UJI MIKROBIOLOGIS MAKANAN KANTIN FAKULTAS...
Transcript of UJI MIKROBIOLOGIS MAKANAN KANTIN FAKULTAS...
-
UJI MIKROBIOLOGIS MAKANAN KANTIN FAKULTAS
EKONOMI DAN ILMU SOSIAL ILMU POLITIK
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
Skripsi
Laporan penelitian ini ditulis sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
SARJANA KEDOKTERAN
OLEH :
Fakhri Chairul Akmal
NIM : 11161030000071
PROGRAM STUDI KEDOKTERAN
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1441 H/ 2019 M
-
ii
LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN KARYA
Dengan ini saya menyatakan bahwa :
1. Laporan penelitian ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan
untuk memenuhi salah satu persyaratan memperoleh gelar Sarjana
Kedokteran di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya
cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta
3. Jika dikemudian hari terbukti bahwa hasil karya ini bukan karya asli saya
atau merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia
menerima sanksi yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
Ciputat, 22 September 2019
Fakhri Chairul Akmal
-
iii
LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING
UJI MIKROBIOLOGIS MAKANAN KANTIN FAKULTAS EKONOMI
DAN ILMU SOSIAL ILMU POLITIK UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
Laporan Penelitian
Diajukan kepada Fakultas Kedokteran untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh
Gelar Sarjana Kedokteran (S. Ked)
Oleh :
Fakhri Chairul Akmal
NIM : 11161030000071
Pembimbing 1 Pembimbing 2
dr. Witri Ardini, M.Gizi, Sp.GK dr. Erike Anggraini S, M.Pd Sp.MK
NIP. 197110232011012003 NIP. 198109262011012007
PROGRAM STUDI KEDOKTERAN
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1441 H/ 2019 M
-
iv
PENGESAHAN PANITIA UJIAN
Laporan Penelitian berjudul UJI MIKROBIOLOGIS MAKANAN KANTIN
FAKULTAS EKONOMI DAN ILMU SOSIAL ILMU POLITIK
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
yang diajukan oleh Fakhri Chairul Akmal (NIM 11161030000071), telah diujikan
dalam sidang di Fakultas Kedokteran pada Novermber 2019. Laporan penelitian
ini telah diterirna sebagai salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Kedokteran
(S.Ked) pada Program Studi Kedokteran.
Ciputat, 19 November 2019
DEWAN PENGUJI
Ketua Sidang
dr. Erike Anggraini S, M.Pd Sp.MK
NIP. 198109262011012007
Pembimbing I Pembimbing II
dr. Witri Ardini, M.Gizi, Sp.GK dr. Erike Anggraini S, M.Pd Sp.MK
NIP. 197110232011012003 NIP. 19810926 2011012007
Penguji I Penguji II
dr. Francisca A. Tjakradidjaja,MS. Sp.GK Silvia Fitria Nasution, M.Biomed
NIP. 197307252008012009
PIMPINAN FAKULTAS PIMPINAN PRODI
Dekan Fakultas Kedokteran Kepala Prodi Fakultas Kedokteran
dr. H. Hari Hendarto, Ph.D.,Sp.PD-KEMD Dr. dr. Achmad Zaki,M. Epid, Sp.OT
NIP. 19651123 2003121003 NIP. 197805072005011005
-
v
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh
Segala puji dan rasa syukur saya panjatkan kepada Allah subhanahu wa
ta’ala atas segala limpahan rahmat-Nya saya dapat menyelesasikan penelitian ini.
Tidak lupa shalawat serta salam semoga selalu tercurah kepada baginda Nabi
Muhammad shallalahu alaihi wa sallam beserta keluarga, sahabat, serta seluruh
umatnya.
Alhamdulillah penelitian ini dapat diselesaikan berkat bantuan dari
berbagai pihak. Oleh karena itu, saya mengucapkan banyak terima kasih kepada:
1. dr. H. Hari Hendarto, Ph.D., Sp.PD-KEMD selaku dekan FK UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. DR. dr. Achmad Zaki, M. Epid, SpOT selaku Kepala Prodi FK UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta.
3. dr. Witri Ardini, M. Gizi, SpGK dan dr. Erike Anggraini
Suwarsono,M.Pd Sp.MK selaku pembimbing I dan pembimbing II
saya yang senantiasa memberi arahan, nasihat, dan bantuan dalam
penyusunan penelitian ini.
4. Kedua orang tua saya, Tutus Asnawi dan Dedeh Destiana yang
senantiasa memberikan semangat dan doa kepada saya selama
menjalani pendidikan disini. Kakak dan adik kandung yang saya
sayangi, Rahadi Teguh S.T dan Najla Permasari yang selalu
memberikan dukungan agar saya dapat meraih cita-cita saya sebagai
dokter muslim.
5. drg. Laifa Hendarmin, Ph.D selaku penanggung jawab (PJ) modul riset
Program Studi Kedokteran 2016, bu Yuliati, M. Biomed selaku PJ
laboratorium Mikrobiologi.
6. Yuni, Annisa, kak Nur Fajrina dan kak Refiyandi selaku teman
kelompok riset saya yang bersama-sama berjuang menyelesaikan
penelitian ini.
-
vi
7. Teman kerja saya di laboratorium, Yuni dan Annisa yang selalu
bersama mengerjakan penelitian ini hingga larut malam.
8. Mbak Novi selaku laboran Mikrobiologi dan Mas Irul selaku OB
laboratorium mikrobiologi yang banyak membantu saya dalam
menyelesaikan penelitian.
9. Seluruh pihak yang membantu, mendukung, serta motivasi dalam
penelitian ini yang tidak dapat saya sebutkan satu-persatu.
Saya menyadari masih banyak kekurangan dalam laporan penelitian ini.
Kritik dan saran yang membangun sangat saya butuhkan dari semua pihak supaya
laporan yang saya buat dapat lebih baik ke depannya lagi.
Demikian laporan yang saya tulis, semoga isi laporan ini dapat
memberikan banyak manfaat bagi penulis khususnya dan pembaca pada
umumnya.
Ciputat, 22 September 2019
Fakhri Chairul Akmal
-
vii
ABSTRAK
Fakhri Chairul Akmal. Fakultas Kedokteran. Uji Mikrobiologis Makanan
Kantin Fakultas Ekonomi Dan Ilmu Sosial Ilmu Politik Universitas Islam
Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
Latar belakang: Makanan yang dikonsumsi tidak hanya memerhatikan
kandungan gizi tetapi juga keamanannya oleh karena itu perlu diperhatikan aspek
higiene dan sanitasi dalam pengelolaannya agar tidak menjadi media penularan
penyakit. Untuk mengetahui keamanan suatu makanan dan minuman yang
dikonsumsi maka perlu mengetahui kandungan mikrobiologi yang ada di
dalamnya. Tujuan Penelitian: untuk mengetahui kelayakan makanan dan
minuman yang dijual menurut kriteria mikrobiologi Badan Pengawasan Obat dan
Makanan (BPOM). Metode yang digunakan adalah uji kuantitatif (Angka
Lempeng Total dan Angka Paling Mungkin) dan kualitatif (Penanaman di media
selektif dan pewarnaan Gram). Desain penelitian yang digunakan adalah
observasional laboratorik. Sampel peneltian berupa makanan yang disediakan di
kantin Fakultas Ekonomi Dan Ilmu Sosial Ilmu Politik Universitas Islam Negeri
Syarif Hidayatullah Jakarta. Sampel yang diuji sebanyak 5 makanan yaitu sayur
labu, ikan goreng tepung, salad katsu, tahu bumbu kuning dan es jeruk. Hasil:
Terdapat 2 dari 5 sampel makanan yaitu salad katsu dan tahu bumbu kuning yang
terkontaminasi bakteri dengan jumlah koloni bakteri melebihi batas maksimum.
Kelima sampel makanan mengandung bakteri koliform yang melebihi batas
maksimum. Sampel sayur labu, salad katsu dan es jeruk positif terdapat bakteri
Escherichia coli. Pada ikan goreng tepung, sayur labu dan salad katsu positif
terdapat bakteri Salmonella sp. Tahu bumbu kuning, salad katsu dan sayur labu
juga positif terdapat bakteri Staphylococcus aureus. Kesimpulan: Kelima sampel
makanan tidak layak menurut Kriteria Mikrobiologi dalam Pangan Olahan
berdasarkan Peraturan BPOM.
Kata kunci : Uji kualitas mikrobiologi, Escherichia coli, Salmonella sp,
Staphylococcus aureus, makanan kantin, UIN Jakarta
-
viii
ABSTRACT
Fakhri Chairul Akmal. Faculty of Medicine. Microbiological Testing on
Canteen Food in Faculty of Economic and Social Politics Science of State
Islamic University Syarif Hidayatullah Jakarta
Background: Food that consumed are not only concern to the nutrient content but
also the safety therefore there need to be considered the aspect of hygiene and
sanitation in food handling in order that not become source of disease
transmission. To know the quality of food and drink that consumed is finding out
the microbiological content inside it. Aim of Research: To discover the quality of
food and drink that sold based on BPOM microbiology criteria. Methods: This
research used quantitative (Total Plate Count, Most Probable Number) and
qualitative (planting on selective medium and Gram staining) methods. The
research design used was laboratory observational. The sample were food that
vended in in Faculty of Economic and Social Politics Science of State Islamic
University Syarif Hidayatullah Jakarta. There were 5 food sample tested, namely
sayur labu, fried fish, katsu salad, tahu bumbu kuning and iced orange. Result:
There were 2 out of 5 food sample that contaminated by bacteria, namely katsu
salad and tahu bumbu kuning with result the amount bacteria colonies exceeded
the maximum threshold. All of five food sample contained amount of coliform
exceeded the maximum threshold. Sample of sayur labu, salad katsu and iced
orange gave positive result of Escherichia coli. For fried fish, sayur labu and katsu
salad gave positive result of Salmonella sp. Tahu bumbu kuning, katsu salad and
sayur labu also gave positive result of Staphylococcus aureus. Conclusion: All
five food sample were not feasible according on Microbiological Criteria in Food
Preparations based on BPOM regulation.
Keyword : Microbiological quality testing, Escherichia coli, Salmonella sp,
Staphylococcus aureus, canteen food, UIN Jakarta
-
ix
DAFTAR ISI
LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ................................................ ii
LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING ........................................................ iii
PENGESAHAN PANITIA UJIAN ....................................................................... iv
KATA PENGANTAR .............................................................................................v
ABSTRAK ............................................................................................................ vii
ABSTRACT ......................................................................................................... viii
DAFTAR GAMBAR ........................................................................................... xiii
DAFTAR SINGKATAN ..................................................................................... xiv
DAFTAR LAMPIRAN ..........................................................................................xv
BAB I PENDAHULUAN ........................................................................................2
1.1 Latar Belakang ...............................................................................................2
1.2 Rumusan Masalah ..........................................................................................3
1.4 Tujuan Penelitian ............................................................................................3
1.5 Manfaat Penelitian ..........................................................................................4
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ..............................................................................5
2.1. Higiene Dan Sanitasi Makanan .....................................................................5
2.1.1 Pengertian Higiene ...................................................................................5
2.1.2 Pengertian Sanitasi ...................................................................................5
2.1.3 Higiene dan Sanitasi Jasaboga .................................................................5
2.2 Penyehatan Makanan ......................................................................................8
2.3 Kontaminasi Makanan ....................................................................................8
2.3.1 Definisi Kontaminasi Makanan ...............................................................8
2.3.2 Agen Kontaminasi Makanan ...................................................................9
2.4 Agen Mikrobiologi pada Makanan .................................................................9
2.5 Morfologi dan Identifikasi Bakteri Penyebab Penyakit Bawaan Makanan..11
-
x
2.5.1 Enterobactericeae (koliform) ................................................................11
2.5.2 Escherichia coli .....................................................................................12
2.5.3 Staphylococcus aureus ...........................................................................13
2.5.3 Salmonella sp .........................................................................................14
2.5.4 Shigella sp ..............................................................................................15
2.6 Penyakit Akibat Kontaminasi Makanan oleh Bakteri ..................................16
2.6.1 Diare ......................................................................................................16
2.6.2 Gastroenteritis ........................................................................................17
2.6.3 Disentri Basiler ......................................................................................17
2.6.4 Salmonellosis .........................................................................................18
2.7 Metode Pengujian Bakteri pada Makanan ....................................................18
2.7.1 Total Plate Count (TPC) ........................................................................18
2.7.2 Most Probable Number (MPN) ............................................................19
2.8 Integrated Moslem Doctor and Bioethics ....................................................20
2.9 Kerangka Teori .............................................................................................22
2.10 Kerangka Konsep .......................................................................................23
2.11 Definisi Operasional ...................................................................................24
BAB III RANCANGAN PENELITIAN ................................................................25
3.1 Desain Penelitian ..........................................................................................25
3.2 Waktu dan Tempat Penelitian ......................................................................25
3.3 Bahan yang Diuji ..........................................................................................25
3.4 Alat dan Bahan Penelitian ............................................................................25
3.5 Cara Kerja Penelitian ....................................................................................26
3.5.1 Persiapan Alat dan Bahan ......................................................................26
3.5.2 Pengambilan Sampel .............................................................................26
-
xi
3.5.3 Pembuatan Homogenisasi dan Pengenceran Suspensi Sampel Makanan
serta Metode Total Plate Count (TPC) ..................................................26
3.5.4 Metode Most Probable Number (MPN) ................................................27
3.5.5 Pembiakan dalam Media Selektif ..........................................................29
3.5.6 Pewarnaan Gram Bakteri .......................................................................31
3.6 Alur Penelitian ..............................................................................................32
3.7 Manajemen Data Hasil Penelitian ................................................................32
BAB IV HASIL PENELITIAN .............................................................................33
4.1 Hasil Jumlah Koloni Bakteri ........................................................................33
4.2 Hasil Jumlah Bakteri Koliform ....................................................................24
4.3 Identifikasi Bakteri Patogen pada Media Selektif ........................................36
4.4 Pewarnaan Gram ..........................................................................................39
4.5 Pembahasan ..................................................................................................42
4.6 Keterbatasan Penelitian ................................................................................46
BAB V SIMPULAN DAN SARAN ......................................................................25
5.1 Simpulan .......................................................................................................47
5.2 Saran .............................................................................................................47
BAB VI KERJASAMA PENELITIAN .................................................................39
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................50
-
xii
DAFTAR TABEL
Tabel 1 Patogen Penyebab Tersering Penyakit Bawaan Makanan ........................10
Tabel 2 Kriteria Mikrobiologi Menurut Peraturan Kepala Badan Pengawas Obat
Dan Makanan Republik Indonesia Nomor HK.00.06.1.52.4011 Tahun 2009
.....................................................................................................................19
Tabel 3 Definisi Operasional .................................................................................24
Tabel 4 Hasil Uji Total Plate Count (TPC) ...........................................................24
Tabel 5 Hasil Uji Praduga (Presumptive Test) .......................................................34
Tabel 6 Hasil Uji Konfirmasi (Confirmed Test) ....................................................35
Tabel 7 Hasil Pertumbuhan Bakteri pada Media Selektif ......................................36
-
xiii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1 Transmisi fekal-oral antar sesama manusia yang dapat menyebabkan
penyakit bawaan makanan ...................................................................13
Gambar 2 Kerangka Teori ......................................................................................22
Gambar 3 Kerangka Konsep ..................................................................................23
Gambar 4 Cara Pengambilan Sampel ....................................................................26
Gambar 5 Alur pengenceran sampel makanan dan metode total plate count ........27
Gambar 6 Alur presumptive test ............................................................................28
Gambar 7 Alur confirmed test ................................................................................29
Gambar 8 Tabung pada uji praduga .......................................................................34
Gambar 9 Tabung uji konfirmasi ...........................................................................35
Gambar 10 Bakteri Staphylococcus aureus membentuk koloni berwarna kuning
pada media MSA ................................................................................37
Gambar 11 Bakteri Escherichia coli membentuk koloni berwarna merah muda
pada media MCA ................................................................................37
Gambar 12 Bakteri Salmonella sp membentuk koloni hitam pada media SSA .....38
Gambar 13 Bakteri Shigella sp membentuk koloni tak berwarna pada media SSA
............................................................................................................38
Gambar 14 Bakteri Escherichia coli membentuk koloni berwarna hijau mengkilap
pada media EMB ................................................................................39
Gambar 15 Kelompok bakteri kokus Gram positif terlihat setelah pewarnaan
Gram pada koloni bakteri yang tumbuh di media MSA .....................39
Gambar 16 Kelompok bakteri batang Gram negatif terlihat setelah pewarnaan
Gram pada koloni yang tumbuh di media MCA ................................40
Gambar 17 Kelompok bakteri batang Gram negatif terlihat setelah pewarnaan
Gram pada koloni yang tumbuh di media EMB .................................40
Gambar 18 Kelompok bakteri batang Gram negatif terlihat setelah pewarnaan
Gram pada koloni yang tumbuh di media SSA ..................................41
-
xiv
DAFTAR SINGKATAN
ALT = Angka Lempeng Total
APM = Angka Pertumbuhan Mikroba
BGLB = Brilliant Green Bile Lactose Broth
BHI = Brain Heart Infusion
BPW = Buffered Peptone Water
BPOM = Badan Pengawasan Obat Makanan
EMB = Eosin Methylen Blue Agar
MCA = Mc Conkey Agar
SSA = Salmonella Shigella Agar
MSA = Mannitol Salt Agar
TPC = Total Plate Count
MPN = Most Probable Number
XLD = Xylose Lysine Deoxycholate
CFU = Colony Forming Unit
-
xv
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Riwayat Penulis ..................................................................................53
Lampiran 2 Tabel Parameter MPN ........................................................................54
Lampiran 3 Media Selektif untuk Pengujian Mikroba dan Koloni Spesifik ..........55
-
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Makanan dan minuman adalah kebutuhan dasar pokok bagi setiap manusia.
Manusia mengonsumsi makanan untuk mendapatkan sumber energi serta nutrisi
lainnya untuk memelihara kesehatan tubuh. Makanan yang dikonsumsi selain
harus mengandung kandungan gizi yang seimbang juga harus memerhatikan
kelayakannya. Makanan dan minuman dapat menjadi perantara pertumbuhan
mikroorganisme yang berpotensi menyebabkan penyakit yang dapat disebut
sebagai penyakit bawaan makanan (foodborne illness). Gejala yang paling sering
ditimbulkan dari penyakit bawaan makanan adalah sakit perut dan diare.
Penyebab terseringnya adalah kontaminasi mikroorganisme patogen seperti
Escherichia coli penghasil toksin, Salmonella sp., Staphylococcus aureus, Vibrio
cholerae, Bacillus sp., dan Listeria sp.
Studi epidemiologi World Health Organization (WHO) menunjukkan terdapat
1500 juta kasus penyakit bawaan makanan (foodborne illness) berupa diare yang
sebagian besar diderita oleh anak-anak dan balita dan sebagai dampaknya 3 juta
diantaranya meninggal dunia sehingga diare menjadi penyebab kematian balita
terbanyak di dunia.(1) Di Indonesia pada tahun 2015 berdasarkan laporan tahunan
BPOM terdapat Kejadian Luar Biasa (KLB) keracunan pangan sebanyak 61
kejadian/kasus di seluruh 34 provinsi. Penyebab KLB keracunan makanan adalah
mikroba yang bersifat baik suspect maupun confirm. Berdasarkan data hasil uji
sebanyak 1 kejadian (1,64%) disebabkan oleh bakteri Bacillus cereus yang
bersifat confirm dan 26 kejadian (42,62%) disebabkan oleh bakteri suspect yaitu
Escherichia coli, Salmonella sp., dan Staphylococcus aureus.(2) Pada tahun 2017
Kementrian Kesehatan Republik Indoneisa juga mencatat KLB keracunan pangan
berjumlah 163 kejadian dengan 7132 kasus yang sebagian besar masih terjadi di
Pulau Jawa.(3) Menurut Supraptini (2002) jenis makanan yang paling sering
menyebabkan keracunan pangan adalah masakan rumah tangga (40,98% kejadian)
-
2
diikuti pangan jajanan (22,95% kejadian), pangan jasa boga (21,31% kejadian)
dan pangan olahan (14,75% kejadian). (4)
Kantin merupakan salah satu tempat pilihan untuk membeli berbagai macam
jenis pangan yang umumnya sudah siap saji. Pangan yang disajikan oleh kantin
memiliki risiko untuk terkontaminasi mikroorganisme yang berpotensi
menyebabkan penyakit bawaan makanan bagi pembeli yang mengonsumsinya.
Penelitian yang dilakukan oleh Nur Fajrina (2018) pada kantin Sekolah Pasca
Sarjana UIN Syarif Hidayatullah Jakarta pada 5 jenis sampel makanan didapatkan
semua sampel makanan positif mengandung bakteri yang melebihi batas
maksimum yang telah ditetapkan BPOM.(5) Penelitian serupa oleh Putri Auliya
dan Mulia Sari (2015) pada sampel makanan berkuah berupa soto ayam serta
makanan dengan bahan mentah berupa gado-gado yang dijual di seluruh kantin di
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta didapatkan seluruh sampel terdapat cemaran
bakteri Escherichia coli dan Salmonella sp.(6,7) BPOM sudah mengeluarkan
Peraturan Nomor HK.00.06.1.52.4011 Tentang Penetapan Batas Maksimum
Cemaran Mikroba dan Kimia dalam Makanan. Parameter yang ditetapkan BPOM
yaitu jumlah koloni < 1x104, jumlah bakteri koliform < 3 bakteri/g dan tidak
terdapat bakteri Salmonella sp. dan Staphylococcus aureus.(8)
Salah satu penyebab kontaminasi mikroorganisme patogen pada makanan
adalah kurangnya memerhatikan aspek higiene dan sanitasi penjamah makanan
saat mengelola makanan tersebut. Penelitian yang dilakukan oleh Setyorini (2013)
terdapat hubungan bermakna antara praktik higiene pedagang dengan keberadaan
Escherichia coli pada rujak yang dijual di sekitar kampus Universitas Negeri
Semarang.(9) Pengamatan singkat pada salah satu kantin fakultas di UIN Syarif
Hidayatullah didapatkan penjual kantin belum menerapkan praktik higiene dengan
baik seperti tidak mencuci tangan serta menggunakan sarung tangan sebelum
menyiapkan makanan dan membiarkan makanan yang disajikan terpapar dengan
udara luar. Praktik higiene yang buruk pada penjamah makanan merupakan
sumber utama dan potensial dalam kontaminasi makanan dan perpindahan
mikroorganisme. Maka dari itu peneliti ingin mengetahui kualitas mikrobiologis
makanan yang dijual di dalam kampus UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
Diharapkan hasil dari penelitian akan menambah kesadaran penjual makanan
-
3
kantin untuk lebih memerhatikan aspek higienitas dan sanitasi proses pembuatan
dan penyajian makanan agar tidak menularkan penyakit bawaan makanan kepada
konsumen.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang penelitian yang dikemukakan maka rumusan
masalah dari penelitian ini adalah Apakah makanan dan minuman yang dijual di
Kantin Fakultas Ekonomi dan Fakultas Ilmu Sosial Ilmu Politik UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta sudah layak konsumsi menurut kriteria mikrobiologi BPOM?
1.3 Hipotesis
Makanan dan minuman yang dijual di Kantin Fakultas Ekonomi dan Fakultas
Ilmu Sosial Ilmu Politik UIN Syarif Hidayatullah Jakarta tercemar
mikroorganisme patogen sehingga tidak layak konsumsi menurut kriteria
mikrobiologi BPOM.
1.4 Tujuan Penelitian
1.4.1 Umum
Tujuan penelitian ini adalah mengetahui kualitas makanan dan minuman yang
disediakan Kantin Fakultas Ekonomi dan Fakultas Ilmu Sosial Ilmu Politik UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta berdasarkan kriteria mikrobiologi dalam pangan
olahan BPOM.
1.4.2 Khusus
1) Mengetahui jumlah koloni bakteri yang tumbuh pada sampel makanan
dan minuman dengan uji Angka Lempeng Total (ALT).
2) Mengidentifikasi adanya bakteri koliform pada sampel makanan dan
minuman dengan uji Angka Paling Mungkin (APM).
3) Mengidentifikasi adanya bakteri patogen pada sampel makanan dan
minuman dengan pembiakkan pada media selektif dan pewarnaan
Gram.
-
4
1.5 Manfaat Penelitian
1.5.1 Pengelola Kantin
Memberi informasi tentang keamanan dan kelayakan produk yang
dijual sehingga dapat meningkatkan kualitas pengelolaan makanan dan
minuman yang disediakan Fakultas Ekonomi dan Fakultas Ilmu Sosial
Ilmu Politik UIN Syarif Hidayatullah Jakarta menjadi lebih bersih dan
sehat.
1.5.2 Masyarakat
Memberi informasi kepada masyarakat tentang kontaminasi
mikroba bersifat patogen pada makanan dan minuman yang disediakan di
kantin Fakultas Ekonomi dan Fakultas Ilmu Sosial Ilmu Politik UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta sehingga dapat lebih selektif lagi dalam membeli
makanan dan minuman yang dijual.
1.5.3 Peneliti
1) Menambah pengetahuan dan wawasan dalam melakukan
identifikasi dan isolasi bakteri dalam makanan dan minuman.
2) Mendapat pengalaman dalam proses pembuatan karya ilmiah
dalam bidang kedokteran.
1.5.4 Institusi
1) Sebagai referensi bagi peneliti lain yang melakukan penelitian di
bidang mikrobiologi.
2) Menambah karya tulis ilmiah untuk institusi UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta
1.5.5 Dokter Muslim
Sumber referensi untuk edukasi memilih makanan sehat dan halal
yang dihubungkan dengan sumber ajaran Islam utama yaitu Al-Qur’an dan
Hadits.
-
5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Higiene Dan Sanitasi Makanan
2.1.1 Pengertian Higiene
Higiene adalah usaha untuk memelihara serta melindungi kesehatan tiap
individu.(10) Perilaku higiene antara lain selalu mencuci tangan setelah melakukan
aktivitas & sebelum makan, membersihkan alat makan dengan air bersih mengalir
dan sabun serta menutup makanan untuk menghindari kontaminasi dari luar.(11)
Higiene mempunyai hubungan erat dengan individu dan pangan karena menjadi
indikator dalam menentukan derajat kesehatan.(12) Pelaku penjamah makanan
harus memerhatikan aspek-aspek seperti status kesehatan, pencucian tangan,
kebersihan rambut, gigi, hidung dan mulut untuk mencegah kontaminasi makanan
yang ditanganinya.(11)
2.1.2 Pengertian Sanitasi
Sanitasi adalah upaya pengawasan terhadap beberapa faktor lingkungan
fisik yang dapat memengaruhi manusia khususnya dampak negatifnya terhadap
perkembangan fisik dan kelangsungan hidup manusia.(13) Sanitasi yang ditujukan
pada makanan menitikberatkan upaya untuk menghilangkan kontaminan dari
makanan dan mesin pembuat makanan serta mencegahnya terkontaminasi kembali
dan yang terpenting adalah bebas dari kontaminasi mikroba.(13) Usaha yang dapat
ditempuh untuk mencegah hal tersebut adalah menggunakan air bersih untuk
mengolah makanan dan membuang sampah bahan makanan pada tempat yang
sudah disediakan.(11)
2.1.3 Higiene dan Sanitasi Jasaboga
Jasaboga adalah usaha pengelolaan makanan yang disajikan di luar tempat
usaha atas dasar pesanan yang dilakukan oleh perseorangan atau badan usaha.
Kantin merupakan salah satu bentuk dari jasaboga yang dikategorikan kedalam
golongan A yaitu jasaboga yang melayani kebutuhan masyarakat umum.
Pengelolaan makanan pada jasaboga harus menerapkan prinsip higiene sanitasi
-
6
makanan mulai dari pemilihan bahan makanan sampai dengan penyajian makanan
sesuai dengan Peraturan
Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 1096/MENKES/PER/VI/2011
tentang Higiene Sanitasi Jasaboga.(10)
i. Pemilihan bahan makanan
• Bahan makanan mentah (segar) seperti daging, telur, susu, sayuran
serta buah-buahan harus dalam keadaan baik, segar dan tidak rusak
atau berubah bentuk, warna dan rasa.
• Makanan olahan pabrik harus memiliki kemasan yang tidak
rusak/pecah atau kembung serta belum kadaluwarsa.
ii. Penyimpanan bahan makanan
• Tempat penyimpanan bahan makanan harus terhindar dari
kemungkinan kontaminasi baik oleh bakteri, serangga, tikus dan
hewan lainnya maupun bahan berbahaya serta wadah penyimpanan
harus sesuai dengan jenis bahan makanan.
• Penyimpanan bahan makanan harus memperhatikan suhu yang
disesuaikan dengan lama penggunaannya.
iii. Pengolahan makanan
• Tempat pengolahan makanan (dapur) harus memenuhi persyaratan
teknis higiene sanitasi untuk mencegah risiko pencemaran terhadap
makanan dan dapat mencegah masuknya lalat, kecoa, tikus dan hewan
lainnya.
• Peralatan masak dan peralatan makan harus terbuat dari bahan taraf
pangan (food grade) yaitu peralatan yang aman dan tidak berbahaya
bagi kesehatan.
• Wadah penyimpanan makanan harus mempunyai tutup.
• Memerhatikan suhu dan waktu yang diperlukan untuk mengolah
makanan. Suhu pengolahan minimal 90℃ agar kuman patogen mati.
-
7
iv. Penyimpanan makanan jadi/masak
• Memperhatikan prinsip first in first out (FIFO) dan first expired first
out (FEFO) yaitu makanan yang disimpan terlebih dahulu dan yang
mendekati masa kedaluwarsa dikonsumsi lebih dahulu.
• Tempat atau wadah penyimpanan harus terpisah untuk setiap jenis
makanan jadi dan mempunyai tutup serta memerhatikan suhu
penyimpanan makanan jadi sesuai dengan lama penyimpanan.
v. Pengangkutan makanan
• Bahan makanan diangkut menggunakan kendaraan khusus pengangkut
bahan makanan, tidak bercampur dengan bahan berbahaya dan beracun
(B3) serta harus selalu dalam keadaan dingin (diangkut dengan
menggunakan alat pendingin).
• Khusus untuk makanan jadi harus menggunakan wadah masing-
masing yang bertutup, utuh, kuat, tidak karat dan ukurannya memadai
dengan jumlah makanan yang akan ditempatkan serta diatur suhu
pengangkutannya agar tetap panas.
vi. Penyajian makanan
• Setiap jenis makanan yang disajikan ditempatkan dalam wadah
terpisah, tertutup agar tidak terjadi kontaminasi silang dan dapat
memperpanjang masa saji makanan.
• Setiap penanganan makanan maupun alat makan tidak kontak langsung
dengan anggota tubuh terutama tangan dan bibir.
Penjamah makanan memiliki peran yang penting dalam aspek higiene dan
sanitasi makanan. Dalam peraturan menteri kesehatan sendiri sudah menyebutkan
persyaratan teknis higiene dan sanitasi tenaga/karyawan pengolah makanan antara
lain(10) :
• Berbadan sehat dan tidak mengidap penyakit menular seperti tipus, kolera,
TB, hepatitis dan lain-lain atau pembawa kuman (carrier).
• Semua kegiatan pengolahan makanan harus dilakukan dengan cara
terlindung dari kontak langsung dengan tubuh.
-
8
• Perlindungan kontak langsung dengan makanan dilakukan dengan
menggunakan alat seperti sarung tangan plastik sekali pakai (disposal)
penjepit makanan, dan sendok garpu.
• Melindungi pencemaran terhadap makanan menggunakan celemek/apron,
penutup rambut, serta sepatu kedap air.
• Selama bekerja mengelola makanan tidak diperbolehkan merokok, makan,
dan memakai perhiasan (kecuali cincin kawin yang tidak berhias); selalu
mencuci tangan sebelum bekerja, setelah bekerja dan setelah keluar dari
toilet/jamban, memakai pakaian kerja khusus yang bersih serta tidak
banyak berbicara dan selalu menutup mulut pada saat batuk atau bersin
dengan menjauhi makanan.
2.2 Penyehatan Makanan
Penyehatan makanan merupakan upaya untuk mengendalikan faktor yang
diduga dapat menyebabkan kontaminasi yang berpengaruh terhadap pertumbuhan
kuman dan bertambahnya zat aditif pada makanan yang disajikan supaya tidak
terjadi penularan penyakit dan gangguan kesehatan.(14) Terdapat empat faktor
pengendalian penyehatan makanan yaitu faktor tempat atau bangunan, perlatan,
orang dan makanan itu sendiri. Keempat faktor tersebut merupakan bagian dari
prinsip higiene dan sanitasi makanan.(15)
2.3 Kontaminasi Makanan
2.3.1 Definisi Kontaminasi Makanan
Kontaminasi atau cemaran adalah suatu bahan yang tak diinginkan
terdapat pada makanan berupa agen biologis, kimiawi atau benda asing yang
diduga berasal dari lingkungan luar atau proses pembuatan makanan itu sendri
yang dapat merugikan mengganggu dan membahayakan kesehatan manusia.
Makanan tercemar adalah makanan yang mengandung bahan beracun, berbahaya
atau dapat mengganggu kesehatan atau jiwa manusia; makanan yang mengandung
agen cemaran yang melebihi ambang batas maksimal yang telah ditetapkan;
makanan yang dibuat dengan atau mengandung bahan yang dilarang
penggunaannya dalam proses pembuatan makanan; makanan yang tidak layak
-
9
dikonsumsi manusia karena mengandung bahan yang kotor, busuk, tengik, berasal
dari tumbuhan atau hewan yang berpenyakit atau berasal dari bangkai.(16)
2.3.2 Agen Kontaminasi Makanan
Agen kontaminasi makanan paling sering berupa cemaran kimia dan
cemaran mikroba. Cemaran kimia adalah makanan yang mengandung senyawa
kimia yang dapat merugikan dan mengganggu kesehatan manusia. Sedangkan
cemaran mikroba merupakan cemaran pada makanan yang bersumber dari
mikroba (bakteri) yang dapat merugikan dan mengganggu kesehatan manusia.
Senyawa kimia berbahaya yang mencemari makanan berupa aflatoksin yang
berasal dari kacang-kacangan, cadmium, timbal, merkuri serta arsen yang berasal
dari limbah pabrik dan ditemukan pada hewan laut. Mikroba yang sering
mencemari makanan yaitu Escherichia coli, Salmonella sp, Staphylococcus
aureus dan Bacillus cereus.(16) Selain bakteri terdapat parasit yang juga
mengontaminasi makanan berupa golongan nematoda atau protozoa.
2.4 Agen Mikrobiologi pada Makanan
Bakteri merupakan penyebab paling banyak penyakit bawaan makanan
dimana 60% dari kasusnya perlu perawatan di rumah sakit. Ada 3 macam cara
bakteri menyebabkan penyakit bawaan makanan yaitu intoksikasi, infeksi dan
toksiko-infeksi. Intoksikasi disebabkan oleh seseorang menelan makanan yang
mengandung bakteri penghasil toksin seperti Staphylococcus aureus dan
Clostridium botulinum. Infeksi bawaan makanan umumnya disebabkan oleh
bakteri Salmonella dan Listeria dimana bakteri tersebut berkolonisasi di saluran
cerna dan menimbulkan penyakit. Toksiko-infeksi disebabkan oleh bakteri yang
berkolonisasi serta menghasilkan toksin yang menimbulkan penyakit contohnya
adalah Clostridium perfringens.(17) Berikut ini adalah berbagai macam bakteri
yang tersering menyebabkan penyakit bawaan makanan.
-
10
Tabel 1 Patogen Penyebab Tersering Penyakit Bawaan Makanan
Nama Bakteri Sumber Potensial Masa
Inkubasi
Gejala Klinis
Salmonella sp Telur & daging mentah
atau tidak matang, buah
& sayur mentah, susu
dan produk susu lainnya
yang belum disterilisasi
12-36 jam Diare disertai darah,
nyeri perut, kram,
demam selama 2-5
hari setelah
konsumsi makanan
terduga
Escherichia
coli
Daging olahan mentah
atau tidak matang,
minuman yang
terkontaminasi
3-4 hari Diare berat disertai
datah, kram perut,
muntah, jarang
terjadi demam
Shigella
dysentriae
Sayuran dan kebanyakan
makanan diolah oleh
penjamah dengan
higiene yang buruk
1-2 hari Diare tanpa atau
disertai darah,
demam, kram perut
Campylobacter
jejuni
Daging dan ungags
mentah atau tak matang,
produk susu dan air yang
terkontaminasi
2-5 hari Diare yang
umumnya disertai
darah, nyeri perut,
demam, sakit
kepala, mual dan
muntah
Staphylococcus
aureus
Daging unggas, ikan,
telur, susu dan produk
susu, sayuran
2-8 jam Mual muntah, kram
perut, diare
Clostridium
perfringens
Daging dan daging
olahan yang disimpan
dalam waktu yang lama
pada suhu ruang
6-24 jam Kram perut dan
diare hebat disertai
mual
Listeria
monocytogens
Makanan beku siap saji,
susu dan produk susu
terkontaminasi, daging,
unggas dan makanan laut
mentah atau kurang
matang
3-21 hari Demam, nyeri otot,
mual, diare, sakit
kepala, letargi,
hingga kejang
Clostridium
botulinum
Makanan yang dikemas
dalam kaleng
12-36 jam Kelelahan,
kelemahan, vertigo
diikuti penglihatan
terganggu, mulut
kering, dan
kesulitan berbicara
dan bernapas
Dimodifikasi dari artikel Penyakit Bawaan Makanan WHO(18)
-
11
2.5 Morfologi dan Identifikasi Bakteri Penyebab Penyakit Bawaan Makanan
2.5.1 Enterobactericeae (koliform)
Enterobactericeae merupakan kelompok bakteri Gram negatif berbentuk
batang yang hidup secara alami pada saluran cerna manusia dan hewan. Golongan
ini lebih sering disebut bakteri enterik. Famili Enterobactericeae terdiri dari
beberapa genus seperti Escherchia, Shigella, Salmonella, Klebsiella,
Enterobacter, Serratia, Proteus dan lainnya. Hampir semua bakteri dari golongan
ini merupakan pathogen pada manusia. Escherichia coli merupakan flora normal
saluran cerna tetapi juga dapat menimbulkan penyakit pada keadaan tertentu.
Enterobactericeae bersifat fakultatif aerob atau anaerob, meragi berbagai jenis
gula dan menghasilkan berbagai macam toksin dan faktor virulensi.(19)
Bentuk umum bakteri ini adalah batang atau basil. Bakteri tertentu seperti
Klebsiella memiliki kaspsul besar yang jarang ditemui pada spesies kuman
lainnya. Pada isolasi kultur, bakteri enteric akan membentuk koloni bulat,
cembung, halus dan berbatas tegas dengan media yang ditanaminya. Koloni
Klebsiella sangat berlendir dan besar hingga dapat menyatu antara koloni lainnya
bila disimpan dalam waktu lama. Koloni pada Shigella dan Salmonella tidak
bewarna dan dapat mirip dengan warna medianya. (19)
Bakteri enterik terdiri dari berbagai macam jenis sehingga untuk
membedakan antara jenis lainnya perlu dilakukan uji. Uji fermentasi karbohidrat
dengan pola hasil yang berbeda-beda dapat membantu membedakan antara jenis
bakteri berdasarkan sifat biokimia. Uji lainnya yang dapat dilakukan yaitu uji
Indol dapat mengidentifikasi bakteri enterik secara cepat. selain itu kultur bakteri
pada media spesifik seperti Eosin Methylen Blue (EMB) agar dan Mac Conkey
Agar (MCA) dapat dilakukan untuk identifikasi praduga jenis bakteri enterik. (19)
Golongan bakteri koliform selain berkolonisasi di saluran cerna juga dapat
hidup alami di tanah dan air sehingga adanya bakteri tersebut dalam makanan dan
minuman tidak menunjukkan cemaran yang bersumber dari fekal. Koliform fekal
berupa Escherichia coli merupakan indikator kontaminasi yang berasal dari fekal.
Keberadaannya lebih menunjukkan tidak baiknya aspek sanitasi dan higienitas
dalam proses mengolah makanan dan minuman. Jumlah bakteri yang sangat
-
12
banyak dalam pangan olahan mengindikasikan pertumbuhan Salmonella, Shigella
dan Staphylococcus. Enterobactericeae seperti Salmonella, Shigella dan
Enterobacter tidak umum digunakan dalam indikator kontaminasi fekal tetapi
lebih dihubungkan dalam buruknya sanitasi dalam pengolahan pangan karena
daya tahannya yang tinggi terhadap suhu tinggi, kekeringan, pendinginan serta
bahan disinfektan. Daya tahan tehadap suhu rendah ini yang dapat digunakan
sebagai indikator kontaminasi pada makanan beku atau yang dipanaskan
kembali.(20)
2.5.2 Escherichia coli
Escherichia coli merupakan bakteri berbentuk batang pendek atau disebut
kokobasil, bersifat Gram negative, umumnya tak berkapsul tetapi beberapa strain
memiliki kapsul, berukuran panjang 1,4 µm serta lebar 0,4 µm – 0,7 µm. Strain
Escherichia coli dibagi menjadi non patogen dan patogen. E. coli non patogen
hidup alami sebagai flora normal di saluran cerna yang berperan dalam produksi
vitamin K dari bahan yang belum dicerna di usus besar. Sedangkan E. coli
patogen menyebabkan penyakit diare pada manusia melalui toksin yang
dihasilkannya dengan jenis yang berbeda-beda.(19)
Bakteri enterik ini merupakan indikator dari kontaminan yang bersumber
dari fekal karena habitat alami E. coli adalah saluran cerna.(20) Gambar 1
menunjukkan transmisi fekal-oral antar manusia. Patogen enterik dapat ditularkan
antar sesama manusia oleh rute fekal-oral baik kontak langsung maupun tak
langsung melalui air yang terkontaminasi baik sumber air, makanan, jari
seseorang yang terinfeksi dan serangga seperti lalat. Seseorang dapat tertular bila
tidak memerhatikan aspek higienitas dan sanitasi seperti menggunakan air mentah
langsung untuk mengolah pangan, tidak mencuci tangan hingga bersih, dan
membiarkan makanan yang tersaji di udara terbuka.(21) Kebanyakan kasus
penyakit bawaan makanan yang disebabkan oleh bakteri E. coli disebabkan oleh
konsumsi bahan makanan seperti daging, sayuran dan hasil pertanian lainnya yang
mentah, kurang matang atau higiene penjamah makanan yang buruk.(22)
-
13
Gambar 1 Transmisi fekal-oral antar sesama manusia yang dapat menyebabkan penyakit
bawaan makanan(21)
2.5.3 Staphylococcus aureus
Staphylococcus aureus adalah bakteri berbentuk bulat berpasangan atau
bergerombol seperti buah anggur dengan diameter 0,8 µm – 1 µm, non-motil, tak
berspora dan bersifat Gram positif namun bila disimpan terlalu lama akan berubah
menjadi Gram negatif. Bakteri stafilokokus merupakan flora normal manusia pada
kulit dan selaput mukosa. Infeksi Staphylococcus aureus menyebabkan
terbentuknya supurasi (abses) pada kulit yang disebut pioderma atau impetigo
kemudian bakteri tersebut dapat menyebar secara hematogen menyebabkan
penyakit komplikasi lainnya seperti sepsis, osteomielitis, meningitis dan
endokarditis. Struktur antigen stafilokokus terdiri dari polisakarida berupa
peptidoglikan dan asam teikoat serta protein A yang berperan dalam reaksi antar
penjamu dan bakteri. S. aureus menghasilkan enzim dan toksin yang
menyebabkan berbagai macam perubahan patologis pada tubuh penjamu seperti
-
14
katalase, koagulase, hemolisin, toksin eksofoliatif dan Toxin Shock Syndrome
Toxins (TSST).(19)
S. aureus dapat tumbuh di berbagai macam media pertumbuhan dengan
suhu optimal 37℃. Koloni yang tumbuh berbentuk bulat, cembung, halus,
mengkilap dengan warna abu-abu hingga kuning emas. Bila ditanam pada agar
darah dapat menyebabkan hemolisis. Bakteri stafilokokus menghasilkan katalase
yang membedakannya dengan Streptococcus sp. Bakteri ini dapat meragi berbagai
macam karbohidrat secara lambat menghasilkan asam laktat tanpa memproduksi
gas. Stafilokokus relatif dapat bertahan hidup pada lingkungan kering, suhu panas
(bertahan sampai suhu 50℃ selama 30 menit), dan larutan mengandung natrium
klorida 10% tetapi pertumbuhannya dapat dihambat dengan bahan kimia tertentu
seperti larutan heksaklorofen 3%. (19)
Keracunan makanan yang disebabkan oleh S. aureus berasal dari
enterotoksin yang dihasilkan bakteri tersebut. Gejala keracunan muncul dalam
waktu 1-8 jam dengan gejala klinis mual, muntah, diare yang berat dengan
perbaikan yang cepat tanpa disertai demam. S. aureus umumnya ditemukan pada
hidung, tenggorakan, telapak tangan dan juga ujung-ujung jari. Makanan yang
dipersiapkan menggunakan tangan dapat dengan mudah terkontaminasi bakteri
ini. Penjamah makanan yang mempunyai penyakit kulit seperti luka terbuka atau
bernanah atau bisul juga dapat menyebabkan kontaminasi S. aureus pada makanan
yang disajikannya.(17)
2.5.3 Salmonella sp
Salmonella sp merupakan bakteri batang yang memiliki ukuran bervariasi
antara 1 µm - 3,5 µm x 0,5 µm – 0,8 µm, motil karena mempunyai flagel peritrik
kecuali serotipe tertentu tak memiliki flagel, tak berspora dan bersifat Gram
negatif. Salmonella sp dapat tumbuh pada media sederhana tetapi hampir tak
meragi laktosa atau sukrosa. Bakteri ini dapat menghasilkan asam dan terkadang
gas pada peragian glukosa dan mannosa serta dapat memproduksi H2S.
Salmonella sp dapat bertahan di air yang membeku dalam waktu yang cukup
lama. Bahan tertentu seperti brilliant green, natrium tetrationat, dan natrium
deoksikolat bersifat resisten bagi Salmonella sp sehingga dapat dimanfaatkan
-
15
untuk diisolasi dari spesimen feses. Salmonella sp memiliki struktur antigen O
somatik yang terdiri dari lipopolisakarida, antigen K kapsul, antigen H flagel dan
khusus pada serotipe typhi terdapat antigen Vi pada kapsul. (19)
Salmonella sp dapat diidentifikasi dari bakteri lain dengan kultur media
diferensiasi atau media selektif. Media diferensiasi berupa EMB, MacConkey atau
deoksikolat dapat mendeteksi kuman yang tidak meragi laktosa tak hanya
Salmonella namun juga Proteus, Serratia, Pseudomonas dan lainnya. Bakteri
Gram positif tak dapat tumbuh pada media tersebut. Media mengandung bismuth
sulfit mendeteksi pertumbuhan Salmonellae dengan cepat dengan membentuk
koloni hitam karena sebagian besar Salmonellae memproduksi H2S. Media
selektif hanya dapat ditumbuhi oleh Salmonellae dan Shigellae seperti
Salmonella-Shigella (SS) agar, xylose-lysin deoxycholate (XLD) agar atau
Hektoen enteric agar. Penyebaran bakteri ini biasanya melalui daging dan telur
yang tak dimasak atau kurang matang. Ayam dan produk unggas seperti telur
adalah tempat perkembangbiakan Salmonella sp paling utama. Cara untuk
mencegah penularan dan infeksi bakteri ini adalah tetap memerhatikan prinsip
higienitas dan sanitasi pengolahan makanan dan memasak makanan hingga
matang.(16)
2.5.4 Shigella sp
Shigellae adalah bakteri berbentuk batang ramping dan bersifat Gram
negatif. Shigellae merupakan bakteri anaerob fakultatif namun paling baik tumbuh
secara aerob. Koloni Shigellae berbentuk bulat, konveks, transparan dengan tepi
intak berdiameter 2 mm jika diinkubasi selama 24 jam. Semua bakteri Shigellae
meragi laktosa namun ada spesies tertentu yang tak dapat meragi laktosa seperti
Shigella sonei. Ketidakmampuannya meragi laktosa dapat dibedakan pada media
diferensial. Shigellae dapat menghasilkan asam dari proses fermentasi tetapi
jarang menghasilkan gas. Bakteri ini juga dikelompokkan dari kemampuannya
meragi mannitol. Shigellae dapat dikultur pada media seperti EMB atau Mac
Conkey Agar atau media selektif yaitu Salmonella-Shigella (SS) agar. Koloni
yang tak berwarna oleh karena tak dapat meragi laktosa diinokulasi ke agar TSIA
(Triple Sulphate Iron Agar) yang memberikan gambaran dapat menghasilkan
-
16
asam tetapi tidak menghasilkan gas H2S pada bagian bawah dan bagian miring
tetap dalam keadaan alkali. (19)
Bakteri Shigella terdapat pada makanan hanya melalui kontaminasi fekal
baik langsung maupun tak langsung dari orang yang sedang menderita penyakit
tersebut, pembawa, atau yang belum menunjukkan gejala klinis tetapi terdapat
kuman pada fesesnya. Kontaminasi langsung terjadi dari higiene personal yang
buruk. Kontaminasi langsung terjadi dari air terkontaminasi Shigellae yang
digunakan untuk mencuci bahan makanan yang kemudian dimakan langsung atau
dimasak tidak matang. Makanan dapat menyebabkan shigellosis karena terlalu
banyak intervensi penjamah atau langsung dimakan mentah.(23)
2.6 Penyakit Akibat Kontaminasi Makanan oleh Bakteri
2.6.1 Diare
Diare merupakan buang air besar dengan konsistensi tinja yang lembek
atau cair umumnya disertai dengan peningkatan frekuensi sebanyak lebih dari tiga
kali perhari dan apabila diukur berat feses lebih dari 200 mg. Diare yang
disebabkan oleh infeksi dapat bersifat inflamasi atau non inflamasi. Diare non
inflamasi bersifat sekretorik bisa mencapai lebih dari 1 liter per hari. Umumnya
tidak disertai dengan nyeri perut hebat dan tidak terdapat darah dan lendir pada
feses. Demam dapat dijumpai bisa juga tidak. Penderita dapat mengeluhkan mual
dan muntah. Diare yang bersifat inflamasi bisa berupa sekretorik atau disentri.
Biasanya disebabkan oleh patogen yang bersifat invasif. Penderita mengeluhkan
mual, muntah disertai demam, nyeri perut hebat dan tenesmus serta feses yang
terdapat lendir dan darah merupakan gejala dan tanda yang sering dijumpai.(24)
Salah satu mikroorganisme tersering yang menyebabkan diare adalah E.
coli. Bakteri ini dibagi menjadi 6 kelompok berdasarkan kemampuannya untuk
menempel dan menginvasi pada sel epitel usus serta menghasilkan toksin.
Enteropathogenic E. coli (EPEC) menyebabkan diare pada balita dan anak di
negara berkembang. Enterotoxigenic E. coli (ETEC) menghasilkan toksin LT
bersifat termolabil atau ST bersifat termostabil saat kuman melekat pada sel epitel
usus yang menyebabkan diare seperti penyakit kolera dan pada pelancong yang
disebut traveller’s diarrhea. Enteroinvasive E. coli (EIEC) menyebabkan diare
-
17
berdarah seperti disentri yang disebabkan oleh Shigella. Enterohemorrhagic E.
coli (EHEC) menghasilkan Verotoksin (VT) atau Shigatoksin (Stx) yang
menyebabkan kolitis hemoragik sama seperti infeksi EIEC. Enteroagregative E.
coli (EAEC) dan Diffuse-adhering E. coli (DAEC) menyebabkan diare baik pada
anak-anak dan orang dewasa selama lebih dari 14 hari yang sering terjadi pada
negara berkembang.(23)
2.6.2 Gastroenteritis
Gastroenteritis adalah infeksi saluran cerna yang menyebabkan manifestasi
klinis berupa diare, muntah atau keduanya. Penyebab tersering gastroenteritis
adalah virus namun juga disebabkan bakteri seperti Staphylococcus aureus dan E.
coli O157:H7 (EHEC). Staphylococcus aureus menghasilkan enterotoksin yang
stabil terhadap panas. Toksin stafilokokal sebanyak 100-200 ng yang dihasilkan
sebanyak 106-107 bakteri menyebabkan gastroenteritis. Toksin enterik tersebut
dapat menstimulasi nervus vagus yang memicu muntah, kram perut, dan diare. E.
coli yang menyebabkan gastroenteritis adalah jenis EHEC/STEC. EHEC
menghasilkan toksin Stx yang merusak sel epitel kolon sehingga terjadi
perdarahan yang disebut kolitis hemoragik diikuti muntah dan kram perut. Toksin
Stx juga dapat masuk ke darah dan merusak eritrosit kemudian terjadi sumbatan
eritrosit lisis pada kapiler ginjal yang akan menyebabkan gagal ginjal akut yang
disebut sindrom hemolitik uremik.(23)
2.6.3 Disentri Basiler
Disentri basiler atau shigellosis adalah penyakit infeksi usus yang
disebabkan oleh bakteri Shigella dengan gejala dan tanda diare cair akut dan/atau
tinja bercampur darah, lendir dan nanah disertai demam, nyeri perut dan
tenesmus. Penyakit ini ditularkan melalui fekal-oral dengan masa inkubasi 1-7
hari. Jumlah sebanyak kurang lebih 100 bakteri dapat menyebabkan gejala klinis
sedangkan untuk terjadinya penularan tersebut diperlukan jumlah minimal 1000
bakteri. Disentri basiler lebih sering diderita oleh anak-anak daripada orang
dewasa.(19,25)
Infeksi Shigella terbatas pada saluran gastrointestinal saja. Bakteri
menginvasi sel-sel epitel mukosa saluran cerna melalui induksi fagositosis.
-
18
Kemudian bakteri melakukan proses replikasi dan menyebar ke sel mukosa di
sekitarnya serta menghasilkan toksin. Proses ini menyebabkan reaksi inflamasi
yang diikuti nekrosis sel-sel mukosa. Akibatnya terbentuk mikroabses, ulserasi
superfisial dan perdarahan pada dinding ileum terminal dan kolon. Gejala yang
ditimbulkan berupa nyeri perut, demam dan diare cair yang bersifat akut.
Beberapa hari kemudian pasca infeksi feses penderita terdapat darah dan lendir
yang disertai tenesmus. Sebagian kasus disentri basiler pada dewasa akan sembuh
dengan sendirinya dalam 2-5 hari namun pada anak dan orang tua dapat
menyebabkan kehilangan elektrolit dan dehidrasi yang berujung pada kematian.(19)
2.6.4 Salmonellosis
Salmonellosis pada manusia disebabkan oleh Salmonella enterica varian
Enteridis dan varian Typhimurium berbeda dengan demam tifoid yang disebabkan
oleh varian Typhi dan Paratyhphi. Semua Salmonellae varian apapun merupakan
patogen pada manusia. Salmonellosis bawaan makanan ditandai dominan dengan
diare dan kram perut. Dosis sebanyak minimal 102-3 bakteri dapat menyebabkan
manifestasi klinis. Lambung yang menghasilkan cairan dengan keasaman rendah
meningkatkan faktor risiko infeksi. Kuman berkolonisasi baik pada usus kecil dan
kolon namun tersering pada kolon. Kuman melekat dan menginvasi sel epitel usus
sehingga terjadi reaksi inflamasi sehingga terjadi ketidakmampuan absorpsi cairan
yang diikuti diare. Perbaikan gejala terjadi dalam 2-3 hari. Kuman masih terdapat
pada feses beberapa minggu setelah perbaikan gejala klinis.(19,23)
2.7 Metode Pengujian Bakteri pada Makanan
2.7.1 Total Plate Count (TPC)
Angka Lempeng Total (ALT) merupakan salah satu dari metode
kuantitatif (enumerasi) yang digunakan untuk mengetahui jumlah mikroba yang
ada pada suatu sampel. Uji ALT adalah metode untuk menghitung angka cemaran
bakteri aerob mesofil atau anaerob mesofil yang terdapat pada sampel dengan cara
tuang (pour plate), cara tetes, maupun cara sebar pada media padat kemudian
diinkubasi selama 24-48 jam pada suhu 35-45℃ dengan posisi terbalik. Hasil
akhir uji ini berupa koloni yang diamati secara visual pada media dan dihitung,
interpretasi hasil berupa angka dalam koloni atau cfu (coloni forming unit) per
-
19
ml/gr atau koloni/100ml. Cara perhitungan koloni kuman yaitu dengan
menggunakan kamar hitung atau pewarna fluoresen.(20,26)
Metode angka lempeng total mempunyai beberapa kekurangan. Saat
menghitung koloni penguji tidak dapat membedakan antara bakteri yang hidup
atau yang mati. Berbagai macam jenis bakteri terdapat pada sampel dan setiap
jenisnya memiliki kriteria pertumbuhan tertentu dari faktor komposisi dan pH
media yang digunakan serta kondisi suhu. Pada saat prosedur ada bakteri tertentu
yang mati dan tak dapat tumbuh pada media yang dipakai. Uji ALT tidak
mencakup kriteria untuk tumbuhnya seluruh bakteri yang berbeda jenis maka hasil
perhitungan koloni tidak akan meliputi seluruh bakteri yang terdapat pada sampel
sehingga cenderung bias. Uji ini akan bermakna jika dilakukan pada populasi
bakteri spesifik contohnya perhitungan bakteri koliform.(26)
Tabel 2 Kriteria Mikrobiologi Menurut Peraturan Kepala Badan Pengawas Obat
Dan Makanan Republik Indonesia Nomor HK.00.06.1.52.4011 Tahun 2009(8)
Jenis makanan Jenis mikroba M (batas maksimum)
Lainnya ALT 1 x 104 koloni/g atau ml
Koliform < 3 koloni/g atau ml
Staphylococcus aureus Negatif/25 gr atau negatif/25 ml
Salmonella Negatif/25 gr atau negatif/25 ml
2.7.2 Most Probable Number (MPN)
Most Probable Number atau Angka Paling Mungkin (APM) adalah
prosedur yang digunakan untuk memperkirakan kepadatan populasi
mikroorganisme hidup pada sampel uji.(27) APM menggunakan media cair dengan
tiga replikasi dan hasil akhir berupa kekeruhan atau perubahan warna dan atau
pembentukan gas yang dapat diamati secara visual. Interpretasi hasil APM
dengan merujuk kepada tabel MPN yang telah ditetapkan. Uji APM menggunakan
2 cara yaitu metode 3 tabung dan metode 5 tabung.(20) Prosedur ini merupakan
metode statistik yang didasarkan pada probabilitas tumbuhnya mikroorganisme
yang ditanam melalui serial dilusi.(27)
-
20
Uji menggunakan metode APM akan memberikan hasil lebih bermakna
apabila untuk mendeteksi mikroorganisme dalam konsentrasi rendah pada sampel
(
-
21
Kemudian hadits lainnya shahih dari sahabat Jabir bin Abdillah yang menjelaskan
: Aku pernah mendengar, kata Jabir, bahwa Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa
sallam bersabda,
قَاَء، فَإنَّ فِي السَّنَِة لَيإلَةً يَنإِزُل فِيَها َوبَاٌء، ََل يَُمرُّ بِإِنَاٍء لَيإَس َغطُّوا اِْلنَاَء، كُوا الس ِ َوأَوإ
َعلَيإِه ِغَطاٌء، أَوإ ِسقَاٍء لَيإَس َعلَيإِه ِوَكاٌء، إَِلَّ نََزَل فِيِه ِمنإ ذِلَك الإَوبَاءِ
Artinya : Tutuplah bejana-bejana dan wadah-wadah air. Karena ada satu malam
dalam satu tahun waba’/penyakit turun di pada malam itu. Tidaklah penyakit itu
melewati bejana yang tidak tertutup, atau wadah air yang tidak ada tutupnya
melainkan penyakit tersebut akan masuk ke dalamnya. (HR Muslim)(28)
Hikmah yang dapat diambil dari hadits diatas adalah pentingnya menutup
wadah makanan dan air meskipun hanya dengan penutup seadanya untuk
melindungi makanan dan minuman dari berbagai kontaminasi baik berupa benda-
benda najis atau kotoran dan hewan-hewan kecil yang masuk kedalamnya yang
dikhawatirkan membawa mikroorganisme penyebab penyakit. Menutup makanan
dan minuman juga merupakan cerminan dari menjaga higiene dan sanitasi supaya
terhindar dari berbagai macam gangguan kesehatan yang disebabkan oleh bibit
penyakit.
-
22
2.9 Kerangka Teori
Gambar 2 Kerangka Teori
Makanan dan minuman Aspek higiene
dan sanitasi
1. Pemilihan bahan
2. Penyimpanan bahan
3. Pengolahan
4. Penyimpanan makanan jadi
5. Pengangkutan
6. Penyajian makanan
kontaminasi
Agen biologi
Bakteri Jamur Parasit
Escherichia coli Salmonella sp Staphylococcus
aureus Shigella sp
Penyakit bawaan
makanan
Pengujian bakteri pada makanan
Virus
Penjamah makanan
Uji Total Plate Count Uji Most Probable Number
Pencegahan sesuai
ajaran Islam Menutup tempat makanan
dan minuman
-
23
2.10 Kerangka Konsep
= Variabel bebas
= Variabel terikat
Gambar 3 Kerangka Konsep
Kontaminasi oleh agen
biologis (bakteri)
Uji Identifikasi Bakteri
Kuantitatif
Uji MPN Penanaman pada
media spesifik
Jumlah koloni bakteri
Pembentukkan koloni bakteri
Kelayakan makanan berdasarkan
kriteria mikrobiologi
Kualitatif
Uji ALT
Pewarnaan Gram
Makanan dan minuman
-
24
2.11 Definisi Operasional
Tabel 3 Definisi Operasional
Variabel
Penelitian
Definisi Cara Pengukuran Alat Ukur Hasil Ukur
Jumlah
bakteri
Banyaknya
bakteri yang
tumbuh pada
cawan berisi
media padat
Sampel dengan
pengenceran 10-1-10-10
ditanam pada cawan
kemudian dituang 20
ml Nutrient Agar dan
diinkubasi selama 24
jam
Cawan,
spidol
(perhitungan
koloni secara
manual)
Perhitungan
total koloni
cawan 10-1-10-10
dengan batas
maksimum 1 x
104 koloni/g
atau ml
Bakteri
Koliform
Bakteri yang
hidup pada
saluran cerna
Penanaman pada
media Brain Heart
Infusion (BHI)
dan Brilliant
Green Lactose
Broth (BGLB) serta
lihat gelembung dan
kekeruhan pada
tabung durham
Tabung
durham
(+) bila > 3
bakteri/100ml
(-) bila < 3
bakteri/100ml
Tabel MPN
Bakteri
spesifik
Koloni bakteri
tumbuh sesuai
sifatnya pada
media spesifik
Mac Conkey Agar
(MCA), Eosin
Methylen Blue (EMB)
agar, Mannitol Salt
Agar (MSA),
Salmonella-Shigella
Agar (SSA)
Cawan petri Terbentuknya
koloni atau
tidak terbentuk
koloni
Morfologi
bakteri
Bentuk koloni
bakteri yang
tumbuh
Pewarnaan Gram pada
koloni bakteri yang
tumbuh
Mikroskop Gram positif
atau Gram
negatif
-
25
BAB III
RANCANGAN PENELITIAN
3.1 Desain Penelitian
Penelitian ini termasuk kedalam penelitian observasional laboratorik
dengan teknik standar pemeriksaan mikrobiologi makanan menggunakan metode
kuantitatif yaitu Total Plate Count (TPC) dan Most Probable Number (MPN)
untuk mengetahui jumlah bakteri serta pembiakan pada media selektif untuk
mengidentifikasi jenis bakteri pada sampel makanan.
3.2 Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian ini dilakukan pada bulan Maret 2019 di Laboratorium
Mikrobiologi Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta.
3.3 Bahan yang Diuji
Makanan yang diuji terdiri dari 5 jenis makanan yang berbeda yaitu
makanan jadi (ikan goreng tepung), makanan setengah matang (tahu bumbu
kuning), makanan berkuah (sayur labu), makanan mengandung bahan mentah
(salad katsu) dan minuman mengandung buah (es jeruk peras). Sampel makanan
yang diuji terdiri dari sayur labu dan ikan goreng tepung diperoleh dari kantin
Fakultas Ekonomi. Sedangkan salad katsu, es jeruk peras, dan tahu bumbu kuning
diperoleh dari kantin Fakultas Ilmu Sosial Ilmu Politik UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta.
3.4 Alat dan Bahan Penelitian
Bahan yang diperlukan antara lain sampel 5 jenis makanan, Nutrien agar
(NA) kurang lebih 200 mL, Broth Heart Infusion (BHI) 100 ml (dapat diganti
dengan BPW), Brillian Green Bile Lactose Broth (BGLB) 10 ml, Mannitol salt
Agar (MSA) 200 ml, Salmonella Shigella agar (SSA) 200 ml, Eosin Methylen
Blue (EMB) agar 200 ml, Mc Conkey Agar 200 ml, serta aquades. Alat yang
dipakai yaitu 30 buah cawan (plate) plastik steril, 18 buah tabung, api bunsen, rak
penyusun tabung, inkubator,
-
26
mortar atau blender, mikropipet, pipet tips, ose, Colony Counter, dan timbangan
elektrik.
3.5 Cara Kerja Penelitian
3.5.1 Persiapan Alat dan Bahan
Beberapa alat-alat yang akan dipakai terlebih dahulu dicuci bersih,
dikeringkan, kemudian dilapisi dengan alumunium foil lalu disterilisasi
menggunakan autoklaf selama 30 menit dengan tekanan sebesar 15 dyne/cm3 (1.5
atm) dan suhu sebesar 121˚C.
3.5.2 Pengambilan Sampel
Gambar 4 Cara Pengambilan Sampel
3.5.3 Pembuatan Homogenisasi dan Pengenceran Suspensi Sampel Makanan
serta Metode Total Plate Count (TPC)
Sampel ditimbang kemudian dihaluskan dengan menambahkan Buffered
Peptone Water (BPW). Menyiapkan 10 tabung yang diberi label berisi Andrade
Peptone Water (APW) 9 ml. Mengambil 1 ml sampel homogenat lalu
mencampurkan kedalam tabung pertama yang sudah berisi APW. Lalu mengambil
kembali 1 ml dari tabung pertama dan mencampurkan ke tabung kedua.
Pencampuran ke dalam tabung diulang untuk tabung yang ketiga hingga tabung ke
Mengambil satu kali pengambilan sampel
makanan dengan pinset steril.
Sampel makanan dimasukkan ke kantung/wadah
steril.
Dibawa ke laboratorium mikrobiologi untuk
dilakukan uji mikrobiologi.
-
27
sepuluh dan membuang 1 ml APW dari tabung ke sepuluh. Setelah itu teteskan 1
ml dari setiap tabung ke cawan petri dan dituang NA cair dan terakhir diinkubasi.
1ml 1ml 1ml 1ml 1ml 1ml 1ml 1ml 1ml
Buang
10-1 10-2 10-3 10-4 10-5 10-6 10-7 10-8 10-9 10-10
10-1 10-2 10-3 10-4 10-5
10-6 10-7 10-8 10-9 10-10
Gambar 5 Alur pengenceran sampel makanan dan metode total plate count
3.5.4 Metode Most Probable Number (MPN)
3.5.4.1 Presumptive Test
Sampel suspensi makanan sudah homogen ditambahkan ke masing-masing
tabung berisi BHI sebagai pengganti kaldu laktosa sebanyak 10 ml ke masing-
25 gram sampel
makanan + 225
ml BPW
Homogenisasi
menggunakan
blender Setiap tabung reaksi
berisi 9 ml APW + 1
ml homogenat Pipet steril
9 ml
APW
Ambil 1 ml dari tiap-tiap tabung dengan pipet steril kemudian
teteskan pada setiap petri yang dilabeli sesuai dengan
pengencerannya
Setiap cawan diisi Nutrien Agar hingga permukaan rata, setelah
mengeras diinkubasi dalam suhu 35-37oC selama 24 jam lalu
hitung koloni yang tumbuh pada kesepuluh cawan.
-
28
masing tabung baik dari kelompok berisi 10 ml, 1 ml dan 0.1 ml sampel
homogenat kemudian terakhir diinkubasi. Bila ditemukan gas (gelembung) lebih
dari setengah tabung durham, maka uji dilanjutkan ke tahap confirmed test.
10ml 10ml 10ml 1ml 1ml 1ml 0,1ml 0,1ml 0,1ml
Gambar 6 Alur presumptive test
3.5.4.2 Confirmed Test
Setelah 2 x 24 jam, tabung durham hasil presumptive test dapat diamati.
Tabung dengan hasil uji positif menunjukkan pertumbuhan kuman dan
dilanjutkan dengan menumbuhkan tabung positif pada tabung berisi BGLB
(Briliant Green Bile Lactose Broth). Tabung ini juga dilengkapi dengan tabung
durham. Selanjutnya tabung-tabung yang sudah diisi suspensi bakteri LB yang
positif diinkubasi pada suhu 35 ± 0.5 °C untuk menghitung total coliform dan
suhu 44.5 ± 0.2 °C untuk fecal coliform, masing-masing selama 2 x 24 jam.
Setelah 2 x 24 jam tabung dapat dilihat kembali bila ada gas pada tabung Durham.
Jumlah tabung yang menghasilkan gas lebih dari setengah tabung durham
dicocokkan dengan tabel MPN untuk menentukan jumlah bakteri koliform.
Homogenat
sampel makanan Setiap tabung reaksi
berisi 9 ml BHI + 1 ml
homogenat disertai
tabung durham
10 ml
BHI
Inkubasi pada suhu 35-37oC selama 2x24 jam. Observasi dan
catat tabung dengan hasil uji positif (tedapat gelembung pada
tabung durham).
-
29
1 set
Gambar 7 Alur confirmed test
3.5.5 Pembiakan dalam Media Selektif
Suspensi makanan yang sudah dihomogenisasikan ditanam ke dalam
media SSA (Salmonella-Shigella Agar), MSA (Mannitol Salt Agar), EMB (Eosin
Methylen Blue) Agar dan MCA (Mc Conkey Agar), dengan penapisan Koch
menggunakan ose. Kemudian melakukan inkubasi pada inkubator suhu 35oC
selama 18-24 jam.Setelah diinkubasi melakukan identifikasi koloni yang muncul
dalam 24 jam.
Mannitol Salt Agar (MSA) merupakan media diferensial dan selektif yang
sering dipakai dalam pemeriksaan mikrobiologi. Media ini mendukung
pertumbuhan hanya bakteri Gram positif yaitu jenis Staphyloccus sp dan
menghambat pertumbuhan bakteri lain karena mengandung NaCl 7,5%. Selain itu
bakteri Staphylococcus dapat meragi zat yang terkandung di dalam MSA yaitu
mannitol karbohidrat serta terdpat indicator fenol merah yang dapat mendeteksi
bakteri tersebut dapat meragi mannitol.(29)
EMB (Eosin Methylen Blue) Agar dan Mc Conkey Agar adalah media
diferensial serta selektif yang spesifik terhadap perkembang biakan bakteri
Escherichia coli. EMB agar mengandung zat warna eosin dan methylene blue
Tabung dengan
hasil uji positif
Tabung berisi 10
ml BGLB dengan
tabung Durham
Inkubasi selama 2x24 jam pada suhu 35-37oC
Amati adanya gelembung pada tabung durham
-
30
yang berfungsi sebagai indikator adanya proses fermentasi serta bersifat toksik
terhadap bakteri lain terutama Gram positif sehingga spesifik terhadap koloni
Escherichia coli. Mc Conkey Agar (MCA) mengandung laktosa, garam empedu
dan zat warna merah. Bakteri yang meragi laktosa dapat berkolonisasi dengan
baik di media MCA. Sama halnya dengan EMB agar, MCA dapat membunuh
bakteri Gram positif yang ada di dalam media tersebut dengan adanya garam
empedu membentuk kristal violet yang bersifat racun. Bakteri Gram negatif yang
memfermentasi laktosa pada MCA akan membentuk warna merah bata yang
disekelilingnya terdapat endapan garam empedu karena reaksi fermentasi akan
menghasilkan molekul yang memberikan suasana pH rendah.(29)
SSA (Salmonella-Shigella Agar) digunakan untuk megisolasi dan
mendukung pertumbuhan bakteri spesifik Salmonella sp. Proses metabolisme
yang dilakukan bakteri tersebut akan menghasilkan H2S yang kemudian bereaksi
dengan ammonium sitrat sehinga koloni yang tumbuh pada media ini terdapat
endapan berwarna hitam.(29)
-
31
3.5.6 Pewarnaan Gram Bakteri
Celupkan ose kedalam larutan NaCl
kemudian oleskan pada kaca preparat
Ambil bakteri pada media sebanyak 1 ose,
usap pada preparat, kemudian lewatkan diatas
api Bunsen sebanyak 5 kali untuk fiksasi
Tetesi preparat dengan pewarna Gentian
violet, tunggu selama 1-3 menit
Preparat dialirkan air untuk menghilangkan
pewarna Gentian violet
Preparat ditetesi cairan Iodin, tunggu selama
1-2 menit
Iodin dibuang dengan mengalirkan air pada
preparat
Preparat ditetesi alcohol hingga warna
bernar-benar luntur
preparat dialiri air kembali, kemudian
teteskan dengan pewarna safranin dan
tunggu selama 1-2 menit
Bersihkan sisa cat dengan mencuci pada air
mengalir, preparat sudah dapat diamati di
bawah mikroskop
-
32
3.6 Alur Penelitian
3.7 Manajemen Data Hasil Penelitian
Data penelitian akan disajikan dalam bentuk gambar dan tabel. Ketentuan
dan syarat keamanan pangan yang dikeluarkan oleh BPOM akan menjadi
pembanding pada hasil uji mikrobiologi makanan ini.
Persiapan alat & bahan serta sterilisasi alat.
Homogenisasi dan pengenceran
suspensi sampel makanan
Pengambilan sampel makanan di
kantin FE & FISIP UIN Jakarta
Uji mikrobiologi
Metode Total Plate
Count (TPC)
Metode Most
Probable Number
(MPN)
Pembiakan di media
selektif
Perhitungan dan Identifikasi mikroba serta penentuan
kualitas mikrobiologis berdasarkan Peraturan BPOM
Kuantitatif Kualitatif
-
33
BAB IV
HASIL PENELITIAN
4.1 Hasil Jumlah Koloni Bakteri
Perhitungan koloni mikroba dilakukan setelah uji Angka Lempeng Total
(ALT) sebanyak satu kali dengan hasil yaitu 2 dari 5 sampel memiliki jumlah total
bakteri yang melebihi ambang batas maksimum cemaran mikroba sehingga
dikategorikan tidak aman untuk dikonsumsi.
Tabel 4 Hasil Uji Total Plate Count (TPC)
Sampel Total Plate Count (TPC) Batas Maksimum
Sayur labu 1,9 x 102 koloni/gr
1 x 104 koloni/gr atau ml
Ikan goreng tepung 0 koloni/gr
Salad katsu 4,02 x 108 koloni/gr
Tahu bumbu kuning 2 x 108 koloni/gr
Es jeruk peras 0 koloni/gr
Dengan mengacu kepada peraturan BPOM nomor HK.00.06.1.52.4011
Tahun 2009 ditemukan bahwa jumlah koloni pada salad katsu dan tahu bumbu
kuning melebihi ambang batas aman yang telah ditetapkan BPOM yaitu sebesar 1
x 104 koloni/gr atau ml sedangkan sampel sayur labu menunjukkan hasil dalam
batas normal. Sampel ikan goreng tepung dan es jeruk tidak terdapat pertumbuhan
koloni kuman pada lempeng total.
4.2 Hasil Jumlah Bakteri Koliform
a. Hasil Uji Praduga (Presumptive Test)
Uji praduga dilakukan pada sampel makanan yaitu sayur labu, ikan goreng
tepung, salad katsu, tahu bumbu kuning dan es jeruk peras kemudian didapatkan
hasil sebagai berikut:
-
34
Tabel 5 Hasil Uji Praduga (Presumptive Test)
Keterangan : Angka yang terdapat pada tabel merupakan jumlah tabung dengan
hasil positif pada Uji Praduga (bakteri koliform)
Gambar 8 Tabung pada uji praduga. Pada tabung label A didapatkan tidak adanya
gelembung sedangkan tabung label B,C,D, dan E didapatkan gelembung. Hasil tabung
positif bila adanya gelembung pada tabung Durham.
Data hasil uji praduga diatas menunjukkan kelima sampel makanan
mengandung bakteri koliform yang melebihi batas yang telah ditetapkan oleh
BPOM yaitu sebesar 3 bakteri/100 ml. Kemudian dilakukan uji konfirmasi
menggunakan tabung berisi BGLB (Briliant Green Bile Lactose Broth) untuk
menghindari hasil positif palsu.
Sampel 0,1 ml 1 ml 10 ml Indeks MPN Per
100 ml
Keterangan
Sayur labu 3 3 3 > 1100 bakteri Positif
Ikan goreng tepung 1 2 3 150 bakteri Positif
Salad katsu 3 3 3 > 1100 bakteri Positif
Tahu bumbu kuning 1 1 2 20 bakteri Positif
Es jeruk peras 0 1 3 43 bakteri Positif
A B C D E
-
35
b. Hasil Uji Konfirmasi
Untuk memastikan hasil uji sebelumnya bermakna positif atau positif palsu,
pengujian dilanjutkan dengan uji konfirmasi pada sampel makanan dengan hasil
uji praduga positif. Hasil uji konfirmasi yang didapatkan adalah sebagai berikut:
Tabel 6 Hasil Uji Konfirmasi (Confirmed Test)
Keterangan : Angka yang terdapat pada tabel merupakan jumlah tabung dengan
hasil positif pada Uji Konfirmasi (bakteri koliform)
Gambar 9 Tabung uji konfirmasi. Pada tabung label A, C, D dan G tidak terdapat
gelembung. Pada tabung label B, E, F, H dan I terdapat gelembung. Hasil tabung positif
bila terbentuk gelembung pada tabung Durham
Uji konfirmasi pada sampel homogenat makanan dengan hasil positif pada
uji praduga menunjukkan semua kelima sampel terdapat bakteri koliform yang
Sampel 0,1 ml 1 ml 10 ml Indeks MPN Per
100 ml
Keterangan
Sayur labu 3 3 3 > 1100 bakteri Positif
Ikan goreng tepung 1 2 2 28 bakteri Positif
Salad katsu 3 3 3 > 1100 bakteri Positif
Tahu bumbu kuning 1 2 2 28 bakteri Positif
Es jeruk peras 2 3 3 1100 bakteri Positif
A I G H D
A
F C E B
-
36
jumlahnya melebihi ambang batas yang ditetapkan BPOM yaitu 3 bakteri/100 ml.
Gambar diatas menunjukkan hasil positif pada uji konfirmasi berupa terbentuknya
gas pada tabung Durham.
4.3 Identifikasi Bakteri Patogen pada Media Selektif
Tabel 7 Hasil Pertumbuhan Bakteri pada Media Selektif
Keterangan : +++ = banyak, ++ = cukup banyak, - = tidak tumbuh
Identifikasi bakteri yang tumbuh pada media selektif menunjukkan hasil
sampel makanan berupa sayur labu, salad katsu dan tahu bumbu kuning pada
media Mannitol Salt Agar (MSA) ditumbuhi koloni berwarna kuning dimana
bakteri tersebut meragi manitol. Bakteri yang dapat tumbuh pada media MSA
seperti Staphylococcus aureus bila meragi manitol akan menghasilkan produk
sampingan bersifat asam sehingga dapat merubah indikator fenol berwarna merah
menjadi warna kuning pada agar.
MSA MCA SSA EMB Kesimpulan
Sayur labu ++
Koloni
kuning
+++
Koloni
pink
+++
Koloni
kuning
++
Koloni
hijau
kehitaman
E. coli
Staphylococcus
sp
Salmonella sp
Ikan goreng
tepung
- - ++
Koloni tak
berwarna,
tepi kasar
- Shigella sp
Salad katsu ++
Koloni
kuning
+++
Koloni
pink
+++
Koloni
hitam
+++
Koloni
hijau
kehitaman
E. coli
Staphylococcus
sp
Salmonella sp
Tahu bumbu
kuning
++
Koloni
kuning
- - - Staphylococcus
sp
Es jeruk peras - - - +++
Koloni
hijau
kehitaman
E. coli
-
37
Gambar 10 Bakteri Staphylococcus aureus membentuk koloni berwarna kuning pada
media MSA
Media berupa Mac Conkey Agar (MCA) ditumbuhi bakteri pada sampel
sayur labu dan salad katsu dengan koloni berwarna merah muda dengan
kemungkinan bakteri yang tumbuh adalah Escherichia coli. Bakteri ini dapat
meragi laktosa serta membentuk endapan garam empedu sehingga dapat
membentuk koloni merah muda.
Gambar 11 Bakteri Escherichia coli membentuk koloni berwarna merah muda pada
media MCA
Pada media Salmonella Shigella Agar (SSA) ditanam sampel makanan
berupa sayur labu dan salad katsu terdapat koloni berwarna hitam yang
menunjukkan bakteri Salmonella sp. Bakteri Salmonella sp memfermentasi xylose
dan mendekarboksilasi lisin yang dapat menetralisir produk fermentasi yang
bersifat asam sehingga warna koloni sama dengan media. Selain itu bakteri ini
dapat memproduksi hidrogen sulfida (H2S) yang kemudian bereaksi dengan
ammonium sitrat sehingga warna koloni berubah menjadi hitam seperti pada
gambar 12. Sampel ikan goreng tepung yang ditanam pada SSA menghasilkan
koloni merah muda terang dengan pinggiran kasar seperti pada gambar 13.
Berdasarkan karakteristik koloni tersebut maka bakteri yang tumbuh adalah
-
38
Shigella sp. Bakteri ini tidak memfermentasi karbohidrat yang terdapat pada SSA
sehingga warna koloni yang tumbuh tetap sama dengan warna media.(30)
Gambar 12 Bakteri Salmonella sp membentuk koloni hitam pada media SSA
Gambar 13 Bakteri Shigella sp membentuk koloni tak berwarna pada media SSA
Penanaman sampel sayur labu, salad katsu dan es jeruk pada media Eosin
Methylen Blue (EMB) agar didapatkan pertumbuhan koloni berwarna hijau
mengkilap yang mengindikasikan adanya bakteri Escherichia coli. Zat warna
indikator pada media tesebut dapat mendeteksi hasil produk akhir proses
fermentasi yang dilakukan oleh Escherichia coli.
-
39
Gambar 14 Bakteri Escherichia coli membentuk koloni berwarna hijau mengkilap pada
media EMB
4.4 Pewarnaan Gram
Sampel makanan yang tumbuh pada media selektif dilakukan pewarnaan
Gram untuk mengidentifikasi morfologi bakteri. Perwarna yang digunakan adalah
larutan Gentian violet, iodine, alcohol dan safranin.
Koloni yang tumbuh pada media MSA (Mannitol Salt Agar) berupa
bakteri Staphylococcus aureus setelah dilakukan pewarnaan Gram memberikan
gambaran mikroskopik sebagai berikut:
Gambar 15 Kelompok bakteri kokus Gram positif terlihat setelah pewarnaan Gram pada
koloni bakteri yang tumbuh di media MSA
Bakteri yang terlihat setelah pewarnaan Gram pada gambar 15 berupa
kokus bergerombol seperti buah anggur berwarna ungu yang merupakan
morfologi bakteri Staphylococcus aureus yang terdapat pada 3 sampel makanan
yang diuji. Saat diwarnai bakteri tersebut menyerap zat warna ungu kristal karena
-
40
memiliki struktur dinding berupa lapisan peptidoglikan yang lebih tebal. Untuk
mengonfirmasi lebih lanjut lagi perlu dilakukan uji yang lain seperti uji biokimia
berupa uji koagulase untuk membedakannya dengan Staphylococcus epidermidis
dan uji katalase untuk membedakannya dengan golongan Streptococcus serta uji
kepekaan khusus terhadap antibiotik seperti MRSA (Methycillin Resistant
Staphylococcus aureus).
Perwarnaan Gram dilakukan pula pada koloni yang tumbuh pada media
Mac Conkey Agar (MCA) dan Eosin Methylen Blue (EMB) agar yang merupakan
media spesifik untuk pertumbuhan Escherichia coli dengan hasil pewarnaan
sebagai berikut:
Gambar 16 Kelompok bakteri batang Gram negatif terlihat setelah pewarnaan Gram
pada koloni yang tumbuh di media MCA
Gambar 17 Kelompok bakteri batang Gram negatif terlihat setelah pewarnaan Gram
pada koloni yang tumbuh di media EMB
-
41
Bakteri yang terlihat pada gambar 16 dan 17 berupa batang (basil)
berwarna merah yang merupakan morfologi bakteri Escherichia coli. Saat
diwarnai bakteri tersebut menyerap zat warna ungu kristal pada lapisan
lipopolisakarida namun saat dibilas dengan larutan alkohol 95% lapisan tersebut
luntur beserta zat warna ungu yang mengikatnya sehingga dinding bakteri
mengikat zat warna selanjutnya yaitu pewarna safranin yang mengahasilkan
gambaran bakteri berwarna merah yang merupakan ciri khusus bakteri Gram
negatif. Dari hasil pewarnaan Gram tersebut diduga kuat bakteri yang terdapat
pada sampel ketiga makanan tersebut adalah Escherichia coli dan untuk
konfirmasi dilakukan uji lain seperti uji biokimia (uji fermentasi gula dan uji
Indol).
Pada pewarnaan koloni bakteri yang tumbuh di media Salmonella-Shigella
Agar yang merupakan media spesifik untuk bakteri Salmonella sp didapatkan
gambaran mikroskopik sebagai berikut:
Gambar 18 Kelompok bakteri batang Gram negatif terlihat setelah pewarnaan Gram
pada koloni yang tumbuh di media SSA
Morfologi bakteri yang tumbuh pada media SSA mirip dengan bakteri
yang tumbuh di media MCA dan EMB yaitu batang berwarna merah yang
menunjukka bakteri Gram negatif. Karakteristik koloni yang tumbuh berwarna
hitam menunjukkan ciri khas bakteri Salmonella sp yang berasal dari reaksi
ammonia dan gas H2S yang dihasilkan bakteri ini.
-
42
4.5 Pembahasan
Bahan makanan disamping merupakan sumber utama gizi manusia juga
menjadi sumber nutrisi bagi mikroorganisme. Pertumbuhan mikroorganisme dapat
bersifat menguntungkan jika perubahan pada makanan menyebabkan perbaikan
bahan pangan secara gizi, daya cerna atau penyimpanannya. Selain itu
pertumbuhan mikroorganisme pada makanan juga mengakibatkan perubahan fisik
atau kimia yang tak diinginkan sehingga tidak layak dikonsumsi dan bila
dikons