06.31.0001 Yasinta Diah Ayu Meistikasari

58
i KEWAJIBAN MEMILIKI NOMOR POKOK WAJIB PAJAK DAN MASALAH SEPUTAR PELAPORAN SURAT PEMBERITAHUAN WAJIB PAJAK ORANG PRIBADI (Studi Kasus di Fakultas Ekonomi Unika Soegijapranata Semarang) Laporan Praktek Kerja Lapangan Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Ahli Madya pada Program Studi Diploma III Perpajakan Fakultas Ekonomi Universitas Katolik Soegijapranata Semarang Disusun oleh: Yasinta Diah Ayu Meistikasari 06.31.0001 PROGRAM STUDI DIPLOMA III PERPAJAKAN FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS KATOLIK SOEGIJAPRANATA SEMARANG 2009

description

fvcbvbvnnbn

Transcript of 06.31.0001 Yasinta Diah Ayu Meistikasari

Page 1: 06.31.0001 Yasinta Diah Ayu Meistikasari

i

KEWAJIBAN MEMILIKI NOMOR POKOK WAJIB PAJAK DAN

MASALAH SEPUTAR PELAPORAN SURAT PEMBERITAHUAN WAJIB

PAJAK ORANG PRIBADI

(Studi Kasus di Fakultas Ekonomi Unika Soegijapranata Semarang)

Laporan Praktek Kerja Lapangan

Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Ahli Madya

pada Program Studi Diploma III Perpajakan Fakultas Ekonomi

Universitas Katolik Soegijapranata Semarang

Disusun oleh:

Yasinta Diah Ayu Meistikasari

06.31.0001

PROGRAM STUDI DIPLOMA III PERPAJAKAN

FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS KATOLIK SOEGIJAPRANATA

SEMARANG

2009

Page 2: 06.31.0001 Yasinta Diah Ayu Meistikasari

ii

HALAMAN PERSETUJUAN LAPORAN PRAKTEK KERJA LAPANGAN

Nama : Yasinta Diah Ayu Meistikasari

N.I.M : 06.31.0001

Fakultas : Ekonomi

Jurusan : D3 Perpajakan

Judul : Kewajiban Memiliki Nomor Pokok Wajib Pajak dan Masalah

Seputar Pelaporan Surat Pemberitahuan Wajib Pajak Orang

Pribadi (Studi Kasus di Fakultas Ekonomi Unika

Soegijapranata Semarang)

Disetujui di Semarang, Juli 2009

Dosen Pembimbing

Agnes Arie Mientarry C, SE., Akt

Page 3: 06.31.0001 Yasinta Diah Ayu Meistikasari

iii

HALAMAN PENGESAHAN

Laporan Praktek Kerja Lapangan dengan judul: Kewajiban Memiliki Nomor

Pokok Wajib Pajak dan Masalah Seputar Pelaporan Surat Pemberitahuan

Wajib Pajak Orang Pribadi (Studi Kasus di Fakultas Ekonomi Unika

Soegijapranata Semarang).

Yang dipersiapkan dan disusun oleh :

Nama : Yasinta Diah Ayu Meistikasari

NIM : 06.31.0001

Telah dipertahankan di depan penguji pada tanggal 13 Juli 2009

Dan dinyatakan telah memenuhi syarat untuk diterima sebagai salah satu

persyaratan untuk mencapai Ahli Madya Perpajakan.

Pembimbing, Koordinator Penguji,

Agnes Arie Mientarry C, SE., Akt Rini Hastuti, SE., Msi., Akt

Dekan Fakultas Ekonomi,

Dr. Andreas Lako

Page 4: 06.31.0001 Yasinta Diah Ayu Meistikasari

iv

MOTTO DAN PERSEMBAHAN

A SHIP in the harbour is safe…

But That’s not the REASON why THE SHIP is Made…

(John C. Maxwell)

If you try to sit on Two chairs, you will fall between..

For life.. you must choose One chair..

(Pavarotti)

Kupersembahkan sebuah karya kecil ini untuk Ibu dan bapak,

mbak, dan adik-adikku yang selama ini telah memberikan

yang terbaik untukku…

Page 5: 06.31.0001 Yasinta Diah Ayu Meistikasari

v

PERNYATAAN KEASLIAN LAPORAN PRAKTEK KERJA LAPANGAN

Saya yang bertanda tangan di bawah ini :

Nama : Yasinta Diah Ayu Meistikasari

NIM : 06.31.0001

Fakultas : Ekonomi

Program Studi : D-3 Perpajakan

Menyatakan bahwa laporan Praktek Kerja Lapangan ini adalah hasil karya sendiri.

Apabila di kemudiana hari ditemukan adanya bukti plagiasi, manipulasi dan atau

bentuk-bentuk kecurangan yang lain, saya bersedia untuk menerima sanksi dalam

bentuk apapun dari Fakultas Ekonomi Universitas Katolik Soegijapranata.

Semarang, Juli 2009

Yasinta Diah Ayu Meistikasari

Page 6: 06.31.0001 Yasinta Diah Ayu Meistikasari

vi

ABSTRAKSI

Penerimaan pajak diandalkan sebagai penopang perekonomian Indonesia. Salah satunya adalah penerimaan dari Pajak Penghasilan Orang Pribadi (PPhOP). Guna meningkatkan penerimaan pajak, orang pribadi diwajibkan memiliki Nomor Pokok Wajib Pajak. Kewajiban setelah memiliki NPWP adalah melakukan pelaporan Surat Pemberitahuan. Sehubungan dengan pelaporan SPT, muncullah masalah yang harus diselesaikan dengan solusi yang tepat. Penelitian ini membahas mengenai kewajiban wajib pajak dan hal yang berhubungan dengan pelaporan SPT. Teknik analisis yang digunakan dalam Laporan Praktek Kerja Lapangan ini adalah deskriptif kualitatif.

Page 7: 06.31.0001 Yasinta Diah Ayu Meistikasari

vii

Kata Pengantar

Puji Syukur dan terimakasih penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha

Esa karena dengan rahmat dan berkatNya penulis dapat menyelesaikan Laporan

Praktek Kerja Lapangan ini dengan judul Kewajiban Memiliki Nomor Pokok

Wajib Pajak dan Masalah Seputar Pelaporan Surat Pemberitahuan Wajib

Pajak Orang Pribadi (Studi Kasus di Fakultas Ekonomi Unika

Soegijapranata Semarang).

Laporan Praktek Kerja Lapangan ini disusun untuk memenuhi dan

melengkapi syarat untuk menyelesaikan Program Studi Diploma III Perpajakan

Fakultas Ekonomi Universitas Katolik Soegijapranata Semarang.

Penyusunan Laporan Praktek Kerja Lapangan ini tidak akan selesai

dengan baik tanpa adanya bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis

ingin mengucapkan terimakasih terutama kepada :

1. Bapak Dr. Andreas Lako selaku Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Katolik

Soegijapranata Semarang.

2. Ibu Paulina Rini Hastuti, SE., Msi., Akt selaku Ketua Program Studi Diploma

III Perpajakan Universitas Katolik Soegijapranata Semarang.

3. Ibu Agnes Arie Mientarry C, SE., Akt selaku Dosen Pembimbing yang telah

banyak membantu dan meluangkan waktunya untuk memberikan pengarahan

serta masukan yang berguna bagi penulis dalam menyelesaikan Laporan

Praktek Kerja Lapangan ini.

Page 8: 06.31.0001 Yasinta Diah Ayu Meistikasari

viii

4. Bapak dan Ibu Dosen Diploma III Perpajakan yang dengan sabar telah

memberi bekal ilmu pengetahuan dan bimbingan selama masa perkuliahan.

5. Ibu Serafina Melati Puspita selaku staf administrasi Diploma III Perpajakan

Universitas Katolik Soegijapranata yang banyak membantu dalam kegiatan

perkuliahan dan dalam kelancaran penulisan Laporan Praktek Kerja Lapangan

ini.

6. Seluruh staf administratif dan staf edukatif fakultas ekonomi Universitas

Katolik Soegijapranata Semarang yang telah meluangkan waktu dan

membantu penulis dalam memberikan informasi dan data-data yang sangat

dibutuhkan penulis dalam penulisan Laporan Praktek Kerja Lapangan ini.

7. Ibu & bapak, eyang putri, mbak – mbak, mas, adik – adik, bulik – bulik,

budhe, om, dan keponakan yang telah memberikan dukungan materiil maupun

non materiil selama ini.

8. Masku.. Mas Jt yang telah memberikan doa, kasih sayang dan dukungan

selama ini. Ade sayang mas, for now and ever... Terimakasih untuk

semuanya...

9. Friska Damayanti, thx for being my best friend..makasih bwt semua nasehat

dan solusi – solusi pentingnya..friend forever...

10. Temen- temen angkatan 2006, oci makasih buat pinjeman computer dan

kerjasama selama ini, dita makasih buat semua waktunya, vita, erni, sella,

risma, rizky, kaka, parkir, arie, angga, boro, onky, bayu... makasih buat

pertemanan selama ini. We Are The Best lah pokok’e...

Page 9: 06.31.0001 Yasinta Diah Ayu Meistikasari

ix

11. Anak – anak arsitek 2006, ayu, finta, ponco, sendok, bobi, yudha, agung..

bersama kalian, aku lebih mengerti arti persahabatan...

12. Anak – anak kost oci, kost dita, temen – temen mas Jt.. makasih buat

pembelajaran kehidupan selama ini.

13. Anak – anak pajak angkt ’07 & ’08, makasih buat kerjasama yang baik selama

ini.

14. Semua pihak yang telah membantu dalam menyelesaikan Laporan Praktek

Kerja Lapangan ini.

Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan Laporan Praktek Kerja

Lapangan ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu penyusun mengharapkan

dan akan menerima segala kritikan dan saran yang bersifat membangun.

Semoga Laporan ini dapat bermanfaat bagi penulis pada khususnya dan bagi

pembaca pada umumnya.

Penulis

Yasinta Diah Ayu Meistikasari

Page 10: 06.31.0001 Yasinta Diah Ayu Meistikasari

x

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL…………………………………………………………. i

HALAMAN PERSETUJUAN……………………………………………… ii

HALAMAN PENGESAHAAN……………………………………………… iii

MOTTO DAN PERSEMBAHAN…………………………………………… iv

PERNYATAAN KEASLIAN………………………………………………... v

ABSTRAKSI………………………………………………………………….. vi

KATA PENGANTAR………………………………………………………... vii

DAFTAR ISI………………………………………………………………….. x

DAFTAR TABEL……………………………………………………………. xiii

BAB I PENDAHULUAN…………………………………………………….. 1

1.1 Latar belakang…………………………………………………….. 1

1.2 Perumusan masalah……………………………………………….. 4

1,3 Tujuan penulisan………………………………………………….. 4

1.4 Manfaat penulisan………………………………………………… 5

1.5 Sistematika penulisan……………………………………………... 5

BAB II LANDASAN TEORI………………………………………………... 7

2.1 Teori perpajakan…………………………………………………... 7

2.2 Fumgsi perpajakan……………………………………………… 8

2.3 Jenis – jenis pajak…………………………………………………. 8

2.4 Pajak penghasilan orang pribadi………………………………….. 10

2.4.1 Subjek pajak………………………………………………. 10

Page 11: 06.31.0001 Yasinta Diah Ayu Meistikasari

xi

2.4.2 Objek pajak………………………………………………... 11

2.4.3 Pengecualian objek pajak…………………………………. 12

2.5 Pemotongan atau pemungutan pajak penghasilan

yang bersifat final…………………………………………………. 13

2.6 Nomor pokok wajib pajak (NPWP)……………………………… 14

2.6.1 Fungsi NPWP……………………………………………... 14

2.6.2 Pencantuman NPWP……………………………………… 14

2.6.3 Pendaftaran NPWP……………………………………… 15

2.6.4 Format NPWP…………………………………………….. 16

2.7 Surat pemberitahuan (SPT)……………………………………….. 16

2.7.1 Pengertian SPT……………………………………………. 16

2.7.2 Fungsi SPT bagi wajib pajak pajak penghasilan………….. 16

2.7.3 Jenis SPT………………………………………………….. 17

BAB III GAMBARAN UMUM OBJEK PENELITIAN…………………... 18

3.1 Sejarah singkat……………………………………………………. 18

3.2 Visi fakultas ekonomi…………………………………………….. 19

3.3 Misi fakultas ekonomi…………………………………………….. 19

3.4 Data personalia……………………………………………………. 20

3.5 Metode penelitian…………………………………………………. 23

3.5.1 Jenis data …………………………………………………. 23

3.5.2 Metode pengumpulan data……………………………… 24

3.5.3 Metode analisis data………………………………………. 25

Page 12: 06.31.0001 Yasinta Diah Ayu Meistikasari

xii

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN…………………………………….. 26

4.1 Hak dan kewajiban wajib pajak setelah memiliki NPWP………… 26

4.1.1 Hak wajib pajak setelah memiliki NPWP………………… 26

4.1.2 Kewajiban wajib pajak setelah memiliki NPWP…………. 29

4.2 Permasalahan sehubungan dengan pelaporan SPT……………….. 31

4.3 Penyelesaian masalah sehubungan dengan pelaporan SPT………..34

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN……………………………………… 42

5.1 Kesimpulan……………………………………………………… 42

5.2 Saran …………………………………………………………….. 43

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

Page 13: 06.31.0001 Yasinta Diah Ayu Meistikasari

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Indonesia sebagai negara yang sedang berkembang pasti membutuhkan

biaya yang sangat besar bagi perkembangannya. Biaya yang akan digunakan

berasal dari perekonomian bangsa yang seharusnya dikelola dengan baik oleh

pemerintah. Salah satu sektor perekonomian Indonesia yang menimbulkan

kontribusi sangat besar bagi kelangsungan pembangunan dan perkembangan

negara adalah sektor perpajakan.

Penerimaan perpajakan diandalkan sebagai penopang Anggaran

Pendapatan dan Belanja Negara (APBN). Hal ini disebabkan karena

pendapatan dari sektor migas, yang dulu merupakan sektor utama yang

diandalkan, berkurang dan terus menurun. Oleh karena itu, pemerintah akan

terus berupaya memaksimalkan pendapatan negara dari sektor perpajakan ini.

Pajak diartikan sebagai pungutan yang dilakukan oleh suatu Negara

kepada warga negaranya berdasarkan Undang – Undang dimana atas pungutan

tersebut Negara tidak memberikan kontraprestasi langsung kepada si

pembayar pajak tersebut(Hutagoal dkk, 2005). Selama ini pemerintah

sepertinya kurang begitu memperhatikan pelaksanaan perpajakan di Indonesia.

Maka dari itu, pemerintah mulai melakukan sosialisasi pajak, dan demi

meningkatkan penerimaan pajak, pemerintah melakukan peningkatan jumlah

wajib pajak dengan mewajibkan setiap warga negaranya untuk memiliki

Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP).

Page 14: 06.31.0001 Yasinta Diah Ayu Meistikasari

2

Kewajiban untuk memiliki NPWP tersebut, sudah seharusnya

membuat masyarakat sebagai wajib pajak menumbuhkan kesadaran diri

dengan mentaati peraturan yang ada. Untuk mendukung program pemerintah

tersebut, pemerintah mengeluarkan kebijakan yang bernama Sunset Policy.

Sunset Policy adalah fasilitas penghapusan sanksi administrasi berupa bunga

sebagaimana diatur dalam Pasal 37A Undang – Undang Nomor 28 Tahun

2007.

Kebijakan ini memberi kesempatan kepada masyarakat untuk memulai

kewajiban perpajakannya dengan benar. Pada awalnya, Sunset Policy hanya

diberlakukan hingga akhir tahun 2008. Namun dalam perkembangannya,

Sunset Policy diperpanjang hingga akhir Februari 2009. Tujuan dari Sunset

Policy adalah :

• Peningkatan penerimaan pajak

• Peningkatan jumlah wajib pajak

• Peningkatan kepatuhan

Masyarakat yang dapat memanfaatkan kebijakan ini adalah wajib

pajak yang mendaftar sukarela dalam tahun 2008 yang akan menyampaikan

Surat Pemberitahuan Tahunan Pajak Penghasilan Tahun Pajak 2007 dan

sebelumnya dan wajib pajak yang telah terdaftar sebelum 1 Januari 2008 yang

akan membetulkan SPT Tahunan Tahun Pajak 2006 dan sebelumnya.

Sistem self assessment yang dianut Undang – Undang Perpajakan

Indonesia menunjukkan bahwa wajib pajak mempunyai wewenang untuk

menghitung, menyetor, dan melaporkan sendiri pajak terutangnya. Sebagai

Page 15: 06.31.0001 Yasinta Diah Ayu Meistikasari

3

cerminan wajib pajak yang baik, masyarakat Indonesia selama ini telah

melaksanakan kewajiban perpajakannya. Salah satu pajak yang menggunakan

sistem self assessment ini adalah Pajak Penghasilan pasal 21. Pajak

penghasilan pasal 21 ini berkenaan dengan pemotongan pajak atas penghasilan

dalam bentuk apapun yang diterima oleh wajib pajak dalam negeri dan subjek

pajak yang dikenai PPh pasal 21 ini antara lain karyawan dan karyawati.

Konsekuensi dari kewajiban ber-NPWP yaitu wajib pajak harus

melaporkan SPT sebagai bukti bahwa telah membayar pajak penghasilannya.

Namun dalam kenyataannya, wajib pajak banyak mengalami kendala dan

kesulitan dalam pengisian maupun pelaporan SPT. Seperti halnya dengan staff

administratif dan staff edukatif di Fakultas Ekonomi Universitas Katolik

Soegijapranata Semarang, mereka mengalami kesulitan dalam penyampaian

SPT.

Staff administratif dan staff edukatif tidak melakukan pelaporan SPT

sebelum mereka memiliki NPWP. Setelah ber-NPWP, mereka harus lapor

SPT dan mengalami kesulitan dalam mengisi SPT, sehinga muncul masalah

yang berkaitan dengan pengisian SPT tersebut. Hal ini disebabkan

pengetahuan wajib pajak mengenai pajak masih kurang, sosialisasi pajak yang

dilakukan Direktorat Jenderal Pajak pada tahun - tahun sebelumnya juga

kurang mengena di berbagai lapisan masyarakat karena selama ini Dirjen

Pajak hanya melakukan sosialisasi kepada masyarakat yang berhubungan

dengan pajak saja.

Page 16: 06.31.0001 Yasinta Diah Ayu Meistikasari

4

Atas dasar tersebut penulis mencoba menelaah dengan melakukan

penelitian yang disusun dalam laporan praktek kerja lapangan yang berjudul

“Kewajiban Memiliki Nomor Pokok Wajib Pajak dan Masalah Seputar

Pelaporan Surat Pemberitahuan Wajib Pajak Orang Pribadi (Studi

Kasus di Fakultas Ekonomi Universitas Katolik Soegijapranata

Semarang)”

1.2 Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang sudah penulis sebutkan di atas,

perumusan masalah yang akan dibahas dalam laporan praktek kerja lapangan

ini adalah :

1. Apa saja hak dan kewajiban wajib pajak setelah memperoleh

NPWP?

2. Masalah – masalah apa saja muncul sehubungan dengan pelaporan

SPT?

3. Bagaimana penyelesaian atau solusi dari masalah yang muncul

seputar pelaporan SPT?

1.3 Tujuan Penulisan

Berdasarkan latar belakang dan perumusan masalah yang telah

diuraikan di atas, tujuan penelitian dalam laporan PKL ini adalah :

1. Untuk mengetahui hak dan kewajiban wajib pajak setelah memiliki

NPWP.

Page 17: 06.31.0001 Yasinta Diah Ayu Meistikasari

5

2. Untuk mengetahui masalah yang muncul sehubungan dengan

pelaporan SPT.

3. Untuk mengetahui penyelesaian atau solusi atas masalah yang

muncul seputar pelaporan SPT.

1.4 Manfaat Penulisan

1. Bagi Instansi

Membantu instansi dalam memberikan informasi kepada karyawan

seputar SPT.

2. Bagi Wajib Pajak

Dapat membantu staff administratif dan staff edukatif FE Unika

Unika Soegijapranata Semarang menyelesaikan masalah yang

dihadapi dalam pelaporan SPT.

3. Bagi Penulis

Menambah pengetahuan bagi penulis mengenai berbagai masalah

yang timbul dalam dunia kerja khususnya di bidang perpajakan.

4. Bagi Pembaca

Sebagai bahan referensi bagi penelitian selanjutnya yang

berhubungan dengan topik bahasan laporan PKL ini.

1.5 Sistematika Penulisan

Sistematika penulisan dalam penelitian ini secara garis besar akan

dibagi menjadi lima bagian, yaitu :

Page 18: 06.31.0001 Yasinta Diah Ayu Meistikasari

6

BAB I : PENDAHULUAN

Pendahuluan berisi latar belakang penelitian, perumusan masalah,

tujuan penulisan, manfaat penulisan, dan sistematika penulisan

dalam penelitian ini.

BAB II : LANDASAN TEORI

Membahas teori – teori yang akan berhubungan dengan penelitian

dan akan digunakan sebagai landasan teori atau pedoman dalam

pembahasan yang akan dikemukakan.

BAB III : GAMBARAN UMUM OBJEK PENELITIAN

Berisi gambaran umum dan sejarah berdirinya Fakultas Ekonomi

Unika Soegijapranata Semarang.

BAB IV : HASIL DAN PEMBAHASAN

Berisi tentang pembahasan masalah.

BAB V : PENUTUP

Berisi kesimpulan dan saran berdasarkan penelitian yang

dilakukan.

Page 19: 06.31.0001 Yasinta Diah Ayu Meistikasari

7

BAB II

LANDASAN TEORI

2.1 Teori Perpajakan

Definisi atau pengertian pajak menurut Prof. Dr. Rochmat

Soemitro dalam Mardiasmo (2003) adalah iuran rakyat kepada kas negara

berdasarkan Undang – Undang (yang dapat dipaksakan) dengan tiada

mendapat jasa timbal (kontraprestasi) yang langsung dapat ditunjukkan

dan yang digunakan untuk membayar pengeluaran umum.

Dari definisi tersebut, dapat disimpulkan bahwa pajak memiliki

unsur – unsur sebagai berikut :

1. Iuran dari rakyat kepada Negara

Yang berhak memungut pajak hanyalah negara. Iuran tersebut berupa

uang (bukan barang).

2. Berdasarkan Undang – Undang

Pajak dipungut berdasarkan atau dengan kekuatan Undang – Undang

serta aturan pelaksanaannya.

3. Tanpa jasa timbal atau kontraprestasi dari negara yang secara langsung

dapat ditunjukkan. Dalam pembayaran pajak, tidak dapat ditunjukkan

adanya kontraprestasi dari pemerintah kepada individu secara

langsung.

4. Digunakan untuk membiayai rumah tangga negara, yaitu pengeluaran

– pengeluaran yang bermanfaat bagi masyarakat luas.

Page 20: 06.31.0001 Yasinta Diah Ayu Meistikasari

8

2.2 Fungsi Pajak

Ada dua fungsi pajak (Mardiasmo, 2003) yaitu :

1. Fungsi Budgetair

Pajak sebagai sumber dana bagi pemerintah untuk membiayai

pengeluaran – pengeluarannya.

Contoh : Pembayaran pajak digunakan dalam APBN dan APBD

pembangunan fasilitas negara.

2. Fungsi Mengatur (regulerend)

Pajak sebagai alat untuk mengatur atau melaksanakan kebijaksanaan

pemerintah dalam bidang sosial dan ekonomi.

Contoh : Pajak yang tinggi dikenakan terhadap barang – barang

mewah untuk mengurangi gaya hidup konsumtif.

2.3 Jenis – jenis pajak

Pajak dapat dikelompokkan menurut golongan, sifat, dan lembaga

pemungutnya (Mardiasmo, 2003) yaitu :

1. Menurut golongannya pajak dibagi menjadi 2, yaitu :

a. Pajak Langsung, yaitu pajak yang harus dipikul sendiri oleh

wajib pajak dan tidak dapat dibebankan atau dilimpahkan

kepada orang lain.

Contoh : Pajak Penghasilan.

b. Pajak Tidak Langsung, yaitu pajak yang pada akhirnya dapat

dibebankan atau dilimpahkan kepada orang lain.

Page 21: 06.31.0001 Yasinta Diah Ayu Meistikasari

9

Contoh : Pajak Pertambahan Nilai.

2. Menurut sifatnya pajak dibagi menjadi 2, yaitu :

a. Pajak Subjektif, yaitu pajak yang berpangkal atau berdasarkan

pada subjeknya, dalam arti memperhatikan keadaan diri wajib

pajak.

Contoh : Pajak Penghasilan.

b. Pajak Objektif, yaitu pajak yang berpangkal pada objeknya,

tanpa memperhatikan keadaan diri wajib pajak.

Contoh : Pajak Pertambahan Nilai dan Pajak Penjualan atas

Barang Mewah.

3. Menurut lembaga pemungutnya pajak dibagi menjadi 2, yaitu :

a. Pajak Pusat, yaitu pajak yang dipungut oleh pemerintah pusat

dan digunakan untuk membiayai rumah tangga negara.

Contoh : Pajak Penghasilan, PPN dan PPnBM.

b. Pajak Daerah, yaitu pajak dipungut oleh Pemerintah Daerah

dan digunakan untuk membiayai rumah tangga daerah.

Pajak daerah terdiri atas :

Pajak Propinsi, contoh : Pajak Kendaraan Bermotor dan

Pajak Kendaraan di Atas Air, Pajak Bahan Bakar

Kendaraan Bermotor.

Pajak Kabupaten/Kota, contoh : Pajak Hotel, Pajak

Restoran, Pajak Hiburan, Pajak Reklame, dan Pajak

Penerangan Jalan.

Page 22: 06.31.0001 Yasinta Diah Ayu Meistikasari

10

2.4 Pajak Penghasilan Orang Pribadi

Pengenaan pajak penghasilan atas wajib pajak berdasarkan

penghasilan yang diperoleh baik di dalam negeri maupun di luar negeri

dalam suatu tahun pajak. Penghasilan orang pribadi dapat dikategorikan

sebagai berikut :

• Orang pribadi memperoleh penghasilan dari usaha atau kegiatan

seperti usaha industri, usaha jasa, usaha perdagangan, usaha lain –

lain seperti perikanan, perkebunan, peternakan, pertambangan.

• Orang pribadi memperoleh penghasilan dari satu pemberi kerja.

• Orang pribadi memperoleh penghasilan dari pekerjaan bebas.

• Pengusaha tertentu : wajib pajak orang pribadi tertentu yang

melakukan kegiatan usaha di bidang perdagangan grosiran dan

atau eceran melalui tempat usaha/gerai (outlet) yang tersebar di

beberapa lokasi yang tidak menerima atau memperoleh

penghasilan lain yang tidak dikenakan pajak bersifat final.

• Orang pribadi memperoleh penghasilan lain – lain seperti : bunga,

deviden, royalti, sewa, penghargaan dan hadiah, keuntungan dari

penjualan/pengalihan harta.

2.4.1 Subjek Pajak

Yang menjadi subjek pajak adalah :

• orang pribadi. Dimana yang dimaksud dengan orang

pribadi ini salah satunya adalah pegawai, yaitu

karyawan dan karyawati. Subjek pajak akan berubah

Page 23: 06.31.0001 Yasinta Diah Ayu Meistikasari

11

menjadi wajib pajak apabila mereka telah menerima

penghasilan yang telah memenuhi kewajiban subjektif

dan objektifnya.

• Warisan yang belum terbagi sebagai satu kesatuan,

menggantikan yang berhak. Yang dimaksud dengan

yang berhak adalah ahli waris. Penunjukan warisan

yang belum terbagi sebagai subjek pajak pengganti

dimaksudkan agar pengenaan pajak atas penghasilan

yang berasal dari warisan tersebut tetap dapat

dilaksanakan.

2.4.2 Objek Pajak

Yang menjadi objek pajak adalah penghasilan.

Pengelompokan penghasilan wajib pajak orang pribadi berdasarkan

aliran tambahan ekonomis dibagi menjadi :

• Penghasilan dari pekerjaan dalam hubungan kerja.

• Penghasilan dari pekerjaan bebas, seperti gaji,

honorarium, penghasilan dari praktek dokter, notaris,

aktuaris, akuntan, pengacara dan sebagainya.

• Penghasilan dari usaha dan kegiatan.

• Penghasilan dari modal, yang berupa harta bergerak

maupun harta tak bergerak, seperti bunga, deviden,

royalti, sewa, keuntungan penjualan harta atau harta

yang tidak dipergunakan untuk usaha, dll.

Page 24: 06.31.0001 Yasinta Diah Ayu Meistikasari

12

• Penghasilan lain – lain, seperti keuntungan pembebasan

utang, penerimaan kembali pembayaran pajak yang

telah dibebankan sebagai biaya, penerimaan dari

piutang yang telah dihapuskan, tambahan kekayaan

neto yang berasal dari penghasilan yang belum

dikenakan pajak.

2.4.3 Pengecualian Objek Pajak

Yang tidak termasuk dalam pengertian penghasilan yang

termasuk objek pajak adalah :

Pembayaran asuransi dari perusahaan asuransi

kesehatan, asuransi kecelakaan, asuransi jiwa, dan

asuransi beasiswa.

Penerimaan dalam bentuk natura dan kenikmatan

kecuali yang diberikan oleh bukan wajib pajak.

Iuran pensiun yang dibayarkan kepada dana pensiun

yang pendiriannya disahkan Menteri Keuangan serta

iuran tujangan hari tua kepada badan penyelenggara

jamsostek yang dibayar oleh pemberi kerja.

Penerimaan dalam bentuk natura dan kenikmatan

lainnya dengan nama apapun yang diberikan oleh

pemerintah.

Kenikmatan berupa pajak yang ditanggung oleh

pemberi kerja.

Page 25: 06.31.0001 Yasinta Diah Ayu Meistikasari

13

Zakat yang diterima oleh pribadi yang berhak dari

badan atau lembaga amil zakat yang disahkan oleh

pemerintah.

2.5 Pemotongan atau Pemungutan Pajak Penghasilan yang Bersifat Final

Ketentuan mengenai pajak penghasilan yang berlaku saat ini

menunjukkan ada beberapa jenis penghasilan (objek pajak) yang

dikenakan pemotongan atau pemungutan pajak yang bersifat final.

Penghasilan yang dikenakan pemotongan atau pemungutan yang bersifat

final, tetap dilaporkan dalam Surat Pemberitahuan (SPT), hanya saja

jumlahnya tidak dijumlahkan dengan penghasilan lainnya. Pajak yang

sudah dipotong tidak diperhitungkan sebagai kredit pajak.

Yang termasuk penghasilan yang dikenakan pajak final antara lain:

• Bunga deposito, tabungan dan diskonto SBI.

• Penjualan saham di bursa efek.

• Hadiah undian.

• Pesangon, tunjangan hari tua dan tebusan pensiun yang dibayar

sekaligus.

• Honorarium atas beban APBD/APBN

• Pengalihan hak atas tanah dan bangunan.

• Sewa atas tanah dan atau bangunan.

• Usaha jasa konstruksi.

Page 26: 06.31.0001 Yasinta Diah Ayu Meistikasari

14

2.6 Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP)

Nomor Pokok Wajib Pajak adalah suatu sarana administrasi

perpajakan yang digunakan sebagai tanda pengenal diri atau identitas

wajib pajak. (Mardiasmo, 2003)

2.6.1 Fungsi NPWP

Fungsi NPWP menurut Djuanda, dkk (2003) antara lain :

Sarana dalam administrasi perpajakan yang dipergunakan

sebagai tanda pengenal diri atau identitas wajib pajak dalam

melaksanakan hak dan kewajiban perpajakannya, oleh

karena itu kepada setiap wajib pajak hanya diberikan satu

NPWP.

Dipergunakan untuk menjaga ketertiban dalam pembayaran

pajak dan sebagai pengawasan administrasi perpajakan bagi

aparatur pajak.

2.6.2 Pencantuman NPWP

NPWP harus dicantumkan dalam setiap dokumen

perpajakan, antara lain pada :

Formulir yang digunakan wajib pajak.

Surat menyurat dalam hubungan dengan perpajakan.

Dalam hubungan dengan instansi tertentu yang mewajibkan

mengisi NPWP.

Page 27: 06.31.0001 Yasinta Diah Ayu Meistikasari

15

2.6.3 Pendaftaran NPWP

Orang pribadi berdasarkan sistem self assessment wajib

mendaftarkan diri pada kantor Direktorat Jenderal Pajak yang

wilayah kerjanya meliputi tempat tinggal wajib paja dan kemudian

akan diberikan NPWP kepada wajib pajak tersebut. Untuk mengisi

SPT Masa atau SPT Tahunan, wajib pajak harus mendaftarkan diri

untuk memiliki NPWP terlebih dahulu di Kantor Pelayanan Pajak

yang wilayah kerjanya meliputi tempat usaha atau tempat tinggal

wajib pajak orang pribadi untuk memperoleh NPWP.

Kewajiban mendaftarkan diri untuk memperoleh NPWP

dibatasi jangka waktunya, karena hal ini berkaitan dengan saat

pajak terutang dan kewajiban mengenakan pajak terutang. Jangka

waktu pendaftaran NPWP adalah :

Bagi wajib pajak orang pribadi yang menjalankan usaha

atau pekerjaan bebas dan wajib pajak badan, wajib

mendaftarkan diri paling lambat satu bulan setelah usaha

mulai dijalankam.

Wajib pajak orang pribadi yang tidak menjalankan usaha

atau pekerjaan bebas apabila dalam suatu bulan

memperoleh penghasilan yang melebihi Penghasilan Tidak

Kena Pajak setahun, maka wajib mendaftarkan diri paling

lambat pada akhir bulan berikutnya.

Beberapa syarat untuk mendapatkan NPWP adalah :

Page 28: 06.31.0001 Yasinta Diah Ayu Meistikasari

16

• Untuk orang pribadi non-usahawan, melampirkan fotokopi

KTP/Kartu keluarga/SIM/Paspor, fotokopi surat keterangan

tempat bekerja, dan surat kuasa apabila dikuasakan.

• Untuk orang pribadi usahawan, melampirkan fotokopi akte

pendirian, KTP/Kartu Keluarga/SIM, Surat Izin Usaha dan

atau Keterangan Tempat Usaha, Surat Keterangan Domisili,

dan surat kuasa apabila dikuasakan.

2.6.4 Format NPWP

NPWP terdiri dari 15 digit, yaitu 9 digit pertama

merupakan Kode Wajib Pajak dan 6 digit berikutnya merupakan

Kode Administrasi Perpajakan.

Formatnya adalah sbb : XX. XXX. XXX. X. XXX. XXX

2.7 Surat Pemberitahuan (SPT)

2.7.1 Pengertian SPT

Surat Pemberitahuan adalah surat yang oleh wajib pajak

digunakan untuk melaporkan perhitungan dan pembayaran pajak

yang terutang menurut ketentuan peraturan perundang – undangan

perpajakan.

2.7.2 Fungsi SPT bagi Wajib Pajak Pajak Penghasilan

a. Sebagai sarana untuk melaporkan dan

mempertanggungjawabkan perhitungan jumlah pajak yang

sebenarnya terutang.

Page 29: 06.31.0001 Yasinta Diah Ayu Meistikasari

17

b. Untuk melaporkan pembayaran atau pelunasan pajak yang telah

dilaksanakan sendiri dan atau melalui pemotongan atau

pemungutan pajak lain dalam satu Tahun Pajak atau Bagian

Tahun Pajak.

c. Untuk melaporkan pembayaran dari pemotong atau pemungut

tentang pemotongan atau pemungutan pajak orang pribadi atau

badan lain dalam satu Masa pajak, yang ditentukan peraturan

perundang – undangan perpajakan.

2.7.3 Jenis SPT

Secara garis besar SPT dibedakan menjadi dua, yaitu :

a. SPT-Masa, adalah surat yang oleh wajib pajak digunakan untuk

melaporkan perhitungan dan atau pembayaran pajak yang

terutang dalam suatu Masa Pajak atau pada suatu saat.

Dalam SPT-Masa PPh pasal 21, batas waktu penyampaian

paling lambat tanggal 20 bulan berikutnya setelah masa pajak

berakhir.

b. SPT-Tahunan, adalah surat yang oleh wajib pajak digunakan

untuk melaporkan perhitungan dan atau pembayaran pajak

yang terutang dalam suatu Tahun Pajak.

Penyampaian SPT-Tahunan PPh paling lambat tiga bulan

setelah akhir Tahun Pajak (biasanya tanggal 31 Maret tahun

berikutnya)

Page 30: 06.31.0001 Yasinta Diah Ayu Meistikasari

18

BAB III

GAMBARAN UMUM OBJEK PENELITIAN

3.1 Sejarah singkat

Fakultas Ekonomi Universitas Katolik Soegijapranata didirikan

pada bulan Agustus 1982 dengan Surat Keputusan Yayasan Sandjojo

Nomor 175/4S/SK/VII/1981, dan disyahkan dengan Surat Keputusan

Kopertis Wilayah VI No. 659/K/22/Kep/VIII/1982 tanggal 5 Agustus

1982. Pada mulanya fakultas ekonomi hanya mempunyai satu jurusan,

yaitu Jurusan Ekonomi Perusahaan. Pada tahun ajaran 1984/1985 Jurusan

tersebut diubah menjadi Jurusan Manajemen.

Fakultas Ekonomi Jurusan Manajemen memperoleh status terdaftar

dari Menteri Pendidikan dan Kebudayaan berdasar Surat Keputusan No.

0396/KEP/1989 tanggal 22 Mei 1989. Pada tahun 1991 Jurusan

Manajemen memperoleh status diakui dari Menteri Pendidikan dan

Kebudayaan berdasar Surat Keputusan No. 0759/KEP/1990 tertanggal 31

Desember 1990. Status disamakan diperoleh tanggal 3 Februari 1994

dengan Surat Keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan No.

54/DIKTI/KEP/1994.

Tahun ajaran 1992/1993, Fakultas Ekonomi membuka Jurusan

Akuntansi. Jurusan ini memperoleh status Terdaftar dari Menteri

Pendidikan dan Kebudayaan berdasar Surat Keputusan No. 330/KEP/1992

tanggal 11 Agustus 1992 dan memperoleh status diakui tanggal 14

Oktober 1998 dengan Surat Keputusan No. 367/DIKTI/KEP/1998.

Page 31: 06.31.0001 Yasinta Diah Ayu Meistikasari

19

Tahun ajaran 1998/1999, Fakultas Ekonomi membuka sebuah

program studi yaitu Program Studi Perpajakan (D3). Pembukaan program

studi ini berdasar Surat Keputusan Dirjen Dikti No. 241/DIKTI/Kep/1998,

tanggal 14 Juli 1998 dengan status terdaftar.

3.2 Visi Fakultas Ekonomi

Fakultas Ekonomi Unversitas Katolik Soegijapranata merupakan

komunitas akademik yang unggul dalam pendidikan, penelitian, dan

pengabdian di bidang ekonomi dengan dilandasi nilai – nilai kristiani,

cinta kasih, keadilan, dan kejujuran.

3.3 Misi Fakultas Ekonomi

Berdasarkan nilai- nilai kristiani, cinta kasih, keadilan, dan

kejujuran, Fakultas Ekonomi Unika Soegijapranata akan :

• Menyelenggarakan pendidikan yang berkualitas secara akademik

didukung pengembangan kepribadian yang utuh dan potensi

kepemimpinan;

• Melakukan penelitian untuk pengembangan ilmu dan teknologi

yang berkenaan dengan ekonomi demi meningkatkan kesejahteraan

manusia;

• Melakukan pengabdian kepada masyarakat sebagai penerapan ilmu

dan teknologi yang telah dikembangkan demi kesejahteraan

manusia;

Page 32: 06.31.0001 Yasinta Diah Ayu Meistikasari

20

• Memberikan perhatian dan mencari pemecahan terhadap berbagai

masalah sosial budaya masyarakat, khususnya yang berhubungan

dengan bidang ekonomi;

• Mengembangkan jaringan kerja sama dengan berbagai institusi

pendidikan dan penelitian lokal, nasional, dan internasional untuk

meningkatkan kualitas pendidikan, penelitian, dan pengabdian

dibidang ekonomi;

• Memperbaiki dan mengembangkan fakultas secara terus menerus,

sehingga dapat mendukung segala upaya mencapai unggulan.

3.4 Data Personalia

Dari data yang didapat, diketahui bahwa staf edukatif dan staf

administratif di Fakultas Ekonomi Universitas Katolik Soegijapranata

tercatat sebagai berikut:

Data staf edukatif ( Tenaga Pengajar Tetap ):

1. Dra. Sr. Vincentia ADSK

2. Dra. Retno Yustini, MSi

3. Dra. Lucia Hari Patworo, MSi

4. Drs. Y. Sugiharto, MM

5. Drs. Thomas Budi Santoso, EdD

6. Dra. Bernadeta Irmawati, MS

7. Drs. Vincent Didiek Wiet A.,PhD

8. Drs. Sentot Suciarto A., PhD

Page 33: 06.31.0001 Yasinta Diah Ayu Meistikasari

21

9. DR. Rustina Untari, MS

10. Rudy Elyadi, SE., MSi

11. Drs. Leo Gunawan. MSi

12. Drs. R. Bowo Harcahyo, MSi

13. Drs. B. Junianto Wibowo, MSM

14. Drs. Theodorus Sudimin, MS

15. Thomas Indradjaja, SE., MM

16. Ferijani, SE., MS-HRM

17. Veronica Kusdiartini, SE., MSi

18. Enny Trimeiningrum, SE., MSi

19. MY. Dwi Hayu Agustini, SE., MBA

20. Hudi Prawoto, SE., MM, Akt

21. MG. Westri Kekalih, SE., ME

22. Lilien Nuwar Intyas, SE., MSi

23. Posmaria Sitohang S, SE., MSi

24. Andreas Lako, SE., MSi

25. Yosephus Endra Rachmadi, SE., MSi

26. Ben. Karno Budiprasetyo, SE., MM

27. Ch. Yekti Prawihatmi, SE., MSi

28. Ch. Trihardjanti, SE., MSi

29. Oct. Digdo Hartomo, SE., MSi., Akt

30. Haryo Perwito, SE., MA-TRM

31. Ratna Wulandari, SE., MSi

Page 34: 06.31.0001 Yasinta Diah Ayu Meistikasari

22

32. Clara Susilowati, SE., MSi

33. Theresia Dwi Hastuti, SE., MSI., Akt

34. Ricky Dwi Budi Harsono, SE., MSi

35. H. Sri Sulistyanto, SE., MSi

36. Monica Palupi Murniati, SE., MM

37. Stefani Lily Indarto, SE., MM., Akt

38. Dra. Angelina Ika Rahutami, MSi

39. Eva Maria Soekesi, SE., MM

40. Bertha Bekti Retnawati, SE., MSi

41. M. Widyanto, SE., MSi

42. Agnes Advensia, SE., MSi., Akt

43. Yusni Warastuti, SE., MSi

44. Widuri Kurniasari, SE., MSi

45. Wijanto Hadipuro, SE., MT

46. Fredy Koeswoyo, Se., MSi

47. Wisnu Djati Sasmito, SE., MSi

48. Linggar Yekti N, SE., Mcom

49. Rini Hastuti, SE., MSi.,Akt

50. Meniek Srining Prapti, SE

51. E. Lucky Maretha, SE., MSi

52. St. Vena Purnamasari, SE., MSi

53. Sansaloni Butar – Butar, SE., MSi., Akt

54. Bayu Prestyanto, SE., MM

Page 35: 06.31.0001 Yasinta Diah Ayu Meistikasari

23

55. Agnes Arie Mientarry C, SE., Akt

56. Stephana Dyah Ayu R, SE., MSi

57. Ranto P. Sihombing, SE, MSi, Akt

58. S. M. Damar Endah, SE, MSi

Data staf Administrasi:

1. Kepala Tata Usaha : Benedictus Gunarto

2. Administrasi Fakultas : Tri Yulianto

3. Administrasi Jurusan Manajemen : Kris Saptyani Wijayanti

4. Administrasi Jurusan Akuntansi : Jimin

5. Administrasi Progdi Perpajakan : Serafina Melati

6. Pelayanan Nilai : Siska

7. Pelayanan Perkuliahan : MM. Sugiyarti

Dewi Retnowati

8. Bagian Skripsi : FX. Sutomo

9. Jabatan Akademik : Anna Pariyani

10. Rumah Tangga Perkuliahan : Yatiman

11. Rumah Tangga Fakultas : Safriudin

3.5 Metode Penelitian

3.5.1 Jenis Data

Jenis data yang digunakan dalam Laporan Praktek Kerja Lapangan

ini adalah :

Page 36: 06.31.0001 Yasinta Diah Ayu Meistikasari

24

Data primer, merupakan data yang diperoleh langsung dari

sumbernya. Data yang dipakai merupakan hasil wawancara

penulis dengan staf edukatif dan staf administratif FE Unika

Soegijapranata.

Data sekunder, merupakan data yang diperoleh dengan

menggunakan data yang sudah diolah sebagai bahan masukan

dan informasi yang dibutuhkan. Data yang dipakai adalah

daftar karyawan, profil Fakultas Ekonomi Universitas

Soegijapranata, dan SPT Tahunan PPh pasal 21 formulir

1770SS, 1770S, dan 1770.

3.5.2 Metode Pengumpulan Data

Metode yang digunakan dalam penyusunan Laporan Praktek Kerja

Lapangan ini meliputi :

Metode Wawancara

Penulis melakukan tanya jawab dengan staff edukatif dan staff

administratif FE Unika Soegijapranata untuk memperoleh

gambaran mengenai permasalahan yang akan dibahas.

Metode Kepustakaan

Metode ini dilakukan dengan mengumpulkan dan mempelajari

buku – buku pustaka yang berhubungan dengan permasalahan

yang dibahas dalam penelitian.

Page 37: 06.31.0001 Yasinta Diah Ayu Meistikasari

25

3.5.3 Metode Analisis Data

Metode analisis data yang digunakan dalam penyusunan

laporan praktek kerja lapangan ini adalah deskriptif kualitatif, yaitu

metode analisis data dengan cara mengumpulkan dan menganalisis

data berdasarkan teori yang ada dan sesuai dengan kenyataan yang

terjadi di lapangan. Metode ini digunakan untuk menganalisa

permasalahan yang dibahas dalam penelitian ini.

Page 38: 06.31.0001 Yasinta Diah Ayu Meistikasari

26

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hak dan Kewajiban Wajib Pajak Setelah Memiliki NPWP

Setiap orang yang telah memenuhi persyaratan subjektif dan

objektif sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan wajib

mendaftarkan diri pada kantor Direktorat Jenderal Pajak yang wilayah

kerjanya meliputi daerah tempat tinggalnya, dan kepada orang tersebut

akan diberikan NPWP. Wajib pajak yang telah memiliki NPWP akan

merasakan beberapa manfaat setelah memiliki NPWP. Manfaat setelah

memperoleh NPWP tidak hanya berupa hak – hak wajib pajak, tetapi akan

muncul juga kewajiban yang harus dipenuhi oleh wajib pajak.

Wajib pajak di Fakultas Ekonomi Unika Soegijapranata memiliki

NPWP pada tahun 2008 dan NPWP tersebut dibuat secara kolektif.

Berdasarkan pengamatan peneliti, staff edukatif dan staff administratif

sudah sedikit banyak mengetahui apa saja yang menjadi kewajiban wajib

pajak. Namun ada yang tidak mengetahui hak – hak setelah memiliki

NPWP.

4.1.1 Hak Wajib Pajak Setelah Memiliki NPWP

Beberapa hak atau manfaat positif yang bisa diambil setelah

memiliki NPWP adalah :

• Dapat memanfaatkan fasilitas Sunset Policy, yang merupakan

fasilitas pengampunan pajak terbatas. Orang pribadi yang

mendaftarkan diri untuk mendapatkan NPWP di tahun 2008

Page 39: 06.31.0001 Yasinta Diah Ayu Meistikasari

27

diberikan fasilitas pembebasan atas sanksi bunga atas pajak

yang kurang dibayar apabila mereka mau melaporkan dan

membayarkan pajak yang selama ini tidak atau kurang

dibayarkan.

• Penerapan diskriminasi tarif pemotongan Pajak Penghasilan

(PPh). Akan ada pembedaan pengenaan tariff pemotongan PPh

antara orang pribadi yang memiliki NPWP dengan orang

pribadi yang tidak memiliki NPWP. Jika tidak memiliki

NPWP, maka pemotongan PPh-nya akan dilakukan dengan

tariff yang lebih besar 20% dibandingkan jika memiliki NPWP.

Pembedaan ini juga akan diterapkan pada PPh pasal 21 atas

gaji yang dibayarkan oleh pemberi kerja.

• Memudahkan wajib pajak dalam mengajukan kredit. Saat ini

NPWP merupakan salah satu syarat dalam pengajuan kredit,

baik di bank ataupun lembaga pembiayaan lain sampai jumlah

tertentu.

• Memudahkan wajib pajak dalam urusan administrasi saat

pembuatan rekening koran di bank.

• Memudahkan wajib pajak dalam membuat Surat Ijin Usaha

Perdagangan.

• Memudahkan wajib pajak dalam pembayaran pajak final.

Contohnya saat membayar PPN, BPHTB.

Page 40: 06.31.0001 Yasinta Diah Ayu Meistikasari

28

• Memudahkan dalam pelayanan perpajakan dan pengembalian

pajak. Jadi misalnya wajib pajak memiliki kelebihan

pembayaran pajak pada masa pajak sebelumnya, maka akan

dengan mudah dikembalikan karena hanya dengan melihat

NPWPnya saja.

• Memudahkan wajib pajak dalam urusan adminsitrasi

pembuatan pasppor.

• Mendapat pembebasan fiskal untuk warga Negara Indonesia

yang akan ke luar negeri. Hak bebas fiskal ini mulai diterapkan

mulai Januari 2009. Warga negara yang tidak memiliki NPWP

harus membayar biaya fiskal luar negeri sebesar Rp

2.500.000,00 setiap kali berangkat ke luar negeri lewat bandar

udara (naik 150% dari sebelumnya) dan yang lewat jalur laut

tarifnya Rp 1.000.000,00 (naik 100%).

Berikut adalah tata cara bebas fiskal bagi pemegang NPWP :

• Menunjukkan NPWP, tiket serta pasppor kepada

petugas pajak saat berada di loket fiskal.

• Istri dan anak di bawah 21 tahun juga bebas fiskal.

Cukup dengan menyerahkan kartu keluarga kepada

petugas.

• Bila pemegang NPWP tidak ikut pergi, istri/anak harus

membawa fotokopi NPWP kepala keluarga dan

Page 41: 06.31.0001 Yasinta Diah Ayu Meistikasari

29

menyerahkannya kepada petugas bersama dengan

fotokopi kartu keluarga.

• Dari loket, petugas akan memberi pengantar untuk

pemilik NPWP ke petugas imigrasi. Selanjutnya, kita

bisa berangkat ke luar negeri.

4.1.2 Kewajiban Wajib Pajak Setelah Memiliki NPWP

Secara garis besar, kewajiban setelah memiliki NPWP

adalah wajib pajak wajib membayar pajak terutangnya dan wajib

melaporkannya ke Kantor Pelayanan Pajak. Dalam hal ini, staff

edukatif dan staff administratif FE Unika Soegijapranata adalah

karyawan yang sebagian besar menerima penghasilan dari satu

pemberi kerja, maka kewajiban yang harus dilakukan adalah

melaporkan seluruh penghasilan dan potongan pajak yang telah

diberikan oleh pemberi kerja. Pelaporan ini hanya dilakukan satu

kali dalam setahun dengan menggunakan formulir SPT yang

disebut SPT Tahunan orang pribadi.

Wajib pajak sebagai karyawan tidak perlu melaporkan

kewajiban perpajakannya setiap bulan. Pelaporan SPT Tahunan

dilakukan paling lambat pada akhir bulan ketiga setelah

berakhirnya tahun pajak. Jadi bagi staff edukatif dan staff

administratif FE Unika Soegijapranata yang baru memiliki NPWP

di tahun 2008, mereka paling lambat melaporkan SPT Tahunan

pada akhir Maret 2009.

Page 42: 06.31.0001 Yasinta Diah Ayu Meistikasari

30

Berikut merupakan tata cara penyampaian kewajiban

perpajakan bagi karyawan atau pegawai dari satu pemberi kerja :

• Karyawan wajib mengisi dan melaporkan sendiri SPT Tahunan

Pribadi dengan menggunakan Form 1770/1770s/1770ss

disetiap tahunnya, dengan melampirkan Form 1721-A1 dari

pemberi kerja.

• Karyawan mengisi form 1770/1770s/1770ss yang dilampiri

copy 1721-A1 dari pemberi kerja, dan Form 1721-A1(Istri)

bagi suami yang NPWP istrinya menginduk pada NPWP

Suami.

• Karyawan harus melaporkan semua harta dan hutang yang

dimiliki pada SPT dan dapat direkonsiliasi antara pendapatan

dan biaya tahun berjalan serta didukung dengan dokumen-

dokumen yang memadai yang dapat membuktikan kebenaran

pengisian Surat Pemberitahuan Tahunan pada saat diperiksa

oleh KPP.

• Kemudian melaporkan ke KPP dan kemudian mendapat bukti

tanda terima. Wajib Pajak/Karyawan sebaiknya menyimpan

bukti tanda terima + copy SPT & lampiran dengan baik (bukti

pelaporan) apabila diperlukan dikemudian hari. Dan dokumen

yang berhubungan dengan pelaporan SPT tersebut sebaiknya

juga disimpan.

Page 43: 06.31.0001 Yasinta Diah Ayu Meistikasari

31

Kewajiban bagi wajib pajak yang bukan karyawan adalah

juga dengan melaporkan SPT. Bagi perusahaan pemberi kerja

wajib melaporkan SPT masa PPh pasal 21, pasal 23, dan pasal 25.

Kewajiban PPh pasal 22 menyangkut ke instansi tertentu yang

ditunjuk sebagai pemungut PPh Pasal 22 sehingga untuk Wajib

Pajak umum, biasanya tidak memiliki kewajiban ini.

4.2 Permasalahan Sehubungan dengan Pelaporan SPT

Berdasarkan Undang – Undang KUP Nomor 28 tahun 2007, wajib

pajak wajib mengisi SPT dalam suatu tahun pajak yang bersangkutan

dengan benar. Pemahaman terhadap tata cara pengisian SPT pada awalnya

kurang begitu dipahami wajib pajak di FE Unika Soegijapranata. Namun

dengan adanya buku panduan pengisian SPT yang diterima oleh wajib

pajak dari Kantor Pelayanan Pajak (KPP) dan adanya pengisian SPT

bersama di FE Unika Soegijapranata, staff edukatif dan staff administratif

mampu melakukan pengisian SPT walaupun terkadang terdapat kesalahan

dalam pencantuman harta dan nominalnya.

Wajib pajak yang pada tahun sebelumnya tidak pernah melaporkan

SPT, merasa kesulitan dalam pengisian SPT. Hal itu terkait dengan adanya

beberapa masalah yang muncul sehubungan dengan pengisian SPT.

Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan dengan staff edukatif dan

staff administratif masalah – masalah yang muncul tersebut antara lain :

Page 44: 06.31.0001 Yasinta Diah Ayu Meistikasari

32

1. Adanya NPWP ganda. Salah seorang staff edukatif di FE Unika

Soegijapranata memiliki NPWP ganda sehingga merasa kesulitan saat

mengisi NPWP di formulir SPT Tahunan orang pribadi. Hal ini juga

mengakibatkan wajib pajak harus mengisi SPT Tahunan sebanyak dua

kali.

2. Harta dengan nama kepemilikan anak yang masih menjadi

tanggungan wajib pajak. Banyak wajib pajak di FE Unika

Soegijapranata yang mengatasnamakan harta mereka dengan nama

anak karena mereka berpikir bahwa pada nantinya harta tersebut akan

diberikan kepada anak mereka juga. Hal ini menyebabkan

kebingungan dalam melaporkan harta WP ke dalam SPT. Harta yang

dicantumkan dalam SPT misalnya rumah, motor, mobil, tanah, dan

deposito.

3. Adanya warisan belum terbagi. Hal ini juga menjadi salah satu

penyebab kesulitan dalam mengisi SPT. Beberapa staff edukatif dan

staff administratif memperoleh warisan dari orang tuanya, tetapi

warisan tersebut masih milik bersama dengan saudara – saudara yang

lain. Masalah ini akan mengakibatkan kesulitan pencantuman nominal

dalam SPT.

4. Pencantuman harta yang tidak dilaporkan pada tahun

sebelumnya. Masalah ini dialami oleh staff edukatif yang memang

pada tahun – tahun sebelumnya sudah melakukan pelaporan SPT.

Hanya saja ada harta, misalnya rumah, yang pada saat itu belum

Page 45: 06.31.0001 Yasinta Diah Ayu Meistikasari

33

dilaporkan karena belum atas nama sendiri dan masih dalam proses

renovasi. Dampak dari permasalahan ini adalah kemungkinan akan

diperiksanya wajib pajak sehubungan dengan harta tersebut.

5. Pelaporan SPT suami dengan istri pensiunan yang tidak mendapat

bukti potong. Bagaimana pencantuman penghasilan istri sementara

tidak ada bukti potong yang diperoleh istri dari instansi yang berkaitan.

Hal ini menjadi sebuah kesulitan yang dialami salah seorang staff

administratif FE Unika Soegijapranata yang mengakibatkan tidak

dilaporkannya penghasilan istri karena ia menganggap sudah dipotong

pajak dan tidak perlu dilaporkan.

6. Suami dari staff edukatif FE Unika Soegijapranata yang sudah

meninggal tetapi kewajiban perpajakannya belum dilaporkan. Hal

ini menimbulkan kesulitan bagi istri saat melapor SPT Tahunan karena

biasanya pelaporannya menjadi satu dengan SPT suami, sementara

istri tidak paham dengan aturan perpajakan yang ada.

7. Tidak dilaporkannya penghasilan lain ke dalam SPT Tahunan

orang pribadi, misalnya penghasilan dari sewa rumah. Hal ini

mengakibatkan sedikit kerugian bagi negara karena seharusnya

penghasilan sewa dapat menjadi penghasilan yang dikenai pajak. Dan

bisa saja pembayaran dari sewa rumah tersebut belum dipotong pajak,

karena wajib pajak yang menyewakan rumah tidak tahu bahwa

penghasilan tersebut merupakan objek pajak.

Page 46: 06.31.0001 Yasinta Diah Ayu Meistikasari

34

8. Penghasilan dari honorarium yang sudah dipotong pajak tetapi

tidak mendapatkan bukti potong. Banyak dari staff edukatif FE

Unika Soegijapranata yang sering mengajar di tempat lain atau

menjadi pembicara dalam seminar. Mereka menerima penghasilan dari

pekerjaan tersebut dan sudah dipotong pajak. Tetapi tidak

mendapatkan bukti potong, sementara setelah acara atau kegiatan

selesai, mereka tidak berhubungan lagi dengan pihak yang terkait. Hal

ini menyebabkan wajib pajak tidak melaporkan honorarium tersebut ke

dalam SPT Tahunan orang pribadinya.

9. Istri memiliki NPWP sementara suami tidak memiliki NPWP

padahal suami memiliki penghasilan. Hal ini menyebabkan tidak

dilaporkannya penghasilan suami. Dan apabila petugas kantor pajak

mengetahui hal ini, maka tindakan yang akan dilakukan adalah dengan

adanya pemeriksaan.

10. Status 1721 A1/A2 istri dari staff administratif salah hitung. Hal

ini menyebabkan terjadinya lebih bayar ataupun kurang bayar pajak

penghasilan istri.

4.3 Penyelesaian Masalah Sehubungan dengan Pelaporan SPT

Beberapa masalah yang muncul di atas, yang sangat berhubungan

dengan proses pengisian SPT, harus diselesaikan agar tidak menghambat

pelaporan SPT. Penyelesaian yang berhubungan dengan masalah yang

sudah disebutkan di atas antara lain adalah :

Page 47: 06.31.0001 Yasinta Diah Ayu Meistikasari

35

1. Bagi karyawan yang memiliki NPWP ganda. Dalam perpajakan,

seharusnya hanya ada satu NPWP bagi satu nama dengan alamat yang

sama. Jika terdapat dua NPWP, maka untuk memudahkan pengisian

SPT dan pelayanan perpajakan lainnya, salah satu dari NPWP tersebut

harus dihapus. Tata cara penghapusan NPWP tersebut adalah :

• Wajib pajak datang ke KPP dengan membawa surat permohonan

penghapusan NPWP dan kartu NPWP yang akan dihapus.

• Mengisi formulir pendaftaran dan formulir perubahan data wajib

pajak (jika ada).

• Berkas – berkas yang sudah diisi dan dibawa tadi diserahkan

kepada petugas Tempat Pelayanan Terpadu dan kemudian

diperiksa.

• Setelah diperiksa dan dinyatakan lengkap, petugas TPT akan

mencetak Bukti Penerimaan Surat dan Bukti Penghapusan NPWP

yang kemudian diserahkan kepada wajib pajak.

• Proses selesai.

Setelah penghapusan salah satu NPWP, maka wajib pajak akan dengan

mudah mencantumkan NPWP pada formulir SPT Tahunan orang

pribadi.

2. Penyelesaian dari harta dengan nama anak dari wajib pajak adalah

dengan tetap mencantumkannya pada daftar harta formulir SPT.

Walaupun harta tersebut adalah atas nama anak, namun anak yang

dimaksud adalah anak yang masih merupakan tanggungan dari wajib

Page 48: 06.31.0001 Yasinta Diah Ayu Meistikasari

36

pajak. Jadi kewajiban perpajakan anak tersebut masih menjadi satu

dengan orang tuanya. Apabila anak tersebut dirasa sudah cukup

memenuhi persyaratan subjektif dan objektif, maka anak tersebut harus

memiliki NPWP sendiri dan pencantuman harta atas nama anak

tersebut tidak lagi berada di SPT orang tuanya, tetapi berada pada

daftar harta SPT Tahunannya sendiri.

3. Warisan yang belum terbagi adalah merupakan subjek pajak. Jadi

pelaksanaan kewajiban perpajakan terhadap warisan tersebut dapat

tetap dilaksanakan. Bagi wajib pajak, yang menjadi sulit adalah berapa

nominal yang harus dicantumkan. Pencantuman nominal akan lebih

mudah bila wajib pajak telah mengetahui seberapa besar bagian yang

akan dia peroleh. Tetapi bila tidak atau belum diketahui berapa besar

bagiannya, wajib pajak dapat memperkirakan sendiri bagian

warisannya. Hasil perkiraan tersebut, yang sesuai dengan harga pasar

warisan tersebut, akan dicantumkan dalam formulir SPT Tahunan

orang pribadi.

4. Adanya pencantuman harta yang pada tahun sebelumnya tidak

dicantumkan pada dasarnya akan menjadi pertanyaan petugas kantor

pajak. Tetapi memang lebih baik dan sudah seharusnya harta tersebut

dicantumkan ke dalam daftar harta. Dan besar kemungkinan, petugas

pajak akan melakukan pemeriksaan terhadap wajib pajak tersebut.

Karena menurut petugas pajak, bagaimana mungkin muncul harta

dengan nominal yang cukup besar dibandingkan dengan penghasilan

Page 49: 06.31.0001 Yasinta Diah Ayu Meistikasari

37

yang dimiliki wajib pajak. Dan juga akan dipertanyakan mengapa pada

tahun sebelumnya harta tersebut tidak dilaporkan. Bagi wajib pajak,

sebaiknya menyiapkan bukti – bukti yang berkaitan dengan harta

tersebut. Sehingga ketika terjadi pemeriksaan, wajib pajak dapat

memberikan bukti yang sesuai dan dapat dibuktikan juga bahwa wajib

pajak tidak melakukan tindakan korupsi ataupun penggelapan uang.

5. Dalam pelaporan SPT, suami yang istrinya mendapat pensiun,

menggunakan formulir SPT 1770S. Penghasilan istri dicantumkan

dalam SPT suami. Bila istri tidak mendapat bukti potong, sebaiknya

minta kepada instansi yang terkait. Apabila penghasilan dari pensiun

istri tetap dicantumkan namun tidak ada bukti potong, maka oleh

petugas kantor pajak dianggap belum melakukan pembayaran pajak.

Padahal sebenarnya pensiun yang diterima telah dipotong pajak oleh

instansi yang terkait. Maka wajib pajak akan dikenakan pajak dua kali

karena tidak ada bukti potong yang dimaksud.

6. Suami yang sudah meninggal seharusnya dilaporkan ke kantor pajak.

Apabila belum dilaporkan, maka istri terlebih dahulu harus melaporkan

kewajiban perpajakan suami dan dalam SPT Tahunan disertakan surat

keterangan bahwa suami sudah meninggal. Dengan surat keterangan

tersebut, maka istri tidak perlu melaporkan kewajiban perpajakan

suami di tahun berikutnya tetapi istri tetap harus melaporkan

kewajiban perpajakannya. Istri tetap bisa menggunakan NPWP suami

tetapi angka paling belakang dari NPWP diganti menjadi 001. Bila istri

Page 50: 06.31.0001 Yasinta Diah Ayu Meistikasari

38

ingin membuat NPWP baru, maka NPWP suami harus dihapus terlebih

dahulu.

7. Penghasilan lain yang diperoleh wajib pajak, misalnya penghasilan

sewa, pada dasarnya tetap harus dilaporkan dalam SPT Tahunan orang

pribadi. Apabila tidak dilaporkan ke dalam SPT, suatu saat terjadi

pemeriksaan terhadap wajib pajak tersebut maka kemungkinan besar

wajib pajak akan mendapat sanksi. Jadi solusi yang tepat terhadap

permasalahan ini adalah dengan tetap melaporkan penghasilan sewa

yang diperoleh wajib pajak ke dalam SPT Tahunan orang pribadi dan

bila belum dipotong pajak, maka wajib pajak membayar pajak

terhadap penghasilan sewa dengan menyertakan Surat Setoran Pajak

(SSP).

8. Honorarium yang telah dipotong pajak tetapi tidak mendapat bukti

potong pada umumnya tidak dilaporkan oleh wajib pajak. Namun

seharusnya honorarium tersebut tetap dilaporkan ke dalam SPT

Tahunan. Karena tidak ada bukti potong, maka wajib pajak harus

meminta bukti potong kepada pihak yang terkait agar tidak terjadi

pembayaran pajak honorarium dua kali. Perlakuan terhadap

honorarium ini akan sama dengan perlakuan penyelesaian masalah

nomor 5 di atas yaitu terhadap pensiun yang tidak mendapat bukti

potong.

9. Suami yang tidak memiliki NPWP seharusnya membuat NPWP

apabila penghasilannya sudah di atas PTKP. Apabila belum memiliki

Page 51: 06.31.0001 Yasinta Diah Ayu Meistikasari

39

NPWP, pajak terhadap penghasilan suami akan dikenakan 20% lebih

tinggi dari pajak yang seharusnya. Untuk menghindari pengenaan

pembedaan tarif pajak terhadap penghasilan suami, langkah paling

baik yang dapat diambil adalah dengan segera membuat NPWP.

Kecuali telah dijelaskan dengan surat keterangan dari Pemda ataupun

dari kelurahan bahwa suami tidak memiliki penghasilan, maka suami

sepenuhnya akan menjadi tanggungan istri.

10. Kesalahan status istri dalam 1721 A1/A2 menyebabkan kesalahan

besarnya pajak yang dipotong oleh instansi tempat istri bekerja. Bisa

terjadi lebih bayar ataupun kurang bayar. Bila status istri dan

penghitungan benar, maka status pajak terutangnya nihil. Kesalahan

status istri disebabkan karena tidak dibedakannya status istri dalam

kepegawaian dengan status istri dalam perpajakan. Instansi tempat istri

bekerja pasti menyamaratakan status tersebut supaya tidak terjadi dua

kali penghitungan dalam membuat laporan atau slip gaji. Pada

pelaporan SPT Tahunan orang pribadi yang dilakukan oleh suami,

karena NPWP istri sama dengan suami, akan terdapat lampiran bukti

potong atau 1721 A1/A2 milik istri. Atau bisa juga istri melakukan

pelaporan SPT Tahunan orang pribadi sendiri karena memiliki NPWP

sendiri. Jadi sebaiknya instansi tempat istri bekerja harus membedakan

antara status kepegawaian dengan status sebagai wajib pajak. Karena

dalam perpajakan, status yang dipunyai istri yaitu TK/0 (tidak kawin

dengan tidak mempunyai tanggungan), kecuali istri menganggung

Page 52: 06.31.0001 Yasinta Diah Ayu Meistikasari

40

anak dengan alasan suami sudah meninggal atau suami tidak

berpenghasilan.

Tabel dibawah ini menunjukkan rangkuman dari beberapa masalah dan

penyelesaian masalah yang telah diuraikan diatas. Dalam tabel ini juga

menunjukkan dampak yang mungkin timbul jika wajib pajak tidak menyelesaikan

masalah yang mereka hadapi.

Tabel 4.1 Matrix Permasalahan dan Penyelesaian

Masalah Penyelesaian Dampak

Adanya NPWP ganda Salah satu dari NPWP harus dicabut

Jika tidak dicabut, akan menyulitkan WP

melakukan pelaporan SPT Harta dengan nama anak

yang masih menjadi tanggungan

Tetap mencantumkan harta pada SPT WP karena anak masih menjadi tanggungan

Jika tidak dicantumkan ke dalam SPT, akan

menimbulkan kecurigaan petugas pajak dan ada

kemungkinan diperiksa Adanya warisan belum

terbagi warisan belum ternagi tetap

harus dicantumkan ke dalam SPT WP sesuai dengan perkiraan besar

warisan yang akan diperoleh

Menyebabkan kesulitan pencantuman warisan ke

dalam SPT WP

Pencantuman harta yang tidak dilaporkan pada tahun

sebelumnya

Lebih baik harta tersebut dicantumkan ke dalam SPT dan WP menyiapkan bukti – bukti kepemilikan harta

Jika tidak dicantumkan akan menimbulkan

pertanyaan dari petugas pajak dan ada kemungkinan

diperiksa Pelaporan SPT suami

dengan istri pensiunan yang tidak mendapat bukti

potong

Meminta bukti potong ke instansi yang terkait tempat istri memperoleh pensiun

Jika tidak ada bukti potong, kemungkinan akan

dipungut pajak dua kali

Suami dari staff edukatif FE Unika Soegijapranata yang

sudah meninggal tetapi kewajiban perpajakannya

belum dilaporkan.

Melaporkan bahwa suami sudah meninggal dan

menyelesaikan kewajiban perpajakan suami

Jika tidak dilaporkan, suami dianggap masih hidup dan

akan terus melakukan kewajiban perpajakannya

Tidak dilaporkannya penghasilan lain ke dalam

Tetap melaporkan penghasilan lain ke dalam

Jika tidak dilaporkan, ada kemungkinan WP mendapat

Page 53: 06.31.0001 Yasinta Diah Ayu Meistikasari

41

SPT Tahunan orang pribadi SPT dan membayar pajaknya bila belum dibayar

sanksi karena penghasilan lain juga merupakan

tambahan ekonomis nagi WP

Penghasilan dari honorarium yang sudah

dipotong pajak tetapi tidak mendapat bukti potong

Meminta bukti potong ke instansi yang terkait

Jika tidak ada bukti potong, akan dipungut pajak lagi

Istri memiliki NPWP sementara suami tidak

memiliki NPWP padahal suami berpenghasilan

Suami harus membuat NPWP untuk melaksanakan

kewajiban perpajakannya

Jika tidak membuat NPWP, maka suami akan dipotong pajak 20% lebih tinggi dari

seharusnya Status 1721 A1/A2 istri

salah hitung Instansi terkait harus membedakan status

kepegawaian dengan status pajak

Jika tidak dibedakan, maka akan terjadi pajak terutang

yang kurang atau lebih dibayar

Sumber : Data diolah (2009)

Page 54: 06.31.0001 Yasinta Diah Ayu Meistikasari

42

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Kesimpulan yang dapat diambil dari pembahasan permasalahan

dalam Laporan Praktek Kerja Lapangan ini adalah :

1. Setiap wajib pajak pasti memiliki hak dan kewajiban setelah ber –

NPWP. Hak atau keuntungan positif yang dapat diperoleh wajib pajak

terdapat dalam beberapa segi kehidupan. Keuntungan yang pasti dapat

dilihat yaitu wajib pajak yang ber – NPWP dapat memperoleh

pembebasan fiscal luar negeri, dimudahkan dalam segala urusan

administrasi perbankan, dapat memanfaatkan program Sunset Policy

dari Pemerintah, mendapat tariff pajak yang lebih rendah dari wajib

pajak yang tidak ber – NPWP, dan akan mempermudah pelayanan

dalam bidang perpajakan. Sedangkan secara garis besar, kewajiban

wajib pajak yang telah ber – NPWP adalah kewajiban untuk

menghitung dan melaporkan seluruh penghasilan dan kewajiban wajib

pajak (hutang) ke dalam SPT Tahunan orang pribadi.

2. Berbagai masalah muncul sehubungan dengan pelaporan SPT Tahunan

orang pribadi. Munculnya masalah tersebut berkaitan dengan

pengetahuan wajib pajak mengenai perpajakan itu sendiri terutama tata

cara dalam pengisian SPT. Adanya masalah seperti itu dapat sedikit

menghambat pelaporan SPT. Masing – masing permasalahan itu

menimbulkan dampak bagi wajib pajak yaitu kesalahan dalam mengisi

Page 55: 06.31.0001 Yasinta Diah Ayu Meistikasari

43

SPT dan mundurnya pelaporan SPT karena wajib pajak merasa malas

mengisi SPT dengan adanya masalah tersebut. Kurangnya sosialisasi

yang dilakukan Direktorat Jenderal Pajak mengenai perpajakan yang

ada di Indonesia juga menjadi penghambat wajib pajak dalam

melakukan kewajiban perpajakannya.

3. Penyelesaian masalah yang muncul seputar pelaporan SPT saling

berkaitan. Beberapa masalah yang sejenis penyelesaiannya adalah

dengan tetap harus mencantumkan seluruh penghasilan, baik milik istri

maupun suami, ke dalam SPT. Penyelesaian bagi NPWP ganda adalah

dengan menghapus salah satu NPWP. Dengan adanya penyelesaian

tersebut, wajib pajak akan lebih mudah melakukan pelaporan SPT

sehingga waktu pelaporan SPT tidak menjadi mundur.

5.2 Saran

1. Bagi Fakultas Ekonomi

Sebaiknya Fakultas Ekonomi tetap mempertahankan adanya pengisian

SPT bersama dan tetap memberikan fasilitas konsultasi mengenai SPT

bagi karyawannya.

2. Bagi Universitas

Sebaiknya status kepegawaian karyawan dibedakan dengan status

pajak yang berlaku sesuai Undang – Undang. Universitas juga

sebaiknya segera melakukan pemutakhiran data wajib pajak ke KPP

Page 56: 06.31.0001 Yasinta Diah Ayu Meistikasari

44

setempat agar status wajib pajak untuk tahun – tahun berikutnya tidak

mengalami kesalahan.

3. Bagi Wajib Pajak

Sebaiknya staff edukatif dan staff administratif FE Unika

Soegijapranata menambah pengetahuan mereka pada bidang

perpajakan khususnya dalam pelaporan SPT karena mereka akan terus

melakukan pelaporan SPT di tahun – tahun berikutnya. Wajib pajak

juga harus tepat waktu dalam menyampaikan SPT Tahunan orang

pribadi agar tidak dikenai sanksi perpajakan.

4. Bagi Penulis Selanjutnya

Penulis selanjutnya sebaiknya menambah pengetahuan mengenai dunia

perpajakan dan menambah ruang lingkup permasalahan karena dalam

laporan praktek kerja lapangan ini, ruang lingkup permasalahan hanya

di FE Unika Soegijapranata sehingga masalah yang muncul hanya

beberapa. Apabila ruang lingkup permasalahan diperluas, maka

permasalahan yang muncul dan data yang diperoleh akan lebih banyak

dan kompleks. Sehingga dalam penelitian dan penulisan selanjutnya

akan lebih luas pokok bahasannya dan dapat disempurnakan lagi.

5. Bagi Kantor Pelayanan Pajak (KPP)

KPP sebaiknya lebih mendekatkan diri dengan wajib pajak antara lain

dengan cara melakukan sosialisasi mengenai perpajakan yang

dibutuhkan oleh wajib pajak yang bersangkutan.

Page 57: 06.31.0001 Yasinta Diah Ayu Meistikasari

DAFTAR PUSTAKA

Mardiasmo, Perpajakan, Penerbit Andi, Jogjakarta, 2003

Hutagalo, John dkk, Flash PPhoP 2006, Natio Consulting, Jakarta, 2005

Djuanda, Gustian, Dan Irwansyah Lubis, Pelaporan Pajak Penghasilan,

Gramedia, Jakarta, 2001

Djuanda, Gustian Dkk, Pajak Penghasilan Orang Pribadi, Salemba Empat,

Jakarta, 2003

, 2007, Undang – Undang Nomor 28 Tahun 2007 Tentang Ketentuan Umum

Dan Tata Cara Perpajakan

, 2008, Undang – Undang Nomor 36 Tahun 2008 Tentang Pajak Penghasilan

Page 58: 06.31.0001 Yasinta Diah Ayu Meistikasari

LAMPIRAN