UAS Kajian Buku Teks New (1)

53
NAMA : ANDRE BAGUS IRSHANTO NIM : 1104592 MATAKULIAH : KAJIAN BUKU TEKS MENDEKONSTRUKSI HISTORIOGRAFI BUKU TEKS SMP DAN SMA PADA MASA ORDE BARU ABSTRAK Dalam proses penulisan suatu karya sejarah terdapat tahapan metodologi penelitian yang dipergunakan dikalangan sejarawan yaitu “historiografi”. Historiografi adalah tahap terakhir dalam metodologi penelitian sejarah yang harus dilakukan oleh seorang sejarawan untuk menghasilkan sebuah karya yang mendekati kejadian yang sebenarnya,walaupun kadangkala dalam sebuah historiografi terdapat faktor subjektivitas dari sejarawan yang menulisnya. Menurut sebagian besar sejarawan, historiografi dapat dibagi menjadi tiga yaitu :historiografi tradisional, historiografi kolonial, dan historiografi modern Indonesiasentris, sedangkan dalam gaya penulisan

description

wqrwqrw

Transcript of UAS Kajian Buku Teks New (1)

NAMA : ANDRE BAGUS IRSHANTO

NIM : 1104592

MATAKULIAH : KAJIAN BUKU TEKS

MENDEKONSTRUKSI HISTORIOGRAFI

BUKU TEKS SMP DAN SMA PADA MASA ORDE BARU

ABSTRAK

Dalam proses penulisan suatu karya sejarah terdapat tahapan metodologi

penelitian yang dipergunakan dikalangan sejarawan yaitu “historiografi”.

Historiografi adalah tahap terakhir dalam metodologi penelitian sejarah yang harus

dilakukan oleh seorang sejarawan untuk menghasilkan sebuah karya yang mendekati

kejadian yang sebenarnya,walaupun kadangkala dalam sebuah historiografi terdapat

faktor subjektivitas dari sejarawan yang menulisnya.

Menurut sebagian besar sejarawan, historiografi dapat dibagi menjadi tiga

yaitu :historiografi tradisional, historiografi kolonial, dan historiografi modern

Indonesiasentris, sedangkan dalam gaya penulisan historiografi Indonesiasentris

terdapat dua aliran besar yang mempengaruhi gaya penulisan sejarah yaitu Mazhab

Bulaksumur dan Mazhab Politik . Kedua mazhab tersebut dikembangkan di dua

Universitas tertua di Indonesia yaitu Universitas Gajah Mada( UGM) dan Universitas

Indonesia (UI).

Sebagai salah satu contoh penulisan yang menggunakan metodologi penelitian

historiografi adalah Buku Teks Pelajaran Sejarah SMP dan SMA. Dalam buku teks

sejarah tersebut masih terdapat subjektivitas baik dari sejarawan atau dari penulis

buku dikarenakan adanya tuntutan penguasa . Kondisi tersebut terutama terjadi pada

rezim Orde baru ( Orba). Pada rezim Orde baru sangat kental sekali akan kepentingan

pemerintah yang tengah berkuasa, yang ingin menonjolkan peranannya dalam sejarah

bangsa indonesia, diantaranya dengan cara memasukan matapelajran PSPB

(Pelajaran Sejarah Perjuangan Bangsa ) kedalam kurikulum SMP dan SMA.

Kata Kunci : Historiografi, Historiografi Indonesiasentris, Teks Sejarah, Kurikulum

Pendidikan Sejarah , Orde baru, PSPB ( Pelajaran Sejarah Perjuangan Bangsa)

PENGANTAR

Sudah empat belas tahun kita meninggalkan Orde baru dan saat ini telah

berganti menjadi era Reformasi,tetapi belum tampak perubahan yang signifikan dalam

penulisan buku teks, hanya segelintir sejarawan dan penulis buku teks sejarah yang

berani melakukan pembaharuan terhadap historiografi pada buku teks sejarah,

sedangkan sisanya masih menggunakan data dan fakta sejarah yang pernah dipakai

pada rezim Orde baru . Hal ini sangat memprihatinkan , karena guru dan siswa harus

mempelajari suatu peristiwa sejarah tidak sesuai dengan fakta yang sebenarnya

terjadi, terdapat indikasi penyampaian fakta yang tidak benar dan tidak sesuai dengan

fakta yang terjadi demi untuk melanggengkan kekuasaanpada masa rezim Orde Baru

Selain itu pada buku sejarah SMP dan SMA terkesan kering dan seperti tidak

berkaitan antara ilmu –ilmu sosial yang lain dan juga tidak memasukan unsur sejarah

lokal daerah masing -masing kedalam buku teks Sejarah SMP dan SMA.

A. DEFINISI HISTORIOGRAFI DAN PERKEMBANGAN

HISTORIOGRAFI DI INDONESIA

Historiografi adalah sebuah tahapan terakhir dalam sebuah metodologi

penelitian sejarah, setelah terlebih dahulu melakukan tahapan heuristik,

kritik,verifikasi, dan intrepretasi yang dilakukan oleh seorang sejarawan agar

menghasilkan sebuah karya sejarah dapat berupa buku , film, diorama,dll . Pada

tahapan ini tidak dapat dihindari adanya faktor subjektivitas, menurut Dr Sugeng

Priyadi M Hum. dalam bukuya yang berjudul Metode Penelitian Pendidikan

Sejarah yang dimaksud subjektivitas adalah : “Suatu hal yang selalu ada dalam

intrerpretasi ,yang dipengaruhi oleh sikap berat sebelah pribadi,prasangka

kelompok, teori-teoriinterpretasi yang bertentangan dan konflik-konflik

filsafat.”(Priyadi S. , Metode Penelitian Pendidikan Sejarah, 2012).

Subjektivitas menurut saya adalah sebuah pandangan baik dari hasil

interpretasi sejarawan itu sendiri maupun karena adanya permintaan dari penguasa

yang sedang berkuasa saat itu, biasanya hal tersebut dilakukan untuk melanggengkan

kekuasaan dan menyingkirkan orang-orang yang berbeda ideologi dengan penguasa

dan tidak setuju akan kebijakan penguasa yang saat itu sangat dekat dengan fihak

asing. Idealnya dalam penulisan sejarah haruslah se-objektif mungkin. Menurut

Haryono dalam bukunya yang berjudul Mempelajari Sejarah Secara Efektif yang

dimaksud dengan objektivitas adalah : “Objektivitas dalam praktek merupakan

kemampuan menghadapi pelbagi fakta, terlepas dari apa anda menyukai atau

tidak.”(Hariyono, 1995)

Setelah dipaparkan definisi historiografi secara umum,berikut ini saya

paparkan beberapa definisi historiografi dari para sejarawan :

Menurut Prof Dr Ismaun M.Pd: “Historiografi berarti pelukisan sejarah, gambaran

sejarah tentang peristiwa yang terjadi pada masalalu yang disebutsejarah”(Ismaun,

2005)

Menurut Prof Dr Helius Sjamsudin M.A,“Historiografi adalah: “Suatu Sintesis

yang dihasilkan oleh sejarawan dari seluruh hasil penelitiannya atau penemuannya

itu dalam suatu penulisan utuh.’’ (Sjamsuddin, 2007)

Menurut Drs Sugiyanto, M Hum Historiogarfi adalah“Historiografi merupakan

puncak kegiatan penelitian sejarah setelah memilih subjek yang diminati dalam

penelitian sejarah, kemudian mencari sumber-sumber dan menafsirkan informasi

yang terkandung di dalamnya” (Sugiyanto, 2009)

Menurut Drs Haryono, M.Pd, Historiogarfi adalah “Historiografi merupakan suatu

kisah masa lampau yang direkontruksi oleh sejarawan berdasarkan fakta yang

ada.’’(Hariyono, 1995)

Menurut Prof A Daliman, M.Pd Historiogarfi adalah “ Penulisan sejarah

( historiografi)menjadi sarana mengkomunikasikan hasil-hasil penelitian yang

diungkapkan ,diuji ( verifikasi) dan diinterpretasi”(Daliman, 2012)

Menurut Abdurahaman Hamid dan Muhammad Saleh Majid Historiogarafi

adalah “ Berbagai peryataan mengenai masa silam yang telah disintesiskan

selanjutnya ditulis dalam kisah sejarah”(Hamid, 2011)

Menurut Soedjatmoko et all Historiografi adalah “ Historiografi atau penulisan

sejarah dalam ilmu sejarah merupakan titik puncak dari kegiatan penelitian oleh

sejarawan. Dalam metodologi sejarah ,historiografi merupakan bagian

terakhirnya.Langkah terakhir,tetapi langkah tersebut adalah langkah

terberat .’’(Poesporodjo, 1987)

Menurut Susanto Zuhdi Historiografi adalah “Ada dua pengertian mengenai

historiografi yaitu pertama langkah terakhir dalam metode sejarah atau penulisan

sejarah dan kedua tinjauan atas hasil karya tulis sejarah”(Mulyana A. , 2009)

Dari beberapa definisi yang telah dipaparkan diatas dapat ditarik kesimpulan

bahwa historiografi adalah tahapan yang terakhir dan yang paling berat dari sebuah

rekonstruksi suatu peristiwa sejarah yang terjadi pada masa lampau yang dilakukan

oleh sejarawan setelah terlebih dahulu melakukan tahapan heuristik, kritik,verifikasi

dan interpretasi berdasarkan data dan fakta yang ditemukan di lapangan agar

menjadi sebuah kisah yang selaras dengan apa yang terjadi sebenarnya pada masa

lampau dan harus menghindari subjektivitas.

Dalam historiografi terdapat tiga fungsi utama yaitu fungsi genetis, fungsi

didaktis,dan fungsi pragmatis, berikut ini pembahasannya satu persatu:

- Fungsi Genetis

Pada mulanya setiap peristiwa atau cerita sejarah mengungkapkan bagaimana suatu

peristiwa itu terjadi atau darimana asal- usulnya seseorang. Dalam fungsi genetis

indentitas diri adalah untuk melacak asal-usul suatu peristiwa dengan melacak

geneologisnya. Contoh dari fungsi genetis historiografi tampak jelas pada Babad

Tanah Jawi, Sejarah Melayu, Kronik Kutai dan lain sebagainnya

- Fungsi Didaktis

Fungsi didaktis adalah suatu fungsi dalam historiografi dimana sejarah ditempatkan

sebagai cerita pengalaman kolektif dan juga didalamnya memuat banyak pelajaran,

hikmah serta suri teladan bagi pembaca pada umumnya dan khususnya bagi generasi

berikutnya . Di dalamnya dipandang sebagai wahana untuk melakukan sosialisasi dan

enkulturasi karena mengandung tradisi,kebijakandan pengetahuan akan nilai-nilaidari

generasike generasi. Contoh dari fungsi didakstis adalah pada bagian permulaan

Sejarah Melayu walaupun dicantumkan secara eksplisit.

- Fungsi Pragmatis

Dalam fungsi pragmatis yang sangat ditonjolkan adalah fungsi untuk melegitimasi

sesuatu kekuasaan khususnya dan situasi politik pada umumnya walaupun dengan

cara yang tidak rasional yaitu dengan mengkait-kaitkan garis keturunan para

penguasa dengan para dewa , biasanya fungsi ini lebih banyak terjadi pada

historiografi tradisonal. Contoh dari fungsi pragmatis adalah pada Babad Tanah Jawi

karena dalam Babad Tanah Jawi ada unsur legtimasi penguasa dari raja-raja kerajaan

Mataram dengan mengait-ngaitkan garis keturunan pararaja dengan dewa-dewa.

Karena pokok peristiwa dan tokoh sejarah yang dapat dikisahkan banyak

sekali oleh karena itu muatan yang ada dalam buku teks sejarah harus dibatasi . Batas

yang paling praktis adalah minimal batasan yang telah ditentukan oleh kurikulum ,

boleh saja penulis buku teks sejarah menambahkan sejumlah bahan terbatas dalam

buku teks yang ditulisnya.

Djoko Suryo seorang dosen dan Sejarawan asal UGM membagi historiografi

menjadi tiga bagian yaitu historiografi tradisional, historiografi kolonial,dan

historiografi modern Indonesiasentris. Pembagian tersebut didasarkan pada metode

dan isi dari karya historiografi tersebut , berikut saya paparkan satu persatu :

I. Historiografi Tradisional

Historiografi Tradisional adalah sebuah penulisan sejarah yang terjadi pada

periode Hindu Budha sampai masuknya agama Islam, yang dilandasi kepada

legitimasi kekuasaan dalam hal ini adalah raja . Dalam historiografi tradisional tidak

pernah lepas dari tradisi lisan ( tradisi yang disebarkan oleh lisan dalam berapa

generasi periwayat. Tradisi lisan merupakan bagian foklor lisan ) karena dengan

tradisi lisan kita dapat melacak kebebenaran sejarahnya walaupun tidak seratus persen

tepat karena pada tradisi lisan ini sangat rawan akan subjektivitas.

Di Indonesia kegiatan sejarah lisan sebagai penyediaan sumber baru dimulai

oleh Arsip Nasional RI sejak tahun 1973 , penggunaan kegiatan tradisi sejarah lisan di

Indonesia sedikit terlambat dengan negara-negara yang lain contohnya Amerika

Serikat yang melakukan penelitian sejarah dengan sumber sejarah lisan pada tahun

1948 yang didrikan oleh Allan Nevis di Colombia University New York.

Saya mengutip pendapat Taufik Abdullah mengenai definisi historiografi

tradisional dan kedudukannya : “Historiografi tradisional merupakan suatu karya

yang tidak dapat dianggap sebagaikarya yang sudah selesai . Jadi, sebagai sumber,

historiografi tradisional berkedudukan sebagai sumber sekunder. Karya tersebut

berkedudukan sebagai bahan atau sumber primer yang memerlukan

penelaahaanyang mendalam dan hati-hati karena historiografi tradisional cenderung

mengeburkan dua macam realitas , yaitu :(1)realitas yang objektif( pengalaman yang

aktual) ;(2)realitas yang riil dalam diri( penghayatan kultural kolektif).’’(Priyadi s. ,

2012)

Bentuk dari historiografi tradisonal adalah berupa hikayat, tambo, babad,

kronik dll yang kadang-kadang ceritanya tidak masuki diakal. Menurut Wung Gung

Wu, ciri khas yang membedakan historiogarfi tradisional dengan historiogarfi

modern adalah “ ( a) Kebanyakan karya-karya tersebut kuat dalam hal geologis tetapi

lemah dalam hal kronologis dan detil-detil biografis;(b) Titik tekannya adalah pada

gaya bercerita, bahan –bahan anekdot , dan penggunaan sejarah sebagai alat

pengajaran agama;(c) Bila karya-karya tersebut lebih bersifat sekuler maka nampak

adanya persamaan dalam hal perhatian pada kingship ( konsep mengenai raja) serta

tekanan diletakan pada kontinuitas dan loyalitas yang ortodoks;(d) Pertimbangan-

pertimbangan kosmologis dan astronomis cenderung untuk menyampingkan

keterangan-keterangan mengenai sebab akibat dan ide kemajuan ( progress).’’(Wu,

1985)

Bahwa pada historiografi tradisional amatlah sangat kental akan unsur-unsur

kosmologis dan astronomis, juga sebagai media pengajaran agama yang baru bagi

para brahmana dan para ulama kepada masyarakat indonesia yang pada saat itu

masih memeluk ajaran kepercayaan kepada nenek moyang seperti animisme,

dinamisme, totemisme kepada ajaran agama yaitu Hindu , Budha dan Islam.Pada

proses inilah terjadi sebuah sikretisme ( percampuran dua keyakinan atau lebih )

dengan kepercayaan asli bangsa indonesia yang menyebabkan agama itu mudah

diterima oleh masyarakat indonesia.

Selain itu pada historiografi tradisonal pada zaman itu berpusat pada masalah-

masalah pemerrintah dari raja-raja yang berkuasa. Penulisannya bersifat istana

sentrisyaitu berpusat pada keinginan dan kepentingan raja.

Penulisan historiografi tradisional yang khas pada masa Hindu Budha adalah

lebiih banyak dibuat pada batu-batu besar yang lebih dikenal dengan istilah

prasasti.Tujuannya adalah agar generasi penerus mengetahui bahwa terjadi suatu

peristiwa penting yang terjadi pada suatu kerajaan pada saat seorang raja memerintah.

Sebagaimana penulisan pada historiografi pada masa Hindu Budha, pada

masa Islam penulisan suatu peristiwa ditulis dalam bentuk kitab-kitabyang

berdasarkan petunjuk dari raja . Selain sebagian besar berisi tentang masalah politik,

kitab-kitab pada masa kerajaan Islam berisi pula kehidupan kemasyrakatan seperti di

bidang keagamaan, sosial,dan ekonomi

Menurut Taufik Abdullah inti dari historiografi tradisional adalah “ Sebuah

historiografi yang mencerminkan kenyataan riil yang dihayati dan patokan nilai yang

dihayati( diberi makna,ditafsirkan berdasarkan the myth of concern ( mitos yang

menguatkan para penguasa, atau orang yang menang dalam sejarah )).”(Priyadi s. ,

2012). Jadi pada historiografi tradisional haruslah dibumbui oleh the myth of concern

agar dapat melanggengakan penguasa yang sedang berkuasa saat itu.

Biasanya historiografi tradisional seperti babad (karya historiografi tradisional

dari masyarakat Jawa/Sunda yang mengandung unsur dongeng , legenda, dan mitos)

tambo ( karya historiografi tradisonal dari masyarakat Minagkabau)kebanyakan

karya historiografi tradisional didominasi oleh pandangan budaya lokalnya masing –

masing, yaitu budaya jawa, budaya melayu dan budaya lokal lainnya. Sebagai contoh

Babad tanah Jawi , sebagai salah satu historiografi Jawa.

Fungsi dari historiografi tradisional menurut I Gde Widja adalah sebagai

“Penempatan penguasa dan tokoh-tokoh tertentu dalam historiografi tradisional yang

bersifat sakral sesungguhnya memiliki arti tersendiri bagi masyarakat dimana naskah

itu berada, oleh karena itu kedudukan raja-raja biasanya dikaitkan dengan tokoh

mitis, dibuat silisilah raja-raja dengan menghubungkan pada tokoh mistis.

Penggambaran ini dilakukan dengan tujuan untuk memberikan legitimasi terhadap

kedudukan raja”(Mulyana A. , HISTORIOGRAFI BUKU TEKS PELAJARAN

SEJARAH DI SEKOLAH; antara kepentingan dan studi kritis, 2012)

Pada abad modern , para sejarawan muda mengadakan sebuah seminar yaitu

Seminar Sejarah Lokal yang pertama pada tahun 1982 , seminar ini berbeda dengan

seminar sejarah nasional karena pada seminar ini mengusung topik dan isu yang “

Problem Oriented’’. Tekanannya ialah pada sejarah pedesaan dan kota dengan

bandingan yang sama. “Perkembangan dan Perubahan’’menjadi isu sentral pada

makalah-makalah para sejarawan muda yang menggunakan perspektif sejarah .Dua

tahun kemudian tepatnya pada tahun 1984 diselenggarankalah Seminar Sejarah Lokal

yang kedua yang dihadiri oleh sekitar 130 sejarawan dan ditambah dengan para

ilmuwan sosial yang lainnya, tema yang diangkat pada seminar kali ini adalah

keinginan untuk adanya relevansi ke sejarah untuk pembangunan pedesaan dan

perkotaan.

II. Historiografi Neerlandosentris ( Kolonial )

MenurutDr Sugeng Priyadi. M.Hum. dalam bukunya yang berjudul Sejarah

Lokal, Konsep, Metode,dan Tantangan. Neerlandosentrime. adalah: “ Penafsiran

sejarah berdasarkan kacamata Belanda dari atas geladak kapal,yang menjelaskan

sejarah orang-orang Belanda di Indonesia’’(Priyadi s. , 2012)

Sedangkan menurut pendapat Djoko Surjodalam Jurnal Sejarah Pemikiran,

Rekontruksi , Presepsi Media Komunikasi Masyarakat Sejarawan Indonesia Vol 14

No 1 , 2009 yang berjudul PERIODISASI SEJARAH INDONESIA: DARI

SEMENJAK SEMINAR SEJARAH DI YOGYAKARTA 1957 HINGGA MASA

KINI

.“ Historiografi kolonial adalah segala sesuatu yang tercermin dalam bentuk karya

sejarah yang muncul pada masa pemerintahan kolonial Belanda, juga memiliki cara

penyusunan periodisasi sejarah yang sesuai dengan visi dan perspektif sejarah dan

budaya , yaitu perspektif Eropa-sentrisme dan Neerlandos-sentrisme.’’(Suryo, 2009)

Berdasarkan kedua pendapat tersebut dapat diartikan bahwa Neerlandosentris

adalah sebuah gaya penulisan sejarah yang sumber-sumber utamanya berasal dari

peninggalan-peninggalan sejarah kolonial seperti surat-surat, arsip-arsip, laporan

kepada Pemerintah Kolonial.

Historiografi Modern gaya Neerlandosentris memiliki ciri khas tersendiri yang

membedakan dari gaya penulisan sejarah yang lainnya, ciri – ciri khas tersebut yaitu:

1. Pemerintah Kolonial Sebagai Aktor Utama

Maksud dari gaya penulisan dengan menempatkan Pemerintah Kolonial sebagai aktor

utama adalah bahwa dalam suatu peristiwa sejarah selalu mengedepankan peran

Pemerintah Kolonial terhadap daerah jajahan, segala aspek kehidupan daerah jajahan

diatur oleh Pemerintah Kolonial dan Pemerintah Kolonial dianggap memegang peran

utama dan penting, sedangkan orang-orang pribumi di nomor duakan dan tidak

dianggap memainkan peran dalan suatu peristiwa sejarah .Untuk memperkuat

statment diatas saya kutip tulisan Prof Dr Taufik Abdullah dalam Jurnal Historia

Jurnal Pendidikan Sejarah, No 9 Vol V ( Juni 2004) yang berjudul Di sekitar

Gugatan Terhadap Pelajaran Dan Buku Sejarah

“ Historiografi kolonial bertolak dari pertanyaan pokok Apakah yang

dilakukan para pejuang entah padagang entah militer Belanda di negeri yang

kemudian disebut Hindia Belanda ? Jadi, aktor utama yang menjadi perhatian adalah

orang-orang Belanda, bukan anak negeri, anak negeri hanya dibicarakan kalau

mereka sempat bertemu dengan para pejuang Belanda itu jadi anak negeri hanyalah

background saja “(Abdullah, 2004)

2. Pesakitan Sejarah

Ciri berikutnya dari gaya penulisan gaya Neerlandosentris adalah adanya pesakitan

sejarah, yang berarti bahwa dalam setiap penulisan peristiwa sejarah harus ada yang

dikorbankan dan dijadikan kambing hitam dalam sebuah peristiwa sejarah dalam hal

ini biasanya adalah orang-orang pribumi.

3. Lawan

Dalam penulisan gaya Neerlandosentiris harus ada yang menjadi musuh ,dalam hal

ini yang dianggap sebagai musuh adalah orang-orang pribumi yang menentang

kebijakan Pemerintah Kolonial .Dalam penulisan gaya Neerlandosentiris terdapat

sebuah istilah yang merugikan bangsa Indonesia yaitu “ Pemberontak’’ untuk setiap

perlawanan kaum pribumi terhadap fihak kolonial Belanda. Kata ini sendiri

mengandung arti “ perlawanan terhadap kekuasaan yang sah ( kolonial)” , padahal,

rakyat indonesia adalah pemilik dan penguasa yang sah terhadap tanah yang sah yaitu

tanah indonesia yang telah diwariskan secara turun temurundari nenek moyang.

Maka.perlawanan terhadap kolonial Belanda harus dianggap sebagai perlawanan

terhadap penjajahan yang menduduki secara ilegal tanah air kita( Indonesia). Dengan

kata lain , perlawanan itu harus dilihat sebagai perjuangan untuk membebaskan diri

dari belenggu penjajahan.

III. Historiografi Indonesiasentris

Historiografi Modern gaya Indonesiasentris Menurut Dr Sugeng Priyadi. M

Hum dalam bukunya yang berjudul Sejarah Lokal Konsep, Metode,dan

Tantangan, Indonesiasentrisadalah “ Penafsiran sejarah berdasarkan kacamata

Indonesia,atau pendekatan yang menjelaskan manusia Indonesia sebagai pelaku

utama.”(Priyadi s. , 2012)

Menurut Dr Agus Mulyana M Hum dan Dra Darmiasti M Hum dalam

bukunya yang berjudul Historiografi Di Indonesia dari Magis-Religus Hingga

Strukturis , Indonesiasentrisme adalah “ Indonesiasentrisme menunjukan istilah

pandangan penulisan sejarah dilihat dari kacamata orang Indonesia.’’(Mulyana,

2009)

Sedangkan menurut Azyumardi Azra dalam tulisannya yang berjudul

HISTORIOGRAFI KONTEMPORER INDONESIA yang terdapat pada buku

Panggung Sejarah Persembahan kepada Prof .Dr Denys Lombard,

Indonesiasentrisme adalah “Pendekatan yang bersifat Indo-sentrisme persis yang

bertujuan menjadikan Indonesia sebagai sentral atau pusat wacana sejarah.”(Azra,

2011)

Dari beberapa pendapat ahli dapat ditarik kesimpulan bahwaUnsur-unsur

Indonesiasentrisme dalam buku buku teks sejarah SMP dan SMA secara

umum, yaitu : Indonesia menjadi sentral atau pusat wacana sejarah , Pribumi

dijadikan menjadi tokoh utama , peran penjajah tidak terlalu di tonjolkan.

a. Pribumi dijadikan menjadi Tokoh Utama

Maksud dari gaya penulisan Indonesiasentrime adalah dengan menempatkan peranan

pribumi lebih besar daripada kolonial Belanda dalam segala aspek kehidupan baik

sosial, politik , ekonomi, dan pemerintahan, sedangkan para penjajah di nomor

duakan dan tidak dianggap memainkan peran, karena dengan kehadiran

mereka( Kolonial) mengakibatkan seluruh rakyat Indonesia menjadi terjajah dan

tertindas baik secara materil maupun moril selama kurang lebih 350 tahun walaupun

di tiap daearah di indonesia berbeda .

Peran Pribumi lebih ditonjolkan pada penulisan sejarah gaya Indonesiasentrisme

dengan cara menampilkan gerakan-gerakan sosial pada abad ke 19 sampai awal abad

ke 20 yang rata-rata dipelopori oleh kaum Agama yang berasal dari kaum Pribumi

yang dibumbui dengan sentuhan gerakan melinairisme , Imam mahdi dan Ratu adil

dalam menghadapi penjajah

b. Peran penjajah ( Kolonial ) Tidak Terlalu Ditonjolkan

Pada gaya penulisan Indonesiasentrisme, peran penjajah ( kolonial) tidak terlalu

ditonjolkan karena peran para penjajah / kolonial dianggap sangat merugikan dan

menyengsarakan sebagian besar pribumi terutama dari kelas rakyat jelata . Cara

pemerintahan yang dilakukan pemerintah Belanda membuat masyarakat pribumi

sengsara , yaitu dengandibuatnya sebuah kebijakan yang tidak manusiawi seperti

kerja rodi dalam membangun Jalan raya Postwage antara Anyer –Panarukan yang

banyak memakan korban para penduduk pribumi dari kalangan rakyat jelata yang

tidak berdosa . Selain itu Belanda memberalkukan sebuah kebijakan yang bernama

rodi yang mulai diberlakukan pada tahun 1830.

Kebijakan Tanam paksa adalah sebuah kebijakan yang diberlakukan oleh Belanda

dengan cara memaksa para pribumi dari kalangan rakyat jelata untuk menanam

tanaman wajib seperti teh, kopi dan kina yang hasilnya dinikmati oleh pemerintah

Belanda ,kebijakan ini berlaku pada masa Gubernur Jendral Van Den Bosch dan

kebijakan ini berlaku di seluruh wilayah Hindia Belandalam penulisan sejarah bangsa

Indonesia (HistoriografiIndonesiasentrisme).

c. Indonesia Menjadi Sentral Atau Pusat Wacana Sejarah

Maksud dari Indonesia menjadi sentral atau pusat wacana sejarah dalam

penulisansejarah bangsa Indonesia (Historiografi Indonesiasentrisme).adalah

memberikan porsi yang seimbang tidak berat sebelah dan objektif serta mengurangi

sikap subjektivitas dalam menempatkan peranan para pahlawan yang berjuang

mengusir penjajah.

Kemunculan dari historiografi Indonesiasentrisadalah sebagai sebuah

historiografi alternatif untuk menjawab tantangan historiografi indonesia yang baru

beberapa dekade merdeka untuk menulis sejarah bangsa indonesia sendiri tanpa

mengandalkan historiografi Neerlandosentris yang kebanyakan bersumber dari

tulisan orang Belanda terutama karya F.W Stafel .

Usaha membentuk historiografi indonesiasentris mulai digalakan semenjak

diselenggaranya sebuah seminar sejarah yang pertama pada tanggal 14-18 Desember

1957 yang diselenggarakan oleh Universitas Gajah Mada (UGM) Yogyakarta yang

bertempat di keraton Yogyakarta. Dalam seminar sejarah pertama tersebut membahas

dua tema besar dalam pemikiran dan penyusunansejarah indonesia setelah

kemerdekaan, yaitu (1) Konsepsi Filsafat Sejarah Nasional, dibawakan oleh dua

pembicara yaitu Prof Mr Muhammad Yamin dan Soedjatmoko dan ( 2) Periodisasi

Sejarah Indonesi dibawakan oleh Prof Mr Soekanto dan Drs Sartono Kartodirdjo . Hal

yang menarik untuk disimak dari kedua sesi diskusi tersebut di atas adalah bahwa

baik dari para pembicara dan pembahasnya memiliki latar belakang keilmuan atau

profesi yang cukup beragam. Perbedaan antara mereka yang berlatar belakang

“sejarawan profesional” dan “sejarawan amateur”. Sejarawan profesional diwakili

oleh Drs Sartono Kartodirdjo dan Soedjatmoko sedangkan sejarawan amateur

diwakili oleh Prof .Mr Muhammad Yamin dan Prof Mr Soekanto.

Pada tahun 1959 pada masa Demokrasi Terpimpin, pemerintah diwakili

Departemen P&K memasukan sebuah ideologi baru yaitu Pancawardhana dan

Pancacinta ( yang berafiliasi dengan PKI) dalam penulisan sejarah . Dari kedua

ideologi tersebut sangat bertentangan antara kubu komunis dan pancasila yang

mengusung NASAKOM.

Setelah seminar sejarah tahun 1957, lama tidak diadakan lagi seminar

sejarah, baru 13 tahun kemudian tepatnya pada tahun 1970 di awal pemerintahan

Orde Baru diselenggarakan kembali seminar sejarah kedua di Yogyakarta yang

diketuai oleh Prof Dr Sartono Kartodirdjo. Dalam seminar ini membahas mengenai

periodisasi sejarah indonesia dari masa prasejarah sampai indonesia pada masa

mutakhir pada tahun 1970. Pada seminar tersebut sebagian besar dihadiri oleh para

sejarawan muda yang terbagi atas enam panel berdasarkan periodisasi sejarah . Hasil

dari seminar ini adalah untuk membentuk sebuah tim penulisan Sejarah Nasional

Indonesia yang diketuai oleh ketua seminar , yaitu Prof Dr Sartono Kartodirdjo .Hasil

dari seminar ini belum bisa dilaksanakan, baru tiga tahun kemudian penulisan sejarah

nasional Indonesia ini berhasil dilaksanakan .

Penulisan Sejarah Nasional Indonesia( SNI) berdasarkan hasil dari presentasi

para pemakalah pada seminar sejarah 1970, proyek penulisan Sejarah Nasional

Indonesia( SNI) yang terdiri dari 6 jilid ini di mulai dari tahun 1973-1975 ( Cetakan

ke1) dan 1977 (cetakan ke 2).

Tim Editor Buku Sejarah Nasional Indonesia ( SNI) adalah Sartono

Kartodirdjo, Marwati Djoened Poesponegoro dan Nugroho Notosusanto. Sejak

proses penulisan Sejarah Nasional Indonesia ( SNI) sudah terjadi konflik antara

sesama tim penulis sejarah nasional , terutama setelah Deliar Noersebagai salah satu

anggota tim penulis SNI jilid V,ditugasi untuk menulis “ Sejarah pergerakan Islam

1900-1945”,suatu hari dipanggil Nugroho Notosusanto dan diminta mengundurkan

diri tanpa alasan yang jelas , hasil pekerjaan Deliar yang telah selesai dikerjakannya

tidak dimuat sama sekali dalam SNI . Mundurnya Deliar Noer memancing anggota-

anggota tim penulisan Sejarah Nasional Indonesia( SNI) terutama pada jilid V ikut

mengundurkan diri , yakni Abdurachman Surjomithardjo,Thee Kian Wee, dan Taufik

Abdullah .Yang terakhir mundur adalah Sartono Kartodirdjo .

Setelah banyak tim penulis Sejarah Nasional Indonesia yang mengundurkan

diri tinggallah yang pro pemerintah yaitu Nugroho Notosusanto dan Marwati Djoened

Poespoenegoro yang merampungkan sisanya yaitu Sejarah Nasional Jilid VI.

SNI jilid VI yang disunting oleh Nugroho Notosusanto ternyata menui banyak

kritikan dari para sejarawan . Dari daftar isinya saja sudah terlihat jelas aspek peranan

pelaku sejarah yang berasal dari golongan militer jauh lebih mendominasi daripada

peranan para pelaku sejarah yang berasal dari golongan sipil, sebagai contoh: bahwa

perjuangan secara diplomasi melawan Belanda dikritik sedangkan perjuangan dengan

cara mengangkat senjata ( perjuangan Jendral Soedirman) dipuji-puji ,hal ini

dikarenakan penulis SNI jilid VI (Nugroho Notosusanto) adalah anggota ABRI.

Pada tahun 1981 diselanggarakan Seminar Sejarah Nasional ketiga di Jakarta,

anggenda dari Seminar Sejarah ketiga adalah menjawab tantangan yang pernah

dilontarkan pada Seminar Sejarah Nasional pertama dan kedua di Yogyakarta dengan

cara pendekatan ilmu-ilmu sosial.

Pada tahun 2007 diadakan kembali Seminar Sejarah untuk memperingati 50

tahun Seminar Sejarah pertama pada tahun 1957 yang tujuannya untuk melanjutkan

dan menyempurnakan periodisasi yang telah berlaku pada penulisan Sejarah Nasional

Indonesia sebelumnya, sebagai keputusan Seminar Sejarah Indonesia 1970.

Periodisasi tersebut menjadi sebuah periodisasi mutakhir yang dicapai pada masa

kini,sebagaimana tercermin dalam buku Sejarah Nasional Indonesia sebanyak 8 jilid

yang ditargetkan selesai pada 2008. , tetapi baru teralisasi pada tahun 2012 .

Dalam penjabaran Sejarah Nasional Indonesia( SNI) yang terdiri dari 6 jilid

walaupun dalam periodisasi menggunakan aturan konvensional, namun didalam

penjabarannya ada keinginan dari tim penulis terutama dari Sartono Kartodirdjo

untuk memadukan antara ilmu sejarah yang diakronis ( mengkaji suatu peristiwa/

fenomena yang sama dengan sangat memperhatikan kronologis dan (bersifat

vertikal)dan ilmu-ilmu sosial yang sinkronis(mengkaji suatu peristiwa /fenomena

yang sama pada waktu dan tempat yan berbeda(bersifat horizontal)) dalam penjelasan

tiap periodenya.

Menurut pendapat Kuntowijoyo dalam bukunya yang berjudul Penjelasan

Sejarah(Historical Explanation) mengenai keinginan tim SNI memadukan ilmu

sejarah dan ilmu sosial “ ..............................................................Buku ini( Sejarah

Nasional Indonesia) menunjukan keinginan untuk memadukan sejarah dan ilmu

sosial , aspek sinkronis dan diakronis dalam ....’’(Kuntowijoyo, 2008)

Dalam historiografi indonesiasentris terdapat dua mazhab besar yang

berpengaruh dalam penulisan sejarah indonesia yaitu Mazhab Bulaksumur ( UGM )

dan Mazhab Politik ( UI).

A. Mazhab Bulaksumur

Mazhab ini digunakan untuk menyebutkan sejenis aliran dan sebuah

pendekatan sejarah atau suatu school yang secara sadar dan terus menerus coba

diperkenalkan oleh Sartono Kartodirdjo pada tahun 1967 kepada masyarakat

Indonesia pada umumnya dan kepada para sejarawan dan mahasiswa di UGM pada

khususnya .

Aliran ini banyak terpengaruh dari studi pemikiran sejarah di Perancis

(Annales) yang menekankan kepada peranan orang kecil yang termarjinalkan/

terpinggirkan dalam penulisan sejarah konvensional,selain aliran annaales juga

terpengaruh oleh aliran pemikiran sejarah dari Amerika Serikat.

Pada prinsipnya dan secara garis besar penekanan-penekanan yang ingin

ditekankan menyangkut metodologi, perluasan bidang perhatian serta penggunaan

pendekatan multidisipliner ( sebuah pendekatan ilmu-ilmu yang menggunakan lebih

dari satu disiplin ilmu sosial untuk membahas suatu pokok persoalan , batasan-batasan

displin ilmu-ilmu sosial tetap dipertahankan dan kedudukan satu disiplin ilmu dengan

disiplin ilmu yang lain itu setara ) dan Interdisipliner( sebuah pendekatan ilmu –

ilmu sosial yang menggunakan lebih dari satu disiplin ilmu sosial dengan kedudukan

ada salah satu ilmu yang lebih diandalkan dari ilmu yang lain ) dengan cara

mengunakan cabang–cabang dalam ilmu-ilmu

sosial( Sosiologi,Antropologi,Geografi, Psikologi,Ekonomi,dan Politik) sebagai ilmu

bantu dalam mengkaji sebuah permasalahan sejarah

Ciri khas dari mazhab ini dijelaskan Harlem Siahaandalam sebuah buku

yang berjudul Membuka Pintu Bagi Masa Depan Biografi Sartono

Kartodirdjoyang ditulis oleh M Nursam : “ Yang menjadi ciri khas mazhab

Bulaksumur adalah pertama , yang melatarbelakangi lahirnya mazhab ini adalah

pergeseran tema historiografi di luar indonesia( khususnya di Eropa dan Amerika

Serikat) sebelum abad ke 20 dan baru berimbas ke indonesia baru pada dekade 1960-

an , terutama adalah politik, sejarah politik , maka proposal Sartono yang baru itu

menggeser tema yang sudah ada seperti sejarah politik menjadi tema-tema sosial,

sejarah sosial , sejarah masyarakat. Tema dan cakupan dari usulan Sartono

cakupannya labih luas , lebih kompleks, lebih banyak dimensinya,lebih banyak

perspektifnya serta akan lebih banyak mengungkapkan dimesi-dimensi sejarah-

sejarah sosial ini. Sehingga terbuka tema-tema baru . Ini juga dikenal sejarah dari

bawah akar rumput. Kedua,mengenai pendekatan. Sejak kembali dari Belanda ,di

perkuliahan dan di berbagai seminar, didkusi dan tulisan-tulisannya , Sartono

mendengung- dengungkan pendekatan sosial, social scientific approach , pendekatan

multidisiplin , interdisipliner’’(Nursam, 2008)

Dari penjelasan diatas dapat dikatakan bahwa dengan lahirnya mazhab

bulaksumur ini ikut mewarnai khazanah historiografi indonesiasentris dan membawa

wawasan baru bagi para sejarawan muda mengenai historiografi indonesia.

Setelah Prof Dr Sartono Kartodirdjo meninggal pada 7 Desember

2007,selanjutnya mazhab bulaksumur dikembangkan ke seluruh Indonesia oleh

beberapa orang alumni Jurusan Sejarah UGM yang menjadi tenaga Dosen di

berbagai perguruan tinggi di seluruh indonesia.

B. Mazhab Politik

Mazhab politik adalah sebuah aliran pemikiran dalam penulisan sejarah yang

menitik beratkan kajiannya kepada kajian politik dan kekuasaan terhadap penguasa

saat itu ( orde baru) . Pada mazhab ini tidak menggunakan pendekatan

multidisipliner ilmu-ilmu sosial tetapi menitik beratkan pada salah satu ilmu saja yaitu

ilmu politik. Mazhab politik ini dikembangkan oleh Prof Nugroho Notosusanto

yang pada saat itu menjabat sebagai Dosen, sejarawan ,dan menteri pendidikan

&kebudayaan kabinet pembangunan IV ( 19 Maret 1983- 3 Juni 1985). Sebagai

seorang dosen dan juga pernah menjabat sebagai Rektor di Universitas Indonesia

( UI) terutama pada jenjang Strata satu ( S 1) Jurusan Ilmu Sejarah yang mencetak

sejarawan muda indonesia yang sesuai dengan misi negara ( Orde Baru), Nugroho

Notosusanto dan juga beberapa alumni UI yang menjadi dosen dan sejarawan,

menyebarkan mazhab ini keseluruh perguruan tinggi di indonesia.Tetapi setelah Orde

baru runtuh mazhab politik ini tidak terlalu berkembang seperti dahulu, banyak

sejarawan lulusan dari UI yang meninggalkan pendekatan mazhab politik dan beralih

menggunakan pendekatan sosial approach

B. PENGERTIAN BUKU TEKS DAN PERKEMBANGAN KURIKULUM

PENDIDIKAN SEJARAH.

Definisi buku teks secara umummenurut Prof Dr Bintang Petrus Sitepu, M.A,

adalah :“bahwa buku sekolah atau buku pelajaran yaitu semua buku yang dipakai

dalam proses belajar mengajar’’(Sitepu, 2012 ).

Sedangkan menurut Helius Sjamsudin pada makalah yang ditulis oleh

Dr Agus Mulyana M Hum yang berjudul Pendekatan Historiografi Dalam

Memahami Buku Teks Pelajaran Sejarah, disajikan Dalam Seminar Nasional

“Mendekonstruksi Permasalahan Pembelajaran Sejarah Di Sekolah”, Jurusan

Pendidikan Sejarah FPIPS UPI pada tanggal 19 Oktober 2009 :.“Buku teks merupakan

buku pegangan utama dalam proses pembelajaran (learning) dan pengajaran

(teaching) yang digunakan oleh siswa dan disusun atau ditulis oleh guru atau pakar

yang menguasai displinnya dengan tujuan untuk mempermudah proses pembelajaran

bagi siswa.’’(Mulyana A. , 2009)

Sedangkan definisi buku teks secara khusus( Sejarah ), adalah sebuah karya

historiografi sederhana yang ditulis oleh guru yang memadukan kaidah-kaidah

keilmuan sejarah dan unsur pendidikan ( karakter, budipekerti, dll) dan berpedoman

pada kurikulum yang berlaku yang dipakai di tingkat SMP dan SMA .

Dapat disimpulkan bahwa pengertian buku teks adalah semua buku baik buku yang

wajib dipakai siswa dan guru maupun sebagai buku suplemen atau referensi tambahan bagi

guru yang dipakai dalam proses belajar dan mengajar. Selain itu buku teks juga sebagai

penjabaran lebih lanjut dari kurikulum dan perlu disusun dan ditulis secara sistematis dan

lengkap untuk mencapau standart kompetensi dan kompetensi dasar mata pelajaran . Namun

kadang-kadang guru malas dan hanya menggunakan buku teks ketika akan memberikan

PR( pekerjaan rumah)diluar itu pada saat Ulangan Harian, UTS, UAS dan dalam kegiatan

belajar dan mengajar guru lebih suka menggunakan LKS yang telah ditulis oleh guru yang

bersangkutan. Seringkali juga terjadi guru menggunakan buku teks yang sudah tidak sesuai

lagi dengan kurikulum yang berlaku saat ini.

Dalam penulisan buku teks tidak dapat lepas dan harus berpedoman pada kurikulum,

karena di dalam kurikulum terdapat acuan utama dalam menulis buku teks pelajaran,

khususnya berkaitan dengan penentuan sasaran , tujuan, materi, dan metode pengembangan

buku teks pelajaran. .Di Indonesia kita sudah beberapa kali ganti kurikulum yaitu dari

kurikulum 1964, 1968, 1975, 1984, 1994, 2004, 2006

Peranan Buku teks dalam Pembelajaran sejarah adalah sebagai sumber

rujukan untuk membantu guru dan siswa dalam pembelajaran sejarah ( PBM),

walaupun bukan sumber rujukan utama dalam pembelajaran sejarah, namun dapat

dipergunakan sebagai acuan agar tidak terlalu melenceng dari kurikulum yang berlaku

saat ini yaitu kurikulum satuan pendidikan ( KTSP) selain itu buku teks sejarah harus

mampu menjadi alat bantu dalam eksplanasi bahan pelajaran,interaksi siswa-guru

dalam PBM ,dan dalam hal ini guru tidak hadir di dalam kelas , menjadi sarana

berdialog antara siswa dengan penggarang buku teks sejarahdan juga dengan pelaku

sejarah itu sendiri ,sarana transmisi nilai dan norma, alat untuk memotivasi kegiatan

belajar siswa , sarana visualisasi ( dengan gambar, peta, foto,dan grafik).

Dengan adanya Buku teks sejarah, diharapkan dapat menumbuhkan minat

baca siswa akan tema-tema yang berhubungan dengan materi kesejarahan, selain itu

menumbuhkan rasa nasionalisme dan cinta tanah air dengan meneladani sifat-sifat

kepahlawanan yang digambarkan pada buku teks dan juga dapat mengambil hikmah

dari semua peristiwa yang pernah terjadi dalam sejarah bangsa Indonesia maupun

dunia.

Pada masa pemerintah Orde baru dapat menggunakan kurikulum untuk

mengindoktrinasi rakyatnya ( dalam hal ini para siswa dari SD sampai SMA) melalui

pelajaran sejarah dengan cara membentuk mata pelajaran baru yang terpisah dari mata

pelajaran sejarah dan masuk pada rumpun matapelajaran pendidikan pancasila yaitu mata

pelajaran PSPB ( Pendidikan Sejarah Perjuangan Bangsa).

PSPB lahir karena kekecewaan pemerintah terhadap kurikulum 1975 yang

memasukan mata pelajaran sejarah kedalam mata pelajaran IPS, dan dalam kurikulum 1975

juga pelajaran sejarah tidak diajarkan secara merata di semua jurusan di SMA . Selain itu

pemerintah mengangap pelajaran sejarah yang berdasarkan kurikulum 1975 ini kurang tepat ,

hal ini disebabkan karena pengajaran sejarah hanya menekankan kepada aspek pengetahuan

( kognitif ) siswa tapi tidak meperdulikan esensi dari mata pelajaran sejarah itu sendiri .

Selain dari beberapa faktor yang telah dibahas diatas, yang melatarbelakangi lahirnya PSPB

adalah keinginan penguasa Orde Baru agar dalam matapelajaran sejarah tidak hanya

mengajarkan pengetahuan sejarah belaka tetapi juga supaya nilai-nilai perjungan bangsa dapat

tertanam dalam hati dan sanubari siswa , keinginan Presiden Soeharto ini muncul karena

mendapat masukan dari Jendral M Jusuf, yang berpendapat bahwa seorang calon Taruna

AKABRI harus memiliki pengetahuan dasar mengenai sejarah perjuangan bangsa.

Untuk merealisasikan mata pelajaran PSPB di sekolah, Presiden Soeharto

menugaskan kepada Sekertaris Kabinet Drs Moediono, Prof Dr Nugroho Notosusanto

sejarawan,Dirjen Pendidikan Dasar dan Menengah Prof Dr Hasan Walinono, Kepala BP-7

Hari Soeharto, dan Ketua Umum PGRI Basuni Surjamiharja untuk membahas isi dancara

pendidikan sejarah bangsayang dapat menumbuhkan semangat kebangsaan

Pada masa Nugroho Notosusanto menjadi menteri P&K beliau sangat gigih

memperjuangkan matapelajaran PSPB agar masuk kedalam GBHN ( Garis-garis

Besar Haluan Negara) . PSPB akan dimasukan kedalam kurikulum yaitu termasuk

matapelajaran Pancasila, jadi berbeda dengan matapelajaran sejarah yang masuk pada

matapelajaran IPS . Dalam rancangan GBHN dalam sidang Umum MPR 1982, PSPB

termasuk kedalam salah satu usulan yang diajukan pemerintah terhadap MPR, dalam

sidang umum MPR tidak semua fraksi menyetujui usulan pemerintah mengenai

PSPB, tetapi mayoritas fraksi di MPR menyetujui PSPB. Tetapi karena mencapai

quorum, akhirnya PSPB ditetapkan melalui Tap MPR NO II/MPR/1982 tentang

Garis-garis Besar Haluan Negara(GBHN),PSPB secara tersurat tercantum didalamnya

.

Setelah penetapan PSPB pada tahun 1982 yang telah resmi tercantum dalam

GBHN, pemerintah tidak langsung menerapkannya di sekolah-sekolah tetapi

melakukan sosialisasi dari tahun 1982-1984 kepada para guru untuk memperkenalkan

tujuan dari matapelajaran PSPB . Baru pada tahun ajaran 1984/1985 matapelajaran

PSPB mulai resmi diajarkan dari tingkat Taman Kanak-Kanak sampai Sekolah

Menengah Tingkat Atas. Tujuan umum dari mata pelajaran PSPB ini ada tiga yaitu :

1. Mempertebal semangat kebangsaan dan cinta tanah air

2. Meningkatkan pendidikan Pancasila

3.Meneruskan dan mengembangkan jiwa, semangat, dan nilai-nilai 1945.

Dapat ditarik kesimpulan dari ketiga tujuan umum dari matapelajaran PSPB

ini adalah agar menumbuhkan rasa nasionalisme dan cinta tanah air yang berdasarkan

semangat Pancasila dan UUD 1945 kepada para siswa di sekolah. Pada pelajaran

PSPB pula anak lebih ditekankan pada ranah afektif dari ranah tujuan pendidikan .

Maksud dari ranah afektif dalam pembelajaran PSPB adalah siswa mampu

menghayati nilai-nilai semangat perjuangan bangsa Indonesia .

Materi PSPB pada prinsipnya diambil dari materi pelajaran Sejarah Nasional

Indonesia, tetapi dalam matapelajaran ini tidak semua materi diambil, hanya materi

sejarah yang menyangkut dengan nilai-nilai kepahlawanan saja.Materi PSPB pada

SMA diberikan mulai dari kelas satu, dua ,dan tiga di semua jurusan , tetapi hanya

diberikan pada semester ganjil saja yaitu semester I,III, V. Pembagian materi PSPB

pada SMA adalah berdasarkan Garis-garis Besar Pengajaran Pendidikan Sejarah

( GBPP PSPB) untuk Sekolah Menegah Umum Tingkat Atas yang diterbitkan oleh

Departemen P&K.

Sebelum dicetaknya buku paket PSPB,buku yang menjadi rujukan utama

dalam matapelajaran PSPB adalah buku “30 Tahun Indonesia Merdeka ( 1945-

1975)” yang terdiri dari empat jilid dan disusun oleh Menteri Sekertaris Negara

bekerjasama dengan Pusat Sejarah ABRI , dan buku paket Sejarah Nasional

Indonesia Jilid 3 yang terbit pada tahun 1987 dan diedit oleh Nugroho Notosusanto.

Di dalam kedua buku tersebut banyak sekali unsur–unsur ideologisme

kepentingan Orde Baru yang tujuannya ingin menerapkan Pancasila secara utuh

dalam segala sendi kehidupan berbangsa, tetapi pada kenyataannya terdapat

penyelewengan terhadap UUD dan Pancasila. Walaupun Orde baru sendiri

menganggap bahwa Orde sebelumnya sudah menghianati Pancasila dan UUD 1945,

karena pada Orde lama pemerintahan cenderung dekat dengan ideologi komunis

terutama Uni Soviet dan Cina .

Dalam buku Historiografi Di Indonesia dari Magis-Religus Hingga

Strukturis karya Dr Agus Mulyana M Hum dan Dra Darmiasti M Hum,

disebutkan: “ Orde baru merupakan koreksi total atas penyelewengan di segala

bidang yang terjadi pada masa lampau, dan berusaha menyusun kembali kekuatan

Bangsa dan menentukan cara-cara yang tepat untuk menumbuhkan stabilitas

nasional jangka panjang, sehingga mempercepat pembangunan Bangsa berdasarkan

Pancasila dan Undang-Undang 1945. ‘’(Mulyana, 2009)

Pada kenyataannya lahirnya Orde baru itu belum dapat mengamalkan

pancasila secara utuh dalam seluruh sendi kehidupan, sebagai contoh, ketika awal

Orde baru kita sudah bekerjasama dengan asing ( Amerika Serikat ) yang notabene

berfaham liberal kapitalis yang bertentangan dengan pancasila, banyaknya

pelanggaran HAM yang terjadi selama Orde baru dan juga terjadinya KKN ( korupsi

Kolusi dan Nepotisme) dalam yang menggerogoti tubuh pemerintahan Orde baru.

Tujuan yang ingin dicapai dengan cara memasukan pelajaran PSPB oleh

pemerintah Orde Baru yang baru terealisasi ketika Departeman Pendidikan dan

Kebudayaan dijabat oleh Nugroho Notosusanto, adalah berharap bahwa kesadaran

terhadap sejarah perjuangan bangsanya dan menumbuhkan rasa nasionalisme

khusunya bagi para pelajar tingkat SMP dan SMA menjadi meningkat

C. HISTORIOGRAFI PADA BUKU TEKS SEJARAH SMP DAN SMA

PADA MASA ORDE BARU DAN PADA MASA SEKARANG.

Dalam dunia pendidikan umumnya dan khususnya pada dunia penulisan

buku teks sejarah, khususnya untuk tingkat SMP dan SMA pada masa Orde baru,

tidak pernah lepas dari unsur kepentingan politik dari rezim yang berkuasa agar

penguasa langgeng. Cara yang dilakukan oleh pemerintah adalah dengan cara

memerintahkan menteri P&K pada waktu itu yaitu Nugroho Notosusanto ( sekaligus

sejarawan ) dan jajaran kementrian P&K untuk membuat buku standard untuk

pembelajaran sejarah;

. Gaya menulis Rezim Orde Baru adalah suatu gaya penulisan sejarah yang

dipengaruhi oleh sistem politik,sosial, ekonomi,dan pemerintahan yang sedang

berkuasa pada masa Orde Baru yang telah berkuasa selama kurang lebih 32 tahun.

Pengaruh tersebut terutama terlihat jelas dalam buku teks sejarah pada masa Orde

baru yang di dalamnya mengagung-agungkan dan membanggakan rezim yang lahir

pada tahun 1968 yang bernama Orde baru sebagai pemurni dan pengamal Pancasila

dan UUD 1945 secara utuh dan sejati, pada masa Orde baru keamanan NKRI jauh

lebih stabil tidak banyak terjadi makar seperti Orde lama.

Gaya penulisan Orde Baru ini sangat dipengaruhi oleh keinginan pemimpin

yang berkuasa pada saat itu , agar citra penguasa orde baru dimata rakyat Indonesia

terkesan sebagai pahlawan , padahal dalam fakta yang sebenarnya terdapat indikasi

bahwa ada upaya pemutar balikan fakta agar kekuasaannya langgeng .

Cara Orde baru menutupi kesalahan pada rezimnya adalah dengan cara

menjatuhkan Orde sebelumnya yaitu Orde lama yang dianggap melakukan banyak

penyimpangan, seperti lebih dekat dengan faham komunis Uni Soviet dan Cina yang

mengakibatkan terjadi pengkhianatan terhadap Pancasila dan UUD 1945, banyak

terjadi makar terhadap Pancasila dan UUD 1945 yang mengakibatkan terganggunya

stabiltas NKRI.

Selain mengagung-agungkan dan membangakan Orde baru, yang dilakukan

pemerintah Orde Baru adalah dengan cara memanipulasi dan memutar balikan fakta

dan data yang ada pada setiap periode sejarah dari masa pergerakan nasional sampai

Orde Baru, diganti dengan fakta dan data yang baru dan dibumbui dengan

subjektivitas yang cukup tinggi seperti menonjolkan peran penguasa orde baru yang

berkuasa saat itu dalam peristiwa sejarah , cara ini dilakukan melalui penulisan buku

teks sejarah SMP dan SMA.

Pada masa Orde baru, historiografi yang dianggap sebagai sejarah resmi

nasional adalah apabila penulisan sejarah Indonesia direstui oleh pemerintah dan

anggota militer, apabila tidak demikian maka dianggap sebagai historiografi yang

tidak resmi ( walaupun tingkat keakuratannya mendekati fakta yang sebenarnya).

Selain dalam dunia pendidikan,pemerintahan Orde baru juga meng-

indoktrinasi masyarakat luas dengan cara memutarbalikan fakta dengan menulis

buku-buku sejarah versi Orde baru , sebagaimana saya kutip dari sebuah artikel yang

berjudul Nasionalisme dan PatriotismeCanon Dalam Penulisan Sejarah Di

Indonesia yang ditulis oleh Drs.Ponirin:

“Dari buku-buku sejarah versi Orde Baru di atas tampak jelas bagaimana narasi

sejarah tunggal atau seragam telah membangun canon yang berguna untuk

kepentingan Orde Baru dan militer, yakni 1) Sebagai legitimasi naiknya Orde Baru

ke panggung politik guna memimpin Indonesia dengan cara memproduksi versi

peristiwa Gerakan 30 September yang tabu untuk diperdebatkan selama Suharto

memimpin. 2) Sebagai pengokohan kekuatan militer di Indonesia dengan

menempatkan militer sebagai penyelamat bangsa dan penjaga stabilitas politik dan

ekonomi republik ini. Orde Baru dan militer dalam narasi sejarah nasional versi

Orde Baru diinterpretasikan dalam seragam yang sama. Dengan kata lain, sejarah

yang dibangun adalah untuk melegitimasi rezim, baik itu Orde Baru maupun

kolektivitas militer. Keduanya dapat diberi garis pembeda, tetapi tidak dapat

dipisahkan. Bilamana berbicara tentang Orde Baru, maka ada militer didalamnya,

dan militer merupakan bagian dari kekuatan Orde Baru’’.(Ponirin, 2012)

Pada akhir masa pemerintahanorde baru, terjadi perubahan –perubahan yang

besar dalam kehidupan politik bangsa Indonesia yang ditandai dengan lengsernya

Presiden Soeharto pada Mei 1998, hal ini berimbas kepada historiografi indonesia,

yang asalnya penulisan sejarah Indonesia pada masa Orde baru bersifat represif

(pengekangan intelektual), karya-karya yang layak untuk diterbitkan adalah karya-

karya yang telah “ direstui’’ oleh pemerintah, apabila tidak direstui maka tidak layak

untuk dicetak.Pada masa Orde baru ini pemerintah ikut andil dalam proyek penulisan

sejarah dengan memasukan ideologi politik kedalam penulisan sejarah.

Setelah Reformasi yang ditadai dengan berakhirnya Orde baru, penulisan

sejarah Indonesia menjadi lebih terbuka dan kebebasan mengemukakan intelektualitas

dan sejarah yang pernah ditutup-tutupi oleh Orde baru demi kepentingan politik dan

kekeuasaan mulai menemukan titik terang dengan ditemukannya kembali sumber-

sumber sejarah yang dahulu sempat dilarang pada masa Orde baru , dan pada masa

reformasi inilah bermunculan sejarawan-sejarawan muda yang akan mengungkap sisi

gelap Orde baru

Walaupun Orde Baru sudah runtuh 13 tahun yang lalu masih banyak para

penulis buku teks sejarah yang menggunakan Historiografi model Orde Baru. Dari

hasil kajian saya terhadap salah satu buku teks sejarah pada masa reformasi yang

dipergunakan pada tingkat SMA ,yaitu buku sejarah SMA kelas XI dan XII

program Ilmu sosial , penulis I Wayan Badrika, terbitan Erlangga, adalah bahwa

dalam buku teks sejarah tersebut terdapat ciri khas gaya penulisan Rezim Orde Baru,

sebagai contoh , ketika membahas Bab “Paham-paham Baru Dan Kesadaran

Pergerakan Nasional”, pada Sub Bab “Strategi Organisasi Pergerakan Kebangsaan

Indonesia mengenai Budi Utomo”, bahwa organisasi yang didirikan oleh Sutomo,

Gunawan dan Dr Wahidin Sodirohusodo pada tanggal 20 Mei 1928 yang

beranggotakan sangat terbatas yaitu golongan priyayi dari deaerah Jawa dan Madura,

dan kemudian ditambah dengan Bali Jika dilihat dari keanggotaanya , perkumpulan

bersifat lokal. Mengapa Orde baru menetapkan organisasi Budi Utomo sebagai

organisasi nasional pertama karena berpandangan bahwa organisasi Budi Utomo lebih

cocok dengan stabilitas nasional. Sedangkan perkumpulan seperti Sarekat Dagang

Islam (SDI) itu berpotensi menimbulkan gejolak.

Pendapat yang pro diwakili oleh Prof.Dr.Suhartono penulis buku teks pada

masa Orde baru dari UGM, yang beranggapan bahwa Budi Utomo sebagai pelopor

pergerakan nasional : “Budi Utomo bukan hanya dikenal sebagai salah satu

organisasi nasional yang pertama di Indonesia , tetapi juga sebagai salah satu

organisasi yang terpanjang usianya sampai dengan Proklamasi kemerdekaan

Indonesia. Memang Budi Utomo mempunyai arti panting, meskipun jumlah

anggotanya hanya 10 ribu, sedangkan SI mencapai 360 ribu. BU lah penyebab

berlangsungnya perubahan-perubahan politik sehingga terjadi integrasi nasional,

maka wajarlah tanggal 20 Mei sebagai Hari Kebangkitan Nasional. Lahirnya BU

menampilkan fase pertama dari nasionalisme Indonesia .Fase ini menunjukan pada

etnonasionalisme dan proses peyadaran diri terhadap indentitas bangsa

Jawa.’’(ADAM, SEABAD KONTROVERSI SEJARAH, 2007)

Sedangkan yang kontra, diantaranya adalah pendapat A.K Pringgodigdo,yang

beranggapan Budi Utomo sebagai pelopor pergerakan nasional, beliau mengatakan

bahwa : “Walaupun Budi Utomo perkumpulan buatan seluruh Jawa dan oleh karena

itu bermula mempergunakan bahasa Indonesia sebagai bahasa perantara,tetapi sudut

sosial cultureel Budi Utomo hanya memuaskan untuk penduduk Jawa

tengah.’’(ADAM, SEABAD KONTROVERSI SEJARAH, 2007)

Saya lebih setuju pendapat A.K Pringgodigdo, karena Budi Utomo (BU)

belum bisa dijadikan sebagai organisasi nasional, karenahanya golongan tertentu saja

yang dapat menjadi anggota organisasi tersebut( Priyayi/ Menak dari daerah Sunda,

Jawa, Madura, Betawi, dan Bali), dan juga cakupan wilayahnya hanya meliputi Pulau

Jawa,Madura,dan Bali . Dari sisi pergerakan, BU lebih loyal terhadap pemerintah

Hindia Belanda, sedangkan Sarekat Islam/SI(dahulu SDI) yang didirikan oleh H.

Samanhoedi pada tahun 1905, sangat radikal tidak mau bekerjasama dengan

pemerintah Hindia Belanda ( Noonkoperatif),dikarenakan SI tidak memiliki hutang

budi dengan pemerintah Hindia Belanda, kondisi tersebut menyebabkan pemerintah

Hindia Belanda banyak menghadapi masalah, berbeda dengan BU yang mau

bekerjasama dengan pemerintah Belanda, hal ini dikarenakan anggota BU yang rata-

rata priyayi merasa memiliki hutang buditerhadap pemerintah Hindia Belanda

dengan diadakannya Politik Etis .

Demikian pula dalam buku “Pengantar Ilmu Sejarah” yang ditulis oleh ABD

Rahman Hamid & Muhammad Saleh Madjid, disebutkan bahwa “ Hari Kebangkitan

Nasional (HKN) harusnya diperingati pada tanggal 16 Oktober, tanggal ketika

didirikannya Sarekat Dagang Islam ( SDI kemudian menjadi Sarekat Islam, SI) pada

tahun 1905. Sebab organisasi ini tidak bergerak dalam lokal dan berorientasi pada

etnis tertentu. Ruang lingkup dari SDI luas dan sifatnya menyeluruh. Tujuannya ,

seperti yang termaktub dalam Anggara Dasar, adalah untuk mengangkat derajat

rakyat,agar menimbulkan kemakmuran, kesejahteraan,dan kebesarannya

negeri.’’(Hamid, 2011)

Dalam Buku teks Sejarah SMA, mengenai Bab.”Perjuangan Mempertahankan

Kemerdekaan dan Ancaman Dis-integrasi”, disini dituliskan bahwa pemrakarsa dan

pemimpin Serangan Umum 1 Maret 1949 terhadap kota Yogyakarta dipimpin oleh

komandan Brigade X Letnan Kolonel Soeharto,yang menimbulkan perdebatan bahwa

hal tersebut adalah untuk menaikan citra Presiden Soeharto ditengah masyarakat

Indonesia, bahwa Soeharto itu adalah pahlawan. Sedangkan berdasarkan sumber-

sumber lain disebutkan bahwa yang meprakarsai Serangan Umum1 Maret adalah Sri

Sultan Hamengkubuwono IX, sedangkan Letkol Soeharto hanya memegang kendali

operasi saja.Sebagaimana pendapat Asvi Warman Adam dalam bukunya yang

berjudul Membongkar Manipulasi Sejarah Kontroversi Pelaku Dan Peristiwa “

Sebetulnya sederhana sekali masalahnya ,tepat bila dijelaskan kepada siswa bahwa

penggagas serangan umum adalah Sri Sultan Hamengkubuwono IX , sedangkan

Letnan Jendral Soeharto hanya salah satu pelaksana operasi di lapangan.’’

Dalam pembahasan, Bab mengenai “ Perkembangan Pemerintahan Orde

Baru”, disini ditulis bahwa Pada zaman Orde Baru tatanan kehidupan kenegaraan

dikembalikan kepada pemurniaan UUD 1945 dan Pancasila . Mengapa pemerintahan

Orde Baru mengusung kembali ke UUD 1945 dan Pancasila, hal ini disebabkan

karena adanya ketakutan dari pemerintah Orde Baru bila sisa-sisa faham Komunis

pada masa Orde lama akan berkembang kembali dan tumbuh subur di Indonesia

menggantikan ideologi pancasila. Selain faham komunis, faham yang berbasis

keagamaan ( Islam) dianggap akan merusak stabilitas negara , sebagaimana pada

masa Orde lama terjadi makar untuk mendirikan Negara Islam Indonesia.

Yang dianggap kesalahan Orde baru adalah tidak konsisten dalam

pemurniaan UUD 1945 dan Pancasila, karena pada kenyataannya Orde baru banyak

melakukan tindakan penyimpangan terhadap pancasila, diantaranyadibukanya

hubungan diplomatik dengan fihak asing termasuk Jepang yang menyebabkan

Indonesia dibanjiri oleh produk-produk buatan jepang , mulai dari barang elektronik,

kendaraan bermotor dll, sehingga dikhawatirkan terjadi penjajahan secara ekonomi.

Kondisi tersebut memicu reaksi dari mahasiswa, yang dikenal dengan peristiwa

Malari pada tanggal 15 Januari 1974 yang dilakukan oleh mahasiswa UI, kejadian

tersebut menimbulkan kerusuhan dan kekacauan di Jakarta serta menelan korban 11

orang meninggal dunia.

Kerjasama dengan asing mengakibatkan Indonesia menjadi sangat tergantung

sekali terhadap fihak asing dalam segala aspek dan sendi kehidupan ( ekonomi, sosial,

politik, Hankam ) yang menyebabkan Indonesia menjadi tidak berdikari( Berdiri

dibawah kaki sendiri), malahan pada masa Orde baru banyak terlilit hutang yang

sangat besar terutama kepada IMF( International Monetary Fund ) dan World

Bank( Bank Dunia) juga dilakukan penandatanganan kontrak dengan asing dengan

alasan untuk membantu mengolah Sumber Daya Alam , pada kenyataannya

pemerintah Orde baru pada waktu itu sudah tertipu dengan bujuk rayu asing, karena

bunyi kontrak yang sangat merugikan fihak Indonesia dan berlanjut sampai dengan

saat ini.

Seorang sejarawan asing bernama Katherine McGregor menulis buku

Sejarah berjudul “Ketika Sejarah Berseragam” menyoroti historiografi pada masa

Orde baru. Dalam buku itu Katherine McGregor berupaya mengungkapkan motif-

motif dan kisah-kisah di belakang proyek-proyek sejarah yang dibangun

militer.McGregor sangat jeli dalam mengatakan bahwa sejarah indonesia selama ini

( Orde baru) tidak luput dari ketegangan-ketegangan dan proses-proses persaingan

antara elite-elite politik , dan dalam beberapa kasus adalah proses pembinasaan

“sejarah yang lain”.yang bersebrangan dengan pemerintah dengan cara

menjadikanSejarah menjadi “berseragam” dalam pengertian sebenarnya karena

kekuasaan mampu melekatkan upaya ini dengan berbagai kebijakan seperti

pengendalian yang ketat terhadap media , pendidikan ( dengan memasukan mata

pelajaran PSPB), membuat film sejarah versi Orde baru seperti ( Janur Kuning,

Serangan Fajar, dan Penghianatan G 30 S PKI) , adanya dugaan manipulasi pemilihan

umum ( dengan memfusikan partai-partai politik menjadi tiga), kurangnya kebebasan

berpendapat dan berekspresi, dan tradisi mengungkapkan pendapat menggunakan

“militer” untuk menangani apa yang disebut sebagai “ancaman terhadap keamanan

nasional”. Apa yang dianggap berseberangan dengan “sejarah resmi” akan segera

ditutup, dilarang dan dibredel oleh pemerintah Orde baru.

Sejarah politik menurut Sartono Kartodirdjo dalam bukunya yang berjudul

Pendekatan Ilmu Sosial Dalam Metodologi Sejarah: “Sejarah Politik adalah sub

bagian dari sejarah yang menceritakan peristiwa-peristiwa sepertiperang,

diplomasi ,dan kegiatan politik lainnya yang sangat memepengaruhi jalannya

sejarah.’’(Kartodirdjo, 1993). Pendapat Sartono kartodirdjo diperkuat dengan

pendapat Dr Sugeng Priyadi M Hum dalam bukunya yang berjudul Metode

Penelitian Pendidikan Sejarah mengenai cakupan sejarah politik adalah : “Sejarah

politik bisa menggarap sejarah partai,sejara ormas, sejarah orde ( jatuh

bangun),sejarah birokrasi,sejarah kabinet ,sejarah parlemen,sejarah militer(peran

politik),dan lain-lain”(Priyadi S. , Metode Penelitian Pendidikan Sejarah, 2012)

D. KRITIKAN TERHADAP BUKU TEKS SEJARAH DAN

HISTORIOGRAFI PADA MASA ORDE BARU DAN MASUKAN

TERHADAP BUKU TEKS SEJARAH SMP DAN SMA

Telah dipaparkan diatas bagaimana gaya penulisan buku teks sejarah yang

menggunakan historiografi Orde baru dimana didalamnya amat kental campur tangan

pemerintah dalam penggunaan buku teks sejarah dan juga memasukan unsur

ideologisme Orde baru ( Pancasila) dan unsur militer.

Setelah 13 tahun kita meninggalkan Orde Baru, pembelajaran sejarah di

sekolah-sekolah tingkat SMP dan SMA masih juga para siswa hanya dijejali fakta dan

peristiwa saja, sebagaimana menurut Helius Sjamsuddin dalam tulisannya yang

berjudul “Model-model Pengajaran Sejarah : Beberapa Alternatif Untuk SLTA”

mengutip pendapat Garvey & Krug mengenai belajar dari sejarah adalah sebagai

berikut “(1)Memproleh pengetahuan tentang fakta-fakta sejarah;(2)Untuk

mendapatkan suatu pemahaman dan apresiasi mengenai kejadian-kejadian, atau

periode-periode, atau orang-orang pada masalalu; (3)Memperoleh kemampuan

mengevaluasi dan mengkritik karya sejarah ;(4) Belajar tekhnik-tekhnik penelitian

sejarah; dan (5)Belajar mengenai menulis sejarah.’’(Sjamsuddin, Model-model

Pengajaran Sejarah : Beberapa Alternatif untuk SLTA, 2005)

Dalam pembelajaran sejarah, siswa hanya diajak untuk menghafal fakta

(yang dianggap kering) dan data yang ada dalam buku teks sejarah, hal ini

mengakibatkan siswa tidak dapat mengeksplorasi fakta dan data yang terbaru

berkaitan dengan sejarah, dan juga siswa tidak akan mempunyai kemampuan

menganalisis dan mensintesis sebuah permasalahan sejarah. Selain itu dalam buku

teks sejarah terkesan tidak ada kaitannya antara pembelajaran Ilmu sejarah dengan

ilmu-ilmu sosial yang lain

Idealnya dengan adanya Buku teks sejarah SMPdan SMA , diharapkan dapat

menumbuhkan minat baca siswa akan tema-tema yang berhubungan dengan materi

kesejarahan, bukannya membuat siswa menjadi malas membaca karena isi dalam

buku teks sejarah kurang menarik dan tidak berwarna, selain itu pembelajaran sejarah

seyogyanya dapat menumbuhkan rasa nasionalisme dan cinta tanah air dengan

meneladani sifat-sifat kepahlawanan yang terdapat pada buku teks sejarah, juga dapat

mengambil hikmah dari semua peristiwa yang pernah terjadi dalam sejarah bangsa

Indonesia maupun dunia. Apabila terjadi kesalahan dalam peristiwa sejarah masa lalu

diharapkan kita tidak akan mengulangi kesalahan yang sama dimasa sekarang dan

masa yang akan datang.

Selain yang telah dipaparkan diatas, dalam buku teks sejarah SMP dan SMA

juga tidak dimasukan unsur-unsur sejarah lokal daerah ( Sejarah yang menyangkut

ruang tertentu dan bersifat lokal), dan ruang tersebut bisa ditetapkan sendiri oleh

peneliti.Tujuan dari memasukan sejarah lokal ke dalam buku teks sejarah SMP dan

SMA adalah sebagai tambahan khazanah pengetahuan, selain itu memasukan muatan

sejarah lokal ke buku teks bertujuan agar siswa dapat mencintai daerah asal mereka

disamping sejarah nasional Indonesia, karena dengan memasukan sejarah lokal siswa

dapat mengetahui asal-usul daerah tempat tinggalnya masing-masing.

I Made Gandhi, menuangkan pengalamannyasebagai gurusejarah dalam

tulisannya yang berjudul “Pengalaman sebagai Guru SejarahSMA I Mataram”

yang di muat dalam buku Kumpulan Makalah dan Simposium Pengajaran

Sejarah, yang memaparkanmengenai pentingnya sejarah lokal diajarkan dan

dimasukan ke dalam buku teks sejarah : “Tiap-tiap siswa akan punya perasaan ingin

tahu tentang sejarah daerahnya, misalnya siswa di Nusa Tenggara Barat merasa

ingin tahu tentang sejarah daerahnya secara mendetail.”(Gandhi, 1995).

Dari pemaparan diatas dapat disimpulkan bahwa sejarah lokal itu sangat

penting dan harus dimasukan kedalam buku teks sejarah, agar siswa menggenal dan

mengetahui asal-usul derahnya secara lebih detail dan terperinci, karena pada sejarah

nasional kurang dibahas secara rinci , hanya dibahas peristiwa yang penting saja yang

berpengaruh terhadap sejarah nasional dan dibahas secara garis besar saja.

Isi didalam buku teks sejarah lebih menonjolkan kepada penulisan sejarah

secara naratif dan terlalu banyak lautan fakta yang membosankan dan menyebabkan

siswa enggan untuk membacanya. Menurut Kuntowijoyo dalam bukunya yang

berjudul Penjelasan Sejarah ( Historical Explanation) yang disebut sejarah naratif

adalah “Menulis sejarah secara deskriptif,tetapi bukan hanya menjejerkan fakta

setidaknya kita temukan tiga syarat cara menulis sejarah naratif, yaitu

colligation,plot,dan struktur sejarah.’’(Kuntowijoyo, 2008). Dari kutipan pendapat

Kuntowijoyo diatas bahwa kebanyakan buku teks sejarah tidak memenuhi kriteria

yang telah disebutkan, malah buku teks sejarah adalah sebagai buku yang

menampilkan lautan fakta-fakta sejarah.

Di banyak sekolah siswa belum terbiasa diarahkan atau di bimbimbing oleh

guru untuk melakukan kajian terhadap buku-buku teks sejarah SMP dan SMA yang

ditulis sebagai buku pegangan baik bagi guru maupun siswa, baik yang berasal dari

bantuan pemerintah maupun penerbit. Hal ini dirasa penting bagi guru maupun para

siswa untuk melakukan pengkajian, terlebih lagi untuk para siswa karena dengan

kegiatan ini dapat mengasah kemampuan intelektualitas siswa untuk mengadakan

evaluasi kritis terhadap buku-buku teks sejarah yang digunakan di sekolah.

Dalam buku teks sejarah tidak mungkin untuk mengisahkan semua hal yang

berkaitan dengan peristiwa sejarah. Buku teks sejarah harus mempunyai skala

prioritas manakah yang akan dikisahkan dan manapula yang tidak akan dikisahkan.

Bukan itu saja, tetapi juga harus memilih mana yang sebaiknya ditonjolkan dan

dibesar-besarkan dan mana yang hanya sekedar disebut saja, yang bagus itu tidak

terlalu menonjolkan salah satu peristiwa sejarah diatas peristiwa yang lain. Dalam

buku teks sejarah tonjolkanlah sisi akademis dan pedagogis bukan sisi ideologis yang

ujung-ujungnya ke arah politis . Jika dalam buku teks sejarah sekiranya menggunakan

landasan ideologis adalah nasionalisme negara ( sebagaimana yang pernah terjadi

pada masa Orde baru), maka bisa difahami bahwa yang dibesarkan dan yang

ditonjolkan itu adalah hal-halatau peristiwa-peristiwa sejarah yang sekiranya

memperkuat rezim pemerintah yang berkuasa , hal ini dinamakan official history

( Sejarah versi pemerintah).

Tidak banyak para penulis buku teks sejarah SMP dan SMA yang memiliki

latar belakang pendidikan dari jurusan IPS ( Ilmu Pengetahuan Sosial), pendidikan

sejarah, maupun ilmu sejarah. Sehingga dalam penyusunan buku teks sejarah SMP

dan SMA, para penulis tersebut sebaiknya terlebih dahulu berkonsultasi dan

berkomunikasi dengan sejarawan dan akademisi dari universitas maupun lembaga-

lembaga ilmu pengetahuan Indonesia, walaupun saat ini belum banyak penulis buku

teks sejarah SMP dan SMA yang melakukan hal tersebut. Selain itu para guru IPS

maupun Sejarah hanya memfokuskan diri dengan kegiatan pembelajaran di kelas dan

sibuk menangani administrasi sekolah.Guru hanya menjadi konsumen buku ajar( buku

teks), karya orang lain seperti halnya siswanya . Guru jarang membeli dan membaca

buku-buku yang diterbitkan dari hasil–hasil penelitian untuk meraih gelar sarjana( S

1), master (S 2),dan doktor (S 3), serta peneliti lainnya . Idealnya seorang guru sejarah

atau IPS mampu menulis buku ajar ( buku teks) untuk para siswanya karena guru

yang bersangkutanlah yang paling tahu kondisi siswanya dengan tidak mengabaikan

rambu-rambu yang telah ada dalam kurikulum

Dengan banyaknya buku teks sejarah yang beredar saat ini menimbulkan

kebingungan bagi para guru dalam menentukan mana yang harus dijadikan referensi,

karena buku teks yang ada saat ini materinya hanya mengikuti apa yang ada dalam

kurikulum dan juga demi memenuhi selera dari para penerbit buku . Disamping itu

harga buku juga relative mahal sehingga idak terjangkau oleh guru yang berada di

daerah pelosok.

Dari segi materi yang terdapat dalam buku teks sejarah dari tingkat SD

sampai SMA, tingkat kedalamannya dan keluasan materi hampir sama, yang

seharusnya tiap tingkat memiliki perbedaan dalam kedalaman dan

keluasanmaterinya.Sebagaimana pendapat dari Said Hamid Hasan dalam tulisannya

yang berjudul Evaluasi Pelajaran Sejarah Di Sekolah:“ Dari materi kurikulum

sejarah yang berlakudi SD,SMP dan SMA, keluasan dan kedalaman materi tidak

diperhitungkan secara baik”(Hasan, 1995).

Pada saat sekarang banyak guru senior yang mengalami kendala dan kesulitan dalam

segi bahasa terutama bahasa asing ( bahasa Inggris dan Belanda) untuk memahami

berbagai karya sejarah yang menjadi rujukan dalam mengajar di sekolah ,sedangkan

kemampuan para guru saat rata-rata minim mengusai bahasa asing ( bahasa Inggris

dan Belanda) walaupun ada yang berbahasa Indonesia namun sangat sedikit sekali

dan tidak semua tersedia di perpustakaan sekolah ataupun di toko buku

E. KESIMPULAN

Bahwa historiografi pada buku teks sejarah tingkat SMP dan SMA pada

masa Orde baru tidak selamanya buruk ( negatif), ada sisi positifnya yaitu ketika

matapelajaran PSPB dimasukan pada kurikulum 1984, didalamnya terdapat sebuah

indikator agar para guru dapat menanamkan rasa nasionalisme dan cinta tanah air

kepada para siswa disegala tingkatan persekolahan mulai dari SD sampai SMA.

Bahwa pemerintah pusat melalui ( Kemendiknas),pemerintah daerah ( Dinas

pendidikan provinsi, Kabupaten/ Kota), maupun swasta baik domestik maupun asing,

harus mengalokasikan dana untuk penelitian kesejarahan bagi para guru

matapelajaran IPS dan Sejarah, agar para guru sejarah tidak sekedar mengkonsumsi

buku sejarah yang di tulis bukan oleh guru yang yang memiliki latar belakang

pendidikan IPS atau sejarah. Diharapkan dengan penelitian tersebut guru mengetahui

tentang metode dalam penelitian sejarah yang nantinya hasil dari penelitian para

guru tersebut dapat berupa buku teks sejarah yang dapat dipakai oleh para siswa di

sekolahnya,berupa makalah, buku teks, LKS ( Lembar Kerja Siswa) dll. Penelitian ini

juga bertujuan untuk meningkatkan kompetensi dan kemampuan para guru dalam

bidang studi yang ditekuni dalamhal ini kemampuan sejarah dan IPS.

Bahwa dalam memanfaatkan buku teks sejarah, guru harus dapat memadukan

studi kritis dan kepentingan negara, dengan menerapkan strategi membaca buku teks

sejarah dengan kritis yaitu: membaca buku teks untuk pemahaman, melihat perspektif

ideologi penulis buku teks, membaca buku teks untuk mendekontruksi buku teks dan

membaca buku teks untuk melihat kredibilitas isi buku teks. Strategi tersebut

disesuaikan dengan tujuan kurikuler, jenis teks, situasi kelas dan tingkat sekolah

(SMP/MTs atau SMA/MA). Pendekatan ini dapat menjadikan siswa memiliki

ketrampilan dalam mengolah, menganalisa informasi, menarik kesimpulan dan

memproduksi pengetahuan baru dari teks sejarah yang telah dibacanya.

Dengan strategi membaca buku teks dengan kritis dapat ditemukan bahwa

dalam buku teks sejarah nampak tidak lengkap, parsial, terpisah dan lebih

menonjolkan peristiwa sejarah tertentu yang mendukung rezim tersebut dan

mengurangi peristiwa sejarah yang dirasa tidak mendukung rezim yang berkuasa,

dalam rezim orde baru sarat dengan muatan politik sesuai dengan kepentingan rezim

yang sedang berkuasa hal ini sangat kental dan terasa pada historiografi buku teks

sejarah pada masa Orde baru .

DAFTAR PUSTAKA

Abdullah, T. (2004). Di sekitar gugatan terhadap pelajaran dan buku sejarah. Historia, V, 30.

ADAM, A. W. (2009). MEMBONGKAR MANIPULASI SEJARAH KONTROVERSI PELAKU DAN PERISTIWA. Jakarta: Kompas.

ADAM, A. W. (2007). SEABAD KONTROVERSI SEJARAH. Yogyakarta: Ombak.

Azra, A. (2011). Historiografi Kontemporer Indonesia. dalam H. C. Loir ( ed), Panggung Sejarah persembahan kepada Prof Dr Denys Lombard (hal . 67). Jakarta: Yayasan Obor Indonesia.

Daliman, A. (2012). Metode Penelitian Sejarah. Yogyakarta : Ombak.

Gandhi, I. M. (1995). PENGALAMAN SEBAGAI GURU SEJARAH. Dalam S. Sutjianingsih (Ed.), Pengajaran Sejarah Kumpulan simposium (hal. 54). Jakarta: Proyek Invetarisasi dan Dokumentasi Sejarah Nasional.

Hamid, a. d. (2011). Pengantar Ilmu Sejarah. Yogyakarta: Ombak.

Hariyono. (1995). Mempelajari Sejarah Secara Efektif dan Efisien . Jakarta : Pustaka Jaya.

Hasan, S. H. (1995). Evaluasi Pelajaran Sejarah Di Sekolah. dalam S. Sutjiningsih (Ed.), Pengajaran Sejarah Kumpulan Makalah Simposium (hal. 109). Jakarta: Proyek Inventarisasi dan Dokumen Sejarah Nasional.

Ismaun. (2005). Pengantar Belajar Sejarah Sebagai Ilmu dan Wahana Pendidikan. Bandung: Historia Utama Prees.

Kartodirdjo, S. (1993). Pendekatan Ilmu Sosial Dalam Metodologi Sejarah. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.

Kuntowijoyo. (2008). Penjelasan Sejarah ( Historical Explanation). Yogyakarta: Tiara Wacana.

Sjamsuddin, H .(2005)Model-model Pengajaran Sejarah : Beberapa Alternatif untuk SLTA dalam Drs Andi Suwirta M Hum & Didin Saripudin M.Si . Sejarah Adalah Perubahan : Penghormatan 70 tahun Prof Dr H Ismaun, M.Pd .Bandung:Historia Utama Press

Mulyana, A. d. (2009). Historiografi Di Indonesia Dari Magis - Religius Hingga Strukturis. Bandung: Refika Aditama.

Mulyana, A. (2012). HISTORIOGRAFI BUKU TEKS PELAJARAN SEJARAH DI SEKOLAH; antara kepentingan dan studi kritis. Presentasi calon guru besar (hal. 2). Bandung: tidak diterbitkan.

Mulyana, A. (2009). Pendekatan Historiografi Dalam Memahami Buku Teks Pelajaran Sejarah. Mendekonstruksi masalah pembelajaran sejarah di sekolah (hal. 5). Bandung: tidak diterbitkan.

Nursam, M. (2008). Membuka Pintu bagi Masa Depan Biografi Sartono Kartodirdjo. Jakarta: Kompas.

Poesporodjo, W. (1987). Subjektivitas Dalam Historiografi . Bandung: Penerbit Remadja Karya .

Ponirin. (2012). Nasionalisme dan Patriotisme . Jurnal Jasmerah UNIMED .Medan : tidak diterbitkan

Priyadi, S. (2012). Sejarah Lokal konsep,Metode dan Tantanganya.Yogyakarta: Ombak.

Sitepu, B. P. (2012 ). Penulisan Buku Teks Pelajaran. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Sjamsuddin, H. (2007). Metodologi Sejarah. Yogyakarta: Ombak.

Sugiyanto. (2009). Pengantar Ilmu Sejarah. Jember: tidak diterbitkan.

Suryo, D. (2009). Periodisasi Sejarah Indonesia : Dari semenjak seminar Sejarah di Yogyakarta 1957 hingga kini. Jurnal Sejarah pemikiran , rekontruksi, presepsi , 14, 21.Jakarta:Yayasan Obor Indonesia

Wu, W. G. (1985). Historiografi Asia Selatan dan Asia Tenggara.dalam T. Abdullah, Ilmu Sejarah Dan Historiografi Arah dan Perspektif (hal. 9). Jakarta: PT Gramedia.