UPAYA PEMBINAAN PROFESIONALISME GURU
RUMPUN MATA PELAJARAN PAI DI MAN
SALATIGA SETELAH SERTIFIKASI
TAHUN PELAJARAN 2016/2017
SKRIPSI
Disusun Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd)
Oleh :
TAUFIQURROHMAH HIDAYATI
NIM: 111-12-004
JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN)
SALATIGA
2017
iii
PERSETUJUAN PEMBIMBING
Lamp : -
Hal : Pengajuan Naskah Skripsi
Kepada Yth.
Dekan FTIK IAIN Salatiga
di Salatiga
Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh
Dengan hormat, setelah dilaksanakan bimbingan, arahan dan koreksi, maka
naskah skripsi mahasiswa:
Nama : Taufiqurrohmah Hidayati
NIM : 111-12-004
Judul : UPAYA PEMBINAAN PROFESIONALISME GURU
RUMPUN MATA PELAJARAN PAI DI MAN
SALATIGA SETELAH SERTIFIKASI TAHUN
PELAJARAN 2016/2017
Dapat diajukan kepada Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan IAIN Salatiga untuk
ditujukan dalam sidang munaqasyah.
Demikian nota pembimbing ini dibuat, untuk menjadi perhatian dan digunakan
sebagaimana mestinya.
Wassalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh
Salatiga, 22 Maret 2017
Pembimbing,
Dr. Fatchurrohman, M.Pd.
NIP. 19710309 200003 1001
iv
SKRIPSI
UPAYA PEMBINAAN PROFESIONALISME GURU RUMPUN MATA
PELAJARAN PAI DI MAN SALATIGA SETELAH SERTIFIKASI
TAHUN PELAJARAN 2016/2017
DISUSUN OLEH
TAUFIQURROHMAH HIDAYATI
NIM: 111-12-004
Telah dipertahankan di depan Panitia Dewan Penguji Skripsi Jurusan Pendidikan
Agama Islam (PAI), Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Salatiga, pada tanggal 3
April 2017 dan telah dinyatakan memenuhi syarat guna memperoleh gelar sarjana
Pendidikan Islam
Susunan Panitia Penguji
Ketua Penguji : Dra. Nur Hasanah. M. Pd
Sekretaris Penguji : Dr. Fatchurrahman, M.Pd.
Penguji I : Dr. Lilik Sriyanti, M. Si.
Penguji II : Dr. M. Gufron, M. Ag.
Salatiga, 3 April 2017
Dekan
Suwardi, M.Pd.
NIP. 19670121 199903 1 002
KEMENTERIAN AGAMA
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) SALATIGA
FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN Jl. Tentara Pelajar No. 02 Telp. (0298) 323706 Fax. 323433 Kode Pos 50721 Salatiga
Website : http://iainsalatiga.ac.id e-mail:[email protected]
v
PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN
Saya yang bertandatangan di bawah ini :
Nama : Taufiqurrohmah Hidayati
NIM : 111-12-004
Fakultas : Tarbiyah dan Ilmu Keguruan
Jurusan : Pendidikan Agama Islam
Menyatakan bahwa skripsi yang saya tulis ini benar-benar merupakan
hasil karya saya sendiri, bukan jiplakan dari hasil karya tulis orang lain. Pendapat
dan temuan orang lain yang terdapat dalam skripsi ini dikutip atau dirujuk
berdasarkan kode etik ilmiah.
Salatiga, 22 Maret 2017
Penulis
Taufiqurrohmah Hidayati
111-12-004
vi
MOTTO
“Serulah (manusia) kepada jalan Tuhan-mu dengan hikmah dan pelajaran yang
baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu
Dialah yang lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan
Dialah yang lebih mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk”.
(QS An Nahl ayat 125)
vii
PERSEMBAHAN
Alhamdulillahirobbil’alamin dengan rahmat dan hidayah Allah SWT
skripsi ini telah selesai. Skripsi ini saya persembahkan kepada:
1. Ibuku Mutamimah dan Bapakku Kosim yang senantiasa memberikan nasehat
dan telah mendidikku dari kecil sampai menikmati kuliah S1 di IAIN Salatiga
ini, serta tidak lelah mendoakan tanpa henti untuk menjadi pribadi yang
bermanfaat untuk sesama.
2. Adikku tersayang Hasan Ma’ruf Jauhari yang selalu memberikan semangat
untuk terus menjadi pribadi yang tangguh.
3. Seluruh teman-teman yang membantu dalam skripsi ini, dan semua sahabatku
yang selalu membersamai dalam setiap langkah.
4. Keluarga PAI A, Keluarga PPL MAN Salatiga dan Kelompok KKN
Pengarengan Kab. Magelang, yang telah memberikanku pengalaman hidup
yang luar biasa.
viii
KATA PENGANTAR
Puji syukur senantiasa penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah
memberikan banyak rahmat dan hidayah-Nya, sehingga bisa menikmati indahnya
Islam di dunia ini. Sholawat serta salam selalu tercurahkan pada junjungan Nabi
Agung Muhammad SAW yang telah membimbing manusia dari zaman kegelapan
hingga zaman yang terang benderang dan yang selalu dinantikan syafaatnya di
hari kiamat kelak. Segala syukur penulis panjatkan sehingga penulis dapat
menyelesaikan tugas akhir skripsi dengan judul “UPAYA PEMBINAAN
PROFESIONALISME GURU RUMPUN MATA PELAJARAN PAI DI
MAN SALATIGA SETELAH SERTIFIKASI TAHUN PELAJARAN
2016/2017”
Skripsi ini disusun sebagai syarat untuk memperoleh gelar S1 Fakultas
Tarbiyah dan Ilmu Keguruan, Jurusan Pendidikan Agama Islam Institut Agama
Islam Negeri (IAIN) Salatiga. Dalam penyusunan skripsi ini penulis menyadari
bahwa masih banyak sekali kekurangan di dalamnya. Penulis menyadari bahwa
tanpa bantuan dari berbagai pihak penulis tidak akan bisa menyelesaikan skripsi
ini dengan lancar. Oleh karena itu pada kesempatan ini penulis ingin
mengucapkan terimakasih kepada :
1. Bapak Dr. H. Rahmat Haryadi, M.Pd. selaku Rektor IAIN Salatiga
2. Bapak Suwardi, M.Pd. selaku dekan Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan
3. Ibu Siti Rukhayati, M.Ag. selaku ketua jurusan Pendidikan Agama Islam
ix
4. Bapak Dr. Fatchurrohman, M.Pd. selaku dosen pembimbing skripsi yang
telah mencurahkan pikiran, tenaga, dan pengorbanan waktunya dalam upaya
membimbing penulis untuk menyelesaikan skripsi ini.
5. Bapak Drs. A. Baharudin, M. Ag selaku pembimbing akademik.
6. Seluruh dosen dan karyawan IAIN Salatiga yang telah banyak membantu
selama kuliah hingga menyelesaikan skripsi ini.
7. Kepala sekolah, Waka Kurikulum, guru Rumpun PAI, dan siswa-siswi MAN
Salatiga yang telah memberikan ijin serta membantu penulis dalam
melakukan penelitian di sekolah tersebut.
8. Bapak, ibu, keluarga, dan seluruh pihak yang selalu mendorong dan
memberikan motivasi dalam menyelesaikan kuliah di IAIN Salatiga.
Akhir kata, semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi penulis
khususnya dan bagi semua orang pada umumnya. Saran dan kritik yang
membangun sangat diperlukan dalam kesempurnaan skripsi ini.
Salatiga, 22 Maret 2017
Penulis
Taufiqurrohmah Hidayati
NIM. 111-12-004
x
ABSTRAK
Hidayati, Taufiqurrohmah. 2017. “Upaya Pembinaan Profesionalisme Guru
Rumpun Mata Pelajaran PAI Di MAN Salatiga Setelah Sertifikasi
Tahun Pelajaran 2016/2017” Pembimbing: Dr.Fatchurrohman, M.Pd.
Kata Kunci: Profesionalisme Guru, Sertifikasi
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui upaya pembinaan
profesionalisme guru setelah sertifikasi dan kendala yang dihadapi dalam proses
pembinaannya di MAN Salatiga. Pertanyaan yang ingin dijawab melalui
penelitian ini adalah: 1) Bagaimana profesionalisme guru rumpun mapel PAI di
MAN Salatiga setelah sertifikasi? 2) Apa upaya pembinaan profesionalisme guru
rumpun mapel PAI di MAN Salatiga Setelah sertifikasi?. 3) Apa kendala yang
dihadapi dalam upaya pembinaan profesioanalisme guru dan cara mengatasinya?.
Penelitian ini menggunakan pendekatan lapangan (field research) dengan
metode kualitatif. Teknik pengumpulan data adalah observasi, wawancara, dan
dokumentasi. Subjek penelitian adalah ,Guru Rumpun PAI , Waka Kurikulum,
guru Rumpun PAI, dan siswa MAN Salatiga.
Temuan penelitian menunjukkan bahwa 1) Kompetensi Pedagogik guru
membuat perencanaan dan pelaksanaan pembelajaran. Kompetensi Kepribadian
meliputi: guru memiliki etos kerja, tanggung jawab, dan sebagai panutan bagi
peserta didiknya. Kompetensi Profesional meliputi:guru mampu mengkondisikan
kelas, memahamkan siswa, dan melakukan bimbingan kepada siswa. Kompetensi
Sosial yaitu guru harus mampu bersosialisasi dengan teman sejawat, peserta didik,
dan atasannya. Tidak hanya di sekolah guru juga harus mampu berbaur dengan
masyarakat. 2) Upaya pembinaan yang dilakukan di MAN Salatiga diantaranya
adanya workshop, pelatihan-pelatihan,dan diklat yang dilakukan oleh lembaga
sekolah yang bekerjasama dengan lembaga pelatihan dan diklat Kementerian
Agama 3) kendala dan cara mengatasinya, soal waktu pembinaan yang tidak tepat
Kepala sekolah memberi solusi, apabila pembinaan dilakukan jam sore, setelah
pembelajaran. Untuk kendala sistim penilaian, semua guru diwajibkan
mempunyai catatan hambatan teknis atau catatan teknis pembelajaran, dan setiap
satu bulan ada rapat dinas dalam rangka update kekurangan dan kelebihan
pembelajaran Kurikulum 2013. Untuk buku yang belum sesuai dengan jumlah
siswa, guru memberi solusi bahwa untuk pemakaian dilakukan cara bergantian
antara guru satu dengan yang lain.
xi
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ........................................................................................ i
HALAMAN BERLOGO ................................................................................. ii
HALAMAN NOTA PEMBIMBING ............................................................... iii
HALAMAN PENGESAHAN .......................................................................... iv
PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN ...................................................... v
MOTTO ........................................................................................................... vi
PERSEMBAHAN ............................................................................................ vii
KATA PENGANTAR ..................................................................................... viii
ABSTRAK ....................................................................................................... xi
DAFTAR ISI .................................................................................................... xi
DAFTAR TABEL ............................................................................................ xiii
DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................... xiv
BAB I PENDAHULUAN ................................................................................ 1
A. Latar Belakang .............................................................................. 1
B. Rumusan Masalah ......................................................................... 4
C. Tujuan Penelitian........................................................................... 5
D. Manfaat Penelitian......................................................................... 5
E. Penegasan Istilah ........................................................................... 6
F. Metode Penelitian .......................................................................... 7
G. Sistematika Penulisan .................................................................... 14
BAB II LANDASAN TEORI .......................................................................... 17
A. Profesionalisme Guru ..................................................................... 17
B. Mapel PAI ...................................................................................... 32
xii
C. Program Sertifikasi......................................................................... 38
BAB III PAPARAN DATA DAN TEMUAN PENELITIAN .........................
A. Paparan Data MAN Salatiga ........................................................ 49
B. Temuan Penelitian ......................................................................... 61
1. Profesionalisme Guru Setelah Sertifikasi ................................ 61
2. Upaya Pembinaan Profesionalisme Guru ............................... 65
3. Kendala yang Dihadapi dalam Pembinaan Profesionalisme
Guru dan Cara Mengatasinya .................................................. 67
BAB IV PEMBAHASAN ................................................................................ 69
A. Profesionalisme Guru Setelah Sertifikasi ...................................... 69
B. Upaya Pembinaan Profesionalisme Guru ...................................... 79
C. Kendala yang Dihadapi dalam Pembinaan Profesionalisme Guru
dan Cara Mengatasinya ................................................................. 82
BAB V PENUTUP ........................................................................................... 85
A. Kesimpulan.................................................................................... 85
B. Saran .............................................................................................. 86
DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................... 88
RIWAYAT HIDUP PENULIS ........................................................................ 90
LAMPIRAN-LAMPIRAN ...............................................................................
xiii
DAFTAR TABEL
Tabel I Sarana Prasarana .................................................................................. 54
Tabel II Daftar Guru......................................................................................... 56
Tabel III Daftar Pegawai Tata Usaha ............................................................... 57
Tabel IV Daftar Siswa ...................................................................................... 57
Tabel V Daftar Prestasi Siswa.......................................................................... 59
xiv
DAFTAR LAMPIRAN
1. Daftar SKK
2. Nota Pembimbing Skripsi
3. Surat Permohonan Izin Melakukan Penelitian
4. Surat Keterangan Melakukan Penelitian
5. Lembar Konsultasi
6. Instrumen Pengumpulan Data
7. Kode Penelitian
8. Hasil Wawancara
9. Dokumentasi
10. Sertifikat Pendidik dan Sertifikat Pelatihan
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Dunia pendidikan sedang diguncang oleh berbagai perubahan sesuai
dengan tuntutan dan kebutuhan masyarakat, serta ditantang untuk dapat
menjawab berbagai permasalahan lokal dan perubahan global yang terjadi
begitu pesat (Mulyasa,2011:3).
Masalah krisis yang sangat kompleks dan membawa tantangan berat
bagi bangsa Indonesia menyadarkan kita betapa sistem pendidikan yang
dilakukan selama ini belum mampu membentuk pribadi yang teguh serta
mengembangkan pemikiran kreatif untuk memecahkan persoalan krisis
ekonomi. Bahkan yang lebih parah adalah akibat krisis ini muncul krisis
moral di masyarakat, pembantaian pemerkosaan, tawuran antar pelajar, dan
perampokan hak milik orang lain terjadi dimana-mana (Mudjio, 2010:95).
Dari sudut pendidikan, tampaknya ada indikasi bahwa krisis moral
yang dikemukakan di atas, menandakan belum berhasilnya lembaga
pendidikan (sekolah) membentuk pribadi anak bangsa ini menjadi pribadi
yang bermartabat.
Banyak kalangan yang berpendapat bahwa persoalan-persoalan yang
dihadapi bangsa Indonesia disebabkan oleh kualitas Sumber Daya Manusia
(SDM) bangsa Indonesia yang masih rendah. Kualitas SDM yang rendah,
baik secara akademis maupun nonakademis, menyebabkan belum seluruh
masyarakat Indonesia dapat berpartisipasi menyumbangkan potensi fisik
2
maupun nonfisik dalam pelaksanaan pembangunan sesuai dengan keahlian
dan bidangnya masing-masing. Menilai kualitas SDM suatu bangsa secara
umum dapat dilihat dari mutu pendidikan bangsa tersebut. Hanya dengan
kualitas SDM yang tinggi persoalan-persoalan bangsa Indonesia setahap
demi setahap dapat terselesaikan dengan baik (Kunandar, 2011:8).
Sejalan dengan kenyataan itu, keberhasilan nasional akan ditentukan
oleh keberhasilan kita dalam mengelola pendidikan nasional. Dimana di
dalamnya guru menempati posisi utama dan penting (Safrudin dan
Basyiruddin, 2002:1). Sehingga salah satu upaya pemerintah dalam
meningkatkan mutu pendidikan nasional dan memperbaiki kesejahteraan
hidup guru ditempuh melalui sertifikasi bagi profesionalisme guru melalui
portofolio sesuai dengan (Peraturan Pemerintahan Nomor 18 Tahun 2007).
Program ini akan berdampak sangat baik dalam meningkatkan
profesionalisme pendidik serta meningkatkan kesejahteraannya.
Sertifikasi profesi guru adalah proses untuk memberikan sertifikat
kepada guru yang telah memenuhi standar kualifikasi dan standar
kompetensi. Sertifikasi guru sebagai upaya peningkatan mutu guru
dibarengi dengan peningkatan kesejahteraan guru sehingga diharapkan
dapat meningkatkan mutu pembelajaran dan mutu pendidikan di Indonesia
secara berkelanjutan. Bentuk peningkatan kesejahteraan guru berupa
tunjangan profesi sebesar satu kali gaji pokok sebagai guru yang memiliki
sertifikasi pendidik.
3
Kompetensi guru meliputi kompetensi pedagogik, kompetensi
kepribadian, kompetensi sosial, dan kompetensi profesional yang diperoleh
melalui pendidikan profesi (Kunandar, 2011: 79).
Sementara Permenag Nomor 16/2010 Pasal 13 tentang kualifikasi
guru agama mengatur sebagai berikut:” Guru Pendidikan Agama minimal
memiliki kualifikasi akademik Strata 1 /Diploma IV, dari program studi
pendidikan agama dan atau program studi agama dari Perguruan Tinggi
yang terakreditasi dan memiliki sertifikat profesi guru pendidik
agama”(Mudlofir, 2013: 109). Kehadiran sertifikasi dalam perubahan model
pendidikan di era modern. Faktor yang menentukan dalam meningkatkan
mutu pendidikan dalam skala besar ini, tidak lain dengan keberhasilan
pelaksanaan sertifikasi atau malah sebaliknya.
Profil kelayakan guru akan ditekankan pada aspek-aspek kemampuan
membelajarkan siswa, dimulai dari menganalisis, merencanakan
mengembangkan, mengimplementasikan dan menilai pembelajaran yang
berbasis pada penerapan teknologi pendidikan. Untuk kepentingan tersebut
diperlukan suatu kebijakan pendidikan dalam rangka mengembangkan
kompetensi guru menuju pada keprofesionalan, serta pedoman kebijakan
teknis yang dapat membantu bidang pendidikan yang berisi panduan untuk
kompetensi dan profesionalisme guru.
Penulis memilih MAN Salatiga dikarenakan guru-guru rumpun mata
pelajaran PAI yang mengajar di madrasah tersebut telah mengikuti program
sertifikasi, dengan demikian dapat dilihat bagaimanakah profesionalisme
4
guru rumpun mapel PAI di MAN Salatiga setelah adanya sertifikasi. Guru-
guru yang telah di sertifikasi memiliki cara yang bervariasi dalam
meningkatkan profesionalisme yang telah mereka miliki. Indikator yang
mereka miliki juga berbeda-beda, hal ini dipengaruhi latar belakang
pendidikan dan wawasan serta pengetahuan yang dimiliki.
Berdasarkan analisis tersebut, penulis berkeinginan untuk
mengangkatnya menjadi sebuah bahasan dengan judul “Upaya Pembinaan
Profesionalisme Guru Rumpun Mapel PAI di MAN Salatiga Setelah
Sertifikasi”.
B. Fokus Penelitian
Penelitian memfokuskan pada upaya yang dilakukan pihak-pihak
yang bertanggungjawab dalam pembinaan profesionaisme guru khususnya
guru rumpun mata pelajaran PAI setelah adanya sertifikasi di MAN
Salatiga. Berdasarkan latar belakang di atas, maka penulis merumuskan
beberapa pertanyaan-pertanyaan penelitian, yaitu;
1. Bagaimana profesionalisme guru rumpun mata pelajaran PAI di
MAN Salatiga setelah sertifikasi?
2. Apa upaya pembinaan profesionalisme guru rumpun mata pelajaran
PAI di MAN Salatiga setelah sertifikasi?
3. Apa kendala atau problem yang dihadapi dalam pembinaan
profesionalisme guru rumpun mata pelajaran PAI di MAN Salatiga
setelah sertifikasi dan bagaimana mengatasinya?
5
C. Tujuan Penelitian
Agar peneliti dapat memperoleh hasil yang baik, maka perlu
direncanakan tujuan yang hendak dicapai dalam pelaksanaanya:
1. Untuk mengetahui profesionalisme guru rumpun mata pelajaran PAI
di MAN Salatiga setelah sertifikasi.
2. Untuk mengetahui upaya pembinaan profesionalisme guru rumpun
mata pelajaran PAI di MAN Salatiga setelah sertifikasi.
3. Untuk mengetahui kendala atau problem yang dihadapi dalam
pembinaan profesionalisme guru rumpun mata pelajaran PAI di MAN
Salatiga setelah sertifikasi dan bagaimana mengatasinya.
D. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan memiliki manfaat secara teoritis dan
praktis.
1. Secara Teoritis
Secara teoritis penelitian ini diharapkan dapat memberikan
sumbagan bagi pengembangan ilmu pengetahuan terutama yang berkaitan
dengan pembinaan profesionalisme guru PAI.
2. Secara Praktis
a. Bagi guru : Dapat dijadikan dasar pertimbangan dalam
meningkatkan profesionalisme guru dan pengembangan
keprofesian secara berkelanjutan.
b. Bagi pemerintah: Agar dapat mencetak calon guru yang
berkualitas dan melakukan pekerjaanya secara professional.
6
c. Bagi peneliti: Menambah reverensi serta sebagai bekal untuk
menjadi seorang pendidik yang professional.
E. Penegasan Istilah
Untuk menghindari salah pengertian dalam memahami judul
penelitian, perlu ditegaskan beberapa istilah dalam judul di atas, yaitu:
1. Profesionalisme Guru
Profesionalisme guru mengandung pengertian kegiatan atau
usaha meningkatkan kompetensi guru ke arah yang lebih baik dalam
berbagai aspeknya demi terselenggaranya optimalisasi pelayanan
kegiatan atau pekerjaan profesi guru (Asmani, 2011:46).
Dalam penelitian ini menurut peneliti guru profesional dapat
dilihat dari empat kompetensi, yaitu: kompetensi pedagogik,
kompetensi profesional, kompetensi sosial, dan kompetensi
kepribadian.
2. Mata Pelajaran PAI
Pendidikan Agama Islam adalah upaya sadar dan terencana
dalam menyiapkan peserta didik untuk mengenal, memahami,
menghayati, hingga mengimani, bertakwa, dan berakhlak mulia dalam
mengamalkan ajaran Islam dari sumber utamanya kitab suci Al-Qur’an
dan hadis, melalui kegiatan bimbingan, pengajaran, latihan, serta
penggunaan pengalaman (Majid,2014:11). Rumpun mata pelajaran
PAI meliputi: Al-Qur’an Hadis, Aqidah Akhlak, Fikih, dan Sejarah
Kebudayaan Islam (SKI).
7
3. Sertifikasi Guru
Sertifikasi guru adalah proses pemberian sertifikat pendidik
untuk guru yang telah memenuhi standar kompetensi
guru(Damay,2012:10). Menurut peneliti sertifikasi guru merupakan
proses pemberian sertifikat pendidik bahwa seseorang telah memiliki
kompetensi untuk melaksanakan pelayanan pendidikan, dan sebagai
bentuk upaya peningkatan professional guru.
F. Metode Penelitian
Untuk memperoleh penelitian yang valid, maka harus digunakan
metode yang tepat dan sesuai untuk pengelolaan data sesuai objek yang
dibahas. Dalam ini dikemukakan beberapa metode dan sumber data yang
berkaitan dengan penelitian yaitu :
1. Pendekatan dan Jenis Penelitian
Penelitian ini termasuk penelitian lapangan (field research)
karena peneliti berangkat ke lapangan untuk mengadakan pengamatan
tentang sesuatu fenomena dalam suatu keadaan alamiah (Moleong,
2009:26). Peneliti terjun ke lapangan penelitian yaitu MAN Salatiga
untuk mengamati fenomena yang berhubungan dengan siswa, guru
mata pelajaran PAI, waka kurikulum, dan kepala sekolah dalam
profesionalime guru dan upaya pembinaannya.
Jenis penelitian ini adalah penelitian kualitatif. Menurut
Moleong (2009:6) penelitian kualitatif adalah penelitian yang
bermaksud untuk memahami fenomena tentang apa yang dialami oleh
8
subjek penelitian misalnya perilaku, persepsi, motivasi, tindakan, dan
lain-lain, secara holistik, dan dengan cara deskripsi dalam bentuk kata-
kata dan bahasa, pada suatu konteks khusus yang alamiah dan dengan
memanfaatkan berbagai metode alamiah.
Dalam penelitian ini akan dikaji lebih mendalam mengenai,
profesionalisme guru mata pelajaran PAI, upaya pembinaan
profesionalisme guru mata pelajaran PAI, kendala yang dihadapi
dalam pembinaan profesionalisme guru, dan cara mengatasinya. Pada
pelaksanaannya dilakukan pencarian gambaran dan data deskriptif di
lingkungan MAN Salatiga yang dijadikan subjek penelitian.
2. Kehadiran Peneliti
Dalam penelitian kualitatif, peneliti merupakan alat pengumpul
data utama. Peneliti berperanserta pada situs penelitian dan mengikuti
secara aktif kegiatan dan mengumpulkan data dari pengamatannya
selama mengikuti kegiatan (Moleong, 2009:3).
Kehadiran peneliti bertujuan untuk melakukan pengamatan dan
wawancara secara langsung guna mendapatkan data akurat dari
informan yang diperlukan peneliti untuk melengkapi data penelitian.
3. Lokasi Penelitian
Lokasi penelitian merupakan tempat dimana penelitian akan
dilakukan, beserta jalan dan kotanya. Penelitian ini akan dilaksanakan
di Madrasah Aliyah Negeri Salatiga dengan alamat jalan K.H. Wahid
Hasyim No. 12 Salatiga. Adapun pemilihan MAN Salatiga sebagai
9
tempat penelitian karena di MAN Salatiga semua guru mata pelajaran
PAI sudah mengikuti sertifikasi, dan untuk mengetahui apakah guru
mata pelajaran PAI di MAN Salatiga sudah melakukan tugasnya secara
profesional setelah sertifikasi.
4. Sumber Data
a. Data Primer
Data primer yakni data yang diperoleh langsung dari tempat
penelitian. Menurut Lofland dan Lofland, sumber data utama dalam
penelitian kualitatif ialah kata-kata dan tindakan (Moleong, 2009:
157) Kata-kata dan tindakan diperoleh dari wawancara atau
pengamatan berperan serta untuk mengetahui upaya pembinaan
profesionalisme guru setelah sertifikasi. Data primer penelitian ini,
penulis dapatkan dari kepala sekolah, waka kurikulum, guru mata
pelajaran rumpun PAI, dan siswa di MAN Salatiga.
b. Data Sekunder
Sumber data sekunder adalah data yang diperoleh dari
dokumen-dokumen grafis (tabel, catatan, notulen rapat, SMS, dan
lain-lain), foto-foto, film, rekaman video, dan benda-benda yang
dapat memperkaya data primer (Arikunto, 2010:22). Peneliti
menggunakan data sekunder ini untuk memperkuat dan
melengkapi informasi yang telah dikumpulkan melalui wawancara
dan observasi.
10
5. Teknik Pengumpulan Data
Adapun dalam pengkajian skripsi ini peneliti menggunakan
teknik pengumpulan data penelitian dengan cara sebagai berikut :
a. Wawancara
Wawancara didefinisikan sebagai diskusi antara dua orang
atau lebih dengan tujuan tertentu, wawancara adalah salah satu alat
yang paling banyak digunakan untuk mengumpulkan data
penelitian kualitatif (Sarosa, 2012:45). Kegiatan penelitian ini akan
dilaksanakan dengan wawancara langsung dan terstruktur karena
informan atau narasumber bertatap muka secara langsung dan tahu
pula tujuan dari wawancara. Selain itu pada saat wawancara,
peneliti sudah menetapkan dan menyiapkan pertanyaan-pertanyaan
yang tersusun secara sistematis.
Wawancara akan dilakukan kepada narasumber diantaranya
adalah siswa, guru mata pelajaran PAI, waka kurikulum, dan
kepala sekolah MAN Salatiga . Peneliti menggunakan teknik ini
untuk mencari data terkait profesionalisme guru mata pelajaran
PAI, upaya pembinaan profesionalisme guru, kendala dalam upaya
pembinaan profesionalisme guru, dan cara mengatasinya.
b. Observasi
Observasi adalah pengamatan dan pencatatan sesuatu objek
dengan sistematika fenomena yang diselidiki. Observasi dapat
dilakukan sesaat atau mungkin dapat diulang. Data observasi
11
melibatkan dua komponen yaitu si pelaku observasi dan objek yang
diobservasi (Sukandarrumidi, 2004:69). Teknik ini digunakan
untuk mendapatkan data mengenai kondisi MAN Salatiga dan
profesionalisme guru rumpun mata pelajaran PAI.
c. Dokumentasi
Dokumentasi yaitu mencari data mengenai hal-hal atau
variabel yang berupa catatan, transkip, buku, surat kabar, majalah,
prasasti, notulen rapat, agenda, dan sebagainya (Arikunto,
2010:274). Peneliti mencari data mengenai hal-hal yang berkaitan
dengan objek penelitian berupa foto, RPP, karya tulis, data
prestasi/ pembinan kinerja guru yang terkait dengan pembinaan
profesionalisme guru rumpun mapel PAI di MAN Salatiga.
6. Analisis Data
Menurut Bogdan dan Biklen (dalam Moleong, 2009:248)
mendefinisikan analisis data adalah upaya yang dilakukan dengan jalan
bekerja dengan data, mengorganisasikan data, memilah-milahnya
menjadi satuan yang dapat dikelola, mensintesiskannya, mencari dan
menemukan pola, menemukan apa yang penting dan apa yang
dipelajari, dan memutuskan apa yang dapat diceritakan kepada orang
lain.
Menurut Miles dan Hubeman (dalam Emzir, 2011:129) ada tiga
macam kegiatan dalam analisis data kualitatif, yaitu:
12
1. Reduksi Data
Reduksi data merujuk pada proses pemilih, pemfokusan,
penyederhanaan, abstraksi, dan transformasi data mentah yang
terjadi dalam catatan-catatan lapangan tertulis. Reduksi data adalah
suatu bentuk analisis yang mempertajam, memilih, memfokusan,
membuang, dan menyusun data dalam suatu cara dimana
kesimpulan akhir dapat digambarkan dan diverifikasikan.
2. Display Data
Display data adalah suatu kumpulan informasi tersusun
yang membolehkan pendeskripsian dan pengambilan tindakan.
Bentuk paling sering dari model data kualitatif adalah teks naratif.
Teks naratif adalah tulisan yang berisi rangkaian peristiwa dari
waktu ke waktu yang dijabarkan dengan urutan awal, tengah, dan
akhir. Selain dalam bentuk teks naratif, bentuk lain dari model data
kualitatif adalah matrik, grafik, jaringan, kerja dan bagan.
3. Penarikan atau Verifikasi Kesimpulan
Upaya penarikan kesimpulan dilakukan penelitian secara
terus menerus selama berada di lapangan. Sejak permulaan
pengumpulan data, peneliti mulai mencari arti benda-benda,
mencatat keteraturan pola-pola (dalam catatan teori), penjelasan-
penjelasan, konfigurasi-konfigurasi yang mungkin, alur sebab
akibat, adan proposisi.
13
Kesimpulan diverifikasi selama penelitian berlangsung
dengan cara: memikir ulang selama penulisan, tinjauan ulang
catatan lapangan, tinjauan kembali dan tukar pikiran antar teman
sejawat, dan upaya-upaya yang luas untuk menempatkan salinan
suatu temuan dalam seperangkat data yang lain. Setelah
kesimpulan diperoleh, penulis juga menyajikan data menggunakan
metode analisis deskripstif yaitu memaparkan gambaran mengenai
situasi yang diteliti dalam bentuk uraian.
7. Pengecekan Keabsahan Data
Menurut Moleong (2009:324) ada empat kriteria yang
digunakan yaitu: kepercayaan (credibility), keteralihan
(transferability), ketergantungan (dependability), dan kepastian
(confirmability).
Pada penelitian ini, peneliti memakai kriteria kepercayaan
(credibility). Kriteria kepercayaan ini berfungsi untuk melakukan
penelaahan data secara akurat agar tingkat kepercayaan penemuan
dapat dicapai. Peneliti memperpanjang penelitian dengan melakukan
observasi secara terus menerus sampai data yang dibutuhkan cukup.
Kemudian peneliti menggunakan teknik triangulasi data yaitu teknik
pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain
(Moleong, 2009:330). Pada teknik ini peneliti melakukan:
a. Triangulasi teknik yaitu dengan jalan membandingkan data hasil
pengamatan dengan data hasil wawancara, data yang peneliti
14
bandingkan berupa hasil wawancara dengan siswa dan guru mata
pelajaran lain yang berkaitan dengan profesionalisme guru mata
pelajaran PAI
b. Triangulasi sumber yaitu dengan cara membandingkan data hasil
wawancara antar narasumber terkait dan membandingkan data hasi
observasi, peneliti membandingkan hasil wawancara tentang
profesionalisme guru mata pelajaran PAI dengan melakukan
observasi langsung di kelas pada saat proses belajar mengajar
berlangsung.
8. Tahap-tahap Penelitian
Pelaksanaan penelitian terdiri dari empat tahap yaitu: tahap
sebelum ke lapangan, tahap pekerjaan lapangan, tahap analisis data,
dan tahap penulisan laporan yang ditempuh sebagai berikut:
a. Tahap sebelum ke lapangan
Tahap ini meliputi kegiatan penentuan fokus, penyesuaian
paradigma teori, penjajakan alat peneliti, permohonan izin kepada
subyek yang diteliti, dan konsultasi fokus penelitian.
b. Tahap Pekerjaan Lapangan
Tahap ini meliputi pengumpulan bahan-bahan yang
berkaitan dengan profesionalisme guru, pembinaan profesionalisme
guru rumpun mata pelajaran PAI di MAN Salatiga.
15
c. Tahap Analisis Data
Menurut Miles dan huberman yang dikutip Sugiyono
(2011:337) aktivitas dalam analisis data yaitu reduksi data,
penyajian data, dan penarikan kesimpulan.
d. Tahap Penulisan Laporan
Tahap ini meliputi kegiatan penyusunan hasil penelitian dari
semua rangkaian kegiatan pengumpulan data sampai pemberian
makna data. Setelah itu melakukan konsultasi hasil penelitian
dengan dosen pembimbing untuk mendapatkan perbaikan, saran-
saran demi kesempurnaan skripsi yang kemudian ditindaklanjuti
hasil bimbingan tersebut dengan penulis skripsi yang sempurna.
G. Sistematika Penulisan
Sistematika diperlukan untuk menata dan mengatur sistematika
penulisan sehingga mudah dibaca dan dipahami. Adapun sistematika
penulisan dalam skripsi ini adalah sebagai berikut :
BAB I : Pendahuluan
Meliputi: latar belakang, fokus penelitian, tujuan penelitian,
kegunaan penelitian, penegasan istilah, metode penelitian, dan sistematika
penulisan.
BAB II: Kajian Pustaka
Pada Kajian Pustaka ini penulis mengemukakan kepada pembaca
agar mengetahui dasar-dasar teori yang meliputi profesionalisme guru,
mapel PAI, pembinaan profesionalisme guru, dan program sertifikasi.
16
BAB III: Paparan Data dan Temuan Penelitian
Pada bab ini akan dilaporkan hasil pengumpulan data berisi
gambaran umum MAN Salatiga yang meliputi sejarah perkembangan
sekolah, identitas sekolah, visi dan misi, tenaga pendidik, daftar siswa,
ekstrakurikuler, dan temuan hasil penelitian berupa profesionalisme guru
rumpun mapel PAI setelah sertifikasi, upaya pembinaan profesionalisme
guru, dan kendala dalam pembinaan profesionalisme guru serta cara
mengatasinya.
BAB IV: Pembahasan
Bab ini memuat gagasan penelitian, keterkaitan antar pola-pola,
kategori-kategori dan dimensi-dimensi, posisi temuan/teori terhadap teori-
teori dan temuan-temuan sebelumnya, serta penafsiran dan penjelasan dari
temuan/teori yang diungkap dari lapangan (grounded theory). Bab ini
berisi profesionalisme guru rumpun mapel PAI setelah sertifikasi, upaya
pembinaan, dan kendala serta cara mengatasinya.
BAB V : Penutup
Meliputi : kesimpulan dan saran yang berhubungan dengan pihak terkait
(subjek penelitian).
17
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Profesionalisme Guru
1. Pengertian profesionalisme guru
Istilah profesionalisme berasal dari kata profesion. Dalam
kamus Inggris Indonesia,” profession berarti pekerjan”
(John,1996:449).
Dalam buku yang ditulis oleh Kunandar yang berjudul Guru
Profesional Implementasi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan
disebutkan pula bahwa Profesionalisme berasal dari kata profesi yang
artinya suatu bidang pekerjaan yang ingin atau akan ditekuni oleh
seseorang. Profesi juga diartikan sebagai suatu jabatan pekerjaan
tertentu yang mensyaratkan pengetahuan dan keterampilan khusus
yang diperoleh dari pendidikan akademis yang intensif. Jadi, profesi
adalah suatu pekerjaan atau jabatan yang menuntut keahlian tertentu.
Profesi adalah pekerjaan atau kegiatan yang dilakukan oleh
seseorang dan menjadi sumber penghasilan kehidupan yang
memerlukan keahlian, kemahiran, atau kecakapan yang memenuhi
standar mutu atau norma tertentu serta memerlukan pendidikan profesi
(Mudlofir, 2013:35).
Berdasarkan definisi di atas, maka dapat ditarik kesimpulan
bahwa profesi adalah suatu pekerjaan atau keahlian yang mensyaratkan
18
kompetensi intelektualitas, sikap dan keterampilan tertentu yang
diperoleh melalui proses pendidikan secara akademis.
Dengan demikian Kartadinatap mengemukakan dalam
Mahanani(2011:14) profesi guru adalah orang yang memiliki latar
belakang pendidikan keguruan yang memadai, keahlian guru dalam
melaksanakan tugas-tugas kependidikan diperoleh setelah menempuh
pendidikan keguruan tertentu, dan kemampuan tersebut tidak dimiliki
oleh warga masyarakat pada umumnya yang tidak pernah mengikuti
pendidikan keguruan.
Adapun mengenai kata professional, Uzer Usman (2002:14)
memberikan suatu kesimpulan bahwa suatu pekerjaan yang bersifat
professional memerlukan beberapa bidang ilmu yang secara
sengaja harus dipelajari dan kemudian diaplikasikan bagi
kepentingan umum. Kata profesional itu sendiri berasal dari kata
sifat yang berarti pencaharian dan sebagai kata benda yang berarti
orang yang mempunyai keahlian seperti guru, dokter, hakim, dan
sebagainya. Dengan kata lain, pekerjaan yang bersifat profesional
adalah pekerjaan yang hanya dapat dilakukan oleh mereka yang
khusus dipersiapkan untuk itu dan bukan pekerjaan yang
dilakukan oleh mereka yang karena tidak dapat memperoleh
pekerjaan lain.
Seorang professional menjalankan pekerjaannya sesuai dengan
tuntutan profesi atau dengan kata lain memiliki kemampuan dan
19
sikap sesuai dengan tuntutan profesinya. Seorang profesional
menjalankan kegiatannya berdasarkan profesionalisme, dan bukan
secara amatiran. Seorang professional akan terus-menerus
meningkatkan mutu karyanya secara sadar, melalui pendidikan dan
pelatihan(Tilaar, 2002:86). Profesionalisme berarti mutu, kualitas, dan
tindak tanduk yang merupakan ciri suatu profesi atau orang yang
professional (Depdiknas, 2007:897).
Profesionalisme adalah kondisi, arah, nilai, tujuan, dan kualitas
suatu keahlian dan kewenangan yang berkaitan dengan mata
pencaharian seseorang. Sedangkan profesionalisme guru merupakan
kondisi, arah, nilai, tujuan, dan kualitas suatu keahlian dan
kewenangan dalam bidang pendidikan dan pengajaran yang berkaitan
dengan pekerjaan seseorang yang menjadi mata pencaharian
(Kunandar, 2011:46).
Menurut Asmani (2011:45) profesionalisme guru mengandung
pengertian kegiatan atau usaha meningkatkan kompetensi guru kearah
yang lebih baik dalam berbagai aspeknya demi terselenggaranya
optimalisasi pelayanan kegiatan atau pekerjan profesi guru. Makna
penting dari profesionalisme guru adalah sebagai berikut:
a. Profesionalisme akan memberikan jaminan perlindungan kepada
kesejahteraan masyarakat umum.
20
b. Profesionalisme guru merupakan cara untuk memperbaiki profesi
pendidikan yang selama ini dianggap rendah oleh sebagian
masyarakat.
c. Profesionalisme memberikan kemungkinan perbaikan dan
pengembangan diri sehingga guru dapat memberikan pelayanan
dengan sebaik mungkin, serta dapat memaksimalkan kompetensi
yang dimiliki.
Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa profesi adalah
suatu pekerjaan atau kegiatan yang dilakukan oleh seseorang dan
menjadi sumber penghasilan yang memerlukan kemahiran, kecakapan,
dan memerlukan pendidikan profesi. Profesionalisme adalah ajaran
atau paham yang menekankan bahwa segala sesuatu pekerjaan harus
dilakukan dengan professional. Dengan demikian, profesionalisme
guru dalam penelitian ini adalah profesioanalisme guru dalam bidang
Rumpun mapel PAI, yaitu seorang guru yang memiliki kemampuan
dan keahlian khusus dalam bidang studi rumpun mapel PAI yang
mencakup Al-Qur’an Hadis, Akidah Akhlaq, Fiqh, dan SKI, serta telah
berpengalaman dalam mengajar rumpun mapel PAI sehingga ia
mampu melakukan tugas dan fugsinya sebagai guru rumpun mata
pelajaran PAI dengan kemampuan yang maksimal serta memliki
kompetensi sesuai dengan kriteria guru professional, dan profesi itu
telah menjadi mata pencaharian.
21
2. Aspek Profesional Guru
Dalam pembahasan profesionalisme guru ini, selain membahas
mengenai pengertian profesionalisme guru, terlebih dulu penulis akan
menjelaskan mengenai kompetensi yang harus dimiliki oleh seorang
guru pofesional. Karena seorang guru yang professional tentunya harus
memiiki kompetensi professional. Menurut Mulyasa(2011:75)
kompetensi yang harus dimiliki seorang guru mencakup empat aspek,
sebagai berikut:
a. Kompetensi pedagogik
Dalam Standar Nasional Pendidikan, penjelasan pasal 28 ayat (3)
butir a dikemukakan bahwa kompetensi pedagogik adalah
kemampuan mengelola pembelajaran pesera didik yang meliputi
pemahaman peserta terhadap didik, perencanaan dan pelaksanaan
pembelajaran, evaluasi hasil belajar, dan pengembagan peserta
didik untuk mengaktualisasikan berbagai potensi yang dimiliki.
b. Kompetensi kepribadian
Dalam Standar Nasional Pendidikan, penjelasan pasal 28
ayat (3) butir b, dikemuakan bahwa yang dimaksud dengan
kompetensi kepribadian adalah kemampuan kepribadian yang
mantap, stabil, dewasa, arif, dan berwibawa, menjadi teladan bagi
peserta didik, dan berakhlak mulia (Mulysa, 2011:117).
Menurut Mahanani (2011:51) kompetensi kepribadian
adalah kesiapan mental, kepribadian dan moralitas guru untuk
22
mengemban amanah sebagai guru. Kompetensi ini tercermin dalam
kehidupan sehari-hari, baik saat kegiatan pembelajaran di sekolah
maupun di luar sekolah. Sejauh mana kompetensi tersebut dimiliki
oleh seorang guru tampak dalam kompetensi inti, sebagai berikut:
a. Bertindak sesuai dengan norma agama, hukum, sosial, dan
kebudayan nasional.
b. Menampilkan diri sebagai pribadi jujur, berakhlak mulia,
teladan bagi peserta didik dan masyarakat.
c. Menampilkan diri sebagai pribadi yang mantap, stabil, dewasa,
arif, bijaksana, dan berwibawa
d. Menunjukkan etos kerja, tanggung jawab tinggi, rasa bangga
menjadi guru dan percaya diri.
e. Menjunjung tinggi kode etik profesi guru.
c. Kompetensi professional
Dalam Standar Nasional Pendidikan, penjelasan pasal 28
ayat (3) butir c, dikemukakan bahwa yang dimaksud dengan
kompetensi professional adalah kemampuan penguasaan materi
pembelajaran secara luas dan mendalam yang memungkinkan
membimbing peserta didik memenuhi setandar kompetensi yang
ditetapkan dalam Standar Nasional Pendidikan. Secara umum
dapat diidentifikasi tentang ruang lingkup kompetensi profesional
guru,sebagai berikut:
23
1) Mengerti dan dapat menerapkan landasan kependidikan baik
filosofi, psikologis, sosiologis, dan sebagainya.
2) Mengerti dan dapat menerapkan teori belajar sesuai taraf
perkembangan peserta didik.
3) Mampu menangani dan mengembangkan bidang studi yang
menjadi tanggung jawabnya.
4) Mengerti dan dapat menerapkan metode pembelajaran yang
bervariasi.
5) Mampu mengembangkan dan menggunakan berbagai alat,
media dan sumber belajar yang relevan.
6) Mampu mengorganisasikan dan melaksanakan program
pembelajaran.
7) Mampu melaksanakan evaluasi hasil belajar peserta didik.
8) Mampu menumbuhkan kepribadian peserta didik.
d. Kompetensi sosial
Menurut Asmani (2009:141) kompetensi sosial guru
merupakan kemampuan guru untuk memahami dirinya sebagai
bagian yang tidak terpisahkan dari masyarakat dan mampu
mengembangkan tugas sebagai anggota masyarakat dan warga
Negara.
Dalam Standar Nasional Pendidikan, penjelasan pasal 28
ayat (3) butir d, dikemuakan bahwa yang dimaksud dengan
kompetensi sosial adalah kemampuan guru sebagai bagian dari
24
masyarakat untuk berkomunikasi dan bergaul secara efektif dengan
peserta didik, sesama pendidik tenaga kependidikan, orang tua/wali
peserta didik dan masyarakat sekitar. Hal tersebut diuraikan lebih
lanjut dalam RPP tentang Guru, bahwa kompetensi sosial
merupakan kemampuan guru sebagai bagian dari masyarakat, yang
sekurang-kurangnya memiiki kompetensi untuk:
1) Berkomunikasi secara lisan, tulisan, dan isyarat.
2) Menggunakan teknologi komunikasi dan informasi secara
fungsional.
3) Bergaul secara efektif dengan peserta didik, sesama pendidik,
tenaga pendidikan, orang tua/wali peserta didik,
4) Bergaul secara santun dengan masyarakat sektiar.
Guru adalah mahluk sosial, yang dalam kehidupannya tidak
bisa terlepas dari kehidupan sosial masyarakat dan lingkungannya.
Oleh karena itu, guru dituntut untuk memiliki kompetensi sosial yang
memadai, terutama dalam kaitannya dengan pendidikan yang tidak
terbatas pada pembelajaran di sekolah tetapi juga pada pendidikan
yang terjadi dan berlangsung di masyarakat.
Menurut Sudijarto (dalam Kunandar,2011:57) kemampuan
profesionalime seseorang guru, meliputi:
a. Merancang dan merencanakan program pembelajaran.
b. Mengembangkan program pembelajaran
c. Mengelola pelaksanaan program pembelajaran
25
d. Menilai proses dan hasil pembelajaran
e. Mendiagnosis faktor yang mempengaruhi keberhsilan dalam proses
pembelajaran
3. Kriteria Guru Professional
Menjadi seorang guru bukanlah pekerjaan yang gampang,
seperti yang dibayangkan sebagian orang, dengan bermodal
penguasaan materi dan menyampaikannya kepada peserta didik sudah
cukup hal ini belum dapat dikategorikan sebagai guru yang memiliki
pekerjaan profesional, karena guru yang profesional mereka harus
memiliki berbagai keterampilan, kemampuan khusus, mencintai
pekerjaannya, menjaga kode etik guru, dan lain sebagainya.
Menurut Hamalik (2003:28), guru profesional harus memiliki
persyaratan yang meliputi;
a. Memiliki bakat sebagai guru.
b. Memiliki keahlian sebagai guru.
c. Memiliki keahlian yang baik dan terintegrasi.
d. Memiliki mental yang sehat.
e. Berbadan sehat.
f. Memiliki pengalaman dan pengetahuan yang luas.
g. Guru adalah manusia berjiwa pancasila.
h. Guru adalah seorang warga negara yang baik
Kunandar mengemukakan bahwa suatu pekerjaan
profesional memerlukan persyaratan khusus, yakni (1) menuntut
26
adanya keterampilan berdasarkan konsep dan teori ilmu
pengetahuan yang mendalam; (2) menekankan pada suatu keahlian
dalam bidang tertentu sesuai dengan bidang profesinya; (3)
menuntut adanya tingkat pendidikan yang memadai; (4) adanya
kepekaan terhadap dampak kemasyarakatan dari pekerjaan yang
dilaksanakannya; (5) memungkinkan perkembangan sejalan dengan
dinamika kehidupan.
Menurut Surya dalam buku yang ditulis oleh Kunandar, guru
yang profesional akan tercermin dalam pelaksanaan pengabdian tugas-
tugas yang ditandai dengan keahlian baik dalam materi maupun dalam
metode. Selain itu, juga ditunjukkan melalui tanggung jawabnya
dalam melaksanakan seluruh pengabdiannya. Guru yang profesional
hendaknya mampu memikul dan melaksanakan tanggung jawab
sebagai guru kepada peserta didik, orang tua, masyarakat, bangsa,
negara, dan agamanya. Guru profesional mempunyai tanggung
jawab pribadi, sosial, intelektual, moral, dan spiritual.
4. Pembinaan profesionalisme guru
Profesionalisme, yakni sikap guru untuk mau dan mampu
menjadi guru yang profesional melalui upaya pengembangan dan
pembinaan guru dengan satu sistem yang mengutamakan
profesionalisme.
27
Menurut Mulyasa(2007:37) pendidikan dan pembinan tenaga
guru dapat ditempuh melalui tiga cara, yaitu pendidikan prajabatan,
pendidikan dalam jabatan, dan pendidikan akta mengajar.
a. Pembinaan calon guru melalui pendidikan prajabatan memerlukan
pertimbangan, sebagai berikut:
1) Peningkatan mutu pelayanan akademik pada LPK yang
meliputi sarana prasarana dan SDM-nya.
2) Seleksi calon yang ketat dalam hal intelegensi, latar belakang,
sifat dan sikap pribadi.
3) Pendidikan guru yang dapat menjamin mutu penguasaan ilmu-
ilmu pendiikan,keguruan, psikologi, dan ilmu bidang khusus
yang menjadi spesialisasinya, serta penguasaan praktek
mengajar.
4) Calon guru harus pula menguasai ilmu dan keterampilan
meneliti, menulis, membaca, sosial, budaya, dan bahasa
Indonesia yang baik dan benar.
5) Calon guru harus mampu mengikuti perkembangan, dan
terampil menggunakan komputer, mengelola perpustakaan,
olah raga, dan kesenian.
b. Pembinaan melalui program dalam jabatan biasanya diberikan oleh
lembaga-lembaga pelatihan yang dilaksanakan oleh diknas,
pemerintah daerah, organisasi profesi (PGRI), kelompok
28
masyarakat, juga oleh pihak luar negeri. Untuk membina karir guru
melalui pelatihan dalam jabatan ini perlu dikembangkan:
1. Pelatihan-pelatihan jangka pendek yang baik dan praktis
mengenai metode, manajemen sekolah dan kepemimpinan,
pengembangan bidang ilmu, keterampilan baru yang perlu
dikuasai guru, penelitian dan penulisan.
2. Evaluasi kinerja guru secara berkala, dan hasil evaluasi
ditindak lanjuti dengan mengembangkan pelatihan dalam
jabatan.
c. Pembinaan tenaga guru melalui akta mengajar bagi lulusan
diploma dan sarjana non keguruan. Dalam hal ini perlu dilakukan
seleksi sebelum mereka mengikuti akta mengajar, sehingga profesi
guru bukan pelarian untuk mencari kerja.
Menurut Suparlan(2005:164) bahwasannya pada tahun 1970-an
kegiatan up-grading tenaga pendidik mulai gencar dillaksanakan di
BPG dan PPPG yang dirancang oleh direktorat-direktorat dibawah
pembinaan Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah.
Region-region penataran telah dibentuk diberbagai kawasan di
Indonesia dengan melibatkan direktorat terkait dengan Lembaga
Pendidikan Tenaga Kependidikan (LPTK) sebagai lembaga preservice
training, lembaga pencetak guru (inservice training) dan lembaga
sekolah pengguna guru (on the job training). Ketiga lembaga itu dapat
diuraikan sebagai berikut:
29
a. Lembaga Pencetak Guru (Preservice Education and Training)
Istitusi Keguruan dan Ilmu Pendidikan (IKIP) yang secara
formal mempunyai tugas untuk menyiapkan guru pada jenjang
pendidikan menengah keatas dan tenaga kependidikan di
Indonesia. Itulah sebabnya lembaga ini juga dikenal dengan
Lembaga Pendidikan Tenaga Kependidikan (LPTK). Sementara
itu, penyiapan kebutuhan guru satuan pendidikan Sekolah Dasar,
Taman Kanak-kanak, dan yang sederajat, dilaksanakan oleh
lembaga pendidikan setingkat Sekolah Menengah Atas (SMA)
yang dikenal dengan Sekolah Pendidikan Guru (SPG), Sekolah
Guru Olahraga (SGO), Sekolah Guru Pendidikan Luar Biasa
(SGPLB). Selain itu, ada pula Pendidikan Guru Sekolah Lanjutan
Atas (PGSLA) yang melahirkan calon guru SLTP dan SLTA.
Lembaga penghasil calon guru SD, SMP, SMA, dan SMK tersebut
kini telah lama dihapus, dan kini calon guru hanya dapat dicetak
oleh lembaga yang memiliki kewenangan untuk itu, yaitu Lembaga
Pendidikan Tenaga Kependidikan (LPTK) yang berada di jajaran
Direktorat Pendidikan Tinggi.
LPTK yang ada di universitas negeri diharapkan dapat
menyelenggarakan sistem pendidikan guru seperti yang
dilaksanakan di STPDN, antara lain melalui proses:
30
1) Penyaringan mahasiswa yang mahasiswa yang memiliki
prestasi akademis yang tinggi dari berbagai daerah di
Indonesia.
2) Memberikan beasiswa bagi mahasiswa yang berprestasi
akademis.
3) Mengangkat dan menugaskan para lulusan terbaik di sekolah-
sekolah yang kualitasnya masih rendah.
4) Memberikan beasiswa bagi guru yang berhasil meningkatkan
kualitas pendidikan di sekolah tersebut untuk menempuh
pendidikan yang lebih tinggi.
b. Pelatihan Guru (Inservice Training)
Salah satu pola pembinaan guru melalui diklat ini adalah
pola Pembinaan Kegiatan Guru (PKG), yang sistem
penyelenggaraan diklatnya dinilai melibatkan elemen pendidikan
yang lebih luas. Selain itu, para guru memiliki wadah pembinaan
pofesional melalui organisasi yang dikenal dengan Musyawarah
Guru Mata Pelajaran (MGMP). Sementara itu, para kepala sekolah
aktif dalam kegiatan Latihan Kerja Pengawas Sekolah (LKPS).
Kegiatan tersebut sebagian besar dilakanakan di satu sanggar yang
isebut PKG.
c. Lembaga Sekolah Pengguna Guru (on the job training)
Pola pembinaan guru on the job training adalah proses
pembinaan guru yang diprogramkan atau dilaksanakan secara
31
langsung oleh kepala sekolah. Berbagai bentuk pembinaan tersebut
antara lain sebagai berikut:
1. Pengarahan dari kepala sekolah atau dari pemimpin lembaga
pendidikan tentang kebijakan pendidikan nasional, kebijakan
lembaga atau program dan kegiatan sekolah.
2. Kegiatan dalam rangka pelaksanaan tugas dan kewajiban yang
harus dilaksanakan oleh guru yang bersangkutan.
3. Pemberian pengalaman dalam pelaksanaan tugas selama proses
belajar dan mengajar, baik didalam maupun diluar kelas, dalam
rangka peningkatan kompetensi guru yang dilaksanakan baik
secara individual maupun kelompok.
4. Pemberian tugas, baik yang terkait dengan bidang teknis
edukatif maupun dalam bidang administratif dan keuangan
yang diberikan kepada guru, misalnya: menjadi wali kelas,
panitia kegiatan sekolah, koordinator mata pelajaran,
pembimbing kegiatan siswa, dan sebagainya.
Pembinaan guru melalui on the job training antara lain
dengan mengadakan supervisi kelas. Kepala sekolah
mempunyai peran untuk memberikan bimbingan dan pelatihan
terhadap kinerja guru, terutama melalui pengamatan
(observasi) proses pembelajaran didalam kelas. Hal ini sangat
penting karena proses pendidikan pada hakikatnya terletak pada
kegiatan belajar mengajar didalam maupun diluar kelas.
32
B. Mata Pelajaran PAI
1. Pengertian Pendidikan Agama Islam
Menurut Abdul Majid (2014:9) mengatakan pengertian
Pendidikan Agama Islam adalah upaya sadar dan terencana dalam
menyiapkan peserta didik untuk mengenal, memahami, menghayati,
hingga mengimani ajaran agama Islam, dibarengi dengan tuntunan
untuk menghormati penganut agama lain dalam hubunganya dengan
kerukunan antar umat beragama hingga terwujud kesatuan dan
persatuan bangsa.
Pendidikan Agama Islam adalah suatu usaha untuk membina
dan pengasuh peserta didik agar senantiasa dapat memahami ajaran
Islam secara menyeluruh, lalu menghayati tujuan, yang pada akhirnya
dapat mengamalkan serta menjadikan Islam sebagai pandangan hidup.
Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwasannya
pendidikan agama Islam merupakan usaha sadar yang dilakukan
pendidik dalam rangka mempersiapkan peserta didik untuk meyakini,
memahami dan mengamalkan ajaran agama Islam melalui kegiatan,
bimbingan, pengajaran, atau pelatihan yang telah ditentukan untuk
mencapai tujuan yang telah ditetapkan.
2. Peran dan Fungsi Pendidikan Agama Islam
Pendidikan agama dalam sekolah sangat penting untuk
pembinaan dan penyempurnan pertumbuhan kepribadian anak didik,
sebagai penyempurna pendidikan agama yang telah diberikan oleh
33
orang tuanya. Dengan pendidikan agama akan membentuk karakter
akhlakul karimah bagi siswa sehingga mereka mampu memfilter mana
pergaulan yang baik dan mana yang tidak baik. Pendidikan agama
sangat penting sebagai benteng sejak dini dari hal-hal yang tidak baik
(Darajat, 2008:131).
Sedangkan fungsi pendidikan agama Islam di sekolah atau di
madrasah yang dituliskan (Majid,2014:134), yakni sebagai berikut:
a. Pengembangan yaitu meningkatkan keimanan dan ketakwan
peserta didik kepada Allah SWT yang telah ditanamkan dalam
lingkungan keluarga. Pada dasarnya kewajiban menanamkan
keimanan dan ketakwaan di lakukan oleh setiap orang tua dalam
keluarga. Sekolah berfungsi unuk menumbuh kebangkan lebih
lanjut dalam diri anak melalui bimbingan, pengajaran dan pelatihan
agar keimanan dan ketakwaan tersebut dapat berkembang secara
optimal sesuai dengan tingkat perkembangannya.
b. Penanaman nilai sebagai pedoman hidup untuk mencari
kebahagiaan hidup didunia dan di akhirat.
c. Penyesuaian mental, yaitu untuk mensesuaikan diri dengan
lingkungannya baik lingkungan fisik maupun lingkungan sosial
dan dapat mengubah lingkungannya sesuai dengan ajaran agama
Islam.
34
d. Perbaikan, yaitu untuk memperbaiki kesalahan, kekurangan peserta
didik dalam keyakinan pemahaman dan pengalaman ajaran dalam
kehidupan sehari-hari.
e. Pencegah, yaitu untuk menangkal, hal-hal negatif dari
lingkungannya atau dari budaya lain yang dapat membahayakan
dirinya dan menghambat perkembangannya menuju Indonesia
seutuhnya.
f. Pengajaran, tentang ilmu pengetahuan keagamaan secara umum
sistem dan fungsional.
g. Penyaluran yaitu untuk menyalurkan anak-anak yang berbakat
khusus di bidang agama Islam agar bakat tersebut dapat
berkembang secara optimal sehingga dapat dimanfaatkan untuk
dirinya sendiri dan bagi orang lain.
3. Rumpun Mata Pelajaran PAI
Ruang lingkup pendidikan agama Isalam menekankan pada
keseimbangan, keselarasan dan keserasian antara hubungan manusia
dengan Allah SWT, hubungan manusia dengan manusia, hubungan
manusia dengan dirinya sendiri, dan hubungan manusia dengan alam
sekitar. Rumpun mata pelajaran PAI meliputi aspek, yaitu: Al-Qur’an
Hadis, Aqidak Akhlak, Fiqh, SKI (Sejarah Kebudayaan Islam).
4. Karakter Pendidikan Agama Islam di Madrasah Aliyah
Menurut SK DIRJEN Madrasah No 2676 2014 stuktur
kelompok mata pelajaran Pendidikan Agama Islam dalam kurikulum
35
madrasah meliputi: 1) Al-Qur’an Hadis, 2) Akidah Akhlak, 3) Fikih,
dan 4) Sejarah Kebudayaan Islam (SKI).
a. Al-Qur’an Hadis, menekankan pada kemampuan baca tulis yang
baik dan benar, memahami makna secara tekstual dan kontekstual,
serta mengamalkan kandungannya dalam kehidupan sehari-hari.
b. Akidah Akhlak menekankan pada kemampuan memahami
keimanan dan keyakinan Islam sehingga memiliki keyakinan yang
kokoh dan mampu mempertahankan keyakinan/ keimanan serta
menghayati dan mengamalkan niai-nilai al-Asma’ al-Husna.
Akhlak menekankan pada pembiasaan diri untuk menerapkan
akhlak terpuji (Mahmudah) dan menjauhkan diri dari akhlak
tercela (Mazmumah) dalam kehidupan sehari-hari.
c. Fikih menekankan pada pemahaman yang benar mengenai
ketentuan hukum dalam Islam serta kemampuan melaksanakan
ibadah dan muamalah yang benar dan baik dalam kehidupan
sehari-hari.
d. Sejarah Kebudayaan Islam (SKI) menekankan pada kemampuan
mengambil hikmah (pelajaran) dari sejarah Islam, meneladani
tokoh-tokoh berprestasi, dan mengaitkan dengan fenomena sosial,
budaya, politik, ekonomi, iptek dan seni, dan lain-lain, untuk
mengembangkan kebudayaan dan peradapan Islam pada masa kini
dan masa yang akan datang.
5. Tujuan kelompok mata pelajaran PAI di madrasah aliyah
36
a. Al-Qur’an Hadist
1) Meningkatkan kecintaan peserta didik terhadap Al-Qur’an dan
Hadis.
2) Membekal peserta didik dengan dall-dalil yang terdapat dalam
Al-Qur’an dan hadis sebagai pedoman dalam menyikapi dan
menghadapi kehidupan.
3) Menigkatkan pemahaman dan pengalaman isi kandungan Al-
Qur’an dan hadis yang dilandasi oleh dasar-dasar keilmuan
tentang Al-Qur’an dan Hadis.
b. Akidah akhlak
1) Menumbuh kembangkan akidah melalui pemberian, dan
pengembangan pengetahuan, penghayatan, pengamalan,
pembiasaan, serta pengalaman peserta didik tentang akidah
Islam sehingga menjadi muslim yang terus berkembang
keimanan dan ketakwaannya kepada Allah SWT.
2) Mewujudkan manusia Indonesia yang berakhlak mulia dan
menghindari akhlak tercela dalam kehidupan sehari-hari baik
dalam kehidupan individu maupun sosial, sebagai manifestasi
dari ajaran dan nilai-nilai akidah Islam.
c. Fikih
1) Mengetahui dan memahami prinsip-prinsip, kaidah-kaidah dan
tata cara pelaksanaan hukum Islam yang menyangkut aspek
37
ibadah maupun muamalah untuk dijadikan pedoman hidup
dalam kehidupan pribadi dan sosial.
2) Melaksanakan dan mengamallkan ketentuan hukum Islam
dengan benar dan baik, sebagai perwujudan dari ketaatan dalam
menjalankan ajaran agama Islam baik dalam hubungan manusia
dengan Allah SWT, dengan diri manusia itu sendiri, sesama
manusia, dan makhuk lainnya maupun hubungan dengan
lingkungannya.
d. Sejarah Kebudayaan Islam
1) Membangun kesadaran peserta didik tentang pentingnya
mempelajari landasan ajaran, nilai-nilai dan norma-norma
Islam yang telah dibangun oleh Rasulullah Saw, dalam rangka
mengembangkan kebudayaan dan peradapan Islam.
2) Membangun peserta didik tentang pentingnya waktu dan
tempat yang merupakan sebab proses dari masa lampau, masa
kini, dan masa depan.
3) Melatih daya kritis peserta didik untuk memahami fakta sejarah
secara benar dengan didasarkan pada pendekatan ilmiah.
4) Menumbuhkan apresiasi dan penghargaan peserta didik
terhadap peninggalan sejarah Islam sebagai bukti peradaban
umat Islam masa lampau.
Mengembangkan kemampuan peserta didik dalam mengambil
ibrah dari peristiwa-peristiwa bersejarah (Islam), meneladani tokoh-tokoh
38
berprestasi, dan mengaitkannya dengan fenomena sosial, budaya, politik,
ekonomi, iptek, dan seni dan lain-lain untuk mengembangkan Kebudayaan
dan Peradapan Islam.
C. Program sertifikasi
1. Pengertian sertifikasi
Sertifikasi guru adalah proses pemberian sertifikat pendidik
untuk guru yang telah memenuhi standar kompetensi guru. Sertifikasi
pendidik adalah bukti formal sebagai pengakuan yang diberikan
kepada guru sebagai tenaga professional. Sertifikat pendidik diberikan
kepada guru yang telah memenuhi 4 kompetensi guru (pedagogik,
profesional, kepribadian, dan sosial) (Damay, 2012:10).
Menurut Mulyasa Sertifikat pendidik adalah bukti formal
sebagai pengakuan yang diberikan kepada guru dan dosen sebagai
tenaga professional.
Dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 14 Tahun
2005 tentang Guru dan Dosen, dikemuakan bahwa sertifikasi adalah
proses pemberian sertifikat pendidik untuk guru dan dosen. Sedangkan
sertifikat pendidik adalah bukti formal sebagai pengakuan yang
diberikan kepada guru dan dosen sebagai tenaga professional
(Mulyasa, 2011:33).
Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa sertifikasi
adalah proses pemberian sertifikat pendidik sebagai bentuk
39
profesioalisme kerja guru yang telah memenuhi persyaratan yang telah
ditetapkan.
2. Tujuan dan Manfaat Sertifikasi
Menurut Damay (2012:15) sertifikasi guru adalah proses
pemberian sertifikat pendidik untuk guru yang telah memenuhi standar
kompetensi guru. Sertifikasi guru bertujuan untuk:
a. Menentukan kelayakan guru dalam melaksnakan tugas sebagai
agen pembelajaran dan mewujudkan tujuan pendidikan nasional.
b. Menigkatkan proses dan mutu hasil pendidikan.
c. Meningkatkan martabat guru.
d. Meningkatkan pofesionalitas guru.
e. Meningatkan kesejahteraan guru
Menurut Wibowo dalam Mulyasa (2007:35), bahwa sertifikasi
bertujuan untuk hal-hal sebagai berikut:
a. Melindungi profesi pendidik dan tenaga kependidikan.
b. Melindungi masyarakat dari praktik-praktik yang tidak kompeten,
sehingga merusak citra pendidik dan tenaga kependidikan.
c. Membantu dan melindungi lembaga penyeleggara pendidikan,
dengan menyediakan rambu-rambu dan instrument untuk
melakukan seleksi terhadap pelamar yang kompeten.
d. Membangun citra masyarakat terhadap profesi pendidik dan tenaga
kependidikan.
40
e. Memberikan solusi dalam rangka meningkatkan mutu pendidik dan
tenaga kependidikan.
Lebih lanjut dikemukakan bahwa sertifikasi pendidik dan
tenaga kependidikan mempunyai manfaat sebagai berikut:
a. Pengawasan Mutu
1) Lembaga sertifikasi yang telah mengidentifikasi dan
menentukan seperangkat kompetensi yang bersifat unik
2) Untuk setiap jenis profesi dapat mengarahkan para praktisi
untuk mengembangkan tingkat kompetensinya secara
berkelanjutan.
3) Peningkatan profesionalisme melalui mekanisme seleksi, baik
pada waktu awal masuk organisasi profesi maupun
pengembangan karir selanjutnya.
4) Proses seleksi yang lebih baik, program pelatihan yang lebih
bermutu maupun usaha belajar secara mandiri unuk mencapai
peningkatan profesionalisme.
b. Penjamin Mutu
1) Adanya proses pengembangan profesionalisme dan evaluasi
terhadap kinerja paktisi akan menimbulkan persepsi
masyarakat dan pemerintah menjadi lebih baik terhadap
oganisasi profesi beserta anggotanya. Degan demikian pihak
berkepentingan khususnya para pelanggan/pengguna akan
makin menghargai organisasi profesi dan sebaliknya organisasi
41
profesi dapat memberikan jaminan atau melindungi para
pelanggan/pengguna.
2) Sertifikasi menyediakan informasi yang berharga bagi para
pelanggan/pengguna yang ingin mempekerjakan orang dalam
bidang keahlian dan keterampilan tertentu.
Sertifikasi guru bermaanfaat untuk melindungi profesi guru dari
praktik-praktik yang tidak kompeten, yang dapat merusak citra profesi
guru, melindungi masyarakat dari praktik–praktik pendidikan yang
tidak berkualias, dan tidak professional serta meningkatkan
kesejahteraan guru (Mahanani, 2011:66).
3. Dasar Hukum Sertifikasi Guru
Dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 14 Tahun
2005 tentang guru dan dosen sebagai berikut:
a. Pasal 1 butir 11 : sertifikasi adalah proses pemberian sertifikat
pendidik kepada guru dan dosen.
b. Pasal 8 : guru wajib memiliki kualifikasi akademik, kompetensi,
sertifikat pendidik, sehat jasmani dan rohani, serta memiliki
kemampuan untuk mewujudkan pendidikan nasional.
c. Pasal 11 butir 1 : sertifikat pendidik sebagaimana dalam pasal 8
diberikan kepada guru yang telah memenuhi persyaratan.
d. Pasal 16 : guru yang memiliki setifikat pendidik memperoleh
tunjangan profesi sebesar satu kali gaji, guru negeri maupun swasta
dibayar pemerintah.
42
Dalam Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik
Indonesia Nomor 18 Tahun 2007 tentang sertifikasi guru dalam jabatan
dan standar kualifikasi akademik dan kompetensi guru berikut ini:
Pasal 1 ayat
1) Sertifikasi bagi guru dalam jabatan adalah proses pemberian
sertifikat pendidik untuk guru dalam jabatan.
2) Sertifikasi yang dimaksud pada ayat (1) dapat diikuti oleh guru
dalam jabatan yang telah memilki kualifikasi akademik sarjana
(S1) atau diploma IV (D-IV).
3) Sertifikasi Bagi Guru Dalam Jabatan sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) diselenggarakan oleh perguruan tinggi yang
menyelenggarakan progam pengadaan tenaga pendidikan yang
terakreditasi dan ditetapkan oleh menteri pendidikan nasional.
Pasal 2 ayat
1) Sertifikasi guru dalam jabatan dilaksanakan melalui uji
/kompetensi untuk memperoleh sertifikat pendidik.
2) Uji kompetensi sebagaimana yang telah dimaksud pada ayat (1)
dilakukan dalam bentuk penilaian portofolio.
3) Penilaian portofolio sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
merupakan pengakuan atas pengalaman profesional guru dalam
bentuk penilaian terhadap kumpulan dokumen yang
mendeskripsikan :
a. Kualifikasi akademik
43
b. Pendidikan dan pelatihan
c. Pengalaman mengajar
d. Merencanakan dan pelaksanaan pembelajaran
e. Penilaian dari atasan dan pengawas
f. Prestasi akademik
g. Karya pengembangan profesi
h. Keikutsertaan dalam forum ilmiah
i. Pengalaman organisasi di bidang kependidikan dan sosial
j. Penghargaan yang relevan dengan bidang pendidikan
4) Guru dalam jabatan yang lulus penilaian portofolio
sebagaimana dimaksud pada ayat (2) mendapat sertifikat
pendidik.
5) Guru dalam jabatan yang tidak lulus penilaian portofolio dapat:
a. Melakukan kegiatan-kegiatan untuk melengkapi dokumen
portofolio agar mencapai nilai lulus; atau
b. Mengikuti pendidikan dan pelatihan profesi guru yang
diakhiri dengan ujian, Sesuai persyaratan yang ditentukan
oleh perguruan tinggi penyelenggara sertifikasi.
c. Ujian sebagaimana dimaksud pada ayat (5) huruf b
mencakup kompetensi pendagogik, kepribadian, sosial, dan
profesional.
44
d. Guru dalam jabatan yang lulus pendidikan dan pelatihan
profesi guru sebagaimana dimaksud pada ayat (5) huruf b
mendapat sertifikat pendidik.
e. Guru dalam jabatan yang belum lulus pendidikan dan
pelatihan profesi guru sebagaimana dimaksud pada ayat (5)
huruf b diberi kesempatan untuk mengulang ujian materi
dan pelatihan yang belum lulus.
Pasal 3 ayat
1) Perguruan tinggi penyelenggara setifikasi bagi guru dalam
jabatan memberi nomor pokok mahasiswa peserta setifikasi.
2) Perguruan tinggi penyelenggara setifikasi bagi guru dalam
jabatan wajib melaporkan setiap perubahan berkenaan dengan
mahasiswa peserta sertifikasi kepada direktur jendral
pendidikan tinggi.
3) Perguruan tinggi penyelenggara sertifikasi bagi guru dalam
jabatan wajib melaporkan guru dalam jabatan yang sudah
mendapat setifikat pendidik kepada direktur jenderal
peningkatan mutu pendidik dan tenaga kependidikan (PMPTK)
untuk memperoleh nomor registrasi guru.
Pasal 4 ayat
1) Menteri pendidikan nasional menetapkan jumlah kuota peserta
sertifikasi bagi guru dalam jabatan setiap tahun.
45
2) Pemerintah dan pemerintah daerah sesuai dengan
kewenanganya menentukan peserta sertifiksi bagiguru dalam
jabatan setiap tahun.
3) Penentuan peserta sertifikasi sebagaimana dimaksud pada ayat
(2) berpedoman pada kriteria yang ditetapkan oleh direktur
jenderal PMPTK
Pasal 5 : Dalam melaksanakan setifikasi guru dalam jabatan mengacu
pada pedoman setifikasi guru dalam jabatan yan ditetapkan direktur
jenderal pendidikan tinggi.
Pasal 6 ayat
1) Guru pegawai negeri sipil yang diangkat oleh pemerintah
daerah yang telah memilki sertifikat pendidik, nomor registrasi
guru dari Departemen Pendidikan Nasional, dan melaksanakan
beban kerja guru sekurangkurangnya 24 (dua puluh empat) jam
tatap muka dalam satu minggu berhak atas tunjangan profesi
pendidik sebesar satu kali gaji pokok yang dibayarkan melalui
dana alokasi umum terhitung mulai bulan januari pada tahun
berikutnya setelah memperoleh sertifikat pendidik.
2) Guru pegawai negeri sipil yang diangkat oleh pemerintah yang
telah memiliki sertifikat pendidik, nomor registrasi guru dari
departemen pendidikan nasional, dan melaksanakan beban
kerja guru sekurangkurangnya 24 (dua puluh empat) jam tatap
muka dalam satu minggu berhak atas tunjangan profesi
46
pendidik sebesar satu kali gaji pokok yang dibayarkan melalui
APBN terhitung mulai bulan januari pada tahun berikutnya
setelah memperoleh sertifikat pendidik.
3) Guru non pegawai negeri sipil yang diangkat oleh Badan
Hukum Penyelenggara Pendidikan yang telah memiliki
sertifikat pendidik, nomor registrasi guru dari Departemen
Pendidikan Nasional, dan melaksanakan badan kerja guru
sekurang-kurangnya 24 (dua puluh empat) jam tatap muka
dalam satu minggu berhak atas tunjangan profesi pendidik
setara dengan satu kali gaji pokok guru pegawai negeri sipil
yang dibayarkan melalui dana dekonsentrasi terhitung mulai
bulan januari pada tahun berikutnya setelah memperoleh
sertifikat pendidik.
4) Guru yang melaksanakan beban kerja di luar ketentuan
sebagaimana dimaksud pada ayat (1), ayat (2), dan ayat (3)
memperoleh tunjangan profesi setelah mendapat persetujuan
tertulis dari Menteri Pendidikan Nasional atau pejabat yang
ditunjuk.
Pasal 7 : Guru yang terdaftar sebagai calon peserta sertifikasi guru
pada tahun 2006 dan telah memilki sertifikat pendidik dan nomor
registrasi guru dari Departemen Pendidikan Nasional sebelum Oktober
2007 memperoleh tunjangan profesi pendidik terhitung mulai 1
Oktober 2007
47
4. Proses pelaksanan program sertifikasi
a. Proses mendapatkan sertifikasi
Program sertifikasi bagi guru dalam jabatan diperuntukan
bagi guru yang telah ada, baik guru negeri maupun swasta yang
belum memiliki sertifikat profesi guru. Program sertifikasi ini
dapat diikuti di perguruan tinggi yang memiliki program
pengadaan tenaga kependidikan yang terakreditasi dan ditetapkan
oleh pemerintah.
Dalam program sertifikasi guru dalam jabatan ini, dalam
Farida (2008:25) menyatakan sertifikat guru dapat diperoleh
melalui :
1) Proses pendidikan profesi terlebih dahulu yang dilanjutkan
dengan uji sertifikasi (bila lulus dalam uji sertifikasi).
2) Uji sertifikasi langsung sebagai bentuk pengakuan kompetensi
keprofesian guru sebagai agen pembelajaran oleh perguruan
tinggi terakreditasi yang ditetapkan oleh pemerintah (bila lulus
dalam uji sertifikasi).
b. Pelaksanaan sertifikasi
Pelaksanaan setifikasi dapat dipilah menjadi dua, yaitu tes
dan non tes. Komponen tes meliputi tes tulis dan tes kompetensi,
sedangkan komponen non tes meliputi: self appraisal, portofolio
dan penilaian atasan. Tes tulis dilakanakan serentak di seluruh
Indonesia, sedangkan tes kompetensi dilaksanakan sesudah tes tulis
48
dan diselenggarakan di sekolah tempat peserta mengajar atau
sekolah lain yang ditunjuk (real theaching). Waktu pelaksanaan tes
kompetensi diatur oleh dinas pendidikan kab/kota dan LPTK
penyelenggaraan.
49
BAB III
PAPARAN DATA DAN TEMUAN PENELITIAN
A. Paparan Data MAN Salatiga
1. Identitas Madrasah
a. Nama Madrasah : Madrasah Aliyah Negeri Salatiga
b. Terakreditasi : A
c. Alamat :
1) Jalan : KH. Wahid Hasim No. 12 Salatiga
2) No. Telepon : (0298) 323031
3) Desa Kelurahan : Sidorejo Lor
4) Kecamatan : Sidorejo
5) Kabupaten/Kota : Salatiga
6) Kode Pos : 50714
d. Status Madrasah : Negeri
e. Didirikan (Swasta) PGA : Tahun 1953
f. Diresmikan (Negeri) MAN : Tahun 1990
2. Sejarah Singkat MAN Salatiga
a. Riwayat sekolah
Madrasah Aliyah Negeri Salatiga merupakan sekolah yang
berasal dari Pendidikan Guru Agama (PGAN), kemudian pada tahun
1990 berdasarkan Keputusan Menteri Agama Republik Indonesia
Nomor 64/1990 berubah setatus menjadi Madrasah Aliyah
Negeri(MAN) Salatiga. Berdiri di wilayah Salatiga dengan luas tanah
50
2. 882 m² hak milik Nomor 49, dengan luas bangunan 5. 113 m² di
jalan K.H. Wahid Hasyim Nomor 12 Telp. (0298) 323031.
Dalam menghadapi persaingan yang semakin ketat dengan
sekolah umum, pihak manajemen MAN Salatiga harus menciptakan
program pendidikan dengan bertujuan meningkatkan pelayanan
kepada pihak stakeholders.
Sesuai dengan penerapan kurikulum baru yaitu Kurikulum
2013 yang menggunakan pendekatan scientific dimana siswa dituntut
lebih aktif, MAN Salatiga sebagai lembaga pendidikan formal yang
berkomitmen menyelenggarakan pendidikan serta latihan sebagai
pemenuhan kebutuhaan pasar kerja dengan membantu sumber daya
manusia yang berakhlak mulia, unggul, berbudaya, sekaligs mandiri,
dan berwawasan ke depan.
b. Pimpinan Sekolah
Berdirinya Madrasah Aliyah Negeri (MAN) tidak bisa
dilepaskan dari sekolah yang ada sebelumnya. Dimana sebelum
menjadi MAN, lembaga pendidikan ini pada tahun 1950 merupakan
Sekolah Guru Agama Islam (SGAI). Dalam perkembangannya
Sekolah Guru Agama Islam ini juga mengalami perubahan-perubahan
nama sesuai dengan kebijakan Pemerintah, yang akhirnya berubah
menjadi MAN Salatiga. Pimpinan sekolah yang bertugas di MAN
Salatiga dari tahun ke tahun adalah :
1) R. Soemarsono 1950 – 1955
51
2) R. Soetono 1955 – 1958
3) H. Amin Syahri 1958 – 1963
4) R. Soemlan Notoraharja, SH 1963 – 1968
5) H. Sofyan Ahmadi, BA 1968 – 1981
6) H. Marsudi 1981 – 1985
7) H. Abdul Jabar 1985 – 1991
Perpindahan PGAN ke MAN (1990)
8) H. Djumadi, BA 1991 – 1996
9) Drs. H. Qowaid 1996 – 1999
10) Drs. H. Hadis 1999 – 2002
11) Drs. H. Suharto 2002 – 2003
12) Drs. H. Sjatibi 2003 – 2005
13) Drs. H. Cholid Trenggono, M.Pd. 2005 – 2007
14) Dr. H. Badaruddin, M. Ag 2007 – 2010
15) Drs. Sudar, M. Ag 2011 – 2016
16) Handono, S. Ag, M. Pd 2016 - Sekarang
3. Visi dan Misi
a. Visi MAN Salatiga
“UNGGUL DALAM PRESTASI, BERAKHLAKUL KARIMAH
DAN TERAMPIL”
Dengan Indikator sebagai berikut :
1) Unggul Dalam Prestasi
a) Naik kelas 100% secara normatif
52
b) Lulus Ujian Madrasah dan Ujian Akhir Madrasah Berstandar
Nasional 100 % dengan peningkatan nilai rata-rata peserta
didik menjadi 7,50.
c) Lulus Ujian Nasional 100 %, dengan nilai rata-rata 7,50.
d) Seluruh lulusan dapat melanjutkan ke jenjang pendidikan yang
lebih tinggi atau bekerja/berwirausaha sesuai bakat dan
keterampilannya dengan minimal 30 % diterima di perguruan
tinggi favorit.
e) Unggul dalam lomba mapel/olimpiade sains sampai tingkat
nasional.
f) Unggul dalam berbagai lomba keagamaan sampai tingkat
nasional.
g) Unggul dalam berbagai lomba olah raga sampai tingkat
nasional.
h) Unggul dalam berbagai lomba seni sampai tingkat nasional
i) Unggul dalam berbagai lomba KIR, debat dan pidato sampai
tingkat nasional.
j) Terwujudnya lingkungan madrasah bersih, indah, rapi, sejuk,
nyaman, dan sehat.
k) Mampu membaca Al Qur’an dengan fasih dan menulis huruf
arab dengan benar.
l) Hafal beberapa juz Al Qur’an, minimal hafal juz ama dan doa-
doa harian
53
2) Berakhlakul Karimah
a) Unggul dalam iman dan taqwa.
b) Menjalankan ibadah wajib dengan benar.
c) Menjalankan sholat lima waktu dengan berjamaah.
d) Tertanamnya pembiasaan akhlakul karimah pada warga
madrasah.
e) Mengucapkan salam dan berjabat tangan dengan sesama.
f) Menghargai, menghormati, menyayangi dan suka menolong
sesama.
g) Demokratis, jujur, disiplin, sportif, bertanggungjawab dan
percaya diri.
h) Menjaga sopan santun dan berbudi pekerti luhur.
i) Mentaati peraturan yang berlaku
3) Terampil
a) Terampil berbahasa Arab, Inggris, Jepang dan Jawa.
b) Unggul dan terampil dalam aplikasi komputer dan internet.
c) Terampil dalam memperbaiki mesin otomotif khususnya
sepeda motor.
d) Terampil dalam menjahit dan mendesain busana.
e) Memiliki semangat kewirausahaan/entepreunership dalam
bidang tata busana, otomotif atau teknologi informasi.
f) Memiliki ketrampilan dibidang kepramukaan, olahraga, seni
dan agama sesuai bakat dan minat
54
b. Misi MAN Salatiga
1) Menyelenggarakan pendidikan yang berkualitas sehingga setiap
peserta didik berkembang secara optimal sesuai dengan
potensinya dalam pencapaian prestasi akademik dan non
akademik.
2) Mewujudkan pembelajaran dan pembiasaan dalam mempelajari
ilmu agama, ilmu pengetahuan, dan teknologi dengan
menciptakan lingkungan yang Islami di madrasah.
3) Menumbuhkembangkan akhlakul karimah pada seluruh warga
madrasah.
4) Menyelenggarakan pembinaan pengembangan diri dan pelatihan
keterampilan untuk menumbuhkembangkan minat, bakat dan
ketrampilan peserta didik.
4. Sarana Prasarana
Luas areal seluruhnya 5.113 m2. Luas bangunan 2.882 m
2, 2 blok
gedung berlantai 3 luas 864 m², 3 blok gedung berlantai 2 luas 2.160 m²,
1 blok gedung berlantai 1 luas 196 m², luas lapangan olahraga 420 m2
dan luas halaman parkir 250 m2.
Tabel I
Sarana Prasarana
No Ruang/Alat Jumlah Luas
(m2)
Kondisi
Baik Rusak
1. Teori/Kelas 32 V
55
2. Laboratorium
a. Fisika 1 72 V
b. Biologi 1 72 V
c. Kimia 1 72 V
d. Komputer 2 144 V
e. Bahasa 1 64 V
f. Multimedia 1 126
3. Kesenian 1 48 V
4. Perpustakaan 1 96 V
5. Keterampilan
Otomotif 1 72 V
6. Kepala Sekolah 1 56 V
7. Guru 2 140 V
8. Mushola 1 144 V
9. UKS 1 72 V
10. Toilet/WC Guru 2 16 V
11. Toilet/WC Siswa 10 70 V
12. Tata Usaha 1 80 V
13. Konseling 1 72 V
14. OSIS 1 24 V
56
15. Komite 1 16 V
16. Kantin 1 72 V
5. Data Ketenagaan dan Siswa
a. Data pendidik dan tenga pendidik
Jumlah seluruh personil sekolah ada sebanyak 93 orang, terdiri
atas guru 71 orang, karyawan tata usaha 18 orang, dan satpam 4
orang
Tabel II Guru
Ijazah
Terakhir
Jumlah
Guru
Negeri
(PNS)
Guru
Tetap
(GT)
Guru Tidak
Tetap
(GTT)
Seluruhnya
S2 13 - - 13
S1 46 - 13 59
D3 - - - -
D2 - - - -
D1 - - - -
Jumlah 59 - 13 72
57
Tabel III
Pegawai tata usaha
Ijazah
Terakhir
Jumlah
Pegawai
Negeri
(PNS)
Pegawai
Tetap
(GT)
Pegawai
Tidak
Tetap
(GTT)
Seluruhn
ya
S2 1 - - 1
S1 1 - 2 3
D3 - - 1 1
D2 - - - -
D1 - - - -
SMA/SMK 4 - 5 9
SMP/MTs 1 - 1 2
SD/MI - - 2 2
Jumlah 7 - 11 18
b. Keadaan peserta didik
Dari jumlah peserta didik total 1195 40 % berasal dari MTs dan
60% dari SMP Negeri maupun swasta. Dan 80 % berasal dari luar
kota Salatiga, kelas X berjumlah 427, kelas XI berjumlah 413, kelas
XII berjumlah 355.
Tabel IV
Daftar Siswa Tahun Ajaran 2016/2017
No. Kelas Jenis kelamin Jumlah
Laki-laki Perempuan
1. X IIB 6 32 38
X IIK 15 22 40
X IPS 68 119 187
58
X MIPA 39 123 165
KELAS X 128 299 427
2. XI IIB 10 30 40
XI IIK 15 23 38
XI IPS 53 126 179
XI MIPA 40 116 156
KELAS XI 118 295 413
3. XII IIB 7 29 36
XII IIK 15 24 39
XII IPS 44 93 137
XII MIPA 50 93 143
KELAS XII 116 239 355
TOTAL 362 833 1195
6. Ekstrakurikuler, dan Prestasi Sekolah
Kegiatan ekstrakurikuler adalah wadah yang digunakan sekolah
untuk menampung bakat dan minat siswa agar lebih terarah pada hal
yang lebih positif. Adapun ekstrakurikuler yang ada di MAN Salatiga
yaitu: Olah Raga (Bola Voli, Basket, Futsal, Bulu Tangkis, Pencak
Silat), Seni (Seni Musik, Seni Tari, Teater, Rebana), Qiro’ah, Pramuka,
Mading, Paskibra, PMR, SKI, Tahfidz Al-Qur’an,
Tabel V
Prestasi yang telah diraih MAN Salatiga 2 Tahun Terakhir
59
Tahun Kejuaraan Prestasi Tingkat
2015 Lomba Mapel Tingkat MA
Mata Pelajaran Ekonomi
Juara I Kota Salatiga
2015 Lomba Mapel Tingkat MA
Mata Pelajaran Geografi
Juara I Kota Salatiga
2015 Lomba Konsep Usaha Fun
Ecopreneur Challenge
Tingkat SMA/SMK
Juara III Jateng dan
DIY
2015 Lomba Cerdas Cermat
Ekonomi Tingkat SMA/
SMK Se Jateng dan DIY
Juara II Jateng dan
DIY
2015 Lomba PMR Tingkat
SMA/SMK Se Jateng dan
DIY
Juara II Jateng dan
DIY
2015 Lomba Mading Tingkat
SMA/SMK Se Jateng dan
DIY
Juara III Jateng dan
DIY
2015 Lomba Poster Tingkat
SMA/SMK Se Jateng dan
DIY
Juara III Jateng dan
DIY
2015 DINUS Vestival Tingkat
SMA/SMK Se Jateng dan
DIY
Juara Umum Jateng dan
DIY
2015 Lomba Pidato Bahasa Jawa
dalam rangka memperingati
hari Anti Korupsi
Internasional
Juara II Kota Salatiga
2016 Musabaqoh Tilawatil
Qur’an (MTQ) Tingkat
SLTA Cabang Tilawah se
Kota Salatiga
Juara II Kota Salatiga
2016 Musabaqoh Tilawatil
Qur’an (MTQ) Tingkat
Juara II Kota Salatiga
60
SLTA Cabang Tartil Se
Kota Salatiga
2016 Lomba Ketrampilan &
Ketangkasan (LKK XXI)
Pramuka se Kabupaten
Semarang dan Kota
Salatiga
Juara I 3 R
(Reduce,
Reuse dan
Recycle)
Putra
Juara I 3 R
(Reduce,
Reuse dan
Recycle)
Putri
Juara I PBT
(Pasang
Bongkat
Tenda)
Juara III
Halang
Rintang
Juara Favorit
LKK XXI
Kabupaten
dan Kota
Salatiga
2016 Lomba Kaligrafi Tingkat
SMA / MA se Jawa Tengah
Juara I Jawa Tengah
2016 Lomba Band/Nasyid
tingkat SMA / MA se Jawa
Tengah
Juara III Jawa Tengah
2016 Lomba Cerdas Cermat
Islam Tingkat SMA / MA
se Jawa Tengah
Juara III Jawa Tengah
61
B. Temuan Penelitian
1. Professionalisme Guru Setelah Sertifikasi
Temuan penelitian yang ada di lapangan menunjukkan bahwa
profesionalisme guru rumpun PAI ada beberapa aspek kompetensi:
a. Kompetensi pedagogik
1) Perencanaan Pembelajaran
Berdasarkan hasil Observasi bahwa, guru rumpun mapel
PAI di MAN Salatiga sebelum melakukan proses pembelajaran
guru terlebih dulu membuat Rencana Pelaksanaan Pembelajaran
(RPP), yang disusun sesuai dengan kompetensi yang ingin
dicapai dalam silabus. Silabus disusun dan dikembangkan
setiap tahun secara bersama guru-guru melalui MGMP
(Musyawarah Guru Mata Pelajaran).
JM berpendapat bahwa:
“Dalam perencanaan pembelajaran guru rumpun mapel
PAI, menyiapkan RPP yang mencakup prinsip: indentitas mata
pelajaran, Standar Kompetensi (SK), tujuan pembelajaran,
bahan mengajar, alokasi waktu, metode belajar, dan
evaluasi.(W/G/JM/28-02-2017/09.02WIB).
Hasil wawancara tersebut selaras dengan hasil observasi
pada guru rumpun PAI yang lain pada tanggal 01 Maret 2017
bahwa RPP yang dibuat berdasarka pada prinsip: indentitas mata
pelajaran, Standar Kompetensi (SK), tujuan pembelajaran,
bahan mengajar, alokasi waktu, metode belajar, dan evaluasi
2) Pelaksanaan Pembelajaran
62
Berdasarkan hasil observasi kepada guru SF dan SY
peneliti mendapakan beberapa data, yaitu; dalam proses
pembelajaran, guru melakukan pre test sebelum pembelajaran
dimulai. Pre test dilakukan untuk memberikan gambaran kepada
siswa tentang materi yang disampaikan sebelumya untuk
mereview kembali atau mengingatkan siswa tentang materi
sebelumnya. Melalui tanya jawab secara langsung dengan
peserta didik.
Ketika peneliti mengajukan pertanyaan terkait metode,
media, dan reverensi untuk menunjang pembelajaran rumpun
PAI, beberapa narasumber mengungkapkan.
“Metode yang digunakan jiksaw, short card,
penugasan secara mandiri maupun kelompok. Metodenya
menyesuaikan dengan materi pembelajaran, apabila ada
praktek anak-anak langsung praktek kedepan kelas.
Misalnya: perawatan jenazah dari mulai memandikan
sampai mengkafani dengan menggunakan boneka
peraga”(W/G/TM/28-02-2017/10.23 WIB).
Hal yang sama juga diakui JM.
“Menggunakan Kurikulum 2013 dan media yang
digunakan yaitu karton, kertas hvs, LCD sedangkan untuk
metodenya diskusi, wawancara, serta penugasan secara
mandiri dan kelompok”(W/G/JM/28-02-2017/09.02WIB).
“Banyak metodenya, tetapi metode diskusi yang
lebih cocok untuk Kurikulum 2013, medianya apa yang
disediakan sekolah, karena perpustakaan sekolah sudah
lengkap ”(W/G/SF/01-03-2017/12.48WIB).
Terkait reverensi yang digunakan untuk menunjang
pembelajaran PAI SY menyatakan:
63
“Karena di MAN menggunakan Kurikulum 2013
jadi yang digunakan buku Kurikulum 2013, dan
menggunakan buku penunjang lain, yang tidak ada
dalam materi maka kita menggunakan media atau bahan
ajar dari internet karena di MAN Salatiga Free
hotspot”(W/G/SY/01-03-2017/14.53WIB).
TM selaku guru Fikih di MAN Salatiga mengemukakan:
“Untuk pembelajaran Fiqih di MAN Salatiga
lebih ke fikih kontemporer seperti Imam Madzhab, jadi
kita lebih banyak menggunakan buku fikih
kontemporer”(W/G/TM/28-02-2017/10.23WIB).
JM mengungkapkan reverensi yang digunakan.
“Dari segi kepustakaan sudah menyediakan buku-
buku penunjang sehingga anak dapat belajar sesuai
dengan materi yang diajarkan, baik buku pegangan guru
maupun buku pegangan siswa. Karena PAI di MAN
Salatiga tidak hanya satu mapel, maka saya
membutuhkan beberapa buku selama buku tersebut
sesuai dengan silabus Kurikulum 2013, namun
setandarnya kami menggunakan buku-buku keluaran
Kementrian Agama ”(W/G/JM/28-03-2017/09.02WIB).
Setelah melakukan kegiatan pembelajaran guru juga
melaksanakan post test untuk mengetahui sejauh mana siswa
paham terhadap materi yang diajarkan pada hari itu.
3) Evaluasi Hasil Belajar
Evaluasi hasil belajar dilakukan untuk mengetahui
perubahan perilaku dan kompetensi pendidik, berupa:
Penilaian kelas yang dilakukan berupa ulangan harian
yang terdiri dari soal-soal yang harus dikerjakan oleh siswa
hampir setiap selesai proses pembelajara. Ulangan harian
dilakukan untuk memperbaiki program pembelajaran, dan
64
sebagai bahan pertimbangan dalam memberikan nilai pada
siswa.
Selain penilaian kelas guru rumpun mata pelajaran PAI
di MAN Salatiga juga melakukan ulangan umum yang
dilakukan bersamaan dengan kelas lain, berupa UTS, UAS.
Sedangkan untuk ujian akhir dilakukan setiap akhir program
semester dan tahun pelajaran. Hasil ujian akhir biasanya
digunakan untuk menentukan kelulusan siswa, dan layak
tidaknya untuk melanjutkannya kejenjang selanjutnya.
b. Kompetensi Kepribadian
Guru rumpun PAI MAN Salatiga memilliki kepribadian yang
baik, baik kepada sesama guru, peserta didik, maupun atasannya.
Kepribadian baik guru juga diungkapkan UF selaku guru ekonomi:
“ Guru mata pelajaran PAI disini itu memiliki
kepribadian yang baik, disiplin dalam bekerja, datang tepat
pada waktunya, datang kekelas juga tepat waktu, jarang
ijin, kalau tidak benar-benar sakit”(W/G/UF/21-03-
2017/12.03WIB)
Dari cara berpakaian guru juga rapi dan sopan, semua guru
mata pelajaran PAI disiplin saat melakukan tugas mengajarnya,
baik saat perencanaan maupun saat didalam kelas.
c. Kompetensi professional
Berdasarkan hasil observasi pada saat proses
pembelajaran, bahwa guru rumpun mapel PAI pada saat
menjelaskan materi pembelajaran diberkan contoh setiap selesai
65
menjelakan, guru mendorong siswa untuk aktif didalam kelas dengan
mengajukan beberapa pertanyaan kepada siswa. Guru menggunakan
waktu selang dengan cara memberi kesempatan kepada siswa yang
belum paham untuk menanyakannya kepada guru. Memberi bantuan
kepada siswa yang mengalami kesulitan belajar Setelah selesai
pembelajaran guru meinjau kembali materi yang sudah disampaikan
kepada siswa(O/G/SF/01-03-2017/13.05WIB).
d. Kompetensi sosial
Kompetensi sosial yang dimiliki guru MAN Salatiga
bagaimana cara bersosialisasi, utuk guru rumpun mapel PAI
memiliki kompetensi sosial yang baik, guru mampu bersosialisasi
dengan peserta didik, teman sesama guru, dan atasannya. Menurut
siswa YS ada sebagian guru yang bisa bergaul dengan siswa untuk
mengetahui persoalannya dalam proses pembelajaran dan sebisa
mungkin memberikan solusi kepada siswa.
2. Upaya Pembinan profesionaisme guru setelah sertifikasi
Hasil wawancara yang dilakukan oleh peneliti mengenai upaya
yang dilakukan pihak sekolah dalam pembinaan profesionalisme guru
setelah sertifikasi yaitu:
b. Inservice Training
Dari Penelitian di MAN Salatiga peneiti mendapatkan temuan
mengenai upaya pembinaan Inservice Training (Pelatihan Guru)
Upaya pengembangan banyak, yang paling sering itu
pelatihan yang berkaitan dengan pembuatan perangkat
66
pembelajaran, RPP, penilaian. Sehingga dengan adanya
pelatihan itu pembelajaran akan menjadi lebih baik, dan
aktualisasi kepada siswa lebih baik lagi”(W/G/TM/28-02-
2017/10.23WIB).
Senada dengan pertanyaan diatas, JM mengungkapkan.
“Sementara ini di MAN Salatiga hampir setiap tahun
mengadakan peningkatan mutu dari sisi profesionalisme guru
baik dari sisi teknis penilaian, teknis penggunaan materi
pembelajaran, aplikasinya kepada siswa dengan cara
bekerjasama dengan Kementrian Agama yang ada di Semarang.
Dengan cara mengadakan semacam workshop peningkatan
kinerja, penilaian, dan aplikasi dari penerapan kurikulum
2013”(W/G/JM/28-02-2017/09.02WIB).
Sedangkan menurut SY.
“Pembinaannya berupa Diklat ditempat kerja ataupun
dilaksanakan di Kementrian Agama, yang dilaksanakan oleh
pihak kantor yang bekerjasama dengan pihak Kementrian
Agama. Semua guru diwajibkan ikut selama ada surat tugas dari
unit kerja”(W/G/SY/01-03-2017/14.53WIB).
Menurut HN selaku Kepala Sekolah, sebagai berikut:
“Setiap ada workshop, diklat, kita memberi kesempatan ,
walaupun dalam atau secara jumlah gurunya banyak jadi tidak
bisa semuanya dapat kesempatan diklat setiap tahun karena
menyangkut aggaran, tetapi kini madrasah sudah melakukan
kegiatan-kegiatan terhadap peningkatan kualitas guru semacam
workshop, dan diklat tapi yang mengadakan pihak sekolah
minimal semester sekali”(W/KS/HN/02-03-2017/10.09WIB)
Lebih lanjut HN menambahkan bahwa:
“Untuk penyelenggaraan workshop, seminar pendidikan,
diklat. Pihak sekolah bekerjasama dengan pemerintah (Kantor
Balai Diklat Keagamaan Semarang) narasumbernya dari
widyaswara, termasuk narasumber lain yang diambil dari pakar-
pakar pendidikan, dan dosen”(W/KS/HN/02-03-2017/
10.09WIB)
c. On The Job Training
67
Menurut HN Kepala Sekolah upaya pembinaan On The Job
Training (Pembinaan dalam jabatan) yang dilakukan, adalah:
“Pengawasan atau monitoring didalam Bapak/Ibu guru
ketika melaksanakan pembelajarran kita lakukan pengawasan
sekaligus dilakukan supervisi dikelas secara terjadwal dalam 1
semester sekali. Disamping supervisi pembelajaran dikelas, juga
supervisi dari segi administrasi guru. Jadi saya hadir dikelas
ketika Bapak/Ibu mengajar, jadi mengamati langsung setelah itu
kemudian dilakukan penilaian-penilaian terhadap pembelajaran
yang dilkukan Bapak/Ibu guru”(W/KS/HN/02-03-
2017/10.09WIB).
3. Kendala yang dihadapi dalam upaya pembinaan profesionalisme guru dan
cara mengatasinya.
d. Kendala yang dihadapi dalam upaya pembinaan profesionalisme guru
setelah sertifikasi.
Menurut HN selaku Kepala Sekolah kendala yang dihadapi
dalam upaya pembinaan profesionalisme guru setelah sertifikasi,
“Dari sisi materi, narasumber, dan pembiayaan tidak ada
masalah, cuma waktu untuk melaksanakan pembinaan yang
kadang tidak pas karena kegiatan Bapak/ Ibu guru sudah sangat
padat. Beban mengajar 24jam kalau berhadapan dengan anak
sudah menyita waktu yang sangat banyak, dan masih ada guru-
guru yang diberikan beban tugas tambahan yang lain, ada wali
kelas, Pembina ekstra, waka, dan lainnya”(W/KS/HN/02-03-
2017/10.09WIB).
Senada dengan pertanyaan diatas, KS mengungkapkan.
“Karena waktu kita terbatas, misalnya seminar atau
workshop itukan pelaksanaannya harus jam efektif. Bapak/ Ibu
guru harus meninggalkan tugas mengajar, disisi lain harus
melakukan pengembangan”(W/WK/KS/01-03-2017/09.04WIB).
Sedangkan menurut JM selaku guru mengemukakan.
“Karena program serifikasi memiliki konsekuensi bagi
penerimanya dengan teknis yang diberikan pemerintah. Kita
68
harus mengerti teknis mengajar sesuai dengaan SOP yang
berlaku, yang bisa menjadi kendala pada teknis penilaian karena
setiap madrasah berbeda, dan dari kanwil tidak ada standar
penilaian yang tetap. Selain itu diberlakukannya kurikulum 2013
ada beberapa sisi kelemahan dalam pemberdayaan buku-buku
yang masih belum bisa memenuhi semua siswa yang ada di
MAN Salatiga”(W/G/JM/28-02-2017/09.02WIB).
e. Cara mengatasi kendala dalam pembinaan profesionalisme guru
setelah sertifikasi.
Menurut HN selaku Kepala Sekolah cara mengatasi
kendalanya, sebagai berikut:
“Untuk mengatasi kendala itu, tetap dicarikan waktu,
misalnya waktu sore, namun tidak secara rutin.”(W/KS/HN/02-
03-2017/10.09WIB).
“Cara mengatasinya dengan cara pembagian tugas
mungkin ada guru yang ikut pembinaan dan sebagian harus ada
yang mengganti dikelas”(W/WK/KS/01-03-2017/09.04WIB).
JM selaku guru pendidikan agama islam mengungkapkan
bahwa:
“Sementara ini dalam admnstrasi kurikulum 201 semua guru
diwajibkan mempunyai catatan hambatan teknis/ catatan teknis
pembelajaran, biasanya setiap satu bulan ada rapat dinas dalam rangka
update kekurangan dan kelebihan disamping itu kepala seklah juga
memberikan peluang yang selonggar-longgarnya apabila suatu saat
menemukan beberapa kendala sedapat mungkin kita sellesaikan bersam
dan waka kurikulum, semua guru yang bersangkutan dalm masalah
pembelajaran materi tersebut”(W/G/JM/28-02-2017/09.02WIB).
69
BAB IV
PEMBAHASAN
A. Profesionalisme Guru Setelah Sertifikasi
Berdasarkan hasil wawancara dan observasi yang dilakukan di MAN
Salatiga mengenai profesioanalisme guru setelah sertikasi maka dapat
disimpulkan hal-hal sebagai berikut:
1. Kompetensi Pedagogik
Dalam Standar Nasional Pendidikan, penjelasan pasal 28 ayat
(3) butir a dikemukakan bahwa kompetensi pedagogik adalah
kemampuan mengelola pembelajaran peserta didik yang meliputi
pemahaman terhadap peserta didik, perencanaan dan pelaksanaan
pembelajaran, evaluasi hasil belajar, dan pengembagan peserta didik
untuk mengaktualisasikan berbagai potensi yang
dimiliki(Mulyasa,2007:37).
Begitu juga guru rumpun PAI yang ada di MAN Salatiga yang
memiliki kompetensi pedagogik. Sebagaimana data yang diperoleh
dilapangan, dalam pengelolaan pembelajaran di MAN Salatiga, yaitu:
a. Perencanaan Pembelajaran
Perencanaan mencakup penetapan tujuan, dan kompetensi,
serta memperkirakan cara mencapainya. Perencanaan merupakan
fungsi sentral dari manajemen pembelajaran dan harus berorientasi
ke masa depan. Dalam pengambilan dan pembuatan keputusan
tentang proses pembelajaran, guru sebagai menejer pembelajaran
70
harus melakukan berbagai pilihan menuju tercapainya tujuan, dan
harus mampu mengambil keputusan yang tepat untuk mengelola
berbagai sumber, baik sumber daya, sumber dana, maupun sumber
belajar, untuk membentuk kompetensi dasar, dan mencapai tujuan
pembelajaran yang sudah ditetapkan.
Dalam hasil pengamatan dan wawancara guru rumpun mata
pelajaran PAI di MAN Salatiga seebelum penyusunan RPP terlebih
dulu menyusun silabus, menyusun program tahunan, dan program
semester sebagai pedoman menyusun RPP (Rencana Pelakanaan
Pembelajaran), karena RPP yang disusun harus sesuai dengan
kompetensi yang ada pada silabus dan program semester. Silabus
disusun dan dikembangkan setiap tahun bersama guru-guru melalui
MGMP (Musyawarah Guru Mata Pelajaran) Silabus disusun dan
dikembangkan bersama melalui MGMP/KKG (Kelompok Kerja
Guru) guna saling sharing antara pendidik yang memahami dan yang
kurang memahami pengembangan silabus. Silabus yang
dikembangkan di MAN Salatiga bedasarkan, Standar Isi (SI), SKL
(Standar Kompetensi Lulusan), dan panduan Kurikulum. Silabus
direvisi setiap tahun dan dilakukan penyempurnaan dan disesuaikan
dengan kebutuhan pembelajaran setiap mata pelajaran.
Setelah menyusun silabus barulah guru menyusun RPP,
dalam penyusunan RPP semua guru rumpun mata pelajaran PAI di
MAN Salatiga dituntut untuk mempersiapkan Rencana Pelaksanan
71
Pembelajaran (RPP) yang mencakup 8 prinsip: identitas mapel,
Standar Kompetensi, tujuan belajar,bahan mengajar, alokasi waktu,
metode belajar, dan evaluasi. Dari hasil penelitian guru mata
pelajaran PAI mempersiapkan RPP beberapa hari sebelum
melaksanakan proses pembelajaran.
b. Pelaksanaan Pembelajaran
Pelaksanaan atau sering disebut implementasi adalah proses
yang memberikan kepastian bahwa proses belajar mengajar telah
memliki sumber daya manusia dan sarana prasarana yang diperlukan,
sehingga dapat membentuk kompetensi dan mencapai tujuan yang
diinginkan(Mulyasa,2011:77).
1) Variasi metode pembelajaran
Dalam penyampaian materi guru menggunakan sebuah
metode untuk mempermudah dalam penyampaian materinya. Salah
satunya informan mengatakan bahwa beliau menggunakan metode
diskusi.
Metode diskusi adalah metode yang dalam penerapannya
dengan cara membentuk sebuah kelompok kecil dan memberikan
suatu bahasan tema tertentu, kemudian presentasi depan kelas
dengan hasil dari diskusi tersebut.
Dari seorang informan mengatakan bahwa dalam
penyampaian materi jarang menggunakan metode ceramah karena
siswa kadang-kadang jenuh, maka digunakan metode lain seperti
72
tanya jawab, short card, agar siswa tidak bosen dalam mengikuti
proses pembelajaran.
Dari sumber informasi tersebut dalam menentukan metode
pembelajaran, kususnya bagi guru yang telah mendapatkan
sertifikat pendidik dalam program sertifikasi , menentukan metode
pembelajaran yang bervariatif itu sangat dibutuhkan sebagai
upaya peningkatan mutu pembelajaran yang lebih baik lagi.
Kaitannya dengan hal ini, yang terlaksana di MAN Salatiga
menurut peneliti dari beberapa hasil wawancara menyimpulkan
bahwa dalam proses pembelajaran atau dalam menyampaikan
materi guru mata pelajaran PAI sudah menggunkan metode yang
sesuai dengan materi yang akan disampakan, namun metode yang
digunakan masih belum bervariasi sehingga siswa mudah bosan.
2) Media dan sumber belajar
Media pembelajaran diartikan sebagai segala sesuatu yang
dapat digunakan untuk menyalurkan pesan (bahan pembelajaran),
sehingga dapat merangsang perhatian, minat, pikiran, dan
perasaan siswa dalam kegiatan belajar untuk mencapai tujuan
belajar. Media memiliki fungsi sebagai pembawa informasi dari
sumber (guru) menuju penerima (siswa).
Untuk membantu dalam penyampaian materi maka seorang
guru membutuhkan media yang dirasa cocok. Seorang informan
mengatakan bahwa beliau sering menggunakan LCD proyektor.
73
Dengan menggunakan LCD poyektor pembelajaran dapat lebih
terfokus pada satu pusat, sehingga proses pembelajaran menjadi
lebih menyenangkan dengan tampilan materi yang dibuat lebih
menarik.
Setiap kelas di MAN Salatiga sudah tersedia LCD untuk
membantu pembelajaran, sehingga media yang digunakan guru lebih
banyak menggunakan LCD. Dengan penggunaan LCD terlihat
bahwa guru PAI di MAN Salaiga mengikuti dengan teknologi yang
berkembang dalam dunia pendidikan. Tetapi dengan adanya LCD
membuat guru kurang memanfatkan perpustakaan, dan lingkungan
sekolahh sebagai sumber belajar dan media belajar alami.
Seorang informan mengatakan bahwa reverensi atau sumber
belajar yang digunakan yaitu buku kurikulum 2013 dan buku
penunjang lain. Apabila materi tidak ada dalam buku yang
disediakan pihak sekolah maka siswa diberi tugas untuk mencari
materi secara mandiri di Internet, kemudian nanti dibahas bersama di
kelas. Karena di MAN Salatiga free hotspot sehingga siswa dapat
bebas mencari materi yang dibutuhkan di internet.
Untuk pemberdayaan perpustakaan, karena buku di
perpustakaan sudah lengkap dari buku pegangan guru dan buku
pegangan siswa sudah disediakan. Dan buku penunjang lain yang
dibutuhkan dalam pelaksanaan proses pembelajaan. Tapi standarnya
buku yang digunakan hanya buku yang dikeluarkan oleh
74
Kementerian Agama, tapi untuk menambah reverensi boleh
menggunakan buku lain asalkan sesuai dengan silabus kurikulum
2013. Dalam pelaksanaan pembelajaran, peneliti telah memperoleh
yaitu di MAN Salatiga guru mata pelajaran PAI masih kurang dalam
pemberdayaan perpustakaan itu berdasarkan keterangan siswa bahwa
mereka jarang belajar atau diluar kelas.
Dalam proses pembelajaran, guru melakukan pre test sebelum
pembelajaran dimulai. Pre test dilakukan untuk memberikan gambaran
kepada siswa tentang materi yang disampaikan sebelumya untuk
mereview kembali atau mengingatkan siswa tentang materi
sebelumnya, selain itu pre test dilakukan untuk memberikan gambaran
materi yang akan pelajari.
Setelah melakukan selesai pembelajaran Guru Rumpun mata
pelajaran PAI melakukan post test yang memliki banyak kegunaan
terutama dalam melihat keberhasilan pembelajaran, penguasaan
peserta didik terhadap materi yang ditentukan.
c. Evaluasi Hasil Belajar
Evaluasi hasil belajar dilakukan untuk mengetahui perubahan
kompetensi peserta didik, dengan penilaian kelas yang dilakukan di
MAN Salatiga berupa ulangan harian yang dilakukan hampir setiap
selesai proses pembelajaran. Ulangan berkaitan dengan materi
pembelajaran yang sedang dibahas. Ulangan harian dilakukan untuk
memperbaiki program pembelajaran, dan sebagai pertimbangan dalam
75
memberikan nilai pada peserta didik. Selain ulangan umum di MAN
Salatiga juga diadakan ulangan umum yang dilakukan bersama dengan
kelas-kelas lain. Dan ujian akhir yang dilaksanakan setiap akhir
program. Penilaian kelas dilakukan oleh guru untuk mengetahui
kemajuan dan hasil belajar peserta didik , melihat apa saja kesulitan
belajar peserta didik, memperbaiki proses pembelajaran, serta
menentukan kenaikan kelas.
Selain penilaian kelas juga ada penilaian akhir yang diadakan
setiap akhir semester guna mendapatkan gambaran tentang ketuntasan
belajar, dan dilakukan pendataan peserta didik yang tidak tuntas yag
kemudian diakukan remidial.
2. Kompetensi Kepribadian
Menurut Mahanani (2011:51) kompetensi kepribadian adalah
kesiapan mental, kepribadian dan moralitas guru untuk mengemban
amanah sebagai guru. Kompetensi ini tercermin dalam kehidupan sehari-
hari, baik saat kegiatan pembelajaran di sekolah maupun di luar sekolah.
Sejauh mana kompetensi tersebut dimiliki oleh seorang guru tampak
dalam kompetensi inti, sebagai berikut:
a. Menampilkan diri yang berakhlak mulia, teladan bagi peserta didik
dan masyarakat.
Guru harus berakhlak mulia karena ia adalah seorang
penasehat bagi peserta didik, bahkan untuk wali muid, menjadi orang
kepercayaan yang harus berakhlak mulia.seperti semboyan guru itu
76
gugu dan ditiru. Menjadi seorang guru tidak boleh melakukan
perbuatan yang menyimpang baik dari segi agama, norma, maupun,
secara kode etiknya. Pribadi guru sangat berperan dalam membentuk
pribadi peserta didik, dimana siswa mencontoh apa yang dilakukan
guru untuk membentuk pribadinya.
Penampilan guru bisa mempengaruhi minat belajar siswa,
karena kebanyakan siswa senang belajar karena melihat penampilan
guru yang bersih dan rapi. Disini guru harus tampil beda agar ditiru
dan diteladani peserta didik.
b. Menunjukkan etos kerja, tanggung jawab tinggi, rasa bangga
menjadi guru dan percaya diri
Berdasarkan hasil penelitian guru rumpun mapel PAI memilik
etos kerja dan tanggung jawab yang tinggi yang dapat dibuktikan
dengan hasil wawancara dengan seorang guru dan siswa bahwa
semua guru PAI memiiki tanggung jawab yang tinggi terhadap
tugasnya sebagai guru, karena guru jarang ijin atau meninggalkan
pembelajaran di kelas kalau tidak dalam keadaan mendesak.
Menjadi seorang guru harus percaya diri karena untuk
menjadi guru tidak mudah, dan menjadi guru harus dengan banyak
Ilmu dan tanggung jawab yang besar.
3. Kompetensi Profesional
Kompetensi professional merupakan kompetensi yang harus
dikuasai guru, dalam kaitannya denngan pelaksanaan tugas utamanya
77
mengajar. Dalam Standar Nasional Pendidikan, penjelasan pasal 28 ayat
(3) butir c, dikemukakan bahwa yang dimaksud dengan kompetensi
professional adalah kemampuan penguasaan materi pembelajaran secara
luas dan mendalam yang memungkinkan membimbing peserta didik
memenuhi standar kompetensi yang ditetapkan dalam Standar Nasional
Pendidikan(Mulyasa.2011:128).
Dalam proses pembelajaran di MAN Salatiga guru rumpun PAI
pada saat menjelaskan materi pembelajaran diberkan contoh setiap
selesai menjelakan, guru mendorong siswa untuk aktif didalam kelas
dengan mengajukan beberapa pertanyaan kepada siswa. Guru
menggunakan waktu selang dengan cara memberi kesempatan kepada
siswa yang belum paham untuk menanyakannya kepada guru. Memberi
bantuan kepada siswa yang mengalami kesulitan belajar Setelah selesai
pembelajaran guru meninjau kembali materi yang sudah disampaikan
kepada siswa. Guru juga menyediakan waktu di luar kelas untuk
bimbingan untuk siswa yang belum paham terhadap pembelajaran yang
disampaikan di kelas.
4. Kompetensi Sosial
Menurut Asmani (2009:141) kompetensi sosial guru merupakan
kemampuan guru untuk memahami dirinya sebagai bagian yang tidak
terpisahkan dari masyarakat dan mampu mengembangkan tugas sebagai
anggota masyarakat dan warga Negara.
78
Kompetensi sosial guru di MAN Salatiga dapat dilihat dari
bagaimana guru bersosialisasi dengan, teman sejawat, peserta didik, dan
atasannya.
Berdasarkan hasil wawancara peneliti bahwa, guru rumpun PAI
mampu bersosialisasi dengan teman sejawatnya dengan baik. Guru di
MAN Salatiga menjunjung tinggi sifat kekeluargaannya sehingga baik
guru lama maupun guru baru diperlakukan sama tidak membeda-
bedakan, dan tidak ada senioritas. Sehingga untuk bersosialisasi sangat
mudah dilakukan. Selain sesama teman sejawat guru juga dituntut untuk
mampu bergaul dengan peserta didik, dan masyarakat sekitar. Ada
sebagian guru yang bisa membaur dengan siswa dalam rangka untuk
mengetahui keluh kesah siswa dalam proses pembelajaan, dan kemudian
guru tindak lanjuti sebagai evaluasi dalam pembelajaran.
Kompetensi sosial guru memegang peranan yang sangat penting,
karena sebagai pribadi yang hidup di tengah masyarakat, guru perlu juga
memiliki kemampuan untuk bersosialisasi dengan masyarakat dengan
kemampuannya. Jika di sekolah guru diamati dan dinilai oleh peserta
didik, dan atasannya, maka di masyarakat guru dinilai dan diawasi oleh
masyarakat,. Pada kesempatan tertentu kadang sejumlah peserta didik
membicarakan kelebihan dan kekurangan gurunya, demikian pula
masyarakat. Dengan itu sebaiknya guru sering meminta pendapat teman
sejawat atau peserta didik tentang performanya sehari-hari, baik di
sekolah maupun di masyarakat, sehingga pendapat itu dapat
79
dimanfaatkan dalam upaya memperbaiki penampilan tertentu yang
kurang tepat.
B. Upaya Pembinaan Profesionalisme Guru
Pada penelitian ini dikemukakan beberapa hasil wawancara dan
observasi terkait upaya pembinaan profesionalisme guru setelah sertifikasi di
MAN Salatiga. Dalam upaya pembinaan profesionalisme guru telah dilakukan
sebagaimana mestinya.
1. Preservice Training (Lembaga Pencetak Guru).
Istitusi Keguruan dan Ilmu Pendidikan (IKIP) yang secara formal
mempunyai tugas untuk menyiapkan guru pada jenjang pendidikan
menengah ke atas dan tenaga kependidikan di Indonesia. Itulah sebabnya
lembaga ini juga dikenal dengan Lembaga Pendidikan Tenaga
Kependidikan (LPTK). LPTK yang ada di universitas negeri diharapkan
dapat menyelenggarakan sistem pendidikan guru seperti yang
dilaksanakan di STPDN, antara lain melalui proses:
a. Penyaringan mahasiswa yang mahasiswa yang memiliki prestasi
akademis yang tinggi dari berbagai daerah di Indonesia.
b. Memberikan beasiswa bagi mahasiswa yang berprestasi akademis.
c. Mengangkat dan menugaskan para lulusan terbaik di sekolah-sekolah
yang kualitasnya masih rendah.
d. Memberikan beasiswa bagi guru yang berhasil meningkatkan kualitas
pendidikan di sekolah tersebut untuk menempuh pendidikan yang
lebih tinggi.
80
2. Inservice Training (Pelatihan Guru)
Salah satu pola pembinaan guru melalui diklat ini adalah pola
Pembinaan Kegiatan Guru (PKG), yang sistem penyelenggaraan diklatnya
dinilai melibatkan elemen pendidikan yang lebih luas. Selain itu, para guru
memiliki wadah pembinaan pofesional melalui organisasi yang dikenal
dengan Musyawarah Guru Mata Pelajaran (MGMP)(Suparlan/2005:164)
Pembinaan melalui program dalam jabatan biasanya diberikan oleh
lembaga-lembaga pelatihan yang dilaksanakan oleh diknas, pemerintah
daerah, organisasi profesi (PGRI), kelompok masyarakat, juga oleh pihak
luar negeri(Mulyasa,2007:37).
Dalam pelaksanaan pembinaan profesionalisme guru di MAN
Salatiga hampir setiap tahun lembaga mengadakan peningkatan mutu dari
sisi profesionalisme guru baik dari sisi teknis penilaian, maupun cara
penyampaian materi pembelajaran. Diantranya adanya diklat di tempat
kerja ataupun di Kementrian Agama yang dilakukan oleh lembaga sekolah
yang bekerjasama dengan pemerintah (kantor balai diklat dan pelatihan
Keagamaan Semarang) dengan mengadakan workshop peningkatan kerja,
tentang kurikulum 2013, dan sebagainya. Yang paling sering diadakan
yaitu pelaihan-pelatihan yang berkaitan dengan pembuatan perangkat
Pembelajaran, pembuatan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP),
penilaian, dan sebagainya.
Pihak sekolah memberikan kesempatan kepada setiap guru untuk
mengikuti workshop maupun pelatihan baik di sekolah maupun di luar
81
sekolah selama ada surat tugas baik dari sekolah maupun dari kanwil
Kementerian Agama. Meskipun sekolah memberikan kesempatan kepada
semua guru tetapi tidak bisa semua guru dapat mengikuti diklat setiap
tahunnya, karena jumlah guru yang ada di MAN Salatiga banyak, dan
menyangkut tentang anggaran yang dikeluarkan pihak sekolah. Maka
untuk mengikuti diklat harus bergiliran setiap tahunnya. Pelatihan-
pelatihan jangka pendek yang baik dan praktis mengenai metode,
manajemen sekolah dan kepemimpinan, pengembangan bidang ilmu,
keterampilan baru yang perlu dikuasai guru,
3. On The Job Training (Lembaga Sekolah Pengguna Guru)
Pola pembinaan guru on the job training adalah proses pembinaan
guru yang diprogramkan atau dilaksanakan secara langsung oleh kepala
sekolah. Berbagai bentuk pembinaan tersebut antara lain sebagai berikut:
a. Pengarahan dari kepala sekolah atau dari pemimpin lembaga
pendidikan tentang kebijakan pendidikan nasional, kebijakan lembaga
atau program dan kegiatan sekolah.
b. Kegiatan dalam rangka pelaksanaan tugas dan kewajiban yang harus
dilaksanakan oleh guru yang bersangkutan.
c. Pemberian pengalaman dalam pelaksanaan tugas selama proses belajar
dan mengajar, baik didalam maupun diluar kelas, dalam rangka
peningkatan kompetensi guru yang dilaksanakan baik secara
individual maupun kelompok.
82
d. Pemberian tugas, baik yang terkait dengan bidang teknis edukatif
maupun dalam bidang administratif dan keuangan yang diberikan
kepada guru, misalnya: menjadi wali kelas, panitia kegiatan sekolah,
koordinator mata pelajaran, pembimbing kegiatan siswa, dan
sebagainya.
Pembinaan guru melalui on the job training antara lain dengan
mengadakan supervisi kelas. Dalam hal ini sesuai dengan hasil
wawancara dengan Kepala sekolah MAN Salatiga. mempunyai peran
untuk memberikan bimbingan dan pelatihan terhadap kinerja guru,
terutama melalui pengamatan (observasi) proses pembelajaran didalam
kelas sekaligus dilakukan supervisi secara terjadwal setiap 1 semester
sekali. Selain supervisi pembelajaran kelas, kepala sekolah juga
melakkan supervisi dari segi kelengkapan administrasi guru. Hal ini
sangat penting karena proses pendidikan pada hakikatnya terletak pada
kegiatan belajar mengajar didalam maupun diluar kelas.
C. Kendala yang Dihadapi dalam Pembinaan Profesionalisme Guru dan
Cara Mengatasinya
a. Kendala yang Dihadapi dalam Upaya Pembinaan Profesionalisme Guru
Dalam upaya pembinaan pofesionalisme guru tidak lepas dari
yang namanya kendala yang dihadapi, dari data yang diperoleh dari
lapangan menyebutkan bahwa:
83
1. Waktu pelaksanaan pembinaan profesionalisme guru yang tidak pas,
karena dilaksanakan pada saat jam efektif mengajar sehingga guru
harus meninggalkan kewajiban mengajarnya.
2. Jumlah guru di MAN Salatiga yang banyak sehingga tidak semua guru
memiliki kesempatan melakukan pembinaan setiap tahun,
3. Teknis penilaian Kurikulum 2013 antara lembaga yang satu dengan
yang lainnya berbeda dan tidak ada standar tetap dari pihak
Kementrian Agama.
4. Buku pegangan siswa yang tersedia belum bisa memenuhi semua
siswa yang ada di MAN Salatiga, sehingga saat ada pembelajaran
dengan mata pelajaran yang sama dengan guru lain maka salah satu
kelas harus mengalah.
b. Cara Mengatasi Kendala dalam Pembinaan Profesionalisme Guru
1. Dicarikan waktu yang tepat misalnya waktu sore, maupun akhir
pembelajaran, namun tidak bisa secara rutin mengingat anggaran dan
sebenarnya untuk waktu sore kurang efektif untuk melakukan
pembinaan.
2. Madrasah sudah melakukan kegiatan-kegiatan terhadap peningkatan
kualitias guru semacam, pelatihan, workshop, minimal 1 tahun dua
kali.
3. Pembagian tugas untuk guru yang mengikuti pembinaan dan ada guru
yang mengganti mengajar di kelas.
84
4. Dalam administrasi kurikulum 2013 semua guru diwajibkan
mempunyai catatan hambatan teknis atau catatan teknis pembelajaran,
dan setiap satu bulan ada rapat dinas dalam rangka update kekurangan
dan kelebihan pembelajaran kurikulum 2013.
5. Kepala sekolah memberikan peluang selonggar-longgarnya apabila
menemukan kendala sebisa mungkin dikonsultasikan kepada waka
kurikulum dan semua guru yang bersangkutan untuk diselesaikan
bersama-sama.
85
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Kesimpulan yang dapat diambil dari Upaya Pembinaan
Profesionalisme Guru Setelah Sertifikasi adalah sebagai berikut:
1. Guru mata pelajaran PAI di MAN salatiga telah melakukan tugasnya
sebagai guru secara professional terbukti dengan guru dapat memenuhi
empat kompetensi professional, yaitu a) Kompetensi Pedagogik guru
sudah membuat perencanaan dan pelaksanaan pembelajaran dan mampu
memilih metode, dan media yang tepat dan sesuai materi,b) Kompetensi
Kepribadian meliputi: guru memiliki etos kerja, tanggung jawab, dan
sebagai panutan untuk peserta didiknya.c) Kompetensi Profesional
meliputi: guru manjelaskan meteri sesuai dengan arah pembelajaran
menggunakan contoh, memberikan bimbingan pada siswa yang belum
paham.d) Kompetensi Sosial yaitu guru mampu bersosialisasi dengan
teman sejawat, peseta didik, dan atasannya. Tidak hanya disekolah guru
juga mampu berbaur dengan masyarakat.
2. Upaya pembinaan profesionalisme guru rumpun mata pelajaran PAI
setelah sertifikasi yang dilakukan di MAN Salatiga diantaranya adanya
diklat ditempat kerja ataupun di Kementrian Agama yang dilakukan oleh
lembaga sekolah yang bekerjasama dengan pemerintah (Kantor Balai
Diklat dan Pelatihan Keagamaan Semarang) dengan mengadakan
workshop, pelatihan-pelatihan,dan diklat. Yang diselenggarakan minimal 1
86
semester sekali. Semua guru diberi kesempatan untuk mengikuti selama
ada surat tugas dari sekolah dan lembaga penyelenggara pembinaan.
3. Kendala dalam pembinaan profesionalisme guru lebih dominan pada fakor
waktu yang tidak tepat untuk melakkukan pembinaan. Seharusnya
pembinaan dilakukan saat jam efektif mengajar tetapi guru harus
meninggalkan kewajiban mengajarnya. Menurut guru kendalanya pada
proses penilaian kurikulum 2013 yang setiap madrasah berbeda-beda, dan
dari pihak kanwil tidak ada standar pasti, dan untuk buku pegangan siswa
belum bisa memenuhi semua siswa.
4. Cara mengatasi kendala yang dihadapi, soal waktu pembinaan yang tidak
tepat Kepala sekolah memberi solusi, apabila pembinaan dilakukan jam
sore, setelah pembelajaran. Untuk kendala sistim penilaian, semua guru
diwajibkan mempunyai catatan hambatan teknis atau catatan teknis
pembelajaran, dan setiap satu bulan ada rapat dinas dalam rangka update
kekurangan dan kelebihan pembelajaran Kurikulum 2013. Untuk buku
yang belum sesuai dengan jumlah siswa, guru memberi solusi bahwa
untuk pemakaian dilakukan cara begantian antara guru satu dengan yang
lain.
B. Saran
1. Bagi Pihak Sekolah
a. Pihak madrasah untuk melengkapi sumber belajar, berupa buku siswa,
dan sarana penunjang pembeajaran lainnya
87
b. Lebih sering mengikut sertakan guru-guru dalam pembinaan tentang
profsionalsme guru terutama uru yang suah sertifikasi.
c. Mengikut sertakan pendidik dalam workshop maupun pelatihan
tentang Kurikulum 2013 dan cara menerapkan meode dan media
pembelajaran yang sesuai dengan materi.
2. Bagi Pihak Guru rumpun PAI
a. Lebih variatif dalam menggunakan media dan metode pembelajaran.
b. Memanfaatkan perpustakaan dan lingkungan sekolah sebagai sumber
belajar, jadi proses belajar mengajar tidak hanya di dalam kelas.
88
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, Suharsini. 2010. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan praktis Edisi
Revisi. Jakarta: Rineka Cipta.
Asmani, Jamal Ma’mur. 2011. Tips Sukses PLPG Pendidikan dan Latihan Profesi
Guru. Jogjakarta: DIVA Press.
Departemen Pendidikan Nasional. 2007. Kamus Besar Bahas Indonesia. Jakarta:
Balai Pustaka.
Damay, Denidya. 2012. Panduan Sukses Sertifikasi Guru Juru-Jurus Jitu Lolos
Sertifikasi. Yogyakarta: Araska.
Hamalik, Oemar. 2003. Proses Belajar Mengajar. Jakarta: Bumi Aksara.
Emzir, 2011. Metode Penelitian Kualitatif Analisis Data. Jakarta: PT Raja
Grafindo Persada.
Kunandar. 2011. Guru Profesional Implementasi Kurikulum Tingkat Satuan
Pendidikan (KTSP) dan Sukses dalam Sertifikasi Guru. Jakarta: Rajawali
Pers.
Mahanani, Ayusita. 2011. Buku Pintar PLPG (Pedidikan & Latihan Profesi
Guru). Yogyakarta: Araska.
Majid, Abdul. 2014. Strategi Pembelajaran. Bandung: PT Remaja Rosda Karya.
Moleong, Lexy J. 2009. Metodeogi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT Remaja
Rosdakarya.
Mudlofir, Ali. 2013. Pendidikan Profesional Konsep, Strategi, dan Aplikasinya
dalam Peningkatan Mutu Pendidikan di Indonesia. Jakarta: PT Raja
Grafindo Persada.
Mulyasa. 2007. Standar Kompetensi dan Sertifikasi Guru. Bandung: PT Remaja
Rosdakarya.
Nurdin, Safruddin, M. Basyruin Usman. 2002. Guru Profesional & Implementasi
Kurikulum. Jakarta: PT Ciputat Pers.
Rahardjo, Mudjio. 2010. Pemikiran Kebijakan Pendidikan Kontemporer. Malang:
UIN-Maliki Pers.
Sarimaya, Farida. 2008. Sertifikasi Guru: Apa, Mengapa, dan Bagaimana?.
Bandunng: Yrama Widya.
Sarosa, Samiaji. 2012. Penelitian Kualitatif Dasa. Jakarta: PT. Indeks
89
Sugiyono. 2011. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung:
Alfabeta.
Suparlan. 2005. Menjadi Guru Efektif. Yogyakarta: HIKAYAT Publishing.
Tilaar. H.A.R. 2002. Membenahi Pendidikan Nasional.Jakarta: PT Rineka Cipta
Usman,Uzer. 2002. Menjadi Guru Profesional.Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
90
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
A. Data Pribadi
Nama : Taufiqurrohamah Hidayati
Tempat dan Tanggal Lahir : Salatiga, 30 Oktober 1994
Jenis Kelamin : Perempuan
Alamat : Dsn. Duren RT 4 RW 5, Kel. Kecandran,
Kec. Sidomukti, Kota Salatiga
Email : [email protected]
Motto :Pengetahuan akan berarti dengan
mengamalkannya.
B. Riwayat Pendidikan :
1. TK Candra Puspita : 1998-2000
2. SD N Kecandran 02 : 2000-2006
3. SMP N 5 Salatiga : 2006-2009
4. SMK N 1 Salatiga : 2009-2012
5. IAIN Salatiga : 2012-2017
Demikian daftar riwayat hidup ini saya buat dengan sebenar-benarnya.
Salatiga, 22 Maret 2017
Penulis
Taufiqurrohmah Hidayati
NIM. 111-12-004
1
INSTRUMEN PENGUMPULAN DATA
Pengumpulan data harus disesuaikan dengan rumusan masalah:
4. Bagaimana profesionalisme guru rumpun mata pelajaran PAI di
MAN Salatiga setelah sertifikasi?
5. Apa upaya pembinaan profesionalisme guru rumpun mata pelajaran
PAI di MAN Salatiga setelah sertifikasi?
6. Apa kendala atau problem yang dihadapi dalam pembinaan
profesionalisme guru rumpun mata pelajaran PAI di MAN Salatiga
setelah sertifikasi dan bagaimana mengatasinya?
Dari rumusan masalah tersebut, dibuat kisi-kisi pedoman observasi, wawancara,
dan dokumentasi.
A. Pedoman observasi
1. Gambaran umum MAN Salatiga dan kondisi khusus kantin kejujuran.
2. Kegiatan proses belajar mengajar
B. Pedoman wawancara
No Rumusan Masalah Pertanyaan Narasumber kode
1 Bagaimana profesionalisme
guru rumpun mata pelajaran
PAI di MAN Salatiga
setelah sertifikasi?
1. Apakah Bapak/Ibu
telah mengikuti
program sertifikasi?
Dan lulus tahun
berapa?
Guru Mata Pelajaran
PAI
1.1
2. Bagaimana respon
Bapak/Ibu guru
terhadap adanya
program sertifikasi
dari pemerintah?
Guru Mata Pelajaran
PAI, Kepala Sekolah,
dan Waka Kurikulum
1.2
3. Apa yang Bapak/Ibu
dapatkan setelah
mengikuti program
Guru Mata Pelajaran
PAI
1.3
2
sertifikasi?
4. Bagaimana kinerja
guru sebelum dan
setelah mengikuti
sertifikasi?
Kepala Sekolah dan
Waka Kurikulum
1.4
5. Adakah peningkatan
mutu pengajaran
yang guru
laksanakan setelah
lulus sertifikasi?
Kepala Sekolah dan
Waka Kurikulum
1.5
6. Apakah Bapak/Ibu
selalu membuat RPP
sebelum melakukan
pembelajaran?
Guru Mata Pelajaran
PAI
1.5
7. Bagaimana
performa guru mata
pelajaran PAI saat
mengajar?
Siswa 1.7
8. Metode dan media
apa saja yang
Bapak/Ibu gunakan
dalam pembelajaran
PAI di MAN
Salatiga?
Guru Mata Pelajaran
PAI dan Siswa
1.8
9. Sumber belajar apa
saja yang Bapak/Ibu
gunakan dalam
pembelajaran PAI di
MAN Salatiga?
Guru Mata Pelajaran
PAI
Siswa
1.9
10. Bagaimana
tanggung jawab
guru rumpun mata
pelajaran PAI saat
mengajar?
Guru dan Siswa 1.10
11. Bagaimana
sosialisasi guru
rumpun mata
pelajaran PAI
terhadap siswa dan
guru yang lain?
Guru dan Siswa 1.11
2 Apa upaya pembinaan
profesionalisme guru
rumpun mata pelajaran PAI
di MAN Salatiga setelah
sertifikasi?
1. Apakah kebijkan
sertifikasi efektif
dalam peningkatan
mutu pendidikan?
Kepala Sekolah dan
Waka Kurikulum
2.1
2. Upaya apa saja yang
dilakukan pihak
Kepala Sekolah, Waka
Kurikulum, dan Guru
2.2
3
sekolah dalam
pengembagan
profesionalisme
guru setelah
sertifikasi?
Mata Pelajaran PAI
3. Apakah guru yang
sudah disertifikasi
sering mengikuti
workshop, diklat,
atau seminar
pendidikan?
Kepala Sekolah, Waka
Kurikulum, dan Guru
Mata Pelajaran PAI
2.3
3 Apa kendala atau problem
yang dihadapi dalam
pembinaan profesionalisme
guru rumpun mata pelajaran
PAI di MAN Salatiga
setelah sertifikasi dan
bagaimana mengatasinya?
1. Adakah kendala
yang dihadapi dalam
pembinaan
profesionalisme
guru setelah
sertifikasi? Jika ada,
apa saja?
Kepala Sekolah, Waka
Kurikulum, dan Guru
Mata Pelajaran PAI
3.1
2. Dan bagaimana cara
mengatasi kendala
dalam pembinaan
profesionalisme
guru setelah
serifikasi?
Kepala Sekolah, Waka
Kurikulum, dan Guru
Mata Pelajaran PAI
3.2
C. Pedoman Dokumentasi
1. Identitas sekolah
2. Sejarah singkat MAN Salatiga
3. Visi dan misi
4. Sarana dan prasarana
5. Data ketenagaan dan siswa
6. Ekstrakulikuler
7. Prestasi siswa
8. RPP Guru rumpun mata pelajaran PAI
9. Foto kegiatan pembelajaran
4
KODE PENELITIAN
1. Narasumber
a. Kepala Sekolah : Handono, S.Ag, M. Pd (HN)
b. Waka Kurikulum : Drs. Kastomo(KS)
c. Guru
1) Jamalidin, S. Ag (JM)
2) Trimakno, S. Ag (TM)
3) Siti Fatimah, S. Pd. I (SF)
4) Sriyanto, S.Ag (SY)
5) Ulfi Khoerotun, S.Ag (UF)
d. Siswa
1) Rahma (RH)
2) Yusuf (YS)
3) Khisna (KH)
2. Metode
Kode Metode Penelitian
W Wawancara
P Observasi
D Dokumentasi
3. Kategori Data
Kode Keterangan
S Siswa
G Guru
WK Waka Kurikulum
KS Kepala Sekolah
5
HASIL WAWANCARA
1. Identitas Narasumber
Narasumber : Jamaludin (JM)
Hari, Tanggal : Selasa, 28 Februari 2017
Waktu : 09.02 WIB
Tempat Wawancara : Ruang Guru MAN Salatiga
Jabatan : Guru Akidah Akhlak
2. Transkip Wawancara
Hasil Wawancara Kode
Rumusan
Masalah
Peneliti : Assalamu’alaikum pak, perkenalkan nama saya
Taufiqurohmah Hidayati dari IAIN Salatiga bermaksud mewawancarai bapak
terkait skripsi saya yang berjudul “Upaya Pembinaan Profesionalisme Guru
Rumpun Mata Pelajaran PAI di MAN Salatiga Setelah Sertifikasi”
Narasumber : O.. ya mbak. Silakan apa saja yang mau ditanyakan?
Peneliti : Apakah Bapak telah mengikuti program sertifikasi?
Narasumber : Iya, sudah.
Peneliti : Dan lulus program sertifikasi pada tahun berapa ?
Narasumber : Tahun 2010.
1.1
Peneliti : Bagaimana respon Bapak terhadap adanya program sertifikasi
dari pemerintah?
Narasumber : Program sertifikasi pada dasarnya adalah untuk membantu
dari pada segala kebutuhan yang dibutuhkan oleh para pendidik, sehingga
para pendidik bisa mengajar kepada siswanya dengan penuh pertanggung
jawaban serta dapat meningkatkan profesionalismenya dalam mengajar.
1.2
Peneliti : Apa yang Bapak dapatkan setelah mengikuti program
sertifikasi?
Narasumber : Yang saya dapatkan setelah mengikuti sertifikasi tersebut,
1.3
6
yang pertama jelas secara finansial mendapatkan tambahan, yang kedua kita
dapat memenuhi segala sesuatu sarana prasarana yang dibutuhkan dalam
mengajar, sesuai teknologi pada jaman sekarang. Saya selaku pribadi dengan
adanya sertifikasi tersebut dapat menambah secara finansial, baik finansial
keluarga maupun finansial dari segi sarana prasarana yang saya butuhkan
untuk mengajar, misalnya kita bisa menambah profesionalisme kita untuk
memenuhi administrasi itu bisa membeli laptop misalnya, dan dapat
memenuhi kebutuhan yang pemerintah belum memberikan kepada kami yaitu
membeli buku-buku sarana penunjang yang disesuaikan dengan silabus yang
dipakai untuk Kurikulum 2013. Serta bisa kita usahakan untuk pemenuhan
sarana mengajar yaitu beberapa metode-metode, dan beberapa media yang
kita butuhkan.
Peneliti : Apakah bapak selalu menyiapkan RPP sebelum
melaksanakan pembelajaran?
Narasumber : Iya mbak, kalau saya RPP itu kan harus sudah ada minimal 1
hari sebelum kita mengajar tapi kalau saya tidak mbak, saya sudah
menyiapkan RPP itu jauh-jauh hari. Soalnya kalau mendadak itu tidak bisa
karena instrumennya banyak, harus menentukan metode, media, sumber
belajar apa yang pas untuk materi yang akan dibahas. RPP yang dibuat harus
sesuai dengan standar yang ada di Madrasah ini , RPP didalamnya harus
mencakup: identitas mata pelajaran, standar kompetensi, tujuan belajar, bahan
mengajar, alokasi waktu, metode belajar, dan evaluasi. Kegiatan belajar
mencakup pendahuluan, kegiatan inti, dan penutup.
1.6
Peneliti : Metode dan media apa saja yang Bapak gunakan dalam
pembelajaran Akidah Akhlak di MAN Salatiga?
Narasumber : Wawancara masih tetap kita pakai, diskusi, dan penugasan
secara mandiri atau kelompok, untuk medianya mengunakan Laptop dan LCD
proyektor.
1.8
Peneliti : Sumber belajar apa saja yang Bapak gunakan untuk
menunjang pembelajaran PAI di MAN Salatiga?
Narasumber : Karena PAI di MAN Salatiga tidak hanya 1 mata pelajaran
saja seperti disekolah umum, maka saya membutuhkan beberapa buku yang
sesuai dengan silabus Kurikulum 2013, namun standarnya kami memakai
buku-buku yang dikeluarkan dari pihak Kementrian Agama. Dari segi
kepustakaan sudah disediakan buku-buku penunjang sehingga anak-anak
dapat belajar sesuai dengan materi PAI yang diajarkan di MAN Salatiga yang
mengacu pada Kurikulum 2013. Perpustakaan MAN Salatiga sudah memiliki
1.9
7
semua buku Rumpun PAI, baik itu buku pegangan guru maupun pegangan
siswa, sehingga setiap kali mengajar kita dapat memperdayakan kepemilikan
perpustakaan.
Peneliti : Upaya apa saja yang dilakukan pihak sekolah dalam
pengembangan profesionalisme guru setelah sertifikasi?
Narasumber : Sementara ini, terutama MAN Salatiga hampir setiap tahun
mengadakan peningkatan mutu yang bekerja sama dengan Kementrian Agama
dengan cara mengadakan semacam workshop peningkatan kinerja, teknik
penilaian, dan aplikasi dari penerapan Kurikulum 2013.
2.2
Peneliti :Apakah Bapak sering mengikuti workshop, diklat, atau
seminar pendidikan?
Narasumber : Selama secara dinas ditugasi dari unit kerja, maupun kanwil
kami selalu mengikuti.
2.3
Peneliti : Adakah kendala yang dihadapi dalam pengembangan
profesionalisme guru setelah sertifikasi?Jika ada apa saja?
Narasumber : Karena sertifikasi itu sendiri konsekuensi bagi penerimanya
lebih besar dari segi teknik yang diberikan oleh pemerintah. Kita harus
mengerti teknik mengajar sesuai SOP yang berlaku. Yang bisa jadi kendala itu
adalah teknis dari penilaian yang diajarkan sekarang itu tidak bisa menyatu
secara umum di madrasah yang minimal ada yaitu teknis penilaian setiap
madrasah berbeda-beda walaupun disamakan standarnya. Dan dari pihak
Kanwil tidak ada kepastian sistim penilaian yang sebenarnya sehingga hampir
setiap semester mempunyai perbedaan. Selain itu dalam pemberdayaan buku
yang masih terbatas belum bisa memenuhi siswa,sehingga dalam beberapa
materi apabila terjadi bersamaan jam mengajar dengan guru yang lain maka
ada kelas yang harus mengalah untuk gantian memakainya.
3.1
Peneliti : Bagaimana cara mengatasi kendala dalam pegembangan
profesionalisme guru setelah sertifikasi?
Narasumber : Sementara ini dalam administrasi Kurikulum 2013, semua
guru diwajibkan mempunyai catatan hambatan teknis/ catatan teknis
pembelajaran, setiap selesai mengajar ada catatan harian tentang kegiatan
belajar pada hari itu. Untuk menangani hal itu biasanya ada rapat dinas antar
guru yang diadakan setiap satu bulan dalam rangka up date kekurangan dan
kelebihan Kurikulum 2013, dan tentang kendala yang dihadapi selama
pembelajaran. Disamping itu kepala sekolah juga memberikan peluang
3.2
8
selonggar-longgarnya apabila menemukan beberapa kendala, guru diberikan
kesempatan untuk bagaimana menanganinya secara cepat dan tepat. Apabila
masih ada kendala sedapat mungkin kita selesaikan bersama dengan waka
kuikulum dan semua guru yang bersangkutan dalam masalah pembelajaran
materi tersebut.
Peneliti : Oh iya pak, saya kira cukup sekian. Terimakasih atas
waktunya pak, maaf jika mengganggu.
Narasumber : Iya mbak, sama-sama. Kalau butuh informasi lagi Insya Allah
saya siap membantu.
9
HASIL WAWANCARA
1. Identitas Narasumber
Narasumber : Trimakno (TM)
Hari, Tanggal : Selasa, 28 Februari 2017
Waktu : 10.23 WIB
Tempat Wawancara : Ruang Guru MAN Salatiga
Jabatan : Guru Fikih
2. Transkip Wawancara
Hasil Wawancara Kode
Rumusan
Masalah
Peneliti : Assalamu’alaikum pak, perkenalkan nama saya
Taufiqurohmah Hidayati dari IAIN Salatiga bermaksud mewawancarai bapak
terkait skripsi saya yang berjudul “Upaya Pembinaan Profesionalisme Guru
Rumpun Mata Pelajaran PAI di MAN Salatiga Setelah Sertifikasi”
Narasumber : Wa’alaikumsalam mbak. Silakan.
Peneliti : Apakah Bapak telah mengikuti program sertifikasi?
Narasumber : Sudah mengikuti.
Peneliti : Dan lulus program sertifikasi pada tahun berapa ?
Narasumber : Lulus Tahun 2008.
1.1
Peneliti : Bagaimana respon Bapak terhadap adanya program sertifikasi
dari pemerintah?
Narasumber : Sertifikasi ini merupakan bentuk upaya pemerintah dalam
rangka meningkatkan kesejahteraan guru dari segi finansial.
1.2
Peneliti : Apa yang Bapak dapatkan setelah mengikuti program
sertifikasi?
Narasumber : Ada peningkatan dalam proses pembelajaran, pembuatan
perangkat pembelajaran.
1.3
10
Peneliti : Apakah bapak selalu menyiapkan RPP sebelum
melaksanakan pembelajaran?
Narasumber : Iya mbak, harus itu soalnya RPP itukan rancangan kita untuk
melaksanakan pembelajaran.
1.6
Peneliti : Metode dan media apa saja yang Bapak gunakan dalam
pembelajaran Fikih di MAN Salatiga?
Narasumber : Jikshow, short card, yang paling banyak ya tanya jawab,
penugasan, kalau medianya saya menggunakan LCD yang ada kalau ada
praktek perwatam jemazah ya saya pakai maneqin boneka dan kain kafan dan
lainnya. Itu disesuaikan dengan materinya soalnya mbak.
1.8
Peneliti : Sumber belajar apa saja yang Bapak gunakan untuk
menunjang pembelajaran PAI di MAN Salatiga?
Narasumber : Kalau Fikih di MAN Salatiga itu lebih ke Fiqh kontemporer
seperti tentang Imam Madzhab, dan banyak menggunakan buku-buku Fikih
kontemporer
1.9
Peneliti : Upaya apa saja yang dilakukan pihak sekolah dalam
pengembagan profesionalisme guru setelah sertifikasi?
Narasumber : Upaya pengembangan itu banyak, yang paling sering itu
pelatihan-pelatihan yang berkaitan dengan pembuatan perangkat
pembelajaran, RPP, penilaian, dan sebagainya. Dengan adanya workshop
pembelajaran akan menjadi lebih baik.
2.2
Peneliti : Apakah Bapak sering mengikuti workshop, diklat, atau
seminar pendidikan?
Narasumber : Workshop sering, terutama yang berkaitan dengan penunjang
mapel Fikih, penilaian, bimbingan teknis Kurikulum 2013. Workshop itu
sendiri diadakan oleh balai diklat yang bekerjasama dengan unit kerja.
2.3
Peneliti : Adakah kendala yang dihadapi dalam pengembangan
profesionalisme guru setelah sertifikasi?Jika ada apa saja?
Narasumber : Sarana kurang begitu menunjang kalau kita dituntut
professional, kadang-kadang anak jika diajak berfikir sama sulit, kita harus
mengembangkan sesuai dengan masing-masing karakter.
3.1
Peneliti : Bagaimana cara mengatasi kendala dalam pegembangan 3.2
11
profesionlisme guru setelah sertifikasi?
Narasumber : Menjalin kerjasama dengan pihak-pihak luar yang berkaitan
dengan profesional guru (balai diklat) dalam rangka untuk kerjasama
meningkatkan mutu guru.
Peneliti : Pak, saya kira cukup sekian. Terimakasih atas waktunya pak,
maaf jika mengganggu.
Narasumber : Iya mbak, sama-sama.
12
HASIL WAWANCARA
1. Identitas Narasumber
Narasumber : Sriyanto (SY)
Hari, Tanggal : Rabu, 01 Maret 2017
Waktu : 14.53 WIB
Tempat Wawancara : Ruang Guru MAN Salatiga
Jabatan : Guru SKI
2. Transkip Wawancara
Hasil Wawancara Kode
Rumusan
Masalah
Peneliti : Assalamu’alaikum pak, perkenalkan nama saya
Taufiqurohmah Hidayati dari IAIN Salatiga bermaksud mewawancarai bapak
terkait skripsi saya yang berjudul “Upaya Pembinaan Profesionalisme Guru
Rumpun Mata Pelajaran PAI di MAN Salatiga Setelah Sertifikasi”
Narasumber : Wa’alaikumsalam mbak. Silakan. Insya Allah saya bantu.
Peneliti : Apakah Bapak telah mengikuti program sertifikasi?
Narasumber : Iya Sudah mbak
Peneliti : Dan lulus program sertifikasi pada tahun berapa ?
Narasumber : Lulus Tahun 2009.
1.1
Peneliti : Bagaimana respon Bapak terhadap adanya program sertifikasi
dari pemerintah?
Narasumber : Sertifikasi bagus untuk meningkakan profesionalisme guru.
1.2
Peneliti : Apa yang Bapak dapatkan setelah mengikuti program
sertifikasi?
Narasumber : Banyak, diantaranya tentang metode, media pembelajaran,
tentang pembelajaran yang baik dan menyenangkan.
1.3
13
Peneliti : Apakah bapak selalu menyiapkan RPP sebelum
melaksanakan pembelajaran?
Narasumber : iyaa, RPP itu hal pokok dalam pembelajaran maka setiap guru
harus membuat soalnya itu tanggung jawab seorang guru, itu termasuk tugas
administrasi.
1.6
Peneliti : Metode dan media apa saja yang digunakan dalam
pembelajaran SKI?
Narasumber : Banyak, diantaranya tanya jawab, diskusi, short card,
metodenya biasanya menggunakan video, gambar-gambar sesuai dengan
materi yang akan dipelajari hari itu.
1.8
Peneliti : Sumber belajar apa saja yang Bapak gunakan untuk
menunjang pembelajaran PAI di MAN Salatiga?
Narasumber : menggunakan kurikulum 2013, jadi yang digunakan hanya
buku kurikulum 2013, juga menggunakan buku penunjang lain yang tidak ada
dalam materi itu, maka kita menggunakan media/sumber belajar dari internet
karena di MAN Salatiga itu free hotspot.
1.9
Peneliti : Upaya apa saja yang dilakukan pihak sekolah dalam
pengembagan profesionalisme guru setelah sertifikasi?
Narasumber : Diantaranya adanya diklat ditempat kerja ataupun
dilaksanakan di Kanwil, yang dlakukan oleh pihak kantor dan Kanwil yang
mengadakan. Semua guru diwajibkan mengikuti diklat, tetapi tergantung surat
kerjanya untuk semua guru mata pelajaran.
2.2
Peneliti : Apakah Bapak sering mengikuti workshop, diklat, atau
seminar pendidikan?
Narasumber : Selama ada surat tugas dari pihak lembaga, guru mengikuti
baik workshop, maupun diklat.
2.3
Peneliti : Adakah kendala yang dihadapi dalam pengembangan
profesionalisme guru setelah sertifikasi?Jika ada apa saja?
Narasumber : Untuk kendala tidak ada mbak
3.1
Peneliti : Iya pak. Terimakasih. Saya kira untuk sementara waktu
informasi dari bapak sudah cukup. Maaf mengganggu waktu bapak.
14
Narasumber : Iya, sama-sama mbak. Tidak mengganggu
Peneliti : Terimakasih pak . Assalamu’alaikum.
Narasumber : Wa’alaikumsalam
15
HASIL WAWANCARA
1. Identitas Narasumber
Narasumber : Siti Fatimah (SF)
Hari, Tanggal : Rabu, 01 Maret 2017
Waktu : 12.48 WIB
Tempat Wawancara : Ruang Guru MAN Salatiga
Jabatan : Guru Al-Qur’an Hadist dan Ilmu Hadist
2. Transkip Wawancara
Hasil Wawancara Kode
Rumusan
Masalah
Peneliti : Assalamu’alaikum bu, perkenalkan nama saya
Taufiqurohmah Hidayati dari IAIN Salatiga bermaksud mewawancarai Ibu
terkait skripsi saya yang berjudul “Upaya Pembinaan Profesionalisme Guru
Rumpun Mata Pelajaran PAI di MAN Salatiga Setelah Sertifikasi”
Narasumber : Wa’alaikumsalam mbak. Silakan.
Peneliti : Apakah Ibu telah mengikuti program sertifikasi?
Narasumber : Iya Sudah mbak
Peneliti : Dan lulus program sertifikasi pada tahun berapa ?
Narasumber : Lulus Tahun 2011.
1.1
Peneliti : Bagaimana respon ibu terhadap adanya program sertifikasi
dari pemerintah?
Narasumber : Sertifikasi menambah kesejahteraan guru, disitu juga guru
dituntut professional, padahal sebelum sertifikasi guru sudah profesional,
tetapi setelah sertifikasi harus lebih ditingkatkan lagi.
1.2
Peneliti : Apa yang Ibu dapatkan setelah mengikuti program sertifikasi?
Narasumber : Banyak, diantaranya tentang metode, media pembelajaran,
tetapi selain itu tugas semakin banyak, dan administrasi menumpuk dibarengi
1.3
16
dengan kesejahteraan yang semakin baik.
Peneliti : Apakah Ibu selalu menyiapkan RPP sebelum melaksanakan
pembelajaran?
Narasumber : iyaa, RPP itu hal pokok dalam pembelajaran maka setiap guru
harus membuat soalnya itu tanggung jawab seorang guru, itu termasuk tugas
administrasi.
1.6
Peneliti : Metode dan media apa saja yang digunakan dalam
pembelajaran Al-Qur’an Hadist?
Narasumber : Metode diskusi karena lebih cocok untuk Kurikulum 2013,
medianya sarana yang ada disekolah seperti LCD Proyektor.
1.8
Peneliti : Sumber belajar apa saja yang Ibu gunakan untuk menunjang
pembelajaran PAI di MAN Salatiga?
Narasumber : Karena saya mengampu Al-Qur’an hadist saya hanya
menggunakan Al-Qur’an dan hadist pilihan, selain itu buku-buku yang
diberikan pemerintah pusat karena perpustakaan MAN Salatiga sudah
lengkap, dan siswa download sendiri materinya.
1.9
Peneliti : Upaya apa saja yang dilakukan pihak sekolah dalam
pengembangan profesionalisme guru setelah sertifikasi?
Narasumber : Workshop sering disini, satu semester sekali.
2.2
Peneliti :Apakah ibu sering mengikuti workshop, diklat, atau seminar
pendidikan?
Narasumber : Semua guru dianjurkan mengikuti workshop yang diadakan
oleh sekolah maupun lembaga diluar sekolah.
2.3
Peneliti : Adakah kendala yang dihadapi dalam pengembangan
profesionalisme guru setelah sertifikasi?Jika ada apa saja?
Narasumber : Tidak ada kendala mbak.
3.1
Peneliti : Iya bu. Terimakasih. Saya kira untuk sementara waktu
informasi dari ibu sudah cukup.
Narasumber : Iya, sama-sama mbak.
17
HASIL WAWANCARA
1. Identitas Narasumber
Narasumber : Handono (HN)
Hari, Tanggal : Rabu, 02 Maret 2017
Waktu : 10.09 WIB
Tempat Wawancara : Ruang Kepala Sekolah MAN Salatiga
Jabatan : Kepala Sekolah
2. Transkip Wawancara
Hasil Wawancara Kode
Rumusan
Masalah
Peneliti : Assalamu’alaikum pak, perkenalkan nama saya
Taufiqurohmah Hidayati dari IAIN Salatiga bermaksud mewawancarai bapak
terkait skripsi saya yang berjudul “Upaya Pembinaan Profesionalisme Guru
Rumpun Mata Pelajaran PAI di MAN Salatiga Setelah Sertifikasi”
Narasumber : Wa’alaikumsalam mbak. Silakan.
Peneliti : Bagaimana respon para guru terhadap adanya kebijakan
sertifikasi di MAN Salatiga?
Narasumber : Respon bapak ibu sangat senang, karena pendapatan lebih
meningkat, banyak tunjangan dan meningkatkan kesejahteraan guru.
1.2
Peneliti : Bagaimana kinerja guru sebelum dan sesudah mengikuti
sertifikisasi?
Narasumber : Kinerja sebetulnya guru itu diberi pekerjaan yang diatur oleh
peraturan, guru sudah mengajar beban mengajar sudah dilaksanakan,tidak
akan guru tidak melaksanakan beban kerja dengan baik. Terbukti dengan hasil
pembelajaran yang dilakukan anak nilainya baik-baik, sebelum melakukan
sertifikasi kinerjanya sudah baik.
1.4
Peneliti : Adakah peningkatan mutu pengajaran yang guru laksanakan
setelah lulus uji sertifikasi?
Narasumber : Ada tolak ukur walaupun belum banyak yang bisa dilihat ada
yang meningkat biasa, ada yang meningkatnya pesat, dari segi peningkatan
1.5
18
mutu pembelajaran meningkat walaupun tidak semua guru.
Peneliti : Apakah kebijkan sertifikasi efektif dalam peningkatan mutu
pendidikan?
Narasumber : Efektif karena meningkatkan semangat belajar menambah
keilmuannya sehingga bisa melayani anak dengan baik
2.1
Peneliti : Upaya apa sajakah yang dilakukan dalam pembinaan
profesionalisme guru setelah sertifikasi?
Narasumber : Diberikan motivasi unuk mengikuti workshop, kita
selenggarakan work shop, diklat, pelatihan, diluar di instansi lain. Kia berikan
kesempatan sekaligus kita berharap pembinaan kedisiplinan didalam
mendokumentasikan pembelajaran.
2.2
Peneliti : Apakah guru yang sudah disertifikasi sering mengikuti
workshop, diklat, atau seminar pendidikan?
Narasumber : Setiap ada workshop, diklat kita memberikan kesempatan
walaupun secara jumlah gurunya banyak sehingga tidak bisa semuanya dapat
kesempatan diklat setiap tahun karena menyangkut anggaran tetapi madrasah
kini sudah dilakukan kegiatan terhadap peningkatan kwalitas guru. Untuk
penyelenggaraan pihak sekolah bekerjasama dengan pemerintah (kantor, balai
diklat keagamaan Semarang) narasumbernya dari widyaswara balai diklat
keagamaan Semarang termasuk narasumber lain, workshop narasumbernya
diambil dari pihak ahli, dosen.
2.3
Peneliti : Adakah kendala yang dihadapi dalam pembinaan
profesionalisme guru setelah sertifikasi? Jika ada, apa saja?
Narasumber : Ada karena kita bekerja dibatasi waktu tentang waktu dan
kadang waktunya tidak pas, dari sisi materi dari segi nara sumber, pembiayaan
tidak ada masalah. Sehingga didalam melakukan pembinaan itu waktunya
yang kurang tepat masih ada guru juga diberikan tugas tambahan yang lain.
3.1
Peneliti : Dan bagaimana cara mengatasi kendala dalam pembinaan
profesionalisme guru setelah serifikasi?
Narasumber : Tetap dicarikan waktu sebisa mungkin waktu sore, akhir jam ,
tidak bisa rutin jadinya kemudian pengawasan diakukan didalam kelas pada
saat bapak ibu mengajar. Pengawasan dilakukan secara terjadwal. Disamping
itu dilakukan supevisi pembelajaran dikelas, jadi saya mengamati langsung ,
setelah itu dilakukan penilaian terhadap pembelajaran yang dilakukan
3.2
19
Bapak/Ibu guru.
Peneliti : Iya pak. Terimakasih. Saya kira untuk sementara waktu
informasi dari bapak sudah cukup. Maaf mengganggu waktu bapak.
Narasumber : Iya, sama-sama mbak. Tidak mengganggu.
20
HASIL WAWANCARA
1. Identitas Narasumber
Narasumber : Kastomo (KS)
Hari, Tanggal : Rabu, 01 Maret 2017
Waktu : 09.04 WIB
Tempat Wawancara : Ruang Guru MAN Salatiga
Jabatan : Waka Kurikulum
2. Transkip Wawancara
Hasil Wawancara Kode
Rumusan
Masalah
Peneliti : Assalamu’alaikum pak, perkenalkan nama saya
Taufiqurohmah Hidayati dari IAIN Salatiga bermaksud mewawancarai bapak
terkait skripsi saya yang berjudul “Upaya Pembinaan Profesionalisme Guru
Rumpun Mata Pelajaran PAI di MAN Salatiga Setelah Sertifikasi”
Narasumber : Wa’alaikumsalam mbak. Silakan.
Peneliti : Bagaimana respon para guru terhadap adanya kebijakan
sertifikasi di MAN Salatiga?
Narasumber : Sangat senang, kalau kaitannya dengan sertifikasi, karena
menambah kesejahteraan.
1.2
Peneliti : Bagaimana kinerja guru sebelum dan sesudah mengikuti
sertifikisasi?
Narasumber : Kalau soal kinerja bagus mbak sebelum sertifikasi juga sudah
baik, apalagi sekarang sudah sertifikasi tambah baik.
1.4
Peneliti : Adakah peningkatan mutu pengajaran yang guru laksanakan
setelah lulus uji sertifikasi?
Narasumber : Ada mbak karena setelah sertifikasi guru mendapatkan
banyak ilmu yang haruus diterapkan dilembaganya masing-masing.
1.5
Peneliti : Apakah kebijkan sertifikasi efektif dalam peningkatan mutu
pendidikan?
Narasumber : Kalau soal itu saya tidak bisa menjawab soalnya itu butuh
2.1
21
penelitian lebih lanjut.
Peneliti : Upaya apa sajakah yang dilakukan dalam pembinaan
profesionalisme guru setelah sertifikasi?
Narasumber : mungkin salah satunya dengan penilaian kinerja guru,
mengontrol sarana dan prasarana yang ada dalam persiapan mengajar guru.
2.2
Peneliti : Apakah guru yang sudah disertifikasi sering mengikuti
workshop, diklat, atau seminar pendidikan
Narasumber : Kalau soal mengikuti itu tergantung kalau dari pemerintah
atau dari Kemenag pas menngadakan dan kita ada kesempatan mengikuti guru
mengikuti.
2.3
Peneliti : Adakah kendala yang dihadapi dalam pembinaan
profesionalisme guru setelah sertifikasi? Jika ada, apa saja?
Narasumber : Karena waktu terbatas misalnya seminar workshop itu kan
diadakan pada waktu efektif mengajar, guru harus meinggalkan tugas
mengajarnya.
3.1
Peneliti : Dan bagaimana cara mengatasi kendala dalam pembinaan
profesionalisme guru setelah serifikasi?
Narasumber : pembagian tugas mungkin ada guru yang ikut pembinaan dan
sebagian harus ada yang mengganti dikelas
3.2
Peneliti : Iya pak. Terimakasih. Saya kira untuk sementara waktu
informasi dari bapak sudah cukup..
Narasumber : Iya, sama-sama mbak.. Jika butuh data lagi silakan datang
kesini.
22
HASIL WAWANCARA
1. Identitas Narasumber
Narasumber : Ulfi Khoerotun (UF)
Hari, Tanggal : Selasa, 21 Maret 2017
Waktu : 12.03 WIB
Tempat Wawancara : Ruang Guru MAN Salatiga
Jabatan : Guru Ekonomi
2. Transkip Wawancara
Hasil Wawancara Kode
Rumusan
Masalah
Peneliti : Assalamu’alaikum bu, perkenalkan nama saya
Taufiqurohmah Hidayati dari IAIN Salatiga bermaksud mewawancarai ibu
terkait skripsi saya yang berjudul “Upaya Pembinaan Profesionalisme Guru
Rumpun Mata Pelajaran PAI di MAN Salatiga Setelah Sertifikasi”
Narasumber : Wa’alaikumsalam mbak. Apa yang mau ditanyakan?
Peneliti : Bagaimana tanggung jawab guru rumpun mata pelajaran PAI
dalam melaksanakan tugasnya dalam mengajar?
Narasumber :Bapak Ibu guru yang mengampu mata pelajaran PAI di MAN
Salatiga memiliki tanggung jawab yang tinggi disiplin dalam bekerja, datang
tepat waktu , saat masuk kekelas juga tepat waktu. Guru mata pelajaran PAI
itu, jarang ijin mbak, kalau tidak benar-benar sakit ata ada keperluan.
1.10
Peneliti : Bagaimana sosialisasi guru rumpun mata pelajaran PAI
terhadap siswa dan guru yang lain?
Narasumber : Sosialisasinya bagus mbak antara guru-guru yang lain, sama
siswa juga bagus.
1.11
Peneliti : Saya kira sudah cukup informasi yang saya dapat, Terima
kasih, maaf sudah mengganggu waktu ibu.
Narasumber : Iya mbak sama-sama. Tidak mengganggu kok.
23
HASIL WAWANCARA
1. Identitas Narasumber
Narasumber : Rahma (RH)
Hari, Tanggal : Selasa, 21 Maret 2017
Waktu : 11.39 WIB
Tempat Wawancara : Perpustakaan
Jabatan : Siswa Kelas XI Bahasa
2. Transkip Wawancara
Hasil Wawancara Kode
Rumusan
Masalah
Peneliti : Assalamu’alaikum dek, perkenalkan nama saya
Taufiqurohmah Hidayati dari IAIN Salatiga bermaksud mewawancarai adek
terkait skripsi saya yang berjudul “Upaya Pembinaan Profesionalisme Guru
Rumpun Mata Pelajaran PAI di MAN Salatiga Setelah Sertifikasi”
Narasumber : Wa’alaikumsalam mbak. Silakan
Peneliti : Bagaimana performa ibu SF saat mengajar?
Narasumber : Ibu SF sebelum masuk pembelajaran anak-anak disuruh
hafalan ayat-ayat Al-Qur’an dan hadis pilihan terlebih dahulu.
Peneliti : Bagaimana tindakan guru apabila ada siswa yang belum
paham tentang materi yang disampaikan?
Narasumber : Guru memberi kesempatan bertanya kalau ada yang tidak
bisa, tetapi tidak pernah ada yang mau betanya, kalau ada paling yang tanya
itu-itu terus yang tanya. Kalau tidak guru memberikan soal, kemudian dilihat
siapa saja yang nilainya jelek, dan ditanya kenapa kok bisa jelek? Kurang
paham atau gimana.
Peneliti :Apakah ada remidi untuk siswa-siswa yang belum tuntas?
Narasumber : Ibu SF melakukan remidi untuk siswa-siswa yang belum
tuntas.
1.7
24
Peneliti : Metode dan media apa saja yang Ibu SF gunakan dalam
pembelajaran PAI di MAN Salatiga?
Narasumber : Metodenya lebih sering dengan diskusi kelompok, kalau
medianya paling cuma LCD dan laptop.
Peneliti : Apakah pernah melakukan pembelajaran diluar kelas?
Misalnya perpustkaan?
Narasumber : Tidak pernah mbak
1.8
Peneliti : Sumber belajar apa saja yang sering digunakan?
Narasumber : Buku-buku yang ada di perpustakaan, kadang siswa disuruh
cari materi sendiri di internet.
1.9
Peneliti : Bagaimana tanggung jawab guru rumpun mata pelajaran PAI
dalam melaksanakan tugasnya dalam mengajar?
Narasumber : Datang tepat waktu, memberi tugas ketika beliau tidak masuk
kelas.
1.10
Peneliti : Bagaimana sosialisasi guru rumpun mata pelajaran PAI
terhadap siswa dan guru yang lain?
Narasumber : Ibu SF sering cerita tentang pengalaman-pengalaman yang
memotifasi.
1.11
Peneliti : Terimakasih dik atas waktunya, maaf mengganggu
Narasumber : Iya.. mbak sama-sama,
25
HASIL WAWANCARA
1. Identitas Narasumber
Narasumber : Yusuf (YS)
Hari, Tanggal : Selasa, 21 Maret 2017
Waktu : 12.05 WIB
Tempat Wawancara : Mushola MAN Salatiga
Jabatan : Siswa Kelas XII Agama
2. Transkip Wawancara
Hasil Wawancara Kode
Rumusan
Masalah
Peneliti : Selamat siang dek, perkenalkan nama saya Taufiqurohmah
Hidayati dari IAIN Salatiga bermaksud mewawancarai adek terkait skripsi
saya yang berjudul “Upaya Pembinaan Profesionalisme Guru Rumpun Mata
Pelajaran PAI di MAN Salatiga Setelah Sertifikasi”
Narasumber : Oh iya mbak
Peneliti : Bagaimana performa Bapak TM saat mengajar?
Narasumber : Bapak TM menjelaskan materi dengan bahasa yang enak
dipahami, komunikatif dengan siswa, memberikan pertanyan kepada siswa
secara merata.
Peneliti : Bagaimana tindakan guru apabila ada siswa yang belum
paham tentang materi yang disampaikan?
Narasumber : Guru mengulang lagi materi jika belum paham, dan memberi
kesempatan untuk siswa yang belum paham untuk bimbingan diluar jam
belajar.
Peneliti :Apakah ada remidi untuk siswa-siswa yang belum tuntas?
Narasumber : Ada mbak, misalnya nilai ulangannya jelek itu diulang lagi.
1.7
Peneliti : Metode dan media apa saja yang bapak TM gunakan dalam
pembelajaran PAI di MAN Salatiga?
1.8
26
Narasumber : metodenya presentasi, ceramah, dan diskusi kelompok,
kadang juga ada prakteknya sehingga siswa lebih paham.
Peneliti : Sumber belajar apa saja yang sering digunakan?
Narasumber : Buku paket.
1.9
Peneliti : Bagaimana tanggung jawab guru rumpun mata pelajaran PAI
dalam melaksanakan tugasnya dalam mengajar?
Narasumber : Datang tepat waktu, memperingatkan siswa yang tidak
memperhatikan.
1.10
Peneliti : Bagaimana sosialisasi guru rumpun mata pelajaran PAI
terhadap siswa dan guru yang lain?
Narasumber : Baik mbak, karena bapaknya penyabar jadi banyak siswa
yang senang dengan beliau.
1.11
Peneliti : Terimakasih dik atas waktunya, maaf mengganggu
Narasumber : Iya.. mbak sama-sama,
27
HASIL WAWANCARA
1. Identitas Narasumber
Narasumber : Khisna (KS)
Hari, Tanggal : Selasa, 21 Maret 2017
Waktu : 09.30 WIB
Tempat Wawancara : Perpustakaan
Jabatan : Siswa Kelas XII IPA 4
2. Transkip Wawancara
Hasil Wawancara Kode
Rumusan
Masalah
Peneliti : Selamat pagi dek, perkenalkan nama saya Taufiqurohmah
Hidayati dari IAIN Salatiga bermaksud mewawancarai adek terkait skripsi
saya yang berjudul “Upaya Pembinaan Profesionalisme Guru Rumpun Mata
Pelajaran PAI di MAN Salatiga Setelah Sertifikasi”
Narasumber : Pagi mbak. Silakan
Peneliti : Bagaimana performa Bapak SY dan JM saat mengajar?
Narasumber : Bapak SY selalu menggunakan bahasa yang santun saat
menyampaikan materi, dan memberi kesempatan semua siswa unuk bertanya.
Narasumber : Bapak JM itu mbak lebih sering becanda, kadang waktunya
sudah mepet baru mulai materi pembelajaran.
Peneliti : Bagaimana tindakan guru apabila ada siswa yang belum
paham tentang materi yang disampaikan?
Narasumber : Sebelum dijelaskan pak SY memberi kesempatan siswa untuk
berpendapat, nanti baru pk SY menjelaskan dan memberi kesimpulan.
Peneliti :Apakah ada remidi untuk siswa-siswa yang belum tuntas?
Narasumber : Untuk pk SY ada remidi tetapi pk JM tidak ada remidi..
1.7
Peneliti : Metode dan media apa saja yang bapak SY dan bapak JM 1.8
28
gunakan dalam pembelajaran PAI di MAN Salatiga?
Narasumber : Pak SY menggunakan metode diskusi kelompok.
Narasumber : Pak JM menggunakan metode ceramah, medianya laptop dan
LCD.
Peneliti : Sumber belajar apa saja yang sering digunakan?
Narasumber : Pak SY menyuruh siswa untuk mencari materi untuk
presentasi, baru nanti dijelasin mbak
Narasumber : Pak JM biasanya menggunakan LKS siswa disuruh
meringkas.
1.9
Peneliti : Bagaimana tanggung jawab guru rumpun mata pelajaran PAI
dalam melaksanakan tugasnya dalam mengajar?
Narasumber : Untuk pak SY dan pak JM sama-sama kalau datang tepat
waktu. Tetapi untuk pak JM terlalu sibuk dengan urusan lain jadi sering
kosong dan kadang-kadang tidak diberi tugas pengganti.
1.10
Peneliti : Bagaimana sosialisasi guru rumpun mata pelajaran PAI
terhadap siswa dan guru yang lain?
Narasumber : pak SY dan pak JM itu hampir sama kalau sama siswanya
sudah kaya teman, jadi enak kalau diajak cerita.
1.11
Peneliti : Terimakasih dik atas waktunya, maaf mengganggu
Narasumber : Iya.. mbak sama-sama,
Top Related