Ufr Dua Waktu-pln Ap2b Sulsel
-
Upload
arrester97 -
Category
Documents
-
view
662 -
download
6
Transcript of Ufr Dua Waktu-pln Ap2b Sulsel
- 1 -
UNDER FREKUENSI RELAY (UFR) DUA WAKTU (LWBP DAN WBP)
SEBAGAI ALTERNATIF LAIN SKEMA PELEPASAN BEBAN PADA
SISTEM SULAWESI SELATAN
Riko Ramadhano B,ST ( 7804012 F ) , Anton Junaidi,ST ( 7806003 F )
PT.PLN (Persero) AP2B Sistem Sulsel
Wilayah Sulsel dan Sultra
Jl.Hertasning Blok B , Makassar,Sulawesi Selatan 90222
Telp : (0411) 440066 , Fax : (0411) 440022
Abstrak - Under frequency Relay (UFR)
merupakan relai yang banyak digunakan terutama
untuk keperluan load shedding dalam rangka
menyelamatkan sistem tenaga listrik akibat
kehilangan pembangkit, sehingga mencegah
terjadinya pemadaman meluas. Penerapan UFR
untuk keperluan load shedding saat ini hanya
menggunakan skema satu waktu sehingga relai
tersebut hanya dapat bekerja dengan setting yang
sama dalam satu hari. Padahal untuk tipe kurva
beban di Indonesia, yang beban siang (LWBP)
lebih rendah daripada beban malam (WBP)
diperlukan setting UFR yang berbeda saat dua
kondisi waktu tersebut, agar kinerja load shedding
UFR menjadi lebih baik.
Kata Kunci : Load Shedding, UFR dua waktu ,
WBP dan LWBP
I . PENDAHULUAN
Sebagai upaya mengamankan sistem tenaga
listrik akibat lepasnya generator atau pembangkit,
biasanya gardu induk dilengkapi dengan Under
Frekuensi Relay (UFR) untuk mengamankan
sistem. UFR bekerja melepas beban sesuai dengan
settingnya. Idealnya beban yang dilepas sesuai
dengan besarnya pembangkit yang lepas.
Pada sistem tenaga listrik di Indonesia, khususnya
di luar Jawa Bali, terdapat perbedaan menyolok
pada komposisi pembangkit dan karakteristik
pembangkit yang beroperasi pada siang dan malam
hari, sehingga terdapat perbedaan kekuatan sistem
antara siang dan malam hari. Hal lain yang juga
berpengaruh adalah perbedaan beban siang dan
malam, serta load faktor pada penyulang yang
dilepas pada setiap skema. Kondisi ini
menimbulkan kesulitan dalam penentuan setelan
yang sesuai untuk kondisi yang berbeda ini.
Sebagai akibat dari setting yang kurang sesuai
sering kali dijumpai pelepasan beban yang kurang
atau berlebihan (over shedding) / tidak sesuai
dengan keperluan, sehingga berpotensi
menimbulkan kerugian finansial berupa meluasnya
pemadaman. Meluasnya pemadaman ini tentu akan
menimbulkan pengaruh yang buruk terhadap kWH
salur dan citra pelayanan PLN.
Paper ini hanya akan membahas mengenai
kemungkinan penerapan load shedding UFR dua
waktu yaitu luar waktu beban puncak (LWBP) atau
waktu beban puncak (WBP) pada sistem Sulawesi
Selatan, terutama mengenai kinerja pelepasan
beban agar, bisa mendekati atau bahkan sesuai
dengan skema load shedding.
II . UNJUK KERJA UFR EKSISTING
Skema load shedding UFR eksisting
menggunakan setting yang hanya tepat jika
diterapkan pada suatu kondisi tertentu. Umumnya
setting UFR ditentukan pada saat sistem berada
pada kondisi paling rawan atau dengan indek
kekuatan sistem terendah. Untuk sistem Sulawesi
Selatan, setting UFR dibuat saat kondisi beban
siang hari, yang didapat dengan mensimulasi
lepasnya pembangkit tertentu dan atau dengan
beberapa kombinasi lepasnya pembangkit.
Penerapan setting UFR untuk Sistem Sulsel Saat ini
menggunakan 3 (tiga) tahap dengan desain trip
seketika, dengan total beban yang dilepaskan
sebesar 150 MW, hal ini dapat dilihat pada table 1
berikut :
Tabel 1. Penerapan UFR Sistem Sulsel
Tahap F(Hz) MW
(Lepas beban)
Tahap 1 48,9 30
Tahap 2 48,5 60
Tahap 3 48,3 60
Total 150
Sejak tahun 2005 sampai dengan 2006 terjadi
beberapa kali gangguan pembangkit di sistem
Sulawesi Selatan yang menyebabkan UFR bekerja.
Data kejadian UFR dipisahkan antara beban siang
(LWBP) dan beban malam (WBP). Dari beberapa
rekaman kejadian terlihat besarnya beban yang
dilepaskan tidak sesuai dengan skema yang
diinginkan. Yang paling merugikan adalah
pelepasan yang melebihi atau over shedding.
Kinerja UFR yang terpasang pada sistem Sulsel
sejak tahun 2005 sampai dengan Juni 2006 dapat
dilihat pada tabel berikut.
- 2 -
Table 2. Data kejadia UFR Sistem Sulsel Saat WBP dan LWBP
LWBP
Lepas Kit Lepas Beban Delta Tanggal Jam Pembangkit
MW MW MW Tahap
24-Jan-05 16:07 GE#2 21 13.2 -7.8 Tahap 1
02-Feb-05 2:23 GE#2 25 17.26 -7.74 Tahap 1
03-Mar-05 10:24 GE#2 20 14.83 -5.17 Tahap 1
05-Mar-05 22:01 GE#1 22 18.73 -3.27 Tahap 1
24-Mar-05 23:09 GE#1 22 18.83 -3.17 Tahap 1
07-Mei-06 17:02 GE#1 28 22 -6.00 Tahap 1
09-Mei-05 15:57 Bakaru #1 53.9 46.95 -6.95 Tahap 2
29-Mei-05 11:57 Bakaru #2 62.5 54.94 -7.56 Tahap 2
06-Jul-05 10:51 Bakaru #2 32 25.47 -6.53 Tahap 1
08-Jul-05 9:45 Bakaru #2 40.8 32.55 -8.25 Tahap 1
22-Jan-06 8:06 Bakaru #2 62 53.5 -8.5 Tahap 2
02-Mar-05 16:53 ST#18 25.8 19.58 -6.22 Tahap 1
05-Apr-05 17:03 ST#18 46.04 40.02 -6.02 Tahap 2
02-Jun-05 1:51 ST#18 44.8 37.54 -7.26 Tahap 2
02-Jun-05 23:04 ST#18 49.4 41.15 -8.25 Tahap 2
03-Feb-05 9:21 ST#18 49.5 40.4 -9.1 Tahap 1
Table 3. Data kejadia UFR Sistem Sulsel Saat WBP dan LWBP
WBP
Lepas Kit Lepas Beban Delta Tanggal Jam Pembangkit
MW MW MW
Tahap
05-Mei-05 20:41 GE#2 28 31.438 3.438 Tahap 1
07-Jun-05 18:35 GE#2 25 29.83 4.83 Tahap 1
19-Jun-05 18:46 GE#1 32 47.10 15.1 Tahap 1
11-Jan-06 18:46 GE#1 30 35.90 5.9 Tahap 1
09-Mei-05 20:11 Bakaru#2 16.2 43.67 27.47 Tahap 1
14-Feb-06 18:45 Bakaru#1 126 175.60 49.6 Tahap 3
22-Mar-06 21:41 ST#18 49.4 55.60 6.2 Tahap 2
05-Apr-05 19:42 Suppa#5 9 19.98 10.98 Tahap 1
15-Apr-05 19:05 Suppa#4#5 15 17.14 2.14 Tahap 1
19-Apr-05 20:25 Westcan 6.2 21.67 15.471 Tahap 1
04-Mei-05 20:41 Suppa#6#5 18 23.28 5.28 Tahap 1
26-Jun-05 19:17 Suppa#4 10.2 19.26 9.06 Tahap 1
28-Jun-05 19:18 Suppa#3 10 26.69 16.69 Tahap 1
9 Okt 2005 18:43 Alsthom #2 10 30.16 20.16 Tahap 1
13-Nop-05 20:53 Stama Trip 15 33.28 18.28 Tahap 1
14-Nop-05 19:53 SWD#1 9 26.26 17.26 Tahap 1
3 Des 2005 18:45 Stama Trip 15 22.47 7.47 Tahap 1
- 3 -
Untuk UFR pada siang hari (LWBP) kinerja
UFR pada sistem Sulsel dapat dikatakan masih
sesuai dengan skema yang diinginkan dan tidak
terjadi kelebihan pelepasan beban, dimana jumlah
beban yang dilepaskan hampir mendekati dengan
jumlah pembangkit yang hilang dan frekuensi
sistem menuju 50 Hz. Namun untuk kejadian UFR
pada malam hari (WBP), UFR yang terjadi hampir
seluruhnya mengalami kelebihan pelepasan beban.
Kondisi ini tentunya tidak menguntungkan secara
ekonomis maupun keaman sistem dengan
konsekuensi dapat mengakibatkan load rejection
pada pembangkit, dan rugi kesempatan jual energi
listrik ke konsumen. Maka untuk mengatasi kendala
tersebut Sistem Sulawesi Selatan memerlukan suatu
pola pelepasan beban (load shedding) UFR yang
baru yang dapat mengatasi kendala over shedding,
yaitu dengan skema UFR dua waktu untuk kondisi
LWBP dan WBP.
III . LOAD SHEDDING UFR DUA WAKTU
Kondisi beban di Sulsel mempunyai
karakter perbedaan antara beban siang dengan
malam, hal ini dapat dilihat pada langgam beban
dibawah ini .
100
150
200
250
300
350
400
450
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24
MW
JUM'AT, 17 DESEMBER 2004 SENIN, 28 NOVEMBER 2005
401,71
399,09
Gambar 1.
Langgam beban Sistem Sulawesi Selatan
Berdasarkan kurva langgam beban untuk
sistem Sulawesi Selatan pada tahun 2004 dan 2005,
terdapat perbedaan besar antara beban puncak
siang dengan malam, yaitu sekitar 100 MW,
dengan Load Factor 72.5 %. Dengan kondisi seperti
ini maka akan terjadi perbedaan pelepasan beban
antara siang dan malam bila terjadi gangguan
pembangkit ataupun transmisi yang dapat
mengakibatkan penurunan frekuensi system. Hal ini
dapat mengakibatkan mesin pembangkit load
rejection, oleh karena pelepasan beban yang
berlebihan pada saat pelepasan beban di malam hari
(WBP).
Sistem Sulsel memakai relay UFR dengan
setting 3 tahapan. UFR ini hanya dipasang 1 buah
untuk tiap-tiap GI, untuk tahap 1 (48,9 Hz)
diasumsikan lepasnya PLTG GE dengan daya
mampu 33 MW, tahap 2 (48,5 Hz) diasumsikan
lepasnya PLTA Bakaru 1 unit dengan daya mampu
62,5 MW, dan tahap 3 (48,3 Hz) diasumsikan
lepasnya PLTGU Sengkang dengan daya mampu
135MW. Pada kenyataannya terjadi perbedaan
pelepasan beban antara siang dan malam, dimana
terjadi pelepasan yang berlebih pada saat beban
malam (WBP). Hal ini akan berdampak pada
pelepasan energi berlebih sehingga kesempatan
dalam menjual listrik ke konsumen menurun,
kerugian disisi pelanggan, dan juga dapat terjadi
load rejection pada sisi pembangkit yang dapat
membahayakan keamanan sistem.
Ide penerapan skema UFR dua waktu
untuk sistem Sulsel adalah dengan meminimalkan
selisih jumlah MW beban yang lepas dengan
jumlah MW pembangkit yang hilang saat LWBP
dan WBP. Bila sebelumya feeder yang ditripkan
untuk setiap tahap UFR sama saat LWBP dan
WBP, padahal beban feeder berbeda untuk LWBP
dan WBP, maka dengan skema baru ini feeder yang
akan ditripkan bisa berbeda antara antara LWBP
dan WBP dengan bantuan relai tambahan dan
timer. Sebagai infromasi saat ini sudah ada relai
UFR digital yang dapat bekerja dengan settingan
dua waktu (LWBP dan WBP), yang merupakan
hasil inovasi staf PT.PLN AP2B Sistem Sulsel dan
sudah masuk 5 besar nominator lomba inovasi ke
IX PT.PLN Litbang.
III.1. Load Shedding UFR satu waktu vs UFR
dua waktu Setting UFR untuk sistem Sulsel
menggunakan setting yang berlaku pada saat
LWBP , atau pada saat indek kekuatan sistem
paling lemah. Besar MW yang dilepaskan didapat
dengan mengasumsikan lepasnya salah satu
pembangkit yang besar dikurangi perkalian antara
indek kekuatan sistem (K) dan delta frekensi
nominal setelah load shedding (fss).
P(yg dilepas) = P(kit lepas) – K.fss …..(i)
Dalam pemakaianya UFR akan melepaskan feeder-
feeder untuk melakukan pengurangan beban sesuai
dengan besar pembangkit yang lepas akibat
gangguan. Permasalanya saat ini di Sistem Sulsel
besarnya beban yang dilepas hanya cocok untuk
satu kondisi waktu tertentu yanti LWBP.
Sedangkan WBP tidak, akibatnya terjadi kelebihan
pelepasan beban, hal ini dapat dijelaskan pada
ilustrasi berikut.
Gambar 2. Skema UFR saat LWBP
- 4 -
Gambar 3. Skema UFR saat WBP
Akibat umumnya beban feeder saat LWBP lebih
rendah dibandingkan WBP dan karena tahapan
UFR tidak membedakan feeder yang harus dilepas
saat LWBP dan WBP, maka terjadilah over
shedding beban saat WBP,sehingga beban yang
dilepas lebih besar dari jumlah pembangkit yang
hilang , seperti yang ditunjukkan pada tabel 4.
Tabel 4. Ilustrasi penerapan load shedding
UFR eksisting
Tahapan Feeder Trip Beban (MW)
Feeder 1 10 Tahap 1
(LWBP) Feeder 2 12
Total Tahap 1 LWBP 22
Feeder 1 15 Tahap 1
(WBP) Feeder 2 20
Total Tahap 1 WBP 35
Tahapan Feeder Trip Beban (MW)
Feeder 3 8 Tahap 2
(LWBP) Feeder 4 6
Total Tahap 2 LWBP 14
Feeder 3 12 Tahap2
(WBP) Feeder 4 10
Total Tahap 2 WBP 22
Apabila skema load shedding UFR dua
waktu diterapkan, maka kendala diatas akan dapat
diatasi.
Gambar 4. Skema UFR saat WBP dengan Skema
dua Waktu
karena skema UFR dua waktu akan membedakan
feeder yang akan ditripkan antara siang dan malam,
sehingga jumlah beban yang akan dilepas untuk
tahapan UFR saat LWBP dan WBP dapat kita
tentukan sesuai dengan besarnya pembangkit lepas .
Diharapkan dengan skema ini kejadian over
shedding beban oleh UFR dapat dikurangi terutama
saat WBP.
Tabel 5. Ilustrasi penerapan load shedding dengan
UFR dua waktu
Tahapan Feeder Trip Beban (MW)
Feeder 1 10 Tahap 1
(LWBP) Feeder 2 12
Total Tahap 1 LWBP 22
Feeder3 12 Tahap 1
(WBP) Feeder 4 10
Total Tahap 1 WBP 22
Tahapan Feeder Trip Beban (MW)
Feeder 3 8 Tahap 2
(LWBP) Feeder 4 6
Total Tahap 2 LWBP 14
Tahap2
(WBP)
Feeder 5 14
Total Tahap 2 WBP 14
Berdasarkan gambar 4 dan tabel 5, diketahui
bahwa dengan menerapkan UFR dua waktu maka
besarnya beban yang dilepas untuk LWBP dan
WBP dapat kita atur sesuai dengan kebutuhan
pelepasan beban saat itu. Sehingga diharapakan
tidak terjadi pelepasan yang berlebihan.
IV. MANFAAT YANG AKAN DIPEROLEH
JIKA MENERAPKAN UFR DENGAN SKEMA
DUA WAKTU
IV.1 Manfaat Finansial
Manfaat finansial yang akan diperoleh jika
memakai setting dua waktu untuk WBP dan LWBP
maka akan dapat mengurangi potensi kehilangan
energi terutama pada saat beban puncak (WBP)
akibat overshedding.
Untuk sistem Sulawesi Selatan, berdasarkan hasil
perhitungan dari data kejadian UFR yang pernah
terjadi selama perioda tahun 2005 sampai dengan
Mei 2006 maka peluang penghematan energi
dengan penerapan skema UFR dua waktu ini adalah
sekitar 31.92 % atau setara dengan sekitar 118 ribu
kWh, dengan nilai uang adalah sebesar sekitar 67
juta rupiah untuk harga listrik sistem Sulsel 570
Rp/kWh .
- 5 -
Tabel 6. Selisih Energi dengan memakai dual time
WBP
Lepas Kit Lepas Beban Delta Energi dilepas UFR Energi yang dapat diselamtakan
KIT
MW MW MW kWh kWh
GE#2 25 29,83 4,83 4.250,00 688,15
GE#1 32 47,1 15,1 11.259,40 3.609,70
GE#2 28 31,438 3,438 7.150,00 781,91
GE#1 30 35,9 5,9 7.516,50 1.235,30
Bakaru#2 16,2 43,67 27,47 29.513,00 18.564,74
Bakaru#1 126 175,6 49,6 260.192,50 73.494,01
ST#18 49,4 55,6 6,2 14.862,62 1.657,34
Akumulasi Kit Lain 117,4 240,191 122,79 35530,00 18163,73
370.274,02 118.194,88
Penjelasan untuk tabel diatas, adalah
dengan mengambil data kejadian UFR yang
mengalami kelebihan pelepasan (delta) beban saat
WBP. Apabila mengalikannya dengan lamanya
terjadi pemadaman maka akan kita dapatkan
energi. Jika harga jual rata-rata di sistem Sulsel
Rp. 570/kWh, maka akan didapat kesempatan jual
ke konsumen sekitar Rp. 67.371.082,92 dalam
kurun waktu 1,5 tahun atau dalam setahun sekitar
Rp. 44.914.055,28.
IV.2 Manfaat Non-Finansial
Beberapa manfaat non-finansial yang dapat
diambil dari penerapan load shedding UFR dua
waktu antara lain:
1. Peluang peningkatan pelayanan PLN.
Yang berarti meningkatkan citra PLN di
masyarakat
2. Memberikan pilihan baru dalam
penerapan skema load shedding dengan
UFR.
3. Peluang untuk menekan energi tak
tersalur PLN
4. Bermanfaat meningkatkan efektifitas
sistem Load Shedding.
V . KESIMPULAN
Load shedding pada suatu sistem tenaga listrik
sangat diperlukan untuk menghindari terjadinya
blackout jika sistem kehilangan pembangkit
akibat gangguan. Namun efektifitas load
shedding oleh UFR saat ini hanya berlaku pada
satu kondisi waktu LWBP, dan tidak berlaku
untuk WBP. Akibatnya sering terjadi kelebihan
pelepasan beban yang dapat membahayakan
sistem dan menyebabkan kerugian baik financial
maupun non-finansial. Paper ini memberikan
masukan baru mengenai load shedding UFR
dengan membedakannya menjadi UFR LWBP
dan WBP. Diharapkan dengan penerapan skema
ini akurasi pelepasan beban dapat terpenuhi
sehingga dapat meningkatkan efisiensi dan
memperbaiki citra pelayanan PLN kepada
masyarakat.
Daftar Pustaka
[1]. Yus Cahyo, Riko RB, Agus M,Anton J,
Nanang F, Dual Time Digital Under Frequency
Relay
[2]. PT.PLN (Persero) P3B Jawa Bali, Ekspose
sekuriti Sistem Jawa Bali, 26 Juli 2005
[3]. Ir.Djiteng Marsudi, Operasi Sistem Tenaga
Listrik
[4]. PT.PLN AP2B Sistem Sulsel, Data Operasi
Sistem Sulsel
[5]. PT.PLN AP2B Sistem Sulsel, Data Ekskursi
Frekuensi Sistem Sulsel
Biografi
Riko Ramadhano B, tamat S1 dari Jurusan
Teknik Elektro Institut Teknologi Bandung pada
tahun 2002, dan mulai bergabung dengan PLN
pada tahun 2003. Saat ini bekerja sebagai
Supervisor Operasi Unit Transmsi dan Gardu
Induk Panakukkang PT.PLN AP2B Sistem Sulsel.
Anton Junaidi, tamat S1 dari Jurusan Teknik
Institut Teknologi Adhi Tama, dan mulai
bergabung dengan PLN pada tahun 2006. Saat ini
bekerja sebagai Teknisi Utama Penyaluran
PT.PLN AP2B Sistem Sulsel.