LAPORAN PRAKTEK KERJA LAPANGAN DI PUSKESMAS … · 2020. 12. 4. · Kefarmasian di Puskesmas. 2....
Transcript of LAPORAN PRAKTEK KERJA LAPANGAN DI PUSKESMAS … · 2020. 12. 4. · Kefarmasian di Puskesmas. 2....
LAPORAN PRAKTEK KERJA LAPANGAN
DI PUSKESMAS JEULINGKEE
Sebagai Salah Satu Tugas Akhir Praktek Kerja Lapangan (PKL) Dalam
Menyelesaikan Jenjang Pendidikan Diploma III Jurusan Farmasi Politeknik
Kesehatan Kementerian Kesehatan Aceh
Oleh:
Abdul Halim (PO7139019081)
Ainul Mardhiah (PO7139019083)
Dely Moethya (PO7139019097)
Dewi Safitri (PO7139019103)
Gaguk Agus Saputra (PO7139019121)
Marlina (PO7139019157)
Mimi Angelina (PO7139019163)
Rosmaiti (PO7139019204)
Sri Afrida (PO7139019213)
Sukmawati (PO7139019221)
Ummi Ruscita Dewi (PO7139019232)
KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA
POLITEKNIK KESEHATAN ACEH
JURUSAN FARMASI 2020
LEMBAR PENGESAHAN
LAPORAN PRAKTEK KERJA LAPANGAN
DI PUSKESMAS JEULINGKEE
Disusun oleh:
Abdul Halim (PO7139019081)
Ainul Mardhiah (PO7139019083)
Dely Moethya (PO7139019097)
Dewi Safitri (PO7139019103)
Gaguk Agus Saputra (PO7139019121)
Marlina (PO7139019157)
Mimi Angelina (PO7139019163)
Rosmaiti (PO7139019204)
Sri Afrida (PO7139019213)
Sukmawati (PO7139019221)
Ummi Ruscita Dewi (PO7139019232)
Banda Aceh, Mai 2020
Disetujui oleh,
Pembimbing Akademik Ketua Jurusan Farmasi
Poltekkes Kemenkes Aceh
Rasidah, M.Sc, Apt. Rima Hayati, M.Si, Apt
Nip. 198412012009122002 Nip.197808202010122001
iii
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah, segala puji syukur kehadirat Allah SWT, yang telah
memberikan kesehatan dan kesempatan sehingga penyusunan Laporan Praktek
Kerja Lapangan (PKL) yang bertempat di Puskesmas Jeulingkee ini dapat
terselesaikan dengan baik. Shalawat dan salam semoga terlimpahkan kepada Nabi
Besar Muhammad SAW beserta keluarga dan pengikut beliau yang menjadikan
beliau sebagai suri tauladan sampai akhir zaman.
Praktek Kerja Lapangan ini merupakan salah satu program dalam
pendidikan Diploma III Kesehatan Bidang Farmasi Politeknik Kesehatan
Kemenkes Aceh. Praktek Kerja Lapangan ini dapat diselesaikan tidak terlepas dari
bantuan berbagai pihak. Untuk itu, pada kesempatan ini penulis menyampaikan
terima kasih kepada :
1. Kedua Orang tua dan Seluruh keluarga, yang telah memberikan doa dan
dukungan moril yang tiada tara dalam Penyusunan laporan ini
2. Ibu Rima Hayati, M.Si, Apt selaku ketua Jurusan Farmasi Politeknik
Kesehatan Kementerian Kesehatan Aceh.
3. Ibu Isna Dewi selaku Tenaga Teknis Kefarmasian di Puskesmas Jeulingkee
yang telah memberikan arahan dalam menyusun laporan Praktek Kerja
Lapangan ini.
4. Ibu Rara Rasyidah, Msc.Apt,. selaku Pembimbing Praktek Kerja Lapanagn
yang telah memberikan arahan dalam menyelesaikan Laporan Praktek Kerja
Lapangan ini.
5. Seluruh Dosen pengajar dan staf Jurusan Farmasi Politeknik Kesehatan
Kementerian Kesehatan yang telah banyak memberikan bantuan demi
kelancaran penulisan laporan Praktek Kerja Lapangan (PKL).
Dalam penyusunan Laporan Praktek Kerja Lapangan ini masih jauh dari
kesempurnaan, untuk itu kritik dan saran yang membangun kearah
penyempurnaan Laporan Praktek Kerja Lapangan ini, penulis terima dengan
tangan terbuka, sehingga dapat dipergunakan dan dimanfaatkan sebagai mana
iv
mestinya. Semoga penulisan Laporan Praktek Kerja Lapangan ini mendapat ridha
Allah SWT.
Banda Aceh, April 2020
Penulis
v
DAFTAR GAMBAR
Gambar 3.1 Puskesmas Jeulingkee ( depan ) ........................................................ 23
Gambar 3.2 Skema Alur Pelayanan Farmasi Klinik di Puskesmas Jeulingkee .... 30
Gambar 3.3 Alur Pelayanan di Puskesmas Jeulingkee ......................................... 31
Gambar 3.4 Petugas Menggunakan APD lengkap ................................................ 31
Gambar 3.5 Pasien Mencuci Tangan di Tempat yang Disediakan ....................... 32
Gambar 3.6 Ruang Tunggu Pasien yang Disesuaikan dengan Jaga Jarak ............ 32
Gambar 3.7 Petugas yang menyemprot desinfektan di ruang tunggu Pasien ....... 32
Gambar 3.8 Pelayanan di kamar obat ................................................................... 33
Gambar 4.1 Sampel produk supelemen/vitamin untuk menjaga stamina
tetap sehat ........................................................................................ 33
vi
DAFTAR TABEL
Tabel 3.1 Jumlah Penduduk per gampong di wilayah kerja Puskesmas
Jeulingkee Tahun 2019 ......................................................................... 22
Tabel 3.2 Sarana Kesehatan Dan Sarana Pendukung Pelayanan Kesehatan
Tahun 2019 ........................................................................................... 23
Tabel 3.3 Sumber Daya Tenaga Kerja Di Puskesmas Jeulingkee Tahun 2019 ... 24
Tabel 3.4 Pelayanan yang ada Di Puskesmas Jeulingkee .................................... 24
vii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Struktur Organisasi Puskesmas JEULINGKEE BANDA ACEH
Lampiran 2 Contoh laporan pemakaian dan lembar permintaan Obat (LPLPO)
JKRA
Lampiran 3 Laporan penggunaan sediaan jadi narkotik
Lampiran 4 Laporan penggunaan sediaan jadi psikotropika
Lampiran 5 Laporan Indikator peresepan di Puskesmas
Lampiran 6 Daftar 10 penyakit terbanyak periode Maret 2020
Lampiran 7 Contoh rekap harian obat
Lampiran 8 Contoh kartu stok
Lampiran 9 Contoh resep pasien umum
Lampiran 10 Contoh resep pasien Jamkesnas
Lampiran 11 Contoh resep pasien Askes/PHB
Lampiran 12. Contoh Etiket putih
Lampiran 13 Contoh Etiket biru
Lampiran 14 Alur Pelayanan Farmasi
viii
DAFTAR ISI
LEMBAR JUDUL ................................................................................................... i
LEMBAR PENGESAHAN .................................................................................... ii
KATA PENGANTAR ........................................................................................... iii
DAFTAR GAMBAR .............................................................................................. v
DAFTAR TABEL .................................................................................................. vi
DAFTAR LAMPIRAN ......................................................................................... vii
DAFTAR ISI ........................................................................................................ viii
BAB I PENDAHULUAN .................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang ......................................................................................... 1
1.2 Tujuan Praktik Kerja Lapangan ............................................................... 2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ........................................................................... 3
2.1 Definisi puskesmas ................................................................................... 3
2.2 Tugas Puskesmas ...................................................................................... 5
2.3 Fungsi Puskesmas ..................................................................................... 6
2.4 Tujuan Puskesmas .................................................................................... 7
2.5 Pelayanan Farmasi di Puskesmas ............................................................. 7
BAB III TINJAUAN UMUM PUSKESMAS JEULINGKEE BANDA ACEH . 22
3.1 Data Kependudukan Desa Jeulingkee Banda Aceh ............................... 22
3.2 Geografi dan Batas Wilayah Demografi .............................................. 22
3.3 Sumber Daya Puskesmas Jeulingkee ..................................................... 23
3.4 Visi, Misi, Motto dan Tata Nilai Puskesmas Jeulingkee ........................ 25
3.5 Apotek Puskesmas .................................................................................. 26
BAB IV KEGIATAN PKL DAN PEMBAHASAN ............................................ 35
4.1 Manajemen Sumber Daya Manusia ....................................................... 35
4.2 Manajemen Perbekalan Farmasi ............................................................ 36
4.3 Kegiatan Pelayanan Diluar Gedung ....................................................... 44
ix
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ............................................................... 47
5.1 Kesimpulan ............................................................................................. 47
5.2 Saran ....................................................................................................... 47
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 49
LAMPIRAN
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Tujuan dari pembangunan nasional khususnya bidang kesehatan adalah
tercapainya derajat kesehatan masyarakat yang optimal. Pembangunan kesehatan
memegang peranan yang amat penting dalam meningkatkan kesejahteraan
manusia,dan sebagai sumber daya pembangunan.
Salah satu tempat/fasilitas pelayanan kesehatan yang paling mudah
dijangkau oleh masyarakat yaitu Pusat Kesehatan Masyarakat (Puskesmas).
Puskesmas menyelenggarakan upaya yang bersifat menyeluruh, terpadu, merata,
dapat diterima dan terjangkau oleh masyarakat, dengan peran serta aktif
masyarakat dan menggunakan hasil pengembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi tepat guna, dengan biaya yang dapat terjangkau oleh pemerintah dan
masyarakat.
Dalam sarana kesehatan Puskesmas, pelayanan kefarmasian merupakan
salah satu faktor penting dalam menunjang pelayanan kesehatan. Profesi Farmasi
saat ini telah mengalami perkembangan yaitu dari orientasi pada obat berubah
menjadi orientasi pada pasien dengan berdasarkan pada asas Pharmaceutical
Care, yaitu bentuk pelayanan dan tanggung jawab langsung profesi farmasis
dalam pekerjaan kefarmasian untuk mencapai tujuan akhir yaitu peningkatan
kualitas hidup pasien.
Pengalaman belajar merupakan hal yang sangat penting bagi peserta didik
untuk mencapai keberhasilan dalam tujuan pendidikan yang dapat diperoleh
melalui pendidikan di kelas, laboratorium maupun lapangan. Untuk mencapai
pengalaman belajar, tatanan yang nyata dan komprehensif sehingga mahasiswa
dapat lebih siap dan mandiri, maka dilaksanakan Praktik Kerja Lapangan pada
mahasiswa D3 Farmasi Poltekes Banda Aceh. Dengan adanya Praktik Kerja
Lapangan para mahasiswa dapat mengetahui langsung kondisi dan situasi pada
dunia kerja, sehingga mampu belajar menghadapi berbagai tantangan dalam
dunia kerja dan belajar untuk menganalisis suatu gejala dan masalah agar kelak
2
dapat diaplikasikan langsung pada pasien dengan diberi bimbingan dan
pengarahan.
1.2 Tujuan Praktik Kerja Lapangan
1.2.1 Tujuan Umum
Setelah mengikuti praktik kerja lapangan ini mahasiswa mampu
memahami dan mampu melakukan dan memberikan pelayanan-pelayanan
kefarmasian dengan pendekatan Pharmaceutical Care sebagai Tenaga Teknis
Kefarmasian
1.2.2 Tujuan Khusus
Setelah mengikuti praktik kerja lapangan mahasiswa mampu:
1. Mengenal peran, fungsi, posisi, dan tanggung jawab seorang Tenaga Teknis
Kefarmasian di Puskesmas.
2. Melakukan pekerjaan kefarmasian
3. Memahami Pengelolaan Resep di Puskesmas yang meliputi alur pelayanan
resep, Penyimpanan Resep, dan Pemusnahan resep.
4. Memahami manajemen kegiatan pengelolaan perbekalan farmasi di apotek
Puskesmas yang meliputi perencanaan, pengadaan, pelaporan
3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi puskesmas
Pusat Kesehatan Masyarakat (Puskesmas) adalah Organisasi Fungsional
yang menyelenggarakan upaya kesehatan yang bersifat menyeluruh, terpadu,
merata, dapat diterima dan terjangkau oleh masyarakat, dengan peran serta aktif
masyarakat dan menggunakan hasil pengembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi tepat guna, dengan biaya yang yang dapat dipikul oleh pemerintah dan
masyarakat. Puskesmas merupakan unit pelaksana teknis dinas kesehatan
Kabupaten/Kota yang bertanggung jawab menyelenggarakan pembangunan
kesehatan di suatu wilayah kerja.1
Pembangunan kesehatan adalah penyenggaraan upaya kesehatan oleh
Bangsa Indonesia untuk meningkatkan kesadaran, kemauan, dan kemampuan
hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat kesehatan masyarakat yang
optimal. Penanggung jawab utama penyelenggaraan seluruh upaya pembangunan
kesehatan di wilayah Kabupaten/Kota adalah Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota
sesuai dengan kemampuannya.
Pelayanan yang diberikan di Puskesmas adalah pelayanan kesehatan yang
meliputi :
1. Pelayanan pengobatan (Kuratif) yaitu merupakan suatu rangkaian dari
pengelolaan obat yang merupakan tahapan akhir dari suatu pelayanan
kesehatan yang akan ikut menentukan efektifitas upaya pengobatan oleh
tenaga medis kepada pasien.
2. Upaya pemulihan kesehatan (Rehabilitatif) yaitu merupakan suatu kegiatan
dalam upaya pemulihan kesehatan.
3. Upaya pencegahan (Preventif) yaitu merupakan rangkaian kegiatan dalam
rangka pencegahan suatu penyakit dengan memelihara kesehatan lingkungan
maupun perorangan.
4. Upaya peningkatan kesehatan (Promotif) yaitu merupakan kegiatan untuk
memelihara dan meningkatkan kesehatan yang bertujuan untuk mewujudkan
4
derajat kesehatan yang optimal dan merupakan konsep kesatuan upaya
kesehatan.2
Hal tersebut menjadi pedoman dan pegangan bagi semua fasilitas
kesehatan termasuk Puskesmas yang merupakan unit pelaksana kesehatan tingkat
pertama adalah pelayanan yang bersifat pokok yang sangat dibutuhkan oleh
sebagian besar masyarakat termasuk didalamnya pelayanan kefarmasian di
Puskesmas yang ditujukan kepada semua penduduk dan tidak membedakan jenis
kelamin dan umur.
Secara Nasional standar wilayah kerja Puskesmas adalah satu Kecamatan,
dengan beberapa faktor yaitu, Kepadatan Penduduk, Luas Daerah, Keadaan
Geografi, dan Keadaan Infra Struktur lainnya yang merupakan bahan
pertimbangan dalam menentukan wilayah kerja Puskesmas, maka tanggung jawab
wilayah kerja dibagi antar Puskesmas dengan memperhatikan keutuhan konsep
wilayah Desa atau Kelurahan, Dusun atau Rukun Warga.
Untuk perluasan jangkauan pelayanan kesehatan maka Puskesmas perlu
ditunjang dengan unit pelayanan yang lebih sederhana diantaranya, yaitu :
1. Puskesmas Pembantu (Pustu) merupakan tempat pelayanan pengobatan
dibawah Puskesmas induk yang pelayanannya dilakukan oleh seorang perawat
yang bertempat disuatu Desa jauh dari Puskesmas induk.
2. Puskesmas Keliling (Pusling) kegiatannya dilakukan sama seperti didalam
Puskesmas, hanya saja Puskesmas Keliling dilakukan oleh seorang Dokter,
Bidan, Gizi, dan Asisten Apoteker (AA).
3. Posyandu, terbagi 2 yaitu :
a. Posyandu untuk kesehatan Ibu dan Balita, terutama pelayanan Imunisasi
dan Gizi terhadap Ibu hamil, Bayi, dan Balita.
b. Posyandu Lansia (Lanjut Usia) untuk pelayanan kesehatan bagi usia lanjut.
4. Posyandu Kesehatan Desa (Poskesdes) disediakan untuk pelayanan kesehatan
yang sifatnya mendasar.
5. Pondok Bersalin Desa (Polindes) yaitu suatu pelayanan yang dilakukan oleh
seorang Bidan yang ditempatkan di suatu Desa jauh dari Puskesmas induk.3
5
2.2 Tugas Puskesmas
Tugas Puskesmas tercermin dari Visi dan Misi seperti yang tertulis dalam
Pedoman Pelayanan Kefarmasian di Puskesmas oleh Direktorat Bina Farmasi
Komunitas dan Klinik dibawah Direktorat Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat
Kesehatan Departemen Kesehatan RI Tahun 2006 yaitu sebagai berikut :
1. Visi pembangunan kesehatan yang diselenggarakan oleh puskesmas adalah
tercapainya kecamatan sehat. Kecamatan sehat mencakup 4 indikator utama,
yaitu lingkungan sehat, perilaku sehat, cakupan pelayanan kesehatan yang
bermutu dan derajat kesehatan penduduk. Untuk mencapai visi tersebut,
Puskesmas menyelenggarakan upaya kesehatan perorangan dan upaya
kesehatan masyarakat. Dalam menyelenggarakan upaya kesehatan perorangan
dan upaya kesehatan masyarakat, Puskesmas perlu ditunjang dengan
pelayanan kefarmasian yang bermutu.
2. Misi pembangunan kesehatan yang diselenggarakan Puskesmas adalah
mendukung tercapainya Misi Pembangunan Kesehatan Nasional dalam rangka
mewujudkan masyarakat mandiri dalam hidup sehat. Misi tersebut adalah
sebagai berikut :
a. Menggerakan pembangunan berwawasan kesehatan di wilayah kerjanya.
Puskesmas akan selalu menggerakkan pembangunan sektor lain yang
diselenggarakan di wilayah kerjanya, agar memperhatikan aspek
kesehatan, yaitu pembangunan yang tidak menimbulkan dampak negatif
terhadap kesehatan, setidak-tidaknya terhadap lingkungan dan perilaku
sehat masyarakat.
b. Mendorong kemandirian hidup sehat bagi keluarga dan masyarakat di
wilayah kerjanya. Puskesmas akan selalu berupaya agar setiap keluarga
dan masyarakat yang bertempat tinggal di wilayah kerjanya makin berdaya
di bidang kesehatan, melalui peningkatan pengetahuan dan kemandirian
untuk hidup sehat.
c. Memelihara dan meningkatkan mutu, pemerataan, dan keterjangkauan
pelayanan kesehatan. Puskesmas akan selalu berupaya menyelenggarakan
pelayanan kesehatan yang sesuai dengan standar dan memuaskan
masyarakat, mengupayakan pemerataan pelayanan kesehatan serta
6
meningkatkan efisiensi pengelolaan dana sehingga dapat terjangkau oleh
seluruh anggota masyarakat.
d. Memelihara dan meningkatkan kesehatan perorangan, keluarga dan
masyarakat beserta lingkungannya. Puskesmas akan selalu berupaya
memelihara dan meningkatkan kesehatan, mencegah, dan menyembuhkan
penyakit, serta memulihkan kesehatan perorangan, keluarga dan
masyarakat yang berkunjung dan bertempat tinggal di wilayah kerjanya
tanpa diskriminasi, dengan menerapkan kemajuan dan ilmu teknologi
kesehatan yang sesuai, termasuk aspek lingkungannya.
2.3 Fungsi Puskesmas
Fungsi puskesmas, Menurut Keputusan Menteri Kesehatan
RI No.128/Menkes/SK/II/2004 adalah :
1. Pusat Penggerak Pembangunan Berwawasan Kesehatan.
Puskesmas selalu berupaya menggerakkan dan memantau
penyelenggaraan pembangunan oleh sektor lain, masyarakat dan dunia usaha di
wilayah kerjanya, serta secara aktif melaporkan dampak dari penyelenggaraan
pembangunan di wilayah kerjanya terhadap kesehatan.
Khusus untuk pembangunan kesehatan, upaya yang dilakukan Puskesmas
adalah mengutamakan pemeliharaan kesehatan pencegahan penyakit tanpa
mengabaikan penyembuhan penyakit dan pemulihan kesehatan.
2. Pusat Pemberdayaan Masyarakat.
Puskesmas selalu berupaya agar perorangan, keluarga dan masyarakat
termasuk dunia usaha untuk memiliki kesadaran, kemauan dan kemampuan
melayani diri sendiri dan masyarakat untuk hidup sehat, berperan aktif dalam
memperjuangkan kepentingan kesehatan termasuk sumber pembiayaannya, serta
ikut menetapkan, menyelenggarakan dan memantau pelaksanaan program
kesehatan.
Pemberdayaan ini diselenggarakan dengan memperhatikan kondisi dan
situasi, khususnya sosial budaya masyarakat setempat.
7
3. Pusat Pelayanan Kesehatan Strata Pertama.
Puskesmas bertanggung jawab menyelenggarakan pelayanan kesehatan
tingkat pertama secara menyeluruh, terpadu dan berkesinambungan, meliputi :
a. Pelayanan kesehatan perorangan (Private Goods) adalah pelayanan yang
bersifat pribadi, dengan tujuan utama menyembuhkan penyakit serta
memulihkan kesehatan perorangan, tanpa mengabaikan pemeliharaan
kesehatan dan pencegahan penyakit. Pelayanan kesehatan perorangan
mencakup rawat jalan dan rawat inap.
b. Pelayanan kesehatan masyarakat (Public Goods) adalah pelayanan bersifat
publik dengan tujuan utama memelihara dan meningkatkan kesehatan publik,
mencegah penyakit tanpa mengabaikan upaya penyembuhan dan pemulihan
kesehatan. Contoh pelayanan publik adalah Promosi Kesehatan,
Pemberantasan Penyakit, Penyehatan Lingkungan, Perbaikan Gizi,
Peningkatan Kesehatan Keluarga, Keluarga Berencana, Kesehatan Jiwa
Masyarakat serta berbagai program kesehatan masyarakat lainnya.
2.4 Tujuan Puskesmas
Menurut Keputusan Menteri Kesehatan RI No.128/Menkes/SK/II/2004,
Tujuan pembangunan kesehatan yang diselenggarakan oleh Puskesmas adalah
mendukung tercapainya tujuan pembangunan nasional. Yakni meningkatkan
kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat setiap orang yang bertempat
tinggal di wilayah kerja puskesmas, agar terwujud derajat kesehatan yang
setinggi-tingginya dalam rangka mewujudkan Indonesia sehat 2012.
2.5 Pelayanan Farmasi di Puskesmas
Pelayanan kefarmasian di Puskesmas digolongkan menjadi 2 yaitu:
Pengelolaan Sumber Daya dan Pelayanan Farmasi Klinik.
2.5.1 Pengelolaan sumber daya
2.5.1.1 Sumber Daya Manusia (SDM)
Sumber Daya Manusia (SDM) untuk melakukan pekerjaan kefarmasian di
Puskesmas adalah Apoteker (UU RI No. 23 Tahun 1992 Tentang Kesehatan).
8
Kompetensi Apoteker di Puskesmas adalah sebagai berikut :
1. Mampu menyediakan dan memberikan pelayanan kefarmasian yang bermutu.
2. Mampu mengambil keputusan secara profesional.
3. Mampu berkomunikasi baik dengan pasien maupun profesi kesehatan lainnya
dengan baik.
4. Selalu belajar sepanjang karir baik pada jalur formal maupun informal,
sehingga ilmu dan keterampilan yang dimiliki selalu baru.1
Seorang Tenaga Tekhnis Kefarmasian (TTK) hendaknya dapat membantu
pekerjaan Apoteker dalam melaksanakan pelayanan kefarmasian tersebut, dan
kompetensi seorang Tenaga Tekhnis Kefarmasian (TTK) di Puskesmas adalah
sebagai berikut :
1. Pelayanan resep, meliputi :
a. Mengidentifikasi resep
b. Melakukan konsultasi
c. Memastikan resep dapat dilayani
d. Menyiapkan atau meracik sediaan farmasi
e. Memeriksa hasil akhir
f. Menyerahkan sediaan farmasi kepada pasien sesuai resep disertai
informasi yang diperlukan.
2. Pengelola sediaan farmasi, meliputi :
a. Menyusun perencanaan pemasaran dan menerima sediaan obat di
Puskesmas
b. Memeriksa stok sediaan farmasi yang hampir habis atau menipis
c. Memeriksa dan mengendalikan sediaan farmasi yang mendekati waktu
kadaluarsa.
d. Menyimpan sediaan farmasi sesuai dengan golongannya.
3. Pengelolaan Dokumen, meliputi :
a. Melaksanakan tata cara penyimpanan resep
b. Pencatatan sediaan farmasi
c. Mengerti cara pembuatan LPLPO (Laporan Pemakaian Dan Lembar
Permintaan Obat)
9
d. Ikut serta dalam pencatatan dan penyimpanan laporan narkotika dan
psikotropika, serta obat generik berlogo.
Secara umum, petugas kamar obat Puskesmas mempunyai tugas sebagai
berikut :
1. Menyimpan, memelihara, dan mencatat mutasi obat serta perbekalan
kesehatan yang dikeluarkan maupun yang diterima oleh kamar obat
Puskesmas dalam bentuk baku catatan mutasi obat.
2. Membuat laporan pemakaiaan dan permintaan obat dan perbekalan kesehatan.
3. Menyerahkan obat sesuai resep kepada pasien.
4. Memberikan informasi tentang pemakaian dan penyimpanan obat kepada
pasien.
5. Menyerahkan kembali obat-obat rusak atau kadaluarsa kepada petugas
Gudang obat dengan menyertakan berita acara.
2.5.1.2 Sarana dan Prasarana
Sarana adalah tempat, fasilitas dan peralatan yang secara langsung terkait
dengan kegiatan kefarmasian, Sedangkan prasarana adalah tempat, fasilitas dan
peralatan yang secara tidak langsung mendukung pelayanan. Sarana dan prasarana
yang perlu dimiliki oleh Puskesmas untuk meningkatkan kualitas pelayanan
adalah sebagai berikut :
1. Papan Nama “ Apotek ” yang terlihat jelas oleh pasien.
2. Ruang tunggu yang nyaman bagi pasien.
3. Peralatan penunjang pelayanan kefarmasian, antara lain timbangan gram dan
milligram, mortir-stamper, gelas ukur, corong, rak alat dan lain – lain.
4. Tersedia alat dan tempat untuk mendisplai informasi obat bebas dalam upaya
penyuluhan pasien, misalnya untuk memasang poster, tempat brosur, leaflet,
booklet dan majalah kesehatan.
5. Tersedia sumber informasi dan literatur obat memadai untuk pelayanan
informasi obat, antara lain Farmakope Indonesia edisi terakhir, Informasi
Spesialis Obat Indonesia (ISOI) dan Informasi Obat Nasional Indonesia
(IONI).
10
6. Tersedia tempat dan alat untuk melakukan peracikan obat yang memadai.
7. Tempat penyimpanan obat khusus seperti lemari es untuk suppositoria, serum
dan vaksin, dan lemari terkunci untuk penyimpanan Narkotika sesuai dengan
peraturan perundang – undangan yang berlaku.
8. Tersedia kartu stok untuk masing-masing jenis obat untuk pemasukan dan
pengeluaran obat, termasuk tanggal kadaluarsa obat, agar dapat dipantau
dengan baik.
9. Tempat penyerahan obat, yang memungkinkan untuk melakukan pelayanan
informasi obat.1
2.5.1.3 Sediaan farmasi dan perbekalan kesehatan
Sediaan farmasi adalah obat, bahan obat, obat tradisional, dan kosmetik.
Perbekalan kesehatan adalah semua bahan selain obat dan peralatan yang
diperlukan untuk menyelenggarakan kesehatan. Ruang lingkup pengelolaan
farmasi di Puskesmas mencakup :
A. Perencanaan
Perencanaan adalah proses kegiatan seleksi obat dan perbekalan kesehatan
untuk menentukan jumlah obat dalam rangka pemenuhan kebutuhan Puskesmas.
Perencanaan kebutuhan untuk Puskesmas setiap periode dilaksanakan oleh
pengelola obat dan perbekalan kesehatan di Puskesmas. Data mutasi obat yang
dihasilkan oleh Puskesmas merupakan salah satu faktor utama dalam
mempertimbangkan perencanaan kebutuhan obat tahunan.
Dalam proses perencanaan kebutuhan obat per tahun, Puskesmas diminta
menyediakan data pemakaian obat dengan menggunakan LPLPO fungsinya yaitu
Analisis Penggunaan, Perencanaan Kebutuhan, Pengendalian Persediaan Dan
Pembuatan Laporan Pengelolaan Obat. Selanjutnya UPOPPK (Unit Pengelola
Obat dan Perbekalan Kesehatan) yang akan melakukan kompilasi dan analisa
terhadap kebutuhan obat Puskesmas di wilayah kerjanya.
Tujuan perencanaan adalah untuk mendapatkan :
1. Perkiraan jenis dan jumlah obat serta perbekalan kesehatan yang mendekati
kebutuhan
11
2. Meningkatkan penggunaan obat secara rasional.
3. Meningkatkan efisiensi penggunaan obat.
Metode yang lazim digunakan untuk menyusun perkiraan kebutuhan obat
di tiap unit pelayanan kesehatan adalah :
1. Metode Konsumsi
Dengan menganalisis data konsumsi obat tahun sebelumnya. Hal yang
perlu diperhatikan adalah pengumpulan data dan pengolahan data, analisis data
untuk informasi dan evaluasi, dan perhitungan perkiraan kebutuhan obat.
2. Metode Epidemiologi
Dengan menganalisis kebutuhan obat berdasarkan pola penyakit. Langkah
yang perlu dilakukan adalah menentukan jumlah penduduk yang akan dilayani,
menentukan jumlah kunjungan kasus berdasarkan frekuensi penyakit,
menyediakan pedoman pengobatan, menghitung perkiraan kebutuhan obat, dan
penyesuaian dengan alokasi dana yang tersedia.
3. Metode Campuran
Metode campuran merupakan gabungan dari metode konsumsi dan metode
epidemiologi.
B. Permintaan Obat atau Pengadaan
Permintaan atau pengadaan obat adalah suatu proses pengumpulan dalam
rangka menyediakan obat dan alat kesehatan untuk memenuhi kebutuhan
pelayanan di Puskesmas.
Tujuan permintaan obat adalah memenuhi kebutuhan obat dimasing-
masing unit pelayanan kesehatan sesuai dengan pola penyakit di wilayah
kerjanya.3
Sumber penyediaan obat di Puskesmas adalah berasal dari Dinas
Kesehatan Kabupaten/Kota. Obat yang diperkenankan untuk disediakan di
Puskesmas adalah obat Esensial yang jenis dan itemnya ditentukan setiap tahun
oleh Menteri Kesehatan dengan merujuk kepada Daftar Obat Esensial Nasional.
Selain itu sesuai dengan kesepakatan global maupun keputusan Menteri
12
Kesehatan No. 085 tahun 1989 tentang kewajiban menuliskan resep dan atau
menggunakan obat generik di Pelayanan kesehatan milik pemerintah, maka hanya
obat generik saja yang diperkenankan tersedia di Puskesmas.
Adapun beberapa dasar pertimbangan dari Kepmenkes tersebut adalah :
1. Obat generik sudah menjadi kesepakatan global untuk digunakan diseluruh
dunia bagi pelayanan kesehatan publik.
2. Obat generik mempunyai mutu, efikasi yang memenuhi standar pengobatan.
3. Meningkatkan cakupan pelayanan kesehatan publik bagi masyarakat.
4. Menjaga keberlangsungan pelayanan kesehatan publik
5. Meningkatkan efekivitas dan efisensi alokasi dana obat di pelayanan
kesehatan publik.
Berdasarkan UU No.23 tahun 1992 Tentang Kesehatan dan
PP No.72 tahun 1999 tentang Pengamanan sediaan Farmasi dan Alat Kesehatan,
yang diperkenankan untuk melakukan penyediaan obat adalah
Apoteker. Puskesmas tidak diperkenankan melakukan pengadaan obat secara
sendiri-sendiri. Permintaan obat untuk mendukung pelayanan obat di masing-
masing Puskesmas diajukan oleh kepala Puskesmas kepada Dinas Kesehatan
Kabupaten/Kota dengan menggunakan format LPLPO, sedangkan permintaan dari
sub unit ke Kepala Puskesmas dilakukan secara Periodik menggunakan LPLPO
sub unit.3
Untuk pengadaan, pada awalnya dibuat surat pesanan oleh Tenaga Tekhnis
Kefarmasian atau Apoteker berupa LPLPO, yang kemudian ditanda tangani oleh
kepala Puskesmas yang bersangkutan. LPLPO dibuat sebanyak 4 rangkap, 1
lembar untuk Dinas Kesehatan Kabupaten / Kota setempat, 2 lembar untuk
Gudang Farmasi dan 1 lembar sebagai Arsip. LPLPO dikirimkan pada setiap akhir
bulan dan permintaan barang akan diterima pada setiap awal bulan.
Adapun macam – macam permintaan obat, sebagai berikut :
1. Permintaan rutin, dilakukan sesuai dengan jadwal yang disusun oleh Dinas
Kesehatan Kabupaten/Kota.
13
2. Permintaan khusus, dilakukan diluar jadwal distribusi rutin apabila :
kebutuhan meningkat, menghindari kekosongan, penanganan Kejadian Luar
Biasa (KLB), obat rusak dan kadaluarsa.
3. Permintaan obat dilakukan dengan menggunakan formulir Laporan Pemakaian
dan Lembar Permintaan Obat (LPLPO).
4. Permintaan obat ditujukan kepada Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota
dan selanjutnya diproses oleh UPOPPK Kabupaten/Kota.
Menentukan jumlah permintaan obat, yaitu dengan menggunakan
Formulir LPLPO. Data yang diperlukan yaitu data pemakaian obat periode
sebelumnya, jumlah kunjungan resep, data penyakit, dan frekuensi distribusi obat
oleh UPOPPK.
Adapun cara menghitung kebutuhan obat :
Jumlah untuk periode yang akan datang diperkirakan sama dengan pemakaian
pada periode sebelumnya.
SO = (SK + SWK + SWT + SP) – SS
Keterangan :
SO = Stok Optimum
SK = Stok Kerja (Stok Pada Periode Berjalan)
SWK = Jumlah yang dibutuhkan pada waktu kekosongan obat
SWT = Jumlah yang dibutuhkan pada waktu tunggu (Lead Time)
SP = Stok Penyanggaa
SS = Sisa Stok
C. Penerimaan Obat
Penerimaan obat adalah suatu kegiatan dalam menerima obat-obatan
yang diserahkan dari unit pengelola yang lebih tinggi kepada unit pengelola
dibawahnya.
Tujuan penerimaan obat adalah agar obat yang diterima sesuai dengan
kebutuhan berdasarkan permintaan yang diajukan oleh Puskesmas.4
14
Alur penerimaan obat :
- Setiap penyerahan obat oleh UPOPPK, kepada Puskesmas dilaksanakan
setelah mendapat persetujuan dari Kepala Dinas kabupaten / Kota.
- Barang atau obat yang datang akan diperiksa oleh Asisten Apoteker atau
Apoteker dan disesuaikan dengan LPLPO
- Petugas penerima obat wajib melakukan pemeriksaan, mencakup jumlah
kemasan, jenis obat, bentuk sediaan, serta pemeriksaan lain yang
diperlukan. Jika terdapat kekeliruan,wajib menuliskan jenis yang keliru
(rusak, jumlah kurang, dan lain – lain).
- Keluar masuknya barang dicatat dalam buku pemasukkan barang dan
kartu stok masing – masing, Kemudian barang (obat) disimpan dan
disusun secara alfabet, jenis sediaan, dengan sistem FIFO dan FEFO.
D. Penyimpanan
Penyimpanan adalah suatu kegiatan pengamanan terhadap obat – obatan
yang diterima agar aman, terhindar dari kerusakan fisik maupun kimia dan
mutunya tetap terjamin. Tujuan penyimpanan adalah agar obat yang tersedia di
unit pelayanan kesehatan mutunya dapat dipertahankan. Gudang obat Puskesmas
merupakan tempat yang digunakan untuk menyimpan semua perbekalan farmasi
untuk kegiatan yang dilakukan di puskesmas.
Adapun persyaratan gudang obat puskesmas sebagai berikut :
1. Cukup luas minimal 3×4 M
2. Ruangan kering tidak lembab.
3. Adanya ventilasi agar ada aliran udara dan tidak lembab atau panas.
4. Perlu cahaya yang cukup, namun jendela harus mempunyai Pelindung untuk
menghindarkan adanya cahaya langsung.
5. Lantai dibuat dari semen yang tidak memungkinkan bertumpuknya debu atau
kotoran lain, bila perlu dibuat alas papan.
6. Dinding dibuat licin
7. Hindari pembuatan sudut lantai dan dinding yang tajam
8. Gudang digunakan khusus untuk penyimpanan obat.
9. Mempunyai pintu yang di lengkapi kunci ganda.
15
10. Tersedia lemari atau laci khusus untuk narkotik dan psikotropik yang selalu
terkunci.
11. Sebaiknya ada pengukur suhu ruangan.5
Pengaturan penyimpanan obat :
1. Obat di susun secara alfabetis.
2. Obat dirotasi dengan system FIFO dan FEFO
3. Obat disimpan pada rak
4. Obat yang disimpan pada lantai harus sesuai dengan petunjuk
5. Cairan dipisahkan dari padatan
6. Sera, vaksin, suppositoria disimpan dalam lemari pendingin
7. Untuk obat-obatan Narkotik, Psikotropik hendaknya ditempatkan dalam
lemari yang terkunci.
E. Distribusi
Distribusi adalah kegiatan pengeluaran obat dan penyerahan obat secara
merata dan teratur untuk memenuhi kebutuhan obat sub unit pelayanan kesehatan
seperti kamar obat, laboratorium, pustu, pusling, dan posyandu. Tujuan distribusi
adalah memenuhi kebutuhan obat sub unit pelayanan kesehatan yang ada di
wilayah kerja puskesmas dengan jenis, mutu, jumlah, dan tepat waktu.
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam menentukan frekuensi distribusi,
yaitu :
1. Jarak Sub Unit Pelayanan.
2. Biaya Distribusi yang tersedia.
Dalam menentukan jumlah obat perlu diperhatikan :
1. Pemakaian rata-rata tiap jenis obat.
a. Sisa stok.
b. Pola penyakit.
c. Jumlah kunjungan dimasing – masing sub unit pelayanan kesehatan.
Penyerahan obat dapat dilakukan dengan cara :
a. Gudang obat menyerahkan / mengirimkan obat dan diterima di unit
pelayanan.
16
b. Penyerahan di gudang Puskesmas diambil sendiri oleh sub unit pelayanan.
Obat diserahkan bersama – sama dengan formulir LPLPO dan lembar
pertama disimpan sebagai tanda bukti penerimaan obat.
2. Pengendalian
Pengendalian adalah suatu kegiatan untuk memastikan tercapainya sasaran
yang diinginkan sesuai dengan strategi dan program yang telah ditetapkan
sehingga tidak terjadi kelebihan dan kekurangan atau kekosongan obat diluar
pelayanan kesehatan dasar. Tujuan pengendalian agar tidak terjadi kelebihan atau
kekosongan obat di unit kesehatan pelayanan dasar.3
Kegiatan pengendalian adalah :
a. Memperkirakan atau menghitung pemakaian rata-rata periode tertentu di
Puskesmas dan seluruh unit pelayanan. Jumlah stok ini disebut stok kerja.
b. Menentukan :
1) Stok optimum adalah jumlah stok obat yang diserahkan kepada unit
pelayanan agar tidak mengalami kekurangan atau kekosongan.
2) Stok pengaman adalah jumlah stok yang disediakan untuk mencegah
terjadinya suatu hal yang tidak terduga, misalnya keterlambatan
pengiriman dari UPOPPK.
c. Menentukan waktu tunggu ( Leadtime ), yaitu waktu yang diperlukan dari
mulai pemesanan sampai obat diterima.
Pengendalian obat terdiri dari :
1. Pengendalian persediaan
Untuk melakukan pengendalian persediaan diperlukan pengamatan
terhadap stok kerja, stok pengaman, waktu tunggu dan sisa stok. Agar tidak terjadi
kekosongan obat dalam persediaan, maka perlu diperhatikan hal-hal berikut :
a. Cantumkan jumlah stok pada kartu stok.
b. Laporkan segera kepada UPOPPK, jika terdapat pemakaian yang melebihi
rencana karena keadaan yang tidak terduga.
17
c. Buat laporan sederhana secara berkala kepada kepala puskesmas tentang
pemakaian obat tertentu yang banyak dan obat jenis lainnya yang masih
mempunyai persediaan banyak.
2. Pengendalian penggunaan
Tujuan pengendalian persediaan adalah untuk menjaga kualitas pelayanan
obat dan meningkatkan efisiensi pemanfaatan dana obat. Pengendalian
penggunaan meliputi presentase penggunaan antibiotik, presentase obat
penggunaan obat generik, kesesuaian dengan pedoman.
3. Penanganan obat hilang
Tujuan penanganan obat hilang sebagai bukti pertanggung jawaban kepala
puskesmas sehingga diketahui persediaan obat saat itu. Untuk menangani kejadian
obat hilang, perlu dilakukan langkah-langkah sebagai berikut :
a. Petugas pengelola obat yang mengetahui kejadian obat hilang segera
menyusun daftar jenis dan jumlah obat hilang, serta melaporkan kepada
kepala puskesmas. Daftar obat hilang tersebut nantinya akan digunakan
sebagai lampiran dari berita cara obat hilang yang diterbitkan oleh kepala
puskesmas.
b. Kepala puskesmas kemudian memeriksa dan memastikan kejadian tersebut,
serta menerbitkan berita acara obat hilang.
c. Kepala puskesmas menyampaikan laporan kejadian tersebut kepada Kepala
Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota, disertai berita acara obat hilang.
d. Petugas pengelola obat selanjutnya mencatat jenis dan jumlah obat yang
hilang tersebut pada masing-masing kartu stok.
e. Apabila jumlah obat yang tersisa diperhitungkan tidak lagi mencukupi
kebutuhan pelayanannya, segera disiapkan LPLPO untuk mengajukan
tambahan obat.
f. Apabila hilangnya obat karena pencurian maka dilaporkan kepada kepolisian
dengan membuat berita acara.
18
F. Pencatatan dan pelaporan
Pencatatan dan pelaporan data obat di Puskesmas merupakan rangkaian
kegiatan dalam rangka penatalaksanaan obat-obatan secara tertib, baik obat –
obatan yang diterima, disimpan, didistribusi dan digunakan di puskesmas dan atau
unit pelayanan lainnya.
Tujuan pencatatan dan pelaporan adalah sebagai bukti bahwa suatu
kegiatan yang telah dilakukan, sumber data untuk melakukan pengaturan dan
pengendalian, sumber data dalam pelaporan. Selain itu, pencatatan stok obat juga
bertujuan untuk mengetahui pengeluaran dan pemasukan obat, sehingga mudah
dimonitor.
Pencatatan stok obat meliputi keluar masuknya obat, baik obat narkotik,
psikotropik ataupun jenis obat lain yang dicatat dalam kartu stok masing –
masing. Pencatatan stok dapat dilakukan untuk periode tertentu, baik per hari, per
minggu atau pun per bulan. Pencatatan pada buku pemasukan, hanya dilakukan
pada waktu barang masuk ke apotek di puskesmas.
Penyelengaraan pencatatan :
1. Gudang Puskesmas
A. Penerimaan dan pengeluaran obat gudang dicatat dalam kartu stok.
B. LPLPO dibuat berdasarkan kartu stok obat dan catatan harian penggunaan
obat.
2. Kamar Obat
A. Jumlah obat yang dikeluarkan untuk pasien dicatat pada buku pengeluaran
harian.
B. LPLPO ke gudang obat dibuat berdasarkan catatan pemakaian harian dan
sisa stok.
C. Kamar Suntik
Setiap hari pemakaian obat dicatat pada buku penggunaan obat suntik dan
menjadi sumber data untuk permintaan tambahan obat. Pelaporan dilakukan
secara periodik, setiap awal bulan. Untuk puskesmas yang mendapatkan distribusi
LPLPO dikirim setiap awal bulan begitu juga untuk puskesmas yang mendapatkan
19
distribusi setiap triwulan.
2.5.2 Pelayanan Farmasi Klinik
Pelayanan obat adalah proses kegiatan yang meliputi aspek teknis dan Non
Teknis yang harus dikerjakan mulai dari menerima resep dokter sampai
penyerahan obat kepada pasien. Tujuan pelayanan obat yaitu agar pasien
mendapat obat sesuai dengan resep dokter dan mendapat informasi bagaimana
menggunaknanya. Semua resep yang telah dilayani oleh puskesmas harus
dipelihara dan disimpan minimal 3 tahun dan pada setiap resep harus diberi tanda:
1. Umum, yaitu resep pasien umum
2. Askes, yaitu untuk resep pasien yang diterima oleh peserta asuransi kesehatan.
3. Jamkesmas, yaitu untuk resep yang diberikan kepada pasien yang dibebaskan
dari pembiayaan retribusi.
Untuk menjamin keberlangsungan pelayanan obat dan kepentingan pasien
maka obat yang ada di puskesmas tidak dibeda-bedakan sumber anggarannya.
Semua obat yang ada di puskesmas pada dasarnya dapat digunakan melayani
semua pasien yang datang ke puskesmas.
Semua jenis obat yang tersedia di unit-unit pelayanan kesehatan yang
berasal dari berbagai sumber anggaran dapat digunakan untuk melayani semua
kategori pengunjung puskesmas dan puskesmas pembantu.
2.5.2.1 Penerimaan resep
Setelah menerima resep dari pasien, dilakukan hal- hal berikut :
a. Pemeriksaan kelengkapan administratif resep.
1) Pemeriksaan kesesuaian farmasetik, yaitu bentuk sediaan, dosis,
stabilitas, cara dan lama penggunaannya.
2) Pertimbangan klinik seperti alergi, efek samping, interaksi dan
kesesuaian dosis.
3) Konsultasikan dengan dokter apabila ditemukan keraguan pada resep
atau obat tidak tersedia.
4) Peracikan obat
20
b. Pengambilan obat yang dibutuhkan pada rak penyimpanan menggunakan alat,
dengan memperhatikan nama obat, tanggal kadaluarsa, dan keadaan fisik
obat.
1) Peracikan obat
2) Pemberian etiket putih untuk obat oral dan biru untuk obat luar, serta
label “kocok dahulu” pada sediaan obat dalam bentuk larutan.
3) Memasukan obat dalam wadah yang sesuai dan terpisah untuk obat yang
berbeda untuk menjaga mutu obat dan penggunaan yang salah.
4) Penyerahan obat
c. Sebelum obat diserahkan, lakukan pemeriksaan kembali mengenai penulisan
nama pasien pada etiket, cara penggunaan, jenis, dan jumlah obat.
1) Penyerahan obat harus dilakukan dengan baik dan sopan, mengingat
pasien dalam kondisi tidak sehat.
2) Memastikan bahwa yang menerima obat adalah pasien atau keluarganya.
3) Memberikan informasi cara penggunaan obat dan hal-hal yang terkait
dengan obat tersebut, antara lain manfaat obat, makanan dan minuman
yang harus dihindari, kemungkinan efek samping, cara penyimpanan
obat, dan lain – lain.
2.5.2.2 Pelayanan Informasi Obat
Pelayanan informasi obat harus benar, jelas, mudah dimengerti, akurat,
bijaksana dan terkini sangat diperlukan dalam upaya penggunaan obat yang
rasional oleh pasien. Petugas sangat perlu menyadari bahwa pasien berhak
menerima informasi yang menyangkut efek samping serta keadaan atau tingkat
keparahan penyakit pasien hendaknya disampaikan secara hati – hati dan agar
kerahasiaan penyakitnya dapat dijaga dengan sebaik-baiknya.
Sebab utama mengapa penderita tidak menggunakan obat dengan tepat
adalah karena penderita tidak mendapatkan kejelasan yang cukup dari yang
memberikan pengobatan atau yang menyerahkan obat, oleh karena itu sangatlah
penting memberikan waktu untuk memberikan penyuluhan kepada penderita
tentang obat yang diberikan.
21
Informasi yang perlu diberikan kepada pasien adalah :
a. Waktu penggunaan obat
b. Lama penggunaan obat
c. Cara penggunaan obat yang benar
d. Efek samping obat
e. Cara penyimpanan obat.
22
BAB III
TINJAUAN UMUM
PUSKESMAS JEULINGKEE BANDA ACEH
3.1 Data Kependudukan Desa Jeulingkee Banda Aceh
Puskesmas Jeulingkee membawahi wilayah kerja yaitu Desa Jeulingkee
yang termasuk dalam wilayah Kotamadya Banda Aceh Propinsi Aceh tepatnya di
Desa Jeulingkee jalan Batee Timoh Kecamatan Syiah Kuala tersebut memilik luas
wilayah yaitu ±720,99 Km2 yang terdiri dari lima gampong yaitu gampong
Jeulingkee, gampong Tibang, gampong Alue Naga, gampong Pineung dan
gampong Peurada, dengan jumlah Penduduk 17.994 jiwa. Dimana jumlah
penduduk laki-laki sebanyak 9.342 jiwa dan perempuan sebanyak 8.652 jiwa.
Tabel 3.1 Jumlah Penduduk per gampong di wilayah kerja Puskesmas
Jeulingkee Tahun 2019.
No. Nama gampong Laki- Laki Perempuan
1 Jeulingkee 3.566 3210
2 Tibang 838 724
3 Alue Naga 926 754
4 Pineung 2.304 2.225
5 Peurada 1.708 1.739
Jumlah 9.342 8.652
3.2 Geografi dan Batas Wilayah Demografi
Puskesmas Jeulingkee di wilayah kecamatan Syiah Kuala Kotamadya
Banda Aceh luas wilayah kerja Puskesmas Jeulingkee 720,99 km2, terdiri dari
lima gampong yaitu gampong Jeulingkee, gampong Tibang, gampong Alue
Naga, gampong Pineung dan gampong Peurada.
Batas-batas wilayah kerja Puskesmas Jeulingkee sebagai berikut :
- Sebelah Utara berbatas dengan Selat Malaka
- Sebelah Selatan berbatas dengan Wilayah Kerja Puskesmas Ulee Kareeng Kec.
Ulee Kareeng
23
- Sebelah Barat berbatas dengan Wilayah Kerja Puskesmas Lampulo Kec. Syiah
Kuala
- Sebelah Timur berbatas dengan Wilayah Kerja Puskesmas Kopelma
Darussalam Kec. Syiah Kuala
Gambar 3.1 Puskesmas Jeulingkee ( depan )
3.3 Sumber Daya Puskesmas Jeulingkee
3.3.1 Sarana kesehatan dan sarana pendukung pelayanan kesehatan Pusesmas
Jeulingkee
Sarana kesehatan dan sarana pendukung pelayanan kesehatan Pusesmas
Jeulingkee dijelaskan dalam Tabel 3.2.
Tabel 3.2 Sarana Kesehatan Dan Sarana Pendukung Pelayanan Kesehatan
Tahun 2019.
No. Sarana Kesehatan Jumlah ( buah )
1 Puskesmas Induk 1
2 Perumahan Dokter type 45 1
3 Perumahan Paramedis type 36 1
4 Puskesmas Pembantu 1
5 Poskesdes 2
6 Polindes 1
7 Kendaraan roda empat 2
8 Kendaraan roda dua 9
Jumlah 18
24
3.3.2 Sumber Daya Tenaga Kerja
Sumber daya tenaga kerja di Puskesmas Jeulingkee tahun 2019 dijelaskan
dalam Tabel 3.3.
Tabel 3.3 Sumber Daya Tenaga Kerja Di Puskesmas Jeulingkee Tahun 2019
No Sumber Daya Tenaga Kerja Jumlah ( Orang )
1 Dokter Umum 5
2 Dokter Gigi 1
3 Perawat Gigi 2
4 Perawat 4
5 Bidan 15
6 Farmasi 3
7 Analis 2
8 Nutrisionis/Gizi 1
9 Petugas Gizi 2
10 Tata Usaha 1
11 Ahli Kesehatan Masyarakat 1
12 Kesehatan Lingkungan 1
13 Fioterapis 1
14 Pekarya 1
Jumlah keseluruhan 40
3.3.3 Pelayanan kesehatan di Puskesmas Jeulingkee
Pelayanan yang ada Di Puskesmas Jeulingkee dijelaskan dalam Tabel 3.4.
Tabel 3.4 Pelayanan yang ada Di Puskesmas Jeulingkee
No. Fasilitas
1 Bp Umum
2 Bp Anak
3 KIA Termasuk Pelayanan KB
4 BP Gigi
5 Laboratorium
25
6 Klinik Sanitasi ( Konsultasi Kesling )
7 Klinik Gizi ( Konsultasi Kesehatan Remaja )
8 Imunisasi
9 Pemberian Surat Keterangan Kesehatan
10 Pemberian Surat Keterangan Kesehatan Haji
11 Pemberian Surat Keterangan Sakit
12 Pemberian Surat Keterangan Calon Penganten
13 Pemberian Surat Rujukan
14 Apotek
3.3.4 Upaya Kesehatan
Upaya kesehatan di Puskesmas Jeulingkee meliputi:
1. Upaya Promosi Kesehatan
2. Upaya Kesehatan Lingkungan
3. Upaya Kesehatan Ibu dan Anak / KB
4. Upaya Perbaikan Gizi Masyarakat
5. Upaya Pencegahan dan Pemberantasan Penyakit Menular
6. Upaya Pengobatan
7. Upaya Kesehatan Pengembangan
3.4 Visi, Misi, Motto dan Tata Nilai Puskesmas Jeulingkee
3.4.1 Visi Puskesmas Jeulingkee
Visi Puskesmas Jeulingkee adalah untuk mewujudkan pelayanan
kesehatan dasar yang berkualitas dan gemilang.
3.4.2 Misi Puskesmas Jeulingkee
1. Memberikan pelayanan yang berstandar kesehatan
2. Mewujudkan tertib administrasi
3. Menjalin kerja sama secara profesional
4. Meningkatkanperan serta masyarakat dalam upaya kesehatan
26
3.4.3 Motto Puskesmas Jeulingkee
“ Kesehatan Anda Kebahagiaan Kami”
3.4.4 Tata Nilai Puskesmas Jeulingkee “ KASIH “
K : Kualitas
A : Aktif
S : Sabar
I : Ikhlas
H : Harmonis
3.5 Apotek Puskesmas
3.5.1 Sarana dan prasarana di Apotek Jeulingkee
1. Papan nama Apotek.
2. Ruang tunggu
3. Blender
4. Mortir dan stamper
5. Tempat peracikan obat
6. Lemari pendingin
7. Lemari untuk menyimpan obat Psikotropika dan Narkotika
8. Kartu stok
9. Tempat penyerahan obat
10. Rak obat
11. Kipas angin
12. AC (Air Conditioner)
3.5.2 Perbekalan farmasi dan Perbekalan kesehatan
3.5.2.1 Perencanaan
Perencanaan sediaan farmasi dan perbekalan kesehatan di Puskesmas
Jeulingkee dilakukan setiap bulan. Langkah perencanaan dimulai dari Dinas
Kesehatan Kabupaten/Kota yang memberikan lembar perencanaan dengan format
khusus, kemudian lembar perencanaan tersebut akan diisi oleh petugas pengelola
Apotek Puskesmas Jeulingkee menggunakan metode konsumsi atau berdasarkan
data penggunaan obat bulan sebelumnya.
27
3.5.2.2 Permintaan
Puskesmas Jeulingkee melakukan permintaan kepada Dinas Kesehatan
Kabupaten/Kota dengan menggunakan Lembar Pemakaian dan Lembar
Permintaan Obat (LPLPO). Pada lembar tersebut petugas pengelola Apotek
Puskesmas mengisi kolom-kolom yang tersedia, di antaranya Stok Awal Obat,
Persediaan, Pemakaian, Sisa Stok, serta Permintaan Obat. Saat permintaan rutin
biasanya petugas pengelola Apotek Puskesmas Jeulingkee menyerahkan LPLPO
setiap akhir bulan kepada Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota, sedangkan untuk
permintaan khusus diluar jadwal tersebut.
3.5.2.3 Penerimaan obat
Penerimaan obat dan perbekalan kesehatan di Puskesmas Jeulingkee
dilakukan setiap awal bulan. Sumber – sumber obat berasal dari obat Askes,
Jamkesmas dan beberapa program khusus. Jumlah penerimaan dan jenis obat
biasanya sesuai dengan permintaan yang di buat oleh petugas pengelola apotek.
3.5.2.4 Penyimpanan
1. Gudang
Ruang gudang terpisah dengan ruang pelayanan, letaknya bersebelahan
dengan ruang pelayanan. Gudang obat berukuran ± 3×4 meter persegi. Dalam
gudang dilengkapi lampu yang selalu menyala dan juga terdapat lubang ventilasi
yang berfungsi sebagai aliran udara agar obat – obatan dan perbekalan farmasi
yang terdapat di dalam gudang tidak lembab. Lantai gudang terbuat dari keramik
dan obat disusun pada rak kayu.
Penyusunan obat pada Puskesmas Jeulingkee menggunakan sistem
Alfabetis dan berdasarkan bentuk sediaan serta sumber dana. Dengan cara
penyimpanan berdasarkan Alfabetis dan sumber dana ini akan mempermudah
petugas apotek untuk mengambil obat yang diminta. Obat seperti suppositoria
penyimpanan dilakukan di dalam lemari pendingin karena suppositoria
penyimpanannya memerlukan suhu yang relatif dingin dan apabila tidak di dalam
lemari pendingin suppositoria akan meleleh. Jenis obat Psikotropika dan
Narkotika disimpan didalam lemari yang terkunci. Sistem perputaran obat di
28
Puskesmas Jeulingkee menggunakan sistem FIFO dan FEFO.
3.5.2.5 Distribusi
Obat yang berada di Puskesmas Jeulingkee didistribusikan melalui
pelayanan kesehatan di Apotek Puskesmas tersebut dan melalui beberapa sub unit
kesehatan lainnya diantaranya, seperti Posyandu, Pengobatan Lansia dan Pustu.
Pendistribusian kepada sub-sub unit pelayanan kesehatan tersebut dilakukan
secara berkala sesuai dengan jadwal kegiatan masing-masing pelayanan
kesehatan.
3.5.2.6 Pengendalian
1. Pengendalian persediaan
Pengendalian persediaan obat dan perbekalan kesehatan di Puskesmas
Jeulingkee dilakukan dengan memperhitungkan secara matang obat apa saja yang
diperlukan di puskesmas, yaitu dengan menggunakan kartu stok. Ini dilakukan
pada saat perencanaan dan permintaan sedian farmasi dan perbekalan kesehatan
sehingga, tidak terjadi kelebihan dan kekurangan atau kekosongan.
2. Pengendalian penggunaan
Pengendalian penggunaan obat bertujuan untuk menjaga kualitas
pelayanan obat dan meningkatkan efisiensi pemanfaatan dana obat. Pengendalian
ini dilakukan dengan melihat Data, Pola Konsumsi Obat, Jumlah Resep, Buku
Pedoman dan Kejadian-Kejadian Yang Terjadi Dilingkungan.
3. Penanganan obat hilang, rusak, dan kadaluarsa
Penanganan obat hilang di Puskesmas di Jeulingkee yaitu apabila terjadi
obat hilang dilakukan dengan segera daftar jenis dan jumlah obat yang hilang,
serta melapor kepada Kepala Puskesmas. Daftar obat hilang tersebut nantinya
akan digunakan sebagai lampiran dari berita cara obat hilang yang diterbitkan oleh
Kepala Puskesmas. Kepala puskesmas kemudian memeriksa dan memastikan
kejadian tersebut, serta menerbitkan Berita Acara Obat Hilang. Kepala puskesmas
menyampaikan laporan kejadian tersebut kepada Kepala Dinas Kesehatan
Kabupaten / Kota, disertai berita acara obat hilang. Di Puskesmas Jeulingkee tidak
29
pernah terjadi kehilangan obat biasanya terjadi ketidak sesuaian jumlah obat yang
ada dalam penyimpanan dengan jumlah obat yang tertera pada kartu stok di
karenakan kekeliruan atau ketidak patuhan dalam mengisi kartu stok apabila obat
tersebut dikeluarkan.
Penanganan obat rusak dan kadaluarsa di Puskesmas Jeulingkee dilakukan
dengan membuat berita acara dan dilaporkan ke gudang farmasi di Dinas
Kesehatan Kabupaten / Kota untuk dikembalikan.
3.5.2.7 Pencatatan dan pelaporan
Pencatatan dan pelaporan obat dan perbekalan kesehatan dilakukan setiap
akhir bulan dengan menggunakan LPLPO yang diserahkan kepada Dinas
Kesehatan Kabupaten / Kota. Sedangkan untuk pelaporan obat Psikotropika dan
Narkotika di Puskesmas Jeulingkee ditujukan kepada Dinas Kesehatan Kabupaten
/ Kota sebanyak 1 rangkap, Balai POM 1 buah, dan Yankes Kotamadya 1 buah.
Untuk pelaporan psikotropika dilakukan setiap 1 bulan sekali.
3.5.2.8 Administrasi
` Administrasi mencakup semua kegiatan yang berkenaan dengan proses
pencatatan, pelaporan, dan pengarsipan perbekalan farmasi dan perbekalan
kesehatan. Khusus untuk memusnahkan resep yang disimpan selama 3 tahun
harus dibuat berita acara pemusnahannya yang ditujukan kepada Dinas Kesehatan
Kabupaten/Kota dengan tembusan Dinas Kesehatan Propinsi.
3.5.2.9 Pelayanan farmasi klinik
Alur Pelayanan farmasi klinik di Puskesmas Jeulingkee dapat dilihat dari
Gambar 3.2 dan Gambar 3.3:
30
Pasien
Loket
Gambar 3.2 Skema Alur Pelayanan farmasi klinik di Puskesmas Jeulingkee
BP Anak
BP umum
BP gigi
Poli KIA/KB
Konsultasi gizi
Konsultasi sanitasi/kesling
Laboratorium
Apotek
Pulang
31
Tata Usaha
-Rujukan
-Surat Keterangan Sehat
Gambar 3.3 Alur pelayanan di Puskesmas Jeulingkee
Dalam kondisi menghadapi Pandemi Covid 19 Puskesmas Jeulingke
menerapkan Standar Operasional Kegiatan yang ketat dengan APD lengkap bagi
petugas yang berhubungan langsung dengan pasien untuk antisipasi pencegahan
dan memutus mata rantai penularan.
Gambar 3.4 Petugas menggunakan APD lengkap
32
Pasien atau keluarganya yang datang ke Puskesmas Jeulingkee diarahkan
oleh petugas untuk mencuci tangan terlebih dahulu di tempat yang sudah
disediakan dan ditekankan untuk menggunakan maskes sebelum melanjutkan ke
pendaftaran dan seterusnya.
Gambar 3.5 Pasien mencuci tangan di tempat yang disediakan
Gambar 3.6 ruang tunggu Pasien yang disesuaikan dengan jaga jarak
Gambar 3.7 petugas yang menyemprot desinfektan di ruang tunggu Pasien
33
Gambar 3.8 pelayanan di kamar obat
Pelayanan farmasi klinik di Apotek Jeulingkee meliputi :
1. Penerimaan resep
Resep di Puskesmas Jeulingkee ditulis oleh dokter atau perawat. Apabila
terjadi kekosongan obat Apoteker atau Asisten Apoteker yang bertugas di Apotek
dapat segera menghubungi dokter atau perawat yang menuliskan resep agar obat
segera diganti dengan persediaan obat yang tersedia di apotek puskesmas.
Apotek Puskesmas Jeulingkee melayani resep dari pasien umum,
Jamkesmas, Jamkesda, dan Askes,yang sekarang semua termasuk dalam Jaminan
Kesehatan Nasional ( JKN ).
Pada saat menerima resep di puskesmas yang di lakukan adalah :
a. Memeriksa nama dan umur pasien, untuk resep psikotropika alamat pasien
harus jelas.
b. Memeriksa kesesuaian farmasetika, meliputi : Bentuk Sediaan, Dosis, Lama
Penggunaan Obat.
c. Memeriksa pertimbangan klinik, seperti: Alergi, Efek Samping, Dan Interaksi
Obat.
d. Mengkonsultasikan kepada dokter atau perawat yang menulis resep apabila di
temukan keraguan pada resep atau jika obatnya tidak tersedia.
e. Penyiapan peracikan obat.
34
Penyiapan peracikan obat di Puskesmas Jeulingkee dilakukan sebagai
berikut :
a. Mengambil obat yang diperlukan pada rak penyimpanan dengan
memperhatikan nama obat, tanggal kadaluarsa, dan keadaan fisik obat.
b. Obat dikemas dalam pembungkus puyer yang sudah beretiket.
c. Obat racikan di buat berdasarkan berat badan pasien
2. Penyerahan obat
Setelah resep diterima, resep diperiksa lalu obat di ambil berdasarkan
resep tersebut. Sebelum obat tersebut diserahkan dilakukan pemeriksaan kembali,
meliputi Nama Pasien, Cara Penggunaan, Jenis dan Jumlah obat yang diminta.
Obat yang sudah diperiksa diserahkan kepada pasien. Pemeriksaan kembali pada
obat yang akan diserahkan kepada pasien ditujukan untuk menghindari keselahan
yang berakibat fatal.
Penyerahan obat kepada pasien disertai dengan informasi mengenai aturan
pakai obat, kapan obat diminum, khasiat obat, dan efek samping obat tersebut.
Orang yang menerima obat dipastikan pasien itu sendiri atau keluarga pasien.
35
BAB IV
KEGIATAN PKL DAN PEMBAHASAN
4.1 Manajemen Sumber Daya Manusia
Apotek Puskesmas Jeulingkee memiliki empat orang Asisten Apoteker
yaitu :
1. Isna Dewi , ( sebagai Asisten Apoteker kepala PJ Kamar Obat dan Gudang
Obat)
2. Yusmardi MZ, A.Md.Far.
3. Syarifah Raiyana, A.Md.Farm
4. Ainul Mardhiah
yang bertanggung jawab atas pengelolaan obat dan perbekalan kesehatan di
Puskesmas.
Masing – masing Asisten Apoteker bertanggung jawab atas pengelolaan
obat dan perbekalan kesehatan di Puskesmas Jeulingkee yaitu :
a. Tugas pokok :
a) Melakukan pelayanan resep mulai dari menerima resep, meracik,
mempersiapkan obat sesuai kebutuhan, menyerahkan obat sesuai resep
dan menjelaskan kepada pasien tentang pemakaian obat
b) Melaksanakan pencatatan harian ruang pelayanan apotek.
b) Menyusun dan menyimpan Arsip Resep
2. Fungsi :
Sebagai Asisten Apoteker yang melakukan pekerjaan kefarmasian di
Puskesmas dalam pengelolaan dan pencatatan obat dan perbekalan kesehatan di
Puskesmas.
3. Uraian Tugas / Tanggung Jawab :
a) Mengkoordinir pencatatan harian ruang pelayanan Apotek
b) Memastikan kegiatan kefarmasian di ruang pelayanan apotek berjalan
dengan baik
c) Melaksanakan tugas lain yang diberikan oleh pimpinan sesuai bidang
tugas untuk kelancaran pelaksanaan tugas
36
4. Tugas tambahan : Membantu pelaksanaan kegiatan Posyandu Lansia / PMO
Pasien TB
4.2 Manajemen Perbekalan Farmasi
Ruang lingkup pengelolaan perbekalan farmasi di Apotek Puskesmas
Jeulingkee yaitu:
a. Perencanaan
Perencanaan adalah suatu proses kegiatan seleksi obat dan pebekalan
kesehatan untuk menentukan jenis dan jumlah obat dalam rangka pemenuhan obat
di Puskesmas. Seleksi adalah proses pemilihan dengan rasional sejumlah obat di
Puskesmas, dengan tujuan untuk menghasilkan sediaan obat yang
baik.Perencanaan, pengadaan dan pemilihan obat yang dilakukan di Puskesmas
Jeulingkee dilakukan setiap bulan oleh Apoteker. Perencanaan tersebut disusun
berdasarkan penyakit yang sering ditemukan (epidemiologi), jumlah keperluan
obat (Pola konsumsi) dan keadaan stok obat.
Perencanaan tersebut disusun dengan tujuan :
1. Untuk mendapatkan jenis dan jumlah obat yang tepat sesuai kebutuhan.
2. Untuk menghindari terjadinya kekosongan stok obat di Puskesmas.
3. Meningkatkan efisiensi penggunaan obat.
Jenis Obat di Puskesmas Jeulingkee terdiri dari obat DAU, Obat Askes,
Jamkesda, Jamkesmas serta obat dari program khusus.Semua jenis obat yang
tersedia di unit-unit pelayanan kesehatan yang berasal dari berbagai sumber
anggaran dapat digunakan untuk melayani semua kategori pengunjung Puskesmas
dan Puskesmas Pembantu.Obat Jamkesmas dan Jamkesda yaitu obat yang
diperuntukkan bagi masyarakat yang kurang mampu. Obat dari program
khusus yaitu obat yang disediakan oleh Dinas Kesehatan untuk program khusus,
misalnya pengobatan ISPA, TBC (Paru) dan malaria.
Perencanaan obat dan alat kesehatan di Puskesmas Jeulingkee dilakukan
dengan mengisi lembar perencanaan ( LPLPO ) yang formatnya telah ditentukan
oleh Dinas Kesehatan Kabupaten / Kota.Untuk mengetahui pemakaian obat
perbulan dapat dilihat dari buku register harian yang biasa disebut rekapitulasi
resep harian.LPLPO ( Laporan Pemakaian dan Lembar Permintaan Obat ) dibuat
37
oleh petugas Apotek biasanya pada akhir bulan, dan ditanda tangani oleh kepala
Puskesmas Jeulingkee. LPLPO dibuat sebanyak 5 rangkap, 1 rangkap untuk Dinas
Kesehatan Kabupaten / Kota, 2 rangkap untuk Gudang Farmasi, 1 rangkap untuk
Arsip Puskesmas dan 1 rangkap untuk Arsip Apotek Puskesmas.
b. Permintaan atau Pengadaan
Permintaan atau pengadaan obat di Puskesmas dilakukan untuk
memperoleh jenis dan jumlah obat dengan mutu yang baik, menjamin tersedianya
obat, dengan cepat dan tepat waktu. Oleh karena itu, pengadaan atau permintaan
obat harus memperhatikan dan mempertimbangkan bahwa obat yang diminta atau
diadakan sesuai dengan jenis dan jumlah obat yang direncanakan.Permintaan obat
dari Puskesmas Jeulingkee menggunakan Format LPLPO ( Laporan Pemakaian
dan Lembar Permintaan Obat ). Permintaan dilakukan oleh Apoteker penanggung
jawab Apotek yang telah ditanda tangani oleh Kepala Puskesmas. Permintaan dari
Puskesmas dilakukan dengan memperhitungkan pemakaian obat dan sisa stok.
Jumlah permintaan obat yang dibuat oleh pihak puskesmas didalam LPLPO
biasanya tidak langsung disetujui oleh pihak Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota.
Dinas kesehatan akan melakukan analisa terlebih dahulu terhadap poin-poin yang
tertulis dalam LPLPO, setelah itu diputuskan berapa jumlah obat yang akan
diberikan kepada Puskesmas yang bersangkutan. Jumlahnya biasanya sama persis
dengan permintaan Puskesmas dalam LPLPO, tetapi juga bisa kurang.
Permintaan rutin dilakukan oleh Puskesmas pada jadwal yang telah
ditentukan, yaitu setiap akhir bulan. Untuk permintaan khusus dilakukan kapan
saja apabila obat yang ada di Puskesmas mengalami kekosongan sebelum waktu
pemesanan misalnya karena:
1. Kunjungan meningkat
2. Penanganan Kejadian Luar Biasa ( KLB )
Seperti Kasus Pandemi Covid 19 yang sedang mewabah saat ini permintaan
untuk BMHP seperti Masker,Handscoond,alkohol atau sanitaizer terjadi
peningkatan,dalam rangka perlindungan terhadap petugas dalam melayanin
pasien yang tidak dapat dipastikan status kesehatannya.Demikian juga dengan
38
permintaan obat atau vitamin yang berkaitan untuk mengatasi gejala penyakit
atau meningkatkan daya tahan tubuh.
3. Obat Rusak dan Kadaluarsa.
Surat pemesanan menggunakan Blangko LPLPO yang tercantum dalam
laporan. Gudang farmasi akan mempersiapkan permintaan obat dan Alat
kesehatan. Proses ini berlangsung kurang lebih 2 minggu kemudian obat dikirim
ke Puskesmas. Barang akan diperiksa kesesuaiannya dengan permintaan obat dan
alat kesehatan sesuai dengan LPLPO. Pengecekan yang dilakukan meliputi:
1. Jumlah Dan Jenis Obat
2. Bentuk Obat Yang Diminta Sesuai Dengan LPLPO
3. Tanggal Kadaluarsa Dan Nomor Bacth
Pengecekan dilakukan oleh Apoteker, kemudian barang akan disusun
sesuai dengan ketentuan dan cara penyimpanan. Setiap barang yang masuk akan
ditulis pada kartu stok baik Jumlahnya, Tanggal Kadaluarsa, Nomor Batch,
Nomor Faktur dari Gudang Farmasi dan Tanggal Masuk Barang.
c. Penerimaan
Penyerahan obat-obatan dari Dinas kesehatan Kabupaten/Kota kepada
Puskesmas Jeulingkee dilakukan pada awal bulan. Alur penerimaan obat dari
Dinkes Kabupaten/Kota kepada Puskesmas Jeulingkee:
Setelah selesai memeriksa, LPLPO ditanda tangani oleh penerima obat/tenaga
kefarmasiaan dan diketahui oleh Kepala Puskesmas.
Ketika menerima penyerahan obat tersebut pengelola obat apotek puskesmas akan
melakukan pemeriksaan terhadap kesesuaian antara jumlah, jenis obat, dan bentuk
sediaan dengan yang tertera pada LPLPO
Setiap penambahn obat-obatan dan perbekalan kesehatan dicatat dan dibukukan
pada buku penerimaan obat dan kartu stock, serta dicatat masa kedaluarsa dari
masing-masing obat tersebut.
39
d. Penyimpanan
Sediaan farmasi dan alat kesehatan disimpan di dalam gudang obat
puskesmas yang berada tidak jauh dari apotek puskesmas. Gudang obat
Puskesmas Jeulingkee berukuran kurang lebih 3×4 meterpersegi. Dalam gudang
terdapat lubang ventilasi yang berfungsi sebagai aliran udara agar obat – obatan
dan perbekalan farmasi yang terdapat didalam gudang tidak lembab. Lantai
gudang terbuat dari semen dan keramik. Penyimpanan obat – obat Narkotika dan
Psikotropika disimpan dalam lemari besi yang terkunci. Untuk obat yang lainnya
disusun pada rak – rak yang tersedia pada gudang obat secara Alfabetis dan
menurut sediaan perbekalan farmasi. Rotasi obat atau pengeluaran obat dari
gudang obat Puskesmas Jeulingkee menggunakan sistem FIFO dan FEFO. Obat
yang dalam penyimpanannya memerlukan suhu dingin seperti Suppositoria
disimpan didalam Kulkas. Dengan diberlakukannya sistem FIFO dan FEFO ini,
diharapkan dapat menjamin kualitas perbekalan farmasi yang diberikan dalam
pelayanan terhadap masyarakat. Secara umum penyimpanan obat di gudang obat
Puskesmas Jeulingkee sudah sesuai dengan teori mengenai persyaratan
penyimpanan sediaan farmasi dan alat kesehatan di gudang. Akan tetapi terdapat
sedikit kekurangan dari tempat penyimpanan obat khususnya di dalam gudang,
karena didalamnya tidak terdapat alat pengontrol suhu. Seharusnya obat jika tidak
dinyatakan lain penyimpanannya adalah pada suhu kamar karena penyimpanan
yang melebihi suhu kamar atau kurang maka akan menyebabkan obat tidak stabil
seperti terjadinya perubahan warna pada obat – obat tertentu atau pun
berkurangnya waktu paruh obat akibat keadaan suhu yang tidak stabil sehingga
hal tersebut dapat mengurangi mutu dari sediaan farmasi ( obat ) yang disimpan
dalam gudang.
e. Pendistribusian
Pendistribusian obat merupakan kegiatan untuk menyalurkan obat dari
puskesmas ke unit – unit pelayanan kesehatan, sehingga setiap saat tersedia dalam
jumlah, jenis, mutu yang dibutuhkan. Pendistribusian obat dan alat kesehatan dari
gudang obat Puskesmas Jeulingkee dilakukan ke beberapa sub unit pelayanan
kesehatan lain seperti Polindes,Poskesdes, Posyandu Balita, Posyandu Lansia dan
40
Pustu. Sebelum melaksanakan pelayanan kesehatan, masing – masing petugas sub
unit pelayanan kesehatan akan mengambil obat – obatan dan alat kesehatan yang
diserahkan kepada sub unit pelayanan kesehatan tersebut pada buku pemakaian
obat harian. Kegiatan pendistribusian sediaan farmasi dan alat kesehatan kepada
sub unit pelayanan kesehatan tidak menggunakan LPLPO.
f. Pencatatan Dan Pelaporan
Pencatatan dan pelaporan yang ada di Puskesmas Jeulingkee meliputi
pencatatan harian (pencatatan rutin) yang dilakukan setiap hari oleh petugas
puskesmas menyangkut penerimaan dan pelayanan obat ke sub unit pelayanan
pada kartu stok. Pencatatan berkala dilakukan menyangkut laporan penerimaan
bulanan dan rekapitulasi pemakaian harian obat pada buku penerimaan dan
pemakaian obat bulanan (Buku Rekapan Bulanan). Buku ini dapat dimanfaatkan
untuk membantu petugas unit pelayanan dalam mengendalikan persediaan obat,
terutama jika persediaan telah mencapai jumlah minimum, maka unit pelayanan
dapat mengajukan permintaan obat tambahan. Pada Pelaporan bulanan dilakukan
untuk laporan pemakaian obat setiap bulan dengan menggunakan format LPLPO.
Laporan ini digunakan sebagai sarana pertanggung jawaban oleh Puskesmas
kepada Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota melalui gudang farmasi. Laporan
tahunan LPLPO dibuat berdasarkan laporan bulanan dengan merekap data yang
ada pada tiap laporan bulanan yang berupa LPLPO mulai dari awal tahun.
Untuk obat golongan Narkotika, walaupun jarang digunakan di Puskesmas
Jeulingkee pelaporan tetap dilakukan setiap 1 bulan sekali. Untuk obat golongan
Psikotropika, pelaporannya dilakukan setiap 1 bulan sekali juga. Pencatatan dan
pelaporan obat merupakan rangkaian kegiatan dalam rangka penatalaksanaan obat
– obatan secara tertib, baik obat – obatan yang diterima, disimpan, didistribusikan,
maupun obat yang di gunakan di puskesmas atau unit palayanan lainnya.
g. Administrasi
Administrasi adalah rangkaian aktivitas pencatatan, pelaporan dan
pengarsipan baik menyangkut sediaan farmasi dan alat kesehatan, atau pun resep.
Hal ini bertujuan untuk mempermudah pengawasan serta evaluasi.
41
Administrasi untuk sediaan farmasi berdasarkan prosedur lengkap
pencatatan dan penyimpanan resep, adalah sebagai berikut :
1. Pencatatan jumlah resep harian berdasarkan jenis pelayanan (Umum,
Askeskin / Jamkesmas, dan Askes/PHB).
2. Membundel resep dengan tanggal yang sama berdasarkan Nomor Urut Resep.
3. Membundel secara terpisah resep Psikotropika
4. Menyimpan bundel resep pada tempat yang telah ditentukan secara berurutan
untuk memudahkan dalam penelusuran resep.
5. Memusnahkan resep yang telah tersimpan selama 3 tahun dengan cara
dibakar.
6. Membuat berita acara pemusnahan resep dan dikirim ke Dinas Kesehatan
Kabupaten/Kota. Proses penyimpanan dan pencatatan serta pemusnahan resep
di Puskesmas Jeulingkee dilakukan mengikuti prosedur yang telah ditetapkan
oleh pemerintah.
Pelaporan penggunaan Narkotika dan Psikotropika dilaporkan setiap 1
bulan sekali. Untuk obat hilang atau kadaluarsa, maka pelaporan ditujukan ke
Dinas Kesehatan Kota Banda Aceh dan Gudang Farmasi Kota.
h. Pelayanan Resep / Pelayanan Kefarmasian
1) Penerimaan Resep
Penerimaan resep di Apotek Puskesmas Jeulingkee berasal dari pasien
umum, Jamkesmas/Askeskin, dan askes. pasien umum yaitu pasien yang tidak
tergolong pasien jamkesmas dan askes, sumber penggunaan obat untuk pasien
umum ini adalah obat impres yaitu obat wajib untuk pengobatan dasar di
Puskesmas. Pasien jamkesmas/askeskin adalah pasien yang mendapatkan bantuan
dari pemerintah dalam pengobatannya, sumber obat untuk pasien ini adalah obat
gakin. Sedamgkan Pasien askes adalah pasien yang ikut asuransi kesehatan yang
kebanyakan dari mereka adalah berasal dari Pegawai Negeri, sumber obat untuk
pasien ini adalah obat Askes. walaupun setiap pasien memiliki sumber obat yang
berbeda, namun pada prakteknya penggunaan ketiga obat tersebut disamakan,
maksudnya adalah obat dari askes dapat digunakan untuk Pasien
Jamkesmas/Askeskin, atau Umum begitu pula sebaliknya. Ketika menerima resep
42
maka akan dilakukan pemeriksaan resep terlebih dahulu, untuk pasien umum
harus memenuhi syarat yang berlaku yaitu membawa lembar Fotocopy KTP atau
KK (Kartu Keluarga). Sedangkan resep Askes dan Jamkesmas hanya terdiri atas
satu lembar kertas putih, dan masing – masingnya akan dibuatkan laporan dan
diajukan kepada pihak yang bersangkutan.
Apabila terdapat kekeliruan atau resep yang ditulis tidak rasional, maka
petugas Apotek harus menanyakan kembali tentang keabsahan resep tersebut
kepada dokter yang menulis resep tersebut, tetapi jika resep tidak terdapat sesuatu
yang meragukan maka langkah selanjutnya adalah pengerjaan resep, baik meracik
obat maupun pengambilan obat yang sudah jadi,
Resep umum terdiri atas 2 rangkap, lembar putih dan hijau. Lembar hijau
akan dikumpulkan setiap hari dan diserahakan kepada bagian evaluasi untuk
dibuatkan laporan dan diajukan ke Dinas Kesehatan Kota Banjarmasin. Lembar
putih akan dikumpulkan setiap hari sebagai arsip apotek dan diserahkan kepada
bagian verifikasi untuk pembuatan laporan penggunaan obat.
2) Penyiapan Peracikan Obat
Penyiapan obat yang sudah jadi dilakukan dengan mengambil obat sesuai
dengan yang tertulis pada resep. Saat pengambilan obat perlu diperhatikan Nama
Obat, Dosis, Dan Expire Date Obat tersebut. Jika obat telah siap, kemudian
dilakukan penulisan nama pasien dan cara penggunaan obat pada etiket. Setelah
itu dilakukan pemeriksaan kembali jenis dan jumlah obat, Lalu dikemas dalam
plastik klip dan disertakan etiket didalamnya.
Di Apotek Puskesmas Jeulingkee juga sering mendapatkan resep racikan,
sesuai dengan yang tertulis pada resep,jumlah obat dan aturan minumnya setelah
obat diracik,dibungkus dan dikemas harus benar – benar diperhatikan karena
pasien yang sering mendapatkan resep racikan adalah pasien anak-anak.
Penyiapan dan peracikan obat di Puskesmas Jeulingkee pada dasarnya
sudah sangat baik, akan tetapi masih terdapat sedikit kekurangan, hal ini terletak
pada penyiapan obat dalam bentuk sirup kering pada prakteknya penyerahan obat
kepada pasien tidak dicampurkan dengan air, pasien hanya diberitahukan cara
mencampurnya saja, dikhawatirkan pasien tidak mengetahui cara pencampuran
43
obat yang benar sehingga dapat mengurangi keefektifan obat tersebut, oleh karena
itu, sebaiknya sediaan sirup kering saat diserahkan kepada pasien telah
disuspensikan dengan air matang oleh petugas sesuai dengan takarannya.
Pelaksanaan penyerahan seperti ini memang tidak mudah, mengingat
banyak faktor yang dipenuhi, diantaranya : ketersediaan air matang yang cukup,
serta waktu pengerjaan yang agak lama sedangkan tenaga farmasi yang tersedia
cukup terbatas. Dan juga mengenai etiket tentang pemakaian obat sering digabung
etiketnya jadi satu, meskipun obatnya lebih dari satu. Hal ini dikarenakan etiket
yang ada di puskesmas terbatas dan anggaran dananya dari pemerintah.
3) Penyerahan Obat
Sebelum menyerahkan obat kepada pasien, petugas apotek yang
mengerjakan resep tersebut harus memeriksa kembali kesesuaian antara jenis,
jumlah serta aturan pakai dengan yang tertulis pada resep. Setelah memastikan
kesesuaian resep kemudian petugas akan menyiapkan obat yang sesuai dengan
resep, apabila obat yang tertera pada resep tidak tersedia di apotek puskesmas
maka petugas mengkonsultasikan dan menyerahkan kembali resep kepada dokter
untuk mengganti obat tersebut. Setelah selesai diganti petugas menyiapkan obat
dan memanggil nama pasien kemudian menyerahkan obat kepada pasien dengan
menanyakan kembali identitas pasien baik Nama maupun Umur Pasien apakah
sudah sesuai dengan yang tertulis pada resep, hal tersebut dilakukan untuk
meminimalisir terjadinya kesalahan penyerahan obat terhadap pasien dengan
Nama yang sama, sehingga tidak berakibat fatal terhadap kondisi pasien.
Pada saat petugas apotek menyerahkan obat harus disertai dengan
pemberian informasi obat yang jelas dan memastikan bahwa pasien telah
memahami betul cara penggunaan obat, juga memberitahukan kepada pasien
untuk menyimpan obat ditempat yang aman dan jauh dari jangkauan anak – anak.
4) Informasi Obat
Informasi obat kepada pasien sangat penting disampaikan oleh tenaga
farmasis yang melakukan penyerahan obat kepada pasien. Karena meskipun obat
yang diberikan kepada pasien sudah benar dan tepat, akan tetapi masih banyak
44
pasien yang tidak mengerti bagaimana cara penggunaan obat yang baik dan benar.
Selain tujuan terapi tidak tercapai, hal ini juga dapat memunculkan resiko
resistensi terhadap obat. Sehinnga peran tenaga farmasis disini sangatlah
diperlukan guna tercapainya terapi yang diharapkan yang diharapkan untuk
pasien. Informasi obat dapat meliputi cara penggunaan obat yang benar, efek
samping obat, interaksi obat, serta cara penyimpanan obat yang benar.
Petugas apotek Puskesmas Jeulingkee dalam menyerahkan obat kepada
pasien dilakukan dengan cara yang baik, ramah, sopan dan disertai dengan
informasi tentang obat dengan menggunakan bahasa yang mudah dimengerti oleh
pasien, baik menggunakan bahasa daerah maupun bahasa Indonesia. Karena
dengan keramah tamahan dan sopan santun dapat memberikan semangat kepada
pasien untuk sembuh dan membantu penyembuhan secara psikologis.
4.3 Kegiatan Pelayanan Diluar Gedung
4.3.1 Pelayanan Posyandu
1) Posyandu Lansia.
Kegiatan Posyandu Lansia (lanjut usia) sebelumnya hanya melakukan
kegiatan mengontrol kesehatan lansia seperti menimbang berat badan, mengukur
tinggi badan dan mengukur tekanan darah saja. Akan tetapi, dengan adanya
permintaan dari pasien lansia yang menganggap juga membutuhkan pengobatan
untuk mengatasi keluhan mereka, selain itu dikarenakan kondisi yang tidak
memungkinkan untuk datang ke puskesmas, maka belakangan ini dilakukan lah
kegiatan tambahan yaitu pengobatan dengan melibatkan petugas farmasi untuk
memperlancar kegiatan.
2) Posyandu Balita
Posyandu Balita pada dasarnya lebih menekankan pada hal-hal yang
terkait imunisasi bayi dan balita serta ibu hamil sehingga petugas farmasi tidak
terlibat didalamnya karena tidak dilakukan pengobatan yang banyak, obat yang
digunakan pun hanya Parasetamol 100 mg sebagai pencegahan terhadap
pemberian vaksin yang dapat menyebabkan panas pada bayi. Pada poskesdes pun
sejauh ini petugasnya lebih banyak adalah perawat, mungkin karena pasien yang
45
datang tidak terlalu banyak, sehingga pemberian obat pun dapat langsung diatasi
oleh petugas yang memeriksa.
4.3.2 Posbindu/PTM
Kegiatan Posbindu / PTM sebelumnya hanya melakukan kegiatan
mengontrol kesehatan peserta seperti mengukur lingkar perut,menimbang berat
badan, mengukur tinggi badan dan mengukur tekanan darah saja. Akan tetapi,
dengan adanya permintaan dari pasien lansia yang menganggap juga
membutuhkan pengobatan untuk mengatasi keluhan mereka, selain itu
dikarenakan kondisi yang tidak memungkinkan untuk datang ke puskesmas, maka
belakangan ini dilakukan lah kegiatan tambahan yaitu pengobatan dengan
melibatkan petugas farmasi untuk memperlancar kegiatan.Selain itu juga
dilakukan pemeriksaan KGD,HB, kadar cholesterol dalam darah dan juga kadar
asam urat bagi penderita yang sudah memiliki gejala klinis yang memebutuhan
pemeriksaan tersebut.
4.3.3 Penyuluhan GEMA CERMAT
Penyuluhan kepada pasien memegang peranan penting, tujuannya yaitu
agar dapat secara langsung mengedukasi pasien terhadap jenis dan cara
pemakaian obat yang akan dikonsumsinya agar terapi yang diharapkan dapat
tercapai dengan maksimal. Penyuluhan yang dilakukan masih dalam bentuk
penyuluhan dalam gedung yang sifatnya lebih mengarah kepada pelayanan
informasi terhadap penggunaan obat. Sedangkan untuk penyuluhan secara aktif
seperti ke sekolah-sekolah dilakukan oleh penyuluh Puskesmas dan dokter.
4.3.4 Promosi Kesehatan / GERMAS
Promosi Kesehatan merupakan upaya kesehatan wajib di Puskesmas
dengan paradigma sehat sekarang dimana promotif dan preventif lebih
diutamakan dari pada kuratif dan rehabilitatif. Dengan upaya promosi kesehatan
sekarang diharapkan masyarakat lebih mengutamakan pencegahan daripada
pengobatan. Promosi kesehatan di Puskesmas sekarang ini lebih ditekankan
kepada masyarakat terutama mengenai Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS)
46
baik PHBS di rumah tangga, sekolah, tempat-tempat kerja, PHBS ini menjadi
fokus utama dalam promosi kesehatan.Dengan melaksanakan kegiatan sosialisasi
program “GERMAS”melalui Promosi Kesehatan diharapkan masyarakat bisa
lebih meningkatkan kesadaran bagi diri maupun keluarganya agar tetap sehat dan
aktif.Khususnya dalam mengurangi penyebaran covid 19 yang begitu cepat
dibeberapa wilayah Indonesia khususnya provinsi Aceh.Dengan mengedepankan
keselamatan diharapkan dapat menekan angka pasien yang positif terpapar covid
19 dan juga Petugas Kesehatan sebagai garda terdepan dalam membantu merawat
pasien tersebut agar dapat melewati masa-masa gentingnya untuk dapat pulih
kembali.Penting sekali bagi kita semua untuk mengikuti protocol keamanan yang
telah disiarkan secara luas di media – media yang ada untuk tetap diam di
rumah,tidak melakukan aktifitas di luar rumah bila tidak penting,memakai masker
bila keluar rumah,mencuci tangan sesering mungkin,menjaga stamina tubuh agar
tetap sehat,banyak mengkonsumsi buah dan sayur bila perlu mengkonsumsi
suplemen atau vitamin,mengkonsumsi air setiap 15 menit,menghindari
kerumunan dan menjaga jarak.
Gambar 4.1 Sampel produk supelemen/vitamin untuk menjaga stamina tetap
sehat
47
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Setelah kami melaksanakan Pengantar Praktek Kerja Lapangan Di
Puskesmas Jeulingkee selama 2 minggu, yang dimulai pada tanggal 13 sampai 25
April 2020, kami banyak mempelajari tentang bagaimana cara memberikan
pelayanan- pelayanan kefarmasian dengan pendekatan Pharmaceutical Care yang
ada di Puskesmas Jeulingkee yang meliputi :
1. Bagaimana melakukan Pekerjaan Kefarmasian.
2. Memahami manajemen pengelolaan perbekalan farmasi di puskesmas.
3. Sistem pengelolaan obat di Puskesmas Jeulingkee berjalan dengan baik
sehingga semua kegiatannya saling berhubungan dan saling mempengaruhi
terhadap kegiatan lainnya, sehingga data efisiensi obat yang ada di
Puskesmas Jeulingkee.
4. Sistem pengadaan obat di apotek Puskesmas berdasarkan LPLPO yang
dikirim ke Dinas Kesehatan.
5. Sumber daya manusia di Puskesmas Jeulingkee telah mempunyai skill,
totalitas dan loyalitas yang baik.
6. Puskesmas aktif dalam menyelenggarakan upaya-upaya Kesehatan dan
penyuluhan-penyuluhan di lingkungan masyarakat di wilayah kerjanya
sehingga sebagian besar kegiatan di Puskesmas lebih banyak di habiskan di
luar ruangan.
5.2 Saran
1. Perlu adanya perluasan kaca loket sehingga pasien tidak perlu lagi berdiri di
pintu masuk apotek ketika petugas menyampaikan informasi obat.
2. Pemberian informasi tentang cara obat kepada pasien sebaiknya lebih di
optimalkan, agar tercapai tujuan dari pengobatan.
3. Apabila ada kegiatan ataupun pertemuan yang dilaksanakan oleh puskesmas
sebaiknya menggunakan ruangan khusus agar tidak menggangu pelayanan di
Puskesmas Jeulingkee.
48
4. Di apotek Puskesmas Jeulingkee sebaiknya sediaan sirup kering di campur
terlebih dahulu dengan air sebelum diserahkan kepada pasien dan perlu
adanya buku penunjang sebagai pedoman dalam melakukan pelayanan
kefarmasian tentang informasi obat, seperti : ISO ( Informasi Spesialite Obat
), IONI ( Informasi Obat Nasional Indonesia ) dan lain – lain.
5. Sebaiknya pada gudang penyimpanan obat dilengkapi dengan alat pengukur
suhu ruangan agar suhu obat yang disimpan dapat terjaga.
6. Pemberian Informasi Obat kepada pasien sebaiknya lebih di optimalkan agar
tercapai tujuan dari pengobatan.
7. Tingkatkan kerja sama antara petugas apotek, perawat, dokter, bidan,dan
lainnya dalam suatu kegiatan.
49
DAFTAR PUSTAKA
1. Anonim, 2006, Pedoman Pelayanan Farmasi di Puskesmas, Departemen
Kesehatan Republik Indonesia, Jakarta.
2. Anonim, 2006, Pedoman Pelayanan Farmasi di Puskesmas, Departemen
Kesehatan Republik Indonesia, Jakarta.
3. Anonim, 1987, Upaya Kesehatan Puskesmas, Departemen Kesehatan
Republik Indonesia, Jakarta
4. Anonim 2003.Pedoman Pengelolaan Obat Publik dan Perbekalan Kesehatan.
Departemen Kesehatan Republik Indonesia: Jakarta.
5. Anonim, 2005, Modul TOT Pengelolaan Obat Publik dan Perbekalan
Kesehatan di Puskesmas, Departemen Kesehatan Republik Indonesia, Jakarta.
6. Anonim, 2004, Kebijakan Dasar Pusat Kesehatan Masyarakat, Departeman
Kesehatan Republik Indonesia, Jakarta.
7. Anonim, 2004, Pedoman Advokasi Pengelolaan Obat Publik dan Perbekalan
Kesehatan, Departemen Kesehatan Republik Indonesia, Jakarta.
8. Anonim, 2019, Laporan Tahunan (Profil) Kegiatan Puskesmas Jeulingkee ,
Dinas Kesehatan Kota, Banda Aceh
LAMPIRAN
Lampiran 1 Struktur Puskesmas Jeulingkee
Lampiran 2. Contoh laporan pemakaian dan lembar permintaan Obat (LPLPO) JKRA
Lampiran 3. Laporan penggunaan sediaan jadi narkotik
Lampiran 4. Laporan penggunaan sediaan jadi psikotropika
Lampiran 5. Laporan Indikator peresepan di Puskesmas
Lampiran 6. Daftar 10 Penyakit terbanyak bulan Maret Tahun 2020
Lampiran 7. Contoh rekap harian obat
Lampiran 8. Contoh kartu stok
Lampiran 9 Contoh resep pasien umum
Lampiran 10. Contoh resep pasien Jamkesda
Lampiran 11. Contoh resep pasien Askes/PHB
Lampiran 12. Contoh Etiket putih
Lampiran 13. Contoh Etiket biru
Lampiran 14 Alur Pelayanan Farmasi