Uji Benedict Keton

16
UJI BENEDICT dan UJI ROTHERA PADA TEST URIN LABORATORY ACTIVITY DEPARTEMEN BIOKIMIA Disusunoleh: Aviriga septa 1210211148 Chevi hidayat 1210211176 Lutfi rayindra 1210211171 Ilham pribadi 1210211195 M. gilang 1210211179

description

jshdfbjasef

Transcript of Uji Benedict Keton

Page 1: Uji Benedict Keton

UJI BENEDICT dan UJI ROTHERA PADA TEST URIN

LABORATORY ACTIVITY

DEPARTEMEN BIOKIMIA

Disusunoleh:

Aviriga septa 1210211148

Chevi hidayat 1210211176

Lutfi rayindra 1210211171

Ilham pribadi 1210211195

M. gilang 1210211179

Putra mahardika 1210211151

Page 2: Uji Benedict Keton

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN” JAKARTA

TAHUN AJARAN 2012/2013

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT, yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya

sehingga kami dapat menyelesaikan tugas laporan lab act biokimia ini yang berjudul ”Uji

Benedict dan Uji Rothera pada Test Urin”. Penulisan makalah merupakan salah satu tugas

dan persyaratan untukmenyelesaikan tugas kegiatan lab biokimia.

Dalam makalah ini dijabarkan beberapa hal terkait dengan glukosuria dan ketonuria (yaitu

terdapatnya glukosa dalam urin dan keton dalam urin). Dalam penyusunan karya ilmiah ini

dilakukan dengan metode mencari informasi melalui internet dan memperolehnya dari buku-

buku yang berhubungan dengan materi terkait.

Terimakasih kami ucapkan kepada dosen pembimbing dan semua pihak yang yang

membantu menyelesaikan makalah ini.

Kami menyadari makalah ini masih jauh dari sempurna.Oleh karena itu, kritik dan

saran yang sifatnya membangun kami harapkan demi kesempurnaan makalah ini.

Semoga makalah ini memberikan manfaat bagi penulis, membangun wawasan dan

meningkatkan ilmu pengetahuan bagi pembaca.

Jakarta, 04 April2013

(penyusun)

Page 3: Uji Benedict Keton

Uji Benedict

Tujuan

Menghitung secara kasar kadar glukosa dalam urin.

Landasan Teori

Pada diabetes melitus pasienya memiliki kadar glukosa darah sweaktu lebih dari 200mg/dL .

Hal ini terjadi karena penumpukan glukosa dalam darah yang gagal masuk ke dalam sel

karena defisiensi insulin.

Dalam keadaan insulin normal asupan glukosa atau produksi glukosa dalam tubuh akan

difasilitasi (oleh insulin) untuk masuk ke dalam sel tubuh. Glukosa itu kemudian diolah untuk

menjadi bahan energi. Apabila bahan energi yang dibutuhkan masih ada sisa akan disimpan

sebagai glikogen dalam sel-sel hati dan sel-sel otot (sebagai massa sel otot). Proses

glikogenesis (pembentukan glikogen dari unsur glukosa ini dapat mencegah hiperglikemia).

Pada penderita diabetes melitus proses ini tidak dapat berlangsung dengan baik sehingga

glukosa banyak menumpuk di darah (hiperglikemia).

Peningkatan glukosa dalam darah akan berakibat terjadinya kelebihan ambang pada ginjal

untuk memfiltrasi dan reabsorbsi glukosa (meningkat kurang lebih 225 mg/ menit).

Kelebihan ini kemudian menimbulkan efek pembuangan glukosa melalui urin (glukosuria).

Ekskresi molekul glukosa yang aktif secara osmosis menyebabkan kehilangan sejumlah besar

air (diuresis osmotik) dan berakibat peningkatan volume air (poliuria).

Akibat volume urin yang sangat besar dan keluarnya air yang menyebabkan dehidrasi

ekstrasel. Dehidrasi intrasel mengikuti dehidrasi ekstrasel karena air intrasel akan berdifusi

keluar sel mengikuti penurunan gradien konsentrasi ke plasma yang hipertonik (sangat

pekat). Dehidrasi intrasel merangsang pengeluaran ADH dan menimbulkan rasa haus.

Glukosuria dapat mencapai 5-10% dan osmolaritas serum lebih dan 370-380 mosmols/ dl

dalam keadaan tidak terdapatnya keton darah. Kondisi ini dapat berakibat koma

hiperglikemik hiperosmolar nonketotik (KHHN).

Page 4: Uji Benedict Keton

Prinsip kerja

Tes glukosa urine adalah pemeriksaan pada sampel urine untuk mengetahui ada tidaknya

glukosa pada urine. Pemeriksaan ini termasuk penyaringan dalam urinalisis.

Glukosa mempunyai sifat mereduksi. Ion cupri direduksi menjadi cupro dan mengendap

dalam bentuk merah bata. Semua larutan kakar yang mempunyai gugusan aldehid atau

keton bebas akan memberikan reaksi positif. Na sitrat dan Na karbonat (basa yang tidak

begitu kuat) berguna untuk mencegah pengendapan Cu++ . Sukrosa memberikan reaksi

negative karena tidak mempunyai gugusan aktif (aldehid/keton bebas).

Glukosa dalam urin ditentukan dengan reaksi reduksi menggunakan reagen Benedict

(terbaik), Fehling dan Nylander. Cara lainnya adalah menggunakan carik celup.

Reaksi benedict sensitive karena larutan sakar dalam jumlah sedikit menyebabkan

perubahan warna dari seluruh larutan, sedikit menyebabkan perubahan warna dari seluruh

larutan, hingga praktis lebih mudah mengenalnya. Hanya terlihat sedikit endapan pada

dasar tabung. Uji benedict lebih peka karena benedict dapat dipakai untuk menafsir kadar

glukosa secara kasar, karena dengan berbagai kadar glukosa memberikan warna yang

berlainan.

Alat & Bahan:

1. 1.Larutan benedict

2. 2.Urin sendiri

3. Urin patologis

4. Tabung reaksi

5. Waterbath

Page 5: Uji Benedict Keton

Cara kerja:

BAHAN Tabung

1

Larutan benedict 2 ml

Urin sendiri 4 tetes

Panaskan selama 3 menit dalam air mendidih (100˚C), lalu biarkan dingin perlahan

Hasil:

Bandingkan dengan seri pemeriksaan

yang sudah disiapkan

Urin sendiri + benedict → warna tetap

biru → normal

Urin patologis → warna jingga → positif

3(+++)

Acuan kadar gula:

Warna Penilaian Kadar

Biru jernih - 0

Hijau + < 0,5 %

Kuning kehijauan ++ (0,5 – 1) %

Jingga +++ (1 - 2) %

Merah bata ++++ >2 %

Keterangan: % = gram glukosa/dL

Hasil & Kesimpulan:

Urin patologis berwarna jinggs setelah dilakukan pemanasan 3 menit → positif (+++)

mengandung glukosa

Urin normal berwarna biru jernih setelah dilakukan pemanasan 3 menit → negatif tidak

mengandung glukosa.

Page 6: Uji Benedict Keton

Pembahasan

Pada percobaan benedict, urin patologis akan berubah warna setelah ditetesi benedict dan

diletakan di waterbath. Perubahan warna yang terjadi diidentifikasikan berdasarkan warna

nya. Adapun perubahan warna yang kami amati pada urin patologis menunjukan kadar

glukosa urine sebesar 1-2%. Diletakanya tabung urin di waterbath 100 derajat selama tiga

menit bertujuan untuk mempercepat reaksi antara logam Cu dalam pereaksi benedict

dengan glukosa dalam urin.

Gula yang mempunyai gugus aldehid atau keton bebas mereduksi ion kupri dalam suasana

alkalis menjadi kuprooksida yang tidak larut dan membentuk endapan berwarna. Banyaknya

endapan dan warna yang terbentuk sesuai dengan kadar gula yang terdapat di dalam urin.

Adanya glukosa dalam urin dapat dinyatakan berdasarkan sifat glukosa yang dapat

mereduksi ion-ion logam tertentu dalam larutan alkalis. Uji ini tidak hanyan spesifik

terhadap glukosa, gula lain yang mempunyai sifat mereduksi dapat juga memberikan hasil

yang positif.Gugus aldehid atau keton bebas gula akan mereduksi kuproksida dalam

pereaksi benedict menjadi kuprooksida yang berwarna. Dengan ini dapat diperkirakan

secara kasar kadar gula dalam urin.

Page 7: Uji Benedict Keton

UJI ROTHERTA (uji zat keton)

Tujuan

Memeriksa adanya zat keton dalam urine.

Landasan Teori

Dalam keadaan tidak ada insulin dalam jumlah cukup , tiga badan keton utama akan

dibentuk dan disekresikan ke dalam kemih : asam B-hidroksibutirat, asam asetoasetat dan

aseton. Benda keton dibentuk akibat defisiensi insulin. Dimana insulin pada penderita

Diabetes Melitus tipe II menyebabkan mobilisasi cepat energy dari cadangan di otot dan

depot lemak, menyebabkan peningkatan aliran asam amino ke hati untuk pengubahan

glukosa dan pengubahan asam lemak menjadi keton. Disamping itu glucagon terhadap hati

meningkatkan produksi keton. Sebagai respon terhadap defisiensi insulin akut dan stress

metabolic akibat ketosis, maka kaddar hormone-hormon antagonis insulin ( kortikosteroid,

ketokolamin, glucagon dan GH) secara konsisten meningkat. Lebih jauh, bila insulin tidak

ada, maka pemakainan glukosa dan keton di perifer menjadi berkurang, Paduan

peningkatan produksi insulin dan penurunan pemakaianya menyebakan akumulasi bahan-

bahan ini didalam darah, dimana kadar glukosa palsama mencapai 500mg/dL atau lebih dan

keton plasma mencapai 8-15 mmol/L atau lebih.

Hiperglikemia menyebabkan dieresis osmotic yang menimbulkan penurunan volume

intravaskular. Bila penurunan ini berlanjut, maka gangguan aliran darah ke ginjal akan

mengurangi kemampuan ginjal untuk mensekresi glukosa , dan hiperglikemia akan semakin

buruk melalui mekanisme yang serupa , gangguan sekresi ion hydrogen oleh ginjal akan

memperhebat asidosis metabolic yang terjadi akibat akumulasi asam-asam keton , B-

hidroksibutirat dan asetoasetat. Akumulai keton dapat menyebabkan muntah, yang kembali

menimbulkan penurunan volume intravaskular.

Prinsip Kerja

Pemeriksaan keton urin sangat diperlukan pada penderita Diabetes Mellitus untuk

mengetahui keadaan metabolik tubuh. Adanya benda keton didalam urin menunjukkan

Page 8: Uji Benedict Keton

ketoasidosis. Apabila pada penderita Diabetes Mellitus hasil pemeriksaan keton urinnya

adalah positif (+), maka penderita Diabetes Mellitus dapat mengalami koma dan kematian.

Pemeriksaan yang dilakukan untuk mengetahui adanya benda-benda keton dalam urin

menggunakan Metode Rothera,yang prinsipnya adalah reaksi antara natrium nitroprussida

dan asam aceto-acetat atau aceton yang menyusun suatu zat berwarna ungu. Aceton

merupakan zat yang terpenting diantara benda-benda keton yang bersifat mudah

menguap,maka urin yang diperiksa harus segar.

Bahan:

1.Urin sendiri

2.Urin patologis

3.Kristal ammonium sulfat 5% (segar)

4.Amonium hidroksida pekat

Cara kerja :

BAHAN Tabung

1 2

Urin sendiri 3 ml -

Urin patologis - 3 ml

Kristal amonium sulfat Sampai jenuh Sampai jenuh

Larutan natrium nitroprusida 2 – 3 tetes 2 – 3 tetes

Amonium hidroksida pekat 1 ml 1 ml

Campur dan diamkan selama 30 menit

HASIL: Kuning muda terdapat cincin

coklat dan tidak ada keton

Ungu dan ada keton

1.Pertama siapkan 2 tahung reaksi yang berisi urin patologis dan urin normal

Page 9: Uji Benedict Keton

2.Tambahkan pada masing-masing tabung Kristal ammonium sulfat , kocok tabung sampai

Kristal ammonium tidak dapat larut dalam urine atau jenuh.

3.Lalu tambahkan pada masing-masing tabung larutan natrium nitroprusida 2-3 tetes

4. Tambahkan kembali hidroksida pekat 1 tetes, lalu bandingkan perubahan warna pada

urin patologis dan normal.

Hasil & Kesimpulan

Urin yang dicampur dengan kristal amonium sulfat, larutan natrium nitroprusida, dan

amonium hidroksida pekat dinyatakan positif ada zat keton apabila berwarna ungu. Pada

urin normal, berwarna kuning

kecoklatan yang menandakan tidak adanya benda keton.

Pembahasan

Dari hasil uji badan keton dengan metode Rothera(uji zat keton) yang kami lakukan,

tidak menunjukkan perubahan warna pada sampel urin sendiri, sedangkan pada sampel urin

patologi menunjukkan adanya perubahan warna menjadi ungu. Warna ungu pada urine

tersebut menunjukkan bahwa didalam urine tersebut mengandung badan keton. Zat-zat

keton atau benda-benda keton dalam urin ialah aceton, asam aceto-acetat dan asam beta-

hidroxibutirat.Penderita Diabetes cenderung mengalami ketonuria dari pada

dewasa.Dimana adanya badan keton didalam urin ini disebut Ketonuria. Terjadi

karenaketogenesis lebih besar dari ketolisis, sehingga menyebabkan akumulasi bendaketon

dalam darah sampai ginjal dan keluar bersama urin (ketonuria).

Lampiran foto hasil praktikum

Page 10: Uji Benedict Keton

Hasil Uji Rothera(uji zat keton) ,tabung urin yang berwarna ungu menunjukan urin yang

mengandung bendaketon , sedangkan tabung urin berwarna kecoklatan menunujukan urin normal

yang tidak mengandung bendaketon.

Page 11: Uji Benedict Keton

Uji benedict

Tabung dengan urine berwarna biru menujukan urin normal yang tidak mengandung glukosa, tabung

dengan urin berwarna jingga menunjukan urin patologis yang mengandung glukosa.

Page 12: Uji Benedict Keton

Daftar Pustaka

Endokrinologi Dasar dan Klinik, Greenspan

Text book Biokimia Harper

Page 13: Uji Benedict Keton