kerusakan mikrobiologis
-
Upload
anggi-imnida- -
Category
Documents
-
view
127 -
download
0
Transcript of kerusakan mikrobiologis
TUGAS MIKROBIOLOGI PANGAN
”KERUSAKAN MIKROBIOLOGIS PADA
MAKANAN”
Disusun Oleh :
1. Anggi Damita Harahap PO713221204
2. Antonia Wakerkwa PO7132212
3. Diah Suci Lestari PO7132212
4. Dominikus Inggirik PO7132212
5. Ester Nasadit PO7132212
6. Herlina PO7132212
KEMENTRIAN KESEHATAN RI
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES JAYAPURA
JURUSAN GIZI
2013
BAB I
PENDAHULUAN
Bahan makanan, selain merupakan sumber gizi bagi manusia, juga
merupakan sumber makanan bagi mikroorganisme. Pertumbuhan
mikroorganisme dalam bahan pangan dapat menyebabkan perubahan
yang menguntungkan seperti perbaikan bahan pangan secara gizi, daya
cerna ataupun daya simpannya. Selain itu pertumbuham mikroorganisme
dalam bahan pangan juga dapat mengakibatkan perubahan fisik atau
kimia yang tidak diinginkan, sehingga bahan pangan tersebut tidak layak
dikomsumsi. Kejadian ini biasanya terjadi pada pembusukan bahan
pangan. Bahan pangan dapat bertindak sebagai perantara atau substrat
untuk pertumbuhan mikroorganisme patogenik dan organisme lain
penyebab penyakit. Penyakit menular yang cukup berbahaya seperti tifus,
kolera, disentri, atau tbc, mudah tersebar melalui bahan makanan.
Gangguan-gangguan kesehatan, khususnya gangguan perut akibat
makanan disebabkan, antara lain oleh kebanyakan makan, alergi,
kekurangan zat gizi, keracunan langsung oleh bahan-bahan kimia,
tanaman atau hewan beracun; toksintoksin yang dihasilkan bakteri;
mengkomsumsi pangan yan mengandung parasit-parasit hewan dan
mikroorganisme. Gangguan-gangguan ini sering dikelompokkan menjadi
satu karena memiliki gejala yang hampir sama atau sering tertukar dalam
penentuan penyebabnya.
Secara umum, istilah keracuan makanan yang sering digunakan
untuk menyebut gangguan yang disebabkan oleh mikroorganisme.,
mencakup gangguan-gangguan yang diakibatkan termakannya toksin
yang dihasilkan organisme-organisme tertentu dan gangguan-gangguan
akibat terinfeksi organisme penghasil toksin. Toksin-toksin dapat
ditemukan secara alami pada beberapa tumbuhan dan hewan atau suatu
produk metabolit toksik yang dihasilkan suatu metabolisme. Dengan
demikian, intoksikasi pangan adalah gangguan akibat mengkonsumsi
toksin dari bakteri yang telah terbentuk dalam makanan, sedangkan
2
infeksi pangan disebabkan masuknya bakteri ke dalam tubuh melalui
makanan yang telah terkontaminasi dan sebagai akibat reaksi tubuh
terhadap bakteri atau hasil-hasil metabolismenya (Yongki K. L, 2009)
BAB II
3
ISI
A. Kerusakan pangan karena mikroba
Bahan pangan atau makanan disebut busuk atau rusak jika sifat-
sifatnya telah berubah sehingga tidak dapat diterima lagi sebagai
makanan. Kerusakan pangan dapat disebabkan oleh berbagai faktor,
yaitu pertumbuhan dan aktivitas mikroorganisme, kerusakan karena
serangga atau hewan pengerat, aktivitas enzim pada tanaman atau
hewan, reaksi kimia nomenzimatik, kerusakan fisik misalnya karena
pembekuan, hangus, pengeringan, tekanan, dan lain-lain. Kerusakan
atau kebusukan pangan juga merupakan mutu yang subyektif, yaitu
seseorang mungkin menyatakan suatu pangan sudah busuk atau
rusak, sedangkan orang lainnya menyatakan pangan tersebut belum
rusak/busuk. Orang yang sudah biasa mengkonsumsi makanan yang
agak basi mungkin tidak merasa bahwa makanan tersebut dari segi
kesehatan mungkin sudah tidak layak untuk dikonsumsi (Yongki K. L.,
2009)
Gejala keracunan sering terjadi karena seseorang mengkonsumsi
makanan yang mengandung bahan-bahan berbahaya, termasuk
mikroorganisme, yang tidak dapat dideteksi langsung dengan indera
manusia. Bahan-bahan kimia berbahaya yang terdapat pada makanan
sukar diketahui secara langsung oleh orang yang akan mengkonsumsi
makanan tersebut, sehingga seringkali mengakibatkan keracunan.
Mikroorganisme berbahaya yang terdapat di dalam makanan kadang-
kadang dapat dideteksi keberadaannya di dalam makanan jika
pertumbuhan mikroorganisme tertentu menyebabkan perubahan-
perubahan pada makanan, misalnya menimbulkan bau asam, bau
busuk, dan lain-lain. Akan tetapi tidak semua mikroorganisme
menimbulkan perubahan yang mudah dideteksi secara langsung oleh
indera kita, sehingga kadang-kadang juga dapat menimbulkan gelala
sakit pada manusia jika tertelan dalam jumlah sangat kecil di dalam
4
makanan. Jumlah yang sangat kecil ini tidak mengakibatkan perubahan
pada sifat-sifat makanan (Albiner S., 2009)
Mikrobiologi pangan adalah suatu ilmu yang mempelajari makhluk
hidup yang sangat kecil yang hanya dapat dilihat dengan
menggunakan lensa pembesar atau mikroskop. Makhluk yang sangat
kecil tersebut disebut mikroorganisme atau mikroba, dan ilmu yang
mempelajari tentang mikroba yang sering ditemukan pada pangan
disebut mikrobiologi pangan. Yang dimaksud dengan pangan disini
mencakup semua makanan, baik bahan baku pangan maupun yang
sudah diolah.
Pertumbuhan mikroba pada pangan dapat menimbulkan berbagai
perubahan, baik yang merugikan maupun yang menguntungkan.
Mikroba yang merugikan misalnya yang menyebabkan kerusakan atau
kebusukan pangan, dan yang sering menimbulkan penyakit atau
keracunan pangan. Sedangkan mikroba yang menguntungkan adalah
yang berperan dalam proses fermentasi pangan, misalnya dalam
pembuatan tempe,oncom, kecap, tauco, tape dll. Oleh sebab itu
dengan mengetahui sifat-sifat mikroba pada pangan kita dapat
mengatur kondisi sedemikian rupa sehingga pertumbuhan mikroba
yang merugikan dapat dicegah, sedangkan mikroba yang
menguntungkan dirangsang pertumbuhannya.
Mikroba terdapat dimana-mana, misalnya di dalam air, tanah,
udara, tanaman, hewan, dan manusia. Oleh karena itu mikroba dapat
masuk ke dalam pangan melalui berbagai cara, misalnya melalui air
yang digunakan untuk menyiram tanaman pangan atau mencuci bahan
baku pangan, terutama bila air tersebut tercemar oleh kotoran hewan
atau manusia. Mikroba juga dapat masuk ke dalam pangan melalui
tanah selama penanaman atau pemanenan sayuran, melalui debu dan
udara, melalui hewan dan manusia, dan pencemaran selama tahap-
tahap penanganan dan pengolahan pangan. Dengan mengetahui
berbagai sumber pencemaran mikroba, kita dapat melakukan tindakan
untuk mencegah masuknya mikroba pada pangan.
5
Pangan yang berasal dari tanaman membawa mikroba pada
permukaannya dari sejak ditanam, ditambah dengan pencemaran dari
sumber-sumber lainnya seperti air dan tanah. Air merupakan sumber
pencemaran bakteri yang berasal dari kotoran hewan dan manusia,
termasuk di antaranya bakteri-bakteri penyebab penyakit saluran
pencemaan. Tanah merupakan sumber pencemaran bakteri-bakteri
yang berasal dari tanah, terutama bakteri pembentuk spora yang
sangat tahan terhadap keadaan kering. Pada pangan yang berasal dari
hewan, mikroba mungkin berasal dari kulit dan bulu hewan tersebut
dan dari saluran pencemaan, ditambah dengan pencemaran dari
lingkungan di sekitarnya. Pangan yang berasal dari tanaman dan
hewan yang terkena penyakit dengan sendirinya juga membawa
mikroba patogen yang menyebabkan penyakit tersebut. Tangan
manusia merupakan sumber pencemaran bakteri yang berasal dari
luka atau infeksi kulit, dan salah satu bakteri yang berasal dari tangan
manusia, yaitu Staphylococcus, dapat menyebabkan keracunan
pangan. Selain itu orang yang sedang menderita atau baru sembuh
dari penyakit infeksi saluran pencemaan seperti tifus, kolera dan
disenteri, juga merupakan pembawa bakteri penyebab penyakit
tersebut sampai beberapa hari atau beberapa minggu setelah sembuh.
Oleh karena itu orang tersebut dapat menjadi sumber pencemaran
pangan jika ditugaskan menangani atau mengolah pangan (Anonim,
2008).
B. Klasifikasi Mikroba Pangan
Organisme yang sering ditemukan pada pangan dan dapat
menyebabkan penyakit yaitu:
1. Bakteri
2. Kapang
3. Kamir
4. Virus
5. Rickettsiae
6. Prion
6
7. Protozoa dan parasit
1. Bakteri
Bakteri merupakan makhluk bersel tunggal yang berkembang
biak dengan cara membelah diri dari satu sel menjadi dua sel. Pada
kondisi yang sangat baik, kebanyakan sel bakteri dapat membelah
dan berkembang biak dalam waktu kurang lebih 20 menit. Pada
kecepatan yang tinggi ini satu sel bakteri dapat memperbanyak diri
menjadi lebih dari 16 juta sel baru dalam waktu 8 jam.
Berdasarkan bentuk selnya, bakteri dapat dibedakan atas empat
golongan yaitu:
Koki (bentuk bulat)
Koki mungkin terdapat dalam bentuk tunggal (terpisah),
berpasangan (diplokoki), berempat (tetra koki atau tetrad),
bergerombol (stapilokoki), dan membentuk rantai (streptokoki).
Basili (bentuk batang) Basil mungkin terdapat dalam bentuk
tunggal (terpisah) atau membentuk rantai.
Spirilium (bentuk spiral)
Vibrio (bentuk koma)
Bakteri ditemukan dimana-mana. Banyak bakteri yang
sebenamya tidak berbahaya bagi kesehatan, tetapi jika tumbuh dan
berkembang biak pada pangan sampai mencapai jumlah yang sangat
tinggi dapat mengakibatkan kerusakan makanan, yaitu menimbulkan
bau busuk, lendir, asam, perubahan warna, pembentukan gas, dan
perubahan-perubahan lain yang tidak diinginkan. Bakteri semacam ini
digolongkan ke dalam bakteri perusak pangan. Bakteri perusak
pangan sering tumbuh dan menyebabkan kerusakan pada bahan
pangan yang mempunyai kandungan protein tinggi seperti ikan, susu,
daging, telur dan sayuran.
Bakteri yang menyebabkan gejala sakit atau keracunan disebut
bakteri patogenik atau patogen. Gejala penyakit yang disebab¬kan
oleh patogen timbul karena bakteri tersebut masuk ke dalam tubuh
melalui pangan dan dapat berkembang biak di dalam saluran
pencemaan dan menimbulkan gejala sakit perut, diare, muntah,
7
mual, dan gejala lain. Patogen semacam ini misalnya yang tergolong
bakteri koli (Escherichia coli patogenik), Salmonella dan Shigella.
Bakteri patogenik di dalam pangan juga dapat menyebabkan gejala
lain yang disebut keracunan pangan.
Gejala semacam ini disebabkan oleh tertelannya racun (toksin)
yang diproduksi oleh bakteri selama tumbuh pada pangan. Gejala
keracunan pangan oleh racun bakteri dapat berupa sakit perut, diare,
mual, muntah, atau kelumpuhan. Bakteri yang tergolong ke dalam
bakteri penyebab keracunan misalnya Staphylococcus aureus,
Clostridium perfringens, dan Bacillus cereus yang memproduksi racun
yang menyerang saluran pencemaan dan disebut enterotoksin, dan
Clostridium botulinum yang memproduksi racun yang menyerang
syaraf serta dapat menyebabkan kelumpuhan saluran tenggorokan
dan disebut neurotoksin atau racun botulinum.
Tabel 1. Waktu Inkubasi dan Gejala Penyakit yang Ditimbulkan
oleh
Bakteri Patogen
Jenis bakteri danPenyakit
Waktuinkubasi
Gejala
Clostridium botulinum(Botulism)
12-36 jam,atau lebih lama
atau lebihpendek
Gangguan pencernaan akut yang diikuti oleh
pusing-pusing dan muntah-muntah, bisa juga
diare,lelah, pening dan sakit kepala. Gejala lanjut konstifasi, Double fision, kesulitan menelan dan berbicara, lidah bisa membengkak dan
tertutup, beberapa otot lumpuh, dan kelumpuhan bisa menyebar kehati dan
saluran pernafasan. Kematian bisa terjadi
dalam waktu tiga sampai enam hari.
Intoksikasistaphylococcus
aereus
1-7 jam,biasanya 2-4
jam
Pusing, muntah-muntah, kram usus, diare berdarah
dan berlendir pada
8
beberapa kasus, sakit kepala, kram otot,
berkeringat, menggigil, detak jantung lemah,
pembengkakan saluran pernafasan
Salmonella(Salmonellosis)
12-36 jam Pusing, muntah-muntah, sakit perut bagian bawah,
diare. Kadang-kadang didahului sakit kepala dan
mengggilInfeksi clostridium
Perfringes8-24 jam,
rata-rata 12jam
Sakit perut bagian bawah diare dan gas. Demam
dan pusing- pusing jarang terjadi
Campylobacter 2-3 hari tapibisa 7-10 hari
Sakit perut bagian bawah, kram, diare, sakit kepala,
demam, dan kadang-kadang diare berdarah.
Infeksi vibrio paraHaemolyticus
2-48 jam,biasanya 12
jam
Sakit perut bagian bawah, diare berdarah dan
berlendir, pusing, muntah-muntah, demam ringan, menggigil, sakit kepala, recoveri dalam 2-5 hari
Infeksi Escherichia colEnteropatogenik
Tipe invasif :8-24 jam,
rata-rata 11jam; tipe
enterksigenik :8-44jam, ratarata
26 jam
Tipe invasif: Panas dingin, sakit kepala, kram usus,
diare berair seperti shigellosis; tipe
enterotoksigenik: diare, muntahmuntah, dehidrasi,
shock.Bacillus cereus 8-16 jam atau
1,5 - 5 jamPusing, kram usus, diare berair, beberapa muntah
muntahShigellosis (infeksishigella sonnei, S.
flexneri,S.dysentriae,S.bodyii)
1-7 hari,biasanya
kurang dari 4hari
Kram usus,panas dingin,diare berair sering
kali berdarah dan berlendir, sakit kepala,
pusing, dehidrasiYrsiniosis (Yersi-niapseudotuberculosis,
Y.enterocolitica)
24-36 jamatau lebih
Sakit perut bagian bawah, demam, menggigil, sakit kepala, malaise, diare,
muntah-muntah, pusing, pharingitis, leukocytosis
Sterptococcuspygenes
1-3 hari Sakit tenggorokan, sakit pada waktu menelan,
tonsilitis, demam tinggi,
9
sakit kepala, pusing, muntah-muntah, malaise,
rhinorrhea.Sumber : Yongki K.L., 2009
Selain pengaruh yang merugikan, beberapa bakteri juga
mempunyai pengaruh yang menguntungkan dan yang digunakan
atau berperan. dalam pembuatan berbagai makanan fermentasi,
misalnya sayur asin, ikan peda, terasi, keju, susu fermentasi (yogurt,
yakult), sosis, dan lain-lain. Bakteri semacam ini memproduksi
senyawa-senyawa yang menimbulkan cita-rasa yang khas untuk
masing-masing produk, dan beberapa juga memproduksi asam yang
dapat mengawetkan makanan.
2. Kapang
Kapang merupakan mikroba dalam kelompok Fungi yang
berbentuk filamen, yaitu struktumya terdiri dari benang-benang halus
yang disebut hifa. Kumpulan dari banyak hifa membentuk kumpulan
massa yang disebut miselium dan lebih mudah dilihat oleh mata
tanpa menggunakan mikroskop. Contoh miselium adalah serat putih
seperti kapas yang tumbuh pada tempe.
Kapang juga mempunyai struktur yang disebut spora yang pada
umumnya terletak pada ujung-ujung dari hifa, dan merupakan
struktur yang sangat ringan dan mudah menyebar kemana-mana.
Spora merupakan alat perkembangbiakan kapang, karena pada
kondisi substrat dan lingkungan yang balk spora dapat bergerminasi
dan tumbuh menjadi struktur kapang yang lengkap. Dari satu struktur
kapang dapat dihasilkan beratus-ratus spora yang mudah menyebar
dan mencemari pangan, kemudian tumbuh menjadi bentuk kapang
yang lengkap. Jika dilihat dl bawah mikroskop, berbagai jenis kapang
mempunyai struktur hifa dan spora yang berbeda-beda, dan
karakteristik struktur tersebut digunakan untuk mengidentifikasi
kapang.
Spora kapang pada umumnya mempunyai warna tertentu
tergantung dari jenis kapangnya. Oleh karena itu pertumbuhan
kapang pada pangan mudah dilihat dengan mata, yaitu ditandai
10
dengan perubahan warna yang menunjukkan adanya spora kapang
dan sering disebut sebagai bulukan. Selain dapat menyebabkan
kerusakan pangan, beberapa kapang tertentu juga bermanfaat
karena digunakan dalam proses fermentasi pangan.
Tabel 2. Beberapa Jenis Kapang untuk Fermentasi dan Perusak
Bahan
Pangan
Jenis Kapang
Warna Spora Pangan yang Dirusak
Makanan yang Difermentasi
Aspergillus Hitam, hijau Roti, serealia,kacang-
kacangan
Kecap, tauco (A. orryzae)
Penicillium Biru-hijau Buah-buahan, sitrus, keju
Keju (P. roqueforti)
Rhizopus Hitam di atas hifa berwarna
putih
Roti, sayuran, buah-buahan
Tempe, oncom hitam (R. oryzae,
R.oligosporus)Neurospora
(Monilia)Oranye-merah Nasi Oncom merah
Sumber : Anonim, 2008
Beberapa kapang jika tumbuh pada pangan dapat memproduksi
racun yang berbahaya yang disebut toksin (racun) kapang atau
mikotoksin. Spesies kapang yang memproduksi mikotoksin terutama
adalah dari jenis Aspergillus, Penicillium dan Fusarium. Beberapa
contoh mikotoksin yang sering ditemukan pada pangan misalnya
aflatoksin yang diproduksi oleh Asperglllus flavus dan okratoksin yang
diproduksi oleh Aspergillus ochraceus (Anonim, 2008).
3. Kamir
Kamir merupakan organisme bersel tunggal yang termasuk
dalam kelompok Fungi. Jika tumbuh pada pangan, kamir dapat
menyebabkan kerusakan, tetapi sebaliknya beberapa kamir juga
digunakan dalam pembuatan makanan fermentasi. Kerusakan yang
disebabkan oleh pertumbuhan kamir ditandai dengan terbentuknya
bau asam dan bau alkohol, serta terbentuknya lapisan pada
permukaan, misalnya kerusakan pada sari buah. Beberapa contoh
11
kamir yang digunakan dalam proses fermentasi misalnya
Saccharomyces cerevisiae untuk membuat roti, bir dan minuman
anggur, dan (Candida utilis) untuk membuat protein mikroba yang
disebut protein sel tunggal.
Pada umumnya kamir berkembang biak dengan cara membentuk
tunas, meskipun beberapa jenis berkembang biak dengan cara
membelah. Tunas yang timbul pada salah satu sisi sel kamir akan
membesar dan jika ukurannya hampir menyamai induk selnya, maka
tunas akan melepaskan diri menjadi sel yang baru. Pada beberapa
spesies, tunas tidak melepaskan diri dari induknya sehingga semakin
lama akan membentuk struktur yang terdiri dari kumpulan sel
berbentuk cabang-cabang seperti pohon kaktus yang disebut
pseudomiselium.
Perkembangbiakan sel kamir semacam ini disebut reproduksi
aseksual. Selain dengan pertunasan, kamir juga berkembang biak
dengan cara reproduksi seksual, yaitu dengan membentuk askospora.
Dalam 1 sel dapat terbentuk 4-6 askospora. Askospora yang telah
masak dapat mengalami germinasi membentuk sel kamir, yang
kemudian dapat berkembang biak secara aseksual dengan
pertunasan.
4. Virus
Virus merupakan organisme dengan ukuran yang paling kecil
dibandingkan dengan organisme lainnya. Virus merupakan organisme
yang tidak dapat berkembang biak sendiri melainkan harus berada
pada sel organisme lainnya, oleh karena itu digolongkan ke dalam
parasit. Virus sering mencemari pangan tertentu seperti susu, pangan
hasil laut, dan sayur-sayuran serta air. Salah satu virus yang sering
mencemari pangan yaitu virus hepatitis A, serta virus polio yang
sering mencemari susu sapi mentah.
Pertumbuhan mikroba pada pangan dipengaruhi oleh berbagai
faktor, dan setiap mikroba membutuhkan kondisi pertumbuhan yang
berbeda. Oleh karena itu jenis dan jumlah mikroba yang dapat
12
tumbuh kemudian menjadi dominan pada setiap pangan juga
berbeda, tergantung dari jenis pangan tersebut. Pada kondisi yang
optimum untuk masing-masing mikroba, bakteri akan tumbuh lebih
cepat dibandingkan dengan kapang dan kamir. Hal ini disebabkan
bakteri mempunyai struktur sel yang lebih sederhana, sehingga pada
kebanyakan bakteri hanya membutuhkan waktu 20 menit untuk
membelah. Struktur sel kapang dan kamir lebih kompleks daripada
bakteri dan membutuhkan waktu lebih lama untuk membentuk sel
baru, yaitu sekitar 2 jam atau lebih.
5. Rickettsiae
Rickettsiae adalah bakteri yang berukuran kecil dan tidak pernah
berhasil dikultivasi pada medium sintetik. Rickettsia berbeda dengan
virus karena mikroorganisme ini mempunyai DNA dan RNA
mempunyai beberapa struktur yang dimiliki bakteri. Coxiella burnetii,
penyebab demam Q, ditimbulkan oleh mikroorganisme ini adalah
sakit kepala dan demam. Penularannya melalui susu dari sapi yang
terinfeksi. C. burnetii telah dilaporkan relatif tahan panas dan dapat
membentuk spora, sehingga kemungkinan bisa terdapat pada susu
pasteurisasi jika susu tersebut berasal dari sapi yang terinfeksi.
6. Prion
Prion menyebabkan penyakit degeneratif pada sistem syaraf
pusat pada hewan dan manusia. Penyakit scrapie pada kambing
merupakan penyakit yang ditimbulkan oleh prion. Penyakit yang
sama juga telah ditemukan pada sapi, bovine spongiform
encephalopathy (BSE). Prion tersebar melalui pakan dan penularan
terhadap manusia kini mendapat perhatian yang serius. Prion sangat
resisten terhadap panas, lebih tahan daripada spora bakteri dan
merupakan bentuk protein yang abnormal dari inang. Pencegahan
penularan melalui pencegahan pemberian pakan dari bahan-bahan
yang terinfeksi dan pencegahan komsumsi daging dan bagian-bagian
hewan yang terinfeksi.
13
7. Protozoa dan parasit
Giardia, Cryptosporidium, Balantidium, Entamoeba dan protozoa
lainnya serta parasit seperti cacing pita, dapat menginfeksi melali air
dan makanan. Beberapa spesies dapat bertahan pada lingkungan
untuk beberapa minggu dan dapat klorinasi. Gejala-gejala yang
ditimbulkan dapat sama dengan gejala gangguan perut yang
ditimbulkan oleh bakteri dan penularannya melalui rute fekal-oral
(Albiner S., 2002).
Tabel 3. Makanan-makanan yang Dapat Terinfeksi oleh Virus,
Protozoa
dan Parasit serta Pencegahannya
Organisme Makanan yangdapat terinfeksi
Waktuinkubasi
Gejala penyakit
Pencegahan
Poliomyelitis Susu minuman,Makanan olahan
5-35 hari Demam, muntah-
muntah, sakit kepala, nyeri
otot dan lumpuh
Kebersihan individu;
kecukupan panas
makananolah; desentifeksi
air; pencegahan
kontak makanan
dengan alatVirus hepatitis Susu dan
minuman, kerangkerangan mentah, salad
10-50 hari,
rata-rata 25 hari
Kulit kuning, kehilangan
nafsu makan, ganggua
pencernaan
Pemasakan kerang-
kerangan, kecukupan
panas makanan
olahan, susu, perebusan air
atau desinfeksi
air,kebersiha
14
n individuEntamoeba Histolytica (disentri amoeba)
Air yang terkontaminasi limbah,makana
n-makanan basah yang
terkontaminasi feses
Beberapa hari
sampai 4 minggu
diare Perlindungan suplai
air,sanitasi selama
pengolahan, jamban yang
memadaiTaenia
saginata (cacing pita)
Daging sapi mentah atau
setengah matang yang mengandung
larva
Beberapa minggu
Sakit perut bagian bawah,
perasaan lapar, lelah
Penyembelihan sapi dan penyediaan daging sapi
dibawah pengawasa
dinas kesehatan
daging dimasak matang
Diphyllobothrium latum
(cacing pita)
Daging sapi mentah atau
setengah matang yang mengandung
larva
2-6 minggu
Gejala awal tidak ada,
tetap penderita
lanjut mengalami
anemia
Ikan dimasak matang, hindari
konsumsi ikan asap mentah
Taenia solium Daging babi mentah atau
setengah matang yang mengandung
larva
Beberapa minggu
Gangguan pencernaan,
malaise, encephalitis,
bisa fatal
Penyembelihan babi dan penyediaan daging babi
dibawah pengawasan
dinas kesehatan,
daging dimasak matang
Trichinellaspiralis
Daging sapi mentah atau
setengah matang yang mengandung
larva
Biasanya9
hari,tetapi bisa
bervariasi 2-28 hari
Pusing,muntah-muntah, diare,
nyeri otot, demam,pembe
ng kakan kelopak mata, susah bernafas
Daging babi dimasak matang, bekukan
daging babi pada suhu
150C selama 30
hari atau 230C selama
20 hari atau .29oC
15
selama 12 hari, hindari adanya tikus
disekitar kandang,
pakan babi dimasak
Sumber : Albiner S., 2002
C. TANDA-TANDA KERUSAKAN PANGAN
Kebanyakan bahan makanan merupakan media yang baik bagi
pertumbuhan banyak macam mikroorganisme. Pada keadaan fisik
yang menguntungkan, terutama pada kisaran suhu 7 0C sampai 60 0C,
organisme akan tumbuh dan menyebabkan terjadinya perubahan
dalam hal penampilan, rasa, bau serta sifat-sifat lain pada bahan
makanan. Proses-proses peruraian ini dapat digambarkan sebagai
berikut :
Bahan pangan protein + mikroorganisme proteolik
asam amino + amin + hidrogen sulfide
Bahan pengan berkarbohidrat + mikroorganisme peragi karbohidrat
asam + alkohol + gas
Bahan pangan berlemak + mikororganisme lipolitik
asam lemak + gliserol
Perubahan yang disebabkan mikroorganisme pada makanan
termasuk susu, tidak terbatas pada terbentuknya hasil peruraiannya
saja: tetapi juga dapat berupa produk hasil sintesis mikrobia. Beberapa
mikroorganisme membentuk pigmen yang mengubah warna makanan.
Ada pula yang dapat mensistesis polisakarida dan menghasilkan lendir
didalam atau pada makanan.
(Michael J. P et all, 1988)
Berbagai tanda-tanda kerusakan pangan dapat dilihat tergantung
dari jenis pangannya, beberapa diantaranya misalnya:
Perubahan kekenyalan pada produk-produk daging dan ikan,
disebabkan pemecahan struktur daging oleh berbagai bakteri.
16
Perubahan kekentalan pada susu, santan, dan lain-lain,
disebabkan oleh penggumpalan protein dan pemisahan serum
(skim).
Pembentukan lendir pada produk-produk daging,ikan, dan
sayuran, yang antara lain disebabkan oleh pertumbuhan
berbagai mikroba seperti kamir, bakteri asam laktat (terutama
oleh Lactobacillus, misalnya L. Viredences yng membentuk
lendir berwarna hijau), Enterococcus, dan Bacillus
thermosphacta. Pada sayuran pembentukan lendir sering
disebabkan oleh P. marjinalis dan Rhizoctonia sp.
Pembentukan asam, umumnya disebabkan oleh berbagai
bakteri seperti Lactobacillus, Acinebacter, Bacillus,
Pseudomonas, proteus, Microrocci, Clostidium, dan enterokoki.
Pembentukan warna hijau pada produk-produk daging,
terutama disebabkan oleh:
1. Pembentukan hidrogen peroksida (H2O2) oleh L.
Viridescens, L. fructovorans, L.jensenii, Leuconostoc,
Enterococcus faecium dan E.faecalis
2. Pembentukan hidrogen sulfida (H2S) oleh Pseudomonas
mephita, Shewanell putrefaciens, dan Lactobacillus sake.
Pembentukan warna kuning pada produk-produk daging,
disebabkan oleh Enterococcus cassliflavus dan E. mundtii.
Perubahan bau, misalnya:
1. Timbulnya bau busuk oleh berbagai bakteri karena
terbentuknya amonia, H2S, Indol,dan senyawa-senyawa
amin seperti diamin kadaverin dan putresin.
2. Timbulnya bau anyir pada produk-produk ikan karena
terbentuknya trimetilamin (TMA) dan histamin.
(Albiner S., 2002)
1. Tanda-Tanda Kerusakan pada Daging dan Produk Daging
Kebusukan akan kerusakan daging ditandai oleh terbentuknya
senyawa- senyawa berbau busuk seperti amonia, H2S, indol, dan
amin, yang merupakan hasil pemecahan protein oleh
17
mikroorganisme. Daging yang rusak memperlihatkan perubahan
organoleptik, yaitu bau, warna, kekenyalan, penampakan, dan rasa.
Diantara produk-produk metabolisme dari daging yang busuk,
kadaverin dan putresin merupakan dua senyawa diamin yang
digunakan sebagai indicator kebusukan daging.
2. Tanda-Tanda Kerusakan pada Ikan dan Produk Ikan
Kerusakan pada ikan ditandai dengan terbentuknya trimetilamin
(TMA) dari reduksi trimetilamin oksida (TMAO). TMAO merupakan
komponen yang normal terdapat di dalam ikan laut, sedangkan pada
ikan yang masih segar TMA hanya ditemukan dalam jumlah sangat
rendah atau tidak ada. Produksi TMA mungkin dilakukan oleh
mikroorganisme, tetapi daging ikan juga mengandung enzim yang
dapat mereduksi TMAO. Tidak semua bakteri mempunyai
kemampuan yang sama dalam meruduksi TMAO menjadi TMA, dan
reduksi tergantung dari pH ikan.
Histamin, diamin, dan senyawa volatil (total volatile substances)
juga digunakan sebagai indikator kebusukan ikan. Histamin
diproduksi dari asam amino histidan oleh enzim histidin
dekarboksilase yang diproduksi oleh mikroorganisme antara lain:
Histamin merupakan penyebab keracunan scromboid. Seperti
halnya pada daging, kadaverin dan putresin merupakan diamin yang
juga digunakan sebagai indikator kebusukan ikan.
Senyawa voatil yang digunakan sebagai indikator kebusukan
ikan termasuk TVB (total votatile bases), TVA (total volatile acids) TVS
(total volateli substance), dan TVN (total volatile nitrogen). Yang
termasuk TVB adalah amonia, dimetilamin, dan trimetilamin,
sedangkan TVN terdiri dari TVB dan senyawa nitrogen lainnya yang
dihasilkan dari destilasi uap terhadap contoh, dan TVS atau VRS
(volatile reducing substance) adalah senyawa hasil aerasi dari produk
dan dapat mereduksi larutan alkalin permanganat. Yang termasuk
TVA adalah asam asetat, propionat dan asam - asam organik lainnya.
Batas TVN maxsimum untuk udang yang bermutu baik di Jepang dan
18
Australia adalah 30 mg TVN/100g dengan maksimum 5 mg
trimatilamin nitrogen/100g.
Untuk produk-produk laut seperti oister, clamdan scallop,
perubahan pH merupakan indikator kerusakan, yaitu pH 5,9-6,2 untuk
produk yang masih baik, pH 5,8 sudah agak menyimpang, dan pH 5,2
atau kurang merupakan tanda kebusukan atau asam.
3. Tanda-Tanda Kerusakan pada Makanan Kaleng
Kerusakan makanan kaleng dipengaruhi oleh jenis makanan
yang terdapat didalamnya dan mikroba perusak yang dialamnya
(Tabel 1). Pada dasarnya makanan kaleng dibedakan atas tiga
kelompok berdasarkan keasaman, yaitu:
Makanan kaleng berasam rendah (pH>4,6), misalnya
produk-produk daging dan ikan,suws, beberapa sayuran
(jagung, buncis), dan masakan yang terdiri dari campuran
daging dan sayuran (lodeh, gudeg, opor, dan lain-lain).
Makanan kaleng asam (pH 3,7-4,6), misalnya produk-produk
tomat, pear, dan produk-produk lain.
Makanan kaleng berasam tinggi (pH<3,7), misalnya buah-
buahan dan sayuran kaleng seperti jeruk, pikel, sauerkraut, dan
lain-lain.
D. Indentifikasi Kerusakan Pangan
Kerusakan bahan pangan dapat dibedakan atas beberapa jenis
yaitu:
1. Kerusakan fisik karena benturan, Sayatan, dan lain-lain.
2. Kerusakan kimia karena terjadinya reaksi kimia, baik enzimaris
maupun non enzimatis, seperti ketengikan, pencoklatan , dan
lain-lain.
3. Kerusakan biologis yang disebabkan oleh beberapa faktor yaitu:
o Mikroorganisme perusak makanan (kapang, kamir dan
bakteri).
o Serangga perusak pangan.
Kerusakan bahan pangan dapat dideteksi dengan berbagai cara, yaitu:
19
1. Uji organoleptik dengan melihat tanda-tanda kerusakan seperti
perubahan tekstur atau kekenyalan, keketanlan, warna bau,
pembentukkan lendir, dan lain-lain.
2. Uji fisik untuk melihat perubahan-perubahan fisik yang terjadi
karena kerusakan oleh mikroba maupun oleh reaksi kimia,
misalnya perubahan pH, kekentalan, tekstur, indeks refraktif, dan
lain-lain.
3. Uji kimia untuk menganalisa senyawa-senyawa kimia sebagai hasil
pemecahan komponen pangan oleh mikroba atau hasil dari reaksi
kimia.
4. Uji mikrobiologis, yang dapat dilakukan dengan metode hitungan
cawan, MPN, dan mikroskopis.
Uji mikrobiologi memerlukan banyak peralatan dengan persiapan
dan uji yang cukup lama, oleh karena itu dianggap tidak praktis.
Beberapa uji mikrobiologi telah dikembangkan dengan metode cepat,
tetapi pada umumnya memerlukan peralatan yang mahal dan bahan
kimia yang tidak mudah diperoleh. Beberapa uji kimia juga
memerlukan bahan kimia yang tidak murah dengan waktu uji yang
agak lama.
Dari berbagai uji kerusakan pangan tersebut di atas, beberapa uji
yang di bawah ini dianggap cukup sederhana untuk diterapkan di
daerah-daerah dengan fasilitas peralatan yang sederhana, yaitu:
1. Uji organoleptik: melihat tanda-tanda kerusakan masing-masing
produk yaitu:
Perubahan kekenyalan/tekstur pada daging dan ikan.
Perubahan kekentalan (viskositas) pada produk-produk cair
seperti susu, santan sari , buah, sup, kaldu, dan lain-lain.
Perubahan warna pada semua produk pangan.
Perubahan bau pada semua produk pangan.
Pembentukkan lendir pada semua produk pangan berkadar
air tinggi (daging, ikan, sayuran, sup, kaldu, dan lain-lain).
2. Uji fisik, yaitu:
Perubahan pH pada semua bahan pangan dan produk pangan
20
Perubahan viskositas (viskosimeter)
Perubahan indeks refraktif pada air daging
Perubahan warna (chromameter)
Perubahan tekstur (teksturometer)
3. Uji kimia, yaitu:
Uji H2S
Uji TMA
Uji VRS
Uji reduksi nitrat
Uji katalase
Uji reduksi warna (pada susu dan santan)
Uji etanol (pada susu)
4. Uji mikrobiologis, yang paling sederhana dan cepat yaitu uji
secara mikroskopis dengan menghitung jumlah mikroba.
E. Sumber-sumber Infeksi dan pengendalian mikrobia
Beberapa makanan bisa dinyatakan .aman. untuk dikonsumsi, jika
makanan-makanan tersebut diproses dengan proses dekontaminasi
yang terkontrol dengan baik seperti pasteurisasi dan sterilisasi, seperti
susu sterilisasi atau pasteurisasi,es krim dan makanan-makanan
kaleng. Proses dekontimasi air kemasan dilakukan dengan klorinasi
dan filtrasi. Makanan lain seperti roti, tepung, jam, madu, pikel,
manisan buah termasuk makanan yang dinyatakan aman karena
kompisisi dan proses pengolahan makanan tersebut menyebabkan
kondisi yang tidak mendukung pertumbuhan mikroorganisme.
Beberapa sifat makanan dan bahan pangan, seperti pH kurang
dari 4,5, kadar air rendah (aw<0.86) atau kadar gula atau kadar garam
yang tinggi. Sifat-sifat ini biasa digunakan dalam pengawetan
makanan. Dewasa inni masyarakat lebih dianjurkan untuk
mengkonsumsi makanan atau bahan pangan segar daripada makanan
atau bahan pangan yang sudah diawetkan. Hal ini memberi
kesempatan mikroorganisme untuk mengkontaminasi gangguan
21
saluran pencernaan jika bahan pangan segar tersebut tidak ditangani
dengan baik.
Terdapat tiga jalur yang dapat digunakan oleh mikroorganisme
untuk mengkontaminasi makanan, yaitu bahan baku dan ingredien,
pekerja pada pengolahan makanan dan lingkungan pengolahan.
Sebagian besar bahan makanan akan segera dirombak atau
dirusak oleh mikroorganisme, kecuali bila diawetkan. Metode-metode
modern pengawetan bahan mkanan menggunakan proses-proses
primitif yang sudah amat diperbaiki, seperti pengasinan, pengeringan
dan pengasapan, disamping juga teknik-teknik yang lebih baru.
Metode-metode pengawetan bahan makanan dapat dirangkum sebagai
berikut :
1. Penanganan aseptik
2. Penyingkiran mikroorganisme
3. Suhu tinggi
a. Pendidihan
b. Uap bertekanan
c. Pasteurisasi
4. Suhu rendah
a. Penyimpanan dalam lemari es
b. Penyimpanan beku
5. Dehidrasi
6. Menaikkan tekanan osmotik
a. Dalam gula pekat
b. Dalam larutan garam
7. Bahan kimia
a. Asam organik
b. Substansi yang terbentuk selama pengolahan
(pengasapan)
c. Substansi yang dihasilkan oleh fermentasi mikrobia
(bermacam-macam asam)
8. Radiasi
22
Semua metode pengawetan bahan makanan didasarkan pada
beberapa prinsip berikut :
1. Mencegah atau menghilangkan kontaminasi
2. Menghambat pertumbuhan metabolisme mikrobia (aksi
mikrobistatik)
3. Mematikan mikroorganisme (aksi mikrobisidal)
Pemilihan metode pengawetan harus disertai pemahaman akan
adanya resistensi yang luar biasa pada spora bakteri terhadap
berbagai faktor seperti panas, radiasi, bahan kimia dan dihidrasi.
1. Penanganan aseptik
Merupakan usaha untuk senantiasa menjaga agar
mikroorganisme perusak tidak mencemari bahan makanan,
dapat mengurangi kerusakan makanan, memudahkan
pengawetan pangan dan memperkecil kemungkinan adanya
patogen. Pengepakan (kemasan) makanan, pengalengan
makanan yang telah diolah dan pelaksanaan metode-metode
yang memenuhi syarat kebersihan dalam menangani bahan
makanan merupkan contoh-contoh penangan aseptik.
2. Penyingkiran mikroorganisme
Cairan yang dipaksa lewat dengan tekanan positif atau
negatif melalui saringan “tipe bakteri” yang steril dapat
digunakan untuk menjernikan zat alir serta menyingkirkan
kikroorganisme. Ini adalah metode yang digunakan terhadap
bir, makanan lunak, sari buah, anggur, dan air.
3. Suhu tinggi
Pemanfaatan suhu tinggi merupakan salah satu metode
pengawetan pangan yang paling aman dan paling dapat
diandalkan. Panas digunakan secara luas untuk
memusnahkan organisme yang ada di dalam produk pangan
dalam kaleng, botol, atau tipe-tipe wadah lain yang
membatasi masuknya mikroorganisme setelah pengolahan.
4. Suhu rendah
23
Suhu 0 0C atau lebih rendah dapat menghambat
pertumbuhan dan kegiatan metabolik mikroorganisme untuk
jangka waktu lama. Sebelum dibekukan, kebanyakan hasil
bumi dipanaskan terlebih dahulu dengan uap untuk
menginaktifkan enzim yang dapat mengubah produk tersebut
sekalipun pada suhu rendah. Metode pembekuan cepat, yang
menggunakan suhu -32 0C atau lebih rendah, dianggap paling
memuaskan karena kristal es yang terbentuk berukuran lebih
kecil dan struktur sel dalam bahan makanan tidak rusak. Perlu
ditekankan bahwa bahan makanan betapapun rendahnya
suhu yang digunakan, tidak dapat diandalkan untuk
mematikan semua mikroorganisme.
5. Dehidrasi
Dehidrasi ialah peniadaan air. Proses ini dapat dilakukan
dengan berbagai cara, seperti misalnya sinar mataari,
pemanasan, atau penggunaan gula atau garam
berkonsentrasi tinggi. Dehidrasi dapat digunakan untuk
mengawetkan bahan makanan terutama karena menghambat
pertumbuhan; mikroorganismenya sendiri tidak selalu
terbunuh,. Pertumbuhan semua mikroorganisme dapat
dicegah dengan cara mengurangi kelembapan lingkungannya
sampai di bawah titik kritis. Titik kritis ditentukan oleh ciri-ciri
organisme yang bersangkutan dan oleh kapasitas bahan
makanan untuk mengikat air sehingga tidak tersedia sebagai
kelembapan bebas yang dapat ditiadakan oleh proses
dihidrasi.
6. Menaikkan terkanan osmotik
Air akan ditarik keluar dari sel mikroorganisme bila sel
tersebut dimasukkan ke dalam larutan yang mengandung
sejumlah besar substansi terlarut seperti gula atau garam.
Dengan kata lain sel tersebut mengalami dehidrasi,
metaolism,e terhenti, dan dengan demikian memperlambat a\
pertumbuhan mikroorganisme. Tekanan osmotik yang tinggi
24
dapat menghambat pertumbuhan mikrobia, tetapi tidak dapat
diandalkan untuk mematikan organisme.
7. Bahan kimia
Penambahan zat kimia pengawet ke dalam bahan
makanan di AS dianggap memalsukan bahan makanan
tersebut. Bahan pangan bila telah ditambah substansi apa saj
yang beracun atau bersifat merusak yang dapat
menyebabkan makan tersebut melanggar kesehatan. Hanya
beberapa zat kimia yang secara hukum diterima untuk
digunakan dalam pengawetan bahan makanan. Di antaranya
yang paling efektif ialah asam benzoat, sorbat, asetat, laktat
dan propionat, kesemuanya ini adalah asam organik. Bahan
makan yang dibuat melalui proses fermentasi terutama bahan
pangan dari ternak yang difermentasi menjadi awet terutama
dihasilkannya asam asetat, laktat dan propionat selama
berlangsungnya fermentasi oleh mikrobia.
8. Radiasi
Sterillisasi dengan radsiasi merupakan suatu usaha
pengawetan bahan makanan yang baru, cara ini dapat
membawa perubahan radikal dalam metode-metode industri
untuk pengolahan pangan. Sinar ultraviolet telah digunakan
untuk mengurangi atau menginaktifkan mikroorganisme,
terutama kapang, yang terdapat dalam udara ruang
penyimpanan serta ruang pengemasan. Iridasi pada daging
yang digantung (untuk pemeraman dan supaya empuk) dapat
mengurangi pertumbuhan mikroorganisme pada permukaan
daging tersebut.
Radiasi ionisasi berintensitas tinggi, seperti sinar gama
yang dip[ancarkan dari kobalt radioaktif (kobalt 60), mampu
mensterilkan berbagai macam bahan, termasuk makanan
yang sudah dikemas. Penerapan teknik ini (sterilisasi dengan
radiasi) telah diselidiki sejak tahun 1950-an. Kefektifan radiasi
berintensitas tinggi untuk mensterilkan suatu produk tidak
25
diragukan lagi. Namun, pengaruh radiasi ionisasi berintensitas
tinggi terhadap rasa, bau, aroma, warna, tekstur, dan mutu
gizi pangan perlu dipahami dengan lebih baik. Demikian pula
perubahan-perubahan kimiawi yang dihasilkan pada produk
pangan yang diradiasi perlu dievaluasi dengan lebih baik
dalam hal pengaruhnya terhadap manusia dan hewan.
(Michael J.P. et all, 1988)
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
1. Bahan pangan atau makanan disebut busuk atau rusak jika sifat-
sifatnya telah berubah sehingga tidak dapat diterima lagi sebagai
makanan
26
2. Organisme yang sering ditemukan pada pangan dan dapat
menyebabkan penyakit yaitu:
Bakteri
Kapang
Kamir
Virus
Rickettsiae
Prion
Protozoa dan parasit
3. Terdapat tiga jalur yang dapat digunakan oleh mikroorganisme
untuk mengkontaminasi makanan, yaitu bahan baku dan ingredien,
pekerja pada pengolahan makanan dan lingkungan pengolahan.
4. Berbagai tanda-tanda kerusakan pangan dapat dilihat tergantung
dari jenis pangannya, beberapa diantaranya misalnya:
Perubahan kekenyalan pada produk-produk daging dan ikan
Perubahan kekentalan pada susu, santan, dan lain-lain
Pembentukan lendir pada produk-produk daging,ikan, dan
sayuran
Pembentukan asam
Pembentukan warna hijau pada produk-produk daging
Pembentukan warna kuning pada produk-produk daging
Perubahan bau
5. Metode-metode pengendalian dan pengawetan bahan makanan
dapat dirangkum sebagai berikut :
1). Penanganan aseptik
2). Penyingkiran mikroorganisme
3).Suhu tinggi
a. Pendidihan
b. Uap bertekanan
c. Pasteurisasi
4). Suhu rendah
a. Penyimpanan dalam lemari es
b. Penyimpanan beku
27
5).Dehidrasi
6).Menaikkan tekanan osmotik
a. Dalam gula pekat
b. Dalam larutan garam
7).Bahan kimia
a. Asam organik
b. Substansi yang terbentuk selama pengolahan
(pengasapan)
c. Substansi yang dihasilkan oleh fermentasi mikrobia
(bermacam-macam asam)
8).Radiasi
Semua metode pengendalian dan pengawetan bahan makanan
didasarkan pada beberapa prinsip berikut :
a. Mencegah atau menghilangkan kontaminasi
b. Menghambat pertumbuhan metabolisme mikrobia (aksi
mikrobistatik)
c. Mematikan mikroorganisme (aksi mikrobisidal)
6. Kerusakan bahan pangan dapat dideteksi dengan berbagai cara
sperti :
Uji organoleptik
Uji fisik
Uji kimia
Uji mikrobiologis
28
DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 2008. Mikrobiologi Pangan. www.ilmupangan.com/mikrobiologi pangan (Diakses Senin, 7 Oktober 2013 pukul 15.00 wit)
Albiner Siagian. 2002. Mikroba Patogen Pada Makanan Dan Sumber Pencemarannya. www.USU digital library.com (Diakses Senin, 7 Oktober 2013 pukul 15.00 wit)
Michael J. P. Jr., dan E. C. S. Chan. 1988. Dasar-dasar Mikrobiologi. Universitas Indonesia Press. Jakarta
Yongki Kastanya Luthana. 2009. Identifikasi SAederhana Makanan. www. identifikasi sederhana makanan « yis’s food entertaining.htm (Diakses Senin, 7 Oktober 2013 pukul 15.00 wit)
29