UJI KUALITAS PENYEDAP RASA ALTERNATIF KOMBINASI …eprints.ums.ac.id/74649/15/NASKAH...
Transcript of UJI KUALITAS PENYEDAP RASA ALTERNATIF KOMBINASI …eprints.ums.ac.id/74649/15/NASKAH...
UJI KUALITAS PENYEDAP RASA ALTERNATIF KOMBINASI
JAMUR MERANG (Volvariella volvaceae) DAN JAMUR TIRAM
(Pleurotus ostreatus) DENGAN VARIASI SUHU DAN
LAMA PENGERINGAN
Disusun sebagai salah satu syarat menyelesaikan Program Studi Strata I pada
Jurusan Biologi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Oleh :
MILLA MIFTA KHUSSYIRIA
A 420 154 006
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
2019
ii
iii
iv
iii
1
UJI KUALITAS PENYEDAP RASA ALTERNATIF KOMBINASI
JAMUR MERANG (Volvariella volvaceae) DAN JAMUR TIRAM
(Pleurotus ostreatus) DENGAN VARIASI SUHU DAN
LAMA PENGERINGAN
Abstrak
Jamur merang dan jamur tiram berpeluang sebagai bahan penyedap rasa alami
alternatif karena banyak mengandung asam glutamat dan protein yang cukup tinggi.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kadar protein dan kualitas penyedap rasa
alternatif kombinasi jamur merang dan jamur tiram dengan variasi suhu dan lama
pengeringan. Metode penelitian menggunakan eksperimen dengan Rancangan Acak
Lengkap (RAL) dua faktor. Faktor pertama suhu pengeringan yaitu 50ºC dan 60ºC,
faktor kedua lama pengeringan yaitu 3 jam, 4 jam, dan 5 jam dengan 2 kali
pengulangan. Data kualitatif dilakukan pengujian organoleptik. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa uji organoleptik nilai kesukaan warna tertinggi pada penyedap
rasa yang dikeringkan selama 5 jam pada suhu 50ºC dan 60ºC, dan kesukaan
terhadap aroma pada penyedap rasa yang dikeringkan selama 3 jam pada suhu 50ºC,
sedangkan daya terima terbaik pada penyedap rasa yang dikeringkan selama 4 jam
pada suhu 50ºC. Simpulan dari penelitian ini yaitu terdapat perbedaan hasil
pengujian organoleptik penyedap rasa karena tingkat kesukaan dan kepekaan indera
panelis yang berbeda-beda.
Kata kunci : jamur merang, jamur tiram, suhu pengeringan
Abstract
The paddy straw mushroom and oyster mushroom have a chance as an alternative
natural seasoning ingredient because it contains a lot of glutamate acid and a high
protein. This research aims to find out the protein content and quality of natural
seasoning of mushroom-based on the variation of temperature and drying time. The
research method uses experiments completely randomized design (CRD) with two
factors. The first factor was drying temperature: 50ºC and 60ºC, the second factor
was drying time: 3 hours, 4 hours, 5 hours with 2 repetitions. Qualitative data was
carried out by organoleptic tests. The results showed that organoleptic test with the
highest color preference value which was dried for 5 hours at 50ºC dan 60ºC, and the
most favorite flavor was dried for 3 hours at 50ºC, while the best acceptability of
seasoning was dried for 4 hours at 50ºC. The conclusion of this study there were
differences in taste of seasoning organoleptic result due to the different levels of
preference and sensory sensitivity of the panelists.
Keywords : paddy straw mushroom, wood ear mushroom, drying temperature
2
1. PENDAHULUAN
Penyedap rasa merupakan bahan tambahan makanan yang berfungsi untuk
meningkatkan kelezatan suatu makanan. Penyedap rasa mengandung asam
glutamate yang dapat menimbulkan rasa khas yang disebut umami atau gurih.
Asam glutamate secara alami terdapat pada semua bahan makanan yang
mengandung protein seperti pada keju, susu, daging, ikan dan sayuran. Penyedap
rasa yang paling dikenal adalah Monosodium glutamate (MSG) yang di jual
dalam bentuk kemasan.
Berdasarkan penelitian Palupi (2013), MSG pada penyedap rasa komersial
mengandung natrium yang mampu memenuhi kebutuhan 20-30% garam.
Penggunaan natrium pada penyedap rasa harus sesuai dengan dosis atau tidak
melebihi batas tertentu. Penggunaan natrium secara berlebihan dapat
menyebabkan peningkatan kadar garam dalam darah sehingga bersifat
karsinogenik. Pada percobaan tikus putih yang diberi dosis tinggi MSG (0,.5 g/kg
berat badan per hari) mengakibatkan kerusakan otak bagian sel syaraf yang
disebut hypotalamus. Dampak negatif penyedap rasa komersil yang beredar di
pasaran sudah diketahui oleh masyarakat sehingga banyak peneliti
mengembangkan inovasi baru dalam pembuatan penyedap rasa alternatif yang
lebih aman.
Jamur tiram atau hiratake (Pleurotus ostreatus) sering sebagai bahan dasar
masakan dan makanan ringan. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan
Departemen Sains Kementerian Industri Thailand, diketahui bahwa jamur tiram
mengandung 5,94% protein; 50,59% karbohidrat; 1,56% serat; dan 0,17% lemak.
Diperkirakan dalam 100 gram jamur tiram segar mengandung 45,6 kj kalori; 8,9
mg kalsium; 1,9 mg besi; 17,0 mg fosfor; 0,15 mg vitamin B1; 0,75 mg Vit B2;
dan 12,40 mg vitamin C. Dibandingkan dengan daging ayam, kandungan gizi
jamur tiram masih lebih komplit sehingga tidak salah bila jamur ini kerap
dianggap sebagai bahan pangan masa depan.
3
Menurut Widyastuti (2015), Jamur merang mengandung protein cukup
tinggi 17,01 % (db) dengan kadar air 81%, komposisi asam amino lengkap dengan
proporsi asam glutamat dan asam aspartat tertinggi di bandingkan jenis asam
amino yang lain. Proporsi asam glutamat (10-35 %) dan asam aspartat (10-11,6
%) dari total protein, tergantung umur pemanenan jamur. Setelah mengetahui
kandungan protein dan asam glutamate yang tinggi tersebut, maka dilakukan
penelitian mengenai pemanfaatan jamur sebagai bahan utama dalam pembuatan
penyedap rasa alternatif.
Suhu dan lama pengeringan berpengaruh terhadap kandungan protein pada
penyedap rasa. Penggunaan suhu rendah menyebabkan penyedap rasa tidak
matang secara sempurna, apabila terlalu tinggi protein yang terkandung di dalam
jamur dapat terdenaturasi. Penentuan waktu pengeringan harus memperhatikan
karakteristik bahan jamur yang digunakan. Berdasarkan penelitian yang dilakukan
oleh Lisa (2015), suhu pengeringan yang optimum dalam pembuatan penyedap
rasa adalah 65℃, sedangkan lama pengeringan optimum adalah 5,5 jam. Selain
kandungan protein penyedap rasa, kualitas fisik juga berpengaruh terhadap suhu
dan lama pengeringan. Penelitian yang dilakukan oleh Penelitian Widyastuti
(2015) mendapatkan hasil bahwa jamur merang memiliki nilai kegurihan paling
besar diantara jenis jamur Basidiomycota lainnya, sedangkan jamur tiram
mempunyai aroma, serta warna paling menarik. Berdasarkan hasil penelitian
tersebut penulis membuat penelitian yang berjudul Uji Kualitas Penyedap Rasa
Alternatif Kombinasi Jamur Merang (Volvariella Volvaceae) dan Jamur Tiram
(Pleurotus ostreatus) dengan Variasi Suhu dan Lama Pengeringan (Chazali,
2010).
2. METODE
Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian
eksperimen dengan analisis data deskriptif kuantitatif. Penelitian dilaksanakan di
Laboratorium Pendidikan Biologi FKIP Universitas Mahummadiyah Surakarta
dengan membuat penyedap rasa alternatif kombinasi badan buah jamur merang
dan jamur tiram dan dilanjutkan uji protein dengan metode Kjeldahl di Fakultas
4
Pertaian Universitas Sebelas Maret. Pada penelitan ini dilakukan uji organoleptik
terhadap 15 penelis meliputi mahasiswa, ibu rumah tangga dan siswi sekolah
menengah atas dengan parameter rasa, aroma serta warna.
3. HASIL DAN PEMBAHASAN
Pengujian organoleptik dilakukan pada 15 panelis meliputi mahasiswa, ibu rumah
tangga dan siswi sekolah menegah atas dengan parameter warna, aroma, serta
daya terima. Uji organoleptik pada penyedap rasa alternatif kombinasi badan buah
jamur merang dan jamur tiram dengan variasi suhu pengeringan yang berbeda
yaitu 50ºC dan 60ºC dengan lama pengeringan 3 jam, 4 jam dan 5 jam adalah
sebagai berikut :
Tabel 1 Hasil Uji Organoleptik Penyedap Rasa Alternatif Kombinasi Jamur
Merang dan Jamur Tiram dengan Variasi Suhu dan Lama Pengeringan.
Keterangan :
K1B1 : Lama pengeringan selama 3 jam dengan suhu 50ºC
K1B2 : Lama pengeringan selama 3 jam dengan suhu 60ºC
K2B1 : Lama pengeringan selama 4 jam dengan suhu 50ºC
K2B2 : Lama pengeringan selama 4 jam dengan suhu 60ºC
K3B1 : Lama pengeringan selama 5 jam dengan suhu 50ºC
K3B2 : Lama pengeringan selama 5 jam dengan suhu 60ºC
3.1 Warna
Tabel hasil uji organoleptik menunjukkan bahwa penilaian tertinggi warna
penyedap rasa didapatkan pada perlakuan K3B1 (penyedap rasa dikeringkan
No Perlakuan Uji Organoleptik
Warna Aroma Daya terima
1 K1B1 Coklat muda Sangat harum Kurang suka
2 K1B2 Coklat muda Kurang harum Kurang suka
3 K2B1 Coklat muda Kurang harum Sangat suka**
4 K2B2 Coklat muda Kurang harum Kurang suka
5 K3B1 Kuning Harum Kurang suka
6 K3B2 Kuning Harum Kurang suka
* Nilai kesukaan terendah
** Nilai kesukaan tertinggi
5
selama 5 jam pada suhu 50ºC) dan K3B2 (penyedap rasa dikeringkan selama 5 jam
pada suhu 60ºC). Berikut ini merupakan hasil penyedap rasa yang telah dibuat :
Keterangan. (a) K1B1 Penyedap rasa alternatif dengan Lama pengeringan 3 jam
pada Suhu 50ºC, (b) K2B1 Penyedap rasa alternatif dengan Lama
pengeringan 4 jam pada Suhu 50ºC, (c) K3B1 Penyedap rasa alternatif
dengan Lama pengeringan 5 jam pada Suhu 50ºC, (d) K1B2 Penyedap
rasa alternatif dengan Lama pengeringan 3 jam pada Suhu, (e) K2B2
Penyedap rasa alternatif dengan Lama pengeringan 4 jam pada Suhu
60ºC, (f) K3B2 Penyedap rasa alternatif dengan Lama pengeringan 5
jam pada Suhu 60º
Gambar 1. Gambar Uji Organoleptik Penyedap Rasa Alternatif Kombinasi Jamur
Merang Kombinasi Jamur Tiram
Warna yang dihasilkan pada sampel penyedap rasa tersebut sebagian besar
panelis mengatakan berwarna kuning Sedangkan pada empat sampel penyedap
lainnya K1B1, K1B2, K2B1 dan K2B2 memiliki penilaian dengan warna Coklat
muda. Perubahan warna menjadi kecoklatan terjadi pada saat produk diolah
melalui pengeringan atau selama penyimpanan. Saat proses pengeringan jamur
(a) (b) (c)
(d) (e) (f)
6
tiram dan jamur merang yang ada di dalam oven tidak dibalik secara teratur
sehingga kematangan pada jamur tidak merata. Hal tersebut menyebabkan warna
coklat pada sebagian jamur sehingga memicu terjadinya aktivitas enzimatis atau
reaksi kimia yang yang menyebabkan penyedap rasa berwarna sedikit kecoklatan.
Pernyataan tersebut diperkuat oleh Ardiyansyah (2014) yang menyatakan bahwa
penyerapan air yang besar pada proses pengeringan akan mengakibatkan
penyusutan volume yang lebih besar dan menyebabkan intensitas warna coklat
lebih meningkat.
3.2 Aroma
Histogram uji organoleptik dibawah menunukkan aroma terbaik yang dihasilkan
penyedap rasa adalah K1B1 (penyedap rasa dikeringkan selama 3 jam pada suhu
50ºC) dengan hasil panelis mengatakan sangat suka dengan aroma yang
dihasilkan yaitu menyerupai penyedap rasa komersil pada umumnya, sedangkan
pada perlakuan K3B1 (penyedap rasa dikeringkan selama 3 jam pada suhu 50ºC)
dan K3B2 (penyedap rasa dikeringkan selama 3 jam pada suhu 60ºC) panelis cukup
menyukai aromanya sedangkan pada ketiga perlakuan lainnya menyatakan kurang
suka terhadap aroma penyedap rasa, panelis berpendapat bahwa pada sampel
tersebut penyedap rasa tidak terlalu beraroma.
Gambar 2. Histogram Uji Organoleptik Penyedap Rasa Alternatif Kombinasi
Badan Buah Jamur Merang Kombinasi Jamur Tiram
K1B1 K1B2 K2B1 K2B2 K3B1 K3B2
Warna 2,33000 2,2000 2,4000 2,13000 3,000 3,13000
Aroma 4,07000 2,93000 2,6000 2,33000 3,2000 3,2000
Daya terima 2,6000 2,87000 4,000 2,4000 2,33000 2,27000
-
,5000
1,000
1,5000
2,000
2,5000
3,000
3,5000
4,000
4,5000
Nil
ai r
esp
ond
en
Nilai uji organoleptik
7
Aroma yang timbul pada penyedap rasa jamur disebabkan oleh pemecahan
asam amino yang terkandung dalam jamur tiram dan jamur merang yaitu lisin,
triptofan, threonin, metionin, valin, leusin isoleusin, histidin dan fenilalanin.
Aroma yang muncul pada penyedap rasa juga berasal dari bahan-bahan yang
terkandung dalam penyedap rasa seperti jamur tiram, jamur merang, bawang
merah, bawang putih serta lada putih bubuk. Hal tersebut seperti yang dinyatakan
oleh Nurainy (2015) bahwa aroma pada makanan tidak hanya dipengaruhi oleh
satu komponen, tetapi dipengaruhi beberapa komponen tertetu yang memiliki bau
khas dan perbandingan dari berbagai bahan-bahan yang digunakan.
3.3 Daya terima
Tabel hasil uji organoleptik penyedap rasa alternatif menujukkan bahwa pada
perlakuan K2B1 (penyedap rasa dikeringkan selama 4 jam pada suhu 50ºC)
mendapatkan penilaian positif dari panelis, menurut panelis penyedap rasa
tersebut memilki daya terima yang sangat disukai karena memiliki rasa serta
penampilan yang layak untuk dijadikan produk penyedap rasa. Pada perlakuan
lainnya panelis kurang menyukai sampel penyedap rasa yang diujikan atau
memiliki daya terima masyarakat yang rendah. Hal ini terjadi karena pengujian ini
didasarkan pada proses penginderaan. Penginderaan berarti reaksi mental
(sensation) oleh alat indra yang mendapat rangsangan (stimulus). Reaksi atau
kesan ditimbulkan karena adanya rangsangan berupa sikap untuk mendekati atau
menjauhi, menyukai atau tidak menyukai akan benda penyebab rangsangan.
Kesadaran, kesan dan sikap terhadap rangsangan adalah reaksi psikologis atau
reaksi subyektif. Penelitian Nababan (2012) tentang uji daya terima tempe biji
kecipir beras merah memperkuat hasil penelitian saya yang menyebutkan bahwa
uji organoleptik berupa daya terima didasarkan pada indera panelis sehingga
penilaiannya subyektif.
4. PENUTUP
Berdasarkan hasil dan pembahasan diatas dapat disimpulkan bahwa uji
organoleptik nilai kesukaan warna tertinggi pada penyedap rasa yang dikeringkan
selama 5 jam pada suhu 50ºC dan 60ºC, dan kesukaan terhadap aroma pada
8
penyedap rasa yang dikeringkan selama 3 jam pada suhu 50ºC, sedangkan daya
terima terbaik pada penyedap rasa yang dikeringkan selama 4 jam pada suhu
50ºC. Simpulan dari penelitian ini yaitu terdapat perbedaan hasil pengujian
organoleptik penyedap rasa dikarenakan tingkat kesukaan dan kepekaan indera
panelis yang berbeda-beda sehingga penilaian bersifat subyektif.
DAFTAR PUSTAKA
Ardiyansyah. (2014). Pengaruh Perlakuan Awal Terhadap Karakteristik Kimia
dan Organoleptik Tepung Jamur Tiram (Pleurotus ostreatus). Jurnal
Teknologi Industri dan Hasil Pertanian, 19(2), 1-11.
Lisa, Maya., Lutfi, Musthofa., dan Susilo, Bambang. (2015). Pengaruh Suhu dan
Lama Pengeringan terhadap Mutu Tepung Jamur Tiram Putih
(Plaerotus ostreatus). Jurnal Keteknikan Pertanian Tropis dan
Biosistem, 3(3), 270-279.
Nababan, Fera Erika., Nasution, Ernawati., dan Ardiani, Fitri. (2012). Uji Daya
Terima Tempe Biji Kecipir Beras Merah Dan Kandungan Gizinya.
Jurnal Kesehatan Masyarakat USU, 1(1), 1-10.
Nurainy, Fibra., Sugiharto, Ribut., dan Sari, Dewi Wulan. (2015). Pengaruh
Perbandingan Tepung Tapioka dan Jamur Tiram Putih (Pleurotus
oestreatus) Terhadap Volume Pengembangan, Kadar Protein dan
Organoleptik Kerupuk. Jurnal Teknologi Industri & Hasil Pertanian,
20(1), 11-24.
Palupi, Niken W., Mayasari, Citra Ayu., Maslikah, Frida., dan Sari, Subekah
Nawa Kartika. (2013). Kajian Pembuatan Seasoning Alami Cair
Berbahan Dasar Jamur Merang (Volvariella volvaceae) Dengan
Variasi Jumlah Penambahan Glukosa. Jurnal Ilmiah INOVASI, 13 (3),
227-232.
Widyastuti, Netty., Tjokrokusumo, Donowati., dan Giarni, Reni. (2015). Potensi
Beberapa Jamur Basidiomycota Sebagai Bumbu Penyedap Alternatif
Masa Depan. Prosiding Seminar Agroindustri dan Lokakarya
Nasional FKPT-TPI. 52-60.