Pedoman Teknis Antisipasi Dampak Perubahan Iklim

60
DUKUNGAN PERLINDUNGAN PERKEBUNAN DIREKTORAT JENDERAL PERKEBUNAN KEMENTERIAN PERTANIAN MARET 2015 PEDOMAN TEKNIS TAHUN 2015 ANTISIPASI DAMPAK PERUBAHAN IKLIM APBN-P

Transcript of Pedoman Teknis Antisipasi Dampak Perubahan Iklim

Page 1: Pedoman Teknis Antisipasi Dampak Perubahan Iklim

DUKUNGAN PERLINDUNGAN

PERKEBUNAN

DIREKTORAT JENDERAL PERKEBUNAN KEMENTERIAN PERTANIAN MARET 2015

PEDOMAN TEKNIS

TAHUN 2015

ANTISIPASI DAMPAK PERUBAHAN IKLIM

APBN-P

Page 2: Pedoman Teknis Antisipasi Dampak Perubahan Iklim

i

KATA PENGANTAR

Pedoman Teknis kegiatan Antisipasi Dampak Perubahan Iklim di daerah tahun 2015 disusun dalam rangka memberikan rambu-rambu dan arahan pelaksanaan kegiatan kepada Dinas yang membidangi Perkebunan di Provinsi dan Kabupaten/Kota.

Sistematika Pedoman Teknis terdiri dari 8 (delapan) Bab, yaitu: Bab I. Pendahuluan, Bab II. Pendekatan Pelaksanaan Kegiatan, Bab III. Pelaksanaan Kegiatan, Bab IV. Proses Pengadaan Barang, Bab V. Pembinaan, Pengendalian, Pengawalan dan Pendampingan, Bab VI. Monitoring, Evaluasi dan Pelaporan, Bab VII. Pembiayaan, serta Bab VIII. Penutup.

Pedoman Teknis harus menjadi acuan Dinas yang membidangi Perkebunan di Provinsi/ Kabupaten/Kota dalam menyusun Petunjuk Pelaksanaan, Petunjuk Teknis dan pelaksanaan kegiatan.

Jakarta, 9 Maret 2015 Direktur Jenderal Perkebunan

Ir. Gamal Nasir, MSNIP. 195607281986031001

Page 3: Pedoman Teknis Antisipasi Dampak Perubahan Iklim

iii

DAFTAR ISI

Halaman KATA PENGANTAR................................. i DAFTAR ISI ......................................... iii DAFTAR LAMPIRAN ................................ iv I PENDAHULUAN............................... 1 A. Latar Belakang............................ 1 B. Sasaran Nasional......................... 2 C. Tujuan..................................... 2 D. Pengertian Umum........................ 3 II PENDEKATAN PELAKSANAAN

KEGIATAN....................................

6 A. Prinsip Pendekatan Pelaksanaan

Kegiatan...................................

6 B. Spesifikasi Teknis......................... 13 III PELAKSANAAN KEGIATAN.................... 24 A. Ruang Lingkup...................... 24 B. Pelaksana dan Penanggung Jawab

Kegiatan................................... 29

C. Lokasi, Jenis dan Volume............... 32 D. Simpul Kritis............................... 32 IV PROSES PENGADAAN BARANG............. 34 V PEMBINAAN, PENGENDALIAN,

PENGAWALAN DAN PENDAMPINGAN..... 35

A. Pembinaan, Pengendalian, Pengawalan dan Pendampingan ......

35

B. Pelaksanaan Pembinaan, Pengendalian, Pengawalan dan Pendampingan............................

36

VI MONITORING, EVALUASI DAN PELAPORAN...................................

37

Page 4: Pedoman Teknis Antisipasi Dampak Perubahan Iklim

iv

A. Monitoring................................ 37 B. Evaluasi................................... 37 C. Pelaporan................................. 37 VII PEMBIAYAAN.................................. 40 VIII PENUTUP.......................................... 41 Lampiran ................................................ 42

Page 5: Pedoman Teknis Antisipasi Dampak Perubahan Iklim

v

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

1. Spesifikasi alat pengendalian kebakaran

lahan dan kebun ............................. 43

2. Spesifikasi Alat pada Pengembangan Model Perkebunan Rendah Emisi Karbon pada Perkebunan Kopi rakyat..............

46

3. Contoh Kompos Pada Kegiatan Pengembangan Model Perkebunan Rendah Emisi Karbon Pada Perkebunan Kopi Rakyat ...................................

47

4. Lokasi dan Volume kegiatan Antisipasi DampakPerubahan Iklim.....................

50

5. Form Laporan Perkembangan Realisasi Fisik Dan Keuangan Kegiatan Antisipasi Dampak Perubahan Iklim....................

53

6. Out Line Laporan Akhir ..................... 54

Page 6: Pedoman Teknis Antisipasi Dampak Perubahan Iklim

1

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Luas areal perkebunan Indonesia sampai dengan tahun 2013 sekitar 22,64 juta ha dan yang diusahakan oleh rakyat sekitar 70% dari total areal perkebunan. Produktivitas baru mencapai 58% dari potensi.

Rendahnya produktivitas dan mutu antara lain disebabkan oleh penggunaan benih unggul yang baru mencapai 40%, rendahnya kualitas penerapan Good Agricultural Practicies (GAP) di tingkat petani dan masih tingginya kehilangan hasil akibat serangan Organisme Pengganggu Tumbuhan (OPT). Kondisi tersebut diperburuk dengan terjadinya cekaman iklim seperti kekeringan, kebakaran lahan dan banjir.

Luas areal perkebunan dan lahan masyarakat yang mengalami kebakaran pada tahun 2013 seluas 17.809,28 ha. Sedangkan pada tahun 2012, luas areal perkebunan yang rusak akibat bencana banjir seluas 21 ha, puting beliung seluas 523,9 ha dan curah hujan tinggi 4.221 ha.

Dampak perubahan iklim yang ditandai dengan terjadinya fenomena iklim ekstrim (kekeringan dan curah hujan tinggi) menyebabkan perubahan pada proses fisiologis tanaman antara lain pada tebu menurunkan rendemen gula, kelapa sawit menurunkan produksi Tandan Buah Segar (TBS),

Page 7: Pedoman Teknis Antisipasi Dampak Perubahan Iklim

2

dan pada karet menurunkan produksi latex. Untuk meminimalisir kerugian yang disebabkan oleh perubahan iklim maka perlu dilakukan upaya mitigasi dan adaptasi terhadap perubahan iklim, serta dukungan dalam upaya penurunan emisi gas rumah kaca.

Dengan memperhatikan hal-hal tersebut di atas, maka pada tahun 2015 Direktorat Perlindungan Perkebunan melaksanakan kegiatan Antisipasi Dampak Perubahan Iklim.

B. Sasaran Nasional

Sasaran yang ingin dicapai pada kegiatan Antisipasi Dampak Perubahan Iklim adalah memfasilitasi pencegahan kebakaran dan penanganan dampak perubahan iklim serta pengurangan risiko kekeringan dalam mendukung peningkatan produksi dan produktivitas tanaman perkebunan berkelanjutan.

C. Tujuan

Tujuan kegiatan adalah:

1. Mengantisipasi dampak perubahan iklim secara dini melalui kegiatan pemantauan kebakaran lahan dan kebun, dampak perubahan iklim dan bencana alam.

Page 8: Pedoman Teknis Antisipasi Dampak Perubahan Iklim

3

2. Terjalinnya kerjasama antar instansi pemerintah di daerah, pelaku usaha perkebunan, petani dan masyarakat dalam upaya Penanggulangan Kebakaran Lahan dan Kebun.

3. Meningkatnya pengetahuan masyarakat tentang peraturan perundang-undangan, pembukaan lahan tanpa bakar (PLTB) dan memfasilitasi kelompok tani dalam pengendalian kebakaran lahan dan kebun.

4. Menyediakan model adaptasi kekeringan pada tanaman perkebunan melalui demplot adaptasi kekeringan pada sub sektor perkebunan di provinsi rawan kekeringan.

5. Melaksanakan Pengembangan Model Perkebunan Rendah Emisi Karbon pada Perkebunan Kopi Rakyat di Provinsi sentra pengembangan tanaman kopi.

D. Pengertian Umum

1. Gas Rumah Kaca (GRK) adalah gas yang terkandung dalam atmosfer baik alami maupun antropogenik yang menyerap dan memancarkan kembali radiasi inframerah.

2. Emisi Gas Rumah Kaca adalah lepasnya Gas Rumah Kaca ke atmosfer pada suatu area tertentu dalam jangka waktu tertentu.

Page 9: Pedoman Teknis Antisipasi Dampak Perubahan Iklim

4

3. Perubahan Iklim adalah berubahnya iklim yang diakibatkan langsung atau tidak langsung oleh aktivitas manusia sehingga menyebabkan perubahan komposisi atmosfer secara global dan selain itu juga berupa perubahan variabilitas iklim alamiah yang teramati pada kurun waktu yang dapat dibandingkan.

4. Mitigasi adalah usaha pengendalian untuk mengurangi risiko akibat perubahan iklim melalui kegiatan yang dapat menurunkan emisi/meningkatkan penyerapan GRK dari berbagai sumber emisi.

5. Adaptasi adalah suatu kegiatan yang dilakukan untuk penyesuaian sistem produksi terhadap pemanasan dan perubahan iklim global.

6. Perkebunan rendah emisi adalah teknologi yang digunakan dalam budidaya perkebunan dengan cara meningkatkan atau mempertahankan hasil produksi perkebunan secara optimal dengan emisi gas rumah kaca sekecil mungkin.

7. Pengendalian Kebakaran Lahan dan Kebun adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan mulai dari pencegahan, pemadaman dan penanganan pasca kebakaran di lahan dan kebun.

8. Hotspot berdasarkan Permenhut No P.12 tahun 2009 adalah suatu indikator

Page 10: Pedoman Teknis Antisipasi Dampak Perubahan Iklim

5

kebakaran hutan yang mendeteksi suatu lokasi yang memiliki suhu relatif lebih tinggi dibandingkan dengan suhu disekitarnya.

9. Brigade Pengendalian Kebakaran Lahan dan Kebun adalah satuan kerja yang berada di Pemerintah Pusat, pemerintah provinsi dan pemerintah kabupaten/kota yang mempunyai tugas melaksanakan pengendalian kebakaran lahan dan kebun

10. Kelompok Tani Peduli Api (KTPA) adalah sejumlah pekebun yang telah memperoleh pelatihan tentang pengendalian kebakaran lahan dan kebun yang ditetapkan oleh pejabat yang berwenang.

11. Kelompok Tani adalah kumpulan petani/pekebun yang dibentuk atas dasar kesamaan kepentingan, kondisi, lingkungan (sosial, ekonomi, sumber daya) dan keakraban untuk meningkatkan dan mengembangkan usaha anggota yang terdaftar di Badan Koordinasi Penyuluhan.

12. Calon Petani/Calon Lokasi (CP/CL) adalah kelompok tani/lokasi yang akan diusulkan menjadi peserta kegiatan yang akan dilaksanakan.

13. Apel siaga adalah apel untuk mengetahui persiapan regu brigade/KTPA dalam pengendalian kebakaran.

Page 11: Pedoman Teknis Antisipasi Dampak Perubahan Iklim

6

II. PENDEKATAN PELAKSANAAN KEGIATAN

A. Prinsip Pendekatan Pelaksanaan Kegiatan

1. Pendekatan Umum

Prinsip pendekatan umum meliputi hal yang bersifat administratif dan manajemen kegiatan.

a. SK Tim Pelaksana Kegiatan

1) Penetapan SK Tim Pelaksana Kegiatan oleh Kepala Dinas/KPA paling lambat 1 (satu) minggu setelah diterimanya penetapan Satker dari Menteri Pertanian.

2) Penanggung jawab dan pelaksana kegiatan antisipasi dampak perubahan iklim untuk TP provinsi ditetapkan oleh Kepala Dinas Provinsi.

3) Penanggung jawab dan pelaksana kegiatan antisipasi dampak perubahan iklim untuk TP kabupaten/kota ditetapkan oleh Kepala Dinas kabupaten/kota.

b. Rencana kerja

Rencana kerja pelaksanaan masing-masing kegiatan disusun paling lambat 1 (satu) minggu setelah ditetapkannya SK Tim pelaksana dan mengacu kepada Pedoman Teknis dari Ditjen Perkebunan.

Page 12: Pedoman Teknis Antisipasi Dampak Perubahan Iklim

7

c. Juklak, Juknis

Penanggungjawab kegiatan harus menyusun Juklak/Juknis yang mengacu kepada pedoman teknis yang dikeluarkan oleh Ditjen.Perkebunan. Penyusunan Juklak/Juknis untuk kegiatan TP Provinsi/Kabupaten/Kota paling lambat 2 (dua) minggu setelah ditetapkannya SK Tim pelaksana.

d. Koordinasi dan Sosialisasi

Koordinasi dilakukan oleh satker pelaksana kegiatan dengan Direktorat Jenderal Perkebunan melalui Direktorat Perlindungan Perkebunan, Balai Besar Perbenihan dan Proteksi Tanaman Perkebunan (BBPPTP) Medan, Surabaya, Ambon dan Balai Proteksi Tanaman Perkebunan (BPTP) Pontianak (sesuai dengan wilayah kerja), dan Dinas Kabupaten/Kota dimana terdapat lokasi kegiatan dilaksanakan.

Sosialisasi dilaksanakan oleh pelaksana kegiatan kepada petani peserta kegiatan antisipasi dampak perubahan iklim dan pihak terkait lainnya.

e. Pelelangan/pengadaan

Pelelangan/pengadaan dilaksanakan sesuai peraturan perundangan yang berlaku dan kontrak diupayakan ditandatangani paling lambat bulan Maret 2015. Pengadaan sarana pendukung perlindungan tidak dapat

Page 13: Pedoman Teknis Antisipasi Dampak Perubahan Iklim

8

digabungkan dengan pengadaan sarana produksi lainnya.

f. Monitoring dan Evaluasi

Monitoring dan evaluasi dilakukan oleh satker pelaksana kegiatan selama kegiatan berlangsung.

g. Laporan

1) Laporan perkembangan pelaksanaan kegiatan disampaikan oleh satker pelaksana kegiatan sesuai dengan jadual dan form Pedoman SIMONEV.

2) Laporan akhir kegiatan disampai kan oleh satker pelaksana kegiatan ke pusat paling lambat 2 (dua) minggu setelah kegiatan selesai dan tidak melewati bulan Desember 2015.

2. Prinsip Pendekatan Teknis

a. Fasilitasi Pemantauan Kebakaran, Dampak Perubahan Iklim, dan Bencana Alam

Kegiatan dilaksanakan pada Provinsi sentra pengembangan tanaman perkebunan dengan kriteria sebagai berikut:

1) Provinsi rawan kebakaran dan bencana alam.

2) Provinsi yang memiliki lahan gambut dan sering terjadi kebakaran.

Page 14: Pedoman Teknis Antisipasi Dampak Perubahan Iklim

9

b. Pemberdayaan Masyarakat Dalam Rangka

Pencegahan dan Pengendalian Kebakaran Lahan dan Kebun

1) Kegiatan dilaksanakan pada Kabupaten/Kota sentra pengembangan tanaman perkebunan provinsi rawan kebakaran.

2) Sasaran pemberdayaan adalah melalui pendekatan kepada kelompok petani/pekebun yang berada pada lokasi rawan kebakaran.

3) Waktu pelaksanaan menjelang awal musim kemarau.

4) Sosialisasi dengan cara paparan, praktek lapangan/ simulasi dan diskusi.

c. Apel Siaga Penanggulangan Kebakaran Lahan dan Kebun

1) Kegiatan dilaksanakan di Provinsi sentra pengembangan tanaman perkebunan pada daerah rawan kebakaran dan kekeringan.

2) Arahan yang disampaikan kepada pelaku usaha perkebunan meliputi kebijakan pencegahan kebakaran pada lahan dan kebun serta penanganan dampak perubahan iklim; kesiapan dalam menghadapi kebakaran lahan dan kebun; penerapan teknologi PLTB; koordinasi penanganan kebakaran lahan dan kebun serta penandatanganan kesepakatan

Page 15: Pedoman Teknis Antisipasi Dampak Perubahan Iklim

10

pelaku usaha perkebunan dalam mengendalikan kebakaran lahan dan kebun.

3) Peserta apel siaga adalah pejabat dinas provinsi/ kabupaten/ kota, regu pengendalian kebakaran lahan dan kebun yang dimiliki perusahaan perkebunan, Manggala Agni, Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD), Regu Pemadam Kebakaran (Damkar) dan Masyarakat Peduli Api.

4) Waktu pelaksanaan kegiatan awal musim kemarau setelah pertemuan Koordinasi Pencegahan Kebakaran dan Penanganan Dampak Perubahan Iklim di pusat.

d. Mitigasi dan Adaptasi Perubahan Iklim

1) Lokasi demplot pada kelompok tani/pekebun di daerah sentra perkebunan rakyat rawan kekeringan dan atau lahan kritis.

2) Calon petani peserta tergabung dalam kelompok tani yang aktif.

3) Sosialisasi kepada petani dan pihak terkait lainnya dilakukan sebelum pelaksanaan kegiatan.

4) Sosialisasi dilakukan setelah penetapan CP/CL.

5) Teknologi yang diterapkan berupa irigasi tetes, pembuatan biopori dan rorak dilaksanakan awal musim kemarau, untuk menghindari cekaman lingkungan.

Page 16: Pedoman Teknis Antisipasi Dampak Perubahan Iklim

11

6) Demplot dilaksanakan pada komoditas yang peka terhadap kekeringan (kopi, kakao, jambu mete kelapa atau karet) dan berada di lokasi rawan kekeringan.

e. Pengembangan Model Perkebunan Rendah Emisi Karbon pada Perkebunan Kopi Rakyat

1) Kegiatan dilaksanakan pada daerah sentra perkebunan kopi rakyat dengan tingkat penggunaan bahan kimia yang relatif tinggi.

2) Pelaksanaan kegiatan dilakukan dengan cara pendekatan kelompok.

3) Sosialisasi dilakukan setelah penetapan CP/CL kepada petani dan pihak terkait lainnya dan dilakukan sebelum pelaksanaan kegiatan.

4) Pupuk kompos dibuat dari hasil limbah kebun kopi dan dibuat dengan cara sistem tertutup untuk mengurangi emisi Gas Rumah Kaca.

5) Hasil pengolahan pupuk kompos diutamakan untuk aplikasi pemupukan lahan perkebunan kopi rakyat yang tergabung dalam kelompok tani.

3. Tindak Lanjut

Berdasarkan hasil monitoring dan evaluasi perlu dilakukan tindak lanjut sebagai berikut:

Page 17: Pedoman Teknis Antisipasi Dampak Perubahan Iklim

12

a. Tahap Pelaksanaan Kegiatan

Segera menindaklanjuti rekomendasi hasil monitoring dan evaluasi bila ditemukan penyimpangan atau ketidaksesuaian dalam pelaksanaan kegiatan.

b. Tahap Pasca Pelaksanaan Antisipasi Dampak Perubahan Iklim

1) Dinas provinsi/kabupaten/kota melakukan pembinaan dan inventarisasi tentang SDM, prasarana sarana dan sistem pengendalian kebakaran pada pelaku usaha perkebunan (petani dan perusahaan perkebunan).

2) Terus meningkatkan peran serta KTPA dalam mengendalikan kebakaran secara dini.

3) Kelompok tani pelaksana demplot mitigasi dan adaptasi serta pengembangan model perkebunan rendah emisi karbon pada perkebunan kopi rakyat diharapkan dapat menerapkan dan menyebarluaskan teknologi kepada petani di sekitarnya.

4) Dinas Kabupaten/kota diharapkan memfasilitasi pembinaan/ pendampingan dan melakukan evaluasi pada petani alumni demplot mitigasi dan adaptasi serta pengembangan model perkebunan rendah emisi karbon pada perkebunan kopi rakyat secara berkelanjutan agar teknologi dapat diadopsi dengan baik.

Page 18: Pedoman Teknis Antisipasi Dampak Perubahan Iklim

13

B. Spesifikasi Teknis

1. Kriteria

a. Fasilitasi Pemantauan Kebakaran, Dampak Perubahan Iklim serta Bencana Alam

1) Kegiatan dilaksanakan di provinsi dengan rekaman hot spot tahun 2014 minimal 100 titik.

2) Provinsi yang mempunyai lahan gambut yang sering terjadi kebakaran.

b. Pemberdayaan Masyarakat Dalam Rangka Pencegahan dan Pengendalian Kebakaran Lahan dan Kebun

1) Kelompok petani/pekebun yang berada pada lokasi rawan kebakaran.

2) Berdasarkan survey CP/CL merupakan kelompok tani yang memiliki potensi dan resiko melakukan pembukaan lahan dengan cara membakar.

3) Spesifikasi alat pembukaan lahan tanpa bakar dan simulasi pencegahan kebakaran seperti pada Lampiran 1.

c. Apel Siaga Penanggulangan Kebakaran Lahan dan Kebun

1) Provinsi dengan rekaman hot spot tahun 2014 minimal 100 titik;

2) Provinsi yang memiliki lahan gambut; 3) Apel Siaga dilaksanakan dalam bentuk

Page 19: Pedoman Teknis Antisipasi Dampak Perubahan Iklim

14

apel di lapangan atau pertemuan di dalam ruangan dengan diikuti oleh seluruh regu pengendalian kebakaran lahan dan kebun yang dimiliki perusahaan perkebunan, Manggala Agni, BPBD, Regu Damkar dan Masyarakat Peduli Api;

4) Materi disampaikan dalam bentuk instruksi kesiapsiagaan dalam menghadapi bencana kebakaran lahan dan kebun.

d. Mitigasi dan Adaptasi Perubahan Iklim

1) Kriteria daerah rawan kekeringan

Daerah dengan bulan kering selama setahun minimal empat bulan kering. Bulan kering dengan hujan bulanan kurang dari 60 mm (buku kesesuaian lahan-Schmidt-Ferguson).

2) Demplot adaptasi kekeringan untuk tanaman kopi, kakao jambu mete, kelapa atau karet sebanyak 1 unit dengan luasan 2 ha dan terdapat sumber air di sekitar lokasi demplot.

e. Pengembangan Model Perkebunan Rendah Emisi Karbon Pada Perkebunan Kopi Rakyat

1) Kegiatan dilaksanakan pada daerah sentra perkebunan kopi rakyat dengan tingkat penggunaan bahan kimia yang relatif tinggi.

Page 20: Pedoman Teknis Antisipasi Dampak Perubahan Iklim

15

2) Dimensi rorak yang disarankan adalah: kedalaman 60 cm, lebar 50 cm, dan panjang berkisar antara 50-200 cm. Panjang rorak dibuat sejajar kontur atau memotong lereng. Jarak ke samping antara satu rorak dengan rorak lainnya berkisar 100-150 cm, sedangkan jarak horizontal 20 m pada lereng yang landai dan agak miring sampai 10 m pada lereng yang lebih curam. Dimensi rorak yang akan dipilih disesuaikan dengan kapasitas air atau sedimen dan bahan-bahan terangkut lainnya yang akan ditampung.

3) Jenis kambing yang di gunakan adalah kambing lokal, memiliki nilai ekonomis yang baik, mudah dipelihara dan dinyatakan sehat oleh dinas peternakan setempat.

4) Spesifikasi mesin dalam Pengembangan Model Perkebunan Rendah Emisi Karbon Pada Perkebunan Kopi Rakyat seperti pada Lampiran 2.

5) Contoh desain rumah kompos tersaji pada lampiran 3.

2. Metode

a. Fasilitasi Pemantauan Kebakaran, Dampak Perubahan Iklim dan Bencana Alam

1) Inventarisir sarana dan prasarana pengendalian kebakaran di Perkebunan

Page 21: Pedoman Teknis Antisipasi Dampak Perubahan Iklim

16

Besar Swasta (PBS) dan Perkebunan Besar Negara (PBN) di wilayah kerjanya.

2) Melakukan inventarisir kelengkapan sarana dan prasarana pengendalian kebakaran sesuai standar minimal sarana prasarana pengendalian kebakaran yang telah diterbitkan oleh Ditjen Perkebunan.

3) Membuat berita acara hasil inventarisir sarana dan prasarana pengendalian kebakaran di perusahaan perkebunan.

4) Memberikan pembinaan dalam bentuk teguran secara lisan maupun tertulis bagi perusahaan perkebunan yang tidak melengkapi sarana prasarana pengen-dalian kebakaran sesuai syarat untuk memperoleh IUP-B.

5) Pemantauan Kebakaran Lahan dan Kebun

a) Pemantauan hotspot dilakukan dengan mengakses data dari internet melalui situs yang menyajikan data dan informasi hotspot, antara lain yaitu : ASEAN Specialized Metereological Center (ASMC) pada situs: http://www.weather.gov.sg/wip/web/ASMC; LAPAN/ Indofire melalui situs-situs: http://www.lapan.go.id/indofire;http://www.indofire.dephut.go.id/indofire.asp;http://www.lapan.go.id/indofire;h

Page 22: Pedoman Teknis Antisipasi Dampak Perubahan Iklim

17

ttp://indofire.landgate.wa.gov.au/indofire. asp.

b) Peninjauan Lapangan (Groundcheck) Groundcheck dilakukan terhadap adanya hotspot yang bergerombol lebih dari lima titik di setiap kabupaten selama 3 hari berturut-turut untuk membuktikan terjadi atau tidaknya fire spot (kebakaran).

c) Membuat berita acara kebakaran lahan dan kebun pada saat terjadi kebakaran. Berita acara kebakaran segera dikoordinasikan dengan instansi terkait untuk pemadamannya, sesuai dengan Peraturan Menteri Pertanian No. 47/ Permentan/ OT.140/4/2014 Tentang Brigade dan Pedoman Pelaksanaan Pencegahan Serta Pengendalian Kebakaran Lahan Dan Kebun.

d) Koordinasi dilakukan bersama dengan Dinas provinsi/Badan Penanggulangan Bencana Daerah, Pusdalkarhutla, Bapedalda, Manggala Agni, Satkorlak, Kepolisian dan instansi terkait lainnya.

e) Hasil pemantauan kebakaran lahan dan kebun disampaikan ke Bupati dengan tembusan dikirimkan ke Gubenur dan Direktur Jenderal Perkebunan.

Page 23: Pedoman Teknis Antisipasi Dampak Perubahan Iklim

18

6) Pelaporan

Laporan disampaikan ke Direktur Jenderal Perkebunan berupa :

a) Laporan hasil inventarisir sarana dan prasarana pengendalian kebakaran di perusahaan perkebunan yang ada diwilayahnya.

b) Laporan perkembangan hotspot dan kebakaran secara berkala (harian, mingguan dan bulanan) melalui surat/ fax/ e-mail.

c) Laporan akhir kondisi fire spot secara keseluruhan selama setahun disampaikan paling lambat bulan November 2015.

7) Pembinaan dilaksanakan terhadap perkebunan rakyat dan PBS/PBN melalui:

a) Sosialisasi PLTB dan Perundang-undangan tentang kebakaran.

b) Pengawasan dilakukan terhadap kelengkapan sarana, prasarana dan sistem pengendalian kebakaran.

b. Pemberdayaan Masyarakat Dalam Rangka

Pencegahan dan Pengendalian Kebakaran Lahan dan Kebun

1) Kegiatan dilaksanakan oleh Dinas yang membidangi Perkebunan Provinsi/ Kabupaten/Kota

Page 24: Pedoman Teknis Antisipasi Dampak Perubahan Iklim

19

2) Sasaran pemberdayaan masyarakat adalah kelompok tani yang akan dibentuk menjadi Kelompok Tani Peduli Api (KTPA).

3) Materi sosialisasi berupa peraturan Perundang-undangan terkait dengan kebakaran lahan dan kebun, teknik PLTB dan teknik pemadaman kebakaran lahan dan kebun.

4) KTPA dilengkapi dengan pengetahuan praktis tentang pengendalian kebakaran dan sarana untuk pengendalian kebakaran lahan dan kebun.

5) Sarana pengendalian kebakaran diserahkan dan dikelola oleh kelompok tani.

c. Apel Siaga Penanggulangan Kebakaran Lahan dan Kebun

1) Persiapan

Persiapan yang perlu dilakukan antara lain adalah:

a) Penyusunan juklak dan juknis Apel Siaga;

b) Penyusunan draft kesepakatan bersama Apel Siaga;

c) Penyiapan tempat pertemuan/apel dan konsumsi.

Page 25: Pedoman Teknis Antisipasi Dampak Perubahan Iklim

20

2) Peserta

Peserta Apel Siaga adalah :

a) Direktorat Jenderal Perkebunan;

b) Dinas Provinsi yang membidangi Perkebunan;

c) BPBD; d) Dinas Pemadam Kebakaran; e) Regu pemadam kebakaran di

perusahaan perkebunan; f) Pusdalkarhutla; g) Kepolisian dan TNI; h) Manggala Agni; i) KTPA; j) Pihak terkait lainnya.

d. Mitigasi dan Adaptasi Perubahan Iklim

1) Demplot Mitigasi dan Adaptasi

a) Melakukan pemangkasan dan sanitasi sesuai dengan budidaya tanaman yang baik.

b) Pembuatan rorak dengan ukuran rorak 0,8 m x 0,4 m x 0,4 m, dengan jumlah rorak minimal 25% dari populasi tanaman. Rorak dipergunakan untuk menampung bahan organik yang berasal dari serasah atau sisa-sisa daun kering.

Page 26: Pedoman Teknis Antisipasi Dampak Perubahan Iklim

21

c) Pembuatan istana cacing (biopori)

Pada setiap pohon di buat 2 buah lubang dengan diameter 15 cm dan kedalaman 50 cm. Lubang di tempatkan di antara tanaman dengan jarak sesuai lebar kanopi pohon dan diisi bahan organik (kotoran ternak dan serasah tanaman). Jika populasi cacing tanah setempat sangat sedikit agar ditambah (diintrodusir) dari tempat lain.

d) Pembuatan irigasi tetes (drip water)

Penempatan bumbung bambu/ botol ditempatkan di atas tanah atau dibenamkan setengah ke dalam tanah.

e) Pemupukan tanaman

Setiap pohon diberi pupuk organik sesuai dengan kebutuhan.

f) Penyediaan alat pompa air dan tandon air

g) Pengamatan hasil demplot dilakukan 3 bulan setelah perlakuan terhadap :

Kondisi fisik tanaman antara lain : jumlah flush (daun/pucuk) yang muncul, diameter batang, jumlah/berat buah saat panen.

Pengamatan kondisi tanah secara sederhana meliputi struktur tanah

Page 27: Pedoman Teknis Antisipasi Dampak Perubahan Iklim

22

(kegemburan) saat sebelum perlakuan dan setelah perlakuan.

2) Pembinaan dan Sosialisasi Mitigasi dan Adaptasi Perubahan Iklim, dilaksanakan dengan tahapan, sebagai berikut: a) Sosialisasi kegiatan kepada kelompok

tani. b) Kegiatan dilakukan di lokasi sekitar

demplot. c) Narasumber berasal dari Direktorat

Perlindungan Perkebunan, Dinas Perkebunan/UPTD.

e. Pengembangan Model Perkebunan Rendah Emisi Karbon pada Perkebunan Kopi Rakyat

Kegiatan dilaksanakan dengan tahapan sebagai berikut:

1) Melaksanakan sosialisasi, penyuluhan dan kegiatan pengembangan model perkebunan rendah emisi karbon pada perkebunan kopi rakyat kepada masyarakat/pekebun dan perusahaan perkebunan.

2) Membuat demplot model perkebunan rendah emisi karbon pada perkebunan kopi rakyat dengan input teknologi pemanfaatan limbah kebun dan ternak menjadi pupuk organik, memelihara

Page 28: Pedoman Teknis Antisipasi Dampak Perubahan Iklim

23

ternak ruminansia kecil (kambing), pembuatan rorak.

3) Pemasangan papan nama kegiatan.

4) Pembuatan laporan kegiatan pengembangan model perkebunan rendah emisi karbon pada perkebunan kopi rakyat.

Page 29: Pedoman Teknis Antisipasi Dampak Perubahan Iklim

24

III. PELAKSANAAN KEGIATAN

A. Ruang Lingkup

1. Fasilitasi Pemantauan Kebakaran, Dampak Perubahan Iklim dan Bencana Alam

a. Kegiatan diprioritaskan pada provinsi rawan kebakaran dan bencana alam.

b. Kegiatan pemantauan dan pembinaan meliputi inventarisir sarana prasarana pengendalian kebakaran di PBS dan PBN, kompilasi data sekunder dengan mengakses data hotspot dan pengecekan lapangan (groundcheck) langsung ke tempat kejadian, berkoordinasi dengan instansi terkait.

c. Indikator Kinerja

No Indikator Uraian

1 Input/Masukan - Dana

- SDM

- Data dan informasi

- Teknologi

2 Output/Keluaran Terselenggaranya kegiatan fasilitasi pemantauan kebakaran lahan dan kebun, dampak perubahan iklim dan bencana alam

3 Outcome/hasil Terlakasananya

Page 30: Pedoman Teknis Antisipasi Dampak Perubahan Iklim

25

pemantauan kebakaran lahan dan kebun, dampak perubahan iklim dan bencana alam

2. Pemberdayaan Masyarakat Dalam Rangka

Pencegahan Dan Pengendalian Kebakaran Lahan Dan Kebun

a. Kegiatan diprioritaskan pada kelompok tani yang berada di daerah rawan kebakaran.

b. Kegiatan meliputi Sosialisasi dan simulasi serta kegiatan pemadaman kebakaran lahan dan kebun oleh KTPA

c. Indikator Kinerja

No Indikator Uraian

1 Input/Masukan - Dana

- SDM

- Peralatan pengendalian kebakaran sederhana

2 Output/Keluaran Terlaksananya pemberdayaan masyarakat dalam rangka pencegahan dan pengendalian kebakaran lahan dan kebun pada

Page 31: Pedoman Teknis Antisipasi Dampak Perubahan Iklim

26

kelompok tani di kabupaten pada provinsi rawan kebakaran.

3 Outcome/hasil Perubahan perilaku kelompok tani dalam membuka lahan dan terbentuknya Kelompok Tani Peduli Api (KTPA) di kabupaten pada provinsi rawan kebakaran.

3. Apel Siaga Penanggulangan Kebakaran Lahan dan Kebun

a. Kegiatan dilaksanakan di provinsi rawan kebakaran.

b. Apel Siaga menghasilkan kesepakatan bersama antar stakeholder dalam upaya pencegahan dan pengendalian kebakaran lahan dan kebun.

c. Indikator Kinerja

No Indikator Uraian

1 Input/Masukan - Dana

- SDM

- Materi

- Peserta apel siaga

Page 32: Pedoman Teknis Antisipasi Dampak Perubahan Iklim

27

2 Output/Keluaran Terselenggaranya Apel Siaga Penanggulangan Kebakaran Lahan dan Kebun di provinsi rawan kebakaran.

3 Outcome/hasil Terjalinnya kerjasama/komitmen dalam penanggulangan kebakaran lahan dan kebun serta tersusunnya kesepakatan bersama antara pemerintah, pelaku usaha perkebunan, petani, masyarakat peduli api dalam upaya penanggulangan kebakaran lahan dan kebun di provinsi rawan kebakaran.

4. Mitigasi dan Adaptasi Perubahan Iklim

a. Kegiatan diprioritaskan pada daerah rawan kekeringan.

b. Kegiatan meliputi pembangunan demplot mitigasi dan adaptasi.

Page 33: Pedoman Teknis Antisipasi Dampak Perubahan Iklim

28

c. Indikator Kinerja

No Indikator Uraian

1 Input/Masukan - Dana

- SDM

- Data dan informasi

- Teknologi

2 Output/Keluaran Terselenggaranya demplot mitigasi dan adaptasi perubahan iklim di provinsi rawan kekeringan.

3 Outcome/hasil Tersosialisasinya model penanganan mitigasi dan adaptasi perubahan iklim di provinsi rawan kekeringan.

5. Pengembangan Model Perkebunan Rendah Emisi Karbon pada Perkebunan Kopi Rakyat

a. Kegiatan dilaksanakan pada daerah sentra perkebunan kopi rakyat dengan tingkat penggunaan bahan kimia yang relatif tinggi.

b. Kegiatan meliputi sosialisasi dan pembangunan Model Perkebunan Rendah

Page 34: Pedoman Teknis Antisipasi Dampak Perubahan Iklim

29

Emisi Karbon pada Perkebunan Kopi Rakyat.

c. Indikator Kinerja

No Indikator Uraian

1 Input/Masukan - Dana

- SDM

- Teknologi

2 Output/Keluaran Terlaksananya pengembangan model perkebunan rendah emisi karbon pada perkebunan kopi rakyat di provinsi sentra perkebunan kopi

B. Pelaksana dan Penanggung Jawab Kegiatan

1. Pelaksana dan penanggung jawab kegiatan Antisipasi dampak perubahan iklim untuk TP provinsi adalah dinas provinsi yang membidangi perkebunan.

2. Dinas yang membidangi perkebunan provinsi/kabupaten/kota dalam melaksa-nakan kegiatan agar berkoordinasi dengan BBPPTP (Medan/ Surabaya/Ambon)/BPTP Pontianak (sesuai dengan wilayah kerja) dan pihak-pihak terkait lainnya.

Page 35: Pedoman Teknis Antisipasi Dampak Perubahan Iklim

30

3. Kewenangan dan tanggung jawab :

a. Direktorat Perlindungan Perkebunan

1) Menyiapkan Terms of Reference (TOR) dan Pedoman Teknis;

2) Melakukan bimbingan, pembinaan, monitoring dan evaluasi.

b. Dinas Provinsi yang membidangi perkebunan

1) Menetapkan Tim Pelaksana kegiatan antisipasi dampak perubahan iklim di tingkat provinsi;

2) Melakukan koordinasi dengan Direktorat Jenderal Perkebunan, BBPPTP Medan/Surabaya/ Ambon/BPTP Pontianak (sesuai dengan wilayah kerja) dan Dinas Kabupaten/Kota yang membidangi perkebunan, serta institusi terkait lainnya;

3) Membuat Petunjuk Pelaksanaan untuk kegiatan antisipasi dampak perubahan iklim;

4) Melakukan verifikasi CP/CL bersama Dinas Kabupaten;

5) Menetapkan CP/CL kegiatan antisipasi dampak perubahan iklim;

6) Melakukan pengawalan, pembinaan, monitoring dan evaluasi, berkoordinasi dengan Dinas Kabupaten yang membidangi perkebunan setempat;

Page 36: Pedoman Teknis Antisipasi Dampak Perubahan Iklim

31

7) Sosialisasi kegiatan antisipasi dampak perubahan iklim bersama-sama Dinas Kabupaten/Kota yang membidangi perkebunan;

8) Menyampaikan laporan pelaksanaan kegiatan ke Direktorat Jenderal Perkebunan cq. Direktorat Perlindungan Perkebunan.

c. Dinas Kabupaten/Kota yang membidangi perkebunan

1) Menetapkan Tim Pelaksana kegiatan antisipasi dampak perubahan iklim untuk TP kabupaten;

2) Melakukan koordinasi dengan Dinas Provinsi yang membidangi perkebunan, BBPPTP (Medan/ Surabaya/Ambon), BPTP Pontianak (sesuai dengan wilayah kerja), Direktorat Jenderal Perkebunan, dan pihak terkait lainnya;

3) Membuat juknis kegiatan antisipasi dampak perubahan iklim;

4) Melakukan verifikasi dan penetapan CP/CL;

5) Melakukan sosialisasi, pembinaan dan monev kegiatan antisipasi dampak perubahan iklim;

6) Menyampaikan laporan pelaksanaan kegiatan ke Dinas Provinsi dan Direktorat

Page 37: Pedoman Teknis Antisipasi Dampak Perubahan Iklim

32

Jenderal Perkebunan cq. Direktorat Perlindungan Perkebunan.

d. Kelompok Tani/Petani :

1) Mengikuti sosialisasi antisipasi dampak perubahan iklim;

2) Melakukan seluruh tahapan kegiatan antisipasi dampak perubahan iklim.

C. Lokasi, Jenis dan Volume

Lokasi, Jenis dan Volume kegiatan antisipasi dampak perubahan iklim terdapat pada lampiran 4.

D. Simpul Kritis

1. Pelaksanaan sosialisasi sering mengalami keterlambatan, hal ini dikarenakan kurangnya koordinasi antara Dinas yang membidangi perkebunan provinsi dan kabupaten dalam penentuan kelompok tani/lokasi, untuk itu perlu kerjasama/ koordinasi yang lebih intensif.

2. Pelaksanaan sosialisasi dan penetapan calon kelompok tani yang dipilih tidak sesuai/ tidak tepat, sehingga pelaksanaan kurang efektif, untuk itu diharapkan dalam penentuan kelompok dan lokasi sesuai dengan tujuan kegiatan dan mengacu pedomtek.

3. Tidak tersedia perangkat

Page 38: Pedoman Teknis Antisipasi Dampak Perubahan Iklim

33

komputer/operator yang dapat mengoperasionalkan progam pemantauan hotspot melalui situs internet; sehubungan dengan hal tersebut perlu disediakan perangkat khusus dan petugas yang memiliki spesifikasi kemampuan yang dibutuhkan.

4. Pelaku usaha perkebunan (PBS/PBN) kurang kooperatif pada saat pelaksanaan groundcheck sehingga data hotspot dan sarana serta prasarana kebakaran tidak lengkap. Untuk itu perlu dilakukan pembinaan dari Pemda setempat untuk mensosialisasi tentang kewajiban perusahaan dalam menangani kebakaran lahan dan kebun.

5. Dinas provinsi yang membidangi perkebunan belum memprioritaskan kegiatan apel siaga dalam upaya pencegahan kebakaran, sehingga seringkali pelaksanaan apel siaga diselenggarakan pada akhir tahun anggaran.

6. Komitmen perusahaan perkebunan terkait pencegahan kebakaran lahan dan kebun belum optimal, hal ini ditandai dengan tingkat kehadiran dalam apel siaga sangat kecil, sehingga kesepakatan bersama dalam upaya pencegahan kebakaran tidak dapat ditanda tangani oleh seluruh perusahaan perkebunan.

7. Upaya penanggulangan kebakaran belum terintegrasi dan masih bersifat ego sektoral, sehingga kebakaran lahan dan kebun sulit dipadamkan.

Page 39: Pedoman Teknis Antisipasi Dampak Perubahan Iklim

34

IV. PROSES PENGADAAN BARANG

Pengadaan barang dan jasa kegiatan Perlindungan Perkebunan untuk dana Tugas Perbantuan (TP) Direktorat Jenderal Perkebunan mengacu kepada Perpres No 54 tahun 2010 dan Perpres No.70 tahun 2012. Semua kegiatan pengadaan barang dan jasa yang melalui proses tender, pelaksanaan dan penetapan pemenang harus sudah sesuai dengan usulan rencana yang disampaikan oleh Satker pada awal tahun kegiatan.

Page 40: Pedoman Teknis Antisipasi Dampak Perubahan Iklim

35

V. PEMBINAAN, PENGENDALIAN, PENGAWALAN DAN PENDAMPINGAN

A. Pembinaan, Pengendalian, Pengawalan dan Pendampingan

Kegiatan pembinaan, pengendalian dan pengawalan dana dekonsentrasi Provinsi dilakukan secara terencana dan terkoordinasi dengan unsur penanggung jawab kegiatan di Direktorat Jenderal Perkebunan, Dinas Provinsi/Kabupaten/Kota yang membidangi perkebunan.

Pelaksanaan kegiatan pembinaan, pengendalian dan pengawalan diutamakan pada tahapan yang menjadi simpul-simpul kritis kegiatan yang telah ditetapkan.

Dalam melaksanakan kegiatan pembinaan, pengendalian dan pengawalan dilakukan koordinasi secara berjenjang sesuai dengan tugas fungsi dan kewenangan masing-masing unit pelaksana kegiatan.

Sasaran kegiatan pembinaan, pengendalian, dan pengawalan terhadap pelaksana kegiatan (Man), pembiayaan (Money), Metode, dan bahan-bahan yang dipergunakan (Material). Kegiatan pembinaan, pengendalian dan pengawalan harus mampu meningkatkan kualitas pelaksanaan kegiatan melalui pemberian rekomendasi dan pemecahan masalah terhadap pelaksanaan kegiatan sehingga dapat mengakselerasi

Page 41: Pedoman Teknis Antisipasi Dampak Perubahan Iklim

36

kegiatan sesuai dengan tujuan dan sasaran kegiatan yang ditetapkan.

B. Pelaksanaan Pembinaan, Pengendalian, Pengawalan dan Pendampingan

Waktu pelaksanaan kegiatan pembinaan, pengendalian dan pengawalan minimal satu kali pada setiap jenis kegiatan yang dilaksanakan.

Pelaksanaan kegiatan hendaknya selalu di koordinasikan dengan pusat, provinsi dan kabupaten/kota sehingga pembinaan, pengendalian dan pengawalan efektif dan efisien.

Direktorat Perlindungan Perkebunan melakukan pembinaan dan pengawalan kegiatan pemberdayaan perangkat pada seluruh wilayah pelaksana kegiatan.

Dinas yang membidangi Perkebunan tingkat provinsi melakukan pembinaan, pengendalian, pengawalan dan pendampingan kegiatan pemberdayaan perangkat tingkat provinsi.

Dinas yang membidangi Perkebunan tingkat kabupaten/kota melakukan pembinaan, pengendalian, pengawalan dan pendampingan kegiatan pemberdayaan perangkat tingkat kabupaten/kota.

Page 42: Pedoman Teknis Antisipasi Dampak Perubahan Iklim

37

VI. MONITORING, EVALUASI DAN PELAPORAN

A. Monitoring

Monitoring ditujukan untuk mengetahui perkembangan pelaksanaan dan kemajuan yang telah dicapai pada setiap kegiatan.

Monitoring dilaksanakan oleh petugas Dinas yang membidangi perkebunan di tingkat provinsi dan kabupaten/kota pada wilayah kerja masing-masing. Pelaksanaan monitoring minimal satu kali selama kegiatan berlangsung.

B. Evaluasi

Evaluasi dilaksanakan untuk mengetahui ketepatan/kesesuaian pelaksanaan kegiatan dan hasil yang dicapai dibandingkan dengan yang direncanakan serta realisasi/penyerapan anggaran. Hasil evaluasi sebagai umpan balik perbaikan pelaksanaan selanjutnya.

Evaluasi dilakukan oleh Direktorat Perlindungan Perkebunan, serta Dinas yang membidangi perkebunan Provinsi dan Kabupaten/Kota pada wilayah kerja masing-masing.

C. Pelaporan

Setiap kegiatan didokumentasikan dalam bentuk laporan tertulis sebagai pertanggungjawaban pelaksanaan kegiatan. Laporan dibuat oleh pelaksana kegiatan dan dilaporkan secara berjenjang kepada penanggung jawab/pembina kegiatan mengacu kepada pedoman outline

Page 43: Pedoman Teknis Antisipasi Dampak Perubahan Iklim

38

penyusunan laporan dan SIMONEV serta bentuk laporan lainnya sesuai dengan kebutuhan.

1. Jenis Laporan :

a. Laporan Mingguan

Laporan Mingguan berisi laporan kemajuan (fisik dan keuangan) pelaksanaan kegiatan setiap minggu berjalan dan disampaikan kepada Direktorat Perlindungan Perkebunan setiap minggu hari Jum’at.

b. Laporan Bulanan

Laporan Bulanan berisi laporan kemajuan (fisik dan keuangan) pelaksanaan kegiatan setiap bulan berjalan dan disampaikan kepada Direktorat Jenderal Perkebunan paling lambat tanggal 5 pada bulan berikutnya.

c. Laporan Triwulan

Laporan Triwulan berisi laporan kemajuan fisik dan keuangan (Lampiran 5) pelaksanaan kegiatan setiap triwulan dan disampaikan setiap triwulan kepada Direktorat Jenderal Perkebunan, paling lambat tanggal 5 pada bulan pertama triwulan berikutnya .

d. Laporan Akhir

Laporan Akhir merupakan laporan keseluruhan pelaksanaan kegiatan, setelah seluruh rangkaian kegiatan selesai dilaksanakan. Laporan akhir disampaikan

Page 44: Pedoman Teknis Antisipasi Dampak Perubahan Iklim

39

kepada Direktorat Perlindungan Perkebunan, paling lambat 2 minggu setelah kegiatan selesai. Laporan disampaikan melalui surat dan e-mail

2. Out Line Laporan

Out line laporan akhir kegiatan seperti dalam lampiran 6.

Page 45: Pedoman Teknis Antisipasi Dampak Perubahan Iklim

40

VII. PEMBIAYAAN

Kegiatan dukungan perlindungan perkebunan di daerah antara lain didanai dari APBN tahun anggaran 2015 melalui anggaran Dekonsentrasi dan Tugas Pembantuan (TP) Ditjen. Perkebunan.

Page 46: Pedoman Teknis Antisipasi Dampak Perubahan Iklim

41

VIII. PENUTUP

Pelaksanaan kegiatan Antisipasi Dampak Perubahan Iklim diharapkan mampu berkontribusi dalam mengurangi kerugian akibat dampak perubahan iklim.

Untuk keberhasilan pelaksanaannya diperlukan koordinasi, komitmen dan kerjasama, serta upaya yang sungguh-sungguh dari semua pihak terkait sesuai dengan kewenangan, tugas dan fungsi masing-masing.

-----ooo-----

Page 47: Pedoman Teknis Antisipasi Dampak Perubahan Iklim

42

LAMPIRAN

Page 48: Pedoman Teknis Antisipasi Dampak Perubahan Iklim

43

Lampiran1. Spesifikasi alat Pengendaliankebakaran lahandankebun.

No JenisAlat

Spesifikasi Teknis

1. Kepyok (pemukul api)

- Pemukul,kawat ram 1,25 cm - Tangkai rotan manau - Panjangtangkai190 cm

2. Kapak Mata Dua

- Bilahdari plat besibaja - Tangkaidarikayu

3. CelanaPemadam

- Bahankatun japan drill - Warna orange

4. BajuPemadam

- Bahankatun japan drill - Warna orange

5. Helm Pemadam

- Bahanbatokluar fiberglass - Terdapattalidagu - Warna orange

6. LampuKepala

- Bola lampu LED - Sumber energy dari battery

charger - Terdapatlensareflektor

7. KacamataPelindung

- Bahanlensadariplastiktahanpanas - Frame yang

dapatmenutuprapatkepermukaanwajahsekitarmata

- Talikepaladenganbahankaret

8. Ransel - Bahan kain Terpal Polyester - Warnahitam

9. SarungTangan

- Bahantahanpanas - terdapattambahan strap di

antaraibujaridantelunjuk - Panjangmenutupisetengahlengan

(dibawahsiku)

10. Kopelrem (sabuk)

- Standar TNI/POLRI

Page 49: Pedoman Teknis Antisipasi Dampak Perubahan Iklim

44

11. Tempat air minum

- Botol plastic atau polyethylene ataualamunium

- Standar TNI/POLRI

12. Sepatu karet

- Bahankarettahanpanas - Tinggisampaibetis - Sol karet anti slip

13. Selang - Bahan Kainnylon,karet - SambunganKuninganØ1,5” - Panjang 20m/rol

14. Selanghisap - Ø Selang isap 2” - Panjang 4 m

15. Nozzle - Foxjet Api permukaanØ1,5” - Bahanalumuniumataukuninganata

ubesi - Dapatdiubahsemprotanyatanpam

enghentikanaliran air

16. Kantong air (500 liter)

- Bahan terpal double cover - Volume 500 ltr,

17. Kampak - Bilahdari plat besibaja - Tangkaidarikayu

18. Radio HT - Battery Li ion - Tahan air

19. Garu api/Garu tajam

- Plat baja siku 30 cm - Mata garu Panjang 15 cm - Kisi 5 cm - Tangkai kayu Panjang 120 cm.

20. Cangkul garu /Garu cangkul

- Plat besi baja, - Panjang 23 cm - Lebar 20 cm. - Tangkai kayu Panjang100 cm.

21. Sekop api - Plat baja - Mata kiri dan kanan - Tangkai kayu

22. Penyemprot (JUPA)

- Pompa kuningan, panjang15 cm - Daya semprot 10 m,

Page 50: Pedoman Teknis Antisipasi Dampak Perubahan Iklim

45

punggung Gendong

- Jerigen gendong 20 ltr

23. Slang semprot Ø1,5”Machino copling

- Bahan Kainnylon,karet, - Sambungankuningan Ø1,5”, - Panjang: 20m/rol

24. Mesin pompa

Mesin 17D 6 HP Centrifugal pump

(high Pressure)

Page 51: Pedoman Teknis Antisipasi Dampak Perubahan Iklim

46

Lampiran 2.Spesifikasi Alat pada PengembanganModel

Perkebunan Rendah Emisi Karbon Pada

Perkebunan Kopi Rakyat

No JenisAlat

Kriteria

1. Mesin pengolah kopi kering 6,5 PK

2. Mesin pencacah kompos 8,5 PK

3. Mesin pencampur bahan kompos

6,5 PK

4. Mesin pengayak kompos 6,5 PK

Page 52: Pedoman Teknis Antisipasi Dampak Perubahan Iklim

47

Lampiran 3. Contoh Rumah Kompos Pada Kegiatan

Pengembangan Model Perkebunan Rendah

Emisi Karbon Pada Perkebunan Kopi

Rakyat.

Page 53: Pedoman Teknis Antisipasi Dampak Perubahan Iklim

48

Page 54: Pedoman Teknis Antisipasi Dampak Perubahan Iklim

49

Page 55: Pedoman Teknis Antisipasi Dampak Perubahan Iklim

50

Lampiran 4. Lokasi dan Volume kegiatan Antisipasi Dampak

Perubahan Iklim

Fasilitasi Pemantauan Kebakaran, Dampak Perubahan Iklim serta Bencana Alam

No Provinsi Volume

1. ACEH 1 Prov

2. SUMUT 1 Prov

3. RIAU 1 Prov

4. JAMBI 1 Prov

5. SUMSEL 1 Prov

6. KALBAR 1 Prov

7. KALTENG 1 Prov

8. KALSEL 1 Prov

9. KALTIM 1 Prov

Pemberdayaan Masyarakat dalam Rangka Pencegahan dan Pengendalian Kebakaran Lahan dan Kebun

No Provinsi Kabupaten Volume

1. ACEH Aceh Barat Nagan Raya Aceh Singkil Aceh Barat Daya

12 KTPA

2. SUMUT Tapanuli Selatan Labuhan Batu Mandina Asahan batubara

15 KTPA

3. RIAU Rokan Hilir Pelelawan Bengkalis Kampar

21 KTPA

Page 56: Pedoman Teknis Antisipasi Dampak Perubahan Iklim

51

Rokan Hulu Inhu Inhil

4. JAMBI Tebo Sarolangun Bungo Muaro Jambi Tanjabtim Tanjabbar

18 KTPA

5. SUMSEL Muba Muara Enim OKI OKU Musirawas

15 KTPA

ApelSiagaPenanggulanganKebakaranLahandanKebun

No Provinsi Volume

1. ACEH 1 Kali

2. SUMUT 1 Kali

3. RIAU 1 Kali

4. JAMBI 1 Kali

5. SUMSEL 1 Kali

6. KALBAR 1 Kali

7. KALTENG 1 Kali

8. KALSEL 1 Kali

9. KALTIM 1 Kali

Page 57: Pedoman Teknis Antisipasi Dampak Perubahan Iklim

52

Mitigasi dan AdaptasiPerubahanIklim

No Provinsi Volume

1. JAWA BARAT 1 Pkt

2. JAWA TENGAH 1 Pkt

3. DIY 1 Pkt

4. BANTEN 1 Pkt

5. NTB 1 Pkt

6. NTT 1 Pkt

7. BALI 1 Pkt

8. SULUT 1 Pkt

9. SULBAR 1 Pkt

10. SULTENG 1 Pkt

11. SULSEL 1 Pkt

12. GORONTALO 1 Pkt

Pengembangan Model Perkebunan Rendah Emisi Karbon Pada Perkebunan Kopi Rakyat

No Provinsi Volume

1. JAWA BARAT 1 Pkt

2. JAWA TENGAH 1 Pkt

3. NTB 1 Pkt

4. NTT 1 Pkt

5. BALI 1 Pkt

6. SULUT 1 Pkt

7. SULBAR 1 Pkt

8. SULTENG 1 Pkt

9. SULSEL 1 Pkt

Page 58: Pedoman Teknis Antisipasi Dampak Perubahan Iklim

53

10. SULTRA 1 Pkt

11. JAMBI 1 Pkt

Lampiran 5. Form Laporan Perkembangan Realisasi Fisik Dan KeuanganKegiatan Antisipasi Dampak Perubahan Iklim

KEGIATAN : PROVINSI : KABUPATEN : LUAS : POSISI : (Tanggal/bulan/tahun)

NO URAI PAGU REALISASI REALISASI PERMAS RTL

Page 59: Pedoman Teknis Antisipasi Dampak Perubahan Iklim

54

AN (Rp) KEUANGAN FISIK (%) ALAHAN

Rp %

Lampiran6.Out Line Laporan AkhirLaporanakhirdibuatsesuai out line sebagaiberikut: KATA PENGANTAR DAFTAR ISI DAFTAR TABEL (jika ada) DAFTAR GAMBAR (jika ada) DAFTAR LAMPIRAN (jika ada)

I. PENDAHULUAN A. Latar belakang B. Tujuan dan Sasaran C. Ruang Lingkup Kegiatan

Page 60: Pedoman Teknis Antisipasi Dampak Perubahan Iklim

55

D. Indikator Kinerja

II. TINJAUAN PUSTAKA

III. PELAKSANAAN KEGIATAN

A. Waktu dan Lokasi B. Alat dan Bahan C. Metode D. Tahap Aktivitas/Kegiatan/ Pelaksanaan E. Simpul Kritis Kegiatan F. Pelaksana G. Pembiayaan

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

V. KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan B. Saran/rekomendasi C. Rencana Tindak Lanjut

VI. DAFTAR PUSTAKA

VII. LAMPIRAN