Sejarah tugas

34
Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas Langsung ke: navigasi , cari Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia atau PPKI adalah panitia yang bertugas untuk mempersiapkan kemerdekaan Indonesia, sebelum panitia ini terbentuk, sebelumnya telah berdiri BPUPKI namun karena dianggap terlalu cepat ingin melaksanakan proklamasi kemerdekaan, maka Jepang membubarkannya dan membentuk Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI) (独独独独独独独 Dokuritsu Junbi Inkai ? , lit. Komite Persiapan Kemerdekaan) pada tanggal 7 Agustus 1945 yang diketuai oleh Ir. Soekarno . Badan ini merupakan badan yang dibentuk sebelum MPR dibentuk. [1] . Keanggotaan Artikel utama untuk bagian ini adalah: Daftar anggota BPUPKI- PPKI Pada awalnya PPKI beranggotakan 21 orang (12 orang dari Jawa , 3 orang dari Sumatra , 2 orang dari Sulawesi , 1 orang dari Kalimantan , 1 orang dari Nusa Tenggara , 1 orang dari Maluku , 1 orang dari golongan Tionghoa ). Susunan awal anggota PPKI adalah sebagai berikut [2] [3] : 1. Ir. Soekarno (Ketua) 2. Drs. Moh. Hatta (Wakil Ketua) 3. Prof. Mr. Dr. Soepomo (Anggota) 4. KRT Radjiman Wedyodiningrat (Anggota) 5. R. P. Soeroso (Anggota) 6. Soetardjo Kartohadikoesoemo (Anggota) 7. Kiai Abdoel Wachid Hasjim (Anggota) 8. Ki Bagus Hadikusumo (Anggota) 9. Otto Iskandardinata (Anggota) 10. Abdoel Kadir (Anggota)

description

 

Transcript of Sejarah tugas

Page 1: Sejarah tugas

Panitia Persiapan Kemerdekaan IndonesiaDari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebasLangsung ke: navigasi, cari

Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia atau PPKI adalah panitia yang bertugas untuk mempersiapkan kemerdekaan Indonesia, sebelum panitia ini terbentuk, sebelumnya telah berdiri BPUPKI namun karena dianggap terlalu cepat ingin melaksanakan proklamasi kemerdekaan, maka Jepang membubarkannya dan membentuk Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI) (独立準備委員会 Dokuritsu Junbi Inkai?, lit. Komite Persiapan Kemerdekaan) pada tanggal 7 Agustus 1945 yang diketuai oleh Ir. Soekarno. Badan ini merupakan badan yang dibentuk sebelum MPR dibentuk.[1].

Keanggotaan

Artikel utama untuk bagian ini adalah: Daftar anggota BPUPKI-PPKI

Pada awalnya PPKI beranggotakan 21 orang (12 orang dari Jawa, 3 orang dari Sumatra, 2 orang dari Sulawesi, 1 orang dari Kalimantan, 1 orang dari Nusa Tenggara, 1 orang dari Maluku, 1 orang dari golongan Tionghoa). Susunan awal anggota PPKI adalah sebagai berikut[2][3]:

1. Ir. Soekarno (Ketua)2. Drs. Moh. Hatta (Wakil Ketua)3. Prof. Mr. Dr. Soepomo (Anggota)4. KRT Radjiman Wedyodiningrat (Anggota)5. R. P. Soeroso (Anggota)6. Soetardjo Kartohadikoesoemo (Anggota)7. Kiai Abdoel Wachid Hasjim (Anggota)8. Ki Bagus Hadikusumo (Anggota)9. Otto Iskandardinata (Anggota)10. Abdoel Kadir (Anggota)11. Pangeran Soerjohamidjojo (Anggota)12. Pangeran Poerbojo (Anggota)13. Dr. Mohammad Amir (Anggota)14. Mr. Abdul Maghfar (Anggota)15. Mr. Teuku Mohammad Hasan (Anggota)16. Dr. GSSJ Ratulangi (Anggota)[4]

17. Andi Pangerang (Anggota)18. A.H. Hamidan (Anggota)19. I Goesti Ketoet Poedja (Anggota)20. Mr. Johannes Latuharhary (Anggota)21. Drs. Yap Tjwan Bing (Anggota)

Selanjutnya tanpa sepengetahuan Jepang, keanggotaan bertambah 6 yaitu[5] :

Page 2: Sejarah tugas

1. Achmad Soebardjo (Penasehat)2. Sajoeti Melik (Anggota)3. Ki Hadjar Dewantara (Anggota)4. R.A.A. Wiranatakoesoema (Anggota)5. Kasman Singodimedjo (Anggota)6. Iwa Koesoemasoemantri (Anggota)

Persidangan

Tanggal 9 Agustus 1945 , sebagai pimpinan PPKI yang baru, Soekarno, Hatta dan Radjiman Wedyodiningrat diundang ke Dalat untuk bertemu Marsekal Terauchi. Setelah pertemuan tersebut, PPKI tidak dapat bertugas karena para pemuda mendesak agar proklamasi kemerdekaan tidak dilakukan atas nama PPKI, yang dianggap merupakan alat buatan Jepang. Bahkan rencana rapat 16 Agustus 1945 tidak dapat terlaksana karena terjadi peristiwa Rengasdengklok [6] .

Sidang 18 Agustus 1945

Setelah proklamasi, pada tanggal 18 Agustus 1945 , PPKI mengadakan sidang di bekas Gedung Road van Indie di Jalan Pejambon.[7]

Mengesahkan Undang-Undang Dasar 1945

Sebelum disahkan, terdapat perubahan dalam UUD 1945, yaitu:

1. Kata Muqaddimah diganti dengan kata Pembukaan.2. Pada pembukaan alenia keempat anak kalimat Ketuhanan, dengan menjalankan syariat

Islam bagi pemeluk-pemeluknya diganti dengan Ketuhanan yang Maha Esa.3. Pada pembukaan alenia keempat anak kalimat Menurut kemanusiaan yang adil dan

beradab diganti menjadi Kemanusiaan yang adil dan beradab.4. Pada Pasal 6 Ayat (1) yang semula berbunyi Presiden ialah orang Indonesia Asli dan

beragama Islam diganti menjadi Presiden adalah orang Indonesia Asli.

Memilih dan Mengangkat Presiden dan Wakil Presiden

Sewaktu sidang PPKI membahas rencana UUD Bab III Otto Iskandarnita mengusulkan agar siding pemilihan Presiden dan wakil Presiden dilakukan secara aklamasi. Ia mengajukan calon Ir. Soekarno menjadi presiden dan Drs. Moh. Hatta sebagai wakil presiden. Semua anggota menerima secara aklamasi, sambil menyanyikan lagu Indonesia Raya.Tugas Presiden sementara dibantu oleh Komite Nasional sebelum dibentuknya MPR dan DPR

Pembentukan komite nasional

Sebagai tindak lanjut dari sidang PPKI tanggal 22 Agustus 1945 maka dibentuklah Komite Nasional Indonesia (KNI). Komite Nasional Indonesia adalah badan yang akan berfungsi sebagai Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) sebelum diselenggarakan Pemilihan Umum (Pemilu). KNIP diketuai oleh Mr. Kasman Singodimejo.Anggota KNIP dilantik pada tanggal 29 Agustus

Page 3: Sejarah tugas

1945.Tugas pertama KNIP adalah membantu tugas kepresidenan.Namun, kemudian diperluas tidak hanya sebagai penasihat presiden, tetapi juga mempunyai kewenangan legislatif.Wewenang KNIP sebagai DPR ditetapkan dalam rapat KNIP tanggal 16 Oktober 1945.Dalam rapat tersebut, wakil presiden Drs. Moh.Hatta mengeluarkan Maklumat Pemerintah RI No. X yang isinya meliputi hal-hal berikut. a. KNIP sebelum DPR/MPR terbentuk diserahi kekuasaan legislatif untuk membuat undang-undang dan ikut menetapkan Garis-Garis Besar Haluan Negara (GBHN).b. Berhubung gentingnya keadaan, maka pekerjaan sehari-hari KNIP dijalankan oleh sebuah Badan Pekerja KNIP yang diketuai oleh Sutan Syahrir. Komite Nasional Indonesia disusun dari tingkat pusat sampai daerah.Pada tingkat pusat disebut Komite Nasional Indonesia Pusat (KNIP) dan pada tingkat daerah yang disusun sampai tingkat kawedanan disebut Komite Nasional

Indonesia. Artikel utama untuk bagian ini adalah: Komite Nasional Indonesia Pusat

Sidang 19 Agustus 1945

PPKI mengadakan sidang kedua pada tanggal 19 Agustus 1945 .[8]

Membentuk 12 Kementerian dan 4 Menteri Negara

Artikel utama untuk bagian ini adalah: Kabinet Presidensial

Membentuk Pemerintahan Daerah

Indonesia dibagi menjadi 8 provinsi yang dipimpin oleh seorang gubernur.

No. Provinsi Nama Gubernur

1 Sumatera

Mr. Teuku Muhammad Hasan2 Jawa Barat Mas Sutardjo Kertohadikusumo

3 Jawa Tengah

Raden Pandji Soeroso

Page 5: Sejarah tugas

Membentuk Partai Nasional Indonesia

Artikel utama untuk bagian ini adalah: Partai Nasional Indonesia

Membentuk Badan Keamanan Rakyat

Pembentukan Badan Keamanan Rakyat (BKR) bertujuan agar tidak memancing permusuhan dengan tentara asing di Indonesia. Anggota BKR adalah himpunan bekas anggota PETA, Heiho, Seinendan, Keibodan, dan semacamnya.

C. Terbentukna Negara Kesatuan dan Pemerintah Republik Indonesia serta Kelengkapannya

Negara RI yang dilahirkan pada tanggal 17 Agustus 1945 pada kenyataannya belum sempurna sebagai suatu negara.Oleh karena itu langkah yang diambil oleh para pemimpin negara melalui PPKI adalah menyusun konstitusi negara dan membentuk alat kelengkapan negara.Untuk itu PPKI mengadakan sidang sebanyak tiga kali yaitu pada tanggal 18 Agustus 1945, 19 Agustus 1945, dan 22 Agustus 1945. Sebelum rapat dimulai, muncul permasalahan yang disampaikan oleh wakil dari luar Jawa, di antaranya Mr. Latuharhary (Maluku), Dr. Sam Ratulangi (Sulawesi), Mr. Tadjudin Noor dan Ir. Pangeran Noor (Kalimantan), dan Mr. I Ktut Pudja (Nusa Tenggara) yang menyampaikan keresahan penduduk non-Islam mengenai kalimat dalam Piagam Jakarta yang nantinya akan dijadikan rancangan pembukaan dan Undang Undang Dasar Negara Republik Indonesia. Kalimat yang dimaksud adalah “Ketuhanan dengan kewajiban menjalankan syariah Islam bagi para pemeluknya”, serta “syarat seorang kepala negara  haruslah seorang muslim”. Untuk mengatasi masalah tersebut Drs. Mohammad Hatta beserta Ki Bagus Hadikusumo, Wachid Hasyim,  Mr. Kasman Singadimedjo, dan Mr. Teuku Mohammad Hassan membicarakannya secara khusus. Akhirnya dengan mempertimbangkan kepentingan yang lebih luas dan menegakkan Negara Republik Indonesia yang baru saja didirikan, rumusan kalimat yang  dirasakan memberatkan oleh kelompok non-Islam dihapus sehingga menjadi berbunyi “ Ketuhanan Yang Maha Esa” dan syarat seorang kepala negara adalah orang Indonesia asli. Untuk memahami hasil sidang secara lengkap, maka perhatikan tabel 11.2 berikut.

Page 7: Sejarah tugas

1 . Pembentukan Komite Nasional

Sebagai tindak lanjut dari sidang PPKI tanggal 22 Agustus 1945 maka dibentuklah Komite Nasional Indonesia (KNI). Komite Nasional Indonesia adalah badan yang akan berfungsi sebagai Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) sebelum diselenggarakan Pemilihan Umum (Pemilu). KNIP diketuai oleh Mr. Kasman Singodimejo.Anggota KNIP dilantik pada tanggal 29 Agustus 1945.Tugas pertama KNIP adalah membantu tugas kepresidenan.Namun, kemudian diperluas tidak hanya sebagai penasihat presiden, tetapi juga mempunyai kewenangan legislatif.Wewenang KNIP sebagai DPR ditetapkan dalam rapat KNIP tanggal 16 Oktober 1945.Dalam rapat tersebut, wakil presiden Drs. Moh.Hatta mengeluarkan Maklumat Pemerintah RI No. X yang isinya meliputi hal-hal berikut.

a. KNIP sebelum DPR/MPR terbentuk diserahi kekuasaan legislatif untuk membuat undang-undang dan ikut menetapkan Garis-Garis Besar Haluan Negara (GBHN).b. Berhubung gentingnya keadaan, maka pekerjaan sehari-hari KNIP dijalankan oleh sebuah Badan Pekerja KNIP yang diketuai oleh Sutan Syahrir. Komite Nasional Indonesia disusun dari tingkat pusat sampai daerah.Pada tingkat pusat disebut Komite Nasional Indonesia Pusat (KNIP) dan pada tingkat daerah yang disusun sampai tingkat kawedanan disebut Komite Nasional Indonesia.

2 . Pembentukan Partai Nasional Indonesia

Pada tanggal 22 Agustus 1945 PPKI bersidang untuk yang ketiga kalinya dan menghasilkan keputusan antara lain pembentukan Partai Nasional Indonesia, yang pada waktu itu dimaksudkan sebagai satu-satunya partai politik di Indonesia (partai tunggal). Dalam perkembangannya muncul Maklumat tanggal 31 Agustus 1945 yang memutuskan bahwa gerakan dan persiapan Partai Nasional Indonesia ditunda dan segala kegiatan dicurahkan ke dalam Komite Nasional. Sejak saat itu, gagasan satu partai tidak pernah dihidupkan lagi.Demi kelangsungan kehidupan demokrasi, maka KNIP mengajukan usul kepada pemerintah agar rakyat diberikan kesempatan seluas-luasnya untuk mendirikan partai politik.Sebagai tanggapan atas usul tersebut, maka pada tanggal 3 November 1945 pemerintah mengeluarkan maklumat pemerintah yang pada intinya berisi memberikan kesempatan kepada rakyat untuk mendirikan partai politik.Maklumat itu

Page 8: Sejarah tugas

kemudian dikenal dengan Maklumat Pemerintah tanggal 3 November 1945.Partai politik yang muncul setelah Maklumat Pemerintah tanggal 3 November 1945 dikeluarkan antara lain Masyumi, Partai Komunis Indonesia, Partai Buruh Indonesia, Parkindo, Partai Rakyat Jelata, Partai Sosialis Indonesia, Partai Rakyat Sosialis, Partai Katolik, Permai, dan PNI.

3 . Pembentukan Badan Keamanan Rakyat

Badan Keamanan Rakyat (BKR) ditetapkan sebagai bagian dari Badan Penolong Keluarga Korban Perang (BPKKP), yang merupakan induk organisasi yang ditujukan untuk memelihara keselamatan masyarakat.BKR tugasnya sebagai penjaga keamanan umum di daerah-daerah di bawah koordinasi KNI Daerah.Para pemuda bekas anggota Peta, KNIL, dan Heiho segera membentuk BKR di daerah sebagai wadah perjuangannya.Khusus di Jakarta dibentuk BKR Pusat untuk mengoordinasi dan mengendalikan BKR di bawah pimpinan Kaprawi.Sementara BKR Jawa Timur dipimpin Drg. Moestopo, BKR Jawa Tengah dipimpin Soedirman, dan BKR Jawa Barat dipimpin Arudji Kartawinata. Pemerintah belum membentuk tentara yang bersifat nasional karena pertimbangan politik, mengingat pembentukan tentara yang bersifat nasional akan mengundang sikap permusuhan dari Sekutu dan Jepang. Menurut perhitungan, kekuatan nasional belum mampu menghadapi gabungan Sekutu dan Jepang.Sementara itu para pemuda yang kurang setuju pembentukan BKR dan menghendaki pembentukan tentara nasional, membentuk badan-badan perjuangan atau laskar bersenjata.Badan perjuangan tersebut misalnya Angkatan Pemuda Indonesia (API), Pemuda Republik Indonesia (PRI), Barisan Pemuda Indonesia (BPI), dan lainnya.Selain itu para pemuda yang dipelopori oleh Adam Malik membentuk Komite van Actie.Pada tanggal 5 Oktober 1945 dikeluarkan Maklumat Pemerintah yang menyatakan berdirinya Tentara Keamanan Rakyat (TKR).Sebagai pimpinan TKR ditunjuk Supriyadi.Berdasarkan maklumat pemerintah tersebut, maka segera dibentuk Markas Tertinggi TKR oleh Oerip Soemohardjo yang berkedudukan di Yogyakarta.Di Pulau Jawa terbentuk 10 Divisi dan di Sumatra 6 Divisi.Berkembangnya kekuatan pertahanan dan keamanan yang begitu cepat memerlukan satu pimpinan yang kuat dan berwibawa untuk mengatasi segala persoalan akibat perkembangan tersebut.Supriyadi yang ditunjuk sebagai pemimpin tertinggi TKR ternyata tidak pernah muncul. Pada bulan

Page 9: Sejarah tugas

November 1945 atas prakarsa dari markas tertinggi TKR diadakan pemilihan pemimpin tertinggi TKR yang baru.Yang terpilih adalah Kolonel Soedirman, Komandan Divisi V/Banyumas.Sebulan kemudian pada tanggal 18 Desember 1945, Soedirman dilantik sebagai Panglima Besar TKR dengan pangkat jenderal.

Oerip Soemohardjo tetap menduduki jabatan lamanya sebagai Kepala Staf Umum TKR dengan pangkat Letnan Jenderal (Letjen).Terpilihnya Soedirman merupakan titik tolak perkembangan organisasi kekuatan pertahanan keamanan.Pada bulan Januari 1946, TKR berubah menjadi Tentara Rakyat Indonesia (TRI). Pada bulan Juni 1947 nama TRI berubah menjadi Tentara Nasional Indonesia (TNI). Sampai dengan pertengahan 1947, bangsa Indonesia telah berhasil menyusun, mengonsolidasikan dan sekaligus mengintegrasikan alat pertahanan dan keamanan.TNI bukanlah semata-mata alat negara atau pemerintah, melainkan alat rakyat, alat “revolusi” dan alat bangsaIndonesia.

Komite Nasional Indonesia PusatDari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebasLangsung ke: navigasi, cari

Komite Nasional Indonesia Pusat (sering disingkat dengan KNIP) dibentuk berdasarkan Pasal IV, Aturan Peralihan, Undang-Undang Dasar 1945 dan dilantik serta mulai bertugas sejak tanggal 29 Agustus 1945 sampai dengan Februari 1950 .[1] KNIP merupakan Badan Pembantu Presiden, yang keanggotaannya terdiri dari pemuka-pemuka masyarakat dari berbagai golongan dan daerah-daerah termasuk mantan Anggota Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia.[2]

KNIP ini diakui sebagai cikal bakal badan legislatif di Indonesia, sehingga tanggal pembentukannya diresmikan menjadi Hari Jadi Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia .[1]

Daftar isi

1 Pimpinan dan anggota 2 Badan Pekerja

Page 10: Sejarah tugas

3 Maklumat Wakil Presiden 4 Sidang-sidang 5 Referensi

o 5.1 Sumber o 5.2 Lihat pula

Pimpinan dan anggota

Anggota KNIP terdiri dari 137 orang, dimana yang bertindak sebagai pimpinan adalah:[1][2]

Mr. Kasman Singodimedjo - Ketua M. Sutardjo Kartohadikusumo - Wakil Ketua I Mr. J. Latuharhary - Wakil Ketua II Adam Malik - Wakil Ketua III

Badan Pekerja

Berhubung dengan keadaan dalam negeri yang genting, pekerjaan sehari-hari KNIP dilakukan oleh satu Badan Pekerja, yang keanggotaannya dipilih dikalangan anggota, dan bertanggung jawab kepada KNIP. Badan Pekerja KNIP (BP-KNIP) ini diketuai oleh Sutan Sjahrir dan beranggotakan 28 orang.[3][4]

Maklumat Wakil Presiden

Atas usulan KNIP, dalam sidangnya pada tanggal 16-17 Oktober 1945 di Balai Muslimin, Jakarta [3] , diterbitkan Maklumat Wakil Presiden Nomor X (dibaca : eks) Tanggal 16 Oktober 1945 , yang dalam diktumnya berbunyi:[2]

“ Bahwa Komite Nasional Indonesia Pusat, sebelum terbentuknya Majelis Permusyawaratan Rakyat dan Dewan Perwakilan Rakyat diserahi kekuasaan legislative dan ikut menetapkan Garis-garis Besar Haluan Negara, serta pekerjaan Komite Nasional Indonesia Pusat sehari-hari berhubung dengan gentingnya keadaan dijalankan oleh sebuah Badan Pekerja yang dipilih di antara mereka dan yang bertanggung jawab kepada Komite Nasional Indonesia Pusat. ”

Sejak diterbitkannya Maklumat Wakil Presiden tersebut, terjadi perubahan-perubahan yang mendasar atas kedudukan, tugas, dan wewenang KNIP. Sejak saat itu mulailah lembaran baru dalam sejarah ketatanegaraan Indonesia, yakni KNIP diserahi kekuasaan legislatif dan ikut menetapkan Garis-garis Besar Haluan Negara.[2]

Sidang-sidang

Page 11: Sejarah tugas

KNIP telah mengadakan sidang-sidang di antaranya adalah:[1]

Sidang Pleno ke-2 di Jakarta tanggal 16 - 17 Oktober 1945 [4] Sidang Pleno ke-3 di Jakarta tanggal 25 - 27 November 1945 .[4]

Kota Solo pada tahun 1946, Sidang Pleno ke-5 di Kota Malang pada tanggal 25 Februari - 6 Maret 1947 [4] , dan Yogyakarta tahun 1949.

B. Kronologi Terbentuknya Badan Keamanan Rakyat (BKR)

Keputusan pemimpin nasional untuk membentuk Badan Keamanan Rakyat (BKR) dan bukannya suatu tentara yang sungguh-sungguh dipengaruhi oleh kekhawatiran bahwa Sekutu akan melakukan penghancuran terhadap Republik. Hal ini berdasarkan atas perkiraan bahwa pada saat itu mereka belum mempunyai cukup tenaga yang berketerampilan militer untuk mengadakan perlawanan.

Para pemimpin nasional memutuskan memakai strategi yang didasarkan atas diplomasi dan bukan konfrontasi. Mereka mempertimbangkan dengan mengambil sikap low profile, maka pihak Sekutu tidak akan terprovokasi oleh eksistensi Republik dan tidak akan bertindak represif. Gagasan low profile ini meliputi kebijakan untuk tidak membentuk tentara, melainkan hanya sebuah Badan Keamanan Rakyat (BKR).[12]

Faktor-faktor Strategi dan Kebijakan tentang Pembentukan BKR[13]

1) Kendala Tantangan Dalam Negeri

a. Sikap Jepang

Pada 18 Agustus 1945, tentara Jepang menerima telegram resmi yang memerintahkan perlawanan dan permusuhan, dan pada 24 Agustus 1945, para komandan pasukan berkumpul di Jakarta. Pada pertemuan itu dibacakan Proklamasi Kerajaan untuk menghentikan permusuhan dan diadakan penjelasan tentang kebijakan yang berhubungan dengan perkembangan keadaan. Kebijakan tersebut meliputi :

Ø Mentaati hasil Proklamasi Kerajaan

Ø Menghormati Sekutu

Ø Persahabatan dengan bangsa Indonesia

b. Keadaan Pasukan Jepang

Perang Pasifik telah berakhir, tentara Jepang di seluruh Indonesia yang berjumlah 340.000 prajurit ditugaskan Sekutu untuk menjaga keamanan sampai Sekutu datang dan mendarat ke Indonesia. Keadaan moral prajurit dan perwiranya menurun akibat kekalahan dalam Perang Pasifik, namun rasa disiplin mereka masih tinggi.Kemudian organisasi dan persenjataan juga masih lengkap.

c. Pertimbangan Politis-Psikologis

Page 12: Sejarah tugas

Para pemimpin Indonesia ingin menunjukkan pada dunia internasional bahwa apabila di kemudian hari sebuah organisasi ketentaraan akan didirikan, maka tentara itu bukanlah penerus organisasi paramiliter seperti PETA dan Heiho yang dibentuk Jepang untuk melawan Sekutu.[14] Namun merupakan suatu organisasi tentara yang berasal dari para prajurit-prajurit Indonesia yang pernah mendapat pendidikan dan pelatihan saat menjadi anggota PETA atau pun anggota Heiho.

2) Tantangan Luar Negeri

a. Mendapatkan pengakuan dari Sekutu terhadap keberadaan Indonesia sebagai Negara yang Merdeka dan Berdaulat

Hal ini dimaksudkan jangan sampai kemerdekaan Indonesia itu ditentang oleh pihak Sekutu.

b. Mengakhiri secara Sah Kekuasaan Belanda atas Indonesia yang secara hukum Internasional masih diakui Sekutu sebagai wilayah jajahan Belanda

Persoalan ini timbul terutama karena proklamasi terjadi sesudah Jepang menyerah kepada Sekutu, sehingga semua wilayah yang dikuasai Jepang harus dikembalikan kepada Sekutu untuk selanjutnya dikembalikan kepada “yang berhak”.

c. Menjadikan Dunia Internasional Sebagai Sumber Bagi Kemakmuran Bangsa Indonesia yang Merdeka

Pemikiran ini dilandasi keyakinan bahwa kemerdekaan hanyalah suatu awal bagi kehidupan bangsa yang adil dan makmur karena setelah proklamasi haruslah dirancang pola dasar kebijakan ekonomi luar negeri Indonesia.

Proses Lahirnya BKR

Pada 19 Agustus 1945, dua orang anggota Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI) yaitu Abikusno Tjokrosujoso dan Otto Iskandardinata, dalam sidang pada hari itu mengusulkan pembentukan sebuah badan pembelaan negara. Usul tersebut ditolak dengan alasan memancing bentrokan dengan tentara pendudukan Jepang yang masih bersenjata lengkap dan adanya ancaman intervensi Tentara Sekutu yang bertugas melucuti persenjataan tentara Jepang dan memulangkan mereka ke negerinya.Demikian usul untuk membentuk suatu tentara kebangsaan yang terdiri dari mantan prajurit PETA, Heiho, dan Angkatan Laut ditangguhkan. [15]

Pada 20 Agustus 1945, dibentuklah Badan Penolong Keluarga Korban Perang (BPKKP). BPKKP semula bernama Badan Pembantu Prajurit dan kemudian berubah menjadi Badan Pembantu Pembelaan yang keduanya disingkat BPP. Pembentukan BPP sudah ada dalam zaman Jepang dan bertugas memelihara kesejahteraan anggota tentara PETA dan Heiho.[16] Setelah PETA dan Heiho dibubarkan oleh Jepang tanggal 18 Agustus 1945, maka tugas untuk menampung mantan anggota PETA dan Heiho ditangani oleh Badan Penolong Keluarga Korban Perang (BPKKP).[17]

Seiring dengan itu didirikan pula Badan Keamanan Rakyat (BKR) yang merupakan bagian dari BPKKP. Berita tentang pembentukan BPKKP dan BKR segera dimuat untuk dikomunikasikan dalam harian surat

Page 13: Sejarah tugas

kabar Soeara Asia yang terbit pada 25 Agustus 1945. Di wilayah Jawa dan Sumatera, sebagai jawaban atas proklamasi kemerdekaan bangsa Indonesia maka muncullah berbagai badan perjuangan yang menamakan diri mereka barisan, pasukan, atau pemuda.

Dalam sidang tanggal 22 Agustus 1945 yang dipimpin oleh Soekarno-Hatta, PPKI menetapkan :[18]

a. Badan Keamanan Rakyat memiliki tugas pemeliharaan keamanan berama-sama dengan rakyat dan jawatan-jawatan negeri yang bersangkutan.

b. BKR merupakan suatu bagian dari Badan Penolong Keluarga Korban Perang. Didirikan dari pusat sampai ke daerah-daerah.

c. Pekerjaannya harus dilakukan dengan sukarela.

Semula BKR dimaksudkan sebagai suatu bagian dari Badan Penolong Keluarga Korban Perang (BPKKP). Hal ini terlihat aneh, tetapi memang demikian kenyataannya.[19] Adapun tugas dari BPKKP itu secara resmi berbunyi : “menjamin kepada rakyat yang menderita akibat peperangan berupa pertolongan dan bantuan dengan memelihara keselamatan dan keamanan”.

Pembentukan BKR adalah sebagai penampungan organisasi-organisasi pembelaan negara dalam wadah nasional. Nama sementara yang digunakan adalah BKR, suatu badan perjuangan tetapi akan ditingkatkan ke arah ketentaraan. Hal ini jelas tercermin dalam pidato Soekarno tanggal 23 Agustus 1945 yang berbunyi : “Kami telah memutuskan untuk mendirikan dengan segera di mana-mana BKR, untuk membantu penjagaan keamanan. Banyak sekali tenaga yang tepat untuk melaksanakan pekerjaan ini.Mantan prajurit PETA, Heiho, Pelaut, pemuda-pemuda yang penuh semangat pembangunan, mereka semua adalah tenaga yang baik untuk pekerjaan ini.Karena itu saya mengharapkan kepada kamu sekalian, hai mantan prajurit-prajurit PETA, Heiho, Pelaut beserta pemuda-pemuda lain untuk sementara waktu masuklah dan bekerjalah dalam BKR.Percayalah, nanti akan datang saatnya kamu dipanggil untuk menjadi prajurit dalam Tentara Kebangsaan Indonesia!!”Isi amanat tersebut di atas merupakan narasumber hukum lahirnya / terbentuknya Badan Keamanan Rakyat. [20]

Pembentukan BKR Di Daerah-Daerah

1) Jakarta

Para pemuda dan mantan prajurit PETA di Jakarta berkumpul dan menentukan struktur BKR sesuai dengan struktur teritorial zaman pendudukan Jepang.Mereka yang menyatakan diri sebagai pengurus pusat terdiri dari Kaprawi, Latief Hendraningrat, Arifin Abdurrahman, Machmud, dan Zulkifli Lubis.

BKR Jakarta dibentuk pada bulan Agustus 1945 dipimpin oleh Moefreni Moekmin yang beranggotakan beberapa orang antara lain Daan Mogot, Latief Hendraningrat, Soeroto Koento, dan Sujono.

2) Bogor

BKR di Bogor terbentuk pada bulan Oktober 1945. Beberapa pengurus antara lain Husein Sastranegara, Toha, dan Dulle Abdullah. Belum sempat mempersenjatai diri dengan kuat, BKR Bogor telah menghadapi

Page 14: Sejarah tugas

penyerbuan tentara Inggris pada 22 Oktober 1945.Dalam perundingan dengan Inggris yang berlangsung di Jakarta, beberapa pimpinan BKR ditangkap pihak Inggris dan diasingkan ke Pulau Onrust.

3) Jawa Tengah dan Jawa Timur

Pembentukan BKR di daerah Jawa Tengah dan Jawa Timur memiliki pola yang sama dengan proses pembentukan BKR di Jakarta dan Jawa Barat. Pada mulanya terdapat inti mantan-mantan prajurit PETA kemudian menjadi pasukan dalam jumlah besar karena ikut sertanya para pemuda dari golongan lain seperti Keibodan, Heiho, dan Seinendan.

C. Dasar Hukum Dalam Pembentukan Badan Keamanan Rakyat (BKR)

Pembentukan BKR merupakan perubahan dari keputusan sidang yang telah diambil PPKI dalam sidangnya tanggal 19 Agustus 1945.Dalam sidang tersebut diputuskan untuk membentuk tentara kebangsaan.Keputusan untuk tidak membentuk tentara kebangsaan dilandasi oleh pertimbangan politik. Pimpinan Nasional pada saat itu memutuskan terutama untuk menempuh cara diplomasi dalam rangka memperoleh pengakuan terhadap kemerdekaan yang baru diproklamasikan 17 Agustus 1945.[21]

Dalam sidang Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI) tanggal 22 Agustus 1945 menetapkan keputusan sebagai berikut :

ª Sebagai induk organisasi yang harus mengerjakan dan memelihara keselamatan masyarakat, maka didirikan suatu badan bernama Badan Penolong Keluarga Korban Perang (BPKKP).

ª Memelihara keselamatan masyarakat dan keamanan adalah satu, karena itu di dalam Badan Penolong Keluarga Korban Perang diadakan satu bagian bernama Badan Keamanan Rakyat.

ª Pimpinan Badan Keamanan Rakyat harus menjalankan pekerjaannya dengan sukarela.

ª Badan Keamanan Rakyat harus memelihara keamanan bersama dengan jawatan-jawatan negeri yang berkaitan.

ª Badan Penolong Keluarga Korban Perang dan Badan Keamanan Rakyat berada di bawah pengawasan dan kepemimpinan Komite Nasional.

D. Arti Penting dan Makna Badan Keamanan Rakyat (BKR)

Badan Keamanan Rakyat (BKR) dibentuk pada tahun 1945 sebagai :

Ø Pencetusan jiwa yang sudah lama bergelora semasa penjajahan yang didorong oleh penderitaan saat penjajahan Belanda dan Jepang.

Ø Kecintaan terhadap tanah air yang sudah basah oleh keringat, air mata, dan pertumpahan darah.

Ø Kelanjutan sikap politik yang menginginkan tercapainya tujuan proklamasi, namun sadar atas keadaan dan konsekuensi yang timbul.

Page 15: Sejarah tugas

Sambutan yang spontan terhadap pembentukan BKR menggambarkan :

Ø Tumbuhnya manusia yang taat dan dilandaskan jiwa semangat bela negara.

Ø Suatu keharusan dan kesadaran akan kewajiban untuk membela negara. Mereka merasa terpanggil untuk dapat mempertahankan kemerdekaan bangsa dan negara.

Arti Badan Keamanan Rakyat (BKR) dalam Ketentuan Konstitusional

BKR merupakan suatu organisasi kenegaraan di bidang pertahanan dan keamanan yang merintis pelaksanaan ketentuan UUD 1945. Secara historis makna BKR adalah suatu organisasi yang menjembatani suatu periode yang penting, yaitu periode transisi dan transformasi dari “dunia penjajah yang sekarat” ke arah “dunia kebangsaan Indonesia yang sedang berjuang lahir di dunia”.[22]

E. Peran dan Tugas Badan Keamanan Rakyat (BKR) Terhadap Pertahanan Negara

Badan Keamanan Rakyat (BKR) dalam tujuan pembentukannya melaksanakan beberapa peran dan tugas yang diamanatkan oleh para pemimpin nasional. Contohnya BKR Malang (Jawa Timur), melakukan upaya menangkap orang-orang utusan Sekutu yang menyamar sebagai anggota Palang Merah Internasional. Hal tersebut berdasarkan kecurigaan mereka terhadap anggota Red Cross tersebut, yang saat ditangkap mereka membawa senjata, pistol dan peralatan sistem komunikasi.[23]

Contoh lainnya yaitu BKR melucuti persenjataan tentara Jepang.Tugas ini dilaksanakan oleh BKR Madiun dan juga BKR Malang.BKR mengadakan perundingan dengan pihak Jepang tentang masalah pelucutan senjata Tentara Jepang. Perundingan tersebut berjalan dengan lancar dan pada tanggal 20 September 1945, di markas Resimen Katagiri Butai[24] diadakan penyerahan persenjataan kepada BKR Malang.

sejarah pembentukan BKR ( badan keamanan rakyat)

rapat PPKI tanggal 19 agustus 1945 memutuskan untuk membentuk tentara kebangsaan. berdasarkan pertimsbngsnpolitis, keputusan itu di ubah dan dalam rapat pada tanggal 22 agustus 1945 diputuskan untuk membentuk tiga badan sebagai wadah perjuangan, yaitu komite nasional indonesia (KNI), partai nasional indonesia (PNI), dan badan keamanan rakyat (BKR). pembentukan BKR itu di umumkan daalam pidato presiden malam hari tanggal 23 agustus 1945. presiden menyerukan supaya para pemuda memasuki BKR sampai datang saatnya mereka di panggil untuk memasuki tentara kebangsaan bila waktunya telah datanga.BKR bertugas menjaga keamanan dan ketertiban umum dibawah koordinasi KNI.sekalipun BKR itu bukan tentara, dalam bulan-bulan pertama sesudah proklamasi, BKR lah yang mempelopori, pendorong, memutar roda revolusi dengan melakukan perebutan kekuasaan dan perebuatan senjata dari tangan jepang.dalam BKR terdapan unsur-unsur laut dan udara. para pemuda bekas kaigun, heiho, serta para pemuda yang bekerja pada objek-objek vital di pelabuhan maupun perusahaan jawatan pelayaranmembentuk BKR laut. sementara itu, para pemuda yang bekerja pada dinas penerbangan jepang seperti rikugun, koku butai, kaigun koku butai, nampo koku kabusiki, membentuk BKR udara.

Page 16: Sejarah tugas

HASIL PERUBAHAN DAN NASKAH ASLI UUD 1945Setelah melalui tingkat-tingkat pembicaraan sesuai dengan ketentuan Pasal 92 Peraturan Tata Tertib MPR, dalam beberapa kali sidang MPR telah mengambil putusan empat kali perubahan Undang-Undang Dasar Republik Indonesia Tahun 1945 dengan perincian sebagai berikut :

1. Perubahan Pertama UUD RI Tahun 1945 hasl Sidang Umum MPR tahun 1999 tanggal 14 sampai dengan 21 Oktober 1999.

2. Perubahan Kedua UUD RI Tahun 1945 hasil Sidang Tahunan MPR tahun 2000 tanggal 7 sampai dengan 18 Agustus 2000.

3. Perubahan Ketiga UUD RI Tahun 1945 hasil Sidang Tahunan MPR tahun 2001 tanggal 1 sampai dengan 9 November 2001.

4. Perubahan Keempat UUD RI Tahun 1945 hasil Sidang Tahunan MPR tahun 2002 tanggal 1 sampai dengan 11 Agustus 2002.

Setelah disahkannya Perubahan Keempat UUD RI Tahun 1945 pada Sidang Tahunan MPR tahun 2002 yang lalu, maka agenda reformasi konstitusi Indonesia untuk kurun waktu sekarang ini dipandang telah tuntas. Mengingat perubahan dilakukan dengan cara adendum (mengadakan perubahan dengan tetap mempertahankan naskah asli dan meletakkan naskah asli diatas rumusan perubahan), setelah dilakukan empat kali perubahan dalam satu rangkaian kegiatan, UUD RI 1945 memiliki susunan sebagai berikut :

1. Naskah UUD RI Tahun 1945 yang ditetapkan pada Rapat PPKI tanggal 18 Agustus 1945 dan diberlakukan kembali dengan Dekrit Presiden pada tanggal 5 Juli 1959 serta dikukuhkan secara aklamasi (persetujuan secara lisan oleh seluruh anggota rapat dan tidak memerlukan lagi adanya pungutan suara) pada tanggal 22 Juli 1959 oleh DPR (sebagaimana tercantum dalam Lembaran Negara Nomor 75 Tahun 1959).

2. Perubahan Pertama UUD RI Tahun 19453. Perubahan Kedua UUD RI Tahun 19454. Perubahan Ketiga UUD RI Tahun 19455. Perubahan Keempat UUD RI Tahun 1945

Untuk memudahkan pemahaman secara sistematis, holistik dan komprehensif, UUD RI Tahun 1945 juga disusun dalam satu naskah yang berisikan pasal-pasal dari Naskah Asli yang tidak berubah dan pasal-pasal dari empat naskah hasil perubahan. Penyusunan UUD 1945 dalam satu naskah pada awalnya merupakan kesepakatan Panitia Ad Hoc I Badan Pekerja MPR masa sidang tahun 2001-2002. Selanjutnya kesepakatan itu dibahas dan disepakati oleh Komisi A Majelis pada Sidang Tahunan MPR tahun 2002 pada tanggal 9 Agustus 2002, yang disampaikan pada Rapat Paripurna ke-5 Sidang Tahunan MPR tahun 2002.

Kesepakatan Komisi A Majelis itu menindaklanjuti laporan Panitia Ad Hoc I Badan Pekerja MPR tanggal 25 Juli 2002 berupa draft UUD 1945 dalam satu naskah, untuk dilaporkan dalam Sidang Paripurna MPR yang selanjutnya akan menjadi risalah sidang paripurna MPR sebagai

Page 17: Sejarah tugas

naskah perbantuan dan kompilasi tanpa ada opini. Namun, susunan UUD RI 1945  dalam satu naskah itu bukan naskah resmi UUD RI 1945. Kedudukannya hanya sebagai risalah sidang dalam Rapat Pripurna Sidang Tahunan MPR tahun 2002.

Perlu dicatat bahwa walaupun UUD RI Tahun 1945 telah disusun dalam satu naskah, hal itu sama sekali tidak mengubah sistematika UUD RI Tahun 1945 yakni secara penomoran tetap terdiri atas 16 bab dan 37 pasal. Perubahan bab dan pasal ditandai dengan penambahan huruf (A, B, C dan seterusnya) dibelakang angka bab atau pasal (Contoh Bab VII A tentang DPD dan Pasal 22 E). Penomoran UUD RI Tahun 1945 yang tetap tersebut sebagai konsekuensi logis dari pilihan melakukan perubahan UUD RI Tahun 1945 dengan caraadendum.

Ditinjau dari aspek sistematika, UUD RI Tahun 1945 sebelum diubah terdiri atas tiga bagian (termasuk penamaannya), yaitu :

1. Pembukaan (Preambule)2. Batang Tubuh3. Penjelasan

Setelah diubah, UUD RI Tahun 1945 terdiri atas dua bagian, yaitu :

1. Pembukaan2. Pasal-pasal (sebagai ganti istilah Batang Tubuh)

Perubahan jumlah bab, pasal, ayat, Aturan Tambahan dan Aturan Peralihan dapat dilihat pada tabel berikut ini :

UNDANG-UNDANG DASAR NEGARA REPUBLIK INDONESIA TAHUN 1945

No.   Bab Pasal AyatAturan

PeralihanAturan

Tambahan

1.Sebelum

Perubahan16 37 49 4 Pasal 2 Ayat

2.Sesudah

Perubahan21 73 170 3 Pasal 2 Pasal

Komite Nasional Indonesia (KNI) sesuai hasil sidang PPKI pada tanggal 18 dan 19 Agustus 1945 akan berfungsi sebagai pembantu presiden sampai Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR) dan Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) terbentuk. Komite Nasional Indonesia disusun dari tingkat pusat yang disebut Komite Nasional Indonesia disusun dari tingkat pusat yang disebut Komite Nasional Indonesia Pusat (KNIP) sampai tingkat kawedanan yang disebut Komite Nasional Indonesia Daerah (KNID). Pemerintah Republik Indonesia pun telah berjalan sesuai UUD 1945 kareana presiden dalam menjalankan tugasnya sebagai pemimpin negara tertinggi telah ddibantu dan Komite Nasional Indonesia. Itulah perwujudan dari Aturan Peralihan Pasal IV UUD 1945.

Page 18: Sejarah tugas

Perubahan Otoritas KNIP dan Hubungannya dengan Lembaga Kepresidenan pada awal Kemerdekaan.

Syahrir merasa tidak puas terhadap sistem cabinet presidensial berusaha mempengaruhi anggota KNIP lainnya untuk mengajukan petisi kepada Sukarno-Hatta yang berisi tuntutan pemberian status Majelis Permusyawaratan Rakyat kepada KNIp. Karena petisi, KNIP mengadakan rapat pleno pada tanggal 16 Oktober 1945 dan Drs. Moh Hatta mengeluarkan Maklumat Nomor X Tahun 1945 yang menetapkan bahwa Komite Nasional Pusat sebelum terbentuk MPR dan DPR diserahi kekuasaan legislative, ikut menetapkan Garis-Garis Besar Haluan Negara, serta menyetujui bahwa pekerjaan KNIP sehari-hari sehubungan dengan gentingnya keadaan dijalankan oleh sebuah badan pekerja yang diplih diantara mereka dan bertanggungjawab kepada Komite Nasional Indonesia Pusat. Badan pekerja KNIP (BP-KNIP) akhirnya dibentuknya dan diketuai oleh Sutan dan wakilnya Amir Syarifuddin.

Maklumat Pemerintah 3 November 1945

Akibat desakan BP-KNIP itu, Wakil Presiden RI mengeluarkan Maklumat Pemerintah Tanggal 3 November 1945. dampak dari keluarnya kebijakan pemerintah itu, di Indonesia akhirnya muncul banyak partai politik, seperti berikut: Majelis Syuro Muslimin Indonesia (Masyumi); Partai Komunis Indonesia, Partai Buruh Indonesia; Partai Rakyat Jakarta; Partai Kristen Indonesia; partai sosialis Indonesia; Partai Rakyat Sosialis; Partai Katolik Indonesia; Persatuan rakyat Marhaen Indonesia; Partai Nasional Indonesia

Maklumat Presiden 14 November 1945

Tanggal 11 November 1945 BP-KNIP mengeluarkan pengumuman Nomor 5 tentang pertanggungjawaban Materi Kepada Perwakilan Rakyat.Dalam pemikiran saat itu, KNIP diartikan sebagai MPR.Sementara itu, BP-KNIP disamakan dengan DPR. Jika demikian, secara tidak langsung BP-KNIP dengan mengeluarkan Pengumuman Nomor 5 telah meminta peralihan pertanggungjawaban menteri-menteri dan Presiden BP-KNIP Anehnya, Presiden Sukarno menyetujui usul tersebut dan mengeluarkan Maklumat Pemerintah Tanggal 14 November 1945. dengan persetujuan tersebut sistem cabinet presidensial dalam UUD 1945 telah diamandemen menjadi sistem cabinet parlementer. Ini terbukti setelah BP-KNIP mencalonkan Sutan Syahrir sebagai perdana menteri.Akhirnya, cabinet presidensial Sukarno-Hatta jatuh dan digantikan oleh kabinet parlementer dengan Sutan Syahrir sebagai perdana menteri pertama.Kejadian ini adalah awal penyimpangan UUd 1945 dalam Negara Republik Indonesia.

Kabinet PresidensialDari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas

Belum DiperiksaLangsung ke: navigasi, cari

Page 19: Sejarah tugas

Anggota Kabinet Presidensial saat berfoto bersama.

Kabinet Presidensial adalah kabinet pertama yang dibentuk di Indonesia setelah Proklamasi Kemerdekaan pada tanggal 17 Agustus 1945 . Kabinet pertama ini hanya bersifat formal saja dan belum bisa melaksanakan roda pembangunan dan pemerintahan.

Nama kabinet pertama ini yang juga sering dieja Kabinet Presidentiil. Dinamakan demikian karena setelah merdeka, Indonesia menerapkan sistem presidensial di mana presiden berfungsi sebagai kepala negara sekaligus kepala pemerintahan.

Daftar isi

1 Anggota kabinet 2 Program kabinet 3 Referensi 4 Lihat pula

Anggota kabinet

Masa bakti: 2 September-14 November 1945

No. Jabatan Nama Menteri

1 Menteri Luar Negeri

Mr. Achmad Soebardjo

Page 20: Sejarah tugas

2Menteri Dalam Negeri

R.A.A. Wiranatakoesoema VWakil Menteri Dalam Negeri Mr. Harmani

3 Menteri Keamanan Rakyat1 (a.i.) Soeljadikoesoemo

4 Menteri Kehakiman

Prof. Dr. Soepomo

5

Menteri Penerangan

Amir Sjarifuddin

Wakil Menteri Penerangan

Ali Sastroamidjojo6 Menteri Keuangan Dr. Samsi Sastrawidagda2

7 Menteri Kemakmuran

Ir. Soerachman Tjokroadisoerjo8 Menteri Perhubungan9 Menteri Pekerjaan Umum

Page 22: Sejarah tugas

Mr. Sartono

A. A. Maramis4

Otto Iskandardinata

Catatan:

1. Kabinet ini tidak memiliki Menteri Keamanan Rakyat karena Soeprijadi yang diangkat menjadi Menteri Keamanan Rakyat tidak pernah melakukan dan tidak pernah menyatakan menerima pengangkatan tersebut. Selanjutnya, pada tanggal 20 Oktober 1945 Soeljadikoesoemo diangkat sebagai Menteri Keamanan Rakyat ad interim.

2. Berhenti tanggal 26 September 1945 , diganti oleh Mr. A.A. Maramis.3. Jabatan ini ditiadakan (tak diisi) bersama-sama pengangkatan Mr. A.A. Maramis sebagai

Menteri Keuangan.4. Tanggal 25 September 1945 menjabat sebagai Menteri Keuangan.5. Partai-partai politik kala itu belum dibentuk.

Program kabinet

Program kabinet ini tidak pernah diumumkan.

Cerita tentang maklumat       Pasal IV Aturan Peralihan UUD'45 berbunyi, "Sebelum MPR, DPR, dan DPA dibentuk menurut UUD ini, segala kekuasaannya dijalankan oleh Presiden dengan bantuan komite nasional." Kedudukan Komite Nasional yang untuk sementara bertugas membantu Presiden-berarti melaksanakan fungsi eksekutif- ternyata menimbulkan ketidakpuasan pada sementara golongan masyarakat, mencuat pada Sidang II KNP 16-17 Oktober 1945 di Jakarta.        Dalam sidang ini Sutan Sjahrir dan kawan-kawan.mengajukan usul kepada pemerintah mengenai perubahan kedudukan dan tugas KNP. Isi usul yang pada hakikatnya mengubah ketentuan Pasal IV Aturan Peralihan UUD'45:

Page 23: Sejarah tugas

1). Sebelum terbentuk MPR dan DPR, Komite Nasional Pusat diserahi kekuasaan legislatif dan ikut menetapkan garis-garis besar haluan negara. 2) Berhubung dengan gentingnya keadaan, pekerjaan sehari-hari KNP dijalankan oleh sebuah Badan Pekerja yang dipilih di antara dan bertanggung jawab kepada KNP.        Wakil Presiden Moh Hatta yang hadir sebagai wakil pemerintah langsung menyatakan setuju dengan usul tersebut, dan seketika itu pula dibuat ketetapan berupa "Maklumat Wakil Presiden No. X" tanggal 16 Oktober 1945. Kehidupan negara baru yang pondasi bangunannya belum kokoh ditambah keadaan dan situasi revolusi itu menghendaki tindakan serba cepat, sementara sarana penunjang di segala bidang masih belum memadai dan mengandalkan improvisasi.Pemberian nomor X (huruf eks; bukan angka 10 hitungan Romawi tetapi abjad ke-24) hanyalah terobosan teknis administratif.       Dengan perubahan ini KNP tidak lagi berkedudukan sebagai lembaga negara pembantu Presiden tetapi menjadi lembaga negara yang sejajar dengan kedudukan lembaga kepresidenan.KNP sejak itu menjadi lembaga legislatif yang bersama-sama Presiden membuat undang-undang (tugas DPR menurut Pasal 5 UUD'45, sebelum diamandemen tahun 1999), menetapkan garis-garis besar haluan negara (tugas MPR menurut Pasal 3 UUD'45).       Sebagai tidak lanjut dari diktum kedua Maklumat Wakil Presiden No. X itu, Sidang KNP tanggal 17 Oktober 1945 membentuk Badan Pekerja beranggotakan 15 orang yang melakukan tugas sehari-hari KNP. Salah satu tindakan BP-KNP melaksanakan tugas KNP sesuai rumusan "ikut menetapkan garis-garis besar haluan negara", adalah usulnya kepada pemerintah tentang politik dalam dan luar negari.Usul diterima pemerintah dan dikeluarkanlah "Maklumat Politik" 1 Novem-ber 1945.       Badan Pekerja KNP juga mengusulkan agar pemerintah memberikan kesempatan seluas-luasnya kepada rakyat untuk mendirikan partai-partai politik.Maka pemerintah pun mengeluarkan maklumat tentang hal itu dengan ketentuan partai-partai politik itu harus turut memperhebat perjuangan Republik Indonesia. Bunyi maklumat yang dinamai Maklumat Pemerintah 3 November 1945: 1) Pemerintah menyukai timbulnya partai-partai politik, karena dengan adanya partai-partai itulah dapat dipimpin ke jalan yang teratur segala aliran paham yang ada dalam masyarakat. 2) Pemerintah berharap supaya partai-partai itu telah tersusun sebelum dilangsungkan pemilihan anggota Badan-badan Perwakilan Rakyat. Pemilihan ini diharapkan dapat dilakukan pada bulan Januari 1946.Anjuran pemerintah ini ditanggapi antusias oleh kaum politisi dengan mendirikan partai.       Perkembangan politik selanjutnya, Badan Pekerja KNP (BP-KNP) mengusulkan agar menteri bertanggung jawab kepada lembaga perwakilan rakyat (menurut sistem sementara kepada Komite Nasional Pusat).Usul tentang pertanggungjawaban menteri itu dijelaskan oleh BP-KNP melalui Pengumuman No.5 tanggal 11 November 1945.Usul ini pun disetujui Presiden Soekarno, dan sebagai konsekuensinya pada tanggal 14 November 1945 kabinet presidensiil diganti dengan Kabinet Sjahrir I (14 November 1945 - 12 Maret 1946).Sejak itu adagium "The King can do no wrong" berlaku dalam sistem pemerintahan negara Republik Indonesia.       Dalam "Maklumat Pemerintah" ini antara lain dinyatakan, "Pemerintah Republik Indonesia setelah mengalami ujian-ujian yang hebat dengan selamat, dalam tingkatan pertama dari usahanya menjalankan macam-macam tindakan darurat guna menyempurnakan tata usaha negara kepada susunan demokrasi. Yang terpenting dalam perubahan-perubahan susunan kabinet baru itu ialah, tanggung jawab adalah di dalam tangan menteri."       Menpen Mr Amir Sjarifuddin pada 24 November 1945 memberikan penjelasan kepada masyarakat tentang perubahan pertanggungjawaban menteri itu. KNP yang melaksanakan sidang ke III di Jakarta 25-27 November 1945 juga menyetujui perubahan ini dengan membuat rumusan, "Membenarkan

Page 24: Sejarah tugas

kebidjaksanaan Presiden perihal mendudukkan Perdana Menteri dan Menteri-menteri jang bertanggung djawab kepada Komite Nasional Pusat sebagai suatu langkah jang tidak dilarang oleh Undang2 Dasar dan perlu dalam keadaan sekarang."        Dekrit Presiden dan Maklumat Presiden tidak disebut dalam Tap MPR No XX/MPRS /1966 tentang Memorandum DPRGR Mengenai Sumber Tertib Hukum Republik Indonesia dan Tata Urutan Peraturan Perundangan Republik Indonesia.Dekrit Presiden dan Maklumat Presiden merupakan pengumuman dari presiden untuk melaksanakan UUD, melaksanakan Tap MPR dalam bidang eksekutif atau peraturan pemerintah.Apakah perlu diberi "baju hukum" seperti terhadap Dekrit Presiden tanggal 5 Juli 1959, Hukum Tata Negara yang seharusnya menjawab.(M Sjafe'i Hassanbasari)

Politik Awal Kemerdekaan dan Pembentukan Tentara Nasional20 April 2010tags: Indonesia, Perjuangan, Politik, Sejarah

Pada tanggal 18 Agustus 1945 PPKI mengadakan sidang yang pertama. Sidang ini menghasilkan beberapa keputusan, yaitu :

1. Mengesahkan UUD yang kemudian dikenal sebagai UUD 1945. Ada beberapa perubahan penting dalam proses pengesahan UUD 1945 yang diusulkan oleh Drs.Mohammad Hatta, yaitu :

Sila pertamadalam pembukaan UUD 1945 yang berbunyi “Ketuhanan dengan kewajiban menjalankan syariat Islam bagi pemeluk-pemeluknya” diubah menjadi “Ketuhanan yang maha esa”.

Mengenai Bab III pasal 6 yang berbunyi: Presiden ialah orang Indonesia asli dan beragama Islam, kata “dan beragama Islam” dihilangkan.

2. Memilih presden dan wakil presiden. Atas usul Otto Iskandar Dinata, akhirnya disetujui secara aklamasi bahwa Ir.Soekarno diangkat sebagai presiden dan Drs.Mohammad Hatta sebagai wakil presiden.

3. Membentuk sebuah Komite Nasional untuk membantu Presiden selama MPR dan DPR belum terbentuk.

Dalam sidang hari kedua (19 Agustus 1945), PPKI mengambil tiga keputusan yang bersifat pelaksanaan, yaitu:

1. Membentuk Komite Nasional Indonesia2. Merancang pembentukan 12 departemen dan menunjuk para menterinya3. Menetapkan wilayah Republik Indonesia atas 8 propinsi.

Page 25: Sejarah tugas

Selanjutnya pada tanggal 22 Agustus 1945, Presiden mengumumkan dibentuknnya tiga badan baru, yaitu :

1. Komite Nasional Indonesia yang terdiri dari:

a) Komite Nasional Indonesia Pusat (KNIP) yang diketuai oleh Mr.Kasman Singodimejo.

b)  Komite Nasional Indonesia Daerah yang berkedudukan di daerah propinsi.

Sejak dikeluarkan Maklumat Pemerintah No.X tanggal 16 Oktober 1945 maka tugas KNIP tidak hanya membantu Presiden, melainkan berfungsi sebagai badan legislatif dan berhak ikut menetapkan GBHN.

2. Badan Keamanan Rakyat (BKR)

Badan Kemanan Rakyat dipimpin oleh Kafrawi. Badan ini berfungsi :

a) Sebagai penjaga keamanan di masing-masing daerah.

b) Sebagai badan untuk menolong korban bencana perang.

Pembentukan BKR menimbulkan rasa tidak puas dikalangan pemuda.Para pemuda membentuk badan-badan perjuangan sebagai laskar bersenjata untuk mempertahankan kemerdekaan Indonesia.badan-badan perjuangan tersebut diantaranya: Angkatan Pemuda Indonesia(API), Hisbullah, Sabilillah, Kebaktian Rakyat Indonesia Sulawesi, Pemuda Indonesia Maluku, Barisan Bateng, dan lain-lain.

Kemudian untuk mempersatukan komando perjuangan, pemerintah mengeluarkan suatu maklumat tertanggal 5 Oktober 1945 tentang pembentukan Tentara Keamanan Rakyat(TKR), dan sejak itu BKR berubah menjadi TKR sedangkan markas besarnya berada di Yogyakarta. Pimpinan tertinggi TKR diberikan kepada Soepriyadi (kemudian digantikan kolonel Sudirman).Sedangkan Oeripsoemohardjo terpilih menjadi kepala staf TKR.pada tanggal 1 Januari 1946 diubah lagi mejadi Tentara Republik Indonesia (TRI). Perubahan ini bukan hanya dalam Angkatan Darat tetapi juga dalam Angkatan Udara dan Angkatan Laut.Kepala staf TRI-AL dijabat oleh Laksamana Muda Moh.Nazir.Sedangkan Kepolisian Negara sejak awal kemerdekaan berada dalam lingkungan Departemen Dalam Negeri. Tetapi sejak 1 Juli 1946 ditempatkan langsung dibawah Perdana Menteri sebagai jawatan tersendiri, dan R. Soekanto Tjokroadmodjo sebagai Kepala Kepolisian Negara yang pertama.

Untuk mempersatukan badan-badan perjuangan, maka pemerintah membentuk Biro Perjuangan yang berada dibawah Kementrian Pertahanan.Selanjutnya pada 5 Mei 1947 Presiden Soekarno mengeluarkan Penetapan Presiden yang intinya mempersatukan TRI dengan badan-badan perjuangan rakyat (badan-badan perjuangan nantinya disebut menjadi TRI).Kemudian pada tanggal 3 Juni 1946 pemerintah mempersatukan TRI-AD, TRI-AU, TRI-AL dan kepolisian menjadi Tentara Nasional Indonesia.Kemudian pada tanggal 5 Oktober 1964 diubah menjadi ABRI dan dikuatkan dengan Keputusan Presiden No.9 Tahun 1969.

Page 26: Sejarah tugas

3. Pembentukan Partai Nasional Indonesia

Pembentukan Partai Nasional Indonesia sebagai satu-satunya partai ternyata ditolak oleh masyarakat.Akhirnya pemerintah mengeluarkan Maklumat Pemerintah tertanggal 3 November 1945 yang mengijinkan berdirinya partai-partai. Sejak saat itu lahirlah berbagai partai politik seperti beraliran agama(Partai masyumi dengan ketuanya Dr.Sukiman, Partai Persatuan Tarbiyah Islamiyah dengan ketuanya Sirajuddin Abbas, Partai Katolik dengan ketuanya ketuanya I.J. Kasimo, Partai Kristen dengan ketuanya Dr.J.Leimana), beraliran nasionalis(Partai Nasional Indonesia dengan ketuanya S.Mangunsarkoro), beraliran sosialis(Partai Sosialis dengan ketuanya Sutan Syahrir), beraliran komunis(Partai Komunis Indonesia dengan ketuanya Sarjono), dan lain-lain.