LIMBAH RESTORAN SBG PAKAN

13
PEMANFAATAN LIMBAH RESTORAN UNTUK RANSUM AYAM BURAS Badan Penelitian Dan Pengembangan Pertanian INSTALASI PENELITIAN DAN PENGKAJIAN TEKNOLOGI PERTANIAN JAKARTA 2000

Transcript of LIMBAH RESTORAN SBG PAKAN

Page 1: LIMBAH RESTORAN SBG PAKAN

PEMANFAATAN LIMBAH RESTORAN UNTUK RANSUM

AYAM BURAS

Badan Penelitian Dan Pengembangan Pertanian INSTALASI PENELITIAN DAN PENGKAJIAN

TEKNOLOGI PERTANIAN JAKARTA 2000

Page 2: LIMBAH RESTORAN SBG PAKAN

PEMANFAATAN LIMBAH RESTORAN UNTUK RANSUM

AYAM BURAS

Penulis: Muflihani Yanis

Desmayati Zainuddin R. Wahyu Suryawati

Mei Rochjat D.

Badan Penelitian Dan Pengembangan Pertanian INSTALASI PENELITIAN DAN PENGKAJIAN

TEKNOLOGI PERTANIAN JAKARTA 2000

Page 3: LIMBAH RESTORAN SBG PAKAN

KATA PENGANTAR

Puji syukur kits panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah memberikan rahmat dan

hidayah-Nya hingga selesainya pembuatan brosur ini.

Brosur ini disusun berdasarkan basil pengkajian yang telah dilaksanakan oleh

Instalasi Penelitian dan Pengkajian Teknologi Pertanian (IP2TP) Jakarta, tentang

Pemanfaatan Limbah Restoran untuk Ransum Ayam Buras.

Mengingat harga pakan yang relatif mahal, maka diharapkan limbah restoran dapat

dijadikan salah satu alternatif pengganti pakan sehingga dapat menekan biaya pakan dan

pads akhirnya dapat meningkatkan pendapatan petani.

Semoga brosur ini bermanfaat bagi yang memerlukan.

Page 4: LIMBAH RESTORAN SBG PAKAN

DAFTAR ISI

Halaman KATA PENGANTAR

DAFTAR ISI

I. PENDAHULUAN

II. MACAM DAN FUNGSI ZAT PENYUSUN RANSUM

III. POTENSI KEBUTUHAN LIMBAH RESTORAN DI DKI JAKARTA

IV. PENGOLAHAN LIMBAH RESTORAN

V. CARA PEMBERIAN PAKAN

VI. BEBERAPA KEUNGGULAN PAKAN LIMBAH RESTORAN

UNTUK AYAM BURAS

VII. PENUTUP

DAFTAR BACAAN

Page 5: LIMBAH RESTORAN SBG PAKAN

I. PENDAHULUAN

Ayam burgs merupakan komoditas andalan dan mempunyai mass depan yang menjanjikan baik secara ekonomi maupun sosial karma ayam burgs mampu mensuplai kebutuhan bahan pangan bergizi tinggi berupa daging dan telur (Dirdjopranoto, 1991). Hasil ayam burgs berupa daging dan telur dapat memenuhi kebutuhan konsumsi semua lapisan masyarakat, sementara harganya relatif lebih tinggi dan stabil dibandingkan dengan ayam ras (Basuno dan Sinurat, 1995). Disamping itu ayam burgs mempunyai daya serap pasar yang sangat besar untuk memenuhi kebutuhan lokal khususnya konsumsi DKI Jakarta (Trubus, 1992).

Pengembangan ayam burgs untuk mendukung peningkatan pendapatan petani sangat tepat karena ayam burgs adalah ternak lokal yang sudah tidak asing lagi bagi petani, sudah beradaptasi dengan lingkungan pedesaan dan tidak membutuhkan modal besar. Daging ayam burgs berdasarkan hasil penelitian Handawi (1994), dinilai bermutu baik, mengandung protein tinggi, rasa lebih gurih serta kandungan lemak dan kolesterolnya rendah.

Ayam burgs sekalipun dipelihara secara intensif berproduksi 40% lebih rendah dibandingkan ayam ras. Perbedaan ini disebabkan oleh:

1. Variasi kemampuan genetik yang cukup besar antara individu ayam burgs yang

dipelihara. 2. Perbedaan kualitas manajemen pemeliharaan yang mungkin sedikit banyak akan

berbeda antara sate peternak dengan peternak lain, termasuk kualitas pakan yang diberikan.

Meskipun demikian pemeliharaan ayam burgs masih memberikan keuntungan

karma harga jualnya relatif lebih tinggi (138% untuk telur dan sekitar 200°o untuk daging) dari pada ayam ras.

Populasi ayam burgs di wilayah DKI Jakarta pada tahun 1997 mencapai 127.000

ekor atau menurun sebanyak 42,67% dari populasi tahun (993 (Dirjen Peternakan, 1997). Kondisi ini terjadi antara lain akibat kenaikan harga pakan, pada scat krisis moneter yang lalu. Mengingat Maya pakan mencapai 60 - 80°/o dari biaya produksi ayam burgs. maka pemanfaatan limbah yang murah dan mudah diperoleh untuk ransum merupakan alternatif yang dapat menekan Maya produksi tersebut.

Page 6: LIMBAH RESTORAN SBG PAKAN

II. MACAM DAN FUNGSI ZAT PENYUSUN RANSUM

Pada pemeliharaan ayam burgs secara tradisional (diumbar), kebutuhan nutrisi (gizi) didapat dari lingkungan sekitarnya. Tetapi dalam pemeliharaan secara intensif (di kandang) diperlukan pemberian ransum dengan gizi yang lengkap (karbohidrat, lemak. protein, vitamin dan mineral) dengan jumlah dan mutu yang cukup agar dapat memberikan basil sesuai dengan harapan. a. Protein

Protein digunakan untuk menjaga pertumbuhan dan penggantian sel rusak, sebagai sumber pemanasan tubuh dan bahan pembentuk telur. Untuk ayam dara dan induk masing-masing diperlukan sebanyak 15 - 19%.

b. Serat Kasar

Berguna untuk merangsang fungsi alat pencernaan. Pemberian serat kasar yang berlebihan akan menurunkan penyerapan sari makanan dan produksi telur. Kebutuhan serat kasar untuk ayam dara dan induk masing-masing 9 - 10%.

c. Lemak

Lemak merupakan zat gizi yang berfungsi sebagai cadangan energi. Jumlah yang diperlukan dalam ransum hanya sekitar 4 - 5 %.

d. Mineral

Peranan mineral adalah sebagai bahan pembentuk slat tubuh seperti tulang, darah, kerabang telur dan memperlancar proses kehidupan dalam tubuh. Oleh karma itu mineral harus ada dalam tubuh ayam, meskipun dalam jumlah sedikit. Calcium (Ca) dan Phosphor (P) diperlukan untuk pembentukan tulang dan kulit telur.

Kebutuhan gizi ayam burgs lebih rendah bila dibandingkan dengan ayam ras. Ayam

burgs dewasa yang berumur lebih dari 22 minggu memerlukan protein 14%, Kalsium 3.4%, Phosphor 0.34% dan Energi Metabolis (energi dalam pencernaan) 2400 - 2600 K ka/kg (Sinurat, 1991).

Page 7: LIMBAH RESTORAN SBG PAKAN

Ill. POTENSI KEBUTUHAN LIMBAH RESTORAN DI DKI JAKARTA

Di wilayah DKI Jakarta banyak terdapat restoran, baik rumah makan padang, warung tegal (WARTEG) dan kantin pabrik perkantoran. Restoran tersebut merupakan sumber limbah makanan yang potensial. Selama in] limbah restoran belum banyak dimanfaatkan, sementara dari pengkajian IP2TP Jakarta, limbah tersebut dapat dimanfaatkan sebagai bahan pakan ternak yang murah.

Kebutuhan limbah restoran untuk ayam burgs di DKI Jakarta cukup besar. Bila setiap ekor ayam burgs menggunakan limbah restoran sebanyak 40 gram/hari (50% dari ransum), maka untuk 127.000 ekor ayam burgs yang ada di DKI Jakarta diperlukan limbah restoran sebanyak 5.080 kg/hari. Dalam waktu setahun kebutuhan limbah restoran tersebut mencapai 1.828 ton.

Page 8: LIMBAH RESTORAN SBG PAKAN
Page 9: LIMBAH RESTORAN SBG PAKAN

IV. PENGOLAHAN LIMBAH RESTORAN Cara pengolahan limbah restoran adalah sebagai berikut :

1. Kumpulkan limbah restoran setiap hari dan letakkan dalam satu wadah. 2. Pisahkan sampah seperti tusuk gigi, plastik-plastik pembungkus makanan dari limbah

tersebut. 3. Limbah yang sudah terkumpul, kemudian di keringkan melalui salah sate cara:

- Dijemur di bawah terik sinar matahari selama kurang lebih 2 hari atau - Dengan menggunakan oven sampai kadar airnya mencapai kira-kira 10%.

4. Giling limbah keying tersebut sampai halus sesuai ukuran yang dibutuhkan, sehingga

limbah tersebut dapat dimanfaatkan sebagai campuran ransum ayam buras. Berdasarkan hasil analisis laboratorium, kandungan gizi limbah restoran adalah :

Protein : 10,89% Kalsium : 0,08% Phosfor : 0,39% Serat Kasar : 9,13% Lemak : 9,70% Energi Metabolis : 1.780 kkal/kg

Page 10: LIMBAH RESTORAN SBG PAKAN

V. CARA PEMBERIAN PAKAN Cara pemberian pakan dari limbah restoran adalah sebagai berikut: 1. Limbah restoran keying yang sudah digiling dicampur dengan pakan campuran. 2. Pakan campuran terdiri dari 33% jagung, 33% dedak, 33% pakan komersil (broiler

finisher) ditambah dengan 0.20% Starbio, I % vitamin dan mineral.

3. Pemberian pakan pada ayam adalah dengan mengaduk rata limbah restoran dan

pakan campuran dengan perbandingan 50%:50% atau 25%:75%.

Page 11: LIMBAH RESTORAN SBG PAKAN
Page 12: LIMBAH RESTORAN SBG PAKAN

VI. BEBERAPA KEUNGGULAN PAKAN LIMBAH RESTORAN UNTUK AYAM BURRS

Penilaian keunggulan suatu ransum sering dilihat dari beberapa hal, seperti pertumbuhan berat badan, konsumsi pakan, konversi pakan, harga pakan dan keuntungan yang diperoleh. Ransum yang unggul dicirikan oleh besarnya jumlah pertambahan bobot badan, rendahnya jumlah konsumsi pakan, rendahnya nilai konversi pakan, rendahnya harga pakan, dan tingginya jumlah keuntungan.

Dari hasil pengkajian IP2TP Jakarta (Tabel 1) ditemukan bahwa ransum yang menggunakan limbah restoran lebih unggul daripada ransum tanpa menggunakan limbah restoran (LIMBAH-0). Secara ekonomis ransum dengan campuran 50% limbah restoran (LIMBAH-50) lebih unggul dari ransum dengan campuran 75% limbah restoran (LIMBAH-75).

Tabel 1. Keragaan Berbagai Ransum Limbah Restoran

Ransum

Uraian

(LIMBAH-0) + P. Camp.

100%

LIMBAH-50) + P. Camp.

50%

LIMBAH-75) + P. Camp.

25%

1. Pertambahan Bobot Badan (g/ekor)

505,20 778 688,50

2. Konsumsi (ekor/10 Mg)

4.001,90 3.833 3.244,20

3. Konversi 7,92 4,93 4,71

4. Harga (Rp) 1.317 1.016 865

5. Keuntungan (Rp) 3.577 8.551 7.402

Sumber: Laporan hasil pengkajian IP2TP Jakarta, 1999.

Pada tabel dapat dilihat, pertambahan bobot badan yang dihasilkan dari penggunaan pakan LIMBAH-50 adalah 778 gr/ekor (202,6%), dengan konsumsi pakan sebesar 3.833 gr/ekor/10 minggu. Konversi pakan sebesar 4,93 menunjukkan bahwa untuk menghasilkan 1 (satu) gram daging dibutuhkan 4,93 gram pakan LIMBAH-50.

Dari perhitungan analisis finansial (Tabel 2), ransum LIMBAH-50 mampu

memberikan keuntungan Rp. 8.550,- /ekor. Nilai ini lebih tinggi dibandingkan keuntungan yang diperoleh dari LIMBAH-75, yaitu sebesar Rp. 7.410,-/ekor. Selain itu penambahan limbah restoran dapat menekan biaya produksi antara 23,42% sampai dengan 35,13%.

Page 13: LIMBAH RESTORAN SBG PAKAN

VII. PENUTUP

Limbah restoran dapat digunakan sebagai campuran ransum ayam burgs sampai tingkat 75% tanpa memberikan efek negatif. Penggunaan limbah restoran dalam pakan ayam burgs antara 50% sampai dengan 75% dapat menekan biaya produksi 23,42 % sampai dengan 35,13%, sehingga dapat meningkatkan pendapatan petani.

DAFTAR BACAAN Basuno, E dan AP Sinurat, 1995. "Kelompok Imitator sebagai Indikasi Sukses suatu

program Pengembangan Ayam Burgs". Prosiding Pertemuan Ilmiah Komunikasi dan Penyaluran Hasil penelitian I. Hal 92, Sub Balai Ternak Klepu, Semarang.

Dirdjopranoto, W. 1991. "Meningkatkan Produktivitas Ayam Burgs melalui Perbaikan

Teknologi Pemeliharaannya" Balai Penelitian Ternak. Ciawi. Bogor. Unpublished. Dirjen Peternakan, 1997. Buku Statistik Peternakan, Direktorat Jendral Peternakan

Jakarta. Handawi, P. S. 1994. "Pemanfaatan Lahan Pekarangan dengan budidaya Ayam Burgs

sebagai sumber Pangan dan Pendapatan untuk Wilayah Miskin". Prosiding Pertemuan Nasional Pengolahan dan Komunikasi Hasil-Hasil Penelitian. Hal. 211. Sub Balitnak, Klepu, Semarang.

Nazar A, Desmayati, D. Setiabudi, S. Bachrein, R. Wahyu, M. Yanis. 1999. "Uji Adaptasi

Teknologi Pemanfaatan Limbah Warteg dan Restoran untuk Ransum Ayam Burgs". Laporan Akhir. Instalasi Penelitian dan Pengkajian Teknologi Pertanian Jakarta.

Sinurat, A.P. 1991. "Penyusunan Ransum Ayam Burgs". Wartazoa Vol, 2. Hal 1. Balai

Penelitian Ternak, Ciawi. Trubus. 1992. "Pasar Ayam Buras Tetap Berpeluang”. No. 275. Th XXIII. Hal 4-5 Jakarta. Sumber Dana : Bagian Proyek Pengkajian Teknologi Pertanian Partisipatif DKI Jakarta T.A 1999/2000 ISBN : 979 – 96015 – 0 – 9