Tuhan menciptakan keberagaman bukan untuk saling...

191
ANALISIS PENGEMBANGAN KOMPETENSI PENYULUH AGAMA PADA DITJEN BIMAS ISLAM KEMENTERIAN AGAMA REPUBLIK INDONESIA DALAM MEMELIHARA KERUKUNAN UMAT BERAGAMA Amirulloh, M.Ag Amirulloh, M.Ag ANALISIS PENGEMBANGAN KOMPETENSI PENYULUH AGAMA PADA DITJEN BIMAS ISLAM KEMENTERIAN AGAMA REPUBLIK INDONESIA DALAM MEMELIHARA KERUKUNAN UMAT BERAGAMA 9 786027 775633 Sejarah mencatat, konflik begitu rentan terjadi di indonesia. Perbedaan agama, suku, budaya, bahasa, bahkan perbedaan politik berpotensi menimbukkan konflik. Konflik jika dikelola dengan baik justru sebuah anugerah dari Tuhan yang luar biasa, sebab sesungguhnya Tuhan menciptakan keberagaman bukan untuk saling bermusuhan tapi untuk saling berpegang tangan dan mengambil hikmah dari segala bentuk perbedaan. Keberagaman agama adalah salah satu pemicu konflik yang sering terjadi di negeri ini. Peranan penyuluh agama sebagai pemuka agama dan membimbing masyarakat dengan bahasa agama harusnya juga bisa meredakan serta mencegah konflik yang terjadi di dalam masyarakat yang dibimbingnya. Namun dalam proses perkembangannya penyuluh agama belum mampu secara maksimal meredakan dan mencegah terjadinya konflik di tengah-tengah masyarakat, untuk itu perlu adanya pengembangan kompetensi penyuluh agama untuk memaksimalkan lagi kinerja penyuluh agama terutama dalam menangani konflik, hal ini lah yang melatarbelakangi penelitian ini. Penelitian ini pada dasarnya bertujuan untuk menjelaskan peran dan kompetensi penyuluh agama Islam dalam memelihara kerukunan dan menjaga perdamaian antar umat beragama serta menjelaskan upaya penyuluh agama Islam menjalankan fungsinya dalam menghadapi konflik yang terjadi. Penelitian ini ingin menganalisa bagaimana kompetensi penyuluh agama dengan menggunakan metode kepustakaan, melalui arsip-arsip tentang penyeluh agama yang terdapat di Kementrian Agama diketahui bahwa kinerja penyuluh agama belumlah maksimal serta harus ada regulasi tentang peningkatan kompetensi penyuluh serta kebijakan spesifikasi penyuluh agar mereka lebih konsentrasi dan kompeten dalam mengemban tugasnya terlebih- lebih dalam hal yang berkiatan dengan pencegahan konflik. Pencegahan konflik melalui tangan penyuluh agama dapat dilakukan dengan membentuk penyuluh kerukunan. Penelitian ini kemudian menawarkan gagasan terbentuknya penyuluh kerukunan pada setiap desa melalui kebijakan ditjen bimas islam kementerian agama RI. Gagasan penyuluh kerukunan ini artinya negara memiliki "tentara-tentara" perdamaian yang tugasnya bersama-sama seluruh elemen masyarakat menjaga keharmonisan dan mengembangkan kerukunan umat beragama. ISBN 978 602 7775 63 3

Transcript of Tuhan menciptakan keberagaman bukan untuk saling...

Page 1: Tuhan menciptakan keberagaman bukan untuk saling ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36721/1/EBOOK... · UH A G AMA P AD A DIT JEN BIMAS ISL AM ... 1969 Tentang

ANALISIS PENGEMBANGANKOMPETENSI PENYULUH AGAMAPADA DITJEN BIMAS ISLAMKEMENTERIAN AGAMAREPUBLIK INDONESIADALAM MEMELIHARAKERUKUNANUMAT BERAGAMA

Amirulloh, M.Ag

Am

irulloh

, M.A

g A

NA

LIS

IS P

EN

GE

MB

AN

GA

N K

OM

PE

TE

NS

I PE

NY

UL

UH

AG

AM

A P

AD

A D

ITJ

EN

BIM

AS

ISL

AM

KE

ME

NT

ER

IAN

AG

AM

A R

EP

UB

LIK

IND

ON

ES

IA D

AL

AM

ME

ME

LIH

AR

A K

ER

UK

UN

AN

UM

AT

BE

RA

GA

MA

9 786027 775633

Sejarah mencatat, konflik begitu rentan terjadi di indonesia. Perbedaan agama, suku, budaya, bahasa, bahkan perbedaan politik berpotensi menimbukkan konflik. Konflik jika dikelola dengan baik justru sebuah anugerah dari Tuhan yang luar biasa, sebab sesungguhnya Tuhan menciptakan keberagaman bukan untuk saling bermusuhan tapi untuk saling berpegang tangan dan mengambil hikmah dari segala bentuk perbedaan. Keberagaman agama adalah salah satu pemicu konflik yang sering terjadi di negeri ini. Peranan penyuluh agama sebagai pemuka agama dan membimbing masyarakat dengan bahasa agama harusnya juga bisa meredakan serta mencegah konflik yang terjadi di dalam masyarakat yang dibimbingnya. Namun dalam proses perkembangannya penyuluh agama belum mampu secara maksimal meredakan dan mencegah terjadinya konflik di tengah-tengah masyarakat, untuk itu perlu adanya pengembangan kompetensi penyuluh agama untuk memaksimalkan lagi kinerja penyuluh agama terutama dalam menangani konflik, hal ini lah yang melatarbelakangi penelitian ini. Penelitian ini pada dasarnya bertujuan untuk menjelaskan peran dan kompetensi penyuluh agama Islam dalam memelihara kerukunan dan menjaga perdamaian antar umat beragama serta menjelaskan upaya penyuluh agama Islam menjalankan fungsinya dalam menghadapi konflik yang terjadi. Penelitian ini ingin menganalisa bagaimana kompetensi penyuluh agama dengan menggunakan metode kepustakaan, melalui arsip-arsip tentang penyeluh agama yang terdapat di Kementrian Agama diketahui bahwa kinerja penyuluh agama belumlah maksimal serta harus ada regulasi tentang peningkatan kompetensi penyuluh serta kebijakan spesifikasi penyuluh agar mereka lebih konsentrasi dan kompeten dalam mengemban tugasnya terlebih-lebih dalam hal yang berkiatan dengan pencegahan konflik. Pencegahan konflik melalui tangan penyuluh agama dapat dilakukan dengan membentuk penyuluh kerukunan. Penelitian ini kemudian menawarkan gagasan terbentuknya penyuluh kerukunan pada setiap desa melalui kebijakan ditjen bimas islam kementerian agama RI. Gagasan penyuluh kerukunan ini artinya negara memiliki "tentara-tentara" perdamaian yang tugasnya bersama-sama seluruh e l e m e n m a s y a r a k a t m e n j a g a keharmonisan dan mengembangkan kerukunan umat beragama.

ISBN 978 602 7775 63 3

Page 2: Tuhan menciptakan keberagaman bukan untuk saling ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36721/1/EBOOK... · UH A G AMA P AD A DIT JEN BIMAS ISL AM ... 1969 Tentang

i

ANALISIS PENGEMBANGAN

KOMPETENSI PENYULUH AGAMA PADA

DITJEN BIMAS ISLAM KEMENTERIAN

AGAMA REPUBLIK INDONESIA DALAM

MEMELIHARA KERUKUNAN UMAT

BERAGAMA

Amirulloh, M.Ag

Penerbit YPM

2016

Page 3: Tuhan menciptakan keberagaman bukan untuk saling ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36721/1/EBOOK... · UH A G AMA P AD A DIT JEN BIMAS ISL AM ... 1969 Tentang

ii

Judul buku : ANALISIS PENGEMBANGAN KOMPETENSI PENYULUH

AGAMA PADA DITJEN BIMAS ISLAM KEMENTERIAN

AGAMA REPUBLIK INDONESIA DALAM MEMELIHARA

KERUKUNAN UMAT BERAGAMA

Penulis

Amirulloh, M.Ag

Layout

Juna Excel

ISBN 978-602-7775-63-3

viii+ 182 hlm .; ukuran buku 20,5 x 14,5 cm © Hak Cipta Amirulloh, M.Ag, Oktober 2016

Hak penerbitan dimiliki Young Progressive Muslim. Dilarang mengkopi sebagian atau seluruh isi buku ini dengan cara apapun, termasuk dengan cara penggunaan mesin fotokopi, tanpa izin sah dari penerbit. Young Progressive Muslim Jl. Talas II Pondok Cabe Ilir Pamulang Rt.05 Rw.01 Tangerang Selatan 15418

Page 4: Tuhan menciptakan keberagaman bukan untuk saling ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36721/1/EBOOK... · UH A G AMA P AD A DIT JEN BIMAS ISL AM ... 1969 Tentang

iii

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Ilâhi Rabb al-‘Izzah

yang senantiasa memberikan kekuatan dan

kenikmatan konsistensi sehingga penulis mampu

menyelsaikan penulisan tesis selama satu tahun

lebih. Tentunya tidak mudah bagi penulis untuk

tesis ini menimbang berbagai kesibukan sebagai

PNS pada Direktorat Penerangan Agama Islam

Ditjen Bimas Islam Kementerian Agama RI.

Oleh sebab itu tanpa karunia-Nya tesis ini tidak

akan pernah selesai.

Dalam penyusunannya kemampuan

intelektual yang dimiliki tidaklah cukup terlebih

kemampuan penulis sangatlah minim. Oleh

sebab itu kepada Prof. Dr. H. M. Ridwan

Lubis, MA, saya ucapkan banyak terima kasih

atas waktu dan kesediannya membimbing proses

penulisan tesis yang saya anggap sulit ini.

Selanjutnya rasa terima kasih pula kepada Ibu

Dr. Atiyatul Ulya, MA selaku Ketua Pogram

Pasca Sarjana Fakultas Ushuluddin dan Maulana,

MA selaku sekretaris Program Pasca Sarjana.

Kepada kolega dan sahabat saya angkatan

2012 Program Pasca Sarjana Fakultas

Ushuluddin; Ahmad Baiquni, Helrahmi Yusman,

Page 5: Tuhan menciptakan keberagaman bukan untuk saling ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36721/1/EBOOK... · UH A G AMA P AD A DIT JEN BIMAS ISL AM ... 1969 Tentang

iv

Dwinta Nurlita, Zaenal Muttaqin, Bang Rizal,

Teguh Arafah, Ali Topan, Ustad Albar, Fudhail,

Pak Untung Afandi, Rizqa, dan Nurlaila, saya

ucapkan terima kasih karena terus memberikan

motivasi agar menyelsaikan tesis ini. Khususnya

kepada Baiquni, Helrahmi Yusman, Tegus

Arafah dan Ali Topan yang bersedia membantu,

berdiskusi hingga larut pagi. Tak lupa kepada

sahabat-sahabat di kantor, Pak Dasma, Pak

Lukman, Faiz Fayadl, Ibu Sri Waluyani,

Nasrullah, Jaja Zarkasih, Edi Junaidi, dan

seluruh keluarga besar Direktorat Penerangan

Agama Islam Ditjen Bimas Islam Kementerian

Agama RI.

The last but not the least, tak lupa saya

pun ucapkan banyak terima kasih kepada orang

tua, istri dan anak saya yang dengan tanpa lelah

membantu secara moril dan materil untuk

menyelesaikan penulisan tesis ini. Semoga

engkau berdua berada dalam naungan dan inayah

Allâh swt.

Penulis

Amirulloh, M.Ag

Page 6: Tuhan menciptakan keberagaman bukan untuk saling ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36721/1/EBOOK... · UH A G AMA P AD A DIT JEN BIMAS ISL AM ... 1969 Tentang

v

DAFTAS ISI

KATA PENGANTAR...................................................iii

DAFTAR ISI...................................................................v

BAB I - PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah.......................................1

B. Pembatasan dan Perumusan Masalah ................10

C. Tujuan Penelitian................................................10

D. Tinjauan Pustaka................................................10

E. Metodologi Penelitian........................................12

F. Sistematika Penulisan ........................................13

BAB II - TUGAS POKOK PENYULUH AGAMA

ISLAM DI INDONESIA

A. Pengertian Penyuluh Agama Islam....................17

B. Sejarah Penyuluh Agama Islam..........................18

C. Kompetensi SDM Penyuluh Agama..................28

D. Tugas dan Fungsi Penyuluh Agama Islam.........38

E. Sasaran Penyuluh Agama Islam.........................40

F. Persyaratan Menjadi Penyuluh Agama..............51

G. Kelebihan dan Kekurangan Penyuluh Agama

sekarang..............................................................52

BAB III - REGULASI NEGARA TERHADAP

PERLINDUNGAN UMAT BERAGAMA

A. Kerukunan dan Perlindungan Terhadap Umat

Beragama............................................................57

1. Definisi Kerukunan......................................65

2. Trilogi Kerukunan ........................................70

Page 7: Tuhan menciptakan keberagaman bukan untuk saling ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36721/1/EBOOK... · UH A G AMA P AD A DIT JEN BIMAS ISL AM ... 1969 Tentang

vi

B. Regulasi Kerukunan Umat Beragama ................73

1. Undang-Undang PNPS No. 1 Tahun 1965

Tentang tentang Pencegahan Penyalahgunaan

dan atau Penodaan Agama............................73

2. Surat Keputusan Bersama (SKB) No. 1 Tahun

1969 Tentang Pelaksanaan Tugas Aparatur

Pemerintahan dalam Menjamin Ketertiban

dan Kelancaran Pelaksanaan Pengembangan

dan Ibadat Agama oleh Pemeluk-

pemeluknya...................................................77

3. Peraturan Bersama Menteri (PBM) No. 9 dan

8 Tahun 2006 Tentang Pedoman Pelaksanaan

Tugas Kepala Daerah/Wakil Kepala Daerah

Dalam Pemeliharaan Kerukunan Umat

Beragama, Pemberdayaan Forum Kerukunan

Umat Beragama (FKUB), dan Pendirian

Rumah Ibadat................................................85

4. SKB Menteri Agama, Jaksa Agung dan Menteri

Dalam Negeri No: 03 Tahun 2008 tentang

Masalah JAI.........................................................92

5. Peraturan Pemerintah No 55 Tahun 2007 tentang

Pendidikan Agama dan Pendidikan

Keagamaan..........................................................95

BAB IV - PERAN PENYULUH AGAMA ISLAM

DALAM MENCEGAH KONFLIK ATAS NAMA

AGAMA DI INDONESIA

A. Konflik Agama di Indonesia............................101

B. Peran Penyuluh Agama Islam dalam Penangan

Konflik..............................................................107

Page 8: Tuhan menciptakan keberagaman bukan untuk saling ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36721/1/EBOOK... · UH A G AMA P AD A DIT JEN BIMAS ISL AM ... 1969 Tentang

vii

C. Kebijakan Bimas Islam dalam Penangan Konflik

Umat Beragama................................................126

D. Analisa Kompetensi Penyuluh Agama.............135

E. Gagasan Kompetensi Penyuluh Kerukunan.....157

F. Format Ideal Penyuluh Agama Islam ..............167

BAB V – PENUTUP

A. Kesimpulan.......................................................171

B. Saran.................................................................173

DAFTAR PUSTAKA.................................................175

Page 9: Tuhan menciptakan keberagaman bukan untuk saling ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36721/1/EBOOK... · UH A G AMA P AD A DIT JEN BIMAS ISL AM ... 1969 Tentang

viii

Page 10: Tuhan menciptakan keberagaman bukan untuk saling ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36721/1/EBOOK... · UH A G AMA P AD A DIT JEN BIMAS ISL AM ... 1969 Tentang

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Keberagaman dalam bumi yang satu merupakan

sebuah sunnatullah yang tak bisa dihindari.1 Dengan

kemejemukan tersebut, sulit rasanya untuk menghindari

konflik. Perbedaan suku, ras, agama, budaya pada dasarnya

memiliki potensi tinggi untuk terjadinya konflik.

Konflik2 bernuansa keagamaan merupakan

dinamika dalam kehidupan masyarakat. Konflik jika

dikelola secara baik, ia akan kearah positif, sebaliknya jika

konflik tak dikelola dengan baik, ia akan menimbulkan

petaka dan kekacauan yang berujung kepada kekerasan.3

Keberagaman masyarakat adalah salah satu ciri

utama dari masyarakat multikultural, yaitu sebuah konsep

yang menunjuk kepada suatu masyarakat yang

mengedepankan pluralisme budaya, budaya memiliki

pengertian yang merujuk kepada seluruh aspek simbolik

yang terdapat dalam masyarakat. Kemajemukan yang ada

di Indonesia dapat dilihat dari berbagai segi, dari segi etnis

1 Abdul Moqsith Ghazali, Argumen Pluralisme Agama;

Membangun Toleransi Berbasis Al-Quran (Jakarta; KataKita, 2009) 2 Konflik adalah unsur terpenting dalam kehidupan manusia.

Karena konflik memiliki fungsi positif (Simmel, 1918, Coser, 1957),

konflik menjadi dinamika sejarah manusia (Mark 1880: Ibnu Khaldun,

1332-1406), Konflik menjadi entitas hubungan social

(Weber1918/1947; Dehrenrort,1959), dan konflik adalah bagian proses

pemenuhan kebutuhan dasar menusia (maslow, 1954; Neef, 1987;

Burton 1990; Rosenberg,2003). Lihat di buku Resolusi Konflik

Keagamaan di Berbagai Daerah (Jakarta; Puslitbang Kemenag 2014), 3 Resolusi Konflik Keagamaan di Berbagai Daerah (Jakarta:

Puslitbang Kehidupan Keagamaan Badan Litbang dan Diklat

Kementerian Agama RI, 2014)

Page 11: Tuhan menciptakan keberagaman bukan untuk saling ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36721/1/EBOOK... · UH A G AMA P AD A DIT JEN BIMAS ISL AM ... 1969 Tentang

2

misalnya terdapat berbagai suku di Indonesia ada suku

Melayu ada suku Malanesia yang kemudian membentuk

seratus suku besar dan seribu suku-suku derivativ besar dan

kecil. Dari segi bahasa terdapat ratusan bahasa yang

digunakan diseluruh Nusantara. Dari segi agama terdapat

sejumlah agama besar dunia dan sejumlah kepercayaan

lokal yang tersebar di seluruh wilayah Nusantara.4

Keberagaman agama yang berpotensi menjadi konflik

agama merupakan tantangan bagi bangsa Indonesia untuk

mengelolanya agar kerukunan, hidup yang damai

diupayakan bersama secara sinergi saling bahu membahu

mengisi serta mempercepat kemajuan dan kesejahteraan

bangsa.

Kebijakan Negara Kesatuan Republik Indonesia

terhadap keberagaman dari segi agama tertuang dalam pasal

29 UU 45 dan pasal 28 E dan 28 I UUD 45 hasil

amandemen. Indonesia merupakan bangsa yang percaya

Kepada Tuhan YME yang merupakan inti dari segala

agama, dan menghormati kebebasan setiap warga Negara

untuk memeluk salah satu agama dan beribadat menurut

agama dan kepercayaannya itu, kebebasan beragama ini di

jamin oleh Negara.

Penyuluh agama merupakan salah satu dari dua

jabatan fungsional berada di Kementerian Agama.5

4 M. Atho Mudzar, Merayakan Kebhinekaan Membagun

Kerukunan (Badan Litbang dan Diklat Kementrian Agama RI: Jakarta,

2013) h. 1-2 5 Sampai saat ini menteri Penertiban Aparatur Negara telah

menetapkan sebanyak 115 jabatan fungsional di lingkungan PNS. Dari

115 jabatan fungsional tersebut hanya dua jabatan yang di bina oleh

Kementerian Agama yaitu Penyuluh Agama dan Penghulu. Lihat buku

Mencari Format Ideal Pemberdayaan Penyuluh Agama dalam

Peningkatan Pelayanan Keagamaan (Jakarta; Puslitbang Kehidupan

Keagamaan Badan Litbang dan Diklat Kemenag RI, 2014).

Page 12: Tuhan menciptakan keberagaman bukan untuk saling ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36721/1/EBOOK... · UH A G AMA P AD A DIT JEN BIMAS ISL AM ... 1969 Tentang

3

Penyuluh Agama adalah ujung tombak pemerintah dalam

menyampaikan pesan-pesan agama maupun pesan-pesan

program pemerintah.

Peran penyuluh agama dalam masyarakat

sesungguhnya sangatlah penting. Sebagaimana diketahui

bahwa sebagian masyarakat Indonesia masih memandang

pentingnya sosok ideal sebagai figur atau patron dalam

kehidupannya. Penyuluh agama memilik potensi untuk

didudukan sebagai figur atau tokoh yang dianggap memiliki

banyak pengetahuan keagamaan. Mengacu kepada

pendapat Antoni Giddens tentang teori strukturisasi,

eksistensi penyuluh agama dapat dilihat sebagai agen yang

dapat membentuk struktur dalam masyarakat. Kita dapat

melihat aktifitas para penyuluh agama sebagai praktik atau

tindakan manusia yang berulang-ulang. Artinya aktifitas itu

bukanlah dihasilkan sekali jadi oleh penyuluh agama

sebagai aktor sosial, tetapi secara berkelanjutan mereka

ciptakan ulang melalui cara, dan dengan cara itu meraka

menyatakan diri mereka sebagai aktor.6

Dengan menggunakan teori Giddens, dapat dilihat

bahwa penyuluh agama sebagai agen akan merasionalkan

tindakan mereka dalam arti mengembangkan kebiasaan

sehari-hari yang tak hanya memberikan perasaan aman

kepada actor, tetapi juga memungkinkan mereka

menghadapi kehidupan social mereka secara efisien. Untuk

menumbuhkan motivasi dan melakukan tindakan-tindakan

tersebut, penyuluh agama memerlukan seperangkat aturan-

aturan yang akan menjadi panduan dalam melakukan

tindakan untuk meningkatkan kapasitas formal sebagai

6Kustini, ed., Mencari Format Ideal Pemberdayaan Penyuluh

Agama dalam Peningkatan Pelayanan Keagamaan, (Jakarta; Puslitbang

Kehidupan Keagamaan Badan Litbang dan Diklat Kemenag RI, 2014).

Page 13: Tuhan menciptakan keberagaman bukan untuk saling ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36721/1/EBOOK... · UH A G AMA P AD A DIT JEN BIMAS ISL AM ... 1969 Tentang

4

penyuluh agama. Penyuluh agama harus mengikuti system

dalam arti aturan yang ada dalam struktur sebagai sesuatu

yang memiliki kekuatan memaksa.

Keputusan Menteri Negara Koordinator Bidang

Pengawasan Pembangunan dan Pendayagunaan Aparatur

Negara Nomor 54/KEP/MK.WASPAN/9/1999 tentang

jabatan fungsional penyuluh agama dan angka kreditnya

adalah acuan dasar bagi pernyuluh agama.

Dalam keputusan bersama Menteri Agama RI dan

Kepala Badan Kepegawaian Negara Nomor 574 tahun 1999

dan nomor 178 tahun 1999 tentang jabatan fungsional

penyuluh agama dan angka kreditnya, keputusan bersama

menteri agama RI dan kepala badan kepegawaian Negara

nomor 574 tahun 1999, ada tiga fungsi penyuluh agama

yaitu:

1. Fungsi informatif dan edukatif; penyuluh agama

memposisikan sebagai juru dakwah yang

berkewajiban mendakwahkan ajaran agamanya,

menyampaikan penerangan agama dan mendidik

masyarakat dengan sebaik-baiknya sesuai ajaran

agama

2. Fungsi Konsultatif: penyuluh agama

menyediakan dirinya untuk turut memikirkan dan

memecahkan persoalan-persoalan yang dihadapi

masyarakat, baik secara pribadi, keluarga

maupun sebagai masyarakat umum.

3. Fungsi administratif: penyuluh agama memiliki

tugas untuk merencanakan, melaporkan dan

mengevaluasi pelaksanaan penyuluhan dan

bimbingan yang telah dilakukannya.

Dengan melihat regulasi di atas, penyuluh agama

sebagai komunikator dan motivator dalam masyarakat yang

tentu saja secara teoritik tidak terlepas dari konsep-konsep

Page 14: Tuhan menciptakan keberagaman bukan untuk saling ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36721/1/EBOOK... · UH A G AMA P AD A DIT JEN BIMAS ISL AM ... 1969 Tentang

5

komunikasi. Regulasi tersebut juga secara integral dan ideal

akan menumbuhkan kemampuan professional penyuluh

agama, sehingga komunikasi akan mencapai tujuan. Dalam

konsep psikologi komunikasi, proses komunikasi akan

sukses apabila berhasil menunjukan source credibility atau

menjadi sumber kepercayaan bagi komunikan.

Dari data Kementerian PPN/ Bappenas tahun 2016

jumlah penyuluh PNS dan Non PNS dalam table sebagai

berikut:7

No Penyuluh

Agama

Status Jumlah

PNS Non PNS

(Honorer)

1 Islam 4.676 75.313 79.989

2 Kristen 264 3.577 3.841

3 Katolik 242 4.000 4.242

4 Hindu 154 2.800 2.954

5 Budhha 49 1.534 1.583

Jumlah 5.367 87.324 92.026

7Hadiat, “Peningkatan Peran Penyuluh Agama yang Berkualitas

Dalam Pembangunan Nasional”, Makalah, Jakarta 19 Februari 2016.

Page 15: Tuhan menciptakan keberagaman bukan untuk saling ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36721/1/EBOOK... · UH A G AMA P AD A DIT JEN BIMAS ISL AM ... 1969 Tentang

6

Page 16: Tuhan menciptakan keberagaman bukan untuk saling ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36721/1/EBOOK... · UH A G AMA P AD A DIT JEN BIMAS ISL AM ... 1969 Tentang

7

Dari tabel diatas terlihat jumlah yang cukup banyak

penyuluh agama PNS dan Non PNS yang tersebar di

seluruh wilayah di Nusantara, mereka mengemban tugas

sebagai ujung tombak dalam menyampaikan pesan agama

dan pesan pemerintah.

Peran para penyuluh sangat penting dalam

menyelesaikan konflik antar ataupun internal umat

beragama karena terciptanya kerukunan merupakan amanah

Pancasila dan Undang-undang Republik Indonesia tahun

1945. Pemeliharaan kerukunan bukan hanya tangung jawab

dari penyuluh, tetapi menjadi tangung jawab bersama

masyarakat, pemerintah daerah dan permerintah pusat.

Masyarakat Indonesia terdiri dari berbagai elemen

suku, budaya dan agama menjadi salah satu pemicu

terjadinya konflik. Dilihat dari segi entnis, misalnya ada

suku Melayu dan suku Melanesia yang kemudian

membentuk seratus suku besar dan 1.072 suku-suku

derivatif besar dan kecil. Dari segi Bahasa, bangsa ini

memiliki puluhan bahkan ratusan bahasa. Dilihat dari

agama terdapat sejumlah agama besar dunia dan sejumlah

aliran kepercayaan lokal yang terdapat di seluruh pelusok

nusantara dengan mempunyai ciri khas masing-masing baik

itu berupa sumber daya manusia dan sumber daya ajaran

ataupun ideologi.8

Keberagaman yang ada di Indonesia meniscayakan

terjadinya konflik yang dilatarbelakangi oleh keberagaman

tersebut terutama dalam masalah keberagaman agama.

Agama sebagai sebuah kebenaran mutlak bagi para

pemeluknya terlepas dari bagaimana ajaran agama tersebut

memandang konflik dan perdamaian. Pembenaran tersebut

8 M. Atho Mudzhar, Merayakan Kebhinekaan Membangun

Kerukunan, (Jakarta, Badan Litbang dan Diklat Kementrian Agama RI

2013), h. 1

Page 17: Tuhan menciptakan keberagaman bukan untuk saling ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36721/1/EBOOK... · UH A G AMA P AD A DIT JEN BIMAS ISL AM ... 1969 Tentang

8

pasti akan menyebabkan klaim kebenaran bagi pemeluk

masing-masing agama, yang pada akhirnya menimbulkan

gesekan-gesekan yang tak terhindarkan bagi antar pemeluk

agama.

M. Atho Mudzhar mengatakan bahwa terjadinya

konflik pada masa modern khususnya dalam konteks

Indonesia bukan hanya terjadi antara komunitas yang

memeluk agama berbeda, akan tetapi seringkali juga terjadi

antar dua komunitas yang memeluk agama yang sama. Hal

ini terjadi di bawah payung pemurnian agama atau

pembersihan agama dari upaya atau ajaran sempalan

(heresy)9, salah satu contoh kongkrit konflik yang

disebabkan oleh agama adalah kasus Ahmadiyah yang

terjadi di Tasikmalaya Jawa Barat.

Konflik dan kekerasan berbasis agama di Jawa

Barat berulang kali terjadi. Misalnya saja kasus

penyerangan terhadap Jemaah Ahmadiyah di Kampung

Babakan Sindang, Desa Cipakat, Kecamatan Singaparna

dan Kampung Wanasigra, Desa Tenjowaringin, Kecamatan

Salawu, Kabupaten Tasikmalaya. Jika ditelusuri lagi

konflik Ahmadiyah di Tasikmalaya ini dilatarbelakangi

oleh persoalan-persoalan yang sangat kompleks, padahal

Ahmadi (sebutan untuk warga Ahmadiyah) di Tasikmalaya

sudah bergaul dengan masyarakat di Jawa Barat kurang

lebih selama 60 tahun semenjak 195010

. Jauh-jauh hari

sebelum adanya konflik Ahmadiyah yang berujung

kekerasan ini pemerintah telah melakukan pencegahan

dengan mengeluarkan SKB (Surat Keputusan Bersama)

9 M. Atho Mudzhar, Merayakan Kebhinekaan Membangun

Kerukunan, h. 45 10

Ahmad Syafi’i Mufid (Ed.) Kasus-kasus Aktual Kehidupan

Keagamaan di Indonesia, (Jakarta: Puslitbang Kehidupan Keagamaan,

2014) hal. 54

Page 18: Tuhan menciptakan keberagaman bukan untuk saling ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36721/1/EBOOK... · UH A G AMA P AD A DIT JEN BIMAS ISL AM ... 1969 Tentang

9

yang ditandatangani oleh Menteri Agama, Jaksa Agung dan

Menteri Dalam Negeri No 3 Tahun 2008. Dalam SKB

tersebut dijelaskan bahwa warga Ahmadiyah dilarang

menyebarkan ajaran-ajaran yang menyimpang dari pokok-

pokok ajaran Islam, sementara warga masyarakat dilarang

melakukan tindakan yang melawan hukum terhadap

penganut Ahmadiyah.11

Sekalipun sudah ada pencegahan

dengan adanya SKB tersebut, tetap saja gesekan-gesekan

yang berujung kekerasan terjadi di wilayah ini.

Penyuluh agama seharusnya mempunyai andil

dalam menciptakan perdamaian, sebagaimana yang telah

dijelaskan diatas tentang fungsi penyuluh agama. Penyuluh

agama menyediakan dirinya untuk turut memikirkan dan

memecahkan persoalan-persoalan yang dihadapi

masyarakat, baik secara pribadi, keluarga maupun sebagai

masyarakat umum, serta fungsi fungsi lainnya. Jika

difungsikan dengan benar seharusnya penyuluh agama bisa

mengendalikan, mencegah konflik dan mengupayakan

perdamaian antar umat beragama.

Penyuluh Agama yang tersebar di Indonesia

seharusnya bisa mengupayakan perdamaian dan mencegah

konflik-konflik yang berbasis agama. Namun kenyataanya

masih banyak konflik yang berujung kekerasan. Hal ini lah

yang akhirnya melatarbelakangi penulis melakukan

penelitian dengan judul Analisis Pengembangan

Kompetensi Penyuluh Agama Islam Pada Ditjen Bimas

Islam Kementerian Agama Republik Indonesia Dalam

Memelihara Kerukunan Umat Beragama.

11

Ahmad Syafi’i Mufid (Ed.) Kasus-kasus Aktual Kehidupan

Keagamaan di Indonesia, hal. 54

Page 19: Tuhan menciptakan keberagaman bukan untuk saling ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36721/1/EBOOK... · UH A G AMA P AD A DIT JEN BIMAS ISL AM ... 1969 Tentang

10

B. Pembatasan dan Perumusan Masalah

Mengingat luasnya permasalahan yang terkait

dengan penelitian ini, maka penulis memfokuskan

penelitian ini hanya pada Penyuluh Agama Islam Pegawai

Negeri Sipil (PNS) di bawah Ditjen Bimas Islam

Kementerian RI. Penyuluh Agama Islam tersebar di seluruh

Indonesia, sebagaimana telah dijelaskan terdahulu sebanyak

4.313 orang.

Berdasarkan batasan masalah di atas, maka

penelitian ini diarahkan untuk menjawab pertanyaan:

Pertama: bagaimana peran dan kompetensi

penyuluh agama Islam dalam memeliharakerukunan umat

beragama?

Kedua: Apa upaya yang dilakukan Ditjen Bimas

Islam dalam membekali Penyuluh Agama dalam

memelihara kerukunan umat beragama?

C. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan penelitian ini berdasarkan rumusan

masalah di atas sebagai berikut. Pertama, menjelaskan

peran dan kompetensi Penyuluh Agama Islam dalam

memelihara kerukunan dan menjaga perdamaian antar umat

beragama. Kedua, menjelaskan upaya Penyuluh Agama

Islam menjalankan fungsinya dalam menghadapi konflik

yang terjadi dan menjelaskan kompetensi Penyuluh Agama

Islam.

Secara akademik, penelitian ini menjadi sumbangan

bagi pemikiran tentang kerukunan umat beragama,

khusunya di Indonesia. Selain itu, penelitian ini juga dapat

menjadi masukan bagi Kementerian Agama RI untuk

memformulasikan kebijakan terkait kerukunan beragama.

D. Tinjauan Pustaka

Kajian mengenai upaya memelihara kerukunan

umat beragama bukan sesuatu hal yang baru, terdapat

Page 20: Tuhan menciptakan keberagaman bukan untuk saling ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36721/1/EBOOK... · UH A G AMA P AD A DIT JEN BIMAS ISL AM ... 1969 Tentang

11

banyak kajian terdahulu yang berkaitan dengan kerukunan,

diantaranya adalah Resolusi Konflik Keagamaan di

Berbagai Daerah (Editor: Haidlor Ali) yang diterbitkan

oleh Kementrian Agama RI tahun 2014, Memelihara

Harmoni dari Bawah: Peran Kelompok Keagamaan dalam

Pemeliharaan Kerukunan Umat Beragama (Editor: Bashori

A. Hakim) yang diterbitkan oleh Kementrian Agama Ri

tahun 2014, Pelangi Agama di Ufuk Indonesia: Fakta dan

Cerita Kerukunan Beragama (Editor: Wawan Djunaedi &

Ida Ahdiah) yang diterbitkan oleh Kementrian Agama RI

tahun 2014, M. Atho Mudzhar dengan tulisannya yang

berjudul Merayakan Kebhinekaan Membangun Kerukunan

(2013), Bahrul Hidayat dengan bukunya yang berjudul

Mengelola Kemajemukan Umat Beragama (2012) dan

banyak buku-buku lainnya yang membahas tema yang

terkait dengan kerukunan.

Sedangkan kajian terdahulu yang terkait dengan

tema penyuluh agama juga bukanlah kajian baru,

sebelumnya sudah terdapat banyak penelitian yang terkait

dengan tema ini, misalnya saja Mencari Format Ideal

Pemberdayaan Penyuluh Agama dalam Peningkatan

Pelayanan Keagamaan (Editor: Kustini) yang diterbitkan

oleh Kementrian Agama RI tahun 2014, Pencegahan

Penyalahgunaan Narkoba Berbasis Penyuluh Agama

Islam(2011) dan masih banyak penelitian-penelitian lainnya

yang terkait dengan tema penyuluh. Kemudian yang

menjadi titik beda antara penelitian ini dengan penelitian

yang terdahulu adalah bahwa kerukunan umat beragama

dalam penelitian ini diupayakan terwujud melalui

penyuluh-penyuluh agama serta mengkaji kompetensi

Penyuluh Agam Islam, oleh sebab itu penelitian ini menjadi

penelitian yang baru dan berbeda dari penelitian-penelitian

sebelumnya.

Page 21: Tuhan menciptakan keberagaman bukan untuk saling ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36721/1/EBOOK... · UH A G AMA P AD A DIT JEN BIMAS ISL AM ... 1969 Tentang

12

E. Metodologi Penelitian

Dalam penelitian ini, penulis menggunakan metode

penelitian kualitatif. Sesuai dengan judul tesis yaitu

Analisis Pengembangan Kompetensi Penyuluh Agama

Islam Pada Ditjen Bimas Islam Kementerian Agama

Republik Indonesia Dalam Memelihara Kerukunan Umat

Beragama maka penelitian ini dimaksudkan menjelaskan

peran Penyuluh Agama Islam dalam menciptakan dan

memelihara kerukunan umat beragama. Sumber data

penelitian ini adalah studi kepustakaan, dokumen terkait,

serta wawancara dengan Penyuluh Agama Islam. Adapun

teknik pengumpulan data pada penelitian ini dilakukan

antara lain dengan:

a. Studi Pustaka. teknik ini dilakukan dengan

pengumpulan data serta analisa-analisa bacaan

yang memiliki hubungan dan kaitan dengan pokok

pembahasan penulis, dengan tujuan memperoleh

data-data primer dan sekunder.Adapun sumber-

sumber bacaan meliputi buku-buku tentang

perbandingan agama, kerukunan umat beragama,

dan regulasi yang mengaturnya.

b. Dokumentasi. Data-data seperti rekaman, foto dan

catatan penulis akan sangat membantu dalam

proses penelitian ini. Oleh karenanya, penulis turut

menggunakan teknik dokumentasi dalam

penelitian ini. 12

Untuk menganalisa data yang penulis kumpulkan,

penulis menggunakan teknik analisa data berlangsung dan

mengalir (flow model analisis). Merujuk pada paparan

Mukhtar, untuk menggunakan teori analisis ini, penulis

12

Natasha Mack. dkk, Qualitative Reserch Methods: A Data

Celloctor Field Guide, (California: Family Health International, 2005),

h. 29

Page 22: Tuhan menciptakan keberagaman bukan untuk saling ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36721/1/EBOOK... · UH A G AMA P AD A DIT JEN BIMAS ISL AM ... 1969 Tentang

13

melakukan empat tahapan, yakni: pengumpulan data,

reduksi data, display data dan verifikasi atau menarik

kesimpulan.

a. Pengumpulan data,yaitu data-data yang penulis

kumpulkan selama penelitian ini. Data-data

tersebut diperoleh dari studi pustaka, wawancara

dan studi dokumentasi.

b. Reduksi data yaitu meringkas data-data yang

penulis kumpulkan agar menjadi lebih fokus dan

tajam, atau narrow and dept.

c. Display data yaitu menyusun berbagai informasi

secara sistematis.

d. Verifikasi atau menarik kesimpulan, yaitu hasil

akhir dari analisis data-data yang penulis

kumpulkan dalam penelitian ini.13

Sedangkan teknik penulisannya dan transliterasi

sepenuhnya menggunakan buku Pedoman Akademik

Penulisan Skripsi, Tesis, dan Disertasi UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta tahun 2013.

F. Sistematika Penulisan

Untuk mepermudahkan dan memperoleh gambaran

yang utuh, penulis akan mengulas dan memaparkan tesis ini

dengan sistematika dibawah ini:

Pada bab pertama akan membahas tentang

pendahuluan yang didalamnya terdapat latar belakang

masalah, latar belakang masalah ini adalah penjelasan yang

utuh terhadap hal-hal yang melatarbelakangi penelitian ini.

Selanjutnya identifikasi masalah, yang di dalamnya

terdapat pertanyaan-pertanyaan yang menjadi kajian

penelitian ini, sedangkan perumusan dan batasan masalah

13

Mukhtar, Bimbingan Skripsi, Tesis dan Artikel Ilmiah: Panduan

Berbasis Penelitian Kualitatif Lapangan dan Perpustakaan, (Ciputat,

Gaung Persada Press, 2009), h. 141

Page 23: Tuhan menciptakan keberagaman bukan untuk saling ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36721/1/EBOOK... · UH A G AMA P AD A DIT JEN BIMAS ISL AM ... 1969 Tentang

14

adalah batasan masalah yang menjadi fokus penelitian.

Kemudian dalam pendahuluan ini disebutkan tujuan dan

manfaat penelitian dimana keduanya berisi tentang tujuan

dan hasil yang dicapai oleh penelitian ini. Selanjutnya

metodologi penelitian dicantumkan sebagai acuan bagi

penulis dalam melakukan penelitian. Terakhir dalam

pendahuluan penelitian ini dijelaskan sistematika penulisan

yang berisi tentang gambaran singkat tentang apa saja yang

akan dibahas dalam penelitian “Analisis Pengembangan

Kompetensi Penyuluh Agama Islam Pada Ditjen Bimas

Islam Kementerian Agama Republik Indonesia Dalam

Memelihara Kerukunan Umat Beragama”.

Bab II berisi tentang tugas pokok penyuluh Agama

Islam di Indonesia yang meliputi: Pengertian penyuluh

agama, Kompetensi SDM Penyuluh Agama Islam, Tugas,

Fungsi serta sasaran penyuluh agama, Data dan Potensi

Penyuluh Agama Islam di Indoensia dan menjelaskan

potensi penyuluh dakwah dan kerukunan. Dalam bab ini

juga dijelaskan tentang kualifikasi atau syarat-syarat yang

harus dipenuhi menjadi Penyuluh Agama serta kekurangan

dan kelebihan Penyuluh Agama sekarang sebagai bahan

pertimbangan dan evaluasi dalam analisis kompetensi

Penyuluh Agama.

Bab III berisi tentang kerukunan dan perlindungan

terhadap umat beragama. Selain itu juga dipaparkan

Regulasi kerukunan umat beragama, dengan menguraikan:

pertama, Undang-Undang PNPS No. 1 Tahun 1965

Tentang tentang Pencegahan Penyalahgunaan dan atau

Penodaan Agama. Kedua, Surat Keputusan Bersama (SKB)

No. 1 Tahun 1969 Tentang Pelaksanaan Tugas Aparatur

Pemerintahan dalam Menjamin Ketertiban dan Kelancaran

Pelaksanaan Pengembangan dan Ibadat Agama oleh

Pemeluk-pemeluknya. Ketiga, Peraturan Bersama Menteri

Page 24: Tuhan menciptakan keberagaman bukan untuk saling ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36721/1/EBOOK... · UH A G AMA P AD A DIT JEN BIMAS ISL AM ... 1969 Tentang

15

(PBM) No. 9 dan 8 Tahun 2006 Tentang Pedoman

Pelaksanaan Tugas Kepala Daerah/Wakil Kepala Daerah

Dalam Pemeliharaan Kerukunan Umat Beragama,

Pemberdayaan Forum Kerukunan Umat Beragama

(FKUB), dan Pendirian Rumah Ibadat.

Bab IV akan dipaparkan tentang konflik bernuansa

agama yang terjadi di Indonesia. Selanjutnya disinggung

peran Penyuluh Agama Islam dalam penangan konflik yang

menurut penulis masih belum maksimal. Dalam bab ini

juga dipaparkan tentang kebijakan Bimas Islam dalam

penangan konflik umat beragama. Dan bab ini diakhiri

dengan format ideal Penyuluh Agama Islam serta draft

kompetensi penyuluh kerukunan.

Bab V berisi berisi kesimpulan, penutup, saran dan

rekomendasi penelitian ini.

Page 25: Tuhan menciptakan keberagaman bukan untuk saling ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36721/1/EBOOK... · UH A G AMA P AD A DIT JEN BIMAS ISL AM ... 1969 Tentang

16

Page 26: Tuhan menciptakan keberagaman bukan untuk saling ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36721/1/EBOOK... · UH A G AMA P AD A DIT JEN BIMAS ISL AM ... 1969 Tentang

17

BAB II

TUGAS POKOK PENYULUH AGAMA ISLAM DI

INDONESIA

A. Pengertian Penyuluh

Secara bahasa kata penyuluh berasal dari kata

“suluh” yang berarti barang yang dipakai untuk menerangi

(biasa dibuat dari daun kelapa yang kering atau damar)

“obor”.1 Dalam pengertian umum penyuluhan adalah salah

satu bagian dari ilmu sosial yang mempelajari sistem dan

proses perubahan pada individu serta masyarakat agar dapat

terwujud perubahan yang lebih baik sesuai dengan yang

diharapkan (Setiana. L. 2005). Penyuluhan juga dapat

dipandang sebagai suatu bentuk pendidikan untuk orang

dewasa.Dalam bukunya A.W. Van Den Ban dkk.(1999)

dituliskan bahwa penyuluhan merupakan keterlibatan

seseorang untuk melakukan komunikasi informasi secara

sadar dengan tujuan membantu sesamanya memberikan

pendapat sehingga bisa membuat keputusan yang benar2.

Dengan penyuluhan diharapkan terjadi peningkatan

pengetahuan, keterampilan dan sikap.Pengetahuan

dikatakan meningkat bila terjadi perubahan dari tidak tahu

menjadi tahu dan yang sudah tahu menjadi lebih

tahu.Keterampilan dikatakan meningkat bila terjadi

perubahan dari yang tidak mampu menjadi mampu

melakukan suatu pekerjaan yang bermanfaat. Sikap

dikatakan meningkat, bila terjadi perubahan dari yang tidak

mau menjadi mau memanfaatkan kesempatan-kesempatan

yang diciptakan. (Ibrahim, et.al, 2003:1-2).

1Lihat: Pusat Bahasa, Kamus Besar Bahasa Indonesia ,

(Jakarta: PT.Gramedia Pustaka Utama) h. 719 2Kementrian Agama RI, Naskah Akademik Bagi Penyuluh

Agama (Puslitbang Kehidupan Keagamaan: Jakarta, 2015) h.7

Page 27: Tuhan menciptakan keberagaman bukan untuk saling ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36721/1/EBOOK... · UH A G AMA P AD A DIT JEN BIMAS ISL AM ... 1969 Tentang

18

Sedangkan pengertian penyuluhan merujuk

kepada Undang-undang No. 16 Tahun 2006 tentang Sistem

Penyuluhan Pertanian, Perikanan dan Kehutanan ( SP3K)

adalah proses pembelajaran bagi pelaku utama serta pelaku

usaha agar mau dan mampu menolong dan

mengorganisasikan dalam mengakses informasi informasi

pasar, teknologi, permodalan dan sumber daya lainnya

sebagai upaya untuk meningkatkan produktivitas, efisiensi

usaha, pendapatan dan kesejahteraannya serta

meningkatkan kesadaran dalam pelestarian fungsi

lingkungan hidup.3

Sebagaimana tercantum dalam Keputusan Menteri

Agama RI nomor 79 Tahun 1985 dan Keputusan Menteri

Agama RI Nomor 164 Tahun 1996 Penyuluh Agama adalah

pembimbing umat beragama dalam rangka pembinaan

mental, moral dan ketaqwaan kepada Tuhan Yang Maha

Esa. Penyuluh agama Islam adalah pembimbing umat Islam

dalam rangka pembinaan mental, moral, dan ketaqwaan

kepada Tuhan Yang Maha Esa dan memberikan pengertian

dan penjabaran tentang segala aspek pembangunan melalui

bahasa agama.4

B. Sejarah Penyuluh Agama Islam

Penyuluh Agama di Indonesia dalam perkembangan

sejarahnya, pertama kali dilaksanakan oleh para Pemuka

agama yaitu ulama, muballigh, ustadz dan kiyai yang

menyampaikan langsung ceramah agama kepada

3Kementrian Agama RI, Naskah Akademik Bagi Penyuluh

Agamah. 8 4Hilmi M, Oprasional Penyuluh Agama, (Jakarta: Departemen

Agama, 1997), h. 7

Page 28: Tuhan menciptakan keberagaman bukan untuk saling ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36721/1/EBOOK... · UH A G AMA P AD A DIT JEN BIMAS ISL AM ... 1969 Tentang

19

masyarakat5. Sebelum Indonesia merdeka, penyuluhan

tentang keagamaan bisa dikatakan sebagai sebuah gerakan

tersembunyi, pernyataan ini didasarkan kepada kenyataan

bahwa para ulama atau pemuka agama pada masa ini

dianggap sebagai ancaman besar oleh para penjajah, karena

disamping berdakwah tentang ajaran agama mereka juga

ikut memotivasi jemaahnya untuk merebut kemerdekaan

Indonesia.

Dalam perkembangan sejarah, sejak zaman revolusi

fisik, para pemuka agama khusunya ulama menfatwakan

wajib hukumnya berjuang dalam merebut kemerdekaan

dengan jalan apapaun. Pemuka agama selalu di depan

memimpin barisan, berjuang berserta rakyat melawan

penjajah. Sampai akhirnya bersama kekuatan lain mencapai

kemerdekaan, serta mempertahankan kemerdekaan menjadi

negara yang merdeka dan berdaulat.6

Kegiatan dakwah penyuluhan agama dilakukan

melalui pengajian, tabligh, dakwah baik di rumah-rumah,

musholla/langgar/surau, mesjid maupun tempat-tempat

lainnya. Kegiatan lainnya dilakukan dalam bentuk

pesantren maupun sekolah madrasah (sekarang lebih

dikenal dengan Taman Pendidikan Al-quran (TPA) atau

sekolah Madrasah Diniyah (MDA)). Ditempat-tempat

seperti ini lah berbagai ilmu pengetahuan agama Islam

disampaikan oleh para pemuka agama, selain itu mereka

juga menyampaikan masalah kemasyarakatan dan

memberikan bimbingan dalam kehidupan sehari-hari secara

5Direktorat Penerangan Agama Islam Subdit Bimbingan dan

Penyuluhan Agama Islam, Penyuluh Agama Islam dari Masa ke Masa,

h. 2 6 Direktorat Penerangan Agama Islam Subdit Bimbingan dan

Penyuluhan Agama Islam, Penyuluh Agama Islam dari Masa ke Masa,

h. 2

Page 29: Tuhan menciptakan keberagaman bukan untuk saling ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36721/1/EBOOK... · UH A G AMA P AD A DIT JEN BIMAS ISL AM ... 1969 Tentang

20

langsung. Kegiatan ini sudah lama berlangsung, dimulai

sejak awal masuknya Islam di Indonesia.7

Pemuka agama selaku pembimbing masyarakat

tentunya mempunyai pengaruh yang kuat dalam

masyarakat, selain sebagai tauladan umat, mereka juga

dijadikan barometer, sehingga arahannya menjadi pijakan

hukum yang mengikat di masyarakat.8

Dalam masa kemerdekaan usaha bimbingan

masyarakat terus dilakukan, baik berupa bimbingan

keagamaan maupun bimbingan dalam bidang

kemasyarakatan dalam rangka membangun bangsa yang

sejahtera, pada masa ini penyuluh agama Islam bekerja

ikhlas tanpa pamrih.

Pada tahun 1961, di masa orde lama para penyuluh

agama Islam diangkat dengan Putusan Menteri Agama

tertanggal 18 Juni 1961 No.K/1/9395, menjadi Guru Agama

Honorer (GAH), bekerja memberikan penyuluhan, selain

masyarakat juga di panti-panti Sosial serta lembaga

pemasyarakatan hingga tahun 1985.9

Pada masa selanjutnya, dengan dikeluarkannya

Keputusan Menteri agama Republik Indonesia nomor 79

tahun 1985 bahwa pemuka agama Islam yangmemberikan

bimbingan kepada masyarakat diangkat oleh pemerintah

(negara) sebagai penyuluh agama honorer (PAH), kepada

mereka diberikan uang ikatan silaturahmi, berupa

honorarium Penyuluh Agama Muda Rp. 8000,- (delapan

7 Hilmi M, Oprasional Penyuluh Agama, h. 20

8 Hilmi M, Oprasional Penyuluh Agama, h. 25

9 Hilmi M, Oprasional Penyuluh Agama, h. 30

Page 30: Tuhan menciptakan keberagaman bukan untuk saling ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36721/1/EBOOK... · UH A G AMA P AD A DIT JEN BIMAS ISL AM ... 1969 Tentang

21

ribu Rupiah) dan utama Rp 12.000,- perbulan perorang,

ditambah transport Rp 8.000,-/bulan/orang.10

Mulai saat itu tugas penyuluh agama Islam adalah

melaksanakan bimbingan penerangan serta pengarahan

kepada masyarakat dalam bidang keagamaan maupun

kemasyarakatan. Tujuannya agar masyarakat mengerti akan

ajaran agama Islam dan kemudian mendrong untuk

melaksanakan dengan sebaik-baiknya.11

Peranan bimbingan

agama Islam pada masyarakat ini kemudian berkembang

tidak hanya di lingkungan masyarakat, tetapi lebih luas

meliputi kelompok-kelompok lain seperti karyawan

pemerintah dan swasta, masyarakat transmigrasi, lembaga

pemasyarakatan, generasi muda, pramuka, masyarakat

industri, kelompok profesi, masyarakat kampus (akademis),

kelompok perhotelan, masyarakat komplek perumahan

(asrama, perumahan umum, khusus, real estate, apartemen

dll), inrehabilitasi/pondok sosial, kelompok masyarakat

khusus, masyarakat pasar tradisional dan modern.12

Program penyuluh agama Islam kemudian sangat

digalakkan pasca terjadinya gerakan 30 September 1966

yang dikenal dengan G.30 S/PKI, karena program

penyuluhan ini lebih memberikan nilai ketahanan mental

dan ketakwaan kepada Allah SWT, Tuhan Yang Maha Esa

baik bagi anggota masyarakat maupun segenap aparatur

10

Direktorat Penerangan Agama Islam Subdit Bimbingan dan

Penyuluhan Agama Islam, Penyuluh Agama Islam dari Masa ke Masa,

h. 2 11

Direktorat Penerangan Agama Islam Subdit Bimbingan dan

Penyuluhan Agama Islam, Penyuluh Agama Islam dari Masa ke Masa,

h. 2-3 12

Direktorat Penerangan Agama Islam Subdit Bimbingan dan

Penyuluhan Agama Islam, Penyuluh Agama Islam dari Masa ke Masa,

h. 3

Page 31: Tuhan menciptakan keberagaman bukan untuk saling ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36721/1/EBOOK... · UH A G AMA P AD A DIT JEN BIMAS ISL AM ... 1969 Tentang

22

negara yang beragama Islam.13

Ada dua sasaran penyuluh

yang sangat strategis pada masa ini, diantaranya ialah:

1. Memberikan kesadaran kepada masyarakat bahwa

ajaran komunisme yang atheis tidak cocok untuk

hidup di bumi Indonesia.

2. Bahwa jiwa Pancasila yang hidup dalam kalbu

bangsa dan rakyat Indonesia, yang mayoritas

beragama Islam hampir 97 persen saat itu, harus

diperkuat melalui ketahanan mental rohaniyahnya

dengan taqwa kepada Allah SWT, Tuhan yang

Maha Esa.14

Kegiatan penyuluh agama Islam ini, makin tumbuh

subur dalam masyarakat dan kelembagaan negara, sehingga

timbul badan-badan atau Organisasi Pembina Rohani Islam,

baik secara struktur resmi maupun tidak resmi, yang

kemudian dikenal dengan Bimbingan Rohani Islam;

Babinrohis/Bintal/Rawatan Rohani Islam dan lainnya.

Dan kemudian dalam rangka penguatan penyuluh

agama Islam, maka disempurnakan melalui Surat

Keputusan Menteri Agama dengan KMA, nomor 64 Tahun

1996 tanggal 26 April 1996. Pada masa pembangunan (orde

baru) peran penyuluh agama sangat penting, mengingat

beberapa hal pokok diuraikan sebagai berikut:

1. Pembangunan memerlukan partisipasi masyarakat

dan umat beragama perlu dimotivasi untuk berperan

secara aktif menyukseskan pembangunan.

13

Direktorat Penerangan Agama Islam Subdit Bimbingan dan

Penyuluhan Agama Islam, Penyuluh Agama Islam dari Masa ke Masa,

h. 3 14

Direktorat Penerangan Agama Islam Subdit Bimbingan dan

Penyuluhan Agama Islam, Penyuluh Agama Islam dari Masa ke Masa,

h. 4

Page 32: Tuhan menciptakan keberagaman bukan untuk saling ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36721/1/EBOOK... · UH A G AMA P AD A DIT JEN BIMAS ISL AM ... 1969 Tentang

23

2. Umat beragama merupakan salah satu modal dasar

pembangunan, oleh karena itu perlu dimanfaatkan

seefektif mungkin sebagai pelaku dan pelaksana

pembangunan.

3. Agama merupakan motivator pembangunan, oleh

karena itu ajaran agama harus dapat menggugah dan

merangsang umatnya untuk berbuat dan beramal

shaleh, guna tercapainya kesejahteraan jasmani dan

rohani.

4. Media penyuluhan agama Islam, merupakan sarana

dan modal melaksanakan peningkatan, partisipasi

masyarakat dalam pembangunan, sebagai pendorong

alat utamannya adalah ajaran agama yang

memotivasi masyarakat untuk berlomba dalam

beramal shaleh, membangun bangsa dan negara

republik Indonesia.15

Selanjutnya dalam keputusan Menteri Agama nomor

164 tahun 1996 tanggal 26 april 1996, penyuluh agama

dibagi dalam 3 (tiga) Klasifikasi:

1. Penyuluh Agama Muda

Penyuluh Agama ini di SK kan langsung

oleh Kanwil ,bertugas di pedesaan

(kelurahan/kecamatan), yang meliputi masyarakat

transmigrasi, masyarakat terasing, kelompok

pemuda/remaja (karang taruna) dengan batas

wilayah kabupaten.

2. Penyuluh Agama Madya

Penyuluh Agama ini di SK kan langsung

oleh Kanwil, bertugas dilingkungan perkotaan yang

meliputi kelompok pemuda/remaja (karang taruna),

15

Direktorat Penerangan Agama Islam Subdit Bimbingan dan

Penyuluhan Agama Islam, Penyuluh Agama Islam dari Masa ke Masa,

h. 4

Page 33: Tuhan menciptakan keberagaman bukan untuk saling ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36721/1/EBOOK... · UH A G AMA P AD A DIT JEN BIMAS ISL AM ... 1969 Tentang

24

masyarakat industri, kelompok profesi, daerah

rawan, lembaga pemasyarakatan, rehabilitasi sosial,

instansi pemerintah dan swasta serta kelompok

masyarakat lainnya, dilingkungan kabupaten/kota

dan ibukota provinsi.

3. Penyuluh agama Utama

Penyuluh Agama ini di SK kan langsung

oleh Dirjen Bimas, bertugas dilingkungan para

pejabat instansi, pemerintah maupun swasta,

kelompok profesi dan kelompok ahli dalam berbagai

bidang, wilayah kerja se-indonesia.

Pengklasifikasian PAI berdasarkan tingkatan jabatan

ini saja pada dasarnya belum cukup memaksimalkan

kenerja PAI di tengah beragamnya bentuk penyuluhan

agama yang dibutuhkan masyarakat, untuk itu perlu

diadakan juga pengklasifikasian PAI berdasarkan

spesialisasi, misalnya PAI spesialisasi bidang Narkoba, PAI

spesialisasi bidang Keluarga Sakinah, PAI spesialisasi

bidang kerukunan dan bidang-bidang lainnya.

Pengklasifikasian berbasis spesialisasi ini diharapkan bisa

membantu kefektifan dan memaksimalkan kinerja PAI

kedepannya.

Honorarium penyuluh agama:

1. Penyuluh Agama Muda sebesar Rp 40.000,-

./bulan/orang

2. Penyuluh Agama Madya sebesar Rp 50.000,-

./bulan/orang

3. Penyuluh Agama Utama sebesar Rp 60.000,-

./bulan/orang

Page 34: Tuhan menciptakan keberagaman bukan untuk saling ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36721/1/EBOOK... · UH A G AMA P AD A DIT JEN BIMAS ISL AM ... 1969 Tentang

25

Besarnya biaya transport sama sebesar Rp. 200.000,-

/bulan/orang.16

Pada era reformasi diterbitkan surat keputusan

menteri agama (KMA) republik Indonesia nomor 123 tahun

2008, tanggal 15 September 2008, yang merubah pasal 10

(masalah honorarium dan Transport) dari KMA nomor 164

tahun 1996, menjadi sama semua tingkatan Muda, Madya

dan Utama mendapat uang lelah sebesar Rp 100.000,-

(seratus ribu rupiah) perbulan perorang.

Selanjutnya diubah dengan Peraturan Menteri

Agama (PMA) yang baru nomor 150 tahun 2011 tanggal 5

september 2011, sama hanya merubah honorarium pasal 10

dari KMA no. 164 tahun 1996 menjadi sama semua

tingkatan Muda, Madya dan Utama sebesar Rp 10.000,0

/blan/orang.

Sedangkan untuk penyuluh Agama PNS, mulai

digagas sejak tahun 1990, melalui Direktorat Jenderal

Bimbingan Masyarakat Islam dan Urusan Haji yang

sekarang adalah Direktorat Jenderal Bimbingan Masyarakat

Islam, Direktorat Penerangan Agama Islam berkat

keberhasilan pelaksanaan Opresional Penyuluh Agama,

berupaya keras guna mewujudkan jabatan fungsional

penyuluh agama mencapai hasilnya, dengan terbitnya

berbagai keputusan yang menyangkut jabatan fungsional

penyuluh agama yaitu:

1. Kepres No. 87 tahun 1999, tanggal 30 juni 1999,

tentang daftar Rumpun Jabatan Fusngsional dan

Penjelasannya.

16

Direktorat Penerangan Agama Islam Subdit Bimbingan dan

Penyuluhan Agama Islam, Penyuluh Agama Islam dari Masa ke Masa,

h. 5

Page 35: Tuhan menciptakan keberagaman bukan untuk saling ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36721/1/EBOOK... · UH A G AMA P AD A DIT JEN BIMAS ISL AM ... 1969 Tentang

26

2. Keputusan Menko Wasbang, pan no.

54/kep/MK.WASPAN/09/1999, tanggal 30

September 1999. Tentang petunjuk pelaksanaan

jabatan fungsional penyuluh agama dan angka

kreditnya.

3. Keputusan Menteri Agama dan Ka. BKN No.74 dan

178 tahun 1999, tanggal 13 Oktober 1999, tentang

pelaksanaan jabatan fungsional penyuluh agama dan

angka kreditya.

4. Keputusan Menteri Agama RI nomor 516 tahun

2003 tentang petunjuk teknis pelaksanaan Jabatan

Fungsional penyuluh agma dan angka kreditnya.17

Dengan terbitnya keputusan diatas pada tahun 1999

mulailah ada penyuluh agama Islam fungsional (penyuluh

agama Islam PNS).Angkatan pertama penyuluh agama

Islam PNS, berasal dari infasing eselon V (kasubsi), baik

yang berada di Kanwil maupun di Kandepag kab/kota

sesuai SK Menko Wasbang pan no. 54.kep/MK-

WASPAN/9/1999, pasal 22 bab VII. 18

Dari penjelasan tentang sejarah Penyuluh Agama

Islam di atas, diketahui bahwa cikal bakal Penyuluh Agama

Islam adalah para ulama sebagai pemuka agama yang

kemudian secara perlahan berkembang sampai akhirnya

terbentuk Penyuluh Agama Islam baik PNS maupun

Honorer. Dalam perkembangannya, Penyuluh Agama Islam

berupaya hadir di tengah masyarakat dan memenuhi

17

Direktorat Penerangan Agama Islam Subdit Bimbingan dan

Penyuluhan Agama Islam, Penyuluh Agama Islam dari Masa ke Masa,

h. 6 18

Direktorat Penerangan Agama Islam Subdit Bimbingan dan

Penyuluhan Agama Islam, Penyuluh Agama Islam dari Masa ke Masa,

h. 6

Page 36: Tuhan menciptakan keberagaman bukan untuk saling ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36721/1/EBOOK... · UH A G AMA P AD A DIT JEN BIMAS ISL AM ... 1969 Tentang

27

kebutuhan masyarakat yang berkaitan dengan penyuluhan

agama, pemerintah pun berusaha memaksimalkan kinerja

penyuluh sesuai dengan kebutuhan masyarakat terhadap

penyuluhan agama dengan menempatkan beberapa

penyuluh di setiap kecamatan baik itu PNS ataupun

honorer, dan yang menjadi kendala disini adalah

pengangkatan Penyuluh Agama Honorer, pengangkatan

PAH kebanyakan hanya berdasarkan kedekatan dan

ketokohan saja19

,dengan kata lain latar belakang pendidikan

masih dikesampingan dalam hal ini. Sedangkan latar

belakang pendidikan penyuluh PNS rata-rata berpendidikan

formal Sarjana (S1), dengan latar belakang seperti ini sudah

dapat dikatakan cukup sebagai bekal menjadi penyuluh

agama20

, akan tetapi dalam rangka mencari format ideal

PAI perlu adanya peningkatan pengetahuan dengan

diadakannya program seminar tentang tema-tema

kemasyarakatan bagi PAI seta peluang beasiswa S2 dan S3.

Dalam rangka meningkatkan kinerja PAI

kedepannya juga diperlukan meningkatkan upah atau gaji

bagi PAH, sebagaimana yang telah dijelaskan di atas bahwa

honorarium PAH jauh di bawah Upah Minimum Regional

(UMR). Minimnya honorarium ini tentunya berdampak

sekali terhadap kinerja PAH, karena ketidakseimbangan

antara tanggung jawab yang di emban dengan hak yang

diterima, kedepannya pemerintah diharapkan

memperhitungkan lagi honorarium bagi PAH.

19

Kustini, Mencari Format Ideal Pemberdayaan Penyuluh

Agama (Badan Litbang dan Diklat Kementrian Agama RI: Jakarta,

2014) h. 15 20

Kustini, Mencari Format Ideal Pemberdayaan Penyuluh

Agama h. 15

Page 37: Tuhan menciptakan keberagaman bukan untuk saling ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36721/1/EBOOK... · UH A G AMA P AD A DIT JEN BIMAS ISL AM ... 1969 Tentang

28

C. Kompetensi SDM Penyuluh Agama

a. Pengertian Kompetensi Kompetensi merupakan suatu konsep yang

berhubungan dengan pekerjaan seseorang.Sekurangnya ada

dua kelompok definisi terkait kompetensi ini. Pertama,

menyatakan bahwa kompetensi dibangun dari karakteristik

seseorang yang dipersiapkan untuk menjalankan pekerjaan

(baik tugas maupun tuntutan profesi) secara efektif,

sehingga ukuran keumuman dari kesiapan kerja seseorang

menjadi unsur yang dominan. Hal ini sebagaimana

disampaikan oleh Spencer and Spencer (1993), Imran dan

Ganang 1999 diacu dalam Winaryanto et al.(2011),maupun

Culp etal.(2007).n. Kedua, memberikan penekanan khusus

bahwa kompetensi terdiri dari kombinasi berbagai unsur

seperti karakteristik personal, pengetahuan, sikap dan

keterampilan yang sangat dibutuhkan seseorang dalam

melakukan pekerjaannya. Kelompok definisi kedua ini

didukung oleh Klausmeier dan Goodwin (1966),Stone dan

Beiber (1997), Cooper danGraham(2001), Wisher diacu

dalam Kurniawan dan Jahi (2005), Lucia dan Lepsinger

1999 diacu dalam Marius et al.(2007), D.W. Sue dan Davis

Sue 2008 diacu dalam Minami (2009), Namdar et al.

(2010).21

Kompetensi seseorang menurut Spencer and

Spencer (1993) memiliki lima tipe, yaitu :Motives, Traits,

Self concept, Knowledge, dan Skill. Dari ke lima

karakteristik kompetensi tersebut, pengetahuan (knowledge)

dan keterampilan (skill) sifatnya dapat dilihat (visible) dan

mudah dikembangkan. Sedangkan konsep diri (self

21

Noor Fuad & Gofur Ahmad, Intergrated HRD: Human

Resources Develoupment (Jakarta: PT Grasindo, 2009) h. 18

Page 38: Tuhan menciptakan keberagaman bukan untuk saling ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36721/1/EBOOK... · UH A G AMA P AD A DIT JEN BIMAS ISL AM ... 1969 Tentang

29

concept), watak (traits) dan motif (motives) sifatnya tidak

tampak (hidden) dan lebih sulit untuk dikembangkan.22

Brewerton (2004, diacu dalam Rutherford 2004)

menjelaskan orang tidak hanya menggunakan satu buah

kompetensi dalam satu kurun waktu, mereka menggunakan

beragam kompetensi secara serempak yang merupakan

kombinasi antara kompetensi khusus dan kompetensi

kunci.Menurutnya, kompetensi terbagi menjadi dua

kelompok besar, yaitu Specific competencies (kompetensi

khusus) dan Key competencies(kompetensi kunci).

1. Specific competencies,merupakan sebuah

kompetensi khusus yang melingkupi konteks

terbatas pada satu bidang pekerjaan seseorang dan,

2. Key competencies,merupakan kompetensi yang

dibutuhkan oleh setiap orang dalam mengarungi

kehidupannya dalam konteks yang luas.

Dengan demikian, konsep dasar kompetensi

merupakan sebuah kemampuan individu yang terdiri dari

pengetahuan, keterampilan, sikap, motivasi,

kekosmopolitan, pendidikan, bidang keahlian dan

pengalaman yang dipersiapkan untuk menghadapi

pekerjaannya secara efektif.23

b. Kompetensi Penyuluh Profesioanal Deborah et al. (diacu dalam Bahua 2010)

memperkenalkan kompetensi inti yang sesuai untuk

penyuluh profesional, yaitu :

1. Proses aksi sosial: kemampuan untuk

mengidentifikasi dan memonitor variabel-variabel

dan isu-isu penting bagi vitalitas masyarakat (contoh

22

Noor Fuad & Gofur Ahmad, Intergrated HRD: Human

Resources Develoupment h. 24 23

Kementrian Agama RI, Naskah Akademik Bagi Penyuluh

Agama h.21

Page 39: Tuhan menciptakan keberagaman bukan untuk saling ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36721/1/EBOOK... · UH A G AMA P AD A DIT JEN BIMAS ISL AM ... 1969 Tentang

30

;demografis, ekonomi, pelayanan manusia,

lingkungan dan lain-lain) dan kemampuan untuk

menggunakan dan menerapkan variabel-variabel

dalam memprioritaskan program, perencanaan dan

penyerahan,

2. Keanekaragaman budaya: adalah kesadaran,

komitmen dan kemampuan termasuk rasa memiliki,

seperti ; budaya yang berbeda, asumsi-asumsi,

norma-norma, kepercayaan dan nilai-nilai,

3. Pemograman bidang pendidikan: kemampuan

merencanakan, desain, penerapan, mengevaluasi,

menghitung dan menjual program pendidikan

penyuluhan untuk memperbaiki mutu hidup sasaran

penyuluhan,

4. Perikatan: kemampuan untuk mengenali,

memahami, memudahkan peluang dan sumber daya

yang diperlukan merupakan respon terbaik terhadap

kebutuhan dari individu dan masyarakat,

5. Penyampaian pendidikan dan informasi: menguasai

keterampilan berkomunikasi (seperti lisan dan

tulisan), penerapan teknologi dan metode-metode

pengantara untuk mendukung program-program

pendidikan dan memandu perubahan perilaku antara

sasaran penyuluhan,

6. Hubungan antara pribadi: kemampuan interaksi

yang sukses dengan individu dan kelompok

beragam untuk menciptakan kerjasama, jaringan dan

sistem dinamis,

7. Pengetahuan tentang organisasi: pemahaman

sejarah, filsafat dan sifat zaman dari penyuluhan,

8. Kepemimpinan: kemampuan untuk mempengaruhi

individu dan kelompok-kelompok yang berbeda

secara positif,

Page 40: Tuhan menciptakan keberagaman bukan untuk saling ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36721/1/EBOOK... · UH A G AMA P AD A DIT JEN BIMAS ISL AM ... 1969 Tentang

31

9. Pengelolaan organisasi: kemampuan untuk

menetapkan struktur, mengorganisir proses,

pengembangan, dan memonitor sumber daya serta

memimpin perubahan untuk memperoleh hasil-hasil

bidang pendidikan secara efektif dan efisien,

10. Profesionalisme: peragaan perilaku mencerminkan

tingginya tingkat dari kinerja, suatu etika kerja yang

kuat, komitmen untuk pendidikan

berkesinambungan untuk misi, visi dan sasaran

penyuluhan dan bidang keahlian penguasaan disiplin

keilmuan atau kecakapan teknis dalam rangka

meningkatkan efektifitas individu dan organisasi.24

Dari hasil penelitian Culp et al. (2007) ketika

memeringkat 32 kompetensi menjadi 10 kompetensi yang

paling diperlukan volunter, disimpulkan bahwa ada sepuluh

kompetensi utama yang berhasil diidentifikasi, yaitu :

1. Komunikasi,

2. Keterampilan merencanakan / mengorganisasi,

3. Penguasaan materi,

4. Keterampilan interpersonal,

5. Keterampilan kepemimpinan,

6. Masa dan tahapan pengembangan pemuda,

7. Teknologi ber IT,

8. Kemitraan orang dewasa,

9. Kesabaran, dan

10. Manajemen waktu.25

Penelitian Cooper dan Graham (2001) dengan

metode survai tiga tahapan berhasil menyarikan 7

kompetensi utama dari 842 item kompetensi yang diajukan,

24

Kementrian Agama RI, Naskah Akademik Bagi Penyuluh

Agama h.21-22 25

Kementrian Agama RI, Naskah Akademik Bagi Penyuluh

Agama h.22

Page 41: Tuhan menciptakan keberagaman bukan untuk saling ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36721/1/EBOOK... · UH A G AMA P AD A DIT JEN BIMAS ISL AM ... 1969 Tentang

32

setelah disaring kemudian menghasilkan 57 kompetensi dan

dari semua itu kemudian diperas hanya tinggal menjadi 7

area yang digunakan sebagai sistem evaluasi pekerjaan, di

antaranya adalah ;

1. Program perencanaan, implementasi dan evaluasi,

2. Relasi public,

3. Pengembangan personal dan professional,

4. Staff relasi,

5. Keterampilan personal,

6. Pengelolaan tanggungjawab, dan

7. Kebiasaan kerja.26

Dalam penelitian yang dilakukan Cooper

danGraham(2001) ternyatadiperlukan peningkatan

kompetensi teknis penyuluhan di dalam lebih dari satu area

program.

Selain bahwa etika kerja yang kuat disertai dengan

dapat mandiri dan adil, jujur danterpercaya akan membuat

lebih sukses agen penyuluhan ke depan. Sementara itu,

kemampuan mengelola manusia, kredibilitas dan respek

terhadap sasaran penyuluhan akan membuat sukses untuk

menjadi organisasi perubahan.

Penelitian yang dilakukan oleh Stone dan

Coppernoll (2004) di Texas dalam lapangan penyuluhan

hendak membangun sebuah sistem pengembangan

kompetensi berbasis profesional dengan nama YES !(You,

Extension and Success).Kompetensi YES tersebut

dirumuskan menjadi 6 bidang, selengkapnya yaitu ;

1. Bidang kepakaran: pengetahuan ahli dan keahlian

dalam area di mana penyuluh bertanggungjawab.

Kategori ini juga mengandung keahlian dalam

melaksanakan program pendidikan dan

26

Kementrian Agama RI, Naskah Akademik Bagi Penyuluh

Agama h.22

Page 42: Tuhan menciptakan keberagaman bukan untuk saling ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36721/1/EBOOK... · UH A G AMA P AD A DIT JEN BIMAS ISL AM ... 1969 Tentang

33

instruksional, problem solving dan integrasi

teknologi,

2. Efektifitas organisasi: pencapaian misi penyuluhan

melalui program pengembangan dan evaluasi,

seperti membangun hubungan dan bekerjasecara

akuntabilitas,

3. Membangun dan melibatkan yang lain: memelihara

hubungan baik dengan orang lain agar kebutuhan

sasaran penyuluhan dapat diketahui. Hal ini meliputi

pula mentoring, pendelegasian, kerjasama tim,

memfasilitasi kelompok dan menjaga hubungan

dengan sukarelawan,

4. Komunikasi: komunikasi efektif dalam interpersonal

dan situasi kelompok,

5. Orientasi kerja: mengambil inisiatif, menghargai

peran dari perubahan positif, mencipta visi masa

depan dan bekerja secara cerdas menuju tercapainya

tujuan, dan

6. Efektifitas pribadi: sebuah komitmen pada profesi

penyuluh seperti keseimbangan pada seluruh aspek

pribadi maupun profesionalisme kerja.27

Hasil dari penelitian Boyd (2004) dengan

menggunakan teknik Delphi tiga tahapan menunjukkan

kompetensi yang dibutuhkan oleh sukarelawan

administrator di masa depan (paling tidak 10 tahun dari

masa penelitian) meliputi 5 hal sebagai berikut ;

1. Kepemimpinan organisasi: kemampuan melihat

kebutuhan sasaran penyuluhan, masyarakat,

sukarelawan maupun organisasi, kemampuan untuk

menerjemahkan kebutuhan ke dalam perencanaan

dan aksi, mengartikulasikan visi organisasi kepada

27

Kementrian Agama RI, Naskah Akademik Bagi Penyuluh

Agama h.23

Page 43: Tuhan menciptakan keberagaman bukan untuk saling ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36721/1/EBOOK... · UH A G AMA P AD A DIT JEN BIMAS ISL AM ... 1969 Tentang

34

stakeholders dan lainnya, mengartikulasi upaya

sukarelawan, komitmen pada visi organisasi, kreatif

menggunakan teknologi yang berimbas pada impact

program, kemampuan membuat strategi jangka

panjang dan mampu membuat rencana jangka

pendek dan berorganisasi,

2. Sistem kepemimpinan: bekerjasamadengan pihak

lain, kepemimpinan berbagi, mengerti dan

memanfaatkan dinamika kelompok, tipe personal

dan startegi membangun kelompok, mengerti sistem

organisasi, memiliki kemauan untuk berbagi

kekuasaan dan memberikan kontrol,

3. Budaya organisasi: berperan sebagai konsultan

internal pada manajemen sukarelawan, menciptakan

lingkungan positif untuk belajar dan berkarya,

komitmen yang menginspirasi dan haus untuk

belajar, memiliki sikap dan energi positif,

kemampuan menjalin hubungan, dan mempercayai

sukarelawan untuk bekerja di bidangnya,

4. Keahlian personal: mampu untuk memprediksi dan

mengelola perubahan, berpikir kreatif, memiliki

keahlian berkomunikasi, memiliki keahlian

menyelesaikan konflik dengan baik, dan memiliki

keahlian membangun kapasitas manusia, dan

5. Keahlian mengelola: memahami fungsi dan

mengimplementasikan sistem konsultasi efektif bagi

sukarelawan, memiliki kompetensi untuk merekrut

sukarelawan, memiliki kompetensi untuk menyaring

sukarelawan, memiliki kompetensi untuk

mensinergikan sukarelawan dengan kebutuhan

penyuluh, memiliki kompetensi untuk mentraining

sukarelawan, memiliki kompetensi untuk

melindungi sukarelawan, sasaran penyuluhan dan

Page 44: Tuhan menciptakan keberagaman bukan untuk saling ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36721/1/EBOOK... · UH A G AMA P AD A DIT JEN BIMAS ISL AM ... 1969 Tentang

35

organisasi, memiliki kompetensi untuk

mengevaluasi kinerja sukarelawan beserta dengan

prestasinya, memiliki kompetensi untuk

merekognisi sukarelawan, dan memiliki kompetensi

untuk memperkuat peran sukarelawan.28

Sementara itu, Namdar et al. (2010) mengukur

kompetensi petugas evaluasi program penyuluhan yang

disebut sebagai The Essential Competencies for

ProgramEvaluators (ECPE), yang dapat diringkaskan

menjadi 6 kategori, yaitu ; 1) Penyelidikan sistematis, 2)

Praktis reflektif, 3) Manajemen proyek, 4) Analisis

situasional, 5) Praktisi profesional, dan 6) Kompetensi

interpersonal. Dari penelitiannya ditemukan bahwa ada tiga

ranking tertinggi mengenai kompetensi profesional yang

dibutuhkan oleh responden, yaitu ;

1. Praktisi profesional: mempergunakan standar

evaluasi profesional, respek terhadap sasaran

penyuluhan dan stakeholders dan penuh integritas

dalam melakukan evaluasi,

2. Analisis situasional: terbuka buat masukan dari

orang lain, mengidentifikasi kepentingan

stakeholders dan melayani kebutuhan informasi dari

pengguna jasa penyuluhan, dan

3. Penyelidikan sistematis: menganalisis data,

menginterpretasikan data dan melakukan evaluasi

mendalam.29

Indikator yang digunakan di dalam mengukur

tingkat kompetensi professional penyuluh dilakukan oleh

Winaryanto et al. (2011) adalah mencakup kompetensi

28

Kementrian Agama RI, Naskah Akademik Bagi Penyuluh

Agama h.23 29

Kementrian Agama RI, Naskah Akademik Bagi Penyuluh

Agama h.24

Page 45: Tuhan menciptakan keberagaman bukan untuk saling ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36721/1/EBOOK... · UH A G AMA P AD A DIT JEN BIMAS ISL AM ... 1969 Tentang

36

dalam :

1. Administrasi,

2. Perencanaan program,

3. Pelaksanaan program,

4. Pengajaran dan komunikasi,

5. Pemahaman perilaku manusia,

6. Memelihara profesionalisme, dan

7. Kompetensi evaluasi.30

Basit (2010) menyebutkan empat kompetensi da’i,

yang berhubungan dengan kompetensi internal dan

eksternal meliputi :

1. Kompetensi personal, da’i harus jadi figur teladan

serta memiliki kesadaran diri yang tinggi,

2. Kompetensi sosial, da’i harus aktif membina

masyarakat,

3. Kompetensi substantif, da’i harus meningkatkan

keilmuan agar sesuai dengan perkembangan zaman

dan kebutuhan umat,

4. Kompetensi metodologis, da’i harus melakukan

dakwah berbasis kebutuhan pendengarnya.31

Taufieq dan Gonibala (2006) menyebutkan

mengemukakan beberapa kriteria mubaligh, yaitu:

mendalami pengetahuan keagamaan, mampu menyatukan

pengetahuan klasik dengan pengetahuan modern, berbicara

sesuai dengan bahasa masyarakat setempat, menguasai cara

berdakwah,berakhlak mulia, berpenampilan baik,

menunjukkan keteladanan, kemampuan komunikasi,

30

Kementrian Agama RI, Naskah Akademik Bagi Penyuluh

Agama h.24 31

Kementrian Agama RI, Naskah Akademik Bagi Penyuluh

Agama h.25

Page 46: Tuhan menciptakan keberagaman bukan untuk saling ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36721/1/EBOOK... · UH A G AMA P AD A DIT JEN BIMAS ISL AM ... 1969 Tentang

37

menjadi pemimpin yang terpercaya.32

Menurut Keputusan Bersama Menteri Agama dan

Kepala Badan Kepegawaian Negara Nomor 574 Tahun

1999 dan Nomor 178 Tahun 1999, bahwa kompetensi

Penyuluh Agama meliputi :

1. Bimbingan atau penyuluhan agama dan

pembangunan: melaksanakan bimbingan

penyuluhan, melaksanakan konsultasi, menyusun

rencana penyuluhan, menganalisis potensi wilayah,

menyusun materi penyuluhan, menyusun laporan

penyuluhan.

2. Pengembangan bimbingan atau penyuluhan agama

dan pembangunan: menyusun juklak (petunjuk

pelaksanaan) dan juknis (petunjuk teknis),

mengembangkan metode bimbingan dan

penyuluhan, menyusun konsep kepenyuluhan dan

mengembangkan materi bimbingan dan penyuluhan.

3. Pengembangan profesi: membuat karya tulis ilmiah

dan membimbing penyuluh yang ada dibawahnya.

4. Penunjang tugas: mengikuti seminar atau yang

setara, aktif menjadi pengurus organisasi dan

mengikuti pendidikan yang tidak sesuai dengan

bidang tugasnya.

Sedangkan menurut Hidayatulloh (2014) ada tiga

konsep inti yang diperlukan penyuluh agama, yaitu:

1. Kompetensi personal: meliputi Bidang keahlian dan

Kemampuan komunikasi.

2. Kompetensi professional: meliputi

Menyelenggarakan penyuluhan, Mengembangkan

profesionalisme, Mengembangkan penyuluhan dan

Menerapkan pembelajaran orang dewasa.

32Kementrian Agama RI, Naskah Akademik Bagi Penyuluh

Agama h.25

Page 47: Tuhan menciptakan keberagaman bukan untuk saling ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36721/1/EBOOK... · UH A G AMA P AD A DIT JEN BIMAS ISL AM ... 1969 Tentang

38

3. Kompetensi manajerial meliputi Kepemimpinan dan

Mengembangkan kelompok.33

D. Tugas dan Fungsi Penyuluh Agama Islam

Tugas pokok penyuluh agama pada dasarnya adalah

membimbing umat dalam menjalankan ajaran agama dan

menyampaikan gagasan-gagasan pembangunan kepada

masyarakat dengan bahasa agama. Sejak semula penyuluh

agama berperan sebagai pembimbing umat dengan rasa

tanggung jawab membawa masyarakat kepada kehidupan

yang aman dan sejahtera. Penyuluh agama ditokohkan oleh

masyarakat bukan karena penunjukan atau pemilihan

apalagi diangkat dengan suatu keputusan, akan tetapi

dengan sendirinya menjadi pemimpin masyarakat karena

kewibawaannya . Penyuluh agama sebagai pemuka agama

selalu membimbing, mengayomi, dan menggerakan

masyarakat untuk berbuat baik dan menjauhi perbuatan

yang terlarang, mengajak kepada sesuatu yang kepentingan

masyarakatnya dalam membina wilayahnya baik untuk

keperluan sarana kemasyarakatan maupun peribadatan.

Penyuluh agama menjadi tempat bertanya dan

mengadu bagi masyarakatnya untuk memecahkan dan

menyelesaikan masalah. Kemudian memberikan petunjuk

dan pengarahan denga nasihatnya. Penyuluh agama

memimpin dan mendinamisir masyarakat dalam

melaksanakan berbagai kegiatan dengan memberi petunjuk

dan penjelasan tentang apa yang harus dikerjakan,

memulainya secara bersama-sama dan menyelesaikannya

secara bersama-sama pula. Keteladanan ini ditanamkan

dalam kegiatan kehidupan sehari-hari, sehingga masyarakat

dengan penuh kesadaran dan keikhlasanmengikuti petunjuk

dan ajakan pemipinnya.

33

Kementrian Agama RI, Naskah Akademik Bagi Penyuluh

Agama h.28

Page 48: Tuhan menciptakan keberagaman bukan untuk saling ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36721/1/EBOOK... · UH A G AMA P AD A DIT JEN BIMAS ISL AM ... 1969 Tentang

39

Penerangan agama secara instansional hanya sampai

ke tingkat Kabupaten/Kotamadya, sedangkan tugas

operasional penerangan agama langsung kepada masyarakat

tidak dapat dilaksanakan oleh karyawan penerangan agama

mengingat jumlahnya sangat terbatas dan tidakmerata untuk

setiap daerah. Oleh karenanya sebagai penyambung

pelaksanaan tugas penerangan agama kepada masyarakat

dilaksanakan oleh penyuluh agama.

Dengan demikian tugas penyuluh agama tidak

semata-mata melaksanakan penyuluhan agama dalam arti

sempit berupa pengajian, akan tetapi seluruh kegiatan

penerangan baik berupa bimbingan dan penerangan tentang

berbgai program pembangunan. Posisi penyuluh agama ini

sangat strategis baik untuk menyampaikan misi keagamaan

maupun misi pembangunan.

Dalam masa pembangunan dewasa ini beban tugas

penyuluhan agama lebih ditungkatkan lagi dengan usaha

menjabarkan segala aspek pembangunan melalui pintu dan

bahasa agama. Oleh karenanya penyuluhan agama berperan

pula sebagai motivator pembangunan. Peranan ini

tampaknya semakin lebih penting karena pembangunan di

Indonesia tidak semata membangun manusia dari segi

lahiriah dan jasmaniyah saja melinkan membangun segi

rohaniyah, mental spritualnya dilaksanakan sejalan secara

bersama-sama.

Peranan penyuluh agama dalam pembangunan

adalah sebagai motivator dengan usaha memberikan

penerangan pengertian tentang maksud dan tujuan

pembangunan, mengajak segera menggerakannya untuk

ikut serta aktif menyukseskan pembangunan.

Penyuluh agama selain berfungsi sebagai pendorong

masyarakat untuk berpartisipasi aktif dalam pembangunan

berperan juga untuk ikut serta mengatasi berbagai hambatan

Page 49: Tuhan menciptakan keberagaman bukan untuk saling ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36721/1/EBOOK... · UH A G AMA P AD A DIT JEN BIMAS ISL AM ... 1969 Tentang

40

yang megganggu jalannya pembangunan khususnya

mengatasi dampak negatif. Cara penyampaian penyuluhan

agama kepada masyarakat adalah dengan melalui bahasa

yang sederhana dan dimengerti oleh masyarakat dengan

pendekatan keagamaan.

Baik kompetensi maupun kinerja yang telah

ditunjukkan oleh penyuluh agama Islam selama ini belum

disesuaikan dengan peran yang dapat dilakukan oleh

penyuluh agama dan juga belum menyesuaikan dengan

zaman kekinian yang terus berubah.Sehingga diperlukan

penyesuaian peran penyuluh agama Islam agar dapat lebih

memberikan nilai tambah bagi pembangunan bidang

keagamaan di Indonesia. Dari perubahan peran inilah

kemudian kompetensi yang dipersyaratkan akan menjadi

target pencapaian setiap penyuluh yang berimbas pada

kinerja sesuai kompetensinya.

E. Sasaran Penyuluh Agama

Sasaran penyuluh agama adalah umat Islam dan

masyarakat yang belum menganut salah satu agama di

Indonesia yang beraneka ragam budaya dan latar belakang

pendidikannya.34

Dilihat dari segi tipe masyarakat yang ada

di Indonesia dalam garis besarnya dapat dibagi dalam tipe

dan golongan, yaitu masyarakat pedesaan, masyarakat

perkotaan dan masyarakat cendikiawan. Namaun dilihat

dari segi kelompok terdapat bermacam-macam kelompok

baik yang ada di desa maupun yang ada di kota, bahkan

ada beberapa kelompok yang selain terdapat di desa juga

terdapat di kota

34

Kementrian Agama RI, Naskah Akademik Bagi Penyuluh

Agama h.8

Page 50: Tuhan menciptakan keberagaman bukan untuk saling ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36721/1/EBOOK... · UH A G AMA P AD A DIT JEN BIMAS ISL AM ... 1969 Tentang

41

Adapun kelompok-kelompok masyarakat yang

menjadi sasaran penyuluhan paling tidak ada 21 kelompok

yang akan diuraikan seperti di bawah ini.

1. Masyarakat Transmigrasi

Penyuluh agama kepada para transmigran

berusaha meningkatkan kesadaran, pemahaman,

penghayatan dan pengamalan agamanya serta

menanamkan pengertian bahwa melaksanakan

transmigrasi adalah dalam rangka ibadah kepada

Allah SWT.

Kelompok masyarakat transmigrasi pada

hakikatnya adalah pejuang pembangunan.Oleh

karena itu perlu dibekali dan memiliki kondisi fisik

dan mental yang tangguh serta keterampilan yang

cukup. Mereka akan menjadi pelopor dalam

menciptakan kehidupan baru. Mereka perlu

dimotivasi dan dibekali nilai rohaniyah agar mampu

menghadapi berbagai rintangan dan tantangan serta

benar-benar tumbuh sebagai warga negara yang

kondisi materiil dan spritualnya juga meningkat

lebih baik dari waktu sebelumnya.35

Dengan

demikian kebutuhan masyarakat transmigran

terhadap penyuluhan berkaitan dengan penguatan

etos kerja dan tema-tema yang disampaikan

dalampenyuluhan terhadap masyarakat ini adalah

tema-tema yang berkaitan dengan etos kerja.

2. Lembaga Pemasyarakatan

Sasaran penyuluh agama pada lembaga

pemasyarakatan adalah karyawan/petugas lembaga

tersebut dan narapidana. Penyuluhan kepada

karyawan/petugas sangat penting mengingat

35

Hilmi M, Oprasional Penyuluh Agama, h.10

Page 51: Tuhan menciptakan keberagaman bukan untuk saling ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36721/1/EBOOK... · UH A G AMA P AD A DIT JEN BIMAS ISL AM ... 1969 Tentang

42

merekalah yng berhubungn sehari-hari dengan

narapidana.Dengan penyuluhan agama ini mereka

diharapkan lebih menyadari bahwa tugas yang

meraka emban bukan saja tugas negara melainkan

tugas agama.Dengan demikian bimbingan sehari-

harinya meraka lakukan terhadap narapidana selain

berdasarkan nilai-nilai kemanusiaan juga

berdasarkan nilai-nilai agamis.

Penyuluhan agama kepada narapidana

berusaha menumbuhkan kesadaran rohaniyah untuk

memperbaiki kesalahannya dan kembali ke jalan

yang benar dengan penuh harapan bahwa Allah akan

menerima taubatnya, membuka lembaran baru bagi

sisa umurnya. Oleh karena itu para penyuluh agama

hendaknyamengetahui latar belakang pendidikan,

keluarga ketaatan beragama, jenis kejahatan yang

dilakukan dan lama hukuman yang di jalaninya.36

Tema-tema yang diangkat dalam penyuluhan ini

biasanya adalah taubat dan optimis dalam menatap

masa depan, dua hal ini sangat diperlukan oleh

sasaran penyuluhan dalam hal ini adalah narapinada,

sebab akan menjadi motivasi bagi mereka jika nanti

kembali bergaul dalam lingkungan masyarakat.

3. Generasi muda

Penyuluh agama bagi generasi muda

meliputi kelompok anak-anak, remaja dan pemuda.

Penyuluhan agama kepada mereka sangat penting

karena merekalah yang akan melanjutkan kehidupan

bermasyarakat, berbangsa dan bernegara yang

berdasarkan Pancasila dan UUD 945. Generasi

36

Hilmi M, Oprasional Penyuluh Agama, h.10

Page 52: Tuhan menciptakan keberagaman bukan untuk saling ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36721/1/EBOOK... · UH A G AMA P AD A DIT JEN BIMAS ISL AM ... 1969 Tentang

43

muda adalah tumpuan harapan untuk melanjutkan

pembangunan.

Generasi muda dengan ciri-ciri khasnya,

terdapat dipelbagai lapisan masyarakat dan secara

demografis merupakan jumlah yang terbanyak dari

penduduk Indonesia.Menurut ukuran lahiriah umur

meraka masih lebih panjang, potensial, fisik dan

pikirannya masih lebih besar dan mempunyai sikap

reseftif terhadap pengaruh luar.Selain dari itu tentu

saja peranannya masih lebih besar pula dibanding

dengan generasi tua.37

Tema penyuluhan untuk

generasi muda adalah orientasi terhadap pandangan

hidup, perbandingan pola kehidupan agamis dengan

secular serta penegasan nilai akhlak, tema-tema

inilah yang sangat dibutuhkan oleh generasi muda

mengingat mereka dalam usia yang cenderung

bertindak labil.

4. Pramuka

Generasi pramuka adalah satu-satunya

gerakan pendidikan kepanduan di Indonesia. Tujuan

gerakan pramuka adalah mendidik anak-anak dan

pemuda-pemuda Indoesia dengan prinsip-prinsip

dasar metodik pendidikan kepanduan yang

pelaksanaannya disesuaikan dengan kesadaran,

kepentingan dan perkembangan bangsa dan

masyarakat Indonesia agar supaya:

a. Menjadi manusia yang berkepribadian dan

berwatak luhur serta:

1). Tinggi mental-moral-budi pekerti dan kuat

keyakinan beragamanya.

2). Tinggi kecerdasan dan keterampilannya.

37

Hilmi M, Oprasional Penyuluh Agama, h. 11

Page 53: Tuhan menciptakan keberagaman bukan untuk saling ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36721/1/EBOOK... · UH A G AMA P AD A DIT JEN BIMAS ISL AM ... 1969 Tentang

44

3). Kuat dan sehat fisiknya.

b. Menjadi warga negara Indonesia yang ber-

Pancasila, setia dan patuh kepada Negara

Kesatuan Republik Indonesia; sehingga menjadi

anggota masyarakat yang baik dan beguna yang

sanggup dan mampu menyelenggaraan

pembangunan.38

5. Kelompok Orang Tua

Penyuluhan agama kepada kelompok orang

tua bertujuan untuk lebih meningkatkan

pengetahuan dan kesadaran beragama serta

pengamalannya. Sebab sesuai dengan peranannya

sebagai pemimpin rumah tangga, maka

keberagamaan mereka akan mempunyai dampak

positif baik kepada anak-anaknya maupun kepada

generasi muda umumnya.39

6. Kelompok Wanita

Penyuluhan agama kepada kelompok wanita

adalah meningkatkan ilmu agama dan kesadaran

beragama serta pengamalannya.Sebab peranan

wanita sangat penting dalam rumah tangga dan

lingkungan masyarakat.Dengan demikian sasaran

penyuluh agama tidak hanya para ibu rumah tangga

tetapi juga wanita karir, baik yang tergabung dalam

berbagai organisasi wanita maupun wanita dewasa

pada umumnya.40

7. Kelompok Masyarakat Industri

Kelompok masyarakat industri dimaksudkan

mereka yang bekerja sebagai keryawan industri dan

dalam lingkungan hidupnya selalu berorientasi

38

Hilmi M, Oprasional Penyuluh Agama, h.11-12 39

Hilmi M, Oprasional Penyuluh Agama, h.912 40

Hilmi M, Oprasional Penyuluh Agama, h. 12

Page 54: Tuhan menciptakan keberagaman bukan untuk saling ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36721/1/EBOOK... · UH A G AMA P AD A DIT JEN BIMAS ISL AM ... 1969 Tentang

45

membentuk kelompok sosial tersendiri yang tidak

berintegrasi sepenuhnya dengan masyarakat luas.

Lingkaran sosial mereka dapat diindentifikasikan

menjadi tiga keadaan, yakni: kehidupan di pabrik,

kehidupan pada perumahan karyawan dan pekerja-

pekerja yang bertempat tinggal di rumah-rumah

masyarakat.

Tujuan penyuluhan agama kepada

masyarakat industri ini ialah untuk meningkatkan

pengetahuan agama dan kesadaran beragama serta

mengamalkannya dalam kehidupan sehari-hari.

Disamping itu untuk meberikan motivasi

keagamann dengan bekerja lebih produktif.41

8. Kelompok Profesi

Yang dimaksud dengan kelompok profesi

suatu kelompok masyarakat yang mempunyai jenis

dan sifat pekerjaan yang sama dengan bidang

tertentu, seperti guru, wartawan, seniman,

sopir/awak bis, awak pesawat terbang, awak kapal

laut, awak kerata api, dan lain-lain.Penyuluh agama

kepada kelompok ini dimaksudkan untuk

meningkatkan pengetahuan agama dan kesadaran

beragama serta mengamalkan sehari-hari.Disamping

itu untuk memberikan motivasi keagamaan dalam

melaksanakan tugasnya.42

9. Masyarakat Daerah Rawan

Masyarakat daerah rawan ialah kelompok

masyarakat yang tinggal disatu daerah yang kondisi

keagamaannya sangat lemah, antara lain daerah

yang banyak dipengaruhi kegiatan G 30S/PKI.

Lokasi yang pada mulanya hanya Pulau Buru,

41

Hilmi M, Oprasional Penyuluh Agama, h.13 42

Hilmi M, Oprasional Penyuluh Agama, h.13

Page 55: Tuhan menciptakan keberagaman bukan untuk saling ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36721/1/EBOOK... · UH A G AMA P AD A DIT JEN BIMAS ISL AM ... 1969 Tentang

46

berkembang menjadi empat yaitu:

inrehabilitasiPulau Buru, daerah sekitarPulau Buru,

perbatasan Kalimantan Barat dan daerah sekitar

penampungan pengungsi Pulau Galang.

Penyuluhan keagamaan kepada kelompok ini

dimaksudkan untuk meningkatkan ilmu agama dan

kesadaran beragama dan melaksanakannya dalam

kehidupan sehari-hari. Dengan ilmu yang memadai

dan kesadaran keagamaan yang itnggi mereka akan

dapat menangkal pengaruh-pegaruh luar yang

negatif dan bertentangan dengan Pancasila dan

UUD 1945.43

10. Masyarakat Suku Terasing

Suku terasing ialah kelompok masyarakat

yang proses perkembangan kehidupan dan

penghidupannya berlangsung secara tersendiri

dalam artian terpencil, terpencar, terpisah dan

terbelakang. Oleh kaena itu penyuluhan agama

kepada kelompok masyarakat ini membantu

mempercepat proses pembudayaan kearah

terciptanya manusia Pancasila. Serta melepaskan

kepercayaan dan dinamisme dengan menganut dan

mengamalkan ajaran agama Islam.

Adanya suku terasing dilihat dari segi

integritas bangsa adalah tidak menguntungkan.

Keterbelakangan mereka bukan tidak berpartisipasi

dalam pembangunan nasional, akan tetapi justru

kemungkinan bisa merugikan pembangunan itu

sendiri. Oleh karena itu penyuluhan agama kepada

mereka pada dasarnya tidak bisa dipisahkan bahkan

43

Hilmi M, Oprasional Penyuluh Agama, h.13-14

Page 56: Tuhan menciptakan keberagaman bukan untuk saling ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36721/1/EBOOK... · UH A G AMA P AD A DIT JEN BIMAS ISL AM ... 1969 Tentang

47

harus dalam rangka program pemberdayaan

tersebut.44

11. Inrehabilitasi/Pondok Sosial

Penyuluhan agama kepada warga/penghuni

inrehabilitasi/pondok sosial berusaha menanamkan

gairah hidup berdasarkan kepada kesadaran dan

penghayatan serta pegamalan ajaran agama.

Penghuni inrehabilitasi/pondok sosial terdiri dari

pelbagai macam, seperti para lanjut usia, cacat

badan, yatim piatu, korban penyalahgunaan narkotik

dan sebaginya.

Penyuluhan agama terhadap kelompok

masyarakat ini akan sangat besar manfaatnya dalam

memberi arti terhadap hidup mereka agar tidak

berputus asa dalam berusaha menjadi warga negara

yang beragama menurut kemampuan yang ada

padanya.Khusus untuk para anak yatim perlu

mendapat perhatian khusus terutama menyangkut

pendidikannya, sebab bukan hal yang mustahil bagi

mereka untuk menjadi sukses, asal mendapat

kesempatan yang sama dalam pendidikan dengan

didorong oleh keprihatinannya justru akan

menghasilkan putra bangsa yang beragama dikelak

kemudian hari melebihi dari anak yang mempunyai

orang tua. Oleh karena itu suasana lingkungan yang

diliputi oleh jiwa yang taat beragama mendatangkan

iklim yang menguntungkan bagi mereka.45

12. Rumah sakit

Sasaran penyuluh agama pada rumah sakit

ada dua, yaitu pasien dan karyawan rumah sakit

sendiri.Penyuluhan agama pada pasien adalah untuk

44

Hilmi M, Oprasional Penyuluh Agama, h. 14 45

Hilmi M, Oprasional Penyuluh Agama, h.14-15

Page 57: Tuhan menciptakan keberagaman bukan untuk saling ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36721/1/EBOOK... · UH A G AMA P AD A DIT JEN BIMAS ISL AM ... 1969 Tentang

48

memberikan bimbingan keagamaan melalui

penanaman prinsip-prinsip beragama tentang hidup

dan kehidupan, penanaman sikap sabar, ikhlas,

tawakal, tuntutan sholat, doa dan zikir. Disamping

itu membantu mengatasi dan meringankan beban

psikis pasien akibat penyakit yang dideritanya

melalui penanaman optimism, percaya diri dan

mampu menolong diri senidri.

Penyuluhan agama pada karyawan rumah

sakit adalah untuk meningkatkan pengetahuan

agama dan kesadaran beragama serta mengamalkan

dalam kehidupan sehari-hari.Dengan motivasi

keagamaan diharapkan mereka melakukan tugasnya

mengurus pasien lebih bertanggung jawab, sabar

dan ramah sehingga dapat membantu kesembuhan

pasien.46

13. Komplek perumahan

Tujuan penyuluh agama di perumahan untuk

meningkatkan pengetahuan beragama dalam

menjalankan kehidupan sehari hari.Sehingga bisa

tercipta kehidupan yang harmonis di lingkungan

masyarakat komplek.47

14. Asrama

Penyuluh agama kepada warga asrama

bertujuan menanamkan gairah hidup berdasarkan

kesadaran dan penghayatan agama agar terbina

suasana yang baik di lingkungannya.Penghuni

asrama terdiri dari asrama pelajar, asrama

mahasiswa, asrama ABRI, dan sebagainya.48

46

Hilmi M, Oprasional Penyuluh Agama, h. 15 47

Hilmi M, Oprasional Penyuluh Agama, h.15-16 48

Hilmi M, Oprasional Penyuluh Agama, h.16

Page 58: Tuhan menciptakan keberagaman bukan untuk saling ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36721/1/EBOOK... · UH A G AMA P AD A DIT JEN BIMAS ISL AM ... 1969 Tentang

49

15. Kampus

Masyarakat kampus adalah civitas akademik

pada setiap perguruan tinggi negeri atau swasta.

Sasarannya adalah para pengajar mahasiswa dan

tenaga kependidikan.Penyuluh agama bertujuan

meningkatkan pengetahuan agama, kesadaran

beragama yang mendalam serta dapat mengamalkan

dalam kehidupan sehari hari. Demikian kehadiran

penyuluh akan memberikan manfaat yang sangat

besar.49

16. Karyawan Instansi Pemerintah atau Swasta

Karyawan mempunyai peran sangat penting

dan menentukan suksesnya pembangunan nasional.

Oleh karena itu penyuluhan agama dan karyawan

perlu agar tercapai hasil guna dan daya guna yang

maksimal untuk mengabdi dan bekerja dengan baik

dalam rangka beribadah kepada Allah.

Setiap unit kerja diusahakan adanya kegiatan

penyuluhan baik secara struktural, atau oleh badan

lainnya. Oleh karena itu penyuluh agama sebaiknya

dapat bekerja sama dengan semua unit kerja

pemerintah atau swasta.50

17. Daerah pemukiman baru

Adapun yang di maksud dengan pemukiman

baru ialah pemukiman penduduk selain perumnas

instansi, kesadaran mereka di tempat baru tersebut,

baik karena dipindahkan berhubungan tempat lama

mereka dipakai untuk kepentingan lain atau karena

kemauan sendiri. Penyuluh agama bertujuan

meningkatkan pengetahuan agama dan kesadaran

beragama dalam kehidupan sehari hari. Di samping

49

Hilmi M, Oprasional Penyuluh Agama, h.16 50

Hilmi M, Oprasional Penyuluh Agama, h.17

Page 59: Tuhan menciptakan keberagaman bukan untuk saling ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36721/1/EBOOK... · UH A G AMA P AD A DIT JEN BIMAS ISL AM ... 1969 Tentang

50

itu memberikan motivasi agama agar mereka

mampu membina rumah tangga dan masyarakat

lingkungannya dengan baik sehingga dapat hidup

tentram, aman dan bahagia.51

18. Masyarakat Kawasan Industri

Adanya kegiatan industri di suatu tempat

dapat memberikan pengaruh langsung terhadap nilai

dan pergaulan masyarakat di tempat itu.Pengaruh

tersebut terkadang bersifat negatif atau

positif.Penyuluh agama bertujuan untuk

meningkatkan pengetahuan agama dan kesadaran

beragama serta mengamalkannya dalam kehidupan

sehari-hari. Sehingga dapat menjadi benteng

pertahanan moral dan dapat menangkap setiap

mengaruh negatif dari kehadiran industri.52

19. Masyarakat Real Estate

Penghuni real estate dari segi materi mereka

telah hidup berkecukupan. Sifat masyarakatnya

cenderung tertutup dan individualis. Penuyuluh

agama bertujuan untuk memberikan siraman rohani

untuk meredakan ketegangan pikiran mereka, tiada

lain untuk meningkatkan pengetahuan beragama dan

mengamalkannya dalam kehidupan sehari hari.53

20. Masyarakat gelandangan dan pengemis

Masyarakat gelandangan dan pengemis tidak

dapat diabaikan.Mereka hidup tanpa rumah dan

pekerjaan yang tidak tetap dan penghasilan yang

tidak menentu.Penyuluh agama bertujuan

meningkatkan kesadaran beragama serta

mengamalkan dalam kehidupan sehari hari.

51

Hilmi M, Oprasional Penyuluh Agama, h.17-18 52

Hilmi M, Oprasional Penyuluh Agama, h.18 53

Hilmi M, Oprasional Penyuluh Agama, h.18

Page 60: Tuhan menciptakan keberagaman bukan untuk saling ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36721/1/EBOOK... · UH A G AMA P AD A DIT JEN BIMAS ISL AM ... 1969 Tentang

51

Disamping itu untuk memberikan motivasi

keagamaan agar mereka meninggalkan kebiasaan

dan mengemis kemudian memilih pekerjaan yang

wajar atau mencari tempat yang paotensial dengan

demikian diharapkan agar mereka dapat

meningkatkan taraf hidup yang lebih baik.54

21. Tuna susila

Peyuluh agama bertujuan untuk

menumbuhkan kesadaran dan penghayatan

beragama agar mereka kembali ke jalan yang benar

dan menjadi warga negara yang berakhlak baik dan

taat menjalankan agama.55

Beberapa kelompok masyarakat yang telah

diuraikan di atas adalah sasaran penyuluhan agama,

menjadi sasaran penyuluhan agama mengandung arti bahwa

beberapa kelompok masyarakat yang diliputi oleh beberapa

kondisi yang mengharuskan mereka untuk mendapatkan

penyuluhan atau penerangan agar kemudian bisa menjadi

pribadi atau kelompok yang lebih baik.

F. Persyaratan Menjadi Penyuluh Agama

Penyuluhan agama merupakan tugas yang mulia,

penyuluhan juga merupakan bagian dari pelaksanaan

dakwah yang melekat dalam setiap diri individu Muslim,

akan tetapi menjadi penyuluh agama dalam pengertian PAI

haruslah memenuhi kriteria sebagai berikut:56

1. Bagi tokoh masyarakat/perorangan seperti ulama

da’I dan mubaligh adalah:

54

Hilmi M, Oprasional Penyuluh Agama, h.19 55

Hilmi M, Oprasional Penyuluh Agama, h.20 56

Hilmi M, Oprasional Penyuluh Agama, h.23

Page 61: Tuhan menciptakan keberagaman bukan untuk saling ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36721/1/EBOOK... · UH A G AMA P AD A DIT JEN BIMAS ISL AM ... 1969 Tentang

52

a) Mempunyai kemampuan dan pengetahuan untuk

memberikan penyuluhan agama

b) Mempunyai pengalaman sebagai penyuluh

agama

c) Memiliki surat keterangan sebagai bukti

kemapuannya

d) Memiliki surat keterangan bahwa yang

bersangkutan tidak terlibat G 30 S/PKI dan

berkelakuan baik

e) Bagi yang berkedudukan di badan swasta

disyaratkan memiliki izin dari pimpinan badab

swasta tempat yang bersangkutan bekerja

f) Bagi PNS juga disyaratkan memiliki izin dari

pimpinan instasi atau kepala kantor yang

bersangkutan

2. Untuk penyuluh Agama Muda disyaratkan minimal

berpendidikan SLTA

3. Untuk Penyuluh Madya disyaratkan berpendidikan

Sarjana Muda di bidang Agama.

4. Penyuluh Agama Utama disyaratkan Sarjana Agama

atau mempunyai keahlian khusus di bidnag agama.

G. Kelebihan dan Kekurangan Penyuluh Agama

sekarang

Berbicara tentang kelebihan dan kekurangan

peyuluh sekarang tidak bisa dipisahkan dari kinerja

penyuluh itu sendiri ditengah-tengah masyarakat.

Pemerintah telah berusaha meningkatkan kinerja penyuluh

melalui berbagai program pembinaan terhadap penyuluh

dalam rangka menambah dan memperdalam pengetahuan

penyuluh, dibandingkan dengan masa-masa sebelumnya,

penyuluh saat memiliki kelebihan-kelebihan baik dari segi

kuantitas ataupun dari segi kualitas, peningkaan kuantitas

dan kualitas penyuluh sekarang dibandingkan pada tahun-

Page 62: Tuhan menciptakan keberagaman bukan untuk saling ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36721/1/EBOOK... · UH A G AMA P AD A DIT JEN BIMAS ISL AM ... 1969 Tentang

53

tahun sebelumnya adalah sebuah bentuk kelebihan bagi

penyuluh sekarang.

Dalam pembinaan dan pembelajaran PAI

mengalamai peningkatan, Penyuluh agama memiliki tingkat

orientasi belajar yang dicirikan ;adanya kesadaran perlunya

meningkatkan kemampuan belajarnya yang dilandasi oleh

beberapa motivasi pribadi maupun kepedulian untuk ikut

berkontribusi dalam menyelesaikan permasalahan di

masyarakat. Penyuluh agama saat ini sudah banyak yang

menjalin kerjasama dengan berbagai pihak terutama LSM

lokal dalam upaya memberdayakan masyarakat. Tujuan

penyuluh agama sangat sederhana yaitu ingin belajar cara

menyelenggarakan pemberdayaan masyarakat melalui cara-

cara pihak swasta menanganinya yang nantinya diharapkan

akan dapat ditiru dan dikembangkan oleh penyuluh agama.

Dari sisi motivasinya, muncul dorongan

afiliasi.Terdapat beberapa penyebab munculnya dorongan

afiliasi penyuluh agama (Hidayatulloh 2014 : 49), yaitu: (1)

penyuluh agama menyadari bahwa menjalin hubungan yang

baik dengan kelayan penyuluhan akan memudahkan

memenuhi kepentingan internal berupa kemudahan

pelaksanaan penyuluhan agama, (2) mempermudah

pengadaan administrasi untuk kenaikan pangkat.Secara

eksternal, (3) Penyuluh agamaakan mendapatkan berbagai

informasi yang diperlukan dalam pengembangan

penyuluhan termasuk dalam mengumpulkan informasi

perkembangan kehidupan beragama di masyarakat sekitar,

dan (4) pengawasan pimpinan yang akan menanyakan

kondisi wilayah binaan terutama menyangkut masalah

kehidupan beragama.57

57

Kementrian Agama RI, Naskah Akademik Bagi Penyuluh

Agama h.52

Page 63: Tuhan menciptakan keberagaman bukan untuk saling ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36721/1/EBOOK... · UH A G AMA P AD A DIT JEN BIMAS ISL AM ... 1969 Tentang

54

Dalam proses mencari format ideal penyuluh

tentunya terdapat banyak kekurangan-kekurang dalam PAI,

kekurangan-kekuragan ini disebabkan oleh berbagai faktor

PAI di berbagai daerah, yaitu faktor internal berupa: (1)

penyuluh agama belum dibekali sarana maupun prasarana

penunjang tugas yang cukup oleh organisasinya, dan

penyuluh agama mendapatkan tugas yang memerlukan

pembiayaan lebih sehingga sangat membebani penyuluh.

Akibatnya, pelaksanaan tugas oleh penyuluh agamahanya

didasarkan pada orientasi pemenuhan tugas minimal

dibanding orientasi pelayanan maksimal terhadap

masyarakat. Kondisi yang seperti ini yang berdampak pada

menurunnya kualitas layanan bimbingan dan penyuluhan

agama yang secara langsung maupun tidak langsung akan

mempengaruhi baik kompetensi maupun kinerjanya.

Kendala lain datang dari faktor eksternal berupa:

banyaknya masalah keagamaan dan munculnya aliran sesat

yang dapat menyebabkan goyahnya benteng rohaniah umat.

Kondisi ini tentunya akan menyulitkan penyuluh agama

dalam menjalankan tugasnya terutama bila tidak ditunjang

oleh kompetensi yang sesuai untuk menjawab berbagai

tantangan eksternal tersebut.58

Berdasarkan karakteristik pribadi penyuluh agama,

secara umum usia penyuluh agama berada pada rentang 35-

48 tahun (Hidayatulloh 2014 : 44). Linier dengan masa

kerja separuh lebih penyuluh yang dapat dikategorikan

rendah dengan kisaran masa kerja di bawah 8 tahun

(Hidayatulloh 2014 : 44). Lebih dari tiga perempat

responden berpendidikan S1. Namun demikian rata-rata

mereka telah mengenyam pendidikan di pesantren sebagai

58

Kementrian Agama RI, Naskah Akademik Bagi Penyuluh Agama

h.49

Page 64: Tuhan menciptakan keberagaman bukan untuk saling ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36721/1/EBOOK... · UH A G AMA P AD A DIT JEN BIMAS ISL AM ... 1969 Tentang

55

penyeimbang persyaratan pengetahuan yang diperlukan

sebagai seorang penyuluh agama (Hidayatulloh 2014 : 45).

Secara kedinasanbagi penyuluh agama, kesempatan

mengikuti pendidikan nonformal berasal dari empat

sumber, yaitu:(1) Kanwil Kementerian Agama Provinsi

melalui bidang yang berbeda,(2) Balai Diklat Keagamaan

yang khusus memberikan pendidikan nonformal yang

bersifat peningkatan kemampuan menyuluh,(3) Pemerintah

Provinsi, dan (4) Pemerintah kota/kabupaten yang

diperuntukkan bagi para penyuluh agama untuk ikut

membantu sebagian tugas dinas terkait.59

Namun demikian

kesempatan pendidikan nonformal ini pada umumnya

bukanlah merupakan kesempatan mengikuti pembinaan

yang memuaskan penyuluh agama, karena materi yang

disampaikan belum sesuai dengan kebutuhan dan realitas

kondisi kelayan penyuluhan di lapangan.

Tingkat kekosmopolitan penyuluh agama hampir

tiga perempatnya cenderung lokalit dibandingkan dengan

kosmopolit (70 berbanding 30) (Hidayatulloh 2014 : 47).60

Artinya interaksi penyuluh agamadengan lingkungan luar

masih belum terlalu jauh meninggalkan wilayah binaannya

di kecamatan. Hanya sebagian kecil responden yang

berinteraksi di tingkat maupun di luar kota/kabupaten

dengan medan garapan penyuluhan agama yang agak luas

baik di tingkat kota/kabupaten maupun melebarkan binaan

sampai ke level provinsi sesuai dengan kebutuhan kelayan

penyuluh agama masing-masing

59

Kementrian Agama RI, Naskah Akademik Bagi Penyuluh

Agama h.50 60

Kementrian Agama RI, Naskah Akademik Bagi Penyuluh

Agama h.51

Page 65: Tuhan menciptakan keberagaman bukan untuk saling ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36721/1/EBOOK... · UH A G AMA P AD A DIT JEN BIMAS ISL AM ... 1969 Tentang

56

Page 66: Tuhan menciptakan keberagaman bukan untuk saling ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36721/1/EBOOK... · UH A G AMA P AD A DIT JEN BIMAS ISL AM ... 1969 Tentang

57

BAB III

REGULASI NEGARA TERHADAP

PERLINDUNGAN UMAT

A. Kerukunan dan Perlindungan UmatBeragama

Indonesia adalah negara yang di dalamnya terdapat

keberagaman, keberagaman ini hadir dalam berbagai aspek.

Bukan hanya sebagai Negara kepulauan yang begitu kaya

akan keragaman bahasa, budaya dan adat, agama juga

begitu beragam. Dari Sabang hingga Merauke tergambar

jelas keragaman agama, menjadi sebuah pemandangan unik

dimana tempat ibadah setiap agama berjejer rapi, bahkan

sebagian saling berdampingan. Ini menegaskan betapa

keragaman Nusantara sebuah keniscayaan.

Kemajemukan masyarakatnya ditandai oleh berbagai

perbedaan, baik horizontal maupun vertikal. Perbedaan

horizontal meliputi kesatuan-kesatuan sosial berdasarkan

suku bangsa, bahasa, adat istiadat dan agama. Sedangkan

perbedaan yang bersifat vertikal menyangkut perbedaan

lapisan atas dan bawah yang dalam masyarakat kita saat ini

sangat tajam, baik di bidang sosial, ekonomi, politik

maupun budaya.1

Sejarah mencatat, betapa perbedaan agama juga bisa

menjadi sumber konflik. hal ini antara lain disebabkan

adanya distorsi atau parsial pemahaman terhadap agama,

sehingga mereka merasa berkewajiban menyiarkan dan

menarik orang lain kepada agamanya dengan cara

1 Mashudi, “Pendidikan Keberagaman Sebagai Basis Kearifan

Lokal (Gagasan Kerukunan Umat Beragama)”, Jurnal Tarbawi Vol. 11.

No. 1. Januari-Juni 2014, h. 48

Page 67: Tuhan menciptakan keberagaman bukan untuk saling ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36721/1/EBOOK... · UH A G AMA P AD A DIT JEN BIMAS ISL AM ... 1969 Tentang

58

pemaksaan. Akibatnya pemeluk agama tersebut akan

merasa agamanya dihina dan dipaksa menerima kebenaran

agama lain. Karena itu mereka akan melakukan serangan

balik dengan menjelekkan agama lawan tadi. Hal ini

kemudian diperparah dengan hadirnya faktor lain seperti

faktor sosial, ekonomi dan politik, yang mana kesemuanya

juga dapat memicu konflik bahkan perang agama.2

Berangkat dari besarnya peran agama dalam

perjuangan dan pembangunan, konstitusi menempatkan

agama dalam sistem kebangsaan dan kedudukan yang

penting. UUD 45 sebagai sumber utama rujukan hukum

Indonesia, telah menegaskan penjaminan akan hak-hak

menjalankan agama sesuai dengan keyakinannya masing-

masing. Meskipun UUD itu singkat yakni hanya terdiri atas

37 pasal, tetapi UUD itu telah memuat satu pasal yang

intinya mengatur tentang kebebasan menunaikan dan

mengamalkan agama. Hal ini tergambar jelas dalam Pasal

29 UUD 1945 menyatakan:

(1) Negara berdasar atas Ketuhanan Yang Maha Esa.

(2) Negara menjamin kemerdekaan tiap-tiap penduduk

untuk memeluk agamanya masing-masing dan untuk

beribadat menurut agamanya dan kepercayaannya itu.

Pasal 29 UUD 45 menjadi penanda awal urgensi

kehadiran negara dalam menjamin hak beribadah kepada

tiap-tiap agama. UUD 45 menjadi regulasi pertama yang

menjadi landasan bagi semua pihak untuk mendapatkan

hak-hak beragama, dan satu diantaranya diwujudkan

melalui kerukunan, baik internal maupun eksternal umat

beragama. Perlu dicatat, bahwa UUD ini disahkan sekitar

2 Harun Nasution, Islam Rasional, (Bandung: Mizan,1955,) h.

226-227

Page 68: Tuhan menciptakan keberagaman bukan untuk saling ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36721/1/EBOOK... · UH A G AMA P AD A DIT JEN BIMAS ISL AM ... 1969 Tentang

59

tiga tahun sebelum Deklarasi Universal HAM PBB

diadopsi, tahun 1948.3

Bagi bangsa Indonesia, agama bukanlah semata

tentang hubungan vertical manusia dengan Tuhan,

peribadaan yang bersifat individual. Lebih dari itu, agama

juga berkaitan dengan kehidupan sosial, relasi horizontal

yang terjabarkan dalam beragam bentuk. Di sini, agama

tidak selalu mengatur peribadatan, melainkan juga

mengatur relasi sosial antar individu, kelompok dan

lainnya. Karena agama merupakan bagian penting langkah

pembangunan karakter bangsa.

Konsensus urgensi hadirnya negara dalam

penjaminan hak-hak bernegara tersirat dalam sejarah

terbentuknya Departemen Agama. Dalam dokumen Ditjen

Bimas Islam disebutkan bahwa Departemen Agama lahir

dalam sistem tata negara Indonesia dari sebuah dialektika

yang konstruktif kebangsaan yang saat itu tengah mencari

jati diri dengan nama Kementerian Agama. Kelahirannya

diawali dari sebuah konsensus antara MIAI (Majelis Islam

A’la Indonesia) dengan GAPI (Gabungan Politik Indonesia)

menjelang berakhirnya kekuasaan Hindia Belanda pada

tahun 1941 dan diusulkan dalam sidang-sidang Badan

Penyelidik Persiapan Usaha Persiapan Kemerdekaan

Indonesia ( BPUPKI). Pada saat itu, disepakati nama

kementerian urusan agama yaitu Kementerian Urusan

Agama Islam. Fungsinya adalah mengurus persoalan-

persoalan agama secara utuh. Kemudian muncul usulan

3 M. Atho Mudzhar, “Instrumen Internasional dan Peraturan

Perundangan Indonesia tentang Kebebasan dan Perlindungan

Beragama,” disampaikan pada Sosialisasi SKB Ahmadiyah 21 Juli

2008.

Page 69: Tuhan menciptakan keberagaman bukan untuk saling ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36721/1/EBOOK... · UH A G AMA P AD A DIT JEN BIMAS ISL AM ... 1969 Tentang

60

dalam sidang BP-KNIP (Badan Pekerja Komite Nasional

Indonesia Pusat), semacam DPR sekarang, yang

disampaikan oleh Fraksi Islam di BP-KNIP, untuk dibentuk

sebuah departemen yang bertanggung jawab di bidang

agama tersendiri. Usulan tersebut diterima secara aklamasi

oleh peserta sidang BP-KNIP pada tanggal 26 November

1945 dan disetujui oleh pemerintah. Pada akhirnya, dalam

rapat BP-KNIP disepakati untuk mengajukkan Kementerian

Agama dalam sistem tata negara dan hal ini disepakati oleh

Perdana Menteri. Kesepakatan antara keduanya kemudian

diajukkan kepada Presiden. Tepat pada tanggal 3 Januari

1946, presiden Soekarno menandatangani Ketetapan

Presiden tentang Kementerian Agama. Inilah awal mula

lahirnya Kementerian Agama.4

Dalam konteks pelayanan masyarakat Islam,

kehadiran negara dalam menjamin hak-hak beragama bagi

umat Islam tergambar jelas saat perubahan nomenklatur

Direktorat Jenderal Penyelanggaraan Haji dan Bimbingan

Masyarakat Islam. Ditjen Bimbingan Masyarakat Islam

melepaskan diri dari Ditjen PHU untuk selanjutnya

membawahi empat bidang, yaitu Zakat, Wakaf, Urusan

Agama Islam dan Penerangan Agama Islam.

Ditjen Bimas Islam sendiri lahir dari sebuah

kegelisahan akan rendahnya peran Depag dalam pembinaan

masyarakat. Hal ini disebabkan Bimas Islam saat itu masih

tergabung dengan urusan haji. Energi saat itu lebih tertarik

kepada urusan haji ketimbang urusan bimbingan

masyarakat. Hal ini jelas berdampak kurang baik bagi

perkembangan dakwah Islam. Atas dasar itulah, maka ide

pemisahan Bimas Islam dari ditjen haji mulai

4 Dokumen Ditjen Bimas Islam Tahun 2007

Page 70: Tuhan menciptakan keberagaman bukan untuk saling ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36721/1/EBOOK... · UH A G AMA P AD A DIT JEN BIMAS ISL AM ... 1969 Tentang

61

direalisasikan. Hal ini tentunya diawali oleh sebuah

pemikiran yang matang. Bimas Islam berpisah dari urusan

haji setelah dilengkapi dengan visi dan misi yang jelas. Di

sinilah Bimas Islam mulai kembali menemukan perannya di

masyarakat.5

Dari paparan di atas dapat kita simpulkan, bahwa

keragaman Nusantara yang begitu kaya telah mendorong

hadirnya negara untuk menjamin kehidupan beragama yang

aman, damai dan sejahtera. Negara hadir tidak dalam

kapasitas mengatur substansi peribadatan dan ritual

keagamaan, akan tetapi hadir untuk memberi fasilitas dan

jaminan pemeluk agama dapat menjalankan keyakinannya

dengan baik.

Pemerintah telah menetapkan bahwa pembangunan

agama menjadi bagian dari proses menuju tercapainya

tujuan pembangunan nasional. Hal ini sebagaimana

tercantum dalam Misi pembangunan nasional sebagaimana

disebut dalam RPJPN 2005-2025 diantaranya yaitu

“Mewujudkan masyarakat berakhlak mulia, bermoral,

beretika, berbudaya, dan beradab berdasarkan falsafah

Pancasila”. Berdasarkan RPJPN 2005-2025 ini kita dapat

menangkap pesan bahwa Negara menempatkan

pembangunan bidang agama sebagai bagian integral

pembangunan nasional. Goal dari pembangunan Nasional

sendiri adalah mewujudkan Indonesia yang damai, adil,

demokratis dan sejahtera.

Merujuk pada amanat konstitusi dan RPJPN 2005-

2025, Pemerintah berkewajiban memberikan jaminan dan

perlindungan atas hak setiap warganya untuk memeluk

agama dan beribadat menurut agamanya, serta memberikan

5 Dokumen Ditjen Bimas Islam Tahun 2008

Page 71: Tuhan menciptakan keberagaman bukan untuk saling ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36721/1/EBOOK... · UH A G AMA P AD A DIT JEN BIMAS ISL AM ... 1969 Tentang

62

fasilitas dan pelayanan pemenuhan hak dasar warga

tersebut. Dalam konteks ini, pembangunan bidang agama

merupakan wujud nyata hadirnya negara dalam menjamin

hak dasar rakyat yang dijamin oleh konstitusi Negara, yaitu

hak beragama. Dengan demikian, maka pembangunan

bidang agama harus dapat menjiwai atau menjadi ruh bagi

pembangunan bidang-bidang lainnya sebagai landasan

moral dan etika; membina akhlak; etos kerja menghargai

prestasi; meningkatkan kerukunan; saling percaya dan

harmonisasi.6

Merujuk pada hal tersebut, maka tugas dan tanggung

jawab pemerintah adalah memberikan bimbingan dan

pelayanan agar setiap penduduk dapat melaksanakan ajaran

agamanya secara rukun, lancar, dan tertib. Karena itu

pulalah, arah kebijakan pemerintah dalam pembangunan

nasional di bidang agama adalah peningkatan kualitas

pelayanan dan pemahaman agama, kehidupan beragama,

serta peningkatan kerukunan intern dan antar umat

beragama. Sebagai turunannya, Kepala Daerah, dalam

rangka menyelenggarakan otonomi, mempunyai kewajiban

melaksanakan urusan wajib bidang perencanaan,

pemanfaatan, dan pengawasan tata ruang serta kewajiban

melindungi masyarakat, menjaga persatuan, kesatuan,

kerukunan dan keutuhan di daerahnya sebagai bagian dari

Negara Kesatuan Republik Indonesia.7

Merujuk pada Undang-Undang Republik Indonesia

Nomor 25 Tahun 2004 Tentang Sistem Perencanaan

Pembangunan Nasional Pasal 15 ayat 1 yang menyatakan

6 Dokumen Restra Ditjen Bimas Islam

7 Mashudi, “Pendidikan Keberagaman Sebagai Basis Kearifan

Lokal (Gagasan Kerukunan Umat Beragama)”, Jurnal Tarbawi Vol. 11.

No. 1. Januari-Juni 2014, h. 49

Page 72: Tuhan menciptakan keberagaman bukan untuk saling ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36721/1/EBOOK... · UH A G AMA P AD A DIT JEN BIMAS ISL AM ... 1969 Tentang

63

bahwa Pimpinan Kementerian/Lembaga menyiapkan

rancangan Renstra-KL sesuai dengan tugas pokok dan

fungsinya dengan berpedoman kepada rancangan awal

RPJM Nasional sebagaimana dimaksud dalam Pasal 14 ayat

(1), Kementerian Agama menyusun Rencana Strategis

Kementerian Agama tahun 2015 – 2019. Pada tanggal 19

Maret 2015, terbit Keputusan Menteri Agama (KMA)

Nomor 39 Tahun 2015 tentang Strategis Kementerian

Agama tahun 2015 – 2019. Dalam lampiran KMA No. 39

2015 disebutkan, kondisi umum pembangunan Bidang

Agama dan Bidang Pendidikan dalam kurun waktu lima

tahun mengacu pada upaya pencapaian tujuan Kementerian

Agama, mencakup 7 (tujuh) hal, yaitu: (1) Peningkatan

kualitas pemahaman dan pengamalan ajaran agama; (2)

Peningkatan kualitas pelayanan kehidupan beragama;

(3)Peningkatan pemanfaatan dan kualitas pengelolaan

potensi ekonomi keagamaan; (4) Peningkatan kualitas

kerukunan umat beragama; (5) Peningkatan kualitas

penyelenggaraan ibadah haji dan umrah; (6) Peningkatan

dan pemerataan akses dan mutu pendidikan agama dan

pendidikan keagamaan; dan (7) Peningkatan kualitas

tatakelola pembangunan bidang agama. 8

Kerukunan beragama menjadi salah satu isu sentra

Kementerian Agama. Dalam landasannya, Renstra

menyebutkan bahwa kerukunan beragama sesungguhnya

adalah nilai-nilai luhur yang telah lama diajarkan dan

diwariskan oleh nenek moyang bangsa Indonesia. Banyak

sekali sistem tradisi dan kearifan lokal (local wisdom) yang

berhasil dikonstruksi bangsa ini untuk menciptakan suasana

8 lampiran I Keputusan Menteri Agama Republik Indonesia

Nomor 39 tahun 2015 tentang Rencana Strategis Kementerian

Agama tahun 2015 - 2019

Page 73: Tuhan menciptakan keberagaman bukan untuk saling ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36721/1/EBOOK... · UH A G AMA P AD A DIT JEN BIMAS ISL AM ... 1969 Tentang

64

hidup rukun dan damai di tengah masyarakat yang plural.

Namun demikian, mengingat kerukunan beragama

merupakan sebuah kondisi dinamis yang secara terus-

menerus harus dipelihara, Pemerintah bersama-sama

seluruh komponen masyarakat harus terus senantiasa

berupaya menjaga dan melestarikannya.9

Tata kelola kerukunan beragama ini dikembangkan

untuk mewujudkan kehidupan beragama yang rukun dan

damai, dilandasi atas sikap toleran dan saling menghormati

di kalangan umat beragama. Tata kelola kerukunan ini

dibentuk tidak untuk mencampuri substansi dari agama dan

keyakinan yang dipeluk oleh warga negara.

Langkah strategis membangun tata kelola kerukunan

beragama dijelaskan secara terperinci dalam KMA tersebut.

Terdapat 4 (empat) sasaran kegiatan tata kelola kerukunan

umat beragama, yakni (1) perumusan dan sosialisasi

regulasi terkait kerukunan umat beragama; (2) peningkatan

kapasitas aktor-aktor kerukunan; (3) pemberdayaan Forum

Kerukunan Umat Beragama (FKUB), lembaga keagamaan,

dan institusi media; dan (4) pengembangan dan penguatan

kesadaran kerukunan umat beragama.10

Jelas, kehadiran Negara dalam rangka memastikan

pemeluk agama dapat menjalankan keyakinannya dengan

baik, aman dan damai. Konstitusi lahir untuk menjadi acuan

bagi pelaksanaan pelayanan kehidupan beragama

9 lampiran I Keputusan Menteri Agama Republik Indonesia

Nomor 39 tahun 2015 tentang Rencana Strategis Kementerian

Agama tahun 2015 - 2019

10 lampiran I Keputusan Menteri Agama Republik Indonesia

Nomor 39 tahun 2015 tentang Rencana Strategis Kementerian

Agama tahun 2015 - 2019

Page 74: Tuhan menciptakan keberagaman bukan untuk saling ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36721/1/EBOOK... · UH A G AMA P AD A DIT JEN BIMAS ISL AM ... 1969 Tentang

65

sebagaimana diamanatkan dalam UUD 1945. Agama

adalah elemen penting NKRI, menjadi penopang utama

kemerdekaan, serta berperan aktif menciptakan

pembangunan. Oleh sebab itunegara hadir untuk

mendorong peran agama lebih optimal dalam pembangunan

melalui penyediaan fasilitas penunjang pelaksanaan

keyakinan umat beragama.

1. Definis Kerukunan

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI),

kerukunan terdiri dari ke.ru.kun.an [n] yang berarti (1)

perihal hidup rukun; (2) rasa rukun; kesepakatan: hidup

beragama.11

Menurut M. Ridwan Lubis, kata “rukun”

berasal dari bahasa Arab: berarti tiang, dasar, dan sila.12

Dalam perkembangannya, kata “rukun” dalam bahasa

Indonesia digunakan sebagai kata sifat yang berarti cocok,

selaras, sehati, tidak berselisih. Sedangkan dalam bahasa

Inggris, kata “rukun” memiliki kesamaan arti dengan

harmonious atau concord. Dengan demikian, kerukunan

berarti kondisi sosial yang ditandai oleh adanya

keselarasan, kecocokan, atau ketidak berselisihan (harmoni,

concordance).13

Kerukunan disebut tiang, karena secara

filosofis, kerukunan merupakan tiangnya masyarakat. Jika

11

http://kamusbahasaindonesia.org/kerukunan/mirip (diunduh 24

Agustus 2015)

12 Ahmad Warson Munawwir, Al-Munawwir, Kamus Arab-

Indonesia, Yogyakarta:

Pondok Pesantren Al-Munawwir, l984, h. 567 13

Ridwan Lubis, Cetak Biru Peran Agama, (Jakarta, Puslitbang,

2005) h. 7-8

Page 75: Tuhan menciptakan keberagaman bukan untuk saling ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36721/1/EBOOK... · UH A G AMA P AD A DIT JEN BIMAS ISL AM ... 1969 Tentang

66

kerukunan tidak ada, maka robohlah bangunan yang disebut

masyarakat tersebut.14

Istilah “kerukunan” banyak digunakan dalam literatur

ilmu sosial. Kerukunan diartikan sebagai istilah integrasi

(lawan disintegrasi) yang berarti the creation and

maintenance of diversified patterns of interactions among

outonomous units. Kerukunan merupakan kondisi dan

proses tercipta dan terpeliharannya pola-pola interaksi yang

beragama diantara unit-unit (unsur/ sub sistem) yang

otonom. Kerukunan mencerminkan hubungan timbal balik

yang ditandai oleh sikap saling menerima, saling

mempercayai, saling menghormati dan menghargai, serta

sikap saling memaknai kebersamaan.15

Kata “Kerukunan”

kemudian menjadi kata baku ketika disandingkan dengan

“umat beragama.” Pengertian hubungan Antarumat

Beragama; Pengalaman Rukun dan Konflik di Indonesia”

adalah, ”keadaan berhubungan atau kontak persahabatan

antara para penganut agama dalam menjalani kehidupan

sosial dengan berpedoman kepada ajaran agama”.16

Kerukunan umat beragama menjadi isu hangat pasca

bergulirnya reformasi pada tahun 1998. Hal ini tidak berarti

menafikan diskursus kerukunan umat beragama

sebelumnya, namun intensitas munculnya istilah kerukunan

umat beragama mengalami peningkatan seiring dengan

bergulirnya orde reformasi. Di sini, kebebasan yang dibuka

14

Alirman Hamzah, “Hubungan Antarumat Beragama:

Pengalaman Rukun dan Konflik di Indonesia” TAJDID, Vol. 17, No.2,

November 2014, h. 156 15

M. Ridwan Lubis, Cetak Biru Peran Agama, (Jakarta,

Puslitbang, 2005) h. 7-8 16

Alirman Hamzah, “Hubungan Antarumat Beragama:

Pengalaman Rukun dan Konflik di Indonesia” TAJDID, Vol. 17, No.2,

November 2014, h. 157

Page 76: Tuhan menciptakan keberagaman bukan untuk saling ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36721/1/EBOOK... · UH A G AMA P AD A DIT JEN BIMAS ISL AM ... 1969 Tentang

67

secara lebar, juga mendorong elemen bangsa untuk

memformulasikan ulang konsepsi kerukunan.

Pasca gerakan reformasi, kemajemukan bangsa yang

landasan dibangunnya kerukunan umat beragama,

mendapatkan tantangan yang cukup serius. Dalam spektrum

yang lebih luas, kemajemukan bangsa yang salah satunya

dibangun di atas keragaman teologis, juga sering menjadi

sasaran untuk dipersalahkan sebagai sumber friksi, meski

tidak sedikit atau mungkin lebih banyak yang

menganggapnya sebagai kekuatan potensial, sebagai

kekayaan paripurna. Atas hal ini, ada baiknya membaca

pernyataan Geertz dalam Bahrul Hayat yang menyatakan

“…jika kekayaan Indonesia tidak dikelola dengan baik

dapat melahirkan pergesekan-pergesekan kultural yang

berujung pada ketidakstabilan politik dan integrasi

bangsa.”17

Oleh sebab itu munculnya diskursus kerukunan

umat beragama pasca era reformasi menjadi penanda bahwa

NKRI benar-benar membutuhkan kerukunan.

Istilah kerukunan umat beragama terus mendapatkan

ide-ide progresif. Kerukunan umat beragama menemukan

konsepsi aktualnya sebagai keadaan hubungan sesama umat

beragama yang dilandasi toleransi, saling pengertian, saling

menghormati, menghargai kesetaraan dalam pengamalan

ajaran agamanya dan kerjasama dalam kehidupan

bermasyarakat, berbangsa dan bernegara di dalam Negara

Kesatuan Republik Indonesia berdasarkan Pencasila dan

Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun

17

Jurnal Harmoni Badan Litbang dan Diklat Vol. 14 No. 2 2015,

h. 5

Page 77: Tuhan menciptakan keberagaman bukan untuk saling ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36721/1/EBOOK... · UH A G AMA P AD A DIT JEN BIMAS ISL AM ... 1969 Tentang

68

1945.18

Kerukunan tidak lagi berkutat pada hubungan antar

individu dalam keragaman, melainkan bagaimana kerukuan

berkontribusi lebih luas dalam pembangunan NKRI. Di

sinilah kita melihat pergeseran nilai-nilai kerukunan yang

positif sebagai pilar NKRI dalam melawan berbagai potensi

perpecahan.

Hal ini nampak pula dalam paparan M. Ridwan

Lubis yang menetapkan lima kualitas kerukunan yang

perlu dikembangkaan dalam konteks kekinian: religiusitas,

keharmonisan, kedinamisan, kreativitas, dan produktivitas.

Pertama, kualitas kerukunan hidup umat beragama

merepresentasikan kualitas sikap religius umatnya.

Kerukunan yang terbangun hendaknya merupakan bentuk

dan suasana hubungan yang tulus yang didasarkan pada

motif-motif suci dalam rangka pengabdian kepada Tuhan.

Oleh karena itu, kerukunan benar-benar dilandaskan pada

nilai kesucian, kebenaran, dan kebaikan dalam rangka

mencapai keselamatan dan kesejahteraan umat.

Kedua, kualitas kerukunan hidup umat beragama

harus mencerminkan pola interaksi antara sesama umat

beragama yang harmonis, yakni hubungan yang serasi,

“senada dan seirama,” tenggang rasa, saling menghormati,

saling mengasihi dan menyayangi, saling peduli yang

didasarkan pada nilai persahabatan, kekeluargaan,

persaudaraan, dan rasa sepenanggungan.

Ketiga, kualitas kerukunan hidup umat beragama

harus diarahkan pada pengembangan nilai-nilai dinamik

yang direpresentasikan dengan suasana yang interaktif,

18

Mashudi, “Pendidikan Keberagaman Sebagai Basis Kearifan

Lokal (Gagasan Kerukunan Umat Beragama)”, Jurnal Tarbawi Vol. 11.

No. 1. Januari-Juni 2014, h. 58

Page 78: Tuhan menciptakan keberagaman bukan untuk saling ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36721/1/EBOOK... · UH A G AMA P AD A DIT JEN BIMAS ISL AM ... 1969 Tentang

69

bergerak, bersemangat, dan bergairah dalam

mengembangkan nilai kepedulian, keaktifan, dan kebajikan

bersama.

Keempat, kualitas kerukunan hidup umat beragama

harus dioreintasikan pada pengembangan suasana kreatif.

Suasana yang dikembangkan, dalam konteks kreativitas

interaktif, diantaranya suasana yang mengembangkan

gagasan, upaya, dan kreativitas bersama dalam berbagai

sektor kehidupan untuk kemajuan bersama yang bermakna.

Kelima, kualitas kerukunan hidup umat beragama

harus diarahkan pula pada pengembangan nilai

produktivitas umat. Untuk itu, kerukunan ditekankan pada

pembentukan suasana hubungan yang mengembangkan

nilai-nilai sosial praktis dalam upaya mengentaskan

kemiskinan, kebodohan, dan ketertinggalan, seperti

mengembangkan amal kebajikan, bakti sosial, badan usaha,

dan berbagai kerjasama sosial ekonomi yang

mensejahterakan umat.19

Diskursus kerukunan umat beragama juga tak lepas

dari pro dan kontra. Dalam catatan penulis, satu diantara

titik perdebatan adalah kerukunan dikonotasikan sebagai

sinkretisme. Kerukunan seperti meniscayakan relativitas

kebenaran agama, sehingga hal ini dipandang bertentangan

dengan ideologi agama-agama. Namun bagi Said Agil al-

Munawwar, kerukunan antar umat beragama bukan berarti

merelatifir agama-agama yang ada dan melebur kepada satu

totalitas (sinkretisme agama) dengan menjadikan

agamaagama yang ada itu sebagai mazhab dari agama

totalitas itu, melainkan sebagai cara atau sarana untuk

19

M. Ridwan Lubis, Cetak Biru Peran Agama, (Jakarta,

Puslitbang, 2005), h. 12-13

Page 79: Tuhan menciptakan keberagaman bukan untuk saling ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36721/1/EBOOK... · UH A G AMA P AD A DIT JEN BIMAS ISL AM ... 1969 Tentang

70

mempertemukan, mengatur hubungan luar antara orang

yang tidak seagama atau antara golongan umat beragama

dalam kehidupan sosial kemasyarakatan.20

Jelas bahwa mendefinisikan kerukunan umat

beragama tidaklah semudah mengucapkan. Ada jalan terjal

yang menghiasi kelahirannya, selain pro dan kontra

terhadap makna dan eksistensinya. Istilah kerukunann umat

beragama memang dapat dimaknai secara sempit ataupun

luas. Namun demikian, kerukunan umat beragama

merupakan kebutuhan riil yang tak bisa dinegasikan dalam

konteks kebangsaan dan kenegaraan.

2. Trilogi Kerukunan

Sebagaimana dijelaskan di awal, bahwa kehadiran

pemerintah dalam memberikan pelayanan agama ditujukan

agar setiap pemeluk agama dapat melaksanakan ajaran

agamanya dengan rukun, lancar, dan tertib. Karena alasan

itu pulalah arah kebijakan pembangunan nasional di bidang

agama berorientasi pada peningkatan kualitas pelayanan

dan pemahaman agama, kehidupan beragama, serta

peningkatan kerukunan intern dan antar umat beragama.21

Dalam perjalanannya, dalam istilah kerukunan

dikenal luas Trilogi Kerukunan. Adalah Mukti Ali, Mantan

Menteri Agama RI, melontarkan gagasan cemerlang

tentang trilogi kerukunan yang berisi tentang:

1. Kerukunan internal umat beragama

2. Kerukunan antar umat beragama

3. Kerukunan umat beragama dengan pemerintah.

20

Said Agil Munawar, Fikih Hubungan Antar Umat Beragama

(Jakarta : Ciputat Press, 2005) hlm, 4-5. 21

Mashudi, “Pendidikan Keberagaman Sebagai Basis Kearifan

Lokal (Gagasan Kerukunan Umat Beragama)”, Jurnal Tarbawi Vol. 11.

No. 1. Januari-Juni 2014, h. 49

Page 80: Tuhan menciptakan keberagaman bukan untuk saling ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36721/1/EBOOK... · UH A G AMA P AD A DIT JEN BIMAS ISL AM ... 1969 Tentang

71

Tri kerukunan umat beragama adalah sebuah

paradigma lama di bidang keagamaan yang patut

dipertahankan bahkan diberdayakan agar lebih memberikan

manfaat yang jelas dan terukur dalam kehidupan sehari

hari. Di beberapa wilayah di Indonesia, trilogi kerukunan

ini memang masih hanya sebagai ucapan belaka (semu),

jauh dari kenyataan. Oleh karena itulah kerukunan hidup

baik intern maupun antar umat beragama harus senantiasa

dipupuk mengingat para pemeluk agama mempunyai

kecenderungan untuk menyebarkan kebenaran yang

diyakini (truth claim) kepada umat manusia. Jika

kecenderungan ini tidak diatur, maka akan menjadikan

masyarakat beragama saling berebut pengaruh yang pada

gilirannya dapat menimbulkan konflik antar agama.

Kerukunan yang dibangun atas dasar “toleransi

bertanggungjawab” sebagaimana di atas dianggap efektif

bagi pembinaan bangsa, oleh karena itu keberadaannya

mutlak diperlukan.22

Nasaruddin Umar memaparkan bahwa trilogi

kerukunan merupakan upaya spirit dari kitab suci agama-

agama. Membangun visi dan misi yang sama antara umat

beragama bukan sesuatu yang mudah. Salah satu upaya ke

arah sana ialah, bagaimana membaca ulang kitab suci

dengan collective memory yang sarat dengan prinsip negasi

(princeple of negation) yang selalu menekankan titik

perbedaan. Sudah waktunya kita membaca kitab suci

dengan menekankan titik temu (principle of identity).

Dengan seperti ini agama akan tampil sebagai sarana

22

Mashudi, “Pendidikan Keberagaman Sebagai Basis Kearifan

Lokal (Gagasan Kerukunan Umat Beragama)”, Jurnal Tarbawi Vol. 11.

No. 1. Januari-Juni 2014, h. 59

Page 81: Tuhan menciptakan keberagaman bukan untuk saling ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36721/1/EBOOK... · UH A G AMA P AD A DIT JEN BIMAS ISL AM ... 1969 Tentang

72

perekat (melting pot) integrasi bangsa, bukannya sebagai

faktor desintegrasi nasional.23

Umi Sumbulah dalam penelitiannya tentang

kerukunan di Kota Malang mendeskripsikan persepsi

publik Kota Malang dalam memaknai trilogi kerukunan.

Mereka membaginya pada kerukunan intern dan antarumat

beragama. Kerukunan intern umat beragama mengharuskan

lebih bertoleransi terhadap sesama umat Islam, dengan

syarat kelompok tertentu tidak memiliki akidah dan

keyakinan yang berbeda dengan Islam mainstream, seperti

Ahmadiyah dan Syi’ah.

Kerukunan antarumat beragama artinya saling

menghormati dan tenggang rasa terhadap umat beragama

lain. Ketika umat Nasrani merayakan Natal misalnya, umat

Islam mempersilahkan dan membantu pengamanan polisi,

tentara, dan lain-lain. Sebaliknya ketika umat Islam

melaksanakan Shalat Ied, yang bisa saja mengganggu

keseharian mereka karena jatuh pada hari Minggu

bertepatan dengan jadwal ibadah mereka, toleransi juga

dirasakan umat Islam.24

Kebebasan beragama sebagaimana diamanatkan oleh

konstitusi Undang-Undang Dasar Negara Republik

Indonesia Tahun 1945, khususnya Pasal 29 ayat (2), Pasal

28E ayat (1), dan Pasal 28I ayat (1) yang

diimplementasikan melalui Undang-Undang Nomor

1/PNPS/1965 tentang Penyalahgunaan atau Penodaan

Agama belum sepenuhnya memberikan kepastian hukum,

23

Nasaruddin Umar, “Kerukunan Sejati: Mulai Dari Kitab Suci,“

Makalah pada saresehan Moderasi Islam, 12 Maret 2008 24

Umi Sumbulah, “Pluralisme dan Kerukunan Umat Beragama

Perspektif Elite Agama di Kota Malang”Analisa Journal of Social

Science and Religion Volume 22 No. 01 June 2015, h. 3

Page 82: Tuhan menciptakan keberagaman bukan untuk saling ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36721/1/EBOOK... · UH A G AMA P AD A DIT JEN BIMAS ISL AM ... 1969 Tentang

73

terutama bagi agama-agama yang baru dipeluk oleh

penduduk Indonesia atau kepercayaan yang diklaim sebagai

agama baru di Indonesia. Namun demikian disadari bahwa

regulasi tentang kehidupan umat beragama yang ada

sekarang ini masih tersebar secara parsial dalam berbagai

peraturan perundang-undangan. Bahkan banyak regulasi

tersebut yang hanya diatur dalam peraturan setingkat

Menteri yang daya ikatnya dianggap sebagian kalangan

masih sangat lemah.

B. Regulasi Kerukunan Umat Kerukunan Umat

Beragama

1. Undang-Undang PNPS No.1 Tahun 1965 Tentang

Pencegahan Penyalah Gunaan dan atau Penodaan

Agama.

UU PNPS No. 1 Tahun 1965 misalnya, adalah

regulasi yang bertujuan memberikan perlindungan umat

beragama dari berbagai potensi pelecehan, konflik maupun

peniastaan agama. UU No. 1/PNPS/1965 ternyata sangat

terbuka di dalam menjamin kebebasan beragama di

Indonesia. Perlu juga dicatat bahwa UU No. 1/PNPS/1965

itu lahir sebelum Kovenan Internasional PBB tentang Hak-

hak Sipil dan Politik PBB tahun 1966.25

Secara tegas UU ini melarang apapun yang

dianggap dapat memicu munculnya konflik keagamaan.

Pasal 1 Undang-Undang No. 1/PNPS/1965 menyebutkan:

25

Atho Mudzhar, “Instrumen Internasional dan Peraturan

Perundangan Indonesiatentang Kebebasan dan Perlindungan

Beragama,” Makalah pada Sosialisasi SKB Tentang Ahmadiyah

Tanggal 28 Juni 2008

Page 83: Tuhan menciptakan keberagaman bukan untuk saling ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36721/1/EBOOK... · UH A G AMA P AD A DIT JEN BIMAS ISL AM ... 1969 Tentang

74

“Setiap orang dilarang dengan sengaja di muka

umum menceritakan, menganjurkan atau

mengusahakan dukungan umum, untuk melakukan

penafsiran tentang sesuatu agama yang dianut di

Indonesia atau melakukan kegiatan-kegiatan

keagamaan yang menyerupai kegiatan-kegiatan

keagamaan dari agama itu, penafsiran dan kegiatan

mana menyimpang dari pokok-pokok ajaran agama

itu”.

Secara tegas pula, Undang-Undang No.

1/PNPS/1965 menegaskan hak-hak pemeluk agama untuk

mendapatkan jaminan dan pelayanan dari pemerintah. Pada

penjelasan Undang-Undang No. 1/PNPS/1965 disebutkan:

Agama-agama yang dipeluk oleh penduduk di Indonesia ialah

Islam, Kristen, Katolik, Hindu, Budha dan khong Cu

(Confusius). Hal ini dapat dibuktikan dalam sejarah

perkembangan Agamaagama di Indonesia. Karena 6 macam

Agama ini adalah agama-agama yang dipeluk hampir seluruh

penduduk Indonesia, maka kecuali mereka mendapat jaminan

seperti yang diberikan oleh pasal 29 ayat 2 Undang-undang

Dasar, juga mereka mendapat bantuan-bantuan dan

perlindungan seperti yang diberikan oleh pasal ini. Ini tidak

berarti bahwa agama-agama lain, misalnya: Yahudi,

Zarasustrian, Shinto, Taoism dilarang di Indonesia. Mereka

mendapat jaminan penuh seperti yang diberikan oleh pasal 29

ayat 2 dan mereka dibiarkan adanya, asal tidak melanggar

ketentuan-ketentuan yang terdapat dalam peraturan ini atau

peraturan perundangan lain.26

Baik UUD 1945 maupun turunannya seperti

Undang-Undang No. 1/PNPS/1965 ini, merupakan bukti

bahwa Negara hadir untuk memberikan perlindungan atas

26

Penjelasan Atas Penetapan Presiden Republik Indonesia

Nomor 1/PNPS Tahun 1965

Page 84: Tuhan menciptakan keberagaman bukan untuk saling ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36721/1/EBOOK... · UH A G AMA P AD A DIT JEN BIMAS ISL AM ... 1969 Tentang

75

hak beragama dan beribadah, menjaga hak-hak warga

negara untuk menganut agama dan keyakinannya tanpa ada

gangguan dari pihak lain. Karena itulah, maka setiap agama

bebas untuk melaksanakan kegiatannya dengan tetap

menjaga toleransi, hak-hak orang lain serta tidak

menimbulkan kegiatan destruktif.

Pada prakteknya, tidak mudah menjabarkan arti

kebebasan beragama ini. Realitas sosial di masyarakat tak

jarang disuguhi berbagai gesekan yang bermuara pada isu-

isu kebebasan beragama. Keragaman keyakinan tak

sepenuhnya dapat dipahamai sebagia realitas. Sebaliknya,

keragaman tersebut sering menyulut lahirnya kecurigaan

yang tak jarang bermuara pada tindakan destruktif. Seperti

itulah konflik keagamaan terjadi, sering diawali dengan isu

kebebasan beragama yang sepenuhnya belum dapat

dipahami di kalangan bawah.

Setidaknya terdapat tiga isu yang sering muncul dan

ditengarai memicu konflik horizontal, baik internal maupun

eskternal umat beragama.

Pertama, pendirian rumah ibadah. Menteri Agama,

Lukman Hakim Saifuddin mengatakan bahwa pendirian

rumah ibadah masih menjadi sumber sengketa antar-umat

beragama hingga kini. Karena itulah, Menurutnya,

Rancangan Undang-Undang Perlindungan Umat Beragama

yang kini tengah digodok, akan mengatur pengadaan rumah

ibadah guna menghindari terjadinya konflik di tengah

masyarakat.27

Persoalan pendirian rumah ibadat banyak dipahami

masyarakat memiliki muatan kepentingan politis yaitu

berpeluang merubah peta regionalisasi agama di Indonesia.

27

http://nasional.tempo.co/read/news/2015/02/27/078645723/ke

menterian-agama-evaluasi-aturan-pendirian-rumah-ibadah, diunduh tgl

27 Agustus 2015

Page 85: Tuhan menciptakan keberagaman bukan untuk saling ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36721/1/EBOOK... · UH A G AMA P AD A DIT JEN BIMAS ISL AM ... 1969 Tentang

76

Sekalipun rumah ibadat adalah bangunan biasa

sebagaimana bangunan lainnya akan tetapi di dalamnya

memuat aspek lain yaitu asumsi politis yang menyatakan

bahwa kehadiran sebuah rumah ibadat menjadi petunjuk

adanya kelompok umat beragama yang menggunakan

bangunan rumah ibadat tersebut.28

Kedua, perbedaan penafsiran dan dugaan penistaan

agama. Kasus munculya aliran sempalan yang memicu

konflik sosial, adalah bukti bahwa masyarakat masih sangat

sensitif untuk menerima perbedan penafsiran. Meskipun,

penafsiran yang nyeleneh juga tidak mampu menunjukkan

kebenarannya secara metodologis. Kasus Ahmadiyah

adalah contoh lainnya yang diklaim sebagai penistaan

agama, sehingga ada banyak penyerangan kepada

komunitas Ahmadiyah. Secara tegas UU ini melarang

apapun yang dianggap dapat memicu munculnya konflik

keagamaan. Pasal 1 Undang-Undang No. 1/PNPS/1965

menyebutkan:

Setiap orang dilarang dengan sengaja di muka

umum menceritakan, menganjurkan atau

mengusahakan dukungan umum, untuk melakukan

penafsiran tentang sesuatu agama yang dianut di

Indonesia atau melakukan kegiatan-kegiatan

keagamaan yang menyerupai kegiatan-kegiatan

keagamaan dari agama itu, penafsiran dan kegiatan

mana menyimpang dari pokok-pokok ajaran agama

itu.

28

Ridwan Lubis, “PROLOG” dalam Pendirian Rumah Ibadat Di

Indonesia (Pelaksanaan Peraturan Bersama Menteri Agama dan

Menteri Dalam Negeri No. 9 dam 8 Tahun 2006), Jakarta: Badan

Litbang dan Diklat Kemenag, 2011 , h. xii

Page 86: Tuhan menciptakan keberagaman bukan untuk saling ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36721/1/EBOOK... · UH A G AMA P AD A DIT JEN BIMAS ISL AM ... 1969 Tentang

77

Ketiga, penyebaran ajaran agama. Persoalan terberat

di dalam mengelolaan manajemen keagamaan di Indonesia

tertumpu pada penyiaran agama dan pendirian rumah

ibadat. Penyiaran agama akan bersinggungan dengan peta

budaya yang sudah tertanam di dalam benak masyarakat

yaitu korelasi signifikan antara etnisitas dengan religiositas

yang disebut dalam istilah ilmu sosial religious affinity.

Religious affinity mengasumsikan bertemunya dua hal yang

berbeda sifat dan karakternya yaitu etnisitas yang diperoleh

melalui garis keturunan (ascribed status) dan religiositas

yang diperoleh melalui usaha sendiri (achieved status).29

Berbagai masalah yang menggangu kerukunan, pada

akhirnya mendorong pemerintah menerbitkan regulasi.

Regulasi-regulasi yang diterbitkan menyangkut ketiga hal

pokok isu kerukunan.

2. Surat Keputusan Bersama (SKB) NO. 1 Tahun 1969

Tentang Pelaksanaan Tugas Aparatur

Pemerintahan dalam Menjamin Ketertiban dan

Kelancaran Pelaksanaan Pengembangan dan Ibadat

Agama dan Pemeluk-pemeluknya.

Keputusan Bersama Menteri Agama Dan Menteri

Dalam Negeri No. 01 Tahun 1969 Tentang Pelaksanaan

Tugas Aparatur Pemerintahan Dalam Menjamin Ketertiban

Dan Kelancaran Pelaksanaan Pengembangan Dan Ibadat

Agama Oleh Pemeluk-Pemeluknya menjadi penanda

29

Ridwan Lubis, “PROLOG” dalam Pendirian Rumah Ibadat Di

Indonesia (Pelaksanaan Peraturan Bersama Menteri Agama dan

Menteri Dalam Negeri No. 9 dam 8 Tahun 2006), Jakarta: Badan

Litbangd an Diklat Kemenag, 2011 , h. xii

Page 87: Tuhan menciptakan keberagaman bukan untuk saling ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36721/1/EBOOK... · UH A G AMA P AD A DIT JEN BIMAS ISL AM ... 1969 Tentang

78

keseriusan pemerintah membangun kerukunan. SKB ini

ditandatangani oleh Menteri Agama KH. Moh. Dahlan dan

Menteri Dalam Negeri pada tanggal 13 september 1969.

Pada tahun 1960-an, muncul fenomena gangguan

kerukunan umat beragama yang disebabkan oleh penyiaran

agama yang berorientasi pada penambahan penganut untuk

menampung eks-pemberontak PKI tahun 1965, dan

pengrusakan rumah-rumah ibadat. Kondisi tersebut tidak

kondusif bagi terpeliharanya kerukunan antarumat

beragama, persatuan dan kesatuan bangsa. Pada tahun 1969

pemerintah menerbitkan Keputusan Bersama Menteri

Agama dan Menteri Dalam Negeri No 01/BER/Mdn-

Mag/1969 tentang Pelaksanaan Tugas Aparatur

Pemerintahan dalam Menjamin Ketertiban dan Kelancaran

Pelaksanaan Pengembangan dan Ibadat Agama oleh

pemeluk-pemeluknya. Selanjutnya disebut SKB 1969. Pada

waktu itu SKB tersebut menjadi acuan pokok dalam

memelihara kerukunan antarumat beragama.30

Dalam pertimbangannya, SKB ini lahir dengan

landasan bahwa Pemerintah mempunyai tugas untuk

memberikan bimbingan dan bantuan guna memperlancar

usaha mengembangkan agama sesuai dengan ajaran agama

masing-masing dan melakukan pengawasan sedemikian

rupa, agar setiap penduduk dalam melaksanakan ajaran

agama dan dalam usaha mengembangkan agama itu dapat

berjalan dengan lancar, tertib dan dalam suasana

kerukunan.

30

Yusuf Asry (ed), Pendirian Rumah Ibadat Di Indonesia

(Pelaksanaan Peraturan Bersama Menteri Agama dan Menteri Dalam

Negeri No. 9 dam 8 Tahun 2006), (Jakarta: Badan Litbang dan Diklat

Kemenag, 2011), h. xxi

Page 88: Tuhan menciptakan keberagaman bukan untuk saling ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36721/1/EBOOK... · UH A G AMA P AD A DIT JEN BIMAS ISL AM ... 1969 Tentang

79

Terdapat empat landasan filosofis terbitnya

Keputusan Bersama Menteri Agama Dan Menteri Dalam

Negeri No. 01 Tahun 1969 ini.

Pertama, kemerdekaan tiap-tiap penduduk untuk

memeluk agamanya masing-masing dan untuk beribadat

menurut agama dan kepercayaan dijamin oleh Negara. Hal

ini kembali menegaskan konsesnsus perlunya Negara hadir

dalam membangun kehidupan beragama sebagaimana

tercantum dalam UUD 1945. Kedua, Pemerintah

mempunyai tugas untuk memberikan bimbingan dan

bantuan guna memperlancar usaha mengembangkan agama

sesuai dengan ajaran agama masing-masing dan melakukan

pengawasan sedemikian rupa, agar setiap penduduk dalam

melaksanakan ajaran agama dan dalam usaha

mengembangkan agama itu dapat berjalan dengan lancar,

tertib dan dalam suasana kerukunan. Ketiga, Pemerintah

berkewajiban melindungi setiap usaha pengembangan

agama dan pelaksanaan ibadat pemeluk-pemeluknya,

sepanjang kegiatan-kegiatan tersebut tidak bertentangan

dengan hukum yang berlaku dan tidak mengganggu

keamanan dan ketertiban umum. Keempat, bahwa untuk itu,

perlu diadakan ketentuan-ketentuan mengenai pelaksanaan

tugas aparatur Pemerintah dalam menjamin ketertiban dan

kelancaran pelaksanaan pengembangan dan ibadat agama

oleh pemeluk-pemeluknya.

Keempat landasan ini merupakan perwujudan

komitmen Negara dalam memberikan pelayanan dan

memastikan setiap warga Negara dapat menjalankan

agamanya masing-masing, tanpa ada ancaman, gangguan

maupun penistaan. Dalam perspektif keberagamaan, SKB

No. 1 Tahun 1969 merupakan bentuk penguatan peran

Page 89: Tuhan menciptakan keberagaman bukan untuk saling ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36721/1/EBOOK... · UH A G AMA P AD A DIT JEN BIMAS ISL AM ... 1969 Tentang

80

Departemen Agama sebagai institusi yang bertanggung

jawab langsung membina kehidupan beragama.

SKB No. 1 Tahun 1969 memiliki tiga substansi

yang diatur:

Pertama, memastikan pemeluk agama dapat

beribadah dan menyebarkan keyakinannya. Terdapat tiga

pasal mengatur hal ini.

Pasal 1 menyebutkan:

Kepala Daerah memberikan kesempatan

kepada setiap usaha penyebaran agama dan

pelaksanaan ibadat oleh pemeluk-peneluknya,

sepanjang kegiatan tersebut tidak bertentangan

dengan hukum yang berlaku dan tidak menganggu

ketertiban

Pasal 2(1) Kepala Daerah membimbing dan

mengawasi agar pelaksanaan penyebaran agama dan

ibadat oleh pemeluk-pemeluknya tersebut:

a. tidak menimbulkan perpecahan

diantara umat beragama;

b. tidak disertai dengan intimidasi,

bujukan, paksaan atau ancaman

dalamsegala bentuknya;

c. tidak melanggar hukum serta

keamanan dan ketertiban umum.

(2) Dalam melaksanakan tugasnya tersebut

pada ayat (1) pasal ini, Kepala Daerah dibantu dan

menggunakan alat Kepala Perwakilan Departemen

Agama setempat.

Page 90: Tuhan menciptakan keberagaman bukan untuk saling ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36721/1/EBOOK... · UH A G AMA P AD A DIT JEN BIMAS ISL AM ... 1969 Tentang

81

Pasal 3(1) Kepala Perwakilan Departemen

Agama memberikan bimbingan, pengarahan dan

pengawasan terhadap mereka yang memberikan

penerangan/penyuluhan/ceramah agama/khutbah-

khutbah dirumah-rumah ibadat, yang sifatnya menuju

kepada persatuan antara semua golongan masyarakat

dan saling pengertian antara pemeluk-pemeluk agama

yang berbeda-beda.(2) Kepala Perwakilan

Departemen Agama setempat berusaha agar

penerangan agama yang diberikan oleh siapa pun

tidak bersifat menyerang atau menjelekkan agama

lain.

Penyebaran agama dan keyakinannya merupakan isu

yang sangat sensitif. Tak jarang isu penyebaran agama

tertentu sering memunculkan gesekan yang potensial

melahirkan konflik. Pada saat bersamaan, beragama tak

bisa dipisahkan dari kegiatan penyebaran, baik langsung

maupun tidak langsung. (3) pasal di atas memberikan

gambaran tentang aturan main dalam menyebarkan agama,

disertai dengan dimana dan bagaimana peran dan

kedudukan pemerintah dan departemen agama. Ketiga pasal

ini menegaskan bahwa pemerintah wajib memastikan

kebebasan hak pemeluk agama untuk menyebarkan

keyakinannya, dan pada saat yang bersamaan proses

penyebaran tersebut tidak boleh menimbulkan gesekan.

Kedua, pendirian rumah ibadah. Pendirian rumah

ibadah merupakan isu yang sangat sensitif. Tak jarang

pendirian rumah ibadah memunculkan konflik yang

menjerumuskan pada rusaknya kerukunan. Karena itulah

maka Pasal 4 secara tegas menyatakan cara main

mendirikan rumah ibadah.

Page 91: Tuhan menciptakan keberagaman bukan untuk saling ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36721/1/EBOOK... · UH A G AMA P AD A DIT JEN BIMAS ISL AM ... 1969 Tentang

82

Pasal 4(1) Setiap pendirian rumah ibadat perlu

mendapatkan izin dari Kepala Daerah atau pejabat

pemerintahan dibawahnya. (2) Kepala Daerah atau pejabat

yang dimaksud dalam ayat (1) pasal ini memberikan izin

yang dimaksud, setelah mempertimbangkan:

a. Pendapat Kepala Perwakilan Departemen

Agama setempat;

b. Planologi;

c. kondisi dan keadaan setempat.

(3) Apabila dianggap perlu, Kepala Daerah atau

pejabat yang ditunjuknya itu dapat meminta

pendapat dari organisasi-organsasi keagamaan dan

ulama/rohaniawan setempat.

Poin penting dari pasal empat ini adalah perizinan

pendidirna rumah ibadah. Mengapa harus mendapatkan

izin? Bukankah itu hak setiap umat beragama untuk

memiliki tempat ibadah? Perizinan membangun rumah

ibadah menunjukkan bahwa pemerintah ingin agar rumah

ibadah terlindungi secara hukum posistif. Pembangunan

rumah ibadah yang sering memunculkan konflik menjadi

alasan lahirnya ketentuan ini.

Kehadiran PBM diharapkan dapat menghindarkan

perselisihan seputar pendirian rumah ibadat, yang lain:

pembangunan rumah ibadat tanpa Izin Mendirikan

Bangunan (IMB), penggunaan gedung atau rumah tinggal

sebagai tempat ibadat bersama secara rutin tanpa izin dan

tanpa rekomendasi dari FKUB, pembangunan rumah ibadat

tanpa izin sementara, kesulitan pendirian rumah ibadat bagi

pemeluk agama minoritas, arogansi pembangunan rumah

ibadat yang dipaksakan kalangan minoritas tanpa prosedur

xxiii) sesuai PBM, manipulasi administrasi dan tanda

Page 92: Tuhan menciptakan keberagaman bukan untuk saling ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36721/1/EBOOK... · UH A G AMA P AD A DIT JEN BIMAS ISL AM ... 1969 Tentang

83

tangan pengguna rumah ibadat dan dukungan warga.

Masalah lain yaitu pembangunan rumah ibadat

dipersoalkan oleh masyarakat sekitar dan pencabutan IMB

oleh pemerintah daerah dan pertimbangan karena

meresahkan, menimbulkan gangguan keamanan dan

ketertiban.31

Pemerintah menyatakan bahwa pengaturan rumah

ibadat bukanlah intervensi negara atau pemerintah terhadap

agama. Pengaturan tersebut lebih bersifat

pengadministrasian saja. Hal ini terlihat dalam PBM Bab

IV tentang Pendirian Rumah Ibadat Pasal 14, sebagai

berikut: 1) Pendirian rumah ibadat harus memenuhi

persyaratan administrasi dan persyaratan teknis bangunan

gedung. 2) Selain memenuhi persyaratan sebagaimana

dimaksud pada ayat 1, bahwa pendirian rumah ibadat harus

memenuhi persyaratan khusus meliputi: a. Daftar nama dan

Kartu Tanda Tangan Penduduk pengguna rumah ibadat

paling sedikit 90 (sembilan puluh) orang yang disahkan

oleh pejabat setempat sesuai dengan tingkat batas wilayah

sebagaimana dimaksud dalam pasal 13 ayat (3). a.

Dukungan masyarakat setempat paling sedikit 60 (enam

puluh) orang yang disahkan oleh lurah/kepala desa. xxiv

b. Rekomendasi tertulis kepala Kantor Departemen Agama

(Kantor Kementerian Agama, Pen) Agama Kabupaten/Kota

dan; c. Rekomendasi tertulis FKUB Kabupaten/Kota. 3)

Dalam hal persyaratan sebagaimana dimaksud pada ayat (2)

31

Yusuf Asry, Pendirian Rumah Ibadat Di Indonesia

(Pelaksanaan Peraturan Bersama Menteri Agama dan Menteri Dalam

Negeri No. 9 dan 8 Tahun 2006), Jakarta: Badan Litbang dan Diklat

Kemenag, 2011, h. xxiii

Page 93: Tuhan menciptakan keberagaman bukan untuk saling ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36721/1/EBOOK... · UH A G AMA P AD A DIT JEN BIMAS ISL AM ... 1969 Tentang

84

pemerintah daerah berkewajiban memfasilitasi tersedianya

lokasi pembangunan rumahibadatan.32

Ketiga, penyelesaian konflik antar umat beragama.

Poin penting dari SKB ini adalah mekanisme penyelesaian

konflik yang muncul di masyarakat. Pasal lima

memaparkan mekanisme tersebut:

Pasal 5

(1) Jika timbul perselisihan atau pertentangan antara

pemeluk-pemeluk agama yang disebabkan karena

kegiatanpenyebaran agama atau pendirian rumah

ibadat, maka Kepala Daerah segera mengadakan

penyelesaian yang adil dan tidak memihak.

(2) Dalam hal perselisihan/pertentangan tersebut

menimbulkan tindakan pidana, maka

penyelesaiannya harus diserahkan kepada alat-

alat penegak hukum yang berwenang dan

diselesaikan berdasarkan hukum.

(3) Masalah-masalah keagamaan lainnya yang

timbul dan diselesaikan oleh Kepala Perwakilan

Departemen Agama segera dilaporkannya kepada

Kepala Daerah setempat.

Poin penting dari pasal 5 ini adalah posisi netral

pemerintah dan mekanisme dialogis dalam penyelesaian

konflik. Sebagai regulator, pemerintah harus memastikan

semua agama dapat menjalankan agama dan ajaran-

ajarannya, dna pada saat bersamaan kebebasan untuk

32

Yusuf Asry, Pendirian Rumah Ibadat Di Indonesia

(Pelaksanaan Peraturan Bersama Menteri Agama dan Menteri Dalam

Negeri No. 9 dam 8 Tahun 2006), Jakarta: Badan Litbangd an Diklat

Kemenag, 2011, h. xxiv

Page 94: Tuhan menciptakan keberagaman bukan untuk saling ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36721/1/EBOOK... · UH A G AMA P AD A DIT JEN BIMAS ISL AM ... 1969 Tentang

85

menjalankan agama tidak boleh merusak hak orang lain

dalam beragama.

Inilah tiga nilai yang diperoleh dari substansi SKB

NO. 1 tahun 1969. Kita melihat bahwa pemeirntah telah

meletakkan dasar-dasar kerukunan dalam bentuk regulasi

yang lebih teknis, tidak sebatas apa yang tercantum dalam

UUD 45, tidak sekedar slogan bahwa negara melincungi

hak-hak agama untuk tumbuh.

Secara substansi, SKB NO. 1 tahun 1969 telah

menjiwai semangat menjaga kerukunan. Namun dalam

aplikasinnya SKB ini dipandang masih memiliki

kerkuraangan, terutama masih adanya ambiguitas atau

istilah multitafsir. Dalam pasal-pasal masih menggunakan

bahasa general, seperti pasal satau yang menyebutkan

bahwa “Kepala Daerah memberikan kesempatan kepada

setiap usaha penyebaran agama dan pelaksanaan ibadat oleh

pemeluk-peneluknya, sepanjang kegiatan tersebut tidak

bertentangan dengan hukum yang berlaku dan tidak

menganggu ketertiban umum.” terdapat dua istilah yang

potensial melahirkan multi tafsir, yaitu “sepanjang kegiatan

tersebut tidak bertentangan dengan hukum yang berlaku”

dan “tidak menganggu ketertiban umum.”

3. Peraturan Bersama Menteri (PBM) No. 9 dan 8

Tahun 2006 Tentang Pedoman Pelaksanaan Tugas

Kepala Daerah /Wakil Kepala Daerah Dalam

Pemeliharaan Kerukunan Umat Beragama,

Pemberdayaan Forum Kerukunan Umat Beragama

(FKUB), dan Pendirian Rumah Ibadat.

Kemajuan siginifikan dalam hal regulasi terkait

kerukunan nampak dalam Peraturan Bersama Menteri

Agama Dan Menteri Dalam Negeri Nomor : 9 Tahun 2006

Page 95: Tuhan menciptakan keberagaman bukan untuk saling ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36721/1/EBOOK... · UH A G AMA P AD A DIT JEN BIMAS ISL AM ... 1969 Tentang

86

Nomor : 8 Tahun 2006 Tentang Pedoman Pelaksanaan

Tugas Kepala Daerah/Wakil Kepala Daerah Dalam

Pemeliharaan Kerukunan Umat Beragama, Pemberdayaan

Forum Kerukunan Umat Beragama, Dan Pendirian Rumah

Ibadat. Seperti halnya SKB No. 1 Tahun 1969, SKB Nomor

8 dan 9 tahun 2006 menjelaskan regulasi yang lebih

terperinci beberapa hal dalam kehidupan umat beragama.

Seiring dengan perkembangan ketatanegaraan tentang

pelaksanaan otonomi daerah dan peran WMAUB yang

terbatas, serta regulasi SKB dinilai memiliki kelemahan dan

multitafsir, maka diperlukan penyesuaian. Atas dasar itulah

pada era reformasi tepatnya tahun 2006- wakil-wakil

majelis agama yang difasilitasi oleh pemerintah berhasil

menyusun sebuah pedoman menggantikan SKB No

1/BER/Mdn-Mag/1969 pedoman dimaksud ialah Peraturan

Bersama Menteri Agama dan Menteri Dalam Negeri No 9

dan xxii) 8 Tahun 2006 tentang Pedoman Pelaksanaan

Tugas Kepala Daerah/Wakil Kepala Daerah dalam

Pemeliharaan Kerukunan Umat Beragama. Pemberdayaan

Forum Kerukunan Umat Beragama (FKUB) dan Pendirian

Rumat Ibadat, selanjutnya disebut PBM. Dengan PBM ini,

FKUB telah dibentuk di semua provinsi dan hampir semua

kabupaten/kota di seluruh Indonesia. Salah satu tugas

utamanya tentang pendirian rumah ibadat. Kajian dan

penelitian ini berkaitan dengan pendirian rumah ibadat

sebagai pelaksanaan PBM tahun 2006.33

PBM tahun 2006 merupakan kesepakatan

majelismajelis agama tingkat pusat yang terdiri dari Majelis

33

Yusuf Asry (ed), Pendirian Rumah Ibadat Di Indonesia

(Pelaksanaan Peraturan Bersama Menteri Agama dan Menteri Dalam

Negeri No. 9 dam 8 Tahun 2006), Jakarta: Badan Litbangd an Diklat

Kemenag, 2011, h. xxii

Page 96: Tuhan menciptakan keberagaman bukan untuk saling ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36721/1/EBOOK... · UH A G AMA P AD A DIT JEN BIMAS ISL AM ... 1969 Tentang

87

Ulama Indonesia (MUI), Persekutuan Gereja-Gereja di

Indonesia (PGI), Konferensi Wali Gereja Indonesia (KWI),

Parisadha Hindu Dharma Indonesia (PHDI) dan Perwakilan

Umat Budha Indonesia (WALUBI) bersama wakil dari

Kementerian Agama dan Kementerian Dalam Negeri. Hasil

kesepakatan tersebut disahkan oleh Menteri Agama dan

Menteri Dalam Negeri pada tanggal 21 Maret 2006.34

Pertama, distribusi tugas dan wewenang serta

tanggung jawab pemerintahan di daerah dalam menjaga

kerukunan.

Pasal 2 (1) Memeliharaan kerukunan umat

beragama menjadi tanggung jawab bersama umat

beragama, pemerintahan daerah dan Pemerintah.

Pasal 3 (1) Pemeliharaan kerukunan umat beragama

di provinsi menjadi tugas dan kewajiban gubernur.

(2) Pelaksanaan tugas dan kewajiban gubernur

sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dibantu oleh kepala

kantor wilayah departemen agama provinsi.

Pasal 4 (1) Pemeliharaan kerukunan umat beragama

di kabupaten/kota menjadi tugas dan kewajiban

bupati/walikota.

(2) Pelaksanaan tugas dan kewajiban

bupati/walikota sebagaimana dimaksud pada ayat (1)

3434

Yusuf Asry (ed), Pendirian Rumah Ibadat Di Indonesia

(Pelaksanaan Peraturan Bersama Menteri Agama dan Menteri Dalam

Negeri No. 9 dam 8 Tahun 2006), Jakarta: Badan Litbangd an Diklat

Kemenag, 2011, h. vii

Page 97: Tuhan menciptakan keberagaman bukan untuk saling ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36721/1/EBOOK... · UH A G AMA P AD A DIT JEN BIMAS ISL AM ... 1969 Tentang

88

dibantu oleh kepala kantor departemen agama

kabupaten/kota.

Pasal 5 (1) Tugas dan kewajiban gubernur

sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 meliputi:

a. memelihara ketenteraman dan ketertiban masyarakat

termasuk memfasilitasi terwujudnya kerukunan

umat beragama di provinsi;

b. mengoordinasikan kegiatan instansi vertikal di

provinsi dalam pemeliharaan kerukunan umat

beragama;

c. menumbuhkembangkan keharmonisan, saling

pengertian, saling menghormati, dan sating percaya

di antara umat beragama; dan

d. membina dan mengoordinasikan bupati/wakil bupati

dan walikota/wakil walikota dalam penyelenggaraan

pemerintahan daerah di bidang ketenteraman dan

ketertiban masyarakat dalam kehidupan beragama.

(2) Pelaksanaan tugas sebagaimana dimaksud pada

ayat (1) huruf b, huruf c, dan huruf d dapat didelegasikan

kepada wakil gubernur. 6

Pasal 6

(1) Tugas dan kewajiban bupati/walikota

sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 meliputi:

a. memelihara ketenteraman dan ketertiban

masyarakat termasuk memfasilitasi

terwujudnya kerukunan umat beragama di

kabupaten/kota;

Page 98: Tuhan menciptakan keberagaman bukan untuk saling ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36721/1/EBOOK... · UH A G AMA P AD A DIT JEN BIMAS ISL AM ... 1969 Tentang

89

b. mengordinasikan kegiatan instansi vertikal

di kabupaten/kota dalam pemeliharaan

kerukunan umat beragama;

c. menumbuhkembangkan keharmonisan,

saling pengertian, saling menghormati, dan

saling percaya di antara umat beragama;

d. membina dan mengoordinasikan camat,

lurch, atau kepala desa dalam

penyelenggaraan pemerintahan daerah di

bidang ketenteraman dan ketertiban

masyarakat dalam kehidupan beragama; e.

menerbitkan IMB rumah ibadat.

(2) Pelaksanaan tugas sebagaimana dimaksud pada

ayat.

Kedua, pembentukan FKUB sebagai lembaga yang

berfungsi sebagai wadah bagi masyarakat agama dalam

menjaga kerukunan.

1) FKUB dibentuk di provinsi dan kabupaten/kota.

2) Pembentukan FKUB sebagaimana dimaksud pada

ayat (1) dilakukan oleh masyarakat dan difasilitasi

oleh pemerintah daerah.

3) FKUB sebagaimana dimaksud pada ayat (1)

memiliki hubungan yang bersifat konsulta

(1) FKUB provinsi sebagaimana dimaksud dalam

Pasal 8 ayat (1) mempunyai tugas:

a. melakukan dialog dengan pemuka agama

dan tokoh masyarakat;

b. menampung aspirasi ormas keagamaan dan

aspirasi masyarakat;

Page 99: Tuhan menciptakan keberagaman bukan untuk saling ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36721/1/EBOOK... · UH A G AMA P AD A DIT JEN BIMAS ISL AM ... 1969 Tentang

90

c. menyalurkan aspirasi ormas keagamaan dan

masyarakat dalam bentuk rekomendasi

sebagai bahan kebijakan gubernur; dan

d. melakukan sosialisasi peraturan perundang-

undangan dan kebijakan di bidang

keagamaan yang berkaitan dengan

kerukunan umat beragama dan

pemberdayaan masyarakat.

Forum Komunikasi Umat Beragama (FKUB)

berperan penting dalam upaya menjaga harmoni umat

beragama. Sayangnya peran penting FKUB ini kurang

didukung oleh pemerintah daerah setempat dengan bantuan

dana operasional dan fasilitas yang memadai. Permasalahan

prinsip ini mengemuka dalam dialog Pengembangan

Wawasan Multikultural Antara Pemuka Agama Pusat dan

Daerah di Mamuju, Sulawesi Barat, Rabu (25/5). Menurut

Ketua FKUB Sulawesi Barat, Aruchul Thahir, FKUB hanya

semacam pemadam kebakaran. Pemda baru meminta

bantuan kalau ada masalah konflik keagamaan, sementara

dalam pembinaannya, FKUB sama sekali tidak membina,

bahkan tidak ada bantuan dana dari pemda. Pernyataan

senada dilontarkan Romo Beny Susetyo yang menyatakan

bahwa permasalahan nya sama di sebagian besar wilayah

Indonesia ini, yaitu masalah Pemda yang tidak mendukung

FKUB setempat. Bahkan untuk sosialisasi PBM saja tidak

berjalan.35

Ketiga, kebijakan teknis pendirian rumah ibadah.

Hal yang membedakannya dengan SKB sebelumnya, yaitu

SKB Nomo1 1965, adalah regulasi yang lebih terperinci

35

Tim Penyusun, Laporan Akhir Tahun 2011, Jakarta: Badan

Litbang dan Diklat Kemenag, 2012, h. 54

Page 100: Tuhan menciptakan keberagaman bukan untuk saling ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36721/1/EBOOK... · UH A G AMA P AD A DIT JEN BIMAS ISL AM ... 1969 Tentang

91

tentang mekanisme pendirian rumah ibadah. Hal ini sangat

jelas dalam pasal 14

Pasal 14

(1) Pendirian rumah ibadat harus memenuhi persyaratan

administratif dan persyaratan teknis bangunan

gedung.

(2) Selain memenuhi persyaratan sebagaimana dimaksud

pada ayat (1) pendirian rumah ibadat harus

memenuhi persyaratan khusus meliputi:

a. daftar nama dan Kartu Tanda Penduduk

pengguna rumah ibadat paling sedikit 90

(sembilan puluh) orang yang disahkan oleh

pejabat setempat sesuai dengan tingkat batas

wilayah sebagalmana dimaksud dalam Pasal

13 ayat (3);

b. dukungan masyarakat setempat paling sedikit

60 (enam puluh) orang yang disahkan oleh

lurah/kepala desa;

c. rekomendasi tertulis kepala kantor departemen

agama kabupaten/kota;

d. rekomendasi tertulis FKUB kabupaten/kota.

(2) Dalam hal persyaratan sebagaimana dimaksud pada

ayat (2) huruf a terpenuhi sedangkan persyaratan

huruf b belum terpenuhi, pemerintah daerah

berkewajiban memfasilitasi tersedianya lokasi

pembangunan rumah ibadat.

Page 101: Tuhan menciptakan keberagaman bukan untuk saling ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36721/1/EBOOK... · UH A G AMA P AD A DIT JEN BIMAS ISL AM ... 1969 Tentang

92

4. SKB Menteri Agama, Jaksa Agung dan Menteri

Dalam Negeri No: 03 Tahun 2008 tentang Masalah

JAI

Mengenai permasalahan JAI, Menteri Agama, Jaksa

Agung, dan Menteri Dalam Negeri pada tanggal 9 Juni

2008 telah menerbitkan Surat Keputusan Bersama (SKB)

Nomor: 03 Tahun 2008, Nomor: KEP-033/A/JA/6/2008,

Nomor: 199 Tahun 2008 tentang Peringatan dan Perintah

Kepada Penganut, Anggota, dan/atau Anggota Pengurus

Jemaat Ahmadiyah Indonesia (JAI) dan Warga Masyarakat,

yang berisi:

1. Memberi peringatan dan memerintahkan kepada warga

masyarakat untuk tidak menceritakan, menganjurkan

atau mengusahakan dukungan umum melakukan

penafsiran tentang suatu agama yang dianut di

Indonesia atau melakukan kegiatan keagamaan yang

menyerupai kegiatan keagamaan dari agama itu yang

menyimpang dari pokok-pokok ajaran agama itu;

2. Memberi peringatan dan memerintahkan kepada

penganut, anggota, dan/atau anggota pengurus JAI,

sepanjang mengaku beragama Islam, untuk

menghentikan penyebaran penafsiran dan kegiatan

yang menyimpang dari pokok-pokok ajaran Agama

Islam yaitu penyebaran faham yang mengakui adanya

nabi dengan segala ajarannya setelah Nabi Muhammad

SAW;

3. Penganut, anggota, dan/atau anggota pengurus JAI

yang tidak mengindahkan peringatan dan perintah

dalam SKB ini dapat dikenai sanksi sesuai ketentuan

peraturan perundangan termasuk terhadap organisasi

dan badan hukumnya;

Page 102: Tuhan menciptakan keberagaman bukan untuk saling ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36721/1/EBOOK... · UH A G AMA P AD A DIT JEN BIMAS ISL AM ... 1969 Tentang

93

4. Memberi peringatan dan memerintahkan kepada warga

masyarakat untuk menjaga dan memelihara kerukunan

umat beragama serta ketenteraman dan ketertiban

kehidupan bermasyarakat dengan tidak melakukan

perbuatan dan/atau tindakan melawan hukum terhadap

penganut, anggota, dan/atau anggota pengurus JAI.

5. Warga masyarakat yang tidak mengindahkan

peringatan dan perintah dalam SKB ini dapat dikenai

sanksi sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-

undangan.

6. Memerintahkan kepada aparat Pemerintah dan

pemerintah daerah untuk melakukan langkah-langkah

pembinaan dalam rangka pengamanan dan pengawasan

pelaksanaan Keputusan Bersama ini.

Perlu ditegaskan bahwa SKB itu bukanlah bentuk

intervensi Pemerintah terhadap keyakinan warga

masyarakat, melainkan upaya Pemerintah untuk

memelihara keamanan dan ketertiban masyarakat yang

terganggu karena adanya pertentangan dalam masyarakat

yang terjadi akibat penyebaran paham keagamaan

menyimpang.

Bagi Pemerintah, masalah Jemaat Ahmadiyah

Indonesia mempunyai dua sisi. Pertama, Ahmadiyah

adalah penyebab lahirnya pertentangan dalam masyarakat

yang berakibat terganggunya keamanan dan ketertiban

masyarakat. Sisi kedua, warga JAI adalah korban tindakan

kekerasan sebagian masyarakat. Kedua sisi ini harus

ditangani Pemerintah.

Seperti diketahui, SKB itu berisi 6 butir yang intinya

terbagi atas dua bagian. Pertama, memerintahkan kepada

penganut, anggota, dan/atau anggota pengurus Jemaat

Page 103: Tuhan menciptakan keberagaman bukan untuk saling ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36721/1/EBOOK... · UH A G AMA P AD A DIT JEN BIMAS ISL AM ... 1969 Tentang

94

Ahmadiyah Indonesia (JAI), sepanjang mengaku beragama

Islam, untuk menghentikan penyebaran penafsiran dan

kegiatan yang menyimpang dari pokok-pokok ajaran

Agama Islam, yaitu penyebaran faham yang mengakui

adanya nabi dengan segala ajarannya setelah Nabi

Muhammad SAW. Bagi pelanggarnya dapat dikenai sanksi

hukum termasuk badan hukum dan organisasinya. Sanksi

hukum yang dimaksud disini ialah Pasal 156a KUHP

tentang Penodaan Agama. Kedua, memerintahkan kepada

warga masyarakat untuk menjaga dan memelihara

kerukunan umat beragama serta ketenteraman dan

ketertiban kehidupan bermasyarakat dengan tidak

melakukan perbuatan dan/atau tindakan melawan hukum

terhadap penganut, anggota, dan/atau anggota pengurus

Jemaat Ahmadiyah Indonesia (JAI). Ini berarti Pemerintah

melindungi warga JAI sebagai warga negara yang selama

ini menjadi target tindak kekerasan sebagian warga

masyarakat. Bagi pelanggarnya dapat dikenakan sanksi

antara lain sebagaimana diatur dalam Kitab Undang-

Undang Hukum Pidana (KUHP) Pasal 156 tentang

penyebaran kebencian dan permusuhan, Pasal 170 tentang

tindakan kekerasan terhadap orang atau barang, Pasal 187

tentang pembakaran, Pasal 351 tentang penganiayaan,

Pasal 335 tentang perbuatan tidak menyenangkan, Pasal

406 tentang perusakan barang, dan lain-lain.

Dapat ditambahkan pula bahwa SKB ini meskipun

banyak dipahami orang bukan merupakan produk hukum

mengikat sebagaimana diatur dalam UU No. 10 Tahun

2004, tetapi menurut Pasal 7 ayat (4) UU ini, sesungguhnya

SKB ini mempunyai kekuatan hukum yang mengikat

karena diperintah peraturan perundangan yang lebih tinggi

yakni UU No. 1/PNPS/1965 tentang Pencegahan

Penyalahgunaan dan atau Penodaan Agama.

Page 104: Tuhan menciptakan keberagaman bukan untuk saling ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36721/1/EBOOK... · UH A G AMA P AD A DIT JEN BIMAS ISL AM ... 1969 Tentang

95

Selain itu SKB juga memerintahkan aparat pusat dan

daerah untuk melakukan langkah-langkah pembinaan dan

pengawasan bagi pelaksanaan SKB ini. Langkah

pembinaan ini dimaksudkan memberi kesempatan kepada

penganut JAI untuk memperbaiki perbuatannya yang

menyimpang itu. Secara teknis yuridis, jika terjadi

pelanggaran bagi SKB ini, maka masyarakat dapat

melaporkannya kepada aparat hukum, yang selanjutnya

akan mengambil tindak lanjut. Apakah suatu tuduhan suatu

penodaan agama itu telah terjadi atau tidak, akan dilakukan

oleh hakim di Pengadilan dengan tentu saja mendengarkan

saksi ahli.

5. Peraturan Pemerintah No 55 Tahun 2007 tentang

Pendidikan Agama dan Pendidikan Keagamaan

Mengenai pendidikan Agama dan pendidikan

Keagamaan, pemerntah telah menetapkan PP No.55 Tahun

2007 yang berisi:

KETENTUAN UMUM

Pasal 1

Dalam Peraturan Pemerintah ini, yang dimaksud dengan:

1. Pendidikan agama adalah pendidikan yang

memberikan pengetahuan dan membentuk sikap,

kepribadian, dan keterampilan peserta didik dalam

mengamalkan ajaran agamanya, yang dilaksanakan

sekurang-kurangnya melalui mata pelajaran/kuliah

pada semua jalur, jenjang, dan jenis pendidikan.

2. Pendidikan keagamaan adalah pendidikan yang

mempersiapkan peserta didik untuk dapat

menjalankan peranan yang menuntut penguasaan

Page 105: Tuhan menciptakan keberagaman bukan untuk saling ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36721/1/EBOOK... · UH A G AMA P AD A DIT JEN BIMAS ISL AM ... 1969 Tentang

96

pengetahuan tentang ajaran agama dan/atau menjadi

ahli ilmu agama dan mengamalkan ajaran agamanya.

PENDIDIKAN AGAMA

Pasal 2

(1) Pendidikan agama berfungsi membentuk manusia

Indonesia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan

Yang Maha Esa serta berakhlak mulia dan mampu

menjaga kedamaian dan kerukunan hubungan inter

dan antarumat beragama.

(2) Pendidikan agama bertujuan untuk berkembangnya

kemampuan peserta didik dalam memahami,

menghayati, dan mengamalkan nilai-nilai agama yang

menyerasikan penguasaannya dalam ilmu

pengetahuan, teknologi dan seni.

Pasal 4

(1) Pendidikan agama pada pendidikan formal dan

program pendidikan kesetaraan sekurang-kurangnya

diselenggarakan dalam bentuk mata pelajaran atau

mata kuliah agama.

(2) Setiap peserta didik pada satuan pendidikan di semua

jalur, jenjang, dan jenis pendidikan berhak mendapat

pendidikan agama sesuai agama yang dianutnya dan

diajar oleh pendidik yang seagama.

Pasal 5

(1) Pendidikan agama mendorong peserta didik untuk

taat menjalankan ajaran agamanya dalam kehidupan

sehari-hari dan menjadikan agama sebagai landasan

etika dan moral dalam kehidupan pribadi,

Page 106: Tuhan menciptakan keberagaman bukan untuk saling ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36721/1/EBOOK... · UH A G AMA P AD A DIT JEN BIMAS ISL AM ... 1969 Tentang

97

berkeluarga, bermasyarakat, berbangsa, dan

bernegara.

(2) Pendidikan agama mewujudkan keharmonisan,

kerukunan, dan rasa hormat diantara sesama pemeluk

agama yang dianut dan terhadap pemeluk agama lain.

PENDIDIKAN KEAGAMAAN

Pasal 9

(1) Pendidikan keagamaan meliputi pendidikan

keagamaan Islam, Kristen, Katolik, Hindu, Buddha,

dan Khonghucu.

(2) Pendidikan keagamaan diselenggarakan pada jalur

pendidikan formal, nonformal, dan informal.

(3) Pengelolaan pendidikan keagamaan dilakukan oleh

Menteri Agama.

Pasal 10

(1) Pendidikan keagamaan menyelenggarakan

pendidikan ilmu-ilmu yang bersumber dari ajaran

agama.

(2) Penyelenggaraan pendidikan ilmu yang bersumber

dari ajaran agama sebagaimana dimaksud pada ayat

(1) yang memadukan ilmu agama dan ilmu

umum/keterampilan terutama bertujuan untuk

mempersiapkan peserta didik pindah pada jenjang

yang sama atau melanjutkan ke pendidikan umum

atau yang lainnya pada jenjang berikutnya.

Page 107: Tuhan menciptakan keberagaman bukan untuk saling ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36721/1/EBOOK... · UH A G AMA P AD A DIT JEN BIMAS ISL AM ... 1969 Tentang

98

Pasal 12

(1) Pemerintah dan/atau pemerintah daerah memberi

bantuan sumber daya pendidikan kepada pendidikan

keagamaan.

(2) Pemerintah melindungi kemandirian dan kekhasan

pendidikan keagamaan selama tidak bertentangan

dengan tujuan pendidikan nasional.

Pasal 13

(1) Pendidikan keagamaan dapat berbentuk satuan atau

program pendidikan.

(2) Pendidikan keagamaan dapat didirikan oleh

Pemerintah, pemerintah daerah dan/atau masyarakat.

(3) Pendirian satuan pendidikan keagamaan wajib

memperoleh izin dari Menteri Agama atau pejabat

yang ditunjuk.

Berdasarkan PP. No. 55 tahun 2007, pendidikan

agama adalah pendidikan yang memberikan pengetahuan

dan membentuk sikap, kepribadian, dan keterampilan

peserta didik dalam mengamalkan ajaran agamanya, yang

dilaksanakan sekurang-kurangnya melalui mata

pelajaran/kuliah pada semua jalur, jenjang, dan jenis

pendidikan. Sedangkan Pendidikan keagamaan adalah

pendidikan yang mempersiapkan peserta didik untuk dapat

menjalankan peranan yang menuntut penguasaan

pengetahuan tentang ajaran agama dan/atau menjadi ahli

ilmu agama dan mengamalkan ajaran agamanya.

Berdasarkan PP. No 55 Tahun 2007 di atas juga

dijelaskan bahwa Pendidikan agama berfungsi membentuk

manusia Indonesia yang beriman dan bertakwa kepada

Tuhan Yang Maha Esa serta berakhlak mulia dan mampu

Page 108: Tuhan menciptakan keberagaman bukan untuk saling ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36721/1/EBOOK... · UH A G AMA P AD A DIT JEN BIMAS ISL AM ... 1969 Tentang

99

menjaga kedamaian dan kerukunan hubungan inter dan

antarumat beragama. Sedangkan tujuan pendidikan agama

untuk berkembangnya kemampuan peserta didik dalam

memahami, menghayati, dan mengamalkan nilai-nilai

agama yang menyerasikan penguasaannya dalam ilmu

pengetahuan, teknologi dan seni. Sedangkan pendidikan

keagamaan berfungsi mempersiapkan peserta didik menjadi

anggota masyarakat yang memahami dan mengamalkan

nilai-nilai ajaran agamanya dan/atau menjadi ahli ilmu

agama. Pendidikan keagamaan bertujuan untuk

terbentuknya peserta didik yang memahami dan

mengamalkan nilai-nilai ajaran agamanya dan/atau menjadi

ahli ilmu agama yang berwawasan luas, kritis, kreatif,

inovatif, dan dinamis dalam rangka mencerdaskan

kehidupan bangsa yang beriman, bertakwa, dan berakhlak

mulia.

Page 109: Tuhan menciptakan keberagaman bukan untuk saling ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36721/1/EBOOK... · UH A G AMA P AD A DIT JEN BIMAS ISL AM ... 1969 Tentang

100

Page 110: Tuhan menciptakan keberagaman bukan untuk saling ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36721/1/EBOOK... · UH A G AMA P AD A DIT JEN BIMAS ISL AM ... 1969 Tentang

101

BAB IV

PERAN PENYULUH AGAMA ISLAM DALAM

MENCEGAH KONFLIK ATAS NAMA AGAMA DI

INDONESIA

A. Konflik Agama di Indonesia

Sebelum abad ke-20 Indonesia sempat dijuluki

sebagai Negara yang toleran dalam hubungan antara umat

beragama. Namun, sayang sejak penghujung awal abad ke

21 julukan tersebut mulai digugat bahkan seakan-akan sirna

karena muncul berbagai konflik yang bernuansa agama.1

Peranan peyuluh agama dalam menangani konflik pada

tahap ini masih pada tataran pasca konflik belum sampai

kepada penanganan pra konflik. Penanganan pasca konflik

artinya penyuluh turun tangan menangani konflik setelah

konflik itu terjadi, dalam hal ini belum ada upaya

penanganan pra konflik dalam bentuk pencegahan agar

konflik tersebut tidak terjadi. Konflik-konflik tersebut

antara lain penyerangan terhadap Jamaah Ahmadiah

Indonesia di Tasiklmalaya serta konflik Sunni-Syiah di

Sampang. Dua kasus ini akan dijelaskan untuk

menggambarkan bagaimana konflik itu terjadi dan apa

peranan penyuluh terhadap dua kasus tersebut :

1. Konflik Penyerangan JAI di Tasikmalaya

Penyerangan terhadap kelompok Jamaah

Ahmadiah Indonesia (JAI) terjadi di Tasikmalaya

pada tahun 2013. Kabupaten Tasikmalaya merupakan

satu diantara pusat eksistensi Jamaah Ahmadiyah

1Ahmad Syafi’I Mufid (Ed), Kasus-Kasus Aktual Kehidupan

Keagamaan di Indonesia, (Jakarta: Kementrian Agama Badan Litbang

dan Diklat, 2014), h. Ix

Page 111: Tuhan menciptakan keberagaman bukan untuk saling ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36721/1/EBOOK... · UH A G AMA P AD A DIT JEN BIMAS ISL AM ... 1969 Tentang

102

Indonesia (JAI). Pemeluk Ahmadiyah di Kabupaten

Tasikmalaya tersebar di enam Kecamatan, yaitu Kec.

Salawu (mayoritas, +400 orang), Singaparna,

Cigalontang, Sukaratu, Parung Ponteng dan

Bantarkalong. Hal ini menyulitkan dalam

pemberdayaan, mengingat selain jarak antar

kecamatan sangat jauh, juga jumlahnya sangat sedikit

di masing-masing kecamatan, kecuali di Kecamatan

Salawu yang merupakan mayoritas dan pusat JAI.

Wilayah Tenjowaringin diketahui sebagai basis

JAI di Kabupaten Tasikmalaya. Sebagian besar

masyarakat di kampung tersebut tercatat sebagai

anggota JAI. Sedangkan di Kutawaringin, populasi

pengikut JAI tidaklah sebanyak di Tenjowaringin.

Dibanding Kutawaringin, Tenjowaringin menjadi

pusat konflik penyerangan dan perusakan aset JAI

oleh sekelompok ormas Islam.2

Keberadaan JAI telah mengusik berbagai

penentangan dari beberapa ormas Islam. Seperti

halnya isu-isu di tempat lain, JAI dianggap

melakukan penistaan agama dengan mengakui

beberapa ajaran yang bertentangan dengan dasar-

dasar syariat Islam. Tidak mengherankan, seperti

halnya di Kabupaten Kuningan, Lombok maupun

Cikeusik, eksistensi JAI mendapat perlawanan dari

2 Tidak pernah diperoleh angka pasti berapa pengikut Jai di Desa

Tenjowaringin. Selain tidak tersedianya kartu anggota JAI yang merata,

kondisi masyarakat di kedua desa tersebut sangat cair dan membaur,

mengingat baik anggota JAI maupun non JAI memiliki ikatan

persaudaraan, seperti anak-ayah, kakak-adik dan sejenisnya. Dilihat

dari aktifitasnya, di Tenjowartingin-lah terdapat banyak anggota JAI,

sementara di Kutawaringin hanya berkisar di angka 30-an. Wawancara

dengan Kasi Bimas Kemenag Kab. Tasikmalaya, 25 Juni 2013.

Page 112: Tuhan menciptakan keberagaman bukan untuk saling ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36721/1/EBOOK... · UH A G AMA P AD A DIT JEN BIMAS ISL AM ... 1969 Tentang

103

ormas Islam yaitu FPI dan kelompk garis keras

lainnya.3

Tercatat, permukiman Ahmadiyah di Desa

Tenjowaringi, Kabupaten Tasikmalaya, Jawa Barat,

diserang ratusan orang tidak dikenal. Penyerangan

tersebut berlangsung sekitar pukul 01.30 WIB,

Minggu dinihari tanggal 5 Mei 2013. Tidak ada

korban luka dalam peristiwa tersebut, namun

beberapa rumah yang sempat dilwati oleh masa tak

dikenal mengalami kerusakan.4 Kasus penyerangan

ini menyebabkan disharmoni antar umat beragama.

2. Konflik Sunni-Syiah di Sampang

Dunia terhenyak saat media massa

memberitakan tragedi kerusuhan di Sampang Madura

Jawa Timur. Berdasarkan release Tim Kementerian

Agama Provinsi Jawa Timur, konflik tersebut terjadi

pada hari Minggu tanggal 26 Agustus 2012, sekitar

pukul 11.30 WIB sampai dengan 13.30 WIB, di

tempat kejadian perkara (TKP), Dusun. Nangkernang

Desa. Karang gayam Kecamatan Omben, Kabupaten

Sampang. Bentrokan melibatkan kelompok Tajul dan

Kelompok Rois. Adapun rangkainnya adalah sebagai

berikut:

3 Front Pembela Islam (FPI) Kabupaten Tasikmalaya menjadi

motor penolakan eksistensi JAI di Tasikmalaya. Pada

perkembangannya, pada tahun 2011 FPI mendirikan Ikatan Masyarakat

Korban Aliran Sesat Ahmadiyah (IMKASA), dimana anggotanya

adalah mantan pengikut JAI. http://www.pikiran-rakyat.com/jawa-

barat/2011/06/20/149235/ratusan-mantan-jamaah-ahmadiyah-

deklarasikan-imkasa. 4 http://nasional.news.viva.co.id/news/read/410530-ahmadiyah-

tasikmalaya-diserang--garut-tingkatkan-

keamanan?fb_comment_id=328735603921317_1567573#f20d93a7ac

Page 113: Tuhan menciptakan keberagaman bukan untuk saling ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36721/1/EBOOK... · UH A G AMA P AD A DIT JEN BIMAS ISL AM ... 1969 Tentang

104

Kejadian bermula ketika anak-anak para

pengikut Syi'ah yang mondok di YAPI Bangil dan

Pekalongan akan kembali pasca libur lebaran.

Sementara itu, masyarakat meyakini bahwa mereka

tidak akan kembali lagi ke YAPI Bangil dan

Pekalongan karena dijamin biaya pendidikannya oleh

Pemkab Sampang untuk disekolahkan/dipondokkan

di lembaga pendidikan dan pesantren di Sampang.

Masyarakat menilai kalau mereka tetap kembali,

nantinya akan menjadi kader Syi'ah dan kelak akan

menjadi persoalan baru yang lebih besar;

Dari pemahaman seperti itu, masyarakat Karang

Gayam mencegah mereka untuk kembali ke

pondoknya. Sebaliknya, masyarakat menyarankan

mereka untuk kembali lagi ke rumah. Tidak ada

sedikitpun kekerasan dilakukan dan masyarakat Sunni

tidak membawa senjata tajam;

Selama perjalanan kembali ke rumah, belum

ada tanda-tanda perlawanan dari mereka. Hanya saja,

ketika sudah mendekati rumah Tajul Muluk,

komunitas Syi'ah mulai mengolok-olok, lalu

menyerang masyarakat Sunni dengan lemparan batu,

bom molotof, bahan peledak yang berisi butiran

kelereng, serta ranjau yang siap meledak ketika

diinjak;

Ketika masuk ke halaman rumah komunitas

Syiah, terdengar ledakan ranjau yang diinjak dan bom

molotof yang dilempar. Beberapa masyarakat pun

terluka oleh serpihan ledakan kelereng, baik yang

masih utuh maupun yang pecah. Di antara korban

yang semuanya berasal dari masyarakat Sunni itu ada

yang jari jemarinya putus, serta terluka di bagian

paha, bahu, dan kepala;

Page 114: Tuhan menciptakan keberagaman bukan untuk saling ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36721/1/EBOOK... · UH A G AMA P AD A DIT JEN BIMAS ISL AM ... 1969 Tentang

105

Masyarakat Sunni mundur untuk mengambil

senjata guna melawan kekerasan komunitas Syi'ah

dan meminta bantuan, di antaranya dengan

mengumumkan melalui pengeras suara di Mushalla.

Masyarakat lalu berdatangan untuk memberi bantuan.

Bentrokan antar kedua belah pihak yang sama-sama

membawa senjata pun tidak terelakkan;

Emosi massa semakin memuncak dan rumah

Tajul Muluk pun dibakar. Saat itu, terdengar ledakan

yang cukup besar. Kepolisian telah menangkap

sekitar 7 orang, dan semuanya adalah pengikut

kelompok Rois. Para pengikut Tajul dievakuasi di

pengungsian di GOR Indor Sampang, dan jumlahnya

mencapai sekitar 279 Pengungsi.5

Tentang adanya konflik kepentingan juga

ditemukan oleh Lembaga Perlindunagn Saksi dan

Korban (LPSK). Sebagaimana release yang

disampaikan, bahwa diantara penyebab konflik adalah

konflik pribadi antara Ro'is yang merupakan tokoh

Syiah dengan Tajul Muluk diikuti oleh masing-

masing pengikut secara berkepanjangan, hingga ke

event Pilkada, yang mana pada masa tersebut ada

pemilihan bupati Sampang dahulu, yang menggalang

masa serta suara dari masyarakat Sunni, namun pada

akhirnya dia (Bupati Sampang-red) tidak menang

juga, sehingga menjadi salah satu penyebab konflik.6

Informasi ini juga diperkuat dengan pengakuan

Ibunda Rois dan Tajul, bahwa konflik Syiah dan

masyarakat bukanlah murni karena persoalan

keyakinan. Kerusuhan tersebut murni berlatar

5Dokumen Ditjen Bimas Islam 2013

6http://news.detik.com/berita/2240068/lpsk-temukan-5-penyebab

-konflik-sunni-syiah-di-sampang-madura

Page 115: Tuhan menciptakan keberagaman bukan untuk saling ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36721/1/EBOOK... · UH A G AMA P AD A DIT JEN BIMAS ISL AM ... 1969 Tentang

106

belakang konflik keluarga yang tak lain adalah

keluarga tokoh masyarakat setempat, Tajul Muluk

dan Rois.7

Menurut Ibunda Tajul Muluk, Umi Ummah,

konflik terjadi antara Tajul Muluk berawal dari

masalah yang sangat pribadi, terus menjurus kepada

masalah keyakinan, hingga Rois pernah mengatakan

bahwa keluarga kafir. Ia pun mengingatkan kedua

anaknya agar menyelesaikan konflik, akan tetapi Rois

tidak mau dan memilih untuk melakukan carok

(jelaskan makna carok). Sejak itulah konflik tersebut

muncul hingga menjadi besar seperti sekarang ini,

bahkan hingga menimbulkan korban jiwa.8

Fakta ini juga diperkuat hasil kajian Tim

Kementerian Agama yang terdiri dari unsur Ditjen

Bimas Islam, Kanwil Kemenag Jawa Timur, IAIN

Sunan Ampel dan Kemenag Kabupaten Sampang.

Perseteruan antara kelompok Tajul dan kelompok

Rois berlatar belakang masalah keluarga (pribadi)

yang penyelesaiannya terus dilakukan dengan

melibatkan berbagai pihak antara lain: Kankemenag

7 Keduanya merupakan kakak beradik, anak pasangan Kyai

Mamun bin KH Achmad Nawawi dengan Ummah. Tajul Muluk

merupakan tokoh sentral dalam penyebaran ajaran Syiah. Keluarga

Kyai Mamun merupakan tokoh terpandang di wilayah Karang

Gayam.Tajul Muluk merupakan anak kedua dari delapan bersaudara.

Saudara tertuanya bernama Iklil al-Milal, yang rumahnya turut dibakar

masa anti syiah pada insiden kerusuhan tersebut. Sedangkan, adik Tajul

secara berurutan yakni Rois al-Hukama, Fatimah az-zahra, Ummu

Hani, Budur Makzuzah, ummu Kultsum, Ahmad Miftahul Huda. 8 Perempuan paruh baya yang kini juga ikut mengungsi bersama

warga Syiah di GOR Sampang, Madura.

http://news.okezone.com/read/2012/08/30/337/682477/asal-mula-

konflik-sampang-versi-ibunda-tajul-muluk-rois

Page 116: Tuhan menciptakan keberagaman bukan untuk saling ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36721/1/EBOOK... · UH A G AMA P AD A DIT JEN BIMAS ISL AM ... 1969 Tentang

107

Kab. Sampang dan Pemerintah Daerah Kab.

Sampang, serta Pemerintah Provinsi Jatim dan

Kanwil Kemenag Jatim.9

Berbagai fakta dana analisa dari pihak-pihak

terkait mengerucut pada satu kesimpulan yang begitu

kuat, bahwa konflik Dyiah di Sampang Jawa Timur

lebih kepada konflik politik antara dua tokoh Rosi

dan Tajul Muluk, yang mana konflik tersebut

memberi dampak yang luas terhadap berbagai aspek

kehidupan para pengikutnya. Fanatisme para pengikut

keduanya telah melahirkan absolutisme kebenaran,

sehingga merekapun akan membela apapun yang

diperintahkan kedua pimpinan tersebut, tanpa

mengindahkan rasionalitas. Pada akhirnya, sentimen

agamalah yang paling memungkinkan sebagai alasan

untuk menutupi kejadian yang sesungguhnya.

Meskipun demikian, konflik ini masih bernuasnas

konflik atas nama agama.

B. Peran Penyuluh Agama Dalam Menangani Konflik

Beban tugas Penyuluh Agama Islam (PAI)10

dalam

masa pembangunan dewasa ini, dituntut agar mampu

menyebarkan segala aspek pembangunan melalui pintu

agama agar penyuluhan dapat berhasil, maka seorang

penyuluh agama harus dapat memahami materi da’wah,

9Dokumen Ditjen Bimas Islam tentang Penanganan Konflik

Syiah-Sunni. 10

Istilah Penyuluh Agama mulai disosialisasikan sejak tahun

1985 yaitu dengan adanya Keputusan Menteri Agama nomor 791 Tahun

1985 tentang honorarium bagi Penyuluh Agama. Istilah Penyuluh

Agama dipergunakan untuk mengganti istilah Guru Agama Honorer

(GAH) yang dipakai sebelumnya di lingkungan kedinasan Departemen

Agama.

Page 117: Tuhan menciptakan keberagaman bukan untuk saling ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36721/1/EBOOK... · UH A G AMA P AD A DIT JEN BIMAS ISL AM ... 1969 Tentang

108

menguasai betul metode dakwah dan teknik penyuluhan,

sehingga diharapkan seorang penyuluh agama dapat

mencapai tujuan da’wah yaitu dapat mengubah masyarakat

sasaran kearah kehidupan yang lebih baik dan sejahtera

lahir maupun batin. Wajar kiranya penyuluh agama

diharapkan dapat berperan pula sebagai motivator

pembangunan.

1. Peran Penyuluh Agama pada Konflik JAI

Tasikmalaya

Salah satu peran pemerintah melalui penyuluh

agama Islam adalah upaya pencegahan konflik JAI

di Tasikmalaya telah dilakukan oleh pemerintah,

baik pusat maupun daerah. Pemerintah pusat yang

diwakili Kementerian Agama, telah mengambil

langkah-langkah penyelesaian permasalahan JAI.

Bersama Kejaksaan Agung, Departemen Dalam

Negeri, Mabes POLRI dan beberapa tokoh agama,

diselenggarakan dialog dengan Pengurus Besar JAI

sejak tanggal 7 September 2007 sampai dengan 14

Januari 2008. Pertemuan tersebut menghasilkan 12

butir penjelasan PB JAI tentang pokok-pokok

keyakinan dan kemasyarakatan warga JAI.11

Pemerintah Provinsi Jawa Barat juga

menerbitkan Peraturan Gubernur Jawa Barat

11

Dalam rangka memantau pelaksanaan 12 butir Penjelasan PB

JAI di lapangan, Menteri Agama telah membentuk Tim Pemantau dan

Evaluasi yang beranggotakan unsur-unsur dari Departemen Agama,

Kejaksaan Agung, Departemen Dalam Negeri, dan POLRI. Pemantauan

dan evaluasi di lapangan dilakukan selama 3 bulan di 55 titik komunitas

JAI, yang terdapat di 33 kabupaten/kota. Di samping itu Departemen

Agama telah melakukan kajian terhadap 21 buah buku yang diterbitkan

atau digunakan di kalangan JAI, dan sebuah buku berjudul Al-Qur’an

dengan Terjemahan dan Tafsir Singkat yang diterbitkan oleh JAI.

Page 118: Tuhan menciptakan keberagaman bukan untuk saling ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36721/1/EBOOK... · UH A G AMA P AD A DIT JEN BIMAS ISL AM ... 1969 Tentang

109

Nomor : 12 Tahun 2011 tentang Larangan Kegiatan

Jemaat Ahmadiyah Indonesia Di Jawa Barat pada

tanggal 2 Maret 2011. Terdapat tiga bagian penting

dari Pergub ini.

Pertama, pelarangan warga JAI melakukan

kegiatan dalam bentuk apapun sepanjang berkaitan

dengan kegiatan penyebaran penafsiran dan aktifitas

yang menyimpang dari pokok-pokok ajaran agama

Islam. Pergub No 12 2011 menegaskan pelarangan

bagi JAI untuk beraktifitas dalam dakwah. Warga

JAI diminta untuk tidak menyebarkan paham dan

ajarannya.

Hal ini sebagaimana tercantum dalam psal 4

Pergub 12 Tahun 2011.

Aktifitas Jemaat Ahmadiyah

Pasal 312

(1) Penganut, anggota dan/atau anggota pengurus

Jemaat Ahmadiyah dilarang melakukan aktifitas

dan/atau kegiatan dalam bentuk apapun sepanjang

berkaitan dengan kegiatan penyebaran penafsiran

dan aktifitas yang menyimpang dari pokok-pokok

ajaran agama Islam.

(2) Aktifitas/kegiatan sebagaimana dimaksud pada

ayat (1) meliputi :

a. penyebaran Ajaran Ahmadiyah secara lisan,

tulisan, ataupun melalui media elektronik;

12

Peraturan Gubernur Jawa Barat Nomor : 12 Tahun 2011

Page 119: Tuhan menciptakan keberagaman bukan untuk saling ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36721/1/EBOOK... · UH A G AMA P AD A DIT JEN BIMAS ISL AM ... 1969 Tentang

110

b. pemasangan papan nama organisasi Jemaat

Ahmadiyah Indonesia di tempat umum;

c. pemasangan papan nama pada rumah peribadatan,

lembaga pendidikan dan lain sebagainya dengan

identitas Jemaat

Ahmadiyah Indonesia; dan

d. penggunaan atribut Jemaat Ahmadiyah Indonesia

dalam bentuk apapun.

(3) Pemerintah Daerah menghentikan

aktifitas/kegiatan Penganut, anggota dan/atau

anggota pengurus Jemaat Ahmadiyah sebagaimana

dimaksud pada ayat (1) dan (2), sesuai ketentuan

peraturan perundang-undangan.

Kedua, himbauan kepada masyarakat untuk

tidak melakukan tindakan anarkis dalam merespon

warga JAI.

Pasal 4

(1) Masyarakat dilarang melakukan tindakan anarkis

dan/atau perbuatan melawan hukum berkaitan

dengan aktifitas Penganut, anggota dan/atau

anggota pengurus Jemaat Ahmadiyah yang

menyimpang dari pokok-pokok ajaran agama

Islam.

(2) Tindakan terhadap aktifitas Penganut, anggota

dan/atau anggota pengurus Jemaat Ahmadiyah

yang menyimpang dari pokok-pokok ajaran agama

Islam sebagaimana dimaksud pada ayat (1),

dilakukan aparat yang berwenang sesuai ketentuan

peraturan perundangundangan.

Page 120: Tuhan menciptakan keberagaman bukan untuk saling ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36721/1/EBOOK... · UH A G AMA P AD A DIT JEN BIMAS ISL AM ... 1969 Tentang

111

Ketiga, tugas dan tanggung jawab pembinaan

serta pengawasan JAI berada di pemerintah daerah.

Pasal 9

(1) Pemerintah Daerah melaksanakan pembinaan dan

pengawasan dalam penanganan Jemaat

Ahmadiyah, dengan mendayagunakan Majelis

Ulama Indonesia Jawa Barat, tokoh agama Islam

dan tokoh masyarakat setempat.

(2) Pembinaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)

bertujuan untuk memberi kesempatan kepada

Penganut, Anggota, dan/atau Anggota Pengurus

Jemaat Ahmadiyah untuk memperbaiki perbuatan

yang menyimpang dari pokok-pokok ajaran Islam.

(3) Pengawasan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)

bertujuan untuk mengambil langkah-langkah

tindaklanjut dalam penanganan kegiatan

penyebaran penafsiran dan aktifitas yang

menyimpang dari pokokpokok ajaran agama Islam

yang berdampak pada timbulnya konflik sosial dan

tindakan melawan hukum oleh masyarakat, sesuai

ketentuan peraturan perundang-undangan.

Pergub 12 2011 ini mendapat penentangan

dari pengikut JAI. Pasca terbitnya Pergub No.

12/2011, ekskalasi tindak anarkis terhadap JAI di

daerah-daerah malah bertambah. Hal tersebut

diungkapkan juru bicara JAI wilayah Priangan

Barat Rafiq Ahmad S. Gandakusuma saat bertemu

dengan Komisi E DPRD Jabar di Gedung DPRD

Prov. Jabar, Jln. Diponegoro, Kota Bandung,

Selasa (15/3/2011). Beberapa friksi itu antara lain

Page 121: Tuhan menciptakan keberagaman bukan untuk saling ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36721/1/EBOOK... · UH A G AMA P AD A DIT JEN BIMAS ISL AM ... 1969 Tentang

112

perusakan Masjid Ahmadiyah di daerah

Cipeuyeum Kab. Cianjur, perusakan 8 rumah

warga JAI di Kab. Bogor, penutupan sebuah

madrasah di daerah Jampang Kab. Sukabumi.13

Sementara, bagi pemprov Jawa Barat,

terbitnya Pergub No. 12/2011 merupakan langkah

antisipatif dan pencegahan atas permasalahan JAI

yang terus memunculkan konflik. Pergub

diterbitkan setelah sebelumnya digelar rapat

koordinasi pimpinan daerah pada 2 Maret 2011 di

Gedung Pakuan. Pada rapat tersebut, pimpinan

daerah yang terdiri dari Gubernur Jawa Barat,

wakil gubernur, DPRD Jawa Barat, Panglima

Kodam III/Siliwangi, Kapolda Jawa Barat, dan

Kepala Kejaksaan Tinggi Jawa Barat, mendukung

Pemprov Jabar untuk menetapkan Pergub larangan

kegiatan jemaat Ahmadiyah Jawa Barat. Pergub

ini terbit didasarkan pada pasal 14 ayat 1 huruf b

Undang-undang Nomor 32/2004 tentang

Pemerintah Daerah. Dan menindaklanjuti Surat

Keputusan Bersama Menteri Agama, Jaksa Agung,

dan Menteri Dalam Negeri yang tertuang dalam

Nomor 3/2008, Nomor Kep-033/A/JA/6/2008, dan

Nomor 199 tahun 2008 tentang peringatan dan

perintah kepada penganut, anggota, dan anggota

pengurus jemaat Ahmadiyah Indonesia dan warga

masyarakat. Menurut Gubernur Jawa Barat, Ahmad

Heryawan, Pergub diterbitkan untuk memelihara

keamanan dan ketertiban masyarakat dari adanya

13

http://www.pikiran-rakyat.com/serial-konten/terkait-pergub-

pelarangan-ahmadiyah

Page 122: Tuhan menciptakan keberagaman bukan untuk saling ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36721/1/EBOOK... · UH A G AMA P AD A DIT JEN BIMAS ISL AM ... 1969 Tentang

113

pertentangan akibat penyebaran paham yang

menyimpang.14

Di tingkat bawah, terbitnya SKB dan Pergub

Nomor 12/2011 menjadi landasan bagi pihak-pihak

terkait untuk mengambil langkah-langkah

aktisipatif guna mencegah konflik meluas. Dalam

hal ini, Majelis Ulama Indonesia (MUI) Kabupaten

Tasikmalaya, Kementerian Agama Tasikmalaya

dan staheholders menurunkan tim kecil untuk turun

ke lapangan dan memberi pembinaan warga di

wilayah Kecamatan Salawu.

Berdasarkan data KUA Kecamatan Salawu,

tercatat beberapa warga JAI menyatakan keluara

dari JAI. Diinisiasi oleh Ikatan Masyarakat Korban

Aliran Sesat Ahmadiyah (IMKASA), sejak 2011

diklaim 700 orang menyatakan bergabung dengan

Imkasa. Walau data tersebut sangat susah

terkonfirmasi, mengingat pendataan tidak disertai

dengan bukti tertulis.

Penanganan JAI dan berbagai masalah yang

muncul di sekitarnya bukan hanya tanggung jawab

pemerintah, melainkan seluruh elemen bangsa

sesuai dengan kapasitas dan posisinya. Keterlibatan

aktif elemen masyarakat berkontribusi besar dalam

mencegah konflik yang lebih jauh. Di sinilah

partisipasi masyarakat menjadi keharusan.

Masyarakat dengan beragam latar belakang dan

perannya harus diberikan ruang untuk berperan,

sehingga pencegahan dan penanggulangan

14

http://www.jpnn.com/read/2011/03/04/85753/Jabar-Resmi-

Larang-Aktivitas-Ahmadiyah-

Page 123: Tuhan menciptakan keberagaman bukan untuk saling ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36721/1/EBOOK... · UH A G AMA P AD A DIT JEN BIMAS ISL AM ... 1969 Tentang

114

radikalisme agama tidak melulu dengan cara-cara

represif dan penegakkan hukum.15

Secara terotis, konsepsi model dakwah

dengan mengedepankan nilai-nilai lokal sejalan

dengan teori partisipatoris. Dalam konteks konflik

bernuansa agama, partisipasi masyarakat harus

diberikan ruang yang seluas-luasnya dalam

pencegahan dan penanggulangan konflik tersebut.

Partisipasi masyarakat dapat diwujudkan dalam

beragam bentk: dialog budaya, pemberdayaan

ekonomi, bimbingan konseling. Dalam hal ini,

konflik bernuansa agama tidak lagi menjadi

domain hukum dan keamanan dalam penangannya,

melainkan juga menjadi domain masyarakat secara

luas untuk berpartisipasi, khususnya masyarakat di

wilayah konflik itu sendiri.

Permasalahan ideologi tidak dapat

diselesaikan dengan cara-cara yang represif, namun

harus dirumuskan cara penanggulangan yang

efekif, menggunakan penyelesaian dengan pola-

pola yang persuasif di mana faktor komunikasi dan

humanis menjadi kunci yang sangat penting (soft

approach).16

Tidak tepat jika penanganan JAI

diserahkan kepada penegak hukum semata dan

menyerahkan seluruh tanggung jawab

penyelesaiannya kepada pemerintah. Untuk itu

15

Jaja Zarkasyi, “Radikalisme dan Upaya Pencegahannya

Berbasis Partisipatoris,” dalam Jurnal Bimas Islam Vol. 7. No. 3 Tahun

2014, h. 581 16

Dhyah Madya Ruth S.N., S.H., M.Kn. (editor), Memutus Mata

Rantai Radikalisme Dan Terorisme, Jakarta: Lazuardi Birru, 2010, h.

13

Page 124: Tuhan menciptakan keberagaman bukan untuk saling ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36721/1/EBOOK... · UH A G AMA P AD A DIT JEN BIMAS ISL AM ... 1969 Tentang

115

harus diupayakan sinergi dari seluruh stakeholder,

harus dilihat bahwa persoalan ini bukan semata-

mata tanggung jawab pemerintah dan aparat. Ada

generasi dan tunas-tunas bangsa yang harus

diselamatkan dari bahaya konflik keagamaan.17

Penyuluh telah melakukan pemberdayaan

ekonomi yang merupkan opsi lain dalam

penanganan JAI di Tasikmalaya. Pemberdayaan

ekonomi bertujuan memperkuat program

pembinaan keagamaan di Kecamatan Salawu,

khususnya di Desa Tenjowaringin dan

Kutawaringin. Pemberdayaan ekonomi ini

dijalankan langsung oleh anggota Majelis Taklim

dan kelompok usaha dengan dibimbing kalangan

profesional dan tokoh agama. Menurut Kepala

Seksi Bimas Islam Kemenag Kabupaten

Tasikmalaya, Drs. H. Danial Abdul Kholik, M.Si,

pihaknya bersama tokoh agama telah melakukan

langkah permberdayaan ekonomi melalui kegiatan

peternakan, perkebunan dan usaha kecil lainnya.

Menurutnya, saat ini terdapat kelompok usaha

diantaranya pembibitan ikan, ternak kambing dan

pembibitan pohon jati.18

Pada tahun 2013, Direktorat Jenderal Bimas

Islam telah meluncurkan program pembinaan

kehidupan keagamaan melalui peningkatan

perekonomian, program ini melibatkan PAI yang

ada di Kabupaten Tasikmalaya khususnya di

17

Jaja Zarkasyi, “Radikalisme dan Upaya Pencegahannya

Berbasis Partisipatoris,” dalam Jurnal Bimas Islam Vol. 7. No. 3 Tahun

2014, h. 588 18

Wawancara dengan Danial Abdul Kholik, Juni 2013

Page 125: Tuhan menciptakan keberagaman bukan untuk saling ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36721/1/EBOOK... · UH A G AMA P AD A DIT JEN BIMAS ISL AM ... 1969 Tentang

116

daerah rawan konflik. Salah satu lokasi yang

menjadi sasaran adalah Kecamatan Salawu

Kabupaten Tasikmalaya yang beberapa tahun ke

belakang terjadi konflik antara warga masyarakat

dengan pemeluk JAI. Sebanyak 16 kelompok usaha

yang telah ada mendapatkan bantuan dana

pengembangan usaha, disamping bantuan

operasional bagi penguatan peran Majelis Taklim

sejumlah 3 lokasi dan pembangunan Madrasah

Ibtidaiyah (MI) Bahrussalam Desa Kutawaringin

Kecamatan Salawu.

2. Peran Penyuluh Agama pada Konflik Syiah-

Sunni di Sampang

Kasus kedua yang pernah dilakukan

Pemerintah Indonesia melalu Kementrian Agama

dan Penyuluh Agama Islam adalam merendam

konflik di Sampang. Sejak bergulir tahun 2012

hingga kini, terdapat catatan penting sebagai tolak

ukur pemanfaatan bantuan, yaitu menguatnya

solidaritas sosial di masyarakat. Meski Hal menarik

yang dapat dilihat di kedua desa binaan ini adalah

tingginya partisipasi masyarakat untuk

mengoptimalkan bantuan. Desa Kutawaringin

misalnya, mendapatkan alokasi bantuan

pembangunan MI sebesar Rp. 360.000.000,-.

Menurut Kasi Bimas Islam, Drs. H. Danial

Abdul Kholik, pihaknya secara intensif membangun

komunikasi dengan seluruh stake holders di

Kecataman Salawu guna memantau pelaksanaan

bantuan Bimas Islam. Hal ini bertujuan agar bantaun

dapat dikelola secara baik dan berdampak bagi

perekonomian masyarakat dan juga penguatan

kerukunan. Menurutnya, faktor partisipasi

Page 126: Tuhan menciptakan keberagaman bukan untuk saling ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36721/1/EBOOK... · UH A G AMA P AD A DIT JEN BIMAS ISL AM ... 1969 Tentang

117

masyarakat sangat menentukan keberhasilan

pembinaan. Tanpa adanya partisipasi, mustahil

program-program pembinaan dapat berjalan secara

baik, termasuk dalam pembinaan kerukunan di

Kecamatan Salawu.19

Kasus lain adalah kasus Syi’ah Sampang.

Perhatian dunia terhadap kasus Syiah di Sampang

sangat besar. Hal ini dapat dilihat dari setumpuk

petisi dari berbagai negara diantaranya Australia,

Amerika dan terbanyak adalah Belanda.

Kesemuanya meminta pemerintah Indonesia tegas

menyelesaikan masalah dan segera memulihkan

hak-hak hidup pengikut Syiah.20

Mendamaikan dua pihak yang berseteru,

tentunya tidak semudah dalam pandangan yang

sederhana. Masyarakat Sampang memiliki

karakteristik keberagamaan yang kuat dan tradisi

penghormatan yang begitu besar terhadap sosok

kyai/tokoh agama. Di samping itu, sikap keras

menjadi kendala tersendiri dalam proses dialog.

Sulitnya menemukan titik temu diantara kedua

pihak mendapatkan konfirmasi dalam penelitian

19

Hasilnya memang belumlah fantastis, tapi kita bisa melihat

semangat dan kerjasama antar masyarakat mulai nyata dan kini

silaturahim begitu erat. Kami yakin dan mendorong tokoh-tokoh lokal

menjadi penggerak bagi penguatan kerukunan, kami yang di luar

memberi support, karena tokoh-tokoh lokal ini lebih paham dan

mengerti suasana dan kondisi. (Mundiroh Lailatul Munawaroh,

Penyelesaian Konflik Sunni-Syiah Di Sampang Madura, tesis UIN

Sunan Kalijaga 2014, h. 127) 20

Berbagai petisi mencantumkan isi yang beragam, baik yang menolak

eksistensi Syiah dengan meminta pemerintah mengusir, ataupun

mendukung HAM pengikt Syiah dan meminta pemerintah menjaga

hak-haknya. Sejak 2012, petisi tersebut mencapai ratusan.

Page 127: Tuhan menciptakan keberagaman bukan untuk saling ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36721/1/EBOOK... · UH A G AMA P AD A DIT JEN BIMAS ISL AM ... 1969 Tentang

118

Mundiroh Lailatul Munawaroh. Dalam

penelitiannya disebutkan makna penyelesaian

konflik bagi kelompok Sunni dan kelompok Syiah

berbeda. Bagi kelompok Sunni konflik selesai jika

pihak pemerintah atau Tim Rekonsiliasi dapat

mencarikan cara memulangkan pihak Syiah yang

ikut-ikutan. Sedangkan pihak Syiah memberi

tanggapan bahwa Pemkab maupun Tim Rekonsiliasi

diharapkan dapat memberi ruang mediasi diantara

kedua belah pihak, menurut pihak Syiah konflik ini

dapatdiselesaikan oleh para ulama Sunni itu sendiri,

karena menurut mereka kuncinya ada pada para

kiai.21

Sebagai contoh, adalah persyaratan tobat

yang diajukan oleh kelompok Sunni terhadap pihak

Syiah jika hendak memulangkan kelompok mereka

ke kampung halamannya. Sementara pihak Syiah

tetap pada keyakinannya, dan pada akhirya titik

temu pun susah diperoleh.22

Sejalan dengan ketentuan konstitus bahwa

negara wajib memberikan perlindungan bagi

warganya untuk melaksanakan ajaran agama dan

keyakinannya, Kementerian Agama telah

mengambil langkah penanganan yang bersifat

komperehensif. Berdasarkan hasil kajian atas

berbagai hal yang menjadi pemicu konflik,

setidaknya terdapat tiga langkah penanganan yang

dilakukan Kementerian Agama:

21

Mundiroh Lailatul Munawaroh, Penyelesaian Konflik

Sunni-Syiah Di Sampang Madura, tesis UIN Sunan Kalijaga 2014, h.

129 22

Mundiroh Lailatul Munawaroh, Penyelesaian Konflik Sunni-

Syiah Di Sampang Madura, tesis UIN Sunan Kalijaga 2014, h. 129

Page 128: Tuhan menciptakan keberagaman bukan untuk saling ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36721/1/EBOOK... · UH A G AMA P AD A DIT JEN BIMAS ISL AM ... 1969 Tentang

119

1. Melakukan koordinasi dengan Kemenag

Provinsi dan Kabupaten Sampang untuk

mengambil langkah-langkah cepat, tepat, dan

strategi dalam menciptakan rekonsiliasi antar

keluarga dan rekonsiliasi antar warga;

2. Bekerja sama dengan seluruh pihak, Pemkab,

Pemprov, ulama, dan tokoh masyarakat dalam

proses mediasi di antara kedua kelompok yang

bertikai;

3. Melakukan pendampingan kepada kedua

kelompok untuk menenangkan situasi dan tidak

memperuncing masalah perbedaan Sunni dan

Syiah;

4. Menegaskan dan memberikan pemahaman

kepada masyarakat bahwa akar masalah kasus

Sampang adalah masalah keluarga, bukan

agama;

Langkah Kementerian Agama ini kemudian

diturunkan dalam kebijakan yang kebih teknis,

yakni penanganan kasus Syiah di Sampang

dilakukan secara bertingkat dengan koordinasi

berada di Kementerian agama Pusat. Gambaran

langkah-langkah dimaksud adalah sebagai berikut.

1) Kanwil Kementerian Agama Provinsi Jawa

Timur bersama Pemprov Jawa Timur:

a. Pada hari Selasa, 4 September 2012,

melakukan negosiasi dengan Tajul dan Ahlul

Bait Indonesia agara para pengungsi Syiah di

GOR Sampang mau dipindahkan ke tempat

yang lebih representatif, aman, nyaman, dan

manusiawi, yaitu di Puspa Agro Sukodono,

Sidoarjo dengan fasilitas 90 kamar, dekat

dengan perbelanjaan dan ada tempat ibadah.

Page 129: Tuhan menciptakan keberagaman bukan untuk saling ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36721/1/EBOOK... · UH A G AMA P AD A DIT JEN BIMAS ISL AM ... 1969 Tentang

120

Namun mereka menolak, dan pengungsi tetap di

GOR Sampang dengan fasilitas tambahan

tempat pendidikan sementara (tenda), jaminan

keamanan, dan menu makan yang layak. Para

pengungsi menghendaki kembali ke kampung

halaman dan meminta agar rumah mereka yang

telah dibakar massa tanggal 26 Agustus 2012

dibangun kembali.

b. Pada hari Selasa, 11 September 2012,

Kakanwil Kemenag Jatim dan Asisten III

Pemprov Jatim mengadakan pertemuan dengan

Tajul di LP Sidoarjo. Hasilnya, Tajul bersedia

mengadakan perjanjian perdamaian tanpa syarat

dengan Rais.

c. Pada hari Rabu, 12 September 2012, Kakanwil

mengadakan pertemuan di Kanwil Kemenag

Provinsi Jatim. Pertemuan itu dihadiri oleh

Rektor IAIN Sunan Ampel (Prof. Dr. Abd A’la),

Kabag TU Kanwil, dan Tim Penyelesaian Kasus

Sampang. Hasil diskusi dalam pertemuan itu

adalah sebagai berikut:

a) Kebanyakan masyarakat Madura yang terlibat

dalam konflik (70%), adalah buta huruf latin

(tapi menguasai tulisan arab). Umumnya,

mereka umumnya hanya mengenyam

pendidikan non formal di pondok pesantren.

b) Dalam kultur Madura, ada pandangan bahwa

orang tua, guru, pemerintah hanyalah simbol

saja. Adapun tokoh agama (ustads atau kyai)

merupakan panutan/sumber hukum satu-satunya

masyarakat. Sehubungan dengan itu, segala

sesuatu yang dinilai sebagai penghinaan dalam

Page 130: Tuhan menciptakan keberagaman bukan untuk saling ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36721/1/EBOOK... · UH A G AMA P AD A DIT JEN BIMAS ISL AM ... 1969 Tentang

121

hal agama,, akan sangat mudah memicu amarah

masyarakat Madura.

c) Kepatuhan masyarakat Madura pada sang

guru (tokoh agama) sangat kuat. Hal ini

disimbolkan dengan foto sang guru dan clurit

yang dipasang di dinding langgar-langgar

sebagai simbol kepatuhan dan keberanian.

d) Mayoritas masyarakat Karang Gayam dan

Blu’uran (daerah konflik) adalah santri K.H.

Aliyyul Khoror, pemimpin Ponpes Darut

Tauhid, Desa Lenteng, Kec. Kroppo, Kab.

Pamekasan yang aliran politiknya adalah SI

(Sarikat Islam).

e) Tingkat perekonomian masyarakat di daerah

konflik relatif rendah. Hal ini pula yang memicu

adanya kecemburuan sosial di antara kedua

belah pihak.

f) Akar permasalahan konflik di Sampang

Madura: pertama, masalah keluarga; kedua,

masalah asmara; ketiga, perbedaan fatwa

keagamaan; dan keempat, masalah politik-

kultural yang terakumulasi sehingga konflik

tidak kunjung terselesaikan.

g) Program/langkah yang direncanakan dalam

penanganan kasus kerusuhan di daerah

Sampang, di antaranya :

1. Mengirimkan penyuluh ke daerah konflik

setiap hari Jum’at secara bergiliran (10 orang)

untuk menjadi khotib Jum’at sebagai upaya

penyadaran dan peningkatan keimanan.

2. Menyiapkan program kerja jangka panjang

sebelum Baiat Perdamaian berupa:

Page 131: Tuhan menciptakan keberagaman bukan untuk saling ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36721/1/EBOOK... · UH A G AMA P AD A DIT JEN BIMAS ISL AM ... 1969 Tentang

122

- Menenangkan masyarakat (colling down)

agar tidak melakukan beragam aktivitas yang

memancing timbulnya konflik.

- Melakukan upaya konsolidasi dalam bentuk:

a. Bersilaturahmi dengan para tokoh di kedua

belah pihak; b. Ikut terlibat dalam kelompok-

kelompok pengajian, seperti yasinan; c.

Mengadakan halaqoh ulama dengan tujuan:

pertama, meningkatkan kesadaran masyarakat

bahwa Islam tidak mengajarkan kekerasan; dan

kedua, memberikan kesadaran untuk bisa

menerima kembali pengungsi untuk pulang ke

daerah asalnya.

3. Mengadakan penyuluhan-penyuluhan dengan

materi-materi mengenai kerukunan umat

beragama, dimana sasarannya adalah daerah

konflik dan pengungsi.

4. Untuk mempercepat dan meningkatkan nilai

tawar, berupaya mendorong Kementerian

Agama, Pusat dan Wilayah, untuk memberikan

bantuan-bantuan sosial, seperti: bantuan

pengusaha kecil (Dit. Urais), bantuan untuk

Madrasah Diniyah (Dit. PD Pontren), serta

bantuan Block Grand dan RKB (Dit. Pendidikan

Madrasah).

5. Hunian sementara yang disiapkan, berupa

tanah kosong yang sudah dibangun

barak/cluster-cluster rumah sederhana. Para

pengungsi ditampung di tiga titik perumahan,

yaitu: Barisan Indah, Permata Selong, dan

Permata Indah

6. Untuk pengamanan, hunian sementara ini

dijaga oleh pihak kepolisian setempat.

Page 132: Tuhan menciptakan keberagaman bukan untuk saling ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36721/1/EBOOK... · UH A G AMA P AD A DIT JEN BIMAS ISL AM ... 1969 Tentang

123

4) Pada hari Jum’at, 14 September 2012,

diadakan pertemuan Di Kantor Polda Jatim yang

dihadiri oleh Direskrim Polda Jatim, Asisten III

Pemprov Jatim, Rektor IAIN Sunan Ampel,

Kakanwil Kemenag Prov. Jatim, dan Saudara

Rois. Hasil pertemuan tersebut adalah sebagai

berikut:

a) Rois bersedia berdamai dengan Tajul, jika

santri Rois yang saat ini mengikuti Tajul

dikembalikan.

b) Rois bersedia diajak untuk berdamai dan

menjalin silaturahim

5) Pada hari Senin, 17 September 2012, Kabid

Pontren Jatim menemui ulama-ulama Sunni dan

Syiah.

b. Kantor Kementerian Agama Kab. Sampang

bersama Pemkab. Sampang

1) Melakukan pembinaan kepada korban yang

ada di GOR setiap habis isya’ dan jam 8, sambil

mengajak pengungsi agar mau kembali kepada

faham kebanyakan orang Nagkrengan

Karanggayam Omben Sampang;

2) Menyiapkan Pondok Pesantren yang siap

menampung para santriwan-santriwati pengikut

Tajul, meliputi: (1) Ponpes Daruttauhid (KH.

Muhaimin), (2) Ponpes Darul Ulum KH. Syafiq,

dan (3) Ponpes Shalafiyah Safiiyah (KH.

Mahrus);

3) Menyiapkan tempat pendidikan bagi anak-

anak di pengungsian dengan Tenda Darurat

sebagai tempat pendidikan

4) Para penyuluh dari Kantor Kementerian

Agama mengajarkan anak-anak di

Page 133: Tuhan menciptakan keberagaman bukan untuk saling ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36721/1/EBOOK... · UH A G AMA P AD A DIT JEN BIMAS ISL AM ... 1969 Tentang

124

pengungsian membaca Al-Qur’an yang

bukunya terbitan Kementerian Agama.

Langkah Kementerian Agama memang belum

sepenuhnya menghasilkan dampak yang luas. Jika

indikator keberhasilan adalah meredanya konflik,

maka itu sudah tercapai. Namun jika indikatornya

adalah dialog dan reunion pengikut Rois dan Tajul

Muluk, maka itu masih jauh dari cita-cita. Harus

diakui, menyatukan kembali dia blok yang berseteru

dan telah jatuh korban di kedua belah pihak, sangat

sulit bagi masyarakat Sampang.

Pada tahun 2012, tepatnya Bulan Desember,

Ditjen Bimas Islam melakukan pengiriman tenaga

penyuluh agama Islam dan dai ke daerah prioritas,

salah satunya adalah daerah rawan konflik

keagamaan. Sampang merupakan satu diantara 10

daerah tersebut. Sebanyak 2 orang tenaga PAI

diturunkan langsung ke lokasi dengan sasaran

pengungsi Syiah. Selama 1 bulan mereka

ditempatkan di GOR bersama pengungsi,

memberikan pendampingan dan bimbingan.

Kegiatan dakwah sudah dilakukan sekitar 25

hari oleh para Da’i Rahmatan Lil ‘Alamin yang

sebelumnya telah mendapatkan pelatihan dan

pembekalan di Jakarta. Adapun kondisi masyarakat

yang berada dipengungsian (GOR in door)

Lapangan Wijaya Sampang, sudah mengalami

kejenuhan karena sudah sekitar 5 bulan berada

dipengungsian. Mereka berharap cepat pulang ke

kampung halamannya dan bisa melakukan aktifitas

keseharian.

Walaupun waktunya tidak begitu panjang

alhamdulillah banyak masyarakat yang merespon

Page 134: Tuhan menciptakan keberagaman bukan untuk saling ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36721/1/EBOOK... · UH A G AMA P AD A DIT JEN BIMAS ISL AM ... 1969 Tentang

125

positif terhadap kegiatan yang dilakukan para Da’i

ini, bahkan masyarakat meminta dalam setiap

kegiatan supaya diselingi dengan ceramah yang di

sampaikan oleh tokoh ulama’, kiai, Ustad dan para

Da’i Rahmatan Lil ‘Alamin.23

Tidak semua orang dapat bebas masuk dan

menjumpai pengungsi. Bahkan, untuk dapat masuk

ke wilayah Karang Gayam, Tim Ditjen Bimas Islam

harus menunngu hampir 24 jam dan dikawal tim

kepolisian setelah sebelumnya berkordinasi dengan

berbagai pihak. Baik warga Syiah maupun Non

Syiah, memiliki kecurigaan bagi warga asing yang

masuk ke wilayahnya. Hal ini dapat dimaklumi,

mengingat trauma akan konflik yang begitu

menakutkan.

Maka, keberadaan PAI di GOR dan

memberikan bimbingan adalah sebuah proses yang

cukup panjang. Tidak hanya periziinan prosedural,

namun juga perizinan kultural melalui sowan

kepada tokoh-tokoh agama di wilayah Karangasem.

Barulah, setelah mendapatkan izin, pada tanggal 20

November 2012 tiga orang penyuluh Honorer dapat

masuk dan memberikan pembinaan di pengungsian.

Seperti halnya warga Sampang lainnya yang

memiliki keteguhan untuk berpegang kepada nilai-

nilai keislaman dan tergolong konsisten dalam

menjaga dan menerapkan nilai-nilai keislaman

ditengah-tengah masyarakat, para pengikut Syiah

23

Masyarakat menyadari bahwa kegiatan keagamaan (seperti

pengajian/majelis taklim dan lain-lain) merupakan pendidikan yang

berlangsung seumur hidup (life Long Education) dan manusia

diperintahkan untuk menuntut ilmu mulai dari buaian hingga ke liang

lahat.

Page 135: Tuhan menciptakan keberagaman bukan untuk saling ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36721/1/EBOOK... · UH A G AMA P AD A DIT JEN BIMAS ISL AM ... 1969 Tentang

126

juga memiliki nilai ketaatan beragam yang kuat.

Selain sholat dan mengaji, mereka juga sangat

antusias mendapatkan penyuluhan. Antusiasme ini

tentu menjadi langha mempermudah prose

pembinaan, mengingat akan sangat sulit jika

kehadiran penyuluh kurang mendapatkan respon.24

Dari dua kasus ini yang menjadi contoh dalam

penelitian ini menunjukan bahwa penyuluh belum

mampu secara maksimal mencegah konflik atas

nama agama, hal ini disebabkan oleh berbagai

faktor, diantaranya adalah belum ada regulasi yang

mengatur peran penyuluh agama Islam dalam

memilihara kerukunan dan peningkatan SDM

penyuluh dalam penanganan konflik.

C. Kebijakan Bimas Islam Terhadap Penyuluh Agama

Islam

Penanganan konflik bernuansa agama, meski

terdapat perbedaan atas penggunaan istilah ini, tidak bisa

dilepaskan dari peran Direktorat Jenderal Bimbingan

Masyarakat Islam. Harus diakui, beberapa tragedi

24

Bahkan, hampir semua masyarakat Sampang menjadikan

pendidikan agama sebagai pendidikan paling pokok dan paling utama

dalam menjalankan kehidupannya. Hal ini terlihat, hampir semua warga

Madura pernah mengenyam pendidikan di pondok pesantren.Pondok

pesantren di Kabupaten Sampang berkembang dengan cukup pesat, hal

ini ditunjukkan dengan meningkatnya jumlah pondok pesantren yang

ada di Kabupaten Sampang. Pada tahun 2008 pondok pesantren yang

ada di Kabupaten Sampang adalah sebanyak 294 unit, meningkat

sampai dengan tahun 2012 menjadi 395 unit atau telah terjadi

peningkatan sebesar 61,56 %. Fauzan, S.Sos.I, dkk,Laporan Kegiatan

Dai Rahmatan Lil’alamin, (Jakarta: Direktorat Penerangan Agama

Islam 2012), h. 9

Page 136: Tuhan menciptakan keberagaman bukan untuk saling ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36721/1/EBOOK... · UH A G AMA P AD A DIT JEN BIMAS ISL AM ... 1969 Tentang

127

kekerasan yang mengatasnamakan agama, tidak hanya

merusak citra agama itu sendiri, melainkan juga rusaknya

sendi-sendi kehidupan sosial kemasyarakatan. Rasa curiga

tumbuh dan mengikis rasa saling menghormati. Bahkan,

semangat mencari perbedaan lebih tinggi dibandingkan

semangat menemukan kesamaan. Karena itulah, konflik

bernuansa agama benar-benar menjadi ancaman serius bagi

stabilitas nasional.

Ditjen Bimas Islam sebagai institusi yang

menangani langsung kehidupan umat Islam, memiliki tugas

yang besar dalam membangun dan membimbing umat

Islam untuk tumbuh dalam bingkai NKRI yang heterogen.

Bimas Islam dalam tugasnya, bertanggung jawab untuk

membangun pemahaman, penghayatan, dan pengamalan

agama yang rahmatan lil’alamin, ramah dan penuh dengan

kedamaian; bersanding dalam kedamaian dalam keragaman

Nusantara.

Dalam kurun waktu 2008-2013, Ditjen Bimas Islam

mencatat beberapa kasus konflik internal umat beragama.

Beberapa kejadian merupakan masalah lama yang muncul

kembali. Sementara beberapa kejadian merupakan masalah

baru yang tidak memiliki kaitan dengan kasus lain

sebelumnya.25

Masalah lama yang muncul diantaranya adalah

Jemaat Ahmadiyah Indonesia (JAI). Permasalahan JAI

25

Ditjen Bimas Islam memberikan prioroitas penanganan kasus-

kasu keagamaan berdasarkan besar dampak yang ditimbulkannya.

Penanganan kasu-kasus tersebut juga disesuaikan dengan tingkat

masalah yang ditimbulkan. Karena itulah, penanganan dapat berupa

penyuluhan internal, penerjunan tim khusus hingga pembentukan satgas

berkoordinasi dengan instansi terkait.

Page 137: Tuhan menciptakan keberagaman bukan untuk saling ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36721/1/EBOOK... · UH A G AMA P AD A DIT JEN BIMAS ISL AM ... 1969 Tentang

128

selalu berulang dan tersebar di beberapa tempat. Kuningan,

Tasikmalaya, dan Lombok merupakan tempat-tempat yang

rutin memberitakan terjadinya bentrokan yang tidak jarang

menimbulkan korban jiwa dan harta. Seperti tidak

menemukan ujung, konflik di tiga wilayah tersebut terjadi

dan terjadi secara teratur.

Pada Minggu pagi (6/2/2011), sejumlah anggota

Jemaat Ahmadiyah Indonesia (JAI) terlibat bentrokan

dengan warga Desa Umbulan, Cikeusik, Pandeglang,

Banten yang menewaskan tiga orang dan lima lainnya luka

parah. Peristiwa tersebut dipicu ketidaksenangan warga

sekitar terhadap aktivitas JAI di wilayah tersebut. Meski

sempat dilarang warga, sejumlah anggota JAI tetap

menjalankan aktivitasnya. Situasi memanas setelah muncul

pernyataan dari JAI kepada warga yang bernada

menantang, sehingga bentrokan pun tak terhindarkan.26

Menurut Kapolres Pandeglang, memang warga

berkeinginan untuk mengusir warga JAI dari wilayah

mereka. Bahkan warga telah meminta pemimpin JAI untuk

membubarkan kegiatan jemaah itu, namun ditolaknya.

Salah seorang tokoh masyarakat setempat membenarkan

bahwa masyarakat berkeinginan untuk membubarkan

kegiatan JAI, menyusul keputusan MUI yang menyatakan

bahwa ajaran JAI adalah sesat, permintaan itu malah

diabaikan.27

Kasus tersebut akhirnya sampai di meja hijau.

Sebanyak 12 orang warga menjadi terdakwa, dimana

mereka dituntut antara lima sampai tujuh bulan penjara.

26

Laporan Tahunan Kehidupan Keagamaan di Indonesia 2011,

h. 8 27

Pikiran Rakyat, 7-2-2011 dengan judul “Penyerangan

Ahmadiah Tasikmalaya”

Page 138: Tuhan menciptakan keberagaman bukan untuk saling ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36721/1/EBOOK... · UH A G AMA P AD A DIT JEN BIMAS ISL AM ... 1969 Tentang

129

Dalam persidangan (Kamis, 7/7/2011), terkuat fakta bahwa

pemicu bentrokan di Cikeusik disebabkan adanya provokasi

pihak JAI. Kelompok JAI telah merencanakan bentrokan

dengan bukti ditemukannya senjata yang mereka bawa.

Bahkan pihak JAI secara sengaja merekam bentrokan

tersebut dan menyebarluaskan melalui internet. Pengadilan

juga membuktikan bahwa Kepala Keamanan Nasional JAI,

Deden Sudjana (Deden bin Surya Sudjana) menghasut 16

anggota JAI untuk melakukan bentrokan dengan warga

Cikeusik. Jemaat yang dihasut Deden berasal dari Jakarta,

Bogor, Bekasi, dan Serang. Mereka datang ke rumah

pimpinan JAI Cikeusik, Suparman. Sebelum bentrokan

terjadi, mereka telah mempersiapkan parang, tombak, dan

batu di rumah Suparman. Semua senjata tersebut kemudian

diamankan sebagai barang bukti. Karena hal ini pulalah

maka tuntutan lebih ringan, disebabkan bentrokan Cikeusik

dipicu oleh pihak JAI.28

Kasus konflik bernuansa agama juga terjadi di

Lampung, meski dalam skala yang kecil, yaitu agama

Bahai. Kasus ini bermula saat cucu Roni, berinisial Z, 9

tahun, mengajak lima belas temannya mengikuti bimbingan

belajar di rumah kakeknya (Juni 2010). Saat itu Z juga

mengajak anak Iwan Purwanto yang berusia 14 tahun.

Menurut Rusmini, yang diajarkan di sana menggambar,

bermain, dan berperilaku baik. Pengajarnya didatangkan

dari Jakarta. Warga mulai gempar ketika tiga anak SD

makan di sebuah warung mi ayam di pasar Desa Sidorejo.

Mereka mendengar ketiganya berdoa sebelum makan

dengan kalimat dan nada yang asing di telinga. Menurut

Asep Subari, orang tua dari salah satu anak yang diduga

28

3Republika, 8 Juli 2011 dengan judul “Sy’ah Sampang”

Page 139: Tuhan menciptakan keberagaman bukan untuk saling ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36721/1/EBOOK... · UH A G AMA P AD A DIT JEN BIMAS ISL AM ... 1969 Tentang

130

diajarkan agama Bahai, doa yang diucapkan adalah:

“jadikanlah intisari kebersihan di antara umat manusia”.29

Mendengar doa yang aneh itu, warga kemudiam

menginterogasi ketiga anak SD tersebut. Mereka mengaku

mendapat ajaran tersebut dari rumah Roni. Warga pun

berang, mereka ramai-ramai mendatangi rumah Roni dan

menyeretnya ke Kepolisian Resor Lampung Timur. Dua

pekan kemudian giliran Iwan Purwanto yang ditahan polisi.

Seperti Roni ia dituduh mengajari anak-anak agama Bahai.

Dalam kasus ini Syahroni dan Iwan Purwanto dituduh

mengubah agama anak-anak tetangga mereka. Pada

November 2010, hakim Pengadilan Negeri Lampung Timur

memvonis keduanya lima tahun penjara ditambah denda Rp

50 juta. Merasa keberatan dengan vonis tersebut, Syahroni

dan Iwan Purwanto mengajukan kasasi. Namun pada bulan

Mei 2011, Mahkamah Agung menolak kasasi yang

diajukan Syahroni dan Iwa Purwanto yang dipidana karena

melanggar pasal 8630

Undang-undang Nomer 23 Tahun

2002 tentang perlindungan anak.31

Komitment menjaga karagaman dan kerukunan

Nusantara menjadi tugas dan tanggung jawab Bimas Islam

untuk mengawal keragaman Nusantara. Hal ini tentunya

29

Laporan Tahunan Kehidupan Keagamaan di Indonesia 2011,

h. 10 30

Adapun bunyi isi pasal tersebut adalah: “Setiap orang yang

dengan sengaja menggunakan tipu muslihat, rangkaian kebohongan,

atau membujuk anak untuk memilih agama lain bukan atas kemauannya

sendiri, pada hal diketahui atau patut diduga bahwa anak tersebut belum

berakal dan belum bertanggung jawab sesuai dengan agama yang

dianutnya dipidana dengan pidana penjara paling lama 5 (lima) tahun

dan/atau denda paling banyak Rp 100.000.000,00 (seratus juta rupiah)”. 31

Laporan Tahunan Kehidupan Keagamaan di Indonesia 2011,

h. 11

Page 140: Tuhan menciptakan keberagaman bukan untuk saling ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36721/1/EBOOK... · UH A G AMA P AD A DIT JEN BIMAS ISL AM ... 1969 Tentang

131

sejalan dengan Rencana Strategis Kementerian Agama,

dimana salah satunya adalah Pengembangan kehidupan

sosial yang harmonis, rukun dan damai di kalangan umat

beragama,meliputi:32

a. Pemberdayaan forum kerukunan umat beragama

sebagai modal sosial dalam pembangunan nasional.

b. Peningkatan sikap dan perilaku keberagamaan yang

inklusif dan toleran pada masyarakat.

c. Peningkatan kapasitas masyarakat dalam

menyampaikan dan mengartikulasikan aspirasi-

aspirasi keagamaan melalui cara-cara damai.

d. Pencegahan insiden kekerasan terkait dengan isu-isu

keagamaan.

e. Peningkatan kerjasama intern dan antarumat

beragama, dan pemerintah.

f. Peningkatan peran dan kerjasama kelompok-

kelompok sosial keagamaan dalam upaya

penciptaan dan pemeliharaan kerukunan hidup

beragama.

g. Peningkatan kualitas penanganan konflik bernuansa

keagamaan yang melibatkan kerja sama antara

pemerintah dan kelompok-kelompok sosial

keagamaan.

h. Peningkatan koordinasi antarinstansi/lembaga

pemerintah dalam upaya penanganan konflik terkait

isu-isu keagamaan.

i. Pengembangan wawasan multikultur dan

pendidikan ruhani bagi guru-guru agama, penyuluh

agama, siswa, mahasiswa dan para pemuda calon

pemimpin agama.

32

Rencana Strategis Kementerian Agama 2010-2014

Page 141: Tuhan menciptakan keberagaman bukan untuk saling ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36721/1/EBOOK... · UH A G AMA P AD A DIT JEN BIMAS ISL AM ... 1969 Tentang

132

j. Pemantapan landasan peraturan perundang-

undangan tentang kemerdekaan beribadat dan

kerukunan umat beragama.

Sebagai turunan Renstra dimaksud, arah kebijakan

kebijakan Ditjen Bimas Islam 2010-2014 juga

mencerminkan komitmen kerukunan dalam keragaman.

Arah kebijakan tersebut yaitu:

a) Melaksanakan pembinaan dalam rangka

mewujudkan umat Islam yang beriman dan

bertaqwa kepada Allah SWT serta berakhlaq mulia;

b) Melakukan dialog antar tokoh agama dalam rangka

menciptakan suasana kehidupan umat Islam yang

harmonis, toleran dan saling menghormati dan

menghargai;

c) Meningkatkan kualitas pelayanan, bimbingan dan

perlindungan masyarakat Islam

d) Meningkatkan peran serta masyarakat dan lembaga

keagamaan Islam dalam pelaksanaan program

bimbingan masyarakat Islam’

e) Meningkatkan peran lembaga sosial keagamaan

untuk mewujudkan kesejahteraan masyarakat Islam

f) Meningkatkan kualitas pemahaman, penghayatan

dan pengamalan ajaran Islam dalam kehidupan

pribadi, masyarakat berbangsa dan bernegara;

g) Meningkatkan kualitas dan kelengkapan sarana serta

prasarana untuk menunaikan ibadah dan pelayanan

keagamaan masyarakat Islam.33

33

Renstra Bimas Islam 2010-2014

Page 142: Tuhan menciptakan keberagaman bukan untuk saling ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36721/1/EBOOK... · UH A G AMA P AD A DIT JEN BIMAS ISL AM ... 1969 Tentang

133

Hal ini kemudian diperkuat oleh Renstra

Kementerian Agama 2015-2020 bahwa kerukunan

beragama sesungguhnya adalah nilai-nilai luhur yang telah

lama diajarkan dan diwariskan oleh nenek moyang bangsa

Indonesia. Banyak sekali sistem tradisi dan kearifan lokal

(local wisdom) yang berhasil dikonstruksi bangsa ini untuk

menciptakan suasana hidup rukun dan damai di tengah

masyarakat yang plural. Namun demikian, mengingat

kerukunan beragama merupakan sebuah kondisi dinamis

yang secara terus-menerus harus dipelihara, Pemerintah

bersama-sama seluruh komponen masyarakat harus terus

senantiasa berupaya menjaga dan melestarikannya.34

Kemitraan menjadi langkah berikutnya guna

optimalisasi penanganan konflik bernuansa agama.

Kemitraan dibangun bersama stakeholders seperti ormas

Islam, Majelis Taklim, maupun dengan lintas institusi.

Beberapa langkah kemitraan tersebut di antaranya:

1. Melakukan pembinaan terhadap kelompok-

kelompok yang menyempal berkoordinasi dengan

ormas-ormas dan lembaga pendidikan Islam. Ditjen

Bimas Islam telah melakukan koordinasi dengan

ormas-ormas Islam terkait pembinaan para penganut

aliran sempalan ini. Pelibatan ormas dalam hal ini

karena ormas memiliki peran yang strategis dalam

pembinaa umat. Ormas paling mengerti dengan

umatnya, begitu pula bahwa ormas memiliki

kedekatan dengan umat, sehingga lebih

memudahkan untuk menyampaikan pembinaan.

34

lampiran I Keputusan Menteri Agama Republik Indonesia

Nomor 39 tahun 2015 tentang Rencana Strategis Kementerian

Agama tahun 2015 - 2019

Page 143: Tuhan menciptakan keberagaman bukan untuk saling ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36721/1/EBOOK... · UH A G AMA P AD A DIT JEN BIMAS ISL AM ... 1969 Tentang

134

2. Berkoordinasi dengan instansi terkait seperti

Depdagri, Depkumhan, untuk menanggulangi aliran

sempalan secara komprehensif. Koordinasi ini

dibangun dalam rangka penanggulangan masalah

secara komprehensif, termasuk di dalamnya dari

aspek hukum.

3. Memberikan pelatihan langsung, seperti

keterampilan, keilamuan lainnya. Ditjen Bimas

Islam telah menggulirkan beberapa program bantuan

bagi kelompok aliran sempalan ini. Melalui bantuan

ini, diharapkan akan mengikis salah satu penyebab

lahirnya aliran sempalan yaitu masalah ekonomi.

4. Melakukan riset dan investigasi tentang keungkinan

adanya unsur lain yang memunculkan aliran

sempalan. Kemunculan aliran sempalan harus

ditinjau secara komprehensif. Ada banyak faktor

yang melatarbelakanginya. Tidak sebatas persoalan

teologis, melainkan juga persoalan sosial politik,

ekonomi, dan bahkan budaya. Dengan demikian,

maka Ditjen Bimas Islam telah melakukan

investigasi guna menelaah berbagai hal yang terkait

dengan kemunculan aliran sempalan.

Dari paparan tersebut dapat ditarik empat

kesimpulan besar langkah Ditjen Bimas Islam dalam

mencegah dan menangani konflik keagamaaan.

Pertama, Optimalisasi Peran dan Fungsi Lembaga

Keagamaan. Untuk mewujudkan efektifitas kerja, Bimas

Islam telah membuat beberapa lembaga yang akan

mengurusi beberapa bidang kerja. Lembaga – lembaga

tersebut tersebar secara luas dan mengakar pada seluruh

Page 144: Tuhan menciptakan keberagaman bukan untuk saling ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36721/1/EBOOK... · UH A G AMA P AD A DIT JEN BIMAS ISL AM ... 1969 Tentang

135

lapisan masyarakat. Beberapa Lembaga keagamaan dan

sasaran kerja di lingkungan Bimas Islam antara lain:35

D. Analisa Kompetensi Penyuluh Agama Islam.

Perubahan atau perkembangan yang terjadi dalam

bidang Sumber Daya Manusia biasanya diikuti oleh

perubahan pada kompetensi dan kemampuan seseorang

yang mengkonsentrasikan diri pada Manajemen Sumber

Daya Manusia. Kompetensi kini telah menjadi bagian dari

bahasa manajemen pengembangan.36

Sebagaimana yang

telah dijelaskan dalam pembahasan sebelumnya tentang

pengertian kompetensi bahwa standar pekerjaan atau

pernyataan kompetensi telah dibuat untuk sebagian besar

jabatan sebagai basis penentuan pelatihan dan kualifikasi

ketrampilan.

Kompetensi menggambarkan dasar pengetahuan dan

standar kinerja yang dipersyaratkan agar berhasil

menyelesaikan suatu pekerjaan atau memegang suatu

jabatan. Metode yang digunakan untuk mengidentifikasi

kompetensi untuk mendukung kemampuan

dikonsentrasikan pada hasil perilaku, oleh karena itu

kompetensi dapat memprediksi ukuran tingkat kerja

seseorang dengan kata lain kompetensi dapat memprediksi

kinerja seseorang.37

Penyuluh Agama tentunya juga memiliki standar

kompetensi38

sebagai acuan atau stadarisasi kerja bagi

35

Dokumen Ditjen Bimas Islam Tahun 2008 36

Noor Fuad & Gofur Ahmad, Intergrated HRD: Human

Resources Develoupment (Jakarta: PT Grasindo, 2009) h. 19 37

Noor Fuad & Gofur Ahmad, Intergrated HRD: Human

Resources Develoupment h. 20 38

Standar kompetensi adalah rumusan tentang kemampuan dan

kinerja minimal yang harus dicapai pada satu kompetensi tertentu. Lihat

Page 145: Tuhan menciptakan keberagaman bukan untuk saling ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36721/1/EBOOK... · UH A G AMA P AD A DIT JEN BIMAS ISL AM ... 1969 Tentang

136

Penyuluh Agama itu sendiri, berdasarkan SKJ (Standar

Kompetensi Jabatan) Penyuluh Agama tahun 2016 terdapat

beberapa kompetensi Penyuluh Agama, antara lain39

:

1. Kualifikasi

Kualifikasi Penyuluh Agama terdiri atas

Kualifikasi Umum, dan Kualifikasi Khusus.

1. Kualifikasi Umum Penyuluh Agama adalah

sebagai berikut:

a. Memiliki kualifikasi akademik sarjana (S1)

....... pada perguruan tinggi yang

terakreditasi;

b. Pada waktu diangkat sebagai Penyuluh Agama

berusia setinggi-tingginya ... tahun;

c. Memiliki pengalaman kepenyuluhan agama

sekurang-kurangnya 5 (lima) tahun; dan

d. Memiliki pangkat serendah-rendahnya ... bagi

Aparatur Sipil Negara (ASN) yang akan

pindak jabatan ke Penyuluh Agama.

2. Kualifikasi Khusus Penyuluh Agama meliputi:

a. Penyuluh Agama Keterampilan

Meliputi :

1) Penyuluh Agama Pelaksana;

2) Penyuluh Agama Pelaksana Lanjutan; dan

3) Penyuluh Agama Penyelia.

b. Penyuluh Agama Keahlian

Meliputi :

1) Penyuluh Agama Pertama;

Noor Fuad & Gofur Ahmad, Intergrated HRD: Human Resources

Develoupment h. 39 39

Standar kompetensi Penyuluh agama ini merujuk kepada

keputusan bersama tenang : Standar Kompetensi Jabatan Penyuluh

Agama (4 Januari 2016) h. 3-6

Page 146: Tuhan menciptakan keberagaman bukan untuk saling ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36721/1/EBOOK... · UH A G AMA P AD A DIT JEN BIMAS ISL AM ... 1969 Tentang

137

2) Penyuluh Agama Muda; dan

3) Penyuluh Agama Madya; 40

3. Kompetensi

Mengacu kepada peran Penyuluh Agama

sebagai pembimbing masyarakat, sebagai panutan

dan sebagai penyambung tugas pemerintah. Maka

Penyuluh Agama minimal harus memiliki tiga

kompetensi yaitu :41

1) Kompetensi manajerial yang diukur dari tingkat

pendidikan, pelatihan struktural atau manajemen,

dan pengalaman kepemimpinan adalah berupa

kemampuan dalam membuat perencanaan

meliputi rencana operasional, rencana tahunan

dan rencana lima tahun, dan kemampuan dalam

mengorganisir tugas, dan kemampuan melakukan

pengkoordinasian, dan kemampuan menggerakan

semua potensi yang ada, serta kompetensi dalam

melakukan pengawasan.

2) Kompetensi teknis yang diukur dari tingkat dan

spesialisasi pendidikan, pelatihan teknis

fungsional, dan pengalaman bekerja secara teknis

kemampuan dalam memberikan bimbingan

agama dan penyuluhan pembangunan,

kemampuan melakukan pembinaan terhadap

kelompok penyuluhan agama, kompetensi dalam

melakukan pembinaan kepada lembaga

keagamaan, dankompetensi dalam pemberian

penerangan tentang pembangunan; dan

40

Kementrian Agama, Standar Kompetensi Jabatan Penyuluh

Agama (4 Januari 2016) h. 3 41

Kementrian Agama, Standar Kompetensi Jabatan Penyuluh

Agama (4 Januari 2016) h. 4

Page 147: Tuhan menciptakan keberagaman bukan untuk saling ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36721/1/EBOOK... · UH A G AMA P AD A DIT JEN BIMAS ISL AM ... 1969 Tentang

138

3) kompetensi sosial kultural dalam kamus

kompetensi jabatan Kementerian Agama terdapat

pada Kompetensi inti harmonisasi keberagaman,

yang diukur dari pengalaman kerja berkaitan

dengan masyarakat majemuk dalam hal agama,

suku, dan budaya sehingga memiliki wawasan

kebangsaan adalah merupakan cerminan dari

budaya kerja ASN kementerian Agama sehingga

mampu memberikan pencitraan yang baik dan

positif pada Kementerian Agama.

Pemetaan kompetensi Penyuluh Agama dari

unsur kegiatan Penyuluh Agama sebagai berikut :

Unsur utama butir kegiatannya Kompetensi

Manajerial

Bimbingan

atau

penyuluhan

agama dan

pembangunan

a. Persiapan

bimbingan

atau

penyuluhan;

b. Pelaksanaan

bimbingan

atau

penyuluhan.

c. Pemantauan,

evaluasi dan

pelaporan hasil

pelaksanaan

bimbingan

atau

penyuluhan

d. Pelayanan

konsultasi

agama dan

1. Inovasi

2. Berpikir Analisis

3. Berpikir

konseptual

4. Pengendalian

Diri

5. Komitmen

terhadap

Organisasi

6. Kerjasama

7. Mengembangkan

Orang Lain

8. Berorientasi pada

Pelayanan

9. Membangun

Hubungan

Kemitraan

Page 148: Tuhan menciptakan keberagaman bukan untuk saling ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36721/1/EBOOK... · UH A G AMA P AD A DIT JEN BIMAS ISL AM ... 1969 Tentang

139

pembangunan 10. Pencarian

Informasi

11. Pengambilan

Keputusan dan

Penyelesaian

Masalah

12. Berorientasi pada

Kualitas

Pengembangan

bimbingan

atau

penyuluhan

a. Penyusunan

pedoman atau

petunjuk

pelaksanaan.

b. Perumusan

kajian arah

kebijaksanaan

pengembangan

bimbingan

atau

penyuluhan

c. Pengembangan

metode

bimbingan

atau

penyuluhan

d. Pengembangan

materi

bimbingan

atau

penyuluhan

Pengembangan

profesi

a. Melakukan

kegiatan karya

tulis/karya

ilmiah di

Penyuluh

Agamag

penyuluhan

agama

b. Menerjemahka

n/menyadur

buku dan

Page 149: Tuhan menciptakan keberagaman bukan untuk saling ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36721/1/EBOOK... · UH A G AMA P AD A DIT JEN BIMAS ISL AM ... 1969 Tentang

140

bahan lainnya

di Penyuluh

Agamag

penyuluhan

agama

c. Membimbing

Penyuluh

Agama yang

berada di

bawah jenjang

jabatannya

Penunjang

tugas Penyuluh

Agama

a. Mengajar atau

melatih

b. Mengikuti

seminar atau

lokakarya

c. Menjadi

pengurus

organisasi

profesi

d. Menjadi

anggota Tim

Penilai Jabatan

Fungsional

Penyuluh

Agama

e. Melakukan

kegiatan

pengabdian

masyarakat

f. Menciptakan

karya seni

kaligrafi,

Page 150: Tuhan menciptakan keberagaman bukan untuk saling ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36721/1/EBOOK... · UH A G AMA P AD A DIT JEN BIMAS ISL AM ... 1969 Tentang

141

g)menjadi

anggota

delegasi misi

keagamaan

g. Memperoleh

penghargaan/

tanda

jasa/gelar

kesarjanaan

lainnya

4. Kebutuhan Kompetensi Jabatan Penyuluh Agama.

a. Kebutuhan pada Level Kecakapan Kompetensi

Inti meliputi :42

No Kompetensi

Keterampilan Keahlian

Pel

aksa

na

Pel

aksa

na

Lan

juta

n

Pen

yel

ia

Per

tam

a

Muda

Mad

ya

1 Integritas

(Integrity) 1 1 1 2 2 3

2 Kepemimpinan

(Leadership) 1 1 1 2 2 3

3 Harmonisasi

Keberagaman 2 2 2 2 2 3

42

Kementrian Agama, Standar Kompetensi Jabatan Penyuluh

Agama (4 Januari 2016) h. 5

Page 151: Tuhan menciptakan keberagaman bukan untuk saling ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36721/1/EBOOK... · UH A G AMA P AD A DIT JEN BIMAS ISL AM ... 1969 Tentang

142

4 Memprakarsai

Perubahan 1 1 1 2 2 3

5

Menjaga Citra

Kementerian

Agama

1 1 2 2 2 3

b. Kebutuhan pada Level Kecakapan Kompetensi

Manajerial

No Kompetensi

Keterampilan Keahlian

Pel

aksa

na

Pel

aksa

na

Lan

juta

n

Pen

yel

ia

Per

tam

a

Muda

Mad

ya

1 Inovasi 1 2 2 2 2 3

2 Berpikir Analisis 2 2 2 2 2 2

3 Berpikir

konseptual 2 2 2 2 2 3

4 Pengendalian Diri 2 2 2 3 3 3

5 Komitmen

terhadap

Organisasi

2 2 2 2 3 3

6 Kerjasama 2 2 2 3 3 3

7 Mengembangkan

Orang Lain 2 2 2 2 3 3

8 Berorientasi pada 2 2 2 2 2 3

Page 152: Tuhan menciptakan keberagaman bukan untuk saling ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36721/1/EBOOK... · UH A G AMA P AD A DIT JEN BIMAS ISL AM ... 1969 Tentang

143

Pelayanan

9 Membangun

Hubungan

Kemitraan

1 1 1 2 2 3

10 Pencarian

Informasi 2 2 2 3 3 3

11 Pengambilan

Keputusan dan

Penyelesaian

Masalah

1 1 2 2 2 3

12 Berorientasi pada

Kualitas 2 2 2 2 2 3

c. Kebutuhan level Kompetensi Teknis43

43

Kementrian Agama, Standar Kompetensi Jabatan Penyuluh

Agama (4 Januari 2016) h. 6

No Kompetensi

Keterampilan Keahlian

Pel

aksa

na

Pel

aksa

na

Lan

juta

n

Pen

yel

ia

Per

tam

a

Muda

Mad

ya

1 Komunikasi 2 2 2 3 3 3

2 Aplikasi

Komputer 1 1 1 2 2 2

3 Presentasi 2 2 2 3 3 3

Page 153: Tuhan menciptakan keberagaman bukan untuk saling ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36721/1/EBOOK... · UH A G AMA P AD A DIT JEN BIMAS ISL AM ... 1969 Tentang

144

Dalam pengembangan kompetensi diperlukan

indikator kecakapan setiap bidang kompetensi, untuk itu

perlu adanya indikator prilaku level kompetensi. Indikator-

indikator ini bertujuan untuk menguji kecakapan seorang

pegawai, Moore bahkan berasumsi bahwa jika satu tahapan

indikator kompetensi pada satu level telah tercapai maka

tahapan indikator di bawahnya sudah dikuasai44

. Indikator

prilaku level kompetensi Penyuluh Agama adalah sebagai

berikut:45

KOMPETENSI INTI

1. Integritas (Integrity)

Orang-orang yang menunjukkan kompetensi

ini secara teliti dan handal berperilaku secara etis

dan jujur dalam hubungan mereka dengan

manajemen, rekan kerja, bawahan langsung dan

pelanggan. Mereka bersikap adil dalam harapan

mereka terhadap orang lain dan memperlakukan

orang lain dengan keadilan yang sama

Mempertahankan tingkat standar keadilan dan etika

44

Noor Fuad & Gofur Ahmad, Intergrated HRD: Human

Resources Develoupment h. 29 45

Indikator level kompetensi ini merujuk kepada : Standar

Kompetensi Jabatan Penyuluh Agama (4 Januari 2016) h. 7-20

No Kompetensi

teknis Hukum

Pel

aksa

na

Pel

aksa

na

Lan

juta

n

Pen

yel

ia

Per

tam

a

Muda

Mad

ya

1

Produk hukum

dan Peraturan

Perundang-

Undangan

1 1 2 2 2 3

Page 154: Tuhan menciptakan keberagaman bukan untuk saling ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36721/1/EBOOK... · UH A G AMA P AD A DIT JEN BIMAS ISL AM ... 1969 Tentang

145

yang tinggi dalam perkataan dan tindakan sehari-

hari.46

Level Kompetensi ( 1 )

Mentaati peraturan, norma, etika organisasi

yang berlaku secara konsisten.

Indikator Prilaku :

Mentaati peraturan dan etika berorganisasi;

Menyesuaikan diri dengan norma yang berlaku;

Menghormati kesetaraan

Level Kompetensi ( 2 )

Mengajak orang lain untuk bekerja sesuai

dengan etika organisasi yang berlaku dan dapat

dipercaya.

Indikator Prilaku :

Mengikuti peraturan dan tata tertib organisasi;

Berperilaku etis dan sesuai antara perkataan dan

perilaku;

Memberikan pelayanan secara baik sesuai

standar pelayanan yang disepakati.

Level Kompetensi ( 3 )

Membangun kepercayaan

Indikator Prilaku :

Dapat menjadi contoh dan mampu membangun

kepercayaan orang lain terhadap dirinya;

Mengutamakan kepentingan organisasi daripada

kepentingan pribadi atau timnya pada saat terjadi

benturan kepentingan;

46

Kementrian Agama, Standar Kompetensi Jabatan Penyuluh

Agama (4 Januari 2016) h. 7

Page 155: Tuhan menciptakan keberagaman bukan untuk saling ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36721/1/EBOOK... · UH A G AMA P AD A DIT JEN BIMAS ISL AM ... 1969 Tentang

146

Menunjukkan tanggung jawab pribadi atas apa

yang dilakukannya

2. Kepemimpinan (Leadership)47

Tindakan meyakinkan, mempengaruhi dan

mendorong agar mereka berkinerja tinggi.

Level Kompetensi (1)

Meyakinkan orang lain akan program

kegiatan yang sudah ada berjalan efektif

Indikator Prilaku :

Lebih banyak menjadi pendengar saat berdiskusi;

Sudah memiliki kemampuan untuk melakukan

koordinasi dengan teman sekerja;

Sudah manpu mengarahkan antar teman sekerja

Level Kompetensi (2)

Melaksanakan tindakan kepemimpinan,

persuasive, mempengaruhi terhadap pelaksanaan

tugas- tugas

Indikator Prilaku :

Mampu menyampaikan ide ide dengan nalar,

fakta fakta;

Menyampaikan jadual pelaksanaan tugas harian;

Mengkoordinir kelompok kerja sesuai dengan

penugasan;

Menyampaikan target-target pelaksanaan tugas

harian;

Memantau perkembangan dan pencapaian

pelaksanaan tugas harian

47

Kementrian Agama, Standar Kompetensi Jabatan Penyuluh

Agama (4 Januari 2016) h. 8

Page 156: Tuhan menciptakan keberagaman bukan untuk saling ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36721/1/EBOOK... · UH A G AMA P AD A DIT JEN BIMAS ISL AM ... 1969 Tentang

147

Level Kompetensi (3)

Memahami visi organisasi untuk diwujudkan

dalam program dan kegiatan kerja

Indikator Prilaku :

Menyusun strategi komunikasi;

Menyusun rencana kerja harian;

Menyusun target pelaksanaan setiap aktivitas

berdasarkan target pelaksanaan pekerjaan bagian;

Mengendalikan kegiatan operasional pelaksana

tugas;

Memberikan briefing dalam rangka pencapaian

target- target pekerjaan;

Mendorong terselenggaranya pelaksanaan tugas

yang efektif dan efisien

3. Harmonisasi Keberagaman48

Memahami, menerima, dan peka terhadap

perbedaan individu. Memperlakukan semua orang

secara adil dengan penuh sikap hormat, tanpa

memandang jenis kelamin, suku bangsa, agama, asal

kelahiran, status, atau posisi.

Level Kompetensi (2)

Menerima dan mengelola perbedaan

Indikator Prilaku :

Menerima kenyataan adanya orang yang berbeda

dengan dirinya dalam hal budaya, agama, suku,

jenis kelamin dan usia;

Memperlakukan semua orang secara sama;

48

Kementrian Agama, Standar Kompetensi Jabatan Penyuluh

Agama (4 Januari 2016) h. 9

Page 157: Tuhan menciptakan keberagaman bukan untuk saling ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36721/1/EBOOK... · UH A G AMA P AD A DIT JEN BIMAS ISL AM ... 1969 Tentang

148

Mampu mengelola hubungan kerja dan

koordinasi pihak lain yang berbeda agama dan

prinsip keyakinan

Level Kompetensi (3)

Menghargai perbedaan

Indikator Prilaku :

Terbuka dan mau belajar tentang berbagai

budaya, agama, suku dan lain-lain yang berbeda

dengan dirinya;

Menekankan persamaan di antara semua orang,

bukan berfokus pada perbedaan-perbedaan;

Mampu membina unit kerja dalam mengelola

hubungan kerja dan koordinasi pihak lain yang

berbeda agama dan prinsip keyakinan

4. Memprakarsai Perubahan49

Bertindak menyesuaikan diri terhadap

perubahan situasi, informasi, tugas, prosedur,

tanggung jawab, teknologi, dan lingkungan

eksternal; serta mampu mempertahankan efektivitas

kerja. Orang-orang yang menunjukkan kompetensi

ini secara aktif memimpin usaha perubahan lewat

kata-kata dan tindakan mereka. Mereka

mengembangkan dukungan dari orang-orang yang

dipengaruhi oleh inisiatif perubahan itu dan

mengambil tanggung jawab pribadi untuk

memastikan bahwa perubahan tersebut berhasil

diimplementasikan.

49

Kementrian Agama, Standar Kompetensi Jabatan Penyuluh

Agama (4 Januari 2016) h. 9

Page 158: Tuhan menciptakan keberagaman bukan untuk saling ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36721/1/EBOOK... · UH A G AMA P AD A DIT JEN BIMAS ISL AM ... 1969 Tentang

149

Level Kompetensi (1)

Memahami dan menyadari perubahan

Indikator Prilaku :

Mengenali kebutuhan untuk berubah bagi kem

ajuan organisasi;

Mau menyesuaikan diri dengan perubahan;

Masih melakukan kegiatan kerja yang sudah

tidak sesuai dengan kondisi yang ada

Level Kompetensi (2)

Menerima dan mengelola perubahanan

Indikator Prilaku :

Sadar mengenai perubahan yang terjadi di org

anisasi dan berusaha menyesuaikan diri dengan

perubahan tersebut;

Mampu mengidentifikasi aspek-aspek

pekerjaan dan lingkungan kerja yang berubah;

Melaksanakan proses kerja baru sesuai dengan

tuntutan perubahan

Level Kompetensi (3)

Mempromosikan perubahan kepada orang

lain

Indikator Prilaku :

Menginformasikan perlunya perubahan kepada

orang lain dengan disertai alasan yang jelas;

Membantu orang lain menyesuaikan diri dengan

perubahan;

Mampu mengelola perubahan pada unit kerjanya.

Page 159: Tuhan menciptakan keberagaman bukan untuk saling ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36721/1/EBOOK... · UH A G AMA P AD A DIT JEN BIMAS ISL AM ... 1969 Tentang

150

5. Menjaga Citra Kementerian Agama50

Mengenali dan memahami visi dan misi

Kementerian Agama diharapkan PNS

Kementerian Agama mampu menjadi model dalam

berperilaku maupun bertindak. Orang-orang yang

efektif dalam kompetensi ini mengikuti, dan

mendorong orang lain untuk mengikuti pedoman,

proses dan peraturan yang ditetapkan oleh

organisasi. Mereka memberikan contoh yang baik

dengan secara konsisten bekerja dalam batas- batas

pedoman untuk mencapai pekerjaan mereka.

Level Kompetensi (1)

Bekerja dengan pengawasan

Indikator Prilaku :

Melaksanakan pedoman dan prosedur kerja serta

peraturan organisasi di bawah pengawasan /

penyeliaan orang lain.

Memberikan pelayanan kerja yang baik sesuai

dengan standar pelayanan tang berlaku;

Dapat mengikuti dan berperan serta dalam

aktifitas di masyarakat.

Level Kompetensi (2)

Mengikuti kebijakan, pedoman dan prosedur

kerja

Indikator Prilaku :

Melaksanakan seluruh pekerjaannya sesuai

dengan kebijakan, aturan dan prosedur kerja yang

ditetapkan oleh organisasi;

50

Kementrian Agama, Standar Kompetensi Jabatan Penyuluh

Agama (4 Januari 2016) h. 11

Page 160: Tuhan menciptakan keberagaman bukan untuk saling ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36721/1/EBOOK... · UH A G AMA P AD A DIT JEN BIMAS ISL AM ... 1969 Tentang

151

Mampu mengelola mekanisme kerja yang baik

sesuai dengan standar pelayanan tang berlaku;

Aktif mengikuti dan berperan serta dalam

aktifitas di masyarakat

Level Kompetensi (3)

Mempromosikan perubahan kepada orang lain

Indikator Prilaku :

Menjadi contoh/panutan bagi pegawai lain dalam

melaksanakan pekerjaan yang sesuai dengan

pedoman dan peraturan yang ada;

Menjadi narasum berbagi pegawai lain mengenai

berbagai kebijakan, pedoman dan peraturan yang

ditetapkan oleh organisasi.

Mendorong mekanisme kerja yang baik sesuai

dengan standar pelayanan tang berlaku;

Mendorong efektifitas kinerja pada satuan kerja

dalam memberikan pelayanan terbaik.

1.1. Kompetensi Manajerial51

1. Inovasi

Kemampuan menemukan/membuat solusi

alternatif dengan cara yang baru, berbeda, dan

orisinil melalui penerapan ilmu pengetahuan,

informasi, keterampilan, dan pengalaman untuk

melaksanakan tugas secara efektif dan efisien

dalam meningkatkan kinerja dan mencapai tujuan

organisasi.

2. Berpikir Analisis (BAN)

Kemampuan untuk mengidentifikasi,

menguraikan, menghubungkan masalah, dan

51

Kementrian Agama, Standar Kompetensi Jabatan Penyuluh

Agama (4 Januari 2016) h. 13

Page 161: Tuhan menciptakan keberagaman bukan untuk saling ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36721/1/EBOOK... · UH A G AMA P AD A DIT JEN BIMAS ISL AM ... 1969 Tentang

152

memahami situasi untuk mencari solusi

berdasarkan fakta, asumsi, logika, dan tingkat

kepentingan dalam mengambil langkah-

langkah tindakan yang diperlukan sesuai

dengan tujuan organisasi.

3. Berpikir konseptual (BK)

Kemampuan merumuskan atau membuat

kesimpulan berupa teori, metode atau sistematika

kerja berdasarkan informasi yang tersedia

4. Pengendalian Diri (PD)

Kemampuan untuk mengendalikan diri pada

saat menghadapi masalah yang sulit, kritik dari

orang lain atau pada saat bekerja di bawah

tekanan dengan sikap yang positif.

5. Komitmen terhadap Organisasi (KtO)

Kemampuan untuk menyelaraskan perilaku

pribadi dengan kepentingan organisasi dalam

rangka mewujudkan visi dan misi.

6. Kerjasama (KS)

Kemampuan menyelesaikan pekerjaan

secara bersama-sama dengan menjadi bagian dari

suatu kelompok untuk mencapai tujuan unit /

organisasi.

7. Mengembangkan Orang Lain (MOL)

Mengembangkan orang lain untuk

meningkatkan kemampuan agar dapat bekerja

lebih optimal.

8. Berorientasi pada Pelayanan (BpP)

Kemampuan memberikan layanan kepada

pelanggan (internal dan eksternal) yang sesuai

dengan keinginan pelanggan dan atau standar

pelayanan minimal dengan berorientasi pada

pencapaian kinerja layanan yang memuaskan

Page 162: Tuhan menciptakan keberagaman bukan untuk saling ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36721/1/EBOOK... · UH A G AMA P AD A DIT JEN BIMAS ISL AM ... 1969 Tentang

153

sehingga tercipta pelayanan yang prima.

9. Membangun Hubungan Kemitraan (MHK)

Kemampuan untuk menjalin dan membina

kerjasama, serta mengembangkan hubungan dan

jaringan strategis dalam melaksanakan tugas

dengan mempertimbangkan aspek sosial,

ekonomi, politik, dan regulasi dalam rangka

mencapai tujuan organisasi.Kemampuan untuk

melakukan kerjasama yang efektif dengan orang

lain dalam kelompok kerja baik di dalam maupun

di luar organisasi.

10. Pencarian Informasi (PI)

Mengumpulkan data atau informasi yang

dibutuhkan secara sistematik dari dalam dan luar

organisasi untuk menunjang kelancaran

pelaksanaan pekerjaan dan pengambilan

keputusan.

11. Pengambilan Keputusan dan Penyelesaian

Masalah (PK)

Kemampuan memahami inti permasalahan,

melihat hubungan sebab akibat dari berbagai

informasi yang diperlukan, mengembangkan

alternatif berdasarkan fakta, asumsi, dan logika,

untuk, mengevaluasi alternatif sesuai kondisi dan

situasi organisasi, mengembangkan kebijakan

untuk penyelesaian masalah.

12. Berorientasi pada Kualitas (BKU)

Kemampuan melaksanakan tugas-tugas

dengan mempertimbankan semua aspek pekerjaan

secara detil untuk mencapai mutu yang lebih

baik.52

52

Kementrian Agama, Standar Kompetensi Jabatan Penyuluh Agama

(4 Januari 2016) h. 14-17

Page 163: Tuhan menciptakan keberagaman bukan untuk saling ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36721/1/EBOOK... · UH A G AMA P AD A DIT JEN BIMAS ISL AM ... 1969 Tentang

154

1.2. Kompetensi Teknis

Kompetensi Teknis-Pengetahuan yaitu “hard

competency” yang diperlukan pada jabatan tertentu,

baik jabatan yang bersifat managerial, kepakaran

maupun teknis operasi. Untuk kompetensi teknis

Penyuluh Agama dikelompokan kedalam Kompetensi

Teknis :

1.2.1. Kompetensi Teknis Umum yang meliputi :53

1. Komunikasi

Mampu menerima dan menyampaikan informasi

secara jelas, baik secara lisan maupun tulisan

dengan menggunakan tata bahasa yang baik dan

benaruntuk menerangkan sesuatu, mempersuasi dan

meyakinkan serta membujuk orang lain dalam

rangka mencapai suatu tujuan tertentu.

2. Aplikasi Komputer

Penggunaan aplikasi perkantoran (Contoh: Ms.

Office) Penggunaan aplikasi internet (Contoh:

browsing, emailing, Downloading) Penggunaan

fitur-fitur khusus dalam aplikasi tersebut

3. Teknik Presentasi

Pemahaman cara dan ketrampilan teknik

presentasi, melakukan presentasi dengan alat bantu,

melakukan presentasi dengan baik dan terarah

Kemampuan presentasi penyuluh agama dalam

komunikasi dengan masyarakat binaan sangat

dipengaruhi oleh :

Kemampuan Teknis Agama Jabatan Penyuluh Agama,

terdiri atas :

53

Kementrian Agama, Standar Kompetensi Jabatan Penyuluh

Agama (4 Januari 2016) h. 17-18

Page 164: Tuhan menciptakan keberagaman bukan untuk saling ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36721/1/EBOOK... · UH A G AMA P AD A DIT JEN BIMAS ISL AM ... 1969 Tentang

155

Penyuluh Agama Islam

1) Kemampuan dalam membaca Kitab Suci Al

Qur,an

2) Pemahaman terhadap sunnah nabi

3) Memahami tata cara pelayanan umat dalam

bermasyarakat, misalnya :

a. Imam shalat

b. Mengurus Jenazah

c. Mengurus zakat, wakaf, infaq dan waris

d. Haji dan umrah

Doa-doa harian;

Penyuluh Agama Kristen

..... dan seterusnya

1.2.2. Kompetensi Teknis Hukum, Humas dan

Sekretariat

Produk Hukum dan Peraturan Perundangan-

Undangan

Pengetahuan dan kemampuan dalam memahami

hukum, perundang-undangan dan peraturan

pemerintah, dan mengelompokkan masalah/kasus

serta proses penyelesaiannya.54

2. Analisa Kompetensi Penyuluh Agama

Kompetensi Penyuluh Agama yang dikutip

di atas belum terealisasikan dengan maksimal, akan

tetapi kompetensi tersebut dapat memprediksi

kinerja Penyuluh Agama kedepannya jika terus

dijalankan dan dikembangkan. Kompetensi harus

dikelola dengan baik untuk melahirkan kinerja yang

54

Kementrian Agama, Standar Kompetensi Jabatan Penyuluh

Agama (4 Januari 2016) h. 20

Page 165: Tuhan menciptakan keberagaman bukan untuk saling ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36721/1/EBOOK... · UH A G AMA P AD A DIT JEN BIMAS ISL AM ... 1969 Tentang

156

berkualitas. Ada beberapa pendekatan yang

biasanya dipakai daam mengelola kompetensi,

yaitu:

1) Akuisisi Kompetensi (Competency

Acquisition)

Organisasi melakukan upaya yang

disengaja dan terencana untuk

mendapatkan kompetensi yang diperlukan

bagi pertumbuhan dan ekspansi

perusahaan.

2) Pengembangan Kompetensi (Competency

Development)

Level kompetensi karyawan yang

sudah ada ditingkatkan melalui program

pengembangan berkelanjutan.

3) Penyebaran Kompetensi (Competency

Deployment)

Karyawan ditempatkan di berbagai

posisi dalam organisasi yang paling cocok

dengan kompetensi.55

Dalam pengembangan kompetensi Penyuluh

Agama, Bimas Islam pada dasarnya telah

melakukan pendekatan-pendekatan tersebut dalam

mengelola kompetensi Penyuuh Agama. Berbagai

upaya seperti Workshop dan pelatihan-pelatihan

diadakan bagi penyuluh untuk meningkatkan kinerja

penyuluh, pengembangan kompetensi juga terus

dilakukan, pendekatan akuisisi kompetensi dan

pengembangan kompetensi sudah diterapkan dalam

55

Noor Fuad & Gofur Ahmad, Intergrated HRD: Human

Resources Develoupment h. 46

Page 166: Tuhan menciptakan keberagaman bukan untuk saling ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36721/1/EBOOK... · UH A G AMA P AD A DIT JEN BIMAS ISL AM ... 1969 Tentang

157

pengelolaan kompetensi Penyuluh Agama, akan

tetapi pendekatan Penyebaran kompetensi dengan

menempatkan penyuluh dalam berbagai posisi atau

spesialisasi belum dilakukan, sepertinya

pengelolaan seperti ini lah yang dibutuhkan oleh

Penyuuh Agama Saat ini, terutama ketika dikaitkan

dengan masalah penyelesaian konflik oleh Penyuluh

Agama yang menjadi fokus penelitian ini.

Spesialisasi ini jika diterapkan akan melahirkan

Penyuluh kerukunan, Penyuluh zakat, Penyuluh

Keluarga sakinah misalnya dan spesialisasi-

spesialisasi lainnya yang dibutuhkan di bawah

payung Penyuluh Agama Islam. Penyebabaran

posisi dan spesialisasi ini diharapkan bisa

memaksimalkan kinerja Penyuluh Agama

kedepannya dan mencapai standar kompetensi yang

ditargetkan.

E. Gagasan Kompetensi Penyuluh Kerukunan

Adanya spesialisasi penyuluh ke dalam beberapa

bidang merupakan salah satu cara mengoptimalkan kinerja

penyuluh untuk mencapai standar kompetensi yang

diharapkan. Pembagian kerja penyuluh ini diharapkan akan

memberikan dampak positif bagi kinerja penyuluh terutama

dalam masalah kerukunan. Jika penyuluh kerukunan

diwujudkan maka secara otomatis kompetensi Penyuluh

Agama mengalami pengembangan dan melahirkan

kompetensi khusus untuk penyuluh kerukunan, untuk itu

perlu adanya gagasan kompetensi penyuluh kerukunan,

hasil elaborasi terhadap SKJ (Standar Kompetensi Jabatan)

Penyuluh Agama dengan melakukan pengembangan terkait

Page 167: Tuhan menciptakan keberagaman bukan untuk saling ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36721/1/EBOOK... · UH A G AMA P AD A DIT JEN BIMAS ISL AM ... 1969 Tentang

158

masalah kerukunan maka penulis menyiapkan draft gagasan

penyuluh kerukunan sebagai berikut:56

1. Kualifikasi

Kualifikasi Penyuluh Kerukunan adalah sebagai

berikut :

a. Memiliki kualifikasi pendidikan sarjana (S1)

Perbandingan Agama atau Sarjana Theologi

Islam pada perguruan tinggi yang terakreditasi;

b. Memiliki wawasan keilmuan dalam bidang

sosiologi dan psikologi guna melakukan

pendekatan kepada masyarakat.

c. Sudah terdaftar sebagai Penyuluh Agama Islam.

2. Kompetensi

Penyuluh Kerukunan minimal harus memiliki tiga

kompetensi yaitu :

1) Kompetensi manajerial yang diukur dari tingkat

pendidikan, pelatihan struktural atau manajemen,

dan pengalaman kepemimpinan.

2) Kompetensi teknis57

yang diukur dari tingkat dan

spesialisasi pendidikan, kemampuan memahami

psikologi masyarakat, kemampuan membuat peta

keagamaan serta kemampuan memahami

menajemen konflik

56

Gagasan kompetensi penyuluh kerukunan ini meniru format

Standar Kompetensi Jabatan Penyuluh Agama tahun 2016.

Kementrian Agama, Standar Kompetensi Jabatan Penyuluh Agama (4

Januari 2016) h. 3-20 57

Kompetensi teknis merupakan kemampuan untuk

menggunakan pengetahuan spesifik, teknik-teknik dan sumberdaya

dalam melaksanakan suatu pekerjaan, lihat : Noor Fuad & Gofur

Ahmad, Intergrated HRD: Human Resources Develoupment h. 22

Page 168: Tuhan menciptakan keberagaman bukan untuk saling ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36721/1/EBOOK... · UH A G AMA P AD A DIT JEN BIMAS ISL AM ... 1969 Tentang

159

3) Kompetensi personal yang meliputi bidang

keahlian dan kemampuan komunikasi,

kemampuan memposisikan diri sebagai penyuluh

kerukunan dengan menyadari keberagaman dan

tidak fanatic terhadas suatu golongan keagamaan.

4) Kompetensi professional, menyelenggarakan

penyuluhan kerukunan, mengembangkan

profesionalisme dan mengembangkan

penyuluhan kerukunan.

5) Kompetensi sosial kultural yang diukur dari

pengalaman kerja berkaitan dengan masyarakat

majemuk dalam hal agama, suku, dan budaya

sehingga memiliki wawasan kebangsaan adalah

merupakan cerminan dari budaya kerja ASN

kementerian Agama sehingga mampu

memberikan pencitraan yang baik dan positif

pada Kementerian Agama.

3. Kebutuhan Level Kompetensi Penyuluh Kerukunan

1) Kebutuhan pada level kecakapan kompetensi inti

meliputi :58

a. Integritas

b. Kepemimpinan

c. Harmonisasi Keberagaman

d. Memprakarsai Perubahan

e. Menjaga Citra Kementerian Agama

2) Kebutuhan pada level kecakapan kompetensi

manajerial

a. Berpikir Analisis

b. Berpikir konseptual

c. Pengendalian Diri

58

Kementrian Agama, Standar Kompetensi Jabatan Penyuluh

Agama (4 Januari 2016) h. 3-20

Page 169: Tuhan menciptakan keberagaman bukan untuk saling ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36721/1/EBOOK... · UH A G AMA P AD A DIT JEN BIMAS ISL AM ... 1969 Tentang

160

d. Komitmen terhadap Organisasi

e. Inisiatif

f. Kerjasama

g. Mengembangkan Orang Lain

h. Berorientasi pada Pelayanan

i. Membangun Hubungan Kemitraan

j. Pengambilan keputusan dan Penyelesaian

Masalah

k. Berorientasi pada Kualitas

3) Kebutuhan Kompetensi Teknis

a. Komunikasi

b. Aplikasi Komputer

c. Bahasa Inggris

d. Bahasa Arab

e. Teknik Presentasi

f. Produk Hukum dan Peraturan Perundangan-

Undangan

g. Membaca Al-Qur’an

h. Memahami Kemajemukan

i. Memahami Manajemen Konflik

Indikator Prilaku Level Kompetensi Penyuluh Kerukunan

1 Kompetensi Inti59

1) Integritas (Integrity)

Orang-orang yang menunjukkan kompetensi

ini secara teliti dan handal berperilaku secara etis dan

jujur dalam hubungan mereka dengan manajemen,

rekan kerja, bawahan langsung dan pelanggan.

59

Kompetensi inti adalah sekumpulan keahlian dan teknologi

yang memungkinkan sebuah organisasi untuk menghasilkan nilai yang

jauh lebih tinggi, lihat: Noor Fuad & Gofur Ahmad, Intergrated HRD:

Human Resources Develoupment h. 35

Page 170: Tuhan menciptakan keberagaman bukan untuk saling ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36721/1/EBOOK... · UH A G AMA P AD A DIT JEN BIMAS ISL AM ... 1969 Tentang

161

Mereka bersikap adil dalam harapan mereka terhadap

orang lain dan memperlakukan orang lain dengan

keadilan yang sama mempertahankan tingkat standar

keadilan dan etika yang tinggi dalam perkataan dan

tindakan sehari-hari.60

Level Kompetensi: Membangun kepercayaan

Indikator Prilaku :

Dapat menjadi contoh dan mampu membangun

kepercayaan orang lain terhadap dirinya;

Mengutamakan kepentingan organisasi daripada

kepentingan pribadi atau timnya pada saat terjadi

benturan kepentingan; dan

Menunjukkan tanggung jawab pribadi atas

apa yang dilakukannya

2) Kepemimpinan (Leadership)61

Tindakan meyakinkan, mempengaruhi dan

mendorong agar mereka berkinerja tinggi.

Level Kompetensi: Memahami visi organisasi untuk

diwujudkan dalam program dan kegiatan kerja

Indikator Prilaku :

Menyusun strategi komunikasi;

Menyusun rencana kerja harian;

Menyusun target pelaksanaan setiap aktivitas

berdasarkan target pelaksanaan pekerjaan bagian;

Mengendalikan kegiatan operasional pelaksana

tugas;

60

Noor Fuad & Gofur Ahmad, Intergrated HRD: Human

Resources Develoupment h. 30 61

Noor Fuad & Gofur Ahmad, Intergrated HRD: Human

Resources Develoupment h. 30

Page 171: Tuhan menciptakan keberagaman bukan untuk saling ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36721/1/EBOOK... · UH A G AMA P AD A DIT JEN BIMAS ISL AM ... 1969 Tentang

162

Memberikan briefing dalam rangka pencapaian

target- target pekerjaan;

Mendorong terselenggaranya pelaksanaan tugas

yang efektif dan efisien.

3) Harmonisasi Keberagaman

Memahami, menerima, dan peka terhadap

perbedaan individu. Memperlakukan semua orang

secara adil dengan penuh sikap hormat, tanpa

memandang jenis kelamin, suku bangsa, agama, asal

kelahiran, status, atau posisi.62

Level Kompetensi: Menghargai perbedaan

Indikator Prilaku :

Terbuka dan mau belajar tentang berbagai budaya,

agama, suku dan lain-lain yang berbeda dengan

dirinya;

Menekankan persamaan di antara semua orang,

bukan berfokus pada perbedaan-perbedaan; dan

Mampu membina unit kerja dalam mengelola

hubungan kerja dan koordinasi pihak lain yang

berbeda agama dan prinsip keyakinan.

4) Memprakarsai Perubahan

Bertindak menyesuaikan diri terhadap

perubahan situasi, informasi, tugas, prosedur,

tanggung jawab, teknologi, dan lingkungan eksternal;

serta mampu mempertahankan efektivitas kerja.

Orang-orang yang menunjukkan kompetensi ini

secara aktif memimpin usaha perubahan lewat kata-

kata dan tindakan mereka. Mereka mengembangkan

dukungan dari orang-orang yang dipengaruhi oleh

inisiatif perubahan itu dan mengambil tanggung

62

Kementrian Agama, Standar Kompetensi Jabatan Penyuluh

Agama (4 Januari 2016) h. 11

Page 172: Tuhan menciptakan keberagaman bukan untuk saling ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36721/1/EBOOK... · UH A G AMA P AD A DIT JEN BIMAS ISL AM ... 1969 Tentang

163

jawab pribadi untuk memastikan bahwa perubahan

tersebut berhasil diimplementasikan.63

Level Kompetensi: Mempromosikan perubahan

kepada orang lain

Indikator Prilaku :

Menginformasikan perlunya perubahan kepada

orang lain dengan disertai alasan yang jelas;

Membantu orang lain menyesuaikan diri dengan

perubahan; dan

Mampu mengelola perubahan pada unit kerjanya.

2 Kompetensi Manajerial

1) Berpikir Analisis (BAN)

Kemampuan untuk mengidentifikasi,

menguraikan, menghubungkan masalah, dan

memahami situasi untuk mencari solusi berdasarkan

fakta, asumsi, logika, dan tingkat kepentingan dalam

mengambil langkah- langkah yang diperlukan sesuai

dengan tujuan organisasi.64

2) Berpikir konseptual (BK)

Kemampuan merumuskan atau membuat

kesimpulan berupa teori, metode atau sistematika

kerja berdasarkan informasi yang tersedia.65

3) Pengendalian Diri

Kemampuan untuk mengendalikan diri pada

saat menghadapi masalah yang sulit, kritik dari orang

lain atau pada saat bekerja di bawah tekanan dengan

sikap yang positif.

63

Kementrian Agama, Standar Kompetensi Jabatan Penyuluh

Agama (4 Januari 2016) h. 16 64

Noor Fuad & Gofur Ahmad, Intergrated HRD: Human

Resources Develoupment h. 32 65

Noor Fuad & Gofur Ahmad, Intergrated HRD: Human

Resources Develoupment h. 32

Page 173: Tuhan menciptakan keberagaman bukan untuk saling ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36721/1/EBOOK... · UH A G AMA P AD A DIT JEN BIMAS ISL AM ... 1969 Tentang

164

4) Komitmen terhadap Organisasi

Kemampuan untuk menyelaraskan perilaku

pribadi dengan kepentingan organisasi dalam rangka

mewujudkan visi dan misi.

5) Inisiatif

Dorongan bertindak untuk melebihi yang

dibutuhkan atau yang dituntut oleh pekerjaan/

lingkungan melakukan sesuatu tanpa menunggu

perintah lebih dahulu,tindakan ini dilakukan untuk

memperbaiki atau meningkatkan hasil pekerjaan atau

menghindari timbulnya masalah atau menciptakan

peluang baru.

6) Kerjasama

Kemampuan menyelesaikan pekerjaan

secara bersama-sama dengan menjadi bagian dari

suatu kelompok untuk mencapai tujuan unit /

organisasi.

7) Mengembangkan Orang Lain

Mengembangkan orang lain untuk

meningkatkan kemampuan agar dapat bekerja lebih

optimal.66

8) Berorientasi Pada Pelayanan

Kemampuan memberikan layanan kepada

pelanggan (internal dan eksternal) yang sesuai dengan

keinginan pelanggan dan atau standar pelayanan

minimal dengan berorientasi pada pencapaian kinerja

layanan yang memuaskan sehingga tercipta pelayanan

yang prima.

9) Membangun Hubungan Kemitraan

Kemampuan untuk menjalin dan membina

kerjasama, serta mengembangkan hubungan dan

66 Noor Fuad & Gofur Ahmad, Intergrated HRD: Human

Resources Develoupment h. 33

Page 174: Tuhan menciptakan keberagaman bukan untuk saling ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36721/1/EBOOK... · UH A G AMA P AD A DIT JEN BIMAS ISL AM ... 1969 Tentang

165

jaringan strategis dalam melaksanakan tugas dengan

mempertimbangkan aspek sosial, ekonomi, politik,

dan regulasi dalam rangka mencapai tujuan

organisasi.Kemampuan untuk melakukan kerjasama

yang efektif dengan orang lain dalam kelompok kerja

baik di dalam maupun di luar organisasi.

10) Pencarian Informasi

Mengumpulkan data atau informasi yang

dibutuhkan secara sistematik dari dalam dan luar

organisasi untuk menunjang kelancaran pelaksanaan

pekerjaan dan pengambilan keputusan.

11) Pengambilan Keputusan dan Penyelesaian Masalah

12) Kemampuan memahami inti permasalahan, melihat

hubungan sebab akibat dari berbagai informasi yang

diperlukan, mengembangkan alternatif berdasarkan

fakta, asumsi, dan logika, untuk, mengevaluasi

alternatif sesuai kondisi dan situasi organisasi,

mengembangkan kebijakan untuk penyelesaian

masalah.

13) Berorientasi pada Kualitas

14) Kemampuan melaksanakan tugas-tugas dengan

mempertimbankan semua aspek pekerjaan secara

detil untuk mencapai mutu yang lebih baik.

3 Kompetensi Teknis

Kompetensi Teknis-Pengetahuan yaitu “hard

competency” yang diperlukan pada jabatan tertentu, baik

jabatan yang bersifat managerial, kepakaran maupun

teknis operasi. Untuk kompetensi teknis Penghulu

dikelompokan kedalam Kompetensi Teknis

Kompetensi Teknis Umum yang meliputi :67

67 Kementrian Agama, Standar Kompetensi Jabatan Penyuluh

Agama (4 Januari 2016) h. 18

Page 175: Tuhan menciptakan keberagaman bukan untuk saling ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36721/1/EBOOK... · UH A G AMA P AD A DIT JEN BIMAS ISL AM ... 1969 Tentang

166

1) Komunikasi

Mampu menerima dan menyampaikan informasi

secara jelas, baik secara lisan maupun tulisan dengan

menggunakan tata bahasa yang baik dan benaruntuk

menerangkan sesuatu, mempersuasi dan meyakinkan

serta membujuk orang lain dalam rangka mencapai

suatu tujuan tertentu.68

2) Aplikasi Komputer

Penggunaan aplikasi perkntran, penggunaan

aplikasi internet dan penggunaan fitur-fitur khusus

dalam aplikasi tersebut.

3) Bahasa Inggris

Pengetahuan dan kemampuan mendengarkan

percakapan bahasa, membaca buku-buku bahasa

Inggris.

4) Bahasa Arab

Pengetahuan dan kemampuan dalam memahami

Bahasa Arab serta berkomunikasi dengan

menggunakan Bahasa Arab.

5) Teknik Presentasi

Pemahaman cara dan ketrampilan teknik

presentasi, melakukan presentasi dengan alat bantu,

melakukan presentasi dengan baik dan terarah.

6) Produk Hukum dan Peraturan Perundangan-

Undangan

Pengetahuan dan kemampuan dalam memahami

hukum, perundang-undangan dan peraturan

pemerintah, dan mengelompokkan masalah/kasus

serta proses penyelesaiannya.

68 Noor Fuad & Gofur Ahmad, Intergrated HRD: Human

Resources Develoupment h. 36

Page 176: Tuhan menciptakan keberagaman bukan untuk saling ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36721/1/EBOOK... · UH A G AMA P AD A DIT JEN BIMAS ISL AM ... 1969 Tentang

167

7) Membaca Al-Qur’an

Kemampuan dan pengetahuan dalam membaca,

menghafal, dan memahami ayat-ayat Al-Qur’an.

8) Memahami Kemajemukan

Menyadari sepenuhnya keberagaman agama,

suku dan budaya yang ada dalam masyarakat.

9) Memahami Manajemen Konflik

Memahami strategi-strategi penanganan konflik

yang meliputi pra konflik, sedang konflik dan pasca

konflik.

F. Format Ideal Penyuluh Agama Islam

Pada dasarnya Kementrian Agama melalui

Direktorat Jenderal Bimbingan Masyarakat (Bimas) Islam

telah melakukan upaya peningkatan kompetensi akademik

Penyuluh Agama Islam. Peningkatan kompetensi tersebut

dilakukan dalam berbagai bentuk antara lain: pendidikan,

pelatihan dasar, pelatihan fungsional dan workshop.

Pelatihan tersebut dilaksanakan secara berjenjang mulai

dari Kementrian Agama tingkat Kabupaten, Provinsi dan

Kementrian Agama Pusat. Adapun materi yang

disampaikan dalam pelatihan tersebut adalah kebijakan-

kebijakan yang dilakukan oleh Kementrian Agama untuk

menciptakan suasana yang damai dan tenram.

Selain itu, Kementrian Agama telah menyusun

setrategi kompetensi yang harus dimiliki oleh penyuluh.

Mengacu kepada peran Penyuluh Agama sebagai

pembimbing masyarakat, sebagai panutan dan sebagai

penyambung tugas pemerintah. Maka Penyuluh Agama

minimal harus memiliki tiga kompetensi yaitu :

1) Kompetensi manajerial yang diukur dari tingkat

pendidikan, pelatihan struktural atau manajemen, dan

pengalaman kepemimpinan adalah berupa kemampuan

Page 177: Tuhan menciptakan keberagaman bukan untuk saling ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36721/1/EBOOK... · UH A G AMA P AD A DIT JEN BIMAS ISL AM ... 1969 Tentang

168

dalam membuat perencanaan meliputi rencana

operasional, rencana tahunan dan rencana lima tahun,

dan kemampuan dalam mengorganisir tugas, dan

kemampuan melakukan pengkoordinasian, dan

kemampuan menggerakan semua potensi yang ada, serta

kompetensi dalam melakukan pengawasan.69

2) Kompetensi teknis yang diukur dari tingkat dan

spesialisasi pendidikan, pelatihan teknis fungsional, dan

pengalaman bekerja secara teknis kemampuan dalam

memberikan bimbingan agama dan penyuluhan

pembangunan, kemampuan melakukan pembinaan

terhadap kelompok penyuluhan agama, kompetensi

dalam melakukan pembinaan kepada lembaga

keagamaan, dankompetensi dalam pemberian

penerangan tentang pembangunan; dan.

3) kompetensi sosial kultural dalam kamus kompetensi

jabatan Kementerian Agama terdapat pada Kompetensi

inti harmonisasi keberagaman, yang diukur dari

pengalaman kerja berkaitan dengan masyarakat

majemuk dalam hal agama, suku, dan budaya sehingga

memiliki wawasan kebangsaan adalah merupakan

cerminan dari budaya kerja ASN kementerian Agama

sehingga mampu memberikan pencitraan yang baik dan

positif pada Kementerian Agama.70

4) Penyuluh Agama Islam pada dasarnya adalah

pembimbing umat Islam, untuk itu selain dari tiga

kompetensi yang disebutkan di atas, seharusnya ada

69

Kementrian Agama, Standar Kompetensi Jabatan Penyuluh

Agama (4 Januari 2016) h. 27 70

Kementrian Agama, Standar Kompetensi Jabatan Penyuluh

Agama (4 Januari 2016) h. 2

Page 178: Tuhan menciptakan keberagaman bukan untuk saling ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36721/1/EBOOK... · UH A G AMA P AD A DIT JEN BIMAS ISL AM ... 1969 Tentang

169

beberapa kompetensi tambahan untuk meningkatkan

kualitas PAI, seperti:

1) Kompetensi Personal, yaitu kemampuan PAI

untuk membimbing umat Islam,

menggerakkan umat Islam dan mendorong

umat Islam untuk meningkatkan Ukhwah

Islamiyah serta wawasan kebangsaan.

2) Kompetensi Professional, mengembangkan

profesionalisme dalam kegiatan penyuluhan

dan mengembangkannya yang diukur dari

pengalaman kerja yang berkaitan dengan

program-program penyuluhan.

Kualitas keilmuan PAI sangat penting dalam

mememunuhi kompetensi-kompetensi yang telah disebutkan di

atas, untuk itu perlu adanya peningkatan dalam perekrutan PAI

kedepannya, peningkatan kulaitas ini bisa saja dilakukan dengan

bekerja sama dengan berbagai fakultas dari berbagai Universitas

Islam yang program studinya berkaitan degan penyuluhan agar

mereka mempersiapkan SDM yang berkualitas untuk kemudian

diangkat menjadi penyuluh. Fakultas yang berkaitan misalnya

Fakultas Ushuluddin yang di dalamnya terdapat program studi-

program studi yang berkaitan dengan keislaman ataupun

kerukunan, Fakultas Dakwah juga di dalamnya terdapat program

studi yang berkaitan dengan penyuluhan keislaman. Kerjasama

dengan fakultas ini sangat diperlukan untuk menciptakan

penyuluh yang berkualitas dan memiliki bidang ilmu yang

sesuai.

Berkaitan dengan masalah kerukunan, dari beberapa

kebijakan dan aturan yang sudah dibuat oleh Kementrian Agama

RI melalui Bimas Islam masih kurang memadai bahkan pada

umumnya penyuluh merasa pelatihan dan workshop yang mereka

ikuti belum cukup untuk dijadikan bekal yang memadai,

sehingga ketika mereka terjun dilapangan untuk mengatasi

persoalan kerukunan umat beragama, mereka tidak mampu.

Page 179: Tuhan menciptakan keberagaman bukan untuk saling ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36721/1/EBOOK... · UH A G AMA P AD A DIT JEN BIMAS ISL AM ... 1969 Tentang

170

Salah satu contoh kasus yang terjadi adalah kegagalan mereka

mencengah konflik yang terjadi di Cikesik, Syiah Sampang dan

JAI di Tasikmala seharusnya mereka sudah mengetahui setrategi

bagaimana konflik itu bisa di atasi. Praktek yang telah dilakukan

para penyuluh pada umumnya membina masyarakat pasca

konflik bukan pra konflik karena mereka belum dibekali setrategi

dan manajmen konflik dan regulisi tersebut belum ada di

Kementrian Agama, seharusnya Bimas Islam mengklasifikan

penyuluh agama Islam (PAI) sesuai dengan kemampuan dan

pelatihan dengan dibekali sertifikan penyataan lulus kompetensi

sehingga para penyuluh kedepananya akan terbagi sesuai dengan

speliasi yang mereka ikuti. Speliasi antara lain:

1. Penyuluh Agama Islam Bidang Kerukunan

2. Penyuluh Agama Islam Bidang Zakat

3. Penyuluh Agama Islam Bidang Narkotika

4. Penyuluh Agama Islam Bidang HIV

5. Penyulihan Agama Islam Bidang Keluarga Sakinah

6. Penyuluhan Agama Islam Bidang Manajmen Masjid

7. Penyuluh Agama Islam Bidang Wakaf

8. Penyuluh Agama Islam Bidang Halal

Spealisasi yang penulis petakan di atas ini untuk

mendukung manajrial penyuluh agama Islam dalam

menghadapi problematika yang terjadi di Masyarakat

Indonesia, sehingga dengan speialisasi ini Indonesia akan

menjadi negara yang aman, damai, rukun serta mengurangi

konflik atas nama agama. Untuk mendukung gagasan ini

seharusnya pemerintah melalui Kementrian Agama

memperdayakan para penyuluh yang ada dibawah

naungannya difungsikan dengan maksimal, sehingga setiap

Kantor Urusan Agama (KUA) di Indoensia yang berjumlah

5947 harus memiliki 1 orang penyuluh agama Islam yang

mempunyai spealisai termasuk spealisasi kerukunan.

Tujuan spealisasi ini adalah untuk meminimalisir konflik

antar umat beragama.

Page 180: Tuhan menciptakan keberagaman bukan untuk saling ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36721/1/EBOOK... · UH A G AMA P AD A DIT JEN BIMAS ISL AM ... 1969 Tentang

171

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Penyuluh agama merupakan salah satu unsur

penting dalam upaya peningkatan pemahaman dan

pengamalan ajaran agama kepada masyarakat dalam masa

pembangunan dewasa ini, dituntut agar mampu

menyebarkan segala aspek pembangunan melalui pintu

agama agar penyuluhan dapat berhasil, maka seorang

penyuluh agama harus dapat memahami materi dakwah,

menguasai betul metode dakwah dan teknik penyuluhan,

sehingga diharapkan seorang penyuluh agama dapat

mencapai tujuan da’wah yaitu dapat mengubah masyarakat

sasaran kearah kehidupan yang lebih baik dan sejahtera

lahir maupun batin. Wajar kiranya penyuluh agama

diharapkan dapat berperan pula sebagai motivator

pembangunan.

Tugas penyuluh agama sangat penting karena

pembangunan tidak semata-mata membangun manusia dari

aspek lahiriah dan jasmani saja, melainkan juga

membimbing dan membangun aspek rohaniah, mental

spiritualnya yang dilaksanakan secara simultan. Termasuk

dalam penanganan konflik-konflik bernuansa keagamaan,

peran PAI begitu jelas dan strategis. Nilai strategis ini

terletak pada relasinya dengan masyarakat, sebagai

subsistem sosial kemasyarakatan. PAI adalah bagian dari

masyarakat, menyatu dan tak terpisahkan.

Berdasarkan evaluasi kinerja PAI,banyak penyuluh

yang belum memenuhi kompetensi PAI yang telah

ditetapkan oleh Bimas Islam, hal ini disebabkan oleh

berbagai faktor, diantaranya SDM PAI itu sendiri dan honor

Page 181: Tuhan menciptakan keberagaman bukan untuk saling ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36721/1/EBOOK... · UH A G AMA P AD A DIT JEN BIMAS ISL AM ... 1969 Tentang

172

PAI yang terbilang minim sekali, untuk itu perlu adanya

kompetensi tambahan untuk PAI, peningkatan kualitas PAI

serta penaikan honor atau upah PAI.

Masalah kerukunan adalah masalah yang sangat

harus diperhatikan di Indonesia, mengingat kemajemukan

yang terdapat dalam masyarakat itu sendiri, penyuluh

agama sebagai komunikator dan mediator seharusnya bisa

mencegah dan menyelesaikan konflik yang terjadi di

tengah-tengah masyarakat. Banyaknya penyuluh yang

belum mempunyai kompetensi yang memadai terutama

dalam bidang kerukunan menyebabkan ketidakmampuan

penyuluh dalam menyelesaikan atau meredakan konflik

yang terjadi di masyarakat, hal ini bisa dilihat ketika terjadi

konflik Jamaah Ahmadiah dan Syi’ah di Sampang mereka

masih berpihak pada kaum mayoritas bukan menjadi

penegah dalam konflik tersebut.

Selama ini Direktorat Jenderal Bimas Islam

Kementrian Agama Republik Indonesia belum memberikan

pendidikan dan pelatihan kepada penyuluh agama Islam

(PAI) sehingga kemampuan mereka masih minim, selain itu

seleksi yang dilakukan oleh pemerintah untuk perekrutan

penyuluh agama Islam (PAI) bukan pada jurusan atau

program studi di Perguruan Tinggi yang secara khusus

mempelajari dan mendalami manajmen konflik dan

kerukunan umat beragama. Kalau Pemerintah Republik

Indonesia melalui Bimas Islam bisa mendesain dan

memberikan pelatihan dan pendidikan (Diklat) kepada

calon penyuluh, selain itu pemerintah seharusnya

memperdayakan jurusan atau program studi di Perguruan

Tinggi Agama Islam (PTAI) yaitu Perbadndingan Agama

dan Bimbingan Pnyuluhan Islam (BPI), maka kerukunan

umat di negara ini akan terjaga, karena mereka sudah

Page 182: Tuhan menciptakan keberagaman bukan untuk saling ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36721/1/EBOOK... · UH A G AMA P AD A DIT JEN BIMAS ISL AM ... 1969 Tentang

173

mempunyai bekal yang cukup dalam menyelesaikan konflik

umat beragama.

B. Saran

1. Pemerintah: Pemerintah diharapkan bisa melengkapi

dan memerhatikan sarana prasarana yang dibutuhkan

Penyuluh Agama Islam. Sarana prasarana yang

penting bagi penyuluh saat ini adalah kenaikan upah

atau honor, laptop serta proyektor dan kendaraan, hal-

hal ini sangat dibutuhkan sebab tanpa sarana-

prasarana seperti ini kegiatan penyuluhan tidak akan

terlaksana secara maksimal. Selain melengkapi sarana

dan prasarana, pemerintah juga hendaknya

memberikan reward bagi yang berprestasi misalnya

beasiswa untuk melanjutkan studi dan punishment

bagi yang melanggar seperti evaluasi dan surat

teguran.

2. Penyuluh Agama Islam: Penyuluh Agama

kedepannya diharapkan bisa meninggkatkan skill

mereka, aktualisasi diri dengang perkembangan

zaman serta sadar teknologi, hal-hal ini sangat

penting sebab seorang penyuluh mesti memiliki skill

dibidang penyuluhan dan masyarakat, sadar teknologi

juga sangat harus diperhatikan oleh seorang penyuluh

karena dengan laju perkembangan zaman dan

teknologi akan berdampak kepada sikap dan tingkah

laku masyarakat yang menjadi sasaran penyuluhan.

3. Bimas Islam: Bimas Islam kedepannya harus terus

berupaya mengembangkan materi dan metode

penyuluhan serta perbaikan-perbaikan regulasi. Selain

itu pengembangan jaringan juga snagat diperlukan

untuk menciptakan penyuluh yang berkualitas,

pengembangan jaringan ini berbentuk kesepakatan

kerja sama yang terjalin antara Bimas Islam dan

Page 183: Tuhan menciptakan keberagaman bukan untuk saling ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36721/1/EBOOK... · UH A G AMA P AD A DIT JEN BIMAS ISL AM ... 1969 Tentang

174

Fakultas Dakwah dan Ushuluddin untuk menyiapkan

lulusan-lulusan yang berkualitas unuk menjadi

seorang penyuluh yang berkualitas juga tentunya.

Page 184: Tuhan menciptakan keberagaman bukan untuk saling ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36721/1/EBOOK... · UH A G AMA P AD A DIT JEN BIMAS ISL AM ... 1969 Tentang

175

DAFTAR PUSTAKA

Asry, Yusuf. (ed), Pendirian Rumah Ibadat Di Indonesia

(Pelaksanaan Peraturan Bersama Menteri Agama

dan Menteri Dalam Negeri No. 9 dam 8 Tahun

2006. Jakarta: Badan Litbang dan Diklat Kemenag,

2011)

Direktorat Penerangan Agama Islam Subdit Bimbingan dan

Penyuluhan Agama Islam, Penyuluh Agama Islam

dari Masa ke Masa.

Dokumen Ditjen Bimas Islam 2013

Dokumen Ditjen Bimas Islam Tahun 2007

Dokumen Ditjen Bimas Islam Tahun 2008

Dokumen Restra Ditjen Bimas Islam

Fuad, Noor dan Gofur Ahmad, Intergrated HRD: Human

Resources Develoupment. Jakarta: PT Grasindo,

2009).

Fauzan, S.Sos.I, dkk,Laporan Kegiatan Dai Rahmatan

Lil’alamin, (Jakarta: Direktorat Penerangan Agama

Islam 2012),

Ghazali, Abdul Moqsith. Argumen Pluralisme Agama;

Membangun Toleransi Berbasis Al-Quran. Jakarta;

KataKita, 2009.

Page 185: Tuhan menciptakan keberagaman bukan untuk saling ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36721/1/EBOOK... · UH A G AMA P AD A DIT JEN BIMAS ISL AM ... 1969 Tentang

176

Hadiat. Peningkatan Peran Penyuluh Agama yang

Berkualitas Dalam Pembangunan Nasional,

Makalah, Jakarta 19 Februari 2016.

Hamzah, Alirman. Hubungan Antarumat Beragama:

Pengalaman Rukun dan Konflik di Indonesia”

TAJDID, Vol. 17, No.2 (November 2014):h. 156

http://nasional.news.viva.co.id/news/read/410530-

ahmadiyah-tasikmalaya-diserang--garut-tingkatkan-

keamanan?fb_comment_id=328735603921317_156

7573#f20d93a7ac

http://news.detik.com/berita/2240068/lpsk-temukan-5-

penyebab-konflik-sunni-syiah-di-sampang-madura

http://www.jpnn.com/read/2011/03/04/85753/Jabar-Resmi-

Larang-Aktivitas-Ahmadiyah-

http://www.pikiran-rakyat.com/serial-konten/terkait-

pergub-pelarangan-ahmadiyah

Jurnal Harmoni Badan Litbang dan Diklat Vol. 14 No. 2

2015 : h. 5

Kementrian Agama RI, Naskah Akademik Bagi Penyuluh

Agama Puslitbang Kehidupan Keagamaan: Jakarta,

2015

Kustini, ed., Mencari Format Ideal Pemberdayaan

Penyuluh Agama dalam Peningkatan Pelayanan

Keagamaan. Jakarta; Puslitbang Kehidupan

Keagamaan Badan Litbang dan Diklat Kemenag RI,

2014.

Page 186: Tuhan menciptakan keberagaman bukan untuk saling ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36721/1/EBOOK... · UH A G AMA P AD A DIT JEN BIMAS ISL AM ... 1969 Tentang

177

Lampiran I Keputusan Menteri Agama Republik Indonesia

Nomor 39 tahun 2015 tentang Rencana Strategis

Kementerian Agama tahun 2015 - 2019

Laporan Tahunan Kehidupan Keagamaan di Indonesia

2011

Laporan Tahunan Kehidupan Keagamaan di Indonesia

2011.

Lubis, Ridwan. Cetak Biru Peran Agama. Jakarta:

Puslitbang, 2005.

M,Hilmi. Oprasional Penyuluh Agama. Jakarta:

Departemen Agama, 1997.

M. Atho Mudzhar, “Instrumen Internasional dan Peraturan

Perundangan Indonesia tentang Kebebasan dan

Perlindungan Beragama,” disampaikan pada

Sosialisasi SKB Ahmadiyah 21 Juli 2008.

Mack, Natasha. Dkk. Qualitative Reserch Methods: A Data

Celloctor Field Guide. California: Family Health

International, 2005.

Mashudi. Pendidikan Keberagaman Sebagai Basis

Kearifan Lokal (Gagasan Kerukunan Umat

Beragama)”, Tarbawi Vol. 11. No. 1. (Januari-Juni

2014): h. 48

Mudzar, M. Atho Merayakan Kebhinekaan Membagun

Kerukunan Badan Litbang dan Diklat Kementrian

Agama RI: Jakarta, 2013.

Mudzhar, Atho “Instrumen Internasional dan Peraturan

Perundangan Indonesiatentang Kebebasan dan

Page 187: Tuhan menciptakan keberagaman bukan untuk saling ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36721/1/EBOOK... · UH A G AMA P AD A DIT JEN BIMAS ISL AM ... 1969 Tentang

178

Perlindungan Beragama,” Makalah pada Sosialisasi

SKB Tentang Ahmadiyah Tanggal 28 Juni 2008

Mufid, Ahmad Syafi’i. (Ed.) Kasus-kasus Aktual

Kehidupan Keagamaan di Indonesia.Jakarta:

Puslitbang Kehidupan Keagamaan, 2014.

Mukhtar, Bimbingan Skripsi, Tesis dan Artikel Ilmiah:

Panduan Berbasis Penelitian Kualitatif Lapangan

dan Perpustakaan. Ciputat: Gaung Persada Press,

2009.

Munawar, Said Agil. Fikih Hubungan Antar Umat

Beragama. Jakarta : Ciputat Press, 2005.

Munawaroh, Mundiroh Lailatul. Penyelesaian Konflik

Sunni-Syiah Di Sampang Madura, (tesis UIN Sunan

Kalijaga 2014)

Nasution, Harun. Islam Rasional. Bandung: Mizan,1955.

Pusat Bahasa. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta:

PT.Gramedia Pustaka Utama, 2002.

Republika, 8 Juli 2011 dengan judul “Sy’ah Sampang”

Resolusi Konflik Keagamaan di Berbagai Daerah (Jakarta;

Puslitbang Kemenag 2014.

Ruth, Dhyah Madya. (editor), Memutus Mata Rantai

Radikalisme Dan Terorisme, Jakarta: Lazuardi

Birru, 2010.

Sumbulah, Umi. “Pluralisme dan Kerukunan Umat

Beragama Perspektif Elite Agama di Kota Malang”

Page 188: Tuhan menciptakan keberagaman bukan untuk saling ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36721/1/EBOOK... · UH A G AMA P AD A DIT JEN BIMAS ISL AM ... 1969 Tentang

179

Analisa Journal of Social Science and Religion

Volume 22 No. (01 Juni 2015) :h. 3

Tim Penyusun, Laporan Akhir Tahun 2011, Jakarta: Badan

Litbang Kemenag, 2012, h. 8

Tim Penyusun. Laporan Akhir Tahun 2011. Jakarta: Badan

Litbang dan Diklat Kemenag, 2012, h. 54

Umar, Nasaruddin. Kerukunan Sejati: Mulai Dari Kitab

Suci,“ Makalah pada saresehan Moderasi Islam, 12

Maret 2008

Zarkasyi, Jaja. “Radikalisme dan Upaya Pencegahannya

Berbasis Partisipatoris,”Jurnal Bimas Islam Vol. 7.

No. 3 (Tahun 2014): h. 581

Page 189: Tuhan menciptakan keberagaman bukan untuk saling ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36721/1/EBOOK... · UH A G AMA P AD A DIT JEN BIMAS ISL AM ... 1969 Tentang

180

Page 190: Tuhan menciptakan keberagaman bukan untuk saling ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36721/1/EBOOK... · UH A G AMA P AD A DIT JEN BIMAS ISL AM ... 1969 Tentang

Biografi Penulis

Amirulloh lahir di Pondok Kelapa, Duren Sawit Jakarta Timur 27 Oktober 1977. Pondoke Kelapa salah satu kelurahan di daerah Jakarta Timur perbatasan dengan Bekasi Jawa Barat. Setelah lulus Madrasah Ibtidaiyyah, Amirulloh pernah menjadi santri di Pondok

Pesantren Daarur Rahman. Di Pondok tersebut ia bertemu dengan kiai dan ustad yang diberkahi keikhlasan mengajarkan ilmu hidup dan ilmu akhirat. Selesai menamatkan jenjang pendidikan SMA pada tahun 1996 ia tercatat sebagai mahasiswa IAIN Syarif Hidayataullah Jakarta Fakultas Ushuluddin jurusan Perbandingan Agama dan kemudian tamat pada tahun 2004. Selama kuliah ia aktif di berbagai kegiatan kampus, salah satunya Teater Syahid dan Gempa Band.

Tahun 2013 ia melanjutkan S2 pada Fakultas dan jurusan yang sama konsentrasi Kerukunan Umat Beragama. Saat ini Amirulloh adalah PNS pada Direktorat Penerangan Agama Islam Ditjen Bimas Islam Kementerian Agama Republik Indonesia. Sejak diangkat PNS pada tahun 2009, Amirulloh ditempatkan pada Subdit dan Bimbingan dan Penyuluhan Agama Islam. Saat ini menjabat sebagai Pymt. Kasi Ketenagaan Lembaga Dakwah dan Majelis Taklim. Ia juga merupakan wakil ketua FKDMI (Forum Komunikasi dai Muda Indonesia) dari tahun

Page 191: Tuhan menciptakan keberagaman bukan untuk saling ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36721/1/EBOOK... · UH A G AMA P AD A DIT JEN BIMAS ISL AM ... 1969 Tentang

2012 sampai sekarang, selain itu ia juga aktif di IPQOH (Ikatan Persaudaraan Qari-Qariah dan Hafiz-Hafizah) dari tahun 2012 sampai sekarang.