Kekr Sulsel 2015 Tw i

download Kekr Sulsel 2015 Tw i

of 98

description

sulsel

Transcript of Kekr Sulsel 2015 Tw i

  • KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA

    PROVINSI SULAWESI SELATAN

    Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional

    Provinsi Sulawesi Selatan

    TRIWULAN I 2015

  • Publikasi ini beserta publikasi Bank Indonesia yang lain dapat diakses secara online pada:

    www.bi.go.id/web/id/Publikasi/

    Salinan publikasi ini juga dapat diperoleh dengan menghubungi:

    Divisi Advisory dam Pengembangan Ekonomi Daerah

    Kantor Perwakilan Bank Indonesia

    Provinsi Sulawesi Selatan

    Jl. Jenderal Sudirman No. 3

    Makassar 90113, Indonesia

    Telepon: 0411 3615188/3615189

    Faksimili: 0411 3615170

  • Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Selatan | Triwulan I 2015

    Sektor Sekunder Menahan Perlambatan Ekonomi iii

    KATA PENGANTAR

    Kata Pengantar

    Laporan Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional (KEKR) Provinsi Sulawesi Selatan (Sulsel) disusun dan disajikan setiap

    triwulan oleh Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Selatan, mencakup aspek pertumbuhan ekonomi,

    keuangan pemerintah, inflasi, sistem keuangan dan pengembangan akses keuangan, sistem pembayaran dan pengelolaan

    uang, ketenagakerjaan dan kesejahteraan masyarakat, serta prospek perekonomian ke depan. Kajian ekonomi daerah

    disamping bertujuan untuk memberikan masukan bagi Kantor Pusat Bank Indonesia dalam merumuskan kebijakan

    moneter maupun makroprudensial, juga diharapkan dapat menjadi salah satu referensi bagi para stakeholders di daerah

    dalam membuat keputusan. Keberadaan Kantor Perwakilan Bank Indonesia (KPw BI) di daerah diharapkan dapat semakin

    berperan sebagai strategic partner bagi stakeholders di wilayah kerjanya.

    Perekonomian Sulsel tumbuh 5,23% (yoy) lebih rendah dari pertumbuhan triwulan IV 2014 (7,71%; yoy). Melambatnya

    perekonomian Sulsel di Triwulan I 2015 disebabkan oleh menurunnya kinerja di dua sektor ekonomi utama Sulsel, yaitu

    pertanian dan industri pengolahan. Dari sisi kelompok pengeluaran, penurunan kinerja ekspor menjadi penyebab utama

    melambatnya pertumbuhan ekonomi Sulsel triwulan I 2015. Sementara itu, tekanan inflasi tercatat menurun di triwulan

    laporan, sebesar 7,13% (yoy), dibandingkan dengan triwulan IV 2014 (8,61%, yoy). Dengan hasil evaluasi tersebut,

    perekonomian kedepan masih memiliki tantangan-tantangan yang memerlukan sinergi bersama, antara lain dalam hal

    peningkatan produktivitas untuk mendorong konsumsi domestik, investasi dan produksi industri berbasis sektor primer

    (hilirisasi), peningkatan produksi tanaman pangan beserta infrastruktur pendukung, serta kerjasama antar TPID untuk

    mengatasi gejolak harga.

    Dalam penyusunan laporan ini, Bank Indonesia memanfaatkan data serta informasi dari berbagai institusi baik secara

    langsung yaitu melalui survei dan liaison maupun dari data yang sudah tersedia. Sehubungan dengan hal tersebut, pada

    kesempatan ini, kami menyampaikan terima kasih dan penghargaan kepada semua pihak yang telah berkontribusi baik

    berupa pemikiran maupun penyediaan data/informasi secara kontinyu, tepat waktu, dan reliable. Saran serta masukan

    dari para pengguna sangat kami harapkan untuk menghasilkan laporan yang lebih baik ke depan.

    Makassar, Mei 2015

    Kantor Perwakilan Bank Indonesia

    Provinsi Sulawesi Selatan

    Mokhammad Dadi Aryadi Direktur Eksekutif

  • iv Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Selatan|Triwulan I 2015

    Sektor Sekunder Menahan Perlambatan Ekonomi

    VISI BANK INDONESIA Menjadi lembaga bank sentral yang kredibel dan terbaik di regional

    melalui penguatan nilai-nilai strategis yang dimiliki serta pencapaian

    inflasi yang rendah dan nilai tukar yang stabil.

    MISI BANK INDONESIA 1. Mencapai stabilitas nilai rupiah dan menjaga efektivitas transmisi

    kebijakan moneter untuk mendorong pertumbuhan ekonomi yang

    berkualitas.

    2. Mendorong sistem keuangan nasional bekerja secara efektif dan

    efisien serta mampu bertahan terhadap gejolak internal dan

    eksternal untuk mendukung alokasi sumber pendanaan/pembiayaan

    dapat berkontribusi pada pertumbuhan dan stabilitas perekonomian

    nasional.

    3. Mewujudkan sistem pembayaran yang aman, efisien, dan lancar yang

    berkontribusi terhadap perekonomian, stabilitas moneter, dan

    stabilitas sistem keuangan dengan memperhatikan aspek perluasan

    akses dan kepentingan nasional.

    4. Meningkatkan dan memelihara organisasi dan SDM Bank Indonesia

    yang menjunjung tinggi nilai-nilai strategis dan berbasis kinerja, serta

    melaksanakan tata kelola (governance) yang berkualitas dalam

    rangka melaksanakan tugas yang diamanatkan UU.

    NILAI-NILAI STRATEGIS Merupakan nilai-nilai yang menjadi dasar Bank Indonesia, manajemen,

    dan pegawai untuk bertindak dan atau berperilaku, yang terdiri

    atas:Trust and Integrity Professionalism Excellence Public Interest

    Coordination and Teamwork.

  • Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Selatan | Triwulan I 2015

    Sektor Sekunder Menahan Perlambatan Ekonomi v

    DAFTAR ISI

    Daftar Isi

    KATA PENGANTAR III

    DAFTAR ISI V

    RINGKASAN EKSEKUTIF 1

    TABEL INDIKATOR EKONOMI 5

    1. PERTUMBUHAN EKONOMI DAERAH 11

    1.1. PERTUMBUHAN EKONOMI 12

    1.2. SISI PENGELUARAN 12

    1.3. SISI LAPANGAN USAHA 19

    2. KEUANGAN PEMERINTAH 29

    2.1. STRUKTUR ANGGARAN 30

    2.2. PERKEMBANGAN REALISASI ANGGARAN APBD PROVINSI 30

    2.3. PERKEMBANGAN REALISASI BELANJA ANGGARAN APBD KABUPATEN/KOTA SE-SULSEL 33

    2.4. PERKEMBANGAN REALISASI BELANJA INSTANSI VERTIKAL DI SULSEL 34

    2.5. PERAN REALISASI KEUANGAN PEMERINTAH DALAM PDRB 35

    3. INFLASI DAERAH 37

    3.1. INFLASI KELOMPOK BARANG DAN JASA 38

    3.2. INFLASI MENURUT KOTAIHK 43

    3.3. DISAGREGASI INFLASI 44

    3.4. KOORDINASI PENGENDALIAN INFLASI 44

    4. SISTEM KEUANGAN DAN PENGEMBANGAN AKSES KEUANGAN 49

    4.1. KONDISI UMUM PERBANKAN 50

    4.2. STABILITAS SISTEM KEUANGAN 53

    4.3. PENGEMBANGAN AKSES KEUANGAN 56

    5. SISTEM PEMBAYARAN DAN PENGELOLAAN UANG 63

    5.1. PERKEMBANGAN SISTEM PEMBAYARAN 64

    5.2. PENGELOLAAN UANG TUNAI 65

  • DAFTAR ISI

    vi Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Selatan|Triwulan I 2015

    Sektor Sekunder Menahan Perlambatan Ekonomi

    6. KETENAGAKERJAAN DAN KESEJAHTERAAN 67

    6.1. TENAGA KERJA 68

    6.2. PENDUDUK MISKIN 69

    6.3. RASIO GINI 70

    6.4. NILAI TUKAR PETANI 70

    7. PROSPEK PEREKONOMIANDAN REKOMENDASI KEBIJAKAN 73

    7.1. PROSPEK PERTUMBUHAN EKONOMI 74

    7.2. PROSPEK INFLASI 78

    7.3. REKOMENDASI KEBIJAKAN 81

    LAMPIRAN 83

    DAFTAR BOKS

    BOKS 1.A. 26

    KETERKAITAN NILAI TUKAR RUPIAH TERHADAP EKSPOR SULSEL

    BOKS 3.A. 47

    KOMODITAS PENYUMBANG INFLASI DI SULAWESI SELATAN

    BOKS 4.A. 58

    PEMETAAN DAERAH POTENSIAL DALAM RANGKA IMPLEMENTASI LAYANAN KEUANGAN DIGITAL (LKD)

    BOKS 4.B. 60

    MENGENAL KEBIJAKAN MAKROPRUDENSIAL

    BOKS 7.A. 82

    KARAKTERISTIK EKSPOR RUMPUT LAUT SULSEL

  • Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Selatan | Triwulan I 2015

    Sektor Sekunder Menahan Perlambatan Ekonomi 1

    RINGKASAN EKSEKUTIF

    Ringkasan Eksekutif

    Sektor Sekunder Menahan Perlambatan Ekonomi

    Gambaran Umum

    Perekonomian Sulawesi Selatan

    triwulan I 2015

    tumbuhmelambat, searah

    dengan perlambatan ekonomi

    Nasional.

    Perekonomian Sulsel tumbuh 5,23% (yoy) lebih rendah dari pertumbuhan triwulan IV

    2014 (7,71%; yoy). Melambatnya perekonomian Sulsel di Triwulan I 2015 disebabkan

    oleh menurunnya kinerja di dua sektor ekonomi utama Sulsel, yaitu pertanian dan

    industri pengolahan. Dari sisi kelompok pengeluaran, penurunan kinerja ekspor

    menjadi penyebab utama melambatnya pertumbuhan ekonomi Sulsel triwulan I 2015.

    Sementara itu, tekanan inflasi tercatat menurun di triwulan laporan, sebesar 7,13%

    (yoy), dibandingkan dengan triwulan IV 2014 (8,61%, yoy). Penurunan tekanan inflasi

    pada beberapa kelompok barang/jasa seperti penurunan harga BBM bersubsidi,

    masuknya musim panen pada beberapa komoditas diperkirakan menjadi faktor

    pendorong penurunan tekanan inflasi. Selain itu, faktor cuaca yang membaik

    mempengaruhi pasokan komoditas dan distribusi barang lebih lancar. Kondisi sistem

    keuangan yang diwakili oleh indikator perbankan tetap menunjukkan penguatan dan

    tetap dalam risiko yang terjaga. Di sisi lain, sistem pembayaran menunjukan

    perlambatan. Beberapa indikator sistem pembayaran tunai dan non tunai menunjukan

    trend penurunan di awal tahun.

    Perekonomian kedepan masih memiliki tantangan-tantangan antara lain dalam hal

    peningkatan produktivitas untuk mendorong investasi dan produksi industri berbasis

    sektor primer (hilirisasi). Dari stabilitas harga dan ketahanan pangan, peningkatan

    produksi tanaman pangan beserta infrastruktur pendukung (waduk, irigasi), serta

    kerjasama antar TPID untuk mengatasi gejolak harga karena ketimpangan pasokan dan

    permintaan kiranya perlu diperkuat. Pola kebijakan seperti penentuan tarif batas atas

    angkutan dan penetapan harga eceran tertinggi untuk LPG sudah mulai diintrodusir

    oleh Pemerintah Daerah.

    Pertumbuhan Ekonomi Daerah

    Sektor perdagangan dan

    konstruksi menjadi penahan

    pertumbuhan ekonomi

    Perekonomian Sulawesi Selatan (Sulsel) di triwulan I 2015 melambat, searah dengan

    perlambatan ekonomi nasional. Pada triwulan pelaporan, ekonomi Sulsel tumbuh

    sebesar 5,23% (yoy)lebih rendah dibandingkan triwulan IV 2014 (7,71%; yoy).

    Melambatnya perekonomian Sulsel di Triwulan I 2015 disebabkan oleh menurunnya

    kinerja di sektor primer (sektor pertanian) dan sektor sekunder (sektor industri

    pengolahan). Yang mampu menahan laju perlambatan adalah pertumbuhan sektor

    sekunder lainnya (sektor konstruksi dan sektor perdagangan). Sementara di sisi

    pengeluaran, pelemahan terjadi sebagai dampak dari melemahnya kondisi lokal dan

    permintaan global yang belum pulih. Hal ini terindikasi dari perlambatan konsumsi

    rumah tangga, investasi, dan ekspor. Hanya stimulus fiskal (konsumsi pemerintah),

    satu-satunya komponen yang masih kuat.

  • RINGKASAN EKSEKUTIF

    2 Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Selatan|Triwulan I 2015

    Sektor Sekunder Menahan Perlambatan Ekonomi

    Keuangan Pemerintah

    Realisasikan pendapatan

    maupun belanja fiskal daerah

    cenderung masih rendah

    Persentase realisasi pendapatan maupun belanja keuangan daerah relatif masih

    belum optimal. Persentase realisasi pendapatan APBD Provinsi Sulsel triwulan I 2015

    relatif sama dengan triwulan I 2014. Faktor pendorong adalah optimalisasi

    pemungutan pajak dan retribusi daerah, serta kenaikan lain-lain pendapatan asli

    daerah yang sah. Sementara di sisi persentase realisasi belanja untuk APBD Provinsi,

    APBD Kabupaten Kota, maupun instansi vertikal, pada triwulan I 2015, cenderung lebih

    rendah dibandingkan periode yang sama pada tahun 2014. Faktor penyebab adalah

    karena faktor pola awal tahun dan kendala teknis.

    Inflasi Daerah

    Penurunan harga BBM dan

    terjaganya pasokan pangan

    mendorong penurunan inflasi di

    triwulan I 2015.

    Tekanan inflasi di triwulan laporan menurun. Laju inflasi Sulsel pada triwulan I 2015

    tercatat sebesar 7,13% (yoy) lebih rendah dari triwulan IV 2014 (8,61%, yoy) yang

    disebabkan oleh penurunan tekanan inflasi pada beberapa kelompok barang/jasa

    seperti penurunan harga BBM bersubsidi, masuknya musim panen pada beberapa

    komoditas dan faktor cuaca yang membaik mempengaruhi pasokan komoditas dan

    distribusi barang lebih lancar. Melimpahnya pasokan ikan akibat membaiknya cuaca

    yang mendukung kegiatan penangkapan ikan juga menjadi salah satu penyebab

    menurunnya tekanan inflasi di triwulan laporan. Terkendalinya inflasi juga tidak

    terlepas dari kontribusi TPID. Kondisi perkembangan koordinasi pengendalian inflasi

    menunjukkan perkembangan yang lebih baik lagi dari sisi kerjasama dan koordinasi

    TPID di sepanjang periode laporan

    Sistem Keuangan dan Pengembangan Akses Keuangan

    Intermediasi perbankan tetap

    tinggi, diiringi dengan risiko

    masih dalam batas aman

    Kinerja perbankan cenderung meningkat. Dari indikator utama yaitu aset, dana pihak

    ketiga (DPK), dan kredit/pembiayaan yang disalurkan, memperlihatkan peningkatan

    yang lebih baik pada triwulan laporan. Peningkatan pertumbuhan aset bank umum

    didorong oleh peningkatan aset kelompok bank pemerintah. Sementara itu, kegiatan

    intermediasi masih tinggi tercermin dari rasio LDR sebesar 128,43% disebabkan

    penyaluran kredit lebih besar dibandingkan penghimpunan DPK, meskipun pada

    triwulan laporan akselerasi pertumbuhan DPK lebih tinggi daripada kredit. Sementara

    itu, risiko kredit perbankan secara umum masih terjaga dengan baik tercermin dari

    Rasio nonperforming loan (NPL) yang masih berada pada level aman, khususnya sektor

    rumah tangga. Kkualitas kredit UMKM dan korporasi perlu mendapatkan perhatian

    khususnya sektor pertambangan dan konstruksi dimana NPL pada triwulan laporan

    sudah melewati batas aman 5%.

    Di triwulan I 2015, penyaluran kredit korporasi masih didominasi oleh sektor

    perdagangan. Kredit korporasi (bukan lembaga keuangan dan sektor swasta lainnya)

    pada triwulan I 2015 tercatat sebesar Rp18,85, dengan pangsa terbesar adalah sektor

    perdagangan yaitusebesar 50,14%. Adapun untuk porsi kredit yang ditujukan pada

    sektor pertanian dan pertambangan masih relatif kecil dimana masing-masing tercatat

    sebesar 0,82%, dan 1,78%.Di sisi lain, Penyaluran kredit bagi UMKM pada triwulan I

    2015 tumbuh melambat dibandingkan triwulan sebelumnya. Kredit UMKM tercatat

    tumbuh melambat sebesar 10,49% (yoy) pada triwulan laporan setelah sebelumnya

    sebesar 12,11% (yoy).

  • RINGKASAN EKSEKUTIF

    Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Selatan| Triwulan I 2015

    Sektor Sekunder Menahan Perlambatan Ekonomi 3

    Sistem Pembayaran dan Pengelolaan Uang

    Pada akhir tahun terjadi net

    inflow, berbeda dengan pola

    biasanya, kemungkinan terkait

    tekanan harga yang kuat di

    akhir tahun

    Perkembangan kinerja sistem pembayaran menunjukkan perlambatan pada triwulan

    I 2015. Transaksi keuangan non-tunai melalui Real Time Gross Settlement (BI-RTGS)

    menunjukkan tren pertumbuhan yang menurun. Sejalan dengan menurunnya

    pertumbuhan transaksi keuangan melalui RTGS, transaksi keuangan melalui Sistem

    Kliring Nasional Bank Indonesia (SKNBI) juga mengalami perlambatan di triwulan I

    2015.

    Faktor musiman menunjukkan pengaruh terhadap pergerakan aliran uang kartal net

    inflow pada triwulan I 2015. Terjadi tren yang sama dari tahun-tahun sebelumnya yang

    cenderung inflow di awal tahun, yang berarti terjadi kegiatan penyetoran uang ke Bank

    Indonesia. Sementara itu, langkah Bank Indonesia dalam mewujudkan clean money

    policy juga senantiasa terus dilakukan melalui kegiatan pengelolaan uang tunai oleh

    Bank Indonesia melalui pembukaan layanan penukaran uang, kas keliling, remise,

    pemusnahan uang tidak layak edar, dan edukasi ciri-ciri keaslian mata uang.

    Ketenagakerjaan dan Kesejahteraan

    Tingkat pengangguran dan

    kesejahteraan relatif tidak

    berubah signifikan

    Kondisi kesejahteraan belum menunjukkan perubahan signifikan. Penyerapan tenaga

    kerja relatif baik, terpantau dari tingkat pengangguran terbuka (TPT) Sulawesi Selatan

    yang mencapai 5,80% (dataFebruari 2015) atau relatif tidak berubah dari tahun

    sebelumnya (Februari 2013). Sementara tingkat kesejahteraan petani yang diukur dari

    Nilai Tukar Petani (NTP) hingga akhir Maret 2015 terpantau melemah dari triwulan

    I2015. Jumlah penduduk miskin di Sulsel hingga September 2014 menurun dibanding

    Maret 2014 baik di kota maupun di desa. Persentase penduduk miskin di Sulsel 9,5%

    atau relatif baik dibandingkan Sulampua maupun nasional.

    Prospek Perekonomian

    Pertumbuhan ekonomi Sulsel

    pada triwulan I 2015

    diperkirakan melemah dengan

    tingkat inflasi yang terkendali

    Perekonomian Sulsel pada triwulan II 2015 dan untuk keseluruhan tahun 2015,

    masing-masing diperkirakan akan tumbuh pada kisaran 7,9% - 8,9% (yoy) dan 7,5% -

    8,5% (yoy). Jika dibandingkan dengan ekonomi nasional, pertumbuhan ekonomi Sulsel

    2015 akan tetap lebih tinggi. Di sisi permintaan, pertumbuhan ekonomi ditopang oleh

    permintaan domestik (konsumsi dan investasi), sementara ekspor luar negeri

    cenderung masih lemah. Di sisi lapangan usaha, hampir semua sektor meningkat,

    didukung oleh kebijakan pemerintah dan faktor musiman.

    Tekanan harga akhir tahun 2015 diprakirakan akan tetap terkendali, dengan besaran

    masuk dalam rentang target inflasi nasional. Faktor yang mendorong adalah volatile

    food karena terkait peningkatan produksi bahan pangan. Namun demikian, perlu

    diwaspadai untuk tekanan dari sisi administered prices dan inflasi inti, masing-masing

    karena potensi harga minyak dunia dan peningkatan permintaan masyarakat

    Rekomendasi kebijakan yang

    ditawarkan sebagai hasil kajian

    perkembangan ekonomi dan

    inflasi triwulan I 2015

    Bank Indonesia menawarkan beberapa rekomendasi kebijakan untuk mendorong

    realisasi potensi ekonomi Sulsel yang masih besar serta untuk memperkuat peran

    Sulsel sebagai simpul utama perekonomian Kawasan Timur Indonesia serta

    implementasi Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) 2015, antara lain: (1) Memperkuat

    konsumsi lokal dengan mendorong penggunaa penggunaan produk-produk lokal di

    setiap event yang dilaksanakan pemerintah, (2) Mendorong pertumbuhan ekonomi

    yang inklusif, melalui peningkatan kualitas SDM, peningkatan produksi sektor primer,

    hilirasi industri, dan peningkatan iklim investasi, (3) Percepatan stimulus fiskal yang

    berupa belanja rutin atau modal, secara tepat waktu dan tepat sasaran, (4) Mendorong

    dan memfasilitas komoditas ekspor yang masih mengalami peningkatan.

  • RINGKASAN EKSEKUTIF

    4 Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Selatan|Triwulan I 2015

    Sektor Sekunder Menahan Perlambatan Ekonomi

    Sementara untuk mendukung kegiatan pengendalian harga yang telah mencapai

    banyak kemajuan dan prestasi, maka untuk penguatan ke depan kami menyarankan

    kepada pemerintah daerah, antara lain: (1) Mempercepat Rencana pembangunan

    infrastruktur pertanian (waduk, saluran irigasi, dan perluasan area tanam) untuk

    meningkatkan ketersediaan pasokan bahan makanan di Sulsel (2) Penguatan

    kelembagaan kelompok tani, pembiayaan (Koperasi), dan lembaga penjamin stok

    pangan (Bulog) untuk menjaga ketahanan pangan di provinsi Sulsel

  • TABEL INDIKATOR EKONOMI

    Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Selatan| Triwulan I 2015

    Sektor Sekunder Menahan Perlambatan Ekonomi 5

    TABEL INDIKATOR EKONOMI

    Tabel Indikator Ekonomi

    A. INFLASI DAN PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO (PDRB)

    I II III IV I II III IV I II III IV I

    MAKRO

    - Sulawesi Selatan 132.89 133.44 135.69 136.14 139.01 139.26 145.51 144.60 109.16 109.71 111.72 116.89 116.95

    - Sulawesi Utara 128.11 129.75 131.57 133.73 136.86 136.16 141.73 144.59 109.39 110.28 110.90 118.61 118.13

    - Gorontalo 134.65 136.07 137.85 139.32 141.62 140.95 142.53 147.46 108.24 109.32 109.62 115.26 113.96

    - Papua 126.38 127.28 129.07 132.71 133.82 135.00 140.14 143.68 113.54 112.66 114.05 121.17 121.30

    - Papua Barat 144.28 149.65 152.64 152.79 155.28 158.31 167.44 163.87 108.41 109.26 113.93 115.18 116.00

    - Maluku 137.57 142.05 142.03 140.74 141.12 144.46 156.03 153.14 110.38 111.97 112.31 115.86 120.40

    - Sulawesi Tengah 135.20 137.53 141.14 142.34 143.27 142.88 151.42 153.12 111.45 113.64 115.12 120.21 117.34

    - Sulawesi Tenggara 137.27 138.93 141.02 141.15 141.41 144.15 151.32 149.50 108.00 109.77 111.72 117.67 116.43

    - Sulawesi Barat 134.57 134.98 137.56 138.24 140.21 140.78 145.61 146.41 108.92 110.28 112.54 116.85 116.20

    - Maluku Utara 133.20 134.73 135.68 136.87 138.49 138.68 148.77 150.25 112.16 114.28 117.01 122.30 121.04

    - Sulawesi Selatan 4.06 3.84 4.48 4.41 4.61 4.36 7.24 6.21 5.88 5.92 3.72 8.61 7.14

    - Sulawesi Utara 0.95 3.73 5.23 6.04 6.83 4.94 7.72 8.12 5.67 6.26 4.00 9.67 7.99

    - Gorontalo 5.91 5.95 5.40 5.31 5.18 3.59 3.39 5.84 5.10 5.82 3.59 6.14 5.28

    - Papua 1.94 1.80 2.94 4.52 5.89 6.07 8.58 8.27 9.57 7.40 4.51 9.11 6.83

    - Papua Barat 2.07 4.11 5.52 5.07 7.62 5.79 9.70 7.25 5.77 5.27 5.32 6.56 7

    - Maluku 8.65 6.25 7.07 6.73 2.58 1.70 9.86 8.81 8.95 8.85 2.79 7.19 9.08

    - Sulawesi Tengah 2.50 4.99 6.78 5.87 5.97 3.89 7.28 7.57 8.42 10.37 5.46 8.84 5.28

    - Sulawesi Tenggara 5.10 4.65 2.03 5.25 3.02 3.76 7.30 5.92 5.60 4.84 1.83 8.45 7.81

    - Sulawesi Barat 3.81 3.24 3.71 3.28 4.19 4.30 5.85 5.91 6.24 6.65 4.46 7.89 6.68

    - Maluku Utara 4.54 4.30 3.87 3.29 3.97 2.93 9.65 9.78 8.80 9.75 5.40 9.35 7.92

    14,142 15,057 15,545 14,974 15,304 15,995 16,828 6,936 -

    1. Pertanian 3,787 4,095 4,321 3,329 3,831 4,059 4,491 3,765

    2. Pertambangan dan Penggalian 875 1,116 1,091 1,209 1,123 1,181 1,230 1,153

    3. Industri Pengolahan 1,948 1,990 2,033 2,079 2,108 2,187 2,210 2,199

    4. Listrik, Gas, dan Air Bersih 157 159 164 168 169 173 178 181

    5. Konstruksi/Bangunan 841 868 903 955 913 964 1,022 1,058

    6. Perdagangan, Hotel, dan Restoran 2,509 2,616 2,738 2,798 2,797 2,876 2,966 3,022

    7. Angkutan dan Komunikasi 1,436 1,459 1,502 1,553 1,544 1,613 1,660 1,663

    8. Keuangan, Persewaan, Jasa Perusahaan 1,129 1,240 1,272 1,338 1,323 1,414 1,468 1,480

    9. Jasa-jasa 1,460 1,514 1,522 1,544 1,494 1,529 1,604 1,636

    55,239 58,217 62,188 58,439 58483.6

    Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan 12,293 13,015 14,950 10,826 12550.5

    Pertambangan dan Penggalian 3,108 3,792 4,039 3,810 3542.59

    Industri Pengolahan 7,648 8,213 8,631 8,941 8110.64

    Pengadaan Listrik, Gas 51 55 56 59 55.17

    Pengadaan Air 75 77 77 73 75.12

    Konstruksi 6,494 6,789 7,044 7,301 6924.4

    Perdagangan Besar dan Eceran, dan Reparasi Mobil dan Sepeda Motor 7,775 8,088 8,620 7,881 8211.51

    Transportasi dan Pergudangan 2,072 2,105 2,193 2,272 2146.48

    Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum 765 797 806 815 809.84

    Informasi dan Komunikasi 3,492 3,592 3,733 3,743 3748.6

    Jasa Keuangan 1,956 2,021 2,013 2,116 2135.69

    Real Estate 2,068 2,124 2,164 2,209 2251.9

    Jasa Perusahaan 245 249 252 254 256.32

    Administrasi Pemerintahan, Pertahanan dan Jaminan Sosial Wajib 2,510 2,550 2,653 2,686 2571.68

    Jasa Pendidikan 2,916 2,929 3,105 3,523 3176.01

    Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial 1,065 1,093 1,107 1,169 1143.69

    Jasa lainnya 707 728 747 761 773.39

    14,142 15,057 15,545 14,974 15,304 15,995 16,828 16,157

    1. Konsumsi 9,586 9,767 9,984 10,142 10,136 10,336 10,675 10,852 35,255 37,975 38,926 42,129 37129.7

    2. Investasi 4,070 4,797 4,557 3,387 4,666 5,153 4,323 4,052 21,026 23,641 24,033 17,449 23506.7

    3. Ekspor 4,755 5,323 5,659 6,158 5,322 5,634 6,169 6,176 14,794 14,295 15,704 16,429 13407.7

    4. Impor 4,269 4,830 4,655 4,713 4,820 5,128 4,339 4,923 15,497 17,694 16,474 17,658 15560.5

    14,142 15,057 15,545 14,974 15,304 15,995 16,828 16,157 55,577 58,217 62,188 58,349 78,496

    7.90 8.06 8.70 8.88 8.21 6.23 8.26 7.90 7.71 5.23

    269.15 334.64 425.37 526.60 403.02 389.29 417.56 386.19 360.34 452.96 490.63 444.80 344.16

    223.29 193.78 152.34 245.36 171.92 198.44 499.94 230.41 167.44 182.55 193.36 209.93 163.96

    155.07 186.72 254.70 219.18 300.72 404.72 218.82 123.23 139.10 181.87 149.05 129.39 163.07

    280.95 500.79 246.48 215.54 160.04 472.75 216.69 271.11 221.11 258.82 266.39 217.60 326.28

    114.08 147.92 170.67 307.42 102.30 (15.43) 198.75 262.96 221.25 271.09 341.58 315.40 181.09

    *) Angka sementara untuk data PDRB; data IHK menggunakan tahun dasar 2007**) Angka sangat sementara untuk data PDRB; data IHK menggunakan tahun dasar 2012

    ***) Tahun 2014 menggunakan Tahun Dasar 2010

    2015**

    Catatan:

    Total PDRB (Rp Miliar)

    Pertumbuhan PDRB (%, yoy)

    Nilai Ekspor (X) Luar Negeri Non-migas (US$ Juta)

    Volume Ekspor Luar Negeri Non-migas (Ribu Ton)

    Nilai Impor (M) Luar Negeri Non-migas (US$ Juta)

    Sumber : BPS & Dirjen Bea Cukai

    2014**

    PDRB Penawaran - Harga Konstan (Rp Miliar) Tahun Dasar 2010 & SNA 2008

    Volume Impor Luar Negeri Non-migas (Ribu Ton)

    Neraca Perdagangan (X - M) Non-migas (US$ Juta)

    2012* 2013*

    Laju Inflasi Tahunan (%, yoy)

    PDRB Penawaran - Harga Konstan (Rp Miliar) Tahun Dasar 2000 & SNA 1993

    PDRB Permintaan - Harga Konstan (Rp Miliar) ***

    INDIKATOR

    Indeks Harga Konsumen

  • TABEL INDIKATOR EKONOMI

    6 Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Selatan|Triwulan I 2015

    Sektor Sekunder Menahan Perlambatan Ekonomi

    B. PERBANKAN (KREDIT LOKASI BANK, DPK LOKASI BANK PELAPOR)

    I II III IV I II III IV I II III IV I

    Total Aset (Rp Miliar) 67,573 72,554 74,754 79,307 80,876 86,366 90,288 90,932 90,909 97,572 99,571 101,351 104,945 -

    45,734 48,024 49,917 53,717 52,302 53,457 57,359 60,444 58,162 61,402 64,339 66,112 66,420

    Giro 7,471 7,282 7,257 7,345 7,770 8,092 9,221 7,845 7,990 9,730 9,693 7,995 10,154

    Tabungan 25,004 27,206 28,545 31,466 29,321 30,068 32,076 35,007 32,446 33,168 34,828 37,428 34,147

    Deposito 13,259 13,536 14,115 14,907 15,211 15,297 16,062 17,592 17,726 18,504 19,819 20,690 22,118 -

    54,585 59,035 61,090 66,221 68,371 72,937 75,014 75,388 75,874 79,336 80,463 83,560 85,304

    - Modal Kerja 20,516 22,850 22,385 25,506 25,980 26,659 26,160 27,231 27,257 29,062 29,847 31,442 32,776

    - Investasi 10,025 10,588 10,997 11,380 12,232 14,486 15,769 14,494 14,642 15,467 15,457 16,241 16,482

    - Konsumsi 24,044 25,597 27,707 29,335 30,158 31,793 33,085 33,663 33,974 34,807 35,159 35,877 36,045

    119.35% 122.93% 122.38% 123.28% 130.72% 136.44% 130.78% 124.72% 130.45% 129.21% 125.06% 126.39% 128.43%

    54,585 59,035 61,090 66,221 68,371 72,937 75,014 75,388 75,874 79,336 80,463 83,560 85,304

    - Pertanian 906 1,128 1,171 1,215 1,403 1,396 1,385 1,400 1,405 1,499 1,435 1,506 1,630

    - Pertambangan 312 363 375 399 447 449 444 397 377 560 537 509 427

    - Industri pengolahan 3,468 3,904 4,008 5,250 5,335 5,579 5,631 4,186 3,918 4,210 4,283 4,747 5,035

    - Listrik, Gas, dan Air 137 124 135 141 133 116 121 191 218 245 232 350 382

    - Konstruksi 2,065 2,448 2,582 2,674 2,565 2,780 2,966 3,034 3,043 3,666 4,173 4,366 4,746

    - Perdagangan 15,459 17,631 17,741 19,027 19,933 22,957 23,360 24,132 24,334 25,587 25,748 27,033 27,920

    - Pengangkutan 1,744 1,730 1,794 2,321 2,631 2,763 2,864 2,923 2,960 2,950 2,951 2,820 2,782

    - Jasa Dunia Usaha 2,917 3,178 3,131 3,105 3,240 3,433 3,414 3,550 3,747 3,598 3,581 3,662 3,733

    - Jasa Sosial Masyarakat 1,570 1,485 1,372 1,404 1,619 1,650 1,733 1,780 1,828 1,968 2,115 2,340 2,473

    - Lain-lain 26,007 27,045 28,781 30,684 31,065 31,814 33,096 33,794 34,043 35,053 35,408 36,226 36,174 -

    18,349 19,582 18,240 20,270 21,818 24,162 24,221 24,684 24,823 26,489 26,768 27,675 27,428 -

    3,533 3,939 3,628 3,672 3,994 4,211 4,412 4,499 4,648 5,114 5,297 5,883 6,221

    - Modal Kerja 3,151 3,489 3,159 3,206 3,484 3,558 3,648 3,768 3,827 4,088 4,249 4,479 4,674

    - Investasi 382 449 469 467 510 653 764 731 821 1,027 1,048 1,404 1,548

    - Konsumsi - - - - - - - - - - - - - -

    8,932 8,933 8,433 8,938 9,290 9,819 9,877 10,037 10,123 10,329 10,885 11,035 10,893

    - Modal Kerja 5,564 5,848 5,455 5,760 5,678 6,492 5,624 5,750 5,862 6,076 6,408 6,683 6,596

    - Investasi 3,369 3,085 2,978 3,178 3,612 3,328 4,253 4,287 4,261 4,253 4,478 4,353 4,296

    - Konsumsi - - - - - - - - - - - - -

    5,884 6,710 6,180 7,660 8,534 10,132 9,932 10,148 10,052 11,046 10,586 10,757 10,313

    - Modal Kerja 4,759 5,478 4,833 5,644 6,186 7,205 6,872 7,278 7,079 7,822 7,680 7,802 7,488

    - Investasi 1,125 1,232 1,347 2,016 2,349 2,927 3,060 2,870 2,972 3,224 2,906 2,954 2,825

    - Konsumsi - - - - - - - - - - - -

    3.05% 3.08% 2.87% 2.74% 2.94% 2.83% 2.91% 2.85% 3.14% 3.54% 3.57% 3.13% 3.36%

    4.12% 4.23% 4.18% 3.96% 4.25% 3.95% 4.57% 4.38% 4.87% 4.98% 5.42% 4.81% 5.21%

    BANK UMUM SYARIAH

    3,377 3,689 3,977 4,524 4,802 5,085 5,420 5,576 5,586 5,580 5,619 5,906 6,000 0

    1,578 1,635 1,817 2,063 2,138 2,138 2,594 2,884 2,742 2,795 2,878 2,991 3,187

    Giro 196 199 200 296 253 232 243 338 221 262 346 380 547

    Tabungan 756 803 844 984 969 974 1,162 1,307 1,261 1,261 1,337 1,479 1,488

    Deposito 626 633 773 783 916 932 1,188 1,239 1,260 1,272 1,195 1,132 1,153 0

    2,759 2,953 3,076 3,502 3,870 4,157 4,265 4,374 4,453 4,869 4,926 5,141 5,239

    - Modal Kerja 647 645 656 674 673 688 651 631 684 776 985 1,135 1,292

    - Investasi 224 212 228 284 329 362 359 438 488 670 670 825 865

    - Konsumsi 1,887 2,096 2,192 2,544 2,868 3,107 3,255 3,304 3,282 3,423 3,270 3,181 3,081

    174.80% 180.63% 169.33% 169.77% 181.04% 194.41% 164.44% 151.65% 162.40% 174.20% 171.16% 171.91% 164.36%

    Catatan:* (

  • TABEL INDIKATOR EKONOMI

    Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Selatan| Triwulan I 2015

    Sektor Sekunder Menahan Perlambatan Ekonomi 7

    C. SISTEM PEMBAYARAN

    I II III IV I II III IV I II III IV I

    KAS

    Inflow (Rp Miliar) 3,872 2,754 3,925 3,200 4,410 3,236 4,872 4,075 5,299 4,069 5,562 4,304 6,184

    Uang Kertas 3,871 2,754 3,925 3,200 4,410 3,236 4,872 4,075 5,299 4,069 5,561 4,304 6,184

    Uang Logam 0.15 0.13 0.02 0.05 0.03 0.08 0.08 0.10 0.14 0.04 0.23 0.01 0.004

    Outflow (Rp Miliar) 1,860 3,174 3,575 3,214 1,715 2,885 5,313 4,162 2,346 3,829 5,641 4,098 2,248

    Uang Kertas 1,859 3,171 3,574 3,214 1,715 2,885 5,310 4,159 2,343 3,826 5,637 4,096 2,247

    Uang Logam 1.80 2.53 0.86 0.34 0.28 0.78 2.51 2.63 2.20 3.22 3.93 2.07 1.74

    Pemusnahan Uang (Rp Miliar) 893 158 51 272 350 502 989 708 748 620 269 403 925

    TRANSAKSI RTGS

    From / Outgoing (Rp Miliar) 11,504 15,473 15,421 19,880 14,448 17,402 18,770 20,540 15,660 21,374 22,719 25,647 19,951

    To / Incoming (Rp Miliar) 29,147 37,788 34,631 40,648 32,767 36,120 37,614 41,480 27,887 33,669 38,096 41,348 21,897

    From - To (Rp Miliar) 4,578 4,355 4,424 5,049 4,245 4,921 6,755 7,299 4,748 9,765 10,970 11,845 3,778

    TRANSAKSI KLIRING

    Nominal Kliring* (Rp Miliar) 9,296 9,439 9,466 10,139 9,737 9,976 10,239 10,670 9,483 9,616 9,716 11,198 9,757

    Volume Kliring* (Lembar) 281,461 283,706 285,156 294,745 284,030 285,559 280,922 290,332 260,069 266,025 260,914 280,987 262,477

    Kliring Kredit

    Nominal Kliring Kredit (Rp Miliar) 558 569 579 605 557 576 874 1,050 675 637 675 805 887

    Volume Kliring Kredit (Lembar) 37,461 38,646 39,105 40,567 36,457 34,774 37,895 41,130 29,191 28,625 30,355 32,940 34,547

    RRH** Nominal Kliring Kredit (Rp Miliar) 9 9 9 10 9 10 15 17 11 11 11 13 15

    RRH Nominal Kliring Kredit (Lembar) 595 613 621 644 608 580 632 663 487 477 490 515 566

    Nominal Kliring Debet (Rp Miliar) 8,737 8,870 8,887 9,534 9,180 9,400 9,365 9,620 8,809 8,978 9,041 10,393 8,870

    Volume Kliring Debet (Lembar) 244,000 245,060 246,051 254,178 247,573 250,785 243,027 249,202 230,878 237,400 230,559 248,047 227,930

    RRH Nominal Kliring Debet (Rp Miliar) 139 141 141 151 153 157 156 155 147 150 146 162 145

    RRH Nominal Kliring Debet (Lembar) 3,873 3,890 3,906 4,035 4,126 4,180 4,050 4,019 3,848 3,957 3,719 3,876 3,737

    Nominal Kliring Pengembalian (Rp Miliar) 294 305 296 292 322 352 402 325 317 387 287 343 341

    Volume Kliring Pengembalian (Lembar) 7,013 7,732 7,412 7,623 7,549 7,531 7,092 6,659 7,114 7,119 6,765 6,008 6,571

    RRH Nominal Kliring Pengembalian (Rp Miliar) 5 5 5 5 5 6 7 5 5 6 5 5 6

    RRH Nominal Kliring Pengembalian (Lembar) 111 123 118 121 126 126 118 107 119 119 109 94 108

    Cek/BG Kosong

    Nominal Kliring Cek/BG Kosong (Rp Miliar) 208 234 208 206 221 259 307 251 230 328 231 270 239

    Volume Kliring Cek/BG Kosong (Lembar) 5,563 6,349 6,033 6,020 5,904 6,187 5,674 5,411 5,695 5,832 5,313 4,552 5,185

    RRH Nominal Kliring Cek/BG Kosong (Rp Miliar) 3 4 3 3 4 4 5 4 4 5 4 4 4

    RRH Nominal Kliring Cek/BG Kosong (Lembar) 88 101 96 96 98 103 95 87 95 97 86 71 85

    *) Jumlah transaksi kliring kredit dan kliring debet penyerahan**) Rata-Rata harian: jumlah rata-rata transaksi setiap hari***) Angka sementara

    2015***INDIKATOR

    Kliring Debet Penyerahan

    Kliring Debet Pengembalian

    2014***2012*** 2013***

  • TABEL INDIKATOR EKONOMI

    8 Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Selatan|Triwulan I 2015

    Sektor Sekunder Menahan Perlambatan Ekonomi

    D. GRAFIK INDIKATOR

    Sumber: Badan Pusat Statistik, diolah *) PDRB TD 2010

    Sumber: Badan Pusat Statistik, diolah *) PDRB TD 2010

    Pangsa Perekonomian (PDRB ADHB) Pertumbuhan Ekonomi (PDRB ADHK)

    Sumber: Badan Pusat Statistik, diolah

    Sumbangan Komponen Penggunaan bagi Pertumbuhan Ekonomi Sulsel

    Sumber: Badan Pusat Statistik, diolah

    Sumbangan SektorEkonomi bagi Pertumbuhan Ekonomi Sulsel

    Kontribusi Pertumbuhan per Triwulan (%-yoy) Kontribusi Pertumbuhan per Tahun (%-yoy)

    7.71

    5.23

    8.40 8.39 8.04 8.138.87

    7.63 7.57 7.56

    -6.00

    -4.00

    -2.00

    0.00

    2.00

    4.00

    6.00

    8.00

    10.00

    12.00

    14.00

    -6.00

    -4.00

    -2.00

    0.00

    2.00

    4.00

    6.00

    8.00

    10.00

    12.00

    14.00

    2014-Q4 2015-Q1P 2015-Q2P 2015-Q3P 2015-Q4P 2011 2012 2013 2014 2015P

    Konsumsi Investasi Ekspor Impor PDRB

  • TABEL INDIKATOR EKONOMI

    Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Selatan| Triwulan I 2015

    Sektor Sekunder Menahan Perlambatan Ekonomi 9

    Sumber: Badan Pusat Statistik, diolah Sumber: Laporan Bank, diolah

    Inflasi dan BI Rate Perbankan Sulsel

    Sumber: Badan Pusat Statistik, diolah Sumber: Badan Pusat Statistik, diolah

    Pengangguran Terbuka Persentase Penduduk Miskin

    0%

    2%

    4%

    6%

    8%

    10%

    12%

    14%

    700

    750

    800

    850

    900

    950

    1000

    2009 2010 2011 2012 2013 2014

    (Ribu Orang)

    % Penduduk Miskin - Skala Kanan

    Jumlah Penduduk Miskin

  • TABEL INDIKATOR EKONOMI

    10 Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Selatan|Triwulan I 2015

    Sektor Sekunder Menahan Perlambatan Ekonomi

    HALAMAN INI SENGAJA DIKOSONGKAN

  • Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Selatan | Triwulan I 2015

    Sektor Sekunder Menahan Perlambatan Ekonomi 11

    1. PERTUMBUHAN EKONOMI DAERAH

    Bab 1 Pertumbuhan Ekonomi Daerah

    Perekonomian Sulsel yang diukur berdasarkan PDRB di triwulan I 2015

    mencapai Rp78.496 milyar (ADHB) atau Rp58.484 milyar (ADHK), tumbuh

    5,23% (yoy) lebih rendah dari pertumbuhan triwulan IV 2014 (7,71%; yoy).

    Melambatnya perekonomian Sulsel di Triwulan I 2015 disebabkan oleh

    menurunnya kinerja di dua sektor ekonomi utama Sulsel, yaitu pertanian dan

    industri pengolahan.

    Dari sisi kelompok pengeluaran, penurunan kinerja ekspor menjadi

    penyebab utama melambatnya pertumbuhan ekonomi Sulsel triwulan I 2015.

    Ekspor Sulsel di triwulan I 2015 tercatat mengalami kontraksi sebesar -

    9,37% (yoy) jauh menurun dibandingkan triwulan IV 2014 yang

    mencatatkan pertumbuhan sebesar 14,73% (yoy). Konsumsi rumah tangga

    dan investasi (PMTB) yang menjadi peendorong utama ekonomi Sulsel juga

    mengalami perlambatan di triwulan I 2015.

  • BAB 1 PERTUMBUHAN EKONOMI DAERAH

    12 Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Selatan|Triwulan I 2015

    Sektor Sekunder Menahan Perlambatan Ekonomi

    1.1. Pertumbuhan Ekonomi

    Perekonomian Sulawesi Selatan (Sulsel) di triwulan I 2015 melambat, searah dengan perlambatan ekonomi nasional.

    Pada triwulan pelaporan, ekonomi Sulsel tumbuh sebesar 5,23% (yoy) lebih rendah dibandingkan triwulan IV 2014

    (7,71%; yoy). Melambatnya perekonomian Sulsel di Triwulan I 2015 disebabkan oleh menurunnya kinerja di sektor primer

    (sektor pertanian) dan sektor sekunder (sektor industri pengolahan). Sektor yang mampu menahan laju perlambatan

    adalah pertumbuhan sektor sekunder lainnya (sektor konstruksi dan sektor perdagangan). Sementara di sisi pengeluaran,

    menunjukkan kondisi lokal maupun yang terkait dengan global semuanya melemah, terindikasi dari perlambatan

    konsumsi rumah tangga, investasi, dan ekspor. Tercatat hanya stimulus fiskal (konsumsi pemerintah), satu-satunya

    komponen yang masih kuat di triwulan I 2015.

    Sumber: Badan Pusat Statistik

    *) Angka sementara **) Angka sangat sementara Grafik 1.1. Pertumbuhan Ekonomi Sulawesi Selatan

    1.2. Sisi Pengeluaran Dari semua komponen permintaan, kontraksi dikomponen ekspor menjadi penyebab utama lesunya ekonomi Sulsel di

    periode laporan. Ditriwulan I 2015, ekspor tercatat mengalami kontraksi sebesar -9,37% (yoy) jauh lebih rendah

    dibandingkan dengan periode sebelumnya yang mampu tumbuh hingga 14,73% (yoy). Selain karena produksi di sektor

    primer yang melemah, permintaan dari negara mitra dagang juga masih rendah.

    Selain ekspor, komponen konsumsi rumah tangga dan investasi (PMTB) juga tercatat pengalami perlambatan.

    Konsumsi Rumah tangga tercatat mengalami perlambatan dari 5,49% (yoy) di triwulan IV 2014 menjadi 5,32% (yoy) di

    triwulan I 2015. Komponen investasi mengalami perlambatan yang lebih dalam, dimana di triwulan I 2015 tercatat

    tumbuh 7,13% (yoy) lebih rendah dari triwulan IV 2014 yang tercatat sebesar 9,03% (yoy). Konsumsi rumah tangga

    tertekan karena masih tingginya harga di semua kebutuhan dasar masyarakat (energi dan pangan). Sementara investasi,

    diperkirakan karena hanya faktor siklus awal tahun.

    Tabel 1.1. Pertumbuhan (yoy) Ekonomi Menurut Komponen Pengeluaran (triwulanan)*

    Sumber: Badan Pusat Statistik *) Angka sementara

    1.2.1 Konsumsi

    Secara umum, konsumsi di triwulan I 2015 mengalami peningkatan dibandingkan triwulan IV 2014. Peningkatan

    konsumsi didorong oleh peningkatan konsumi pemerintah yang mampu tumbuh 6,99% (yoy), lebih tinggi dari triwulan

    sebelumnya mengalami kontraksi sebesar -2,92% (yoy). Di sisi lain, konsumsi rumah tangga dan konsumi LNPRT

    mengalami penurunan dari 5,49% (yoy) di triwulan IV 2014 menjadi 5,32% (yoy). Penurunan yang lebih dalam terjadi di

    komponen konsumsi LNPRT yang mengalami kontraksi -2,50% (yoy).

    I II III IV TOTAL I

    1 Pengeluaran Konsumsi Rumah Tangga 6.63 6.36 6.2 5.49 5.92 5.32

    2 Pengeluaran Konsumsi LNPRT 14.66 15.04 15.41 4.93 11.26 -2.50

    3 Pengeluaran Konsumsi Pemerintah 4.66 4.55 3.89 -2.92 1.88 6.99

    4 Pembentukan Modal Tetap Bruto 11.48 8.39 5.32 9.03 9.4 7.13

    5 Perubahan Inventori -126.3 -47.60 -609 -18.99 -125.2 -175.33

    6 Ekspor 14.6 11.56 7.62 14.73 11.85 -9.37

    7 Impor -9.32 -1.06 6.73 9.35 -1.64 0.41

    PDRB 8.03 7.34 8.23 7.71 7.57 5.23

    KomponenTahun Dasar 2000 Tahun Dasar 2010

    2014 2015

  • BAB 1 PERTUMBUHAN EKONOMI DAERAH

    Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Selatan| Triwulan I 2015

    Sektor Sekunder Menahan Perlambatan Ekonomi 13

    Konsumsi rumah tangga melambat di triwulan I 2015, disebabkan oleh penurunan daya beli masyarakat. Pemicu utama

    penurunan daya beli antara lain masih tingginya harga kebutuhan dasar masyarakat (harga bahan bakar minyak/BBM dan

    harga pangan). Sejak diterapkannya floating price system di bulan November 2014, volatilitas harga BBM berpengaruh

    signifikan terhadap tingkat konsumsi masyarakat. Hal ini terjadi mengingat peningkatan harga BBM, juga diikuti oleh

    second round effect(tarif angkutan umum dan harga di berbagai komoditas utama). Dengan peningkatan harga tersebut,

    inflasi triwulan I 2015 mencapai 7,13% (yoy), meskipun lebih rendah dari inflasi triwulan IV 2014 (8,61%, yoy).

    Sumber: Pertamina, diolah Sumber: BPS, diolah

    Grafik 1.2. Perkembangan Harga BBM Bersubsidi Grafik 1.3. Perkembangan Inflasi Sulsel

    Perlambatan konsumsi rumah tangga tersebut, terindikasi dengan penurunan indeks keyakinan konsumen, indeks

    penjualan eceran, dan kredit konsumsi. Hasil Survei Konsumen Bank Indonesia menunjukkan bahwa rata-rata Indeks

    Keyakinan Konsumen (IKK) di Makassar pada periode triwulan laporan mengalalami penurunan, meskipun masih berada

    pada level optimis (> 100)(Grafik 1.6). Selain itu, pergerakan Indeks Penjualan Eceran, hasil Survei Penjualan Eceran Bank

    Indonesia, juga menunjukkan penurunan (Grafik 1.7). Perlambatan konsumsi rumah tangga juga dikonfirmasi dari

    perlambatan pertumbuhan penyaluran kredit konsumsi (Grafik 1.8).

    Sumber: Survei Konsumen Sumber: Survei Penjualan Eceran

    Grafik 1.4. Indeks Keyakinan Konsumen Grafik 1.5. Indeks Penjualan Eceran

    Sumber: Laporan Bank, diolah

    Grafik 1.6. Penyaluran Kredit Konsumsi

    Di sisi lain, konsumsi pemerintah menjadi pendorong peningkatan konsumsi di triwulan I 2015. Kenaikan konsumsi

    pemerintah ini didorong oleh peningkatan nominal realisasi APBD Sulsel. Di triwulan I 2015, realisasi belanja instansi

    vertikal di Sulsel (APBN) dan APBD Provinsi Sulsel tumbuh 6,70% (yoy), lebih tinggi dari realisasi di triwulan IV 2014 yang

  • BAB 1 PERTUMBUHAN EKONOMI DAERAH

    14 Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Selatan|Triwulan I 2015

    Sektor Sekunder Menahan Perlambatan Ekonomi

    mengalami kontraksi sebesar -0,82% (yoy). Peningkatan tersebut, terutama didorong oleh realisasi belanja APBN

    mencapai Rp2,084 triliun atau meningkat 15,2% (yoy) yang sebagian besar berasal dari belanja pegawai.

    Sumber: DJPbN, diolah

    Grafik 1.7. Realisasi APBD Sulsel

    1.2.2 Investasi

    Trend perlambatan diawal tahun kembali terjadi di sektor investasi. Investasi yang tercermin dari Pembentukan Modal

    Tetap Bruto (PMTB) menunjukan perlambatan pertumbuhan, yaitu dari 9,03% (yoy) di triwulan IV 2014 menjadi 7,13%

    (yoy) di triwulan pelaporan. Penurunan juga terjadi di perubahan inventori, dimana di triwulan pelaporan komponen ini

    mengalami kontraksi sebesar -175,33% (yoy) lebih dalam dari kontraksi di triwulan IV 2014 yang mencapai 18,99% (yoy).

    Berkurangnya nilai dan jumlah proyek infrastruktur, mendorong perlambatan investasi di triwulan I 2015. Total nilai

    proyek yang dimulai di triwulan I 2015 mengalami kontraksi sebesar -62,61% (yoy) dibandingkan triwulan sebelumnya,

    menjadi senilai Rp988,71 miliar.1 Penurunan terjadi pada proyek infrastruktur yang diinisiasi oleh pemerintah dan pihak

    swasta untuk keperluan komersial. Penurunan investasi juga terkonfirmasi oleh penurunan impor barang modal

    sepanjang triwulan I 2015. Dirjen Bea Cukai Makassar mencatat penurunan laju impor barang modal yang signifikan, dari

    91,22% (yoy) di triwulan IV 2014 menjadi 9,01% (yoy) di triwulan I 2015.Beberapa proyek pemerintah dan swasta

    diperkirakan akan dimulai pada triwulan I 2015 senilai Rp981,11 miliar (turun 62,88% (yoy) dibandingkan triwulan IV 2014

    yang tercatat tumbuh 4,92% (yoy)). Pada triwulan I 2015, proyek pemerintah yang akan mulai berjalan diperkirakan

    mencapai Rp264 miliar dengan beberapa proyek besar seperti Perumahan Magnolia Residences, Jalan Batas Kabupaten

    Barru dan Kabupaten Marros, Jalan tepi pantai Bantaeng, Jalan Bau Massepe (batas Kota Pinrang), RSUD Sultan DG Radja

    Bulukumba dan Kantor pusat Pelindo Makassar. Selain itu, proyek swasta yang diperkirakan ada 38 proyek akan mulai

    berjalan ditriwulan I 2015 dengan total nilai proyek Rp264 miliar. Beberapa proyek besar yang dikelola oleh swasta

    tersebut antara lain Nipah Auto Mall di Makassar, Princewood Hotel, Bantaeng Smelter Electrical Station, Perumahan

    Bukit Baruga , dan Pembangkit listrik Bolangi (150 KV).

    Sumber: BCI Asia, diolah Sumber: Bea Cukai, diolah

    Grafik 1.8. Nilai Proyek Investasi Infrastruktur Sulsel Grafik 1.9. Impor Barang Modal

    1Sumber : BCI Asia, 2015

    -10%

    0%

    10%

    20%

    30%

    40%

    50%

    60%

    0

    5

    10

    15

    20

    25

    I II III IV I II III IV I II III IV I

    2012 2013 2014 2015

    %, yoyRp triliun

    p : perkiraan realisasi triwulan II (data historis)

  • BAB 1 PERTUMBUHAN EKONOMI DAERAH

    Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Selatan| Triwulan I 2015

    Sektor Sekunder Menahan Perlambatan Ekonomi 15

    Trend berbeda terjadi pada indikator pembiayaan, kredit untuk tujuan investasi tercatat mengalami percepatan

    pertumbuhan meski dalam rentang yang rendah. Pertumbuhan kredit investasi tercatat mengalami percepatan

    pertumbuhan dari 9,03% (yoy) di triwulan IV 2014 menjadi 11,88% (yoy) di triwulan I 2015. Pertumbuhan kredit investasi

    infrastruktur diperkirakan didorong oleh investasi yang diinisasi oleh perorangan dan non lembaga keuangan.

    Sumber: Laporan Bank, diolah Sumber: BCI Asia, diolah

    Grafik 1.10. Penyaluran Kredit Investasi Grafik 1.11. Trend Investasi Sulsel per Kelompok Inisiator Proyek

    Di sisi lain, perubahan inventori di triwulan I 2015 juga mengalami penurunan yang salah satu penyebabnya adalah

    penurunan inventori nikel. Kontraksi perubahan inventory di periode pelaporan sebesar -175,33% (yoy) lebih dalam

    dibandingkan triwulan IV 2014 (-125,2%, yoy). Posisi inventory nikel, yang merupakan parameter perubahan stok, tercatat

    mengalami kontraksi sebesar -9,84% (yoy) lebih dalam dari kondisi di triwulan IV 2014 (-10,11%, yoy).

    Sumber: Produsen, diolah

    Grafik 1.12. Perubahan Inventori Produsen Nikel

    1.2.3 Ekspor dan Impor

    Ekspor Sulsel di triwulan I 2015 mengalami kontraksi sebesar -9,37% (yoy). Nilai ini jauh lebih rendah dibandingkan

    dengan angka di triwulan IV 2014 yang mampu mencatatkan pertumbuhan sebesar 11,85% (yoy). Penurunan ekspor

    terjadi baik pada ekspor dengan tujuan luar negeri (LN) maupun dalam negeri (DN). Ekspor LN yang sebagian besar

    ditopang dari ekspor non migas, mengalami kontraksi sebesar -4,49% (yoy) turun tajam dibandingkan dengan triwulan IV

    2014 (15,13%; yoy). Ekspor antar daerah juga mengalami penurunan di triwulan pelaporan, hal ini terlihat dari

    menurunnya volume muat barang dalam negeri di pelabuhan Makassar. Kantor administrasi pelabuhan mencatat

    kontraksi 15,17% (yoy) sepanjang triwulan I 2015 turun dibandingkan triwulan IV 2014 yang masih mencatatkan

    pertumbuhan positif sebesar 13,24% (yoy).

  • BAB 1 PERTUMBUHAN EKONOMI DAERAH

    16 Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Selatan|Triwulan I 2015

    Sektor Sekunder Menahan Perlambatan Ekonomi

    Sumber: Bea Cukai, diolah Sumber: Kantor Administrasi Pelabuhan

    Grafik 1.13. Volume Ekspor Nonmigas Grafik 1.14. Volume Barang yang Dimuat

    Penurunan ekspor di triwulan I 2015 tidak lepas dari penurunan kinerja industri pengolahan nikel di Sulsel. Berdasarkan

    data yang dirilis oleh produsen nikel terbesar di Sulsel, diketahui bahwa produksi dan penjualan nikel matte mengalami

    kontraksi di triwulan I 2015. Produksi nikel matte diperiode pelaporan mengalami kontraksi sebesar -10,12% (yoy) dan

    penjualan mengalami kontraksi sebesar -7,12% (yoy). Secara nominal, tingkat produksi dan nilai penjualan di triwulan I

    2015 ini merupakan terendah dalam 2 tahun terakhir. Selain nikel, beberapa komoditas ekspor utama Sulsel juga

    mengalami penurunan ditriwulan I 2015. Tercatat ekspor rumput laut dan kayu olahan mengalami perlambatan. Biji

    kakao juga masih tercatat mengalami kontraksi meski tidak sedalam di periode sebelumnya. Salah satu penyebab

    turunnya nominal ekspor Sulsel adalah penurunan harga komoditas yang terjadi hampir di seluruh komoditas, termasuk

    harga Nikel dan Coklat yang menjadi komoditas unggulan ekspor Sulel.

    Sumber: Produsen Nikel Matte Sumber: Kantor Administrasi Pelabuhan

    Grafik 1.15. Produksi Nikel dalam Matte Grafik 1.16. Penjualan Nikel dalam Matte

    Selain penurunan harga komoditas, belum pulihnya kondisi ekonomi negara tujuan ekspor menjadi penyebab

    penurunan kinerja ekspor Sulsel. Dari data yang dirilis oleh World Bank, kondisi ekonomi negara tujuan ekspor Sulsel

    masih belum menunjukan pemulihan yang berarti. Hal ini terlihat dari kinerja industri manufaktur para negara mitra

    dagang Sulsel yang menurun diperiode pelaporan. Tercatat hanya Korea Selatan yang menunjukan peningkatan signifikan,

    sedangkan Jepang, Tiongkok, Amerika Serikat, dan Zona Eropa menunjukan tendensi penurunan kinerja ekonomi.

    Sumber: Bea Cukai, diolah Sumber: Bloomberg

    Grafik 1.17. Pertumbuhan Volume Ekspor Komoditas Grafik 1.18. Purchasing Managers Index

  • BAB 1 PERTUMBUHAN EKONOMI DAERAH

    Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Selatan| Triwulan I 2015

    Sektor Sekunder Menahan Perlambatan Ekonomi 17

    Di sisi lain, Impor Sulsel di triwulan I 2015 juga mengalami peningkatan dibandingkan triwulan sebelumnya. Impor di

    periode pelaporan tercatat tumbuh sebesar 0,41% (yoy) membaik setelah ditriwulan sebelumnya mengalami kontraksi (-

    1,64%, yoy). Peningkatan impor terkonfirmasi dari peningkatanvolume impor non migas luar negeri di triwulan I 2015.

    Dirjen Bea Cukai melaporkan peningkatan impor yang signifikan, dari -19,79% (yoy) menjadi 47,56% (yoy). Peningkatan

    impor tertahan oleh penurunan impor DN. Hal ini tercermin dari kontraksi volume bongkar muat barang dalam negeri di

    pelabuhan Makassar yang mencapai -3,13% (yoy) sepanjang triwulan I 2015.

    Sumber: Kantor Administrasi Pelabuhan Sumber: Bea Cukai, diolah

    Grafik 1.19. Volume Barang yang Dibongkar Grafik 1.20. Volume Impor Nonmigas

    Pada triwulan I 2015, struktur ekspor maupun impor luar negeri Sulsel relatif tidak mengalami perubahan

    dibandingkan periode sebelumnya. Produk industri masih menjadi komoditas yang dominan dalam komposisi barang

    dari Sulsel yang dijual ke luar negeri yang diikuti komoditas pertanian. Sementara itu, impor bahan baku mencatat pangsa

    terbesar dari total nilai impor Sulsel di triwulan laporan yang kemudian diikuti oleh impor barang modal dan barang

    konsumsi.

    Sumber: Bea Cukai, diolah Sumber: Bea Cukai, diolah

    Grafik 1.21. Pangsa Ekspor Menurut Komoditas Grafik 1.22. Pangsa Impor Menurut Kategori

    Jika dilihat secara lebih rinci, nikel matte masih merupakan komoditas dengan pangsa terbesar dalam struktur ekspor,

    sedangkan gandum kembali menjadi komoditas impor dengan pangsa terbesar. Pada triwulan IV 2014, komoditas nikel

    matte mengambil pangsa sebesar 61,56% dalam struktur ekspor luar negeri Sulsel. Selanjutnya, makanan olahan dan

    bahan nabati dengan pangsa terbesar yaitu masing-masing sebesar 11,63 dan 8,18%. Untuk impor luar negeri, komoditas

    yang tergolong hasil pertanian lainnya, termasuk didalamnya gandum, mengambil pangsa 26,83% pada triwulan I 2015

    dan berada pada urutan teratas dalam struktur impor. Setelah gandum, komoditas yang tergolong hasil industri lainnya

    dan makanan ternak lainnya dengan pangsa impor yaitu masing-masing 15,71% dan 13,42%.

  • BAB 1 PERTUMBUHAN EKONOMI DAERAH

    18 Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Selatan|Triwulan I 2015

    Sektor Sekunder Menahan Perlambatan Ekonomi

    Tabel 1.2. Peringkat Ekspor Menurut Komoditas Tabel 1.3. Peringkat Impor Menurut Komoditas

    Sumber: Bea Cukai, diolah Sumber: Bea Cukai, diolah

    Neraca perdagangan Sulsel kembali mengalami defisit di triwulan I 2015. Menurunnya kinerja ekspor menjadi

    pendorong penurunan neraca perdagangan Sulsel di triwulan pelaporan. Ekspor Sulsel mengalami kontraksi-9,37% (yoy)

    lebih rendah dibandingkan triwulan IV 2014 yang tercatat mengalami pertumbuhan sebesar 11,85% (yoy). Dari sisi impor,

    terjadi peningkatan pertumbuhan sebesar -1,64% (yoy) dibandingkan tahun 2013 (5,36%, yoy). Deaselerasi ekspor pada

    ditriwulan I 2015 yang dibarengi dengan akselerasi impor membuat defisit perdagangan atas dasar harga konstan (ADHK)

    menjadi lebih dalam dibandingkan dengan triwulan Iv 2014.

    Sumber: BPS Sumber: Bea Cukai, diolah

    Grafik 1.23. Neraca Perdagangan Bersih PDRB Grafik 1.24. Neraca Perdagangan Bersih Luar Negeri

    KomoditasNilai Ekspor

    Triwulan I 2015

    (US$ Juta)

    Pangsa

    Nikel 211,882,088 61.56%

    Makanan Olahan 40,023,389 11.63%

    Bahan Nabati 28,145,840 8.18%

    Udang Segar/Beku 11,833,541 3.44%

    Biji Cokelat 9,422,067 2.74%

    Kayu Olahan 7,201,440 2.09%

    Ikan dan Lain-Lain 6,965,713 2.02%

    Makanan Ternak 6,125,248 1.78%

    Hasil Industri Lainnya 4,441,347 1.29%

    Kopi 3,290,067 0.96%

    KomoditasNilai Impor

    Triwulan I 2015

    (USD)

    Pangsa

    Hasil Pertanian Lainnya 43,748,347 26.83%

    Hasil Industri Lainnya 25,623,333 15.71%

    Makanan Ternak Lainnya 21,885,058 13.42%

    Kapal Laut dan Sejenisnya 13,900,000 8.52%

    Besi/Baja 10,636,327 6.52%

    Kendaraan Bermotor Roda 4 dan Lebih 9,836,268 6.03%

    Alat Listrik 4,915,267 3.01%

    Bahan Kimia Anorganik 4,555,470 2.79%

    Kertas dan Barang Dari Kertas 4,179,207 2.56%

    Produk Keramik 3,353,013 2.06%

  • BAB 1 PERTUMBUHAN EKONOMI DAERAH

    Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Selatan| Triwulan I 2015

    Sektor Sekunder Menahan Perlambatan Ekonomi 19

    1.3. Sisi Lapangan Usaha

    Melambatnya perekonomian Sulsel di Triwulan I 2015 disebabkan oleh menurunnya kinerja di dua sektor ekonomi

    utama Sulsel, yaitu pertanian dan industri pengolahan. Sektor pertanian tercatat melambat dari 10,40% (yoy) di triwulan

    IV 2014 menjadi 2,09% (yoy) di triwulan I 2015, sedangkan sektor industri pengolahan tercatat mengalami penurunan

    yang lebih dalam dari 15,20% (yoy) di triwulan IV 2014 menjadi 6,05% (yoy) di triwulan I 2015. Di sisi lain, pertumbuhan di

    sektor konstruksi dan perdagangan menjadi penahan ekonomi Sulsel sehingga tidak terdeselerasi lebih lanjut.

    Tabel 1.4. Pertumbuhan Ekonomi Menurut Sektor Ekonomi*

    Sumber: Badan Pusat Statistik

    *) Angka sementara

    Sumber: Badan Pusat Statistik

    *) Angka sementara **) Angka sangat sementara

    Grafik 1.25. SharePDRB Menurut Lapangan Usaha

    Bila dilihat dari andil terhadap PDRB, Lapangan Usaha

    pertanian masih menjadi penyumbang terbesar di

    triwulan I 2015. Share sektor pertanian terhadap total

    PDRB di periode pelaporan mencapai 21,46 tertinggi

    dibandingkan 16 sektor ekonomi lainnya. Sektor lainnya

    yang menjadi tumpuan perekomian Sulsel adalah Industri

    Perdagangan, Pengolahan, dan Konstruksi. Ketiga sektor ini

    memiliki share terhadap total PDRB sebesar 14,04%,

    13,87%, dan 11,84%.

    1.3.1 Lapangan Usaha Pertanian

    Pergeseran musim tanam pada beberapa komoditas tanaman bahan makanan, sehingga terjadi penurunan produksi

    pada triwulan I 2015 dan berdampak pada melambatnya kinerja lapangan usaha pertanian secara keseluruhan.

    Lapangan usaha pertanian tercatat mengalami perlambatan dari 10,40% (yoy) di triwulan IV 2014 menjadi2,09% (yoy)

    ditriwulan I 2015. Keterbatasan pasokan dampak dari mundurnya musim tanam pada beberapa komoditas tabama

    seperti padi dan palawija lainnya diakhir tahun 2014 mengakibatkan penurunan yang besar pada sektor pertanian. Panen

    raya yang harusnya berlangsung mulai di bulan Maret 2015 mundur ke akhir April dan awal Mei 2015.

    I II III IV TOTAL I

    1 Pertanian A Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan 11.80 12.03 10.83 10.40 9.98 2.09

    2 Pertambangan dan Penggalian B Pertambangan dan Penggalian 8.34 2.54 -0.10 9.60 11.43 2.83

    3 Industri Pengolahan C Industri Pengolahan 3.51 8.03 10.27 15.20 9.45 6.05

    4 Listrik, Gas, dan Air Bersih 8.87 11.75 10.73

    D Pengadaan Listrik, Gas 15.00 10.56 7.52

    E Pengadaan Air -1.20 2.13 0.58

    5 Bangunan F Konstruksi 7.98 7.40 5.75 5.10 6.14 6.63

    6 Perdagangan, Hotel, dan Restoran 8.28 9.15 11.41

    G Perdagangan Besar dan Eceran, dan Reparasi Mobil dan Sepeda Motor 3.40 7.20 5.62

    I Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum 4.80 2.14 5.81

    7 Pengangkutan dan Komunikasi 6.34 3.01 3.56

    H Transportasi dan Pergudangan 5.60 7.77 3.60

    J Informasi dan Komunikasi 6.60 5.75 7.34

    8 Keuangan, Persewaan, dan Jasa Perusahaan 11.23 7.38 4.57

    K Jasa Keuangan 11.90 5.91 9.18

    L Real Estate 9.00 7.97 8.88

    9 Jasa-jasa 6.72 6.10 6.97

    M,N Jasa Perusahaan 7.40 6.76 4.77

    O Administrasi Pemerintahan, Pertahanan dan Jaminan Sosial Wajib 0.70 1.03 2.47

    P Jasa Pendidikan 3.10 4.65 8.90

    Q Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial 3.30 10.23 7.41

    R,S,T,U Jasa lainnya 9.40 7.57 9.42

    8.03 7.34 8.23 7.71 7.57 5.23

    Sektor Berdasarkan Tahun Dasar 2000 Sektor Berdasarkan Tahun Dasar 2010Tahun Dasar 2000

    2014

    PDRB PRDB

    Tahun Dasar 2010

    2015

  • BAB 1 PERTUMBUHAN EKONOMI DAERAH

    20 Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Selatan|Triwulan I 2015

    Sektor Sekunder Menahan Perlambatan Ekonomi

    Perlambatan pertumbuhan juga dialami subsektor perikanan dampak dari cuaca di awal periode pelaporan dan adanya

    regulasi dari pemerintah terkait kegiatan penangkapan ikan. Saat ini pemerintah melalui kementrian kelautan dan

    perikanan telah menerbitkan empat kebijakan, yaitu permen no 56/PERMEN/KP/2014 tentang moratorium penghentian

    perizinan kapal eks asing, Permen No.57/PERMEN/KP/2014 tentang larangan transhipment dan penggunaan ABK asing,

    Permen No.1/PERMEN/KP/2015 tentang larangan penangkapan lobster, kepiting dan rajungan dengan ukuran tertentu.

    dan Permen No.2/PERMEN/KP/2015 tentang larangan penggunaan alat tangkap pukat hela dan pukat tarik. Tujuan dari

    keempat kebijakan ini adalah mengurangi praktik Illegal, Unreported, and Unregulated (IUU) di wilayah RI, menjaga

    kelestarian sumber daya perikanan, membuka kesempatan kerja bagi nelayan lokal. Namun pada praktiknya, keempat

    kebijakan tersebut mengakibatkan penurunan kinerja perikanan hampir diseluruh wilayah KTI. Hal ini tercermin dari

    menurunnya hasil tangkapan ikan hampir diseluruh wilayah KTI, tidak terkecuali Sulawesi Selatan. Berdasarkan hasil

    liaison, dampak kebijakan lebih terasa bagi beberapa wilayah dengan sektor ekonomi utama di bidang perikanan, dimana

    beberapa perusahaan telah merumahkan sebagian dari karyawan akibat penurunan pendapatan. Khusus di Sulsel,

    penurunan kinerja perikanan juga terlihat dari masih terkontraksinya ekspor udang beku di triwulan I 2015.

    Sumber: Kementrian Kelautan dan Perikanan Sumber: Bea Cukai, diolah

    Grafik 1.26. Perkembangan Hasil Tangkapan Ikan Grafik 1.27. Volume Ekspor Udang

    Subsektor Perkebunan masih mengalami kontraksi di triwulan I 2015. Penurunan pasokan setelah lewatnya masa panen

    ditambah produktivitas pohon kakao yang terus menurun dan memasuki masa replacement pohon kakao mengakibatkan

    tambahan tekanan di subsektor perkebunan. Selain itu, harga kakao di pasar global yang terus tumbuh melambat juga

    menambah tekanan produksi kakao pada triwulan laporan sehingga subsektor perkebunan tidak dapat melaju lebih

    cepat. Penurunan produksi kakao pada akhirnya menurunkan pasokan ke industri (saat ini daya serap Industri sekitar 80%

    produksi) dan ekspor. Program Dinas Perkebunan Sulsel berupa rehabilitasi, ekstensifikasi dan pembagian 1,2 juta bibit

    sambung pucuk diharapkan dapat menjadi sumber penguatan kembali produksi kakao Sulsel.

    Sumber: Bea Cukai, diolah Sumber: World Bank

    Grafik 1.28. Volume Ekspor Biji Kakao Grafik 1.29. Harga Internasional Kakao

    1.3.2 Lapangan Usaha Pertambangan dan Penggalian

    Lampangan usaha pertambangan dan penggalian mengalami perlambatan di triwulan I 2015. Lapangan usaha ini

    tercatat melambat dari 9,6% (yoy) di triwulan IV 2014 menjadi 2,83% (yoy) di periode pelaporan. Dampak pelarangan

    ekspor bahan tambang mentah dan pelemahan harga komoditas diperkirakan masih menjadi penyebab utama penurunan

  • BAB 1 PERTUMBUHAN EKONOMI DAERAH

    Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Selatan| Triwulan I 2015

    Sektor Sekunder Menahan Perlambatan Ekonomi 21

    kinerja lapangan usaha pertambangan. Hampir seluruh komoditas tambang termasuk nikel terus mengalami penurunan

    harga sejak pertengahan tahun 2014. Sebagai contoh, harga komoditas nikel turun USD1.467 per metrik ton atau turun

    1,83% (yoy) dibandingkan periode yang sama di tahun sebelumnya. Penurunan harga komoditas tambang diperkirakan

    masih akan berlanjut hingga akhir tahun 2015 seiring dengan penurunan permintaan konsumen utama barang tambang

    seperti China dan Jepang. Penurunan lapangan usaha pertambangan juga terlihat dari perkembangan ekspor

    pertambangan yang masih mengalami kontraksi di triwulan I 2015. Ekspor pertambangan tercatat mengalami kontraksi

    sebesar -9,63% (yoy).

    Sumber: Bea Cukai, diolah Sumber: World Bank

    Grafik 1.30. Volume Ekspor Pertambangan Grafik 1.31. Harga Komoditas Tambang

    1.3.3 Lapangan Usaha Industri Pengolahan

    Lapangan usaha industri pengolahan mengalami perlambatan di triwulan I 2015. Setelah di triwulan sebelumnya

    tumbuh paling tinggi diantara lapangan usaha lainnya, di triwulan pelaporan lapangan usaha industri pengolahan tercatat

    mengalami perlambatan dari 15,20% (yoy) menjadi 6,05% (yoy). Penurunan di lapangan usaha ini sejalan dengan

    penurunan kinerja Industri Mikro dan Kecil (IMK) maupun Industri Besar dan Sedang (IBS). Selain tren penurunan di awal

    tahun, penurunan kinerja industri pengolahan tidak lepas dari penurunan permintaan dari negara mitra dagang. Selain

    itu, penurunan daya beli masyarakat pasca kenaikan harga BBM juga menurunkan permintaan produk industri dipasar

    domestik. Salah satu subsektor industri yang mengalami penurunan adalah industri pengolahan semen. Di triwulan I

    2015, realisasi pengadaan semen mengalami kontraksi sebesar -0,63% (yoy) menurun dibandingkan triwulan sebelumnya

    yang mampu tumbuh positif sebesar 5,45% (yoy). Industri pengolahan lain yang tercatat mengalami penurunan adalah

    industri pengolahan nikel yang tercatat mengalami kontraksi sebesar -10,85% (yoy).

    Sumber: Badan Pusat Statistik Sumber: Asosiasi Semen Indonesia, diolah

    Grafik 1.32. Pertumbuhan Industri Grafik 1.33. Realisasi Pengadaan Semen

    Penurunan dilapangan usaha industri pengolahan juga tercermin dari penurunan realisasi harga jual sektor industri di

    triwulan I 2014. Pada triwulan pelaporan, realisasi harga jual sektor industri mengalami koreksi jauh lebih rendah

    dibandingkan perkiraan. Pertumbun realisasi harga jual sektor industri mencapai 0,76% (yoy), lebih rendah dibandingkan

    triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar 6,67%. Di sisi lain, subsektor industri kayu olahan serta makanan olahan juga

    menunjukkan perlambatan. Hal ini dikonfirmasi oleh penurunan pertumbuhan volume ekspor komoditas kayu olahan dan

    makanan olahan yang triwulan laporan.

  • BAB 1 PERTUMBUHAN EKONOMI DAERAH

    22 Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Selatan|Triwulan I 2015

    Sektor Sekunder Menahan Perlambatan Ekonomi

    Sumber: Bea Cukai, diolah Sumber: Survei Kegiatan Dunia Usaha

    Grafik 1.34. Volume Ekspor Hasil Industri Grafik 1.35. Harga Jual Sektor Industri Pengolahan

    1.3.4 Lapangan Usaha Listrik, Gas, dan Air Bersih (LGA)2

    Pada lapangan usaha Pengadaan Listrik dan Gas mengalami pertumbuhan sebesar 7,52% (yoy), sedangkan lapangan

    usaha Pengadaan Air mengalami pertumbuhan sebesar 0,58% (yoy). Bila dibandingkan dengan periode sebelumnya,

    kedua lapangan usaha ini tercatat mengalami perlambatan. Penurunan daya beli masyarakat diperkirakan menjadi faktor

    penyebab penurunan pertumbuhan seiring dengan stagnannya harga jual usaha sektor LGA. Hal ini diperkuat dengan

    menurunnya kapasitas produksi terpakai sektor LGA dibandingkan periode sebelumnya.

    Sumber: Survei Kegiatan Dunia Usaha Sumber: Survei Kegiatan Dunia Usaha

    Grafik 1.36. Harga Jual Sektor Industri Pengolahan Grafik 1.37. Kapasitas Produksi Terpakai Sektor LGA

    1.3.5 Lapangan Usaha Konstruksi

    Pada triwulan I 2015, Lapangan Usaha Konstruksi kembali menunjukan peningkatan kinerja. Di triwulan pelaporan,

    sektor ini mampu bertumbuh hingga 6,63% (yoy) lebih tinggi dari pertumbuhan di periode sebelumnya yang

    mencapai5,75% (yoy). Pertumbuhan di sektor ini sejalan dengan pertumbuhan pada komponen investasi, khususnya yang

    dihitung dari PMTB yang mencatatkan pertumbuhan diatas 5% di triwulan laporan. Percepatan dipengaruhi oleh realisasi

    beberapa proyek multiyears dan beberapa proyek infrastruktur komersil baru yang sudah direncanakan di mulai pada

    awal tahun 2015. Peningkatan kinerja di lapangan usaha konstruksi diimbangi dengan peningkatan penyaluran

    pembiayaan ke sektor konstruksi. Kredit yang disalurkan ke sektor konstruksi tercatat mengalami pertumbuhan sebesar

    34,02% (yoy) meningkat dibandingkan triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar 22,18% (yoy).

    2Berdasarkan pembagian SNA 2008 menggunakan tahun dasar 2010, perkembangan sektor LGA dapat di lihat dari lapangan usaha Pengadaan Listrik dan Gas dan lapangan usahan Pengadaan Air (Berita Resmi Statistik Provinsi Sulawesi Selatan No. 13/02/73/Th. V, 5 Februari 2015).

  • BAB 1 PERTUMBUHAN EKONOMI DAERAH

    Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Selatan| Triwulan I 2015

    Sektor Sekunder Menahan Perlambatan Ekonomi 23

    Sumber: Survei Penjualan Eceran Sumber: Laporan Bank, diolah

    Grafik 1.38. Penjualan Eceran Perlengkapan Konstruksi Grafik 1.39. Kredit kepada Sektor Konstruksi

    1.3.6 Lapangan Usaha Perdagangan, Hotel, dan Restoran (PHR)3

    Kategori Perdagangan Besar dan Eceran dan Reparasi Kendaraan mengalami pertumbuhan sebesar 5,62% (yoy),

    sedangkan kategori Penyediaan Akomodasi Makan Minum tumbuh sebesar 5,81% (yoy). Bila dibandingkan dengan

    periode sebelumnya, kedua lapangan usaha ini tercatat mengalami percepatan pertumbuhan di triwulan I 2015. Hal ini

    searah dengan peningkatan penyaluran pembiayaan ke sektor perdagangan. Kredit ke sektor perdagangan tercatat

    tumbuh 13,92% (yoy) lebih tingi dari pertumbuhan di triwulan IV 2014 yang tercatat mencapai 12,60% (yoy).

    Pertumbuhan perdagangan diperkirakan ditopang oleh peningkatan penjualan dikomoditas bahan makanan dan

    beberapa produk kebutuhan tersier seperti suku peralatan elektronik, bahan bakar, dan suku cadang kendaraan. Hal ini

    terlihat dari kenaikan indeks penjualan eceran di keempat kelompok barang tersebut.

    Sumber: Laporan Bank, diolah Sumber: Survei Penjualan Eceran

    Grafik 1.40. Perkembangan Kredit Perdagangan Grafik 1.41. Penjualan Barang Eceran Riil

    Lapangan usaha Penyediaan Akomodasi Makan Minum mendukung arah penurunan Lapangan Usaha PHR pada

    triwulan laporan seiring. Di triwulan I 2015, lapangan usaha ini mengalami pertumbuhan 5,81% (yoy), lebih tinggi dari

    periode sebelumnya yang tercatat tumbuh sebesar 4,80% (yoy). Peningkatan permintaan akomodasi makan minum

    diperkirakan berasal dari domestik, mengingat indikator pariwisata seperti tingkat penghunian kamar hotel dan jumlah

    wisman mengalami penurunan di periode pelaporan.

    3Berdasarkan pembagian SNA 2008 menggunakan tahun dasar 2010, perkembangan sektor PHR dapat di lihat dari kategoriPerdagangan Besar dan

    Eceran dan Reparasi Kendaraan serta kategoriPenyediaan Komodasi Makan Minum(Berita Resmi Statistik Provinsi Sulawesi Selatan No. 13/02/73/Th. V, 5 Februari 2015).

  • BAB 1 PERTUMBUHAN EKONOMI DAERAH

    24 Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Selatan|Triwulan I 2015

    Sektor Sekunder Menahan Perlambatan Ekonomi

    Sumber: Badan Pusat Statistik Sumber: Badan Pusat Statistik

    Grafik 1.42. Tingkat Penghunian Kamar Hotel Grafik 1.43. Jumlah Kunjungan Wisatawan Mancanegara

    1.3.7 Lapangan Usaha Angkutan dan Komunikasi4

    Di triwulan laporan, lapangan usaha transportasi dan pergudangan tumbuh melambat sebesar 3,60% (yoy), sedangkan

    kelompok informasi dan komunikasi tumbuh meningkat sebesar 7,34% (yoy). Pertumbuhan lapangan usaha transportasi

    dan pergudangan terkonfirmasi dari peningkatan penyaluran kredit ke sektor pengangkutan. Selain itu, kinerja lapangan

    usaha transportasi dan pergudangan juga terlihat dari aktivitas penumpang di Bandara Sultan Hasanudin. Jumlah

    penumpang yang berangkat tercatat dari Bandara Sultan Hasanudin sepanjang triwulan I 2015 relatif masih rendah,

    mencapai 731 ribu orang, atau masih tumbuh negatif (-6,08%) dibandingkan dengan triwulan sebelumnya (-7,05%).

    Sementara trafik jaringan telekomunikasi salah satu provider telepon di Makassar mengalami peningkatan sampai dengan

    15% dibanding hari normal5 pada triwulan I 2015, terutama saat perayaan Imlek.

    Sumber: Angkasa Pura Sumber: Laporan Bank, diolah

    Grafik 1.44. Lalu Lintas Penumpang Pesawat Udara Grafik 1.45. Kredit Sektor Pengangkutan

    1.3.8 Lapangan Usaha Keuangan, Persewaan, dan Jasa Perusahaan6

    Di triwulan pelaporan, lapangan usaha jasa keuangan tumbuh sebesar 9,18% (yoy). Sedangkan lapangan usaha real

    estate tumbuh sebesar 8,88% (yoy). Bila dibandingkan dengan periode sebelumnya, kedua lapangan usaha ini tercatat

    mengalami perlambatan. Faktor penyebab perlambatan salah satunya datang dari peningkatan penurunan kinerja

    subsektor perbankan. Deselerasi penghimpunan DPK dan penyaluran kredit mengakibatkan penurunan nilai tambah

    bruto perbankan di Sulsel pada triwulan I 2015. Di sisi lain, penurunan di lapangan usaha real estate terlihat dari

    melambatnya penjualan properti di wilayah Sulsel sepanjang triwulan I 2015. Indeks Harga Properti Residensial (IHPR)

    menunjukan tendensi perlambatan melanjutkan tren yang sudah berlangsung sejak pertengahan tahun 2014.

    4 Berdasarkan pembagian SNA 2008 menggunakan tahun dasar 2010, perkembangan sektor Angkutan dan Komunikasi dapat dilihat dari pendekatan

    kategoriTransportasi dan Pergudangan dan kategoriInformasi Dan Komunikasi(Berita Resmi Statistik Provinsi Sulawesi Selatan No. 13/02/73/Th. V, 5 Februari 2015).

    5 Kenaikan trafik pada layanan voice kurang dari 5%, SMS sekitar 5%, dan paket data sekitar 10-15% dari trafik hari normal.

    6 Berdasarkan pembagian SNA 2008 menggunakan tahun dasar 2010, perkembangan sektor Keuangan, Persewaan, dan Jasa Perusahaan dapat dilihat

    dari pendekatan kategoriJasa Keuangan dan kategori Real Estate(Berita Resmi Statistik Provinsi Sulawesi Selatan No. 13/02/73/Th. V, 5 Februari 2015).

  • BAB 1 PERTUMBUHAN EKONOMI DAERAH

    Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Selatan| Triwulan I 2015

    Sektor Sekunder Menahan Perlambatan Ekonomi 25

    Sumber: Laporan Bank, diolah Sumber: Perusahaan Properti

    Grafik 1.46. Nilai Tambah Bank Grafik 1.47. Penjualan Properti

    1.3.9 Lapangan Usaha Jasa-jasa7

    Di triwulan pelaporan, kategori jasa perusahaan; kategori administrasi pemerintah; kategori jasa pendidikan; kategori

    jasa kesehatan & kegiatan sosial; dan kategori jasa lainnya, secara berturut-turut tumbuh sebesar 4,77% (yoy); 2,47%

    (yoy); 8,90% (yoy); 7,41% (yoy); dan 9,42% (yoy). Secara agregat, bila dibandingkan dengan pertumbuhan sektor jasa-

    jasa triwulan IV 2014, maka terjadi akselerasi pertumbuhan di periode pelaporan. Hal ini sejalan dengan perkembangan

    penyaluran kredit ke sektor jasa sosial masyarakat. Di triwulan I 2015, kredit jasa sosial masyarakat tumbuh 29,92% (yoy)

    lebih tinggi dari pertumbuhan di triwulan sebelumnya yang tercatat mencapai 20,03% (yoy).

    Sumber: Laporan Bank, diolah

    Grafik 1.48. Kredit Sektor Jasa Sosial Masyarakat

    7Berdasarkan pembagian SNA 2008 menggunakan tahun dasar 2010, perkembangan sektor Jasa-Jasa Perusahaan dapat dilihat dari pendekatan

    lapanganusaha yang baru antara lain kategoriJasa Perusahaan, kategoriAdministrasi Pemerintah, kategoriJasa Pendidikan, kategoriJasa Kesehatan & Kegiatan Sosial, dan kategoriJasa Lainnya(Berita Resmi Statistik Provinsi Sulawesi Selatan No. 13/02/73/Th. V, 5 Februari 2015).

  • BAB 1 PERTUMBUHAN EKONOMI DAERAH

    26 Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Selatan|Triwulan I 2015

    Sektor Sekunder Menahan Perlambatan Ekonomi

    Boks 1.A. Keterkaitan Nilai Tukar Rupiah Terhadap Ekspor Sulsel Dari akhir tahun 2014, nilai tukar rupiah mengalami

    pelemahan terendah semenjak tahun 1998 dan terus

    berlanjut hingga beberapa waktu terakhir ini. Pelemahan

    nilai tukar Rupiah khususnya terhadap mata uang USD

    terjadi lebih pada penguatan ekonomi Amerika Serikat

    yang berdampak pada penguatan USD terhadap seluruh

    mata uang negara lain, termasuk Rupiah. Bila dibandingkan

    dengan valas lainnya, seperti Yen (JPY), Rupiah relatif

    menguat. BI meyakini, depresiasi rupiah saat ini berbeda

    dengan depresiasi di tahun 1998 mengingat saat ini kondisi

    fundamental ekonomi RI jauh lebih kuat dibandingkan

    dengan tahun 1998 silam.

    Grafik 1.A.1 Perkembangan Nilai Tukar

    NIKEL Biji Cokelat

    Ganggang Laut Ikan Olahan

    Udang Segar Cokelat Olahan

    Rp100

    Rp105

    Rp110

    Rp115

    Rp120

    Rp125

    Rp8.000

    Rp9.000

    Rp10.000

    Rp11.000

    Rp12.000

    Rp13.000

    Rp14.000

    USD SGD JPY-rhs

    Correl : USD - SGD = 0,939Correl : USD - JPY = 0,932

    Correl : USD - SGD = 0,399Correl : USD - JPY = -0,388

  • BAB 1 PERTUMBUHAN EKONOMI DAERAH

    Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Selatan| Triwulan I 2015

    Sektor Sekunder Menahan Perlambatan Ekonomi 27

    Kayu Lapis Dedak/Bekatul

    Industri Lainnya Ikan Lainnya

    Grafik 1.A.2 Perkembangan Ekspor Komoditas terhadap Nilai Tukar

    Di sisi lain, secara teori depresiasi harusnya berdampak positif terhadap kinerja ekspor suatu negara. Hal yang berbeda

    terjadi di ekspor Indonesia, termasuk Sulsel di dalamnya. Data menunjukan tidak ada korelasi yang kuat antara depresiasi

    dan peningkatan nilai Ekspor komoditas unggulan di Sulsel. Dari 10 komoditas utama ekspor Sulsel, hanya ganggang laut

    (rumput laut) dan cokelat olahan yang memiliki korelasi positif cukup tinggi terhadap depresiasi rupiah. Rendahnya

    pengaruh nilai tukar terhadap ekspor di Sulsel. Salah satu faktor penyebabnya adalah komoditas ekspor utama Sulsel

    yang berupa komoditas hasil pengolahan produk pertambangan cenderung dipengaruhi harga komoditas internasional

    dan kontrak jual beli yang bersifat jangka panjang. Di atas adalah beberapa hasil uji korelasi perkembangan nilai ekpor

    Sulsel terhadap pergerakan nilai tukar.

    Sementara itu, valuta asal untuk ekspor di Sulsel secara garis besar masih menggunakan US dollar. Valuta asal dengan

    US dollar mencapai 98,2% dari total ekspor selama 2015. Selebihnya adalah Poundsterling, Yen, dan Singapura Dollar.

    Poundsterling digunakan pada ekspor biji coklat, sedangkan Singapura Dollar digunakan untuk produk ikan olahan, udang

    segar/beku, dan ikan lainnya. Perkembangan pergerakan nilai tukar USD yang cenderung berkorelasi minimal terhadap

    peningkatan ekspor, diperkirakan akibat bentuk ekspornya masih berbentuk mentah, yang cenderung dipengaruhi oleh

    harga internasional. Oleh karena itu, perlu didorong hilirisasi komoditas-komoditas tersebut, menjadi produk setengah

    jadi hingga produk jadi.

    Grafik 1.A.3 Penggunakan Mata Uang Asal dalam Ekspor

    JPY -JAPANESE

    YEN0,1%

    SGD -SINGAPORE

    $0,0%

    USD - US$98,2%

    GBP -POUND

    STERLING1,8%

  • BAB 1 PERTUMBUHAN EKONOMI DAERAH

    28 Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Selatan|Triwulan I 2015

    Sektor Sekunder Menahan Perlambatan Ekonomi

    HALAMAN INI SENGAJA DIKOSONGKAN

  • Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Selatan | Triwulan I 2015

    Sektor Sekunder Menahan Perlambatan Ekonomi 29

    2. KEUANGAN PEMERINTAH

    Bab 2 Keuangan Pemerintah

    Persentase realisasi pendapatan APBD Provinsi Sulsel triwulan I 2015 relatif sama dengan triwulan I 2014. Faktor pendorong adalah

    optimalisasi pemungutan pajak dan retribusi daerah, serta kenaikan

    lain-lain pendapatan asli daerah yang sah.

    Sementara di sisi persentase realisasi belanja untuk APBD Provinsi,

    APBD Kabupaten Kota, maupun instansi vertikal, pada triwulan I

    2015, cenderung lebih rendah dibandingkan periode yang sama

    pada tahun 2014. Faktor penyebab adalah karena faktor pola

    awal tahun dan kendala teknis.

  • BAB 2 KEUANGAN PEMERINTAH

    30 Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Selatan|Triwulan I 2015

    Sektor Sekunder Menahan Perlambatan Ekonomi

    2.1. Struktur Anggaran

    Keuangan Pemerintah di Sulsel terbagi atas keuangan pemerintah daerah (Anggaran Pendapatan dan Belanja

    Daerah/APBD) dengan keuangan pemerintah pusat di daerah, dengan porsi terbesar adalah APBD Kabupaten/Kota .

    Keuangan pemerintah daerah terdiri atas APBD Provinsi Sulsel dengan seluruh APBD Kabupaten dan Kota. Sementara

    keuangan pemerintah pusat di daerah, merupakan anggaran instansi vertikal yang berada di Sulsel. Anggaran tahun 2015,

    jumlah anggaran belanja keuangan pemerintah daerah dan pemerintah pusat di daerah mencapai sekitar Rp48,5 triliun

    dengan proporsi masing-masing yaitu APBD Provinsi 12,7%, APBD Kabupaten/Kota sekitar 53,4%, dan instansi vertikal

    senilai 33,9%.

    Grafik 2.1. Struktur Anggaran Belanja Keuangan Pemerintah di Sulsel

    Tahun 2015 Grafik 2.2. Struktur Realisasi Belanja Keuangan Pemerintah di Sulsel

    Triwulan I 2015

    Porsi realisasi instansi vertikal triwulan I 2015 (grafik 2.2) meningkat dibandingkan porsi anggaran tahun 2015 (grafik

    2.1). Realisasi instansi vertikal menunjukkan peningkatan yang paling tinggi dibandingkan realisasi APBD Provinsi maupun

    APBD Kabupaten dan Kota. Porsi realisasi instansi vertikal menjadi 39,75% mencapai Rp2,08 triliun pada triwulan I 2015,

    dibandingkan porsi anggarannya (33,9%). Hal ini terkait instruksi optimalisasi penyerapan anggaran APBN untuk

    mendukung pertumbuhan ekonomi dari sisi konsumsi pemerintah.

    2.2. Perkembangan Realisasi Anggaran APBD Provinsi

    2.2.1 Pendapatan 2.