ulcus peptikum
description
Transcript of ulcus peptikum
Diagnosis
WD
Ulkus peptikum adalah suatu gambaran bulat atau semi bulat yang merupakan defek pada
mukosa lambung yang meluas dari mukosa muskularis sampai submukosa atau lebih dalam dengan
ukuran >5 mm.Merupakan lesi kronis yang dapat terjadi disetiap saluran cerna yang terpajan asam-
peptik.
Epidemiologi
Tersebar diseluruh dunia dengan prevalensi berbeda tergantung social ekonomi, demografi dan
dijumpai lebih banyak pada pria dan meningkat seiring bertambahnya usia . Tetapi mungkin juga sudah
muncul sejak usia muda. Di Amerika serikat, sekitar 2,5 % laki-laki dan 1,5% perempuan mengidap ulkus
peptikum dan resiko seumur hidup mengalami ulkus peptikum sekitar 10%.
Etiologi
Prasyarat mendasar terjadinya ulkus peptikum adalah terpajannya mukosa oleh asam lambung
dan pepsin, juga adanya keterkaitan kausal yang erat dengan infeksi H.pylori. Sebenarnya ulkus
peptikum dapat juga diakibatkan oleh ketidakseimbangan antara pertahanan mukosa duodenum dan
factor agresif(perusak) yang mengalahkan pertahanan mukosa.
Patofisiologis
Epitel gaster dapat mengalami iritasi berulang-ulang oleh 2 faktor perusak yaitu :
1. Perusak endogen ( HCl, pepsinogen/pepsin dan garam empedu)
2. Perusak eksogen (obat-obatan seperti NSAID, alcohol, rokok dan bakteri)
Oleh karena itu, untuk menangkal iritasi terdapat system pertahanan mukosa gastroduodenal yang
dapat menghambat factor perusak itu, yaitu:
Sekresi mucus oleh epitel permukaan
Sekresi bikarbonat untuk menciptakan lingkungan permukaan mikro yang bersifat penyangga,
berguna untuk mempertahankan pH intraselular (pH6-7).
Regenerasi epitel lambung
Pengeluaran prostaglandin oleh mukosa yang membantu mempertahankan aliran darah
mukosa.
Diantara bermacam factor perusak /agresif, H.pylori adalah factor yang sangat penting karena
infeksi ini terdapat pada 70-90% pasien dengan ulkus duodenum dan 70% dengan ulkus lambung. Bila
H.pylori bersifat pathogen maka H.pylori dapat bertahan dalam suasana asam kemudian akan penetrasi
terhadap mukosa lambung dan akhirnya akan berkolonisasi.
Meski tidak menginvasi jaringan, H.pylori memicu respon peradangan dan imun yang intens. Terjadi
peningkatan IL-1, IL-6 , TNF dan terutama IL-6. H.pylori mengeluarkan urease yang menguraikan urea
untuk membentuk senyawa toksik, seperti ammonium klorida dan monokloramin. Juga menghasilkan
fosfolipase yang dapat merusak sel epitel permukaan.
H.pylori dapat meningkatkan sekresi asam lambung dan dapat mengganggu produksi bikarbonat
sehingga pH lumen menurun.
NSAID adalah penyebab penting penyakit ulkus peptic pada pasien yang tidak terinfeksi H.pylori.
NSAID merupakan obat yang paling sering digunakan dan memiliki toksisitas gastroduodenum. Ini terjadi
oleh karena :
Meningkat seiring bertambahnya usia
Dosis yang lebih tinggi
Pemakaian jangka panjang
Morfologi ulkus peptikum sebagian besar berupa kawah punched-out bundar berbatas tegas dengan
garis tengah 2 sampai 4 cm. ulkus di duodenum cenderung lebih kecil, sementara di lambung bermakna
lebih besar. Tempat yang paling disukai adalah dinding anterior dan posterior bagian pertama
duodenum serta kurvatura minor lambung.
Tepi kawah tegak lurus dan terdapat sedikit edema dimukosa sekitar.lipatan mukosa sekitar
menyebar seperti jari-jari roda. Dasar kawah tampak bersih, karena eksudat peradangan dan jaringan
nekrotik tercerna oleh pepsin.
Komplikasi ulcus
Pendarahan
Meningkat pada usia lanjut > 60 tahun akibat adanya penyakit degenerative dan meningkatnya
pemakaian NSAID. Sebagian besar pendarahan berhenti secara spontan , sebagian memerlukan
tindakan endoskopi terapi, bila gagal dilakukan tindakan operasi
Perforasi
Insiden perforasi meningkat pada usia lanjut karena proses aterosklerosis dan meningkatnya
penggunaan NSAID. Perforasi ulcus gaster biasanya ke lobus kiri hati, perforasi yang tidak
terbuka / tanpa pengeluaran isi lambung karena tertutup oleh omentum/organ perut disekitar.
Terapi perforasi dekompresi, pemasangan NGT, aspirasi cairan lambung, puasa dan diberi nutrisi
parenteral total dan pemberian antibiotic diikuti tindakan operasi.
Stenosis pyloric
Keluhan pasien akibat obstruksi mekanik berupa cepat kenyang , muntah berisi makanantak
tercerna, mual, sakit perut setelah makan dan berat badan turun. Kejadian obstruksi bisa
temporer akibat peradangan dan timbul edema dan spasme. Bisa obstruksi permanen akibat
fibrosis dari suatu ulcus.
Gejala klinis
Sebagian besar ulkus peptic menyebabkan rasa perih , rasa panas atau nyeri tumpul epigastrium
. nyeri cenderung lebih berat pada malam hari. Mual, muntah, kembung , bersendawa dan penurunan
berat badan yang signifikan. Perdarahan adalah keluhan utama, dapat menyebabkan hematemesis.
Ulcus gaster : rasa nyeri setelah makan dan sebelah kiri
Ulcus duodenum : rasa nyeri hilang setelah makan dan sebelah kanan garis tengah perut
Rasa nyeri/sakit ini bermula pada satu titik (pointing sign) dan dapat menjalar kepunggung, ini
disebabkan adanya komplikasi berupa penetrasi ulcus ke organ pancreas. Ulcus akibat NSAID dan usia
lanjut biasanya biasanya tidak menimbulkan keluhan, hanya diketahui melalu komplikasinya berupa
pendarahan dan perforasi.
DD
Gastritis
Proses inflamasi pada mukosa dan submukosa lambung. Dapat menyebabkan atrofi
pada mukosa dan metaplasia epitel. Prevalensi gastritis melalui infeksi Helicobacter pylori pada
orang dewasa mendekati 90%. H. pylori adalah bakteri batang gram negative berbentuk S, tidak
invasive dan tidak membentuk spora.Gastritis dapat terjadi karena kombinasi pengaruh enzim
dan toksin bakteri serta pengeluaran zat kimia merugikan oleh neutrofil (histamine). Perbaikan
pada gastritis kronik memerlukan waktu yang cukup lebih lama. Pada gastritis akut sering
berkaitan dengan factor-faktor prevalensi sebagi berikut :
1. Pemakaian NSAID dalam dosis besar
2. Merokok
3. Uremia
4. Pemakaian kemoterapi
5. Konsumsi alcohol berlebihan
6. Iskemia dan syok
7. Infeksi sistemik.
Pada gastritis kronik, biasa ditemukan ulcus peptikum sedangkan pada gastritis akut biasanya
berupa erosi dan peradangan pada mukosa bersifat transiens.
GERD
Suatu keadaan patologis sebagai akibat refluks kandungan lambung ke dalam
esophagus, faring,laring dan saluran nafas. Dapat menyebabkan komplikasi yang berat berupa :
striktur , Barret’s esophagus bahkan adenokarsinoma di kardia dan esophagus. Esophagitis
dapat terjadi sebagai akibat dari refluks gastroesophageal apabila :
1. Terjadi kontak dalam waktu cukup yang lama antara bahan refluksat dengan
mukosa esophagus
2. Terjadi penurunan resistensi jaringan mukosa esophagus walaupun kontak tidak
cukup lama.
Refluks GERD terjadi melalui 3 mekanisme :
1. Refluks spontan pada saat relaksasi LES yang tidak adekuat.
2. Aliran retrogard yang mendahului kembalinya tonus LES setelah menelan
3. Meingkatnya tekanan intraabdomen
Patogenesis dari GERD menyangkut keseimbangan antara factor defensive dari esophagus dan
factor perusak dari bahan reflusat.
Chrone disease
Merupakan penyakit inflamasi yang mengenai seluruh saluran gastrointestinal dari
mulut sampai anus. Chrone disease merupakan penyakit autoimun, dimana system imun
menyerang saluran gastrointestinal dan menyebabkan reaksi radang atau inflamasi. Gejala klinis
yang timbul berupa sakit pada perut, terjadi pendarahan, mual, muntah, hematemesis , melena
dan penurunan berat badan. Chrone disease dapat menyerang system organ lain, sehingga
menyebabkan uveitis, arthritis, ankylosing spondylositis, eritema nodosum , pyoderma
gangrenosum dan lain-lain.
Ca gaster
Tumor ganas lebih sering ditemui daripada tumor jinak. Factor resiko kanker gaster
antara lain adalah H.pylori, diet tinggi nitrat (nitrosamine)sebagai pengawet makanan, makanan
yang diasap dan diasinkan, perokok dan atrofi lambung. Disamping itu pun ada factor-faktor
yang mempermudah :
a. Umur, pria 2 kali lebih sering dari pada perempuan
b. Umur, sering pada 50-70 tahun jarang dibawah 40 tahun
c. Alcohol
d. Operasi lambung sebelumnya
e. Polip lambung
f. Syndrome kanker familial
Faktor yang mempermudah timbulnya tumor ganas adalah perubahan mukosa yang
abnormal antara lain seperti gastritis atrofi, polip digaster dan anemia pernisiosa. Kebanyakan
kanker gaster adalah adenokarsinoma, yang lain adalah limfoma leiomioma, leiosarkoma,
adenoxanthoma dan lain-lan.
Karsinoma gaster berasal dari perubahan epitel pada membrane mukosa gaster, yang
berkembang pada bagian bawah gaster, sedangkan pada atrofi gaster didapat pada bagian atas
gaster.
Pemeriksaaan
Anamnesis
Menanyakkan pada penderita :
1. Adanya riwayat ulcus dalam keluarga
2. Rasa sakit klasik dengan keluhan yang spesifik (nyeri epigastrium, mual, muntah, kembung, dll)
3. Factor predisposisi seperti pemakaian obat OAINS, perokok berat dan alcohol
4. Adanya penyakit kronik, seperti sirosis hati
Fisik
Ulcus tanpa komplikasi jarang menunjukkan kelainan fisik. Rasa sakit / nyeri ulu hati dikiri garis
tengah perut, terjadi penurunan berat badan merupakan tanda fisik yang dapat dijumpai. Goncangan
perut atau succusion splashing dijumpai 4-5 jam setelah makan disertai muntah-muntah yang
dimuntahkan biasanya makanan yang dimakan beberapa jam sebelumnya merupakan tanda adanya
retensi cairan lambung, dari komplikasi tukak atau stenosis pylorus. Takikardi , syok hipopolemik
merupakan tanda dari suatu pendarahan.
Penunjang
Pemeriksaan radiologi menggunakan barium meal kontras ganda dapat digunakan untuk
menegakkan diagnosis ulcus peptikum. Gambaran radiologi merupakan suatu ulcus berupa kawah
dengan batas jelas serta disertai lipatan mukosa yang teratur keluar dari pinggiran ulcus dan bila disertai
keganasan akan dijumpai filling defect
Gambaran endoscopy suatu ulcus berupa jinak berupa luka terbuka dengan pinggiran teratur,
mukosa licin, dan normal disertai lipatan yang teratur keluar dari pinggiran ulcus. Kelebihan endoscopy
disbanding radiologi , luka <0,5 cm dapat dilihat, lesi yang tertutup oleh gumpalan darah dengan
penyemprotan air dapat terlihat dan radiologis tidak dapat memastikan apakah ulcus tersebut jinak atau
ganas dan tidak dapt menentukkan adanya kuman H.pylori sebagai penyebab ulcus.
Penatalaksanaan
Tujuan dari terapi adalah
1. Menghilangkan keluhan/symptom
2. Menyembuhkan /memperbaiki kesembuhan ulcus
3. Mencegah kekambuhan
4. Mencegah komplikasi
Walaupun patofisioligis ulcus gaster dan duodeni sedikit berbeda namun respon terhadap terapi
sama. Terapi sendiri terdiri dari non medikamentosa, medikamentosa dan operasi.
Non –medikamentosa
Istirahat, hindari stress dan hidup tenang, sebab stress dapat meingkatkan sekresi asam
lambung
Diet , hindari makan makanan yang halus seperti bubur saring sebab dapat juga meningkatkan
sekresi asam lambung. Hindari pula makanan yang pedas, tidak merokok sebab merokok akan
menghambat aliran darah juga penghambat proses penyembuhan
Penggunaan obat-obatan NSAID sebaiknya dihindari , sebab dapat menghambat sekresi
prostaglandin, bila penggunaan NSAID tidak dapat dilakukkan sebaikknya menggunakan NSAID
COX2 inhibitor.
Medikamentosa
Antasida , sering digunakan untuk menghilangkan keluhan rasa sakit/dyspepsia 3x 1 tablet
Koloid bismuth (Coloid bismuth subsitrat dan bismuth subsalisilat), mekanisme belum jelas,
kemungkinan membentuk lapisan penangkal bersama protein pada dasar tukak dan
melindunginya terhadap pengaruh asam dan pepsin ,2x2 tablet sehari.
Sukralfat, suatu komplek garam sukrosa dimana grup hidroksil diganti dengan alumunium
hidroksida dan sulfat. 4x1 gram perhari
Prostaglandin, mengurangi sekresi asam lambung dan sekresi mukusm bikarobonat. Contoh
misoprostol dosis 4x 200 mg atau 2 x 400 mg pagi dan malam hari
Antagonis reseptor H2, mekanisme kerja memblok efek histamine pada sel parietal
Dosis terapi :
Simetidin : 2x 400mg
Ranitidine :300mg malam hari
Nizatidine :1x 300 mg malam hari
Famotidine : 1x 40 mg malam hari
Roksatidin : 2x 75 mg atau 150 mg malam hari
PPI (protein pump inhibitor) , memblokir kerja enzim K+, H+ ATPase yang akan memecah K+, H+
ATP menghasilkan energy yang digunakan untuk mengeluarkan asam lambung.
Omeprazol 2x 20 mg
Lansoprazol/Pantoprazol 2x 40 mg
Penatalaksanaan infeksi H.pylori
Terapi triple, sebagai terapi eradikasi yang pertama digunakan adalah bismuth, metronodazol ,
tetrasiklin. Regimen triple terapi (PPI 2x1, amoxicillin 2x1000mg, klaritromisin 2x 500 mg, metronodazol
3x 500mg, tetrasiklin 4x 500 mg) yang banyak digunakan saat ini :
1. PPI + amoxicillin + klaritromisin
2. PPI+metronodazol +klaritromisin (bila alergi penisilin)
3. PPI + metronodazol + amoksisilin (kombinasi yang termurah)
4. PPI + metronodazol + tetrasiklin (bila alergi terhadap amoksisilin dan klaritromisin)
Tindakan operasi
1. Elektip (ulcus refrakter/ gagal pengobatan)
2. Darurat (komplikasi: perdarahan , perforasi, stenosis pylorus)
3. Ulcus gaster dengan sangkaan keganasan
Tindakan operasi menurun akibat berhasilnya terapi medikamentosa dan endoskopi terapi.
Prosedur operasi dilakukan pada penyakit ulcus gaster ditentukan adanya penyertaan ulcus
duodenum.
Daftar pustaka
1. Robbins, Cotrans. Buku ajar patologi , edisi 7 , volume 2. 2007; 15:616-31.
2. Buku ajar ilmu penyakit dalam , edisi IV, jilid 1. 2006; 285-349.
3. http://en.wikipedia.org/wiki/Crohn's_disease
4.