Ultra diktat 2

42
BAB I INKUBASI TETUA TELUR ULAT SUTRA 1.1. Tujuan Inkubasi Tujuan utama inkubasi tetua telur ulat sutra adalah untuk pembentukan embrio yang seragam, oleh karena itu penetasan yang seragam tercapai melalui pemeliharaan kondisi lingkungan yang baik. Hal ini dilakukan pada saat predeterminasi yaitu manakala telur tetua dikeluarkan dari diapause atau penetasan buatan menurut kebutuhan fisiologis dan voltinisme untuk perkembangan embrio. Secara spesifik tujuan inkubasi adalah : memastikan bahwa telur-telur dari varietas yang berbeda menetas pada hari yang direncanakan dan kupu-kupu dari varietas yang berbeda saling menyilang satu sama lain pada waktu yang tepat untuk menghasilkan telur-telur F1 hibrida. memaksakan penetasan yang seragam untuk menghasilkan ulat sutra tetasan baru yang sehat. menstabilkan karakter hibernasi telur-telur bivoltin, sehingga mencegah telur menetas abnormal atau tanpa hibernasi. 1.2. Metode Inkubasi Pada usaha produksi telur ulat sutra yang besar, ruangan (chamber) inkubasi dengan ukuran memadai harus dibuat menurut jumlah dan banyaknya telur yang diinkubasi. Ruangan inkubasi harus mempunyai suhu, kelembaban, proteksi panas, sirkulasi udara yang baik, cahaya yang mudah diatur, dan pelaksana/pekerja dapat dengan mudah bekerja di dalamnya. Suhu dan kelembaban yang seragam harus dijaga pada tiap ruangan. Telur- telur tetua untuk inkubasi dibawa ke dalam ruangan dalam jumlah banyak, disesuaikan dengan suhu dan kelembaban yang sesuai dengan tahap perkembangan embrio. Tempat inkubasi biasanya diletakkan di tengah ruangan, dengan peralatan pemanas pada keempat sudutnya, dan sumber panas ditempatkan pada sedikitnya satu meter dari tempat beradanya telur-telur ulat sutra. Sumber cahaya sebaiknya diletakkan pada ketinggian di atas atau di bawah tempat inkubasi. Inkubasi telur-telur tetua bivoltin pada musim semi : Tetua ulat sutra bivoltin yang ada sekarang dikawinkan dengan tujuan untuk menghasilkan telur-telur hibernasi. Dengan adanya cahaya, telur diinkubasi pada suhu tinggi atau suhu yang meningkat secara gradual sehingga dapat tumbuh. Jika embrio tumbuh hingga tahap tertentu, ekspos cahaya harus diperpanjang dan kelembaban ditingkatkan. Inkubasi telur-telur tetua bivoltin pada musim gugur : Kebutuhan lingkungan untuk inkubasi telur-telur tetua bivoltin pada musim gugur adalah hampir sama dengan telur-telur tetua pada musim semi. Namun demikian, 1

Transcript of Ultra diktat 2

Page 1: Ultra diktat 2

BAB I

INKUBASI TETUA TELUR ULAT SUTRA

1.1. Tujuan Inkubasi

Tujuan utama inkubasi tetua telur ulat sutra adalah untuk pembentukan embrio yang seragam, oleh karena itu penetasan yang seragam tercapai melalui pemeliharaan kondisi lingkungan yang baik. Hal ini dilakukan pada saat predeterminasi yaitu manakala telur tetua dikeluarkan dari diapause atau penetasan buatan menurut kebutuhan fisiologis dan voltinisme untuk perkembangan embrio. Secara spesifik tujuan inkubasi adalah :

• memastikan bahwa telur-telur dari varietas yang berbeda menetas pada hari yang direncanakan dan kupu-kupu dari varietas yang berbeda saling menyilang satu sama lain pada waktu yang tepat untuk menghasilkan telur-telur F1 hibrida.

• memaksakan penetasan yang seragam untuk menghasilkan ulat sutra tetasan baru yang sehat.

• menstabilkan karakter hibernasi telur-telur bivoltin, sehingga mencegah telur menetas abnormal atau tanpa hibernasi.

1.2. Metode Inkubasi

Pada usaha produksi telur ulat sutra yang besar, ruangan (chamber) inkubasi dengan ukuran memadai harus dibuat menurut jumlah dan banyaknya telur yang diinkubasi. Ruangan inkubasi harus mempunyai suhu, kelembaban, proteksi panas, sirkulasi udara yang baik, cahaya yang mudah diatur, dan pelaksana/pekerja dapat dengan mudah bekerja di dalamnya. Suhu dan kelembaban yang seragam harus dijaga pada tiap ruangan. Telur-telur tetua untuk inkubasi dibawa ke dalam ruangan dalam jumlah banyak, disesuaikan dengan suhu dan kelembaban yang sesuai dengan tahap perkembangan embrio.

Tempat inkubasi biasanya diletakkan di tengah ruangan, dengan peralatan pemanas pada keempat sudutnya, dan sumber panas ditempatkan pada sedikitnya satu meter dari tempat beradanya telur-telur ulat sutra. Sumber cahaya sebaiknya diletakkan pada ketinggian di atas atau di bawah tempat inkubasi.

Inkubasi telur-telur tetua bivoltin pada musim semi : Tetua ulat sutra bivoltin yang ada sekarang dikawinkan dengan tujuan untuk menghasilkan telur-telur hibernasi. Dengan adanya cahaya, telur diinkubasi pada suhu tinggi atau suhu yang meningkat secara gradual sehingga dapat tumbuh. Jika embrio tumbuh hingga tahap tertentu, ekspos cahaya harus diperpanjang dan kelembaban ditingkatkan.

Inkubasi telur-telur tetua bivoltin pada musim gugur : Kebutuhan lingkungan untuk inkubasi telur-telur tetua bivoltin pada musim gugur adalah hampir sama dengan telur-telur tetua pada musim semi. Namun demikian,

1

Page 2: Ultra diktat 2

suhu natural pada musim gugur secara komparatif adalah tinggi dan udaranya kering. Inkubasi pada kondisi demikian akan menyebabkan embrio untuk tumbuh dengan cepat dan mengkonsumsi banyak zat nutrisi. Jumlah telur mati selama inkubasi akan meningkat dan konstitusi larva yang baru menetas akan lemah. Oleh karena itu disarankan bila akan menginkubasi telur-telur tetua ulat sutra pada musim gugur sebaiknya dilakukan menurut kriteria seperti pada Tabel berikut.

Tabel Kriteria inkubasi untuk telur-telur tetua bivoltin pada musim gugur.

________________________________________________________________

Tahap Awal Tahap Akhir

________________________________________________________________Hari 4 5-6Embrio Sebelum E3 E3-F5

Suhu (ºC) 25 26-27Kelembaban 70-80 80-85Cahaya Natural Eksposur cahaya meningkat

6 jam sehari

Inkubasi telur-telur tetua multivoltin : Suhu dan cahaya tidak mempunyai pengaruh yang banyak pada voltinisme telur-telur multivoltin non-diapausing selama inkubasi. Oleh karena itu disarankan untuk menginkubasi telur-telur pada suhu rataan 26ºC. Selama tahap “titik-mata” (eye-spot), suhu untuk inkubasi sebaiknya diatur pada paling sedikit 26,7ºC tetapi tidak lebih tinggi dari 29ºC, dan kelembaban udara sekitar 80-90 persen.

Pengukuran untuk penyeragaman penetasan telur ulat sutra : Penetasan telur-telur ulat sutra tetua bivoltin selama inkubasi sering kali tidak seragam pada musim semi. Hal ini menyebabkan masalah pada pemeliharaan ulat sutra dan mempengaruhi kopulasi kupu-kupu jantan dan betina untuk tujuan produksi telur. Untuk memastikan penetasan yang seragam, telur-telur harus disimpan pada suhu pertengahan (intermediet) 14-16ºC sebelum dikeluarkan dari tempat pendingin (cold storage). Inkubasi dimulai bila embrio telah tumbuh ke tahap C1-C2. Seleksi telur disusun berdasarkan perkembangan titik-matanya. Inkubasi berlanjut dalam gelap hingga pada hari penetasan, ketika lampu dinyalakan satu atau dua jam sebelum terbit matahari untuk memastikan penetasan yang seragam.

Menyimpan telur-telur dalam gelap pada tahap akhir inkubasi mencegah embrio yang dewasa-dini untuk menetas, dan memberikan waktu kepada embrio yang dewasa-lambat untuk terus tumbuh. Setelah disimpan dalam gelap selama periode tertentu dan tiba-tiba diekspos cahaya, kedua macam telur ini akan menetas secara simultan.

Inhibisi (hambatan) dingin dari pertumbuhan embrio untuk telur-telur selama inkubasi atau preservasi dingin dari larva yang baru menetas . Jika untuk suatu alasan tertentu, penyisiran larva yang baru menetas harus ditunda, telur-telur ulat sutra yang diinkubasi atau ulat sutra yang baru menetas harus disimpan pada suhu rendah. Sebelum embrio tumbuh ke tahap

2

Page 3: Ultra diktat 2

E3 (tahap pemendekan), suhu harus dijaga pada suhu obyektif selama inkubasi. Namun demikian, jika embrio telah mencapai tahap E3, suhu harus dinaikkan menurut kebutuhan inkubasi. Penyimpanan beku dilakukan jika semua telur berubah menjadi biru dan larva yang menetas dini sudah ditemukan. Larva yang baru menetas dapat juga disimpan beku untuk mencegah pertumbuhan selanjutnya.

Telur-telur yang berubah biru dapat disimpan pada suhu 5ºC selama 3-5 hari. Untuk varietas yang akan menghasilkan telur non-hibernasi dapat disimpan pada suhu 2-5ºC selama 1-3 hari. Larva yang baru menetas dapat disimpan pada suhu 10ºC selama 2-3 hari.

Penghambatan pertumbuhan telur lebih lanjut dan penyimpanan beku larva yang baru menetas mempunyai efek yang kurang baik pada fisiologis ulat sutra. Oleh karena itu, makin pendek masa inhibisi maka akan makin aman bagi kesehatan ulat sutra. Selanjutnya, jika telur atau larva akan dimasukkan atau dikeluarkan dari ruang penyimpanan maka harus melalui suhu pertengahan (intermediet) selama dua jam.

1.3. Efek Lingkungan Inkubasi Pada Voltinisme

Secara luas ulat sutra diklasifikasikan sebagai univoltin, bivoltin dan multivoltin. Ulat sutra multivoltin dapat di sub divisikan menjadi diapausing dan non-diapausing. Voltinisme adalah jumlah generasi insekta yang diproduksi dalam setahun pada kondisi alami. Insekta yang memproduksi hanya satu generasi dalam setahun dan kemudian mengalami diapause disebut univoltin. Sedangkan yang memproduksi dua generasi dalam setahun sebelum menjadi diapause disebut bivoltin, sedangkan yang memproduksi lebih dari dua generasi dalam setahun disebut multivoltin.

Ulat sutra dengan voltinisme yang berbeda, nampak jelas perbedaan pada durasi pertumbuhan, konstitusi dan pada kualitas sutranya. Secara umum, bivoltin mempunyai durasi pertumbuhan yang lebih pendek dan konstitusi yang lebih kuat dari pada univoltin, tetapi panjang sutranya lebih pendek dan kualitasnya lebih rendah. Multivoltin mempunyai durasi pertumbuhan paling pendek, sutranya pendek dan kualitasnya rendah, tetapi konstitusinya paling kuat.

Univoltin hanya meletakkan telur-telur hibernasi, non-diapausing multivoltin meletakkan hanya telur-telur non-hibernasi. Tetapi bivoltin dan diapausing multivoltin akan memproduksi keduanya, baik telur hibernasi atau non-hibernasi, menurut kondisi lingkungan yang berbeda di mana mereka tumbuh. Diapause telur-telur ulat sutra ditentukan oleh hormon diapause, yang disekresikan oleh ganglia suboesophageal dan ditransmisikan melalui cairan tubuh ke ovari kupu-kupu induk, di mana hormon tersebut menjadi fungsional dan memungkin embrio menjadi diapause pada tahapan tertentu dari pertumbuhannya.

Ganglia suboesophagial pada varietas manapun dengan voltinisme berbeda mempunyai fungsi mensekresikan hormon diapausing, tetapi sekresi hormon tersebut dikontrol oleh otak. Pada kondisi normal, otak ulat sutra univoltin mempunyai fungsi mengakselerasi sekresi hormon diapause oleh ganglia suboesophagial. Otak ulat sutra multivoltin berfungsi menghambat sekresi hormon diapause oleh ganglia suboesophagial, sedangkan otak bivoltin

3

Page 4: Ultra diktat 2

pada kondisi eksposur suhu dan cahaya tinggi selama inkubasi, dapat mengakselerasi sekresi hormon ganglia suboesophagial, menyebabkan produksi telur hibernasi. Pada suhu rendah dan kondisi gelap selama inkubasi, hal ini dapat menghambat sekresi dan menyebabkan produksi telur non-hibernasi.

Faktor-faktor prinsip yang mempengaruhi voltinisme adalah suhu, cahaya dan kelembaban.

Suhu: Jika telur-telur tetua dari ras ulat sutra bivoltin diinkubasi pada suhu tinggi (25ºC), kupu-kupunya akan meletakkan telur hibernasi, dan jika diinkubasi pada suhu rendah (15ºC), maka akan meletakkan telur non-hibernasi. Suhu pertengahan (intermediet) (20ºC) selama inkubasi, akan menghasilkan suatu campuran antara telur hibernasi dan non-hibernasi. Karena beberapa ras ulat sutra bivoltin komersial mempunyai hubungan darah dengan multivoltin, maka voltinismenya sedikit berbeda dari yang murni bivoltin, sehingga kondisi lingkungan mempunyai pengaruh yang kecil pada voltinisme.

Perlu ditekankan di sini bahwa suhu selama inkubasi mempunyai pengaruh terbesar pada voltinisme. Dengan kata lain, suhu pada masa inkubasi adalah faktor penentu apakah ulat sutra bivoltin akan meletakkan telur hibernasi atau non-hibernasi, bagaimanapun kondisi lingkungan selama tahap larval dan pupal (Table 1-3).

Cahaya: Cahaya selama inkubasi telur juga mempengaruhi voltinisme. Tetapi efek tersebut tidak terbukti pada suhu di atas 25ºC atau di bawah 15ºC. Inkubasi pada suhu intermediet dengan cahaya menghasilkan telur hibernasi dengan kecepatan lebih tinggi; tanpa cahaya maka kecepatan telur hibernasi adalah lebih rendah. Adalah nyata bahwa efek cahaya pada voltinisme adalah kedua sesudah suhu.

Kelembaban: Efek kelembaban pada voltinisme selama inkubasi adalah berikutnya setelah cahaya. Efek tersebut tidak nyata pada suhu inkubasi di atas 25ºC dan di bawah 15ºC. Pada suhu intermediet, kelembaban tinggi adalah disukai untuk meletakkan telur hibernasi, sedangkan kelembaban rendah disukai untuk telur non –hibernasi.

Voltinisme telur progeny dipengaruhi oleh suhu selama beberapa tahapan tetua bivoltin. Suhu, cahaya dan kelembaban mempengaruhi voltinisme ulat sutra pada tahapan antara yaitu bila embrio mulai membentuk kaki thorakis dan bila kepalanya mulai berwarna. Kebutuhan dasar univoltin untuk meletakkan telur hibernasi adalah suhu di atas 20ºC untuk inkubasi pada tahapan ini, dan untuk bivoltin di atas 25ºC. Jika diinkubasikan pada suhu di bawah 15ºC dan disimpan dalam gelap dan kondisi agak kering, sebagian besar ras bivoltin akan menghasilkan, terutama atau seluruhnya telur non-hibernasi. Ras univoltin juga akan menghasilkan telur non-hibernasi, tetapi pada tahap perkembangan embrio antara A dan C2, pada dasarnya suhu tidak mempunyai pengaruh pada voltinisme

4

Page 5: Ultra diktat 2

BAB II

PEMELIHARAAN TETUA ULAT SUTRA

2.1. Pentingnya Pemeliharaan Tetua Ulat Sutra

Baik untuk usaha produksi telur ulat sutra komersial atau untuk pembibitan telur, tetua ulat sutra adalah ulat sutra yang telur-telurnya diambil untuk tujuan produksi telur berikutnya. Oleh karena itu kokon yang dipanen disebut kokon benih, yang akan menghasilkan telur hibrid F1.

Sebagian besar strain tetua adalah galur murni, hanya sedikit yang merupakan hibrid galur-galur inbred yang berbeda. Karena strain tetua mempunyai konstitusi yang agak lemah, maka perlu untuk memberi pakan, kondisi lingkungan pemeliharaan dan penanganan teknis yang lebih baik.

Pemeliharaan tetua ulat sutra membutuhkan pertumbuhan yang baik, fisik kuat dan kualitas kokon yang baik dari generasi sekarang untuk menghasilkan telur ulat sutra komersial dalam kuantitas besar dan kualitas baik.

2.2. Tehnik-tehnik Prinsip Untuk Pemeliharaan Tetua Ulat Sutra

Disinfeksi ruang dan peralatan pemeliharaan : Pembersihan dan disinfeksi ruang dan peralatan pemeliharaan harus dilakukan sebagai prasyarat sebelum pemeliharaan tetua ulat sutra. Ruangan harus dikeringkan setelah disinfektasi dan disiapkan untuk penyikatan larva yang baru menetas.

Penyikatan larva yang baru menetas : Untuk bivoltin, waktu yang tepat untuk penyikatan larva yang baru menetas adalah sekitar pukul 08:00-09:00, atau lebih awal untuk multivoltin. Metode penyikatan adalah sebagai berikut : larva yang baru menetas dibawa dengan kertas tisu tipis atau dipindahkan ke tempat pemeliharaaan. Kedua metode tersebut berpegang pada prinsip yaitu tidak melukai larva, penimbangan larva yang akurat dan penanganan (handling) yang nyaman. Dalam penyikatan, satu kartu telur dinyatakan sebagai satu kelompok (batch) dan setiap kelompok terdiri dari 4-5 gram larva yang baru menetas. Setelah penyikatan, kartu telur harus disimpan untuk inspeksi pathogen pebrin pada sheel telur.

Pakan : Kualitas daun mulberi mempengaruhi sifat ekonomis generasi ulat sutra yang ada, misalnya fisik ulat sutra, kualitas kokon, kualitas telur,voltinisme dan moltinisme. Selanjutnya, kualitas daun juga mempengaruhi hasil pemeliharaan generasi berikutnya.

Periode instar pertama sampai ke tiga adalah periode pertumbuhan badan di saat mana pertumbuhan larva berlangsung cepat. Jika pakannya tidak baik, larva akan menderita kekurangan suplai nutrisi dan akan sangat berpengaruh pada pertumbuhannya. Pada kasus tersebut akan sulit mendapatkan panenan yang berhasil walaupun suplai daun yang baik diberikan pada periode berikutnya. Dan sulfur dioksida yang diemisikan oleh pembakaran bahan bakar, dapat mengganggu fungsi fisiologis ulat sutra pada saat telah mencapai level tertentu.

5

Page 6: Ultra diktat 2

Kecepatan respirasi larva bayi adalah rendah. Larva bayi tersebut tahan terhadap karbon dioksida, tetapi tidak tahan terhadap gas-gas beracun seperti karbon monoksida dan sulfur dioksida. Namun demikian, hal yang sebaliknya untuk periode tumbuh. Pada periode menaiki (mounting), jika larva dewasa kontak terlalu banyak dengan karbondioksida maka jumlah yang larva tidak menjadi kokon (non-cocooning larvae) akan meningkat.

Larva instar pertama sampai ke tiga tidak mempunyai persyaratan sirkulasi udara yang khusus. Ventilasi yang periodik adalah mencukupi. Namun demikian, pada masa tumbuh di mana kecepatan respirasi adalah tinggi dan daun mulberi yang dikonsumsi dalam jumlah banyak, menyebabkan kelembaban ruangan meningkat dan udara menjadi mudah terpolusi. Oleh karena itu harus dijaga agar terdapat sebanyak mungkin sirkulasi bebas udara segar untuk mengakselarasi metabolisme ulat dan mendukung kesehatannya. Namun demikian, pada pengusahaan ventilasi adalah penting untuk mencegah daun-daun mulberi menjadi layu.

Cahaya : Cahaya tidak terbukti mempunyai efek pada kesehatan ulat sutra, kualitas kokon dan jumlah telur diletakkan. Cukup baik untuk memelihara tetua ulat sutra pada kondisi alami, misalnya terang pada siang hari dan gelap pada malam hari. Namun demikian, untuk ras yang mudah menghasilkan telur non-hibernasi, pada masa tumbuh, kegelapan secara efektif dapat menurunkan produksi telur non-hibernating.

Pengujian larva yang lambat tumbuh : Untuk memastikan bahwa telur ulat sutra yang dihasilkan adalah bebas dari penyakit pebrin maka larva yang lambat tumbuh, larva yang sakit, atau larva yang mati serta larva yang jatuh ke tanah dari tempat naiknya (mountages), dari kelompok yang berbeda dan pada instar yang berbeda, harus dilakukan pengujian mikroskopis. Jika terdapat spora pebrin pada larva yang lambat tumbuh sebelum moulting yang ketiga, maka seluruh kelompok (batch) harus ditolak. Jika infeksinya serius, seluruh kelompok harus ditolak. Jika ringan, kelompok tersebut harus dipisahkan dan digunakan untuk pemeliharaan kokon cadangan (reeling cocoon). Ruangan dan peralatan yang digunakan untuk pemeliharaan kelompok yang terinfeksi harus didisinfektan menyeluruh.

Mengatur pemunculan kupu-kupu untuk kawin : Pada pemeliharaan tetua ulat sutra, adalah penting untuk selalu mengamati dan membandingkan pertumbuhan larva tetua untuk dikawinkan. Jika terjadi suatu penyimpangan pada durasi pertumbuhan dari yang diharapkan, maka harus dilakukan pengaturan dengan meningkatkan atau menurunkan suhu pemeliharaan, atau dengan menaikkan atau menunda waktu pemberian pakan. Secara umum, untuk varietas yang lambat-tumbuh, suhu pemeliharaan dapat ditingkatkan 1ºC lebih tinggi dari yang dirancangkan, dan untuk yang cepat-tumbuh dapat diturunkan 1ºC. Pada saat mounting, lebih baik menaruh larva yang cepat-tumbuh pada ruang mounting yang lebih dingin dan yang lambat-tumbuh pada ruang yang lebih hangat. Namun demikian, pada saat pengaturan harus berhati-hati terhadap dampaknya pada kesehatan dan voltinisme ulat.

2.3. Penaikan (mounting) dan Pemanenan

Penaikan tetua ulat sutra harus berpegang pada prinsip kedewasaan yang cukup dan tidak berdesakan. Kedewasaan ulat sutra ditandai dengan pemunculan beningnya bagian anterior larva; menaikkan kepalanya tinggi-

6

Page 7: Ultra diktat 2

tinggi, bergerak dan mencari posisi untuk berkokon. Tetua ulat sutra biasanya naik pada periode ketika menjadi sedikit lewat dewasa (over mature), tetapi tidak pernah pada saat belum dewasa (immature). Ulat sutra belum dewasa, karena pemberian pakannya kurang baik, tidak hanya menunda pemintalan sutra untuk berkokon, tetapi juga akan menjadi lemah dan meletakkan telur lebih sedikit. Namun demikian, ulat sutra tersebut tidak harus lewat dewasa. Dewasa yang berlebih akan menyebabkan produksi kokon ganda dan cacat.

Pada prakteknya, saat naik pada malam hari atau bila hanya sedikit ulat yang menjadi dewasa, maka ulat akan menjadi sedikit lewat dewasa; tetapi jika naik pada puncak periode dewasa atau siang hari, maka lebih baik sedikit kurang dewasa.

Mengoleksi ulat sutra dewasa dan menaikkannya pada mountages adalah pekerjaan yang melelahkan. Distribusi tenaga kerja harus diorganisir. Larva harus dinaikkan pada saat dikoleksi dan tidak meningkat jumlahnya. Hati-hati terhadap identifikasi varietas dan waktu naik. Kekeliruan harus dihindari.

Tetua ulat sutra yang naik, kepadatannya harus lebih rendah dari pada ulat sutra yang dipelihara sebagai kokon cadangan. Ruang pemeliharaan harus berventilasi baik dan cukup hangat untuk memindahkan kelebihan uap air.

Suhu protektif pada periode penaikan untuk bivoltin berpusat sekitar 24,5ºC dan untuk multivoltin sekitar 26,5ºC. Selisih antara bola kering dan bola basah higrometer adalah 3ºC. Ruangan penaikan harus tidak terlalu terang; sebaiknya sedikit gelap dan kondisi sunyi.

Waktu pemanenan kokon bervariasi dengan varietas dan suhu protektif ulat sutra pada masa penaikan. Secara umum, pemanenan kokon untuk bivoltin dimulai 6 hari setelah ulat-ulat tersebut naik, dan untuk bivoltin tiga hingga empat hari. Sambil dipanen, kokon harus diletakkan secara terpisah menurut varietasnya dan tanggal penaikan; kokon ganda, kokon yang diparasit nyamuk dan kokon yang cacat harus dikeluarkan. Pupa ulat sutra harus diperlakukan dengan lembut untuk menghindari kerusakan.

Pemanenan kokon pada periode awal terjadi di China Timur. Dikatakan bahwa kokon dipanen bila ulat sutra telah menyelesaikan pemintalan sutra dan mendekati pupa. Dengan suhu protektif 25ºC dan periode penaikan 60-70 jam, pemanenan kokon pada masa awal mencapai hasil yang efektf dalam hal memacu produksi telur bivoltin, yang mana badan pupa relatif lebih besar.

2.4. Efek Lingkungan Pemeliharaan Pada Voltinisme

Selama periode pemeliharaan, suhu, cahaya dan nutrisi juga mempunyai pengaruh tertentu pada voltinisme, tetapi pengaruh tersebut lebih kecil pada masa inkubasi.

Hasil investigasi seperti yang terlihat pada Tabel 1-3 adalah status tipikal untuk bivoltin. Karena beberapa ras bivoltin yang ada mempunyai hubungan darah dengan multivoltin, maka voltinismenya tidak stabil. Dalam rangka menstabilkan hibernasi bivoltin, masih perlu memberi perhatian pada

7

Page 8: Ultra diktat 2

kontrol suhu pada periode pemeliharaan, meskipun suhu tinggi dan cahaya diperlukan selama inkubasi. Hanya dengan mempertahankan suhu tinggi (26ºC) untuk larva bayi dan suhu rendah (di bawah 24ºC) untuk larva tumbuh, akan didapatkan telur hibernasi.

Cahaya juga mempunyai beberapa efek pada voltinisme ulat sutra selama periode pemeliharaan. Bila pada periode bayi terang, ulat menghasilan sebagian besar telur hibernasi, dan pada periode tumbuh telur non-hibernasi. Jika dipelihara pada kondisi gelap, ulat cenderung untuk meletakkan telur non-hibernasi.

Lebih jauh, kualitas pakan dapat juga berpengaruh pada voltinisme. Pemberian pakan dengan daun-daun yang bergizi membantu menghasilkan telur hibernasi, sementara pakan atau pemberian pakan yang jelek dengan daun-daun yang kurus cenderung untuk menghasilkan telur-telur non-hibernasi.

8

Page 9: Ultra diktat 2

BAB III

INVESTIGASI DAN PRESERVASI KOKON BENIH

Kokon benih adalah sumber material yang digunakan untuk menghasilkan telur ulat sutra. Kualitas kokon benih adalah berhubungan dengan kualitas telur ulat sutra dan keberhasilan memelihara ulat sutra F1

hibrid. Oleh karena itu kokon benih yang dipanen harus diuji dengan ketat. Hanya kokon yang memenuhi standar yang dapat digunakan untuk menghasilkan telur. Kokon dengan kualitas demikian harus disimpan untuk mendukung perkembangan morfologis agar menghasilkan telur dengan jumlah banyak dan kualitas tinggi.

3.1. Investigasi Kualitas Kokon Benih

Kriteria kualitas kokon benih : Karena kondisi klimatis dan geografis sangat bervariasi pada berbagai belahan dunia, maka varietas ulat sutra adalah berbeda, dan demikian pula halnya kualitas kokon. Bahkan pada varietas ulat sutra yang sama yang dipelihara pada daerah yang berbeda akan mempunyai karakteristik yang bervariasi. Oleh karena itu standar untuk inspeksi kualitas kokon benih bervariasi dengan tempat yang berbeda.

Metode inspeksi kualitas kokon benih

Hal-hal dan waktu inspeksi : Inspeksi kualitas kokon benih menyangkut empat hal berikut ini: Jumlah kokon yang dipanen, bobot kulit kokon, rasio kulit kokon dan rasio kokon mati. Kelompok pemeliharan (rearing batch) adalah unit untuk keempat hal di atas.

Waktu inspeksi adalah sebagai berikut: Untuk pemanenan musim semi dan akhir musim gugur adalah 7-10 hari setelah penaikan penuh; untuk pemanenan awal musim gugur dan pertengahan musim gugur, 6-8 hari setelah penaikan penuh. Untuk varietas dengan durasi periode pupa yang lebih pendek, seperti Dong 34, inspeksi dapat dilakukan sehari sebelumnya. Jika interval di antara penaikan terlalu lama, inspeksi dapat dilakukan per seksi, hasilnya kemudian berdasarkan rataan.

Metode inspeksi

Inspeksi jumlah kokon yang dipanen: Kokon reproduktif, kokon dobel dan kokon rusak harus ditimbang terpisah dan diambil bobot totalnya. Rataan hasil kokon dari 10 g ants harus dihitung dan kemudian 1 kg dari setiap macam kokon diambil dan jumlahnya dihitung.

Metode sampling : 5-6 kg kokon harus diambil secara acak untuk sampling. Kokon floss harus dipindahkan. Kokon tersebut harus dicampur merata dan diletakkan mendatar. Kokon dibagi menjadi empat bagian oleh dua garis diagonal. Setiap dua bagian pada sudut diagonal harus diambil dan ditimbang 2 kg untuk berbagai pengujian. Dua bagian lainnya diambil untuk sampel investigasi kecepatan kokon terseleksi.

9

Page 10: Ultra diktat 2

Cek analitis kokon yang mati : Inspeksi kokon mati pada kokon reproduktif – jika bobot ant dari kelompok pemeliharaan adalah di atas 80 g, maka 1 000 kokon harus dicek, dan jika di bawah 80 g, 500 kokon harus dicek.

Inspeksi kokon mati di antara kokon dobel dan kokon rusak : Jika bobot dari kelompok pemeliharaan adalah di atas 80 g, maka 500 dobel kokon harus dicek, 0,6 kg kokon rusak ; jika di bawah 80 g, 250 kokon dobel, 0,5 kg kokon rusak.

Kokon harus dipotong buka untuk menginspeksi kokon mati oleh karena berbagai penyebab. Kecepatan kematian dari keseluruhan lot harus ditotal. Jika c diambil sebagai bobot berbagai jenis kokon, n adalah jumlah/kg jenis kokon yang berbeda, dan d adalah kecepatan kematian kokon yang berbeda, maka D atau kecepatan kokon mati dari seluruh lot dapat dikalkulasi dengan formula berikut :

cndD = ----------- x 100

cn

Yang termasuk kokon mati adalah setiap bentuk ulat mati, pupa mati, ulat dan pupa yang terinfeksi, pupa yang moult-sebagian (menutup thorax atau lebih dari dua segmen pada bagian anterior), pupa yang tidak moulting atau pupa dengan tiga segmen abdomen berubah menjadi hitam, dan ulat kaki-berambut (larva tidak menjadi pupa) setelah 6 hari penaikan pada kokon.

Pupa berdarah, pupa yang di parasit larva serangga (uget-uget), pupa yang diinfeksi muscardine tidak perlu diuji. Tetapi pada batch tetua ulat sutra, pencatatan ketiga macam pupa ini harus dilakukan sebagai indeks grading penjualan kokon benih.

Inspeksi kualitas kokon : 120 kokon diambil dari sampel secara acak. Kokon tersebut dibuka secara individual, jenis kelaminnya diidentifikasi, dan 50 kokon jantan dan 50 kokon betina diseleksi. Kokon keseluruhan dan kulit kokon ditimbang sehingga kecepatan pengulitan kokon dapat dikalkulasi.

Bobot kulit + Bobot kulit Kokon Kokon% Kecepatan pengulitan = ------------------------------------------ x 100

Bobot kokon Bobot kokon Keseluruhan Keseluruhan

Investigasi kecepatan pelepasan kokon ( the casting cocoon rate) : Pindahkan 2-2,5 kg kokon dari separuh sampel lainnya, dan cast kokon yang defektif. Hitung kecepatan pelepasan kokon sebagai kriteria kecepatan pelepasan kokon untuk keseluruhan lot. Kecepatannya tidak boleh lebih kecil dari 3 persen untuk panenan musim semi dan tidak lebih kecil dari 4 persen untuk pemanenan musim gugur.

Jika hasil pengujian-pengujian ini tidak memenuhi standar, maka perlu dua pengujian lagi yang diambil dari sampel lainnya. Jika hasil rataan tiga pengujian tetap tidak memenuhi standar maka seluruh lot kokon ditolak.

10

Page 11: Ultra diktat 2

3.2. Seleksi Kokon Benih

Setelah inspeksi kualitas, lot pemeliharaan kokon benih harus melalui seleksi individual, dan kokon yang tidak memenuhi karakteristik rasial dari ras tetuanya harus dibuang. Hal ini akan mempertahankan karakteristik ekonomis yang seragam dari varietas dan meningkatkan kualitas kokon.

Kokon cacat adalah :

• Kokon tipis – Kulitnya sangat tipis dan dapat dengan mudah di remukkan.

• Kokon salah bentuk (malformed) – Bentuknya tidak teratur, tidak memenuhi karakteristik rasial dari varietas aslinya.

• Kokon kapas (fluffy cocoons) – Kokon kehilangan kulit, tetapi tidak mengkerut; lembut dan lepas seperti kapas jika disentuh.

• Kokon berwarna – Kuning muda, hijau kekuningan atau warna lain.

• Kokon cacat lainnya – Kokon berujung lancip, kokon patah (broken-end), kokon kecil, kokon bee-waist dll.

Kokon menjadi cacat karena faktor genetis atau lingkungan. Cacat yang disebabkan oleh faktor genetis, seperti kokon berwarna, kokon kapas, kokon bee-waist dan kokon berujung lancip harus dibuang. Kokon salah bentuk, kokon tipis, kokon patah dll secara umum disebabkan oleh faktor lingkungan. Lebih baik membuang kokon cacat tersebut untuk menjaga keseragaman bentuk ras.

3.3. Preservasi Kokon Benih

Suhu : Adalah sangat penting kokon benih disimpan pada suhu yang sesuai. Pada bivoltin, suhu optimum untuk preservasi adalah 24ºC, di mana kecepatan eclosion adalah tertinggi, jumlah telur yang diletakkan oleh kupu induk mencapai maksimum, kecepatan telur tidak fertil dan telur mati adalah rendah. Pada multivoltin, sebaiknya kokon disimpan pada suhu 26ºC. Jika kokon benih disimpan pada suhu 30ºC, tidak hanya jumlah pupa dengan penyakit flacherie akan meningkat dan kecepatan munculnya kupu-kupu menurun; tetapi jumlah telur tidak fertil, telur mati dan telur non-hibernasi akan meningkat secara signifikan. Efek suhu tinggi sangat jelas pada periode penaikan (mounting) dan pupasi (pupation). Yang paling menderita adalah pupa jantan. Jika suhu lebih rendah dari 20ºC, maka kecepatan munculnya kupu akan menurun, jumlah telur yang dihasilkan akan menurun tajam, telur tidak fertil akan meningkat dan pupa betinalah yang paling menderita.

Kelembaban: Kelembaban optimum untuk preservasi kokon benih adalah 75-80 persen. Secara umum, pada kisaran 65-90 persen, kelembaban tidak berpengaruh nyata pada kesehatan kupu, pada jumlah telur yang dihasilkan, jumlah telur tidak fertil atau generasi ulat sutra berikutnya. Pada prakteknya, jika telur dihasilkan pada musim gugur, udara sering terlalu kering. Jika kelembaban lebih rendah dari 60 persen, pupa akan tumbuh lambat, persentase eclosion ( muncul) akan menurun, dan jumlah kupu-kupu yang gagal kawin akan meningkat. Mereka menjadi terlalu mudah berpisah, bahkan ketika mereka mempunyai kesempatan untuk berkopulasi. Jika

11

Page 12: Ultra diktat 2

terlalu kering pada periode akhir preservasi kokon benih, efeknya akan lebih serius. Oleh karena itu, di sekitar waktu munculnya kupu awal, kelembaban harus disesuaikan menurut kondisi aktual.

Cahaya : Pada periode preservasi kokon benih, hati-hati untuk mempertahankan penerangan pada siang dan kegelapan pada malam. Adalah penting bahwa malam menjadi gelap total dan bahwa kokon dikenai cahaya sebelum terbit matahari pada hari eclosion, dengan demikian membuat kupu muncul lebih awal dan seragam.

Udara : Dengan tumbuhnya pupa, kecepatan respirasinya secara gradual meningkat. Sejumlah besar karbon dioksida dilepaskan ketika mata majemuknya berwarna. Pada saat seperti itu, ventilasi diperlukan. Udara harus tetap segar di ruang pemeliharaan.

3.4. Observasi Pertumbuhan Pupa dan Regulasi Perkawinan

Untuk mengatur perkawinan kupu, adalah penting untu mengamati perkembangan pupa. Suhu harus diatur menurut derajat pigmentasi mata majemuk, antena dan badannya. Oleh karena itu kupu-kupu dua varietas untuk kawin akan muncul secara simultan.

Korelasi antara pigmentasi dan perkembangan pupa :Secara umum, pigmentasi dan perkembangan pupa berkorelasi sebagai berikut :

• Mulainya pigmentasi mata majemuk menandai titik paruh antara penaikan (mounting) dan pemunculan (emergence).

• Mata majemuk menjadi hitam pada titik dua pertiga.

• Jika antena berubah menjadi hitam gelap, kupu akan muncul pada dua atau tiga hari.

• Bila badan pupa menjadi kendur dan lunak, lustre lepas dan jadi mengkerut, kupu akan muncul pada hari berikutnya pada kasus ras Cina dan dua hari kemudian untuk ras Jepang (Gambar 3-2).

Pengaturan pemunculan kupu : Secara umum, suhu preservasi pupa dari penaikan ke munculnya kupu, berada pada kisaran 21-27ºC. Jika suhu meningkat atau turun 1ºC, pemunculan kupu akan lebih cepat atau tertunda sehari. Jika suhu meningkat atau turun 2ºC, maka akan lebih cepat atau tertunda dua hari. Suhu yang lebih rendah harus lebih sering digunakan untuk pupa yang berkembang lebih cepat dan demikian pula sebaliknya. Harus hati-hati dalam melakukan pengamatan perkembangan pupa secara teratur dan untuk mengatur suhu agar kupu dari dua varietas untuk kawin akan muncul pada hari yang sama dan dalam kuantitas seragam.

Penyimpanan dingin kokon benih (pupa) : Terdapat dua periode untuk inhibisi dingin pupa ulat sutra : (a) dua hingga tiga hari setelah pupasi bila mata majemuk mulai berpigmen, dan (b) sehari sebelum munculnya kupu. Penyimpanan dingin harus dilakukan pada malam hari. Batasan waktu

12

Page 13: Ultra diktat 2

penyimpanan dingin untuk jantan adalah 4-5 hari, dan untuk betinan 2-3 hari. Kisaran suhu dari 2,5 hingga 7,5ºC, dengan 5ºC sebagai median.

Penyimpanan dingin kokon benih mungkin menurunkan persentase munculnya kupu, jumlah kupu yang tidak bertelur meningkat, dan jumlah telur yang dihasilkan akan menurun; persentase telur tidak fertil mungkin juga akan meningkat. Oleh karena itu, kokon benih tidak boleh disimpan dingin kecuali benar-benar diperlukan.

13

Page 14: Ultra diktat 2

BAB IV

DISKRIMAINASI KELAMIN (SEXING)

Diskriminasi sex atau sexing, adalah suatu ukuran tehnis penting pada produksi telur F1 ulat sutra hybrid. Sexing adalah pemisahan betina dari jantan di dalam varietas yang sama. Terdapat tiga metode : (1) sexing melalui karakteristik eksternal larva, (2) sexing melalui karakteristik eksternal pupa dan (3) sexing melalui karakteristik eksternal kokon.

4.1. Diskriminasi Kelamin Larva

Pada sisi ventral abdomen larva betina, pada segmen ke delapan dan ke sembilan, terdapat sepasang noktah melingkar kecil pada kedua sisi kiri dan kanan. Noktah tersebut dinamakan kelenjar depan (foregland) Ishiwata. Pada larva jantan, terdapat badan folikuler berwarna putih susu yang disebut kelenjar Herold di pusat sisi ventral pada persambungan segmen ke delapan dan ke sembilan. Melalui observasi karakteristik kelenjar reproduktif yang berbeda antara larva jantan dan betina, maka diskriminasi kelamin larva dapat dilakukan dengan mata telanjang dari instar keempat akhir hingga instar kelima.

4.2. Diskriminasi Kelamin Pupa

Pupa ulat sutra betina lebih besar dari pada pupa jantan; warna kulit pupalnya (cuticle) adalah lebih terang, dan segmen abdominal posterior bentuknya lebih bulat. Secara ventral, pada pusat segmen abdominal ke delapan, terdapat tanda berbentuk X yang memanjang dari marjin segmen anterior ke posterior.

Pupa ulat sutra jantan adalah lebih kecil dari pada yang betina, segmen abdominal terakhir agak lancip, dan pada pusat segmen ventral ke sembilan terdapat noktah kecil coklat, kelenjar Herold.

Menurut sifat eksternal – bentuk badan dan tanda jelas kelenjar reproduktif - adalah mungkin untuk membedakan kelamin pupa ulat sutra

4.3. Diskriminasi Kelamin Kokon Benih Ulat Sutera

Karena kokon betina biasanya lebih besar dan lebih berat dari pada jantan dari ras yang sama, khususnya di antara ras-ras multivoltin, maka perbedaan ini dapat digunakan untuk memisahkan kokon betina dari kokon jantan dengan penimbangan. Mesin sexing popular digunakan untuk tujuan ini pada farm produksi telur ulat sutra di Propinsi Guangdong, China. Mesin sexing dapat membuat pekerjaan lebih efisien, dan kupu dapat keluar dari kokonnya sendiri tanpa digunting. Jika kupu muncul dari kokon tanpa gunting, rataan kecepatan produksi telur dapat mendekati 20 persen lebih tinggi dari pada jika kokon digunting buka, karena resiko pupa terluka akan berkurang.

Sebelum sexing mekanis digunakan, beberapa contoh kokon diambil secara acak dari batch kokon benih yang sama hari penaikannya. Bobot kokon kriteria dideterminasi berdasarkan kisaran bobot antara kokon betina dan jantan. Bobot ini akan digunakan sebagai bobot diferensiasi untuk separasi

14

Page 15: Ultra diktat 2

kelamin kokon benih: kokon yang lebih berat dari kriteria masuk ke kelompok betina, yang lebih ringan adalah jantan. Kokon dengan berat yang sama dengan kokon kriteria termasuk kelompok campuran dari kedua kelamin.

Evaluasi tepat kokon kriteria mempunyai efek pada kerja keseluruhan. Bobot kriteria harus mempertahankan kecepatan sexing 90 persen atau lebih tinggi. Pada waktu yang sama, kecepatan sexing kelompok campuran harus terkontrol 10 persen atau kurang. Jika persyaratan di atas tidak dapat dipenuhi, maka aplikasi separasi sex mekanis menjadi tidak nyata.

Mesin sexing kokon terdiri dari sumbu putar utama, bagian atas yang melekat pada piringan berpeforasi. Melekat pada bagian ini lengan baja kecil tipe-lever, menggantung dengan interval regular/teratur.

Jika mesin dioperasikan, motor listrik kecil mengatur piring berongga berotasi dan lempengan baja kecil berputar bersama-sama. Menurut prinsip lever, lempeng baja yang berputar dapat mengukur bobot kokon secara otomatis.

Efisiensi mesin pemisah jenis kelamin kokon : Mesin pemisah jenis kelamin kokon ini berputar pada kecepatan14,5 putaran per menit. Bila ras ulat sutra tertentu mempunyai rataan 740 kokon per kilogram, maka efisiensi mesin pemisah jenis kelamin dapat dihitung sebagai berikut :

• Jumlah siklus rotasi piringan berputar per jam : 60 X 14,5 = 870 siklus

• Jumlah kokon melintas melalui mesin per jam : 870 x16 = 13 920 kokon

• Jumlah kokon benih terpisah per hari kerja ; 13 920 x8 = 111 360 kokon

Sekarang, pada praktek produksi, efisiensi kerja mesin pemisah jenis kelamin berbeda agak banyak dari efisiensi teoritis, karena mesin harus dijustifikasi sebelumnya ke operasi pemisahan setiap jenis kelamin kokon. Lebih jauh, pekerja yang menjatuhkan kokon ke dalam pan secara manual adalah lebih lambat dari pada kecepatan mesin yang berotasi. Jika mesin dapat diperbaiki dengan sejenis peralatan kombinasi (termasuk pelayanan kokon otomatis), maka efisiensi separasi jenis kelamin kokon secara mekanis akan meningkat pesat.

Pemisahan jenis kelamin dengan penimbangan kokon individual : Timbangan kokon tunggal dapat pula digunakan untuk separasi jenis kelamin. Hal ini juga dirancang dengan prinsip keseimbangan. Meskipun kecepatan efisiensinya jauh lebih rendah, tetapi mudah dilakukan dan sangat akurat.

15

Page 16: Ultra diktat 2

BAB V

BERTELUR

5.1. Metode Bertelur

Terdapat dua metode dasar bertelur: bertelur terpisah dan bertelur campuran. Bertelur terpisah dapat di sub – divisikan menjadi metode Pasteur, yang dilakukan di China dan Jepang; dan metode kantong seluler, yang biasanya dilakukan di negara-negara Eropa. Metode bertelur campuran dapat disub-divisikan menjadi bertelur kartu datar dan bertelur bentuk lepas. Metode yang dipilih mempunyai hubungan dengan grade produksi telur ulat sutra., karakteristik ras, kondisi serangan penyakit ulat sutra dll. Misalnya, produksi telur grandparent hybrid F1 dan dari tetua ras setiap imago (kupu) harus menjalani tes Pebrine, sehingga metode bertelur terpisah lebih dipreferensikan. Tetapi untuk telur komersial atau telur untuk produksi ulat sutra, di mana tidak semua kupu diharuskan menjalani test Pebrine, maka metode bertelur campuran diadopsi. Ambil contoh, beberapa ras ulat sutra di Eropa. Dikarenakan degradasi kelenjar Filippi atau Lyonnet maka telur yang dihasilkan viskositasnya kurang. Hal ini menyebabkan metode bertelur kantong seluler menjadi sangat penting.

Metode kartu datar : Metode bertelur campuran ini di mana sejumlah kupu betina tertentu dibolehkan bertelur pada luasan tertentu pada selembar kraft. Metode ini sederhana, nyaman dan menghemat tenaga, kecuali bahwa metode ini tidak mengijinkan adanya seleksi individual atau eliminasi telur ulat sutra. Metode kartu datar modern adalah salah satu praktek bertelur komersial yang mempersyaratkan bahwa seluruh telur harus bebas dari penyakit pebrine. Spesifikasinya adalah bahwa setiap kartu telur mempunyai luasan bertelur 21 cm x 16 cm = 336 cm2. Lebih jauh lagi, terdapat perbedaan antara kartu telur datar tunggal dan dobel (Gambar 5-1). Standard kuantitas telur pada setiap kartu telur adalah kuantitas yang dibutuhkan telur untuk menempati sepenuhnya kartu telur pada satu lapisan bijian. Jumlah kupu induk yang diletakkan pada setiap kartu telur bervariasi menurut ras, daerah, musim dan kualitas kokon benih. Misalnya, di Provinsi Guangdong setiap kartu telur mengakomodasi 60-70 kupu induk dari ras bivoltin umum, dan 75-85 kupu induk ras multivoltin.

Metode bentuk lepas : Untuk telur ulat sutra komersial, metode bentuk lepas adalah metode yang lebih maju. Di Eropa, metode ini diwajibkan karena karakteristik varietal. Di Jepang, semua telur ulat sutra untuk pemeliharaan kokon diproduksi dengan menggunakan metode ini, dan metode ini juga umum digunakan di Provinsi-provinsi timur China. Telur lepas terdapat dalam kotak, masing-masing berisi 12 gram.

Telur lepas kualitasnya superior terhadap telur pada kartu karena metode ini memfasilitasi seleksi telur individual dan mengeliminasi telur defektif. Lebih jauh, disinfeksi permukaan yang seksama adalah memungkinkan dan kualitas ras ulat sutra oleh karenanya dapat meningkat. Pada waktu yang sama, kuantitas telur yang diproduksi per unit adalah tepat dan seragam, yang mana hal ini menguntungkan untuk produksi yang terproyeksi. Metode bentuk lepas adalah lebih baik untuk preservasi dan transport. Namun demikian, kendala metode ini adalah bahwa telur-telur

16

Page 17: Ultra diktat 2

menjadi berguncang terlalu keras selama transport dan dalam proses inkubasi telur harus diaduk, dan pemanenan larva yang baru menetas sangat sulit dilakukan.

Metode Pasteur : Metode ini diadopsi untuk produksi strain ulat sutra original parent/tetua dan grandparent F1 hybrid. Dikarenakan kemudahan melakukan inspeksi mikroskopik kupu individual dan eliminasi batches berpenyakit, metode ini digunakan untuk menghasilkan strain tetua dan grandparent F1 hybrid ulat sutra yang benar-benar bebas penyakit. Luasan setiap kartu telur untuk strain tetua adalah 32 x 18 cm2, dibagi menjadi 28 bagian/partisi, di mana pada setiap bagian diletakkan atau ditempati kupu induk tunggal. Setelah oviposisi, kupu-kupu dimasukkan ke dalam kotak berlabel nomor serialnya untuk menunggu inspeksi mikroskopik. Untuk bertelurnya ulat sutra grandparent, setiap kartu telur terdiri dari 14 tempat kupu. Sebagai tambahan untuk membuat inspeksi mikroskopis yang ketat terhadap kupu-kupu, maka perlu menyelidiki lama hidup kupu betina sebagai referensi dalam prosedur seleksi dan eliminasi.

Metode kantong seluler : Metode kantong seluler juga termasuk dalam tipe bertelur terpisah. Kantong seluler kecil yang terbuat dari kain katun tipis atau kraft berpori-pori di mana kupu betina ditempatkan untuk bertelur. Tipe bertelur kantong seluler ini khususnya cocok untuk ras-ras ulat sutra tertentu—kupu induk yang menghasilkan telur non-gluey. Sistem ini diadopsi di Rusia. Mengenai jumlah kupu pada kantong seluler, umumnya untuk strain tetua, satu kupu dalam satu kantong, tetapi untuk telur ulat sutra komersial, dua kupu menempati satu kantong.

5.2. Persiapan Bertelur

Bertelur adalah pekerjaan yang intens dan melelahkan, yang memerlukan waktu tepat untuk beberapa tahapannya. Segala sesuatunya harus disiapkan sebelumnya untuk menghindari kekeliruan, eror atau hal-hal lain yang tidak diinginkan.

Kandang/tempat bertelur secara umum terdiri dari ruang emergence (ruang preservasi kokon benih), ruang perkawinan, ruang bertelur, ruang bersuhu rendah dan ruang preservasi telur ulat sutra. Pada farm produksi telur komersial di mana ulat sutra tetua dipelihara sendiri, ruang-ruang tersebut dapat juga digunakan sebagai ruang pemeliharaan/pembesaran atau ruang penyimpanan mulbery. Tetapi ruang untuk pemeliharaan dan bertelurnya ulat sutra tetua harus digunakan secara eksklusif untuk tujuan tersebut.

Ruangan pemunculan, perkawinan, bertelur dan preservasi telur ulat sutra harus dilengkapi dengan peralatan AC untuk mengatur suhu, kelembaban dan ventilasi. Ruangan harus terang dan gelap secara seragam pada siang dan malam hari; cahaya yang terlalu kuat dan terang harus dihindari. Untuk ruang perkawinan dan bertelur dipreferensikan atmosfere yang tenang. Ruang bertelur harus mempunyai pencahayaan yang mudah dikontrol dan harus dilengkapi dengan fasilitas ventilasi.

Pada prinsipnya, suhu ruang dingin dipertahankan pada 10ºC. Insulasi thermal harus dicek dan dites sebelumnya.

Kain katun berperforasi untuk menutupi kokon, nampan bambu untuk perkawinan, papan dan frame bambu untuk bertelur harus dibersihkan dan

17

Page 18: Ultra diktat 2

disterilkan sebelum digunakan. Semua peralatan yang dipergunakan harus disiapkan dalam hubungannya dengan kecepatan pemunculan harian yang tertinggi, atau sekitar 50-60 persen kecepatan bertelur keseluruhan batch. Peralatan lain adalah lembar draft, kotak kupu betina, kotak/tempat kupu jantan, dan stand berkawat untuk menaruh kartu telur ulat sutra.

5.3. Teknik Bertelur

Eclosion atau pemunculan : Selama preservasi kokon benih, pupa berkembang dan metamorfosis secara gradual hingga akhirnya muncul sebagai kupu ulat sutra. Pada saat mendekati pemunculannya, kupu di dalam kokon mengeluarkan cairan yang melarutkan sericin dan melembabkan serta melembutkan filamen sutra kulit kokon. Kemudian mendorong kulit kokon dengan kepalanya, kupu-kupu keluar dari kokon. Rambut sisik pada permukaan tubuh kupu-kupu yang baru muncul adalah lembab, badannya fleksibel, sayapnya kecil dan menggulung. Kupu-kupu tampak tak bergerak. Segera setelah itu, rambut bersisik secara gradual mengering, cairan tubuh memasuki vena-vena sayap, dan sayap mulai terpisah. Kupu-kupu terus mengepakkan sayapnya dan merangkak dalam keadaan sangat aktif sambil mencari kupu betina untuk dikawini.

Sesaat sebelum kemunculannya, pupa sesekali menggerakkan badannya dengan suara perlahan. Apabila metamorfosis sudah selesai, badan kupu dan kulit pupa secara gradual saling memisahkan diri. Pupa kehilangan kecerahannya dan menjadi gelap kecoklatan dengan tiada kerutan elastis pada permukaan tubuhnya. Sebelum kemunculannya, badan pupa adalah ringkih dan lembut terhadap sentuhan. Keadaaan ini adalah karakteristik utama tahap perkembangan ini.

Ras univoltin mempunyai periode pupal yang lebih lama dari pada bivoltin, dan multivoltin mempunyai periode pupal terpendek. Berkaitan dengan kondisi lingkungan preservasi, di dalam kisaran suhu optimum, makin tinggi suhu maka akan makin cepat dan seragam pemunculan. Dengan makin rendahnya suhu maka eclosion akan makin lambat dan iregular/tidak teratur. Tetapi suhu yang terlalu tinggi akan menyebabkan perpanjangan periode pupal. Pada kondisi lingkungan optimum, durasi pupal ras univoltin China adalah 14 hari, univoltin Jepang adalah 17 hari. Ras bivoltin China memerlukan 12 hari, ras bivoltin Jepang mendekati 14 hari. Namun demikian ras multivoltin China dari propinsi Guangdong hanya membutuhkan sekitar 10 hari.

Pada kondisi preservasi normal, pengenaan cahaya dimulai pada saat matahari terbit sekitar jam 04.00, dan pemunculan pada dasarnya berhenti pada jam 8.00 di hari yang sama untuk ras bivoltin dan jam 6.30 untuk multivoltin.

Pemunculan berlangsung lebih lama pada ras multivoltin; urutan durasi berikutnya adalah ras bivoltin, dan ras multivoltin adalah yang terpendek. Jumlah kupu yang muncul perharinya juga tidak seragam, tetapi mempunyai pola tertentu. Pengetahuan yang baik tentang pola pemunculan adalah sangat penting untuk membuat proyeksi produksi telur. Tehnisi produksi telur harus memperhatikan pola ini.

Untuk memudahkan pemilihan kupu dan mencegah urin kupu mengkontaminasi badannya, maka sebaiknya digunakan selembar kain katun untuk menutupi kokon sebelum pemunculannya. Dalam rangka membuat

18

Page 19: Ultra diktat 2

perencanaan yang sesuai untuk bertelur harian, maka disarankan untuk menginduksi pemunculan yang seragam. Dengan alasan ini, pengenaan cahaya harus dimulai pada jam 4.00, dan pekerja harus secara khusus ditugaskan untuk mengeluarkan jantan secepatnya. Oleh karena itu, pekerja harus mengeluarkan dengan segera kupu jantan yang bercampur dengan kupu betina secepatnya dikarenakan kesalahan diskriminasi jenis kelamin. Apabila dideteksi terjadi kopulasi, maka kupu betina yang kopulasi harus dibuang.

Pengoleksian kupu : Setelah cahaya dinyalakan dan photosensitivitas telah dimulai untuk dua hingga tiga jam dan rambut sisik kupu yang muncul menjadi kering dan sayap-sayap terbentang penuh, maka pengoleksian kupu dimulai. Kupu jantan menjadi sangat aktif, mengepakkan sayapnya dan merangkak berkeliling, dan inilah yang dikoleksi pertama kali dan ditempeli dengan label yang mengindikasikan nama ras, jumlah batch dan tanggal. Kupu-kupu jantan tersebut disimpan sementara pada tempat yang dingin dan gelap untuk menghambat aktivitasnya dan mengurangi konsumsi enerjinya. Kemudian dilakukan pengoleksian kupu betina dan disebarkan merata pada nampan, dengan menyisakan sedikit ruang di antaranya untuk distribusi kupu jantan untuk kawin.

Bila kupu jantan mencium bau kelenjar alluring kupu betina, maka kupu jantan menjadi sangat terangsang dan sangat aktif. Hal ini tidak hanya menyebabkan kupu jantan membuang banyak enerji, tetapi juga membuat mereka jatuh dari nampan ke lantai, yang akan menimbulkan kesulitan dalam pekerjan pemilihan. Oleh karena itu, sebelum pemunculan kupu, kedua jenis kelamin kokon ulat sutra harus disimpan dalam ruang terpisah. Selanjutnya, tempat untuk menyimpan kupu betina dan nampan untuk menaruh kupu betina harus tetap.

Pada kondisi normal, pekerjaan mengoleksi kupu secara umum berlangsung dari jam 6.00 hingga jam 7.00.

Seleksi kupu : Seleksi kupu adalah penting untuk memperbaiki kualitas telur ulat sutra. Pada setiap tahapan proses produksi telur, kupu yang defektif/cacat harus dieliminasi. Sebelum kupu kawin, diperlukan penyortiran dan mengeliminasi kupu betina yang cacat. Karakteristik morfologis kupu cacat adalah sebagai berikut :

1. Segmen badan terlalu panjang, badan kompak, badan bulky atau kerdil dibandingkan dengan kupu normal.

2. Bentuk badan abnormal, gelap atau berbintik hitam pada segmen ventral dan sayap.

3. Sayap abnormal atau kurang berkembang.

4. Rambut sisik berjatuhan, inert.

5. Inaktif, tidak mampu kopulasi

Di dalam batch kokon, sejumlah kecil kupu yang muncul terlalu awal atau terlalu lambat harus dieliminasi dan tidak dimasukkan untuk deposisi telur.

Kopulasi: Dengan berakhirnya pekerjaan mengoleksi kupu, maka persiapan untuk perkawinan seharusnya dimulai pada jam 8.00. Pertama,

19

Page 20: Ultra diktat 2

kupu betina didistribusikan merata pada nampan dan kupu jantan dilepaskan di antara mereka sehingga terjadi perkawinan alami. Jumlah jantan harus 20 persen lebih banyak dari pada betina. Setelah sekitar 10 atau 20 menit, berpasangan dimulai secara alami. Kupu yang tidak mendapat pasangan dikeluarkan dan dikumpulkan pada nampan terpisah. Kupu berpasangan yang dalam proses kopulasi harus disusun merata dengan ruang memadai di antaranya untuk menghindari interupsi dan decoupling/tidak berpasangan.

Harus diberikan waktu yang cukup untuk kopulasi. Jika terlalu singkat, bertelur akan lambat, telur yang dihasilkan lebih sedikit, dan lebih banyak yang tidak difertilisasi. Sebaliknya, jika waktu kopulasi terlalu lama, decoupling akan menyebabkan ovulasi dini dan kerugian. Berkaitan dengan durasi kopulasi, dari sisi fertilisasi, dua jam adalah memadai. Pada produksi prakteknya, biasanya berlangsung empat hingga lima jam. Selain itu, durasi perkawinan sedikit bervariasi dengan perbedaan suhu ruang oviposisi, ras ulat sutra, dan jumlah perkawinan yang dapat dilakukan oleh kupu jantan. Perkawinan sedikit lebih singkat pada suhu tinggi. Tetapi untuk ras ulat sutra yang mempunyai banyak telur tidak fertil atau kupu jantan untuk kawin lagi, waktunya harus sedikit diperpanjang. Yang terbaik adalah jantan kawin satu kali sehari. Jika perkawinan kupu jantan yang kedua diinginkan pada hari yang sama, durasi perkawinan yang pertama harus dikurangi hingga tiga jam dan yang kedua ditingkatkan hingga lima jam. Pada deposisi telur massa, biasanya penggunaan kupu jantan diduplikasi. Jika perkawinan diulang pada hari yang sama, kupu jantan harus ditempatkan pada ruang dingin untuk beristirahat selama setengah jam di antara perkawinan pertama dan kedua.

Suhu selama perkawinan seharusnya di atur pada 24-25ºC untuk ulat sutra bivoltin, pada 27-28ºC untuk multivoltin. Kelembaban relatif pada kedua macam ras tadi harus dipertahankan pada 75-85 persen. Pada suhu tinggi sekitar 30ºC dan kondisi kering, kupu-kupu nampaknya akan decouple. Selanjutnya, ruang perkawinan harus tenang, pencahayaan seragam, bebas dari draft, dan terkena sinar matahari langsung. Bila perkawinan dalam kemajuan pekerja yang ditugasi harus melakukan inspeksi keliling. Apabila ditemukan kupu decoupling, maka harus diatur di tempat lain dan dilakukan perkawinan yang baru.

Decoupling dan penyebaran kupu : Jika waktu yang disediakan untuk perkawinan berakhir, maka harus dimulai decoupling. Untuk mendecouple pasangan kawin, maka harus hati-hati untuk tidak terlalu keras dalam memisahkan kupu-kupu tersebut karena organ reproduksinya bisa rusak. Setelah decoupling, kupu induk harus digoyang untuk mempercepat urinasi. Kupu induk yang tidak berurinasi atau urinasinya belum tuntas bukan hanya oviposisinya terlambat, tetapi juga akan mengkontaminasi telur-telurnya bila urinasinya pada saat oviposisi.

Disarankan untuk mengkoleksi kupu betina decouple pada selembar kain lunak persegi dengan panjang sisi 50 cm, atau pada selembar kain melingkar dengan diameter 50 cm. Mereka harus disebarkan secara merata sehingga tidak bergerombol. Kemudian dengan menggunakan dua tangan, lembaran kain dengan kupu di dalamnya diangkat perlahan dan digoyangkan perlahan-lahan agar urinasinya tuntas. Bila tidak demikian kupu-kupu akan terlambat dalam bertelur dan urin akan mengotori kraft dan mengkontaminasi telur.

20

Page 21: Ultra diktat 2

Metode penyebaran kupu berbeda sangat dengan metode bertelur yang digunakan. Pada metode bentuk lepas, jumlah kupu betina yang disebarkan berkorelasi dengan luasan kain ovulasi atau kraft. Kupu-kupu harus disebarkan secara merata dan dibiarkan oviposisi tanpa memperdulikan bagaimana telur-telur diletakkan atau dilekatkan. Tetapi sebaliknya, untuk deposisi telur kartu datar, keseragaman dalam oviposisi dan pelekatan adalah diharapkan. Kerapihan dan penampilan yang baik adalah aspek lain yang disukai. Untuk alasan ini, jumlah kupu betina yang disebarkan pada setiap lembar adalah konsisten, untuk ketepatan dan kemudahan, berat total adalah lebih umum digunakan dari pada jumlah.

Oviposisi dan inspeksi keliling : Keragaman kondisi oviposisi kupu ulat sutra erat hubungannya dengan perbedaan ras, waktu perkawinan, suhu selama oviposisi dan kekuatan cahaya. Bila dibandingkan kecepatan oviposisi ras yang berbeda, ras China adalah yang tercepat (secara umum, oviposisi berakhir pada jam 21.00-22.00 hari yang sama), ras Jepang kedua, ras Eropa agak lambat. Telur awal pada semua strain adalah lebih besar dari pada telur akhir. Juga, bertelur akan lebih cepat bila perkawinan berlangsung lebih lama dan akan lebih lambat bila waktu perkawinan pendek.

Oviposisi dapat dipercepat jika suhu ruang oviposisi tinggi dan akan diperlambat bila suhu rendah. Suhu juga mempengaruhi kualitas telur ulat sutra.

Pada 24ºC, lebih sedikit telur infertil yang dihasilkan, dan pada 26ºC dan 30ºC terjadi hal yang sebaliknya. Hal ini jelas terlihat pada strain Jepang.

Berkenaan dengan kecepatan oviposisi, di luar yang ditentukan adalah sedikit lebih cepat pada 26,5ºC dan 30ºC dan akan melambat empat jam kemudian. Delapan jam kemudian, kecepatan bertelur melebihi 95 persen. Biasanya kecepatan oviposisi mencapai sekitar 95 persen delapan jam seteleh decoupling.

Sekitar dua jam setelah oviposisi, inti telur menyatu dengan bahan yang ada dalam sel sperma untuk membentuk zygot, dan fertilisasi terjadi. Selanjutnya, zygot mengalami divisi sel. Pada tahapan inilah telur ulat sutra mempunyai resistensi terendah terhadap lingkungan yang buruk. Jika suhu meningkat hingga 30ºC atau lebih, nampaknya akan dihasilkan telur infertil atau telur mati.

Ruang bertelur harus dipertahankan kelembaban optimumnya 75 persen. Lebih jauh, chamber gelap adalah lebih baik untuk oviposisi cepat, sedangkan chamber terang mempunyai efek sebaliknya. Pintu dan jendela chambers harus dibayangi dengan kelambu hitam. Cahaya merah lebih disukai untuk inspeksi keliling. Inspeksi keliling sebaiknya dilakukan sekali tiap dua jam, khususnya pada jam 16.00-17.00 saat mana oviposisi paling gencar.

Manajemen penyimpanan dan perkawinan ulang kupu jantan : Pada pengamatan pola pemunculan, diketahui bahwa pemunculan jantan dan betina tidak seimbang. Pada ras komersial umum, pemunculan pada tahap awal menghasilkan lebih banyak jantan dari pada betina dan sebaliknya pada pemunculan akhir (terkecuali pada beberapa ras langka). Oleh karena itu

21

Page 22: Ultra diktat 2

jantan ekstra pada tahap awal harus disimpan dalam jumlah memadai untuk digunakan bila jantan yang ada tidak cukup untuk dipasangkan. Juga, biasanya ada penyimpanan jantan setelah perkawinan pertamanya dengan tujuan mengawinkannya kembali jika diperlukan.

Manajamen penyimpanan kupu jantan : Adalah penting untuk mempertahankan kebugaran kupu jantan selama penyimpanan. Secara umum, kupu jantan dapat disimpan pada suhu renda 5-7,5ºC untuk selama empat atau lima hari, tetapi penyimpanan lebih lama lagi akan menyebabkan kemampuan kawin berkurang dan jumlah telur tidak terfertilisasi meningkat. Kupu jantan jangan ditumpuk dalam kotak penyimpanan, tetapi diletakkan dalam satu barisan. Untuk menghindari kerancuan, kupu jantan diindeks menurut nama ras, nomor serial batch, tanggal pemunculan dan jumlah perkawinan.

Perkawinan ulang kupu jantan : Perkawinan ulang kupu jantan adalah umum dilakukan dalam produksi. Berdasarkan investigasi kemampuan kawin, seekor kupu jantan mampu mengawini delapan betina pada kondisi utilisasi dan preservasi optimum. Tetapi dengan meningkatnya jumlah perkawinan, maka jumlah telur tidak terfertilisasi juga meningkat. Hal ini terlihat nyata bila kupu jantan telah kawin tiga atau empat kali. Oleh karena itu perlu untuk menghindari lebih dari tiga perkawinan dalam produksi.

Penyimpanan dingin kupu betina : Pembekuan kupu betina selama produksi harus dihindari sedapat mungkin. Berdasarkan percobaan, fungsi oviposisi akan terhambat total pada 2,5ºC. Bahkan bila suhu dinaikkan hingga sekitar 5ºC, masih terdapat bahaya oviposisi selama pembekuan. Oleh karena itu, penyimpanan dingin pada 5ºC adalah mendekati optimum. Tetapi hal ini terbatas hingga tiga hari saja, dan telur tidak terfertilisasi dihasilkan setelah hari ke empat. Pembekuan kupu betina seharusnya dilakukan segera setelah pemunculan ketika badannya menjadi kering dan segar dan sayap-sayapnya berkembang penuh, bila tidak maka oviposisi akan terjadi selama pembekuan. Kemungkinan untuk menghasilkan telur selama pembekuan berhubungan dengan perbedaan karakteristik ras, ras ulat sutra China adalah yang paling besar peluangnya, ras Jepang yang berikutnya dan ras Eropa yang paling kecil.

Pengoleksian kupu dan preservasi kupu indukan : Sebagian besar telur ulat sutra dihasilkan pada malam yang sama sebelum jam 22.00, tetapi proses tersebut akan berlanjut hingga tengah malam, ketika oviposisi berhenti dan kupu harus dikumpulkan. Namun demikian, karena telur diharapkan menetas pada waktu yang berbeda, pengoleksian kupu dapat diproses atau ditunda oleh karenanya. Jika telur ulat sutra digunakan untuk perlakuan penetasan buatan, kupu indukan harus dikoleksi pada jam 21.00-22.00 pada malam yang sama. Namun demikian, jika telur ulat sutra dimaksudkan untuk telur hibernasi, tidak ada salahnya untuk menunda pengoleksian kupu hingga pagi berikutnya. Namun demikian, harus diingat bahwa makin akhir telur dihasilkan maka makin banyak telur tidak terfertilisasi yang dihasilkan.

Selama pengoleksian kupu untuk produksi telur hibrid F1, 10 persen kupu indukan dikeluarkan dan disimpan dalam kotak, yang mengindikasikan ras, tanggal, batch dan nomor serial.

22

Page 23: Ultra diktat 2

Setelah pengoleksian kupu selesai, kotak diikat menurut ras, tanggal, nomor batch dan nomor serial dan disimpan di tempat kering dan ventilasinya baik. Hati-hati untuk tidak menumpuk kotak, untuk menghindari pelepasan panas dan rusak oleh jamur. Pengeringan dilakukan setelah kupu mati secara alami untuk memungkinkan spora pebrin berkembang biak maksimum; hal ini membutuhkan inspeksi mikroskopis. Suhu untuk pengeringan kupu indukan harus dipertahankan pada 60-65ºC untuk empat hingga lima jam. Jika suhu meningkat hingga 90ºC, spora pebrin akan nampak kehilangan bentuk dan mempengaruhi inspeksi mikroskopis. Kupu perlu terjaga dengan baik dari serangan serangga, tikus atau jamur.

Pemanenan telur ulat sutra : Pemanenan telur ulat sutra dilakukan setelah pengoleksian kupu. Kupu harus dikoleksi secara sistematis berdasarkan konformasinya terhadap ras, nomor batch dan nomor serial. Kartu telur diselipkan ke dalam frame berkawat atau digantung pada kawat dengan tanpa tumpukan untuk menghindari gangguan suara fisiologis telur. Untuk telur-telur yang dimaksudkan untuk penetasan buatan, persiapan baik untuk perlakuan asam atau untuk penyimpanan harus dipersiapkan sebelumnya. Telur yang ditransportasikan harus diselipkan ke dalam frame berkawat dan ditransportasikan pada waktu menjelang fajar atau setelah matahari terbenam.

23

Page 24: Ultra diktat 2

BAB VI.

PEMERIKSAAN UNTUK PENCEGAHAN PENYAKIT PEBRINE

6.1. Pentingnya Pemeriksaan untuk Pencegahan Penyakit Pebrine

Penyakit Pebrine pada ulat sutra disebabkan oleh spora parasitik Nosema bombycis family Nosematidae dan ditransmisikan melalui oral atau infeksi maternal ke anak. Penyakit ini menyebabkan kerusakan yang sangat besar pada industri sutra. Epidemik pebrine hampir menyapu bersih sericulture di Perancis dan negara lainnya. Hanya setelah Louis Pasteur, seorang ilmuwan Perancis, menemukan jalur infeksi pebrine dan menciptakan metode pemeriksaan kupu induk untuk tanda-tanda pebrine, maka penyakit ini dapat dikontrol.

Yang disebut telur bebas-penyakit adalah telur ulat sutra yang tidak membawa spora Nosema bombycis . Untuk tujuan pengamanan telur bebas-penyakit dan menghindari kerugian pada produksi, ukuran-ukuran untuk mengecek kualitas breeding telur dan multiplikasi telah dilakukan di banyak negara serikultur. Inspeksi prediktif untuk pebrine dan standard kualifikasi untuk pemeriksaan kupu induk diuraikan dalam Bab ini. Sebagai contoh, di Cina Timur standart untuk laju pebrine yang diijinkan di keseluruhan lot telur tetua adalah di bawah 0,1 persen dan untuk hybrid F1 di bawah 0,2 persen.

6.2. Metode Pemeriksaan Penyakit Febrine

Pemeriksaan suplementer : Pemeriksaan suplementer biasanya dilakukan untuk memastikan bahwa ulat sutra tetua, ulat sutra grandparent, dan ulat sutra yang baru diintroduksikan adalah bebas dari pebrine. Kadang-kadang, biasanya digunakan untuk mengoreksi kesalahan pada pemeriksaan kupu induk terhadap penyakit pebrine. Prosesnya adalah sebagai berikut :

Papankartu dipersiapkan untuk dilekati material tes (sekitar separuh ukuran kartu telur). 20-50 telur defektif dikeluarkan dari setiap batch telur sebelum inkubasi. Telur-telur tersebut dilekatkan ke papankartu untuk pemeriksaan suplementer, mengidentifikasi jumlah tercatat, dan dibiarkan kelaparan hingga mati secara alami pada kondisi lingkungan 30ºC yang diperlakukan pada inkubasi sebelumnya. Setelah menetas, larva yang baru menetas dan kelembaban 85 persen. Larva yang sudah mati ditumbuk bersama-sama dengan kulit telurnya (terus menyimpan catatan nomor korespondingnya) dan kemudian dilakukan pemeriksaan mikroskopis. Jika ditemukan batch telur berpenyakit, maka batch tersebut harus dibakar.

Pemeriksaan ulat lambat-moulting pada instar yang berbeda : Pada pemeliharaan ulat sutra tetua, maka harus diperhatikan untuk memeriksa ulat sutra pada instar yang berbeda. Ulat yang lambat moulting dan ulat kurang pertumbuhannya harus ditaruh pada kantong yang berbeda menurut batches telur yang berbeda, nomor batch yang tercatat dan kemudian disimpan di regulator panas. Setelah penyimpanan pada 29-30º C dan kelembaban 90-95 persen selama dua hari, larva harus diperiksa di bawah mikroskop.

24

Page 25: Ultra diktat 2

Jika spora pebrin terdeteksi maka batch pemeliharaan harus dibuang. Karena ukuran tubuh larva yang sedang tumbuh adalah besar maka akan lebih mudah memeriksa kanal alimentarinya. Jika spora pebrin terdeteksi pada instar ke lima ulat sutra tersebut dapat digunakan untuk pemeriksaan kokon yang dipelihara menurut derajat infeksinya. Namun demikian ulat sutra tersebut harus dipisahkan dan didisinfeksi dengan seksama.

Akselerasi pemunculan kupu untuk pemeriksaan : Pathogen penyakit pebrin pada ulat sutra mudah diperiksa pada periode kupu karena sudah berkembang penuh menjadi spora. Hasilnya selalu memuaskan. Prosesnya adalah sebagai berikut :

Seratus larva dewasa dini dipilih dari batches yang berbeda ditempatkan pada tempat terpisah untuk memutar kokon dan disimpan pada 30ºC dan kelembaban 80-85 persen agar mengakselerasi pupasinya. Kupu yang muncul dini kemudian diperiksa di bawah mikroskop. Jika persentase infeksi pebrin lebih tinggi dari yang diijinkan maka keseluruhan lot kokon benih dikeringkan dan dimusnahkan. Namun demikian kokon masih dapat dijual.

Pemeriksaan kupu indukan : Pemeriksaan kupu indukan adalah ukuran tehnis penting untuk pencegahan transmisi penyakit pebrin dari tubuh kupu induk kepada anaknya. Untuk memastikan kualitas pemeriksaan persiapan yang teliti harus dilakukan sebagaimana berikut ini.

Pengaturan pengotakan kupu indukan : Semua kupu indukan harus dikotakan menurut nomor serialnya dan jumlah kartu telur. Lima hingga sepuluh persen hybrid F1 diambil sebagai sampel dan dikotakan menurut jumlah kartu telur. Kupu yang bertelur terakhir disebut kupu lambat; kupu-kupu tersebut semuanya harus dikotakkan.

Pengaturan pemeriksaan mikroskopis kupu indukan : Untuk strain asli ras resmi dan ras grandparent setiap kupu indukan harus diperiksa dua kali oleh dua orang. Untuk kupu indukan tetua 20 persen dari setiap batch harus diperiksa dua kali oleh dua orang pada awalnya. Bila spora pebrin tidak ditemukan maka kupu sisanya dapat diperiksa oleh hanya satu orang. Untuk hybrid F1 separuh kotak kupu dapat diperiksa lebih dulu. Jika pebrin tidak ditemukan maka sisanya dapat dibiarkan tanpa pemeriksaan. Jika spora pebrin ditemukan maka sisanya harus dicek dengan teliti. Jika kecepatan infeksi melebihi dari yang diijinkan maka keseluruhan lot telur ulat sutra harus dibakar.

Organisasi tenaga kerja : Personal dibagi menjadi dua grup grup pertama untuk manajemen inspeksi dan lainnya untuk pemeriksaan mikroskopis.

25

Page 26: Ultra diktat 2

Tugas khusus untuk grup manajemen adalah : sampling distribusi regisrasi material untuk pemeriksaan mikroskopis dan pengisian dan pengecekan formulir pemeriksaan. Jumlah orang yang dilibatkan untuk grup ini ditentukan menurut beban kerjanya.

Pada grup pemeriksaan mikroskopis lima hingga tujuh orang diperlukan untuk melakukan pemeriksaan awal dan satu orang untuk pemeriksaan ulang, empat hingga lima orang untuk penggerusan kupu dan pencelupan cairan kupu pada slide, dua orang untuk mencuci slide, pestle (lumpang) dan mortar.

Proses pemeriksaan

Pengambilan kupu dari kotak : Hal ini dilakukan menurut nomor serial kotak. Label yang ditandai dengan nomor lot kupu dilepaskan dan ditaruh di ujung mortar; kotak kemudian dibuka dengan menggunakan forcep kupu diletakkan dalam mortar.

Penggerusan kupu : Pada saat penggerusan kupu 1 ml larutan KOH 2 persen dituangkan kepada setiap kupu. Satu lumpang dipakai untuk satu kupu. Kupu digerus hingga halus dan menjadi pecahan.

Pencelupan cairan kupu ke dalam slide : Pada setiap penyangga slide diberi label dan slide-slide tersebut disusun dalam penyangga. Cairan kupu diteteskan pada slide menurut nomor yang sesuai. Sementara menetaskan lumpang harus menyentuh cairan di bawah. Ukuran optimum tetesan adalah diameter 0,6-0,7 cm. Cairan tersebut mempunyai kepadatan sedang dan tidak mengandung bahan asing lain. Setelah diteteskan maka kemudian ditutup dengan cover slip dan disampaikan kepada pemeriksa pertama.

Jika spora pebrin atau dugaan lain ditemukan pada pemeriksaan pertama, maka kemudian disampaikan kepada pemeriksa kedua. Jika spora pebrin ditemukan, maka slide harus digabung dengan cairan bebas pebrin dan kemudian disampaikan kepada pemeriksa kedua.

Pemeriksaan mikroskopis : Pada pemeriksaan pertama digunakan mikroskop dengan pembesaran 600-800. Tiga-lima pengamatan mikroskop dilakukan untuk setiap sampel dan hasil pemeriksaan dicatat pada form pemeriksaan. Jika spora pebrin terdeteksi, maka slide harus dicelupkan dalam larutan disinfektan.

Dalam pemeriksaan ulang, pemeriksa harus mengecek semua sampel dan kemudian mencampurnya. Satu atau dua sampel diteteskan pada slide dan lebih dari lima pengamatan mikroskop harus dilakukan untuk setiap sampel. Jika spora pebrin terdeteksi, maka pemeriksa pertama harus diinformasikan. Dia harus menetaskan cairan setiap kupu ke slide dan diperiksa ulang setiap slide secara individual. Jika spora tidak ditemukan, maka slide harus dicuci.

Pencucian : Lumpang, mortar, slide dan cover slide harus dicuci terpisah dalam air bersih. Peralatan yang terkontaminasi dengan kupu berpenyakit harus dicelupkan dalam asam hidrokhlorida kuat, didisinfeksi selama 15 menit dan kemudian dicuci dalam air bersih.

26

Page 27: Ultra diktat 2

Memperkuat laboratorium : Pada setiap akhir hari kerja, kotak kupu yang tersisa dan kotak yang telah diperiksa harus dicek dan form catatan harian dilengkapi. Semua kotak yang dikeluarkan harus dibakar dan semua peralatan didisinfeksi dengan seksama dan disusun berurutan.

Menghitung persentase penyakit pebrin : Setelah pemeriksaan mikroskopis setiap lot telur ulat sutra, persentase kupu berpenyakit dihitung sebagaimana berikut ini :

Jumlah kupu terinfeksi

Persentase penyakit kupu (%) = -------------------------------- X 100

Jumlah kupu diperiksa

27

Page 28: Ultra diktat 2

BAB VII

PENYIMPANAN TELUR ULAT SUTERA

7.1. Pentingnya Penyimpanan Telur Ulat Sutera

Penyimpanan menunjuk pada manajemen dan proteksi telur selama periode dari bertelur hingga menetasnya telur-telur hibernasi. Tidak hanya waktu yang lama dari bertelur hingga menetas, tetapi juga telur hibernasi yang dihasilkan pada musim semi harus melalui musim panas dan musim dingin. Meskipun telur hibernasi sebagian besar berada pada diapause, tetapi aktivitas fisiologisnya seperti respirasi dan metabolisme adalah masih berlangsung. Perubahan kondisi eksternal berpengaruh langsung pada proses dediapausing telur. Kondisi penyimpanan yang baik harus dipertahankan menurut kebutuhan fisiologis dan pertumbuhan telur ulat sutra, dan pemeliharaan khusus harus dilakukan oleh orang yang bertanggung jawab. Jika penyimpanan tidak dilakukan sebagaimana seharusnya, akan lebih banyak telur yang mati, penetasan tidak seragam, larva generasi berikutnya akan menjadi lemah dan produksi serikultural akan terpengaruh, atau dalam kasus yang ekstrim, kehilangan nilai keselurahannya.

Musim panas biasanya berlangsung lama di daerah tropis dan sub-tropis, sedangkan kelembaban dan suhu keduanya adalah tinggi. Tetapi pada musim dingin, periode suhu rendah adalah pendek, dan kondisi alam tidak memadai untuk membangunkan telur hibernasi dari diapause. Oleh karena itu perlu penanganan khusus untuk menyimpan telur di daerah ini. Pengetahuan yang luas tentang tahap-tahap perkembangan embryo menjadi penting untuk kontrol penyimpanan.

7.2. Pertumbuhan Embrio

Pembelahan nukleus zygote : Spermatozoa menembus ovum untuk membentuk pronukleus jantan, kemudian melebur dengan pronukleus betina untuk membentuk zygot, sehingga fertilisasi tuntas. Nukleus zygot kemudian mengalami pembelahan sel, terbagi menjadi dua nuklei cleavage. Kedua nuklei cleavage terus membelah dan menghasilkan banyak nuklei anakan ( disebut energid cleavage). Tersebar pada bagian kuning telur, nuklei-nuklei tersebut secara bertahap berpindah ke periferi telur.

Pembentukan blastoderm : Energid cleavage di periferi telur mengelompok di bawah periplasma dan membentuk lapisan sel dengan ketebalan yang seragam. Lapisan sel ini disebut blastoderm.

Pembentukan pita germ dan serosa : Bila blastoderm telah terbentuk, lapisan sel blastoderm pada sisi mikropyle memadat dan secara bertahap menebal. Lapisan sel yang menebal ini disebut pita germ. Namun demikian, lapisan sel pada sisi berlawanan dari mikropyle berekspansi dan menjadi tipis secara bertahap, sehingga membentuk membran tipis yang disebut serosa.

28

Page 29: Ultra diktat 2

Pembentukan amnion : Setelah pita germ terbentuk, periferinya tenggelam ke dalam telur. Serosa yang bersambung dengan periferi pita germ menaik dan nampak melipat-lipat. Lipatan ini, yang disebut dengan lipatan amniotik merentang sepanjang sisi germ dan akhirnya melebur satu sama lain. Tepi-tepi lipatan menghilang dan menjadi dua lapisan membran yang terpisah. Membran luar, serosa, melekat dekat permukaan membran vitellin yang lebih rendah. Membran dalam adalah amnion yang menutupi sisi ventral pita germ. Di antara amnion dan pita germ terdapat ruang kosong yang disebut rongga amniotik; yang diisi dengan cairan untuk melindungi pita germ. Setelah memisahkan diri dari serosa, pita germ tumbuh menjadi embryo independen. Embryo berhubungan dengan amnion dan terus tumbuh di dalam kuning telur.

Tahapan prinsip pertumbuhan embrionik : Pertumbuhan embrionik dapat dibagi menjadi 15 tahap, yang diketahui penting untuk penyimpanan telur ulat sutra, penyimpanan dingin, penetesan buatan dan inkubasi, dan juga untuk kontrol voltinisme (Gambar 7-1).

7.3. Metode Penyimpanan Telur Ulat Sutera

Penyimpanan telur yang dihasilkan di musim semi hingga musim semi berikutnya : Telur-telur ini dihasilkan di musim semi dan disimpan untuk ….. musim semi berikutnya. Pada daerah sub tropis, produksi telur dilakukan pada awal atau pertengahan April, dan telur-telur tersebut harus disimpan untuk pertengahan atau akhir Februari tahun berikutnya. Penyimpanan berlangsung selama sepuluh bulan. Hal ini sulit tercapai, namun demikian karena pada daerah sub tropis kondisi suhu rendah dibutuhkan untuk membangunkan embryo dari diapause adalah kurang atau tidak memadai. Namun demikian, pengetahuan dan tehnologi modern memungkinkan untuk mengontrol kondisi lingkungan secara buatan.

Penyimpanan telur tahap awal (sekitar sepuluh hari setelah ditelurkan): Setelah ditelurkan, nuklei jantan dan betina melebur untuk membentuk zygot, yang pada gilirannya mulai membelah dan secara bertahap tumbuh menjadi embryo. Dalam waktu seminggu, embryo memasuki tahap diapause. Telur berwarna kuning muda saat ditelurkan, secara bertahap berubah menjadi coklat kemerah-merahan setelah satu setengah hingga dua hari, dan warna terus bertambah gelap. Pada hari ke lima, telur mencapai warna akhir. Selama periode ini, respirasi adalah kuat sebagai akibat pertumbuhan telur yang cepat. Untuk menghindari agar bau tidak kontak dengan telur, kartu telur harus digantung pada ruang yang ventilasinya baik, bersih pada suhu konstan 24ºC dan kelembaban relatif 75 persen. Suhu tinggi dan kelembaban tinggi harus dihindari, karena hal itu tidak hanya akan menghambat aktivitas fisiologis telur tetapi juga mengakibatkan telur abnormal.

Penyimpanan pada musim panas ( summer ) : Suhu tinggi di musim panas, yang mana telur-telur yang dihasilkan di musim semi (spring) untuk dipelihara pada musim semi berikutnya harus melaluinya, adalah syarat untuk menstabilkan diapause telur hibernasi. Namun demikian, suhu harus cukup tinggi agar aestivasi terjadi; pengalaman menunjukkan bahwa 25ºC adalah

29

Page 30: Ultra diktat 2

yang paling aman. Suhu di atas 30ºC adalah sangat mengganggu aktivitas fisiologis telur dan makin lama telur dikenai suhu tinggi, maka telur-telur tersebut akan makin menderita. Suhu di bawah 25ºC akan mengganggu diapause telur, dan membuat telur hibernasi tidak tahan terhadap penyimpanan dingin, dan akan mengganggu keseragaman pertumbuhan embrionik.

Sebagaimana (?) durasi penyimpanan, tidak ada hambatan diapause yang terjadi jika telur disimpan pada suhu 25ºC selama 90 hari. Makin lama penyimpanan, maka makin dalam derajat diapause. Diapause ini akan dipecah lebih lambat dan telur akan bertahan dengan penyimpanan dingin lebih lama. Jika penyimpanan berlangsung lebih lama dari 90 hari, maka waktu telur dapat bertahan di penyimpanan dingin akan lebih pendek, dan telur-telur yang menetas akan kurang memuaskan. Untuk amannya produksi, disarankan untuk menyimpan telur tidak lebih dari 60 hari pada 25ºC di musim panas.

Periode penyimpanan untuk ras univoltin, Jepang, dan ras Eropa dapat sedikit lebih lama, tetapi untuk ras bivoltin dan ras Cina, maka harus sedikit lebih pendek.

Kelembaban optimum untuk penyimpanan musim panas adalah 75-80 persen. Jika udara terlalu kering, maka air telur akan banyak hilang dan aktivitas fisiologisnya akan terpengaruh. Jika terlalu basah, jamur akan segera tumbuh pada telur. Lebih lanjut, udara harus segar di dalam ruangan penyimpanan. Ventilasi yang teratur diperlukan menurut kondisi cuaca.

Pada daerah tropis dan sub-tropis, kebutuhan tersebut dapat dipenuhi hanya jika ruang penyimpanan telur ulat sutra dilengkapi dengan air conditioned.

Penyimpanan di musim gugur (autumn) : Telur hibernasi yang dihasilkan di musim semi (spring), setelah melalui penyimpanan musim panas pada suhu tinggi, maka harus disimpan pada suhu yang lebih rendah untuk memenuhi kebutuhan fisiologis pertumbuhan telur. Kisaran optimum adalah 22 –20ºC, dengan suhu yang lebih tinggi pada periode awal dan lebih rendah pada periode akhir. Kelembaban relatif harus sekitar 80 persen. Dengan kondisi lingkungan demikian, penyimpanan dapat berlangsung selama dua hingga tiga bulan. Pada beberapa daerah, ketika cuaca di musim gugur adalah kering, maka perlu untuk meningkatkan kelembaban. Namun demikian harus hati-hati untuk memberi ventilasi pada ruangan untuk mencegah telur menjadi berjamur.

Penyimpanan di musim dingin (winter) : Subyek ini akan berkaitan dengan penyimpanan dingin telur hibernasi.

Penyimpanan telur musim gugur hingga musim semi berikutnya : Telur ulat sutra yang dihasilkan di musim gugur untuk pemeliharaan di musim semi berikutnya disebut “telur dihasilkan di musim gugur dan ditetaskan pada musim semi berikutnya”. Karena penyimpanan berlangsung lebih singkat, maka zat nutrisi dalam telur lebih sedikit terkonsumsi dan mudah untuk mempertahankan kualitas telur. Untuk produksi telur hibernasi di daerah tropis dan sub-tropis khususnya, yang terbaik adalah diproduksi di musim gugur (autumn). Kecuali bila benar-benar diperlukan, disarankan untuk tidak memproduksi telur pada musim semi untuk pemeliharaan di musim semi berikutnya.

30

Page 31: Ultra diktat 2

Penyimpanan telur musim gugur untuk musim semi berikutnya adalah sama dengan telur musim semi untuk musim semi berikutnya pada tahap awal (sekitar sepuluh hari setelah ditelurkan).

Aestivasi buatan untuk telur hibernasi diproduksi di musim gugur. Di beberapa daerah, setelah produksi telur di musim gugur, suhu natural adalah relatif rendah. Jika suhu ruangan di bawah 20ºC, telur akan berada pada derajat diapause yang rendah, embryo akan bangun terlalu cepat dan telur akan tidak tahan penyimpanan dingin. Oleh karena itu perlu dilakukan aestivasi buatan. Hal ini untuk menyimpan telur yang dihasilkan di musim gugur pada suhu 25ºC dan kelembaban relatif 80 persen untuk sekitar sepuluh hari jika telur mencapai warna inherennya. Ventilasi teratur diperlukan, dan posisi telur harus diubah dari waktu ke waktu untuk memastikan keseragaman sensitivitas-suhu.

Di beberapa daerah, setelah produksi telur di musim gugur, jika suhu natural tetap tinggi, harus berhati-hati untuk melindungi telur dengan menurunkan suhu 24-25ºC, hindari suhu lebih tinggi dari 27ºC dan mempertahankan kelembaban relatif 80 persen. Bila tidak, telur mati putih akan banyak terjadi.

Berapa lama telur musim gugur dapat disimpan pada suhu tinggi ? Hal ini tergantung pada kapan telur tersebut digunakan di musim semi berikutnya. Jika telur tersebut dikeluarkan lebih awal untuk inkubasi, maka suhu direndahkan lebih dini, dan telur dipindahkan ke penyimpanan dingin lebih awal. Jika telur dikeluarkan lambat, maka suhu direndahkan sedikit lebih lambat, dan telur dipindahkan ke penyimpanan dingin lebih lambat.

Hal ini disebabkan sekali telur ulat sutra memasuki diapause, telur-telur tersebut harus disimpan pada suhu rendah selama 120 hari untuk memecah/memutus diapause. Ini adalah karakteristik konservatif telur hibernasi yang terbentuk dalam hal (?) pertumbuhan sistematik.

Oleh karena itu, sambil mempertimbangkan waktu penyimpanan telur musim gugur untuk suhu tinggi, adalah perlu mempertimbangkan waktu yang diperlukan untuk diapause telur dan kapan telur akan digunakan pada tahun yang akan datang. Misalnya, jika telur dipersiapkan di awal Oktober dan digunakan di awal Maret tahun berikutnya, maka waktu untuk penyimpan suhu tinggi dapat ditentukan sebagaimana berikut ini :

Waktu dari produksi telur hingga inkubasi adalah lima bulan (Oktober hingga Maret). Waktu untuk penyimpanan suhu rendah hingga memutus diapause adalah empat bulan. Oleh karena itu, masih ada satu bulan dari ditelurkan untuk memindahkan telur ke dalam penyimpanan dingin. Selama bulan tersebut, telur dapat diperlakukan sebagaimana berikut :

• Penyimpanan pada 25ºC selama 20 hari setelah ditelurkan.

• Suhu diturunkan secara bertahap pada sepuluh hari berikutnya.

• Untuk lima hari pertama disimpan pada 20ºC dan 15ºC untuk lima hari berikutnya.

• Setelah penyimpanan dengan cara ini selama sebulan, kemudian telur disimpan dalam penyimpanan dingin untuk hibernasi.

31

Page 32: Ultra diktat 2

Pencucian telur ulat sutra dan disinfeksi permukaan telur : Untuk membersihkan dari rambut yang mengotori, urin dan mikro-organisme pathogenik yang melekat pada permukaan telur ulat sutra, telur harus dicuci dan didisinfeksi. Prosedur ini dapat dilakukan dua minggu setelah oviposisi atau segera sebelum memindahkan telur kedalam cold storage. Metode praktis adalah dengan mencelupkan telur ulat sutra dalam larutan formaldehid 2,5 persen pada suhu ruangan normal selama 40 menit, memutar kartu telur ke atas dan ke bawah sekali selama pencelupan. Setelah disinfeksi, telur ditransfer ke dalam air bersih. Selama pencucian, sikat lebar yang berisi sederet sikat pen Cina digunakan untuk menyikat permukaan kartu telur satu per satu. Pekerjaan tersebut harus selesai dalam waktu satu jam, dan kartu telur harus di gantung secara individual agar mengering.

7.4. Cold Storage Telur Ulat Sutra Hibernasi

Tujuan pembekuan telur ulat sutra hibernasi : Telur ulat sutra hibernasi harus mengalami (?) suhu rendah sebelum mulai untuk berkembang dan tumbuh. Ini adalah karakter genetis yang terbentuk selama perkembangan sistematik. Di daerah temperate, suhu musim dingin natural adalah cukup rendah untuk memutus diapause telur hibernasi. Jika musim dingin berubah menjadi musim semi, perubahan suhu adalah sangat besar dan perkembangan embrionik telur ulat sutra dediapause adalah tidak seragam. Beberapa telur bahkan menetas terlalu dini sedangkan pohon mulberi masih belum produksi. Agar dapat mengatur tanggal yang akurat untuk inkubasi dan koleksi larva yang baru menetas sebagaimana direncanakan, telur harus ditransfer ke dalam cold storage pada musim dingin akhir untuk penyimpanan. Telur dapat dikeluarkan dari cold storage untuk inkubasi sesuai rencana. Di daerah sub-tropis dan khususnya daerah tropis, adalah perlu untuk mentransfer telur ulat sutra ke dalam cold storage lebih dini untuk menstimulasi hibernasi untuk tujuan membangunkan embryo dari diapause.

Oleh karena itu dapat dilihat bahwa cold storage telur ulat sutra pada tahap awal berfungsi memutus diapause, dan pada tahap akhir, berperan menghambat perkembangan embryonik telur ulat sutra. Tujuan cold storage telur ulat sutra adalah untuk menghindari perkembangan embryo yang tidak seragam dan telur menetas terlalu dini dan untuk mengontrol tanggal pencucian larva yang baru menetas.

Embryo telur hibernasi dan suhu optimum cold storage : Waktu yang diperlukan untuk menyelesaikan dediapause embryo untuk berkembang dari tahap A ke tahap C2 bervariasi, tergantung pada ras dan musim deposisi telur. Ras bivoltin Cina dan Jepang secara komparatif berkembang lebih cepat; univoltin Cina dan Jepang kedua dan univoltin Eropa adalah paling lambat.

Embryo dari tahap A ke tahap C2 mempunyai resistensi kuat terhadap suhu dingin. Ternyata, makin muda embryo maka makin kuat ketahanannya terhadap suhu dingin. Suhu optimum untuk cold storage embryo pada tahap yang berbeda setelah hibernasi adalah sebagai berikut :

Embryo A –2,5ºC; embryo B1-C1 0ºC; embryo C2 0-2,5ºC. Setelah tahap C2, resistensi terhadap suhu rendah menurun dengan tajam. Hingga

32

Page 33: Ultra diktat 2

saat ini, suhu yang diadopsi untuk cold storage telur hibernasi adalah : embryo 0-2,5ºC; embryo C1-C2 2,5ºC.

Metode pembekuan telur ulat sutra : Terdapat dua metode pembekuan telur ulat sutra hibernasi: cold-storage satu langkah dan cold strorage dua langkah.

Cold-storage satu langkah ( single step ) : Ini adalah metode yang umum digunakan, dapat bervariasi menurut kondisi klimat di daerah yang berbeda-beda. Di daerah temperate suhu natural di musim dingin adalah sesuai dengan kebutuhan fisiologis telur ulat sutra untuk hibernasi. Oleh karena itu, telur ulat sutra dapat disimpan dalam suhu ruang. Kemudian, dipertengahan atau akhir Januari, dari periode C1 sebelum tahap embryo terpanjang (C2), telur ulat sutra harus dipindahkan ke dan disimpan dalam cold storage pada suhu 2,5ºC hingga pertengahan April. Tanggal untuk melepaskan telur dari cold storage untuk inkubasi akan tergantung pada kondisi pemotongan (leaf shooting) daun pohon mulberi.

Di daerah tropis dan sub-tropis, bukan hanya suhu di musim dingin terlalu panas untuk memutus diapause, tetapi inkubasi dimulai awal di musim semi. Oleh karena itu, cold storage harus dimulai pada tanggal lebih awal. Telur harus disimpan pada 2,5ºC selama 120 hari. Apabila penyimpanan berlangsung kurang dari 120 hari tetapi tidak lebih dari 100 hari, maka telur dapat dikeluarkan dari cold storage dan diberi perlakuan asam, dan penetasan yang baik masih dapat dicapai. Jika pembekuan melebihi 120 hari tetapi kurang dari 150 hari, tidak ada efek nyata pada daya tetas telur ulat sutra. Tetapi jika periode cold storage diperpanjang lagi maka daya tetas secara berangsur akan menurun.

Cold storage dua-langkah : Kadang-kadang telur ulat sutra harus mengalami periode cold storage yang agak lebih lama, yang mana membutuhkan prosedur cold storage dua-langkah. Hal ini berarti bahwa telur ulat sutra melalui cold storage dua kali dalam dua tahap pertumbuhan embryonik yang berbeda, dan cold storage dapat diperpanjang. Metode cold storage dua-langkah adalah sebagai berikut :

Langkah pertama adalah pengiriman telur ke cold storage pada tahap embryo A. Suhu cold storage di daerah temperate adalah 2,5ºC, di daerah tropis dan sub-tropis 5ºC. Batasan waktu untuk cold storage adalah 90-100 hari.

Langkah kedua adalah pengeluaran telur ulat sutra dari cold storage jika sudah mencapai batas waktu untuk tahap pertama dan penyimpanan selanjutnya selama lima hari pada suhu 15ºC dan kelembaban relatif 85 persen. Pertumbuhan ulat sutra harus dipantau melalui diseksi (dissecting). Bila telur ulat sutra telah mencapai tahap pertumbuhan embryonik C1-C2, maka telur tersebut harus dikembalikan ke cold storage; suhu yang dibutuhkan adalah 2,5ºC. Meskipun batasan untuk tahap kedua bisa mencapai 100 hari, adalah lebih aman untuk tidak melebihi 80 hari.

33

Page 34: Ultra diktat 2

7.5. Instalasi Cold Storage

Struktur cold storage : Terdapat dua tipe cold storage: pendinginan langsung dan pendinginan tak langsung. Pada pendinginan langsung, pipa refrigeran meregang ke dalam cold storage dan mendinginkan udara di situ secara langsung. Pada pendinginan tak langsung, larutan garam didinginkan pertama oleh refrigeran, dan kemudian larutan garam yang sudah direfrigeran dialirkan lewat pipa ke dalam cold storage untuk mendinginkan udara di dalamnya. Larutan garam tersebut dapat berupa sodium khlorida atau kalsium khlorida dengan konsentrasi 20 persen. Titik beku larutan sodium khlorida adalah –17ºC dan untuk larutan kalsium khlorida adalah –23ºC. Pendinginan tak langsung lebih aman untuk telur ulat sutra.

Bagian dalam cold storage, dinding, atap rata, lantai dan pintu harus mempunyai lapisan material insulasi dengan ketebalan sekitar 15 cm. Lapisan insulasi ruang penyimpanan utama mempunyai ketebalan sekitar 10 cm. Di antara bermacam-macam material insulasi, maka papan cork adalah yang dianjurkan, dan ketebalannya harus ditingkatkan jika sawdust atau kulit gabah digunakan lebih dulu. Bagian luar material insulasi harus ditutup dengan aspal dan kawat dan diplester/ ditutup dengan semen setebal kurang lebih 2 cm. Strip karet di lubang /celah pintu untuk mencegah udara dingin keluar.

Peralatan utama cold storage termasuk kompresor, motor, mesin diesel, menara kondensasi, tabung larutan garam dan pompa, silinder amonia cair dan peralatan kontrol otomatis.

Konstruksi instalasi cold storage mempunyai bagian-bagian sebagai berikut : ruang cold storage telur, ruang vestibule, ruang suhu-rendah, ruang penyusunan kartu dan ruang mesin.

7.6. Bahan-bahan Yang Berbahaya Bagi Telur Ulat Sutera

Terdapat beberapa bahan yang membahayakan telur ulat sutra. Yang harus diatasi terutama dalam penanganan dan penyimpanan telur ulat sutra adalah : tembakau, bahan-bahan kimia pertanian, minyak, air raksa, pasta, bahan asam dan basa, dan bau tajam.

Lebih jauh lagi, terdapat musuh-musuh alami seperti tikus liar, hama serangga dan jamur, dan kontak dengan makhluk tersebut harus dicegah.

34

Page 35: Ultra diktat 2

BAB VIII

PENETASAN BUATAN TELUR ULAT SUTERA

Pada kondisi normal, telur ulat sutra hibernasi akan tetap diapause hingga setahun setelah ditelurkan dan tidak akan menetas berapapun suhunya. Hanya setelah melewati musim dingin dan terkena suhu rendah untuk waktu yang cukup maka telur tersebut dapat tumbuh dan menetas pada musim semi yang hangat berikutnya. Oleh karena itu produksi sutra akan terbatas pada beberapa derajat. Pada awal abad ke sembilan belas, China dan beberapa negara Eropa telah ahli dalam seni penetasan buatan telur ulat sutra. Dapat dikatakan bahwa mereka berhasil memutus diapause telur ulat sutra hibernasi dengan menerapkan stimulan fisik atau kimiawi buatan pada tahap tertentu pertumbuhan embryonik, sehingga telur dapat menetas dalam tahun tersebut. Hal ini dapat diulangi beberapa kali dalam setahun.

8.1. Metode Penetasan Buatan

Metode penetasan buatan dapat dibagi menjadi dua grup utama, fisik dan kimiawi.

Metode fisik :

• pengakhiran musim dingin buatan• perlakuan air-hangat• stimulasi dengan friksi• stimulasi dengan suhu tinggi• stimulasi dengan suhu rendah• stimulasi dengan tekanan atmosfir tinggi• pengenaan (ekspos) ke sinar matahari• induksi listrik

Metode kimiawi :

• perlakuan asam hidrokhlorida (perlakuan asam umum dan perlakuan asam setelah cold storage

• perlakuan asam nitrat• perlakuan asam sulfurida• perlakuan regia aqua• perlakuan larutan sodium khlorida

Metode penetasan buatan harus mempunyai/menjadi :

• kecepatan penetasan tinggi• kecepatan penetasan seragam• peralatan sederhana/simpel• manipulasi mudah• efisiensi kerja tinggi• tenaga kerja dan biaya yang ekonomis

35

Page 36: Ultra diktat 2

8.2. Asam HCl Digunakan Pada Penetasan Buatan

Asam hidrokhlorida murni akan aman, tetapi cukup mahal. Asam hidrokhlorida hasil industri digunakan dalam penetasan buatan, tetapi harus diuji dulu sebelum digunakan. Larutan asam hidrokhlorida murni jenuh mengandung 42,09 persen hidrogen khlorida pada suhu 15ºC; gravitas spesifiknya adalah 1,212; tidak berwarna dan transparan, mudah larut dalam air, menguap dengan cepat menjadi ‘kabut’ putih tebal jika kontak dengan udara; merupakan stimulan yang kuat dan bersifat korosif. Asam hidrokhlorida hasil industri mengandung hidrogen khlorida 30 persen; gravitas spesifiknya 1,160 dan berwarna coklat muda atau kuning. Asam hidrokhlorida mempunyai aktivitas disinfeksi yang kuat. Oleh karena itu perlakuan asam mempunyai efek tambahan disinfeksi permukaan telur. Dengan asam yang dipanaskan, spora muskardin telur ulat sutra dapat mati dalam waktu tiga detik.

Gravitas spesifik asam hidrokhlorida adalah berasio langsung dengan konsentrasinya. Makin besar gravitas spesifiknya, makin tinggi konsentrasinya (Tabel 8-1). Gravitas spesifik asam hidrokhlorida bervariasi dengan suhu larutan asam. Makin tinggi suhu larutan asam, maka makin ringan gravitas spesifiknya. Di atas 15ºC, bila suhu meningkat atau menurun 1ºC, koefisien gravitas spesifik asam khlorida bervariasi sebagai berikut :

Kisaran gravitas spesifik Variasi koefisien gravitas spesifik

____________________ ___________________________

1,065-1,075 0,0003

1,080-1,100 0,0004

1,105-1,120 0,0005

Pendekatan gravitas spesifik asam hidrokhlorida dapat diperkirakan sebagai perubahan suhu oleh variabel koefisien gravitas spesifik asam hidrokhlorida. Misalnya, pada suhu 24ºC, gravitas spesifik asam hidrokhlorida adalah 1,075. Bila suhu meningkat ke 46ºC, gravitas spesifiknya adalah :

1,075 - (46-24) x 0,0003 = 1,0684

Contoh lain : pada suhu 47,8ºC, gravitas spesifik asam hidrokhlorida adalah 1,092. Bila suhu menurun hingga 24ºC, maka gravitas spesifiknya adalah:

1,092 + (47,8-24) x 0,0004 = 1,1015

36

Page 37: Ultra diktat 2

Pengenceran asam hidrokhlorida : Terdapat dua metode pengenceran larutan asam hidrokhlorida asli menjadi konsentrasi obyektif untuk perlakuan asam telur ulat sutra.

(1) Pengenceran berdasarkan gravitas spesifik:

Jumlah larutan asal dalam = A – 1

bulk asam terlarut (%) ------------ x 100

B –1

Perkalian air yang ditambahkan = (B – 1) – (A – 1)

------------------------------ x 100

A – 1

A = gravitas spesifik obyektifB = gravitas spesifik larutan asal

(2) Pengenceran berdasarkan konsentrasi

Perkalian air yang ditambahkan = a (%) – b (%)

----------------------

b (%)

a = konsentrasi larutan awalb = konsentrasi obyektif

8.3. Penetasan Buatan Dengan Perlakuan Asam Umum

Penetasan buatan dengan perlakuan asam umum membutuhkan stimulan asam hidrokhlorida segera setelah telur dihasilkan, dan sebelum muncul karakter hibernasi. Hal ini akan memblok tendensi hibernasi dan kemampuan embryo melanjutkan pertumbuhan hingga menetas dari pada memasuki diapause. Terdapat dua metode yang mungkin: perlakuan asam dipanaskan dan perlakuan asam pada suhu ruang.

Perlakuan asam dipanaskan

Waktu yang tepat untuk perlakuan asam : Adalah sangat penting untuk melakukan perlakuan asam pada waktu yang tepat. Waktu terbaik adalah antara fusi lipatan amnion dan pembentukan embryo independen.

37

Page 38: Ultra diktat 2

Umumnya hal ini terjadi 16-30 jam setelah telur dikeluarkan. Namun demikian jika suhu penyimpanan setelah telur dihasilkan adalah tinggi, maka perlakuan asam harus dilakukan sedikit lebih awal, dan sedikit lebih lambat jika suhu penyimpanan rendah.

Waktu dihitung dari tahap oviposisi paling banyak yaitu jika induk kupu meletakkan 50-60 persen telurnya.

Jika suhu penyimpanan setelah telur dihasilkan adalah antara 27-30ºC, tidak ada efek yang membahayakan pertumbuhan telur. Suhu penyimpanan di atas 30ºC adalah berbahaya untuk telur ulat sutra.

Konsentrasi asam khlorida : Iritasi asam khlorida terhadap telur ulat sutra disebabkan oleh aksi integrasi tiga faktor : konsentrasi asam khlorida (HCl), suhu, dan durasi perlakuan, yang mana konsentrasi HCl adalah yang paling penting. Penetasan buatan akan kurang berhasil dengan konsentrasi asam rendah, tetapi konsentrasi yang tinggi akan merusak telur. Konsentrasi HCl yang sekarang diterapkan pada perlakuan asam adalah 15 persen dengan spesifik gravitas 1,075.

Suhu larutan HCl : Pengalaman membuktikan bahwa kisaran efektif suhu larutan HCl adalah 45-47ºC (113-116ºF). Yang optimum adalah 46ºC (115ºF).

Durasi perlakuan : Dengan kondisi yang digambarkan seperti di atas, maka diperlukan lima menit untuk perlakuan asam. Hal ini sedikit bervariasi dengan ras yang berbeda. Untuk telur bivoltin China, lima menit adalah memadai, sedangkan bivoltin Jepang perlu lima setengah menit.

Perlakuan asam pada suhu normal atau ruang : Pada metode ini asam tidak dipanaskan lebih dahulu.

Waktu optimum untuk perlakuan asam : Waktu optimum bagi telur ulat sutra untuk mendapatkan perlakuan asam adalah 15-20 jam setelah telur diletakkan dan disimpan pada suhu 24ºC.

Konsentrasi asam hidrokhlorida : Untuk perlakuan asam pada suhu normal, konsentrasi yang optimum adalah 21-22 persen (gravitas spesifik 1,108-1,110) secara komparatif aman

Durasi perlakuan : Lama waktu yang diperlukan untuk perlakuan asam sangat bervariasi dengan suhu ruang (larutan). Variasi kecil juga terjadi pada kasus perlakuan dini atau lambat. Tabel 8-3 mengindikasikan kisaran durasi perlakuan asam pada suhu yang berbeda dengan konsentrasi asam 21 persen (gravitas spesifik 1,108).

8.4. Penetasan Buatan Dengan Perlakuan Asam Setelah Penyimpanan Dingin

Pada metode ini, telur hibernasi sebelumnya mengalami penyimpanan dingin, kemudian diberi perlakuan asam. Prosedur aktualnya adalah sebagai berikut.

Waktu tepat penyimpanan dingin : Telur ulat sutra disimpan pada suhu optimum setelah diletakkan, 45-50 jam setelah telur mulai berubah warna dari kuning muda menjadi merah kecoklatan. Ini adalah waktu yang tepat untuk penyimpanan dingin. Dalam term pertumbuhan embrionik, ini

38

Page 39: Ultra diktat 2

adalah tahapan ketika embryo menjadi berbeda dengan pembesaran lobus protocephalik, peluasan lobus caudal dan pembentukan mesoderm.

Suhu penyimpanan dingin dan batas waktu : Suhu optimum untuk penyimpanan dingin adalah 5ºC. Durasi optimum untuk telur bivoltin adalah 50-60 hari. Jika perlakuan asam diberikan lebih cepat secara paksa, penetasan akan menjadi tidak seragam dan kecepatan penetasan akan rendah.

Interval yang sesuai untuk perlakuan asam setelah penyimpanan dingin : Bila akan menyimpan telur untuk perlakuan asam setelah penyimpanan dingin, maka suhu dalam penyimpanan dingin harus konstan. Pada saat memasuki atau meninggalkan penyimpanan dingin, telur harus melampau vestibule ( kira-kira 16ºC) selama dua jam. Perlakuan asam tidak boleh segera dimulai setelah penyimpanan dingin, tetapi hanya setelah telur-telur tersebut disimpan pada suhu ruang selama satu setengah hingga dua jam.

Standar untuk perlakuan asam setelah penyimpanan dingin : Biasanya, derajat stimulasi asam bagi telur untuk perlakuan asam setelah penyimpanan dingin adalah lebih kuat dari pada telur yang mendapatkan perlakuan asam umum.

Standar yang diadopsi dalam produksi adalah :

Konsentrasi HCl : 19 persen (gravitas spesifik 1,092)Suhu larutan HCl : 47,8ºC (118ºF)Durasi perlakuan HCl : ras China , 5-5,5 menit ras Jepang, 6 menit

Suspensi penyimpanan dingin sebelum perlakuan asam : Kadang-kadang perubahan rencana diperlukan bahwa telur yang dimaksudkan untuk perlakuan asam dikeluarkan dari penyimpanan dingin dan menjadi suatu suspensi (berubah menjadi telur hibernasi). Ras ulat sutra mempunyai karakter hibernasi stabil dan derajat diapause yang dalam, mempunyai periode aman yang lebih panjang untuk suspensi penyimpanan dingin. Tidak ada hal penting yang terjadi jika suspensi berlangsung dalam periode 20 hari setelah telur disimpan. Tetapi ras-ras dengan karakter hibernasi agak tidak stabil, dan derajat diapause rendah, batasnya adalah 12 hari dalam penyimpanan. Kesimpulannya, makin awal suspensi berlangsun maka akan makin baik. Apabila hal itu terjadi setelah periode aman maka fenomena penetasan kontinyu akan muncul.

8.5. Manipulasi Perlakuan Asam

Pencegahan telur ulat sutra dari jatuh : Adalah mudah bagi telur ulat sutra yang diproduksi dengan metode kartu datar dan metode Pasteur berjatuhan selama perlakuan asam. Karena formaldehida mempunyai sifat koagulasi bahan gummy pada permukaan telur ulat sutra, maka larutan formalin direkomendasikan untuk mencegah jatuhnya telur selama perlakuan asam. Terdapat dua metode :

(1) Penambahan formalin ke larutan asam hidrokhlorida : Sejumlah formalin yang ekuivalen dengan 2 persen bulk obyektif yang diencerkan larutan asam hidrokhlorida ditambahkan kedalam larutan HCl. Larutan

39

Page 40: Ultra diktat 2

asam dipanaskan dan perlakuan asam dilanjutkan. Karena formalin mudah menguap, maka formalin sebaiknya ditambahkan selama proses aplikasi.

Penyemprotan formalin pada telur ulat sutra : Larutan pengenceran formalin 1,5-2 persen disemprotkan pada permukaan telur secara merata, dan dibiarkan mengering sebelum perlakuan asam. Metode ini lebih efektif pada pencegahan telur dari jatuh selama perlakuan asam pada suhu normal.

Perlakuan asam : Adalah penting untuk mengamati secara ketat semua kriteri yang tertera pada perlakuan asam. Selama perlakuan asam, telur ulat sutra diharapkan menerima perlakuan panas yang seragam untuk mencapai produksi yang stabil. Telur harus diperlakukan asam sesuai dengan urutan setelah dikeluarkan dari penyimpanan dingin.

Sebelum meletakkan telur ulat sutra ke dalam larutan asam, suhu larutan asam harus diatur 0,3-0,5ºC lebih tinggi dari pada suhu kriteria. Setelah mencelupkan penyangga kartu telur ke dalam asam, maka harus sedikit dinaik-turunkan untuk menghilangkan gelembung udara. Penyangga kartu telur harus dipindahkan dalam wadah/kontainer asam sehingga telur dipanaskan secara seragam.

Uji tiga suhu untuk larutan asam harus dibuat selama perlakuan asam dan hasilnya dicatat. Uji yang pertama dibuat satu menit setelah pencelupan, dan kemudian setiap dua menit setelah itu. Jika suhu asam lebih rendah dari pada suhu kriteria, maka memperpanjang waktu perlakuan adalah lebih baik untuk meningkatkan suhu asam. Misalnya, untuk setiap 0,5ºC per menit suhu larutan asam naik atau turun. Berkenaan dengan suhu obyektif, perlakuan diperpendek atau diperpanjang masing-masing dengan lima detik.

Lima detik sebelum mencapai suhu kriteria perlakuan asam, penyangga kartu telur dipindahkan dari kontainer asam dan kemudian dilakukan deasidisasi. Konsumsi larutan asam hidrokhlorida diencerkan adalah 25 cc untuk setiap kartu telur dan untuk formalin adalah 1 kg untuk setiap 1000 kartu telur. Asam hidrokhlorida dapat digunakan berulang kali dan untuk menjamin efek stimulasi asam hidrokhlorida, maka konsentrasi harus disesuaikan.

Deasidisasi dan pengeringan : Deasidisasi berarti flushing secara hati-hati telur-telur setelah perlakuan asam, dalam basin atau air yang mengalir atau sungai yang mengalir, selama kurang dari satu jam, hingga asam benar-benar telah tercuci. Kebutuhan untuk deasidisasi adalah kecepatan dan kebersihan. Juga, adalah penting bahwa telur harus dicegah agar tidak jatuh. Meskipun tidak ada efek merusah terhadap fisiologi telur ulat sutra yang dideteksi, waktu terpendek untuk pencucian adalah direkomendasikan. Kertas litmus biru digunakan untuk menentukan apakah telur telah deasidisasi lengkap atau tidak.

Setelah dideasidisasi secara seksama, telur kemudian di dewater dalam mesin sentrifugal dewatering pada kecepatan 250 rpm selama dua menit. Kemudian, kartu telur harus digantung dalam ruangan berventilasi baik. Kartu telur harus kering udara dalam 10 jam.

40

Page 41: Ultra diktat 2

8.6. Penetasan Dengan Perlakuan Air Hangat

Untuk telur diapause dari ulat sutra multivoltin, penetasan buatan dapat dilengkapi dengan pencelupan air-hangat. Metode ini berasal dari propinsi Guangdong.

Kapan memberikan perlakuan : Perlakuan harus dilaksanakan pagi hari, pada sekitar jam 5.00-7.00, pada hari setelah telur diletakkan. Jika cuaca hangat (27ºC ke atas), maka pekerjaan harus dilakukan lebih awal, dan lebih lambat bila suhu secara komparatif rendah (di bawah 24ºC).

Kriteria untuk perlakuan air hangat : Suhu air adalah faktor penting dalam penetasan telur ulat sutra. Suhu air rendah adalah kurang efektif, tetapi suhu tinggi dapat membunuh telur. Suhu standar untuk penetasan air hangat tergantung pada suhu penyimpanan setelah oviposisi. Pada tahun 1911, seorang serikulturis, Lu Chung Ming, mengusulkan formula untuk perlakuan air hangat :

A = B + C

-------

2

A = suhu air hangat (ºF)B = 180ºF = titik didih (212ºF) – titik beku (32ºF)C = Rataan suhu penyimpanan setelah oviposisi (ºF)

Dalam Celcius akan menjadi :

A = suhu air hangat (ºC)B = (180-32) x 5/9 (ºC)C = rataan suhu penyimpanan setelah oviposisi (ºC)

Dari formula ini, kita akan sampai pada kalkulasi berikut :

______________________________________________________________

Rataan suhu preservasi setelah oviposisi Suhu air

______________________________________________________________

75ºF 127,5ºF (53,1ºC)80ºF 130,1ºF (54,5ºC)85ºF 132,5ºF (55,8ºC)___________________________________________________________

___

Durasi pencelupan : Durasi standar untuk pencelupan air adalah lima detik. Namun demikian, bila suhu air turun, pencelupan dapat diperpanjang. Aturannya adalah : untuk setiap reduksi 1ºF suhu air, pencelupan diperpanjang satu detik, pada kondisi reduksi suhu air tidak melebihi suhu obyektif dengan 2ºF. Karena pencelupan sangat singkat (lima detik), maka pekerjaan harus dilakukan dengan sangat teliti.

41

Page 42: Ultra diktat 2

Disinfeksi permukaan telur : Setelah perlakuan air hangat, kartu telur harus digantung hingga tidak ada lagi air yang menetes. Setelah itu dimulai disinfeksi permukaan telur. Sebelumnya disiapkan larutan formalin 2,5 persen, dan kartu telur dicelupkan ke dalam disinfektan selama sekitar 30 menit.

Pembilasan dan pengeringan : Setelah disinfeksi, telur ulat sutra harus dicuci dalam air yang mengalir selama 20 menit, agar bersih dari bahan-bahan kimia. Kemudian telur-telur ditempatkan dalam mesin sentrifugal dewatering dan digantung hingga kering. Jika kelembaban tinggi, maka digunakan kipas listrik untuk mempercepat pengeringan. Jika kartu telur tidak dapat kering pada waktunya, maka aspek fisiologis akan sangat terpengaruh dan penetasan akan tidak seragam.

42