Amdal- Ukl Dan Upl

24
UKL- UPL 1 AMDAL UKL-UPL (UPAYA PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP DAN UPAYA PEMANTAUAN LINGKUNGAN HIDUP) LATAR BELAKANG Lingkungan hidup yang baik dan sehat merupakan hak asasi dan hak konstitusional setiap warga negara Indonesia sebagaimana diamanatkan dalam pasal 28H Undang-Undang Dasar Negara Republik tahun 1945. Pembangunan ekonomi nasional sebagaimana diamanatkan oleh Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia tahun 1945 diselenggarakan berdasarkan prinsip pembangunan berkelanjutan dan berwawasan lingkungan. Oleh karena itu, Negara, Pemerintah dan seluruh pemangku kepentingan berkewajiban untuk melakukan perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup dalam pelaksanaan pembangunan berkelanjutan agar lingkungan hidup Indonesia dapat tetap menjadi sumber dan penunjang hidup bagi rakyat Indonesia serta makhluk hidup lain. Semangat otonomi daerah dalam penyelenggaraan pemerintahan Negara Kesatuan Republik Indonesia telah membawa perubahan hubungan dan kewenangan antara Pemerintah dan pemerintah daerah, termasuk di bidang perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup. Kualitas lingkungan hidup yang semakin menurun telah mengancam kelangsungan perikehidupan manusia dan makhluk hidup lainnya sehingga perlu dilakukan perlindungan dan pengelolaan

Transcript of Amdal- Ukl Dan Upl

Page 1: Amdal- Ukl Dan Upl

UKL-UPL 1

AMDAL

UKL-UPL

(UPAYA PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP DAN

UPAYA PEMANTAUAN LINGKUNGAN HIDUP)

LATAR BELAKANG

Lingkungan hidup yang baik dan sehat merupakan hak asasi dan hak konstitusional

setiap warga negara Indonesia sebagaimana diamanatkan dalam pasal 28H Undang-Undang

Dasar Negara Republik tahun 1945. Pembangunan ekonomi nasional sebagaimana

diamanatkan oleh Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia tahun 1945

diselenggarakan berdasarkan prinsip pembangunan berkelanjutan dan berwawasan

lingkungan.

Oleh karena itu, Negara, Pemerintah dan seluruh pemangku kepentingan

berkewajiban untuk melakukan perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup dalam

pelaksanaan pembangunan berkelanjutan agar lingkungan hidup Indonesia dapat tetap

menjadi sumber dan penunjang hidup bagi rakyat Indonesia serta makhluk hidup lain.

Semangat otonomi daerah dalam penyelenggaraan pemerintahan Negara Kesatuan

Republik Indonesia telah membawa perubahan hubungan dan kewenangan antara Pemerintah

dan pemerintah daerah, termasuk di bidang perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup.

Kualitas lingkungan hidup yang semakin menurun telah mengancam kelangsungan

perikehidupan manusia dan makhluk hidup lainnya sehingga perlu dilakukan perlindungan dan

pengelolaan lingkungan hidup yang sungguh-sungguh dan konsisten oleh semua pemangku

kepentingan.

RUMUSAN MASALAH

1. Pertumbuhan populasi manusia yang semakin tinggi menyebabkan aktifitas ekonomi juga

meningkat pesat. Kegiatan ekonomi/pembangunan yang semakin meningkat mengandung

resiko pencemaran dan perusakan lingkungan hidup sehingga struktur dan fungsi dasar

ekosistem yang menjadi pendukung kehidupan menjadi rusak. Hal tersebut merupakan

beban sosial yang pada akhirnya manusia pula yang akan menanggung biaya

pemulihannya.

Page 2: Amdal- Ukl Dan Upl

UKL-UPL 2

2. Disamping menghasilkan produk yang bermanfaat bagi masyarakat, industrialisasi juga

menimbulkan dampak, antara lain, dihasilkannya limbah bahan berbahaya dan beracun,

yang apabila dibuang ke dalam media lingkungan hidup dapat mengancam lingkungan

hidup kesehatan dan kelangsungan hidup manusia serta makhluk hidup lain.

TUJUAN PENULISAN

Tujuan penulisan makalah ini adalah:

1. Sebagai salah satu syarat kelulusan mata kuliah AMDAL dan Audit Lingkungan di Jurusan

Teknik Lingkungan Sekolah Tinggi Teknologi Sapta Taruna

2. Sebagai pembuka wawasan mahasiswa tentang UKL/UPL di Indonesia

PENGERTIAN UKL - UPL

Dalam penjelasan atas Undang-Undang nomor 32 tahun 2009 tentang Pengelolaan

Lingkungan Hidup disebutkan bahwa arah pembangunan jangka panjang Indonesia adalah

pembangunan ekonomi dengan bertumpukan pada pembangunan industri yang diantaranya

menggunakan berbagai jenis bahan kimia dan zat radioaktif. Disamping menghasilkan produk

yang bermanfaat bagi masyarakat, industrialisasi juga menimbulkan ekses, antara lain

dihasilkannya limbah yang apabila dibuang ke lingkungan akan dapat mengancam lingkungan

hidup itu sendiri, kelangsungan hidup manusia serta makhluk hidup lain.

Upaya Pengelolaan lingkungan (UKL) dan Upaya Pemantauan Lingkungan (UPL) adalah

salah satu instrument pengelolaan lingkungan yang merupakan salah satu persyaratan

perijinan bagi pemrakarsa yang akan melaksanakan suatu usaha/kegiatan di berbagai sektor.

UKL-UPL telah berjalan selama bertahun-tahun, namun sampai saat ini masih ditemukan

banyak kendala dalam pelaksanaannya.

Apa yang dimaksud dengan UKL dan UPL ?

1. Menurut Undang Undang Republik Indonesia No. 32 tahun 2009 adalah sebagai berikut:

Upaya Pengelolaan Lingkungan Hidup dan Upaya Pemantauan Lingkungan Hidup, yang

selanjutnya disebut UKL-UPL, adalah pengelolaan dan pemantauan terhadap usaha

dan/atau kegiatan yang tidak berdampak penting terhadap lingkungan hidup yang

diperlukan bagi proses pengambilan keputusan tentang penyelenggaraan usaha dan/atau

kegiatan.

Page 3: Amdal- Ukl Dan Upl

UKL-UPL 3

2. Upaya Pengelolaan Lingkungan Hidup (UKL) dan Upaya Pemantauan Lingkungan Hidup

(UPL) adalah upaya yang dilakukan dalam pengelolaan dan pemantauan lingkungan hidup

oleh penanggung jawab dan atau kegiatan yang tidak wajib melakukan AMDAL (Undang-

Undang No. 32 tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup Pasal

34 dan Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 86 tahun 2002 tentang

Pedoman Pelaksanaan Upaya Pengelolaan Lingkungan Hidup dan Upaya Pemantauan

Lingkungan Hidup).

Proses penapisan atau kerap disebut proses seleksi wajib AMDAL adalah proses untuk

menentukan apakah suatu kegiatan wajib menyusun AMDAL atau tidak. Di Indonesia, proses

penapisan dilakukan dengan sistem penapisan satu langkah. Ketentuan apakah suatu rencana

kegiatan perlu menyusun dokumen AMDAL atau tidak dapat dilihat pada Keputusan Menteri

Negara Lingkungan Hidup Nomor 17 Tahun 2001 tentang Jenis Rencana Usaha dan/atau

Kegiatan yang Wajib dilengkapi dengan AMDAL

Upaya Pengelolaan Lingkungan HIdup-Upaya Pemantauan Lingkungkungan Hidup

merupakan salah satu instrumen pencegahan pencemaran dan/atau kerusakan lingkungan

hidup. Kegiatan yang tidak wajib menyusun AMDAL tetap harus melaksanakan upaya

pengelolaan lingkungan dan upaya pemantauan lingkungan. Kewajiban UKL-UPL diberlakukan

bagi kegiatan yang tidak diwajibkan menyusun AMDAL dan dampak kegiatan mudah dikelola

dengan teknologi yang tersedia. UKL-UPL merupakan perangkat pengelolaan lingkungan hidup

untuk pengambilan keputusan dan dasar untuk menerbitkan ijin melakukan usaha dan atau

kegiatan.

Penetapan jenis usaha dan/atau kegiatan yang wajib dilengkapi dengan UKL-UPL

ditentukan oleh Pemerintah Daerah setempat (dalam hal ini Gubernur atau Bupati/Walikota.

Penetapan jenis usaha dan / atau kegiatan tersebut berupa kegiatan usaha mikro dan kecil

serta tidak termasuk dalam kategori berdampak penting. Usaha dan / atau kegiatan tersebut

wajib membuat surat pernyataan kesanggupan pengelolaan dan pemantauan lingkungan

hidup.

Surat Pernyataan Kesanggupan Pengelolaan dan Pemantauan Lingkungan Hidup, yang

selanjutnya disebut SPPL adalah pernyataan kesanggupan dari penanngung jawab usaha dan /

atau kegiatan untuk melakukan pengelolaan dan pemantauan lingkungan hidup atas dampak

lingkungan lingkungan hidup dari usaha dan / atau kegiatannya di luar usaha dan / atau

kegiatan yang wajib AMDAL atau UKL-UPL.

Page 4: Amdal- Ukl Dan Upl

UKL-UPL 4

Kriteria usaha dan / atau kegiatan yang berdampak penting yang wajib dilengkapi

dengan AMDAL terdiri atas:

a. Pengubahan bentuk lahan dan bentang alam

b. Eksploitasi sumber daya alam, baik yang terbarukan maupun yang tidak terbarukan

c. Proses dan kegiatan yang secara potensial dapat menimbulkan pencemaran dan / atau

kerusakan lingkungan hidup serta pemborosan dan kemerosotan sumber daya alam

dalam pemanfaatannya

d. Proses dan kegiatan yang hasilnya dapat mempengaruhi lingkungan alam, lingkungan

buatan, serta lingkungan sosial dan budaya

e. Proses dan kegiatan yang hasilnya akan mempengaruhi pelestarian kawasan

konservasi sumber daya alam dan / atau perlindungan cagar budaya

f. Introduksi jenis tumbuh-tumbuhan, hewan dan jasad renik

g. Pembuatan dan penggunaan bahan hayati dan non hayati

h. Kegiatan yang mempunyai resiko tinggi dan / atau mempengaruhi pertahanan negara

dan / atau

i. Penerapan teknologi yang diperkirakan mempunyai potensi besar untuk

mempengaruhi lingkungan hidup

MAKSUD DAN TUJUAN PENYUSUNAN UKL/UPL

1. Maksud Penyusunan UKL/UPL

Sebagai acuan bagi pemrakarsa dalam melaksanakan Upaya Pengelolaan Lingkungan

Hidup dan Upaya Pemantauan Lingkungan Hidup (UKL/UPL) terhadap jenis usaha dan

atau kegiatan.

Sebagai dokumen informatif tentang pelaksanaan pengelolaan lingkungan hidup dan

pemantauan lingkungan hidup mulai tahap Pra-Konstruksi, Konstruksi dan Operasional

Meningkatkan koordinasi lintas sektoral antar instansi yang bertanggung jawab di

bidang pengelolaan dan pengendalian lingkungan hidup di tingkat propinsi,

kabupaten/kota dengan instansi yang saling berkaitan

2. Tujuan Penyusunan UKL/UPL

Page 5: Amdal- Ukl Dan Upl

UKL-UPL 5

Mengidentifikasi dan menguraikan komponen kegiatan penyebab dampak pada tahap

prakonstruksi, konstruksi dan operasional yang diduga dapat menimbulkan dampak

terhadap lingkungan hidup.

Mengidentifikasi dan menguraikan komponen lingkungan hidup yang akan terkena

dampak dari suatu kegiatan.

Merumuskan saran tindak dalam upaya pengeloaan lingkungan hidup dan pemantaun

lingkungan hidup.

Sebagai pedoman bagi pemerakarsa dalam pengambilan keputusan mengenai upaya

pengelolaan dan pemantauan lingkungan hidup bagi kegiatan.

DASAR HUKUM

Dasar hukum atau peraturan perundangan yang terkait adalam Penyusunan UKL/UPL ini

mengacu pada:

1. Undang-Undang:

Undang-Undang RI No. 1 Tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja. Undang-undang ini

sebagai acuan dalam penerapan keselamatan kerja.

Undang-Undang RI No. 5 Tahun 1990 tentang Konservasi Sumber Daya Alam Hayati dan

Ekosistemnya. Undang-undang ini digunakan sebagai acuan memahami dan

pelaksanaan konservasi.

Undang-Undang RI No. 3 Tahun 1992 tentang Jaminan Sosial Tenaga kerja, sebagai

acuan penerapan jaminan sosial tenaga kerja (Jamsostek).

Undang-Undang RI No. 14 Tahun 1992 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan. Undang-

undang ini sebagai acuan dalam memahami lalu lintas dan angkutan jalan kaitannya di

wilayah studi.

Undang-Undang RI No. 21 tahun 1992 tentang Pelayaran, sebagai acuan bagi lalu lintas

dan keselamatan pelayaran ke pelabuhan.

Undang-Undang RI No.32 Tahun 2009 tentangPerlindungan dan Pengelolaan Lingkungan

Hidup. Undang-undang ini sebagai acuan memahami pengertian pengelolaan lingkungan

Hidup.

Undang-Undang RI No. 7 Tahun 2004 tentang Sumber Daya Air. Undang-undang ini

sebagai acuan memahami dan kegunaan sumber air di wilayah studi.

Undang-Undang RI No. 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah. Undang-undang

ini sebagai acuan kewenangan pemerintahan daerah.

Page 6: Amdal- Ukl Dan Upl

UKL-UPL 6

Undang-Undang RI No. 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang. Undang-undang ini

sebagai acuan dalam memahami tata ruang di wilayah studi.

Undang-Undang RI No. 18 Tahun 2008 tentang Pengelolaan Sampah, sebagai acuan

memahami pengelolaan sampah, tugas dan kewenangan pemerintah, hak dan

kewajiban, penyelenggaraan pengelolaan, pembiayaan dan kompensasi, kerjasama dan

kemitraan, peran masyarakat dalam pengelolaan sampah.

Undang-Undang RI No. 24 Tahun 2008 tentang Keterbukaan Informasi sebagai acuan

dalam penyampaian dan keterbukaan informasi kepada publik.

2. Peraturan Pemerintah

Peraturan-peraturan pemerintah yang berkaitan dengan aktivitas usaha dan atau kegiatan

dari tahap Pra Konstruksi – Konstruksi dan Operasional.

3. Keputusan Presiden

Keputusan-keputusan Presiden yang berkaitan dengan aktivitas usaha dan atau kegiatan

dari tahap Pra Konstruksi – Konstruksi dan Operasional.

4. Peraturan Menteri

Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup RI No. 11 Tahun 2006 tentang Jenis Rencana

Usaha dan/atau Kegiatan Yang Wajib Dilengkapi Dengan Analisis Mengenai Dampak

Lingkungan Hidup.

Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup No. 13 tahun 2010 tentang Upaya

Pengelolaan Lingkungan Hidup dan Upaya Pemantauan Lingkungan Hidup dan Surat

Pernyataan Kesanggupan Pengelolaan dan Pemantauan Lingkungan Hidup

Peraturan-peraturan Menteri yang berkaitan dengan aktivitas usaha dan atau kegiatan dari

tahap Pra Konstruksi – Konstruksi dan Operasional.

5. Keputusan Menteri/Kepala Badan

Keputusan-keputusan Menteri/Kepala badan yang berkaitan dengan aktivitas usaha dan

atau kegiatan dari tahap Pra Konstruksi – Konstruksi dan Operasional.

6. Peraturan Daerah Propinsi dan Kabupaten/Kota

Peraturan-peraturan Daerah Propinsi dan Kabupaten/Kota yang berkaitan dengan aktivitas

usaha dan atau kegiatan dari tahap Pra Konstruksi – Konstruksi dan Operasional

Page 7: Amdal- Ukl Dan Upl

UKL-UPL 7

PENAPISAN

Penapisan terhadap jenis usaha dan/atau kegiatan yang wajib dilengkapi dengan

upaya pengelolaan lingkungan hidup dan upaya pemantauan lingkungan hidup (UKL-UPL)

perlu dilakukan mengingat besarnya rentang jenis usaha dan/atau kegiatan yang wajib

dilengkapi UKL-UPL. Pasal 34 ayat (1) Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang

Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup mengatur bahwa setiap usaha dan/atau

kegiatan yang tidak termasuk dalam kriteria wajib amdal, wajib memiliki UKL-UPL.

Pasal 35 ayat (1) Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan

Pengelolaan Lingkungan Hidup mengatur pula bahwa usaha dan/atau kegiatan yang tidak

wajib dilengkapi UKLUPL, wajib membuat surat pernyataan kesanggupan pengelolaan dan

pemantauan lingkungan hidup (SPPL).

Pasal 36 ayat (3) Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan

Pengelolaan Lingkungan Hidup mengatur bahwa ketentuan lebih lanjut mengenai UKL-UPL dan

SPPL diatur dengan peraturan Menteri.

Secara skematik, pembagian tersebut dapat digambarkan sebagai berikut

WAJIB AMDAL

WAJIB UKL-UPL

Skema tersebut di atas dalam pelaksanaannya berbeda-beda untuk setiap daerah

sehingga menimbulkan perbedaan pembebanantanggung jawab bagi pemrakarsa usaha

dan/atau kegiatan untuk daerah yang berbeda walaupun jenis usaha dan/atau kegiatannya

adalah sama. Untuk menjamin bahwa UKL-UPL dilakukan secara tepat, maka perlu dilakukan

penapisan untuk menetapkan jenis rencana usaha dan/atau kegiatan yang wajib dilengkapi

dengan UKL-UPL.

Adapun usaha dan/atau kegiatan di luar daftar jenis rencana usaha dan/atau kegiatan

yang wajib dilengkapi dengan UKL-UPL dapat langsung diperintahkan melakukan upaya

pengelolaan dan pemantauan lingkungan hidup sesuai prosedur operasional standar (POS)

USAHA DAN ATAU KEGIATAN WAJIB AMDAL

USAHA DAN ATAU KEGIATAN WAJIB UKL-UPL

SPPL

Page 8: Amdal- Ukl Dan Upl

UKL-UPL 8

yang tersedia bagi usaha dan/atau kegiatan yang bersangkutan, dan melengkapi diri dengan

surat pernyataan kesanggupan pengelolaan dan pemantauan lingkungan hidup (SPPL).

Disamping itu, mekanisme perizinan telah berkembang ke arah lebih sempurna,

sehingga dengan kondisi tersebut beban kajian lingkungan dapat didorong untuk dapat

menjadi bagian langsung dari mekanisme penerbitan izin.

Sebagai contoh, dalam setiap pemberian izin mendirikan bangunan (IMB) telah

termaktub kewajiban pemrakarsa untuk melakukan upaya pengelolaan lingkungan hidup

antara lain: wajib membuat sumur resapan, berjarak tertentu dari batas daerah milik jalan

(DAMIJA), dan lain-lain.

Penapisan jenis rencana usaha dan/atau kegiatan yang wajib dilengkapi dengan UKL-UPL

dilakukan dengan langkah berikut:

1. Langkah Pertama :

Pastikan bahwa rencana usaha dan/atau kegiatan tersebut tidak termasuk dalam jenis usaha

dan/atau kegiatan yang wajib dilengkapi amdal.

a. Pastikan bahwa rencana usaha dan/atau kegiatan tersebut tidak termasuk dalam daftar

jenis usaha dan/atau kegiatan yang wajib dilengkapi amdal, baik yang ditetapkan dalam

peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup atau keputusan bupati/walikota sesuai kaidah

penetapan wajib amdal; Catatan: Bupati/walikota atau Gubernur DKI Jakarta atas

pertimbangan ilmiah dapat menetapkan suatu jenis usaha dan/atau kegiatan menjadi wajib

amdal atas pertimbangan daya dukung, daya tampung dan serta tipologi ekosistem

setempat menjadi lebih ketat dari daftar jenis usaha dan/atau kegiatan yang wajib

dilengkapi amdal dalam peraturan Menteri.

b. Pastikan bahwa rencana usaha dan/atau kegiatan tersebut tidak berlokasi di kawasan

lindung; Catatan: Usaha dan/atau kegiatan yang berbatasan dan/atau berlokasi di kawasan

lindung wajib dilengkapi amdal.

c. Pastikan bahwa rencana usaha dan/atau kegiatan tersebut tidak berlokasi di lokasi yang

tidak sesuai dengan rencana tata ruang wilayah (RTRW) dan/atau rencana tata ruang

kawasan setempat. Catatan: Usaha dan/atau kegiatan yang berlokasi tidak sesuai tata

ruang wajib ditolak.

2. Langkah Kedua

Pastikan bahwa potensi dampak dari rencana usaha dan/atau kegiatan telah tersedia

teknologi untuk menanggulangi dampak tersebut. Catatan: Jika tidak tersedia teknologi

Page 9: Amdal- Ukl Dan Upl

UKL-UPL 9

penanganan dampak dari suatu rencana usaha dan/atau kegiatan, maka kemungkinan

rencana usaha dan/atau kegiatan tersebut wajib dilengkapi amdal.

3. Langkah Ketiga

Periksa peraturan yang ditetapkan oleh menteri departemen sektoral atau kepala lembaga

pemerintah non departemen (LPND) tentang jenis usaha dan/atau kegiatan wajib UKL-UPL

untuk ditetapkan menjadi usaha dan/atau kegiatan yang wajib dilengkapi dengan UKL-UPL.

Catatan:

Dalam hal menteri departemen sektoral atau kepala lembaga pemerintah non

departemen (LPND) belum menetapkan jenis usaha dan/atau kegiatan wajib UKL-UPL,

maka lakukan penetapan jenis usaha dan/atau kegiatan wajib UKL-UPL sebagaimana

langkah keempat dan langkah kelima.

Dalam hal menteri departemen sektoral atau kepala lembaga pemerintah non

departemen (LPND) telah menetapkan jenis usaha dan/atau kegiatan wajib UKL-UPL

tetapi tidak dilengkapi dengan skala/besaran, atau skala/besarannya ditentukan tetapi

tidak ditentukan batas bawahnya, maka lakukan penetapan jenis usaha dan/atau

kegiatan wajib UKL-UPL sebagaimana langkah keempat dan langkah kelima.

Dalam hal terjadi perubahan terhadap peraturan yang ditetapkan oleh menteri

departemen sektoral atau kepala lembaga pemerintah non departemen (LPND)

tentang jenis usaha dan/atau kegiatan wajib UKL-UPL, maka ketentuan dalam langkah

ketiga ini wajib mengikuti peraturan yang mengalami perubahan tersebut.

4. Langkah Keempat

Lakukan penapisan rencana usaha dan/atau kegiatan tersebut untuk memastikan bahwa

dampak dari rencana usaha dan/atau kegiatan tersebut memerlukan UKL-UPL atau SPPL

dengan menjawab pertanyaan berikut:

Apakah rencana usaha dan/atau kegiatan tersebut akan memberikan

dampak terhadap lingkungan hidup dan memerlukan UKL-UPL

berdasarkan kriteria berikut:

Ya/Tidak

Jelaskan!

Jenis kegiatan

Skala/besaran/ukuran

Kapasitas produksi

Luasan lahan yang dimanfaatkan

Limbah dan/atau cemaran dan/atau dampak lingkungan

Teknologi yang tersedia dan/atau digunakan

Page 10: Amdal- Ukl Dan Upl

UKL-UPL 10

Jumlah komponen lingkungan hidup terkena dampak

Besaran investasi

Terkonsentrasi atau tidaknya kegiatan

Jumlah tenaga kerja

Aspek sosial kegiatan

5. Langkah Kelima

Tetapkan jenis dan skala/besaran rencana usaha dan/atau kegiatan tersebut wajib

dilengkapi dengan UKL-UPL atau surat pernyataan kesanggupan pengelolaan dan

pemantauan lingkungan hidup (SPPL). Catatan: Pemerintah daerah dapat menetapkan jenis

rencana usaha dan/atau kegiatan wajib UKL-UPL di luar jenis usaha dan/atau kegiatan

wajib UKLUPL yang ditetapkan oleh menteri departemen sektoral atau kepala lembaga

pemerintah non departemen (LPND).

PERIZINAN

Setiap usaha dan / atau kegiatan yang wajib memiliki AMDAL atau UKL-UPL wajib

memiliki izin lingkungan. Izin lingkungan diterbitkan berdasarkan keputusan kelayakan

lingkungan hidup yang dinilai olah Komisi Penilai AMDAL, Menteri, Gubernur, atau

Bupati/Walikota sesuai dengan kewenangannya.

Izin lingkungan wajib mencantumkan persyaratan yang dimuat dalam keputusan

kelayakan lingkungan hidup atau rekomendasi UKL-UPL. Apabila permohonan ijin tidak

dilengkapi dengan AMDAL atau UKL-UPL, Menteri, Gubernur, atau Bupati/Walikota sesuai

dengan kewenangannya wajib menolak permohonan izin lingkungan.

Izin lingkungan dapat dibatalkan apabila:

a. Persyaratan yang diajukan dalam permohonan izin mengandung cacat hukum,

kekeliruan, penyalahgunaan, serta ketidakbenaran dan / atau pemalsuan data,

dokumen, dan / atau informasi.

b. Penerbitannya tanpa memenuhi syarat sebagaimana tercantum dalam keputusan

komisi tentang kelayakan lingkungan hidup atau rekomendasi UKL-UPL, atau

c. Kewajiban yang ditetapkan dalam dokumen AMDAL atau UKL-UPL tidak dilaksanakan

oleh penanggung jawab usaha dan / atau kegiatan

Apabila badan atau pejabat tata usaha negara menerbitkan izin lingkungan kepada

kegiatan yang wajib UKL-UPL tetapi tidak dilengakpi dengan dokumen UKL-UPL maka setiap

Page 11: Amdal- Ukl Dan Upl

UKL-UPL 11

orang dapat mengajukan gugatan terhadap keputusan tata usaha negara. Sanksi terhadap

pejabat pemberi izin lingkungan tanpa dilengkapi dengan AMDAL atau UKL-UPL akan dipidana

dengan pidana penjara paling lama 3 (tiga) tahun dan denda paling banyak Rp

3.000.000.000,00 (tiga miliar rupiah)

PROSEDUR PENGAJUAN UKL-UPL DAN SPPL

1. Pemrakarsa (penanggung jawab usaha dan / atau kegiatan) mengajukan UKL-UPL atau SPPL

kepada kepala instansi lingkungan hidup kabupaten/kota, kepala intansi lingkungan hidup

propinsi atau Deputi Menteri sesuai dengan kewenangannya

2. Kepala instansi lingkungan hidup kabupaten/kota, kepala instansi lingkungan hidup propinsi

atau Deputi Menteri memberikan tanda bukti penerimaan UKL-UPL atau SPPL sebagaimana

dimaksud pada ayat (1) kepada pemrakarsa yang telah memenuhi format penyusunan

UKL-UPL atau SPPL.

3. Kepala instansi lingkungan hidup kabupaten/kota, kepala instansi lingkungan hidup propinsi

atau Deputi Menteri setelah menerima UKL-UPL atau SPPL yang memenuhi format

sebagaimana dimaksud, melakukan pemeriksaan UKL-UPL atau pemeriksaan SPPL yang

dalam pelaksanaannya dilakukan oleh unit kerja yang menangani pemeriksaan UKL-UPL

atau pemeriksaan SPPL.

4. Kewajiban kepala instansi lingkungan hidup kabupaten/kota, kepala instansi lingkungan

hidup propinsi atau Deputi Menteri:

Melakukan pemeriksaan UKL-UPL berkordinasi dengan instansi yang membidangi

usaha dan / atau kegiatan dan menertibkan rekomendai UKL-UPL paling lama 14

(empat belas) hari kerja sejak diterimanya UKL-UPL atau

Melakukan pemeriksaan SPPL dan memberikan persetujuan SPPL paling lama 7(tujuh)

hari sejak diterimanya SPPL.

5. Dalam hal terdapat kekurangan data dan / atau informasi dalam UKL-UPL atau SPPL serta

memerlukan tambahan dan / atau perbaikan, pemrakarsa wajib menyempurnakan dan /

atau melengkapi sesuai hasil pemeriksaan.

6. Kewajiban kepala instansi lingkungan hidup kabupaten/kota, kepala instansi lingkungan

hidup propinsi atau Deputi Menteri:

Menerbitkan rekomendasi UKL-UPL paling lama 7 (tujuh) hari kerja sejak diterimanya

UKL-UPL yang telah disempurnakan oleh pemrakarsa, atau

Page 12: Amdal- Ukl Dan Upl

UKL-UPL 12

Memberikan persetujuan SPPL paling lama 7 (tujuh) hari kerja sejak diterimanya SPPL

yang telah disempurnakan oleh pemrakarsa.

7. Dalam hal kepala instansi lingkungan hidup kabupaten/kota, kepala instansi lingkungan

hidup propinsi atau Deputi Menterio tidak melakukan pemeriksaan sebagaimana dimaksud

atau tidak menerbitkan rekomendasi UKL-UPL atau persetujuan SPPL dalam jangka waktu

tertentu, UKL-UPL atau SPPL yang diajukan penanggung jawab usaha dan / atau kegiatan

dianggap telah diperiksa dan disahkan oleh kepala instansi lingkungan hidup

kabupaten/kota, kepala instansi lingkungan hidup propinsi atau Deputi Menteri.

Page 13: Amdal- Ukl Dan Upl

UKL-UPL 13

PROSEDUR AMDAL

RencanaKegiatan dari Pemrakarsa

Proses Penapisan: Daftar kegiatan wajibAMDAL (KepMenLH No.17 tahun 2001

AMDAL dipersyaratkan AMDAL tidak dipersyaratkan

Pemberitahuan rencana studi AMDAL ke Sekretariat Komisi Penilai AMDAL

Pengumuman rencana kegiatan dan konsultasi masyarakaT

Penyusunan Kerangka Acuan (KA-ANDAL)

Penyusunan Upaya Pengelolaan Lingkungan dan Upaya Pemantauan

Lingkungan (UKL-UPL)

Penilaian KA-ANDAL

Penyusunan dokumen ANDAL, RKL dan RPL

Penilaian ANDAL, RKL dan RPL Layak Lingkungan

Tidak Layak Lingkungan

Surat Keputusan Kelayakan Lingkungan oleh

MenLH/Gubernur/Bupati/Walikota

Proses Perijinan

Page 14: Amdal- Ukl Dan Upl

UKL-UPL 14

Dasar pertimbangan suatu kegiatan menjadi wajib AMDAL dalam Kep-MENLH No. 17 tahun

2001 adalah:

Kep-BAPEDAL Nomor 056/1994 tentang Pedoman Dampak penting yang mengulas

mengenai ukuran dampak penting suatu kegiatan

Referensi internasional mengenai kegiatan wajib AMDAL yang diterapkan oleh

beberapa negara

Ketidakpastian kemampuan teknologi yang tersedia untuk menanggulangi dampak

negatif penting

Beberapa studi yang dilakukan oleh perguruan tinggi dalam kaitannya dengan kegiatan

wajib AMDAL

Masukan dan usulan dari berbagai sektor teknis terkait

Rencana kegiatan yang sudah ditetapkan wajib menyusun AMDAL tidak lagi diwajibkan

menyusun UKL-UPL (lihat penapisan Keputusan Menteri LH 17/2001). UKL-UPL dikenakan bagi

kegiatan yang telah diketahui teknologi dalam pengelolaan limbahnya. Kedudukan Surat

Pernyataan Pengelolaan Lingkungan Hidup yang dikembangkan oleh Departemen

Perindustrian dan Perdagangan merupakan salah satu pernjabaran dari pelaksanaan UKL/UPL.

SPPL dikenakan kepada Industri yang berdampak kecil dan tidak diwajibkan membuat UKL/UPL

yang dilakukan oleh pengusaha golongan ekonomi lemah.

CONTOH FORMAT PEMBUATAN DOKUMEN UKL-UPL

Surat Pernyataan SPPL

BAB I PENDAHULUAN .........................

1.1. LATAR BELAKANG

1.2. MAKSUD DAN TUJUAN PENYUSUNAN UKL/UPL

1.2.1. Maksud Penyusunan UKL/UPL

1.2.2. Tujuan Penyusunan UKL/UPL

1.3. DASAR HUKUM

1.3.1. Undang-Undang

1.3.2. Peraturan Pemerintah

1.3.3. Keputusan Presiden

1.3.4. Keputusan Menteri/Kepala Badan

1.3.5. Peraturan Daerah (Perda)

1.4. IDENTITAS PEMRAKARSA

Page 15: Amdal- Ukl Dan Upl

UKL-UPL 15

BAB II URAIAN RENCANA KEGIATAN .........................

2.1. RENCANA KEGIATAN

2.2. LOKASI RENCANA KEGIATAN

2.3. UMUR KEGIATAN

2.4. URAIAN PELAKSANAAN RENCANA KEGIATAN

2.4.1. Tahap Prakonstruksi

2.4.2. Tahap Konstruksi

2.5. ORGANISASI KETENAGAKERJAAN

BAB III URAIAN KOMPONEN LINGKUNGAN .........................

3.1. KONDISI UMUM GEOFISIK WILAYAH STUDI

3.1.1. Geologi dan Kegempaan

3.1.2. Topografi dan Fisiografi

3.1.3. Hidro-Oseanografi

3.1.4. Faktor Iklim

3.2. KUALITAS LINGKUNGAN WILAYAH STUDI

3.2.1. Kualitas Air Laut

3.2.2. Kualitas Air Bersih (Air Tanag/Sumur Dangkal)

3.2.3. Kualitas Udara, Tingkat Kebisingan dan Kebauan

3.3. TRANSPORTASI

3.3.1. Transportasi Laut: Pelabuhan Panjang

3.3.2. Transportasi Darat: Jaringan dan Akses ke Pelabuhan Panjang

3.3.3. Volume dan Kinerja Lalulintas

3.4. FLORA DAN FAUNAI

3.4.1. Biota Air

3.4.2. Biota Darat

3.5. SOSIAL EKONOMI BUDAYA

3.5.1. Demografi

3.5.2. Matapencaharian

3.5.3. Kondisi Kampung Nelayan dan Aktifitas Nelayan

3.5.4. Tingkat Pendidikan Formal Penduduk

3.5.5. Sarana dan Prasarana Pendidikan

3.5.6. Latar Belakang Etnis

3.5.7. Agama dan Sarana Peribadatan

3.5.8. Kamtibmas

3.5.9. Persepsi Masyarakat

3.6. KESEHATAN MASYARAKAT

3.6.1. Sanitasi dan Prasarana Air Bersih

Page 16: Amdal- Ukl Dan Upl

UKL-UPL 16

3.6.2. Sanitasi Lingkungan

3.6.3. Fasilitas Kesehatan

3.6.4. Status Gizi dan Angka Kematian Balita

3.6.5. Jenis Penyakit Dominan

3.7. KEGIATAN LAIN SEKITAR LOKASI USAHA DAN / ATAU KEGIATAN

3.7.1. Jarak Dengan Permukiman Terdekat

3.7.2. Jarak Dengan Daerah Sensitif

BAB IV DAMPAK YANG DITIMBULKAN DARI RENCANA KEGIATAN .........................

4.1. LALULINTAS

4.2. KUALITAS UDARA, TINGKAT KEBAUAN DAN KEBISINGAN

4.3. KUALITAS AIR LAUT

4.4. BIOTA AIR

4.5. SOSEKBUD

BAB V UPAYA PENGELOLAAN LINGKUNGAN .........................

5.1. KUALITAS UDARA AMBIEN

5.2. TINGKAT KEBAUAN

5.3. TINGKAT KEBISINGAN

5.4. KUALITAS AIR LAUT

5.5. SOSEKBUD

BAB VI UPAYA PEMANTAUAN LINGKUNGAN .........................

6.1. KUALITAS UDARA AMBIEN

6.2. TINGKAT KEBAUAN

6.3. TINGKAT KEBISINGAN

6.4. KUALITAS AIR LAUT

6.5. BIOTA AIR LAUT

6.6. SOSEKBUD

BAB VII PELAPORAN .........................

Berdasarkan data di atas, dari sisi legal aspek pelaksanaan UKL-UPL dapat dikatakan cukup

memadai.

KESIMPULAN DAN SARAN

1. Partisipasi dunia usaha dalam pelaksanaan UKL-UPL.

Page 17: Amdal- Ukl Dan Upl

UKL-UPL 17

Dari hasil pelaporan UKL-UPL ditemukan bahwa sampai dengan akhir tahun 2011 masih

sedikit Draf Dokumen UKL-UPL yang masuk ke Badan Pengelola Lingkungan Hidup Daerah. Hal

ini mengindikasikan minimnya partisipasi dunia usaha dalam pelaksanaan UKL_UPL.

Berdasarkan pengalaman, hal tersebut disebabkan oleh:

Belum tersosilisasikannya secara luas esensi UKL-UPL

Tingginya biaya penyusunan UKL-UPL yang selama ini dilakukan oleh konsultan

Iklim ekonomi secara umum di Indonesia masih belum pulih

Untuk Itu perlu meningkatkan partisipasi dunia usaha dalam pelaksanaan UKL-UPL yang

salah satu caranya adalah sosialisasi dan pembinaan terus menerus kepada kalangan dunia

usaha akan pentingnya dokumen UKL-UPL dan memberikan bimbingan teknis terhadap

kalangan dunia usaha yang akan menyusun UKL-UPL.

2. Dukungan dinas/instansi terkait

Seringkali masih terjadi arogansi sektoral, dimana kewajiban UKL-UPL seringkali

dipandang mengancam suksesnya misi bagi dinas/instansi tertentu. Hal kemungkinan

terjadi karena sumber daya manusia yang ada belum menyadari pentingnya UKL-UPL bagi

kelangsungan kelestarianlingkungan.

Menyikapi hal tersebut perlu kesamaan visi dari dinas terkait untuk mendukung

pelaksanaan UKL-UPL misal dengan melaksanakan rapat rutin secara berkala untuk

kalangan dinas/instansi terkait untuk menyamakan pandangan tentang UKL-UPL.

3. Sumberdaya manusia

Sampai saat ini sumber daya manusia yang menangani UKL-UPL di Badan Lingkungan

Hidup masih memiliki keterbatasan dalam hal wawasan. Ini dapat dilihat dari minimnya

keikutsertaan mereka dalam diklat tentang Lingkungan Hidup terlebih tentang UKL-UPL.

Untuk itu perlu meningkatkan kualitas sumber daya manusia yang terlibat langsung dalam

pelaksanaan UKL-UPL (Staf Badan Pengelola Lingkungan Hidup Daerah), dengan cara diklat

formal di luar daerah, studi banding ke daerah lain, konsultasi ke BPLHD maupun

penyelenggaraan In House training

4. Hal terpenting dari pengelolaan lingkungan hidup adalah pelaksanaan dan pemenuhan

standar-standar pengelolaan lingkungan hidup itu sendiri, bukan pada dokumen-dokumen

yang harus disusun.

Page 18: Amdal- Ukl Dan Upl

UKL-UPL 18

Daftar Pustaka:

1. Undang-Undang Negara Republik Indonesia No. 32 tahun 2009 tentang

PERLINDUNGAN DAN PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP.

2. Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup No. 13 tahun 2010 tentang UPAYA

PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP DAN UPAYA PEMANTAUAN LINGKUNGAN HIDUP

DAN SURAT PERNYATAAN KESANGGUPAN PENGELOLAAN DAN PEMANTAUAN

LINGKUNGAN HIDUP

3. Soetarto, Badan Lingkungan Hidup Kab. Bondowoso, 2008

4. Mursid Raharjo, Memahami AMDAL, Graha Ilmu, 2007

5. PT PERTAMINA (PERSERO), Draft Final Upaya Pengelolaan Lingkungan dan Upaya

Pemantauan Lingkungan Kegiatan Niaga Migas – Pembangunan Terminal LPG

Pressurized Panjang Propinsi Lampung