TUGAS SOSIOLOGI
-
Upload
lia-hanisa-rahmawati -
Category
Documents
-
view
40 -
download
4
description
Transcript of TUGAS SOSIOLOGI
1. 5 TOKOH SOSIOLOGI
1. Prof. Dr. Selo Soemardjan
Bergelar lengkap Kanjeng Pangeran Haryo Prof. Dr. Selo Soemardjan, terlahir di
Yogyakarta, 23 Mei 1915 dan meninggal di Jakarta pada 11 Juni 2003 pada umur 88 tahun
ini dikenal sebagai bapak sosiologi Indonesia. Banyak sekali buku acuan sosiologi dan
anthropologi Indonesia bersumber atau berpegangan pada buku-buku beliau. Nama Selo
Soemardjan begitu kenthal dalam ingatan orang-orang yang pernah belajar ilmu sosial dan
kebudayaan di Indonesia.
Beliau adalah pendiri sekaligus Dekan pertama Fakultas Ilmu Pengetahuan
Kemasyarakatan (kini FISIP-UI)
Ia dikenal sangat disiplin dan selalu memberi teladan konkret. Ia orang yang tidak
suka memerintah, tetapi memberi teladan. Hidupnya lurus, bersih, dan sederhana. Ia tokoh
yang memerintah dengan teladan, sebagaimana diungkapkan pengusaha sukses Soedarpo
Sastrosatomo. Menurut Soedarpo, integritas itu pula yang membuat mendiang Sultan
Hamengku Buwono IX berpesan kepada putranya, Sultan Hamengku Buwono X agar selalu
mendengarkan dan meminta nasihat kepada Selo kalau menyangkut persoalan sosial
kemasyarakatan. Ia orang yang tidak pernah berhenti berpikir dan bertindak.
Ia dibesarkan di lingkungan abdi dalem Kasultanan Yogyakarta Hadiningrat. Kakeknya,
Kanjeng Raden Tumenggung Padmonegoro, adalah pejabat tinggi di kantor Kasultanan
Yogyakarta. Berkat jasa sang kakek, Soemardjan- begitu nama aslinya-mendapat pendidikan
Belanda.
Nama Selo dia peroleh setelah menjadi camat di Kabupaten Kulonprogo. Ini memang
cara khusus Sultan Yogyakarta membedakan nama pejabat sesuai daerahnya masing-masing.
Saat menjabat camat inilah ia merasa mengawali kariernya sebagai sosiolog. "Saya adalah
camat yang mengalami penjajahan Belanda, masuknya Jepang, dilanjutkan dengan zaman
revolusi. Masalahnya banyak sekali," tuturnya suatu ketika sebagaimana ditulis Kompas.
Pengalamannya sebagai camat membuat Selo menjadi peneliti yang mampu menyodorkan
alternatif pemecahan berbagai persoalan sosial secara jitu. Ini pula yang membedakan Selo
dengan peneliti lain.
Sebagai ilmuwan, karya Selo yang sudah dipublikasikan adalah Social Changes in
Yogyakarta (1962) dan Gerakan 10 Mei 1963 di Sukabumi (1963). Penelitian terakhir Selo
berjudul Desentralisasi Pemerintahan. Terakhir ia menerima Anugerah Hamengku Buwono
(HB) IX dari Universitas Gadjah Mada (UGM) pada puncak peringatan Dies Natalis Ke-52
UGM tanggal 19 Januari 2002 diwujudkan dalam bentuk piagam, lencana, dan sejumlah
uang.
2. Prof Dr Paulus Wirutomo sang Sosiolog Pendidikan
Prof Dr Paulus Wirutomo sosiolog dan guru besar FISIP Universitas Indonesia. Pria
kelahiran Solo, 29 Mei 1949, ini menamatkan sarjana sosiologi dari Universitas Indonesia,
1976. Meraih S2 bidang Perencanaan Sosial dari University College of Swansea Wales,
Inggris, 1978 dan S3 bidang Sosiologi Pendidikan dari State University of New York at
Albany, USA, 1986.
Dia menjabat Ketua Departemen Sosiologi FISIP UI, 2005-2009 dan Ketua Program
Magister Manajemen Pembangunan Sosial Pascasarjana UI, 1997-sekarang.
Menurutnya, pembangunan sosial saat ini masih disalahpahami. Bagi pemerintah,
pembangunan sosial hanya dianggap sebagai sektor pembangunan saja. Meskipun hal ini
tidak sepenuhnya salah, namun juga tidak bisa dibenarkan.
Pasalnya, kata Paulus, pengertian pembangunan sosial yang benar itu lebih dari
sekadar pembangunan sektor. Dalam pembangunan sosial, harus termuat peningkatan
interaksi dan hubungan sosial dalam masyarakat. Tanpa terjadi kualitas hubungan sosial dari
langkah pembangunan sosial yang diambil, sulit mengatakan adanya pembangunan sosial.
Menurutnya, bukan hanya pemerintah, tetapi sebagian besar kita masih memahami
pembangunan sosial itu sekadar charity yang tidak menghasilkan uang. "Mengikuti logika
pembangunan sosial sebagai sektor, maka pembangunan sosial ini membutuhkan masukan
berupa penyediaan anggaran, perlu pembiayaan. Dan mengikuti pemahaman pembangunan
sosial sebagai charity, maka pembangunan sosial itu dianggap sebagai sebuah langkah yang
tidak menghasilkan apa pun. Atau paling tidak output-nya dinyatakan tidak menghasilkan
uang," jelasnya.
Bahkan, menurut ahli sosiologi pendidikan itu, pendidikan, sama halnya dengan
kesehatan dan agama yang juga dianggap pembangunan sosial, terkadang dianggap sebagai
anggaran yang habis terpakai tanpa menghasilkan uang. Padahal, ujarnya, pembangunan
pendidikan itu akan menghasilkan peningkatan kualitas sumber daya manusia. Sumber daya
manusia yang meningkat inilah yang nantinya diharapkan akan menjadi pendorong terjadinya
peningkatan kualitas hubungan sosial.
Ditanya tentang adakah usaha yang sudah dilakukan untuk memberikan pemahaman
yang betul? Paulus mengatakan bahwa Departemen Sosiologi UI sudah lebih dari 10 tahun
terakhir sebenarnya sudah memberikan pemahaman yang betul, melalui pembukaan program
manajemen pembangunan sosial. Bahkan, menurutnya, sebenarnya Menteri Negara Pemuda
dan Olahraga Adyaksa Dault dan Menteri Negara Urusan Koperasi dan Usaha Kecil
Menengah Suryadharma Ali merupakan sebagian kecil dari orang Indonesia yang pernah
mendapatkan pendidikan manajemen pembangunan sosial di pascasarjana UI.
Paulus sangat risau dengan perjalanan bangsa yang kualitas hubungan sosialnya
sepertinya hanya jalan di tempat. Menurut Paulus, banyak bibit kreatif sumber daya manusia
yang telah dimatikan oleh kebijakan nasional yang tidak berpihak pada usaha kreatif.
Padahal, usaha kreatif ini mampu memberikan sumbangan yang sangat besar bagi kemajuan
bangsa.
3. Arief Budiman
Banyak yang tidak tahu bahwa Arief Budiman adalah kakak kandung dari Soe Hok
Gie yang meninggal dunia sebagai tokoh pergerakan mahasiswa.
Lahir di Jakarta, 3 Januari 1941, dilahirkan dengan nama Soe Hok Djin, adalah seorang
aktivis demonstran Angkatan '66 bersama dengan adiknya, Soe Hok Gie. Pada waktu itu ia
masih menjadi mahasiswa Fakultas Psikologi Universitas Indonesia di Jakarta. Ayahnya
seorang wartawan yang bernama Soe Lie Piet
Sejak masa mahasiswanya, Arief sudah aktif dalam kancah politik Indonesia, karena
ia ikut menandatangani Manifesto Kebudayaan pada tahun 1963 yang menentang aktivitas
LEKRA yang dianggap memasung kreativitas kaum seniman.
Kendati ikut melahirkan Orde Baru, Arief bersikap sangat kritis terhadap politik
pemerintahan di bawah Soeharto yang memberangus oposisi dan kemudian diperparah
dengan praktik-praktik korupsinya. Pada pemilu 1973, Arief dan kawan-kawannya
mencetuskan apa yang disebut Golput atau Golongan Putih, sebagai tandingan Golkar yang
dianggap membelokkan cita-cita awal Orde Baru untuk menciptakan pemerintahan yang
demokratis.
Belakangan Arief "mengasingkan diri" di Harvard dan mengambil gelar Ph.D. dalam
ilmu sosiologi serta menulis disertasi tentang keberhasilan pemerintahan sosialis Salvador
Allende di Chili.
Kembali dari Harvard, Arief mengajar di UKSW (Universitas Kristen Satya Wacana)
di Salatiga. Ketika UKSW dilanda kemelut yang berkepanjangan karena pemilihan rektor
yang dianggap tidak adil, Arief melakukan mogok mengajar, dipecat dan akhirnya hengkang
ke Australia serta menerima tawaran menjadi profesor di Universitas Melbourne.
Pada bulan Agustus 2006, beliau menerima penghargaan Bakrie Award, acara
tahunan yang disponsori oleh keluarga Bakrie dan Freedom Institute untuk bidang penelitian
sosial.
Pasca kerusuhan Mei 1998, bersama istri Leila Ch. Budiman bermukim dan mengajar di
Universitas Melbourne, Australia.
4. Prof. Dr. Ir, Sajogyo
(lahir di Karanganyar, 21 Mei 1926 – meninggal di Bogor, 17 Maret 2012 pada umur
85 tahun) adalah seorang pakar ilmu sosiologi dan ekonomi yang juga sering dikenal sebagai
"Bapak Sosiologi Pedesaan" di Indonesia.
Dia turut meletakkan dasar-dasar studi sosial-ekonomi pedesaan di Indonesia. Prof.
Dr. Ir. Sajogyo tumbuh, meniti dan menjadi pemimpin studi agraria Indonesia, dimulai dari
kampus IPB, hingga menjadi Rektor IPB pada tahun 1964. Dibesarkan dalam tradisi ilmu
sosial yang dikembangkan dari pertanian, Prof. Dr. Ir. Sajogyo menyoal ekologi, pangan,
gizi, tanah, agraria, yang kesemuanya berada dalam konteks agri-culture (pembudidayaan),
serta relasi antara natura dan humana. Ia menghabiskan masa kanak-kanak hingga remajanya
di beberapa kota: Karanganyar, Bandung, Cepu, Barabai, Kediri, Banjarnegara, Purwakarta,
Solo, dan Yogyakarta, mengikuti ayahnya bertugas sebagai seorang guru. Ia mulai mengenal
dan bekerja untuk pedesaan sejak tahun 1949 ketika belajar di Fakultas Pertanian UI di
Bogor, atau kini dikenal dengan Institut Pertanian Bogor (IPB).
Pria yang sempat identik dengan jenggot putih ini melahirkan 'garis kemiskinan Sajogyo'.
Menurutnya, kelompok miskin adalah rumah tangga yang mengkonsumsi pangan kurang dari
nilai tukar 240 kg beras setahun per kepala di pedesaan atau 369 kg di perkotaan. Dari sini
diperoleh angka kecukupan pangan 2.172 kg orang per hari. Sehingga untuk angka di bawah
itu termasuk kategori miskin
Pada 2011 Sajogyo meraih Habibie Award 2011 untuk kategori ilmu sosial. Sajogyo
mengabdikan dirinya untuk ilmu pengetahuan. Hal itu tercermin saat dirinya mendirikan
Sajogyo Institute yang merupakan badan pelaksana Yayasan Sajogyo Inti Utama yang
didirikan pada tahun 2005 lalu. Sajogyo membangun institut ini bersama para kolega,
sahabat, murid dan anak-anak muda yang terinspirasi oleh kepedulian, pemikiran dan
konsistensi perjuangan yang panjang dalam memahami dinamika masyarakat petani dan
penghidupan di pedesaan
Cita-cita menuju masyarakat yang cerdas dan merdeka terlalu sempit diwadahi dalam
satu kelembagaan, diterobos dari satu sisi, dan dilakukan oleh aktor-aktor yang terpisah. Cita-
cita itu adalah cita-cita besar kita semua, membangun Keindonesiaan yang cerdas dan
merdeka: “...Slamatkan tanahnya, slamatkan puteranya, pulaunya, lautnya semuanya.
Indonesia Raya, merdeka merdeka, hiduplah Indonesia Raya..!”
5. Mochtar Naim
Lahir di Nagari Sungai Penuh, Kerinci, Jambi, 25 Desember 1932; merupakan
antropolog dan sosiolog Indonesia. Selain sebagai sosiolog ternama, Mochtar Naim tampil
kemuka sebagai ahli Minangkabau. Dalam beberapa seminar dan tulisan-tulisannya, Mochtar
kerap membagi budaya Nusantara kepada dua konsep aliran. Polarisasi budaya yang
digambarkan Mochtar adalah konsep budaya yang bercirikan sentrifugal yang diwakili oleh
budaya M (Minangkabau), berlawanan dengan konsep budaya sentripetal-sinkretis yang
diwakili oleh budaya J (Jawa)
Ia menamatkan studi sarjananya ke tiga universitas sekaligus, Universitas Gadjah
Mada, PTAIN, dan Universitas Islam Indonesia, yang kesemuanya di Yogyakarta. Kemudian
studi masternya dilanjutkan di Universitas McGill, Montreal. Melengkapi jenjang
pendidikannya, Mochtar mengambil gelar PhD-nya di University of Singapore.
Mochtar tercatat sebagai pendiri Fakultas Sastra Universitas Andalas, 1980, dan sejak itu ia
menjadi dosen sosiologi universitas yang sama. Sebelum itu ia pernah duduk sebagai
Direktur Pusat Latihan Penelitian Ilmu-ilmu Sosial Universitas Hasanuddin di Makassar, dan
Direktur Center for Minangkabau Studies, Padang.
2.PERKEMBANGAN ILMU SOSIOLOGI
-Pada Zaman Keemasan Yunani
Tokoh ilmu sosiologi dalam masa ini adalah Plato (429 – 347 SM). Pada masa itu
Palto sangat terkenal karena berhasil merumuskan teori organis mengenai masyarakat yang
mencakup kehidupan sosial dan masyarakat, menganggap bahwa instansi dalam maysrakat
sangat bergantung satu dengan yang lain secara fungsional sehingga mereka harus
bekerjasama.
Kemudian Aristoteles (384 – 322 SM) berpendapat bahwa masyarakat adalah
organism hidup yang berdasar pada moral sehingga kerukunan, toleransi harus dimasukkan
kedalam nilai – nilai hidup bermasyarakat.
Pada Zaman Renaissance (1200 – 1600)
Pada masa ini muncul tokoh yaitu Machiavelli yang berpendapat bahwa politik dan
moral dipisahkan sehingga terjadi pendekatan mekanis terhadap masyarakat. Kemudian
berkembangalah teori politik sosial dimana pemerintah menjadi pusat mekanismenya.
Pada Abad Pencerahan (abad 16 dan 17)
Tokoh pada masa ini adalah Thomas Hobbes (1588 – 1679) dengan bukunya “The
Leviathan”. Ajaran Thomas banyak diilhami oleh hukum alam, fisika dan matematika. Pada
masa ini muncuk kontrak sosial dimana muncul karena adanya pandangan yang bersifat
hukum sebagai akibat mulai ditinggalkannya pengaruh keagamaan oleh pengaruh
kemasyarakatan atau keduniawian.
Pada Abad ke 18
John Locke (1632 – 1704) yang dianggap sebagai Bapak Hak Asasi Manusia (HAM).
Dia berpendapat bahwa setiap manusia mempunyai hak dasar sangat pribadi yang tidak dapat
dirampas oleh siapapun termasuk oleh negara (seperti hak hidup, hak berpikir, hak berbicara,
berserikat dan lain – lain).
Selain itu terdapat tokoh lain yaitu, J.J Rousseu (1712 – 1778) yang masih berpegang
pada kontrak sosial Hobbes, bahwa kontrak antara pemerintah dan rakyat menyebabkan
munculnya kolektivitas yang mempunyai keinginan sendiri – sendiri dan berkembang
menjadi keinginan umum. Keinginan umum inilah yang menjadi dasar kontrak sosial negara
dengan rakyatnya.
Pada Abad ke 19
Pada abad ini ilmu sosiologi mulai diperkenalkan oleh Aguste Comte (1798 – 1853)
yang didsarkan pada perkembangan interaksi antara sosial dan industrialis. Pada masa ini
sosilogi mulai dapat mandiri disebabkan sosiologi bisa munjukkan obyeknya yaitu interaksi
manusia, namun dalam pengembangannya masih menggunakan ilmu lain contoh ilmu
ekonomi.
Pada Abad 20
Masa ini sosiologi bisa dikatakan mandiri karena :
Mempunyai obyek khusus yaitu interaksi antar manusia
Mengembangkan teori sosiologi
Mampu mengembangkan metode khusus untuk pengembangan sosiologi
Sosiologi sangat relevan dengan perkembangan karena banyak pembanguna yang
gagal dikarenakan tidak memperhatikan masukan dari sosilog.
Timbulnya Sosiologi Modern
Seorang yang berpengaruh dalam proses perubahan ini adalah sosiolog dari perancis
bernama Emile Durkheim (1858 – 1917) dengan buku Rule Of Sociological Method. Beliau
sangat pintar dalam mengkaji ilmu – ilmu secara empiris dalam membentuk teori sosiologis,
oleh karenanya Beliau disebut sebagai Bapak Pelopor Sosiolog Modern.
Kemudian muncullah tokoh W.I Thomas (1863-1947), yang berperan dalam
perkembangan ilmu sosilogi di Amerika dengan laporannya yang terkenal yang terdiri dari
lima jilid, yaitu mengenai keberhasilan petani Polandia yang berimigrasi di Amerika.
Ilmuwan Herbert Spencer 1176, Beliau menggabungkan teori evolosi sosial dengan
mengaplikasikan teori Charles Darwin, bahwa terjadinya evolusi secara gradasi dari suatu
masyarakat primitive kearah masyarakat industry.
Seorang Sosiolog Amerika Listerward (1883) dengan karyanya Dynamic Sosiology
menjelaskan tentang pergerakan aktivitas sosial yang hubungannya dilakukan oleh para
sosiolog.
Max Webber (1884-1920) menjelaskan bahwa metode dalam ilmu pengetahuan alam
tidak dalam diterapkan dalam pengumpulan data ilmu sosial. Webber menjelaskan studi ilmu
sosial berdasarkan gejala dalam dalam dunia kehidupan bersama, maka seharusnya dipahami
dengan subjektifitas yang derajatnya diukur oleh peneliti sosiolog yang dilaksanakan oleh
manusia juga.
Perkembangan di Indonesia
Di Indonesia dimulai sejak sebelum perang dunia II. Tokoh yang memperkenalkan
adalah para pujangga antara lain : Sri Paduka Mangkunegara IV dari Surakarta, mengajarkan
Wulang Reh, yaitu tata hubungan antar masyarakat jawa dari berbagai macam golongan di
Jawa. Kemdian Ki Hajar Dewantara, dengan konsep kepemimpinan dan kekeluargaan yang
diterapkan di Organisasi Taman Siswa.
Setelah Perang dunia II, muncul berbagai akademisi antara lain Akademi Politik di
Fakultas Sosial Politik Gajah Mada. Kemudian terbitnya buku karangan M.R Djody
Gondokusuman dengan judul Sosiologi Indonesia dll.
3. OBJEK DAN METODE SOSIOLOGI
Sebagai bagian dari ilmu sosial, objek sosiologi adalah masyarakat yang dilihat dari
hubungan antarmanusiadan proses yang timbul akibat dari hubungan tersebut. Fokus utama
sosiologi dari objek masyarakat tersebut adalah gejala, proses pembentukan, serta
mempertahankan kehidupan masyarakat, juga proses runtuhnya sistem hubungan
antarmanusia.
Dengan demikian, objek sosiologi terbagi atas 2 kategori, yaitu:
1. Objek Material
Objek material sosiologi adalah kehidupan sosial, gejala dan proses hubungan antara
manusia yang memengaruhi kesatuan manusia itu sendiri.
2. Objek Formal
Objek formal sosiologi adalah hubungan manusia dengan manusia lain serta proses
yang timbul dari hubungan manusia didalam masyarakat karena lebih ditekankan pada
manusia sebagai makhluk sosial atau masyarakat. Objek formal sosiologi meliputi:
a) Pengertian tentang sikap dan tindakan manusia terhadap lingkungan hidup manusia dan
kehidupan sosial melalui penjelasan ilmiah.
b) Meningkatkan keharmonisan dalam hidup bermasyrakat.
c) Meningkatkan kerja sama antarmanusia.
Untuk mempelajari objek yang menjadi kajian, sosiologi memiliki metode yang terbagi
atas 2 jenis, yaitu metode kualitatif dan metode kuantitatif.
1. Metode Kualitatif
Metode kualitatif mengutamakan bahan atau hasil pengamatan yang sukar diukur
dengan angka atau ukuran yang matematis meskipun kejadian itu nyata dalam masyarakat.
Ada beberapa metode kualitatif, yaitu:
a) Metode historis, yaitu metode pengamatan yang menganalisis peristiwa-peristiwa masa
silam untuk merumuskan prinsip-prinsip umum.
b) Metode komparatif, yaitu metode pengamatan dengan membandingkan bermacam-
macam masyarakat serta bidang-bidangnya untuk memperoleh perbedaan dan persamaan
sebagai petunjuk tentang perilaku suatu masyarakat pada masa lalu dan masa mendatang.
c) Metode studi kasus, yaitu suatu metode tentang suatu keadaan, kelompok, masyarakat
setempat, lembaga-lembaga ataupun individu-individu.
2. Metode Kuantitatif
Metode kuantitatif adalah metode statistik yang bertujuan untuk menggambarkan dan
meneliti hubungan antarmanusia dalam masyarakat secara kuantitatif.
Metode kuantitatif mengutamakan bahan-bahan keterangan dengan angka atau gejala-
gejala yang diteliti dan dapat diukur dengan skala, indeks, tabel dan formula. Termasuk
dalam metode ini adalah metode statistik dimana gejala-gejala dalam masyarakat sebelum
dianalisis harus dikuantifitasi terlebih dahulu.
Data kuantitatif adalah informasi hasil penelitian yang berupa angka-angka, gejala-
gejala yang diteliti diukur dengan skala, indeks (daftar), tabel, atau formula (rumus) dan
kemudian diuji dengan rumus-rumus hitung statistik.
3. Metode Lain
Disamping metode-metode tersebut, masih ada metode-metode lain, yaitu:
1) Metode deduktif, yaitu metode yang dimulai dari kaidah-kaidahyang berlaku umum
untuk kemudian dipelajari dalam keadaan yang khusus.
2) Metode induktif, yaitu metode yang mempelajari suatu gejala khusus untuk
mendapatkan kesimpulan yang lebih luas atau bersifat umum.
3) Metode empiris, yaitu suatu metode yang mengutamakan keadaan-keadaan nyata di
dalam masyarakat.
4) Metode rasional, yaitu suatu metode yang mengutamakan penalaran dan logika akal
sehat untuk mencapai pengertian tentang masalah kemasyarakatan.
5) Metode fungsional, yaitu metode yang digunakan untuk menilai kegunaan lembaga-
lembaga sosial masyarakat masyarakat.
4. KEGUNAAN SOSIOLOGI
1. Untuk PembangunanSosiologi berguna untuk memberikan data sosial yang diperlukan pada tahap perenca-
naan pelaksanaan maupun penilaian pembangunan. Pada tahap perencanaan, yang ha-rus diperhatikan adalah apa yang menjadi kebutuhan sosial. Pada tahap pelaksanaan yang harus dilihat adalah kekuatan sosial dalam masyarakat serta proses perubahan sosialnya. Dan pada tahap penilaian yang harus dilakukan adalah analisis terhadap e-fek atau dampak sosial pembangunan tersebut.
2. Untuk PenelitianDengan penelitian dan penyelidikan sosiologis, akan diperoleh suatu perencanaan a-
tau pemecahan masalah sosial yang baik. Di negara yang sedang membangun, peran sosiolog sangat dibutuhkan. Berdasarkan hasil penelitian sosiologis, para pengambil-an keputusan dapat menyusun rencana dan cara pemecahan suatu masalah sosial. Contohnya, cara pencegahan kenakalan remaja dan cara meningkatkan kembali rasa solidaritas antarwarga yang semakin pudar.