Analitik wisnu

40
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Sehat merupakan karunia Tuhan yang perlu disyukuri karena sehat merupakan hak asasi manusia yang harus dihargai. Sehat juga merupakan investasi untuk meningkatkan produktivitas kerja guna meningkatkan kesejahteraan keluarga sehingga kesehatan perlu dijaga, dipelihara, ditingkatkan, dan diperjuangkan oleh semua pihak. 1 Lingkungan permukiman dan perumahan merupakan kebutuhan dasar manusia dan determinan kesehatan masyarakat. Rumah yang sehat mampu melindungi dari panas dan dingin yang ekstrim, hujan dan matahari, angin, hama, bencana seperti banjir dan gempa bumi, serta polusi dan penyakit. Rumah sehat menurut Departemen Kesehatan Republik Indonesia (2005), 1

description

ikm

Transcript of Analitik wisnu

Page 1: Analitik wisnu

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang

Sehat merupakan karunia Tuhan yang perlu disyukuri karena sehat

merupakan hak asasi manusia yang harus dihargai. Sehat juga merupakan

investasi untuk meningkatkan produktivitas kerja guna meningkatkan

kesejahteraan keluarga sehingga kesehatan perlu dijaga, dipelihara,

ditingkatkan, dan diperjuangkan oleh semua pihak.1

Lingkungan permukiman dan perumahan merupakan kebutuhan dasar

manusia dan determinan kesehatan masyarakat. Rumah yang sehat mampu

melindungi dari panas dan dingin yang ekstrim, hujan dan matahari, angin, hama,

bencana seperti banjir dan gempa bumi, serta polusi dan penyakit. Rumah sehat

menurut Departemen Kesehatan Republik Indonesia (2005), merupakan bangunan

tempat tinggal yang memenuhi syarat kesehatan yaitu rumah yang memiliki

jamban yang sehat, sarana air bersih, tempat pembuangan sampah, sarana

pembuangan air limbah, ventilasi yang baik, kepadatan hunian rumah yang sesuai

dan lantai rumah yang tidak terbuat dari tanah.2

Seluruh penghuni di rumah perlu berperilaku sehat agar rumah tersebut

menjadi sehat. Perilaku kesehatan adalah semua aktivitas atau kegiatan

seseorang, baik yang dapat diamati maupun yang tidak dapat diamati, yang

1

Page 2: Analitik wisnu

2

berkaitan dengan pemeliharaan dan peningkatan kesehatan. Perilaku seseorang

terjadi diawali dengan salah satunya adalah pengetahuan.3 Pengetahuan

dipengaruhi oleh pendidikan, baik pendidikan formal maupun pendidikan

nonformal. Dengan pendidikan tinggi, seseorang akan cenderung mendapatkan

informasi lebih banyak sehingga pengetahuannya akan semakin luas.4

Perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) merupakan cerminan pola hidup

keluarga yang senantiasa memperhatikan dan menjaga kesehatan seluruh

anggota keluarga. Setiap rumah tangga yang melaksanakan PHBS akan

meningkat kesehatannya dan tidak mudah sakit. Rumah tangga yang sehat

dapat meningkatkan produktivitas kerja anggota keluarga.1

Masih sedikitnya penelitian mengenai pengaruh tingkat penghasilan,

pengetahuan, pendidikan, dan strata PHBS terhadap rumah sehat membuat

peneliti tertarik untuk meneliti hal tersebut.

1.2 Rumusan masalah

1.2.1 Apakah tingkat penghasilan berpengaruh terhadap rumah sehat?

1.2.2 Apakah tingkat pengetahuan berpengaruh terhadap rumah sehat?

1.2.3 Apakah tingkat pendidikan berpengaruh terhadap rumah sehat?

1.2.4 Apakah jumlah strata PHBS berpengaruh terhadap rumah sehat?

Page 3: Analitik wisnu

3

1.3 Tujuan penelitian

1) Mengetahui pengaruh tingkat penghasilan terhadap rumah sehat.

2) Mengetahui pengaruh tingkat pengetahuan terhadap rumah sehat.

3) Mengetahui pengaruh tingkat pendidikan terhadap rumah sehat.

4) Mengetahui pengaruh strata PHBS terhadap rumah sehat.

1.4 Manfaat penelitian

1) Memberikan informasi mengenai pengaruh tingkat penghasilan, tingkat

pengetahuan, tingkat pendidikan, dan strata PHBS terhadap rumah sehat.

2) Sebagai acuan untuk penelitian selanjutnya.

Page 4: Analitik wisnu

4

BAB IITINJAUAN PUSTAKA

A. Dasar Teori

1. Pengertian Rumah Sehat

Definisi perumahan (housing) menurut WHO adalah suatu struktur fisik di

mana orang menggunakannya untuk tempat berlindung, di mana lingkungan dari

struktur tersebut termasuk juga semua fasilitas dan pelayanan yang diperlukan,

perlengkapan yang berguna untuk kesehatan jasmani, rohani dan keadaan sosial yang

baik untuk keluarga dan individu.6

Menurut Direktorat Jenderal Cipta Karya Departemen Pekerjaan Umum,

rumah bagi keluarga mempunyai arti sebagai berikut:7

a. Tempat untuk berlindung.

Keluarga bertempat tinggal dalam rumah untuk melindungi diri dari panas,

hujan dan gangguan lainnya sehingga dapat tinggal dengan rasa aman dan tenteram.

b. Tempat Pembinaan Keluarga

Rumah sebagai tempat tinggal dan pertumbuhan keluarga mempunyai peranan

yang besar dalam pembinaan watak penghuninya. Rumah hendaknya dapat menjadi

wadah kegiatan pembinaan keluarga melalui bimbingan pengetahuan, ketrampilan,

perilaku yang baik. Karena rumah merupakan tempat pendidikan yang pertama dan

utama bagi keluarga, terutama bagi pengembangan kepribadian anak. Dengan

mempersiapkan rumah yang memenuhi syarat diharapkan dapat menampung kegiatan

pembinaan bagi anggota keluarga dan mendorong terciptanya kerukunan dan

kebahagiaan keluarga.

c. Tempat Kegiatan Keluarga

Rumah sebagai tempat pertemuan berbagai kegiatan keluarga, mempunyai arti

penting dalam memberikan suasana yang menunjang kegiatan itu sendiri, sehingga

dalam keluarga dapat menjalankan kegiatan dengan rasa senang, tenteram dan

4

Page 5: Analitik wisnu

5

nyaman. Untuk mencapai keadaan ini, perlu disiapkan rumah sehat yang dapat

menampung anggota keluarga dalam melakukan kegiatan dan kebiasaan dengan baik.

Rumah yang sehat dan nyaman akan berpengaruh pada kesehatan jasmani dan rohani

anggota keluarga itu.

Menurut WHO rumah adalah suatu struktur fisik yang dipakai orang atau

manusia untuk tempat berlindung, di mana lingkungan dari struktur tersebut termasuk

juga fasilitas dan pelayanan yang diperlukan, perlengkapan yang berguna untuk

kesehatan jasmani dan rohani serta keadaan sosial yang baik untuk keluarga dan

individu. Untuk mewujudkan rumah dengan fungsi di atas, rumah tidak harus

mewah/besar tetapi rumah yang sederhanapun dapat dibentuk menjadi rumah yang

layak huni.8

2. Kriteria Rumah Sehat

Rumah disamping merupakan lingkungan fisik manusia sebagai tempat

tinggal, juga dapat merupakan tempat yang menyebabkan penyakit, hal ini akan

terjadi bila kriteria rumah sehat belum terpenuhi. Menurut angka statistik kematian

dan kesakitan paling tinggi terjadi pada orang-orang yang menempati rumah yang

tidak memenuhi syarat dan terletak pada tempat yang tidak baik sanitasinya. Bila

kondisi lingkungan buruk, derajat kesehatan akan rendah demikian sebaliknya. Oleh

karena itu kondisi lingkungan pemukiman harus mampu mendukung tingkat

kesehatan penghuninya.9

Rumah yang sehat menurut Winslow dan APHA harus memenuhi beberapa

persyaratan antara lain:10

a. Memenuhi Kebutuhan fisiologis

1) Pencahayaan yang cukup, baik cahaya alam maupun buatan. Pencahayaan

yang memenuhi syarat sebesar 60 – 120 lux. Luas jendela yang baik minimal

10 % - 20 % dari luas lantai.

2) Perhawaan (ventilasi) yang cukup untuk proses pergantian udara dalam

ruangan. Kualitas udara dalam rumah yang memenuhi syarat adalah

Page 6: Analitik wisnu

6

bertemperatur ruangan sebesar 180 – 300 C dengan kelembaban udara sebesar

40 % - 70 %. Ukuran ventilasi yang memenuhi syarat yaitu 10 % luas lantai.

Ventilasi alami adalah penggantian udara secara alami (tidak melibatkan

peralatan mekanis, seperti mesin penyejuk udara yang dikenal dengan air

conditioner atau AC). Ventilasi alami menawarkan ventilasi yang sehat,

nyaman, dan tanpa energi tambahan.

Namun, untuk merancang ventilasi alami perlu dipikirkan syarat awal,

yaitu: 1) Tersedianya udara luar yang sehat (bebas dari bau, debu dan polutan

lain yang menganggu), 2) Suhu udara luar tidak terlalu tinggi (maksimal

280C), 3) Tidak banyak bangunan disekitar yang akan menghalangi aliran

udara horizontal (sehingga angin berhembus lancar), dan 4) Lingkungan tidak

bising.

Jika syarat awal tidak dipenuhi, maka sebaiknya tidak dipaksakan

memakai ventilasi alami karena justru akan merugikan.

3) Tidak terganggu oleh suara-suara yang berasal dari dalam maupun dari luar

rumah.

4) Cukup tempat bermain bagi anak-anak dan untuk belajar.

b. Memenuhi Kebutuhan psikologis

1) Tiap anggota keluarga terjamin ketenangannya dan kebebasannya

(privacy).

2) Memenuhi ruang tempat berkumpul keluarga.

3) Lingkungan yang sesuai, homogen, tidak terdapat perbedaan tingkat yang

drastis di lingkungannya.

4) Jumlah kamar tidur dan pengaturannya disesuaikan dengan umur dan jenis

kelaminnya. Ukuran tempat tidur anak yang berumur lebih kurang 5 tahun

minimal 4.5 m2 dan yang lebih dari 5 tahun minimal 9 m2. Kepadatan hunian

ditentukan dengan jumlah kamar tidur dibagi jumlah penghuni (sleeping

density), yaitu :

Page 7: Analitik wisnu

7

- Baik, bila kepadatan lebih atau sama dengan 0,7

- Cukup, bila kepadatan antara 0,5 - 0,7

- Kurang, bila kepadatan kurang dari 0,5.

5) Mempunyai WC dan kamar mandi.

6) Mempunyai halaman yang dapat ditanami pohon.

7) Hewan atau ternak peliharaan kandangnya terpisah dari rumah.

c. Pencegahan Penularan Penyakit

1) Tersedia air minum yang cukup dan memenuhi syarat kesehatan.

2) Tidak memberi kesempatan nyamuk, lalat, tikus dan binatang lain

bersarang di dalam dan di sekitar rumah.

3) Pembuangan kotoran/tinja dan air limbah memenuhi syarat kesehatan.

4) Pembuangan sampah pada tempatnya.

5) Luas kamar tidur minimal 8.5 m2 perorang dan tinggi langit-langit 2.75 m.

6) Tempat masak, menyimpan makanan hendaknya bebas dari pencemaran

atau gangguan binatang serangga atau debu.

d. Pencegahan Terjadinya Kecelakaan

1) Cukup ventilasi untuk mengeluarkan gas atau racun dari dalam ruangan dan

menggantinya dengan udara segar.

2) Cukup cahaya dalam ruangan agar tidak terjadi kecelakaan.

3) Jarak antara ujung atap dengan ujung atap tetangga minimal 3 meter.

4) Rumah dijauhkan dari pohon besar yang rapuh atau mudah runtuh.

5) Jarak rumah dengan jalan harus mengikuti peraturan garis rooi.

6) Lantai rumah yang selalu basah (kamar mandi, kamar cuci) jangan sampai

licin atau lumutan.

7) Di depan pintu utama harus diberi lantai tambahan minimal 60 cm.

8) Bangunan yang dekat api atau instalasi listrik harus terbuat dari bahan

tahan api.

Page 8: Analitik wisnu

8

9) Bahan-bahan beracun disimpan rapi, jangan sampai terjangkau anak-anak.

10) Rumah jauh dari lokasi industri yang mencemari lingkungan.

11) Bebas banjir, angin ribut dan gangguan lainnya.

Sedangkan menurut Dinas Cipta Karya syarat-syarat rumah sehat antara lain:7

a. Mempunyai segi kesehatan

Bagian-bagian rumah yang mempengaruhi kesehatan hendaknya dipersiapkan

dengan baik, yaitu :

1). Penerangan dan peranginan dalam setiap ruangan harus cukup.

2). Penyediaan air bersih.

3). Pengaturan pembuangan air limbah dan sampah sehingga tidak

menimbulkan pencemaran.

4). Bagian-bagian ruangan seperti lantai dan dinding tidak lembap.

5). Tidak terpengaruh pencemaran seperti bau, rembesan air kotor, udara

kotor.

6). Memiliki ruang dapur tersendiri. Luas dapur yang baik minimal 4m2

dengan lebar 1,5m.

b. Memenuhi segi kekuatan bangunan

Bagian-bagian dari bangunan rumah mempunyai kontruksi dan bahan

bangunan yang dapat dijamin keamanannya seperti :

1) Kontruksi bangunan cukup kuat, baik untuk menahan beratnya sendiri

maupun pengaruh luar seperti angin hujan, gempa dan lainnya.

2) Pemakaian bahan bangunan yang dapat dijamin keawetannya dan

kemudahan dalam pemeliharaannya.

3) Menggunakan bahan yang tahan api untuk bagian-bagian yang mudah

terbakar dan bahan-bahan air untuk bagian yang selalu basah.

c. Memperhatikan segi kenyamanan

Page 9: Analitik wisnu

9

Keluarga dapat tinggal dengan nyaman dan dapat melakukan kegiatan dengan

mudah, yaitu :

1) Penyediaan ruangan yang mencukupi.

2) Ukuran ruangan yang sesuai dengan kegiatan penghuni di dalamnya.

3) Penataan ruangan yang cukup baik.

4) Dekorasi dan warna yang serasi.

5) Penghijauan halaman diatur sesuai dengan kebutuhan.

Menurut Kepmenkes RI Nomor: 829/MENKES/SK/VII/1999 tentang

Persyaratan Kesehatan Perumahan, rumah adalah bangunan yang berfungsi sebagai

tempat tinggal atau hunian dan sarana pembinaan keluarga. Rumah sehat adalah

proporsi rumah yang memenuhi kriteria sehat minimum komponen rumah dan sarana

sanitasi dari 3 komponen (rumah, sarana sanitasi dan perilaku) di satu wilayah kerja

pada kurun waktu tertentu. Secara umum rumah dapat dikatakan sehat apabila

memenuhi kriteria sebagai berikut:

a. Memenuhi kebutuhan fisiologis antara lain pencahayaan, penghawaan, dan

ruang gerak yang cukup, terhindar dari kebisingan yang mengganggu.

b. Memenuhi kebutuhan psikologis antara lain privacy yang cukup,

komunikasi yang sehat antar anggota keluarga dan penghuni rumah.

c. Memenuhi persyaratan pencegahan penularan penyakit antar penghuni

rumah dengan penyediaan air bersih, pengelolaan tinja dan limbah rumah

tangga, bebas vector penyakit dan tikus, kepadatan hunian yang tidak

berlebihan, cukup sinar matahari pagi, terlindungnya makanan dan minuman

dari pencemaran, disamping pencahayaan dan penghawaan yang cukup.

d. Memenuhi persyaratan pencegahan terjadinya kecelakaan baik yang timbul

karena keadaan luar maupun dalam rumah antara lain persyaratan garis

sempadan jalan, konstruksi yang tidak mudah roboh, tidak mudah terbakar,

dan tidak cenderung membuat penghuninya jatuh tergelincir.

Page 10: Analitik wisnu

10

e. Memenuhi persyaratan terhadap pencegahan bahaya kebakaran. Di rumah

yang baik, selain harus memenuhi syarat sebagai tempat tinggal yang sehat

dan nyaman, juga harus memenuhi syarat bahwa rumah tersebut cukup tahan

lama (awet) dan kuat konstruksinya, dan untuk memenuhi syarat ini, maka

rumah harus direncanakan agar cukup terlindung dari bahaya kebakaran,

gempa bumi, dan petir.

Di daerah kota dengan kepadatan perumahan yang tinggi, kebakaran

dapat mengakibatkan korban jiwa manusia dan kerusakan harta benda yang

besar. Tetapi prioritas pertama harus diberikan pada usaha untuk

menyelamatkan jiwa penduduk dari bahaya kebakaran, kematian pada

musibah kebakaran umumnya disebabkan oleh karena terjebak api, asap, dan

gas, atau karena tidak dapat keluar dari tempat kebakaran dengan selamat atau

karena telah terkena suhu yang tinggi dan mati dalam kericuhan.

Usaha keamanan dan pencegahan kebakaran secara umum meliputi

tindakan-tindakan berikut :

o Usaha menghindarkan terjadinya kebakaran

o Usaha membatasi penjalaran kebakaran

o Usaha pemindahan penduduk dan harta bendanya dari tempat

kebakaran ke daerah bebas kebakaran

o Usaha mengatasi kebakaran oleh penduduk

o Usaha pemadaman kebakaran oleh dinas pemadam kebakaran.

3. Pengaruh Tingkat Pendidikan terhadap Rumah Sehat

Seluruh penghuni di sebuah rumah perlu berperilaku sehat agar rumah

tersebut menjadi rumah sehat. Perilaku seseorang tersebut diawali dengan salah

satunya pengetahuan.3 Pengetahuan dipengaruhi oleh pendidikan, baik formal

maupun nonformal. Dengan pendidikan yang tinggi seseorang akan cenderung

Page 11: Analitik wisnu

11

mendapatkan informasi lebih banyak sehingga pengetahuannya akan semakin

luas.4

4. Pengaruh Tingkat Pengetahuan terhadap Rumah Sehat

Setiap individu memiliki tingkat pengetahuan yang bervariasi terhadap

rumah sehat. Perilaku dan kebiasaan individu sehari hari sangat dipengaruhi

oleh pengetahuan yang dimilikinya, sehingga semakin tinggi tingkat

pengetahuannya, diharapkan individu tersebut dapat berperilaku hidup bersih

dan mewujudkan rumah sehat.

5. Pengaruh Tingkat Penghasilan terhadap Rumah Sehat

Tingkat penghasilan setiap keluarga antara satu dengan yang lainnya

dapat berbeda – beda. Keluarga yang berpenghasilan rata – rata atau di atas

rata – rata, diharapkan mampu untuk lebih mendorong terciptnya rumah sehat.

B. Landasan Teori

Dari dasar teori di atas diperoleh landasan teori sebagai berikut:

1. Kriteria rumah sehat memperhatikan sisi kesehatan, kenyamanan, dan

keamanan anggota keluarga yang antara lain dipengaruhi oleh jumlah anggota

keluarga.

2. Dalam mencapai rumah sehat dipengaruhi oleh perilaku hidup bersih dan

sehat (PHBS) anggota keluarga.

3. Tingkat pendidikan merupakan salah satu faktor yang berpengaruh dalam

mewujudkan rumah sehat.

4. Tingkat penghasilan merupakan salah satu faktor yang berpengaruh dalam

mewujudkan rumah sehat.

5. Tingkat pengetahuan merupakan salah satu faktor yang berpengaruh dalam

mewujudkan rumah sehat.

Page 12: Analitik wisnu

Variabel independen:Tingkat penghasilanTingkat pengetahuanTingkat pendidikanStrata PHBS

Variabel dependen:Rumah sehat

12

C. Kerangka Teori

D. Kerangka Konsep

Rumah sehat

Tingkat pengetahuan

Tingkat penghasilan

Memenuhi kebutuhan fisiologis

Memenuhi kebutuhan psikologis (Jumlah anggota keluarga)

Memenuhi persyaratan pencegahan penyakit

Memenuhi persyaratan pencegahan terjadinya kecelakaan

Memenuhi persyaratan pencegahan kebakaran

Perilaku hidup bersih dan sehat

Tingkat pendidikan

Page 13: Analitik wisnu

13

E. Hipotesis

1. Ada pengaruh tingkat penghasilan terhadap rumah sehat pada bulan Januari

2013 di Dusun Karangsari, 2 Desa Sidoagung, Kecamatan Tempuran,

Kabupaten Magelang.

2. Ada pengaruh tingkat pengetahuan terhadap rumah sehat pada bulan Januari

2013 di Dusun Karangsari 2, Desa Sidoagung, Kecamatan Tempuran,

Kabupaten Magelang.

3. Ada pengaruh tingkat pendidikan terhadap rumah sehat pada bulan Januari

2013 di Dusun Karangsari 2, Desa Sidoagung, Kecamatan Tempuran,

Kabupaten Magelang.

4. Ada pengaruh strata PHBS terhadap rumah sehat pada bulan Januari 2013 di

Dusun Karangsari 2, Desa Sidoagung, Kecamatan Tempuran, Kabupaten

Magelang.

Page 14: Analitik wisnu

14

BAB III

METODE PENELITIAN

A. RUANG LINGKUP PENELITIAN

Ruang lingkup keilmuan : Ilmu Kesehatan Masyarakat

Ruang lingkup tempat : Dusun Karangsari, Kabupaten Magelang

Ruang lingkup waktu : 17-23 Januari 2013

B. RANCANGAN PENELITIAN

Penelitian ini merupakan penelitian analitik observasional dengan jenis studi

cross sectional.

Keterangan :

P

S

ba c d

Page 15: Analitik wisnu

15

P = populasi penelitian

S = sampel penelitian

a = kelompok analisis tingkat penghasilan

b = kelompok analisis tingkat pengetahuan

c = kelompok analisis tingkat pendidikan

d = kelompok analisis strata PHBS

C. VARIABEL PENELITIAN

1. Variabel Bebas (Variabel Independen)

Tingkat penghasilan

Tingkat pengetahuan

Tingkat pendidikan

Strata PHBS

2. Variabel Tergantung (Variabel Dependen)

Rumah sehat

D. BAHAN PENELITIAN

1. Populasi: Populasi target penelitian adalah seluruh rumah di wilayah

Desa Sidoagung, Kecamatan Tempuran, Kabupaten Magelang.

Populasi terjangkau adalah seluruh penduduk yang bertempat tinggal

di Dusun Karangsari 2, Desa Sidoagung, Kecamatan Tempuran,

Kabupaten Magelang.

2. Sampel penelitian

Rumah di wilayah Dusun Karangsari 2, Desa Sidoagung, Kecamatan

Tempuran, Kabupaten Magelang yang memenuhi kriteria penelitian

sebagai berikut:

14

Page 16: Analitik wisnu

16

a) Kriteria Inklusi:

a. Rumah di wilayah Dusun Karangsari 2, Desa Sidoagung,

Kecamatan Tempuran, Kabupaten Magelang.

b. Penghuni rumah merupakan warga Dusun Karangsari 2.

c. Penghuni rumah menyetujui untuk diwawancarai

b) Kriteria Eksklusi:

a. Penghuni rumah bukan penduduk asli dusun Karangsari 2

3. Cara Pengambilan Sampel

Pengambilan sampel dilakukan dengan simple random sampling.

Estimasi besar sampel :

Besar sampel dihitung dengan rumus:

n = (Zα) 2 PQ

(d)2

n = (1,96) 2 x 0.5 x 0,5

(0,1)2

n = 96

Keterangan:

Zα = tingkat kepercayaan 95% = 1,96

P = proporsi = 0,5

Q = 1-P = 0,5

d = presisi yang dikehendaki = 10%

E. CARA PENELITIAN

1. Cara Pengambilan Data

Pengambilan data penelitian dengan wawancara menggunakan kuesioner

dan pengamatan langsung di rumah responden yang berada di di wilayah

Page 17: Analitik wisnu

17

Dusun Karangsari 2, Desa Sidoagung, Kecamatan Tempuran, Kabupaten

Magelang.

2. Data yang dikumpulkan

Data yang dikumpulkan adalah data primer yang meliputi data identitas

responden, pendidikan terakhir yang telah ditempuh responden,

penghasilan, pengetahuan dan strata PHBS.

F. ANALISIS DATA

Pengolahan data dilakukan dengan tahapan editing, coding, skrining,

tabulasi dan analisis data dengan menggunakan program SPSS for Windows.

Uji statistik yang dipergunakan untuk menguji hubungan antar variabel adalah

meliputi:

1. Deskripsi dari setiap variabel bebas dengan crosstab

2. Uji komparasi Chi square yang dilanjutkan dengan penghitungan Rasio

Prevalensi

Page 18: Analitik wisnu

18

G. DEFINISI OPERASIONAL

Tabel 1. Definisi Operasional Variabel

No. Variabel dan Definisi Cara pengukuran Skala

1. Tingkat penghasilan Diukur dengan wawancara langsung terhadap responden berdasarkan kuesioner. Terdiri dari ≤ Rp 837.000,00 dan > 837.000

Nominal

2. Tingkat pengetahuan Diukur dengan wawancara langsung terhadap responden berdasarkan kuesioner. Terdiri dari ,<90,88 dan > 90,89.

Nominal

3. Tingkat pendidikanJenjang pendidikan terakhir yang telah ditempuh responden

Diukur dengan wawancara langsung terhadap responden berdasarkan kuesioner.Terdiri dari tidak lulus SMP dan lulus SMP atau lebih tinggi.

4. Strata PHBSTingkat perilaku hidup bersih dan sehat yang diterapkan dalam sebuah keluarga

Diukur dengan wawancara langsung terhadap responden berdasarkan kuesioner. Terdiri dari sehat pratama, sehat madya, sehat utama, sehat paripurna.

Nominal

5. Rumah sehatRumah yang memenuhi kriteria sehat

Diukur dengan wawancara langsung terhadap responden berdasarkan kuesioner. Terdiri dari rumah sehat dan tidak sehat.

Nominal

Page 19: Analitik wisnu

19

BAB IV

HASIL PENELITIAN

A. Deskripsi Lokasi Penelitian

1. Keadaan Umum

Dusun Karangsari 2 merupakan salah satu dusun yang ada di Desa

Sidoagung dengan jumlah 1 RW dan 3 RT. Batas-batas wilayah Desa

Sidoagung adalah : sebelah Utara Desa Jogomulyo , sebelah Selatan Desa

Tanggulrejo, sebelah Barat Desa Sidomulyo (Kecamatan Salaman) dan

sebelah Timur Desa Sumberarum. Berdasarkan data dari balai Desa

Sidoagung, jumlah penduduk Desa Sidoagung adalah 2054 jiwa, terdiri atas

1013 jiwa laki –laki, 1041 jiwa perempuan dan 557 kepala keluarga.

2. Keadaan Lingkungan

Wilayah penelitian dilakukan di Dusun Karangsari 2, Desa Sidoagung

yang sebagian besar wilayahnya merupakan daerah pertanian. Sebagian besar

penduduk menggunakan sumber air minum yang didapatkan dari sumur

umum/keluarga (91,21%). Perumahan penduduk sebagian belum memenuhi

kriteria rumah sehat (34,07%), pembuangan air limbah rumah tangga dialirkan

melalui saluran pembuangan air limbah (SPAL) (33,26%) dan sebagian besar

memiliki jamban (78,02%), pembuangan sampah sebagian besar dibakar /

dijadikan pupuk (47,25%).

B. Analisis Hasil Penelitian

Analisis hasil penelitian dilakukan secara bertahap, dimulai dengan analisis

deskriptif dengan menghitung besarnya persentase setiap variabel bebas,

19

Page 20: Analitik wisnu

20

dilanjutkan dengan analisis statistik menggunakan tabel 2 x 2 untuk mengetahui

besarnya Rasio Prevalensi (RP).

1. Analisis Statistik dengan bivariate terhadap Variabel-variabel Bebas

Analisis deskriptif dilakukan untuk melihat besarnya proporsi masing-masing

variabel bebas yang diduga menjadi faktor yang berhubungan dengan

kepemilikan rumah sehat pada subjek penelitian.

a. Tingkat Penghasilan

Proporsi variabel bebas yaitu tingkat penghasilan dengan kepemilikan

rumah sehat. Variabel bebas dikategorikan menjadi ≥ Rp. 837.000 dan <

Rp.837.000.

Tabel 2. Distribusi dan hubungan tingkat penghasilan dengan kepemilikan

rumah sehat

Rumah

belum

sehat

Rumah

sehat

Sig Val Val Low Val Up

< Rp.837.000 31 38 0,482 1,387 0,556 3,459

≥ Rp.837.000 10 17

Total 41 55

Dari tabel diatas disimpulkan bahwa tingkat penghasilan tidak

berhubungan dengan kepemilikan rumah sehat karena p>0,05 (p=0,482).

Page 21: Analitik wisnu

21

b. Tingkat Pengetahuan

Proporsi variabel bebas yaitu tingkat pengetahuan kepala keluarga

terhadap kepemilikan rumah sehat. Variabel bebas dikategorikan menjadi

pengetahuan buruk dan pengetahuan baik.

Tabel 3. Distribusi dan hubungan yaitu tingkat pengetahuan kepala keluarga

terhadap kepemilikan rumah sehat

Rumah

belum

sehat

Ruma

h sehat

Sig. Val Val

Low

Val

Up

Pengetahuan buruk 28 36 0,77 1,137 0,48 2,689

Pengetahuan baik 13 19

Total 41 55

Dari tabel diatas disimpulkan bahwa tingkat pengetahuan kepala keluarga

tidak berhubungan dengan kepemilikan rumah sehat karena p>0,05

(p=0,77).

c. Tingkat Pendidikan

Proporsi variabel bebas yaitu tingkat pendidikan kepala keluarga

terhadap kepemilikan rumah sehat. Variabel bebas dikategorikan menjadi

pendidikan rendah dan pendidikan tinggi.

Page 22: Analitik wisnu

22

Tabel 4. Distribusi dan hubungan yaitu tingkat pendidikan kepala keluarga

terhadap kepemilikan rumah sehat

Rumah

belum

sehat

Rumah

sehat

Sig. Val Val

Low

Val

Up

Pendidikan rendah 24 32 0,972 1,015 0,447 2,305

Pendidikan tinggi 17 23

Total 41 55

Dari tabel diatas disimpulkan bahwa tingkat pendidikan kepala

keluarga tidak berhubungan dengan kepemilikan rumah sehat karena p>0,05

(p=0,972).

d. Strata Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS)

Proporsi variabel bebas yaitu strata PHBS keluarga terhadap

kepemilikan rumah sehat. Variabel bebas dikategorikan menjadi strata

prtama, strata madya, strata utama, strata paripurna

Tabel 5. Distribusi dan hubungan strata PHBS keluarga terhadap kepemilikan

rumah sehat.

Rumah

belum

sehat

Rumah

sehat

Sig. Val Val

Low

Val

Up

Strata Pratama-Madya 34 13 0,001 4,130 1,748 9,754

Strata Utama-

Paripurna

19 30

Total 53 43

Page 23: Analitik wisnu

23

Dari tabel diatas disimpulkan bahwa strata PHBS keluarga

berhubungan dengan kepemilikan rumah sehat karena p<0,05 (p=0,000)

dimana semakin tinggi strata PHBS suatu keluarga maka akan semakin

tinggi kemungkinan keluarga tersebut memiliki rumah sehat.

C. Pembahasan Hasil Penelitian

Pembahasan hasil penelitian didasarkan pada hasil hasil uji statistik, data dari

wawancara berdasarkan kuesioner dan dari tinjauan pustaka. Pembahasan

dilakukan untuk menemukan alasan-alasan yang mendukung hasil penelitian.

Berdasarkan tinjauan pustaka, hasil wawancara dengan responden, hasil uji

statistik, serta hasil análisis deskriptif didapatkan hubungan yang bermakna antara

strata PHBS suatu keluarga dengan kepemilikan rumah sehat.

1. Strata PHBS

Dengan interval kepercayaan 95% dan nilai kemaknaan p=0,001 dapat

disimpulkan bahwa semakin tinggi strata PHBS suatu keluarga akan

meningkatkan kemungkinan suatu keluarga memiliki rumah sehat. Perilaku

keluarga yang memanfaatkan air bersih untuk masak, mandi, dan mencuci

mendorong terwujudnya rumah sehat, karena salah satu indikator rumah sehat

yaitu terdapatnya penyediaan air bersih yang terlindung dari pencemaran. Selain

itu, perilaku dan kebiasaan keluarga untuk melakukan pemberantasan sarang

nyamuk akan menurunkan angka jentik nyamuk yang akan menjadi salah satu

indikator rumah sehat yaitu bebas jentik nyamuk. Perilaku keluarga yang rutin

membersihkan rumah akan mendukung terwujudnya rumah yang bebas lalat dan

tikus serta pekarangan rumah bersih.

Berdasarkan tinjauan pustaka, hasil wawancara dengan responden, hasil uji

statistik, serta hasil análisis deskriptif tidak didapatkan hubungan antara tingkat

pengetahuan, tingkat penghasilan dan tingkat pendidikan kepala keluarga dengan

Page 24: Analitik wisnu

24

kepemilikan rumah sehat pada periode Januari 2013 pada penduduk di Desa

Sidoagung, Kecamatan Tempuran, Kabupaten Magelang. Walaupun secara teori

variabel-variabel diatas seharusnya memiliki hubungan dengan kepemilikan

rumah sehat, hasil ini mungkin disebabkan karena keterbatasan penelitian.

D. Keterbatasan Penelitian

Beberapa keterbatasan dan kelemahan yang terdapat dalam penelitian ini

adalah

1. Keterbatasan waktu dalam melaksanakan survei dan pembuatan laporan.

2. Keterbatasan kepustakaan yang menyebabkan kurang dalamnya pembahasan

materi.

3. Keterbatasan instrumen pengukuran yang digunakan.

Page 25: Analitik wisnu

25

BAB VKESIMPULAN DAN SARAN

A.KESIMPULANBerdasarkan hasil survey dan wawancara mengenai faktor-faktor yang

berhubungan dengan kepemilikan rumah sehat yang dilaksanakan pada tanggal

17 Januari 2013 pada penduduk di Dusun Karangsari 2, Desa Sidoagung,

Kecamatan Tempuran, Kabupaten Magelang didapatkan hasil:

1. Tingkat penghasilan tidak berhubungan dengan kepemilikan rumah

sehat di Dusun Karangsari 2, Desa Sidoagung, Kecamatan Tempuran,

Kabupaten Magelang

2. Tingkat pendidikan kepala keluarga tidak berhubungan dengan

kepemilikan rumah sehat di Dusun Karangsari 2, Desa Sidoagung,

Kecamatan Tempuran, Kabupaten Magelang

3. Strata PHBS keluarga berhubungan dengan kepemilikan rumah

sehat Dusun Karangsari 2, Desa Sidoagung, Kecamatan Tempuran,

Kabupaten Magelang.

Semakin tinggi strata PHBS suatu keluarga maka akan semakin tinggi

kemungkinan keluarga tersebut memiliki rumah sehat.

4. Tingkat pengetahuan kepala keluarga tidak berhubungan dengan

kepemilikan rumah sehat di Dusun Karangsari 2, Desa Sidoagung,

Kecamatan Tempuran, Kabupaten Magelang

B.SARAN

1. Perlu ditingkatkannya kesadaran masyarakat terhadap pentingnya

perilaku hidup sehat dan bersih(PHBS) agar bermanfaat bagi

keberlangsungan hidup suatu rumah tangga.

25

Page 26: Analitik wisnu

26

2. Agar memberdayakan keluarga untuk melaksanakan perilaku

hidup bersih dan sehat (PHBS) melalui penyuluhan

perorangan,penyuluhan kelompok, dan pergerakan masyarakat

3. Agar mengembangkan kegiatan-kegiatan yang mendukung

terwujudnya Rumah Tangga ber-PHBS.

4. Untuk para kader agar memantau kemajuan pencapaian Rumah

Tangga ber-PHBS di wilayahnya setiap tahun melaluipencatatan

PHBS di Rumah Tangga.

Page 27: Analitik wisnu

27

DAFTAR PUSTAKA

1. Proverawati A, Rahmawati E. Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS). Yogyakarta: Nuha Medika; 2012

2. Tarigan RA. Hubungan Karakteristik, Pengetahuan, dan Sikap Kepala Keluarga Dengan Kepemilikan Rumah Sehat di Kelurahan Pekan Selesei Kecamatan Selesei Kabupaten Langkat Tahun 2010 [internet]. 2008 [cited 2013 Jan 20]. Available from: http://jurnal.pdii.lipi.go.id/admin/jurnal/25274082631.pdf

3. Notoatmodjo S. Promosi kesehatan: teori & aplikasi. Jakarta: Rineka Cipta; 2010.

4. Wawan, Dewi. Teori & pengukuran pengetahuan, sikap, dan perilaku manusia. Yogyakarta: Nuha Medika; 2010.

5. Perilaku Hidup Bersih dan sehat dan Penyakit Berbasis Lingkungan [internet]. [cited 2013 Jan 20]. Available from: http://pamsimas.org/index.php?option=com_phocadownload&view=category&id=48:pedum-strategi-clts&download=300:phbs-kesling-penyakit&Itemid=12

6. Suharmadi. Perumahan Sehat. Proyek Pengembangan dan Pendidikan Tenaga Sanitasi Pusat, Pusdiknakes. Depkes RI. Jakarta. 1985.

7. Dinas Cipta Karya. Rumah Sehat Dalam Lingkungan Sehat. Departemen Pekerjaan Umum RI. Jakarta. 1985.

8. Suyono. Pokok Bahasan Modul Perumahan dan Pemukiman Sehat. Jakarta. Proyek Pengembangan Pendidikan Tenaga Sanitasi Pusat, Pusdiknakes, Depkes RI. 1985.

9. Indah Entjang. Ilmu Kesehatan Masyarakat. Aditya Bakti. Bandung. 1991.10. Dinas Pekerjaan Umum. Pedoman Umum Rumah Sederhana Sehat.

Departemen Pekerjaan Umum RI. Jakarta. 2006.