UJI EFEK DIURETIK EKSTRAK ETANOL DAUN PETAI CINA …

79
UJI EFEK DIURETIK EKSTRAK ETANOL DAUN PETAI CINA (Laucaena leucocephala (Lam.) de Wit) pada MENCIT PUTIH JANTAN GALUR SWISS WEBSTER SKRIPSI diajukan sebagai salah satu syarat menyelesaikan Program Sarjana (S1) pada Jurusan Farmasi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Al-Ghifari Oleh : SEPTIANA ANJARWATI D1A140880 UNIVERSITAS AL-GHIFARI FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM JURUSAN FARMASI BANDUNG 2018

Transcript of UJI EFEK DIURETIK EKSTRAK ETANOL DAUN PETAI CINA …

Page 1: UJI EFEK DIURETIK EKSTRAK ETANOL DAUN PETAI CINA …

UJI EFEK DIURETIK EKSTRAK ETANOL DAUN PETAI

CINA (Laucaena leucocephala (Lam.) de Wit) pada MENCIT

PUTIH JANTAN GALUR SWISS WEBSTER

SKRIPSI

diajukan sebagai salah satu syarat menyelesaikan Program Sarjana (S1)

pada Jurusan Farmasi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Al-Ghifari

Oleh :

SEPTIANA ANJARWATI

D1A140880

UNIVERSITAS AL-GHIFARI

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

JURUSAN FARMASI

BANDUNG

2018

Page 2: UJI EFEK DIURETIK EKSTRAK ETANOL DAUN PETAI CINA …

LEMBAR PENGESAHAN

JUDUL : UJI EFEK DIURETIK EKSTRAK ETANOL DAUN

PETAI CINA (Laucaena leucocephala (Lam.) de Wit)

pada MENCIT PUTIH JANTAN GALUR SWISS

WEBSTER

OLEH : SEPTIANA ANJARWATI

NIM : D1A140880

Setelah membaca skripsi ini dengan seksama, menurut pertimbangan kami telah memenuhi

persyaratan ilmiah sebagai suatu skripsi

Bandung, Desember 2018

Menyetujui :

Pembimbing I, Pembimbing II,

Thito Dwi Evrianto, S.Si., M.Mkes., Apt

Sri Maryam, M.Si., Apt

Page 3: UJI EFEK DIURETIK EKSTRAK ETANOL DAUN PETAI CINA …

i

ABSTRAK

Diuretik adalah obat yang dapat menambahkan kecepatan pembentukan urin dan

menunjukkan jumlah pengeluaran (kehilangan) zat-zat terlarut dan air. Tanaman

petai cina (Leucaena leucocephala (Lam.) de Wit) merupakan tanaman yang

digunakan sebagai obat tradisional dan salah satu manfaatnya adalah sebagai

diuretik. Pada penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efektivitas diuretik dan

dosis optimum daun petai cina serta mengetahui kadar Na+ dan K+ pada urin

mencit putih jantan galur Swiss Webster dengan menggunakan metode Lipschitz.

Sebanyak 25 ekor mencit dibagi menjadi 5 kelompok uji. Kelompok kontrol

normal diberi akuades 0,5 ml, kelompok pembanding diberi furosemid 0,014

mg/20g BB mencit, kelompok uji dosis I diberi ekstrak daun petai cina 6,5

mg/20g BB mencit, dosis II diberi ekstrak daun petai cina 13 mg/20g BB mencit,

dan dosis III diberi ekstrak daun petai cina 26 mg/20g BB mencit. Pengamatan

dilakukan dengan mengukur volume urin yang keluar selama 6 jam dan

pengukuran kadar Na+ dan K+ dalam urin. Data yang diperoleh dianalisis dengan

one way ANOVA. Hasil penelitian menunjukan pemberian ekstrak daun petai cina

(Leucaena leucocephala (Lam.) de Wit) memiliki efektifitas diuretik pada dosis

III (26 mg/20g BB mencit) yang mendekati volume urin kelompok pembanding

(furosemid).

Kata kunci : Leucaena leucocephala, Petai cina, Diuretik

Page 4: UJI EFEK DIURETIK EKSTRAK ETANOL DAUN PETAI CINA …

ii

ABSTRACT

Diuretics are drugs that can increase the rate of urine formation and shows the

amount of discharge (loss) of solutes and water. The petai cina plant (Leucaena

leucocephala (Lam.) De Wit) is a plant that is used as a traditional medicine and

one of its benefits as a diuretic. This research is used to know effectiveness and

dose of petai cina leaves and to know the levels of Na+ and K+ in the urine white

male mice Swiss Webster using the Lipschitz method. A total of 25 mice divided

into 5 test groups. The normal control group was given aquadest of 0.5 ml, the

comparison group was given furosemide 0.014 mg / 20g weight of mice, the dose I

test group was given petai cina leaves extract with 6,5 mg / 20g weight of mice,

dose II was given petai cina leaves extract 13 mg / 20g weight of mice, and dose

III given petai cina leaves extract 26 mg / 20g weight of mice. The observation

was done by measuring the volume of urine out for 6 hours and measuring the

levels of Na+ and K+ in the urine. The data obtained were analyzed by one way

ANOVA. The results showed that the extract of petai cina leaves (Leucaena

leucocephala (Lam.) De Wit) have diuretic effectiveness at dose III (26 mg / 20g

weight of mice) which approached the urine volume of the comparison group

(furosemide).

Keywords : Leucaena leucocephala, Petai cina, Diuretic

Page 5: UJI EFEK DIURETIK EKSTRAK ETANOL DAUN PETAI CINA …

iii

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas segala rahmat dan

anugrah-Nya sehingga penulis akhirnya dapat menyelesaikan penulisan skripsi

yang berjudul Uji Efek Diuretik Ekstrak Etanol Daun Petai Cina (Laucaena

Leucocephala (Lam.) de Wit) pada Mencit Putih Jantan Galur Swiss Webster.

Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk menyelesaikan studi

Program Sarjana pada Jurusan Farmasi Fakultas Matematika dan Ilmu

Pengetahuan Alam Universitas Al-Ghifari Bandung.

Dalam mempersiapkan dan penyusunan skripsi ini, penulis banyak

mendapat bimbingan dan bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, pada

kesempatan ini penulis menyampaikan terima kasih banyak kepada :

1. Bapak Dr. H. Didin Muhafidin, S.I.P., M.Si., selaku Rektor Universitas Al-

Ghifari.

2. Bapak Ardian Baitariza, M.Si., Apt. selaku dekan Fakultas Matematika dan

Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Al-Ghifari.

3. Ibu Ginayanti Hadisoebroto, M.Si., Apt. selaku Ketua Jurusan Farmasi

Universitas Al-Ghifari.

4. Bapak Thito Dwi Evrianto, S.Si., M.Mkes., Apt. selaku dosen pembimbing 1.

Terima kasih telah memberikan bimbingan, saran dan pengarahan selama

penelitian hingga selesainya penyusunan skripsi ini.

5. Ibu Sri Maryam, M.Si., Apt. selaku dosen pembimbing 2. Terima kasih telah

meluangkan waktunya untuk membimbing dan mengarahkan penulis dalam

penyelesaian skripsi ini.

Page 6: UJI EFEK DIURETIK EKSTRAK ETANOL DAUN PETAI CINA …

iv

6. Ibu Dytha Andri Deswati, M.Si., Apt selaku dosen Farmakologi yang sangat

membantu dalam proses penelitian dan penyusunan hingga akhirnya penulis

dapat menyelesaikan skripsi ini.

7. Segenap dosen pengajar, staf sekretariatan serta rekan-rekan laboran Fakultas

Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Al-Ghifari atas

bantuannya dalam menyelesaikan skripsi ini.

8. Orang tua, adik, dan teman terbaikku Rahmat hidayat yang senantiasa

memberikan doa, kasih sayang, semangat serta dukungan moril maupun

material yang telah kalian berikan sehingga penulis dapat menyelesaikan

skripsi ini.

9. Semua anak Kost Exclusive 525, team Banana Big dan keluarga Garsel

terimakasih untuk saling membantu, kekompakan, kenangan, keceriaan,

motivasi dan semangat selama ini.

10. Keluarga besar Logeman sebagai sahabat yang telah memberikan support dan

doa sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini

11. Rekan-rekan seperjuangan, seluruh mahasiswa Jurusan Farmasi dengan

semangat yang luar biasa.

12. Pihak-pihak lain yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang turut

membantu dalam proses penyelesaian skripsi ini.

Akhir kata semoga Allah SWT memberikan rahmat-NYA kepada semua

pihak yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini. Penulis

menyadari bahwa skripsi ini jauh dari kata sempurna dan masih banyak

kekurangannya, untuk itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang

Page 7: UJI EFEK DIURETIK EKSTRAK ETANOL DAUN PETAI CINA …

v

membangun untuk perbaikan skripsi ini. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi

perkembangan ilmu pengetahuan.

Bandung, Desember 2018

Penulis

Page 8: UJI EFEK DIURETIK EKSTRAK ETANOL DAUN PETAI CINA …

vi

DAFTAR ISI

ABSTRAK .............................................................................................................. i

ABSTRACT ............................................................................................................ ii

KATA PENGANTAR .......................................................................................... iii

DAFTAR ISI ......................................................................................................... vi

DAFTAR TABEL ................................................................................................ ix

DAFTAR GAMBAR ............................................................................................. x

DAFTAR LAMPIRAN ........................................................................................ xi

BAB I PENDAHULUAN ...................................................................................... 1

1.1 Latar Belakang .......................................................................................... 1

1.2 Rumusan Masalah ..................................................................................... 3

1.3 Tujuan Penelitian ...................................................................................... 3

1.4 Manfaat Penelitian .................................................................................... 3

1.5 Waktu dan Tempat Penelitian ................................................................... 4

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ........................................................................... 5

2.1 Tanaman Petai Cina (Laucaena leucocephala (Lam.) de Wit)................. 5

2.1.1 Klasifikasi Tanaman.......................................................................... 5

2.1.2 Nama Daerah, Nama Asing .............................................................. 6

2.1.3 Morfologi Tanaman .......................................................................... 6

2.1.4 Kandungan .......................................................................................... 7

2.1.5 Khasiat ................................................................................................ 7

2.2 Flavonoid .................................................................................................. 8

2.2.1 Struktur Flavonoid ............................................................................. 8

2.2.2 Klasifikasi Senyawa Flavonoid ....................................................... 9

2.3 Diuretik ................................................................................................... 10

2.3.1 Definisi Diuretik .............................................................................. 10

2.3.2 Pembentukan urin ............................................................................ 10

2.3.3 Mekanisme kerja diuretik ............................................................... 11

2.3.4 Penggolongan diuretik .................................................................... 13

2.3.5 Efek samping diuretik ..................................................................... 18

2.4 Furosemid ............................................................................................... 20

2.5 Ekstraksi .................................................................................................. 21

Page 9: UJI EFEK DIURETIK EKSTRAK ETANOL DAUN PETAI CINA …

vii

2.5.1 Definisi Ekstraksi ............................................................................ 21

2.5.2 Tujuan Ekstraksi .............................................................................. 22

2.5.3 Macam – macam Ekstraksi ........................................................... 22

2.5.4 Maserasi ............................................................................................ 23

BAB III METODOLOGI PENELITIAN ......................................................... 24

3.1 Alat .......................................................................................................... 24

3.2 Bahan Penelitian ..................................................................................... 24

3.2.1 Bahan Tanaman ............................................................................... 24

3.2.2 Bahan Kimia ..................................................................................... 24

3.2.3 Hewan Uji ......................................................................................... 25

3.3 Metode Penelitian ................................................................................... 25

3.3.1 Pengumpulan Bahan dan Determinasi Tanaman......................... 25

3.3.2 Pembuatan Simplisia ....................................................................... 25

3.3.3 Penetapan Kadar Air Simplisia ...................................................... 26

3.3.4 Ekstraksi Daun Petai Cina (Laucaena leucocephala

(Lam.) de Wit) ..................................................................................26

3.3.5 Skrining Fitokimia ........................................................................... 27

3.3.6 Pembuatan Sediaan ......................................................................... 29

3.3.7 Penyiapan Hewan Percobaan ......................................................... 30

3.4 Uji Efek Diuretik Ekstrak Etanol Daun Petai Cina (Laucaena

leucocephala (Lam.) de Wit) .................................................................. 30

3.5 Pengukuran Kadar Na+ dan K+ pada Urin .............................................. 31

3.6 Analisis Data ........................................................................................... 33

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ............................................................ 34

4.1 Determinasi Tanaman ............................................................................. 34

4.2 Hasil Penetapan Kadar Air...................................................................... 34

4.3 Hasil Ekstraksi ........................................................................................ 34

4.4 Hasil Skrining Fitokimia ......................................................................... 35

4.5 Hasil Uji Diuretik .................................................................................... 37

4.6 Hasil Analisis Data Statistik ................................................................... 40

4.7 Hasil Pengukuran Kadar Na+ dan K+ pada Urin ..................................... 42

Page 10: UJI EFEK DIURETIK EKSTRAK ETANOL DAUN PETAI CINA …

viii

BAB V SIMPULAN DAN SARAN .................................................................... 46

5.1 Simpulan ................................................................................................. 46

5.2 Saran ....................................................................................................... 47

DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 48

LAMPIRAN ......................................................................................................... 51

Page 11: UJI EFEK DIURETIK EKSTRAK ETANOL DAUN PETAI CINA …

ix

DAFTAR TABEL

Tabel 4.1 Hasil Ekstrak Yang Diperoleh ......................................................... 35

Tabel 4.2 Hasil Rendemen Ekstrak Daun Petai Cina ....................................... 35

Tabel 4.3 Hasil Skrining Fitokimia .................................................................. 36

Tabel 4.4 Hasil Volume Urin Selama 6 jam ................................................... 38

Tabel 4.5 Rata-rata Volume Urin dengan Pemberian Ekstrak Etanol Daun

Petai Cina dalam berbagai Dosis ......................................................

41

Tabel 4.6 Hasil Uji Statistik One Way Anova .................................................. 41

Tabel 4.7 Konsentrasi Ion Natrium ................................................................. 43

Tabel 4.8 Konsentrasi Ion Kalium .................................................................. 44

Page 12: UJI EFEK DIURETIK EKSTRAK ETANOL DAUN PETAI CINA …

x

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Petai cina (Laucaena leucocephala (Lam.) de Wit) ..................... 5

Gambar 2.2 Struktur umum flavonoid ............................................................. 8

Gambar 2.3 Tempat Kerja Diuretik pada Tubulus Ginjal ................................ 18

Gambar 2.4 Struktur Kimia Furosemid ........................................................... 20

Gambar 4.1 Diagram Rata-Rata Volume Urin Selama 6 Jam ......................... 39

Gambar 4.2 Diagram Hasil Uji Statisitik Volume Urin Selama 6 Jam .......... 42

Gambar 4.3 Kosentasi Ion Natrium .................................................................. 43

Gambar 4.4 Kosentrasi Ion Kalium .................................................................. 44

Page 13: UJI EFEK DIURETIK EKSTRAK ETANOL DAUN PETAI CINA …

xi

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran I Hasil Determinasi ................................................................... 51

Lampiran II Hasil Penetapan Kadar Air ...................................................... 52

Lampiran III Hasil Ekstraksi ......................................................................... 53

Lampiran IV Hasil Skrining Fitokimia ......................................................... 54

Lampiran V Perhitungan Dosis .................................................................... 56

Lampiran VI Hasil Pengamatan ................................................................... 59

Lampiran VII Hasil Uji Diuretik .................................................................... 62

Lampiran VIII Hasil Analisis Data Statistik .................................................... 63

Lampiran IX Hasil Pengukuran Kadar Na+ dan K+ pada Urin .................... 65

Lampiran X Diagram Alur Penelitian .......................................................... 66

Page 14: UJI EFEK DIURETIK EKSTRAK ETANOL DAUN PETAI CINA …

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Indonesia merupakan negara yang terkenal akan kekayaan sumber daya

alam yang melimpah. Kekayaan sumber daya alam yang dimiliki tersebut

kemudian banyak dimanfaatkan oleh masyarakat untuk kebutuhan hidup sehari-

hari diantaranya sebagai tumbuhan obat. Penggunaan bahan obat yang berasal dari

tumbuhan semakin meningkat karena aman dikonsumsi dan bila digunakan secara

tepat, penggunaan tumbuhan obat relatif memiliki efek samping yang lebih kecil

dibandingkan dengan obat sintetik (Sari, 2006).

Tanaman obat sudah sejak zaman dahulu dipergunakan untuk

meningkatkan kesehatan, memulihkan kesehatan, pencegahan penyakit dan

penyembuhan oleh masyarakat Indonesia. Indonesia memiliki berbagai

keanekaragaman hayati sehingga Indonesia kaya akan sumber bahan obat alam

dan tradisional yang digunakan untuk ramuan obat tradisional secara turun

temurun (Saifudin, 2011). Dalam dasa warsa terakhir, perhatian dunia terhadap

obat-obatan dari bahan alam (obat tradisional) menunjukkan peningkatan, baik di

negara-negara berkembang maupun di negara-negara maju. Badan Kesehatan

Dunia (WHO) menyebutkan bahwa hingga 65% dari penduduk negara-negara

maju telah menggunakan pengobatan tradisional (Depkes, 2007).

Salah satu tanaman yang dapat digunakan sebagai obat tradisional adalah

petai cina (Leucaena leucocephala (Lam.) de Wit). Efek farmakologis petai cina

Page 15: UJI EFEK DIURETIK EKSTRAK ETANOL DAUN PETAI CINA …

2

diantaranya adalah menyembuhkan luka luar, abses paru, meluruhkan urine

(diuretik), melancarkan darah, dan anti-inflamasi. Kandungan kimia petai cina

pada biji mengandung mimosin, leukanin, leukanol, dan protein (Dalimartha,

2000).

Daun mengandung alkaloid, saponin, flavonoida, tanin, protein, lemak,

kalsium, fosfor, besi, serta vitamin (A, B, C) (Dalimartha, 2000). Senyawa

flavonoid mempunyai aktivitas biologis yang bermacam-macam diantaranya

adalah sebagai diuretik (Anna, 2011).

Diuretik adalah obat yang dapat menambahkan kecepatan pembentukan

urin. Istilah diuretik mepunyai dua pengertian, pertama menunjukan adanya

penambahan volume urin yang di produksi dan yang kedua menunjukan jumlah

pengeluaran (kehilangan) zat-zat terlarut dan air. Fungsi utama diuretik adalah

memobilisasi cairan edema, yang berarti mengubah keseimbangan cairan

sedemikian rupa sehingga volume cairan ekstra sel kembali menjadi normal

(Nafrialdi, 2007 : 342). Diuretik juga dipercaya dan rekomendasi menjadi salah

satu cara pengobatan yang ampuh untuk menangani masalah hipertensi dan batu

ginjal (WHO, 2005).

Berdasarkan uraian diatas, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian

mengenai uji efek ekstrak etanol daun petai cina (Laucaena leucocephala (Lam.)

de Wit) sebagai diuretik pada mencit putih jantan galur Swiss Webster. Pada

penelitian ini peneliti meneliti bagian daun petai cina dengan perbandingan

furosemid, sehingga dapat di lihat apakah daun petai cina (Laucaena

leucocephala (Lam.) de Wit) memiliki kemampuan terhadap efek diuretik, selain

Page 16: UJI EFEK DIURETIK EKSTRAK ETANOL DAUN PETAI CINA …

3

itu juga karena masih minimnya penelitian akan manfaat dari daun petai cina yang

biasanya hanya digunakan sebagai anti-inflamasi dan anti bakteri. Karena hal

tersebutlah peneliti memilih tanaman daun petai cina sebagai bahan penelitian.

1.2 Rumusan Masalah

1. Apakah pemberian ekstrak etanol daun petai cina (Laucaena leucocephala

(Lam.) de Wit) memiliki efek sebagai diuretik ?

2. Pada dosis berapa ekstrak etanol daun petai cina (Laucaena leucocephala

(Lam.) de Wit) memiliki efek sebagai diuretik?

3. Berapa kadar Na+ dan K+ pada urin mencit jantan putih galur Swiss

Webster yang diberikan ekstrak etanol daun petai cina (Laucaena

leucocephala (Lam.) de Wit) ?

1.3 Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui efek diuretik daun petai

cina, mengetahui dosis optimum ekstrak etanol daun petai cina dan mengetahui

kadar Na+ dan K+ pada urin mencit putih jantan galur Swiss Webster.

1.4 Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi yang

bermanfaat mengenai daun petai cina (Laucaena leucocephala (Lam.) de Wit) dan

khususnya untuk penderita seperti hipertensi dan batu ginjal di masyarakat pada

umumnya.

Page 17: UJI EFEK DIURETIK EKSTRAK ETANOL DAUN PETAI CINA …

4

1.5 Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian dilakukan pada bulan Februari sampai dengan Mei 2018 di

Laboratorium Farmakologi, Jurusan Farmasi, Fakultas Matematika dan Ilmu

Pengetahuan Alam, Universitas AL-Ghifari Bandung.

Page 18: UJI EFEK DIURETIK EKSTRAK ETANOL DAUN PETAI CINA …

5

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Tanaman Petai Cina (Laucaena leucocephala (Lam.) de Wit)

2.1.1 Klasifikasi Tanaman

(Cronquist Arthur, 1981)

(Leucaena leucocephala (Lam.) de Wit) dapat diklasifikasikan sebagai berikut:

Kingdom : Plantae

Divisi : Magnoliophyta

Class : Magnoliopsida

Ordo : Fabales

Famili : Fabaceae

Genus : Leucaena

Spesies : Leucaena leucocephala (Lam.) de Wit

Gambar 2.1

Petai cina (Laucaena leucocephala (Lam.) de Wit)

Petai cina berasal dari Amerika tropis, tersebar di daerah tropik dan

ditemukan pada ketinggian antara 1-1500 meter diatas permukaan laut. Petai cina

menyukai iklim tropis yang hangat dengan suhu harian (20 – 300C) dan akan

Page 19: UJI EFEK DIURETIK EKSTRAK ETANOL DAUN PETAI CINA …

6

berbuah lebih baik jika terkena langsung dengan sinar matahari. Tanaman ini

dapat tumbuh di segala macam tanah, asalkan jangan di tanah lempung yang pekat

dan tergenang air ( Hariana dan Afief, 2008).

2.1.2 Nama Daerah, Nama Asing

Petai cina (Laucaena leucocephala (Lam.) de Wit) dikenal pada

masyarakat Indonesia dengan nama daerah yaitu: pete cina; pete selong

(Sumatera), lamtoro; peutey; selamtara; pelending, kamalandingan (Jawa),

kalandingan (Madura) (Yuniarti, 2008).

2.1.3 Morfologi Tanaman

Petai cina merupakan perdu ataupun pohon kecil dengan tinggi 2-10 m,

memiliki batang pohon keras dan berukuran tidak besar serta batang bulat silindris

dan bagian ujung berambut rapat. Daun majemuk terurai dalam tangkai, menyirip

genap ganda dua sempurna, anak daun kecil-kecil terdiri dari 5-20 pasang,

bentuknya lanset, ujung runcing, tepi rata, panjang 6-21 mm dan lebar 2-5 mm.

Bunga majemuk terangkai dalam karangan berbentuk bongkol yang bertangkai

panjang dan berwarna putih kekuningan atau sering disebut cengkaruk. Buahnya

mirip buah petai (parkia speciosa Hassk.) tetapi ukurannya jauh lebih kecil dan

berpenampang lebih tipis, termasuk buah polong yang berisi biji–biji kecil dengan

jumlah cukup banyak, pipih, dan tipis bertangkai pendek, panjang 10-18 cm, lebar

2 cm dan diantara biji ada sekat.

Biji terdiri dari 15-30 butir, letak melintang, bentuk bulat telur sungsang,

panjang 8 mm, lebar 5 mm, berwarna coklat kehijauan atau coklat tua dan licin

mengkilap.

Page 20: UJI EFEK DIURETIK EKSTRAK ETANOL DAUN PETAI CINA …

7

Petai cina dipakai untuk pupuk hijau dan sering ditanam sebagai tanaman

pagar sedangkan daun muda, tunas bunga, dan polong bisa dimakan sebagai lalap

mentah ataupun dimasak terlebih dahulu. Perbanyakan selain dengan penyebaran

biji yang sudah tua juga dapat dilakukan dengan cara stek batang ( Dalimarta,

2000 ).

2.1.4 Kandungan

Biji yang sudah tua setiap 100 g mempunyai nilai kandungan kimia

berupa zat kalori sebesar 148 kalori, protein 10,6 g, lemak 0,5 g, hidrat arang

26,2 g, kalsium 155 mg, besi 2,2 mg, vitamin A, vitamin BI 0,23 mg. Daun

petai cina mengandung zat aktif alkaloid, saponin, flavonoid dan tanin. Dalam

petai cina, mengandung zat aktif yang berupa alkaloid, saponin, flavonoid,

mimosin, leukanin, protein, lemak, kalsium, fosfor, besi, vitamin A dan vitamin

B. Berbagai kandungan yang terdapat dalam tanaman petai cina yang

diperkirakan sebagai antidiuretik adalah flavonoid. Flavonoid dalam bentuk

aglikon bersifat nonpolar, sedangkan dalam bentuk glikosida bersifat polar

(Dalimartha, 2008).

2.1.5 Khasiat

Biji, daun, dan seluruh bagian tanaman dapat digunakan untuk mengobati

beberapa penyakit. Diantaranya adalah kencing manis ( diabetes melitus), patah

tulang, cacingan, bisul, terlambat haid, radang ginjal ( nephritis ) dan susah tidur

(Dalimarta, 2000).

Page 21: UJI EFEK DIURETIK EKSTRAK ETANOL DAUN PETAI CINA …

8

2.2 Flavonoid

Senyawa flavonoid merupakan suatu kelompok fenol yang terbesar yang

ditemukan di alam. Senyawa ini terdiri lebih dari 15 atom karbon yang sebagian

besar bisa ditemukan dalam kandungan tumbuhan. Flavonoid merupakan pigmen

yang diproduksi oleh sejumlah tanaman sebagai warna pada bunga yang

dihasilkan. Senyawa – senyawa ini merupakan zat warna merah, ungu, dan biru

dan sebagai zat warna kuning yang ditemukan dalam tumbuh – tumbuhan. Lebih

dari 2000 flavonoid yang berasal dari tumbuhan telah diidentifikasi, namun ada

tiga kelompok yang umum dipelajari, yaitu antosianin, flavonol, dan flavon (lenny

S, 2006).

2.2.1 Struktur Flavonoid

Struktur umum flavonoid dapat juga digambarkan sebagai deretan

senyawa C6 – C3 – C6 yaitu dua cincin aromatik yang dihubungkan dengan 3

atom C, biasanya dengan ikatan atom O yang berupa ikatan oksigen heterosiklik.

Kerangka karbonnya terdiri atas dua gugus C6 (cincin benzena tersubstitusi) yang

dihubungkan oleh rantai alifatik tiga karbon. Struktur umum molekul ini

ditunjukkan dalam gambar 2.2 (lenny S, 2006).

Gambar 2.2 Struktur umum flavonoid

Page 22: UJI EFEK DIURETIK EKSTRAK ETANOL DAUN PETAI CINA …

9

Semua flavonoid, menurut strukturnya, merupakan turunan senyawa induk

flavon yang terdapat berupa tepung putih pada tumbuhan. Semua turunan senyawa

flavonoid mempunyai sejumlah sifat yang sama (lenny S, 2006).

2.2.2 Klasifikasi Senyawa Flavonoid

Flavonoid merupakan metabolit sekunder yang paling beragam dan

tersebar luas. Sekitar 5-10% metabolit sekunder tumbuhan adalah flavonoid,

dengan struktur kimia dan peran biologi yang sangat beragam. Senyawa ini

dibentuk dari jalur shikimate dan fenilpropanoid, dengan beberapa alternatif

biosintesis. Flavonoid banyak terdapat dalam tumbuhan hijau (kecuali alga),

khususnya tumbuhan berpembuluh. Flavonoid sebenarnya terdapat pada semua

bagian tumbuhan termasuk daun, akar, kayu, kulit, tepung sari, nectar, bunga,

buah buni dan biji. Kira-kira 2% dari seluruh karbon yang difotosintesis oleh

tumbuh-tumbuhan diubah menjadi flavonoid. Flavonoid merupakan turunan fenol

yang memiliki struktur dasar fenilbenzopiron (tokoferol), dicirikan oleh kerangka

15 karbon (C6-C3-C6) yang terdiri dari satu cincin teroksigenasi dan dua cincin

aromatis. Substitusi gugus kimia pada flavonoid umumnya berupa hidroksilasi,

metoksilasi, metilasi dan glikosilasi (lenny S, 2006).

Klasifikasi flavonoid sangat beragam, di antaranya ada yang

mengklasifikasikan flavonoid menjadi flavon, flavonol, flavan-3,4-diol,

isoflavon, flavanon, flavanonol, katekin, antosianin, auron, kalkon dan

dihidrokhalkon. Lebih dari 6467 senyawa flavonoid telah diidentifikasi dan

jumlahnya terus meningkat. Kebanyakan flavonoid berbentuk monomer, tetapi

terdapat pula bentuk dimer (biflavonoid), trimer, tetramer, dan polimer. Istilah

Page 23: UJI EFEK DIURETIK EKSTRAK ETANOL DAUN PETAI CINA …

10

flavonoid diberikan untuk senyawa-senyawa fenol yang berasal dari kata flavon,

yaitu nama dari salah satu flavonoida yang terbesar jumlahnya dalam tumbuhan

(lenny S, 2006).

2.3 Diuretik

2.3.1 Definisi Diuretik

Diuretik adalah obat yang dapat menambah kecepatan pembentukan urin.

Istilah diuresis mempunyai dua pengertian, pertama menunjukkan adanya

penambahan volume urin yang diproduksi dan yang kedua menunjukkan jumlah

pengeluaran (kehilangan) zat-zat terlarut dan air. Diuretik juga bisa diartikan

sebagai obat-obat yang menyebabkan suatu keadaan meningkatnya aliran urin.

Obat-obat ini menghambat transport ion yang menurunkan reabsorpsi Na+ pada

bagian-bagian nefron yang berbeda. Akibatnya Na+ dan ion lain seperti Cl-

memasuki urin dalam jumlah lebih banyak dibandingkan bila keadaan normal

bersama-sama air yang mengangkut secara pasif untuk mempertahankan

keseimbangan osmotik (Nafrialdi, 2007).

2.3.2 Pembentukan urin

Cara pengeluaran air seni yang paling utama adalah melalui ginjal.

Pengeluaran ini sebagian tidak dapat dihindari dan sebagian lagi dikendalikan

oleh hormon antidiuretik (ADH). Peningkatan pembuangan air melalui ginjal ini

bisa dipengaruhi oleh obat atau tanaman obat yang bersifat diuretik (Permadi,

2006). Sedangkan fungsi utama dari ginjal adalah memelihara kemurnian darah

dengan jalan mengeluarkan semua zat asing dan sisa pertukaran zat dari dalam

Page 24: UJI EFEK DIURETIK EKSTRAK ETANOL DAUN PETAI CINA …

11

darah. Untuk itu, darah mengalami filtrasi dimana semua komponennya melintasi

saringan ginjal kecuali zat putih telur dan sel-sel darah (Tjay dan Rahardja, 2002).

Proses diuresis dimulai dengan mengalirkan darah ke dalam glomeruli

(gumpalan kapiler), yang terletak di bagian luar ginjal (cortex). Dinding glomeruli

inilah yang bekerja sebagai saringan halus yang secara pasif dapat dilintasi air,

garam-garam, dan glukosa. Ultrafiltrat, yang diperoleh dari filtrasi dan berisi

banyak air serta elektrolit, akan ditampung di wadah yang mengelilingi setiap

glomerulus seperti corong (kapsul bowman) dan kemudian disalurkan ke pipa

kecil. Tubuli ini terdiri dari bagian proksimal dan distal, yang letaknya

masingmasing dekat dan jauh dari glomerulus. Kedua bagian ini dihubungkan

oleh sebuah lengkungan (Henle’s loop) (Tjay dan Rahardja, 2002).

Air dan komponen yang sangat penting bagi tubuh, seperti glukosa dan

garam-garam, antara lain ion Na+ dikembalikan pada darah melalui kapiler yang

mengelilingi tubuli. Sisanya yang tak berguna seperti ampas perombakan

metabolisme protein (ureum) untuk sebagian besar tidak diserap kembali. Lalu,

filtrat dari semua tubuli ditampung di suatu saluran pengumpul (ductus colligens),

dimana terutama berlangsung penyerapan air kembali. Filtrat disalurkan ke

kandung kemih dan ditimbun disini sebagai urin (Tjay dan Rahardja, 2002).

2.3.3 Mekanisme kerja diuretik

Diuretik menghasilkan peningkatan aliran urin (diuresis) dengan

menghambat reabsorpsi natrium dan air dari tubulus ginjal. Kebanyakan

reabsorpsi natrium dan air terjadi di sepanjang segmen-segmen tubulus ginjal

(proksimal, ansa henle dan distal) (Tjay dan Rahardja, 2002).

Page 25: UJI EFEK DIURETIK EKSTRAK ETANOL DAUN PETAI CINA …

12

a. Tubuli proksimal garam direabsorpsi secara aktif (70%), antara lain Na+

dan air, begitu pula glukosa dan ureum. Karena reabsorpsi berlangsung

proporsional, maka susunan filtrat tidak berubah dan tetap isotonis terhadap

plasma. Diuretika osmosis (manitol, sorbitol) bekerja disini dengan merintangi

reabsorpsi air dan natrium (Tjay dan Rahardja, 2002).

b. Lengkungan henle di bagian menaik lengkungan Henle ini, 25 % dari

semua Cl- yang telah difiltrasi direabsorpsi secara aktif, disusul dengan reabsorpsi

pasif dari Na+ dan K+ , tetapi tanpa air, hingga filtrat menjadi hipotonis. Diuretika

lengkungan (furosemida, bumetamida, etakrinat) bekerja dengan merintangi

transport Cl-, dan 8 demikian reabsorpsi Na+, pengeluaran K+, dan air diperbanyak

(Tjay dan Rahardja, 2002).

c. Tubuli distal di bagian pertama segmen ini, Na+ direabsorpsi secara aktif

tanpa air hingga filtrat menjadi lebih cair dan hipotonis. Senyawa thiazida dan

klortalidon bekerja di tempat ini (Tjay dan Rahardja, 2002). Di bagian kedua

segmen ini, ion Na+ ditukarkan dengan ion K+, proses ini dikendalikan oleh

hormon anak ginjal aldosteron. Antagonis aldosteron (spironolakton) dan zat-zat

penghemat kalium (amilorida, triamteren) bekerja disini (Tjay dan Rahardja,

2002).

d. Saluran pengumpul hormon antidiuretik vasopresin dari hipofise bekerja

di saluran pengumpul dengan jalan mempengaruhi permeabilitas bagi air dan sel-

sel saluran ini (Tjay dan Rahardja, 2002).

Page 26: UJI EFEK DIURETIK EKSTRAK ETANOL DAUN PETAI CINA …

13

2.3.4 Penggolongan diuretik

1) Penggolongan diuretik berdasarkan efek yang dihasilkan dibagi menjadi

tiga kelompok, yaitu :

a. Diuretik yang hanya meningkatkan ekskresi air dan tidak

mempengaruhi kadar elektrolit tubuh.

b. Diuretik yang dapat meningkatkan ekskresi Na+ (Natriuretik).

c. Diuretik yang dapat meningkatkan ekskresi Na+ dan Cl- (Saluretik).

(Siswandono dan Soekardjo, 2000).

2) Penggolongan diuretik secara umum dibagi dalam beberapa kelompok:

a. Diuretik osmosis

Diuretik osmosis adalah senyawa yang dapat meningkatkan ekskresi urin

dengan mekanisme kerja berdasarkan perbedaan tekanan osmosa. Diuretik

osmosis mempunyai berat molekul yang rendah, dalam tubuh tidak mengalami

metabolisme, secara pasif disaring melalui kapsula bowman ginjal, dan tidak

dapat direabsorpsi kembali oleh tubulus renalis. Bila diberikan dalam dosis besar

atau larutan pekat akan menarik air dan elektrolit ke tubulus renalis yang

disebabkan oleh adanya perbedaan tekanan osmosa sehingga terjadi diuresis

(Siswandono dan Sukardjo, 2000).

Diuretik osmotik adalah natriuretik, dapat meningkatkan ekskresi natrium

dan air. Efek samping diuretika osmotik antara lain adalah gangguan

keseimbangan elektrolit, dehidrasi, mata kabur, nyeri kepala dan takikardia.

Contoh diuretik osmosis: manitol, glukosa, sukrosa dan urea (Siswandono dan

Sukardjo, 2000).

Page 27: UJI EFEK DIURETIK EKSTRAK ETANOL DAUN PETAI CINA …

14

b. Diuretik pembentuk asam diuretik pembentuk asam

Diuretik pembentuk asam diuretik pembentuk asam adalah senyawa

organik yang dapat menyebabkan urin bersifat asam dan mempunyai efek

diuretik. Senyawa golongan ini efek diuretiknya lemah dan menimbulkan asidosis

hiperklomerik sistemik. Efek samping yang ditimbulkan antara lain iritasi

lambung, penurunan nafsu makan, mual, asidosis dan ketidaknormalan fungsi

ginjal. Contoh diuretik pembentuk asam : ammonium klorida, ammonium nitrit

dan kalsium klorida (Siswandono dan Soekardjo, 2000).

c. Diuretik merkuri organik diuretik merkuri organik

Diuretik merkuri organik diuretik merkuri organik adalah saluretika karena

dapat menghambat absorpsi kembali ion-ion Na+ , Cl- dan air. Absorpsi pada

saluran cerna rendah dan menimbulkan iritasi lambung sehingga pada umumnya

diberikan secara parenteral (Siswandono dan Soekardjo, 2000).

Dibanding obat diuretik lain, penggunaan diuretik merkuri organik

mempunyai beberapa keuntungan, antara lain tidak menimbulkan hipokalemi,

tidak mengubah keseimbangan elektrolit dan tidak mempengaruhi metabolisme

karbohidrat dan asam urat. Efek iritasi setempat besar dan menimbulkan nekrosis

jaringan. Diuretik merkuri organik menimbulkan reaksi sistemik yang berat

sehingga sekarang jarang digunakan sebagai diuretik. Contoh diuretik merkuri

organik adalah meralurid, merkurofilin, klormerodrin (Siswandono dan

Soekardjo, 2000).

Page 28: UJI EFEK DIURETIK EKSTRAK ETANOL DAUN PETAI CINA …

15

d. Diuretik penghambat karbonik anhidrase

Senyawa penghambat karbonik anhidrase adalah saluretik, digunakan

secara luas untuk pengobatan sembab yang ringan dan moderat, sebelum

diketemukan diuretik turunan tiazida. Efek samping yang ditimbulkan golongan

ini antara lain adalah gangguan saluran cerna, menurunnya nafsu makan,

parestisia, asidosis sistemik, alkalinisasi urin dan hipokalemi. Adanya efek

asidosis sistemik dan alkalinisasi urin dapat mengubah secara bermakna

perbandingan bentuk terionisasi dan yang tak terionisasi dari obat-obat lain dalam

cairan tubuh, sehingga mempengaruhi pengangkutan, penyimpanan, metabolisme,

ekskresi dan aktivitas obat-obat tersebut (Siswandono dan Soekardjo, 2000).

Penggunaan diuretik penghambat karbonik anhidrase terbatas karena cepat

menimbulkan toleransi. Sekarang diuretik penghambat karbonik anhidrase lebih

banyak digunakan sebagai obat penunjang pada pengobatan glaukoma,

dikombinasikan dengan miotik, seperti pilokarpin, karena dapat menekan

pembentukan aqueus humour dan menurunkan tekanan dalam mata. Contoh

diuretik penghambat karbonik anhidrase adalah asetazolamid, metazolamid,

etokzolamid, diklorfenamid (Siswandono dan Soekardjo, 2000).

e. Diuretik turunan tiazida

Diuretik turunan tiazida adalah saluretik, yang dapat menekan absorpsi

kembali ion-ion Na+, Cl- dan air. Turunan ini juga meningkatkan ekskresi ion-ion

K+, Mg+ dan HCO3- dan menurunkan eksresi asam urat (Siswandono dan

Soekardjo, 2000).

Page 29: UJI EFEK DIURETIK EKSTRAK ETANOL DAUN PETAI CINA …

16

Diuretik turunan tiazida terutama digunakan untuk pengobatan udem pada

keadaan dekompensasi jantung dan sebagai penunjang pada pengobatan hipertensi

karena dapat mengurangi volume darah dan secara langsung menyebabkan

relaksasi otot polos arteriola. Turunan ini dalam sediaan sering dikombinasi

dengan obat-obat antihipertensi, seperti reserpin dan hidralazin, untuk pengobatan

hipertensi karena menimbulkan efek potensiasi (Siswandono dan Soekardjo,

2000).

Diuretik turunan tiazida menimbulkan efek samping hipokalemi, gangguan

keseimbangan elektrolit dan menimbulkan penyakit pirai yang akut (Siswandono

dan Soekardjo, 2000). Diuretik turunan tiazida mengandung gugus sulfamil

sehingga menghambat enzim karbonik anhidrase. Juga diketahui bahwa efek

saluretik terjadi karena adanya pemblokkan proses pengangkutan aktif ion klorida

dan absorpsi kembali ion yang menyertainya pada lengkungan Henle, dengan 12

mekanisme yang belum jelas kemungkinan karena peran dari prostaglandin.

Turunan tiazida juga menghambat enzim karbonik anhidrase di tubulus distalis

tetapi efeknya relatif lemah. Contohnya adalah hidroklorotiazid (HCT),

bendroflumetiazid (naturetin), xipamid (diurexan), indapamid (natrilix), klopamid,

klortalidon (Siswandono dan Soekardjo, 2000).

f. Diuretik hemat kalium

Diuretik hemat kalium adalah senyawa yang mempunyai aktivitas

natriuretik ringan dan dapat menurunkan sekresi ion H+ dan K+ . Senyawa tersebut

bekerja pada tubulus distalis dengan cara memblok penukaran ion Na+ dengan ion

Page 30: UJI EFEK DIURETIK EKSTRAK ETANOL DAUN PETAI CINA …

17

H+ dan K+, menyebabkan retensi ion K+ dan meningkatkan sekresi ion Na+ dan air

(Siswandono dan Soekardjo, 2000).

Aktivitas diuretiknya relatif lemah, biasanya diberikan bersama-sama

dengan diuretik tiazida. Kombinasi ini menguntungkan karena dapat mengurangi

sekresi ion K+ sehingga menurunkan terjadinya hipokalemi dan menimbulkan

efek aditif. Obat golongan ini menimbulkan efek samping hiperkalemi, dapat

memperberat penyakit diabetes dan pirai, serta menyebabkan gangguan pada

saluran cerna (Siswandono dan Soekardjo, 2000).

Diuretik hemat kalium bekerja pada saluran pengumpul, dengan

mengubah kekuatan pasif yang mengontrol pergerakan ion-ion, memblok absorpsi

kembali ion Na+ dan ekskresi ion K+ sehingga meningkatkan ekskresi ion Na+ dan

Cl dalam urin. Diuretik hemat kalium dibagi menjadi dua kelompok, yaitu

diuretika dengan efek langsung, contohnya adalah amilorid dan triamteren, dan

diuretika antagonis aldosteron, contohnya adalah spironolakton (Siswandono dan

Soekardjo, 2000).

g. Diuretik lengkung henle

Diuretik lengkung henle merupakan senyawa saluretik yang sangat kuat,

aktivitasnya jauh lebih besar dibanding turunan tiazida dan senyawa saluretik lain.

Turunan ini dapat memblok pengangkutan aktif NaCl pada lengkung Henle

sehingga menurunkan absorpsi kembali NaCl dan meningkatkan ekskresi NaCl

lebih dari 25% (Siswandono dan Soekardjo, 2000).

Diuretik lengkung Henle menimbulkan efek samping yang cukup serius,

seperti hiperurisemi, hiperglikemi, hipotensi, hipokalemi, hipokloremik alkalosis,

Page 31: UJI EFEK DIURETIK EKSTRAK ETANOL DAUN PETAI CINA …

18

kelainan hematologis dan dehidrasi. Biasanya digunakan untuk pengobatan udem

paru yang akut, udem karena kelainan jantung, ginjal atau hati, udem karena

keracunan kehamilan, udem otak dan untuk pengobatan hipertensi ringan. Untuk

pengobatan hipertensi yang sedang dan berat biasanya dikombinasikan dengan

obat antihipertensi (Siswandono dan Soekardjo, 2000). Tempat kerja diuretik pada

tubulus ginjal dapat dilihat pada gambar 2.3.

Gambar 2.3 Tempat Kerja Diuretik pada Tubulus Ginjal

(sumber : Siswandono dan Soekardjo, 2000)

2.3.5 Efek samping diuretik

Menurut Tjay dan Rahardja (2002) diuretik mempunyai efek samping

diantaranya :

1) Hipokalemia, yakni kekurangan kalium dalam darah. Semua diuretika

yang bekerja dibagian distal ujung memperbesar ekskresi ion-ion K+ dan H+

karena ditukarkan dengan ion Na+ yang kadarnya dalam ultrafiltrat telah

dipekatkan, sehingga mengakibatkan kadar kalium plasma turun. Gejala-gejalanya

Page 32: UJI EFEK DIURETIK EKSTRAK ETANOL DAUN PETAI CINA …

19

berupa kelemahan otot, kejang-kejang, anoreksia, obstipasi, kadang-kadang juga

aritmia jantung tetapi tidak selalu menjadi nyata. Terutama tiazida menyebabkan

hipokalemia, tetapi jarang sekali menimbulkan komplikasi.

2) Retensi asam urat dapat terjadi pada semua diuretik terkecuali amilorida,

karena adanya saingan antara diuretik dengan asam urat pada transportnya di

tubuli. Terutama klortalidon memberikan risiko yang lebih tinggi untuk retensi

urat dan serangan encok. Pencegahan dapat dilakukan dengan pemberian obat

encok alopurinol atau zat penghalau urat probenesid.

3) Mengurangi metabolisme glukosa, dapat terjadi diabetes yang disebabkan

karena sekresi insulin ditekan. Efek antidiabetik oral dapat diperlemah dengan

adanya tiazid.

4) Mempertinggi kadar kolesterol dan trigliserida dengan masing-masing

lebih kurang 6% dan 15%. Kadar HDL-Kolesterol yang dianggap sebagai faktor

pelindung terhadap penyakit jantung justru diturunkan, terutama oleh klortalidon.

Pengecualian adalah indapamida yang praktis tidak mempengaruhi kadar lipida

tersebut.

5) Hiponatremia dan alkalosis. Akibat diuresis yang terlalu pesat dan kuat,

oleh adanya diuretik lengkungan, maka kadar natrium dari plasma dapat menurun

keras dan terjadilah hiponatremia. Gejala-gejalanya ialah gelisah, kejang-kejang

otot, haus, letargi (selalu mengantuk), dan kolaps. Terutama bagi orang-orang

lanjut usia yang peka terhadap dehidrasi, maka sebaiknya diberikan dosis

permulaan yang rendah yang berangsur-angsur dipertinggi, atau obat diberikan

secara berkala, misalnya 3-4 kali seminggu. Dengan bertambahnya pengeluaran

Page 33: UJI EFEK DIURETIK EKSTRAK ETANOL DAUN PETAI CINA …

20

natrium dan kalium dapat pula terjadi hipotensi dan alkalosis terutama pada

furosemid dan etakrinat. Lain-lain : gangguan-gangguan lambung-usus (mual,

muntah, diare), rasa letih, nyeri kepala beserta pusing-pusing dan jarang terjadi

reaksi-reaksi kulit.

2.4 Furosemid

Gambar 2.4 Struktur Kimia Furosemid

Furosemid merupakan serbuk hablur putih atau hampir putih, tidak berbau,

hampir tidak berasa. Kelarutan praktis tidak larut dalam air dan dalam kloroform,

larut dalam 75 bagian etanol (95%) dan dalam 550 bagian eter, larut dalam larutan

alkali hidroksida (Anonim, 1979).

Asam antranilat turunan sulfonamida yang dipasarkan sebagai diuretik

adalah furosemid (Foye, 1995). Furosemid lebih banyak digunakan daripada obat

diuretik lain, karena gangguan saluran cerna yang lebih ringan (Ganiswarna,

1995). Furosemid diyakini bekerja sebagai diuretik dengan menghambat

reabsorpsi Na+ dalam bagian menaik lengkung Henle disertai pengaruh lain yang

mungkin terjadi dalam tubulus proksimal atau distal (Foye, 1995).

Page 34: UJI EFEK DIURETIK EKSTRAK ETANOL DAUN PETAI CINA …

21

Furosemid ini berdaya diuresis kuat (Tjay dan Rahardja, 2002). Aktivitas

furosemid 8-10 kali diuretika tiazida (Siswandono dan Soekardjo, 2000).

Timbulnya diuresis cepat, biasanya 30 menit setelah pemberian secara oral,

mencapai maksimum dalam 2 atau 3 jam, dan selesai dalam 6 jam (Foye, 1995).

Efek samping furosemid dapat dibedakan atas : (1) reaksi toksik berupa

gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit yang sering terjadi, dan (2) efek

samping yang tidak berhubungan dengan kerja utamanya jarang terjadi.

Hiperurisemia relatif sering terjadi, namun pada kebanyakan penderita hal ini

hanya merupakan kelainan biokimia. Dapat pula terjadi reaksi berupa gangguan

saluran cerna, depresi elemen darah, rash kulit, parestesia dan disfungsi hati

(Ganiswarna, 1995).

Diuretik kuat merupakan obat efektif untuk pengobatan udem akibat

gangguan jantung, hati atau ginjal. Sebaiknya diberikan secara oral kecuali bila

diperlukan diuresis yang segera, maka dapat diberikan secara intravena atau

intramuscular (Ganiswarna, 1995).

2.5 Ekstraksi

2.5.1 Definisi Ekstraksi

Ekstrak adalah sediaan kental yang diperoleh dengan mengekstraksi

senyawa aktif dari simplisia nabati atau simplisia hewani menggunakan pelarut

yang sesuai, kemudian semua atau hampir semua pelarut diuapkan dan masa atau

serbuk yang tersisa diperlakukan sedemikian rupa hingga memenuhi standar baku

yang telah ditetapkan (Ditjen POM, 2000).

Page 35: UJI EFEK DIURETIK EKSTRAK ETANOL DAUN PETAI CINA …

22

2.5.2 Tujuan Ekstraksi

Ekstraksi merupakan proses melarutkan komponen–komponen kimia yang

terdapat dalam suatu bahan alam dengan menggunakan pelarut yang sesuai

dengan komponen yang diinginkan. Pemilihan pelarut harus memenuhi criteria :

murah, dan mudah diperoleh, stabil secara fisika dan kimia, bereaksi netral, tidak

mudah menguap dan tidak mudah terbakar, selektif, tidak mempengaruhi zat

berkhasiat, diperbolehkan oleh peraturan (Ditjen POM, 2000).

Tujuan ekstraksi adalah untuk menarik komponen – komponen kimia yang

terdapat dalam bahan alam baik dari tumbuhan, hewan dengan pelarut organik

tertentu. Proses ekstraksi ini berdasarkan pada kemampuan pelarut organik untuk

menembus dinding sel dan masuk dalam rongga sel yang mengandung zat aktif.

Zat aktif akan larut dalam pelarut organik dan karena adanya perbedaan

konsentrasi di dalam dan konsentrasi di luar sel, mengakibatkan terjadinya difusi

pelarut oragnik yang mengandung zat aktif ke luar sel. Proses ini berlangsung

terus – menerus sampai terjadi keseimbangan konsentrasi zat aktif di dalam dan di

luar sel (Ditjen POM, 2000).

2.5.3 Macam – macam Ekstraksi

Jenis-jenis ekstraksi bahan alam menurut DitJen POM (2000) yaitu :

a. Ekstraksi Cara Dingin

Metode ini artinya tidak ada proses pemanasan selama proses ekstraksi

berlangsung, tujuannya untuk menghindari rusaknya senyawa yang dimaksud

rusak karena pemanasan. Jenis ekstraksi dingin adalah maserasi dan perkolasi

(Ditjen POM, 2000).

Page 36: UJI EFEK DIURETIK EKSTRAK ETANOL DAUN PETAI CINA …

23

b. Ekstraksi Cara Panas

Metode ini pastinya melibatkan panas dalam prosesnya. Dengan adanya

panas secara otomatis akan mempercepat proses penyarian dibandingkan cara

dingin. Jenis ekstraksi panas adalah refluks, ekstraksi dengan

alat soxhlet dan infusa (Ditjen POM, 2000).

2.5.4 Maserasi

Maserasi istilah dari macerare (bahasa latin, artinya merendam) adalah

sediaan cair yang dibuat dengan cara mengekstraksi bahan nabati yaitu direndam

menggunakan pelarut bukan air (pelarut nonpolar) atau setengah air, misalnya

etanol encer, selama periode waktu tertentu sesuai dengan aturan buku resmi

kefarmasian (Ditjen POM, 2000).

Maserasi merupakan cara penyarian yang sederhana. Maserasi dilakukan

dengan cara merendam 10 bagian serbuk simplisia dengan 75 bagian cairan

penyari, ditutup dan dibiarkan selama 3 hari terlindung dari cahaya samil

berulamg – ulang diaduk. Pengadukan diperlukan untuk meratakan konsentrasi

larutan di luar butir serbuk simplisia, sehingga dengan pengadukan tersebut tetap

terjaga adanya derajat perbedaan konsentrasi yang sekecil – kecilnya antara

larutan di dalam sel dengan larutan di luar sel. Cairan penyari akan menembus

dinding sel (Ditjen POM, 2000).

Page 37: UJI EFEK DIURETIK EKSTRAK ETANOL DAUN PETAI CINA …

24

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Alat

Alat atau instrumen yang digunakan dalam penelitian ini antara lain alat

maserator, alat Flame Photometer, disposible syringe, rotary evaporator, oven,

timbangan analitik, alat timbang untuk mencit, blender, mortir dan stemper,

batang pengaduk, kandang metabolisme, kertas saring, moisture balance,

stopwatch, thermometer, pisau stainless steel, pipet, sonde oral, beaker glass,

tabung reaksi, kertas perkamen, corong, dan waterbath.

3.2 Bahan Penelitian

3.2.1 Bahan Tanaman

Sampel daun petai cina yang digunakan dalam penelitian ini adalah

tanaman daun petai cina (Laucaena leucocephala (Lam.) de Wit) yang didapatkan

dari perkebunan percobaan Manoko Lembang Bandung Barat.

3.2.2 Bahan Kimia

Bahan Kimia yang digunakan yaitu furosemid 40 mg sebagai pembanding,

etanol 96% , akuades, PGS 2%, ammonia pekat, kloroform, asam klorida 2N,

larutan gelatin 1%, magnesium, amil alkohol, eter, pereaksi Mayer, pereaksi

Dragendroff, pereaksi Liebermann-Bouchard.

Page 38: UJI EFEK DIURETIK EKSTRAK ETANOL DAUN PETAI CINA …

25

3.2.3 Hewan Uji

Hewan uji yang digunakan adalah mencit putih galur Swiss Webster

berjenis kelamin jantan dengan berat badan antara 20-30 gram, berumur 2-3 bulan

dalam kondisi sehat (aktif dan tidak cacat). Mencit yang digunakan sebanyak 25

ekor dibagi menajdi 5 kelompok, setiap kelompok terdiri dari 5 mencit. Mencit

diadaptasikan selama 7 hari yang bertujuan agar mencit bisa beradaptasi dengan

baik pada lingkungan percobaan.

3.3 Metode Penelitian

3.3.1 Pengumpulan Bahan dan Determinasi Tanaman

Pengumpulan bahan tanaman daun petai cina dilakukan di perkebunan

percobaan Manoko Lembang Bandung Barat. Determinasi dilakukan di

Laboratorium Taksonomi Tumbuhan Departemen Biologi FMIPA Universitas

Padjadjaran (UNPAD) Bandung.

3.3.2 Pembuatan Simplisia

Bahan tanaman yang digunakan adalah daun petai cina (Laucaena

leucocephala (Lam.) de Wit). Penyiapan bahan baku daun petai cina dicuci dahulu

dengan menggunakan air mengalir sampai bersih, kemudian dikeringkan

menggunakan oven dengan suhu 40oC. Setelah kering daun dibuat serbuk dengan

cara diblender sampai halus dan diayak dengan ayakan nomor 30 mesh

(Farmakophe herbal, 2010).

Page 39: UJI EFEK DIURETIK EKSTRAK ETANOL DAUN PETAI CINA …

26

3.3.3 Penetapan Kadar Air Simplisia

Siapkan alat pengukur kadar air (moisture balance). Alat pengukur kadar

air dipastikan ada pada posisi nol dan jarum berada pada posisi netral. Anak

timbangan 2 gram diletakan dan masukan serbuk massa cetakan sampai stabil

2 gram dengan posisi jarum ada di tengah. Lampu dinyalakan dan suhu diatur

maksimal 1000 C. Setelah suhu mencapai 1000 C, nyalakan stopwatch lalu hitung

waktunya selama 15 menit dan suhu tetap dijaga agar stabil. Setelah 15 menit,

lampu dimatikan dan tombol pengukur di putar ke sebelah kiri sampai jarum

menunjukan ke posisi semula. Kemudian angka kadar air dibaca. Kadar air

simplisia daun yang memenuhi syarat yaitu ˂5 % (Indri, et al 2014).

3.3.4 Ekstraksi Daun Petai Cina (Laucaena leucocephala (Lam.) de Wit)

Pembuatan ekstrak yang digunakan adalah metode maserasi dengan

menggunakan pelarut yang sesuai, pelarut yang dapat menyari sebagian besar

metabolit sekunder yang terkandung dalam simplisia. Yaitu menggunakan etanol

96 %. Masukan sebanyak 500 gram serbuk simplisia kering kedalam maserator,

tambahkan 10 bagian pelarut. Rendam selama 6 jam pertama sambil sekali-sekali

diaduk, kemudian diamkan selama 18 jam dan terlindung dari cahaya sambil

sesekali diaduk. Filtrat yang diperoleh pada hasil pertama ditampung didalam

sebuah wadah. Ulangi proses penyarian sekurang-kurangya dua kali dengan jenis

dan jumlah pelarut yang sama. Kumpulkan semua maserat, kemudian uapkan

dengan rotary evaporator hingga diperoleh ekstrak kental. Hitung rendemen yang

Kadar Air = 𝐵𝑜𝑏𝑜𝑡 𝑎𝑤𝑎𝑙−𝑏𝑜𝑏𝑜𝑡 𝑎𝑘ℎ𝑖𝑟

𝐵𝑜𝑏𝑜𝑡 𝑎𝑤𝑎𝑙 x 100

Page 40: UJI EFEK DIURETIK EKSTRAK ETANOL DAUN PETAI CINA …

27

diperoleh yaitu persentase bobot (b/b) antara rendemen dengan bobot serbuk

simplisia yang digunakan dengan penimbangan. Rendemen harus mencapai angka

sekurang-kurangnya sebagaimana ditetapkan pada masing-masing monografi

ekstrak (Farmakope herbal, 2010).

Ekstrak yang diperoleh dihitung dengan rumus :

Penentuan rendemen dihitung dengan rumus :

3.3.5 Skrining Fitokimia

Skrining Fitokimia dilakukan untuk mengetahui senyawa kimia dalam

daun petai cina (Laucaena leucocephala (Lamk.) de Wit) secara kualitatif.

Skrining ini dilakukan terhadap sampel yang telah dihaluskan dan selalu dibuat

baru yang digunakan dalam penelitian meliputi pemeriksaan senyawa kimia

golongan alkaloid, steroida dan triterpenoida, flavonoid, saponin, tanin.

1. Identifikasi Alkaloid

Sampel dibasakan dengan 1 ml amonia pekat, kemudian ditambahkan

kloroform 5 ml dan di kocok kuat. Lapisan kloroform dipipet, kemudian ke

dalamnya ditambahkan 1 ml asam klorida 2N. Campuran dikocok kuat-kuat

hingga terdapat dua lapisan. Lapisan asam dipipet, kemudian dibagi menjadi tiga

bagian:

(Berat cawan + ekstrak) – (Berat cawan kosong)

Randemen = 𝐵𝑒𝑟𝑎𝑡 𝐸𝑘𝑠𝑡𝑟𝑎𝑘 𝐾𝑒𝑛𝑡𝑎𝑙

𝐵𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑠𝑖𝑚𝑝𝑙𝑖𝑠𝑖𝑎 x 100%

Page 41: UJI EFEK DIURETIK EKSTRAK ETANOL DAUN PETAI CINA …

28

a. Bagian pertama ditambahkan pereaksi Mayer. Bila terjadi endapan atau

kekeruhan putih, berarti dalam simplisia kemungkinan terkandung

alkaloid.

b. Bagian dua ditambahkan pereaksi Dragendroff. Bila terjadi endapan atau

kekeruhan berwarna jingga kuning, berarti dalam simplisia kemungkinan

terkandung alkaloid.

c. Bagian tiga digunakan sebagai blanko (Harbone, 2007).

2. Tanin

Sejumlah kecil sampel dalam tabung reaksi dipanaskan di atas tangas air.

Kemudian disaring. Kepada filtrat ditambahkan larutan gelatin 1%. Adanya

senyawa tannin ditandai dengan terjadinya endapan berwarna putih (Harbone,

2007).

3. Flavonoid

Sejumlah kecil sampel dalam tabung reaksi dicampur dengan serbuk

magnesium dan asam klorida 2N. Campuran dipanaskan di atas tangas air, lalu

disaring. Kepada filtrat dalam tabung reaksi ditambahkan amil alkohol, lalu

dikocok kuat-kuat. Adanya flavonoid ditandai dengan terbentuknya warna kuning

hingga merah yang dapat di tarik oleh amil alkohol ( Harbone, 2007).

4. Steroid dan triterpenoid

Sampel ditambahkan dengan eter, kemudian disaring. Filtrat ditempatkan

dalam cawan penguap, kemudian dibiarkan menguap hingga kering. Hasil

pengeringan ditambahkan pereaksi Liebermann-Bouchard. Terjadinya warna ungu

Page 42: UJI EFEK DIURETIK EKSTRAK ETANOL DAUN PETAI CINA …

29

menunjukkan adanya senyawa triterpenoid sedangkan adanya warna hijau biru

menunjukkan adanya senyawa steroid (Harbone, 2007).

5. Saponin

Serbuk simplisia ditambahkan akuades panas 10 ml kemudian didinginkan

dan dikocok kuat selama 10 detik. Terbentuk busa setinggi 1-10 cm yang stabil

selama 10 menit. Pada penambahan 1 tetes asam klorida 2N, busa tidak hilang

(Harbone, 2007).

3.3.6 Pembuatan Sediaan

a. Pembuatan Larutan Suspensi Furosemid

PGS 2% dimasukkan ke dalam mortir. Masukkan akuades sedikit demi

sedikit, gerus hingga homogen. Tablet furosemid 40 mg digerus dalam mortir

kemudian dilarutkan dengan akuades sedikit demi sedikit hingga 10 ml, setelah

digerus hingga homogen diambil 1 ml (mengandung 4 mg furosemid) dimasukan

kedalam labu ukur 25 ml dan ditambahkan akuades hingga tanda batas.

b. Pembuatan Sediaan Ekstrak Etanol Daun Petai Cina

Ekstrak etanol daun petai cina diberikan kepada hewan uji dengan dosis I

diberi ekstrak etanol daun petai cina 6,5 mg/20g BB mencit, dosis II diberi ekstrak

etanol daun petai cina 13 mg/20g BB mencit, dan dosis III diberi ekstrak etanol

daun petai cina 26 mg/20g BB mencit. Pemberian sediaan dilakukan secara oral

pada mencit dari setiap kelompok. Ekstrak dibuat sediaan suspensi dalam larutan

PGS 2%. Untuk dosis I dan dosis II dibuat dengan 300 mg ekstrak etanol daun

petai cina dalam 10 ml air. Gerus ekstrak etanol daun petai cina yang telah

ditambahkan PGS 2% dan air sedikit demi sedikit sampai homogen ditambahkan

Page 43: UJI EFEK DIURETIK EKSTRAK ETANOL DAUN PETAI CINA …

30

akuades ad 10 ml dalam labu ukur. Untuk dosis III dibuat dengan 500 mg ekstrak

etanol daun petai cina dalam 10 ml lalu dibuat sama seperti dosis I dan II.

3.3.7 Penyiapan Hewan Percobaan

Hewan percobaan yang digunakan dalam penelitian adalah mencit putih

galur Swiss Webster berjenis kelamin jantan dengan berat badan antara 20-30

gram, berumur 2-3 bulan dalam kondisi sehat (aktif dan tidak cacat). Mencit yang

digunakan sebanyak 25 ekor dibagi menjadi 5 kelompok, setiap kelompok terdiri

dari 5 mencit. Hewan uji harus diadaptasikan terlebih dahulu dengan kondisi

laboratorium selama 7 hari dan diadaptasikan selama 1 jam sebelum perlakuan di

dalam kandang metabolisme. Sebelum hewan uji mengalami perlakuan, pada hari

ke 7 hewan dipuasakan terlebih dahulu selama 12-18 jam dengan hanya diberi

minum (akuades).

3.4 Uji Efek Diuretik Ekstrak Etanol Daun Petai Cina (Laucaena

leucocephala (Lam.) de Wit)

Hewan uji yang digunakan ialah mencit putih jantan galur Swiss Webster

sebanyak 25 ekor dan dibagi dalam 5 kelompok perlakuan masing-masing

kelompok 5 ekor mencit. Kelompok I adalah kelompok kontrol negatif diberikan

akuades 0,5 ml, kelompok II kontrol positif atau pembanding diberikan furosemid

dengan dosis 0,104 mg/20g BB mencit, kelompok III ekstrak daun petai cina

dengan dosis 6,5 mg/20g BB mencit, kelompok IV ekstrak daun petai cina dengan

dosis 13 mg/20g BB mencit, kelompok V ekstrak daun petai cina dengan dosis 26

mg/20g BB mencit). Setelah hewan uji diberikan perlakuan lalu diamati selama 6

jam. Selama perlakuan 6 jam diamati yaitu pengukuran urin. Pengambilan urin

Page 44: UJI EFEK DIURETIK EKSTRAK ETANOL DAUN PETAI CINA …

31

dilakukan setelah perlakuan pada jam ke- 1, 2, 3, 4, 5, dan 6. Urin yang

tertampung pada wadah penampungan urin diambil dengan menggunakan

disposable syringe dan kemudian dicatat volume urinnya selama waktu

pengamatan.

3.5 Pengukuran Kadar Na+ dan K+ pada Urin

Urin yang telah diperoleh dari hasil pengujian efek diuretik kemudian

dilakukan pengukuran kadar Na+ dan K+ menggunakan alat flame photometer

dengan penjelasan sebagai berikut :

1. Metode Kalibrasi Menggunakan Kurva Standar

a. Atur instrumen seperti yang dijelaskan dalam manual instruksi.

b. Siapkan solusi standar berikut : 2, 4, 6, 8 dan 10 mg Na/100 ml,

menggunakan air deionisasi sebagai pengencer.

c. Pilih filter natrium dan aspirasikan standar Na / 100 ml 1,0 mg dan

atur kontrol sensitivitas untuk memperoleh pembacaan 100.

d. Masukkan air deionisasi dan atur kontrol nol untuk mendapatkan

pembacaan nol.

e. Masukkan 1,0mg Na/100 ml standar lagi, kembali sesuaikan dengan

100.

f. Deionisasi lagi dan sesuaikan kembali jika perlu sampai nol.

g. Ulangi langkah e dan f jika perlu jika perlu untuk mendapatkan

pembaca 100 pada standar dan nol pada air deionisasi.

h. Masukkan standar lainnya, catat pembacaan dan plot kurva kalibrasi.

Page 45: UJI EFEK DIURETIK EKSTRAK ETANOL DAUN PETAI CINA …

32

i. Ulangi prosedur kalibrasi di atas dengan filter potasium, dengan

menggunakan solusi standar berikut ini : Konsentrasi : 2, 4, 6, 8, dan

1,0 mgNa/100 ml, menggunakan air deionisasi sebagai pengencer.

2. Natrium dan Kalium dalam Urin

Persiapan sampel: siapkan 1 : 500 pengenceran urin segar di air deionisasi.

Catatan : urin tidak mengandung konsentrasi zat apapun yang cukup banyak yang

berpotensi mengganggu natrium maupun kalium.

Prosedur :

a. Atur instrumen dengan filter Na+ dan K+, atur nyala api seperti yang

dijelaskan dalam manual instruksi.

b. Sesuaikan instrumen untuk mendapatkan 100 pada standar 1,0 mg /

100 ml dan nol untuk membaca di tempat kosong.

c. Sampel dimasukkan dan perhatikan bacaannya.

d. Dari kurva kalibrasi sebelumnya disiapkan untuk kalium, bacalah

konsentrasi yang setara dengan bacaan ini.

e. Untuk mendapatkan mg K/100 ml serum, perbanyak konsentrasi ini

dengan faktor pengenceran.

f. Masukkan deionisasi untuk menghilang kan semua bekas sampel,

yang mungkin masih menghalangi nebulizer. Penentuan yang

dilakukan dengan flame photometer dan nilai sebenarnya bisa didapat

dengan menggunakan urin yang segar yang diencerkan.

Page 46: UJI EFEK DIURETIK EKSTRAK ETANOL DAUN PETAI CINA …

33

3.6 Analisis Data

Hasil pengamatan disajikan dalam bentuk tabel dan diagram. Evaluasi

hasil pengamatan dalam kelima kelompok hewan percobaan untuk volume urin

yang dihasilkan dan kadar natrium serta kalium dievaluasi masing-masing secara

statistik dengan menggunakan Analysis of Variance (ANOVA).

Page 47: UJI EFEK DIURETIK EKSTRAK ETANOL DAUN PETAI CINA …

34

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Determinasi Tanaman

Determinasi dilakukan di Herbarium Jatinangor Laboratorium Taksonomi

Tumbuhan Departemen Biologi FMIPA Universitas Padjadjaran (UNPAD)

Bandung, menurut lembar identifikasi tumbuhan No. 481/HB/01/2017

menunjukan bahwa tanaman yang digunakan dalam penelitian Laucaena

leucocephala (Lam.) de Wit dengan nama daerah Daun Petai Cina.

4.2 Hasil Penetapan Kadar Air

Tujuan penetapan kadar air adalah untuk mengukur kandungan air yang

terkandung dalam simplisa, serta memberikan batasan minimal rentang tentang

besarnya kandungan air dalam bahan. Kandungan air sangat berkaitan erat dengan

tingkat kontaminasi dari bahan. Kadar air daun petai cina (Laucaena leucocephala

(Lam.) de Wit) yang diperoleh adalah 4% dan telah memenuhi syarat MMI untuk

daun sebesar 5%.

4.3 Hasil Ekstraksi

Sebanyak 150g simplisia diekstraksi dengan cara maserasi, karena sifat

bahannya bersifat termolabil sehingga di ekstraksi dengan cara dingin. Maserasi

simplisia daun petai cina (Laucaena leucocephala (Lam.) de Wit) dengan

menggunakan pelarut etanol 96% sebanyak 600 ml selama 3 x 24 jam

Page 48: UJI EFEK DIURETIK EKSTRAK ETANOL DAUN PETAI CINA …

35

menghasilkan filrat sebanyak 1496 ml. Kemudian semua maserat diuapkan

dengan rotary evaporator. Ekstrak cair dipekatkan di atas penangas air pada suhu

400C menghasilkan ekstrak kental 15,62 g sehingga memperoleh rendemen

sebesar 10,41%. Ekstrak kental berwarna hijau. Pelarut yang digunakan adalah

etanol 96 %, karena simplisia mempunyai kadar air yang rendah 4%, juga karena

etanol merupakan pelarut yang dapat melarutkan senyawa flavonoid, alkaloid,

saponin dan tanin (Ansel, 2005). Hasil dapat dilihat pada tabel 4.1 dan tabel 4.2

Tabel 4.1 Hasil Ekstrak Yang Diperoleh

Berat cawan + ekstrak Berat cawan kosong Hasil ekstrak

77 g 61,38 g 15,62 g

Tabel 4.2 Hasil Rendemen Ekstrak Daun Petai Cina

Berat simplisia Berat ekstrak Hasil randemen

150 g 15,62 g 10,41%

4.4 Hasil Skrining Fitokimia

Tujuan skrining fitokimia dilakukan terhadap simplisia dan ekstrak daun

petai cina adalah untuk mengetahui kandungan senyawa metabolit sekunder yang

terkandung dalam simplisia dan ekstrak tersebut. Metode yang digunakan untuk

skrining fitokimia adalah reaksi warna. Hasil dapat dilihat pada tabel 4.3

Page 49: UJI EFEK DIURETIK EKSTRAK ETANOL DAUN PETAI CINA …

36

Tabel 4.3 Hasil Skrining Fitokimia

Kandungan Reaksi Pustaka Hasil

Simplisia Ekstrak

Alkaloid

Sampel + pereaksi

Mayer

Endapan /

kekeruhan putih Positif Positif

Sampel + pereaksi

Dragendroff

Endapan /

kekeruhan jingga

kuning

Positif Positif

Tanin Sampel + FeCL3

1% + gelatin Hitam kehijauan Positif Positif

Flavonoid

Sampel + serbuk

Mg + HCl 2N dan

amil alkohol

Merah Positif Positif

Steroid /

Terpenoid

Sampel +

Lieberman

Bourchardat

Ungu hijau

hingga biru Negatif Negatif

Saponin Sampel + air Berbusa Positif Positif Keterangan :

Positif = terdapat senyawa yang ada di golongan metabolit sekunder

Negatif = tidak terdapat senyawa yang ada di golongan metabolit sekunder

Berdasarkan hasil skrining fitokimia tersebut, diketahui bahwa simplisia

dan ekstrak memiliki kandungan metabolit sekunder yaitu alkaloid, tanin,

flavonoid, dan saponin. Hasil skrining simplisia dan ekstrak mempunyai hasil

yang sama, namun pada pengujian steroid/terpenoid hasilnya negatif. Skrining

fitokimia tidak hanya dilakukan pada simplisia daun petai cina saja tetapi juga

harus dilakukan pada ekstrak kental, untuk memastikan bahwa proses ekstraksi

tidak merusak metabolit sekunder yang ada selama proses ekstraksi dan

pemekatan ekstrak. Dari penelitian sebelumnya menunjukkan bahwa di dalam

ekstrak daun petai cina terdapat kandungan beberapa senyawa kimia seperti

alkaloid, tanin, saponin dan diduga kandungan flavonoid yang memberi efek

diuretik Olvia Becatami (2015).

Page 50: UJI EFEK DIURETIK EKSTRAK ETANOL DAUN PETAI CINA …

37

Pada pengujian alkaloid menggunakan pereaksi Mayer, nitrogen alkaloid

akan bereaksi dengan ion K+ dan kalium tetraiodomerkurat menghasilkan endapan

dan pada pereaksi Dragendroff, akan membentuk ikatan kovalen dengan ion K+

meghasilkan warna jingga kuning (Miroslav, 1971).

Pada pengujian Tannin dengan pereaksi FeCl3 1% ditambahkan gelatin

akan bereaksi dengan satu gugus hidroksil menghasilkan endapan putih.

Pengujian Flavonoid dengan penambahan magnesium akan menghidrolisis ikatan

glikosida membentuk aglikon dan ditarik amil alkohol, merubah warna amil

alkohol dari tidak berwarna menjadi berwarna merah (Sangi dkk., 2008).

Pada Pengujian Saponin glikosida mempunyai kemampuan membentuk

buih dalam air yang terhidrolisis menjadi glukosa dan senyawa lainnya

(Robinson, 1991)

4.5 Hasil Uji Diuretik

Pada penelitian ini, menggunakan metode Lipschitz. Pengamatan

dilakukan terhadap volume urin mencit yang dikeluarkan setiap jam selama

periode 6 jam. Selanjutnya hasil pengujian pada mencit dibandingkan terhadap

kelompok normal dan pembanding menggunakan persen potensi diuretik. Masing-

masing kandang berisikan 1 ekor mencit. Kandang metabolisme bertujuan untuk

dapat memisahkan antara urin yang diukur dengan kotoran mencit sehingga

kotoran mencit tidak mengganggu pengukuran volume urin mencit tersebut dan

pengukuran kadar Na+ dan K+.

Pengujian aktivitas diuretik menggunakan mencit putih jantan galur Swiss

Webster dengan berat badan 20 – 30 g. Mencit diadaptasikan terlebih dahulu

Page 51: UJI EFEK DIURETIK EKSTRAK ETANOL DAUN PETAI CINA …

38

selama 7 hari yang bertujuan agar mencit bisa beradaptasi dengan baik pada

lingkungan sekitar dan sebelum melakukan pengujian efek diuretik mencit

dipuasakan terlebih dahulu selama 12 - 18 jam dengan tujuan agar kondisi hewan

uji sama dan mengurangi pengaruh makanan yang dikonsumsi terhadap absorpsi

sampel yang diberikan. Hasil pengujian dapat dilihat pada tabel 4.4

Tabel 4.4 Hasil Volume Urin Selama 6 jam

Mencit Akuades

(ml)

Furosemid

(ml)

Ekstrak Daun Petai Cina (ml)

Dosis I Dosis II Dosis III

1 2,3 4,18 1 1 2,9

2 2,7 4 2 3,1 4

3 1,7 3,68 2 3 2,6

4 1 3 2,1 1,2 4,6

5 1 2,9 2,7 3,5 3,3

Rata-Rata 1,74 3,55 1,96 2,36 3,48 Keterangan :

Akuades 0,5 ml, furosemid 0,104 mg/20g BB, Dosis I 6,5 mg/20g BB; Dosis II 13 mg/20g BB;

Dosis III 26 mg/20g BB.

Pada tabel di atas adalah hasil pengujian urin mencit selama 6 jam, di

mana masing-masing perlakuan terdiri dari 5 ekor hewan uji. Untuk kelompok 1

(akuades) mempunyai rata-rata volume urin yaitu 1,74 ml, kelompok 2

(furosemid) mempunyai rata-rata volume urin yaitu 3,55 ml, kelompok 3 (ekstrak

daun petai cina dosis I) mempunyai rata-rata volume urin yaitu 1,96 ml,

kelompok 4 (ekstrak daun petai cina dosis II) mempunyai rata-rata volume urin

yaitu 2,36 ml, dan kelompok 5 (ekstrak daun petai cina dosis III) mempunyai rata-

rata volume urin yaitu 3,48 ml.

Page 52: UJI EFEK DIURETIK EKSTRAK ETANOL DAUN PETAI CINA …

39

Gambar 4.1 Diagram Rata-Rata Volume Urin Selama 6 Jam

Pada diagram diatas dapat dilihat kelompok kontrol normal volume urin

pada kelima mencit memiliki rata-rata 1,74 ml dimana lebih sedikit dibandingkan

kelompok pembanding furosemid dan kelompok uji dengan berbagai dosis, hal ini

dikarenakan kelompok normal hanya diberikan akuades dan tidak terkandung zat

yang dapat meningkatkan jumlah ekskresi urin (diuretik).

Pada kelompok kontrol pembanding furosemid menunjukan hasil volume

urin rata-rata lebih banyak yaitu 3,55 ml dibandingkan dengan ketiga kelompok

uji yang diberikan ekstrak daun petai cina. Hal ini dikarenakan furosemid yang

diberikan pada kelompok kontrol pembanding merupakan salah satu obat diuretik

yang kuat. Obat ini bekerja dengan mengahambat co-transporter Na+ / K+ / 2 Cl-

pada ascending limb lengkung henle sehingga menghambat reabsorpsi Na+ dan

Cl- dan termasuk golongan Loop diuretics obat ini termasuk diuresis yang paling

poten.

Sedangkan dari ketiga kelompok uji tersebut, yang paling banyak rata-rata

volume urin nya yaitu ekstrak daun petai cina dosis III sebanyak 3,48 ml. Ekstrak

1.74

3.55

1.962.36

3.48

00.5

11.5

22.5

33.5

4

Vo

lum

eU

rin

(m

l)

Rata-rata Kelompok Perlakuan

Akuades(ml)Furosemid(ml)Dosis I

Dosis II

Dosis III

Page 53: UJI EFEK DIURETIK EKSTRAK ETANOL DAUN PETAI CINA …

40

dosis III merupakan ekstrak dengan dosis terbesar sehingga mempunyai efek yang

hampir sebanding dengan furosemid.

Ekstrak daun petai cina dengan berbagai dosis (6,5; 13; 26 mg/20 g BB

mencit) menunjukan adanya komponen aktif flavonoid yang terdapat dalam daun

petai cina. Mekanisme kerja flavonoid sebagai diuretik dengan menghambat

reabsorpsi Na+, K+, dan Cl sehingga terjadi peningkatan elektrolit di tubulus maka

terjadilah diuresis.

Alkaloid juga dapat menyebabkan peningkatan volume urin, alkaloid

bekerja langsung pada tubulus dengan cara meningkatkan ekskresi Na+ dan Cl-.

Dengan meningkatnya ekskresi Na+ juga akan meningkatkan volume urin dengan

dengan cara meningkatkan laju kecepatan glomerulus (Lenny S, 2006).

Penelitian ini menunjukan bahwa peningkatan volume urin yang terlihat

selama penelitian bukan karena efek osmotik aquaretik melainkan disebabkan

olek adanya aktivitas diuretik (Mary JM., dkk 2000).

4.6 Hasil Analisis Data Statistik

Untuk mengetahui perbandingan dari pengujian diuretik yang telah

dilakukan ada 5 kelompok yaitu 1 kelompok uji kontrol normal (akuades), 1

kelompok pembanding (furosemid) dan 3 kelompok perlakuan menggunakan

ekstrak etanol daun petai cina dengan dosis yang berbeda digunakan analisis data

One Way Anova pada taraf α=0,05.

Page 54: UJI EFEK DIURETIK EKSTRAK ETANOL DAUN PETAI CINA …

41

Pada pengujian ini menggunakan analisis data One Way Anova karena

hanya menggunakan 1 tanaman yaitu daun petai cina dengan 5 kelompok

pengujian.

Tabel 4.5 Rata-rata Volume Urin dengan Pemberian Ekstrak Etanol Daun

Petai Cina dalam berbagai Dosis

Kelompok Uji Volume Rata-rata

Kelompok normal (Akuades) 1,74

Kelompok Pembanding (Furosemid) 3,55*

Ekstrak Etanol daun petai cina dosis I 1,96

Ekstrak Etanol daun petai cina dosis II 2,36*

Ekstrak Etanol daun petai cina dosis III 3,48* Keterangan :

*berbeda makna dibandingkan dengan kelompok normal (p˂0,05)

Dari tabel di atas dapat dilihat rata-rata ekskresi volume urin dari setiap

masing-masing kelompok percobaan. Perbedaan yang signifikan ditunjukan oleh

kelompok pembanding, kelompok ekstrak etanol daun petai cina dosis II (13

mg/20g BB mencit) dan dosis III (26 mg/20g BB mencit) dibandingkan dengan

kelompok normal dan dosis I (6,5 mg/20g BB mencit). Hal ini menunjukan bahwa

dengan pemberian furosemid sebagai pembanding serta pemberian ekstrak etanol daun

petai cina pada dosis II dan dosis III dapat meningkatkan ekskresi volume urin pada

mencit.

Tabel 4.6 Hasil Uji Statistik One Way Anova

ANOVA

Source of Variation SS df MS F P-value F crit

Between Groups 14.429 4 3.607 5.430 0.004 2.866

Within Groups 13.285 20 0,664

Total 27.714 24

Page 55: UJI EFEK DIURETIK EKSTRAK ETANOL DAUN PETAI CINA …

42

Hasil pengujian one way ANOVA (Tabel 4.6.) dengan menggunakan uji F,

menunjukan F hitung sebesar 5,430 dan signifikan (P-value) 0,004. Pengambilan

keputusan berdasarkan pada perbandingan F hitung dan F tabel (F crit), jika F

hitung lebih kecil dari F tabel (F hitung < F tabel) maka H0 diterima, yang berarti

tidak ada perbedaan diantara perlakuan dan jika F hitung lebih besar dari F tabel

(F hitung > F tabel) maka H1 diterima, yang berarti ada perbedaan diantara

perlakuan (Walpole, 2005). Nilai signifikan yang diperoleh 0,004 < 0,05 sehingga

dapat disimpulkan bahwa H0 ditolak dan H1 diterima, artinya terdapat perbedaan

volume urin pada lima kelompok yang diuji atau pemberian ekstrak etanol daun

petai cina dengan dosis yang berbeda terbukti berpengaruh signifikan terhadap

volume urin mencit.

Gambar 4.2 Diagram Hasil Uji Statisitik Volume Urin Selama 6 Jam

4.7 Hasil Pengukuran Kadar Na+ dan K+ pada Urin

Pengukuran Na+ dan K+ dilakukan dengan menggunakan sampel urin dari

hasil pengujian efek diuretik. Pengukurannya tersebut dilakukan terhadap masing-

masing volume urin berdasarkan kelompoknya menggunakan alat Flame

Photometer.

1.962.36

3.48 3.55

1.74

0

1

2

3

4

Vo

lum

e U

rin

(m

l)

Kelompok Perlakuan

Page 56: UJI EFEK DIURETIK EKSTRAK ETANOL DAUN PETAI CINA …

43

Tabel 4.7 Konsentrasi Ion Natrium

Nama Akuades

(mEq/L)

Furosemid

(mEq/L)

Ekstrak Daun Petai Cina (mEq/L)

Dosis I Dosis II Dosis III

Konsentrasi

Natrium 2,02 4,18 4,64 5,84 6,65

Gambar 4.3 Kosentasi Ion Natrium

Tabel dan gambar diatas adalah hasil pengukuran kadar Na+ dari masing-

masing volume urin sesuai dengan kelompok perlakuan. Kadar Na+ untuk

kelompok 1 (akuades) mempunyai kadar Na+ yaitu 2,02 mEq/L, kelompok 2

(furosemid) mempunyai kadar Na+ yaitu 4,18 mEq/L, kelompok 3 (ekstrak etanol

daun petai cina dosis I) mempunyai kadar Na+ yaitu 4,64 mEq/L, kelompok 4

(ekstrak etanol daun petai cina dosis II) mempunyai Kadar Na+ yaitu 5,84 mEq/L,

dan kelompok 5 (ekstrak etanol daun petai cina dosis III) mempunyai Kadar Na+

yaitu 6,65 mEq/L.

Berdasarkan penjelasan diatas menunjukan kadar natrium yang baik

karena semakin besar dosis yang diberikan maka semakin banyak natrium yang

diekskresikan oleh mencit tersebut, demikian natrium yang banyak dikeluarkan

berarti ekstrak daun petai cina yang diberikan pada mencit membuktikan adanya

aktivitas diuretik.

2.02

4.184.64

5.846.65

0

1

2

3

4

5

6

7

Ko

nse

ntr

asi I

on

Nat

riu

m

(mEq

/L)

Kelompok Perlakuan

Akuades

Furosemid

Dosis I

Dosis II

Dosis III

Page 57: UJI EFEK DIURETIK EKSTRAK ETANOL DAUN PETAI CINA …

44

Namun kadar Na+ melebihi kadar furosemid sehingga dikatakan

Hiponatremia, tidak dianjurkan untuk antidiuretik pada manusia namun jika ingin

tetap digunakan sebaiknya dikombinasikan dengan kalium dari luar.

Tabel 4.8 Konsentrasi Ion Kalium

Nama Akuades

(mEq/L)

Furosemid

(mEq/L)

Ekstrak Daun Petai Cina (mEq/L)

Dosis I Dosis II Dosis III

Konsentrasi

Kalium 0,81 1,15 0,25 0,33 0,52

Gambar 4.4 Kosentrasi Ion Kalium

Tabel dan gambar diatas adalah hasil pengukuran kadar K+ dari masing-

masing volume urin sesuai dengan kelompok perlakuan. Kadar K+ untuk

kelompok 1 (akuades) mempunyai kadar K+ yaitu 0,81 mEq/L , kelompok 2

(furosemid) mempunyai kadar K+ yaitu 1,15 mEq/L, kelompok 3 (ekstrak etanol

daun petai cina dosis I) mempunyai kadar K+ yaitu 0,25 mEq/L, kelompok 4

(ekstrak etanol daun petai cina dosis II) mempunyai kadar K+ yaitu 0,33 mEq/L ,

dan kelompok 5 (ekstrak etanol daun petai cina dosis III) mempunyai kadar dan

K+ yaitu 0,52 mEq/L.

Untuk kadar kalium lebih rendah dibandingkan dengan natrium

dikarenakan kalium sangat sedikit dieksresikannya oleh tubuh secara alami serta

0.81

1.15

0.250.33

0.52

0

0.2

0.4

0.6

0.8

1

1.2

1.4

Ko

nse

ntr

asi I

on

Kal

ium

(mEq

/L)

Kelompok Perlakuan

Akuades

Furosemid

Dosis I

Dosis II

Dosis III

Page 58: UJI EFEK DIURETIK EKSTRAK ETANOL DAUN PETAI CINA …

45

kalium sangat dibutuhkan oleh tubuh sehingga dapat dikatakan hiperkalemia

(kalium dalam darah lebih tinggi). Fungsi dari kalium ialah sebagai diuretik untuk

pengeluaran natrium cairan yang meningkat hal tersebut dapat membantu

menurunkan tekanan darah.

Sehingga dapat disimpulkan bahwa dosis pada kelompok 2 (furosemid)

sebagai pembanding dan kelompok dosis 1, 2, dan 3 dari ekstrak etanol daun petai

cina dapat meningkatkan ekskresi Na+ dan K+ dibandingkan dengan kelompok

kontrol normal (akuades) dengan ditunjukkan hasil ekskresi ion natrium dan

kalium yang tinggi berarti ekstrak etanol daun petai cina tersebut tidak menahan

pengeluaran ion lewat urin baik ion natrium maupun kalium. Hal ini menunjukan

bahwa semua dosis kelompok uji perlakuan mempunyai efektivitas antidiuretik

dengan adanya peningkatan ekskresi Na+ dan K+ namun jika ekskresi Na+ dan K+

melalui batas normal dapat mengakibatkan gangguan homeostasis ion di dalam

tubuh, dan dehidrasi ion. Oleh karena itu, penggunaan dari ekstrak etanol daun

petai cina sebagai obat diuretik alami disarankan untuk digunakan sesuai dengan

dosis efektif atau dosis yang rendah.

Page 59: UJI EFEK DIURETIK EKSTRAK ETANOL DAUN PETAI CINA …

46

BAB V

SIMPULAN DAN SARAN

5.1 Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan yaitu uji efektivitas

diuretik ekstrak etanol daun petai cina (Laucaena leucocephala (Lam.) de Wit)

pada mencit putih jantan galur Swiss webster dapat disimpulkan sebagai berikut :

1. Pemberian ekstrak etanol daun petai cina (Laucaena leucocephala (Lam.)

de Wit) secara oral dengan dosis 6,5 mg/20g BB mencit, 13 mg/20g BB

mencit, dan 26 mg/20g BB mencit dapat memberikan efek diuretik.

2. Dosis 26 mg/20g BB mencit ekstrak etanol daun petai cina (Laucaena

leucocephala (Lam.) de Wit) adalah dosis yang paling baik efek

diuretiknya. Dengan volume rata-rata 3,48 ml dimana hasil rata-rata

volumenya mendekati volume rata-rata pembanding furosemid.

3. Kadar Na+ dan K+ untuk kelompok 1 (akuades) mempunyai kadar Na+ yaitu

2,02 mEq/L dan kadar K+ yaitu 0,81 mEq/L , kelompok 2 (furosemid)

mempunyai Kadar Na+ yaitu 4,18 mEq/L dan kadar K+ yaitu 1,15 mEq/L,

kelompok 3 (ekstrak etanol daun petai cina dosis I) mempunyai Kadar Na+

yaitu 4,64 mEq/L dan K+ yaitu 0,25 mEq/L, kelompok 4 (ekstrak etanol

daun petai cina dosis II) mempunyai Kadar Na+ yaitu 5,84 mEq/L dan K+

yaitu 0,33 mEq/L , dan kelompok 5 (ekstrak etanol daun petai cina dosis III)

mempunyai Kadar Na+ yaitu 6,65 mEq/L dan K+ yaitu 0,52 mEq/L.

Page 60: UJI EFEK DIURETIK EKSTRAK ETANOL DAUN PETAI CINA …

47

5.2 Saran

Untuk penelitian selanjutnya disarankan untuk dilakukan variasi dosis

untuk mencari dosis efektif atau menggunakan metode yang lain serta melakukan

penelusuran lebih lanjut mengenai metabolit sekunder yang dapat memberikan

efek diuretik, sehingga akan sangat bermanfaat untuk pengembangan dari obat

tradisional ke arah fitofarmaka sehingga layak untuk dipasarkan.

Page 61: UJI EFEK DIURETIK EKSTRAK ETANOL DAUN PETAI CINA …

48

DAFTAR PUSTAKA

Anna., 2011., Uji Efek Diuretik Ekstrak Etanol 70% Daun Ceplukan

(Physalis angulata L.) [Skripsi]., Surakarta., Universitas Muhammadiyah

Anonim., 1979., Farmakope Indonesia, Edisi III, 262., Jakarta., Departemen

kesehatan Republik Indonesia, Jakarta.

Ansel, H.C., 2005., Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi., Edisi keemapat.,

Jakarta., UI Press.

Cronquist, Arthur., 1981., An Integrated System of Classification of Flowering

Plants. New York., Columbia University Press

Dalimartha, S., 2000., Atlas Tumbuhan Obat Indonesia., Bogor., Trobus

Agriwidya

Departemen Kesehatan Republik Indonesia., 2007., Kebijakan Obat Tradisional

Nasional., Jakarta., Departemen Kesehatan Republik Indonesia

Departemen Kesehatan Republik Indonesia., 2010., Suplemen I Farmakope

Herbal Indonesia., Jakarta., Departemen Kesehatan Republik Indonesia

Ditjen POM, Depkes RI., 2000., Parameter Standar Umum Ekstrak Tumbuhan

Obat., Jakarta., Departemen Kesehatan Republik Indonesia 9-11,16.

Foye, W.O., 1995., Prinsip-prinsip Kimia Medisinal, Jilid I, Edisi II, 865-866,

Yogyakarta., Gadjah Mada University Press

Ganiswarna, S. G., 1995, Farmakologi dan Terapi, Edisi IV. Jakarta.,

Universitas Indonesia Press

Harborne, J.B., 1996, Metode Fitokimia Penuntun Cara Modern Menganalisis

Tumbuhan, Edisi II, 69-76 diterjemahkan oleh Kosasih Padmawinata dan

Imam Sudiro, Bandung., Institut Teknologi Bandung Press.

Harborne, J.B., 2007., Metode Fitokimia: Penuntun Cara

ModernMenganalisis Tumbuhan, Edisi III., Bandung., Institusi

Teknologi Bandung

Hariana H, Afief., 2008., Tanaman obat dan khasiatnya Seri 2. Jakarta.,

Penebar Swadaya

Page 62: UJI EFEK DIURETIK EKSTRAK ETANOL DAUN PETAI CINA …

49

Indri, D.K., dan Lestari, T., 2014., Metode Destilasi Air Minyak Atsiri pada

Herba Sereh Wangi (Cymbopogon nardus L.)., Surakarta., Poltekes

Kemenkes

Kemenkes, RI., 2010., Suplemen I : Farmakope Herbal Indonesia., Jakarta.,

Kementrian Kesehatan Republik Indonesia

Lenny, S., 2006., Senyawa Flavonoid, Fenil Propanoid, dan Alkaloid., Medan.,

USU

Marry, J.M., 2000., Farmakologi Ulasan Bergambar., Jakarta., Widya Medika.

Miroslav, V., 1971., Detection and Identification of Organik Compound. New

York : Planum Publishing Corporation and SNTC Publiher of Technical

Literatur

Nafrialdi., Gunawan S.G., Setiabudy R., Elysabeth., 2007., Antihipertensi

Farmakologi dan Terapi (Edisi Kelima) hal 342., Jakarta., Gaya Baru

Olvia, B.W, Nining S., 2015., Uji sifat fisik dan aktivitas ekstrak daun petai

cina (laucena glauca) dalam berbagai tipe basis salep sebagai obat

luka bakar; 12 (2): 186-98., Fakultas Farmasi Universitas Ahmad Dahlan.

Permadi, A., 2006., Tanaman Obat Pelancar Air Seni 5-8, Jakarta., Penebar

Swadaya

Robinson, T., 1991., Kandungan Organik Tumbuhan Tingkat Tinggi.

Bandung : Penerbit ITB, 152-196

Saifuddin, A, Rahayu V, Teruna H.Y., 2011., Standarisasi Bahan Obat Alam;

Edisi Pertama., Yogyakarta., Graha Ilmu

Sangi, M., M.R.J Runtuwene, H.E.I Simbala dan V.M.A Makang., 2008., Analisis

Fitokimia Tumbuhan Obat di Kabupaten Minahasa Utara. Chem.

Prog; 47-53

Sari, L, O., 2006. Pemanfaatan obat tradisional dengan pertimbangan

manfaat dan keamanannya. Majalah Ilmu Kefarmasian 3(1):1- 7.

Siswandono dan Soekardjo., 2000., Kimia Medisinal, Jilid II, Edisi II, 207-222.,

Surabaya., Airlangga University Press.

Tjay, T.H., dan Rahardja, K., 2002., Obat-obat Penting, Khasiat, Penggunaan,

dan Efek-efek Sampingnya, Edisi V, 488-492., Jakarta., Direktorat

Jendral Pengawasan Obat dan Makanan Republik Indonesia

Page 63: UJI EFEK DIURETIK EKSTRAK ETANOL DAUN PETAI CINA …

50

Walpole, E.R., 2005., Pengantar Statistika., Jakarta, Gramedia Pustaka Utama

World Health Organization, 2005, Clinical Guidelines for the Management of

Hypertension, 29th, Cairo University, Egypt, WHO.

W.L. Lipschitz, Z. Haddian and A. Kerpscar., 1945., Bioassay of Diuretic., J.

Pharmacol. Exp. Ther. 79:9

Yuniarti, T. 2008., Ensiklopedia tanaman obat tradisional., Yogyakarta., MedPress

Page 64: UJI EFEK DIURETIK EKSTRAK ETANOL DAUN PETAI CINA …

51

LAMPIRAN I

HASIL DETERMINASI

Page 65: UJI EFEK DIURETIK EKSTRAK ETANOL DAUN PETAI CINA …

52

LAMPIRAN II

HASIL PENETAPAN KADAR AIR

Kadar air daun petai cina (Laucaena leucocephala (Lam.) de Wit)

yang diperoleh adalah 4%

Page 66: UJI EFEK DIURETIK EKSTRAK ETANOL DAUN PETAI CINA …

53

LAMPIRAN III

HASIL EKSTRAKSI

Hasil Ekstrak Yang Diperoleh

Berat cawan + ekstrak Berat cawan kosong Hasil ekstrak

77 g 61,38 g 15,62 g

Hasil Rendemen Ekstrak Daun Petai Cina

Berat simplisia Berat ekstrak Hasil randemen

150 g 15,62 g 10,41%

Hasil ekstraksi

Page 67: UJI EFEK DIURETIK EKSTRAK ETANOL DAUN PETAI CINA …

54

LAMPIRAN IV

HASIL SKRINING FITOKIMIA

Identifikasi Alkaloid Identifikasi Tanin

Idenrifikasi Flavomoid Identifikasi Saponin

Page 68: UJI EFEK DIURETIK EKSTRAK ETANOL DAUN PETAI CINA …

55

LAMPIRAN IV

LANJUTAN

Identifikasi Steroid dan Triterpenoid

Page 69: UJI EFEK DIURETIK EKSTRAK ETANOL DAUN PETAI CINA …

56

LAMPIRAN V

PERHITUNGAN DOSIS

Dosis Kontrol Negatif : Akuades 0,5 ml

Dosis PGS 2% sebagai Pensuspensi :

Pengenceran : 2

100 x 10 ml = 0,2 g

Dosis Kontrol Pembanding Furosemid :

Dosis Furosemid untuk manusia = 40 mg/kg BB

Konversi dari manusia ke mencit 20 g = 0,0026 mg

Untuk mencit 20 g = 40 mg x 0,0026 = 0,104 mg

Pengenceran : 0,104 𝑚𝑔

40 𝑚𝑔 x 100 ml = 0,26 ml

Perlakuan :

Mencit 1 : 29,3 𝑔

20 𝑔 x 0,26 ml = 0,38 ml

Mencit 2 : 19,6 𝑔

20 𝑔 x 0,26 ml = 0,25 ml

Mencit 3 : 22,3 𝑔

20 𝑔 x 0,26 ml = 0,29 ml

Mencit 4 : 30,5 𝑔

20 𝑔 x 0,26 ml = 0,4 ml

Mencit 5 : 20 𝑔

20 𝑔 x 0,26 ml = 0,26 ml

Dosis Ekstrak Daun Petai Cina :

Dosis pemakaian daun petai cina pada manusia secara empiris yaitu 5 g

Untuk mencit 20 g = 5 g x 0,0026 = 0,0013 g

Page 70: UJI EFEK DIURETIK EKSTRAK ETANOL DAUN PETAI CINA …

57

LAMPIRAN V

LANJUTAN

Dosis II = 13 mg

Dosis I ½ x 13 mg = 6,5 mg

Dosis III 2 x 13 mg = 26 mg

Dosis I Ekstrak Daun Petai Cina 6,5 mg

Pengenceran : 6,5 𝑚𝑔

300 𝑚𝑔 x 10 ml = 0,22 ml

Perlakuan :

Mencit 1 : 19,7 𝑔

20 𝑔 x 0,22 ml = 0,22 ml

Mencit 2 : 20,4 𝑔

20 𝑔 x 0,22 ml = 0,23 ml

Mencit 3 : 21,3 𝑔

20 𝑔 x 0,22 ml = 0,23 ml

Mencit 4 : 25,41 𝑔

20 𝑔 x 0,22 ml = 0,28 ml

Mencit 5 : 26,9 𝑔

20 𝑔 x 0,22 ml = 0,29 ml

Dosis II Ekstrak Daun Petai Cina 13 mg

Pengenceran : 13 𝑚𝑔

300 𝑚𝑔 x 10 ml = 0,43 ml

Perlakuan :

Mencit 1 : 19,9 𝑔

20 𝑔 x 0,43 ml = 0,43 ml

Mencit 2 : 20,2 𝑔

20 𝑔 x 0,43 ml = 0,43 ml

Page 71: UJI EFEK DIURETIK EKSTRAK ETANOL DAUN PETAI CINA …

58

LAMPIRAN V

LANJUTAN

Mencit 3 : 23,2 𝑔

20 𝑔 x 0,43 ml = 0,5 ml

Mencit 4 : 19,5 𝑔

20 𝑔 x 0,43 ml = 0,42 ml

Mencit 5 : 27,3 𝑔

20 𝑔 x 0,43 ml = 0,3 ml

Dosis III Ekstrak Daun Petai Cina 26 mg

Pengenceran : 26 𝑚𝑔

500 𝑚𝑔 x 10 ml = 0,52 ml

Perlakuan :

Mencit 1 : 30,9 𝑔

20 𝑔 x 0,52 ml = 0,8 ml

Mencit 2 : 29 𝑔

20 𝑔 x 0,52 ml = 0,75 ml

Mencit 3 : 25 𝑔

20 𝑔 x 0,52 ml = 0,65 ml

Mencit 4 : 34,1 𝑔

20 𝑔 x 0,52 ml = 0,89 ml

Mencit 5 : 33,2 𝑔

20 𝑔 x 0,86 ml = 0,86 ml

Page 72: UJI EFEK DIURETIK EKSTRAK ETANOL DAUN PETAI CINA …

59

LAMPIRAN VI

HASIL PENGAMATAN

Pemberian Sediaan Per Oral

Pengumpulan Volume Urin Mencit selama 6 jam menggunakan metode Lipschitz

Page 73: UJI EFEK DIURETIK EKSTRAK ETANOL DAUN PETAI CINA …

60

LAMPIRAN VI

LANJUTAN

Hasil Urin Kelompok Aquadest

Hasil Urin Kelompok Furosemid

Page 74: UJI EFEK DIURETIK EKSTRAK ETANOL DAUN PETAI CINA …

61

LAMPIRAN VI

LANJUTAN

Hasil Urin Kelompok Uji Dosis I

Hasil Urin Kelompok Uji Dosis II

Hasil Urin Kelompok Uji Dosis III

Page 75: UJI EFEK DIURETIK EKSTRAK ETANOL DAUN PETAI CINA …

62

LAMPIRAN VII

HASIL UJI DIURETIK

Hasil Volume Urin Selama 6 jam

Mencit Akuades

(ml)

Furosemid

(ml)

Ekstrak Daun Petai Cina (ml)

Dosis I Dosis II Dosis III

1 2,3 4,18 1 1 2,9

2 2,7 4 2 3,1 4

3 1,7 3,68 2 3 2,6

4 1 3 2,1 1,2 4,6

5 1 2,9 2,7 3,5 3,3

Rata-Rata 1,74 3,55 1,96 2,36 3,48

Diagram Rata-Rata Volume Urin Selama 6 Jam

1.74

3.55

1.962.36

3.48

00.5

11.5

22.5

33.5

4

Vo

lum

eU

rin

(m

l)

Rata-rata Kelompok Perlakuan

Akuades(ml)Furosemid(ml)Dosis I

Dosis II

Dosis III

Page 76: UJI EFEK DIURETIK EKSTRAK ETANOL DAUN PETAI CINA …

63

LAMPIRAN VIII

HASIL ANALISIS DATA STATISTIK

Hasil Uji Statistik One Way Anova

Kelompok Normal

(akuadest)

Kelompok Pembanding (Furosemid)

Kelompok ekstrak daun

Petai Cina Dosis 1

Kelompok ekstrak daun

Petai Cina Dosis 2

Kelompok ekstrak daun

Petai Cina Dosis 3

1 2.3 4.18 1 1 2.9

2 2.7 4 2 3.1 4

3 1.7 3.68 2 3 2.6

4 1 3 2.1 1.2 4.6

5 1 2.9 2.7 3.5 3.3

Sum 8.7 17.76 9.8 11.8 17.4

Avg 1.74 3.55 1.96 2.36 3.48

Anova: Single Factor

SUMMARY

Groups Count Sum Average Variance

Kelompok Normal (akuadest) 5 8.7 1.74 0.583

Kelompok Pembanding (Furosemid) 5 17.76 3.552 0.33532

Kelompok ekstrak daun Petai Cina Dosis 1 5 9.8 1.96 0.373

Kelompok ekstrak daun Petai Cina Dosis 2 5 11.8 2.36 1.363

Kelompok ekstrak daun Petai Cina Dosis 3 5 17.4 3.48 0.667

ANOVA

Source of Variation SS Df MS F P-value F crit

Between Groups 14.429 4 3.607 5.430 0.004 2.866

Within Groups 13.285 20 0.664

Total 27.714 24

Page 77: UJI EFEK DIURETIK EKSTRAK ETANOL DAUN PETAI CINA …

64

LAMPIRAN VIII

LANJUTAN

Diagram Hasil Uji Statisitik Volume Urin Selama 6 Jam

1.962.36

3.48 3.55

1.74

0

0.5

1

1.5

2

2.5

3

3.5

4

Dosis 1 Dosis 2 Dosis 3 Pembanding Normal

Vo

lum

e U

rin

(m

l)

Kelompok Perlakuan

Page 78: UJI EFEK DIURETIK EKSTRAK ETANOL DAUN PETAI CINA …

65

LAMPIRAN IX

HASIL PENGUKURAN KADAR Na+ dan K+ pada URIN

Konsentrasi Ion Natrium

Nama Akuades

(mEq/L)

Furosemid

(mEq/L)

Ekstrak Daun Petai Cina (mEq/L)

Dosis I Dosis II Dosis III

Konsentrasi

Natrium 2,02 4,18 4,64 5,84 6,65

Konsentrasi Ion Kalium

Nama Akuades

(mEq/L)

Furosemid

(mEq/L)

Ekstrak Daun Petai Cina (mEq/L)

Dosis I Dosis II Dosis III

Konsentrasi

Kalium 0,81 1,15 0,25 0,33 0,52

2.02

4.184.64

5.846.65

0

1

2

3

4

5

6

7

Ko

nse

ntr

asi I

on

Nat

riu

m

(mEq

/L)

Kelompok Perlakuan

Akuades

Furosemid

Dosis I

Dosis II

Dosis III

0.81

1.15

0.250.33

0.52

0

0.2

0.4

0.6

0.8

1

1.2

1.4

Ko

nse

ntr

asi I

on

Kal

ium

(mEq

/L)

Kelompok Perlakuan

Akuades

Furosemid

Dosis I

Dosis II

Dosis III

Page 79: UJI EFEK DIURETIK EKSTRAK ETANOL DAUN PETAI CINA …

66

LAMPIRAN X

DIAGRAM ALUR PENELITIAN