Tugas Puskesmas Analisa Resep

download Tugas Puskesmas Analisa Resep

of 10

description

Analisa Resep Rawat Jalan Puskesmas

Transcript of Tugas Puskesmas Analisa Resep

  • 1. Resep 1

    Identitas Pasien

    Nama : Tn. D

    Jenis Kelamin : Laki-laki

    Usia : 57 tahun

    Diagnosis : Gout, Hipertensi

    Resep

    R/ Amlodipin no VII

    S 0-0-1

    R/ HCT no VII

    S 1-0-0

    R/ Allopurinol no VII

    S 1 dd I

    R/ Natrium Diklofenak no VI

    S 2 dd I

    R/ B Complex no VI

    S 2 dd I

    Analisa Resep

    a. Keterangan Obat

    1) Amlodipin

    Indikasi : Hipertensi, angina pektoris stabil kronik, angina vasospastik (angina

    prinzmetal atau angina varian)

    Dosis : 2,5 10 mg/hari dengan frekuensi pemakaian 1 kali sehari

    Efek samping : Sakit kepala, edema, kelelahan yang menyeluruh, mual, rasa

    panas dan kemerahan pada wajah, pusing

  • Interaksi : Simetidin, blocker, siklosporin, barbiturat

    2) Hydrochlorothiazide (HCT)

    Indikasi : Diuretik, edema, pengobatan tambahan/penunjang pada hipertensi

    Dosis : 12,5-50 mg/hari

    Efek samping : Hipokalemia, hipotensi, hiponatremia, hipotensi ortostatik, reaksi

    hipersensitivitas

    Interaksi : ACE inhibitor, NSAID, kortikosteroid, allopurinol

    3) Allopurinol

    Indikasi : Hiperurisemia primer dan sekunder (gout)

    Dosis : Awal : 100 mg/hari, ringan : 200-300 mg/hari, parah : 400-600 mg/hari.

    Dosis maksimal 800 mg/hari

    Efek samping : Rash, mual, muntah

    Interaksi : ACE inhibitor, antasida, loop diuretik, thiazid diuretik

    4) Natrium Diklofenak

    Indikasi : Bentuk peradangan dan degeneratif reumatisme, artritis reumatoid,

    ankylosing spondylitis, sindroma nyeri pada tulang belakang, reumatik bukan

    pada sendi, serangan gout akut

    Dosis : 100-150 mg dalam 2-3 dosis terbagi

    Efek samping : Iritasi lokal, eritema, pruritus atau dermatitis, fotosensitivitas

    pada kulit, deskuamasi, dan atropi.

    Interaksi : Litium, metotreksat, diuretik, antikoagulan, digoksin, siklosporin

    5) B Complex

    Indikasi : Mencegah dan mengobati penyakit akibat kekurangan vitamin B seperti

    poli-neuritis, neuralgia, mialgia, poresis, parestesia pundak dan lengan,

    kesemutan, serta pengembalian kesehatan tubuh setelah sembuh dari sakit

    Dosis : Pencegahan : 1-2 tablet sehari, pengobatan : 3 kali sehari 1-2 tablet

    Efek samping : Gatal, mual, muntah, reaksi alergi

    Interaksi : -

    b. Pembahasan

    Pemilihan obat untuk pasien sudah sesuai dengan kondisi penyakit pasien

    yaitu hipertensi dan gout. Obat yang digunakan pasien merupakan obat rutin dan

    penggunaannya ditujukan untuk 7 hari pemakaian. Untuk terapi hipertensi pasien

    mendapat Amlodipine 5 mg dengan dosis 1 kali sehari dan HCT 25 mg dengan dosis

    1 kali sehari. Terapi hipertensi menggunakan kombinasi 2 obat tersebut sudah sesuai

  • dari segi pemilihan obat dan dosis yang digunakan. Diberikan allopurinol 100 mg 1

    kali sehari dan natrium diklofenak 25 mg 2 kali sehari untuk terapi gout, dimana

    allopurinol untuk terapi profilaksis sedangkan natrium diklofenak untuk terapi akut.

    Pemilihan obat dan dosis untuk terapi profilaksis sudah tepat, sedangkan untuk terapi

    akut sudah tepat menggunakan natrium diklofenak namun dosis yang diberikan

    kepada pasien masih dibawah dosis penggunaan yaitu 100-150 mg/hari dalam 2-3

    dosis terbagi. Selain itu pasien juga diberi vitamin B complex 2 kali sehari sebagai

    suplemen untuk membantu pengobatan. Dosis vitamin B complex sudah tepat.

    Terdapat interaksi antara allopurinol dan HCT, yaitu HCT meningkatkan

    konsentrasi metabolit aktif dari allopurinol yaitu oxypurinol. Perlu dilakukan

    monitoring terapi dengan melakukan assessment pada saat pasien kontrol, apakah

    selama penggunaan allopurinol dan HCT terdapat tanda-tanda toksisitas dari

    allopurinol seperti

    c. KIE

    1) Menjelaskan kepada pasien mengenai patogenesis dan faktor pencetus asam urat

    dan hipertensi.

    2) Memberi penjelasan kepada pasien tentang nama obat, indikasi, jumlah, aturan

    pakai, cara penggunaan, durasi penggunaan. Amlodipine untuk menurunkan

    tekanan darah diminum 1 kali sehari sebelum makan pada malam hari, HCT untuk

    menurunkan tekanan darah diminum 1 kali sehari sebelum makan pada pagi hari,

    Allopurinol untuk asam urat diminum 1 kali sehari setelah makan, Natrium

    Diklofenak untuk mengobati nyeri diminum 2 kali sehari setelah makan, dan B

    complex sebagai vitamin diminum 2 kali sehari setelah makan. Amlodipine, HCT,

    dan Allopurinol untuk penggunaan selama 7 hari sedangkan B Complex dan

    Natrium Diklofenak digunakan selama 3 hari.

    3) Mengingatkan pasien agar selalu menerapkan pola hidup sehat.

    4) Meminta pasien untuk banyak mengonsumsi air putih dan mengurangi makanan

    yang dapat memperparah asam urat seperti kacang-kacangan, melinjo, nanas,

    nangka, dan jeroan.

    5) Batasi asupan garam.

    6) Perbanyak mengonsumsi buah dan sayur.

    7) Meminta pasien untuk kembali kontrol ke dokter apabila obat yang digunakan

    rutin telah habis

  • 2. Resep 2

    Identitas Pasien

    Nama : Ny. S

    Jenis Kelamin : Perempuan

    Usia : 62 tahun

    Diagnosis : Migrain, Myalgia

    Resep

    R/ Betahistin 6 mg no VI

    S 2 dd I

    R/ Paracetamol 500 mg no IX

    S 3 d d I

    R/ B complex no VI

    S 2 d d I

    Analisa Resep

    a. Keterangan Obat

    1) Betahistin

    Indikasi : Vertigo, dizzines yang berhubungan dengan gangguan

    keseimbangan yang terjadi pada gangguan sirkulasi darah atau penyakit

    Meniere, sindrom Meniere dan vertigo perifer

    Dosis : 8-16 mg 3 kali sehari

    Efek samping : Sakit kepala, rash, pruritus, mual

    Interaksi : Antihistamin, 2 agonis

    2) Parasetamol

    Indikasi : Meringankan rasa nyeri pada sakit kepala, sakit gigi, dan

    menurunkan demam

    Dosis : 325-600 mg tiap 4-6 jam atau 1000 mg 3-4 kali sehari. Tidak boleh

    lebih dari 4 g/hari

    Efek samping : Hipersensitivitas, kerusakan hati (dosis tinggi, penggunaan

    jangka panjang)

    Interaksi : Alkohol, antikoagulan oral, kloramfenikol, aspirin, fenobarbital,

    penginduksi enzim hati, obat hepatotoksik

  • 3) B Complex

    Indikasi : Mencegah dan mengobati penyakit akibat kekurangan vitamin B

    seperti poli-neuritis, neuralgia, mialgia, poresis, parestesia pundak dan lengan,

    kesemutan, serta pengembalian kesehatan tubuh setelah sembuh dari sakit

    Dosis : Pencegahan : 1-2 tablet sehari, pengobatan : 3 kali sehari 1-2 tablet

    Efek samping : Gatal, mual, muntah, reaksi alergi

    Interaksi : -

    b. Pembahasan

    Pemilihan Betahistin sebagai terapi migrain kurang tepat karena

    Betahistin bukan merupakan pilihan terapi dalam migrain, baik dalam terapi akut

    dan terapi profilaksis. Betahistin merupakan obat yang diindikasikan untuk

    vertigo. Vertigo dan migrain memang mirip dari segi gejala, namun sebenarnya 2

    penyakit tersebut berbeda secara patofisiologi. Untuk terapi akut, jika gejala yang

    dirasakan bersifat ringan-sedang dapat digunakan analgetik seperti parasetamol

    atau NSAID (aspirin, ibuprofen) dan apabila tidak menunjukkan perbaikan gejala

    dapat digunakan kombinasi 2 analgesik, kemudian obat golongan triptan atau

    dihidroergotamin/ergotamin tartrat. Jika pasien datang sudah dengan gejala yang

    parah dapat langsung digunakan obat golongan triptan atau

    dihidroergotamin/ergotamin tartrat. Untuk terapi profilaksis migraine terdapat

    beberapa golongan obat yang dapat digunakan seperti blocker (propranolol,

    atenolol), antidepresan (amitriptilin), gabapentin, topiramate, asam valproat, dan

    NSAID.

    Pada kasus ini sebaiknya digali informasi terlebih dahulu dari pasien

    apakah saat ini mengalami serangan migraine atau tidak, jika saat ini tidak terjadi

    serangan maka cukup diberikan terapi profilaksis saja untuk pencegahan. Terapi

    akut yang disarankan adalah pemberian analgetik Paracetamol dengan dosis 1000

    mg tiap 4-6 jam (tidak boleh lebih dari 4 g/hari) sehingga pasien dapat

    menggunakan maksimal sampai 4 kali sehari (sekali penggunaan 2 tablet 500 mg).

    Terapi profilaksis biasanya digunakan paling tidak selama 3-6 bulan sampai

    frekuensi dan keparahan serangan menurun kemudian dilakukan penurunan dosis

    secara bertahap dan distop jika memungkinkan. Terapi profilaksis yang

    disarankan adalah Amitriptilin dengan dosis 25-150 mg/hari pada malam hari.

    Pemberian B Complex pada pasien sudah tepat untuk membantu proses

  • pengobatan migrain pada pasien. Tidak terdapat interaksi dari obat-obat yang

    digunakan.

    c. KIE

    1) Menjelaskan kepada pasien mengenai patofisiologi dan faktor pencetus

    migrain

    2) Memberi penjelasan kepada pasien tentang nama obat, indikasi, jumlah, aturan

    pakai, cara penggunaan, durasi penggunaan. Betahistine diminum 2 kali sehari

    1 tablet setelah makan, Paracetamol diminum 3 kali sehari 1 tablet setelah

    makan, dan B Complex diminum 2 kali sehari 1 tablet setelah makan.

    Betahistine, Paracetamol, dan B Complex untuk penggunaan selama 3 hari.

    3) Menganjurkan pasien untuk beristirahat atau tidur di tempat yang gelap.

    4) Menginformasikan kepada pasien untuk menghindari makanan tertentu,

    terutama yang banyak mengandung tiramin (keju), sulfit (anggur) atau nitrat

    (kacang, daging olahan).

    5) Mengingatkan pasien agar selalu menerapkan pola hidup sehat seperti

    olahraga ringan teratur, mengonsumsi buah dan sayur.

    6) Menginformasikan kepada pasien untuk menghindari faktor-faktor yang dapat

    memicu terjadinya serangan seperti stress, kurang istirahat, sinar/cahaya yang

    terlalu terang.

    7) Pasien diminta untuk mengingat frekuensi, durasi, dan keparahan serangan

    sehingga pada saat dilakukan kontrol dapat diketahui apakah terjadi perubahan

    pola sakit kepala yang nantinya juga akan berpengaruh pada kemungkinan

    perubahan terapi.

    3. Resep 3

    Identitas Pasien

    Nama : Nn. Y

    Jenis Kelamin : Perempuan

    Usia : 22 tahun

    Diagnosis : Gastroenteritis Akut

    Resep

    R/ Omeprazole no VI

    S 2 d d I

    R/ Paracetamol no X

  • S 3 d d I

    R/ Ciprofloxacin no X

    S 2 d d I

    R/ Diaform no XV

    S 3 d d II

    R/ Metil prednisolon 4 mg no VI

    S 2 d d I

    Analisa Resep

    a. Keterangan Obat

    1) Omeprazole

    Indikasi : Pengobatan jangka pendek tukak lambung, duodenum, refluks

    esofagitis, ulseratif/erosif, hipersekresi patologis : sindroma Zollinger-Ellison

    Dosis : 20-40 mg 1 kali sehari selama 2-4 minggu

    Efek samping : Jarang, gangguan GI, ruam kulit

    Interaksi : Memperpanjang eliminasi diazepam, warfarin, fenitoin

    2) Paracetamol

    Indikasi : Meringankan rasa nyeri pada sakit kepala, sakit gigi, dan

    menurunkan demam

    Dosis : 325-600 mg tiap 4-6 jam atau 1000 mg 3-4 kali sehari. Tidak boleh

    lebih dari 4 g/hari

    Efek samping : Hipersensitivitas, kerusakan hati (dosis tinggi, penggunaan

    jangka panjang)

    Interaksi : Alkohol, antikoagulan oral, kloramfenikol, aspirin, fenobarbital,

    penginduksi enzim hati, obat hepatotoksik

    3) Ciprofloxacin

    Indikasi : ISK termasuk prostatitis, uretritis,servisitis GO, infeksi GI termasuk

    demam tifoid, infeksi saluran napas (kecuali pneumonia), kulit dan jaringan

    lunak, tulang dan sendi.

    Dosis : Dewasa : 250-750 mg 2 kali sehari. ISK ringan-sedang : 250 mg 2

    kali sehari. ISK berat, infeksi GI : 500 mg 2 kali sehari. Infeksi saluran

    napas, tulang dan sendi, kulit dan jaringan lunak : 500 mg 2 kali sehari

    (ringan-sedang), 750 mg 2 kali sehari (berat). GO akut : 250 mg dosis

    tunggal. Osteomielitis akut : 750 mg 2 kali sehari

  • Efek samping : Gangguan GI, sakit kepala, gelisah, pusing, tremor, konvulsi,

    halusinasi, somnolen dan depresi, reaksi hipersensitivitas

    Interaksi : Preparat yang mengandung Mg, Al, atau garam Fe; teofilin;

    antikoagulan; siklosporin; glibenklamid; AINS; Opiat atau anestesi regional

    4) Neo Diaform

    Komposisi : Kaolin 550 mg, Pektin 20 mg

    Indikasi : Pengobatan simptomatik pada diare non spesifik

    Dosis : Dewasa dan > 12 tahun : 2,5 tablet/diare, maksimal 15 tablet/hari.

    Anak 6-12 tahun : 1,5 tablet/diare, maksimal 7,5 tablet/hari

    Efek samping : -

    Interaksi : -

    5) Metil Prednisolon

    Indikasi : Gangguan endokrin, penyakit reumatik, penyakit kolagen, penyakit

    kulit, asma bronkial, dermatitis atopik, penyakit mata, saluran pernafasan,

    saluran GI, kelainan hematologi, neoplasma, edema, eksaserbasi akut dari

    multipel sklerosis.

    Dosis : Dewasa : 4-48 mg/hari (awal), 4-16 mg/hari (pemeliharaan)

    Efek samping : Gangguan elektrolit dan cairan tubuh, kelemahan otot, tukak

    peptik, hambatan penyembuhan luka, meningkatnya TD, katarak, insufisiensi

    adrenal, sindroma Cushing, osteoporosis

    Interaksi : Glikosida, diuretik, barbiturat, fenitoin, rifampisin, anti koagulan,

    anti DM

    b. Pembahasan

    Pasien didiagnosa mengalami Gastroenteritis Akut (GEA). Gastroenteritis

    adalah inflamasi pada membran mukus dari saluran gastrointestinal yang ditandai

    dengan diare atau muntah-muntah. GEA dapat disebabkan oleh bakteri. Pasien

    mendapat beberapa obat yaitu Neo Diaform, Ciprofloxacin, Omeprazole,

    Paracetamol, dan Metil Prednisolon. Tatalaksana terapi pada GEA yang utama

    adalah mencegah dehidrasi dengan pemberian rehidrasi oral (Oralit). Sebelum

    diberikan antibiotik, perlu dilakukan assessment pada pasien, mengenai apakah

    diare disertai demam serta kondisi feses apakah berdarah dan berlendir. Jika

    disertai demam serta feses berdarah dan berlendir maka dapat dilakukan tes kultur

    untuk melihat bakteri penyebab sehingga dapat menentukan antibiotik apa yang

    akan digunakan.

  • Pemilihan obat pada resep ini kurang tepat karena terdapat 2 obat untuk

    mengatasi diarenya yaitu Neo Diaform (Kaolin Pektin) dan Ciprofloxacin. Jika

    diare yang dialami pasien disebabkan oleh bakteri maka Ciprofloxacin sudah tepat

    untuk diberikan sehingga tidak perlu lagi diberikan Neo Diaform dan dapat

    ditambahkan dengan oralit saja, sebaliknya apabila diare yang dialami pasien

    termasuk diare non spesifik maka pasien cukup diberi oralit dan Neo Diaform.

    Dari segi dosis, ciprofloxacin dan Neo Diaform sudah tepat.

    Pasien mengeluhkan mengalami mual. Untuk mengatasi mual tersebut

    pasien diberi Omeprazole. Pemberian Omeprazole untuk mengatasi mual kurang

    tepat karena Omeprazole bekerja menghambat sekresi asam lambung. Dapat

    disarankan untuk menggunakan Domperidone sebagai obat anti mual dengan

    dosis 10-12 mg tiap 4-8 jam dan digunakan apabila mual. Paracetamol digunakan

    untuk menurunkan demam karena pada pasien diare cenderung mengalami

    demam akibat terjadi pengeluaran cairan berlebih. Dosis yang diberikan sudah

    tepat namun perlu ditambahkan informasi kepada pasien bahwa penggunaanya

    bila demam saja. Metil prednisolon diberikan sebagai anti inflamasi karena pada

    GEA terjadi inflamasi pada membran mukus saluran GI. Dosis yang diberikan

    sudah tepat dan masuk ke dalam range dosis.

    Terdapat interaksi yaitu antara ciprofloxacin dan metil prednisolon yaitu

    Ciprofloxacin meningkatkan efek toksik dari metil prednisolon yaitu tendonitis

    dan rupture. Penggunaan metil prednisolon hanya untuk 3 hari saja untuk

    menghindari meningkatnya efek toksik.

    c. KIE

    1) Menjelaskan kepada pasien mengenai patofisilogi GEA dan faktor

    pencetusnya.

    2) Memberi penjelasan kepada pasien tentang nama obat, indikasi, jumlah, aturan

    pakai, cara penggunaan, durasi penggunaan. Ciprofloxacin diminum 2 kali

    sehari 1 tablet tiap 12 jam setelah makan. Harus digunakan sampai habis untuk

    penggunaan selama 5 hari, Neo Diaform digunakan 3 kali sehari 2 tablet

    setelah makan, Omeprazole digunakan 2 kali sehari 1 tablet segera sebelum

    makan, Paracetamol diminum 3 kali sehari 1 tablet setelah makan digunakan

    bila demam, dan Metil Prednisolon diminum 2 kali sehari 1 tablet setelah

    makan.

  • 3) Menyarankan kepada pasien untuk banyak minum air terutama jika

    mengalami demam.

    4) Menginformasikan kepada pasien untuk tetap meneruskan asupan nutrisi

    (makanan) untuk mencegah atau meminimalkan gangguan gizi yang dapat

    terjadi.

    5) Menginformasikan kepada pasien untuk menghindari konsumsi minuman

    bersoda/minuman ringan atau minuman lain yang banyak mengandung

    glukosa karena glukosa/gula dapat menyebabkan air terserap ke usus sehingga

    memperberat kondisi diare.

    6) Mengingatkan pasien untuk tidak membeli/mengonsumsi makanan atau

    minuman dari sembarang tempat yang tidak terjamin kebersihannya.

    7) Menginformasikan kepada pasien untuk selalu mebiasakan mencuci seluruh

    bagian tangan secara cermat dengan sabun dan air mengalir tiap setelah buang

    air besar atau kecil, dan sebelum menyiapkan makanan, untuk mencegah

    penularan diare.

    8) Memberi informasi kepada pasien untuk menghindari konsumsi produk susu

    dan makanan berlemak, tinggi serat, atau sangat manis hingga gejala diare

    membaik.

    Dapus :

    Dipiro

    DIH

    MIMS