TUGAS SKILL LAB BLOK 10.docx
-
Upload
fauziah-damayanti -
Category
Documents
-
view
146 -
download
0
Transcript of TUGAS SKILL LAB BLOK 10.docx
TUGAS SKILL LAB BLOK 10KELOMPOK F
FAUZIAH DAMAYANTI (11-40)
DYAH PUTRI (11-42)
IZARATUL HAQUE (11-45)
BAGASKORO GIGIH P. (11-47)
TRI AJI PUJO SEMBODO (11-49)
MELATI PERMATA D. (11-51)
FAJRINA MUFLIHAH A. (11- 54)
KHOIRUNISA BINTI M (11-56)
FEBRINA SYLVA F (11-58)
RATIH PUSPITA W (11-60)
CYNTHIA DAMAYANTI (11-62)
AISYIYAH ALVIANA A. (11-64)
RASTRA D. SARI (11-66)
DINDA AYU T. (11-89)
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS JEMBER 2013
MOUTH
1. CLEFT LIP AND PALATE
Definisi
Bibir sumbing (cleft lip) adalah kelainan berupa celah pada bibir atas yang
didapatkan seseorang sejak lahir. Bila celah berada pada bagian langit-langit rongga
mulut (palate), maka kelainan ini disebut cleft palate. Pada cleft palate, celah akan
menghubungkan langit-langit rongga mulut dengan rongga hidung.
Gejala Klinis
- Tanda yang paling jelas adalah adanya celah pada bibir atas atau langit-langit
rongga mulut.
- Bayi dengan cleft lip dapat mengalami kesulitan saat menghisap ASI karena
sulitnya melakukan gerakan menghisap.
- Cleft palate juga dapat menyebabkan kesulitan dalam berbicara. Besarnya
cleft bukan indicator seberapa serius gangguan dalam berbicara, bahkan cleft
yang kecil pun dapat menyebabkan kesulitan dalam berbicara. Anak dengan
cleft palate seringkali memiliki suara hidung saat berbicara.
- Anak dengan cleft kadang memiliki gangguan dalam pendengaran. Hal ini
disebabkan oleh kemungkinan adanya infeksi yang mengenai tuba Eustachia
2 | s k i l l l a b k e l o m p o k F 2 0 1 1
(saluran yang menghubungkan telinga dengan rongga mulut). Semua telinga
anak normal memproduksi cairan telinga yang kental dan lengket. Cairan ini
dapat menumpuk di belakang gendang telinga. Adanya cleft dapat
meningkatkan kemungkinan terbentuknya cairan telinga ini, sehingga
menyebabkan gangguan atau bahkan kehilangan pendengaran sementara.
- Biasanya cleft palate dapat mempengaruhi pertumbuhan rahang anak dan
proses tumbuh kembang dari gigi-geliginya. Susunan gigi-geligi dapat
menjadi berjejal karena kurang berkembangnya rahang.
2. LEUKOPLAKIA
Definisi
adalah suatu kondisi di mana ada gangguan pada gusi, bagian dalam pipi,
bagian bawah mulut dan lidah. Gangguan itu berupa penebalan atau adanya
bercak putih.
Faktor Resiko
1. Orang berusia 40 tahun ke atas, perkembangannya terkini, penyakit
ini juga menyerang anak-anak usia muda.
2. Pola hidup tak sehat,
3 | s k i l l l a b k e l o m p o k F 2 0 1 1
3. Hobi menenggak minuman beralkohol
4. Kebiasaan merokok
5. Orang yang mempunyai kebiasaan mengunyah atau bahkan hanya
mengendus tembakau
6. Iritasi akibat gigitan gigi yang tajam, serta kebiasaan jelek menggigit
jaringan mulut maupun lidah
Gejala Klinis
Gejala serangan penyakit ini umumnya diawali dengan bercak putih
kecil di sekitar rongga mulut. Dalam prosesnya, bercak ini akan membesar
dan semakin melebar serta tebal. Berbeda dengan jamur, bercak putih
leukoplakia umumnya sulit dihapuskan, biasanya bercak putih ini menyerang
lapisan dinding terluar rongga mulut alias mukosa, sisi pipi, lidah, dan juga
gusi.
Penderita leukoplakia umumnya juga tidak mengeluhkan rasa nyeri.
Namun, plak atau bercak putih pada lapisan dinding mulut ini akan sangat
sensitif terhadap rangsangan sentuh, makanan pedas, dan panas. gejalanya
seperti/mirip sakit gigi.
Pada stadium awal, tanda penyakit ini adalah bercak putih yang
kadangkadang berwama kehitaman. Permukaannya licin, rata, dan berbatas
jelas. Pada tahap ini, belum ada indurasi atau benjolan.
Pada stadium kedua, bercak ini biasanya mulai terasa kasar yang
disertai dengan benjolan.
Di stadium tiga, bercak tampak sangat menonjol, berwarna putih,
tetapi tidak mengkilap. Benjolan menyebabkan permukaan menjadi kasar dan
berlekuk-lekuk. Jika sudah menyentuh stadium ini, leukoplakia berpontensi
sudah menjadi tumor ganas.
4 | s k i l l l a b k e l o m p o k F 2 0 1 1
3. CANDIDIASIS
Definisi
Kandidiasis adalah penyakit jamur yang bersifat akut atau subakut disebabkan oleh
spesies Candida, biasanya oleh Candida albicans dan dapat mengenai mulut, vagina,
kulit, kuku, bronki, atau paru, kadang-kadang dapat menyebabkan septikemia,
endokarditis, atau meningitis .
Etiologi
Yang tersering sebagai penyebab adalah Candida albicans. Spesies patogenik yang
lainnya adalah C. tropicalis C. parapsilosis, C. guilliermondii C. krusei, C.
pseudotropicalis, C. lusitaneae.
Gejala
Kandidiasis dapat menyerang kulit, kuku, mulut dan vagina dengan gejala yang
berbeda-beda.
1. Kandidiasis yang menyerang kulit dapat menimbulkan gejala seperti gatal yang
hebat disertai panas seperti terbakar dan terkadang nyeri jika ada infeksi sekunder.
2. Kandidiasis yang menyerang kuku menimbulkan sedikit rasa gatal dan nyeri jika
ada infeksi sekunder. Kuku berwarna hitam cokelat, menebal dan tidak bercahaya
biasanya menyerang mulai dari pangkal kuku. Di sekitar pangkal kuku terdapat
glembung-glembung berisi cairan dan kulit menjadi bersisik.
3. Kandidiasis yang menyerang daerah mulut di tandai adanya bercak-bercak putih
seperti membran pada mukosa mulut dan lidah.
4. Kandidiasis yang menyerang vagina menimbulkan gejala-gejala seperti bercak-
bercak putih di atas mukosa mulai dari leher rahim sampai vagina. Selain itu adanya
5 | s k i l l l a b k e l o m p o k F 2 0 1 1
cairan putih kekuningan yang disertai dengan semacam butiran tepung kadang-
kadang sperti susu pecah. Keluhan biasanya berupa rasa gatal.
4. MOUTH ULCERS
Definisi
Stomatitis Aphtous Reccurent atau yang di kalangan awam disebut sariawan
adalah luka yang terbatas pada jaringan lunak rongga mulut. Istilah recurrent
digunakan karena memang lesi ini biasanya hilang timbul. Luka ini bukan infeksi,
dan biasanya timbul soliter atau di beberapa bagian di rongga mulut seperti pipi, di
sekitar bibir, lidah, atau mungkin juga terjadi di tenggorokan dan langit-langit mulut.
Penyebab
Hingga kini, penyebab dari sariawan ini belum dipastikan, tetapi ada faktor-
faktor yang diduga kuat menjadi pemicu atau pencetusnya. Beberapa diantaranya
adalah:
Trauma pada jaringan lunak mulut (selain gigi), misal tergigit, atau ada gigi yang
posisinya di luar lengkung rahang yang normal sehingga menyebabkan jaringan
lunak selalu tergesek/tergigit pada saat makan/mengunyah.
Kekurangan nutrisi, terutama vitamin B12, asam folat dan zat besi.
Stress
Gangguan hormonal, seperti pada saat wanita akan memasuki masa menstruasi di
mana terjadi perubahan hormonal sehingga lebih rentan terhadap iritasi.
Gangguan autoimun / kekebalan tubuh, pada beberapa kasus penderita memiliki
respon imun yang abnormal terhadap jaringan mukosanya sendiri.
Penggunaan gigi tiruan yang tidak pas atau ada bagian dari gigi tiruan yang
mengiritasi jaringan lunak.
Pada beberapa orang, sariawan dapat disebabkan karena hipersensitivitas
terhadap rangsangan antigenik tertentu terutama makanan.
6 | s k i l l l a b k e l o m p o k F 2 0 1 1
Ada juga teori yang menyebutkan bahwa penyebab utama dari SAR adalah
keturunan. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa anak-anak yang orang
tuanya menderita SAR lebih rentan untuk mengalami SAR juga.
Gejala
Gbr. Ulser SAR yang khas, dengan tepi kemerahan dan
putih daerah berwarna putih kekuningan ditengahnya.
Awalnya timbul rasa sedikit gatal atau seperti terbakar pada 1-2 hari di
daerah yang akan menjadi sariawan. Rasa ini timbul sebelum luka dapat terlihat di
rongga mulut. Sariawan dimulai dengan adanya luka seperti melepuh di jaringan
mulut yang terkena berbentuk bulat atau oval. Setelah beberapa hari, luka seperti
melepuh tersebut pecah dan menjadi berwarna putih di tengahnya, dibatasi dengan
daerah kemerahan. Bila berkontak dengan makanan dengan rasa yang tajam seperti
pedas atau asam, daerah ini akan terasa sakit dan perih, dan aliran saliva (air liur)
menjadi meningkat. Berdasarkan ciri khasnya secara klinis, SAR dapat digolongkan
menjadi ulser minor, ulser mayor, dan ulser hepetiform.
Ulser minor adalah yang paling sering dijumpai, dan biasanya berdiameter
kurang dari 1 cm dan sembuh tanpa menimbulkan jaringan parut. Bentuknya bulat,
berbatas jelas, dan biasanya dikelilingi oleh daerah yang sedikit kemerahan. Lesi
biasanya hilang setelah 7-10 hari. Ulser mayor biasanya berdiameter lebih dari 1 cm,
bulat dan juga berbatas jelas. Tipe ini membutuhkan waktu yang lebih lama untuk
sembuh, dan dapat menimbulkan jaringan parut setelah sembuh. Ulser herpetiform
7 | s k i l l l a b k e l o m p o k F 2 0 1 1
adalah yang paling jarang terjadi dan biasanya merupakan lesi berkelompok dan
terdiri dari ulser berukuran kecil dengan jumlah banyak.
Pemeriksaan
Selain pemeriksaan visual, pemeriksaan laboratoris diindikasikan bagi pasien
yang menderita SAR di atasi usia 25 tahun dengan tipe mayor yang selalu hilang
timbul, atau bila sariawan tidak kunjung sembuh, atau bila ada gejala dan keluhan
lain yang berkaitan dengan faktor pemicu.
5. GLOSSITIS
Definisi Glossitis adalah peradangan atau infeksi pada lidah.
Gejala
Tampilannya halus lidah
Pembengkakan lidah
Sakit dan lidah tender
Warna lidah menjadi pucat jika olehanemia pernisiosa dan merah jika oleh
kekurangan vitamin B
kesulitan saat menelan, berbicara atau mengunyah
bercak putih
Pemeriksaan
pemeriksaan patch pembengkaan
tes darah
ESOPHAGUS
1.ESOPHAGEAL ATRESIA
Definisi
8 | s k i l l l a b k e l o m p o k F 2 0 1 1
Atresia Esofagus adalah esofagus (kerongkongan) yang tidak terbentuk
secara sempurna. Pada atresi esofagus, kerongkongan menyempit atau buntu, tidak
tersambung dengan lambung sebagaimana mestinya. Kebanyakan bayi yang
menderita atresia esofagus juga memiliki fistula trakeoesofageal (suatu hubungan
abnormal antara kerongkongan dan trakea/pipa udara).
Gejala
Gejalanya bisa berupa:
- mengeluarkan ludah yang sangat banyak
- terbatuk atau tersedak setelah berusaha untuk menelan
- tidak mau menyusu
- sianosis (kulitnya kebiruan).
- Adanya fistula menyebabkan ludah bisa masuk ke dalam paru-paru sehingga
terdapat resiko terjadinya pneumonia aspirasi.
Diagnosa
Diagnosis dari atresia esofagus / fistula trakheoesofagus bisa ditegakkan
sebelum bayi lahir. Salah satu tanda awal dari atresia esofagus diketahui dari
pemeriksaan USG prenatal yaitu polihidramnion, dimana terdapat jumlah cairan
amnion yang sangat banyak. Tanda ini bukanlah diagnosa pasti tetapi jika ditemukan
harus dipikirkan kemungkinan atresia esofagus. Diagnosa Atresia Esofagus dicurigai
pada masa prenatal dengan penemuan gelembung perut (bubble stomach) yang kecil
atau tidak ada pada USG setelah kehamilan 18 minggu.
Bayi baru lahir yang dicurigai menderita atresia esofagus/ fistula
trakheoesofagus sebaiknya dilakuan pemeriksaan rontgen. Gambarannya berupa
dilatasi dari kantong esofagus, karena adanya penumpukan cairan amnion saat
prenatal.
Selama perkembangan janin membesarnya esofagus menyebabkan
penekanan dan penyempitan dari trakhea. Kondisi ini bisa menyebabkan terjadinya
9 | s k i l l l a b k e l o m p o k F 2 0 1 1
fistula. Adanya udara pada pada lambung memastikan adanya fistula sedangkan
adnya gas pada usus besar menyingkirkan adanya atresia duodenum.
Pemeriksaan fisik :
Dengan cara memasukkan pipa/kateter dari mulut. Pada atresia esophagus pipa tidak
akan masuk ke dalam gaster melainkan akan berhenti 7,5-10 cm dari bibir.
Pemeriksaan Penunjang :
1. Pemeriksaan radiologi barium
Pemeriksaan ini menggunakan barium sulfat dalam cairan atau suspensi krim yang
ditelan. Mekanisme menelan dapat terlihat dengan flouroskopi atau perekaman
gambar bergerak (sineradiografi) dari pemeriksaan ini dapat dilihat arah gerakan
makanan, apakah menuju gaster atau trachea.
2. Pemeriksaan foto thoraks
Dengan memasukkan pipa radioopak atau larutan kontras lipiodol ke dalam
esophagus. Hal ini dapat dilihat gerakan atau alur dari pipa tersebut apakah lurus
kebawah atau melengkung ke anterior. Pemeriksaan ini dilakukan pada posisi bayi
yangsetengahduduk
2. ACHALASIA
Definisi
Akalasia merupakan keadaan yang ditandai dengan tidak adanya gerak peristaltik
korpus esophagus bagian bawah dan sfingter esophagus bagian bawah (SEB) yang
hipertonik sehingga tidak bisa mengadakan relaksasi secara sempurna pada waktu
menelan makanan. Secara histopatologik kelainan ini ditandai oleh degenerasi
ganglia pleksus mienterikus.
Etiologi
10 | s k i l l l a b k e l o m p o k F 2 0 1 1
Berdasarkan etiologi, akalasia dibagi menjadi 2 yaitu :
- Akalasia Primer
Penyebab jelasnya belum diketahui, diduga disebabkan oleh virus neurotropik yang
berakibat lesi pada nucleus dorsalis vagus pada batang otak dan ganglia mienterikus
pada esophagus. Selain itu faktor keturunan juga berpengaruh.
- Akalasia Sekunder
Kelainan ini disebabkan oleh infeksi. Kemungkinan lain disebabkan oleh obat
antikolinergik atau paska vagotomi.
Perbandingan gambaran klinis Akalasia primer dan Sekunder :
Gejala Akalasia
Primer Sekunder
Disfagi Ringan s/d berat
(>1th)
Sedang s/d berat
(n>1th)
Nyeri dada Ringan sampai sedang Jarang
Berat badan turun Ringan (5 kg) Berat (15 kg)
Regurgitasi Ringan s/d berat Ringan
Komplikasi paru Sedang Jarang
Patofisologi
Secara umum, esofagus dibagi 3 bagian fungsional yaitu sfingter esofagus bagian
atas yang biasanya selalu tertutup untuk mencegah refluks makanan dari korpus
esofagus-tenggorokan. Bagian kedua yang terbesar adalah korpus esofagus yang
berupa tabung muskularis dengan panjang sekitar 20 cm (8 inchi), sedangkan bagian
terakhir adalah sfingter esofagus bagian bawah yang mencegah refluks makanan dan
asam lambung dari gaster ke korpus esofagus.
Manifestasi Klinis
11 | s k i l l l a b k e l o m p o k F 2 0 1 1
- Disfagi
Didapatkan pada 90% kasus, baik untuk makanan padat maupun cair. Letak
obstruksi biasanya dirasakan pada retrosternal bagian bawah.
- Regurgitasi
Pada 70% kasus, regurgitasi berhubungan pada posisi pasien dan sering terjadi pada
malam hari oleh karena adanya akumulasi makanan pada esophagus yang melebar,
hal ini dihubungkan dengan posisi berbaring, sebagai tanda regurgitasi berasal dari
esophagus adalah pasien tidak merasa asam atau pahit. Pada anak-anak gejala batuk
pada malam hari atau adanya pneumonia.
- Penurunan berat badan
- Nyeri dada
Sifat nyeri lokasinya substernal dan dapat menjalar kebelakang, bahu, rahang dan
tangan yang biasanya dirasakan bila minum air dingin
Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik tidak banyak membantu dalam mendiagnosis akalasia, karena
tidak menunjukkan gejala obyektif yang nyata. Mungkin ditemukan adanya
penurunan berat, kadang disertai anemia defisiensi.
Pemeriksaan Penunjang
- Pemeriksaan radiologis fotot polos menunjukan gambar kontur ganda di atas
mediastinum bagian kanan seperti mediastinum melebar dan adanya batas
cairan udara .keadaan ini di dapat pada stadium lanjut.Pada pemeriksaan
flouroskopi tidak tampak tampak adanya kontraksi esophagus.Pada
pemeriksaan radiologis dengan barium pada akalasia berat akan terlihat
adanya dilatasi esophagus
- Pemeriksaan endoskopi dengan bentuk kumbah esophagus dengan kanul
besar.Tujuanya membersihkan makanan padat atau cair yang terdapat pada
12 | s k i l l l a b k e l o m p o k F 2 0 1 1
esophagus,meskipun sudah dipuasakan dalam waktu yang cukup
lama.Seperti sigmoid,endoskopi agak sukar penilaianya karena banyak
lengkungan dan belokan.Kadang-kadan didapat hyperemia ringan difus pada
bagian distal esophagus.Juga dapat ditemukan gambaran bercak putih pada
mukosa,erosi dan ulkus akibat retensi makanan.
- Biopsi harus dilakukan bila didapatkan gambaran tidak normal pada kardia
terutama pada pasien diatas umur 50 tahun dengan gejala yang cepat
berkembang dalam waktu pendek.
- Pemeriksaan Manometrik esophagus, karakteristiknya :
o Tonus SEB tinggi
o Relaksasi sfingter tidak sempurna waktu menelan
o Tidak adanya peristaltik esophagus
o Tekanan korpus esophagus pada keadaan istirahat lebih tinggi dari tekanan gaster
Terapi :
Medikamentosa oral
- pertama dengan pemberian amil nitrat pada waktu pemeriksaan esofagogram yang
akan berakibat relaksasi pada daerah kardia
- isosorbid dinitrat dan antagonis kalsium Nifedipin 10-20 mg per oral dapat
menurunkan tekanan SEB dan meningkatkan pengosongan esophagus
- pemakaian preparat sublingual 15-30 nenit sebelum makan memberikan hasil yang
lebih baik
Dilatasi / peregangan SEB
- cara yang sederhana dengan businasi hurst, yang terbuat dari bahan karet yang
berisi air raksa dalam satuan ukuran F (french) mempunyai 4 jenis ukuran
13 | s k i l l l a b k e l o m p o k F 2 0 1 1
- Dilatasi pneumatik
Pasien dipuasakan sejak malam hari dan keesokan harinya dilakukan pemasangan
dengan panduan fluoroskopi. Posisi balon setengah berada diatas hiatus
diafragmatika dan setengah lagi dalam gaster, balon dikembangkan secara maksimal
secepat mangkin agar pengembangan SEB seoptimal mungkin,selama 60 detik
setelah itu dikempiskan,selanjutnya setelah 60 detik balon itu dikembangkan
kembali. Tanda-tanda pengobatan berhasil bila pasien merasakan nyeri bila balon
ditiup dan segera minghilang bila bolon dikempiskan. Bila nyeri menetap,
kemungkinan adanya perforasi.
Esofagomiotomi dianjurkan bila terdapat:
- lebih dari 2 kali dilatasi pneumatik tidak berhasil
3. CORROSIVE LESIONS OF ESOPHAGUS
Definisi
Esofagitis Korosif ialah peradangan di esofagus yang disebabkan oleh luka
bakar karena zat kimia yang bersifat korosif misalnya asam kuat, basa kuat dan zat
organik. Zat kimia yang tertelan dapat bersifat toksik atau korosif. Zat kimia yang
bersifat korosif akan menimbulkan kerusakan pada saluran yang dilaluinya,
sedangkan zat kimia yang bersifat toksik hanya menimbulkan gejala keracunan bila
telah diserap oleh darah.
14 | s k i l l l a b k e l o m p o k F 2 0 1 1
Esofagitis korosif adalah kerusakan esofagus yang terdiri dari kerusakan
epitel mukosa saja sampai kerusakan seluruh dinding esofagus karena bahan kimia
yang termakan atau terminum.
Etiologi
Bahan kimia asam atau basa kuat merupakan bahan yang sering
menyebabkan terjadinya esofagitis korosif. Basa kuat (alkali) merupakan penyebab
tersering (70%) diantaranya sodium hidroksi, pottasium hidroksi dan ammonium
hidroksi. Basa kuat menyebabkan terjadinya nekrosis mencair (liquifactum necrosis).
Penyebab esofagitis 20% nya adalah asam kuat yang bila tertelan akan
menyebabkan nekrosis menggumpal (coagulation necrosis). Bahan- bahan tersebut
diantaranya hidroklorida, sulfur, oksalat, dan asam nitrat.
Zat organik misalnya lisol dan karbol biasanya tidak menyebabkan kelainan
yang hebat, hanya terjadi edema di mukosa atau submukosa. Asam kuat
menyebabkan kerusakan pada lambung lebih berat dibandingkan dengan kerusakan
di esofagus, sedangkan basa kuat menimbulkan kerusakan di esofagus lebih berat
dari pada lambung.
Epidemiologi
Angka kejadian esofagitis korosif tertelan asam kuat, basa kuat, cairan
pemutih masih jarang ditemukan maupun dilaporkan di Indonesia. Berbeda halnya di
Afrika, di Nigeria misalnya dilaporkan antara tahun 1986 s/d 1991 (5 tahun) 73
kasus striktur esofagus karena bahan korosif, yang pada umumnya terjadi pada orang
dewasa yang ingin bunuh diri. Anak di bawah 5 tahun dilaporkan sering tertelan zat
yang bersifat korosif akibat ketidaksengajaan dan kelalaian. Sedangkan pada remaja
dan dewasa dilaporkan kasus cukup sering pada remaja sebagai percobaan bunuh
diri. Tidak ada perbedaan jenis kelamin dan ras yang mempengaruhi terjadinya
esofagitis korosif.
15 | s k i l l l a b k e l o m p o k F 2 0 1 1
Patofisiologi
Zat-zat korosif yang tertelan tersebut menyebabkan cedera akut serta kronis.
Pada fase akut, derajat dan perluasan lesi tegantung pada beberapa faktor diantaranya
sifat zat-zat kaustik, konsentrasinya, jumlah yang tertelan dan waktu kontak zat
dengan jaringan. Asam dan alkali mempengaruhi jaringan dengan cara yang berbeda.
Alkali menguraikan jaringan sehingga penetrasinya lebih dalam yang menyebabkan
terjadinya nekrosis mencair (liquifactum necrosis) secara histologik dinding
esofagus sampai lapisan otot seolah-olah mencair. Asam menyebabkan nekrosis
koagulasi yang membatasi penetrasinya, secara histologik dinding esofagus sampai
lapisan otot seolah-olah menggumpal.
Uji coba pada binatang memperlihatkan bahwa terdapat korelasi antara
dalamnya lesi dengan konsentrasi larutan sodium hidroksida. Sodium hidroksida 3,8
% yang kontak dengan jaringan selama 10 detik, menyebabkan nekrosis mukosa dan
submukosa tapi belum mengenai lapisan otot, sedangkan konsentrasi 22,5 %
mengakibatkan terjadinya penetrasi seluruh dinding esofagus dan kedalaman
jaringan periesofagus. Kekuatan kontraksi esofagus bervariasi menurut area
esofagus, yang melemah pada bagian otot halus-lurik (tengah esofagus) sehingga
pembersihan di daerah ini dapat lebih lambat dan zat kaustik dapat melakukan
kontak dengan mukosa lebih lama. Hal inilah yang menjelaskan mengapa esofagus
lebih sering terkena dan berpengaruh lebih berat di bagian ini daripada bagian yang
lebih bawah.
Pada pemeriksaan histologis dapat memperlihatkan infiltrasi sel
polimorfonuklear, thrombosis pembuluh darah, jaringan granulasi invasi bakteri pada
luka bakar derajat 2 dan 3, jaringan fibrosa, deposisi kolagen, dan striktur dapat
terbentuk.
Lesi yang disebabkan oleh larutan alkali terjadi dalam 3 fase, yaitu fase
nekrosis akut, fase ulserasi dan granulasi dan fase pembentukan jaringan parut. Fase
nekrosis akut berlangsung 1-4 hari setelah kontak. Selama periode ini, koagulasi
protein-protein intraselular menyebabkan nekrosis sel dan jaringan sekitarnya
mengalami peradangan hebat. Fase ulserasi dan granulasi di mulai 3-5 hari setelah
16 | s k i l l l a b k e l o m p o k F 2 0 1 1
kontak. Selama periode ini jaringan nekrosis superfisial mengelupas, meninggalkan
dasar berulkus yang mengalami peradangan akut serta jaringan bergranulasi yang
mengisi defek yang ditinggalkan oleh mukosa yang terlepas. Fase ini berlangsung
10-12 hari dan pada periode ini esofagus berada dalam keadaan yang paling rentan.
Fase yang terakhir adalah fase pembentukan jaringan parut (sikatrik) yang di mulai
pada minggu ke tiga setelah kontak dengan agen korosif. Jaringan parut yang
terbentuk sebelumnya mulai berkontraksi menyebabkan penyempitan esofagus.
Terjadinya perlengketan antara area-area granulasi menyebabkan terbentuknya
striktur. Selama periode inilah hendaknya dilakukan usaha untuk mengurangi
pembentukan striktur.
Gambaran Klinis
Keluhan dan gejala yang timbul akibat tertelan zat korosif tergntung pada
jenis zat korosif, konsentrasi zat korosif, jumlah zat korosif, lamanya kontak dengan
dinding esofagus, sengaja diminum atau tidak dan dimuntahkan atau tidak.
Secara umum keluhan dan gejala yang dapat ditemukan diantaranya nyeri
didalam mulut dan regio substernal, hipersaliva, nyeri saat menelan, dan disfagia.
Sedangkan demam dan perdarahan dapat terjadi serta sering diiringi dengan muntah.
Esofagitis korosif dibagi dalam 5 bentuk klinis berdasarkan beratnya luka
bakar yang ditemukan yaitu:
1. Esofagitis korosif tanpa ulserasi
Pasien mengalami gangguan menelan yang ringan. Pada esofagoskopi
tampak mukosa hiperemis tanpa disertai ulserasi.
2. Esofagitis korosif dengan ulserasi ringan
Pasien mengeluh disfagia ringan, pada esofagoskopi tampak ulkus yang tidak
dalam yang mengenai mukosa esofagus saja.
17 | s k i l l l a b k e l o m p o k F 2 0 1 1
3. Esofagitis korosif ulserasif sedang
Ulkus sudah mengenai lapisan otot. Biasanya ditemukan satu ulkus atau lebih
(multiple).
4. Esofagitis kororsif ulseratif berat tanpa komplikasi
Terdapat pengelupasan mukosa serta nekrosis yang letaknya dalam, dan telah
mengenai seluruh lapisan esofagus. Keadaan ini jika dibiarkan akan menimbulkan
striktur esofagus.
5. Esofagitis korosif ulseratif berat dengan komplikasi
Terdapat perforasi esofagus yang dapat menimbulkan mediastinitis dan
peritonitis. Kadang-kadang ditemukan tanda-tanda obstruksi jalan nafas atas dan
gangguan keseimbangan asam dan basa.
Berdasarkan gejala klinis dan perjalanan penyakitnya esofagitis korosif
dibagi dalam 3 fase yaitu akut, fase laten (intermediate) dan fase krronik
(obstructive).
a.Fase Akut
Keadaan ini berlangsung 1-3 hari. Pada pemeriksaan fisik ditemukan luka
bakar di daerah mulut, bibir, faring dan kadang-kadang disertai perdarahan. Gejala
yang ditemukan pada pasien adalah disfagia yang hebat, odinofagia serta suhu badan
yang meningkat. Gejala klinis akibat tertelan zat organik dapat berupa perasaan
terbakar di saluran cerna bagian atas, mual, muntah, erosi pada mukosa, kejang otot,
kegagalan sirkulasi dan pernapasan.
b.Fase Laten (intermediate)
Berlangsung selama 2-6 minggu. Pada fase ini keluhan pasien berkurang,
suhu badan menurun. Psien merasa ia telah sembuh, sudah dapat menelan dengan
baik akan tetapi prosesnya sebetulnya masih berjalan terus dengan membentuk
jaringan parut (sikatriks).
18 | s k i l l l a b k e l o m p o k F 2 0 1 1
c.Fase Kronis (obstructive)
Setelah 1-3 tahun akan terjadi disfagia lagi oleh karena telah terbentuk
jaringan parut, sehingga terjadi striktur esofagus.
Diagnosis
Diagnosis ditegakkan dari adanya riwayat tertelan zat korosif atau zat
organik, gejala klinis, pemeriksaan fisik, pemeriksaan radiologik, pemeriksaan
laboratorium dan pemeriksaan esofagoskopi.
1. Anamnesis
Adanya riwayat tertelan zat korosif atau zat organik merupakan salah satu
faktor utama ditegakkannya diagnosis esofagitis korosif. Keluhan dan gejala yang
biasanya dikeluhkan oleh penderita diantaranya nyeri didalam mulut dan regio
substernal, hipersaliva, nyeri saat menelan, dan disfagia. Sedangkan demam dan
perdarahan dapat terjadi serta sering diiringi dengan muntah.
2. Pemeriksaan Fisik
Pada pemeriksaan fisik tidak banyak yang ditemukan, kecuali kerusakan di
mukosa mulut berupa bercak keputihan, udema dan luka.
3. Pemeriksaan Penunjang
a. Pemeriksaan Laboratorium
Peranan pemeriksaan laboratorium sangat sedikit, kecuali bila terdapat tanda-
tanda gangguan elektrolit, diperlukan pemeriksaan elektrolit darah.
b. Pemeriksaan Radiologi
- Foto Thorax Postero-Anterior dan Lateral, untuk mendeteksi adanya mediastinitis
atau aspirasi pneumonia.
19 | s k i l l l a b k e l o m p o k F 2 0 1 1
- Esofagogram (rontgen esofagus dengan kontras barium), pemeriksaan
esofagogram tidak banyak menunjukkan kelainan pada stadium akut. Bila dicurigai
adanya perforasi akut esofagus atau lambung serta ruptur esofagus akibat trauma
tindakan, esofagogram perlu dibuat. Esofagogram perlu dilakukan setelah minggu
kedua untuk melihat ada tidaknya striktur esofagus dan dapat diulang setelah 2 bulan
untuk evaluasi.
Striktur esofagus pada pemeriksaan esofagogram
Tampak gambaran mediastinitis dengan pemeriksaan esofagogram
20 | s k i l l l a b k e l o m p o k F 2 0 1 1
c. Pemeriksaan Esofagoskopi
Esofagoskopi diperlukan untuk melihat adanya luka bakar di esofagus. Pada
esofagoskopi akan tampak mukosa yang hiperemis, edema dan kadang-kadang
ditemukan ulkus. Esofagoskopi biasanya dilakukan pada hari ke tiga setelah kejadian
atau bila luka bakar di bibir, mulut dan faring sudah tenang. Berikut derajat
esofagitis korosif yang dilihat dari esofagoskopi:
Tabel 1. Derajat esofagitis korosif yang dilihat dengan esofagoskopi
Derajat Klinis
I Hiperemia mukosa dan udema
II Perdarahan terbatas, eksudat, ulserasi dan pseudomembran
III Pengelupasan mukosa, ulkus dalam dan perdarahan masif, obstruksi
lumen
Esofagitis korosif
21 | s k i l l l a b k e l o m p o k F 2 0 1 1
Ulserasi di daerah esophagus
Perdarahan pada esofagus karena penggunaan alkohol yang lama
Ulkus dan erosi pada esophagus
22 | s k i l l l a b k e l o m p o k F 2 0 1 1
Striktur pada distal esophagus
Penatalaksanaan
Terapi pada esofagitis korosif berusaha untuk mengatasi dampak cedera dini
maupun lanjutan. Terapi segera adalah dengan membatasi luka bakar dengan
menelan zat penetralisir dalam 1 jam pertama. Larutan alkali dapat dinetralkan
dengan cuka, jus lemon, atau jeruk. Sedangkan zat asam dapat dinetralkan dengan
susu, putih telur, atau antasida. Zat-zat emetik dikontraindikasikan karena vomitus
dapat menambah kontak zat kaustik dengan esofagus dan dapat berperan terjadinya
perforasi jika terlalu kuat. Hipovolumia di koreksi dan diberikan antibiotikaa
spektrum luas untuk mencegah komplikasi infeksius. Jika terdapat gangguan
keseimbangan elektrolit diberikan infus aminofusin 600 2 botol, glukosa 10% 2
botol, Nacl 0,9% + Kcl 5 Meq/liter 1 botol. Jika diperlukan, selang makan melalui
jejunostomi dapat dimasukkan untuk memberikan nutrisi. Pemberian makan melalui
oral dapat dimulai saat disfagia dari fase awal telah berkurang.
Untuk mencegah infeksi diberikan antibiotik selama 2-3 minggu atau 5 hari
bebas demam. Biasanya diberikan penisilin dosis tinggi 1 juta - 1,2 juta unit/hari.
Pemberian kortikosteroid untuk mengurangi inflamasi, edema, dan mencegah
terjadinya pembentukan fibrosis yang berlebihan. Kortikosteroid harus diberikan
sejak hari ke pertama dengan dosis 200-300 mg sampai hari ke tiga. Setelah itu dosis
diturunkan perlahan-lahan tiap 2 hari (tapering off). Dosis yang dipertahankan
23 | s k i l l l a b k e l o m p o k F 2 0 1 1
(maintenance dose) adalah 2x50 mg/hari. Analgetik diberikan untuk mengurangi
rasa nyeri. Morfin dapat diberikan, jika pasien merasa sangat kesakitan.
Perluasan nekrosis di esofagus sering memicu perforasi dan paling baik jika
dilakukan reseksi. Jika terdapat perluasan yang melibatkan gaster, esofagus hampir
selalu mengalami nekrosis atau mengalami luka bakar berat sehingga diperlukan
gastrektomi total serta esofagektomi sub total. Adanya udara di dinding esofagus
merupakan tanda nekrosis otot dan perkiraan terjadinya perforasi sehingga perlu
dilakukan esofagektomi. Penggunaan stent esofagus intraluminal dapat dilakukan
pada pasien yang saat di operasi tidak terdapat bukti perluasan nekrosis
esofagogastrika. Pada pasien seperti ini, biopsi dinding gaster posterior hendaknya
dilakukan untuk menyingkirkan cedera tersembunyi. Apabila secara histologis
diragukan, dilakukan pemeriksaan kedua setelah 36 jam. Jika stent dimasukkan,
posisi stent tetap dipertahankan selama 21 hari dan di lepas setelah diyakinkan
dengan esofagogram barium. Esofagoskopi hendaknya dilakukan dan jika terdapat
striktur, segera dilakukan dilatasi.
Pemeriksaan esofagoskopi tidak boleh dipaksa bila terdapat ulkus karena
ditakutkan terjadi perforasi. Pada keadaan demikian sebaiknya dipasang pipa hidung
lambung (pipa naso gaster) dengan hati-hati dan terus menerus selama 6 minggu.
Setelah 6 minggu esofagoskopi di ulang kembali. Pada fase kronik biasanya sudah
terdapat striktur esofagus. Untuk ini dilakukan dilatasi dengan bantuan esofagoskop.
Dilatasi dilakukan sekali seminggu, bila keadaan pasien lebih baik dilakukan sekali 2
minggu. Setelah sebulan, sekali 3 bulan dan demikian seterusnya sampai pasien
dapat menelan makanan biasa. Jika selama 3 kali dilatasi hasilnya kurang
memuaskan sebaiknya dilakukan reseksi esofagus dan dibuat anastomosis ujung ke
ujung.
Setelah fase akut dilewati, lakukan pencegahan dan penatalaksanaan striktur.
Dilatasi antegrade dengaan bougi Hurst atau maloney dan dilatasi retrograde dengan
bougie Tucker telah memberikan hasil yang memuaskan. Pengalaman dengan
dilatasi dini yang dimulai saat fase akut pada 1079 paien memberikan hasil yang
24 | s k i l l l a b k e l o m p o k F 2 0 1 1
sempurna pada 78%, baik pada 13%, dan buruk pada 2%, dan 55 pasien meninggal
saat terapi. Sebagai perbandingan, pengalaman dengan 333 pasien yang strikturnya
dilatasi menunjukkan bahwa hanya 21% yang mempunyai hasil sempurna, 46% baik,
6% buruk, dan 3 meninggal saat proses korosif berlangsung. Lumen yang kuat
hendaknya dicapai kembali dalam waktu 6 bulan hingga 1 tahun. Bila selama
perjalanan terapi, lumen yang adekuat tidak dapat dicapai atau dipertahankan, harus
digunakan bougie yang lebih kecil, intervensi operatif diindikasikan bila terdapat :
1. Stenosis total dimana semua tindakan di atas telah gagal untuk membentuk
lumen
2. Irregulitas yang berarti dan pembentukan striktur pada pemeriksaan barium
3. Pembentukan reaksi periesofageal yang berat atau mediastinitis
4. Terdapat fistula
5. Ketidakmampuan berdilatasi
6. Pasien yang tidak mampu atau tidak mau menjalani perpanjangan periode
dilatasi.
Operasi rekonstruksi dan reseksi perlu dilakukan bila terdapat fistel stenosis
total, stenosis tidak teratur pada beberapa tempat atau dilatasi tidak dapat dilakukan
tanpa komplikasi perforasi. Saat ini, lambung, jejunum, dan kolon merupakan organ
yang digunakan untuk mengganti esofagus melalui rute mediastinum posterior
maupun rute retrosternal. Rute retrosternal dipilih ketika terdapat riwayat
esofagektomi sebelumnya atau bila terdapat fibrosis yang luas di mediastinum
posterior. Ketika semua faktor telah dipertimbangkan, pilihan lain sebagai pengganti
esofagus adalah kolon, lambung , ataupun jejunum. Graft jejunum bebas berdasarkan
arteri tiroid superior telah memberikan hasil yang sempurna. Metode yang dipilih
harus dipertimbangkan, kesalahan dalam memutuskan tindakan dan teknik operasi
dapat menyebabkan komplikasi serius bahkan fatal.
Hal yang penting dalam merencanakan operasi adalah pemilihan lokasi
anastomosis proksimal, apakah esofagus servikal, sinus piriformis, atau faring
25 | s k i l l l a b k e l o m p o k F 2 0 1 1
posterior. Lokasi anastomosis tergantung pada perluasan faring dan kerusakan
esofagus servikal yang ditemukan. Pada saat esofagus servikal hancur dan sinus
piriformis tetap terbuka, anastomosis dapat dilakukan di hipofaring. Ketika sinus
piriformis benar-benar mengalami stenosis, digunakan pendekatan transglotika untuk
melakukan anastomosis terhadap dinding orofaring posterior. Dapat dilakukan eksisi
striktura supraglotika dan elevasi serta pemiringan laring ke anterior. Pada kedua
keadaan ini pasien harus belajar menelan kembali, penyembuhannya yang lama serta
membutuhkan beberapa kali dilatasi dengan endoskopi dan sering dilakukan operasi
ulang.
Penatalaksanaan bypass esofagus yang rusak setelah terjadinya cedera masih
menimbulkan masalah. Bila esofagus masih dipertahankan untk menghindari
rusaknya nervus vagus, harus dipertimbangkan pembentukan ulserasi dari refluks
gastroesofageal atau pembentukan karsinoma. Namun, meninggalkan esofagus yang
rusak ditempatnya dapat menyebabkan obstruksi multiple dan selanjutnya
pembentukan abses mediastinum bertahun-tahun kemudian. Pada umumnya sebagian
besar ahli bedah menyarankan esofagus hendaknya diangkat kecuali terdapat resiko
operatif yang cukup tinggi.
Penggunaan segmen kolon untuk mengganti fungsi esofagus yang mengalami
striktur akibat zat korosif memberikan hasil yang baik. Penderita dapat menelan
makanan secara normal dan dapat melakukan pekerjaan sehari-hari secara normal
dalam waktu yang tidak terlalu lama. Penggunaan transposisi kolon merupakan
salah satu pilihan pembedahan untuk mengganti fungsi esofagus akibat striktur
esofagus yang tidak membaik secara konservatif.
4. ESOPHAGEAL VARICES
Varises esofagus adalah penyakit yang ditandai dengan pembesaran abnormal
pembuluh darah vena di esofagus bagian bawah. Esofagus adalah saluran yang
menghubungkan antara kerongkongan dan lambung.
26 | s k i l l l a b k e l o m p o k F 2 0 1 1
Varises esofagus terjadi jika aliran darah menuju hati terhalang. Aliran tersebut akan
mencari jalan lain, yaitu ke pembuluh darah di esofagus, lambung, atau rektum yang
lebih kecil dan lebih mudah pecah. Tidak imbangnya antara tekanan aliran darah
dengan kemampuan pembuluh darah mengakibatkan pembesaran pembuluh darah
(varises).
Varises esofagus biasanya tidak bergejala, kecuali jika sudah robek dan berdarah.
Beberapa gejala yang terjadi akibat perdarahan esofagus adalah :
Muntah darah
Tinja hitam seperti ter
Kencing menjadi sedikit
Sangat haus
Pusing
Syok
Varises esofagus biasanya merupakan komplikasi sirosis. Sirosis adalah penyakit
yang ditandai dengan pembentukan jaringan parut di hati. Penyebabnya antara lain
hepatitis B dan C, atau konsumsi alkohol dalam julah besar. Penyakit lain yang dapat
menyebabkan sirosis adalah tersumbatnya saluran empedu.
Beberapa keadaan lain yang juga dapat menyebabkan varises esofagus :
Gagal jantung kongestif yang parah.
Trombosis. Adanya bekuan darah di vena porta atau vena splenikus.
Sarkoidosis.
Schistomiasis.
Sindrom Budd-Chiari.
Komplikasi utama varises esofagus adalah perdarahan. Varises esofagus biasanya
rentan terjadi perdarahan ulang, terutama dalam 48 jam pertama. Kemungkinan
27 | s k i l l l a b k e l o m p o k F 2 0 1 1
terjadi perdarahan ulang juga meningkat pada penderita usia tua, gagal hati atau
ginjal, dan pada peminum alkohol.
Komplikasi varises esofagus adalah :
Syok hipovolemik.
Ensefalopati.
Infeksi, misalnya pneumonia aspirasi.
Tujuan pengobatan pada varises esofagus adalah mencegah atau mengatasi
perdarahan. Untuk itu biasanya digunakan obat untuk menurunkan tekanan darah
(beta bloker), termasuk tekanan darah di vena porta.
Perdarahan pada varises esofagus harus segera diatasi, jika tidak dapat terjadi
kematian. Hal yang dapat dilakukan untuk mengatasi perdarahan antara lain :
Ligasi varises, yaitu dengan mengikat pembuluh darah yang sedang berdarah
dengan pita elastis.
Terapi injeksi endoskopi, yaitu menyuntik pembuluh darah dengan larutan
tertentu agar pembuluh darah tersebut berhenti berdarah.
Pintasan portosistemik intrahepatik transjugularis.
Transplantasi hati.
5. REFLUX ESOPHAGITIS
Refluks isi lambung yg asimtomatik dan dengan frekuensi yg jarang
merupakan hal yang fisiologis. Refluks paling sering terjadi pada bayi, misalnya
memuntahkan susu. Biasanya perlu pengawasan pertumbuhan dan gejala menghilang
seiring dengan pematangan fungsi sfingter esophageal bawah. Kenaikan berat badan
28 | s k i l l l a b k e l o m p o k F 2 0 1 1
sub-optimal, masalah makanan, hematemesis atau anemia dan gejala pernapasan
simtomatik harus diwaspadai.
Pemeriksaan yg dilakukan di antaranya pemeriksaan pH esophagus dalam 24
jam dan endoskopi. Refluks paling sering ditemukan pada bayi dengan palsi serebral,
masalah perkembangan neurologis, bayi preterm dan anak dengan gangguan
pernapasan kronis.
Tatalaksananya meliputi pemeriksaan teknik pemberian makanan,
pengentalan susu, dan antacid.
DIAPHRAGMA
1.DIAPHRAGMATIC HERNIA
.definisi
Hernia adalah penonjolan gelung atau ruas organ atau jaringan melalui lubang
abnormal. Henia diafragmatika adalah sekat yang membatasi rongga dada dan
rongga perut. Hernia Diafragmatika adalah penonjolan organ perut ke dalam rongga
dada melalui suatu lubang pada diafragma. Akibat penonjolan viscera abdomen ke
dalam rongga thorax melalui suatu pintu pada diafragma. Terjadi bersamaan dengan
pembentukan sistem organ dalam rahim.
Pembagian Hernia diafragmatika :
a. Traumatica : hernia akuisita, akibat pukulan, tembakan, tusukan
b. Non-Traumatica
1) Kongenital
a) Hernia Bochdalek atau Pleuroperitoneal
Celah dibentuk pars lumbalis, pars costalis diafragma
29 | s k i l l l a b k e l o m p o k F 2 0 1 1
b) Hernia Morgagni atau Para sternalis
Celah dibentuk perlekatan diafragma pada costa dan sternum
2) Akuisita
Hernia Hiatus esophagus
Ditemukan pada 1 diantara 2200-5000 kelahiran dan 80-90% terjadi pada sisi tubuh
bagian kiri.
Penyebab Hernia Diafragmatika
Ditemukan pada 1 diantara 2200-5000 kelahiran dan 80-90% terjadi pada sisi tubuh
bagian kiri. Janin tumbuh di uterus ibu sebelum lahir, berbagai sistem organ
berkembang dan matur. Diafragma berkembang antara minggu ke-7 sampai 10
minggu kehamilan. Esofagus (saluran yang menghubungkan tenggorokan ke
abdomen), abdomen, dan usus juga berkembang pada minggu itu.
Pada hernia tipe Bockdalek, diafragma berkembang secara tidak wajar atau usus
mungkin terperangkap di rongga dada pada saat diafragma berkembang. Pada hernia
tipe Morgagni, otot yang seharusnya berkembang di tengah diafragma tidak
berkembang secara wajar.
Pada kedua kasus di atas perkembangan diafragma dan saluran pencernaan tidak
terjadi secara normal. Hernia difragmatika terjadi karena berbagai faktor, yang
berarti “banyak faktor” baik faktor genetik maupun lingkungan.
Patofisiologis Hernia Diafragmatika
Disebabkan oleh gangguan pembentukan diafragma. Diafragma dibentuk dari 3
unsur yaitu membrane pleuroperitonei, septum transversum dan pertumbuhan dari
tepi yang berasal dari otot-otot dinding dada. Gangguan pembentukan itu dapat
berupa kegagalan pembentukan seperti diafragma, gangguan fusi ketiga unsure dan
gangguan pembentukan seperti pembentukan otot. Pada gangguan pembentukan dan
30 | s k i l l l a b k e l o m p o k F 2 0 1 1
fusi akan terjadi lubang hernia, sedangkan pada gangguan pembentukan otot akan
menyebabkan diafragma tipis dan menimbulkan eventerasi.
Para ahli belum seluruhnya mengetahui faktor yang berperan dari penyebab hernia
diafragmatika, antara faktor lingkungan dan gen yang diturunkan orang tua.
Tanda dan Gejala Diafragmatika
Gejalanya berupa:
1. Retraksi sela iga dan substernal
2. Perut kecil dan cekung
3. Suara nafas tidak terdengar pada paru karena terdesak isi perut.
4. Bunyi jantung terdengar di daerah yang berlawanan karena terdorong oleh isi
perut.
5. Terdengar bising usus di daerah dada.
6. Gangguan pernafasan yang berat
7. Sianosis (warna kulit kebiruan akibat kekurangan oksigen)
8. Takipneu (laju pernafasan yang cepat)
9. Bentuk dinding dada kiri dan kanan tidak sama (asimetris)
10. Takikardia (denyut jantung yang cepat).
E. Komplikasi Henia Diafragmatika
Lambung, usus dan bahkan hati dan limpa menonjol melalui hernia. Jika hernianya
besar, biasanya paru-paru pada sisi hernia tidak berkembang secara sempurna.
Setelah lahir, bayi akan menangis dan bernafas sehingga usus segera terisi oleh
udara. Terbentuk massa yang mendorong jantung sehingga menekan paru-paru dan
terjadilah sindroma gawat pernafasan.
Sedangkan komplikasi yang mungkin terjadi pada penderita hernia diafragmatika
tipe Bockdalek antara lain 20 % mengalami kerusakan kongenital paru-paru dan 5 –
16 % mengalami kelainan kromosom.
31 | s k i l l l a b k e l o m p o k F 2 0 1 1
Penatalaksanaan Diafragmatika
a. Pemeriksaan fisik
1) Pada hernia diafragmatika dada tampak menonjol, tetapi gerakan nafas tidak nyata
2) Perut kempis dan menunjukkan gambaran scafoid
3) Pada hernia diafragmatika pulsasi apeks jantung bergeser sehingga kadang-
kadang terletak di hemitoraks kanan
4) Bila anak didudukkan dan diberi oksigen, maka sianosis akan berkurang
5) Gerakan dada pada saat bernafas tidak simetris
6) Tidak terdengar suara pernafasan pada sisi hernia
7) Bising usus terdengar di dada
b. Pemeriksaan penunjang
1) Foto thoraks akan memperlihatkan adanya bayangan usus di daerah toraks
2) Kadang-kadang diperlukan fluoroskopi untuk membedakan antara paralisis
diafragmatika dengan eventerasi (usus menonjol ke depan dari dalam abdomen)
Yang dapat dilakukan seorang bidan bila menemukan bayi baru lahir yang
mengalami hernia diafragmatika yaitu :
1. Berikan oksigen bila bayi tampak pucat atau biru.
2. Posisikan bayi semifowler atau fowler sebelum atau sesudah operasi agar
tekanan dari isi perut terhadap paru berkurang dan agar diafragma dapat bergerak
bebas.
3. Awasi bayi jangan sampai muntah, apabila hal tersebut terjadi, maka tegakkan
bayi agar tidak terjadi aspirasi.
4. Lakukan informed consent dan informed choice untuk rujuk bayi ke tempat
pelayanan yang lebih baik
2. HIATUS HERNIA
Definisi
32 | s k i l l l a b k e l o m p o k F 2 0 1 1
Suatu kelainan congenital dimana terjadi herniasi bagian lambung ke dalam dada
melalui hiatus esophagus diafragma.
Etiologi dan Patofisiologi
Karena merupakan suatu kelainan congenital maka penyebabnya terjadi dalam
masa embriogenik dimana saat itu esophagus gagal memanjang, terjadi pemisahan
crura diafragma dan melebarnya ruang antara crura otot dan dinding esofagus
sehingga lambung tertarik ke atas ke hiatus esophagus melalui diafragma.
Klasifikasi
1. Hernia hiatus direct (Sliding)
Pada jenis hernia hiatus ini perbatasan lambung-esophagus yang tergeser ke
dalam rongga toraks terutama bila penderita berada dalam posisi berbaring,
penonjolan lambung diatas diafragma menyebabkan dilatasi berbentuk
lonceng yang bagiian bawahnya dibatasi oleh penyempitan diafragma.
Kompetensi sfingter esophagus bagian distal dapat rusak dan menyebabkan
terjadinya refluks esophagus.
2. Hernia hiatus paraesofageal (Rolling)
Pada jenis hernia hiatus ini bagian fundus lambung menggulung melewati
hiatus dan perbatasan gastro-esophagus tetap berada di bawah diafragma.
Tidak dijumpai adanya insufisiensi mekanisme sfingter esophagus bagian
distal dan akibatnya tidak terjadi refluks esophagus. Penyulit utama hernia
paraesopgageal adalah strangulasi.
33 | s k i l l l a b k e l o m p o k F 2 0 1 1
Manifestasi klinis
Tergantung dari jenis hernia hiatus yang terjadi, bila Sliding akan terjadi refluks
esophagus dengan keluhan utama berupa heartburn ( nyeri seperti terbakar di
retrosternal), kadang-kadang juga disertai regurgitasi cairan asam. Tapi pada jenis
rolling tidak terjadi refluks esophagus.
Diagnosis
Anamnesis
Perlu ditanya apakah terrjadi refluks esophagus, karena keadaan ini bisa
menyebabkan terjadinya hal-hal yang serius yaitu esofagitis disertai tukak
dan striktur, asma dan pneumonia aspirasi.
Pemeriksaan
Pemeriksaan penunjang yang biasa dilakukan adalah radiogram atau
endoskopi. Selain itu, pemantauan PH esophagus secara terus-menerus
menggunakan PH meter kecil akan sangat bermanfaat dalam menunjukkan
refluks dan mengaikan refluks tersebut dengan gejala yang timbul.
Penatalaksanaan
Pengobatan hernia hiatus sliding terutama ditujukan untuk mencegah refluks,
menetralkan bahan refluks, dan melindungi mukosa esophagus. Pasien dianjurkan
untuk makan akanan dalam jumlah sedikit tetapi dengan frekuensi yang sering dan
ditambah dengan antacid. Obat penghambat H2 (ranitidine) dan obat protektif
(sukralfat) dapat membantu. Bila penderita memiliki berat badan yang berlebihan
maka dianjurkan untuk mengurangi berat badannya. Obat penghambat saluran
kalsium dan antikolinergik tidak boleh diberikan karena akan menghambat
pengosongan lambung dan relaksasi esophagus bagian distal. Metoklopramid dapat
digunakan untuk meningkatkan tonus esophagus bagian distal. Omeprazol (menekan
sekresi asam labung) dapat digunakan pada pasien yang resisten. Pasien sebaiknya
menghindari gerakan embungkuk terutama setelah makan. Bagian kepala tepat tidur
sebaiknya selalu lebih tinggi sewaktu pasien tidur untuk mencegah refluks.
34 | s k i l l l a b k e l o m p o k F 2 0 1 1
Pembedahan diindikasikan apabila pengobatan tidak member hasil dan terdapat
bukti-bukti menetapnya esofagitis refluks atau pembentukan striktur.
ABDOMINAL WALL AND HERNIA
1. FEMORAL, EPIGASTRIC AND INGUINAL HERNIA, DIRECT AND
INDIRECT
Gejala
1. Hernia Inguinalis (hernia yang terjadi di region inguinalis)
Terdapat benjolan di lipat paha yang muncul sewaktu berdiri, batuk,
bersin, atau mengedan dan hilang saat berbaring
35 | s k i l l l a b k e l o m p o k F 2 0 1 1
Dapat dijumpai nyeri (biasanya di daerah epigastrium atau
paraumbilicalis yang berupa nyeri visceral)
Nyeri dapat juga disertai mual muntah jika terjadi inkaeserasi
2. Hernia Femoralis (penonjolan kantong peritoneum di bawah ligamentum
inguinale di antara ligamentum lakunare di medial dan vena femoralis di
lateral)
Ada benjolan pada lipat paha yang muncul terutama saat melakukan
kegiatan yang menaikkan tekanan intraabdomen
Pasien juga dapat mengeluh nyeri tanpa pembengkakan yang dapat
dipalpasi dalam lipat paha
3. Hernia Epigastrium (tonjolan kecil pada garis tengah yang terjadi melalui
lubang defek pada linea alba)
Hernia keluar melalui defek di linea alba antara umbilicus dan
prosessus xifoideus.
Isi terdiri atas penonjolan jaringan lemak preperitoneal dengan atau
tanpa kantong peritoneum
Pemeriksaan Fisik
1. Inspeksi
Hernia inguinalis medialis
(hernia inguinalis direk)
Tonjolan biasanya bilateral, bila mengejan
keluar, bentuknya bulat, jarang terjadi
inkarserata
Hernia inguinalis lateralis
(hernia inguinalis indirek)
Benjolan berada di regio inguinalis dari lateral
ke medial, keluar bila mengejan, tonjolan
berbentuk lonjong, benjolan bisa keluar masuk
(reponibilis), benjolan tidak keluar masuk
karena ada perlekatan antara isi hernia dan
36 | s k i l l l a b k e l o m p o k F 2 0 1 1
peritoneum kantong hernia (irreponibilis),
inkarserata (hernia terjepit, terjadi gangguan
pasase dan vaskularisasi)
Hernia reponibel Terdapat benjolan di lipat paha yang muncul
saat berdiri, batuk, bersin, atau mengejan, dan
menghilang saat berbaring
Hernia femoralis Benjolan di bawah ligamentum inguinal
Hernia epigastrium Benjolan di antara umbilicus dan prossessus
xifoideus
2. Palpasi
Hernia inguinalis 1. Finger test
Jari kedua dan kelima dimasukkan lewat skrotum
melalui annulus eksternus ke kanal inguinal, lalu
minta pasien untuk batuk atau mengejan. Jika terdapat
hernia inguinalis medialis akan menyentuh samping
jari, sedangkan untuk hernia inguinalis lateralis akan
menyentuh ujung jari
2. Ziemen test
Pasien diposisikan berbaring. Bila tampak benjolan,
masukkan dulu benjolannya (biasanya oleh pasien)
Hernia kanan diperiksa dengan tangan kanan :
Jari kedua dimasukkan ke annulus internus
Jari ketiga dimasukkan ke annulus eksternus
Jari keempat dimasukkan ke fossa ovalis
Minta pasien untuk mengejan atau batuk. Hernia
inguinalis lateralis akan menyentuh jari kedua, hernia
inguinalis medialis akan menyentuh jari ketiga, dan
hernia femoralis akan menyentuh jari keempat
3. Thumb test
37 | s k i l l l a b k e l o m p o k F 2 0 1 1
Tekan annulus internus dengan ibu jari dan minta
pasien untuk mengejan atau batuk. Bila keluar
benjolan maka terjadi hernia inguinalis medialis, bila
tidak keluar benjolan berarti hernia inguinalis lateralis
Hernia Femoralis Letakkan jari telunjuk di region kanalis femoralis bagian
anterior
Minta pasien mengejan atau batuk
Lalukan penilaian apakah ada benjolan atau nyeri tekan
Hernia
epigastrium
Pada saat pasien berdiri (pasien mengangkat kepala dan
bahu) gerakkan jari tangan untuk menelusuri linea alba
hingga teraba hernia tersebut
3. Perkusi
Timpani bila isi hernia usus
4. Auskultasi
Pemeriksaan auskultasi memakai stetoskop dilakukan untuk mendengarkan
ada atau tidak suara bising usus pada benjolan
2. UMBILICAL HERNIA
Definisi : merupakan penonjolan yang mengandung isi ronggaperut yang masuk
melalui cincin umbilicus (pusar) akibat peninggian tekanan intra abdomen
Gejala :
Pusar bayi akan terlihat menggelembung atau menonjol seperti balon, dengan
besar yang bervariasi, dan bulatan tersebut akan semakin jelas terlihat bila anak
batuk, menangis, atau mengejan.Bulatan yang menggelembung tersebut dapat
dengan mudah didorong kembali ke tempatnya semula.
Tindakan :
38 | s k i l l l a b k e l o m p o k F 2 0 1 1
Pada umumnya tidak ada yang perlu dikhawatirkan bila bayi menderita hernia
umbilikalis. Hernia tersebut jarang menimbulkan sesuatu yang serius dan
berbahaya. Hernia biasanya akan menutup dengan sendirinya pada tahun
pertama usia anak. Orangtua tidak perlu melakukan apa-apa, hanya perlu untuk
lebih memperhatikan pada bentuk hernia tersebut. Operasi sangat jarang
direkomendasikan oleh dokter, kecuali bila anak telah berusia 3 tahun dan hernia
tersebut belum juga menutup sendiri.
ACUTE ABDOMEN
1. PERITONITIS
Definisi: adalah peradangan yang biasanya disebabkan oleh infeksi pada selaput
rongga perut(peritoneum).
Manifestasi :
Gejala peritonitis tergantung pada jenis dan penyebaran infeksinya.
Biasanya penderita muntah, demam tinggi dan merasakan nyeri tumpul di
perutnya.Bisa terbentuk satu atau beberapa abses.Infeksi dapat meninggalkan
jaringan parut dalam bentuk pita jaringan (perlengketan,adhesi) yang akhirnya bisa
menyumbat usus. Bila peritonitis tidak diobati dengan seksama, komplikasi bisa
berkembang dengan cepat.
Pemeriksaanfisik :
Inspeksi
Adakah jaringan parut bekas operasi menunjukkan kemungkinan adanya
adhesi
Perut membuncit dengan gambaran usus atau gerakan usus yang disebabkan
oleh gangguan pasase
Biasanya (+) perut membuncit dan tegang atau distended.
39 | s k i l l l a b k e l o m p o k F 2 0 1 1
Auskultasi
Minta pasien menunjuk dengan satu jari pada daerah yang paling terasa sakit
di abdomen
Auskultasi dilakukan dari arah yang berlawanan dari yang ditunjuk pasien
Auskultasi dilakukan untuk menilai apakah terjadi penurunan suara bising
usus.
Pasien dengan peritonitis umum : bising usus melemah atau menghilang
Pasien dengan peritonitis local : bising usus dapat terdengar normal
Palpasi
Dilakukan di bagian lain dari abdomen yang tidak dikeluhkan nyeri
Nyeri tekandan defans muscular (rigidity) menunjukkan adanya proses
inflamasi yang mengenai peritoneum parietal(nyerisomatik)
Perkusi
(+) nyeri menunjukkan adanya iritasi pada peritoneum
Pada pasien peritonitis,pekak hepar akan menghilang dan perkusi abdomen
hipertimpani karena (+) udara bebas .
2. ILEUS
Ileus Paralitik
Definisi : keadaan di mana usus gagal / tidak mampu melakukan kontraksi peristaltic
untuk menyalurkan isinya.
ManifestasiKlinis :
Perutnya kembung (abdominal distention) , tidak disertai nyeri kolik
abdomen yang paroksismal
anoreksia
mual
obstipasi
40 | s k i l l l a b k e l o m p o k F 2 0 1 1
muntah bisa ada bisa juga tidak ada
Pemeriksaanfisik :
(+) distensi abdomen
perkusi: timpani dengan bising usus yang lemah sampai tidak terdengar
. palpasi :- pasien hanya menyatakan perasaan tidak enak pada perutnya
- (-)adanya reaksi peritoneal (nyeri tekan dan nyeri lepas
negatif).
Ileus Obstruktif
Definisi:suatu penyumbatan mekanis pada usus dimana merupakan penyumbatan
yang samasekali menutup atau menganggu jalannya isi usus (Sabara, 2007).
ManifestasiKlinis :
Terdapat 4 tanda cardinal gejala ileus obstruktif (Winslet, 2002; Sabiston,1995) :
Nyeri abdomen
Muntah
Distensi
Kegagalan buang air besar atau gas(konstipasi)
Gejala selanjutnya yang bisa muncul termasuk dehidrasi, oliguria, syok
hypovolemik, pireksia, septikemia, penurunan respirasi dan peritonitis.
Terhadap setiap penyakit yang dicurigai ileus obstruktif, semua
kemungkinan hernia harus diperiksa (Winslet, 2002).
PemeriksaanFisik
1. Inspeksi
(+) tanda-tanda dehidrasi :kehilangan turgor kulit maupun mulut dan lidah
kering.
Pada abdomen harus dilihat adanya distensi, parut abdomen, hernia dan
massa abdomen.
41 | s k i l l l a b k e l o m p o k F 2 0 1 1
Terkadang dapat dilihat gerakan peristaltic usus yang bisa bekorelasi dengan
mulainya nyeri kolik yang disertai mual dan muntah.
Penderita tampak gelisah dan menggeliat sewaktu serangan kolik
(Sabiston, 1995; Sabara, 2007)
2. Palpasi
Pada palpasi bertujuan mencari adanya:
Tanda iritasi peritoneum apapun atau nyeri tekan (yang mencakup
‘defancemusculair’ involunter atau rebound)
Pembengkakan atau massa yang abnormal
(Sabiston,1995; Sabara, 2007).
3. Auskultasi
Pada ileus obstruktif pada auskultasi terdengar episodic gemerincing logam
bernada tinggi dan gelora (rush’) diantara masa tenang.Tetapi setelah beberapa
hari dalam perjalanan penyakit dan usus di atas telah berdilatasi, maka aktivitas
peristaltik (sehingga juga bising usus) bisa tidak ada atau menurun parah.Tidak
adanya nyeri usus bisa juga ditemukan dalam ileus paralitikus atau ileus
obstruksistrangulate (Sabiston, 1995).
Bagian akhir yang diharuskan dari pemeriksaan adalah pemeriksaan rectum dan
pelvis.Ia bisa membangkitkan penemuan massa atau tumor serta tidak adanya
feses di dalam kubah rectum menggambarkan ileus obstruktif usus halus. Jika
darah makroskopik atau feses postif banyak ditemukan di dalam rektum, maka
sangat mungkin bahwa ileus obstruktif didasarkan atas lesi
intrinsik di dalam usus (Sabiston, 1995). Apabila isi rectum menyemprot maka
penyakit Hirdchprung
3. PERFORATION
42 | s k i l l l a b k e l o m p o k F 2 0 1 1
Sekitar 2-3% dari semua ulkus mengalami perforasi dan penyulit ini
menyebabkan 65% kematian akibat penyakit ulkus peptikum. Penyebab utamanya
diperkirakan disebabkan oleh berlebihnya sekresi asam dan seringkali terjadi akibat
menelan obat anti inflamasi nonsteroid, yang mengurangi jumlah sel ATP,
menyebabkan rentan terhadap stres oksidan. Perbaikan sel yang tertunda ini
menyebabkan perforasi.
Perforasi usus halus dapat berupa perforasi bebas atau terbatas. Perforasi
bebas terjadi ketika isi usus halus keluar secara bebas kedalam rongga abdomen,
menyebabkan terjadi peritonitis difuse misalnya perforasi duodenum. Perforasi
terbatas terjadi peradangan akut menyebabkan perlekatan dengan organ sekitar
sehingga terbentuk abses (penetrasi ulkus duodenum ke pankreas).
Diagnosa dan penatalaksanaan perforasi pada duodenum lebih sulit karena
posisinya retroperitoneum. Biasanya tanda fisik dan gejala tidak mengesankan.
MANIFESTASI KLINIS
- Nyeri mendadak pada abdomen bagian atas yang menyiksa. Dalam beberapa
menit timbul peritonitis kimia akibat keluarnya asam lambung, pepsin, dan
makanan yang menyebabkan nyeri hebat.
- Pasien takut untuk bergerak atau bernapas
PEMERIKSAAN FISIK
Pemeriksaan abdomen
1. Inspeksi : terdapat luka eksternal/tidak, pola pernafasan pasien, pergerakan
abdomen ketika bernafas, distensi abdomen dan perubahan warna (pada
pasien perforasi ulkus peptikum, pasien berbaring kaku biasanya dengan
fleksi pada lutut dan abdomen keras seperti papan)
43 | s k i l l l a b k e l o m p o k F 2 0 1 1
2. Palpasi : berupa nyeri tekan, nyeri ketok dan nyeri lepas, serta kekakuan
dinding perut. Takikardia, demam, dan kekakuan abdomen bisa dicurigai
sebagai peritonitis.
3. Perkusi : shifting dulnes untuk adanya cairan/darah dan bila ada udara bebas
terdapat perubahan suara pekak hati.
4. Auskultasi : bising usus pada peritonitis umum tidak ada.
4. ACUTE APPENDICITIS
Appendisitis akut adalah penyakit radang pada appendiks vermiformis yang terjadi
secara akut.
KLASIFIKASI APENDISITIS
Apendisitis Simpel (grade I): Stadium ini meliputi apendisitis dengan apendiks
tampak normal atau hiperemi ringan dan edema, belum tampak adanya eksudat
serosa.
Apendisitis Supurativa (grade II): Sering didapatkan adanya obstruksi, apendiks
dan mesoapendiks tampak edema, kongesti pembuluh darah, mungkin didapatkan
adanya petekhie dan terbentuk eksudat fibrinopurulen pada serosa serta terjadi
kenaikan jumlah cairan peritoneal. Pada stadium ini mungkin bisa tampak jelas
adanya proses “ Walling off “ oleh omentum, usus dan mesenterium didekatnya.
Apendisitis Gangrenosa (grade III): Selain didapatkan tanda-tanda supurasi
didapatkan juga adanya dinding apendiks yang berwarna keunguan, kecoklatan
atau merah kehitaman (area gangren). Pada stadium ini sudah terjadi adanya
mikroperforasi, kenaikan cairan peritoneal yang purulen dengan bau busuk.
44 | s k i l l l a b k e l o m p o k F 2 0 1 1
Apendisitis Ruptur (grade IV): Sudah tampak dengan jelas adanya ruptur
apendiks, umumnya sepanjang antimesenterium dan dekat pada letak obstruksi.
Cairan peritoneal sangat purulen dan berbau busuk.
Apendisitis Abses (grade V): Sebagian apendiks mungkin sudah hancur, abses
terbentuk disekitar apendiks yang ruptur biasanya di fossa iliaka kanan, lateral
dari sekum, retrosekal, subsekal atau seluruh rongga pelvis bahkan mungkin
seluruh rongga abdomen.
Kesimpulan : apendisitis akut grade I dan II belum terjadi perforasi (apendisitis
simpel) sedangkan apendisitis akut grade III, IV dan V telah terjadi perforasi
(apendisitis komplikata).
GEJALA KLINIS
Nyeri apendisitis, yaitu:
- awal sebelum radang mencapai permukaaan peritoneum nyeri viseral di
sekitar pusat, disertai mual.
- setelah radang terjadi di seluruh dinding termasuk peritoneum viserale
nyeri rangsangan peritoneum nyeri somatik di iliaka kanan.
- Nyeri yang dirasakan tergantung juga pada letak apendiks, apakah di rongga
panggul atau menempel di kandung kemih sehingga frekuensi kencing
menjadi meningkat. Nyeri perut juga akan dirasakan bertambah oleh
penderita bila bergerak, bernapas dalam, berjalan, batuk, dan mengejan.
Nyeri saat batuk dapat terjadi karena peningkatan tekanan intra-abdomen.
- jika terjadi nekrosis nyeri iskemik hebat, menetap, tidak menyurut
keadaan toksis.
Muntah, mual, dan tidak ada nafsu makan.
Demam ringan ( 37,5° C – 38,5° C ) dan terasa sangat lelah.
Proses peradangan yang terjadi akan menyebabkan timbulnya demam, terutama
jika kausanya adalah bakteri. Inflamasi yang terjadi mengenai seluruh lapisan
45 | s k i l l l a b k e l o m p o k F 2 0 1 1
dinding apendiks. Demam ini muncul jika radang tidak segera mendapat
pengobatan yang tepat.
Diare atau konstipasi.
Peradangan pada apendiks dapat merangsang peningkatan peristaltik dari usus
sehingga dapat menyebabkan diare. Infeksi dari bakteri akan dianggap sebagai
benda asing oleh mukosa usus sehingga secara otomatis usus akan berusaha
mengeluarkan bakteri tersebut melalui peningkatan peristaltik. Selain itu,
apendisitis dapat juga terjadi karena adanya feses yang keras ( fekalit ). Pada
keadaan ini justru dapat terjadi konstipasi.
PEMERIKSAAN FISIK
Inspeksi
- Rasa sakit semakin meningkat, sehingga pada saat berjalan pun penderita akan
merasakan sakit yang mengakibatkan badan akan mengambil sikap
membungkuk pada saat berjalan.
- Pada apendisitis akut sering ditemukan adanya abdominal swelling, sehingga
pada inspeksi biasa ditemukan distensi perut.
Palpasi
- nyeri tekan lepas pada titik MC Burney kunci diagnosis
- colok dubur untuk menentukan letak apendiks bila letaknya sulit diketahui. Jika
saat dilakukan colok dubur kemudian terasa nyeri maka kemungkinan apendiks
penderita terletak didaerah pelvis.
Sign pada apendiditis akut:
- Rovsing sign bila perut kiri bawah (kontra MC Burney) ditekan dan
didorong ke kanan akan terasa nyeri pada perut kanan bawah (MC Burney).
Penekanan dan pendorongan perut ke kanan ,menyebabkan organ di dalamnya
46 | s k i l l l a b k e l o m p o k F 2 0 1 1
ikut terdorong ke kanan, menekan apendiks, menyentuh peritoneum, dan
menimbulkan nyeri di titik MC Burney.
- Blumberg Nyeri di kanan bawah bila tekanan disebelah kiri dilepaskan
- Psoas sign Rangsangan m.psoas lewat hiperekstensi sendi panggul kanan atau
fleksi aktif sendi panggul kanan, paha ditekan, apendiks yang radang akan
menempel pada m.psoas sehingga akan terasa nyeri.
- Obturator sign dengan gerakan fleksi dan endorotasi articultio coxae pada
posisi supine akan menimbulkan nyeri. Bila nyeri, berarti kontak dengan m.
obturator internus, artinyan apendiks yerletak di pelvis.
- Rebound fenomena penekanan di kolon transversum, nyeri di apendiks
(MC Burney).
- Tern horn sign menarik testis sebelah kanan khusus laki-laki.
Aukultasi
- Peristaltik usus seing normal.
- Hilang bisa disebabkan ileus paralitik pada peritonitis generalisata akibat
appendices perforata.
APPENDICULAR INFILTRAT
- Appendicular infiltrat merupakan komplikasi dari Appendicitis acuta. Appendicular
infiltrat adalah proses radang Appendix yang penyebarannya dapat dibatasi oleh omentum
dan usus-usus dan peritoneum disekitarnya sehingga membentuk massa (Appendiceal
mass) yang lebih sering dijumpai pada pasien berumur 5 tahun atau lebih karena daya
tahan tubuh telah berkembang dengan baik dan omentum telah cukup panjang dan tebal
untuk membungkus proses radang.
- Appendicitis kronis, merupakan serangan ulang Appendicitis yang telah
sembuh.Appendicular infiltrat dapat didiagnosis dengan didasari anamnesis adanya riwayat
Appendicitis acuta,
47 | s k i l l l a b k e l o m p o k F 2 0 1 1
MANIFESTASI KLINIS
- Appendisitis infiltrat didahului oleh keluhan appendisitis akut yang kemudian
disertai adanya massa periapendikular. Gejala klasik Appendicitis akut
biasanya bermula dari nyeri di daerah umbilikus atau periumbilikus yang
berhubungan dengan muntah. Dalam 2-12 jam nyeri beralih ke kuadran
kanan, yang akan menetap dan diperberat bila berjalan atau batuk. Terdapat
juga keluhan anoreksia, malaise, dan demam yang tidak terlalu tinggi.
Biasanya juga terdapat konstipasi tetapi kadang-kadang terjadi diare, mual
dan muntah. Pada permulaan timbulnya penyakit belum ada keluhan
abdomen yang menetap. Namun dalam beberapa jam nyeri abdomen kanan
bawah akan semakin progresif.
PEMERIKSAAN FISIK
- Demam biasanya ringan, dengan suhu sekitar 37,5-38,5C. Bila suhu lebih
tinggi, mungkin sudah terjadi perforasi. Bisa terdapat perbedaan suhu axillar
dan rektal sampai 1C. Pada inspeksi perut tidak ditemukan gambaran
spesifik. Kembung sering terlihat pada penderita dengan komplikasi
perforasi. Appendicitis infiltrat atau adanya Appendicular abscess terlihat
dengan adanya penonjolan di perut kanan bawah.
- Pada palpasi didapatkan nyeri yang terbatas pada regio iliaka kanan, bisa
disertai nyeri lepas. Defence muscular menunjukkan adanya rangsangan
peritoneum parietale. Nyeri tekan perut kanan bawah ini merupakan kunci
diagnosis. Pada penekanan perut kiri bawah akan dirasakan nyeri di perut
kanan bawah yang disebut tanda Rovsing. Pada Appendicitis retrosekal atau
retroileal diperlukan palpasi dalam untuk menentukan adanya rasa nyeri.
- Jika sudah terbentuk abscess yaitu bila ada omentum atau usus lain yang
dengan cepat membendung daerah Appendix maka selain ada nyeri pada
fossa iliaka kanan selama 3-4 hari (waktu yang dibutuhkan untuk
48 | s k i l l l a b k e l o m p o k F 2 0 1 1
pembentukan abscess) juga pada palpasi akan teraba massa yang fixed
dengan nyeri tekan dan tepi atas massa dapat diraba. Jika Appendix
intrapelvinal maka massa dapat diraba pada RT(Rectal Toucher) sebagai
massa yang hangat.
- Peristaltik usus sering normal, peristaltik dapat hilang karena ileus paralitik
pada peritonitis generalisata akibat Appendicitis perforata. Pemeriksaan
colok dubur menyebabkan nyeri bila daerah infeksi bisa dicapai dengan jari
telunjuk, misalnya pada Appendicitis pelvika.
- Pada Appendicitis pelvika tanda perut sering meragukan, maka kunci
diagnosis adalah nyeri terbatas sewaktu dilakukan colok dubur. Colok dubur
pada anak tidak dianjurkan. Pemeriksaan uji psoas dan uji obturator
merupakan pemeriksaan yang lebih ditujukan untuk mengetahui letak
Appendix
STOMACH AND DUODENUM
1. GASTRITIS
Gejala penyakit gastritis yang biasa terjadi adalah
Mual dan muntah
Nyeri epigastrum yang timbul tidak lama setelah makan dan minum unsur-
unsur yang dapat merangsang lambung ( alkohol, salisilat, makanan tercemar
toksin stafilokokus )
Pucat
Lemah
Keringat dingin
Nadi cepat
Nafsu makan menurun secara drastis
Suhu badan meningkat
49 | s k i l l l a b k e l o m p o k F 2 0 1 1
Sering bersendawa terutama dalam keadaan lapar
Pemeriksaan penunjang gastritis
a. Pemeriksaan darah
Tes ini digunakan untuk memeriksa apakah terdapat H. Pylori dalam darah. Hasil tes
yang positif menunujukkan bahwa pasien pernah kontak dengan bakteri pada suatu
waktu dalam hidupnya tapi itutidak menunjukkan bahwa pasien tersebut terkena
infeksi. Tes darah dapat juga dilakukan untuk memeriksa anemia yang terjadi akibat
perdarahan lambung karena gastritis.
b. Uji napas urea
Suatu metode diagnostik berdasarkan prinsip bahwa urea diubah oleh urease H.
Pylori dalam lambungmenjadi amoniak dan karbondioksida (CO2). CO2 cepat
diabsorbsi melalui dinding lambung dan dapatterdeteksi dalam udara ekspirasi.
c. Pemeriksaan feces
Tes ini memeriksa apakah terdapat bakteri H. Pylori dalam feses atau tidak. Hasil
yang positif dapatmengindikasikan terjadinya infeksi. Pemeriksaan juga dilakukan
terhadap adanya darah dalam feses. Halini menunjukkan adanya pendarahan dalam
lambung.
d. Endoskopi saluran cerna bagian atas
Dengan tes ini dapat terlihat adanya ketidaknormalan pada saluran cerna bagian atas
yang mungkintidak terlihat dari sinar-x. Tes ini dilakukan dengan cara memasukkan
sebuah selang kecil yangfleksibel(endoskop) melalui mulut dan masuk ke dalam
esofagus, lambung dan bagian atas usus kecil.Tenggorokan akan terlebih dahulu
dianestesi sebelum endoskop dimasukkan untuk memastikan pasienmerasa nyaman
menjalani tes ini. Jika ada jaringan dalam saluran cerna yang terlihat
mencurigakan,dokter akan mengambil sedikit sampel(biopsy) dari jaringan tersebut.
50 | s k i l l l a b k e l o m p o k F 2 0 1 1
Sampel itu kemudian akan dibawake laboratorium untuk diperiksa. Tes ini memakan
waktu kurang lebih 20 sampai 30 menit.
2. GASTROINTESTINAL BLEEDING
. Anamnesis, Pemeriksaan Fisik dan Laboratorium
Anamnesis: perlu ditanyakan tentang:
Riwayat penyakit dahulu: hepatitis, penyakit hati menahun, alkohlisme, penyakit
lambung, pemakaian obat-obat ulserogenikdan penyakit darah seperti leuikemia, dll.
Pada perdarahan karena pecahnya varises esophgaus, tidak ditemukan keluhan nyeri
atau pedih di daerah epigastrium
Tanda-gejala hemel timbul mendadak
Tanyakan prakiraan jumlah darah: misalnya satu gelas, dua gelas atau lainnya.
Pemeriksaan Fisik:
Keadaan umum
- Kesadaran
- Nadi, tekanan darah
- Tanda-tanda anemia
- Gejala hipovolemia
- Tanda-tanda hipertensi portal dan sirosis hati: spider nevi, ginekomasti, eritema
palmaris, capit medusae, adanya kolateral, asites, hepatosplenomegali dan edema
tungkai.
Laboratorium:
Hitung darah lengkap: penurunan Hb, Ht, peningkatan leukosit
Elektrolit: penurunan kalium serum; peningkatan natrium, glukosa serum dan laktat.
Profil hematologi: perpanjangan masa protrombin, tromboplastin
Gas darah arteri: alkalosis respiratori, hipoksemia.
51 | s k i l l l a b k e l o m p o k F 2 0 1 1
b. Pemeriksaan Radiologis
Dilakukan dengan pemeriksaan esopagogram untuk daerah esopagus dan double
contrast untuk lambung dan duodenum. Pemeriksaan tsb dilakukan pada berbagai
posisi terutama pada 1/3 distal esopagus, kardia dan fundus lambung untuk mencari
ada tidaknya varises, sedini mungkin setelah hematemisis berhenti.
c. Pemeriksaan Endoskopi
Untuk menentukan asal dan sumber perdarahan
Keuntungan lain: dapat diambil foto, aspirasi cairan dan biopsi untuk pemeriksaan
sitopatologik. Dilakukan sedini mungkin setelah hematemisis berhenti.
52 | s k i l l l a b k e l o m p o k F 2 0 1 1
Tanda dan gejala Perdarahan Saluran Pencernaan Bagian Atas yang mungkin
timbul:
Darah di dalam muntah
Darah di dalam tinja
Kram perut
Kulit yang pucat
Pusing
Sakit perut
Sesak nafas
Tinja berwarna hitam
Anemia
gejala yang umum adalah muntah darah hitam yang keluar bercampur asam lambung
(hematemesis), dan buang air besar kehitaman (melena).
nyeri ulu hati, mual, muntah, kembung, pengobatan bisa dilakukan dengan empirik
terapi atau obat-obatan selama 4-6 minggu.
perdarahan pada saluran cerna bawah, misalnya pada kasus hemoroid atau
keganasan. Darah segar yang keluar dari anus bisa merupakan hemoroid atau
robekan di anus
53 | s k i l l l a b k e l o m p o k F 2 0 1 1
3. GASTROENTERITIS
Definisi
Gastroenteritis atau diare merupakan penyakit yang ditandai dengan bertambahnya
frekuensi defekasi lebih dari biasanya ( >3 kali/hari) disertai perubahan konsistensi
tinja (menjadi cair), dengan/tanpa darah dan/atau lendir (Suraatmaja, 2007). Diare ini
disebabkan oleh transportasi air dan elektrolit yang abnormal dalam usus.
Gejala
Mula-mula bayi dan anak menjadi cengeng, gelisah, suhu tubuh biasanya meningkat,
nafsu makan berkurang atau tidak ada, dan akhirnya muncul diare. Feses cair dan
dapat disertai lendir dan darah. Semakin lama feses bisa berubah ,menjadi kehijau-
hijauan akibat adanya campuran empedu. Anus dan daerah sekitarnya menjadi lecet
akibat dari seringnya defekasi dan feses menjadi semkain asam akibat mengandung
asam laktat yang berasal dari laktosa yang tidak dapat diabsorpsi usus selama diare.
Gejala muntah dapat muncul sebelum maupun setelah diare akibat dari lambung
yang meradang dan gangguan keseimbangan asam basa dan elektrolit, kram perut,
serta diare yang kadang-kadang berdarah. Bila penderita telah kehilangan cairan dan
elektrolit, mata dan ubun-ubun cekung, selaput lendir bibir, mulut, dan kulit menjadi
kering.
Pemeriksaan Fisik
1. Inspeksi : mata cekung, ubun-ubun besar, selaput lendir, mulut dan bibir kering,
berat badan menurun, anus kemerahan.
2. Perkusi : adanya distensi abdomen.
3. Palpasi : Turgor kulit kurang elastis
54 | s k i l l l a b k e l o m p o k F 2 0 1 1
4. Auskultasi : terdengarnya bising usus.
LIVER
1. FATTY LIVER
Definisi
Perlemakan hati berarti adanya pengumpulan lemak yang berlebihan di dalam
sel-sel hati kita. Secara umum, sel hati yang normal sudah mengandung lemak,
namun kandungan lemaknya tidak tinggi. Ketika akumulasi lemak hati mencapai
lebih dari 10% berat hati, hal inilah yang dikenal sebagai fatty liver. Pada
keadaan ini, sebagian sel-sel liver yang sehat sudah diganti dengan sel lemak.
Liver pun sudah berubah warnanya menjadi kuning mengkilat karena berlemak,
membesar dan lebih berat dari keadaan normal.
Fatty liver umumnya tidaklah berbahaya, karena fungsi liver sebenarnya juga
tidak terganggu, akan tetapi dalam jangka panjang, fatty liverberpotensi menjadi
penyebab kerusakan hati dan sirosis. gangguan perlemakan hati lebih diakibatkan
oleh gaya hidup yang tidak sehat. Konsumsi makanan berlemak dan
berkarbohidrat tinggi yang terlalu sering bisa menimbulkan perlemakan hati.
Begitu juga dengan kebiasaan mengonsumsi alkohol, kondisi obesitas atau
kelebihan berat badan.
Gejala
Fatty liver jarang menimbulkan keluhan, karena penimbunan lemak ini
terjadinya secara perlahan-lahan. Gejala klinis yang dikeluhkan penderita adalah
perut terasa penuh, Hal ini disebabkan karena lemak kebanyakan menumpuk di
hati bagian atas. Selain itu dapat menimbulkan sakit kuning (jaundice), mual,
muntah, kembung dan yang paling sering terjadi yaitu nyeri tumpul di perut
55 | s k i l l l a b k e l o m p o k F 2 0 1 1
kanan atas (cenut-cenut, kemeng, terasa panas di kulit perut), terutama hal ini
saat kecapekan dan habis makan terlalu banyak. Ketika kondisi memburuk,
pasien bisa merasa letih, berat badan merosot, tidak nyaman di perut, lemah, dan
pening.
2. HEPATITIS A
Definisi
Hepatitis A merupakan infeksi virus pada hati. Virus Hepatitis A ditularkan melalui
jalur anus dan mulut. Media penularanya adalah makanan atau air tercemar, atau
melalui kontak langsung dengan orang yang terinfeksi.
Gejala
Tanda dan gejala Hepatitis A yaitu:
Kelelahan
Mual dan muntah
Nyeri perut atau rasa tidak nyaman, terutama di daerah hati (pada sisi kanan
bawah tulang rusuk)
Kehilangan nafsu makan
Demam
Urin berwarna gelap
Nyeri otot
Menguningnya kulit dan mata (jaundice).
Pemeriksaan Fisik
ikterik
hepatomegali , deskripsi pemeriksaannya :
56 | s k i l l l a b k e l o m p o k F 2 0 1 1
1. nyeri tekan, ukuran membesar
2. tepi tajam --> hepatitis aku
3. tepi tak rata --> sirosis, hepatoma
4. tepi tumpul --> hepatitis kronis
5. permukaan licin --> hepatitis
6. permukaan berbenjol --> hepatoma
7. konsistensi lunak/kenyal --> akut
8. konsistensi keras --> ganas
3. UNCOMPLICATED HEPATITIS B
Definisi
Uncomplicated hepatitis B (Hepatitis B kronik karier) adalah suatu keadaan yang
menggambarkan terdapatnya antigen virus hepatitis B (HbsAg) dalam darah lebih
dari 6 bulan dan tidak ada gejala maupun suatu keadan gawat dari individu yang
diserang oleh virus hepatitis B tersebut
Gejala
○ Kulit atau mata menguning (disebut penyakit kuning).
○ Merasa gampang capek dan lelah.
○ Hilang nafsu makan dan mual.
○ Air seni berwarna gelap.
○ Demam.
○ Nyeri sendi.
57 | s k i l l l a b k e l o m p o k F 2 0 1 1
Pemeriksaan Fisik
Hepatomegali atau bahkan splenomegali
4. ACTIVE HEPATITIS C
Gejala:
Seringnya asimptomatis
Penurunan nafsu makan
Sakit kepala
Letih
Nyeri otot / sendi
Bb turun
Tatalaksana :
Pengobatan:
Kombinasi interferon pegilasi dan obat anti virus ribarivin selama 24
minggu/48 minggu
Kombinasi boceprevir atau telaprevir dengan ribavirin dan oeninteferon alfa
meningkatkan respon antivirus
5. CIRRHOSIS HEPATIS
GEJALA KLINIS
Manifestasi klinis dari Sirosis hati disebabkan oleh satu atau lebih hal-hal yang
tersebut di bawah ini :
1. Kegagalan Prekim hati
58 | s k i l l l a b k e l o m p o k F 2 0 1 1
2. Hipertensi portal
3. Asites
4. Ensefalophati hepatitis
Keluhan dari sirosis hati dapatberupa :
a. Merasa kemampuan jasmani menurun
b. Nausea,nafsu makan menurun dan diikuti dengan penurunan berat badan
c. Mata berwarna kuning dan buang air kecil berwarna gelap
d. Pembesaran perut dan kaki bengkak
e. Perdarahan saluran cerna bagian atas
f. Pada keadaan lanjut dapat dijumpai pasien tidak sadarkan diri (Hepatic
Enchephalopathy)
g. Perasaan gatal yang hebat
PENATALAKSANAAN
Pengobatan sirosis hati pada prinsipnya berupa :
1.Simtomatis
2. Supportif, yaitu :
- Istirahatyangcukup
- Pengaturan makanan yang cukup danseimbang; misalnya : cukupkalori, protein
1gr/kgBB/haridan vitamin
- Pengobatan berdasarkan etiologi, Misalnya pada sirosis hati akibat infeksi virus C
59 | s k i l l l a b k e l o m p o k F 2 0 1 1
dapat dicoba dengan interferon. Sekarang telah dikembangkan perubahan strategi
terapi bagian pasien dengan hepatitis C kronik yang belum pernah mendapatkan
pengobatan IFN seperti :
a) kombinasi IFN dengan ribavirin,
b) terapiinduksi IFN,
c) terapidosis IFN tiaphari
o Terapi kombinasi IFN dan Ribavirin terdiri dari IFN 3 juta unit 3 x
seminggu dan RIB 1000-2000 mg perhari tergantung berat badan
(1000mg untuk berat badan kurang dari 75kg) yang diberikan untuk
jangka waktu 24-48 minggu.
o Terapi induksi Interferon yaitu interferon diberikan dengan dosis yang
lebih tinggi dari 3 juta unit setiap hari untuk 2-4 minggu yang
dilanjutkan dengan 3 juta unit 3 x seminggu selama 48 minggu
dengan atau tanpa kombinasi dengan RIB.
o Terapi dosis interferon setiap hari.Dasar pemberian IFN dengan dosis
3 juta atau 5 juta unit tiap hari sampai HCV-RNA negatif di serum
dan jaringan hati.
Pengobatan yang spesifik dari sirosis hati akan diberikan jika telah terjadi komplikasi seperti
1. Astises
2. Spontaneous bacterial peritonitis
3.Hepatorenal syndrome
4. Ensefalophaty hepatic
60 | s k i l l l a b k e l o m p o k F 2 0 1 1
6. AMOEBIC LIVER ABSCESS
Gejala
Rasa nyeri tekan atau tusuk di hipokondrium kanan
Kenaikan suhu badan
Ketika berjalan membungkuk serta memegang bagian yang sakit ,ada
tanda hepatomegaly dan tanda Ludwig yang positif
Diare berdarah dan berlendir
Batuk sebagai iritasi digframa
Mual dan muntah
Penurunan bb
Nafsu makan turun
Tata laksana
Medikamentosa:
o Pemberian amebisid jaringan untuk mengobati kelainan hatinya
o Pemberian amebisid intestinal untuk pemberantas parasite
e.histolytica
Obat:
- dehidrometin per oral atau parenteral selama paling lama 10
hari
- chloroquin
- metronidazole
tindakan aspirasi terapeutik
tindakan pembedahan
7. LIVER FAILURE
61 | s k i l l l a b k e l o m p o k F 2 0 1 1
Gejala awal :
mual
kehilangan nafsu makan
muntah
diare
sembelit
depresi/ kelesuhan
tidak ingin berpergian
perut bengkak
tatalaksana:
mencegah terjadinya komplikasi seperti enselofati, edema otak, sepsis,
perarahan saluran cerna, kegagalan ginjal, kegagalan multi organ
vitamin k 2-10 mg,bila terjadi koagulopati hebat
retriksi cairan 75% kbutuhan cairan untuk mencegah odema otak dan
enselopati
pertahankan kadar glukosa>4,0mmol/L
pencegahan perdarahan saluran cerna dengan ranitidine
pencegahan sepsis dengan antibiotic
menentukan prognosis
melakukan hepatic support
GALL BLADDER,BILE DUCT, AND PANCREAS
62 | s k i l l l a b k e l o m p o k F 2 0 1 1
CHOLELITHIASIS
No. Aspek Keterangan
1. Definisi
Adanya batu di kantung atau saluran empedu
yang dapat tersusun atas kolesterol, unconjugated
bilirubin, dan kalsium.
2. Gejala
Meliputi 4 stase :
1. Lithogenic stase : pembentukan batu empedu
2. Asymptomatic gallstone
3. Symptomatic gallstone : ditandai dengan
gejala kolik biliaris
Nyeri hebat di bagian epigastrium atau
kuadran kanan atas dan bisa menjalar ke
skapula kanan atau punggung. Onset
nyeri yang bersifat mendadak dan tidak
dapat diprediksi. Nyeri sering terjadi 30-
90 setelah makan dan berakhir sampai 1-
1,5 jam.
Muntah
Mual
Indigestion
Dyspepsia
Belching
Bloating
Fat intolerance
4. Complicated cholelithiasis
Kolesistitis
Pankreatitis
Kolangitis
63 | s k i l l l a b k e l o m p o k F 2 0 1 1
3.
Pemeriksaan fisik
a. Inspeksi
Ikterus +
Demam
Takikardi
Hipotensi
b. Auskultasi Bising usus -
c. Perkusi
d. Palpasi
Nyeri tekan di epigastrium atau kuadran kanan
atas
Murphy sign +
ACUTE CHOLECYSTITIS
No. Aspek Keterangan
1. Definisi
Radang akut kantung empedu yang disebabkan
oleh sumbatas duktus sistikus karena batu yang
terjebak
2. Gejala
Nyeri epigastrium atau kuadran kanan atas
yang progresif memburuk
Mual
Muntah
Tidak nafsu makan
Demam
3.
Pemeriksaan fisik Demam
Tenderness terlokalisasi
a. Inspeksi Ketegangan pada kuadran kanan atas
b. Auskultasi
c. Perkusi
d. Palpasi Massa pada kuadran kanan atas
Murphy sign +
64 | s k i l l l a b k e l o m p o k F 2 0 1 1
PANCREATITIS
No. Aspek Keterangan
1. Definisi Peradangan akut pada pancreas
2. Gejala
Nyeri di tengah epigastrium, menetap,
menjalar ke punggung dan sering menghebat
pada posisi tidur terlentang
Mual
Muntah
3.
Pemeriksaan fisik
a. Inspeksi
Demam
Takikardi
Hipotensi
Abdominal tenderness
Distensi abdomen
Dyspne
Spasme otot di ekstremitas
Nodul kulit merah
Tanda Cullen : warna kebiruan pada daerah
periumbilikal karena hemoperitoneum
Tanda Turner : perubahan warna biru-merah-
ungu / hijau-coklat karena katabolisme
jaringan dari hemoglobin
b. Auskultasi Bising usus menurun
Ronkhi basah karena efusi pleura
c. Perkusi
d. Palpasi Massa di abdomen atas
65 | s k i l l l a b k e l o m p o k F 2 0 1 1
JEJUNUM, ILEUM
1. INTESTINAL ATRESIA
INTESTINAL ATRESIA
No. Aspek Keterangan
1. DefinisiKelainan congenital berupa obstruksi total pada
usus karena kegagalan rekanalisasi
2. Gejala
Perut buncit di bagian epigastrium
Mual
Muntah kehijauan / bilious vomiting
Distensi abdomen
Nyeri difus
3.
Pemeriksaan fisik
a. Inspeksi Perut buncit di bagian abdomen
Distensi abdomen
b. Auskultasi
c. Perkusi
d. Palpasi Nyeri difus
2. MECKEL’S DIVERTICULUM
Divertikulum Meckel jaringan yang tersisa dari struktur dalam saluran pencernaan bayi
yang belum lahir yang tidak sepenuhnya diserap/menghilang sebelum kelahiran.
Tanda dan gejala
1. Gejala timbul pada 1-2 tahun pertama, rata-rata 2,5tahun. Tetapi bisa juga
pada decade awal kehidupan.
2. Mengandung sel yang dapat mengeluarkan enzim lambung atau pancreas.
Sehingga bisa merusak mukosa usus menyebabkan perdarahan anus yang
intermitten dan tidak terasa nyeri sehingga tinja berwarna merah bata.
66 | s k i l l l a b k e l o m p o k F 2 0 1 1
3. Perdarahan bisa menyebabkan anemia, tetapi sering sembuh secara spontan
4. Bisa terjadi peradangan sehingga memunculkan gejala mirip dengan
appendicitis
5. Bisa menyebabkan obstruksi usus dengan gejala nyeri, kembung, dan muntah
6. Bisa terjadi perforasi dan peritonitis
3. OMPHALOCELE-GASTROSCHISIS
Merupakan kegagalan intestinal untuk kembali ke dalam rongga abdomen setelah
massa herniasi fisiologis dalam kandungan
Tanda dan gejala:
Defek dinding abdomen. Isi abdomen keluar dari rongga abdomen melalui
daerah tali pusar dan diselubungi oleh lapisan amnion pada bagian luar dan
lapisan peritoneum di bagian dalam (selaput tipis transparan dan dapat
terlihat isi abdomen
4. ENTERITIS
Enteritis adalah peradangan pada usus kecil. Enteritis biasanya disebabkan oleh
makan atau minum bahan yang terkontaminasi dengan bakteri atau virus.Kuman
menetap di usus kecil dan menyebabkan inflamasi dan pembengkakan, yang dapat
mengakibatkan sakit perut, kram, diare, demam, dan dehidrasi.
Gejala dan tanda
diarrhea,
nausea,
crampy abdominal pain,
vomiting
67 | s k i l l l a b k e l o m p o k F 2 0 1 1
COLON
1. IRRITABLE BOWEL SYNDROME
functional bowel disorder characterized by abdominal pain or discomfort and altered
bowel habits in the absence of detectable structural abnormalities
Recurrent abdominal pain or discomfortb at least 3 days per month in the last 3
months associated with two or more of the following:
1. Improvement with defecation
2. Onset associated with a change in frequency of stool
3. Onset associated with a change in form (appearance) of stool
Gejala dan tanda
abdominal pain yang bervariasi pada lokasi dan kualitasnya. Pada keadaan
yang parah pasien dapat terbangun berulang kali pada malam hari karena
adanya abdominal pain. Stress dan emosi bisa menigkatkan kualitas
abdominal pain. Pada wanita, sebagian besar merasakan peningkatan gejala
pada saat premenstruasi atau pada saat menstruasi.
Perubahan fungsional intestine. Bisa berupa diare atau konstipasi
Gas dan flatus. Biasanya berupa kembung dan peningkatan produksi gas
Upper gastrointestinal symptom berupa dispepsia, nyeri ulu hati, mual, dan
muntah
Pemeriksaan fisik
Biasanya normal
68 | s k i l l l a b k e l o m p o k F 2 0 1 1
2. NECROTIZING ENTEROCOLITIS
Enterokolitis Nekrotikans adalah penyakit saluran cerna pada bayi baru lahir,
ditandai dengan bercak atau nekrosis difus pada mukosa atau submukosa
GEJALA KLINIS
Gejala Sistemik : Respiratory distress, Bradikardia, Suhu tubuh tidak stabil,
Kesulitan minum, Diatesis hemorrhagik, Apnu, Letargi, Iritabel
Gejala GI : Distensi abdomen, Nyeri pada dinding perut, Distensi lambung,
Muntah, Ileus (peristaltic menurun atau tidak ada), Eritema dan indurasi pada
dinding abdomen, Diare dan asites
PEMERIKSAAN FISIK
Biasanya ditemukan adanya distensi abdomen dengan sedikit pembengkakan.
Sejalan dengan perjalanan penyakit, palpai abdomen mungkin teraba
pembengkakan, terdapat loops usus, massa abdomen yang mobile atau
terfiksir. Edema dan eritema dinding perut merupakan hasil dari peritonitis.
Pada laki-laki, tampak perbedaan warna pada skrotum, yang
mengindikasikan terjadiny perforasi.
69 | s k i l l l a b k e l o m p o k F 2 0 1 1
3. DIVERTICULOSIS/DIVERTICULITIS
DEFINISI
Diverticulitis adalah pembengkakan (radang) dari suatu kantong abnormal
(divertikulum) di dinding usus. Kantong ini biasanya ditemukan di dalam usus besar
(kolon). Kehadiran kantong sendiri disebut diverticulosis.
GEJALA
Nyeri perut , biasanya di bagian kiri perut bagian bawah
Panas dingin
Demam
Mual
Muntah
Weight loss Berat badan
Leukositosis
4. COLITIS
DEFINISI
Suatu peradangan akut atau kronik pada kolon Kolon memiliki berbagai fungsi, yang
terpenting adalah absorbsi air dan elektrolit. Berdasarkan penyebab dapat
diklasifikasikan sebagai berikut :
1. Kolitis Infeksi
Kolitis infeksi, misalnya : shigelosis, kolitis tuberkulosa, kolitis amebik,
kolitis pseudomembran, kolitis karena virus/bakteri/parasit.
a. Amebiasis Kolon
Batasan.
Peradangan kolon yang disebabkan oleh protozoa Entamoeba histolytica.
70 | s k i l l l a b k e l o m p o k F 2 0 1 1
GEJALA
Gejala klinis pasien amebiasis sangat bervariasi, mulai dan asimtomatik sampai berat
dengan gejala klinis menyerupai kolitis ulseratif. Beberapa jenis keadaan klinis
pasien amebiasis adalah sebagai berikut :
1. Carrier: ameba tidak mengadakan invasi ke dinding usus, tanpa gejala atau hanya
keluhan ringan seperti kembung, flatulensi, obstipasi, kadang-kadang diare.
Sembilan puluh persen pasien sembuh sendiri dalam waktu satu tahun, sisanya (10
%) berkembang menjadi kolitis ameba.
2. Disentri ameba ringan : kembung, nyeri perut ringan, demam ringan, diare ringan
dengan tinja berbau busuk serta bercampur darah dan lendir, keadaan umum pasien
baik.
3. Disentri ameba sedang : kram perut, demam, badan lemah, hepatomegali dengan
nyeri spontan.
4. Disenti ameba berat : diare disertai banyak darah, demam tinggi, mual, anemia.
5. Disentri ameba kronik : gejala menyerupai disentri ameba ringan diselingi dengan
periode normal tanpa gejala, berlangsung berbulan-bulan sampai bertahun-tahun,
neurasthenia, serangan diare biasanya timbul karena kelelahan, demam atau
makanan yang sukar dicerna.
b. Disentri Basiler (Shigellosis)
Batasan.
Infeksi akut ileum terminalis dan kolon yang disebabkan oleh bakteri genus Shigella
GEJALA
Masa tunas berkisar antara 7 jam sampai 7 hari. Pada dasarnya gejala klinis
Shigeleosis bervariasi. Lama gejala rerata 7 hari pada orang dewasa, namun dapat
berlangsung sampai 4 minggu. Disentri basiler yang tidak diobati dengan baik dan
berlangsung lama gejalanya menyerupai kolitis ulserosa. Pada fase awal pasien
71 | s k i l l l a b k e l o m p o k F 2 0 1 1
mengeluh nyeri perut bawah, rasa panas rektal, diare disertai demam yang bias
mencapai 40o C. selanjutnya diare berkurang tetapi tinja masih mengandung darah
dan lendir, tenesmus, dan nafsu makan menurun. Pada anak-anak mungkin
didapatkan demam tinggi dengan atau tanpa kejang, delirium, nyeri kepala, kaku
kuduk dan letargi. Pengidap pasca infeksi pada umumnya berlangsung kurang dari 4
minggu. Walaupun jarang terjadi telah dilaporkan adanya pengidap Shigella yang
mengeluarkan kuman bersama feses selama bertahun. Pengidap kronik tersebut
biasanya sembuh sendiri dan dapat mengalami gejala shifellosis yang intermiten.
c. E. Coli (Patogen)
Batasan.
Infeksi kolon oleh serotie Escherichia coli tertentu (O157:H7) yang menyebabkan
diare berdahak/tidak.
Gejala klinis
Manifestasi klinis enfeksi E.Coli patogen sangat bervariasi, dapat berupa : infeksi
asimtomatik, diare tanpa darah, diare berdarah (hemorrhagic colitis), SHU, purpura
trombositopenik sampai kematian.
Gejala klinis adalah nyeri abdomen yang sangat (severe abdominal cramp), diare
yang kemudian diikuti diare berdarah dan sebagian dari pasien disertai nausea
(mual) dan vomiting (muntah). Pada umumnya suhu tubuh pasien sedikit meningkat
atau normal, sehingga dapat dikelirukan sebagai kolitis non infeksi.
Pemeriksaan tinja pasien biasanya penuh dengan darah, namun sebagian pasien
tindak mengandung darah sama sekali.
Gejala biasanya membaik dalam seminggu, namun dapat pula terjadi SHU (sekitar
6% dari pasien) antara 2-12 hari dari onset diare. SHU ditandai dengan anemia
hemolitik mikroangiopatik, trombositopenia, gagal ginjal dan gejala saraf sentral.
Komplikasi neurologik berupa kejang , koma, hemiparesis terjadi pada sekitar
seperempat dari pasien SHU. Prediktor keparahan SHU antara lain meningkatnya
72 | s k i l l l a b k e l o m p o k F 2 0 1 1
jumlah lekosit, gejala gastrointestinal yang berat, cepat timbul anuria, usia di bawah2
tahun. Mortalitas antara 3-5 %
4. KOLITIS TUBERKULOSA
Batasan.
Infeksi kolon oleh kuman Mycobacterium tuberculosae.
Gejala klinis.
Keluhan paling sering (pada 80-90% kasus) adalah nyeri perut kronik yang tidak
khas. Dapat terjadi diare ringan bercampur darah, kadang-kadang konstipasi,
anoreksi, demam ringan, penurunan berat badan atau teraba masa abdomen kanan
bawah. Pada sepertiga kasus ditemukan kuman pada tinja, tetapi pada pasien dengan
tuberkulosis paru aktif adanya kuman pada tinja mungkin hanya berasal dan kuman
yang tertelan bersama sputum.
2. Kolitis non-infeksi, misalnya : kolitis ulseratif, penyakit Crohn’s colitis radiasi,
kolitis iskemik, kolitis mikroskopik, kolitis non-spesifik (simple
colitis).
Kolitis Ulserativa
DEFINISI
Kolitis Ulserativa merupakan suatu penyakit menahun, dimana usus besar
mengalami peradangan dan luka, yang menyebabkan diare berdarah, kram perut dan
demam. Kolitis ulserativa bisa dimulai pada umur berapapun, tapi biasanya dimulai
antara umur 15-30 tahun.Tidak seperti penyakit Crohn, kolitis ulserativa tidak selalu
memperngaruhi seluruh ketebalan dari usus dan tidak pernah mengenai usus halus.
73 | s k i l l l a b k e l o m p o k F 2 0 1 1
Penyakit ini biasanya dimulai di rektum atau kolon sigmoid (ujung bawah dari usus
besar) dan akhirnya menyebar ke sebagian atau seluruh usus besar. Sekitar 10%
penderita hanya mendapat satu kali serangan. Proktitis ulserativa merupakan
peradangan dan perlukaan di rektum. Pada 10-30% penderita, penyakit ini akhirnya
menyebar ke usus besar. Jarang diperlukan pembedahan dan harapan hidupnya baik.
GEJALA
Suatu serangan bisa mendadak dan berat, menyebabkan diare hebat, demam tinggi,
sakit perut dan peritonitis (radang selaput perut). Selama serangan, penderita tampak
sangat sakit. Yang lebih sering terjadi adalah serangannya dimulai bertahap, dimana
penderita memiliki keinginan untuk buang air besar yang sangat, kram ringan pada
perut bawah dan tinja yang berdarah dan berlendir. Jika penyakit ini terbatas pada
rektum dan kolon sigmoid, tinja mungkin normal atau keras dan kering. Tetapi
selama atau diantara waktu buang air besar, dari rektum keluar lendir yang
mengandung banyak sel darah merah dan sel darah putih.
Gejala umum berupa demam, bisa ringan atau malah tidak muncul. Jika penyakit
menyebar ke usus besar, tinja lebih lunak dan penderita buang air besar sebanyak 10-
20 kali/hari. Penderita sering mengalami kram perut yang berat, kejang pada rectum
yang terasa nyeri, disertai keinginan untuk buang air besar yang sangat. Pada malam
haripun gejala ini tidak berkurang. Tinja tampak encer dan mengandung nanah,
darah dan lendir. Yang paling sering ditemukan adalah tinja yang hampir seluruhnya
berisi darah dan nanah. Penderita bisa demam, nafsu makannya menurun dan berat
badannya berkurang.
PEMERIKSAAN FISIK
Pada kasus ringan, pemeriksaan fisik umum akan normal .
5. RECTAL, ANAL PROLAPSED
DEFINISI
74 | s k i l l l a b k e l o m p o k F 2 0 1 1
Prolaps rektum adalah turunnya rektum melalui anus. Dalam hal ini terjadi
penonjolan mukosa rektum atau seluruh dinding rektum. Prolaps rektum yang
bersifat sementara dan hanya mengenai lapisan rektum (mukosa), sering terjadi
pada bayi normal, mungkin karena bayi mengedan selama defekasinya dan
jarang berakibat serius. Prolaps rektum yang bersifat sementara hanya meliputi
mukosa dan biasanya hanya terlihat penonjolan beberapa centimeter. Pada orang
dewasa, prolaps lapisan rektum cenderung menetap dan bisa memburuk,
sehingga lebih banyak bagian dari rektum yang turun. Prolaps rektum yang
lengkap disebut prosidensia. Paling sering terjadi pada wanita di atas usia 60
tahun.
KLASIFIKASI
Prolaps rektum dikategorikan sesuai dengan tingkat keparahan, mencakup:
1) Prolaps internal, rektum telah prolaps, tapi tidak terlalu jauh keluar melalui
anus. Juga dikenal sebagai prolaps tidak lengkap.
2) Prolaps mukosa, hanya lapisan mukosa rektum menonjol melalui anus.
3) Prolaps eksternal, seluruh ketebalan rektum menonjol melewati anus. Juga
dikenal sebagai prolaps lengkap. Dapat menjadi prolaps inkarserata ataupun
srtangulata.
GEJALA
Salah satu gejala awal dari prolaps rektum rasa tidak nyaman di sekitar
anorektum selama defekasi. Kesulitan dalam memulai defekasi, sensasi defekasi
terhambat, perasaan defekasi tidak lancar di mana terasa masih tersisa feses
merupakan gejala awal yang umum terjadi pada prolaps rektum. Awalnya, massa
keluar dari anus hanya setelah defekasi dan biasanya masuk kembali saat pasien
berdiri. Kemudian massa terlihat lebih menonjol lagi terutama saat terjadi
ketegangan otot dan manuver valsava seperti bersin dan batuk.
75 | s k i l l l a b k e l o m p o k F 2 0 1 1
Sebagaimana perkembangan penyakit, rektum yang menonjol kemudian tidak
dapat lagi masuk atau memendek secara spontan, sehingga penderita mungkin
harus memasukkannya secara manual. Kondisi ini mungkin lebih lanjut sampai
pada tahap di mana rektum yang menonjol keluar tidak dapat masuk lagi dan
menjadi prolaps terus-menerus.
Ada perbedaan klinis prolaps rektum pada anak dan orang dewasa. Pada anak
dengan prolaps rektum umumnya mempunyai susunan anatomi yang normal.
Mukosa rektum keluar saat defekasi dan masuk kembali tanpa menimbulkan
nyeri, kadang tanpa dorongan tangan. Pada sebagian pasien, mukosa yang
prolaps tersebut tidak dapat kembali walau didorong. Hal ini akan menimbulkan
udem, nyeri, dan kadang berdarah.
Pada orang dewasa, awalnya prolaps masih kecil dan makin lama bertambah
besar. Prolaps tambah besar karena udem, sehingga makin besar dan tidak dapat
dimasukkan lagi karena rangsangan dan bendungan mukus serta keluarnya darah.
Sfingter anus menjadi longgar dan hipotonik sehingga terjadi inkotinensia feses.
Pada pemeriksaan stadium permulaan terdapat penonjolan mukosa konsentrik.
Penderita dengan prolaps rektum dapat ditemukan gejala-gejala meliputi
penonjolan massa dari rektum, nyeri saat buang air defekasi, keluar lendir atau
darah dari massa yang menonjol, inkontinensia feses, dan pada massa prolaps
yang lebih besar biasanya penderita kehilangan keinginan untuk defekasi.
PEMERIKSAAN FISIK
stadium permulaan massa yang menonjol terlihat lipatan mukosa konsentrik
radier, seluruh ketebalan dinding dapat dirasakan, mukosa merah muda dan
mengkilat. Pemeriksaan fisik juga mungkin tampak ulserasi rektum dan
penurunan tonus sfingter anus. Pada keadaan kronis sering ditemukan lendir
akibat iritasi
Dokter menyuruh penderita duduk di toilet dan mengedan, dimana setelah itu
seharusnya rektum prolaps. Jika tidak prolaps dengan mengedan, maka dilakukan
76 | s k i l l l a b k e l o m p o k F 2 0 1 1
prosedur fosfat enema untuk merangsang prolaps. Pada anak-anak, dapat
digunakan gliserin supositoria sebagai pengganti fosfat enema. Pemeriksaan
anorektal cukup untuk diagnosis ketika rektum menonjol dari anus di mana
paling mudah ditemukan pada prolaps retum lengkap.
6. HEMORRHOIDS
1. Definisi
Hemoroid adalah pelebaran vena di dalam pleksus hemoroidalis yang tidak
merupakan kelainan patologik. Hanya apabila hemoroid menyebabkan keluhan atau
penyulit, diperlukan tindakan
2. Anatomi
Rektum panjangnya 15 – 20 cm dan berbentuk huruf S. Mula – mula mengikuti
cembungan tulang kelangkang, fleksura sakralis, kemudian membelok kebelakang
pada ketinggian tulang ekor dan melintas melalui dasar panggul pada fleksura
perinealis. Akhirnya rektum menjadi kanalis analis dan berakhir jadi anus. Rektum
mempunyai sebuah proyeksi ke sisi kiri yang dibentuk oleh lipatan kohlrausch.
Fleksura sakralis terletak di belakang peritoneum dan bagian anteriornya tertutup
oleh paritoneum. Fleksura perinealis berjalan ektraperitoneal. Haustra ( kantong )
dan tenia ( pita ) tidak terdapat pada rektum, dan lapisan otot longitudinalnya
berkesinambungan. Pada sepertiga bagian atas rektum, terdapat bagian yang dapat
cukup banyak meluas yakni ampula rektum bila ini terisi maka imbullah perasaan
ingin buang air besar. Di bawah ampula, tiga buah lipatan proyeksi seperti sayap –
sayap ke dalam lumen rektum, dua yang lebih kecil pada sisi yang kiri dan diantara
keduanya terdapat satu lipatan yang lebih besar pada sisi kanan, yakni lipatan
kohlrausch, pada jarak 5 – 8 cm dari anus. Melalui kontraksi serabut – serabut otot
77 | s k i l l l a b k e l o m p o k F 2 0 1 1
sirkuler, lipatan tersebut saling mendekati, dan pada kontraksi serabut otot
longitudinal lipatan tersebut saling menjauhi.
Kanalis analis pada dua pertiga bagian bawahnya, ini berlapiskan kulit tipis yang
sedikit bertanduk yang mengandung persarafan sensoris yang bergabung dengan
kulit bagian luar, kulit ini mencapai ke dalam bagian akhir kanalis analis dan
mempunyai epidermis berpigmen yang bertanduk rambut dengan kelenjar sebacea
dan kelenjar keringat. Mukosa kolon mencapai dua pertiga bagian atas kanalis analis.
Pada daerah ini, 6 – 10 lipatan longitudinal berbentuk gulungan, kolumna analis
melengkung kedalam lumen. Lipatan ini terlontar keatas oleh simpul pembuluh dan
tertutup beberapa lapisan epitel gepeng yang tidak bertanduk. Pada ujung bawahnya,
kolumna analis saling bergabung dengan perantaraan lipatan transversal. Alur – alur
diantara lipatan longitudinal berakhir pada kantong dangkal pada akhiran analnya
dan tertutup selapis epitel thorax. Daerah kolumna analis, yang panjangnya kira –
kira 1 cm, di sebut daerah hemoroidal, cabang arteri rectalis superior turun ke
kolumna analis terletak di bawah mukosa dan membentuk dasar hemorhoid interna. ( 5
)
Hemoroid dibedakan antara yang interna dan eksterna. Hemoroid interna adalah
pleksus vena hemoroidalis superior di atas linea dentata/garis mukokutan dan
ditutupi oleh mukosa. Hemoroid interna ini merupakan bantalan vaskuler di dalam
jaringan submukosa pada rektum sebelah bawah. Sering hemoroid terdapat pada tiga
78 | s k i l l l a b k e l o m p o k F 2 0 1 1
posisi primer, yaitu kanan depan ( jam 7 ), kanan belakang (jam 11), dan kiri lateral
(jam 3). Hemoroid yang lebih kecil terdapat di antara ketiga letak primer tesebut.( 4,5 )
Hemoroid eksterna yang merupakan pelebaran dan penonjolan pleksus hemoroid
inferior terdapat di sebelah distal linea dentata/garis mukokutan di dalam jaringan di
bawah epitel anus.
Kedua pleksus hemoroid, internus dan eksternus berhubungan secara longgar dan
merupakan awal aliran vena yang kembali bermula dari rektum sebelah bawah dan
anus. Pleksus hemoroid interna mengalirkan darah ke vena hemoroidalis superior
dan selanjutnya ke vena porta. Pleksus hemoroid eksternus mengalirkan darah ke
peredaran sistemik melalui daerah perineum dan lipat paha ke vena iliaka.( 4,5 )
3. Faktor resiko
1. Anatomik : vena daerah anorektal tidak mempunyai katup dan pleksus
hemoroidalis kurang mendapat sokongan dari otot dan fascia sekitarnya.
2. U m u r : pada umur tua terjadi degenerasi dari seluruh jaringan tubuh, juga
otot sfingter menjadi tipis dan atonis.
3. Keturunan : dinding pembuluh darah lemah dan tipis
4. Pekerjaan : orang yang harus berdiri , duduk lama, atau harus mengangkat
barang berat mempunyai predisposisi untuk hemoroid.
5. Mekanis : semua keadaan yang menyebabkan meningkatnya tekanan intra
abdomen, misalnya penderita hipertrofi prostat, konstipasi menahun dan
sering mengejan pada waktu defekasi.
6. Endokrin : pada wanita hamil ada dilatasi vena ekstremitas dan anus oleh
karena ada sekresi hormone relaksin.
7. Fisiologi : bendungan pada peredaran darah portal, misalnya pada penderita
sirosis hepatis.
4. Manifestasi Klinis
79 | s k i l l l a b k e l o m p o k F 2 0 1 1
Pasien sering mengeluh menderita hemoroid atau “wasir” tanpa ada hubungannya
dengan gejala rektum atau anus yang khusus. Nyeri yang hebat jarang sekali ada
hubungannya dengan hemoroid interna dan hanya timbul pada hemoroid eksterna
yang mengalami trombosis.
Perdarahan umumnya merupakan tanda pertama dari hemoroid interna akibat trauma
oleh faeces yang keras. Darah yang keluar berwarna merah segar dan tidak
tercampur dengan faeces, dapat hanya berupa garis pada faeces atau kertas
pembersih sampai pada perdarahan yang terlihat menetes atau mewarnai air toilet
menjadi merah. Hemoroid yang membesar secara perlahan-lahan akhirnya dapat
menonjol keluar menyebabkan prolaps. Pada tahap awal, penonjolan ini hanya
terjadi pada waktu defekasi dan disusul reduksi spontan setelah defekasi. Pada
stadium yang lebih lanjut, hemoroid interna ini perlu didorong kembali setelah
defekasi agar masuk kembali ke dalam anus.
Pada akhirnya hemoroid dapat berlanjut menjadi bentuk yang mengalami prolaps
menetap dan tidak bisa didorong masuk lagi. Keluarnya mukus dan terdapatnya
faeces pada pakaian dalam merupakn ciri hemoroid yang mengalami prolaps
menetap. Iritasi kulit perianal dapat menimbulkan rasa gatal yang dikenal sebagai
pruritus anus dan ini disebabkan oleh kelembaban yang terus menerus dan
rangsangan mukus. Nyeri hanya timbul apabila terdapat trombosis yang luas dengan
udem dan radang.
5. Klasifikasi
Hemoroid eksterna diklasifikasikan sebagai akut dan kronik. Bentuk akut berupa
pembengkakan bulat kebiruan pada pinggir anus dan sebenarnya merupakan
hematoma, walaupun disebut hemoroid trombosis eksterna akut. Bentuk ini sangat
nyeri dan gatal karena ujung-ujung syaraf pada kulit merupakan reseptor nyeri.
Hemoroid eksterna kronik atau skin tag berupa satu atau lebih lipatan kulit anus yang
terdiri dari jaringan penyambung dan sedikit pembuluh darah.
80 | s k i l l l a b k e l o m p o k F 2 0 1 1
Hemoroid interna diklasifikasikan menjadi 4 derajat yaitu :
Derajat I : Tonjolan masih di lumen rektum, biasanya keluhan penderita adalah
perdarahan
Derajat II : Tonjolan keluar dari anus waktu defekasi dan masuk sendiri setelah
selesai defekasi.
Derajat III : Tonjolan keluar waktu defekasi, harus didorong masuk setelah defekasi
selesai karena tidak dapat masuk sendiri.
Derajat IV : Tonjolan tidak dapat didorong masuk/inkarserasi
6. Pemeriksaan
Anamnesis harus dikaitkan dengan faktor obstipasi, defekasi yang keras, yamg
membutuhkan tekanan intra abdominal meninggi ( mengejan ), pasien sering duduk
berjam-jam di WC, dan dapat disertai rasa nyeri bila terjadi peradangan.
Pemeriksaan umum tidak boleh diabaikan karena keadaan ini dapat disebabkan oleh
penyakit lain seperti sindrom hipertensi portal. Hemoroid eksterna dapat dilihat
dengan inspeksi apalagi bila terjadi trombosis. Bila hemoroid interna mengalami
prolaps, maka tonjolan yang ditutupi epitel penghasil musin akan dapat dilihat
apabila penderita diminta mengejan.
6. 1. Pemeriksaan Colok Dubur
Pada pemeriksaan colok dubur, hemoroid interna stadium awal tidak dapat diraba
sebab tekanan vena di dalamnya tidak terlalu tinggi dan biasanya tidak nyeri.
Hemoroid dapat diraba apabila sangat besar. Apabila hemoroid sering prolaps,
selaput lendir akan menebal. Trombosis dan fibrosis pada perabaan terasa padat
dengan dasar yang lebar. Pemeriksaan colok dubur ini untuk menyingkirkan
kemungkinan karsinoma rektum.
81 | s k i l l l a b k e l o m p o k F 2 0 1 1
6. 2. Pemeriksaan Anoskopi
Dengan cara ini dapat dilihat hemoroid internus yang tidak menonjol keluar.
Anoskop dimasukkan untuk mengamati keempat kuadran. Penderita dalam posisi
litotomi. Anoskop dan penyumbatnya dimasukkan dalam anus sedalam mungkin,
penyumbat diangkat dan penderita disuruh bernafas panjang. Hemoroid interna
terlihat sebagai struktur vaskuler yang menonjol ke dalam lumen. Apabila penderita
diminta mengejan sedikit maka ukuran hemoroid akan membesar dan penonjolan
atau prolaps akan lebih nyata. Banyaknya benjolan, derajatnya, letak ,besarnya dan
keadaan lain dalam anus seperti polip, fissura ani dan tumor ganas harus
diperhatikan.
6. 3. Pemeriksaan proktosigmoidoskopi
Proktosigmoidoskopi perlu dikerjakan untuk memastikan keluhan bukan disebabkan
oleh proses radang atau proses keganasan di tingkat tinggi, karena hemoroid
merupakan keadaan fisiologik saja atau tanda yang menyertai. Faeces harus
diperiksa terhadap adanya darah samar.
7. Diagnosis Banding
Perdarahan rektum merupakan manifestasi utama hemoroid interna yang juga terjadi
pada :
1. Karsinoma kolorektum
2. Penyakit divertikel
3. Polip
4. Kolitis ulserosa
82 | s k i l l l a b k e l o m p o k F 2 0 1 1
Pemeriksaan sigmoidoskopi harus dilakukan. Foto barium kolon dan kolonoskopi
perlu dipilih secara selektif, bergantung pada keluhan dan gejala penderita. Prolaps
rektum juga harus dibedakan dari prolaps mukosa akibat hemoroid interna.
8. Komplikasi
Perdarahan akut pada umumnya jarang , hanya terjadi apabila yang pecah adalah
pembuluh darah besar. Hemoroid dapat membentuk pintasan portal sistemik pada
hipertensi portal, dan apabila hemoroid semacam ini mengalami perdarahan maka
darah dapat sangat banyak.
Yang lebih sering terjadi yaitu perdarahan kronis dan apabila berulang dapat
menyebabkan anemia karena jumlah eritrosit yang diproduksi tidak bisa
mengimbangi jumlah yang keluar. Anemia terjadi secara kronis, sehingga sering
tidak menimbulkan keluhan pada penderita walaupun Hb sangat rendah karena
adanya mekanisme adaptasi.
Apabila hemoroid keluar, dan tidak dapat masuk lagi (inkarserata/terjepit) akan
mudah terjadi infeksi yang dapat menyebabkan sepsis dan bisa mengakibatkan
kematian.
9. Penatalaksanaan
9.1. Terapi non bedah
A. Terapi obat-obatan (medikamentosa) / diet
Kebanyakan penderita hemoroid derajat pertama dan derajat kedua dapat ditolong
dengan tindakan lokal sederhana disertai nasehat tentang makan. Makanan sebaiknya
terdiri atas makanan berserat tinggi seperti sayur dan buah-buahan. Makanan ini
membuat gumpalan isi usus besar, namun lunak, sehingga mempermudah defekasi
dan mengurangi keharusan mengejan berlebihan.
83 | s k i l l l a b k e l o m p o k F 2 0 1 1
Supositoria dan salep anus diketahui tidak mempunyai efek yang bermakna kecuali
efek anestetik dan astringen. Hemoroid interna yang mengalami prolaps oleh karena
udem umumnya dapat dimasukkan kembali secara perlahan disusul dengan tirah
baring dan kompres lokal untuk mengurangi pembengkakan. Rendam duduk dengan
dengan cairan hangat juga dapat meringankan nyeri. ( 5 )
B. Skleroterapi
Skleroterapi adalah penyuntikan larutan kimia yang merangsang, misalnya 5% fenol
dalam minyak nabati. Penyuntikan diberikan ke submukosa dalam jaringan areolar
yang longgar di bawah hemoroid interna dengan tujuan menimbulkan peradangan
steril yang kemudian menjadi fibrotik dan meninggalkan parut. Penyuntikan
dilakukan di sebelah atas dari garis mukokutan dengan jarum yang panjang melalui
anoskop. Apabila penyuntikan dilakukan pada tempat yang tepat maka tidak ada
nyeri.
Penyulit penyuntikan termasuk infeksi, prostatitis akut jika masuk dalam prostat, dan
reaksi hipersensitivitas terhadap obat yang disuntikan.Terapi suntikan bahan
sklerotik bersama nasehat tentang makanan merupakan terapi yang efektif untuk
hemoroid interna derajat I dan II, tidak tepat untuk hemoroid yang lebih parah atau
prolaps.( 4,5 )
C. Ligasi dengan gelang karet
Hemoroid yang besar atau yang mengalami prolaps dapat ditangani dengan ligasi
gelang karet menurut Barron. Dengan bantuan anoskop, mukosa di atas hemoroid
yang menonjol dijepit dan ditarik atau dihisap ke tabung ligator khusus. Gelang karet
didorong dari ligator dan ditempatkan secara rapat di sekeliling mukosa pleksus
hemoroidalis tersebut. Pada satu kali terapi hanya diikat satu kompleks hemoroid,
sedangkan ligasi berikutnya dilakukan dalam jarak waktu 2 – 4 minggu.
84 | s k i l l l a b k e l o m p o k F 2 0 1 1
Penyulit utama dari ligasi ini adalah timbulnya nyeri karena terkenanya garis
mukokutan. Untuk menghindari ini maka gelang tersebut ditempatkan cukup jauh
dari garis mukokutan. Nyeri yang hebat dapat pula disebabkan infeksi. Perdarahan
dapat terjadi waktu hemoroid mengalami nekrosis, biasanya setelah 7 – 10 hari.( 3,5 )
D. Krioterapi / bedah beku
Hemoroid dapat pula dibekukan dengan suhu yang rendah sekali. Jika digunakan
dengan cermat, dan hanya diberikan ke bagian atas hemoroid pada sambungan anus
rektum, maka krioterapi mencapai hasil yang serupa dengan yang terlihat pada ligasi
dengan gelang karet dan tidak ada nyeri. Dingin diinduksi melalui sonde dari mesin
kecil yang dirancang bagi proses ini. Tindakan ini cepat dan mudah dilakukan dalam
tempat praktek atau klinik. Terapi ini tidak dipakai secara luas karena mukosa yang
nekrotik sukar ditentukan luasnya. Krioterapi ini lebih cocok untuk terapi paliatif
pada karsinoma rektum yang ireponibel.
E. Hemorroidal Arteri Ligation ( HAL )
Pada terapi ini, arteri hemoroidalis diikat sehingga jaringan hemoroid tidak
mendapat aliran darah yang pada akhirnya mengakibatkan jaringan hemoroid
mengempis dan akhirnya nekrosis.
F. Infra Red Coagulation ( IRC ) / Koagulasi Infra Merah
Dengan sinar infra merah yang dihasilkan oleh alat yang dinamakan
photocuagulation, tonjolan hemoroid dikauter sehingga terjadi nekrosis pada
jaringan dan akhirnya fibrosis. Cara ini baik digunakan pada hemoroid yang sedang
mengalami perdarahan.
G. Generator galvanis
85 | s k i l l l a b k e l o m p o k F 2 0 1 1
Jaringan hemoroid dirusak dengan arus listrik searah yang berasal dari baterai kimia.
Cara ini paling efektif digunakan pada hemoroid interna.
H. Bipolar Coagulation / Diatermi bipolar
Prinsipnya tetap sama dengan terapi hemoroid lain di atas yaitu menimbulkan
nekrosis jaringan dan akhirnya fibrosis. Namun yang digunakan sebagai penghancur
jaringan yaitu radiasi elektromagnetik berfrekuensi tinggi. Pada terapi dengan
diatermi bipolar, selaput mukosa sekitar hemoroid dipanasi dengan radiasi
elektromagnetik berfrekuensi tinggi sampai akhirnya timbul kerusakan jaringan.
Cara ini efektif untuk hemoroid interna yang mengalami perdarahan.
9.2. Terapi bedah
Terapi bedah dipilih untuk penderita yang mengalami keluhan menahun dan pada
penderita hemoroid derajat III dan IV. Terapi bedah juga dapat dilakukan dengan
perdarahan berulang dan anemia yang tidak dapat sembuh dengan cara terapi lainnya
yang lebih sederhana. Penderita hemoroid derajat IV yang mengalami trombosis dan
kesakitan hebat dapat ditolong segera dengan hemoroidektomi.
Prinsip yang harus diperhatikan dalam hemoroidektomi adalah eksisi yang hanya
dilakukan pada jaringan yang benar-benar berlebihan. Eksisi sehemat mungkin
dilakukan pada anoderm dan kulit yang normal dengan tidak mengganggu sfingter
anus. Eksisi jaringan ini harus digabung dengan rekonstruksi tunika mukosa karena
telah terjadi deformitas kanalis analis akibat prolapsus mukosa.
Ada tiga tindakan bedah yang tersedia saat ini yaitu bedah konvensional
( menggunakan pisau dan gunting), bedah laser ( sinar laser sebagai alat pemotong)
dan bedah stapler ( menggunakan alat dengan prinsip kerja stapler).
Bedah konvensional
86 | s k i l l l a b k e l o m p o k F 2 0 1 1
Saat ini ada 3 teknik operasi yang biasa digunakan yaitu :
1. Teknik Milligan – Morgan
Teknik ini digunakan untuk tonjolan hemoroid di 3 tempat utama. Teknik ini
dikembangkan di Inggris oleh Milligan dan Morgan pada tahun 1973. Basis massa
hemoroid tepat diatas linea mukokutan dicekap dengan hemostat dan diretraksi dari
rektum. Kemudian dipasang jahitan transfiksi catgut proksimal terhadap pleksus
hemoroidalis. Penting untuk mencegah pemasangan jahitan melalui otot sfingter
internus.
Hemostat kedua ditempatkan distal terhadap hemoroid eksterna. Suatu incisi elips
dibuat dengan skalpel melalui kulit dan tunika mukosa sekitar pleksus hemoroidalis
internus dan eksternus, yang dibebaskan dari jaringan yang mendasarinya. Hemoroid
dieksisi secara keseluruhan. Bila diseksi mencapai jahitan transfiksi cat gut maka
hemoroid ekstena dibawah kulit dieksisi. Setelah mengamankan hemostasis, maka
mukosa dan kulit anus ditutup secara longitudinal dengan jahitan jelujur sederhana.
Biasanya tidak lebih dari tiga kelompok hemoroid yang dibuang pada satu waktu.
Striktura rektum dapat merupakan komplikasi dari eksisi tunika mukosa rektum yang
terlalu banyak. Sehingga lebih baik mengambil terlalu sedikit daripada mengambil
terlalu banyak jaringan.
2. Teknik Whitehead
Teknik operasi yang digunakan untuk hemoroid yang sirkuler ini yaitu dengan
mengupas seluruh hemoroid dengan membebaskan mukosa dari submukosa dan
mengadakan reseksi sirkuler terhadap mukosa daerah itu. Lalu mengusahakan
kontinuitas mukosa kembali.
3. Teknik Langenbeck
87 | s k i l l l a b k e l o m p o k F 2 0 1 1
Pada teknik Langenbeck, hemoroid internus dijepit radier dengan klem. Lakukan
jahitan jelujur di bawah klem dengan cat gut chromic no 2/0. Kemudian eksisi
jaringan diatas klem. Sesudah itu klem dilepas dan jepitan jelujur di bawah klem
diikat. Teknik ini lebih sering digunakan karena caranya mudah dan tidak
mengandung resiko pembentukan jaringan parut sekunder yang biasa menimbulkan
stenosis.
A. Bedah Laser
Pada prinsipnya, pembedahan ini sama dengan pembedahan konvensional, hanya
alat pemotongnya menggunakan laser. Saat laser memotong, pembuluh jaringan
terpatri sehingga tidak banyak mengeluarkan darah, tidak banyak luka dan dengan
nyeri yang minimal.
Pada bedah dengan laser, nyeri berkurang karena syaraf rasa nyeri ikut terpatri. Di
anus, terdapat banyak syaraf. Pada bedah konvensional, saat post operasi akan terasa
nyeri sekali karena pada saat memotong jaringan, serabut syaraf terbuka akibat
serabut syaraf tidak mengerut sedangkan selubungnya mengerut.
Sedangkan pada bedah laser, serabut syaraf dan selubung syaraf menempel jadi satu,
seperti terpatri sehingga serabut syaraf tidak terbuka. Untuk hemoroidektomi,
dibutuhkan daya laser 12 – 14 watt. Setelah jaringan diangkat, luka bekas operasi
direndam cairan antiseptik. Dalam waktu 4 – 6 minggu, luka akan mengering.
Prosedur ini bisa dilakukan hanya dengan rawat jalan
B. Bedah Stapler
Teknik ini juga dikenal dengan nama Procedure for Prolapse Hemorrhoids (PPH)
atau Hemoroid Circular Stapler. Teknik ini mulai diperkenalkan pada tahun 1993
oleh dokter berkebangsaan Italia yang bernama Longo sehingga teknik ini juga
sering disebut teknik Longo. Di Indonesia sendiri alat ini diperkenalkan pada tahun
88 | s k i l l l a b k e l o m p o k F 2 0 1 1
1999. Alat yang digunakan sesuai dengan prinsip kerja stapler. Bentuk alat ini seperti
senter, terdiri dari lingkaran di depan dan pendorong di belakangnya.
Pada dasarnya hemoroid merupakan jaringan alami yang terdapat di saluran anus.
Fungsinya adalah sebagai bantalan saat buang air besar. Kerjasama jaringan
hemoroid dan m. sfinter ani untuk melebar dan mengerut menjamin kontrol
keluarnya cairan dan kotoran dari dubur. Teknik PPH ini mengurangi prolaps
jaringan hemoroid dengan mendorongnya ke atas garis mukokutan dan
mengembalikan jaringan hemoroid ini ke posisi anatominya semula karena jaringan
hemoroid ini masih diperlukan sebagai bantalan saat BAB, sehingga tidak perlu
dibuang semua.
89 | s k i l l l a b k e l o m p o k F 2 0 1 1
Internal/External Hemorrhoids [1]
Dilator [2]
Purse String [3]
90 | s k i l l l a b k e l o m p o k F 2 0 1 1
Closing PPH [4]
Mucosa Pull [5]
Staples [6]
Mula-mula jaringan hemoroid yang prolaps didorong ke atas dengan alat yang
dinamakan dilator, kemudian dijahitkan ke tunika mukosa dinding anus. Kemudian
alat stapler dimasukkan ke dalam dilator. Dari stapler dikeluarkan sebuah gelang dari
titanium diselipkan dalam jahitan dan ditanamkan di bagian atas saluran anus untuk
mengokohkan posisi jaringan hemoroid tersebut. Bagian jaringan hemoroid yang
berlebih masuk ke dalam stapler. Dengan memutar sekrup yang terdapat pada ujung
alat , maka alat akan memotong jaringan yang berlebih secara otomatis. Dengan
terpotongnya jaringan hemoroid maka suplai darah ke jaringan tersebut terhenti
sehingga jaringan hemoroid mengempis dengan sendirinya.
Keuntungan teknik ini yaitu mengembalikan ke posisi anatomis, tidak mengganggu
fungsi anus, tidak ada anal discharge, nyeri minimal karena tindakan dilakukan di
luar bagian sensitif, tindakan berlangsung cepat sekitar 20 – 45 menit, pasien pulih
lebih cepat sehingga rawat inap di rumah sakit semakin singkat
Meskipun jarang, tindakan PPH memiliki resiko yaitu :
91 | s k i l l l a b k e l o m p o k F 2 0 1 1
1. Jika terlalu banyak jaringan otot yang ikut terbuang, akan mengakibatkan
kerusakan dinding rektum.
2. Jika m. sfinter ani internus tertarik, dapat menyebabkan disfungsi baik dalam
jangka waktu pendek maupun jangka panjang.
3. Seperti pada operasi dengan teknik lain, infeksi pada pelvis juga pernah
dilaporkan.
4. PPH bisa saja gagal pada hemoroid yang terlalu besar karena sulit untuk
memperoleh jalan masuk ke saluran anus dan kalaupun bisa masuk, jaringan
mungkin terlalu tebal untuk masuk ke dalam stapler.
9.3. Tindakan pada hemoroid eksterna yang mengalami trombosis
Keadaan ini bukan hemoroid dalam arti yang sebenarnya tetapi merupakan trombosis
vena oroid eksterna ang terletak subkutan di daerah kanalis analis.
Trombosis dapat terjadi karena tekanan tinggi di vena tersebut misalnya ketika
mengangkat barang berat, batuk, bersin, mengejan, atau partus. Vena lebar yang
menonjol itu dapat terjepit sehingga kemudian terjadi trombosis. Kelainan yang
nyeri sekali ini dapat terjadi pada semua usia dan tidak ada hubungan dengan
ada/tidaknya hemoroid interna Kadang terdapat lebih dari satu trombus.
Keadaan ini ditandai dengan adanya benjolan di bawah kulit kanalis analis yang
nyeri sekali, tegang dan berwarna kebiru-biruan, berukuran dari beberapa milimeter
sampai satu atau dua sentimeter garis tengahnya. Benjolan itu dapat unilobular, dan
dapat pula multilokuler atau beberapa benjolan. Ruptur dapat terjadi pada dinding
vena, meskipun biasanya tidak lengkap, sehingga masih terdapat lapisan tipis
adventitiia menutupi darah yang membeku.
92 | s k i l l l a b k e l o m p o k F 2 0 1 1
Pada awal timbulnya trombosis, erasa sangat nyeri, kemudian nyeri berkurang dalam
waktu dua sampai tiga hari bersamaan dengan berkurangnya udem akut. Ruptur
spontan dapat terjadi diikuti dengan perdarahan. Resolusi spontan dapat pula terjadi
tanpa terapi setelah dua sampai empat hari
Terapi
Keluhan dapat dikurangi dengan rendam duduk menggunakan larutan hangat, salep
yang mengandung analgesik untuk mengurangi nyeri atau gesekan pada waktu
berjalan, dan sedasi. Istirahat di tempat tidur dapat membantu mempercepat
berkurangnya pembengkakan.
Pasien yang datang sebelum 48 jam dapat ditolong dan berhasil baik dengan cara
segera mengeluarkan trombus atau melakukan eksisi lengkap secara hemoroidektomi
dengan anestesi lokal. Bila trombus sudah dikeluarkan, kulit dieksisi berbentuk elips
untuk mencegah bertautnya tepi kulit dan pembentukan kembali trombus
dibawahnya. Nyeri segera hilang pada saat tindakan dan luka akan sembuh dalam
waktu singkat sebab luka berada di daerah yang kaya akan darah.
Trombus yang sudah terorganisasi tidak dapat dikeluarkan, dalam hal ini terapi
konservatif merupakan pilihan. Usaha untuk melakukan reposisi hemoroid ekstern
yang mengalami trombus tidak boleh dilakukan karena kelainan ini terjadi pada
struktur luar anus yang tidak dapat direposisi
Dilatasi anus merupakan salah satu pengobatan pada hemoroid interna yang besar,
prolaps, berwarna biru dan sering berdarah atau yang biasa disebut hemoroid
strangulasi. Pada pasien hemoroid hampir selalu terjadi karena kenaikan tonus
sfingter dan cincin otot sehingga menutup di belakang massa hemoroid
menyebabkan strangulasi. Dilatasi dapat mengatasi sebagian besar pasien hemoroid
strangulasi, akan terjadi regresi sehingga setidak-tidaknya akan terjadi penyembuhan
sementara. Dilatasi tidak boleh dilakukan jika sfingter relaksasi ( jarang pada
93 | s k i l l l a b k e l o m p o k F 2 0 1 1
strangulasi), karena bisa menyebabkan inkontinensia flatus atau tinja atau kedua-
duanya yang mungkin menetap.
Anestesi umum dilakukan dan pasien diletakkan pada posisi lateral kiri atau posisi
litotomi. Dengan hati-hati anus diregangkan cukup luas sehingga dapat dilalui 6–8
jari. Sangat penting sekali bahwa untuk prosedur ini diperlukan waktu yang cukup
agar tidak merobekkan jaringan. Satu menit untuk sebesar satu jari sudah cukup
( berarti dibutuhkan waktu 6-8 menit), terutama jika kanalis agak kaku. Selama
prosedur tersebut, sfingter anus dapat terasa memberikan jalan. Namun karena
metode dilatasi menurut Lord ini kadang disertai penyulit inkontinensia sehingga
tidak dianjurkan.
Prognosis
Dengan terapi yang sesuai, semua hemoroid simptomatis dapat dibuat menjadi
asimptomatis. Pendekatan konservatif hendaknya diusahakan terlebih dahulu pada
semua kasus. Hemoroidektomi pada umumnya memberikan hasil yang baik. Sesudah
terapi penderita harus diajari untuk menghindari obstipasi dengan makan makanan
serat agar dapat mencegah timbulnya kembali gejala hemoroid
7. PERIANAL ABSCESS
Definisi
Abses Perianal merupakan suatu pengumpulan nanah yang disebabkan masuknya
bakteri ke ruangan di sekitar anus dan rektum.
Etiologi
Masuknya bakteri ke daerah sekitar anus dan rektum.
Gejala
Abses di bawah kulit bisa membengkak, merah, lembut dan sangat nyeri.
94 | s k i l l l a b k e l o m p o k F 2 0 1 1
Abses yang terletak lebih tinggi di rektum, bisa saja tidak menyebabkan gejala,
namun bisa menyebabkan demam dan nyeri di perut bagian bawah.
Diagnosis
Diagnosis ditegakkan berdasarkan hasil pemeriksaan di daerah sekitar anus dan
rektum.
Dengan menggunakan sarung tangan, dapat dirasakan pembengkakan lembut di
rektum, meskipun dari luar tidak tampak adanya pembengkakan.
Penatalaksanaan
Antibiotik memiliki nilai terbatas kecuali pada penderita yang mengalami
demam, kencing manis atau infeksi di bagian tubuh lainnya.
Biasanya, pengobatan terdiri dari suntikan dengan bius lokal, membuka abses
dan mengeluarkan nanahnya.
Kadang-kadang, penderita dirawat dan mendapatkan pembiusan total sebelum
dokter membuka dan mengeringkan abses.
Setelah semua nanah dibuang, bisa terbentuk terowongan abnormal yang menuju
ke kulit (fistula anorektal).
8. FISTULA
Definisi
Fissura Perianal adalah robekan atau luka dengan nanah didaerah anus, dekat
perbatasan dengan kulit. Luka sering terjadi pada bagian belakang. Kadang, meski
jarang, luka bisa juga ditemukan dibagian depan. “ Lebih jarang lagi luka ditemukan
dibagian samping. Bila itu terjadi, perlu dipikirkan kemungkinan penyakit lain,”
Pathofisiologi
Feses yang keras dan menimbulkan rasa sakit saat BAB bisa mengakibatkan
sphincter spasme. Yakni, reaksi dubur karena sakit dan terus berkontraksi. Bila tiap
BAB sakit, penderita akan menahan BAB. Akibatnya, berak makin keras dan feses
95 | s k i l l l a b k e l o m p o k F 2 0 1 1
makin sulit keluar sehingga membuat robekan di daerah anal. fissure menimbulkan
nyeri dan pendarahan selama atau segera setelah BAB. Rasa nyeri berlangsung
beberapa menit hingga beberapa jam, lalu menghilang sampai saat BAB berikutnya.
Gatal-gatal (pruitus ani) dan berbau busuk mungkin terjadi karena adanya nanah dari
luka robek.
Anus fisura umumnya diikuti pendarahan meski tak sebanyak pada penderita wasir.
Dan terjadi juga peradangan di daerah luka sehingga terbentuk perianal abses dan
akhirnya menjadi fissura.
Gejala klinis
- Nyeri, Radang disekitar anus
- Berdarah, Bernanah, Brerair
- Gatal, Bau sekitar anus
- Sering disertai demam
Penatalaksanaan
Penatalaksanaan Fistel Parianal adalah dengan cara dilakukan Bedah meregang
Anus, yaitu prosedur bedah dengan cara meregang dan merobek sphincters untuk
melakukan pengobatan anus fisura.
DefinisiFissura Perianal adalah robekan atau luka dengan nanah didaerah anus, dekat
perbatasan dengan kulit. Luka sering terjadi pada bagian belakang. Kadang, meski
jarang, luka bisa juga ditemukan dibagian depan. “ Lebih jarang lagi luka ditemukan
dibagian samping. Bila itu terjadi, perlu dipikirkan kemungkinan penyakit lain,”
PathofisiologiFeses yang keras dan menimbulkan rasa sakit saat BAB bisa
mengakibatkan sphincter spasme. Yakni, reaksi dubur karena sakit dan terus
berkontraksi. Bila tiap BAB sakit, penderita akan menahan BAB. Akibatnya, berak
makin keras dan feses makin sulit keluar sehingga membuat robekan di daerah anal.
fissure menimbulkan nyeri dan pendarahan selama atau segera setelah BAB. Rasa
nyeri berlangsung beberapa menit hingga beberapa jam, lalu menghilang sampai saat
BAB berikutnya. Gatal-gatal (pruitus ani) dan berbau busuk mungkin terjadi karena
96 | s k i l l l a b k e l o m p o k F 2 0 1 1
adanya nanah dari luka robek. Anus fisura umumnya diikuti pendarahan meski tak
sebanyak pada penderita wasir. Dan terjadi juga peradangan di daerah luka sehingga
terbentuk perianal abses dan akhirnya menjadi fissura.
Gejala klinisNyeri, Radang disekitar anusBerdarah, Bernanah, BrerairGatal, Bau
sekitar anus Sering disertai demam
PenatalaksanaanPenatalaksanaan Fistel Parianal adalah dengan cara dilakukan Bedah
meregang Anus, yaitu prosedur bedah dengan cara meregang dan merobek
sphincters untuk melakukan pengobatan anus fisura.
9. ANAL FISSURE
Fistula adalah hubungan abnormal antara dua tempat yang berepitel. Fistula ani
adalah fistula yang menghubungkan antara kanalis anal ke kulit di sekitar anus
(ataupun ke organ lain seperti ke vagina). Pada permukaan kulit bisa terlihat satu
atau lebih lubang fistula, dan dari lubang fistula tersebut dapat keluar nanah
ataupun kotoran saat buang air besar.
Terdapat berbagai jenis fistula, mulai dari yang simple hingga fistula kompleks
yang bercabang cabang dan melibatkan otot sphincter ani (otot yang mengatur
proses defekasi).
Fistula ani sering terjadi pada laki laki berumur 20 – 40 tahun, berkisar 1-3 kasus
tiap 10.000 orang. Sebagian besar fistula terbentuk dari sebuah abses (tapi tidak
semua abses menjadi fistula). Sekitar 40% pasien dengan abses akan terbentuk
fistula.
Mayoritas penyakit supurativ anorektal terjadi karena infeksi dari kelenjar anus
(cyptoglandular). Kelenjar ini terdapat di dalam ruang intersphinteric. Diawali
kelenjar anus terinfeksi, sebuah abses kecil terbentuk di daerah intersfincter.
Abses ini kemudian membengkak dan fibrosis, termasuk di bagian luar kelenjar
97 | s k i l l l a b k e l o m p o k F 2 0 1 1
anus di garis kripte. Ketidakmampuan abses untuk keluar dari kelenjar tersebut
akan mengakibatkan proses peradangan yang meluas sampai perineum, anus atau
seluruhnya, yang akhirnya membentuk abses perianal dan kemudian menjadi
fistula.
Fistula ani juga dapat terjadi pada pasien dengan kondisi inflamasi
berkepanjangan pada usus, seperti pada Irritable Bowel Syndrome (IBS),
diverticulitis, colitis ulseratif, dan penyakit crohn, kanker rectum, tuberculosis
usus, HIV-AIDS, dan infeksi lain pada daerah ano-rektal.
Sebagian besar fistula ani memerlukan operasi karena fistula ani jarang sembuh
spontan. Setelah operasi risiko kekambuhan fistula termasuk cukup tinggi yaitu
sekitar 21% (satu dari lima pasien dengan fistula post operasi akan mengalami
kekambuhan).
Diagnosis
Pasien biasanya mengeluhkan beberapa gejala yaitu :
· Nyeri, yang bertambah pada saat bergerak, defekasi, dan batuk.
· Keluar darah atau nanah dari lubang fistula.
· Iritasi atau ulkus di kulit di sekitar lubang fistula.
· Gatal sekitar anus dan lubang fistula.
· Benjolan (Massa fluktuan) bila masih berbentuk abses.
· Demam, dan tanda tanda umum infeksi.
98 | s k i l l l a b k e l o m p o k F 2 0 1 1
Pada pemeriksaan fisik pada daerah anus, dapat ditemukan satu atau lebih
external opening atau teraba fistula di bawah permukaan. Pada colok dubur
terkadang dapat diraba indurasi fistula dan internal opening.
Pemeriksaan Penunjang
· Fistulografi: Injeksi kontras melalui pembukaan internal, diikuti dengan
anteroposterior, lateral dan gambaran X-ray oblik untuk melihat jalur fistula.
· Ultrasound endoanal / endorektal: Menggunakan transduser 7 atau 10 MHz ke
dalam kanalis ani untuk membantu melihat differensiasi muskulus intersfingter
dari lesi transfingter. Transduser water-filled ballon membantu evaluasi dinding
rectal dari beberapa ekstensi suprasfingter.
· MRI: MRI dipilih apabila ingin mengevaluasi fistula kompleks, untuk
memperbaiki rekurensi.
· CT- Scan: CT Scan umumnya diperlukan pada pasien dengan penyakit crohn
atau irritable bowel syndrome yang memerlukan evaluasi perluasan daerah
inflamasi. Pada umumnya memerlukan administrasi kontras oral dan rektal.
· Barium Enema: untuk fistula multiple, dan dapat mendeteksi penyakit
inflamasi usus.
· Anal Manometri: evaluasi tekanan pada mekanisme sfingter berguna pada
pasien tertentu seperti pada pasien dengan fistula karena trauma persalinan, atau
pada fistula kompleks berulang yang mengenai sphincter ani.
Klasifikasi
Selain fistula simple, Parks membagi fistula ani menjadi 4 type:
99 | s k i l l l a b k e l o m p o k F 2 0 1 1
1. Intersphinteric fistula
Berawal dalam ruang di antara muskulus sfingter eksterna dan interna dan
bermuara berdekatan dengan lubang anus.
2. Transphinteric fistula
Berawal dalam ruang di antara muskulus sfingter eksterna dan interna, kemudian
melewati muskulus sfingter eksterna dan bermuara sepanjang satu atau dua inchi
di luar lubang anus, membentuk huruf ‘U’ dalam tubuh, dengan lubang eksternal
berada di kedua belah lubang anus (fistula horseshoe)
3. Suprasphinteric fistula
Berawal dari ruangan diantara m. sfingter eksterna, dan interna dan membelah ke
atas muskulus pubrektalis lalu turun di antara puborektal dan m.levator ani lalu
muncul satu atau dua inchi di luar anus.
4. Ekstrasphinteric fistula
Berawal dari rektum atau colon sigmoid dan memanjang ke bawah, melewati
muskulus levator ani dan berakhir di sekitar anus. Fistula ini biasa disebabkan
oleh abses appendiceal, abses diverticular, atau Crohn’s Disease.
Diagnosis Banding
• Hidranitis supurativa: Merupakan radang kelenjar keringat apokrin yang
membentuk fistula multiple subkutan. Predileksi di perineum, perianal, ketiak
dan tidak meluas ke struktur yang lebih dalam.
100 | s k i l l l a b k e l o m p o k F 2 0 1 1
• Sinus pilonidalis: Terdapat di lipatan sakrokoksigeal, berasal dari rambut dorsal
tulang koksigeus/ ujung os sacrum. Gesekan rambut, peradangan dan infeksi akut
sampai abses dan terbentuk fistel setelah abses pecah.
• Fistel proktitis: Fistel proktitis dapat terjadi pada morbus Crohn, tbc, amubiasis,
infeksi jamur, dan divertikulitis. Kadang disebabkan benda asing atau trauma.
Penatalaksanaan
Terapi Konservatif Medikamentosa dengan pemberian analgetik, antipiretik serta
profilaksis antibiotik jangka panjang untuk mencegah fistula rekuren.
Terapi pembedahan:
· Fistulotomi: Fistel di insisi dari lubang asalnya sampai ke lubang kulit,
dibiarkan terbuka, sembuh per sekundam intentionem. Dianjurkan sedapat
mungkin dilakukan fistulotomi.
· Fistulektomi:Jaringan granulasi harus di eksisi keseluruhannya untuk
menyembuhkan fistula. Terapi terbaik pada fistula ani adalah membiarkannya
terbuka.
· Seton: benang atau karet diikatkan malalui saluran fistula. Terdapat dua
macam Seton, cutting Seton, dimana benang Seton ditarik secara gradual untuk
memotong otot sphincter secara bertahap, dan loose Seton, dimana benang Seton
ditinggalkan supaya terbentuk granulasi dan benang akan ditolak oleh tubuh dan
terlepas sendiri setelah beberapa bulan.
· Advancement Flap: Menutup lubang dengan dinding usus, tetapi
keberhasilannya tidak terlalu besar.
101 | s k i l l l a b k e l o m p o k F 2 0 1 1
· Fibrin Glue: Menyuntikkan perekat khusus (Anal Fistula Plug/AFP) ke
dalam saluran fistula yang merangsang jaringan alamiah dan diserap oleh tubuh.
Penggunaan fibrin glue memang tampak menarik karena sederhana, tidak sakit,
dan aman, namun keberhasilan jangka panjangnya tidak tinggi, hanya 16%.
Pasca Operasi
Pada operasi fistula simple, pasien dapat pulang pada hari yang sama setelah
operasi. Namun pada fistula kompleks mungkin membutuhkan rawat inap
beberapa hari.
Setelah operasi mungkin akan terdapat sedikit darah ataupun cairan dari luka
operasi untuk beberapa hari, terutama sewaktu buang air besar. Perawatan luka
pasca operasi meliputi sitz bath (merendam daerah pantat dengan cairan
antiseptik), dan penggantian balutan secara rutin. Obat obatan yang diberikan
untuk rawat jalan antara lain antibiotika, analgetik dan laksatif. Aktivitas sehari
hari umumnya tidak terganggu dan pasien dapat kembali bekerja setelah
beberapa hari. Pasien dapat kembali menyetir bila nyeri sudah berkurang. Pasien
tidak dianjurkan berenang sebelum luka sembuh, dan tidak disarankan untuk
duduk diam berlama-lama.
102 | s k i l l l a b k e l o m p o k F 2 0 1 1
ANGGOTA
IZARATUL HAQUE
DYAH PUTRI
103 | s k i l l l a b k e l o m p o k F 2 0 1 1
CYNTHIA DAMAYANTI
MELATI DEVI
104 | s k i l l l a b k e l o m p o k F 2 0 1 1
BAGASKORO GIGIH P.
AISYIYAH ALVIANA
105 | s k i l l l a b k e l o m p o k F 2 0 1 1
DINDA AYU TERESHA
KHOIRUNISA
106 | s k i l l l a b k e l o m p o k F 2 0 1 1
FAJRINA
FEBRINA SYLVA
107 | s k i l l l a b k e l o m p o k F 2 0 1 1
RASTRA
TRI AJI
108 | s k i l l l a b k e l o m p o k F 2 0 1 1
RATIH
MAYA
109 | s k i l l l a b k e l o m p o k F 2 0 1 1