Uji Daya as Saliva

15
I. Judul Praktikum Praktikum Uji Aktivitas Enzim Amilase Saliva II. Tanggal Praktikum Kamis, 22 Maret 2007 III. Tujuan Praktikum 1. Mengetahui pengaruh suhu terhadap enzim. 2. Membuktikan aktivitas enzim amilase saliva. 3. Mengetahui kerja enzim sebagai biokatalisator. IV. Dasar Teori Organisme hidup dapat memperoleh dan menggunakan energi dengan cepat. Hal ini disebabkan oleh adanya biokatalisator yang disebut enzim. Enzim mengubah kecepatan reaksi kimia tersebut tetapi tidak mempengaruhi keseimbangan akhir. Diperlukan sedikit enzim untuk melaksanakan alih bentuk sejumlah molekul. Enzim bekerja khusus pada reaksi-reaksi tertentu, bahkan kadang-kadang hanya pada satu macam reaksi saja. Enzim juga bekerja di bawah syarat-syarat tertentu yaitu pH, suhu, kadar substrat, kofaktor, koenzim, dan lain-lain. Perilaku enzim yang demikian berlaku untuk semua jenis enzim. Tetapi syaratnya khusus untuk enzim tertentu misalnya untuk pH, pH optimum untuk enzim yang bekerja di lambung adalah 1- 2, di usus halus 7-8, di dalam sel 7,4. untuk suhu

Transcript of Uji Daya as Saliva

Page 1: Uji Daya as Saliva

I. Judul Praktikum

Praktikum Uji Aktivitas Enzim Amilase Saliva

II. Tanggal Praktikum

Kamis, 22 Maret 2007

III.Tujuan Praktikum

1. Mengetahui pengaruh suhu terhadap enzim.

2. Membuktikan aktivitas enzim amilase saliva.

3. Mengetahui kerja enzim sebagai biokatalisator.

IV. Dasar Teori

Organisme hidup dapat memperoleh dan menggunakan energi dengan cepat.

Hal ini disebabkan oleh adanya biokatalisator yang disebut enzim. Enzim

mengubah kecepatan reaksi kimia tersebut tetapi tidak mempengaruhi

keseimbangan akhir. Diperlukan sedikit enzim untuk melaksanakan alih bentuk

sejumlah molekul. Enzim bekerja khusus pada reaksi-reaksi tertentu, bahkan

kadang-kadang hanya pada satu macam reaksi saja. Enzim juga bekerja di bawah

syarat-syarat tertentu yaitu pH, suhu, kadar substrat, kofaktor, koenzim, dan lain-

lain. Perilaku enzim yang demikian berlaku untuk semua jenis enzim. Tetapi

syaratnya khusus untuk enzim tertentu misalnya untuk pH, pH optimum untuk

enzim yang bekerja di lambung adalah 1-2, di usus halus 7-8, di dalam sel 7,4.

untuk suhu optimum misalnya enzim-enzim yang bekerja di dalam tubuh manusia

37oC dan untuk enzim pada tumbuhan ada yang sampai 60oC. Kadang-kadang

adanya enzim sulit ditentukan secara langsung, karena kadarnya rendah. Oleh

karena itu adanya enzim dapat ditentukan dengan cara tidak langsung dengan

mengikuti perubahan koenzim, yang lain dengan enzim tidak aktif. Sebagian

enzim mudah dijadikan inaktif dengan pemanasan 100oC selama kira-kira 5 menit.

Pada saliva terdapat amilase yang menghidrolisis unit-unit D-glukosa yang

terangkai dengan ikatan rantai -1,4. Hidrolisis berlangsung dengan cara acak dan

menghasilkan disakarida maltosa sebagai hasil akhirnya. Amilase bekerja pada

bermacam-macam polisakarida dan oligosakarida, tetapi pengaruhnya paling

Page 2: Uji Daya as Saliva

mudah ditunjukkan dengan menggunakan amilum sebagai substrat. Pada pH 6-7,

dalam larutan yang mengandung ion klorida, amilase mengkatalisis hidrolisis

amilum menjadi maltosa dengan pembentukan hasil antara, bermacam-macam

dekstrin. Amilum dan dekstrin yang molekulnya masiih besar dengan iodium

memberi warna biru, dekstrin-dekstrin antaranya (eritrodekstrin) memberi warna

coklat kemerah-merahan. Sedang dekstrin-dekstrin yang molekulnya sudah kecil

lagi (akhrodekstrin) dan maltosa tidak memberi reaksi dengan iodium. Jadi

amilase pengaruhnya dapat diamatai dengan mengamati wkatu yang diperlukan

untuk mencapai titik saat pencampuran reaksi tidak memberikan warna lagi

dengan larutan iodium. Titik ini disebut titik akromik.

V. Alat dan Bahan

A. Alat

1. Pipet tetes

2. Tabung reaksi

3. Rak tabung reaksi

4. Cawan petri

5. Penangas air

B.Bahan

1. Saliva encer

2. Amilum 1%

3. Yod 0,01 N

4. NaCl 0.2%

VI. Cara Kerja

1. Ambil saliva encer dengan cara:

1).Mulut dikumuri dengan air bersih.

2).Ke dalam mulut dimasukkan 20 cc NaCl 0,2%. Selama paling sedikit 1

menit.

3).Air bekas kumuran tersebut dimasukkan ke dalam erlenmeyer 50cc.

Page 3: Uji Daya as Saliva

4).Tabung ditutup dan digojok.

5).Salifa encer tersebut kemudian disaring.

2. Ke dalam dua tabung dimasukkan saliva encer masing-masing 2,5 cc.

Tabung pertama :

1).Tabung reaksi tersebut didihkan kemudian didinginkan dengan air ledeng.

2).Amilum 1% dimasukkan ke dalam tabung sebanyak 3 cc.

3).Setiap 5 menit ditetesi dengan yod 0,01 N

Tabung kedua :

1).Amilum 1% ditambahkan ke dalam tabung sebanyak 3 cc

2).Setelah 5 menit ditetesi dengan yod 0,01 N.

VII. Hasil Praktikum

Tabung pertama

5 menit pertama 5 menit kedua 5 menit ketiga

(warna tetap) (warna tetap)

Tabung kedua

Warna yod

VIII. Pembahasan

Hasil dari uji amilolitas saliva pada tabung pertama di atas salah.

Seharusnya pada 5 menit kedua dan ketiga warna tetesan yod semakin

memudar. Hasil yang seharusnya adalah sebagai berikut:

5 menit pertama 5 menit kedua 5 menit ketiga

Page 4: Uji Daya as Saliva

Pada tabung pertama warna campuran yod dan saliva adalah biru.

Setelah 5 menit berikutnya, warnanya memudar menjadi biru yang lebih

muda. Sedangkan, pada 5 menit yang terakhir, hasil reaksi tidak menimbulkan

reaksi warna.

Kesalahan tersebut terjadi karena kesalahan prosedur percobaan. Suhu

yang digunakan pada saat melakukan percobaan kedua dan ketiga kurang

akurat. Hal ini mempengaruhi kerja enzim.

Enzim merupakan polimer biologik yang mengatalisis lebih dari satu

proses dinamika yang memungkinkan kehidupan. Enzim berpengaruh

terhadap kecepatan reaksi. Pada reaksi yang diberi enzim, reaksi akan lebih

cepat berlangsung daripada reaksi tanpa menggunakan enzim. Hal ini terkait

dengan ΔGF. Nilai ΔGF bagi pembentukan status transisi enzim-substrat secara

bermakna lebih rendah daripada nilai ΔGF bagi reaksi yang bersesuaian tetapi

tanpa katalisis enzimtaik. Dengan kata lain, enzim akan menurunkan

rintangan energi suatu reaksi. Sebagai konsekuensinya, proporsi molekul

substrat yang dapat bereaksi menjadi lebih besar. Akan tetapi, sama seperti

katalisator yang lain, enzim muncul tanpa perubahan pada akhir reaksi.(1)

Kecepatan reaksi yang dikatalisis enzim dipengaruhi oleh berbagai faktor,

yaitu:

1. Suhu

Konsep peningkatan suhu akan meningkatkan kecepatan reaksi yang

dikatalisis enzim, ternyata tidak berlaku mutlak. Konsep ini hanya berlaku

pada kisaran suhu yang sangat terbatas. Kecepatan reaksi mula-mula

meningkat seiring meningkatnya suhu akibat peningkatan energi kinetik

pada molekul-molekul yang bereaksi. Akan tetapi, pada akhirnya energi

kinetik enzim akan melampaui rintangan energi untuk memutuskan ikatan

hidrogen dan hidrofobik yang lemah, yang mempertahankan strukutur

sekunder-tersiernya. Pada suhu ini, terutama terjadi denaturasi, disertai

hilangnya aktivitas katalitik secara cepat. Kisaran suhu tersebut tergantung

tiap jenis organisme. Enzim dari manusia yang mempertahankan suhu tubuh

Page 5: Uji Daya as Saliva

pada 37oC, umumnya memperlihatkan stabilitas hingga suhu setinggi 45-

55oC. Kemampuan enzim menaikkan kecepatan reaksi terletak pada

kemampuan enzim mengurangi rintangan energi bagi terjadinya reaksi dan

menaikkan konsentrasi lokal reaktan.(1)

2. pH

Ketika aktivitas enzim diukur pada berbagai nilai pH, aktivitas optimal

secara khas terlihat diantara nilai-nilai pH 5 dan 9. pH dapat mempengaruhi

aktivitas dengan mengubah struktur atau dengan mengubah muatan residu

fungsional pada pengikatan substrat atau katalisis.(1)

Amilase dalam saliva berupa α amilase yang disekresikan oleh

kelenjar parotis. Fungsi utama dari enzim ini adalah untuk memecah

karbohidrat dalam hal ini pati sehingga dapat diolah oleh tubuh. (2) Amilase

adalah enzim hidrolisis yang mengkatalisis hidrolisis rantai -1,4 α glucosidic

pada polisakarida untuk menghasilkan dekstrin, oligosakarida, maltosa dan D-

glukosa. Amilase dihasilkan dari hewan, jamur, dan tumbuh-tumbuhan. Selain

itu juga ditemukan dari tepung gandum dan jamur aspergillus oryzae.(3)

Amilase dibedakan menjadi menurut substrat yang dipecah adalah sebagai

berikut :

1. Alfa-amilase

Menghidrolisis rantai -1, 4 glukosa mengahsilkan dekstrin,

oligosakarida, dan monosakarida.(3)

2. Eksoamilase

Terdiri dari beta-amilase dan glukoamilase (gama-amilase,

amiloglukosida) hasil dari beta-amilase adalah beta-limit dekstrin dan

maltosa. Sedangkan hasil dari gama-amilase adalah glukosa.(3)

Hidolisis rantai lurus polyglukosa seperti amilosa maupun rantai

bercabang dari poliglukosa seperti amilopektin dan glikogen dilakukan dalam

tingkatan yang berbeda. Untuk amilosa, enzim ini memecah rantai α-1,4

hemiacetal (-C-O-C-), menghasilkan maltosa dan sedikit sisa glukosa. Hasil

yang didapat ketika rantai cabang yang dihirolisis adalah maltosa, glukosa,

Page 6: Uji Daya as Saliva

dan dekstrin-dekstrin. Akan tetapi, rantai α-1, 6 pada rantai cabang, tidak

terpengaruh oleh enzim. α-amilase pada hewan dan manusia disebut

endoamylase karena menyerang rantai α-1, 4 secara acak di sembarang tempat

sepanjang rantai polyglukosa. Polisakarida besar tersebut akan segera pecah

menjadi unit-unit kecil.(2)

Amilase dalam serum manusia, bekerja pada pH optimum antara 6,9

sampai 7,0. Enzim ini biasanya bekerja pada suhu 37oC, meskipun masih tetap

aktif pada 50oC dan bahkan sebagian prosedur menggunakan temperatur yang

lebih tinggi. Αlfa-amilase adalah kalsium metaloenzim. Meskipun begitu,

aktivitas penuh ditunjukkan dengan adanya anion seperti klorid, brom, nitrat,

klorat atau fosfat monohidrogen. Aktivatifasi yang paling efektif adalah klorid

dan brom.(2)

Amilase terdapat dalam banyak organ dan jaringan. Konsentrasi yang

terbesar adalah di pankreas. Pada kelenjar saliva juga disekresikan amilase (S-

type) sebagai penghidrolisis awal dari kanji ketika makanan masih dalam

mulut dan esofagus .(2)

Amilum adalam polimer lurus dari glukosa yang diikat dengan

α(1→4). Amilum dapat dibentuk dari beribu-ribu unit glukosa. Pada

pencernaan, amilosa belum terlalu siap untuk dicerna dari pada amilopektin.

Pada pencernaan, enzim amilse bekerja pada ikatan terakhir yang dipecah

menjadi gula.(3)

Amylose structure(3)

Page 7: Uji Daya as Saliva

Maltosa termasuk golongan disakarida dengan rumus bangun

C12H22O11. Secara sistematis namanya adalah -D-glucopiranosil-(1→4)-β-D-

glucopiranosa. Maltosa memiliki kadar hidrogen dan oksigen dengan rasio

2:1. Senyawa ini terdiri dari dua molekul glukosa yang digabung dengan

ikatan glukosa antara atom karbon 1 pada unit glukosa yang pertama dan atom

carbon ke 4 pada unit kedua.maltosa dapat dipecah menjadi dua molekul

glukosa dengan hidrolisis. Pada organisme hidup, enzim maltosa dapat

terbentuk dengan cepat dan pada pemanasan dengan asam kuat selama

beberapa menit enzim ini tetap bekerja.(4)

α-Maltose(4)

Metode amilolitis adalah pengukuran aktivasi amilase dengan

mengikuti pengurangan konsentrasi substrat kanji. Definisi aktivasi amilase

terlihat jelas pada oligosakarida. Amilase akan memecah kanji. Pada saat

terjadi reaksi antara kanji dengan amilase, terjadi pemotongan maltosa

disakarida. Pada perkembangan reaksi akan terbentuk sedikit sedikit enzim

dan banyak gula.(2) Pada laboratorium observasi aktivitas amilase dilihat

dengan menggunakan iodine. Iodine yang bereaksi dengan kanji akan

menghasilkan warna coklat tua atau ungu. Sebagai akibat dari pemecahan

kanji oleh amilase, lama-kelamaan kandungan kanji akan berkurang dan

warna larutan akan menjadi lebih terang. Apabila larutan mengalami proses

pemanasn, maka larutan harus terlebih dahulu didinginkan karena warna biru

tidak muncul pada waktu panas.(5)

pH optimum untuk saliva dan pankreas berbeda sedikit, akan tetapi

pada pengujian, pH yang digunakan adalah 6,0. perubahan warna terjadi

sangat cepat, reaksi berjalan secara linier lebih dari 5 menit. Reagen yang

Page 8: Uji Daya as Saliva

digunakan akan stabil dalam bentuk liquid. Alfa glucosidase tidak bereaksi

dengan oligosakarida yang mengandung lebih dari 4 molekul glukosa dalam

rantai.

Aplikasi klinis :

1. Sialadenitis

Penyakit ini disebabkan oleh sumbatan duktus, infeksi virus atau

kuman atau penyakit autoimun. Salah satu jenis penyakit yang sering

dijumpai adalah penyakit gondong. Penyakit ini banyak menyerang anak.

Virus yang menyebabkan adalah golongan virus paramikso. Penyakit

gondong paling sering dijumpai pada jaringan kelenjar liur.(6)

2. Adenoma

Adenoma yang paling sering dijumpai adenoma pleomorfik atau tumor

campur, kista adenoma limfomatosum papiliferum dan onkositoma.

Adenoma termasuk jenis neoplasma jinak berasal dari kedua kelenjar liur

mayor dan minor. (6)

3. Adenokarsinoma

Lesi ganas kelenjar kebanyakan dijumpai pada kelenjar parotis

(diantara kelenjar mayor). Adenokarsinoma rongga mulut kebanyakan

terletak treletak di palatum. Jenis yang paling banyak ditemui adalah

karsinoma adenoid kistik, karsinoma mukoepidermoid, karsinoma sel

asinik. (6)

4. Sialolitiasis

Penyakit ini timbul dalam duktus submandibularis. Sialolitiasis

tampak tidak ada kaitannya dengan hiperparatiroidisme atau diet. Obstruksi

kelenjar liur yang lama akan berakhir dengan sialadentis dan fungsi rusak. (6)

IX. Kesimpulan

1. Amilase bekerja dipengaruhi oleh suhu.

2. Amilase bekerja efektif pada suhu optimum 37oC.

Page 9: Uji Daya as Saliva

3. Pada suhu yang sudah tidak optimum, reaksi akan berjalan lambat, sehingga

warna tetap bening.

4. Warna ungu menjadi bening ditimbulkan oleh hasil reaksi pemecahan amilum

dengan amilase yang berikatan dengan iodine.

5. Bentuk pecahan amilum oleh amilase adalah maltosa, eritrodekstrin, dekstrin

dan akhrodekstrin.

Page 10: Uji Daya as Saliva

DAFTAR PUSTAKA

1. Victor W. Rodwell dan Peter J Kennelly. Enzim: Sifat-Sifat Umum, Kinetik,

Mekanisme Kerja. Robert K. Murray, dkk. Dalam: Biokimia Harper. Jakarta:

EGC, 2003: 81-4, 91-7

2. Carl A. Burtis dan Edward R. Ashwood. Enzymes. Dalam: Clinical Chemistry.

Philadelphia: W.B. Saunders Company, 2000: 372-3

3. NN. Amylosa. Available at http://id.Wikipedia.com. Accessed: 18 Maret 2006.

4. NN. Maltosa. Available at http://id.Wikipedia.com. Accessed: 18 Maret 2006.

5. NN. Starch . Available at http://id.Wikipedia.com. Accessed: 18 Maret 2006.

6. L. R. Eversole. Rongga Mulut dan Geligi. Robbins dan Kumar. Dalam: Buku Ajar

Patologi II. Jakarta: EGC,1995: 227-29