Tugas Sarana Dan Prasarana
description
Transcript of Tugas Sarana Dan Prasarana
Sarana dan Prasarana di Sekolah Menengah Pertama
Sekolah merupakan lembaga publik yang mempunyai tugas untuk memberikan
pelayanan kepada publik, khususnya pelayanan untuk peserta didik yang menuntut
pendidikan. Sekolah berfungsi sebagai tempat pembinaan dan pengembangan
semua potensi individu terutama pengembangan potensi fisik, intelektual dan moral
peserta didik. Selain guru dan peserta didik, sarana dan prasarana juga merupakan salah
satu faktor yang menunjang dalam proses pembelajaran. Tanpa itu, pendidikan tidak
akan tercapai sesuai dengan tujuan yang diharapkan sehingga sarana dan prasarana sangat
berpengaruh terhadap keberhasilan pembelajaran.
Sarana pendidikan adalah peralatan dan perlengkapan yang secara langsung
dipergunakan dan menunjang proses pendidikan, khususnya proses belajar mengajar, seperti
gedung, ruang kelas, meja, kursi, serta alat-alat dan media pengajaran.
Adapun yang dimaksud dengan prasarana pendidikan adalah fasilitas yang secara
tidak langsung menunjang jalannya proses pendidikan atau pengajaran, seperti halaman,
kebun, taman sekolah, jalan menuju sekolah.
Secara terminologi, pelaksanaan manajemen sarana dan prasarana merupakan
proses perencanaan, pengorganisasian, penggerakan (pelaksanaan), dan pengontrolan
(pengawasan) terhadap sumber daya manusia (SDM) dan sumber daya yang lain
guna mencapai tujuan secara efektif dan efisien.
1. Perencanaan
Suatu kegiatan manajemen yang baik tentu diawali dengan suatu perencanaan yang
matang dan baik. Perencanaan dilakukan demi menghindarkan terjadinya kesalahan dan
kegagalan yang tidak diinginkan. Perencanaan sarana dan prasarana pendidikan adalah
sebagai suatu proses memikirkan dan menetapkan program pengadaan fasilitas sekolah,
baik yang berbentuk sarana maupun prasarana pendidikan di masa yang akan datang untuk
mencapai tujuan tertentu. Keefektifan suatu perencanaan sarana dan prasarana sekolah
dapat dinilai atau dilihat dari seberapa jauh pengadaannya itu dapat memenuhi
kebutuhan sarana dan prasarana sekolah dalam bentuk periode tertentu.
Perencanaan sarana dan prasarana sekolah harus memenuhi prinsip- prinsip:
a) Perencanaan sarana dan prasarana sekolah harus betul-betul merupakan proses
intelektual.
b) Perencanaan didasarkan pada analisis kebutuhan.
c) Perencanaan sarana dan prasarana sekolah harus realistis, sesuai dengan
kenyataan anggaran.
d) Visualisasi perencanaan sarana dan prasarana sekolah harus jelas dan rinci, baik
jumlah, jenis, merek, dan sebagainya.
Tujuan perencanaan sarana dan prasarana pendidikan adalah demi menghindari
terjadinya kesalahan dan kegagalan yang tidak diinginkan dan untuk meningkatkan
efektivitas dan efisiensi dalam pelaksanaannya. Perencanaan pengadaan sarana dan
prasarana pendidikan dilakukan berdasarkan analisis kebutuhan dan penentuan skala
prioritas kegiatan untuk dilaksanakan yang disesuaikan dengan tersedianya dana dan
tingkat kepentingan.
Dalam peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 24
Tahun 2007 tanggal 28 Juni 2007 tentang Standar Sarana dan Prasarana Untuk
Sekolah Menengah Pertama/Madrasah Tsanawiyah (SMP/MTs) sebagai berikut:
1. Satuan Pendidikan
a. Satu SMP/MTs memiliki sarana dan prasarana yang dapat melayani minimum 3
rombongan dan maksimum 27 rombongan belajar.
b. Minimum satu SMP/MTs disediakan untuk satu kecamaan.
c. Seluruh SMP/MTs dalam setiap kecamatan menampung semua lulusan SD/MI
dikecamatan tersebut.
2. Lahan
a. Untuk SMP/MTs yang memiliki 15 sampai dengan 32 peserta didik
perombongan belajar, lahan memenuhi ketentuan rasio minimum luas lahan
terhadap peserta didik seperti:
NoBanyak
rombongan belajar
Rasio minimum luas lahan terhadap peserta didik (m2/peserta didik)
Bangunan satu lantai
Bangunan dua lantai
Bangunan tiga lantai
1 3 22,9 14,3 -2 4-6 16,8 8,5 7,03 7-9 13,8 7,5 5,04 10-12 12,8 6,8 4,55 13-15 12,2 6,6 4,46 16-18 11,9 6,3 4,37 19-21 11,6 6,2 4,2
8 22-24 11,4 6,1 4,29 25-27 11,2 6,0 4,2
b. Untuk SMP/MTs yang memiliki kurang dari 15 peserta didik perombongan
belajar, lahan memenuhi ketentuan luas minimum seperti:
NoBanyak
rombongan belajar
Luas minimum tanah (m2)Bangunan satu
lantaiBangunan dua
lantaiBangunan tiga
lantai1 3 1420 1240 -2 4-6 1800 1310 12203 7-9 2270 1370 12604 10-12 2740 1470 13105 13-15 3240 1740 13606 16-18 3800 2050 14107 19-21 4240 2270 15208 22-24 4770 2550 17009 25-27 5240 2790 1860
c. Luas lahan yang dimaksud pada angka 1 dan 2 di atas adalah luas lahan
yang dapat digunakan secara fektif untuk membangun prasarana
sekolah/madrasah berupa bangunan dan tempat berolahraga.
d. Kemiringan lahan rata-rata kurang dari 15%.
e. Lahan terhindar dari gangguan-gangguan berikut: pencemaran air (sesudai
dengan PP RI No. 20 tahun 1990), kebisingan (sesuai dengan Kepmen
Negara KLH nomor 94/MENKLH/1992), pencemaran udara (sesuai
dengan Kepmen Negara KLH nomor 02/MENKLH/1988).
f. Lahan sesuai dengan peruntukan lokasi yang diatur dalam peraturan daerah
tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kab/Kota.
g. Lahan memiliki status hak atas tanah.
3. Bangunan
a. Untuk SMP/MTs yang memiliki 15 sampai dengan 32 peserta didik
perombongan belajar, bangunan memenuhi ketentuan rasio minimum luas
lantai terhadap peserta didik seperti:
NoBanyak
rombongan belajar
Rasio minimum luas lantai bangunan terhadap peserta didik (m2/peserta didik)
Bangunan satu lantai
Bangunan dua lantai
Bangunan tiga lantai
1 3 6,9 7,6 -2 4-6 4,8 5,1 5,3
3 7-9 4,1 4,5 4,54 10-12 3,8 4,1 4,15 13-15 3,7 3,9 1,06 16-18 3,6 3,8 3,87 19-21 3,5 1,7 3,78 22-24 3,4 3,6 3,79 25-27 3,4 3,6 3,6
b. Untuk SMP/MTs yang memiliki kurang dari 15 peserta didik perombongan
belajar, lantai bangunan memenuhi ketentuan luas minimum seperti:
NoBanyak
rombongan belajar
Luas minimum lantai bangunan (m2)Bangunan satu
lantaiBangunan dua
lantaiBangunan tiga
lantai1 3 420 480 -2 4-6 540 610 6403 7-9 680 740 7704 10-12 820 880 9105 13-15 970 1040 10706 16-18 1140 1230 12307 19-21 1270 1360 13608 22-24 1430 1530 15309 25-27 1570 1670 1670
c. Bangunan memenuhi ketentuan :
1) Koefisien dasar bangunan maksimum 30%
2) Memiliki konstruksi yang stabil dan kukuh
3) Mampunyai fasilitas secukupnya untuk ventilasi udara dan pencahayaan
4) Memiliki sanitasi di dalam dan di luar ruangan
5) Bangunan menyediakan fasilitas dan aksesibilitas yang mudah, aman, dan
nyaman
6) Bangunan dilengkapi instalasi listrik dengan daya minimum 1300 watt
7) Pembangunan gedung atau ruang abru harus dirancang, dilaksanakan, dan
diawasi secara professional
8) Kualitas bangunan minimum permanen kelas B, sesuai dengan PP No.19
tahun 2005 Pasal 45, dan mengacu pada standar PU
9) Pemeliharaan bangunan sekolah/madrasah meliputi: pemeliharaan ringan
dan pemeliharaan berat
10) Bangunan dilengkapi izin mendirikan bangunan dan izin penggunaan sesuai
ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku
4. Kelengkapan Prasarana dan Sarana di Sekolah SMP/MTs
Sebuah SMP/MTs sekurang-kurangnya memiliki prasarana sebagai berikut:
a. Ruang kelas; fungsi ruang kelas adalah tempat kegiatan pembelajaran teori,
praktek yang tidak memerlukan peralatan khusus atau praktek dengan alat
khusus yang mudah dihadirkan, kapasitas maksimum ruang kelas 32 peserta
didik.
b. Ruang perpustakaan; berfungsi sebagai tempat kegiatan peserta didik dan guru
memperoleh informasi dari berbagai jenis bahan pustaka dengan membaca,
mengamati, mendengar, dan sekaligus tempat petugas mengelola perpustakaan.
Luas minimum ruang perpustaan sama dengan satu setengah kali luas ruang
kelas dengan lebar minimum 5 m
c. Ruang labotaorium IPA; berfungsi sebagai tempat berlangsungnyaa kegiatan
pembelajaran IPA secara praktek yang memerlukan perlatan khusus, luas
minimum ruang laboratorium 48 m2 dan lebar 5 m.
d. Ruang pimpinan; berfungsi sebagai tempat melakukan kegiatan pengelolaan
sekolah/madrasah, pertemuan kecil atau besar.
e. Ruang guru; berfungsi sebagai tempat guru bekerja dan istirahat serta
menerima tamu, baik peserta didik maupun lainnya. Rasio minimum luas
ruang guru 4 m2/pendidik dan luas minimum 40 m2.
f. Ruang tata usaha; berfungsi sebagai tempat kerja petugas untuk mengerjakan
administrasi sekolah/madrasah, luas minimum 16 m2.
g. Tempat ibadah; berfungsi sebagai tempat warga sekolah melaksanakan ibadah
wajib. Luas minimum 12 m2.
h. Ruang konseling; befungsi sebagai tempat peserta didik mendapatkan layanan
konseling dari konselor berkaitan dengan pengembangan pribadi, sosial,
belajar dan karir. Luas minimum 9 m2.
i. Ruang UKS; berfungsi sebagai tempat untuk penanganan dini peserta didik
yang mengalami gangguan kesehatan di sekolah/madrasah. Luas minimum
ruang UKS 12 m2.
j. Ruang organisasi kesiswaan; berfungsi sebagai tempat melakukan kegiatan
kesekretariatan pengelolaan organisasi kesiswaan. Luas minimum ruang
organisasi kesiswaan 9 m2.
k. WC; berfungsi sebagai tempat buang air besar/kecil. Luas minimum 1 unit
adalah 2 m2.
l. Gudang; berfungsi sebagai tempat penyimpanan peralatan pembelajaran di luar
kelas. Luas minimum gudang 21 m2.
m. Ruang sirkulasi; berfungsi sebagai tempat penghubung antar ruang dalam
bangunan sekolah/madrasah dan sebagai tempat berlangsungnya kegiatan
bermain dan interaksi sosial peserta didik di luar jam pelajaran, terutama pada
saat hujan ketika tidak memungkinkan kegiatan-kegiatan tersebut berlangsung
dihalaman sekolah.
n. Tempat bermain/berolahraga; berfungsi sebagai area bermain, berolahraga,
pendidikan jasmani, upacara, dan kegiatan ekstrakurikuler.
2. Pengorganisasian
Pengorganisasian (Organizing) merupakan suatu proses penyusunan struktur
organisasi dan tersedianya sumberdaya (tenaga, keuangan, sarana dan prasarana)
dalam organisasi. Terdapat dua aspek penting dalam kegiatan pengorganisasian yaitu
pembagian kerja dan departemensasi. Pembagian tugas yang dimaksud adalah
penyesuaian tugas pekerjaan agar setiap petugas dan organisasi bertanggung jawab
melaksanakan sekumpulan kegiatan yang terbatas. Hasil dari pekerjaan
pengorganisasian adalah terbentuknya wadah atau satuan organisasi yang didalamnya
ada perangkat organisasi agar tugas-tugas yang dipercayakan kepada pendukung
dapat terlaksana.
Fungsi pengorganisasian adalah suatu kegiatan pengaturan pada sumber daya
manusia dan sumberdaya fisik lain yang dimiliki sekolah untuk menjalankan rencana
yang telah ditetapkan serta menggapai tujuan sekolah.
4. Pelaksanaan
Menurut Nawawi (2000) Pelaksanaan atau penggerakan yang dilakukan setelah
organisasi memiliki perencanaan dan melakukan pengorganisasian dengan memiliki
struktur organisasi termasuk tersedianya personil sebagai pelaksana sesuai dengan
kebutuhan unit atau satuan kerja yang dibentuk. Di antara kegiatan pelaksanaan
adalah melakukan pengarahan, bimbingan, dan komunikasi termasuk koordinasi.
Selain guru sebagai pelaksana tugas pendidikan, guru juga mempunyai andil
dalam melaksanakan kegiatan sarana dan prasarana dalam suatu sekolah. Dalam hal
ini, guru lebih banyak berhubungan dengan saranan pengajaran, yaitu alat pelajaran,
alat peraga, dan media pengajaran lainnya dibandingkan dengan keterlibatannya
dengan sarana pendidikan yang tidak langsung berhubungan.
5. Pengawasan
Pengawasan sarana dan prasarana pendidikan di sekolah adalah salah satu
fungsi manajemen yang harus dilaksanakan oleh pemimpin organisasi atau lembaga.
Berkaitan dengan sarana dan prasarana pendidikan di sekolah , perlu adanya kontrol
baik dalam pemeliharaan atau pemberdayaan. Pengawasan terhadap sarana dan
prasarana pendidikan di sekolah merupakan usaha yang ditempuh oleh pimpinan
dalam membantu personil sekolah untuk menjaga dan memelihara, dan
memanfaatkan sarana dan prasarana sekolah dengan sebaik mungkin demi
keberhasilan pembelajaran di sekolah.
Pengawasan dimaksudkan untuk mengetahui bahwa hasil pelaksanaan
pekerjaan sedapat mungkin sesuai dengan perencanaan. Hal ini membandingkan
antara kenyataan dengan standar yang telah ditentukan semula.
Menurut pendapat Murdick yang dikutip Fatah (2000:101) dalam Arifin (2014)
menyebutkan ada tiga pproses dasar tahapan pengawasan, yaitu: (1) menetapkan
standar pelaksanaan. (2) pengukuran pelaksanaan pekerjaan dibandingkan dengan
standar. (3) menentukan kesenjangan antara pelaksanaan dengan standar dan rencana.
Berdasarkan pendapat di atas, bahwa yang dimaksud standar tersebut mencakup
kriteria yang terwujud dalam bentuk kuantitatif dan kualitatif, sedang ukuran umum
itu menyangkut criteria ongkos, waktu, kualitas, fisik, pendapatan, dan standar yang
tak dapat diraba; proses ini dilakukan dengan cara observasi personal, laporan secara
lisan, atau tertulis. Langkah-langkah dasar proses pengawasan ini ditampilkan dalam
tabel berikut:
Maka dapat disimpulkan bahwa pengawasan merupakan kunci keberhasilan
proses manajemen. Maka dari itu, pengawasan perlu dilihat secara komprehensip
seperti dalam pelaksanaan program akselerasi bisa dilakukan dengan kegiatan
penilaian yang bersifat objektif. Fungsi pengawasan ini merupakan jembatan antara
perencanaan dan pelaksanaan, dan merupakan pengamanan, pemeliharaan, dan
pengembangan.
Pengamanan bermaka bahwa rencana yang telah ditetapkan secara musyawarah itu
terlaksana dengan baik, tidak ada peyimpangan, pemborosan tenaga, waktu dan
material.
Pemeliharaan bermakna sebagai proses penyelenggaraan kerjasama antara manusia
dalam kelompok itu, yang mengarah kepada efisiensi dan efektivitas.
Pengembangan bermakna hal-hal yang positif, baik idea tau hasil pekerjaan
dikembangkan untuk mencapai tujuan program yang lebih baik, dan disamping
memperbaiki hal-hal yang kurang baik.
Sesungguhnya makna yang terpenting dari pengawasan adalah memberikan
arahan dan penilaian terhadap pekerjaan, artinya menilai tingkat efektivitas dan
efisiensi pemakai sumber daya organisasi tertentu yang dilakukan setiap personal.
DAFTAR PUSTAKA
Menetapkan standar
Mengukur prestasi
Apakah prestasi memenuhi
Ambil tindakan
Tidak berbuat
Burhanuddin, Yusak. 2005. Administrasi Pendidikan. Cv. Pustaka Setia. Bandung.
E. Mulyasa. 2002. Manajemen Berbasis Sekolah, Konsep strategi, dan
Implementasi. PT. Remaja Rosdakarya. Bandung.
Ibrahim Bafadal. 2003. Manajemen Perlengkapan Sekolah Teori dan
Aplikasinya. Bumi Aksara. Jakarta.
Suharsimi Arikunto, Lia Yuliana. 2008. Manajemen Pendidikan. Aditya Media.
Yogyakarta.
http://amrilmpunj.blogspot.co.id/2008/10/08standar-sarana-dan-prasarana.html. diakses tanggal 29 oktober 2015.
http://aneasseva.blogspot.co.id/2013/07/standarisasi-sarana-dan-prasarana.html.
diakses tanggal 29 oktober 2015.
Arifin Asep Suhendi, Proses Manajemen Pengembangan Sarana dan Prasarana
(Jawa barat:Widyaiswara LPMP, 2014). diakses tanggal 29 oktober 2015.