Tugas Pli b3_pemanfaatan Mikrobiologi Sbg Pengolah Limbah b3
-
Upload
aliyah-purwanti -
Category
Documents
-
view
64 -
download
6
Transcript of Tugas Pli b3_pemanfaatan Mikrobiologi Sbg Pengolah Limbah b3
TUGAS PLI B3 (PILIHAN KEAHLIAN 2 – C)
Pemanfaatan Mikrobiologi sebagai Pengolah Limbah B3
Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun (B3) mengandung bahan yang
dapat membahayakan manusia dan makhluk hidup lain. Limbah B3 perlu diolah,
baik secara fisik, biologi, maupun kimia sehingga menjadi tidak berbahaya atau
berkurang daya racunnya. Setelah diolah, limbah B3 masih memerlukan metode
pembuangan yang khusus untuk mencegah resiko terjadi pencemaran.
Proses pengolahan limbah B3 secara biologi yang telah berkembang yaitu
bioremedasi dan fitoremedasi.
A.Bioremediasi
Bioremedasi adalah penggunan bakteri dan mikroorganisme lain untuk
mendegradasi/mengurai limbah B3. Bioremediasi juga merupakan proses
pembersihan pencemaran tanah dengan menggunakan mikroorganisme
(jamur, bakteri). Bioremediasi bertujuan untuk memecah atau mendegradasi
zat pencemar menjadi bahan yang kurang beracun atau tidak beracun (karbon
dioksida dan air).
Ada 4 teknik dasar yang biasa digunakan dalam bioremediasi :
1. Stimulasi aktivitas mikroorganisme asli (di lokasi tercemar) dengan
penambahan nutrien, pengaturan kondisi redoks, optimasi ph, dsb
2. Inokulasi (penanaman) mikroorganisme di lokasi tercemar, yaitu
mikroorganisme yang memiliki kemampuan biotransformasi khusus
3. Penerapan immobilized enzymes
4. Penggunaan tanaman (phytoremediation) untuk menghilangkan atau
mengubah pencemar.
(http://syariefjazjaz.wordpress.com/2010/06/25/pengolahan-limbah-b3/)
Bioremediasi merupakan penggunaan mikroorganisme untuk mengurangi
polutan di lingkungan. Saat bioremediasi terjadi, enzim-enzim yang diproduksi
oleh mikroorganisme memodifikasi polutan beracun dengan mengubah
struktur kimia polutan tersebut, sebuah peristiwa yang disebut
biotransformasi. Pada banyak kasus, biotransformasi berujung pada
biodegradasi, dimana polutan beracun terdegradasi, strukturnya menjadi tidak
kompleks, dan akhirnya menjadi metabolit yang tidak berbahaya dan tidak
beracun.
Tugas PLI B3_Pemanfaatan Mikrobiologi sebagai Pengolah Limbah B3
ALIYAH PURWANTI (2309100080)
Bioremediasi telah berkembang pada perawatan limbah buangan yang
berbahaya (senyawa-senyawa kimia yang sulit untuk didegradasi), yang
biasanya dihubungkan dengan kegiatan industri. Polutan - polutan yang dapat
diatasi dengan metode ini antara lain logam-logam berat, petroleum
hidrokarbon, dan senyawa-senyawa organik terhalogenasi seperti pestisida,
herbisida, dan lain-lain. Banyak aplikasi-aplikasi baru menggunakan
mikroorganisme untuk mengurangi polutan yang sedang diujicobakan. Bidang
bioremediasi saat ini telah didukung oleh pengetahuan yang lebih baik
mengenai bagaimana polutan dapat didegradasi oleh mikroorganisme,
identifikasi jenis-jenis mikroba yang baru dan bermanfaat, dan kemampuan
untuk meningkatkan bioremediasi melalui teknologi genetik. Teknologi genetik
molekular sangat penting untuk mengidentifikasi gen-gen yang mengkode
enzim yang terkait pada bioremediasi. Karakterisasi dari gen-gen yang
bersangkutan dapat meningkatkan pemahaman kita tentang bagaimana
mikroba-mikroba memodifikasi polutan beracun menjadi tidak berbahaya.
Strain atau jenis mikroba rekombinan yang diciptakan di laboratorium
dapat lebih efisien dalam mengurangi polutan. Mikroorganisme rekombinan
yang diciptakan dan pertama kali dipatenkan adalah bakteri "pemakan
minyak". Bakteri ini dapat mengoksidasi senyawa hidrokarbon yang umumnya
ditemukan pada minyak bumi. Bakteri tersebut tumbuh lebih cepat jika
dibandingkan bakteri-bakteri jenis lain yang alami atau bukan yang diciptakan
di laboratorium yang telah diujicobakan. Akan tetapi, penemuan tersebut
belum berhasil dikomersialkan karena strain rekombinan ini hanya dapat
mengurai komponen berbahaya dengan jumlah yang terbatas. Strain inipun
belum mampu untuk mendegradasi komponen-komponen molekular yang
lebih berat yang cenderung bertahan di lingkungan.
Jenis-jenis bioremediasi adalah sebagai berikut:
1. Biostimulasi
Nutrien dan oksigen, dalam bentuk cair atau gas, ditambahkan ke
dalam air atau tanah yang tercemar untuk memperkuat pertumbuhan
dan aktivitas bakteri remediasi yang telah ada di dalam air atau tanah
tersebut.
2. Bioaugmentasi
Mikroorganisme yang dapat membantu membersihkan kontaminan
tertentu ditambahkan ke dalam air atau tanah yang tercemar. Cara ini
yang paling sering digunakan dalam menghilangkan kontaminasi di
Tugas PLI B3_Pemanfaatan Mikrobiologi sebagai Pengolah Limbah B3
suatu tempat. Namun ada beberapa hambatan yang ditemui ketika
cara ini digunakan. Sangat sulit untuk mengontrol kondisi situs yang
tercemar agar mikroorganisme dapat berkembang dengan optimal.
Para ilmuwan belum sepenuhnya mengerti seluruh mekanisme yang
terkait dalam bioremediasi, dan mikroorganisme yang dilepaskan ke
lingkungan yang asing kemungkinan sulit untuk beradaptasi.
3. Bioremediasi Intrinsik
Bioremediasi jenis ini terjadi secara alami di dalam air atau tanah
yang tercemar.
Di masa yang akan datang, mikroorganisme rekombinan dapat
menyediakan cara yang efektif untuk mengurangi senyawa-senyawa kimiawi
yang berbahaya di lingkungan kita. Bagaimanapun, pendekatan itu
membutuhkan penelitian yang hati-hati berkaitan dengan mikroorganisme
rekombinan tersebut, apakah efektif dalam mengurangi polutan, dan apakah
aman saat mikroorganisme itu dilepaskan ke lingkungan.
(http://id.wikipedia.org/wiki/Bioremediasi)
Sebagai contoh penerapan metode bioremediasi adalah pada berbagai
kasus pencemaran limbah berbahaya dan beracun (B3) dari kegiatan
penambangan minyak bumi yang terjadi di Indonesia yang memerlukan
perhatian yang lebih serius, seperti kasus pencemaran yang terjadi di Tarakan
(Kalimantan Timur), Riau, Sorong (Papua), Indramayu serta terakhir kasus
pencemaran di Bojonegoro (Jawa Timur. Pencemaran lingkungan oleh minyak
telah menimbulkan masalah serius.
Tanah yang terkontaminasi minyak tersebut dapat merusak lingkungan
serta menurunkan estetika. Lebih dari itu tanah yang terkontaminasi limbah
minyak dikategorikan sebagai limbah bahan berbahaya dan beracun (B3)
sesuai dengan Kep. MenLH 128 Tahun 2003. Oleh karena itu, perlu dilakukan
pengelolaan dan pengolahan terhadap tanah yang terkontaminasi minyak. Hal
ini dilakukan untuk mencegah penyebaran dan penyerapan minyak ke dalam
tanah.
Dalam kasus ini, teknik bioremediasi dapat dilaksanakan secara in-situ
maupun cara ex-situ. Teknik bioremediasi in-situ umumnya diaplikasikan pada
lokasi tercemar ringan, lokasi yang tidak dapat dipindahkan, atau karakteristik
kontaminan yang volatil. Bioremediasi ex-situ merupakan teknik bioremediasi
dimana lahan atau air yang terkontaminasi diangkat, kemudian diolah dan
Tugas PLI B3_Pemanfaatan Mikrobiologi sebagai Pengolah Limbah B3
diproses pada lahan khusus yang disiapkan untuk proses bioremediasi.
Penanganan lahan tercemar minyak bumi dilakukan dengan cara
memanfatkan mikroorganisme untuk menurunkan konsentrasi atau daya
racun bahan pencemar. Penanganan semacam ini lebih aman terhadap
lingkungan karena agen pendegradasi yang dipergunakan adalah
mikroorganisme yang dapat terurai secara alami.
Ruang lingkup pelaksanaan proses bioremediasi lahan/tanah
terkontaminasi minyak bumi meliputi beberapa tahap yaitu: treatibility study
yaitu studi pendahuluan terhadap kemampuan jenis mikroorganisme
pendegradasi dalam menguraikan minyak bumi yang terdapat di lokasi tanah
terkontaminasi; site characteristic yaitu studi untuk mengetahui kondisi
lingkungan awal di lokasi tanah terkontaminasi minyak bumi yang meliputi
kondisi kualitas fisik, kimia dan biologi; persiapan proses bioremediasi yang
meliputi persiapan alat, bahan, administrasi serta tenaga manusia; proses
bioremediasi yang meliputi serangkaian proses penggalian tanah tercemar,
pencampuran dengan tanah segar, penambahan bulking agent, penambahan
inert material, penambahan bakteri dan nutrisi serta proses pencampuran
semua bahan; sampling dan monitoring meliputi pengambilan cuplikan tanah
dan air selama proses bioremediasi. Cuplikan kemudian dibawa ke
laboratorium independent untuk dianalisa konsentrasi TPH dan TCLP;
revegetasi yaitu pemerataan, penutupan kembali drainase dan perapihan
lahan sehingga lahan kembali seperti semula.
Seluruh prosedur kerja serta pelaksanaan Bioremediasi mengacu pada
Keputusan Menteri Lingkungan Hidup nomor 128 Tahun 2003 tentang Tata
cara dan Persyaratan teknik Pengelolaan Limbah minyak dan Tanah
Terkontaminasi oleh Minyak Bumi secara biologis.
(http://www.iec.co.id/artikel/perbaikan-lahan-terkontaminasi-minyak-bumi-
secara-bioremediasi)
B.Fitoremediasi
Menurut Cunningham et al. (1996) fitoremediasi adalah penggunaan
tanaman dan mikroorganisma terkait, untuk mendegradasi, menyerap atau
membuat kontaminan pada tanah dan/atau air tanah menjadi tidak berbahaya.
Pada dasarnya fitoremediasi memanfaatkan inisiatif manusia untuk
mempercepat proses peluruhan secara alamiah sebuah area yang
terkontaminasi, dan dengan demikian merupakan penghubung antara sebuah
teknologi buatan manusia dengan proses alamiah. Oleh karena fitoremediasi
Tugas PLI B3_Pemanfaatan Mikrobiologi sebagai Pengolah Limbah B3
tergantung pada hubungan yang sinergis, dan alamiah antara tanaman,
mikroorganisma dan lingkungannya, maka dia tidak membutuhkan teknologi
yang sangat intensif, atau drastis, seperti pengerukan tanah. Dalam hal ini
intervensi manusia masih diperbolehkan, hanya sebatas untuk menciptakan
sebuah komunitas tanaman dan mikroba yang sesuai pada area tertentu,
sebagai contoh penggunaan tehnik agronomi, seperti pengolahan lahan dan
pemupukan, untuk mempercepat proses peluruhan secara alamiah atau
proses pengendapannya.
Fitoremediasi telah terbukti secara efektif memperbaiki dan
mengembalikan kondisi tanah dan air tanah yang terkontaminasi dengan
bahan organik maupun anorganik. Barbagai macam tanaman, termasuk canola
(Brassica napus L.), oat (Avena sativa) dan barley (Hordeum vulgare)
mempunyai toleransi dan dapat menyerap logam seperti selenium, tembaga,
cadmium dan seng. Sejenis rumput Alamo (Panicum virginatum) dapat
menyerap bahan radioaktif Cesium-137 (137Cs) dan Strontium-90 (90Sr) yang
sering tumpah pada tempat uji-coba senjata ataupun akibat kerusakan reaktor
nuklir). Tanaman poplar hibrida (hasil persilangan Populus deltoides x P. nigra)
dapat mengurangi konsentrasi nitrat (sebuah hara tanaman, namun juga
kontaminan pada air) pada aliran permukaan air tanah dan mendegradasi
herbisida atrazine pada tanah yang terkontaminasi. Sejenis rumput makanan
ternak yang diinokulasi dengan bakteri dapat mendegradasi asam bensoat
yang terkhlorinasi, yang merupakan residu dari degradasi PCB (polychlorinated
biphenyls) dan herbisida yang terchkhlorinasi. Yang sangat menarik di sini
adalah kenyataan bahwa berbagai tanaman bersama dengan mikroorganisma
yang terkait, ternyata dapat meningkatkan pembersihan minyak hidrokarbon
dari tanah yang terkontaminasi dengannya (Aprill dan Sims, 1990; Gunther et
al., 1996; Pradhan et al., 1998; Qiu et al., 1997; Reilley et al., 1996; Reynolds
and Wolf, 1999; Schwab et al., 1995).
(http://www.biotrop.org/specpub.php)
Sebagai contoh proses fitoremediasi mulai diterapkan pada limbah cair
industri kecil laundry yang mengandung phospat yang sangat tinggi yaitu
253,03 mg/l sebagai P total, sedangkan menurut Perda Jateng No.10 Th 2004
tentang baku mutu air limbah kandungan phospat yang diijinkan adalah 2 mg/l
dan 0,2 mg/l sebagai P menurut PP No.82 Th.2001 untuk air golongan II.
Fitoremediasi phospat dengan menggunakan tanaman enceng gondok dapat
Tugas PLI B3_Pemanfaatan Mikrobiologi sebagai Pengolah Limbah B3
menyerap phospat (sebagai P total) dalam limbah laundry dalam jumlah yang
cukup banyak
(http://eprints.undip.ac.id/529/1/
halaman_2833__Nurandani__Suparni_S_Rahayu pdf)
Tugas PLI B3_Pemanfaatan Mikrobiologi sebagai Pengolah Limbah B3