UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA...
Transcript of UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA...
UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
PERBANDINGAN STABILITAS ANTIOKSIDAN
ANTARA EKSTRAK ETANOL 50% KULIT BUAH
MANGGIS (Garcinia mangostana L.) DENGAN
BENTUK MIKROPARTIKELNYA MENGGUNAKAN
METODE DPPH
SKRIPSI
LIANA PUSPITA CAHYANINGRUM
1110102000072
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
PROGRAM STUDI FARMASI
JAKARTA
SEPTEMBER 2014
ii
UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
PERBANDINGAN STABILITAS ANTIOKSIDAN
ANTARA EKSTRAK ETANOL 50% KULIT BUAH
MANGGIS (Garcinia mangostana L.) DENGAN
BENTUK MIKROPARTIKELNYA MENGGUNAKAN
METODE DPPH
SKRIPSI
Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Farmasi
LIANA PUSPITA CAHYANINGRUM
1110102000072
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
PROGRAM STUDI FARMASI
JAKARTA
SEPTEMBER 2014
iii
HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS
Skripsi ini adalah hasil karya sendiri, dan semua sumber baik yang dikutip
maupun yang dirujuk telah saya nyatakan dengan benar
Nama : LIANA PUSPITA CAHYANINGRUM
NIM : 1110102000072
Tanda Tangan :
Tanggal : SEPTEMBER 2014
iv
v
vi
ABSTRAK
Nama : Liana Puspita Cahyaningrum
Program Studi : Farmasi
Judul : Perbandingan Stabilitas Antioksidan antara Ekstrak
Etanol 50% Kulit Buah Manggis (Garcinia mangostana L.)
dengan Bentuk Mikropartikelnya Menggunakan Meode DPPH
Ekstrak kulit buah manggis memiliki aktivitas farmakologi sebagai antioksidan.
Antioksidan bersifat tidak stabil sehingga ekstrak kulit buah manggis perlu
diformulasikan ke dalam bentuk sediaan yang tepat, seperti mikropartikel.
Penelitian ini bertujuan membandingkan stabilitas antioksidan antara ekstrak etanol
50% kulit buah manggis dengan bentuk mikropartikelnya. Mikropartikel
diformulasikan menggunakan HPMC dengan formula ekstrak : HPMC (1:4) dan
dibuat dengan menggunakan metode semprot kering. Perbandingan stabilitas
antioksidan antara ekstrak dan mikropartikel dideteksi menggunakan metode
DPPH. Uji stabilitas dievaluasi pada suhu 45±50C dan kelembaban 75±5% selama
21 hari. Hasil menunjukkan bahwa persentase efisiensi penjerapan mikropartikel
sebesar 24,87±0,17% dan kadar alfa-mangostin sebesar 0,9±0,004%. Uji stabilitas
menunjukkan konstanta laju penurunan absorbansi DPPH pada mikropartikel
sebesar 0,0036 per hari dan konstanta laju penurunan absorbansi DPPH pada
ekstrak sebesar 0,0051 per hari. Hasil dari studi ini menunjukkan bahwa
mikropartikel memiliki stabilitas yang lebih baik dibandingkan bentuk ekstraknya.
Kata kunci : Mikropartikel, ekstrak kulit buah manggis, antioksidan, uji
stabilitas, metode DPPH
vii
ABSTRACT
Name : Liana Puspita Cahyaningrum
Program Study : Pharmacy
Title : The Comparison of Antioxidant Stability between
50% Ethanol Extract of Mangosteen Rind (Garcinia
mangostana L.) with The Microparticles Using DPPH Method
Extract of mangosteen rind has pharmacological activities such as antioxidant.
Antioxidant is not stable, therefore extract of mangosteen rind have to formulated
into an appropriate dosage forms like microparticle. This study aim to compare the
antioxidant stability between 50% ethanol extract of mangosteen rind with
the microparticles. The microparticles were formulated using HPMC with formula
extract:HPMC (1:4) and were prepared using spray drying method. The comparison
of antioxidant stability between extract and the microparticles was detected using
DPPH method. Stability test was evaluated at temperature 45±50C and humidity
75±5% for 21 days. The result showed that the percentage of entrapped drug
efficiency of microparticles was 24,87±0,17% and the levels of alpha-mangostin
was 0.9±0.004%. Stability test showed that the constant of absorbance decreasing
rate of microparticles was 0.0036 per day and the constant of absorbance
decreasing rate of extract was 0.0051 per day. The result of this study showed that
microparticles have better stability than the extract form.
Keywords : Microparticles, extract of mangosteen rind, antioxidant, stability
test, and DPPH method
viii
KATA PENGANTAR
Alhamdulillahirobbil’alamin, segala puji bagi Allah SWT yang telah
melimpahkan rahmat, taufik dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat
menyelesaikan penelitian dan menyusun skripsi berjudul “Perbandingan
Stabilitas Antioksidan antara Ekstrak Etanol 50% Kulit Buah Manggis
(Garcinia mangostana L.) dengan Bentuk Mikropartikelnya Menggunakan
Metode DPPH” dengan baik. Shalawat serta salam senantiasa penulis curahkan
kepada Nabi Besar Muhammad SAW beserta keluarga, para sahabat serta para
pengikutnya di jalan yang diridhoi Allah SWT.
Penulis menyadari bahwa dalam penelitian sampai penyusunan skripsi ini
tidak akan terwujud tanpa adanya bantuan, bimbingan, dan dukungan dari berbagai
pihak. Oleh karena itu dalam kesempatan ini penulis tidak lupa mengucapkan
terimakasih kepada:
1. Ibu Sabrina, M. Farm., Apt dan Ibu Yuni Anggraeni, M. Farm., Apt selaku
dosen pembimbing, yang telah banyak memberikan bimbingan, saran,
dukungan, dan semangat kepada penulis.
2. Prof. Dr. (hc) dr. M. K. Tadjudin, Sp. And., selaku Dekan Fakultas Kedokteran
dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
3. Bapak Drs. Umar Mansur, M.Sc., Apt selaku Ketua Program Studi Farmasi
Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
yang telah banyak memberikan bantuan kepada penulis.
4. Seluruh dosen yang telah memberikan ilmu dan pengetahuan hingga penulis
dapat menyelesaikan studi di jurusan farmasi FKIK UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta.
5. Kedua orang tua tercinta, ibunda Saliyah dan ayahanda Baryadi yang
senantiasa memberikan kasih sayang, dukungan baik moril maupun materil,
serta doa tiada henti yang menyertai setiap langkah penulis. Semoga Allah
selalu memberikan kesehatan, perlindungan, dan keberkahan hidup kepada
kedua orang tua penulis.
ix
6. Kakakku tercinta Mieftah Achbar Putra dan adikku tersayang Maulana Alfath
yang dengan sabar senantiasa memberikan dukungan dan kasih sayang kepada
penulis.
7. Danu Wisnu Wardhana atas segala perhatian, pengertian, semangat, bantuan,
kasih sayang, dan kesetiaannya menemani di saat suka maupun duka kepada
penulis.
8. Teman curhatku Oktaviyani dan teman-teman seperjuangan Adina, Delvina,
Metharezqi, Hanny, Deisy, Niswah, Desi, Mala, dan Myra atas kebersamaan,
bantuan serta motivasinya sejak awal penelitian hingga akhir penyelesaian
skripsi ini.
9. Teman-teman Farmasi 2010 “Andalusia” atas persaudaraan dan kebersamaan
yang telah banyak membantu dan memotivasi penulis baik selama pengerjaan
skripsi ini maupun selama masa perkuliahan.
10. Laboran Farmasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Kak Rahmadi, Kak Lisna,
Kak Tiwi, Kak Eris, Kak Liken, dan Kak Rani, yang telah membantu penulis
mempersiapkan alat dan bahan selama penelitian.
11. Semua pihak yang telah membantu selama penelitian dan penyelesaian naskah
skripsi baik secara langsung maupun tidak langsung yang namanya tidak dapat
penulis sebutkan satu persatu.
Semoga Allah SWT memberikan balasan yang berlipat ganda atas semua
bantuan, dan dukungan yang diberikan.
Akhir kata dengan segala kerendahan hati, penulis menyadari bahwa
penyusunan skripsi ini masih belum sempurna dan banyak kekurangan. Oleh karena
itu saran serta kritik yang membangun sangat diharapkan. Semoga skripsi ini dapat
bermanfaat bagi penulis pada khususnya dan bagi pembaca pada umumnya.
Amin Ya Robbal’alamin.
Jakarta, September 2014
Penulis
x
HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI
TUGAS AKHIR UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIK
Sebagai sivitas akademik Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah
Jakarta, saya yang bertanda tangan di bawah ini :
Nama : Liana Puspita Cahyaningrum
NIM : 1110102000072
Program Studi : Farmasi
Fakultas : Kedokteran dan Ilmu Kesehatan
Jenis karya : Skripsi
demi perkembangan ilmu pengetahuan, saya menyetujui skripsi/karya ilmiah
saya, dengan judul :
PERBANDINGAN STABILITAS ANTIOKSIDAN ANTARA EKSTRAK
ETANOL 50% KULIT BUAH MANGGIS (Garcinia mangostana L.)
DENGAN BENTUK MIKROPARTIKELNYA MENGGUNAKAN
METODE DPPH
untuk dipublikasi atau ditampilkan di internet atau media lain yaitu Digital
Library Perpustakaan Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah
Jakarta untuk kepentingan akademik sebatas sesuai dengan Undang – Undang
Hak Cipta.
Demikian pernyataan persetujuan publikasi karya ilmiah ini saya buat dengan
sebenarnya.
Dibuat di : Jakarta
Pada Tanggal : September 2014
Yang menyatakan,
( Liana Puspita Cahyaningrum )
xi
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL ................................................................................... ii
HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS ........................................ iii
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ......................................... iv
HALAMAN PENGESAHAN ..................................................................... v
ABSTRAK .................................................................................................. vi
ABSTRACT ................................................................................................. vii
KATA PENGANTAR ................................................................................. viii
HALAMAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH ............... x
DAFTAR ISI ............................................................................................... xi
DAFTAR TABEL ....................................................................................... xii
DAFTAR GAMBAR................................................................................... xiv
DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................... xv
BAB 1 PENDAHULUAN ........................................................................... 1
1.1 Latar Belakang ......................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah .................................................................... 3
1.3 Tujuan ...................................................................................... 3
1.4 Hipotesis .................................................................................. 3
1.5 Manfaat .................................................................................... 3
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA .................................................................. 4
2.1 Ekstrak Kulit Buah Manggis ..................................................... 4
2.1.1 Sistematika Buah Manggis ............................................ 4
2.1.2 Uraian Tanaman ............................................................ 4
2.1.2.1 Nama Umum dan Daerah................................ 4
2.1.2.2 Morfologi ....................................................... 5
2.1.2.3 Ekologi dan Penyebaran ................................. 5
2.1.3 Kandungan Kimia Kulit Buah Manggis ......................... 5
2.1.4 Khasiat dan Kegunaan .................................................. 6
2.2 Xanton...................................................................................... 6
2.3 Alfa-mangostin ......................................................................... 7
2.4 Antioksidan .............................................................................. 8
2.5 Radikal Bebas........................................................................... 9
2.6 Mikropartikel ........................................................................... 11
2.6.1 Definisi ......................................................................... 11
2.6.2 Kelebihan dan Kekurangan Mikropartikel ..................... 12
2.6.3 Komponen Mikropartikel .............................................. 13
2.6.3.1 Bahan Inti ....................................................... 13
2.6.3.2 Bahan Penyalut ............................................... 14
2.6.3.3 Pelarut ............................................................ 14
2.6.4 Metode Mikroenkapsulasi ............................................. 14
2.6.4.1 Proses Kimia .................................................. 15
2.6.4.2 Proses Mekanik .............................................. 16
2.7 Hidroksi Propil Metil Selulosa .................................................. 18
2.8 Uji Aktivitas Antioksidan dengan Metode DPPH...................... 19
xii
2.9 Uji Stabilitas ............................................................................. 21
2.10 Spektrofotometer UV-Vis ......................................................... 22
BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN ..................................................... 24
3.1 Tempat dan Waktu Penelitian ................................................... 24
3.2 Bahan dan Alat Penelitian ......................................................... 24
3.2.1 Bahan Penelitian ........................................................... 24
3.2.2 Alat Penelitian .............................................................. 24
3.3 Prosedur Kerja .......................................................................... 24
3.3.1 Formula Mikropartikel .................................................. 24
3.3.2 Pembuatan Mikropartikel Ekstrak Etanol 50% Kulit
Buah
Manggis (Garcinia mangostana L.) .............................. 25
3.3.3 Pembuatan Kurva Kalibrasi ........................................... 25
3.3.3.1 Panjang Gelombang Maksimum Alfa-
mangostin ....................................................... 25
3.3.3.2 Pembuatan Larutan Standar Alfa-mangostin ... 25
3.3.4 Pengukuran Kandungan Alfa-mangostin dalam
Mikropartikel ................................................................ 26
3.3.5 Uji Efisiensi Penjerapan Alfa-mangostin dalam
Mikropartikel ................................................................ 26
3.3.6 Uji Aktivitas Antioksidan Ekstrak Etanol 50% Kulit
Buah Manggis (Garcinia mangostana L.) dan Bentuk
Mikropartikelnya Dengan Metode DPPH ...................... 27
3.3.7 Uji Stabilitas Antioksidan Ekstrak Etanol 50% Kulit
Buah Manggis (Garcinia Mangostana. L) dan Bentuk
Mikropartikelnya .......................................................... 28
BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN ........................................................ 30
4.1 Formulasi Mikropartikel ........................................................... 30
4.2 Pembuatan Kurva Kalibrasi ...................................................... 31
4.2.1 Panjang Gelombang Maksimum Alfa-mangostin .......... 31
4.2.2 Kurva Kalibrasi Alfa-mangostin.................................... 31
4.3 Kandungan Alfa-mangostin dalam Mikropartikel .................... 32
4.4 Hasil Uji Penjerapan ................................................................. 32
4.5 Hasil Uji Aktivitas Antioksidan Menggunakan Metode DPPH .. 32
4.6 Hasil Uji Stabilitas Ekstrak Etanol 50% Kulit Buah Manggis dan
Bentuk Mikropartikelnya .......................................................... 37
BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN ........................................................ 39
5.1 Kesimpulan .............................................................................. 39
5.2 Saran ........................................................................................ 39
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................. 40
xiii
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 3.1 Formula Mikropartikel ................................................................... 24
Tabel 4.1 Hasil Uji Aktivitas Antioksidan Ekstrak Etanol 50% Kulit Buah
Manggis ......................................................................................... 33
Tabel 4.2 Hasil Uji Aktivitas Antioksidan Mikropartikel Ekstrak Etanol
50% Kulit Buah Manggis ............................................................... 33
Tabel 4.3 Hasil Uji Aktivitas Antioksidan Vitamin C ..................................... 34
Tabel 4.4 Hasil Uji Stabilitas Ekstrak Etanol 50% Kulit Buah Manggis dan
Bentuk Mikropartikelnya ................................................................ 37
Tabel 4.5 Penurunan Absorbansi DPPH pada Sampel Uji Ekstrak dan
Mikropartikel ................................................................................. 38
xiv
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 2.1 Buah Manggis (Garcinia mangostana L.) ................................. 4
Gambar 2.2 Struktur Kimia Xanton.............................................................. 7
Gambar 2.3 Struktur Kimia Alfa-mangostin ................................................. 8
Gambar 2.4 Mikrokapsul ............................................................................. 12
Gambar 2.5 a) monocore, b) polycore, c) tipe matriks .................................. 12
Gambar 2.5 Mikrosfer .................................................................................. 12
Gambar 2.6 Skematik Ilustrasi Mikroenkapsulasi dengan Semprot Kering ... 17
Gambar 2.7 Struktur Kimia HPMC .............................................................. 19
Gambar 2.8 Reaksi Penghambatan Antioksidan Terhadap Radikal DPPH .... 20
Gambar 4.1 Kurva Kalibrasi Alfa-mangostin ............................................... 31
Gambar 4.2 Kurva Uji Aktivitas Antioksidan Ekstrak Etanol 50% Kulit
Buah Manggis .......................................................................... 33
Gambar 4.3 Kurva Uji Aktivitas Antioksidan Mikropartikel Ekstrak Etanol
50% Kulit Buah Manggis .......................................................... 34
Gambar 4.4 Kurva Uji Aktivitas Antioksidan Vitamin C .............................. 34
Gambar 4.5 Reaksi DPPH dengan Antioksidan ............................................ 35
Gambar 4.6 Kurva Laju Reaksi Ekstrak dan Mikropartikel .......................... 38
xv
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
Lampiran 1. Alur Penelitian ...................................................................... 45
Lampiran 2. Alat dan Bahan yang Digunakan dalam Penelitian ................ 46
Lampiran 3. Sertifikat Analisa Alfa-mangostin ......................................... 47
Lampiran 4. Sertifikat Analisa DPPH ....................................................... 48
Lampiran 5. Sertifikat Analisa HPMC ...................................................... 49
Lampiran 6. Scanning Panjang Gelombang Alfa-mangostin ...................... 50
Lampiran 7. Scanning Panjang Gelombang DPPH .................................... 50
Lampiran 8. Perhitungan Sampel Kurva Kalibrasi .................................... 51
Lampiran 9. Perhitungan Kadar Alfa-mangostin dalam Mikropartikel ....... 51
Lampiran 10. Perhitungan Kadar Terjerap .................................................. 52
Lampiran 11. Perhitungan Mikropartikel Setara Ekstrak .............................. 53
Lampiran 12. Perhitungan Larutan DPPH .................................................... 53
Lampiran 13. Contoh Perhitungan Persen Inhibisi dan IC50 ......................... 53
Lampiran 14. Data Uji DPPH Ekstrak Kulit Manggis Hari Ke-0 ................. 54
Lampiran 15. Data Uji DPPH Ekstrak Kulit Manggis Hari Ke-2 ................. 55
Lampiran 16. Data Uji DPPH Ekstrak Kulit Manggis Hari Ke-7 ................. 56
Lampiran 17. Data Uji DPPH Ekstrak Kulit Manggis Hari Ke-14 ............... 57
Lampiran 18. Data Uji DPPH Ekstrak Kulit Manggis Hari Ke-21 ................ 58
Lampiran 19. Data Uji DPPH Mikropartikel Ekstrak Kulit Manggis
Hari Ke-0 .............................................................................. 59
Lampiran 20. Data Uji DPPH Mikropartikel Ekstrak Kulit Manggis
Hari Ke-2 .............................................................................. 60
Lampiran 21. Data Uji DPPH Mikropartikel Ekstrak Kulit Manggis
Hari Ke-7 .............................................................................. 61
Lampiran 22. Data Uji DPPH Mikropartikel Ekstrak Kulit Manggis
Hari Ke-14 ............................................................................ 62
Lampiran 23. Data Uji DPPH Mikropartikel Ekstrak Kulit Manggis
Hari Ke-21 ............................................................................ 63
Lampiran 24. Data Uji DPPH Vitamin C .................................................... 64
1
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Tanpa disadari di dalam tubuh akan terbentuk radikal bebas secara
terus menerus baik melalui proses metabolisme sel normal, peradangan,
kekurangan gizi dan akibat respon terhadap pengaruh dari luar tubuh
(Winarsi, 2007), seperti polusi lingkungan yang disebabkan oleh asap
rokok, asap kendaraan bermotor, asap pembakaran pabrik, ultraviolet
(UV) dari cahaya matahari, senyawa kimia, radiasi, dan lain-lain (Vimala
et al., 2003). Para ahli biokimia menyebutkan bahwa radikal bebas
merupakan salah satu bentuk senyawa oksigen reaktif. Radikal bebas dapat
terbentuk ketika komponen makanan diubah menjadi bentuk energi
melalui proses metabolisme. Radikal bebas juga dapat terbentuk dari
senyawa lain yang sebenarnya bukan radikal bebas tetapi mudah berubah
menjadi radikal bebas, misalnya hidrogen peroksida. Namun, reaktivitas
radikal bebas dapat dihambat oleh sistem antioksidan yang melengkapi
sistem kekebalan tubuh (Winarsi, 2007).
Antioksidan merupakan senyawa pemberi elektron (electron
donor) atau reduktan. Antioksidan juga didefinisikan sebagai senyawa
yang ketika ada pada konsentrasi yang lebih rendah dibandingkan senyawa
yang bersifat oksidatif secara signifikan akan menunda atau menghambat
senyawa oksidatif tersebut dalam proses oksidasi. Antioksidan akan
bereaksi secara langsung dengan radikal bebas atau senyawa oksidatif
lainnya untuk mencegah peristiwa oksidasi pada senyawa penyusun sel
(Boots et al., 2008).
Salah satu sumber antioksidan alami yaitu berasal dari kulit buah
manggis. Ekstrak kulit buah manggis memiliki banyak manfaat di bidang
kesehatan sehingga dapat dijadikan produk suplemen. Aktivitas
farmakologi zat yang terkandung dalam ekstrak kulit buah manggis salah
satunya sebagai antioksidan (Yu, Zhao M., Yang, & Zhao Q., Jiang,
2006). Jenis antioksidan yang terkandung di dalam kulit buah manggis
2
UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
adalah xanton. Salah satu turunan xanton yaitu alfa-mangostin, dihasilkan
dari isolasi kulit buah manggis yang mampu menghambat sel leukemia
HL-60 pada manusia dengan konsentrasi 10 mikron/mL (Matsumo et al.,
2003). Melihat besarnya potensi nutrisi yang terdapat di dalam kulit buah
manggis sebagai sumber antioksidan alami, namun dengan sifat
antioksidan yang tidak stabil maka ekstrak kulit buah manggis perlu
diformulasikan ke dalam bentuk sediaan yang tepat.
Salah satu bentuk sediaan yang dapat digunakan adalah sediaan
mikropartikel. Tujuan dari pembuatan sediaan mikropartikel adalah untuk
melindungi senyawa antioksidan yang mudah teroksidasi dalam ekstrak
kulit buah manggis sehingga antioksidan stabil dan tidak kehilangan
aktivitasnya. Mikropartikel terbukti mampu menjaga stabilitas senyawa
α-tokoferol yang berfungsi sebagai antioksidan (Yosephine, 2008). Selain
itu sediaan mikropartikel juga dapat mempercepat sistem penghantaran
obat, eliminasi inkompatibilitas, menutupi rasa yang tidak menyenangkan,
meningkatkan bioavaibilitas obat dan meminimalkan efek samping
(Gattani YS, 2010).
Dalam penelitian ini, mikropartikel diformulasikan dengan basis
hidroksi propil metil selulosa (HPMC). HPMC dipilih karena bersifat
hidrofil semi sintetik yang secara umum dianggap tidak toksik. HPMC
banyak digunakan sebagai pembawa yang ditujukan untuk memperbaiki
kelarutan, menjaga stabilitas, melindungi komponen yang tidak tahan
terhadap lingkungan serta meningkatkan bioavabilitas senyawa zat aktif
(Rowe, 2006).
Untuk memastikan kestabilan aktivitas anitioksidan dalam sediaan
mikropartikel maka perlu adanya uji stablilitas aktivitas antioksidan.
Pengujian dimaksudkan untuk mengetahui kestabilan aktivitas antioksidan
senyawa alfa-mangostin pada sediaan mikropartikel. Dari uji stabilitas
dapat terlihat ada tidaknya perbedaan aktivitas antioksidan antara senyawa
alfa-mangostin di dalam ekstrak kulit buah manggis dan sediaan
mikropartikel. Uji aktivitas antioksidan dilakukan dengan metode DPPH
dengan prinsip reaksi penangkapan hidrogen oleh DPPH dari zat
3
UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
antioksidan. DPPH berperan sebagai sumber radikal bebas. Metode DPPH
dipilih karena pengujiannya yang sederhana, mudah, cepat, dan peka serta
hanya memerlukan sedikit sampel (Hanani et al., 2005). Diharapkan
penelitian ini dapat memberikan informasi tentang pengaruh pembuatan
sediaan mikropartikel terhadap stabilitas antioksidan senyawa xanton.
1.2 Rumusan Masalah
Bagaimana stabilitas antioksidan mikropartikel ekstrak etanol 50%
kulit buah manggis (Garcinia mangostana L.) dengan basis HPMC jika
dibandingkan dengan bentuk ekstraknya?
1.3 Hipotesa
Mikropartikel ekstrak etanol 50% kulit buah manggis (Garcinia
mangostana L.) dengan basis HPMC memiliki stabilitas antioksidan yang
lebih baik dibandingkan dalam bentuk ekstraknya.
1.4 Batasan Masalah
Pengujian yang dilakukan pada mikropartikel ekstrak etanol 50%
kulit buah manggis (Garcinia mangostana L.) dengan basis HPMC dalam
penilitian ini adalah uji stabilitas antioksidan menggunakan metode DPPH.
1.5 Tujuan Penelitian
Membandingkan stabilitas antioksidan antara mikropartikel ekstrak
etanol 50% kulit buah manggis (Garcinia mangostana L.) dengan basis
HPMC dan bentuk ekstraknya.
1.6 Manfaat Penelitian
Adapun manfaat penelitian ini adalah dapat memberikan informasi
tentang stabilitas antioksidan di dalam mikropartikel ekstrak etanol 50%
kulit buah manggis (Garcinia mangostana L.) dengan basis HPMC dan
bentuk ekstraknya sehingga dapat diketahui efektifitas mikropartikel
dalam menjaga stabilitas senyawa antioksidan.
4
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Ekstrak Kulit Buah Manggis
2.1.1 Sistematika Buah Manggis
Ekstrak kulit buah manggis diperoleh dari hasil ekstraksi kulit buah
manggis (Garcinia mangostana L.) yang memiliki sistematika tanaman
sebagai berikut :
Kingdom : Plantae
Divisi : Spermatophyta
Sub-divisi : Angiospermae
Kelas : Dicotyledoneae
Ordo : Guttiferanales
Family : Guttiferae
Genus : Garcinia
Spesies : Garcinia mangostana L. (Hutapea, 1994)
Gambar 2.1 Buah Manggis (Garcinia mangostana L.)
[sumber : koleksi pribadi]
2.1.2 Uraian Tanaman
2.1.2.1 Nama Umum dan Daerah
Nama umum Garcinia mangostana L. di Indonesia adalah
manggis. Namun, manggis memiliki beragam nama daerah untuk manggis
di Indonesia, yaitu : Manggoita (Aceh), Gusteu (Gayo), Manggisto,
Manggus, atau Manggusta (Sumatra Utara), Magi (Nias), Lakopa,
5
UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
Malakopa (Mentawai), Manggista (Sumatra Barat), Manggusta,
Manggustan (Manado, Maluku, Makassar), Manggos (Minangkabau),
Manggih (Lampung), Manggus, Manggos (Madura), Mangghis (Bali),
Manggis, Manggista, Manggusta (Bima), Manggustang (Sulawesi Utara),
Manggastan (Gorontalo), Kirasa, Manggisi, Mangkosota (Bugis),
Manggisi (Roti),Mangustang (Halmahera, Ternate dan Tidore). Di negara
lain buah manggis dikenal dengan Mangistan (Belanda), Mangoustan
(Perancis), dan Mangosteen (Inggris) (Heyne, 1987).
2.1.2.2 Morfologi
Manggis memiliki tinggi sekitar 15 meter. Berbatang kayu bulat,
tegak, memiliki percabangan simpodial dan berwarna hijau kotor. Berdaun
tunggal dengan bentuk lonjong, ujung meruncing, pangkal yang tumpul
dan tepi rata, pertulangan menyirip, panjang daun sekitar 20 sampai 25 cm
dengan lebar 6 hingga 9 cm, tebal dan tangkai berbentuk silinder berwarna
hijau. Manggis berbunga tunggal dan berkelamin dua berada di ketiak
daun dengan panjang sekitar 1 sampai 2 cm. Buah berbentuk bulat dengan
diameter 6 sampai 8 cm berwarna cokelat keunguan. Biji bulat berwarna
kuning dengan diameter 2 cm dan dalam satu buah terdapat 5 sampai 7
biji. Berakar tunggang dengan warna putih kecokelatan (Hutapea, 1994).
2.1.2.3 Ekologi dan Penyebaran
Garcinia mangostana L. tumbuh baik pada iklim tropis yang
bercurah hujan tinggi per tahun dan banyak dijumpai di negara Asia
Tenggara seperti Indonesia, Thailand, Malaysia dan Filipina, kemudian
tersebar di benua Australia, Afrika dan Amerika (Morton, 1987).
2.1.3 Kandungan Kimia Kulit Buah Manggis
Kulit buah manggis (Garcinia mangostana L.) mengandung
flavonoid, xanton dan derivatnya, dan tannin (Heyne, 1997). Senyawa
metabolit sekunder yang bersifat bioaktif terbesar adalah senyawa Xanton
dan turunannya. Alfa-mangosteen (α-mangosteen) dan gamma-
6
UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
mangosteen (γ-mangosteen) merupakan senyawa bioatif xanton yang
utama (Jung, et al. 2006). Senyawa xanton lain yang terdapat dalam kulit
buah manggis adalah β-mangosteen, gartanin, 8-deoxygartanin, garcinone
A,B,C,D dan E, mangostinon, mangistanin, 9- hidroksicalabaxanton, dan
isomangostin (Obolskiy et al., 2009; Walker, 2007).
Senyawa xanton yang terkandung di dalam kulit buah manggis ini
merupakan senyawa fenolik yang tergolong dalam kelas polifenol, yang
memiliki aktivitas antioksidan dan manfaat lainnya dalam bidang
kesehatan. (Walker, 2007).
2.1.4 Khasiat dan Kegunaan
Kulit buah manggis (Garcinia mangostana L) memiliki aktivitas
antioksidan (Yu, Zhao M., Yang, & Zhao Q., Jiang, 2006), antibakteri
kariogenik (Torrungruang, Piraporn, & Suchada, 2007), antiinflamasi dan
antialergi (Nakatani et al., 2002), antifungi dan antibakteri (Suksamrarn et
al., 2003), serta aktivitas antikanker; diantaranya kanker hepatoseluler,
kanker payudara (Moongkarndi, Kosem, Lurantana, Jogsonboonkusol,
Pongpan, & Neungton, 2004), dan leukemia (Matsumoto et al., 2004).
2.2 Xanton (9H-xanthen-9-one)
Xanton adalah kelompok senyawa bioaktif yang mempunyai
struktur cincin 6 karbon dengan kerangka karbon lengkap. Struktur ini
menjadikan xanton bersifat stabil. Xanton tergolong derivat dari difenil-γ-
pyron, yang memiliki nama IUPAC 9H-xantin-9-one. Xanton terdistribusi
luas pada tumbuhan tingkat tinggi, tumbuhan paku, jamur dan lumut.
Sebagian besar xanton ditemukan pada tumbuhan tingkat tinggi yang
dapat diisolasi dari empat suku yaitu Guttiferae, Moraceae, Polygalaceae
dan Gentianaceae (Sluis, 1985).
7
UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
Gambar 2.2 Struktur Kimia Xanton
[sumber : www.sigmaaldrich.com]
Menurut Obolskiy et al (2009), xanton merupakan kelas utama
phenol dalam tanaman. Xanton memiliki kandungan senyawa yang
meliputi mangostin, mangostenol, mangostinon A, mangostenon B,
trapezifolixanton, tovophyllin B, α-mangostin, γ-mangostin, β-
mangosteen, garcinon B, mangostanol, flavonoid epicatechin, dan gartanin
(Shaza M. Al-Massarani, 2013).
Xanton yang telah diisolasi dari kulit, buah, kulit kayu, dan dauh
manggis (Garcinia mangostana L.) dalam beberapa studi menunjukkan
bahwa xanton yang terkandung tersebut memiliki aktivitas biologi
(Suksamram et al., 2006). Antioksidan, antitumoral, anti inflamasi,
antialergi, antibakteri, antifungi, dan antivirus adalah beberapa aktivitas
biologi yang telah dilaporkan terdapat dalam xanton yang diisolasi dari
manggis (Chaverri et al., 2008).
2.3 Alfa-mangostin
Alfa-mangostin merupakan senyawa derivat xanton yang memiliki
rumus molekul C23H26O6 dengan nilai berat molekul yaitu sebesar 410.46.
Nama IUPAC dari alfa-mangostin yaitu 1,3,6-Trihydroxy-7-methoxy-2,8-
bis(3-methylbut-2-en-1-yl)-9H-xanthen-9-one.
Alfa-mangostin merupakan senyawa dari turunan xanton yang
paling banyak terkandung dalam kulit buah manggis (mayor compound).
Selain komposisinya yang paling banyak, alfa-mangostin juga memiliki
aktivitas biologi sebagai antimikroba yang potensial (Shaza M. Al-
Massarani, 2013). Selain itu, alfa-mangostin terbukti dapat meningkatkan
level antioksidan dalam darah sehingga dapat memberikan proteksi
8
UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
terhadap penyebaran penyakit kronis yang disebabkan oleh proses penuaan
(Kondo, et al., 2009).
Gambar 2.3 Struktur Kimia Alfa-mangostin
[sumber : www.biopurify.com]
2.4 Antioksidan
Antioksidan adalah senyawa yang dapat menunda proses oksidasi,
menghambat polimerasi dari rantai radikal bebas dan reaksi oksidasi
berikutnya. Konsep ini merupakan dasar bagi ilmu biomedis, ilmu gizi,
ilmu kimia makanan, dan fitokimia (Cespedes et al., 2010).
Antioksidan merupakan senyawa pemberi electron (electron
donor) atau reduktan. Senyawa ini memiliki berat molekul kecil, tetapi
mampu menginaktivasi berkembangnya reaksi oksidasi dengan cara
mencegah terbentuknya radikal (Winarsi, 2007).
Antioksidan juga didefinisikan sebagai senyawa yang ketika ada
pada konsentrasi yang lebih rendah dibandingkan senyawa yang bersifat
oksidatif, secara signifikan akan menunda atau menghambat senyawa
oksidatif tersebut dalam proses oksidasi. Antioksidan akan bereaksi secara
langsung dengan radikal bebas atau senyawa oksidatif lainnya untuk
mencegah peristiwa oksidasi pada senyawa penyusun sel, yang akan
terjadi akibat radikal bebas (Boots et al., 2008).
Antioksidan dapat berupa enzim (misalnya superoksida dismutase
atau SOD, katalase dan glutation peroksidase), vitamin (misalnya vitamin
E, C, A dan beta-karoten), dan senyawa non enzim (misalnya flavanoid,
albumin bilirubin, seruloplasmin dan lain-lain). Berdasarkan fungsinya
antioksidan dapat dibedakan menjadi tiga macam yaitu :
9
UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
a. Antioksidan primer
Berfungsi untuk mencegah terbentuknya radikal bebas baru.
Antioksidan yang ada dalam tubuh yang sangat terkenal adalah enzim
superoksida dismutase (SOD) yang dapat melindungi hancurnya sel-sel
dalam tubuh akibat serangan radikal bebas.
b. Antioksidan sekunder
Berfungsi untuk menangkal radikal bebas serta mencegah
terjadinya reaksi berantai sehingga tidak terjadi kerusakan yang lebih
besar, misalnya Vitamin E, Vitamin C, Cod Liver Oil, Virgin Coconut Oil
dan betakaroten.
c. Antioksidan tersier
Berfungsi untuk memperbaiki sel-sel dan jaringan yang rusak
karena serangan radikal bebas, yang termasuk dalam kelompok ini adalah
jenis enzim, misalnya metionin sulfoksida reduktase yang dapat
memperbaiki DNA pada penderita kanker (Winarsi, 2007).
2.5 Radikal Bebas
Para ahli biokimia menyebutkan bahwa radikal bebas merupakan
salah satu bentuk senyawa oksigen reaktif. Senyawa ini terbentuk di dalam
tubuh, dipicu oleh bermacam-macam faktor. Radikal bebas bisa terbentuk
misalnya ketika komponen makanan diubah menjadi bentuk energi melalui
proses metabolisme. Pada proses metabolisme ini, seringkali terjadi
kebocoran elektron dan mudah terbentuknya radikal bebas, contohnya
anion superoksida. Radikal bebas juga dapat terbentuk dari senyawa lain
yang sebenarnya bukan radikal bebas tetapi mudah berubah menjadi
radikal bebas. Misalnya hidrogen peroksida (Winarsi, 2007).
Radikal bebas merupakan Reactive Oxygen Species (ROS) yang
akan menyerang molekul lain disekitarnya sehingga menyebabkan reaksi
berantai terjadi dan menghasilkan radikal bebas yang beragam, seperti
anion superoksida (O2-) dan hidrogen peroksida (H2O2) yang sudah
dijelaskan sebelumnya, hidroksi bebas (OH), asam hipoklorous (HOCl)
dan peroksinitrat (ONOO-) (Vimala et al., 2003).
10
UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
Secara umum, tahapan reaksi radikal bebas melalui 3 tahapan
sebagai berikut:
Tahap inisiasi, yaitu awal pembentukan radikal bebas
Fe ++
+ H2O → Fe +++
+ OH- + ●OH
R1-H + ●OH → R1● + H2O
Tahap propagasi, yaitu pemanjangan rantai radikal
R2-H + R1● → R2● + R1-H
R3-H + R2● → R3● + R2-H
Tahap terminasi, yaitu beraksinya senyawa radikal dengan radikal lain
atau dengan penangkap radikal, sehingga potensi propagasinya rendah
R1● + R1● → R1 - R1
R2● + R1● → R2 - R1
R2● + R2● → R2 - R2, dst (Winarsi, 2007)
Berikut pembagian dari sumber radikal bebas antara lain :
a. Sumber Endogen
Di dalam tubuh, radikal bebas sering diproduksi selama proses
aerob seperti metabolisme, reaksi biokimia di sel, detoksifikasi di liver dan
pembentukan energi oleh mitokondria. Semua diproduksi di mitokondria
selama proses metabolisme aerob ketika oksigen digunakan untuk
mengoksidasi makanan yang kita makan untuk memproduksi energi.
Sumber radikal bebas dan hidrogen peroksida juga dihasilkan oleh tubuh
sebagai bagian dari sistem imun untuk melawan dan membunuh bakteri.
Sehingga tubuh membutuhkan dan menggunakan beberapa radikal bebas.
Akan tetapi kelebihan radikal bebas, seperti yang kita ketahui, dapat
menyebabkan kematian sel dan kerusakan jaringan (Vimala et al., 2003).
b. Sumber Eksogen
Produksi radikal bebas dipertinggi oleh kadar lemak tinggi, minyak
jenuh, daging panggang, makanan siap saji dan makanan basi. Selain itu
juga diperparah oleh gaya hidup tidak sehat seperti merokok, minum
minuman beralkohol, stress dan radiasi yang akan mempertinggi produksi
radikal bebas. Radikal bebas juga masuk ke dalam tubuh dari bahan kimia
11
UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
pada pewarna makanan, bahan pengawet dan perasa dengan kadar tinggi,
polusi lingkungan dan pestisida (Vimala et al., 2003).
2.6 Mikropartikel
2.6.1 Definisi
Mikroenkapsulasi adalah suatu proses penyalutan tipis suatu inti
berupa padatan, cairan atau gas dengan suatu polimer sebagai dinding
pembentuk mikrokapsul (Bakan, 1986). Penyalutan pada suatu padatan,
cairan, atau gas dengan bahan lain untuk membentuk partikel disebut
enkapsulasi. Istilah kapsul sering digunakan ketika zat terenkapsulasi (inti,
agen aktif, bahan yang diisi, fase internal, atau nucleus) dikelilingi oleh
material membran (enkapsulan, pembawa, penyalut, membrane, cangkang
atau dinding) sedangkan istilah sphare digunakan ketika inti terdispersi
atau terlarut dalam pembawa (Senatore, 2008).
Mikropartikel adalah suatu tipe sistem penghantaran obat dimana
ukuran partikel berkisar antara satu mikron hingga beberapa milimeter.
Teknologi mikroenkapsulasi memungkinkan proteksi obat dari pengaruh
lingkungan, stabilitas senyawa obat yang sensitif, eliminasi
inkompatibilitas, atau menutupi rasa yang tidak menyebangkan. Oleh
karena itu, mikropartikel sebagai sistem penghantaran obat bertujuan
untuk meningkatkan bioavaibiliti obat konvensional dan meminimalkan
efek samping (Gattani YS, 2010).
Mikropartikel dapat dibedakan menjadi dua bagian umum yaitu
mikrokapsul dan mikrosfer. Mikrokapsul adalah sistem dimana obat
berada di dalam inti yang diselubungi oleh lapisan polimer (Gambar 2.3).
Mikrokapsul dikategorikan menjadi 3 yaitu : monocore, polycore dan tipe
matriks (Gambar 2.4). Sedangkan mikrosfer adalah suatu sistem dimana
obat terlarut atau terdispersi homogen dalam matriks polimer (Gambar
2.5) (Kumar et al., 2011).
12
UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
Gambar 2.4 Mikrokapsul
[sumber : Kumar et al, 2011]
a) b) c)
Gambar 2.5 a) monocore, b) polycore, c) tipe matriks
[sumber : Kumar et al, 2011]
Gambar 2.5 Mikrosfer
[sumber : Kumar et al, 2011]
2.6.2 Kelebihan dan Kekurangan Mikropartikel
Kelebihan dari mikropartikel dilihat segi farmasetik dan biomedik
antara lain :
Menutupi rasa dan bau yang tidak enak, seperti minyak ikan dan obat
sulfa
Melindungi obat terhadap pengaruh lingkungan
13
UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
Mengurangi ukuran partikel untuk meningkatkan kelarutan obat yang
sukar larut
Menghasilkan produk lepas lambat dan lepas terkendali
Menghasilkan obat dengan pelespasan tertarget
Menyelubungi sel hidup seperti resealed erythrocytes
Mengubah bentuk cair menjadi bentuk padat
Mengurangi penguapan
Memisahkan komponen yang inkompatibel seperti eksipien, dapar, dan
obat lain
Memperbaiki laju alir serbuk
Melindungi senyawa toksik
Membantu dispersi senyawa yang tidak larut air dalam media air
(Dubey et al., 2009 ; Park et al., 2002 ; Brick et al., 1988).
Selain kelebihan terdapat kekurangan dari mikropartikel, antara
lain yaitu:
Biaya material dan proses untuk preparasi produk lepas terkontrol
lebih mahal dibandingkan formulasi produk obat biasa
Memerlukan polimer matriks dan memiliki efek untuk lingkungan
Memerlukan polimer tambahan seperti sebagai penyalut, penstabil,
antioksidan, dan pengisi
Kondisi selama proses produksi seperti suhu, pH, penambahan pelarut,
dan evaporasi akan mempengaruhi stabilitas inti partikel yang
terkapsulasi
Terjadi degradasi produk terhadap pengaruh lingkungan seperti
pemanasan, hidrolisis, oksidasi, radiasi sinar
Memerlukan biaya dan waktu (Markus, 1988).
2.6.3 Komponen Mikropartikel
2.6.3.1 Bahan Inti
Bahan inti adalah bahan yang spesifik akan disalut, dapat berupa
cairan atau padatan. Bahan inti cair berupa bahan terdispersi atau terlarut.
Bahan inti padat berupa zat tunggal atau campuran zat aktif dengan
14
UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
pembawa lain seperti stabilisator, pengisi, penghambat atau pemacu
pelepasan bahan aktif dan sebagainya. Bahan inti yang digunakan
sebaiknya tidak bereaksi dengan bahan penyalut dan pelarut yang
digunakan (Bakan, 1986; Ghosh,2006).
2.6.3.2 Bahan Penyalut
Bahan penyalut adalah bahan yang digunakan untuk menyalut inti
dengan tujuan tertentu. Bahan penyalut harus mampu memberikan suatu
lapisan tipis yang kohesif dengan bahan inti, dan mempunyai sifat yang
sesuai dengan tujuan penyalut. Bahan penyalut yang digunakan dapat
berupa polimer alam, semi sintetis maupun sintetis (Bakan, 1986).
2.6.3.3 Pelarut
Pelarut adalah bahan yang digunakan untuk melarutkan bahan
penyalut dan mendispersikan bahan inti. Pemilihan bahan pelarut
berdasarkan sifat kelarutan dan kestabilan zat aktif dan bahan penyalut,
keamanan dalam proses, dan pertimbangan ekonomis. Pelarut tidak
melarutkan atau hanya sedikit melarutkan bahan inti tetapi dapat
melarutkan bahan penyalut (Swarbrick, 2007).
2.6.4 Metode Mikroenkapsulasi
Metode mikroenkapsulasi cukup beragam. Berdasarkan sifatnya,
tipe pembuatan mikroenkapsulasi dibagi dalam dua proses yaitu proses
kimia dan mekanik. Proses kimia terdiri dari komplek koaservasi, polimer-
polimer tidak tercampur, polimerisasi antar permukaan, polimerisasi in
situ, dan penguapan pelarut. Sedangkan proses mekanik terdiri dari
semprot kering, semprot beku, penyalutan dalam panci, ekstruksi
sentrifugal dan suspensi kering (Thies, 1996).
Metode yang umum digunakan dalam bidang farmasi meliputi
semprot kering, semprot beku, koaservasi, suspensi udara, polimerisasi
antar permukaan, penguapan pelarut dan penyalutan dalam panci (Bakan,
1986).
15
UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
2.6.4.1 Proses kimia
a) Pemisahan koaservasi
Metode koaservasi merupakan salah satu teknik
mikroekapsulasi yang digunakan untuk berbagai produk. Prinsip dari
metode ini adalah pemisahan larutan polimer hidrofilik dalam dua fase,
yaitu fase kaya polimer dan fase cairan pengencer. Koaservasi dapat
dibagi menjadi koaservasi sederhana dan koaservasi komplek yang
bergantung pada jumlah polimer yang digunakan dalam pembuatan
mikropartikel. Koaservasi sederhana hanya menggunakan satu polimer
contoh gelatin, polivinil alkohol, karboksil metilselulosa. Pemisahan
fase dapat dipicu oleh adanya dehidrasi atau desolvasi dari fase
polimer. Kondisi ini termasuk penambahan non-solven (contoh: etanol,
aseton, dioksan, dan isopropanol), penambahan garam-garam
anorganik (contoh: natrium sulfat), dan perubahan temperatur.
Sedangkan koaservasi komplek menggunakan dua polimer hidrofilik
dengan muatan yang berlawanan (Thies, 1996; Swarbrick, 2007).
b) Polimerisasi Antar Permukaan
Prinsip metode ini adalah dua cairan yang tidak saling
bercampur, yang masing-masing mangandung monomer reaktif yang
berbeda, didispersikan satu sama lainnya dalam bentuk globul halus
dan pada permukaan kedua cairan tersebut terjadi polimerisasi.
Biasanya digunakan dua monomer yang reaktif, yaitu monomer larut
dalam air dan monomer yang larut dalam pelarut organik, dimana satu
monomer dilarutkan setelah satu tahap emulsifikasi dari fase
terdispersi tersebut. Kedua monomer akan berpolimerisasi pada
permukaan antara dua cairan sehingga membentuk lapisan penyalut
(Swarbrick, 2007).
c) Polimerisasi in situ
Prinsip metode ini mirip dengan polimerisasi antarmuka,
perbedaanya adalah metode ini hanya menggunakan satu jenis
monomer yang berada dalam salah satu fase yaitu fase inti atau fase
luarnya saja. Jika inti berupa zat-zat padat, maka monomer dilarutkan
16
UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
ke dalam fase luar atau medium, sedangkan jika inti berupa cairan
maka monomer dilarutkan di dalamnya. Proses polimerisasi terjadi
karena penambahan katalis yang dapat dilakukan pada fase luar atau
fase inti, sehingga membentuk suatu lapisan polimer yang menyelimuti
seluruh permukaan inti. Syarat dari metode ini adalah polimer penyalut
yang terbentuk harus tidak larut dalam medium yang digunakan
(Thies, 1996).
d) Penguapan pelarut
Penyalut mikrokapsul dilarutkan dalam suatu pelarut yang
mudah menguap, yang tidak bercampur dengan fase cairan pembawa.
Bahan inti dilarutkan atau didispersikan dalam larutan penyalut
polimer. Dengan pengocokan campuran bahan penyalut inti terdispesi
dalam fase cairan pembawa untuk mendapatkan ukuran mikrokapsul
yang sesuai. Campuran jika perlu dipanaskan untuk menguapkan
pelarut untuk polimer. Bila bahan inti terdispersi dalam larutan
polimer, polimer berkumpul sekeliling inti. Bila bahan inti terlarut
dalam larutan polimer penyalut, terbentuk mikrokapsul tipe matriks.
Mikrokapsul dapat digunakan dalam bentuk suspensi, terlarut dalam
substrat atau diisolasi sebagai serbuk (Bakan, 1986).
2.6.4.2 Proses mekanik
a) Semprot Kering
Semprot kering atau spray drying dapat didefinisikan sebagai
suatu proses perubahan dari bentuk cair (larutan, dispersi atau pasta)
menjadi bentuk partikel-partikel kering oleh suatu proses
penyemprotan bahan ke dalam medium pengering yang panas (Kissel,
2006). Prinsip mikroenkapsulasi dengan semprot kering meliputi
proses pendispersian bahan inti ke dalam larutan penyalut, kemudian
pelarut penyalut tersebut dikeringkan dengan menyemprotkan
campuran tersebut dengan udara panas pada kamar pengering (Gambar
2.6). Udara panas tersebut akan menguapkan pelarut sehingga
terbentuk mikrosfer (Ghosh, 2006). Proses pengeringan dengan
17
UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
semprot kering terdiri dari empat tahap yaitu pengabutan
(atomization), pencampuran semprot dan udara, penguapan pelarut,
dan pemisahan produk dari alat (Kissel, 2006).
Bentuk ukuran mikropartikel dengan menggunakan metode
semprot kering dikontrol oleh laju penyemprotan, laju pemasukan
larutan penyalut dan bahan inti, ukuran nozzel, temperatur dan ukuran
kamar pengering. Kualitas dari semprot kering dapat ditingkatkan
dengan penambahan plasticizers yang mendorong terjadinya
pembentukan film dan koalesensi polimer, sehingga meningkatkan
permukaan mikropartikel yang halus dan sferis (Swarbrick, 2007).
Gambar 2.6 Skematik Ilustrasi Mikroenkapsulasi dengan Semprot Kering
[sumber : Ghosh, 2006]
Beberapa keuntungan penggunaan semprot kering yaitu metodenya
sederhana, ekonomis, teknologinya sudah banyak dikuasai, tersedianya
peralatan, dan dapat digunakan untuk produksi mikrosfer dalam jumlah
besar (Thies, 1996).
b) Semprot Beku
Proses semprot beku atau spray chilling sama dengan semprot
kering, meliputi pendispersian bahan inti dalam bahan penyalut yang
18
UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
dicairkan, dan penyemprotan campuran inti-penyalut ke dalam suatu
kondisi lingkungan dimana pemadatan yang relatif cepat dari
penyalutan diganggu. Perbedaan antara kedua metode ini adalah cara
dilaksanakan pemadatan penyalut. Pemadatan pada metode semprot
beku dilaksanakan dengan pembekuan secara termal suatu bahan
penyalut yang melebur, atau dengan memadatkan suatu penyalut yang
dilarutkan dengan memasukan bahan inti dan bahan penyalut ke dalam
suatu bukan pelarut. Penghilangan bahan bukan pelarut atau pelarut
dengan cara teknik peresapan, ekstraksi atau penguapan. Sedangkan
pada semprot kering dipengaruhi oleh penguapan cepat dari pelarut
dimana bahan penyalut dilarutkan (Bakan, 1986).
c) Penyalutan dalam Panci
Mikroenkapsulasi dengan menggunakan metode penyalutan
dalam panci telah luas digunakan dalam industri farmasi. Pada metode
ini penyalut digunakan sebagai satu larutan atau sebagai semprotan
halus ke suatu bahan inti padat di dalam panci penyalut. Untuk
memindahkan larutan penyalut, biasanya air hangat digunakan pada
bahan-bahan tersalut saat penyalutan ada di dalam panci penyalut.
Penghilangan penyalut dilakukan dalam oven pengering
(Bakan, 1986).
d) Suspensi Udara
Prinsip metode ini adalah partikel inti didispersikan ke dalam
arus udara dan pada tempat-tempat tertentu mengalami penyalutan
oleh polimer yang disemprotkan secara berkala. Metode suspensi
udara, digunakan untuk bahan inti yang tahan panas dengan
menggunakan medium udara/gas dan penyalut polimer (Deasy, 1984).
2.7 Hidroksi Propil Metil Selulosa
Hidroksipropilmetilselulosa merupakan polimer semi sintetik
turunan selulosa yang bersifat hidrofilik. Nama lain hidroksi propel metil
selulosa adalah benecel MHPC E464, hydroxypropyl methylcellulose,
HPMC, methocel, methylcelullulose propylene glycol ether, methyl
19
UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
hydroxypropylcellulose, metholose, pharmacoat, thylopur. Nama kimianya
cellulose,2-hydroxypropy methyl ether (Rowe, 2006). Struktur kimia
HPMC ditunjukkan pada Gambar 2.7.
Keterangan : R adalah H, CH3, atau CH3CH(OH)CH2
Gambar 2.7 Struktur Kimia HPMC
[sumber : Rowe, Paul dan Marian, 2009]
HPMC merupakan campuran eter selulosa yang terdiri dari
16,5-30% gugus hidroksi yang termetilasi dan 4-32% gugus
hidroksipropil, tergantung dari tipe substitusinya masing-masing. Tipe
substitusi tersebut akan berpengaruh pada kecepatan hidrasi dari partikel-
partikel HPMC serta kekuatan gelnya yang akhirnya akan mempengaruhi
profil disolusinya (Leuner dan Jennifer, 2000). HPMC memiliki
pemberian berupa serbuk granul berwarna putih, praktis tidak berbau dan
tidak berasa. HPMC mempunyai berat molekul dengan rentang 10.000 –
1.500.000. HPMC larut dalam air, praktis tidak larut dalam kloroform,
etanol, dan eter tetapi larut dalam campuran etanol dengan diklormetan,
dan campuran metanol dengan diklormetan. HPMC telah bayak digunakan
sebagai sistem pembawa untuk memperbaiki laju pelepasan dan
bioavabilitas obat yang sukar larut dalam air. Selain itu HPMC dapat
digunakan untuk menghambat rekristalisasi obat (Rowe, 2006; Leuner dan
Jennifer, 2000). Penelitian Alanzi (2007) menujukan HPMC dapat
membantu meningkatkan kelarutan obat yang sukar larut dalam air.
2.8 Uji Aktivitas Antioksidan Dengan Metode DPPH
Metode DPPH (2,2-diphenyl-1-picrylhydrazil) digunakan secara
luas untuk menguji kemampuan senyawa yang berperan sebagai pendonor
elektron atau atom hidrogen. Metode DPPH merupakan metode yang
20
UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
dapat mengukur aktivitas total antioksidan baik dalam pelarut polar
maupun nonpolar. Beberapa metode lain terbatas mengukur komponen
yang larut dalam pelarut yang digunakan dalam analisa. Metode DPPH
mengukur semua komponen antioksidan, baik yang larut dalam lemak
maupun dalam air (Prakash, 2001).
Metode DPPH merupakan metode yang sederhana, mudah, cepat
dan peka, serta hanya memerlukan sedikit sampel. DPPH adalah senyawa
radikal bebas stabil kelompok nitrit oksida. Senyawa ini mempunyai ciri-
ciri padatan berwarna ungu kehitaman, larut dalam pelarut DMF atau
etanol/metanol 394,3 g/mol, rumus molekul C18H12N5O6 (Prakash, 2001).
Radikal bebas DPPH yang memiliki elektron tidak berpasangan
memberikan warna ungu dan menghasilkan absorbansi maksimum pada
panjang gelombang 517 nm. Warna akan berubah menjadi kuning saat
elektronnya berpasangan. Pengurangan intensitas warna yang terjadi
berhubungan dengan jumlah elektron DPPH yang menangkap atom
hidrogen. Sehingga pengurangan intensitas warna mengindikasikan
peningkatan kemampuan antioksidan untuk menangkap radikal bebas
(Prakash, 2001).
Aktivitas antioksidan dapat dinyatakan dengan satuan % aktivitas.
Nilai ini diperoleh dengan rumus sebagai berikut (Molyneux, 2003).
Berdasarkan rumus tersebut, semakin tinggi tingkat diskolorisasi
(absorbansi semakin kecil) maka semakin tinggi nilai aktivitas
penangkapan radikal bebas (Molyneux, 2003).
(2,2-diphenyl-1-picrylhydrazyl) (2,2-diphenyl-1-picrylhydrazyn)
Gambar 2.8 Reaksi Penghambatan Antioksidan Terhadap Radikal DPPH
[sumber : Prakash, 2001]
21
UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
Aktivitas antioksidan pada metode DPPH dinyatakan dengan IC50
(Inhibition Concentration). IC50 adalah bilangan yang menunjukkan
konsentrasi ekstrak yang mampu menghambat aktivitas DPPH sebesar
50%. Semakin kecil nilai IC50 berarti semakin tinggi aktivitas antioksidan.
Secara spesifik, suatu senyawa dikatakan sebagai antioksidan sangat kuat
jika nilai IC50 kurang dari 0.05 mg/mL, kuat untuk IC50 antara 0.05-0.1
mg/mL, sedang jika IC50 bernilai 0.101–0.150 mg/mL dan lemah jika IC50
bernilai 0.151 – 0.200 mg/mL (Blois, 1958).
AAI (Antioxidant Activity Index) adalah nilai yang menunjukkan
besarnya aktivitas antioksidan yang dimiliki suatu ekstrak atau bahan uji.
Nilai AAI dapat ditentukan dengan cara menghitung konsentrasi DPPH
yang digunakan dalam uji (ppm) dibagi dengan nilai IC50 yang diperoleh
(ppm). Penggolongan nilai AAI ini dilakukan oleh Scherer dan Godoy
(2009). Nilai AAI <0,5 menandakan antioksidan lemah, AAI >0,5-1
menandakan antioksidan sedang, AAI >1-2 menandakan antioksidan kuat,
dan AAI >2 menandakan antioksidan yang sangat kuat (Vasic, Stefanovic,
Licina, Radojevic & Comic, 2012).
2.9 Uji Stabilitas
Uji stabilitas merupakan bagian penting dalam program uji bahan
obat karena ketidakstabilan produk ditentukan oleh tiga syarat utama yaitu
kualitas, efikasi, dan keamanan (Carstensen dan Rhodes, 2000).
Alasan dilakukannya penentuan stabilitas obat karena menyangkut
kesehatan masyarakat. Organisasi kesehatan dunia (WHO) mendefinisikan
stabilitas obat sebagai kemampuan dari suatu produk farmasi untuk
mempertahankan sifat kimia, fisika, mikrobiologi dan biofarmasetik
sampai batas durasi spesifik pemakaian produk (WHO, 1996).
Beberapa efek yang tidak diinginkan yang potensial dari
ketidakstabilan produk farmasi, yaitu :
1. Hilangnya zat aktif
2. Konsentrasi zat aktif meningkat
22
UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
3. Bioavailabiliti berubah
4. Hilangnya keseragaman kandungan
5. Menurunnya status mikrobiologis
6. Hilangnya elegansi produk dan ‘patient acceptability’
7. Pembentukkan hasil urai yang toksik
8. Hilangnya kekedapan kemasan
9. Menurunnya kualitas label
10. Modifikasi faktor hubungan fungsional (Carstensen dan Rhodes,
2000).
Stabilitas obat perlu diperhatikan untuk mengurangi terjadinya
penguraian pada zat yang terkandung dalam obat, sehingga tidak mencapai
efek terapi atau memberikan efek lainnya. Terdapat beberapa jenis
penguraian, yaitu :
a. Kimia
Degradasi kimia (solvolisis, oksidasi, dan lain-lain). Hal ini
terjadi karena adanya bahan yang terkandung dalam obat tersebut
mengalami degradasi kimia.
b. Fisika
Degradasi fisika dapat terjadi karena berbagai faktor, dan
sampai sekarang belum diketahui secara lengkap penyebab terjadinya
degradasi fisika. Hal ini dapat dicegah dengan metode tes fisik obat
(misal; tablet friability, tablet impact resistance, suspension
redispersibility, atau injection syringability).
c. Biologi
Degadrasi biologi ini disebabkan oleh pertumbuhan
mikroorganisme dalam obat yang menyebabkan masalah stabilitas
obat. Selain itu tikus, kecoa, semut, dan bukan golongan
mikroorganisme dapat menjadi penyebab masalah stabilitas obat.
d. Kombinasi
Degradasi ini disebabkan adanya interaksi antara obat dengan
tubuh manusia yang memberikan efek, baik itu efek terapi maupun
toksik. Semua tergantung pada stabilitas obat tersebut.
23
UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
2.10 Spektrofotometer UV-VIS
SpeKtrum UV-Vis merupakan hasil interaksi antara radiasi
elektromagnetik (REM) dengan molekul. Radiasi elektromagnetik
merupakan bentuk energi radiasi yang mempunyai sifat gelombang dan
partikel (foton). Karena bersifat sebagai gelombang, maka ada parameter-
parameter yang perlu diketahui, antara lain panjang gelombang (λ),
frekuensi (υ), bilangan gelombang (v), dan serapan (A). REM memiliki
vektor listrik dan magnet yang bergetar dalam bidang yang tegak lurus
satu sama lain dan masing-masing tegak lurus pada arah perambatan
radiasi (Harmita, 2006).
Spektrofotometer dapat digunakan untuk mengukur besarnya
energi yang diabsorpsi atau diteruskan. Jika radiasi monokromatik
melewati larutan yang mengandung zat yang dapat menyerap, maka
radiasi ini akan dipantulkan, diabsorpsi oleh zatnya, dan sisanya akan
ditransmisikan. Lambert dan Beer telah menurunkan secara empiris
hubungan antara intensitas cahaya yang ditransmisikan dengan tebalnya
larutan dan hubungan antara intensitas dengan konsentrasi zat. Hukum
Labert-Beer (Harmita, 2006) :
Keterangan : A = serapan
Io = intensitas sinar yang datang
It = intensitas sinar yang diteruskan
Γ = absorbtivitas molekuler (mol.cm.It-1
)
a = daya serap (g.cm. It-1
)
b = tebal larutan/kuvet
24
BAB 3
METODOLOGI PENELITIAN
3.1. Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian dilakukan di Laboratorium Penelitian 1, Laboratorium
Penelitian 2, Laboratorium Sediaan Steril, dan Laboratorium Teknologi
Sediaan Padat, FKIK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Penelitian
berlangsung dari bulan Januari hingga September 2014.
3.2. Bahan dan Alat Penelitian
3.2.1. Bahan Penelitian
Ekstrak etanol 50% kulit buah manggis yang telah dikarakterisasi
oleh Hanny Narulita (2014) dengan kandungan alfa-mangostin yaitu
sebesar 4%, aquades, HPMC (Ashland), standar alfa-mangostin
(Biopurify), Vitamin C (DSM), DPPH (Sigma-Aldrich), kloroform pro
analisis (Merck), dan metanol pro analisis (Merck).
3.2.2. Alat Penelitian
Alat yang digunakan antara lain neraca analitik digital (AND GN-
202), homogenizer (IKA RW 20 Digital), spay dryer (Eyela SD-1000),
spektrofotometer UV-Visibel (Hitachi U-2910), oven (Eyela NDO-400),
mikropipet (Bio-rad), alat gelas, kertas saring, tisu, alumunium foil, dan
plastik wrap.
3.3 Prosedur Kerja
3.3.1 Formula Mikropartikel
Tabel 3.1. Formula Mikropartikel Ekstrak Etanol 50% Kulit Buah
Manggis dengan Basis HPMC
Bahan Formula
Ekstrak etanol 50% kulit buah manggis 5 gram
HPMC 20 gram
Aquadest 1000 ml
25
UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
3.3.2 Pembuatan Mikropartikel Ekstrak Etanol 50% Kulit Buah Manggis
(Garcinia mangostana L.)
Masing-masing ekstrak dan HPMC ditimbang secara akurat. Kemudian
ekstrak dilarutkan dalam 400 mL aquadest pada gelas beker dan diaduk
menggunakan batang pengaduk. Pada gelas beker terpisah, HPMC
dilarutkan dalam 400 mL aquadest dan diaduk menggunakan batang
pengaduk. Setelah kedua larutan terbentuk, larutan ekstrak dicampurkan
ke dalam gelas beker berisi larutan HPMC. Dimasukkan 200 mL aquadest
ke dalam gelas beker ekstrak untuk membilas kemudian dicampurkan ke
dalam gelas beker yang berisi ekstrak dan HPMC. Selanjutnya larutan
ekstrak-HPMC dihomogenkan menggunakan alat homogenizer dengan
kecepatan 1000 rpm selama 30 menit hingga terbentuk larutan ekstrak-
polimer. Kemudian larutan yang terbentuk dijadikan mikropartikel dengan
alat spray dryer. Alat spray dryer dioptimasi dengan pengaturan suhu
masuk 165-170 0C, suhu keluar 80
0C, laju alir 0,35-0,40 m
3/menit, dan
tekanan atomizing 4x10 kPa. Selanjutnya mikropartikel yang terbentuk
disimpan dalam wadah dilapisi alumunium foil (Eliana Harue Endo, 2012,
dengan modifikasi).
3.3.3 Pembuatan Kurva Kalibrasi
3.3.3.1 Panjang Gelombang Maksimum Standar Alfa-mangostin
Dilakukan scanning panjang gelombang dari larutan standar alfa-
mangostin dengan konsentrasi 8 ppm menggunakan spektrofotometer
UV-Visibel dengan panjang gelombang 200-400 nm (Abdalrahim F.A.
Aishal, et al., 2013).
3.3.3.2 Pembuatan Larutan Standar Alfa-mangostin
Ditimbang secara akurat 2,0 mg alfa-mangostin, kemudian dilarutkan
dalam 50 mL metanol pro analisis sehingga diperoleh konsentrasi larutan
induk standar yaitu sebesar 40 ppm. Dari larutan induk standar tersebut
dipipet sebanyak 62,5; 250; 500; 1000; 1250; 1500; 1750; dan 2000 µL
26
UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
kemudian dicukupkan volumenya hingga 5 mL sehingga dihasilkan
larutan dengan konsentrasi 0,5; 2; 4; 8; 10; 12; 14; dan 16 ppm. Masing-
masing larutan standar alfa-mangostin diambil dan diukur absorbansinya
dengan panjang gelombang maksimum sesuai hasil scanning sebelumnya
(Abdalrahim F.A. Aishal, et al., 2013).
3.3.4 Pengukuran Kadar Alfa-mangostin dalam Mikropartikel
Jumlah kadar alfa-mangostin pada mikropartikel ditentukan dengan
metode spektrofotometer UV-Visibel. Sampel ditimbang dan dimasukkan
ke dalam erlenmeyer, ditambahkan 5 mL metanol pro analisis dan
selanjutnya disonikasi selama lebih kurang 5 menit. Kemudian larutan
pada erlenmeyer dipindahkan dan dicukupkan volumenya dengan metanol
pro analisis ke dalam labu ukur 10 mL. Kemudian larutan tersebut dipipet
1 mL dan diencerkan ke dalam labu ukur 5 mL. Selanjutnya absorbansi
diukur pada panjang gelombang 316 nm. Pengerjaan dilakukan secara
triplo. (Abdalrahim F.A. Aishal, et al., 2013, dengan modifikasi).
3.3.5 Uji Efisiensi Penjerapan Alfa-mangostin dalam Mikropartikel
Ditimbang akurat 50,0 mg mikropartikel, lalu dicampur dengan kloroform
pro analisis pada labu ukur 10 mL hingga terbentuk larutan induk
5000 ppm. Kemudian campuran disaring dengan kertas saring dan filtrat
yang terbentuk dipisahkan, filtrat yang terbentuk dianggap sebagai jumlah
zat aktif yang bebas. Selanjutnya mikropartikel yang tidak terlarut dan
tertahan di kertas saring dikerok dan dikumpulkan kembali. Mikropartikel
tersebut kemudian dilarutkan dengan metanol pro analisis dalam labu ukur
10 mL dan disonikasi selama kurang lebih 5 menit hingga larut sempurna.
Selanjutnya larutan diencerkan kembali dari konsentrasi 5000 ppm
menjadi konsentrasi 1000 ppm. Larutan tersebut lalu diukur absorbansinya
menggunakan spektrofotometer sebagai jumlah zat aktif yang terjerap
(Kumar, et al., 2011, dengan modifikasi).
27
UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
3.3.6 Uji Aktivitas Antioksidan Ekstrak Etanol 50% Kulit Buah Manggis
(Garcinia mangostana L.) dan Bentuk Mikropartikelnya dengan
Metode DPPH (Weecharangsan, 2005)
Disiapkan masing-masing larutan DPPH, larutan kontrol negatif, larutan
uji mikropartikel, dan larutan uji ekstrak serta larutan vitamin C sebagai
kontrol positif dengan menggunakan pelarut metanol pro analisis, setelah
itu dilakukan pengukuran serapan.
a. Pembuatan larutan DPPH 0,004%
Ditimbang seksama lebih kurang 2 mg DPPH (BM 394,32), lalu
dilarutkan dengan metanol pro analisis pada labu ukur 50 mL yang
dilapisi alumunium foil.
b. Pembuatan larutan kontrol negatif
Dipipet 2 mL larutan DPPH 0,004% ke dalam tabung reaksi lalu
ditambahkan 2 mL metanol pro analisis. Mulut tabung reaksi ditutup
dengan alumunium foil lalu larutan uji divortex hingga homogen.
c. Pembuatan larutan uji ekstrak
Ekstrak ditimbang sebanyak 50,0 mg dan dilarutkan dalam metanol
pro analisis pada labu ukur 50 mL hingga didapatkan konsentrasi
larutan induk ekstrak 1000 ppm. Dari larutan induk dipipet sebanyak
25, 50, 75, 100, 125, dan 150 µL kemudian dicukupkan volumenya
hingga 10 mL pada labu ukur sehingga didapatkan larutan uji dengan
seri konsentrasi 2,5; 5; 7,5; 10; 12,5; dan 15 ppm. Dari tiap konsentrasi
tersebut dipipet masing-masing 2 mL ke dalam tabung reaksi dan
ditambahkan 2 mL larutan DPPH 0,004%. Mulut tabung reaksi ditutup
dengan alumunium foil lalu larutan uji divortex hingga homogen.
d. Pembuatan larutan uji mikropartikel
Mikropartikel ditimbang sebanyak 200,0 mg dan dilarutkan dalam
metanol pro analisis pada labu ukur 50 mL hingga didapatkan
konsentrasi larutan induk mikropartikel 4000 ppm. Dari larutan induk
dipipet sebanyak 50, 100, 150, 200 dan 250 µL kemudian dicukupkan
volumenya hingga 10 mL pada labu ukur sehingga didapatkan larutan
uji dengan seri konsentrasi 20, 40, 60, 80, dan 100 ppm. Dari tiap
konsentrasi tersebut dipipet masing-masing 2 mL ke dalam tabung
28
UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
reaksi dan ditambahkan 2 mL larutan DPPH 0,004%. Mulut tabung
reaksi ditutup dengan alumunium foil lalu larutan uji divortex hingga
homogen.
e. Pembuatan larutan vitamin C sebagai kontrol positif
Vitamin C ditimbang sebanyak 5 mg dan dilarutkan dalam metanol pro
analisa pada labu ukur 10 mL hingga didapatkan konsentrasi larutan
induk vitamin C 500 ppm. Dari larutan induk dipipet sebanyak 50,
100, 150, 200, dan 250 µL kemudian dicukupkan volumenya hingga
10 mL pada labu ukur sehingga didapatkan larutan seri konsentrasi
2,5; 5; 7,5; 10; 12,5; dan 15 ppm. Dari tiap konsentrasi tersebut dipipet
masing-masing 2 mL ke dalam tabung reaksi dan ditambahkan 2 mL
larutan DPPH 0,004%. Mulut tabung reaksi ditutup dengan alumunium
foil lalu larutan uji divortex hingga homogen.
f. Pengukuran serapan
Semua seri konsentrasi dari larutan uji mikropartikel, larutan uji
ekstrak, dan larutan kontrol positif didiamkan pada suhu ruang selama
30 menit, selanjutnya diukur serapannya pada panjang gelombang
516 nm menggunakan spektrofotometer UV-Vis. Sebagai larutan
blanko digunakan metanol pro analisis. Pengujian dilakukan sebanyak
triplo dan aktivitas antioksidan dihitung dengan menggunakan rumus :
Aktivitas antioksidan larutan uji ditunjukan dengan nilai IC50 yang
dianggap sebagai konsentrasi larutan uji yang dapat menghambat 50%
radikal bebas. Vitamin C digunakan sebagai larutan standar uji
antioksidan (Weecharangsan, 2005).
3.3.6 Uji Stabilitas Antioksidan Ekstrak Etanol 50% Kulit Buah Manggis
(Garcinia Mangostana. L) dan Bentuk Mikropartikelnya
Sampel mikropartikel dan ekstrak etanol 50% kulit buah manggis diuji
stabilitas antioksidannya pada kondisi dipercepat selama 21 hari.
Ditimbang 50,0 mg ekstrak dan 200,0 mg mikropartikel, masing-masing
29
UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
sebanyak 12 vial dengan dibungkus alumunium foil dan diberi label
keterangan lalu disimpan di dalam wadah kedap dengan kelembaban
relatif 75 5% dan suhu 45 5 0C tanpa sinar langsung. Wadah kedap
dimasukkan ke dalam oven yang telah dikondisikan. Sampel lalu diuji
stabilitas aktivitas antioksidan pada waktu 2, 7, 14 dan 21 hari (Lopes, et
al., 2012, dengan modifikasi). Dari tiap titik pengambilan sampel
dilakukan uji aktivitas antioksidannya menggunakan metode DPPH sesuai
tahap yang dilakukan pada uji aktivitas antioksidan sub bab 3.3.5.
Kemudian didapatkan nilai IC50 dan dibuat grafik stabilitasnya.
30
BAB 4
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Formulasi Mikropartikel
Pada penelitian ini diformulasikan ekstrak etanol 50% kulit buah
manggis (Garcinia mangostana L.) dengan polimer HPMC (1:4) untuk
membentuk mikropartikel agar senyawa alfa-mangostin yang berfungsi
sebagai antioksidan terlindungi. Proses penyalutan ekstrak dengan polimer
HPMC terbukti dapat menjaga stabilitas senyawa α-tokoferol yang bersifat
tidak stabil karena mudah teroksidasi (Yosephine, 2008).
Mikropartikel ekstrak etanol 50% kulit buah manggis dibuat
dengan metode semprot kering. Metode semprot kering dipilih karena
memiliki keuntungan antara lain metode yang sederhana, ekonomis,
teknologinya sudah banyak dikuasai, ketersediaan alat, dan dapat
digunakan untuk produksi dalam jumlah besar (Thies,1996). Pada
penelitian ini dilakukan optimasi alat kembali karena keadaan alat spray
dryer yang belum dapat terkondisikan secara otomatis. Kondisi proses
pembuatan mikropartikel yang digunakan adalah suhu masuk 165-1700C;
suhu keluar 800C; blower 0,35-0,40 m
3/menit; atomizing 4x10 kPa.
Suhu yang digunakan pada pembuatan mikropartikel adalah suhu
kisaran sedang-tinggi dengan kondisi yang ditetapkan melalui uji
pendahuluan. Jika suhu keluar yang digunakan lebih rendah maka proses
pengeringan mikropartikel berjalan kurang sempurna dan serbuk yang
dihasilkan akan lembab dan banyak yang tertinggal pada kamar pengering
sehingga perolehan kembali sampel menjadi sedikit. Sedangkan jika suhu
masuk lebih tinggi akan menghasilkan mikropartikel yang tidak stabil dan
cenderung berwarna cokelat karamel. Besar tekanan pada atomizing
dioptimasi agar didapatkan ukuran mikropartikel yang diinginkan. Jika
nilai tekanan semakin tinggi maka serbuk yang dihasilkan akan semakin
halus dan nilai kehilangan akan semakin besar karena sifatnya yang sangat
ringan. Kondisi proses pengeringan ini menghasilkan serbuk yang halus,
kering, dan sedikit mengalami agregasi. Hal ini dikarenakan proses
31
UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
semprot kering berjalan dengan kecepatan penguapan yang tinggi,
sehingga kandungan air pada mikropartikel rendah dan tidak saling
melekat (Thies,1996).
Pelarut yang digunakan dalam pembuatan mikropartikel adalah air.
Air dipilih karena sifatnya yang netral, tidak toksik dan spesifikasi alat
spray dryer yang tidak memungkinkan penggunakan pelarut organik.
Mikropartikel yang diperoleh berbentuk serbuk halus, warna putih
kecoklatan, bau khas, dan rasa pahit.
4.2 Pembuatan Kurva Kalibrasi
4.2.1 Panjang Gelombang Maksimum Alfa-mangostin
Penentuan panjang gelombang maksimum dilakukan dengan
menggunakan spektrofotometer UV-Visibel. Serapan maksimum
alfa- mangostin yang diperoleh yaitu pada panjang gelombang 243 nm dan
316 nm. Pengukuran senyawa alfa mangostin dilakukan pada panjang
gelombang 316 nm karena senyawa lain yang memiliki stuktur cincin
xanton dapat memberikan serapan pada panjang gelombang 243 nm
(Abdalrahim F.A. Aishal, et al, 2013).
4.2.2 Kurva Kalibrasi Alfa-mangostin
Gambar 4.1 Kurva Kalibrasi Alfa-mangostin
y = 0.0571x - 0.0037 R² = 0.9999
0 0.1 0.2 0.3 0.4 0.5 0.6 0.7 0.8 0.9
1
0 2 4 6 8 10 12 14 16 18
Abso
rban
si
Konsentrasi (ppm)
32
UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
Hasil kurva kalibrasi diperoleh persamaan regresi y= -0,0037 +
0,0571x dengan nilai R=0,999, yang menunjukkan garis linear, data
selengkapnya dapat dilihat pada lampiran 8.
4.3 Kadar Alfa-Mangostin dalam Mikropartikel Ekstrak Etanol 50%
Kulit Buah Manggis (Garcinia mangostana L.)
Penentuan kadar alfa-mangostin di dalam mikropartikel ekstrak
etanol 50% kulit buah manggis dilakukan dengan melarutkan
mikropartikel dengan metanol pro analisis dengan cara sonikasi hingga
didapatkan larutan induk, kemudian larutan induk tersebut diencerkan
hingga konsentrasi 100 ppm. Sonikasi dilakukan agar HPMC yang
menyalut zat aktif dapat dipecah sehingga zat aktif terlarut sempurna.
Kemudian larutan diukur absorbansinya menggunakan spektrofotometer
UV-Vis sehingga dapat diketahui kadar alfa-mangostin total yang
terkandung di dalam mikropartikel ekstrak etanol 50% kulit buah manggis,
yaitu sebesar 0,9±0,004%. Perhitungan lebih lengkap dapat dilihat pada
lampiran 9.
4.4 Hasil Uji Penjerapan
Evaluasi terhadap efisiensi penjerapan dilakukan untuk mengetahui
kemampuan polimer dalam menjerap zat aktif dan mengetahui efisiensi
dari metode yang digunakan. Nilai efisiensi penjerapan dari formula yang
telah dibuat adalah 24,87±0,17%. Nilai efisiensi yang rendah disebabkan
karena pada formula menggunakan pelarut air sehingga proses
pengeringan dengan alat spray dryer membutuhkan suhu tinggi. Suhu
tinggi menyebabkan senyawa alfa-mangostin rentan terdegradasi dan
menyebabkan kadar terjerap menjadi rendah. Perhitungan lebih lengkap
dapat dilihat pada lampiran 10.
4.5 Hasil Uji Aktivitas Antioksidan Menggunakan Metode DPPH
Pengujian absorbansi peredaman DPPH dilakukan terhadap
beberapa seri konsentrasi baik ekstrak etanol 50% kulit buah manggis,
33
UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
bentuk mikropartikelnya, dan kontrol positif vitamin C. Hasil absorbansi
dapat dilihat berturut-urut pada tabel 4.1, tabel 4.2, dan tabel 4.3.
Tabel 4.1 Hasil Uji Aktivitas Antioksidan Ekstrak Etanol 50% Kulit
Buah Manggis
Konsentrasi % Inhibisi
2,5 ppm 28,53
5 ppm 41,76
7,5 ppm 52,43
10 ppm 64,06
12,5 ppm 78,11
15 ppm 88,32
Nilai IC50 6,90 ppm
Gambar 4.2 Kurva Uji Aktivitas Antioksidan Ekstrak Etanol 50% Kulit
Buah Manggis
Tabel 4.2 Hasil Uji Aktivitas Antioksidan Mikropartikel Ekstrak Etanol
50% Kulit Buah Manggis
Konsentrasi % Inhibisi
20 ppm 29,43
40 ppm 47,36
60 ppm 66,48
80 ppm 84,15
100 ppm 97,86
Nilai IC50 42,70 ppm
y = 4.7958x + 16.905
R² = 0.9986
0
20
40
60
80
100
0 2.5 5 7.5 10 12.5 15 17.5
% I
nhib
isi
Konsentrasi (ppm)
34
UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
Gambar 4.3 Kurva Uji Aktivitas Antioksidan Mikropartikel Ekstrak Etanol
50% Kulit Buah Manggis
Tabel 4.3 Hasil Uji Aktivitas Antioksidan Vitamin C
Konsentrasi % Inhibisi
2,5 ppm 22,26
5 ppm 42,40
7,5 ppm 61,25
10 ppm 81,45
12,5 ppm 98,65
Nilai IC50 5,97 ppm
Gambar 4.4 Kurva Uji Aktivitas Antioksidan Vitamin C
Uji aktivitas antioksidan dilakukan dengan metode penangkal
radikal bebas (DPPH) terhadap ekstrak dan bentuk mikropartikelnya.
Metode DPPH (2,2-difenil-1-pikrilhidrazil) dilakukan karena kemampuan
antioksidan untuk menghambat radikal bebas dengan mendonorkan atom
hidrogen kepada DPPH. Metode DPPH dipilih karena merupakan metode
y = 0.8689x + 12.896 R² = 0.9968
0
50
100
150
0 20 40 60 80 100 120
% I
nhib
isi
Konsentrasi (ppm)
y = 7.5932x + 4.653 R² = 0.9981
0
20
40
60
80
100
0 2.5 5 7.5 10 12.5 15
% I
nhib
isi
Konsentrasi (ppm)
35
UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
yang cepat, sederhana dan murah untuk mengukur aktivitas antioksidan
(Prakash, et al., 2001). Reaksi DPPH dengan antioksidan akan
menetralkan radikal bebas dari DPPH dan membentuk DPPH tereduksi.
Adapun reaksinya adalah sebagai berikut:
Gambar 4.5 Reaksi DPPH dengan Antioksidan
[sumber : Prakash, et al., 2001]
Analisis terhadap sampel uji yang memiliki aktivitas antioksidan
dapat dilihat dari penurunan intensitas warna DPPH menjadi pudar. Pada
awalnya sebelum direaksikan, larutan senyawa DPPH berwarna ungu
namun ketika direaksikan dengan senyawa antioksidan larutan menjadi
kuning. Hal ini terjadi karena adanya donor elektron dari senyawa
antioksidan ke atom nitrogen (N-N) senyawa DPPH, reaksi ini
memberikan peningkatan kompleks nonradikal dan menurunkan radikal
DPPH. Pengukuran absorbansi diukur menggunakan spektofotometer UV-
Visibel pada panjang gelombang 516 nm (Reynetson, 2007).
Vitamin C yang digunakan sebagai kontrol positif dibuat dengan
konsentrasi 2,5; 5; 7,5; 10 dan 12,5 ppm. Vitamin C merupakan senyawa
dengan rumus molekul C6H8O6 yang diketahui memiliki aktivitas
antioksidan yang tinggi karena bersifat reduktor. Sifat reduktor disebabkan
karena mudah terlepasnya atom-atom hidrogen pada gugus hidroksil yang
terikat pada atom C2 dan atom C3 (atom-atom C pada ikatan rangkap),
sehingga radikal bebas dapat dengan mudah menangkapnya dan
membentuk radikal bebas tereduksi yang stabil (Soewoto, 2001).
36
UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
Setelah pengukuran, didapat data absorbansi yang kemudian
dihitung persen inhibisinya. Persen inhibisi adalah kemampuan sampel
untuk menghambat aktivitas radikal bebas dan berhubungan dengan
konsentrasi sampel. (Molyneux, 2004). Penentuan IC50 dari masing-
masing sampel bertujuan untuk memperoleh jumlah penangkapan radikal
bebas DPPH sebesar 50% dibandingkan dengan larutan blanko yang
dihitung secara regresi linier. Dari hasil uji maka diperoleh nilai IC50
untuk masing-masing sampel. Semakin kecil nilai IC50 berarti aktivitas
antioksidannya semakin tinggi. Dari tabel 4.1, tabel 4.2 dan tabel 4.3
menunjukkan bahwa ekstrak etanol 50% kulit buah manggis memiliki nilai
IC50 sebesar 6,91 ppm, bentuk mikropartikelnya memiliki nilai IC50
sebesar 42,70 ppm setara dengan larutan ekstrak 9,17 ppm (perhitungan
lihat lampiran 11), dan vitamin C memiliki IC50 sebesar 5,97 ppm. Jika
dibandingkan antara IC50 ekstrak sebesar 6,91 ppm dan IC50 kandungan
ekstrak dalam mikropartikel sebesar 9,17 ppm, terlihat bahwa aktivitas
antioksidan ekstrak pada mikropartikel lebih rendah dibandingkan
sebelum dibuat mikropartikel. Hal ini dapat disebabkan karena selama
proses pembuatan mikropartikel yang menggunakan suhu tinggi dapat
menyebabkan senyawa antioksidan terdegradasi.
Dari hasil di atas, dapat dihitung nilai AAI ekstrak etanol 50% kulit
buah manggis yaitu sebesar 5,78 (antioksidan sangat kuat), lebih baik
dibandingkan dengan nilai AAI bentuk mikropartikelnya yaitu sebesar
0,94 (antioksidan sedang). AAI dapat dihitung dengan cara konsentrasi
larutan DPPH (ppm) dibagi dengan IC50 larutan uji (ppm).
4.6 Hasil Uji Stabilitas Ekstrak Etanol 50% Kulit Buah Manggis dan
Bentuk Mikropartikelnya
Ekstrak etanol 50% kulit buah manggis dan bentuk
mikropartikelnya diuji stabilitas antioksidannya dalam wadah kedap udara
yang disimpan pada oven suhu 45±50C dengan kelembaban 75±5% selama
21 hari. Penentuan pengujian sampel adalah 2, 7, 14, dan 21 hari. Hasil uji
stabilitas antioksidan dapat dilihat pada tabel 4.4.
37
UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
Tabel 4.4 Hasil Uji Stabilitas Ekstrak Etanol 50% Kulit Buah Manggis dan
Bentuk Mikropartikelnya
Waktu (hari ke-) IC50 Ekstrak IC50 Mikropartikel
0 6,90 ppm 42,70 ppm
2 7,23 ppm 43,13 ppm
7 7,99 ppm 43,69 ppm
14 9,68 ppm 48,29 ppm
21 10,98 ppm 66,37 ppm
Tabel 4.4 menunjukkan hasil bahwa aktivitas antioksidan ekstrak
dan mikropartikel tidak stabil. Aktivitas antioksidan ekstrak menurun
dapat disebabkan karena pada uji stabilitas menggunakan suhu 45±50C dan
kelembaban 75±5% selama penyimpanan. Suhu tinggi dapat mendegradasi
alfa-mangostin sehingga aktivitas antioksidan akan menurun. Sedangkan
aktivitas antioksidan mikropartikel menurun dapat disebabkan karena nilai
efesiensi penjerapan yang rendah dan proses pembuatan mikropartikel
menggunakan suhu tinggi. Nilai efesiensi yang rendah menyebabkan
senyawa alfa-mangostin yang terjerap sedikit sehingga alfa-mangostin
yang tidak terjerap akan mudah teroksidasi dan menyebabkan penurunan
aktivitas. Penggunaan suhu tinggi pada proses pembuatan mikropartikel
juga dapat menyebabkan degradasi alfa-mangostin karena atom hidrogen
teroksidasi dan berpengaruh pada jumlah senyawa antioksidan aktif
sehingga senyawa yang akan mengikat radikal bebas akan berkurang dan
menyebabkan persen inhibisi DPPH berkurang.
Tabel 4.5 Penurunan Absorbansi DPPH pada Sampel Uji Ekstrak dan
Mikropartikel
Waktu (hari ke-) Abs DPPH-Ekstrak Abs DPPH-Mikropartikel
0 0,439 0,352
2 0,369 0,338
7 0,363 0,337
14 0,317 0,316
21 0,297 0,269
38
UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
Dari tabel 4.5, diregresikan antara waktu sebagai x dan absorbansi
sebagai y sehingga diperoleh kurva dibawah ini. Pada gambar 4.6 terlihat
bahwa terjadi penurunan absorbansi DPPH yang terinhibisi. Penurunan ini
mengindikasikan bahwa senyawa alfa-mangostin yang memberikan
aktivitas antioksidan tidak stabil. Dari hasil regresi linier diperoleh
konstanta laju penurunan absorbansi DPPH pada ekstrak yaitu sebesar
0,0051 per hari sedangkan konstanta laju penurunan absorbansi DPPH
pada mikropartikel yaitu sebesar 0,0036 per hari. Konstanta laju
penurunan absorbansi pada mikropartikel lebih kecil dibandingkan dengan
ektrak. Pada kurva juga dapat terlihat bahwa kurva ekstrak terlihat lebih
curam dibandingkan dengan mikropartikel. Hal ini menandakan bahwa
stabilitas mikropartikel lebih baik dibandingkan ekstrak.
Gambar 4.6 Kurva Laju Reaksi Eksrak dan Mikropartikel
Hasil penelitian ini dapat dibandingkan dengan penelitian lain yang
menguji aktivitas antioksidan ekstrak dan mikropartikel dari daun dan
batang Tinospora cordifolia. Hasil uji DPPH dari ekstrak daun dan batang
Tinospora cordifolia menunjukkan aktivitas antioksidan yang lebih baik
dibandingkan bentuk mikropartikelnya. Hal ini menunjukkan bahwa suhu
tinggi selama proses pembuatan mikropartikel dapat mendegradasi
senyawa antioksidan sehingga aktivitas antioksidan menurun (Sarala , et
al., 2012). Penurunan aktivitas antioksidan juga terjadi selama proses
penyimpanan seperti pada bentuk sediaan lain yaitu krim. Uji aktivitas
antioksidan pada krim yang mengandung ekstrak tomat mengalami
penurunan aktivitas setelah dilakukan proses penyimpanan selama
8 minggu pada suhu ruang (Berna, et al., 2013).
0
0.1
0.2
0.3
0.4
0.5
0 7 14 21
Abso
rban
si
Waktu (hari)
Ekstrak
Mikropartikel
39
BAB 5
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
1. Stabilitas antioksidan ekstrak kulit buah manggis (Garcinia
mangostana L.) dan bentuk mikropartikelnya selama penyimpanan
21 hari mengalami penurunan aktivitas.
2. Stabilitas antioksidan mikropartikel lebih baik dibandingkan dengan
bentuk ekstraknya. Konstanta laju penurunan absorbansi DPPH pada
mikropartikel 0,0036 per hari sedangkan konstanta laju penurunan
absorbansi DPPH pada ekstrak 0,0051 per hari.
5.2 Saran
1. Dapat dilakukan metode pembuatan mikropartikel lainnya seperti
metode freeze drying.
2. Dapat digunakan pelarut organik dengan alat spray dryer yang
sesuai.
40
UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
DAFTAR PUSTAKA
Abdalrahim F. A. Aisha, K. M.-S. 2013. Determination of total xanthones in
Garcinia mangostana fruit rind extracts by Ultraviolet (UV)
Spectrophotometry. Journal of Medicinal Plants Research Vol. 7(1), pp.
29-35, 3 January, 2013. DOI: 10.5897/JMPR11.1183 : ISSN 1996-0875
Academic Journals.
Alanazi, F.K., et al. 2007. Improvement of Albendazole Disolution by Preparing
Microparticle Using Spray-drying Technique. Scientia Pharmaceutica
(Sci.Pharm.). 75, 63-79.
Bakan, J.A., et al. 1986. Microencapsulation dalam Lachman, L. The Theory and
Practice of Industrial Pharmacy. (3rd.ed). Philadelphia: Lea & Febiger.
861-889.
Blois, M.S. 1958. Antioxidant determinations by the use of a stable free radical.
Journal nature. 181 (4617) : 1199-1200.
Boots Agnes W, Haenan Guido R M M and Bast Aalt. 2008. Health Effects of
Quercetin : From Antioxidant to Nutraceutiucal. European Journal of
Pharmacology. 585. 325-337.
Brick, J.S., Boylan, J.E., Dekkar, M. 1988. Microencapsulation Technology and
Applications. Encyclopedia of Pharmaceutical Technology. 10 : 245-286.
Carstensen, J.T, dan Rhodes, C.T. 2000. Drug Stability Principles and Practices,
Third Edition. NewYork.
Cespedes Carlos L, Valdez-Moralez Maribel, Avila Jose G, El-Hafidi
Mohammed, Alarcon Julio and Paredes-Lopez Octavio. 2010.
Phytocemical Profile and The Antioxidant activity of chielan wild
black-berry fruits, aristotelia chilensis (Mol) stunt (Elaeocarpaceae).
Journal Food Chemistry. 119. 886-895.
Chaverri, José Pedraza, Noemí Cárdenas-Rodríguez, Marisol Orozco-Ibarra,
Jazmin M. Pérez-Rojas. 2008. Medicinal Properties Of Mangosteen
(Garcinia Mangostana L.). Food and Chemical Toxicology 46 (2008)
3227–3239.
Deasy, P.B. 1984. Microencapsulation and Related Drug Process. New York:
Marcel Dekker Inc. 21-37.
Dubey, R., et al. 2009. Microencapsulation technology and applications. Defense
Science Journal. 59(1):82-83.
Eliana Harue Endo, T. U.-N. 2012. Activity of spray-dried microparticles
containing pomegranate peel extract against candida albicans. Molecules,
10094-10107.
41
UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
Elya, Berna., Dewi, Rosmala., Budiman, M Haqqi. 2013. Antioxidant cream of
Solanum lycopersicum L. International Journal of PharmTech Research,
Vol. 5, pp 233-238.
Gattani YS. 2010. Floating multiparticulate drug delivery systems : an overview.
International Journal of Pharma and Bioscience. 6(2) : 35-40.
Ghosh, S.K. 2006. Functional Coatings by Polymer Microencapsulation.
Gisely C. Lopes, R. L. 2012. Preliminary assessment of the chemical stability
of dried extracts from Guazuma ulmifolia lam. (sterculiaceae).
International Journal of Analytical Chemistry.
Hanani Endang, Mun’im Abdul dan Sekarini Ryani. 2005. Identifikasi senyawa
antioksidan dalam spons Callyospongia sp dari Kepulauan Seribu.
Majalah Ilmu Kefarmasian. II (3). 127-133.
Harmita. 2006. Buku Ajar Analisis Fisikokimia. Depok : Departemen Farmasi
Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Indonesia.
Hal : 15-22.
Heyne, K. 1987. Tumbuhan Berguna Indonesia Jilid III. Jakarta : Badan Litbang
Kehutanan dan Yayasan Sarana Wana Jaya.
Hutapea, J.R. 1994. Inventaris Tanaman Obat Indonesia Jilid III. Jakarta :
Departemen Kesehatan RI dan Badan Penelitian dan Pengembangan
Kesehatan.
Jung HA, Su BN, Keller WJ, Mehta RG, Kinghorn AD. 2006. Antioxidant
xanthones from the pericarp of Garcinia mangostana (Mangosteen). J
Agric Food Chem. 54(6):2077-2082.
Kissel, T. 2006. Microencapsulation Techniques for Parenteral Depot Systems
and Their Application in the Pharmaceutical Industry dalam Benita, S.
Microencapsulation Methods and Industrial Applications. 2nd
ed. New
York: Taylor & Francis Group. 113-166.
Kondo, Miwako., Zhang,Liliang., Ji, Hongping., dan Ou, Boxin. 2009.
Bioavailability and antioxidant effect of a xanthone-rich Mangosteen
(Garcinia mangostana) prodruct in humans. Journal of Agriculturan and
Food Chemistry Article Vol 57: 8788-8792.
Kumar, B.T., Chandiran, I.S., Bhavya,B.,dan Sindhuri,M. 2011. Microparticulate
drug delivery system : a review. Indian Journal of Pharmaceutical
Science and Research. Vol 1: 19-37.
Leuner, C. dan Jennifer, D. 2000. Review article. improving drug solubility for
oral delivery using solid dispersions. European Journal of Pharmaceutics
and Biopharmaceutics. 50, 47-60.
42
UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
Markus, A., Linder, C. 1988. Advance in The Technology for Controlled Release
Pesticide Formulation. Microencaptulation: Methods and Industrial
Applications. Second Edition. 158:55-77.
Matsumo, K. 2003. Introduction Of Apoptosis By Xanthones From Mangosteen In
Human Leukimia Cell Lines. Gifu International Institute of Biotechnology.
J. Nat
Molyneux, P. 2004. The use of the stable free radical diphenylpicryl-hydrazil
(dpph) for estimating antioxidants activity. Songklanakarin Journal
Science Technologi. 26 (2) : 211-219.
Moongkardi,K., et al. 2004. Xanthones Powerful Health Agents for Improved
Health and Xanthone Research Finding. http:www.xanthone.com
Morton, J.F. 1987. Fruits of Warm Climates. USA : Creative Resource Systems.
Nakatani, K., Atsumi, M., Arakawa, T., Oosawa, K., Shimura, S., Nakahata, N., &
Ohizumi, Y. 2002. Inhibitions of histamine release and prostaglandin e2
synthesis by mangosteen, a thai medicinal plant. Biol Pharm Bull.
25(9):1137-1141.
Nakatani,K., Nakahata N., Arawaka T., Yasuda H., Ohizumi Y. 2002. Inhibition
of Cyclooxygenesanand Prostaglandin E2 Synthesis by Gamma-
Mangosteen in C6 Rat Glioma Cell. Department of Pharmaceuticals
Moleculer Biology, Tohuku University. Biochem. Pharmacol.
Obara, S. dan Kokuba, H. 2008. Application of HPMC and HPMCAS to Aqueous
Film Coating of Pharmaceutical Dosages Form dalam McGinity, J.W dan
Felton, L.A (ed). Aqueous Polymeric Coating for Pharmaceutical Dosages
Forms (76). USA: Informa Healthcare USA,Inc. 281-285.
Obolskiy, D., P. Ivo, S. Nisarat, dan H. Michael. 2009. Garcinia mangostana L.:
A Phytochemical and Pharmacological Review.
http://www.interscience.wiley.com.
Parawati, Raffi . 2010. Dahsyatnya Manggis Untuk Menumpas Penyakit. Jakarta :
PT. Argo Media Pustaka.
Park, Kinam., Yeo,Yoon. 2002. Microencapsulation Technology Encyclopedia of
Pharmaceutical Technology. GEPT. 6(2): 67-85.
Parveen, M., Khan, N.U .1988. Two xanthones from Garcinia mangostana.
Phytochemistry 27, 3694–3696.
Percival, Mark. 1998. Antioxidants. Advanced Nutrition Publications.
Prakash, A. 2001. Antioxidant Activity. Medallion Laboratories: Analytical
Progress Vol 19 No 2: 1-4.
43
UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
Rowe, R.C., Shesky, P.L, dan Owen, S.C. (ed). 2006. Handbook of
Pharmaceutical Excipients. (5th.ed). London: The Pharmaceutical Press
and The American Pharmacists Association. 611-616.
Ruan, L.P., et al. 2005. Improving the solubility of ampelopsin by solid
dispersions and inclusion complex. Journal of Pharmaceutical and
Biomedical Analysis. 38, 457–464.
Sarala., Velu., Anandharamakrishan. 2012. Spray dring of Tinospora cordifolia
leaf and stem extract and evaluation of antioxidant activity. Journal Food
Science Technologists. Vol. 49(1): 119-122.
Scherer R, Godoy HT.2009. Antioxidant activity index (AAI) by the 2,2-diphenyl-
1-picrylhydrazyl method. Food Chemistry:112(3): 654-658.
Senatore, D. 2008. Microencapsulation for Controlled Release of Liquid
Crosslinker: Towards Low Temperature Curing Powder Coatings. Thesis.
Geboren te Cava de’ Tirreni, Italië.
Shaza M. Al-Massarani, A. A.-M.-R. 2013. Phytochemical, antimicrobial and
antiprotozoal evaluation of garcinia mangostana pericarp and alpha-
mangostin, its major xanthone derivate. Molecules , 10599-10608.
Sluis, W.G. 1985. Secoiridoids and Xanthones in The Genus Centaurium Hill
(Gentianaceae). Drukkerij Elinkwijk, Utrecht.
Suksamrarn, S., Suwannapoch, N., Phakhodee, W., Thanuhiranlert, J.,
Ratananukul, P., Chimnoi, N., & Suksamaran, A. (2003).
Antimycobacterial activity of prenylated xanthones from the fruits of
garcinia mangostana. Chem Pharm Bull, 51(7):857-859.
Swarbrick, J. 2007. Encyclopedia of Pharmaceutical Technology. (3rd.ed).
(Volume.1). USA: Informa Healthcare USA, Inc. 2328-2338.
Thies, C. 1996. A Survey of Microencapsulation Processes dalam Benita, S.(ed).
Microencapsulation Methods and Industrial Applications. New York:
Marcel Dekker, Inc. 1-19.
Tiwari, Prashant., Kumar, Bimlesh., Kaur, Mandepp., Kaur, Gurpreet., Kaur,
Harleen. 2011. Phytochemical screening and Extraction: A Review.
Department of Pharmaceutical Sciences, Lovely School of Pharmaceutical
Sciences, Phagwara, Punjab.
Torrungruang, K., Piraporn, V., & Suchada, C. (2007). Antibacterial Activity of
Mangosteen Pericarp Extract Against Cariogenic Streptococcus Mutans.
CU Dent J, 30:1-10.
Vasic, S. M., Stefanovic, O. D., Licina, B. Z., Radojevic, I. D., & Comic, L. R.
2012. Biological activities of extracts from Cultivated granadilla
passifloraalata. EXCLI Journal. ISSN: 1611-2156.
44
UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
Vimala S., Ilham, Adenan Mohd., Rashih, Ahmad Abdull., Rohana, Shahdan.
2003. Nature`s Choice To Wellness: Antioxidant Vegetables/Ulam.
Malaysia, Kuala Lumpur: Forest Research Institut.
Walker, E. B. 2007. HPLC Analysis Of Selected Xanthones In Mangosteen Fruit.
Weber State University, Ogden, USA.
Weecharangsan, W.,Opanasopit, P., Sukma, M., Ngawhirunpat, T., Sotanaphun,
U., Siripong, P. Antioxidative and Neuroprotective Activities of Extract
from The Fruit Hull of Mangosteen (Garcinia mangostana Linn.). Med
Princ Pract. 2006, 15,281-287.
Winarsi, Hery. 2007. Antioksidan Alami dan Radikal Bebas. Yogyakarta:
Kanisius. Deresan.
WHO. 1996. International Stability Testing: guidelines for stability testing of
pharmaceuticals products containing well established drug substance in
conventional dosage forms. WHO Technical Report Series 863 , Annex 5.
www.sigmaaldrich.com/content/dam/sigma-aldrich/structure5/039/mfcd00005060
.eps/_jcr_content/renditions/large.png. Diakses 21 Februari 2014 Pukul
21.35
Yosephine, Susan. 2008. Mikroenkapsulasi Alfa-Tokoferol Menggunakan
Penyalut Hidroksipropil Metilselulosa Dengan Metode Spray Drying.
Depok : Universitas Indonesia.
Yu, L., Zhao, M., Yang, B., Zhao, Q., & Jiang, Y. 2006. Phenolics from hull of
gracinia mangostana fruit and their antioxidant activities. Chinese
Academy of Science, 81(6):595-599.
45
UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
Lampiran 1. Alur Penelitian
Ekstrak etanol 50% kulit buah
manggis
Pembuatan Mikropartikel
Disimpan pada suhu
45±50C dan RH 75±5%
Hari ke-2 Hari ke-21 Hari ke-14 Hari ke-7
Uji Aktivitas
Antioksidan
Analisis Data Stabilitas Antioksian
Pembahasan
Kesimpulan
Uji Kadar
Total
α-mangostin
Uji Kadar
Terjerap
α-mangostin
Uji Aktivitas Antioksidan
46
UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
Lampiran 2. Alat dan Bahan yang Digunakan dalam Penelitian
Ektrak Kulit Buah Manggis
Mikropartikel Ekstrak Kulit Buah Manggis
Standar Alfa-mangostin
Homogenizer
Spray Dryer
Uji DPPH
47
UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
Lampiran 3. Sertifikat Analisis Alfa-mangostin
48
UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
Lampiran 4. Sertifikat Analisis DPPH
49
UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
Lampiran 5. Sertifikat Analisis HPMC
50
UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
Lampiran 6. Scanning Panjang Gelombang Alfa-mangostin
Lampiran 7. Scanning Panjang Gelombang DPPH
316 nm
516 nm
51
UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
Lampiran 8. Perhitungan Sampel Kurva Kalibrasi
Massa alfa-mangostin standar : 2 mg
Dilarutkan dalam 50 mL methanol p.a →
~ 40 ppm
Diencerkan dalam labu ukur 5 mL
Seri konsentrasi : 0,5; 2; 4; 8; 10; 12; 14; 16 ppm
Contoh Pembuatan Laruran Konsentrasi 0,5 ppm
M1 . V1 = M2 . V2
40 ppm . V1 = 0,5 ppm . 5 mL
V1 = 0,0625 mL ~ 62,5 µL
Hasil absorbansi seri konsentrasi alfa-mangostin :
Konsentrasi (ppm) Absorbansi Volume yang dipipet (µL)
0,5 0,029 62,5
2 0,110 250
4 0,224 500
8 0,450 1000
10 0,561 1250
12 0,686 1500
14 0,797 1750
16 0,912 2000
Dari hasil regresi linier didapatkan :
a = -0,0037
b = 0,0571x
r = 0,999r45
Lampiran 9. Perhitungan Kadar Alfa-Mangostin dalam Mikropartikel
Bobot
Mikropartikel
Larutan
Induk
Larutan Uji Absorbansi % Kadar Rata-rata
% Kadar
50,3 mg
50,4 mg
50,4 mg
5030 ppm
5040 ppm
5040 ppm
100,6 ppm
100,8 ppm
100,8 ppm
0,049
0,050
0,046
0,92
0,93
0,86
0,90±0,04
Contoh perhitungan kadar alfa-mangostin dari persamaan regresi linier :
y = a + bx
0,049 = -0,0037 + 0,0571x
x = 0,9229 ppm
% Kadar alfa mangostin =
52
UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
Lampiran 10. Perhitungan Efisiensi Penjerapan
Formula Abs
terjerap
Kadar
Teoritis
Kadar
Terjerap
%EP Rata-rata %EP
(1:4) 0,109
0,113
0,400 mg 0,099 mg
0,100 mg
24,75%
25,00% 24,87 ± 0,17%
*formulasi mikropartikel dan pengulangan duplo ditimbang 50,0 mg
Larutan induk → 50 mg mikropartikel/10 mL metanol pro analisis = 5000 ppm.
Larutan uji dibuat 1000 ppm → V1 x M1 = V2 x M2
V1 x 5000 ppm = 10 mL x 1000 ppm
V1 = 2 mL
Contoh perhitungan kadar teoritis :
% kadar alfa-mangostin formula 1 =
Kadar alfa-mangostin dalam 50 mg mikropartikel = 0,8% x 50 mg =0,400 mg
Contoh perhitungan kadar alfa-mangostin terjerap menggunakan persamaan
regresi linier yang menggunakan pelarut metanol pro analisis :
y = (-5,0764 x 10-3
) + 0,05742x
0,109 = (-5,0764 x 10-3
) + 0,05742x
x = 0,1141/0,05742
x = 1,9871 ppm
% kadar = 1,9871 ppm/1000 ppm x 100% = 0,198 %
Kadar dalam 50 mg mikropartikel = 0,198 % x 50 mg = 0,099 mg
Contoh perhitungan efisiensi penjerapan :
% EP = kadar terjerap/kadar teoritis x 100%
= 0,099 mg/0,40 mg x 100%
= 24,75 %
53
UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
Lampiran 11. Perhitungan mikropartikel setara ekstrak
Ekstrak mengandung 4% alfa-mangostin dan mikropartikel mengandung 0,9%
alfa-mangostin.Berikut contoh perhitungan :
=
Artinya setiap 1 gram mikropartikel setara dengan 0,225 gram ekstrak.
Jadi, larutan 40,70 ppm mikropartikel setara dengan berapa ppm ekstrak ?
→
Lampiran 12. Perhitungan Pembuatan Larutan DPPH
Molaritas larutan DPPH =
Lampiran 13. Contoh Perhitungan Persen Inhibisi dan IC50
% Inhibisi =
= 28,53%
Nilai IC50 didapatkan dari hasil regresi linear antara seri konsentrasi sebagai x dan
nilai persen inhibisi sebagai y sehingga didapatkan persamaan :
y = 16,905 + 4,7958 x
50 = 16,905 + 4,7958 x
X = 6,9105 ppm
Nilai IC50 = 6,9105 ppm
54
UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
Lampiran 14. Data Uji DPPH Ekstrak Kulit Manggis Hari Ke-0
Seri
Konsentrasi Absorbansi
%
Inhibisi
Rata-rata
Absorbansi
% Inhibisi rata-rata
absorbansi
Blanko
0,560
0,562
0,562
0,564
2,5 ppm
0,398 29,18
0,402 28,53 0,399 29,00
0,408 27,40
5 ppm
0,323 42,53
0,327 41,76 0,326 41,99
0,333 40,75
7,5 ppm
0,262 53,38
0,267 52,43 0,265 52,85
0,275 51,07
10 ppm
0,200 64,41
0,202 64,06 0,201 64,23
0,205 63,52
12,5 ppm
0,110 80,43
0,123 78,11 0,124 77,94
0,135 75,98
15 ppm
0,029 94,84
0,066 88,32 0,082 85,41
0,086 84,70
y = 4,7958x + 16,905
50 = 4,7958x + 16,905
x = 6,9008 ppm → IC50
y = 4.7958x + 16.905 R² = 0.9986
0
20
40
60
80
100
0 2.5 5 7.5 10 12.5 15 17.5
% I
nhib
isi
Konsentrasi (ppm)
Uji DPPH Ekstrak Manggis Hari Ke-0
55
UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
Lampiran 15. Data Uji DPPH Ekstrak Kulit Manggis Hari Ke-2
Seri
Konsentrasi Absorbansi
%
Inhibisi
Rata-rata
Absorbansi
% Inhibisi rata-rata
absorbansi
Blanko
0,462
0,486
0,489
0,507
2,5 ppm
0,351 27,78
0,354 27,23 0,354 27,16
0,356 26,75
5 ppm
0,290 40,33
0,299 38,55 0,297 38,89
0,309 36,42
7,5 ppm
0,234 51,85
0,238 51,10 0235 51,65
0,244 49,79
10 ppm
0,162 66,67
0,172 64,54 0,167 65,64
0,188 61,32
12,5 ppm
0,114 76,54
0,117 75,86 0,117 75,93
0,121 75,10
15 ppm
0,057 88,27
0,063 87,04 0,060 87,65
0,072 85,19
y = 4,8505x + 14,945
50 = 4,8505x + 14,945
x = 7,2271 → IC50
y = 4.8505x + 14.945 R² = 0.9991
0
20
40
60
80
100
0 2.5 5 7.5 10 12.5 15 17.5
% I
nhib
isi
Konsentrasi (ppm)
Uji DPPH Ekstrak Manggis Hari Ke-2
56
UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
Lampiran 16. Data Uji DPPH Ekstrak Kulit Manggis Hari Ke-7
Seri
Konsentrasi Absorbansi
%
Inhibisi
Rata-rata
Absorbansi
% Inhibisi rata-
rata absorbansi
Blanko
0,462
0.483
0,489
0,499
2,5 ppm
0,375 22,41
0,383 20,69 0,385 20,34
0,390 19,31
5 ppm
0,305 36,90
0,312 35,52 0,314 35,03
0,316 34,62
7,5 ppm
0,255 47,24
0,258 46,69 0,258 46,62
0,260 46,21
10 ppm
0,172 64,41
0,192 60,28 0,180 62,76
0,224 53,66
12,5 ppm
0,111 77,03
0,120 75,10 0,121 74,97
0,129 73,31
15 ppm
0,051 89,45
0,070 85,52 0,076 84,28
0,083 82,83
y = 5,2169x + 8,3187
50 = 5,2169x + 8,3187
x = 7,9896 → IC50
y = 5.2169x + 8.3187
R² = 0.998
0
20
40
60
80
100
0 2.5 5 7.5 10 12.5 15 17.5
% I
nhib
isi
Konsentrasi (ppm)
Uji DPPH Ekstrak Manggis Hari Ke-7
57
UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
Lampiran 17. Data Uji DPPH Ekstrak Kulit Manggis Hari Ke-14
Seri
Konsentrasi Absorbansi
%
Inhibisi
Rata-rata
Absorbansi
% Inhibisi rata-rata
absorbansi
Blanko
0,488
0.490
0,490
0,493
2,5 ppm
0,405 17,40
0,411 16,25 0,411 16,18
0,416 15,16
5 ppm
0,350 28,62
0,356 27,40 0,356 27,40
0,362 26,17
7,5 ppm
0,290 40,86
0,298 39,23 0,294 40,04
0,310 36,78
10 ppm
0,230 53,09
0,237 51,60 0,239 51,26
0,243 50,44
12,5 ppm
0,163 66,76
0,173 64,79 0,170 65,33
0,185 62,27
15 ppm
0,119 75,73
0,126 74,30 0,128 73,90
0,131 73,28
y = 4,7405 + 4,116
50 = 4,7405 + 4,116
x = 9,6791 → IC50
y = 4.7405x + 4.116 R² = 0.9987
0
20
40
60
80
0 2.5 5 7.5 10 12.5 15 17.5
% I
nhib
isi
Konsentrasi (ppm)
Uji DPPH Ekstrak Manggis Hari Ke-14
58
UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
Lampiran 18. Data Uji DPPH Ekstrak Kulit Manggis Hari Ke-21
Seri
Konsentrasi Absorbansi
%
Inhibisi
Rata-rata
Absorbansi
% Inhibisi rata-rata
absorbansi
Blanko
0.518
0.527
0.527
0.537
2,5 ppm
0,421 20,16
0,430 18,39 0,425 19,41
0,445 15,61
5 ppm
0,359 31,92
0,379 28,13 0,388 26,42
0,390 26,04
7,5 ppm
0,325 38,37
0,326 38,12 0,326 38,18
0,328 37,80
10 ppm
0,265 49,75
0,284 46,21 0,279 47,09
0,307 41,78
12,5 ppm
0,225 57,33
0,230 56,38 0,232 56,01
0,233 55,82
15 ppm
0,190 63,97
0,191 63,72 0,191 63,78
0,193 63,40
y = 3,6513x + 9,876
50 = 3,6513x + 9,876
x = 10,9889 → IC50
y = 3.6513x + 9.876 R² = 0.9981
0
20
40
60
80
0 2.5 5 7.5 10 12.5 15 17.5
% I
nhib
isi
Konsentrasi (ppm)
Uji DPPH Ekstrak Manggis Hari Ke-21
59
UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
Lampiran 19. Data Uji DPPH Mikropartikel Ekstrak Kulit Manggis Hari Ke-0
Seri
Konsentrasi Absorbansi
%
Inhibisi
Rata-rata
Absorbansi
% Inhibisi rata-rata
absorbansi
Blanko
0,528
0,530
0,530
0,532
20 ppm
0,370 30,19
0,374 29,43 0,374 29,43
0,378 28,68
40 ppm
0,276 47,92
0,279 47,36 0,280 47,17
0,281 46,98
60 ppm
0,169 68,11
0,178 66,48 0,180 66,04
0,184 65,28
80 ppm
0,078 85,28
0,084 84,15 0,080 84,91
0,094 82,26
100 ppm
0,010 98,11
0,011 97,86 0,011 97,92
0,013 97,55
y = 0,8689x + 12,896
50 = 0,8689x + 12,896
x = 42,7022 → IC50
y = 0.8689x + 12.896 R² = 0.9968
0
20
40
60
80
100
120
0 20 40 60 80 100 120
% I
nhib
isi
Konsentrasi (ppm)
Uji DPPH Mikropartikel Ekstrak Manggis Hari Ke-0
60
UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
Lampiran 20. Data Uji DPPH Mikropartikel Ekstrak Kulit Manggis Hari Ke-2
Seri
Konsentrasi Absorbansi
%
Inhibisi
Rata-rata
Absorbansi
% Inhibisi rata-rata
absorbansi
Blanko
0,482
0,488
0,486
0,495
20 ppm
0,361 25,97
0,367 24,74 0,369 24,33
0,371 23,92
40 ppm
0,241 50,58
0,246 49,62 0,246 49,56
0,250 48,74
60 ppm
0,146 70,06
0,150 69,31 0,150 69,24
0,153 68,63
80 ppm
0,063 87,08
0,070 85,58 0,070 85,65
0,078 84,01
100 ppm
0,011 97,74
0,018 96,24 0,017 96,51
0,027 94,46
y = 0,8948x + 11,41
50 = 0,8948x + 11,41
x = 43,1269 → IC50
y = 0.8948x + 11.41 R² = 0.9778
0
20
40
60
80
100
120
0 20 40 60 80 100 120
% I
nhib
isi
Konsentrasi (ppm)
Uji DPPH Mikropartikel Ekstrak Manggis Hari Ke-2
61
UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
Lampiran 21. Data Uji DPPH Mikropartikel Ekstrak Kulit Manggis Hari Ke-7
Seri
Konsentrasi Absorbansi
%
Inhibisi
Rata-rata
Absorbansi
% Inhibisi rata-rata
absorbansi
Blanko
0,480
0,486
0,488
0,489
20 ppm
0,351 27,73
0,363 25,26 0,365 24,85
0,373 23,20
40 ppm
0,256 47,29
0,261 46,33 0,258 46,88
0,268 44,82
60 ppm
0,143 70,56
0,149 69,25 0,148 69,53
0,157 67,67
80 ppm
0,068 86,00
0,062 87,23 0,060 87,65
0,058 88,06
100 ppm
0,011 97,74
0,012 97,60 0,012 97,53
0012 97,53
y = 0,9279x + 9,46
50 = 0,9279x +9,46
x = 43,6900 → IC50
y = 0.9279x + 9.46 R² = 0.9832
0
20
40
60
80
100
120
0 20 40 60 80 100 120
% I
nhib
isi
Konsentrasi (ppm)
Uji DPPH Mikropartikel Ekstrak Manggis Hari Ke-7
62
UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
Lampiran 22. Data Uji DPPH Mikropartikel Ekstrak Kulit Manggis Hari Ke-14
Seri
Konsentrasi Absorbansi
%
Inhibisi
Rata-rata
Absorbansi
% Inhibisi rata-rata
absorbansi
Blanko
0,481
0,485
0,485
0,489
20 ppm
0,386 20,41
0,389 19,73 0,390 19,59
0,392 19,18
40 ppm
0,256 47,22
0,264 45,64 0,267 44,95
0,268 44,74
60 ppm
0,143 70,52
0,169 65,09 0,182 62,47
0,183 62,27
80 ppm
0,092 81,03
0,101 79,24 0,100 79,38
0,110 77,32
100 ppm
0,030 93,81
0,034 93,06 0,035 92,78
0,036 92,58
y = 0,9013x + 6,474
50 = 0,9013x +6,474
x = 48,2924 → IC50
y = 0.9013x + 6.474 R² = 0.9801
0
20
40
60
80
100
120
0 20 40 60 80 100 120
% I
nhib
isi
Konsentrasi (ppm)
Uji DPPH Mikropartikel Ekstrak Manggis Hari Ke-14
63
UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
Lampiran 23. Data Uji DPPH Mikropartikel Ekstrak Kulit Manggis Hari Ke-21
Seri
Konsentrasi Absorbansi
%
Inhibisi
Rata-rata
Absorbansi
% Inhibisi rata-rata
absorbansi
Blanko
0,562
0,576
0,576
0,590
20 ppm
0,451 21,70
0,460 20,20 0,458 20,49
0,470 18,40
40 ppm
0,392 31,94
0,398 30,96 0,400 30,56
0,401 30,38
60 ppm
0,302 47,57
0,307 46,70 0,309 46,35
0,310 46,18
80 ppm
0,236 59,03
0,241 58,22 0,240 58,33
0,246 57,29
100 ppm
0,154 73,26
0,157 72,80 0,155 73,09
0,161 72,05
y = 0,6623x + 6,038
50 = 0,6623x +6,038
x = 66,3777 → IC50
y = 0.6623x + 6.038 R² = 0.9971
0
10
20
30
40
50
60
70
80
0 20 40 60 80 100 120
% I
nhib
isi
Konsentrasi (ppm)
Uji DPPH Mikropartikel Ekstrak Manggis Hari Ke-21
64
UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
Lampiran 24. Data Uji DPPH Kontrol Vitamin C
Seri
Konsentrasi
Absorbansi Rata-rata
Absorbansi % Inhibisi
I II III
blanko 0,557 0,567 0,574 0,566
2,5 ppm 0,439 0,440 0,441 0,440 22,26
5 ppm 0,320 0,328 0,330 0,326 42,40
7,5 ppm 0,211 0,222 0,225 0,219 61,25
10 ppm 0,092 0,103 0,120 0,105 81,45
12,5 ppm 0,002 0,009 0,012 0,008 98,65
y = 7,5932x + 4,653
50 = 7,5932x + 4,653
x = 5,9720 → IC50
y = 7.5932x + 4.653 R² = 0.9981
0
20
40
60
80
100
0 2.5 5 7.5 10 12.5 15
% I
nhib
isi
Konsentrasi (ppm)
Uji DPPH Vitamin C