Tugas Ujian Emergency Ipd
-
Upload
dahniar-anindya -
Category
Documents
-
view
227 -
download
0
description
Transcript of Tugas Ujian Emergency Ipd
1. Penyebab Diare
Diare disebabkan oleh banyak penyebab antara lain infeksi (bakteri, parasit, virus),
keracunan makanan, efek obat-obatan dan lain-lain.
Menurut World Gastroenterology Organisation global guideline 2005, etiologi diare
dibagi atas empat penyebab : bakteri, virus, parasit, dan non infeksi.
Etiologi Diare Akut
Infeksi
1. Enteral
Bakteri : Shigella sp, E. coli pathogen, Salmonella sp, Vibrio cholera,
Yersinia enterocolytica, Campylobacter jejuni, V. parahaemoliticus, V.
NAG, Staphylococcus aureus, Streptococcus, Klebsiella, Pseudomonas,
Aeromonas, Proteus, dan lain-lain.
Virus : Rotavirus, Adenovirus, Norwalk virus, Norwalk like virus,
Cytomegalovirus (CMV), echovirus, virus HIV.
Parasit : Protozoa, Entamoeba histolytica, Giardia lamblia,
Cryptosporidium parvum, Balantidium coli.
Worm : A. lumbricoides, Cacing tambang, Trichuris trichiura, S.
stercoralis, cestodiasis, dan lain-lain.
Fungus : Kandida/moniliasis
2. Parenteral : Otitis Media Akut (OMA), pneumonia, Travelers diarrhea, E. coli,
Shigella sp, Giardia lamblia, Entamoeba histolytica, dan lain-lain.
Makanan :
Intoksikasi makanan : Makanan beracun atau mengandung logam berat,
makanan mengandung bakteri/toksin: Clostridium perfringens, B.
cereus, S. aureus, Streptococcus anhaemo lyticus, dan lain-lain.
Alergi : Susu sapi, makanan tertentu.
Malabsorpsi/maldigesti : karbohidrat: monosakarida (glukosa, laktosa,
galaktosa), disakarida (sukrosa, laktosa) ; lemak: rantai panjang
trigliserida ; protein: asam amino tertentu, celiacsprue gluten
malabsorption, protein intolerance, cows milk, vitamin dan mineral.
1
Imunodefisiensi : hipogamaglobulinemia, panhipogamaglobulinemia (Bruton),
penyakit granulomatose kronik, defisiensi IgA, imunodefisiensi IgA
heavycombination.
Terapi obat : antibiotic, kemoterapi, antasida, dan lain-lain
Tindakan tertentu seperti gastrektomi, gastroenterostomi, dosis tinggi terapi radiasi.
Lain-lain : Sindrom Zollinger-Ellison, neuropati autonomic (neuropati diabetic).
Keadaan risiko dan kelompok risiko tinggi yang mungkin mengalami diare karen infeksi
adalah :
a. Baru saja bepergian/melancong : ke Negara berkembang, daerah tropis, kelompok
perdamaian dan pekerja sukarela, orang yang sering berkemah (dasar berair).
b. Makanan atau keadaan makan yang tidak biasa: makanan laut, terutama yang mentah,
restoran dan rumah makan cepat saji (fast food), banket, dan piknik.
c. Homoseksual, pekerja seks, pengguna obat intravena, risiko infeksi HIV, sindrom usus
homoseks (Gay bowel syndrome), sindrom defisiensi kekebalan didapat (Acquired
immune deficiency syndrome)
d. Baru saja menggunakan obat antimikroba pada institusi: institusi kejiwaan/mental, rumah
rumah perawatan, rumah sakit.
Beberapa Penyebab Diare Akut Infeksi Bakteri
a. Infeksi non-invasif.
Stafilococcus aureus
Keracunan makanan karena stafilokokkus disebabkan asupan makanan yang
mengandung toksin stafilokokkus, yang terdapat pada makanan yang tidak tepat cara
pengawetannya. Enterotoksin stafilokokus stabil terhadap panas. Gejala terjadi dalam
waktu 1 – 6 jam setelah asupan makanan terkontaminasi. Sekitar 75 % pasien mengalami
mual, muntah, dan nyeri abdomen, yang kemudian diikuti diare sebanyak 68 %. Demam
sangat jarang terjadi. Lekositosis perifer jarang terjadi, dan sel darah putih tidak terdapa
pada pulasan feses. Masa berlangsungnya penyakit kurang dari 24 jam. Diagnosis
ditegakkan dengan biakan S. aureus dari makanan yang terkontaminasi, atau dari kotoran
2
dan muntahan pasien. Terapi dengan hidrasi oral dan antiemetik. Tidak ada peranan
antibiotik dalam mengeradikasi stafilokokus dari makanan yang ditelan.
Bacillus cereus
B. cereus adalah bakteri batang gram positip, aerobik, membentuk spora.
Enterotoksin dari B. cereus menyebabkan gejala muntah dan diare, dengan gejala muntah
lebih dominan. Gejala dapat ditemukan pada 1 – 6 jam setelah asupan makanan
terkontaminasi, dan masa berlangsungnya penyakit kurang dari 24 jam. Gejala akut mual,
muntah, dan nyeri abdomen, yang seringkali berakhir setelah 10 jam. Gejala diare terjadi
pada 8 – 16 jam setelah asupan makanan terkontaminasi dengan gejala diare cair dan
kejang abdomen. Mual dan muntah jarang terjadi. Terapi dengan rehidrasi oral dan
antiemetik.
Clostridium perfringens
C perfringens adalah bakteri batang gram positip, anaerob, membentuk spora.
Bakteri ini sering menyebabkan keracunan makanan akibat dari enterotoksin dan
biasanya sembuh sendiri . Gejala berlangsung setelah 8 – 24 jam setelah asupan produk-
produk daging yang terkontaminasi, diare cair dan nyeri epigastrium, kemudian diikuti
dengan mual, dan muntah. Demam jarang terjadi. Gejala ini akan berakhir dalam waktu
24 jam. Pemeriksaan mikrobiologis bahan makanan dengan isolasi lebih dari
105organisma per gram makanan, menegakkan diagnosa keracunan makanan C
perfringens . Pulasan cairan fekal menunjukkan tidak adanya sel polimorfonuklear,
pemeriksaan laboratorium lainnya tidak diperlukan. Terapi dengan rehidrasi oral dan
antiemetik.
Vibrio cholerae
V cholerae adalah bakteri batang gram-negatif, berbentuk koma dan
menyebabkan diare yang menimbulkan dehidrasi berat, kematian dapat terjadi setelah 3
– 4 jam pada pasien yang tidak dirawat. Toksin kolera dapat mempengaruhi transport
cairan pada usus halus dengan meningkatkan cAMP, sekresi, dan menghambat absorpsi
cairan. Penyebaran kolera dari makanan dan air yang terkontaminasi. Gejala awal adalah
3
distensi abdomen dan muntah, yang secara cepat menjadi diare berat, diare seperti air
cucian beras. Pasien kekurangan elektrolit dan volume darah. Demam ringan dapat
terjadi. Kimia darah terjadi penurunan elektrolit dan cairan dan harus segera digantikan
yang sesuai. Kalium dan bikarbonat hilang dalam jumlah yang signifikan, dan
penggantian yang tepat harus diperhatikan. Biakan feses dapat ditemukan V.cholerae.
Target utama terapi adalah penggantian cairan dan elektrolit yang agresif. Kebanyakan
kasus dapat diterapi dengan cairan oral. Kasus yang parah memerlukan cairan intravena.
Antibiotik dapat mengurangi volume dan masa berlangsungnya diare. Tetrasiklin 500 mg
tiga kali sehari selama 3 hari, atau doksisiklin 300 mg sebagai dosis tunggal, merupakan
pilihan pengobatan. Perbaikan yang agresif pada kehilangan cairan menurunkan angka
kematian (biasanya < 1 %). Vaksin kolera oral memberikan efikasi lebih tinggi
dibandingkan dengan vaksin parenteral.
Escherichia coli patogen
E. coli patogen adalah penyebab utama diare pada pelancong. Mekanisme patogen
yang melalui enterotoksin dan invasi mukosa. Ada beberapa agen penting, yaitu :
1 Enterotoxigenic E. coli (ETEC).
2 Enterophatogenic E. coli (EPEC).
3 Enteroadherent E. coli (EAEC).
4 Enterohemorrhagic E. coli (EHEC)
5 Enteroinvasive E. Coli (EIHEC)
Kebanyakan pasien dengan ETEC, EPEC, atau EAEC mengalami gejala ringan yang
terdiri dari diare cair, mual, dan kejang abdomen. Diare berat jarang terjadi, dimana
pasien melakukan BAB lima kali atau kurang dalam waktu 24 jam. Lamanya penyakit ini
rata-rata 5 hari. Demam timbul pada kurang dari 1/3 pasien. Feses berlendir tetapi sangat
jarang terdapat sel darah merah atau sel darah putih. Lekositosis sangat jarang terjadi.
ETEC, EAEC, dan EPEC merupakan penyakit self limited, dengan tidak ada gejala sisa.
Pemeriksaan laboratorium tidak ada yang spesifik untuk E coli, lekosit feses jarang
ditemui, kultur feses negatif dan tidak ada lekositosis. EPEC dan EHEC dapat diisolas
dari kultur, dan pemeriksaan aglutinasi latex khusus untuk EHEC tipe O157. Terapi
4
dengan memberikan rehidrasi yang adekuat. Antidiare dihindari pada penyakit yang
parah. ETEC berespon baik terhadap trimetoprim-sulfametoksazole atau kuinolon yang
diberikan selama 3 hari. Pemberian antimikroba belum diketahui akan mempersingkat
penyakit pada diare EPEC dan diare EAEC. Antibiotik harus dihindari pada diare yang
berhubungan dengan EHEC.
b. Infeksi Invasif
Shigella
Shigella adalah penyakit yang ditularkan melalui makanan atau air. Organisme
Shigella menyebabkan disentri basiler dan menghasilkan respons inflamasi pada kolon
melalui enterotoksin dan invasi bakteri. Secara klasik, Shigellosis timbul dengan gejala
adanya nyeri abdomen, demam, BAB berdarah, dan feses berlendir. Gejala awal terdiri
dari demam, nyeri abdomen, dan diare cair tanpa darah, kemudian feses berdarah setelah
3 – 5 hari kemudian. Lamanya gejala rata-rata pada orang dewasa adalah 7 hari, pada
kasus yang lebih parah menetap selama 3 – 4 minggu. Shigellosis kronis dapat
menyerupai kolitis ulseratif, dan status karier kronis dapat terjadi.Manifestasi
ekstraintestinal Shigellosis dapat terjadi, termasuk gejala pernapasan, gejala neurologis
seperti meningismus, dan Hemolytic Uremic Syndrome. Artritis oligoartikular asimetris
dapat terjadi hingga 3 minggu sejak terjadinya disentri. Pulasan cairan feses
menunjukkan polimorfonuklear dan sel darah merah. Kultur feses dapat digunakan untuk
isolasi dan identifikasi dan sensitivitas antibiotik.Terapi dengan rehidrasi yang adekuat
secara oral atau intravena, tergantung dari keparahan penyakit. Derivat opiat harus
dihindari. Terapi antimikroba diberikan untuk mempersingkat berlangsungnya penyakit
dan penyebaran bakteri. Trimetoprim-sulfametoksazole atau fluoroquinolon dua kali
sehari selama 3 hari merupakan antibiotik yang dianjurkan.
Salmonella nontyphoid
Salmonella nontipoid adalah penyebab utama keracunan makanan di Amerika
Serikat. Salmonella enteriditis dan Salmonella typhimurium merupakan penyebab.
Awal penyakit dengan gejala demam, menggigil, dan diare, diikuti dengan mual,
muntah, dan kejang abdomen. Occult blood jarang terjadi. Lamanya berlangsung
5
biasanya kurang dari 7 hari. Pulasan kotoran menunjukkan sel darah merah dan sel darah
putih se. Kultur darah positip pada 5 – 10 % pasien kasus dan sering ditemukan pada
pasien terinfeksi HIV. Terapi pada Salmonella nonthypoid tanpa komplikasi dengan
hidrasi adekuat. Penggunaan antibiotik rutin tidak disarankan, karena dapat meningkatan
resistensi bakteri. Antibiotik diberikan jika terjadi komplikasi salmonellosis, usia
ekstrem ( bayi dan berusia > 50 tahun), immunodefisiensi, tanda atau gejala sepsis, atau
infeksi fokal (osteomilitis, abses). Pilihan antibiotik adalah trimetoprim-sulfametoksazole
atau fluoroquinolone seperti ciprofloxacin atau norfloxacin oral 2 kali sehari selama 5 –
7 hari atau Sephalosporin generasi ketiga secara intravena pada pasien yang tidak dapat
diberi oral.
Salmonella typhi
Salmonella typhi dan Salmonella paratyphi adalah penyebab demam tiphoid.
Demam tiphoid dikarakteristikkan dengan demam panjang, splenomegali, delirium, nyeri
abdomen, dan manifestasi sistemik lainnya. Penyakit tiphoid adalah suatu penyakit
sistemik dan memberikan gejala primer yang berhubungan dengan traktus
gastrointestinal. Sumber organisme ini biasanya adalah makanan terkontaminasi.Setelah
bakterimia, organisma ini bersarang pada sistem retikuloendotelial, menyebabkan
hiperplasia, pada lymph nodes dan Peyer pacthes di dalam usus halus. Pembesaran
yang progresif dan ulserasi dapat menyebabkan perforasi usus halus atau perdarahan
gastrointestinal. Bentuk klasik demam tiphoid selama 4 minggu. Masa inkubasi 7-14
hari. Minggu pertama terjadi demam tinggi, sakit kepala, nyeri abdomen, dan perbedaan
peningkatan temperatur dengan denyut nadi. 50 % pasien dengan defekasi normal. Pada
minggu kedua terjadi splenomegali dan timbul rash. Pada minggu ketiga timbul
penurunan kesadaran dan peningkatan toksemia, keterlibatan usus halus terjadi pada
minggu ini dengan diare kebiru-biruan dan berpotensi untuk terjadinya ferforasi. Pada
minggu ke empat terjadi perbaikan klinis. Diagnosa ditegakkan dengan isolasi organisme.
Kultur darah positif pada 90% pasien pada minggu pertama timbulnya gejala klinis.
Kultur feses positif pada minggu kedua dan ketiga. Perforasi dan perdarahan
gastrointestinal dapat terjadi selama jangka waktu penyakit. Kolesistitis jarang terjadi,
namun infeksi kronis kandung empedu dapat menjadi karier dari
6
pasien yang telah sembuh dari penyakit akut. Pilihan obat adalah klorampenikol 500 mg
4 kali sehari selama 2 minggu. Jika terjadi resistensi, penekanan sumsum tulang, sering
kambuh dan karier disarankan sepalosporin generasi ketiga dan flourokinolon
Sepalosforin generasi ketiga menunjukkan effikasi sangat baik melawan S. Thypi dan
harus diberikan IV selama 7-10 hari, Kuinolon seperti ciprofloksasin 500 mg 2 kali sehari
selama 14 hari, telah menunjukkan efikasi yang tinggi dan status karier yang rendah.
Vaksin thipoid oral (ty21a) dan parenteral (Vi) direkomendasikan jika pergi ke daerah
endemik.
Vibrio non-kolera
Spesies Vibrio non-kolera telah dihubungkan dengan mewabahnya
gastroenteritis. V parahemolitikus, non-01 V. kolera dan V. mimikus telah dihubungkan
dengan konsumsi kerang mentah. Diare terjadi individual, berakhir kurang 5 hari.
Diagnosa ditegakkan dengan membuat kultur feses yang memerlukan media khusus.
Terapi dengan koreksi elektrolit dan cairan. Antibiotik tidak memperpendek
berlangsungnya penyakit. Namun pasien dengan diare parah atau diare lama,
direkomendasikan menggunakan tetrasiklin.
Yersinia
Spesies Yersinia adalah kokobasil, gram-negatif. Diklasifikasikan sesuai dengan
antigen somatik (O) dan flagellar (H). Organisme tersebut menginvasi epitel usus.
Yersinia menghasilkan enterotoksin labil. Terminal ileum merupakan daerah yang paling
sering terlibat, walaupun kolon dapat juga terinvasi. Penampilan klinis biasanya terdiri
dari diare dan nyeri abdomen, yang dapat diikuti dengan artralgia dan ruam (eritrema
nodosum atau eritema multiforme). Feses berdarah dan demam jarang terjadi. Pasien
terjadi adenitis, mual, muntah dan ulserasi pada mulut. Diagnosis ditegakkan dari kultur
feses. Penyakit biasanya sembuh sendiri berakhir dalam 1-3 minggu. Terapi dengan
hidrasi adekuat. Antibiotik tidak diperlukan, namun dapat dipertimbangkan pada
penyakit yang parah atau bekterimia. Kombinasi Aminoglikosid dan Kuinolon
nampaknya dapat menjadi terapi empirik pada sepsis.
7
Enterohemoragik E Coli (Subtipe 0157
EHEC telah dikenal sejak terjadi wabah kolitis hemoragik. Wabah ini terjadi
akibat makanan yang terkontaminasi. Kebanyakan kasus terjadi 7-10 hari setelah asupan
makanan atau air terkontaminasi. EHEC dapat merupakan penyebab utama diare
infeksius. Subtipe 0157 : H7 dapat dihubungkan dengan perkembangan Hemolytic
Uremic Syndrom (HUS). Centers for Disease Control (CDC) telah meneliti bahwa E
Coli 0157 dipandang sebagai penyebab diare berdarah akut atau HUS. EHEC non-invasif
tetapi menghasilkan toksin shiga, yang menyebabkan kerusakan endotel, hemolisis
mikroangiopatik, dan kerusakan ginjal.Awal dari penyakit dengan gejala diare sedang
hingga berat (hingga 10-12 kali perhari). Diare awal tidak berdarah tetapi berkembang
menjadi berdarah. Nyeri abdomen berat dan kejang biasa terjadi, mual dan muntah timbul
pada 2/3 pasien. Pemeriksaan abdomen didapati distensi abdomen dan nyeri tekan pada
kuadran kanan bawah. Demam terjadi pada 1/3 pasien. Hingga 1/3 pasien memerlukan
perawatan di rumah sakit. Lekositosis sering terjadi. Urinalisa menunjukkan hematuria
atau proteinuria atau timbulnya lekosit. Adanya tanda anemia hemolitik mikroangiopatik
(hematokrit < 30%), trombositopenia (<150 x 109/L), dan insufiensi renal (BUN >20
mg/dL) adalah diagnosa HUS.HUS terjadi pada 5-10% pasien dan di diagnosa 6 hari
setelah terkena diare. Faktor resiko HUS, usia (khususnya pada anak-anak dibawah usia
5 tahun) dan penggunaan anti diare.Penggunaan antibiotik juga meningkatkan resiko.
Hampir 60% pasien dengan HUS akan sembuh, 3-5% akan meninggal, 5% akan
berkembang ke penyakit ginjal tahap akhir dan 30% akan mengalami gejala sisa
proteinuria. Trombosit trombositopenik purpura dapat terjadi tetapi lebih jarang dari pada
HUS.Jika tersangka EHEC, harus dilakukan kultur feses E. coli. Serotipe biasanya
dilakukan pada laboratorium khusus.Terapi dengan penggantian cairan dan mengatasi
komplikasi ginjal dan vaskuler. Antibiotik tidak efektif dalam mengurangi gejala atau
resiko komplikasi infeksi EHEC. Nyatanya pada beberapa studi yang menggunakan
antibiotik dapat meningkatkan resiko HUS. Pengobatan antibiotik dan anti diare harus
dihindari. Fosfomisin dapat memperbaiki gejala klinis, namun, studi lanjutan masih
diperlukan
8
2. Malaise
Malaise adalah perasaan umum tidak sehat, tidak nyaman, atau lesu. Hal ini terkait
dengan berbagai kondisi medis yang berbeda, dan sering menjadi tanda pertama penyakit yang
berbeda, seperti infeksi virus.
3. Nyeri-nyeri otot (Myalgia)
Myalgia atau yang biasa disebut dengan nyeri otot atau spasme otot ataupun keram otot
merupakan gejala dari banyak penyakit dan gangguan pada tubuh. Penyebab umum myalgia
adalah penggunaan otot yang salah atau berlebihan yang mengakibatkan oto-otot yang digunakan
tersebut mengalami kekurangan oksigen sehingga terjadi suatu proses iksidasi aerob yang akan
menghasilkan asam laktat. Asam laktat inilah yang dapat menimbulkan rasa pegal atau nyeri.
Myalgia yang terjadi tanpa riwayat trauma mungkin disebabkan oleh infeksi virus. Myalgia yang
berlangsusng dalam kurun waktu yang lama menunjukkan myopati metabolic, defisiensi nutrisi
atau sindrom fatigue kronik.
Untuk penatalakasanaan, penting untuk mencari penyakit yang menyebabkan gejala myalgia
(Gout atau asam urat, ISPA, infeksi lainnya) untuk kemudian diberi obat untuk mengobati
penyakit yang mendasarinya. Bisa diberikan obat-obat anti nyeri sistemik, misalnya
asetaminofen atau parasetamol, golongan NSAID (misalnya ibuprofen, natrium diklofenak,
aspirin, atau asam mefenamat)
4. Demam
Demam adalah peninggian suhu tubuh dari variasi suhu normal sehari-hari yang
berhubungan dengan peningkatan titik patokan suhu di hipotalamus. Suhu tubuh normal berkisar
antara 36,5-37,2°C. Derajat suhu yang dapat dikatakan demam adalah rectal temperature
≥38,0°C atau oral temperature ≥37,5°C atau axillary temperature ≥37,2°C. Istilah lain yang
berhubungan dengan demam adalah hiperpireksia. Hiperpireksia adalah suatu keadaan demam
dengan suhu >41,5°C yang dapat terjadi pada pasien dengan infeksi yang parah tetapi paling
sering terjadi pada pasien dengan perdarahan sistem saraf pusat.
Demam dapat disebabkan oleh faktor infeksi ataupun faktor non infeksi. Demam akibat
infeksi bisa disebabkan oleh infeksi bakteri, virus, jamur, ataupun parasit. Infeksi bakteri yang
pada umumnya menimbulkan demam pada anak-anak antara lain pneumonia, bronkitis,
osteomyelitis, appendisitis, tuberculosis, bakteremia, sepsis, bakterial gastroenteritis, meningitis,
9
ensefalitis, selulitis, otitis media, infeksi saluran kemih, dan lain-lain. Infeksi virus yang pada
umumnya menimbulkan demam antara lain viral pneumonia, influenza, demam berdarah dengue,
demam chikungunya, dan virus-virus umum seperti H1N1. Infeksi jamur yang pada umumnya
menimbulkan demam antara lain coccidioides imitis, criptococcosis, dan lain-lain. Infeksi parasit
yang pada umumnya menimbulkan demam antara lain malaria, toksoplasmosis, dan helmintiasis.
Demam akibat faktor non infeksi dapat disebabkan oleh beberapa hal antara lain faktor
lingkungan (suhu lingkungan yang eksternal yang terlalu tinggi, keadaan tumbuh gigi, dan lain-
lain), penyakit autoimun (arthritis, systemic lupus erythematosus, vaskulitis, dan lain-lain),
keganasan (Penyakit Hodgkin, Limfoma non-hodgkin, leukemia, dan lain-lain), dan pemakaian
obat-obatan (antibiotik, difenilhidantoin, dan antihistamin). Selain itu anak-anak juga dapat
mengalami demam sebagai akibat efek samping dari pemberian imunisasi selama ±1-10 hari. Hal
lain yang juga berperan sebagai faktor non infeksi penyebab demam adalah gangguan sistem
saraf pusat seperti perdarahan otak, status epileptikus, koma, cedera hipotalamus, atau gangguan
lainnya
10
5. Hipotensi
Hipotensi adalah suatu keadaan dimana tekanan darah seseorang turun dibawah angka
normal, yaitu mencapai nilai rendah yaitu apabila tekanan darh sistolik < 90 mmHg dan tekanan
darah diastolic < 60 mmHg. Tekanan diastolic adalah tekanan saat pengisian darah di jantung
sebelum dipompakan ke seluruh tubuh. Jika pegnisian kurang, aliran darah di pembuluh koroner
jantung berkurang dan dapat menyebabkan serangan jantung.
Terdapat sel-sel khusus di dalam arteri (baroresptor) yang menandakan tekanan darah
naik atau turun. Fungsi sel-sel ini akan mengelurkan tanda yang membuat seluruh tubuh
merespon dan membawa darah kembali ke kondisi normal. Baroresptor menyebabkan jantung
berdetak lebih cepat dan keras, sementara pembuluh arteri dan vena menyempit.
Penyebab hipotensi bisa berbagai macam, seperti :
Kurangnya pemompaan darah dari jantung ke seluruh organ tubuh biasanya adanya
kelainan atau kerusakan pada jantung.
Volume (jumlah) darah berkurang, disebbakan adanya penrdarahan hebat, diare, keringat
yang berlebihan atau buang air kecil yang berlebihan.
Kapasitas pembuluh darah. Pelebaran pembuluh darah (dilatasi) yang menyebabkan
menunrunnya tekanan darah. Hal ini biasanya sebagai dampak dari shock septic
(penuruan tekanan darah akibat infeksi berat), diare dan obat vasodilator yang
melebarkan pembuluh darah (nitrat dan penghambat kalsium)
Faktor eksternal penyebab hipotensi adalah :
Dehidrasi (kekurangan cairan tubuh) yang disebabkan karena kurang minum, diare,
muntah
Mengkonsumsi obat-obatan tekanan darah tinggi, jantung, anti depresi, obat disfungsi
ereksi atau obat Parkinson.
Penggunaan obat berefek diuretic secara berlebihan contoh obat pelangsing
Anemia, infeksi berat, gangguan ajntung, gangguan system saraf pusat, gangguan
endokrin (hipotirois, hipertiorid, diabetes, dan kadar gula darah rendah)
11
DAFTAR PUSTAKA
Hendarwanto. Waspadji S, Rachman AM, Lesmana LA, dkk, editor. Buku Ajar Ilmu
Penyakit Dalam Jilid I. Edisi ketiga. Jakarta: Pusat Informasi dan Penerbit Bagian
Ilmu Penyakit Dalam FKUI ;1996. 451-57
Rani HAA. Masalah Dalam Penatalaksanaan Diare Akut pada Orang Dewasa. Dalam:
Setiati S, Alwi I, Kasjmir YI, dkk, Editor. Current Diagnosis and Treatment in Internal
Medicine 2002. Jakarta: Pusat Informasi Penerbitan Bagian Penyakit Dalam FK UI,
2002. 49-56.
Jawetz, E. Mikrobiologi untuk Profesi Kesehatan, Penerbit Buku Kedokteran EGC,
Jakarta
Skorecki Karl, Green Jacob, Brenner Barry M. Harrison’s Principles of Internal
Medicine. 16th ed. Kasper, Braunwald, Fauci, et al, editors. New York: McGraw Hill;
2005.
Price Sylvia. Patofisiologi. Edisi 6. Volume 1. EGC: Jakarta. 2006
12