Tugas Ppt m. Satria Dwi Putra (53081001088)

37
KATA PENGANTAR Penulis mengucapkan syukur Kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan nikmat dan karunianya sehingga karya tulis ini dapat selesai de lancar. Makalah ini merupakan hasil telaah pustaka dan diskusi mengenai per dan perbedaan sistemtransportasi Amerika Serikat, Indonesia, dan Denmark, khususnya di kota New York, Jakarta, Dan Copenhagen. Diharapkan dengan tela dapat diketahui aspek apa saja yang dapat dipelajari dan diadaptasi oleh ne supaya dapat terwujud sistem transportasi yang baik di Indonesia. Karya tulis ini dapat selesai dengan lancar berkat bantuan berbagai p karena itu penulis mengucapkan terima kasih kepada: 1. Tuhan Yang Maha Esa; 2. Dosen pebimbing yaitu Ibu Rhaptyalyani, ST 3. Orang tua kami yang telah memberikan dukungan dan semang kepada kami, serta berbagai pihak yang tidak bisa kami semua. Penulis menyadari karya tulis ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh itu kami menerima segala kritik dan saran yang bersifat membangun. Akhirnya berharap karya tulis ini dapat bermanfaat untuk semua pihak khususny Indonesia. Palembang, Mei 2012 Tim Penyusun 1

Transcript of Tugas Ppt m. Satria Dwi Putra (53081001088)

KATA PENGANTAR

Penulis mengucapkan syukur Kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan nikmat dan karunianya sehingga karya tulis ini dapat selesai dengan lancar. Makalah ini merupakan hasil telaah pustaka dan diskusi mengenai persamaan dan perbedaan sistem transportasi Amerika Serikat, Indonesia, dan Denmark, khususnya di kota New York, Jakarta, Dan Copenhagen. Diharapkan dengan telaah ini dapat diketahui aspek apa saja yang dapat dipelajari dan diadaptasi oleh negara kita supaya dapat terwujud sistem transportasi yang baik di Indonesia. Karya tulis ini dapat selesai dengan lancar berkat bantuan berbagai pihak. Oleh karena itu penulis mengucapkan terima kasih kepada: 1. Tuhan Yang Maha Esa;2. Dosen pebimbing yaitu Ibu Rhaptyalyani, ST

3. Orang tua kami yang telah memberikan dukungan dan semangat kepada kami, serta berbagai pihak yang tidak bisa kami sebutkan semua. Penulis menyadari karya tulis ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu kami menerima segala kritik dan saran yang bersifat membangun. Akhirnya penulis berharap karya tulis ini dapat bermanfaat untuk semua pihak khususnya masyarakat Indonesia.

Palembang, Mei 2012

Tim Penyusun

1

DAFTAR ISI KATA PENGANTAR ...................................................................................................... 1 DAFTAR ISI ..................................................................................................................... 2 BAB I PENDAHULUAN ................................................................................................ 3 1.1 Latar Belakang .................................................................................................. 3 1.2 Rumusan Masalah ............................................................................................. 3 1.3 Tujuan Penulisan ............................................................................................... 3 1.4 Sistematika Penulisan ....................................................................................... 4 BAB II LANDASAN TEORI .......................................................................................... 5 2.1 Pengertian Transportasi..................................................................................... 5 2.2 Fungsi dan Manfaat Transportasi ..................................................................... 5 2.3 Jenis Transportasi ............................................................................................. 6 2.4 Transportasi Publik ........................................................................................... 6 BAB III PERMASALAHAN............................................................................................ 7 3.1 Sistem Transportasi di Amerika Serikat, Indonesia dan Denmark................... 7 3.2 Perbedaan, Persamaan, dan Hal yang dapat diaplikasikan di Indonesia dari Sistem Transportasi Amerika Serikat dan Denmark.............................................30 BAB IV PEMBAHASAN................................................................................................ ...........................................................................................................................................34 BAB V PENUTUP ......................................................................................................... 36 5.1 Kesimpulan ...................................................................................................... 36 5.2 Saran ................................................................................................................ 36

2

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dengan adanya kebutuhan manusia akan sistem transportasi, penulis ingin mengetahui dan mengkaji lebih jauh bagaimana sistem transportasi di Indonesia. Apakah sistem transportasi Indonesia sudah lebih baik atau sebaliknya, menjadi semakin buruk dan tidak terkontrol, terlebih apabila melihat fakta konkritnya yang terjadi di lapangan, sistem transportasi di Indonesia cenderung disoroti sebagai sistem yang dijalankan dengan kualitas yang dianggap rendah, berstandar keselamatan rendah, dan kenyamanan yang juga rendah. Oleh karenanya, permasalahan yang kemudian hendak dikaji dalam makalah ini adalah bagaimana kualitas dan kemajuan sistem tranportasi di Indonesia, khususnya pada sistem transportasi massal (Mass Rapid Transportation, MRT) seperti angkutan kereta commuter, bus perkotaan, serta angkutan udara . Untuk memperoleh gambaran yang nyata, makalah ini akan membandingkan sistem transportasi Indonesia dengan sistem transportasi di negara-negara yang sudah maju seperti Amerika Serikat dan Denmark, dimana masyarakat di dunia sudah mengakui kemajuan sistem transportasi di Amerika Serikat dan Denmark. Berangkat dari kenyataan bahwa jumlah penduduk Indonesia semakin banyak dan meningkat dari tahun ke tahun, tentu saja alangkah baiknya untuk mencari tahu persamaan dan perbedaan sistem transportasi negaranegara tersebut, pada segi MRT yang menyangkut aspek kehidupan pertransportasian sehari-hari. 1.2 Rumusan Masalah Bagaimanakah sistem transportasi kereta commuter, Bus Perkotaan dan Maskapai Penerbangan di Amerika Serikat, Indonesia dan Denmark? Apa saja persamaan dan perbedaan sistem transportasi ketiga negara tersebut dan apa yang dapat dipelajari serta diaplikasikan di Indonesia dari sistem MRT di Amerika Serikat dan Denmark ?

1.3 Tujuan Penulisan Menjelaskan bagaimana sistem tranportasi kereta commuter, bus perkotaan serta maskapai penerbangan di Indonesia dibandingkan dengan Amerika Serikat dan Denmark.

3

Mengetahui persamaan dan perbedaan sistem transportasi ketiga negara tersebut dan hal yang dapat dipelajari serta diaplikasikan di Indonesia dari sistem MRT di Amerika Serikat dan denmark.

1.4 Sistematika Penulisan Penulisan makalah ini antara lain dengan sistematika sebagai berikut: Bab I pendahuluan antara lain terdiri atas latar belakang, rumusan masalah, tujuan penulisan dan sistematika penulisan. Bab II Landasan Teori yang terdiri atas pengertian transportasi, fungsi dan manfaat transportasi, jenis transportasi, dan transportasi publik . Bab III isi terdiri atas perbandingan sistem transportasi Indonesia dibandingkan dengan Amerika Serikat dan Denmark, khususnya pada kota Jakarta, New York dan Copenhagen, serta persamaan dan perbedaan sistem transportasi ketiga negara tersebut dan hal yang dapat dipelajari serta diaplikasikan di Indonesia dari sistem MRT di Amerika Serikat dan Denmark. Bab IV pembahasan yang membahas masalah trasportasi tersebut. Bab V penutup yang terdiri atas kesimpulan dan saran.

4

BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Transportasi Menurut Utomo, transportasi adalah pemindahan barang dan manusia dari tempat asal ke tempat tujuan. Sedangkan menurut Sukarto, transportasi adalah perpindahan dari suatu tempat ke tempat lain dengan menggunakan alat pengangkutan, baik yang digerakkan oleh tenaga manusia, hewan (kuda, sapi, kerbau), atau mesin. Konsep transportasi didasarkan pada adanya perjalanan (trip) antara asal (origin) dan tujuan (destination). Di dalam transportasi, terdapat unsur-unsur yang terkait erat dalam berjalannya konsep transportasi itu sendiri. Unsur-unsur tersebut adalah sebagai berikut: Manusia yang membutuhkan Barang yang dibutuhkan Kendaraan sebagai alat/sarana Jalan dan terminal sebagai prasarana transportasi Organisasi (pengelola transportasi)2.2 Fungsi dan Manfaat Transportasi Menurut Utamo, transportasi memiliki fungsi dan manfaat yang terklasifikasi menjadi beberapa bagian penting. Transportasi memiliki fungsi yang terbagi menjadi dua yaitu melancarkan arus barang dan manusia dan menunjang perkembangan pembangunan (the promoting sector). Sedangkan manfaat transportasi menjadi tiga klasifikasi yaitu: 1. Manfaat Ekonomi Kegiatan ekonomi bertujuan memenuhi kebutuhan manusia dengan menciptakan manfaat. Transportasi adalah salah satu jenis kegiatan yang menyangkut peningkatan kebutuhan manusia dengan mengubah letak geografis barang dan orang sehingga akan menimbulkan adanya transaksi. 2. Manfaat Sosial Transportasi menyediakan berbagai kemudahan, diantaranya a) pelayanan untuk perorangan atau kelompok, b) pertukaran atau penyampaian informasi, c) Perjalanan untuk bersantai, d) Memendekkan jarak, e) Memencarkan penduduk. 3. Manfaat Politis Transportasi menciptakan persatuan, pelayanan lebih luas, keamanan negara, mengatasi bencana, dll. 4. Manfaat Kewilayahan Memenuhi kebutuhan penduduk di kota, desa, atau pedalaman.

2.3 Jenis-Jenis Transportasi Menurut Utomo pula, jenis-jenis transportasi terbagi menjadi tiga yaitu, Transportasi darat: kendaraan bermotor, kereta api, gerobak yang ditarik oleh hewan (kuda, sapi,kerbau), atau manusia. Moda transportasi darat dipilih berdasarkan faktor-faktor seperti jenis dan spesifikasi kendaraan, jarak perjalanan, tujuan perjalanan, ketersediaan moda, ukuran kota dan kerapatan permukiman, faktor sosial-ekonomi. 5

Transportasi air (sungai, danau, laut): kapal,tongkang, perahu, rakit. Transportasi udara: pesawat terbang. Transportasi udara dapat menjangkau tempat tempat yang tidak dapat ditempuh dengan moda darat atau laut, di samping mampu bergerak lebih cepat dan mempunyai lintasan yang lurus, serta praktis bebas hambatan.

2.4 Transportasi Publik Menurut Sukarto, transportasi publik adalah seluruh alat transportasi di mana penumpang tidak bepergian menggunakan kendaraannya sendiri. Transportasi publik umumnya termasuk kereta dan bis, namun juga termasuk pelayanan maskapai penerbangan, feri, taxi, dan lain-lain. Konsep transportasi publik sendiri tidak dapat dilepaskan dari konsep kendaraan umum. Pengertian kendaraan umum berdasarkan Keputusan Menteri Perhubungan Nomor. 35 Tahun 2003 Tentang Penyelenggaraan Angkutan Orang di Jalan dengan kendaraan umum yaitu Kendaraan umum adalah setiap kendaraan bermotor yang disediakan untuk dipergunakan oleh umum dengan dipungut bayaran baik langsung maupun tidak langsung.

6

BAB III PERMASALAHAN 3.1 Sistem Transportasi di Amerika Serikat, Indonesia dan Denmark 3.1.1 Sistem Transportasi di New York, Amerika Serikat. Pelayanan transportasi yang kurang prima, tidak nyaman dan berbahaya menjadi salah satu faktor utama dimana masyarakat lebih menyukai menggunakan kendaraan pribadi dibandingkan harus menggunakan kendaraan umum. Namun pilihan berkendara menggunakan kendaraan pribadi menimbulkan berbagai dampak negatif seperti keperluan akan bahan bakar yang besar, kemacetan dan polusi udara. Negara-negara maju sangat peduli untuk memberikan pelayanan maksimal kepada pelanggannya. Oleh karenanya, otoritas publik melakukan penyediaan sarana transportasi kereta commuter dan bus perkotaan yang terdapat di New York, Amerika Serikat di bawah naungan New York City Transit Authority (NYCTA). NYCTA merupakan bagian dari Metropolitan Transportation Authority yang memiliki kewenangan dalam mengurus : a. New York City Subway, khususnya di Manhanttan, The Bronx, Brooklyn, dan Queens b. Staten Island Railway c. NYCTA departement of buses Pemerintah New York dalam menjalankan sistem transportasinya menggunakan sistem public private partnership dimana mengikutsertakan NYCTA sebagai perusahaan khusus yang bertanggungjawab dalam mengurusi masalah transportasi. NYCTA menjadi bagian dari otoritas transportasi metropolitan yang paling sibuk dan terbesar di Amerika Serikat karena pelayanannya menyangkut kepentingan masyarakat. Di New York, Amerika Serikat terdapat bermacam transportasi yang dapat digunakan untuk memudahkan perjalanan karena terdapat angkutan kereta commuter, bus express, kereta bawah tanah, dan Bus Rapid Transit (BRT). Dimana terdapat 16 jalur kereta commuter, 23 jalur kereta bawah tanah, 385 jalur bus, dan 1 jalur bus rapid transportation.

3.1.1.1 New York Subway New York City Subway ini dikenal sebagai salah satu sistem angkutan yang cepat di dunia karena beroperasi selama 24 jam dan 365 hari. Kereta bawah tanah New York adalah satu-satunya sistem yang memegang rekor diantara sepuluh sistem angkutan cepat di dunia dibandingkan dengan London, Paris dan Mexico City dilihat menurut banyaknya perjalanan dan penumpang dalam satu tahun. Kereta bawah tanah New York memegang peringkat pertama sebagai sistem transportasi yang paling sibuk dikarenakan terdapat kapasitas kereta dan sumber daya manusia yang memadai. Jumlah kereta bawah tanah di New York mencapai angka 6.388 kereta, angka yang menakjubkan dan sebanding apabila dilihat dari permintaan 7

konsumen yang menggunakan alat transportasi tersebut. Selain kereta bawah tanah, terdapat juga kereta commuter yaitu Long Island Railroad.

3.1 Salah Satu contoh kereta yang sedang beroperasi

3.1.1.2 Long Island Railroad Long Island Railroad adalah sebuah sistem rel komuter yang melayani perjalanan transportasi sepanjang Long Island yang diklasifikasikan sebagai kereta nomor dua oleh dewan permukaan. Long Island Railroad adalah kereta commuter tersibuk di Amerika yang melayani sekitar 81 juta penumpang setiap tahunnya dan ditunjang dengan jumlah stasiun yang cukup banyak, yaitu sekitar 124 stasiun. Setiap hari kerja, penumpang Long Island Railroad bisa mencapai 303.000 orang. Jumlah penumpang yang banyak tersebut dikarenakan sistemnya telah ditata sedemikian baik oleh Metropolitan Tranportation Authority sehingga masyarakat nyaman dalam menggunkan alat transportasi tersebut. Walaupun tergolong memiliki banyak penumpang, Long Island Railroad tetap dapat memperlihatkan eksistensi dan keunggulannya dalam menciptakan keamanan dan kenyamanan bagi para penumpang. Hal tersebut terbukti pada tahun 2006, Long Island Railroad mendapatkan penghargaan Bronze EH Harriman Award untuk catatan keamanan transportasi. The Long Island Railroad juga merupakan satu-satunya kereta 8

commuter di Amerika serikat yang beroperasi selama 24 jam sehari dan tidak pernah ada libur bahkan akhir pekan dan hari libur.

3.2 Fasilitas penunjang Long Island Railroad

3.3 Salah Satu Jenis kereta yang digunakan di Long Island Railroad

9

3.4 Peta jalur kereta

3.1.1.3 MTA Buses Selain dalam bidang perkeretaapian, Metropolitan Transportation Authority juga mengurusi masalah transportasi darat seperti bus yang dinamakan New York City Transit Buses yang beroperasi di lima wilayah di New york City seperti Manhanttan, The Bronx, Brooklyn, Staten Island, dan sebagian Queens dengan jumlah kapasitas MTA buses sekitar 4.500 bus dan beroperasi mulai pukul lima pagi sampai pukul satu dini hari. Adanya sistem bus ini dimaksudkan untuk melengkapi jalur rel kereta MTA lainnya seperti subway, dan Long Island Railroad. Sistem pembayaran ongkos MTA bus New York sedikit berbeda dengan yang lain. Disini pembayaran ongkos melalui suatu mesin yang sudah disediakan di haltehalte dekat tempat menunggu bus. Setiap penumpang yang akan naik dan menggunakan fasilitas bus tersebut diharuskan untuk memasukkan sejumlah koin yang telah ditentukan, setelah itu akan keluar bukti pembayaran yang dijadikan syarat utama untuk dapat menggunakan fasilitas bus tersebut. Apabila terdapat masalah dalam penggunaan mesin tersebut dihimbau agar calon penumpang menghubungi atau melapor kepada petugas bus yang datang. Biaya yang dibebankan kepada penumpang bus MTA adalah terbatas pada setiap rute yang ada. Pembebanan biaya tidak tergantung dari berapa jauh jarak yang 10

ditempuh, untuk sekali perjalanan biaya yang dibebankan sebesar US $ 2,5 dan US $ 1,10 untuk para manusia lanjut usia dan penyandang cacat. Dalam sistem transportasi di negara maju seperti Amerika Serikat sangat memperhatikan ketepatan waktu dalam melakukan pelayanan. Baik subway, Long Island Railroad dan MTA bus memiliki jadwal keberangkatan yang telah ditentukan dan dijalankan dengan konsisten, apabila terdapat penumpang sampai tempat tujuan tidak sesuai dengan yang terdapat di jadwal, setiap keterlambatan 15 menit, penumpang dapat menuntut haknya untuk mendapat kembali uangnya sebesar 50% dan apabila keterlamatan sampai 30 menit, penumpang dapat meminta pengembaliannya uangnya sebesar 100%.

3.5 Contoh MTA Buses

11

3.6 Interior dalam bus yang sangat nyaman

3.7 Peta keberangkatan MTA New York City Transit 3.1.1.4 Jetblue Airlines Selain transportasi daratnya yang baik, New York juga memiliki transportasi udara yang dikatakan efektif dan dapat memenuhi keinginan pelanggan. Jetblue airline adalah salah satu low cost airline Amerika yang dipegang oleh Jetblue Airways Corporation yang merupakan non-union airline. Dengan hal tersebut berarti dalam pelaksanaan pelayanan transportasinya, Jet Blue Airline tidak memiliki ikatan dengan pihak lain seperti kerjasama dengan pihak lain. Jet blue airways beroperasi terutama di Jhon F. Kennedy Airport di New York City. Namun, terdapat bandara lain juga yang menjadi tujuan dari Jetblue Airways, yaitu Logan Internasional Airport yang terdapat di Boston, Fort Lauderdale-Holiwood Internasional Airport, Orlanda Internasional Airport, dan Long Beach Airport.

12

Jet Blue Airline memiliki slogan happy jetting dengan tujuan agar penumpang merasa nyaman dan senang menggunakan transportasi tersebut. JetBlue didirikan di Delaware pada Agustus 1998 oleh David Neeleman. Pada mulanya JetBlue didirikan dengan nama Newair. Karena beberapa eksekutif JetBlue termasuk Neeleman adalah mantan karyaean Southwest Airlines maka ketika JetBlue didirikan dimulai dengan mengikuti pendekatan yang dilaksanakan oleh Southwest Airlines dengan menawarkan perjalanan murah, tetapi berusaha untuk membedakan dirinya dengan fasilitas, seperti hiburan dalam penerbangan, TV di setiap kursi dan radio satelit. Hal ini kembali lagi pada slogan dari Jet Blue, yaitu ingin mencipatakan kenyamanan perjalanan bagi para penumpang terutama ketika melakukan perjalanan udara. Dalam perjalanannya Jet Blue semakin baik dalam melakukan pelayanan publik dalam bidang transportasi sehingga JetBlue dapat menjadi salah satu saham maskapai penerbangan yang paling populer dalam sejarah dan saat ini memiliki sekitar dua miliar dolar dalam kapitalisasi pasar. Karena hal tersebut banyak pihak yang memuji keberhasilan JetBlue atas kecakapannya dalam melakukan pelayanan dan dari hasil keuangan yang kuat. Pada tahun 2004 Jet Blue memulai penerbangan dari Bandara LaGuardia, New York City dan pada tahun 2005 Jet Blue menambahkan layanannya di Bandar Udara Internasional Newark Liberty di Newark, New Jersey. Selain itu, Jet Blue menambahkan layanan di John F. Kennedy yang sekarang menjadi basis utama Jet Blue dan Logan Airport di Boston. Dengan penambahan yang terus menerus akhirnya Jet Blue sekarang memegang ketiga bandara terbesar di New York City. Dalam satu hari Jet Blue airlines dapat melakukan sepuluh penerbangan yang dapat menampung 100190 penumpang sekali perjalanan. Kiprah Jet Blue tidak sampai disini saja, pada bulan Oktober 2006 JetBlue mengumumkan mereka akan mulai layanan dari Stewart Bandar Udara Internasional, di Newburgh, New York dan di Westchester Country Airport yang lebih sering dikenal dengan White Plains. Untuk meningkatkan pelayanannya Jet Blue Airlines terus menerus menambahkan armadanya, seperti pada tahun 2006 Jetblue melakukan penambahan 36 pesawat untuk memperluas eksistensinya dalam pelayanan transportasi udara. Pada tahun 2007 Jetblue menjadi maskapai penerbangan domestik nomor satu di Amerika Serikat yang diberikan oleh Conde Nast Traveler untuk ke-enam kalinya secara berturutturut dan pada tahun 2009 JetBlue menduduki peringkat tertinggi dalam aspek kepuasan pelanggan dikarenakan pelayanan yang baik, tepat waktu, dan biaya yang murah.

13

3.8 Macam-macam Jenis Pesawat yang dimiliki JetBlue Airlines

3.9 Fasilitas yng dimiliki oleh JetBlue Airlines

14

3.10 Jalur peta keberangkatan JetBlue Airlines 3.1.2 Sistem Transportasi di Jakarta, Indonesia Indonesia adalah negara kepulauan, terdiri atas 5 pulau besar, ratusan pulau sedang serta ribuan pulau kecil. Ribuan pulau ini dipersatukan laut dan angkasa menjadi negara kesatuan Republik Indonesia. Laut dan angkasa adalah prasarana perangkutan yang harus dipandang sebagai pemersatu pulau-pulau menjadi kesatuan wilayah negara, bukan lagi sebagai pemisah antara satu pulau dengan pulau lainnya. (Warpani, 1997) Rentang wilayah negara mengharuskan penanganan moda transportasi angkutan darat, laut dan udara secara terpadu untuk mewujudkan sistem angkutan nasional yang andal, efektif dan efisien. Setiap moda angkutan memiliki karakter khas, keunggulan dan kelemahannya. Moda transportasi darat, laut dan udara harus menjadi kesatuan sistem agar dapat menjawab tujuan perangkutan, yakni melayani perpindahan atau mobilisasi orang dan barang dari satu tempat ke tempat lain. Untuk menjawab tantangan itu, disusun Sistem Transportasi Nasional (Sistranas) yang bertujuan mewujudkan perangkutan yang andal dan berkemampuan tinggi dalam menunjang sekaligus menggerakkan dinamika pembangunan, meningkatkan mobilitas manusia, barang dan jasa, membantu terciptanya pola distribusi nasional yang mantap dan dinamis, serta mendukung pengembangan wilayah dan lebih memantapkan perkembangan kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara dalam rangka perwujudan Wawasan Nusantara dan peningkatan hubungan internasional. Moda transportasi darat dalam sistem angkutan di Indonesia terdiri atas angkutan jalan, angkutan jalan rel serta angkutan sungai, danau dan penyeberangan. Jaringan perangkutan darat tersusun dalam suatu jaringan pelayanan yang menghubungkan seluruh pusat kegiatan di wilayah perkotaan maupun perdesaan. Dalam seluruh sistem yang terdiri atas matra darat, laut dan udara, jaringan angkutan darat menjadi titik simpul antarmoda yang vital. Ia menjadi mata rantai awal/akhir moda angkutan laut dan udara pada titik terminal yang semuanya di daratan. 15

Kota Jakarta sebagai ibukota negara dengan beragam aktivitas yang tentunya melibatkan banyak sekali individu dalam sistem yang berlaku di dalamnya. Daerah hinterland yang menjadi tujuan untuk bertempat tinggal adalah Bogor, Depok, Tanggerang dan Bekasi (Bodetabek). Penduduk pinggiran dalam melakukan aktivitas kesehariannya termasuk kedalam kelompok penglaju (commuter). Data yang diperoleh dari Dinas Perhubungan DKI Jakarta menunjukkan, kebutuhan perjalanan per hari dengan angkutan umum dari Bodetabek ke Jakarta dan sebaliknya makin meningkat. Pada tahun 2002, misalnya, tercatat 7,3 juta perjalanan per hari, tahun 2010 diperkirakan menjadi 9,9 juta perjalanan per hari, dan pada tahun 2020 meningkat menjadi 13 juta perjalanan setiap hari. Perjalanan ulang alik Tangerang-Jakarta pada tahun 2010 akan mencapai 1.078.963 dan tahun 2010 menjadi 1.465.912. Adapun perjalanan Bogor-Depok-Jakarta dan sebaliknya pa- da tahun 2010 diperkirakan 791.295 dan pada tahun 2020 melesat menjadi 1.148.528. Perjalanan Bekasi-Jakarta dan sebaliknya cenderung lebih rendah. Tahun 2010 diprediksi 693.099 dan tahun 2020 mencapai 940.834. Angka-angka prediksi ini masuk akal karena pertumbuhan kawasan perumahan baru ke arah Tangerang dan Banten, juga masih ke arah Depok dan Bogor. Mobilitas masyarakat yang semakin berkembang sangat menuntut tersedianya pelayanan angkutan umum, disamping prasarana jalan untuk mengakomodasi permintaan perjalanan tersebut. Dalam penyediaan sarana transportasi juga perlu diperhatikan kualitas layanan, terutama keselamatan. Dalam Bab I UU No. 22 tahun 2009, keselamatan lalu lintas dan angkutan jalan diartikan sebagai suatu keadaan tehindarnya setiap orang dari resiko kecelakaan selama berlalu lintas yang disebabkan oleh manusia, kendaraan, jalan dan/atau lingkungan. Keselamatan transportasi di Indonesia nampaknya masih menjadi perhatian besar. Tingginya tingkat kecelakaan menjadi penyebabnya. Isu yang menjadi penyebab tingginya tingkat kecelakaan tersebut di antaanya adalah isu sumber daya manusia (human resources issues), isu utama (main issues), isu fasilitas (facility issues), isu infrastruktur (infrastructure issues). (http://www.dephub.go.id/) Isu sumber daya manusia (human resources issues) yaitu rendahnya kedisiplinan akan aturan lalu lintas, rendahnya kesadaran akan keselamatan publik, official competency dalan keselamatan lalu lintas masih belum mencukupi. Isu utama (main issues) yaitu rendahnya koordinsi antara stekeholders dengan safety handling, kurangnya dukungan organisasi dan financial, penegakan hukum yang tidak membawa efek jera dan sistem informasi yang belum mencukupi. Isu fasilitas (facility issues) yaitu keadilan kendaraan bermotor, ketersediaan safety facility bagi kendaraan, desain dan teknologi kendaraan, pemeliharaan kendaraan. Isu infrastruktur (infrastructure issues) yaitu kondisi jalan dan jembatan, jalan kereta api, rambu-rambu lalu lintas, peralatan penguji kendaraan, jembatan timbang. How Much is National Loss? 16

(estimated) Condition Fatal Serious Slight PDO Numbers of victim 30.464 450.000 2.100.000 13.515.000 Total PDB % PDB Total cost (million Rp) 9.972.037 9.614.672 12.772.448 9.036.899 41.396.056 1.427.000.000 2,91

3.1.2.1 KAI Commuter Jabodetabek Setelah Indonesia merdeka, lokomotif-lokomotif listrik hasil elektrifikasi jalur kereta api pada zaman penjajahan masih setia melayani para pengguna angkutan kereta api di daerah Jakarta Bogor. Pemerintah Indonesia sejak kemerdekaan tidak pernah membeli lokomotif listrik untuk mengganti atau menambah jumlah lokomotif listrik yang beroperasi. Namun pada akhirnya, dengan usia yang telah mencapai setengah abad, lokomotif-lokomotif ini dipandang tidak lagi memadai dan mulai digantikan dengan rangkaian Kereta Rel Listrik baru buatan Jepang sejak tahun 1976. KRL Jabotabek, yang sekarang dikenal bernama KA Commuter Jabodetabek, adalah jalur kereta listrik yang dioperasikan oleh PT KAI Divisi Jabotabek sebelum berubah nama menjadi PT KAI Commuter Jabodetabek. Seiring perkembangan zaman, KRL Jabotabek yang beroperasi sekarang sudah memiliki berbagai fasilitas dan kelas, mulai dari tempat duduk yang empuk hingga Air Conditioner (AC) yang menyejukkan. Saat ini ada tiga kategori atau kelas pelayanan KRL Jabodetabek (commuter), antara lain Commuter ekonomi non-AC, Commuter Ekonomi AC dan Commuter Ekspres AC. Sistem pengoperasian Commuter terpadu di wilayah Jabotabek dimulai pada tahun 2000, saat itu pemerintah Indonesia menerima hibah 72 unit KRL. Dari jumlah tersebut, sebanyak 50 unit gerbong bisa langsung digunakan dan dioperasikan sebagai rangkaian-rangkaian KRL Pakuan yang melayani rute Jakarta Bogor, PP. Jumlah Penumpang dan Pendapatan Tahun 2001 Dirinci Menurut Jenis Kereta Api No Jenis Kereta Jumlah penumpang (Jiwa) 6.022.366 13.165.543 18.746.465 Pendapatan (Rp) 632.645.130.000 342.751.540.000 223.332.300.000 17

1 2 3

Eksekutif Bisnis Ekonomi

4 5 6

Lokal Ekonomi Jabodetabek Ekspres Jabodetabek Jumlah

25.771.448 115.080.970 6.353.332 185.140.124

28.297.530.000 64.268.850.800 27.831.840.500 1.319.127.191.300

KRL menjadi sarana transportasi pilihan para penglaju karena dinilai lebih ekonomis dan dapat dijangkau dengan cepat. Pengguna sarana transportasi kereta commuter sebagian besar adalah dengan maksud sekolah dan bekerja, yang dalam sepekan melakukan perjalanan antara 5-6 kali. Alasan masyarakat memilih KRL yaitu lebih murah dan lebih cepat. Namun keterlambatan kereta masih sering dirasakan oleh masyarakat. Gangguan utama yang dialami pengguna KRL adalah kepadatan penumpang dengan kekurangan armada kereta. Kemudian keamanan penumpang dirasakan masih kurang karena banyak pihak tidak bertanggungjawab yang memanfaatkan kepadatan KRL.

18

3.11 Keadaan kereta api di Jakarta

3.12 Interior didalam kereta

19

3.13 Jalur KRL JABODETABEK

3.1.2.2 Busway-Transjakarta Dari lima aspek pengukuran yang digunakan untuk mengukur kualitas pelayanan busway, hany satu aspek yang menunjukkan penilaian cenderung baik dan sisanya menunjukkan skor yang cenderung kurang baik. Tingkat kualitas pelayanan yang cenderung baik ditunjukkan pada hal-hal yang berkaitan dengan keamanan, kenyamanan, kerapihan dan kondisi fisik bus. Sebaliknya, tingkat kualitas pelayanan yang dirasakan masih cederung kurang baik adalah ketepatan waktu, lama waktu terlambat, sikap petugas dalam memberikan pelayanan, kesopanan petugas, kemampuan dan sikap petugas dalam menanggapi masalah, pengalaman petuga di bidang pekerjaannya, keterampilan dalam memberikan layanan dan informasi, kepedulian terhadap keluhan pengguna jasa, kebersihan petugas dan kondisi fisik halte. (Chairunnisa, 2008)

20

Persepsi masyarakat terhadap tingkat kinerja busway Transjakarta tergolong baik, khususnya dalam kesesuaian akan kebutuhan masyarakat, pelayanan yang adil bagi penumpang dan tarif tiket. Persepsi masyarakat terhadap tingkat kualitas pelayanan tergolong kurang baik, khususnya dalam ketepatan waktu, lama waktu terlambat, sikap petugas dalam memberikan pelayanan dan informasi, kepedulian terhadap pengguna jasa, kebersihan petugas dan kondisi fisik halte bus. Masyarakat dinilai kurang puas terhadap Transjakarta-Busway, khususnya dalam hal pelayanan di loket, pelayanan di halte dan di dalam bus, jumlah kapasitas penumpang, lokasi halted an rute bus, serta jumlah armada busway.

3.14 Bus TransJakarta

3.15 Keadaan yang sesak saat mengantre

21

3.16 Interior di dalam Bus TransJakarta

3.17 Peta perjalanan Bus Transjakarta

3.1.2.3 Maskapai Penerbangan Indonesia Sejarah berdirinya perusahaan penerbangan pembawa bendera Negara (Flag Carrier) Indonesia tidak terpisahkan dengan sejarah perjalanan bangsa Indonesia. 22

Ketika bangsa Indonesia mengalami masa-masa yang sulit - berjuang mempertahankan kedaulatannya, dan dalam kondisi yang serba tidak menentu setelah proklamasi kemerdekaan, para pejuang Indonesia telah memikirkan tentang pentingnya keberadaan angkutan udara nasional yang handal. Berangkat dari pemikiran para pejuang inilah yang akhirnya mewujudkan hadirnya sebuah maskapai penerbangan pembawa bendera nasional. Sebagai national ag carrier, yang selanjutnya oleh Soekarno diberi nama Garuda Indonesian Airways, harus selalu siap melaksanakan tugas-tugas kenegaraan. Adapun tugas kenegaraan pertama adalah membawa Soekarno dari Yogkakarta menuju Jakarta untuk dilantik menjadi Presiden Republik Indonesia Serikat (RIS) pada tahun 1949. Garuda Indonesia resmi menjadi Perusahaan Negara pada tahun 1950, yang kemudian berubah berdasarkan akta No. 8 tanggal 4 Maret 1975 dari Notaris Soeleman Ardjasasmita, S.H., sebagai realisasi peraturan Pemerintah No. 67 tahun 1971, serta diumumkan dalam Berita Negara Republik Indonesia (RI) No. 68 tanggal 26 Agustus 1975. Menurut Akte Pendirian Perusahaan, tujuan Perusahaan adalah melaksanakan dan menunjang kebijaksanaan dan program Pemerintah di bidang pembangunan dan ekonomi nasional pada umumnya, khususnya di bidang jasa pengangkutan udara dan bidang lainnya yang berkaitan dengan jasa pengangkutan udara serta memupuk keuntungan bagi perseroan dengan menyelenggarakan angkutan penerbangan. Garuda Indonesia menjalankan kegiatan usaha di bidang-bidang sebagai berikut: 1. Pengangkutan udara penumpang, barang dan pos dalam negeri dan luar negeri 2. Pengangkutan udara borongan untuk penumpang dan barang dalam negeri dan luar negeri 3. Jasa pelayanan sistem informasi yang berkaitan dengan pengangkutan udara 4. Jasa konsultasi, pendidikan dan pelatihan yang berkaitan dengan pengangkutan udara 5. Jasa pelayanan kesehatan personil penerbangan.Ketepatan waktu Garuda Indonesia per akhir 2008 mengoperasikan 54 pesawat terbang, termasuk tiga Boeing 747-400, enam Airbus 330-300, empat puluh lima pesawat Boeing 737 (300, 400, 500 dan 800) dan saat ini melayani 50 penerbangan baik tujuan dalam negeri maupun luar negeri. Ulasan situs Forbestraveler.com menempatkan Bandara Soekarno Hatta (Soetta) sebagai bandara nomor dua paling tepat waktu di dunia. Untuk maskapai domestik, Garuda Indonesia keluar sebagai pemenang, mengungguli 5 pesaingnya. Garuda Indonesia mencatat ketepatan waktu kedatangannya 92,55 persen dan ketepatan keberangkatan 98,13 persen. Pada tahun 2002 Garuda Indonesia dinobatkan menjadi pemenang untuk kategori ketepatan waktu. Garuda Indonesia mengalahkan maskapai negara lain seperti KLM dan Singapore Airlines. Penganugerahan itu diberikan Bandar 23

Udara Schiphol, Belanda. Ketepatan terkait dengan waktu kedatangan dan keberangkatan. Keselamatan dan kenyamanan Dalam usaha peningkatan aspek keselamatan dan kenyamanan Garuda Indonesia mendapatkan sertifikasi internasional mengenai keselamatan dan kemanan internasional dan penurunan tingkat kecelakaan. 1. IOSA Certification Setelah melalui proses yang cukup panjang, Garuda Indonesia berhasil meraih IATA Operational Safety Audit (IOSA) Certication yang merupakan sertikasi tingkat dunia terhadap keselamatan dan keamanan penerbangan yang telah terakreditasi secara internasional. Garuda menjadi maskapai pertama dan satusatunya dari Indonesia yang memiliki sertikasi IOSA ini. 2. Incide Rate (2002-2008) Upaya meningkatkan keselamatan penerbangan juga bisa diukur dari tingkat Incident Rate. Berdasarkan data sejak tahun 2002 hingga 2008, tren Incident Rate menunjukan penurunan. Incident Rate tahun 2008 adalah 0,41/ 1.000 departure, yang terendah dibandingkan tahun-tahun sebelumnya. Dalam hal keselamatan, Garuda Indonesia tercatat beberapa kali menghadapi musibah kecelakaan, yaitu: 6 Maret 1979 - Garuda Indonesia Penerbangan 553 menabrak lereng Gunung Bromo di ketinggian 6.200 kaki menewaskan keempat awaknya. 11 Juli 1979 - Fokker F-28 Garuda Indonesia menabrak lereng Gunung Pertektekan menewaskan 57 penumpang beserta 4 orang awaknya. 20 Maret 1982 - Fokker F-28 Garuda Indonesia terperosok setelah mendarat di Bandara Branti, Lampung menewaskan 23 penumpang beserta 4 orang awaknya 17 Juni 1996 -Mcdonnel Douglas DC-10 Garuda Indonesia 865, pesawat terbakar setelah overrun akibat aborting take off oleh penerbangnya di Bandara Fukuoka, Jepang saat akan take off menuju Jakarta, Indonesia. 3 dari 275 penumpang tewas. 26 September 1997 - Garuda Indonesia Penerbangan 152 jatuh di Desa Buah Nabar, kecamatan Sibolangit, Kabupaten Deli Serdang, Sumatera Utara, Indonesia menewaskan seluruh penumpang yang berjumlah 222 penumpang dan 12 awak pesawat. Kecelakaan ini merupakan yang terburuk di sejarah penerbangan Indonesia. 17 Januari 2002 - Garuda Indonesia Penerbangan 421 mendarat darurat di Bengawan Solo menewaskan 1 awak pesawat. 7 Maret 2007 - Garuda Indonesia Penerbangan 200 terbakar dan meledak sesaat setelah mendarat di Bandar Udara Adi Sutjipto Kota Yogyakarta. Sedikitnya 22 orang meninggal dunia. Pesawat tersebut membawa penumpang sebanyak 133 orang dan 7 awak.

1. 2. 3. 4.

5.

6. 7.

Kepadatan 24

Jumlah penumpang domestik yang diangkut oleh seluruh maskapai penerbangan domestik meningkat hanya 2,4% dari 31,2 juta orang pada tahun 2007 menjadi 31,9 orang pada tahun 2008, sesuai laporan BPS. Laju pertumbuhan trak penumpang mengalami tekanan dan pada triwulan ketiga dan keempat mengalami penurunan masing-masing 9,9% dan 7,9%. Hal ini disebabkan oleh: 1. kenaikan harga tiket setelah diterapkan kebijakan fuel surcharge 2. penurunan daya beli masyarakat sebagai akibat kenaikan harga BBM bersubsidi dan inasi yang melonjak 3. penurunan kapasitas industri penerbangan domestik yang disebabkan oleh pelarangan terbang pesawat Adam Air. Mulai tanggal 19 Maret 2008, Departemen Perhubungan RI memberlakukan larangan terbang pada seluruh armada pesawat Adam Air, setelah ditemukan beberapa kelemahan yang membahayakan keselamatan penerbangan. Di mana per akhir 2008 Garuda Indonesia mengoperasikan 54 armada pesawat terbang. Jumlah penumpang domestik tahun 2005-200835 30 25 20 15 10 5 0 '05 '06 '07 '08 Penum ng pa

25

3.18 Maskapai Penerbangan Garuda Airlines

3.19 Desain Interior didalam pesawat

26

3.20 Peta Perjalanan Pesawat 3.1.3 Sistem Transportasi di Copenhagen, Denmark Copenhagen adalah jembatan antara Laut Utara dengan Laut Baltik, yang menghubungkan Eropa dengan Skandavia. Di negara ini Kendaraan bermotor pribadi bukanlah merupakan pilihan utrama, karena kompensasi pajak yang tinggi membuat masyarakat disana beralih menggunakan sepeda, berbagai fasilitas untuk kenyamanan bersepeda diberikan. Hampir setiap jalanan memiliki jalur khusus bagi pengendara sepeda. Jika anda bersepeda di kota ini, jangan takut dengan mobil karena sepeda selalu didahulukan oleh kendaraan bermotor. Dengan sedikitnya kendaraan bermotor pribadi, maka harus ada fasilitas umum yang menunjang masyarakat jika akan melakukan perjalanan jauh. Di copenhagen ini moda transportasi darat dalam sistem angkutan terdiri atas angkutan jalan, dan angkutan jalan rel. Jaringan perangkutan darat tersusun dalam suatu jaringan pelayanan yang menghubungkan seluruh pusat kegiatan di wilayah perkotaan sampai ke daerah pinggiran. Jaringan angkutan darat menjadi titik simpul antarmoda yang vital. Kota Copenhagen sebagai ibukota negara dengan beragam aktivitas yang tentunya melibatkan banyak sekali individu dalam sistem yang berlaku di dalamnya.

27

3.1.3.1 Danske Statsbaner (DSB) Danske Statsbaner merupakan perusahan Kereta Api Denmark, Copenhagen Metro (bahasa Denmark: Kbenhavns metro) adalah sebuah sistem angkutan cepat yang melayani kota Kopenhagen, Frederiksberg dan Trnby di Denmark. Sistem sepanjang 205-kilometer (127 mil) dibuka antara tahun 2002 dan 2007, dan memiliki dua jalur, M1 dan M2. Sistem metro tanpa masinis ini menjadi pelengkap dari sistem angkutan cepat S-trainyang lebih besar, dan berintegrasi dengan kereta api lokal DSB dan bus Movia. Memlalui pusat kota dan ke barat menuju Frederiksberg, M1 dan M2 beerbagi jalur yang sama. Menuju ternggara, sistem melayani Amager, dengan jalur M1 sepanjang 137-kilometer (85 mil) berjalan melalui pemukiman baru restad, dan jalu M2 sepanjang 142-kilometer (88 mil) M2 melayani pemukiman di timur dan Bandar Udara Kopenhagen. Metro memiliki 22 stasiun, dimana 9 diantaranya berada di bawah permukaan tanah. Pada tahun 2009, metro mengangkut 50 juta penumpang. Sistem ini dimiliki oleh Metroselskabet, yang dimiliki oleh kota Kopenhagen dan Frederiksberg, dan Kementerian Transportasi Denmark. Terdapat 34 kereta penggerak dari kelas AnsaldoBreda Driverless Metro, dan berbasis di Pusat Kendali dan Perawatan di Vestamager. Kereta memiliki lebar 265 m (870 kaki) dan terdiri dari tiga gerbong; dengan ditenagai 630-kilowatt, yang melalui rel ketiga 750-volt. Operasi dari sistem ini dikontakkan kepada Metro Service. Kereta berjalan terus-menerus, dua puluh empat jam sehari, dengan jarak antar kereta berkisar dari 2 hingga 20 menit.

28

3.21 Jenis Kereta yang digunakan Di Kota Copenhagen

3.22 Rel yang dilalui kereta

3.23 Jembatan yang dilalui kerata

29

3.24 Peta perjalanan kereta

3.25 Jalan menuju kereta

3.1.3.2 Kopenhagen Bus Terminal Copenhagen Metro Copenhagen Metro adalah sebuah sistem angkutan cepat yang melayani kotaKopenhagen, Frederiksberg dan Trnby di Denmark. Sistem sepanjang 205kilometer (127 mil) dibuka antara tahun 2002 dan 2007, dan memiliki dua jalur, M1 dan M2. Sistem metro tanpa masinis ini menjadi pelengkap dari sistem angkutan cepat S-train yang lebih besar, dan berintegrasi dengan kereta api lokal DSB dan bus Movia. Memlalui pusat kota dan ke barat menuju Frederiksberg, M1 30

dan M2 beerbagi jalur yang sama. Menuju ternggara, sistem melayani Amager, dengan jalur M1 sepanjang 137-kilometer (85 mil) berjalan melalui pemukiman baru restad, dan jalu M2 sepanjang 142-kilometer (88 mil) M2 melayani pemukiman di timur dan Bandar Udara Kopenhagen. Metro memiliki 22 stasiun, dimana 9 diantaranya berada di bawah permukaan tanah. Pada tahun 2009, metro mengangkut 50 juta penumpang. Sistem ini dimiliki oleh Metroselskabet, yang dimiliki oleh kota Kopenhagen dan Frederiksberg, dan Kementerian Transportasi Denmark. Terdapat 34 kereta penggerak dari kelas AnsaldoBreda Driverless Metro, dan berbasis di Pusat Kendali dan Perawatan di Vestamager. Kereta memiliki lebar 265 m (870 kaki) dan terdiri dari tiga gerbong; dengan ditenagai 630-kilowatt (840 hp) yang melalui rel ketiga 750-volt. Operasi dari sistem ini dikontakkan kepada Metro Service. Kereta berjalan terusmenerus, dua puluh empat jam sehari, dengan jarak antar kereta berkisar dari 2 hingga 20 menit.

3.26 Stasiun Bus

3.1.3.3 Scandinavian Airlines (SAS) Adalah maskapai penerbangan nasional negara-negara Nordik (Swedia, Norwegia, dan Denmark). Operasinya meliputi Asia, Eropa, dan Amerika Utara. Berpusat di Bandara Internasional Kopenhagen, Bandara Gardemoen Oslo, dan Bandara Internasional Arlanda. Maskapai ini merupakan salah satu pendiri aliansi maskapai penerbangan Star Alliance. 31

3.27 Maskapai Penerbangan SAS 3.2 Perbedaan, Persamaan, dan Hal yang dapat diaplikasikan di Indonesia dari Sistem Transportasi Amerika Serikat dan DenmarkTabel 3.2 Perbandingan Sistem Transportasi Amerika Serikat, Inggris dan IndonesiaNo. 1 Variabel Keselamatan Negara Amerika Serikat Diperhatikan sekali Sekitar US $ 2,5 untuk umum dan US $ 1,1 untuk manu la dan penyandang cacat. Denmark Diperhatikan sekali a. kereta : +/- 3,3 krone b. bus : dewasa: 2 krone pelajar >18 tahun : 1,5 krone Indonesia Belum jadi prioritas utama a. Kereta: termurah Rp 2.000 termahal Rp 11.000 b. Bus Perkotaan: Rp 3.500 a. Kereta: ideal 70 orang maks 120 orang b. Bus Perkotaan: Busway Ideal 40 - 80 orang Maks 60-100 orang a. Kereta : tepat waktu > 15 menit 15 menit < ideal 30 menit b. busway datang setiap 5 menit, tidak berjadwal

Tempat duduk yang nyaman, ada untuk penyandang cacat dan yang bawa binatang peliharaan (anjing).

a. Kereta: dapat tempat duduk b. busway: dapat tempat duduk

Dari tabel diatas dapat dilihat perbedaan apa saja yang dimiliki oleh negara Amerika Serikat, Denmark dan Indonesia dalam bidang transportasi. Untuk melihat perbedaan apa yang terjadi dari sebuah sistem yang dijalankan, salah satunya dapat diukur dari kualitas yang dihasilkan oleh sistem tersebut. Dari tabel diatas dapat terlihat dengan jelas perbedaan sistem transportasi yang dijalankan oleh Amerika Serikat, Denmark dan Indonesia dilihat dari kualitas yang dirasakan langsung oleh masyarakat, seperti kenyamanan, ketepatan waktu, biaya, kapasitas, dan keselamatan. Dari perbedaan yang ada dapat dilihat bahwa aparatur negara Indonesia dalam menyediakan pelayanan publik khususnya dalam bidang transpotasi baru memikirkan kepada kepentingan atau pelaksanaan yang sifatnya hanya pada tahap primer, dimana aparatur pemerintah atau para birokrat hanya berorientasi supaya penumpang dapat sampai tepat waktu, ada alat transportasi yang dapat mengangkut para penumpang sampai ke tujuan tanpa memikirkan keamanan dan kenyamanan para penumpang. Hal tersebut juga dikarenakan biaya yang dibebankan pemerintah Indonesia tidak sebanding dengan biaya yang dibebankan oleh pemerintah Amerika Serikat atau Denmark. Apabila diambil secara umum, dari segi perkeretaapian, biaya paling murah yang dikeluarkan penumpang sekitar rentang Rp 2.000 Rp 11.000, jika dibandingkan dengan income perkapita Indonesia sekitar US $ 2.000 maka perbandingannya sekitar 1 : 1636 sedangkan di negara Amerika Serikat dan Denmark, tarif yang dikenakan untuk transportasi sekitar US $ 2,5. Perbandingan biaya transportasi dengan angka pendapatan perkapita negara tersebut sekitar 1 : 16.000. Hal itulah yang menyebabkan mengapa masyarakat di negara maju seperti Amerika Serikat dan Inggris mendapatkan pelayanan yang lebih baik, dimana pemerintah melakukan pelayanan sudah berorientasi pada tahap sekunder, yaitu sudah memikirkan kepada kenyamanan dan keselamatan dari para

33

penumpang bahkan sudah ada yang akan mencapai pada tahap tersier yaitu sudah memperhitungkan kemewahan. Namun tidak serta merta dalam pelaksanaan sistem transportasinya, Amerika Serikat, Denmark dan Indonesia hanya memiliki perbedaan saja, terdapat juga persamaan yang dimiliki oleh ketiga negara tersebut. Pertama adalah ketiga negara tersebut memandang dan sangat merasakan bahwa dengan adanya globalisasi yang terjadi di dunia diperlukan adanya sistem transportasi yang baik, khususnya cepat. Karena itu sistem transportasi yang cepat dan massal (Mass Rapid Transportation) sudah menjadi bagian yang terintegrasi dalam kehidupan sehari-hari. Kesamaan yang lain adalah ketiga negara tersebut sama-sama menggunakan sistem Public Private Sector, dimana ada kemitraan antara pemerintah dan swasta atau lembaga yang ditunjuk oleh pemerintah. Di Indonesia sendiri sistem ini hanya dijalankan pada sistem transportasi busway (bus perkotaan) dimana Indonesia bekerjasama dengan beberapa perusahaan swasta seperti Lorena. Namun hal tersebut tidak ditemukan pada kereta commuter, dimana perkeretaapian Indonesia dipegang seutuhnya oleh negara. Public Private Sector juga dijalankan di negara Amerika serikat dan Denmark. Contohnya adalah di New York, Amerika Serikat, sistem transportasi memang menjadi otoritas dan kewenangan negara, namun badan legislatif negara Amerika Serikat memberikan kewenangan tersebut kepada Metropolitan Transportation Authority untuk mengurusi masalah transportasi dan pemerintah bertugas untuk membuat kebijakan dan mengawasi supaya jalannya sistem tersebut dapat berjalan dengan baik.

34

BAB IV PEMBAHASAN 4.1 Perbedaan dan Persamaan Sistem Transportasi Dari penguraian diatas mengenai sistem transportasi di Indonesia, Amerika Serikat dan Indonesia dapat terlihat perbedaan ketiga negara tersebut dalam hal administrasi negaranya. Ketiga negara tersebut menjalankan administrasi negara yang berbeda satu sama lain. Ketika kita berbicara tentang administrasi negara ada dua hal yang menjadi fokus utama, yaitu bagaimana membuat kebijakan yang tepat untuk masyarakat dalam negara tersebut dan bagaimana mengimplementasikan atau hasil pengimplementasian kebijakan tersebut. Jadi intinya administrasi negara berbicara masalah politik yaitu bagaimana membuat suatu kebijakan serta berbicara masalah administrasi yaitu bagaimana mengimplementasikan kebijakan tersebut. Indonesia, Amerika Serikat dan Denmark memperlihatkan bagaimana ketiga negara tersebut menjalankan adminitrasi yang berbeda, yaitu dari setiap kebijakan pertransportasian yang dianut oleh Indonesia, Amerika Serikat dan Denmark. Contohnya adalah kebijakan mengenai kepemilikan atau kepengurusan transportasi yang menjadi salah satu bagian terpenting di suatu negara. Indonesia, Amerika Serikat dan Denmark sama-sama menerapkan sistem Public Private Sector namun yang menjadi perbedaan, Indonesia tidak menerapkan sistem Public Private Sector pada setiap jenis transportasi massal yang ada. Kereta commuter tetap dipegang dan dikendalikan sepenuhnya oleh negara dikarenakan negara melihat apabila itu diserahkan kepada swasta akan muncul yang namanya kegagalan pasar karena adanya monopoli oleh swasta sehingga masyarakat mengalami kerugian yang cukup besar yang akan berakibat pada ketidaksejahteraan masyarakat di Indonesia. 35

Bahasan mengenai sistem transportasi Indonesia, Amerika Serikat dan Denmark dapat dihubungkan dengan mata kuliah Perencanaan dan Permodelan Transportasi. Pelayanan publik dalam bidang transportasi di Amerika Serikat dan Denmark pada dasarnya hampir sama, yaitu sudah memperhatikan tingkat kenyamanan dan keamanan. Dalam hal ini Amerika Serikat memperhatikan sekali dan melakukan perawatan (maintenance) terhadap kendaraan angkutan, stasiun serta halte-halte bus agar pelanggan dapat merasakan kenyamanan ketika sedang menunggu atau melakukan perjalanan. Kedua adalah kedatangan dan keberangkatan bus atau kereta yang tepat waktu atau keterlambatan maksimal tiga menit dan pengembalian uang kepada pelanggan apabila terjadi keterlambatan menjadi salah satu bentuk dari keandalan yang dimiliki oleh Amerika Serikat. Sedangkan apabila kita melihat sistem transportasi di Indonesia, belum diterapkan secara baik dan benar. angkutan di Indonesia terutama kereta ekonomi sangat buruk dalam tampilan fisiknya, kurang ada perawatan yang seimbang dibandingkan dengan jumlah penumpang dan jam operasinya. Selain itu, tidak semua stasiun memberikan kenyamanan dan fasilitas yang baik bagi para pelanggan yang sedang menunggu. 4.2 Pengaplikasian Sistem Transportasi Indonesia bisa mengambil contoh sistem transportasi baik di New York atau di Copenhagen, sistem transportasi yang baik adalah dimana angkutan publik sesuai dengan jumlah masyarakat yang membutuhkannya, khususnya jakarta yang sekarang ini terlihat tampak sesak dan kekurangan moda transportasi. Hal ini diakibatkan selalu meningkatnya jumlah manusia tetapi tidak diimbangi dengan bertambahnya angkutan massal. Jakarta bisa mencontoh cara New York menetapkan serta merancang letak strategis suatu halte, ataupun stasiun dan waktu pelayanan yang disiplin, dengan tidak melupakan kenyamanan keamanan juga biaya perjalanan yang bisa dijangkau semua kalangan. Kemacetan dijalan terutama di Jakarta semakin hari semakin meningkat, hal ini diakibatkan tidak adanya aturan yang membatasi jumlah pembelian kendaraan pribadi, seperti yang diterapkan oleh kota Copenhagen di Denmark yang menerapkan pajak yang sangat tinggi jika ingin memiliki kendaraan pribadi, alhasil banyak masyarakatnya yang pindah ke transportasi umum, sehingga di jalanan sangat jarang yang menggunakan kendaraan pribadi, pemerintah Copenhagen membuat aturan jika kendaraan pribadi itu sendiri harus mendahulukan kendaraan sepeda saat melintas di depannya. Maskapai penerbangan di Indonesia tidak ada masalah dan bisa disejajarkan dengan maskapai penerbangan yang lainnya, bahkan bandar udara Soekarno-Hatta sistem dan aturannya sudah sangat baik, hanya saja kebersihannya yang harus diperhatikan.

36

BAB V PENUTUP 5. 1 5. 2 Kesimpulan Sistem transportasi di Indonesia masih kalah jauh dengan negara-negara maju. Cara pengaturan sistem transportasi di New York dan Copenhagen sangat baik dan disiplin. Biaya masih mejadi kendala utama.

Saran Sebenarnya ada beberapa cara yang dapat dilakukan agar pelayanan transportasi di Indonesia dapat diubah kearah yang lebih baik. Salah satunya dengan melakukan perombakan ulang, atau penataan ulang sistem traansportasinya yang sebenarnya bisa diadopsi dari negara-negara maju seperti kota New York dan Copenhagen.

37