UJI MIKROBIOLOGIS MAKANAN KANTIN DI CAFE CANGKIR...
Transcript of UJI MIKROBIOLOGIS MAKANAN KANTIN DI CAFE CANGKIR...
UJI MIKROBIOLOGIS MAKANAN KANTIN DI CAFE CANGKIR
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
Skripsi
Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar SARJANA
KEDOKTERAN (S.Ked)
OLEH:
Yuni Ariadini
NIM: 11161030000053
PROGRAM STUDI KEDOKTERAN
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1441 H/2019 M
i
ii
iii
iv
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh
Segala puji dan syukur saya panjatkan kepada Allah subhanahu wata’ala
atas segala berkat dan rahmat-Nya saya dapat menyelesasikan penelitian ini.
Shalawat serta salam semoga selalu tercurah kepada nabi kita nabi Muhammad
shallalahu alaihi wa sallam beserta keluarga, dan para sahabatnya.
Alhamdulillahirabbilallamin penelitian ini dapat diselesaikan berkat
bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, saya mengucapkan banyak terima
kasih kepada:
1. dr. H. Hari Hendarto, Ph.D., Sp.PD-KEMD selaku dekan FK UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. dr. Achmad Zaki, M. Epid, SpOT selaku Kepala Prodi FK UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta
3. dr. Erike Anggraini Suwarsono,M.Pd Sp.MK dan dr. Witri Ardini,
M. Gizi, SpGK selaku pembimbing I dan pembimbing II yang
senantiasa selalu membimbing saya dan memberi arahan, nasihat,
dan bantuan dalam menyusunan penelitian ini.
4. Ayahanda Amirrulloh dan Ibunda Pursinah, kedua orang tua saya
yang senantiasa mencurahkan cinta dan kasihnya, serta memberi
semangat dan doa untuk kebaikan saya dalam menjalani
pendidikan dan keseharian saya hingga saat ini. Saudara kandung
Muhamad Ilyusa, Novian Ramadhan, Muhammad Fahri Prasetya,
dan Dea Annisa yang saya cintai, dan selalu menaburkan
kebahagiaan dan keceriaan dalam keseharian saya. Terima kasih
atas kebaikan yang selalu diberikan kepada saya sampai kapan pun.
5. drg. Laifa Annisa Hendramin, Ph.D selaku penanggung jawab (PJ)
modul riset FK UIN Jakarta 2016, bu Yuliati, M. Biomed selaku PJ
laboratorium Mikrobiologi.
6. Teman-teman kelompok riset saya, Annisa, Fakhri, dan Nurfajrina
yang berjuang bersama dalam menyelesaikan penelitian ini.
7. Sahabat saya Tria Septiana, Sintabela, dan Siti Fatimah yang
senantiasa mendengarkan keluh kesah saya selama penelitian dan
selalu memberikan semangat untuk mengerjakan penelitian ini.
8. Teman-teman angkatan saya Muhammad Rafli Iqbal, Vina Izzatul
Awaliyah, Ratu Nadia Cahyaningtyas, Maghfiratulliza, dan Zely
yang senantiasa memberi dukungan dan motivasi.
9. Teman riset saya Annisa Putri Zahroh yang menemani saya selalu
membantu saya saat kesulitan mengerjakan skripsi ini.
10. Teman berdiskusi saya Fakhri Chairul Akmal yang memberikan
saran untuk saya dalam menyelesaikan penelitian ini.
11. Mbak Novi selaku laboran Mikrobiologi. Mas irul selaku OB
laboratorium Mikrobiologi yang banyak membantu saya dalam
menyelesaikan penelitian.
12. Teman-teman saya para BPH USMR Roidul Fatoni, Muhammad
Fachrur Rozi, Masnunah, Annisa Putri Zahroh, Ade Nurmyla, Rani
v
Rahmawati, Nurhasyima, Sumaya Aljufri, Nadia Ulfa, dan Nada
Syifa. Mereka yang selalu bisa membawa keceriaan disaat sulit.
13. Anggota inti XIV divisi Operasional Ghina, Khamila, Egi, Fuadi,
Eka, Bari, Radina, Astia, Mia, Adel, dan Chres. Mereka yang
selalu memberikan semangat dan dorongan kepada saya agar cepat
sidang
14. Seluruh pihak yang membantu, memberikan semangat, serta
memotivasi saya dalam penelitian ini yang tidak dapat saya
sebutkan satu-persatu.
Saya sebagai penulis, menyadari bahwa dalam laporan penelitian ini masih
banyak kekurangan. Kritik dan saran yang membangun dari semua pihak sangat
saya harapkan agar laporan penelitian ini menjadi lebih baik. Demikian laporan
penelitian ini saya tulis, semoga dapat memberikan banyak manfaat bagi penulis
khususnya dan para pembaca pada umumnya.
Ciputat, 21 Juni 2019
Yuni Ariadini
vi
ABSTRAK
Yuni Ariadini. Fakultas Kedokteran. Uji Mikrobiologis Makanan Kantin Di
Cafe Cangkir Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. 2019
Latar Belakang: Berdasarkan World Health Organization (WHO), setiap
tahunnya sekitar 1 dari 10 orang di dunia (600 juta orang) mengalami keracunan
makanan (foodborne diseases). Dari 600 juta orang yang mengalami keracunan
makanan tersebut, sekitar 420 ribu orang meninggal dunia setiap tahunnya. Di
Indonesia mortilitas dan morbiditas penyakit diare masih tinggi. Berdasarkan hasil
RISKESDAS 2018 prevalensi diare di Indonesia pada tahun 2013 sebanyak 4,5%
menjadi 6,8% pada tahun 2018.
Tujuan: Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kelayakan konsumsi bahan
makanan yang dijual di Cafe Cangkir UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
berdasarkan jumlah cemaran mikroba yang ditetapkan oleh Badan Peneliti Obat
dan Makanan (BPOM) Republik Indonesia.
Metode: Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif (Total Plate Count dan
Most Probable Number) dan kualitatif (isolasi di media selektif dan pewarnaan
Gram). Desain penelitian yang digunakan adalah observasional laboratorik.
Makanan dan minuman uji pada penelitian ini adalah yaitu soto mie betawi, jus
naga, tongseng ayam, sate ayam, dan risol sayur yang dijual di Café Cangkir UIN
Jakarta.
Hasil: Hasil dari penelitian ini adalah empat dari lima sampel yang diuji yaitu
soto mie betawi, jus buah naga, sate ayam, dan risol sayur mengandung cemaran
mikroba dengan jumlah koloni melebihi batas maksimum yang telah ditetapkan
BPOM yaitu 1 x 104 koloni/gr. Pada sampel bahan makanan uji soto mie betawi
dan risol sayur ditemukan koloni bakteri patogen Escherichia coli pada media
MCA dan EMB, Salmonella spp pada media SSA, dan Staphylococcus aureus
pada media MSA. Pada sampel jus naga ditemukan koloni bakteri patogen
Escherichia coli pada media EMB. Pada sampel tongseng ayam kuah dan sate
ayam ditemukan koloni bakteri patogen Salmonella spp pada media SSA,
Escherichia coli pada media MCA dan EMB. Pada sampel sate ayam ditemukan
koloni bakteri patogen Escherichia coli pada media MCA dan EMB. Terlihat
koloni bakteri batang gram negatif pada pewarnaan gram semua sampel bahan
makanan dan minuman uji. Terlihat koloni bakteri coccus gram positif
bergerombol pada sampel makanan soto mie betawi. Pada sampel makanan soto
mie betawi dan tongseng ayam kuah terlihat koloni batang gram negatif. Semua
sampel mengandung bakteri koliform karena melebihi batas normal yang
ditetapkan oleh BPOM yaitu 3 koloni/100ml.
Simpulan: Semua sampel bahan makanan dan minuman uji mengandung bakteri
patogen.
Kata kunci: Uji mikrobiologi, Cafe, UIN Jakarta
vii
ABSTRACT
Yuni Ariadini. Faculty of Medicine. Yuni Ariadini. Faculty of Medicine.
Microbiological Test of Canteen Foods at Cangkir Cafe of Syarif Hidayatullah
State Islamic University Jakarta. 2019
Background: According to World Health Organization (WHO), in a year there are
1 on 10 peoples (600 million peoples) around the world that suffer from food
intoxication or foodborne diseases, and 420 thousand people out of those 600
million die every year. In Indonesia, the number of mortality and morbidity of
diarrhea is still high. According to RISKESDAS 2018, prevalence of diarrhea in
Indonesia in 2013 increased about 4.5% to 6.8% in 2018.
Objective: This study aims to determine the consumption advisability of food
ingredients that sold on Cangkir Cafe UIN Syarif Hidayatullah Jakarta according
to microbe contamination number that set by Indonesian Food and Drugs
Association (BPOM).
Method: This study used quantitative (Total Plate Count and Most Probable
Number) and qualitative (selective media isolation and gram staining). This study
used observational laboratoric design. Food and beverage samples were Batavian
Noodle Soto, Dragon fruit juice, chicken tongseng, chicken satay, and vegetable
roll that sold on Cangkir Cafe UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
Results: The results of this study were 4 of 5 samples, which are Batavian Noodle
Soto, Dragon fruit juice, chicken satay, and vegetable roll, contained microbe
that exceeded kimit set by BPOM, which is 1 x 104 colonies per gram. On
Batavian noodle soto and vegetable roll there were Escherichia coli found on MCA
and EMB media, Salmonella spp. on SSA media, and Staphylococcus aureus on
MSA media. On chicken tongseng and chicken satay there were Salmonella spp.
found on SSA media, Escherichia coli on MCA media and EMB media. On
chicken satay, there were Escherichia coli found on MCA and EMB media. There
were negative gram rod bacteria colonies found on every sample’s gram staining.
There were positive gram clustered cocci colonies found on Batavian noodle soto.
On Batavian noodle soto and chicken tongseng there were negative gram rod
bacteria found. Every sample contained coliform bacteria because it exceeded
limit set by BPOM, that is 3 colonies per 100 mL.
Conclusion: This study concluded that every food and beverage sample contained
pathogenic bacteria.
Keywords: Microbiology test, Cafe, UIN Jakarta
viii
DAFTAR ISI
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA .................................................................. i
PERSETUJUAN PEMBIMBING SKRIPSI .......... Error! Bookmark not defined.
PENGESAHAN PANITIA UJIAN SKRIPSI ........ Error! Bookmark not defined.
KATA PENGANTAR ........................................................................................... iv
ABSTRAK ............................................................................................................. vi
ABSTRACT ............................................................................................................ vii
DAFTAR ISI ........................................................................................................ viii
DAFTAR GAMBAR ............................................................................................. xi
DAFTAR SINGKATAN ...................................................................................... xii
BAB I ...................................................................................................................... 1
PENDAHULUAN .................................................................................................. 1
1.1 LATAR BELAKANG ................................................................................... 1
1.2 RUMUSAN MASALAH .............................................................................. 2
1.3 HIPOTESIS ................................................................................................... 2
1.4 TUJUAN PENELITIAN ............................................................................... 2
1.4.1 Tujuan Umum ......................................................................................... 2
1.4.2 Tujuan Khusus ........................................................................................ 2
1.5 MANFAAT PENELITIAN ........................................................................... 3
1.5.1 Untuk Penjamah kantin ........................................................................... 3
1.5.2 Untuk Masyarakat ................................................................................... 3
1.5.3 Untuk Institusi......................................................................................... 3
1.5.4 Untuk Peneliti ......................................................................................... 3
1.5.5 Untuk Dokter Muslim ............................................................................. 3
BAB II ..................................................................................................................... 4
TINJAUAN PUSTAKA ......................................................................................... 4
2.1 Landasan Teori .............................................................................................. 4
2.1.1 Pangan ..................................................................................................... 4
2.1.2 Transmisi Mikroba Pangan ..................................................................... 4
2.1.3 Penyakit Akibat Pangan .......................................................................... 5
2.1.4 Penjamah Makanan ................................................................................. 5
ix
2.1.5 Penyajian Makanan ................................................................................. 6
2.2 Mikrobiologi .................................................................................................. 6
2.2.1 Definisi.................................................................................................... 6
2.2.2 Bakteri ..................................................................................................... 7
2.3 Media Selektif Agar .................................................................................... 15
2.3.1 Mac Conkey Agar (MCA)..................................................................... 15
1.3.2 Salmonella Shigella Agar (SSA) .......................................................... 16
1.3.3 Mannitol Salt Agar (MSA) ................................................................... 17
1.3.4 Eosin Methylene Blue Agar (EMB) ...................................................... 18
2.4 Metode Pengujian Bakteri Pada Makanan .................................................. 18
2.4.1 Angka Lempeng Total (ALT) Atau Total Plate Count (TPC) ............. 18
2.4.2 Most Probable Number (MPN) ............................................................ 19
2.5 Integrated Moeslem Doctor and Bioethics .................................................. 20
2.6 Kerangka Teori ............................................................................................ 21
2.7 Kerangka Konsep ........................................................................................ 22
2.8 Definisi Operasional .................................................................................... 23
BAB III ................................................................................................................. 24
METODE PENELITIAN ...................................................................................... 24
3.1 Desain Penelitian ......................................................................................... 24
3.2 Waktu dan Tempat Penelitian ..................................................................... 24
3.3 Bahan yang Diuji ......................................................................................... 24
3.4 Alat Penelitian ............................................................................................. 24
3.5 Bahan Penelitian .......................................................................................... 25
3.6 Cara Kerja Penelitian ................................................................................... 25
3.6.1 Persiapan Alat dan Bahan ..................................................................... 25
3.6.2 Pengambilan Sampel............................................................................. 25
3.7 Pembuatan Homogenisasi dan Pengenceran Suspensi Sampel Makanan dan
Total Plate Count (TPC) ................................................................................... 25
3.8 Metode Most Probable Number (MPN) ...................................................... 26
3.8.1 Uji Praduga (Persumtive Test) .............................................................. 26
3.8.2 Uji konfirmasi (confirm test) ................................................................ 26
3.9 Pembiakan dalam Media Selektif ................................................................ 26
x
3.10 Pewarnaan Gram ....................................................................................... 27
3.11 Alur Penelitian ........................................................................................... 29
3.12 Manajemen Data ........................................................................................ 30
3.13 Analisis Data ............................................................................................. 30
BAB IV ................................................................................................................. 31
HASIL PENELITIAN ........................................................................................... 31
4.1 Hasil Jumlah Koloni Bakteri ....................................................................... 31
4.2 Hasil Jumlah Bakteri Koliform ................................................................... 31
4.2.1 Hasil Uji Praduga (Presumtive test)...................................................... 31
4.2.2 Hasil Uji Konfirmasi (Confirmed Test) ................................................ 33
4.3 Keberadaan Bakteri Patogen di Media Selektif (Media Agar) .................... 34
4.4 Pewarnaan Gram ......................................................................................... 37
4.5 Pembahasan ................................................................................................. 41
4.6 Keterbatasan penelitian ................................................................................... 46
BAB V ................................................................................................................... 47
SIMPULAN DAN SARAN .................................................................................. 47
5.1 Simpulan ...................................................................................................... 47
5.2 Saran ............................................................................................................ 48
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 49
Lampiran 1 ............................................................................................................ 54
Lampiran 2 ............................................................................................................ 55
Lampiran 3 ............................................................................................................ 56
xi
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1 STEC ruminants and contamination cycle ...................................... 12
Gambar 2 Salmonella spp infection pathogenesis ............................................ 14
Gambar 3 Colony morphology on Mac Conkey Agar ...................................... 15
Gambar 4 Result interpretation on Salmonella Shigella Agar ......................... 16
Gambar 5 Result interpretation on Mannitol Salt Agar ................................... 16
Gambar 6 A comparison image between a lactose fermenting and non-lactose
fermenting microorganisms ............................................................................... 17
Gambar 7 Kerangka teori ................................................................................. 20
Gambar 8 Kerangka konsep ............................................................................. 21
Gambar 9 Alur Uji Total Plate Count (TPC) ................................................... 24
Gambar 10 Gram staining procedure ............................................................... 27
Gambar 11 Alur penelitian ............................................................................... 28
Gambar 12 Contoh uji Presumtive test yang positif ......................................... 31
Gambar 13 Contoh uji Confirmed Test yang positif ........................................ 32
Gambar 14 Pertumbuhan bakteri Escherichia coli pada media EMB Agar ..... 34
Gambar 15 Pertumbuhan bakteri Salmonella spp pada media SS Agar........... 34
Gambar 16 Pertumbuhan bakteri Staphylococcus aureus pada media MS Agar .
............................................................................................................................ 35
Gambar 17 Pertumbuhan bakteri Escherichia coli pada media MC Agar ....... 36
Gambar 18 Pewarnaan Gram pada koloni bakteri di media EMB ................... 37
Gambar 19 Pewarnaan Gram pada koloni bakteri di media MCA ................... 37
Gambar 20 Pewarnaan Gram pada koloni bakteri di media SSA..................... 38
Gambar 21 Pewarnaan Gram pada koloni bakteri di media MSA ................... 38
xii
DAFTAR SINGKATAN
ALT = Angka Lempeng Total
APD = Alat Pelindung Diri
BGBLB = Brilliant Green Bile Lactose Broth
BHI = Brain Heart Infusion
BPOM = Badan Pengawasan Obat dan Makanan
DAEC = Diffusely Adherent E. coli
EAEC = Enteroaggregative E. coli
EHEC = Enterohemorrhagic E. coli
EIEC = Enteroinvasive E. coli
EMB = Eosin Methylen Blue Agar
EPEC = Enteropathogenic E. coli
ETEC = Enterotoxigenic E. coli
FAO = Food and Agriculture Organization of the United Nations
HUS = Haemolytic Uremia Syndrome
KLB = Kejadian Luar Biasa
MCA = Mc Conkey Agar
MPN = Most Probable Number
MSA = Mannitol Salt Agar
NA = Nutrient Agar
SSA = Salmonella Shigella Agar
STEC = Shiga Toxin E. coli
TPC = Total Plate Count
VTEC = Verotoxigenic E. Coli
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
Berdasarkan penelitian World Health Organization (WHO), setiap tahunnya
sekitar 1 dari 10 orang di dunia (600 juta orang) mengalami keracunan makanan.
Dari 600 juta orang tersebut, 420 ribu orang meninggal dunia setiap tahunnya.
Anak-anak di bawah usia 5 tahun menanggung 40 persen penyakit akibat
makanan, dengan jumlah kematian 125 ribu anak setiap tahun.1 Diare merupakan
penyakit yang paling umum diderita akibat konsumsi makanan yang
terkontaminasi, yang menyebabkan 550 juta orang jatuh sakit dan 230 ribu
kematian setiap tahun. Di negara berkembang seperti Indonesia, mortilitas dan
morbiditas penyakit diare masih tinggi. Pada tahun 2010 terjadi KLB diare di 33
kecamatan dengan jumlah penderita 4204 dengan kematian 73 orang. Berdasarkan
hasil RISKESDAS 2018 prevalensi diare di Indonesia pada tahun 2013 sebanyak
4,5% menjadi 6,8% pada tahun 2018.2
Siapapun dapat mengalami foodborne diseases atau keracunan makanan,
tetapi beberapa orang mempunya risiko tinggi, seperti wanita hamil, remaja,
dewasa, dan yang memiliki sistem imun lemah. Jika makanan yang dikonsumsi
terkontaminasi oleh mikroorganisme patogen dan sistem imun manusia sedang
terganggu maka tubuh bisa terjakit penyakit seperti tifoid, disentri, kolera, diare,
dan lainnya. Gejala-gejala yang biasa muncul seperti mual, muntah, diare, demam,
dan sakit perut.
Makanan yang dijual di restoran, kafetaria, ataupun kantin belum tentu
bebas dari mikroorganisme yang bersifat patogen. Makanan dapat terkontaminasi
oleh mikroorganisme yang bersifat patogen akibat sanitasi yang kurang pada
makanan, alat makan, dan lingkungan tempat makan tersebut. Di lingkungan
kantin ataupun kafetaria menjadi salah satu tempat yang paling banyak dikunjungi
terutama oleh mahasiswa karena harga dan lokasinya yang terjangkau. Salah
satunya kantin di Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta adalah
2
Cafe Cangkir. Di kantin tersebut tersedia berbagai jenis makanan, mulai dari
makanan yang mengandung makanan mentah sampai makanan yang hanya
disajikan saja (bukan buatan kantin). Makanan di Cafe Cangkir menjadi salah satu
pilihan terbanyak mahasiswa UIN Syarif Hidayatullah Jakarta karena rasanya
yang enak danjuga harganya terjangkau tanpa memikirkan makanan tersebut sehat
atau tidak. Jika dibandingkan dengan kantin lain yang berada di UIN Jakarta, di
Cafe Cangkir dapat dilihat dari segi kebersihan tempat masih kurang, makanan
yang dijual (gorengan) tidak ditutupi, penjamah makanan tidak menggunakan
sarung tangan, penutup kepala, masker, dan sepatu khusus. Hal tersebut menjadi
alasan peneliti untuk melakukan uji mikrobiologis terhadap makanan yang dijual
di Cafe Cangkir. Sebagai konsumen juga dapat mengurangi mikroorganisme
patogen yang masuk kedalam tubuh dengan mencuci tangan terlebih dahulu
sebelum makan, mencuci tangan yang baik dengan tujuh langkah. Mencuci tangan
dapat menggunakan air ataupun dengan antiseptik yang mengandung alkohol.
1.2 RUMUSAN MASALAH
Apakah jumlah cemaran mikroba pada makanan yang dijual di Cafe Cangkir
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta sesuai jumlah yang ditetapkan oleh BPOM?
1.3 HIPOTESIS
Jumlah cemaran mikroba pada makanan di Cafe Cangkir melebihi batas
maksimum yang telah ditetapkan oleh BPOM.
1.4 TUJUAN PENELITIAN
1.4.1 Tujuan Umum
Untuk Untuk mengetahui kelayakan konsumsi bahan makanan yang dijual
di Cafe Cangkir UIN Syarif Hidayatullah Jakarta berdasarkan jumlah cemaran
mikroba yang ditetapkan oleh BPOM RI.
1.4.2 Tujuan Khusus
1. Mengetahui jumlah koloni bakteri yang tumbuh pada sampel makanan
dan minuman dengan uji Angka Lempeng Total (ALT).
3
2. Mengetahui adanya bakteri koliform pada sampel makanan dan
minuman dengan cara uji most probable number (MPN).
3. Mengidentifikasi adanya koloni bakteri pada sampel makanan dan
minuman uji dengan pembiakkan pada media selektif, serta
mengonfirmasi dengan pewarnaan gram.
1.5 MANFAAT PENELITIAN
1.5.1 Untuk Penjamah kantin
Menjadi sumber informasi bagi khususnya penjamah makanan di Cafe
Cangkir UIN Syarif Hidayatullah Jakarta mengenai cemaran mikroba pada
makanan tersebut, diharapkan lebih menjaga dan memperhatikan alat makan yang
digunakan dan makanan yang dijual, baik dalam persiapan, pembersihan,
pengolahan, dan penyajian di Cafe tersebut.
1.5.2 Untuk Masyarakat
Menjadi sumber informasi bagi masyarakat khususnya civitas akademika
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta mengenai cemaran mikroba pada makanan
tersebut dengan menjaga higenitas diri dengan mencuci tangan sebelum makan,
terutama saat makan di Cafe Cangkir.
1.5.3 Untuk Institusi
1. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi data dasar untuk mengetahui
lebih lanjut mengenai mikroorganisme yang tumbuh pada makan tersebut.
2. Meningkatkan karya tulis ilmiah institusi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
1.5.4 Untuk Peneliti
1. Sebagai penambah ilmu dan pemahaman saya mengenai mikroorganisme
bakteri yang terdapat dalam makanan.
2. Menambah wawasan dan pengalaman saya dalam menganalisis
mikroorganisme bakteri yang terdapat pada makanan.
1.5.5 Untuk Dokter Muslim
Menjadi referensi untuk edukasi mengenai makanan yang sehat dan halal
yang dikaitkan dengan Al-Qur’an dan Hadist.
4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Landasan Teori
2.1.1 Pangan
Menurut UU RI No. 18 tahun 2012 tentang Pangan BAB I Pasal 1, Pangan
adalah segala sesuatu yang berasal dari sumber hayati produk pertanian,
perkebunan, kehutanan, perikanan, peternakan, perairan, dan air, baik yang diolah
maupun tidak diolah yang diperuntukkan sebagai makanan atau minuman bagi
konsumsi manusia, termasuk bahan tambahan pangan, bahan baku pangan, dan
bahan lainnya yang digunakan dalam proses penyiapan, pengolahan, dan/atau
pembuatan makanan atau minuman.3 Makanan merupakan kebutuhan utama bagi
kelangsungan hidup manusia. Makanan berfungsi untuk pertumbuhan,
perkembangan, membantu proses regenerasi jaringan tubuh yang rusak,
membantu proses pembentukkan energi yang dibutuhkan tubuh untuk melakukan
aktivitas sehari-hari, proses metabolisme tubuh, dan mengatur keseimbangan
cairan yang dibutuhkan oleh tubuh. Selain itu makanan juga berperan dalam
mekanisme sistem imun tubuh dari berbagai mikroorganisme yang bersifat
patogen.
2.1.2 Transmisi Mikroba Pangan
Bahan makanan selain sebagai sumber utama bagi tubuh manusia, juga
sebagai salah satu sumber adanya mikroorganisme, baik itu mikroorganisme
patogen maupun non patogen. Mikroorganisme non patogen tidak menyebabkan
penyakit bagi tubuh manusia, bahkan mikroorganisme non patogen ini
bermanfaat, salah satunya pada makanan. Mikroorganisme patogen sebagian besar
tidak menyebabkan penyakit pada manusia, jika sistem imun tubuh kita sedang
terganggu atau lemah, keadaan ini lebih rentan terhadap mikroorganisme patogen
yang menyebabkan tubuh kita terjangkit penyakit. Mikroba dapat mencemari
pangan melalui air, debu, udara, tanah, alat-alat pengolah (selama proses produksi
dan penyiapan) juga sekresi dari usus manusia atau hewan.3
5
2.1.3 Penyakit Akibat Pangan
Penyakit akibat pangan (foodborne diseases) yang terjadi segera setelah
mengonsumsi mengonsumsi pangan atau disebut keracunan. Bakteri dan jamur
memiliki kemampuan untuk tumbuh dalam makanan, serta berpotensi
menyebabkan pembusukkan makanan, tetapi tidak dengan virus. Umumnya
bakteri Escherichia coli, Salmonella sp, Campylobacter, Listeria menyebabkan
gangguan gastrointestinal (saluran cerna), seperti mual, muntah, diare atau
konstipasi, sakit kepala. sedangkan pada virus yaitu Norovirus menyebabkan
muntah, diare, kram perut, sakit kepala, demam hebat, dan Hepatitis A Virus
menyebabkan penyakit Hepatitis A dengan gejala yang sama seperti yang
disebabkan oleh Norovirus tetapi disertai mata dan kulit yang berwarna kuning.4
2.1.4 Penjamah Makanan
Penjamah makanan adalah orang yang secara langsung mengelola
makanan, sedangkan definisi pengelola makanan adalah rangkaian kegiatan yang
meliputi penerimaan bahan mentah atau makanan terolah, pembuatan,
pengubahan bentuk, pengemasan, pewadahan, pengangkutan dan penyajian.5
Berdasarkan keputusan menteri kesehatan RI nomor 942/MENKES/SK/VII/2003
BAB II Pasal 2 tentang penjamah makanan, yaitu penjamah makanan jajanan
dalam melakukan kegiatan pelayanan penanganan makanan jajanan harus
memenuhi persyaratan antara lain:
1. Tidak menderita penyakit mudah menular misal: batuk, pilek, influenza, diare,
penyakit perut sejenisnya.
2. Menutup luka (pada luka terbuka/ bisul atau luka lainnya).
3. Menjaga kebersihan tangan, rambut, kuku, dan pakaian.
4. Memakai celemek dan tutup kepala.
5. Mencuci tangan setiap kali hendak menangani makanan.
6. Menjamah makanan harus memakai alat/ perlengkapan, atau dengan alas
tangan.
7. Tidak sambil merokok, menggaruk anggota badan (telinga, hidung, mulut atau
bagian lainnya).
8. Tidak batuk atau bersin di hadapan makanan jajanan yang disajikan dan atau
tanpa menutup mulut atau hidung.6
6
2.1.5 Penyajian Makanan
Penyajian makanan yang tepat yaitu pelaksanaan penyajian makanan harus
tepat sesuai dengan seharusnya yaitu tepat menu, tepat waktu, tepat tata hidang
dan tepat volume (sesuai jumlah). Berikut adalah prinsip penyajian makanan:
1. Wadah yaitu setiap jenis makanan di tempatkan dalam wadah terpisah, tertutup
agar tidak terjadi kontaminasi silang dan dapat memperpanjang masa saji
makanan sesuai dengan tingkat kerawanan makanan.
2. Kadar air yaitu makanan yang mengandung kadar air tinggi (makanan berkuah)
baru dicampur pada saat menjelang dihidangkan untuk mencegah makanan cepat
rusak dan basi.
3. Pemisah yaitu makanan yang ditempatkan dalam wadah yang sama seperti dus
atau rantang harus dipisah dari setiap jenis makanan agar tidak saling campur
aduk.
4. Panas yaitu makanan yang harus disajikan panas diusahakan tetap dalam
keadaan panas dengan memperhatikan suhu makanan, sebelum ditempatkan
dalam alat saji panas (food warmer/bean merry) makanan harus berada pada suhu
> 600C.
5. Bersih yaitu semua peralatan yang digunakan harus higienis, utuh, tidak cacat
atau rusak.
6. Handling yaitu setiap penanganan makanan maupun alat makan tidak kontak
langsung dengan anggota tubuh terutama tangan dan bibir.
7. Edible part yaitu semua yang disajikan adalah makanan yang dapat dimakan,
bahan yang tidak dapat dimakan harus disingkirkan.5
2.2 Mikrobiologi
2.2.1 Definisi
Mikrobiologi adalah ilmu tentang semua makhluk hidup yang sangat kecil
untuk bisa dilihat dengan mata telanjang, termasuk bakteri, virus, archaea, jamur,
protozoa, dan alga, yang secara selektif dikenal sebagai mikroba atau
mikroorganisme. Mikroorganisme ini berperan penting dalam siklus hara,
biodegradasi, perubahan iklim, pembusukkan makanan, penyebab dan
pengendalian penyakit dan bioteknologi.7
7
2.2.2 Bakteri
Tabel 1 Laporan Bakteri Penyebab Keracunan Makanan8
Etiologic Agent Incubation
Period
Clinical
Syndrome
Confirmation
Bacillus cereus –
Vomiting toxin
1-6 hrs Vomiting; some
patients with
diarrhea; fever
uncommon
Isolation of organism
from stool of two or
more ill persons and
not from stool of
control patients
OR
Isolation of 105
organisms/g from
epidemiologically
implicated food,
provided specimen is
properly handled
Bacillus cereus –
Diarrheal toxin
6-24 hrs Diarrhea,
abdominal
cramps, and
vomiting in some
patients; fever
uncommon
Isolation of organism
from stool of two or
more ill persons and
not from stool of
control patients
OR
Isolation of 105
organisms/g from
epidemiologically
implicated food,
provided specimen is
properly handled
Brucella Several
days to
several
mos;
usually >30
days
Weakness, fever,
headache,
sweats, chills,
arthralgia,
weight loss,
splenomegaly
Two or more ill persons
and isolation of
organism in culture of
blood or bone marrow;
greater than fourfold
increase in standard
agglutination titer
(SAT) over several wks,
or single SAT 1:160 in
person who has
compatible clinical
symptoms and history
of exposure
Campylobacter
jejuni/coli
2-10 days;
usually 2-5
Diarrhea (often
bloody),
Isolation of organism
from clinical specimens
8
days abdominal pain,
fever
from two or more ill
persons
OR
Isolation of organism
from epidemiologically
implicated food
Clostridium
botulinum
2 hrs-8
days;
usually 12-
48 hrs
Illness of
variable severity;
common
symptoms are
diplopia, blurred
vision, and
bulbar weakness;
paralysis, which
is usually
descending and
bilateral, might
progress rapidly
Detection of botulinum
toxin in serum, stool,
gastric contents, or
implicated food
OR
Isolation of organism
from stool or intestine
Clostridium
perfringens
6-24 hrs Diarrhea,
abdominal
cramps; vomiting
and fever
uncommon
Isolation of 106
organisms/g from stool
of two or more ill
persons, provided
specimen is properly
handled.
OR
Demonstration of
enterotoxin in the stool
of two or more ill
persons
OR
Isolation of 105
organisms/g from
epidemiologically
implicated food,
provided specimen is
properly handled
Escherichia coli –
Enterohemorrhagic
(E. coli O157:H7
and others)
1-10 days;
usually 3-4
days
Diarrhea (often
bloody),
abdominal
cramps (often
severe), little or
no fever
Isolation of E. coli
O157:H7 or other
Shiga-like toxin-
producing E. coli from
clinical specimen from
9
two or more ill persons
OR
Isolation of E. coli
O157:H7 or other
Shiga-like toxin-
producing E. coli from
epidemiologically
implicated food
Escherichia coli –
Enterotoxigenic
(ETEC)
6-48 hrs Diarrhea,
abdominal
cramps, nausea;
vomiting and
fever less
common
Isolation of organism of
same serotype,
demonstrated to
produce heat-stable
(ST) and/or heat-labile
(LT) enterotoxin, from
stool of two or more ill
persons
Escherichia coli –
Enteropathogenic
(EPEC)
Variable Diarrhea, fever,
abdominal
cramps
Isolation of organism of
same enteropathogenic
serotype from stool of
two or more ill persons
Escherichia coli –
Enteroinvasive
(EIEC)
Variable Diarrhea (might
be bloody), fever,
abdominal
cramps
Isolation of same
enteroinvasive serotype
from stool of two or
more ill persons
Listeria
monocytogenes –
Invasive disease
2-6 wks Meningitis,
neonatal sepsis,
fever
Isolation of organism
from normally sterile
site
Listeria
monocytogenes –
Diarrheal disease
Unknown Diarrhea,
abdominal
cramps, fever
Isolation of organism of
same serotype from
stool of two or more ill
persons exposed to food
that is
epidemiologically
implicated or from
which organism of
same serotype has been
isolated
Nontyphoidal
Salmonella
6 hrs-10
days;
usually 6-
48 hrs
Diarrhea, often
with fever and
abdominal
cramps
Isolation of organism of
same serotype from
clinical specimens from
two or more ill persons
OR
Isolation of organism
from epidemiologically
10
implicated food
Salmonella Typhi 3-60 days;
usually 7-
14 days
Fever, anorexia,
malaise,
headache, and
myalgia;
sometimes
diarrhea or
constipation
Isolation of organism
from clinical specimens
from two or more ill
persons
OR
Isolation of organism
from epidemiologically
implicated food
Shigella spp. 12 hrs-6
days;
usually 2-4
days
Diarrhea
(sometimes
bloody), often
accompanied by
fever and
abdominal
cramps
Isolation of organism of
same species or
serotype from clinical
specimens from two or
more ill persons
OR
Isolation of organism
from epidemiologically
implicated food
Staphylococcus
aureus
30 min-8
hrs; usually
2-4 hrs
Vomiting,
diarrhea
Isolation of organism of
same phage type from
stool or vomitus of two
or more ill persons
OR
Detection of
enterotoxin in
epidemiologically
implicated food
OR
Isolation of 105
organisms/g from
epidemiologically
implicated food,
provided specimen is
properly handled
Streptococcus, group
A
1-4 days Fever,
pharyngitis,
scarlet fever,
upper respiratory
infection
Isolation of organism of
same M- or T-type from
throats of two or more
ill persons
11
OR
Isolation of organism of
same M- or T-type from
epidemiologically
implicated food
Vibrio cholerae – O1
or O139
1-5 days Watery diarrhea,
often
accompanied by
vomiting
Isolation of toxigenic
organism from stool or
vomitus of two or more
ill persons
OR
Significant rise in
vibriocidal, bacterial-
agglutinating, or
antitoxin antibodies in
acute- and early
convalescent-phase
sera among persons not
recently immunized
OR
Isolation of toxigenic
organism from
epidemiologically
implicated food
Vibrio cholerae –
non-O1 and non-
O139
1-5 days Watery diarrhea Isolation of organism of
same serotype from
stool of two or more ill
persons
Vibrio
parahaemolyticus
4-30 hrs Diarrhea Isolation of Kanagawa-
positive organism from
stool of two or more ill
persons
OR
Isolation of 105
Kanagawa-positive
organisms/g from
epidemiologically
implicated food,
provided specimen is
properly handled
12
Yersinia
enterocolitica
1-10 days;
usually 4-6
days
Diarrhea,
abdominal pain
(often severe)
Isolation of organism
from clinical specimen
from two or more ill
persons
OR
Isolation of pathogenic
strain of organism from
epidemiologically
implicated food
1. Escherichia coli
Escherichia coli merupakan bakteri enterik gram negatif, berukuran 2-3
dan berbentuk batang panjang bersifat anaerobic yang hidup di saluran
pencernaan manusia dan juga hewan. Namun beberapa E. coli bersifat patogen
yang dapat menyebabkan penyakit.9 Strain E. coli yang bersifat patogen
dikategorikan menjadi pathotypes, ada enam yaitu Shiga Toxin E. coli (STEC)
atau Enterohemorrhagic E. coli (EHEC) atau Verotoxigenic E. coli (VTEC)
penyebab diare karena makanan dan Haemolytic Uremia Syndrome (HUS),
Enterotoxigenic E. coli (ETEC), Enteropathogenic E. coli (EPEC),
Enteroaggregative E. coli (EAEC), Enteroinvasive E. coli (EIEC), dan Diffusely
Adherent E. coli (DAEC) kelima jenis ini menyebabkan diare. EPEC menjadi
penyebab utama diare akut dan kronis pada bayi, dan ETEC menjadi penyebab
utama diare pada bayi dan traveler. 10
FAO dan WHO (2018) melaporkan, strain E. coli O157:H7 (STEC)
merupakan penyebab diare karena makanan dengan gambaran klinis 80% diare
ringan tanpa darah, selanjutnya diare berdarah dan HUS yang dapat menyebabkan
gagal ginjal akut.11
Gejala infeksi STEC berupa kram perut, diare tanpa darah
sampai berdarah, demam kurang dari 38,5oC, dengan masa inkubasi biasanya 3-4
hari setelah terpapar. Pada beberapa orang akan membaik dalam 5 sampai 7 hari,
tetapi dapat menjadi serius bahkan mengancam jiwa.8 FAO dan WHO (2018) juga
melaporkan dalam penelitiannya di Amerika, kontaminasi STEC paling banyak
pada daging merah sekitar 18,29%, sayur dan buah mentah 15,66%, dan produk
susu 5,54%.9 Memasak daging merah dengan suhu minimal 70
oC, menghindari
13
produk susu mentah, susu yang tidak dipasteurisasi, mencuci tangan dan alat-alat
masak dengan sabun dapat mencegah infeksi STEC.9
Gambar 1 STEC Ruminants and contamination cycle12
2. Staphylococcus aureus
Staphylococcus aureus adalah bakteri gram positif, bersifat fakultatif
anaerob, non motil, dan berbentuk bulat atau coccus.13
Bakteri ini terdapat pada
25% orang sehat dan yang memiliki infeksi pada kulit, mata, hidung, atau
tenggorokkan. Penjamah makanan yang memiliki infeksi Staphylococcus aureus
atau tidak mencuci tangan mereka saat memproses ataupun menyajikkan makanan
dapat mencemari makanan tersebut. Bakteri ini dapat berkembangbiak dalam
makanan dan menghasilkan toksin yang menyebabkan orang sakit. Bakteri ini
dapat mati saat dimasak namun toksin yang dihasilkan tidak dapat dihancurkan.
Dalam penelitian yang dilakukan oleh Argudin, dkk14
makanan yang sering
dicurigai menyebabkan keracunan akibat Staphylococcus ialah produk daging
merah, unggas, telur, produk susu, susu, salad, dan produk roti (khususnya yang
diisi krim). Makanan tersebut adalah makanan yang tidak langsung dimasak
setelah penanganan.
14
Gejala keracunan S. aureus berkisar antara 30 menit sampai 8 jam setelah
mengonsumsi makanan yang mengandung racun. Mual, muntah, kram perut, dan
diare merupakan gejala yang umum, pemulihannya memakan waktu kurang lebih
1 hari, dan masa inkubasi 1 sampai 6 jam. Jika memiliki infeksi hidung, mata, dan
luka terbuka pada kulit tangan jangan menyiapkan makanan atau menggunakan
sarung tangan untuk mencegah kontaminasi bakteri tersebut. Jika makanan sudah
lebih dari 2 jam setelah dimasak makan jaga agar suhu tetap panas sekitar 40oC,
dan jika makanan disimpan di kulkas, simpan dalam suhu dingin (≤4oC).
15
3. Salmonella spp
Salmonella spp adalah bakteri berbentuk batang fakultatif gram negatif,
keluarga Enterobactericeae, dikenal sebagai bakteri enterik. Bakteri ini memiliki 3
jenis antigen utama yaitu somatik (O), permukaan (Vi), dan flagellar (H).16
Pada
tahun 2013, Europa Food Safety Authority (EFSA) melaporkan serovars yang
paling sering dikaitkan dengan penyakit pada manusia adalah S. Enteriditis
(39,5%), S. typhimurium (20,2%), dan monophasic S. typhimurium (8,6%).
Penularan Salmonella ke host biasanya terjadi melalui konsumsi makanan yang
terkontaminasi, sumber makanan yang paling umum termasuk daging sapi,
unggas, telur, buah dan sayuran mentah, dan bahan makanan olahan seperti nugget
ayam. Jika terinfeksi Salmonella gejala yang ditimbulkan berupa diare, demam
>39oC, feses berdarah, muntah, dan tanda-tanda dehidrasi (BAK sedikit, mulut
kering, pusing, dan pucat). Gejala infeksi biasanya muncul 6-48 jam setelah
mengonsumsi makanan yang terkontaminasi.
Setelah Salmonella tertelan, bakteri ini akan menyerang, meniru, dan
bertahan di dalam sel inang manusia, lalu bakteri ini menyuntikkan protein efektor
lainnya ke dalam vakuola menyebabkan perubahan struktur kompartemen.
Vakuola yang telah direnovasi mengubah fusi lisosom menyebabkan
kelangsungan hidup intrasel dan replikasi bakteri di dalam sel inang. Kemampuan
bakteri bertahan dalam makrofag menyebabkan mereka dibawa ke dalam sistem
retikuloendotelial (RES).17
Bila bakteri masuk ke saluran pencernaan melalui air
atau makanan mereka akan cenderung menembus sel epitel usus, kemudian
masuk ke hati dan akan beredar di darah. Mencuci tangan dengan air hangat, dan
15
sabun selama 20 detik setelah memegang telur, daging, unggas, buah dan sayur.
Menjaga kebersihan peralatan dapur, memasak daging merah dan ikan dengan
suhu 63oC, telur (71
oC), dan unggas (74
oC), jika ingin menyimpah di kulkas
simpan dalam suhu 4 oC.
18
Gambar 2 Salmonella spp infection pathogenesis
17
2.3 Media Selektif Agar
2.3.1 Mac Conkey Agar (MCA)
Mac Conkey Agar adalah media selektif dan diferensial yang digunakan
untuk membedakan keluarga bakteri Enterobactericeae yang memfermentasi
laktosa. Adanya zat warna kristal violet dan garam empedu (bile salts) dalam agar
akan menghambat pertumbuhan bakteri gram positif. Pewarna neutral red
digunakan sebagai indicator pH pada medium ini. Pada kondisi asam akan terlihat
warna merah, dan pada kondisi basa akan terlihat colorless. Organisme yang
mampu memfermentasi laktosa menyebabkan pH asam pada medium ini dan
memberikan gambaran koloni pink. Organisme yang tidak memfermentasi laktosa
menyebabkan koloni tidak berwarna.19
16
Gambar 3 Colony morphology on Mac Conkey Agar
20
1.3.2 Salmonella Shigella Agar (SSA)
Salmonella Shigella Agar (SSA) adalah media selektif dan diferensial
yang digunakan untuk mengisolasi Salmonella spp dan beberapa strain Shigella
spp dari specimen patologis. Media agar ini cukup selektif menghambat bakteri
gram positif, karena mengandung bile salts, brilliant green, dan sodium citrate.
Sodium tiosulfat direduksi oleh spesies organisme enteric tertentu menjadi sulfit
dan gas H2S, proses reduksi ini disebabkan oleh enzim reduktase tiosulfat.
Produksi H2S terdeteksi sebagai endapan hitam yang tidak dapat larut dari besi
sulfida, terbentuk karena reaksi H2S dengan ion besi (ferric citrate) ditunjukkan
dengan koloni dengan black center. Organisme yang tidak memfermentasi laktosa
koloninya tidak berwarna. Salmonella spp pada media SSA, koloninya tidak
berwarna dengan black center, sedangkan Shigella spp koloninya tidak bewarna
tanpa black center, karena tidak menghasilkan H2S.21
17
Gambar 4 Result interpretation on Salmonella Shigella Agar22
1.3.3 Mannitol Salt Agar (MSA)
Mannitol Salt Agar (MSA) merupakan media selektif dan diferensial yang
mengandung konsentrasi tinggi garam (7,5%), mannitol, dan indikator pH.
Konsentrasi garam yang tinggi khusus untuk bakteri gram positif yaitu genus
Staphylococcus dan organisme yang bisa mentoleransi level garam yang tinggi.
Organisme yang memfermentasi mannitol menyebabkan indikator pH berubah
dari merah menjadi kuning.19
Gambar 5 Result interpretation on Mannitol Salt Agar23
18
1.3.4 Eosin Methylene Blue Agar (EMB)
Eosin Methylene Blue Agar (EMB) adalah media kultur selektif dan
diferensial karena mengandung komponen laktosa, sukrosa, pewarna eosin Y dan
metilen blue. Eosin Y dan metilen blue akan menghambat bakteri gram positif.
Mikroorganisme yang merupakan bakteri gram negatif akan memfermentasi
laktosa akan menghasilkan koloni ungu tua. Beberapa mikroorganisme yang
memfermentasi laktosa menghasilkan koloni yang gelap, ditandai dengan warna
hijau kilat logam. Kebanyakkan koloni E.coli berwarna kilat hijau,
mikroorganisme yang tidak memfermentasi laktosa ditandai dengan ungu terang,
kadang tidak berwarna.24
Gambar 6 EMB agar inoculated with Escherichia coli (a gram-negatif
bacterium) demonstrating growth with green-metallic sheen colonies25
2.4 Metode Pengujian Bakteri Pada Makanan
2.4.1 Angka Lempeng Total (ALT) Atau Total Plate Count (TPC)
Angka Lempeng Total (ALT) menunjukkan jumlah mikroba dalam suatu
produk. Di beberapa negara dinyatakan sebagai Aerobic Plate Count (APC) atau
Standard Plate Count (SPC) atau Aerobic Microbial Count (AMC). Angka
Lempeng Total (ALT) disebut juga Total Plate Count (TPC) adalah jumlah
mikroba aerob mesofilik per gram atau per mililiter contoh yang ditentukan
melalui metode standar.26
19
ALT secara umum tidak terkait dengan bahaya keamanan pangan namun
kadang bermanfaat untuk menunjukkan kualitas, masa simpan/waktu paruh,
kontaminasi dan status higienis pada saat proses produksi. ALT untuk produk
pangan dalam kaleng dinyatakan dalam ALT aerob dan ALT anaerob. ALT
anaerob dimaksudkan untuk menunjukkan kontaminasi pasca proses
pengalengan.26
Tabel 2 Parameter mikrobiologi hasil ketetapan BPOM No 16 tahun 2016
Jenis makanan Jenis Cemaran
Mikroba
Batas Maksimum
Pangan olahan lainnya
ALT (30o 72 jam) 1x 10
4 koloni/g atau ml
APM koliform <3/g atau /ml
Salmonella sp Negatif/25g atau
Negatif/25ml
Staphylococcus aureus Negatif/25g atau
Negatif/25ml
2.4.2 Most Probable Number (MPN)
Most Probable Number (MPN) merupakan metode pengujian bakteri pada
makanan menggunakan media cair dengan tiga replikasi dan hasil berupa
kekeruhan atau perubahan warna dan atau pembentukkan gas yang juga dapat
diamati secara visual dan interpretasi hasil dengan menunjukkan kepada tabel
MPN. Metode MPN biasanya dilakukan untuk menghitung jumlah mikroba di
dalam contoh yang berbentuk cair.27
Perhitungan didasarkan pada tabung yang positif, yaitu tabung menunjukkan
pertumbuhan mikroba setelah inkubasi pada suhu dan waktu tertentu dan dapat
diketahui dari gelembung gas yang dihasilkan pada tabung durham. Nilai MPN
ditentukan dengan kombinasi jumlah tabung positif (asam dan gas) tiap serinya
setelah diinkubasi.28
20
2.5 Integrated Moeslem Doctor and Bioethics
Berdasarkan penjelasan diatas mengenai perjalanan bakteri masuk ke
tubuh manusia melalui makanan yang terkontaminasi dan dapat menyebabkan
penyakit saat sistem imun tubuh manusia sedang turun. Hal tersebut dapat terjadi
karena higinitas penjamah makanan, proses pengolahan sampai penyajian makan,
sanitasi lingkungan, dan higinitas diri sebagai konsumen. Dalam islam menjaga
kebersihan sangatlah penting, sabagai panutan kita ialah nabi Muhammad SAW
sangat menyukai kebersihan.
Disebutkan dalam hadits, nabi berkata: “Sempurnakanlah wudhu-mu, dan
sela-sela antara jari-jemarimu, dan bersungguh-sungguhlah dalam memasukkan
air ke dalam hidung, kecuali kamu berpuasa.” (HR. Tirmidzi)
Dalam hadist tersebut, nabi Muhammad menyuruh untuk membersihkan sela-sela
jari tangan dan para ulama terdahulu juga mencontohkan mencuci tangan dengan
sabun sebelum makan. Kebiasaan tersebut dapat membantu mengurangi jumlah
bakteri yang masuk ke dalam tubuh kita melalui mulut.
Selain itu agama islam adalah agama yang bersih (suci), maka kita sebagai
umat muslim wajib menjaga kebersihan terutama kebersihan diri sendiri. Seperti
dalam hadits yang diriwayatkan oleh Baihaqi:
Artinya: Islam itu agama yang bersih (suci), maka jadilah kalian orang yang
bersih. Sesungguhnya tidak akan masuk surga kecuali orang-orang yang bersih
(HR. Baihaqi)
21
2.6 Kerangka Teori
Pangan
Transmisi
mikroba pangan
Penyakit akibat
pangan
Penjamah
makanan
Penyajian
makanan
Mikro
Bakteri
Escherichia
coli
Staphylococcus
aureus
Salmonella
spp
Media
selektif agar
MCA SSA EMB MSA
Kuantitatif Kualitatif
TPC MPN
Pewarnaan
gram
Berkualitas Hygiene
Pengolahan
makanan
Sanitasi
kantin
Gambar 7 Kerangka teori
22
2.7 Kerangka Konsep
= Variabel bebas
= Variabel terikat
Gambar 8 Kerangka konsep
Sanitasi
kantin
Presumptive test
Confirmed test
Total Plate
Count
Bakteri koliform
Ditanam pada media
selektif: MCA, SSA,
MSA dan EMB
Kebersihan
alat makan
Pewarnaan
gram
Hitung jumlah
koloni bakteri
yang tumbuh
Pengolahan
bahan
makanan
Penyajian
makanan
Escherichia
coli
Salmonella
spp
Staphylococcus
aureus
Layak dikonsumsi
atau tidak
Penjamah
makanan tidak
menggunakan
APD
Kelayakan makanan
Kuantitatif Kualitatif
Morfologi
Makanan kantin
23
2.8 Definisi Operasional
Tabel 3 Definisi Operasional
Variabel Definisi Cara pengukuran Alat
ukur
Hasil ukur
Jumlah
bakteri
Banyaknya
bakteri yang
tumbuh pada
plate NA
Pengenceran
sampel makanan
dari 10-1
–10-10
, lalu
teteskan 1ml ke
plate dan
tambahkan NA,
inkubasi 24 jam
Spidol,
plate
steril
Jumlah rata-rata
koloni pada
semua plate,
jumlah
maksimum 1x10-4
koloni/gam
Bakteri
koliform
Bakteri yang
hidup di
dalam
saluran
pencernaan
manusia
Menggunakan BHI
dan BGLB, lihat
kekeruhan dan
gelembung dalam
tabung durham
Tabung
durham
Tabel MPN (+)
bila >3
koloni/100ml
(-) bila < 3
koloni/100ml
Bakteri
spesifik
Bakteri yang
tumbuh
sesuai
dengan
sifatnya pada
media
selektif agar
Mc Conkey Agar
(MCA), Salmonella
Shigella Agar
(SSA), Mannitol
Salt Agar (MSA),
dan Eosin
Methylene Blue
Agar (EMB)
Plate Adanya koloni
bakteri yang
tumbuh atau tidak
Morfologi
bakteri
Bentuk dari
bakteri yang
tumbuh
Pewarnaan gram
pada koloni yang
tumbuh
Mikros-
kop
Gram positif atau
gram negatif
24
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Desain Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian observasional laboratorik dengan
menggunakan teknik standar pemeriksaan mikrobiologi makanan menggunakan
metode kuantitatif yaitu Total Plate Count (TPC) dan Most Probable Number
(MPN) untuk mengetahui kelayakan pada bahan makanan uji di Cafe Cangkir
berdasarkan jumlah cemaran mikroba yang ditetapkan oleh BPOM RI. Metode
kualitatif dengan melakukan pembiakkan pada empat jenis media agar (Mac
Conkey, Salmonella Shigella, Mannitol Salt, dan Eosin Methylene Blue) dan
mengonfirmasi jenis bakteri dengan pewarnaan gram.
3.2 Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian ini dilakukan pada bulan Maret sampai Mei 2019, tempat
pengambilan sampel bahan makanan uji di Cafe Cangkir dan penelitian dilakukan
di Laboratorium Mikrobiologi Fakultas Kedokteran UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta.
3.3 Bahan yang Diuji
Pemilihan makanan dan minuman bahan uji dengan cara memilih lima jenis
makanan yaitu, makanan berkuah, makanan yang dimasak setengah matang,
minuman yang mengandung bahan mentah, makanan yang mengandung bahan
mentah, dan makanan yang hanya disajikan saja oleh kantin. Makanan dan
minuman tersebut yaitu soto mie betawi, tongseng ayam, jus naga, sate ayam dan
risol sayur yang dijual pada Cafe Cangkir dan bahan makanan uji diambil
sebanyak 25 gram yang nantinya akan dihaluskan.
3.4 Alat Penelitian
Plate steril, 10 tabung Brain Heart Infusion (BHI), 9 tabung BHI (10-1
, 10-2
dan 10-3
) masing-masing 3 tabung yang telah dilengkapi tabung durham, 9 tabung
BGLB (Brilliant Green Bile Lactose Broth) telah dilengkapi tabung durham berisi
10 mL, 1 ml dan 0.1 ml masing-masing 3 tabung, Api Bunsen, Rak penyusun
tabung, Inkubator, Mortar atau Blender, Mikropipet, Pipet tips, Ose, Colony
Counter dan Timbangan elektrik.
25
3.5 Bahan Penelitian
Nutrient Agar kurang lebih 200 mL, Brain Heart Infusion (BHI), BGLB
(Brilliant Green Bile Lactose Broth), Mannitol salt Agar (MSA), Salmonella
Shigella agar (SSA), Mac Conkey Agar (MCA), Eosin Methylene Blue Agar
(EMB), dan akuades steril.
3.6 Cara Kerja Penelitian
3.6.1 Persiapan Alat dan Bahan
Alat yang digunakan dicuci bersih lalu dikeringkan dan dibungkus dengan
alumunium foil lalu disterilkan menggunakan autoclave selama kurang lebih 2
jam dengan tekanan sebesar 1,5 atm dan suhu sebesar 121o C.
3.6.2 Pengambilan Sampel
Mengambil sampel dengan pinset steril lalu dimasukkan ke dalam plastik
steril, setelah itu dibawa ke Laboratorium Mikrobiologi untuk diidentifikasi.
3.7 Pembuatan Homogenisasi dan Pengenceran Suspensi Sampel Makanan
dan Total Plate Count (TPC)
Gambar 9 Alur Uji Total Plate Count (TPC)
Dimodifikasi dari Fajrina, Nur29
T
P
C
26
3.8 Metode Most Probable Number (MPN)
3.8.1 Uji Praduga (Persumtive Test)
Sampel suspensi makanan ditambahkan ke masing-masing tabung berisi
BHI sebanyak 10 cc ke masing-masing tabung baik dari kelompok 10 ml, 1 ml
dan 0.1 ml sebanyak 9 tabung masing-masing 3 tabung dengan tabung durham.
Kemudian inkubasi dalam 37°C selama 2 x 24 jam, jika terdapat gas lebih dari
setengah tabung durham atau terjadi kekeruhan, maka uji dilanjutkan ke tahap
confirmed test.
3.8.2 Uji konfirmasi (confirm test)
Setelah 2 x 24 jam, melihat hasil pada tabung durham. Bila didapatkan
pertumbuhan pada tabung yang positif, dilanjutkan dengan menumbuhkan tabung
positif ke media cair BGLB (Briliant Green Bile Lactose Broth). Media cair ini
juga dilengkapi dengan tabung durham. Setelah itu menginkubasi tabung-tabung
yang sudah diisi suspensi bakteri yang positif pada suhu 37°C. Melihat kembali
setelah 2 x 24 jam bila ada gas pada tabung Durham. Jumlah tabel yang
menghasilkan gas lebih dari setengah tabung durham lalu dicocokkan dengan
tabel MPN.
3.9 Pembiakan dalam Media Selektif
Suspensi makanan yang sudah dihomogenisasikan ditanam ke dalam media
SSA, MSA, Mc Conkey Agar, dan EMB Agar dengan penapisan Koch
menggunakan ose. Kemudian melakukan inkubasi pada inkubator suhu 37oC
selama 18-24 jam. Setelah diinkubasi melakukan identifikasi koloni yang muncul
dalam 24 jam.
Pada Uji penanaman di media selektif ini, media yang digunakan yaitu
media Mannitol Salt Agar (MSA), Mc Conkey Agar (MCA), Salmonella Shigella
Agar (SSA) dan Eosin Methylen Blue Agar (EMB). Mannitol Salt Agar (MSA)
adalah media selektif dan diferensial yang mengandung konsentrasi tinggi garam
(7,5%), mannitol, dan indikator pH. Konsentrasi garam yang tinggi khusus untuk
bakteri gram positif yaitu genus Staphylococcus dan organisme yang bisa
mentoleransi level garam yang tinggi.19
Mc Conkey Agar (MCA) merupakan media selektif dan diferensial yang
digunakan untuk membedakan keluarga bakteri Enterobactericeae yang
27
memfermentasi laktosa. Adanya zat warna kristal violet dan garam empedu (bile
salts) dalam agar akan menghambat pertumbuhan bakteri gram positif. Pewarna
neutral red digunakan sebagai indikator pH pada medium ini. Pada kondisi asam
akan terlihat warna merah, dan pada kondisi basa akan terlihat colorless.
Organisme yang mampu memfermentasi laktosa menyebabkan pH asam pada
medium ini dan memberikan gambaran koloni pink.19
Eosin Methylene Blue Agar (EMB) adalah media kultur selektif dan
diferensial karena mengandung komponen laktosa, sukrosa, pewarna eosin Y dan
metilen blue. Eosin Y dan metilen blue akan menghambat bakteri gram positif.
Mikroorganisme yang merupakan bakteri gram negatif akan memfermentasi
laktosa akan menghasilkan koloni ungu tua. Kebanyakkan koloni E.coli berwarna
kilat hijau, mikroorganisme yang tidak memfermentasi laktosa ditandai dengan
ungu terang, kadang tidak berwarna.10
Salmonella Shigella Agar (SSA) adalah media selektif dan diferensial yang
digunakan untuk mengisolasi Salmonella spp dan beberapa strain Shigella spp
dari specimen patologis. Sodium tiosulfat direduksi oleh spesies organisme enteric
tertentu menjadi sulfit dan gas H2S, proses reduksi ini disebabkan oleh enzim
reduktase tiosulfat. Produksi H2S terdeteksi sebagai endapan hitam yang tidak
dapat larut dari besi sulfida, terbentuk karena reaksi H2S dengan ion besi (ferric
citrate) ditunjukkan dengan koloni dengan black center. Organisme yang tidak
memfermentasi laktosa koloninya tidak berwarna. Salmonella spp pada media
SSA, koloninya tidak berwarna dengan black center, sedangkan Shigella spp
koloninya tidak bewarna tanpa black center, karena tidak menghasilkan H2S.10
3.10 Pewarnaan Gram
Mengambil sekitar 1 tetes cairan NaCl, lalu dioleskan pada preparat.
Kemudian ambil 1 ose bakteri pada media agar, oleskan pada preparat. Setelah itu
difiksasi diatas Bunsen dengan 5-10x melewati api. Preparat yang telah siap, lalu
digenangi dengan cat Gentian Violet selama 3 menit. Kemudian cat dibuang lalu
preparat dicuci dengan air mengalir. Setelah itu preparat digenangi dengan cat
Iodine selama 1-2 menit. Lalu preparat ditetesi dengan alcohol sampai cat luntur
atau ditunggu 15-30 detik. Setelah itu preparat dicuci dengan air mengalir.
28
Selanjutnya preparat digenangi dengan cat Safranin selama 3 menit. Sisa Cat
dibuang lalu preparat dicuci dengan air mengalir, kemudian dikeringkan.
Kemudian amati preparat di bawah mikroskop.
Gambar 10 Gram staining procedure
Dimodifikasi dari Taufieq, et all30
Preparat difiksasi
Kristal violet
Iodine
Alkohol
Safranin
29
3.11 Alur Penelitian
Metode Most
Probable Number
(MPN)
Metode Total
Plate Count
(TPC)
Pembiakkan
di media
selektif
Perhitungan dan
identifikasi mikroba
pada sampel
Pengambilan sampel makanan di Café
Cangkir UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta
Persiapan alat dan bahan,
serta sterilisasi alat
Homogenisasi dan pengenceran
suspensi sampel makanan
Uji mikrobiologi dengan
metode kuantitatif
Gambar 11 Alur penelitian
Uji mikrobiologi dengan
metode kualitatif
Analisis
30
3.12 Manajemen Data
Pada penelitian ini, data yang diperoleh dari hasil penelitian akan disajikan
dalam bentuk tabel dan gambar. Hasil dari penelitian ini akan dibandingkan
dengan syarat keamanan pangan menurut ketentuan yang ditetapkan oleh BPOM
RI.
3.13 Analisis Data
Pada penelitian ini, analisis data dilakukan dengan cara uji mikrobiologis
di laboratorium mikrobiologi, dan hasil data dihitung secara manual untuk uji
Total Plate Count (TPC), untuk uji Most Probable Number (MPN) dengan cara
dicocokkan dengan tabel MPN, dan untuk uji pada media selektif agar
dikonfirmasi dengan pewarnaan gram.
31
BAB IV
HASIL PENELITIAN
4.1 Hasil Jumlah Koloni Bakteri
Analisis total mikroba setelah dilakukan pengujian sebanyak satu kali
diperoleh hasil yaitu semua sampel memiliki total mikroba yang berada di atas
batas maksimum mikroba dalam makanan sehingga termasuk dalam kategori
tidak aman untuk dikonsumsi.
Tabel 4 Hasil Uji Total Plate Count (TPC)
Sampel Total Plate Count (TPC) Batas Maksimum
Soto mie betawi 100.000,0248 x 104
koloni/g
1 x 104 koloni/g
atau ml
Jus naga koloni/g
Tongseng ayam
kuah koloni/g
Sate ayam x 104 koloni/g
Risol sayur 1,28 x 104
koloni/g
Berdasarkan peraturan kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM)
RI Nomor HK.00.06.1.52.4011 Tahun 2009, menetapkan bahwa batas maksimum
cemaran mikroba dalam makanan adalah 1 x 104 koloni/gam. Pada uji TPC
makanan soto mie betawi, jus naga, sate ayam, risol sayur didapatkan hasil yang
melebihi batas maksimum, hanya tongseng ayam kuah yang hasilnya di bawah
batas cemaran mikroba yang ditetapkan oleh BPOM RI.
4.2 Hasil Jumlah Bakteri Koliform
4.2.1 Hasil Uji Praduga (Presumtive test)
Hasil uji Presumtive test berikut berasal dari lima jenis makanan. Sampel
makanan yang diambil adalah soto mie betawi, jus naga, tongseng ayam kuah,
sate ayam, dan risol sayur. Berikut ini merupakan hasil uji Presumtive test pada
makanan:
32
Tabel 5 Hasil Uji Praduga (Presumtive test)
Sampel 0,1 ml 1 ml 10 ml Indeks MPN per
100 ml
Keterangan
Soto mie
betawi 3 3 3
>1100 mikroba Positif
Jus naga 3 3 3
Tongseng
ayam kuah 3 3 3
Sate ayam 3 3 3
Risol sayur 3 3 3
Keterangan: Angka 3 pada tabel menunjukkan jumlah tabung yang positif
mengandung bakteri koliform pada sampel makanan yang diambil.
Gambar 12 Contoh uji Presumtive test yang positif
Keterangan: Hasil positif ditandai dengan adanya gelembung udara atau
perubahan warna pada menjadi keruh pada tabung durham (tabung kecil).
Berdasarkan data pada tabel hasil uji Presumtive test 5 dari 5 sampel
makanan yang diambil mengandung bakteri koliform karena melebihi batas
maksimum yang ditetapkan BPOM 2009 yaitu 3 mikroba per 100ml. Selanjutnya
untuk memastikan bahwa hasilnya benar positif, maka dilakukan uji confirmed
test pada tabung yang berisi BGLB (Brilliant Green Bile Lactose Broth).
33
4.2.2 Hasil Uji Konfirmasi (Confirmed Test)
Setelah dilakukan uji Presumtive test kemudian dilanjutkan uji Confirmed
Test untuk memastikan hasil pada uji Confirmed Test bermakna positif atau positif
palsu. Berikut ini merupakan hasil uji konfirmasi pada kelima jenis makanan
tersebut.
Tabel 6 Hasil Uji Konfirmasi (Confirmed Test)
Sampel 0,1 ml 1 ml 10 ml Indeks MPN
per 100 ml Keterangan
Soto mie betawi 3 3 3
>1100 mikroba Positif
Jus naga 3 3 3
Tongseng ayam
kuah 3 3 3
Sate ayam 3 3 3
Risol sayur 3 3 3
Keterangan: Angka 3 pada tabel menunjukkan jumlah tabung yang positif
mengandung bakteri koliform pada sampel makanan yang diambil.
Gambar 13 Contoh uji Confirmed Test yang positif
Keterangan: Hasil positif ditandai dengan adanya gelembung udara atau
perubahan warna pada menjadi keruh pada tabung durham (tabung kecil).
34
Berdasarkan data pada tabel hasil uji Confirmed Test semua sampel
makanan yang diambil mengandung bakteri koliform karena melebihi batas
maksimum yang ditetapkan BPOM 2009 yaitu 3 mikroba per 100ml. Hasil positif,
bila terdapat gelembung udara seperti pada gambar.
4.3 Keberadaan Bakteri Patogen di Media Selektif (Media Agar)
Tabel 7 Hasil Pertumbuhan Bakteri pada Media Selektif
Sample SSA MSA MCA EMB Kesimpulan
Soto mie
betawi
+++
Koloni
hitam,
kuning di
sekitarnya
++
Koloni
kuning,
zona
kuning
+++
Koloni
pink
++
Koloni
hijau agak
kehitaman
Salmonella spp,
Staphylococcus
aureus,
Escherichia coli
Jus naga - - - +
Koloni
hijau agak
kehitaman
Escherichia coli
Tongseng
ayam
kuah
++
Koloni
kuning,
hitam
- ++
Koloni
pink
++
Koloni
hijau agak
kehitaman
Salmonella spp,
Escherichia coli
Sate ayam - - ++
Koloni
pink
+
Koloni
hijau agak
kehitaman
Escherichia coli
Risol
sayur
+
Koloni
kuning,
hitam
+++
Koloni
kuning,
zona
kuning
+
Koloni
pink
+
Koloni
hijau agak
kehitaman
Salmonella spp,
Staphylococcus
aureus,
Escherichia coli
Keterangan: +++ = Banyak, ++ = Cukup, + = Sedikit, - = Tidak ada
Berdasarkan hasil pada tabel di atas, semua sampel makanan yang diuji
seperti soto mie betawi, jus naga, tongseng kuah, sate ayam, dan risol sayur yang
di tanam pada media selektif Eosin Methylene Blue Agar (EMB) tumbuh koloni
bakteri berwarna hijau agak kehitaman (kilat logam hijau) karena bakteri
(Escherichia coli) memfermentasi laktosa yang mengakibatkan peningkatan kadar
asam dalam media tersebut.31
35
Gambar 14 Pertumbuhan bakteri Escherichia coli pada media EMB Agar terlihat
koloni bakteri berwarna hijau agak kehitaman
Pada sampel makanan soto mie betawi, tongseng ayam kuah, dan risol
sayur yang ditanam pada media selektif Salmonella Shigella Agar (SSA)
memberikan hasil positif adanya koloni bakteri berwarna hitam dengan kuning
disekelilingnya, karena Salmonella spp tidak memfermentasi laktosa, tetapi
menghasilkan H2S (Hidrogen Disulfida).18
Gambar 15 Pertumbuhan bakteri Salmonella spp pada media SS Agar terlihat
koloni bakteri berwarna hitam dengan kuning di sekitarnya
36
Pada sampel makanan soto mie betawi, dan risol sayur yang ditanam pada
media selektif Mannitol Salt Agar (MSA) memberikan hasil positif adanya koloni
bakteri berwarna kuning dengan zona kuning disekitarnya, karena Staphylococcus
aureus memfermentasi manitol.32
Gambar 16 Pertumbuhan bakteri Staphylococcus aureus pada media MS Agar
terlihat koloni bakteri berwarna kuning dengan zona kuning di sekitarnya
Pada sampel makanan soto mie betawi, tongseng ayam kuah, sate ayam, dan
risol sayur yang ditanam pada media Mac Conkey Agar (MCA) yang selektif
untuk bakteri Escherichia coli. Memberikan hasil positif adanya koloni bakteri
berwarna pink, karena Escherichia coli memfermentasi laktosa.33
37
Gambar 17 Pertumbuhan bakteri Escherichia coli pada media MC Agar terlihat
koloni bakteri berwarna pink
4.4 Pewarnaan Gram
Pewarnaan Gram yang dilakukan menggunakan larutan gentian violet
(Kristal Karbol Violet), iodin, alkohol dan safranin. Pewarnaan dilakukan pada
semua sampel penelitian yang tumbuh pada media selektif (agar). Selanjutnya
untuk mengonfirmasi bakteri yang tumbuh pada media selektif tersebut, maka
dilakukan pewarnaan gram.
Berdasarkan Gambar 14 dan 27, maka dilakukan pewarnaan umtuk
membuktikan bahwa bakteri yang tumbuh adalah benar Escherichia coli.
38
Gambar 18 Pewarnaan Gram pada koloni bakteri di media EMB memperlihatkan
Batang Gram negatif
Gambar 19 Pewarnaan Gram pada koloni bakteri di media MCA memperlihatkan
Batang Gram negatif
39
Berdasarkan Gambar 15, maka dilakukan pewarnaan umtuk membuktikan bahwa
bakteri yang tumbuh adalah benar Salmonella spp.
Gambar 20 Pewarnaan Gram pada koloni bakteri di media SSA memperlihatkan
Batang Gram negatif
Berdasarkan pada Gambar 16, maka dilakukan pewarnaan umtuk membuktikan
bahwa bakteri yang tumbuh adalah benar Coccus Gram positif.
Gambar 21 Pewarnaan Gram pada koloni bakteri di media MSA memperlihatkan
Coccus Gram positif berkelompok.
40
Berdasarkan hasil pewarnaan gram pada koloni bakteri di media EMB,
MCA, dan SSA terlihat bakteri berbentuk batang gram negatif memiliki lapisan
peptidoglikan lebih tipis (10% dari dinding sel).34
Kristal violet dan iodin
diberikan untuk mewarnai sel menjadi ungu, lalu ditetesi alkohol yang melarutkan
lapisan lipid sel bakteri. Lapisan peptidoglikan yang tipis menyebabkan tidak bisa
mencegah zat warna tersebut larut. Kemudian diberikan safranin yang mewarnai
dinding sel tersebut.35
Berdasarkan hasil pewarnaan gram pada koloni bakteri di media MSA
terlihat bakteri berbentuk coccus gram positif. Bakteri gram positif memiliki
lapisan peptidoglikan yang tebal sekitar 50-90% dinding selnya.34
Saat diberikan
kristal violet untuk mewarnai sel menjadi ungu, lalu diberikan iodin agar warna
ungu menyebar ke seluruh dinding sel. Kemudian alkohol mendehidrasi dinding
sel tersebut menyebabkan pori-pori pada dinding sel menutup, mencegah kristal
violet-iodin tetap.35
41
4.5 Pembahasan
Kuantitas dan kualitas makanan dan minuman yang dikonsumsi akan
mempengaruhi asupan gizi sehingga akan mempengaruhi kesehatan individu dan
masyarakat. Berdasarkan kuantitas makanan menganut prinsip 4 sehat 5 sempurna
yang terdiri dari makan pokok, lauk pauk, sayuran, dan buah-buahan serta susu
sebagai penyempurna.36
Kualitas makanan dapat dilihat dari keamanan pangan
tersebut, yang didefinisikan sebagai kondisi dan upaya yang diperlukan untuk
mencegah pangan dari kemungkinan cemaran biologis, kimia, dan benda lain
yang dapat mengganggu, merugikan, dan membahayakan kesehatan manusia serta
tidak bertentangan dengan agama, keyakinan, dan budaya masyarakat sehingga
aman untuk dikonsumsi.37
Pada penelitian ini, dapat disimpulkan bahwa sampel bahan uji soto mie
betawi yang dilakukan uji TPC pada tabel 4 hasilnya 100.000,0248 x 104
koloni/g
(102,48 x 108
cfu/g), hasil tersebut menunjukkan tidak layak untuk dikonsumsi
karena mikroba yang terdapat dalam makanan tersebut melebihi jumlah yang telah
ditetapkan oleh BPOM RI tahun 2009. Jika dibandingkan dengan penelitian yang
dilakukan oleh Putri Auliya Hilfa Lubis (2006) di seluruh kantin kampus UIN
Jakarta pada 6 sampel soto ayam, hasil rata-rata jumlah bakteri terendah yaitu 4,8
x koloni/g yang melebihi batas maksimum yang telah ditetapkan oleh
BPOM.38
Pada penelitian yang dilakukan oleh Teuku Reza Ferasyi (2015) di
kantin kampus Unsyiah dengan sampel soto ceker ayam yang diambil saat pagi
hari, hasil TPC nya 1,6 x 104
cfu/g dan pada sore hari hasilnya 3,8 x 105
cfu/g.39
Pada penelitian lain yang dilakukan oleh Reynetha Rawendra (2008), yaitu
survei mengenai praktik penanganan pangan (soto ayam) yang dilakukan terhadap
50 responden ibu rumah tangga yang berdomisili di Malang, Jawa Timur. Soto
ayam tersebut disimpan dalam suhu ruangan (250C) selama 24 jam didaptkan
hasil rata-rata TPC (Staphylococcus aureus) 1,7 x 109
cfu/g.40
Hasil uji MPN
sampel soto mie betawi peneliti pada tabel 5 dan 6 menunjukkan adanya bakteri
koliform dan pada penanaman media selektif SSA terdapat koloni hitam dengan
zona kuning disekitarnya, MSA (koloni kuning dengan zona kuning), MCA
(koloni pink), dam EMB (koloni hijau agak kehitaman).
42
Kemudian dibuktikan dengan pewarnaan gram pada tabel 7, hasilnya positif
adanya bakteri batang gram negatif (Salmonella spp, Escherichia coli) dari media
agar SSA, MCA, dan EMB serta coccus gram positif bergerombol
(Staphylococcus aureus) dari media MSA. Hasil positif pada bahan uji makanan
tersebut karena kandungan daging sapi dan bahan mentah, seperti tomat, daun
bawang dan kol. Terjadinya cross contamination juga mempengaruhi adanya
cemaran mikroba tersebut. Selain itu suhu pada kuah soto juga mempengaruhi,
karena berdasarkan penelitian WHO (2018) bakteri E. coli mati pada suhu <7o
C
dan >70o
C. Sedangkan bakteri Salmonella spp mati pada suhu <5oC dan ≥70
o C.
41
Higinitas penjamah makanan dan sanitasi alat makan dan lingkungan tempat
makan mempengaruhi juga.
Pada sampel jus naga, hasil uji TPC pada tabel 4 hasilnya
koloni/g, hasil tersebut menunjukkan minuman ini tidak
layak untuk dikonsumsi karena mikroba yang terdapat dalam jus naga ini
melampaui batas maksimum yang ditetapkan oleh BPOM RI. Pada penelitian
yang dilakukan oleh M. Agung Chairil Anwar (2017) dengan sampel jus alpukat
di sekitar kampus Universitas Muhammadiyah Surakarta, didapatkan hasil 8 x 107
koloni/g dan pada jus mangga 3,7 x 108 koloni/g.
42 Pada penelitian jus strawberry
yang dilakukan oleh Rina Yuni Astuti (2017) di sekitar kampus Universitas
Muhammadiyah Surakarta, yaitu hasil penelitian yang diperoleh pada pedagang 1
yaitu jumlah cemaran bakteri 1,7 x 108 koloni/g, pedagang 2 berjumlah 1,9 x 10
8
koloni/g, sedangkan pedagang 3 berjumlah 3,9 x 109 koloni/g.
43
Pada penelitian lain yang dilakukan oleh Yoni Atma (2016) di Posdaya
Mawar Setu Cipayung, Jakarta Timur dengan sampel minuman jus wornas (wortel
nanas) didapatkan hasil dengan total mikrobanya 1,36x103 CFU/ml, dan hasil
bakteri koliform <3 APM/ml pada uji MPN.44
Pada uji MPN (tabel 5 dan 6) jus
buah naga yang saya lakukan hasilnya menunjukkan adanya bakteri koliform
dengan total >3 koloni/ 100ml. Pada uji media selektif EMB hasilnya positif,
kemudian dibuktikan dengan pewarnaan gram (tabel 7), adanya bakteri batang
gram negatif (Escherichia coli). Hasil tersebut dipengaruhi karena adanya es batu
dan alat dapur yang yang terkontaminasi oleh bakteri, Escherichia coli. Higinitas
43
penjamah makanan dan sanitasi alat makan dan lingkungan tempat makan
mempengaruhi juga.
Pada sampel tongseng ayam kuah, hasil uji TPC pada tabel 4 yaitu
koloni/g, hasil tersebut menunjukkan layak untuk dikonsumsi
karena mikroba yang terdapat dalam makanan tersebut di bawah batas maksimum
yang telah ditetapkan BPOM RI. Hasil uji TPC tersebut karena tongseng ayam
dibuat dadakan, dimasak sampai mendidih, dan NA dituang ke dalam plate steril
saat masih panas yang memungkinkan bakteri tersebut mati. Pada penelitian yang
dilakukan oleh Fuji Maghfirah Semesta (2011) pada daging Ayam dari Pasar
Tradisional di Provinsi Jawa Barat, hasilnya 4.5 x 106 cfu/g dengan nilai
minimum 6.6 x 104 cfu/g untuk Kabupaten Tasikmalaya dan nilai maksimum 1.2
x 107 cfu/g untuk Kota Bandung. Rata-rata jumlah S. aureus pada daging ayam
adalah 5.3 x 105 cfu/g dengan nilai minimum 8.0 x 102 cfu/g untuk Kabupaten
Tasikmalaya dan nilai maksimum 3.1 x 106 cfu/g untuk Kabupaten Bogor.45
Pada uji MPN (tabel 5 dan 6) sampel tongseng ayam kuah yang saya
lakukan hasilnya >3 koloni/ 100ml, dan pada penelitian yang dilakukan oleh Fuji
Maghfirah Semesta (2011) pada daging Ayam dari Pasar Tradisional di Provinsi
Jawa Barat, hasil uji MPN pada sampel daging ayam memiliki nilai rataan jumlah
E. coli adalah 2.3 x 101 MPN/g Kota Bandung dan Kabupaten Tasikmalaya
dengan nilai E. coli minimum yaitu 3.0 x 100 MPN/g, sedangkan kota Sumedang
memiliki nilai E. coli maksimum yaitu 5.3 x 101 MPN/g.45
Kemudian pada
penanaman media selektif (SSA, MCA, dan EMB) positif, maka dibuktikan
dengan pewarnaan gram (tabel 7), hasilnya positif adanya bakteri batang gram
negatif (Salmonella spp, Escherichia coli). Hasil ini kemungkinan karena adanya
kontaminasi peneliti, dan karena media MPN dan agar diinkubasi pada suhu
optimal pertumbuhan bakteri memungkinkan bakteri dapat tumbuh.
Perlakuan hewan sebelum pemotongan juga berpengaruh terhadap jumlah
mikroorganisme yang terdapat dalam daging. Ternak yang baru diangkut dari luar
kota hendaknya tidak dipotong sebelum cukup istirahat, karena akan
meningkatkan jumlah bakteri dalam daging dibandingkan dengan ternak yang
istirahatnya cukup (Gustiani 2009). Kontaminasi selanjutnya dapat terjadi dari
44
lingkungan tempat penjualan daging ayam dan daging sapi di pasar tradisional.
Keadaan pasar tradisional yang tidak memiliki kios daging dan memiliki suhu di
atas suhu ruang, dapat berdampak pada jumlah mikroorganisme pada daging
ayam dan daging sapi. Kadir (2004) menyatakan bahwa jumlah mikroorganisme
pada daging dipengaruhi oleh suhu dan lama penyimpanan daging. Jumlah
mikroorganisme yang melebihi ambang batas pada daging ayam maupun daging
sapi menandakan bahwa daging tersebut memiliki penurunan daya simpan dan
dapat menyebabkan gangguan kesehatan bila dikonsumsi tanpa pengolahan yang
benar (Gustiani 2009). Pemeriksaan jumlah mikroorganisme dapat menunjukkan
kualitas sanitasi dan higiene daging.45
Pada sampel sate ayam, hasil uji TPC pada tabel 4 yaitu x 104
koloni/g, menunjukkan makanan tersebut tidak layak untuk dikonsumsi karena
mikroba yang terdapat dalam sate ayam tersebut melampaui batas maksimum
yang ditetapkan oleh BPOM RI. Dibandingkan dengan penelitian yang dilakukan
oleh Deviyanti Pasalu, Saifuddin Sirajuddin, Ulfah Najamuddin (2013) dengan
sampel sate di SDN kompleks Mangkura kota hasilnya tidak terdapat mikroba (0
cfu/g) pada sampel tersebut.46
Tidak terdapatnya Escherichia coli pada sampel
menunjukkan sanitasi lingkungan di sekitar SDN Kompleks Mangkura tergolong
baik, dan tidak ditemukannya Staphylococcus aureus pada sampel menunjukkan
bahwa penjaja makanan dan minuman jajanan memiliki praktik hygiene yang
baik.46
Pada uji MPN dengan sampel sate ayam (tabel 5 dan 6) hasilnya >3 koloni/
100ml menunjukkan adanya bakteri koliform dan pada uji media selektif (MCA,
dan EMB) positif, maka dibuktikan dengan pewarnaan gram pada tabel 7,
hasilnya positif bakteri batang gram negatif (Escherichia coli). Hasil tersebut
karena daging ayam yang dimasak belum mencapai suhu dimana E. coli dapat
mati, higinitas penjamah makanan dan sanitasi alat makan dan lingkungan tempat
makan mempengaruhi juga. Adanya kontaminasi saat melakukan penelitian dapat
mempengaruhi hasil.
45
Pada sampel risol sayur, hasil uji TPC (tabel 4) yaitu 1,28 x 104
koloni/g,
menunjukkan makanan tersebut tidak layak untuk dikonsumsi karena mikroba
yang terdapat pada makanan tersebut diatas ambang batas maksimum yang
ditetapkan oleh BPOM RI. Pada penelitian yang dilakukan oleh Hayuti Windha
Pagiu, Saifuddin Sirajuddin, Aminuddin Syam (2013) dengan sampel pisang
goreng di workshop kampus Universitas Hasanuddin Makassar hasilnya
berdasarkan lama waktu pajan yaitu kurang dari 1 menit terdapat 6.450 cfu/g, 1
jam terdapat 45.150 cfu/g, 2 jam 94.950 cfu/g, 3 jam terdapat 133.350 cfu/g, dan 4
jam terdapat 283.050 cfu/g.47
Kontaminasi bakteri ini dapat disebabkan karena
tidak higienisnya penjamah makanan, lingkungan yang kerja dan tempat berjualan
yang kotor, serta lokasi penjajah makanan yang berada di pinggir jalan raya dan
berdekatan dengan area pembuangan sampah sehingga dapat diduga menjadi
sumber kontaminasi mikroba pada makanan jajajan tersebut.47
Selain itu, adanya
pembeli yang membeli makanan jajanan dengan memegang secara langsung
jajanan tersebut sehingga menjadi salah satu sumber terjadinya kontaminasi
mikroba pada makanan jajanan gorengan tersebut. Selain itu, sanitasi udara dan
suhu penyimpanan juga merupakan salah satu faktor yang menjadi penyebab
adanya cemaran mikrobiologis pada makanan.47
Penyimpanan pada suhu ruang
meningkatkan jumlah mikroba, terutama pada makanan makanan yang disajikan
di tempat terbuka, peningkatan total mikroba dapat mencapai dua kali lipat dari
jumlahnya semula, dan dapat tercemar bakteri patogen seperti Escherichia coli,
Staphylococcus aureus, ataupun Bacillus cereus (Tessi et al, 2002 dalam
Nurjannah, 2006).47
Pada uji MPN (tabel 5 dan 6) hasil yang didapatkan >3 koloni/ 100ml, hasil
tersebut menunjukkan adanya bakteri koliform dan pada uji penanaman
menggunakan media selektif (SSA, MSA, MCA, dan EMB) positif, kemudian
untuk membuktikan bahwa hasil tersebut adalah benar, dilakukan pewarnaan
gram. Pada pewarnaan gram (tabel 7) tersebut hasil yang didapatkan positif
adanya bakteri gram negatif batang (Escherichia coli, Salmonella spp), dan
coccus bergerombol (Staphylococcus aureus). Hasil tersebut karena kandungan
dari risol sayur yang berasal dari sayuran (wortel dan kentang) mentah dan saat
dimasak kurang matang. Risol sayur ini merupakan salah satu makanan yang
46
hanya disajikan oleh kantin tersebut, tanpa dihangatkan kembali, dan penyajian
makanan ini dibiarkan terbuka. Pada penelitian yang dilakukan oleh Nindya
Permata Yuswananda (2015) pada sampel makanan lumpia basah di Masjid
Fathullah Ciputat, dilakukan penanaman pada media selektif SSA, hasilnya positif
yaitu adanya koloni hitam dengan zona kuning disekitarnya dan adanya koloni
putih (colorless).48
Bahan yang digunakan pada sampel lumpia basah juga
terdapat telur. Telur merupakan salah satu makanan yang mudah tercemar oleh
Salmonella sp yang berasal dari kotoran ayam dalam kloaka atau dalam kandang.
Kotoran ayam masih menempel pada bagian cangkang sehingga jika tidak dicuci
dengan bersih kontaminasi bakteri akan masuk ke telur bagian dalam.48
Kemudian
dilakukan pewarnaan gram didapatkan adanya bakteri gram negatif batang, lalu
dilakukan uji TSIA (Triple Sugar Iron Agar), hasilnya agar miring berwarna
merah dan dasar agar berwarna kuning, gas negatif, dan H2S negatif menunjukkan
bahwa bakteri tersebut adalah Shigella sp.48
Berdasarkan pembahasan diatas, hal tersebut dapat terjadi karena proses
penyiapan, pengolahan, dan/atau pembuatan makanan atau minuman. Alat-alat
yang digunakan selama proses pengolahan sampai penyajian makanan juga
mempengaruhi cemaran mikroba. Selain itu kebersihan makanan tersebut juga
mempengaruhi, terutama makanan yang mengandung bahan makanan mentah
(sayur dan buah) harus dicuci sampai benar-benar bersih. Mencuci tangan dengan
sabun dan menggunakan sarung tangan saat mengolah dan menyajikan makan
dapat mengurangi cemaran mikroba pada makanan yang disajikan.
4.6 Keterbatasan penelitian
Dalam melakukan penelitian, peneliti menemukan keterbatasan berupa yaitu
tidak melakukan pengukuran suhu terhadap sampel makanan yang diteliti, tidak
menilai tingkat pengetahuan penjamah makanan, dan tidak dilakukan pengujian
duplo pada sampel makanan dan minuman uji.
47
BAB V
SIMPULAN DAN SARAN
5.1 Simpulan
Berikut hasil penelitian dapat disimpulkan, yaitu :
Hasil uji mikrobiologi makanan Cafe Cangkir Universitas Islam Negeri
Jakarta tercemar mikroba, menurut peraturan BPOM sebagai berikut:
1. Empat dari lima sampel yang diuji yaitu soto mie betawi, jus naga, sate
ayam, dan risol sayur mengandung cemaran mikroba dengan jumlah
koloni melebihi batas maksimum yang telah ditetapkan BPOM yaitu 1 x
104 koloni/gram.
2. Hasil penanaman dengan media agar selektif, pada sampel bahan makanan
uji soto mie betawi dan risol sayur ditemukan koloni bakteri patogen
Escherichia coli pada media MCA dan EMB, Salmonella spp pada media
SSA, dan Staphylococcus aureus pada media MSA. Pada sampel jus naga
ditemukan koloni bakteri patogen Escherichia coli pada media EMB. Pada
sampel tongseng ayam kuah dan sate ayam ditemukan koloni bakteri
patogen Salmonella spp pada media SSA, Escherichia coli pada media
MCA dan EMB. Pada sampel sate ayam ditemukan koloni bakteri patogen
Escherichia coli pada media MCA dan EMB.
3. Semua sampel yang diuji yaitu soto mie betawi, jus naga, tongseng ayam
kuah, sate ayam, dan risol sayur mengandung bakteri koliform karena
melebihi batas normal yang ditetapkan BPOM yaitu 3 koloni/100ml.
4. Hasil pewarnaan gram pada semua bahan makanan uji terlihat koloni
bakteri batang gram negatif. Terlihat koloni bakteri coccus gram positif
bergerombol pada sampel makanan soto mie betawi. Pada sampel
makanan soto mie betawi dan tongseng ayam kuah terlihat koloni batang
gram negatif.
48
5.2 Saran
Saran yang dapat penulis berikan untuk penjamah kantin supaya menjaga
higinitas diri sebagai penjamah makanan dengan menggunakan alat pelindung
diri, sanitasi makanan, alat makan, dan lingkungan kantin. Untuk masyarakat
khususnya civitas akademika UIN Jakarta supaya membiasakan diri untuk
mencuci tangan dengan sabun sebelum makan. Untuk institusi sebaiknya
memperbanyak referensi seperti yang terkait dengan penelitian ini, agar peneliti
selanjutnya lebih mudah mendapat referensi. Untuk peneliti selanjutnya yang
ingin melanjutkan penelitian ini yaitu bisa dilakukan pengukuran suhu sampel
makanan dan penilaian tingkat pengetahuan dan perilaku dari penjamah makanan
mengenai hygiene, sanitasi makanan, alat makan, dan lingkungan kantin.
Sebaiknya dilakukan pengujian sampel secara duplo agar bisa membandingkan
hasil keduanya, dan melakukan uji spesifik untuk mengetahui spesies bakteri yang
tumbuh.
49
DAFTAR PUSTAKA
1. World Health Organization. Who Executive Summary of Food Borne
Diseases. 2015. hal. 1–2.
2. Pusat Data dan Informasi. Situasi Diare di Indonesia. Vol. 53. Indonesia;
2013. hal. 44.
3. Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia. Peraturan Badan
Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia. Vol. 53. Jakarta; 2009.
1689–1699 hal.
4. Food and Drug Administration. Most Common Foodborne Illnesses. FDA.
US: Department of Health & Human Service, American Medical
Association; 2017. hal. 4.
5. Menteri Kesehatan Republik Indonesia. Peraturan Menteri Kesehatan
Republik Indonesia Nomor 1096/MENKES/PER/VI/2011 Tentang
Hygiene dan Sanitasi Jasaboga. Vol. 144. Jakarta, Indonesia: MENKES RI;
2011. 1–74 hal.
6. Menteri Kesehatan Republik Indonesia. Keputusan Menteri Kesehatan
Republik Indonesia Nomor 942/MENKES/SK/VII/2003 Tentang Pedoman
Persyaratan Hygiene Sanitasi Makanan Jajanan. Vol. 19. Jakarta,
Indonesia: MENKES RI; 2003. 3 hal.
7. Pelczar MJPM. Microbiology [Internet]. Britannica. 2018 [dikutip 18
Februari 2019]. hal. 1. Tersedia pada:
https://www.britannica.com/science/microbiology.
8. Centers for Disease Control and Prevention. Report Bacterial Cause of
Foodborne Disease Outbreak [Internet]. 2015 [dikutip 15 Juni 2019]. hal.
1–3. Tersedia pada:
https://www.cdc.gov/foodsafety/outbreaks/investigating-
outbreaks/confirming_diagnosis.html
9. Centers for Disease Control and Prevention. E. coli (Escherichia coli)
[Internet]. CDC. 2019 [dikutip 12 Juni 2019]. hal. 1. Tersedia pada:
https://www.cdc.gov/ecoli/general/index.html.
50
10. Makvana S, Krilov LR. Escherichia coli Infections. Pediatr Rev.
2015;36(4):167–71.
11. World Health Organization. Foodborne Disease Outbreaks. WHO Libr Cat
Data. 2008;112(483):162.
12. John. STEC Ruminants and Contamination Cycle [Internet]. 2004. [dikutip
12 September 2018]. hal. 1. Tersedia pada: http://www.ecl-
lab.ca/en/ecoli/pathogenesis.asp
13. Todar K. Staphylococcus aureus and Staphylococcal Diseases.
Bacteriology. Madison, Wisconsin: University of Wisconsin: Departement
of Bacteriology; 2012. 1 hal.
14. Argudín MÁ, Mendoza MC, Rodicio MR. Food Poisoning and
Staphylococcus aureus Enterotoxins. J Toxins. 2010;2(7):1751–73.
15. Centers for Disease Control and Prevention. Staphylococcal Food
Poisoning [Internet]. CDC. U.S. Departement of Health & Human
Services; 2018 [dikutip 12 Juni 2019]. hal. 1. Tersedia pada:
https://www.cdc.gov/foodsafety/diseases/staphylococcal.html
16. Todar K. Salmonella and Salmonellosis. Bacteriology. Madison,
Wisconsin: University of Wisconsin: Departement of Bacteriology; 2012. 2
hal.
17. Urdaneta V, Casadesús J. Interactions Between Bacteria and Bile Salts in
the Gastrointestinal and Hepatobiliary Tracts. Journal. 2017;4:1–13.
18. Centers for Disease Control and Prevention. Salmonella and Food
[Internet]. CDC. Espanol; 2019 [dikutip 12 Juni 2019]. hal. 1. Tersedia
pada: https://www.cdc.gov/features/salmonella-food/index.html
19. Selvaraj L. Introduction to Microbiology. Textbook of Microbiology for
Paramedicals. America: ATTC; 2008. 1–40 hal.
20. Aryal S. Colony Morphology on Mac Conkey Agar [Internet]. 2018. 2019
[dikutip 15 September 2019]. hal. 1. Tersedia pada:
https://microbiologyinfo.com/macconkey-agar-composition-principle-uses-
51
preparation-and-colony-morphology/
21. Hi Media Laboratories. SS Agar (Salmonella Shigella Agar). Mumbai;
2008. hal. 1–2.
22. Aryal S. Result Interpretation on Salmonella Shigella Agar [Internet]. 2018.
2019 [dikutip 15 September 2019]. hal. 1. Tersedia pada:
https://microbiologyinfo.com/salmonella-shigella-ss-agar-composition-
principle-uses-preparation-and-result-interpretation/%0D
23. Aryal S. Result Interpretation on Mannitol Salt Agar [Internet]. 2018. 2019
[dikutip 15 September 2019]. hal. 1. Tersedia pada:
https://microbiologyinfo.com/salmonella-shigella-ss-agar-composition-
principle-uses-preparation-and-result-interpretation/
24. Laboratory info. EMB (Eosin Methylene Blue) Agar-Plate, Composition
and Results) [Internet]. Laboratory info. 2019 [dikutip 15 Juni 2019]. hal.
1. Tersedia pada: https://laboratoryinfo.com/emb-agar-eosin-methylene-
blue-agar/
25. Archana L, Cheeptham N. Eosin-Methylene Blue Agar Plates Protocol.
ASM Microbe Libr. 2007;(September 2007):1–7.
26. Direktorat SPP, Deputi III BPR. Pedoman Kriteria Cemaran Pada Pangan
Siap Saji dan Pangan Industri Rumah Tangga. Jakarta: Badan POM RI;
2012. 1–50 hal.
27. Harmita. Buku Ajar Analisis Fisikokimia. Depok: Departemen Farmasi
FMIPA, Universitas Indonesia; 2006. 40–59 hal.
28. Waluyo L. Mikrobiologi Lingkungan. Malang, Jawa Timur: Universitas
Muhammadiyah Malang; 2009.
29. Fajrina N. Uji Mikrobiologi Makanan Kantin Sekolah Pascasarjana
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Skripsi. 2018;23.
30. Taufieq NAS, Sahibin AR, Jamil H, Huyyirnah, Arfan A. Isolation and
Identification of Desulfovibrio sp. Bacteria from Acid Sulfate Soil. Asian J
Appl Sci. 2015;03(05):730–8.
52
31. Harijani N, Sylvia U SD. The Isolation of Escherichia coli from the Meat
Some Traditional Markets in the South Surabaya. 2013;10(3):44.
32. Dewi AK. Isolation, Identification and Sensitivity Test of Staphylococcus
aureus Against Amoxicillin of the Milk Sample in the Mastitis Crossbreed
Ettawa Goat at Girimulyo Area, Kulonprogo, Yogyakarta. J Sain Vet.
2013;31(2):138–50.
33. Hi Media Laboratories. MacConkey Agar. Mumbai; 2011. hal. 1–3.
34. Thairu Y, Usman Y, Nasir I. Laboratory Perspective of Gram Staining and
Its Significance in Investigations of Infectious Diseases. Sub-Saharan
African J Med. 2014;1(4):168.
35. Kleuring G. Gram Stain Technique. Journal. 2001;1–6.
36. Menteri Kesehatan Republik Indonesia. Pedoman Gizi Seimbang. Jakarta,
Indonesia: MENKES RI; 2014. 1–96 hal.
37. Presiden Republik Indonesia. UU RI Nomor 18 Tahun 2012 Tentang
Pangan. Jakarta: Presiden RI; 2012. 1/41.
38. Putri Auliya Hilfa L. Identifikasi Bakteri Escherichia Coli Serta Salmonella
sp. Yang Diisolasi dari Soto Ayam. Skripsi. 2015;1–77.
39. Ferasyi TR, Armansyah T. Cemaran Bakteri Mesofilik Aerobik Pada Ceker
Ayam Dalam Soto Dari Tiga Lokasi Rumah Makan di Banda Aceh. J Med
Vet. 2015;9(2):0–2.
40. Rawendra R. Pengaruh Praktik Penyimpanan dan Pemanasan Ulang
Dengan Oven Microwave Terhadap Pertumbuhan Staphylococcus aureus
Dalam Beberapa Pangan Tradisional Indonesia. Skripsi. 2008;64.
41. Christine E.R., Aldsworth T, Stein RA, Cliver DO, Riemann HP.
Foodborne Disease. In: 3 ed. 2017. hal. 133–69.
42. M. Agung C. Kelayakan Konsumsi Minuman Jus Buah Mangga dan
Alpukat di Sekitar Kampus Universitas Muhammadiyah Surakarta. Skripsi.
2017;10.
43. Saputra DSA. Kelayakan Konsumsi Minuman Jus Buah Strawberry
53
(Fragaria sp) di Sekitar Kampus Universitas Muhammadiyah Surakarta.
Skripsi. 2017;6:5–9.
44. Atma Y. Angka Lempeng Total (Alt), Angka Paling Mungkin (Apm) dan
Total Kapang Khamir Sebagai Metode Analisis Sederhana Untuk
Menentukan Standar Mikrobiologi Pangan Olahan Posdaya. J Teknol.
2016;8(2):77.
45. Semesta FM. Tingkat Cemaran Mikroorganisme pada Daging Ayam dan
Daging Sapi dari Pasar Tradisional di Provinsi Jawa Barat Berdasarkan
Jumlah Total Mikroorganisme, Staphylococcus aureus, dan Escherichia
coli. Skripsi. 2011;1–46.
46. Pasalu D, Sirajuddin S, Najamuddin U. Analisis Total Mikroba dan Jenis
Mikroba Patogen Pada Jajanan Anak di SDN Kompleks Mangkura Kota
Makassar. J MKMI [Internet]. 2016;1–10. Tersedia pada:
http://repository.unhas.ac.id/bitstream/handle/123456789/6709/Jurnal
MKMI_ Deviyanti Pasalu.pdf?sequence=1
47. Pagiu HW, Sirajuddin S, Syam A. Pengaruh Waktu Pajan Terhadap Total
Mikroba dan Jenis Mikroba Patogen Dalam Makanan Jajanan Gorengan di
Workshop Kampus Universitas Hasanuddin Makassar. Journal. 2013;1–13.
48. Yuswananda NP. Identifikasi Bakteri Salmonella sp. Pada Makanan
Jajanan di Masjid Fathullah Ciputat Tahun 2015. Skripsi. 2015;1–64.
54
Lampiran 1
Riwayat Penulis
Identitas
Nama : Yuni Ariadini
Jenis Kelamin : Perempuan
Tempat, tanggal lahir : Bekasi, 12 Juni 1997
Agama : Islam
Alamat : Perumahan Bumi Lestari, Blok H 23 No. 5 Jln. Garuda
IV.
Tambun Selatan, Bekasi
Email : [email protected]
Riwayat Pendidikan
2002 – 2003 : TK Annisa Tambun Selatan, Bekasi
2003 – 2009 : SDN Mangun Jaya 01 Tambun Selatan, Bekasi
2009 – 2012 : SMPN 3 Tambun Selatan, Bekasi
2012 – 2015 : SMAN 3 Tambun Selatan, Bekasi
2016 – sekarang : FK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
55
Lampiran 2
Tabel MPN
56
Lampiran 3
Tabel Media Selektif Agar Untuk Pertumbuhan Mikroba
Mikroba Media Selektif Hasil
Escherichia coli Endo agar Koloni warna merah dengan kilat
logam
EMB Koloni warna kehijauan kehitaman
dengan kilat logam
MCA Koloni pink
Salmonella spp SSA Koloni tidak berwarna dengan black
center
Staphylococcus
aureus
MSA Koloni bulat cembung, besar, dan
kuning
Shigella spp SSA koloni tidak bewarna tanpa black
center