7. Performance Assesment

25
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Peraturan Pemerintah Nomor 19 tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan menjelaskan bahwa kompetensi lulusan mencakup sikap, pengetahuan, dan keterampilan. Ini berarti bahwa pembelajaran dan penilaian harus mengembangkan kompetensi peserta didik yang berhubungan dengan ranah afektif (sikap), kognitif (pengetahuan), dan psikomotor (keterampilan). Selanjutnya laporan UNESCO telah menetapkan empat pilar pendidikan sebagai landasan pendidikan era global, yaitu: (1) learning to know, yakni peserta didik mempelajari pengetahuan, (2) learning to do, yakni peserta didik menggunakan pengetahuannya untuk mengembangkan keterampilan, (3) learning to be, yakni peserta didik menggunakan pengetahuan dan keterampilannya untuk hidup, dan (4) learning to live together, yakni peserta didik menyadari bahwa adanya saling ketergantungan sehingga diperlukan adanya saling menghargai antara sesama manusia. Berdasarkan hal tersebut dapat diketahui bahwa untuk memenuhi tuntutan kehidupan masa depan, pendidikan tradisional yang sangat quantitatively-oriented and knowledge-based tidak lagi relevan. Melalui pendidikan, setiap individu mesti disediakan berbagai kesempatan belajar sepanjang hayat; baik untuk meningkatkan pengetahuan, keterampilan, dan sikap maupun untuk dapat menyesuaikan diri dengan dunia yang kompleks dan penuh dengan saling ketergantungan. Tindak lanjut dari hal tersebut tersebut adalah munculnya orientasi pada pembentukan kompetensi yang relevan dengan tuntutan dunia nyata. Kompetensi meliputi pengetahuan, keterampilan, nilai dan sikap. Pendidikan tradisional yang sangat berorientasi kuantitatif dan menyandarkan pada pemahaman pengetahuan semata, seperti disebutkan di atas, dianggap tidak dapat membekali peserta didik dengan kompetensi yang diperlukan dalam kehidupan. Dengan demikian, pendidikan yang dikehendaki dewasa ini adalah pendidikan yang mengaktifkan siswa. Untuk dapat mengaktifkan siswa, maka proses pembelajaran dan assessment yang dirancang harus mengarah kepada student- centered.

Transcript of 7. Performance Assesment

Page 1: 7. Performance Assesment

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Peraturan Pemerintah Nomor 19 tahun 2005 tentang Standar Nasional

Pendidikan menjelaskan bahwa kompetensi lulusan mencakup sikap, pengetahuan,

dan keterampilan. Ini berarti bahwa pembelajaran dan penilaian harus

mengembangkan kompetensi peserta didik yang berhubungan dengan ranah afektif

(sikap), kognitif (pengetahuan), dan psikomotor (keterampilan). Selanjutnya laporan

UNESCO telah menetapkan empat pilar pendidikan sebagai landasan pendidikan

era global, yaitu: (1) learning to know, yakni peserta didik mempelajari

pengetahuan, (2) learning to do, yakni peserta didik menggunakan

pengetahuannya untuk mengembangkan keterampilan, (3) learning to be, yakni

peserta didik menggunakan pengetahuan dan keterampilannya untuk hidup, dan

(4) learning to live together, yakni peserta didik menyadari bahwa adanya saling

ketergantungan sehingga diperlukan adanya saling menghargai antara sesama

manusia. Berdasarkan hal tersebut dapat diketahui bahwa untuk memenuhi tuntutan

kehidupan masa depan, pendidikan tradisional yang sangat quantitatively-oriented

and knowledge-based tidak lagi relevan.

Melalui pendidikan, setiap individu mesti disediakan berbagai

kesempatan belajar sepanjang hayat; baik untuk meningkatkan pengetahuan,

keterampilan, dan sikap maupun untuk dapat menyesuaikan diri dengan dunia yang

kompleks dan penuh dengan saling ketergantungan. Tindak lanjut dari hal tersebut

tersebut adalah munculnya orientasi pada pembentukan kompetensi yang relevan

dengan tuntutan dunia nyata. Kompetensi meliputi pengetahuan, keterampilan, nilai

dan sikap. Pendidikan tradisional yang sangat berorientasi kuantitatif dan

menyandarkan pada pemahaman pengetahuan semata, seperti disebutkan di atas,

dianggap tidak dapat membekali peserta didik dengan kompetensi yang diperlukan

dalam kehidupan. Dengan demikian, pendidikan yang dikehendaki dewasa ini

adalah pendidikan yang mengaktifkan siswa. Untuk dapat mengaktifkan siswa, maka

proses pembelajaran dan assessment yang dirancang harus mengarah kepada student-

centered.

Page 2: 7. Performance Assesment

Assesmen, sebagai sarana untuk memperoleh informasi untuk memberikan

penilaian terhadap kegiatan pembelajaran yang sesuai dan memenuhi tujuan

pembelajaran, memungkinkan untuk mencakup ketiga ranah tersebut di atas.

Assesmen sebagai suatu rencana penilaian pada prinsipnya dirancang untuk

memberikan balikan kepada siswa, orang tua, guru, dan administrator sekolah

tentang keefektifan pengajaran. Program asesmen terpadu memberikan kepada siswa

balikan tentang tingkat pencapaian tujuan-tujuan pembelajaran guru dan harapan

orang tua. Guru menerima balikan tentang tingkat keberhasilan pencapaian tujuan-

tujuan pembelajaran dan tujuan-tujuan kurikuler dan apakah siswa belajar dengan

baik dalam situasi yang berbeda (Abidin, 2010)

Kenyataan di lapangan menunjukkan bahwa banyak guru yang masih

menggunakan asesmen tradisional daripada asesmen alternatif. Alasannya,

pengkonstruksiannya sulit dan waktu penskorannya juga memakan waktu yang

cukup lama. Namun demikian, asesmen alternatif harus ditegakkan walaupun tidak

mudah. Hal ini sejalan dengan kurikulum KTSP yang lebih menitikberatkan pada

pengembangan kompetensi anak didik, mulai dari learning to know sampai dengan

learning to live together, seperti yang telah diungkapkan oleh UNESCO. Dengan

demikian, diharapkan tidak ada lagi pembelajaran yang terbatas pada tataran teori

saja.

Beranjak dari hal tersebutlah, akhirnya dibutuhkanlah sebuah instrumen yang

bisa menjaring ataupun memberikan informasi tentang kompetensi anak didik secara

tepat dan sesuai. Apakah kompetensi anak didik tentang hal yang bersifat normatif

dan praktis dapat dinilai secara pasti hanya dengan menjawab sebuah asesmen

tradisional saja (dalam hal ini tes)? Konkritnya adalah saat peserta didik diberi suatu

pertanyaan, maka mereka akan menjawab langkah-langkah praktis seperti yang telah

dia baca di buku. Tapi saat mereka diminta untuk mempraktekkannya langsung,

belum tentu mereka akan melakukan hal yang sama benarnya seperti yang telah

mereka tuangkan dalam jawaban tertulis. Untuk itulah diperlukan adanya assessment

alternative (Depdiknas, 2002).

Asesmen alternatif diartikan sebagai pemanfaatan pendekatan non-tradisional

untuk memberi penilaian kinerja atau hasil belajar mahasiswa. Ada kalanya asesmen

alternative diidentikan dengan asesmen otentik atau asesmen kinerja. Asesmen

Page 3: 7. Performance Assesment

otentik yang dapat diartikan sebagai proses penilaian perilaku kinerja mahasiswa

secara multidimensional pada situasi nyata sedangkan asesmen kinerja

diartikansebagai penilaian terhadap proses perolehan, penerapan pengetahuan dan

ketrampilan melalui proses pembelajaran yang menunjukkan kemampuan mahasiswa

dalam proses maupun produk.

Salah satu artikel dalam jurnal American Biology Teacher (ABT) membahas

mengenai suatu kurikulum yang menitikberatkan inquiry untuk menilai keterampilan

proses menggunakan assesmen kinerja

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang, adapun rumusan masalah dalam makalah ini

adalah

1. Bagaimakah analisis kritis artikel pada Jurnal American Biology Teacher 2001:

Vol 63 (5): 310-315 dengan judul Performance Assesment of a Standards-Based

Hight School Biology Curriculum

2. Bagaimakah pelaksaan assessment kinerja di dalam kelas?

C. Tujuan

Tujuan penulisan makalah ini adalah

1. Melakukan analis kritis terhadap artikel yang judul Performance Assesment of a

Standards-Based Hight School Biology Curriculum

2. Menjelaskan pelaksanaan assessment kinerja

Page 4: 7. Performance Assesment

BAB II

PAPARAN ISI ARTIKEL

Assesment Kinerja pada Kurikulum Biologi Terstandar

Sekolah Menengah Atas

Dalam menanggapi, pembelajaran sains yang dirasa tidak cukup memuaskan

di AS, The National Science Foundation mendukung pegembangan Benchmarks for

Science Literacy AAAS 1993) dan National Science Education Standards (NRC

1996). Salah satu permasalahan yang dihadapi dalam pembelajaran sains selama ini

adalah proses pembelajaran terutama dilakukan melalui penyampaian informasi oleh

guru, dengan penekanan pada ingatan (Bowyer 1990; Brandwein 1981; Champagne

& Horning 1987). Pelaksanaan pembelajaraan masih dilakukan secara tradisional

dengan menggunakan buku teks ensiklopedia sains.

AAAS dan NRC mencoba membantu penyusun kurikulum sains dalam

menyeleksi konsep-konsep penting yang akan dimasukkan dalam kurikulum. Karena

pada kurikulum tradisional, seluruh fakta-fakta dimasukkan di dalam kurikulum.

Selain itu, AAAS dan NRC , dalam kurikulum sainsnya lebih menekankan pada

keterampilan berpikir dan memahami alam sebagai sains. Kemudian, AAAS dan

NRC mendukung pembelajaran berpusat pada siswa dan inquiry serta menentang

pembelajaran secara pasif yaitu hanya mendengar dan berbicara saja.

Kurikulum sains yang telah bekerja sama dengan AAAS dan NRC

melakukan pengurangan sejumlah konsep dan topik dan lebih menekankan pada

konsep-konsep penting yang membutuhkan kemampuan berpikir siswa, membuat

keputusan, inquiry, kerja sama dan komunikasi. Ketika siswa menggunakan

kurikulum baru ini, maka siswa secara ekstentif melakukan serangkaian diskusi dan

inquiry.

Biology: A Community Context merupakan suatu pengantar kurikulum

biologi sekolah menengah yang dikembangkan sesuai dengan standard an kebutuhan.

Untuk proyek ini memerlukan biaya 2.3 juta US yang bertujuan untuk

mengembangkan kurikulum berstandar, berorientasi inquiry, mengutamakan

Page 5: 7. Performance Assesment

aktivitas siswa dan konstruktivis. Sebagai komponen dalam evaluasi, lebih

menekankan pada keterampilan inquiry.

Metodologi Instruksional

Banyak penelitian tentang pembelajaran yang mendukung pengembangan

Standards and Benchmarks. Sejumlah penelitian menyajikan bahwa ketika siswa

bekerja seperti seorang saintis, maka pemahaman konsep sains, keterampilan proses

sains siswa lebih baik dibandingkan ketika mereka melakukan instruksi sesuai aturan

guru atau hanya sekedar berdiskusi. Pastisipasi aktif ini merupakan proses inquiry

sains.

Siswa akan memperolah manfaat dari pengalaman langsung dengan siswa

lainnya, atau dari bahan-bahan yang digunakan, konsep dan proses seta pemahaman

mereka lebih baik dalam memahami cara/langkah kerja tertentu. Oleh karena itu,

kegiatan eksperimen laboratorium, penyedilidikan kelas lebih baik dibandingkan

hanya sekedar penyampaian informasi atau berdiskusi. Kurikulum berbasis standar

nasional cenderung berpusat pada keaktifan siswa, berpusat pada siswa, dan

menyajikan narasi tekstual yang bisa menyajikan konsep dengan tepat setelah

kegiatan inkuiri. Dalam hal ini kegiatan investigasi siswa bersifat eksperimental,

siswa akan menggali jawaban dari suatu permasalahan dengan eksperimen, bukan

dengan sekedar praktikum. Mengawali kegiatan belajar dengan aktivitas ilmiah akan

memberdayakan siswa untuk bernalar dan belajar lebih banyak, serta memacu siswa

untuk banyak membaca dan saling berbagi.

Pengujian

Selama musim panas tahun 1997, para guru biologi dari 16 SMU dari

berbagai wilayah di Amerika Serikat mengikuti pelatihan intensif selama seminggu.

Materi pelatihan tersebut terkait dengan kurikulum, yaitu Biology: A Community

Context (oleh Leonard dan Penick) dan Project Manager (oleh Speziale). Para

peserta dilibatkan untuk mengkaji bahan kurikulum seperti materi pelajaran, desain

pembelajaran, video inkuiri, dan paket asesmen. Para peserta saling berbagi untuk

membicarakan konsep dan materi, kegiatan dan strategi pembelajaran, metodologi

mengajar, inkuiri sains, konstruktivisme, active learning, serta analisis berbagai

Page 6: 7. Performance Assesment

metode mengajar. Pada Tabel 1 berikut digambarkan lembaga asal para peserta

pelatihan dan yang kelak akan dipakai untuk uji coba.

Tabel 1. Instansi Asal dan Karakteristik Peserta

Sekolah Lokasi Setting Kualifikasi Peserta 1 Cleveland, OH Urban MA 2 Derry, NH Suburban BA 3 Edwardsville, IL Rural MA 4 Fallbrook, CA Rural MA 5 Fairfield, CA Suburban MA 6 Fresno, CA Urban BA 7 Fresno, CA Urban MA 8 Hannibal, MO Rural Ph.D 9 Myrtle Beach, SC Suburban BS 10 Tarpon Springs, FL Rural MA 11 Topeka, KS Urban MA 12 Van Nuys, CA Suburban BA 13 Van Nuys, CA Urban MA 14 Wakefield, RI Rural BS 15 Washington, DC Urban MS 16 Wellsley, MA Urban BS

Kemudian saat tahun ajaran 1997-1998 dimulai, semua guru dari 16 sekolah

tersebut mengajar dengan berpedoman pada kurikulum standar BACC paling tidak

untuk satu kelas dan satu kelas lagi dengan menggunakan kurikulum lokal. Pada

mulanya para guru tersebut mengajar di berbagai kelas dengan berpedoman pada

BACC dan kurikulum lokal. Oleh karena kompetensi siswa diharapkan ekivalen

dengan standar BACC dan kurikulum lokal, maka para guru berupaya menciptakan

keseimbangan dengan menerapkan kedua kurikulum tersebut di kelasnya.

Kegiatan minggu pertama di sekolah diawali dengan diadakannya 2 pre-test,

yaitu ujian pemahaman konsep biologi dan tes keterampilan proses sains. Kedua

macam tersebut telah dirancang oleh penulis artikel ini untuk kemudian dikaji ulang

oleh guru sehingga kelak dapat direvisi. Tes pemahaman dan proses tersebut

ditekankan pada kemampuan berpikir tingkat tinggi siswa. Butir-butir tes meliputi

pengetahuan dan wawasan, sedangkan tes proses meliputi proses sains biologi seperti

pada Tabel 2 berikut.

Page 7: 7. Performance Assesment

Tabel 2. Contoh Butir Tes Untuk Pengetahuan dan Proses Sains Biologi

Pengetahuan Biologi 2. Berikut ini adalah ciri makhluk hidup, kecuali ….

a. pertumbuhan tubuh tidak terbatas b. dapat beradaptasi terhadap perubahan lingkungan c. dapat berkembang biak d. dapat merespon perubahan lingkungan e. tumbuh

4. Sebanyak 25 ml larutan glukosa 50% ditempatkan pada tabung reaksi. Bila respirasi berlangsung secara aerobik, gas apa yang akan dihasilkan?

a. gas alkohol b. karbon dioksida c. methan d. oksigen e. nitrogen

Keterampilan Proses Sains 2. Julie menjalankan riset jangka panjang untuk mengukur massa bibit tanaman

dan tanah. Lima tahun kemudian massa pohon yang telah tumbuh dari bibit tersebut dan tanah untuk media diukur. Julie melihat bahwa terjadi pertambahan massa tanaman yang sangat banyak, sementara massa tanah relative tidak berubah. Berdasarkan riset selama 5 tahun tersebut, pilihan berikut yang sesuai dengan temuan Julie adalah …

a. peristiwa ini membutuhkan udara b. tanaman mendapat nutrient dari tanah c. pertambahan massa tanaman berasal dari air d. tanah enyediakan nutrient yang ditumbuhkan tanaman e. pertambahan massa tanah bukan berasal dari tanah

22. Anda mengumpulkan data keragaman organisme yang hidup di hutan. Informasi apa yang penting untuk dicatat?

a. ragam insekta yang dilihat b. lokasi penemuan spesimen c. ragam tanaman yang ditemukan d. a dan c e. semua

Perbandingan Pengajaran Berbasis Kurikulum Terstandar dan Tradisional

Penerapan kurikulum standar BACC dilakukan dengan cara menerapkan

metodologi yang telah diajarkan selama pelathan musim panas sebelumnya dan

mengikuti standar BACC. Sedangkan untuk penerapan kurikulum tradisional, guru

menerapkan metodologi yang lazim digunakan selama ini di sekolah. Selanjutnya

diamati adakah perbedaan yang dihasilkn dari penerapan kedua kurikulum tersebut.

Page 8: 7. Performance Assesment

Pengajaran yang mengacu pada BACC bersifat investigatif inkuiri karena

mengandung ratusan aktivitas inkuiri dalam buku teks siswa. Sebanyak 75% kegiatan

siswa adalah investigasi. Sementara 90% pengajaran dengan kurikulum tradisional

lebih banyak menggunakan kegiatan mendengar dan membaca. Secara periodik

dilakukan kunjungan untuk mengamati perkembangan yang terjadi di semua sekolah

tersebut. Hampir semua kelas yang menerapkan kurikulum BACC menunjukkan

kegiatan siswa seperti kegiatan laboratorium, studi lapangan, forum diskusi, dan

presentasi. Kelas yang menerapkan kurikulum tradisional lebih banyak menerapkan

kegiatan membaca dan ceramah. Kegiatan laboratorium yang ada hanya sekedar

kegiatan membedah.

Peranan guru pada kelas yang berbeda tersebut juga menunjukkan perbedaan

yang besar. Kelas yang menerapkan BACC cenderung menempatkan siswa untuk

berpartisipasi lebih banyak. Bahkan selama kegiatan diskusi, walau guru berperan

sebagai pemandu, siswa nampak lebih berkontribusi daripada gurunya.

Kegiatan di kelas berbasis BACC diawali dari konsep yang konkret menuju

konsep yang abstrak. Kegiatan diawali dengan manipulasi bahan amatan untuk

mengungkap fenomena biologi dan menggali pertanyaan yang akan diajukan di

kelas. Kemudian dilanjutkan dengan diskusi, penjelasan singkat dari guru, dan

mencermati penugasan yang diberikan. Sedangkan untuk kelas tradisional, abstraksi

konsep adalah yang pertama diberikan oleh guru atau melalui demonstrasi, kemudian

diikuti sesi tanya jawab singkat, praktikum, dan tugas menjawab pertanyaan di buku.

Kegiatan praktikum dilakukan sekali dalam seminggu dan sepenuhnya dirancang

guru.

Spirit pendidikan nasional nampaknya telah diimplementasikan dalam

kurikulum BACC karena mampu mengasah pengetahuan biologi, keterampilan

proses sains, dan pemahaman akan hukum alam. Kelas tradisional lebih berfokus

pada pengembangan wawasan biologi, hal ini nampak jelas karena guru

menyampaikan semua materi dari buku teks. Kelas BACC lebih berfokus pada

materi tertentu dan lebih banyak menghidupkan materi biologi ke dalam kehidupan

siswa. Siswa di kelas tradisional tidak mendapat kesempatan untuk menggali konsep

melalui investigasi dan berefleksi, sementara di kelas BACC hal ini sangat

ditekankan.

Page 9: 7. Performance Assesment

Tentu di samping adanya perbedaan, terdapat pula kesamaan, yaitu guru yang

telah mempersiapkan diri dengan matang sehingga siswa memberi perhatian dan

dapat merespon permintaan guru. Jadi ada kemungkinan siswa juga telah terbiasa

dengan metode tradisional dan merasa nyaman di dalamnya. Sesungguhnya juga

terungkap bahwa terkadang ada pula siswa yang frustasi terhadap kegiatan inkuiri

yang dirancang BACC. Perbandingan hasil pengamatan impelmentasi kedua

kurikulum tersebut ditampilkan pada Tabel 3 di bawah.

Tabel 3. Perbandingan Pengajaran pada Kelas Tradisional dan Kelas BACC

Karakteristik Kurikulum BAC Kurikulum Tradisional Metode mengajar yang utama

75% kegiatan bersifat investigasi inkuiri dan forum diskusi

75-90% kegiatan terpusat pada ceramah; 20% kegiatan di lab; beberapa LKS

Peran guru Sekedar memandu kegiatan pengamatan dan diskusi

Terpusat pada guru

Rangkaian kegiatan Pengalaman di lapangan, kemudian diskusi

Ceramah, membaca, terkadang praktikum

Keselarasan dengan Standar Nasional

Sangat berhubungan, terwuud pada kegiatan yang dirancang dan bahan ajar

Hanya terwujud pada bahan ajar

Jumlah konsep dan topik yang telah dituntaskan

Tidak lebih dari 180 topik yang tuntas

Dapat menuntaskan 400 topik

Keterampilan proses sains Ditekankan setiap tatap muka

Sesekali dalam beberapa minggu

Pemahaman hukum alam Pengalaman langsung dan refleksi

Tidak dikembangkan

Penguasaan istilah Sekedar dalam bahan ajar Dituntut untuk mengingat ribuan istilah

Aplikasi konsep Sangat berhubungan dengan kehidupan di masyarakat

Dihubungkan dengan materi berikutnya

Temuan-temuan

Secara keseluruhan, siswa-siswa BACC mendapatkan skor-skor yang

lebih rendah pada pretes-pretes baik konsep-konsep sains maupun proses-proses

sains dibandingkan dengan siswa-siswa pada kelas-kelas yang lebih tradisional.

Perbedaan antara rata-rata dua kelas adalah signifikan pada tingkat 0,005 dalam

Page 10: 7. Performance Assesment

pretes-pretes dari proses-proses sains. Beberapa guru menjelaskan bahwa para

konselor dalam melihat ukuran kecil (576 halaman) dari naskah siswa BACC,

terkadang secara sistematis menempatkan para siswa yang dirasakan

berkemampuan lebih rendah dalam kelas-kelas ini dan para siswa yang dirasakan

berkemampuan lebih tinggi dalam kelas-kelas tradisional dengan buku ajar yang

lebih banyak (biasanya lebih dari 1000 halaman). Praktek ini sejalan dengan

pengamatan-pengamatan historis dari praktek konselor tahun-tahun sebelumnya

dengan kurikulum ChemCom.

Pada akhir tahun ajaran sekolah, para siswa menyelesaikan tes-tes

mengenai konsep-konsep dan proses-proses yang sama seperti postes-postes.

Tidak hanya skor kelas-kelas BACC yang lebih tinggi secara signifikan pada

postes-postes baik konsep-konsep sains maupun proses-proses sains, namun juga

terdapat sedikit pengurangan dalam kelas-kelas BACC dibandingkan dengan

kelas-kelas yang lebih tradisional. Sebanyak 372 siswa BACC menyelesaikan

pretes “Tes Pemahaman Konsep-konsep Biologi” dan 365 siswa BACC

menyelesaikan postes, berkurang hanya 2% dibandingkan dengan siswa-siswa

kelas yang lebih tradisional yang menyelesaikan tes yang sama dari 368 siswa

berkurang menjadi 298 siswa, berkurang 19% selama tahun ajaran sekolah. Pola

yang sama juga diulangi pada “Tes Keterampilan-keterampilan Proses Sains”

dengan kelas-kelas BBAC berkurang hanya 5% dan kelas-kelas tradisional sekali

lagi berkurang 19%. Walaupun beberapa pengurangan mungkin dikaitkan

dengan kesalahan-kesalahan sisa dalam mengkodingkan nama-nama mereka,

namun juga ada elemen menyelesaikan tes yang lebih serius pada kelas-kelas

BACC. Sebuah anekdot dari salah satu tempat tes mungkin memiliki makna di

sini.

Pada sebuah sekolah menengah umum yang besar di daerah urban, satu

kelas siswa biologi memulai tahun ajaran sekolah dengan BACC. Setelah

beberapa minggu, pemimpin pemadam kebakaran setempat menutup sekolah,

dengan menyebutkan keamanan bangunan sebagai salah satu faktornya. Semua

siswa pindah ke perpustakaan di dekat sekolah menengah pertama dan dibagi ke

dalam kelas-kelas yang hampir tidak memiliki bahan-bahan atau peralatan. Guru

tes lapangan dengan keras hati membiarkan para siswa untuk mengerjakan

Page 11: 7. Performance Assesment

aktivitas-aktivitas yang dapat dikerjakannya dengan baik. Kemudian, setelah

beberapa bulan dalam fasilitas ini, mereka semuanya diperkenankan pindah

kembali ke sekolahnya. Pada poin tersebut, guru mencatat bahwa sejumlah besar

siswanya dalam kelas yang lebih tradisional mengalami dropout, sedangkan

semua siswa kelas BACC tetap mengikuti kelas secara reguler. Ketika ia

menanyakan mengapa siswa kelas BACC tetap belajar, ia mendengarkan

pernyataan “Kelas ini menyenangkan. Inilah beberapa alasan kami untuk datang

ke sekolah”.

Meskipun kelas-kelas BACC mendapatkan skor-skor yang secara

signifikan lebih rendah pada pretes keterampilan-keterampilan proses sains,

dapat dicatat bahwa setelah tahun sekolah dari BACC mereka mendapatkan

sekor yang lebih tinggi secara signifikan pada postes tersebut. Perhatian khusus

di sini adalah perbedaan-perbedaan antara skor pencapaian petes dengan postes

untuk kedua kelompok. Siswa-siswa BACC mendapatkan skor 2,68 lebih besar

dibandingkan dengan kelas-kelas tradisional pada tes konsep-konsep biologi dan

3,83 lebih besar dibandingkan dengan kelas-kelas tradisional dalam tes untuk

keterampilan-keterampilan proses sains. Perbedaan-perbedaan dalam skor-skor

pencapaian ini mewakili kira-kira satu setengah standar deviasi.

Menindaklanjuti anekdot tentang kehadiran kelas, komentar-komentar

siswa yang didapatkan melalui survei terstruktur menyatakan bahwa siswa-siswa

secara umum menyukai BACC, merasakan bahwa mereka telah bekerja dengan

baik (dan bahkan lebih baik dibandingkan dengan kelas-kelas sains sebelumnya),

dan menikmati aktivitas-aktivitasnya, dan merasakan mendapatkan hal yang

bermanfaat. Komentar-komentar ini juga sejalan dengan observasi-obseservasi

dari kunjungan kelas-kelas.

Perkiraan-perkiraan dan Kesimpulan-kesimpulan

Banyak pihak telah mengusulkan bahwa kurikulum sains tradisional

terlalu luas dan kurang mendalam (Sutman & Bruce, 1992, 1993). Berbagai

anekdot dari guru-guru yang mengajar lebih sedikit konsep-konsep namun

menemukan bahwa siswa-siswanya mendapatkan skor-skor yang lebih baik pada

ujian telah dilaporkan (Yager, 1990; McComas, 1989). Namun, implementasi

Page 12: 7. Performance Assesment

kurikulum inovatif yang didanai NSF disebarkan dan hanya mempertimbangkan

bagian kecil dari semua bahan siswa yang dibeli di Amerika Serikat. Hal ini

sebagian disebabkan karena kurangnya riset tentang pengaruh-pengaruh

kurikulum yang inovatif ini namun sama-sama memungkinkan bahwa beberapa

guru telah menggunakan kurikulum semacam ini dan merasakan dampak yang

dirasakan para siswa. Sebagai contoh yang berkaitan, mobil-mobil Jepang tidak

mencominasi pasar Amerika Serikat karena para pengemudi membaca laporan-

laporan riset tentang kualitas kontruksinya. Sebaliknya, para konsumen mencatat

kelayakan dan penyelesaian, dan tampilan kualitas, daya hemat bahan bakar, dan

daya tahannya.

Temuan-temuan ini agaknya memuaskan karena kita akan merasa puas

untuk menemukan bahwa para siswa BACC telah belajar dengan baik dan juga

siswa-siswa dari kelas yang lebih tradisional. Dengan menemukan para siswa

belajar dengan baik dan juga adanya laporan bahwa mereka benar-benar

menyukai kurikulum adalah sangat mengejutkan. Kita juga puas menemukan

bahwa guru-guru biologi yang berpengalaman dapat mengimplementasikan

kurikulum biologi sekolah menengah umum berbasis standar dengan baik. Dan,

berbeda dengan beberapa mitologi yang terkenal, mereka juga dapat merubah

perilaku-perilakunya untuk menyesuaikan dasar pemikiran dan metodologi

kurikulum yang inovatif. Lebih lanjut, guru-guru ini nampaknya menyatakan

bahwa pendekatan berbasis standar-standar adalah diperlukan sekali, masuk akal

dan praktis untuk diimplementasikan.

Berdasarkan atas populasi terbatas yang digunakan dalam penelitian ini,

kurikulum biologi berbasis standar-standar ini adalah lebih produktfi dalam

mengajarkan pemahaman konsep-konsep biologi dan keterampilan-keterampilan

proses sains utama dibandingkan dengan kurikulum yang lebih tradisional.

Penelitian ini memberikan beberapa bukti bahwa kurikulum yang didanai oleh

NSF bisa menyempurnakan tujuan-tujuan National Science Education Standards

dan Benchmarks for Science Literacy.

Page 13: 7. Performance Assesment

BAB III

ANALISIS KRITIS

1. Bibiliografi

Leonard. Speziale. Penick. 2001. Performance Assesment of a Standards-Based

Hight School Biology Curriculum. Jurnal American Biology Teacher 2001: Vol

63 (5): 310-315

2. Tujuan penulis dalam artikel:

a. Melakukan uji coba kurikulum baru (BACC) yang telah dirancang pada beberapa

sekolah di Amerika Serikat

b. Menilai inquiry yang dilaksanakan berdasarkan kurikulum baru dengan

menggunakan assesment kinerja

c. Membandingkan nilai penguasaan biologi dan keterampilan proses siswa antara

kelas yang menggunakan kurikulum baru (BACC) dan kelas yang melaksanakan

proses pembelajaran secara tradisional

3. Fakta-fakta unik:

a. Permasalahan yang dihadapi dalam pembelajaran sains selama ini di AS adalah

proses pembelajaran terutama dilakukan melalui penyampaian informasi oleh

guru, dengan penekanan pada ingatan. Pelaksanaan pembelajaraan masih

dilakukan secara tradisional dengan menggunakan buku teks ensiklopedia sains.

b. AAAS dan NRC mencoba membantu penyusun kurikulum sains dalam

menyeleksi konsep-konsep penting yang akan dimasukkan dalam kurikulum.

Dalam penyusunan kurikulum ini dilakukan pengurangan sejumlah konsep dan

topik dan lebih menekankan pada konsep-konsep penting yang membutuhkan

kemampuan berpikir siswa, membuat keputusan, inquiry, kerja sama dan

komunikasi.

c. Kurikulum yang dikembangkan dikenal dengan Biology: A Community Context

(BACC). Kurikulum ini merupakan suatu pengantar kurikulum biologi sekolah

menengah yang dikembangkan sesuai dengan standard dan kebutuhan.

Page 14: 7. Performance Assesment

d. BACC berorientasi inquiry, mengutamakan aktivitas siswa dan konstruktivis.

Sebagai komponen dalam evaluasi, lebih menekankan pada keterampilan inquiry

dengan menggunakan assesmen kinerja

e. Siswa akan memperolah manfaat dari pengalaman langsung dengan siswa

lainnya, atau dari bahan-bahan yang digunakan, konsep dan proses seta

pemahaman mereka lebih baik dalam memahami cara/langkah kerja tertentu.

Oleh karena itu, kegiatan eksperimen laboratorium, penyedilidikan kelas lebih

baik dibandingkan hanya sekedar penyampaian informasi atau berdiskusi.

f. Kurikulum BACC cenderung berpusat pada keaktifan siswa, berpusat pada siswa,

dan menyajikan narasi tekstual yang bisa menyajikan konsep dengan tepat

setelah kegiatan inkuiri. Dalam hal ini kegiatan investigasi siswa bersifat

eksperimental, siswa akan menggali jawaban dari suatu permasalahan dengan

eksperimen

g. Untuk mengetahui keefektifan kurikulum BACC dilakukan penerapan kurikulum

ini pada beberapa sekolah di AS. Sebagai perbandingannya, kelas-kelas lain

melakukan proses pembelajaran secara tradisional

h. Kegiatan minggu pertama di sekolah diawali dengan diadakannya 2 pre-test,

yaitu ujian pemahaman konsep biologi dan tes keterampilan proses sains. Butir-

butir tes meliputi pengetahuan dan wawasan, sedangkan tes proses meliputi

proses sains biologi seperti pada Tabel 1 berikut

Tabel 1. Contoh Butir Tes Untuk Pengetahuan dan Proses Sains Biologi

Pengetahuan Biologi 1. Berikut ini adalah ciri makhluk hidup, kecuali ….

a. pertumbuhan tubuh tidak terbatas b. dapat beradaptasi terhadap perubahan lingkungan c. dapat berkembang biak d. dapat merespon perubahan lingkungan e. tumbuh

2. Sebanyak 25 ml larutan glukosa 50% ditempatkan pada tabung reaksi. Bila respirasi berlangsung secara aerobik, gas apa yang akan dihasilkan?

a. gas alkohol b. karbon dioksida c. methan d. oksigen e. nitrogen

Keterampilan Proses Sains 1. Julie menjalankan riset jangka panjang untuk mengukur massa bibit tanaman

Page 15: 7. Performance Assesment

dan tanah. Lima tahun kemudian massa pohon yang telah tumbuh dari bibit tersebut dan tanah untuk media diukur. Julie melihat bahwa terjadi pertambahan massa tanaman yang sangat banyak, sementara massa tanah relative tidak berubah. Berdasarkan riset selama 5 tahun tersebut, pilihan berikut yang sesuai dengan temuan Julie adalah …

a. peristiwa ini membutuhkan udara b. tanaman mendapat nutrient dari tanah c. pertambahan massa tanaman berasal dari air d. tanah enyediakan nutrient yang ditumbuhkan tanaman e. pertambahan massa tanah bukan berasal dari tanah

2. Anda mengumpulkan data keragaman organisme yang hidup di hutan. Informasi apa yang penting untuk dicatat?

a. ragam insekta yang dilihat b. lokasi penemuan spesimen c. ragam tanaman yang ditemukan d. a dan c e. semua

i. Pengajaran yang mengacu pada BACC bersifat investigatif inkuiri karena

mengandung ratusan aktivitas inkuiri dalam buku teks siswa. Sebanyak 75%

kegiatan siswa adalah investigasi. Sementara 90% pengajaran dengan kurikulum

tradisional lebih banyak menggunakan kegiatan mendengar dan membaca.

j. Spirit pendidikan nasional nampaknya telah diimplementasikan dalam kurikulum

BACC karena mampu mengasah pengetahuan biologi, keterampilan proses sains

k. Meskipun kelas-kelas BACC mendapatkan skor-skor yang secara signifikan

lebih rendah pada pretes keterampilan-keterampilan proses sains, dapat

dicatat bahwa setelah tahun sekolah dari BACC mereka mendapatkan sekor

yang lebih tinggi secara signifikan pada postes

4. Pertanyaan-pertanyaan yang dapat dimunculkan.

a. Apakah untuk menilai keterampilan proses cukup dilakukan dengan tes seperti

yang telah dirancang dalam kurikulum BACC?

b. Mengapa nilai pre tes keterampilan proses siswa pada kelas BACC lebih rendah

dibandingkan kelas tradisional?

c. Apakah uji coba kurikulum ini tidak berdampak terhadap pencapaian target

kurikulum yang digunakan selama ini?

Page 16: 7. Performance Assesment

d. Adalah pengaruh pengalaman guru dalam mengajar dengan hasil yang diperoleh

siswa setelah menerapkan kurikulum BACC

5. Konsep Utama

a. Menjelaskan perbedaan proses pembelajaran pada kelas tradisional dan kelas

yang melaksanakan kurikulum BACC

b. Kegiatan di kelas berbasis BACC diawali dari konsep yang konkret menuju

konsep yang abstrak. Kegiatan diawali dengan manipulasi bahan amatan untuk

mengungkap fenomena biologi dan menggali pertanyaan yang akan diajukan di

kelas. Kemudian dilanjutkan dengan diskusi, penjelasan singkat dari guru, dan

mencermati penugasan yang diberikan. Sedangkan untuk kelas tradisional,

abstraksi konsep adalah yang pertama diberikan oleh guru

c. Mengawali kegiatan belajar dengan aktivitas ilmiah akan memberdayakan siswa

untuk bernalar dan belajar lebih banyak, serta memacu siswa untuk banyak

membaca dan saling berbagi.

d. Peranan guru pada kelas yang berbeda juga menunjukkan perbedaan yang besar.

Kelas yang menerapkan BACC cenderung menempatkan siswa untuk

berpartisipasi lebih banyak. Bahkan selama kegiatan diskusi, walau guru

berperan sebagai pemandu, siswa nampak lebih berkontribusi daripada gurunya.

6. Refleksi

Artikel yang dianalisis ini diperoleh dari jurnal American Biology Teacher.

Dalam artikel ini memberikan banyak pemahaman dan informasi tentang

pelaksanaan kurikulum baru yaitu (BACC) untuk melengkapi kelemahan kurikulum

sebelumnya. BACC menitikberatkan pada inquiry untuk meningkatkan keterampilan

proses. Keterampilan proses ini dapat dinilai dengan assesment kinerja Setelah

membaca dan menganalisis artikel ini, saya semakin menyadari bahwa dalam proses

pembelajaran, penilaian tidak hanya untuk mengetahui penguasaan kosep saja. Akan

tetapi juga menilai kinerja siswa.

Page 17: 7. Performance Assesment

BAB IV

PEMBAHASAN

A. Pengertian Assesment

Asesmen dalam pembelajaran harus berbentuk interaksi antara guru dan

siswa sehingga merupakan kegiatan yang terintegrasi atau terpadu dengan

pembelajaran. Dalam melakukan asesment guru secara terus-menerus melacak dan

mencari informasi untuk memahami hal-hal yang dipikirkan siswa dan cara berpikir

siswa serta hal-hal yang dapat dikerjakan siswa dan cara siswa mengerjakan sesuatu.

Informasi yang diperoleh tersebut digunakan untuk membimbing dan membantu

siswa dalam pembelajaran. Dengan demikian, peranan utama asesmen adalah

memberikan balikan (feedback) yang bermakna autentik, signifikan, dan terkait

dengan dunia nyata untuk meningkatkan kualitas belajar siswa dan kualitas praktik

pembelajaran (Susilo, 2008).

Menurut Hart (1994) asesmen adalah proses pengumpulan informasi

mengenai siswa yaitu apa yang mereka ketahui dan dapat lakukan. Sedangkan

menurut Nurhadi (2002) asesmen adalah proses pengumpulan berbagai data yang

bisa memberikan gambaran perkembangan belajar siswa. Arends (1997)

mendefinisikan asesmen sebagai proses pengumpulan dan pensintesisan informasi

untuk membuat keputusan mengenai sesuatu. Menurut Blaustein, D. et al, (1999)

asesmen adalah proses pengumpulan informasi dam membuat keputusan berdasarkan

informasi itu. Dalam pembelajaran asesmen diartikan sebagai suatu proses

pengumpulan informasi tentang pengetahuan dan kinerja siswa.

Terdapat banyak cara untuk mengumpulkan data atau informasi ini yaitu

misalnya dengan mengamati siswa pada saat mereka belajar, memeriksa apa yang

dapat mereka hasilkan, atau mentes pengetahuan dan keterampilan mereka.

Pertanyaan kunci untuk asesmen adalah: bagaimana kita dapat mengetahui apa yang

sedang dipelajari siswa?

Kapan dan bagaimana guru mengases siswa? Dalam membuat keputusan

tentang kapan dan bagaimana guru mengases siswa, seharusnya guru dibimbing oleh

jawaban terhadap pertanyaan berikut.

1. Untuk apa informasi yang akan dikumpulkan itu digunakan?

Page 18: 7. Performance Assesment

2. Apakah waktu dan usaha yang dilakukan dalam mengumpulkan data ditentukan

oleh untuk apa informasi yang dikumpulkan itu digunakan?

3. Apakah informasi yang dikumpulkan itu relevan dengan aktivitas belajar siswa?

4. Apakah guru cukup percaya diri bahwa informasi yang dikumpulkan itu

kualitasnya cukup untuk membuat keputusan?

Apa kriteria yang digunakan guru untuk mengakses kemajuan siswa selama

pelajaran? Apakah digunakan tes formal ataukah kuis? Dibutuhkan variasi rancangan

alat-alat asesmen baik formal maupun informal untuk membantu guru memperoleh

potret yang jelas mengenai kemajuan siswa.

Proses asesmen mencakup pengumpulan sejumlah bukti yang menunjukkan

pencapaian hasil belajar siswa. Dengan demikian, asesmen adalah suatu pernyataan

berdasarkan sejumlah fakta untuk menjelaskan karakteristik seseorang atau sesuatu.

Asesmen pembelajaran dapat dilaksanakan dengan tes tertulis (paper and pencil),

kinerja (performance), hasil karya (produk), penugasan (proyek), dan pengumpulan

kerja siswa (portofolio). Guru mengakses kompetensi dan hasil belajar siswa

berdasarkan tingkat pencapaian prestasi siswa.

Pengumpulan informasi dapat dilakukan dalam suasana resmi maupun tidak

resmi, di dalam atau di luar kelas, menggunakan waktu khusus misalnya, untuk

penilaian aspek sikap/nilai dengan tes atau nontes atau terintegrasi dalam seluruh

kegiatan belajar mengajar (di awal, tengah, akhir). Di sekolah sering digunakan

istilah tes untuk kegiatan penilaian berbasis kelas dengan alasan kepraktisan karena

tes sebagai alat ukur sangat praktis digunakan untuk melihat prestasi siswa dalam

kaitannya dengan tujuan yang telah ditentukan (Marhaeni, 2007)

Asesmen dalam pembelajaran adalah suatu proses atau upaya formal

pengumpulan informasi yang berkaitan dengan variabel-variabel penting

pembelajaran sebagai bahan dalam pengambilan keputusan oleh guru un-tuk

memperbaiki proses dan hasil belajar siswa (Herman et al., 1992:95; Po-pham,

1995:3). Variabel-variabel penting yang dimaksud sekurang-kurangya meliputi

pengetahuan, pemahaman, keterampilan dan sikap siswa dalam pembelajaran yang

diperoleh guru dengan berbagai metode dan prosedur baik formal maupun informal.

Tujuan utama penggunaan asesmen dalam pembelajaran (classroom

assessment) adalah membantu guru dan siswa dalam mengambil keputusan

Page 19: 7. Performance Assesment

propesional untuk memperbaiki pembelajaran. Menurut Popham (1995:4-13)

asesmen bertujuan untuk antara lain untuk:

1. Mendiagnosa kelebihan dan kelemahan siswa dalam belajar,

2. Memonitor kemajuan siswa,

3. Menentukan jenjang kemampuan siswa,

4. Menentukan efektivitas pembelajaran,

5. Mempengaruhi persepsi publik tentang efektivitas pembelajaran,

6. Mengevaluasi kinerja guru kelas,

7. Mengklarifikasi tujuan pembelajaran yang dirancang guru

Setiap penggunaan asesmen alternatif bentuk apapun dicirikan oleh hal-hal

berikut:

1. Menuntut siswa untuk merancang, membuat, menghasil-kan, mengunjukkan atau

melakukan sesuatu;

2. Memberi peluang untuk terjadinya berpikir kompleks dan/atau memecahkan

masalah;

3. Menggunakan kegiatan-kegiatan yang bermakna secara instruksional;

4. Menuntut penerapan yang autentik pada dunia nyata;

5. Pensekoran lebih di-dasarkan pada pertimbangan manusia yang terlatih daripada

mengandalkan mesin. Untuk memperoleh asesmen dengan standar tinggi, maka

peng-gunaan asesmen harus: relevan dengan standar atau kebutuhan hasil belajar

siswa; adil bagi semua siswa; akurat dalam pengukuran; berguna; layak dan dapat

dipercaya. (Herman,1997:198)

B. Assesment Kinerja (Performance Assesment)

KTSP menuntut siswa mendemonstrasikan kompetensi yang sudah dikuasai

dengan berbagai cara. Tes tulis saja tidak dapat memberikan bukti pencapaian

kompetensi. Guru sekarang perlu menggunakan berbagai cara untuk mengumpulkan

data (bukti) dari siswa untuk mengevaluasi pencapaian atau kemajuan kearah

pemenuhan kompetensi yang ingin dicapai. Tes tulis masih berguna untuk alat

sumatif, tetapi guru-guru perlu mengumpulkan data kemajuan siswa agar dapat

menentukan apakah kompetensi-kompetensinya didemonstrasikan dengan konsisten.

Para guru sebaiknya bekerja ke arah pendekatan berimbang pada asesmen

dan evaluasi. Mereka dapat melakukannya melalui penggunaan tes untuk mengukur

Page 20: 7. Performance Assesment

pengetahuan, portofolio untuk mengukur perkembangan, dan tugas-tugas asesmen

kinerja untuk mengukur aplikasi. Sementara guru-guru sudah biasa memberikan skor

untuk tes tertulis dan melaporkan hasilnya dalam rapor siswa, banyak guru yang

belum mantap bagaimana mengukur dan melaporkan kemajuan siswa dengan

menggunakan metode otentik seperti contoh-contoh/sample hasil kerja, tugas-tugas

tertulis dan data yang dikumpulkan melalui observasi.

Untuk mengetahui pencapaian kompetensi siswa secara utuh, diperlukan

berbagai bentuk asesmen. Di masa lalu, tes tulis (paper and pencil test) adalah bentuk

penilaian utama untuk mengukur penguasaan siswa mengenai isi kurikulum, dan

sering diberikan pada akhir suatu topik, atau satu kurun waktu tertentu. Tes tertulis

yang diberikan umumnya berfokus pada penguasaan materi/isi yang mudah

dijabarkan menjadi skor yang kemudian dapat dimasukkan ke dalam rapor.

Kurikulum menuntut siswa mendemonstrasikan apa yang sudah mereka

pelajari dengan berbagai cara. Siswa harus mendemonstrasikan kompetensi atau

kemajuan mereka ke arah kompetensi. Hal ini tidak selalu bisa dilakukan dengan

menggunakan tes tulis, oleh karenanya cara-cara baru untuk melakukan penilaian

diperlukan. Langkah yang bisa dilakukan adalah dengan assesment kinerja

Asesmen alternatif diartikan sebagai pemanfaatan pendekatan non-tradisional

untuk memberi penilaian kinerja atau hasil belajar mahasiswa. Ada kalanya asesmen

alternative diidentikan dengan asesmen otentik atau asesmen kinerja. Asesmen

otentik yang dapat diartikan sebagai proses penilaian perilaku kinerja mahasiswa

secara multidimensional pada situasi nyata sedangkan asesmen kinerja

diartikansebagai penilaian terhadap proses perolehan, penerapan pengetahuan dan

keterampilan melalui proses pembelajaran yang menunjukkan kemampuan

mahasiswa dalam proses maupun produk (Gunawan, 2009).

Performance test memiliki fitur penting, yaitu mampu mengintegrasikan

beberapa topik (sains, menulis, kerja kelompok) menjadi sebuah proses asesmen dan

bukan mengases keterampilan tertentu. Ia mengharuskan anak didik untuk

mengerjakan beragam tugas selama beberapa hari dan bukan tugas-tugas yang dapat

diases selama beberapa menit saja. Selain itu, ia juga merupakan upaya untuk

mengukur berbagai macam keterampilan dan proses intelektual yang kompleks.

Page 21: 7. Performance Assesment

Karena penilaian kinerja tidak mempunyai kunci jawaban seperti tes pilihan

ganda, penskoran kinerja dapat menghasilkan penilaian yang subjektif mengenai

kualitas dari hasil kerja siswa. Kita biasa melihat guru yang memeriksa tulisan siswa

dan memberikan skor dengan rentang 0 sampai 10. Tetapi kita tidak mengetahui

kriteria yang digunakan untuk memberi skor. Siswa tidak mendapat informasi yang

berguna tentang mengapa angka tersebut diberikan kepadanya dan tidak ada umpan

balik mengenai bagian mana dari tugas yang telah dikerjakan dengan baik dan bagian

mana yang memerlukan perbaikan. Rubrik adalah kunci penskoran yang

menggambarkan berbagai tingkat kualitas kemampuan dari yang sempurna sampai

yang kurang untuk menilai satu tugas, keterampilan, proyek, esai, laporan penelitian,

atau kinerja spesifik. Tujuannya adalah untuk memberikan umpan balik tentang

kemajuan kerja siswa dan memberikan evaluasi yang rinci mengenai produk akhir.

C. Merancang Assessment Kinerja

Tes performance membutuhkan waktu lama untuk dikonstruksi dan

diadministrasikan dan pada kebanyakan kasus, juga jauh lebih mahal. Lebih jauh,

pembuatan performance assessment yang baik membutuhkan cukup banyak

pengetahuan teknis. Bagi guru yang memilih untuk memulai mengkonstruksikan tes

sendiri untuk mengukur kinerja siswa, berikut memberikan beberapa pedoman

berikut untuk memperbaiki kualitas upaya semacam itu :

1. Fokuskan pada hasil belajar yang membutuhkan keterampilan kognitif dan

kinerja anak didik yang kompleks.

2. Pilih atau kembangkan tugas-tugas yang merepresentasikan isi dan keterampilan

sentral untuk hasil-hasil belajar yang penting.

3. Minimalkan ketergantungan kinerja tugas pada keterampilan-keterampilan yang

tidak relevan dengan maksud tugas asesmen yang dimaksud.

4. Berikan kerangka kerja/instruksi kerja (scaffolding) yang dibutuhkan anak didik

agar mampu memahami tugasnya dan apa yang diharapkan

5. Konstruksikan petunjuk-petunjuk tugas sedemikian rupa sehingga tugas anak

didik menjadi benar-benar jelas.

6. Komunikasikan dengan jelas ekspektasi kinerja dalam kaitannya dengan kriteria

yang akan dijadikan dasar penilaian kinerja.

Page 22: 7. Performance Assesment

Banyak pakar dibidang asesme kinerja yang berpendapat bahwa agar asesmen

ini efektf, kriteria dan standar untuk hasil kerja anak didik harus jelas, diketahui, dan

tidak ditetapkan secara sewenang-wenang. Anak didik yang mengerjakan tugas

akademik perlu tahu bagaimana hasil kerja mereka akan dinilai. Scoring rubrics

adalah salah satu teknik asesmen yang digunakan oleh pakar untuk membuat kriteria

itu jelas dan nonarbitrary (logis).

Asesmen kinerja dapat dilakukan dengan memberikan Task (contoh tugas)

dan Rubrik. Tugas ini meliputi hal sebagai berikut.

1. Pengembangan rancangan penelitian (termasuk proposal sederhana)

2. Pengembangan instrument yang diperlukan untuk mengumpulkan data

3. Pengumpulan data

4. Analisis data

5. Penulisan laporan penelitian

6. Penyampaian laporan secara lisan dalam suatu seminar kelas

Terdapat tiga komponen utama dalam asesmen kinerja, yaitu tugas

kinerja (performance task), rubrik performansi (performance rubrics), dan cara

penilaian (scoring guide). Tugas kinerja adalah suatu tugas yang berisi topik, standar

tugas, deskripsi tugas, dan kondisi penyelesaian tugas. Rubrik performansi

merupakan suatu rubrik yang berisi komponen-komponen suatu performansi

ideal, dan deskriptor dari setiap komponen tersebut. Cara penilaian kinerja ada

tiga, yaitu (1) holistic scoring, yaitu pemberian skor berdasarkan impresi penilai

secara umum terhadap kualitas performansi; (2) analytic scoring, yaitu

pemberian skor terhadap aspek-aspek yang berkontribusi terhadap suatu

performansi; dan (3) primary traits scoring, yaitu pemberian skor berdasarkan

beberapa unsur dominan dari suatu performansi (Abidin, 2010)

Guru perlu membahas rubrik dengan para siswa sebelum mereka memulai

tugas. Rubrik dapat dipajangkan pada papan pajangan atau dibagikan kepada siswa.

Rubrik dapat pula memfokuskan proses belajar-mengajar melalui penekanan pada

konsep-konsep kunci dan standar yang harus dipenuhi siswa. Semua rubrik biasanya

mempunyai 2 ciri yang sama, yaitu: satu daftar kategori dan gradasi/tingkat

pencapaian. Kriteria dipilih untuk memberi pedoman belajar-mengajar. Setiap

kategori di dalam rubrik memuat acuan kinerja dan dijadikan dasar untuk menilai

Page 23: 7. Performance Assesment

respon siswa. Kategori-kategori juga memuat definisi-definisi dan contoh-contoh

untuk memperjelas makna dari setiap tingkat. Rubrik adalah pedoman kerja untuk

siswa dan guru. Idealnya, rubrik diberikan kepada siswa sebelum tugas dilakukan

agar siswa memahami kriteria yang digunakan untuk menilai hasil kerja mereka.

Banyak ahli pendidikan percaya bahwa rubrik meningkatkan hasil akhir siswa

dan oleh karena itu meningkatkan belajarnya. Ketika para guru menilai makalah atau

proyek dengan menggunakan rubrik, mereka dapat melihat dengan jelas dan juga

mengukur kualitas produk siswa. Kalau para siswa sudah menerima rubrik sebelum

memulai tugas, mereka memahami bagaimana kinerja mereka akan dievaluasi, dan

mereka dapat menyiapkan untuk itu. Dengan mengembangkan kisi-kisi dan

memberikannya kepada para siswa, guru memberikan panduan yang diperlukan

untuk meningkatkan kualitas kerja mereka dan meningkatkan pengetahuan mereka

(Zainul, 2001)

Sekali rubrik sudah dibuat, rubrik dapat digunakan untuk berbagai kegiatan.

Rubrik tersebut dapat diubah sedikit dan digunakan untuk berbagai kegiatan

berikutnya. Sebagai contoh, standar mutu dalam rubrik karangan fiksi dapat tetap

digunakan selama satu tahun ajaran. Hal yang berubah adalah kompetensi siswa dan

strategi pembelajaran guru. Oleh karena itu, guru tidak perlu membuat rubrik baru

untuk setiap kegiatan. Banyak keuntungan yang dapat diperoleh bila guru

menggunakan rubrik, diantaranya sebagai berikut.

1. Guru dapat meningkatkan kualitas pembelajaran dengan memberikan fokus,

penekanan dan perhatian pada rincian tertentu sebagai model untuk siswa

2. Siswa mempunyai pedoman yang jelas mengenai apa yang diharapkan guru

3. Siswa dapat menggunakan rubrik sebagai alat untuk mengembangkan

kemampuannya

4. Guru dapat menggunakan kembali rubrik tersebut untuk berbagai kegiatan

berikutnya yang sejenis

Page 24: 7. Performance Assesment

BAB IV

PENUTUP

A. Kesimpulan

Dari pembahasan makalah, dapat disimpulkan:

1. Asesmen merupakan proses pengumpulan dan pensintesisan informasi untuk

membuat keputusan mengenai sesuatu. Dalam pembelajaran asesmen diartikan

sebagai suatu proses pengumpulan informasi tentang pengetahuan dan kinerja

siswa.

2. Asesmen pembelajaran dapat dilaksanakan dengan tes tertulis (paper and

pencil), kinerja (performance), hasil karya (produk), penugasan (proyek), dan

pengumpulan kerja siswa (portofolio).

3. asesmen kinerja diartikansebagai penilaian terhadap proses perolehan, penerapan

pengetahuan dan keterampilan melalui proses pembelajaran yang menunjukkan

kemampuan mahasiswa dalam proses maupun produk

4. Terdapat tiga komponen utama dalam asesmen kinerja, yaitu tugas kinerja

(performance task), rubrik performansi (performance rubrics), dan cara penilaian

(scoring guide).

5. Tes performance membutuhkan waktu lama untuk dikonstruksi dan

diadministrasikan dan pada kebanyakan kasus, juga jauh lebih mahal. Lebih jauh,

pembuatan performance assessment yang baik membutuhkan cukup banyak

pengetahuan teknis.

B. Saran

Disarankan kepada tenaga pendidik, untuk melakukan penilaian dari berbagai

segi misalnya kognitif, afektif, dan psikomotor. Alat penilaian yang dikembangkan

juga sedemikian rupa agar dapat mengukur semua kemampuan siswa

Page 25: 7. Performance Assesment

DAFTAR RUJUKAN

Abidin. 2010. Pengertian Asesmen, Bentuk Asesmen, dan Langkah Penerapan

Asesmen. Online, (http://meetabied.wordpress.com, diakses 08 Mei 2010) Depdiknas. 2002. Sistem Penilaian SD, SMP, SMA, dan SMK. Jakarta: Depdiknas. Gunawan. 2009. Performance Assesment. Online,

(http://forumpenelitian.blogspot.com, diakses 08 Me 2010) Hart,D 1994. Authentic Assesment: A Handbook for Educator, california Addison-

Wesley Publishing Company Marhaeni, A A Istri. 2007. Pembelajaran Inovatif dan Asesmen Otentik dalam

Rangka Menciptakan Pembelajaran yang Efektif dan Produktif. Makalah disampaikan dalam Lokakarya Pengusunan Kurikulum dan Pembelajaran Inovatif di Fakultas Teknologi Pertanian Univesitas Udayana Denpasar tanggal 8-9 Desember 2007

Susilo H. 2008. Panduan Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam: SMP/MTs/. Pusat

perbukuan, Departemen Pendidikan nasional. Jakarta: Tim Peneliti. (2002). Pola induk pengembangan sistem penilaian hasil belajar

berbasis kompetensi dasar siswa SMU. Draf laporan penelitian, tidak diterbitkan, Pascasarjana UNY.

Tim PEKERTI-AA PPSP LPP Universitas Sebelas Maret. 2007. Panduan Evaluasi

Pembelajaran. Surakarta: Pusat Pengembangan Sistem Pembelajaran Lembaga Pengembangan Pendidikan Universitas Sebelas Maret

Zainul, Asmawi. 2001. Alternative assessment. Jakarta: Proyek Universitas Terbuka Widodo. 2009. Assesmen Kinerja. Online. (http:www. wordpress.com, diakses 08

Mei 2010)