Ujian Kesehatan Balita Dr Gustina Jurnal

download Ujian Kesehatan Balita Dr Gustina Jurnal

If you can't read please download the document

Transcript of Ujian Kesehatan Balita Dr Gustina Jurnal

PERANAN PROBIOTIK UNTUK MENINGKATKAN DAYA TAHAN TUBUH ANAK TERHADAP DIARE

Diajukan Sebagai Tugas Individu Pada Mata Kuliah Kesehatan Balita

Dosen Mata Kuliah :

dr. Gustina Lubis, SpA (K)

Oleh:

Yosha Putri Wahyuni

1420312023

PROGRAM PASCASARJANA ILMU BIOMEDIK

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS ANDALAS PADANG

2015

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, segala puji penulis panjatkan kepada Allah SWT, atas limpahan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah dengan judul Peranan Probiotik untuk meningkatkan daya tahan tubuh anak terhadap diare. Makalah ini disusun untuk memenuhi Tugas individu pada mata kuliah Kesehatan Balita yang diampu oleh dr. Gustina Lubis, SpA (K), pada Program Pascasarjana Ilmu Biomedik Fakultas Kedokteran Universitas Andalas Padang.

Penulis menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu dengan tangan terbuka penulis mnerima saran dan kritikan yang sifatnya membangun. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua, khususnya bagi mahasiswa Pasca Sarjana Ilmu Biomedik.

Akhir kata hanya kepada Allah penulis memohon agar semua keikhlasan yang telah diberikan dibalas oleh-Nya.

Padang,Mei 2015

Penulis

DAFTAR ISI

KATA PENGANTARi

DAFTAR ISIii

BAB I PENDAHULUAN

Latar belakang1Tujan Penulisan4Manfaat 4

BAB II PEMBAHASAN

Diare6

2.1.1 Defenisi Diare 21

2.2.2 Patogenesis Diare24

2.2.3 Komplikasi27

2.2.4 Tata Laksana

Probiotik 20

2.2.1 Sejarah ditemukannya Probiotik21

2.2.2 Defenisi Probiotik24

2.2.3 Jenis-jenis Probiotik27

2.2.4 Mekanisme kerja probiotik

2.2.5 Hubungan antara epitel usus dengan probiotik

2.2.6 Mekanisme kerja probiotik pada diare

2.2.7 Bukti ilmiah penggunaan probiotik pada diare akut

2.2.8 Peranan Probiotik dalam Kesehatan Dan Penyakit

BAB III PENUTUP

Kesimpulan33Saran34

DAFTAR PUSTAKA

BAB I

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Di Negara berkembang, jutaan anak-anak menderita diare berat setiap tahun. Meskipun meningkatkan kecenderungan angka kematian, diare masih menyebabkan 15% dari seluruh kematian pada anak di bawah lima tahun dan hampir 1,4 juta kematian anak di Negara berkembang setiap tahun (Black 2010). Diare juga merupakan penyebab penting kekurangan gizi, terutama jika berkepanjangan (Brown 2003).

Diare merupakan gejala yang timbul akibat peristaltik usus yang melebihi normal yang dapat disebabkan mikroorganisme patogen atau karena makanan yang salah. (Soeharsono, 2010 hal: 110)

Saat diare terjadi kehilangan cairan dan elektrolit oleh karena itu, tata laksananya pun berdasarkan patofisiologi yang terjadi pada diare, yaitu mengganti cairan dan elektrolit yang hilang saat diare. Salah satu upaya yang telah lama dilakukan untuk mengobati diare adalah dengan memberikan cairan rehidrasi oral (CRO) dan telah terbukti menurunkan angka kematian akibat diare. Namun demikian, larutan ini tidak menurunkan durasi atau keparahan diare.

Berbagai upaya untuk mengoptimalkan tata laksana diare akut terus dikaji. Zinc yang mempunyai peran (1) mempercepat regenerasi epitel usus (2) memperbaiki absorpsi air dan elektrolit di usus (3) meningkatkan kadar enzim pada enterosit brush-border (4) menguatkan respon imun, direkomendasi oleh WHO pada tahun 2004 sebagai bagian dari tata laksana diare akut pada anak.

Adanya gangguan keseimbangan mikroflora saluran cerna saat diare juga menjadi perhatian para ahli. Probiotik dengan berbagai mekanisme kerjanya telah banyak dikaji baik secara uji klinis maupun meta-analisis sebagai upaya mengoptimalkan tata laksana diare akut pada anak. Sebagian besar kajian tersebut memperlihatkan hasil yang positif. Probiotik sudah digunakan secara luas pada kasus diare akut pada anak meskipun belum direkomendasikan oleh WHO.

Menurut Food and Agriculture Organization /World Health Organization (FAO/WHO, 2002) menyebutkan bahwa probiotik merupakan mikroba hidup yang apabila dikonsumsi dalam jumlah yang memadai akan bermanfaat terhadap kesehatan penjamunya. Probiotik yang sering dugunakan adalah golongan BAL khususnya Lactobacillus dan Bifidobacterium.

Saat ini pemberian cairan rehidrasi oral dan zinc sudah menjadi standar tata laksana diare akut pada anak. Sejauh ini penelitian yang membandingkan pemberian CRO dan zinc sebagai tata laksana standar diare akut dengan pemberian CRO, zinc, yang dikombinasikan dengan probiotik masih sangat terbatas. Ini dilakukan untuk mengetahui apakah penambahan probiotik terhadap terapi standar akan memberikan efek yang lebih baik terhadap frekuensi defekasi dan durasi diare.

Tujuan Penulisan

Untuk mengetahui dan memahami tentang defenisi Probiotik

Untuk mengetahui dan memahami tentang jenis probiotik

Untuk mengetahui dan memahami manfaat probiotik

Untuk mengetahui dan memahami tentang mekanisme kerja probiotik

Untuk mengetahui dan memahami tentang hubungan antara epitel usus dengan probiotik

Untuk mengetahui dan memahami tentang mekanisme kerja probiotik pada diare

Untuk mengetahui dan memahami tentang tata laksana diare Patofisiologi probiotik terhadap pencegahan diare

Manfaat

Bidang Akademik

Menjadi panduan dalam tata laksana diare akut pada anak yang diharapkan dapat diterapkan dalam tata laksana diare akut sehari-hari.

Bidang Penelitian

Menjadi dasar bagi penelitian mengenai peran probiotik, zinc, dan CRO dalam tata laksana diare akut pada anak.

Bidang Masyarakat

Meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan anak Indonesia dengan cara mengurangi morbiditas dan mortalitas anak akibat diare.

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

Diare

Defenisi diare

Diare adalah buang air besar dengan frekuensi 3 kali atau lebih dalam sehari dengan konsistensi tinja encer atau kandungan air lebih banyak daripada ampas, namun konsistensi dari tinja lebih penting daripada frekuensi defekasi.

Diare akut adalah diare yang terjadi mendadak berlangsung beberapa hari dengan batasan waktu adalah 14 hari. Diare persisten adalah diare yang berlangsung melebihi 14 hari dengan etiologi infeksi. Diare kronik adalah diare akut lebih dari 14 hari dengan etiologi non-infeksi.

Diare sering terjadi pada anak-anak terutama yang berumur 6 bulan sampai 2 tahun. Diare yang terjadi pada anak yang berusia kurang dari 6 bulan biasanya disebabkan oleh asupan susu sapi atau susu formula. Tinja pada bayi yang meminum ASI dapat lembek dan bukan merupakan diare.

Patogenesis Diare

Bentuk yang paling umum dari diare adalah diare akut. Diare dapat disebabkan oleh berbagai hal dan dapat bersifat ringan hingga berat. Diare pada anak-anak biasanya disebabkan oleh infeksi, namun demikian, sejumlah kelainan dapat juga menyebabkan diare. Penyebab diare selain infeksi termasuk diantaranya adalah kelainan digestif dan kelainan proses absorpsi, kelainan kongenital, dan enteropati, abnormalitas endokrin, disfungsi hepar dan pankreas, kelainan anatomik, inflammatory bowel disease, dan irritable bowel syndrome. Kelainan-kelainan non infeksi ini mungkin disertai gejala dan tanda sistemik serta harus dipikirkan jika diare akut tidak membaik atau jika kejadian diare kembali berulang.

Beberapa jenis virus seperti rotavirus berkembang biak dalam epitel vili usus halus. Virus menyebabkan kerusakan pada sel epitel vili usus halus dan pemendekan vili sehingga menurunkan luas area permukaan. Rotavirus juga memproduksi suatu enterotoksin yang mungkin menginduksi sekresi dan berkontribusi terhadap terjadinya diare.

Bakteri yang berkembang biak dalam usus halus harus menempel pada mukosa. Penempelan terjadi melalui antigen yang disebut pili atau fimbria yang melekat pada reseptor di permukaan usus. Bakteri dapat menyebabkan diare melalui beberapa mekanisme. Toksin bakteri dapat memengaruhi proses selular di usus dan di luar usus. Sebagai contoh, toksin yang tidak tahan panas dan yang tahan panas dari E. coli mengaktifkan adenilat siklase dan guanilat siklase pada usus. Verotoksin, yang diproduksi oleh enterohemoragik E. coli dan spesies dari Shigella, dapat menyebabkan gangguan sistemik.

Komplikasi

Diare akut biasanya bersifat sembuh dengan sendirinya, namun demikian diare akut dapat menyebabkan berbagai komplikasi. Komplikasi yang dapat terjadi antara lain dehidrasi, asidosis metabolik, hipokalemia, dan malnutrisi.

Tata laksana diare

Hal-hal yang utama dalam tata laksana diare yang direkomendasikan adalah: (1) cegah terjadinya dehidrasi, (2) atasi dehidrasi secepatnya, (3) berikan suplementasi zinc selama 10 sampai 14 hari dengan dosis 20 mg/hari dan 10 mg/hari untuk bayi dibawah 6 bulan, (4) lanjutkan pemberian makanan selama diare, dan tingkatkan pemberian makan setelah episode diare.

Gangguan terhadap keseimbangan mikroflora usus juga terjadi selama diare, karena itu probiotik banyak digunakan dalam terapi diare mendampingi cairan rehidrasi oral. Penggunaan probiotik dalam tata laksana diare telah banyak diteliti di berbagai negara. Penelitian-penelitian ini menyimpulkan bahwa probiotik dapat mengurangi durasi dan keparahan diare.

Probiotik

Sejarah Ditemukannya Probiotik

Didalam Old Testamen (Genesis 18:8) orang Sumaria yang hidup tahun 2500 sebelum masehi mempunyai kebiasaan minum susu asam, dan ternyata hidup mereka sehat-sehat dan jarang sakit. Namun kondisi ini tidak banyak mendapat perhatian, hingga tahun 1907 Elie Metchnikoff menemukan khasiat yogurt sebagai pencegah penuaan. Peneliti ini kemudian menyatakan bahwa Di dalam usus besar manusia terdapat mikroba organisme yang berasal dari makanan yang dapat memodifikasi mikroflora dalam tubuh, yang mampu menggantikan mikroba organisme yang berbahaya dengan mikroba-mikroba yang berguna bagi tubuh. Pada perang dunia I dan meninggalnya Metchnikoff th 1916, perhatian terhadap susu asam menurun, tergeser oleh perhatian pada antibiotika karena dapat menyembuhkan mereka yang terluka. Baru tahun 1919, seorang ilmuwan Spanyol meneliti pembuatan yoghurt dengan mengembangkan kultur mikroba yang terdapat di dalamnya (Kroger et al, 1989).

Pada tahun 1920 penelitian terhadap susu asam tumbuh kembali dan saat itu perhatian ditujukan pada orang-orang Bulgaria yang sehat-sehat yang juga mempunyai kebiasaan minum susu asam. Hasil penelitian menunjukkan bahwa dalam ususnya terdapat mikroorganisme yang kemudian diberi nama Bulgarian bacillus, karena terdapat dalam usus orang Bulgaria tersebut. Rettger dan Cheplin (1921) menemukan juga mikroorganisme dalam usus orang-orang meminum susu yang diasamkan, dan karena ada kaitannya dengan komponen utama susu yaitu lactose, maka diberi nama Lactobacillus. Penemuan ini dicoba secara klinik oleh Kopeloff (1926) dan hasilnya sangat memuaskan khususnya pada pasien yang menderita konstipasi khronis. Bakteri ini tahan hidup dalam usus dan susu yang diberi mikroorganisme tersebut ternyata baik untuk anak-anak penderita diare.

Ternyata tidak hanya lactobacillus yang dapat bertindak sebagai probiotik, namun banyak bakteri sejenis yang fungsinya hampir sama dengan kelompok bakteri ini (Liley dan Stillwell, 1965). Muncullah berbagai defenisi mengenai probiotik, misalnya probioti adalah ekstrak jaringan tubuh yang menstimulir pertumbuhan (Sperti, 1971). Dari berbagai hasil penelitian berkembang defenisi baru bahwa probiotik ialah organisme yang mampu mengeluarkan zat tertentu yang dapat menyebabkan mikroorganisme dalam saluran pencernaan seimbang (Parker, 1974). Defenisi yang berkembang saat ini, probiotik ialah feed suplplementmikroba hidup yang secara menguntungkan mempengaruhi induk semang melalui perbaikan keseimbangan mikroorganisme dalam saluran pencernaan (Fuller, 1989). Akhirnya Stark dan Wilkinson (1989) mengambil kesimpulan bahwa probiotik ialah satu produk yang mengandung mikroorganisme hidup dan non patogen, yang diberikan pada hewan atau manusia untuk memperbaiki laju pertumbuhan, efisiensi konversi ransum, dan kesehatan.

Kini mulai berkembang penggunaan probiotik yaitu pemacu kehidupan kebalikan dari antibiotika yakni pembunuh kehidupan yang efeknya mampu memacu kehidupan hewan/ternak dan manusia. Fuller (1992) dalam bukunya probitics the scientific basis bahwa probiotik atau probiotics berasal dari bahasa Yunani yang artinya untuk hidup. Jadi istilah ini benar-benar kebalikan dari antibiotics.

Sementara itu penggunaan EM (Effective Microrganism) mulai berkembang di bidang pertanian dalam rangka memproduksi makanan sehat bebas pencemaran zat kimia dan dalam bidang kedokteran, khususnya untuk meningkatkan kesehatan. Akhirnya FAO dan WHO pada tahun 2001 menyarankan dan mempromosikan penggunaan probiotik dalam susu bubuk dengan mikroba asam laktat aktif (LAB-Lactic Acid Bacteria).

Defenisi Probiotik

Probiotik atau probiotics berasal dari bahasa Yunani yang artinya untuk hidup. Istilah ini mula-mula digunakan tahun 1965 oleh Liley dan Stillwell, untuk menjelaskan suatu zat yang dieksresikan oleh mikroorganisme yang mampu menstimulasi pertumbuhan. Jadi istilah ini benar-benar kebalikan dari antibiotics. Pada tahun 1974 parker membuat defenisi yang lebih eksak lagi berdasarkan penelitiannya bahwa probiotik ialah organisme dan zat yang dapat menyebabkan mikroorganisme dalam saluran pencernaan menjadi seimbang (Soeharsono, 2010 hal:47).

Fuller (1989) membuat defenisi baru bahwa probiotik ialah feed suplplementmikroba hidup yang secara menguntungkan mempengaruhi induk semang melalui perbaikan keseimbangan mikroorganisme dalam saluran pencernaan. Akhirnya Stark dan Wilkinson (1989) mengambil kesimpulan bahwa probiotik ialah satu produk yang mengandung mikroorganisme hidup dan non patogen, yang diberikan pada hewan atau manusia untuk memperbaiki laju pertumbuhan, efisiensi konversi ransum, dan kesehatan.

Tannock (1999) menyatakan defenisi ini berlaku untuk manusia, hanya sejauh ini fakta menunjukkan bahwa manusia hanya mengkonsumsi probiotik dalam bentuk produk sapi perah yang mengandung lactobacillus, streptococcus dan bifidobacterium. Selain itu Tannock menambahkan bahwa persyaratan probiotik untuk konsumsi manusia harus meningkatkan resistensi terhadap penyakit infeksi, khususnya pada usus, mengurangi durasi diare, menurunkan tekanan darah, menurunkan kadar cholesterol darah, mengurangi alergi, merangsang fagositose oleh leucocyt didaerah perifer, memodulasi cytokine, mempunyai efek adjuvant, regresi tumor, dan mengurangi/ menurunkan carcinogen.

Probiotik merupakan mikroba non patogen, yang biasanya merupakan varietas yang memproduksi asam laktat, yang digunakan untuk memperbaiki dan menormalkan keseimbangan dari mikroflora usus. Probiotik tersedia sebagai suplemen makanan atau pada produk-produk makanan. Food and Agriculture Organization (FAO) dan WHO mendefinisikan probiotik sebagai mikroorganisme hidup yang ketika diberikan dalam jumlah yang cukup memberikan manfaat kesehatan pada pejamunya.

Jenis-jenis Probiotik

Tabel 1

Mikroba yang sering digunakan sebagai Probiotik

BAL

Selain spesies BAL

Lactobacillus

Bifidobacterium

Spesies BAL yang lain

Lactobacillus acidophilus

Bifidobacterium adolescentis

Enterococcus faecalis

Bacillus cereus var. toyoi

Lactobacillus casei

Bifidobacterium animalis

Enterococcus faecium

Escherichia coli strain nissle

Lactobacillus amylovorus

Bifidobacterium bifidum

Lactococcus lactis

Propionibacterium freudenreichii

Lactobacillus delbrueckii subsp bulgaricus

Bifidobacterium breve

Leuconostoc mesenteroides

Saccharomyces cerevisiae

Lactobacillus gallinarum

Bifidobacterium infantis

ediococcus acidilactici

Saccharomyces boulardii

Lactobacillus gasseri

Bifidobacterium lactis

Steptococcus thermophilus

Lactobacillus jhonsonii

Bifidobacterium longum

Sporolactobacillus inulinus

Lactobacillus paracasei

Lactobacillus

plantarum

Lactobacillus reuteri

Lactobacillus rhamnosus

Sumber: Holzapfel etal, 2001 dalam Toha dan Pokroniesks (2006)

Mekanisme kerja probiotik

Kompetisi Untuk Reseptor Perlekatan Pada Mukosa Usus

Mikroflora indigenous saluran pencernaan memiliki kemampuan dalam menghambat kolonisasi dari serbuan bakteri yang tidak menguntungkan. Aktivitas ini dikenal sebagai competitive exclusion (CE). Prosesnya dapat dijelaskan yaitu antara indigenous mikroflora berkompetisi dengan mikroorganisme patogen yang melekat pada mukosa usus dan memproduksi VFA (volatile fatty acid).

Kompetisi Untuk Mendapatkan Nutrient

Untuk mendapatkan nutrient, selain adanya proses perlekatan pada epitel usus, bakteri asam laktat yang tumbuh membentuk koloni juga menggunakan nutrient yang sebenarnya juga dibutuhkan oleh mikroba patogen.

Mikroorganisme probiotik terutama terdiri dari strain Lactobacillus, Bifidobacterium, dan Streptococcus. Lactobacilli merupakan strain bakteri yang berasal dari mikroflora manusia, biasanya merupakan bagian dari ekosistem usus, namun jumlahnya bervariasi pada manusia. Bifidobacteria juga merupakan bagian dari mikroflora usus, namun spesiesnya berbeda berdasarkan usia, contohnya bayi baru lahir sudah memiliki kolonisasi B. breve dan B. infantis, dan kolonisasi lebih banyak terjadi pada bayi yang mendapatkan ASI dibandingkan bayi yang mendapatkan susu formula.

Meningkatkan fungsi barier dan pencegahan SIRS

Bayi prematur mewakili situasi khusus penggunaan probiotik, dimana bayi prematur memiliki organ yang belum matang, Seringnya mendapatkan perawatan intensif, mengalami penundaan pemberian makanan, dan seringnya mendapatkan antibiotik spectrum luas segera setelah lahir. Beberapa faktor ini dapat menimbulkan beberapa penyakit pada bayi prematur seperti infeksi yang resisten terhadap antibiotik, systemic inflammatory response syndrome (SIRS), diare terkait penggunaan antibiotic, dan necroting enterocolistis (NEC). Probiotik dapat memberikan keuntungan pada bayi prematur. Usus merupakan organ imunitas terluas dan merupakan nidus potensial terbesar untuk memicu respon inflamasi yang dapat menyebarkan dan menimbulkan kerusakan pada organ-organ yang lain.

Usus merupakan organ yang dilengkapi barier permukaan terluas terhadap sel-sel submukosa dimana respon inflamasi berasal. Respon inflamasi terdiri dari peningkatan ekspresi sitokin proinflamasi dan antiinflamasi. Ketika respon proinflamasi tidak diimbangi dengan sitokin antiinflamasi, maka terjadilah SIRS yang tidak terkontrol. Usus tercatat sebagai organ mayor penghasil sitokin pada inflamasi sistemik.

Pengaktifan Respon Imun

Probiotik bertanggung jawab pada sistem imunitas misalnya, merangsang sistem daya tahan tubuh baik selular maupun humoral sehingga dapat melindungi dari infeksi. Immunodeficiency dapat menyebabkan penyakit tertentu seperti kanker, AIDS, leukemia. Penyakit Autoimun seperti alergi, rematik, inflammatory diseases juga dapat terjadi apabila system imunitas tidak berjalan dengan sempurna. Kultur probiotik pada beberpa penelitian dapat meningkatkan immunoreactive sel tertentu misalnya lymphocytes, macrophages, meningkatkan cytokines, immunoglobulin.

Induksi Aktif Toleransi Imunologik

Peranan probiotik dalam imunologik pada pencegahan alergi didasari pada induksi aktif dari respon imunologik, dimulai dari sistim imun innate dan mengarah pada pengembalian kondisi tubuh manusia pada kondisi ThI-Th2 yang seimbang.

Imunomodulator

Imunomodulator ialah zat misalnya obat yang mempunyai efek terhadap system imun. Ada dua tipe imunomodulator yakni immunostimulants dan immunosuppressants. Namun sebagian besar obat biasanya tidak hanya bekerja terhadap suatu reseptor saja, sehingga sering dalam waktu yang sama zat ini bekerja sebagai immunosuppressant dan dalam waktu yang sama juga sebagai immunostimulant, namun targetnya berbeda dalam sistem imun (Spelman K, et al. 2006).

Hubungan Antara Epitel Usus Dengan Probiotik

Kondisi usus juga penting dalam menentukan kondisi mikroorganisme yang hidup di dalamnya. Pentingnya hubungan komensal pejamu-mikroorganisme dilaporkan dalam penelitian, yang membuktikan kolonisasi bakteri dapat mempengaruhi fisiologi pejamu, baik absorbsi nutrien, fungsi sawar mukosa, maturasi sel-sel epitel, bahkan hingga metabolisme xenobiotik. Bakteri non patogen dapat menghambat inflamasi usus melalui hambatan transduksi sinyal sitokin, dan merangsang sekresi TGF- dari sel epitel usus. Perubahan lingkungan usus juga mendorong mikroorganisme usus membentuk kapsul polisakarida yang khas. Interaksi tersebut menunjukkan pentingnya hubungan pejamu dengan bakteri.

Sawar usus terdiri atas enzim pencernaan, tight junction sel-sel epitel, lapisan mukus dengan IgA sekretorik, yang fungsinya mengurangi absorbsi mikroba atau antigen yang dapat membahayakan tubuh. Keberadaan dan komposisi bakteri komensal usus turut menentukan permeabilitas saluran pencernaan. Beberapa penelitian menunjukkan pentingnya berbagai galur probiotik untuk menstabilkan sawar usus.

Mekanisme Kerja Probiotik Pada Diare

Mekanisme probiotik dalam mencegah gangguan gastrointestinal masih belum dapat dimengerti secara pasti meskipun telah banyak penelitian dilakukan selama 20 tahun terakhir. Meskipun demikian, pengetahuan mengenai ekologi usus memberikan gambaran beberapa mekanisme, termasuk supresi dari virus dan bakteri, Stimulasi dari imunitas lokal dan sistemik, serta modifikasi aktivitas metabolik mikroba usus.

Penempelan pada sel usus manusia merupakan langkah awal pada aktivitas probiotik. Kemampuan probiotik untuk dapat berkolonisasi sangat penting karena probiotik harus dapat berkolonisasi dan bermultiplikasi di dalam usus. Bakteri harus bersifat tahan asam sehingga tidak akan mati jika terkena asam lambung dan asam empedu.

Aktivitas melawan bakteri patogen dapat terjadi melalui beberapa mekanisme yang berbeda, secara langsung dengan memproduksi bakteriosin atau antibiotik sehingga menurunkan kadar konsentrasi endotoksin bakteri, mekanisme kompetitif pada proses adhesi, dan kompetisi nutrisi. Mekanisme juga dapat terjadi secara tidak langsung dengan memodulasi sistem imun lokal. Probiotik juga berperan dalam menginhibisi translokasi bakteri melintasi lumen saluran cerna ke dalam aliran darah. Penurunan translokasi bakteri dapat terjadi sebagai hasil dari kemampuan probiotik untuk mempererat fungsi pertahanan mukosa usus.

Probiotik juga dianggap bermanfaat terhadap penguatan respon imun spesifik dan non spesifik. Beberapa probiotik yang berbeda meningkatkan respon imunologi ketika dievaluasi oleh berbagai parameter. Hal-hal utama yang telah dievaluasi berkaitan dengan imunologi termasuk diantaranya: pertahanan penjamu, yang dihubungkan dengan ketahanan melawan infeksi; aktivitas limfosit B, termasuk produksi IgM dan IgA; sel-sel fagosit, yang dihubungkan dengan aktivitas fagositik diantara berbagai parameter; limfosit T, yang diukur melalui aktivitas sel natural killer; hematopoiesis, yang direfleksikan oleh rasio monosit makrofag serta level sel makrofag; dan reaksi alergi yang diukur dengan produksi IgE serta produksi sitokin yang berhubungan Th1 atau Th2.

Efek probiotik terhadap sistem imun sekretorik sudah dibuktikan. Adanya Lactobacillus GG dapat merangsang sekresi IgA spesifik rotavirus, memiliki efek imunostimulasi terhadap vaksin oral rotavirus melalui respon sel penghasil IgM spesifik rotavirus. Secara in vitro, konsumsi susu fermentasi B. bifidum dan L. acidophilus galur A1 merangsang peningkatan fagositosis E. coli. Penelitian pada hewan coba, konsumsi berbagai galur Lactobacillus dapat meningkatkan pelepasan berbagai jenis sitokin. Kemampuan menginduksi sitokin berhubungan dengan kemampuan bakteri probiotik untuk menembus epitel usus dan berinteraksi dengan sel-sel sistem imun lokal. Selain itu bakteri probiotik juga diduga bekerja melalui stimulasi terhadap epitel usus.

Pencegahan dari pertumbuhan spesies bakteri tertentu merupakan salah satu daya tahan probiotik terhadap infeksi. Kebanyakan bakteri probiotik memproduksi asam organik, seperti asam asetat dan asam laktat yang dapat berfungsi sebagai inhibitor pertumbuhan bakteri. Beberapa probiotik, sebagai contoh Lactobacillus memproduksi hidrogen peroksida ketika berpindah dari lingkungan anaerob ke lingkungan aerob. Hidrogen peroksida dapat menghambat pertumbuhan dari mikrorganisme patogen. Produk-produk yang memiliki aktivitas antimikroba telah dapat dibuktikan. Lactobacillus acidophilus memproduksi beberapa substansi dengan berat molekul 200-6200, beberapa diantaranya sensitif terhadap protease dan dapat menghambat pertumbuhan staphylococcus, streptococcus, dan salmonella. Lactobacillus rhamnosus strain GG (LGG) memproduksi peptida antimikroba spektrum luas dengan berat molekul rendah yang memiliki aktivitas melawan staphylococcus, streptococcus, mycobacterium, bacillus, clostridium, Listeria, Bifidobacterium, E. coli, dan Salmonella.

Beberapa studi pada hewan telah menunjukkan bahwa probiotik dapat mencegah kolonisasi dari traktus gastrointestinal oleh E. coli atau salmonella. Studi pada manusia menunjukkan Lactobacillus dapat mencegah perlekatan dari E. coli, Klebsiella, Pseudomonas aeruginosa. Proses ini mungkin berkaitan dengan induksi ekspresi gen musin usus dan adanya kemampuan probiotik untuk berikatan dengan mukus usus dan lapisan sel kolon manusia.

Bukti Ilmiah Pengguanaan Probiotik pada Diare Akut

Allen dkk melakukan studi meta-analisis dari 23 studi dengan total 1.917 subjek dan dipublikasi oleh Cochrane di tahun 2003. Studi tersebut berusaha membandingkan penggunaan probiotik dan plasebo pada anak dengan diare akut. Hasil studi tersebut adalah penggunaan probiotik mengurangi durasi dari diare.

Sebuah studi meta-analisis dilakukan oleh McFarland dkk 30 tahun 2006 tentang probiotik sebagai upaya pencegahan dan pengobatan diare akut pada anak. Pada studi tersebut disimpulkan bahwa probiotik aman dan efektif untuk pengobatan maupun pencegahan diare akut pada anak. Probiotik mengurangi kegagalan terapi sebanyak 38%, mengurangi lama sakit diare sebanyak 13 jam dan secara signifikan mengurangi mengurangi timbulnya kasus baru diare akut hingga 43%.

Spesies Lactobacillus merupakan spesies probiotik yang sering digunakan pada penelitian terapi diare akut anak. Beberapa strain telah diteliti secara in vitro dan in vivo memenuhi karakteristik yang diinginkan agar dapat berguna bagi manusia.31 Suatu meta-analisis yang dilakukan oleh Niel dkk32 menilai penggunaan beberapa strain Lactobacillus sebagai terapi untuk diare akut anak. Penelitian menunjukkan penurunan durasi diare pada kelompok perlakuan sekitar 0,7 hari (interval kepercayaan 95% 0,3-1,2 hari). Efek positif juga tampak pada pengurangan frekuensi defekasi di hari kedua yaitu 1,6 kali (IK 95% 0,7-2,6). Ternyata ada hubungan linear antara dosis Lactobacillus dan penurunan durasi diare, dosis Lactobacillus dinilai paling efektif jika berada di atas dosis ambang batas 10 milyar coloni forming unit (cfu) selama 48 jam pertama.

Tlaskal dkk dalam penelitian uji klinisnya menggunakan strain probiotik kombinasi antara Lactobacillus acidophilus Rosell-52 dan Lactobacillus Rhamnosus Rosell-11 dengan jumlah total 2x109 dalam sediaan kapsul. Kombinasi ini telah menunjukkan hasil yang positif dalam mempersingkat durasi diare yaitu durasi diare pada kelompok perlakuan 4 2,02 hari sedangkan pada kelompok plasebo 5,45 hari 2,33 hari. Penyebab diare diidentifikasi dengan hasil sebagian besar virus (63%), bakteri 5%, dan infeksi campuran 15%. Namun dalam penelitian ini tidak disebutkan berapa jumlah kapsul yang diberikan pada kelompok perlakuan.

Penggunaan Lactobacillus dalam terapi diare cair akut yang dilakukan oleh Salazar dkk menunjukkan hasil negatif. Penelitian ini merupakan suatu uji klinis acak tersamar ganda menggunakan Lactobacillus casei strain GG (LGG). Output total feses pada kelompok perlakuan lebih banyak secara signifikan (p=0,047) yaitu 247,8 ml/kg dibanding kelompok plasebo 195,0 ml/kg. Tidak ditemukan perbedaan bermakna pada durasi diare yaitu 58,5 jam pada kelompok perlakuan dan 50,4 jam pada kelompok plasebo. Hasil negatif pada penelitian tersebut dipikirkan karena tingkat keparahan sebelum terapi lebih berat pada kelompok perlakuan dari segi output total feses 24 jam sebelum terapi dan selama fase rehidrasi, meskipun perbedaannya tidak berbeda bermakna. Penyebab rotavirus juga lebih sedikit pada kelompok perlakuan 24.4% vs 39.3%. Hasil positif dari LGG juga mungkin tersamarkan dengan adanya perburukan diare akibat malabsorpsi laktosa yang bersifat sementara.

Penelitian yang menggunakan Heat killed probiotik masih terbatas. Hasilnya pun beragam. Khanna dkk melakukan suatu uji klinis acak tersamar ganda untuk mengevaluasi efektifitas tyndalized Lactobacillus acidophilus pada diare akut. Kesimpulan yang diambil yaitu penggunaan tyndalized Lactobacillus acidophilus tidak memiliki efek yang menguntungkan secara signifikan

Peranan Probiotik Dalam Kesehatan dan Penyakit

Kepentingan klinis utama dalam penerapan probiotik adalah untuk pencegahan dan pengobatan infeksi pencernaan dan penyakit (Parvez, et al., 2006)). Beberapa efek kesehatan yang diusulkan dari konsumsi probiotik diringkas dalam Gambar.1 Umumnya, mekanisme yang mungkin berpengaruh dari konsumsi probiotik dapat dibagi menjadi beberapa kategori: normalisasi mikrobiota, modulasi respon imun, dan fungsi metabolisme.

Pencegahan dan penatalaksanaan untuk infeksi oral dan karies dentalPenatalaksanaan untuk irritable bowel syndrome (IBS)

Sekitar 5-20% dari penduduk dunia diperkirakan menderita IBS. Gejala klinis utamanya termasuk ketidaknyamanan perut atau nyeri, diare, sembelit, kembung, dan perut kembung. Terapi saat ini untuk IBS dianggap efektif secara moderat, dan pendekatan baru dalam pengobatan sedang terus dicari. Patogenesis IBS masih belum jelas, namun tersedia bukti menunjukkan bahwa motilitas usus yang diubah, hipersensitivitas visceral, dan disregulasi dari otak-usus sumbu adalah mekanisme penting yang terkait. Ada yang mengumpulkan bukti yang menunjukkan bahwa profil ketidakseimbangan mikroba usus dan peradangan mukosa enterik bakteri mediated mungkin terkait dengan IBS (Chadwick, et al.,2002).

Pencegahan untuk Kanker Usus

Dalam dua dekade terakhir, jumlah orang yang menderita kanker usus besar telah berangsur-angsur meningkat, khususnya di negara-negara industri. Studi telah menunjukkan bahwa diet dan antibiotik dapat menurunkan generasi karsinogen dalam usus besar dan mengurangi tumor secara kimiawi. Efek ini tampaknya dimediasi melalui mikroflora usus. Studi tambahan menunjukkan bahwa pengenalan Lactobacillus acidophilus ke dalam makanan menurunkan kejadian tumor usus yang diinduksi secara kimia pada tikus. Sebuah mekanisme yang mungkin untuk efek-efek antikanker bergantung pada bakteri usus yang menghambat enzim yang mengkonversi prokarcinogens ke bentuk karsinogen. Teknik ini dapat dikembangkan pada masa depan dengan menguji kemampuan probiotik untuk menghambat pertumbuhan atau organisme yang biasanya ditemukan pada tumbuhan yang memiliki aktivitas tinggi seperti enzim -glucuronidase, nitroreductase, azoreductase dan glikosidase atau kemampuan untuk nitrososation (Lee dan Salminen, 2009).

Gambar 1: Efek bermanfaat yang dipostulasi pada tubuh manusia

dengan mengkonsumsi probiotik (Parvez et al., 2006 )

BAB III

PENUTUP

Kesimpulan

Diare merupakan buang air besar dengan frekuensi 3 kali atau lebih dalam sehari dengan konsistensi tinja encer atau kandungan air lebih banyak daripada ampas, namun konsistensi dari tinja lebih penting daripada frekuensi defekasiProbiotik merupakan mikroba non patogen, yang biasanya merupakan varietas yang memproduksi asam laktat, yang digunakan untuk memperbaiki dan menormalkan keseimbangan dari mikroflora ususGangguan terhadap keseimbangan mikroflora usus juga terjadi selama diare, karena itu probiotik banyak digunakan dalam terapi diare mendampingi cairan rehidrasi oral. Penggunaan probiotik dalam tata laksana diare telah banyak diteliti di berbagai negara. Penelitian-penelitian ini menyimpulkan bahwa probiotik dapat mengurangi durasi dan keparahan diare.

Saran

Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut tentang peranan probiotik untuk meningkatkan daya tahan tubuh anak terhadap diarePerlu meningkatkan pemahaman tentang probiotik dalam menangani masalah diare pada anakMeningkatkan kualitas pelayanan kesehatan dengan memberikan pelatihan kepada petugas kesehatan dalam mengatasi masalah diare pada anak Memberikan promosi kesehatan kepada masyarakat luas tentang pentingnya peranan probiotik dalam meningkatkan daya tahan tubuh anak terhadap diare

DAFTAR PUSTAKA

Allen SJ, Okoko B, Martinez E, Gregorio G, Dans LF. Probiotics for treating infectious diarrhoea. Cochrane Database of Systematic Review 2003. Diunduh darihttp://www.mrw.interscience.wiley.com/" http://www.mrw.interscience.wiley.com/cochrane/clsysrev/articles/CD003048/frame.html. Diakses tanggal 28 Januari 2015.

Bradley C. Johnston, Alison L. Supina, Sunita Vohra. Probiotics for pediatric antibiotic-associated diarrhea: a meta-analysis of randomized placebo-controlled trials. 2006: 377-383

Charrois TL, Gagansandhu, Vohra S. Probiotics. Pediatr Rev. 2006;27:4.

Dalgic N, Sancar M, Bayraktar B, Pullu M, Hasim O. Probiotic, zinc and lactose-free formula in children with rotavirus diarrhea: are they effective? Pediatr Int. 2011;53:67782

Ghishan FK. Chronic diarrhea. Dalam: Behrman RE, Kliegman RM, Jenson HB, penyunting. Nelson textbook of pediatrics. Edisi ke-17. Philadelphia: Saunders, 2004. h. 469-75.

Guandalini S, Frye RE. Diarrhea. 2006. Diunduh dari http://www.emedicine.com/ ped/topic583.htm. Diakses tanggal 28 Januari 2015.

Heyman M, Menard S. Probiotic microorganism: how they affect the intestinal pathophysiology. Cell Mol Life Sci. 2002;59:1-15.

Jennifer A Applegate, et all. 2013. Systematic review of probiotics for the treatment

of community-acquired acute diarrhea in children. BMC Public Health

Manoppo C. Dampak pemberian seng dan probiotik terhadap lama diare akut di rumah sakit prof. dr. RD. Kandau Manado. Sari Pediatri. 2010;12:17-20.

Mcfarland LV, Elmer GW, Mcfarland M. Meta-analysis of probiotics for the prevention and treatment of acute pediatric diarrhea. Int J Probio. 2006;1:63-76.

Nathan Hitzeman, et all. Probiotics for Persistent Diarrhea in Children. Cochrane for Clinicians. Volume 84, 2011.

Reid G, Jass J, Sebulsky MT, McCormick JK. Potential uses of probiotics in clinical practice. Clin Microbiol Rev. 2003:658-72.

Reyed RM. Probiotics: a new strategies for prevention and therapy of diarrhea disease. J Appl Sci Res. 2007;3:291-9.

Soeharsono. 2010. Probiotik Basis Ilmiah, Aplikasi, Dan Aspek Praktis. Widya Padjajaran

United States Agency for International Development (USAID). Diarrhoea treatment guidelines: including new recommendations for the use of ORS and zinc supplementation. 2005. Diunduh dari http://www.eddcontrol.org/files/Diarrhoea_treatment_guidelines_USAID.pdf. Diakses tanggal 28 April 2015.

World Health Organization. The treatment of diarrhoea: a manual for physicians and other senior health workers. 2005. Diunduh dari http://www.eddcontrol.org/ files/Treatment_of_Diarrhoea_manual_WHO. pdf. Diakses tanggal 28 Januari 2015.