UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA PENERAPAN...

146
UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA PENERAPAN FAILURE MODE AND EFFECT ANALYSIS (FMEA) UNTUK MENDETEKSI PRESCRIPTION ERROR PADA RESEP POLI JANTUNG DI INSTALASI RAWAT JALAN RSUP FATMAWATI SKRIPSI AYU DIAH GUNARDI NIM: 1111102000081 FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN PROGRAM STUDI FARMASI JAKARTA OKTOBER 2015

Transcript of UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA PENERAPAN...

Page 1: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA PENERAPAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38103/1/AYU DIAH... · form pengkajian resep oleh petugas 0.98%, ... yang telah memberikan

UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

PENERAPAN FAILURE MODE AND EFFECT ANALYSIS

(FMEA) UNTUK MENDETEKSI PRESCRIPTION ERROR

PADA RESEP POLI JANTUNG DI INSTALASI RAWAT

JALAN RSUP FATMAWATI

SKRIPSI

AYU DIAH GUNARDI

NIM: 1111102000081

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

PROGRAM STUDI FARMASI

JAKARTA

OKTOBER 2015

Page 2: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA PENERAPAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38103/1/AYU DIAH... · form pengkajian resep oleh petugas 0.98%, ... yang telah memberikan

UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

ii

UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

PENERAPAN FAILURE MODE AND EFFECT ANALYSIS

(FMEA) UNTUK MENDETEKSI PRESCRIPTION ERROR

PADA RESEP POLI JANTUNG DI INSTALASI RAWAT

JALAN RSUP FATMAWATI

SKRIPSI

Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Farmasi

AYU DIAH GUNARDI

NIM: 1111102000081

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

PROGRAM STUDI FARMASI

JAKARTA OKTOBER 2015

Page 3: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA PENERAPAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38103/1/AYU DIAH... · form pengkajian resep oleh petugas 0.98%, ... yang telah memberikan

UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

iii

HALAMAN PERYATAAN ORISINALITAS

Skripsi ini adalah hasil karya sendiri, dan semua

sumber yang dikutip maupun dirujuk telah saya

nyatakan dengan benar

Nama : Ayu Diah Gunardi

NIM : 111110200081

Tanda Tangan :

Tanggal : 20 Oktober 2015

Page 4: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA PENERAPAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38103/1/AYU DIAH... · form pengkajian resep oleh petugas 0.98%, ... yang telah memberikan

UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

iv

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING

Nama : Ayu Diah Gunardi

NIM : 1111102000081

Program Study : Farmasi

Judul Skripsi : Penerapan Failure Mode and effect Analysis

(FMEA) Untuk Mendeteksi Prescription Error pada Resep

Poli Jantung di Instalasi rawat Jalan RSUP Fatmawati

Disetujui Oleh :

Pembimbing 1

Dr. Delina Hasan, M.Kes.,Apt.

NIP 195602101987032003

Pembimbing II

Ahmad Subhan, M.Si.,Apt

NIP 19790472010121001

Mengetahui,

Kepala Progrsm Studi Farmasi

FKIK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Yardi, PhD., Apt

NIP 197411232008011014

Page 5: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA PENERAPAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38103/1/AYU DIAH... · form pengkajian resep oleh petugas 0.98%, ... yang telah memberikan

UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

v

Page 6: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA PENERAPAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38103/1/AYU DIAH... · form pengkajian resep oleh petugas 0.98%, ... yang telah memberikan

UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

vi

ABSTRAK

Nama : Ayu Diah Gunardi

NIM : 1111102000081

Program Studi : Strara-1 Farmasi

Judul Skripsi : Penerapan Failure Mode and Effect Analysis

(FMEA) untuk mendeteksi Prescription Error

pada resep poli jantung di Instalasi Rawat jalan

RSUP Fatmawati.

Prescription error atau kesalahan administrasi dan ketidakjelasan

penulisan dalam bagian resep dapat menyebabkan kegagalan.6

kegagalan sangat

sering terjadi di rumah sakit termasuk pelayanan farmasi yang merupakan wilayah

berisiko tinggi untuk mengakibatkan kegagalan. Perlu diterapkan suatu metode

untuk mengidentifikasi kegagalan dan metode Failure Mode and Effect Analysis

(FMEA) dianggap mampu untuk mengidentifikasi kegagalan prescription error

pada resep. Penelitian ini menggunakan desain cross sectional dengan pendekatan

retrospektif terhadap data-data resep poli jantung IRJ RSUP Fatmawati bulan

januari 2015. Hasil prescribing mengenai kelengkapan tahapan pengisian resep

didapatkan; tidak ada nomor rekam medis 15.64%, tidak ada nama pasien 0.08%,

tidak ada tanggal lahir pasien 29.89%, tidak ada jenis kelamin pasien 92.21%,

tidak ada tinggi badan pasien 99.89%, tidak ada berat badan pasien 99.89%, tidak

ada riwayat alergi pasien 65.19%, tidak ada tanggal resep 25.84%, tidak ada nama

dokter 0.43%, tidak ada NIP dokter 1.47%, tidak ada status dokter 100%, tidak

ada nama obat 0%, tidak ada dosis sediaan 0%, tidak ada jumlah obat 0%, tidak

ada rute sediaan 100%, tidak ada aturan pakai 7.91%, tidak ada paraf dokter

100%, tidak terisi pengkajian dan klarifikai petugas 8.27%, tidak terisi kolom

penyiapan oleh petugas 7.50%, tidak terisi kolom dispensing oleh petugas

42.88%, tidak terisi kolom penyerahan dan informasi petugas 9.75%, tidak terisi

form pengkajian resep oleh petugas 0.98%, dan tidak terisi klarufikasi dan

informasi oleh petugas 100%. Hasil penelitian dengan menerapkan hasil

prescription dengan menggunakan metode FMEA untuk mendapatkan kegagalan

Page 7: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA PENERAPAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38103/1/AYU DIAH... · form pengkajian resep oleh petugas 0.98%, ... yang telah memberikan

UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

vii

dengan risiko tertinggi dan diperlukan perbaikan segera menunjukkan bahwa

bahwa nilai RPN teringgi yaitu pada kegagalan membaca riwayat alergi dan

kegagalan membaca rute obat dengan score RPN (Risk Priority Number) masing-

masing 120. Dengan nilai SEV (Severity) 6, OCC (Occurance) 5, dan DET

(Detection) 4.

Kata kunci : Prescription Error, Prescribing, dan Failure Mode and Effect

Analysis.

Page 8: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA PENERAPAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38103/1/AYU DIAH... · form pengkajian resep oleh petugas 0.98%, ... yang telah memberikan

UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

viii

ABSTRACT

Name : Ayu Diah Gunardi

NIM : 111110200081

Study Program : 1- Strate Pharmacy

Title : Application of Failure Mode and Effect Analysis (FMEA)

to Detect Prescription Error in Recipe Outpatient

Installation of poly Cardiac RSUP Fatmawati.

Prescription Error or administration error and obscurity prescription may

occursfailure.6

Failure very often occurs in hospitals including the pharmacy

services that are high-risked areas to leadthe failure. This condition requires a

methode for failure detection. Aplication of Failure Mode and Effect Analysis

(FMEA) can used to identify failure of prescription error in prescription. This

study used cross sectional design with retrospectivetowards data collectionsat

Instalation of poly cardiac RSUP Fatmawati in January 2015. The results showed

about the completeness of the stages of filling a prescriptions; no numbers of

medical records 15.64%, no name of patients 0.08%, no date of birth of patients

29.89%, no gender of patients 92.21%, no height of patients 99.89%, no weight of

patients 99.89%, no allergic history of patients 65.19%, nodate of prescription

25.84%, no name of doctors 0.43%, no NLP (Number Licences to Practice) of

doctors 1.47%, nostatus of doctors 100%, no name of drugs 100%, no dose

preparations 0%, no drugs amount 0%, no preparations route 100%, no rules of

used drug 7.91%, no doctors sign 100%, unallocated assessment and

clarificationof officers 8:27%, unallocated column preparation by officers 7,50%,

unallocated column dispensing by officers 42.88 %, unallocated column

submission and information by officers 9.75%, no prescription assessment form

filled by officers 0.98%, and unallocated clarification and information by officers

100%. The results by applying prescription result through methode of FMEA to

obtain high-risk failure and needed remedy immediatly identify that with the

highest RPN (Risk Priorty of Number) score was failure to read a history of

allergies and failure to read route of drugs (RPN/Risk priority Number score of

Page 9: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA PENERAPAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38103/1/AYU DIAH... · form pengkajian resep oleh petugas 0.98%, ... yang telah memberikan

UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

ix

120) With each value SEV (severity) 6, OCC (Occurance)5, and DET (Detection)

4.

Keyword : Prescription Error, Prescribing, and Failure mode and effect anlaysis

Page 10: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA PENERAPAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38103/1/AYU DIAH... · form pengkajian resep oleh petugas 0.98%, ... yang telah memberikan

UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

x

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kehadirat Allah SWT yang senantiasa mencurahkan segala

rahmat-Nya kepada kita semua, khususnya penulis sehingga dapat menyelesaikan

skripsi yang berjudul “Penerapan Failure Mode and Effect Analysis (FMEA)

Untuk Mendeteksi Prescription Error Pada Resep Poli Jantung Di Instalasi

Rawat Jalan RSUP Fatmawati” ini. Shalawat serta salam senantiasa terlimpahkan

kepada junjungan kita nabi Muhammad SAW, yang merupakan suri tauladan bagi

kita semua.

Skripsi ini disusun dari hasil penelitian di Depo Farmasi IRJ RSUP

Fatmawati, IFRS Fatmawati. Dalam proses penyususnan skripsi dan dalam

menyelesaikan masa perkuliahan tentu banyak berbagai halangan serta kesulitan

yang menyertai, sehingga penulis tidak terlepas dari doa, dorongan, bantuan dan

bimbingan dari banyak pihak. Oleh karena itu, izinkan penulis untuk

menghaturkan capkan terimakasih yang mendalam kepada :

1. Ibu Dr. Delina Hasan, M.Kes, Apt sebagai Pembimbing I dan bapak

Ahmad Subhan, M.Si,Apt sebagai Pembimbing II, yang telah

memberikan ilmu, waktu, tenaga, nasihat, serta arahan selama

penelitian dan penulisan skripsi ini.

2. Bapak Dr. H. Arif Sumantri, SKM., M.Kes., selaku Dekan Fakultas

Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negri (UIN) Syarif

Hidayatullah Jakarta.

3. Bapak Yardi,PhD., Apt selaku Ketua Program Studi Farmasi dan Ibu

Nelly Suryani, PhD., M.Si., Apt selaku Sekretaris Program Studi

Farmasi Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam

Negri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.

4. Ibu Dr. Delina Hasan, M.Kes, Apt selaku Penasehat Akademik yang

Selalu Membimbing Penulis.

5. Bapak dan ibu staf pengajar, serta karyawan yang telah memberikan

bimbingan dan bantuan selama menempuh pendidikan di Program

Studi Farmasi Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas

Islam Negri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.

Page 11: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA PENERAPAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38103/1/AYU DIAH... · form pengkajian resep oleh petugas 0.98%, ... yang telah memberikan

UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

xi

.

6. Ibu Etin, Dr. Danik, Ibu Suli serta seluruh pegawai RSUP Fatmawati

yang telah memberikan bantuan kepada penulis selama penelitian.

7. Kedua orang tua tercinta, Ayahanda Sunarto dan Ibunda Sutiah yang

selalu iklas tanpa pamrih membeikan kasih sayang, dukungan moral,

material, nasihat-nasihat, serta lantunan doa disetiap waktu.

8. Keluargaku Johan Gunardi, Ade Gunardi, Karuniawati Gunardi, Lia

Dewi Indrianti, Diah Kusuma Astuti yang senantiasa memberi

semangat, motivasi, nasihat dan kasih sayang pada penulis.

9. Agung Prakoso Trisa untuk semangat, bantuan, dan doa untuk penulis.

10. Sahabat tersayang Akas, Nicky, Henny, Icop, Wina, Meri, Arum, Ali,

Reni dan Ami, yang selalu membantu penulis dimasa perkuliahan.

11. Teman-teman program studi Farmasi khususnya Farmasi 2011.

12. Semua pihak yang telah membantu penulis selama melakukan

penelitian dan penulisan yang tidak dapat disebutkan satu per satu.

Semoga semua bantuan yang telah diberikan mendapatkan balasan dari

Allah SWT. Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan dalam

penulisan ini, oleh karena itu keritik dan saran sangat diharpkan demi

perbaikan skripsi ini. Dan semoga skripsi ini bisa bermanfaat bagi

pengembangan ilmu pengetahuan.

Jakarta, 20 Oktober 2015

Penulis

Page 12: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA PENERAPAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38103/1/AYU DIAH... · form pengkajian resep oleh petugas 0.98%, ... yang telah memberikan

UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

xii

HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI TUGAS

AKHIR UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIK

Sebagai sivitas akademik Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah

Jakarta, saya yang bertanda tangan dibawah ini :

Nama : Ayu Diah Gunardi

NIM : 1111102000081

Program Studi : Starata-1 Farmasi

Fakultas : Kedokteran dan Ilmu Kesehatan

Jenis Karya : Skripsi

Demi perkembangan ilmu pengetahuan, saya menyetujui skripsi/karya ilmiah saya

dengan judul

PENERAPAN FAILURE MODE AND EFFECT ANALYSIS (FMEA)

UNTUK MENDETEKSI PRESCRIPTION ERROR PADA RESEP POLI

JATUNG DI INSTALASI RAWAT JALAN RSUP FATMAWATI

untuk dipublikasi atau ditampilkan di internet atau media lain yaitu Digital

Library Perpustakaan Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta

untuk kepentingan akademik sebatas sesuai dengan Undang-Undang Hak Cipta

Dengan demikian persetujuan publikasi karya ilmiah ini saya buat dengan

sebenarnya.

Dibuat di : Ciputat

Pada Tanggal : 20 Oktober 2015

Yang menyatakan,

(Ayu Diah Gunardi)

Page 13: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA PENERAPAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38103/1/AYU DIAH... · form pengkajian resep oleh petugas 0.98%, ... yang telah memberikan

UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

xiii

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ...................................................................................... ii

HALAMAN PERNYATAAN ORSINILITAS ........................................... iii

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ......................................... iv

HALAMAN PENGESAHAN .........................................................................v

ABSTRAK ..................................................................................................... vi

ABSTRACT .................................................................................................. viii

KATA PENGANTAR .....................................................................................x

HALAMAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH ............. xii

DAFTAR ISI ................................................................................................ xiii

DAFTAR GAMBAR .................................................................................. xvii

DAFTAR TABEL ..................................................................................... xviii

DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................... xix

DAFTAR SINGKATAN ...............................................................................xx

BAB 1 PENDAHULUAN ...............................................................................1

1.1 Latar Belakang ................................................................................1

1.2 Rumusan Masalah ...........................................................................2

1.3 Pertanyaan Penelitian ......................................................................2

1.4 Tujuan Penelituan ............................................................................3

1.4.1 Tujuan Umum .......................................................................3

1.4.2 Tujuan Khusus.......................................................................3

1.5 Manfaat Penelitian ...........................................................................3

1.5.1 Teoritis ..................................................................................3

1.5.2 Metodologi ............................................................................3

1.5.3 Aplikatif ................................................................................4

1.6 Ruang Lingkup ................................................................................4

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA ......................................................................5

2.1 Failure Mode and Effect Analysis ...................................................5

2.1.1 Sejarah ...................................................................................5

2.2.2 Pengertian FMEA ..................................................................5

2.1.3 Langkah Dasar FMEA ..........................................................6

2.1.4Fungsi FMEA Di Rumah Sakit ..............................................7

2.1.5 Identifikasi element-element FMEA .....................................7

2.1.6 Analisa Sistem Pengukuran ..................................................9

2.1.6.1 Cause and Effect Diagram ........................................9

2.1.6.2 Pareto Diagram .......................................................11

2.1.7 Penggunaan Failure Mode and Effect Analysis ..................11

2.1.8 Penelitian Sebelumnya ........................................................11

2.2 Medication Error .............................................................................5

2.2.1 Penggolongan Medication Error ...........................................5

2.2.2 Faktor-Faktor Penyebab Medication Error ..........................5

2.2.3 Medication Error Pada Prescribing .......................................6

2.3 Resep .............................................................................................16

2.3.1 Definisi Resep .....................................................................16

2.3.2 Jenis-Jenis Resep .................................................................17

2.3.3 Penulisan Resep...................................................................17

Page 14: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA PENERAPAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38103/1/AYU DIAH... · form pengkajian resep oleh petugas 0.98%, ... yang telah memberikan

UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

xiv

2.3.4 Penulis Resep ......................................................................17

2.3.5 Tujun Penulisan Resep .......................................................18

2.3.6 Format Penulisan Resep ......................................................18

2.3.7 Kerahasiaan dalam Penulisan Resep ...................................19

2.3.8 Pengkajian Resep ................................................................19

2.3.8.1 Kajian Administrasi ................................................19

2.3.8.2 Kajian Kesesuaian Farmasetik ................................20

2.3.8.3 Pertimbanagn Klinis ...............................................20

2.3.8.4 Dispensing ..............................................................21

2.3.9 Tanda-Tanda pada Resep ....................................................21

2.3.10 Persyaratan Menulis Resep dan Kaidahnya ......................22

2.3.11 Menulis Resep ...................................................................23

2.3.12 Skrining Resep ..................................................................25

2.3.13 Permasalahn Dalam Menulis Resep ..................................27

2.4 Instalasi Farmasi Rumah Sakit .....................................................28

2.4.1 Rumah Sakit ........................................................................28

2.4.1.1 Definisi Rumah Sakit ..............................................28

2.4.1.2 Tugas dan Fungsi Rumah Sakit ..............................28

2.4.1.3 Klasifikasi Rumah sakit ..........................................29

2.4.2 Depo Farmasi Rumah Sakit.................................................28

2.4.3 Standar Pelayanan Farmasi Rumah sakit ............................28

2.4.3.1 Tugas Tim Farmasi Terapi ......................................28

2.4.3.2 Instalasi Farmasi Rumah Sakit ...............................29

2.4.3.3 Struktur Organisasi Instalasi Farmasi RS ...............28

2.4.4Standar Pelayanan Kefarmasian Di RS ................................28

2.4.4.1 Pengelolaan Sediaan Farmasia, Alkes dan

Bahan Medic Habis Pakai .......................................28

2.4.4.2 Pemusnahan dan Penarikan Sediaan Farmasi,

Alkes dan Bahan Medis Habis pakai ......................29

2.5 Jantung .........................................................................................28

2.5.1 Anatomi Jantung .................................................................28

2.5.2 Siklus Jantung .....................................................................28

2.5.3 Curah Jantung ......................................................................28

2.5.4 Denyut Jantung dan Daya Pompa Jantung ..........................28

2.5.5 Definisi Gagal Jantung ........................................................28

2.5.6 Patofisiologi Gagal Jantung ................................................28

2.5.8 Anatomi Jantung .................................................................28

2.5. Siklus Jantung .......................................................................28

2.5.3 Curah Jantung ......................................................................28

2.5.4 Denyut Jantung dan Daya Pompa Jantung ..........................28

2.5.5 Definisi Gagal Jantung ........................................................28

2.5.6 Patofisiologi Gagal Jantung ................................................28

2.5.7Pengobatan Gagal Jantung ...................................................28

2.5.8 Obat-Obatan Gagal Jantung ................................................28

2.5.8.1 Penghambat ACE ....................................................28

2.5.8.2 Antagonis Angiotensin II ........................................29

2.5.8.3 Diuretik ...................................................................28

2.5.8.4Antagonis Aldosteron ..............................................28

Page 15: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA PENERAPAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38103/1/AYU DIAH... · form pengkajian resep oleh petugas 0.98%, ... yang telah memberikan

UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

xv

2.5.8.5Beta Bloker ..............................................................29

2.5.8.6Vasodilator Lain ......................................................28

2.5.8.7Glikosida Jantung ....................................................28

2.5.8.8 Inotropik Lain .........................................................29

2.5.8.9Antitrombotik ..........................................................28

2.5.8.10Antiaritmia .............................................................28

BAB 3 KERANGKA KONSEP DEFINISI OPERASIONAL ..................35

3.1 Kerangka Konsep ........................................................................35

3.2 Definisi Operasional ...................................................................36

BAB 4 METODE PENELITIAN .................................................................36

4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian ......................................................40

4.1.1 Lokasi Penelitian .................................................................40

4.1.2 Waktu Penelitian .................................................................40

4.2 Rancangan Desain Penelitian ......................................................40

4.3 Populasi dan Sampel Penelitian ..................................................40

4.3.1 Populasi ...............................................................................40

4.3.2 Sampel .................................................................................40

4.4 Kriteria Inklusi dan Kriteria Eksklusi .........................................41

4.4.1 Kriteria Inklusi ....................................................................41

4.4.2 Kriteria Eksklusi ..................................................................41

4.5 Pengumpulan Data ......................................................................41

4.6 Cara Kerja ...................................................................................43

4.7 Rencana Teknik Analisa Data .....................................................43

BAB 5 HASIL DAN PEMBAHASAN .........................................................45

5.1 Hasil Penelitian ...........................................................................45

5.1.1 Pengumpulan Data Kelengkapan Resep .............................45

5.1.2 Tahap FMEA .......................................................................47

5.1.2.1 Mengidentifikasi Failure Mode ..............................47

5.1.2.2 Mengidetifikasi Tingkat keparahan, Frekuensi

dan kemungkinan deteksi. ......................................47

5.1.2.3 Perhitungan RPN ....................................................55

5.2 Pembahasan .....................................................................................65

5.2.1 Keterbatasan Penelitian .......................................................65

5.2.2 Tahap Diagnosa ...................................................................65

5.2.3.1 Analisa Kelengkapan Data pasien ..........................66

5.2.3.2 Identifikasi Medication Error akibat

ketidaklengkapan penulis resep ..............................67

5.2.3.3 Identifikasi Medication Error akibat

ketidaklengkapan data perbekalan farmasi .............68

5.2.3.4 Identifikasi Medication Error akibat

ketidaklengkapan data pelayanan resep yang diisi

farmasi 69

5.2.4 Analisa Hasil FMEA ...........................................................70

5.2.4.1 Analisa mengenai FMEA .......................................70

5.2.4.2 Analisa Severity FMEA ..........................................70

5.2.4.3 Analisa Occurance FMEA ......................................71

5.2.4.4 Analisa Detection FMEA .......................................71

Page 16: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA PENERAPAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38103/1/AYU DIAH... · form pengkajian resep oleh petugas 0.98%, ... yang telah memberikan

UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

xvi

5.3 Diagram Ischikawa ........................................................................71

5.3.1 Diagram Ishikawa untuk kegagalan membaca riwayat

alergi...................................................................................72

5.3.2 Diagram Ishikawa untuk kegagalan membaca rute

sediaan.............................................................................. .74

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN .........................................................77

6.1 Kesimpulan .................................................................................77

6.2 Saran ...........................................................................................77

DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................78

LAMPIRAN ...................................................................................................79

Page 17: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA PENERAPAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38103/1/AYU DIAH... · form pengkajian resep oleh petugas 0.98%, ... yang telah memberikan

UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

xvii

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

Gambar 2.1 Diagram ishikawa ........................................................................10

Gambar 2.1 Jantung Manusia ..........................................................................18

Gambar 2.3 Patofisologi Jantung sistolok dan tempat kerja obatnya .............10

Gambar 2.4 Mekanisme kerja penghambat ACE dan Antagonis All .............18

Gambar 2.5 Mekanisme Kerja Beta Bloker ....................................................10

Gambar 2.6 Mekanisme Kerja PDE3 ..............................................................10

Gambar 5.1 Diagram ishikawa untuk kegagalan riwayat alergi .....................73

Gambar 5.2 Diagram ishikawa untuk kegagalan membaca rute sedian ..........75

Page 18: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA PENERAPAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38103/1/AYU DIAH... · form pengkajian resep oleh petugas 0.98%, ... yang telah memberikan

UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

xviii

DAFTARTABEL

Tabel Halaman

Tabel 2.1 Menetapkan Prioritas berdasarkan RPN .......................................13

Tabel 2.2Tipe Medication error secara umum ...............................................13

Tabel 2.3Menetapkan Prioritas berdasarkan RPN .........................................13

Tabel 2.4Dosis Penghambat ACE ..................................................................13

Tabel 2.5AT1 –Bloker dan Dosisnya ..............................................................13

Tabel 2.6Diuretik dan Dosisnya .....................................................................13

Tabel 2.7Beta Bloker dan Dosisnya ...............................................................13

Tabel 3.1 Definisi Operasional .....................................................................13

Tabel 4.1 Severity atau tingkat keparahan ....................................................13

Tabel 4.2Ocurrance atau frekuensi kejadian ..................................................13

Tabel 4.3Detection atau kemudahan deteksi ..................................................13

Tabel 5.1 Distribusi penilaian ketidaklengkapan resep pada tahap

prescribing di poli jantung IRJ RSUP Fatmawati ........................45

Tabel 5.2 Analisa FMEA untuk sebab dan akibat dari kegagalan pada

resep yang tidak lengkap di IRJ poli jantung RSUP Fatmawati ..49

Tabel 5.3Menetapkan kemungkinan tingkat keparahan dan efek kegagalan

prescribing error untuk metide FMEA .........................................59

Tabel 5.4 OCC: Occuring atau Frekuensi .......................................................59

Tabel 5.5 SEV: Severiy atau tingkatan keparahan ........................................60

Tabel 5.6DET: Detetability atau kemudahan deteksi .....................................60

Tabel 5.7Nilai RPN berdasarkan Prioritas ......................................................61

Page 19: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA PENERAPAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38103/1/AYU DIAH... · form pengkajian resep oleh petugas 0.98%, ... yang telah memberikan

UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

xix

DAFTARLAMPIRAN

Lampiran Halaman

Lampiran 1 .....................................................................................................80

Lampiran 2 .....................................................................................................82

Lampiran 3 ......................................................................................................87

Lampiran 4 ......................................................................................................90

Lampiran 5 .....................................................................................................91

Page 20: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA PENERAPAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38103/1/AYU DIAH... · form pengkajian resep oleh petugas 0.98%, ... yang telah memberikan

UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

xx

DAFTARSINGKATAN

DET : Detection

FMEA : Failure Mode And Effect Analysis

ME : Medication Error

OCC : Occurrence

IFRS : Instalasi Farmasi Rumah Sakit

IRJ : Instalasi Rawat Jalan

KTD : Kejadian Tidak Diharapkan

RSUP : Rumah Sakit Umum Pusat

RPN : Risk Priority Number

SEV : Severity

Page 21: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA PENERAPAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38103/1/AYU DIAH... · form pengkajian resep oleh petugas 0.98%, ... yang telah memberikan

UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pelayanan rumah sakit termasuk di dalamnya pelayanan farmasi,

merupakan wilayah berisiko tinggi dalam mengakibatkan medication

error.Medication error adalah kejadian yang merugikan pasien, akibat pemakaian

obat selama dalam penanganan tenaga kesehatan, yang sebetulnya dapat dicegah.

Medication error yang terjadi tentunya merugikan pasien dan dapat menyebabkan

kegagalan terapi, bahkan dapat menimbulkan efek obat yang tidak diharapkan5 .

Salah satu cara untuk mengurangi atau mencegah medication error adalah dengan

memenuhi Kelengkapan administratif resep atau prescription.

Prescription error atau ketidaklengkapan administrasi dan ketidakjelasan

penulisan dalam bagian resep yang meliputi inscriptio, invocatio, prescriptio,

signatura, subscriptio, dan pro dapat menyebabkan kegagalan6Salah satu cara

untuk mencegah medication error pada tahap prescribingadalah mengidentifikasi

kelengkapan resep dengan menggunakan Failure Mode And Effect Analysis atau

FMEA .

FMEA merupakan suatu metode yang telah dikembangkan untuk

mengidentifikasi, mengukur dan mencegah terjadinya medication erorr1, The

Institute of Health Care Improvement mendefinisikan FMEA sebagai metode

sistematis dan proaktif untuk mengevaluasi suatu proses dan mengidentifikasi di

mana dan bagaimana suatu proses dapat gagal dan memperkirakan faktor

kegagalan yang lain, sehingga diketahui bagian mana dari suatu proses itu yang

paling memerlukan pengembangan2

Penelitian yang pernah dilakukan dengan menggunakan metode FMEA

pada pelayanan farmasi rumah sakit mengenai “Redesign Pelayanan Farmasi

Dengan Metode Failure Mode and Effect Analysis” menemukan bahwa kegagalan

Risk Priority Number (RPN) tertinggi adalah keggalan dalam konfirmasi petugas

Page 22: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA PENERAPAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38103/1/AYU DIAH... · form pengkajian resep oleh petugas 0.98%, ... yang telah memberikan

UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

2

apoteker ke dokter dan diikuti kegagalan dalam mendeteksi nama obat dalam

proses prescribing resep3.

FMEA pada awalnya dikembangkan oleh militer Amerika Serikat melalui

prosedur militer dengan judul “Procedures for Performing a Failure Mode, Effect

and Criticality Analysis’’ selanjutnya perkembangan penggunaan metode FMEA

digunakan untuk sistem menilai quality management yang di fokuskan pada

kebutuhan dan harapan pelanggan dengan di keluarkan International

Organization for Standarization (ISO) 9000 mengenai standar menegement

bisnis. Seiring dengan perkembangan nya metode FMEA di Indonesia telah mulai

digunakan semenjak di kelurkan ISO 9000 pada tahun 1988 dan di terapkan

diberbagai bidang yang berhubungan dengan kepuasan pelayanan seperti industry,

management perusahaan, dan termasuk didalam nya management pelayanan

rumah sakit. Penelitian di rumah sakit yang menggunakan metode FMEA

biasanya mengenai peningkatan mutu dan pelayanan program pasien safety

Penerapan FMEA di rumah sakit digunakan untuk mengidentifikasi

potensi terjadinya masalah atau error dalam suatu pelayanan kesehatan. Dengan

memfokuskan pencegahan kesalahan atau malpraktek dalam proses pelayanan

kesehatan dan penanganan pasien.

Penyakit jantung (Kardiovaskular) merupakan penyakit yang bayak

diderita oleh masyarakat dan merupakan permasalahan global, dimana angka

morbiditas dan mortalititasnya tinggi. Prevalensi di Amerika diperkirakan 82.6

juta orang mengalami penyakit kardiovaskular26

. Tiap tahunya penduduk dunia

meninggal akibat penyakit kardiovaskular, melebihi berbagai macam penyebab

kematian lainya. Diperkirakan 17.3 juta penduduk dunia meninggal akibat

penyakit kardiovaskular pada tahun 2008 (mewakili 30% kematian di dunia),

terdiri dari 7.3 juta akibat penyakit jantung koroner (PJK) dan 6,2 juta akibat

stroke. Sebanyak 80% terjadi di negara dengan penghasilan rendahmenengah.

Dan diperkirakan 23.6 juta penduduk dunia akan meninggal akibat penyakit

kardiovaskular pada tahun 203027

. Oleh karena itu dibutuhkan perhatian lebih

dalam pelayanan pasien kardiovaskular dan dibutuhkan suatu metode untuk

mengevaluasi kinerja pelayanan pasien kardiovaskular di rumah sakit.

Page 23: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA PENERAPAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38103/1/AYU DIAH... · form pengkajian resep oleh petugas 0.98%, ... yang telah memberikan

UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

3

Penerapan metode FMEA pada proses identifikasi medication error tahap

prescribing di IRJ Poli Jantung RSUP Fatmawati dapat memberikan hasil yang

lebih baik dari metode yang biasa digunakan , karena metode FMEA dapat

digunakan selain untuk mengidentifikasi, mengukur dan mencegah terjadinya

medication error yang disebabkan ketidaklengkapan resep (prescription error)

metode FMEA ini dapat mengidentifikasi di mana dan bagaimana suatu proses

dapat gagal dan memperkirakan faktor kegagalan yang lain, sehingga dapat

diketahui bagian mana dari suatu proses yang paling memerlukan

pengembangan3.

Dengan melihat hal tersebut maka metode FMEA dibutuhkan sebagai

metode yang sistematis dan proaktif untuk mencegah terjadinya medication error

yang disebabkan oleh prescription error dengan memeriksa kelengkapan resep .

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang tersebut dapat dirumuskan masalah penelitian

sebagai berikut :

1. Medication error sering terjadi di rumah sakit.

2. Salah satu penyebab terjadinya medication error di rumah sakit adalah

prescription error.

3. Untuk mendeteksi adanya medication errorpada tahap prescribing yang

dapat dilakukan dengan menggunakan metode FMEA.

1.3 Pertanyaan Penelitian

1. Apakah metode FMEA dapat digunakan untuk mendeteksi medication

errorpada tahap prescribing di instalasi rawat jalan RSUP Fatmawati .

2. Faktor apa yang mempengaruhi Medication error pada tahap prescribing

dalam pelayanan resep poli jantung di instalasi rawat jalan RSUP

Fatmawati?

3. Apa dampak yang terjadi pada pasien akibat dari medication error tahap

prescribing pada resep poli jantung di instalasi rawat jalan RSUP

Fatmawati ?

Page 24: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA PENERAPAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38103/1/AYU DIAH... · form pengkajian resep oleh petugas 0.98%, ... yang telah memberikan

UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

4

1.4 Tujuan Penelitian

1.4.1 Tujuan Umum

Untuk mengetahui medication error yang terjadi pada tahap prescribing

dan faktor yang mempengaruhi nya serta dampak yang dirasakan oleh pasien

dengan menggunkan metode FMEA.

1.4.2 Tujuan Khusus

1. Untuk mengetahui bahwa metode FMEA dapat mendeteksi medication

errorpada tahapprescribingmelalui analisa resep poli jantung di RSUP

fatmawati.

2. Untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi medication error

tahap prescribing padaresep poli jantung di IRJ RSUP Fatmawati.

3. Untuk mengetahui kemungkinan dampak yang timbul akibat medication

error tahap prescribing pada resep poli jantung di IRJ RSUP Fatmawati.

1.5 Manfaat Penelitian

1.5.1 Teoritis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan ilmu

pengetahuan bagaimana cara mendeteksi medication error dengan metode failure

mode and effect analysis di rumah sakit.

1.5.2 Metodologi

Metode dalam penelitian ini dapat digunakan untuk mendeteksi

medication error pada tahap lainnya yaitu transcribing dan dispensing.

1.5.3 Aplikatif

Secara aplikatif hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan suatu bahan

pertimbangan ataupun informasi dalam peningkatan mutu pelayanan farmasi serta

dalam membuat kebijakan di rumah sakit

1.6 Ruang Lingkup

Penelitian yang berjudul “Penerapan Failure Mode And Effect Analysis

(FMEA) untuk Mengidentifikasi Prescription Error Pada Resep Poli Jantung Di

Page 25: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA PENERAPAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38103/1/AYU DIAH... · form pengkajian resep oleh petugas 0.98%, ... yang telah memberikan

UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

5

Instalasi Rawat Jalan RSUP Fatmawati” hanya dibatasi pada medication error

pada tahap prescribing, penelitian ini dilakukan di Instalsi rawat jalan RSUP

Fatmawati, besar sampel dalam penelitian ini adalah jumlah resep pada poli

jantung IRJ RSUP Fatmawati bulan januari 2015 yaitu 3649 lembar resep, desain

penelitian ini adalah cross sectional dengan pendekatan retrospektif, waktu

penelitian dilaksanakan pada bulan agustus sampai bulan september 2015.

Page 26: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA PENERAPAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38103/1/AYU DIAH... · form pengkajian resep oleh petugas 0.98%, ... yang telah memberikan

UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

6

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Failure Mode Effect Analysis (FMEA)

2.1.1 Sejarah

Prosedur untuk melakukan FMEA digambarkan di United State (US)

angkatan bersenjata dengan prosedur militer dikumen MIL-P-1629 pada tahun

1949; direvisi pada tahun 1980 sebagai MIL-STD-1629A. Pada awal 1960 ,

kontraktor untuk US National Aeronautics and space administration (NASA) yang

menggunakan varian FMEA. Program NASA menggunakan varian FMEA

termasuk Apollo, Viking, Volyager, Magellan, Galileo, dan Skylab. Industri

penerbangan sipil adalah adopter awal FMEA, dengan Society for Automotive

Enginers (SAE) penerbitan ARP926 pada tahun 1967. Setelah dua revisi, ARP926

dengan digantikan oleh ARP4761, yang sekarang secara luas digunakan dalam

penerbangan sipil. Industri otomotif mulai menggunakan FMEA pada

pertengahan 1970. The Ford Motor Company memperkenalkan FMEA untuk

industry otomotif untuk keselamatan dan pertimbangan peraturan. Ford

menerapkan pendekatan yang sama untuk proses PFMEA untuk

mempertimbangkan proses potensial yang disebabkan kegagalan sebelum

meluncurkan produksi. The SAE J1739 pertamakali diterbitkan standar terkait

pada tahun 1994. Standar ini juga sekarang dalam edisi keempat. Meskipun

awalnya dikembangkan oleh militer, metodelogi FMEA sekarang banyak

digunakan dalam berbagai industry termasuk pengolahan semikonduktor,

pelayanan makanan, plastic, perangkat lunak, dan kesehatan.

Dalam Penelitian di rumah sakit FMEA atau lebih sering disebut HMEA

(Hospitel Mode and Effect Analysis) mulai diterapkan sebagai salah satu syarat

perbaiakn mutu rumah sakit yang diterima untuk mendapatkan akreditasi

international JCI (Joint Commution International)

2.1.2 Pengertian FMEA

FMEA adalah suatu prosedur terstruktur untuk mengidentifikasi dan

mencegah sebanyak mungkin mode kegagalan. FMEAdigunakan untuk

mengidentifikasi sumber-sumber dan akar penyebab dari suatu masalah. Terdapat

Page 27: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA PENERAPAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38103/1/AYU DIAH... · form pengkajian resep oleh petugas 0.98%, ... yang telah memberikan

UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

7

dua penggunaan FMEA yaitu dalam bidang desain (FMEA Desain) dan dalam

proses (FMEA Proses). 8

Para ahli memiliki beberapa definisi mengenai FMEA, definisi tersebut memiliki

arti yang cukup luas dan apabila dievaluasi lebih dalam memiliki arti yang

serupa.7FMEA di rumah sakit atau disebut juga HFMEA (Heathcare Failure

Mode and Effect Analysis) di definisikan sebagai berikut ;

1. Merupakan program penilaian yang berfungsi untuk mengidentifikasi dan

memperbaiki langkah-langkah dalam proses di rumah sakit yang akan

menunjang keselamatan dan kepuasan pasien secara klinis.

2. Pendekatan sistematis untuk mengidentifikasi dan mencegah masalah

dalam produk dan proses pelayanan pasien atau pengobatan

2.1.3 Langkah Dasar FMEA

Aktifitas utama dalam melakukan FMEA di rumah sakit antara lain

1. Analisa Failure mode

failure mode adalah proses atau subproses yang melalui berbagai cara

dapat gagal memberikan hasil yang diharpkan.

2. Analisa masalah (hazard analysis)

adalah proses mengumpulkan dan mengevaluasi informasi mengenai

masalah yang berkaitan dengan proses yang dipilih (area menjadi focus

FMEA) dengan tujuan memperoleh daftar masalah atau kesalahan yang

significant, yang paling sering menyebabkan cidera atau sakit.

3. Menetapkan control yang efektif

adalah menentukan langkah pencegahan (barrier) untuk menhilangkan

atau mengurangi secara significant semua kemungkinan terjadinya

masalah atau problem dalam aktifitas sehari-hari

langkah-langkah FMEA (Join Comission Resource)

1. Menetukan proses yang mempunyai risiko tinggi dan membentuk tum

(Select a high risk process and assemble a team)

2. Menyususn diagram proses (Diagram the process)

3. Brainstorming potential failure modes and akibat-akibat yang ditimbulkan

( Brainstorm potential failure modes and determine their effect)

4. Menentukan prioritas failure modes (Prioritize failure modes)

Page 28: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA PENERAPAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38103/1/AYU DIAH... · form pengkajian resep oleh petugas 0.98%, ... yang telah memberikan

UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

8

5. Identifikasi akar penyebab masalah dari failure mode (identify root causes

of failure modes)

6. Menetukan rancangan ulang proses

7. Analisa dan pengujian proses baru (Analyze and test the new process)

8. Implementasi dan monitoring rancangan ulang proses (Implement and

monitor the new process)

Langkah-langkah penetapan prioritas berdasarkan Risk Priority Number

(RPN)

Tabel 2.1 Penetapan prioritas berdasarkan RPN

No Tahapan

Proses

kegagalan OCC SEV DET RPN Prioritas

1

2

2.1.4 Fungsi FMEA di rumah sakit dan lembaga kesehatan lainnya

FMEA di rumah sakit dan lembaga kesehatan lainnya berfungsi untuk

mencegah kesalahan dengan cara menganalisa factor-faktor penyebab

kesalahan tersebut (potensi terjadinya kesalahan dalam operasional sehari-

hari), sehingga kita bisa dapat ditentukan langkah atau modifikasi sistem

untuk mencegah kesalahan tersebut terjadi. Selain itu FMEA juga berfungsi

untuk :

1. mencegah masalah dalam penanganan kesehatan

2. mencegah terjadinya malpraktek dan meningkatkan keselamatan pasien

3. membuat sistem pelayanan kesehatan menjadi semakin efisien

4. mencegah terjadinya kecelakaan karena kelalaian

5. meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan secara keseluruhan

Terdapat langkah dasar dalam proses FMEA yang dilakukan oleh tim

2.1.5 Identifikasi Element-Element FMEA Proses

Element FMEA dibangun berdasarkan informasi yang mendukung analisa.

Beberapa element-elemant FMEA adalah sebagai berikut8 :

1. Nomer FMEA (FMEA Number)

Page 29: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA PENERAPAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38103/1/AYU DIAH... · form pengkajian resep oleh petugas 0.98%, ... yang telah memberikan

UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

9

Berisi nomer dokumentasi FMEA yang berguna untuk identifikasi

dokumen.

2. Jenis (item)

Berisi nama dan kode nomer sistem, subsistem atau komponen dimana

akan dilakukan analisa FMEA.

3. Penanggung Jawab Proses (Process Responsibility)

Adalah nama departemen/bagian yang bertanggung jawab terhadap

berlangsungnya proses.

4. Fungsi Proses (Process Fungtion)

Adalah deskripsi singkat mengenai proses pembuatan item dimana sistem

akan dianalisa.

5. Bentuk Kegagalan Potensial (Pontential Failure Mode)

Merupakan suatu kejadian dimana proses dapat dikatakan secara potential

gagal untuk memenuhi kebutuhan proses atau tujuan akhir produk.

6. Effek Potensial dari kegagalan (potential Effect of Failure)

Merupakan suatu efek dari bentuk kegagalan terhadap pelanggan. Dimana

setiap perubahan dalam variable dipengaruhi proses akan menyebabkan

proses itu menghasilkan produk diluar batas-batas spesifikasi.

7. Tingkat Keparahan (Severity)

Penilaian keseriusan efek dari bentuk kegagalan potensial.

8. Klasifikasi (Classification)

Merupakan dokumentasi terhadap klasifikasi karakter khusus dari

subproses untuk menghasilkan komponen, sistem atau subsistem tersebut.

9. Effect Potensial dari kegagalan (Potential Failure Mode)

Merupakan suatu kejadian dimana proses dapat dikatakan secara potensial

gagal untuk memenuhi kebutuhan proses atau tujuan akhir produk.

10. Keterjadian (Occurrance )

Adalah sesring apa penyebab kegagalan spesifik terjadi.

11. Pengendalian Proses saat ini (Current Process Control)

Merupakan penilaian deskripsi dari alat pengendali yang dapat mencegah

atau memperbesar kemungkinan bentuk kegagalan terjadi atau mendeteksi

terjadinya bentuk kegagalan tersebut.

Page 30: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA PENERAPAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38103/1/AYU DIAH... · form pengkajian resep oleh petugas 0.98%, ... yang telah memberikan

UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

10

12. Deteksi (Detection)

Merupakan penilaian dari kemungkinan alat tersebut dapat mendeteksi

penyebab potensial terjadinya suatu bentuk kegagalan

13. Nomer Prioritas Resiko (Risk Priority Number)

Merupakan angka prioritas resiko yang didapatkan dari perbaikan Severity,

Occurrence, dan Detection.

RPN = S * O * D

14. Tindakan yang direkomendasikan (Recommended Action)

Setelah bentuk kegagalan diatur sesuai peringkat RPN nya , maka tindakan

perbaikan harus segera dilakukan terhadap bentuk kegagalan dengan nilai

RPN tinggi.

15. Tindakan Yang diambil (Action Taken)

Setelah tindakan diiplementasikan, dokumentasikan secara singkat uraian

tindakan tersebut serta tanggal effektifnya.

16. Hasil RPN (Resulting RPN)

Setelah tindakan perbaiakan diidentifikasi, perkiraan dan rekam

Occurrence, Severity, dan Detection baru yang dihasilkan serta hitung

RPN yang baru. Jika tidak ada tindakan lebih lanjut diambil maka beri

catatan.

17. Tindakan Lanjut (Follow Up)

Dokumentasi proses FMEA akan menjadi dokumen hidup dimana akan

dilakukan perbaikan terus menerus sesuai kebutuhan.

2.1.6 Analisa Sistem Pengukuran (Measurement System analysis)

Analisa ini dilakukan untuk mengetahui kemapuan alat ukur yang dipakai

untuk mendeteksi terjadinya suatu kegagalan dalam proses. Dari perhitungan akan

didapatkan Gage repeatability, reproducibility, dan nilai number of distinct

category7.

2.1.6.1 Cause and Effect Diagram

Diagram ini disebut juga dengan diagram tulang ikan karena bentuknya

seperti ikan. Selain itu disebut juga dengan diagram Ishikawa karena yang

Page 31: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA PENERAPAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38103/1/AYU DIAH... · form pengkajian resep oleh petugas 0.98%, ... yang telah memberikan

UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

11

menemukan adalah Prof. Ishikawa yang berasal dari jepang. Diagram ini

digunakan untuk menganalisa dan menemukan faktor-faktor yang berpengaruh

secara signifikan dalam menentukan karakteristik kualitas output kerja, mencari

penyebab-penyebab yang sesungguhnya dari suatu masalah.

Gambar 1 Diagram Ishikawa (Fajar, 2006)

Cause and Effect Diagram ini mempunyai keuntungan :

1. SDM (Sumber Daya Manusia)

Sumber daya manusia berperan penting dalam proses penanganan masalah

yang meliputi;

a. Dokter

b. Farmasist

c. Perawat dan petugas lain

2. Alat

a. Tempat Kerja

b. Alat pendukung lainnya

3. Metode

Merupakan suatu tata cara kerja atau prosedur yang mempelancar jalannya

suatu proses dalam pelayanan

4. Manajemen (Sistem kerja)

SDM METODE

ALAT LINGKUNGAN

MUTU

Page 32: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA PENERAPAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38103/1/AYU DIAH... · form pengkajian resep oleh petugas 0.98%, ... yang telah memberikan

UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

12

Komunikasi yang baik antara tenaga kesehatan untuk menunjang

pelayanan.

5. Lingkungan

Kondisi yang mempengaruhi proses pelayanan

2.1.5.2 Pareto Diagram

Untuk mengidentifikasi penyebab terbesar yang terjadi dapat digunakan

pareto diagram. Pareto digunakan untuk menstrafikasi data ke dalam kelompok-

kelompok dari yang terbesar sampai terkecil. Dengan bentuknya berupa diagram

batang, pareto berguna untuk mengidentifikasi kejadian-kejadian atau penyebab

masalah yang paling umum. Analisa paretro didsarkan pada hokum 80/20 yang

berarti bahwa 80% kerugian hanya disebabkan oleh hanya 20% masalah tersebar7.

2.1.6 Penggunaan Failure Mode and Effect Analysis (FMEA)

Penggunaan FMEA awalnya pada desain proses yang memungkinkan

teknisi untuk mengetahui kegagalan dan menghasilkan keandalan, keamanan dan

produk yang sesuai keinginan konsumen.

Tipe-Tipe FMEA sebagai berikut 20

:

1. Sistem yang berfokus pada fungsi sistem secara global

2. Desain, yang berfokus pada kompenen dan dan subsistem

3. Proses, yang berfokus pada manufaktur dan perakitan

4. Service, yang berfokuspada fungsi pelayanan

5. Software, yang berfokus pada fungsi Software

FMEA adalah suatu dokumen hidup sepanjang siklus hidup

pengembangan produk selalu berubah dan diperbarui. Perubahan ini dapat sering

juga memperkenalkan gaya kegagalan baru. Oleh karena itu perlu untuk meninjau

ulang dan memperbarui FMEA kedtika :

1. Suatu produksi baru atau proses sedang diaktifkan

2. Perubahan dibuat kepada kondisi operasi proses atau produk diharapakn

untuk berfungsi

3. Suatu perubahan dibuat baik untuk produk maupun proses mendesain

4. Peraturan baru dibuat

Page 33: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA PENERAPAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38103/1/AYU DIAH... · form pengkajian resep oleh petugas 0.98%, ... yang telah memberikan

UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

13

5. Umpan balik pelanggan menandai permasalahn dalam produk dan proses.

2.1.7 Penelitian sebelumnya

Penelitian – penelitian sebelumnya yang digunakan sebagai referensi

penelitian ini adalah yaitu jurnal yang disusun oleh Supriyanti, Eri et all. (2011).

Dalam penelitian ini , FMEA digunakan untuk menganalysis desain pelayanan

farmasi di Rumah Sakit PKU Muhammadiyah Yogyakarta. Pada penelitian ini

diharapkan metode FMEA dapat meminimalkan kesalahan dalam sistem

penggunaan obat dalam pelayanan farmasi rawat jalan RS PKU Muhammadiyah

Yogyakarta. Hasil penelitian ini nilai RPN tertinggi terjadi pada kegagagalan

dalam konfirmasi kedokter sebesar 294 dilanjutkan kegagalan mendeteksi nama

obat sebesar 216. Penelitian ini memberikan masukan untuk perubahan layout

stiker warna penandaan obat sesuai kelas terapi SOP komunikasi kedokter penulis

resep, komfirmasi kedokter untuk resep non cito dan prosedur pelaksanaan

supervisi pelayanan farmasi rawat jalan.

Jurnal yang disusun oleh Lago P, Bizari G, Scalzotto F, et al (2012) dalam

penelitian ini metode FMEA digunakan untuk menganalysis untuk mengurangi

risiko prescribing error dan administari obat pada pasien pediatric. Dalam

penelitian ini diharapkan metode FMEA dapat menganalisis kegagalan sebab

FMEA dikenal sebagai metode proaktif untuk menganalisa risiko, identifikasi

kegagalan sebelum terjadi. Hasil penelitian ini dari 37 prioritas potensial

penyebab kegagalan dan 71 penyebab kegagalan dan efek yang dapat di

identifikasi dengan nilai RPN >48 adalah kesalahan dalam perhitungan dosis obat

dan konsentrasi obat.

Skripsi yang disusun oleh Kustiyaningsih, Febri (2011) dalam penelitian

nya yang berjudul; Penentuan prioritas penanganan kecelakaan kerja di PT GE

Lightening Indinesia dengan metode Failure Mode and Effect Analysis. Hasil

penelitian bahwa nilai RPN tertinggi adalah kategori; terpleset, tersandung, dan

terjatuh pada lantai datar dengan penyebab utama control manajemen yang tidak

maksimal, dengan nilai RPN 540.

Page 34: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA PENERAPAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38103/1/AYU DIAH... · form pengkajian resep oleh petugas 0.98%, ... yang telah memberikan

UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

14

2.2 Medication Error

Medicatin error dapat terjadi dimana saja dalam rantai pelayanan obat

pasien, mulai dari peresepan, pembacaan resep, peracikan, penyerahan dan

monitoring pasien. Di dalam setiap mata rantai ada beberapa tindakan, setiap

tindakan mempunyai potensi sebagai sumber kesalahan. Setiap tenaga kesehatan

dalam mata rantai ini mmberikan kontribusi terhadap kesalahan (Cochen,1999)

Medication error adalah sesuatu yang tidak benar, dilakukan melalui

ketidaktahuan atau ketidaksengajaan, kesalahan, misalnya dalam perhitungan,

penghakiman, berbicara, menulis tindakan, dll atau kegagalan untuk

menyelesaikan tindakan yang direncanakan sebagaimana dimaksud, atau

penggunaan yang tidak benar rencana tindakan untuk mencapai tujuan tertentu

(Aronson, 2009)

2.2.1 Penggolongan Medication Error

Berdasarkan tahap kejadiannya, medication error dibagi menjadi

prescribing error (kesalahan peresepan), dispensing error (kesalahan penyebaran/

distribusi), dispensing error (kesalahan pemberian obat), administration error

(kesalahan pemberian obat), dan compience error (kesalahan kepatuhan

penggunaan obat oleh pasien) (widiarti, 2008)

Medication error digolongkan menjadi beberapa jenis berdasarkan tempat

kejadiannya23

Tabel2.2Tipe Medication error secara umum

Tipe Keterangan

Prescribing error

(kesalahan dalam

penulisan)

Kesalahan pemilihan obat (berdasarkan indikasi, kontra

indikasi, alergi yang tidak diketahui, terapi obat yang

sedang berlangsung, dan factor lainnya) dosis, bentuk

sediaan obat, kuantitas, rute konsentrasi, kecepatan

pemberian, atau intruksi untuk penggunaan obat, penulisan

resep yang tidak jelas, dan lain-lain yang menyebabkan

terjadinya kesalahan pemberian obat kepada pasien.

Omission error Kegagalan memberikan dosis obat kepada pasien sampai

Page 35: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA PENERAPAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38103/1/AYU DIAH... · form pengkajian resep oleh petugas 0.98%, ... yang telah memberikan

UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

15

(kesalahan karena

kurang stok obat)

pada jadwal berikutnya.

Wrong time error

(salah waktu

pemberian)

Memberikan obat diluar waktu, dari interval waktu yang

ditentukan.

Unauthorized drug

error (kesalahan

pemberian obat

diluar kuasa)

Memberikan obat yang tidak diresepkan oleh dokter.

Wrong patient

(salah pasien)

Memberikan obat kepada pasien yang salah

Improper dose

error (kesalahan

karena dosis yang

tidak tepat)

Memberikan dosis obat kepada pasien lebih besar atau lebih

kecil dari dosis yang diinstruksikan oleh dokter, atau

memberikan dosis duplikasi.

Wrong dosage

from error

(kesalahan dari

dosis yang salah)

Memberikan obat dengan bentuk sediaan yang tidak sesuai.

Wrong drug

preparation error

(kesalahan dari

persiapan obat)

Mempersipkan obat dengan bentuk sediaan yan tidak sesuai.

Wrong

administration

thecnequi error

(kesalahan dari

tehnik administrasi

yang salah)

Prosedur atau tehnik yang tidak layak atau tidak benar saat

pemberiaan obat.

Deterioted drug

error (kesalahan

pemberian obat

Memberikan obat yang telah kadaluarsa atau telah

mengalami penurunan aktifitas

Page 36: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA PENERAPAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38103/1/AYU DIAH... · form pengkajian resep oleh petugas 0.98%, ... yang telah memberikan

UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

16

yang aktifitasnya

menurun)

Monitoring error

(kesalahan dalam

pemantauan)

Kegagalan untuk memnatau kelayakan dan deteksi problem

dari regimen yang diresepkan, atau kegagalan untuk

menggunakan data klinis atau laboratorium untuk asesmen

respon pasien terhadap terapi obat yang diresepkan.

Complience error

(kesalahan

kepatuhan

penggunaan obat

oleh pasien)

sikap pasien yang tidak layak terkait dengan ketaatan

penggunaan obat yang diresepkan.

2.2.2 Faktor - Faktor Penyebab Medication Error

Penelitian di Amerika yang memperhitungkan kematian akibat kesalahan

obat, kebnayakan terjadi pada saat fase prescribing atau peresepan yang

diakibatkan dari kurangnya dalam pengetahuan, komunikasi yang buruk, dan

kurangnya mempertimbangkan informasi penting pasien. Pada tingkat dispensing

kesalahan mungkin timbul karena nama obat-obatan yang serupa, dan penampilan

bahan kemasan, pemberian obat tidak teratur, karena beban kerja yang lebih.

Dispensing dosis obat tinggi, dan bentuk sediaan yang tidak benar dapat

menyebabkan kondisi mengancam jiwa (muhtar, 2003)

2.2.3 Medication Error pada prescribing

Kesalahan meresepkan dan kesalahan resep merupakan masalah utama di

antara kealahan pengobatan. Prescribing terjadi baik dirumah sakit umum maupun

dirumah sakit khusus, meskipun kesalahan jarang terjadi hingga fatal namun dapat

mempengaruhi keselamatan pasien dan kualitas kesehatan (Giampaolo, 2009).

Penggunaan singkatan istilah dan satuan ukuran sering terdapat dalam

resep dan order obat. Beberapa istilah diambildari bahasa latin karena sejarah

penggunaannya dalam obat-obatan dan farmasi sementara istilah lain berkembang

melalui penyingkatan penulisan oleh pembuat resep. Sayangnya, kesalahan

pengobatan dapat terjadi akibat kesalahan pemakaian. Kealahan penafsiran,

penulisan singkatan tidak terbaca, sebab penggunaan singkatan khusus atau

Page 37: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA PENERAPAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38103/1/AYU DIAH... · form pengkajian resep oleh petugas 0.98%, ... yang telah memberikan

UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

17

buatan. Kesalahan pengobatan dapat dihindari melalui penggunaan kosakata yang

terkendali, pengurangan pemakaian singkatan, berhati-hati dalam menulis angka

decimal, dan penulisan angka nol diawal dan di akhir secara tepat (Ansel, 2006)

Kesalahan resep mencakup segala hal yang terkait dengan tindakan

menulis resep, sedangkan kesalahan peresepan meliputi peresepan irrasional,

peresepan obat berlebih, peresepan obat yang kurang dan peresepan dan

peresepan yang tidak efektif, yang timbul dari penilaian medis atau keputusan

mengenai perawatan atau pengobatan dan pemantauan yang keliru (Giampaolo,

2009).

Apoteker hanya mencatat kesalahan resep dengan dampak klinis

potensional atau yang terlihat dirumah sakit. Untuk kesalahan peresepan

administrasi misalnya, tempat peresepan itu tidak sempurna tapi pada dasar nya

tidak berarti dengan perawatan yang berkaitan pasien, seperti kesalahan ejaan atau

kegagalan untuk menunjukkan rute tempat pemberian ini tidak dicatat. Tempat

risiko potensial berpotensi serius klinis ini diidentifikasi, diklasifikasikan kedalam

kategori berpotensi serius, sangat serius, hanya signifikansi klinis relative kecil

(Dobrzanski, 2002)

2.3 Resep

2.3.1 Definisi Resep

Resep adalah permintaan tertulis dari dokter atau dokter gigi, kepada

Apoteker, baik dalam bentuk paper maupun electronic untuk menyediakan dan

menyerahkan obat bagi pasien sesuai peraturan yang berlaku (Peraturan Menteri

Kesehatan No. 35 tahun 2014). Resep ditulis diatas kertas dengan ukuran 10-12

cm dan panjang 15-18 cm, hal tersebut digunakan karena resep merupakan

dokumen pemberian/penyerahan obat kepada pasien, dan diharapkan tidak

menerima permintaan resep melalui telepon

Demi keamanan penggunaan, obat dibagi dalam beberapa golongan.

Secara garis besar dapat dibagi dalam dua golongan, yaitu obat bebas (OTC =

Other of the counter) dan Ethical (obat narkotika, psikotropika, dan keras), harus

dilayani dengan resep dokter. Jadi sebagian obat tidak bisa diserahkan langsung

pada pasien atau masyarakat tetapi harus melalui resep dokter (on medical

Page 38: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA PENERAPAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38103/1/AYU DIAH... · form pengkajian resep oleh petugas 0.98%, ... yang telah memberikan

UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

18

prescription only). Dalam sistem distribusi obat nasional, peran dokter sebagai

“medical care” dan alat kesehatan ikut mengawasi penggunaan obat oleh

masyarakat, apotek sebagai organ distributor terdepan berhadapan langsung

dengan masyarakat atau pasien, dan apoteker berperan sebagai “pharmaceutical

care” dan informan obat, serta melakukan pekerjaankefarmasian di apotek. Di

dalam sistem pelayanan kesehatanmasyarakat, kedua profesi ini harus berada

dalam satu tim yang solid dengan tujuan yang sama yaitu melayani kesehatan dan

menyembuhkan pasien 8

2.3.2 Jenis-jenis Resep

Disebutkan jenis-jenis resep terdiri dari 9

:

1. Resep standar (R/. Officinalis), yaitu resep yang obatnya/komposisi telah

tercantum dalam buku farmakope atau buku lainnya dan merupakan

standar.

2. Resep magistrales (R/. Polifarmasi), yaitu resep formula obatrnya disusun

sendiri oleh dokter penulis resep dan menentukan dosis serta bentuk

sediaan obat sendiri sesuai penderita yang dihadapi.

Jenis-jenis renis-jenis resep yaitu8:

1. Resep medicinal, yaitu resep obat jadi, bisa berupa obat paten, merek

dagang maupun generik, dalam pelayanannya tidak mangalami peracikan.

2. Resep obat generik, yaitu penulisan resep obat dengan nama generik

dalam bentuk sediaan dan jumlah tertentu. Dalam pelayanannya bisa atau

tidak mengalami peracikan.

2.3.3 Penulisan Resep

Disebutkan bahwa penulisan resep artinya pemberian obat secara tidak

langsung, ditulis jelas dengan tinta, tulisan tangan pada kop resmi kepada pasien,

format dan kaidah penulisan sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang

berlaku yang mana permintaan tersebut disampaikan kepada farmasi atau apoteker

di apotek agar diberikan obat dalam bentuk sediaan dan jumlah tertentu sesuai

permintaan kepada pasien yang berhak. 8.9

2.3.4 Penulis Resep

Yang berhak menulis resep adalah11

:

Page 39: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA PENERAPAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38103/1/AYU DIAH... · form pengkajian resep oleh petugas 0.98%, ... yang telah memberikan

UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

19

1. Dokter Umum.

2 Dokter gigi, terbatas pada pengobatan gigi dan mulut.

3 Dokter hewan, terbatas pada pengobatan pada hewan/pasien hanya hewan.

2.3.5 Tujuan Penulisan Resep

Tujuan dari penulisan resep adalah sebagai berikut9

1. Memudahkan dokter dalam pelayanan kesehatan di bidang farmasi /

obatMeminimalkan kesalahan dalam pemberian obat.

2. Terjadi kontrol silang (cross check) dalam pelayanan kesehatan dibidang

farmasi / obat.

3. Instalasi farmasi / apotek waktu bukanya lebih panjang dalam pelayanan

dibandingkan praktik dokter.

4. Dituntut peran dan tanggung jawab dokter dalam pengawasan distribusi obat

kepada masyarakat.

5. Pemberian obat lebih rasional dibandingkan dispensing.Pelayanan lebih

berorientasi kepada pasien (patient oriented) dan menghindarkan material

oriented.

2.3.6 Format Penulisan Resep

Resep terdiri dari 6 bagian 8,10

1. Inscriptio: Nama dokter, no. SIP, alamat/telepon/HP/kota/tempat, tanggal

penulisan resep. Untuk obat narkotika hanya berlaku untuk satu kota

provinsi. Sebagai identitas dokter penulis resep, format inscription suatu

resep dari rumah sakit sedikit berbeda dengan resep pada praktik pribadi.

2. Invocatio : permintaan tertulis dokter dalam singkatan latin “R/ = resipe”

artinya ambilah atau berikanlah, sebagai kata pembuka komunikasi dengan

apoteker di apotek.

3. Prescriptio atau Ordonatio : nama obat dan jumlah serta bentuk sediaan

yang diinginkan.

4. Signatura : yaitu tanda cara pakai, regimen dosis pemberian, rute dan

interval waktu pemberian harus jelas untuk keamanan penggunaan obatdan

keberhasilan terapi.

Page 40: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA PENERAPAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38103/1/AYU DIAH... · form pengkajian resep oleh petugas 0.98%, ... yang telah memberikan

UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

20

5. Subscrioptio : yaitu tanda tangan/ paraf dokter penulis resep berguna

sebagai legalitas dan keabsahan resep tersebut.

6. Pro (diperuntukkan) : dicantumkan nama dan tanggal lahir pasien.

Teristimewa untuk obat narkotika juga hatus dicantumkan alamat pasien

(untuk pelaporan ke Dinkes setempat).

2.3.7 Kerahasiaan dalam Penulisan Resep

Resep merupakan sarana komunikasi professional antara dokter (penulis

resep), APA (penyedia/pembuat obat) dan penderita (yang menggunakan obat)

(Lestari, 2002). Oleh karena itu, resep tidak boleh diberikan atau diperlihatkan

kepada yang tidak berhak karena resep bersifat rahasia. Rahasia dokter dengan

apoteker menyangkut penyakit penderita, khusus beberapa penyakit, dimana

penderita tidak ingin orang lain mengetahuinya. Oleh karena itu kerahasiaannya

dijaga, kode etik dan tata cara (kaidah) penulisan resep (Jas, 2009).

Resep asli harus disimpan di apotek dan tidak boleh diperlihatkan kecuali

oleh yang berhak, yaitu 8,10,11

:

1. Dokter yang menulis atau merawatnya.

2. Pasien atau keluarga pasien yang bersangkutan.

3. Paramedis yang merawat pasien.

4. Apoteker yang mengelola apotek bersangkutan.

5. Aparat pemerintah serta pegawai (kepolisian, kehakiman, kesehatan) yang

ditugaskan untuk memeriksa.

6. Petugas asuransi untuk kepentingan klem pembayaran.

2.3.8 Pengkajian Resep

Kegiatan pengkajian resep meliputi administrasi, kesesuaian farmasetik

dan perumbangan klinik. Jika ditemukan ketidaksesuaian dari hasil pengkajian

maka apoteker harus menghubungi dokter penulis resep

2.3.8.1 Kajian administrasi

Kajian administrasi meliputi :

a. Nama pasien, umur, jenis kelamin dan berat badan;

b. Nama dokter, nomor Surat Izin Praktik (SIP), alamat, nomor telpon

dan paraf; dan

Page 41: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA PENERAPAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38103/1/AYU DIAH... · form pengkajian resep oleh petugas 0.98%, ... yang telah memberikan

UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

21

c. Tanggal penulisan resep

2.3.8.2 Kajian kesesuaian farmasetik

Kajian kesesuaian farmasetik meliputi

1. Bentuk dan kekuatan sediaan;

2. Satbilitas; dan

3. Kompatibilitas (ketercampuran obat)

2.3.8.3 Pertimbangan klinis

Pertimbangan klinis meliputi

1. Ketepatan indikasi dan dosis obat;

2. Aturan, cara dan lama penggunaan obat;

3. Duplikasi dan/ atau polifarmasi

4. Reaksi obat yang tidak diinginkan (alergi, efek samping, obat,

menifestasi klinis lain);

5. Kontraindikasi; dan

6. Interaksi.

2.3.8.4 Dispensing

Dispensing terdiri dari penyiapan, penyerahan dan pemberian informasi

obat.Setelah melakukan pengkajian resep dilakuakn berbagaihal seperti berikut:

a. Menyiapkan obat sesuai dengan permintaan resep

b. Menghitung kebutuha jumlah Obat sesuai dengan Resep;

c. Mengambil Obat yang dibutuhkan pada rak penyimpanan dengan

memperhatikan nama obat, tanggal kadaluarsa dan keadaan fisik obat.

d. Melakukan peracikan obat bila diperlukan

e. Memberikan etiket sekurang-kurangnya meliputi :

1. Warna putih untuk obat dalam/oral

2. Warna biru untuk Obat luar dan suntik

3. Menempelkan label “kocok dahulu” pada sediaan bentuk suspense

atau emulsi.

f. Memasukkan obat kedalam wadah yang tepat dan terpisah untuk obat

yang berbeda untuk menjaga mutu obat dan menghindari penggunaan

yang salah.

Page 42: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA PENERAPAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38103/1/AYU DIAH... · form pengkajian resep oleh petugas 0.98%, ... yang telah memberikan

UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

22

Setelah penyiapan obat dilakukan hal sebagai berikut :

a. Sebelum obat diserahkan kepada pasien harus melakukan pemeriksaan

kembali mengenai penulisan nama pasien pada etiket, cara

penggunaan serta jenis dan jumlah obat (kesesuaian antara penulisan

etiket dengan resep)

b. Memanggil nama dan nomor tunggu pasien

c. Memeriksa ulang identitas dan alamat pasien

d. Menyerahkan obat yang disertai dengan pemberian informasi obat;

e. Memberikan informasi cara penggunaan obat dan hal-hal yang terkait

dengan obat antara lain manfaat obat, makanan dan minuman yang

harus dihindari , kemungkinan efek samping, cara penyimpanan obat

dan lain-lain;

f. Penyerahan obat kepada pasien hendaklah dilakukan dengan cara

yang baik, mengingat pasien dalam kondisi tidak sehat mungkin

emosinya tidak stabil;

g. Memastikan bahwa yang menerima obat adalah pasien atau

keluarganya;

h. Membuat salinan resep sesuai dengan resep asli dan di paraf oleh

apoteker (apabila diperlukan);

i. Menyimpan resep pada tempatnya ;

j. Apoteker membuat catatan pengobatan pasien

2.3.9 Tanda-tanda pada resep

Tanda- tanda pada resepadalah sebagai betikut 8,10

1. Tanda Segera, diberikan untuk pasien yang harus segera memerlukan

obat, tanda segera atau peringatan dapat ditulis sebelah kanan atas

atau bawah blanko resep, yaitu: Cito! = segera, Urgent = penting,

Statim = penting sekali dan PIM (Periculum in mora) = berbahaya

bila ditunda. Urutan yang didahulukan adalah PIM, Statim, dan Cito!.

2. Tanda tidak dapat diulang, Ne iteratie (N.I). Apabila dokter tidak

ingin resepnya diulang, maka tanda N.I ditulis di sebelah atas blanko

resep. Resep yang tidak boleh diulang adalah resep yang

mengandung obat-obatan narkotik, psikotropik dan obat keras yang

Page 43: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA PENERAPAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38103/1/AYU DIAH... · form pengkajian resep oleh petugas 0.98%, ... yang telah memberikan

UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

23

telah ditetapkan oleh pemerintah atau Menteri kesehatan Republik

Indonesia.

3. Tanda resep dapat diulang, Iteratie (Iter).Apabila dokter

menginginkan agar resepnya dapat diulang, dapat ditulis dalam resep

di sebelah kanan atas dengan tulisan iter (Iteratie) dan berapa kali

boleh diulang. Misal, iter 3x, artinya resep dapat dilayani 4x (1 + 3x

ulangan). Untuk resep yang mengandung narkotika, tidak dapat

diulang (N.I) tetapi harus dengan resep baru.

4. Tanda dosis sengaja dilampaui.Tanda seru dan paraf dokter diberi di

belakang nama obatnya jika dokter sengaja member obat dosis

maksimum dilampaui.

5. Resep yang mengandung narkotik, tidak boleh ada iterasi yang

artinya dapat diulang, aturan pakai jelas yaitu tidak boleh ada tulisan

u.c. (usus cognitus) yang berarti pemakaiannya diketahui, tidak boleh

ada m.i. (mihipsi) yang berarti untuk dipakai sendiri tetapi obat

narkotik di dalam resep diberi garis bawah tinta merah. Selain itu,

resep yang mengandung narkotik harus disimpan terpisah dengan

resep obatlainnya.

2.3.10 Persyaratan Menulis Resep dan Kaidahnya

Disebutkan bahwa syarat-syarat dalam penulisan resep mencakup8,10

:

1. Resep ditulis jelas dengan tinta dan lengkap di kop resep, tidak ada

keraguan dalam pelayanannya dan pemberian obat kepada pasien.

2. Satu lembar kop resep hanya untuk satu pasien.

3. Signatura ditulis dalam singkatan latin dengan jelas, jumlah takaran

sendok dengan signa bila genap ditulis angka romawi, tetapi angka

pecahan ditulis arabik.

4. Menulis jumlah wadah atau numero (No.) selalu genap, walaupun kita

butuh satu setengah botol, harus digenapkan menjadi Fls. II saja.

5. Setelah signatura harus diparaf atau ditandatangani oleh dokter

bersangkutan, menunjukkan keabsahan atau legalitas dari resep

tersebut terjamin.

6. Jumlah obat yang dibutuhkan ditulis dalam angka romawi.

Page 44: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA PENERAPAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38103/1/AYU DIAH... · form pengkajian resep oleh petugas 0.98%, ... yang telah memberikan

UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

24

7. Nama pasien dan umur harus jelas.

8. Khusus untuk peresepan obat narkotika, harus ditandatangani oleh

dokter bersangkutan dan dicantumkan alamat pasien dan resep tidak

boleh diulangi tanpa resep dokter.

9. Tidak menyingkat nama obat dengan singkatan yang tidak umum

(singkatan sendiri), karena menghindari material oriented.

10. Hindari tulisan sulit dibaca hal ini dapat mempersulit pelayanan.

11. Resep merupakan medical record dokter dalam praktik dan bukti

pemberian obat kepada pasien yang diketahui oleh farmasi di apotek,

kerahasiaannya dijaga.

2.3.11 Menulis Resep

Pedoman cara penulisan resep dokter harus menepati ciri-ciri :

a. Ukuran blanko resep (ukuran lebar 10-12 cm, panjang 15-18 cm)

b. Penulisan nama obat (Bagian Inscriptio):

1. Dimulai dengan huruf besar

2. Ditulis secara lengkap atau dengan singkatan resmi (dalam farmakope

Indonesia atau nomenklatur internasional) misal: ac. Salic; acetosal

3. Tidak ditulis dengan nama kimia (missal: kali chloride dengan KCl)

atau singkatan lain dengan huruf capital (missal clorpromazin dengan

CPZ)

c. Penulisan jumlah obat

- Satuan berat: mg (milligram), g, G (gram)

- Sataun volume: ml (mililiter), l (liter)

- Satuan unit: IU/IU (Internasional Unit)

- Penulisan jumlah obat dengan satuan biji menggunakan angka

Romawi. Misal:

- Tab Novalgin no. XII

- Tab Stesolid 5 mg no. X (decem)

- m.fl.a.pulv. dt.d.no. X

- Penulisan alat penakar, dalam singkatan bahasa latin dikenal:

- C. = sendok makan (volume 15 ml)

- Cth. = sendok teh (volume 5 ml)

Page 45: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA PENERAPAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38103/1/AYU DIAH... · form pengkajian resep oleh petugas 0.98%, ... yang telah memberikan

UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

25

- Gtt. = guttae (1 tetes = 0,05 ml)

Catatan: Hindari penggunaan sendok teh dan senok makan rumah

tangga karena volumenya tidak selalu 15 ml untuk sendok makan dan

5 ml untuk sendok teh. Gunakan sendok plastik (5 ml) atau alat lain

(volume 5, 10, 15 ml) yang disertakan dalam sediaaan cair paten.

- Arti presentase (%)

- 0,5% (b/b) →0,5 gram dalam 100 gram sediaan

- 0,5% (b/v) →0,5 gram dalam 100 ml sediaan

- 0,5% (v/v) →0,5 ml dalam 100 ml sediaan

d. Hindari penulisan dengan angka desimal (misal: 0,...; 0,0....; 0,00..)

Penulisan kekuatan obat dalam sediaan obat jadi (generik/paten) yang

beredar di pasaran dengan beberapa kekuatan, maka kekuatan yang

diminta harus ditulis, misalkan Tab. Primperan 5 mg atau Tab. Primperan

10 mg. Penulisan volume obat minum dan berat sediaan topikal dalam

tube dari sediaan jadi/paten yang tersedia beberapa kemasan, maka harus

ditulis, misal:

- Allerin exp. Yang volume 60 ml atau 120 ml

- Garamycin cream yang 5 mg/tube atau 15mg/tube

e. Penulisan bentuk sediaan obat (merupakan bagian subscriptio) dituliskan

tidak hanya untuk formula magistralis, tetapi juga untuk formula officialis

dan spesialistis. Misal:

a. m.f.l.a.pulv. No. X

b. Tab Antangin mg 250 X

c. Tab Novalgin mg 250 X

f. Penulisan jadwal dosis/aturan pemakaian (bagian signatura)

a. Harus ditulis dengan benar. Misal: s.t.d.d. pulv. I.p.c atau

s.p.r.n.t.d.d.tab.I

b. Untuk pemakaian yang rumit seperti pemakaian ”tapering up/down”

gunakan tanda s.u.c(usus cognitus = pemakaian sudah tahu).

Penjelasan kepada pasien ditulis pada kertasdengan bahasa yang

dipahami.

Page 46: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA PENERAPAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38103/1/AYU DIAH... · form pengkajian resep oleh petugas 0.98%, ... yang telah memberikan

UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

26

g. Setiap selesai menuliskan resep diberi tanda penutup berupa garis penutup

(untuk 1 R/) atautanda pemisah di antara R/ (untuk > 2R/) dan paraf/tanda

tangan pada setiap R/.

h. Resep ditulis sekali jadi, tidak boleh ragu-ragu, hindari coretan, hapusan

dan tindasan.

i. Penulisan tanda Iter (Itteretur/ harap diulang) dan N.I. (Ne Iterretur/tidak

boleh diulang).

j. Resep yang memerlukan pengulanagan dapat diberi tanda: Iter (n)X di

sebelah kanan atasdari resep untuk seluruh resep yang diulang. Bila tidak

semua resep, maka ditulis di bawah setiapresep yang diulang.

k. Resep yang tidak boleh diulang, dapat diberi tanda: N.I di sebelah kanan

atas dari resep untukseluruh resep yang tidak boleh diulang. Bila tidak

semua resep, maka ditulis di bawah setiapresep yang diulang.

l. Penulisan tanda Cito atau PIM. Apabila diperlukan agar resep segera

dilayani karena obat sangat diperlukan bagi penderita,maka resep dapat

diberi tanda Cito atauPIMdan harus ditulis di sebelah kanan atas resep.

2.3.12 Skrining Resep

Resep obat adalah permintaan tertulis dari dokter atau dokter gigi, kepada

Apoteker, baik dalam bentuk paper maupun electronic untuk menyediakan dan

menyerahkan obat bagi pasien sesuai peraturan yang berlaku (PerMenKes No. 35

tahun 2014). Apotek wajib melayani resep dokter dan dokter gigi karena

pelayanan resep sepenuhnya atas tanggung jawab apoteker pengelola apotek16

Apoteker wajib memberi informasi yang berkaitan dengan penggunaan

obat yang diserahkan kepada pasien. Informasi meliputi cara penggunaan obat,

dosis dan frekuensi pemakaian, lamanya obat digunakan indikasi, kontra indikasi,

kemungkinan efek samping dan hal-hal lain yang diperhatikan pasien. Apabila

apoteker menganggap dalam resep terdapat kekeliruan atau penulisan resep yang

tidak tepat, harus diberitahukan kepada dokter penulis resep. Bila karena

pertimbangannya dokter tetap pada pendiriannya, dokter wajib membubuhkan

tanda tangan atas resep. Salinan resep harus ditanda tangani oleh apoteker 16

Pelayanan resep didahului dengan proses skrining resep yang dapat

ditinjau dari 3 aspek kelengkapan resep yang mencakup persyaratan administrasi

Page 47: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA PENERAPAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38103/1/AYU DIAH... · form pengkajian resep oleh petugas 0.98%, ... yang telah memberikan

UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

27

(nama pasien, nama dokter, alamat, paraf dokter, umur, berat badan, jenis

kelamin), persyaratan farmasetik (bentuk sediaan, kekuatan sediaan, stabilitas dan

kompatibilitas) dan persyaratan klinis (ketepatan indikasi dan dosis obat, aturan,

cara dan lama penggunaan obat, duplikasi dan/atau polifarmasi, reaksi obat yang

tidak diinginkan (alergi, efek samping obat, manifestasi klinis lain),

kontraindikasi dan interaksi obat). (Peraturan Menteri Kesehatan No. 35 tahun

2014).

Resep yang lengkap harus ada nama, alamat dan nomor ijin praktek

dokter, tempat dan tanggal resep, tanda R pada bagian kiri untuk tiap penulisan

resep, nama obat dan jumlahnya, kadang-kadang cara pembuatan atau keterangan

lain yang dibutuhkan, aturan pakai, nama pasien, serta tanda tangan atau paraf

dokter (Syamsuri, 2006)

Menurut Lestari (2002) tinjauan kelengkapan obat meliputi :

a. Pemeriksaan dosis

b. Frekuensi pemberian

c. Adanya polifarmasi

d. Interaksi obat yaitu reaksi yang terjadi antara obat dengan senyawa kimia

(obat lain, makanan) di dalam tubuh maupun pada permukaan tubuh yang

dapat mempengaruhi kerja obat sehingga dapat terjadi

peningkatan/pengurangan kerja obat atau bahkan obat sama sekali tidak

menimbulkan efek

e. Karakteristik penderita atau kondisi penyakit yang menyebabkan pasien

menjadi kontra indikasi dengan obat yang diberikan.

Peracikan merupakan kegiatan menyiapkan, mencampur, mengemas dan

memberi etiket pada wadah. Pada waktu menyiapkan obat harus melakukan

perhitungan dosis, jumlah obat dan penulisan etiket yang benar. Sebelum obat

diserahkan kepada penderita perlu dilakukan pemeriksaan akhir dari resep

meliputi tanggal, kebenaran jumlah obat dan cara pemakaian. Penyerahan obat

disertai pemberian informasi dan konseling untuk penderita beberapa penyakit

tertentu (Lestari, 2002).

Page 48: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA PENERAPAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38103/1/AYU DIAH... · form pengkajian resep oleh petugas 0.98%, ... yang telah memberikan

UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

28

2.3.13 Permasalahan Dalam Menulis Resep

Banyak permasalahan yang timbul dalam penulisan resep, karena hal ini

menyangkut dengan pelayanan kesehatan yang bersifat holistik. Kesalahan yang

dapat timbul berupa :

Kesalahan dalam penulisan resep, dimana dokter gagal untuk

mengkomunikasikan info yang penting, seperti :

a. Meresepkan obat, dosis atau rute bukan yang sebenarnya dimaksudkan.

b. Menulis resep dengan tidak jelas atau tidak terbaca

c. Menulis nama obat dengan menggunakan singkatan atau nomenklatur

yang tidak terstandarisasi

d. Menulis instruksi obat yang ambigu

e. Meresepkan satu tablet yang tersedia lebih dari satu kekuatan obat tersebut

f. Tidak menuliskan rute pemberian untuk obat yang dapat diberikan lebih

dari satu rute.

g. Meresepka obat untuk diberikan melalui infus intavena intermitten tanpa

menspesifikasi durasi penginfusan.

h. Tidak mencantumkan tanda tangan penulis resep.

i. Kesalahan dalam transkripsi

j. Saat datang ke rumah sakit, secara tidak sengaja tidak meresepkan obat

yang digunakan pasien sebelum ke rumah sakit.

k. Meneruskan kesalahan penulisan resep dari dokter yang sebelumnya

ketika menuliskan resep obat untuk pasien saat datang ke rumah sakit.

l. Menyalin instruksi obat dengan tidak benar ketika menulis ulang di daftar

obat pasien.

m. Untuk resep yang dibawa pulang tanpa sengaja berbeda dengan daftar

obatyang diresepkan untuk pasien rawat inap 17

2.4 Instalasi Farmasi Rumah Sakit

2.4.1 Rumah Sakit

2.4.1.1 Definisi Rumah Sakit

Rumah sakit adalah Institusi pelayanan kesehatan yang

menyelenggarakan pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna yang

Page 49: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA PENERAPAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38103/1/AYU DIAH... · form pengkajian resep oleh petugas 0.98%, ... yang telah memberikan

UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

29

menyediakan pelayanan rawat inap, rawat jalan, dan gawat darurat.

Pelayanan kesehatan paripurna adalah pelayanan kesehatan yang meliputi

promotif, preventif, kuratif, dan rehabilitatif. (Undang-Undang RI Nomor 44

tahun 2009)

Rumah sakit merupakan suatu bagian integral dari organisasi sosial

dan medis yang fungsinya adalah untuk memberikan pelayanan kesehatan

menyeluruh pada masyarakat baik pencegahan maupun penyembuhan dan

pelayanan pada pasien yang jauh dari keluarga dan lingkungan tempat

tinggalnya, serta sebagai tempat pendidikan bagi tenaga kesehatan dan

tempat penelitian biososial (Adisasmito, 2009)

2.4.1.2 Tugas dan Fungsi Rumah Sakit

Berdasarkan Undang-Undang RI No 44 tahun 2009 tentang rumah

sakit disebutkan bahwa rumah sakit mempunyai fungsi sebagai:

1. Penyelenggaraan pelayanan pengobatan dan pemulihan kesehatan sesuai

dengan standar pelayanan rumah sakit.

2. Pemeliharaan dan peningkatan kesehatan perorangan melalui pelayanan

3. Kesehatan yang paripurna tingkat kedua dan ketiga sesuai kebutuhan

medis.

4. Penyelenggaraan pendidikan dan pelatihan sumber daya manusia dalam

rangka peningkatan kemampuan dalam pemberian pelayanan kesehatan.

5. Penyelenggaraan penelitian dan pengembangan serta penapisan teknologi

6. Bidang kesehatan dalam rangka peningkatan pelayanan kesehatan dengan

memperhatikan etika ilmu pengetahuan bidang kesehatan

2.4.1.3 Klasifikasi Rumah Sakit

Menurut Siregar dan Amalia (2004), rumah sakit dapat

diklasifikasikan berdasarkan kriteria sebagai berikut:

1. Klasifikasi berdasarkan kepemilikan, terdiri dari:

a. Rumah sakit pemerintah, terdiri dari:

- Rumah sakit yang langsung dikelola oleh Departemen

Kesehatan.

- Rumah sakit pemerintah daerah.

Page 50: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA PENERAPAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38103/1/AYU DIAH... · form pengkajian resep oleh petugas 0.98%, ... yang telah memberikan

UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

30

- Rumah sakit militer.

- Rumah sakit Badan Usaha Milik Negara (BUMN).

b. Rumah sakit yang dikelola oleh masyarakat (swasta).

2. klasifikasi berdasarkan jenis pelayanan, terdiri dari 2 jenis:

a. Rumah sakit umum, memberi pelayanan kepada berbagai

penderita dengan berbagai penyakit.

b. Rumah sakit khusus, memberi pelayanan diagnosa dan

pengobatan untuk

c. Penderita dengan kondisi medik tertentu baik bedah maupun

non bedah, contoh: rumah sakit kanker maupun rumah sakit

jantung.

3. Klasifikasi berdasarkan afiliasi pendidikan, terdiri dari 2 jenis:

a. Rumah sakit pendidikan, yaitu rumah sakit yang

menyelenggarakan program latihan untuk berbagai profesi.

b. Rumah sakit nonpendidikan, yaitu rumah sakit yang tidak

memiliki program

c. Pelatihan profesi dan tidak ada kerjasama rumah sakit dengan

universitas.

Rumah sakit umum pemerintah pusat dan daerah diklasifikasikan

menjadi rumah sakit kelas A, B, C, dan D. Klasifikasi tersebut didasarkan

pada unsur pelayanan, ketenagaan, fisik dan peralatan (Siregar dan Amalia,

2004).

1 Rumah sakit umum kelas A adalah rumah sakit umum yang mempunyai

fasilitas dan kemampuan pelayanan medik paling sedikit 4 (empat)

spesialis dasar, 5 (lima) spesialis penunjang medik, 12 (dua belas)

spesialis lain dan 13 (tiga belas) subspesialis.

2 Rumah sakit umum kelas B adalah rumah sakit umum yang mempunyai

fasilitas dan kemampuan pelayanan medik paling sedikit 4 (empat)

spesialis dasar, 4 (empat) spesialis penunjang medik, 8 (delapan) spesialis

lain dan 2 (dua) subspesialis dasar.

Page 51: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA PENERAPAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38103/1/AYU DIAH... · form pengkajian resep oleh petugas 0.98%, ... yang telah memberikan

UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

31

3 Rumah sakit umum kelas C adalah rumah sakit umum yang mempunyai

fasilitas dan kemampuan pelayanan medik paling sedikit 4 (empat)

spesialis dasar dan 4 (empat) spesialis penunjang medik.

4 Rumah sakit umum kelas D adalah rumah sakit umum yang mempunyai

fasilitas dan kemampuan pelayanan medik sedikitnya 2 (dua) spesialis

dasar.

2.4.2 Depo Farmasi Rumah Sakit

Tugas utama IFRS adalah pengelolaan mulai dari perencanaan, peracikan,

pelayanan langsung kepada penderita sampai dengan pengendalian semua

perbekalan kesehatan yang beredar dan digunakan dalam rumah sakit baik untuk

penderita rawat tinggal, rawat jalan maupun untuk semua unit poliklinik rumah

sakit. Fungsi instalasi farmasi rumah sakit adalah:

Fungsi nonklinik adalah fungsi yang tidak memerlukan interaksi dengan

professional kesehatan lain, sekalipun semua pelayanan farmasi harus disetujui

oleh staf medic melalui panitia farmasi dan terapi (PFT). Lingkup fungsi farmasi

nonklinik adalah perencanaan, penetapan spesifikasi produk dan pemasok,

pengadaan, pembelian, produksi, penyimpanan, pengemasan dan pengemasan

kembali, distribusi, dan pengendalian semua perbekalan kesehatan yang beredar

dan digunakan di rumah sakit secara keseluruhan.

Fungsi klinik adalah fungsi yang secara langsung dilakukan sebagai bagian

terpadu dari perawatan penderita atau memerlukan interaksi dengan profesional

kesehatan lain yang secara langsung terlibat dalam pelayanan penderita.

Panitia farmasi dan terapi adalah sekelompok penasehat dari staf medik dan

bertindak sebagai garis komunikasi organisasi antara staf medik dan IFRS. Panitia

ini mengevaluasi secara klinik penggunaan obat dan pemberian obat serta

mengelola sistem formularium. Panitia ini difungsikan rumah sakit untuk

mencapai terapi obat yang rasional. (Lia, 2007)

Panitia farmasi dan terapi mempunyai kegunaan, di antaranya adalah

sebagai berikut :

1. Perumus kebijakan-prosedur

Panitia farmasi dan terapi memformulasi kebijakan berkenaan dengan

evaluasi, seleksi, dan penggunaan terapi obat, serta alat yang berkaitan di

Page 52: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA PENERAPAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38103/1/AYU DIAH... · form pengkajian resep oleh petugas 0.98%, ... yang telah memberikan

UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

32

rumah sakit.

2. Edukasi

Panitia farmasi dan terapi ini memberi rekomendasi atau membantu

memformulasi program yang didesain untuk memenuhi kebutunan staf

professional (dokter, perawat, apoteker, dan praktisi pelayanan kesehatan

lainnya) untuk melengkapi pengetahuan mutakhir tentang obat dan

penggunaan obat. Panitia farmasi dan terapi ini meningkatkan penggunaan

obat secara rasional melalui pengembangan kebijakan dan prosedur yang

relevan untuk seleksi obat, pengadaan, penggunaan, dan melalui edukasi

tentang obat bagi penderita dan staf profesional. (Lia, 2007)

Organisasi dasar tiap rumah sakit dan staf mediknya dapat

berpengaruh pada fungsi dan lingkup PFT. Berikut ini tertera beberapa

fungsi suatu PFT yang disajikan sebagai pedoman :

1. Berfungsi dalam suatu kapasitas evaluatif, edukasi, dan penasehat bagi staf

medik dan pimpinan rumah sakit, dalam semua hal yang berkaitan dengan

penggunaan obat.

2. Mengembangkan dan menetapkan formularium obat yang diterima untuk

digunakan dalam rumah sakit dan mengadakan revisi tetap.

3. Menetapkan program dan prosedur yang membantu memastikan terapi obat

yang aman dan bermanfaat.

4. Menetapkan program dan prosedur yang membantu memastikan manfaat

biaya terapi obat.

5. Menetapkan dan merencanakan program edukasi yang sesuai bagi staf

profesional rumah sakit tentang berbagai hal yang berkaitan dengan

penggunaan obat.

6. Berpartisipasi dalam kegiatan jaminan mutu yang berkaitan dengan

distribusi, pemberian, dan penggunaan obat.

7. Memantau dan mengevaluasi reaksi obat merugikan dalam rumah sakit dan

membuat rekomendasi yang tepat untuk mencegah berulangnya kembali.

8. Memprakarsai atau memimpin program dan hasil studi evaluasi penggunaan

obat, pengkajian hasil dari kegiatan tersebut dan membuat rekomendasi

yang tepat untuk mengoptimalkan penggunaan obat.

Page 53: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA PENERAPAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38103/1/AYU DIAH... · form pengkajian resep oleh petugas 0.98%, ... yang telah memberikan

UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

33

9. Bersama IFRS merencanakan dan menetapkan suatu sistem distribusi obat

dan prosedur pengendalian yang efektif.

10. PFT mempunyai tanggung jawab pada pengadaan edukasi bagi staf

profesional rumah sakit.

11. Membantu IFRS dalam pengembangan dan pengkajian kebijkan, ketetapan

dan peraturan berkaitan dengan penggunaan obat dalam rumah sakit sesuai

dengan perundangundangan lokal dan nasional.

12. Mengevaluasi, menyetujui, atau menolak obat yang diusulkan untuk

dimasukkan kedalam atau dikeluarkan dari formularium rumah sakit.

13. Menetapkan kategori obat yang digunakan dalam rumah sakit dan

menempatkan tiap obat pada suatu kategori tertentu.

14. Mengkaji penggunaan obat dalam rumah sakit dan meningkatkan standar

optimal untuk terapi obat rasional.

15. Membuat rekomendasi tentang obat yang disediakan dalam daerah

perawatan penderita.

(Lia, 2007)

Sistem formularium adalah suatu metode yang digunakan staf medik dari

suatu rumah sakit yang bekerja melalui PFT, mengevaluasi, menilai, dan memilih

dari berbagai zat aktif obat dan produk obat yang tersedia, yang dianggap paling

berguna dalam perawatan penderita. Jadi, sistem formularium adalah sarana

penting dalam memastikan mutu penggunaan obat dan pengendalian harganya.

Sistem formularium menetapkan pengadaan, penulisan, dispensing, dan

pemberian suatu obat dengan nama dagang atau obat dengan nama generik

apabila obat itu tersedia dalam dua nama tersebut. Formularium adalah dokumen

berisi kumpulan produk obat yang dipilih PFT disertai informasi tambahan

penting tentang penggunaan obat tersebut, serta kebijakan dan prosedur berkaitan

obat yang relevan untuk rumah sakit tersebut, yang terus menerus direvisi agar

selalu akomodatif bagi kepentingan penderita dan staf profesional pelayan

kesehatan, berdasarkan data konsumtif dan data morbiditas serta pertimbangan

klinik staf medik rumah sakit. (Lia, 2007)

Pemantauan terapi obat adalah suatu proses yang mencakup semua fungsi,

diperlukan untuk memastikan terapi obat secara tepat, aman, mujarab, dan

Page 54: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA PENERAPAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38103/1/AYU DIAH... · form pengkajian resep oleh petugas 0.98%, ... yang telah memberikan

UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

34

ekonomis bagi penderita. Fungsi-fungsi tersebut mencakup mengkaji pilihan obat

oleh dokter untuk kondisi yang di diagnosis; mengkaji pemberian obat;

memastikan dosis yang benar; mengetahui adanya atau memadainya respon

terapi; mengkaji kemungkinan untuk dan terjadinya ROM; serta

merekomendasikan perubahan atau alternatif dalam terapi jika situasi tertentu

memerlukannya.

Untuk memantau terapi obat secara tepat, apoteker harus mampu

melakukan fungsi berikut yang benar-benar merupakan dasar dari pemantauan

terapi obat. Proses pemantauan terapi obat adalah :

Pengumpulan data penderita dan mengatur data kedalam suatu format masalah

1. Hubungkan terapi obat masalah tertentu atau status penyakit untuk

menetapkan ketepatan terapi tertentu

2. Mengembangkan sasaran terapi tertentu.

3. Mendesain rencana pemantauan terapi obat.

4. Pengembangan parameter pematauan tertentu

5. Penetapan titik akhir Farmakoterapi

6. Penetapan frekuensi pemantauan

7. Identifikasi masalah dan/ atau kemungkinan ROM.

8. Pengembangan alternatif atau solusi masalah.

9. Proses pengambilan keputusan

10. Pendekatan intervensi dan tindak lanjut.

11. Mengkomunikasikan temuan dan rekomedasi, jika perlu kepada dokter atau

professional pelayan kesehatan lain, setiap temuan dan rekomendasi untuk

solusi atau alternative terhadap masalah yang diidentifikasi.

(Lia, 2007)

Kesalahan obat adalah pemberian suatu obat yang menyimpang dari resep

atau order dokter yang tertulis dalam kartu pengobatan penderita atau

menyimpang dari kebijakan, prosedur, dan standar rumah sakit. Kecuali kesalahan

karena kelalaian memberikan dosis obat kepada penderita, yang dimaksud

kesalahan obat adalah jika dosis obat telah benarbenar sampai pada penderita.

Misalnya, suatu kesalahan dosis yang terdeteksi dan diperbaiki sebelum

Page 55: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA PENERAPAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38103/1/AYU DIAH... · form pengkajian resep oleh petugas 0.98%, ... yang telah memberikan

UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

35

pemberian kepada penderita, bukan suatu kesalahan obat.

Secara umum kesalahan pengobatan penyebabnya adalah kekuatan obat

pada etiket atau dalam kemasan membingungkan; nomenklatur sediaan obat

(nama obat kelihatan mirip atau bunyi nama obat mirip); kegagalan atau gagal

fungsi peralatan; tulisan tangan tidak terbaca; penulisan kembali resep /

orderdokter yang tidak tepat; perhitungan dosis yang tidak teliti; personel terlatih

tidak mencukupi; menggunakan singkatan yang tidak tepat dalam penulisan resep;

kesalahan etiket; beban kerja berlebihan; konsentrasi hilang dalam unjuk kerja

individu; serta obat-obatan yang tidak tersedia.

Kesalahan pengobatan mencakup kesalahan administratif yang disebabkan

ketidakjelasan tulisan, ketidaklengkapan resep, keaslian resep, ketidakjelasan

instruksi. Kesalahan farmasetik seperti dosis, bentuk sediaan, stabilitas,

inkompatibilitas, dan lama pemberian. Serta kesalahan klinis seperti alergi, reaksi

obat yang tidak sesuai, interaksi yang meliputi obat dengan penyakit, obat dengan

obat lain dalam hal lama terapi, dosis, cara pemberian dan jumlah obat. (Pane A

Hamzah, 2000)

2.4.3 Standar Pelayanan Farmasi di Rumah Sakit

Berdasarkan Peraturan Mentri Kesehatan RI No 58 tahun 2014 tentang

standar Pelayanan Farmasi di rumah sakit23

. Dalam pengorganisasian Rumah

Sakit dibentuk Tim Farmasi dan Terapi (TFT) yang merupakan unit kerja dalam

memberikan rekomendasi kepada pimpinan Rumah sakit mengenai kebijakan

penggunaan Obat di Rumah Sakit yang anggotanya terdiri dari dokter yang

mewakili semua spesialisasi yang ada di rumah sakit, apoteker Instalasi Farmasi,

serta tenaga kesehatan lainnya apabila diperlukan. TFT harus dapat membina

hubungan kerja dengan komite atau berkaitan dengan penggunaan obat.

Ketua TFT dapat diketahui oleh seorang dokter atau seorang apoteker,

apabila diketuai oleh dokter maka sekretarisnya adalah aopteker, namun apabila

diketuai oleh apoteker, maka sekretarisnya adalah dokter. TFT harus mengadakan

rapat secara teratur, sedikitnya 2 (dua) bulan sekali dan untuk rumah sakit besar

rapat diadakan sekali dalam dalam satu bulan. Rapat TFT dapat mengundang

pakar dari dalam maupun dari luar Rumah Sakit yang dapat memberikan masukan

Page 56: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA PENERAPAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38103/1/AYU DIAH... · form pengkajian resep oleh petugas 0.98%, ... yang telah memberikan

UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

36

bagi pengelolahan TFT, memiliki pengetahuan khusus, keahlian-keahlian atau

pendapat tertentu yang bermanfaat bagi TFT.

2.4.3.1 Tugas Tim Farmasi dan Terapi

Berdasarkan Peraturan Mentri Kesehatan RI Nomer 58 tahun 2014 tentang

standar pelayanan farmasi di rumah sakit17

, tugas panitia farmasi dan terapi taitu:

1. mengembangkan kebijakan tentang penggunaan Obat di rumah sakit.

2. Melakukan seleksi dan evaluasi Obat yang akan masuk formularium

rumah sakit.

3. Mengembangkan standar terapi

4. Mengidentifikasi permasalahan dalam penggunaan obat

5. Melakukan intervensi dalam meningkatkan penggunaan Obat yang

rasional

6. Mengkoordinir penatalaksanaan reaksi obat yang tidak dikehendaki

7. Mengkoordinir penatalaksanaan medication error.

8. Menyebarluaskan informasi terkait kebijakan penggunaan obat di rumah

sakit.

2.4.3.2 Instalasi Farmasi Rumah sakit

Instalasi farmasi di rumah sakit adalah instalasi di rumah sakit yang

dipimpin oleh seorang apoteker dan dibantu oleh bebrapa orang apoteker, tenaga

ahli madya farmasi (D-3) dan tega menengah farmasi (AA) yang memenuhi

persyaratan peraturan perundang-undangan yang berlaku, dan merupakan tempat

atau fasilitas penyelenggaraan yang bertanggung jawab atas seluruh pekerjaan

serta pelayanan kefarmasian yang terdiri atas pelayanan paripurna, mencakup

perencanaan, pengadaan, produksi, penyimpanan dan perbekalan kesehatan,

dispensing obat, pengendalian mutu dan pengendalian distribusi dan penggunaan

seluruh perbekalan kesehatan di rumah sakit serta pelayanan farmasi klinik.17

Instalasi farmasi RSUP Fatmawati merupakan satuan kerja satu-satunya

dirumah sakit yang menjalankan fungsi manejemen pengelolaan perbekalan

farmasi dengan sitem satu pintu, sebagaimana yang diamanatkan dalam undang-

undang.

Page 57: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA PENERAPAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38103/1/AYU DIAH... · form pengkajian resep oleh petugas 0.98%, ... yang telah memberikan

UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

37

1. Menjamin ketersediaan sediaan farmasi dan alat kesehatan yang bermutu,

bermanfaat, aman dan terjangkau.

2. Pelayanan sediaaan farmasi di rumah sakit di rumah sakit harus mengikuti

standar pelayanan kefarmasian.

3. Pengelolaan alat kesehatan, sediaan farmasi, dan bahan habis pakai di

rumah sakit harus dilakukan oleh instalasi farmasi sistem satu pintu.

4. Besaran harga perbekalan farmasi pada instalasi farmasi rumah sakit harus

wajar dan berpatokan kepada harga patokan yang ditetapkan pemerintah.

Instalasi Farmasi berkedudukan dibawah dan bertanggung jawab langsung

kepada Direktur Medik dan Keperawatan RSUP Fatmawati. Instalasi Farmasi

dipimpin oleh seorang Apoteker yang berkedudukan sebagai Kepala dengan

sebutan Kepala Instalasi Farmasi dan membawahi Wakil Kepala Instalasi Farmasi

dan Penyelia Instalasi Farmasi serta seluruh Tenaga Pelaksana di Instalasi

Farmasi

Bentuk kegiatan Instalasi Farmasi RSUP Fatmawati meliputi:

1. Pemilihan: bekerja sama dengan Komite Farmasi dan Terapi dalan

memilih perbekalan farmasi yang akan ditetapkan untuk digunakan di

RSUP Fatmawati pada periode tertentu.

2. Perencanaan: membuat rencana untuk mengadakan perbekalan farmasi

yang persediaan stoknya sedang menipis atau habis.

3. Pengadaan: bekerjasama dengan Unit Layanan Pengadaan (ULP) untuk

mendatangkan perbekalan farmasi yang telah direncanakan.

4. Penerimaan: bekerjasama dengan Tim Penerima Barang Medik untuk

menentukan perbekalan farmasi yang dapat diterima dari proses

pengadaan yang telah dilakukan.

5. Penyimpanan: melakukan penyimpanan perbekalan farmasi baik di gudang

farmasi maupun di depo farmasi sesuai dengan standar penyimpanan obat

yang baik.

6. Pendistribusian: melakukan pelayanan penyaluran perbekalan farmasi

kepada satker di RSUP Fatmawati

Page 58: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA PENERAPAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38103/1/AYU DIAH... · form pengkajian resep oleh petugas 0.98%, ... yang telah memberikan

UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

38

7. Penyerahan: melakukan pelayanan pemberian perbekalan farmasi pada

pasien rawat jalan maupun pada pasien rawat inap, yang dilakukan

berdasarkan atas resep dokter.

8. Melaksanakan pelayanan farmasi klinik sesuai prosedur kefarmasian dan

etik profesi

9. Produksi obat berdasarkan standar Cara Pembuatan Obat yang Baik

(CPOB)

10. Monitoring: melakukan pemantauan terhadap seluruh proses yang ada

dalam rangka mencapai efisiensi dan efektifitas pekerjaan kefarmasian

yang telah dilakukan.

11. Evaluasi: melakukan kajian dan evaluasi terhadap pencapaian target kerja

yang telah ditetapkan dari seluruh proses yang ada.

2.4.3.3 Struktur Organisasi Instalasi Farmasi Rumah Sakit

Standar pelayanan farmasi klinik di rumah sakit, pengorganisasian

instalasi farmasi di rumah sakit harus mencakup penyelenggaraan

pengelolaan sediaan farmasi, alat kesehatan, dan bahan medis habis pakai,

pelayanan farmasi klinik dan manajemen mutu dan bersifat dinamis dapat

direvisi sesuai kebutuhan dengan tetap menjaga mutu.17

Tugas an Fungsi Instalasi Farmasi Rumah Sakit

Standar pelayanan kefarmasian dirumah sakit tentang tugas instalasi

farmasi rumah sakit17

1. menyelenggarakan, mengkoordinasi, mengatur dan mengawasi seluruh

kegiatan pelayanan farmasi klinis yang optimal dan propesional serta

sesuai prosedur dan etik profesi.

2. Melaksanakan pengelolaan sediaan farmasi, alat kesehatan, dan bahan

medis habis pakai yang efektif, aman, bermutu dan efisien.

3. Melaksankan pengkajian dan pemantauan penggunaan sediaan farmasi,

alat kesehatan dan bahan medis habis pakai guna memaksimalkan efek

terapi dan keamanan serta meminimlkan risiko.

4. Melaksanakan komunikasi, edukasi dan informasi (KIE) serta memberikan

rekomendasi kepada dokter , perawat dan pasien.

Page 59: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA PENERAPAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38103/1/AYU DIAH... · form pengkajian resep oleh petugas 0.98%, ... yang telah memberikan

UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

39

5. Berperan aktif dalam tim farmasi dan terapi

6. Melaksanakan pendidikan dan pelatihan serta mengembangkan pelayanan

farmasi klinis.

7. Memfasilitasi dan mendorong tersusunnya standar pengobatan dan

formularium rumah sakit.

2.4.4 Standar Pelayanan Kefarmasian di Rumah Sakit

2.4.4.1 Pengelolaan sediaan farmasi, alat kesehatan, dan bahan medis habis

pakai.

Apoteker bertanggung jawab terhadap pengelolaan sediaan farmasi, alat

kesehatan, dan bahan medis habis pakai sesuai dengan ketentuan yang berlaku

serta memastikan kualitas, manfaat, dan keamanannya. Pengelolaan sediaan

farmasi, alat kesehatan, dan bahan medis habis pakai merupakan suatu siklus

kegiatan, dimuali dari pemilihan, perencanaan kebutuhan, pengadaan,

penerimaan, penyimpanan, pendistribuisan, pemusnahan dan penarikan,

pengendalian, dan administrasi yang diperlukan bagi kegiatan pelayanan

kefarmasian.

Pengelolaan sediaan farmasi, alat kesehatan, dan bahan medis habis pakai

harus dilaksanakan secara multi disiplin, terkoordinir dan menggunakan proses

yang efektif untuk menjamin kendali mutu dan kendali biaya. Dalam ketentuan

Pengelolaan Alat Kesehatan, Sediaan Farmasi, dan Bahan Medis Habis Pakai di

Rumah Sakit harus dilakukan oleh Instalasi Farmasi sistem satu pintu. Alat

Kesehatan yang dikelola oleh Instalasi Farmasi sistem satu pintu berupa alat

medis habis pakai/peralatan non elektromedik, antara lain alat kontrasepsi (IUD),

alat pacu jantung, implan, dan stent.25

Dengan kebijakan pengelolaan sistem satu pintu, Instalasi Farmasi sebagai satu-

satunya penyelenggara Pelayanan Kefarmasian, sehingga Rumah Sakit akan

mendapatkan manfaat dalam hal :

1. Pelaksanaan pengawasan dan pengendalian penggunaan Sediaan Farmasi,

Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai.

2. Standarisasi Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis

Pakai

Page 60: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA PENERAPAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38103/1/AYU DIAH... · form pengkajian resep oleh petugas 0.98%, ... yang telah memberikan

UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

40

3. Penjaminan mutu Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis

Habis Pakai.

4. Pengendalian harga Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis

Habis Pakai

5. pemantauan terapi Obat;

6. penurunan risiko kesalahan terkait penggunaan Sediaan Farmasi, Alat

Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai (keselamatan pasien)

7. kemudahan akses data Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan

Medis Habis Pakai yang akurat;

8. peningkatan mutu pelayanan Rumah Sakit dan citra Rumah Sakit; dan

9. peningkatan pendapatan Rumah Sakit dan peningkatan kesejahteraan

pegawai.

Berikut merupakan tugas dari Pengelolaan sediaan farmasi, alat kesehatan,

dan bahan medis habis pakai yang diatur oleh Negara;

1 Pemilihan

Pemilihan adalah kegiatan untuk mendapatkan jenis sediaan farmasi, alat

kesehatan, dan bahan medis habis pakai sesuai dengan kebutuhan.

2 Perencanaan

Perencanaan kebutuhan merupakan kegiatan untuk menetukan jumlah dan

priode pengadaan sediaan farmasi, alat kesehatan, dan bahan medis habis

pakai sesuai dengan hasil kegiatan pemilihan untuk menjamin terpenuhnya

kriteria tepat jenis, tepat jumlah, tepat waktu efisien.

Perencanaan dilakukan untuk menghindari kekosongan obat dengan

menggunakan metode yang dapat dipertanggungjawabkan dan dasr-dasar

perencanaan yang telah ditentukan antara lainkonsumsi, epidemiologi,

kombinasi metode konsumsi dan metode epidemologi dan disesuaikan

dengan anggaran yang tersedia.

3 Pengadaan

Page 61: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA PENERAPAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38103/1/AYU DIAH... · form pengkajian resep oleh petugas 0.98%, ... yang telah memberikan

UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

41

Untuk memastikan sediaan farmasi, alat kesehatan dan bahan medis habis

pakaisesuai dengan mutudan spesifikasi yang dipersyaratkan maka jika

proses pengadaan dilaksanakan oleh bagian lain di luar instalasi farmasi

harus melibatkan tenaga kefarmasian.

4 Penerimaan

Penerimaan merupakan kegiatan untuk menjamin kesesuaian jenis,

spesifikasi, jumlah, mutu, waktu penyerahan dan harga yang tertera dalam

kontrak atau surat pesanan dengan kondisi fisik yang diterima. Semua

dokumen terkait penerimaan barang harus disimpan dengan baik.

5 Penyimpanan

Setelah barang diterima di IFRS perlu dilakukan penyimpanan sebelum

dilakukan pendistribusian. Penyimpanan harus dapat menjamin kualitas

dan keamanan sediaaan farmasi, alat kesehatan, dan bahan medis habis

pakai sesuai dengan persyaratan kefarmasian. Persyaratan kefarmasian

yang dimaksud meliputi persyaratan persyaratan stabilitas dan keamanan,

sanitasi, cahaya, kelembaban, ventilasi, dan penggolongan jenis Sediaan

Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai

Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai

yang harus disimpan terpisah yaitu:

a. Bahan yang mudah terbakar, disimpan dalam ruang tahan api

dandiberi tanda khusus bahan berbahaya

b. Gas medis disimpan dengan posisi berdiri, terikat, dan

diberipenandaaan untuk menghindari kesalahan pengambilan jenis

gasmedis. Penyimpanan tabung gas medis kosong terpisah dari

tabunggas medis yang ada isinya. Penyimpanan tabung gas medis

diruangan harus menggunakan tutup demi keselamatan.

Metode penyimpanan dapat dilakukan berdasarkan kelas terapi,

bentuksediaan, dan jenis Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan

Medis HabisPakai dan disusun secara alfabetis dengan menerapkan prinsip

First Expired First Out (FEFO) dan First In First Out (FIFO) disertai

Page 62: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA PENERAPAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38103/1/AYU DIAH... · form pengkajian resep oleh petugas 0.98%, ... yang telah memberikan

UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

42

sistem informasi manajemen.Penyimpanan Sediaan Farmasi, Alat

Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakaiyang penampilan dan penamaan

yang mirip (LASA, Look Alike Sound Alike)tidak ditempatkan berdekatan

dan harus diberi penandaan khusus untuk mencegahterjadinya kesalahan

pengambilan Obat.

Rumah Sakit harus dapat menyediakan lokasi penyimpanan Obat

emergensi untuk kondisi kegawatdaruratan. Tempat penyimpanan harus

mudahdiakses dan terhindar dari penyalahgunaan dan pencurian.

6 Pendisribusian

Distribusi merupakan suatu rangkaian kegiatan dalam

rangkamenyalurkan/menyerahkan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan

Bahan MedisHabis Pakai dari tempat penyimpanan sampai kepada unit

pelayanan/pasiendengan tetap menjamin mutu, stabilitas, jenis, jumlah,

dan ketepatan waktu.Rumah Sakit harus menentukan sistem distribusi

yang dapat menjaminterlaksananya pengawasan dan pengendalian Sediaan

Farmasi, Alat Kesehatan,dan Bahan Medis Habis Pakai di unit pelayanan.

7 Pemusnahan san Penarikan Sediaan Farmasi, alat kesehatan dan

bahan medis habis pakai.

Pemusnahan dan penarikan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan

Medis Habis Pakai yang tidak dapat digunakan harus dilaksanakan dengan

cara yang sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang

berlaku. Pemusnahan dilakukan untuk Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan,

dan Bahan Medis Habis Pakai bila:

a. Produk tidak memenuhi persyaratan mutu.

b. Telah kadaluwarsa.

c. Tidak memenuhi syarat untuk dipergunakan dalam pelayanan

kesehatan atau kepentingan ilmu pengetahuan.

d. Dicabut izin edarnya

8 Pengendalian

Page 63: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA PENERAPAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38103/1/AYU DIAH... · form pengkajian resep oleh petugas 0.98%, ... yang telah memberikan

UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

43

Pengendalian dilakukan terhadap jenis dan jumlah persediaan dan

penggunaan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis

Pakai. Pengendalian penggunaan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan

Bahan Medis Habis Pakai dapat dilakukan oleh Instalasi Farmasi harus

bersama dengan Tim Farmasi dan Terapi (TFT) di Rumah Sakit. Cara

untuk mengendalikan persediaan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan

Bahan Medis Habis Pakai adalah:

a. Melakukan evaluasi persediaan yang jarang digunakan (slow moving).

b. Melakukan evaluasi persediaan yang tidak digunakan dalam waktu tiga

bulan berturut-turut (death stock).

c. Stok opname yang dilakukan secara periodik dan berkala.

9 Administrasi

Administrasi harus dilakukan secara tertib dan berkesinambungan untuk

memudahkan penelusuran kegiatan yang sudah berlalu. Kegiatan

administrasi terdiri dari : pencatatan dan pelaporan, administrasi keuangan,

dan administrasi penghapusan

2.4.4.2 Pelayanan Farmasi Klinik

Pelayanan Farmasi di Rumah Sakit bahwa Pelayanan farmasi klinik

merupakan pelayanan langsung yang diberikan Apoteker kepada pasien dalam

rangka meningkatkan outcome terapi dan meminimalkan risiko terjadinya efek

samping karena Obat, untuk tujuan keselamatan pasien (patient safety) sehingga

kualitas hidup pasien (quality of life) terjamin.17

1. Pengkajian dan Pelayanan Resep

Pelayanan Resep dimulai dari penerimaan, pemeriksaan ketersediaan,

pengkajian Resep, penyiapan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis

Habis Pakai termasuk peracikan Obat, pemeriksaan, penyerahan disertai

pemberian informasi. Pada setiap tahap alur pelayanan Resep dilakukan upaya

pencegahan terjadinya kesalahan pemberian Obat (medication error). Kegiatan ini

untuk menganalisa adanya masalah terkait Obat, bila ditemukan masalah terkait

Page 64: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA PENERAPAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38103/1/AYU DIAH... · form pengkajian resep oleh petugas 0.98%, ... yang telah memberikan

UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

44

Obat harus dikonsultasikan kepada dokter penulis Resep. Apoteker harus

melakukan pengkajian Resep sesuai persyaratan administrasi, persyaratan

farmasetik, dan persyaratan klinis baik untuk pasien rawat inap maupun rawat

jalan

Persyaratan administrasi meliputi:

a. Nama, umur, jenis kelamin dan berat badan pasien.

b. Nama, nomor izin, alamat dan paraf dokter.

c. Tanggal resep.

d. Ruangan/unit asal resep.

Persyaratan klinis meliputi:

a. Ketepatan indikasi, dosis dan waktu penggunaan obat.

b. Duplikasi pengobatan.

c. Alergi, interaksi dan efek samping obat.

d. Kontraindikasi.

e. Efek adiktif

2. Penyelusuran Riwayat Penggunaan Obat

Penelusuran riwayat penggunaan Obat merupakan proses untuk

mendapatkan informasi mengenai seluruh Obat/Sediaan Farmasi lain yang pernah

dan sedang digunakan, riwayat pengobatan dapat diperoleh dari wawancara atau

data rekam medik/pencatatan penggunaan Obat pasien. Tahapan penelusuran

riwayat penggunaan Obat:

a. Membandingkan riwayat penggunaan Obat dengan data rekam

medik/pencatatan penggunaan Obat untuk mengetahui perbedaan informasi

penggunaan Obat.

b. Melakukan verifikasi riwayat penggunaan Obat yang diberikan oleh tenaga

kesehatan lain dan memberikan informasi tambahan jika diperlukan.

c. Mendokumentasikan adanya alergi dan Reaksi Obat yang Tidak

Dikehendaki (ROTD).

d. Mengidentifikasi potensi terjadinya interaksi Obat.

e. Melakukan penilaian terhadap kepatuhan pasien dalam menggunakan Obat.

f. Melakukan penilaian rasionalitas Obat yang diresepkan.

Page 65: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA PENERAPAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38103/1/AYU DIAH... · form pengkajian resep oleh petugas 0.98%, ... yang telah memberikan

UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

45

g. Melakukan penilaian terhadap pemahaman pasien terhadap Obat yang

digunakan.

h. Melakukan penilaian adanya bukti penyalahgunaan Obat.

i. Melakukan penilaian terhadap teknik penggunaan Obat.

j. Memeriksa adanya kebutuhan pasien terhadap Obat dan alat bantu kepatuhan

minum Obat (concordance aids).

k. Mendokumentasikan Obat yang digunakan pasien sendiri

tanpasepengetahuan dokter.

l. Mengidentifikasi terapi lain, misalnya suplemen dan pengobatan

alternatifyang mungkin digunakan oleh pasien.

3. Pelayanan Informasi Obat (PIO)

Pelayanan Informasi Obat (PIO) merupakan kegiatan penyediaan

danpemberian informasi, rekomendasi Obat yang independen, akurat, tidak bias,

terkini dan komprehensif yang dilakukan oleh Apoteker kepada dokter,

Apoteker,perawat, profesi kesehatan lainnya serta pasien dan pihak lain di luar

RumahSakit.

Tujuan PIO adalah untuk :

a. Menyediakan informasi mengenai Obat kepada pasien dan tenaga kesehatan

di lingkungan Rumah Sakit dan pihak lain di luar Rumah Sakit.

b. Menyediakan informasi untuk membuat kebijakan yang berhubungan

dengan Obat/Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis

Pakai, terutama bagi Tim Farmasi dan Terapi.

c. Menunjang penggunaan Obat yang rasional.

4. Konseling

Konseling Obat adalah suatu aktivitas pemberian nasihat atau saran terkait

terapi Obat dari Apoteker (konselor) kepada pasien dan/atau keluarganya.

Konseling untuk pasien rawat jalan maupun rawat inap di semua fasilitas

kesehatan dapat dilakukan atas inisitatif Apoteker, rujukan dokter, keinginan

pasien atau keluarganya. Pemberian konseling yang efektif memerlukan

kepercayaan pasien dan/atau keluarga terhadap Apoteker. Pemberian konseling

Page 66: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA PENERAPAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38103/1/AYU DIAH... · form pengkajian resep oleh petugas 0.98%, ... yang telah memberikan

UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

46

Obat bertujuan untuk mengoptimalkan hasil terapi, meminimalkan risiko reaksi

Obat yang tidak dikehendaki (ROTD), dan meningkatkan cost-effectiveness yang

pada akhirnya meningkatkan keamanan penggunaan Obat bagi pasien (patient

safety).

5. Visite

Visite merupakan kegiatan kunjungan ke pasien rawat inap yang

dilakukanApoteker secara mandiri atau bersama tim tenaga kesehatan untuk

mengamat kondisi klinis pasien secara langsung, dan mengkaji masalah terkait

Obat,memantau terapi Obat dan Reaksi Obat yang Tidak Dikehendaki,

meningkatkan terapi Obat yang rasional, dan menyajikan informasi Obat kepada

dokter, pasien serta profesional kesehatan lainnya. Visite juga dapat dilakukan

pada pasien yang sudah keluar Rumah Sakit baik atas permintaan pasien maupun

sesuai dengan program Rumah Sakit yang biasa disebut dengan Pelayanan

Kefarmasian di rumah (Home Pharmacy Care). Sebelum melakukan kegiatan

visite Apoteker harus mempersiapkan diri dengan mengumpulkan informasi

mengenai kondisi pasien dan memeriksa terapi Obat dari rekam medik atau

sumber lain

6. Pemantauan Terapi Obat (PTO)

Pemantauan Terapi Obat (PTO) merupakan suatu proses yang mencakup

kegiatan untuk memastikan terapi Obat yang aman, efektif dan rasional bagi

pasien. Tujuan PTO adalah meningkatkan efektivitas terapi danmeminimalkan

risiko Reaksi Obat yang Tidak Dikehendaki (ROTD).

7. Monitoring Efek Samping Obat (MESO)

Monitoring Efek Samping Obat (MESO) merupakan kegiatan pemantauan

setiap respon terhadap Obat yang tidak dikehendaki, yang terjadi pada dosis lazim

yang digunakan pada manusia untuk tujuan profilaksis, diagnosa dan terapi. Efek

Samping Obat adalah reaksi Obat yang tidak dikehendaki yang terkait dengan

kerja farmakologi. Tujuan MESO adalah :

Page 67: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA PENERAPAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38103/1/AYU DIAH... · form pengkajian resep oleh petugas 0.98%, ... yang telah memberikan

UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

47

a. Menemukan Efek Samping Obat (ESO) sedini mungkin terutama yang

berat, tidak dikenal, frekuensinya jarang.

b. Menentukan frekuensi dan insidensi ESO yang sudah dikenal dan yang

baru saja ditemukan.

c. Mengenal semua faktor yang mungkin dapat menimbulkan/mempengaruhi

angka kejadian dan hebatnya ESO.

d. Meminimalkan risiko kejadian reaksi Obat yang tidak dikehendaki.

e. Mencegah terulangnya kejadian reaksi Obat yang tidak dikehendaki.

8. Evaluasi Penggunaan Obat (EPO)

Evaluasi Penggunaan Obat (EPO) merupakan program evluasi

penggunaan Obat yang terstruktur dan berkesinambungan secara kualitatif dan

kuantitatif. Tujuan EPO yaitu:

a. Mendapatkan gambaran keadaan saat ini atas pola penggunaan Obat.

b. Membandingkan pola penggunaan Obat pada periode waktu tertentu.

c. Memberikan masukan untuk perbaikan penggunaan Obat.

d. Menilai pengaruh intervensi atas pola penggunaan Obat.

9. Dispensing Sediaan Steril

Dispensing sediaan steril harus dilakukan di Instalasi Farmasi Rumah

Sakit dengan teknik aseptik untuk menjamin sterilitas dan stabilitas produk dan

melindungi petugas dari paparan zat berbahaya serta menghindari terjadinya

kesalahan pemberian Obat. Dispensing sediaan steril bertujuan:

a. Menjamin agar pasien menerima Obat sesuai dengan dosis yang

dibutuhkan.

b. Menjamin sterilitas dan stabilitas produk.

c. Melindungi petugas dari paparan zat berbahaya.

d. Menghindari terjadinya kesalahan pemberian obat.

10. Pemantau Obat di dalam darah

Pemantauan Kadar Obat dalam Darah (PKOD) merupakan interpretasi

hasil pemeriksaan kadar Obat tertentu atas permintaan dari dokter yang merawat

Page 68: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA PENERAPAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38103/1/AYU DIAH... · form pengkajian resep oleh petugas 0.98%, ... yang telah memberikan

UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

48

karena indeks terapi yang sempit atau atas usulan dari Apoteker kepada dokter.

Tujuan PKOD adalah mengetahui Kadar Obat dalam Darah dan memberikan

rekomendasi kepada dokter yang merawat.

11. Rekonsilasi Obat

Rekonsiliasi Obat merupakan proses membandingkan instruksi

pengobatan dengan Obat yang telah didapat pasien. Rekonsiliasi dilakukan untuk

mencegah terjadinya kesalahan Obat (medication error) seperti Obat tidak

diberikan, duplikasi, kesalahan dosis atau interaksi Obat. Kesalahan Obat

(medication error) rentan terjadi pada pemindahan pasien dari satu Rumah Sakit

ke Rumah Sakit lain, antar ruang perawatan, serta pada pasien yang keluar dari

Rumah Sakit ke layanan kesehatan primer dan sebaliknya.

2.5 Jantung

2.5.1 Anatomi Jantung

Jantung adalah sebuah organ berotot dengan empat ruang yang terletak di

rongga dada dibawah perlindungan tulang iga, sedikit ke sebelah kiri sternum.

Ukuran jantung lebih kurang sebesar genggaman tangan kanan dan beratnya kira-

kira 250-300 gram.

Page 69: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA PENERAPAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38103/1/AYU DIAH... · form pengkajian resep oleh petugas 0.98%, ... yang telah memberikan

UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

49

Gambar.2.2 Anatomi Jantung Manusia

[sumber : Sasori.com]

Jantung mempunyai empat ruang yaitu atrium kanan, atrium kiri, ventrikel kanan,

dan ventrikel kiri. Atrium adalah ruangan sebelah atas jantung dan berdinding

tipis, sedangkan ventrikel adalah ruangan sebelah bawah jantung. dan mempunyai

dinding lebih tebal karena harus memompa darah ke seluruh tubuh. Atrium kanan

berfungsi sebagai penampung darah rendah oksigen dari seluruh tubuh. Atrium

kiri berfungsi menerima darah yang kaya oksigen dari paru-paru dan mengalirkan

darah tersebut ke paru-paru. Ventrikel kanan berfungsi menerima darah dari

atrium kanan dan memompakannya ke paru-paru.ventrikel kiri berfungsi untuk

memompakan darah yang kaya oksigen keseluruh tubuh. Jantung juga terdiri dari

tiga lapisan yaitu lapisan terluar yang merupakan selaput pembungkus disebut

epikardium, lapisan tengah merupakan lapisan inti dari jantung terdiri dari otot-

otot jantung disebut miokardium dan lapisan terluar yang terdiri jaringan endotel

disebut endokardium

2.5.2 Siklus Jantung

Siklus jantung merupakan kejadian yang terjadi dalam jantung selama

peredaran darah. Gerakan jantung terdiri dari 2 jenis yaitu kontraksi (sistolik) dan

relaksasi (diastolik). Sistolik merupakan sepertiga dari siklus jantung. Kontraksi

dari ke-2 atrium terjadi secara serentak yang disebut sistolik atrial dan

relaksasinya disebut diastolik atrial. Lama kontraksi ventrikel ±0,3 detik dan tahap

relaksasinya selama 0,5 detik. Kontraksi kedua atrium pendek,sedangkan

kontraksi ventrikel lebih lama dan lebih kuat. Daya dorong ventrikel kiri harus

lebih kuat karena harus mendorong darah keseluruh tubuh untuk mempertahankan

tekanan darah sistemik.Meskipun ventrikel kanan juga memompakan darah yang

sama tapi tugasnya hanya mengalirkan darah ke sekitar paru-paru ketika

tekanannya lebih rendah.

Page 70: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA PENERAPAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38103/1/AYU DIAH... · form pengkajian resep oleh petugas 0.98%, ... yang telah memberikan

UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

50

2.5.3 Curah jantung

Curah jantung merupakan volume darah yang di pompa tiap ventrikel per

menit. Pada keadaan normal (fisiologis) jumlah darah yang dipompakan oleh

ventrikel kanan dan ventrikel kiri sama besarnya. Bila tidak demikian akan terjadi

penimbunan darah di tempat tertentu. Jumlah darah yang dipompakan pada setiap

kali sistolik disebut volume sekuncup. Dengan demikian curah jantung = volume

sekuncup x frekuensi denyut jantung per menit. Umumnya pada tiap sistolik

ventrikel tidak terjadi pengosongan total ventrikel, hanya sebagian dari isi

ventrikel yang dikeluarkan. Jumlah darah yang tertinggal ini dinamakan volume

residu. Besar curah jantung seseorang tidak selalu sama, bergantung pada

keaktifan tubuhnya. Curah jantung orang dewasa pada keadaan istirahat lebih

kurang 5 liter dan dapat meningkat atau menurun dalam berbagai keadaan.

2.5.4Denyut Jantung dan Daya pompa Jantung

Pada saat jantung normal dalam keadaan istirahat, maka pengaruh

sistemparasimpatis dominan dalam mempertahankan kecepatan denyut jantung

sekitar 60hingga 80 denyut per menit. Kecepatan denyut jantung dalam keadaan

sehatdipengaruhi oleh pekerjaan, tekanan darah, emosi, cara hidup dan umur.

Pada waktubanyak pergerakan, kebutuhan oksigen (O2) meningkat dan

pengeluarankarbondioksida (CO2) juga meningkat sehingga kecepatan jantung

bisa mencapai150 x/ menit dengan daya pompa 20-25 liter/menit.16 Pada keadaan

normal jumlahdarah yang dipompakan oleh ventrikel kanan dan ventrikel kiri

sama sehingga tidak teradi penimbunan. Apabila pengembalian dari vena tidak

seimbang dan ventrikel gagal mengimbanginya dengan daya pompa jantung maka

vena-vena dekat jantung jadi membengkak berisi darah sehingga tekanan dalam

vena naik dalam jangka waktu lama, bisa menjadi edema.

2.5.5Definisi Gagal Jantung

Gagal jantung adalah keadaan fatofisiologi dimana jantung sebagai pompa

tidak mampu memenuhi kebutuhan darah untuk metabolisme jaringan. Gangguan

fungsi jantung ditinjau dari efek-efeknya terhadap perubahan 3 penentu utama

Page 71: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA PENERAPAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38103/1/AYU DIAH... · form pengkajian resep oleh petugas 0.98%, ... yang telah memberikan

UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

51

dari fungsi miokardium yaitu freeload (beban awal) yaitu derajat peregangan

serabut miokardium pada akhir pengisian ventrikel atau diastolik. Afterload

(beban akhir) yaitu besarnya tegangan dinding ventrikel yag harus dicapai selama

sistol untuk memompa darah. Kontraktilitas miokardium yaitu perubahan

kekuatan kontraksi.

2.5.6Patofisiologi gagal jantung

Bila jantung tidak adekuat dalam memenuhi kebutuhan metabolik

tubuh,maka jantung gagal untuk melakukan tugasnya sebagai pompa yang

mengakibatkanterjadinya gagal jantung. Pada kebanyakan penderita gagal jantung

disfungsi sistolikdan disfungsi diastolik ditemukan bersama. Pada disfungsi

sistolik kekuatankontraksi ventrikel kiri terganggu sehingga ejeksi darah

berkurang, menyebabkancurah jantung berkurang. Pada disfungsi diastolik

relaksasi dinding ventrikelterganggu sehingga pengisian darah berkurang

menyebabkan curah jantung berkurang. Gangguan kemampuan jantung sebagai

pompa tergantung padabermacam-macam faktor yang saling terkait. Menurunnya

kontraktilitas miokard memegang peran utama pada gagal jantung. Bila terjadi

gangguan kontraktilitas miokard atau beban hemodinamik berlebih diberikan pada

ventrikel normal, maka jantung akan mengadakan sejumlah mekanisme untuk

meningkatkan kemampuan kerjannya sehingga curah jantung dan tekanan darah

dapat dipertahankan. Menurut buku pedoman Depkes RI (2007), penyakit jantung

dan pembuluh darah merupakan suatu kelainan yang terjadi pada organ jantung

dengan akibat terjadinya gangguan fungsional, anatomis serta sistem

hemodinamis.

Dalam arti luas yang dimaksud penyakit jantung adlah penyakit yang

terdiri dari berbagai macam keadaan sakit jantung. Kejadian penyakit jantung

yang paling sering adalah penyakit jantung koroner, serangan jantung dan kondisi

sakit jantung lainnya (The State Gooverment of Victoria, 2004). Gejalanya bisa

berupa nyeri atau perasaan tidak enak di dada seperti terbakar, tertekan, diperas-

peras, atau di cekik. Rasa tersebut sering menjalar ke lengan, dagu, leher,

punggung atau perut yang menjadi kembung, mual dan muntah. Gejala tersebut

Page 72: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA PENERAPAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38103/1/AYU DIAH... · form pengkajian resep oleh petugas 0.98%, ... yang telah memberikan

UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

52

berlangsung cukup lama (lebih dari beberapa menit) dan tidak berkurang/ hilang

dengan istirahat.

Jenis penyakit yang dapat digolongkan kedalam penyakit Jantung dan

pembuluh darah :

1. Penyakit jantung koroner (PJK, penyakit jantung Iskemik, serangan

jantung, infark miokard, angina pektoris).

2. Penyakit pembuluh darah otak (Stroke, TIA (transient ischemic

attact).

3. Penyakit jantunghipertensi

4. Penyakit pembuluh darah perifer

5. Penyakit gagal jantung

6. Penyakit jantung rematik

7. Penyakit jantung bawaan

8. Penyakit jantung kardiomiopathy

9. Penyakit jantung kutub

Gagal jantung terjadi jika curah jantung tidak cukup untuk memenuhi

kebutuhan tubuh akan O2. Kondisi ini sangat letal, dengan mortalitas berkisar

antara 15-50% per tahun, bergantung kepada keparahan penyakitnya. Mortalitas

meningkat sebanding dengan usia, dan resiko pada laki-laki lebih besar dari pada

perempuan.

Gagal jantung adalah suatu sindroma klinik yang kompleks akibat

kelainan structural dan fungsional jantung yang mengganggu kemapuan ventrikel

untuk diisi dengan darah atau untuk mengeluarkan darah. Manisfestasi gagal

jantung yang utama adalah (1) sesak nafas dan rasa lelah, yang membatasi

kemampuan melakukan kegiatan fisik ; dan (2) retensi cairan, yang menyebabkan

kongesti paru dan edema perifer. Kedua abnormalitas tersebut mengganggu

kapasitas fungsional dan kualitas hidup pasien., tetapi tidak selalu ditemukan

bersama pada seorang pasien. Ada pasien dengan aktifitas fisik terbatas tanpa

retensi cairan, tetapi ada pasien dengan edema tanpa sesak nafas atau rasa lelah.

Tidak semua pasien disertai edema pada awal diagnosis ataupun selanjutnya,

karena itu istilah “gagal jantung” lebih tepat dari pada “gagal jantung kongestif”

Page 73: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA PENERAPAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38103/1/AYU DIAH... · form pengkajian resep oleh petugas 0.98%, ... yang telah memberikan

UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

53

Pada kebanyakan pasien dengan gagal jantung, disfungsi sistolik dan

disfungsi diastolic ditemukan bersama. Pada disfungsi sistolik, kekuatan kontraksi

vertikel kiri terganggu sehingga ejeksi darah berkurang, menyebabkan curah

jantung berkurang. Pada disfungsi diastolic, relaksasi dinding vertikel terganggu

sehingga pengisian darah berkurang, menyebabkan curah jantung berkurang.

Berkurangnya curah jantung inilah yang menimbulkan gejala-gejala gagal

jantung, sebagai akibat langsung dan/atau kompensasinya. Disfungsi sistolik

biasanya terjadi akibat akibat infark miokard yang menyebabkan kematian

sebagian sel otot jantung, sedangkan disfungsi diastolic biasanya terjadi akibat

hipertensi yang menyebabkan kompensasi iokard berupa hipertrofi dan kekakuan

dinding vertikel. Sel miokard yang mati pada infark miokard diganti dengan

jaringan ikat, dan pada sel miokard yang tinggal (jumlahnya telah berkurang)

terjadi hipertrofi sebagai mekanisme kompensasi.

Kompensasi pada gagal jantung sistolik terjadi melalui 2 mekanisme

utama, yaitu sistem simpatis dan sistem renin-angiostensin-aldosteron (RAA),

aktivitasi sistem simpatis terjadi sebagai reaksi terhadap penurunan curah jantung

yang dipersepsi oleh baroreseptor. Peningkatan aktivitas simpatis menyebabkan

peningkatan kontraksi otot jantung dan frekuensi denyut jantung melalui stimulasi

reseptor adrenergic 1 di jantung. Akibatnya terjadi peningkatan curah jantung

sebagai kompensasi terhadap penurunan curah jantung pada gagal jantung

sistolik. Aktivasi sistem RAA dimulai dengan sekresi renin oleh sel

jukstagolomerular di ginjal melalui stimulasi reseptor adrenergic 1 dan sebagai

reaksi terhadap berkurangnya perfusi ke ginjal. Sekresi renin akan akan

menghasilkan angiotensin II (Ang II), yang memiliki dua efek utama yaitu sebagai

vasokonstriktor kuat dan sebagai perangsang produksi aldosterone di korteks

adrenal. Efek vasokonstriksi oleh aktivitas simpatik dan Ang II akan

meningkatkan beban hulu (preload) dan beban hilir (afterload) jantung, sedangkan

aldosterone menyebabkan retensi air dan natrium ang akan menambah

peningkatan preload jantung. Tekanan pengisian ventrikel (preload) yang

meningkat akan meningkatkan curah jantung (menurut hubungan Frank-Starling)

sebagai mekanisme kompensasi.

Page 74: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA PENERAPAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38103/1/AYU DIAH... · form pengkajian resep oleh petugas 0.98%, ... yang telah memberikan

UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

54

Akan tetapi mekanisme kompensasi ini tidak berjalan lama, karena dengan

berjalannya waktu, mekanisme kompensasi tersebut justru memperburuk

disfungsi miokard. Dengan tujuan untuk tetap meningkatkan curah jantung yang

kurang, terjadilah perubahan-perubahan maladaptive berupa hipertrofi dinding

vertikel (untuk meningkatkan kontraktilitas miokard) dan ekspensi volume

ventrikel (untuk meningkatkan tekanan dinding ventrikel sehingga meningkatkan

kontraktilitas miokard). Akan teatapi perubahan-perubahan maladaptive tersebut

terutama peningkatan tekan dinding ventrikel yang berlebihan, akan menyebabkan

apoptosis sel jantung dan poliferasi jaringan ikat (fibrosis), sehingga kontraktilitas

miokard akan menurun. Proses yang menghasilkan perubahan-perubahan

maladaptive dalam struktur dan fungsi jantung ini disebut proses remodeling

jantung. Selain melalui peningkatan stress hemodinamik pada ventrikel

(peningkaytan preload dan afterload jantung), aktivasi sistem neurohormonal

endogen tersebut di atas (peningkatan preload dan afterload jantung), aktivasi

sistem neuro hormonal ebdogen tersebut di atas (peningkatan kadar norepinerfin,

epinerfrin, angiostensin II, aldosterone, dan lain-lain), sendiri maupun bersama,

juga mempunyai efek toksik langsung pada sel jantung untuk terjadinya

remodeling jantung (dengan menstimulasi terjadinya apoptosis dan fibrosis

miokard)

Proses remodeling jantung ini merupakan proses yang progresif, sehingga

akan berjalan terus tanpa perlu adanya kerusakan baru/ berulang pada jantung.

Proses remodeling jantung yang progresif ini menyebabkan kontraktilitas miokard

akan makin menurun. Di samping itu peningkatan afterload jantung juga

menurunkan curah jantung. Akibatnya terjadi dekomposisi jantung. Oleh karena

itu pengobatan gagal jantung kronik ditunjukkan untuk mencegah atau

memperlambat progresi remodeling miokard tersebut, sedangkan pada gagal

jantung akut, pengobatan ditujukan untuk mengurangi overload cairan,

menurunkan resistensi perifer, dan memperkuat kontraktilitas miokard.

Disamping gagal jantung yang low output tersebut di atas, ada gagal

jantung yang high output, artinya curah jantung meningkat diatas normal tetapi

tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan tubuh akan O2 yang meningkat tinggi,

Page 75: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA PENERAPAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38103/1/AYU DIAH... · form pengkajian resep oleh petugas 0.98%, ... yang telah memberikan

UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

55

misalnya pada hipertiroidisme, anemia, shut atrio ventikular. Pengobatan gagal

jantung jenis ini diarahkan pada penyebabkan.

New York Heart Association (NYHA) membuat gradasi keparahan gagal

jantung dalam 4 kelas fungsional berdasarkan jumlah aktivitas fisik yang

diperlukan untuk menimbulkan gejala-gejalanya.

Kelas I : Tidak ada limitasi aktivitas fisik. Tidak timbul sesak nafas, rasa lelah,

atau palpitasi dengan aktifitas fisik biasa.

Kelas II : Sedikit limitasi aktifitas fisik. Timbul rasa lelah, palpitasi, dan sesak

nafas dengan aktifitas fisik biasa, tetapi nyaman sewaktu istirahat.

Kelas III : Aktivitas fisik sangat terbatas. Aktifitas fisik kurang dari biasa sudah

menimbulkan gejala, tetapi nyaman waktu istirahat.

Kelas IV : Gejala-gejala sudah ada waktu istirahat, dan aktivitas fisik sedikit saja

akan memperberat gejala.

2.5.9 Pengobatan Gagal Jantung

Tujuan primer pengobatan adalah mencegah terjadinya gagal jantung

dengan cara mengobati kondisi-kondisi yang menuju terjadinya gagal jantug,

terutama hipertensi dan/ atau penyakit ateri coroner. Jika disfungsi miokard sudah

terjadi, tujuan pertama adalah mengobati/ menghilangkan penyebab dasarnya, jika

mungkin (misalnya iskemia, penyakit tiroid, alcohol, obat). Jika penyebab dasar

tidak dapat dikoreksi, pengobatan ditujukan untuk (1) mencegah memburuknya

fungsi jantung, dengan perkataan lain memperlambat progresi remodeling

miokard, sehingga dapat mengurangi mortalitas; dan (2) mengurangi gejala-gejala

jantung sehingga memperbaiki kualitas hidup.

a. Untuk tujuan (1)

Diberikan penghambat ACE dan -Blocker, di samping mengurangi beban

kerja jantung. (gagal jantung kronik)

b. Untuk tujuan (2)

Diperlukan pengurangan overload cairan dengan diuretic, penurunan

resistensi perifer dengan vasodilator, dan peningkatan kontraktilitas

miokard dengan obat inotropic. (gagal jantung akut)

Page 76: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA PENERAPAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38103/1/AYU DIAH... · form pengkajian resep oleh petugas 0.98%, ... yang telah memberikan

UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

56

Terapi gagal jantung dibagi atas terapi non farmakologi dan terapi

farmakologi. Terapi non farmakologi terdiri atas:

1. Diet : Pasien gagal jantung dengan diabetes dislipedemia atau obesitas

harus diberi diet yang sesuai dengan menurukan gula darah, lipid darah

atau berat badannya.asupan NaCl harus dibatasi menjadi 2-3 g Na/hari,

atau < 2 g/hari untuk gagal jantung sedang sampai berat. Restriksi cairan

menjadi 1.5-2 L/hari hanya untuk gagal jantung berat.

2. Merokok : Harus dihentikan

3. Aktifitas Fisik: Olah raga teratur seperti berjalan atau bersepeda

dianjurkan untuk pasien gagal jantung yang stabil (NYHA I-III) dengan

intensitas yang nyaman bagi pasien

4. Istirahat : Dianjurkan untuk gagal jantung akut atau tidak stabil

5. Berpergian : Hindari tempat-tempat tinggi dan tempat yang sngat panas

atau lembab, dan gunakan penerbangan-penerbangan pendek.

Page 77: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA PENERAPAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38103/1/AYU DIAH... · form pengkajian resep oleh petugas 0.98%, ... yang telah memberikan

UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

57

Disamping itu ada obat-obat yang harus dihindari atau digunakan dengan hati-

hati, yaitu Anti Inflamasi Non Steroid (AINS) dan cobix; antiaritmia kelas I:

antagonis kalsium (non- dihidropiridin dan dihidropridin kerja singkat);

antidepresi trisiklik; kortikosteroid; dan litium.

Gambar2.3Patofisologi gagal jantung sistolik dan tempatkerjanya

[Sumber: Farmakologi dan Terapi UI]

Obat Inotropik Gagal Jantung

Sistolik

B Bloker

Penghmabat ACE

AT1 Bloker

Spironolaktone

Vasodilator

Page 78: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA PENERAPAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38103/1/AYU DIAH... · form pengkajian resep oleh petugas 0.98%, ... yang telah memberikan

UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

58

2.5.8Obat-Obatan Gagal Jantung

Terapi farmakologik terdiri atas; (1) penghambat Ace; (2) Antagonis

angiostensin II; (3) Diuretik; (4) Antagonis aldosterone; (5) -blocker;

Vasodilator lain (7) Digoksin; (8) Obat inotropic lain; (9) Anti tromboltik; (10)

Antriaritmia.

2.5.8.1Penghambat ACE

Penggunaan penghambat ACE untuk terapi gagal jantung didukung oleh

berbagai uji klinik yang mengikutsertakan lebih dari lebih dari 100.000 pasien.

Penghambat ACE terbukti dapat mengurangi morbiditas pada semua pasien gagal

jantung sistolik (semua drajat keparahan, termasuk yang asimtomik)

Penghambat ACE menghabat konversi angiostensin I (Ang I) menjadi

angiostensin II (Ang II)tetapi angi II juga dibentuk oleh enzim-enzim non ACE,

misalnya kimase yang banyak terdapat di jantung. Kebanyakan efek biologic ang

II diperantarai oleh reseptor angiostensin tipe I (AT1). Stimulasi reseptor AT1

menyebabkan vasokontriksi, stimulasi dan pengelepasan aldosterone, peningkatan

aktivitas simpatis dan hipertropi miokard. Aldostron menyebabkan vasokontriksi,

stimulasi dan pengelepasan aldosterone, peningkatan aktivitas simpatik dan

hipoertropi miokard. Aldosterone menyebabkan reabsorpsi Na dan air di tubulus

ginjal, sedangkan aktivitas simpatik menyebabkan sekresi renin dari sel

jukstaglomerular di ginjal. Reseptor AT2 memperantarai stimulasi apoptosis dan

antiproliferasi. Penghambatan ACE dengan mengurangi pembentukan Ang II

akan menghambat aktivitas Ang II di reseptor AT1 maupun AT2

Penghambat ACE merupakan terapi lini pertama untuk pasien dengan

fungus sistolik ventrikel kiri yang menurun, yakni dengan fraksi ejeksi dibawah

normal (<40-45%), dengan atau tanpa gejala, obat ini diberiakn untuk mencegah

atau menunda terjadinya gagal jantung, dan juga untuk mengurangi resiko infark

miokard dan kematian mendadak. Pada pasien dengan gejala gagal jantung tanpa

retensi cairan, penghambat ACE harus diberikan sebagai terapi awal; pada pasien

dengan retensi cairan, obat ini harus diberikan bersama diuretic. Penghambat ACE

harus dimulai setelah fase akut infrak miokard, meskipun gejala transien, untuk

mengurangi mortalitas dan infrak ulang serta hospitalisasi karena gagal jantung.

Page 79: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA PENERAPAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38103/1/AYU DIAH... · form pengkajian resep oleh petugas 0.98%, ... yang telah memberikan

UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

59

Pada pasien gagal jantung sedang dan berat dengan disfungsi sitolik ventrikel kiri

penghambat ACE mengurangi mortalitas dan gejala-gejala gagal jantung,

meningkatkan kapasitas fungsional, dan mengurangi hospitalisasi.

Gambar2.4 Mekanisme kerja penghambat ACE

dan antagonis All

[Sumber: Farmakologi dan Terapi UI]

Page 80: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA PENERAPAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38103/1/AYU DIAH... · form pengkajian resep oleh petugas 0.98%, ... yang telah memberikan

UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

60

Efek samping yang penting adalah batuk, hipotensi, gangguan fungsi

ginjal, hyperkalemia dan angioederma. Pasien yang tidak dapat mentoleransi obat

ini karena batuk dapat menggunakan AT1 –bloker sebagai alternative yang efektif.

Penghambat ACE dikontraindikasikan pada wanita hamil dan menyesui, pasien

dengan stenosis arteri ginjal bilateral atau angioedema pada terapi dengan

penghambat ACE sebelumnya.

Penghambat ACE harus selalu dimulai dengan dosis rendah atau dititrasi

sampai dosis target. Dosis target adalah dosis pemeliharaan yang telah terbukti

efektif untuk mengurangi mortalitas/ hospitalisasi dalam uji klinik yang besar.

Table.2.3 Dosis Penghambat ACE Untuk Pengobatan Gagal Jantung

Obat Dosis Awal Dosis Pemeliharaan

Kaptropil 6.25 mg tid 25-50 mg tid

Enalapril 2.5 mg od 10-20 mg bid

Lisinopril 2.5 mg od 5-20 mg od

Ramipril 1.25 mg od/bid 2.5-5 mg bid

Trandolapril 1 mg od 4 mg od

Kuinapril 2.5 mg od 5-10 mg bid

Fosinopril 5-10 mg od 20-40 mg od

Peridopril 2 mg od 4 mg od

Keterangan : od= Sekali sehari; bid= dua kali sehari; tid= tiga kali sehari

Untuk memulai pengobatan gagal jantung dengan penghambat ACE atau

AT1 –bloke, di anjurkan prosedur berikut; (a) jika pasien telah menggunakan

diuretic, turunkan dosis nya atau hentikan selama 24 jam; (b) pengobatan dimulai

dipetang hari, sewaktu berbaring, untuk mengurangi terjadinya hipotensi; (c)

pengobatan dimulai dari dengan dosis rendah dan titrasi sampai dosis target,

biasanya dengan peningkatan 2 kali lipat setiap kalinya; (d) jika fungsi ginjal

memburuk bermakna, hentikan pengobatan; (e) diuretic hemat kalium harus

dihindari selama awal terapi; (F) penggunaan AINS dan cobix harus dihindari.;

dan (g) tekanan darah, fungsi ginjal dan kadar K harus dipriksa 1-2 minggu stelah

Page 81: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA PENERAPAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38103/1/AYU DIAH... · form pengkajian resep oleh petugas 0.98%, ... yang telah memberikan

UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

61

pengobatan dimulai dan tiap peningkatan dosis, pada 3 bulan, dan selanjtnya pada

tiap 6 bulan.

2.5.8.2 Antagonis Angiotensin II (AT1- bloker)

Antagonis angiotensin II (Ang II) menghambat Ang II hanyadi reseotor

AT1 dan tidah di reseptor AT2 maka disebut AT1- bloker. Karena terjadi terjadi

reaksi silang antra penghambat ACE dan AT1- bloker , maka sebaiknya tidak

diberi AT1- bloker bila telah menggunakan penghambat ACE.

Untuk pasien dengan disfungsi sistolik ventrikel kiri :

a) AT1- bloker dapat digunakan sebgaialternatif penghambat ACE pada

pasien gagal jantung yang tidak mentoleransi penghambat ACE.

b) AT1- bloker dan penghambat ACE mempunyai efikasi yang sebanding

pada gagal jantung sistolik yang sebanding 40 %terhadap mortalitas dan

morbiditas.

c) AT1- bloker dapat dipertimbangkan dalam kombinasi dengan penghambat

ACE pada pasien yang masih simtomatik.

Pada pasien NYHA kelas III yang masih simtomatik meski telah mendapat

diuretic, penghambat ACE, dan -blocker, belum ada bukti pasti untuk

merekomendasikan penambahan berikutnya.

Prosedur untuk memulai pemberian AT1- bloker sama dengan untuk

penhambat ACE dan AT1- bloker yang telah terbukti efektif untuk pengobatan

gagal jantung serta dosis nya dapat dilihat pada table dibawah oni :

Tabel.2.4AT1- bloker dan dosisnya untuk pengobatan Gagal jantung

Obat Dosis Awal Dosis Maksimal

Kandesartan 4-8 mg od 32 mg od

Losartan 24-50 mg od 50-100 mg od

Valsartan 20-40 mg od 160 mg bid

Page 82: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA PENERAPAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38103/1/AYU DIAH... · form pengkajian resep oleh petugas 0.98%, ... yang telah memberikan

UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

62

2.5.8.3 Diuretik

Diuretik merupakan obat utama untuk mengatasi gagal jantung akut ang

selalu disertai dengan kelebihan (overload) cairan yang bermanifestasi sebagai

kongesti paru atau edema perifer. Penggunaan diuretic dengan cepat

menghilangkan sesak nafas dan meningkatkan kemampuan melakukan aktivitas

fisik. Diuretic mengurangi retensi air dan garam sehingga mengurangi volume

cairan ekstra sel, alir balik vena, dan tekanan pengisian ventrikel(preload)

Diuretik kuat, misalnya furosemide dengan dosis awal 40 mg od atau bid,

dan dosis ditingkatkan sampai diperoleh diuresis yang cukup. Dosis awal yang

lebih tinggi mungkin diperlukan pada gagal jantung lanjut atau yang disertai

dengan gagal ginjal. Elektrolit serum dan fungsi ginjal harus sering dimonitor.

Diuretic tidak mengurangi mortalitas pada gagal jantung (kecuali spironolakton),

maka diuretic harus diberikan dalam kombinasi dengan penghambat ACE.

Diuretik Tiazid pada pengobatan gagal jantung tidak diberikan sebagai

obat tunggal (karena efek diuresis lemah), tetapi dalam kombinasi dengan diuretic

kuat akan menunjukkan efek sinergis.

Diuretik hemat kalium: triamterene, amilorid. Diuretic hemat kalium

adalah diuretic lemah adalah diuretic lemah, karena itu tidak efektif untuk

mengurangi volume. Obat-obat ini digunakan untuk mengurangi pengeluaran K

atau Mg oleh ginjal dan/atau memperkuat respon diuresis oleh obat lain

Tabel.2.5Diuretik oral dan dosisnya untuk pengobatan retensi cairan pada gagal

ginjal.

Dosis Awal Dosis maksimal

sehari

Lama kerja

Diuretik kuat

Furosemid

Bumetanid

Toresemid

20-40 mg od/bid

0.5-1 mg od/bid

10-20 mg od

600 mg

10 mg

200 mg

6-8 jam

4-6 jam

12-16 jam

Tiazid

HCT

Klortalidon

Indapamid

25 mg od/bid

12.5-25 mg od

2.5 mg od

200 mg

100 mg

5 mg

6-12 jam

24-72 jam

36 jam

Diuretik Hemat

Kalium

Page 83: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA PENERAPAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38103/1/AYU DIAH... · form pengkajian resep oleh petugas 0.98%, ... yang telah memberikan

UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

63

Amilorid

Triamteren

2.5 mg od

25 mg od

20 mg

100 mg

24 jam

7-9 jam

2.5.8.4 Antagonis Aldosteron

Pada pasien gagal jantung, kadar plasma aldosterone meningkat (akibat

aktivasi sistem renin angiostensin-aldosteron), bisa sampai 20x kadar normal.

Aldosterone menyebabkan retensi Na dan air serta ekskresi K dan Mg. Antagonis

aldosterone direkomendasikan untuk ditambahkan pada:

a) Penghambat ACE dan diuretic kuat pada gagal jantung lanjut.

b) Penghambat ACE dan -blocker pada gagal jantung setelah infrak

miokard dengan disfungsi sistolik ventrikel kiri.

2.5.8.5 -blocker

kerja -blocker terutama dengan menghambat efek merugikan dari

aktivasi simpatis pada pasien gagal jantung, dan efek ini lebih menguntungkan

dibandingkan dengan efek inotropic negatifnya. Stimulasi adrenergic pada jantung

memang pada awalnya meningkatkan kerja jantung, akan tetapi aktivasi simpatis

yang berkepanjangan pada jantung yang telah mengalami disfungsi akan merusak

jantung dan hal ini dapat dicegah oleh -blocker

Tabel.2.6 Beta Bloker dan dosisnya

Beta Bloker Dosis Awal Peningkatan

Dosis

Dosis Target Piode Titrasi

Bisoprolol 1.25 mg od 2.5; 3.75; 5;

7.5;10

10 mg od Minggu-bulan

Metoprolol

sukinat CR

12.5/25 mg od 25; 50; 100;

200

200 mg od Idem

Karvedilol 3.125 mg od 6.25; 12.5;

25; 50

25 mg bid idem

Page 84: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA PENERAPAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38103/1/AYU DIAH... · form pengkajian resep oleh petugas 0.98%, ... yang telah memberikan

UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

64

Gambar2.5 Mekanisme kerja Beta Bloker pada gagal jantung Sistolik

[Sumber: Farmakologi dan Terapi UI]

B Bloker

B Bloker

B Bloker

(Aritmia)

Page 85: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA PENERAPAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38103/1/AYU DIAH... · form pengkajian resep oleh petugas 0.98%, ... yang telah memberikan

UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

65

2.5.5.6 Vasodilator Lain

Vasodilator lain dari penghambat ACE dan antagonis All yang digunakan

untuk pengobatan gagal jantung adalah:

1. Hidralazin Isosorbid Dinitrat

Merupakan vasodilator ateri sehingga menurunkan afterload, sedangkan

isosorbid dinitrat merupakan venodilator sehingga mennurunkan preload

jantung.

2. Na Nitroprusid

Merupakan prodrug NO (Nitric oxide), suatu vasodilator kuat, kerjanya di

arteri maupun vena, sehingga menurunkan afterload maupun preload

jantung. Masa kerjanya cepat (2-5 menit) obat ini biasa dipake untuk

mengatasi gagal jantung akut di IGD

3. Nitrogliserin

Hanya menurunkan preload jantung. Pada gagal jantung obat ini

digunakan untuk pengobatan agal jantung kiri akibat iskemia miokard

akut, gagal jantung non iskemik yang memerlukan penurunan preload

cepat

4. Nesiritid Intravena

Diindikasikan untuk gagal jantung akut dengan sesak nafas saat istirahat

atau dengan aktivitas minimal.

2.5.8.7 Glikosida Jantung

Saat ini hanya digoksin yang digunakan untuk terapi gagal jantung; (a)

inotropic positif, (b) kronotropok negative, (c) mengurangi aktivasi saraf simpatis.

Mekanisme (a) inotropic positif; digoksin penghambat pompa Na-K-

ATPase pada membrane sel otot jantung sehingga meningkatkan kada Na+

intrasel, dan menyebabkan berkurangnya pertukaran Na+

dan Ca++

selama

repolarisasi dan relaksai otot jantung sehingga Ca2+

tertahan dalam sel kadar Ca2+

intrasel meningkat, dan ambilan Ca2+

kedalam reticulum sarkoplasmik meningkat.

Mekanisme (b) dan (c): pada kadar terapi (1-2 ng/mL), digoksin

meningktakan tonus vegal dan mengurangi aktivitas simpatik di nodus SA maupu

AV.

Page 86: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA PENERAPAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38103/1/AYU DIAH... · form pengkajian resep oleh petugas 0.98%, ... yang telah memberikan

UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

66

2.5.8.8 Inotropik Lain

Inotropik lain yang digunakan untuk pengobatan gagal jantung adalah

:Dopamin dan Dobutamin intravena yang merupakan obat inotropic yang paling

sering digunakan untuk menunjang sirkulasi dalam jangka pendek pada gagal

jantung yang parah. Kerjanya melalui stimulasi reseptor dopamine D1 dan reseptor

adrenergic di sel otot jantung.

a. Dopamin mempunyai penggunaan yang terbatas pada pengobatan pasien

pasien dengan kegagalan sirkulasi kardiogenik. Dobutamin merupakan

agonis yang terpilih untuk pasie gagal jantung dengan disfungsi sistolik.

Dobutamin merupakan campuran rasemik yang menstimulasi 1 dan 2.

Efek 1 di miokard dominan, dan menghasilkan peningkatan curah jantung

dengan hanya sedikit peningkatan denyut jantung.

b. Pemghambat Fosfodiestrerase intravena

Inamrinon dan milrinon merupakan penghambat fosfodiesterase kelas III

(PDE3) yang digunakan sebagai penunjang sirkulasi jangka pendek pada

gagal jantung yang parah. Akan tetapi pada penggunaan yang panjang

obat-obat ini meningkatkan mortalitas (mempercepat kematian). Karena

itu indikasinya hanya untuk penggunaan penggunaan jangka pendek pada

gagal jantung tahap akhir dengan gejala-gejala yang refrakter terhadap

obat-obat lain.

2.5.8.9 Antitrombotik

Wafarin (Antikoagulan oral) diindikasikan pada gagal jantung dengan

fibrilaasi atrial, riwayat kejadian romboembolik sebelumnya, atau adanya

thrombus di ventrikal kiri, untuk mencegah stroke atau tromboembolisme.

Setelah infark miokard, aspirin atau warfarin direkomendasikan sebagai

profilaksis skunder.

2.5.10.10 Antiaritmia

Antiaritmia yang digunakan pada gagal jantung hanyalah -bloker dan

amiodaron. -bloker mengurangi kematian mendadak pada gagal jantung.

Page 87: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA PENERAPAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38103/1/AYU DIAH... · form pengkajian resep oleh petugas 0.98%, ... yang telah memberikan

UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

67

Amiodaron digunakan pada gagal jantung hanya jika disertai dengan

fibrilisasi atrial dan dikehendaki ritme sinus. Amiodaron adalah satu-satunta obat

aritmia yang tidak disertai dengan efek inotropic negative.

Gambar2.6 Mekanisme Kerja penghambat PDE3

[Sumber: Farmakologi dan Terapi UI]

Page 88: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA PENERAPAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38103/1/AYU DIAH... · form pengkajian resep oleh petugas 0.98%, ... yang telah memberikan

UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

68

BAB III

KERANGKA KONSEP, DEFINISI OPERASIONAL

3.1 Kerangka konsep

Keterangan :

Depo Farmasi di IRJ

RSUP Fatmawati

Resep poli jantung

Medication Error

Prescribing Transcribing

Dispensing

Tidak

Lengkap

Lengkap

Risk Priority

Number (RPN)

Tinggi /Parah

Risk Priority

Number (RPN)

Sedang/ Sedang

Risk Priority

Number (RPN)

Rendah/ Tidak

parah

1. Failure mode

2. Cause

3. Effect Failure

4.Risk grading

/severity

5.Frekuensi

Kejadian

(Occurance /OCC)

6. Dettection/ DET

Kriteria inklusi

dan ekslusi

Tidak dilakukan analisa

Page 89: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA PENERAPAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38103/1/AYU DIAH... · form pengkajian resep oleh petugas 0.98%, ... yang telah memberikan

UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

69

3.2 Definisi Operasional:

Tabel3.1 Definisi Operasional

NO Variabel Definisi

Operasional

Cara Ukur Ukurann Alat

Ukur

Skala

1 Depo Farmasi

IRJ RSUP

Fatmawati

Adalah pelayanan

resep pasien rawat

jalan RSUP Fatmawati

2 Resep Poli

Jantung

Adalah resep yang

berasal dari poli

jantung IRJ RSUP

Fatmawati

3 Medication

Error

- Adalah Kesalahan

dalam pelayanan

resep yang dinilai

pada tahap

prescribing.

- Mengamati dan

mencatat

tingkat

kesalahan yang

terjadi pada

tahap

prescribing

lembar resep

IRJ poli jantung

di RSUP

Fatmawati

- Potensi ME;

bila resep

tidak terisi

dengan

lengkap

- Tidak potensi

ME; bila

resep terisi

dengan

lengkap.

Resep Nominal

4 Prescribing - Adalah tahapan

penulisan resep

obat. Yang akan

dinilai pada tahap

administresi

- Kesalahan terjadi

karena tidak terisi

23 item pada

lembar resep yaitu;

nama dokter

penulis resep. Surat

Izin Praktek (SIP)

dokter, status

dokter , tidak ada

berat badan pasien,

tinggi badan dan

usia pasien, tidak

ada jenis kelamin

pasien, tidak ada

bentuk sediaan,

tidak ada rute

pemberian, tidak

ada paraf dokter,

tidak ada dosis

sediaan, tidak ada

satuan dosis, tidak

ada aturan pakai,

tidak ada jumlah

pemberian, tidak

ada tanggal

permintaan resep,

nama obat tidak

- Mengamati dan

mencatat

tingkat

kesalahan yang

terjadi pada

tahap

prescribing

lembar resep

IRJ poli jantung

di RSUP

Fatmawati

1. Lengkap:

tahapan

penulisan

resep (23

item) resep

terisi penuh

2. Tidak

lengkap;tahap

an penulisan

resep (23

item) pada

lembar resep

ada yang tidak

terisi.

Resep Nominal

Page 90: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA PENERAPAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38103/1/AYU DIAH... · form pengkajian resep oleh petugas 0.98%, ... yang telah memberikan

UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

70

jelas atau berupa

singkatan, resep

tidak terbaca

dengan jelas.

7 Lengkap - Adalah resep yang

memenuhi tahapan

penulisan resep

- Mengamati dan

mencatat

tingkat

kesalahan yang

terjadi pada

tahap

prescribing

lembar resep

IRJ poli

jantung di

RSUP

Fatmawati

3. Lengkap;

tahapan

penulisan (23

item) pada

lembar resep

terisi penuh

Resep Nominal

8 Tidak

Lengkap

- Adalah resep yang

tidak memenuhi

tahapan penulisan

resep

- Mengamati dan

mencatat

tingkat

kesalahan yang

terjadi pada

tahap

prescribing

lembar resep

IRJ poli jantung

di RSUP

Fatmawati

- Tidak lengkap;

tahapan

penulisan (23

item) pada

lembar resep

ada bagian

tidak terisi

Resep Nomilnal

9 Failure Mode - Adalah model

kegagalan yang

terjadi pada

tahapan

kelengpana

penulisan resep

- Menilai/

melihat data

resep IRJ poli

jantung di

RSUP

Fatmawati

menggunakan

metode FMEA

10 Cause - Adalah

kemungkinan

penyebab dari

kegagalan

kegagalan tahapan

penulisan resep

- Menilai/

melihat data

resep IRJ poli

jantung di

RSUP

Fatmawati

menggunakan

metode FMEA

11 Effect Failure - Adalah efek yang

mungkin terjadi

akibat dari

kegagalan tahapan

penulisan resep

- Menilai/

melihat data

resep IRJ poli

jantung di

RSUP

Fatmawati

menggunakan

metode FMEA

12 Risk Grading/

severity

- Adalah tingkatan

resiko atau

tingkatan

keparahan dari

model kegagalan

tahapan penulisan

- Menilai/

melihat data

resep IRJ poli

jantung di

RSUP

Fatmawati

1. kegagalan

administrasi

yang

berdampak

pada rumah

sakit

Resep Ordinal

Page 91: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA PENERAPAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38103/1/AYU DIAH... · form pengkajian resep oleh petugas 0.98%, ... yang telah memberikan

UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

71

resep menggunakan

metode FMEA

2. kegagalan

administrasi

yang

berdampak

pada pasien

tetapi tidak

menimbulkan

cidera

3. kegagalan

administrasi

yang dapat

menimbulkan

cidera tetapi

belum terjadi

insiden

4. potensi cidera

tetapi belum

terjadi insiden

5. insiden yang

berpotensi

menimbulkan

cidera tetapi

belum

terpapar ke

pasien

6. insiden yang

sudah

terpapar ke

pasien tetapi

tidak

menimbulkan

cidera atau

KTD dan

menyebabkan

kematian.

13 Frekuensi Adalah banyaknya

lembar resep

ditemukan model

kegagalan.

1. Menilai/ melihat

data resep IRJ

poli jantung di

RSUP

Fatmawati

menggunakan

metode FMEA

2 Remote/sangat

jarang terjadi

adalah

frekuensi

terjadi 1

dalam 1000

kejadian

3 Low/ jarang

terjadi adalah

frekuensi

terjadi dalam

100 kejadian

4 Moderate/

sedang terjadi

adalah

frekuensi

terjadi1 dalam

50 kejadian

5 High/ sering

terjadi adalah

frekuensi

terjadi 1

dalam 10

Resep Ordinal

Page 92: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA PENERAPAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38103/1/AYU DIAH... · form pengkajian resep oleh petugas 0.98%, ... yang telah memberikan

UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

72

kejadian

6 Very high/

sangat sering

terjadi adalah

frekuensi

terjadi 1

dalam 2

kajadian

14 Detection Adalah kemudahan

untuk mendeteksi

model kegagalan

Menilai/

melihat data

resep IRJ poli

jantung di

RSUP

Fatmawati

menggunakan

metode FMEA

1. Remote

/sedikit adalah

terdeteksi

0/10 kali

2. Low/ rendah

adalah

terdeteksi

2/10 kali

3. Medium/

sedang adalah

terdetksi 5/10

kali

4. High/ tinggi

adalah

terdeteksi

7/10 kali

Resep Ordinal

15 RPN Tinggi

/Parah

Adalah kemungkinan

terjadinya insiden yang

sudah terpapar ke

pasien tetapi tidak

menimbulkan cidera

atau suatu kejadian

yang tidak diharapakan

yang dapat

menimbulkan kematian

Menilai/

melihat data

resep IRJ poli

jantung di

RSUP

Fatmawati

menggunakan

metode FMEA

Tinggi; bila

hasil

perhitungan

nilai RPN yang

didapatkan 120

Nilai

RPN

Ordinal

16 RPN Sedang Adalah kemungkinan

terjadinya insiden yang

berpotensi

menimbulkan cidera

tetapi belum terpapar

ke pasien.

Menilai/

melihat data

resep IRJ poli

jantung di

RSUP

Fatmawati

menggunakan

metode FMEA

Sedang : bila

hasil

perhitungan

nilai RPN yang

didapatkan 36-

80

Nilai

RPN

Ordinal

17 RPN Rendah/

tidak parah

Adalah kondisi yang

kemungkinan sangat

berpotensi

menimbulkan cidera

tetapi belum terjadi

insiden.

Menilai/

melihat data

resep IRJ poli

jantung di

RSUP

Fatmawati

menggunakan

metode FMEA

Tidak parah :

bila nilai RPN

yang didapatkan

1-30

Nilai

RPN

Ordinal

Page 93: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA PENERAPAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38103/1/AYU DIAH... · form pengkajian resep oleh petugas 0.98%, ... yang telah memberikan

UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

73

BAB IV

METODE PENELITIAN

4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian

4.1.1 Lokasi penelitian

Penelitian ini dilakukan di gudang penyipanan resep instalasi farmasi

rumah sakit Depo Farmasi Instalasi Rawat jalan (IRJ) RSUP Fatmawati

4.1.2 Waktu penelitian

Waktu penelitian dilaksanakan dari mulai tanggal 3 agustus - 4

september 2015.

4.2 Desain Penelitian

Penelitian ini merupakan jenis penelitian non eksperimental dilakukan

dengan desain cross sectional dan pengambilan data dilakukan secara

retrospektif. Diharapkan dengan metode ini, tujuan penelitian akan

tercapai

4.3 Populasi dan Sample Penelitian

4.3.1 Populasi

Populasi adalah seluruh resep yang masuk di Instalasi Rawat jalan poli

jantung RSUP Fatmawati pada priode januari 2015 yaitu sebanyak 3649

lembar resep.

4.3.2 Sample

Sampel dalam penelitian ini adalah resep yang masuk di instalasi rawat

jalan poli jantung RSUP Fatmawati pada priode januari 2015. Dengan

pengambilan sampel secara total populasi yatu sebanyak 3649 lembar resep.

Page 94: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA PENERAPAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38103/1/AYU DIAH... · form pengkajian resep oleh petugas 0.98%, ... yang telah memberikan

UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

74

4.4 Kriteria Inklusi dan Kriteria Eksklusi

4.4.1 Kriteria Inklusi

1. Resep yang berasal dari instalasi rawat jalan poli jantung IRJ RSUP Fatmawati

2. Resep pada bulan januari 2015

4.4.2 Kriteria Eklusi

1. Resep yang berasal dari Ruang Rawat Inap Penyakit Jantung.

4.5 Pengumpulan data

1 Data yang dikumpulkan di dapat dari; Ruang penyimpanan resep IRJ

RSUP Fatmawati pada bulan januari 2015. Data dikumpulkan dan dicatat

dengan dilakukan pengamatan mengenai kelengkapan tahapan tulisan

yang tertulis di dalam lembar resep pada fase prescribing ; nama dokter,

SIP dokter, status dokter, berat badan pasien, tinggi badan pasien, usia

pasien, jenis kelamin pasien, bentuk sediaan, rute pemberian, paraf dokter,

dosis sediaan, satuan dosis, aturan pakai, jumlah pemberian, tanggal

permintaan resep, nama obat, pengkajian dan klarifikasi, penyiapan,

dispensing, penyerahan dan informasi, form pengkajian resep dan

klarifikasi informasi resep.

2 Selanjutnya data di olah untuk mendapatkan;

1. Severity,

Severity adalah tingkatan keparahan dimana dalam penelitian ini

tingkatan keparahan diukur dari tingkat keseriusan akibat atau efek

yang muncul dengan score dibawah ini :

Tabel4.1 Severity (tingkat kegagalan)

Score Deskripsi kegagalan

Page 95: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA PENERAPAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38103/1/AYU DIAH... · form pengkajian resep oleh petugas 0.98%, ... yang telah memberikan

UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

75

1 Adalah untuk menilai potensi tingkat keparahan kemungkinan

kegagalan administrasi yang berdampak pada rumah sakit

2 Adalah untuk menilai potensi tingkat keparahan kemungkinan

kegagalan administrasi yang berdampak pada pasien tetapi tidak

berpotensi menimbulkan cidera

3 Adalah untuk menilai potensi tingkat keparahan kemungkinan

kegagalan administrasi yang berdampak pada pasien dan dapat

menimbulkan cidera tetapi belum terjadi insiden

4 Adalah untuk menilai potensi tingkat keparahan kemungkinan sangat

berpotensi menimbulkan cidera tetapi belum terjadi insiden

5 Adalah untuk menilai potensi tingkat keparahan kemungkinan

terjadinya insiden yang berpotensi menimbulkan cidera tetapi belum

terpapar kepasien

6 Adalah untuk menilai potensi tingkat keparahan kemungkinan

terjadinya insiden yang sudah terpapar ke pasien tetapi tidak

menimbulkan cidera atau suatu kejadian yang tidak diharapkan dan

menyebabkan kematian

2. Occurrence, adalah frekuensi atau penilaian seringnya terjadi

kegagalan, dengan score yang di tetapkan seperti dibawah ini :

Tablel4.2 Occrance (Frekuensi Kejadian)

Score Banyaknya kejadian

1 Sangat jarang terjadi (Remote): adalah untuk frekuensi sangat jarang

terjadi

(angka kejadian 1 dalam 1000 kejadian)

2 Jarang terjadi (Low): adalah untuk frekuensi rendah terjadi

(angka kejadian 1 dalam 100 kejadian)

3 Sedang terjadi (moderate): adalah untuk frekuensi sedang terjadi

(angka kejadian 1 dalam 50 kejadian)

4 Sering terjadi (High): adalah untuk frekunsi tinggi terjadi

(angka kejadian 1 dalam 10 kejadian)

5 Sangat sering terjadi (Very High) ; adalah untuk frekuensi sangat

tinggi terjadi

(angka kejadian 1 dalam 2 kejadian)

3. Detection , adalah kemungkinan kegagalan dapat dideteksi. Dengan

score dibawah ini :

Page 96: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA PENERAPAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38103/1/AYU DIAH... · form pengkajian resep oleh petugas 0.98%, ... yang telah memberikan

UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

76

Tabel4.3Detection (kemungkinan dapat dideteksi)

Score Kemungkinan deteksi

1 Sedikit (Remote) terdeteksi 0/10 kali

2 Rendah (Low) terdektesi 2/10 kali

3 Sedang (medium) terdteksi 5/10 kali

4 Tinggi (High) terdeteksi 7/10 kali

4. RPN adalah nilai yang tertinggi sebagai urutan prioritas untuk

dilakukan segera perbaikan, nilai RPN yang didapatkan dari :

RPN = S*F*D

S= Severity

F= Frekuensi

D= Detection

4.6 Cara Kerja

1. Mengamati dan mencatat resep dengan mengidentifikasi kelengkapan

tahapan tulisan yang tertulis di dalam lembar resep kemudian dinilai

kelengkapan resep pada fase prescribing.

2. Kemudian dianalisa menggunakan metode FMEA yaitu mendapatkan

score peneilaian severity, Frekuensi, dan Detection untuk mendapatkan

RPN tertinggi.

3. Menggunakan diagram ischikawa (metode fish bone) untuk

Mengidentifikasi masalah dari kegagalan.

4.7 Rencana Analisis Data

a. Analisa data menggunakan Microsoft excel

Data didapat dari resep yang dikumpulkan dan disimpulkan

berdasarkan persentase kemudian di analisis untuk melihat data

kelengkapan resep. Analisis data dilakukanuntuk memperoleh gambaran

distribusi setiap variabel penelitian. Variabel yang diteliti meliputi

Page 97: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA PENERAPAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38103/1/AYU DIAH... · form pengkajian resep oleh petugas 0.98%, ... yang telah memberikan

UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

77

kelengkapan dalam penulisan resep no rekam medis, nama pasien, tanggal

lahir, jenis kelamin, tinggi badan, riwayat alergi, tanggal resep, nama

dokter, no izin praktik, status dokter, nama obat, dosis sediaan, jumlah,

rute, aturan pakai, paraf , pengkajian dan klasifikasi, penyiapan,

dispensing, penyerahan dan informasi, form pengkajian resep dan

klasifikasi informasi resep

b. Analisa data dengan menerapkan metode FMEA

Peneliti melakukan pengukuran dengan menggunakan langkah-

langkah FMEA

1. Tahap diagnosing

a. Mengkaji data resep untuk melihat variable tahapan

kelengkapan resep

b. Dengan membuat form skoring untuk setiap jenis medication

error, dengan Menetapkan tingkat keparahan dan efek

kegagalan pada pasien (severity), frekuensi kejadian

(Occurrence), dan kemudahan deteksi (Detection),untuk

menetapkan prescribtion error.

c. Data yang diperoleh dengan nilai RPN (Risk Priority Number)

tertinggi menjadi focus penelitian.

2. Tahap identifikasi

Mengidentifikasi masalah dari kegagalan dengan metode

fish bone ( diagram ischikawa)

3. Tahap Planing

Merencanakan rancangan ulang yang tepat untuk

memperbaiki kegagalan atau sebagai saran untuk perbaikan di

rumah sakit.

BAB V

HASIL DAN PEMBAHASAN

Page 98: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA PENERAPAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38103/1/AYU DIAH... · form pengkajian resep oleh petugas 0.98%, ... yang telah memberikan

UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

78

5.1 HASIL PENELITIAN

Penelitian retrospektif ini dilakukan terhadap 3649 lembar resep pasien

rawat jalan penyakit jantung di depo IRJ Fatmawati pada bulan januari 2015.

Penelitian ini dilakukan pada tahap prescribing dengan mengamati kelengkapan

resep untuk mengetahui mode kegagalan dan factor penyebab prescribtion

errordengan menggunakan metode FMEA untuk memperkirakan potensi dampak

yang akan terjadi sehingga dapat mencari jalan keluar dari kegagalan. Melalui

hasil pengamatan dari 3649 resep IRJ poli jantung RSUP Fatmawati diketahui

masih banyak terdapat ketidaklengkapan penulisan resep setiap harinya.

5.1.1 Pengumpulan Data Kelengkapan Resep

Pada penelitian ini peneliti mengamati kelengkapan resep yang meliputi

kelengkapan data pasien, kelengkapan data penulis resep, kelengkapan data

perbekalan farmasi, dan kelengkapan pelayanan resep . Data kelengkapan resep

dapat dilihat pada table 1.

Tabel 5.1 Distribusi penilaian medication error terhadap ketidaklengkapan resep

tahap prescribing di poli jantung IRJ RSUP Fatmawati.

No Jenis Penilaian Jumlah

Kejadian

Persen

(%)

1 Tidak ada no rekam medis 571 15.64

2 Tidak ada nama pasien 3 0.08

3 Tidak ada tanggal lahir pasien 1091 29.89

4 Tidak ada jenis kelamin pasien 3365 92.21

5 Tidak ada tinggi badan pasien 3645 99.89

6 Tidak ada berat badan pasien 3645 99.89

7 Tidak ada riwayat alergi pasien 2379 65.19

8 Tidak ada tanggal resep 943 25.84

9 Tidak ada nama dokter 16 0.43

10 Tidak ada NIP dokter 54 1.47

11 Tidak ada status dokter 3649 100

Page 99: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA PENERAPAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38103/1/AYU DIAH... · form pengkajian resep oleh petugas 0.98%, ... yang telah memberikan

UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

79

12 Tidak ada nama obat 0 0

13 Tidak ada dosis sediaan 0 0

14 Tidak ada jumlah 0 0

15 Tidak ada rute 3649 100

16 Tidak ada aturan pakai 289 7.91

17 Tidak ada paraf dokter 3649 100

18 Tidak terisi pengkajian dan

klarifikasi petugas

302 8.27

19 Tidak terisi kolom penyiapan oleh

petugas

274 7.50

20 Tidak terisi kolom dispensing oleh

petugas

1565 42.88

21 Tidak terisi kolom penyerahan dan

informasi oleh petugas

356 9.75

22 Tidak terisi form pengkajian resep

oleh petugas

36 0.98

23 Tidak terisi klarifikasi dan

informasi oleh petugas

3649 100

Keterangan : 0 tidak ditemukan kesalahan

Berdasarkan table diatas menunjukkan bahwa pada tahap prescribing yang

berpotensi menimbulkan medication error yang sangat berbahaya terjadi karena ;

potensi kesalahan terbanyak terjadi pada;

1. Tidak ada status dokter 100%

2. Tidak ada paraf dokter 100%

3. Tidak terisi lembar klarifikasi dan informasi oleh petugas 100%

4. Tidak ada rute pemberian 100 %

5. Tidak ada riwayat alergi pasien 65%

6. Tidak ada aturan pakai 7.91%

5.1.2 Tahap Failure Mode and effect Analysis

5.1.2.1 Mengidentifikasi failure mode

Page 100: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA PENERAPAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38103/1/AYU DIAH... · form pengkajian resep oleh petugas 0.98%, ... yang telah memberikan

UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

80

Failure Mode yang didapatkan dari ketidaklengkapantahapan penulisan

resep adalah sebagai berikut ;

Tidak ada no rekam medis, tidak ada nama pasien, tanggal lahir, tidak ada jenis

kelamin, tidak ada tinggi badan, tidak ada riwayat alergi, tidak ada tanggal resep,

tidak ada nama dokter, tidak ada no izin praktik, tidak ada status dokter, tidak ada

nama obat, tidak ada dosis sediaan, jumlah, rute, tidak ada aturan pakai, tidak ada

paraf , tidak ada pengkajian dan klasifikasi, tidak ada penyiapan, tidak ada

dispensing, tidak ada penyerahan dan informasi, tidak ada form pengkajian resep

dan klasifikasi informasi resep.

5.1.2.2 Menentukan penyebab, akibat dan rencana tindakan lanjut dari

ketidaklengkapan tahapan penulisan resep IRJ Polijantung RSUP

Fatmawati.

Dalam pengaplikasian FMEA dibutuhkan penetapan penyebab, akibat dan

rencana tindak lanjut dari mode kegagalan. Failure mode yang didapatkan dari

analisa ketidaklengkapan resep kemudian ditetapkan penyebab, efek dan rencana

tindak lanjut. Penetapan ini didasarkan pada keputusan bersama yang diambil dari

hasil sidang peneliti dan komite etik dan hukum RSUP Fatmawati, Komite

Farmasi terapi RSUP Fatmawati, Instalasi Farmasi RSUP Fatmawati, IRMPDI

Farmasi RSUP Fatmawati, SMF jantung Farmasi RSUP Fatmawati, bapak

ahmad Subhan sebagai pembimbing penelitian

Page 101: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA PENERAPAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38103/1/AYU DIAH... · form pengkajian resep oleh petugas 0.98%, ... yang telah memberikan

UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

81

Tabel.5.2 Analisis FMEA untuk Kemungkinan penyebab dan efek kegagalan pada resep yang tidak

lengkap di Instalasi Rawat Jalan Poli Jantung RSUP Fatmawati3

Proses (langkah) Failure Mode Cause Effect Failure Rencana Tindak

Lanjut

Data Pasien

No Rekam

Medis

(RM)

Kegagalan

dalam membaca

No RM pasien

Penulisan No

RM tidak jelas

Tertukar data pasien,

sulitnya penelusuran

riwayat medis pasien

Menyediakan alat

tulis , computer

yang berfungsi

baik.

Nama

Pasien

Kegagalan

dalam membaca

nama pasien

Penulisan nama

pasien tidak

jelas, nama

ditulis

menggunakan

singkatan.nama

tidak

dicantumkan

Tertukarnya obat

pasien

Menyediakan alat

tulis , edukasi

petugas.

Tanggal

Lahir

Kegagalan

dalam membaca

tanggal lahir

pasien

Tanggal lahir

tidak

dicantumkan,

tanggal lahir

tidak ditulis

dengan jelas.

Berpengaruh dalam

perencanaan dosis

obat pasien.

Menyediakan alat

tulis , edukasi

petugas

Jenis

Kelamin

(JK)

Kegagalan

dalam membaca

Jenis kelamin

pasien

Jenis Kelamin

pasien tidak

dicantumkan.

Berpengaruh dalam

penentuan dosis obat

pasien

Menyediakan alat

tulis, edukasi

petugas.

Tinggi

Badan

(TB)

Kegagalan

dalam membaca

TB pasien

TB pasien tidak

di cantumkan.

Berepengaruh dalam

perhitungan dosis

pasien

Menyediakan

fasilitas pengukur

tinggi badan di poli

Berat

Badan

(BB)

Kegagalan

dalam membaca

BB Pasien

BB pasien tidak

tidak

dicantumkan.

Berpengaruh dalam

perhitungan dosis

pasien

Menyediakan

fasilitas timbangan

berat badan di poli

Riwayat

Alergi

Kegagalan

dalam Membaca

Riwayat Alergi

pasien

Riwayat alergi

pasien tidak di

cantumkan.

Kurang telitinya

petugas.

Pasien mendapatkan

obat yang dapat

menyebabkan alergi

atau tidak sesuai

dengan kondisi

Edukasi petugas

Page 102: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA PENERAPAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38103/1/AYU DIAH... · form pengkajian resep oleh petugas 0.98%, ... yang telah memberikan

UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

82

pasien.

Data Penulis

Resep

Tanggal

Resep

Kegagalan

dalam membaca

tanggal resep

Kurang telitinya

petugas, tidak

tercantum

tanggal resep

Pengimputan data

pasien bermasalah,

hilangnya data

catatan pengobatan

pasien.

Menyediakan

kalender dengan

ukuran yang besar

di ruang praktek

dokter

Nama

Dokter

Kegagalan

dalam membaca

nama dokter

Penulisan nama

dokter tidak

jelas, nama

dokter ditulis

menggunakan

singkatan.

Keamanan pasien

tidak terjamin,

kenyamanan pasien

terganggu.

Memberikan

fasilitas cap dan

stempel

Nomer

Izin

Praktek

(NIP)

Kegagalan

dalam membaca

NIP doketr

NIP dokter

tidak

dicantumkan ,

kurang telitinya

petugas

Keamanan pasien

tidak terjamin

Memberikan

fasilitas cap dan

stampel

Status

Dokter

Kegagalan

dalam membaca

status dokter

Status dokter

tidak

dicantumkan.

Status dokter tidak

dapat ditentukan.

Meningkatkan

SDM

Data Perbekalan

Farmasi

Nama

Perbekala

n Farmasi

(Nama

Obat)

Kegagalan

membaca nama

obat

Obat-obatan

LASA, nama

obat tidak

tertulis dengan

jelas, petugas

kurang

berkompetensi.

Resep tidak dapat

dilayani dengan baik,

obat salah diberikan

Pencahayaan

ruangan ,

meningkatkan

SDM, konfirmasi

kedokter,

menyediakan telfon

Dosis

Sediaan

Kegagalan

membaca dosis

sediaan.

Petugas yang

kurang

berpengalaman

atau kurang

berkompetensi

Kesalahan

penggunaan dosis,

terapi tidak sempurna

Meningkatkan

SDM, konfirmasi

ke dokter,

menyediakan telfon

Jumlah Kegagalan

membaca

Petugas kurang

teliti , petugas

Kesalahan pemberian

jumlah obat,

Meningkatkan

SDM, konfirmasi

Page 103: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA PENERAPAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38103/1/AYU DIAH... · form pengkajian resep oleh petugas 0.98%, ... yang telah memberikan

UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

83

jumlah sediaan

yang diresepkan

lupa. kegagalan terapi ke dokter,

menyediakan telfon

Rute Kegagalan

membaca rute

sesuai yang di

esepkan

Tidak

dicantumkan

rute

penggunaan

obat,

Kegagalan dalam

penyembuhan,

penyembuhan tidak

berhasil

Meningkatkan

SDM, konfirmasi

ke dokter,

menyediakan telfon

Aturan

Pakai

Kegagalan

membaca aturan

pakai yang

ditulis pada

resep.

Kurang telitinya

petugas,

petugas buru-

buru karena

banyaknya

pasien.

Tidak maksimalnya

terapi, kemungkinan

bisa over dosis atau

dosis kurang

Meningkatkan

SDM, konfirmasi

ke dokter,

menyediakan telfon

Paraf Tidak ada paraf Paraf tidak

dicantumkan

Resep tidak valid Memberikan kolom

paraf dokter sedikit

lebih luas

Tahapan Pelayanan

Resep

Pengkajia

n dan

klasifikasi

Kegagalan

mendeteksi

kesalahan

penulisan resep

Kurang telitinya

petugas,

petugas di

apotek buru-

buru.

Kesalahan resep tidak

terdeteksi, konfirmasi

kepada dokter bila

terjadi kesalahan

tidak terjadi.

meningkatkan SDM

Penyiapan Kegagalan

dalam

menyiapkan

permintaan

resep

Petugas salah

mengartikan

resep, petugas

kurang

berpengalaman

, letak obat

yang

berdekatan,

tidak ada

penanda nama

obat yang mirip

Kegagalan terapi,

penyembuhan yang

tidak berhasil, adanya

efek samping

Meletakkan obat

dengan penanda

yang jelas

Dispensin

g

Keggalan dalam

mencocokkan

obat dan etiket

Ruangan di

apotek terlalu

gelap. Tulisan

terlalu kecil,

Dapat terjadi salah

pasien dan

tertukarnya obat

Memberikan

penerangan yang

cukup

Page 104: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA PENERAPAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38103/1/AYU DIAH... · form pengkajian resep oleh petugas 0.98%, ... yang telah memberikan

UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

84

petugas kurang

teliti

Penyeraha

n dan

informasi

Kegagalan

dalam

penyerahan

resep, kegagalan

dalam

memberikan

obat

Kelalaian

petugas,

informasi tidak

diberikan

karena petugas

kelelahan,

beban kerja

yang terlalu

tinggi

Kegagalan dalam

rencana terapi

pengobatan pasien

Meningkatkan

SDM dengan

memberikan

pelatihan.

Form Pengkajian

Resep

Kegagalan

dalam mengisi

form

Tidak teliti nya

petugas

Resep tidak lengkap Meningkatkan

SDM

Klasifikasi dan

informasi

Kegagalan

dalam mengisi

Tidak telitinya

petugas

Resep tidak lengkap Meningkatkan

SDM

Page 105: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA PENERAPAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38103/1/AYU DIAH... · form pengkajian resep oleh petugas 0.98%, ... yang telah memberikan

UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

85

5.1.2.3 Mengidentifikasi tingkat keparahan (severity), Frekuensi kejadian

(Occurrence), dan kemungkinan untuk dapat dideteksi (Dettection).

1. Tingkatan Keparahan (Severity)

Hasil penelitian menunjukkan tingkat keseriusan akibat atau efek yang

muncul dengan score SEV failure mode tertinggi adalah;

Kegagalan membaca nama obat (score severity 6)

Kegagalan membaca dosis sediaan (score severity 6)

Kegagalan membaca jumlah sediaan yang diresepkan (score

severty 6)

Kegagalan membaca rute sediaan sesuai yang diresepkan (score

severity 6)

Kegagalan membaca aturan pakai yang ditulis pada resep (score

severity 6)

Kegagalan dalam mengisi penyiapan permintaan resep (score

severity 6)

Kegagalan dalam mencocokkan obat dengan etiket (score severity

6)

2. Frekuensi Kejadian (Occurrence)

Hasil penelitian menunjukkan frekuensi terjadinya kegagalan dengan nilai

OCC tertinggi adalah;

Kegagalan dalam membaca jenis kelamin (score OCC 5)

Kegagalan dalam membaca tinggi badan pasien (score OCC 5)

Kegagalan dalam membaca berat badan pasien (score OCC 5)

Kegagalan dalam membaca riwayat alergi pasien (score OCC 5)

Kegagalan dalam membaca status dokter (score OCC 5)

Kegagalan membaca rute yang diresepkan (score OCC 5)

Tidak ada paraf (score OCC 5)

Kegagalan dalam mengisi Form klarifikasi dan informasi (score

OCC 5)

Page 106: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA PENERAPAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38103/1/AYU DIAH... · form pengkajian resep oleh petugas 0.98%, ... yang telah memberikan

UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

86

3. Kemungkinan Deteksi (Dettection)

Hasil penelitian menunjukkan kemungkinan failure mode untuk dideteksi

dengan nilai tertinggi adalah;

Kegagalan dalam membaca jenis kelamin pasien (score DET 4)

Kegagalan dalam membaca tinggi badan pasien (score DET 4)

Kegagalan dalam membaca berat badan pasien (score DET 4)

Kegagalan dalam membaca riwayat alergi (score DET 4)

Kegagalan dalam membaca status dokter (score DET 4)

Kegagalan dalam membaca rute yang diberikan (score DET 4)

Tidak ada paraf (score DET 4)

Kegagalan dalam mengisi form klarifikasi dan informasi (score DET 4)

Hasil penilaian untuk Tingkat Keparahan (Severity), Frekuensi Kejadian

(Occurrence), dan Kemungkinan Deteksi (Dettection) dapat dilihat pada table 5.2

untuk melihat kemungkinan penyebab kegagalan pada resep yang tidak lengkap di

Instalasi Rawat Jalan RSUP Fatmawati.

5.1.2.3 Perhitungan Risk Priority Number

Hasil perhitungannilai RPN (Risk Priory Number) diperoleh dari perkalian

niali S*O*D (Severity, Occurrence, Dettection). Dimana tujuan dilakukan

perhitungan nilai RPN adalah untuk mengetahui tingkat kegagalan pada penulisan

lembar resep untuk dapat dilakukan perbaikan. Hasil perhitungan RPN dapat

dilihat pada Tabel 5.3 sebagai berikut.

Page 107: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA PENERAPAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38103/1/AYU DIAH... · form pengkajian resep oleh petugas 0.98%, ... yang telah memberikan

UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

87

Tabel 5.3 Metode FMEA untuk menghitung nilai RPN dari setiap kegagalan padaa prescribtion error (critical index).3

untuk metode

Failure Mode And Effect Analysis

Tahapan Proses Kegagalan Jumlah

Kejadian

(n)

OCC/

Occuring/

Frekuensi

SEV

Severity/

Tingkatan

keparahan

DET/

Detection

RPN/

Risk

Priority

Number

P /

Priority

1. No Rekam

Medis

Kegagalan dalam membaca No RM

pasien

571 3 5 2 30 7

2. Nama

Pasien

Kegagalan dalam membaca nama

pasien

3 1 5 1 10 10

3. Tanggal

Lahir

Kegagalan dalam membaca tanggal

lahir pasien

1091 4 3 2 24 8

4. Jenis

Kelamin

Kegagalan dalam membaca Jenis

kelamin pasien

3365 5 3 4 60 3

5. Tinggi

badan

Kegagalan dalam membaca TB pasien 3645 5 4 4 80 2

6. Berat

Badan

Kegagalan dalam membaca BB Pasien 3645 5 4 4 80 2

7. Riwayat

Alergi

Kegagalan dalam Membaca Riwayat

Alergi pasien

2379 5 6 4 120 1

8. Tanggal

Resep

Kegagalan dalam membaca tanggal

resep

943 4 1 2 8 11

9. Nama

Dokter

Kegagalan dalam membaca nama

dokter

16 1 1 1 1 15

10. NIP Dokter Kegagalan dalam membaca NIP doketr 54 2 2 1 4 13

Page 108: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA PENERAPAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38103/1/AYU DIAH... · form pengkajian resep oleh petugas 0.98%, ... yang telah memberikan

UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

88

11. Status

Dokter

Kegagalan dalam membaca status

dokter

3649 5 1 4 20 9

12. Nama Obat Kegagalan membaca nama obat 0 1 6 1 6 12

13. Dosis

Sediaan

Kegagalan membaca dosis sediaan. 0 1 6 1 6 12

14. Jumlah Kegagalan membaca jumlah sediaan

yang diresepkan

0 1 6 1 6 12

15. Rute Kegagalan membaca rute sesuai yang di

esepkan

3649 5 6 4 120 1

16. Aturan

Pakai

Kegagalan membaca aturan pakai yang

ditulis pada resep.

289 3 6 2 36 5

17. Paraf Tidak ada paraf 3649 5 1 4 20 9

18. Pengkajian

dan

klarifikasi

Kegagalan mendeteksi kesalahan

penulisan resep

302 3 5 2 30 7

19. Penyiapan Kegagalan dalam menyiapkan

permintaan resep

274

3 6 2 36 5

20. Dispensing Keggalan dalam mencocokkan obat dan

etiket

1565

3 6 3 54 4

21. Penyerahan

dan

informasi

Kegagalan dalam penyerahan resep,

kegagalan dalam memberikan obat

356 3 5 2 30 7

22. Form

Pengkajian

resep

Kegagalan dalam mengisi form 36 1 2 1 2 14

23. Klarifikasi Kegagalan dalam mengisi form 3649 5 2 4 20 9

Page 109: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA PENERAPAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38103/1/AYU DIAH... · form pengkajian resep oleh petugas 0.98%, ... yang telah memberikan

UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

89

dan

informasi

Page 110: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA PENERAPAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38103/1/AYU DIAH... · form pengkajian resep oleh petugas 0.98%, ... yang telah memberikan

UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

90

Keterangan Tabel

Table 5.4 OCC: Occuring atau Frekuensi (O)

Score Banyaknya kejadian

1 Sangat jarang terjadi (Remote): adalah untuk frekuensi sangat jarang

terjadi

(angka kejadian 1 dalam 1000 kejadian)

2 Jarang terjadi (Low): adalah untuk frekuensi rendah terjadi

(angka kejadian 1 dalam 100 kejadian)

3 Sedang terjadi (moderate): adalah untuk frekuensi sedang terjadi

(angka kejadian 1 dalam 50 kejadian)

4 Sering terjadi (High): adalah untuk frekunsi tinggi terjadi

(angka kejadian 1 dalam 10 kejadian)

5 Sangat sering terjadi (Very High) ; adalah untuk frekuensi sangat tinggi

terjadi

(angka kejadian 1 dalam 2 kejadian)

Tabel 5.5 SEV : Severity adalah tingkat keparahan (S)

Score Deskripsi kegagalan

1 Adalah untuk menilai potensi tingkat keparahan kemungkinan kegagalan

administrasi yang berdampak pada rumah sakit

2 Adalah untuk menilai potensi tingkat keparahan kemungkinan kegagalan

administrasi yang berdampak pada pasien tetapi tidak berpotensi menimbulkan

cidera

3 Adalah untuk menilai potensi tingkat keparahan kemungkinan kegagalan

administrasi yang berdampak pada pasien dan dapat menimbulkan cidera tetapi

belum terjadi insiden

4 Adalah untuk menilai potensi tingkat keparahan kemungkinan sangat berpotensi

menimbulkan cidera tetapi belum terjadi insiden

5 Adalah untuk menilai potensi tingkat keparahan kemungkinan terjadinya

insiden yang berpotensi menimbulkan cidera tetapi belum terpapar kepasien

6 Adalah untuk menilai potensi tingkat keparahan kemungkinan terjadinya

insiden yang sudah terpapar ke pasien tetapi tidak menimbulkan cidera atau

suatu kejadian yang tidak diharapkan dan menyebabkan kematian

Page 111: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA PENERAPAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38103/1/AYU DIAH... · form pengkajian resep oleh petugas 0.98%, ... yang telah memberikan

UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

91

Tabel 5.6DET : Detetability adalah kemudahan untuk deteksi

Score Kemungkinan deteksi

1 Sedikit (Remote) terdeteksi 0/10 kali

2 Rendah (Low) terdektesi 2/10 kali

3 Sedang (medium) terdteksi 5/10 kali

4 Tinggi (High) terdeteksi 7/10 kali

5.1.2.4 Hasil Urutan Risk Priority Number (RPN)berdasarkan Prioritas.

Tujuan akhir dari FMEA ini adalah untuk mendapatkan urutan prioritas

sehingga dapat ditentukan bagian dari proses yang membutuhkan perbaikan, dari

pengamatan resep update RSUP Fatmawati. Tabel berikut menunjukkan bahwa

nilai RPN (Risk Priority Number) tertinggi berdasarkan prioritas adalah :

Tabel 5.7Nilai RPN (Risk Priority Number) berdasarkan urutan Prioritas

Page 112: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA PENERAPAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38103/1/AYU DIAH... · form pengkajian resep oleh petugas 0.98%, ... yang telah memberikan

UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

92

Tabel 5.7 Nilai RPN (Risk Priority Number) berdasarkan urutan Prioritas

Tahapan Proses Kegagalan Jumlah Kejadian

(n)

OCC/Occuri

ng/ Frekuensi

SEV/

Severity/

Tingkatan

keparahan

DET /

Detection

RPN /

Risk

Priority

Number

P /

Priority

1. Riwayat

Alergi

Kegagalan dalam Membaca

Riwayat Alergi pasien

2379 5 6 4 120 1

2. Rute Kegagalan membaca rute

sesuai yang di esepkan

3649 5 6 4 120 1

3 Tinggi badan Kegagalan dalam membaca TB

pasien

3645 5 4 4 80 2

4 Berat Badan Kegagalan dalam membaca BB

Pasien

3645 5 4 4 80 2

5 Jenis Kelamin Kegagalan dalam membaca

Jenis kelamin pasien

3365 5 3 4 60 3

6 Dispensing Keggalan dalam mencocokkan

obat dan etiket

1565

3 6 3 54 4

7 Aturan Pakai Kegagalan membaca aturan

pakai yang ditulis pada resep.

289 3 6 2 36 5

Page 113: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA PENERAPAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38103/1/AYU DIAH... · form pengkajian resep oleh petugas 0.98%, ... yang telah memberikan

UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

93

8 Penyiapan Kegagalan dalam menulis

penyiapkan permintaan resep

274 3 6 2 36 5

9 No Rekam

medis

Kegagalan dalam membaca No

rekam medis

571 3 2 4 30 6

10 Pengkajian

dan klarifikasi

Kegagalan mendeteksi

kesalahan penulisan resep

302 3 5 2 30 6

11 Penyerahan

dan informasi

Kegagalan dalam penyerahan

resep, kegagalan dalam

memberikan obat.

356 3 5 2 30 6

12. Tanggal

Lahir

Kegagalan dalam membaca

tanggal lahir pasien

1091 4 3 2 24 7

13. Status Dokter Kegagalan dalam membaca

status dokter

3649 5 1 4 20 8

14. Paraf Tidak ada paraf 3649 5 1 4 20 8

15. Klarifikasi dan

informasi

Kegagalan dalam mengisi form 3649

5 2 4 20 8

16. Nama pasien Kegagalan dalam membaca

nama pasien

3

1 5 1 10 9

17. Tanggal Resep Kegagalan membaca tanggal

resep

943 4 1 2 8 10

Page 114: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA PENERAPAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38103/1/AYU DIAH... · form pengkajian resep oleh petugas 0.98%, ... yang telah memberikan

UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

94

18. Nama Obat Kegagalan membaca nama

obat

0 1 6 1 6 11

19. Dosis Sediaan Kegagalan membaca dosis

sediaan

0 1 6 1 6 11

20. Jumlah Kegagalan membaca jumlah

sediaan yang diresepkan

0 1 6 1 6 11

21. NIP Dokter Kegagalan dalam membaca

NIP dokter

54 2 2 1 4 12

22. Form

Pengkajian

resep

Kegagalan dalam mengisi form 36 1 2 1 2 13

23. Nama Dokter Kegagalan dalam membaca

nama dokter

16

1 1 1 1 14

Dari table diatas dapat dilihat bahwa nilai RPN tertinggi adalah ;

Tidak ada riwayat alergi pasien (RPN 120)

Tidak ada rute pemberian obat (RPN 120)

Sehingga Focus penelitian di focus kan terhadap sebab dan akibat dari tidak ada riwayat alergi, dan tidak ada rute pemberian.

Page 115: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA PENERAPAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38103/1/AYU DIAH... · form pengkajian resep oleh petugas 0.98%, ... yang telah memberikan

UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

95

5. 2 PEMBAHASAN

5.2.1 Keterbatasan Penelitian

Dalam penelitian ini peneliti hanya menggunakan metode FMEA pada

tahap prescribing dan masih banyak variable lain yang belum terukur. Hal ini

karena adanya keterbatasan waktu penelitian, dan keterbatasan pengetahuan

peneliti.

5.2.2 Tahap Diagnosing

Pada penelitian ini diawali dengan tahap diagnosing untuk menetukan

wilayah yang paling berpotensi gagal dalam pengisisan lembar resep. Menurut

cambell disebut sebagi tahap untuk memahami perspektif dari para stakeholder

dan merupakan tahap untuk menilai baseline situation. Wilayah pelayanan

farmasi Instalasi Rawat Jalan RSUP fatmawati merupakan factor yang beresiko

tinggi untuk melakukan kegagalan dikarenakan jumlah pasien yang banyak dan

menuntut kinerja petugas farmasi di depo untuk berkerja cepat, tepat dan effisien .

Jumlah resep yang diperoleh dari IRJ RSUP Fatmawati poli Jantung

selama penelitian adalah 3645 lembar resep. Lembar resep yang digunakan pasien

untuk mengambil obat di apotek di fatmawati telah memenuhi standar form resep

menurut Joint Commission International (JCI) ataupun standar permenkes RI,

namun akibat dari banyaknya pasien yang berobat di IRJ RSUP Fatmawati setiap

harinya terutama pasien poli jantung yang merupakan poli dengan jumlah pasien

terbanyak setiap harinya membuat form resep tidak terisi sempurna baik oleh

petugas administrasi, dokter maupun petugas farmasi di depo farmasi IRJ RSUP

Fatmawati.Kemudian lembar resep yang tidak terisi sempurna tersebut dianggap

dapat menyebabkan kegagalan yang dapat merugikan pasien dan merupakan

penilaian pada penelitian ini. Dengan memanfaatkan metode FMEA untuk

mendeteksi medication error.

Page 116: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA PENERAPAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38103/1/AYU DIAH... · form pengkajian resep oleh petugas 0.98%, ... yang telah memberikan

UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

96

5.2.3 Analiasa Kelengkapan Resep

Pengamatan kelengkapan resep yang meliputi; kelengkapan data pasien,

kelengkapan data penulis resep, kelengkapan data perbekalan farmasi,

ketidaklengkapan data pelayanan resep yang diisi oleh farmasi, dan kelengkapan

administrasi resep.

5.2.3.1 Identifikasi medication error akibat ketidaklengkapan data pasien

Terdapat tujuh komponen penilaian pada tahap ini. Berdasarkan hasil

penelitian peneliti menemukan kesalahan yang berpotensi menimbulkan

medication error tersebut terjadi atas ketidaklengkapan; No rekam medis pasien,

nama pasien, tanggal lahir pasien, jenis kelamin, tinggi badan pasien dan riwayat

alergi.

Kegagalan akibat tidak ada Nomer Rekam Medik yang mencapai angka

15% ini dapat berakibat fatal dan diperkirakan memiliki potensi risiko tinggi

mengakibatkan kegagalan pengobatan karena dapat bertukarnya data pasien,

dokumentasi pengobatan pasien tidak jelas sehingga pertimbangan pengambilan

keputusan untuk pengobatan pasien dapat tidak akurat dan pengobatan pasien juga

terganggu.

Kegagalan akibat tidak ada nama pasien yang mencapai angka 0.3 % ini

merupakan kelompok potensi risiko tinggi yang dapat menyebabkan kegagalan

pengobatan karena dapat mengakibatkan bertukarnya obat dan tidak dilayaninya

permintaan obat pada saat pelayanan di depo farmasi. Nama yang ditulis harus

lebih dari satu kata untuk mengurangi resiko kegagalan yang dapat menggangu

pengobatan.

Kegagalan akibat tidak ada tanggal lahir pasien yang mencapai angka

29.9% ini merupakan kelompok potensi risiko sedang yang dapat menyebabkan

kegagalan pengobatan. Tanggal lahir diperlukan untuk melihat umur pasien

sehingga dapat diperkirakan rejimen dosis obat yang tepat untuk pasien.

Kegagalan akibat tidak ada jenis kelamin pasien yang mencapai angka

92.21% ini merupakan kelompok potensi risiko sedang yang dapat menyebabkan

kegagalan terapi, dari hasil penelitian hanya 8.79% atau sekitar 284 resep dari

Page 117: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA PENERAPAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38103/1/AYU DIAH... · form pengkajian resep oleh petugas 0.98%, ... yang telah memberikan

UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

97

3649 lembar resep yang terisi jenis kelamin pasien. Jenis kelamin pasien

diperlukan untuk mendapatkan perhitungan dosis yang teapat.

Kegagalan akibat tidak ada tinggi badan dan berat badan pasien yang

mencapai angka 99.89% ini merupakan kelompok potensi risiko sedang yang

dapat menyebabkan kegagalan terapi. Dari hasil penelitian hanya sekitar 0.11%

atau sekitar empat lembar resep saja dari 3649 lembar resep yang berisi tinggi

badan dan berat badan. Tinggi badan diperlukan untuk mendapatkan perhitungan

dosis yang tepat. Berat badan diperlukan untuk mendapatkan perhitungan dosis

yang tepat.

Kegagalan akibat tidak ada riwayat alergi pasien yang mencapai angka

65.19% ini merupakan kelompok potensi risiko tinggi yang dapat menyebabakan

kegagalan terapi. Dari hasil penelitian sekitar 34.81% atau sekitar 1.270 lembar

resep yang berisi riwayat alergi.

5.2.3.2 Identifikasi medication error akibat ketidaklengkapan data penulis

resep

Terdapat empat komponen penilaian pada tahap ini. Berdasarkan hasil

penelitian peneliti menemukan kesalahan yang berpotensi menimbulkan

medication error tersebut terjadi atas ketidaklengkapan; Tidak ada nama dokter,

tidak ada NIP dokter, tidak ada status dokter dan tidak ada paraf dokter

Kegagalan akibat tidak ada nama dokter mencapai angka 0.43% atau

sekitar 16 lembar resep yang tidak berisi nama dokter dari 3649 lembar resep. Ini

merupakan kelompok berisiko rendah untuk menyebabkan medication error.

Nama dokter diperlukan untuk menjamin keaslian resep nama dokter juga sangat

penting dalam penulisan resep agar ketika Apoteker Pengelola Apotek melakukan

skrining resep kemudian terjadi kesalahan mengenai kesesuaian farmasetik yang

meliputi bentuk sediaan, dosis, potensi, stabilitas, inkompatibilitas, cara dan lama

pemberian, dokter penulis resep tersebut bisa dapat langsung dihubungi untuk

melalukan pemeriksaan kembali.diperlukan oleh petugas. Untuk mencegah

kegagalan konfirmasi ini olehnya nama dokter wajib di cantumkan.

Kegagalan akibat tidak ada NIP dokter mencapai angaka 1.47% atau

sekitar 54 lembar resep yang tidak berisi NIP dokter. Ini merupakan kelompok

Page 118: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA PENERAPAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38103/1/AYU DIAH... · form pengkajian resep oleh petugas 0.98%, ... yang telah memberikan

UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

98

risiko rendah untuk menyebabkan kegagalan terapi. NIP dokter diperlukan untuk

memberikan kenyamanan dan kepercayaan pada pasien bahwa dokter yang dipilih

telah mendapatkan izin praktik, NIP juga dibutuhkan sebagai legalitas resep.

Kegagalan akibat tidak ada status dokter mencapai angka 100% atau 3649

lembar resep tidak ada yang tercantum status dokter. Ini merupakan kelompok

risiko rendah untuk menyebabkan kegagalan terapi. Status dokter diantaranya;

DPJP, konsulen dan tim. Diperlukan agar pasien mengetahui status dari dokter

yang menanganinya.

Kegagalan akibat tidak ada paraf dokter mencapai angka 100% atau

sekitar 3649 lembar resep tidak ada yang tercantum paraf dokter. Ini merupakan

kelompok risiko rendah untuk menyebabkan kegagalan terapi Paraf dokter

diperlukan sebagai keaslian, legalitas dan keabsahan resep.

5.2.3.3 Identifikasi medication error akibat ketidaklengkapan data

perbekalan farmasi

Terdapat lima komponen penilaian pada tahap ini. Berdasarkan hasil

penelitian peneliti menemukan kesalahan yang berpotensi menimbulkan

medication error tersebut terjadi atas ketidaklengkapan; tidak ada nama obat,

tidak ada dosis sediaan, tidak ada jumlah obat, tidak ada rute dan tidak ada aturan

pakai.

Kegagalan akibat tidak ada nama obat merupakan kelompok risiko tinggi

untuk menyebabkan kegagalan terapi. Pada penelitian ini tidak ada resep yang

tidak mencantumkan nama obat atau 100% terisi nama perbekalan farmasi.

Kegagalan akibat tidak ada dosis sediaan merupakan kelompok risiko

tinggi untuk menyebabkan kegagalan terapi. Pada penelitian ini tidak ada resep

yang tidak mencantumkan dosis sediaan atau 100% terisi dosis sediaan.

Kegagalan akibat tidak ada jumlah obat merupakan kelompok risiko tinggi

untuk menyebabkan kegagalan terapi. Pada penelitian ini tidak ada resep yang

tidak mencantumkan jumlah obat atau 100% terisi jumlah obat.

Kegagalan akibat tidak ada rute obat ini merupakan kelompok risiko tinggi

untuk menyebabkan kegagalan terapi. Pada penelitian ini mencapai angka 100%

atau sekitar 3649 lembar resep tidak mencantumkan rute obat.

Page 119: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA PENERAPAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38103/1/AYU DIAH... · form pengkajian resep oleh petugas 0.98%, ... yang telah memberikan

UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

99

Kegagalan akibat tidak ada aturan pakai merupakan kelompok risiko

tinggi untuk menyebabkan kegagalan terapi. Pada penelitain ini mencapai angka

7.91% atau sekitar 289 lemabar resep yang tidak mencantumkan aturan pakai

obat.

5.2.3.4 Identifikasi medication error akibat ketidaklengkapan data

pelayanan resep yang diisi oleh farmasi.

Terdapat tujuh komponen penilaian pada tahap ini. Berdasarkan hasil

penelitian peneliti menemukan kesalahan yang berpotensi menimbulkan

medication error tersebut terjadi atas ketidaklengkapan; tanggal resep, pengkajian

dan klarifikasi , penyiapan, dispensing, penyerahan dan informasi, pengkajian

resep, dan klarifikasi dan informasi (Situation(S). Backround(B), Assesment(A),

Recommendation(R)).

Kegagalan akibat tidak adanya tanggal resep, ini merupakan kelompok

risiko sedang untuk menyebabkan kegagalan terapi. pada penelitain ini mencapai

angka 25.84% atau sekitar 943 lembar resep yang tidak dicantumkan tanggal

resep.

Kegagalan akibat tidak terisi pengkajian dan klarifikasi oleh petugas, ini

merupakan kelompok risiko tinggi untuk menyebabkan kegagalan terapi. Pada

penelitian ini mencapai angka 8.27% atau sekitar 302 lembar resep yang tidak

diisi pengkajian dan klarifikasi oleh petugas.

Kegagalan akibat tidak terisi kolom dispensing oleh petugas. Ini

merupakan kelompok risiko tinggi untuk menyebabkan kegagalan terapi. Pada

penelitian ini mencapai angka 42.88% atau sekitar 1.565 lembar resep yang tidak

terisi kolom dispensingoleh petugas

Kegagalan akibat tidak terisi penyerahan dan informasi oleh petugas, ini

merupakan kelompok risiko tinggi untuk menyebabkan kegagalan terapi. Pada

penelitian ini mencapai angka 9.75% atau sekitar 365 lembar resep yang tidak

terisi penyerahan dan informasi oleh petugas.

Kegagalan akibat tidak terisi form pengkajian resep oleh petugas, ini

merupakan kelompok risiko rendah untuk menyebabkan kegagalan terapi. Pada

Page 120: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA PENERAPAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38103/1/AYU DIAH... · form pengkajian resep oleh petugas 0.98%, ... yang telah memberikan

UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

100

penelitian ini mencapai angka 0.98% atau sekitar 36 lembar resep yang tidak terisi

form pengkajian resep oleh petugas.

Kegagalan akibat tidak terisi klarifikasi dan informasi oleh petugas, ini

merupakan kelompok risiko rendah untuk menyebabkan kegagalan terapi. Pada

penelitian ini mencapai angka 100% atau sekitar 3649 lembar resep tidak terisi

klarifikasi dan informasi oleh petugas.

5.2.4 Analisa Hasil Failure Mode and Effect Analysis

5.2.4.1 Analisis mengenai Failure Mode And Effect Analysis

Stamatis (2003) dalam bukunya Failure Mode and Effect Analysis: FMEA

from Theory to Executionmenyatakan bahwa secara umum ada empat tipe

dariFMEA, yaitu System FMEA, Design FMEA, ProcessFMEA, dan Machinery

FMEA. Dalam penelitian inimenggunakan tipe Desain. DesainFMEA digunakan

untuk menganalisis desain lembar resep yang digunakan di RSUP Fatmawati,

untuk memastikan bahwa potensial modus kegagalan, sebab dan akibatnya terkait

dengan desain lembar resep yang tidak terisi lengkap tahapan penulisan resep

yang benar.

5.2.4.2 Analisis Severity Failure Mode and Effect Analysis

Severityatau tingkat keparahan dalam penelitian ini adalah dengan score 6

untuk kemungkinan terjadinya insiden yang sudah terpapar kepasien tatapi tidak

menimbulkan cidera atau kejadian yang tidak diharapkan dan menyebabkan

kematian. Hal ini seperti; tidak adanya riwayat alergi, kegagalan membaca nama

obat kegagalan dalam membaca dosis sediaan, kegagalan membaca jumlah

sediaan, kegagalan membaca rute sediaan, kegagalan dalam membaca aturan

pakai, kegagalan dalam mengisi form penyiapan, kegagalan dalam mencocokkan

dan etiket dianggap dapat mengakibatkan kegagalan dan berpotensi menyebabkan

kegagalan KTD (kejadian tidak diinginkan) dan senitel (menyebabkan kematian)

Sedangkan untuk failure mode kegagalan dalam membaca tanggal resep,

kegagalan dalam membaca nama dokter, kegagalan dalam membaca status dokter,

tidak ada paraf dokter memiliki score severity rendah yaitu 1, untuk kemungkinan

Page 121: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA PENERAPAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38103/1/AYU DIAH... · form pengkajian resep oleh petugas 0.98%, ... yang telah memberikan

UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

101

kegagalan administrasi yang berdampak pada rumah sakit. Skala yang digunakan

pada penelitain ini mnegacu pada program pasien safety.

5.2.4.3 Analisis Occurance Failure Mode and Effect Analysis

Berdasarkan hasil penentuan ranking occurrence dari penyebab kegagalan

, frekuensi kejadian sangat tinggi yaitu kemungkinan terjadi sekali dari 2 kejadian

dengan score occurrence 5 adalah; jenis kelamin, tinggi badan, berat badan,

riwayat alergi, status dokter, rute pemberian paraf dokterdan kegagalan dalam

mengisi form klarifikasi dan informasi.

Sedangkan untuk penyebab kegagalan dengan frekuensi terendah memiliki

score 1 yaitu; nama pasien, nama dokter, nama obat, dosis sediaan, jumlah obat,

dan kegagalan dalam megisi form pengkajian resep resep. Frekuensi kejadian

sangat rendah yaitu kemungkinan terjadi satu kali dalam 1000 kejadian.

5.2.4.4 Analysis Detection Failure Mode and Effect Analysis

Berdasarkan hasil detection failure dari penyebab kegagalan , kemudahan

untuk dapat dideteksi dengan score tertinggi yaitu 4 yaitu dapat dideteksi 7 dalam

10 kemungkinan adalah; jenis kelamin, tinggi badan, berat badan,riwayat alergi,

status doketr, rute pemberian, paraf dokter, dan form klarifikasi dan informasi.

Sedangkan nilai detection paling rendah adalah 1 yaitu untuk kemungkina

dapat di deteksi 0 dalam 10 kemungkinan adalah; nama pasien, nama dokter, nip

dokter, nama obat, dosis sediaan, jumlah obat, dan form pengkajian resep.

5.2.5 Diagram Ischikawa

Diagram ischikawa atau diagram sebab akibat digunakan dalam penelitian

ini sebagai alat untuk menggambarkan hubungan antara sebab dari sebuah

masalah dengan garis dan symbol . diagram ini diguanakan untuk membantu

menggabungkan penyebab potensial dari suatu masalah. Diagram ischikawa juga

sering disebut sebagai diagram fishbone karena bentuknya seperti tulang ikan.

Dengan mengganggap masalah yang terjadi sebagai kepala ikan sedangkan

penyebab masalah digambarkan sebagai tulang-tulang ikan yang dihubungkan

menuju kepala ikan. Tulang yang paling kecil menggambarkan masalah yang

Page 122: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA PENERAPAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38103/1/AYU DIAH... · form pengkajian resep oleh petugas 0.98%, ... yang telah memberikan

UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

102

paling spesifik yang membangun masalah yang lebih besar (tulang yang lebih

besar)

Dalam penelitain ini kepala ikan atau masalah adalah variable penelitian

dengan nilai RPN (Risk Priority Number) tertinggi sebagai prioritas utama untuk

diselesaikan dalam penelitian ini. Pada penelitian ini mode kegagalan dengan nilai

RPN tertinggi adalah kegagalan membaca riwayat alergi dan kegagalan dalam

membaca rute sediaan. Adapun identifikasi masalah dengan menggunakan metode

fish Bone setiap mode kegagalan dapat dilihat pada gambar 5.1 untuk kegagalan

riwayat alergi dan gambar 5.2 untuk kegagalan membaca rute sediaan.

5.2.5.1 Diagram Ischikawa Untuk Kegagalan Membaca Riwayat Alergi

Berdasarkan hasil penelitian kegagalan membaca riwayat alergi

merupakan RPN dengan nilai tertinggi yaitu 120 dengan nilai SEV 6 , OCC 5, dan

DET 4. Riwayat alergi dianggap memiliki tingkatan berpotensi berbahaya karena

dapat menyebabkan KPC (Kejadian Potensial Cidera) yaitu kondisi yang sangat

berpotensi untuk mrnimbulkan cidera tetapi belum terjadi insiden dan kegagalan

dalam membaca riwayat alergi juga dianggap dapat mennyebabkan sentinel yaitu

suatu KTD (Kejadian yang Tidak Diharapakan) yang dapat mengakibatkan

kematian. Laporan mengenai KTD yang diakibatkan oleh alergi pasien terhadap

pengobatan, Angka kejadian alergi obat diperkirakan 1:1 000 sampai 1:10 000

orang yang terpapar obat antikejang atau antibiotik golongan sulfonamida. Angka

kematian berkisar 10% kasus, yang diakibatkan oleh gangguan organ sistemik

yang terlibat. Obat-obatan yang sering dikaitkan dengan alergi obat adalah obat

anti kejang, sufonamid, dapson, minosiklin, serta alupurinol.22

Berdasarkan Aiken

dan Clarke (2002) menyatakan bahwa kesalahan pengobatan dan efek samping

obat terjadi pada rata-rata 6,7% pasien yang masuk ke rumah sakit.2

Dibawah ini merupakan gambar diagram ischikawa untuk mengidentifikasi mode

kegagalan riwatal alergi.

Page 123: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA PENERAPAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38103/1/AYU DIAH... · form pengkajian resep oleh petugas 0.98%, ... yang telah memberikan

UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

103

Gambar 5.1 Diagram Ishikawa untuk kegagalan membaca riwayat aler

SDM PASIEN

Kegagalan

membaca Riwayat

Alergi pasien

LEMBAR RESEP

METODE

SARANA DAN

PRASARANA

LINGKUNGAN

Petugas poli

Karakter yang

tergesa-gesa

Tuntutan pekerjaan

yang tinggi

Kurangnya

pemahaman bahaya

alergi

Tidak ada mekanisme

komunikasi yang jelas

antar dokter, peetugas

poli dan petugas

farmasi

SOP tidak dijalankan

dengan baik

Karakter pasien

yang terburu-buru

Ketidaktahuan

pasien tentang

alerginya

Alat tulis

Buku informasi obat

obat yang memadai

Tidak adanya

pelatihan

Kolom lembar

resep yang tidak

jelas

Kolom lembar

resep yang

membingungkan

Suasana ramai

Page 124: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA PENERAPAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38103/1/AYU DIAH... · form pengkajian resep oleh petugas 0.98%, ... yang telah memberikan

UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

104

Pada gambar diatas dapat dilihat bahwa kepala ikan yang merupakan masalah

yang harus diselesaikan yaitu kegagalan membaca riwayat alergi. Masalah yang

besar disusun atau disebabkan oleh tulang-tulang kecil seperti kegagalan metode,

sarana dan prasarana, lingkungan, SDM (Sumber Daya Manusia), Pasien dan

Lembar resep. Tulang-tulang lebih kecil menyusun tulang-tulang yang lebih besar

seperti ;

1. Kegagalan Metode

Riwayat alergi yang tidak tertulis dengan jelas atau tidak tercantum

harus dikomunikasikan petugas farmasi kepada dokter yang bersangkutan,

untuk melakukan komunikasi ini diperlukan prosedur SOP yang jelas.

2. Kegagalan Sarana dan Prasarana

Agar riwayat alergi dicantumkan atau ditulis dengan jelas , sarana

dan prasarana harus memadai, tersedianya alat tulis, buku-buku informasi

mengenai obat-obatan yang dapat menyebabkan alergi pasien yang

memadai, dan sarana dilakukan pelatihan atau seminar mengenai bahaya

dari alergi obat pada pasien.

3. Kegagalan Lingkungan

Lingkungan IRJ Poli jantung RSUP Fatmawati yang sangat ramai

dengan melayani ratusan hingga ribuan pasien setiap harinya .

4. Kegagalan SDM

Sumberdaya manusia dalam hal ini adalah petugas poli dan dokter

praktik, petugas poli berperan di pencatatan awal untuk mennyakan

langsung kepada pasien mengenai alergi obat yang dimiliki pasien

sedangkan dokter berperan untuk memberi tanda pada resep rawat jalan

mengenai riwayat alergi pasien. Karakter petugas yang terburu-buru,

tuntutan pekerjaan yang tinggi dan kurangnya pengetahuan petugas

tentang bahaya alergi obat dapat menyebabkan riwayat alergi tidak

dicantumkan pada resep.

Page 125: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA PENERAPAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38103/1/AYU DIAH... · form pengkajian resep oleh petugas 0.98%, ... yang telah memberikan

UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

105

5. Kegagalan pada pasien

Pasien poli jantung merupakan pasien dengan karakter usia , dan

keadaan penyakit yang membutuhkan perhatian lebih dari tenaga medis

dan dukukungan keluarga, sehingga apabila tanpa pendamping pasien sulit

untuk ikut berperan aktif dalam pengobatan. Ketidaktahuan pasien

mengenai riwayat alerginya sendiri dapat membuat missing information

yang dapat membuat kegagalan pengobatan.

6. Kegagalan lembar Resep

Lembar resep yang digunakan di IRJ RSUP fatmawati telah

mengikuti standar JCI. Kolom untuk riwayat alergi terlalu kecil, sehingga

dokter tidak leluasa untuk menulis kolom riwayat alergi dan

penyalahgunaan kolom riwayat alergi dengan beralih fungsi untuk menulis

tanggal resep dan no resep.

5.2.5.2 Diagram Ischikawa Untuk kegagalan Membaca Rute Sediaan

Berdasarkan hasil penelitian selain kegagalan membaca riwayat alergi ,

kegagalan membaca rute sediaan juga memndapatkan nilai RPN yang teringgi

yaitu dengan angka 120 dengan nilai SEV 6, OCC 5, dan DET 4. Kegagalan

membaca rute sediaan dianggap memiliki potensi resiko yang besar terhadap

kegagalan pengobatan karena dapat menyebabkan KPC (Kejadian Potensial

Cidera) yaitu kondisi yang sangat berpotensi untuk mrnimbulkan cidera tetapi

belum terjadi insiden dan kegagalan dalam membaca riwayat alergi juga dianggap

dapat mennyebabkan sentinel yaitu suatu KTD (Kejadian yang Tidak

Diharapakan) yang dapat mengakibatkan kematian. Laporan mengenai KTD yang

diakibatkan oleh kegagalan membaca rute sediaan Studi yang dilakukan Bagian

Farmakologi Universitas Gajah Mada antara 2001- 2003 menunjukkan bahwa

medication error terjadi pada 97 % pasien Intensive Care Unit (ICU) antara lain

dalam bentuk dosis berlebihan atau kurang, frekuensi pemberian keliru dan cara

pemberian yang tidak tepat23

.

Dibawah ini merupakan gambar diagram iscikawa untuk mndeteksi mode

kegagalan akibat tidak tercantumnya rute pemberian obat pada lembar resep

Page 126: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA PENERAPAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38103/1/AYU DIAH... · form pengkajian resep oleh petugas 0.98%, ... yang telah memberikan

UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

106

SDM PASIEN

Kegagalan

membaca Rute

Obat

LEMBAR RESEP

METODE

SARANA DAN

PRASARANA

LINGKUNGAN

Petugas Farmasi

Tulisan dokter tidak

terbaca

Kurangnya

pemahaman tentang

obat

Dokter

1. Karakter yang

tergesa-gesa

Tidak ada mekanisme

komunikasi yang jelas

antar dokter, peetugas

poli dan petugas

farmasi

SOP tidak dijalankan

dengan baik

Karakter pasien

yang terburu-buru

Alat tulis

Kurang nyaman nya

suasan ruang kerja

dokter

Kolom lembar resep

yang tidak jelas

Kolom lembar resep

yang membingungkan

Kolom lemar resep

yang terbatas

Suasana ramai

Gambar 5.2 Diagram Ishikawa untuk kegagalan membaca rute obat

Page 127: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA PENERAPAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38103/1/AYU DIAH... · form pengkajian resep oleh petugas 0.98%, ... yang telah memberikan

UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

107

Pada gambar diatas dapat dilihat bahwa kepala ikan yang merupakan masalah

yang harus diselesaikan yaitu kegagalan membaca rute obat. Masalah yang besar

disusun atau disebabkan oleh tulang-tulang kecil seperti kegagalan metode, sarana

dan prasarana, lingkungan, SDM (Sumber Daya Manusia), Pasien dan Lembar

resep. Tulang-tulang lebih kecil menyusun tulang-tulang yang lebih besar seperti ;

1. Kegagalan Metode

Rute obat yang tidak tertulis dengan jelas atau tidak tercantum

harus dikomunikasikan petugas farmasi kepada dokter yang bersangkutan,

untuk melakukan komunikasi ini diperlukan prosedur SOP yang jelas.

2. Kegagalan Sarana dan Prasarana

Agar rute sediaan dicantumkan atau ditulis dengan jelas , sarana

dan prasarana harus memadai, tersedianya alat tulis dan ruang kerja

dokter dibuat nyaman agar dokter dan pasien nyaman.

3. Lingkungan

Lingkungan IRJ Poli jantung RSUP Fatmawati yang sangat ramai

dengan melayani ratusan hingga ribuan pasien setiap harinya .

4. Kegagalan SDM

Sumberdaya manusia dalam hal ini adalah petugas farmasi dan

dokter praktik. Petugas farmasi bereperan dalam membaca tulisan dokter,

tulisan yang tidak terbaca oleh petugas farmasi dan kurangnya

pengetahuan tentang obat dapat menyebabkan kesalahan pemberian rute

obat. Dokter praktik dengan karakter yang tergesa-gesa juga dapat

menyebabkan rute pemberian obat tidak ditulis.

5. Kegagalan pada pasien

Pasien poli jantung dengan karakter yang tergesa-gesa dan proses

menggambil obat di pelayanan Farmasi IRJ RSUP fatmawati yang cukup

panjang.

6. Kegagalan lembar Resep

Lembar resep yang digunakan di IRJ RSUP fatmawati telah mengikuti

standar JCI. Kolom untuk riwayat alergi terlalu kecil, sehingga dokter tidak

Page 128: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA PENERAPAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38103/1/AYU DIAH... · form pengkajian resep oleh petugas 0.98%, ... yang telah memberikan

UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

108

leluasa untuk menulis kolom rute obat dan penyalah gunaan kolom rute obat

dengan beralih fungsi untuk menulis dosis sediaan, jumlah dan aturan pakai.

Page 129: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA PENERAPAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38103/1/AYU DIAH... · form pengkajian resep oleh petugas 0.98%, ... yang telah memberikan

UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

109

BAB VI

KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil pengamatan, pengolahan data dan analisa, dapat diambil

kesimpulan sebagai berikut:

a. Penyebab Medication error tahap prescribing pada resep poli jantung

di IRJ RSUP Fatmawati yaitu dengan perolehan Risk Priority

Numbertertinggiadalah kegagalan membaca riwayat alergi dan

kegagalan membaca rute sediaan.

b. Faktor-faktor yang mempengaruhi medication error tahap prescribing

pada resep poli jantung di IRJ RSUP Fatmawatiyaitu SDM, Metode,

Pasien, Lembar resep, Sarana prasarana, dan Lingkungan.

c. Dampak yang timbul dari Medication error tahap prescribing pada

resep poli jantung di IRJ RSUP Fatmawati dengan nilai Risk Priority

Number Tertinggi adalah :

- Untuk kegagalan resep yang tidak ditulis riwayat alergi pasien;

pasien mendapatkan obat yang dapat menyebabkan alergi atau

tidak sesuai dengan kondisi pasien.

- untuk kegagalan resep yang tidak ditulis rute sediaan;

Absorbsi obat kedalam darah terganggu, pengobatan pasien tidak

maksimal, dapat mengganggu keberhasilan terapi, dan

menyebabkan toksisitas pada pasien.

6.2 Saran

1. Kepada dokter, Farmasi dan petugas administrasi diharapkan untuk lebih

memperhatikan hal-hal yang berpotensi menimbulkan medication

errorkhususnya dalam kelengkapan tahapan penulisan resep.

2. Kepada Peneniti selanjutnya agar dilakukan penelitian lebih lanjut

mengenai nilai RPN setelah dilakukan perbaikan mode dalam penulisan

resep.

Page 130: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA PENERAPAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38103/1/AYU DIAH... · form pengkajian resep oleh petugas 0.98%, ... yang telah memberikan

UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

110

DAFTAR PUSTAKA

1. Sharon, Cornrow, Comden, Carley MM, Marx D, Young J. Risk Models

to Improve Long-Term Care Medication Safety, ASQ, World Conference

on Quality Improvem

2. Institute for Healtcare Improvement (IHI) Intensive Safety Effort Cuts

Falls, Ulcers, and Drug Errors at Once Disgraced FL Hospital. Clinical

Resource Management. 2000; Oct 1(10):148-51

3. Eri Supriyati dkk. 2011. Redesign Pelayanan Farmasi Dengan Metode

Failure Mode Effect Analysis. Volume 14 no 22 juni hal 68:77 FK UGM

Yogyakarta.

4. Anief.Moh. 2003. Ilmu Meracik Obat teori dan praktik. Yogjakarta.

Gadjah Mada University Press.

5. Piliarta, I Nyoman Gede. 2009. Kajian Kelengkapan Resep Pediatri Rawat

Jalan Yang berpotensi menimbilkan medication error di Rumah sakit

Kabupaten Gianyar. Jurusan Farmasi Fakultas Matematika dan Ilmu

Pengetahuan Alam universitas Udayana.

6. Rahatnawati, Tantri. 2010. Tinjauan Aspek Legalitas Dan Kelengkapan

Resep Di Lima Apotek Kota Surakarta.

http://etd.eprints.ums.ac.id/9433/2/K 100040196.pdf [diakses 29 April

2012]

7. Fajar Hariadi P, Muhammad. “Upaya Menurunkan Jumlah Cacat pada

Mesin Dual D3E Dengan Menggunkan Metode FMEA (Study kasus: PT.

Filtrona Indonesia, Sidoarjo)

8. Jas, A., 2009. Perihal Resep & Dosis serta Latihan Menulis Resep Edisi 2.

Medan: Universitas Sumatera Utara Press

9. Wibowo, A. 2010. Skripsi: Analisis Kelengkapan Resep di Apotek

Wilayah Lamongan Bulan Februari2010. Surabaya

10. Amira, A. 2011. Skripsi: Penulisan Resep Askes di Apotek RSUP Haji

Adam Malik Periode Mei 2011. Medan

11. Syamsuni, H.A. 2006. Ilmu Resep. Jakarta: Buku Kedokteran EGC

Page 131: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA PENERAPAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38103/1/AYU DIAH... · form pengkajian resep oleh petugas 0.98%, ... yang telah memberikan

UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

111

12. Dhilton, B.S. 1992. System Relibiability, Maintainability and

Management. Departement of Mechanical Engineering University Of

Ottawa.

13. Amira, A. 2011. Skripsi: Penulisan Resep Askes di Apotek RSUP Haji

Adam Malik Periode Mei 2011. Medan

14. Lestari, A. 2010. Skripsi: Hubungan Karakteristik dengan Pengetahuan

Ibu Hamil tentang Preeklampsia di RSUD Kota Semarang Tahun 2010.

Semarang

15. Lia, Amalia. 2007. Farmasi Rumah Sakit Teori dan Penerapan. Jakarta:

Buku Kedokteran EGC

16. Cahyono, J.B.S.B, 2008. Membangun Budaya Keselamatan Pasien dalam

Praktik Kedokteran. Yogyakarta: Kanisius

17. Peraturan Mentri Kesehatan Republik Indonesia No 35 Tahun 2014

18. Peraturan Mentri Kesehatan Republik Indonesia No 1691 tahun 2011

19. Panduan Nasioanal Keselamatan Pasien Rumah sakit, 2006Departemen

Kesehatan RI

20. Febri, Kustiyaningsih . 2011. Skripsi: Penentuan Prioritas Penanganan

Kecelakaan kerja di PT GE Lightning Indonesia dengan metode Failure

Mode and Effect Analysis (FMEA). Surakarta

21. Campbell SM, Brasbenning I, Hutchinson A, Marshall M. Research

Methods Used in developing and applaying quality in indicators in

primary care, qual. Saf. Health care. 2002;11:358-64

22. Cahyanur, Rahmat dkk. Syndrom Hipersensitifitas Obat. J Indon Med

Assoc, Volum: 61, Nomor: 4, April 2011

23. Bayang, Andi Thenry dkk. 2013. Skripsi :Faktor Penyebab Medication

Error di RSUP Anwar Makkatutu Kabupaten Banteng. Makasar.

24. Undang-undang No 44 tahun 2009

25. Islamee, Ayu Ummu.2008. Skripsi : Faktor-faktor risiko penyakit jantung.

FKM Universitas Indonesia; Jakarta

26. Bahri, Anwar johan.2004.Skripsi Penyakit Jantung. Universutas Sumatra

Utara

Page 132: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA PENERAPAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38103/1/AYU DIAH... · form pengkajian resep oleh petugas 0.98%, ... yang telah memberikan

UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

112

27. Poppy S. Roebiono. Bagian Kardiologi dan Kedokteran Vaskuler FKUI

Pusat Jantung Nasional Harapan Kita, Jakarta

28. Departemen Farmakologi dan Terapi FK UI. 2007. Farmakologi dan

terapi edisi 5 . Jakarta; FK UI Press

Page 133: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA PENERAPAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38103/1/AYU DIAH... · form pengkajian resep oleh petugas 0.98%, ... yang telah memberikan

UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

113

Lampiran.1 Lembar Kerja Pengamatan

Tanggal :

Nama dokter :

No Parameter Penilaian Terjadi /

Tidak terjadi

1 Tidak ada no rekam medis

2 Tidak ada nama pasien

3 Tidak ada tanggal lahir pasien

4 Tidak ada jenis kelamin pasien

5 Tidak ada tinggi badan pasien

6 Tidak ada berat badan pasien

7 Tidak ada riwayat alergi pasien

8 Tidak ada tanggal resep

9 Tidak ada nama dokter

10 Tidak ada NIP dokter

11 Tidak ada status dokter

12 Tidak ada nama obat

13 Tidak ada dosis sediaan

14 Tidak ada jumlah

15 Tidak ada rute

16 Tidak ada aturan pakai

17 Tidak ada paraf dokter

18 Tidak terisi pengkajian dan klarifikasi

petugas

19 Tidak terisi kolom penyiapan oleh petugas

20 Tidak terisi kolom dispensing oleh petugas

21 Tidak terisi kolom penyerahan dan

informasi oleh petugas

22 Tidak terisi form pengkajian resep oleh

Page 134: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA PENERAPAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38103/1/AYU DIAH... · form pengkajian resep oleh petugas 0.98%, ... yang telah memberikan

UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

114

petugas

23 Tidak terisi klarifikasi dan informasi oleh

petugas

Page 135: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA PENERAPAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38103/1/AYU DIAH... · form pengkajian resep oleh petugas 0.98%, ... yang telah memberikan

UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

115

Lampiran.2 Tabel FMEA untuk penyebab dan efek kegagalan pada resep yang tidak lengkap di IRJ poli jantung RSUP

Fatmawati3

Proses (Langkah) Failure Mode Cause Effect Failure Risk Grading Frekuensi

Kejadian

Kemungkinan

Deteksi

Rencana Tindak

Lanjut

Data Pasien

No Rekam

Medis

(RM)

Kegagalan dalam

membaca No RM

pasien

Penulisan No RM tidak

jelas

Tertukar data pasien,

sulitnya penelusuran

riwayat medis pasien

Nama

Pasien

Kegagalan dalam

membaca nama

pasien

Penulisan nama pasien

tidak jelas, nama ditulis

menggunakan

singkatan.

Tertukarnya obat

pasien

Tanggal

Lahir

Kegagalan dalam

membaca tanggal

lahir pasien

Tanggal lahir tidak

dicantumkan, tanggal

lahir tidak ditulis

dengan jelas.

Berpengaruh dalam

perencanaan dosis

obat pasien.

Jenis

Kelamin

(JK)

Kegagalan dalam

membaca Jenis

kelamin pasien

Jenis Kelamin pasien

tidak dicantumkan.

Berpengaruh dalam

penentuan dosis obat

pasien

Tinggi

Badan

(TB)

Kegagalan dalam

membaca TB pasien

TB pasien tidak di

cantumkan.

Berepengaruh dalam

perhitungan dosis

Page 136: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA PENERAPAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38103/1/AYU DIAH... · form pengkajian resep oleh petugas 0.98%, ... yang telah memberikan

UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

116

pasien

Berat

Badan

(BB)

Kegagalan dalam

membaca BB Pasien

BB pasien tidak tidak

dicantumkan.

Berpengaruh dalam

perhitungan dosis

pasien

Riwayat

Alergi

Kegagalan dalam

Membaca Riwayat

Alergi pasien

Riwayat alergi pasien

tidak di cantumkan.

Kurang telitinya

petugas.

Pasien mendapatkan

obat yang dapat

menyebabkan alergi

atau tidak sesuai

dengan kondisi

pasien.

Data Penulis

Resep

Tanggal

Resep

Kegagalan dalam

membaca tanggal

resep

Kurang telitinya

petugas, tidak

tercantum tanggal resep

Pengimputan data

pasien bermasalah,

hilangnya data

catatan pengobatan

pasien.

Nama

Dokter

Kegagalan dalam

membaca nama

dokter

Penulisan nama dokter

tidak jelas, nama dokter

ditulis menggunakan

singkatan.

Keamanan pasien

tidak terjamin,

kenyamanan pasien

terganggu.

Nomer

Izin

Praktek

(NIP)

Kegagalan dalam

membaca NIP doketr

NIP dokter tidak

dicantumkan , kurang

telitinya petugas

Keamanan pasien

tidak terjamin

Page 137: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA PENERAPAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38103/1/AYU DIAH... · form pengkajian resep oleh petugas 0.98%, ... yang telah memberikan

UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

117

Status

Dokter

Kegagalan dalam

membaca status

dokter

Status dokter tidak

dicantumkan.

Status dokter tidak

dapat ditentukan.

Data Perbekalan

Farmasi

Nama

Perbekalan

Farmasi

(Nama

Obat)

Kegagalan membaca

nama obat

Obat-obatan LASA,

nama obat tidak tertulis

dengan jelas, petugas

kurang berkompetensi.

Resep tidak dapat

dilayani dengan baik,

obat salah diberikan

Dosis

Sediaan

Kegagalan membaca

dosis sediaan.

Petugas yang kurang

berpengalaman atau

kurang berkompetensi

Kesalahan

penggunaan dosis,

terapi tidak sempurna

Jumlah Kegagalan membaca

jumlah sediaan yang

diresepkan

Petugas kurang teliti ,

petugas lupa.

Kesalahan pemberian

jumlah obat,

kegagalan terapi

Rute Kegagalan membaca

rute sesuai yang di

esepkan

Tidak dicantumkan rute

penggunaan obat,

Kegagalan dalam

penyembuhan,

penyembuhan tidak

berhasil

Aturan

Pakai

Kegagalan membaca

aturan pakai yang

ditulis pada resep.

Kurang telitinya

petugas, petugas buru-

buru karena banyaknya

pasien.

Tidak maksimalnya

terapi, kemungkinan

bisa over dosis atau

dosis kurang

Paraf Tidak ada paraf Paraf tidak Resep tidak valid

Page 138: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA PENERAPAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38103/1/AYU DIAH... · form pengkajian resep oleh petugas 0.98%, ... yang telah memberikan

UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

118

dicantumkan

Tahapan Pelayanan

Resep

Pengkajian

dan

klasifikasi

Kegagalan

mendeteksi kesalahan

penulisan resep

Kurang telitinya

petugas, petugas di

apotek buru-buru.

Kesalahan resep tidak

terdeteksi, konfirmasi

kepada dokter bila

terjadi kesalahan

tidak terjadi.

Penyiapan Kegagalan dalam

menyiapkan

permintaan resep

Petugas salah

mengartikan resep,

petugas kurang

berpengalaman , letak

obat yang berdekatan,

tidak ada penanda

nama obat yang mirip

Kegagalan terapi,

penyembuhan yang

tidak berhasil, adanya

efek samping

Dispensing Keggalan dalam

mencocokkan obat

dan etiket

Ruangan di apotek

terlalu gelap. Tulisan

terlalu kecil, petugas

kurang teliti

Dapat terjadi salah

pasien dan

tertukarnya obat

Penyeraha

n dan

informasi

Kegagalan dalam

penyerahan resep,

kegagalan dalam

memberikan obat

Kelalaian petugas,

informasi tidak

diberikan karena

petugas kelelahan,

beban kerja yang

Kegagalan dalam

rencana terapi

pengobatan pasien

Page 139: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA PENERAPAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38103/1/AYU DIAH... · form pengkajian resep oleh petugas 0.98%, ... yang telah memberikan

UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

119

terlalu tinggi

Form Pengkajian

Resep

Kegagalan dalam

mengisi form

Tidak teliti nya petugas Resep tidak lengkap

Klasifikasi dan

informasi

Kegagalan dalam

mengisi

Tidak telitinya petugas Resep tidak lengkap

Page 140: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA PENERAPAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38103/1/AYU DIAH... · form pengkajian resep oleh petugas 0.98%, ... yang telah memberikan

UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

120

Lampiran.3 Tabel FMEA untuk menetapkan kemungkinan tingkat keparahan dan efek kegagalan resep tidak lengkap di IRJ poli

jantung RSUP Fatmawati

Tahapan Proses Kegagalan Jumlah

kejadian (n) OCC/

Occuring/

Frekuensi

SEV/

Severity/

tingkatan

keparahan

DET/

Detection/ RPN

(Risk

Priority

Number)

P

Priority

1. No Rekam

Medis

Kegagalan dalam membaca No RM

pasien

2. Nama

Pasien

Kegagalan dalam membaca nama

pasien

3. Tanggal

Lahir

Kegagalan dalam membaca tanggal

lahir pasien

4. Jenis

Kelamin

Kegagalan dalam membaca Jenis

kelamin pasien

5. Tinggi

badan

Kegagalan dalam membaca TB pasien

6. Berat

Badan

Kegagalan dalam membaca BB Pasien

7. Riwayat

Alergi

Kegagalan dalam Membaca Riwayat

Alergi pasien

8. Tanggal

Resep

Kegagalan dalam membaca tanggal

resep

9. Nama Kegagalan dalam membaca nama

Page 141: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA PENERAPAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38103/1/AYU DIAH... · form pengkajian resep oleh petugas 0.98%, ... yang telah memberikan

UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

121

Dokter dokter

10. NIP Dokter Kegagalan dalam membaca NIP doketr

11. Status

Dokter

Kegagalan dalam membaca status

dokter

12. Nama Obat Kegagalan membaca nama obat

13. Dosis

Sediaan

Kegagalan membaca dosis sediaan.

14. Jumlah Kegagalan membaca jumlah sediaan

yang diresepkan

15. Rute Kegagalan membaca rute sesuai yang di

esepkan

16. Aturan

Pakai

Kegagalan membaca aturan pakai yang

ditulis pada resep.

17. Paraf Tidak ada paraf

18. Pengkajian

dan

klarifikasi

Kegagalan mendeteksi kesalahan

penulisan resep

19. Penyiapan Kegagalan dalam menyiapkan

permintaan resep

20. Dispensing Keggalan dalam mencocokkan obat dan

etiket

21. Penyerahan

dan

informasi

Kegagalan dalam penyerahan resep,

kegagalan dalam memberikan obat

22. Form

Pengkajian

Kegagalan dalam mengisi form

Page 142: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA PENERAPAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38103/1/AYU DIAH... · form pengkajian resep oleh petugas 0.98%, ... yang telah memberikan

UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

122

resep

23. Klarifikasi

dan

informasi

Kegagalan dalam mengisi form

Page 143: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA PENERAPAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38103/1/AYU DIAH... · form pengkajian resep oleh petugas 0.98%, ... yang telah memberikan

UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

123

Lampiran.4 Contoh Resep

Page 144: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA PENERAPAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38103/1/AYU DIAH... · form pengkajian resep oleh petugas 0.98%, ... yang telah memberikan

UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

124

Lampiran.5 Alur Penelitian

Page 145: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA PENERAPAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38103/1/AYU DIAH... · form pengkajian resep oleh petugas 0.98%, ... yang telah memberikan

UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

125

Lampiran.6 Surat Izin Penelitian

Page 146: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA PENERAPAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38103/1/AYU DIAH... · form pengkajian resep oleh petugas 0.98%, ... yang telah memberikan

UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

126