Uji Desktiptif
-
Upload
juju-junengsih -
Category
Documents
-
view
66 -
download
0
Transcript of Uji Desktiptif
LAPORAN PRAKTIKUM TEKNIK PENGUJIAN MUTU HASIL PERIKANAN
UJI DESKRIPTIF
Disusun Oleh :
JUJU JUNENGSIH
10/297392/PN/11910
TEKNOLOGI HASIL PERIKANAN
LABORATORIUM TEKNOLOGI IKAN
JURUSAN PERIKANAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS GADJAH MADA
YOGYAKARTA
2013
A. Pendahuluan
Evaluasi sensori atau organoleptik merupakan ilmu pengetahuan yang menggunakan
indera manusia untuk mengukur tekstur, penampakan, aroma dan flavor produk pangan.
Penerimaan konsumen terhadap suatu produk diawali dengan penilaiannya terhadap penampakan,
flavor dan tekstur. Oleh sebab itu dibutuhkan pendekatan melalui uji sensori dengan parameter
tersebut. Pendekatan dengan penilaian organoleptik ini dianggap paling praktis lebih murah
biayanya (Kartika et al., 1988).
Pengujian sensori sangat penting dalam pengembangan produk, terutama produk baru
karena dapat meminimalkan resiko dalam pengambilan keputusan. uji sensori dapat digunakan
untuk menilai adanya perubahan yang dikehendaki atau tidak dikehendaki dalam produk atau
formulasi bahan untuk resep produk, mengidentifikasi area pengembangan, menentukan apakah
optimasi telah diperoleh, mengevaluasi produk pesaing, mengamati perubahan yang terjadi
selama proses atau penyimpanan dan memberikan data yang diperlukan bagi promosi produk
(Susiwi, 2009).
Pada prinsipnya terdapat tiga jenis uji sensori organoleptik salah satunya adalah uji
deskriptif. Uji deskripsi merupakan penilaian sensorik berdasarkan sifat-sifat sensori yang lebih
kompleks, meliputi berbagai jenis sifat sensori yang menggambarkan keseluruhan sifat komoditi
tersebut. Uji ini biasa dilakukan di industri pangan untuk menilai tingkat pengembangan kualitas
produk, memepertahankan dan menyeragamkan mutu, sebagai alat diagnosis dan dapat berfungsi
sebagai pengukuran pengawasan mutu. Melihat fungsi-fungsi uji deskripsi inilah maka diadakan
pengujian ini (Setyaningsih, 2010).
Uji deskripsi digunakan untuk mendapatkan gambaran yang utuh tentang karakteristik
suatu produk. Oleh karena itu, pada uji ini banyak sifat sensorik yang dinilai dan dianalisis secara
keseluruhan. Sifat-sifat sensorik yang dipilih adalah terutama yang paling relevan terhadap mutu
atau yang paling peka terhadap perubahan mutu suatu komoditi. Sifat-sifat sensorik mutu ini
disebut atribut mutu. Misalnya ketengikan, warna, bau dan lain-lain (Soekarto, 1985).
B. Alat dan Bahan
1. Alat
a. Scoresheet
b. Alat tulis
c. Tempat cake
2. Bahan
a. Cake Spirulina
C. Cara Kerja
1. Penyaji menyiapkan sampel cake Spirulina yang sudah dipotong-potong.
2. Panelis menghadapi sampel beserta lembar scoresheet.
3. Panelis diminta mendeskripsikan sampel untuk setiap atribut kenampakan, bau, rasa,
tekstur.
4. Mekanismenya panelis duduk perkelompok dan langsung menilai sampel yang diujikan.
D. Data dan Analisis Data
Tabel 1. Hasil Uji Deskriptif
No Atribut Kelompok 1 Kelompok 2 Kelompok 3 Kelompok 4
1. Kenampakan
Hijau lumut
kehitaman,
warna kurang
menarik
Hujau tua/lumut
Warna hijau
pucat, warna
tidak merata,
tidak bercahaya
Warnanya hijau
kekuning-
kuningan, pucat,
tidak rata
2. Aroma
Sedikit amis,
spirulina
menyengat, essen
terlalu kuat
Terdapat aroma
tambahan
(dominan essen)
Bau spesifik
cake, tidak ada
bau tambahan
Netral, ada bau
tambahan
(essen), tidak ada
bau spirulina
3. Rasa
Essen terlalu
kuat, kurang
manis, sedikit
pahit, rasa
spirulina
menyengat
Manis sedikit
pahit, ada rasa
tambahan
(spirulina)
Manis, ada rasa
tambahan
(seperti tepung)
Kurang manis,
ada tepung, rasa
essen
4. Tekstur/Konsistensi
Padat, bantat,
adaserpihanserats
pirulina
Padat, kompak
Tidak terlalu
kompak
(mudahpecah)
Kasar, kenyal,
kurang padat
5. Lain-lain Sediki tberpori
Dimulut terasa
ada butiran,
terasa seret
Berpori-pori
besar
E. Pembahasan
Analisis sensori deskriptif adalah metode analisis sensori dimana atribut sensori suatu
produk atau bahan pangan diidentifikasi, dideskripsikan dan dikuantifikasi dengan menggunakan
panelis terlatih khusus untuk uji ini. Analisis ini dapat dilakukan untuk semua parameter sensori
dan beberapa aspek dalam penentuan profil cita rasa atau profil tekstur (Setyaningsih, 2010).
Susiwi (2009) mengungkapkan bahwa uji deskripsi digunakan untuk mengidentifikasi
karakteristik sensori yang penting pada suatu produk dan memberikan informasi mengenai
derajat atau intensitas karakteristik tersebut. Sedangkan Kartika et al., (1988) mengatakan bahwa
uji ini dapat membantu mengidentifikasi variabel bahan tambahan (ingredient) atau proses yang
berkaitan dengan karakteristik sensori tertentu dari produk. Informasi ini dapat digunakan untuk
pengembangan produk baru, memperbaiki produk atau proses dan berguna juga untuk
pengendalian mutu rutin (Susiwi, 2009). Tujuan dari uji ini yaitu melatih mahasiswa untuk
mengidentifikasi dan mendeskripsikan berbagai parameter yang berbeda di dalam suatu produk.
Analisis deskriptif terdiri dari 2 macam yaitu analisis kualitatif dan analisis kuantitatif.
Analisis kualitatif digunakan untuk mendapatkan data deskripsi dari suatu sampel secara
subyektif. Metode analisis kualitatif yang biasa digunakan adalah Uji flavor/texture profile test
dan Focus Group Discussion (FGD). Uji flavor/texture profile test dilakukan untuk menguraikan
karakteristik aroma dan flavor produk makanan, menguraikan karakteristik tekstur makanan. Uji
ini dapat digunakan untuk mendeskripsikan secara komplit suatu produk makanan, melihat
perbedaan contoh diantara group, melakukan identifikasi khusus misalnya off-flavor dan
memperlihatkan perubahan intensitas dan kualitas tertentu. Tahap ujinya meliputi : Orientasi
sebelum melakukan uji, tahap pengujian dan tahap analisis dan interpretasi data. Pengujian
sensori dengan teknik FGD melibatkan seluruh panelis dan seorang moderator (penguji bertindak
sebagai moderator). Pada uji ini, panelis melakukan pengujian bersama dalam satu ruangan
dengan kondisi yang telah diatur agar bebas dari suara bising serta aroma-aroma yang dapat
mengganggu penilaian panelis. Ruangan tempat diskusi diharapkan terletak jauh dari ruang
persiapan agar terhindar dari aroma yang mengganggu penilaian serta terletak cukup jauh dari
ruang produksi agar terhindar dari suara mesin-mesin pabrik yang bising. Panelis dengan arahan
moderator akan mendiskusikan atribut sensori (rasa, aroma, tekstur, kenampakan) dari sampel
yang diujikan (Soekarto, 1985).
Analisis kuantitatif dilakukan untuk mengetahui intensitas atribut-atribut sensori (rasa,
aroma, tektur, kenampakan) pada setiap sampel yang diujikan. Metode analisis yang biasa
digunakan adalah Spectrum Descriptive Analysis dan QDA. Pada metode Spectrum Descriptive
Analysis, skor yang diberikan oleh panelis berdasarkan skala intensitas absolut. Ada banyak
variasi standar deskripsi yang disediakan, dan pemberian nilai dideskripsikan dengan
memberikan tanda pada suatu garis. Hal ini dimaksudkan untuk memberikan data yang konsisten
dan dapat menyediakan berbagai standar (Susiwi, 2009).
Metode QDA didasarkan pada kemampuan panelis dalam mengekpresikan persepsi
produk dengan kata-kata menggunakan cara yang terpercaya. Ciri khusus yang ditemukan pada
metode QDA yaitu penggunaan baris yang tidak berstruktur, adanya instruksi dimana panelis
diminta member tanda pada garis sesuai dengan intensitas persepsi yang diterima, serta panelis
yang dilibatkan adalah panelis yang telah terseleksi melalui pengujian terlebih dahulu. Data yang
diperoleh dari uji dengan metode ini disajikan dalam bentuk grafik jaring laba-laba (spider web).
Dengan nilai nol pada titik pusat untuk setiap atribut. Selain disajikan dalam spider web, hasil
pengujian dengan metode ini juga dapat diolah dengan Principal Component Analysis (PCA)
(Setyaningsih 2010). Dari kedua alternatif pengolahan data yang dapat digunakan, hasil uji QDA
dalam praktikum ini disajikan dalam bentuk grafik jaring laba-laba (Kartika et al., 1988).
Ranah aplikasi QDA dalam dunia industri meliputi bidang Research and Development
(R&D), bidang pengendalian mutu dan bidang pemasaran. Pada bidang R&D, QDA digunakan
dalam pendeskripsian produk baru, perubahan formula, perubahan metode fabrikasi, dan
pengaruh lama penyimpanan dan pengemasan. Untuk bidang pengawasan mutu (Quality
Control), QDA digunakan untuk pengecekan konsistensi deskripsi sensori produk dan pengaruh
perubahan proses. Sedangkan dalam bidang pemasaran QDA digunakan dalam pendeskripsian
produk pesaing, pengawasan produk selama pemasaran, pendeskripsian produk yang telah
diklaim, identifikasi faktor yang dipertimbangkan pada saat penjualan menurun, dan berkenaan
dengan persepsi dan komentar konsumen dapat digunakan untuk meningkatkan atribut tertentu
yang diinginkan konsumen, bahkan dapat digunakan untuk istilah pada iklan (Kartika et al.,
1988).
Spirulina merupakan alga hijau biru foto-autotrof dapat ditemukan pada perairan tawar
maupun asin. Mikroalga ini telah lama digunakan sebagai sumber bahan makanan di Meksiko
dan Afrika dan merupakan salah satu sumber makanan alami paling potensial baik untuk hewan
dan manusia. Kandungan proteinnya yang tinggi mencapai 60-70% (basis kering) serta
kandungan asam-asam amino Spirulina sesuai dengan rekomendasi badan pangan dunia FAO
(Choi et al. 2003) dalam (Anonim, 2006). Mikroorganisme ini berukuran 3,5-10 mikron dan
memiliki filamen berbentuk spiral dengan diameter 20-100 mikron. Spirulina mengandung 60%
protein dengan asam-asam amino esensial, sepuluh vitamin, juga berkhasiat sebagai obat
(therapeutic). Selain itu pula, Spirulina memiliki pigmen fikosianin yang merupakan antioksidan
dan anti, polisakarida yang memiliki efek antitumor dan, γ-asam linoleat (GLA) dari Spirulina
dapat berfungsi dalam penurun kolesterol (Anonim, 2006).
Klasifikasi Spirulina secara taksonomi menurut Bold dan Wyne (1978) dalam Anonim
(2006) sebagai berikut:
Kingdom : Protista
Filum : Cyanophyta
Kelas : Cyanophyceae
Ordo : Nostocales
Famili : Oscilatoriaceae
Genus : Spirulina
Spesies : Spirulina sp.
FGD adalah suatu metode riset yang didefinisikan sebagai suatu proses pengumpulan
informasi mengenai suatu permasalahan tertentu yang sangat spesifik melalui diskusi kelompok.
Pengujian sensori dengan teknik FGD melibatkan seluruh panelis dan seorang moderator (penguji
bertindak sebagai moderator). Pada uji ini, panelis melakukan pengujian bersama dalam satu
ruangan dengan kondisi yang telah diatur agar bebas dari suara bising serta aroma-aroma yang
dapat mengganggu penilaian panelis. Ruangan tempat diskusi diharapkan terletak jauh dari ruang
persiapan agar terhindar dari aroma yang mengganggu penilaian serta terletak cukup jauh dari
ruang produksi agar terhindar dari suara mesin-mesin pabrik yang bising. Panelis dengan arahan
moderator akan mendiskusikan atribut sensori (rasa, aroma, tekstur, kenampakan) dari sampel
yang diujikan (Soekarto, 1985).
Pengujian dilakukan dengan metode FGD dimana para panelis berkelompok untuk
menilai sampel. Berdasarkan hasil pengamatan uji deskriptif sampel Cake Spirulina, menurut
kelompok 1 kenampakan cake berwarna hijau lumut kehitaman dan kurang menarik. Aroma
sedikit amis, spirulina menyengat dan essen terlalu kuat. Rasa essen terlalu kuat, kurang manis,
sedikit pahit dan rasa spirulina menyengat. Tekstur cake padat, bantat, dan ada serpihan serat
spirulina serta cake sedikit berpori. Menurut kelompok 2, kenampakan cake berwarna hijau
tua/lumut. Terdapat aroma tambahan (dominan essen). Rasa cake manis, sedikit pahit, dan ada
rasa tambahan (spirulina). Tekstur cake padat dan kompak, ketika dimakan terasa ada butiran dan
terasa seret. Menurut kelompok 3, kenampakan cake berwarna hijau pucat, warna tidak merata
dan tidak bercahaya. Aroma spesifik cake dan tidak ada bau tambahan. Rasa cake manis dan ada
rasa tambahan (seperti tepung). Tekstur tidak terlalu kompak (mudah pecah). Menurut kelompok
4, kenampakan cake berwarnanya hijau kekuning-kuningan, pucat dan tidak rata, aroma netral,
ada bau tambahan (essen) dan tidak ada bau spirulina. Rasa kurang manis, ada rasa tepung dan
rasa essen. Tekstur kasar, kenyal dan kurang padat serta cake berpori-pori besar
F. Kesimpulan dan Saran
1. Kesimpulan
a. Analisis sensori deskriptif adalah metode analisis sensori dimana atribut sensori suatu
produk atau bahan pangan diidentifikasi, dideskripsikan dan dikuantifikasi dengan
menggunakan panelis terlatih khusus untuk uji ini. Analisis ini dapat dilakukan untuk
semua parameter sensori dan bebebrapa aspek dalam penentuan profil cita rasa atau
profil tekstur.
b. Atribut yang diuji adalah kenampakan, tekstur, aroma dan rasa.
2. Saran
Sebaiknya asisten memoderatori terhadap pengujian yang dilakukan panelis. Tujuannya
untuk menghasilkan data yang akurat.
DAFTAR PUSTAKA
Anonim, 2006. Spirulina. http://repository.ipb.ac.id/bitstream/handle.pdf. Diakses tanggal 4 Mei
2013 pukul 19.35 WIB.
Kartika, B., B. Hastuti., W. Supartono. 1988. Pedoman Uji Inderawi Bahan Pangan. PAU Pangan
Gizi. UGM. Yogyakarta.
Setyaningsih, Dwi et al. 2010. Analisis Sensori Untuk Industri Pangan dan Agro. IPB Press.
Bogor.
Soekarto, S.T. 1985. Penilaian Organoleptik. Bhatara Karya Aksara. Jakarta.
Susiwi, S. 2009. Penilaian organoleptik. Fakultas MIPA. Universitas Pendidikan Indonesia.
Bandung.