Tumor Medula Spinalis Lengkap

23
BAB I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tumor medula spinalis memang merupakan salah satu penyakit yang jarang terjadi dan karena itulah banyak masyarakat yang belum mengetahui gejala-gejala serta bahaya dari penyakit ini. Pada umumnya, penderita yang datang berobat ke dokter atau ke rumah sakit sudah dalam keadaan parah (stadium lanjut) sehingga cara penanggulangannya hanya bersifat life-saving. 1 Jumah kasus tumor medula spinalis di Amerika Serikat mencapai 15% dari total jumlah tumor yang terjadi pada susunan saraf pusat dengan perkiraan insidensi sekitar 0,5-2,5 kasus per 100.000 penduduk per tahun. Jumlah penderita pria hampir sama dengan wanita dengan sebaran usia antara 30 hingga 50 tahun. Diperkirakan 25% tumor terletak di segmen servikal, 55% di segmen thorakal dan 20% terletak di segmen lumbosakral. Sementara di Indonesia sendiri, belum ada 2,3 Tumor medula spinalis terbagi menjadi dua, yaitu tumor primer dan tumor sekunder. Tumor primer merupakan tumor yang berasal dari medula spinalis itu sendiri sedangkan tumor sekunder merupakan anak sebar (mestastase) dari tumor di bagian tubuh lainnya. Tumor medula spinalis umumnya bersifat jinak (onset biasanya gradual) dan dua pertiga pasien dioperasi antara 1-2 tahun setelah onset gejala. Gejala pertama dari tumor medula spinocerebellar penting diketahui karena dengan tindakan operasi sedini mungkin, dapat mencegah kecacatan. 1,3

Transcript of Tumor Medula Spinalis Lengkap

Page 1: Tumor Medula Spinalis Lengkap

BAB I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Tumor medula spinalis memang merupakan salah satu penyakit yang jarang terjadi

dan karena itulah banyak masyarakat yang belum mengetahui gejala-gejala serta bahaya dari

penyakit ini. Pada umumnya, penderita yang datang berobat ke dokter atau ke rumah sakit

sudah dalam keadaan parah (stadium lanjut) sehingga cara penanggulangannya hanya bersifat

life-saving.1

Jumah kasus tumor medula spinalis di Amerika Serikat mencapai 15% dari total

jumlah tumor yang terjadi pada susunan saraf pusat dengan perkiraan insidensi sekitar 0,5-2,5

kasus per 100.000 penduduk per tahun. Jumlah penderita pria hampir sama dengan wanita

dengan sebaran usia antara 30 hingga 50 tahun. Diperkirakan 25% tumor terletak di segmen

servikal, 55% di segmen thorakal dan 20% terletak di segmen lumbosakral. Sementara di

Indonesia sendiri, belum ada 2,3

Tumor medula spinalis terbagi menjadi dua, yaitu tumor primer dan tumor sekunder.

Tumor primer merupakan tumor yang berasal dari medula spinalis itu sendiri sedangkan

tumor sekunder merupakan anak sebar (mestastase) dari tumor di bagian tubuh lainnya.

Tumor medula spinalis umumnya bersifat jinak (onset biasanya gradual) dan dua pertiga

pasien dioperasi antara 1-2 tahun setelah onset gejala. Gejala pertama dari tumor medula

spinocerebellar penting diketahui karena dengan tindakan operasi sedini mungkin, dapat

mencegah kecacatan.1,3

1.2 Tujuan

Untuk mengetahui gejala-gejala yang timbul dan tata laksana dari tumor medulla

spinalis yang dapat menyebabkan kematian dan kecacatan bagi penderitanya.

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Batasan

Page 2: Tumor Medula Spinalis Lengkap

Tumor medula spinalis adalah tumor di daerah spinal yang dapat terjadi pada daerah

cervical pertama hingga sacral, yang dapat dibedakan atas; A.Tumor primer: 1) jinak yang

berasal dari a) tulang; osteoma dan kondroma, b) serabut saraf disebut neurinoma

(Schwannoma), c) berasal dari selaput otak disebut Meningioma; d) jaringan otak; Glioma,

Ependimoma. 2) ganas yang berasal dari a) jaringan saraf seperti; Astrocytoma,

Neuroblastoma, b) sel muda seperti Kordoma. B. Tumor sekunder: merupakan anak sebar

(metastase) dari tumor ganas di daerah rongga dada, perut, pelvis dan tumor payudara.1

2.2 Epidemiologi

Di Indonesia. jumlah penderita tumor medula spinalis belum diketahui secara pasti.

Jumah kasus tumor medula spinalis di Amerika Serikat mencapai 15% dari total jumlah

tumor yang terjadi pada susunan saraf pusat dengan perkiraan insidensi sekitar 0,5-2,5 kasus

per 100.000 penduduk per tahun. Jumlah penderita pria hampir sama dengan wanita dengan

sebaran usia antara 30 hingga 50 tahun. Diperkirakan 25% tumor terletak di segmen servikal,

55% di segmen thorakal dan 20% terletak di segmen lumbosakral.2,3

Tumor intradural intramedular yang tersering adalah ependymoma, astrositoma dan

hemangioblastoma. Ependimoma lebih sering didapatkan pada orang dewasa pada usia

pertengahan (30-39 tahun) dan jarang terjadi pada usia anak-anak. Insidensi ependidoma kira-

kira sama dengan astrositoma. Dua per tiga dari ependydoma muncul pada daerah

lumbosakral.6

Diperkirakan 3% dari frekuensi astrositoma pada susunan saraf pusat tumbuh pada

medula spinalis. Tumor ini dapat muncul pada semua umur, tetapi yang tersering pada tiga

dekade pertama. Astrositoma juga merupakan tumor spinal intramedular yang tersering pada

usia anak-anak, tercatat sekitar 90% dari tumor intramedular pada anak-anak dibawah umur

10 tahun, dan sekitar 60% pada remaja. Diperkirakan 60% dari astrositoma spinalis berlokasi

di segmen servikal dan servikotorakal. Tumor ini jarang ditemukan pada segmen torakal,

lumbosakral atau pada conus medularis. Hemangioblastoma merupakan tumor vaskular yang

tumbuh lambat dengan prevalensi 3% sampai 13% dari semua tumor intramedular medula

spinalis. Rata-rata terdapat pada usia 36 tahun, namun pada pasien dengan von Hippel-Lindau

syndrome (VHLS) biasanya muncul pada dekade awal dan mempunyai tumor yang multipel.

Rasio laki-laki dengan perempuan 1,8 : 1.4,5

Tumor intradural ekstramedular yang tersering adalah schwanoma, dan meningioma.

Schwanoma merupakan jenis yang tersering (53,7%) dengan insidensi laki-laki lebih sering

dari pada perempuan, pada usia 40-60 tahun dan tersering pada daerah lumbal. Meningioma

Page 3: Tumor Medula Spinalis Lengkap

merupakan tumor kedua tersering pada kelompok intradural-ekstramedullar tumor.

Meningioma menempati kira-kira 25% dari semua tumor spinal. Sekitar 80% dari spinal

meningioma terlokasi pada segmen thorakal, 25% pada daerah servikal, 3% pada daerah

lumbal, dan 2% pada foramen magnum.4,5

2.3 Klasifikasi

Berdasarkan asal dan sifat selnya, tumor pada medula spinalis dapat dibagi menjadi

tumor primer dan tumor sekunder. Tumor primer dapat bersifat jinak maupun ganas,

sementara tumor sekunder selalu bersifat ganas karena merupakan metastasis dari proses

keganasan di tempat lain seperti kanker paru-paru, payudara, kelenjar prostat, ginjal, kelenjar

tiroid atau limfoma. Tumor primer yang bersifat ganas contohnya adalah astrositoma,

neuroblastoma, dan kordoma, sedangkan yang bersifat jinak contohnya neurinoma, glioma,

dan ependimoma.1

Berdasarkan lokasinya, tumor medula spinalis dapat dibagi menjadi dua kelompok,

yaitu tumor intradural dan ekstradural, di mana tumor intradural itu sendiri dibagi lagi

menjadi tumor intramedular dan ekstramedular. Macam-macam tumor medula spinalis

berdasarkan lokasinya dapat dilihat pada Tabel 1.

Gambar 2.1 (A) Tumor intradural-intramedular, (B) Tumor intradural-ekstramedular, dan (C)

Tumor Ekstradural

Sumber: http://www.draryan.com/Portals/0/spinal%20cord%20tumors.jpg

Tabel 1. Tumor Medula Spinalis Berdasarkan Gambaran Histologisnya

Ekstra dural Intradural ekstramedular Intradural intramedular

Page 4: Tumor Medula Spinalis Lengkap

Chondroblastoma

Chondroma

Hemangioma

Lipoma

Lymphoma

Meningioma

Metastasis

Neuroblastoma

Neurofibroma

Osteoblastoma

Osteochondroma

Osteosarcoma

Sarcoma

Vertebral hemangioma

Ependymoma, tipe myxopapillary

Epidermoid

Lipoma

Meningioma

Neurofibroma

Paraganglioma

Schwanoma

Astrocytoma

Ependymoma

Ganglioglioma

Hemangioblastoma

Hemangioma

Lipoma

Medulloblastoma

Neuroblastoma

Neurofibroma

Oligodendroglioma

Teratoma

2.4 Etiologi dan Patogenesis

Penyebab tumor medula spinalis primer sampai saat ini belum diketahui secara pasti.

Beberapa penyebab yang mungkin dan hingga saat ini masih dalam tahap penelitian adalah

virus, kelainan genetik, dan bahan-bahan kimia yang bersifat karsinogenik. Adapun tumor

sekunder (metastasis) disebabkan oleh sel-sel kanker yang menyebar dari bagian tubuh lain

melalui aliran darah yang kemudian menembus dinding pembuluh darah, melekat pada

jaringan medula spinalis yang normal dan membentuk jaringan tumor baru di daerah

tersebut.7

Patogenesis dari neoplasma medula spinalis belum diketahui, tetapi kebanyakan

muncul dari pertumbuhan sel normal pada lokasi tersebut. Riwayat genetik kemungkinan

besar sangat berperan dalam peningkatan insiden pada anggota keluarga (syndromic group)

misal pada neurofibromatosis. Astrositoma dan neuroependimoma merupakan jenis yang

tersering pada pasien dengan neurofibromatosis tipe 2 (NF2), di mana pasien dengan NF2

memiliki kelainan pada kromosom 22. Spinal hemangioblastoma dapat terjadi pada 30%

pasien dengan Von Hippel-Lindou Syndrome sebelumnya, yang merupakan abnormalitas dari

kromosom 3.6

2.5 Manifestasi Klinis

Page 5: Tumor Medula Spinalis Lengkap

Menurut Cassiere, perjalanan penyakit tumor medula spinalis terbagi dalam tiga

tahapan3, yaitu:

Ditemukannya sindrom radikuler unilateral dalam jangka waktu yang lama

Sindroma Brown Sequard

Kompresi total medula spinalis atau paralisis bilateral

Keluhan pertama dari tumor medula spinalis dapat berupa nyeri radikuler, nyeri

vertebrae, atau nyeri funikuler. Secara statistik adanya nyeri radikuler merupakan indikasi

pertama adanya space occupying lesion pada kanalis spinalis dan disebut pseudo neuralgia

pre phase. Dilaporkan 68% kasus tumor spinal sifat

nyerinya radikuler, laporan lain menyebutkan 60% berupa nyeri radikuler, 24% nyeri

funikuler dan 16% nyerinya tidak jelas3. Nyeri radikuler dicurigai disebabkan oleh tumor

medula spinalis bila:

Nyeri radikuler hebat dan berkepanjangan, disertai gejala traktus piramidalis

Lokasi nyeri radikuler diluar daerah predileksi HNP

seperti C5-7, L3-4, L5 dan S1

Tumor medula spinalis yang sering menyebabkan nyeri radikuler adalah tumor yang

terletak intradural-ekstramedular, sedang tumor intramedular jarang menyebabkan nyeri

radikuler. Pada tumor ekstradural sifat nyeri radikulernya biasanya hebat dan mengenai

beberapa radiks.3

Tumor-tumor intrameduler dan intradural-ekstrameduler dapat juga diawali dengan

gejala TTIK seperti: hidrosefalus, nyeri kepala, mual dan muntah, papiledema, gangguan

penglihatan, dan gangguan gaya berjalan. Tumor-tumor neurinoma dan ependimoma

mensekresi sejumlah besar protein ke dalam likuor, yang dapat menghambat aliran likuor di

dalam kompartemen subarakhnoid spinal, dan kejadian ini dikemukakan sebagai suatu

hipotesa yang menerangkan kejadian hidrosefalus sebagai gejala klinis dari neoplasma

intraspinal primer.5

Bagian tubuh yang menimbulkan gejala bervariasi tergantung letak tumor di

sepanjang medula spinalis. Pada umumnya, gejala tampak pada bagian tubuh yang selevel

dengan lokasi tumor atau di bawah lokasi tumor. Contohnya, pada tumor di tengah medula

spinalis (pada segmen thorakal) dapat menyebabkan nyeri yang menyebar ke dada depan

(girdleshape pattern) dan bertambah nyeri saat batuk, bersin, atau membungkuk. Tumor yang

tumbuh pada segmen cervical dapat menyebabkan nyeri yang dapat dirasakan hingga ke

Page 6: Tumor Medula Spinalis Lengkap

lengan, sedangkan tumor yang tumbuh pada segmen lumbosacral dapat memicu terjadinya

nyeri punggung atau nyeri pada tungkai.7

Berdasarkan lokasi tumor, gejala yang muncul adalah seperti yang terihat dalam Tabel

2 di bawah ini.

Tabel 2. Tanda dan Gejala Tumor Medula Spinalis

Lokasi Tanda dan Gejala

Foramen

Magnum

Gejalanya aneh, tidak lazim, membingungkan, dan tumbuh lambat sehingga

sulit menentukan diagnosis. Gejala awal dan tersering adalah nyeri servikalis

posterior yang disertai dengan hiperestesia dalam dermatom vertebra

servikalis kedua (C2). Setiap aktivitas yang meningkatkan TIK (misal ;

batuk, mengedan, mengangkat barang, atau bersin) dapat memperburuk

nyeri. Gejala tambahan adalah gangguan sensorik dan motorik pada tangan

dengan pasien yang melaporkan kesulitan menulis atau memasang kancing.

Perluasan tumor menyebabkan kuadriplegia spastik dan hilangnya sensasi

secara bermakna. Gejala-gejala lainnya adalah pusing, disartria, disfagia,

nistagmus, kesulitan bernafas, mual dan muntah, serta atrofi otot

sternokleidomastoideus dan trapezius. Temuan neurologik tidak selalu

timbul tetapi dapat mencakup hiperrefleksia, rigiditas nuchal, gaya berjalan

spastik, palsi N.IX hingga N.XI, dan kelemahan ekstremitas.

Servikal Menimbulkan tanda-tanda sensorik dan motorik mirip lesi radikular yang

melibatkan bahu dan lengan dan mungkin juga menyerang tangan.

Keterlibatan tangan pada lesi servikalis bagian atas (misal, diatas C4) diduga

disebabkan oleh kompresi suplai darah ke kornu anterior melalui arteria

spinalis anterior. Pada umumnya terdapat kelemahan dan atrofi gelang bahu

dan lengan. Tumor servikalis yang lebih rendah (C5, C6, C7) dapat

menyebabkan hilangnya refleks tendon ekstremitas atas (biseps,

brakioradialis, triseps). Defisit sensorik membentang sepanjang tepi radial

lengan bawah dan ibu jari pada kompresi C6, melibatkan jari tengah dan jari

telunjuk pada lesi C7, dan lesi C7 menyebabkan hilangnya sensorik jari

telunjuk dan jari tengah.

Torakal Seringkali dengan kelemahan spastik yang timbul perlahan pada ekstremitas

bagian bawah dan kemudian mengalami parestesia. Pasien dapat mengeluh

nyeri dan perasaan terjepit dan tertekan pada dada dan abdomen, yang

mungkin dikacaukan dengan nyeri akibat gangguan intratorakal dan

Page 7: Tumor Medula Spinalis Lengkap

intraabdominal. Pada lesi torakal bagian bawah, refleks perut bagian bawah

dan tanda Beevor (umbilikus menonjol apabila penderita pada posisi

telentang mengangkat kepala melawan suatu tahanan) dapat menghilang.

Lumbosakral Suatu situasi diagnostik yang rumit timbul pada kasus tumor yang

melibatkan daerah lumbal dan sakral karena dekatnya letak segmen lumbal

bagian bawah, segmen sakral, dan radiks saraf desendens dari tingkat

medula spinalis yang lebih tinggi. Kompresi medula spinalis lumbal bagian

atas tidak mempengaruhi refleks perut, namun menghilangkan refleks

kremaster dan mungkin menyebabkan kelemahan fleksi panggul dan

spastisitas tungkai bawah. Juga terjadi kehilangan refleks lutut dan refleks

pergelangan kaki dan tanda Babinski bilateral. Nyeri umumnya dialihkan

keselangkangan. Lesi yang melibatkan lumbal bagian bawah dan segmen-

segmen sakral bagian atas menyebabkan kelemahan dan atrofi otot-otot

perineum, betis dan kaki, serta kehilangan refleks pergelangan kaki.

Hilangnya sensasi daerah perianal dan genitalia yang disertai gangguan

kontrol usus dan kandung kemih merupakan tanda khas lesi yang mengenai

daerah sakral bagian bawah.

Kauda

Ekuina

Menyebabkan gejala-gejala sfingter dini dan impotensi. Tnda-tanda khas

lainnya adalah nyeri tumpul pada sakrum atau perineum, yang kadang-

kadang menjalar ke tungkai. Paralisis flaksid terjadi sesuai dengan radiks

saraf yang terkena dan terkadang asimetris.

2.5.1 Tumor Ekstradural

Sebagian besar merupakan tumor metastase, yang menyebabkan kompresi pada medula

spinalis dan terletak di segmen thorakalis. Nyeri radikuler dapat merupakan gejala awal pada

30% penderita tetapi kemudian setelah beberapa hari, minggu/bulan diikuti dengan gejala

mielopati. Nyeri biasanya lebih dari 1 radiks, yang mulanya hilang dengan istirahat, tetapi

semakin lama semakin menetap/persisten, sehingga dapat merupakan gejala utama, walaupun

terdapat gejala yang berhubungan dengan tumor primer. Nyeri pada tumor metastase ini

dapat terjadi spontan, dan sering bertambah dengan perkusi ringan pada vertebrae, nyeri

demikian lebih dikenal dengan nyeri vertebrae.

a. Tumor Metastasis Keganasan Ekstradural5

Memiliki ciri-ciri sebagai berikut:

Page 8: Tumor Medula Spinalis Lengkap

Sebagian besar tumor spinal (>80 %) merupakan metastasis keganasan

terutama dari paru-paru, payudara, ginjal, prostat, kolon, tiroid, melanoma,

limfoma, atau sarkoma.

Yang pertama dilibatkan adalah korpus vertebra. Predileksi lokasi metastasis

tumor paru, payudara dan kolon adalah daerah toraks, sedangkan tumor prostat,

testis dan ovarium biasanya ke daerah lumbosakral.

Gejala kompresi medula spinalis kebanyakan terjadi pada level torakal, karena

diameter kanalisnya yang kecil (kira-kira hanya 1 cm).

Gejala akibat metastasis spinal diawali dengan nyeri lokal yang tajam dan

kadang menjalar (radikuler) serta menghebat pada penekanan atau palpasi.

2.5.2 Tumor Intradural-Ekstramedular3

Tumor ini tumbuh di radiks dan menyebabkan nyeri radikuler kronik progresif.

Kejadiannya ± 70% dari tumor intradural, dan jenis yang terbanyak adalah neurinoma pada

laki-laki dan meningioma pada wanita.

a. Neurinoma (Schwannoma)

Memiliki karakteristik sebagai berikut:

Berasal dari radiks dorsalis

Kejadiannya ± 30% dari tumor ekstramedular

2/3 kasus keluhan pertamanya berupa nyeri radikuler, biasanya pada satu sisi dan

dialami dalam beberapa bulan sampai tahun, sedangkan gejala lanjut terdapat

tanda traktus piramidalis

39% lokasinya disegmen thorakal

b. Meningioma

Memiliki ciri-ciri sebagai berikut:

± 80% terletak di regio thorakalis dan ±60% pada wanita usia pertengahan

Pertumbuhan lambat

Pada ± 25% kasus terdapat nyeri radikuler, tetapi lebih sering dengan gejala traktus

piramidalis dibawah lesi, dan sifat nyeri radikuler biasanya bilateral dengan jarak

waktu timbul gejala lain lebih pendek

2.5.3 Tumor Intradural-Intramedular3,6

Page 9: Tumor Medula Spinalis Lengkap

Lebih sering menyebabkan nyeri funikuler yang bersifat difus seperti rasa terbakar

dan menusuk, kadang-kadang bertambah dengan rangsangan ringan seperti electric shock like

pain (Lhermitte sign).

a. Ependimoma

Memiliki karakteristik sebagai berikut:

Rata-rata penderita berumur di atas 40 tahun

Wanita lebih dominan

Nyeri terlokalisir di tulang belakang

Nyeri meningkat saat malam hari atau saat bangun

Nyeri disestetik (nyeri terbakar)

Menunjukkan gejala kronis

Jenis miksopapilari rata-rata pada usia 21 tahun, pria lebih dominan

b. Astrositoma

Memiliki ciri-ciri sebagai berikut:

Prevalensi pria sama dengan wanita

Nyeri terlokalisir pada tulang belakang

Nyeri bertambah saat malam hari

Parestesia (sensasi abnormal)

c. Hemangioblastoma

Memiliki karakter sebagai berikut:

Gejala muncul pertama kali saat memasuki usia 40 tahun

Penyakit herediter (misal, Von Hippel-Lindau Syndrome) tampak pada 1/3 dari

jumlah pasien keseluruhan.

Penurunan sensasi kolumna posterior

Nyeri punggung terlokalisir di sekitar lesi

2.6 Diagnosis7

Selain dengan anamnesis dan pemeriksaan fisik, diagnosis tumor medula spinalis dapat

ditegakkan dengan bantuan pemeriksaan penunjang seperti di bawah ini.

a. Laboratorium

Page 10: Tumor Medula Spinalis Lengkap

Cairan spinal (CSF) dapat menunjukkan peningkatan protein dan xantokhrom,

dan kadang-kadang ditemukan sel keganasan. Dalam mengambil dan memperoleh

cairan spinal dari pasien dengan tumor medula spinalis harus berhati-hati karena blok

sebagian dapat berubah menjadi blok komplit cairan spinal dan menyebabkan

paralisis yang komplit.

b. Foto Polos Vertebrae

Foto polos seluruh tulang belakang 67-85% abnormal. Kemungkinan

ditemukan erosi pedikel (defek menyerupai “mata burung hantu” pada tulang

belakang lumbosakral AP) atau pelebaran, fraktur kompresi patologis, scalloping

badan vertebra, sklerosis, perubahan osteoblastik (mungkin terajdi mieloma, Ca

prostat, hodgkin, dan biasanya Ca payudara.

c. CT-scan

CT-scan dapat memberikan informasi mengenai lokasi tumor, bahkan

terkadang dapat memberikan informasi mengenai tipe tumor. Pemeriksaan ini juga

dapat membantu dokter mendeteksi adanya edema, perdarahan dan keadaan lain yang

berhubungan. CT-scan juga dapat membantu dokter mengevaluasi hasil terapi dan

melihat progresifitas tumor.

d. MRI

Pemeriksaan ini dapat membedakan jaringan sehat dan jaringan yang

mengalami kelainan secara akurat. MRI juga dapat memperlihatkan gambar tumor

yang letaknya berada di dekat tulang lebih jelas dibandingkan dengan CT-scan.

2.7 Diagnosis Banding6

Amyotrophic Lateral Sclerosis (ALS)

Lumbar (Intervertebral) Disk Disorders

Mechanical Back Pain

Brown-Sequard Syndrome

Infeksi Medula Spinalis

Cauda Equina Syndrome

2.8 Penatalaksanaan10

Penatalaksanaan untuk sebagian besar tumor baik intramedular maupun ekstramedular

adalah dengan pembedahan. Tujuannya adalah untuk menghilangkan tumor secara total

dengan menyelamatkan fungsi neurologis secara maksimal. Kebanyakan tumor intradural-

Page 11: Tumor Medula Spinalis Lengkap

ekstramedular dapat direseksi secara total dengan gangguan neurologis yang minimal atau

bahkan tidak ada post operatif. Tumor-tumor yang mempunyai pola pertumbuhan yang cepat

dan agresif secara histologis dan tidak secara total dihilangkan melalui operasi dapat diterapi

dengan terapi radiasi post operasi.1

Terapi yang dapat dilakukan pada tumor medulla spinalis adalah :

a. Deksamethason: 100 mg (mengurangi nyeri pada 85 % kasus, mungkin juga

menghasilkan perbaikan neurologis).

b. Penatalaksanaan berdasar evaluasi radiografik

Bila tidak ada massa epidural: rawat tumor primer (misalnya dengan sistemik

kemoterapi); terapi radiasi lokal pada lesi bertulang; analgesik untuk nyeri.

Bila ada lesi epidural, lakukan bedah atau radiasi (biasanya 3000-4000 cGy

pada 10x perawatan dengan perluasan dua level di atas dan di bawah lesi);

radiasi biasanya seefektif seperti laminektomi dengan komplikasi yang lebih

sedikit.

c. Penatalaksanaan darurat (pembedahan/ radiasi) berdasarkan derajat blok dan

kecepatan deteriorasi

bila > 80 % blok komplit atau perburukan yang cepat: penatalaksanaan

sesegera mungkin (bila merawat dengan radiasi, teruskan deksamethason

keesokan harinya dengan 24 mg IV setiap 6 jam selama 2 hari, lalu

diturunkan (tappering) selama radiasi, selama 2 minggu.

bila < 80 % blok: perawatan rutin (untuk radiasi, lanjutkan deksamethason 4

mg selama 6 jam, diturunkan (tappering) selama perawatan sesuai toleransi.

d. Radiasi

Terapi radiasi direkomendasikan umtuk tumor intramedular yang tidak dapat

diangkat dengan sempurna. Dosisnya antara 45 dan 54 Gy.

e. Pembedahan

Page 12: Tumor Medula Spinalis Lengkap

Tumor biasanya diangkat dengan sedikit jaringan sekelilingnya dengan teknik

myelotomy. Aspirasi ultrasonik, laser, dan mikroskop digunakan pada pembedahan

tumor medula spinalis.

Indikasi pembedahan:

Tumor dan jaringan tidak dapat didiagnosis (pertimbangkan biopsi bila lesi

dapat dijangkau). Catatan: lesi seperti abses epidural dapat terjadi pada pasien

dengan riwayat tumor dan dapat disalahartikan sebagai metastase.

Medula spinalis yang tidak stabil (unstable spinal).

Kegagalan radiasi (percobaan radiasi biasanya selama 48 jam, kecuali

signifikan atau terdapat deteriorasi yang cepat); biasanya terjadi dengan tumor

yang radioresisten seperti karsinoma sel ginjal atau melanoma.

Rekurensi (kekambuhan kembali) setelah radiasi maksimal.

2.9 Komplikasi6,8

Komplikasi yang mungkin pada tumor medula spinalis antara lain:

Paraplegia

Quadriplegia

Infeksi saluran kemih

Kerusakan jaringan lunak

Komplikasi pernapasan

Komplikasi yang muncul akibat pembedahan adalah:

Deformitas pada tulang belakang post operasi lebih sering terjadi pada anak-

anak dibanding orang dewasa. Deformitas pada tulang belakang tersebut dapat

menyebabkan kompresi medula spinalis.

Setelah pembedahan tumor medula spinalis pada servikal, dapat terjadi

obstruksi foramen Luschka sehingga menyebabkan hidrosefalus.

2.10 Prognosis

Tumor dengan gambaran histopatologi dan klinik yang agresif mempunyai prognosis

yang buruk terhadap terapi. Pembedahan radikal mungkin dilakukan pada kasus-kasus ini.

Page 13: Tumor Medula Spinalis Lengkap

Pengangkatan total dapat menyembuhkan atau setidaknya pasien dapat terkontrol dalam

waktu yang lama. Fungsi neurologis setelah pembedahan sangat bergantung pada status pre

operatif pasien. Prognosis semakin buruk seiring meningkatnya umur (>60 tahun).8

BAB 3. KESIMPULAN

Page 14: Tumor Medula Spinalis Lengkap

Tumor medula spinalis adalah tumor di daerah spinal yang dapat terjadi pada daerah

cervical pertama hingga sacral. Tumor medula spinalis dapat dibagi menjadi tiga kelompok,

berdasarkan letak anatomi dari massa tumor. Pertama, kelompok ini dibagi dari hubungannya

dengan selaput menings spinal, diklasifikasikan menjadi tumor intradural dan tumor

ekstradural. Selanjutnya, tumor intradural sendiri dapat dibagi menjadi dua kelompok yaitu

tumor yang tumbuh pada substansi dari medula spinalis itu sendiri (tumor intramedular) serta

tumor yang tumbuh pada ruang subarachnoid (ekstramedular).

Tumor-tumor intrameduler dan intradural-ekstrameduler dapat juga diawali dengan

gejala TTIK seperti: hidrosefalus, nyeri kepala, mual dan muntah, papiledema, gangguan

penglihatan, dan gangguan gaya berjalan. Tumor-tumor neurinoma dan ependimoma

mensekresi sejumlah besar protein ke dalam likuor, yang dapat menghambat aliran likuor di

dalam kompartemen subarakhnoid spinal, dan kejadian ini dikemukakan sebagai suatu

hipotesa yang menerangkan kejadian hidrosefalus sebagai gejala klinis dari neoplasma

intraspinal primer. Gejala umum akibat adanya kompresi, antara lain:

• Nyeri

Kompresi dari suatu tumor dapat merangsang jaras-jaras saraf yang terdapat dalam

medula spinalis dan menimbulkan nyeri yang seakan-akan berasal dari berbagai bagian tubuh

(nyeri difus). Nyeri ini biasanya menetap, kadang bertambah berat dan terasa seperti terbakar.

• Perubahan sensori

Kebanyakan pasien dengan tumor medula spinalis mengalami kehilangan sensasi.

Biasanya mati rasa dan hilangnya sensitivitas kulit terhadap suhu.

• Problem Motorik

Gejala awalnya dapat berupa kelemahan otot, spastisitas, dan ketidakmampuan untuk

menahan kencing atau buang air besar. Jika tidak diterapi gejala dapat memburuk termasuk

diantaranya atrofi otot dan kelumpuhan. Bahkan, pada beberapa orang dapat berkembang

menjadi ataksia.

Page 15: Tumor Medula Spinalis Lengkap

Cairan spinal, Computed Tomographic (CT) myelography, dan MRI spinalis

merupakan tes yang paling sering digunakan dalam mengevaluasi pasien dengan lesi pada

medula spinalis. MRI merupakan modalitas pencitraan primer untuk penyebaran ke medula,

reduksi ruang CSF disekitar tumor. Cairan spinal (CSF) dapat menunjukkan peningkatan

protein dan Santokhrom, dan kadang-kadang ditemukan sel keganasan. Dalam mengambil

dan memperoleh cairan spinal dari pasien dengan tumor medula spinalis harus berhati-hati

karena blok sebagian dapat berubah menjadi blok komplit cairan spinal dan menyebabkan

paralisis yang komplit.

Penatalaksanaan untuk sebagian besar tumor baik intramedular maupun ekstramedular

adalah dengan pembedahan. Tujuannya adalah untuk menghilangkan tumor secara total

dengan menyelamatkan fungsi neurologis secara maksimal.

DAFTAR PUSTAKA

1. Hakim, A.A. 2006. Permasalahan serta Penanggulangan Tumor Otak dan

Sumsum Tulang Belakang. Medan: Universitas Sumatera Utara

2. Huff, J.S. 2010. Spinal Cord Neoplasma. [serial online].

http://emedicine.medscape.com/article/779872-print. [1 April 2011].

3. Japardi, Iskandar. 2002. Radikulopati Thorakalis. [serial online].

http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/1994/1/bedah-iskandar

%20japardi43.pdf. [1 April 2011].

4. American Cancer Society. 2009. Brain and Spinal Cord Tumor in Adults. [serial

online]. http://www.cancer.org/acs/groups/cid/documents/

webcontent/003088-pdf. [4 April 2011].

Page 16: Tumor Medula Spinalis Lengkap

5. Mumenthaler, M. and Mattle, H. 2006. Fundamental of Neurology. New York:

Thieme. Page 146-147.

6. Harrop, D.S. and Sharan, A.D. 2009. Spinal Cord Tumors - Management of

Intradural Intramedullary Neoplasms. [serial online].

http://emedicine.medscape.com/article/249306-print. [1 April 2011].

7. National Institute of Neurological Disorders and Stroke. 2005. Brain and Spinal Cord

Tumors - Hope Through Research. [serial online].

http://www.ninds.nih.gov/disorders/brainandspinaltumors/detail_brainandspinaltumor

s.htm. [1 April 2011].

8. Satyanegara. 2010. Ilmu Bedah Saraf. Edisi IV. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama