tugas sejarah
-
Upload
berliana-kurniawati-nur-huda -
Category
Documents
-
view
6 -
download
0
description
Transcript of tugas sejarah
SEJARAH BUDAYA JEMBER
(TARI LAHBAKO)
Laporan penelitian
Ditulis guna memenuhi tugas sejarah
Oleh:
Ketua : Riska Fauriyah (31)
Anggota : Alvin ali (04)
Claresta Kurnia (11)
Royhan akhsan (33)
SMA NEGERI 2 JEMBER
Tahun 2013
Kata pengantar
Puji syukur kehadirat Allah SWT karena atas berkat dan rahmatnya kami dapat menyelesaikan tugas sejarah yang berjudul ‘’sejarah budaya jember(tari lahbako)’’
Laporan penelitian ini ditulis dalam rangka memenuhi tugas sejarah tentang sejarah budaya jember.
Pada kesempatan in perkenankan kami mengucapkan terima kasih kepada:
1. Bapak Hariyono2. Ibu Eny Muffida,S.pd selaku pembimbing peneliti yang telah
memberikan pengarahan dan bimbingan sehingga laporan penelitian ini dapat terselesaikan secara baik.
3. Teman-teman yang turut membantu mengerjakan dan memberikan motivasi untuk menyelesaikan tugas ini.
Kami juga menerima kritik dan saran dari semua pihak demi kesempurnaan laporan ini.kami berharap tulisan ini yang telah dibuat dapat bermanfaat
Jember, Mei 2013
peneliti
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1Latar BelakangJember adalah salah satu kota yang terletak di provinsi Jawa
Timur.jember memiliki kesenian daerah salah stunya yaitu tari lahbako.
Lahbako merupakan tarian khas Jember menggambarkan petani sedang
menanam dan mengolah tembakau yang merupakan produksi ekspor dari
Jember disamping kopi, karet, terpentin dan kakao.
Tarian yang ditarikan oleh penari-penari remaja ini sering disajikan untuk
menyambut tamu-tamu wisata di Kabupaten Jember baik tamu-tamu wisata
mancanegara atau tamu-tamu wisata domestik.
1.2 Rumusan Masalah
1.3 Tujuan penelitian Ingin memperkenalkan kebudayaan kota jember kepada masyarakat
Ingin mengetahui keanekaragaman kebudayaan dari kota jember
Mengetahui etos budaya masyarakat jember
1.4 Manfaat penelitian Sebagai sarana untuk memperkenalkan budaya jember kepada
masyarakat
Memupuk jiwa persatuan bangsa dan juga mencintai budaya bangsa
indonesia.
BAB 2
PENDAHULUAN
2.1 sejarah jemberKabupaten Jember dibentuk berdasarkan Staatsbland Nomor 322 tanggal 9
Agustus 1928 dan sebagai dasar hukum mulai berlaku tanggal 1 Januari 1929.
Pemerintah Hindia Belanda telah mengeluarkan ketentuan tentang penataan
kembali pemerintah desentralisasi di wilayah Provinsi Jawa Timur, antara lain
dengan menunjuk Regenschap Djember sebagai masyarakat kesatuan hukum
yang berdiri sendiri. Secara resmi ketentuan tersebut diterbitkan oleh Sekretaris
Umum Pemerintah Hindia Belanda (De Aglemeene Secretaris) G.R. Erdbrink,
21 Agustus 1928.
Perempuan Jember dan Tembakaunya
Jember adalah sebuah kota yang terletak di hampir paling ujung timur Pulau Jawa.
Kota yang terkenal dengan Jember Fashion Carnaval-nya ini juga disebut-sebut sebagai salah
satu kota penghasil tembakau terbesar di Indonesia. Predikat tersebut jelas terlihat dari logo
yang dimiliki pemerintah daerahnya yang menyertakan tembakau sebagai simbolnya. Kota
ini awalnya berstatus sebagai salah satu distrik dari regentschap Bondowoso. Kota yang dulu
tidak terlalu besar, sepi, dan juga tidak dikenal. Namun perkebunan-perkebunan yang
dimilikinya sebagai akibat kebijakan ekonomi ‘the system of enterprise’ pada dekade ke
enam dan ke tujuh abad XIX, dapat dikatakan merupakan titik awal perkembangannya dari
kota kecil yang senyap menjadi kota yang cukup diperhitungkan di Indonesia. Kehadiran
sistem perkebunan swasta ini membawa dampak berarti bagi keberadaan Kota Jember hingga
saat ini. Terjadi perubahan-perubahan sosial dan ekonomi secara besar-besaran di kota ini.
Dan salah satu pemicunya adalah keberadaan perkebunan tembakau yang mulai dibangun di
kota ini.
Penanaman tembakau di Jember dimulai pada tahun 1856 di Sukowono, Jember
Utara, dirintis oleh seorang mantan kontroler pamong praja jember yang mendirikan
perusahaan perkebunan tembakau (padmo & Jatmiko, 1991). Sejak itulah, keberadaan
tembakau yang ternyata membuka kesempatan kerja bagi banyak pihak, baik perusahaan
maupun tenaga kerja yang bahkan hingga didatangkan dari madura, semakin berkembang.
Dengan perkembangan pesatnya, bahkan komoditas tembakau merupakan komoditas
penyumbang terbesar nilai ekspor yang mencapai 71,25 % dari total komoditas ekspor
lainnya di Jember seperti kopi, karet, edamame, dan lain-lain.
Secara demografis, jember merupakan Kabupaten dengan jumlah penduduk
terbanyak di jawa Timur, setelah Surabaya dan malang. Jumlah penduduk Jember menurut
hasil registrasi tahun 2009 adalah 2.179.829 jiwa, dengan komposisi laki-laki sebanyak
1.060.190 jiwa dan perempuan sebanyak 1.119.639 jiwa. Angka ini menunjukkan bahwa
jumlah perempuan di Jember lebih banyak dari jumlah laki-lakinya. Maka kemudian tidak
mengherankan jika untuk penyerapan tenaga kerja di perkebunan tembakau sendiri,
perempuan lebih mendominasi dibanding laki-laki.
Keberadaan industri tembakau di jember merupakan sumber mata pencaharian utama
bagi masyarakat jember. Para perempuan di jember mayoritas adalah perkerja di perkebunan
yang tiap harinya bekerja membantu suami ataupun bekerja untuk menghidupi diri sendiri.
Giatnya perempuan Jember dalam bekerja di perkebunan tembakau ini tentu merupakan
pematahan atas hipotesa kaum perempuan di kota lain yang menganggap bahwa keberadaan
perempuan adalah jauh dari industri tembakau dan kretek. Bahkan salah satu situs bisnis
Jember yang mengutip pernyataan Kepala Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Kabupaten
Jember, M. Thamrin, mengatakan bahwa hampir 80% lebih pekerja tembakau yang ada di
Jember itu didominasi oleh kaum perempuan. Ini juga berarti keberadaan tembakau secara
signifikan telah mengurangi angka pengangguran di Jember dan memberdayakan perempuan
ke jenjang sosial yang lebih tinggi, yaitu perempuan bekerja.
Lebih jauh melihat ke dalam perkebunan tembakau Jember, dominasi perempuan di
sektor ini memang cukup beralasan. Dimana dalam proses pengolahan tembakau, keberadaan
perempuan sangat menunjang terhadap kualitas hasil yang ada. Mengolah tembakau memang
membutuhkan keuletan dan kesabaran ekstra. Karena tiap daun yang telah dipetik adalah
berharga. Dan perempuan adalah kaum yang memiliki karakteristik yang dibutuhkan oleh
tembakau.
Perlu dipertegas bahwa keberadaan perempuan Jember dalam industri tembakau dan
kretek ini bukanlah bentuk eksploitasi. Ini yang perlu digarisbawahi. Sebab, etos kerja
perempuan Jember sendiri pada dasarnya memang sangat kental. Hal ini dilihat dari fakta
bahwa para perempuan pekerja tembakau di Jember awalnya berasal dari Madura. Sebuah
pulau di Jawa Timur yang sangat menjunjung tinggi keberadaan perempuan. Masyarakat
Madura adalah etnis yang percaya bahwa perempuan dalam berbagai sisi patut untuk
dihormati. Perempuan memiliki kedudukan yang sama dengan laki-laki. Dan kepercayaan ini
pun tercermin dalam peran perempuan pekerja di Madura. Sebuah etos kerja yang turut
mereka bawa bersamaan dengan migrasi besar-besarannya ke Jember yang saat itu membuka
lahan pekerjaan baru melalui perkebunan tembakau.
Hingga, kalau harus berpikir lebih dalam mengenai perempuan dan kretek, sungguh
tidak adil rasanya bagi perempuan ketika mereka harus diposisikan sebagai korban dalam
industri kretek. Pun, tidak seharusnya perempuan rela dibuat lupa oleh kedekatan mereka
dengan industri kretek dulu. Dan ketika industri kretek benar-benar kehilangan kedaulatannya
di negeri sendiri, mau dikemanakan jutaan perempuan pekerja kretek yang tiap harinya
menggantungkan nasib pada keberadaan tembakau? Hanya dengan isu kesehatan – yang juga
diteliti oleh orang luar – tidak seharusnya bangsa ini lupa akan aspek sosial-ekonomi-budaya
yang bertalian erat dengan kretek. juga tidak seharusnya bangsa ini melupakan keberadaan
saudara perempuan kita yang hidupnya bergantung pada industri ini. Mudah bagi para
pembuat kebijakan untuk kemudian seenaknya melabeli kretek dengan embel-embel haram.
Semudah mereka mendapatkan uang dari hasil pengolahan sumber daya alam negara ini
tanpa perlu turut berpeluh keringat. Tapi tidak bagi para pekerja perempuan tembakau.
Mereka tidak berharap banyak akan mendapatkan hasil berupa emas dari tembakau. Yang
mereka pikirkan tiap hari hanyalah bagaimana bisa makan lagi untuk keesokan harinya. Dan
semua itu bergantung pada industri tembakau di negara ini.
Tari Lahbako, Sebuah Bukti
Sudah banyak dikisahkan, dipaparkan, dan diceritakan di atas bahwa perempuan
sangat erat kaitannya dengan industri tembakau nasional, khususnya Jember. Tari Lahbako,
sebuah tarian yang berasal dari Jember. Tarian ini dibuat pada sekitar tahun 80-an atas
prakarsa bupati Jember saat itu sebagai bentuk apresiasi terhadap tembakau yang menguasai
Jember dan juga sebagai bentuk penghargaan terhadap besarnya peran perempuan Jember
dalam industri tembakau. Tarian ini bercerita tentang proses pengolahan tembakau dimulai
dari panen hingga pengemasan. Dan yang menarikannya, tentu saja perempuan.
Dimulai dari gerakan pertama adalah penggambaran para perempuan yang akan
berjalan menuju ke kebun tembakau. Perempuan ini digambarkan dengan kesigapan yang
indah. Setelah tiba di kebun, dilakukanlah kegiatan pemetikan daun yang diekspresikan pada
gerakan ke dua. Dimulai dari bawah ke atas agar tidak merusak kekokohan tanaman
tembakau itu. Ketika daun telah ditaruh dalam keranjang-keranjang, para perempuan ini pun
digambarkan berjalan menuju gudang. Setibanya di gudang, lantas mereka melakukan
gerakan seperti orang yang sedang keset sebagai tanda akan kebun yang kotor dan becek.
Membersihkan kaki di atas keset ini adalah langkah awal mereka ketika mau memasuki
gudang.
Gudang tembakau ini merupakan tempat dimana para perempuan tersebut menjemur
tembakau yang sudah dipanen. Tergambarkan di gerakan selanjutnya bahwa di gudang, daun-
daun tersebut ditata sedemikian rupa untuk dijemur hingga kering. Setelah itu, daun-daun itu
ditusuk dengan menggunakan benang untuk mempermudah penataan di dalam gudang.
Daun-daun yang telah ditusuk tersebut digantung di langit-langit gudang saling
berdampingan satu dengan yang lain. Dan setelah itu barulah daun tembakau yang sudah
kering itu dirapikan dengan cara dielus di paha, seperti yang digambarkan di gerakkan
selanjutnya. Teknik merapikan daun-daun ini butuh keuletan dari para perempuan agar daun-
daun tembakau itu tidak rusak maupun sobek. Kemudian setelah rapi dan dikemas, daun-daun
tersebut pun siap diangkut ke tempat pengolahan agar dapat segera diproduksi.
Dari keseluruhan proses tersebut, nyatanya memang sangat mewakili fakta di
lapangan. Dimana, perempuan lah yang mayoritas mengerjakan semua proses itu. Kalaupun
ada peran laki-laki di dalamnya, hanya pada bagian angkut-mengangkut. Maka tidak salah
bukan jika kemudian tarian ini diciptakan dengan persembahan khusus untuk perempuan?
Dan jika Anda bertanya bagaimana proses selanjutnya pasca pengemasan, memang tidak
dibahas dalam tarian ini. Sebab, sebagai representasi aktivitas perempuan Jember, tarian
inipun hanya berkisah tentang peran Jember sebagai produsen tembakau nasional. Dimana
Jember memang terkenal hanya sebagai pemasok tembakau saja, bukan sebagai tempat
industri pengolahannya menjadi kretek.
Jika sampai pada tahap ini saja perempuan sudah memiliki andil sebesar itu,
bagaimana dengan tahap selanjutnya? Sekedar informasi, dalam industri pengolahan dari
tembakau menjadi kretek pun perempuan mengambil posisi yang sangat dominan. Ketika
tembakau-tembakau tersebut dilinting menjadi kretek, perempuan lah yang melakukan. Maka
menjadi jelas bukan bagaimana kedekatan perempuan dengan industri ini? Masih adilkah
kita, sesama perempuan, berpikir bahwa perempuan jauh kaitannya dengan industri ini?
Sekarang bukan lagi eranya perjuangan perempuan dimaknai sebagai perlawanan terhadap
patriarki laki-laki dengan selalu memposisikan perempuan sebagai korban.
Tapi sekarang adalah era dimana perjuangan perempuan haruslah dimaknai sebagai
perjuangan kelas sosial terhadap – tidak hanya sistem sosial yang dihasilkan dari superioritas
laki-laki – kaum kerah putih yang berusaha mengasai industri nasional negara ini. Jangan
mau dibodohi dan jangan sampai dianggap bodoh. Kita adalah bangsa yang memiliki
kekayaan alam luar biasa yang memang tercipta untuk menghidupi bangsa ini. Tembakau
maupun kretek adalah bagian dari itu semua. Jangan hanya karena gender maka kita
bersekongkol untuk menyerahkan harta bangsa ini pada bangsa lain yang terlalu serakah.
Pada era kolonial, bangsa ini pernah dijajah atas kekayaan sumber daya alamnya. Dan
sekarang hal itu pula yang terjadi. Yang harus kita pahami bersama adalah hal ini merupakan
penjajahan dalam bentuk baru, neo-colonialism.