Tugas Ujian Emergency Ipd

19
1. Penyebab Diare Diare disebabkan oleh banyak penyebab antara lain infeksi (bakteri, parasit, virus), keracunan makanan, efek obat-obatan dan lain-lain. Menurut World Gastroenterology Organisation global guideline 2005, etiologi diare dibagi atas empat penyebab : bakteri, virus, parasit, dan non infeksi. Etiologi Diare Akut Infeksi 1. Enteral Bakteri : Shigella sp, E. coli pathogen, Salmonella sp, Vibrio cholera, Yersinia enterocolytica, Campylobacter jejuni, V. parahaemoliticus, V. NAG, Staphylococcus aureus, Streptococcus, Klebsiella, Pseudomonas, Aeromonas, Proteus, dan lain- lain. Virus : Rotavirus, Adenovirus, Norwalk virus, Norwalk like virus, Cytomegalovirus (CMV), echovirus, virus HIV. Parasit : Protozoa, Entamoeba histolytica, Giardia lamblia, Cryptosporidium parvum, Balantidium coli. Worm : A. lumbricoides, Cacing tambang, Trichuris trichiura, S. stercoralis, cestodiasis, dan lain-lain. Fungus : Kandida/moniliasis 2. Parenteral : Otitis Media Akut (OMA), pneumonia, 1

description

report

Transcript of Tugas Ujian Emergency Ipd

Page 1: Tugas Ujian Emergency Ipd

1. Penyebab Diare

Diare disebabkan oleh banyak penyebab antara lain infeksi (bakteri, parasit, virus),

keracunan makanan, efek obat-obatan dan lain-lain.

Menurut World Gastroenterology Organisation global guideline 2005, etiologi diare

dibagi atas empat penyebab : bakteri, virus, parasit, dan non infeksi.

Etiologi Diare Akut

Infeksi

1. Enteral

Bakteri : Shigella sp, E. coli pathogen, Salmonella sp, Vibrio cholera,

Yersinia enterocolytica, Campylobacter jejuni, V. parahaemoliticus, V.

NAG, Staphylococcus aureus, Streptococcus, Klebsiella, Pseudomonas,

Aeromonas, Proteus, dan lain-lain.

Virus : Rotavirus, Adenovirus, Norwalk virus, Norwalk like virus,

Cytomegalovirus (CMV), echovirus, virus HIV.

Parasit : Protozoa, Entamoeba histolytica, Giardia lamblia,

Cryptosporidium parvum, Balantidium coli.

Worm : A. lumbricoides, Cacing tambang, Trichuris trichiura, S.

stercoralis, cestodiasis, dan lain-lain.

Fungus : Kandida/moniliasis

2. Parenteral : Otitis Media Akut (OMA), pneumonia, Travelers diarrhea, E. coli,

Shigella sp, Giardia lamblia, Entamoeba histolytica, dan lain-lain.

Makanan :

Intoksikasi makanan : Makanan beracun atau mengandung logam berat,

makanan mengandung bakteri/toksin: Clostridium perfringens, B.

cereus, S. aureus, Streptococcus anhaemo lyticus, dan lain-lain.

Alergi : Susu sapi, makanan tertentu.

Malabsorpsi/maldigesti : karbohidrat: monosakarida (glukosa, laktosa,

galaktosa), disakarida (sukrosa, laktosa) ; lemak: rantai panjang

trigliserida ; protein: asam amino tertentu, celiacsprue gluten

malabsorption, protein intolerance, cows milk, vitamin dan mineral.

1

Page 2: Tugas Ujian Emergency Ipd

Imunodefisiensi : hipogamaglobulinemia, panhipogamaglobulinemia (Bruton),

penyakit granulomatose kronik, defisiensi IgA, imunodefisiensi IgA

heavycombination.

Terapi obat : antibiotic, kemoterapi, antasida, dan lain-lain

Tindakan tertentu seperti gastrektomi, gastroenterostomi, dosis tinggi terapi radiasi.

Lain-lain : Sindrom Zollinger-Ellison, neuropati autonomic (neuropati diabetic).

Keadaan risiko dan kelompok risiko tinggi yang mungkin mengalami diare karen infeksi

adalah :

a. Baru saja bepergian/melancong : ke Negara berkembang, daerah tropis, kelompok

perdamaian dan pekerja sukarela, orang yang sering berkemah (dasar berair).

b. Makanan atau keadaan makan yang tidak biasa: makanan laut, terutama yang mentah,

restoran dan rumah makan cepat saji (fast food), banket, dan piknik.

c. Homoseksual, pekerja seks, pengguna obat intravena, risiko infeksi HIV, sindrom usus

homoseks (Gay bowel syndrome), sindrom defisiensi kekebalan didapat (Acquired

immune deficiency syndrome)

d. Baru saja menggunakan obat antimikroba pada institusi: institusi kejiwaan/mental, rumah

rumah perawatan, rumah sakit.

Beberapa Penyebab Diare Akut Infeksi Bakteri

a. Infeksi non-invasif.

Stafilococcus aureus

Keracunan makanan karena stafilokokkus disebabkan asupan makanan yang

mengandung toksin stafilokokkus, yang terdapat pada makanan yang tidak tepat cara

pengawetannya. Enterotoksin stafilokokus stabil terhadap panas. Gejala terjadi dalam

waktu 1 – 6 jam setelah asupan makanan terkontaminasi. Sekitar 75 % pasien mengalami

mual, muntah, dan nyeri abdomen, yang kemudian diikuti diare sebanyak 68 %. Demam

sangat jarang terjadi. Lekositosis perifer jarang terjadi, dan sel darah putih tidak terdapa

pada pulasan feses. Masa berlangsungnya penyakit kurang dari 24 jam. Diagnosis

ditegakkan dengan biakan S. aureus dari makanan yang terkontaminasi, atau dari kotoran

2

Page 3: Tugas Ujian Emergency Ipd

dan muntahan pasien. Terapi dengan hidrasi oral dan antiemetik. Tidak ada peranan

antibiotik dalam mengeradikasi stafilokokus dari makanan yang ditelan.

Bacillus cereus

B. cereus adalah bakteri batang gram positip, aerobik, membentuk spora.

Enterotoksin dari B. cereus menyebabkan gejala muntah dan diare, dengan gejala muntah

lebih dominan. Gejala dapat ditemukan pada 1 – 6 jam setelah asupan makanan

terkontaminasi, dan masa berlangsungnya penyakit kurang dari 24 jam. Gejala akut mual,

muntah, dan nyeri abdomen, yang seringkali berakhir setelah 10 jam. Gejala diare terjadi

pada 8 – 16 jam setelah asupan makanan terkontaminasi dengan gejala diare cair dan

kejang abdomen. Mual dan muntah jarang terjadi. Terapi dengan rehidrasi oral dan

antiemetik.

Clostridium perfringens

C perfringens adalah bakteri batang gram positip, anaerob, membentuk spora.

Bakteri ini sering menyebabkan keracunan makanan akibat dari enterotoksin dan

biasanya sembuh sendiri . Gejala berlangsung setelah 8 – 24 jam setelah asupan produk-

produk daging yang terkontaminasi, diare cair dan nyeri epigastrium, kemudian diikuti

dengan mual, dan muntah. Demam jarang terjadi. Gejala ini akan berakhir dalam waktu

24 jam. Pemeriksaan mikrobiologis bahan makanan dengan isolasi lebih dari

105organisma per gram makanan, menegakkan diagnosa keracunan makanan C

perfringens . Pulasan cairan fekal menunjukkan tidak adanya sel polimorfonuklear,

pemeriksaan laboratorium lainnya tidak diperlukan. Terapi dengan rehidrasi oral dan

antiemetik.

Vibrio cholerae

V cholerae adalah bakteri batang gram-negatif, berbentuk koma dan

menyebabkan diare yang menimbulkan dehidrasi berat, kematian dapat terjadi setelah 3

– 4 jam pada pasien yang tidak dirawat. Toksin kolera dapat mempengaruhi transport

cairan pada usus halus dengan meningkatkan cAMP, sekresi, dan menghambat absorpsi

cairan. Penyebaran kolera dari makanan dan air yang terkontaminasi. Gejala awal adalah

3

Page 4: Tugas Ujian Emergency Ipd

distensi abdomen dan muntah, yang secara cepat menjadi diare berat, diare seperti air

cucian beras. Pasien kekurangan elektrolit dan volume darah. Demam ringan dapat

terjadi. Kimia darah terjadi penurunan elektrolit dan cairan dan harus segera digantikan

yang sesuai. Kalium dan bikarbonat hilang dalam jumlah yang signifikan, dan

penggantian yang tepat harus diperhatikan. Biakan feses dapat ditemukan V.cholerae.

Target utama terapi adalah penggantian cairan dan elektrolit yang agresif. Kebanyakan

kasus dapat diterapi dengan cairan oral. Kasus yang parah memerlukan cairan intravena.

Antibiotik dapat mengurangi volume dan masa berlangsungnya diare. Tetrasiklin 500 mg

tiga kali sehari selama 3 hari, atau doksisiklin 300 mg sebagai dosis tunggal, merupakan

pilihan pengobatan. Perbaikan yang agresif pada kehilangan cairan menurunkan angka

kematian (biasanya < 1 %). Vaksin kolera oral memberikan efikasi lebih tinggi

dibandingkan dengan vaksin parenteral.

Escherichia coli patogen

E. coli patogen adalah penyebab utama diare pada pelancong. Mekanisme patogen

yang melalui enterotoksin dan invasi mukosa. Ada beberapa agen penting, yaitu :

1 Enterotoxigenic E. coli (ETEC).

2 Enterophatogenic E. coli (EPEC).

3 Enteroadherent E. coli (EAEC).

4 Enterohemorrhagic E. coli (EHEC)

5 Enteroinvasive E. Coli (EIHEC)

Kebanyakan pasien dengan ETEC, EPEC, atau EAEC mengalami gejala ringan yang

terdiri dari diare cair, mual, dan kejang abdomen. Diare berat jarang terjadi, dimana

pasien melakukan BAB lima kali atau kurang dalam waktu 24 jam. Lamanya penyakit ini

rata-rata 5 hari. Demam timbul pada kurang dari 1/3 pasien. Feses berlendir tetapi sangat

jarang terdapat sel darah merah atau sel darah putih. Lekositosis sangat jarang terjadi.

ETEC, EAEC, dan EPEC merupakan penyakit self limited, dengan tidak ada gejala sisa.

Pemeriksaan laboratorium tidak ada yang spesifik untuk E coli, lekosit feses jarang

ditemui, kultur feses negatif dan tidak ada lekositosis. EPEC dan EHEC dapat diisolas

dari kultur, dan pemeriksaan aglutinasi latex khusus untuk EHEC tipe O157. Terapi

4

Page 5: Tugas Ujian Emergency Ipd

dengan memberikan rehidrasi yang adekuat. Antidiare dihindari pada penyakit yang

parah. ETEC berespon baik terhadap trimetoprim-sulfametoksazole atau kuinolon yang

diberikan selama 3 hari. Pemberian antimikroba belum diketahui akan mempersingkat

penyakit pada diare EPEC dan diare EAEC. Antibiotik harus dihindari pada diare yang

berhubungan dengan EHEC.

b. Infeksi Invasif

Shigella

Shigella adalah penyakit yang ditularkan melalui makanan atau air. Organisme

Shigella menyebabkan disentri basiler dan menghasilkan respons inflamasi pada kolon

melalui enterotoksin dan invasi bakteri. Secara klasik, Shigellosis timbul dengan gejala

adanya nyeri abdomen, demam, BAB berdarah, dan feses berlendir. Gejala awal terdiri

dari demam, nyeri abdomen, dan diare cair tanpa darah, kemudian feses berdarah setelah

3 – 5 hari kemudian. Lamanya gejala rata-rata pada orang dewasa adalah 7 hari, pada

kasus yang lebih parah menetap selama 3 – 4 minggu. Shigellosis kronis dapat

menyerupai kolitis ulseratif, dan status karier kronis dapat terjadi.Manifestasi

ekstraintestinal Shigellosis dapat terjadi, termasuk gejala pernapasan, gejala neurologis

seperti meningismus, dan Hemolytic Uremic Syndrome. Artritis oligoartikular asimetris

dapat terjadi hingga 3 minggu sejak terjadinya disentri. Pulasan cairan feses

menunjukkan polimorfonuklear dan sel darah merah. Kultur feses dapat digunakan untuk

isolasi dan identifikasi dan sensitivitas antibiotik.Terapi dengan rehidrasi yang adekuat

secara oral atau intravena, tergantung dari keparahan penyakit. Derivat opiat harus

dihindari. Terapi antimikroba diberikan untuk mempersingkat berlangsungnya penyakit

dan penyebaran bakteri. Trimetoprim-sulfametoksazole atau fluoroquinolon dua kali

sehari selama 3 hari merupakan antibiotik yang dianjurkan.

Salmonella nontyphoid

Salmonella nontipoid adalah penyebab utama keracunan makanan di Amerika

Serikat. Salmonella enteriditis dan Salmonella typhimurium merupakan penyebab.

Awal penyakit dengan gejala demam, menggigil, dan diare, diikuti dengan mual,

muntah, dan kejang abdomen. Occult blood jarang terjadi. Lamanya berlangsung

5

Page 6: Tugas Ujian Emergency Ipd

biasanya kurang dari 7 hari. Pulasan kotoran menunjukkan sel darah merah dan sel darah

putih se. Kultur darah positip pada 5 – 10 % pasien kasus dan sering ditemukan pada

pasien terinfeksi HIV. Terapi pada Salmonella nonthypoid tanpa komplikasi dengan

hidrasi adekuat. Penggunaan antibiotik rutin tidak disarankan, karena dapat meningkatan

resistensi bakteri. Antibiotik diberikan jika terjadi komplikasi salmonellosis, usia

ekstrem ( bayi dan berusia > 50 tahun), immunodefisiensi, tanda atau gejala sepsis, atau

infeksi fokal (osteomilitis, abses). Pilihan antibiotik adalah trimetoprim-sulfametoksazole

atau fluoroquinolone seperti ciprofloxacin atau norfloxacin oral 2 kali sehari selama 5 –

7 hari atau Sephalosporin generasi ketiga secara intravena pada pasien yang tidak dapat

diberi oral.

Salmonella typhi

Salmonella typhi dan Salmonella paratyphi adalah penyebab demam tiphoid.

Demam tiphoid dikarakteristikkan dengan demam panjang, splenomegali, delirium, nyeri

abdomen, dan manifestasi sistemik lainnya. Penyakit tiphoid adalah suatu penyakit

sistemik dan memberikan gejala primer yang berhubungan dengan traktus

gastrointestinal. Sumber organisme ini biasanya adalah makanan terkontaminasi.Setelah

bakterimia, organisma ini bersarang pada sistem retikuloendotelial, menyebabkan

hiperplasia, pada lymph nodes dan Peyer pacthes di dalam usus halus. Pembesaran

yang progresif dan ulserasi dapat menyebabkan perforasi usus halus atau perdarahan

gastrointestinal. Bentuk klasik demam tiphoid selama 4 minggu. Masa inkubasi 7-14

hari. Minggu pertama terjadi demam tinggi, sakit kepala, nyeri abdomen, dan perbedaan

peningkatan temperatur dengan denyut nadi. 50 % pasien dengan defekasi normal. Pada

minggu kedua terjadi splenomegali dan timbul rash. Pada minggu ketiga timbul

penurunan kesadaran dan peningkatan toksemia, keterlibatan usus halus terjadi pada

minggu ini dengan diare kebiru-biruan dan berpotensi untuk terjadinya ferforasi. Pada

minggu ke empat terjadi perbaikan klinis. Diagnosa ditegakkan dengan isolasi organisme.

Kultur darah positif pada 90% pasien pada minggu pertama timbulnya gejala klinis.

Kultur feses positif pada minggu kedua dan ketiga. Perforasi dan perdarahan

gastrointestinal dapat terjadi selama jangka waktu penyakit. Kolesistitis jarang terjadi,

namun infeksi kronis kandung empedu dapat menjadi karier dari

6

Page 7: Tugas Ujian Emergency Ipd

pasien yang telah sembuh dari penyakit akut. Pilihan obat adalah klorampenikol 500 mg

4 kali sehari selama 2 minggu. Jika terjadi resistensi, penekanan sumsum tulang, sering

kambuh dan karier disarankan sepalosporin generasi ketiga dan flourokinolon

Sepalosforin generasi ketiga menunjukkan effikasi sangat baik melawan S. Thypi dan

harus diberikan IV selama 7-10 hari, Kuinolon seperti ciprofloksasin 500 mg 2 kali sehari

selama 14 hari, telah menunjukkan efikasi yang tinggi dan status karier yang rendah.

Vaksin thipoid oral (ty21a) dan parenteral (Vi) direkomendasikan jika pergi ke daerah

endemik.

Vibrio non-kolera

Spesies Vibrio non-kolera telah dihubungkan dengan mewabahnya

gastroenteritis. V parahemolitikus, non-01 V. kolera dan V. mimikus telah dihubungkan

dengan konsumsi kerang mentah. Diare terjadi individual, berakhir kurang 5 hari.

Diagnosa ditegakkan dengan membuat kultur feses yang memerlukan media khusus.

Terapi dengan koreksi elektrolit dan cairan. Antibiotik tidak memperpendek

berlangsungnya penyakit. Namun pasien dengan diare parah atau diare lama,

direkomendasikan menggunakan tetrasiklin.

Yersinia

Spesies Yersinia adalah kokobasil, gram-negatif. Diklasifikasikan sesuai dengan

antigen somatik (O) dan flagellar (H). Organisme tersebut menginvasi epitel usus.

Yersinia menghasilkan enterotoksin labil. Terminal ileum merupakan daerah yang paling

sering terlibat, walaupun kolon dapat juga terinvasi. Penampilan klinis biasanya terdiri

dari diare dan nyeri abdomen, yang dapat diikuti dengan artralgia dan ruam (eritrema

nodosum atau eritema multiforme). Feses berdarah dan demam jarang terjadi. Pasien

terjadi adenitis, mual, muntah dan ulserasi pada mulut. Diagnosis ditegakkan dari kultur

feses. Penyakit biasanya sembuh sendiri berakhir dalam 1-3 minggu. Terapi dengan

hidrasi adekuat. Antibiotik tidak diperlukan, namun dapat dipertimbangkan pada

penyakit yang parah atau bekterimia. Kombinasi Aminoglikosid dan Kuinolon

nampaknya dapat menjadi terapi empirik pada sepsis.

7

Page 8: Tugas Ujian Emergency Ipd

Enterohemoragik E Coli (Subtipe 0157

EHEC telah dikenal sejak terjadi wabah kolitis hemoragik. Wabah ini terjadi

akibat makanan yang terkontaminasi. Kebanyakan kasus terjadi 7-10 hari setelah asupan

makanan atau air terkontaminasi. EHEC dapat merupakan penyebab utama diare

infeksius. Subtipe 0157 : H7 dapat dihubungkan dengan perkembangan Hemolytic

Uremic Syndrom (HUS). Centers for Disease Control (CDC) telah meneliti bahwa E

Coli 0157 dipandang sebagai penyebab diare berdarah akut atau HUS. EHEC non-invasif

tetapi menghasilkan toksin shiga, yang menyebabkan kerusakan endotel, hemolisis

mikroangiopatik, dan kerusakan ginjal.Awal dari penyakit dengan gejala diare sedang

hingga berat (hingga 10-12 kali perhari). Diare awal tidak berdarah tetapi berkembang

menjadi berdarah. Nyeri abdomen berat dan kejang biasa terjadi, mual dan muntah timbul

pada 2/3 pasien. Pemeriksaan abdomen didapati distensi abdomen dan nyeri tekan pada

kuadran kanan bawah. Demam terjadi pada 1/3 pasien. Hingga 1/3 pasien memerlukan

perawatan di rumah sakit. Lekositosis sering terjadi. Urinalisa menunjukkan hematuria

atau proteinuria atau timbulnya lekosit. Adanya tanda anemia hemolitik mikroangiopatik

(hematokrit < 30%), trombositopenia (<150 x 109/L), dan insufiensi renal (BUN >20

mg/dL) adalah diagnosa HUS.HUS terjadi pada 5-10% pasien dan di diagnosa 6 hari

setelah terkena diare. Faktor resiko HUS, usia (khususnya pada anak-anak dibawah usia

5 tahun) dan penggunaan anti diare.Penggunaan antibiotik juga meningkatkan resiko.

Hampir 60% pasien dengan HUS akan sembuh, 3-5% akan meninggal, 5% akan

berkembang ke penyakit ginjal tahap akhir dan 30% akan mengalami gejala sisa

proteinuria. Trombosit trombositopenik purpura dapat terjadi tetapi lebih jarang dari pada

HUS.Jika tersangka EHEC, harus dilakukan kultur feses E. coli. Serotipe biasanya

dilakukan pada laboratorium khusus.Terapi dengan penggantian cairan dan mengatasi

komplikasi ginjal dan vaskuler. Antibiotik tidak efektif dalam mengurangi gejala atau

resiko komplikasi infeksi EHEC. Nyatanya pada beberapa studi yang menggunakan

antibiotik dapat meningkatkan resiko HUS. Pengobatan antibiotik dan anti diare harus

dihindari. Fosfomisin dapat memperbaiki gejala klinis, namun, studi lanjutan masih

diperlukan

8

Page 9: Tugas Ujian Emergency Ipd

2. Malaise

Malaise adalah perasaan umum tidak sehat, tidak nyaman, atau lesu. Hal ini terkait

dengan berbagai kondisi medis yang berbeda, dan sering menjadi tanda pertama penyakit yang

berbeda, seperti infeksi virus.

3. Nyeri-nyeri otot (Myalgia)

Myalgia atau yang biasa disebut dengan nyeri otot atau spasme otot ataupun keram otot

merupakan gejala dari banyak penyakit dan gangguan pada tubuh. Penyebab umum myalgia

adalah penggunaan otot yang salah atau berlebihan yang mengakibatkan oto-otot yang digunakan

tersebut mengalami kekurangan oksigen sehingga terjadi suatu proses iksidasi aerob yang akan

menghasilkan asam laktat. Asam laktat inilah yang dapat menimbulkan rasa pegal atau nyeri.

Myalgia yang terjadi tanpa riwayat trauma mungkin disebabkan oleh infeksi virus. Myalgia yang

berlangsusng dalam kurun waktu yang lama menunjukkan myopati metabolic, defisiensi nutrisi

atau sindrom fatigue kronik.

Untuk penatalakasanaan, penting untuk mencari penyakit yang menyebabkan gejala myalgia

(Gout atau asam urat, ISPA, infeksi lainnya) untuk kemudian diberi obat untuk mengobati

penyakit yang mendasarinya. Bisa diberikan obat-obat anti nyeri sistemik, misalnya

asetaminofen atau parasetamol, golongan NSAID (misalnya ibuprofen, natrium diklofenak,

aspirin, atau asam mefenamat)

4. Demam

Demam adalah peninggian suhu tubuh dari variasi suhu normal sehari-hari yang

berhubungan dengan peningkatan titik patokan suhu di hipotalamus. Suhu tubuh normal berkisar

antara 36,5-37,2°C. Derajat suhu yang dapat dikatakan demam adalah rectal temperature

≥38,0°C atau oral temperature ≥37,5°C atau axillary temperature ≥37,2°C. Istilah lain yang

berhubungan dengan demam adalah hiperpireksia. Hiperpireksia adalah suatu keadaan demam

dengan suhu >41,5°C yang dapat terjadi pada pasien dengan infeksi yang parah tetapi paling

sering terjadi pada pasien dengan perdarahan sistem saraf pusat.

Demam dapat disebabkan oleh faktor infeksi ataupun faktor non infeksi. Demam akibat

infeksi bisa disebabkan oleh infeksi bakteri, virus, jamur, ataupun parasit. Infeksi bakteri yang

pada umumnya menimbulkan demam pada anak-anak antara lain pneumonia, bronkitis,

osteomyelitis, appendisitis, tuberculosis, bakteremia, sepsis, bakterial gastroenteritis, meningitis,

9

Page 10: Tugas Ujian Emergency Ipd

ensefalitis, selulitis, otitis media, infeksi saluran kemih, dan lain-lain. Infeksi virus yang pada

umumnya menimbulkan demam antara lain viral pneumonia, influenza, demam berdarah dengue,

demam chikungunya, dan virus-virus umum seperti H1N1. Infeksi jamur yang pada umumnya

menimbulkan demam antara lain coccidioides imitis, criptococcosis, dan lain-lain. Infeksi parasit

yang pada umumnya menimbulkan demam antara lain malaria, toksoplasmosis, dan helmintiasis.

Demam akibat faktor non infeksi dapat disebabkan oleh beberapa hal antara lain faktor

lingkungan (suhu lingkungan yang eksternal yang terlalu tinggi, keadaan tumbuh gigi, dan lain-

lain), penyakit autoimun (arthritis, systemic lupus erythematosus, vaskulitis, dan lain-lain),

keganasan (Penyakit Hodgkin, Limfoma non-hodgkin, leukemia, dan lain-lain), dan pemakaian

obat-obatan (antibiotik, difenilhidantoin, dan antihistamin). Selain itu anak-anak juga dapat

mengalami demam sebagai akibat efek samping dari pemberian imunisasi selama ±1-10 hari. Hal

lain yang juga berperan sebagai faktor non infeksi penyebab demam adalah gangguan sistem

saraf pusat seperti perdarahan otak, status epileptikus, koma, cedera hipotalamus, atau gangguan

lainnya

10

Page 11: Tugas Ujian Emergency Ipd

5. Hipotensi

Hipotensi adalah suatu keadaan dimana tekanan darah seseorang turun dibawah angka

normal, yaitu mencapai nilai rendah yaitu apabila tekanan darh sistolik < 90 mmHg dan tekanan

darah diastolic < 60 mmHg. Tekanan diastolic adalah tekanan saat pengisian darah di jantung

sebelum dipompakan ke seluruh tubuh. Jika pegnisian kurang, aliran darah di pembuluh koroner

jantung berkurang dan dapat menyebabkan serangan jantung.

Terdapat sel-sel khusus di dalam arteri (baroresptor) yang menandakan tekanan darah

naik atau turun. Fungsi sel-sel ini akan mengelurkan tanda yang membuat seluruh tubuh

merespon dan membawa darah kembali ke kondisi normal. Baroresptor menyebabkan jantung

berdetak lebih cepat dan keras, sementara pembuluh arteri dan vena menyempit.

Penyebab hipotensi bisa berbagai macam, seperti :

Kurangnya pemompaan darah dari jantung ke seluruh organ tubuh biasanya adanya

kelainan atau kerusakan pada jantung.

Volume (jumlah) darah berkurang, disebbakan adanya penrdarahan hebat, diare, keringat

yang berlebihan atau buang air kecil yang berlebihan.

Kapasitas pembuluh darah. Pelebaran pembuluh darah (dilatasi) yang menyebabkan

menunrunnya tekanan darah. Hal ini biasanya sebagai dampak dari shock septic

(penuruan tekanan darah akibat infeksi berat), diare dan obat vasodilator yang

melebarkan pembuluh darah (nitrat dan penghambat kalsium)

Faktor eksternal penyebab hipotensi adalah :

Dehidrasi (kekurangan cairan tubuh) yang disebabkan karena kurang minum, diare,

muntah

Mengkonsumsi obat-obatan tekanan darah tinggi, jantung, anti depresi, obat disfungsi

ereksi atau obat Parkinson.

Penggunaan obat berefek diuretic secara berlebihan contoh obat pelangsing

Anemia, infeksi berat, gangguan ajntung, gangguan system saraf pusat, gangguan

endokrin (hipotirois, hipertiorid, diabetes, dan kadar gula darah rendah)

11

Page 12: Tugas Ujian Emergency Ipd

DAFTAR PUSTAKA

Hendarwanto. Waspadji S, Rachman AM, Lesmana LA, dkk, editor. Buku Ajar Ilmu

Penyakit Dalam Jilid I. Edisi ketiga. Jakarta: Pusat Informasi dan Penerbit Bagian

Ilmu Penyakit Dalam FKUI ;1996. 451-57

Rani HAA. Masalah Dalam Penatalaksanaan Diare Akut pada Orang Dewasa. Dalam:

Setiati S, Alwi I, Kasjmir YI, dkk, Editor. Current Diagnosis and Treatment in Internal

Medicine 2002. Jakarta: Pusat Informasi Penerbitan Bagian Penyakit Dalam FK UI,

2002. 49-56.

Jawetz, E. Mikrobiologi untuk Profesi Kesehatan, Penerbit Buku Kedokteran EGC,

Jakarta

Skorecki Karl, Green Jacob, Brenner Barry M. Harrison’s Principles of Internal

Medicine. 16th ed. Kasper, Braunwald, Fauci, et al, editors. New York: McGraw Hill;

2005.

Price Sylvia. Patofisiologi. Edisi 6. Volume 1. EGC: Jakarta. 2006

12