Upaya HATHI Dalam Antisipasi Banjir Dan Krisis Air

2
Upaya HATHI Dalam Antisipasi Banjir Dan Krisis Air Himpunan Ahli Teknik Hidraulik Indonesia (HATHI) sebagai Organisasi Profesi dibentuk untuk meningkatkan kemampuan anggotanya dalam menuangkan ide, gagasan, dan pengalaman guna dibagikan dan didiskusikan bersama anggota yang lain. Dengan telah diselenggarakannya Pertemuan Ilmiah Tahunan ke – 30, HATHI juga telah banyak memberi kontribusi kepada pengelolaan sumber daya air di Indonesia. Demikian disampaikan Menteri Pekerjaan Umum Djoko Kirmanto dalam Pertemuan Ilmiah Tahunan ke-30 dan Kongres ke-11 HATHI, Jumat Malam (8/11) di Jakarta. Pertemuan Ilmiah Tahunan kali ini mengusung tema â€oePengelolaan Sumber Daya Air Dalam Rangka Antisipasi Banjir Dan Krisis Air―. Tema tersebut sangat tepat sebagai suatu upaya HATHI dalam menyikapi situasi yang sedang dihadapi. Kejadian banjir yang terjadi selama ini telah membawa dampak yang luas secara nasional. Bahkan dampak banjir di perkotaan dapat mempengaruhi perekonomian nasional dan pasar industri di tingkat internasional. Sebagai contoh, banjir di Jakarta yang terjadi pada bulan Januari 2013 diperkirakan telah menyebabkan kerugian hingga Rp 20 Triliun. Untuk skala nasional, hingga pertengahan tahun 2013 terjadi 632 bencana banjir dengan korban meninggal dunia mencapai 380 jiwa dan 570 ribu jiwa mengungsi. â€oeUpaya-upaya pengendalian banjir yang telah dilakukan selama ini seolah-olah menjadi kurang berarti dibanding dengan peningkatan kerugian banjir. Hal tersebut antara lain dikarenakan kekurangpahaman manusia terhadap hubungan timbal balik antara air dan lahan ditandai dengan pemanfaatan lahan dataran banjir yang tanpa pengaturan dan antisipasi terhadap resiko banjir,― ujar Djoko Kirmanto. Lebih lanjut dikatakannya, hal lain yakni perubahan penutup lahan dari penutup alami menjadi lapisan kedap air. Perubahan tersebut mengakibatkan berkurangnya infiltrasi air hujan ke dalam tanah dan meningkatnya aliran air di permukaan tanah. Kemudian, menurunnya kapasitas palung sungai karena pendangkalan dan/atau penyempitan oleh sedimentasi, sampah dan gangguan aliran lain akibat aktivitas manusia di dekat sungai khususnya di wilayah perkotaan. Selain itu, upaya pengendalian banjir harus menggunakan pendekatan manajemen resiko dalam rangka pengelolaan banjir terpadu. Pengelolaan banjir terpadu mempunyai ciri utama ikut sertanya seluruh unsur di dalam Daerah Aliran Sungai (DAS). Banjir merupakan produk DAS, oleh karenanya setiap kegiatan di DAS sesuai lokasi dan potensinya harus ikut berperan mengurangi dan memperlambat aliran air dengan cara mempermudah infiltrasi air hujan meresap ke dalam tanah dan memperbanyak tampungan. Pengendalian banjir tidak hanya bertumpu pada kegiatan fisik di sungai melainkan juga pada page 1 / 2

description

paya HATHI Dalam Antisipasi Banjir Dan Krisis Air

Transcript of Upaya HATHI Dalam Antisipasi Banjir Dan Krisis Air

  • Upaya HATHI Dalam Antisipasi Banjir Dan Krisis Air

    Himpunan Ahli Teknik Hidraulik Indonesia (HATHI) sebagai Organisasi Profesi dibentuk untukmeningkatkan kemampuan anggotanya dalam menuangkan ide, gagasan, dan pengalaman gunadibagikan dan didiskusikan bersama anggota yang lain. Dengan telah diselenggarakannyaPertemuan Ilmiah Tahunan ke 30, HATHI juga telah banyak memberi kontribusi kepadapengelolaan sumber daya air di Indonesia. Demikian disampaikan Menteri Pekerjaan Umum DjokoKirmanto dalam Pertemuan Ilmiah Tahunan ke-30 dan Kongres ke-11 HATHI, Jumat Malam (8/11)di Jakarta.

    Pertemuan Ilmiah Tahunan kali ini mengusung tema Pengelolaan Sumber Daya Air DalamRangka Antisipasi Banjir Dan Krisis Air. Tema tersebut sangat tepat sebagai suatu upayaHATHI dalam menyikapi situasi yang sedang dihadapi. Kejadian banjir yang terjadi selama ini telahmembawa dampak yang luas secara nasional. Bahkan dampak banjir di perkotaan dapatmempengaruhi perekonomian nasional dan pasar industri di tingkat internasional. Sebagai contoh,banjir di Jakarta yang terjadi pada bulan Januari 2013 diperkirakan telah menyebabkan kerugianhingga Rp 20 Triliun.

    Untuk skala nasional, hingga pertengahan tahun 2013 terjadi 632 bencana banjir dengan korbanmeninggal dunia mencapai 380 jiwa dan 570 ribu jiwa mengungsi.

    Upaya-upaya pengendalian banjir yang telah dilakukan selama ini seolah-olah menjadi kurangberarti dibanding dengan peningkatan kerugian banjir. Hal tersebut antara lain dikarenakankekurangpahaman manusia terhadap hubungan timbal balik antara air dan lahan ditandai denganpemanfaatan lahan dataran banjir yang tanpa pengaturan dan antisipasi terhadap resiko banjir,ujar Djoko Kirmanto.

    Lebih lanjut dikatakannya, hal lain yakni perubahan penutup lahan dari penutup alami menjadilapisan kedap air. Perubahan tersebut mengakibatkan berkurangnya infiltrasi air hujan ke dalamtanah dan meningkatnya aliran air di permukaan tanah. Kemudian, menurunnya kapasitas palungsungai karena pendangkalan dan/atau penyempitan oleh sedimentasi, sampah dan gangguanaliran lain akibat aktivitas manusia di dekat sungai khususnya di wilayah perkotaan. Selain itu,upaya pengendalian banjir harus menggunakan pendekatan manajemen resiko dalam rangkapengelolaan banjir terpadu.

    Pengelolaan banjir terpadu mempunyai ciri utama ikut sertanya seluruh unsur di dalam DaerahAliran Sungai (DAS). Banjir merupakan produk DAS, oleh karenanya setiap kegiatan di DASsesuai lokasi dan potensinya harus ikut berperan mengurangi dan memperlambat aliran air dengancara mempermudah infiltrasi air hujan meresap ke dalam tanah dan memperbanyak tampungan.Pengendalian banjir tidak hanya bertumpu pada kegiatan fisik di sungai melainkan juga pada

    page 1 / 2

  • kegiatan non fisik yaitu pengelolaan resiko seluruh kegiatan di DAS.

    Menurut Menteri PU, selain faktor banjir, efektifitas pengelolaan SDA dan peningkatan upayapengendalian daya rusak juga dipengaruhi oleh persoalan kekeringan yang menyebabkan krisisair. Terjadinya kekeringan mengakibatkan dampak berkurangnya produksi pangan, berkurangnyaketersediaan air untuk pemenuhan aktifitas manusia, berkurangnya air untuk ternak, terjadinyakonflik antar pengguna air, terjangkitnya penyakit akibat kekurangan air, bertambahnya pendudukmiskin, migrasi penduduk, dan yang tidak kita harapkan, timbulnya korban jiwa.

    Sebagai contoh, kita dapat melihat Provinsi Nusa Tenggara Timur. Kekeringan sering melandaNTT dan sangat mengganggu produksi pertanian dan penyediaan air untuk berbagai kebutuhan.Kondisi ini berkaitan dengan musim kemarau yang panjang yaitu antara 8-9 bulan. Oleh karena ituBadan Nasional Penanggulangan Bencana memasukkan NTT dalam salah satu skala prioritaspenanganan bencana kekeringan selain Lampung, Banten, Jawa Barat, Jawa Tengah,Yogyakarta, Jawa Timur, Nusa Tenggara Barat dan Papua, tambah Djoko Kirmanto.

    Untuk itu, melalui Pertemuan Ilmiah Tahunan ini diharapkan dapat mencetak tenaga-tenagaprofesional di bidang pengelolaan SDA yang berkualitas ke depan. Semakin kompleksnyapermasalahan di bidang SDA yang memerlukan penanganan yang bersifat multisektoral, sehinggasetiap tenaga profesional bidang SDA haru dapat melihat permasalahan tidak hanya kacamatateknis saja, namun juga harus dapat mengkajinya dari segi sosial dan ekonomi supaya hasilpemikirannya dapat lebih bersifat implementatif. (ind)

    Pusat Komunikasi Publik

    091113

    Powered by TCPDF (www.tcpdf.org)

    page 2 / 2