UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA -...

86
UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA UJI AKTIVITAS ANTIOKSIDAN DAN UJI TOKSISITAS EKSTRAK ETANOL 70% DAN EKSTRAK AIR KULIT BATANG KAYU JAWA (Lannea coromandelica) SKRIPSI ERWIN PRAWIRODIHARJO 1110102000037 FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN PROGRAM STUDI FARMASI JAKARTA JULI 2014

Transcript of UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA -...

Page 1: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA - …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29363/1/ERWIN... · dengan vitamin C. sebagai kontrol positif. Hasil uji . aktivitas antioksidan

UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

UJI AKTIVITAS ANTIOKSIDAN DAN UJI TOKSISITAS

EKSTRAK ETANOL 70% DAN EKSTRAK AIR KULIT

BATANG KAYU JAWA (Lannea coromandelica)

SKRIPSI

ERWIN PRAWIRODIHARJO

1110102000037

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

PROGRAM STUDI FARMASI

JAKARTA

JULI 2014

Page 2: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA - …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29363/1/ERWIN... · dengan vitamin C. sebagai kontrol positif. Hasil uji . aktivitas antioksidan

ii

UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

UJI AKTIVITAS ANTIOKSIDAN DAN UJI TOKSISITAS

EKSTRAK ETANOL 70% DAN EKSTRAK AIR KULIT

BATANG KAYU JAWA (Lannea coromandelica)

SKRIPSI

Diajukan sebagai salah satu syarat memperoleh gelar sarjana Farmasi

ERWIN PRAWIRODIHARJO

1110102000037

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

PROGRAM STUDI FARMASI

JAKARTA

JULI 2014

Page 3: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA - …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29363/1/ERWIN... · dengan vitamin C. sebagai kontrol positif. Hasil uji . aktivitas antioksidan
Page 4: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA - …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29363/1/ERWIN... · dengan vitamin C. sebagai kontrol positif. Hasil uji . aktivitas antioksidan
Page 5: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA - …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29363/1/ERWIN... · dengan vitamin C. sebagai kontrol positif. Hasil uji . aktivitas antioksidan
Page 6: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA - …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29363/1/ERWIN... · dengan vitamin C. sebagai kontrol positif. Hasil uji . aktivitas antioksidan

vi

ABSTRAK

Nama : Erwin Prawirodiharjo

Program Studi : Farmasi

Judul : Uji Aktivitas Antioksidan dan Uji Toksisitas Ekstrak Etanol

70% dan Ekstrak Air Kulit Batang Kayu Jawa (Lannea

coromandelica)

Penelitian ini dilakukan untuk menguji aktivitas antioksidan dan toksisitas ekstrak

etanol 70% dan ekstrak air kulit batang kayu jawa (Lannea coromandelica). Ekstrak

etanol 70% diperoleh melalui metode maserasi, sedangkan ekstrak air diperoleh

melalui metode dekokta. Pengujian aktivitas antioksidan dilakukan dengan metode

DPPH (2,2 Difenil-1 Pikrihidrazil) dengan vitamin C sebagai kontrol positif. Hasil uji

aktivitas antioksidan yang dilakukan menunjukkan nilai AAI (Antioxidant activity

index) ekstrak etanol 70%, ekstrak air, dan vitamin C berturut-turut 5,5679 (sangat

kuat); 0,0667 (lemah); dan 9,6254 (sangat kuat). Pengujian toksisitas juga dilakukan

terhadap ekstrak etanol 70% dan ekstrak air menggunakan metode BSLT (Brine

shrimp lethality test). Hasil uji toksisitas yang dihitung menggunakan metode probit

menunjukkan ekstrak air tidak memiliki aktivitas toksik dengan nilai LC50 3.171 ppm,

sedangkan ekstrak etanol 70% menunjukkan aktivitas toksik dengan nilai LC50

23,774 ppm. Berdasarkan penelitian ini, ekstrak etanol 70% kulit batang kayu jawa

(Lannea coromandelica) diduga memiliki potensi antikanker.

Kata kunci : Kulit batang kayu jawa (Lannea coromandelica), antioksidan, DPPH,

AAI, toksisitas, BSLT, LC50

Page 7: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA - …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29363/1/ERWIN... · dengan vitamin C. sebagai kontrol positif. Hasil uji . aktivitas antioksidan

vii

ABSTRACT

Name : Erwin Prawirodiharjo

Program Study : Pharmacy

Judul : Antioxidant Activity Test and Toxicity Test of 70% Ethanolic

Extract and Aqueous Extract of kayu jawa (Lannea

coromandelica) Bark

This study aimed to find out antioxidant activity and toxicity of 70% ethanolic extract

and aqueous extract of kayu jawa (Lannea coromandelica) Bark. 70% ethanolic

exctract was obtained by maceration method, whereas aqueous extract was obtained

by decoction method. Antioxidant activity testing was tested by DPPH (2,2 Diphenyl-

1 Picrylhydrazyl) method with vitamin C as a positive control. The result of

antioxidant activity showed that AAI (Antioxidant activity index) value of 70%

ethanolic extract, aqueous extract, and vitamin C were 3,6792 (very strong); 0,0667

(weak); dan 9,6254 (very strong) respectively. Toxicity testing also was tested to

70% ethanolic extract and aqueous extract by BSLT (Brine shrimp lethality test)

method. The result of toxicity test which was computed by probit method showed

that aqueous extract didn’t have toxic activity with LC50 value 3.171 ppm, whereas

70% ethanolic extract showed toxic activity with LC50 value 23,774 ppm. Based on

this study, 70% ethanolic extract of kayu jawa (Lannea coromandelica) bark was

thought to have anticancer potential.

Key words : Kayu jawa (Lannea coromandelica) bark, antioxidant, DPPH, AAI,

toxicity, BSLT, LC50

Page 8: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA - …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29363/1/ERWIN... · dengan vitamin C. sebagai kontrol positif. Hasil uji . aktivitas antioksidan

viii

KATA PENGANTAR

Assalamu ‘alaikum warahmatullahi wabarakatuh

Alhamdulillahirabbil’alamin, puji syukur selalu terpanjatkan atas kehadirat

Allah subhanahu wa ta’ala atas segala berkah dan kasih sayang-Nya, sehingga

penulis dapat menyelesaikan penelitian dan penyusunan skripsi ini. Shalawat serta

salam senantiasa tercurahkan kepada keharibaan junjungan Nabi Besar Muhammad

SAW, beserta keluarga, sahabat, dan para pengikutnya hingga hari akhir nanti

semoga kita mendapatkan syafaat dari beliau. Aamiin yaa rabbal ‘alamin.

Skripsi dengan judul “Uji Aktivitas Antioksidan dan Uji Toksisitas Ekstrak

Etanol 70% dan Ekstrak Air Kulit Batang Kayu Jawa (Lannea coromandelica)” ini

disusun dalam rangka memenuhi salah satu syarat menempuh ujian akhir guna

mendapatkan gelar Sarjana Farmasi pada Program Studi Farmasi Fakultas

Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah

Jakarta.

Selama proses penelitian dan penyusunan skripsi ini, penulis menyadari begitu

banyak bantuan dari berbagai pihak yang telah meluangkan waktunya, mendidik dan

membimbing, memberikan secercah harapan, dan mendoakan yang terbaik kepada

penulis. Maka pada kesempatan ini, penulis menyampaikan penghargaan setinggi-

tingginya dan rasa terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :

1. Bapak Prof. Dr. (hc) dr. M. K. Tadjudin, Sp. And selaku Dekan Fakultas

Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah

Jakarta.

2. Bapak Drs. Umar Mansur, M.Sc., Apt. selaku Ketua Program Studi Farmasi

Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri Syarif

Hidayatullah Jakarta.

3. Bapak Yardi, Ph. D., Apt dan Ibu Eka Putri, M. Sc., Apt. sebagai Pembimbing

I dan Pembimbing II yang dengan sabar senantiasa meluangkan waktu dan

pikirannya untuk membimbing dan mendidik penulis.

4. Bapak dan Ibu Dosen Program Studi Farmasi Fakultas Kedokteran dan Ilmu

Kesehatan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah

Page 9: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA - …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29363/1/ERWIN... · dengan vitamin C. sebagai kontrol positif. Hasil uji . aktivitas antioksidan

ix

memberikan ilmunya kepada penulis, semoga ilmu yang diberikan berberkah

dan menjadi ilmu yang bermanfaat bagi kita semua. Aamiin.

5. Ayahanda tercinta H. Muh. Syukri dan Ibunda tercinta Hj. Ernawati bidadari

dalam hidup ini yang selalu menyelimuti kegelisahan hingga menjadi sebuah

ketenangan yang begitu menenangkan, yang selalu memberikan cinta dan

kasih sayang, semangat, dukungan, do’a, dan nasihatnya yang tak akan pernah

mampu penulis membalas itu semua. Maafkan penulis yang terkadang hanya

bisa mengeluh tanpa pernah bisa memberikan sesuatu yang baik untuk

senyumanmu. Penulis hanya bisa berdo’a kepada Allah yang maha pengasih

lagi maha penyayang agar kiranya dengan segala kebesaran-Nya mengasihi

dan melindungi Ayahanda dan Ibunda tercinta, melimpahkan rezeki, dan

memberikan keselamatan di dunia dan di akhirat kelak. Aamiin.

6. Kakakku yang terhebat Irwan Susanto, S. HI., adik-adikku tersayang Sri

Mustika dan Muh. Andika Saputra yang selalu memberikan semangat dan

keceriaan pada hidup penulis.

7. Teman-teman seperjuangan Farmasi Angkatan 2010 “Andalusia” yang selalu

memberikan warna baru dalam hidup penulis, kebersamaan yang begitu indah,

dan ilmu tentang hidup dan kehidupan yang begitu berharga.

8. Kak Lisna, Kak Tiwi, Kak Liken, Kak Eris, Mba Rani, dan Kang Rahmadi

yang telah membantu keseharian penulis selama penelitian di laboratorium.

9. Serta semua pihak yang telah membantu penulis selama ini yang tidak dapat

penulis sebutkan satu per satu.

Semoga Allah swt memberikan balasan yang berlipat ganda atas segala bantuan

dan dukungannya kepada penulis. Penulis menyadari bahwa dalam penulisan skripsi

ini masih banyak kelemahan dan kekurangan. Maka dari itu, dengan segala

kerendahan hati penulis sangat mengharapkan kritik dan saran pembaca agar lebih

sempurnanya skripsi ini.

Jakarta, 11 Juli 2014

Penulis

Page 10: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA - …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29363/1/ERWIN... · dengan vitamin C. sebagai kontrol positif. Hasil uji . aktivitas antioksidan
Page 11: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA - …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29363/1/ERWIN... · dengan vitamin C. sebagai kontrol positif. Hasil uji . aktivitas antioksidan

xi

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL .......................................................................................... ii

HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS .............................................. iii

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ............................................. iv

HALAMAN PENGESAHAN ............................................................................ v

ABSTRAK .......................................................................................................... vi

ABSTRACT ........................................................................................................ vii

KATA PENGANTAR ........................................................................................ viii

HALAMAN PENYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI TUGAS

AKHIR UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS ........................................... x

DAFTAR ISI ....................................................................................................... xi

DAFTAR TABEL ............................................................................................... xiv

DAFTAR GAMBAR .......................................................................................... xv

DAFTAR LAMPIRAN ...................................................................................... xvi

BAB 1 PENDAHULUAN ................................................................................ 1

1.1 Latar Belakang .............................................................................. 1

1.2 Rumusan Masalah ......................................................................... 4

1.3 Tujuan Penelitian .......................................................................... 4

1.4 Manfaat Penelitian ........................................................................ 4

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA ...................................................................... 5

2.1 Kayu Jawa (Lannea coromandelica) ............................................ 5

2.2 Ekstrak dan Ekstraksi .................................................................... 6

2.3 Pelarut ............................................................................................ 9

2.4 Kromatografi Lapis Tipis (KLT) ................................................... 11

2.5 Spektrofotometri UV-Vis ............................................................... 13

2.6 Antioksidan .................................................................................... 16

2.7 Uji Aktivitas Antioksidan Metode DPPH ...................................... 18

2.8 Uji Toksisitas BSLT Brine Shrimp Lethality Test (BSLT) ............ 20

Page 12: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA - …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29363/1/ERWIN... · dengan vitamin C. sebagai kontrol positif. Hasil uji . aktivitas antioksidan

xii

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN ........................................................ 22

3.1 Tempat dan Waktu Penelitian ....................................................... 22

3.2 Alat dan Bahan .............................................................................. 22

3.2.1 Alat .................................................................................... 22

3.2.2 Bahan ................................................................................. 22

3.3 Prosedur Kerja ............................................................................... 22

3.3.1 Penyiapan Sampel .............................................................. 22

3.3.2 Ekstrasi Sampel Kulit Batang Kayu Jawa (Lannea

coromandelica) ................................................................... 23

3.3.3 Penapisan Fitokimia .......................................................... 24

3.3.4 Parameter Ekstrak .............................................................. 25

3.3.5 Pengujian Antioksidan secara Kualitatif dengan Metode

Kromatografi Lapis Tipis (KLT) ........................................ 26

3.3.6 Pengujian Antioksidan secara Kuantitatif dengan Metode

DPPH .................................................................................. 26

3.3.6.1 Pembuatan larutan DPPH 0,1 mM ........................ 26

3.3.6.2 Penentuan Panjang Gelombang Maksimum DPPH 26

3.3.6.3 Pembuatan Larutan Blangko ................................ 26

3.3.6.4 Pembuatan Larutan Uji Ekstrak Kulit Batang Kayu

Jawa (Lannea coromandelica) ............................. 27

3.3.6.5 Pembuatan Larutan Pembanding Vitamin C ......... 27

3.3.6.6 Analisis Data ......................................................... 28

3.3.7 Pengujian Toksisitas dengan Metode Brine Shrimp

Lethality Test (BSLT) ........................................................ 28

3.3.7.1 Persiapan Larva Artemia salina ............................ 28

3.3.7.2 Pembuatan Larutan Uji Ekstrak Kulit Batang

Kayu Jawa (Lannea coromandelica) ..................... 29

3.3.7.3 Pengujian Toksisitas .............................................. 29

3.3.7.4 Analisis Data ......................................................... 30

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN ........................................................... 31

4.1 Determinasi Tanaman .................................................................... 31

4.2 Penyiapan Sampel .......................................................................... 31

4.3 Ekstraksi ........................................................................................ 32

Page 13: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA - …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29363/1/ERWIN... · dengan vitamin C. sebagai kontrol positif. Hasil uji . aktivitas antioksidan

xiii

4.4 Parameter Ekstrak .......................................................................... 33

4.5 Penapisan Fitokimia ...................................................................... 34

4.6 Uji Aktivitas Antioksidan secara Kualitatif ................................... 35

4.7 Uji Aktivitas Antioksidan secara Kuantitatif ................................. 35

4.8 Uji Toksisitas BSLT Ekstrak Etanol 70% dan Ekstrak Air Kulit

Batang Kayu Jawa (Lannea coromandelica) ................................ 40

BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN ........................................................... 45

5.1 Kesimpulan .................................................................................... 45

5.2 Saran ............................................................................................ 45

DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................... 46

LAMPIRAN ........................................................................................................ 50

Page 14: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA - …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29363/1/ERWIN... · dengan vitamin C. sebagai kontrol positif. Hasil uji . aktivitas antioksidan

xiv

DAFTAR TABEL

Tabel 4.1. Hasil Penetapan Parameter Spesifik dan Non Spesifik Ekstrak

Etanol 70% dan Ekstrak Air Kulit Batang Kayu Jawa (Lannea

coromandelica) .................................................................................. 33

Tabel 4.2. Hasil Penapisan Fitokimia Ekstrak Etanol 70% dan Ekstrak

Air Kulit Batang Kayu Jawa (Lannea coromandelica) ..................... 35

Tabel 4.3. Hasil Uji Aktivitas Antioksidan Ekstrak Etanol 70% Kulit

Batang Kayu Jawa (Lannea coromandelica) .................................. 37

Tabel 4.4. Hasil Uji Aktivitas Antioksidan Ekstrak Air Kulit Batang Kayu

Jawa (Lannea coromandelica) .......................................................... 37

Tabel 4.5. Hasil Uji Aktivitas Antioksidan Vitamin C ...................................... 37

Tabel 4.6. Hasil Uji Toksisitas BSLT Ekstrak Etanol 70% Kulit Batang

Kayu Jawa (Lannea coromandelica) ............................................... 41

Tabel 4.7. Hasil Uji Toksisitas BSLT Ekstrak Air Kulit Batang Kayu

Jawa (Lannea coromandelica) .......................................................... 42

Page 15: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA - …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29363/1/ERWIN... · dengan vitamin C. sebagai kontrol positif. Hasil uji . aktivitas antioksidan

xv

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1. Tanaman Lannea coromandelica ................................................. 5

Gambar 4.1. Kurva Hubungan Konsentrasi dan % Inhibisi Ekstrak Etanol

70% Kulit Batang Lannea coromandelica .................................... 38

Gambar 4.2. Kurva Hubungan Konsentrasi dan % Inhibisi Ekstrak Air

Kulit Batang Lannea coromandelica ............................................. 39

Gambar 4.3. Kurva Hubungan Konsentrasi dan % Inhibisi Vitamin C ............. 39

Gambar 4.4. Kurva Hubungan Log Konsentrasi Ekstrak Etanol 70%

dengan Probit ................................................................................ 42

Gambar 4.5. Kurva Hubungan Log Konsentrasi Ekstrak Air dengan Probit ... 43

Page 16: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA - …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29363/1/ERWIN... · dengan vitamin C. sebagai kontrol positif. Hasil uji . aktivitas antioksidan

xvi

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Alur Kerja Penelitian ...................................................................... 50

Lampiran 2. Hasil Determinasi Lannea coromandelica .................................... 51

Lampiran 3. Penapisan Fitokimia Ekstrak Air ................................................... 52

Lampiran 4. Penapisan Fitokimia Ekstrak Etanol 70% ..................................... 52

Lampiran 5. Perhitungan Rendemen Ekstrak Etanol 70% .................................. 54

Lampiran 6. Perhitungan Residu Pelarut Etanol pada Ekstrak Etanol 70% ....... 54

Lampiran 7. Perhitungan Kadar Abu Total Ekstrak Etanol 70% ........................ 54

Lampiran 8. Hasil KLT Uji Aktivitas Antioksidan Secara Kualitatif ................. 54

Lampiran 9. Perhitungan dalam Uji Antioksidan .............................................. 56

Lampiran 10. Perhitungan dalam Uji Toksisitas BSLT ........................................ 59

Lampiran 11. Panjang Gelombang Maksimum DPPH ......................................... 61

Lampiran 12. Skema Uji Aktivitas Antioksidan Ekstrak Etanol 70%

menggunakan Metode DPPH ........................................................ 62

Lampiran 13. Skema Uji Aktivitas Antioksidan Ekstrak Air menggunakan

Metode DPPH ................................................................................ 63

Lampiran 14. Skema Uji Aktivitas Antioksidan Kontrol Positif Vitamin C

menggunakan Metode DPPH ........................................................ 64

Lampiran 15. Skema Uji Toksisitas ekstrak etanol 70% menggunakan Metode

BSLT ............................................................................................. 65

Lampiran 16. Skema Uji Toksisitas Ekstrak Air menggunakan Metode

BSLT ............................................................................................. 66

Lampiran 17. Data Absorbansi Uji Aktivitas Antioksidan .................................. 67

Lampiran 18. Data Analisis Statistik One Way Anova ........................................ 68

Page 17: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA - …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29363/1/ERWIN... · dengan vitamin C. sebagai kontrol positif. Hasil uji . aktivitas antioksidan

1

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Indonesia adalah negara yang kaya akan keanekaragaman hayati.

Kekayaan alam yang melimpah ini merupakan suatu berkah dari Allah swt., yang

sangat besar potensinya untuk dikembangkan dalam bidang ekonomi, kesehatan,

maupun dalam pengembangan ilmu pengetahuan.

Etnis bugis adalah etnis terbesar yang ada di Sulawesi Selatan. Tradisi

pengobatan etnis bugis, sebelum bahkan setelah populernya pengobatan holistik,

masyarakat mengenal adanya sanro (dukun) yang dalam kesehariannya dipercayai

dapat membantu mengobati berbagai penyakit. Sanro dalam pengobatannya

mayoritas menggunakan tumbuh-tumbuhan, baik dalam bentuk tunggal ataupun

diramu sedemikian rupa dengan tumbuhan lainnya. Selain tumbuh-tumbuhan,

terkadang sanro juga menggunakan bahan obat dari hewan ataupun bahan lainnya

(mineral). Kemampuan pengobatan seperti ini diwariskan secara turun menurun

dan oleh masyarakat terus digunakan sampai saat ini (Asni & Dewi, 2010).

Kayu jawa atau dalam masyarakat bugis dikenal dengan sebutan aju

jawa adalah salah satu tanaman obat tradisional yang masih sering digunakan oleh

masyarakat bugis sampai sekarang ini karena khasiatnya yang dipercaya sangat

ampuh untuk mengobati luka dalam maupun luka luar. Selain itu, masyarakat

sering menggunakan tanaman ini untuk mengobati bintitan. Cara penggunaan

tanaman ini berbeda-beda tergantung tujuan penggunaannya, misalnya untuk

pengobatan muntah darah masyarakat meminum rebusan kulit batang tanaman ini.

Sedangkan untuk mempercepat penyembuhan luka, masyarakat biasanya langsung

menggunakan kulit batang ini dengan menempelkannya ke bagian luka.

Berdasarkan studi fitokimia, kulit batang tanaman kayu jawa (Lannea

coromandelica) telah dilaporkan mengandung senyawa golongan karbohidrat,

steroid, alkaloid, glikosida jantung, terpenoid, tanin, dan flavonoid (Manik, et al.,

2013). Venkata (2008) melaporkan kulit batang Lannea coromandelica memiliki

1

Page 18: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA - …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29363/1/ERWIN... · dengan vitamin C. sebagai kontrol positif. Hasil uji . aktivitas antioksidan

2

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

potensi antikanker. Studi farmakologi juga telah dilaporkan bahwa ekstrak

metanol kulit batang kayu jawa memiliki aktivitas biologis seperti antioksidan dan

analgesik (Alam, et al., 2013). Selain itu, fraksi n-hexan, diklorometana, dan etil

asetat kulit batang dan daun tumbuhan kayu jawa memiliki aktivitas antioksidan,

antimikroba, dan trombolitik. Fraksi etil asetat menunjukkan aktivitas antioksidan

paling besar dengan IC50 sebesar 3,8±0,14 μg/ml (Manik, et al., 2013).

Banyak proses fisiologis dan biokimia dalam tubuh manusia dapat

menghasilkan radikal bebas dan senyawa oksigen reaktif lainnya. Radikal bebas

tersebut dapat menyebabkan kerusakan oksidatif pada biomolekul (misalnya lipid,

protein, DNA) dan akhirnya menimbulkan berbagai penyakit, seperti kanker,

aterosklerosis, diabetes, dan berbagai penyakit degeneratif lainnya pada manusia

(Ivanišová, et al., 2013). Selain dari dalam tubuh, sumber radikal bebas dapat

berasal dari luar tubuh meliputi asap rokok, polusi, radiasi, sinar ultraviolet, obat-

obatan, pestisida, dan ozon (Langseth, 1995). Salah satu senyawa yang dapat

menghambat terjadinya kerusakan oksidatif tersebut adalah antioksidan.

Antioksidan adalah senyawa kimia yang dapat menyumbangkan satu

atau lebih elektron kepada radikal bebas, sehingga radikal bebas tersebut dapat

dihambat (Pratimasari, 2009). Berdasarkan sumber perolehannya ada 2 macam

antioksidan, yaitu antioksidan alami dan antioksidan buatan (sintetik).

Antioksidan sintetik seperti butylated hydroxyanisole (BHA) dan butylated

hydroxytoluene (BHT) banyak digunakan karena efektif dan harga relatif murah.

Namun, keamanan dan toksisitas antioksidan sintetik telah mendapatkan perhatian

yang serius. Oleh karena itu, penggunaan antioksidan alami meningkat (Ivanišová,

et al., 2013). Sesungguhnya Allah telah mengisyaratkan dalam al-Qur’an Surah

asy-Syuara ayat 7 sebagai berikut.

ا ِإَلى اْلَأْرِض َكْم َأْنَبْتَنا ِفيَها ِمْن ُكلِّ َزْوٍج َكِريٍمَأَوَلْم َيَرْو

Artinya: “Dan apakah mereka tidak memperhatikan bumi, berapakah

banyaknya Kami tumbuhkan di bumi itu berbagai macam tumbuh-tumbuhan yang

baik?

Page 19: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA - …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29363/1/ERWIN... · dengan vitamin C. sebagai kontrol positif. Hasil uji . aktivitas antioksidan

3

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Tanaman banyak mengandung berbagai molekul penghambat radikal

bebas, seperti senyawa fenolik (asam fenolik, flavonoid, kuinon, kumarin, lignan,

stilbenes, tanin), senyawa nitrogen (alkaloid, amina, betalain), vitamin, terpenoid

(termasuk karotenoid), dan beberapa metabolit endogen lainnya yang kaya akan

aktivitas antioksidan (Ivanišová, et al., 2013). Senyawa metabolit ini umumnya

bersifat polar sehingga dalam penelitian ini digunakan pelarut polar yaitu etanol

70% dan air. Pelarut polar ini diharapkan dapat menyari lebih banyak senyawa

yang berpotensi sebagai antioksidan tersebut.

Selain uji aktivitas antioksidan, juga dilakukan pengujian toksisitas.

Metode BSLT (Brine shrimp lethality test) merupakan salah satu metode uji

toksisitas untuk mengetahui keamanan penggunaan suatu bahan alam serta untuk

skrining senyawa antikanker karena adanya korelasi positif antara metode BSLT

dengan uji sitotoksik menggunakan kultur sel kanker (Carballo, et al., 2002).

Metode ini memiliki beberapa keuntungan antara lain lebih cepat, murah, mudah,

tidak memerlukan kondisi aseptis dan dapat dipercaya (Meyer, et al., 1982).

Pada penelitian ini, kulit batang kayu jawa diekstraksi menggunakan

metode maserasi dan dekokta. Metode maserasi dipilih karena pengerjaan dan

peralatan yang cukup mudah dan sederhana dimana kebanyakan sediaan herbal

terstandar diekstraksi dengan metode ini. Sementara itu, pemilihan metode

dekokta didasari oleh cara penggunaan kulit batang kayu jawa ini sebagai obat di

dalam masyarakat.

Penggunaan empiris secara luas untuk pengobatan dalam masyarakat

bugis menggunakan kulit batang tanaman kayu jawa (Lannea coromandelica)

serta belum adanya publikasi ilmiah tentang pengujian aktivitas antioksidan dan

uji toksisitas tanaman ini di Indonesia, melatarbelakangi dilakukannya penelitian

tentang aktivitas antioksidan dan toksisitas ekstrak etanol 70% dengan metode

maserasi serta ekstrak air dengan metode dekokta.

Page 20: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA - …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29363/1/ERWIN... · dengan vitamin C. sebagai kontrol positif. Hasil uji . aktivitas antioksidan

4

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

1.2 Rumusan Masalah

Adapun rumusan masalah dari penelitian ini sebagai berikut.

1. Bagaimana aktivitas antioksidan ekstrak etanol 70% dan ekstrak air

kulit batang tanaman kayu jawa (Lannea coromandelica) yang

diperoleh menggunakan metode maserasi dan dekokta?

2. Bagaimana toksisitas ekstrak etanol 70% dan ekstrak air kulit batang

tanaman kayu jawa (Lannea coromandelica) yang diperoleh

menggunakan metode maserasi dan dekokta?

1.3 Tujuan Penelitian

Penelitian ini dilakukan bertujuan sebagai berikut.

1. Mengetahui aktivitas antioksidan ekstrak etanol 70% dan ekstrak air

kulit batang tanaman kayu jawa (Lannea coromandelica) yang

diperoleh menggunakan metode maserasi dan dekokta.

2. Mengetahui toksisitas ekstrak etanol 70% dan ekstrak air kulit batang

tanaman kayu jawa (Lannea coromandelica) yang diperoleh

menggunakan metode maserasi dan dekokta.

1.4 Manfaat Penelitian

1. Manfaat teoritis : menambah khazanah ilmu pengetahuan dan

memberikan informasi ilmiah mengenai potensi kearifan lokal

tanaman obat di Indonesia

2. Manfaat metodologis : sebagai referensi untuk penelitian selanjutnya

dan sebagai acuan metodologi khususnya aktivitas antioksidan dan

toksisitas dari kulit batang tanaman kayu jawa (Lannea

coromandelica)

3. Manfaat aplikatif : dapat dijadikan sebagai landasan ilmiah

penggunaan kulit batang kayu jawa sebagai obat dalam upaya

peningkatan kesehatan dan pemanfaatannya di bidang industri

farmasi.

Page 21: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA - …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29363/1/ERWIN... · dengan vitamin C. sebagai kontrol positif. Hasil uji . aktivitas antioksidan

5

Page 22: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA - …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29363/1/ERWIN... · dengan vitamin C. sebagai kontrol positif. Hasil uji . aktivitas antioksidan

6

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Kayu jawa merupakan deciduous tree atau pohon gugur yang dapat

tumbuh hingga mencapai 25 m (umumnya 10-15 m). Permukaan batang berwarna

abu-abu sampai coklat tua, kasar, ada pengelupasan serpihan kecil yang tidak

teratur, batang dalam berserat berwarna merah atau merah muda gelap, dan

memiliki eksudat yang bergetah. Daun imparipinnate, meruncing, dan berjumlah

7-11. Bunga berkelamin tunggal berwarna hijau kekuningan. Buah berbiji dengan

panjang 12 mm, bulat telur, kemerahan, dan agak keras. Tanaman ini berbunga

dan berbuah dari bulan Januari hingga Mei (Sasidharan, 2004). Lannea

coromandelica memiliki sinonim Odina wodier yang tersebar di Himalaya (Swat-

Bhutan), Assam, Burma, Indo-China, Ceylon, Pulau Andaman, China, dan

Malaysia (Sasidharan, 2004).

Tanaman kayu jawa (Lannea coromandelica) merupakan tanaman

pekarangan yang dapat dimanfaatkan daun dan kulit batangnya dengan cara

ditumbuk ataupun direbus untuk mengobati luka luar, luka dalam, dan perawatan

paska persalinan (Rahayu, et al., 2006). Kulit batang dapat digunakan sebagai

astringen, mengobati sakit perut, lepra, ulcer, penyakit jantung, disentri, dan

sariawan. Kulit batang digunakan bersama dengan kulit batang Aegle mermelos,

Artocarpus heterophyllus dan Sygygium cumini berguna dalam penyembuhan

impotensi. Kulit batang dapat dikunyah selama 2-3 hari untuk menyembuhkan

glossitis. Perebusan daun juga dianjurkan untuk pembengkakan dan nyeri lokal

(Wahid, 2009).

Dari kulit batang dapat ditemukan β-sitosterol, physcion, dan physcion

anthranol B (Wahid, 2009). Md. Tofazzal Islam, et al., (2009) telah mengisolasi

dihydroflavonols, (2R,3S)-(+)-3′,5-dihydroxy-4′,7-dimethoxydihydroflavonol and

(2R,3R)-(+)-4′,5,7-trimethoxy dihydroflavonol dari kulit batang Lannea

coromandelica.

2.2 Ekstrak dan Ekstraksi

Ekstrak adalah sediaan kental yang diperoleh dengan mengekstraksi zat

aktif dari simplisia nabati atau simplisia hewani menggunakan pelarut yang

sesuai, kemudian semua atau hampir semua pelarut dan massa atau serbuk yang

Page 23: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA - …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29363/1/ERWIN... · dengan vitamin C. sebagai kontrol positif. Hasil uji . aktivitas antioksidan

7

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

tersisa diperlakukan sehingga memenuhi baku yang telah ditetapkan (Soesilo,

1995). Ekstrak adalah sediaan kering, kental atau cair dibuat dengan menyari

simplisia nabati atau hewani menurut cara yang sesuai, diluar pengaruh cahaya

matahari langsung (Tiwari, et al., 2011).

Parameter yang mempengaruhi kualitas dari ekstrak adalah bagian dari

tumbuhan yang digunakan, pelarut yang digunakan untuk ekstrak, dan prosedur

ekstraksi (Tiwari, et al., 2011).

Ekstraksi adalah pemisahan bagian aktif sebagai obat dari jaringan

tumbuhan ataupun hewan menggunakan pelarut yang sesuai melalui prosedur

yang telah ditetapkan (Tiwari, et al., 2011). Selama proses ekstraksi, pelarut akan

berdifusi sampai ke material padat dari tumbuhan dan akan melarutkan senyawa

dengan polaritas yang sesuai dengan pelarutnya (Tiwari, et al., 2011).

Beberapa metode ekstraksi dengan menggunakan pelarut dibagi

menjadi dua cara, yaitu cara panas dan cara dingin (Ditjen POM, 2000). Ekstraksi

cara dingin dapat dibedakan sebagai berikut.

1. Maserasi

Maserasi adalah proses penyarian simplisia menggunakan pelarut

dengan beberapa kali pengocokan atau pengadukan pada temperatur kamar

(Ditjen POM, 2000). Keuntungan ekstraksi dengan cara maserasi adalah

pengerjaan dan peralatan yang digunakan sederhana, sedangkan kerugiannya

yakni cara pengerjaannya lama, membutuhkan pelarut yang banyak dan

penyarian kurang sempurna. Dalam maserasi (untuk ekstrak cairan), serbuk

halus atau kasar dari tumbuhan obat yang kontak dengan pelarut disimpan

dalam wadah tertutup untuk periode tertentu dengan pengadukan yang

sering, sampai zat tertentu dapat terlarut. Metode ini cocok digunakan untuk

senyawa yang termolabil (Tiwari, et al., 2011).

Page 24: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA - …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29363/1/ERWIN... · dengan vitamin C. sebagai kontrol positif. Hasil uji . aktivitas antioksidan

8

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

2. Perkolasi

Perkolasi adalah ekstraksi dengan pelarut yang selalu baru sampai

terjadi penyarian sempurna yang umumnya dilakukan pada temperatur

kamar. Proses perkolasi terdiri dari tahap pengembangan bahan, tahap

perendaman, tahap perkolasi antara, tahap perkolasi sebenarnya

(penampungan ekstrak) secara terus menerus sampai diperoleh ekstrak

(perkolat). Untuk menentukan akhir dari pada perkolasi dapat dilakukan

pemeriksaan zat secara kualitatif pada perkolat akhir. Ini adalah prosedur

yang paling sering digunakan untuk mengekstrak bahan aktif dalam

penyusunan tincture dan ekstrak cairan (Tiwari, et al., 2011).

Ekstraksi cara panas dapat dibedakan sebagai berikut.

1. Sokletasi

Sokletasi adalah ekstraksi mengunakan pelarut yang selalu baru,

dengan menggunakan alat soklet sehingga terjadi ekstraksi kontinyu dengan

jumlah pelarut relatif konstan dengan adanya pendingin balik (Ditjen POM,

2000).

2. Refluks

Refluks adalah ekstraksi dengan menggunakan pelarut pada

temperatur titik didihnya, selama waktu tertentu dan jumlah pelarut terbatas

yang relatif konstan dengan adanya pendingin balik (Ditjen POM, 2000).

3. Infusa

Infusa adalah ekstraksi dengan pelarut air pada temperatur 900C

selama 15 menit. Infusa adalah ekstraksi menggunakan pelarut air pada

temperatur penangas air dimana bejana infus tercelup dalam penangas air

mendidih, temperatur yang digunakan (96-980C) selama waktu tertentu (15-

20 menit) (Ditjen POM, 2000). Cara ini menghasilkan larutan encer dari

komponen yang mudah larut dari simplisia (Tiwari, et al., 2011).

4. Dekok

Dekok adalah infus pada waktu yang lebih lama (≥30oC) dan

temperatur sampai titik didih air (Ditjen POM, 2000). Dekok adalah

ekstraksi dengan pelarut air pada temperatur 90oC selama 30 menit. Metode

Page 25: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA - …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29363/1/ERWIN... · dengan vitamin C. sebagai kontrol positif. Hasil uji . aktivitas antioksidan

9

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

ini digunakan untuk ekstraksi konstituen yang larut dalam air dan konstituen

yang stabil terhadap panas (Tiwari, et al., 2011).

5. Digesti

Digesti adalah maserasi kinetik pada temperatur lebih tinggi dari

temperatur suhu kamar, yaitu secara umum dilakukan pada temperatur 40-

50oC (Ditjen POM, 2000). Digesti adalah maserasi dengan pengadukan

kontinyu pada temperatur lebih tinggi dari temperatur ruang (umumnya 25-

30oC). Ini adalah jenis ekstraksi maserasi di mana suhu sedang digunakan

selama proses ekstraksi (Tiwari, et al., 2011).

2.3 Pelarut

Pelarut adalah zat yang digunakan sebagai media untuk melarutkan zat

lain. kesuksesan penentuan senyawa biologis aktif dari bahan tumbuhan sangat

tergantung pada jenis pelarut yang digunakan dalam prosedur ekstraksi (Ncube, et

al., 2008). Sifat pelarut yang baik untuk ekstraksi yaitu toksisitas dari pelarut yang

rendah, mudah menguap pada suhu yang rendah, dapat mengekstraksi komponen

senyawa dengan cepat, dapat mengawetkan dan tidak menyebabkan ekstrak

terdisosiasi (Tiwari, et al., 2011).

Pemilihan pelarut juga akan tergantung pada senyawa yang ditargetkan.

Faktor-faktor yang mempengaruhi pemilihan pelarut adalah jumlah senyawa yang

akan diekstraksi, laju ekstraksi, keragaman senyawa yang akan diekstraksi,

kemudahan dalam penanganan ekstrak untuk perlakuan berikutnya, toksisitas

pelarut dalam proses bioassay, potensial bahaya kesehatan dari pelarut (Tiwari, et

al., 2011).

Berbagai pelarut yang digunakan dalam prosedur ekstraksi antara lain:

1. Air

Air adalah pelarut universal, biasanya digunakan untuk

mengekstraksi produk tumbuhan dengan aktivitas antimikroba. Meskipun

pengobatan secara tradisional menggunakan air sebagai pelarut, tetapi

ekstrak tumbuhan dari pelarut organik telah ditemukan untuk memberikan

aktivitas antimikroba lebih konsisten dibandingkan dengan ekstrak air

Page 26: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA - …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29363/1/ERWIN... · dengan vitamin C. sebagai kontrol positif. Hasil uji . aktivitas antioksidan

10

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

(Tiwari, et al., 2011). Air juga melarutkan senyawa fenolik yang memiliki

aktivitas penting sebagai antioksidan (Tiwari, et al., 2011).

2. Aseton

Aseton melarutkan beberapa komponen senyawa hidrofilik dan

lipofilik dari tumbuhan. keuntungan pelarut aseton yaitu dapat bercampur

dengan air, mudah menguap dan memiliki toksisitas rendah. Aseton

digunakan terutama untuk studi antimikroba dimana banyak senyawa

fenolik yang terekstraksi dengan aseton (Tiwari, et al., 2011).

3. Alkohol

Aktivitas antibakteri yang lebih tinggi dari ekstrak etanol

dibandingkan dengan ekstrak air dapat dikaitkan dengan adanya jumlah

polifenol yang lebih tinggi pada ekstrak etanol dibandingkan dengan ekstrak

air. Konsentrasi yang lebih tinggi dari senyawa flavonoid terdeteksi dengan

etanol 70% karena polaritas yang lebih tinggi daripada etanol murni (Tiwari,

et al., 2011).

Etanol lebih mudah untuk menembus membran sel untuk

mengekstrak bahan intraseluler dari bahan tumbuhan. Metanol lebih polar

dibanding etanol namun karena sifat yang toksik, sehingga tidak cocok

digunakan untuk ekstraksi (Tiwari, et al., 2011).

4. Kloroform

Terpenoid lakton telah diperoleh dengan ekstraksi berturut-turut

menggunakan heksan, kloroform dan metanol dengan konsentrasi aktivitas

tertinggi terdapat dalam fraksi kloroform. Kadang-kadang tanin dan

terpenoid ditemukan dalam fase air, tetapi lebih sering diperoleh dengan

pelarut semipolar (Tiwari, et al., 2011).

5. Eter

Eter umumnya digunakan secara selektif untuk ekstraksi kumarin

dan asam lemak (Tiwari, et al., 2011).

6. n-Heksan

n-Heksan mempunyai karakteristik sangat tidak polar, volatil,

mempunyai bau khas yang dapat menyebabkan pingsan. Berat molekul

heksana adalah 86,2 gram/mol dengan titik leleh -94,3 sampai -95,3°C. Titik

Page 27: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA - …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29363/1/ERWIN... · dengan vitamin C. sebagai kontrol positif. Hasil uji . aktivitas antioksidan

11

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

didih heksana pada tekanan 760 mmHg adalah 66 sampai 71°C (Daintith,

1994). n-Heksan biasanya digunakan sebagai pelarut untuk ekstraksi minyak

nabati.

7. Etil asetat

Etil asetat merupakan pelarut dengan karekateristik semipolar. Etil

asetat secara selektif akan menarik senyawa yang bersifat semipolar seperti

fenol dan terpenoid (Tiwari, et al., 2011).

2.4 Kromatografi Lapis Tipis (KLT)

Kromatografi lapis tipis (KLT) merupakan salah satu metode pilihan

kromatografi secara fisikokimia (Gandjar & Rohman, 2007). KLT merupakan

bentuk kromatografi planar, selain kromatografi kertas dan elektroforesis. Pada

KLT fase diamnya berupa lapisan yang seragam (uniform) pada permukaan

bidang datar yang didukung oleh lempeng kaca, pelat alumunium atau plat plastik.

Meskipun demikian, kromatografi planar ini merupakan bentuk terbuka dari

kromatografi kolom (Gritter, et al., 1991).

KLT dapat dipakai dengan dua tujuan. Pertama, dipakai untuk

mencapai hasil kualitatif, kuantitatif atau preparatif. Kedua dipakai untuk

menjajaki sistem pelarut dan sistem penyangga yang akan dipakai dalam

kromatografi kolom (Gritter, et al., 1991).

Kromatografi lapis tipis (KLT) dapat digunakan untuk tujuan analitik

dan preparatif. KLT analitik digunakan untuk menganalisa senyawa-senyawa

organik dalam jumlah kecil misalnya, menentukan jumlah komponen dalam

campuran dan menentukan pelarut yang tepat untuk pemisahan dengan KLT

preparatif. Sedangkan KLT preparatif digunakan untuk memisahkan campuran

senyawa dari sampel dalam jumlah besar berdasarkan fraksinya, yang selanjutnya

fraksi-fraksi tersebut dikumpulkan dan digunakan untuk analisa berikutnya

(Townshend, 1995).

KLT merupakan teknik yang benar-benar menguntungkan karena

tingkat sensitifitasnya sangat besar dan konsekuensinya jumlah sampel lebih

sedikit. Fase gerak yang dikenal sebagai pelarut pengembang atau cairan

Page 28: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA - …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29363/1/ERWIN... · dengan vitamin C. sebagai kontrol positif. Hasil uji . aktivitas antioksidan

12

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

pengelusi akan bergerak sepanjang fase diam karena pengaruh kapiler pada

pengembangan secara mekanik (ascending), atau karena pengaruh gravitasi pada

pengembangan menurun (descending) (Gritter, et al., 1991).

Jumlah volume fase gerak harus mampu mengelusi lempeng sampai

ketinggian lempeng yang telah ditentukan. Setelah lempeng terelusi, dilakukan

deteksi bercak (Gandjar & Rohman, 2007). Laju pergerakan fase gerak terhadap

fase diam dihitung sebagai retardation farctor (Rf). Nilai Rf diperoleh dengan

membandingkan jarak yang ditempuh oleh zat terlarut dengan jarak yang

ditempuh oleh fase gerak (Gandjar & Rohman, 2007).

Fase gerak harus memiliki kemurnian yang tinggi. Hal ini dikarenakan

KLT merupakan teknik yang sensitif. Fase gerak yang digunakan adalah pelarut

organik yang memiliki tingkat polaritas tersendiri, melarutkan senyawa contoh,

dan tidak bereaksi dengan penjerap. Adsorben umumnya digunakan dalam KLT

meliputi partikel silika gel ukuran 12 µm, alumina, mineral oksida, silika gel

dengan ikatan kimia, selulosa, poliamida, polimer penukar ion, silika gel, dan fase

kiral (Gritter, et al., 1991).

Ada beberapa cara untuk mendeteksi senyawa yang tidak berwarna

pada kromatogram. Deteksi paling sederhana adalah jika senyawa menunjukkan

penyerapan di daerah UV gelombang pendek (radiasi utama kira-kira 254 nm)

atau jika senyawa itu dapat dieksitasi pada radiasi UV gelombang pendek dan

gelombang panjang (365 nm). Pada senyawa yang mempuyai dua ikatan rangkap

atau lebih dan senyawa aromatik seperti turunan benzena, mempunyai serapan

kuat ± di daerah 230-300 nm (Stahl, 1985).

Identifikasi dari senyawa-senyawa yang terpisah dari lapisan tipis

menggunakan nilai Rf. Polaritas fase gerak perlu diperhatikan pada analisa

dengan KLT, sebaiknya digunakan campuran pelarut organik yang mempunyai

polaritas serendah mungkin. Campuran yang baik memberikan fase gerak yang

mempunyai kekuatan bergerak sedang. Secara umum dikatakan bahwa fase diam

yang polar akan mengikat senyawa polar dengan kuat sehingga bahan yang

Page 29: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA - …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29363/1/ERWIN... · dengan vitamin C. sebagai kontrol positif. Hasil uji . aktivitas antioksidan

13

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

kurang sifat kepolarannya akan bergerak lebih cepat dibandingkan bahan-bahan

polar (Gritter, et al., 1991).

Fase gerak harus memiliki kemurnian yang tinggi. Hal ini dikarenakan

KLT merupakan teknik yang sensitif. Fase gerak yang digunakan adalah pelarut

organik yang memiliki tingkat polaritas tersendiri, melarutkan senyawa contoh,

dan tidak bereaksi dengan penjerap (Gritter, et al., 1991).

Pelarut yang ideal harus melarutkan linarut dan harus cukup baik

sebagai pelarut yang bersaing dengan daya serap penjerap. Keadaan yang ideal

tersebut mungkin terjadi jika pelarut tidak berproton seperti hidrokarbon, eter dan

senyawa karbonil dipakai sebagai pelarut pengembang (Gritter, et al., 1991).

2.5 Spektrofotometer UV-Vis

Spektrum serapan kandungan tumbuhan dapat diukur dalam larutan

yang sangat encer dengan pembanding blangko pelarut menggunakan

spektrofotometer. Senyawa tanpa warna diukur pada panjang gelombang 200-400

nm, senyawa berwarna pada panjang gelombang 400-800 nm. Prinsip kerja

spektrofotometer UV-Vis ialah interaksi sinar ultraviolet atau tampak dengan

molekul sampel. Energi cahaya akan mengeksitasi elektron terluar molekul ke

orbital lebih tinggi (Harborne, 1987).

Pada kondisi ini, elektron tidak stabil dan dapat melepas energi untuk

kembali ke tingkat dasar, dengan disertai emisi cahaya. Besarnya penyerapan

cahaya sebanding dengan molekul, sesuai dengan hukum lambert-Beer:

A= ɛ B C

Keterangan:

A= serapan

ɛ = absortivitas molar

B= tebal tempat komponen

C= konsentrasi komponen

(Day & Underwood, 1980).

Page 30: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA - …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29363/1/ERWIN... · dengan vitamin C. sebagai kontrol positif. Hasil uji . aktivitas antioksidan

14

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Sumber radiasi pada spektrofotometer UV-Vis berdasarkan panjang

gelombang terbagi menjadi 2, yaitu lampu deuterium dan tungstent. Lampu

deuterium menghasilkan sinar 160-500 nm. Lampu tungstent digunakan di daerah

sinar tampak 350-3500 nm. Sumber radiasi dikatakan ideal jika memancarkan

sperktrum radiasi yang kontinyu, intensitasnya tinggi dan stabil pada semua

panjang gelombang.

Radiasi ultraviolet dan sinar tampak diabsorpsi oleh molekul organic

aromatik, molekul yang mengandung elektron-π terkonyugasi dan atau atom yang

mengandung elektron-n, menyebabkan transisi elektron di orbital terluarnya dari

tingkat energi elektron dasar ke tingkat energi elektron tereksitasi lebih tinggi.

Besarnya serapan radiasi tersebut sebanding dengan banyaknya molekul

analit yang mengabsorpsi sehingga dapat digunakan untuk analisis kuantitatif.

Gugus fungsi yang menyerap radiasi di daerah ultraviolet dekat dan daerah

tampak disebut kromofor dan hampir semua kromofor mempunyai ikatan tak

jenuh. Pada kromofor jenis ini transisi terjadi dari π→π*, yang menyerap pada

λmax kecil dari 200 nm (tidak terkonyugasi), misalnya pada >C=C< dan -C≡C-.

Kromofor ini merupakan tipe transisi dari sistem yang mengandung elektron π

pada orbital molekulnya. Untuk senyawa yang mempunyai sistem konjugasi,

perbedaan energi antara keadaan dasar dan keadaan tereksitasi menjadi lebih kecil

sehingga penyerapan terjadi pada panjang gelombang yang lebih besar. Gugus

fungsi seperti –OH, -NH2, dan –Cl yang mempunyai elektron-elektron valensi

bukan ikatan disebut auksokrom yang tidak menyerap radiasi pada panjang

gelombang lebih besar dari 200 nm, tetapi menyerap kuat pada daerah ultraviolet

jauh. Bila suatu auksokrom terikat pada suatu kromofor, maka pita serapan

kromofor bergeser ke panjang gelombang yang lebih panjang (efek batokrom)

dengan intensitas yang lebih kuat. Efek hipsokrom adalah suatu pergeseran pita

serapan ke panjang gelombang lebih pendek, yang sering kali terjadi bila muatan

positif dimasukkan ke dalam molekul dan bila pelarut berubah dari non polar ke

pelarut polar (Dachriyanus, 2004).

Secara eksperimental, sangat mudah untuk mengukur banyaknya radiasi

yang diserap oleh suatu molekul sebagai fungsi frekuensi radiasi. Suatu grafik

Page 31: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA - …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29363/1/ERWIN... · dengan vitamin C. sebagai kontrol positif. Hasil uji . aktivitas antioksidan

15

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

yang menghubungkan antara banyaknya sinar yang diserap dengan frekuensi (atau

panjang gelombang) sinar merupakan spektrum absorpsi. Transisi yang

dibolehkan (allowed transition) untuk suatu molekul dengan struktur kimia yang

berbeda adalah tidak sama, sehingga spektrum absorpsinya juga berbeda. Dengan

demikian, spektrum dapat digunakan sebagai bahan informasi yang bermanfaat

untuk analisis kualitatif. Banyaknya sinar yang diabsorpsi pada panjang

gelombang tertentu sebanding dengan banyaknya molekul yang menyerap radiasi,

sehingga spektrum absorpsi juga dapat digunakan untuk analisis kuantitatif

(Gandjar dan Rohman, 2007).

Hal–hal yang harus diperhatikan dalam analisis spektofotometri UV-

Vis sebagai berikut.

1. Penentuan panjang gelombang maksimum

Panjang gelombang yang digunakan untuk analisis kuantitatif

adalah panjang gelombang dimana terjadi serapan maksimum. Untuk

memperoleh panjang gelombang serapan maksimum, dilakukan dengan

membuat kurva hubungan antara absorbansi dengan panjang gelombang dari

suatu larutan baku pada konsentrasi tertentu.

2. Pembuatan kurva kalibrasi

Dibuat seri larutan baku dari zat yang akan dianalisis dengan

berbagai konsentrasi. Masing–masing absorbansi larutan dengan berbagai

konsentrasi diukur, kemudian dibuat kurva yang merupakan hubungan

antara absorbansi dengan konsentrasi. Bila hukum Lambert-Beer terpenuhi

maka kurva kalibrasi berupa garis lurus.

3. Pembacaan absorbansi sampel atau cuplikan

Absorbansi yang terbaca pada spektrofotometer hendaknya antara

0,2 sampai 0,6. Anjuran ini berdasarkan anggapan bahwa pada kisaran nilai

absorbansi tersebut kesalahan fotometrik yang terjadi adalah paling minimal

(Gandjar dan Rohman, 2007).

Page 32: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA - …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29363/1/ERWIN... · dengan vitamin C. sebagai kontrol positif. Hasil uji . aktivitas antioksidan

16

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

2.6 Antioksidan

Radikal bebas merupakan atom, molekul atau senyawa-senyawa yang

mengandung satu atau lebih elektron yang tidak berpasangan yang bersifat sangat

reaktif dan tidak stabil (Surai, 2003). Agar menjadi stabil, radikal bebas

memerlukan elektron yang berasal dari pasangan elektron di sekitarnya, sehingga

terjadi perpindahan elektron dari molekul donor ke molekul radikal untuk

menjadikan radikal tersebut stabil (Simanjuntak, et al., 2012).

Antioksidan adalah zat yang dapat melawan pengaruh bahaya dari

radikal bebas atau Reactive Oxygen Species (ROS) yang terbentuk sebagai hasil

dari metabolisme oksidatif yaitu hasil dari reaksi-reaksi kimia dan proses

metabolik yang terjadi dalam tubuh. Senyawa antioksidan dapat berfungsi sebagai

penangkap radikal bebas, membentuk kompleks dengan logam-logam peroksida

dan sebagai senyawa pereduksi (Goldberd, 2003).

Banyak proses fisiologis dan biokimia dalam tubuh manusia (endogen)

dapat menghasilkan radikal bebas dan senyawa oksigen reaktif (ROS) lainnya

seperti proses autooksidasi, aktivitas oksidasi, dan sistem transpor electron.

Selama produksi radikal bebas tersebut dapat menyebabkan kerusakan oksidatif

pada biomolekul (misalnya lipid, protein, DNA) dan akhirnya menimbulkan

berbagai penyakit kronis, seperti aterosklerosis, kanker, diabetes, dan penyakit

degeneratif lainnya pada manusia (Ivanišová, et al., 2013). Selain dari dalam

tubuh, sumber radikal bebas dapat berasal dari luar tubuh manusia (eksogen)

meliputi asap rokok, polusi lingkungan, radiasi, sinar ultraviolet obat-obatan,

pestisida, anestetik, pelarut industri, dan ozon (Langseth, 1995).

Antioksidan dapat menangkap radikal bebas sehingga dapat

menghambat mekanisme oksidatif yang merupakan penyebab penyakit-penyakit

kronis dan degeneratif seperti penyakit jantung, kanker, katarak, disfungsi otak

dan artritis (Miller, et al., 2000). Mekanisme kerja antioksidan memiliki beberapa

fungsi. Fungsi pertama merupakan fungsi utama dari antioksidan yaitu

memberikan atom hidrogen yang berasal dari gugus hidroksi senyawa fenol

sehingga terbentuk senyawa yang stabil. Senyawa antioksidan yang termasuk

Page 33: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA - …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29363/1/ERWIN... · dengan vitamin C. sebagai kontrol positif. Hasil uji . aktivitas antioksidan

17

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

kelompok ini misalnya BHA, BHT, PG, TBHQ, dan tokoferol. Antioksidan yang

mempunyai fungsi utama tersebut sering disebut sebagai antioksidan primer.

Antioksidan tersebut dapat memberikan atom hidrogen secara cepat ke radikal

lipida (R*,ROO*) atau mengubahnya ke bentuk lebih stabil, sementara turunan

radikal antioksidan (A*) tersebut memiliki keadaan lebih stabil dibandingkan

radikal lipida.

Fungsi kedua merupakan mekanisme fungsi sekunder antioksidan, yaitu

memperlambat laju autooksidasi dengan berbagai mekanisme diluar mekanisme

pemutusan rantai autooksidasi dengan pengubahan radikal lipida ke bentuk lebih

stabil. Senyawa-senyawa ini mempunyai kemampuan untuk mendekomposisi

hidroperoksida menjadi produk akhir yang stabil. Tipe antioksidan ini pada

umumnya digunakan untuk menstabilkan poliolefin resin. Contohnya, asam

tiodipropionat dan dilauriltiopropionat (Gordon, 1990).

Fungsi ketiga adalah sebagai Oxygen scavengers, yaitu senyawa-

senyawa yang berperan sebagai pengikat oksigen sehingga tidak mendukung

reaksi oksidasi. Dalam hal ini, senyawa tersebut akan mengadakan reaksi dengan

oksigen yang berada dalam sistem sehingga jumlah oksigen akan berkurang.

Contoh dari senyawa-senyawa kelompok ini adalah vitamin C (asam askorbat),

askorbilpalminat, asam eritorbat, dan sulfit (Gordon, 1990).

Antioxidative Enzime merupakan enzim yang berperan mencegah

terbentuknya radikal bebas. Contohnya glukose oksidase, superoksidase

dismutase (SOD), glutation peroksidase, dan kalalase. Selain itu, ada juga

senyawa-senyawa yang mampu mengikat logam seperti besi dan tembaga yang

mampu mengkatalis reaksi oksidasi lemak. Senyawa-senyawa ini disebut juga

dengan Chelators sequestrants, yang termasuk didalamnya adalah asam sitrat,

asam amino, ethylenediaminetetra acetid acid (EDTA), dan fosfolipid (Gordon,

1990).

Berdasarkan sumber perolehannya, ada 2 macam antioksidan yaitu

antioksidan alami dan antioksidan buatan (sintetik). Antioksidan sintetis seperti

butylated hydroxyanisole (BHA) dan butylated hydroxytoluene (BHT) banyak

Page 34: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA - …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29363/1/ERWIN... · dengan vitamin C. sebagai kontrol positif. Hasil uji . aktivitas antioksidan

18

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

digunakan karena efektif dan lebih murah daripada yang alami. Namun, keamanan

dan toksisitas antioksidan sintetik telah mendapatkan perhatian yang serius. Oleh

karena itu, penggunaan antioksidan alami yang juga mungkin memiliki sifat gizi

menyebabkan penggunaannya meningkat (Ivanišová, et al., 2013).

2.7 Uji Aktivitas Antioksidan Metode DPPH

Metode DPPH merupakan salah satu metode untuk menentukan

aktivitas antioksidan yang sederhana dengan menggunakan 2,2-diphenyl-1-

picrylhydrazyl (DPPH) sebagai senyawa pendeteksi (Surai, 2003). DPPH adalah

senyawa radikal bebas yang dapat bereaksi dengan atom hidrogen yang berasal

dari suatu antioksidan membentuk DPPH tereduksi (Surai, 2003).

Metode DPPH (2,2-diphenyl-1-picrylhydrazyl) digunakan secara luas

untuk menguji kemampuan senyawa yang berperan sebagai pendonor elektron

atau atom hidrogen. Metode DPPH merupakan metode yang dapat mengukur

aktivitas total antioksidan baik dalam pelarut polar maupun nonpolar. Beberapa

metode lain terbatas mengukur komponen yang larut dalam pelarut yang

digunakan dalam analisa. Metode DPPH mengukur semua komponen antioksidan,

baik yang larut dalam lemak maupun dalam air (Prakash, 2001).

Metode DPPH merupakan metode yang sederhana, mudah, cepat dan

peka, serta hanya memerlukan sedikit sampel. DPPH adalah senyawa radikal

bebas stabil kelompok nitrit oksida. Senyawa ini mempunyai ciri-ciri padatan

berwarna ungu kehitaman, larut dalam pelarut DMF atau etanol/metanol 394,3

g/mol, rumus molekul C18H12N5O6 (Prakash, 2001).

Radikal bebas DPPH yang memiliki elektron tidak berpasangan

memberikan warna ungu dan menghasilkan absorbansi maksimum pada panjang

gelombang 517 nm. Warna akan berubah menjadi kuning saat elektronnya

berpasangan. Pengurangan intensitas warna yang terjadi berhubungan dengan

jumlah elektron DPPH yang menangkap atom hidrogen. Sehingga pengurangan

intensitas warna mengindikasikan peningkatan kemampuan antioksidan untuk

menangkap radikal bebas (Prakash, 2001).

Page 35: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA - …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29363/1/ERWIN... · dengan vitamin C. sebagai kontrol positif. Hasil uji . aktivitas antioksidan

19

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Aktivitas antioksidan dapat dinyatakan dengan satuan % aktivitas. Nilai

ini diperoleh dengan rumus sebagai berikut (Molyneux, 2003).

% Inhibisi

Absorbansi blangko yang digunakan dalam prosedur ini adalah

absorbansi DPPH dengan metanol pro analisa. Berdasarkan rumus tersebut,

semakin tinggi tingkat diskolorisasi (absorbansi semakin kecil) maka semakin

tinggi nilai aktivitas penangkapan radikal bebas (Molyneux, 2003).

Aktivitas antioksidan pada metode DPPH dinyatakan dengan IC50

(Inhibition Concentration). IC50 adalah bilangan yang menunjukkan konsentrasi

ekstrak yang mampu menghambat aktivitas DPPH sebesar 50%. Semakin kecil

nilai IC50 berarti semakin tinggi aktivitas antioksidan (Blois, 1958).

AAI (Antioxidant activity index) adalah nilai yang menunjukkan

besarnya aktivitas antioksidan yang dimiliki suatu ekstrak atau bahan uji. Nilai

AAI dapat ditentukan dengan cara konsentrasi DPPH yang digunakan dalam uji

(ppm) dibagi dengan nilai IC50 yang diperoleh (ppm). Penggolongan nilai AAI ini

dilakukan oleh Scherer dan Godoy (2009). Nilai AAI yang <0,5 menandakan

antioksidan lemah, AAI > 0,5-1 menandakan antioksidan sedang, AAI >1-2

menandakan antioksidan kuat, dan AAI >2 menandakan antioksidan yang sangat

kuat (Vasic, Stefanovic, Licina, Radojevic & Comic, 2012).

2.8 Uji Toksisitas Brine Shrimp Lethality Test (BSLT)

Menurut Meyer, et al., (1982), salah satu uji bioaktivitas yang mudah,

cepat, murah dan akurat yaitu dengan menggunakan larva udang Artemia salina

Leach. dikenal dengan istilah Brine Shrimp Lethality Test (BSLT). Uji

mortalitas larva udang merupakan salah satu metode uji bioaktivitas pada

penelitian senyawa bahan alam. Penggunaan larva udang untuk kepentingan studi

bioaktivitas sudah dilakukan sejak tahun 1956 dan sejak saat itu telah

banyak dilakukan pada studi lingkungan, toksisitas, dan penapisan senyawa

bioaktif dari jaringan tanaman.

Page 36: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA - …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29363/1/ERWIN... · dengan vitamin C. sebagai kontrol positif. Hasil uji . aktivitas antioksidan

20

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Uji ini merupakan uji pendahuluan untuk mengamati aktivitas

farmakologi suatu senyawa salah satunya adalah anti kanker. Adapun penerapan

untuk sistem bioaktivitas dengan menggunakan larva udang tersebut, antara lain

untuk mengetahui residu pestisida, anastetik lokal, senyawa turunan morpin,

mikotoksin, karsinogenitas suatu senyawa dan polutan untuk air laut serta

sebagai alternatif metode yang murah untuk uji sitotoksisitas (Hamburger &

Hostettmann, 1991). Senyawa aktif yang memiliki daya bioaktivitas tinggi

diketahui berdasarkan nilai Lethal Concentration 50% (LC50), yaitu suatu

nilai yang menunjukkan konsentrasi zat toksik yang dapat menyebabkan

kematian hewan uji sampai 50%. Data mortalitas yang diperoleh kemudian

diolah dengan analisis probit yang dirumuskan oleh Finney (1971) untuk

menentukan nilai LC50 pada derajat kepercayaan 95%. Senyawa kimia

memiliki potensi bioaktif jika mempunyai nilai LC50 kurang dari 1.000 µg/ml

(Meyer, et al., 1982).

Uji BSLT dengan menggunakan larva udang Artemia salina

dilakukan dengan menetaskan telur-telur tersebut dalam air laut yang dibantu

dengan aerasi. Telur Artemia salina akan menetas sempurna menjadi larva

dalam waktu 24 jam. Larva A. salina yang baik digunakan untuk uji BSLT

adalah yang berumur 48 jam sebab jika lebih dari 48 jam dikhawatirkan

kematian Artemia salina bukan disebabkan toksisitas ekstrak melainkan oleh

terbatasnya persediaan makanan (Meyer, et al., 1982).

Keunggulan penggunaan larva udang A. salina untuk uji BSLT ini

ialah sifatnya yang peka terhadap bahan uji, waktu siklus hidup yang lebih

cepat, mudah dibiakkan dan harganya yang murah. Sifat peka A. salina

kemungkinan disebabkan oleh keadaan membran kulitnya yang sangat tipis

sehingga memungkinkan terjadinya difusi zat dari lingkungan yang

mempengaruhi metabolisme dalam tubuhnya. A. salina ditemukan hampir

pada seluruh permukaan perairan di bumi yang memiliki kisaran salinitas 10 -

20g/L, hal inilah yang menyebabkannya mudah dibiakkan. Larva yang baru saja

menetas disebut nauplius berbentuk bulat lonjong dan berwarna kemerah-

merahan dengan panjang 400 μm dengan berat 15 μg. Anggota badannya

Page 37: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA - …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29363/1/ERWIN... · dengan vitamin C. sebagai kontrol positif. Hasil uji . aktivitas antioksidan

21

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

terdiri dari sepasang sungut kecil (anteluena atau antena I) dan sepasang sungut

besar (antena atau antena II). Di bagian depan di antara kedua sungut kecil

tersebut terdapat bintik merah yang berfungsi sebagai mata (oselus). Di

belakang sungut besarnya terdapat sepasang mandibula (rahang) yang kecil,

sedangkan di bagian perut (ventral) sebelah depan terdapat labrum

(Mudjiman, 1988).

Page 38: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA - …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29363/1/ERWIN... · dengan vitamin C. sebagai kontrol positif. Hasil uji . aktivitas antioksidan

22

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

BAB 3

METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian dilaksanakan di laboratorium Penelitian I, laboratorium Kimia

Obat, dan laboratorium Analisis Obat dan Pangan Halal, Program Studi Farmasi

Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan, Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif

Hidayatullah Jakarta. Waktu penelitian dimulai pada bulan Maret hingga bulan

Juni 2014.

3.2 Alat Dan Bahan

3.2.1 Alat

Alat serta instrumen yang digunakan dalam penelitian ini antara lain

timbangan analitik (AND GH-202), blender, kertas label, penggaris, pensil,

aluminium foil, plastik, kertas saring, kapas, labu erlenmeyer, becker glass, gelas

ukur, corong, tabung reaksi, spatula, batang pengaduk, pipet tetes, kaca arloji,

botol kaca, krus porselen, botol timbang, gelas ukur, pipa kapiler, vial,

elektromantel, panci dekok, plat KLT, chamber, oven, tanur (Thermolyne),

spektrofotometer UV-Vis (Hitachi U-2910), dan vacuum rotary evaporator

(EYELA N-1000).

3.2.2 Bahan

Bahan serta reagen kimia yang digunakan dalam penelitian ini adalah kulit

batang tanaman kayu jawa (Lannea coromandelica), vitamin C (PT. Indofarma),

etanol 70%, metanol pro analisa (Merck), aquades, air laut, DPPH (2,2-diphenyl-

1-picrylhydrazyl) (Sigma-Aldrich), asam klorida, pereaksi Dragendorf, pereaksi

Mayer, NaOH, kloroform, asam sulfat pekat, dan ferri klorida. Tanaman Kayu

Jawa (Lannea coromandelica) yang digunakan telah dideterminasi di Herbarium

Bogoriense, Pusat Penelitian Biologi LIPI (Lembaga Ilmu Pengetahuan

Indonesia) Cibinong, Bogor.

22

Page 39: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA - …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29363/1/ERWIN... · dengan vitamin C. sebagai kontrol positif. Hasil uji . aktivitas antioksidan

23

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

3.3 Prosedur Kerja

3.3.1 Penyiapan Sampel

Sampel kulit batang tanaman kayu jawa (Lannea coromandelica)

diperoleh dari daerah Watampone, Kabupaten Bone, Sulawesi Selatan. Sampel

kulit batang dikumpulkan pada bulan Februari 2014. Sebanyak 1,5 kg kulit batang

segar disortasi basah, selanjutnya dicuci dengan air mengalir. Sampel kemudian

dirajang dan dikeringkan dengan cara dikering-anginkan. Selanjutnya sampel

yang telah kering disortasi kering dan dihaluskan menggunakan blender hingga

diperoleh serbuk simplisia kering sebanyak 688 gram.

3.3.2 Ekstraksi Sampel Kulit Batang Kayu Jawa (Lannae coromandelica)

Serbuk kering kulit batang Kayu Jawa (Lannea coromandelica) diekstraksi

dengan menggunakan dua metode yang berbeda yaitu sebagai berikut.

1. Metode Maserasi

Serbuk simplisia kering kulit batang kayu jawa (Lannea

coromandelica) ditimbang 344 gram dan dimaserasi dengan etanol 70%

selama 2 sampai 3 hari. Prosedur diulangi hingga 6 kali proses maserasi.

Selanjutnya masing-masing hasil ekstraksi disaring dan filtrat yang

diperoleh dipekatkan dengan vacuum rotary evaporator hingga diperoleh

ekstrak kental. Selanjutnya ekstrak kental yang diperoleh, dihitung

rendemennya.

2. Metode Dekokta

Dekokta kulit batang kayu jawa (Lannea coromandelica) dibuat

larutan induk konsentrasi 5%. Serbuk simplisia kering kulit batang Kayu

Jawa ditimbang 5 gram. Serbuk simplisia yang telah ditimbang dimasukkan

ke dalam botol dan ditambahkan aquades hingga 100 mL. Botol tersebut

ditutup dengan aluminium foil untuk menjaga volume air dalam botol tetap.

Botol tersebut selanjutnya dipanaskan selama 30 menit dalam alat

Page 40: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA - …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29363/1/ERWIN... · dengan vitamin C. sebagai kontrol positif. Hasil uji . aktivitas antioksidan

24

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

kukusan/dandan. Waktu 30 menit dihitung setelah suhu dalam botol telah

mencapai 90°C (Tiwari, et al., 2011).

3.3.3 Penapisan Fitokimia

Penapisan fitokimia dilakukan untuk mengetahui metabolit sekunder yang

terkandung di dalam ekstrak etanol 70% dan ekstrak air kulit batang kayu jawa

(Lannea coromandelica). Metabolit sekunder yang diuji secara kualitatif ini antara

lain alkaloid, flavonoid, saponin, glikosida, triterpenoid, fenol, dan tanin.

1. Uji Alkaloid

Sebanyak 0,5 gram ekstrak dilarutkan dalam larutan HCl encer

kemudian disaring. Tes Mayer dilakukan dengan menambahkan filtrat

dengan reagen mayer (Potassium Mercuric Iodide). Terjadinya endapan

berwarna kuning mengindikasikan adanya senyawa alkaloid (Tiwari, et al.,

2011). Tes Dragendorf juga dapat dilakukan untuk mengetahui keberadaan

alkaloid. Filtrat yang diperoleh ditambahkan reagen dragendorf (solution of

Potassium Bismuth Iodide). Terjadinya endapan berwarna merah

mengindikasikan adanya senyawa alkaloid (Tiwari, et al., 2011).

2. Uji Flavonoid

Sebanyak 0,5 gram ekstrak dilarutkan dengan 2 mL etanol 70% dan

ditambahkan 3 tetes larutan NaOH. Terjadinya perubahan intensitas warna

kuning menjadi tidak berwarna pada penambahan asam sulfat

mengindikasikan adanya senyawa flavonoid (Tiwari, et al., 2011).

3. Uji Saponin

Sebanyak 0,5 gram ekstrak dilarutkan dalam 20 mL aquades,

kemudian larutan dikocok dalam labu ukur selama 15 menit. Terbentuknya

busa setinggi 1 cm mengindikasikan adanya senyawa saponin (Tiwari, et al.,

2011).

4. Uji Glikosida

0 Sebanyak 0,5 gram ekstrak ditambahkan 1 mL aquades dan

ditambahkan larutan NaOH. Terbentuknya warna kuning mengindikasikan

adanya senyawa glikosida (Tiwari, et al., 2011).

Page 41: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA - …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29363/1/ERWIN... · dengan vitamin C. sebagai kontrol positif. Hasil uji . aktivitas antioksidan

25

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

5. Uji Triterpenoid

Tes Salkowski dapat digunakan untuk mengidentifikasi keberadaan

senyawa triterpen. Sebanyak 0,5 gram ekstrak dilarutkan dalam kloroform

dan disaring. Kemudian filtrat ditambahkan beberapa tetes asam sulfat dan

dikocok. Terbentuknya warna kuning emas mengindikasikan adanya

senyawa triterpen.

6. Uji Fenol

Sebanyak 0,5 gram ekstrak dilarutkan dengan 2 mL etanol 70% dan

ditambahkan 3 tetes larutan FeCl3. Terbentuknya warna hitam kebiruan

mengindikasikan adanya senyawa fenol (Tiwari, et al., 2011).

7. Uji Tanin

Sebanyak 0,5 gram ekstrak dilarutkan dengan 2 mL etanol 70%,

dididihkan dalam 10 mL aquades dalam tabung reaksi kemudian disaring.

Ditambahkan 3 tetes larutan ferri klorida 0,1% dan diamati terbentuknya

warna hijau kecoklatan atau biru kehitaman menunjukkan adanya tanin

(Ayoola, et al., 2008).

3.3.4 Parameter Ekstrak

1. Identitas

Ekstrak dideskripsikan dengan tata nama yang meliputi nama

ekstrak, nama latin tumbuhan, bagian tumbuhan yang digunakan, dan nama

Indonesia tumbuhan (Depkes RI, 2000).

2. Organoleptik

Ekstrak dideskripsikan menggunakan panca indera untuk

mengetahui bentuk, warna, bau, dan rasa (Depkes RI, 2000).

3. Residu Pelarut Etanol

Sebanyak 2 gram ekstrak etanol 70% dilarutkan dalam aquades

hingga 25 mL dan di destilasi pada suhu 78,5°C hingga diperoleh destilat

sebanyak 2 mL. Destilat ditambahkan aquades hingga 25 mL. Selanjutnya

bobot jenis cairan ditetapkan menggunakan piknometer. Persentase residu

pelarut etanol dalam ekstrak dihitung menggunakan tabel bobot jenis dan

kadar etanol pada Farmakope Indonesia edisi III (Depkes RI, 2000).

Page 42: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA - …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29363/1/ERWIN... · dengan vitamin C. sebagai kontrol positif. Hasil uji . aktivitas antioksidan

26

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

4. Kadar Abu Total

Penetapan kadar abu total dilakukan sebanyak tiga kali (triplo).

Sebanyak 2 gram ekstrak etanol 70% ditimbang ke dalam krus yang telah

ditara dan dipijarkan perlahan. Suhu dinaikkan secara bertahap hingga

600±25°C. Didinginkan dalam desikator dan ditimbang berat abu. Kadar abu

dihitung dalam persen terhadap berat sampel awal (Depkes RI, 2000).

3.3.5 Pengujian Antioksidan secara Kualitatif dengan Metode Kromatografi

Lapis Tipis (KLT)

Ekstrak etanol 70% ditimbang 50 mg dilarutkan dengan etanol 50 mL

(1000 ppm). Ekstrak air digunakan konsentrasi 5%. Silika gel pada lempeng

aluminium digunakan sebagai fase diam. Fase gerak digunakan etanol, etil asetat,

dan kloroform dengan perbandingan 2:1:1. Setelah itu chamber yang berisi eluen

dijenuhkan (Ghasal & Mandal, 2012).

Ekstrak etanol 70% dan ekstrak air kulit batang kayu jawa (Lannea

coromandelica), ditotolkan pada plat KLT menggunakan pipa kapiler. Proses

elusi dilakukan dengan cara plat KLT dimasukkan ke dalam chamber yang berisi

eluen dan telah dijenuhkan. Eluen dibiarkan merambat hingga mencapai batas plat

yang telah ditandai sebelumnya. Setelah selesai, plat KLT dikeluarkan dari

chamber. Plat KLT kemudian dikeringkan dan disemprot dengan larutan DPPH

0,1 mM (Ghasal & Mandal, 2012). Bercak pada plat KLT yang memiliki aktivitas

antioksidan akan berubah menjadi warna putih kuning dengan latar belakang ungu

(Kuntorini & Astuti, 2010).

3.3.6 Pengujian Antioksidan secara Kuantitatif dengan Metode DPPH

3.3.6.1 Pembuatan Larutan DPPH 0,1 mM

Serbuk DPPH (BM 394,32) sebanyak 1,98 mg dilarutkan dengan metanol

p.a (pro analisa) dan dimasukkan ke dalam labu ukur 50 mL. Volume

dicukupkan dengan metanol p.a hingga tanda batas , kemudian ditempatkan dalam

botol gelap.

Page 43: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA - …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29363/1/ERWIN... · dengan vitamin C. sebagai kontrol positif. Hasil uji . aktivitas antioksidan

27

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

3.3.6.2 Penentuan Panjang Gelombang Maksimum DPPH

Larutan DPPH 0,1 mM sebanyak 2 mL dimasukkan ke dalam tabung

reaksi lalu ditambahkan metanol p.a sebanyak 2 mL, tutup dengan aluminium foil,

dihomogenkan dengan vortex lalu dituang ke dalam kuvet dan diukur pada

panjang gelombang 400-800 nm menggunakan spektrofotometer UV-Vis

(Musfiroh & Syarief, 2009). Panjang gelombang maksimum DPPH yang

digunakan berada pada 515,5 nm.

3.3.6.3 Pembuatan Larutan Blangko

Larutan DPPH 0,1 mM sebanyak 2 mL dimasukkan ke dalam tabung

reaksi dan ditambahkan metanol p.a sebanyak 2 mL. Tutup dengan aluminium

foil. Campuran dihomogenkan dengan vortex dan diinkubasi dalam ruangan gelap

selama 30 menit (Molyneux, 2004). Selanjutnya, serapan larutan blangko diukur

pada panjang gelombang maksimum yaitu 515,5 nm.

3.3.6.4 Pembuatan Larutan Uji Ekstrak Kulit Batang Kayu Jawa (Lannea

coromandelica)

1. Pembuatan Larutan uji ekstrak etanol 70% dan ekstrak air kulit batang

Kayu Jawa (Lannea coromandelica)

Larutan induk ekstrak etanol 70% dibuat terlebih dahulu dengan

menimbang 50 mg ekstrak dan dibasahi dengan 5 tetes etanol 70%. Etanol

70% dibiarkan menguap kemudian dilarutkan dengan metanol p.a. Larutan

dimasukkan ke dalam labu ukur 50 mL. Volume dicukupkan dengan

metanol p.a sampai tanda batas (1000 ppm). Kemudian dari larutan induk

dibuat seri konsentrasi 5 ppm, 10 ppm, 15 ppm, 20 ppm, dan 25 ppm.

Larutan induk ekstrak air diperoleh dari hasil dekokta 5%.

Kemudian dari larutan induk 5% tersebut dibuat seri konsentrasi yaitu

0,03%, 0,05%, 0,12%, dan 0,15%.

2. Pengukuran serapan dengan menggunakan spektrofotometer UV-Vis

Masing-masing konsentrasi larutan uji sebanyak 2 mL dimasukkan

ke dalam tabung reaksi. Ditambahkan larutan DPPH 0,1 mM sebanyak 2

Page 44: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA - …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29363/1/ERWIN... · dengan vitamin C. sebagai kontrol positif. Hasil uji . aktivitas antioksidan

28

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

mL, dihomogenkan dengan vortex. Selanjutnya, diinkubasi dalam ruangan

gelap selama 30 menit (Molyneux, 2004). Serapan diukur pada panjang

gelombang maksimum yaitu 515,5 nm.

3.3.6.5 Pembuatan Larutan Pembanding Vitamin C

1. Pembuatan larutan pembanding Vitamin C

Membuat larutan induk Vitamin C 1000 ppm dengan cara

menimbang 50 mg serbuk vitamin C, dilarutkan dengan metanol p.a dan

dimasukkan ke dalam labu ukur 50 mL. Volume dicukupkan dengan

metanol p.a sampai tanda batas. Kemudian dari larutan induk dibuat seri

konsentrasi 2 ppm, 4 ppm, 6 ppm, 8 ppm, dan 10 ppm.

2. Pengukuran serapan dengan menggunakan spektrofotometer UV-Vis

Pengujian dilakukan dengan cara masing-masing konsentrasi

larutan pembanding vitamin C sebanyak 2 mL dimasukkan ke dalam tabung

reaksi. Ditambahkan larutan DPPH 0,1 mM sebanyak 2 mL, dihomogenkan

dengan vortex. Selanjutnya, diinkubasi dalam ruangan gelap selama 30

menit (Molyneux, 2004). Serapan diukur pada panjang gelombang

maksimum yaitu 515,5 nm.

3.3.6.6 Analisis Data

1. Penentuan Nilai IC50 (Inhibitory Concentration)

Parameter yang biasa digunakan untuk menginterpretasikan hasil

dari uji aktivitas antioksidan dengan metode DPPH adalah dengan nilai

efficient concentration (EC50) atau sering disebut nilai IC50, yaitu

konsentrasi yang menyebabkan hilangnya 50% aktivitas DPPH (Molyneux,

2004). Untuk menghitung nilai IC50 diperlukan data persen inhibisi dari

pengujian yang dilakukan. Persen inhibisi dapat dihitung dengan

menggunakan rumus sebagai berikut:

(Ghosal & Mandal, 2012)

Page 45: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA - …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29363/1/ERWIN... · dengan vitamin C. sebagai kontrol positif. Hasil uji . aktivitas antioksidan

29

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Konsentrasi sampel dan persen inhibisi yang diperoleh diplot

masing-masing pada sumbu x dan y pada persamaan regresi linear.

Persamaan tersebut digunakan untuk menentukan nilai IC50 dari masing-

masing sampel dinyatakan dengan nilai y sebesar 50 dan nilai x yang akan

diperoleh sebagai IC50 (Nurjanah, Izzati & Abdullah, 2011).

2. Penentuan Nilai AAI (Antioxidant Activity Index)

Nilai AAI dapat ditentukan dengan cara konsentrasi DPPH yang

digunakan dalam uji (ppm) dibagi dengan nilai IC50 yang diperoleh (ppm).

Nilai AAI yang <0,5 menandakan antioksidan lemah, AAI > 0,5-1

menandakan antioksidan sedang, AAI >1-2 menandakan antioksidan kuat,

dan AAI >2 menandakan antioksidan yang sangat kuat (Vasic, Stefanovic,

Licina, Radojevic & Comic, 2012).

3.3.7 Pengujian Toksisitas dengan Metode Brine Shrimp Lethality Test

(BSLT)

3.3.7.1 Persiapan Larva Artemia salina

Penetasan telur Artemia salina dilakukan dengan cara menetaskan

sebanyak 50 mg telur Artemia salina dalam wadah yang berisi air laut, disekat

menjadi dua bagian yang salah satunya dibuat gelap dan diletakkan dibawah

lampu (Meyer, et al., 1982). Telur Artemia salina akan menetas dan menjadi

larva setelah 24 jam (Mudjiman, 1988).

3.3.7.2 Pembuatan Larutan Uji Ekstrak Kulit Batang Kayu Jawa (Lannea

coromandelica)

Larutan uji ekstrak etanol 70% kulit batang kayu jawa (Lannea

coromandelica) dibuat dengan cara menimbang 50 mg ekstrak etanol 70%

kemudian dilarutkan dengan sedikit etanol 70% dan ditambahkan aquades hingga

50 mL sebagai larutan induk 1000 ppm. Larutan uji dibuat seri konsentrasi akhir

menjadi 1 ppm, 10 ppm, 100 ppm, dan 500 ppm.

Larutan uji ekstrak air kulit batang kayu jawa (Lannea coromandelica)

dibuat dari ekstrak air hasil dekokta 5%. Larutan induk 5% ini selanjutnya dibuat

larutan uji dengan konsentrasi akhir 0,15%, 0,3%, 0,5%, dan 0,1%.

Page 46: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA - …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29363/1/ERWIN... · dengan vitamin C. sebagai kontrol positif. Hasil uji . aktivitas antioksidan

30

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

3.3.7.3 Pengujian Toksisitas

Pengujian toksisitas larutan uji ekstrak etanol 70% dan ekstrak air

dilakukan dengan mengambil sebanyak 10 ekor larva udang menggunakan pipet

tetes dan dimasukkan ke dalam tabung reaksi. Pada pengujian ekstrak etanol

70%, masing-masing tabung kemudian ditambahkan larutan uji ekstrak etanol

70%. Sedangkan pada pengujian ekstrak air, masing-masing tabung ditambahkan

larutan uji ekstrak air. Volume digenapkan dengan aquades hingga 10 mL

sehingga terjadi pengenceran. Larutan diaduk perlahan sampai homogen. Untuk

setiap konsentrasi dilakukan 3 kali pengulangan (triplikat) (Anderson, 1991).

Untuk kontrol dilakukan tanpa penambahan sampel. Larutan dibiarkan

selama 24 jam, kemudian dihitung jumlah larva yang mati dan masih hidup dari

tiap tabung (Juniarti, et al., 2009).

3.3.7.4 Analisis Data

Pengujian efek toksik dihitung dengan menentukan nilai LC50. Nilai LC50

diperoleh dengan terlebih dahulu menghitung persentase mortalitas hewan uji

setelah 24 jam dengan cara :

Selanjutnya dicari angka probit melalui tabel probit dan dibuat grafik

dengan log konsentrasi sebagai sumbu x terhadap persentase mortalitas dalam

satuan probit sebagai sumbu y. Nilai LC50 merupakan konsentrasi dimana suatu

zat menyebabkan kematian 50% hewan uji yang diperoleh dengan menggunakan

persamaan regresi linier y = a + bx. Suatu zat dikatakan aktif atau toksik bila nilai

LC50 kurang dari 1000 ppm untuk ekstrak dan kurang dari 30 ppm untuk suatu

senyawa (Juniarti, et al., 2009).

Page 47: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA - …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29363/1/ERWIN... · dengan vitamin C. sebagai kontrol positif. Hasil uji . aktivitas antioksidan

31

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

BAB 4

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Determinasi Tanaman

Determinasi tanaman terlebih dahulu dilakukan untuk mengetahui

identitas tanaman yang digunakan. Determinasi tanaman ini dilakukan di

Herbarium Bogoriense, Pusat Penelitian Biologi LIPI (Lembaga Ilmu

Pengetahuan Indonesia) Cibinong, Bogor. Hasil determinasi menunjukkan bahwa

sampel yang digunakan merupakan Lannea coromandelica (Houtt.) Merr. dari

famili Anacardiacea (lampiran 2).

4.2 Penyiapan Sampel

Bagian tanaman yang digunakan pada penelitian ini adalah kulit batang

dari tanaman kayu jawa (Lannea coromandelica). Kayu jawa yang menjadi

sampel adalah kayu jawa yang tumbuh di daerah Watampone, kabupaten Bone,

Sulawesi Selatan. Tanaman ini banyak tumbuh liar ataupun sengaja ditanam

sebagai tanaman pagar. Kulit batang yang digunakan dari batang kayu jawa yang

berdiameter 5 sampai 6 cm. Kulit batangnya biasanya berukuran 3 sampai 5 mm.

Kulit batang mulai dikumpulkan pada bulan februari 2014.

Sebanyak 1,5 kg kulit batang segar disortasi basah untuk memisahkan

dengan pengotor seperti tanah ataupun bagian tanaman yang tidak digunakan

dalam penelitian dan terbawa pada saat proses pengumpulan kulit batang. Kulit

batang selanjutnya dicuci dengan air mengalir. Kulit batang yang telah dicuci

dirajang untuk memperbesar luas permukaan sampel sehingga pelarut lebih

mudah berpenetrasi ke dalam sel sehingga penarikan senyawa kimia yang

terkandung dalam sampel lebih maksimal. Setelah proses perajangan, dilanjutkan

proses pengeringan dengan cara dikering-anginkan. Pengeringan dilakukan untuk

menghentikan reaksi enzimatik yang dapat menyebabkan penguraian atau

perubahan kandungan kimia yang terdapat pada kulit batang. Selain itu,

pengeringan dilakukan di tempat yang terlindung dari cahaya matahari langsung.

Hal ini dilakukan untuk menghindari kemungkinan terjadinya kerusakan pada

31

Page 48: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA - …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29363/1/ERWIN... · dengan vitamin C. sebagai kontrol positif. Hasil uji . aktivitas antioksidan

32

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

kandungan kimia kulit batang akibat pemanasan. Selanjutnya, kulit batang yang

telah kering disortasi kering untuk meisahkan dari pengotor-pengotor yang masih

terbawa pada saat proses pengeringan. Kulit batang yang telah disortasi

dihaluskan menggunakan blender hingga dan diperoleh serbuk simplisia kering

sebanyak 688 gram.

4.3 Ekstraksi

Proses ekstraksi simplisia kulit batang kayu jawa dilakukan dengan dua

cara berbeda yaitu maserasi langsung dan dekokta. Maserasi langsung dilakukan

dengan mengekstraksi langsung simplisia kulit batang dengan etanol 70%.

Maserasi dipilih karena proses pengerjaan yang mudah dan peralatan yang cukup

sederhana. Pada maserasi ini, digunakan simplisia sebanyak 344 gram. Proses

maserasi dilakukan selama 2 sampai 3 hari. Prosedur diulangi hingga 6 kali proses

maserasi.

Total pelarut etanol 70% yang digunakan sebanyak 6,2 L dan sebelumnya

telah didestilasi terlebih dahulu. Menurut Tiwari, et al. (2011), etanol lebih efisien

dalam degradasi dinding sel sehingga polifenol akan tersari lebih banyak. Selain

itu, flavonoid ditemukan lebih tinggi pada penggunaan etanol 70% pada proses

ekstraksi. Filtrat hasil maserasi disaring dengan kapas dan kertas saring yang

kemudian dipekatkan dengan vacuum rotary evaporator pada suhu 45-50°C

hingga diperoleh ekstrak kental sebanyak 41 gram. Rendemen ekstrak etanol 70%

adalah 11,919 %.

Proses ekstraksi menggunakan metode dekokta juga dilakukan untuk

mendapatkan ekstrak air kulit batang Lannea coromandelica. Metode dekokta

merupakan metode ekstraksi dengan proses pemanasan. Metode ini dilakukan

untuk menggambarkan cara penggunaan kulit batang kayu jawa di dalam

masyarakat sebagai obat. Dekokta yang dibuat memiliki konsentrasi 5%.

Konsentrasi 5% ini dipilih agar penarikan senyawa kimia dalam sampel lebih

maksimal. Ekstrak air yang diperoleh langsung digunakan dalam pengujian.

Page 49: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA - …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29363/1/ERWIN... · dengan vitamin C. sebagai kontrol positif. Hasil uji . aktivitas antioksidan

33

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

4.4 Parameter Ekstrak

Parameter ekstrak terbagi atas 2 (dua) jenis yaitu parameter spesifik dan

parameter non spesifik. Hasil penetapan parameter ekstrak dapat dilihat pada tabel

berikut ini.

Tabel 4.1. Hasil Penetapan Parameter Spesifik dan Non Spesifik Ekstrak Etanol

70% dan Ekstrak Air Kulit Batang Kayu Jawa (Lannea

coromandelica)

Karakteristik Hasil

Ekstrak Etanol 70% Ekstrak Air

Parameter Spesifik

1. Identitas

- Nama latin

- Bagian tumbuhan

- Nama Indonesia

- Lannea coromandelica

- Kulit batang (cortex)

- Kayu Jawa

2. Organoleptik

- Bentuk

- Warna

- Bau

- Rasa

- Kental

- Coklat kehitaman

- Khas

- Agak sepat

- Cair

- Coklat kekuningan

- Khas

- Agak sepat

Parameter Non Spesifik

1.Residu Pelarut Etanol 0 % -

2. Kadar Abu 14,505 % -

Parameter spesifik yang dilakukan yaitu mengidentifikasi identitas dan

organoleptik ekstrak yang digunakan. Tanaman yang digunakan merupakan kayu

jawa dengan nama latin Lannea coromandelica. Ekstrak dibuat dari bagian kulit

batang tanaman tersebut. Organoleptik ekstrak diidentifikasi menggunakan panca

indera.

Parameter non spesifik merupakan aspek yang tidak terkait dengan

aktivitas farmakologis secara langsung namun mempengaruhi aspek keamanan

Page 50: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA - …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29363/1/ERWIN... · dengan vitamin C. sebagai kontrol positif. Hasil uji . aktivitas antioksidan

34

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

dan stabilitas ekstrak (Saifudin, Rahayu, & Teruna, 2011). Parameter residu

pelarut etanol dilakukan untuk memastikan bahwa tidak ada lagi pelarut etanol

yang tersisa setelah proses pemekatan ekstrak. Bila sisa pelarut berupa etanol

masih tinggi dalam ekstrak, maka kemungkinan bila masuk ke dalam tubuh dapat

memberikan reaksi efek samping (Saifudin, Rahayu, & Teruna, 2011). Selain itu,

pelarut etanol yang tersisa di dalam ekstrak dapat mengganggu hasil uji toksisitas

yang dilakukan karena memberikan intervensi atas kematian larva uji. Pada hasil

penelitian ini,bobot jenis rata-rata yang diperoleh adalah 1,0072. Nilai bobot jenis

tersebut dalam tabel bobot jenis dan kadar etanol pada Farmakope Indonesia edisi

III menunjukkan bahwa kandungan etanol yang dimiliki sama dengan nol

(lampiran 8).

Selain itu, pada penentuan parameter non spesifik dilakukan penentuan

kadar abu.Penentuan kadar abu dilakukan bertujuan untuk memberikan

gambarankandungan mineral internal dan eksternal yang berasal dari proses awal

sampaiterbentuknya ekstrak. Pada tahap ini ekstrak dipanaskan hingga senyawa

organik dan turunannya terdestruksi dan menguap sampai tinggal unsur mineral

dan anorganik saja (Depkes RI, 2000). Kadar abu ekstrak etanol 70% kulit batang

Lannea coromandelica sebesar 14,5087%. Hal ini menunjukkan bahwa kadar abu

ekstrak tersebut cukup tinggi. Tingginya kadar abu ini dapat dikarenakan

tingginya kandungan mineral internal di dalam kulit batang Lannea

coromandelica sendiri ataupun mineral yang berasal dari luar (mineral eksternal).

4.5 Penapisan Fitokimia

Penapisan fitokimia dilakukan untuk mengidentifikasi kandungan

metabolit sekunder yang tersari di dalam ekstrak etanol 70% dan ekstrak air kulit

batang Lannea coromandelica, sehingga dapat diketahui metabolit sekunder yang

berpotensi memiliki aktivitas antioksidan ataupun antikanker dalam pengujian

toksisitas. Hasil penapisan fitokimia yang dilakukan dapat dilihat pada tabel

berikut ini.

Page 51: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA - …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29363/1/ERWIN... · dengan vitamin C. sebagai kontrol positif. Hasil uji . aktivitas antioksidan

35

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Tabel 4.2. Hasil Penapisan Fitokimia Ekstrak Etanol 70% dan Ekstrak Air Kulit

Batang Kayu Jawa (Lannea coromandelica)

Pengujian

Senyawa

Hasil

Ekstrak Etanol 70% Ekstrak Air

Alkaloid - -

Flavonoid + +

Saponin + +

Glikosida + +

Triterpenoid - -

Fenol + +

Tanin + +

Hasil penapisan fitokimia yang dilakukan pada ekstrak etanol 70%

menunjukkan adanya kandungan senyawa metabolit sekunder diantaranya

flavonoid, saponin, glikosida, fenol, dan tanin. Penapisan fitokimia pada ekstrak

air pun menunjukkan kandungan yang sama yaitu flavonoid, saponin, glikosida,

fenol, dan tanin. Umumnya metabolit sekunder yang diperoleh bersifat polar

sehingga tersari di dalam pelarut polar yang digunakan yaitu etanol 70% dan air.

4.6 Uji Aktivitas Antioksidan secara Kualitatif

Pengujian kualitatif antioksidan terlebih dahulu dilakukan elusi dengan

beberapa kombinasi eluen. Kombinasi eluen yang cukup baik untuk mengelusi

ekstrak etanol 70% dan ekstrak air kulit batang Lannea coromandelica yaitu

dengan pelarut etanol, etil asetat, dan kloroform dengan perbandingan 2:1:1

(Lampiran 8). Adanya perubahan warna DPPH yang disemprotkan pada bercak

plat KLT dari ungu menjadi putih kekuningan menandakan bahwa ekstrak etanol

70% dan ekstrak air kulit batang Lannea coromandelica memiliki aktivitas

antioksidan.

4.7 Uji Aktivitas Antioksidan secara Kuantitatif

Pengujian aktivitas antioksidan secara kuantitatif dilakukan dengan

menggunakan metode DPPH (2,2-difenil-1-pikrilhidrazil). Metode DPPH ini

Page 52: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA - …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29363/1/ERWIN... · dengan vitamin C. sebagai kontrol positif. Hasil uji . aktivitas antioksidan

36

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

dipilih karena merupakan metode yang sederhana, mudah, cepat dan peka serta

hanya memerlukan sedikit sampel untuk evaluasi aktivitas antioksidan dari

senyawa bahan alam (Molyneux, 2004).

Prinsip pengukuran aktivitas antioksidan secara kuantitatif menggunakan

metode DPPH ini adalah adanya perubahan intensitas warna ungu DPPH yang

sebanding dengan konsentrasi larutan DPPH tersebut. Radikal bebas DPPH yang

memiliki elektron tidak berpasangan akan memberikan warna ungu. Warna akan

berubah menjadi kuning saat elektronnya berpasangan. Perubahan intensitas

warna ungu ini terjadi karena adanya peredaman radikal bebas yang dihasilkan

oleh bereaksinya molekul DPPH dengan atom hidrogen yang dilepaskan oleh

molekul senyawa sampel sehingga terbentuk senyawa Difenil pikril hidrazin dan

menyebabkan terjadinya peluruhan warna DPPH dari ungu ke kuning. Perubahan

warna ini akan memberikan perubahan absorbansi pada panjang gelombang

maksimum DPPH menggunakan spektrofotometri UV-Vis sehingga akan

diketahui nilai aktivitas peredaman radikal bebas yang dinyatakan dengan

nilai IC50 (Inhibitory concentration) (Molyneux, 2004).

Nilai IC50 didefinisikan sebagai besarnya konsentrasi senyawa uji yang

dapat meredam radikal bebas sebanyak 50%. Semakin kecil nilai IC50 maka

aktivitas peredaman radikal bebas semakin tinggi (Molyneux, 2004). Nilai AAI

(Antioxidant activity index) ditentukan untuk menggolongkan sifat antioksidan

ekstrak sebagaimana yang dilakukan oleh Scherer dan Godoy (2009). Nilai AAI

diperoleh dengan membandingkan konsentrasi DPPH yang digunakan dalam uji

dengan nilai IC50 yang diperoleh.Pengujian aktivitas antioksidan secara kuantitatif

ekstrak air, ekstrak etanol 70%, beserta kontrol positif vitamin C dilakukan

dengan berbagai seri konsentrasi menggunakan metode DPPH yang selanjutnya

absorbansinya diukur menggunakan spektrofotometri UV-Vis.

Pengukuran absorbansi ekstrak dengan DPPH menggunakan

spektrofotometer UV-Vis sebelumnya dilakukan penentuan panjang gelombang

maksimum DPPH. Panjang gelombang maksimum DPPH yang digunakan berada

pada panjang gelombang 515,5 nm (Lampiran 9). Panjang gelombang maksimum

ini memberikan serapan paling maksimal dari larutan uji dan memberikan

Page 53: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA - …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29363/1/ERWIN... · dengan vitamin C. sebagai kontrol positif. Hasil uji . aktivitas antioksidan

37

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

kepekaan paling besar. Selanjutnya, besarnya aktivitas antioksidan dari ekstrak

dan kontrol positif yang digunakan diukur pada panjang gelombang maksimum.

Hasil uji aktivitas antioksidan yang diperoleh dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 4.3. Hasil Uji Aktivitas Antioksidan Ekstrak Etanol 70% Kulit Batang

Lannea coromandelica

Konsentrasi

(ppm)

Absorbansi

Rata-rata

% Inhibisi

(%)

IC50 AAI

5 0,2950 23,3766 7,1122 ppm 5,5679

(>2 atau

sangat kuat) 10 0,1786 53,6104

15 0,1170 69,6103

20 0,0720 81,2987

25 0,0313 91,8701

Tabel 4.4. Hasil Uji Aktivitas Antioksidan Ekstrak Air Kulit Batang Lannea

coromandelica

Konsentrasi

(%)

Absorbansi

Rata-rata

% Inhibisi

(%)

IC50 AAI

0,03 0,3493 37,5134 0,0594 % 0,0667

(<0,5 atau

lemah) 0,05 0,3080 44,9016

0,12 0,1187 78,7656

0,15 0,0690 87,6565

Tabel 4.5. Hasil Uji Aktivitas Antioksidan Vitamin C

Konsentrasi

(ppm)

Absorbansi

Rata-rata

% Inhibisi

(%)

IC50 AAI

2 0,5237 40,0801 4,1141 ppm 9,6254

(>2 atau

sangat kuat) 4 0,4273 51,1098

6 0,3747 57,1281

8 0,2923 66,5561

10 0,1670 80,8924

Pengujian aktivitas antioksidan yang dilakukan terhadap ekstrak etanol

70% diperoleh nilai IC50 7,1122 ppm dengan nilai AAI 5,5679. Ekstrak air

memiliki nilai IC50 0,0594% dengan nilai AAI 0,0667. Vitamin C sebagai kontrol

positif memiliki nilai IC50 4,1141 ppm dengan nilai AAI 9,6254. Nilai AAI

menggambarkan aktivitas antioksidan. Nilai AAI yang kurang dari 0,5

Page 54: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA - …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29363/1/ERWIN... · dengan vitamin C. sebagai kontrol positif. Hasil uji . aktivitas antioksidan

38

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

y = 2,5294x + 29,834 R² = 0,9902

0

20

40

60

80

100

5 10 15 20 25 30

% In

hib

isi

Konsenrasi (ppm)

Hubungan Konsentrasi dan % Inhibisi Ekstrak Etanol 70% Kulit Batang Lannea coromandelica

menandakan antioksidan lemah, nilai AAI diantara 0,5 sampai 1 menandakan

antioksidan sedang, nilai AAI diantara 1 sampai 2 menandakan antioksidan kuat,

dan nilai AAI lebih dari 2 menandakan antioksidan yang sangat kuat (Vasic,

Stefanovic, Licina, Radojevic & Comic, 2012). Berdasarkan penggolongan

tersebut, ekstrak etanol 70% memiliki aktivitas antioksidan yang sangat kuat,

sedangkan ekstrak air memiliki aktivitas antioksidan yang lemah. Vitamin C

sebagai kontrol positif juga memiliki aktivitas antioksidan yang sangat kuat.

Berdasarkan analisis stastistik menggunakan program IBM SPSS 22 One Way

Anova, besarnya antioksidan ekstrak etanol 70% berbeda secara bermakna dengan

besarnya aktivitas antioksidan vitamin C. Perbedaan bermakna ini diartikan

bahwa ekstrak etanol 70% memiliki aktivitas antioksidan lebih lemah

dibandingkan vitamin C.

Vitamin C merupakan antikosidan yang bekerja sebagai oxygen

scavengers, yaitu mengikat oksigen sehingga tidak mendukung reaksi oksidasi.

Dalam hal ini, vitamin C akan mengadakan reaksi dengan oksigen yang berada

dalam sistem sehingga jumlah oksigen akan berkurang. Selain vitamin C, senyawa

yang bekerja sebagai oxygen scavengers diantaranya askorbilpalminat, asam

eritorbat, dan sulfit (Gordon, 1990).

Peningkatan konsentrasi senyawa mempengaruhi aktivitas antioksidannya.

Kurva hubungan konsentrasi ekstrak terhadap persen inhibisi sebagai persen

penghambatan radikal bebas DPPH dari ekstrak etanol 70%, ekstrak air, dan

kontrol positif vitamin C dapat dilihat pada gambar berikut.

Gambar 4.1. Kurva Hubungan Konsentrasi dan % Inhibisi Ekstrak Etanol 70%

Kulit Batang Lannea coromandelica

Page 55: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA - …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29363/1/ERWIN... · dengan vitamin C. sebagai kontrol positif. Hasil uji . aktivitas antioksidan

39

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

y = 433,86x + 24,247 R² = 0,9946

0

20

40

60

80

100

0 0,05 0,1 0,15 0,2

% In

hib

isi

Konsentrasi (%)

Hubungan Konsentrasi dan % Inhibisi Ekstrak Air Kulit Batang Lannea coromandelica

Gambar 4.2. Kurva Hubungan Konsentrasi dan % Inhibisi Ekstrak Air Kulit Batang

Lannea coromandelica

Gambar 4.3. Kurva Hubungan Konsentrasi dan % Inhibisi Vitamin C

Kurva di atas diperoleh dengan menggunakan regresi linier pada aplikasi

pengolah data microsoft excel 2010. Koefisien y pada persamaan linier bernilai

50 merupakan koefisien IC50, sedangkan koefisien x pada persamaan linier ini

merupakan konsentrasi ekstrak yang akan dicari nilainya, dimana x yang

diperoleh merupakan besarnya konsentrasi yang diperlukan untuk dapat

meredam 50% aktivitas radikal DPPH. Nilai R2 menggambarkan linieritas

konsentrasi terhadap % inhibisi. Nilai R2 yang mendekati +1 (bernilai positif)

menandakan bahwa dengan semakin meningkatnya konsentrasi ekstrak, semakin

meningkat pula aktivitas antioksidannya. Hal ini berkaitan dengan jumlah

senyawa metabolit sekunder yang terlarut di dalam ekstrak dan memiliki aktivitas

antioksidan.

y = 4,8535x + 30,032 R² = 0,9816

0

20

40

60

80

100

0 2 4 6 8 10 12

% In

hib

isi

Konsentrasi (ppm)

Hubungan Konsentrasi dan % Inhibisi Vitamin C

Page 56: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA - …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29363/1/ERWIN... · dengan vitamin C. sebagai kontrol positif. Hasil uji . aktivitas antioksidan

40

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Aktivitas antioksidan dari ekstrak etanol yang tergolong sangat kuat

berhubungan dengan kandungan metabolit sekunder yang dikandungnya.

Flavonoid merupakan antioksidan eksogen yang mengandung gugus fenolik dan

telah dibuktikan bermanfaat dalam mencegah kerusakan sel akibat stres oksidatif.

Mekanisme kerja dari flavonoid sebagai antioksidan dapat secara langsung

maupun secara tidak langsung. Flavonoid sebagai antioksidan secara langsung

adalah dengan mendonorkan ion hidrogen sehingga dapat menstabilkan radikal

bebas yang reaktif (Saija, et al., 1995; Arora, et al.,1998) dan bertindak sebagai

scavenger/penangkal radikal bebas secara langsung (Arora, et al.,1998; Nijveldt,

et al., 2001). Flavonoid sebagai antioksidan secara tidak langsung bekerja di

dalam tubuh dengan meningkatkan ekspresi gen antioksidan endogen melalui

beberapa mekanisme seperti peningkatan ekspresi gen antioksidan melalui

aktivasi nuclear factor eryhtrid 2 related factor 2 (Nrf2) sehingga terjadi

peningkatan gen yang berperan dalam sintesis enzim antioksidan endogen seperti

SOD (superoxide dismutase) (Sumardika, Jawi, 2012).

Selain itu, Sahidi (1997) mengatakan bahwa komponen fenol dari tanaman

merupakan konstituen yang berperan aktif sebagai antioksidan. Antioksidan

senyawa fenolik dapat menghentikan atau menghambat tahapan inisiasi dengan

cara bereaksi dengan radikal asam lemak atau menghambat propagasi dengan cara

bereaksi dengan radikal peroksi atau radikal alkoksi. Oleh karena itu, semakin

tinggi kandungan senyawa fenolik dalam ekstrak seperti tanin, antosianin, dan

asam-asam fenolat akan memberikan efek penghambatan peroksida lebih besar.

4.8 Uji Toksisitas BSLT Ekstrak Etanol 70% dan Ekstrak Air Kulit

Batang Kayu Jawa (Lannea coromandelica)

Uji toksisitas dengan metode BSLT merupakan uji toksisitas akut dimana

efek toksik dari suatu senyawa ditentukan dalam waktu singkat, yaitu rentang

waktu selama 24 jam setelah pemberian dosis uji (Meyer, 1982). Metode BSLT

dipilih karena merupakan salah satu metode bioaktivitas yang mudah, cepat,

murah dan akurat. Metode ini sering dimanfaatkan untuk mengetahui toksisitas

bahan alam/ ekstrak tumbuhan serta untuk skrining senyawa antikanker karena

adanya korelasi positif antara metode BSLT dengan uji sitotoksik menggunakan

kultur sel kanker (Carballo, et al., 2002).

Page 57: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA - …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29363/1/ERWIN... · dengan vitamin C. sebagai kontrol positif. Hasil uji . aktivitas antioksidan

41

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Uji toksisitas BSLT dilakukan dengan menentukan nilai LC50 dari

aktivitas komponen aktif tanaman terhadap larva Artemia salina Leach. Suatu

ekstrak dikatakan toksik berdasarkan metode BSLT jika ekstrak dapat

menyebabkan kematian 50% hewan uji pada konsentrasi kurang dari 1000 ppm

(Meyer, 1982).

Pengujian toksisitas terhadap ekstrak etanol 70% dan ekstrak air dilakukan

sebanyak 3 kali (triplo). Data mortalitas larva yang diperoleh diolah dengan

analisis probit yang dirumuskan oleh Finney (1971) untuk menentukan nilai

LC50 pada derajat kepercayaan hingga 95%. Hasil uji toksisitas ekstrak etanol

70% dan ekstrak air kulit batang Lannea coromandelica dapat dilihat pada tabel

dan gambar berikut.

Tabel 4.6. Hasil Uji Toksisitas BSLT Ekstrak Etanol 70% Kulit Batang Kayu

Jawa (Lannea coromandelica)

Konsentrasi

(ppm) Log C

Banyaknya

Larva

Hidup

(Awal)

Total

Larva

Mati

Persen

Kematian

Larva

(%)

Probit LC50

(x) 1 2 3 (y)

0 (kontrol) - 10 10 10 0 - -

23,774 ppm

(<1000 ppm

atau toksik)

1 0 10 10 10 3 10 3,7184

10 1 10 10 10 7 23,3 4,2710

100 2 10 10 10 23 76,7 5,7200

500 2,699 10 10 10 28 93,3 6,4985

Page 58: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA - …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29363/1/ERWIN... · dengan vitamin C. sebagai kontrol positif. Hasil uji . aktivitas antioksidan

42

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Gambar 4.4. Kurva Hubungan Log Konsentrasi Ekstrak Etanol 70% dengan Probit

Tabel 4.7. Uji Toksisitas BSLT Ekstrak Air Kulit Batang Kayu Jawa (Lannea

coromandelica)

y = 1,0707x + 3,5266 R² = 0,969

0

1

2

3

4

5

6

7

0 0,5 1 1,5 2 2,5 3

Pro

bit

Log C

Hubungan Log C Ekstrak Etanol 70% dengan Probit

Konsentrasi

(%) Log C

Banyaknya

Larva Hidup

(Awal)

Total

Larva

Mati

Persen

Kematian

Larva

(%)

Probit LC50

(x) 1 2 3 (y)

0 (kontrol) - 10 10 10 0 - - 0,3171 %

atau 3.171

ppm

(>1000 ppm

atau tidak

toksik)

0,15 -0.824 10 10 10 9 30 4,4756

0,3 -0,523 10 10 10 13 43,3 4,8313

0,5 -0,310 10 10 10 18 60 5,2533

1 0 10 10 10 26

86,7 6,1123

Page 59: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA - …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29363/1/ERWIN... · dengan vitamin C. sebagai kontrol positif. Hasil uji . aktivitas antioksidan

43

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Gambar 4.5. Kurva Hubungan Log Konsentrasi Ekstrak Air dengan Probit

Uji toksisitas yang dilakukan terhadap ekstrak etanol 70% kulit batang

Lannea coromandelica menunjukkan nilai LC50 sebesar 23,774 ppm. Hal ini

menunjukkan bahwa ekstrak etanol 70% memiliki potensi toksisitas akut menurut

metode BSLT dan dapat dikembangkan sebagai antikanker. Pengujian toksisitas

terhadap ekstrak air diperoleh nilai LC50 0,3171 % atau setara dengan 3.171 ppm

sehingga disimpulkan ekstrak air ini tidak memiliki potensi toksisitas akut dalam

pengujian toksisitas yang dilakukan.

Potensi toksisitas akut yang dimiliki ekstrak etanol 70% dipengaruhi oleh

kandungan metabolit sekunder yang dimiliki ekstrak tersebut. Adanya flavonoid

ekstrak dalam lingkungan sel, menyebabkan gugus OH- pada flavonoid berikatan

dengan protein integral membran sel. Hal ini menyebabkan terbendungnya

transport aktif Na+ - K+. Transpor aktif yang berhenti menyebabkan pemasukan

ion Na+ yang tidak terkendali ke dalam sel, hal ini menyebabkan pecahnya

membran sel (Scheuer, 1994). Pecahnya membran sel inilah yang menyebabkan

kematian larva Artemia salina.

y = 1,989x + 5,9921 R² = 0,9605

0

1

2

3

4

5

6

7

-1 -0,8 -0,6 -0,4 -0,2 0

Pro

bit

Log C

Hubungan Log C Ekstrak Air dengan Probit

Page 60: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA - …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29363/1/ERWIN... · dengan vitamin C. sebagai kontrol positif. Hasil uji . aktivitas antioksidan

44

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Selain flavonoid, ada beberapa senyawa metabolit sekunder yang terdapat

dalam ekstrak etanol 70%. Senyawa-senyawa metabolit sekunder tersebut antara

lain adalah saponin dan glikosida. Senyawa-senyawa tersebut dapat bertindak

sebagai stomach poisoning atau racun perut. Oleh karena itu, ketika senyawa-

senyawa ini masuk ke dalam tubuh larva, alat pencernaan larva akan terganggu.

Selain itu, senyawa ini menghambat reseptor perasa pada daerah mulut larva. Hal

ini mengakibatkan larva gagal mendapatkan stimulus rasa sehingga tidak mampu

mengenali makanannya. Akibatnya, larva mati kelaparan (Rita, Suirta, Sabikin,

2008; Nguyen, Widodo, Momordica, 1999)

Di dalam tubuh manusia, flavonoid dan glikosida dapat memacu apoptosis

sel. Flavonoid dapat memacu apoptosis melalui beberapa mekanisme antara lain

penghambatan aktivitas DNA topoisomerase I/II, penurunan ekspresi gen Bcl-2

dan Bcl-XL, serta peningkatkan ekspresi gen Bax dan Bak (Ren, et al., 2003).

Page 61: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA - …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29363/1/ERWIN... · dengan vitamin C. sebagai kontrol positif. Hasil uji . aktivitas antioksidan

45

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

BAB 5

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

1. Pengujian antioksidan dengan metode DPPH menunjukkan bahwa

ekstrak dari hasil maserasi etanol 70% kulit batang kayu jawa (Lannea

coromandelica) dan kontrol positif vitamin C memiliki aktivitas

antioksidan yang sangat kuat (AAI >2) dengan nilai AAI masing-

masing 5,5679 dan 9,6254 sedangkan ekstrak air dari hasil dekokta

kulit batang kayu jawa (Lannea coromandelica) memiliki aktivitas

antioksidan yang lemah (AAI <0,5) dengan nilai AAI 0,0667.

2. Pengujian antioksidan dengan metode BSLT menunjukkan bahwa

ekstrak dari hasil maserasi etanol 70% kulit batang kayu jawa (Lannea

coromandelica) memiliki aktivitas toksik (LC50 <1000 ppm) dengan

LC50 23,774 ppm sedangkan ekstrak air dari hasil dekokta kulit batang

kayu jawa (Lannea coromandelica) tidak menunjukkan aktivitas toksik

(LC50 >1000 ppm) dengan LC50 3.171 ppm.

5.2 Saran

Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut tentang isolasi senyawa-senyawa

yang memiliki aktivitas antioksidan dari kulit batang kayu jawa. Selain itu, perlu

dilakukan juga penelitian lebih lanjut tentang toksisitas kronik dan aktivitas

antikanker dari kulit batang kayu jawa (Lannea coromandelica).

45

Page 62: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA - …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29363/1/ERWIN... · dengan vitamin C. sebagai kontrol positif. Hasil uji . aktivitas antioksidan

46

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

DAFTAR PUSTAKA

Alam Badrul, Hossain Sarowar, Habib Razibul, Rea Julia, dan Islam Anwarul.

2012. Antioxidant and Analgesic Activities of Lannea coromandelica Linn.

Bark Extract. International Journal of Pharmacology 8 (4): 224-233. ISSN

1811-7775. Bangladesh

Asni, A & Dewi, Y. 2010. Etnofarmakologi Tumbuhan Obat Pada Etnis Bugis

Untuk Pengobatan Gangguan Saluran Cerna Dan Identifikasi

Farmakognostiknya. Prosiding Seminar Nasional “Eight Star Performance

Pharmacist”. Yogyakarta.

Anderson, J.E. 1991. A Blind Comparison Of Simple Bench Top Bioassay And

Human Tumor Cell Cytotoxities As Antitumor Prescreens Natural Product

Chemistry. Phytochemical Analysis 2: 107-111.

Arora, A., M.G. Nair, and G.M. Strasburg. 1998. Structure – activity relationships

for antioxidant activities of a series of flavonoids in a liposomal system.

Free Radic. Biol.& Med. 24(9): 1355-1363

Badan POM RI. Acuan Sediaan Herbal. 2010.

Beck, W.T., Mo, Y.Y., dan Bhat, U.G., 2001, Cytotoxic signalling by inhibitor of

DNA topoisomerase II. Biochemical Society, 29(6), 702–70

Bimakr Mandana, et al. 2011. Comparison of Different Extraction Methods for

the Extraction of Major Bioactive flavonoid Compounds from Spearmint

(Mentha spicata L.) leaves. Food and Bioproducts Processing 89 : 67-72

Elsevier Journal.

Dachriyanus. 2004.Analisis Struktur Senyawa Organik Secara Spektrofotometri.

Padang. CV. Trianda Anugrah Pratama.

Daintith, John. 1994. A Concise Dictionary of Chemistry Oxford. Oxford

University Press.

Day R.A.&Underwood. 1980. Analisa Kimia Kuantitatif. Erlangga, Jakarta.

Depkes RI. 1995. Materia Medika Indonesia Jilid VI. Jakarta.

Depkes RI. 1995. Farmakope Indonesia Jilid IV. Jakarta.

Direktorat Jenderal Pengawasan Obat dan Makanan. 2000. Parameter Standar

Umum Ekstrak Tumbuhan Obat. Departemen Kesehatan Republik

Indonesia. Jakarta.

E. Kubicka, L Jçdrychowski and R. Amarowicz. 1999. Effect of Phenolic

Compounds Extracted From Sunflower Seeds on Native Lipoxygenase

Activity.

Farnworth, N. R. 1966. Biological and Phytochemical Screening of Plants.

Journal of Pharmaceutical Sciences.

Page 63: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA - …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29363/1/ERWIN... · dengan vitamin C. sebagai kontrol positif. Hasil uji . aktivitas antioksidan

47

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Finney, D.J. 1971. Probit Analysis, 3rd edition. Cambridge University Press,

Cambridge, UK. ISBN 0-521-08041-X.

Gandjar &Rohman. 2007. Kimia Farmasi Analisis. Pustaka Pelajar. Yogyakarta

Gritter Roy J., James M. Bobbit, Arthur E. S., 1991. Pengantar Kromatografi.

Penerbit ITB. Bandung.

Harborne, J.B. 1987.Metode Fitokimia: Penuntun Cara modern Menganalisis

Tumbuhan.Penerjemah: Kosasih P, Soediro Iwang. Bandung. Penerbit

ITB. Hal: 6-17.

Hernani & M. Raharjo. 2005. Tanaman Berkhaisat Antioksidan. Jakarta. Penerbit

Swadaya.

Hiroe Kikuzaki, Masashi Hisamoto, Kanae Hirose,Kayo Akiyama& Hisaji

Taniguchi. 2002. Antioxidant Properties of Ferulic Acid and Its Related

Compounds. Journal of Agric. Food Chem.

Isnindar, Wahyuono, S., & Setyowati, E. P. 2011. Isolasi dan Identifikasi

Senyawa Antioksidan Daun Kesemek (Diospyros kaki Thunb.) dengan

Metode DPPH (2,2-Difenil-1-pikrihidrazil). Majalah Obat Tradisional.

16(3), 157-164.

Ivanišová,et al. 2013. Antioxidant Activity of Selected Plant Products. Journal of

Microbiology, Biotechnology, and Food Sciences.

Joseph Stalin D, D. Thomas Babu, S. Senthil Kumar. 2013. A Study on the

Antioxidant and Free Radical Scavenging Property of Lannea

coromandelica Bark Extract. International Journal Of Universal Pharmacy

And Life Sciences.

Kuncahyo, I. & Sunardi. 2007. Uji Aktivitas Antioksidan Ekstrak Belimbing

Wuluh (Averrhoa bilimbi, L.) terhadap 1,1-diphenyl-2-Picrylhidrazil

(DPPH). Seminar Nasional Teknologi. ISSN: 1978-9777.

Kuntorini,E. M. & Astuti, M. D. 2010. Penentuan Aktivitas Antioksidan Ekstrak

Etanol Bulbus Bawang Dayak (Eleutherine Americana Merr.). Jurnal

Sains dan Terapan Kimia.

Langseth Lilian. 1995. Oxidants, Antioxidants, and Diseaseprevention.

Mandal, P. & Ghasal, M.. 2012. Phytochemical Screening and Antioxidant

Activities of Two Selected ‘Bihi’ Fruits Used as Vegetables in Darjeeling

Himalaya. International Journal of Pharmacy and Pharmaceutical

Sciences. ISSN: 0975-1491.

Manik, M.A. Wahid, S.M.A. Islam, A. Pal, K.T. Ahmed. 2013. A Comparative

Study of the Antioxidant, Antimicrobial and Thrombolytic Activity of the

Bark and Leaves of lannea coromandelica (Anacardiaceae). International

Page 64: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA - …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29363/1/ERWIN... · dengan vitamin C. sebagai kontrol positif. Hasil uji . aktivitas antioksidan

48

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Journal of Pharmaceutical Sciences and Research. Vol. 4(7): 2609-2614.

E-ISSN: 0975-8232; P-ISSN: 2320-5148.

Maulida, Dewi & Naufal, Zulkarnaen. 2010. Ekstraksi Antioksidan (Likopen) dari

Buah Tomat dengan Menggunakan Sovent Campuran, n-Heksana, Aseton

dan Etanol. Universitas Diponegoro. Semarang

Meyer B. N., et al. 1982. Brine Shrimp: A Convenient General Bioassay For

Active Plant Constituents. Journal of Medical Plant Research Vol. 45.

Molyneux, P. 2004. The Use of the Stable Free Radical Diphenylpicryl Hydrazyl

(DPPH) for Estimating Antioxidant Activity. SongklanakarinJournal

Science and Technology.

Musfiroh & Syarief. 2012. Uji Aktivitas Peredaman Radikal Bebas Nanopartikel

Emas dengan Berbagai Konsentrasi sebagai Material Antiaging dalam

Kosmetik. UNESA Journal of Chemistry Vol. 1 (2).

Nurjanah, Izzati, Abdullah. 2011. Aktivitas Antioksidan dan Komponen Bioaktif

Kerang Pisau (Solen sp.). Jurnal Ilmu Kelautan Vol 16 (3): 119-124. ISSN

0853-7291.

Prakash, A. 2011. Antioxidant activity. Medallion Laboratories: Analytical

Progress Vol 19 (2).

Prasad, MR. Rajendra & Mani, T. Tamiz. 2014. Phytochemical Evaluation and

Biological Studies on the Bark of odina wodier roxb. International Journal

Of Pharmaceutical And Chemical Sciences. India.

Rahayu, Sunarti , S. Diah, P. Suhardjono. 2006. Pemanfaatan Tumbuhan Obat

secara Tradisional oleh Masyarakat Lokal di Pulau Wawonii, Sulawesi

Tenggara. Jurnal Biodiversitas Vol. 7 (3).

Rao V. Srinivasa, Einstein John Wilkin, Das Kuntal. 2014. Hepatoprotective and

Antioxidant Activity of Lannea coromandelica Linn. on Thioacetamide

Induced Hepatotoxicity in Rats. International Letters of Natural Sciences.

Ren, W., Qiao, Z., Wang, H., Zhu, L., Zhang, L., 2003. Flavonoids: Promising

Anticancer Agents. Medicinal Research Reviews, 23 (4), 519–534

Sahidi F., and P.K.J. Warnasundara. 1997. Phenolic antioxidant. Crit Rev J. Food

Sci. Nutrition.

Saifudin, Rahayu, & Teruna. 2011. Standarisasi Bahan Obat Alam. Graha Ilmu:

Yogyakarta.

Saija, A., et al. 1995. Flavonoids as antioxidant agents : importance of their

interaction with biomembranes. Free Radic. Biol. & Med. 19(4): 481-486.

Sastrohamidjojo. 2005. Kimia Organik; Stereokimia, Karbohidrat, Lemak. dan

Protein. Penerbit Gadjah Mada University Press: Yogyakarta.

Page 65: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA - …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29363/1/ERWIN... · dengan vitamin C. sebagai kontrol positif. Hasil uji . aktivitas antioksidan

49

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Scherer R, Godoy HT.2009. Antioxidant activity index (AAI) by the 2,2-diphenyl-

1-picrylhydrazyl method. Food Chemistry:112(3): 654-658.

Scheuer, J. S. 1994. Produk Alami Lautan. IKIP Semarang Press: Semarang.

Shetti, Neelu & Pati, Renuka. 2011. Antioxidants: Its Beneficial Role Against

Health Damaging Free Radical. World Journal of Science and

Technology.

Sumardika & Jawi. 2012. Water Extract of Sweet Potato Leaf Improved Lipid

Profile and Blood SOD Cntent of Rats with High Cholesterol Diet.

Medicina vol. 43:2.

Sunardi. 2005. Uji Mutu Teh Hijau Perdagangan. Jurnal Kimia dan Teknologi.

ISSN 0216-163.

Tiwari, Kumar, Kaur Mandeep, Kaur Gurpreet & Kaur Harleem. 2011.

Phytochemical Screening and Extraction: A Review. Internationale

Pharmaceutica Sciencia vol. 1: issue 1.

Tofazzal, I. Toshiaki, S. Mitsuyoshi, T. Satoshi. 2002. Zoosporicidal Activity of

Polyflavonoid Tannin Identified in Lannea coromandelicaStem Bark

against Phytopathogenic Oomycete Aphanomyces cochlioides. Journal of

Agricultural and Food Chemistry.

Vasic, S. M., Stefanovic, O. D., Licina, B. Z., Radojevic, I. D., & Comic, L. R.

2012. Biological Activities of Extracts from Cultivated Granadilla

passifloraalata. EXCLI Journal. ISSN: 1611-2156.

Venkata s. S. N. Kantamreddi, Y. Nagendra Lakshmi and V. V. V. Satyanarayana

Kasapu. 2010. Preliminary Phytochemical Analysis of Some Important

Indian Plant Species. International Journal of Pharma and Bio Sciences.

Vimala S., Ilham, Adenan Mohd., Rashih, Ahmad Abdull., Rohana, Shahdan.

2003. Nature’s choice to wellness: Antioxidant Vegetables/ Ulam. Forest

Reserach Institut Malaysia.

W.M. Koné, D Soro, B. Dro, K. Yao, K. Kamanz. 2011. Chemical Composition,

Antioxidant, Antimicrobial And Acetylcholinesterase Inhibitory Properties

of Lannea Barteri (Anacardiaceae). Australian Journal of Basic and

Applied Sciences, 5(10): 1516-1523.

Wahid Arif. In Vitro Phytochemical and Biological Investigation of Plant Lannea

coromandelica(Family: Anacardiaceae). Thesis to Department of

Pharmacy, East West University. Bangladesh.

Winarsi, Hery. 2007. Antioksidan Alami dan Radikal Bebas. Yogyakarta:

Kanisius. Deresan.

http://indiabiodiversity.org/species/show/230190 (diakses pada tanggal 21 Maret

pukul 08.26 WIB).

Page 66: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA - …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29363/1/ERWIN... · dengan vitamin C. sebagai kontrol positif. Hasil uji . aktivitas antioksidan

50

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Lampiran 1. Alur Kerja Penelitian

Ekstrak kental Ekstrak air

Uji Antioksidan secara kualitatif

menggunakan metode KLT

Uji Toksisitas menggunakan

metode BSLT

Skrining Fitokimia

Uji Antioksidan secara kuantitatif

menggunakan metode DPPH

344 gram dimaserasi dengan menggunakan etanol 70%

5 gram didekokta 5% dengan menggunakan air

Diuapkan

Serbuk Simplisia 688 gram

Sortasi basah, dicuci, dikering

anginkan, sortasi kering,

dihaluskan

Determinasi Tanaman

Penyiapan Simplisia

1,5 kg kulit batang tanaman kayu

jawa (Lannea coromandelica)

Tanaman kayu jawa (Lannea

coromandelica) segar

Analisa data

Page 67: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA - …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29363/1/ERWIN... · dengan vitamin C. sebagai kontrol positif. Hasil uji . aktivitas antioksidan

51

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Lampiran 2. Hasil Determinasi Lannea coromandelica

Lampiran 3. Penapisan Fitokimia Ekstrak Air

Page 68: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA - …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29363/1/ERWIN... · dengan vitamin C. sebagai kontrol positif. Hasil uji . aktivitas antioksidan

52

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

No. Golongan

Senyawa Gambar

Keterangan

(Hasil Uji)

1. Alkaloid

(Dragendorf) (Mayer)

-Tidak terbentuk

endapan kuning

(Mayer)

-Hasil (-) alkaloid

-Tidak terbentuk

endapan merah

(Dragendorf)

-Hasil (-) alkaloid

2. Flavonoid

-Perubahan

intensitas warna

kuning menjadi

tidak berwarna

-Hasil (+)

flavonoid

3, Saponin

-Tebentuk busa

setinggi 1 cm

yang stabil

-Hasil (+)saponin

4. Glikosida

-Terbentuk larutan

berwarna kuning

-Hasil (+)

glikosida

5. Triterpenoid

-Tidak terbentuk

warna kuning

emas

-Hasil (-)

triterpenoid

6. Fenol

-Terbentuk warna

hitam kebiruan

-Hasil (+) fenol

7. Tanin

(Setelah) (Sebelum)

Penambahan larutan FeCl3

0,1 %

-Terbentuk biru

kehitaman

-Hasil (+) tanin

Page 69: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA - …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29363/1/ERWIN... · dengan vitamin C. sebagai kontrol positif. Hasil uji . aktivitas antioksidan

53

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Lampiran 4. Penapisan Fitokimia Ekstrak Etanol 70%

No. Golongan

Senyawa Gambar

Keterangan

(Hasil Uji)

1. Alkaloid

(Dragendorf) (Mayer)

-Tidak terbentuk

endapan kuning

(Mayer)

-Hasil (-) alkaloid

-Tidak terbentuk

endapan merah

(Dragendorf)

-Hasil (-) alkaloid

2. Flavonoid

-Perubahan

intensitas warna

kuning menjadi

tidak berwarna

-Hasil (+)

flavonoid

3, Saponin

-Tebentuk busa

setinggi 1 cm

yang stabil

-Hasil (+)saponin

4. Glikosida

-Terbentuk larutan

berwarna kuning

-Hasil (+)

glikosida

5. Triterpenoid

-Terbentuk warna

kuning emas

-Hasil (-)

triterpenoid

6. Fenol

-Terbentuk warna

hitam kebiruan

-Hasil (+) fenol

7. Tanin

(Sebelum) (Setelah)

Penambahan larutan FeCl3

0,1 %

-Terbentuk biru

kehitaman

-Hasil (+) tanin

Page 70: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA - …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29363/1/ERWIN... · dengan vitamin C. sebagai kontrol positif. Hasil uji . aktivitas antioksidan

54

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Lampiran 5. Perhitungan Rendemen Ekstrak Etanol 70%

Lampiran 6. Perhitungan Residu Pelarut Etanol pada Ekstrak Etanol 70%

Penimbangan 1 2 3

Bobot piknometer + ekstrak (gram) 40,962 41,108 40,991

Bobot piknometer kosong (gram) 15,922

Bobot piknometer + aquades (gram) 40,839

Bobot Jenis 1,0049 1,0107 1,0061

Bobot Jenis Rata-rata 1,0072

Bobot jenis yang diperoleh disetarakan dengan kadar etanol pada tabel bobot jenis dan kadar etanol pada Farmakope Indonesia edisi III, sehingga diperoleh kesetaraan sama dengan 0%.

Lampiran 7. Perhitungan Kadar Abu Total Ekstrak Etanol 70%

% Kadar abu = Bobot abu akhir – Bobot krus tanpa tutup x 100% Bobot ekstrak

Penimbangan 1 2 3

Bobot krus tanpa tutup (gram) 24,894 25,618 29,774

Bobot ekstrak (gram) 2,061 2,032 2,070

Bobot abu akhir (gram) 25,188 25,913 30,079

Persen Kadar Abu Total (%) 14,265 14,517 14,734

Persen Kadar Abu Total

Rata-rata 14,505 %

Page 71: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA - …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29363/1/ERWIN... · dengan vitamin C. sebagai kontrol positif. Hasil uji . aktivitas antioksidan

55

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

E. Etanol E. Air

E. Etanol E. Air E. Etanol E. Air

E. Etanol E. Air

Lampiran 8. Hasil KLT Uji Aktivitas Antioksidan Secara Kualitatif

Eluen etanol, etil asetat, dan kloroform dengan perbandingan 2:1:1

Setelah disemprot dengan DPPH

Setelah disemprot dengan DPPH

Recolor dengan saturasi 0%

Page 72: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA - …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29363/1/ERWIN... · dengan vitamin C. sebagai kontrol positif. Hasil uji . aktivitas antioksidan

56

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Lampiran 9. Perhitungan dalam Uji Antioksidan

1. Pembuatan larutan DPPH (0,1 mM)

- Banyaknya DPPH yang ditimbang :

X = 1,98 mg

- Jadi, ditimbang 1,98 mg DPPH dan dilarutkan dengan metanol p.a serta

dicukupkan volumenya hingga 50 mL.

2. Pembuatan larutan induk ekstrak etanol 70% 1000 ppm

- Konsentrasi 1 ppm setara dengan 1 µg/mL, sehingga untuk membuat konsentrasi

1000 ppm dapat dilakukan dengan menimbang 50 mg ekstrak dan dicukupkan

dengan metanol p.a hingga 50 mL.

3. Contoh perhitungan pembuatan larutan uji dan kontrol positif

- Pembuatan larutan uji ekstrak etanol 70% konsentrasi 20 ppm dari larutan induk

1000 ppm menggunakan labu ukur 10 mL

N1 x V1 = N2 x V2

10000 ppm x V1 = 20 ppm x 10 mL

V1 = 0,2 mL atau 200 µL (jumlah yang dipipet dari larutan

induk), kemudian dicukupkan dengan metanol p.a hingga 10 mL pada labu ukur.

Page 73: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA - …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29363/1/ERWIN... · dengan vitamin C. sebagai kontrol positif. Hasil uji . aktivitas antioksidan

57

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

- Pembuatan larutan uji ekstrak air konsentrasi 0,15% dari larutan induk 5%

menggunakan labu ukur 10 mL

N1 x V1 = N2 x V2

5% x V1 = 0,15% x 10 mL

V1 = 0,3 mL atau 300 µL (jumlah yang dipipet dari larutan induk)

Kemudian dicukupkan dengan metanol p.a hingga 10 mL pada labu ukur.

4. Perhitungan % inhibisi

- Contoh perhitungan % inhibisi pada absorbansi rata-rata konsentrasi 0,05%

ekstrak air sebesar 0,2913 dengan absorbansi blangko (DPPH) sebesar 0,523.

5. Perhitungan IC50

- Contoh perhitungan IC50 pada ekstrak etanol 70%

Sebelumnya, konsentrasi (x) dan % inhibisi (y) dari ekstrak etanol 70% dibuat

persamaan regresi linearnya menggunakan aplikasi pengolah data microsoft excel

2010 hingga diperoleh persamaan y = 2,3797x + 33,075. Dari persamaan ini

dihitunglah nilai IC50 nya.

y = 2,3797x + 33,075

50 = 2,3797x + 33,075

x = 7,1122 ppm

Jadi, nilai IC50 dari ekstrak etanol 70% adalah 7,1122 ppm

Page 74: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA - …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29363/1/ERWIN... · dengan vitamin C. sebagai kontrol positif. Hasil uji . aktivitas antioksidan

58

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

6. Perhitungan nilai AAI (Antioxidant Activity Index)

- Contoh perhitungan nilai AAI dari kontrol positif vitamin C

Konsentrasi DPPH yang digunakan adalah 1,98 mg/50 mL = 39,6 ppm serta nilai

IC50 vitamin C yang diperoleh sebesar .

Jadi, nilai AAI dari vitamin C adalah 9,6254 dan tergolong sangat kuat.

Page 75: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA - …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29363/1/ERWIN... · dengan vitamin C. sebagai kontrol positif. Hasil uji . aktivitas antioksidan

59

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Lampiran 10. Perhitungan dalam Uji Toksisitas BSLT

1. Perhitungan pembuatan larutan uji

- Contoh pembuatan larutan uji ekstrak etanol 70% konsentrasi 100 ppm dari

larutan induk 1000 ppm menggunakan tabung reaksi 10 mL

N1 x V1 = N2 x V2

1000 ppm x V1 = 100 ppm x 10 mL

V1 = 1 mL atau 1000 µL (jumlah yang dipipet dari larutan

induk), kemudian dicukupkan dengan aquades hingga 10 mL (telah ditakar

sebelumnya) pada tabung reaksi yang telah berisi 10 ekor larva Artemia salina.

- Contoh pembuatan larutan uji ekstrak air konsentrasi 1% dari larutan induk 5%

menggunakan tabung reaksi 10 mL

N1 x V1 = N2 x V2

5% x V1 = 1% x 10 mL

V1 = 2 mL atau 2000 µL (jumlah yang dipipet dari larutan induk),

kemudian dicukupkan dengan aquades hingga 10 mL (telah ditakar sebelumnya)

pada tabung reaksi yang telah berisi 10 ekor larva Artemia salina.

2. Perhitungan % kematian larva

- Contoh perhitungan % kematian larva pada ekstrak etanol 70% konsentrasi 10

ppm dimana diperoleh larva yang mati setelah 24 jam sebanyak 7 ekor dari

jumlah larva uji sebanyak 30 ekor.

Page 76: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA - …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29363/1/ERWIN... · dengan vitamin C. sebagai kontrol positif. Hasil uji . aktivitas antioksidan

60

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

3. Pencarian nilai probit pada tabel probit

- Contoh pencarian nilai probit dari % kematian larva 23,3% pada tabel probit.

4. Perhitungan nilai LC50

- Contoh perhitungan LC50 pada ekstrak etanol 70%

Sebelumnya, log konsentrasi (x) dan probit (y) dari ekstrak etanol 70% dibuat

persamaan regresi linearnya menggunakan aplikasi pengolah data microsoft excel

2010 hingga diperoleh persamaan y = 1,0707x + 3,5266. Dari persamaan ini

dihitunglah nilai LC50 nya.

y = 1,0707x + 3,5266

5 = 1,0707x + 3,5266

x = 1,3761

anti Log 1,3761= 23,774 ppm

Jadi, nilai LC50 dari ekstrak etanol 70% adalah 23,774 ppm dan tergolong toksik.

Page 77: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA - …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29363/1/ERWIN... · dengan vitamin C. sebagai kontrol positif. Hasil uji . aktivitas antioksidan

61

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Lampiran 11. Panjang Gelombang Maksimum DPPH

Page 78: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA - …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29363/1/ERWIN... · dengan vitamin C. sebagai kontrol positif. Hasil uji . aktivitas antioksidan

62

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Lampiran 12. Skema Uji Aktivitas Antioksidan Ekstrak Etanol 70%

menggunakan Metode DPPH

Larutan induk ekstrak etanol 70% (1000 ppm)

(50 mg ekstrak ad metanol p.a hingga 50 mL)

Masing-masing ditambahkan 2 mL DPPH 0,1 mM

Vorteks dan inkubasi 30 menit (tempat gelap)

Absorbansi

Ukur absorbansi pada panjang gelombang 515,5 nm

25 ppm

200 µL

Ad metanol

p.a hingga

10 mL

250 µL

Ad metanol

p.a hingga

10 mL

100 µL Ad metanol

p.a hingga

10 mL

150 µL

Ad metanol

p.a hingga

10 mL

20 ppm 15 ppm 10 ppm

% Inhibisi

IC50

AAI

Analisa data

50 µL

Ad metanol

p.a hingga

10 mL

5 ppm

Page 79: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA - …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29363/1/ERWIN... · dengan vitamin C. sebagai kontrol positif. Hasil uji . aktivitas antioksidan

63

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Lampiran 13. Skema Uji Aktivitas Antioksidan Ekstrak Air menggunakan

Metode DPPH

Larutan induk ekstrak air 5%

(dekokta 5 gram simplisia dalam 100 mL aquades)

Masing-masing ditambahkan 2 mL DPPH 0,1 mM

Vorteks dan inkubasi 30 menit (tempat gelap)

Absorbansi

Ukur absorbansi pada panjang gelombang 515,5 nm

0,15 %

240 µL

Ad metanol p.a

hingga 10 mL

300 µL

Ad metanol p.a

hingga 10 mL

60 µL Ad metanol

p.a hingga 10

mL

100 µL

Ad metanol p.a

hingga 10 mL

0,12 % 0,05 % 0,03 %

% Inhibisi

IC50

AAI

Analisa data

Page 80: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA - …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29363/1/ERWIN... · dengan vitamin C. sebagai kontrol positif. Hasil uji . aktivitas antioksidan

64

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Lampiran 14. Skema Uji Aktivitas Antioksidan Kontrol Positif Vitamin C

menggunakan Metode DPPH

Larutan induk vitamin C (1000 ppm)

(50 mg serbuk vitamin C ad metanol p.a hingga 50 mL)

Masing-masing ditambahkan 2 mL DPPH 0,1 mM

Vorteks dan inkubasi 30 menit (tempat gelap)

Absorbansi

Ukur absorbansi pada panjang gelombang 515,5 nm

% Inhibisi

IC50

AAI

Analisa data

2 ppm 4 ppm 6 ppm 8 ppm 10 ppm

20 µL Ad metanol

p.a hingga

10 mL

40 µL Ad metanol

p.a hingga

10 mL

60 µL

Ad metanol

p.a hingga

10 mL

80 µL

Ad metanol

p.a hingga

10 mL

100 µL

Ad metanol

p.a hingga

10 mL

Page 81: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA - …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29363/1/ERWIN... · dengan vitamin C. sebagai kontrol positif. Hasil uji . aktivitas antioksidan

65

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Lampiran 15. Skema Uji Toksisitas Ekstrak Etanol 70% menggunakan

Metode BSLT

- Kontrol hanya terdiri dari 10 ekor larva dan aquades hingga 10 mL A. salina

- Setiap konsentrasi dilakukan pengujian sebanyak 3 kali (triplikat)

100 µL

Ad aquades

hingga 10 mL

Larutan induk ekstrak etanol 70% (1000 ppm)

(50 mg ekstrak ad metanol p.a hingga 50 mL)

Inkubasi di bawah lampu selama 24 jam

Hitung larva yang mati

500 ppm

+10 ekor larva

+1000 µL

Ad aquades

hingga 10 mL

+10 ekor larva

+500 µL

Ad aquades

hingga 10 mL

+10 ekor larva

+1000 µL

Ad aquades

hingga 10 mL

+10 ekor larva

+100 µL

Ad aquades

hingga 10 mL

100 ppm 10 ppm 1 ppm

Probit

LC50

Analisa data

10 ppm

Page 82: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA - …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29363/1/ERWIN... · dengan vitamin C. sebagai kontrol positif. Hasil uji . aktivitas antioksidan

66

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Lampiran 16. Skema Uji Toksisitas Ekstrak Air menggunakan Metode BSLT

- Kontrol hanya terdiri dari aquades hingga 10 mL dan 10 ekor larva A. salina

- Setiap konsentrasi dilakukan pengujian sebanyak 3 kali (triplikat)

Larutan induk ekstrak air 5%

(dekokta 5 gram simplisia dalam 100 mL aquades)

Inkubasi di bawah lampu selama 24 jam

Hitung larva yang mati

1%

+10 ekor larva

+1000 µL

Ad aquades

hingga 10 mL

+10 ekor larva

+2000 µL

Ad aquades

hingga 10 mL

+10 ekor larva

+300 µL

Ad aquades

hingga 10 mL

+10 ekor larva

+600 µL

Ad aquades

hingga 10 mL

0,5% 0,3% 0,15%

Probit

LC50

Analisa data

Page 83: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA - …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29363/1/ERWIN... · dengan vitamin C. sebagai kontrol positif. Hasil uji . aktivitas antioksidan

67

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Lampiran 17. Data Absorbansi Uji Aktivitas Antioksidan

- Data absorbansi pengujian antioksidan ekstrak etanol 70%

Konsentrasi

(ppm)

Absorbansi pada

Pengulangan ke-

Absorbansi

Rata-rata

% Inhibisi

(%)

1 2 3

5 0,298 0,311 0,276 0,2950 23,3766

10 0,169 0,183 0,184 0,1786 53,6104

15 0,114 0,117 0,120 0,1170 69,6103

20 0,072 0,066 0,078 0,0720 81,2987

25 0,030 0,032 0,032 0,0313 91,8701

- Data absorbansi pengujian antioksidan ekstrak air

Konsentrasi

(%)

Absorbansi pada

Pengulangan ke-

Absorbansi

Rata-rata

% Inhibisi

(%)

1 2 3

0,03 0,352 0,354 0,342 0,3493 37,5134

0,05 0,305 0,318 0,301 0,3080 44,9016

0,12 0,110 0,123 0,123 0,1187 78,7656

0,15 0,068 0,070 0,069 0,0690 87,6565

- Data absorbansi pengujian antioksidan vitamin C

Konsentrasi

(ppm)

Absorbansi pada

Pengulangan ke-

Absorbansi

Rata-rata

% Inhibisi

(%)

1 2 3

2 0,372 0,598 0,595 0,5237 40,0801

4 0,440 0,415 0,427 0,4273 51,1098

6 0,382 0,363 0,379 0,3747 57,1281

8 0,352 0,309 0,216 0,2923 66,5561

10 0,129 0,172 0,200 0,1670 80,8924

Page 84: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA - …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29363/1/ERWIN... · dengan vitamin C. sebagai kontrol positif. Hasil uji . aktivitas antioksidan

68

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Lampiran 18. Data Analisis Statististik One Way Anova

Analisis stastistik menggunakan program IBM SPSS 22 dilakukan dengan

membandingkan persen inhibisi ekstrak etanol 70% dan vitamin C pada

konsentrasi 10 ppm.

1. Uji Normalitas Saphiro-Wilk

Tujuan : Untuk mengetahui normalitas dari distribusi persen inhibisi

ekstrak etanol 70% dan vitamin C

Hipotesis :

Ho : data % inhibisi terdistribusi normal

Ha : data % inhibisi tidak terdistribusi normal

Pengambilan keputusan :

Jika nilai signifikan ≥ 0,05 maka Ho diterima.

Jika nilai signifikan < 0,05 maka Ho ditolak

Tests of Normality

Kelompok Shapiro-Wilk

Statistic df Sig.

PersenInhibisi Ekstrak Etanol 70% ,800 3 ,114

Vitamin C ,985 3 ,768

a. Lilliefors Significance Correction

Keputusan : Uji normalitas persen inhibisi seluruh kelompok terdstribusi

normal (p ≥ 0,05).

Page 85: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA - …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29363/1/ERWIN... · dengan vitamin C. sebagai kontrol positif. Hasil uji . aktivitas antioksidan

69

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

2. Uji Homogenitas Lavene

Tujuan : Untuk mengetahui homogenitas dari distribusi persen inhibisi

ekstrak etanol 70% dan vitamin C

Hipotesis :

Ho : data % inhibisi homogen

Ha : data % inhibisi tidak homogen

Pengambilan keputusan :

Jika nilai signifikan ≥ 0,05 maka Ho diterima.

Jika nilai signifikan < 0,05 maka Ho ditolak

Test of Homogeneity of Variances

PersenInhibisi

Levene Statistic df1 df2 Sig.

,960 1 4 ,383

Keputusan : Uji homogenitas persen inhibisi seluruh kelompok homogen

(p ≥ 0,05).

Page 86: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA - …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29363/1/ERWIN... · dengan vitamin C. sebagai kontrol positif. Hasil uji . aktivitas antioksidan

70

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

3. Uji One Way Anova

Tujuan : Untuk mengetahui perbedaan bermakna dari persen inhibisi

ekstrak etanol 70% dan vitamin C

Hipotesis :

Ho : data % inhibisi tidak berbeda bermakna

Ha : data % inhibisi berbeda bermakna

Pengambilan keputusan :

Jika nilai signifikan ≥ 0,05 maka Ho diterima.

Jika nilai signifikan < 0,05 maka Ho ditolak

ANOVA

PersenInhibisi

Sum of

Squares df Mean Square F Sig.

Between

Groups 1117,883 1 1117,883 104,028 ,001

Within Groups 42,984 4 10,746

Total 1160,867 5

Keputusan : Data persen inhibisi berbeda bermakna (p < 0,05).