7. Performance Assesment
-
Upload
mochammad-haikal -
Category
Documents
-
view
1.022 -
download
0
Transcript of 7. Performance Assesment
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Peraturan Pemerintah Nomor 19 tahun 2005 tentang Standar Nasional
Pendidikan menjelaskan bahwa kompetensi lulusan mencakup sikap, pengetahuan,
dan keterampilan. Ini berarti bahwa pembelajaran dan penilaian harus
mengembangkan kompetensi peserta didik yang berhubungan dengan ranah afektif
(sikap), kognitif (pengetahuan), dan psikomotor (keterampilan). Selanjutnya laporan
UNESCO telah menetapkan empat pilar pendidikan sebagai landasan pendidikan
era global, yaitu: (1) learning to know, yakni peserta didik mempelajari
pengetahuan, (2) learning to do, yakni peserta didik menggunakan
pengetahuannya untuk mengembangkan keterampilan, (3) learning to be, yakni
peserta didik menggunakan pengetahuan dan keterampilannya untuk hidup, dan
(4) learning to live together, yakni peserta didik menyadari bahwa adanya saling
ketergantungan sehingga diperlukan adanya saling menghargai antara sesama
manusia. Berdasarkan hal tersebut dapat diketahui bahwa untuk memenuhi tuntutan
kehidupan masa depan, pendidikan tradisional yang sangat quantitatively-oriented
and knowledge-based tidak lagi relevan.
Melalui pendidikan, setiap individu mesti disediakan berbagai
kesempatan belajar sepanjang hayat; baik untuk meningkatkan pengetahuan,
keterampilan, dan sikap maupun untuk dapat menyesuaikan diri dengan dunia yang
kompleks dan penuh dengan saling ketergantungan. Tindak lanjut dari hal tersebut
tersebut adalah munculnya orientasi pada pembentukan kompetensi yang relevan
dengan tuntutan dunia nyata. Kompetensi meliputi pengetahuan, keterampilan, nilai
dan sikap. Pendidikan tradisional yang sangat berorientasi kuantitatif dan
menyandarkan pada pemahaman pengetahuan semata, seperti disebutkan di atas,
dianggap tidak dapat membekali peserta didik dengan kompetensi yang diperlukan
dalam kehidupan. Dengan demikian, pendidikan yang dikehendaki dewasa ini
adalah pendidikan yang mengaktifkan siswa. Untuk dapat mengaktifkan siswa, maka
proses pembelajaran dan assessment yang dirancang harus mengarah kepada student-
centered.
Assesmen, sebagai sarana untuk memperoleh informasi untuk memberikan
penilaian terhadap kegiatan pembelajaran yang sesuai dan memenuhi tujuan
pembelajaran, memungkinkan untuk mencakup ketiga ranah tersebut di atas.
Assesmen sebagai suatu rencana penilaian pada prinsipnya dirancang untuk
memberikan balikan kepada siswa, orang tua, guru, dan administrator sekolah
tentang keefektifan pengajaran. Program asesmen terpadu memberikan kepada siswa
balikan tentang tingkat pencapaian tujuan-tujuan pembelajaran guru dan harapan
orang tua. Guru menerima balikan tentang tingkat keberhasilan pencapaian tujuan-
tujuan pembelajaran dan tujuan-tujuan kurikuler dan apakah siswa belajar dengan
baik dalam situasi yang berbeda (Abidin, 2010)
Kenyataan di lapangan menunjukkan bahwa banyak guru yang masih
menggunakan asesmen tradisional daripada asesmen alternatif. Alasannya,
pengkonstruksiannya sulit dan waktu penskorannya juga memakan waktu yang
cukup lama. Namun demikian, asesmen alternatif harus ditegakkan walaupun tidak
mudah. Hal ini sejalan dengan kurikulum KTSP yang lebih menitikberatkan pada
pengembangan kompetensi anak didik, mulai dari learning to know sampai dengan
learning to live together, seperti yang telah diungkapkan oleh UNESCO. Dengan
demikian, diharapkan tidak ada lagi pembelajaran yang terbatas pada tataran teori
saja.
Beranjak dari hal tersebutlah, akhirnya dibutuhkanlah sebuah instrumen yang
bisa menjaring ataupun memberikan informasi tentang kompetensi anak didik secara
tepat dan sesuai. Apakah kompetensi anak didik tentang hal yang bersifat normatif
dan praktis dapat dinilai secara pasti hanya dengan menjawab sebuah asesmen
tradisional saja (dalam hal ini tes)? Konkritnya adalah saat peserta didik diberi suatu
pertanyaan, maka mereka akan menjawab langkah-langkah praktis seperti yang telah
dia baca di buku. Tapi saat mereka diminta untuk mempraktekkannya langsung,
belum tentu mereka akan melakukan hal yang sama benarnya seperti yang telah
mereka tuangkan dalam jawaban tertulis. Untuk itulah diperlukan adanya assessment
alternative (Depdiknas, 2002).
Asesmen alternatif diartikan sebagai pemanfaatan pendekatan non-tradisional
untuk memberi penilaian kinerja atau hasil belajar mahasiswa. Ada kalanya asesmen
alternative diidentikan dengan asesmen otentik atau asesmen kinerja. Asesmen
otentik yang dapat diartikan sebagai proses penilaian perilaku kinerja mahasiswa
secara multidimensional pada situasi nyata sedangkan asesmen kinerja
diartikansebagai penilaian terhadap proses perolehan, penerapan pengetahuan dan
ketrampilan melalui proses pembelajaran yang menunjukkan kemampuan mahasiswa
dalam proses maupun produk.
Salah satu artikel dalam jurnal American Biology Teacher (ABT) membahas
mengenai suatu kurikulum yang menitikberatkan inquiry untuk menilai keterampilan
proses menggunakan assesmen kinerja
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang, adapun rumusan masalah dalam makalah ini
adalah
1. Bagaimakah analisis kritis artikel pada Jurnal American Biology Teacher 2001:
Vol 63 (5): 310-315 dengan judul Performance Assesment of a Standards-Based
Hight School Biology Curriculum
2. Bagaimakah pelaksaan assessment kinerja di dalam kelas?
C. Tujuan
Tujuan penulisan makalah ini adalah
1. Melakukan analis kritis terhadap artikel yang judul Performance Assesment of a
Standards-Based Hight School Biology Curriculum
2. Menjelaskan pelaksanaan assessment kinerja
BAB II
PAPARAN ISI ARTIKEL
Assesment Kinerja pada Kurikulum Biologi Terstandar
Sekolah Menengah Atas
Dalam menanggapi, pembelajaran sains yang dirasa tidak cukup memuaskan
di AS, The National Science Foundation mendukung pegembangan Benchmarks for
Science Literacy AAAS 1993) dan National Science Education Standards (NRC
1996). Salah satu permasalahan yang dihadapi dalam pembelajaran sains selama ini
adalah proses pembelajaran terutama dilakukan melalui penyampaian informasi oleh
guru, dengan penekanan pada ingatan (Bowyer 1990; Brandwein 1981; Champagne
& Horning 1987). Pelaksanaan pembelajaraan masih dilakukan secara tradisional
dengan menggunakan buku teks ensiklopedia sains.
AAAS dan NRC mencoba membantu penyusun kurikulum sains dalam
menyeleksi konsep-konsep penting yang akan dimasukkan dalam kurikulum. Karena
pada kurikulum tradisional, seluruh fakta-fakta dimasukkan di dalam kurikulum.
Selain itu, AAAS dan NRC , dalam kurikulum sainsnya lebih menekankan pada
keterampilan berpikir dan memahami alam sebagai sains. Kemudian, AAAS dan
NRC mendukung pembelajaran berpusat pada siswa dan inquiry serta menentang
pembelajaran secara pasif yaitu hanya mendengar dan berbicara saja.
Kurikulum sains yang telah bekerja sama dengan AAAS dan NRC
melakukan pengurangan sejumlah konsep dan topik dan lebih menekankan pada
konsep-konsep penting yang membutuhkan kemampuan berpikir siswa, membuat
keputusan, inquiry, kerja sama dan komunikasi. Ketika siswa menggunakan
kurikulum baru ini, maka siswa secara ekstentif melakukan serangkaian diskusi dan
inquiry.
Biology: A Community Context merupakan suatu pengantar kurikulum
biologi sekolah menengah yang dikembangkan sesuai dengan standard an kebutuhan.
Untuk proyek ini memerlukan biaya 2.3 juta US yang bertujuan untuk
mengembangkan kurikulum berstandar, berorientasi inquiry, mengutamakan
aktivitas siswa dan konstruktivis. Sebagai komponen dalam evaluasi, lebih
menekankan pada keterampilan inquiry.
Metodologi Instruksional
Banyak penelitian tentang pembelajaran yang mendukung pengembangan
Standards and Benchmarks. Sejumlah penelitian menyajikan bahwa ketika siswa
bekerja seperti seorang saintis, maka pemahaman konsep sains, keterampilan proses
sains siswa lebih baik dibandingkan ketika mereka melakukan instruksi sesuai aturan
guru atau hanya sekedar berdiskusi. Pastisipasi aktif ini merupakan proses inquiry
sains.
Siswa akan memperolah manfaat dari pengalaman langsung dengan siswa
lainnya, atau dari bahan-bahan yang digunakan, konsep dan proses seta pemahaman
mereka lebih baik dalam memahami cara/langkah kerja tertentu. Oleh karena itu,
kegiatan eksperimen laboratorium, penyedilidikan kelas lebih baik dibandingkan
hanya sekedar penyampaian informasi atau berdiskusi. Kurikulum berbasis standar
nasional cenderung berpusat pada keaktifan siswa, berpusat pada siswa, dan
menyajikan narasi tekstual yang bisa menyajikan konsep dengan tepat setelah
kegiatan inkuiri. Dalam hal ini kegiatan investigasi siswa bersifat eksperimental,
siswa akan menggali jawaban dari suatu permasalahan dengan eksperimen, bukan
dengan sekedar praktikum. Mengawali kegiatan belajar dengan aktivitas ilmiah akan
memberdayakan siswa untuk bernalar dan belajar lebih banyak, serta memacu siswa
untuk banyak membaca dan saling berbagi.
Pengujian
Selama musim panas tahun 1997, para guru biologi dari 16 SMU dari
berbagai wilayah di Amerika Serikat mengikuti pelatihan intensif selama seminggu.
Materi pelatihan tersebut terkait dengan kurikulum, yaitu Biology: A Community
Context (oleh Leonard dan Penick) dan Project Manager (oleh Speziale). Para
peserta dilibatkan untuk mengkaji bahan kurikulum seperti materi pelajaran, desain
pembelajaran, video inkuiri, dan paket asesmen. Para peserta saling berbagi untuk
membicarakan konsep dan materi, kegiatan dan strategi pembelajaran, metodologi
mengajar, inkuiri sains, konstruktivisme, active learning, serta analisis berbagai
metode mengajar. Pada Tabel 1 berikut digambarkan lembaga asal para peserta
pelatihan dan yang kelak akan dipakai untuk uji coba.
Tabel 1. Instansi Asal dan Karakteristik Peserta
Sekolah Lokasi Setting Kualifikasi Peserta 1 Cleveland, OH Urban MA 2 Derry, NH Suburban BA 3 Edwardsville, IL Rural MA 4 Fallbrook, CA Rural MA 5 Fairfield, CA Suburban MA 6 Fresno, CA Urban BA 7 Fresno, CA Urban MA 8 Hannibal, MO Rural Ph.D 9 Myrtle Beach, SC Suburban BS 10 Tarpon Springs, FL Rural MA 11 Topeka, KS Urban MA 12 Van Nuys, CA Suburban BA 13 Van Nuys, CA Urban MA 14 Wakefield, RI Rural BS 15 Washington, DC Urban MS 16 Wellsley, MA Urban BS
Kemudian saat tahun ajaran 1997-1998 dimulai, semua guru dari 16 sekolah
tersebut mengajar dengan berpedoman pada kurikulum standar BACC paling tidak
untuk satu kelas dan satu kelas lagi dengan menggunakan kurikulum lokal. Pada
mulanya para guru tersebut mengajar di berbagai kelas dengan berpedoman pada
BACC dan kurikulum lokal. Oleh karena kompetensi siswa diharapkan ekivalen
dengan standar BACC dan kurikulum lokal, maka para guru berupaya menciptakan
keseimbangan dengan menerapkan kedua kurikulum tersebut di kelasnya.
Kegiatan minggu pertama di sekolah diawali dengan diadakannya 2 pre-test,
yaitu ujian pemahaman konsep biologi dan tes keterampilan proses sains. Kedua
macam tersebut telah dirancang oleh penulis artikel ini untuk kemudian dikaji ulang
oleh guru sehingga kelak dapat direvisi. Tes pemahaman dan proses tersebut
ditekankan pada kemampuan berpikir tingkat tinggi siswa. Butir-butir tes meliputi
pengetahuan dan wawasan, sedangkan tes proses meliputi proses sains biologi seperti
pada Tabel 2 berikut.
Tabel 2. Contoh Butir Tes Untuk Pengetahuan dan Proses Sains Biologi
Pengetahuan Biologi 2. Berikut ini adalah ciri makhluk hidup, kecuali ….
a. pertumbuhan tubuh tidak terbatas b. dapat beradaptasi terhadap perubahan lingkungan c. dapat berkembang biak d. dapat merespon perubahan lingkungan e. tumbuh
4. Sebanyak 25 ml larutan glukosa 50% ditempatkan pada tabung reaksi. Bila respirasi berlangsung secara aerobik, gas apa yang akan dihasilkan?
a. gas alkohol b. karbon dioksida c. methan d. oksigen e. nitrogen
Keterampilan Proses Sains 2. Julie menjalankan riset jangka panjang untuk mengukur massa bibit tanaman
dan tanah. Lima tahun kemudian massa pohon yang telah tumbuh dari bibit tersebut dan tanah untuk media diukur. Julie melihat bahwa terjadi pertambahan massa tanaman yang sangat banyak, sementara massa tanah relative tidak berubah. Berdasarkan riset selama 5 tahun tersebut, pilihan berikut yang sesuai dengan temuan Julie adalah …
a. peristiwa ini membutuhkan udara b. tanaman mendapat nutrient dari tanah c. pertambahan massa tanaman berasal dari air d. tanah enyediakan nutrient yang ditumbuhkan tanaman e. pertambahan massa tanah bukan berasal dari tanah
22. Anda mengumpulkan data keragaman organisme yang hidup di hutan. Informasi apa yang penting untuk dicatat?
a. ragam insekta yang dilihat b. lokasi penemuan spesimen c. ragam tanaman yang ditemukan d. a dan c e. semua
Perbandingan Pengajaran Berbasis Kurikulum Terstandar dan Tradisional
Penerapan kurikulum standar BACC dilakukan dengan cara menerapkan
metodologi yang telah diajarkan selama pelathan musim panas sebelumnya dan
mengikuti standar BACC. Sedangkan untuk penerapan kurikulum tradisional, guru
menerapkan metodologi yang lazim digunakan selama ini di sekolah. Selanjutnya
diamati adakah perbedaan yang dihasilkn dari penerapan kedua kurikulum tersebut.
Pengajaran yang mengacu pada BACC bersifat investigatif inkuiri karena
mengandung ratusan aktivitas inkuiri dalam buku teks siswa. Sebanyak 75% kegiatan
siswa adalah investigasi. Sementara 90% pengajaran dengan kurikulum tradisional
lebih banyak menggunakan kegiatan mendengar dan membaca. Secara periodik
dilakukan kunjungan untuk mengamati perkembangan yang terjadi di semua sekolah
tersebut. Hampir semua kelas yang menerapkan kurikulum BACC menunjukkan
kegiatan siswa seperti kegiatan laboratorium, studi lapangan, forum diskusi, dan
presentasi. Kelas yang menerapkan kurikulum tradisional lebih banyak menerapkan
kegiatan membaca dan ceramah. Kegiatan laboratorium yang ada hanya sekedar
kegiatan membedah.
Peranan guru pada kelas yang berbeda tersebut juga menunjukkan perbedaan
yang besar. Kelas yang menerapkan BACC cenderung menempatkan siswa untuk
berpartisipasi lebih banyak. Bahkan selama kegiatan diskusi, walau guru berperan
sebagai pemandu, siswa nampak lebih berkontribusi daripada gurunya.
Kegiatan di kelas berbasis BACC diawali dari konsep yang konkret menuju
konsep yang abstrak. Kegiatan diawali dengan manipulasi bahan amatan untuk
mengungkap fenomena biologi dan menggali pertanyaan yang akan diajukan di
kelas. Kemudian dilanjutkan dengan diskusi, penjelasan singkat dari guru, dan
mencermati penugasan yang diberikan. Sedangkan untuk kelas tradisional, abstraksi
konsep adalah yang pertama diberikan oleh guru atau melalui demonstrasi, kemudian
diikuti sesi tanya jawab singkat, praktikum, dan tugas menjawab pertanyaan di buku.
Kegiatan praktikum dilakukan sekali dalam seminggu dan sepenuhnya dirancang
guru.
Spirit pendidikan nasional nampaknya telah diimplementasikan dalam
kurikulum BACC karena mampu mengasah pengetahuan biologi, keterampilan
proses sains, dan pemahaman akan hukum alam. Kelas tradisional lebih berfokus
pada pengembangan wawasan biologi, hal ini nampak jelas karena guru
menyampaikan semua materi dari buku teks. Kelas BACC lebih berfokus pada
materi tertentu dan lebih banyak menghidupkan materi biologi ke dalam kehidupan
siswa. Siswa di kelas tradisional tidak mendapat kesempatan untuk menggali konsep
melalui investigasi dan berefleksi, sementara di kelas BACC hal ini sangat
ditekankan.
Tentu di samping adanya perbedaan, terdapat pula kesamaan, yaitu guru yang
telah mempersiapkan diri dengan matang sehingga siswa memberi perhatian dan
dapat merespon permintaan guru. Jadi ada kemungkinan siswa juga telah terbiasa
dengan metode tradisional dan merasa nyaman di dalamnya. Sesungguhnya juga
terungkap bahwa terkadang ada pula siswa yang frustasi terhadap kegiatan inkuiri
yang dirancang BACC. Perbandingan hasil pengamatan impelmentasi kedua
kurikulum tersebut ditampilkan pada Tabel 3 di bawah.
Tabel 3. Perbandingan Pengajaran pada Kelas Tradisional dan Kelas BACC
Karakteristik Kurikulum BAC Kurikulum Tradisional Metode mengajar yang utama
75% kegiatan bersifat investigasi inkuiri dan forum diskusi
75-90% kegiatan terpusat pada ceramah; 20% kegiatan di lab; beberapa LKS
Peran guru Sekedar memandu kegiatan pengamatan dan diskusi
Terpusat pada guru
Rangkaian kegiatan Pengalaman di lapangan, kemudian diskusi
Ceramah, membaca, terkadang praktikum
Keselarasan dengan Standar Nasional
Sangat berhubungan, terwuud pada kegiatan yang dirancang dan bahan ajar
Hanya terwujud pada bahan ajar
Jumlah konsep dan topik yang telah dituntaskan
Tidak lebih dari 180 topik yang tuntas
Dapat menuntaskan 400 topik
Keterampilan proses sains Ditekankan setiap tatap muka
Sesekali dalam beberapa minggu
Pemahaman hukum alam Pengalaman langsung dan refleksi
Tidak dikembangkan
Penguasaan istilah Sekedar dalam bahan ajar Dituntut untuk mengingat ribuan istilah
Aplikasi konsep Sangat berhubungan dengan kehidupan di masyarakat
Dihubungkan dengan materi berikutnya
Temuan-temuan
Secara keseluruhan, siswa-siswa BACC mendapatkan skor-skor yang
lebih rendah pada pretes-pretes baik konsep-konsep sains maupun proses-proses
sains dibandingkan dengan siswa-siswa pada kelas-kelas yang lebih tradisional.
Perbedaan antara rata-rata dua kelas adalah signifikan pada tingkat 0,005 dalam
pretes-pretes dari proses-proses sains. Beberapa guru menjelaskan bahwa para
konselor dalam melihat ukuran kecil (576 halaman) dari naskah siswa BACC,
terkadang secara sistematis menempatkan para siswa yang dirasakan
berkemampuan lebih rendah dalam kelas-kelas ini dan para siswa yang dirasakan
berkemampuan lebih tinggi dalam kelas-kelas tradisional dengan buku ajar yang
lebih banyak (biasanya lebih dari 1000 halaman). Praktek ini sejalan dengan
pengamatan-pengamatan historis dari praktek konselor tahun-tahun sebelumnya
dengan kurikulum ChemCom.
Pada akhir tahun ajaran sekolah, para siswa menyelesaikan tes-tes
mengenai konsep-konsep dan proses-proses yang sama seperti postes-postes.
Tidak hanya skor kelas-kelas BACC yang lebih tinggi secara signifikan pada
postes-postes baik konsep-konsep sains maupun proses-proses sains, namun juga
terdapat sedikit pengurangan dalam kelas-kelas BACC dibandingkan dengan
kelas-kelas yang lebih tradisional. Sebanyak 372 siswa BACC menyelesaikan
pretes “Tes Pemahaman Konsep-konsep Biologi” dan 365 siswa BACC
menyelesaikan postes, berkurang hanya 2% dibandingkan dengan siswa-siswa
kelas yang lebih tradisional yang menyelesaikan tes yang sama dari 368 siswa
berkurang menjadi 298 siswa, berkurang 19% selama tahun ajaran sekolah. Pola
yang sama juga diulangi pada “Tes Keterampilan-keterampilan Proses Sains”
dengan kelas-kelas BBAC berkurang hanya 5% dan kelas-kelas tradisional sekali
lagi berkurang 19%. Walaupun beberapa pengurangan mungkin dikaitkan
dengan kesalahan-kesalahan sisa dalam mengkodingkan nama-nama mereka,
namun juga ada elemen menyelesaikan tes yang lebih serius pada kelas-kelas
BACC. Sebuah anekdot dari salah satu tempat tes mungkin memiliki makna di
sini.
Pada sebuah sekolah menengah umum yang besar di daerah urban, satu
kelas siswa biologi memulai tahun ajaran sekolah dengan BACC. Setelah
beberapa minggu, pemimpin pemadam kebakaran setempat menutup sekolah,
dengan menyebutkan keamanan bangunan sebagai salah satu faktornya. Semua
siswa pindah ke perpustakaan di dekat sekolah menengah pertama dan dibagi ke
dalam kelas-kelas yang hampir tidak memiliki bahan-bahan atau peralatan. Guru
tes lapangan dengan keras hati membiarkan para siswa untuk mengerjakan
aktivitas-aktivitas yang dapat dikerjakannya dengan baik. Kemudian, setelah
beberapa bulan dalam fasilitas ini, mereka semuanya diperkenankan pindah
kembali ke sekolahnya. Pada poin tersebut, guru mencatat bahwa sejumlah besar
siswanya dalam kelas yang lebih tradisional mengalami dropout, sedangkan
semua siswa kelas BACC tetap mengikuti kelas secara reguler. Ketika ia
menanyakan mengapa siswa kelas BACC tetap belajar, ia mendengarkan
pernyataan “Kelas ini menyenangkan. Inilah beberapa alasan kami untuk datang
ke sekolah”.
Meskipun kelas-kelas BACC mendapatkan skor-skor yang secara
signifikan lebih rendah pada pretes keterampilan-keterampilan proses sains,
dapat dicatat bahwa setelah tahun sekolah dari BACC mereka mendapatkan
sekor yang lebih tinggi secara signifikan pada postes tersebut. Perhatian khusus
di sini adalah perbedaan-perbedaan antara skor pencapaian petes dengan postes
untuk kedua kelompok. Siswa-siswa BACC mendapatkan skor 2,68 lebih besar
dibandingkan dengan kelas-kelas tradisional pada tes konsep-konsep biologi dan
3,83 lebih besar dibandingkan dengan kelas-kelas tradisional dalam tes untuk
keterampilan-keterampilan proses sains. Perbedaan-perbedaan dalam skor-skor
pencapaian ini mewakili kira-kira satu setengah standar deviasi.
Menindaklanjuti anekdot tentang kehadiran kelas, komentar-komentar
siswa yang didapatkan melalui survei terstruktur menyatakan bahwa siswa-siswa
secara umum menyukai BACC, merasakan bahwa mereka telah bekerja dengan
baik (dan bahkan lebih baik dibandingkan dengan kelas-kelas sains sebelumnya),
dan menikmati aktivitas-aktivitasnya, dan merasakan mendapatkan hal yang
bermanfaat. Komentar-komentar ini juga sejalan dengan observasi-obseservasi
dari kunjungan kelas-kelas.
Perkiraan-perkiraan dan Kesimpulan-kesimpulan
Banyak pihak telah mengusulkan bahwa kurikulum sains tradisional
terlalu luas dan kurang mendalam (Sutman & Bruce, 1992, 1993). Berbagai
anekdot dari guru-guru yang mengajar lebih sedikit konsep-konsep namun
menemukan bahwa siswa-siswanya mendapatkan skor-skor yang lebih baik pada
ujian telah dilaporkan (Yager, 1990; McComas, 1989). Namun, implementasi
kurikulum inovatif yang didanai NSF disebarkan dan hanya mempertimbangkan
bagian kecil dari semua bahan siswa yang dibeli di Amerika Serikat. Hal ini
sebagian disebabkan karena kurangnya riset tentang pengaruh-pengaruh
kurikulum yang inovatif ini namun sama-sama memungkinkan bahwa beberapa
guru telah menggunakan kurikulum semacam ini dan merasakan dampak yang
dirasakan para siswa. Sebagai contoh yang berkaitan, mobil-mobil Jepang tidak
mencominasi pasar Amerika Serikat karena para pengemudi membaca laporan-
laporan riset tentang kualitas kontruksinya. Sebaliknya, para konsumen mencatat
kelayakan dan penyelesaian, dan tampilan kualitas, daya hemat bahan bakar, dan
daya tahannya.
Temuan-temuan ini agaknya memuaskan karena kita akan merasa puas
untuk menemukan bahwa para siswa BACC telah belajar dengan baik dan juga
siswa-siswa dari kelas yang lebih tradisional. Dengan menemukan para siswa
belajar dengan baik dan juga adanya laporan bahwa mereka benar-benar
menyukai kurikulum adalah sangat mengejutkan. Kita juga puas menemukan
bahwa guru-guru biologi yang berpengalaman dapat mengimplementasikan
kurikulum biologi sekolah menengah umum berbasis standar dengan baik. Dan,
berbeda dengan beberapa mitologi yang terkenal, mereka juga dapat merubah
perilaku-perilakunya untuk menyesuaikan dasar pemikiran dan metodologi
kurikulum yang inovatif. Lebih lanjut, guru-guru ini nampaknya menyatakan
bahwa pendekatan berbasis standar-standar adalah diperlukan sekali, masuk akal
dan praktis untuk diimplementasikan.
Berdasarkan atas populasi terbatas yang digunakan dalam penelitian ini,
kurikulum biologi berbasis standar-standar ini adalah lebih produktfi dalam
mengajarkan pemahaman konsep-konsep biologi dan keterampilan-keterampilan
proses sains utama dibandingkan dengan kurikulum yang lebih tradisional.
Penelitian ini memberikan beberapa bukti bahwa kurikulum yang didanai oleh
NSF bisa menyempurnakan tujuan-tujuan National Science Education Standards
dan Benchmarks for Science Literacy.
BAB III
ANALISIS KRITIS
1. Bibiliografi
Leonard. Speziale. Penick. 2001. Performance Assesment of a Standards-Based
Hight School Biology Curriculum. Jurnal American Biology Teacher 2001: Vol
63 (5): 310-315
2. Tujuan penulis dalam artikel:
a. Melakukan uji coba kurikulum baru (BACC) yang telah dirancang pada beberapa
sekolah di Amerika Serikat
b. Menilai inquiry yang dilaksanakan berdasarkan kurikulum baru dengan
menggunakan assesment kinerja
c. Membandingkan nilai penguasaan biologi dan keterampilan proses siswa antara
kelas yang menggunakan kurikulum baru (BACC) dan kelas yang melaksanakan
proses pembelajaran secara tradisional
3. Fakta-fakta unik:
a. Permasalahan yang dihadapi dalam pembelajaran sains selama ini di AS adalah
proses pembelajaran terutama dilakukan melalui penyampaian informasi oleh
guru, dengan penekanan pada ingatan. Pelaksanaan pembelajaraan masih
dilakukan secara tradisional dengan menggunakan buku teks ensiklopedia sains.
b. AAAS dan NRC mencoba membantu penyusun kurikulum sains dalam
menyeleksi konsep-konsep penting yang akan dimasukkan dalam kurikulum.
Dalam penyusunan kurikulum ini dilakukan pengurangan sejumlah konsep dan
topik dan lebih menekankan pada konsep-konsep penting yang membutuhkan
kemampuan berpikir siswa, membuat keputusan, inquiry, kerja sama dan
komunikasi.
c. Kurikulum yang dikembangkan dikenal dengan Biology: A Community Context
(BACC). Kurikulum ini merupakan suatu pengantar kurikulum biologi sekolah
menengah yang dikembangkan sesuai dengan standard dan kebutuhan.
d. BACC berorientasi inquiry, mengutamakan aktivitas siswa dan konstruktivis.
Sebagai komponen dalam evaluasi, lebih menekankan pada keterampilan inquiry
dengan menggunakan assesmen kinerja
e. Siswa akan memperolah manfaat dari pengalaman langsung dengan siswa
lainnya, atau dari bahan-bahan yang digunakan, konsep dan proses seta
pemahaman mereka lebih baik dalam memahami cara/langkah kerja tertentu.
Oleh karena itu, kegiatan eksperimen laboratorium, penyedilidikan kelas lebih
baik dibandingkan hanya sekedar penyampaian informasi atau berdiskusi.
f. Kurikulum BACC cenderung berpusat pada keaktifan siswa, berpusat pada siswa,
dan menyajikan narasi tekstual yang bisa menyajikan konsep dengan tepat
setelah kegiatan inkuiri. Dalam hal ini kegiatan investigasi siswa bersifat
eksperimental, siswa akan menggali jawaban dari suatu permasalahan dengan
eksperimen
g. Untuk mengetahui keefektifan kurikulum BACC dilakukan penerapan kurikulum
ini pada beberapa sekolah di AS. Sebagai perbandingannya, kelas-kelas lain
melakukan proses pembelajaran secara tradisional
h. Kegiatan minggu pertama di sekolah diawali dengan diadakannya 2 pre-test,
yaitu ujian pemahaman konsep biologi dan tes keterampilan proses sains. Butir-
butir tes meliputi pengetahuan dan wawasan, sedangkan tes proses meliputi
proses sains biologi seperti pada Tabel 1 berikut
Tabel 1. Contoh Butir Tes Untuk Pengetahuan dan Proses Sains Biologi
Pengetahuan Biologi 1. Berikut ini adalah ciri makhluk hidup, kecuali ….
a. pertumbuhan tubuh tidak terbatas b. dapat beradaptasi terhadap perubahan lingkungan c. dapat berkembang biak d. dapat merespon perubahan lingkungan e. tumbuh
2. Sebanyak 25 ml larutan glukosa 50% ditempatkan pada tabung reaksi. Bila respirasi berlangsung secara aerobik, gas apa yang akan dihasilkan?
a. gas alkohol b. karbon dioksida c. methan d. oksigen e. nitrogen
Keterampilan Proses Sains 1. Julie menjalankan riset jangka panjang untuk mengukur massa bibit tanaman
dan tanah. Lima tahun kemudian massa pohon yang telah tumbuh dari bibit tersebut dan tanah untuk media diukur. Julie melihat bahwa terjadi pertambahan massa tanaman yang sangat banyak, sementara massa tanah relative tidak berubah. Berdasarkan riset selama 5 tahun tersebut, pilihan berikut yang sesuai dengan temuan Julie adalah …
a. peristiwa ini membutuhkan udara b. tanaman mendapat nutrient dari tanah c. pertambahan massa tanaman berasal dari air d. tanah enyediakan nutrient yang ditumbuhkan tanaman e. pertambahan massa tanah bukan berasal dari tanah
2. Anda mengumpulkan data keragaman organisme yang hidup di hutan. Informasi apa yang penting untuk dicatat?
a. ragam insekta yang dilihat b. lokasi penemuan spesimen c. ragam tanaman yang ditemukan d. a dan c e. semua
i. Pengajaran yang mengacu pada BACC bersifat investigatif inkuiri karena
mengandung ratusan aktivitas inkuiri dalam buku teks siswa. Sebanyak 75%
kegiatan siswa adalah investigasi. Sementara 90% pengajaran dengan kurikulum
tradisional lebih banyak menggunakan kegiatan mendengar dan membaca.
j. Spirit pendidikan nasional nampaknya telah diimplementasikan dalam kurikulum
BACC karena mampu mengasah pengetahuan biologi, keterampilan proses sains
k. Meskipun kelas-kelas BACC mendapatkan skor-skor yang secara signifikan
lebih rendah pada pretes keterampilan-keterampilan proses sains, dapat
dicatat bahwa setelah tahun sekolah dari BACC mereka mendapatkan sekor
yang lebih tinggi secara signifikan pada postes
4. Pertanyaan-pertanyaan yang dapat dimunculkan.
a. Apakah untuk menilai keterampilan proses cukup dilakukan dengan tes seperti
yang telah dirancang dalam kurikulum BACC?
b. Mengapa nilai pre tes keterampilan proses siswa pada kelas BACC lebih rendah
dibandingkan kelas tradisional?
c. Apakah uji coba kurikulum ini tidak berdampak terhadap pencapaian target
kurikulum yang digunakan selama ini?
d. Adalah pengaruh pengalaman guru dalam mengajar dengan hasil yang diperoleh
siswa setelah menerapkan kurikulum BACC
5. Konsep Utama
a. Menjelaskan perbedaan proses pembelajaran pada kelas tradisional dan kelas
yang melaksanakan kurikulum BACC
b. Kegiatan di kelas berbasis BACC diawali dari konsep yang konkret menuju
konsep yang abstrak. Kegiatan diawali dengan manipulasi bahan amatan untuk
mengungkap fenomena biologi dan menggali pertanyaan yang akan diajukan di
kelas. Kemudian dilanjutkan dengan diskusi, penjelasan singkat dari guru, dan
mencermati penugasan yang diberikan. Sedangkan untuk kelas tradisional,
abstraksi konsep adalah yang pertama diberikan oleh guru
c. Mengawali kegiatan belajar dengan aktivitas ilmiah akan memberdayakan siswa
untuk bernalar dan belajar lebih banyak, serta memacu siswa untuk banyak
membaca dan saling berbagi.
d. Peranan guru pada kelas yang berbeda juga menunjukkan perbedaan yang besar.
Kelas yang menerapkan BACC cenderung menempatkan siswa untuk
berpartisipasi lebih banyak. Bahkan selama kegiatan diskusi, walau guru
berperan sebagai pemandu, siswa nampak lebih berkontribusi daripada gurunya.
6. Refleksi
Artikel yang dianalisis ini diperoleh dari jurnal American Biology Teacher.
Dalam artikel ini memberikan banyak pemahaman dan informasi tentang
pelaksanaan kurikulum baru yaitu (BACC) untuk melengkapi kelemahan kurikulum
sebelumnya. BACC menitikberatkan pada inquiry untuk meningkatkan keterampilan
proses. Keterampilan proses ini dapat dinilai dengan assesment kinerja Setelah
membaca dan menganalisis artikel ini, saya semakin menyadari bahwa dalam proses
pembelajaran, penilaian tidak hanya untuk mengetahui penguasaan kosep saja. Akan
tetapi juga menilai kinerja siswa.
BAB IV
PEMBAHASAN
A. Pengertian Assesment
Asesmen dalam pembelajaran harus berbentuk interaksi antara guru dan
siswa sehingga merupakan kegiatan yang terintegrasi atau terpadu dengan
pembelajaran. Dalam melakukan asesment guru secara terus-menerus melacak dan
mencari informasi untuk memahami hal-hal yang dipikirkan siswa dan cara berpikir
siswa serta hal-hal yang dapat dikerjakan siswa dan cara siswa mengerjakan sesuatu.
Informasi yang diperoleh tersebut digunakan untuk membimbing dan membantu
siswa dalam pembelajaran. Dengan demikian, peranan utama asesmen adalah
memberikan balikan (feedback) yang bermakna autentik, signifikan, dan terkait
dengan dunia nyata untuk meningkatkan kualitas belajar siswa dan kualitas praktik
pembelajaran (Susilo, 2008).
Menurut Hart (1994) asesmen adalah proses pengumpulan informasi
mengenai siswa yaitu apa yang mereka ketahui dan dapat lakukan. Sedangkan
menurut Nurhadi (2002) asesmen adalah proses pengumpulan berbagai data yang
bisa memberikan gambaran perkembangan belajar siswa. Arends (1997)
mendefinisikan asesmen sebagai proses pengumpulan dan pensintesisan informasi
untuk membuat keputusan mengenai sesuatu. Menurut Blaustein, D. et al, (1999)
asesmen adalah proses pengumpulan informasi dam membuat keputusan berdasarkan
informasi itu. Dalam pembelajaran asesmen diartikan sebagai suatu proses
pengumpulan informasi tentang pengetahuan dan kinerja siswa.
Terdapat banyak cara untuk mengumpulkan data atau informasi ini yaitu
misalnya dengan mengamati siswa pada saat mereka belajar, memeriksa apa yang
dapat mereka hasilkan, atau mentes pengetahuan dan keterampilan mereka.
Pertanyaan kunci untuk asesmen adalah: bagaimana kita dapat mengetahui apa yang
sedang dipelajari siswa?
Kapan dan bagaimana guru mengases siswa? Dalam membuat keputusan
tentang kapan dan bagaimana guru mengases siswa, seharusnya guru dibimbing oleh
jawaban terhadap pertanyaan berikut.
1. Untuk apa informasi yang akan dikumpulkan itu digunakan?
2. Apakah waktu dan usaha yang dilakukan dalam mengumpulkan data ditentukan
oleh untuk apa informasi yang dikumpulkan itu digunakan?
3. Apakah informasi yang dikumpulkan itu relevan dengan aktivitas belajar siswa?
4. Apakah guru cukup percaya diri bahwa informasi yang dikumpulkan itu
kualitasnya cukup untuk membuat keputusan?
Apa kriteria yang digunakan guru untuk mengakses kemajuan siswa selama
pelajaran? Apakah digunakan tes formal ataukah kuis? Dibutuhkan variasi rancangan
alat-alat asesmen baik formal maupun informal untuk membantu guru memperoleh
potret yang jelas mengenai kemajuan siswa.
Proses asesmen mencakup pengumpulan sejumlah bukti yang menunjukkan
pencapaian hasil belajar siswa. Dengan demikian, asesmen adalah suatu pernyataan
berdasarkan sejumlah fakta untuk menjelaskan karakteristik seseorang atau sesuatu.
Asesmen pembelajaran dapat dilaksanakan dengan tes tertulis (paper and pencil),
kinerja (performance), hasil karya (produk), penugasan (proyek), dan pengumpulan
kerja siswa (portofolio). Guru mengakses kompetensi dan hasil belajar siswa
berdasarkan tingkat pencapaian prestasi siswa.
Pengumpulan informasi dapat dilakukan dalam suasana resmi maupun tidak
resmi, di dalam atau di luar kelas, menggunakan waktu khusus misalnya, untuk
penilaian aspek sikap/nilai dengan tes atau nontes atau terintegrasi dalam seluruh
kegiatan belajar mengajar (di awal, tengah, akhir). Di sekolah sering digunakan
istilah tes untuk kegiatan penilaian berbasis kelas dengan alasan kepraktisan karena
tes sebagai alat ukur sangat praktis digunakan untuk melihat prestasi siswa dalam
kaitannya dengan tujuan yang telah ditentukan (Marhaeni, 2007)
Asesmen dalam pembelajaran adalah suatu proses atau upaya formal
pengumpulan informasi yang berkaitan dengan variabel-variabel penting
pembelajaran sebagai bahan dalam pengambilan keputusan oleh guru un-tuk
memperbaiki proses dan hasil belajar siswa (Herman et al., 1992:95; Po-pham,
1995:3). Variabel-variabel penting yang dimaksud sekurang-kurangya meliputi
pengetahuan, pemahaman, keterampilan dan sikap siswa dalam pembelajaran yang
diperoleh guru dengan berbagai metode dan prosedur baik formal maupun informal.
Tujuan utama penggunaan asesmen dalam pembelajaran (classroom
assessment) adalah membantu guru dan siswa dalam mengambil keputusan
propesional untuk memperbaiki pembelajaran. Menurut Popham (1995:4-13)
asesmen bertujuan untuk antara lain untuk:
1. Mendiagnosa kelebihan dan kelemahan siswa dalam belajar,
2. Memonitor kemajuan siswa,
3. Menentukan jenjang kemampuan siswa,
4. Menentukan efektivitas pembelajaran,
5. Mempengaruhi persepsi publik tentang efektivitas pembelajaran,
6. Mengevaluasi kinerja guru kelas,
7. Mengklarifikasi tujuan pembelajaran yang dirancang guru
Setiap penggunaan asesmen alternatif bentuk apapun dicirikan oleh hal-hal
berikut:
1. Menuntut siswa untuk merancang, membuat, menghasil-kan, mengunjukkan atau
melakukan sesuatu;
2. Memberi peluang untuk terjadinya berpikir kompleks dan/atau memecahkan
masalah;
3. Menggunakan kegiatan-kegiatan yang bermakna secara instruksional;
4. Menuntut penerapan yang autentik pada dunia nyata;
5. Pensekoran lebih di-dasarkan pada pertimbangan manusia yang terlatih daripada
mengandalkan mesin. Untuk memperoleh asesmen dengan standar tinggi, maka
peng-gunaan asesmen harus: relevan dengan standar atau kebutuhan hasil belajar
siswa; adil bagi semua siswa; akurat dalam pengukuran; berguna; layak dan dapat
dipercaya. (Herman,1997:198)
B. Assesment Kinerja (Performance Assesment)
KTSP menuntut siswa mendemonstrasikan kompetensi yang sudah dikuasai
dengan berbagai cara. Tes tulis saja tidak dapat memberikan bukti pencapaian
kompetensi. Guru sekarang perlu menggunakan berbagai cara untuk mengumpulkan
data (bukti) dari siswa untuk mengevaluasi pencapaian atau kemajuan kearah
pemenuhan kompetensi yang ingin dicapai. Tes tulis masih berguna untuk alat
sumatif, tetapi guru-guru perlu mengumpulkan data kemajuan siswa agar dapat
menentukan apakah kompetensi-kompetensinya didemonstrasikan dengan konsisten.
Para guru sebaiknya bekerja ke arah pendekatan berimbang pada asesmen
dan evaluasi. Mereka dapat melakukannya melalui penggunaan tes untuk mengukur
pengetahuan, portofolio untuk mengukur perkembangan, dan tugas-tugas asesmen
kinerja untuk mengukur aplikasi. Sementara guru-guru sudah biasa memberikan skor
untuk tes tertulis dan melaporkan hasilnya dalam rapor siswa, banyak guru yang
belum mantap bagaimana mengukur dan melaporkan kemajuan siswa dengan
menggunakan metode otentik seperti contoh-contoh/sample hasil kerja, tugas-tugas
tertulis dan data yang dikumpulkan melalui observasi.
Untuk mengetahui pencapaian kompetensi siswa secara utuh, diperlukan
berbagai bentuk asesmen. Di masa lalu, tes tulis (paper and pencil test) adalah bentuk
penilaian utama untuk mengukur penguasaan siswa mengenai isi kurikulum, dan
sering diberikan pada akhir suatu topik, atau satu kurun waktu tertentu. Tes tertulis
yang diberikan umumnya berfokus pada penguasaan materi/isi yang mudah
dijabarkan menjadi skor yang kemudian dapat dimasukkan ke dalam rapor.
Kurikulum menuntut siswa mendemonstrasikan apa yang sudah mereka
pelajari dengan berbagai cara. Siswa harus mendemonstrasikan kompetensi atau
kemajuan mereka ke arah kompetensi. Hal ini tidak selalu bisa dilakukan dengan
menggunakan tes tulis, oleh karenanya cara-cara baru untuk melakukan penilaian
diperlukan. Langkah yang bisa dilakukan adalah dengan assesment kinerja
Asesmen alternatif diartikan sebagai pemanfaatan pendekatan non-tradisional
untuk memberi penilaian kinerja atau hasil belajar mahasiswa. Ada kalanya asesmen
alternative diidentikan dengan asesmen otentik atau asesmen kinerja. Asesmen
otentik yang dapat diartikan sebagai proses penilaian perilaku kinerja mahasiswa
secara multidimensional pada situasi nyata sedangkan asesmen kinerja
diartikansebagai penilaian terhadap proses perolehan, penerapan pengetahuan dan
keterampilan melalui proses pembelajaran yang menunjukkan kemampuan
mahasiswa dalam proses maupun produk (Gunawan, 2009).
Performance test memiliki fitur penting, yaitu mampu mengintegrasikan
beberapa topik (sains, menulis, kerja kelompok) menjadi sebuah proses asesmen dan
bukan mengases keterampilan tertentu. Ia mengharuskan anak didik untuk
mengerjakan beragam tugas selama beberapa hari dan bukan tugas-tugas yang dapat
diases selama beberapa menit saja. Selain itu, ia juga merupakan upaya untuk
mengukur berbagai macam keterampilan dan proses intelektual yang kompleks.
Karena penilaian kinerja tidak mempunyai kunci jawaban seperti tes pilihan
ganda, penskoran kinerja dapat menghasilkan penilaian yang subjektif mengenai
kualitas dari hasil kerja siswa. Kita biasa melihat guru yang memeriksa tulisan siswa
dan memberikan skor dengan rentang 0 sampai 10. Tetapi kita tidak mengetahui
kriteria yang digunakan untuk memberi skor. Siswa tidak mendapat informasi yang
berguna tentang mengapa angka tersebut diberikan kepadanya dan tidak ada umpan
balik mengenai bagian mana dari tugas yang telah dikerjakan dengan baik dan bagian
mana yang memerlukan perbaikan. Rubrik adalah kunci penskoran yang
menggambarkan berbagai tingkat kualitas kemampuan dari yang sempurna sampai
yang kurang untuk menilai satu tugas, keterampilan, proyek, esai, laporan penelitian,
atau kinerja spesifik. Tujuannya adalah untuk memberikan umpan balik tentang
kemajuan kerja siswa dan memberikan evaluasi yang rinci mengenai produk akhir.
C. Merancang Assessment Kinerja
Tes performance membutuhkan waktu lama untuk dikonstruksi dan
diadministrasikan dan pada kebanyakan kasus, juga jauh lebih mahal. Lebih jauh,
pembuatan performance assessment yang baik membutuhkan cukup banyak
pengetahuan teknis. Bagi guru yang memilih untuk memulai mengkonstruksikan tes
sendiri untuk mengukur kinerja siswa, berikut memberikan beberapa pedoman
berikut untuk memperbaiki kualitas upaya semacam itu :
1. Fokuskan pada hasil belajar yang membutuhkan keterampilan kognitif dan
kinerja anak didik yang kompleks.
2. Pilih atau kembangkan tugas-tugas yang merepresentasikan isi dan keterampilan
sentral untuk hasil-hasil belajar yang penting.
3. Minimalkan ketergantungan kinerja tugas pada keterampilan-keterampilan yang
tidak relevan dengan maksud tugas asesmen yang dimaksud.
4. Berikan kerangka kerja/instruksi kerja (scaffolding) yang dibutuhkan anak didik
agar mampu memahami tugasnya dan apa yang diharapkan
5. Konstruksikan petunjuk-petunjuk tugas sedemikian rupa sehingga tugas anak
didik menjadi benar-benar jelas.
6. Komunikasikan dengan jelas ekspektasi kinerja dalam kaitannya dengan kriteria
yang akan dijadikan dasar penilaian kinerja.
Banyak pakar dibidang asesme kinerja yang berpendapat bahwa agar asesmen
ini efektf, kriteria dan standar untuk hasil kerja anak didik harus jelas, diketahui, dan
tidak ditetapkan secara sewenang-wenang. Anak didik yang mengerjakan tugas
akademik perlu tahu bagaimana hasil kerja mereka akan dinilai. Scoring rubrics
adalah salah satu teknik asesmen yang digunakan oleh pakar untuk membuat kriteria
itu jelas dan nonarbitrary (logis).
Asesmen kinerja dapat dilakukan dengan memberikan Task (contoh tugas)
dan Rubrik. Tugas ini meliputi hal sebagai berikut.
1. Pengembangan rancangan penelitian (termasuk proposal sederhana)
2. Pengembangan instrument yang diperlukan untuk mengumpulkan data
3. Pengumpulan data
4. Analisis data
5. Penulisan laporan penelitian
6. Penyampaian laporan secara lisan dalam suatu seminar kelas
Terdapat tiga komponen utama dalam asesmen kinerja, yaitu tugas
kinerja (performance task), rubrik performansi (performance rubrics), dan cara
penilaian (scoring guide). Tugas kinerja adalah suatu tugas yang berisi topik, standar
tugas, deskripsi tugas, dan kondisi penyelesaian tugas. Rubrik performansi
merupakan suatu rubrik yang berisi komponen-komponen suatu performansi
ideal, dan deskriptor dari setiap komponen tersebut. Cara penilaian kinerja ada
tiga, yaitu (1) holistic scoring, yaitu pemberian skor berdasarkan impresi penilai
secara umum terhadap kualitas performansi; (2) analytic scoring, yaitu
pemberian skor terhadap aspek-aspek yang berkontribusi terhadap suatu
performansi; dan (3) primary traits scoring, yaitu pemberian skor berdasarkan
beberapa unsur dominan dari suatu performansi (Abidin, 2010)
Guru perlu membahas rubrik dengan para siswa sebelum mereka memulai
tugas. Rubrik dapat dipajangkan pada papan pajangan atau dibagikan kepada siswa.
Rubrik dapat pula memfokuskan proses belajar-mengajar melalui penekanan pada
konsep-konsep kunci dan standar yang harus dipenuhi siswa. Semua rubrik biasanya
mempunyai 2 ciri yang sama, yaitu: satu daftar kategori dan gradasi/tingkat
pencapaian. Kriteria dipilih untuk memberi pedoman belajar-mengajar. Setiap
kategori di dalam rubrik memuat acuan kinerja dan dijadikan dasar untuk menilai
respon siswa. Kategori-kategori juga memuat definisi-definisi dan contoh-contoh
untuk memperjelas makna dari setiap tingkat. Rubrik adalah pedoman kerja untuk
siswa dan guru. Idealnya, rubrik diberikan kepada siswa sebelum tugas dilakukan
agar siswa memahami kriteria yang digunakan untuk menilai hasil kerja mereka.
Banyak ahli pendidikan percaya bahwa rubrik meningkatkan hasil akhir siswa
dan oleh karena itu meningkatkan belajarnya. Ketika para guru menilai makalah atau
proyek dengan menggunakan rubrik, mereka dapat melihat dengan jelas dan juga
mengukur kualitas produk siswa. Kalau para siswa sudah menerima rubrik sebelum
memulai tugas, mereka memahami bagaimana kinerja mereka akan dievaluasi, dan
mereka dapat menyiapkan untuk itu. Dengan mengembangkan kisi-kisi dan
memberikannya kepada para siswa, guru memberikan panduan yang diperlukan
untuk meningkatkan kualitas kerja mereka dan meningkatkan pengetahuan mereka
(Zainul, 2001)
Sekali rubrik sudah dibuat, rubrik dapat digunakan untuk berbagai kegiatan.
Rubrik tersebut dapat diubah sedikit dan digunakan untuk berbagai kegiatan
berikutnya. Sebagai contoh, standar mutu dalam rubrik karangan fiksi dapat tetap
digunakan selama satu tahun ajaran. Hal yang berubah adalah kompetensi siswa dan
strategi pembelajaran guru. Oleh karena itu, guru tidak perlu membuat rubrik baru
untuk setiap kegiatan. Banyak keuntungan yang dapat diperoleh bila guru
menggunakan rubrik, diantaranya sebagai berikut.
1. Guru dapat meningkatkan kualitas pembelajaran dengan memberikan fokus,
penekanan dan perhatian pada rincian tertentu sebagai model untuk siswa
2. Siswa mempunyai pedoman yang jelas mengenai apa yang diharapkan guru
3. Siswa dapat menggunakan rubrik sebagai alat untuk mengembangkan
kemampuannya
4. Guru dapat menggunakan kembali rubrik tersebut untuk berbagai kegiatan
berikutnya yang sejenis
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari pembahasan makalah, dapat disimpulkan:
1. Asesmen merupakan proses pengumpulan dan pensintesisan informasi untuk
membuat keputusan mengenai sesuatu. Dalam pembelajaran asesmen diartikan
sebagai suatu proses pengumpulan informasi tentang pengetahuan dan kinerja
siswa.
2. Asesmen pembelajaran dapat dilaksanakan dengan tes tertulis (paper and
pencil), kinerja (performance), hasil karya (produk), penugasan (proyek), dan
pengumpulan kerja siswa (portofolio).
3. asesmen kinerja diartikansebagai penilaian terhadap proses perolehan, penerapan
pengetahuan dan keterampilan melalui proses pembelajaran yang menunjukkan
kemampuan mahasiswa dalam proses maupun produk
4. Terdapat tiga komponen utama dalam asesmen kinerja, yaitu tugas kinerja
(performance task), rubrik performansi (performance rubrics), dan cara penilaian
(scoring guide).
5. Tes performance membutuhkan waktu lama untuk dikonstruksi dan
diadministrasikan dan pada kebanyakan kasus, juga jauh lebih mahal. Lebih jauh,
pembuatan performance assessment yang baik membutuhkan cukup banyak
pengetahuan teknis.
B. Saran
Disarankan kepada tenaga pendidik, untuk melakukan penilaian dari berbagai
segi misalnya kognitif, afektif, dan psikomotor. Alat penilaian yang dikembangkan
juga sedemikian rupa agar dapat mengukur semua kemampuan siswa
DAFTAR RUJUKAN
Abidin. 2010. Pengertian Asesmen, Bentuk Asesmen, dan Langkah Penerapan
Asesmen. Online, (http://meetabied.wordpress.com, diakses 08 Mei 2010) Depdiknas. 2002. Sistem Penilaian SD, SMP, SMA, dan SMK. Jakarta: Depdiknas. Gunawan. 2009. Performance Assesment. Online,
(http://forumpenelitian.blogspot.com, diakses 08 Me 2010) Hart,D 1994. Authentic Assesment: A Handbook for Educator, california Addison-
Wesley Publishing Company Marhaeni, A A Istri. 2007. Pembelajaran Inovatif dan Asesmen Otentik dalam
Rangka Menciptakan Pembelajaran yang Efektif dan Produktif. Makalah disampaikan dalam Lokakarya Pengusunan Kurikulum dan Pembelajaran Inovatif di Fakultas Teknologi Pertanian Univesitas Udayana Denpasar tanggal 8-9 Desember 2007
Susilo H. 2008. Panduan Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam: SMP/MTs/. Pusat
perbukuan, Departemen Pendidikan nasional. Jakarta: Tim Peneliti. (2002). Pola induk pengembangan sistem penilaian hasil belajar
berbasis kompetensi dasar siswa SMU. Draf laporan penelitian, tidak diterbitkan, Pascasarjana UNY.
Tim PEKERTI-AA PPSP LPP Universitas Sebelas Maret. 2007. Panduan Evaluasi
Pembelajaran. Surakarta: Pusat Pengembangan Sistem Pembelajaran Lembaga Pengembangan Pendidikan Universitas Sebelas Maret
Zainul, Asmawi. 2001. Alternative assessment. Jakarta: Proyek Universitas Terbuka Widodo. 2009. Assesmen Kinerja. Online. (http:www. wordpress.com, diakses 08
Mei 2010)