UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351014-PR-Wisnu...
Transcript of UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351014-PR-Wisnu...
-
UNIVERSITAS INDONESIA
LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER
DI PT TAKEDA INDONESIA
JALAN P. DIPONEGORO KM 38 TAMBUN
PERIODE 18 FEBRUARI 28 MARET 2013
LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER
WISNU AJENG RAKHMANINGTYAS, S.Farm
1106153574
ANGKATAN LXXVI
FAKULTAS FARMASI
PROGRAM PROFESI APOTEKER
DEPOK
JUNI 2013
-
ii Universitas Indonesia
UNIVERSITAS INDONESIA
LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER
DI PT TAKEDA INDONESIA
JALAN P. DIPONEGORO KM 38, TAMBUN
PERIODE 18 FEBRUARI 28 MARET 2013
LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER
Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Apoteker
WISNU AJENG RAKHMANINGTYAS, S.Farm
1106153574
ANGKATAN LXXVI
FAKULTAS FARMASI
PROGRAM PROFESI APOTEKER
DEPOK
JUNI 2013
-
iii Universitas Indonesia
HALAMAN PENGESAHAN
Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker ini diajukan oleh :
Nama : Wisnu Ajeng Rakhmaningtyas
NPM : 1106153574
Program Studi : Farmasi
Judul Laporan : Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker di PT
Takeda Indonesia Jalan P. Diponegoro Km
38,Tambun, Jawa Barat periode 18 Februari- 28 Maret
2013
Telah berhasil dipertahankan di hadapan Dewan Penguji dan diterima
sebagai bagian persyaratan yang diperlukan untuk memperoleh gelar
Apoteker pada Program Studi Apoteker Fakultas Farmasi Universitas
Indonesia
-
iv Universitas Indonesia
KATA PENGANTAR
Puji syukur saya panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkat
dan rahmat-Nya, saya dapat menyelesaikan laporan ini. Penulisan laporan ini
dilakukan dalam rangka memenuhi salah satu syarat untuk mencapai gelar
Apoteker pada Fakultas Farmasi Universitas Indonesia.
Saya menyadari bahwa tanpa bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak, dari
masa perkuliahan sampai pada penyusunan laporan ini, sangatlah sulit bagi saya
untuk menyelesaikan laporan ini. Oleh karena itu, saya mengucapkan terima kasih
kepada:
(1) Bapak Yuniarto Go, selaku Plant Director di PT. Takeda Indonesia karena
telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk melaksanakan PKPA di
PT. Takeda Indonesia.
(2) Ibu Rani Kania W., S.Si., Apt. selaku pembimbing PKPA dan manager QA PT
Takeda Indonesia yang telah membimbing dan memberikan bantuan kepada
penulis selama PKPA berlangsung.
(3) Bapak Dr. Mahdi Jufri, M. Si., Apt., selaku pembimbing di program profesi
apoteker fakultas farmasi UI yang telah memberikan arahan dan bimbingan
pada penulis selama pelaksanaan dan penyusunan laporan PKPA di PT
Takeda Indonesia.
(4) Ibu Prof. Dr. Yahdiana Harahap, Apt., sebagai Dekan Fakultas Farmasi
Universitas Indonesia
(5) Bapak Dr. Harmita, Apt., sebagai ketua Program Apoteker Fakultas Farmasi
Universitas Indonesia yang telah memberikan bimbingan dan pengarahan
selama PKPA
(6) Ibu Rifqy Ifada, S.Farm., Apt dan Bapak Yudi Gumilang, S.Farm., Apt. selaku
supervisor di departemen QA PT. Takeda Indonesia yang telah memberikan
arahan dan bimbingan selama pelaksanaan PKPA, khususnya dalam
pelaksanaan tugas khusus.
(7) Seluruh staf PT Takeda Indonesia yang telah menerima dan membantu penulis
-
v Universitas Indonesia
selama melaksanakan kegiatan PKPA
(8) Seluruh staf pengajar, tata usaha dan karyawan di program apoteker fakultas
farmasi UI atas segala ilmu pengetahuan, didikan serta bantuan dan masukan
selama ini
(9) Keluarga tercinta, Papa, Mama, Mas Agung dan Mutia atas kesabaran, kasih
sayang, dukungan material dan moral, perhatian dan doanya yang luar biasa
untuk menyelesaikan pendidikan di farmasi dengan sebaik mungkin.
(10) Arif Rakhman Hakim atas segala dukungan, kesabaran dan doanya.
(11) Rekan-rekan mahasiswa apoteker angkatan 76 yang telah berjuang bersama
dalam menyelesaikan studi di program profesi apoteker di Universitas
Indonesia
(12) Serta pihak lain yang telah membantu sehingga laporan praktek kerja
profesi apoteker ini dapat selesai.
Penulis menyadari bahwa dalam pembuatan laporan ini masih terdapat
banyak kekurangan dan kesalahan. Oleh karena itu, penulis sangat mengharapkan
kritik dan saran yang membangun. Akhir kata, saya berharap Tuhan Yang Maha
Esa berkenan membalas segala kebaikan semua pihak yang telah membantu.
Semoga laporan ini dapat memberikan manfaat bagi semua yang
memerlukannya.
Penulis
2013
-
vi Universitas Indonesia
HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI
TUGAS AKHIR UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS
Sebagai sivitas akademik Universitas Indonesia, saya yang bertanda tangan di bawah ini:
Nama : Wisnu Ajeng Rakhmaningtyas NPM : 1106153574 Program Studi : Apoteker Fakultas : Farmasi Jenis karya : Karya Akhir demi pengembangan ilmu pengetahuan, menyetujui untuk memberikan
kepada Universitas Indonesia Hak Bebas Royalti Noneksklusif (Non-exclusive
Royalty Free Right) atas karya ilmiah saya yang berjudul :
Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker di PT. Takeda Indonesia Periode 18
Februari - 28 Maret 2013
beserta perangkat yang ada (jika diperlukan). Dengan Hak Bebas Royalti
Noneksklusif ini Universitas Indonesia berhak menyimpan,
mengalihmedia/format-kan, mengelola dalam bentuk pangkalan data
(database), merawat, dan memublikasikan tugas akhir saya selama tetap
mencantumkan nama saya sebagai penulis/pencipta dan sebagai pemilik Hak
Cipta.
Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.
Dibuat di : Depok Pada tanggal : 15 Juni 2013
-
vii Universitas Indonesia
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL .......................................................................................... ii
HALAMAN PENGESAHAN .......................................................................... iii
KATA PENGANTAR ....................................................................................... iv
DAFTAR ISI .................................................................................................... vii
DAFTAR LAMPIRAN ..................................................................................... ix
BAB 1 PENDAHULUAN................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang....................................................................................... 1
1.2 Tujuan ................................................................................................... 2
BAB 2 TINJAUAN UMUM ............................................................................... 3
2.1 Industri Farmasi ..................................................................................... 3
2.1.1 Pengertian Industri Farmasi ............................................................ 3
2.1.2 Persyaratan usaha industri farmasi .................................................. 3
2.1.3 Pembinaan dan pengawasan industri farmasi................................... 5
2.2 Cara Pembuatan Obat yang Baik (CPOB) .............................................. 6
2.2.1 Manajemen Mutu ............................................................................... 7
2.2.2 Personalia ........................................................................................... 8
2.2.3 Bangunan dan Fasilitas ................................................................... 9
2.2.4 Peralatan ....................................................................................... 10
2.2.5 Sanitasi dan Hygiene ..................................................................... 11
2.2.6 Produksi ....................................................................................... 11
2.2.7 Pengawasan Mutu ......................................................................... 12
2.2.8 Inspeksi Diri dan Audit Mutu........................................................ 13
2.2.9 Penanganan Keluhan Terhadap Produk, Penarikan Kembali Produk,
dan Produk Kembalian ................................................................................ 14
2.2.10 Dokumentasi................................................................................. 14
2.2.11 Pembuatan dan Analisis Berdasarkan Kontrak .............................. 15
2.2.12 Kualifikasi dan Validasi ................................................................ 15
BAB 3 TINJAUAN KHUSUS .......................................................................... 17
3.1 Sejarah PT Takeda Indonesia ............................................................... 17
3.2 Visi dan Misi ....................................................................................... 18
3.2.1 Visi ............................................................................................... 18
3.2.2 Misi .............................................................................................. 19
3.3 Lokasi dan Tata Letak Bangunan ......................................................... 19
3.4 Sistem Manajerial PT Takeda Indonesia .............................................. 19
-
viii Universitas Indonesia
3.5 Personalia ............................................................................................ 19
3.5.1 Departemen Produksi .................................................................... 20
3.5.2 Departemen Production Planning Inventory Control (PPIC) ......... 20
3.5.3 Departemen Pengendalian Mutu/Quality Assurance (QA) ............. 21
3.5.4 Departemen Quality Control (QC) ................................................ 22
3.5.5 Departemen gudang / warehouse .................................................. 23
3.5.6 Departemen Maintenance & General Affairs (GA) ....................... 24
3.5.7 Departemen Sumber Daya Manusia (HRD) .................................. 24
3.6 Bangunan dan Fasilitas Takeda Bekasi Factory .................................... 24
3.6.1 Pembagian Takeda Bekasi Factory ................................................ 24
3.7 Sanitasi dan Hygyene ........................................................................... 25
3.7.1 Higiene personalia dan keselamatan kerja ..................................... 25
3.7.2 Sanitasi bangunan ......................................................................... 26
3.7.3 Sanitasi peralatan .......................................................................... 27
3.8 Factory ................................................................................................ 27
3.8.1 Produksi ....................................................................................... 27
3.8.2 Bagian gudang .............................................................................. 31
3.8.3 Bagian maintenance & GA ........................................................... 35
BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN ............................................................. 40
4.1 Manajemen Mutu ................................................................................. 40
4.2 Personalia ............................................................................................ 42
4.3 Bangunan dan fasilitas ......................................................................... 43
4.4 Peralatan .............................................................................................. 45
4.5 Sanitas dan higiene .............................................................................. 46
4.6 Produksi .............................................................................................. 47
4.7 Pengawasan mutu ................................................................................ 52
4.8 Inspeksi diri dan audit mutu ................................................................. 54
4.9 Penanganan keluhan terhadap produk, penarikan kembali obat dan
produk kembalian ........................................................................................... 54
4.10 Dokumentasi ........................................................................................ 55
4.11 Kualifikasi dan validasi ........................................................................ 56
4.12 Pembuatan dan analisis berdasarkan kontrak ........................................ 60
BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN ............................................................. 61
5.1 Kesimpulan.......................................................................................... 61
5.2 Saran ................................................................................................... 61
DAFTAR ACUAN ........................................................................................... 62
-
ix Universitas Indonesia
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Struktur organisasi PT.Takeda Indonesia ......................................... 64
Lampiran 2. Alur penerimaan barang ................................................................ 65
Lampiran 3. Skema pengolahan limbah ............................................................ 66
-
1 Universitas Indonesia
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Berdasarkan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 51 Tahun 2009
tentang pekerjaan kefarmasian, salah satu tempat pengabdian profesi apoteker
adalah industri farmasi. Tanggung jawab apoteker dalam industri farmasi tersebut
berada pada bidang pemastian mutu, produksi, serta pengawasan mutu. Sebagai
pemegang otoritas penuh tentang obat, seorang apoteker harus mempunyai standar
kompetensi tertentu agar dapat menjamin konsistensi kualitas mutu industri
farmasi dan produk farmasi di tengah-tengah persaingan industri yang ada.
Dengan pengetahuan dan keahlian yang dikuasai mengenai produksi obat, seorang
apoteker harus benar-benar menjalankan tanggung jawab profesi tersebut dengan
profesional. Untuk itu, diperlukan adanya pembekalan mengenai peran apoteker
di dalam industri farmasi.
Produksi obat adalah salah satu kegiatan dari sebuah industri farmasi. Obat
yang dihasilkan harus sedemikian rupa agar sesuai dengan tujuan penggunaannya,
memenuhi persyaratan yang tercantum dalam dokumen izin edar (registrasi) dan
tidak menimbulkan risiko yang membahayakan karena tidak aman, mutu rendah
atau tidak efektif. Dalam menjalankan tanggung jawabnya di bidang produksi
obat, apoteker harus mengikuti suatu pedoman yang telah ditetapkan oleh
pemerintah. Pedoman tersebut adalah Cara Pembuatan Obat yang Baik (CPOB).
CPOB merupakan pedoman dalam aspek dan rangkaian kegiatan pembuatan
obat jadi di industri farmasi. CPOB dibuat untuk menjamin mutu obat yang
diproduksi oleh industri farmasi sehingga sesuai dengan spesifikasinya, aman, dan
berkualitas. Seorang apoteker di industri farmasi mempunyai peranan penting
untuk menerapkan aspek-aspek yang tercantum dalam CPOB.
Aspek-aspek tersebut dapat diterapkan melalui ilmu dan keahlian yang telah
dimiliki apoteker. Oleh karena itu, adanya tenaga farmasi yang handal mutlak
diperlukan untuk mendukung penerapan CPOB yang efektif. Dengan adanya
-
2
Universitas Indonesia
kedua unsur tersebut, maka suatu industri farmasi diharapkan dapat menghasilkan
obat yang sesuai persyaratan.
Dilatarbelakangi oleh hal tersebut, maka seorang calon apoteker harus
memahami tanggung jawab profesinya secara nyata. Melalui teori yang dibekali
sebelumnya, calon apoteker diharapkan memiliki pemahaman awal mengenai
penerapannya di dunia nyata. Pemahaman tersebut dapat diperoleh melalui sebuah
praktek kerja profesi di industri farmasi. Oleh karena itu, Program Profesi
Apoteker Fakultas Farmasi Universitas Indonesia mengadakan kerjasama dengan
PT Takeda Indonesia dalam menyelenggarakan Praktek Kerja Profesi Apoteker
(PKPA) agar dapat menjadi sarana pembelajaran di industri farmasi bagi para
calon apotekernya. Melalui kegiatan ini pula, mahasiswa tingkat profesi
diharapkan dapat mengamati secara langsung penerapan CPOB di industri
farmasi.
1.2 Tujuan
Praktek Kerja Profesi Apoteker (PKPA) di PT. Takeda Indonesia bertujuan
agar :
1.2.1 Mahasiswa profesi apoteker dapat melihat langsung aktivitas yang
berlangsung dalam suatu industri farmasi.
1.2.2 Mahasiswa profesi apoteker dapat memperoleh pengetahuan dan wawasan
tentang segala aspek yang terkait di industri farmasi terutama dalam hal
penerapan CPOB di PT. Takeda Indonesia.
1.2.3 Mahasiswa profesi apoteker dapat memiliki pemahaman yang mendalam
mengenai peran dan tugas apoteker di industri farmasi.
-
3 Universitas Indonesia
BAB 2
TINJAUAN UMUM
2.1 Industri Farmasi
2.1.1 Pengertian Industri Farmasi
Menurut Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia
No.1799/Menkes/Per/XII/20 10 tentang Industri Farmasi, industri farmasi adalah
badan usaha yang memiliki izin dari Menteri Kesehatan untuk melakukan
kegiatan pembuatan obat atau bahan obat. Industri farmasi dapat melakukan
kegiatan proses pembuatan obat dan/atau bahan obat untuk semua tahapan
dan/atau sebagian tahapan. Pembuatan obat adalah seluruh tahapan kegiatan
dalam menghasilkan obat, yang meliputi pengadaan bahan awal dan bahan
pengemas, produksi, pengemasan, pengawasan mutu dan pemastian mutu sampai
diperoleh obat untuk didistribusikan (Kementerian Kesehatan, 2010).
2.1.2 Persyaratan usaha industri farmasi
Industri farmasi untuk melaksanakan proses industrinya harus memenuhi
ketentuan yang ditetapkan oleh pemerintah. Menurut peraturan Menteri Kesehatan
Republik Indonesia No. 1799/Menkes/Per/XII/2010 tentang Industri Farmasi,
usaha industri farmasi wajib memenuhi persyaratan sebagai berikut :
a. Setiap pendirian Industri Farmasi wajib memperoleh izin industri farmasi dari
Direktur Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan.
b. Industri Farmasi yang membuat obat dan/atau bahan obat yang termasuk
dalam golongan narkotika wajib memperoleh izin khusus untuk memproduksi
narkotika sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
Persyaratan untuk memperoleh izin industri farmasi terdiri atas :
a. Berbadan usaha berupa perseroan terbatas,
b. Memiliki rencana investasi dan kegiatan pembuatan obat,
c. Memiliki Nomor Pokok Wajib Pajak,
d. Komisaris dan direksi tidak pernah terlibat, baik langsung atau tidak langsung
dalam pelanggaran peraturan perundang-undangan di bidang kefarmasian.
Untuk memperoleh izin industri farmasi diperlukan persetujuan prinsip yang
-
4
Universitas Indonesia
berlaku selama 3 (tiga) tahun. Permohonan persetujuan prinsip diajukan secara
tertulis kepada Direktur Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan. Dalam
hal permohonan persetujuan prinsip dilakukan oleh Industri Penanaman Modal
Asing atau Penanaman Modal Dalam Negeri, pemohon harus memperoleh Surat
Persetujuan Penanaman Modal dari instansi yang menyelenggarakan urusan
penanaman modal sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan. Persetujuan
prinsip diberikan oleh Direktur Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan
setelah pemohon memperoleh persetujuan Rencana Induk Pembangunan (RIP)
dari Kepala Badan Pengawasan Obat dan Makanan. Dalam hal permohonan
persetujuan prinsip telah diberikan, pemohon dapat langsung melakukan
persiapan, pembangunan, pengadaan, pemasangan dan instalasi peralatan
termasuk produksi percobaan dengan memperhatikan ketentuan perundang-
undangan.
Setiap pendirian industri farmasi wajib memenuhi ketentuan sebagaimana
diatur dalam peraturan perundang-undangan di bidang tata ruang dan lingkungan
hidup. Industri Farmasi wajib memenuhi persyaratan CPOB yang dibuktikan
dengan sertifikat CPOB. Sertifikat CPOB berlaku selama 5 (lima) tahun
sepanjang memenuhi persyaratan. Ketentuan mengenai persyaratan dan tata cara
sertifikasi CPOB diatur oleh Kepala Badan Pengawasan Obat dan Makanan.
Selain wajib memenuhi ketentuan yang telah disebutkan, Industri Farmasi juga
wajib melakukan farmakovigilans.
Izin usaha industri farmasi diberikan oleh Direktur Jenderal Bina
Kefarmasian dan Alat Kesehatan dengan rekomendasi dari kepala Badan
Pengawasan Obat dan Makanan (Badan POM). Izin ini berlaku seterusnya selama
perusahaan industri farmasi tersebut berproduksi dan memenuhi ketentuan
peraturan perundang-undangan. Industri Farmasi yang akan melakukan perubahan
bermakna terhadap pemenuhan persyaratan CPOB, baik untuk perubahan
kapasitas dan/atau fasilitas produksi wajib melapor dan mendapat persetujuan
sesuai ketentuan perundang-undangan. Untuk industri farmasi Penanaman Modal
Asing (PMA) masa berlakunya sesuai dengan ketentuan dalam UU No. 1 tahun
1967 tentang Penanaman Modal Asing dan peraturan pelaksanaannya.
-
5
Universitas Indonesia
Perusahaan Industri Farmasi yang telah mendapat Izin Usaha Industri wajib:
a. Menyampaikan laporan industri secara berkala mengenai kegiatan usahanya
yaitu sekali dalam enam bulan, meliputi jumlah dan nilai produksi setiap obat
atau bahan obat yang dihasilkan serta sekali dalam satu tahun.
b. Melaksanakan upaya keseimbangan dan kelestarian sumber daya alam serta
pencegahan timbulnya kerusakan dan pencemaran terhadap lingkungan hidup
akibat kegiatan Industri Farmasi yang dilakukannya.
c. Melaksanakan upaya yang menyangkut keamanan dan keselamatan alat, bahan
baku dan bahan penolong, proses serta hasil produksinya termasuk
pengangkutannya dan keselamatan kerja.
d. Melakukan Analisa Mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL) yang berlaku
bagi jenis-jenis industri yang telah ditetapkan dan kewajiban untuk
melakukannya setelah memperoleh Izin Usaha Industri Farmasi.
2.1.3 Pembinaan dan pengawasan industri farmasi
Pembinaan terhadap pengembangan industri farmasi dilakukan oleh Kepala
BPOM. Dalam melaksanakan pengawasan, tenaga pengawas dapat memasuki
setiap tempat yang digunakan dalam kegiatan pembuatan, penyimpanan,
pengangkutan dan perdagangan obat dan bahan obat untuk memeriksa, meneliti
dan mengambil contoh, membuka dan meneliti kemasan obat, serta memeriksa
dokumen atau catatan lain yang diduga memuat keterangan mengenai kegiatan
pembuatan, penyimpanan, pengangkutan dan perdagangan obat dan bahan obat.
Tenaga pengawas juga dapat mengambil gambar (foto) seluruh atau sebagian
fasilitas dan peralatan yang digunakan dalam pembuatan, penyimpanan,
pengangkutan dan/atau perdagangan obat dan bahan obat.
Pelanggaran terhadap ketentuan yang tercantum dalam peraturan Menteri
Kesehatan Republik Indonesia No. 1799/Menkes/Per/XII/2010 tentang Industri
Farmasi dapat dikenakan sanksi administratif berupa :
a. Peringatan secara tertulis (diberikan oleh Kepala BPOM);
b. Larangan mengedarkan untuk sementara waktu dan/atau perintah untuk
penarikan kembali obat atau bahan obat dari peredaran bagi obat atau bahan
obat yang tidak memenuhi standar dan persyaratan keamanan, khasiat, atau
-
6
Universitas Indonesia
mutu (diberikan oleh Kepala BPOM);
c. Perintah pemusnahan obat atau bahan obat jika terbukti tidak memenuhi
persyaratan keamanan, khasiat atau mutu (diberikan oleh Kepala BPOM);
d. Penghentian sementara kegiatan (diberikan oleh Kepala BPOM);
e. Pembekuan izin industri farmasi (diberikan oleh Direktur Jenderal Bina
Kefarmasian dan Alat Kesehatan atas rekomendasi Kepala BPOM); dan
f. Pencabutan izin industri farmasi (diberikan oleh Direktur Jenderal Bina
Kefarmasian dan Alat Kesehatan atas rekomendasi Kepala BPOM).
Izin usaha industri farmasi dapat dicabut dalam hal :
a. Perusahaan Industri Farmasi yang telah mendapat Izin Usaha Industri Farmasi
melakukan pemindahtanganan hak milik Izin Usaha Industri Farmasi dan
perluasan tanpa memiliki izin sesuai dengan ketentuan dalam Surat Keputusan
ini; dan atau
b. Perusahaan Industri Farmasi yang telah mendapat Izin Usaha Industri Farmasi
tidak menyampaikan informasi industri farmasi secara berturut-turut 3 (tiga)
kali atau dengan sengaja menyampaikan informasi yang tidak benar; dan atau
c. Perusahaan Industri Farmasi yang telah mendapat Izin Usaha Industri Farmasi
melakukan pemindahan lokasi usaha industri tanpa persetujuan tertulis
terlebih dahulu dari menteri; dan atau
d. Perusahaan Industri Farmasi yang telah mendapat Izin Usaha Industri Farmasi
dengan sengaja memproduksi Obat Jadi atau Bahan Baku Obat yang tidak
memenuhi persyaratan dan ketentuan yang berlaku, obat palsu; dan atau
e. Tidak dipenuhinya ketentuan dalam Izin Usaha Industri Farmasi yang
ditetapkan dalam Surat Keputusan.
2.2 Cara Pembuatan Obat yang Baik (CPOB)
CPOB merupakan bagian dari sistem pemastian mutu yaitu suatu konsep
dalam industri farmasi mengenai prosedur atau langkah-langkah yang dilakukan
dalam suatu industri farmasi untuk menjamin mutu obat jadi, yang diproduksi
dengan menerapkan Good Manufacturing Practices (GMP) dalam seluruh aspek
dan rangkaian kegiatan produksi, sehingga obat yang dihasilkan senantiasa
memenuhi persyaratan mutu yang ditentukan sesuai dengan tujuan
-
7
Universitas Indonesia
penggunaannya.
CPOB merupakan suatu pedoman untuk memastikan agar mutu obat yang
dihasilkan sesuai persyaratan dan tujuan penggunaannya, bila perlu dapat
dilakukan penyesuaian pedoman dengan syarat bahwa standar mutu obat yang
telah ditentukan tetap dicapai. Mutu obat tergantung pada bahan awal, bahan
pengemas, proses produksi, pengendalian mutu, bangunan, peralatan yang
digunakan, dan personel yang terlibat. Pada proses pembuatan obat, pengendalian
menyeluruh sangat penting untuk menjamin bahwa konsumen menerima obat
yang bermutu tinggi. Pembuatan yang tidak sesuai dengan prosedur tidak
dibenarkan bagi produk yang digunakan untuk menyelamatkan jiwa, memulihkan
atau memelihara kesehatan.
CPOB mencakup seluruh aspek produksi dan pengendalian mutu. Ruang
lingkup CPOB edisi 2006, meliputi manajemen mutu, personalia, bangunan dan
fasilitas, peralatan, sanitasi dan higiene, produksi, pengawasan mutu, inspeksi diri
dan audit mutu, penanganan keluhan terhadap produk, penarikan kembali produk
dan produk kembalian, dokumentasi, pembuatan dan analisis berdasarkan kontrak,
serta kualifikasi dan validasi.
2.2.1 Manajemen Mutu
Industri farmasi harus membuat obat sedemikian rupa agar sesuai dengan
tujuan penggunaannya, memenuhi persyaratan yang tercantum dalam izin edar
(registrasi) dan tidak menimbulkan risiko yang membahayakan bagi
penggunannya karena tidak aman, mutu rendah atau tidak efektif. Manajemen
mutu bertanggung jawab untuk pencapaian tujuan ini melalui suatu Kebijakan
Mutu, yang memerlukan partisipasi dan komitmen dari semua jajaran di semua
departemen di dalam perusahaan, para pemasok, dan para distributor.
Untuk mencapai tujuan mutu secara konsisten dan dapat diandalkan,
diperlukan manajemen mutu yang didesain secara menyeluruh dan diterapkan
secara benar. Unsur dasar manajemen mutu adalah :
a. Suatu infrastruktur atau sistem mutu yang tepat mencakup struktur organisasi,
prosedur, proses, dan sumber daya.
b. Tindakan sistematis yang diperlukan untuk mendapatkan kepastian dengan
-
8
Universitas Indonesia
tingkat kepercayaan yang tinggi, sehingga produk atau jasa pelayanan yang
dihasilkan akan selalu memenuhi persyaratan yang telah ditetapkan.
Keseluruhan tindakan tersebut disebut pemastian mutu. Pemastian mutu
adalah suatu konsep luas yang mencakup semua hal baik secara tersendiri maupun
secara kolektif, yang akan mempengaruhi mutu dari obat yang dihasilkan.
Pemastian mutu merupakan totalitas semua pengaturan yang dibuat dengan tujuan
untuk memastikan bahwa obat dihasilkan dengan mutu yang sesuai dengan tujuan
pemakaiannya. Pemastian mutu suatu obat tidak hanya mengandalkan
pelaksanaan pengujian tertentu saja namun obat hendaklah dibuat dalam kondisi
yang dikendalikan dan dipantau secara cermat. Karena itu pemastian mutu
mencakup CPOB ditambah dengan faktor lain, seperti desain dan pengembangan
produk.
2.2.2 Personalia
Sumber daya manusia sangat penting dalam pembentukan dan penerapan
sistem pemastian mutu yang memuaskan dan pembuatan obat yang benar. Oleh
sebab itu, industri farmasi bertanggung jawab untuk menyediakan personel yang
terkualifikasi dalam jumlah yang memadai untuk melaksanakan semua tugas.
Seluruh personel hendaklah memahami prinsip CPOB, memperoleh pelatihan
awal dan berkesinambungan, termasuk instruksi mengenai higiene yang berkaitan
dengan pekerjaan serta memahami tanggung jawab masing-masing.
Industri farmasi harus memiliki struktur organisasi di mana tugas spesifik
dan kewenangan dari personel pada posisi penanggung jawab hendaklah
dicantumkan dalam uraian tugas tertulis. Tugas tersebut boleh didelegasikan
kepada wakil yang ditunjuk dan mempunyai tingkat kualifikasi yang memadai.
Dalam hal ini, aspek penerapan CPOB tidak ada yang terlewatkan ataupun
tumpang tindih dalam tanggung jawab yang tercantum pada uraian tugas. Personil
kunci mencakup kepala bagian Produksi, kepala bagian Pengawasan Mutu dan
kepala bagian Pemastian Mutu. Kepala bagian Produksi dan kepala bagian
Manajemen Mutu (Pemastian Mutu) atau kepala bagian PengawasanMutu harus
independen satu terhadap yang lain.
Tanggung jawab masing-masing personil kunci adalah sebagai berikut:
-
9
Universitas Indonesia
a. Kepala bagian Produksi
1) Memastikan obat dibuat dan disimpan sesuai prosedur agar memenuhi
syarat mutu yang ditetapkan.
2) Memberi persetujuan prosedur tetap (protap) yang berkaitan dengan
produksi serta implementasinya.
3) Memastikan catatan produksi telah dievaluasi dan ditandatangani sebelum
diserahkan ke bagian pemastian mutu.
4) Memastikan pemeliharaan gedung dan peralatan produksi.
5) Memastikan validasi proses telah dilaksanakan.
6) Memastikan pelatihan dilaksanakan.
b. Kepala bagian Pemastian Mutu
1) Memastikan penerapan sistem mutu.
2) Memprakarsai pembuatan Quality Manual.
3) Inspeksi diri dan eksternal audit.
4) Melakukan pengawasan bagian pengawasan mutu.
5) Mengkoordinasi program validasi, kualifikasi dan kalibrasi.
6) Memastikan pemenuhan persyaratan CPOB dan dari regulator.
7) Mengkaji Catatan Bets dan Product Quality Review.
8) Menangani keluhan (teknis dan medis).
9) Menangani obat kembalian dan penarikan obat.
c. Kepala bagian Pengawasan Mutu
1) Meluluskan atau menolak bahan awal, bahan pengemas, produk
antara/ruahan dan obat jadi.
2) Memberi persetujuan spesifikasi, instruksi sampling, metode uji dan
protap pengawasan mutu.
3) Memberi persetujuan dan memantau kontrak analisa.
4) Memastikan pemeliharaan gedung dan alat.
5) Memastikan validasi metoda telah dilakukan.
6) Melakukan stabilitas obat jadi.
2.2.3 Bangunan dan Fasilitas
Bangunan dan fasilitas untuk pembuatan obat termasuk area produksi,
-
10
Universitas Indonesia
laboratorium, area penyimpanan, koridor, dan lingkungan sekeliling bangunan
hendaklah memiliki desain, konstruksi, dan letak yang memadai, serta disesuaikan
kondisinya dan dirawat dengan baik untuk memudahkan pelaksanaan operasional
yang benar. Bangunan dan fasilitas hendaklah dirawat dengan cermat, dibersihkan
dan didesinfeksi sesuai prosedur tertulis secara rinci. Kondisi bangunan hendaklah
ditinjau secara teratur dan diperbaiki bila perlu.
Tindakan perbaikan dan perawatan terhadap bangunan dan fasilitas
dilakukan hati-hati agar kegiatan tersebut tidak mempengaruhi mutu obat
pasokan. Tata letak dan desain ruangan harus dibuat sedemikian rupa untuk
memperkecil risiko terjadinya kekeliruan, pencemaran silang, memudahkan
pembersihan, sanitasi dan perawatan yang efektif, menghindari penumpukan debu
atau kotoran dan dampak lain yang dapat menurunkan mutu obat. Letak bangunan
diatur sedemikian rupa untuk menghindari pencemaran dari lingkungan
sekelilingnya, seperti pencemaran dari udara, tanah, air, serta dari kegiatan
industri lain yang berdekatan. Apabila letak bangunan tidak sesuai, hendaklah
diambil tindakan pencegahan yang efektif terhadap pencemaran tersebut.
Seluruh bangunan dan fasilitas termasuk area produksi, laboratorium, area
penyimpanan, koridor dan lingkungan sekeliling bangunan hendaklah dirawat
dalam kondisi bersih dan rapi. Kondisi bangunan hendaklah ditinjau secara teratur
dan diperbaiki bila perlu. Perbaikan dan perawatan bangunan dan fasilitas
hendaklah dilakukan hati-hati agar kegiatan tersebut tidak mempengaruhi mutu
obat pasokan.
2.2.4 Peralatan
Peralatan untuk pembuatan obat hendaklah memiliki desain dan konstruksi
yang tepat, ukuran yang memadai serta ditempatkan dan dikualifikasi dengan
tepat, agar mutu obat terjamin sesuai desain serta seragam dari bets ke bets dan
untuk memudahkan pembersihan serta perawatan. Peralatan hendaklah didesain
dan dikonstruksi sesuai dengan tujuannya. Permukaan peralatan yang bersentuhan
dengan bahan awal, produk antara atau produk jadi tidak boleh menimbulkan
reaksi, adisi atau absorbsi yang dapat mempengaruhi identitas, mutu atau
kemurnian di luar batas yang ditentukan.
-
11
Universitas Indonesia
Bahan yang diperlukan untuk pengoperasian alat khusus misalnya pelumas
atau pendingin tidak boleh bersentuhan dengan bahan yang sedang diolah
sehingga tidak mempengaruhi identitas, mutu atau kemurnian bahan awal, produk
antara ataupun produk jadi. Peralatan tidak boleh merusak produk akibat katup
bocor tetesan pelumas dan hal sejenis atau karena perbaikan, perawatan,
modifikasi dan adaptasi yang tidak tepat. Peralatan hendaklah didesain
sedemikian rupa agar mudah dibersihkan. Pembersihan peralatan dilakukan sesuai
dengan prosedur tertulis yang rinci serta disimpan dalam keadaan bersih dan
kering. Peralatan hendaklah dirawat sesuai jadwal untuk mencegah malfungsi atau
pencemaran yang dapat mempengaruhi identitas, mutu atau kemurnian produk.
2.2.5 Sanitasi dan Higiene
Tingkat sanitasi dan higiene yang tinggi hendaklah diterapkan pada setiap
aspek pembuatan obat. Ruang lingkup sanitasi dan higiene meliputi personil,
bangunan, peralatan dan perlengkapan, bahan produksi serta wadahnya, dan
segala sesuatu yang dapat menjadi sumber pencemaran produk. Sumber
pencemaran potensial harus dihilangkan melalui suatu program sanitasi dan
higiene yang menyeluruh dan terpadu. Sanitasi dan higiene yang diatur dalam
pedoman CPOB terbaru adalah terhadap personalia, bangunan dan peralatan.
Prosedur sanitasi dan higiene hendaklah divalidasi dan dievaluasi secara berkala
untuk cukup efektif dan selalu memenuhi persyaratan.
2.2.6 Produksi
Produksi hendaklah dilaksanakan dengan mengikuti prosedur yang telah
ditetapkan dan memenuhi ketentuan CPOB yang senantiasa menjamin bahwa
produk yang dihasilkan memenuhi ketentuan izin pembuatan dan izin edar
(registrasi). Mutu suatu obat tidak hanya ditentukan oleh hasil analisis terhadap
produk akhir melainkan juga oleh mutu yang dibangun selama tahapan proses
produksi (built in quality) sejak pemilihan bahan awal, penimbangan, proses
produksi personalia, bangunan, peralatan kebersihan, dan higiene sampai dengan
pengemasan.
Produksi hendaklah dilakukan dan diawasi oleh personel yang kompeten.
Prosedur produksi dibuat oleh penanggung jawab produksi bersama dengan
-
12
Universitas Indonesia
penanggung jawab pengawasan mutu yang dapat menjamin obat yang dihasilkan
memenuhi spesifikasi yang telah ditentukan. Prosedur kerja standar hendaklah
tertulis, mudah dipahami dan dipatuhi oleh karyawan produksi, serta
didokumentasikan. Dokumentasi setiap langkah dilakukan dengan cermat, tepat
dan ditangani oleh karyawan yang melaksanakan tugas.
2.2.7 Pengawasan Mutu
Pengawasan mutu merupakan bagian yang esensial dari Cara Pembuatan
Obat yang Baik (CPOB) untuk memberikan kepastian bahwa produk secara
konsisten mempunyai mutu yang sesuai dengan tujuan pemakaiannya.
Keterlibatan dan komitmen semua pihak yang berkepentingan pada semua tahap
merupakan keharusan untuk mencapai sasaran mutu mulai dari awal pembuatan
sampai kepada distribusi produk jadi. Pengawasan mutu tidak terbatas pada
kegiatan laboratorium, tetapi juga harus terlibat dalam semua keputusan yang
terkait dengan mutu produk. Ketidaktergantungan pengawasan mutu dari produksi
dianggap hal yang fundamental agar pengawasan mutu dapat melakukan kegiatan
dengan memuaskan. Tiap pemegang izin pembuatan harus mempunyai bagian
pengawasan mutu. Bagian ini harus independen dari bagian lain dan berada di
bawah tanggung jawab dan wewenang seorang dengan kualifikasi dan
pengalaman yang sesuai, yang membawahi satu atau beberapa laboratorium.
Sarana yang memadai harus tersedia untuk memastikan bahwa segala
kegiatan pengawasan mutu dilaksanakan dengan efektif dan dapat diandalkan.
Pengawasan mutu hendaklah mencakup semua kegiatan analisis yang dilakukan
di laboratorium, termasuk pengambilan sampel, pemeriksaan, dan pengujian
bahan awal, produk antara, produk ruahan, dan produk jadi. Kegiatan ini
mencakup juga uji stabilitas, program pemantauan lingkungan, pengujian yang
dilakukan dalam rangka validasi, penanganan sampel pertinggal, menyusun dan
memperbaharui spesifikasi bahan dan produk serta metode pengujiannya.
Dokumentasi dan prosedur pelulusan yang diterapkan bagian pengawasan
mutu hendaklah menjamin bahwa pengujian yang diperlukan telah dilakukan
sebelum bahan digunakan dalam produksi dan produk disetujui sebelum
didistribusikan. Personel pengawasan mutu hendaklah memiliki akses ke area
-
13
Universitas Indonesia
produksi untuk pengambilan sampel dan penyelidikan yang diperlukan. Personel,
bangunan dan fasilitas, serta peralatan laboratorium hendaklah sesuai untuk segala
jenis tugas yang ditentukan dan skala kegiatan pembuatan obat.
2.2.8 Inspeksi Diri dan Audit Mutu
Tujuan inspeksi diri adalah untuk mengevaluasi apakah semua aspek
poduksi dan pengawasan mutu industri farmasi memenuhi ketentuan CPOB.
Program inspeksi diri hendaklah dirancang untuk mendeteksi kelemahan dalam
pelaksanaan CPOB dan untuk menetapkan tindakan perbaikan yang diperlukan.
Inspeksi diri hendaklah dilakukan secara independen dan rinci oleh petugas yang
kompeten dari perusahaan. Ada manfaatnya juga bila menggunakan auditor luar
yang independen. Inspeksi diri hendaklah dilakukan secara rutin dan di samping
itu, pada situasi khusus, misalnya dalam hal terjadi penarikan kembali obat jadi
atau terjadi penolakan yang berulang. Semua saran untuk tindakan perbaikan
supaya dilaksanakan. Prosedur dan catatan inspeksi diri hendaklah
didokumentasikan dan dibuat program tindak lanjut yang efektif.
Pada aspekaspek inspeksi diri hendaklah dibuat daftar periksa inspeksi
diri yang menyajikan standar persyaratan minimal dan seragam. Daftar periksa
inspeksi diri ini hendaklah mengandung pertanyaan mengenai ketentuan CPOB
yang meliputi personalia, bangunan termasuk fasilitas untuk personil, perawatan
bangunan dan peralatan, penyimpanan bahan awal, bahan pengemas dan obat jadi,
peralatan, pengolahan dan pengawasan selama proses, pengawasan mutu,
dokumentasi, sanitasi dan higiene, program validasi dan revalidasi, kalibrasi alat
atau sistem pengukuran, prosedur penarikan kembali obat jadi, penanganan
keluhan, pengawasan label dan hasil inspeksi diri sebelumnya dan tindakan
perbaikan.
Inspeksi diri dapat dilakukan oleh tiap bagian sesuai kebutuhan pabrik,
namun inspeksi diri yang dilaksanakan secara menyeluruh hendaklah
dilaksanakan minimal satu kali dalam setahun. Frekuensi inspeksi diri hendaklah
tertulis dalam prosedur tetap inspeksi diri. Penyelenggaraan audit mutu berguna
sebagai pelengkap inspeksi diri. Audit mutu meliputi pemeriksaan dan penilaian
semua atau sebagian dari sistem manajemen mutu dengan tujuan spesifik untuk
-
14
Universitas Indonesia
meningkatkan mutu. Audit mutu umumnya dilaksanakan oleh spesialis dari luar
atau independen atau tim yang dibentuk khusus untuk hal ini oleh manajemen
perusahaan. Audit mutu juga dapat diperluas terhadap pemasok dan penerima
kontrak.
2.2.9 Penanganan Keluhan Terhadap Produk, Penarikan Kembali Produk, dan
Produk Kembalian
Keluhan terhadap obat dan laporan keluhan dapat menyangkut mutu, efek
samping yang merugikan atau masalah efek terapetik. Semua keluhan dan laporan
keluhan hendaklah diteliti dan dievaluasi dengan cermat, kemudian diambil tindak
lanjut yang sesuai dan dibuatkan laporan. Penarikan kembali obat jadi dapat
berupa penarikan kembali satu atau beberapa bets atau seluruh obat jadi tertentu
dari semua mata rantai distribusi. Penarikan kembali dilakukan apabila ditemukan
adanya produk yang tidak memenuhi persyaratan mutu atau atas dasar
pertimbangan adanya efek samping yang tidak diperhitungkan yang merugikan
kesehatan. Penarikan produk dari peredaran dapat mengakibatkan penundaan atau
penghentian pembuatan obat tersebut.
Obat kembalian adalah obat jadi yang telah beredar, yang kemudian
dikembalikan ke pabrik karena adanya keluhan, kerusakan, kadaluwarsa, masalah
keabsahan atau sebab lain mengenai kondisi obat, wadah atau kemasan sehingga
menimbulkan keraguan akan keamanan, identitas, mutu dan jumlah obat yang
bersangkutan.
Industri farmasi hendaklah menyiapkan prosedur untuk penahanan,
penyelidikan dan pengujian produk kembalian serta pengambilan keputusan
apakah produk kembalian dapat diproses ulang atau harus dimusnahkan setelah
dilakukan evaluasi secara kritis. Produk kembalian yang tidak dapat diolah ulang
hendaklah dimusnahkan. Pro sedur pemusnahan bahan atau pemusnahan produk
harus disiapkan dan mencakup tindakan pencegahan terhadap pencemaran
lingkungan dan penyalahgunaan bahan atau produk oleh orang yang tidak
mempunyai wewenang.
2.2.10 Dokumentasi
Dokumentasi adalah bagian dari sistem informasi manajemen dan
-
15
Universitas Indonesia
merupakan bagian yang esensial dari pemastian mutu. Dokumentasi yang jelas
adalah fundamental untuk memastikan bahwa tiap personel menerima uraian
tugas yang relevan secara jelas dan rinci sehingga memperkecil risiko terjadinya
kekeliruan yang biasanya timbul karena hanya mengandalkan komunikasi lisan.
Spesifikasi, dokumen produksi induk/formula pembuatan, prosedur, metode dan
instruksi, laporan dan catatan harus bebas dari kekeliruan dan tersedia secara
tertulis.
2.2.11 Pembuatan dan Analisis Berdasarkan Kontrak
Pembuatan dan analisis berdasarkan kontrak harus dibuat secara benar,
disetujui dan dikendalikan untuk menghindari kesalahpahaman yang dapat
menyebabkan produk atau pekerjaan dengan mutu yang tidak memuaskan.
Kontrak tertulis antara pemberi kontrak dan penerima kontrak harus dibuat secara
jelas menentukan tanggung jawab dan kewajiban masing-masing pihak.
Kontrak harus menyatakan secara jelas prosedur pelulusan tiap bets
produk untuk diedarkan yang menjadi tanggung jawab penuh kepala bagian
Manajemen Mutu (Pemastian Mutu). Kontrak tertulis harus dibuat meliputi
pembuatan dan/atau analisis obat yang dikontrakkan dan semua pengaturan teknis
terkait. Semua pengaturan untuk pembuatan dan analisis berdasarkan kontrak
termasuk perubahan dalam pengaturan teknis atau pengaturan lain hendaklah
sesuai dengan izin edar untuk produk yang bersangkutan. Kontrak hendaklah
mengizinkan pemberi kontrak untuk mengaudit sarana dari penerima kontrak.
Pelulusan akhir dalam analisis berdasarkan kontrak harus diberikan oleh kepala
bagian manajemen mutu (pemastian mutu) pemberi kontrak.
2.2.12 Kualifikasi dan Validasi
CPOB mensyaratkan industri farmasi untuk mengidentifikasi validasi yang
diperlukan sebagai bukti pengendalian terhadap aspek kritis dari kegiatan yang
dilakukan. Perubahan signifikan terhadap fasilitas, peralatan dan proses yang
dapat mempengaruhi mutu produk hendaklah divalidasi. Pendekatan dengan
kajian risiko hendaklah digunakan untuk menentukan ruang lingkup dan cakupan
validasi.
Seluruh kegiatan validasi hendaklah direncanakan. Unsur utama program
-
16
Universitas Indonesia
validasi hendaklah dirinci dengan jelas dan didokumentasikan di dalam Rencana
Induk Validasi (RIV) atau dokumen setara. RIV hendaklah merupakan dokumen
yang singkat, tepat dan jelas. RIV hendaklah mencakup sekurang-kurangnya data
sebagai berikut: kebijakan validasi; struktur organisasi kegiatan validasi;
ringkasan fasilitas, sistem, peralatan dan proses yang akan divalidasi; format
dokumen: format protokol dan laporan validasi, perencanaan dan jadwal
pelaksanaan; pengendalian perubahan; dan acuan dokumen yang digunakan.
Protokol validasi hendaklah merinci langkah kritis dan kriteria
penerimaan. Laporan harus dibuat mengacu pada protokol kualifikasi dan/atau
protokol validasi dan memuat ringkasan hasil yang diperoleh, tanggapan terhadap
penyimpangan yang terjadi, kesimpulan dan rekomendasi perbaikan. Tiap
perubahan terhadap rencana yang ditetapkan dalam protokol hendaklah
didokumentasikan dengan pertimbangan yang sesuai.
-
17 Universitas Indonesia
BAB 3
TINJAUAN KHUSUS
3.1 Sejarah PT Takeda Indonesia
Lebih dari dua abad yang lalu pada tahun 1781, Chobei Takeda I memulai bisnis
menjual obat-obatan tradisional Jepang dan Cina di Doshomachi, Osaka, pusat
perdagangan obat di Jepang. Toko kecil itu membeli obat-obatan dari grosir,
kemudian dibagi menjadi batch yang lebih kecil dan menjualnya kepada pedagang
obat-obatan lokal dan dokter. Ini adalah awal dari Takeda Pharmaceutical Company
Limited.
Pada tahun 1871, impor obat-obatan Barat dimulai oleh Chobei Takeda IV
dalam mengubah perhatiannya untuk pengobatan Barat. Dia membentuk sebuah
koperasi untuk pembelian obat-obatan Barat di Yokohama dan memulai transaksi
dengan perusahaan perdagangan asing. Obat-obatan Barat yang diimpor pada saat itu
termasuk kina, obat anti-malaria, dan fenol, obat anti-kolera.
Takeda memulai impor langsung dari Inggris, AS, Jerman, Spanyol dan negara-
negara lain di sekitar tahun 1895, dan pada tahun 1907 memperoleh hak eksklusif
penjualan di Jepang untuk produk-produk dari perusahaan Bayer Jerman. Dengan
demikian, usaha yang dimulai sebagai toko yang menjual obat kuno Jepang dan Cina
terus meningkat.
Pada tahun 1895, Takeda mengakuisisi perusahaan obat Uchibayashi untuk
mendirikan pabrik sendiri di Osaka dan menjadi produsen farmasi. Pabrik ini
menghasilkan produk seperti bismuth subgallate (agen antidiare) dan hidroklorida
kina.
Pada tahun 1914, Takeda mulai memperkenalkan produk sendiri. Di antaranya
adalah Calmotin (obat penenang), Novoroform
(analgesik) dan Lodinon
(bentuk
injeksi D-glukosa). Takeda terus memperluas bisnis farmasi dan bahkan mulai ekspor
ke AS, Rusia dan China.
Pada tahun 1925, perusahaan ini didirikan sebagai Chobei Takeda & Co, Ltd,
dengan modal sebesar 5,3 juta yen dan Chobei Takeda V sebagai presiden.
-
18
Universitas Indonesia
Perusahaan ini berubah dari sebuah bisnis individual yang dimiliki untuk organisasi
menjadi perusahaan modern mengintegrasikan R & D, manufaktur dan pemasaran.
Perusahaan ini kemudian mengubah namanya menjadi Takeda Pharmaceutical
Industries, Ltd pada tahun 1943 (nama bahasa Inggris yang diubah menjadi Takeda
Chemical Industries, Ltd pada tahun 1961).
Setelah Perang Dunia II, di samping vitamin B1 dan Vitacampher (stimulan
jantung dan pernapasan), yang telah diteliti saat sebelum perang, Takeda mulai
mengeksplorasi penelitian antibiotik dan penelitian sintetik dari asam folat. Selain itu
juga dimulai penelitian produksi untuk penisilin, yang mulai diproduksi pada tahun
1948.
Pada tahun 1954, Takeda berhasil mengembangkan dan mulai penjualan dari
derivat vitamin B1 Alinamin, yaitu prodrug yang meningkatkan penyerapan vitamin
B1. Sekitar waktu yang sama, perusahaan juga mulai memasok vitamin untuk
pengadaan makanan untuk mengurangi kekurangan gizi yang disebabkan oleh
kekurangan pangan pascaperang.
Menyusul pembentukan perusahaan manufaktur dan pemasaran di Taiwan pada
tahun 1962, Takeda mendirikan perusahaan manufaktur dan pemasaran di Asia
Tenggara, termasuk Filipina, Thailand dan Indonesia. Tianjin Takeda
Pharmaceuticals Co, Ltd, didirikan pada tahun 1994, menjadi pabrik pertama di Cina
yang akan disertifikasi untuk Good Manufacturing Practice. Pada tahun 1978, Takeda
mendirikan usaha bersama perusahaan farmasi di Perancis, diikuti oleh basis
operasional di Jerman dan Italia.
PT. Takeda Indonesia didirikan pada tahun 1971. Takeda Indonesia
menyediakan obat-obatan resep maupun OTC untuk pasien di Indonesia. Salah satu
produk unggulan dari PT. Takeda Indonesia adalah Vitacimin yang saat ini sudah
memiliki beberapa varian rasa seperti orange, fruitpunch dan berry. Produk-produk
PT. Takeda Indonesia lainnya adalah Alinamin, Nevramin
, Esilgan
, Blopress
dan lain-lain.
3.2 Visi dan Misi
3.2.1 Visi
PT.Takeda Indonesia mempunyai visi untuk mewujudkan kemampuan menjadi
-
19
Universitas Indonesia
pemimpin farmasi global melalui Inovasi, Pertumbuhan dari budaya yang dipandu
oleh komitmen kuat secara signifikan meningkatkan kehidupan pasien. Inovasi
berlandaskan keunggulan yang kuat dalam bidang sains dan pengobatan yang
menghasilkan penemuan, pengembangan dan penyediaan produk-produk berkualitas
tinggi yang spesifik fokus pada kebutuhan pasien. Sebuah Budaya berdasarkan tata
kelola perusahaan yang baik, yang memberdayakan karyawan melalui kolaborasi,
penyertaan, kepercayaan dan pengambilan keputusan tepat waktu. Pertumbuhan yang
berkesinambungan dalam nilai perusahaan dengan memanfaatkan bidang terapeutik
utama dan unggul dalam produk yang dikembangkan (pipeline) dan ditawarkan
(portfolio)
3.2.2 Misi
Untuk mewujudkan visi tersebut, PT. Takeda Indonesia mempunyai misi untuk
membantu kesehatan yang lebih baik bagi pasien di seluruh dunia melalui inovasi
terdepan di bidang pengobatan.
3.3 Lokasi dan Tata Letak Bangunan
Kantor pusat PT Takeda Indonesia terletak di Office 8, 25th Floor, SCBD Lot
#28 ,Jl. Jend. Sudirman Kav. 52-53 Jakarta 12190. Sedangkan pabrik PT Takeda
Indonesia terletak di Jalan Pangeran Diponegoro KM 38 Bekasi Jawa Barat. Pabrik
PT Takeda Indonesia dibangun di area seluas 28.340 m2.
3.4 Sistem Manajerial PT Takeda Indonesia
Standar yang saat ini diadopsi oleh perusahaan adalah CPOB. Struktur
dokumentasi yang digunakan mengacu kepada GQAD yaitu sebagai berikut:
a. Quality Manual
b. Guideline
c. Standard Operating Procedure (SOP)
d. Rekaman /Record
e. Logbook
f. Logsheet
g. Laporan /Report
3.5 Personalia
PT. Takeda Indonesia dipimpin oleh seorang plant manager. Gambar struktur
-
20
Universitas Indonesia
organisasi PT. Takeda Indonesia dapat dilihat di Lampiran 1.
3.5.1 Departemen Produksi
Departemen produksi dipimpin oleh seorang apoteker dengan jabatan manager
produksi yang membawahi supervisor dalam menjalankan kegiatan produksi.
Tanggung jawab manager produksi yaitu:
a. Merencanakan, mengatur, dan memimpin seluruh kegiatan produksi yang
diperlukan oleh pabrik.
b. Menjamin pelaksanaan produksi yang tepat waktu serta pengiriman semua
produk dengan biaya yang rasional sesuai dengan kebijakan mutu PT. Takeda
Indonesia, dan CPOB.
c. Memastikan semua tahap produksi sesuai prosedur agar memenuhi syarat
mutu yang ditetapkan.
Proses manufaktur dan pengemasan adalah aktivitas harian utama yang
dilakukan pada departemen produksi. Pengemasan merupakan proses dimana
produk ruahan atau produk dikemas dalam kemasan primer dan sekunder
sehingga menjadi produk akhir yang akan dipasarkan. Dalam proses ini perlu
dipastikan bahwa semua label, nomor batch dan semua penandaan lain yang
diperlukan telah disertakan dengan baik. Perlu dihindari juga kejadian seperti
salah label atau tidak terpasangnya label.
3.5.2 Departemen Production Planning Inventory Control (PPIC)
Departemen PPIC ini dikepalai oleh seorang manager PPIC yang
bertanggung jawab dalam perencanaan produksi. Perencanaan produksi sangat
berpengaruh dalam jumlah produksi. Perencanaan produksi dibuat berdasarkan
forecasting/peramalan dari Marketing Department bersama dengan bagian
accounting. Peramalan sangat penting dalam perencanaan produksi karena
mempertimbangkan kebutuhan marketing, yaitu situasi penjualan masa lalu dan
kebutuhan pasar masa depan dengan melihat pertumbuhan pasar. Production
Planning Department bertugas untuk menganalisa setiap forecast/peramalan yang
berasal dari bagian marketing, kemudian melakukan perencanaan Master
Production Scheduling (MPS) dan Master Requirements Planning (MRP). Master
Production Scheduling (MPS) berisi jenis, jumlah produk yang akan diproduksi,
-
21
Universitas Indonesia
serta jadwal kapan dilakukannya proses produksi. Setelah MPS dibuat,
selanjutnya dibuat MRP untuk menunjang MPS. Master Requirements Planning
(MRP) berisi nama dan jumlah material yang dibutuhkan dalam proses produksi.
Dokumen Master Requirements Planning (MRP) di-follow up ke bagian
warehouse, QA, produksi, dan marketing.
3.5.3 Departemen Pengendalian Mutu/Quality Assurance (QA)
Quality Assurance Department dipimpin seorang apoteker dengan jabatan
manager QA yang memiliki tanggung jawab ikut serta dalam atau memprakarsai
pembentukan acuan mutu perusahaan dan memastikan penerapan sistem mutu,
memprakarsai dan mengawasi audit internal atau inspeksi diri berkala,
melakukan pengawasan terhadap fungsi bagian pengawasan mutu, mengevaluasi
catatan batch dan meluluskan/menolak produk jadi untuk penjualan dengan
mempertimbangkan semua faktor terkait, serta memprakarsai dan berperan aktif
dalam audit eksternal dan program validasi. Manager QA membawahi supervisor
dalam menjalankan tugasnya.
Departemen QA ini memiliki tugas yaitu:
a. Pelaksanaan uji stabilitas produkproduk yang sudah beredar di pasaran
untuk mengetahui apakah suatu produk tetap memenuhi spesifikasi pada masa
peredaran ataupun penyimpanan. Uji stabilitas dilakukan sampai ED+1 tahun,
artinya uji stabilitas dilakukan sampai waktu kadaluarsa ditambah satu
tahun. Hal tersebut bertujuan untuk mengetahui adanya kemungkinan
dilakukan perpanjangan masa daluarsa suatu produk. Perpanjangan masa
daluarsa dilakukan untuk produk yang masih memenuhi syarat sampai
ED +1 tahun. Apabila ditemukan produk yang sudah tidak memenuhi syarat
saat ED atau sebelum ED, maka bisa dilakukan pemendekan waktu
kadaluarsa dalam pembuatan produk selanjutnya.
b. Pelaksanaan inspeksi diri yang dilakukan secara berkala. Inspeksi diri
mencakup semua bagian di manufacturing dan dilakukan oleh divisi lain
sebagai inspektor.
c. Penanganan keluhan, keluhan yang diterima harus segera diteruskan ke QA,
terutama keluhan yang terkait dengan keamanan produk.
-
22
Universitas Indonesia
d. Pelaksanaan kualifikasi alat- alat produksi dan laboratorium, validasi metode
analisa dan penanganan dokumen-dokumen kalibrasi. Kalibrasi alat
dilakukan secara berkala, yaitu kalibrasi satu tahunan dan kalibrasi enam
bulanan
e. Membuat dan merevisi Standard Operating Procedure (SOP) penggunaan
dan pembersihan dan SOP kalibrasi alat-alat yang terdapat di
laboratorium QC. Setelah SOP jadi, maka harus dilaksanakan pelatihan
terhadap analis agar para analis dapat menggunakan alat dengan baik dan
benar.
3.5.4 Departemen Quality Control (QC)
Pada industri farmasi, bagian Quality Control (QC) merupakan bagian
yang penting. QC memberikan kepastian tentang mutu produk agar tetap
konsisten memiliki spesifikasi yang telah ditetapkan, sehingga produk
memberikan manfaat kepada konsumen. Kegiatan pengawasan mutu tidak
terbatas pada kegiatan laboratorium, tetapi juga terlibat dalam semua keputusan
yang terkait dengan mutu produk.
Departemen QC bersifat independen, sejajar dengan Departemen QA,
serta tidak tergantung dengan produksi sehingga QC dapat melakukan kegiatan
dengan memuaskan tanpa terpengaruh oleh bagian lain. Departemen QC
dikepalai oleh seorang apoteker yang disebut manager QC dan memiliki beberapa
tanggung jawab sebagai berikut :
a. Menyetujui atau menolak bahan awal, bahan pengemas, produk antara,
produk ruahan dan produk jadi.
b. Memastikan seluruh pengujian yang diperlukan dan validasinya telah
dilaksanakan.
c. Memberi persetujuan terhadap spesifikasi, instruksi kerja pengambilan
sampel, metode pengujian, kontrak analisis dan prosedur pengawasan mutu
yang lain.
d. Memeriksa pemeliharaan bangunan dan fasilitas serta peralatan di bagian
pengawasan mutu.
e. Menetapkan, memvalidasi, dan menerapkan semua prosedur pengawasan
-
23
Universitas Indonesia
mutu.
3.5.5 Departemen gudang / warehouse
Untuk mendukung perencanaan produksi, penyediaan barang harus
dilakukan. Penyimpanan bahan baku maupun produk jadi harus diperhatikan agar
barang yang disimpan selalu dalam kondisi baik. Kualitas material maupun barang
jadi dipengaruhi oleh cara penyimpanan barang tersebut. Semua bahan dan
produk hendaklah disimpan secara rapi dan teratur untuk mencegah resiko
campur baur atau pencemaran serta memudahkan pemeriksaan dan pemeliharaan.
Gudang berfungsi sebagai tempat penerimaan, penyimpanan, pemeliharaan,
pendistribusian, pengendalian, pemusnahan, dan pelaporan material serta
peralatan agar kualitas dan kuantitas terjamin. Beberapa manfaat gudang,
yaitu terjaganya kualitas dan kuantitas perbekalan kesehatan, tertatanya
perbekalan kesehatan, peningkatan pelayanan pendistribusian, kemudahan akses
dalam pengendalian dan pengawasan, tersedianya data dan informasi yang lebih
akurat, aktual dan dapat dipertanggungjawabkan.
Syarat gudang menurut CPOB yaitu:
a. Harus ada protap yang mengatur tata kerja (penerimaan, penyimpanan, dan
distribusi barang.
b. Cukup luas, terang, dapat menyimpan bahan dalam keadaan kering, bersuhu
sesuai dengan persyaratan, bersih, dan teratur.
c. Harus terdapat tempat khusus untuk menyimpan bahan yang mudah terbakar
atau mudah meledak.
d. Tersedia tempat khusus barang karantina dan rejected.
e. Tersedia ruangan khusus untuk sampling, dengan kualitas ruangan seperti
grey area.
f. Pengeluaran barang mengikuti prinsip First In First Out (FIFO) atau First
Expired First Out (FEFO).
Bangunan yang dijadikan sebagai tempat penyimpanan barang harus
terjamin kebersihan dan higienitasnya. Selain itu, gudang harus memiliki
kelembaban ruangan 75%, suhu dalam batasan 8- C, bahan yang disimpan
tidak boleh bersentuhan langsung dengan lantai, jarak antara bahan
-
24
Universitas Indonesia
mempermudah pembersihan dan inspeksi, dan pallet harus dalam keadaan bersih
dan terawat.
3.5.6 Departemen Maintenance & General Affairs (GA)
Departemen ini dikepalai oleh seorang manager maintenance. Departemen ini
bertugas melakukan aktivitas-aktivitas umum yang dibutuhkan untuk mendukung
operasional perusahaan. Bagian ini bertanggung jawab untuk memulai dan
mengontrol kelompok aktivitas manajemen aset yang mencakup kegiatan yang
menjamin aset perusahaan dipelihara dan dijaga dari kerusakan dan aktivitas
pendukung operasional yaitu aktivitas yang dilakukan untuk mendukung aktivitas
operasional adalah aktivitas yang berhubungan dengan penyediaan peralatan
kantor, bagian resepsionis, laundry, gardening dan janitory (bagian kebersihan),
kantin dan fasilitas pekerja. Departemen ini bertujuan untuk memfasilitasi dan
memastikan kelancaran berbagai kegiatan core bussiness dan menjadi support
system secara umum di PT. Takeda Indonesia.
3.5.7 Departemen Sumber Daya Manusia (HRD)
Departemen SDM bertanggung jawab menyeleksi, mengembangkan, dan
mempertahankan orang-orang dengan kualifikasi dan karakter yang tepat, sesuai
dengan pekerjaan yang ada sesuai dengan visi dan misi perusahaan. HRD juga
bertanggung jawab dalam mengatur pelaksanaan medical check up bagi para
pekerja.
3.6 Bangunan dan Fasilitas Takeda Bekasi Factory
3.6.1 Pembagian Takeda Bekasi Factory
Takeda Bekasi Factory terdiri dari beberapa bangunan yaitu:
a. Factory 1 (P1)
Di bangunan seluas 1409 m2 ini digunakan sebagai kantor dan laboratorium QC.
Beberapa departemen bertempat di bangunan ini seperti departemen PPIC,
departemen HRD, departemen QA dan departemen QC. Selain itu terdapat juga loker
pria dan wanita.
b. Factory 2 (P2)
Pada bagian seluas 1315 m2 ini merupakan area produksi utama untuk produk-
produk PT Takeda Indonesia. Bangunan ini dilengkapi dengan Air Handling Unit
-
25
Universitas Indonesia
(AHU), pompa, pipa-pipa air dan saluran-saluran. Mezzanine dibuat untuk
meminimalkan kontaminasi eksternal ke dalam area produksi, selain itu dengan
adanya mezzanine kegiatan perbaikan kerusakan sistem pendukung produksi
misalnya lampu, AC, dan peralatan lain tidak mengganggu jalannya proses
produksi.
Gedung P2 ini terdiri dari 2 bagian yaitu bagian pengolahan dan pengemasan.
Pada bagian pengolahan terdapat beberapa ruangan yaitu raw material room,
weighing room, staging room, granulating room, ruang cetak tablet, ruang
pengisian kapsul, semi product storage room, ruang pengemasan primer, dan
ruang ganti pakaian untuk karyawan.
c. Gudang
Dengan luas area 720 m2 dan dilengkapi dengan sistem rak yang terdiri dari 4
tingkat, gudang mampu menampung sekitar 1200 pallet. Gudang terdiri dari 5
bagian, yaitu area office, ruang brosur dan label, gudang penyimpanan dengan
suhu maksimal 30C, gudang penyimpanan cool room dengan suhu
-
26
Universitas Indonesia
a. Recruitment
Saat karyawan diterima bekerja di perusahaan, dan dilakukan untuk
menyeleksi karyawan
b. Periodik
Dilakukan secara periodik dengan jadwal tertentu untuk mengevaluasi,
menyeleksi, memperbaiki, dan memastikan kelayakan kondisi kesehatan
karyawan dari waktu ke waktu (periodik) sesuai dengan standar kebutuhan
kondisi kesehatan dari pekerjaan yang menjadi tanggung jawabnya. Pelaksanaan
medical check-up secara periodik dibedakan berdasarkan jenis pekerjaan, kondisi
kesehatan yang dibutuhkan untuk melakukan pekerjaan, interaksi antar karyawan,
tingkat resiko perubahan kondisi fisik dan tingkat resiko terhadap kontaminasi
produk.
3.7.2 Sanitasi bangunan
3.7.2.1 Pembersihan ruangan produksi
Peralatan yang digunakan untuk pembersihan harus dipastikan terlebih
dahulu dalam keadaan baik dan bersih, jika perlu diganti dengan yang baru.
Urutan pembersihan area, dibersihkan dulu area yang lebih bersih, lalu dilanjutkan
ke area yang lebih kotor. Setelah dibersihkan harus dilakukan pemeriksaan. Debu
atau kotoran yang ada di area dibersihkan dengan vacuum cleaner atau lap basah
jika perlu. Ruangan dikatakan bersih juka tidak terdapat sisa-sisa bahan
sebelumnya, lantai, dinding dan pintu bebas dari debu, (dipastikan dengan
pemeriksaan visual), jendela kaca mengkilap, tidak ada bekas tangan atau cairan
pembersih. Frekuensi pembersihan untuk langit-langit adalah setiap 1 minggu
sekali sedangkan dinding, lantai, jendela kaca dan pintu dilakukan setiap
pergantian batch. Jika sudah bersih, supervisor/petugas (operator produksi yang
telah dilatih) akan memberikan tanda pelulusan kebersihan dengan membubuhkan
tanda tangan pada label bersih. Status kebersihan ruang produksi berlaku sampai
dengan 5 hari setelah dinyatakan bersih. Jika lewat dari periode tersebut,
dilakukan pemeriksaan kebersihan ulang atau jika perlu dibersihkan ulang
sebelum digunakan.
-
27
Universitas Indonesia
3.7.3 Sanitasi peralatan
Pembersihan mesin dan peralatan produksi dilakukan dengan cara change
part dilepaskan dan dibersihkan secara terpisah. Setelah dibersihkan dilakukan
pemeriksaan adanya sisa bahan sebelumnya yang masih menempel pada
permukaan mesin atau alat. Mesin atau alat dikatakan bersih apabila permukaan
alat bebas dari debu, tidak terlihat sisa-sisa bahan sebelumnya dan tidak terlihat
sisa-sisa bahan pembersih. Jika sudah bersih, supervisor akan memberikan tanda
tangannya pada label bersih.
3.8 Factory
3.8.1 Produksi
3.8.1.1 Pengolahan
Proses produksi adalah pengolahan bahan baku sampai dikemas menjadi
barang jadi/finished good. Sediaan yang diproduksi adalah sediaan solid (tablet
dan kapsul) dan sediaan semisolid (salep dan suppositoria). Bagian ini
bertanggung jawab untuk memproduksi produk-produk solid dan semi solid mulai
dari mixing, tabletting, coating sampai pengemasan primer dan sekunder.
Pengambilan bahan baku atau bahan pengemas dari gudang menggunakan
picklist. Picklist merupakan daftar material yang dibutuhkan saat produksi dibuat
oleh Production Planning Inventory Control (PPIC) berdasarkan daftar material
dalam rencana produksi dan didistribusikan ke gudang.
Setiap bahan baku dan bahan pengemas yang datang dari pemasok
disimpan di gudang dengan status karantina. Tanda bahwa bahan baku dan bahan
pengemas berstatus karantina adalah terdapat label karantina warna kuning di
wadah bahan. Bahan baku dan bahan pengemas tersebut baru bisa digunakan
untuk produksi setelah diperiksa kemudian dinyatakan lulus oleh QC. Saat
dinyatakan lulus, label lulus warna hijau ditempel menutupi label karantina di
wadah bahan baku dan bahan pengemas. Bahan baku dan bahan pengemas yang
tidak memenuhi syarat dikeluhkan dan dikembalikan ke pemasok.
Proses penimbangan merupakan tahap yang kritis dalam proses produksi
karena merupakan proses awal dalam produksi dan jika terjadi kesalahan dalam
penimbangan maka proses selanjutnya akan bermasalah. Bahan baku dipesan dari
-
28
Universitas Indonesia
gudang berdasarkan picklist bahan baku. Bahan baku dari gudang
diserahterimakan ke bagian produksi di ruang raw material dan dilakukan
pengecekan identitas bahan baku satu-persatu sesuai picklist meliputi nomor part,
nama dan nomor bahan baku, expired date, analisa ulang serta label hijau
(released). Bahan baku yang sudah lolos pengecekan diletakkan di ruang raw
material room, masing-masing diletakkan perbatch (satu palet hanya untuk satu
batch). Bahan baku yang akan digunakan ini masuk melalui air shower material.
Proses yang perlu dilakukan sebelum penimbangan adalah penyiapan
ruang timbang. Penyiapan ruang timbang meliputi pengaktifan sistem down flow
booth, pengecekan suhu dan RH, dan pengecekan waterpass. Sistem down flow
booth adalah sistem pengaturan aliran udara untuk membawa debu dan partikel
bahan baku yang jatuh serta terhambur di udara masuk ke dalam fine filter (di
bagian samping bawah ruang timbang) sehingga tidak mengontaminasi
penimbang. Penimbangan dilakukan pada timbangan sesuai kapasitas masing-
masing.
Bahan-bahan padat yang sudah ditimbang dimasukkan dalam plastik.
Plastik yang digunakan harus sudah dicek dan dirilis oleh QC. Bahan yang
sudah dimasukkan dalam wadah kemudian dilabel dengan label timbang,
kemudian diletakkan di dalam ruangan staging room.
Proses selanjutnya yaitu proses mixing dan granulating. Granulasi yang
dilakukan secara granulasi basah. Proses granulasi basah adalah proses
pembentukan granul basah yang menggunakan bantuan air untuk membentuk
granul. Larutan lain yang dapat digunakan untuk granulasi basah adalah alkohol,
isopropanol dan kombinasi keduanya. Proses granulasi basah dilakukan untuk
bahan-bahan yang tahan panas dan tidak rusak karena hidrolisis air. Proses
pencampuran bahan untuk granulasi basah dimulai dengan pencampuran basah
(wet mixing) zat aktif dengan fase dalam, yaitu bahan pengisi, pengikat dan
penghancur. Alat yang digunakan adalah super mixer, yaitu alat yang mempunyai
kemampuan untuk mencampur bahan dengan putaran agitator dan membentuk
granul dengan chopper. Agitator berbentuk seperti baling-baling dan dapat
berputar pada kecepatan tinggi sehingga massa yang ada dapat teraduk dan
-
29
Universitas Indonesia
tercampur oleh gaya putar agitator. Proses selanjutnya setelah pencampuran
basah adalah pengeringan dengan Flow Dryer). Granul yang dikeringkan dicek
kadar airnya, alat yang digunakan untuk mengecek kadar air adalah alat pengukur
Moisture Balance. Granul yang sudah memenuhi persyaratan kadar air
selanjutnya diproses dengan granulator. Granul kering hasil granulator
selanjutnya dicampur kering (dry mixing) dengan fase luar (bahan pelicin,
lubrikan, dan disintegran) dalam mixer.
Setelah proses granulasi, maka selanjutnya dilakukan proses tabletting. Hasil
mixing yang telah diizinkan untuk proses dilanjutkan dibawa ke ruang
tabletting melalui pipa yang tersambung ke ruang tabletting untuk dicetak. In
process control tablet berlangsung saat pencetakan tablet dilakukan setiap 15
menit sekali. In process control yang dilakukan adalah ketebalan tablet,
keragaman bobot, kekerasan, kerapuhan, dan waktu hancur. Masalah yang sering
dihadapi dalam pencetakan tablet adalah capping, laminating, lengket pada dies,
dan lengket pada punch. Capping dan laminating diatasi dengan menurunkan
tekanan kempa, menambahkan jumlah pengikat sampai optimum, dan
memasukkan granul yang kekeringan ke dalam oven dalam keadaan mati/off.
Granul tersebut akan menyerap uap air sehingga terjadi peningkatan kadar air
dalam granul. Massa tablet yang lengket pada punch dan dies terjadi karena
granul terlalu basah, tekanan kempa kurang besar, dan terlalu banyak bahan
pengikat. Pengatasan massa tablet yang lengket pada punch dan dies adalah
dengan mengeringkan granul yang terlalu basah, menaikkan tekanan kempa dan
memakai bahan pengikat dalam jumlah yang optimum. Tablet yang memenuhi
syarat disimpan di semi product storage room. Tablet yang tidak memenuhi syarat
dikarantina terlebih dahulu, kemudian didiskusikan dengan QA untuk tindakan
selanjutnya (reprocessing atau reject). Tablet yang direject dikumpulkan dan
dimusnahkan.
3.8.1.2 Pengemasan
a) Pengemasan primer
Pengemasan primer untuk tablet dibuat dalam dua bentuk, yaitu strip dan
blister. Bahan kemasan strip adalah alufoil, sedangkan bahan kemasan blister
-
30
Universitas Indonesia
adalah plastik dan alufoil. Bahan pengemasan yang digunakan adalah bahan
pengemas yang sudah dinyatakan released oleh QC. Pengecekan bahan pengemas
dilakukan sebelum proses pengemasan, yang dicek adalah nomor batch dan
kualitas pengemas. Pengemas yang tidak layak pakai tidak digunakan untuk
proses pengemasan dan selanjutnya dikarantina untuk dimusnahkan. Blister
merupakan kemasan yang mudah dibuka, yaitu dengan didorong dari belakang
(Push through pack), lebih disukai konsumen dibandingkan strip yang dibuka
dengan merobeknya.
IPC yang dilakukan adalah tes kebocoran dengan larutan metilen blue
dalam mesin sedot vakum, dilakukan setiap 15 menit sekali. IPC dilakukan setiap
15 menit supaya saat ditemukan kemasan yang rusak atau bocor dapat segera
diambil tindakan perbaikan dan pencegahan sehingga jumlah kemasan yang
reject tidak terlalu banyak. Cara menguji kebocoran adalah dengan memasukkan
strip ke dalam larutan metilen blue (dalam mesin sedot vakum) dan ditutup pintu
mesin, vakum dinyalakan dan jika terjadi kebocoran maka strip atau blister akan
terisi larutan metilen blue. Sampel IPC harus dibuang dan tidak boleh dikemas
ulang setelah dibuka. Strip/blister yang mengalami kebocoran dikarantina dan
dikonfirmasi ke QA untuk melakukan pengemasan ulang. Pengecekan penampilan
juga dilakukan saat pengemasan, kemasan yang bergaris, penyok atau tidak
sempurna segera dicek penyebabnya, kemudian dikarantina dan dimusnahkan.
Pemusnahan dilakukan supaya kemasan bekas tidak disalahgunakan oleh pihak
yang bertanggungjawab. Alufoil sisa pengemasan dikembalikan ke gudang.
b) Pengemasan sekunder
Pengemasan sekunder dilakukan langsung setelah pengemasan primer,
mesin dibuat model in-line. Urutan model in-line adalah mesin labelling, mesin
printing untuk label, mesin printing untuk kemasan sekunder dan mesin sealing
master box. Proses kritis dari pengemasan sekunder adalah proses printing.
Proses printing dilakukan dengan printer dengan warna tinta hitam yang tidak
mudah terhapus oleh udara atau gesekan, yang dicetak adalah nomor batch,
expired date, dan tanggal produksi. Hasil printing yang tidak bagus (miring,
kabur), dapat dihapus dengan larutan penghapus/semacam thinner kemudian
-
31
Universitas Indonesia
direprinting. Pengemasan sekunder masih dilakukan dengan bantuan tenaga
manusia dengan dimasukkan secara manual dalam dus kemasan. Dus kemasan
juga diprint nomor batch, expired date dan tanggal produksinya. Dus kemasan
dimasukkan ke dalam master box dan ditutup dengan plakband. Master box
dilabel dan selanjutnya diserahterimakan dengan bagian gudang. In process
control yang dilakukan hanya cek printed material seperti tersebut di atas.
3.8.2 Bagian gudang
Daerah gudang dibagi menjadi beberapa area untuk tujuan yang berbeda dan
semua area tersebut bersifat tertutup dan dikunci. Ada tiga kondisi penyimpanan
untuk bahan baku dan produksi dalam gudang, yaitu:
a. Gudang sentral (suhu 30 C)
b. Ruang dengan suhu terkontrol/ cool room ( 25 C)
c. Ruang dingin/ cold storage (2 8C)
Selain itu ada juga ruang untuk bahan baku atau produk yang ditolak atau
dikembalikan dan sebuah ruangan untuk menyimpan barang-barang yang
digunakan untuk promosi atau keperluan pemasaran. Bahan-bahan dan produk
disimpan di rak, dikunci dan diberi status dengan label yang sesuai (quarantine,
released atau rejected). Hanya produk-produk yang telah released yang dapat
dikirim untuk didistribusikan. Hal ini dikontrol oleh software BPCS dan
diverifikasi oleh label released. Proses pengeluaran barang dari gudang mengikuti
prinsip FEFO (First Expired First Out). Gudang di PT Takeda Indonesia dikepalai
oleh seorang kepala gudang. Sistem keluar-masuk (flow of material) barang dari
PT Takeda Indonesia menggunakan sistem satu pintu, dimana bahan/barang
produksi maupun non produksi masuk dan keluar melewati gudang. Gudang
bertanggung jawab terhadap material handling dan order handling. Kedua hal
tersebut diwujudkan melalui 4 kegiatan, yaitu penerimaan, penyimpanan,
pendistribusian dan penghitungan.
3.8.2.1 Penerimaan barang
Gudang menerima barang baik secara internal maupun eksternal.
Penerimaan barang internal meliputi penerimaan barang-barang titipan yang
berasal dari bagian produksi ataupun dari departemen lain. Barang-barang tersebut
-
32
Universitas Indonesia
dititipkan oleh departemen yang bersangkutan kepada gudang untuk disimpan
sementara. Penerimaan barang eksternal meliputi penerimaan barang-barang
produksi (raw material dan packaging material), obat jadi impor, dan obat jadi
retur dari distributor atau relasi (obat yang sudah expired, obat yang rusak di
outlet, obat yang salah kirim, barang yang mengalami kesalahan jumlah dan
barang yang rusak saat perjalanan).
Sebelum masuk gudang, barang-barang untuk produksi diperiksa oleh
petugas gudang yang menerima barang. Pemeriksaan tersebut meliputi
kelengkapan dokumen, surat jalan, purchase order (PO), keutuhan kemasan,
keutuhan fisik bahan, jumlah bahan baku (untuk jumlah bahan baku, batas yang
diterima adalah 10 % dari bahan baku yang dipesan), kondisi bahan, identitas
dan sertifikat analisis. Selain itu juga dilihat due date dari barang yang datang.
Due date adalah tanggal dimana seharusnya barang yang dipesan datang.
Apabila barang-barang tersebut memenuhi syarat maka barang diterima
dan petugas gudang akan memasang label karantina (warna kuning), untuk
selanjutnya diperiksa oleh bagian Quality. Selanjutnya pihak administrasi gudang
akan menginput data barang yang diterima ke sistem BPCS kemudia dari sistem
akan secara otomatis membuat Request for Quality Control Report yang
merupakan pengajuan pemeriksaan barang ke bagian QC. Setelah menerima QO,
bagian QC mengambil sampel barang ke gudang untuk diperiksa. Selama
menunggu pemeriksaan, barang yang telah ditempeli label karantina ditempatkan
di area karantina untuk menunggu keputusan dari bagian QC. Hasil pemeriksaan
jika barang sesuai dengan persyaratan maka barang diluluskan dan dapat
digunakan untuk produksi (ditempeli label released berwarna hijau oleh petugas
QC), jika barang tidak memenuhi persyaratan maka barang tersebut tidak
diluluskan dan ditempeli label rejected (warna merah) dan diletakkan di tempat
yang terpisah (area reject).
Barang yang telah release segera dipindahkan dari lokasi karantina menuju
lokasi released, begitu juga barang yang di-reject dipindahkan ke lokasi reject.
Alur penerimaan barang dapat dilihat di Lampiran 2.
-
33
Universitas Indonesia
3.8.2.2 Penyimpanan barang
Gudang PT. Takeda Indonesia menyimpan barang secara integrated yaitu
semua barang baik bahan baku, bahan kemas, produk jadi dan barang titipan
disimpan dalam satu gudang. Penyimpanan bahan baku psikotropika, bahan
kemas dan produk jadi disimpan di tempat yang berbeda. Printed material
(etiket/label disimpan dalam ruangan terkunci).
Gudang PT Takeda Indonesia memiliki ruang khusus barang retur dan
reject serta loker untuk menyimpan sediaan. Selain itu, pada salah satu sisi
gudang terdapat ruang dengan teralis besi terkunci yang digunakan untuk
menyimpan bahan-bahan psikotropika. Rak pada gudang sentral memiliki 4 level
yang menunjukkan ketinggiannya yang diberi nomor 1-4. Level ini digunakan
untuk menyimpan barang-barang kemas dan bahan baku yang tidak memerlukan
penyimpanan khusus. Di gudang terdapat 1 pintu yang berfungsi sebagai pintu
untuk penerimaan barang dari luar dan pengeluaran produk jadi yang akan
didistribusikan.
Contoh Penomoran rak penyimpanan pada gudang :
HW1030213
Keterangan :
Digit 1 (H) = menunjukkan nomor rak
Digit 2 (W) = menunjukkan nomor baris
Digit 3 (1) = menunjukkan nomor level
Digit 4 dan 5 (03) = menunjukkan bulan kedatangan barang
Digit 6 dan 7 (02) = menunjukkan frekuensi kedatangan barang
Digit 8 dan 9 (13) = menunjukkan tahun
3.8.2.3 Pendistribusian barang
Barang-barang yang telah disimpan di gudang dan telah dinyatakan
released selanjutnya didistribusikan kepada pihak yang membutuhkan barang
tersebut. Distribusi barang ini meliputi dua hal yaitu distribusi internal dan
distribusi eksternal. Distribusi internal adalah jika barang yang disimpan di
gudang didistribusikan ke dalam lingkungan perusahaan itu sendiri. Distribusi
internal meliputi distribusi barang produksi (bahan baku dan bahan kemas) kepada
-
34
Universitas Indonesia
bagian produksi. Penyerahan barang produksi ini didasarkan atas permintaan
bagian produksi melalui shop order picking slip yang berisi bahan-bahan dan
jumlah yang dibutuhkan untuk produksi. Setelah bagian gudang menerima SO
picking slip maka orang gudang segera menyiapkan barang dan diserahkan ke
bagian produksi.
Distribusi eksternal adalah jika barang didistribusikan ke luar lingkungan
perusahaan, meliputi penyerahan produk jadi kepada distributor. Produk jadi dari
bagian produksi diterima oleh gudang melalui pintu penyerahan produk jadi dan
bagian gudang menerima Slip Penerimaan Hasil Produksi.
3.8.2.4 Penghitungan barang
Gudang selain sebagai tempat menyimpan barang juga berfungsi
melakukan perhitungan terhadap stok barang untuk mengontrol persediaan
barang. Perhitungan yang dilakukan gudang meliputi :
a. Stock opname
Pada perhitungan ini seluruh staf pabrik melakukan perhitungan terhadap
semua barang yang ada di pabrik. Koordinator stock opname adalah manager
PPIC. Perhitungan ini bertujuan untuk mengetahui kecocokan antara jumlah
secara fisik dan jumlah secara sistem. Perhitungan ini dilakukan tiap satu tahun
sekali (di akhir tahun).
b. Cycle count
Perhitungan ini adalah untuk menghitung jumlah barang (stok) untuk barang-
barang yang ada di gudang. Perhitungan ini dilakukan oleh petugas gudang dan
dilakukan setiap bulan. Koordinator cycle count adalah kepala gudang.
3.8.2.5 Penanganan Bahan Mudah Terbakar (BMT) dan Bahan Mudah Meledak
(BMM)
BMT adalah sekelompok bahan yang sangat mudah terbakar. Bahan yang
digunakan di PT Takeda Indonesia adalah alkohol teknis. BMM adalah kelompok
bahan yang sangat mudah meledak karena memiliki titik didih yang sangat
rendah. Namun tidak ada bahan BMM yang digunakan di PT Takeda Indonesia.
Barang BMT baik yang di-release maupun di reject dikirim ke gudang alkohol.
-
35
Universitas Indonesia
3.8.3 Bagian maintenance & GA
Bagian maintenance bertanggungjawab terhadap pekerjaan yang
berhubungan dengan sarana bangunan/gedung, seperti pengembangan/perluasan
gedung, renovasi/perbaikan gedung, perawatan gedung dan pengendalian hama
(pest control) di lingkungan perusahaan. Selain itu, bagian ini juga bertanggung
jawab terhadap hal-hal yang berhubungan dengan mesin-mesin yang digunakan
khususnya mesin produksi seperti maintenance, perbaikan dan modifikasi mesin
produksi. Selain itu bagian ini juga berperan dalam proses kualifikasi mesin (IQ
dan OQ) bekerjasama dengan bagian quality.
Bagian utility bertanggung jawab terhadap sarana yang mendukung
kelancaran kegiatan perusahaan. Bagian utility menangani 5 hal penting yaitu
sistem tata udara (HVAC System), water system, steam system, electrical power
system dan waste water system. Perangkat sistem yang terdapat di pabrik, seperti
kabel-kabel, pipa, dan saluran terletak terbuka untuk memudahkan perawatannya.
Untuk melindungi perangkat-perangkat tersebut digunakan penutup berupa
stainless steel (baja tahan karat) atau kolom energi. Panel-panel listrik juga
diletakkan di luar area terkontrol. Sistem penting yang diatur di bagian ini
diantaranya adalah sistem pengaturan air dan HVAC.
a. Water system.
Air yang digunakan oleh PT. Takeda Indonesia disuplai dari air tanah.
Pemrosesan air ini secara garis besar adalah air ini disaring secara mekanik
menggunakan filter ukuran 20 m. Karena kesadahannya masih tinggi dan bisa
menimbulkan kerak bila digunakan pada mesin-mesin produksi, maka fresh water
ini dilunakkan menggunakan resin. Akan tetapi karena masih mengandung banyak
ion-ion selanjutnya dilakukan pemurnian dengan sistem Reverse Osmosis dan
Electro Deionization (RO-EDI). Dalam RO digunakan membrane semi permeable
yang diatur pada tekanan tertentu sehingga ion-ion dibuang sebagai konsentrat.
Selanjutnya water for injection yang diperoleh melalui tahap destilasi. Tangki
penampungan menggunakan bahan SS 316 L, alirannya turbulen dan untuk
menghindari mikroba alirannya dipercepat.
-
36
Universitas Indonesia
Dijaga agar tidak ada daerah mati (zero deadlag). Pipa distribusi
menggunakan pipa dengan kualitas SS 316 L dan sanitasi pipa dengan hot loop
atau cold system. Air yang digunakan oleh PT. TAKEDA INDONESIA
digolongkan menjad