Tugas Resume MK
-
Upload
m-krisna-bagus-hidayat -
Category
Documents
-
view
47 -
download
1
Transcript of Tugas Resume MK
ANALISIS PENGARUH KEMIRINGAN JEMBATAN PRESTRESS
TERHADAP GAYA PRATEGANG GIRDER
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Sistem transportasi adalah unsur penting dari suatu rangkaian sistem suatu daerah untuk
terwujudnya tujuan pembangunan daerah. Melalui pembangunan sarana dan prasarana pada
sistem transportasi khususnya transportasi darat sebagai penghubung antar pulau di
Indonesia selain jalan raya dan jalan kereta api adalah jembatan layang (Fly Over). Semakin
bekembangnya suatu daerah yang diindikasi dengan banyaknya jalan layang, maka
keamanan pengguna jembatan sebagai hal yang penting. Salah satu yang mempengaruhinya
adalah kekuatan girder dalam hal ini balok girder prestress. Untuk kesempatan penelitian
kali ini akan dilakukan analisis mengenai kemiringan jembatan terhadap nilai gaya
prategang dan jumlah tendon yang diberikan pada balok girder prestress selain itu
dilakuakan analisis untuk mengetahui sejauh apa pengaruh kenaikan nilai kemiringan
terhadap jumlah tulangan yang terpasang pada girder.
B. Rumusan Masalah
Setelah mengalami nilai kemiringan, balok girder prestress akan mengalami perubahan gaya
prategang yang akan diberikan pada balok itu sendiri. Untuk itu akan dilakuakan analisis
terhadap gaya prategang pada balok girder prestress tersebut. Selain itu juga balok girder
diindikasi akan mengalami perubahan gaya prategang akibat semakin tinggi nilai
kemiringan ketika balok tersebut dipasang. Dari peraturan yang dikeluarakan Departemen
Pekerjaan Umum bahwa batas maksimum kamiringan pada balok jembatan layang adalah 5
%. Untuk itu akan dilakukan analisis apabila kemiringan yang diberikan melebihi 5 %,
apakah balok prestress tersebut masih dalam katagori aman atau tidak.
C. Tujuan Penelitian
1. Mengetahui pengaruh kemiringan terhadap gaya prategang yang akan diberikan pada
balok girder prestress.
2. Mengetahui pengaruh kemiringan terhadap kebutuhan tendon pada balok girder
prestress.
3. Mengetahui pengaruh kemiringan terhadap kebutuhan tulangan pada balok girder
prestress.
4. Mengetahui batas maksimum kemiringan yang dapat diberikan pada balok girder
prestress tanpa harus mengubah jumlah kebutuhan tendon dan kebutuhan tulangan yang
telah dihitung ketika balok berada pada posisi kemiringan 0 %.
5. Mengetahui apakah balok prestress masih dalam keadaan aman untuk digunakan
apabila kemiringan yang diberikan melebihi batas maksimum yaitu 5 %.
D. Batas Masalah
Penelitian kali ini dibatasi pada analisis pengaruh kemiringan terhadap gaya prategang,
kebutuhan tendon, dan kebutuhan tulangan pada balok girder prestress menggunakan
metode manual dengan menggunakan Microsoft Excel dan metode numerik dengan
menggunakan SAP 2000. Beberapa batasan masalah pada penelitian ini adalah sebagai
berikut :
1. Analisis yang dilakukan terhadap kemiringan girder prestress jembatan terbatas pada
nominal kemiringan standar sebesar 0 %, 2,5 %, 5 %, serta 7,5 %. Untuk panjang
bentang balok divariasi menjadi 30 m, 35 m, dan 40 m.
2. Analisis pada penelitian ini menggunakan batasan teori Bridge Management System
(RSNI T-02-2005) untuk mengetahui pembebanan yang bekerja pada jembatan,
Contoh perhitungan Balok Prategang (PC-I Girder) Jembatan Srandakan Kulon Progo
Yogyakarta oleh Ir. M. Noer Ilham, M.T untuk menghitung gaya prategang dan
kebutuhan tendon pada girder, dan Tata Cara Perhitungan Struktur Beton Untuk
Bangunan Gedung (SNI 03-2847-2002) untuk menghitung jumlah kebutuhan tulangan
pada balok. Selain itu ada Standar Bangunan Atas Jembatan Gelagar Beton Pratekan
keluaran Dirjen Bina Marga sebagai acuan nilai dimensi balok pratekan yang akan
dipakai pada proses analisis, serta Spesifikasi Konstruksi Jembatan Tipe Balok T BM
100 untuk mengetahui batas maksimum kemiringan yang akan diberikan pada balok
prestress.
3. Analisis akan dilakukan melalui metode manual menggunakan Microsoft Excel dan
metode numeric menggunakan SAP 2000.
E. Manfaat Penelitian
Manfaat penelitian ini adalah:
1. Memberi referensi dalam menganalisis nilai gaya prategang yang harus diberikan pada
balok girder prestress.
2. Memberi referensi dalam menganalisis jumlah kebutuhan tendon pada balok,
khususnya pada balok girder prestress.
3. Memberi referensi dalam menganalisis jumlah tulangan pada balok, khususnya pada
balok girder prestress.
4. Memberi referensi dalam menganalisis pengaruh kemiringan yang diberikan kepada
balok girder prestress terhadap gaya prategang girder.
5. Memberi referensi dalam menganalisis pengaruh kemiringan yang diberikan kepada
balok girder prestress terhadap jumlah tendon.
6. Memberi referensi dalam menganalisis pengaruh kebutuhan tulangan girder.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Jembatan
Jembatan adalah suatu konstruksi yang digunakan untuk meneruskan jalan melalui
rintangan yang biasanya berupa jalan air atau jalan lalu lintas biasa, lembah yang dalam,
alur sungai irigasi dan pembuanga (Veen, 1990).
B. Pembebanan Jembatan
1. Beban Mati
Beban mati adalah semua beban tetap yang berasal dari berat sendiri atau bagian
jembatan yang ditinjau, termasuk unsur yang merupakan satu kesatuan tetap dengannya
(RSNI T-02-2005). Dalam menetukan besaranya beban mati digunakan nilai berat isi
untuk bahan – bahan bangunan tersebut pada Tabel 1 dibawah ini:
Tabel 1. Berat isi bahan – bahan bangunan
No. BahanBerat/Satuan Isi Kerapatan Massa
(kN/m3) (kg/m3)1 Campuran Aluminium 26,7 27202 Lapisan permukaan beraspal 22 22403 Besi Tuang 71 72004 Timbunan tanah dipadatkan 17,2 17605 Kerikil dipadatkan 18,8 - 22,7 1920 – 23206 Aspal beton 22 22407 Beton ringan 12,25 - 19,6 1250 – 20008 Beton 22 - 25 2240 – 25609 Beton prategang 25 - 26 2560 – 264010 Beton bertulang 23,5 - 25,5 2400 – 260011 Timbal 111 1140012 Lempung lepas 12,5 1280
13 Batu pasangan 23,5 240014 Neoprin 11,3 115015 Pasir kering 15,7 - 17,2 1600 – 176016 Pasir basah 18 - 18,8 1840 – 192017 Pasir Lunak 17,2 176018 Baja 77 785019 Kayu (ringan) 7,8 80020 Kayu (keras) 11 112021 Air murni 9,8 100022 Air garam 10 102523 Besi tempa 75,5 7680
2. Beban Lalu Lintas
Beban lalu lintas merupakan seluruh beban hidup, arah vertikal dan horizontal, akibat
aksi kendaraan pada jembatan termasuk hubungannnya dengan pengaruh dinamis,
tetapi tidak termasuk tumbukan. Beban lalu lintas untuk perencanaan jembatan terdiri
atas beban lajur "D" dan beban truk "T"(RSNI T-02-2005). Beban “D” didasarkan pada
karakteristik jembatan yang memiliki lajur lalu lintas rencana dimana jumlah
maksimum lajur lalu lintas untuk berbagai lebar lalu lintas ditentukan pada Tabel 2.
Tabel 2. Jumlah jalur lalu lintas
Beban truk "T" adalah satu kendaraan berat dengan 3 as yang ditempatkan pada
beberapa posisi dalam lajur lalu lintas rencana. Tiap as terdiri dari dua bidang kontak
pembebanan yang dimaksud sebagai simulasi pengaruh roda kendaraan berat.
Ketentuan satu truk "T" diterapkan per lajur lalu lintas rencana seperti yang
ditunjukkan pada Gambar 2.
Berat dari masing – masing as disebarkan menjadi 2 beban merata sama besar yang
merupakan bidang kontak antara roda dengan permukaan lantai. Jarak antara 2 as
tersebut bisa diubah-ubah antara 4,0 m sampai 9,0 m untuk mendapatkan pengaruh
terbesar pada arah memanjang jembatan.
Gambar 2. Ketentuan beban “T” pada jembatan jalan raya
3. Gaya Rem
Pengaruh gaya – gaya dalam arah memanjang akibat gaya rem dengan pengaruh gaya
rem sebesar 5% dari beban “D” tanpa koefisien kejut yang memenuhi semua jalur lalu
lintas yang ada dan dalam satu jurusan. Gaya rem dianggap bekerja horizontal dalam
arah sumbu jembatan dengan titik tangkap setinggi 1,80 m di atas permukaan lantai
kendaraan (Supriyadi, dkk., 2007).
4. Beban Angin
Pengaruh beban angin sebesar 150 kg/m2 pada jembatan berdasarkan beban angin
horizontal terbagi rata pada bagian vertikal jembatan. Angin tekan pada beban vertikal
muka angin sebesar 100 kg/m2, dan angin isap pada bidang vertikal belakang angin
sebesar 50 kg/m2.
5. Beban Akibat Gempa Bumi
Pengaruh – pengaruh gempa bumi pada jembatan dipengaruhi oleh gaya horizontal
pada konstruksi dan perlu ditinjau gaya-gaya lain seperti gaya gesek pada perletakan,
tekanan hidro-dinamik akibat gempa, tekanan tanah akibat gempa dan gaya angkat pada
pondasi terapung/pondasi langsung (Supriyadi, dkk., 2007).
C. Stressing (Pemberian Gaya Prategang)
Stressing adalah proses untuk menyambungkan girder yang terdiri dari beberapa bagian,
menjadi satu kesatuan. Serta memberikan gaya prategang pada balok, sehingga balok
sudah memiliki tegangan sebelum mendapat beban.
D. Beton Bertulang
Beton bertulang adalah beton yang ditulangi dengan luas dan jumlah yang tidak kurang
dari nilai minimum yang disyaratkan dengan atau tanpa prategang, dan diasumsikan kedua
material bekerja bersama-sama dalam menahan gaya yang bekerja (SNI 03-2847-2002).
E. Girder
Girder adalah balok yang terpasang pada jembatan. Pada pembangunan jembatan yang
memiliki panjang bentang maksimal 25 m, biasanya menggunakan balok bertulang biasa.
Namun untuk panjang bentang lebih dari 25 m maka, harus menggunakan balok prategang
atau balok prestress. Pada girder terdabat bahan yang terpasang di luar dan di dalam dari
girder, bahan-bahan itu adalah sebagai berikut :
1. Strand
Strand adalah kabel yang akan ditarik oleh hiydraulic jack pada proses stressing. Stand
yang biasa digunakan adalah stand 7 kawat dengan nominal diameter 12,7 mm dan luas
penampang efektif sebesar 100 mm2. Serta kuat tarik ultimate sebesar 1840 Mpa dan
tegangan putus 184 kN.
2. Anchor Head (Angker Hidup)
Bagian dari angker yang berfungsi mengikat baja strand setelah dilakukan stressing.
Kombinasi lubang angker yaitu 7 dan 12 dengan ukuran 0.5’’ dan 0.6’’. (Standar
Bangunan Atas Jembatan, Dirjen Bina Marga).
3. Wedges
Berfungsi sebagai penjepit kabel strand yang terlebi dahulu sudah terpasang pada
wedges plate, agar kabel strand tidak mengalami pergerakan saat dilaksanakan
stressing. (Standar Bangunan Atas Jembatan, Dirjen Bina Marga).
4. Casting
Bagian dari angker yang berfungsi untuk meneruskan gaya prategang kadalam beton.
Pasangan anchor head dan casting biasa dikenal dengan sebutan angker hidup. (Standar
Bangunan Atas Jembatan, Dirjen Bina Marga).
5. Bursting Steel
Berupa rangkaian tulangan besi dipasang tertanam di belakang casting yang berfungsi
sebagai perkuatan menahan penyebaran gaya arah radial akibat gaya prategang yang
bekerja. (Standar Bangunan Atas Jembatan, Dirjen Bina Marga).
6. Duct/ Sheat (Kelongsong)
Berbentuk seperti pipa yang berfungsi sebagai tempat kedudukan baja prestress
sehingga posisi sesuai dengan yang direncanakan. Diameter duct yang biasa digunakan
51, 66, 84, dan 105 mm. (Standar Bangunan Atas Jembatan, Dirjen Bina Marga).
7. Grout Vent
Pipa untuk lubang memasukkan bahan grout atau dapat juga sebagai lubang ventilasi
pada saat pekerjaan grouting dilakukan. (Standar Bangunan Atas Jembatan, Dirjen Bina
Marga).
8. Dead End (Angkur Mati)
Angkur mati berfungsi untuk menahan gaya stressing dan bukan sebagai pengunci.
(Standar Bangunan Atas Jembatan, Dirjen Bina Marga).
9. Diafragma
Diafragma adalah balok yang berada diantara dua girder yng berfungsi sebagai pengikat
antar girder dan penyebaran beban hidup. Tebal diafragma untuk semua bentang adalah
200 mm. (Standar Bangunan Atas Jembatan, Dirjen Bina Marga).
BAB III
METODE PENELITIAN
Pada penelitian ini akan dibahas metode-metode terkait analisis yang dilakukan yaitu metode
pengujian manual menggunakan Microsoft Excel dan metode numerik dengan menggunakan
SAP 2000.
Pada metode pengujian manual menggunakan Microsoft Excel, akan dihitung pembebanan
yang bekerja pada balok pada kemiringan 0%, dengan variasi panjang bentang balok masing-
masing 30 m, 35 m, dan 40m. Pada akhirnya menghitung gaya prategang, jumlah tendon, dan
kebutuhan tulangan. Setelah itu menghitung kemiringan sebesar 2,5%, 5%, dan 7,5%
terhadap gaya prategang, jumlah tendon, dan kebutuhan tulangan ada balok girder prestress
pada variasi tersebut.
Pada metode numerik dengan mengunakan SAP 2000, dilakukan modeling dengan perlakuan
yang sama dengan jembatan yaitu sesudah diberi pembebanan. Dan didapat gaya-gaya dalam,
defleksi, dan lain-lain
Setelah didapat hasil dari masing-masing metode maka akan dibandingkan lebih khususnya
pada gaya-gaya dalam balok jembatan terhadap beban.
A. Pengumpulan Data
Pengumpulan data dilakukan agar proses analisis dapat dilakukan dengan menggunakan
data sekunder. Data sekunder diambil dari hasil analisis jembatan suatu proyek, peraturan
terkait jembatan dll. Pada penelitian ini akan dibahas metode-metode yang terkait dengan
analisis.
B. Deskripsi Metode Pengujian Manual
Pada pengujian manual yang dilakuakn sebagai berikut :
1. Penentuan data umum jembatan seperti panjang balok prategang, jarak antar balok
prategang, tebal plat dll.
2. Menentukan specific gravity bahan.
3. Menentukan dimensi balok yang akan dihitung.
4. Menentukan mutu beton prategang, strand, dan baja tulangan yang akan dipakai.
5. Penentuan lebar plat efektif lantai.
6. Menghitung section properties balok prategang.
7. Menghitung section properties balok komposit (balok prategang + plat).
8. Menghitung pembebanan yang diterima oleh balok prategang.
9. Meresume kembali gaya geser dan gaya momen yang terjadi pada balok prategang.
10. Menghitung kebutuhan tulangan, gaya prategang, eksentrisitas, dan jumlah tendon.
C. Deskripsi Metode Pengujian Numerik
Pada metode numerik dengan SAP 2000 dilakukan sebagai berikut:
1. Pendefinisian struktur jembatan.
2. Menentukan pembebanan sesuai perhitungan pada pengujian manual berdasarkan
RSNI T-02-2005 tentang pembebanan untuk jembatan.
3. Proses analisis.
4. Membahas hasil analisis berupa gaya-gaya dalam dan terutama defleksi.
D. Analisis Hasil Penelitian
Analisis hasil penelitian dilakukan dengan membandingkan hasil gaya-gaya dalam
terutama defleksi menggunakan metode manual dan metod numerik SAP 2000, kemudian
menganalisinya.
E. Diagram Alir Penelitian
Diagram Alir Proses Analisis Penelitian :
ANALISIS
MANUAL (Ms. Excel)
PROGRAM(SAP 2000)
GAYA-GAYA DALAM, DEFLEKSI, dll.
PEMBAHASAN DAN KESIMPULAN
PERHITUNGAN STRUKTUR GIRDER
MULAI
GAYA-GAYA DALAM, DEFLEKSI, dll.
SELESAI