TUGAS SOSIOLOGI

15
1. 5 TOKOH SOSIOLOGI 1. Prof. Dr. Selo Soemardjan Bergelar lengkap Kanjeng Pangeran Haryo Prof. Dr. Selo Soemardjan, terlahir di Yogyakarta, 23 Mei 1915 dan meninggal di Jakarta pada 11 Juni 2003 pada umur 88 tahun ini dikenal sebagai bapak sosiologi Indonesia. Banyak sekali buku acuan sosiologi dan anthropologi Indonesia bersumber atau berpegangan pada buku-buku beliau. Nama Selo Soemardjan begitu kenthal dalam ingatan orang-orang yang pernah belajar ilmu sosial dan kebudayaan di Indonesia. Beliau adalah pendiri sekaligus Dekan pertama Fakultas Ilmu Pengetahuan Kemasyarakatan (kini FISIP-UI) Ia dikenal sangat disiplin dan selalu memberi teladan konkret. Ia orang yang tidak suka memerintah, tetapi memberi teladan. Hidupnya lurus, bersih, dan sederhana. Ia tokoh yang memerintah dengan teladan, sebagaimana diungkapkan pengusaha sukses Soedarpo Sastrosatomo. Menurut Soedarpo, integritas itu pula yang membuat mendiang Sultan Hamengku Buwono IX berpesan kepada putranya, Sultan Hamengku Buwono X agar selalu mendengarkan dan meminta nasihat kepada Selo kalau menyangkut persoalan sosial kemasyarakatan. Ia orang yang tidak pernah berhenti berpikir dan bertindak. Ia dibesarkan di lingkungan abdi dalem Kasultanan Yogyakarta Hadiningrat. Kakeknya, Kanjeng Raden Tumenggung Padmonegoro, adalah pejabat tinggi di kantor Kasultanan Yogyakarta. Berkat jasa sang kakek, Soemardjan- begitu nama aslinya-mendapat pendidikan Belanda.

description

sosiologi

Transcript of TUGAS SOSIOLOGI

Page 1: TUGAS SOSIOLOGI

1. 5 TOKOH SOSIOLOGI

1. Prof. Dr. Selo Soemardjan

Bergelar lengkap Kanjeng Pangeran Haryo Prof. Dr. Selo Soemardjan, terlahir di

Yogyakarta, 23 Mei 1915 dan meninggal di Jakarta pada 11 Juni 2003 pada umur 88 tahun

ini dikenal sebagai bapak sosiologi Indonesia. Banyak sekali buku acuan sosiologi dan

anthropologi Indonesia bersumber atau berpegangan pada buku-buku beliau. Nama Selo

Soemardjan begitu kenthal dalam ingatan orang-orang yang pernah belajar ilmu sosial dan

kebudayaan di Indonesia.

Beliau adalah pendiri sekaligus Dekan pertama Fakultas Ilmu Pengetahuan

Kemasyarakatan (kini FISIP-UI)

Ia dikenal sangat disiplin dan selalu memberi teladan konkret. Ia orang yang tidak

suka memerintah, tetapi memberi teladan. Hidupnya lurus, bersih, dan sederhana. Ia tokoh

yang memerintah dengan teladan, sebagaimana diungkapkan pengusaha sukses Soedarpo

Sastrosatomo. Menurut Soedarpo, integritas itu pula yang membuat mendiang Sultan

Hamengku Buwono IX berpesan kepada putranya, Sultan Hamengku Buwono X agar selalu

mendengarkan dan meminta nasihat kepada Selo kalau menyangkut persoalan sosial

kemasyarakatan. Ia orang yang tidak pernah berhenti berpikir dan bertindak.

Ia dibesarkan di lingkungan abdi dalem Kasultanan Yogyakarta Hadiningrat. Kakeknya,

Kanjeng Raden Tumenggung Padmonegoro, adalah pejabat tinggi di kantor Kasultanan

Yogyakarta. Berkat jasa sang kakek, Soemardjan- begitu nama aslinya-mendapat pendidikan

Belanda.

Nama Selo dia peroleh setelah menjadi camat di Kabupaten Kulonprogo. Ini memang

cara khusus Sultan Yogyakarta membedakan nama pejabat sesuai daerahnya masing-masing.

Saat menjabat camat inilah ia merasa mengawali kariernya sebagai sosiolog. "Saya adalah

camat yang mengalami penjajahan Belanda, masuknya Jepang, dilanjutkan dengan zaman

revolusi. Masalahnya banyak sekali," tuturnya suatu ketika sebagaimana ditulis Kompas.

Pengalamannya sebagai camat membuat Selo menjadi peneliti yang mampu menyodorkan

alternatif pemecahan berbagai persoalan sosial secara jitu. Ini pula yang membedakan Selo

dengan peneliti lain.

Sebagai ilmuwan, karya Selo yang sudah dipublikasikan adalah Social Changes in

Yogyakarta (1962) dan Gerakan 10 Mei 1963 di Sukabumi (1963). Penelitian terakhir Selo

berjudul Desentralisasi Pemerintahan. Terakhir ia menerima Anugerah Hamengku Buwono

(HB) IX dari Universitas Gadjah Mada (UGM) pada puncak peringatan Dies Natalis Ke-52

Page 2: TUGAS SOSIOLOGI

UGM tanggal 19 Januari 2002 diwujudkan dalam bentuk piagam, lencana, dan sejumlah

uang.

2. Prof Dr Paulus Wirutomo sang Sosiolog Pendidikan

Prof Dr Paulus Wirutomo sosiolog dan guru besar FISIP Universitas Indonesia. Pria

kelahiran Solo, 29 Mei 1949, ini menamatkan sarjana sosiologi dari Universitas Indonesia,

1976. Meraih S2 bidang Perencanaan Sosial dari University College of Swansea Wales,

Inggris, 1978 dan S3 bidang Sosiologi Pendidikan dari State University of New York at

Albany, USA, 1986.

Dia menjabat Ketua Departemen Sosiologi FISIP UI, 2005-2009 dan Ketua Program

Magister Manajemen Pembangunan Sosial Pascasarjana UI, 1997-sekarang.

Menurutnya, pembangunan sosial saat ini masih disalahpahami. Bagi pemerintah,

pembangunan sosial hanya dianggap sebagai sektor pembangunan saja. Meskipun hal ini

tidak sepenuhnya salah, namun juga tidak bisa dibenarkan.

Pasalnya, kata Paulus, pengertian pembangunan sosial yang benar itu lebih dari

sekadar pembangunan sektor. Dalam pembangunan sosial, harus termuat peningkatan

interaksi dan hubungan sosial dalam masyarakat. Tanpa terjadi kualitas hubungan sosial dari

langkah pembangunan sosial yang diambil, sulit mengatakan adanya pembangunan sosial.

Menurutnya, bukan hanya pemerintah, tetapi sebagian besar kita masih memahami

pembangunan sosial itu sekadar charity yang tidak menghasilkan uang. "Mengikuti logika

pembangunan sosial sebagai sektor, maka pembangunan sosial ini membutuhkan masukan

berupa penyediaan anggaran, perlu pembiayaan. Dan mengikuti pemahaman pembangunan

sosial sebagai charity, maka pembangunan sosial itu dianggap sebagai sebuah langkah yang

tidak menghasilkan apa pun. Atau paling tidak output-nya dinyatakan tidak menghasilkan

uang," jelasnya.

Bahkan, menurut ahli sosiologi pendidikan itu, pendidikan, sama halnya dengan

kesehatan dan agama yang juga dianggap pembangunan sosial, terkadang dianggap sebagai

anggaran yang habis terpakai tanpa menghasilkan uang. Padahal, ujarnya, pembangunan

pendidikan itu akan menghasilkan peningkatan kualitas sumber daya manusia. Sumber daya

manusia yang meningkat inilah yang nantinya diharapkan akan menjadi pendorong terjadinya

peningkatan kualitas hubungan sosial.

Ditanya tentang adakah usaha yang sudah dilakukan untuk memberikan pemahaman

yang betul? Paulus mengatakan bahwa Departemen Sosiologi UI sudah lebih dari 10 tahun

terakhir sebenarnya sudah memberikan pemahaman yang betul, melalui pembukaan program

manajemen pembangunan sosial. Bahkan, menurutnya, sebenarnya Menteri Negara Pemuda

Page 3: TUGAS SOSIOLOGI

dan Olahraga Adyaksa Dault dan Menteri Negara Urusan Koperasi dan Usaha Kecil

Menengah Suryadharma Ali merupakan sebagian kecil dari orang Indonesia yang pernah

mendapatkan pendidikan manajemen pembangunan sosial di pascasarjana UI.

Paulus sangat risau dengan perjalanan bangsa yang kualitas hubungan sosialnya

sepertinya hanya jalan di tempat. Menurut Paulus, banyak bibit kreatif sumber daya manusia

yang telah dimatikan oleh kebijakan nasional yang tidak berpihak pada usaha kreatif.

Padahal, usaha kreatif ini mampu memberikan sumbangan yang sangat besar bagi kemajuan

bangsa.

3. Arief Budiman

Banyak yang tidak tahu bahwa Arief Budiman adalah kakak kandung dari Soe Hok

Gie yang meninggal dunia sebagai tokoh pergerakan mahasiswa.

Lahir di Jakarta, 3 Januari 1941, dilahirkan dengan nama Soe Hok Djin, adalah seorang

aktivis demonstran Angkatan '66 bersama dengan adiknya, Soe Hok Gie. Pada waktu itu ia

masih menjadi mahasiswa Fakultas Psikologi Universitas Indonesia di Jakarta. Ayahnya

seorang wartawan yang bernama Soe Lie Piet

Sejak masa mahasiswanya, Arief sudah aktif dalam kancah politik Indonesia, karena

ia ikut menandatangani Manifesto Kebudayaan pada tahun 1963 yang menentang aktivitas

LEKRA yang dianggap memasung kreativitas kaum seniman.

Kendati ikut melahirkan Orde Baru, Arief bersikap sangat kritis terhadap politik

pemerintahan di bawah Soeharto yang memberangus oposisi dan kemudian diperparah

dengan praktik-praktik korupsinya. Pada pemilu 1973, Arief dan kawan-kawannya

mencetuskan apa yang disebut Golput atau Golongan Putih, sebagai tandingan Golkar yang

dianggap membelokkan cita-cita awal Orde Baru untuk menciptakan pemerintahan yang

demokratis.

Belakangan Arief "mengasingkan diri" di Harvard dan mengambil gelar Ph.D. dalam

ilmu sosiologi serta menulis disertasi tentang keberhasilan pemerintahan sosialis Salvador

Allende di Chili.

Kembali dari Harvard, Arief mengajar di UKSW (Universitas Kristen Satya Wacana)

di Salatiga. Ketika UKSW dilanda kemelut yang berkepanjangan karena pemilihan rektor

yang dianggap tidak adil, Arief melakukan mogok mengajar, dipecat dan akhirnya hengkang

ke Australia serta menerima tawaran menjadi profesor di Universitas Melbourne.

Page 4: TUGAS SOSIOLOGI

Pada bulan Agustus 2006, beliau menerima penghargaan Bakrie Award, acara

tahunan yang disponsori oleh keluarga Bakrie dan Freedom Institute untuk bidang penelitian

sosial.

Pasca kerusuhan Mei 1998, bersama istri Leila Ch. Budiman bermukim dan mengajar di

Universitas Melbourne, Australia.

4. Prof. Dr. Ir, Sajogyo

(lahir di Karanganyar, 21 Mei 1926 – meninggal di Bogor, 17 Maret 2012 pada umur

85 tahun) adalah seorang pakar ilmu sosiologi dan ekonomi yang juga sering dikenal sebagai

"Bapak Sosiologi Pedesaan" di Indonesia.

Dia turut meletakkan dasar-dasar studi sosial-ekonomi pedesaan di Indonesia. Prof.

Dr. Ir. Sajogyo tumbuh, meniti dan menjadi pemimpin studi agraria Indonesia, dimulai dari

kampus IPB, hingga menjadi Rektor IPB pada tahun 1964. Dibesarkan dalam tradisi ilmu

sosial yang dikembangkan dari pertanian, Prof. Dr. Ir. Sajogyo menyoal ekologi, pangan,

gizi, tanah, agraria, yang kesemuanya berada dalam konteks agri-culture (pembudidayaan),

serta relasi antara natura dan humana. Ia menghabiskan masa kanak-kanak hingga remajanya

di beberapa kota: Karanganyar, Bandung, Cepu, Barabai, Kediri, Banjarnegara, Purwakarta,

Solo, dan Yogyakarta, mengikuti ayahnya bertugas sebagai seorang guru. Ia mulai mengenal

dan bekerja untuk pedesaan sejak tahun 1949 ketika belajar di Fakultas Pertanian UI di

Bogor, atau kini dikenal dengan Institut Pertanian Bogor (IPB).

Pria yang sempat identik dengan jenggot putih ini melahirkan 'garis kemiskinan Sajogyo'.

Menurutnya, kelompok miskin adalah rumah tangga yang mengkonsumsi pangan kurang dari

nilai tukar 240 kg beras setahun per kepala di pedesaan atau 369 kg di perkotaan. Dari sini

diperoleh angka kecukupan pangan 2.172 kg orang per hari. Sehingga untuk angka di bawah

itu termasuk kategori miskin

Pada 2011 Sajogyo meraih Habibie Award 2011 untuk kategori ilmu sosial. Sajogyo

mengabdikan dirinya untuk ilmu pengetahuan. Hal itu tercermin saat dirinya mendirikan

Sajogyo Institute yang merupakan badan pelaksana Yayasan Sajogyo Inti Utama yang

didirikan pada tahun 2005 lalu. Sajogyo membangun institut ini bersama para kolega,

sahabat, murid dan anak-anak muda yang terinspirasi oleh kepedulian, pemikiran dan

konsistensi perjuangan yang panjang dalam memahami dinamika masyarakat petani dan

penghidupan di pedesaan

Cita-cita menuju masyarakat yang cerdas dan merdeka terlalu sempit diwadahi dalam

satu kelembagaan, diterobos dari satu sisi, dan dilakukan oleh aktor-aktor yang terpisah. Cita-

Page 5: TUGAS SOSIOLOGI

cita itu adalah cita-cita besar kita semua, membangun Keindonesiaan yang cerdas dan

merdeka: “...Slamatkan tanahnya, slamatkan puteranya, pulaunya, lautnya semuanya.

Indonesia Raya, merdeka merdeka, hiduplah Indonesia Raya..!”

5. Mochtar Naim

Lahir di Nagari Sungai Penuh, Kerinci, Jambi, 25 Desember 1932; merupakan

antropolog dan sosiolog Indonesia. Selain sebagai sosiolog ternama, Mochtar Naim tampil

kemuka sebagai ahli Minangkabau. Dalam beberapa seminar dan tulisan-tulisannya, Mochtar

kerap membagi budaya Nusantara kepada dua konsep aliran. Polarisasi budaya yang

digambarkan Mochtar adalah konsep budaya yang bercirikan sentrifugal yang diwakili oleh

budaya M (Minangkabau), berlawanan dengan konsep budaya sentripetal-sinkretis yang

diwakili oleh budaya J (Jawa)

Ia menamatkan studi sarjananya ke tiga universitas sekaligus, Universitas Gadjah

Mada, PTAIN, dan Universitas Islam Indonesia, yang kesemuanya di Yogyakarta. Kemudian

studi masternya dilanjutkan di Universitas McGill, Montreal. Melengkapi jenjang

pendidikannya, Mochtar mengambil gelar PhD-nya di University of Singapore.

Mochtar tercatat sebagai pendiri Fakultas Sastra Universitas Andalas, 1980, dan sejak itu ia

menjadi dosen sosiologi universitas yang sama. Sebelum itu ia pernah duduk sebagai

Direktur Pusat Latihan Penelitian Ilmu-ilmu Sosial Universitas Hasanuddin di Makassar, dan

Direktur Center for Minangkabau Studies, Padang.

2.PERKEMBANGAN ILMU SOSIOLOGI

-Pada Zaman Keemasan Yunani

Tokoh ilmu sosiologi dalam masa ini adalah Plato (429 – 347 SM). Pada masa itu

Palto sangat terkenal karena berhasil merumuskan teori organis mengenai masyarakat yang

mencakup kehidupan sosial dan masyarakat, menganggap bahwa instansi dalam maysrakat

sangat bergantung satu dengan yang lain secara fungsional sehingga mereka harus

bekerjasama.

Kemudian Aristoteles (384 – 322 SM) berpendapat bahwa masyarakat adalah

organism hidup yang berdasar pada moral sehingga kerukunan, toleransi harus dimasukkan

kedalam nilai – nilai hidup bermasyarakat.

Pada Zaman Renaissance (1200 – 1600)

Pada masa ini muncul tokoh yaitu Machiavelli yang berpendapat bahwa politik dan

moral dipisahkan sehingga terjadi pendekatan mekanis terhadap masyarakat. Kemudian

berkembangalah teori politik sosial dimana pemerintah menjadi pusat mekanismenya.

Page 6: TUGAS SOSIOLOGI

Pada Abad Pencerahan (abad 16 dan 17)

Tokoh pada masa ini adalah Thomas Hobbes (1588 – 1679) dengan bukunya “The

Leviathan”. Ajaran Thomas banyak diilhami oleh hukum alam, fisika dan matematika. Pada

masa ini muncuk kontrak sosial dimana muncul karena adanya pandangan yang bersifat

hukum sebagai akibat mulai ditinggalkannya pengaruh keagamaan oleh pengaruh

kemasyarakatan atau keduniawian.

Pada Abad ke 18

John Locke (1632 – 1704) yang dianggap sebagai Bapak Hak Asasi Manusia (HAM).

Dia berpendapat bahwa setiap manusia mempunyai hak dasar sangat pribadi yang tidak dapat

dirampas oleh siapapun termasuk oleh negara (seperti hak hidup, hak berpikir, hak berbicara,

berserikat dan lain – lain).

Selain itu terdapat tokoh lain yaitu, J.J Rousseu (1712 – 1778) yang masih berpegang

pada kontrak sosial Hobbes, bahwa kontrak antara pemerintah dan rakyat menyebabkan

munculnya kolektivitas yang mempunyai keinginan sendiri – sendiri dan berkembang

menjadi keinginan umum. Keinginan umum inilah yang menjadi dasar kontrak sosial negara

dengan rakyatnya.

Pada Abad ke 19

Pada abad ini ilmu sosiologi mulai diperkenalkan oleh Aguste Comte (1798 – 1853)

yang didsarkan pada perkembangan interaksi antara sosial dan industrialis. Pada masa ini

sosilogi mulai dapat mandiri disebabkan sosiologi bisa munjukkan obyeknya yaitu interaksi

manusia, namun dalam pengembangannya masih menggunakan ilmu lain contoh ilmu

ekonomi.

Pada Abad 20

Masa ini sosiologi bisa dikatakan mandiri karena :

Mempunyai obyek khusus yaitu interaksi antar manusia

Mengembangkan teori sosiologi

Mampu mengembangkan metode khusus untuk pengembangan sosiologi

Sosiologi sangat relevan dengan perkembangan karena banyak pembanguna yang

gagal dikarenakan tidak memperhatikan masukan dari sosilog.

Timbulnya Sosiologi Modern

Seorang yang berpengaruh dalam proses perubahan ini adalah sosiolog dari perancis

bernama Emile Durkheim (1858 – 1917) dengan buku Rule Of Sociological Method. Beliau

sangat pintar dalam mengkaji ilmu – ilmu secara empiris dalam membentuk teori sosiologis,

oleh karenanya Beliau disebut sebagai Bapak Pelopor Sosiolog Modern.

Page 7: TUGAS SOSIOLOGI

Kemudian muncullah tokoh W.I Thomas (1863-1947), yang berperan dalam

perkembangan ilmu sosilogi di Amerika dengan laporannya yang terkenal yang terdiri dari

lima jilid, yaitu mengenai keberhasilan petani Polandia yang berimigrasi di Amerika.

Ilmuwan Herbert Spencer 1176, Beliau menggabungkan teori evolosi sosial dengan

mengaplikasikan teori Charles Darwin, bahwa terjadinya evolusi secara gradasi dari suatu

masyarakat primitive kearah masyarakat industry.

Seorang Sosiolog Amerika Listerward (1883) dengan karyanya Dynamic Sosiology

menjelaskan tentang pergerakan aktivitas sosial yang hubungannya dilakukan oleh para

sosiolog.

Max Webber (1884-1920) menjelaskan bahwa metode dalam ilmu pengetahuan alam

tidak dalam diterapkan dalam pengumpulan data ilmu sosial. Webber menjelaskan studi ilmu

sosial berdasarkan gejala dalam dalam dunia kehidupan bersama, maka seharusnya dipahami

dengan subjektifitas yang derajatnya diukur oleh peneliti sosiolog yang dilaksanakan oleh

manusia juga.

Perkembangan di Indonesia

Di Indonesia dimulai sejak sebelum perang dunia II. Tokoh yang memperkenalkan

adalah para pujangga antara lain : Sri Paduka Mangkunegara IV dari Surakarta, mengajarkan

Wulang Reh, yaitu tata hubungan antar masyarakat jawa dari berbagai macam golongan di

Jawa. Kemdian Ki Hajar Dewantara, dengan konsep kepemimpinan dan kekeluargaan yang

diterapkan di Organisasi Taman Siswa.

Setelah Perang dunia II, muncul berbagai akademisi antara lain Akademi Politik di

Fakultas Sosial Politik Gajah Mada. Kemudian terbitnya buku karangan M.R Djody

Gondokusuman dengan judul Sosiologi Indonesia dll.

3. OBJEK DAN METODE SOSIOLOGI

Sebagai bagian dari ilmu sosial, objek sosiologi adalah masyarakat yang dilihat dari

hubungan antarmanusiadan proses yang timbul akibat dari hubungan tersebut. Fokus utama

sosiologi dari objek masyarakat tersebut adalah gejala, proses pembentukan, serta

mempertahankan kehidupan masyarakat, juga proses runtuhnya sistem hubungan

antarmanusia.

Dengan demikian, objek sosiologi terbagi atas 2 kategori, yaitu:

1.  Objek Material

Objek material sosiologi adalah kehidupan sosial, gejala dan proses hubungan antara

manusia yang memengaruhi kesatuan manusia itu sendiri.

Page 8: TUGAS SOSIOLOGI

2.  Objek Formal

Objek formal sosiologi adalah hubungan manusia dengan manusia lain serta proses

yang timbul dari hubungan manusia didalam masyarakat karena lebih ditekankan pada

manusia sebagai makhluk sosial atau masyarakat. Objek formal sosiologi meliputi:

a) Pengertian tentang sikap dan tindakan manusia terhadap lingkungan hidup manusia dan

kehidupan sosial melalui penjelasan ilmiah.

b) Meningkatkan keharmonisan dalam hidup bermasyrakat.

c) Meningkatkan kerja sama antarmanusia.

Untuk mempelajari objek yang menjadi kajian, sosiologi memiliki metode yang terbagi

atas 2 jenis, yaitu metode kualitatif dan metode kuantitatif.

1.  Metode Kualitatif

Metode kualitatif mengutamakan bahan atau hasil pengamatan yang sukar diukur

dengan angka atau ukuran yang matematis meskipun kejadian itu nyata dalam masyarakat.

Ada beberapa metode kualitatif, yaitu:

a) Metode historis, yaitu metode pengamatan yang menganalisis peristiwa-peristiwa masa

silam untuk merumuskan prinsip-prinsip umum.

b) Metode komparatif, yaitu metode pengamatan dengan membandingkan bermacam-

macam masyarakat serta bidang-bidangnya untuk memperoleh perbedaan dan persamaan

sebagai petunjuk tentang perilaku suatu masyarakat pada masa lalu dan masa mendatang.

c) Metode studi kasus, yaitu suatu metode tentang suatu keadaan, kelompok, masyarakat

setempat, lembaga-lembaga ataupun individu-individu.

2.  Metode Kuantitatif

Metode kuantitatif adalah metode statistik yang bertujuan untuk menggambarkan dan

meneliti hubungan antarmanusia dalam masyarakat secara kuantitatif.

Metode kuantitatif mengutamakan bahan-bahan keterangan dengan angka atau gejala-

gejala yang diteliti dan dapat diukur dengan skala, indeks, tabel dan formula. Termasuk

dalam metode ini adalah metode statistik dimana gejala-gejala dalam masyarakat sebelum

dianalisis harus dikuantifitasi terlebih dahulu.

Data kuantitatif adalah informasi hasil penelitian yang berupa angka-angka, gejala-

gejala yang diteliti diukur dengan skala, indeks (daftar), tabel, atau formula (rumus) dan

kemudian diuji dengan rumus-rumus hitung statistik.

3.  Metode Lain

Disamping metode-metode tersebut, masih ada metode-metode lain, yaitu:

Page 9: TUGAS SOSIOLOGI

1) Metode deduktif, yaitu metode yang dimulai dari kaidah-kaidahyang berlaku umum

untuk kemudian dipelajari dalam keadaan yang khusus.

2) Metode induktif, yaitu metode yang mempelajari suatu gejala khusus untuk

mendapatkan kesimpulan yang lebih luas atau bersifat umum.

3) Metode empiris, yaitu suatu metode yang mengutamakan keadaan-keadaan nyata di

dalam masyarakat.

4) Metode rasional, yaitu suatu metode yang mengutamakan penalaran dan logika akal

sehat untuk mencapai pengertian tentang masalah kemasyarakatan.

5) Metode fungsional, yaitu metode yang digunakan untuk menilai kegunaan lembaga-

lembaga sosial masyarakat masyarakat.

4. KEGUNAAN SOSIOLOGI

1. Untuk PembangunanSosiologi berguna untuk memberikan data sosial yang diperlukan pada tahap perenca-

naan pelaksanaan maupun penilaian pembangunan. Pada tahap perencanaan, yang ha-rus diperhatikan adalah apa yang menjadi kebutuhan sosial. Pada tahap pelaksanaan yang harus dilihat adalah kekuatan sosial dalam masyarakat serta proses perubahan sosialnya. Dan pada tahap penilaian yang harus dilakukan adalah analisis terhadap e-fek atau dampak sosial pembangunan tersebut.

2. Untuk PenelitianDengan penelitian dan penyelidikan sosiologis, akan diperoleh suatu perencanaan a-

tau pemecahan masalah sosial yang baik. Di negara yang sedang membangun, peran sosiolog sangat dibutuhkan. Berdasarkan hasil penelitian sosiologis, para pengambil-an keputusan dapat menyusun rencana dan cara pemecahan suatu masalah sosial. Contohnya, cara pencegahan kenakalan remaja dan cara meningkatkan kembali rasa solidaritas antarwarga yang semakin pudar.