Tutor Assesment Asma Kronik

8
Andre Christianto 135070500111010 Farmasi A 2013 PERTANYAAN ASESMEN DIRI 1. Apakah salbutamol memberikan lebih efektif dan sedikit efek samping daripada golongan obat leukotriene modifier; kromolin dan nedokromil? Jawab: Obat pelega saluran nafas biasanya memiliki aksi yang cepat untuk melonggarkan saluran nafas. Contohnya adalah salbutamol, terbutalin, ipratropium bromide dan teofilin/aminofillin. Salbutamol merupakan golongan obat beta agonis yang aksinya cepat, dan banyak dijumpai dalam berbagai bentuk sediaan. Ada yang berbentuk tablet, sirup, atau inhalasi. Untuk mengatasi serangan asma, obat ini merupakan pilihan pertama. Dalam bentuk inhalasi, salbutamol tersedia dalam bentuk tunggal. Obat-obat pengontrol yang digunakan untuk pengobatan jangka panjang meliputi inhalasi steroid, b2 agonis aksi panjang, sodium kromoglikat atau kromolin, nedokromil, modifier leukotrien, dan golongan metilksantin. Obat-obat untuk penggunaan jangka panjang sebaiknya menggunakan bentuk inhalasi, karena efek samping sistemiknya lebih kecil daripada jika diberikan dalam bentuk oral/obat minum Penggunaan salbutamol tidak efektif pada asma kronik karena sebagai agonis β 2 aksi pendek karena diindikasikan untuk penanganan episode bronkospasmus iregular yang tidak meningkatkan kontrol gejala jangka panjang sehingga hanya digunakan untuk menangani asma akut. Sedangkan leukotiene modifier lebih efektif dibandingkan salbutamol untuk penanganan asma kronik karena merupakan antagonis

description

teks

Transcript of Tutor Assesment Asma Kronik

Andre Christianto135070500111010Farmasi A 2013

PERTANYAAN ASESMEN DIRI1. Apakah salbutamol memberikan lebih efektif dan sedikit efek samping daripada golongan obat leukotriene modifier; kromolin dan nedokromil?Jawab: Obat pelega saluran nafas biasanya memiliki aksi yang cepat untuk melonggarkan saluran nafas. Contohnya adalah salbutamol, terbutalin, ipratropium bromide dan teofilin/aminofillin. Salbutamol merupakan golongan obat beta agonis yang aksinya cepat, dan banyak dijumpai dalam berbagai bentuk sediaan. Ada yang berbentuk tablet, sirup, atau inhalasi. Untuk mengatasi serangan asma, obat ini merupakan pilihan pertama. Dalam bentuk inhalasi, salbutamol tersedia dalam bentuk tunggal.Obat-obat pengontrol yang digunakan untuk pengobatan jangka panjang meliputi inhalasi steroid, b2 agonis aksi panjang, sodium kromoglikat atau kromolin, nedokromil, modifier leukotrien, dan golongan metilksantin. Obat-obat untuk penggunaan jangka panjang sebaiknya menggunakan bentuk inhalasi, karena efek samping sistemiknya lebih kecil daripada jika diberikan dalam bentuk oral/obat minumPenggunaan salbutamol tidak efektif pada asma kronik karena sebagai agonis 2 aksi pendek karena diindikasikan untuk penanganan episode bronkospasmus iregular yang tidak meningkatkan kontrol gejala jangka panjang sehingga hanya digunakan untuk menangani asma akut. Sedangkan leukotiene modifier lebih efektif dibandingkan salbutamol untuk penanganan asma kronik karena merupakan antagonis reseptor leukotrien lokal yang mengurangi proinflamasi (pengurangan edema jalur napas) yang akan menunjukkan aktivitas farmakologis puncak pada malam hari sampai esok paginya, saat gejala asma sering terjadi sehingga penurunan bangun di tengah malam. Pada kromolin dan nedokromil diindikasikan untuk profilaksis asma presisten ringan pada anak-anak dan dewasa yang juga merupakan obat pilihan kedua untuk pencegahan bronkospasma yang berarti merupakan obat yang digunakan untuk kontrol asma kronik persisten ringan, hal ini menunjukkan bahwa kromolin dan nedokromil lebih efektif daripada salbutamol pada asma kronik untuk asma ringan.Beberapa obat golongan agonis 2 (salbutamol) terutama ditujukan paru-paru menyebabkan efek samping yang lebih sedikit dibandingkan golongan obat paru-paru lainnya yakni hanya menyebabkan tubuh sedikit gemetar karena 2 reseptor yang berada di otot juga ikut terpengaruh seperti dengan yang terdapat pada paru-paru. Leukotriene modifier memiliki efek samping berupa peningkatan konsentrasi aminotransferase serum dan hepatitis klinik, sindrom idiosinkrasi mirip sindrom Churg-Strauss ditandai dengan eosinofilia bersirkulasi yang mencolok, gagal jantung, dan vaskulitis eosinophilik. Kromolin dan nedokromil merupakan bahan yang tidak toksik yang menyebabkan batuk, bersin, rasa tidak enak dan sakit kepala. Jadi dapat disimpulkan bahwa salbumatol tidak lebih efektik untuk penanganan asma kronik dibanding leukotriene modifier dan kromolin dan nedokromil tetapi memiliki efek samping yang lebih sedikit dibanding leukotriene modifier dan kromolin dan nedokromil.

2. Bagaimana cara kerja teofilin dan alasan apa saja yang membuat klinisi mengehntikan penggunaan teofilin?Jawab: Teofilin adalah bronkodilator yang digunakan untuk pasien asma dan penyakit paru obstruktif yang kronik, namun tidak efektif untuk reaksi akut pada penyakit paru obstruktif kronik. Teofilin merupakan salah satu obat utama untuk pengobatan asma akut maupun kronik. Teofilin, juga dikenal sebagai dimethylxanthine, adalah obat methylxanthine digunakan dalam terapi untuk penyakit pernapasan seperti PPOK dan asma. Teofilin [(3,7-dihidro-1,3-di-metilpurin-2,6-(1H)-dion] atau 1,3-dimetilxantin adalah bronkodilator yang digunakan untuk pasien asma dan penyakit paru obstruktif yang kronik, namun tidak efektif untuk reaksi akut pada penyakit paru obstruktif kronikBekerja dengan menghalangi kerja enzim fosfodiesterase sehingga menghindari perusakan cAMP dalam sel, antagonis adenosin, stimulasi pelepasan katekolamin dari medula adrenal, mengurang; konsentrasi Ca bebas di otot polos, menghalangi pembentukan prostaglandin, dan memperbaiki kontraktilitas diafragma.Teofilin dalam kadar rendah dapat memblokir reseptor adenosine A. Pada konsentrasi terapi yang lebih tinggi akan terjadi penghambatan fosfodiesterase-kenaikan kadar cAMP. Reaksi-reaksi yang dicetuskan oleh cAMP sebagai second messenger mengakibatkan relaksasi otot-otot bronchial dan penghambatan pengeluaran zat-zat mediator dari sel-sel mast dan granulosit.Suatu kombinasi dengan simpatomlmetik mengakibatkan obat ini sudah efektif bahkan pada dosis yang sangta rendah sehingga suatu desensibilisasi dari reseptor dapat dicegah.Arteriol dan pembuluh-pembuluh kapasitas akan mengalami dilatasi. Pada jantung, Teofilin bekerja inotrop positif dan kronotrop positif-pemakaian oksigen bertambah. Peningkatan volume sekuncup jantung dan dilatasi pembuluh ginjalmengakibatkan kenaikan filtrasi glomerular.Cara kerja teofilin adalah dengan menghasilkan bronkodilatasi dengan menginhibisi fosfodiesterase yang dapat menghasilkan antiinflamasi dan aktivitas nonbronkodilatasi lain melalui penurunan pelepasan mediator sel mast, pernunan pelepasan protein dasar eosinofil, penurunan proliferasi limfosit T, penurunan pelepasan sitokin sel T dan penurunan eksudasi plasma.Penghentian penggunaan teofilin disebabkan karena kerugian signifikan terapi kronik teofilin adalah bahaya yang menyertai pemberian suatu obat yang dapat menyebabkan artimia, seizure dan kematian pada konsentrasi serum yang hanya dua kali lebih besar daripada konsentrasi terapetik optimal sehingga apabila pasien tidak memiliki kepatuhan yang baik dalam penggunaan salbutamol serta farmasis tidak memantau kadar serum dalam darah secara rutin akan menyebabkan hal fatal hingga kematian.

3. Mengapa flutikason menyebakan iritasi local pada tenggorokan, dan apa yang dapat dilakukan pasien untuk mencegah efek samping yang tidak diinginkan ini?Jawab: iritasi lokal pada tenggorokan menyebabkan suara serak atau kehilangan suara lengkap karena iritasi pada lipatan vokal (pita suara) yang sering disebut disfonia. Efek samping berupa disfonia pada penggunaan flutikason ini dapat dikurangi dengan penggunaan alat spacer karena dapat memperlambat perjalanan propelan dingin masuk ke tenggorokan sehingga tidak menyebabkan iritasi tenggorokan.

4. Mengapa kebanyakan medikasi asma sebaiknya diberikan lewat paru-paru dan bukan per oral?Jawab: Medikasi asma sebaiknya diberikan lewat paru-paru dan bukan peroral karena untuk mengurangi efek samping yang akan terjadi, karena obat-obat asma merupakan obat golongan agonis 2 maupun antiinflamasi yang akan mempengaruhi reseptor 2 maupun reseptor antiinflamasi di bagian tubuh lainnya yang tidak diinginkan.

PERTANYAAN KRITISSeorang ibu datang ke apotek untuk membeli obat resep dokter untuk anaknya bernama Rio Hasan (RH). RH adalah anak laki-laki berusia 16 tahun dengan riwayat asma yang panjang. Bulan lalu ibu RH menebus resep dokter yang menganjurkan untuk menggunakan inhaler albuterol jika perlu. Ibu RH menyatakan dengan inhaler albuterol tersebut, kondisi membaik, namun pada beberapa hari dalam seminggu RH masih terbangun malam akibat gejala asmanya. Ibu ini datang ke apotek untuk menebus resep lagi untuk RH.

Farmasis membaca bahwa RH mendapat resep baru: Inhaler yang berisi kombinasi fluticasone dan salmeterol (Seretide Diskus 250: fluticasone proprionate 250 mcg dan salmeterol xinafoate 50 mcg) untuk digunakan dua kali sehari. RH juga mendapat resep inhaler albuterol (Ventolin inhaler 100mcg/semprot) yang digunakan 4 kali sehari 2 inhalasi jika diperlukan.

Lihat Kasus pada susbab Pertanyaan Kritis Asma Akut. Jika Ibu RH datang ke Puskesmas yang hanya menyediakan tablet salbutamol dan deksametason untuk kontrol asma, (a) regimen obat apa yang dapat anda rekomendasikan untuk ibu RH? Jawab: Salbutamol sebagai agonis 2 aksi pendek diberikan kepada pasien saat terjadi serangan asma akut, jadi pemberian salbutamol secara prn (jika diperlukan) bukan secara rutin karena indikasi agonis 2 aksi pendek adalah untuk menangani asma akut dengan bekerja secara cepat. Pemberian secara oral akan menimbulkan onset kerja yang lebih lambat yakni 30 menit dibandingkan pemberian secara inhalasi yakni 20 menit namun memberikan durasi kerja obat yang lebih lama yakni 4-6 jam dibandingkan pemberian secara inhalasi yakni 2-4 jam.Pemberian deksametason oral diberikan kepada pasien untuk menangani episode asma kronik yang tidak dapat diobati dengan terapi bronkodilator dan masih tetap berat. Dosis awal kortikosteroid oral diberikan dengan dosis tinggi selama 1-2 minggu karena steroid dosis tinggi dalam jangka pendek tidak menimbulkan toksisitas yang serius, lalu dosis harus diturunkan ke dosis yang paling rendah sebagai terapi kontrol asma jangka panjang. Pemberian deksametason oral dengan dosis 0,6 mg/kg sehari satu kali dengan dosis maksimum 18 mg selama 1-2 minggu lalu dosis diturunkan secara bertahap.(b) informasi apa yang harus diberikan pada RH dan/atau keluarga yang merawat mengenai medikasi control asma?Pada penggunaan salbutamol oral karena bekerja sebagai agonis 2 aksi pendek maka tidak aakan meningkatkan kontrol gejala jangka panjang namun hanya digunakan jika perlu untuk mengatasi serangan asma akut, disini harus diperhatikan bahwa salbutamol oral hanya diberikan jika diperlukan bukan secara rutin karena pemberian secara rutin tidak menimbulkan efek terapi jangka panjang melainkan dapat menyebabkan efek samping yag diinginkan karena melebihi dosis terapetiknya.Pada penggunaan deksametason oral bila menimbulkan toksisitas/efek samping obat maka dapat dikurangi dengan terapi berselang (dua hari sekali).(c) Bagaimana anda memantau respon klinis setelah menggunanakan medikasi yang anda rekomendasikan?Pemantauan pada salbutamol oral adalah dari efek yang ditimbulkan setelah penggunaan salbutamol oral dalam 30 menit (karena onset kerja salbutamol oral adalah 30 menit) dimana apabila pasien sudah tidak mengeluh sesak napas(kesulitan bernapas) berarti terapi asma akut telah tepat sesuai indikasi pasien.Pemantauan pada deksametason oral setelah 1-2 minggu adalah frekuensi penggunaan salbutamol oral dalam seminggu dimana semakin sering pasien menggunakan salbutamol oral dari sebelumnya berarti terapi kontrol asma kronik belum tepat. Selain itu juga dapat dipantau dari frekuensi terbangun di malam hari karena kesulitan bernapas (asma kambuh) dimana semakin sering terbangun di malam hari karena kesulitan bernapas (asma kambuh) dari sebelumnya berarti terapi asma kronik belum tepat. Setelah dilakukan pemantauan baru dapat diputuskan untuk melakukan tindakan lanjutan yakni terapi penurunan dosis atau pergantian obat.