penelitian, penegasan istilah, metode penelitian, dan sistematika

penulisan.

BAB II: Kajian Pustaka

Pada Kajian Pustaka ini penulis mengemukakan kepada pembaca

agar mengetahui dasar-dasar teori yang meliputi profesionalisme guru,

mapel PAI, pembinaan profesionalisme guru, dan program sertifikasi.

16

BAB III: Paparan Data dan Temuan Penelitian

Pada bab ini akan dilaporkan hasil pengumpulan data berisi

gambaran umum MAN Salatiga yang meliputi sejarah perkembangan

sekolah, identitas sekolah, visi dan misi, tenaga pendidik, daftar siswa,

ekstrakurikuler, dan temuan hasil penelitian berupa profesionalisme guru

rumpun mapel PAI setelah sertifikasi, upaya pembinaan profesionalisme

guru, dan kendala dalam pembinaan profesionalisme guru serta cara

mengatasinya.

BAB IV: Pembahasan

Bab ini memuat gagasan penelitian, keterkaitan antar pola-pola,

kategori-kategori dan dimensi-dimensi, posisi temuan/teori terhadap teori-

teori dan temuan-temuan sebelumnya, serta penafsiran dan penjelasan dari

temuan/teori yang diungkap dari lapangan (grounded theory). Bab ini

berisi profesionalisme guru rumpun mapel PAI setelah sertifikasi, upaya

pembinaan, dan kendala serta cara mengatasinya.

BAB V : Penutup

Meliputi : kesimpulan dan saran yang berhubungan dengan pihak terkait

(subjek penelitian).

17

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Profesionalisme Guru

1. Pengertian profesionalisme guru

Istilah profesionalisme berasal dari kata profesion. Dalam

kamus Inggris Indonesia,” profession berarti pekerjan”

(John,1996:449).

Dalam buku yang ditulis oleh Kunandar yang berjudul Guru

Profesional Implementasi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan

disebutkan pula bahwa Profesionalisme berasal dari kata profesi yang

artinya suatu bidang pekerjaan yang ingin atau akan ditekuni oleh

seseorang. Profesi juga diartikan sebagai suatu jabatan pekerjaan

tertentu yang mensyaratkan pengetahuan dan keterampilan khusus

yang diperoleh dari pendidikan akademis yang intensif. Jadi, profesi

adalah suatu pekerjaan atau jabatan yang menuntut keahlian tertentu.

Profesi adalah pekerjaan atau kegiatan yang dilakukan oleh

seseorang dan menjadi sumber penghasilan kehidupan yang

memerlukan keahlian, kemahiran, atau kecakapan yang memenuhi

standar mutu atau norma tertentu serta memerlukan pendidikan profesi

(Mudlofir, 2013:35).

Berdasarkan definisi di atas, maka dapat ditarik kesimpulan

bahwa profesi adalah suatu pekerjaan atau keahlian yang mensyaratkan

18

kompetensi intelektualitas, sikap dan keterampilan tertentu yang

diperoleh melalui proses pendidikan secara akademis.

Dengan demikian Kartadinatap mengemukakan dalam

Mahanani(2011:14) profesi guru adalah orang yang memiliki latar

belakang pendidikan keguruan yang memadai, keahlian guru dalam

melaksanakan tugas-tugas kependidikan diperoleh setelah menempuh

pendidikan keguruan tertentu, dan kemampuan tersebut tidak dimiliki

oleh warga masyarakat pada umumnya yang tidak pernah mengikuti

pendidikan keguruan.

Adapun mengenai kata professional, Uzer Usman (2002:14)

memberikan suatu kesimpulan bahwa suatu pekerjaan yang bersifat

professional memerlukan beberapa bidang ilmu yang secara

sengaja harus dipelajari dan kemudian diaplikasikan bagi

kepentingan umum. Kata profesional itu sendiri berasal dari kata

sifat yang berarti pencaharian dan sebagai kata benda yang berarti

orang yang mempunyai keahlian seperti guru, dokter, hakim, dan

sebagainya. Dengan kata lain, pekerjaan yang bersifat profesional

adalah pekerjaan yang hanya dapat dilakukan oleh mereka yang

khusus dipersiapkan untuk itu dan bukan pekerjaan yang

dilakukan oleh mereka yang karena tidak dapat memperoleh

pekerjaan lain.

Seorang professional menjalankan pekerjaannya sesuai dengan

tuntutan profesi atau dengan kata lain memiliki kemampuan dan

19

sikap sesuai dengan tuntutan profesinya. Seorang profesional

menjalankan kegiatannya berdasarkan profesionalisme, dan bukan

secara amatiran. Seorang professional akan terus-menerus

meningkatkan mutu karyanya secara sadar, melalui pendidikan dan

pelatihan(Tilaar, 2002:86). Profesionalisme berarti mutu, kualitas, dan

tindak tanduk yang merupakan ciri suatu profesi atau orang yang

professional (Depdiknas, 2007:897).

Profesionalisme adalah kondisi, arah, nilai, tujuan, dan kualitas

suatu keahlian dan kewenangan yang berkaitan dengan mata

pencaharian seseorang. Sedangkan profesionalisme guru merupakan

kondisi, arah, nilai, tujuan, dan kualitas suatu keahlian dan

kewenangan dalam bidang pendidikan dan pengajaran yang berkaitan

dengan pekerjaan seseorang yang menjadi mata pencaharian

(Kunandar, 2011:46).

Menurut Asmani (2011:45) profesionalisme guru mengandung

pengertian kegiatan atau usaha meningkatkan kompetensi guru kearah

yang lebih baik dalam berbagai aspeknya demi terselenggaranya

optimalisasi pelayanan kegiatan atau pekerjan profesi guru. Makna

penting dari profesionalisme guru adalah sebagai berikut:

a. Profesionalisme akan memberikan jaminan perlindungan kepada

kesejahteraan masyarakat umum.

20

b. Profesionalisme guru merupakan cara untuk memperbaiki profesi

pendidikan yang selama ini dianggap rendah oleh sebagian

masyarakat.

c. Profesionalisme memberikan kemungkinan perbaikan dan

pengembangan diri sehingga guru dapat memberikan pelayanan

dengan sebaik mungkin, serta dapat memaksimalkan kompetensi

yang dimiliki.

Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa profesi adalah

suatu pekerjaan atau kegiatan yang dilakukan oleh seseorang dan

menjadi sumber penghasilan yang memerlukan kemahiran, kecakapan,

dan memerlukan pendidikan profesi. Profesionalisme adalah ajaran

atau paham yang menekankan bahwa segala sesuatu pekerjaan harus

dilakukan dengan professional. Dengan demikian, profesionalisme

guru dalam penelitian ini adalah profesioanalisme guru dalam bidang

Rumpun mapel PAI, yaitu seorang guru yang memiliki kemampuan

dan keahlian khusus dalam bidang studi rumpun mapel PAI yang

mencakup Al-Qur’an Hadis, Akidah Akhlaq, Fiqh, dan SKI, serta telah

berpengalaman dalam mengajar rumpun mapel PAI sehingga ia

mampu melakukan tugas dan fugsinya sebagai guru rumpun mata

pelajaran PAI dengan kemampuan yang maksimal serta memliki

kompetensi sesuai dengan kriteria guru professional, dan profesi itu

telah menjadi mata pencaharian.

21

2. Aspek Profesional Guru

Dalam pembahasan profesionalisme guru ini, selain membahas

mengenai pengertian profesionalisme guru, terlebih dulu penulis akan

menjelaskan mengenai kompetensi yang harus dimiliki oleh seorang

guru pofesional. Karena seorang guru yang professional tentunya harus

memiiki kompetensi professional. Menurut Mulyasa(2011:75)

kompetensi yang harus dimiliki seorang guru mencakup empat aspek,

sebagai berikut:

a. Kompetensi pedagogik

Dalam Standar Nasional Pendidikan, penjelasan pasal 28 ayat (3)

butir a dikemukakan bahwa kompetensi pedagogik adalah

kemampuan mengelola pembelajaran pesera didik yang meliputi

pemahaman peserta terhadap didik, perencanaan dan pelaksanaan

pembelajaran, evaluasi hasil belajar, dan pengembagan peserta

didik untuk mengaktualisasikan berbagai potensi yang dimiliki.

b. Kompetensi kepribadian

Dalam Standar Nasional Pendidikan, penjelasan pasal 28

ayat (3) butir b, dikemuakan bahwa yang dimaksud dengan

kompetensi kepribadian adalah kemampuan kepribadian yang

mantap, stabil, dewasa, arif, dan berwibawa, menjadi teladan bagi

peserta didik, dan berakhlak mulia (Mulysa, 2011:117).

Menurut Mahanani (2011:51) kompetensi kepribadian

adalah kesiapan mental, kepribadian dan moralitas guru untuk

22

mengemban amanah sebagai guru. Kompetensi ini tercermin dalam

kehidupan sehari-hari, baik saat kegiatan pembelajaran di sekolah

maupun di luar sekolah. Sejauh mana kompetensi tersebut dimiliki

oleh seorang guru tampak dalam kompetensi inti, sebagai berikut:

a. Bertindak sesuai dengan norma agama, hukum, sosial, dan

kebudayan nasional.

b. Menampilkan diri sebagai pribadi jujur, berakhlak mulia,

teladan bagi peserta didik dan masyarakat.

c. Menampilkan diri sebagai pribadi yang mantap, stabil, dewasa,

arif, bijaksana, dan berwibawa

d. Menunjukkan etos kerja, tanggung jawab tinggi, rasa bangga

menjadi guru dan percaya diri.

e. Menjunjung tinggi kode etik profesi guru.

c. Kompetensi professional

Dalam Standar Nasional Pendidikan, penjelasan pasal 28

ayat (3) butir c, dikemukakan bahwa yang dimaksud dengan

kompetensi professional adalah kemampuan penguasaan materi

pembelajaran secara luas dan mendalam yang memungkinkan

membimbing peserta didik memenuhi setandar kompetensi yang

ditetapkan dalam Standar Nasional Pendidikan. Secara umum

dapat diidentifikasi tentang ruang lingkup kompetensi profesional

guru,sebagai berikut:

23

1) Mengerti dan dapat menerapkan landasan kependidikan baik

filosofi, psikologis, sosiologis, dan sebagainya.

2) Mengerti dan dapat menerapkan teori belajar sesuai taraf

perkembangan peserta didik.

3) Mampu menangani dan mengembangkan bidang studi yang

menjadi tanggung jawabnya.

4) Mengerti dan dapat menerapkan metode pembelajaran yang

bervariasi.

5) Mampu mengembangkan dan menggunakan berbagai alat,

media dan sumber belajar yang relevan.

6) Mampu mengorganisasikan dan melaksanakan program

pembelajaran.

7) Mampu melaksanakan evaluasi hasil belajar peserta didik.

8) Mampu menumbuhkan kepribadian peserta didik.

d. Kompetensi sosial

Menurut Asmani (2009:141) kompetensi sosial guru

merupakan kemampuan guru untuk memahami dirinya sebagai

bagian yang tidak terpisahkan dari masyarakat dan mampu

mengembangkan tugas sebagai anggota masyarakat dan warga

Negara.

Dalam Standar Nasional Pendidikan, penjelasan pasal 28

ayat (3) butir d, dikemuakan bahwa yang dimaksud dengan

kompetensi sosial adalah kemampuan guru sebagai bagian dari

24

masyarakat untuk berkomunikasi dan bergaul secara efektif dengan

peserta didik, sesama pendidik tenaga kependidikan, orang tua/wali

peserta didik dan masyarakat sekitar. Hal tersebut diuraikan lebih

lanjut dalam RPP tentang Guru, bahwa kompetensi sosial

merupakan kemampuan guru sebagai bagian dari masyarakat, yang

sekurang-kurangnya memiiki kompetensi untuk:

1) Berkomunikasi secara lisan, tulisan, dan isyarat.

2) Menggunakan teknologi komunikasi dan informasi secara

fungsional.

3) Bergaul secara efektif dengan peserta didik, sesama pendidik,

tenaga pendidikan, orang tua/wali peserta didik,

4) Bergaul secara santun dengan masyarakat sektiar.

Guru adalah mahluk sosial, yang dalam kehidupannya tidak

bisa terlepas dari kehidupan sosial masyarakat dan lingkungannya.

Oleh karena itu, guru dituntut untuk memiliki kompetensi sosial yang

memadai, terutama dalam kaitannya dengan pendidikan yang tidak

terbatas pada pembelajaran di sekolah tetapi juga pada pendidikan

yang terjadi dan berlangsung di masyarakat.

Menurut Sudijarto (dalam Kunandar,2011:57) kemampuan

profesionalime seseorang guru, meliputi:

a. Merancang dan merencanakan program pembelajaran.

b. Mengembangkan program pembelajaran

c. Mengelola pelaksanaan program pembelajaran

25

d. Menilai proses dan hasil pembelajaran

e. Mendiagnosis faktor yang mempengaruhi keberhsilan dalam proses

pembelajaran

3. Kriteria Guru Professional

Menjadi seorang guru bukanlah pekerjaan yang gampang,

seperti yang dibayangkan sebagian orang, dengan bermodal

penguasaan materi dan menyampaikannya kepada peserta didik sudah

cukup hal ini belum dapat dikategorikan sebagai guru yang memiliki

pekerjaan profesional, karena guru yang profesional mereka harus

memiliki berbagai keterampilan, kemampuan khusus, mencintai

pekerjaannya, menjaga kode etik guru, dan lain sebagainya.

Menurut Hamalik (2003:28), guru profesional harus memiliki

persyaratan yang meliputi;

a. Memiliki bakat sebagai guru.

b. Memiliki keahlian sebagai guru.

c. Memiliki keahlian yang baik dan terintegrasi.

d. Memiliki mental yang sehat.

e. Berbadan sehat.

f. Memiliki pengalaman dan pengetahuan yang luas.

g. Guru adalah manusia berjiwa pancasila.

h. Guru adalah seorang warga negara yang baik

Kunandar mengemukakan bahwa suatu pekerjaan

profesional memerlukan persyaratan khusus, yakni (1) menuntut

26

adanya keterampilan berdasarkan konsep dan teori ilmu

pengetahuan yang mendalam; (2) menekankan pada suatu keahlian

dalam bidang tertentu sesuai dengan bidang profesinya; (3)

menuntut adanya tingkat pendidikan yang memadai; (4) adanya

kepekaan terhadap dampak kemasyarakatan dari pekerjaan yang

dilaksanakannya; (5) memungkinkan perkembangan sejalan dengan

dinamika kehidupan.

Menurut Surya dalam buku yang ditulis oleh Kunandar, guru

yang profesional akan tercermin dalam pelaksanaan pengabdian tugas-

tugas yang ditandai dengan keahlian baik dalam materi maupun dalam

metode. Selain itu, juga ditunjukkan melalui tanggung jawabnya

dalam melaksanakan seluruh pengabdiannya. Guru yang profesional

hendaknya mampu memikul dan melaksanakan tanggung jawab

sebagai guru kepada peserta didik, orang tua, masyarakat, bangsa,

negara, dan agamanya. Guru profesional mempunyai tanggung

jawab pribadi, sosial, intelektual, moral, dan spiritual.

4. Pembinaan profesionalisme guru

Profesionalisme, yakni sikap guru untuk mau dan mampu

menjadi guru yang profesional melalui upaya pengembangan dan

pembinaan guru dengan satu sistem yang mengutamakan

profesionalisme.

27

Menurut Mulyasa(2007:37) pendidikan dan pembinan tenaga

guru dapat ditempuh melalui tiga cara, yaitu pendidikan prajabatan,

pendidikan dalam jabatan, dan pendidikan akta mengajar.

a. Pembinaan calon guru melalui pendidikan prajabatan memerlukan

pertimbangan, sebagai berikut:

1) Peningkatan mutu pelayanan akademik pada LPK yang

meliputi sarana prasarana dan SDM-nya.

2) Seleksi calon yang ketat dalam hal intelegensi, latar belakang,

sifat dan sikap pribadi.

3) Pendidikan guru yang dapat menjamin mutu penguasaan ilmu-

ilmu pendiikan,keguruan, psikologi, dan ilmu bidang khusus

yang menjadi spesialisasinya, serta penguasaan praktek

mengajar.

4) Calon guru harus pula menguasai ilmu dan keterampilan

meneliti, menulis, membaca, sosial, budaya, dan bahasa

Indonesia yang baik dan benar.

5) Calon guru harus mampu mengikuti perkembangan, dan

terampil menggunakan komputer, mengelola perpustakaan,

olah raga, dan kesenian.

b. Pembinaan melalui program dalam jabatan biasanya diberikan oleh

lembaga-lembaga pelatihan yang dilaksanakan oleh diknas,

pemerintah daerah, organisasi profesi (PGRI), kelompok

28

masyarakat, juga oleh pihak luar negeri. Untuk membina karir guru

melalui pelatihan dalam jabatan ini perlu dikembangkan:

1. Pelatihan-pelatihan jangka pendek yang baik dan praktis

mengenai metode, manajemen sekolah dan kepemimpinan,

pengembangan bidang ilmu, keterampilan baru yang perlu

dikuasai guru, penelitian dan penulisan.

2. Evaluasi kinerja guru secara berkala, dan hasil evaluasi

ditindak lanjuti dengan mengembangkan pelatihan dalam

jabatan.

c. Pembinaan tenaga guru melalui akta mengajar bagi lulusan

diploma dan sarjana non keguruan. Dalam hal ini perlu dilakukan

seleksi sebelum mereka mengikuti akta mengajar, sehingga profesi

guru bukan pelarian untuk mencari kerja.

Menurut Suparlan(2005:164) bahwasannya pada tahun 1970-an

kegiatan up-grading tenaga pendidik mulai gencar dillaksanakan di

BPG dan PPPG yang dirancang oleh direktorat-direktorat dibawah

pembinaan Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah.

Region-region penataran telah dibentuk diberbagai kawasan di

Indonesia dengan melibatkan direktorat terkait dengan Lembaga

Pendidikan Tenaga Kependidikan (LPTK) sebagai lembaga preservice

training, lembaga pencetak guru (inservice training) dan lembaga

sekolah pengguna guru (on the job training). Ketiga lembaga itu dapat

diuraikan sebagai berikut:

29

a. Lembaga Pencetak Guru (Preservice Education and Training)

Istitusi Keguruan dan Ilmu Pendidikan (IKIP) yang secara

formal mempunyai tugas untuk menyiapkan guru pada jenjang

pendidikan menengah keatas dan tenaga kependidikan di

Indonesia. Itulah sebabnya lembaga ini juga dikenal dengan

Lembaga Pendidikan Tenaga Kependidikan (LPTK). Sementara

itu, penyiapan kebutuhan guru satuan pendidikan Sekolah Dasar,

Taman Kanak-kanak, dan yang sederajat, dilaksanakan oleh

lembaga pendidikan setingkat Sekolah Menengah Atas (SMA)

yang dikenal dengan Sekolah Pendidikan Guru (SPG), Sekolah

Guru Olahraga (SGO), Sekolah Guru Pendidikan Luar Biasa

(SGPLB). Selain itu, ada pula Pendidikan Guru Sekolah Lanjutan

Atas (PGSLA) yang melahirkan calon guru SLTP dan SLTA.

Lembaga penghasil calon guru SD, SMP, SMA, dan SMK tersebut

kini telah lama dihapus, dan kini calon guru hanya dapat dicetak

oleh lembaga yang memiliki kewenangan untuk itu, yaitu Lembaga

Pendidikan Tenaga Kependidikan (LPTK) yang berada di jajaran

Direktorat Pendidikan Tinggi.

LPTK yang ada di universitas negeri diharapkan dapat

menyelenggarakan sistem pendidikan guru seperti yang

dilaksanakan di STPDN, antara lain melalui proses:

30

1) Penyaringan mahasiswa yang mahasiswa yang memiliki

prestasi akademis yang tinggi dari berbagai daerah di

Indonesia.

2) Memberikan beasiswa bagi mahasiswa yang berprestasi

akademis.

3) Mengangkat dan menugaskan para lulusan terbaik di sekolah-

sekolah yang kualitasnya masih rendah.

4) Memberikan beasiswa bagi guru yang berhasil meningkatkan

kualitas pendidikan di sekolah tersebut untuk menempuh

pendidikan yang lebih tinggi.

b. Pelatihan Guru (Inservice Training)

Salah satu pola pembinaan guru melalui diklat ini adalah

pola Pembinaan Kegiatan Guru (PKG), yang sistem

penyelenggaraan diklatnya dinilai melibatkan elemen pendidikan

yang lebih luas. Selain itu, para guru memiliki wadah pembinaan

pofesional melalui organisasi yang dikenal dengan Musyawarah

Guru Mata Pelajaran (MGMP). Sementara itu, para kepala sekolah

aktif dalam kegiatan Latihan Kerja Pengawas Sekolah (LKPS).

Kegiatan tersebut sebagian besar dilakanakan di satu sanggar yang

isebut PKG.

c. Lembaga Sekolah Pengguna Guru (on the job training)

Pola pembinaan guru on the job training adalah proses

pembinaan guru yang diprogramkan atau dilaksanakan secara

31

langsung oleh kepala sekolah. Berbagai bentuk pembinaan tersebut

antara lain sebagai berikut:

1. Pengarahan dari kepala sekolah atau dari pemimpin lembaga

pendidikan tentang kebijakan pendidikan nasional, kebijakan

lembaga atau program dan kegiatan sekolah.

2. Kegiatan dalam rangka pelaksanaan tugas dan kewajiban yang

harus dilaksanakan oleh guru yang bersangkutan.

3. Pemberian pengalaman dalam pelaksanaan tugas selama proses

belajar dan mengajar, baik didalam maupun diluar kelas, dalam

rangka peningkatan kompetensi guru yang dilaksanakan baik

secara individual maupun kelompok.

4. Pemberian tugas, baik yang terkait dengan bidang teknis

edukatif maupun dalam bidang administratif dan keuangan

yang diberikan kepada guru, misalnya: menjadi wali kelas,

panitia kegiatan sekolah, koordinator mata pelajaran,

pembimbing kegiatan siswa, dan sebagainya.

Pembinaan guru melalui on the job training antara lain

dengan mengadakan supervisi kelas. Kepala sekolah

mempunyai peran untuk memberikan bimbingan dan pelatihan

terhadap kinerja guru, terutama melalui pengamatan

(observasi) proses pembelajaran didalam kelas. Hal ini sangat

penting karena proses pendidikan pada hakikatnya terletak pada

kegiatan belajar mengajar didalam maupun diluar kelas.

32

B. Mata Pelajaran PAI

1. Pengertian Pendidikan Agama Islam

Menurut Abdul Majid (2014:9) mengatakan pengertian

Pendidikan Agama Islam adalah upaya sadar dan terencana dalam

menyiapkan peserta didik untuk mengenal, memahami, menghayati,

hingga mengimani ajaran agama Islam, dibarengi dengan tuntunan

untuk menghormati penganut agama lain dalam hubunganya dengan

kerukunan antar umat beragama hingga terwujud kesatuan dan

persatuan bangsa.

Pendidikan Agama Islam adalah suatu usaha untuk membina

dan pengasuh peserta didik agar senantiasa dapat memahami ajaran

Islam secara menyeluruh, lalu menghayati tujuan, yang pada akhirnya

dapat mengamalkan serta menjadikan Islam sebagai pandangan hidup.

Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwasannya

pendidikan agama Islam merupakan usaha sadar yang dilakukan

pendidik dalam rangka mempersiapkan peserta didik untuk meyakini,

memahami dan mengamalkan ajaran agama Islam melalui kegiatan,

bimbingan, pengajaran, atau pelatihan yang telah ditentukan untuk

mencapai tujuan yang telah ditetapkan.

2. Peran dan Fungsi Pendidikan Agama Islam

Pendidikan agama dalam sekolah sangat penting untuk

pembinaan dan penyempurnan pertumbuhan kepribadian anak didik,

sebagai penyempurna pendidikan agama yang telah diberikan oleh

33

orang tuanya. Dengan pendidikan agama akan membentuk karakter

akhlakul karimah bagi siswa sehingga mereka mampu memfilter mana

pergaulan yang baik dan mana yang tidak baik. Pendidikan agama

sangat penting sebagai benteng sejak dini dari hal-hal yang tidak baik

(Darajat, 2008:131).

Sedangkan fungsi pendidikan agama Islam di sekolah atau di

madrasah yang dituliskan (Majid,2014:134), yakni sebagai berikut:

a. Pengembangan yaitu meningkatkan keimanan dan ketakwan

peserta didik kepada Allah SWT yang telah ditanamkan dalam

lingkungan keluarga. Pada dasarnya kewajiban menanamkan

keimanan dan ketakwaan di lakukan oleh setiap orang tua dalam

keluarga. Sekolah berfungsi unuk menumbuh kebangkan lebih

lanjut dalam diri anak melalui bimbingan, pengajaran dan pelatihan

agar keimanan dan ketakwaan tersebut dapat berkembang secara

optimal sesuai dengan tingkat perkembangannya.

b. Penanaman nilai sebagai pedoman hidup untuk mencari

kebahagiaan hidup didunia dan di akhirat.

c. Penyesuaian mental, yaitu untuk mensesuaikan diri dengan

lingkungannya baik lingkungan fisik maupun lingkungan sosial

dan dapat mengubah lingkungannya sesuai dengan ajaran agama

Islam.

34

d. Perbaikan, yaitu untuk memperbaiki kesalahan, kekurangan peserta

didik dalam keyakinan pemahaman dan pengalaman ajaran dalam

kehidupan sehari-hari.

e. Pencegah, yaitu untuk menangkal, hal-hal negatif dari

lingkungannya atau dari budaya lain yang dapat membahayakan

dirinya dan menghambat perkembangannya menuju Indonesia

seutuhnya.

f. Pengajaran, tentang ilmu pengetahuan keagamaan secara umum

sistem dan fungsional.

g. Penyaluran yaitu untuk menyalurkan anak-anak yang berbakat

khusus di bidang agama Islam agar bakat tersebut dapat

berkembang secara optimal sehingga dapat dimanfaatkan untuk

dirinya sendiri dan bagi orang lain.

3. Rumpun Mata Pelajaran PAI

Ruang lingkup pendidikan agama Isalam menekankan pada

keseimbangan, keselarasan dan keserasian antara hubungan manusia

dengan Allah SWT, hubungan manusia dengan manusia, hubungan

manusia dengan dirinya sendiri, dan hubungan manusia dengan alam

sekitar. Rumpun mata pelajaran PAI meliputi aspek, yaitu: Al-Qur’an

Hadis, Aqidak Akhlak, Fiqh, SKI (Sejarah Kebudayaan Islam).

4. Karakter Pendidikan Agama Islam di Madrasah Aliyah

Menurut SK DIRJEN Madrasah No 2676 2014 stuktur

kelompok mata pelajaran Pendidikan Agama Islam dalam kurikulum

35

madrasah meliputi: 1) Al-Qur’an Hadis, 2) Akidah Akhlak, 3) Fikih,

dan 4) Sejarah Kebudayaan Islam (SKI).

a. Al-Qur’an Hadis, menekankan pada kemampuan baca tulis yang

baik dan benar, memahami makna secara tekstual dan kontekstual,

serta mengamalkan kandungannya dalam kehidupan sehari-hari.

b. Akidah Akhlak menekankan pada kemampuan memahami

keimanan dan keyakinan Islam sehingga memiliki keyakinan yang

kokoh dan mampu mempertahankan keyakinan/ keimanan serta

menghayati dan mengamalkan niai-nilai al-Asma’ al-Husna.

Akhlak menekankan pada pembiasaan diri untuk menerapkan

akhlak terpuji (Mahmudah) dan menjauhkan diri dari akhlak

tercela (Mazmumah) dalam kehidupan sehari-hari.

c. Fikih menekankan pada pemahaman yang benar mengenai

ketentuan hukum dalam Islam serta kemampuan melaksanakan

ibadah dan muamalah yang benar dan baik dalam kehidupan

sehari-hari.

d. Sejarah Kebudayaan Islam (SKI) menekankan pada kemampuan

mengambil hikmah (pelajaran) dari sejarah Islam, meneladani

tokoh-tokoh berprestasi, dan mengaitkan dengan fenomena sosial,

budaya, politik, ekonomi, iptek dan seni, dan lain-lain, untuk

mengembangkan kebudayaan dan peradapan Islam pada masa kini

dan masa yang akan datang.

5. Tujuan kelompok mata pelajaran PAI di madrasah aliyah

36

a. Al-Qur’an Hadist

1) Meningkatkan kecintaan peserta didik terhadap Al-Qur’an dan

Hadis.

2) Membekal peserta didik dengan dall-dalil yang terdapat dalam

Al-Qur’an dan hadis sebagai pedoman dalam menyikapi dan

menghadapi kehidupan.

3) Menigkatkan pemahaman dan pengalaman isi kandungan Al-

Qur’an dan hadis yang dilandasi oleh dasar-dasar keilmuan

tentang Al-Qur’an dan Hadis.

b. Akidah akhlak

1) Menumbuh kembangkan akidah melalui pemberian, dan

pengembangan pengetahuan, penghayatan, pengamalan,

pembiasaan, serta pengalaman peserta didik tentang akidah

Islam sehingga menjadi muslim yang terus berkembang

keimanan dan ketakwaannya kepada Allah SWT.

2) Mewujudkan manusia Indonesia yang berakhlak mulia dan

menghindari akhlak tercela dalam kehidupan sehari-hari baik

dalam kehidupan individu maupun sosial, sebagai manifestasi

dari ajaran dan nilai-nilai akidah Islam.

c. Fikih

1) Mengetahui dan memahami prinsip-prinsip, kaidah-kaidah dan

tata cara pelaksanaan hukum Islam yang menyangkut aspek

37

ibadah maupun muamalah untuk dijadikan pedoman hidup

dalam kehidupan pribadi dan sosial.

2) Melaksanakan dan mengamallkan ketentuan hukum Islam

dengan benar dan baik, sebagai perwujudan dari ketaatan dalam

menjalankan ajaran agama Islam baik dalam hubungan manusia

dengan Allah SWT, dengan diri manusia itu sendiri, sesama

manusia, dan makhuk lainnya maupun hubungan dengan

lingkungannya.

d. Sejarah Kebudayaan Islam

1) Membangun kesadaran peserta didik tentang pentingnya

mempelajari landasan ajaran, nilai-nilai dan norma-norma

Islam yang telah dibangun oleh Rasulullah Saw, dalam rangka

mengembangkan kebudayaan dan peradapan Islam.

2) Membangun peserta didik tentang pentingnya waktu dan

tempat yang merupakan sebab proses dari masa lampau, masa

kini, dan masa depan.

3) Melatih daya kritis peserta didik untuk memahami fakta sejarah

secara benar dengan didasarkan pada pendekatan ilmiah.

4) Menumbuhkan apresiasi dan penghargaan peserta didik

terhadap peninggalan sejarah Islam sebagai bukti peradaban

umat Islam masa lampau.

Mengembangkan kemampuan peserta didik dalam mengambil

ibrah dari peristiwa-peristiwa bersejarah (Islam), meneladani tokoh-tokoh

38

berprestasi, dan mengaitkannya dengan fenomena sosial, budaya, politik,

ekonomi, iptek, dan seni dan lain-lain untuk mengembangkan Kebudayaan

dan Peradapan Islam.

C. Program sertifikasi

1. Pengertian sertifikasi

Sertifikasi guru adalah proses pemberian sertifikat pendidik

untuk guru yang telah memenuhi standar kompetensi guru. Sertifikasi

pendidik adalah bukti formal sebagai pengakuan yang diberikan

kepada guru sebagai tenaga professional. Sertifikat pendidik diberikan

kepada guru yang telah memenuhi 4 kompetensi guru (pedagogik,

profesional, kepribadian, dan sosial) (Damay, 2012:10).

Menurut Mulyasa Sertifikat pendidik adalah bukti formal

sebagai pengakuan yang diberikan kepada guru dan dosen sebagai

tenaga professional.

Dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 14 Tahun

2005 tentang Guru dan Dosen, dikemuakan bahwa sertifikasi adalah

proses pemberian sertifikat pendidik untuk guru dan dosen. Sedangkan

sertifikat pendidik adalah bukti formal sebagai pengakuan yang

diberikan kepada guru dan dosen sebagai tenaga professional

(Mulyasa, 2011:33).

Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa sertifikasi

adalah proses pemberian sertifikat pendidik sebagai bentuk

39

profesioalisme kerja guru yang telah memenuhi persyaratan yang telah

ditetapkan.

2. Tujuan dan Manfaat Sertifikasi

Menurut Damay (2012:15) sertifikasi guru adalah proses

pemberian sertifikat pendidik untuk guru yang telah memenuhi standar

kompetensi guru. Sertifikasi guru bertujuan untuk:

a. Menentukan kelayakan guru dalam melaksnakan tugas sebagai

agen pembelajaran dan mewujudkan tujuan pendidikan nasional.

b. Menigkatkan proses dan mutu hasil pendidikan.

c. Meningkatkan martabat guru.

d. Meningkatkan pofesionalitas guru.

e. Meningatkan kesejahteraan guru

Menurut Wibowo dalam Mulyasa (2007:35), bahwa sertifikasi

bertujuan untuk hal-hal sebagai berikut:

a. Melindungi profesi pendidik dan tenaga kependidikan.

b. Melindungi masyarakat dari praktik-praktik yang tidak kompeten,

sehingga merusak citra pendidik dan tenaga kependidikan.

c. Membantu dan melindungi lembaga penyeleggara pendidikan,

dengan menyediakan rambu-rambu dan instrument untuk

melakukan seleksi terhadap pelamar yang kompeten.

d. Membangun citra masyarakat terhadap profesi pendidik dan tenaga

kependidikan.

40

e. Memberikan solusi dalam rangka meningkatkan mutu pendidik dan

tenaga kependidikan.

Lebih lanjut dikemukakan bahwa sertifikasi pendidik dan

tenaga kependidikan mempunyai manfaat sebagai berikut:

a. Pengawasan Mutu

1) Lembaga sertifikasi yang telah mengidentifikasi dan

menentukan seperangkat kompetensi yang bersifat unik

2) Untuk setiap jenis profesi dapat mengarahkan para praktisi

untuk mengembangkan tingkat kompetensinya secara

berkelanjutan.

3) Peningkatan profesionalisme melalui mekanisme seleksi, baik

pada waktu awal masuk organisasi profesi maupun

pengembangan karir selanjutnya.

4) Proses seleksi yang lebih baik, program pelatihan yang lebih

bermutu maupun usaha belajar secara mandiri unuk mencapai

peningkatan profesionalisme.

b. Penjamin Mutu

1) Adanya proses pengembangan profesionalisme dan evaluasi

terhadap kinerja paktisi akan menimbulkan persepsi

masyarakat dan pemerintah menjadi lebih baik terhadap

oganisasi profesi beserta anggotanya. Degan demikian pihak

berkepentingan khususnya para pelanggan/pengguna akan

makin menghargai organisasi profesi dan sebaliknya organisasi

41

profesi dapat memberikan jaminan atau melindungi para

pelanggan/pengguna.

2) Sertifikasi menyediakan informasi yang berharga bagi para

pelanggan/pengguna yang ingin mempekerjakan orang dalam

bidang keahlian dan keterampilan tertentu.

Sertifikasi guru bermaanfaat untuk melindungi profesi guru dari

praktik-praktik yang tidak kompeten, yang dapat merusak citra profesi

guru, melindungi masyarakat dari praktik–praktik pendidikan yang

tidak berkualias, dan tidak professional serta meningkatkan

kesejahteraan guru (Mahanani, 2011:66).

3. Dasar Hukum Sertifikasi Guru

Dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 14 Tahun

2005 tentang guru dan dosen sebagai berikut:

a. Pasal 1 butir 11 : sertifikasi adalah proses pemberian sertifikat

pendidik kepada guru dan dosen.

b. Pasal 8 : guru wajib memiliki kualifikasi akademik, kompetensi,

sertifikat pendidik, sehat jasmani dan rohani, serta memiliki

kemampuan untuk mewujudkan pendidikan nasional.

c. Pasal 11 butir 1 : sertifikat pendidik sebagaimana dalam pasal 8

diberikan kepada guru yang telah memenuhi persyaratan.

d. Pasal 16 : guru yang memiliki setifikat pendidik memperoleh

tunjangan profesi sebesar satu kali gaji, guru negeri maupun swasta

dibayar pemerintah.

42

Dalam Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik

Indonesia Nomor 18 Tahun 2007 tentang sertifikasi guru dalam jabatan

dan standar kualifikasi akademik dan kompetensi guru berikut ini:

Pasal 1 ayat

1) Sertifikasi bagi guru dalam jabatan adalah proses pemberian

sertifikat pendidik untuk guru dalam jabatan.

2) Sertifikasi yang dimaksud pada ayat (1) dapat diikuti oleh guru

dalam jabatan yang telah memilki kualifikasi akademik sarjana

(S1) atau diploma IV (D-IV).

3) Sertifikasi Bagi Guru Dalam Jabatan sebagaimana dimaksud

pada ayat (1) diselenggarakan oleh perguruan tinggi yang

menyelenggarakan progam pengadaan tenaga pendidikan yang

terakreditasi dan ditetapkan oleh menteri pendidikan nasional.

Pasal 2 ayat

1) Sertifikasi guru dalam jabatan dilaksanakan melalui uji

/kompetensi untuk memperoleh sertifikat pendidik.

2) Uji kompetensi sebagaimana yang telah dimaksud pada ayat (1)

dilakukan dalam bentuk penilaian portofolio.

3) Penilaian portofolio sebagaimana dimaksud pada ayat (2)

merupakan pengakuan atas pengalaman profesional guru dalam

bentuk penilaian terhadap kumpulan dokumen yang

mendeskripsikan :

a. Kualifikasi akademik

43

b. Pendidikan dan pelatihan

c. Pengalaman mengajar

d. Merencanakan dan pelaksanaan pembelajaran

e. Penilaian dari atasan dan pengawas

f. Prestasi akademik

g. Karya pengembangan profesi

h. Keikutsertaan dalam forum ilmiah

i. Pengalaman organisasi di bidang kependidikan dan sosial

j. Penghargaan yang relevan dengan bidang pendidikan

4) Guru dalam jabatan yang lulus penilaian portofolio

sebagaimana dimaksud pada ayat (2) mendapat sertifikat

pendidik.

5) Guru dalam jabatan yang tidak lulus penilaian portofolio dapat:

a. Melakukan kegiatan-kegiatan untuk melengkapi dokumen

portofolio agar mencapai nilai lulus; atau

b. Mengikuti pendidikan dan pelatihan profesi guru yang

diakhiri dengan ujian, Sesuai persyaratan yang ditentukan

oleh perguruan tinggi penyelenggara sertifikasi.

c. Ujian sebagaimana dimaksud pada ayat (5) huruf b

mencakup kompetensi pendagogik, kepribadian, sosial, dan

profesional.

44

d. Guru dalam jabatan yang lulus pendidikan dan pelatihan

profesi guru sebagaimana dimaksud pada ayat (5) huruf b

mendapat sertifikat pendidik.

e. Guru dalam jabatan yang belum lulus pendidikan dan

pelatihan profesi guru sebagaimana dimaksud pada ayat (5)

huruf b diberi kesempatan untuk mengulang ujian materi

dan pelatihan yang belum lulus.

Pasal 3 ayat

1) Perguruan tinggi penyelenggara setifikasi bagi guru dalam

jabatan memberi nomor pokok mahasiswa peserta setifikasi.

2) Perguruan tinggi penyelenggara setifikasi bagi guru dalam

jabatan wajib melaporkan setiap perubahan berkenaan dengan

mahasiswa peserta sertifikasi kepada direktur jendral

pendidikan tinggi.

3) Perguruan tinggi penyelenggara sertifikasi bagi guru dalam

jabatan wajib melaporkan guru dalam jabatan yang sudah

mendapat setifikat pendidik kepada direktur jenderal

peningkatan mutu pendidik dan tenaga kependidikan (PMPTK)

untuk memperoleh nomor registrasi guru.

Pasal 4 ayat

1) Menteri pendidikan nasional menetapkan jumlah kuota peserta

sertifikasi bagi guru dalam jabatan setiap tahun.

45

2) Pemerintah dan pemerintah daerah sesuai dengan

kewenanganya menentukan peserta sertifiksi bagiguru dalam

jabatan setiap tahun.

3) Penentuan peserta sertifikasi sebagaimana dimaksud pada ayat

(2) berpedoman pada kriteria yang ditetapkan oleh direktur

jenderal PMPTK

Pasal 5 : Dalam melaksanakan setifikasi guru dalam jabatan mengacu

pada pedoman setifikasi guru dalam jabatan yan ditetapkan direktur

jenderal pendidikan tinggi.

Pasal 6 ayat

1) Guru pegawai negeri sipil yang diangkat oleh pemerintah

daerah yang telah memilki sertifikat pendidik, nomor registrasi

guru dari Departemen Pendidikan Nasional, dan melaksanakan

beban kerja guru sekurangkurangnya 24 (dua puluh empat) jam

tatap muka dalam satu minggu berhak atas tunjangan profesi

pendidik sebesar satu kali gaji pokok yang dibayarkan melalui

dana alokasi umum terhitung mulai bulan januari pada tahun

berikutnya setelah memperoleh sertifikat pendidik.

2) Guru pegawai negeri sipil yang diangkat oleh pemerintah yang

telah memiliki sertifikat pendidik, nomor registrasi guru dari

departemen pendidikan nasional, dan melaksanakan beban

kerja guru sekurangkurangnya 24 (dua puluh empat) jam tatap

muka dalam satu minggu berhak atas tunjangan profesi

46

pendidik sebesar satu kali gaji pokok yang dibayarkan melalui

APBN terhitung mulai bulan januari pada tahun berikutnya

setelah memperoleh sertifikat pendidik.

3) Guru non pegawai negeri sipil yang diangkat oleh Badan

Hukum Penyelenggara Pendidikan yang telah memiliki

sertifikat pendidik, nomor registrasi guru dari Departemen

Pendidikan Nasional, dan melaksanakan badan kerja guru

sekurang-kurangnya 24 (dua puluh empat) jam tatap muka

dalam satu minggu berhak atas tunjangan profesi pendidik

setara dengan satu kali gaji pokok guru pegawai negeri sipil

yang dibayarkan melalui dana dekonsentrasi terhitung mulai

bulan januari pada tahun berikutnya setelah memperoleh

sertifikat pendidik.

4) Guru yang melaksanakan beban kerja di luar ketentuan

sebagaimana dimaksud pada ayat (1), ayat (2), dan ayat (3)

memperoleh tunjangan profesi setelah mendapat persetujuan

tertulis dari Menteri Pendidikan Nasional atau pejabat yang

ditunjuk.

Pasal 7 : Guru yang terdaftar sebagai calon peserta sertifikasi guru

pada tahun 2006 dan telah memilki sertifikat pendidik dan nomor

registrasi guru dari Departemen Pendidikan Nasional sebelum Oktober

2007 memperoleh tunjangan profesi pendidik terhitung mulai 1

Oktober 2007

47

4. Proses pelaksanan program sertifikasi

a. Proses mendapatkan sertifikasi

Program sertifikasi bagi guru dalam jabatan diperuntukan

bagi guru yang telah ada, baik guru negeri maupun swasta yang

belum memiliki sertifikat profesi guru. Program sertifikasi ini

dapat diikuti di perguruan tinggi yang memiliki program

pengadaan tenaga kependidikan yang terakreditasi dan ditetapkan

oleh pemerintah.

Dalam program sertifikasi guru dalam jabatan ini, dalam

Farida (2008:25) menyatakan sertifikat guru dapat diperoleh

melalui :

1) Proses pendidikan profesi terlebih dahulu yang dilanjutkan

dengan uji sertifikasi (bila lulus dalam uji sertifikasi).

2) Uji sertifikasi langsung sebagai bentuk pengakuan kompetensi

keprofesian guru sebagai agen pembelajaran oleh perguruan

tinggi terakreditasi yang ditetapkan oleh pemerintah (bila lulus

dalam uji sertifikasi).

b. Pelaksanaan sertifikasi

Pelaksanaan setifikasi dapat dipilah menjadi dua, yaitu tes

dan non tes. Komponen tes meliputi tes tulis dan tes kompetensi,

sedangkan komponen non tes meliputi: self appraisal, portofolio

dan penilaian atasan. Tes tulis dilakanakan serentak di seluruh

Indonesia, sedangkan tes kompetensi dilaksanakan sesudah tes tulis

48

dan diselenggarakan di sekolah tempat peserta mengajar atau

sekolah lain yang ditunjuk (real theaching). Waktu pelaksanaan tes

kompetensi diatur oleh dinas pendidikan kab/kota dan LPTK

penyelenggaraan.

49

BAB III

PAPARAN DATA DAN TEMUAN PENELITIAN

A. Paparan Data MAN Salatiga

1. Identitas Madrasah

a. Nama Madrasah : Madrasah Aliyah Negeri Salatiga

b. Terakreditasi : A

c. Alamat :

1) Jalan : KH. Wahid Hasim No. 12 Salatiga

2) No. Telepon : (0298) 323031

3) Desa Kelurahan : Sidorejo Lor

4) Kecamatan : Sidorejo

5) Kabupaten/Kota : Salatiga

6) Kode Pos : 50714

d. Status Madrasah : Negeri

e. Didirikan (Swasta) PGA : Tahun 1953

f. Diresmikan (Negeri) MAN : Tahun 1990

2. Sejarah Singkat MAN Salatiga

a. Riwayat sekolah

Madrasah Aliyah Negeri Salatiga merupakan sekolah yang

berasal dari Pendidikan Guru Agama (PGAN), kemudian pada tahun

1990 berdasarkan Keputusan Menteri Agama Republik Indonesia

Nomor 64/1990 berubah setatus menjadi Madrasah Aliyah

Negeri(MAN) Salatiga. Berdiri di wilayah Salatiga dengan luas tanah

50

2. 882 m² hak milik Nomor 49, dengan luas bangunan 5. 113 m² di

jalan K.H. Wahid Hasyim Nomor 12 Telp. (0298) 323031.

Dalam menghadapi persaingan yang semakin ketat dengan

sekolah umum, pihak manajemen MAN Salatiga harus menciptakan

program pendidikan dengan bertujuan meningkatkan pelayanan

kepada pihak stakeholders.

Sesuai dengan penerapan kurikulum baru yaitu Kurikulum

2013 yang menggunakan pendekatan scientific dimana siswa dituntut

lebih aktif, MAN Salatiga sebagai lembaga pendidikan formal yang

berkomitmen menyelenggarakan pendidikan serta latihan sebagai

pemenuhan kebutuhaan pasar kerja dengan membantu sumber daya

manusia yang berakhlak mulia, unggul, berbudaya, sekaligs mandiri,

dan berwawasan ke depan.

b. Pimpinan Sekolah

Berdirinya Madrasah Aliyah Negeri (MAN) tidak bisa

dilepaskan dari sekolah yang ada sebelumnya. Dimana sebelum

menjadi MAN, lembaga pendidikan ini pada tahun 1950 merupakan

Sekolah Guru Agama Islam (SGAI). Dalam perkembangannya

Sekolah Guru Agama Islam ini juga mengalami perubahan-perubahan

nama sesuai dengan kebijakan Pemerintah, yang akhirnya berubah

menjadi MAN Salatiga. Pimpinan sekolah yang bertugas di MAN

Salatiga dari tahun ke tahun adalah :

1) R. Soemarsono 1950 – 1955

51

2) R. Soetono 1955 – 1958

3) H. Amin Syahri 1958 – 1963

4) R. Soemlan Notoraharja, SH 1963 – 1968

5) H. Sofyan Ahmadi, BA 1968 – 1981

6) H. Marsudi 1981 – 1985

7) H. Abdul Jabar 1985 – 1991

Perpindahan PGAN ke MAN (1990)

8) H. Djumadi, BA 1991 – 1996

9) Drs. H. Qowaid 1996 – 1999

10) Drs. H. Hadis 1999 – 2002

11) Drs. H. Suharto 2002 – 2003

12) Drs. H. Sjatibi 2003 – 2005

13) Drs. H. Cholid Trenggono, M.Pd. 2005 – 2007

14) Dr. H. Badaruddin, M. Ag 2007 – 2010

15) Drs. Sudar, M. Ag 2011 – 2016

16) Handono, S. Ag, M. Pd 2016 - Sekarang

3. Visi dan Misi

a. Visi MAN Salatiga

“UNGGUL DALAM PRESTASI, BERAKHLAKUL KARIMAH

DAN TERAMPIL”

Dengan Indikator sebagai berikut :

1) Unggul Dalam Prestasi

a) Naik kelas 100% secara normatif

52

b) Lulus Ujian Madrasah dan Ujian Akhir Madrasah Berstandar

Nasional 100 % dengan peningkatan nilai rata-rata peserta

didik menjadi 7,50.

c) Lulus Ujian Nasional 100 %, dengan nilai rata-rata 7,50.

d) Seluruh lulusan dapat melanjutkan ke jenjang pendidikan yang

lebih tinggi atau bekerja/berwirausaha sesuai bakat dan

keterampilannya dengan minimal 30 % diterima di perguruan

tinggi favorit.

e) Unggul dalam lomba mapel/olimpiade sains sampai tingkat

nasional.

f) Unggul dalam berbagai lomba keagamaan sampai tingkat

nasional.

g) Unggul dalam berbagai lomba olah raga sampai tingkat

nasional.

h) Unggul dalam berbagai lomba seni sampai tingkat nasional

i) Unggul dalam berbagai lomba KIR, debat dan pidato sampai

tingkat nasional.

j) Terwujudnya lingkungan madrasah bersih, indah, rapi, sejuk,

nyaman, dan sehat.

k) Mampu membaca Al Qur’an dengan fasih dan menulis huruf

arab dengan benar.

l) Hafal beberapa juz Al Qur’an, minimal hafal juz ama dan doa-

doa harian

53

2) Berakhlakul Karimah

a) Unggul dalam iman dan taqwa.

b) Menjalankan ibadah wajib dengan benar.

c) Menjalankan sholat lima waktu dengan berjamaah.

d) Tertanamnya pembiasaan akhlakul karimah pada warga

madrasah.

e) Mengucapkan salam dan berjabat tangan dengan sesama.

f) Menghargai, menghormati, menyayangi dan suka menolong

sesama.

g) Demokratis, jujur, disiplin, sportif, bertanggungjawab dan

percaya diri.

h) Menjaga sopan santun dan berbudi pekerti luhur.

i) Mentaati peraturan yang berlaku

3) Terampil

a) Terampil berbahasa Arab, Inggris, Jepang dan Jawa.

b) Unggul dan terampil dalam aplikasi komputer dan internet.

c) Terampil dalam memperbaiki mesin otomotif khususnya

sepeda motor.

d) Terampil dalam menjahit dan mendesain busana.

e) Memiliki semangat kewirausahaan/entepreunership dalam

bidang tata busana, otomotif atau teknologi informasi.

f) Memiliki ketrampilan dibidang kepramukaan, olahraga, seni

dan agama sesuai bakat dan minat

54

b. Misi MAN Salatiga

1) Menyelenggarakan pendidikan yang berkualitas sehingga setiap

peserta didik berkembang secara optimal sesuai dengan

potensinya dalam pencapaian prestasi akademik dan non

akademik.

2) Mewujudkan pembelajaran dan pembiasaan dalam mempelajari

ilmu agama, ilmu pengetahuan, dan teknologi dengan

menciptakan lingkungan yang Islami di madrasah.

3) Menumbuhkembangkan akhlakul karimah pada seluruh warga

madrasah.

4) Menyelenggarakan pembinaan pengembangan diri dan pelatihan

keterampilan untuk menumbuhkembangkan minat, bakat dan

ketrampilan peserta didik.

4. Sarana Prasarana

Luas areal seluruhnya 5.113 m2. Luas bangunan 2.882 m

2, 2 blok

gedung berlantai 3 luas 864 m², 3 blok gedung berlantai 2 luas 2.160 m²,

1 blok gedung berlantai 1 luas 196 m², luas lapangan olahraga 420 m2

dan luas halaman parkir 250 m2.

Tabel I

Sarana Prasarana

No Ruang/Alat Jumlah Luas

(m2)

Kondisi

Baik Rusak

1. Teori/Kelas 32 V

55

2. Laboratorium

a. Fisika 1 72 V

b. Biologi 1 72 V

c. Kimia 1 72 V

d. Komputer 2 144 V

e. Bahasa 1 64 V

f. Multimedia 1 126

3. Kesenian 1 48 V

4. Perpustakaan 1 96 V

5. Keterampilan

Otomotif 1 72 V

6. Kepala Sekolah 1 56 V

7. Guru 2 140 V

8. Mushola 1 144 V

9. UKS 1 72 V

10. Toilet/WC Guru 2 16 V

11. Toilet/WC Siswa 10 70 V

12. Tata Usaha 1 80 V

13. Konseling 1 72 V

14. OSIS 1 24 V

56

15. Komite 1 16 V

16. Kantin 1 72 V

5. Data Ketenagaan dan Siswa

a. Data pendidik dan tenga pendidik

Jumlah seluruh personil sekolah ada sebanyak 93 orang, terdiri

atas guru 71 orang, karyawan tata usaha 18 orang, dan satpam 4

orang

Tabel II Guru

Ijazah

Terakhir

Jumlah

Guru

Negeri

(PNS)

Guru

Tetap

(GT)

Guru Tidak

Tetap

(GTT)

Seluruhnya

S2 13 - - 13

S1 46 - 13 59

D3 - - - -

D2 - - - -

D1 - - - -

Jumlah 59 - 13 72

57

Tabel III

Pegawai tata usaha

Ijazah

Terakhir

Jumlah

Pegawai

Negeri

(PNS)

Pegawai

Tetap

(GT)

Pegawai

Tidak

Tetap

(GTT)

Seluruhn

ya

S2 1 - - 1

S1 1 - 2 3

D3 - - 1 1

D2 - - - -

D1 - - - -

SMA/SMK 4 - 5 9

SMP/MTs 1 - 1 2

SD/MI - - 2 2

Jumlah 7 - 11 18

b. Keadaan peserta didik

Dari jumlah peserta didik total 1195 40 % berasal dari MTs dan

60% dari SMP Negeri maupun swasta. Dan 80 % berasal dari luar

kota Salatiga, kelas X berjumlah 427, kelas XI berjumlah 413, kelas

XII berjumlah 355.

Tabel IV

Daftar Siswa Tahun Ajaran 2016/2017

No. Kelas Jenis kelamin Jumlah

Laki-laki Perempuan

1. X IIB 6 32 38

X IIK 15 22 40

X IPS 68 119 187

58

X MIPA 39 123 165

KELAS X 128 299 427

2. XI IIB 10 30 40

XI IIK 15 23 38

XI IPS 53 126 179

XI MIPA 40 116 156

KELAS XI 118 295 413

3. XII IIB 7 29 36

XII IIK 15 24 39

XII IPS 44 93 137

XII MIPA 50 93 143

KELAS XII 116 239 355

TOTAL 362 833 1195

6. Ekstrakurikuler, dan Prestasi Sekolah

Kegiatan ekstrakurikuler adalah wadah yang digunakan sekolah

untuk menampung bakat dan minat siswa agar lebih terarah pada hal

yang lebih positif. Adapun ekstrakurikuler yang ada di MAN Salatiga

yaitu: Olah Raga (Bola Voli, Basket, Futsal, Bulu Tangkis, Pencak

Silat), Seni (Seni Musik, Seni Tari, Teater, Rebana), Qiro’ah, Pramuka,

Mading, Paskibra, PMR, SKI, Tahfidz Al-Qur’an,

Tabel V

Prestasi yang telah diraih MAN Salatiga 2 Tahun Terakhir

59

Tahun Kejuaraan Prestasi Tingkat

2015 Lomba Mapel Tingkat MA

Mata Pelajaran Ekonomi

Juara I Kota Salatiga

2015 Lomba Mapel Tingkat MA

Mata Pelajaran Geografi

Juara I Kota Salatiga

2015 Lomba Konsep Usaha Fun

Ecopreneur Challenge

Tingkat SMA/SMK

Juara III Jateng dan

DIY

2015 Lomba Cerdas Cermat

Ekonomi Tingkat SMA/

SMK Se Jateng dan DIY

Juara II Jateng dan

DIY

2015 Lomba PMR Tingkat

SMA/SMK Se Jateng dan

DIY

Juara II Jateng dan

DIY

2015 Lomba Mading Tingkat

SMA/SMK Se Jateng dan

DIY

Juara III Jateng dan

DIY

2015 Lomba Poster Tingkat

SMA/SMK Se Jateng dan

DIY

Juara III Jateng dan

DIY

2015 DINUS Vestival Tingkat

SMA/SMK Se Jateng dan

DIY

Juara Umum Jateng dan

DIY

2015 Lomba Pidato Bahasa Jawa

dalam rangka memperingati

hari Anti Korupsi

Internasional

Juara II Kota Salatiga

2016 Musabaqoh Tilawatil

Qur’an (MTQ) Tingkat

SLTA Cabang Tilawah se

Kota Salatiga

Juara II Kota Salatiga

2016 Musabaqoh Tilawatil

Qur’an (MTQ) Tingkat

Juara II Kota Salatiga

60

SLTA Cabang Tartil Se

Kota Salatiga

2016 Lomba Ketrampilan &

Ketangkasan (LKK XXI)

Pramuka se Kabupaten

Semarang dan Kota

Salatiga

Juara I 3 R

(Reduce,

Reuse dan

Recycle)

Putra

Juara I 3 R

(Reduce,

Reuse dan

Recycle)

Putri

Juara I PBT

(Pasang

Bongkat

Tenda)

Juara III

Halang

Rintang

Juara Favorit

LKK XXI

Kabupaten

dan Kota

Salatiga

2016 Lomba Kaligrafi Tingkat

SMA / MA se Jawa Tengah

Juara I Jawa Tengah

2016 Lomba Band/Nasyid

tingkat SMA / MA se Jawa

Tengah

Juara III Jawa Tengah

2016 Lomba Cerdas Cermat

Islam Tingkat SMA / MA

se Jawa Tengah

Juara III Jawa Tengah

61

B. Temuan Penelitian

1. Professionalisme Guru Setelah Sertifikasi

Temuan penelitian yang ada di lapangan menunjukkan bahwa

profesionalisme guru rumpun PAI ada beberapa aspek kompetensi:

a. Kompetensi pedagogik

1) Perencanaan Pembelajaran

Berdasarkan hasil Observasi bahwa, guru rumpun mapel

PAI di MAN Salatiga sebelum melakukan proses pembelajaran

guru terlebih dulu membuat Rencana Pelaksanaan Pembelajaran

(RPP), yang disusun sesuai dengan kompetensi yang ingin

dicapai dalam silabus. Silabus disusun dan dikembangkan

setiap tahun secara bersama guru-guru melalui MGMP

(Musyawarah Guru Mata Pelajaran).

JM berpendapat bahwa:

“Dalam perencanaan pembelajaran guru rumpun mapel

PAI, menyiapkan RPP yang mencakup prinsip: indentitas mata

pelajaran, Standar Kompetensi (SK), tujuan pembelajaran,

bahan mengajar, alokasi waktu, metode belajar, dan

evaluasi.(W/G/JM/28-02-2017/09.02WIB).

Hasil wawancara tersebut selaras dengan hasil observasi

pada guru rumpun PAI yang lain pada tanggal 01 Maret 2017

bahwa RPP yang dibuat berdasarka pada prinsip: indentitas mata

pelajaran, Standar Kompetensi (SK), tujuan pembelajaran,

bahan mengajar, alokasi waktu, metode belajar, dan evaluasi

2) Pelaksanaan Pembelajaran

62

Berdasarkan hasil observasi kepada guru SF dan SY

peneliti mendapakan beberapa data, yaitu; dalam proses

pembelajaran, guru melakukan pre test sebelum pembelajaran

dimulai. Pre test dilakukan untuk memberikan gambaran kepada

siswa tentang materi yang disampaikan sebelumya untuk

mereview kembali atau mengingatkan siswa tentang materi

sebelumnya. Melalui tanya jawab secara langsung dengan

peserta didik.

Ketika peneliti mengajukan pertanyaan terkait metode,

media, dan reverensi untuk menunjang pembelajaran rumpun

PAI, beberapa narasumber mengungkapkan.

“Metode yang digunakan jiksaw, short card,

penugasan secara mandiri maupun kelompok. Metodenya

menyesuaikan dengan materi pembelajaran, apabila ada

praktek anak-anak langsung praktek kedepan kelas.

Misalnya: perawatan jenazah dari mulai memandikan

sampai mengkafani dengan menggunakan boneka

peraga”(W/G/TM/28-02-2017/10.23 WIB).

Hal yang sama juga diakui JM.

“Menggunakan Kurikulum 2013 dan media yang

digunakan yaitu karton, kertas hvs, LCD sedangkan untuk

metodenya diskusi, wawancara, serta penugasan secara

mandiri dan kelompok”(W/G/JM/28-02-2017/09.02WIB).

“Banyak metodenya, tetapi metode diskusi yang

lebih cocok untuk Kurikulum 2013, medianya apa yang

disediakan sekolah, karena perpustakaan sekolah sudah

lengkap ”(W/G/SF/01-03-2017/12.48WIB).

Terkait reverensi yang digunakan untuk menunjang

pembelajaran PAI SY menyatakan:

63

“Karena di MAN menggunakan Kurikulum 2013

jadi yang digunakan buku Kurikulum 2013, dan

menggunakan buku penunjang lain, yang tidak ada

dalam materi maka kita menggunakan media atau bahan

ajar dari internet karena di MAN Salatiga Free

hotspot”(W/G/SY/01-03-2017/14.53WIB).

TM selaku guru Fikih di MAN Salatiga mengemukakan:

“Untuk pembelajaran Fiqih di MAN Salatiga

lebih ke fikih kontemporer seperti Imam Madzhab, jadi

kita lebih banyak menggunakan buku fikih

kontemporer”(W/G/TM/28-02-2017/10.23WIB).

JM mengungkapkan reverensi yang digunakan.

“Dari segi kepustakaan sudah menyediakan buku-

buku penunjang sehingga anak dapat belajar sesuai

dengan materi yang diajarkan, baik buku pegangan guru

maupun buku pegangan siswa. Karena PAI di MAN

Salatiga tidak hanya satu mapel, maka saya

membutuhkan beberapa buku selama buku tersebut

sesuai dengan silabus Kurikulum 2013, namun

setandarnya kami menggunakan buku-buku keluaran

Kementrian Agama ”(W/G/JM/28-03-2017/09.02WIB).

Setelah melakukan kegiatan pembelajaran guru juga

melaksanakan post test untuk mengetahui sejauh mana siswa

paham terhadap materi yang diajarkan pada hari itu.

3) Evaluasi Hasil Belajar

Evaluasi hasil belajar dilakukan untuk mengetahui

perubahan perilaku dan kompetensi pendidik, berupa:

Penilaian kelas yang dilakukan berupa ulangan harian

yang terdiri dari soal-soal yang harus dikerjakan oleh siswa

hampir setiap selesai proses pembelajara. Ulangan harian

dilakukan untuk memperbaiki program pembelajaran, dan

64

sebagai bahan pertimbangan dalam memberikan nilai pada

siswa.

Selain penilaian kelas guru rumpun mata pelajaran PAI

di MAN Salatiga juga melakukan ulangan umum yang

dilakukan bersamaan dengan kelas lain, berupa UTS, UAS.

Sedangkan untuk ujian akhir dilakukan setiap akhir program

semester dan tahun pelajaran. Hasil ujian akhir biasanya

digunakan untuk menentukan kelulusan siswa, dan layak

tidaknya untuk melanjutkannya kejenjang selanjutnya.

b. Kompetensi Kepribadian

Guru rumpun PAI MAN Salatiga memilliki kepribadian yang

baik, baik kepada sesama guru, peserta didik, maupun atasannya.

Kepribadian baik guru juga diungkapkan UF selaku guru ekonomi:

“ Guru mata pelajaran PAI disini itu memiliki

kepribadian yang baik, disiplin dalam bekerja, datang tepat

pada waktunya, datang kekelas juga tepat waktu, jarang

ijin, kalau tidak benar-benar sakit”(W/G/UF/21-03-

2017/12.03WIB)

Dari cara berpakaian guru juga rapi dan sopan, semua guru

mata pelajaran PAI disiplin saat melakukan tugas mengajarnya,

baik saat perencanaan maupun saat didalam kelas.

c. Kompetensi professional

Berdasarkan hasil observasi pada saat proses

pembelajaran, bahwa guru rumpun mapel PAI pada saat

menjelaskan materi pembelajaran diberkan contoh setiap selesai

65

menjelakan, guru mendorong siswa untuk aktif didalam kelas dengan

mengajukan beberapa pertanyaan kepada siswa. Guru menggunakan

waktu selang dengan cara memberi kesempatan kepada siswa yang

belum paham untuk menanyakannya kepada guru. Memberi bantuan

kepada siswa yang mengalami kesulitan belajar Setelah selesai

pembelajaran guru meinjau kembali materi yang sudah disampaikan

kepada siswa(O/G/SF/01-03-2017/13.05WIB).

d. Kompetensi sosial

Kompetensi sosial yang dimiliki guru MAN Salatiga

bagaimana cara bersosialisasi, utuk guru rumpun mapel PAI

memiliki kompetensi sosial yang baik, guru mampu bersosialisasi

dengan peserta didik, teman sesama guru, dan atasannya. Menurut

siswa YS ada sebagian guru yang bisa bergaul dengan siswa untuk

mengetahui persoalannya dalam proses pembelajaran dan sebisa

mungkin memberikan solusi kepada siswa.

2. Upaya Pembinan profesionaisme guru setelah sertifikasi

Hasil wawancara yang dilakukan oleh peneliti mengenai upaya

yang dilakukan pihak sekolah dalam pembinaan profesionalisme guru

setelah sertifikasi yaitu:

b. Inservice Training

Dari Penelitian di MAN Salatiga peneiti mendapatkan temuan

mengenai upaya pembinaan Inservice Training (Pelatihan Guru)

Upaya pengembangan banyak, yang paling sering itu

pelatihan yang berkaitan dengan pembuatan perangkat

66

pembelajaran, RPP, penilaian. Sehingga dengan adanya

pelatihan itu pembelajaran akan menjadi lebih baik, dan

aktualisasi kepada siswa lebih baik lagi”(W/G/TM/28-02-

2017/10.23WIB).

Senada dengan pertanyaan diatas, JM mengungkapkan.

“Sementara ini di MAN Salatiga hampir setiap tahun

mengadakan peningkatan mutu dari sisi profesionalisme guru

baik dari sisi teknis penilaian, teknis penggunaan materi

pembelajaran, aplikasinya kepada siswa dengan cara

bekerjasama dengan Kementrian Agama yang ada di Semarang.

Dengan cara mengadakan semacam workshop peningkatan

kinerja, penilaian, dan aplikasi dari penerapan kurikulum

2013”(W/G/JM/28-02-2017/09.02WIB).

Sedangkan menurut SY.

“Pembinaannya berupa Diklat ditempat kerja ataupun

dilaksanakan di Kementrian Agama, yang dilaksanakan oleh

pihak kantor yang bekerjasama dengan pihak Kementrian

Agama. Semua guru diwajibkan ikut selama ada surat tugas dari

unit kerja”(W/G/SY/01-03-2017/14.53WIB).

Menurut HN selaku Kepala Sekolah, sebagai berikut:

“Setiap ada workshop, diklat, kita memberi kesempatan ,

walaupun dalam atau secara jumlah gurunya banyak jadi tidak

bisa semuanya dapat kesempatan diklat setiap tahun karena

menyangkut aggaran, tetapi kini madrasah sudah melakukan

kegiatan-kegiatan terhadap peningkatan kualitas guru semacam

workshop, dan diklat tapi yang mengadakan pihak sekolah

minimal semester sekali”(W/KS/HN/02-03-2017/10.09WIB)

Lebih lanjut HN menambahkan bahwa:

“Untuk penyelenggaraan workshop, seminar pendidikan,

diklat. Pihak sekolah bekerjasama dengan pemerintah (Kantor

Balai Diklat Keagamaan Semarang) narasumbernya dari

widyaswara, termasuk narasumber lain yang diambil dari pakar-

pakar pendidikan, dan dosen”(W/KS/HN/02-03-2017/

10.09WIB)

c. On The Job Training

67

Menurut HN Kepala Sekolah upaya pembinaan On The Job

Training (Pembinaan dalam jabatan) yang dilakukan, adalah:

“Pengawasan atau monitoring didalam Bapak/Ibu guru

ketika melaksanakan pembelajarran kita lakukan pengawasan

sekaligus dilakukan supervisi dikelas secara terjadwal dalam 1

semester sekali. Disamping supervisi pembelajaran dikelas, juga

supervisi dari segi administrasi guru. Jadi saya hadir dikelas

ketika Bapak/Ibu mengajar, jadi mengamati langsung setelah itu

kemudian dilakukan penilaian-penilaian terhadap pembelajaran

yang dilkukan Bapak/Ibu guru”(W/KS/HN/02-03-

2017/10.09WIB).

3. Kendala yang dihadapi dalam upaya pembinaan profesionalisme guru dan

cara mengatasinya.

d. Kendala yang dihadapi dalam upaya pembinaan profesionalisme guru

setelah sertifikasi.

Menurut HN selaku Kepala Sekolah kendala yang dihadapi

dalam upaya pembinaan profesionalisme guru setelah sertifikasi,

“Dari sisi materi, narasumber, dan pembiayaan tidak ada

masalah, cuma waktu untuk melaksanakan pembinaan yang

kadang tidak pas karena kegiatan Bapak/ Ibu guru sudah sangat

padat. Beban mengajar 24jam kalau berhadapan dengan anak

sudah menyita waktu yang sangat banyak, dan masih ada guru-

guru yang diberikan beban tugas tambahan yang lain, ada wali

kelas, Pembina ekstra, waka, dan lainnya”(W/KS/HN/02-03-

2017/10.09WIB).

Senada dengan pertanyaan diatas, KS mengungkapkan.

“Karena waktu kita terbatas, misalnya seminar atau

workshop itukan pelaksanaannya harus jam efektif. Bapak/ Ibu

guru harus meninggalkan tugas mengajar, disisi lain harus

melakukan pengembangan”(W/WK/KS/01-03-2017/09.04WIB).

Sedangkan menurut JM selaku guru mengemukakan.

“Karena program serifikasi memiliki konsekuensi bagi

penerimanya dengan teknis yang diberikan pemerintah. Kita

68

harus mengerti teknis mengajar sesuai dengaan SOP yang

berlaku, yang bisa menjadi kendala pada teknis penilaian karena

setiap madrasah berbeda, dan dari kanwil tidak ada standar

penilaian yang tetap. Selain itu diberlakukannya kurikulum 2013

ada beberapa sisi kelemahan dalam pemberdayaan buku-buku

yang masih belum bisa memenuhi semua siswa yang ada di

MAN Salatiga”(W/G/JM/28-02-2017/09.02WIB).

e. Cara mengatasi kendala dalam pembinaan profesionalisme guru

setelah sertifikasi.

Menurut HN selaku Kepala Sekolah cara mengatasi

kendalanya, sebagai berikut:

“Untuk mengatasi kendala itu, tetap dicarikan waktu,

misalnya waktu sore, namun tidak secara rutin.”(W/KS/HN/02-

03-2017/10.09WIB).

“Cara mengatasinya dengan cara pembagian tugas

mungkin ada guru yang ikut pembinaan dan sebagian harus ada

yang mengganti dikelas”(W/WK/KS/01-03-2017/09.04WIB).

JM selaku guru pendidikan agama islam mengungkapkan

bahwa:

“Sementara ini dalam admnstrasi kurikulum 201 semua guru

diwajibkan mempunyai catatan hambatan teknis/ catatan teknis

pembelajaran, biasanya setiap satu bulan ada rapat dinas dalam rangka

update kekurangan dan kelebihan disamping itu kepala seklah juga

memberikan peluang yang selonggar-longgarnya apabila suatu saat

menemukan beberapa kendala sedapat mungkin kita sellesaikan bersam

dan waka kurikulum, semua guru yang bersangkutan dalm masalah

pembelajaran materi tersebut”(W/G/JM/28-02-2017/09.02WIB).

69

BAB IV

PEMBAHASAN

A. Profesionalisme Guru Setelah Sertifikasi

Berdasarkan hasil wawancara dan observasi yang dilakukan di MAN

Salatiga mengenai profesioanalisme guru setelah sertikasi maka dapat

disimpulkan hal-hal sebagai berikut:

1. Kompetensi Pedagogik

Dalam Standar Nasional Pendidikan, penjelasan pasal 28 ayat

(3) butir a dikemukakan bahwa kompetensi pedagogik adalah

kemampuan mengelola pembelajaran peserta didik yang meliputi

pemahaman terhadap peserta didik, perencanaan dan pelaksanaan

pembelajaran, evaluasi hasil belajar, dan pengembagan peserta didik

untuk mengaktualisasikan berbagai potensi yang

dimiliki(Mulyasa,2007:37).

Begitu juga guru rumpun PAI yang ada di MAN Salatiga yang

memiliki kompetensi pedagogik. Sebagaimana data yang diperoleh

dilapangan, dalam pengelolaan pembelajaran di MAN Salatiga, yaitu:

a. Perencanaan Pembelajaran

Perencanaan mencakup penetapan tujuan, dan kompetensi,

serta memperkirakan cara mencapainya. Perencanaan merupakan

fungsi sentral dari manajemen pembelajaran dan harus berorientasi

ke masa depan. Dalam pengambilan dan pembuatan keputusan

tentang proses pembelajaran, guru sebagai menejer pembelajaran

70

harus melakukan berbagai pilihan menuju tercapainya tujuan, dan

harus mampu mengambil keputusan yang tepat untuk mengelola

berbagai sumber, baik sumber daya, sumber dana, maupun sumber

belajar, untuk membentuk kompetensi dasar, dan mencapai tujuan

pembelajaran yang sudah ditetapkan.

Dalam hasil pengamatan dan wawancara guru rumpun mata

pelajaran PAI di MAN Salatiga seebelum penyusunan RPP terlebih

dulu menyusun silabus, menyusun program tahunan, dan program

semester sebagai pedoman menyusun RPP (Rencana Pelakanaan

Pembelajaran), karena RPP yang disusun harus sesuai dengan

kompetensi yang ada pada silabus dan program semester. Silabus

disusun dan dikembangkan setiap tahun bersama guru-guru melalui

MGMP (Musyawarah Guru Mata Pelajaran) Silabus disusun dan

dikembangkan bersama melalui MGMP/KKG (Kelompok Kerja

Guru) guna saling sharing antara pendidik yang memahami dan yang

kurang memahami pengembangan silabus. Silabus yang

dikembangkan di MAN Salatiga bedasarkan, Standar Isi (SI), SKL

(Standar Kompetensi Lulusan), dan panduan Kurikulum. Silabus

direvisi setiap tahun dan dilakukan penyempurnaan dan disesuaikan

dengan kebutuhan pembelajaran setiap mata pelajaran.

Setelah menyusun silabus barulah guru menyusun RPP,

dalam penyusunan RPP semua guru rumpun mata pelajaran PAI di

MAN Salatiga dituntut untuk mempersiapkan Rencana Pelaksanan

71

Pembelajaran (RPP) yang mencakup 8 prinsip: identitas mapel,

Standar Kompetensi, tujuan belajar,bahan mengajar, alokasi waktu,

metode belajar, dan evaluasi. Dari hasil penelitian guru mata

pelajaran PAI mempersiapkan RPP beberapa hari sebelum

melaksanakan proses pembelajaran.

b. Pelaksanaan Pembelajaran

Pelaksanaan atau sering disebut implementasi adalah proses

yang memberikan kepastian bahwa proses belajar mengajar telah

memliki sumber daya manusia dan sarana prasarana yang diperlukan,

sehingga dapat membentuk kompetensi dan mencapai tujuan yang

diinginkan(Mulyasa,2011:77).

1) Variasi metode pembelajaran

Dalam penyampaian materi guru menggunakan sebuah

metode untuk mempermudah dalam penyampaian materinya. Salah

satunya informan mengatakan bahwa beliau menggunakan metode

diskusi.

Metode diskusi adalah metode yang dalam penerapannya

dengan cara membentuk sebuah kelompok kecil dan memberikan

suatu bahasan tema tertentu, kemudian presentasi depan kelas

dengan hasil dari diskusi tersebut.

Dari seorang informan mengatakan bahwa dalam

penyampaian materi jarang menggunakan metode ceramah karena

siswa kadang-kadang jenuh, maka digunakan metode lain seperti

72

tanya jawab, short card, agar siswa tidak bosen dalam mengikuti

proses pembelajaran.

Dari sumber informasi tersebut dalam menentukan metode

pembelajaran, kususnya bagi guru yang telah mendapatkan

sertifikat pendidik dalam program sertifikasi , menentukan metode

pembelajaran yang bervariatif itu sangat dibutuhkan sebagai

upaya peningkatan mutu pembelajaran yang lebih baik lagi.

Kaitannya dengan hal ini, yang terlaksana di MAN Salatiga

menurut peneliti dari beberapa hasil wawancara menyimpulkan

bahwa dalam proses pembelajaran atau dalam menyampaikan

materi guru mata pelajaran PAI sudah menggunkan metode yang

sesuai dengan materi yang akan disampakan, namun metode yang

digunakan masih belum bervariasi sehingga siswa mudah bosan.

2) Media dan sumber belajar

Media pembelajaran diartikan sebagai segala sesuatu yang

dapat digunakan untuk menyalurkan pesan (bahan pembelajaran),

sehingga dapat merangsang perhatian, minat, pikiran, dan

perasaan siswa dalam kegiatan belajar untuk mencapai tujuan

belajar. Media memiliki fungsi sebagai pembawa informasi dari

sumber (guru) menuju penerima (siswa).

Untuk membantu dalam penyampaian materi maka seorang

guru membutuhkan media yang dirasa cocok. Seorang informan

mengatakan bahwa beliau sering menggunakan LCD proyektor.

73

Dengan menggunakan LCD poyektor pembelajaran dapat lebih

terfokus pada satu pusat, sehingga proses pembelajaran menjadi

lebih menyenangkan dengan tampilan materi yang dibuat lebih

menarik.

Setiap kelas di MAN Salatiga sudah tersedia LCD untuk

membantu pembelajaran, sehingga media yang digunakan guru lebih

banyak menggunakan LCD. Dengan penggunaan LCD terlihat

bahwa guru PAI di MAN Salaiga mengikuti dengan teknologi yang

berkembang dalam dunia pendidikan. Tetapi dengan adanya LCD

membuat guru kurang memanfatkan perpustakaan, dan lingkungan

sekolahh sebagai sumber belajar dan media belajar alami.

Seorang informan mengatakan bahwa reverensi atau sumber

belajar yang digunakan yaitu buku kurikulum 2013 dan buku

penunjang lain. Apabila materi tidak ada dalam buku yang

disediakan pihak sekolah maka siswa diberi tugas untuk mencari

materi secara mandiri di Internet, kemudian nanti dibahas bersama di

kelas. Karena di MAN Salatiga free hotspot sehingga siswa dapat

bebas mencari materi yang dibutuhkan di internet.

Untuk pemberdayaan perpustakaan, karena buku di

perpustakaan sudah lengkap dari buku pegangan guru dan buku

pegangan siswa sudah disediakan. Dan buku penunjang lain yang

dibutuhkan dalam pelaksanaan proses pembelajaan. Tapi standarnya

buku yang digunakan hanya buku yang dikeluarkan oleh

74

Kementerian Agama, tapi untuk menambah reverensi boleh

menggunakan buku lain asalkan sesuai dengan silabus kurikulum

2013. Dalam pelaksanaan pembelajaran, peneliti telah memperoleh

yaitu di MAN Salatiga guru mata pelajaran PAI masih kurang dalam

pemberdayaan perpustakaan itu berdasarkan keterangan siswa bahwa

mereka jarang belajar atau diluar kelas.

Dalam proses pembelajaran, guru melakukan pre test sebelum

pembelajaran dimulai. Pre test dilakukan untuk memberikan gambaran

kepada siswa tentang materi yang disampaikan sebelumya untuk

mereview kembali atau mengingatkan siswa tentang materi

sebelumnya, selain itu pre test dilakukan untuk memberikan gambaran

materi yang akan pelajari.

Setelah melakukan selesai pembelajaran Guru Rumpun mata

pelajaran PAI melakukan post test yang memliki banyak kegunaan

terutama dalam melihat keberhasilan pembelajaran, penguasaan

peserta didik terhadap materi yang ditentukan.

c. Evaluasi Hasil Belajar

Evaluasi hasil belajar dilakukan untuk mengetahui perubahan

kompetensi peserta didik, dengan penilaian kelas yang dilakukan di

MAN Salatiga berupa ulangan harian yang dilakukan hampir setiap

selesai proses pembelajaran. Ulangan berkaitan dengan materi

pembelajaran yang sedang dibahas. Ulangan harian dilakukan untuk

memperbaiki program pembelajaran, dan sebagai pertimbangan dalam

75

memberikan nilai pada peserta didik. Selain ulangan umum di MAN

Salatiga juga diadakan ulangan umum yang dilakukan bersama dengan

kelas-kelas lain. Dan ujian akhir yang dilaksanakan setiap akhir

program. Penilaian kelas dilakukan oleh guru untuk mengetahui

kemajuan dan hasil belajar peserta didik , melihat apa saja kesulitan

belajar peserta didik, memperbaiki proses pembelajaran, serta

menentukan kenaikan kelas.

Selain penilaian kelas juga ada penilaian akhir yang diadakan

setiap akhir semester guna mendapatkan gambaran tentang ketuntasan

belajar, dan dilakukan pendataan peserta didik yang tidak tuntas yag

kemudian diakukan remidial.

2. Kompetensi Kepribadian

Menurut Mahanani (2011:51) kompetensi kepribadian adalah

kesiapan mental, kepribadian dan moralitas guru untuk mengemban

amanah sebagai guru. Kompetensi ini tercermin dalam kehidupan sehari-

hari, baik saat kegiatan pembelajaran di sekolah maupun di luar sekolah.

Sejauh mana kompetensi tersebut dimiliki oleh seorang guru tampak

dalam kompetensi inti, sebagai berikut:

a. Menampilkan diri yang berakhlak mulia, teladan bagi peserta didik

dan masyarakat.

Guru harus berakhlak mulia karena ia adalah seorang

penasehat bagi peserta didik, bahkan untuk wali muid, menjadi orang

kepercayaan yang harus berakhlak mulia.seperti semboyan guru itu

76

gugu dan ditiru. Menjadi seorang guru tidak boleh melakukan

perbuatan yang menyimpang baik dari segi agama, norma, maupun,

secara kode etiknya. Pribadi guru sangat berperan dalam membentuk

pribadi peserta didik, dimana siswa mencontoh apa yang dilakukan

guru untuk membentuk pribadinya.

Penampilan guru bisa mempengaruhi minat belajar siswa,

karena kebanyakan siswa senang belajar karena melihat penampilan

guru yang bersih dan rapi. Disini guru harus tampil beda agar ditiru

dan diteladani peserta didik.

b. Menunjukkan etos kerja, tanggung jawab tinggi, rasa bangga

menjadi guru dan percaya diri

Berdasarkan hasil penelitian guru rumpun mapel PAI memilik

etos kerja dan tanggung jawab yang tinggi yang dapat dibuktikan

dengan hasil wawancara dengan seorang guru dan siswa bahwa

semua guru PAI memiiki tanggung jawab yang tinggi terhadap

tugasnya sebagai guru, karena guru jarang ijin atau meninggalkan

pembelajaran di kelas kalau tidak dalam keadaan mendesak.

Menjadi seorang guru harus percaya diri karena untuk

menjadi guru tidak mudah, dan menjadi guru harus dengan banyak

Ilmu dan tanggung jawab yang besar.

3. Kompetensi Profesional

Kompetensi professional merupakan kompetensi yang harus

dikuasai guru, dalam kaitannya denngan pelaksanaan tugas utamanya

77

mengajar. Dalam Standar Nasional Pendidikan, penjelasan pasal 28 ayat

(3) butir c, dikemukakan bahwa yang dimaksud dengan kompetensi

professional adalah kemampuan penguasaan materi pembelajaran secara

luas dan mendalam yang memungkinkan membimbing peserta didik

memenuhi standar kompetensi yang ditetapkan dalam Standar Nasional

Pendidikan(Mulyasa.2011:128).

Dalam proses pembelajaran di MAN Salatiga guru rumpun PAI

pada saat menjelaskan materi pembelajaran diberkan contoh setiap

selesai menjelakan, guru mendorong siswa untuk aktif didalam kelas

dengan mengajukan beberapa pertanyaan kepada siswa. Guru

menggunakan waktu selang dengan cara memberi kesempatan kepada

siswa yang belum paham untuk menanyakannya kepada guru. Memberi

bantuan kepada siswa yang mengalami kesulitan belajar Setelah selesai

pembelajaran guru meninjau kembali materi yang sudah disampaikan

kepada siswa. Guru juga menyediakan waktu di luar kelas untuk

bimbingan untuk siswa yang belum paham terhadap pembelajaran yang

disampaikan di kelas.

4. Kompetensi Sosial

Menurut Asmani (2009:141) kompetensi sosial guru merupakan

kemampuan guru untuk memahami dirinya sebagai bagian yang tidak

terpisahkan dari masyarakat dan mampu mengembangkan tugas sebagai

anggota masyarakat dan warga Negara.

78

Kompetensi sosial guru di MAN Salatiga dapat dilihat dari

bagaimana guru bersosialisasi dengan, teman sejawat, peserta didik, dan

atasannya.

Berdasarkan hasil wawancara peneliti bahwa, guru rumpun PAI

mampu bersosialisasi dengan teman sejawatnya dengan baik. Guru di

MAN Salatiga menjunjung tinggi sifat kekeluargaannya sehingga baik

guru lama maupun guru baru diperlakukan sama tidak membeda-

bedakan, dan tidak ada senioritas. Sehingga untuk bersosialisasi sangat

mudah dilakukan. Selain sesama teman sejawat guru juga dituntut untuk

mampu bergaul dengan peserta didik, dan masyarakat sekitar. Ada

sebagian guru yang bisa membaur dengan siswa dalam rangka untuk

mengetahui keluh kesah siswa dalam proses pembelajaan, dan kemudian

guru tindak lanjuti sebagai evaluasi dalam pembelajaran.

Kompetensi sosial guru memegang peranan yang sangat penting,

karena sebagai pribadi yang hidup di tengah masyarakat, guru perlu juga

memiliki kemampuan untuk bersosialisasi dengan masyarakat dengan

kemampuannya. Jika di sekolah guru diamati dan dinilai oleh peserta

didik, dan atasannya, maka di masyarakat guru dinilai dan diawasi oleh

masyarakat,. Pada kesempatan tertentu kadang sejumlah peserta didik

membicarakan kelebihan dan kekurangan gurunya, demikian pula

masyarakat. Dengan itu sebaiknya guru sering meminta pendapat teman

sejawat atau peserta didik tentang performanya sehari-hari, baik di

sekolah maupun di masyarakat, sehingga pendapat itu dapat

79

dimanfaatkan dalam upaya memperbaiki penampilan tertentu yang

kurang tepat.

B. Upaya Pembinaan Profesionalisme Guru

Pada penelitian ini dikemukakan beberapa hasil wawancara dan

observasi terkait upaya pembinaan profesionalisme guru setelah sertifikasi di

MAN Salatiga. Dalam upaya pembinaan profesionalisme guru telah dilakukan

sebagaimana mestinya.

1. Preservice Training (Lembaga Pencetak Guru).

Istitusi Keguruan dan Ilmu Pendidikan (IKIP) yang secara formal

mempunyai tugas untuk menyiapkan guru pada jenjang pendidikan

menengah ke atas dan tenaga kependidikan di Indonesia. Itulah sebabnya

lembaga ini juga dikenal dengan Lembaga Pendidikan Tenaga

Kependidikan (LPTK). LPTK yang ada di universitas negeri diharapkan

dapat menyelenggarakan sistem pendidikan guru seperti yang

dilaksanakan di STPDN, antara lain melalui proses:

a. Penyaringan mahasiswa yang mahasiswa yang memiliki prestasi

akademis yang tinggi dari berbagai daerah di Indonesia.

b. Memberikan beasiswa bagi mahasiswa yang berprestasi akademis.

c. Mengangkat dan menugaskan para lulusan terbaik di sekolah-sekolah

yang kualitasnya masih rendah.

d. Memberikan beasiswa bagi guru yang berhasil meningkatkan kualitas

pendidikan di sekolah tersebut untuk menempuh pendidikan yang

lebih tinggi.

80

2. Inservice Training (Pelatihan Guru)

Salah satu pola pembinaan guru melalui diklat ini adalah pola

Pembinaan Kegiatan Guru (PKG), yang sistem penyelenggaraan diklatnya

dinilai melibatkan elemen pendidikan yang lebih luas. Selain itu, para guru

memiliki wadah pembinaan pofesional melalui organisasi yang dikenal

dengan Musyawarah Guru Mata Pelajaran (MGMP)(Suparlan/2005:164)

Pembinaan melalui program dalam jabatan biasanya diberikan oleh

lembaga-lembaga pelatihan yang dilaksanakan oleh diknas, pemerintah

daerah, organisasi profesi (PGRI), kelompok masyarakat, juga oleh pihak

luar negeri(Mulyasa,2007:37).

Dalam pelaksanaan pembinaan profesionalisme guru di MAN

Salatiga hampir setiap tahun lembaga mengadakan peningkatan mutu dari

sisi profesionalisme guru baik dari sisi teknis penilaian, maupun cara

penyampaian materi pembelajaran. Diantranya adanya diklat di tempat

kerja ataupun di Kementrian Agama yang dilakukan oleh lembaga sekolah

yang bekerjasama dengan pemerintah (kantor balai diklat dan pelatihan

Keagamaan Semarang) dengan mengadakan workshop peningkatan kerja,

tentang kurikulum 2013, dan sebagainya. Yang paling sering diadakan

yaitu pelaihan-pelatihan yang berkaitan dengan pembuatan perangkat

Pembelajaran, pembuatan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP),

penilaian, dan sebagainya.

Pihak sekolah memberikan kesempatan kepada setiap guru untuk

mengikuti workshop maupun pelatihan baik di sekolah maupun di luar

81

sekolah selama ada surat tugas baik dari sekolah maupun dari kanwil

Kementerian Agama. Meskipun sekolah memberikan kesempatan kepada

semua guru tetapi tidak bisa semua guru dapat mengikuti diklat setiap

tahunnya, karena jumlah guru yang ada di MAN Salatiga banyak, dan

menyangkut tentang anggaran yang dikeluarkan pihak sekolah. Maka

untuk mengikuti diklat harus bergiliran setiap tahunnya. Pelatihan-

pelatihan jangka pendek yang baik dan praktis mengenai metode,

manajemen sekolah dan kepemimpinan, pengembangan bidang ilmu,

keterampilan baru yang perlu dikuasai guru,

3. On The Job Training (Lembaga Sekolah Pengguna Guru)

Pola pembinaan guru on the job training adalah proses pembinaan

guru yang diprogramkan atau dilaksanakan secara langsung oleh kepala

sekolah. Berbagai bentuk pembinaan tersebut antara lain sebagai berikut:

a. Pengarahan dari kepala sekolah atau dari pemimpin lembaga

pendidikan tentang kebijakan pendidikan nasional, kebijakan lembaga

atau program dan kegiatan sekolah.

b. Kegiatan dalam rangka pelaksanaan tugas dan kewajiban yang harus

dilaksanakan oleh guru yang bersangkutan.

c. Pemberian pengalaman dalam pelaksanaan tugas selama proses belajar

dan mengajar, baik didalam maupun diluar kelas, dalam rangka

peningkatan kompetensi guru yang dilaksanakan baik secara

individual maupun kelompok.

82

d. Pemberian tugas, baik yang terkait dengan bidang teknis edukatif

maupun dalam bidang administratif dan keuangan yang diberikan

kepada guru, misalnya: menjadi wali kelas, panitia kegiatan sekolah,

koordinator mata pelajaran, pembimbing kegiatan siswa, dan

sebagainya.

Pembinaan guru melalui on the job training antara lain dengan

mengadakan supervisi kelas. Dalam hal ini sesuai dengan hasil

wawancara dengan Kepala sekolah MAN Salatiga. mempunyai peran

untuk memberikan bimbingan dan pelatihan terhadap kinerja guru,

terutama melalui pengamatan (observasi) proses pembelajaran didalam

kelas sekaligus dilakukan supervisi secara terjadwal setiap 1 semester

sekali. Selain supervisi pembelajaran kelas, kepala sekolah juga

melakkan supervisi dari segi kelengkapan administrasi guru. Hal ini

sangat penting karena proses pendidikan pada hakikatnya terletak pada

kegiatan belajar mengajar didalam maupun diluar kelas.

C. Kendala yang Dihadapi dalam Pembinaan Profesionalisme Guru dan

Cara Mengatasinya

a. Kendala yang Dihadapi dalam Upaya Pembinaan Profesionalisme Guru

Dalam upaya pembinaan pofesionalisme guru tidak lepas dari

yang namanya kendala yang dihadapi, dari data yang diperoleh dari

lapangan menyebutkan bahwa:

83

1. Waktu pelaksanaan pembinaan profesionalisme guru yang tidak pas,

karena dilaksanakan pada saat jam efektif mengajar sehingga guru

harus meninggalkan kewajiban mengajarnya.

2. Jumlah guru di MAN Salatiga yang banyak sehingga tidak semua guru

memiliki kesempatan melakukan pembinaan setiap tahun,

3. Teknis penilaian Kurikulum 2013 antara lembaga yang satu dengan

yang lainnya berbeda dan tidak ada standar tetap dari pihak

Kementrian Agama.

4. Buku pegangan siswa yang tersedia belum bisa memenuhi semua

siswa yang ada di MAN Salatiga, sehingga saat ada pembelajaran

dengan mata pelajaran yang sama dengan guru lain maka salah satu

kelas harus mengalah.

b. Cara Mengatasi Kendala dalam Pembinaan Profesionalisme Guru

1. Dicarikan waktu yang tepat misalnya waktu sore, maupun akhir

pembelajaran, namun tidak bisa secara rutin mengingat anggaran dan

sebenarnya untuk waktu sore kurang efektif untuk melakukan

pembinaan.

2. Madrasah sudah melakukan kegiatan-kegiatan terhadap peningkatan

kualitias guru semacam, pelatihan, workshop, minimal 1 tahun dua

kali.

3. Pembagian tugas untuk guru yang mengikuti pembinaan dan ada guru

yang mengganti mengajar di kelas.

84

4. Dalam administrasi kurikulum 2013 semua guru diwajibkan

mempunyai catatan hambatan teknis atau catatan teknis pembelajaran,

dan setiap satu bulan ada rapat dinas dalam rangka update kekurangan

dan kelebihan pembelajaran kurikulum 2013.

5. Kepala sekolah memberikan peluang selonggar-longgarnya apabila

menemukan kendala sebisa mungkin dikonsultasikan kepada waka

kurikulum dan semua guru yang bersangkutan untuk diselesaikan

bersama-sama.

85

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Kesimpulan yang dapat diambil dari Upaya Pembinaan

Profesionalisme Guru Setelah Sertifikasi adalah sebagai berikut:

1. Guru mata pelajaran PAI di MAN salatiga telah melakukan tugasnya

sebagai guru secara professional terbukti dengan guru dapat memenuhi

empat kompetensi professional, yaitu a) Kompetensi Pedagogik guru

sudah membuat perencanaan dan pelaksanaan pembelajaran dan mampu

memilih metode, dan media yang tepat dan sesuai materi,b) Kompetensi

Kepribadian meliputi: guru memiliki etos kerja, tanggung jawab, dan

sebagai panutan untuk peserta didiknya.c) Kompetensi Profesional

meliputi: guru manjelaskan meteri sesuai dengan arah pembelajaran

menggunakan contoh, memberikan bimbingan pada siswa yang belum

paham.d) Kompetensi Sosial yaitu guru mampu bersosialisasi dengan

teman sejawat, peseta didik, dan atasannya. Tidak hanya disekolah guru

juga mampu berbaur dengan masyarakat.

2. Upaya pembinaan profesionalisme guru rumpun mata pelajaran PAI

setelah sertifikasi yang dilakukan di MAN Salatiga diantaranya adanya

diklat ditempat kerja ataupun di Kementrian Agama yang dilakukan oleh

lembaga sekolah yang bekerjasama dengan pemerintah (Kantor Balai

Diklat dan Pelatihan Keagamaan Semarang) dengan mengadakan

workshop, pelatihan-pelatihan,dan diklat. Yang diselenggarakan minimal 1

86

semester sekali. Semua guru diberi kesempatan untuk mengikuti selama

ada surat tugas dari sekolah dan lembaga penyelenggara pembinaan.

3. Kendala dalam pembinaan profesionalisme guru lebih dominan pada fakor

waktu yang tidak tepat untuk melakkukan pembinaan. Seharusnya

pembinaan dilakukan saat jam efektif mengajar tetapi guru harus

meninggalkan kewajiban mengajarnya. Menurut guru kendalanya pada

proses penilaian kurikulum 2013 yang setiap madrasah berbeda-beda, dan

dari pihak kanwil tidak ada standar pasti, dan untuk buku pegangan siswa

belum bisa memenuhi semua siswa.

4. Cara mengatasi kendala yang dihadapi, soal waktu pembinaan yang tidak

tepat Kepala sekolah memberi solusi, apabila pembinaan dilakukan jam

sore, setelah pembelajaran. Untuk kendala sistim penilaian, semua guru

diwajibkan mempunyai catatan hambatan teknis atau catatan teknis

pembelajaran, dan setiap satu bulan ada rapat dinas dalam rangka update

kekurangan dan kelebihan pembelajaran Kurikulum 2013. Untuk buku

yang belum sesuai dengan jumlah siswa, guru memberi solusi bahwa

untuk pemakaian dilakukan cara begantian antara guru satu dengan yang

lain.

B. Saran

1. Bagi Pihak Sekolah

a. Pihak madrasah untuk melengkapi sumber belajar, berupa buku siswa,

dan sarana penunjang pembeajaran lainnya

87

b. Lebih sering mengikut sertakan guru-guru dalam pembinaan tentang

profsionalsme guru terutama uru yang suah sertifikasi.

c. Mengikut sertakan pendidik dalam workshop maupun pelatihan

tentang Kurikulum 2013 dan cara menerapkan meode dan media

pembelajaran yang sesuai dengan materi.

2. Bagi Pihak Guru rumpun PAI

a. Lebih variatif dalam menggunakan media dan metode pembelajaran.

b. Memanfaatkan perpustakaan dan lingkungan sekolah sebagai sumber

belajar, jadi proses belajar mengajar tidak hanya di dalam kelas.

88

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, Suharsini. 2010. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan praktis Edisi

Revisi. Jakarta: Rineka Cipta.

Asmani, Jamal Ma’mur. 2011. Tips Sukses PLPG Pendidikan dan Latihan Profesi

Guru. Jogjakarta: DIVA Press.

Departemen Pendidikan Nasional. 2007. Kamus Besar Bahas Indonesia. Jakarta:

Balai Pustaka.

Damay, Denidya. 2012. Panduan Sukses Sertifikasi Guru Juru-Jurus Jitu Lolos

Sertifikasi. Yogyakarta: Araska.

Hamalik, Oemar. 2003. Proses Belajar Mengajar. Jakarta: Bumi Aksara.

Emzir, 2011. Metode Penelitian Kualitatif Analisis Data. Jakarta: PT Raja

Grafindo Persada.

Kunandar. 2011. Guru Profesional Implementasi Kurikulum Tingkat Satuan

Pendidikan (KTSP) dan Sukses dalam Sertifikasi Guru. Jakarta: Rajawali

Pers.

Mahanani, Ayusita. 2011. Buku Pintar PLPG (Pedidikan & Latihan Profesi

Guru). Yogyakarta: Araska.

Majid, Abdul. 2014. Strategi Pembelajaran. Bandung: PT Remaja Rosda Karya.

Moleong, Lexy J. 2009. Metodeogi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT Remaja

Rosdakarya.

Mudlofir, Ali. 2013. Pendidikan Profesional Konsep, Strategi, dan Aplikasinya

dalam Peningkatan Mutu Pendidikan di Indonesia. Jakarta: PT Raja

Grafindo Persada.

Mulyasa. 2007. Standar Kompetensi dan Sertifikasi Guru. Bandung: PT Remaja

Rosdakarya.

Nurdin, Safruddin, M. Basyruin Usman. 2002. Guru Profesional & Implementasi

Kurikulum. Jakarta: PT Ciputat Pers.

Rahardjo, Mudjio. 2010. Pemikiran Kebijakan Pendidikan Kontemporer. Malang:

UIN-Maliki Pers.

Sarimaya, Farida. 2008. Sertifikasi Guru: Apa, Mengapa, dan Bagaimana?.

Bandunng: Yrama Widya.

Sarosa, Samiaji. 2012. Penelitian Kualitatif Dasa. Jakarta: PT. Indeks

89

Sugiyono. 2011. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung:

Alfabeta.

Suparlan. 2005. Menjadi Guru Efektif. Yogyakarta: HIKAYAT Publishing.

Tilaar. H.A.R. 2002. Membenahi Pendidikan Nasional.Jakarta: PT Rineka Cipta

Usman,Uzer. 2002. Menjadi Guru Profesional.Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

90

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

A. Data Pribadi

Nama : Taufiqurrohamah Hidayati

Tempat dan Tanggal Lahir : Salatiga, 30 Oktober 1994

Jenis Kelamin : Perempuan

Alamat : Dsn. Duren RT 4 RW 5, Kel. Kecandran,

Kec. Sidomukti, Kota Salatiga

Email : [email protected]

Motto :Pengetahuan akan berarti dengan

mengamalkannya.

B. Riwayat Pendidikan :

1. TK Candra Puspita : 1998-2000

2. SD N Kecandran 02 : 2000-2006

3. SMP N 5 Salatiga : 2006-2009

4. SMK N 1 Salatiga : 2009-2012

5. IAIN Salatiga : 2012-2017

Demikian daftar riwayat hidup ini saya buat dengan sebenar-benarnya.

Salatiga, 22 Maret 2017

Penulis

Taufiqurrohmah Hidayati

NIM. 111-12-004

1

INSTRUMEN PENGUMPULAN DATA

Pengumpulan data harus disesuaikan dengan rumusan masalah:

4. Bagaimana profesionalisme guru rumpun mata pelajaran PAI di

MAN Salatiga setelah sertifikasi?

5. Apa upaya pembinaan profesionalisme guru rumpun mata pelajaran

PAI di MAN Salatiga setelah sertifikasi?

6. Apa kendala atau problem yang dihadapi dalam pembinaan

profesionalisme guru rumpun mata pelajaran PAI di MAN Salatiga

setelah sertifikasi dan bagaimana mengatasinya?

Dari rumusan masalah tersebut, dibuat kisi-kisi pedoman observasi, wawancara,

dan dokumentasi.

A. Pedoman observasi

1. Gambaran umum MAN Salatiga dan kondisi khusus kantin kejujuran.

2. Kegiatan proses belajar mengajar

B. Pedoman wawancara

No Rumusan Masalah Pertanyaan Narasumber kode

1 Bagaimana profesionalisme

guru rumpun mata pelajaran

PAI di MAN Salatiga

setelah sertifikasi?

1. Apakah Bapak/Ibu

telah mengikuti

program sertifikasi?

Dan lulus tahun

berapa?

Guru Mata Pelajaran

PAI

1.1

2. Bagaimana respon

Bapak/Ibu guru

terhadap adanya

program sertifikasi

dari pemerintah?

Guru Mata Pelajaran

PAI, Kepala Sekolah,

dan Waka Kurikulum

1.2

3. Apa yang Bapak/Ibu

dapatkan setelah

mengikuti program

Guru Mata Pelajaran

PAI

1.3

2

sertifikasi?

4. Bagaimana kinerja

guru sebelum dan

setelah mengikuti

sertifikasi?

Kepala Sekolah dan

Waka Kurikulum

1.4

5. Adakah peningkatan

mutu pengajaran

yang guru

laksanakan setelah

lulus sertifikasi?

Kepala Sekolah dan

Waka Kurikulum

1.5

6. Apakah Bapak/Ibu

selalu membuat RPP

sebelum melakukan

pembelajaran?

Guru Mata Pelajaran

PAI

1.5

7. Bagaimana

performa guru mata

pelajaran PAI saat

mengajar?

Siswa 1.7

8. Metode dan media

apa saja yang

Bapak/Ibu gunakan

dalam pembelajaran

PAI di MAN

Salatiga?

Guru Mata Pelajaran

PAI dan Siswa

1.8

9. Sumber belajar apa

saja yang Bapak/Ibu

gunakan dalam

pembelajaran PAI di

MAN Salatiga?

Guru Mata Pelajaran

PAI

Siswa

1.9

10. Bagaimana

tanggung jawab

guru rumpun mata

pelajaran PAI saat

mengajar?

Guru dan Siswa 1.10

11. Bagaimana

sosialisasi guru

rumpun mata

pelajaran PAI

terhadap siswa dan

guru yang lain?

Guru dan Siswa 1.11

2 Apa upaya pembinaan

profesionalisme guru

rumpun mata pelajaran PAI

di MAN Salatiga setelah

sertifikasi?

1. Apakah kebijkan

sertifikasi efektif

dalam peningkatan

mutu pendidikan?

Kepala Sekolah dan

Waka Kurikulum

2.1

2. Upaya apa saja yang

dilakukan pihak

Kepala Sekolah, Waka

Kurikulum, dan Guru

2.2

3

sekolah dalam

pengembagan

profesionalisme

guru setelah

sertifikasi?

Mata Pelajaran PAI

3. Apakah guru yang

sudah disertifikasi

sering mengikuti

workshop, diklat,

atau seminar

pendidikan?

Kepala Sekolah, Waka

Kurikulum, dan Guru

Mata Pelajaran PAI

2.3

3 Apa kendala atau problem

yang dihadapi dalam

pembinaan profesionalisme

guru rumpun mata pelajaran

PAI di MAN Salatiga

setelah sertifikasi dan

bagaimana mengatasinya?

1. Adakah kendala

yang dihadapi dalam

pembinaan

profesionalisme

guru setelah

sertifikasi? Jika ada,

apa saja?

Kepala Sekolah, Waka

Kurikulum, dan Guru

Mata Pelajaran PAI

3.1

2. Dan bagaimana cara

mengatasi kendala

dalam pembinaan

profesionalisme

guru setelah

serifikasi?

Kepala Sekolah, Waka

Kurikulum, dan Guru

Mata Pelajaran PAI

3.2

C. Pedoman Dokumentasi

1. Identitas sekolah

2. Sejarah singkat MAN Salatiga

3. Visi dan misi

4. Sarana dan prasarana

5. Data ketenagaan dan siswa

6. Ekstrakulikuler

7. Prestasi siswa

8. RPP Guru rumpun mata pelajaran PAI

9. Foto kegiatan pembelajaran

4

KODE PENELITIAN

1. Narasumber

a. Kepala Sekolah : Handono, S.Ag, M. Pd (HN)

b. Waka Kurikulum : Drs. Kastomo(KS)

c. Guru

1) Jamalidin, S. Ag (JM)

2) Trimakno, S. Ag (TM)

3) Siti Fatimah, S. Pd. I (SF)

4) Sriyanto, S.Ag (SY)

5) Ulfi Khoerotun, S.Ag (UF)

d. Siswa

1) Rahma (RH)

2) Yusuf (YS)

3) Khisna (KH)

2. Metode

Kode Metode Penelitian

W Wawancara

P Observasi

D Dokumentasi

3. Kategori Data

Kode Keterangan

S Siswa

G Guru

WK Waka Kurikulum

KS Kepala Sekolah

5

HASIL WAWANCARA

1. Identitas Narasumber

Narasumber : Jamaludin (JM)

Hari, Tanggal : Selasa, 28 Februari 2017

Waktu : 09.02 WIB

Tempat Wawancara : Ruang Guru MAN Salatiga

Jabatan : Guru Akidah Akhlak

2. Transkip Wawancara

Hasil Wawancara Kode

Rumusan

Masalah

Peneliti : Assalamu’alaikum pak, perkenalkan nama saya

Taufiqurohmah Hidayati dari IAIN Salatiga bermaksud mewawancarai bapak

terkait skripsi saya yang berjudul “Upaya Pembinaan Profesionalisme Guru

Rumpun Mata Pelajaran PAI di MAN Salatiga Setelah Sertifikasi”

Narasumber : O.. ya mbak. Silakan apa saja yang mau ditanyakan?

Peneliti : Apakah Bapak telah mengikuti program sertifikasi?

Narasumber : Iya, sudah.

Peneliti : Dan lulus program sertifikasi pada tahun berapa ?

Narasumber : Tahun 2010.

1.1

Peneliti : Bagaimana respon Bapak terhadap adanya program sertifikasi

dari pemerintah?

Narasumber : Program sertifikasi pada dasarnya adalah untuk membantu

dari pada segala kebutuhan yang dibutuhkan oleh para pendidik, sehingga

para pendidik bisa mengajar kepada siswanya dengan penuh pertanggung

jawaban serta dapat meningkatkan profesionalismenya dalam mengajar.

1.2

Peneliti : Apa yang Bapak dapatkan setelah mengikuti program

sertifikasi?

Narasumber : Yang saya dapatkan setelah mengikuti sertifikasi tersebut,

1.3

6

yang pertama jelas secara finansial mendapatkan tambahan, yang kedua kita

dapat memenuhi segala sesuatu sarana prasarana yang dibutuhkan dalam

mengajar, sesuai teknologi pada jaman sekarang. Saya selaku pribadi dengan

adanya sertifikasi tersebut dapat menambah secara finansial, baik finansial

keluarga maupun finansial dari segi sarana prasarana yang saya butuhkan

untuk mengajar, misalnya kita bisa menambah profesionalisme kita untuk

memenuhi administrasi itu bisa membeli laptop misalnya, dan dapat

memenuhi kebutuhan yang pemerintah belum memberikan kepada kami yaitu

membeli buku-buku sarana penunjang yang disesuaikan dengan silabus yang

dipakai untuk Kurikulum 2013. Serta bisa kita usahakan untuk pemenuhan

sarana mengajar yaitu beberapa metode-metode, dan beberapa media yang

kita butuhkan.

Peneliti : Apakah bapak selalu menyiapkan RPP sebelum

melaksanakan pembelajaran?

Narasumber : Iya mbak, kalau saya RPP itu kan harus sudah ada minimal 1

hari sebelum kita mengajar tapi kalau saya tidak mbak, saya sudah

menyiapkan RPP itu jauh-jauh hari. Soalnya kalau mendadak itu tidak bisa

karena instrumennya banyak, harus menentukan metode, media, sumber

belajar apa yang pas untuk materi yang akan dibahas. RPP yang dibuat harus

sesuai dengan standar yang ada di Madrasah ini , RPP didalamnya harus

mencakup: identitas mata pelajaran, standar kompetensi, tujuan belajar, bahan

mengajar, alokasi waktu, metode belajar, dan evaluasi. Kegiatan belajar

mencakup pendahuluan, kegiatan inti, dan penutup.

1.6

Peneliti : Metode dan media apa saja yang Bapak gunakan dalam

pembelajaran Akidah Akhlak di MAN Salatiga?

Narasumber : Wawancara masih tetap kita pakai, diskusi, dan penugasan

secara mandiri atau kelompok, untuk medianya mengunakan Laptop dan LCD

proyektor.

1.8

Peneliti : Sumber belajar apa saja yang Bapak gunakan untuk

menunjang pembelajaran PAI di MAN Salatiga?

Narasumber : Karena PAI di MAN Salatiga tidak hanya 1 mata pelajaran

saja seperti disekolah umum, maka saya membutuhkan beberapa buku yang

sesuai dengan silabus Kurikulum 2013, namun standarnya kami memakai

buku-buku yang dikeluarkan dari pihak Kementrian Agama. Dari segi

kepustakaan sudah disediakan buku-buku penunjang sehingga anak-anak

dapat belajar sesuai dengan materi PAI yang diajarkan di MAN Salatiga yang

mengacu pada Kurikulum 2013. Perpustakaan MAN Salatiga sudah memiliki

1.9

7

semua buku Rumpun PAI, baik itu buku pegangan guru maupun pegangan

siswa, sehingga setiap kali mengajar kita dapat memperdayakan kepemilikan

perpustakaan.

Peneliti : Upaya apa saja yang dilakukan pihak sekolah dalam

pengembangan profesionalisme guru setelah sertifikasi?

Narasumber : Sementara ini, terutama MAN Salatiga hampir setiap tahun

mengadakan peningkatan mutu yang bekerja sama dengan Kementrian Agama

dengan cara mengadakan semacam workshop peningkatan kinerja, teknik

penilaian, dan aplikasi dari penerapan Kurikulum 2013.

2.2

Peneliti :Apakah Bapak sering mengikuti workshop, diklat, atau

seminar pendidikan?

Narasumber : Selama secara dinas ditugasi dari unit kerja, maupun kanwil

kami selalu mengikuti.

2.3

Peneliti : Adakah kendala yang dihadapi dalam pengembangan

profesionalisme guru setelah sertifikasi?Jika ada apa saja?

Narasumber : Karena sertifikasi itu sendiri konsekuensi bagi penerimanya

lebih besar dari segi teknik yang diberikan oleh pemerintah. Kita harus

mengerti teknik mengajar sesuai SOP yang berlaku. Yang bisa jadi kendala itu

adalah teknis dari penilaian yang diajarkan sekarang itu tidak bisa menyatu

secara umum di madrasah yang minimal ada yaitu teknis penilaian setiap

madrasah berbeda-beda walaupun disamakan standarnya. Dan dari pihak

Kanwil tidak ada kepastian sistim penilaian yang sebenarnya sehingga hampir

setiap semester mempunyai perbedaan. Selain itu dalam pemberdayaan buku

yang masih terbatas belum bisa memenuhi siswa,sehingga dalam beberapa

materi apabila terjadi bersamaan jam mengajar dengan guru yang lain maka

ada kelas yang harus mengalah untuk gantian memakainya.

3.1

Peneliti : Bagaimana cara mengatasi kendala dalam pegembangan

profesionalisme guru setelah sertifikasi?

Narasumber : Sementara ini dalam administrasi Kurikulum 2013, semua

guru diwajibkan mempunyai catatan hambatan teknis/ catatan teknis

pembelajaran, setiap selesai mengajar ada catatan harian tentang kegiatan

belajar pada hari itu. Untuk menangani hal itu biasanya ada rapat dinas antar

guru yang diadakan setiap satu bulan dalam rangka up date kekurangan dan

kelebihan Kurikulum 2013, dan tentang kendala yang dihadapi selama

pembelajaran. Disamping itu kepala sekolah juga memberikan peluang

3.2

8

selonggar-longgarnya apabila menemukan beberapa kendala, guru diberikan

kesempatan untuk bagaimana menanganinya secara cepat dan tepat. Apabila

masih ada kendala sedapat mungkin kita selesaikan bersama dengan waka

kuikulum dan semua guru yang bersangkutan dalam masalah pembelajaran

materi tersebut.

Peneliti : Oh iya pak, saya kira cukup sekian. Terimakasih atas

waktunya pak, maaf jika mengganggu.

Narasumber : Iya mbak, sama-sama. Kalau butuh informasi lagi Insya Allah

saya siap membantu.

9

HASIL WAWANCARA

1. Identitas Narasumber

Narasumber : Trimakno (TM)

Hari, Tanggal : Selasa, 28 Februari 2017

Waktu : 10.23 WIB

Tempat Wawancara : Ruang Guru MAN Salatiga

Jabatan : Guru Fikih

2. Transkip Wawancara

Hasil Wawancara Kode

Rumusan

Masalah

Peneliti : Assalamu’alaikum pak, perkenalkan nama saya

Taufiqurohmah Hidayati dari IAIN Salatiga bermaksud mewawancarai bapak

terkait skripsi saya yang berjudul “Upaya Pembinaan Profesionalisme Guru

Rumpun Mata Pelajaran PAI di MAN Salatiga Setelah Sertifikasi”

Narasumber : Wa’alaikumsalam mbak. Silakan.

Peneliti : Apakah Bapak telah mengikuti program sertifikasi?

Narasumber : Sudah mengikuti.

Peneliti : Dan lulus program sertifikasi pada tahun berapa ?

Narasumber : Lulus Tahun 2008.

1.1

Peneliti : Bagaimana respon Bapak terhadap adanya program sertifikasi

dari pemerintah?

Narasumber : Sertifikasi ini merupakan bentuk upaya pemerintah dalam

rangka meningkatkan kesejahteraan guru dari segi finansial.

1.2

Peneliti : Apa yang Bapak dapatkan setelah mengikuti program

sertifikasi?

Narasumber : Ada peningkatan dalam proses pembelajaran, pembuatan

perangkat pembelajaran.

1.3

10

Peneliti : Apakah bapak selalu menyiapkan RPP sebelum

melaksanakan pembelajaran?

Narasumber : Iya mbak, harus itu soalnya RPP itukan rancangan kita untuk

melaksanakan pembelajaran.

1.6

Peneliti : Metode dan media apa saja yang Bapak gunakan dalam

pembelajaran Fikih di MAN Salatiga?

Narasumber : Jikshow, short card, yang paling banyak ya tanya jawab,

penugasan, kalau medianya saya menggunakan LCD yang ada kalau ada

praktek perwatam jemazah ya saya pakai maneqin boneka dan kain kafan dan

lainnya. Itu disesuaikan dengan materinya soalnya mbak.

1.8

Peneliti : Sumber belajar apa saja yang Bapak gunakan untuk

menunjang pembelajaran PAI di MAN Salatiga?

Narasumber : Kalau Fikih di MAN Salatiga itu lebih ke Fiqh kontemporer

seperti tentang Imam Madzhab, dan banyak menggunakan buku-buku Fikih

kontemporer

1.9

Peneliti : Upaya apa saja yang dilakukan pihak sekolah dalam

pengembagan profesionalisme guru setelah sertifikasi?

Narasumber : Upaya pengembangan itu banyak, yang paling sering itu

pelatihan-pelatihan yang berkaitan dengan pembuatan perangkat

pembelajaran, RPP, penilaian, dan sebagainya. Dengan adanya workshop

pembelajaran akan menjadi lebih baik.

2.2

Peneliti : Apakah Bapak sering mengikuti workshop, diklat, atau

seminar pendidikan?

Narasumber : Workshop sering, terutama yang berkaitan dengan penunjang

mapel Fikih, penilaian, bimbingan teknis Kurikulum 2013. Workshop itu

sendiri diadakan oleh balai diklat yang bekerjasama dengan unit kerja.

2.3

Peneliti : Adakah kendala yang dihadapi dalam pengembangan

profesionalisme guru setelah sertifikasi?Jika ada apa saja?

Narasumber : Sarana kurang begitu menunjang kalau kita dituntut

professional, kadang-kadang anak jika diajak berfikir sama sulit, kita harus

mengembangkan sesuai dengan masing-masing karakter.

3.1

Peneliti : Bagaimana cara mengatasi kendala dalam pegembangan 3.2

11

profesionlisme guru setelah sertifikasi?

Narasumber : Menjalin kerjasama dengan pihak-pihak luar yang berkaitan

dengan profesional guru (balai diklat) dalam rangka untuk kerjasama

meningkatkan mutu guru.

Peneliti : Pak, saya kira cukup sekian. Terimakasih atas waktunya pak,

maaf jika mengganggu.

Narasumber : Iya mbak, sama-sama.

12

HASIL WAWANCARA

1. Identitas Narasumber

Narasumber : Sriyanto (SY)

Hari, Tanggal : Rabu, 01 Maret 2017

Waktu : 14.53 WIB

Tempat Wawancara : Ruang Guru MAN Salatiga

Jabatan : Guru SKI

2. Transkip Wawancara

Hasil Wawancara Kode

Rumusan

Masalah

Peneliti : Assalamu’alaikum pak, perkenalkan nama saya

Taufiqurohmah Hidayati dari IAIN Salatiga bermaksud mewawancarai bapak

terkait skripsi saya yang berjudul “Upaya Pembinaan Profesionalisme Guru

Rumpun Mata Pelajaran PAI di MAN Salatiga Setelah Sertifikasi”

Narasumber : Wa’alaikumsalam mbak. Silakan. Insya Allah saya bantu.

Peneliti : Apakah Bapak telah mengikuti program sertifikasi?

Narasumber : Iya Sudah mbak

Peneliti : Dan lulus program sertifikasi pada tahun berapa ?

Narasumber : Lulus Tahun 2009.

1.1

Peneliti : Bagaimana respon Bapak terhadap adanya program sertifikasi

dari pemerintah?

Narasumber : Sertifikasi bagus untuk meningkakan profesionalisme guru.

1.2

Peneliti : Apa yang Bapak dapatkan setelah mengikuti program

sertifikasi?

Narasumber : Banyak, diantaranya tentang metode, media pembelajaran,

tentang pembelajaran yang baik dan menyenangkan.

1.3

13

Peneliti : Apakah bapak selalu menyiapkan RPP sebelum

melaksanakan pembelajaran?

Narasumber : iyaa, RPP itu hal pokok dalam pembelajaran maka setiap guru

harus membuat soalnya itu tanggung jawab seorang guru, itu termasuk tugas

administrasi.

1.6

Peneliti : Metode dan media apa saja yang digunakan dalam

pembelajaran SKI?

Narasumber : Banyak, diantaranya tanya jawab, diskusi, short card,

metodenya biasanya menggunakan video, gambar-gambar sesuai dengan

materi yang akan dipelajari hari itu.

1.8

Peneliti : Sumber belajar apa saja yang Bapak gunakan untuk

menunjang pembelajaran PAI di MAN Salatiga?

Narasumber : menggunakan kurikulum 2013, jadi yang digunakan hanya

buku kurikulum 2013, juga menggunakan buku penunjang lain yang tidak ada

dalam materi itu, maka kita menggunakan media/sumber belajar dari internet

karena di MAN Salatiga itu free hotspot.

1.9

Peneliti : Upaya apa saja yang dilakukan pihak sekolah dalam

pengembagan profesionalisme guru setelah sertifikasi?

Narasumber : Diantaranya adanya diklat ditempat kerja ataupun

dilaksanakan di Kanwil, yang dlakukan oleh pihak kantor dan Kanwil yang

mengadakan. Semua guru diwajibkan mengikuti diklat, tetapi tergantung surat

kerjanya untuk semua guru mata pelajaran.

2.2

Peneliti : Apakah Bapak sering mengikuti workshop, diklat, atau

seminar pendidikan?

Narasumber : Selama ada surat tugas dari pihak lembaga, guru mengikuti

baik workshop, maupun diklat.

2.3

Peneliti : Adakah kendala yang dihadapi dalam pengembangan

profesionalisme guru setelah sertifikasi?Jika ada apa saja?

Narasumber : Untuk kendala tidak ada mbak

3.1

Peneliti : Iya pak. Terimakasih. Saya kira untuk sementara waktu

informasi dari bapak sudah cukup. Maaf mengganggu waktu bapak.

14

Narasumber : Iya, sama-sama mbak. Tidak mengganggu

Peneliti : Terimakasih pak . Assalamu’alaikum.

Narasumber : Wa’alaikumsalam

15

HASIL WAWANCARA

1. Identitas Narasumber

Narasumber : Siti Fatimah (SF)

Hari, Tanggal : Rabu, 01 Maret 2017

Waktu : 12.48 WIB

Tempat Wawancara : Ruang Guru MAN Salatiga

Jabatan : Guru Al-Qur’an Hadist dan Ilmu Hadist

2. Transkip Wawancara

Hasil Wawancara Kode

Rumusan

Masalah

Peneliti : Assalamu’alaikum bu, perkenalkan nama saya

Taufiqurohmah Hidayati dari IAIN Salatiga bermaksud mewawancarai Ibu

terkait skripsi saya yang berjudul “Upaya Pembinaan Profesionalisme Guru

Rumpun Mata Pelajaran PAI di MAN Salatiga Setelah Sertifikasi”

Narasumber : Wa’alaikumsalam mbak. Silakan.

Peneliti : Apakah Ibu telah mengikuti program sertifikasi?

Narasumber : Iya Sudah mbak

Peneliti : Dan lulus program sertifikasi pada tahun berapa ?

Narasumber : Lulus Tahun 2011.

1.1

Peneliti : Bagaimana respon ibu terhadap adanya program sertifikasi

dari pemerintah?

Narasumber : Sertifikasi menambah kesejahteraan guru, disitu juga guru

dituntut professional, padahal sebelum sertifikasi guru sudah profesional,

tetapi setelah sertifikasi harus lebih ditingkatkan lagi.

1.2

Peneliti : Apa yang Ibu dapatkan setelah mengikuti program sertifikasi?

Narasumber : Banyak, diantaranya tentang metode, media pembelajaran,

tetapi selain itu tugas semakin banyak, dan administrasi menumpuk dibarengi

1.3

16

dengan kesejahteraan yang semakin baik.

Peneliti : Apakah Ibu selalu menyiapkan RPP sebelum melaksanakan

pembelajaran?

Narasumber : iyaa, RPP itu hal pokok dalam pembelajaran maka setiap guru

harus membuat soalnya itu tanggung jawab seorang guru, itu termasuk tugas

administrasi.

1.6

Peneliti : Metode dan media apa saja yang digunakan dalam

pembelajaran Al-Qur’an Hadist?

Narasumber : Metode diskusi karena lebih cocok untuk Kurikulum 2013,

medianya sarana yang ada disekolah seperti LCD Proyektor.

1.8

Peneliti : Sumber belajar apa saja yang Ibu gunakan untuk menunjang

pembelajaran PAI di MAN Salatiga?

Narasumber : Karena saya mengampu Al-Qur’an hadist saya hanya

menggunakan Al-Qur’an dan hadist pilihan, selain itu buku-buku yang

diberikan pemerintah pusat karena perpustakaan MAN Salatiga sudah

lengkap, dan siswa download sendiri materinya.

1.9

Peneliti : Upaya apa saja yang dilakukan pihak sekolah dalam

pengembangan profesionalisme guru setelah sertifikasi?

Narasumber : Workshop sering disini, satu semester sekali.

2.2

Peneliti :Apakah ibu sering mengikuti workshop, diklat, atau seminar

pendidikan?

Narasumber : Semua guru dianjurkan mengikuti workshop yang diadakan

oleh sekolah maupun lembaga diluar sekolah.

2.3

Peneliti : Adakah kendala yang dihadapi dalam pengembangan

profesionalisme guru setelah sertifikasi?Jika ada apa saja?

Narasumber : Tidak ada kendala mbak.

3.1

Peneliti : Iya bu. Terimakasih. Saya kira untuk sementara waktu

informasi dari ibu sudah cukup.

Narasumber : Iya, sama-sama mbak.

17

HASIL WAWANCARA

1. Identitas Narasumber

Narasumber : Handono (HN)

Hari, Tanggal : Rabu, 02 Maret 2017

Waktu : 10.09 WIB

Tempat Wawancara : Ruang Kepala Sekolah MAN Salatiga

Jabatan : Kepala Sekolah

2. Transkip Wawancara

Hasil Wawancara Kode

Rumusan

Masalah

Peneliti : Assalamu’alaikum pak, perkenalkan nama saya

Taufiqurohmah Hidayati dari IAIN Salatiga bermaksud mewawancarai bapak

terkait skripsi saya yang berjudul “Upaya Pembinaan Profesionalisme Guru

Rumpun Mata Pelajaran PAI di MAN Salatiga Setelah Sertifikasi”

Narasumber : Wa’alaikumsalam mbak. Silakan.

Peneliti : Bagaimana respon para guru terhadap adanya kebijakan

sertifikasi di MAN Salatiga?

Narasumber : Respon bapak ibu sangat senang, karena pendapatan lebih

meningkat, banyak tunjangan dan meningkatkan kesejahteraan guru.

1.2

Peneliti : Bagaimana kinerja guru sebelum dan sesudah mengikuti

sertifikisasi?

Narasumber : Kinerja sebetulnya guru itu diberi pekerjaan yang diatur oleh

peraturan, guru sudah mengajar beban mengajar sudah dilaksanakan,tidak

akan guru tidak melaksanakan beban kerja dengan baik. Terbukti dengan hasil

pembelajaran yang dilakukan anak nilainya baik-baik, sebelum melakukan

sertifikasi kinerjanya sudah baik.

1.4

Peneliti : Adakah peningkatan mutu pengajaran yang guru laksanakan

setelah lulus uji sertifikasi?

Narasumber : Ada tolak ukur walaupun belum banyak yang bisa dilihat ada

yang meningkat biasa, ada yang meningkatnya pesat, dari segi peningkatan

1.5

18

mutu pembelajaran meningkat walaupun tidak semua guru.

Peneliti : Apakah kebijkan sertifikasi efektif dalam peningkatan mutu

pendidikan?

Narasumber : Efektif karena meningkatkan semangat belajar menambah

keilmuannya sehingga bisa melayani anak dengan baik

2.1

Peneliti : Upaya apa sajakah yang dilakukan dalam pembinaan

profesionalisme guru setelah sertifikasi?

Narasumber : Diberikan motivasi unuk mengikuti workshop, kita

selenggarakan work shop, diklat, pelatihan, diluar di instansi lain. Kia berikan

kesempatan sekaligus kita berharap pembinaan kedisiplinan didalam

mendokumentasikan pembelajaran.

2.2

Peneliti : Apakah guru yang sudah disertifikasi sering mengikuti

workshop, diklat, atau seminar pendidikan?

Narasumber : Setiap ada workshop, diklat kita memberikan kesempatan

walaupun secara jumlah gurunya banyak sehingga tidak bisa semuanya dapat

kesempatan diklat setiap tahun karena menyangkut anggaran tetapi madrasah

kini sudah dilakukan kegiatan terhadap peningkatan kwalitas guru. Untuk

penyelenggaraan pihak sekolah bekerjasama dengan pemerintah (kantor, balai

diklat keagamaan Semarang) narasumbernya dari widyaswara balai diklat

keagamaan Semarang termasuk narasumber lain, workshop narasumbernya

diambil dari pihak ahli, dosen.

2.3

Peneliti : Adakah kendala yang dihadapi dalam pembinaan

profesionalisme guru setelah sertifikasi? Jika ada, apa saja?

Narasumber : Ada karena kita bekerja dibatasi waktu tentang waktu dan

kadang waktunya tidak pas, dari sisi materi dari segi nara sumber, pembiayaan

tidak ada masalah. Sehingga didalam melakukan pembinaan itu waktunya

yang kurang tepat masih ada guru juga diberikan tugas tambahan yang lain.

3.1

Peneliti : Dan bagaimana cara mengatasi kendala dalam pembinaan

profesionalisme guru setelah serifikasi?

Narasumber : Tetap dicarikan waktu sebisa mungkin waktu sore, akhir jam ,

tidak bisa rutin jadinya kemudian pengawasan diakukan didalam kelas pada

saat bapak ibu mengajar. Pengawasan dilakukan secara terjadwal. Disamping

itu dilakukan supevisi pembelajaran dikelas, jadi saya mengamati langsung ,

setelah itu dilakukan penilaian terhadap pembelajaran yang dilakukan

3.2

19

Bapak/Ibu guru.

Peneliti : Iya pak. Terimakasih. Saya kira untuk sementara waktu

informasi dari bapak sudah cukup. Maaf mengganggu waktu bapak.

Narasumber : Iya, sama-sama mbak. Tidak mengganggu.

20

HASIL WAWANCARA

1. Identitas Narasumber

Narasumber : Kastomo (KS)

Hari, Tanggal : Rabu, 01 Maret 2017

Waktu : 09.04 WIB

Tempat Wawancara : Ruang Guru MAN Salatiga

Jabatan : Waka Kurikulum

2. Transkip Wawancara

Hasil Wawancara Kode

Rumusan

Masalah

Peneliti : Assalamu’alaikum pak, perkenalkan nama saya

Taufiqurohmah Hidayati dari IAIN Salatiga bermaksud mewawancarai bapak

terkait skripsi saya yang berjudul “Upaya Pembinaan Profesionalisme Guru

Rumpun Mata Pelajaran PAI di MAN Salatiga Setelah Sertifikasi”

Narasumber : Wa’alaikumsalam mbak. Silakan.

Peneliti : Bagaimana respon para guru terhadap adanya kebijakan

sertifikasi di MAN Salatiga?

Narasumber : Sangat senang, kalau kaitannya dengan sertifikasi, karena

menambah kesejahteraan.

1.2

Peneliti : Bagaimana kinerja guru sebelum dan sesudah mengikuti

sertifikisasi?

Narasumber : Kalau soal kinerja bagus mbak sebelum sertifikasi juga sudah

baik, apalagi sekarang sudah sertifikasi tambah baik.

1.4

Peneliti : Adakah peningkatan mutu pengajaran yang guru laksanakan

setelah lulus uji sertifikasi?

Narasumber : Ada mbak karena setelah sertifikasi guru mendapatkan

banyak ilmu yang haruus diterapkan dilembaganya masing-masing.

1.5

Peneliti : Apakah kebijkan sertifikasi efektif dalam peningkatan mutu

pendidikan?

Narasumber : Kalau soal itu saya tidak bisa menjawab soalnya itu butuh

2.1

21

penelitian lebih lanjut.

Peneliti : Upaya apa sajakah yang dilakukan dalam pembinaan

profesionalisme guru setelah sertifikasi?

Narasumber : mungkin salah satunya dengan penilaian kinerja guru,

mengontrol sarana dan prasarana yang ada dalam persiapan mengajar guru.

2.2

Peneliti : Apakah guru yang sudah disertifikasi sering mengikuti

workshop, diklat, atau seminar pendidikan

Narasumber : Kalau soal mengikuti itu tergantung kalau dari pemerintah

atau dari Kemenag pas menngadakan dan kita ada kesempatan mengikuti guru

mengikuti.

2.3

Peneliti : Adakah kendala yang dihadapi dalam pembinaan

profesionalisme guru setelah sertifikasi? Jika ada, apa saja?

Narasumber : Karena waktu terbatas misalnya seminar workshop itu kan

diadakan pada waktu efektif mengajar, guru harus meinggalkan tugas

mengajarnya.

3.1

Peneliti : Dan bagaimana cara mengatasi kendala dalam pembinaan

profesionalisme guru setelah serifikasi?

Narasumber : pembagian tugas mungkin ada guru yang ikut pembinaan dan

sebagian harus ada yang mengganti dikelas

3.2

Peneliti : Iya pak. Terimakasih. Saya kira untuk sementara waktu

informasi dari bapak sudah cukup..

Narasumber : Iya, sama-sama mbak.. Jika butuh data lagi silakan datang

kesini.

22

HASIL WAWANCARA

1. Identitas Narasumber

Narasumber : Ulfi Khoerotun (UF)

Hari, Tanggal : Selasa, 21 Maret 2017

Waktu : 12.03 WIB

Tempat Wawancara : Ruang Guru MAN Salatiga

Jabatan : Guru Ekonomi

2. Transkip Wawancara

Hasil Wawancara Kode

Rumusan

Masalah

Peneliti : Assalamu’alaikum bu, perkenalkan nama saya

Taufiqurohmah Hidayati dari IAIN Salatiga bermaksud mewawancarai ibu

terkait skripsi saya yang berjudul “Upaya Pembinaan Profesionalisme Guru

Rumpun Mata Pelajaran PAI di MAN Salatiga Setelah Sertifikasi”

Narasumber : Wa’alaikumsalam mbak. Apa yang mau ditanyakan?

Peneliti : Bagaimana tanggung jawab guru rumpun mata pelajaran PAI

dalam melaksanakan tugasnya dalam mengajar?

Narasumber :Bapak Ibu guru yang mengampu mata pelajaran PAI di MAN

Salatiga memiliki tanggung jawab yang tinggi disiplin dalam bekerja, datang

tepat waktu , saat masuk kekelas juga tepat waktu. Guru mata pelajaran PAI

itu, jarang ijin mbak, kalau tidak benar-benar sakit ata ada keperluan.

1.10

Peneliti : Bagaimana sosialisasi guru rumpun mata pelajaran PAI

terhadap siswa dan guru yang lain?

Narasumber : Sosialisasinya bagus mbak antara guru-guru yang lain, sama

siswa juga bagus.

1.11

Peneliti : Saya kira sudah cukup informasi yang saya dapat, Terima

kasih, maaf sudah mengganggu waktu ibu.

Narasumber : Iya mbak sama-sama. Tidak mengganggu kok.

23

HASIL WAWANCARA

1. Identitas Narasumber

Narasumber : Rahma (RH)

Hari, Tanggal : Selasa, 21 Maret 2017

Waktu : 11.39 WIB

Tempat Wawancara : Perpustakaan

Jabatan : Siswa Kelas XI Bahasa

2. Transkip Wawancara

Hasil Wawancara Kode

Rumusan

Masalah

Peneliti : Assalamu’alaikum dek, perkenalkan nama saya

Taufiqurohmah Hidayati dari IAIN Salatiga bermaksud mewawancarai adek

terkait skripsi saya yang berjudul “Upaya Pembinaan Profesionalisme Guru

Rumpun Mata Pelajaran PAI di MAN Salatiga Setelah Sertifikasi”

Narasumber : Wa’alaikumsalam mbak. Silakan

Peneliti : Bagaimana performa ibu SF saat mengajar?

Narasumber : Ibu SF sebelum masuk pembelajaran anak-anak disuruh

hafalan ayat-ayat Al-Qur’an dan hadis pilihan terlebih dahulu.

Peneliti : Bagaimana tindakan guru apabila ada siswa yang belum

paham tentang materi yang disampaikan?

Narasumber : Guru memberi kesempatan bertanya kalau ada yang tidak

bisa, tetapi tidak pernah ada yang mau betanya, kalau ada paling yang tanya

itu-itu terus yang tanya. Kalau tidak guru memberikan soal, kemudian dilihat

siapa saja yang nilainya jelek, dan ditanya kenapa kok bisa jelek? Kurang

paham atau gimana.

Peneliti :Apakah ada remidi untuk siswa-siswa yang belum tuntas?

Narasumber : Ibu SF melakukan remidi untuk siswa-siswa yang belum

tuntas.

1.7

24

Peneliti : Metode dan media apa saja yang Ibu SF gunakan dalam

pembelajaran PAI di MAN Salatiga?

Narasumber : Metodenya lebih sering dengan diskusi kelompok, kalau

medianya paling cuma LCD dan laptop.

Peneliti : Apakah pernah melakukan pembelajaran diluar kelas?

Misalnya perpustkaan?

Narasumber : Tidak pernah mbak

1.8

Peneliti : Sumber belajar apa saja yang sering digunakan?

Narasumber : Buku-buku yang ada di perpustakaan, kadang siswa disuruh

cari materi sendiri di internet.

1.9

Peneliti : Bagaimana tanggung jawab guru rumpun mata pelajaran PAI

dalam melaksanakan tugasnya dalam mengajar?

Narasumber : Datang tepat waktu, memberi tugas ketika beliau tidak masuk

kelas.

1.10

Peneliti : Bagaimana sosialisasi guru rumpun mata pelajaran PAI

terhadap siswa dan guru yang lain?

Narasumber : Ibu SF sering cerita tentang pengalaman-pengalaman yang

memotifasi.

1.11

Peneliti : Terimakasih dik atas waktunya, maaf mengganggu

Narasumber : Iya.. mbak sama-sama,

25

HASIL WAWANCARA

1. Identitas Narasumber

Narasumber : Yusuf (YS)

Hari, Tanggal : Selasa, 21 Maret 2017

Waktu : 12.05 WIB

Tempat Wawancara : Mushola MAN Salatiga

Jabatan : Siswa Kelas XII Agama

2. Transkip Wawancara

Hasil Wawancara Kode

Rumusan

Masalah

Peneliti : Selamat siang dek, perkenalkan nama saya Taufiqurohmah

Hidayati dari IAIN Salatiga bermaksud mewawancarai adek terkait skripsi

saya yang berjudul “Upaya Pembinaan Profesionalisme Guru Rumpun Mata

Pelajaran PAI di MAN Salatiga Setelah Sertifikasi”

Narasumber : Oh iya mbak

Peneliti : Bagaimana performa Bapak TM saat mengajar?

Narasumber : Bapak TM menjelaskan materi dengan bahasa yang enak

dipahami, komunikatif dengan siswa, memberikan pertanyan kepada siswa

secara merata.

Peneliti : Bagaimana tindakan guru apabila ada siswa yang belum

paham tentang materi yang disampaikan?

Narasumber : Guru mengulang lagi materi jika belum paham, dan memberi

kesempatan untuk siswa yang belum paham untuk bimbingan diluar jam

belajar.

Peneliti :Apakah ada remidi untuk siswa-siswa yang belum tuntas?

Narasumber : Ada mbak, misalnya nilai ulangannya jelek itu diulang lagi.

1.7

Peneliti : Metode dan media apa saja yang bapak TM gunakan dalam

pembelajaran PAI di MAN Salatiga?

1.8

26

Narasumber : metodenya presentasi, ceramah, dan diskusi kelompok,

kadang juga ada prakteknya sehingga siswa lebih paham.

Peneliti : Sumber belajar apa saja yang sering digunakan?

Narasumber : Buku paket.

1.9

Peneliti : Bagaimana tanggung jawab guru rumpun mata pelajaran PAI

dalam melaksanakan tugasnya dalam mengajar?

Narasumber : Datang tepat waktu, memperingatkan siswa yang tidak

memperhatikan.

1.10

Peneliti : Bagaimana sosialisasi guru rumpun mata pelajaran PAI

terhadap siswa dan guru yang lain?

Narasumber : Baik mbak, karena bapaknya penyabar jadi banyak siswa

yang senang dengan beliau.

1.11

Peneliti : Terimakasih dik atas waktunya, maaf mengganggu

Narasumber : Iya.. mbak sama-sama,

27

HASIL WAWANCARA

1. Identitas Narasumber

Narasumber : Khisna (KS)

Hari, Tanggal : Selasa, 21 Maret 2017

Waktu : 09.30 WIB

Tempat Wawancara : Perpustakaan

Jabatan : Siswa Kelas XII IPA 4

2. Transkip Wawancara

Hasil Wawancara Kode

Rumusan

Masalah

Peneliti : Selamat pagi dek, perkenalkan nama saya Taufiqurohmah

Hidayati dari IAIN Salatiga bermaksud mewawancarai adek terkait skripsi

saya yang berjudul “Upaya Pembinaan Profesionalisme Guru Rumpun Mata

Pelajaran PAI di MAN Salatiga Setelah Sertifikasi”

Narasumber : Pagi mbak. Silakan

Peneliti : Bagaimana performa Bapak SY dan JM saat mengajar?

Narasumber : Bapak SY selalu menggunakan bahasa yang santun saat

menyampaikan materi, dan memberi kesempatan semua siswa unuk bertanya.

Narasumber : Bapak JM itu mbak lebih sering becanda, kadang waktunya

sudah mepet baru mulai materi pembelajaran.

Peneliti : Bagaimana tindakan guru apabila ada siswa yang belum

paham tentang materi yang disampaikan?

Narasumber : Sebelum dijelaskan pak SY memberi kesempatan siswa untuk

berpendapat, nanti baru pk SY menjelaskan dan memberi kesimpulan.

Peneliti :Apakah ada remidi untuk siswa-siswa yang belum tuntas?

Narasumber : Untuk pk SY ada remidi tetapi pk JM tidak ada remidi..

1.7

Peneliti : Metode dan media apa saja yang bapak SY dan bapak JM 1.8

28

gunakan dalam pembelajaran PAI di MAN Salatiga?

Narasumber : Pak SY menggunakan metode diskusi kelompok.

Narasumber : Pak JM menggunakan metode ceramah, medianya laptop dan

LCD.

Peneliti : Sumber belajar apa saja yang sering digunakan?

Narasumber : Pak SY menyuruh siswa untuk mencari materi untuk

presentasi, baru nanti dijelasin mbak

Narasumber : Pak JM biasanya menggunakan LKS siswa disuruh

meringkas.

1.9

Peneliti : Bagaimana tanggung jawab guru rumpun mata pelajaran PAI

dalam melaksanakan tugasnya dalam mengajar?

Narasumber : Untuk pak SY dan pak JM sama-sama kalau datang tepat

waktu. Tetapi untuk pak JM terlalu sibuk dengan urusan lain jadi sering

kosong dan kadang-kadang tidak diberi tugas pengganti.

1.10

Peneliti : Bagaimana sosialisasi guru rumpun mata pelajaran PAI

terhadap siswa dan guru yang lain?

Narasumber : pak SY dan pak JM itu hampir sama kalau sama siswanya

sudah kaya teman, jadi enak kalau diajak cerita.

1.11

Peneliti : Terimakasih dik atas waktunya, maaf mengganggu

Narasumber : Iya.. mbak sama-sama,

29

DOKUMENTASI

Wawancara dengan Kepala Sekolah

Wawancara dengan Waka Kurikulum

30

Visi Misi MAN Salatiga

Perpustakaan MAN SALATIGA

31

Proses Pembelajaran PAI

32

Proses pembelajaran di Perpustakan