TUGAS REFERAT rhinosinusitis.docx

download TUGAS REFERAT rhinosinusitis.docx

of 10

Transcript of TUGAS REFERAT rhinosinusitis.docx

  • 7/30/2019 TUGAS REFERAT rhinosinusitis.docx

    1/10

    Referat|1

    BAB I

    PENDAHULUAN

    Rinosinusitis (RS) adalah penyakit yang sering terjadi pada anak-anak.

    Rata-rata anak mengalami 6-8 episode infeksi saluran pernapasan atas pertahun

    dan diperkirakan 0,5-5% akan menimbulkan rinosinusitis akut (ARS). Beberapa

    akan berkembang menjadi rinosinusitis kronis (CRS).

    Gejala klinis ARS pada anak-anak biasanya berupa hidung tersumbat,

    cairan hidung berwarna, dan batuk dengan gangguan tidur. Nyeri wajah / kepala

    dapat timbul pada anak dewasa. ARS didefinisikan sebagai penyakit dengan

    gejala yang berlangsung hingga 4 minggu, subakut adalah ketika gejala yang

    berlangsung antara 4 minggu dan 12 minggu, dan CRS adalah ketika gejala yang

    berlangsung lebih dari 12 minggu

    Diagnosis biasanya ditegakkan berdasarkan perjalanan klinis, di bantu

    pemeriksaan penunjang. Penatalaksanaan sering secara konservatif dengan

    pengobatan medika mentosa empirik dan bisa meningkat dengan tindakan operatif

    pada kasus dengan komplikasi atau pada kasus kronis yang gagal dengan

    pengobatan medika mentosa.

  • 7/30/2019 TUGAS REFERAT rhinosinusitis.docx

    2/10

    Referat|2

    BAB II

    TINJAUAN PUSTAKA

    A. DefinisiRinosinusitis adalah kondisi yang ditimbulkan oleh respon peradangan

    yang mengenai mukosa kavum nasi dan sinus paranasal.

    Infeksi saluran nafas atas pada anak lebih sering terjadi dibandingkan

    orang dewasa yaitu sekitar 6-8 kali per tahun sedangkan pada orang dewasa 2-

    3 kali per tahun.

    Faktor predisposisi yang paling umum adalah infeksi saluran nafas atas

    oleh virus dan alergi. Sinus yang sering mengalami infeksi pada anak adalah

    sinus etmoid dan maksila karena kedua sinus tersebut sudah ada sejak lahir

    dan berkembang pada umur 3 tahun.

    B. Etiologi1. Faktor Penderita : Genetik/kondisi kongenital (fibrosis kistik dan

    sindrome immotil silia), alergi/kondisi imun, anatomi yang abnormal,

    penyakit sistemik (endokrin & metabolik), mekanisme saraf,

    neoplasma

    2. Faktor lingkungan : Virus/infeksi, trauma, kimia noxiuos daniatrogenik (obat-obatan dan pembedahan)

    3. Peradangan : infeksi saluran nafas atas dan alergi.4. Mekanikal : deformitas septum/nasal, obstruksi Kompleks Osteo

    Meatal (KOM), konka hipertropi, polip, tumor, adenoid hipertropi,

    benda asing dan cleft palate.

    5. Sistemik : fibrosis kistik, sindroma Kartagener, imunodefisiensi.6. Lain-lain : berenang atau menyelam

  • 7/30/2019 TUGAS REFERAT rhinosinusitis.docx

    3/10

    Referat|3

    C. PatofisiologiInsiden infeksi saluran nafas akut lebih tinggi pada anak-anak akibat

    sistem imun yang menurun yang menimbulkan infeksi virus pada saluran

    nafas atas. Infeksi saluran nafas atas menyebabkan oedem mukosa sehingga

    menyebabkan obstruksi aliran sinus sehingga menimbulkan infeksi. Pada

    anak-anak, dengan anatomi perkembangan sinus yang berukuran kecil dan

    pendeknya jarak antara permukaan mukosa dari ostio memainkan peranan

    pada perkembangan rinosinusitis.

    Perubahan sekresi kelenjar pada kistik fibrosis menghasilkan mukus

    yang kental sehingga menyulitkan pembersihan sekret serta gangguan gerakan

    silia seperti pada silia imotil sindroma. Kedua hal ini menimbulkan stase

    mukus yang selanjutnya akan terjadi kolonisasi kuman dan timbul infeksi.

    Peranan alergi pada sinusitis adalah akibat reaksi anti gen anti bodi

    yang menimbulkan pembengkakan mukosa sehingga menimbulkan obstruksi

    pada ostium sinus dan menghambat aliran mukus. Selanjutnya terjadi vakum

    di rongga sinus sehingga terjadi transudasi cairan ke rongga sinus.

    Menumpuknya cairan di rongga sinus merupakan media pertumbuhan bakteri

    sebagai hasil obstruksi ostium sinus yang lama. Faktor kelainan anatomi

    seperti septum deviasi, hipertropi atau paradoksal konka media dan konka

    bulosa juga dapat mempengaruhi aliran ostium sinus.

    bila dua lapisan mukosa yang berdekatan saling kontak karena edema

    akan terjadi gangguan fungsi silia di tempat tersebut sehingga terjadi retensi

    sekret. Kontak mukosa pada kompleks ostio meatal terjadi pada celah antara

    prosesus unsinatus dengan konkha media, antara bula etmoid dan konkha

    media serta di atas dan belakang bula etmoid. Pada keadaan ini pertukaran

    udara atau ventilasi terganggu, perubahan pH sinus akan menurun, oksigen

    akan di serap dan mukosa akan mengalami hipoksia dan kematian sel mukosa

    sinus yang memudahkan terjadinya infeksi.

  • 7/30/2019 TUGAS REFERAT rhinosinusitis.docx

    4/10

    Referat|4

    D. Manifestasi KlinisGejala dan tanda rinosinusitis pada anak adalah rinorea, obstruksi

    hidung, batuk yang terus menerus, post nasal drip, sakit kepala dan nyeri

    wajah, kadang demam.

    Gejala rinosinusitis pada anak bervariasi sesuai umur karena pada anak

    yang kecil, sulit untuk menceritakan keluhannya dengan jelas, sedangkan pada

    anak yang lebih besar dapat memberikan keluhan yang jelas sehingga akan

    lebih tepat seperti keluhan pada rinosinusitis dewasa. Gejala yang berat dan

    komplikasi sering terjadi pada rinosinusitis akut.

    Terdapat 2 manifestasi klinik, yaitu :

    1. Infeksi Saluran Nafas Atas (ISNA) yang tampak berat dengandemam lebih dari 390C, sekret purulen dan nyeri wajah.

    2. ISNA yang lama dengan batuk dan sekret hidung menetaplebih dari 10 hari.

    Demam jarang ditemukan pada rinosinusitis anak-anak, meskipun pada

    keadaan akut. Demam biasanya menandakan adanya komplikasi. Kadang-kadang

    terjadi muntah pada saat batuk, mual atau rasa tercekik karena sekresi yang

    mengalir di belakang hidung ke tenggorok.

    Rinosinusitis kronis banyak dilaporkan terjadi pada anak dengan riwayat

    rinitis alergi dan asma. Batuk pada waktu siang maupun malam hari merupakan

    gejala yang paling sering terjadi dan tidur sering terganggu

    E. DiagnosisRinosinusitis pada anak ditegakkan berdasarkan :

    1. Gambaran klinis.2. Pemeriksaan fisik.3. Pemeriksaan penunjang :

    Transiluminasi. Nasoendoskopi. Ultra Sonografi. CT Scan atau MRI.

  • 7/30/2019 TUGAS REFERAT rhinosinusitis.docx

    5/10

  • 7/30/2019 TUGAS REFERAT rhinosinusitis.docx

    6/10

    Referat|6

    Pemeriksaan fisik dengan rinoskopi anterior dan posterior serta

    endoskopi nasal sangat dianjurkan untuk diagnosis yang lebih tepat dan dini.

    Pada pemeriksaan ini tanda khasnya adalah ditemukan pus di meatus medius

    pada rinosinusitis sinus maksilaris, etmoidalis anterior, dan frontalis atau di

    meatus superior pada rinosinusitis sinus etmoidalis posterior dan sfenoidalis.

    Pada rinosinusitis akut, didapatkan mukosa edema dan hiperemis serta pada

    anak ditemukan pembengkakan dan kemerahan di kantus medius.

    Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan meliputi pemeriksaan X-

    Ray, CTScan pemeriksaan transiluminasi, dan sinuskopi. Pemeriksaan X-Ray

    untuk menilai sinus maksila dilakukan dengan posisi Water, sinus frontalis

    dan etmoidalis dengan posisi postero anterior, dan sinus sfenoidalis dengan

    posisi lateral. Pemeriksaan X-Ray biasanya hanya mampu menilai kondisi sinus

    yang besar seperti sinus maksilaris dan frontalis. Kelainan yang ditemukan

    berupa adanya perselubungan, batas udara dan air atau air fluid level, ataupun

    penebalan mukosa.

    Pemeriksaan CT-scan merupakan gold standard dalam menegakkan

    diagnosis rinosinusitis karena pemeriksaan ini dapat menilai anatomi sinus

    dan hidung secara keseluruhan. Namun dengan pertimbangan pemeriksaan

    CT-scan tergolong cukup mahal, pemeriksaan ini hanya dilakukan pada

    rinosinusitis kronik yang tidak membaik dengan pengobatan atau sebagai

    tindakan pra-operatif sebagai panduan bagi operator sebelum melakukan operasi

    sinus.

    Pemeriksaan transiluminasi sinus yang sakit dilakukan di ruangan gelap.

    Sinus yang mengalami peradangan kemudian akan terlihat berubah menjadi

    suram atau gelap. Namun pemeriksaan transiluminasi sudah jarang digunakan

    karena manfaatnya terbilang sangat terbatas. Pemeriksaan sinuskopi dilakukan

    dengan cara melakukan pungsi menembus dinding medial sinus maksilaris

    melalui meatus inferior. Dengan alat endoskopi kemudian dapat dinilai

    kondisi sinus maksilaris yang sesungguhnya. Lebih lanjut dapat dilakukan irigasi

    sinus sebagai metode penatalaksanaan.

  • 7/30/2019 TUGAS REFERAT rhinosinusitis.docx

    7/10

    Referat|7

    F.PenatalaksanaanTujuan penatalaksanaan rinosinusitis meliputi:

    1. Mempercepat penyembuhan rinosinusitis

    2. Mencegah komplikasi orbital dan intrakranial

    3. Mencegah rinosinusitis menjadi kronik

    Prinsip pengobatan rinosinusitis adalah membuka sumbatan di

    kompleks ostio-meatal sehingga drainase dan ventilasi sinus dapat pulih secara

    alami.

    Penatalaksanaan rinosinusitis diharuskan berdasarkan penyebabnya, hal ini

    untuk menghindari penggunaan antibiotik yang tidak perlu. Apabila rinosinusitis

    akut berlangsung lebih dari 10 hari atau tanda serta gejala lain mendukung ke arah

    bakterial maka antibiotik dapat diberikan.

    Berdasar kuman penyebab yang telah dikemukakan di atas, maka pilihan

    pertama antibiotik pada ABRS adalah Amoksisilin, karena obat ini efektif

    terhadap Streptococcus pneumoniae dan Hemophilus influenzae yang merupakan

    kuman terbanyak ditemukan sebagai penyebab ABRS. Di Amerika kuman gram

    negatif penghasil enzim beta laktamase sudah banyak ditemukan sehingga

    antibiotik pilihan beralih pada kombinasi Amoksisilin dan Klavulanat. Antibiotik

    harus diberikan 10-14 hari untuk pasien anak dan 5-7 hari untuk dewasa, agar

    dapat dicapai hasil maksimal.

  • 7/30/2019 TUGAS REFERAT rhinosinusitis.docx

    8/10

    Referat|8

    Untuk penderita yang alergi terhadap penisilin, dapat diberikan doksisiklin (tetapi

    tidak untuk pasien anak) atau fluorokuinolon.

    Terapi lini kedua yang dapat digunakan adalah doksisiklin karena dapat melawan

    bakteri pathogen di saluran respirasi dan memiliki farmakokinetik dan

    farmakodinamik yang bagus. Antibiotik jenis makrolid dan oral sepalosporin

    generasi kedua dan ketiga tidak dianjurkan karena resistensinya yang tinggi

    terhadap S.pneumoniae. Kotrimoxazol juga tidak direkomendasikan karena

    resistensinya terhadap S.pneumoniae dan Haemophilus influenza.

    Selain itu dapat pula diberikan terapi simptomatik lainnya seperti analgetik,

    mukolitik, dekongestan, steroid oral/topical (terutama pasien alergi), pencucian

    rongga hidung dengan NaCl, ataupun diatermi jika diperlukan. Terapi dengan

    antihistamin umumnya tidak diberikan karena sifat antikolinergik dapat

    menyebabkan sekret bertambah kental.

  • 7/30/2019 TUGAS REFERAT rhinosinusitis.docx

    9/10

    Referat|9

    Penatalaksanaan lain yaitu tindakan operatif/bedah namun pada umumnya

    rinosinusitis tidak membutuhkan tindakan operatif. Tindakan operatif yang

    dilakukan berupa bedah sinus endoskopi fungsional atau Functional

    Endoscopic Sinus Surgery.

    Indikasi tindakan operatif ini meliputi:

    Sinusitis kronik yang tidak membaik setelah pemberian terapi adekuat

    l

    G. Prognosis dan KomplikasiPrognosis untuk penderita sinusitis akut yaitu sekitar 40 % akan sembuh

    secara spontan tanpa pemberian antibiotik. Terkadang juga penderita bisa

    mengalami relaps setelah pengobatan namun jumlahnya sedikit yaitu kurang dari

    5 %. Komplikasi dari penyakit ini bisa terjadi akibat tidak ada pengobatan yang

    adekuat yang nantinya akan dapat menyebabkan sinusitis kronik, meningitis,

    brain abscess, atau komplikasi extra sinus lain.

  • 7/30/2019 TUGAS REFERAT rhinosinusitis.docx

    10/10

    Referat|10

    BAB III

    KESIMPULAN

    Diagnosis dan penatalaksanaan rinosinusitis pada anak berbeda

    dibandingkan dengan dewasa. Ini karena perkembangan sinus paranasal pada

    anak belum maksimal, lebih sering terjadi infeksi pada sinus etmoid dan

    maksila, sinusitis anak biasanya di dahului oleh infeksi saluran nafas atas akut

    karena virus juga bersamaan dengan rinitis alergi dan asma.

    Rinosinusitis pada anak di curigai, bila infeksi saluran nafas atas pada

    anak telah di beri pengobatan lebih dari 10 hari tetapi batuk dan sekret hidung

    tetap ada. Faktor predis posisi utama pada anak adalah alergi dan infeksi

    saluran nafas atas akibat virus. Pemeriksaan CT scan akan memberikan

    gambaran lebih jelas pada sinus paranasal anak.

    Terapi sinusitis akut pada anak lebih di utamakan secara medika

    mentosa dengan anti biotika yang sensitif terhadap kuman streptococcus

    pneumoni, haemophilus influenza dan moraxela catar rhalis yang diberikan

    selama 10-14 hari.

    Tindakan operasi dibutuhkan pada anak dengan sinusitis rekuren akut

    atau kronis yang gagal dengan pengobatan konservatif, adanya kelainan

    anatomi dan timbulnya komplikasi.

    Bedah sinus endoskopik fungsional adalah tindakan operasi yang

    terpilih untuk sinusitis pada anak dan hasilnya dilaporkan baik.