Ulumul Hadits - Makalah 'Sejarah Perkembangan Hadits I'
-
Upload
vanny-rosa-marini -
Category
Documents
-
view
342 -
download
12
description
Transcript of Ulumul Hadits - Makalah 'Sejarah Perkembangan Hadits I'
MAKALAH ULUMUL HADITSSejarah Perkembangan Hadits I (Masa Pertumbuhan dan Pembukuan)
Awal Pembukuan Hadits, Al-Muwatha’, Kutubus Sab’ah,Al-Mustakhraj, Mustadrak dan Athraf
Dosen Pembimbing:Drs. Moh. Aswad
Disusun Oleh:Vanny Rosa Marini (1113051000025)Anjani Naka Murti (1113051000026)Yumaretsa Ridwan (1113051000041
Jurusan Komunikasi dan Penyiaran IslamFakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta
الرحيم الرحمن الله بسم
1. Penyebaran Hadits Pada Masa Sahabat dan Tabi’in
Abu Bakar mengirim pasukan-pasukan Rasul ke negeri-negeri Syam, ke
wilayah-wilayah yang telah ditaklukan Islam. Beberapa sahabat setiap memasuki
wilayah ada yang membangun masjid untuk menyebarluaskan al-Qur’an dan Sunnah
Rasul.
Pusat-pusat pengajaran Islam terpenting pada masa itu:
- Madinah - Maghrib (Afrika Utara)
- Al-Andalusia (Spayol) - Mesir
- Mekkah - Yaman
- Kufah - Jurjan
- Bashrah - Quzwain
- Syam (Syria) - Khurasan
2. Perjalanan Menuntut Hadits
Seringkali para ulama menempuh perjalanan ilmiah yang sangat jauh dan
memakan waktu lama hanya demi mendengarkan satu atau dua hadits untuk sekedar
mengukuhkan dan mencermatinya.
3. Kodifikasi Hadits
Pada masa Nabi SAW. masih terjadi permasalahan akan boleh atau tidaknya
Sunnah Rasul SAW. tersebut untuk dikodifikasikan (dibukukan). Adapun riwayat
tentang pelarangan Nabi SAW. yang melarang hadits untuk ditulis ada 3 larangan dan
ada 6 buah riwayat yang memperbolehkan Hadits untuk ditulis atau di kodifikasikan.
a. Riwayat yang melarang penulisan hadits
“Janganlah engkau tulis apa-apa yang engkau dengar dari aku selain al-Qur’an. Dan
barangsiapa yang telah menulis sesuatu dariku selain al-Qur’an, hendaklah dihapuskan.” (HR.
Muslim)
Sebab-sebab hadits tidak boleh ditulis dan dibukukan adalah:
- Manusia akan lalai untuk mempelajari al-Qur’an
- Hadits akan ditulis pada lembar yang sama dengan al-Qur’an sehingga
bercampur aduk
- Lebih mengutamakan Sunnah daripada al-Qur’an (yang wajib)
b. Riwayat yang membolehkan penulisan hadits
“Tulislah apa yang kau dengar dariku, demi Tuhan yang jiwaku berada di tangannya.
Tidak keluar dari mulutku, selain kebenaran.” (H.R. Muslim).
Sehingga Nabi SAW. mengizinkan beberapa Sahabat yang dipercaya
kemamapuan menghafal dan menulisnya baik untuk menuliskan hadist Nabi, seperti
Abdullah bin Amr bin Ash, Abu Hurairah, Ali bin Abi Thalib, dll. Setelah mendapat
izin dari Rasulullah SAW. untuk menuliskan Sunnahnya, berikut adalah beberapa kitab
yang populer pada saat itu:
- Ash-Shahifah Ash-Shadiqah oleh Abdullah Ibn Amr ibn Al-Ash
- Kitab-kitab oleh Ibn Abbas
- Shahifah milik Jabir Ibn Abdullah Al-Anshariy
- Ash-Shahifah oleh Hamman Ibn Munabbih
4. Kodifikasi Pada Awal Masa Islam
Pembukuan berbeda dengan penulisan. Seseorang yang menulis sebuah shahifah
(lembaran) disebut dengan penulisan. Sedangkan pembukuan adalah mengumpulkan lembaran-
lembaran yang sudah tertulis dan yang dihafal, lalu menyusunnya sehingga menjadi sebuah
buku. Upaya untuk mengumpulkan dan membukukan hadits telah dilakukan pertama kali oleh
Khalifah Umar bin Abdul Aziz. Hal-hal yang mendorong untuk melakukan pengumpulan dan
pembukuan adalah:
- Tidak adanya larangan pembukuan, karena Al-Quran telah dibukukan sehingga sudah
dapat dibedakan dengan hadits.
- Kekhawatiran akan hilangnya hadits dikarenakan para ulama telah menyebar dibeberapa
penjuru negeri Islam.
- Munculnya pemalsuan hadits.
Akan tetapi, upaya pengumpulan ini belum menyeluruh dan sempurna karena Umar bin
Abdul Aziz wafat sebelum Abu Bakar bin Hazm mengirimkan hasil pembukuan hadits
kepadanya. Kemudian upaya pembukuan hadits dilanjutkan oleh Imam Muhammad bin Syihab
Az-Zuhri.
Pada masa Muhammad bin Syihab Az-Zuhri pembukuan hadits belum disusun secara
sistematis. Kemudian ulama-ulama setelah Az-Zuhri menyusunnya secara sistematis dengan
menggunakan metode berdasarkan sanad dan bab.
Buku-buku yang ditulis pada masa itu dan kini sudah dicetak antara lain:
- Al-Muwatha’ karya Imam Malik bin Anas
- Al-Mushannaf karya Abdurrazaq bin Hammam Ash-Shan’ani
- As-Sunan karya Said bin Mansur
- Al-Mushannaf karya Abu Bakar bin Abu Syaibah
Al-Muwatha’
Al Muwatha’ yaitu kitab fiqih karya Imam Malik terbesar yang berdasarkan himpunan hadits-
hadits pilihan. Dalam penyeleksian suatu hadis, ada empat kriteria yang dikemukakan Imam Malik dalam
mengkritisi periwayatan hadits, keempat kriteria tersebut adalah; a) periwayat bukan orang yang
berperilaku jelek. b) periwayat bukan ahli bid’ah c) periwayat bukan orang yang suka berdusta dalam
hadits d) periwayat bukan orang yang tahu ilmu, tetapi tidak mengamalkannya.
Al Muwatha’yang ditulis pada masa khalifah Al Mansur (754-775 M) dan selesai di masa
khalifah Al Mahdi (775-785 M). Selain kitab tersebut, beliau juga mengarang buku Al Mudawwanah Al
Kubra. Kitab al-Muwatha’, mayoritas berisi tentang fiqih, ada pula tentang tauhid, akhlaq, dan al-Quran.
Namun kitab al-Muwatha’ tidak hanya terdiri dari hadits Nabi saw. tetapi juga terdiri dari pendapat
sahabat, Qaul tabi’in, Ijma’ Ahlul Madinah dan pendapat Imam Malik sendiri dengan metode penyusunan
hadist berdasarkan klasifikasi hukum Fiqih. Dan kitab ini, merupakan kitab tertua di bidang hadits yang
disusun berdasakan klasifikasi hukum Fiqih, dan Ulama’ berbeda pendapat mengenai jumlah hadits yang
terdapat di dalamnya.
Kutubus Sab’ah
1. Shahih Bukhari
Disusun oleh Imam Bukhari (194-256 H/810-870 M), nama lengkap: Abu Abdullah Muhammad
bin Ismail bin Ibrahim bin al-Mughirah al-Ja'fai. Jumlah keseluruhan hadits dalam kitab ini adalah 7.275
(termasuk hadits yang mengalami pengulangan).
2. Shahih Muslim
Disusun oleh Imam Muslim (206 H-261 H), nama lengkap: Abul Husain Muslim bin al-Hajjaj al-
Naisaburi. Imam Muslim merupakan murid dari Imam Bukhari. Jumlah keseluruhan hadits dalam kitab
ini adalah 12.000 (termasuk hadits yang mengalami pengulangan)
3. Sunan Abu Dawud
Disusun oleh Imam Abu Dawud (202-275 H/817-889 M), nama lengkap: Abu Dawud Sulaiman
bin Al-Asy'ats As-Sijistani. Kitab ini memuat 4.800 hadits.Beliau adalah salah seorang ulama yang
paling luas perjalanannya.
4. Sunan Tirmidzi
Atau lebih terkenal dengan nama Al-Jami’ yang disusun oleh Imam Tirmidzi (209-279 H/824-
892 M), nama lengkap: Abu Isa Muhammad bin Isa bin Surah At Turmudzi. Kitab ini menjadi kitab
pokok untuk mengenal hadits-hadits hasan, dan Imam Tirmidzi tergolong orang yang sering
menyebutkannya.
5. Sunan Nasa’i
Disusun oleh Imam Nasa’i (215-303 H / 839-915 M), nama lengkap: Ahmad bin Syu'aib Al
Khurasany. Sunan An-Nasa’i disebut sebagai yang dianggap berada di urutan ketiga yang paling shahih
setelah kitab Shahihain Bukhari-Muslim. Kitab ini disebut juga Al-Sunan Al-Sughra (Sunan yang Kecil)
karena merupakan kitab ringkasan yang memuat sekitar 5.270 hadits yang diseleksi dari karya aslinya
yaitu Al-Sunan Al-Kubra.
6. Sunan Ibnu Majah
Disusun oleh Imam Ibnu Majah (209-273 H/824-887 M), nama lengkap: Abu Abdullah
Muhammad bin Yazid bin Abdullah bin Majah Al Quzwaini. Kitab ini menghimpun kurang lebih 4000
hadits yang terpisah kedalam 32 buku.
7. Musnad Ahmad
Disusun oleh Imam Ahmad bin Hanbal (781 - 855 M, 164 - 241 H), nama lengkap: Ahmad bin
Muhammad bin Hambal bin Hilal bin Asad Al Marwazi Al Baghdadi/ Ahmad bin Muhammad bin
Hanbal. Kitab ini merupakan kitab dengan jumlah hadits terbanyak. Imam Ahmad menyusun kitab ini
berdasarkan sahabat yang lebih awal masuk Islam dan lebih utama kedudukannya dalam Islam.
Kutubus Mustakhraj
Manakala penyusunan kitab Hadist berdasarkan penulisan kembali Hadist yang terdapat dalam
kitab lain, kemudian penulis kitab yang mencantumkan peertama tadi mencantumkan sanad dari dia
sendiri maka metode ini disebut mustahraj. Salah satu kitab mustahraj adalah al-Mustakhraj ala Shahih al-
Bukhori yang disebut muka tadi.
Kutubus Mustadrak
Ada kalanya penyusunan kitab Hadist berdasarkan menyusulkan Hadist yang tercantum dalam
suatu kitab Hadist yang lain. Namun dalam menuliskan Hadist-Hadist susulan itu, penulis kitab pertama
mengikuti pernyaratan Hadist yang di pakai oleh kitab lain, maka penulis ini disebut dengan Mustadrak.
Seperti Kitab al-Mustadrak ‘alâ al-Shahîhayn (selanjutnya disingkat al-Mustadrak) dalam versi
terbaru yang diterbitkan oleh Maktabah Nizâr Mushthafâ al-Bâz Makkah al-Mukarramah (Riyadh) pada
tahun 2000 (cetakan pertama) sebanyak 10 jilid (4051 halaman) yang terdiri dari 8 jilid kandungan hadis-
hadis al-Mustadrak (3160 halaman) dan 2 jilid (halaman 3161-4051) yang berisi fihris -fihris (al-Fahâris
al-Fanniyyah li al-Kitâb). Bagian 2 jilid al-Fahâris ini terdiri 4 bagian yaitu: Fihris awâ`il al-ahâdît,
Fihris al-a’lâm li al-shahâbah wa al-tâbi’în, Fihris al-rijâl al-ladzîna takallama fîhim al-Imâm al-
Dzahabî fî al-Talkhîsh Jarh wa ta’dîl, Al-mu’jam al-lafzhî murattab hijâ`iyya.
Kutubus Athraf
Al-Athraf adalah salah satu jenis kitab-kitab yang disusun sebagai kumpulan Hadist Nabi. Yang
dimaksud dengan jenis al-Athraf ini adalah kumpulan Hadist-Hadist dari beberapa kitab induknya dengan
cara mencantumkan bagian atau potongan Hadist yang diriwayatkan oleh sahabat.
Kegunaan kitab-kitab berjenis Athraf:
1. Dapat menghimpun berbagai jalan Hadist dari kitab-kitab yang menjadi literatunya hingga dapat
diketahui hukum Hadist.
2. Hadist-hadist yang dihimpunnya dapat dijadikan bahan studi komparatif sanad antara satu dengan
yang lain.
3. Sebagai tindak lanjut penyelamatan teks Hadist.
4. pengenalan terhadap para Iman periwayat Hadist dan tempatnya dalam kitab mereka.