Tugas Sosiologi Hukum Email

download Tugas Sosiologi Hukum Email

of 15

description

HUKUM

Transcript of Tugas Sosiologi Hukum Email

DAFTAR ISI

Kata Pengantar..i Daftar isiii

BAB I PENDAHULUAN1 A.Latar belakang.1 B.Rumusan masalah2 C.Tujuan.1

BAB II PEMBAHASAN.1 A.Definisi perubahan sosial2 B.Karakteristik umum..3 C.faktor-faktoryang mempengaruhi perubahan sosial..4 D.Interprestasi perubahan sosial6 E.Dampak perubahan sosial7 F.Bentuk perubahan sosial8 G.Peerubahan sosial yang terjadi di ambon..8

BAB III PENUTUPAN..11 A.Kesimpulan11 B..Saran11

DAFTAR PUSTAKA.12

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kepada tuhan yang maha esa atas berkatnya penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini,Namun penulis menyadari makalah ini belum dapat dikatakan sempurna karena mungkin masih banyak kesalahan-kesalahan. Makalah ini penulis membahas mengenai PERUBAHAN-PERUBAHAN HUKUM DAN SOSIAL DI MASYARAKAT MALUKU,dengan makalah ini penulis mengharapkan agar dapat membantu system pembelajaran. Penulisan ucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan makalah ini.

Akhir kata penulis ucapkan terima kasih atas segala perhatianya.

Enrico,juli 2015

Penyusun

Bab 1

A.LATAR BELAKANG Manusia adalah makhluk individu yang tidak dapat melepaskan diri dari hubungan dengan manusia lain. Sebagai akibat dari hubungan yang terjadi di antara individu-individu (manusia) kemudian lahirlah kelompok-kelompok sosial (social group) yang dilandasi oleh kesamaan-kesamaan kepentingan bersama.Namun bukan berarti semua himpunan manusia dapat dikatakan kelompok sosial.Untuk dikatakan kelompok sosial terdapat persyaratan-persyaratan tertentu. Dalam kelompok social yang telah tersusun susunan masyarakatnya akan terjadinya sebuah perubahan dalam susunan tersebut merupakan sebuah keniscayaan. Karena perubahan merupakan hal yang mutlak terjadi dimanapun tempatnya. Perubahan sosial adalah perubahan dalam hubungan interaksi antar orang, organisasi atau komunitas, ia dapat menyangkut struktur sosial atau pola nilai dan norma serta pran. Dengan demikina, istilah yang lebih lengkap mestinya adalah perubahan sosial-kebudayaan karena memang antara manusia sebagai makhluk sosial tidak dapat dipisahkan dengan kebudayaan itu sendiri. Kenyataan mengenai perubahan-perubahan dalam masyarakat dapat dianalisa dari berbagai segi diantaranya: ke arah mana perubahan dalam masyarakat itu bergerak (direction of change), yang jelas adalah bahwa perubahan itu bergerak meninggalkan faktor yang diubah. Akan tetapi setelah meninggalkan faktor itu mungkin perubahan itu bergerak kepada sesuatu bentuk yang baru sama sekali, akan tetapi boleh pula bergerak kepada suatu bentuk yang sudah ada di dalam waktu yang lampau.

B.PERUMUSAN MASALAHBeberapa rumusan masalah yang dapat dikaji dari uraian-uraian di atas antara lain: 1. Apa definisi dari perubahan sosial dalam masyarakat? 2. bagaimana pendapat para ahli tentang perubahan sosial? 3. Perubahan sosial apa yang terjadi di Ambon

C. TUJUAN PENULISAN Makalah ini bertujuan untuK 1. Untuk mengetahui macam-macam definisi dari perubahan sosial dari masyarakat 2. Untuk mengetahui hakekat perubahan sosial yang terjadi di Kota Ambon.

BAB II

PEMBAHASAN A.Definisi Perubahan Sosial

Perubahan sosial adalah proses di mana terjadi perubahan struktur dan fungsi suatu sistem sosial. Perubahan tersebut terjadi sebagai akibat masuknya ide-ide pembaruan yang diadopsi oleh para anggota sistem sosial yang bersangkutan. Proses perubahan sosial biasa tediri dari tiga tahap: Invensi, yakni proses di mana ide-ide baru diciptakan dan dikembangkan Difusi, yakni proses di mana ide-ide baru itu dikomunikasikan ke dalam sistem sosial. Konsekuensi, yakni perubahan-perubahan yang terjadi dalam sistem sosial sebagai akibat pengadopsian atau penolakan inovasi.Perubahan terjadi jika penggunaan atau penolakan ide baru itu mempunyai akibat. Dalam menghadapi perubahan sosial budaya tentu masalah utama yang perlu diselesaikan ialah pembatasan pengertian atau definisi perubahan sosial (dan Wilbert E. Maore, Order and Change, Essay in Comparative Sosiology, New York, John Wiley & Sons, 1967 : 3. perubahan kebudayaan) itu sendiri. Ahli-ahli sosiologi dan antropologi telah banyak membicarakannya. Menurut Max Weber dalam Berger (2004), bahwa, tindakan sosial atau aksi sosial (social action) tidak bisa dipisahkan dari proses berpikir rasional dan tujuan yang akan dicapai oleh pelaku. Tindakan sosial dapat dipisahkan menjadi empat macam tindakan menurut motifnya: (1) tindakan untuk mencapai satu tujuan tertentu, (2) tindakan berdasar atas adanya satu nilai tertentu, (3) tindakan emosional, serta (4) tindakan yang didasarkan pada adat kebiasaan (tradisi). Anonim dalam Media Intelektual (2008) mengungkapkan bahwa, aksi sosial adalah aksi yang langsung menyangkut kepentingan sosial dan langsung datangnya dari masyarakat atau suatu organisasi, seperti aksi menuntut kenaikan upah atau gaji, menuntut perbaikan gizi dan kesehatan, dan lain-lain. Aksi sosial adalah aksi yang ringan syarat-syarat yang diperlukannya dibandingkan dengan aksi politik, maka aksi sosial lebih mudah digerakkan daripada aksi politik.Aksi sosial sangat penting bagi permulaan dan persiapan aksi politik.Dari aksi sosial, massa/demonstran bisa dibawa dan ditingkatkan ke aksi politik.Aksi sosial adalah alat untuk mendidik dan melatih keberanian rakyat. Keberanian itu dapat digunakan untuk: mengembangkan kekuatan aksi, menguji barisan aksi, mengukur kekuatan aksi dan kekuatan lawan serta untuk meningkatkan menjadi aksi politik. Selanjutnya Netting,

Ketther dan McMurtry (2004) berpendapat bahwa, aksi sosial merupakan bagian dari pekerjaan sosial yang memiliki komitmen untuk menjadi agen atau sumber bagi mereka yang berjuang menghadapi beragam masalah untuk memerlukan berbagai kebutuhan hidup. Perubahan sosial dalam masyarakat bukan merupakan sebuah hasil atau produk tetapi merupakan sebuah proses. Perubahan sosial merupakan sebuah keputusan bersama yang diambil oleh anggota masyarakat.Konsep dinamika kelompok menjadi sebuah bahasan yang menarik untuk memahami perubahan sosial. Kurt Lewin dikenal sebagai bapak manajemen perubahan, karena ia dianggap sebagai orang pertama dalam ilmu sosial yang secara khusus melakukan studi tentang perubahan secara ilmiah. Konsepnya dikenal dengan model force-field yang diklasifikasi sebagai model power-based karena menekankan kekuatan-kekuatan penekanan.Menurutnya, perubahan terjadi karena munculnya tekanan-tekanan terhadap kelompok, individu, atau organisasi.Ia berkesimpulan bahwa kekuatan tekanan (driving forces) akan berhadapan dengan penolakan (resistences) untuk berubah. Perubahan dapat terjadi dengan memperkuat driving forces dan melemahkan resistences to change. Langkah-langkah yang dapat diambil untuk mengelola perubahan, yaitu: (1) Unfreezing, merupakan suatu proses penyadaran tentang perlunya, atau adanya kebutuhan untuk berubah, (2) Changing, merupakan langkah tindakan, baik memperkuat driving forces maupun memperlemah resistences, dan (3) Refreesing, membawa kembali kelompok kepada keseimbangan yang baru (a new dynamic equilibrium). Pada dasarnya perilaku manusia lebih banyak dapat dipahami dengan melihat struktur tempat perilaku tersebut terjadi daripada melihat kepribadian individu yang melakukannya.Sifat struktural seperti sentralisasi, formalisasi dan stratifikasi jauh lebih erat hubungannya dengan perubahan dibandingkan kombinasi kepribadian tertentu di dalam organisasi. B. KARAKETERISTIK UMUM (Macionis, 1989: 612-613). Bersifat universal dan berubah-ubah. Walaupun beberapa dimensi dari pengalaman manusia tetap sama pada setiap waktu. Namun, tidak dapat disankal setiap masyarakat dipengaruhi oleh perubahan sosial, walapun pada tingkat yang berbeda. Direncanakan dan yang tidak. direncanakanBersifat kontroversial. Pembangunan sarana-sarana transportasi tidak saja memudahkan mobilitas manusia, tetapi juga dapat menimbulkan konflik, penemuan pesitisida tidak saja melipatgandakan panenan para petani, tetapi juga mengacam kehidupan manusia karena sat kimia yang dikandungnya.Berbeda dari segi durasi dan konsekwensinya. Ada perubahan yang cepat, namun adapula perbuhan yang lambat. Perubahan yang lambat bersifat evolutif sedangkan perubahan yang cepat bersifat revolutif. Demikianpun dengan konsekwensinya berbeda-beda pada setiap kelompok masyarakat atau individu.

C. FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERUBAHAN SOSIAL 1. Mendorong a. Kontak dengan kebudayaan lain, b. Kemajuan pendidikan, c. Sikap menghargai hasil karya seseorang dan keinginan untuk maju, d. Sistem terbuka lapisan masyarakat.e. Penduduk yang heterogen, f. Ketidakpuasan masyarakat terhadap aspek-aspek kehidupan, g. Nilai bahwa manusiaharus senantiasa berusaha untuk memperbaiki hidupnya.2. Menghambat > Kurangnya hubungan dengan masyarakat lain, > Perkembangan ilmu pengetahuan yang terlambat, > Sikap masyarakat yang sangat tradisional, > Adanya kepentingan-kepentingan yang telah tertanam dengan kuat, .> Rasa takut akan terjadinya perubahan kebudayaannya, > Sikap tertutup terhadap Pengembangan hal-hal baru / asing, > Adat atau kebiasaan > Hambatan- hambatan yang bersifat idiologis > Nilai bahwa hidup ini pada hakikatnya tidak dapat diperbaiki. > Prasangka terhadap hal-hal baru atau asing atau sikap yang tertutup. > Hambatan-hambatan yang bersifat ideologis > Adat atau kebiasaan > Nilai bahwa hidup ini pada hakekatnya buruk dan tidak mungkin di perbaiki

Ada juga faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya perubahan kebudayaan : Faktor intern - Perubahan Demografis Perubahan demografis disuatu daerah biasanya cenderung terus bertambah, akan mengakibatkan terjadinya perubahan diberbagai sektor kehidupan, c/o: bidang perekonomian, pertambahan penduduk akan mempengaruhi persedian kebutuhan pangan, sandang, dan papan.

- Konflik social Konflik social dapat mempengaruhi terjadinya perubahan kebudayaan dalam suatu masyarakat. c/o: konflik kepentingan antara kaum pendatang dengan penduduk setempat didaerah transmigrasi, untuk mengatasinya pemerintah mengikutsertakan penduduk setempat dalam program pembangunan bersama-sama para transmigran. - Bencana alam Bencana alam yang menimpa masyarakat dapat mempngaruhi perubahan c/o; bencana banjir, longsor, letusan gunung berapi masyarkat akan dievakuasi dan dipindahkan ketempat yang baru, disanalah mereka harus beradaptasi dengan kondisi lingkungan dan budaya setempat sehingga terjadi proses asimilasi maupun akulturasi. - Perubahan lingkungan alam Perubahan lingkungan ada beberapa faktor misalnya pendangkalan muara sungai yang membentuk delta, rusaknya hutan karena erosi atau perubahan iklim sehingga membentuk tegalan.Perubahan demikian dapat mengubah kebudayaan hal ini disebabkan karena kebudayaan mempunyai daya adaptasi dengan lingkungan setempat.

Faktor ekstern - Perdagangan Indonesia terletak pada jalur perdagangan Asia Timur denga India, Timur Tengah bahkan Eropa Barat.Itulah sebabnya Indonesia sebagai persinggahan pedagang-pedagang besar selain berdagang mereka juga memperkenalkan budaya mereka pada masyarakat setempat sehingga terjadilah perubahan budaya dengan percampuran budaya yang ada.- Penyebaran agama Masuknya unsur-unsur agama Hindhu dari India atau budaya Arab bersamaan proses penyebaran agama Hindhu dan Islam ke Indonesia demikian pula masuknya unsur-unsur budaya barat melalui proses penyebaran agama Kristen dan kolonialisme. - Peperangan Kedatangan bangsa Barat ke Indonesia umumnya menimbulkan perlawanan keras dalam bentuk peperangan, dalam suasana tersebut ikut masuk pula unsure-unsur budaya bangsa asing ke Indonesia.

D. INTERPRETASI PERUBAHAN SOSIAL 1. Model tradisional > Perubahan sosial berlangsung menurut pola biologis (organis) siklis. Perubahan yang ada hanyalah pengulangan pola-pola yang sama..lahir..dewasamatiSiklus masa lalu..masa kini..masa depan. > Masyarakat merupakan sistem dimana tidak ada individu/bagian masyarakat yang bersifat menyendiri (atomistik). Semua terkoneksi. Masyarakat dipandang sebagai piramida sosial. Bagian puncak (elit penguasa) yg mengendalikan yg bawah.Elit yg menentukan proses sosial: a. Peraturan b. Hak/kewajiban masyarakat c. Kesejahteraan umum > Konflik/perbedaan merupakan penyimpangan >Metafor yang digunakan adalah tubuh manusia. Kepala yang memutuskan apa yg harus dilakukan organ2 tubuh yang lainnya. 2. Model Liberal 1. Lebih berorientasi ke masa depan 2. Model ini tidak menentang perubahan (mengapa?) 3. Masyarakat dipandang sebagai sesuatu yang mengalir 4. Perubahan terjadi dalam keteraturan. Dalam kontrol mekanistis 5. Perubahan bersifat evolusioner..linier6. Gerakan sejarah masyarakat bersifat progresif tidak siklis. 7. Masyarakat melangkah maju ke depan. 8. Invisible hand mengatur kompetisi dalam sistem pasar bebas. 9. Pemikiran bebas merupakan kunci perubahan ke arah yg majuinovasi & individualisme didukung. 10. Prinsip yg berlaku adalah manajerialberdasar rasionalitas. Manajemen ini punya tugas poko: 11. Mengekang bagian2 dari gerak2 ekstrim (anarki & otoritarianisme). 12. Menjaga keseluruhan bagian bergerak bersama ke arah kemajuan. 13. Metafora yang digunakan adalah mesin (mekanis) 3. Model Radikal > Model ini melihat perubahan bersifat transformatif. Jika tradisional suka status quo, liberal melihat perubahan tidak akan merubah struktur..maka radikal melihat perlunya perubahan struktural. > Peristiwa sejarah menetukan tahap baru. Ada kaitan dialektis antara masa lalu, masa kini dan masa depan. > Mengakui adanya interdependensi bagian2. Interdependensi ini bersifat kreatif tidak statis (spt pandangan tradisional). > Partisipasi mendapat perhatian > Input langsung dr masyarakat diperlukan > Metafora model ini adlah karya seni. Karya seni merupakan hasil kerja kreatif dan dialektis. > Konflik dilihat memiliki potensi kreatif. Respon thd konflik adalah menyediakan alternatif2 kreatif yg bisa jadi akan merubah strukturdiperlukan transformasi struktural yg mendasar

E. DAMPAK PERUBAHAN SOSIAL > Manusia menemukan sistem penilaian dan filsafat hidup yang baru (sebagai paradigma baru yang pada akhirnya menjadi jalan bagi manusia keluar dari krisis; lahirnya sebuah pencerahan atau keseimbangan baru). Pencerahan bergantung pada : > Besarnya ketegangan/kekuatan-kekuatan; seberapa besar perubahan mengganggu sistem yang telah ada > Bagaimana pengaruh suatu kekuatan atas bidang lain >Seberapa jauh ketegangan yang baru akan menimbulkan ketegangan yang lebih luas lagi > Seberapa jauh dan cepat perubahan masyarakat yang terjadi mempengaruhi keseluruhan masyarakat > Manusia tenggelam di dalam persoalan-persoalan yang dihadapinya dan tidak dapat mengambil sikap (=keputusan) terhadap keadaan sehingga manusia mengalami frustas

F. BENTUK PERUBAHAN SOSIAL a. Evolusi : perkembangan yang gradual (bertahap), yaitu karena adanya kerjasama antara manusia dan lingkungannya. Berlangsung lama. b. Gerakan Sosial : Suatu keinginan akan perubahan yang diorganisir. Disebabkan oleh adanya penyesuaian diri dengan keadaan lingkungan karena didorong oleh keinginan manusia akan kehidupan dan keadaan yang lebih baik, serta penggunaan dan penemuan-penemuan baru c. Revolusi : Didorong oleh adanya ketidakpuasan dari golongan-golongan tertentu. Pada umumnya telah didahului oleh tersebarnya suatu ide baru.

G. PERUBAHAN SOSIAL YANG TERJADI DI AMBON Masyarakat Maluku umumnya dan Kota Ambon khususnya lebih mengakrabi hidup kerakyatan yang berpusat pada rumah adat sebagai pusat pengemban kearifan demokrasi yang berbasis nilai-nilai kekerabatan, kemanusiaan dan persaudaraan sejati. Kenyataan itulah yang telah mencetak sebuah sistem kehidupan sosial yang khas bagi masyarakat Maluku ( Watloly : 2005. 251 ). Sebelum konflik yang bernuansa SARA yang terjadi di Maluku masyarakat ada dalam sebuah hidup kebersamaan yang teratur dengan kehidupan persaudaraan begitu indah tanpa memandang latar belakang Suku, Agama, RAS dan Golongan, tidak hanya masyarakat yang homogen namun yakni heterogen dimana bukan saja masyarakat lokal Maluku namun juga etnis pendatang seperti halnya Buton, Bugis bahkan Cina dan lain-lain. Dalam aktivitas kehidupan bersama selalu adanya komunikasi yang terbangun sebagai bagian dari interaksi sosial, sebuah kerja sama dalam segala bentuk yang pada dasarnya saling melengkapi apa yang menjadi kebutuhan masing-masing. Dalam hubungan interaksi sosial yang terjadi dalam kehidupan bermasyarakat tidaklah hanya merupakan suatu bentuk aktivitas kehidupan manusia yang berjalan secara baik, dengan pengertian selalu adanya sifat saling memahami satu dengan yang lainnya, namun dari proses interaksi sosial yang terjadi itupun juga dapat menjadi perpecahan karena kepentingan ataupun juga keegoisan yang terjadi oleh masing-masing individu. Seperti halnya yang dikemukakan Gillin, Menurut Gillin, ada dua macam proses sosial yang timbul sebagai akibat adanya interaksi sosial yakni Asosiatif yaitu suatu proses sosial yang mengindikasikan adanya gerak pendekatan atau penyatuan (mis. Kooperasi, akomodasi, asimilasi dan akulturasi) dan Dissosiatif yaitu mengindikasikan pada gerak keaarah perpecahan (mis. Kompetisi, konflik dan kontravensi

Sehingga pikiran Gillin dapat dilihat interaksi Sosial yang terjadi di dalam masyarakat bukanlah hanya sebagai bentuk hubungan kemanusiaan yang bersifat baik dalam hal ini membangun kebersamaan lewat komunikasi-komunikasi dalam interaksi tadi, tetapi juga dapat menimbulkan perpecahan atau lebih dikenal dengan konflik yang pada dasarnya karena tindakan-tindakan individu ataupun kelompok yang tidak diterima secara seluruhnya oleh individu di dalam masyarakat itu sendiri. Pada waktunya beberapa tahun yang lampau ketika kepentingan-kepentingan pribadi orang-orang yang tidak bertangggung jawab yang adalah bagian dari kepentingan-kepentingan politik penguasa dengan mengorbankan rakyat kecil sehingga memprovokasi dengan mendesain konflik bernuansa SARA pada tahun 1999, yang berlangsung kurang lebih 6 tahun lamanya menghancurkan hubungan interaksi yang berjalan baik di Maluku dan Kota Ambon khususnya mengalami pergeseran, peperangan terjadi sehingga masing-masing komunitas baik itu agama, suku, dan lain-lain berusaha untuk memisahkan diri satu sama lainnya. Dalam teori konflik jika dilihat dan dikaji secara teliti maka dapat ditemukan keteraturan yang terdapat di dalam masyarakat itu hanyalah disebabkan karena adanya tekanan atau pemaksaan kekuasaan dari atas oleh golongan yang berkuasa dengan memiliki berbagai kepentingan yang pada dasarnya mengorbankan kaum-kaum lemah dengan segala skenario konflik yang dimainkan. Dahrendorf yang adalah tokoh teori konflik berpendapat bahwa teori konflik menilai keteraturan yang terdapat di dalam masyarakat itu hanyalah disebabkan karena adanya tekanan atau pemaksaan kekuasaan dari atas oleh golongan yang berkuasa (Dahrendorf dalam Ritzer ;1980.26) Di kota Ambon yang adalah merupakan Ibu Kota Provinsi tak luput juga dari proses konflik yang sama. Ketika diamati secara baik masyarakat asli Maluku atau Ambon dalam hal ini etnis lokal, dalam keseharian hidupnya yang berada pada tataran ekonomi di bawah dan tidak memiliki pekerjaan tetap, tidaklah melakukan aktivitas sebagai pedagang pasar, baik itu pedagang besar maupun pedagang kaki lima. Inilah memang realita yang dimiliki oleh masyarakat Maluku yang hanya ketika membutuhkan apa yang menjadi bagian dari kebutuhan pokok mereka, lalu membeli dari pedagang yang adalah merupakan etnis pendatang seperti halnya, Suku Buton, Bugis, Bahkan Cina dan lain-lain. Tetapi setelah konflik terjadi kurang lebih 6 tahun tadi maka dengan serempak perubahan perilaku masyarakat kota Ambon beralih dari dahulu sebelum konflik hanya berdiam diri di rumah dan tidak melakukan aktivitas demi untuk melangsungkan kehidupan karena tidak memiliki pekerjaan tetap, mencari nafkah dengan melakukan aktivitas berdagang seperti halnya pedagang-pedagang di kios-kios besar sampai dengan pedagang kaki lima dengan menjual kebutuhan pangan yang diantaranya sayur, ikan dan lain-lain, dan dari tindakan mereka inilah perubahan kehidupan mereka yang dahulunya dapat dikategorikan sebagai masyarakat ekonomi bawah mengalami peningkatan ke ekonomi menengah bahkan ekonomi atas, yang pada hakekatnya dapat terpenuhi kehidupan hidup sehari-hari. Dapat ditemukan di beberapa lokasi yang pada waktunya sebelum konflik tidak ditemukan tempat-tempat berjualan tersebut salah satu diantaranya Pasar Batu Mejah yang seluruh pedagangnya adalah masyarakat asli Maluku, dan situasi yang terjadi ini terbawa terus sampai pada waktu selesai konflik hingga sekarang. Dan inilah perubahan perilaku yang dimiliki oleh masyarakat Maluku terlebih khusus yang berada di daerah Kecamatan Sirimau Kota Ambon. Dalam pikiran Dahrendorf penggunaan kekuasaan dan perlawanan terhadapnya (yang adalah bagian dari teori konflik itu) mencerminkan faktor kedinamisan masyarakat yang mendasar dalam menciptakan perubahan sosial. (Dahrendorf dalam Wirutomo ; 2003. 209). Hal yang terpenting dari perubahan sosial itu sendiri ialah ketika ada faktor dinamika manusianya yang kreatif, dengan menciptakan kondisi perubahan terutama di bidang ekonomi dan pola hidup sehari-hari. Perubahan sosial bersifat berantai melibatkan segala aspek kehidupan dan kadang diselingi gejolak konflik berupa proses perubahannya. Menurut Soemardjan dan Sumardi penyebab perubahan sosial itu secara umum, yakni, Perkembangan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi, Jumlah Penduduk, Perubahan Dalam Sistem Sosial, Pertentangan ( Konflik ). (Syarbaini dan Rusdiyanta ;2009. 25-26).

BAB III PENUTUP

A.KESIMPULANPerubahan yang terjadi pada masyarakat disebut dengan perubahan sosial.Apakah perubahan itu mengenai pakaian, alat transportasi, pertambahan penduduk, ataupun tingkah laku anak muda. Pada beberapa pemikir terdapat tiga tipe perubahan yaitu: perubahan peradaban, perubahan, budaya dan perubahan sosial. Perubahan peradaban biasanya dikaitkan dengan perubahn-perubahan elemen atau aspek yang lebih bersifat fisik, seperti transportasi, persenjataan, jenis-jenis bibit unggul yang ditemukan, dan sebagainya. Perubahan budaya berhubungan dengan perubahan yang bersifat rohani seperti keyakinan, nilai, pengetahuan, ritual, apresiasi seni, dan sebagainya.Sedangkan perubahan sosial terbatas pada aspek-aspek hubuingan sosial dan keseimbangannya. Meskipun begitu perlu disadari bahwa sesuatu perubahan di masyarakat selamanya memiliki mata rantai diantaranya elemen yang satu dan eleman yang lain dipengaruhi oleh elemen yang lainnya. Berikut adalah teori yang membahas tentang perubahan sosial Untuk itu, terlebih dahulu perlu dicatat bagaimana tingkat dan sifat peralihan dari perubahan itu sendiri di masyarakat.Pada masyarakat yang tergolong bersahaja relatif jarang dan lamban terjadinya perubahan-perubahan. Pada masyarakat semacam itu elemen-elemen dasarnya seperti trdisi, ritual dan hirarki sosial yang berlangsung, biasanya dipegang kuat oleh para warganya secara bersama-sama. Pergolakan revolusi dan gerakan emansipasi sertapenemuan-penemuan baru dibidang ilmu pengetahuan dan tekhnologi

B. SARAN Makalah ini masih memiliki berbagai jenis kekurangan olehnya itu saran yang sifatnya membangun sangat kami harapkan.

DAFTAR PUSTAKA

Ritzer George. 1980. Sosiologi : Ilmu Pengetahuan Berparadigma Ganda. Jakarta. ii Rajawali Pers Rusdianta. 2009. Dasar-Dasar Sosiologi. Jakarta. Graha Ilmu Watloly Aholiab. 2005. Maluku Baru. Jakarta. Kanesius Wirutomo Paulus. 2003. Pokok-Pokok Pikiran Dalam Sosiologi. Jakarta. Rajawali Pers