UKL UPL SPPBE

82
UKL – UPL SPPBE BAB I PENDAHULUAN 1. LATAR BELAKANG Kegiatan usaha perdagangan khusus Bahan Bakar Gas dan Jasa Pengisian/Pembotolan/Angkutan Gas serta Kegiatan Pengecatan Tabung ELPIJI (LPG) mempunyai potensi menimbulkan dampak bagi lingkunga dan sekitarnya, baik dampak negatif maupun dampak positif. Dalam proses pengerjaan kegiatan sampai operasional produksi perlu dilakukan rencana langkah pengelolaan lingkungan secara tepat dan efisien dengan tujuan agar potensi dampak negatif yang ada dapat dikelola dan dihilangkan. Sedang dampak positif yang ada dapat dikelola untuk menjadi lebih optimal. 2. DASAR HUKUM Sesuai dengan PERMEN No. 11 Tahun 2006 tentang Jenis Usaha dan Kegiatan yang wajib dilengkapi dengan dokumen AMDAL, kegiatan pembangunan Stasiun Pengisian dan Pendistribusian Bulk Elpiji atau SPPBE Desa Watualang Kecamatan Ngawi tidak wajib dilengkapi dengan dokumen AMDAL, dan cukup hanya dilengkapi dengan UKL – UPL. Untuk hal tersebut kegiatan pembangunan Stasiun Pengisian dan Pendistribusian Bulk

description

Penjelasan tentang perlunya UKL UPL pada sebuah SPPBE

Transcript of UKL UPL SPPBE

Page 1: UKL UPL SPPBE

UKL – UPL SPPBE

BAB I

PENDAHULUAN

1. LATAR BELAKANG

Kegiatan usaha perdagangan khusus Bahan Bakar Gas dan Jasa

Pengisian/Pembotolan/Angkutan Gas serta Kegiatan Pengecatan Tabung ELPIJI (LPG)

mempunyai potensi menimbulkan dampak bagi lingkunga dan sekitarnya, baik dampak

negatif maupun dampak positif. Dalam proses pengerjaan kegiatan sampai operasional

produksi perlu dilakukan rencana langkah pengelolaan lingkungan secara tepat dan

efisien dengan tujuan agar potensi dampak negatif yang ada dapat dikelola dan

dihilangkan. Sedang dampak positif yang ada dapat dikelola untuk menjadi lebih optimal.

2. DASAR HUKUM

Sesuai dengan PERMEN No. 11 Tahun 2006 tentang Jenis Usaha dan Kegiatan yang

wajib dilengkapi dengan dokumen AMDAL, kegiatan pembangunan Stasiun Pengisian

dan Pendistribusian Bulk Elpiji atau SPPBE Desa Watualang Kecamatan Ngawi tidak

wajib dilengkapi dengan dokumen AMDAL, dan cukup hanya dilengkapi dengan UKL –

UPL. Untuk hal tersebut kegiatan pembangunan Stasiun Pengisian dan Pendistribusian

Bulk Elpiji atau SPPBE Desa Watualang Kecamatan Ngawi sesuai dengan peraturan

yang berlaku harus melengkapi dokumen UKL – UPL sesuai dengan peraturan yang

berlaku. Sebagai tahap awal sesuai Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup No.

86 Tahun 2002 tentang Pedoman Upaya Pengelolaan Lingkungan Hidup dan Upaya

Pemantauan Lingkungan Hidup, maka akan dilakukan penyusunan UKL – UPL.

1. Undang-undang.

1. Undang – undang Republik Indonesia Nomor 5/1990 tentang Sumber Daya Alam

Hayati dan Ekosistem.

Page 2: UKL UPL SPPBE

2. Undang – undang Republik Indonesia Nomor 23/1992 tentang Kesehatan.

3. Undang – undang RI Nomor 07/2004 tentang Pemerintah Daerah sebagaimana telah

dirubah dengan Undang – undang RI Nomor 12/2008.

4. Undang – undang RI Nomor 26/2007 tentang Penataan Ruang.

5. Undang – undang Republik Indonesia Nomor 32/2009 tentang Perlindungan dan

Pengelolaan Lingkungan Hidup.

2. Peraturan Pemerintah.

1. Peraturan Pemerintah No. 27/1999 Tentang Analisis Mengenai Dampak Lingkungan

(AMDAL).

2. Peraturan Pemerintah No. 41/1999 Tentang Pengendalian Pencemaran Udara.

3. Peraturan Pemerintah No. 82/2001 Tentang Pengolaan Kualitas Air dan Pengendalian

Pencemaran Air.

3. Peraturan Presiden

1. Peraturan Presiden Nomor 36/2005 sebagaimana telah diubah dengan Peraturan

Presiden Republik Indonesia Nomor 65/2006 tentang Peraturan Presiden Republik

Indonesia Nomor 82/2001 tentang Pengadaan Tanah bagi pelaksanaan Pembangunan

untuk Kepentingan Umum.

4. Peraturan Menteri/ Kepala Badan.

1. Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 718/MENKES/PER/XII/1987 tentang

Kebisingan yang berhubungan dengan kesehatan.

2. Keputusan Menteri Lingkungan Hidup Nomor KEP-48/MENLH/LH/11/1996 tentang

baku Mutu Kebisingan.

3. Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 86/2002 tentang Pedoman

Pelaksanaan Upaya Pengelolaan Lingkungan Hidup dan Upaya Pemantauan

Lingkungan Hidup.

Page 3: UKL UPL SPPBE

4. PERMEN LH Nomor. 11/2006 tentang Jenis Usaha dan Kegiatan Yang Wajib di

lengkapi dengan dokumen AMDAL.

5. Permen LH Nomor 12/2007 tentang Dokumen Upaya Pengelolaan Lingkungan dan

Dokumen Upaya Pemantauan Lingkungan.

6. Surat edaran Kepala BPPIP Nomor 287/BPPIP-SDWLH/VI/2000 tentang

Pelaksanaan Dokumen UKL dan UPL.

7. Surat Edaran Kepala BPPIP Nomor 428/BPPIP-SDWLH/IX/2000 tentang

Pelaksanaan Penilaian Dokumen UKL dan UPL.

1. IDENTITAS PERUSAHAAN

1. Nama Perusahaan : PT. SUMINAR MITRAGAS SELARAS

2. Alamat Perusahaan : Jl. Raya Ngawi Solo, Desa Watualang, Kec. Ngawi, Kab.

Ngawi

3. Penanggung Jawab : WHARI PRIHARTONO

4. Jabatan : DIREKTUR

5. Lokasi Usaha : Jl. Raya Ngawi Solo, Desa Watualang, Kec. Ngawi, Kab.

Ngawi

4. TATA LETAK KEGIATAN

PT. SUMINAR MITRAGA SELARAS terletak di Jl. Raya Ngawi Solo, Desa Watualang,

Kec. Ngawi, Kab, Ngawi dengan batas-batas kegiatan sebagai berikut :

Sebelah utara : Jalan Raya Ngawi – Solo

Sebelah timur : Tanah sawah milik Ny. Sri Hartati

Page 4: UKL UPL SPPBE

Sebelah barat : Tanah sawah milik Ir. Budi Sulityono

Sebelah selatan : Tanah sawah milik Ny. Sriyantini Wiryaningsih

1. PERIJINAN YANG DIMILIKI

1. Tanda Daftar Perusahaan Terbatas (TDP)

2. Surat Bupati Ngawi Nomor : 503/369,404.209/2010 tanggal 26 Agustus 2010 tentang

Rekomendasi Pemanfaatan Ruang untuk Pendirian SPPBE di Desa Watualang

Kecamatan Ngawi.

6. TUJUAN DAN KEGUNAAN UKL-UPL

1.6.1 Tujuan UKL-UPL

Tujuan upaya pengelolaan dan upaya pemantauan lingkungan SPBE PT. Suminar

Mitragas Selaras antara lain :

1. mengidentifikasi kegiatan rencana pembangunan SPBE baik pada tahapan pra-

konstruksi, konstruksi hingga operasional, terutama yang memiliki potensi

menimbulkan dampak terhadap lingkungan.

2. mengidentifikasi komponen di lokasi kegiatan dan sekitarnya yang

diperkirakan akan terkena dampak.

3. mengevaluasi dampak lingkungan hidup sebagai akibat adanya kegiatan

pembangunan SPBE.

4. merumuskan saran dan tinda lanjut upaya-upaya pengelolaan dan pemantauan

lingkungan di lokasi dan sekitarnya.

1.6.2 Kegunaan UKL-UPL

Page 5: UKL UPL SPPBE

Kegunaan Upaya Pengelolaan Lingkungan Hidup dan Upaya Pemantauan

Lingkungan Hidup (UKL-UPL) SPBE PT. Suminar Mitragas Selaras ini adalah :

1. Bagi Pemrakarsa

1. sebagai pedoman atau acuan pengelolaan lingkungan dan upaya pemantauan

lingkungan, serta untuk memenuhi persyaratan perizinan dan ketentuan

peraturan perundang-undangan yang berlaku.

2. Pedoman bagi pemrakarsa untuk mengembangkan dampak positif dan

mengendalikan dampak negatif dari kegiatan rencana pembangunan SPBE.

3. Mengetahui permasalahan lingkungan yang mungkin timbul di masa yang

akan datang dan cara-cara pencegahan serta penanggulangan sebagai akibat

adanya kegiatan pembangunan SPBE.

4. Sebagai pedoman untuk melakukan pengelolaan dan pemantauan lingkungan

sebagaimana tersebut dalam Upaya Pengelolaan Lingkungan dan Upaya

Pemantauan Lingkungan (UKL-UPL)

5. Sebagai implementasi pembangunan berwawasan lingkungan.

2. Bagi Pemerintah

1. sebagai bahan masukan dalam menentukan kebijakan pengelolaan lingkungan

di sekitar kegiatan pembangunan SPBE, termasuk tindak pengawasan terhadap

pengelolaan lingkungan yang dilaksanakan oleh Pemrakarsa.

2. Membantu pemerintah dalam proses pengambilan keputusan, khususnya

dalam hal pemilihan alternatif yang layak dari segi lingkungan dalam kaitanya

dengan kegiatan pembangunan SPBE.

3. Bagi Masyarakat

1. memberi informasi kepada masyarakat mengenai adanya kegiatan

pembangunan SPBE di lingkungan sekitarnya sehingga dapat memanfaatkan

dampak positif dan menghindari dampak negatif yang ditimbulkan.

Page 6: UKL UPL SPPBE

2. Dengan adanya kualitas lingkungan yang dikelola dan dipantau, masyarakat

sekitar akan merasa nyaman di lingkungan tempat tinggalnya karena tidak

merasa terganggu dengan adanya kegiatan pembangunan SPBE.

3. Mengetahui kualitas lingkungan disekitarnya dan dapat mengetahui ketentuan-

ketentuan yang dapat dilaksanakan oelh pemrakarsa, khusunya dalam

melaksanakan pengelolaan dan pemantauan lingkungan.

4. Dapat digunakan untuk memahami tentang upaya pengelolaan yang dilakukan

oleh pemrakarsa sehingga dapat menentukan tindak peran sertany termasuk

pengawasanya.

5. Dengan pelaksanaan pengelolaan lingkungan, masyarakat dapat mengambil

peran untuk berpartisipasi demi kelestarian lingkungan.

BAB II

URAIAN RENCANA KEGIATAN

1. DATA UMUM

1. data pemrakarsa

a. Nama Perusahaan : PT SUMINAR MITRAGAS SELARAS

Page 7: UKL UPL SPPBE

b. Penanggung Jawab : WHARI PRIHARTONO

c. Alamat Lokasi : Jl. Raya Ngawi Solo, Desa Watualang, Kec. Ngawi, Kab. Ngawi

1.2. Nama Rencana Usaha : Pembangunan Stasiun pengisian Bulk Elpiji (SPBE)

/ kegiatan

1.3. Lokasi Rencana Usaha Kegiatan

Jalan : Jalan Raya Ngawi-Solo

Desa : Watualang

Kecamatan : Ngawi

Kabupaten : Ngawi

Propinsi : Jawa Timur

1.4. Status Lahan Rencana Usaha/Kegiatan

Status lahan yang digunakan untuk kegiatan rencana pembangunan SPBE adalah Hak

Guna Bangunan hal tersebut atas nama Ir. Budi Sulistyono

1.5. Rencana Sumber Pendanaan

Rencana sumber pendanaan usaha dan kegiatan berasal dari Non PMA-PMDN

2. DESKRIPSI RENCANA USAHA / KEGIATAN

Page 8: UKL UPL SPPBE

1. Jenis Rencana Usaha / Kegiatan

Jenis kegiatan yang direncanakan adalah Pembangunan Stasiun Pengisian Bulk Elpiji

khusus untuk tabung elpiji kapasitas 3 kg

2. Waktu Pelaksanaan Rencana Pembangunan SPBE.

Waktu pelaksanaan pekerjaan persiapan dan konstruksi direncanakan selama 4 bulan

yang akan dimulai dari bulam Januari 2011 dan akan diakhiri pada bulan April

sehingga direncanakan pada bulan Mei Operasi SPBE sudah dapat dilakukan.

3. Sekala Usaha dan kegiatan

1. luas tanah / lahan

rencana lahan yang dimanfaatkan adalah seluas 5.150 m Dari luas lahan tersebut

dimanfaatkan untuk pembangunan SBPE beserta bangunan pendukungnya seluas

1000m. Sedangkan sisanya Akan dimanfaatkan sebagai lahan terbuka untuk jalan

lingkungan paving blok, areal parkir, taman/;ansekap, SPAH dan saluran air hujan

(drainase).

2. Konsep Perencanaan Bentuk dan Arsitek Bangunan

Rencana pembangunan SPBE dan fasilitas pendukungnya dibangun mengikuti

peraturan/standar dari PT pertamina Pusat. PT Pertamina Pusat mengeluarkan

standar tersebut juga mengacu pada faktor keamanan, kenyamanan dan efisiensi

pemanfaatan lahan.

Kantor SPBE

Page 9: UKL UPL SPPBE

4. Struktur Bangunan dan Bahan-bahan Instalasi Pendukung

Sedangkan bahan-bahan dari instalasi dan bangunan fasilitas penunjang SPBE ini

mengacu pada standar dari PT Pertamina antara lain :

1. Tangki timbun : A-516 70/ A-5517B

2. Pipa dan perlengkapan

- Pipa : A-106 B/ A-53 B, SMLS atau ERW

- Flange : A-105

- Fiting : A-234 WPB

- Copling : A-105

- Socket : A-105

- Unions : A-105

- Ball, Check Valve : A-216 WCB/A-105

- Gasket : Spiral Wound dengan non metalic filter

- Baut & mur : Baut A-193 B7, mur A-194 2 H

3. Pompa LPG : Cast Iron GG25

4. Kompresor LPG : Cast Iron GG25

5. Instrumentasi

- Pressure Safty Valve : A-216 WCB

- Pressure Gauge : SS 304 atau SS 316

- Level indicator : standar LPG

6. Bangunan Pengisian

Page 10: UKL UPL SPPBE

- Pondasi : Batu kali

- Pondasi telapak : beton campuran 1:2:3

- Base plate & baut angkur : A-36 & HTB atau setara

- Tiang kolom : A- 36 & SS-41 atau setara

- Portal baja rangkap atap : A- 36 & SS-41 atau setara

- Gording rangka atap : A- 36 & SS-41 atau setara

- Support gording rangka atap : A- 36 & SS-41 atau setara

- Ikatan angkn rangka atap : Besi

- Atap : Zincallume

- Talang : Seng, pipa PVC

- Penggantung lisplank : A- 36 & SS-41 atau setara

- Lisplang : Allumunium Composite

- Logo Pertamina : Acrylic Back Light

- Tulisan Pertamina : Acrylic Back Light

- Logo Elpiji : Acrylic Back Light

7. Kantor, m.3usola, toilet, shelter sopir

- Pondasi : Batu kali

- Pondasi telapak : Beton campuran 1:2:3

- Lantai kerja : Pasir urug

- Kolom : Beton campuran 1:2:3

Page 11: UKL UPL SPPBE

- Sloof balok : Beton campuran 1:2:3

- Ring balok : Beton campuran 1:2:3

- Dinding : Batu bata

- Plesteran : Semen, pasir

- Cat dinding : Cat Emulsi, Cat lapis dasar

- Lantai : Keramik tile, granit tile

- Dinding toilet : Kramik tile, granit tile

- Kusen : Allumunium Solid

- Kaca : Polos atau rayband

- Portal baja rangka atas : A-36 / SS-41 atau setara

- Gording rangka atap : A-36 / SS-41 atau setara

- Support gording rangka atap : A-36 / SS-41 atau setara

- Ikatan angin rangka atap : Besi

- Atap : Zincallume

- Talang : Seng, Pipa PVC

- Plafon : Allumunium Spanderll, gypsun

- Penggantung lisplank : A-36 / SS-41 atau setara

- Lisplank : Allumunium Composite

- Lampu : Standar

Lantai kerja :Pasir

Page 12: UKL UPL SPPBE

Kolom : Beton campuran 1:2:3

Sloof balok : Beton campuran 1:2:3

Ring balok : Beton campuran 1:2:3

Dinding : Batu bata

Plesteran : Semen dan pasir

Cat dinding : Cat Emulsi dan cat lapis dasar

Lantai : Keramik tile,granit tile

Dinding toilet : Keramik tile,granit tile

Kusen : Allumunium Solid

Kaca : Polos atau rayband

Portal baja rangkap atap : A-36 / SS-41 atau setara

Gording rangkap atap : A-36 / SS-41 atau setara

Support gording rangkap atap : A-36 / SS-41 atau setara

Ikatan angin rangkap atap :Besi

Atap : Zincallume

Talang : Seng,pipa PVC

Plafon : Allumunium Spandrell,gypsum

Penggantung Lisplank : A-36 / SS-41 atau setara

Lisplank : Allumunium Composite

Lampu : Standar

8. Pos jaga

Pondasi : Batu kali

Page 13: UKL UPL SPPBE

Pondasi telapak : Beton campuran 1:2:3

Lantai kerja : Pasir urug

Kolom : Beton campuran 1:2:3

Sloof balok : Beton campuran 1:2:3

Dinding : Batu bata

Plesteran : Semen dan pasir

Cat dinding : Cat Emulsi dan cat lapis dasar

Lantai : Keramik tile,granit tile

Dinding toilet : Keramik tile,granit tile

Kusen : Allumunium Solid

Kaca : Polos atau rayband

Atap : Beton campuran 1:2:3

Talang : Pipa PVC

Plafon gudang dan bengkel : Allumunium Spandrell

Lisplank : Beton campuran 1:2:3

Cat lisplank : Cat Emulsi dan cat lapis dasar

9. Rumah pipa dan kompresor

Pondasi : Batu kali

Pondasi telapak : Beton campuran 1:2:3

Base plate : A-36 & HTB atau setara

Tiang kolom

Portal baja rangkap atap : A-36 / SS-41 atau setara

Gording rangkap atap : A-36 / SS-41 atau setara

Page 14: UKL UPL SPPBE

Support gording rangkap atap : A-36 / SS-41 atau setara

Ikatan angin rangkap atap :Besi

Atap : Zincallume

10. Ruamh pompa dan PMK dan kolam PMK

Pondasi : Batu kali

Pondasi telapak : Beton campuran 1:2:3

Base plate dan baut angkur : A-36 & HTB atau setara

Tiang kolom

Portal baja rangkap atap : A-36 / SS-41 atau setara

Gording rangkap atap : A-36 / SS-41 atau setara

Support gording rangkap atap : A-36 / SS-41 atau setara

Ikatan angin rangkap atap : Besi

Atap : Zincallume

11. Rumah Genset,Gudang & Bengkel

Pondasi : Batu kali

Lantai kerja : Pasir urug

Kolom : Beton campuran 1:2:3

Sloof balok : Beton campuran 1:2:3

Ring balok : Beton campuran 1:2:3

Dinding : Batu bata , Celcon

Plesteran : Semen dan pasir

Cat dinding : Cat Emulsi dan cat lapis dasar

Page 15: UKL UPL SPPBE

Lantai : Beton campuran 1:2:3

Atap : Beton campuran 1:2:3

Talang : Pipa PVC

Plafon gudang dan bengkel : Allumunium Spandrell

Lisplank : Beton campuran 1:2:3

Cat lisplank : Cat Emulsi dan cat lapis dasar

12. Papan nama

Pondasi : Beton campuran 1:2:3

Base plate : A-36 / SS-41 atau setara

Angkur Bolt : Baja HTB A-325

Slab beton : Beton campuran 1:2:3

Rangka utama : Baja Profil

Pembungkus tiang dan papan nama : Alllumuniun Composite

Huruf dan papan nama : Acrilic

Logo pertamina : Acrylic Back Light

Tulisan pertamina : Acrylic Back Light

Tulisan SPPBE : Acrylic Back Light

Logo elpiji : Acrylic Back Light

Tilisan PT : Acrylic Back Light

Penggunaan material bengunan akan diambil dri daerah Sleman dan

sekitarnya dan akan langsung dikirim ke lokasi pembangunan secara bertahap sesuai

dengan kebutuhan selama kegiatan konstruksi berlangsung.

5. Bahan Kapasitas dan Proses Produksi

Page 16: UKL UPL SPPBE

a. Bahan baku

Untuk operasional SPBE,bahan

bakunya adalah gas elpiji yang

didatangkan menggunakan mobil

tangki-tangki pengangkut milik PT.

Pertamina langsung dari Cilacap

dengan kapasitas tiap mobil tangki 18 ton yang selanjutnya ditampung dalam

tangki-tangki timbun. Kapasitas tangki timbun sebanyak 30 ton/hari. Dan di lokasi

SPPBE terdapat 1 buah tangki timbundnagn kapasitas 50.000 kg.

Tangki Penampungan Gas Elpiji

b. Kapasitas Produksi

Kapasitas produksi yang dihasilakan 12000 kg/hari dan produk yang dihasil 11.700

kg/hari.

c. Proses Produksi

Untuk proses produksi saat operasional nanti meliputi pengisian gas oleh distributor

gas elpiji PT. Pertamina dari Cilacap melalui mobil tangki, gas elpiji tersebut

dimasukkan ke dalam tangki-tangki timbun tempat penampungan gas di SPBE

tersebut. Sedangkan untuk pelayanan pengisian gas elpiji ketabung-tabung gas elpiji

di dalam tangki timbun tersebut dipompa ke esin pengisi gas{ mesin kovosel }

dengan dilengkapi pompa sebanyak 18 bauh.

Disediakannya area bongkar muat tabung-tabung elpiji dimaksudkan untuk

memudahkan pengangkutan dan juga keamanan operasional. Mobil pengangkut

elpiji harus bersertifikat dan memiliki ijin bahwa kandungan gas buang telah

Page 17: UKL UPL SPPBE

memenuhi standar baku mutu gas buang kendaraan. Lebih detail tentang alur di

system pengisian gas

Mesin Pengisian Gas Elpiji

Keterangan

1. Tabung-tabung gas kosong ditempatkan pada lokasi terpisah {area nomor 10}

2. Dinaikkan ke rel jalur pengisian tabung.(1)

3. Tabung-tabung kosong tersebut diberi kode terlebih dahulu (2)

4. Pengisian gas elpiji di mesin pengisian tabung ada 18 mesin pengisi tabung(3)

5. Tabung-tabung yang telah terisi gas tersebut dicek ukurannya(4)

6. Selanjutnya ditimbang berat tabung beserta gas tersebut (5)

7. Tabung-tabung gas tesebut dites ada kebocoran atau tidak (6)

8. Apabila ada tabung gas yang tidak lolos dalam pengecekan,berat dan ada kebocoran

segera dipisahkan dan ditempatkan pada rak-rak (7)

9. Pemberian tutup pada tabung gas (8)

10. Pemberian seal pada tabung gas (9)

Page 18: UKL UPL SPPBE

11. Proses pengisian gas sudah selesai dan tabung-tabung gas yang telah terisi

ditempatkan area tersendiri(11)

12. Selanjutnya tabung-tabung gas siap diangkutke dal truk dan didistribusikan.

Pengisian Gas ke Tabung

Pengecekan Tabung Gas

Mesin Pembungkus Tutup Tabung Gas

6. Konsep Perencanaan Srana dan Prasarana

Page 19: UKL UPL SPPBE

1. Prasarana Parkir Kendaraan

Berdasarkan rencana Site

plan ,rencana parker untuk

kendaraan bermotor roda empat dan

roda dua akan dibangun dengan

permukaan paving blok/grassblock

pres mesin dengan tebal (6,0-10,0) cm, dibawah paving blok akan dilapisi pasir

setebal {15-20) cm. Untuk menghindari gangguan terhadap arus lalulintas di

Jalan depan lokasi kegiaan,maka pengaturan sirkulasi kendaraan yang akan

keluar masuk lokasi kegiatan akan sangat diperhatikan dengan menempatkan

petugas pengatur lalulintas. Selain itu,disbelah depan pagar pembatas( dekat

jalan) juga dapat digunakan untuk parker kendaraan truk pengangkut,untuk

parkir kendaraan ini disediakan areal seluas 427 m persegi. Untuk meningkatkan

kelancaran truk tangki elpiji dan truk pengangkut tabung gas 3 kg keluar masuk

lokasi SPBE telah dilebarkan akses jalan masu dari lebar 3m menjadi 5m.

Parker Kendaraan SPBE

2. Saluran Pembuangan Air Hujan

Saluran pembuangan air hujan berupa saluran terbuka dan sebagian salura

tersebut diatasnya akan ditutup dengan jeruji besi (plat beton) agar terlihat dan

mudah terkontrol kebersihannya serta saluran akan diarahkan ke sebelah barat

dan timur berhubungan dengan SPAH dan luapan langsung masuk ke saliran

irigasi di sisi timur dan barat lokasi SPBE.

Page 20: UKL UPL SPPBE

3. Sumur Peresapan Air Hujan (SPAH)

Sumur peresapan Air Hujan akan dibangun di sudut bangunan serta halaman

maupun tempat parker. Mengacu pada ketentuan tiap 60 m persegi luasan tanh

yang tertutup oleh bangunan maupun paving conblock harus ada 1 bah sumur

resapan dengan kapasitas 1,5 m prsegi,maka dengan luas bangunan dan

pengerasan seluas 5677 m persegi,maka akan dibangun dengan sumur sejumlah

47 buah dengan kapasitas 3 meter persegi. Setiap SPAH terbuar dari buis beton

berdiameter 80 cm dan tebal 20 cm serta ditutup plate beton tebal 12 cm dengan

dasar sumur dilengkapi dengan media penyaring yang terdiri dari

ijuk,kerikil,dan pasir. Specifikasi Sumur Peresapan Air Hujan (SPAH) yang

dibangun adalah sebagai berikut:

Lebar/diameter :0,8 meter

Kedalaman (h) : 6 meter

Kedalaman media : 0,5 meter

Disetiap sumur peresapan air hujan dilengkapi dengan saluran outlet yang saling

terhubung ke saluran air hujan( drainase). Hal tersebut dimaksudkan jika terjadi

overflow/luapan dari dalam SPAH,maka air hujan dapat tetap mengali menuju

saluran air hujan sehingga air tidak menggenangi halaman / area parker.

4. Tata Lansekap

Tata ruang terbuka akan dibuatkan di sebelah utara ,selatan dan barat dari okasi

SPBE ini. Penataan ruang ini mengacu pada:

1. Unsur estetika,yaitu memberikan pandangan yang indah agar lebih meningkatkan

kenyamanan.

2. Sirkulasi udara segaryaitu memberikan suasana teduh,sejuk dan segar.

3. Jenis pohon alternative yan dipilih antara lain palm,Rumput-rumputan ,Rumput

manila(Zoysia matrella),rumput grinting (Cynodon dactylon).

Page 21: UKL UPL SPPBE

Jenis tanaman akan dipilih yang dapat menyesuakan karakter bangunan dan

fungsi taman tersebut,sehingga tanaman dapat dijadikan elemen penghanta

atmosfer sekaligus peneduh dan penyerap polutan udara di sekitarnya.

5. Prasaran Pengelolaan Air Buangan

1. Septictank

Septictank akan dibangun untuk menampung dan mengolah buangan air dari

kamar mandi/toilet. Rencana pembuatan septictank dibuat 4 buah septictank

dengan criteria dapat enampung pembuangan dari kamar mandi/toilet,

septictank tersebut direncanakan dengan dimensi 2m x 2m x 1m selanjutnya

dilengkapi dengan 1 buah peresapan untuk menampung luapan air dari

septictank. Peresapan tersebut dibuat dengan menggunakan buis betin

berdiameter 8 cm dan kedalaman 3,00 meter serta dilengkapi dengan bak

control (Mainhole).

2. Peresapan Limbah Cair

Peresapan limbah cair dibqngun khusus untuk menampung/mengolah

limbah cair domestic yang berasal dari KM/toilet,urinoir dan westafel.

Peresapan limbah cair ini akan dibangun 1 buah di sebelah samping depan

utara site bangunan. Esain peresapan direncanakan merupakan peresapan

tertutup plate beton tebal 15 cm menggunakan buis beton berdiameter 80 cm

dengan kedalaman 3,00 m. Peresapan tersebut akan dilengkapi juga dengan

bak control intuk memonitoring volume air kotor yang tertampung.

Untuk melihat lebih jelas tentang sistm pengelolaan air buangan SPBE ini

dapat dilihat pada skema berikut ini.

6. Penyediaan Air Bersih

Pemenuhan kebutuhan air SPBE dircanakan akan menggunakan sumber air

yang berasal adari sumur gali. Hal tersebut dipilih dengan mempertimbangkan

factor efisiensi kebutuhan air yang tidak terlalu besar. Rencana akan dibuatkan

sumur sebanyak 1 titik di dalam lokasi SPBE.

Page 22: UKL UPL SPPBE

Fasilitas-fasilitas penunjang untuk memepermudah pross distribusi air rencana

dilengkapi dengan:

1. Lifting pump kapasitas 15 m /detik dan pump panel box

2. Pipa distribusi 40-50 cm

3. Tangki penampung ait (tower tank) sebanyak 2 unit ,ka[asitas 2 liter.

Selanjutnya distribusi air disabungkan ke krann KM / toilet, westafel, urinoir

serta ruang produksi. Perkiraan penggunaan air bersih saat operasional yaitu

untuk aktifitas karyawan dan pengunjung dengan jumlah karyawan 39

orang,asumsi jumlah pengunjung 40 orang/hari adalah sebagai berikut:

1. Kebutuhan air untuk kegiatan karyawan dan pengunjung( kamar mandi/WC dan

mushola)

79 orang x @25 liter ( Noerbambang & Morimura) = 1975 liter/hari=1,98

m /hari

2. Keperluan penyiraman taman/op n space:

163,5 m x @ 4 liter/hari ( Noerbambang & Morimura) = 654 liter/hari =0,65

m/hari

Total kebutuhan air bersih (saat di puncak)

=1.98 m/hari + 0,65 m/hari= 2,63 m/hari

Jenis Sumber Kapasitas penggunaan

Diolah/tidak Keterangan

Sumur dangkal 5000-7000 ltr/hr Septic tank,resapan KM,WC

Dikembalikan kedalam reservoir

Untuk pendingin tanki timbun

Dikuras Kolam (bak air hidran)

Page 23: UKL UPL SPPBE

7. Pengelolaan sampah

Kebersihan dan estetika SPBE akan dikelola agar lingkungan SPBE tetap terjaga

kebersihannya. Sistem pengelolaan sampah direncanakan akan menerapkan pola

komunal langsung yaitu pengelolaan di dalam ruangan dilakukan dengan

pengumpulan sementara di dalam bin/wadah sampah dengan jumlah 7 yang akan

ditempatkan di tiap ruangan. Untuk pengelolaan di luar ruangan, akan

ditempatkan bin/wadah sampah 2 buah yaitu bak sampah kering dan hasah di titik

halaman yang strategis dan mudah dijangkau. Frekuensi pengumpulan sampah

dilakukan setiap 1 hari sekali. Seluruh sampah yang berasal dari dalam lantai

maupun dari luar lantai/halaman selanjutnya akan ditampung sementara di dalam

Tempat Penampungan Sampah Sementara{ TPS } yang ditempatkan di sebelah

depan SPBE.

Selanjutnya akan bekerjasama dengan warga sekitar

8. Kebutuhan Pasokan Energi

Rencana penggunaan energy listrik SPBE adalah menggunakan eneri listrik dari

untuk SPBE adalah menggunakan energi listrik yang bersumber dari PT. PLN

{Persero } dan Genset sebanyak 1 ( satu) unit. Untuk energy listrik dari PT.PLN

( Persero ) dengan kapasitas 82.5 KVA akan digunakan rutin setiap hari,

sedangkan Genset akan digunakan sebagai cadangan jika terjadi pemadaman

listrik dari PT. PLN ( Persero ).

Jenis Energi Kapasitas terpasang

Pemakaian per bulan Sumber

Listrik 250 A

Genset 125 A

9. Sistem Penanggulahgan Bahaya Kebakaran

Sistem penanggulangan kebakaran yang akan digunakan menggunakan 2 metode

yaitu dengan hidran kebakaran dan juga tabung pemadam kebakaran. Hidran

Page 24: UKL UPL SPPBE

kebakaran digunakan untuk memadamkan api dengan menggunakan air yang

dipompakan sehingga mempunyai tekanan yang kuat dan jumlah air yang

disiramkan banyak. Biasanya hidran kebakaran ini digunakan untuk memadamkan

kebakaran yang besar.Sedangkan untuk penyediaan tabung pemadam

kebakaranukuran besar sebanyak 4 buah dengan kapasitas 68 kg dan 9 buah

dengan kapasitas 9 kg yang akan ditempatkan di setiap bangunan. Selain dengan

penyediaan alat pemadam kebakaran, SPBE akan dilengkapi dengan sensor

kebocoran gas yang dimaksudkan untuk mengantisipasi terjadinya kebakaran.

Sensor ini akan dipasang di tiap ruang. Selain itu disediakannya ruang tunggu bagi

sopir tangki pengangkut tabung-tabung gas, ketika menunggu peengisian tabung-

tabung gas elpiji yang mereka angkut dapat mengurangi resiko terjadinya

kebakaran.

Pemadam kebakaran

Tanki dan alat pemadam kebakaran yang terpasang pada kendaraan:

Kapasitas Tanki Jumlah

( Unit)

Alat Pemadam Kebakaran

1 2 3

9 ton 1 3 tabung ( 2 DCP:Dry Chemical Powdwe berat 9 kg dan gas CO2 berat 3 kg

8 ton 1 3 tabung ( 2 DCP:Dry Chemical Powdwe berat 9 kg

Page 25: UKL UPL SPPBE

dan gas CO2 berat 3 kg

12 ton 4 Masing-masing unit kendaraan skid tank

3 tabung ( 2 DCP:Dry Chemical Powdwe berat 9 kg dan gas CO2 berat 3 kg

15 ton 1 3 tabung ( 2 DCP:Dry Chemical Powdwe berat 9 kg dan gas CO2 berat 3 kg

Untuk menjaga keamanan lingkungan apabila terjadi kecelakaan kerja sarana yang tersedia (alat pemadam kebakaran) :

4 titik pompa hydrant yang dipasang dihalaman perusahaan

10 tabung CO2 berat pertabung 3 kg dipasang dihalaman dan didalam ruangan

12 tabung DCP berat per tabung 9 kg dipasang dihalaman dan didalam ruangan.

4 unit Alat pemadam kebakaran (APK) berat rata-rata 70 kg dengan troli.

10. Sistem Keamanan

Untuk mengantisipasi terjadinya gangguan keamanan di lingkungan SPBE

tersebut, beberapa hal yang akan dilakukan yaitu dengan penjagaan pleh petugas

keamanan (satpam) sebanyak 9 orang dengan jam kerja dibagi dalam 3 shift,

pembuatan pintu gerbang utama yang dilengkapi dengan pos jaga, pintu akses dan

dilengkapi dengan penjaga gerbang, selain itu juga akan dipasang CCTV di setiap

ruang maupun tempat-tempat penting yang melibatkan karyawan sehingga

mempermudah pengawasan segala aktifitas operasional. Untuk pengamanan

kebakaran maupun kebocoran gas digunakan alat sensor baud an suhu yang dapat

mendeteksi keocoran gas, sistem kerjanya alat tersebut apabila sensor mendeteksi

adanya sinyal/bau yang diset oleh alat sensor tersebut maka control sirine dan

lampu control akan berbunyi/menyala.

2.3 URAIAN RENCANA USAHA DAN/ATAU KEGIATAN

Page 26: UKL UPL SPPBE

Uraian kegiatan pembangunan SPBE oleh PT. Suminar Mitragas Selaras, secara ringkas dapat dilihat pada diagram alir berikut ini.

Uraian secaa inci tentang kegiatan-kegiatan di atas akan dijelaskan pada uraian berikut

ini:

2.3.1 Tahap para Konstruksi adalah tahapan sebelum dimulainya kegiatan

pembangunan. Lahan untuk rencana kegiatan pembangunan SPBE terletak di

Desa Watualang, Kabupaten Ngawi. Pada tahap pra konstruksi ini kegiatan yan

dilakukan antara lain:

a. Pembebasan dan Pengukuran Ulang Lahan

Merupakan kegiatan pembelian tanah/pembebasan tanah terhadap pemilik

tanah yang akan digunakan sebagai lahan pembangunan SPBE,luas lahan yang

dibebaskan seluas 5.150 m. Pada saat pembebasab tanah ini pemrakarsa

memberikan harga yang sesuai dan disepakati oleh pemilik lahan. Pengukuran

ulang lahan dilakukan untuk mengetahui batas-batas lahan dan luasan

lahan ,sehingga dalam perencanaan Pembangunan SPBE dapat menyesuaikan

dengan ketentuan-ketentuan Peraturan Daerah yang berlaku.

b. Kegiatan Sosialisasi

Kegiatan Sosialisali ini dilakukan sebagai pemberian informasi kepada

masyarakat sekitar sekaligus menyampaikan maksud dan tujuan dari kegiatan

pembangunan SPBE oleh PT. Suminar Mitragas Selaras terkait kegiatan

pembangunan SPBE dan operasionalnya. Dalam kegiatan ini didapatkan

kesepakatan antara pemrakarsa dengan masyarakat sekitar lokasi rencana

pembangunan SPBE, selanjutnya dituangkan dalam notulensi hasil sosilaisasi

yang diketahui oleh Pemerintah Kecamatan Ngawi serta Pemerintah Desa

Watualang. Sedangkan sosialisai ini telah dilaksanakan dan menghasilkan

beberapa keputusan yang telah disepakati oleh kedua belah pihak yaiti PT.

Page 27: UKL UPL SPPBE

Pemrakarsa (PT. Suminar Mitragas Selaras) dan masyarakat sekitarnya

khususnya Desa Watualang. ( Berita Acara Sosialisasi Terlampir).

2.3.2 Tahap Konstruksi

Tahap konstruksi adalah tahapan dimana kegiatan pembangunan SPBE

dilaksanakan. Kegiatan-kegiatan yang akan berlangsung pada tahapan ini antara

lain:

1. Perekrutan Tenaga Kerja Konstruksi

M

Tukang cat

Tukang batu

Tukang kayu

Tenaga pembantu

Sopir

penjaga

erupakan kegiatan perekrutan karyawan/tenaga kerja untuk kegiatan konstruksi.Perekrutan tenaga kerja konstruksi yang memerlukan syarat keahlian khusus langsung ditangani oleh tenaga ahli dari pemrakarsa. Sedangkan untuk tenaga kerja kasar sebagian besar diusahakan direkrut dari masyarakat ataupun yang berasal dari daerah Ngawi. Selain itu tenaga yang sifatnya temporer banyak dilibatkan dari padukuhan setempat. Jumlah dan jenis tenaga kerja yang dibutuhkan dalam pelaksanaan konstruksi ,meliputi:

Site manager

Pelaksana

Logistik

Mandor

Page 28: UKL UPL SPPBE

Tukang besi

Jumlah total tenaga kerja konstruksi yang direkrut sebanyak± 60 oang,dimana

saat pelaksanaan konstruksi seluruh pekerja tidak bermalam di lokasi

pembangunan, tetapi pulang ke rumah masing-masing jika pekerjaan telah uasi

Hanya beberapa tenaga keamanan dari penduduk setempat yang bermalam

untuk menjaga lingkungan dan bahan-bahan material yang disimpan di lokasi

pembangunan.

2. Penyiapan Tanah Dasar

Yaitu penyiapan tanah untuk kegiatan SPBE,dari lahan yang tadinya berupa

persawahan dikeringkan dan diurug sehingga rata dengan permukaan jalan di

depan lokasi kegiatan.

3. Pengangkutan Bahan Material dan Peralatan Kerja

Mobilisasi alat-alat ke lokasi proyek dilakukan untuk mendukung pencapaian

kegiatan sesuai dengan target kerja. Kegiatan ini akan dilakukan mobilisasi

beberapa alat vital seperti:

- Pekerjaan galian: Excavator

- Pekerjaan pengecoran(pondasi,kolom,balok,plat): mixer truck dan concrete

pump.

- Pekerjaan erection baja/balok perancah: crane kap 20 t.

Dalam kegiatan tersebut maka akan memperhatikan hal-hal sebagai berikut:

- Untuk mobilisasi alat-alat berat akan mempertimbangkan geometric simpang

yang menuju ke lokasi SPBE, pemilihan jenis kendaraannya supaya tidak

menyulitkan dalam manuvernya.

Page 29: UKL UPL SPPBE

- Untuk mobilisasi alat-alat berat akan memperhatikan kondisi jalanmasuk ke

lokasi yang menuju Ke lokasi SPBE baik dari dimensi dan tonase kendaraan.

4. Pembangunan Konstruksi

Pembangunan Konstruksi yaitu pekerjaan pembangunan gedung SPBE dan

fasilitasnya sarana prasarana meliputi: bangunan pengisian, rumah pompa,

rumah genset, lansekap, areal parker kendaraan, urinoir, westafel, SPAL,

SPAH dan saluran drainase, septictank, TPS dsb. Pembangunan fisik tersebut

terbagi atas 2 pekerjaan yaitu pekerjaan struktur bawah dan struktur atas.

Pekerjaan struktur bawah meliputi: galian tanh untuk pondasi bangunan,

pembangunan SPAL, SPAH dan drainase dls. Sementara itu pekerjaan struktur

atas meliputi: pemasangan rangka dan penutup atap, pekerjaan beton

bertulang, pasangan bata dan plesteran serta pembangunan pagar untuk

keamanan lingkungan SPBE.

2.3..3. Tahap Operasional

Tahap operasional dalm hal ini merupakan operasional SPBE. Kegiatan saat

operasioanl meliputi:

1. Operasional Bangunan dan Fasilitas SPBE.

Merupakan pengoprasian area SPBE dimana lahan yang sebelumnya

berupa area persawahan berubah menjadi area pengisian bulk elpiji beserta

fasilitasnya.

2. Perekrutan Tenaga Kerja Operasi

Penerimaan tenaga kerja akan dilakukan dengan memperhatikan

masyarakat di lingkungan Desa Watualang dan sekitarnya dengan

memperhatikan keahlian yang diharapkan sesuai dengan jenis pekerjaan

yang ada. Keahlian yang dibutuhan pada operasional gudang SPBE ini

misalnya tenaga untuk pengisian elpiji, tenaga pemeliharaan peralatan,

tenaga administrasi. Prosedur, proses penerimaan,dan persyaratan tenaga

kerja operasi dijelaskan secara transparan sehingga tidak menimbulkan

Page 30: UKL UPL SPPBE

prasangka buruk dan berjalan dengan obyektif. Jika proses penerimaan

membutuhkan tes,maka proses yang ditempuh sesuai dengan prosedur

yang berlaku. Besarnya upah atau gaji yang dibayarkan, sesuai dengan

standar upah yang berlaku atau diperhitungkan terhadap keahlian dan

resiko yang diterima. Dalam Konteks tersebut perlakuan terhadap tenaga

kerja berpedoman pada aturan yang berlaku. Nmaun semaksimal mungkin

beberapa kualifikasi tenaga yang dibutuhkan diprioritaskan dari tenaga

kerja setempat sehingga akan menghindari kecemburuan social dan

dampak-dampak negative yang dapat ditimbulkan. Tenaga kerja yanga

dibutuhkan dan untuk selanjutnya menyesuaikan perkembangan dan

kapasitas produksi SPBE.

Adapun klasifikasi pendidikan dari masing-masing karyawan dapat dilihat

pad table berikut:

Jabatan Pendidikan Jumlah (orang)

Direksi

General meneger

Strata 1

SMA

1

1

Bagian operasional

-sie pengisian

-sie perawatan mesin

-Sie logistic

-Kendaraan

-Pengangkutan /sopir

-

SMA

SMK,SMP

D3

SMK

SMA,SMP,SD

43

3

1

2

15

Bagian penjualan

-Adm penjualan

SMA,SMEA 2

Bagian adm dan keuangan

-Kasir

Adm dan keuangan

SMEA

S1,SMA,SMEA

1

5

Page 31: UKL UPL SPPBE

-sie personalia

-sekuriti/satpam

SMK

SMA,SMP,SD

1

10

3. Kegiatan Produksi

Kegiatan produksi SPBE ini ber operasi selama 8 jam namun juga ada

penjagaan selam 24 jam. Kapasitas produksi yaitu 12000 kg /hari dan produk

yang dihasilkan 11.700 kg/hari. Proses pengisian gas sudah dijelaskan pada

uraian di sebelumnya,sehingga untuk proses pengisian elpiji mengikuti

prosedur sesuai standarisasi dari PT. Prtamina.

Jenis dan kapasitas Produksi

Jenis ProduksiKapasitas Produksi Sifat

ProduksiJenis Alat AngkutIjin Riil

LPG 1oo ton/hari 100 ton/hari Gas Truk tanki

Pengisian botol

12 Kg Gas Truk

50 Kg Gas Truk

6 Kg Gas Truk

3 Kg Gas Truk

Pengisian Skid Tank

4 4 Gas Truk

Jumlah bahan baku dan penolong

Jenis Kapasitas Bentuk fisik

Sifat bahan Asal bahan Cara penyimpanan

Neraca bahan % sisa

Bahan baku LPG

100 ton/hari

Gas Mudah terbakar, tidak berwarna,tidak

Surabaya Ditimbun dalam tanki penimbunan

-

Page 32: UKL UPL SPPBE

berwarna

Bahan penolong

- - - - - -

4. Mobilisasi truk pengangkut tabung dab penataan parker.

Karena SPBE merupakan tempat pengisian bulk elpiji, maka akan terjadi

mobilisasi truk pengangkut tabung yang keluar masuk. Sedangkan untuk

parker kendaraan bermotor roda empat dan roda dua disediakan di bagian

depan. Untuk tempat bongkar muat tabung gas berada disebelah dalam lokasi

SPBE. Upaya pengaturan kendaraan akan dilakukan semaksimal mungkin

agar dapat mencukupi kebutuhan parkir bagi para karyawan dan pembeli

(sopir truk angkut) .Areal parkir yang tersedia akan dipisahkan antara

kendaraan roda dua dan roda empat, sehingga upaya tersebut dapat

meminimalisasi terjadinya bangkitan parkir yang tersedia maka akan dapat

mengurangi kapsitas jalandan menimbulkan dampak gangguan kelancaran

lalulintas dan keselamatan pengguna jalan.

Luas parker kendaraan yang akan disediakan adalah 427 m, maka kebutuhan

areal parker kendaraan diharapkan telah cukup untuk menampung kendaraan

karyawan ataupun truk pengangkut yang masuk ke SPBE. Untuk pengaturan

sirkulasi kendaraan yang keluar masuk,akan dibantu satpam.

Jenis peralatan produksi dan alat transportasi

Jenis Alat Jumlah

(unit)

Energi penggerak

Kondisi Jenis dampak

cemaran

Mesin Produksi

Page 33: UKL UPL SPPBE

Kompresor LPG Tanki timbun Unloading direct valve Corcen LPG LPG sihi Pump LPG Sihi Pump Carosel 12 kg Evacuation pum Check scale 200 kg Check scale 150 kg Chain conveyor Chain conveyor LPG Filling Machine 50

kg System perpipaan

2

2

1

1

2

1

1

1

2

2

1

2

2

Las & ikat

Motor listrik 15 hp

25 kw

22 hp

30 hp

-

-

-

-

4,5 hp

3 hp

-

-

Baik Bising

Utilitas Lokasi SPPBE

kompresor distribusi daya listrik pembangkit tenaga

listrik generator mesin diesel

1

250 A

1

-

Motor listrik 4 kw

Energi listrik

Kapasitas 125 A

-

Baik Bising

Fasilitas Pengamanan

instalasi pipa pemadam 6 240 m Baik Debu

Page 34: UKL UPL SPPBE

slang asbes water hydrant komplit

valve hydrant box nozzle air pemadam tabung pemadam foam Co2 portbel 15 kg foam Co2 mobile 75 kg foam Co2 6 kg

Dcp

pompa pemadam

pompa summersibel kolam air pemadam bel tanda bahaya

20 m

4

4

8

10

4

2

1

1

7

45 kw @ 2o kw

Jembatan timbang 1 Kapasitas 40 ton

Mesin dan peralatan repair tabung

mesin slot blasting mesin buka valve 12 kg hidrostatik tes cylinder paint bort.

1

1

1

1

200 tabung/jam

100 tabung/jam

150 tabung/jam

150tabung/jam

5. Aktifitas Karyawan dan Sopir Truk Pengangkut

Page 35: UKL UPL SPPBE

Aktifitas Karyawan dan Sopir Truk Pengangkut antara lain kegiatan di kantor,

ruang tunggu, moshola, KM/WC. Kegiatan dikantor yaitu kegiatan

administrasi, kegiatan di ruang tunggu oleh sopir truk pengangkut tabung pada

saat pengisian gas ke tabung-tabung, kegiatan di mushola untuk melaksanakan

ibadah sholat. dan kegiatan di kamar mandi /wc oleh karyawan maupun sopir

truk pengangkut tabung gas.

6. Operasional Genset

penggunaan genset akan dioperasikan khusus pada saat aliran listrik dari PLN

padam. Agar pengoperasian dan pemeliaharaan dapat lebih optimal maka

genset dibuatkan ruang tersendiri dan kedap suara yang rencana akan

diletakkan di sebelah samping utara dan jauh dari aktifita karyawan.

Pertimbangan tersebut diambil agar tidak mengganggu aktifitas karyawan

maupun lokasi sekitar pada saat dioperasikan.

Page 36: UKL UPL SPPBE

PENGELOLAAN LINGKUNGAN DAN PEMANTAUAN LINGKUNGAN YANG DILAKUKAN

Jenis Kegiatan Pengelolaan Lingkungan Pemantauan Lingkungan

1 2 3

Limbah padat kegiatan SPPBE PT. Suminar Mitragas Selaras sebagian besar berasal dari kegiatan kantor dengan jenis sampah tertentu

Penyediaan tempat sampah didalam kantor dan luar kantor /halaman

Sampah dikumpulkan kemudian diambil oleh karyawan dan dibawa pulang dengan lokasi 500 m dari lokasi usaha

Adanya tempat sampah

Sampah tidak berserakan

Limbah cair yang dihasilkan berasal dari kamar mandi/WC dan ceceran minyakpelumas

Pembuatan tanki septic dan sumur resapan

Adanya sumur resapan

Adanya tanki septic

Polutan kualitas udara. Timbulnya bau, kebisingan dan debu terutama pada filling hall

Pengangkutan dan sirkulasi udara, penanaman vegetasi, pemakaian masker pada karyawan, hati-hati dalam bongkar muat

Mengujikan kualitas udara lingkungan pabrik dan luar pabrik

Penanganan flora fauna Melakukan perawatan Adanya tanaman

Page 37: UKL UPL SPPBE

tanaman Melakukan

penyulaman memperbanyak jenis tanaman

Adanya RTH

Pemanfaatan tenaga kerja Memenuhi SOP dalam menjalankan aktivitas

SOP sesuai dengan Dinas/Instansi terkait

Adanya keresahan masyarakat

Sosialisasi tentang keberadaan usaha

Pemberian ganti rugi apabila terjadi peledakan kebakaran

Partisipasi kelingkungan masyarakat

Interview kepada warga sekitar

Adanya santunan Adanya bantuan

BAB III

KAJIAN EVALUASI DAMPAK

1. INFORMASI LINGKUNGAN

1. Komponen Fisik Kimia

1. Iklim

Page 38: UKL UPL SPPBE

Kabupaten Ngawi adalah daerah dengan iklim tropis dengan sebagian besar

merupakan dataran rendah yaitu sebesar 95% dari luas wilayah dan sisanya

merupakan dataran tinggi dengan ketinggian ± 2.000 mdpl.

2. Kecepatan angin

Wilayah Kabupaten Ngawi yang sebagian besar dataran rendah maka kecepatan

angin tergolong cukup rendah dan tidak berpengaruh terhadap aktifitas warga.

3. Curah hujan

Curah hujan di Kabupaten Ngawi cukup tinggi di beberapa daerah yaitu Sine,

Ngrambe, Jogorogo, dan Kendal, namun untuk sebagian besar wilayah

Kabupaten Ngawi curah hujan tergolong sedang.

4. Kualitas udara

Kabupaten Ngawi memiliki kawasan hutan yang cukup luas, dimana

menyumbang produksi udara bersih (oksigen) yang bermanfaat bagi kawasan

Kabupaten Ngawi dan sekitarnya.

5. Fisiografi

Dilihat dari kondisi fisik Kabupaten Ngawi sebagian besar merupakan dataran

rendah dengan permukaan tanah termasuk sangat datar dengan klasifikasi

kemiringan 0% - 2%, namun perkembangan saat ini mulai banyak lahan yang

terbentuk karena aktifitas manusia yaitu bangunan pabrik, toko dan pasar,

perumahan dan kantor, perkerasan aspal jalan, saluran dan lain-lain.

6. Karakteristik air permukaan dan air tanah

Kemiringan tanah dan tektur tanah yang ada di Wilayah Kabupaten Ngawi cukup

baik dalam rangka penyediaan air bagi masyarakat dan dengan didukung

beberapa sungai atau kali yang melintasi wilayah Kabupaten Ngawi untuk

kebutuhan pertanian.

2. Komponen Biologi

Page 39: UKL UPL SPPBE

1. Flora

Flora yang ada disekitar perusahaan PT. Suminar Mitragas Selaras antara lain:

Mangga

Karsen

Nahoni

Serut

Trembesi Lamtoro

2. Fauna

Burung gereja

Burung kutilang

Burung perkutut

Burung emprit

Burung trocok

Burung Derkuku

3. Lingkungan Sosial – Ekonomi dan Budaya

1. Geografis

Kabupaten Ngawi terletak di wilayah barat Propinsi Jawa Timur yang

berbatasan langsung dengan Propinsi Jawa Tengah. Luas wilayah Kabupaten

Ngawi adalah 1.298,58 km2 . Secara administrasi wilayah terbagi dalam 19

Kecamatan dan 217 desa dan 4 kelurahan. Secara geografis Kabupaten Ngawi

terletak pada posisi 7˚21’ - 7˚31’ Lintang selatan dan 110˚10 - 111˚40 bujur

timur.

2. Kependudukan

Page 40: UKL UPL SPPBE

Data penduduk Kecamatan Ngawi

Penduduk laki-laki : 429.921 jiwa

Penduduk perempuan : 449.277 jiwa

Luas Wilayah : 1.298,58 km2

Kepadatan Penduduk : ± 678 jiwa/km2

3. Interaksi Sosial

Menjalin hubungan social dengan penduduk sekitar dengan member bantuan

apabila ada kegiatan di desa.

4. Persepsi Masyarakat

Persepsi negative adanya kekawatiran akan dampak meledak, kebakaran dan

kebocoran tanki LPG, biasanya penduduk yang lokasinya dekat dengan perusahaan.

Persepsi positif adanya kemudahan untuk mendapatkan BBG dengan pemenuhan

kebutuhan BBG tidak akan langka.

4. Komponen Kesehatan Masyarakat

1. Sarana dan prasarana kesehatan

Untuk memberikan jaminan kesehatan dan keselamatan kerja (K3) seluruh

karyawan PT. Suminar Mitragas Selaras, perusahaan memberikan fasilitas

jaminan berupa Asuransi Tenaga Kerja dan Jamsostek.

2. Kondisi perumahan

Umumnya kondisi perumahan penduduk desa Watualang cukup sehat artinya

bahwa seluruh penduduk desa mempunyai rumah permanen dan terbuat dari

tembok.

Page 41: UKL UPL SPPBE

3. Sarana air bersih

Untuk memenuhi kebutuhan air bersih bagi pengguna kebutuhan rumah tangga

maka penduduk rata-rata desa Watualang menggunakan air sumur dangkal.

4. Sarana pembuangan air limbah

Umumnya masyarakat desa Watualang telah mempunyai fasilitas pembuangan

limbah domestic yang telah dilengkapi dengan resapan untuk pembuangan

limbahnya. Untuk air bekas mencuci kegiatan mandi pada umumnya dibuang

langsung kesaluran drainase/badan air.

5. Sarana Pembuangan Sampah

Pada umumnya sarana pembuangan sampah merupakan sarana yang bersistem

onsite yaitu sampah dibuang disebuah galian tanah yang berada pada halaman

depan atau belakang. Bila sudah penuh maka sampah ditimbun.

5. Kepadatan Lalu Lintas

Jalan Raya Ngawi – Solo Desa Watualang merupakan salah satu jalan kolector

primer yang cukup ramai karena mempunyai jalan akses menuju kearah kota Solo

dengan 2 arah yang menuju ke kota Solo maupun yang meninggalkan kota Solo dan

dilewati oleh mobil penumpang umum, truk, bus, penumpang pribadi dan sepeda

motor.

6. Ruang, Tanah dan Lahan.

Penggunaan lahan disekitar wilayah Kecamatan Ngawi telah berkembang sebagai

daerah perumahan dan juga mengarah pada perkembangan wilayah perdagangan

dengan beberapa industry yang ada didalamnya.

2. KEGIATAN YANG MENIMBULKAN DAMPAK

Tahap Operasional

Page 42: UKL UPL SPPBE

Mobilitas tenaga kerja menimbulkan dampak terhadap

Persepsi masyarakat secara negatif adanya kekawatiran akan dampak meledak,

kebakaran dan kebocoran tanki LPG, biasanya penduduk yang lokasinya dekat

dengan perusahaan. Persepsi masyarakat secara positif adanya kemudahan untuk

mendapatkan BBG dan pemenuhan kebutuhan BBG tidak akan langka.

Gangguan keamanan apabila terjadi kebakaran dan terhadap ketertiban masyarakat

adanya demo/protes warga sekitar usaha tersebut.

Pengangkutan bahan baku dan hasil produksi menimbulkan dampat terhadap

Terjadinya kerusakan jalan karena berat kendaraan yang membawa tabung LPG

Penurunan kualitas udara disebabkan oleh adanya bau gas hidrokarbon dan gas buang

kendaraan bongkar muat tabung LPG.

Peningkatan kebisingan pada areal filling hall disebabkan karena suara tabung dari

proses kegiatan bongkar muat tabung kosong dan tabung isi.

Proses produksi menimbulkan dampak terhadap

Peningkatan polusi udara terjadi di areal filling hall dengan adanya bau gas pada saat

pengisian

Peningkatan kebisingan terjadi di areal filling hall dan bongkar muat tabung LPG.

Page 43: UKL UPL SPPBE

BAB IV

RENCANA PENGELOLAAN DAN PEMANTAUAN LINGKUNGAN

DAMPAK YANG DIPERKIRAKAN MUNCUL

Setiap adanya kegiatan rencana pembangunan di suatu wilayah, maka akan muncul

dampak-dampak yang ditimbulkan, baik dampak positif maupun dampak negative.

Identifikasi terhadap jenis dampak yang akan terjadi dimaksudkan untuk menelaah

kemungkinan adanya perubahan lingkungan sebagai akibat adanya kegiatan proyek, baik

kegiatan pada tahap pra konstruksi, tahap konstruksi, maupun tahap operasi.

Identifikasi dampak positif antara lain akan timbulnya kebutuhan tenaga kerja, kebutuhan

material yang memungkinkan bertambahnya kegiatan perekonomian di sekitar lokasi. Sektor

jasa/perdagangan akan bertambah pada tahap operasi. Sedangkan dampak negatifnya antara

lain diuraikan di bawah ini:

Page 44: UKL UPL SPPBE

4.1. TAHAP PRA KONSTRUKSI

4.1.1 Pembebasan dan pengukuran ulang lahan

Yaitu kegiatan pembebasan lahan oleh pemrakarsa terhadap pemilik tanah. Lahan

diukur sesua batas-batas yang ditentukan sesuai dengan ksepakatan antara pemrakarsa

dengan pemilik lahan. Dilakukannya pengukuran tersebut dimaksudkan agar

perencanaan desai sesuai yang direncanakan. Saat kegiatan ini dilaksanakan

diperkirakan dapat memunculkan keresahan masyarakat sekitar, karena kekhawatiran

perluasan/kehilangan lahan oleh pemilik tanah dari kegiatan ukur ulang, yang akan

digunakan sebagai lokasi Rencana Pembangunan SPBE PT. Suminar Mitragas Selaras

1. Jenis Dampak

Munculnya keresahan masyarakat karena kekhawatiran perluasan/kehilangan lahan

oleh pemilik tanah dari kegiatan ukur ulang, yang akan digunakan sebagai lokasi

Pembangunan SPBE PT. Suminar Mitragas Selaras

2. Besaran dampak

Besaran dampak yaitu banyaknya masyarakat sekitar yang resah dengan adanya

rencana pembangunan SPBE PT. Suminar Mitragas Selaras

3. Tolok Ukur Dampak

Tolok ukur dampak yaitu intensitas keluhan dan munculnya pembicaraan kurang

baik di kalangan masyarakat sekitar.

4.1.2. Kegiatan Sosialisasi

Kegiatan ini sebagai tindak lanjut setelah dilakukannya pengukuran lahan. Kegiatan

sosialisasi yang dimaksud adalah mempersiapkan pengenalan dan memasyarakatkan

rencana usaha tersebut. Memberikan informasi kepada masyarakat bahwa di lokasi

tersebut akan didirikan SPBE PT. Suminar Mitragas Selaras. Lahan yang digunakan

untuk pembangunan seluas 7.919 m yang lokasinya secara adminis trative terletak di,

Desa Watualang, Kecamatan Ngawi , Kabupaten Ngawi.

Page 45: UKL UPL SPPBE

Persepsi positif masyarakat sekitar saat kegiatan ini berlangsung diperkirakan dapat

muncul, karena masyarakat telah mendapatkan kepastian dan informasi yang jelas/rinci

tentang rencana kegiatan yang akan dilaksanakan, salah satunya melalui acara

sosialisasi yang telah dilaksanakan. Namun ada pula persepsi yang kurang baik yang

muncul dari masyarakat sekitar.

1. Jenis Dampak

Terjadinya persepsi yang kurang baik dan hubungan yang kurang harmonis antara

masyarakat sekitar dengan pemrakarsa.

2. Besaran Dampak

Besaran Dampak yaitu intensitas keluhan masyarakat yang terjadi.

3. Tolok Ukur Dampak

Tidak adanya pembicaraan kurang baik di masyarakat setempat.

4.2 TAHAP KONSTRUKSI

4.3.1. Perekrutan Tenaga Kerja Konstruksi

Perekrutan tenaga kerja saat konstruksi dilakukan untuk memenuhi kebutuhan tenaga

kerja saat pelaksanaan konstruksi yaitu membangun SPBE PT. Suminar Mitragas

Selaras. Untuk tahap konstruksi akan merekrut tenaga kerja seperti mandor, tukang

batu, tukang kayu, tukang besi, tukang cat, hingga laden.

Kegiatan perekrutan tenaga kerja ini dapat memunculkan dampak positif berupa

terciptanya kesempatan dan peluang kerja bagi masyarakat umum maupun masyarakat

sekitar, sehingga tidak sedikit masyarakat yang menaruh harapan dapat ikut bekerja

saat pelaksanaan konstruksi berlangsung. Namun juga akan menimbulkan dampak

yang negative seperti terlihat pada uraian berikut ini :

Page 46: UKL UPL SPPBE

1. Jenis Dampak

1. Peluang dan kesempatan kerja bagi masyarakat sekitar akan menipis apabila banyak

menggunakan tenaga kerja dari luar daerah.

2. Dengan adanya tenaga kerja konstruksi dari luar daerah maka banyak muncul wajah-

wajah baru yang dikhawatirkan akan menurunkan tingkat keamanan.

3. Penggunaan tenaga kerja dari luar karena di masyarakat sekitar tidak ada yang

mempunyai ketrampilan dan keahlian yang dibutuhkan akan menimbulkan

kecemburuan social.

2. Besaran Dampak

1. Jumlah tenaga kerja yang dapat diserap saat pelaksanaan konstruksi yaitu 60 orang.

2. Besarnya intensitas gangguan keamanan yang terjadi di lokasi tapak kegiatan

pertahun.

3. Besarnya intensitas keluhan warga sekitar.

3. Tolok ukur Dampak.

1. Adanya tenaga kerja dari masyarakat sekitar minimal 10% dari total tenaga kerja

konstruksi.

2. Tidak timbul gangguan keamanan di lokasi tapak kegiatan.

3. Tidak adanya pembicaraan kurang baik dari masyarakat sekitar.

4.3.2. Penyiapan Tanah dasar

Penyiapan tanah dasar Ini berupa pembersihan lokasi serta pemberian tanah urug untuk

meratakan permukaan tanah lokasi agar sesuai dengan perencanaan. Tanah urug

direncanakan diambil dari lokasi sekitar.

1. Jenis Dampak

1. Penurunan Kualitas Udara

Page 47: UKL UPL SPPBE

2. Timbulnya Limbah Padat

2. Besaran Dampak

1. Besarnya kadar partikulat 13,233-25,555 ppm

2. Timbulan sampah/m

3. Tolok Ukur Dampak

1. Baku Mutu Lingkungan menurut Keputusan Gubernur Jawa Timur No. 45Tahun

2002,tentang Baku Mutu Limbah Cair Bagi Industri atau Kegiatan Usaha Lainnya di

Jawa imur.

2. Tidak adanya timbulan sampah

4.3.3. Pengangkutan Bahan Material dan Peralatan Kerja

Pembangunan yang dilaksanakan akan membutuhkan banyak peralatan kerja dan

bahan material bangunan. Alat-alat tersebut akan digunakan baik pada saat pekerjaan

galian , pekerjaan pengecoran (pondasi, kolom, balok, plat) dan pekerjaan erection

baja/balok perancah hingga rencana pembangunan konstruksi atap bangunan.

Kebutuhan bahan dan material bangunan untuk keperluan konstruksi fisik banyak

didatangkan dari luar lokasi tapak kegiatan pembangunan. Kondisi ini diperkirakan

akan sering terjadi mobilitas kendaraan proyek yang keluar masuk ke lokasi rencana

pembangunan yang menyebabkan gangguan kelancaran dan keselamatan lalu lintas di

jalan-jalan sekitar lokasi rencana pembangunan serta diperkirakan pula dapat

meningkatkan kadar debu dan kebisingan.

a. Jenis Dampak

1. Penurunan kualitas udara (debu)

2. Peningkatan kebisingan

3. Timbulnya kerawanan kecelakaan lalu lintas dan gangguan lalu lintas di jalan

depan lokasi kegiatan pembangunan.

Page 48: UKL UPL SPPBE

b. Besaran Dampak

1. Besaran dampak penurunan kualitas udara yaitu besarnya kadar debu.

2. Peningkatan kebisingan pada saat konstruksi berlangsung.

3. Terjadinya gangguan kelancaran / hambatan dan kecelakaan lalu lintas di jalan

depan lokasi.

c. Tolok Ukur Dampak

Tolok ukur dampak yaitu

1. Baku Mutu Lingkungan menurut Keputusan Gubernur Jawa Timur Bo. 129 Tahun

1996,tentang Baku Mutu Kualitas Udara Ambient dan Emisi Sumber Tak Bergerak

2. Baku Mutu Lingkungan menurut Keputusan Gubernur Jawa Timur No. 413 Tahun

197,tentang Penggolongan dan Baku Mutu Air di Jawa Timur.

1. RENCANA PENGELOLAAN LINGKUNGAN

Sumber Dampak

1. Mobilisasi tenaga kerja

Persepsi masyarakat terhadap peluang kerja dari kegiatan produksi, administrasi,

distribusi dan security SPPBE PT. Suminar Mitragas Selaras.

Gangguan keamanan dan ketertiban masyarakat, kawatir bila terjadi kebakaran akibat

ledakan tabung LPG.

Tolok Ukur

70 % karyawan dari masyarakat sekitar perusahaan.

Tidak ada protes/demo dari masyarakat sekitar perusahaan.

Tujuan Rencana pengelolaan Dampak

Page 49: UKL UPL SPPBE

Untuk menurunkan tingkat pengangguran masyarakat sekitar perusahaan.

Untuk memenuhi gangguan keamanan dan ketertiban masyarakat sekitar usaha

Upaya Pengelolaan Lingkungan

Memprioritaskan tenaga kerja local bila ada penggantian tenaga kerja baru

Sosialisasi kepada masyarakat sekitar perusahaan tentang kegiatan penimbunan gas

LPG dan pengisian tabung LPG.

Lokasi Pengelolaan

Kantor Admiinistrasi, karyawan dan masyarakat sekitar Pt. Suminar Mitragas Selaras

Periode/waktu Pengelolaan

Setiap 6 bulan sekali

Pelaksana Pengelolaan

PT. Suminar Mitragas Selaras

Pengawas

Ditjen Migas, PT. SMS dan Kantor Lingkungan Hidup Kabupaten Ngawi

Sumber Dampak

2. Operasional Proses Produksi

Kualitas udara adanya bau gas hidrokarbon dan gas buang kendaraan bongkar muat

tabung LPG.

Kebisingan dari bongkar muat tabung LPG

Kualitas air dari limbah domestic dan ceceran minyak pelumas.

Tolok ukur

Page 50: UKL UPL SPPBE

SK Gub. Jatim No. 129 tahun 1996 tentang baku mutu udara

Permenkes No. 718 tahun 1987 tentang baku mutu tingkat kebisingan

SK Gub. Jatim No. 45 tahun 2002 tentang baku mutu limbah cair bagi kegiatan yang

beroperasi.

Tujuan Rencana Pengelolaan Dampak

Mencegah penurunan kualitas udara dan kebisingan sekaligus menjaga K-3 karyawan

Mencegah penurunan kualitas air permukaan

Upaya Pengelolaan Lingkungan

Melengkapi mesin LPG dengan valve otomatis dan penggantian valve secara rutin

Penggantian masker pada karyawan

Pembuatan pagar tembok

Memperbanyak tanaman sebagai penangkap gas dan kebisingan

Penempatan pompa hydrant yang tepat

Pengaturan setiap keluar masuknya kendaraan

Membuat septic tank dan bak control

Penggunaan pipa water sprinkle untuk keamanan FH

Menjaga ketersediaan air bersih dan control saluran secara rutin

Lokasi

Filling Hall, Filling Skid, Storage Tank, Ruang terbuka

Waktu Pengelolaan

Untuk Filling Hall setiap hari dan setiap ada pengisian dan pengosongan

Untuk Storage Tank pada saat pengisian dan penyimpanan LPG ke tanki timbun

Page 51: UKL UPL SPPBE

Pelaksana

PT. Suminar Mitragas Selaras

Pengawas

Ditjen Migas, PT. SMS dan Kantor Lingkungan Hidup Kabupaten Ngawi

Pelaporan

Ditjen Migas, Kantor lingkungan hidup kabupaten Ngawi

Sumber Dampak

3. Pengangkutan Bahan baku dan Hasil Produksi

Kegiatan Mobilisasi truk pengangkut Bulk LPG

Kegiatan Mobilisasi truk pengangkutan tabung LPG ke distributor

Tolok Ukur

Jumlah kecelakaan yang terjadi

Jumlah Volume kendaraan

Ada tidaknya kemacetan lalu lintas

Tujuan Rencana Pengelolaan Dampak

Untuk menghindari terjadinya kecelakaan

Untuk menghindari terhambatnya keluar masuk truk-truk ke areal SPPBE yang dapat

mengganggu lalu lintas

Upaya Pengelolaan Lingkungan

Memasang rambu yang jelas akan keberadaan SPPBE

Pengaturan kendaraan keluar masuk area SPPBE

Page 52: UKL UPL SPPBE

Lokasi

Pintu keluar masuk truk pengangkut Bulk dan tabung pada pembongkaran tabung di

Filling Hall

Area lokasi parker kendaraan

Waktu

Setiap hari selama SPPBE beroperasi

Pelaksana

SPPBE PT. Suminar Mitragas Selaras

Pengawas

Ditjen Migas, PT SMS dan Kantor Lingkungan Hidup Kabupaten Ngawi

Pelaporan

Ditjen Migas, Kantor Lingkungan Hidup Kabupaten Ngawi.

2. RENCANA PEMANTAUAN LINGKUNGAN

Rencana pemantauan lingkungan ini merupakan rencana upaya-upaya untuk

mengumpulkan berbagai data dan informasi sebagai bahan masukan untuk

mengevaluasi tingkat keberhasilan system pengelolaan yang dilakukan serta untuk

mendeteksi setiap penyimpangan-penyimpangan dari tujuan dan sasaran pengelolaan

lingkungan yang direncanakan.

Rencana Pemantauan Lingkungan mencakup

Jenis dampak yang dipantau

Lokasi pemantauan

Waktu pemantauan

Page 53: UKL UPL SPPBE

Cara pemantauan dampak

Methode pemantauan lingkungan

Metode pengumpulan analisis

Lokasi pemantauan

Jangka waktu dan frekwensi pemantauan

Instansi pemantau lingkungan

Pelaksana pemantau

Pengawas pemantau

Pelaporan hasil pemantauan lingkungan

Jenis Dampak yang dipantau

1. Dampak kualitas air

Pemantauan kualitas air akan meliputi parameter:

Water Storage meliputi: suhu, minyak dan lemak, pH dan air pendingin.

Saluran drainase meliputi: suhu air, pH, minyak dan lemak dan zat-zat organic dalam

air limbah ( sebagai buangan air bekas kamar mandi) seperti BOD, COD, amoniak,

phenol serta kuman pathogen dari feses dan air seni manusia.

Kondisi septic tank dan sumur resapan parameter yang dipantau adalah bau yang

mungkin timbul, kapasitas, kebocoran dan efektivitas septic tank.

Kualitas air bersih yang dipantau adalah seluruh parameter yang ada pada syarat

kualitas air bersih berdasar Permenkes No. 416 tahun 1990

Untuk keberadaan sampah yang dapat mempengaruhi kualitas air tanah yang dipantau

adalah karakteristik sampah, jumlah dan penanganan yang dilakukan.

Lokasi Pemantauan kualitas air :

Page 54: UKL UPL SPPBE

Dilakukan pada water storage, saluran drainase dan septic tank serta resapannya.

Jangka Waktu :

Pada water storage setiap bulan sekali

Pada saluran drainase dilakukan setiap 6 bulan sekali, pada septic tank dilakukan

pemantauan setiap kali dilakukan pengurasan.

Untuk kualitas air bersih dilakukan pemantauan tiap bulan sekali dan sampah

dilakukan setiap hari.

Methode dan cara pemantauan :

Pengukuran suhu dengan metode pengukuran biasa dan alat yang digunakan adalah

thermometer

Pengukuran minyak dan lemak dengan metode spektrofotometrik/gravimetric dan alat

yang digunakan spektrofometer

Pengukuran pH dengan method elektromatrik dan alat yang digunakan pH meter

Tolok Ukur :

SK Gubernur jatim No. 45 tahun 2002

Pelaksana :

PT. Suminar Mitragas Selaras

Pengawas :

Ditjen Migas, PT SMS dan Kantor Lingkungan Hidup Kabupaten Ngawi

Pelaporan :

Ditjen Migas, Kantor Lingkungan Hidup Kabupaten Ngawi.

Page 55: UKL UPL SPPBE

2. Dampak kualitas udara yang dipantau

Parameter :

Utama. Kualitas udara yang meliputi SO2, NO2, debu dan higrokarbon dan tingkat

kebisingan disekitar areal kerja

Lokasi :

Dilakukan pada filling hall (khusus hidrokarbon)

Dilakukan pada pintu keluaar masuk SPPBE(gas, partikel dan kebisingan)

Dilakukan pada fillingskid( skid tank)

Jangka waktu :

Gas hidrokarbon pada lokasi filling hall dan filling skid dilakukan setiap minggu

sekali

Untuk gas kendaraan bermoto maupun partikel di pintu masuk kendaraan truk

dilakukan setiap 3 (tiga) bulan sekali.

Metode dan cara pemantauan :

Cara pemantauan yaitu dilakukan pemeriksaan sample kualitas udara yang terdiri dari

pengukuran jkandungan debu dan gas-gas polutan di udara serta kebisingan yang ada

disekitar kegiatan. Peralatan yang digunakan untuk pengambilan sample adalah : debu

dengan High volume sampler, Sox dengan menggunakan spektrofotometer, CO

dengan NIDR Analyzeer, Pb dengan alat AAS, NOx, dengan menggunakan alat

spektrofotometer NH3 menggunakan spektrofotometer, H2S menggunakan alat

spektrofotometer dan kebisingan alat sound level meter.

Metode analisis untuk parameter kualitas udara dan kebisingan adalah :

Analisa debu dengan metode gravimetric

Analisa Sox dengan metode pararosanilin

Analisa CO dengan metode non-dispersive infra red

Page 56: UKL UPL SPPBE

Analisa Pb. Dengan metoede gravimetric/pengabuan

Analisa NH3 dengan metode Nessler

Analisa NOx dengan metode Saltman

Analisa H2S dengan metode Merkuritiosionat

Dari analisa yang dibuat maka selanjutnya dibandingkn dengan baku mutu udara

ambient untuk mengetahui kondisi kualitas udara awal di sekitar kegiatan

SPPBE.

Tolok Ukur :

Untuk kualitas udara disesuaikan dengan SK Gubernur KDH Tk. I jatim N0. 129

tahun 1996 mengenai baku mutu kualitas udara

Untuk kebisingan disesuaikan dengan keputusan Menteri kesehatan No.

718/MENKES/Per/1987, tentang kebisingan yang berhubungan dengan kesehatan

Pelaksana:

PT. Suminar Mitragas Selaras

Pengawas :

Ditjen Migas, PT SMS dan Kantor Lingkungan Hidup Kabupaten Ngawi

Pelaporan :

Ditjen Migas, Kantor Lingkungan Hidup Kabupaten Ngawi.

3. Dampak adanya kesempatan kerja yang dipantau

Parameter :

Page 57: UKL UPL SPPBE

Jumlah tenaga kerja setempat yang digunakan

Lokasi :

PT. SMS dan bagian administrasi

Jangka Waktu :

Pemantauan dilakukan setiap 3 (tiga )bulan sekali

Metode dan cara pemantauan :

Cara pemantauan dilakukan dengan wawancara pada tenaga kerja dan pendapatan

mereka saat ini. Pendataan terhadap asal tenaga kerja dan pendapatan mereka saat ini.

Pendataan terhadap asal tenaga kerja perlu dilakukan untuk meminimalkan

tumbuhnya pemukiman kumuh disekitar proyek. Selain itu juga dilakukan pendataan

atau registrasi pegawai dan hubungan mitra kerja PT. SMS. Untuk kesehatan

karyawan metode yang dilakukan adalah secara rutin mengevaluasi hasil chec up

karyawan dan wawancara secara langsung mengenai K3 yang diberikan oleh

perusahaan.

Tolok Ukur :

Tolok ukur kesempatan kerja adalah jumlah tenaga kerja, asal tenaga

kerja,pendapatan (sesuai UMR)

Pelaksana :

PT. SMS

Pengawas :

Ditjen Migas, PT SMS. Dinas Hutbunling Kabupaten Ngawi

Page 58: UKL UPL SPPBE

Pelaporan :

Ditjen Migas, Dinas Hutbunling kab. Ngawi

4. Dampak adanya Keresahan masyarakat yang dipantau

Parameter :

Ada tidaknya protes atau keluhan masyarakat sekitar proyek terhadap kegiatan

operasional SPPBE

Lokasi :

Masyarakat sekitar kegiatan PT. SMS

Jangka Waktu :

Tiap 3 bulan sekali

Metode dan cara pemantauan :

Cara pemantauan dilakukan dengan wawancara secara langsung pada masyarakat

sekitar proyek mengenai keberadaan proyek selama ini. Jika ternyata terdapat

keresahan masyarakat akibat beroperasinya SPPBE tersebut maka pihak pemrakarsa

harus melakukan pendekatan kepada masyarakat sekitar.

Tolok ukur :

Tolok ukur ada keresahan masyarakat adalah ada tidaknya keluhan dan protes

masyarakat sekitar.

Pelaksana :

PT. SMS

Pengawasan :

Page 59: UKL UPL SPPBE

Ditjen Migas, PT. SMS, Kantor Lingkungan Hidup Kabupaten Ngawi

5. Dampak terhadap aspek Biologi

Parameter :

Parameter utama lingkungan yang dipantau adalah keanekaragaman flora yang ada

disekitar proyek (dipantau secara visual)

Lokasi :

Dilakukan pada areal taman SPPBE

Jangka waktu :

Sesuai waktu pemeliharaan

Metode dan cara pemantauan :

Cara pemantauan yaitu dilakukan pengamatan secara langsung

Tolak ukur :

Tanaman hidup

Page 60: UKL UPL SPPBE

Pelaksana :

PT.Suminar Mitragas Selaras

pengawasan

PT.Suminar Mitragas Selaras

6. Dampak terjadinya peningkatan lalu lintas

Parameter :

Yang dipantau adalah frekwensi keluar masuknya kendaraan truk pengangkut setiap

harinya serta kapasitas parker SPPBE yang ada

Lokasi :

PT. SMS

Jangka Waktu :

Kepadatan lalu lintas setiap 1 tahun sekali, pemantauan 6 bulan sekali

Metode dan cara pemantauan :

Dilakukan pendataan dan perhitungan jumlah kendaraan yang melewati jalan raya

Ngawi solo serta kendaraan truk pengangkut tabung yang keluar masuk pabrik.

Tolok ukur :

Jumlah kendaraan yang keluar masuk pabrik

Pelaksana :

PT. SMS

Pengawasan :

Page 61: UKL UPL SPPBE

PT. SMS

BAB V

PELAPORAN

1. Mekanisme Pelaporan Pelaksanaan UKL dan UPL

Kegiatan pelaksanaan pengelolaan dan pemantauan lingkungan sepenuhnya harus

dilaksanakan oleh pihak pengelola, dalam hal ini PT. SUMINAR MITRAGAS

SELARAS sebagai komitmennya dalam melaksanakan pembangunan yang berwawasan

lingkungan.

Oleh karena dalam kegiatan pengelolaan dan pemantauan lingkungan selalu melibatkan

pihak instansi pengawas maupun instansi terkait, maka pemrakarsa berkewajiban

memberikan laporan tentang hasil-hasil pelaksanaan pengelolaan dan pemantauan

lingkungan. Pelaporan ini dimaksudkanagar instansi pengawas atau instansi terkait

Page 62: UKL UPL SPPBE

dapat melakukan evaluasi terhadap pelaksanaan UKL/UPL PT.Suminar Mitragas

Selaras, sehingga dapat dipakai dasar pertimbangan dalam pengambilan keputusan

selanjutnya.

Apabila terjadi keadaan darurat, maka hasil pengelolaan dan pemantauan lingkungan

dapat dipakai sebagai acuan untuk mencari sebab-sebab terjadinya keadaan darurat.

Dalam kegiatan pengelolaan dan pemantauan lingkungan, maka unit pengelolaan

lingkungan dalam perusahaan yang berperan sebagai pelaksana harian dan kegiatan

tersebut. Unit tersebut selalu memperhatikan program-program pengelolaan dan

pemantauan biasanya menyangkut masalah waktu, lokasi, peralatan dan pengarahan

operator yang melaksankannya. Hasil pemantauan akan selalu dicatat oleh

petugas/operator pelaksana dalam agenda harian dimana pada setiap petugas pada unit

tersebut akan melaporkan hasli pemantauannya kepada pimpinan perusahaan setelah

ditanda tangani oleh Plat Manager. Laporan dari unit pengelolaan lingkungan tersebut

akan dijadikan sebagai bahan untuk menyusun laporan pelaksanaan UKL dan UPL

tahunan oleh perusahaan yang selanjutnya akan dilaporkan kepada Ditjen Migas c/q

Direktorak tehnik Pertambangan Migas serta tembusannya kepada Bupati Ngawi cq

Kantor Lingkungan Hidup Kabupaten Ngawi.

2. Bentuk-bentuk laporan yang akan disusun adalah sebagai berikut:

1. Catatan Perusahaan Terjadinya Pencemaran

Dari catatan harian yang dibuat oleh petugas pemantauan lingkungan di perusahaan

akan terlihat adanya fluktuasi tingkat pencemaran yang ditimbulkkan sehingga

petugas tersebut akan menandai pada buku laporan harian mengenai waktu

terjadiyapeningkatan pencemaran yang dianggap baku mutu yang ditentukan.

2. Pelaporan terjadinya Pencemaran

Pelaporan terjadinya kecelakaan atau gangguan lingkungan dalam skala besar wajib

dilaporkan 2x24 jam kepada Ditjen Migas dan Pemerintah Daerah Kabupaten Ngawi.

Page 63: UKL UPL SPPBE

3. Pelaporan Bulanan Terjadinya Pencemaran

Apabila kegiatanSPPBE menyebabkan terjadinya gangguan atau pencemaran pada

lingkungan pad setiap bulan, maka perusahaan harus melaporkan terjadinya

pencemaran tersebut kepada Ditjen Migas dan Pemerintah Kabupaten Ngawi setiap

bagian pula.

4. Laporan triwulan Tentang Pelaksanaan UKL dan UPL.

Laporan triwulan mencakup berbagai laporan pelaksanaan UKL dan UPL selama

tiga bulan. Laporan tersebut antara lain:

Kesigaan peralatan dan petugas dalam pelaksanaan UKL

Ketepatan waktu dalam melaksanakan pemantauan lingkungan.

Kedisiplinan kerja dalam menjaga kebersihan lingkungan.

Laporan hasil pemantauan secara lengkap dan kendala yang terjadi selama

melaksanakan UKL dan UPL.

Dari semua bentuk laporan ini pada akhirnya akan memberikan keuntungan tidak saja

bagi masyarakt sekitar yang memerlukan rasa aman tetapi juga tidak kalah pentingnya

adalah bagi PT.Suminar Mitragas Selaras agar kesinambungan usahanya dapat

berlangsung terus menerus.

UKL – UPL SPBE PT. Suminar Mitra Selaras, Watualang Ngawi 77