Ulkus DM
-
Upload
nur-faiqoh -
Category
Documents
-
view
16 -
download
2
description
Transcript of Ulkus DM
REFLEKSI KASUS
ULKUS DM
Disusun Guna Memenuhi Sebagian Syarat
Mengikuti Ujian Kepaniteraan Klinik RSUD Salatiga
Disusun oleh:
Syahrul Qamar (20090310126)
Dokter pembimbing:
Dr. Puguh, Sp. B
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA
RSUD SALATIGA
2015
Pengalaman
Identitas pasien
Nama : Ny. N Pendidikan : SMP
Usia : 49 tahun Alamat : Tuntang Semarang
Pekerjaan : Wiraswasta
Keluhan utama
Luka pada jempol kaki kanan
Riwayat penyakit sekarang
Pasien adalah konsulan dari bagian penyakit dalam dengan ulkus DM. Pasien adalah
penderita DM sejak 3 tahun terakhir. Jarang mengontrolkan penyakitnya, dikontrol hanya bila
ada keluhan. Pasien mengalami luka pada kakinya sejak beberapa bulan terakhir, awalnya luka
kecil akibat tertusuk beling, sudah dirawat di mantri dan puskesmas tapi tidak sembuh-sembuh.
Luka dirasakan nyeri, susah jalan, pada kedua kaki terasa gringgingan. Pasien juga
mengeluhkan mual.
Riwayat merokok (-),
Pemeriksaan fisik
KU : CM baik TD : 150/90 mmHg Suhu : 36.5°C
Nadi : 85x/menit Napas : 20x/menit
Kepala, dada, thorax, dan ekstremitas dalam batas normal
Status lokalis
Inspeksi
Tampak ulkus dengan batas tegas, dengan ukurang sekitar 3x3 cm, dasar putih,
di jempol kaki. Keseluruhan kaki tampak keriput dan kering.
Palpasi
Nyeri (+) dan keluar eksudat dan darah saat ditekan.
Pemeriksaan penunjang
GDS saat masuk 450 mg/dl
GDS terakhir 220 mg/dl
Lain-lain dalam batas normal
Diagnosis
DM tipe II
Ulkus DM
Hipertensi grade II
Terapi
Infus RL 20 tpm
Injeksi ondansetron 3 x 4 mg
Metformin 3 x 500 mg
Glibenclamide 1 x 2.5 mg
Amlodipin 1 x 5 mg
Masalah yang dikaji
Bagaimana cara mencegah terjadinya ulkus DM? Bagaimana cara mengetahui apakah
penderita DM sudah mengalami gangguan pada pembuluh darah kakinya, sehingga dapat
diketahui seberapa besar kemungkinan akan terkena ulkus DM?
Pembahasan
Definisi
Ulkus diabetikum adalah salah satu komplikasi diabetes mellitus yang berupa kematian
jaringan akibat kekurangan aliran darah. Biasanya dibagian ujung kaki.
Patogenesis
Sistem Saraf
Neuropati diabetikum melibatkan baik saraf perifer maupun sistem saraf pusat. Dahulu
perubahan neurologis ini dianggap sebagai efek sekunder karena perubahan vasa nervosum.
Sampai akhirnya Thomas dan Lascelles menemukan bahwa jarang sekali terjadi perubahan pada
sistem vaskuler lokal yang mendarahi saraf. Penelitian terbaru menunjukkan bahwa neuropati
perifer pada pasien DM disebabkan karena abnormalitas metabolisme intrinsik sel Schwan yang
melibatkan lebih dari satu enzim. Nilai ambang proteksi kaki ditentukan oleh normal tidaknya
fungsi saraf sensoris kaki. Pada keadaan normal, rangsang nyeri yang diterima kaki cepat
mendapat respon dengan cara merubah posisi kaki untuk mencegah terjadinya kerusakan yang
lebih besar.
Pada penderita DM, adanya neuropati diabetikum akan menyebabkan seorang penderita
DM kurang atau tidak merasakan adanya trauma, baik mekanik, kemis, maupun termis, keadaan
ini memudahkan terjadinya lesi atau ulserasi yang kemudian masuknya mikroorganisme
menyebabkan infeksi terjadilah selulitis atau gangren. Perubahan yang terjadi yang mudah
ditunjukkan pada pemeriksaan rutin adalah penurunan sensasi (rasa raba, panas, dingin, nyeri),
nyeri radikuler, hilangnya refleks tendon, hilangnya rasa vibrasi dan posisi, anhidrosis,
pembentukan kalus pada daerah tekanan, perubahan bentuk kaki karena atrofi otot, perubahan
tulang dan sendi.
Sistem Vaskuler
Iskemia merupakan penyebab berkembangnya gangren pada pasien DM. Dua kategori
kelainan vaskuler, yaitu:
1. Makroangiopati
Makroangiopati yang berupa oklusi pembuluh darah ukuran sedang maupun besar
menyebabkan iskemia dan gangren. Dengan adanya DM, proses aterosklerosis berlangsung
cepat dan lebih berat dengan keterlibatan pembuluh darah multiple. Sembilan puluh persen
pasien mengalami tiga atau lebih oklusi pembuluh darah dengan oklusi yang segmental
serta lebih panjang dibanding non DM. Aterosklerosis biasanya proksimal namun sering
berhubungan dengan oklusi arteri distal bawah lutut, terutama arteri tibialis anterior dan
posterior, peronealis, metatarsalis, serta arteri digitalis.
Faktor yang menerangkan terjadinya akselerasi aterogenesis meliputi kelainan
metabolisme lipoprotein, hipertensi, merokok, faktor genetik dan ras, serta meningkatnya
trombosit.
2. Mikroangiopati
Mikroangiopati berupa penebalan membrana basalis arteri kecil, arteriola, kapiler dan
venula. Kondisi ini merupakan akibat hiperglikemia menyebabkan reaksi enzimatik dan
nonenzimatik glukosa kedalam membrana basalis. Penebalan membrana basalis
menyebabkan penyempitan lumen pembuluh darah.
Sistem Imun
Status hiperglikemi dapat mengganggu berbagai fungsi netrofil dan monosit
(makrofag) meliputi proses kemotaksis, perlekatan (adherence), fagositosis dan proses-
bunuh mikroorganisme intraseluler (intracelluler killing). Semua proses ini terutama
penting untuk membatasi invasi bakteri piogenik dan bakteri lainnya. Empat tahapan
tersebut diawali dengan kemotaksis, kemudian fagositosis, dan mulailah proses intra seluler
untuk membunuh kuman tersebut oleh radikal bebas oksigen (RBO=O2) dan hidrogen
peroksida. Dalam keadaan normal kedua bahan dihasilkan dari glukosa melalui proses
hexose monophosphate shunt yang memerlukan NADPH (nicotinamide adenine
dinucleotide phosphate). Pada keadaan hiperglikemia, glukosa tersebut oleh aldose
reduktase (AR) diubah menjadi sorbitol, dan proses ini membutuhkan NADPH. Akibat dari
proses ini sel akan kekurangan NADPH untuk membentuk O2 dan H2O2 karena NADPH
digunakan dalam reaksi. Gangguan ini akan lebih parah apabila regulasi DM memburuk.
3. Proses Pembentukan Ulkus
Ulkus diabetikum merupakan suatu kaskade yang dicetuskan oleh adanya hiperglikemi.
Tak satupun faktor yang bisa berdiri sendiri menyebabkan terjadinya ulkus. Kondisi ini
merupakan akumulasi efek hiperglikemia dengan akibatnya terhadap saraf, vaskuler,
imunologis, protein jaringan, trauma serta mikroorganisma saling berinteraksi menimbulkan
ulserasi dan infeksi kaki.
Ulkus diabetikum terdiri dari kavitas sentral biasanya lebih besar dibanding pintu
masuknya, dikelilingi kalus keras dan tebal. Awalnya proses pembentukan ulkus
berhubungan dengan hiperglikemia yang berefek terhadap saraf perifer, kolagen, keratin
dan suplai vaskuler. Dengan adanya tekanan mekanik terbentuk keratin keras pada daerah
kaki yang mengalami beban terbesar. Neuropati sensoris perifer memungkinkan terjadinya
trauma berulang mengakibatkan terjadinya kerusakan jaringan dibawah area kalus.
Selanjutnya terbentuk kavitas yang membesar dan akhirnya ruptur sampai permukaan kulit
menimbulkan ulkus. Adanya iskemia dan penyembuhan luka abnormal manghalangi
resolusi. Mikroorganisme yang masuk mengadakan kolonisasi didaerah ini. Drainase yang
inadekuat menimbulkan closed space infection. Akhirnya sebagai konsekuensi sistem imun
yang abnormal, bakteria sulit dibersihkan dan infeksi menyebar ke jaringan sekitarnya.
Klasifikasi
Pembagian kaki diabetikum menurut Wagner:
- Derajat 0: resiko tinggi, tak ada ulkus, pembentukan kalus.
- Derajat 1: ulkus superfisial terbatas pada kulit, klinis tidak ada infeksi.
- Derajat 2: ulkus dalam, sering dengan selulitis, tidak ada abses atau infeksi tulang.
- Derajat 3: ulkus dalam yang melibatkan tulang atau pembentukan abses.
- Derajat 4: gangren lokal (ibu jari atau tumit).
- Derajat 5: gangren seluruh kaki.
Gambar 1. Perkembangan ulkus. A) Pembentukan plak keratin keras sebagai kalus. B) Kerusakan jaringan jauh di dalam kalus. C) Ruptur permukaan kavitas, terbentuk ulkus. D) Blokade ulkus oleh keratin, bakteri terperangkapi, nfeksi berkembang.
Diagnosis
Anamnesis
Informasi penting adalah pasien telah mengidap DM sejak lama. Gejala-gejala neuropati
diabetik yang sering ditemukan adalah kesemutan, rasa panas di telapak kaki, kram, badan sakit
semua terutama malam hari. Gejala neuropati menyebabkan hilang atau menurunnya rasa nyeri
pada kaki, sehingga apabila penderita mendapat trauma akan sedikit atau tidak merasakan nyeri
sehingga mengakibatkan luka pada kaki.
Manifestasi gangguan pembuluh darah berupa nyeri tungkai sesudah berjalan pada jarak
tertentu akibat aliran darah ke tungkai yang berkurang (klaudikasio intermiten). Manifestasi lain
berupa ujung jari terasa dingin, nyeri kaki diwaktu malam, denyut arteri hilang dan kaki menjadi
pucat bila dinaikkan. Adanya angiopati ini menyebabkan penurunan suplai nutrisi dan oksigen
sehingga menyebabkan luka yang sukar sembuh.
Pemeriksaan fisik
Inspeksi
Kesan umum akan tampak kulit kaki yang kering dan pecah-pecah akibat berkurangmya
produksi keringat. Hal ini disebabkan karena denervasi struktur kulit. Tampak pula hilangnya
rambut kaki atau jari kaki, penebalan kuku, kalus pada daerah daerah yang mengalami
penekanan seperti pada tumit, plantar aspek kaput metatarsal. Adanya deformitas berupa claw
toe sering pada ibu jari. Pada daerah yang mengalami penekanan tersebut merupakan lokasi
ulkus diabetikum karena trauma yang berulang-ulang tanpa atau sedikit dirasakan pasien.
Tergantung dari derajatnya saat kita temukan, ulkus yang terlihat mungkin hanya suatu ulkus
superfisial yang hanya terbatas pada kulit dengan dibatasi kalus yang secara klinis tidak
menunjukkan tanda – tanda infeksi. Pada derajat 3 tampak adanya pus yang keluar dari ulkus.
Gangren tampak sebagai daerah kehitaman yang terbatas pada jari atau melibatkan seluruh kaki.
Palpasi
Kulit yang kering serta pecah-pecah mudah dibedakan dengan kulit yang sehat. Oklusi
arteri akan menyebabkan perabaan dingin serta hilangnya pulsasi pada arteri yang terlibat. Kalus
disekeliling ulkus akan teraba sebagai daerah yang tebal dan keras. Deskripsi ulkus harus jelas
karena sangat mempengaruhi prognosis serta tindakan yang akan dilakukan. Apabila pus tidak
tampak maka penekanan pada daerah sekitar ulkus sangat penting untuk mengetahui ada
tidaknya pus. Pintu masuk harus dibuka lebar untuk melihat luasnya kavitas serta jaringan
bawah kulit, otot, tendo serta tulang yang terlibat.
Pemeriksaan Sensorik
Resiko pembentukan ulkus sangat tinggi pada penderita neuropati sehingga apabila belum
tampak adanya ulkus namun sudah ada neuropati sensorik maka proses pembentukan ulkus
dapat dicegah.
Cara termudah dan murah adalah dengan pemakaian nilon monofilamen 10 gauge. Test
positif apabila pasien tidak mampu merasakan sentuhan monofilamen ketika ditekankan pada
kaki walau monofilamennya sampai bengkok. Kegagalan merasakan monofilamen 4 kali dari
sepuluh tempat yang berbeda mempunyai spesifitas 97% serta sensitifitas 83%.
Pemeriksaan Vaskuler
Disamping gejala serta tanda adanya kelainan vaskuler, perlu diperiksa dengan test vaskuler
noninvasif yang meliputi pengukuran oksigen transkutaneus, ankle-brachial index (ABI), dan
absolute toe systolic presure. ABI didapat dengan cara membagi tekanan sistolik betis dengan
tekanan sistolik lengan. Apabila didapat angka yang abnormal perlu dicurigai adanya iskemia.
Arteriografi perlu dilakukan untuk memastikan terjadinya oklusi arteri.
Pemeriksaan Radiologis
Pemeriksaan radiologi akan dapat mengetahui apakah didapat gas subkutan, benda asing serta
adanya osteomielitis.
Pemeriksaan Laboratorium
Pemeriksaan darah rutin menunjukkan angka lekosit yang meningkat bila sudah terjadi
infeksi. Gula darah puasa dan 2 jam pp harus diperiksa untuk mengetahui kadar gula dalam
darah. Albumin diperiksa untuk mengetahui status nutrisi pasien.
Pengelolaan
Kontrol Nutrisi dan Metabolik
Faktor nutrisi merupakan salah satu faktor yang berperan dalam penyembuhan luka.
Adanya anemia dan hipoalbuminemia akan berpengaruh dalam proses penyembuhan. Perlu
memonitor Hb diatas 12 gram/dl dan pertahankan albumin diatas 3,5 gram/dl. Diet pada
penderita DM dengan selulitis atau gangren diperlukan protein tinggi yaitu dengan komposisi
protein 20%, lemak 20% dan karbohidrat 60%.
Infeksi atau inflamasi dapat mengakibatkan fluktuasi kadar gula darah yang besar.
Pembedahan dan pemberian antibiotika pada abses atau infeksi dapat membantu mengontrol
gula darah. Sebaliknya penderita dengan hiperglikemia yang tinggi, kemampuan melawan
infeksi turun sehingga kontrol gula darah yang baik harus diupayakan sebagai perawatan pasien
secara total.
Kontrol Stres Mekanik
Perlu meminimalkan beban berat (weight bearing) pada ulkus. Modifikasi weight bearing
meliputi bed rest, memakai crutch, kursi roda, sepatu yang tertutup dan sepatu khusus. Semua
pasien yang istirahat ditempat tidur, tumit dan mata kaki harus dilindungi serta kedua tungkai
harus diinspeksi tiap hari. Hal ini diperlukan karena kaki pasien sudah tidak peka lagi terhadap
rasa nyeri, sehingga akan terjadi trauma berulang ditempat yang sama menyebabkan bakteri
masuk pada tempat luka.
Obat-obatan
Pencegahan infeksi sistemik karena luka lama yang sukar sembuh dan penanganan
pengobatan DM merupakan faktor utama keberhasilan pengobatan secara keseluruhan.
Pemberian obat untuk sirkulasi darah perifer dengan pendekatan multidisiplin (reologi-
vasoaktif-neurotropik-antiagregasi-antioksidan-antibiotika) / “3 ANTI REVANE” merupakan
pokok pengobatan dan menjadi berhasil bila juga harus dilakukan terapi bedah dengan amputasi
( 3 ANTI REVANE-PUT).
Tindakan Bedah
Berdasarkan berat ringannya penyakit menurut Wagner maka tindakan pengobatan atau
pembedahan dapat ditentukan sebagai berikut:
- Derajat 0 : perawatan lokal secara khusus tidak ada.
- Derajat I-IV : pengelolaan medik dan bedah minor
- Derajat V : amputasi
Debridemen yang adekuat merupakan langkah awal tindakan bedah. Debridemen harus
meliputi seluruh jaringan nekrotik dan kalus yang mengelilinginya sampai tampak tepi luka
yang sehat dengan ditandai adanya perdarahan. Pasien bahkan
dokter kadang ragu terhadap tindakan ini, namun akan terkejut saat melihat munculnya jaringan
baru yang tumbuh.
Secara teknis amputasi kaki atau mutilasi jari dapat dilakukan menurut tingkatan sebagai
berikut:
- jari nekrotik: disartikulasi (tanpa pembiusan)
- mutilasi jari terbuka (pembiusan setempat)
- osteomioplasti: memotong bagian tulang diluar sendi
- amputasi miodesis (dengan otot jari/kaki)
- amputasi transmetatarsal
- amputasi syme
Bila daerah gangren menyebar lebih kranial, maka dilakukan amputasi bawah lutut atau
bahkan amputasi atas lutut. Tujuan amputasi atau mutilasi adalah:
- membuang jaringan nekrotik
- menghilangkan nyeri
- drainase nanah dan penyembuhan luka sekunder
- merangsang vaskularisasi baru.
- rehabilitasi yang terbaik
Pencegahan
Pemakaian sepatu harus pas dengan lebar serta kedalaman yang cukup untuk jari-jari.
Sepatu kulit lebih dianjurkan karena mudah beradaptasi dengan bentuk kaki serta bisa
“bernafas”. Kaos kaki juga harus pas, tidak boleh melipat. Hindari pemakaian sandal atau alas
kaki dengan jari terbuka. Jangan sekali kali berjalan tanpa alas kaki.
Trauma minor dan infeksi kaki seperti terpotong, lecet-lecet, lepuh, dan tinea pedis bila
diobati sendiri oleh pasien dengan obat bebas dapat menghambat penyembuhan luka.
Membersihkan dengan hati-hati trauma minor serta aplikasi antibiotika topikal bisa mencegah
infeksi lebih lanjut serta memelihara kelembaban kulit untuk mencegah pembentukan ulkus.
Berikut adalah tips perawatan kaki yang dianjurkan:
1. inspeksi kaki tiap hari terhadap adanya lesi, perdarahan diantara jari-jari. Gunakan cermin
untuk melihat telapak kaki dan tumit.
2. cuci kaki tiap hari dengan air sabun dan keringkan, terutama diantara jari.
3. gunakan cream atau lotion pelembab
4. jangan gunakan larutan kimia/asam untuk membuang kalus.
5. potong kuku dengan hati-hati, jangan memotong melengkung jauh ke proksimal.
6. jangan merokok
7. hindari suhu ekstrem, jangan memakai botol isi air panas atau pad pemanas pada kaki.
Kesimpulan
Pasien didiagnosis ulkus DM berdasarkan hasil dari anamnesis dimana pasien adalah
penderita DM dengan riwayat luka yang kronis dan susah sembuh.
Ulkus DM pada pasien terjadi akibat efek hiperglikemia yang tidak terkontrol sehingga
mempengaruhi sistem saraf, vaskuler, dan imunologis. Sistem saraf menyebabkan tidak adanya
refleks proteksi terhadap adanya trauma, kerusakan vaskular menyebabkan terhambatnya aliran
darah ke daerah luka, dan akibat hiperglikemia menurunkan respon imun terhadap invasi
bakteri.
Menurut klasifikasi Wegner ulkus DM pada pasien masuk ke dalam derajat 2, sehingga
tatalaksana yang tepat adalah pengelolaan medik dan bedah minor.
Diagnosis dini ulkus DM tentu saja yang paling penting adalah mengetahui adanya riwayat
DM pada pasien, kemudian kadar glukosa pasien setiap harinya, dapat dilihat dari kadar HbA1c.
Kesan umum akan tampak kulit kaki yang kering dan pecah-pecah akibat berkurangmya
produksi keringat. Hal ini disebabkan karena denervasi struktur kulit. Tampak pula hilangnya
rambut kaki atau jari kaki, penebalan kuku, kalus pada daerah daerah yang mengalami
penekanan seperti pada tumit, plantar aspek kaput metatarsal. Adanya deformitas berupa claw
toe sering pada ibu jari. Pada daerah yang mengalami penekanan tersebut merupakan lokasi
ulkus diabetikum karena trauma yang berulang-ulang tanpa atau sedikit dirasakan pasien.
Selanjutnya kita bisa melakukan pemeriksaan fungsi sensoris guna menilai respon pasien jika
ada rangasangan atau trauma. Resiko pembentukan ulkus sangat tinggi pada penderita neuropati
sehingga apabila belum tampak adanya ulkus namun sudah ada neuropati sensorik maka proses
pembentukan ulkus dapat dicegah. Disamping gejala serta tanda adanya kelainan vaskuler, perlu
diperiksa dengan test vaskuler noninvasif yang meliputi pengukuran oksigen transkutaneus,
ankle-brachial index (ABI), dan absolute toe systolic presure. ABI didapat dengan cara
membagi tekanan sistolik betis dengan tekanan sistolik lengan. Apabila didapat angka yang
abnormal perlu dicurigai adanya iskemia. Arteriografi perlu dilakukan untuk memastikan
terjadinya oklusi arteri. Pemeriksaan radiologi akan dapat mengetahui apakah didapat gas
subkutan, benda asing serta adanya osteomielitis. Pemeriksaan darah rutin menunjukkan angka
lekosit yang meningkat bila sudah terjadi infeksi. Gula darah puasa dan 2 jam pp harus diperiksa
untuk mengetahui kadar gula dalam darah. Albumin diperiksa untuk mengetahui status nutrisi
pasien.
Pencegahan:
1. inspeksi kaki tiap hari terhadap adanya lesi, perdarahan diantara jari-jari. Gunakan cermin
untuk melihat telapak kaki dan tumit.
2. cuci kaki tiap hari dengan air sabun dan keringkan, terutama diantara jari.
3. gunakan cream atau lotion pelembab
4. jangan gunakan larutan kimia/asam untuk membuang kalus.
5. potong kuku dengan hati-hati, jangan memotong melengkung jauh ke proksimal.
6. jangan merokok
7. hindari suhu ekstrem, jangan memakai botol isi air panas atau pad pemanas pada kaki.